Anda di halaman 1dari 171

TABEL PERSANDINGAN

NO. PERDA NO. 11 TAHUN 2011 REVISI PERDA RTRW KOTA BINJAI ULASAN REVISI
Menimbang : Menimbang :
a. bahwa sejak ditetapkannya Peraturan Daerah a. bahwa sejak ditetapkannya Peraturan Daerah
Kota Binjai Nomor 2 Tahun 2001 tentang Kota Binjai Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Binjai Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Binjai Tahun
Tahun 2011, pelaksanaan investasi dan 2011, terjadi dinamika pembangunan interal kota
kegiatan pembangunan di Kota Binjai terus maupun eksternal sehingga memerlukan kesiapan
berlangsung dengan sangat cepat yang ruang kota untuk menangkap peluang
menyebabkan terjadinya berbagai perkembangan eksternal yang terjadi demi
perkembangan dan perubahan yang semakin mengungkit pertumbuhan ekonomi kota sehingga
meluas dalam pemanfaatan ruang wilayah meningkatkan kesejateraan seluruh masyarakat
kota; kota;
b. bahwa Peraturan Daerah Kota Binjai Nomor 2 b. bahwa Peraturan Daerah Kota Binjai Nomor 12
Tahun 2001 tentang Rencana Tata Ruang Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Wilayah Kota Binjai Tahun 2011 perlu Kota Binjai Tahun 2011-2030 telah berlangsung
disesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 26 lebih 5 (lima) tahun, dan menurut Undang-
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
c. bahwa untuk mengakomodasi dinamika Ruang dapat dilakukan revisi Rencana Tata
perkembangan pembangunan yang tumbuh Ruang Wilayah Kota;
pesat di Kota Binjai dan untuk menjamin c. bahwa untuk mengakomodasi dinamika
keterpaduan dan keserasian antara Rencana perkembangan pembangunan yang tumbuh pesat
Tata Ruang Wilayah Kota Binjai dengan di Kota Binjai dan untuk menjamin keterpaduan
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan keserasian antara Rencana Tata Ruang
Sumatera Utara, Rencana Tata Ruang Kawasan Wilayah Kota Binjai dengan Rencana Tata Ruang
Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Wilayah Provinsi Sumatera Utara, Rencana Tata
Karo (Mebidangro) dan Rencana Tata Ruang Ruang Kawasan PerkotaanMedan, Binjai, Deli
Wilayah Nasional, maka diperlukan Serdang, dan Karo (Mebidangro) dan Rencana
sinkronisasi terhadap Rencana Tata Ruang Tata Ruang Wilayah Nasional, makadiperlukan
Wilayah Kota Binjai; sinkronisasi terhadap Rencana Tata Ruang
d. bahwa Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Wilayah Kota Binjai;
Binjai merupakan pedoman dan arahan lokasi d. bahwa Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Binjai
investasi pembangunan yang dilaksanakan merupakan pedoman dan arahan lokasi investasi
oleh Pemerintah, sektor swasta, dan pembangunan yang dilaksanakan oleh
masyarakat, sehingga harus antisipatif Pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat,
terhadap setiap dinamika perubahan dan sehinggaharus antisipatif terhadap setiap
tuntutan perkembangan; dinamika perubahan dan tuntutan
e. bahwa berdasarkan perkembangan perkembangan;
sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, e. bahwa berdasarkan perkembangan sebagaimana
huruf c, dan huruf dimaksud pada huruf a, huruf b, huruf c, dan
f. perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang huruf d, perlu menetapkan Peraturan Daerah
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Binjai tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Binjai
Tahun 2011 -2030; Tahun 2011 -2030.

Mengingat : Mengingat :
1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara
Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 9 Drt Tahun 1956 2. Undang-Undang Nomor 9 Drt Tahun 1956 tentang
tentang Pembentukan Daerah Otonom Kota- Pembentukan Daerah Otonom Kota-kota Kecil di
kota Kecil di Lingkungan Provinsi Sumatera Lingkungan Provinsi Sumatera Utara (Lembaran
Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 60,
Tahun 1956 Nomor 60, Tambahan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor Nomor 1092);
1092); 3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan
telah diubah beberapa kali terakhir dengan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 4725);
tentang Perubahan Kedua Atas Undang – 4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
Tambahan Lembaran Negara Republik 4725);
Indonesia Nomor 4844); 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara
tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Tambahan Lembaran Negara Republik Nomor 5587);
Indonesia Nomor 4725); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008
5. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
Nasional (Lembaran Negara Republik 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara
Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Republik Indonesia Nomor 4833);
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 7. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010
4833); tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang
6. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2010 tentang Penyelenggaraan Penataan 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara
Ruang (Lembaran Negara Republik Republik Indonesia Nomor 5103);
Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan 8. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat
5103); Dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara
7. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 118,
2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Masyarakat Dalam Penataan Ruang Nomor 5160);
(Lembaran Negara Republik Indonesia 9. Peraturan Presiden Negeri Nomor 62 Tahun 2011
Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor Medan, Binjai, Deli Serdang dan Karo (Lembaran
5160); Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor
__);
10.Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/
Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia Nomor 6 Tahun 2017 Tentang Tata
Cara Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2017 Nomor 661);
12.Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2017 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera
Utara Tahun 2017-2037;
12.Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2013 tentang
Rencana Jangka Panjang Daerah Tahun 2005-
2025 (Lembaran Daerah Kota Binjai Tahun 2013);
13.Peraturan Daerah Nomor __ Tahun 2017 tentang
Rencana Jangka Menengah Tahun 2016-2021.
BAB I BAB I
KETENTUAN UMUM KETENTUAN UMUM
Bagian Kesatu
Pengertian Bagian Kesatu
Pasal 1 Pengertian
Pasal 1
Dalam peraturan daerah ini yang dimaksud
dengan: Dalam peraturan daerah ini yang, dimaksud dengan:
1. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat 1. Kota adalah Kota Binjai.
dan ruang udara, termasuk ruang di dalam 2. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah,
bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
manusia dan mahluk lain hidup, melakukan kekuasaan pemerintah negara Republik Indonesia
kegiatan, dan memelihara kelangsungan sebagaimana dimaksud Undang-Undang Dasar
hidupnya. Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan 3. Pemerintah Kota adalah Walikota dan perangkat
pola ruang. daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
3. Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota adalah daerah.
rencana yang mencakup sistem perkotaan 4. Walikota adalah Walikota Binjai.
wilayah kota dalam wilayah pelayanannya dan 5. Wilayah Kota adalah wilayah administrasi Kota
jaringan prasarana wilayah kota yang Binjai sebagai daerah otonom sesuai Undang-
dikembangkan untuk mengintegrasikan Undang Nomor 9 Drt Tahun 1956 tentang
wilayah kota selain untuk melayani kegiatan Pembentukan Daerah Otonom Kota-kota Kecil di
skala kota, meliputi sistem jaringan Provinsi Sumatera Utara.
transportasi, sistem jaringan energi dan 6. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya
kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat
sistem sumber daya air dan sistem jaringan Daerah Kota Binjai.
lainnya. 7. Provinsi adalah Provinsi Sumatera Utara.
4. Rencana pola ruang wilayah kota adalah 8. Orang adalah orang perseorangan dan/atau
rencana distribusi peruntukan ruang wilayah korporasi.
kota yang meliputi peruntukan ruang untuk 9. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat dan
fungsi lindung dan budi daya sampai dengan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi
akhir masa berlakunya RTRW kota yang dapat sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan
memberikan gambaran pemanfaatan ruang mahluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan
wilayah kota hingga 20 (dua puluh) tahun memelihara kelangsungan hidupnya.
mendatang. 10.Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola
5. Penataan ruang adalah suatu sistem proses ruang.
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, 11.Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota adalah
dan pengendalian pemanfaatan ruang. rencana yang mencakup sistem perkotaan wilayah
6. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan kota dalam wilayah pelayanannya dan jaringan
tata ruang. prasarana wilayah kota yang dikembangkan untuk
7. Wilayah adalah ruang yang merupakan mengintegrasikan wilayah kota selain untuk
kesatuan geografis beserta segenap unsur melayani kegiatan skala kota, meliputi sistem
terkait yang batas dan sistemnya ditentukan jaringan transportasi, sistem jaringan energi dan
berdasarkan aspek administratif dan/atau kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, sistem
aspek fungsional. sumber daya air dan sistem jaringan lainnya.
8. Rencana Tata Ruang Wilayah Kotayang 12.Rencana pola ruang wilayah kota adalah rencana
selanjutnya disebut RTRW Kota adalah RTRW distribusi peruntukan ruang wilayah kota yang
Kota Binjai meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung
9. Rencana Detail Tata Ruang Kota yang dan budi daya sampai dengan akhir masa
selanjutnya disebut RDTR Kota adalah rencana berlakunya RTRW kota yang dapat memberikan
secara terperinci tentang tata ruang untuk gambaran pemanfaatan ruang wilayah kota hingga
rencana tata ruang wilayah kota yang 20 (dua puluh) tahun mendatang.
dilengkapi dengan peraturan zonasi kota. 13.Penataan ruang adalah suatu sistem proses
10. 10 Kawasan adalah wilayah yang memiliki perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
fungsi utama lindung atau budi daya. pengendalian pemanfaatan ruang.
11. Kawasan lindung kota adalah kawasan lindung 14.Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata
yang secara ekologis merupakan satu ruang.
ekosistem yang terletak pada wilayah kota, 15.Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan
kawasan lindung yang memberikan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas
perlindungan terhadap kawasan bawahannya dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
yang terletak di wilayah kota, dan kawasan- administratif dan/atau aspek fungsional.
kawasan lindung lain yang menurut ketentuan 16.Rencana Tata Ruang Wilayah Kota yang
peraturan perundang-undangan selanjutnya disebut RTRW Kota adalah RTRW Kota
pengelolaannya merupakan kewenangan Binjai
pemerintah daerah kota. 17.Rencana Detail Tata Ruang Kota yang selanjutnya
12. Kawasan budi daya kota adalah kawasan di disebut RDTR Kota adalah rencana secara terperinci
wilayah kota yang ditetapkan dengan fungsi tentang tata ruang untuk rencana tata ruang
utama untuk dibudi dayakan atas dasar wilayah kota yang dilengkapi dengan peraturan
kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber zonasi kota.
daya manusia, dan sumber daya buatan. 18.Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi
13. Kawasan sempadan sungai adalah kawasan utama lindung atau budi daya.
yang terletak di bagian kiri dan kanan sungai 19.Kawasan lindung kota adalah kawasan lindung
yang memiliki fungsi utama untuk melindungi yang secara ekologis merupakan satu ekosistem
sungai tersebut dari berbagai gangguan yang yang terletak pada wilayah kota, kawasan lindung
dapat merusak kondisi sungai dan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
kelestariannya. bawahannya yang terletak di wilayah kota, dan
14. Kawasan sekitar waduk/danau adalah kawasan-kawasan lindung lain yang menurut
kawasan perlindungan setempat di sekeliling ketentuan peraturan perundang-undangan
waduk/danau, yang mempunyai manfaat pengelolaannya merupakan kewenangan
penting untuk mempertahankan kelestarian pemerintah daerah kota.
fungsi waduk/danau. 20.Kawasan budi daya kota adalah kawasan di wilayah
15. Ruang terbuka hijau yang selanjutnya disebut kota yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
RTH adalah area memanjang/jalur dan/atau dibudi dayakan atas dasar kondisi dan potensi
mengelompok, yang penggunaannya lebih sumber daya alam, sumber daya manusia, dan
bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, sumber daya buatan.
baik yang tumbuh secara alamiah maupun 21.Kawasan sempadan sungai adalah kawasan yang
yang sengaja ditanam. terletak di bagian kiri dan kanan sungai yang
16. Ruang terbuka non hijau yang selanjutnya memiliki fungsi utama untuk melindungi sungai
disebut RTNH adalah ruang terbuka di wilayah tersebut dari berbagai gangguan yang dapat
perkotaan yang tidak termasuk dalam kategori merusak kondisi sungai dan kelestariannya.
RTH, berupa lahan yang diperkeras maupun 22.Kawasan sekitar waduk/danau adalah kawasan
yang berupa badan air. perlindungan setempat di sekeliling waduk/danau,
17. Ruang terbuka non hijau yang selanjutnya yang mempunyai manfaat penting untuk
disebut RTNH adalah ruang terbuka di wilayah mempertahankan kelestarian fungsi waduk/danau.
perkotaan yang tidak termasuk dalam kategori 23.Ruang terbuka hijau yang selanjutnya disebut RTH
RTH, berupa lahan yang diperkeras maupun adalah area memanjang/jalur dan/atau
yang berupa badan air. mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat
18. Sabuk hijau (greenbelt), adalah RTH yang terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang
memiliki tujuan utama untuk membatasi tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja
perkembangan suatu penggunaan lahan atau ditanam.
membatasi aktivitas satu dengan aktivitas 24.Ruang terbuka non hijau yang selanjutnya disebut
lainnya agar tidak saling mengganggu. RTNH adalah ruang terbuka di wilayah perkotaan
19. Wilayah sungai yang selanjutnya disebut WS yang tidak termasuk dalam kategori RTH, berupa
adalah kesatuan wilayah pengelolaan lahan yang diperkeras maupun yang berupa badan
sumberdaya air dalam satu atau lebih daerah air.
aliran sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang 25.Sabuk hijau (greenbelt), adalah RTH yang memiliki
luasnya kurang dari atau sama dengan 2.000 tujuan utama untuk membatasi perkembangan
km2. suatu penggunaan lahan atau membatasi aktivitas
20. Daerah aliran sungai yang selanjutnya disebut satu dengan aktivitas lainnya agar tidak saling
DAS adalah suatu wilayah daratan yang mengganggu.
merupakan satu kesatuan dengan sungai dan 26.Wilayah sungai yang selanjutnya disebut WS adalah
anak-anak sungainya, yang berfungsi kesatuan wilayah pengelolaan sumberdaya air
menampung, menyimpan, dan mengalirkan air dalam satu atau lebih daerah aliran sungai
yang berasal dari curah hujan ke danau atau dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang
ke laut secara alami, yang batas di darat dari atau sama dengan 2.000 km2.
merupakan pemisah topografis dan batas di 27.Daerah aliran sungai yang selanjutnya disebut DAS
laut sampai dengan daerah perairan yang adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu
masih terpengaruh aktivitas daratan. kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya,
21. Sistem penyediaan air minum yang selanjutnya yang berfungsi menampung, menyimpan, dan
disebut SPAM adalah satu kesatuan sistem mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke
fisik (teknik) dan non fisik dari prasarana dan danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat
sarana air minum. merupakan pemisah topografis dan batas di laut
22. Sistem pengelolaan air limbah adalah buangan sampai dengan daerah perairan yang masih
yang dihasilkan dari suatu proses produksi terpengaruh aktivitas daratan.
baik industri maupun domestik. 28.Sistem penyediaan air minum yang selanjutnya
23. Tempat penampungan sementara yang disebut SPAM adalah satu kesatuan sistem fisik
selanjutnya disebut TPS adalah tempat (teknik) dan non fisik dari prasarana dan sarana air
sebelum sampah diangkut ke tempat minum.
pendauran ulang, pengolahan, dan/atau 29.Sistem pengelolaan air limbah adalah buangan yang
tempat pengolahan sampah terpadu. dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
24. Tempat pengolahan sampah terpadu yang maupun domestik.
selanjutnya disebut TPSTadalah tempat 30.Tempat penampungan sementara yang selanjutnya
dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, disebut TPS adalah tempat sebelum sampah
pemilahan, penggunaan ulang, pendauran diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan,
ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu.
sampah. 31.Tempat pengolahan sampah terpadu yang
25. Tempat pemrosesan akhir yang selanjutnya selanjutnya disebut TPST adalah tempat
disebut TPA adalah tempat untuk memroses dilaksanakannya kegiatan pengumpulan,
dan mengembalikan sampah ke media pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang,
lingkungan secara aman bagi manusia dan pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah.
lingkungan. 32.Tempat pemrosesan akhir yang selanjutnya disebut
26. Kawasan pertahanan negara adalah wilayah TPA adalah tempat untuk memroses dan
yang ditetapkan secara nasional yang mengembalikan sampah ke media lingkungan
digunakan untuk kepentingan pertahanan. secara aman bagi manusia dan lingkungan.
27. Kawasan strategis kota adalah kawasan yang 33.Kawasan pertahanan negara adalah wilayah yang
penataan ruangnya diprioritaskan karena ditetapkan secara nasional yang digunakan untuk
mempunyai pengaruh sangat penting dalam kepentingan pertahanan.
lingkup Kota Binjai terhadap ekonomi, sosial, 34.Kawasan strategis kota adalah kawasan yang
budaya, dan/atau lingkungan, dan penataan ruangnya diprioritaskan karena
pendayagunaan sumber daya alam dan mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup
teknologi tinggi. Kota Binjai terhadap ekonomi, sosial, budaya,
28. Pusat pelayanan kota adalah pusat pelayanan dan/atau lingkungan, dan pendayagunaan sumber
ekonomi, sosial dan/atau administrasi yang daya alam dan teknologi tinggi.
melayani seluruh wilayah kota dan/atau 35.Pusat pelayanan kota adalah pusat pelayanan
regional. ekonomi, sosial dan/atau administrasi yang
29. Subpusat pelayanan kota adalah pusat melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional.
pelayanan ekonomi, sosial dan/atau 36.Subpusat pelayanan kota adalah pusat pelayanan
administrasi yang melayani subwilayah kota. ekonomi, sosial dan/atau administrasi yang
30. Pusat lingkungan adalah pusat pelayanan melayani subwilayah kota.
ekonomi, sosial dan/atau administrasi 37.Pusat lingkungan adalah pusat pelayanan ekonomi,
lingkungan kota. sosial dan/atau administrasi lingkungan kota.
31. Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang 38.Pembangunan adalah pelaksanaan operasi teknik
dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan bangunan, pertambangan dan operasi lainnya, di
ruang sesuai dengan ketentuan peraturan dalam, pada, di atas atau di bawah lahan, atau
perundang-undangan pembuatan setiap perubahan penting dalam
32. Masyarakat adalah orang perseorangan, penggunaan lahan, pemanfaatan bangunan dan
kelompok orang termasuk masyarakat hukum pemanfaatan ruang lainnya.
adat, korporasi, dan/atau pemangku 39.Penggunaan lahan adalah fungsi dominan dengan
kepentingan nonpemerintah lain dalam ketentuan khusus yang ditetapkan pada suatu
penyelenggaraan penataan ruang. kawasan, blok peruntukan, dan/atau persil.
33. Peran masyarakat adalah partisipasi aktif 40.Intensitas pemanfaatan ruang adalah besaran ruang
masyarakat dalam perencanaan tata ruang, untuk fungsi tertentu yang ditentukan berdasarkan
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pengaturan Koefisiensi Dasar Bangunan (KDB) an
pemanfaatan ruang. Koefisiensi Lantai Bangunan (KLB).
34. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang 41.Koefisien Dasar Bangunan (KDB) yaitu angka
selanjutnya disebut DPRD adalah DPRD Kota persentase perbandingan antara luas seluruh lantai
Binjai yang merupakan lembaga perwakilan dasar bangunan gedung yang dapat dibangun dan
rakyat daerah Kota Binjai sebagai unsur luas lahan/tanah perpetakan/daerah perencanaan
penyelenggara pemerintahan daerah. yang dikuasai.
35. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah, 42.Koefisien Lantai Bangunan (KLB) yaitu angka
yang selanjutnya disebut BKPRD adalah badan persentase perbandingan antara jumlah seluruh
bersifat adhoc yang dibentuk mendukung luas lantai seluruh bangunan yang dapat dibangun
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang dan luas lahan/tanah perpetakan/daerah
Penataan Ruang di Kota Binjai dan mempunyai perencanaan yang dikuasai.
fungsi membantu pelaksanaan tugas Walikota 43.Koefisien Daerah Hijau (KDH) yaitu angka
dalam koordinasi penataan ruang di daerah. persentase perbandingan antara luas seluruh ruang
36. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat. terbuka diluar bangunan gedung yang
37. Kota adalah Kota Binjai. diperuntukkan bagi pertamanan/penghijauan dan
38. Walikota adalah Walikota Binjai. luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang
39. Wilayah Kota adalah wilayah administrasi Kota dikuasai.
Binjai sebagai daerah otonom sesuai Undang- 44.Garis Sempadan Bangunan (GSB) yaitu garis
Undang Nomor 9 Drt Tahun 1956 tentang imaginer yang menentukan jarak terluar bangunan
Pembentukan Daerah Otonom Kota-kota Kecil terhadap ruas jalan.
di Provinsi Sumatera Utara. 45.Insentif adalah perangkat atau upaya untuk
40. Pemerintah Daerah adalah Walikota Binjai dan memberikan imbalan terhadap pelaksanaan
perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang.
pemerintahan daerah. 46.Disinsentif adalah perangkat untuk mencegah,
41. Orang adalah orang perseorangan dan/atau membatasi pertumbuhan atau mengurangi kegiatan
korporasi. yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang.
47.Perizinan adalah upaya mengatur kegiatan-kegiatan
yang memiliki peluang melanggar ketentuan
perencanaan dan pembangunan, serta
menimbulkan gangguan bagi kepentingan umum.
48.Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang
dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan ruang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
49.Zona riparian adalah zona transisi khas dan
interaksi ekosistem badan air dan ekosistem
daratan berfungsi keanekaragaman lora dan fauna
habia, konservasi sumber daya air dan pelestarian
habitat ikan.
50.Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok
orang termasuk masyarakat hukum adat, korporasi,
dan/atau pemangku kepentingan nonpemerintah
lain dalam penyelenggaraan penataan ruang.
51.Peran masyarakat adalah partisipasi aktif
masyarakat dalam perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan
ruang.
52.Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang selanjutnya
disebut DPRD adalah DPRD Kota Binjai yang
merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah Kota
Binjai sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
daerah.
53.Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah, yang
selanjutnya disebut BKPRD adalah badan bersifat
adhoc yang dibentuk mendukung Undang-Undang
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang di
Kota Binjai dan mempunyai fungsi membantu
pelaksanaan tugas Walikota dalam koordinasi
penataan ruang di daerah.
Bagian Kedua
Peran Dan Fungsi Bagian Kedua
Pasal 2 Peran dan Fungsi
Pasal 2
RTRW Kota Binjai disusun sebagai alat RTRW Kota Binjai disusun sebagai alat
operasionalisasi pelaksanaan pembangunan di operasionalisasi pelaksanaan pembangunan di
wilayah Kota Binjai. wilayah Kota Binjai.

Pasal 3 Pasal 3

RTRW Kota Binjai menjadi pedoman untuk: RTRW Kota Binjai menjadi pedoman untuk:
a. acuan dalam penyusunan Rencana a. acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan Rencana
dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Daerah (RPJMD); (RPJMD);
b. acuan dalam pemanfaatan ruang wilayah kota; b. acuan dalam pemanfaatan ruang wilayah kota;
c. acuan untuk mewujudkan keseimbangan c. acuan untuk mewujudkan keseimbangan
pembangunan dalam wilayah kota; pembangunan dalam wilayah kota;
d. acuan lokasi investasi dalam wilayah kota yang
d. acuan lokasi investasi dalam wilayah kota yang
dilakukan Pemerintah, masyarakat dan swasta;
dilakukan Pemerintah, masyarakat dan swasta;
e. pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata
ruang di wilayah kota; dan e. pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata
f. dasar pengendalian pemanfaatan ruang di ruang di wilayah kota; dan
wilayah kota yang meliputi penetapan peraturan f. dasar pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah
zonasi, perijinan, pemberian insentif dan kota yang meliputi penetapan peraturan zonasi,
disinsentif, serta pengenaan sanksi, dan acuan perijinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta
dalam administrasi pertanahan. pengenaan sanksi, dan acuan dalam administrasi
pertanahan.
Bagian Ketiga
Ruang Lingkup Pengaturan Paragraf 2
Paragraf 1 Lingkup Wilayah Perencanaan
Muatan Pasal 4
Pasal 4 (1) Lingkup wilayah perencanaan RTRW Kota Binjai
meliputi seluruh wilayah administrasi Kota Binjai
RTRW Kota Binjai memuat: yang mencakup 5 (lima) kecamatan, dengan luas
a. tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang daratan lebih kurang 9.426 hektar, wilayah di
wilayah Kota Binjai; atas daratan, serta termasuk ruang di dalam bumi
b. rencana struktur ruang wilayah Kota Binjai dibawah wilayah daratan;
yang meliputi sistem pusat kegiatan dan sistem (2) Lingkup wilayah perencanaan sebagaimana yang
jaringan prasarana kawasan; dimaksud pada ayat (1) meliputi :
c. rencana pola ruang wilayah Kota Binjai yang a. Kecamatan Binjai Utara, terdiri dari atas
meliputi kawasan lindung dan kawasan budi delapan kelurahan, meliputi:
daya; 1. Pahlawan;
d. penetapan kawasan strategis kota; 2. Jatinegara;
e. arahan pemanfaatan ruang wilayah Kota Binjai 3. Nangka;
yang terdiri dari indikasi program utama 4. Jati Makmur;
jangka menengah lima tahunan; dan 5. Damai;
f. ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang 6. Kebun Lada;
wilayah Kota Binjai yang berisi ketentuan 7. Cengkeh Turi; dan
umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, 8. Jati Karya.
ketentuan insentif dan disinsentif, serta arahan b. Kecamatan Binjai Kota, terdiri dari atas tujuh
sanksi. kelurahan, meliputi :
1. Berngam;
Paragraf 2 2. Satria;
Wilayah Perencanaan 3. Setia;
Pasal 5 4. Kartini;
(1) Wilayah perencanaan RTRW Kota Binjai 5. Tangsi;
meliputi seluruh wilayah administrasi Kota 6. Binjai; dan
Binjai yang terdiri atas5 (lima) kecamatan 7. Pekan Binjai.
yaitu: c. Kecamatan Binjai Timur, terdiri dari atas tujuh
a. Kecamatan Binjai Utara; kelurahan, meliputi :
b. Kecamatan Binjai Kota; 1. Mencirim;
c. Kecamatan Binjai Timur; 2. Tunggurono;
d. Kecamatan Binjai Barat; dan 3. Timbang Langkat;
e. Kecamatan Binjai Selatan. 4. Tanah Tinggi;
5. Sumber Mulyorejo;
(2) Batas Administrasi Kota Binjai meliputi: 6. Dataran Tinggi; dan
a. sebelah utara berbatasan dengan 7. Sumber Karya.
Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli d. Kecamatan Binjai Barat, terdiri dari atas enam
Serdang; kelurahan, meliputi :
b. sebelah selatan berbatasan dengan 1. Bandar Sinembah;
Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli 2. Limau Mungkur;
Serdang; 3. Limau Sundai;
c. sebelah barat berbatasan dengan 4. Paya Roba;
Kabupaten Langkat; dan 5. Suka Maju; dan
d. sebelah timur berbatasan dengan 6. Suka Ramai.
Kabupaten Deli Serdang. e. Kecamatan Binjai Selatan, terdiri dari atas
delapan kelurahan, meliputi :
1. Tanah Seribu;
2. Puji Dadi;
3. Rambung Barat;
4. Rambung Dalam;
5. Rambung Timur;
6. Tanah Merah;
7. Binjai Estate; dan
8. Bhakti Raya.

(3) Batas Administrasi Kota Binjai meliputi:


a. sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten
Langkat dan Kabupaten Deli Serdang;
b. sebelah selatan berbatasan dengan
Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli
Serdang;
c. sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten
Langkat; dan
d. sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten
Deli Serdang.
BAB II BAB II
TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN
STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA
Bagian Kesatu
Tujuan Bagian Kesatu
Pasal 6 Tujuan Penataan Ruang

Penataan ruang wilayah Kota Binjai bertujuan Pasal 6


untuk mewujudkan kegiatan permukiman skala
besar, pusat perdagangan/jasa regional, dan kota Tujuan penataan ruang adalah mewujudkan
industri skala regional dan nasional yang aman, permukiman skala besar, pusat perdagangan/jasa
nyaman, berkelanjutan, produktif dengan regional, dan kota industri skala regional dan
pertumbuhan ekonomi tinggi. nasional yang aman, nyaman, berkelanjutan,
produktif dengan pertumbuhan ekonomi tinggi.

Bagian Kedua Bagian Kedua


Kebijakan dan Strategi Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah
Kota
Pasal 7 Pasal 7

(1) Kebijakan dan strategi penataan ruang (1) Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang
wilayah kota meliputi : sebagaimana dimaksud pada Pasal 6, ditetapkan
a. kebijakan dan strategi pengembangan kebijakan penataan ruang kota.
struktur ruang wilayah kota; dan (2) Kebijakan penataan ruang kota sebagaimana
b. kebijakan dan strategi pengembangan dimaksud pada ayat (1), meliputi:
pola ruang wilayah kota. a. Pengembangan pusat-pusat kegiatan
(2) Kebijakan dan strategi pengembangan pelayanan perkotaan sebagai satu kesatuan
struktur ruang wilayah kota sebagaimana sistem secara terpadu, berhirarki, dan saling
dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi: berhubungan untuk mendukung penetapan
a. kebijakan dan strategi pengembangan Kota Binjai sebagai Kota satelit Metropolitan
sistem pusat-pusat kegiatan pelayanan Mebidangro;
perkotaan; dan b. Pengembangan dan peningkatan kualitas
b. kebijakan dan strategi pengembangan pelayanan sarana dan prasarana transportasi
sistem jaringan prasarana wilayah. regional yang terpadu dengan transportasi
(3) Kebijakan dan strategi pengembangan pola lokal;
ruang wilayah kota sebagaimana dimaksud c. Peningkatan jangkauan dan kualitas pelayanan
pada ayat (1) huruf b meliputi : prasarana kota yang merata secara internal
a. kebijakan dan strategi pengembangan kota dan terpadu secara regional
kawasan lindung; d. Peningkatan keterpaduan dan keterkaitan
b. kebijakan dan strategi pengembangan antar kegiatan budidaya serta sesuai dengan
kawasan budi daya, dan dukung dan daya tampung daya lingkungan;
c. kebijakan dan strategi pengembangan e. peningkatan fungsi, kuantitas dan kualitas
kawasan strategis kota. ruang terbuka hijau, kawasan dan objek cagar
budaya serta kawasan lindung lainnya bagi
Pasal 8 masyarakat; dan
f. Peningkatan fungsi kawasan untuk
(1) Kebijakan pengembangan sistem pusat-pusat pertahanan dan keamanan.
kegiatan pelayanan perkotaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf a Pasal 8
berupa pengembangan pusat-pusat kegiatan
pelayanan perkotaan secara terpadu, (1) Strategi perwujudan kebijakan pengembangkan
berhirarki, dan saling berhubungan untuk pusat-pusat kegiatan pelayanan perkotaan
mendukung penetapan Kota Binjai sebagai sebagai satu kesatuan sistem secara terpadu,
bagian Pusat Kegiatan Nasional (PKN) berhirarki, dan saling berhubungan untuk
Mebidangro oleh Pemerintah. mendukung penetapan Kota Binjai sebagai Kota
(2) Strategi pengembangan sistem pusat-pusat satelit Metropolitan Mebidangro, sebagaimana
kegiatan pelayanan perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf a
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan : meliputi :
a. membangun kawasan industri dengan a. mengembangkan kawasan industri Binjai
skala pelayanan regional dan Nasional di sebagai kawasan strategis pusat
Kecamatan Binjai Utara dengan disertai pertumbuhan ekonomi kota di Kecamatan
pembangunanjalan dan infrastruktur Binjai Timur yang didukung dengan
penunjang kegiatan industri; aksesibilitas ke jaringan transportasi
b. mengembangkan pusat perdagangan/jasa nasional, infrastruktur penunjang kegiatan
regional Kota Binjai untuk melayani industri dan penyediaan perumahan pekerja
penduduk Kota Binjai dan kota-kota di industri;
sekitarnya; b. mengembangkan kawasan kompak, intensif
c. membagi wilayah kota menjadi 6 (enam) dan multifungi permukiman dan kegiatan
subpusat pelayanan kota, selanjutnya bisnis berskala regional yang terkait dengan
dilakukan pembagian fungsi-fungsi kegiatan-kegiatan yang telah berkembang di
kegiatan kota ke seluruh subpusat sekitarnya sebagai kawasan berorientasi
pelayanan kota; transit (TOD)terpadu pada Stasiun Kereta Api
d. membangun pusat-pusat kegiatan Binjai dan Terminal Ikan Paus;
pelayanan baru di setiap subpusat c. Mempertahankan dan mengembangkan
pelayanan kota secara sinergis dan kembali kawasan pusat kota lama sebagai
terpadu dengan pusat-pusat kegiatan kawasan pusat pemerintahan kota, kawasan
pelayanan yang sudah ada; bersejarah dan kawasan perdagangan dan
e. melengkapi prasarana dan sarana jasa regional yang sinergis dan terpadu
lingkungan serta fasilitas pelayanan dengan kawasan TOD;
umum di setiap hirarki pusat-pusat d. mengembangkan pusat perdagangan/jasa
kegiatan pelayanan; dan regional Kota Binjai untuk melayani
f. mengendalikan pemanfaatan ruang di penduduk Kota Binjai dan kota-kota di
setiap hirarki pusat-pusat kegiatan sekitarnya pada pusat kegiatan dan koridor
pelayanan melalui pelaksanaan ketetapan jalan utama (arteri primer, kolektor primer
peraturan zonasi dan perizinan yang dan arteri sekunder);
konsisten, serta pengenaan sanksi e. Mengembangkan sub pusat-pusat kota
terhadap pemanfaatan yang tidak sesuai (SPPK) ke kecamatan-kecamatan di luar
dengan RTRW Kota Binjai. pusat kota secara seimbang dan proporsional
berdasarkan kesesuaian hirarki fungsi-fungsi
pusat pelayanan,serta karakter dan potensi
wilayah, yang sinergis dengan sebaran
permukiman yang sudah ada maupun yang
akan dikembangkan;
f. Mengembangkan aksesibilitas jaringan
internal kota yang menghubungkan antar
pusat-pusat kegiatan dan antar pusat
kegiatan dengan masing-masing wilayah
pelayanannya, dan jaringan eksternal yang
menghubungkan pusat-pusat kegiatan
dengan pusat-pusat kegiatan regional,
melalui pemeliharaan dan peningkatan
jaringan jalan yang ada maupun
pembangunan jalan baru;
g. Mengoptimalkan pemanfaatan lahan bagi
pengembangan pusat-pusat kegiatan dan
pusat pelayanan secara efisien/kompak dan
mempertimbangkan dampak positif dan
dampak negatif terhadap kehidupan sosial,
ekononomi, budaya dan lingkungan; dan
h. melengkapi prasarana dan sarana
lingkungan serta fasilitas pelayanan umum
di setiap hirarki pusat-pusat kegiatan
pelayanan.

(2) Strategi perwujudan kebijakan pengembangan


dan peningkatan kualitas pelayanan sarana dan
prasarana transportasi regional yang terpadu
dengan transportasi lokal, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf b
meliputi :
a. membangun jalan kolektor primer yang
memberikan akseibililtas kawasan industri di
Binjai Timur ke jaringan transportasi
regional dan pusat-pusat kegiatan regional
b. meningkatkan kualitas dan kapasitas
pelayanan jalan-jalan primer melalui
penataan pemanfaatan lahan pada kawasan
koridor jalan utama dan kawasan akses
pintu tol Medan-Binjai, serta penataan
persimpangan jalan dan persimpangan
kereta api;
c. mewujudkan pengembangan jalan-jalan
lingkar dalam kota yang berfungsi
menghubungkan antar pusat-pusat kegiatan
utama dan mengurangi beban jaringan jalan
di pusat kota
d. mendorong pengembangan peningkatan
pelayanan sistem angkutan massal regional
Kawasan Mebidangro berbasis kereta api dan
berbasis jalan, berupa : angkutan keretaapi,
LRT (light rapid transport) danBRT (Bus
Rapid Transport) regional
e. mengembangkan transportasi publik sebagai
angkutan feeder melayani seluruh pusat-
pusat kegiatan dan lingkungan perumahan
dan nyaman dan terjangkau masyarakat,
berupa angkutan umum kota dan BRT (Bus
Rapid Transport) kota
f. memantapkan Terminal klas B Ikan Paus di
Kecamatan Binjai Kota yang terintegrasi
antar moda (Kereta Api, angkutan Kota) dan
antar wilayah dalam pengembangan kawasan
TOD Stasiun KA Binjai;
g. membangun dan meningkatkan kualitas
layanan terminal umum sebagai simpul
transportasi, mencakup di dalamnya
pembangunan simpul-simpul baru dan
pengembangan jalur-jalur layanan baru yang
potensial di masa depan; dan
h. membangun terminal klas C/sub terminal
pada masinng-masing SPPK.

(3) Strategi perwujudan kebijakanpeningkatan


jangkauan dan kualitas pelayanan prasarana
kota yang merata secara internal kota dan
terpadu secara regional, sebagaimana dimaksud
dalam pasal 7ayat (2) huruf c meliputi :
a. mempertahankan kuantitas dan kualitas
sumber air baku melalui kerjasama
antardaerah dan kerjasama dengan swasta;
b. mempertahankan dan memelihara jaringan
irigasi DI Nasional Namu Sira-sira di
Kecamatan Binjai Selatan dan Kecamatan
Binjai Timur serta pengendalian
keterpaduannya dengan jaringan drainase
yang ada dan yang direncanakan;
c. meningkatkan jangkauan dan kapasitas
pelayanan jaringan telekomuinikasi ke
seluruh wilayah Kota Binjai, serta
kemudahan akses komunikasi bagi seluruh
masyarakat, pemerintah, wisatawan maupun
pelaku usaha;
d. meningkatkan jangkauan dan kapasitas
jaringan energi listrik dan serta kontinuitas
pasokan energi ke seluruh wilayah Kota
Binjai;
e. meningkatkan keselamatan lingkungan pada
kawasan-kawasan penambangan gas dan
fasilitas pendistribusian minyak dan gas;
f. meningkatkan kapasitas, kualitas dan
jangkauan pelayanan air minum kepada
seluruh masyarakat dan kegiatan kota sesuai
dengan rencana pengembangan kota melalui
mereduksi tingkat kehilangan air,
peningkatan kemampuan pembiayaan dan
peran serta masyarakat, swasta dan donor;
g. meningkatkan kualitas dan kuantitas
pelayanan pengolahan air limbah domestik
secara terpusat maupun setempat berupa
onsite dan sistem komunal, dan mewajibkan
pengelolaan IPAL pada kawasan industri;
h. mengembangkansaluran primer dan
sekunder dari saluran drainase yang ada
sekarang dan kolam retensi untuk
mengendalikan genangan dan banjir serta
mendorong pemberdayaan masyarakat dalam
pemeliharaan jaringan drainase; dan
i. mengurangi volume sampah pada sumber-
sumber produksi sampah, meningkatkan
kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana
pengelolaan sampah, serta mengoperasikan
TPA menggunakan sistem controlled landfill
dan selanjutnya digunakan metoda Sanitary
landfill melalui pengembangan kerjasama
antardaerah dan kerjasama dengan swasta.
(4) Strategi perwujudan kebijakan peningkatan
keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan
budidaya serta sesuai dengan dukung dan daya
tampung daya lingkungan, sebagaimana
dimaksud dalam pasal 7 ayat (2) huruf d meliputi
:
a. menyediakan lahan pengembangan kawasan
pusat pemerintah kota di Kecamatan Binjai
Timur
b. mengoptimalkan pemanfaaatan ruang secara
kompakdan vertikal pada permukiman pada
kawasan pusat kota, sekitar kawasan
industri dan sekitar kawasan pusat
pemerintahan.
c. mengembangan kegiatan perdagangan dan
jasa melalui pengembangan perdagangan
skala regional di pusat kota, pemantapan
fungsi pasar pasar yang telah ada,
penyediaan infrastruktur pendukung
kegiatan pasar, pengembangan kawasan
perdagangan di setiap pusat kota,
pengembangan pasar sesuai dengan lingkup
pelayanannnya dan penataan kegiatan
perdagangan informal;
d. mengembangkan sektor/subsektor unggulan
yang mampu memberi nilai tambah ekonomi
yang tinggi, melaui pencadangan tanah bagi
kawasan industri dan pariwisata alam,
pemberian insentif kegiatan perekonomian
berskala pelayanan regional untuk
mendorong perekonomian Kota Binjai; dan
e. mencadangkan dan meningkatkan
persediaan lahan kota bagi pengembangan
fasilitas pelayanan umum yang dikelola
pemerintah, termasuk yang diserahkan oleh
pengembang.
(5) Strategi perwujudan kebijakan peningkatan
fungsi, kuantitas dan kualitas ruang terbuka
hijau, kawasan dan objek cagar budaya serta
kawasan lindung lainnya bagi masyarakat Kota
Binjai, sebagaimana dimaksud dalam pasal 7
ayat (2) huruf e meliputi :
a. membuat RTH kota meliputi hutan kota,
jalur hijau kota, taman kota, taman
lingkungan, zona penyangga hijau (buffer
zone) dan lain-lain, untuk memenuhi
proporsi ruang terbuka hijau sekurang-
kurangnya 30 % (tiga puluh persen) dari luas
kota.
b. mengembangkan jalur hijau pada sempaan
sungai-sungai besar, sungai kecil, saluran
drainase dan jaringan irigasi melalui
pemulihan sempadan sungai yang beralih
fungsi jalur hijau jalur keretaapi, jalur hijai
jalur SUTT dan jalur hijau jalan-jalan utama;
c. mengembangkan taman-taman kota dan
taman lingkungan di sekitar pusat-pusat
pelayanan kota dan pelayanan lingkungan;
d. mewajibkan pembangunan hutan kota pada
zone penyangga kawasan industri, TPA dan
IPLT;
e. mempertahankan fungsi dan menata RTH
yang ada dan tidak memberi izin alih fungsi
ke fungsi lain didalam mencapai penyediaan
ruang terbuka hijau;
f. melestarikan, melindungi serta
meningkatkan fungsi kawasan dan
bangunan bernilai sejarah dan/atau bernilai
arsitektur tinggi, serta potensi sosial budaya
masyarakat yang memiliki nilai sejarah
sebagai objek wisata budaya;
g. memberikan insentif bangunan tua,
bangunan bernilai sejarah dan/atau bernilai
arsitektur tinggi, serta potensi sosial budaya
masyarakat yang memiliki nilai sejarah; dan
h. menetapkan batas-batas kawasan lindung,
membatasi pemanfaatan, melakukan
pengawasan, melakukan pemulihan terhadap
lahan yang telah beralih fungsi serta
melakukan penertiban bagi kegiatan-
kegiatan yang tidak sesuai fungsi kawasan
lindung;
i. mengembangkan kawasan irigasi DI Namu
Sira-sira yang dipertahankan, kawasan
ekosistem tepian sungai-sungai yang perlu
dilestarikan, dan lahan-lahan yang telah
mengalami kerusakan lingkungan di
Kecamatan Binjai Selatan yang menjadi
kawasan lindung; dan
j. membatasi pemanfaatan lahan di sekitar
area penambangan gas dan area
penyimpanan bahan bakar gas.
(6) Strategi perwujudan kebijakan peningkatan
fungsi kawasan untuk pertahanan dan
keamanan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal
7 ayat (2) huruf f meliputi :
a. mengembangkan budi daya secara selektif
didalam dan di sekitar kawasan pertahanan
keamanan untuk menjaga fungsi pertahanan
dan keamanan;
b. mengembangkan kawasan lindung dan/atau
kawasan budidaya tidak terbangun disekitar
kawasan pertahanan keamanan sebagai zona
penyangga yang memisahkan kawasan
pertahanan keamanan dengan kawasan
budidaya terbangun; dan
c. turut serta memelihara dan menjaga fungsi
kegiatan pertahanan dan keamanan, serta
ketertiban.

Pasal 9 BAB III


RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KOTA
(1) Kebijakan pengembangan sistem jaringan Bagian Kesatu
prasarana kota sebagaimana dimaksud dalam Umum
Pasal 7 ayat (2) huruf b berupa Pasal 9
pengembangan dan peningkatan kualitas (1) Rencana struktur ruang wilayah kota meliputi:
danjangkauan pelayanan sistem jaringan a. Rencana sistem pusat pelayanan kota;
prasarana wilayah kota untuk menunjang b. Rencana sistem jaringan prasarana kota.
pertumbuhan ekonomi wilayah, pemerataan (2) Rencana sistem jaringan prasarana wilayah kota
pembangunan, dan peningkatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
kesejahteraan masyarakat yang meliputi: meliputi :
a. jaringan transportasi; a. Rencana sistem jaringan prasarana utama;
b. jaringan energi; dan
c. jaringan telekomunikasi; b. Rencana sistem jaringan prasarana lainnya.
d. jaringan sumber daya air; dan (3) Rencana struktur ruang wilayah kota
e. jaringan prasarana perkotaan. digambarkan dalam peta rencana struktur ruang
(2) Strategi pengembangan jaringan transportasi kota Binjai dengan tingkat ketelitian 1 : 25.000
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang
meliputi: merupakan bagian tidak terpisahkan dari
a. mendukung fungsi Kota Binjai sebagai Peraturan Daerah ini.
salah satu pusat kegiatan transportasi
Kawasan Perkotaan Mebidangro dengan:
b. meningkatkan aksesibilitas Kota Binjai
menuju Medan dengan meningkatkan
kapasitas dan kinerja jalan arteriMedan –
Binjai;
2. meningkatkan pelayanan transportasi massal
dengan layanan perekeretaapian Medan –
Binjai;
3. mendorong percepatan pembangunan ruas
jalan Tol Medan – Binjai;
4. memantapkan fungsi jalan arteri dan kolektor
yang melewati Kota Binjai;
5. membangun terminal Tipe A di Kecamatan
Binjai Timur; dan
6. memantapkan terminal Tipe B Ikan Paus di
Kecamatan Binjai Kota yang terintegrasi antar
moda dan antar wilayah.
a) membangun jalan kolektor
sekunder/jalan lingkar danjalan
lingkungan Kota Binjai;
b) membangun terminal Tipe C yang
merupakan subterminal di setiap
subpusat pelayanan kota;
c) meningkatkan pelayanan angkutan
umum yang nyaman menuju seluruh
kelurahan di Kota Binjai;
d) membangun ruas-ruasjalan baru dan
peningkatan akses serta layanan jaringan
jalan arteri, kolektor, dan jaringan jalan
lokal, yang menghubungkan antar pusat-
pusat kegiatan pelayanan perkotaan dan
antara pusat-pusat kegiatan dengan
masing-masing wilayah pelayanan; dan
e) membangun dan meningkatkan kualitas
layanan terminal umum sebagai simpul
transportasi, mencakup di dalamnya
pembangunan simpul-simpul baru dan
pengembangan jalur-jalur layanan baru
yang potensial di masa depan.
(3) Strategi pengembangan jaringan energi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi:
a. mengembangkan jaringan energi listrik
interkoneksi lintas wilayah, baik internal
maupun eksternal wilayah Kota Binjai;
b. mendorong penyelesaian masalah
ketidakseimbangan antara pasokan dan
permintaan energi listrik di seluruh
wilayah, terutama lokasi - lokasi industri,
perkantoran, pusat perdagangan baik
untuk jangka pendek maupun jangka
panjang;
c. mendorong pemanfaatan sumber energi
terbarukan seperti biomass dan
mikrohidro sebagai alternatif energi
konvensional; dan
d. memfasilitasi jaminan suplai energi
kepada pusat-pusat permukiman
perkotaan dan kawasan - kawasan
strategis lain meliputi industri,
pariwisata, dan pusat pemerintahan.
(4) Strategi pengembangan jaringan
telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c meliputi:
a. melakukan pengembangan sistem
pelayanan telekomunikasi melalui
penerapan teknologi telekomunikasi yang
memadai dan terintegrasi intra kawasan
Kota Binjai; dan
b. mendorong penambahan dan
pembangunan sentral-sentral telepon
baru.
(5) Strategi pengembangan jaringan sumber daya
air sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d meliputi:
a. menjaga kelestarian badan-badan air dan
mata air-mata air, serta meningkatkan
sediaan air tanah;
b. membangun danau-danau buatan untuk
menampung air di musim hujan dan
sebagai cadangan air di musim kemarau;
dan
c. menjaga kualitas dan kuantitas sumber
air dari buangan tinja, lumpur dan
sampah.
(6) Strategi pengembangan prasarana perkotaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf e
meliputi:
a. strategi pelayanan air minum, dilakukan
dengan:
1. meningkatkan kapasitas terpasang
layanan Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM) Tirtasari dari 200
liter/detik menjadi 750 liter/detik
dengan menggunakansumber air
Sungai Bingai Marcapada(kapasitas
200 liter/detik dengan base flow 700
liter/detik),Sungai Bangkatan
(kapasitas base flow 300 liter/detik)
dan Sungai Mencirim (kapasitas base
flow 500 liter/detik);
2. meningkatkan layanan PDAM
eksisting dari 23 (dua puluh tiga)
persen sampai mencapai 83 (delapan
puluh tiga) persen di akhir tahun
perencanaan 2030, dengan
peningkatan 15 (lima belas) persen
setiap 5 (lima) tahunnya.
3. merencanakan standar pelayanan
minimal dengan 75 (tujuh puluh
lima) persen penduduk terlayani
dapat dipenuhi hingga tahun 2019;
4. meningkatkan pelayanan dan
penyediaan air bersih oleh PDAM
diutamakan untuk daerah layanan di
Kecamatan Binjai Utara, kemudian
Kecamatan Binjai Barat, Kecamatan
Binjai Timur dan Kecamatan Binjai
Selatan;
5. memelihara saluran transmisi dan
distribusi terutama untuk mereduksi
tingkat kehilangan air; dan
6. mengembangkan alternatif/inovasi
sumber pembiayaan dengan
melibatkan swasta, masyarakat
maupun donor.
b. strategi pengelolaan limbah industri
dilakukan dengan:
1. mewajibkan bagi pengusaha/
pengelola kawasan industri Binjai
Utara membangun Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL)
industri;
2. meningkatkan kualitas dan kuantitas
pelayanan prasarana air limbah; dan
3. melaksanakan pengelolaan air limbah
Bahan Berbahaya Beracun (B3) dan
non B3.
c. strategi pengelolaan limbah rumah tangga
dilakukan dengan:
1. melayani pengolahan limbah rumah
tangga di kawasan dengan tingkat
kepadatan rendah dengan sistem
pengolahan setempat (on site);
2. melayani pengolahan limbah rumah
tangga di kawasan dengan kepadatan
sedang dengan sistem komunal;
3. melayani pengolahan limbah rumah
tangga di kawasan dengan tingkat
kepadatan tinggi dengan sistem
pengolahan terpusat (off site) atau
minimal dengan sistem komunal;
4. meningkatkan cakupan pelayanan air
limbahnya, baik sistem pengolahan
terpusat maupun setempat;
5. meningkatkan peran aktif
masyarakat dan dunia usaha/swasta
sebagai mitra pengelola; dan
6. mengembangkan alternatif/inovasi
sumberpembiayaan.
d. strategi pengelolaan drainase dilakukan
dengan:
1. mengembangkan sistem drainase
mengikuti pola sistem DAS;
2. membangun tanggul guna mencegah
terjadinya banjir;
3. mengembangkan saluran primer dan
sekunder dari saluran drainase
untuk mengisi danau-danau buatan
yang difungsikan sebagai penyimpan
sementara limpahan volume air
dalam mengendalikan banjir;
4. membangun sarana pengendali banjir
seperti pintu-pintu air untuk fungsi
pengaturan;
5. melakukan pengendalian
pembangunan pada bantaran sungai
dengan upaya penghijauan;
6. melakukan pemeliharaan dan
pengawasan saluran drainase
eksisting dan pengembangannya
dengan pelibatan seluruh penentu
kebijakan; dan
7. mengembangkan alternatif/inovasi
sumber pembiayaan.
e. strategi pengelolaan sampah dilakukan
dengan:
1. mengurangi sampah semaksimal
mungkin dimulai dari sumbernya
melalui program pembatasan
timbulan sampah, pendauran ulang
sampah, dan/atau pemanfaatan
kembali sampah;
2. mengurangi volume sampah yang
akan dibuang ke tempat TPA dengan
cara pengolahan setempat per-
wilayah dengan teknik-teknik yang
berwawasanlingkungan sehingga
dapat menciptakan nilai tambah dari
sampah yang ditimbulkan;
3. meningkatkan kualitas dan kuantitas
prasarana dan sarana pengelolaan
sampah;
4. mengoperasikan TPA menggunakan
sistem controlled landfill dan
selanjutnya digunakan metoda
sanitary landfill;
5. meningkatkan peran aktif
masyarakat dan dunia usaha/swasta
sebagai mitra pengelola;
6. meningkatkan cakupan pelayanan
maupun kualitas sistem pengelolaan;
dan
7. mengembangkan alternatif/inovasi
sumber pembiayaan.
Pasal 10 Bagian Kedua
Rencana Sistem Pusat-pusat Pelayanan
(1) Kebijakan pengembangan kawasan lindung
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) Pasal 10
huruf a meliputi:
a. pelestarian, perlindungan dan (1) Rencana sistem pusat-pusat pelayanan
pengelolaan kawasan lindung; sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1)
b. pengembangan RTH kota untuk huruf a, meliputi:
menunjang fungsi kawasan lindung; a. pusat pelayanan kota (PPK);
c. pengelolaan kawasan pertanian dan b. subpusat pelayanan kota (SPPK); dan
perkebunan agar dapat berfungsi sebagai c. pusat lingkungan (PL).
resapan air dan RTH kota; dan (2) Pusat pelayanan kota sebagaimana dimaksud
d. pelestarian dan perlindungan kawasan pada ayat (1) huruf a meliputi:
cagar budaya yang ditetapkan dari alih a. PPK Pusat Kota
fungsi. b. PPK Pusat Pemerintah Kota Baru
(2) Strategi pelestarian, perlindungan dan
c. PPK Kawasan Perekonomian Baru
pengelolaan kawasan lindung sebagaimana
(3) PPK Pusat Kota sebagaimana dimaksud pada ayat
dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi: (2) huruf a meliputi:
a. menetapkan batas-batas kawasan a. Kawasan Pusat Pemerintahan Kota berada di
lindung; Kecamatan Binjai Kota, merupakan kawasan
b. melestarikan taman-taman kota dan pusat pemerintahan kota Binjai yang lama,
sempadan-sempadan sungai; meliputi Kelurahan Tangsi dan Kelurahan
c. memulihkan fungsi kawasan lindung Kartini;
yang mengalami kerusakan dengan b. Kawasan Pusat Perekonomian Kota Binjai di
reboisasi, konservasi tanah dan air, serta Kecamatan Binjai Kota, merupakan kawasan
upaya-upaya rehabilitasi; pusat perdagangan dan jasa kota Binjai sejak
d. mengelola hutan lindung, sempadan- lama yang memiliki fungsi perdagangan dan
sempadan sungai, mata air dan taman- jasa, dan perumahan kepadatan tinggi,
taman kota; dan meliputi Kelurahan Binjai Pekan, Kelurahan
e. mengendalikan kawasan lindung dari Binjai dan Kelurahan Setia,;
kegiatan alih fungsi lahan.
c. Kawasan TOD Stasiun KA, merupakan
(3) Strategi pengembangan RTH kota untuk
kawasan campuran (mixed use) kegiatan
menunjang fungsi kawasan lindung
komersial, perkantoran dan perumahan yang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
kompak intensif berskala regional berorientasi
meliputi:
transit terpadu antara Stasiun KA Kota Binjai
a. membangun kawasan yang potensial
dengan Terminal Angkutan Penumpang Ikan
sebagai jalur hijau pengaman prasarana
Paus, yang meliputi :
dalam bentuk garis sempadan sungai dan
1. Kecamatan Binjai Utara meliputi sebagian
jalur rel kereta api;dan
Kelurahan Jati Negara dan sebagian
b. membuat RTH kota meliputi hutan kota,
Kelurahan Jatinegara; dan
jalur hijau kota, taman kota, taman
2. Kecamatan Binjai Selatan,meliputi sebagian
lingkungan, dan sabuk hijau (greenbelt),
Kelurahan Tanah Tinggi, sebagian
untuk memenuhi proporsi RTH sekurang-
Kelurahan Dataran Tinggi dan sebagian
kurangnya 30 (tiga puluh) persen dari
Kelurahan Timbang Langkat; dan
luas kota.
3. Kecamatan Binjai Kota, meliputi sebagian
(4) Strategi pengelolaan kawasan pertanian dan
Kelurahan Binjai Pekan Kelurahan Setia.
perkebunan agar dapat berfungsi sebagai
resapan air dan RTH kota sebagaimana (4) PPK Pusat Pemerintahan Kota Baru sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c adalah dimaksud pada ayat (2) huruf b, berada di
mempertahankan fungsi,menata, Kecamatan Binjai Timur, Kelurahan Dataran
mengendalikan alih fungsi ke fungsi lain Tinggi, merupakan kawasan baru yang dibangun
kegiatan pertanian dan perkebunan sebagai untuk fungsi pusat pemerintah kota yang
kawasan resapan air dan RTH kota. terpadu dengan perkantoran militer.
(5) Strategi pelestarian dan perlindungan (5) PPK Kawasan Perekonomian Baru terpadu
kawasan cagar budaya yang ditetapkan dari sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c
alih fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat berada di Kecamatan Binjai Timur, merupakan
(1) huruf d meliputi: kawasan bagi pengembangan perekonomian
a. memberikan insentif bangunan tua, skala regional berorientasi pada jaringan jalan
bangunan bernilai sejarah dan/atau primer, meliputi sebagian Kelurahan
bernilai arsitektur tinggi, serta potensi Tunggurono, dengan fungsi kawasan industri
sosial budaya masyarakat yang memiliki dan zona industri, jasa dan perkantoran
nilai sejarah; dan pendukung kegiatan industri, perumahan skala
b. meningkatkan fungsi bangunan tua, besar dan perdagangan dan jasa skala regional,
bangunan bernilai sejarah dan/atau
bernilai arsitektur tinggi, serta potensi (4) Sub Pusat Pelayanan Kota sebagaimana
sosial budaya masyarakat yang memiliki dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
nilai sejarah sebagai obyek wisata a. SPPK Jati Karya, berada di Kecamatan Binjai
budaya. Utara meliputi sebagian Kelurahan Jati Karya
dan sebagian Kelurahan Jati Utomo, memiliki
fungsi pusat perdagangan dan jasa skala
kecamatan, pendidikan menengah dan
pendidikan tinggi;
b. SPPK Wahidin, berada di Kecamatan Binjai
Timur meliputi sebagian Kelurahan
Tunggurono, memiliki fungsi pusat
perdagangan dan jasa skala
kecamatan,pendidikan menengah dan
pendidikan tinggi;
c. SPPK Suka Ramai, berada di Kecamatan
Binjai Baratmeliputi Kelurahan Limau
Mungkur, Kelurahan Suka Suka Ramai dan
Kelurahan Bandar Sinembah, memiliki fungsi
pusat perdagangan dan jasa skala kecamatan,
pemerintahan skala kecamatan, pendidikan
menengah dan pendidikan tinggi; dan
f. SPPK Pudji Dadi, berada di Kecamatan Binjai
Selatanmeliputi sebagian Kelurahan Puji dan
sebagian Kelurahan Tanah Seribu, memiliki
fungsi pusat perdagangan dan jasa skala
kecamatan, pendidikan menengah dan
pendidikan tinggi.
(5) PL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
meliputi: pusat-pusat pelayanan pada skala satu
atau beberapa kelurahan, yang memiliki
fungsipendidikan dasar, pusat pemerintahan
kelurahan, fasilitas peribadatan skala
lingkungan, dan fasilitas perdagangan skala
lingkungan.
Pasal 11 Bagian Ketiga
Sistem Jaringan Prasarana Utama
(1) Kebijakan pengembangan kawasan budi daya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3)
huruf b meliputi: Pasal 11
a. perwujudan dan peningkatan
keterpaduan dan keterkaitan antar (1) Rencana sistem jaringan prasarana utama
kegiatan budi daya; sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 ayat (2)
b. pengembangan kegiatan budi daya secara huruf a, berupa sistem jaringan transportasi
seimbang dan serasi sesuai potensi dan darat.
daya dukung wilayah, dengan (2) Sistem jaringan transportasi darat sebagaimana
menekankan pada pengembangan dimaksud dalam ayat (1), meliputi :
sektor/subsektor unggulan yang mampu a. Jaringan lalu lintas dan angkutan jalan; dan
memberi nilai tambah ekonomi yang b. jaringan perkeretaapian.
tinggi;
c. pengendalian perkembangan kegiatan (3) Sistem jaringan lalu lintas dan angkutan jalan
budi daya agar tidak melampaui daya sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf a,
dukung dan daya tampung lingkungan; meliputi :
d. pengendalian perkembangan kegiatan a. jaringan jalan;
budi daya di kawasan-kawasan di b. jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan
kawasan lindung dan cadangan RTH; dan jalan; dan
e. peningkatan fungsi kawasan untuk c. jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan
pertahanan dan keamanan. jalan.
(2) Strategi perwujudan dan peningkatan
keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan Pasal 12
budi daya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Sistem jaringan jalan sebagaimana dimaksud
(1) huruf a meliputi: dalam Pasal 11ayat (3) huruf a, meliputi :
a. mencadangkan lahan untuk
a. jaringan jalan arteri primer;
pengembangan kawasan pusat
pemerintahan Kota Binjai di Kecamatan b. jaringan jalan kolektor primer;
Binjai Timur; c. jaringan jalan arteri sekunder;
b. mengoptimalkan pemanfaaatan ruang d. jaringan jalan kolektor sekunder; dan
secara vertikal dan kompak,untuk e. jaringan jalan lokal.
kegiatan permukiman sekitar kawasan
(2) jaringan jalan arteri primer sebagaimana
industri dan sekitar kawasan pusat
dimaksud dalam (1) huruf a, meliputi :
pemerintahan; dan
c. mengembangkan kegiatan perdagangan a. ruas jalan Amir Hamzah ke arah Stabat –
dan jasa dengan: perbatasan dengan Kabupaten Langkat;
1. mengembangkan kegiatan b. ruas jalan Soekarno-Hatta ke arah Medan –
perdagangan skala regional di pusat
perbatasan dengan Kabupaten Deli
kota;
2. memantapkan fungsi pasar-pasar Serdang;dan
yang telah ada; c. ruas jalan Megawati ke arah pintu Tol Binjai
3. menyediakan infrastruktur ruas Jalan Bebas Hambatan Medan-Binjai –
pendukung kegiatan pasar; perbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang.
4. mengembangkan kawasan (3) jaringan jalan kolektor primer sebagaimana
perdagangan di setiap subpusat kota; dimaksud dalam (1) huruf b, meliputi :
5. mengembangkan pasar sesuai
a. jaringan jalan kolektor primer 2 (K2),
dengan lingkup pelayanannya; dan
6. menata kegiatan perdagangan informal. meliputi :
(3) Strategi pengembangan kegiatan budi daya 1. ruas jalan Sutomo;
secara seimbang dan serasi sesuai potensi 2. ruas jalan Sudirman;
dan daya dukung wilayah, dengan 3. ruas jalan Gatot Subroto ke arah Kuala –
menekankan pada pengembangan perbatasan Kabupaten Langkat; dan
sektor/subsektor unggulan yang mampu
4. ruas jalan Jamin Ginting ke arah Namu
memberi nilai tambah ekonomi yang tinggi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b Ukur – perbatasan Kabupaten Langkat.
meliputi: b. jaringan jalan kolektor primer 3 (K3),
a. mencadangkan tanah bagi pengembangan meliputi : ruas jalan Samanhudi ke arah
kawasan industri di Kecamatan Binjai Namu Ukur – perbatasan Kabupaten
Utara karena memiliki nilai strategis Langkat.
nasional sebagai bagian dari e. jaringan arteri sekundersebagaimana dimaksud
pengembangan Mebidangro; dan dalam (1) huruf c, yang meliputi :
b. memberikan insentif bagi pengembangan 1. ruas jalan Gajah Mada
kegiatan industri, perdagangan dan jasa 2. ruas jalan Wahidin;
skala pelayanan regional dengan
3. ruas jalan Danau Batur;
pemberian prasarana dasar secara
sinergis dan berkelanjutan untuk 4. ruas jalan Ir. H. Djuanda;
mendorong pengembangan perekonomian 5. ruas jalan Hasanuddin;
Kota Binjai. 6. ruas jalan P. Diponegoro;
(4) Strategi pengendalian perkembangan kegiatan 7. ruas jalan Sei Bahoro;
budi daya agar tidak melampaui daya dukung 8. ruas jalan Gunung Sinabung;
dan daya tampung lingkungan sebagaimana
9. ruas jalan Rukam;
dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:
a. mencadangkan dan meningkatkan 10. ruas jalan Kelengkeng;
persediaan lahan kota bagi 11. ruas jalan Coklat;
pengembangan fasilitas pelayanan umum 12. ruas jalan Letnan Umar Baki;
yang dikelola Pemerintah melalui 13. ruas jalan Madura;
penyerahan sebagian dari setiap kawasan
14. ruas jalan MT. Haryono;
yang dikembangkan oleh pengembang
kepada pemerintah Kota Binjai untuk 15. ruas jalan Waru; dan
dijadikan areal pelayanan umum; 16. ruas jalan Bejo Muna.
b. menetapkan ketentuan-ketentuan f. jaringan jalan kolektor sekunderdan jalan
peraturan zonasi pada masing-masing lokal sekunder sebagaimana dimaksud pada
kawasan budi daya sesuai dengan ayat (1) huruf d dan huruf e tercantum
karakteristiknya; dalamLampiran II yang merupakan bagian
c. mitigasi bencana dengan membatasi tidak terpisahkan dari peraturan daerah ini.
perkembangan kegiatan budi daya (2) Rencana pengembangan sistem jaringan jalan di
terbangun di kawasan rawan bencana wilayah kota ditujukan untuk mengembangkan
untuk meminimalkan potensi kejadian keterkaitan antar pusat-pusat kegiatan internal
bencana dan potensi kerugian akibat (kota) dan eksternal (wilayah), mengurangi beban
bencana; dan peningkatan arus lalu lintas melalui pusat kota,
d. melakukan penertiban bagi kegiatan- dan menghindarkan penurunan fungsi dan
kegiatan yang tidak sesuai fungsi. fungsi dan kasitas jalan, meliputi :
(5) Strategi untuk pengendalian perkembangan a. pembangunan jaringan jalan kolektor primer
kegiatan budi daya di kawasan-kawasan di
1 (K1) meliputi rencana pembangunan
kawasan lindung dan cadangan RTH
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d terusan ruas jalan Megawati ke arah
meliputi: Pancurbatu – perbatasan dengan Kabupaten
a. mengendalikan perkembangan Deli Serdang merupakan bagian dari Jalan
permukiman di sempadan sungai; dan Lingkar Luar Barat Kawasan Mebidangro.
b. mengendalikan perkembangan b. Penataan persimpangan Jalan Megawati dan
permukiman di sempadan rel kereta api.
Jalan Sukarno Hatta melalui penataan
(6) Strategi untuk peningkatan fungsi kawasan
untuk pertahanan dan keamanan simpang sebidang atau penataan simpang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e tidak sebidang;
meliputi: c. Peningkatan dan pembangunan untuk
a. mengembangkan budi daya secara selektif pengembangan jaringan jalan lingkar dalam
di dalam dan di sekitar kawasan kota, meliputi :
pertahanan dan keamanan untuk 1. Peningkatan ruas jalan Sei Lepan dan
menjaga fungsi pertahanan dan
ruas jalan Sei Bohorok;
keamanan;
b. mengembangkan kawasan lindung 2. Peningkatan ruas jalan Klengkeng
dan/atau kawasan budi daya tidak 3. Pembangunan ruas jalan baru dari jalan
terbangun di sekitar kawasan pertahanan Klengkeng menuju Jalan Gatot Subroto
dan keamanan sebagai zona penyangga simpang jalan Coklat;
yang memisahkan kawasan pertahanan 4. Peningkatan ruas jalan Madura;
dan keamanan dengan kawasan budi
5. Peningkatan ruas jalan MT. Haryono;
daya terbangun; dan.
c. membantu memelihara dan menjaga 6. Peningkatan ruas jalan Waru;
fungsi kegiatan pertahanan/Tentara 7. Peningkatan ruas jalan yang
Nasional Indonesia (TNI). menghubungkan jalan Waru dan jalan
MT. Haryono
Pasal 12 d. Peningkatan ruas jalan Bejo Muna untuk
melayani Kawasan Perkantoran Kota yang
(1) Kebijakan pengembangan kawasan strategis
baru ke arah Jl. Rasmi sejajar dengan Jalan
kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
ayat (3) huruf c meliputi: Sukarno-Hatta;
a. pelestarian dan peningkatan fungsi dan e. Peningkatan dan pembangunan ruas-ruas
daya dukung lingkungan hidup untuk jalan baru bagi pengembangan kawasan
mempertahankan dan meningkatkan permukiman baru, meliputi :
keseimbangan ekosistem, dan 1. Kecamatan Binjai Timur, Kelurahan
melestarikan warisan budaya; Tunggorono bagian selatan mencakup
b. pengembangan kegiatan ekonomi regional
kawasan peruntukan industri dan
dan ekonomi kota unggulan sebagai
penggerak utama kegiatan ekonomi kota; kawasan permukiman perumahan;
dan 2. Kecamatan Binjai Utara, Kelurahan Jati
c. peningkatan pelayanan pemerintahan Karya, Kelurahan Cengkeh Turi dan
kota dan identitas kota. Kelurahan Cinta Damai
(2) Strategi pelestarian dan peningkatan fungsi f. Peningkatan dan pembangunan ruas jalan
dan daya dukung lingkungan hidup untuk
arteri sekunder yang merupakan akses ke
mempertahankan dan meningkatkan
keseimbangan ekosistem, dan melestarikan kawasan pariwisata Sungai Pantai SB dan
warisan budaya sebagaimana dimaksud pada kawasan pariwisata Botanocal Garden
ayat (1) huruf a meliputi: g. Peningkatan dan pembangunan jalan
a. menetapkan kawasan pariwisata Binjai inspeksi beberapa ruas di tepi sungai Bingai,
Selatan dan rencana kawasan hutan kota Sungai Mencirim dan Sungai Bangkatan;
sebagai kawasan strategis berfungsi h. Pengembangan jembatan-jembatan
lindung;
penghubung bagian kota, meliputi :
b. melestarikan situs warisan budaya
bangsa dengan menetapkan kawasan 1. Pemeliharaan dan peningkatan jembatan
cagar budaya heritage di beberapa penghubung jalan Madura di Sungai
bangunan tua yang terdapat di Kota Bingai;
Binjai; 2. Pemeliharaan dan peningkatan jembatan
c. menyusun rencana rinci kawasan wisata penghubung jalan Sinabung dan jalan
Binjai Selatan; Rukam di Sungai Bingai;
d. mengendalikan pemanfaatan ruang di
3. Pemeliharaan dan peningkatan jembatan
sekitar kawasan strategis pariwisata
pantai SB, kawasan sekitar hutan kota penghubung jalan Manggis di Sungai
dan kawasan sekitar waduk buatan yang Bingai;
berpotensi mengurangi fungsi lindung 4. Pemeliharaan dan peningkatan jembatan
kawasan; penghubung jalan T. Amaluddin di
e. membatasi pemanfaatan ruang di sekitar Sungai Bingai;
kawasan wisata pantai SB, hutan kota 5. Pembangunan jembatan penghubung
dan sekitar waduk buatan yang
jalan T. Syekh Rukun dan jalan Dahlia;
berpotensi mengurangi fungsi lindung
kawasan; dan dan
f. merehabilitasi fungsi lindung kawasan 6. Peningkatan jembatan penghubung jalan
yang menurun akibat dampak Nuri menuju jalan Imam Bonjol.
pemanfaatan ruang yang berkembang di
dalam dan di sekitar kawasan strategis.
(3) Strategi pengembangan kegiatan ekonomi Pasal 13
regional dan ekonomi kotaunggulan sebagai (1) Jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan
penggerak utama kegiatan ekonomi kota jalan sebagaimana dimaksud dalam pasal 11
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b ayat (3) huruf b meliputi:
meliputi: a. Terminal penumpang;
a. menetapkan kawasan industri Binjai
b. Terminal barang; dan
Utara sebagai kawasan strategis pusat
pertumbuhan ekonomi kota; c. Unit pengujian kendaraan bermotor.
b. mendorong perkembangan kawasan pusat
(2) Terminal penumpang sebagaimana dimaksud
perdagangan dan jasa regional di pusat
dalam ayat (1) huruf a meliputi:
kota sebagai penggerak utama
pengembangan ekonomi kota; a. optimalisasi terminal penumpang tipe B di
c. menciptakan iklim investasi yang terminal Ikan Paus di Kecamatan Binjai
kondusif; Timur Kelurahan Tanah Tinggi yang
d. mengintensifkan promosi peluang dikembangkan secara terpadu dengan
investasi; Stasiun KA Binjai sebagai pusat
e. meningkatkan pelayanan prasarana dan pengembangan Kawasan TOD Stasiun KA
sarana penunjang kegiatan ekonomi; dan
Binjai
f. mengelola dampak negatif kegiatan
industri dan perdagangan agar tidak b. pembangunan terminal penumpang Tipe
memberikan dampak negatif penurunan Bdirencanakan di Kecamatan Binjai Timur
kualitas lingkungan hidup dan efisiensi Kelurahan Tunggurono; dan
kawasan. c. pengembangan terminal Tipe C ditetapkan di
(4) Strategi peningkatan pelayanan pemerintahan sekitar pusat SPPK;
kota dan identitas kota pengembangan
kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (2) Terminal penumpang sebagaimana dimaksud
huruf c meliputi: dalam ayat (1) huruf bberupa terminal barang
a. menyelesaikan status tanah Hak Guna regional di Kecamatan Binjai Timur Kelurahan
Usaha perkebunan tebu menjadi tanah Tunggurono yang berfungsi mendukung kegiatan
Pemerintah tempat rencana bongkar muat barang kegiatan industri pada
pembangunan kawasan pusat kawasan industri.
pemerintahan dan hutan kota; (3) Unit pengujian kendaraan bermotor
b. menyusun rencana rinci kawasan pusat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c
pemerintahan kota; berada di Kecamatan Binjai Utara.
c. membangun kawasan pusat
pemerintahan Kota Binjai terintegrasi
dengan pengembangan hutan kota; dan Pasal 14
d. membangun hutan kota dengan tanaman (1) Jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan
buah-buahan khususnya buah rambutan jalan sebagaimana dimaksud pasal 11ayat (2)
Binjai sebagai identitas kota. huruf a angka (2), meliputi :
a. Angkutan kota antar provinsi (AKAP) dan
BAB III
angkutan kota dalam kota (AKDP);
RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAHDAN KOTA
Bagian Kesatu b. Angkutan umum massal perkotaan; dan
Umum c. Angkutan umum kota.
Pasal 13
(2) Rute angkutan penumpang angkutan kota antar
(1) Rencana struktur ruang wilayah kota provinsi(AKAP) dan angkutan kota dalam kota
meliputi: (AKDP) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
a. rencana sistem pusat-pusat pelayanan; huruf a, melalui ruas jalan baru dari Simpang
b. rencana sistem jaringan transportasi; Megawati menuju ke kawasan industri dan
c. rencana sistem jaringan Terminal Penumpang baru di Kelurahan
energi/kelistrikan; Tunggurono.
d. rencana sistem jaringan telekomunikasi; (3) Rute angkutan umum massal perkotaan
e. rencana sistem jaringan sumber daya air; sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
dan bberupa angkutan Bus Rapid Transport (BRT)
f. encana sistem jaringan infrastruktur Regional Mebidang melalui jalan Sukarno-Hatta -
perkotaan. menuju Terminal Ikan Paus;
(2) Rencana struktur ruang wilayah kota (4) Rute angkutan umum kota sebagaimana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimaksud pada ayat (1) huruf c merupakan
angkutan feeder bagi sistem angkutan regional,
digambarkan pada Peta Rencana Struktur meliputi :
Ruang Kota Binjai dengan tingkat ketelitian a. Rute angkutan umum massal kota berupa
1:25.000 sebagaimana tercantum dalam Bus Rapid Transport (BRT) kota;
Lampiran I yang merupakan bagian tidak b. Rute angkutan umum kota (angkot).
terpisahkan dari peraturan daerah ini.
(5) Rute BRT sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
huruf a merupakan angkutan feeder bagi sistem
Bagian Kedua
angkutan regional, meliputi :
Rencana Sistem Pusat Kegiatan
a. Rute jalan Sukarno Hatta – jalan jalan Imam
Pasal 14 Bonjol – jalan Hasanuddin – jalan Gatot
(1) Rencana sistem pusat-pusat pelayanan Subroto dan sebaliknya;
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat b. Rute jalan Amir Hamzah – jalan Imam Bonjol
(1) huruf a, meliputi: – Djuanda - jalan jalan Jamin Ginting dan
a. pusat pelayanan kota fungsi primer; sebaliknya; dan
b. pusat pelayanan kota fungsi sekunder; c. Rute jalan Danau Makalona – jalan Gajah
c. subpusat pelayanan kota; dan
Mada – jalan Sukarno Hatta – jalan Djuanda
d. pusat lingkungan.
(2) Pusat pelayanan kota fungsi primer – jalan Diponegoro.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a (6) Rute angkutan umum kota (angkot) sebagaimana
meliputi: dimaksud pada ayat (4) huruf btercantum
a. pusatperdagangan dan jasa ditetapkan di dalamLampiran III yang merupakan bagian tidak
Kecamatan Binjai Kota; terpisahkan dari peraturan daerah ini.
b. pusat kawasan industri dan
penambangan minyakdan gasditetapkan
diKecamatan Binjai Utara;
c. pusat kegiatan transportasi ditetapkan di
Kecamatan Binjai Timur;
d. pusat kegiatan pertahanan dan
keamanan ditetapkan di Kecamatan
Binjai Timur; dan
e. pusat kegiatan pendidikan tinggi
ditetapkan di Kecamatan Binjai Timur
dan Kecamatan Binjai Barat.
(3) Pusat pelayanan kota fungsi sekunder
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi:
a. pusatperdagangan dan jasa ditetapkan di
Kecamatan Binjai Kota;
b. pusat pemerintahan kota ditetapkan di
Kecamatan Binjai Timur; dan
c. pusat pelayanan wisata ditetapkan di
Kecamatan Binjai Selatan.
(4) Subpusat pelayanan kota sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c yang
merupakan kawasan sekunder meliputi:
a. subpusat pelayanan kota A, terletak di
Kecamatan Binjai Utara;
b. subpusat pelayanan kota B, terletak di
Kecamatan Binjai Timur;
c. subpusat pelayanan kota C, terletak di
Kecamatan Binjai Kota;
d. subpusat pelayanan kota D, terletak di
Kecamatan Binjai Barat;
e. subpusat pelayanan kota E, terletak di
Kecamatan Binjai Selatan; dan
f. subpusat pelayanan kota F, terletak di
Kecamatan Binjai Selatan.
(5) Pusat lingkungan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf d meliputi pelayanan
tersier maupun pusat pelayanan lingkungan
terdapat di seluruh kelurahan-kelurahan yang
ada di Kota Binjai dan akan diatur lebih lanjut
berdasarkan RDTR Kota.

Pasal 15 Pasal 15

Seluruh kecamatan di Kota Binjai akan diatur lebih (1) Sistem jaringan perkeretaapian sebagaimana
lanjut dengan RDTR yang ditetapkan oleh dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf
peraturan daerah tersendiri. bmeliputi :
a. perkeretaapian perkotaan; dan
b. perkeretaapian antarkota.
(2) Jaringan perkeretaapian perkotaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b,meliputi :
a. pemeliharaan dan peningkatan jalur rel
kereta apielevated dan trek ganda lintas
Stasiun Kota Medan – Sunggal – Binjai yang
menuju Stasiun-Belawan dan Bandara
Kualanamu; dan
b. pembangunan jalur light rail transit
Mebidang rute Medan-Binjai ditetapkan
melalui Kecamatan Binjai Timur Kelurahan
Tunggurono.

(3) Jaringan perkeretaapian antar kota sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi :
a. revitalisasi jalur rel kereta api Binjai-Besitang;
dan
b. pemeliharaan jalur rel kereta api lintas Binjai –
Kuala.
(4) Stasiun kereta api sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan di Stasiun Kereta Api Binjai di
Kelurahan Tanah Tinggi Kecamatan Binjai Timur.
(5) Stasiun kereta api sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) dilengkapi dengan kegiatan pertokoan,
perkantoran, permukiman kepadatan tinggi, dan
jasa-jasa lainnya menjadi kawasan terpadu
komersial dan perumahan berorientasi stasiun
kereta api yang disebut sebagai Transit Oriented
Development (TOD).
Rencana Sistem Jaringan Transportasi
Pasal 16
Bagian Keempat
(1) Rencana sistem jaringan transportasi Rencana Sistem Jaringan Prasarana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat Lainnya
(1) huruf b disusun secara terpadu antar dan
intra moda yang didukung oleh prasarana dan Pasal 16
sarana dengan teknologi yang sesuai tuntutan Rencana sistem prasarana lainnya sebagaimana
perkembangan kota. dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) huruf b, meliputi:
(2) Rencana sistem jaringan transportasi a. sistem jaringan sumber daya air;
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
b. sistem jaringan energi;
a. sistem jaringan transportasi darat; dan
b. sistem jaringan perkeretaapian. c. sistem jaringan telekomunikasi; dan
(3) Sistem jaringan transportasi darat d. sistem infrastruktur perkotaan.
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
meliputi:
a. jaringan jalan;
b. jaringan prasarana lalu lintas dan Pasal 17
angkutan jalan; dan
c. jaringan pelayanan lalu lintas dan (1) Rencana sistem jaringan sumber daya air
angkutan jalan. sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf a
(4) Rencana sistem jaringan transportasi meliputi:
digambarkan dalam Peta Rencana Sistem a. Wilayah Sungai (WS);
Jaringan Transportasi Kota Binjai dengan b. Cekungan Air Tanah (CAT);
tingkat ketelitian 1:25.000 sebagaimana c. sistem jaringan air baku untuk air minum;
tercantum dalam Lampiran I-1 yang
d. sistem pengendalian banjir; dan
merupakan bagian tidak terpisahkan dari
peraturan daerah ini e. sistem jaringan irigasi.
(2) WS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
Sistem Jaringan Transportasi Darat a di Kota Binjai meliputi:
Paragraf 1 a. WS Wampu Besitang - DAS Wampu meliputi:
Sistem Jaringan Transportasi Darat 1. Sungai Bingai;
Pasal 17
2. Sungai Mencirim;
(1) Sistem jaringan jalan sebagaimana dimaksud 3. Sungai Bangkatan; dan
dalam Pasal 16 ayat (3) huruf a terdiri atas: 4. Sungai-sungai kecil yang melintasi
a. jaringan jalan bebas hambatan; sebagian besar wilayah barat kota.
b. jaringan jalan arteri primer, b. WS Belawan Sei Ulang Padang – DAS
c. jaringan jalan arteri sekunder; Belawan meliputi :
d. jaringan jalan kolektor primer;
e. jaringan jalan kolektor sekunder; 1. Sungai Diski;
f. jaringan jalan lokal; dan 2. Sungai Kerupuk;
g. jaringan jalan lingkungan. 3. Sungai-sungai kecil yang melintasi
(2) Jaringan jalan bebas hambatan sebagaimana sebagian wilayah timur kota.
dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah ruas
jalan bebas hambatan yang menghubungkan (3) Cekungan Air Tanah sebagaimana dimaksud pada
Kota Binjai dengan Kota Medan. ayat (1) huruf b meliputi CAT Medan yang
(3) Jaringan jalan arteri primer sebagaimana meliputi seluruh wilayah kota;
dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi: (4) Sistem jaringan air baku untuk air minum
a. Bts. Kota Stabat - Bts. Kota Binjai; sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
b. Jalan Amir Hamzah; menggunakan sistem air permukaan dan
c. Jalan Lingkar Luar Binjai; sistem air tanah.
d. Bts. Kota Binjai - Bts. Kota Medan; dan (5) Sistem jaringan air permukaan sebagaimana
e. Jalan Soekarno-Hatta. dimaksud pada ayat (4) meliputi :
(4) Jaringan jalan arteri sekunder sebagaimana a. Sungai Bingai di Kecamatan Binjai Selatan,
dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:
Kecamatan Binjai Kota, Kecamatan Binjai
a. ruas Jalan Wahidin; Barat dan Kecamatan Binjai Utara;
b. ruas Jalan Gajah Mada; b. Sungai Bangkatan di Kecamatan Binjai
c. ruas Jalan Danau Sentani; Selatan dan Kecamatan Binjai Kota;
d. ruas Jalan Kawi;
c. Sungai Mencirim di Kecamatan Binjai Timur,
e. ruas Jalan Wilis;
f. ruas Jalan Coklat; Kecamatan Binjai Selatan Kecamatan Binjai
g. ruas Jalan Nanas; Kota; dan
h. ruas jalan Umar Baki; d. Sungai-sungai kecil yang terdapat di seluruh
i. ruas Jalan Yos Sudarso; dan kecamatan.
j. ruas jalan Beringin.
(6) Sistem pengendalian banjir sebagaimana
(5) Jaringan jalan kolektor primer sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi :
dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi:
a. Pemeliharaan dan pembuatan sistem
a. ruas Jalan Perintis Kemerdekaan;
b. ruas Jalan Hasanudin; jaringan drainase;
c. ruas Jalan Jamin Ginting; b. Pembangunan kolam retensi di Kecamatan
d. ruas Jalan Danau Makalona (rencana Binjai Utara dan Kecamatan Binjai Selatan.
pengembangan jaringan jalan sejajar (7) Sistem jaringan irigasi sebagaimana dimaksud
Binjai – Medan); pada ayat (1) huruf e, melayani daerah irigasi,
e. ruas Jalan Samanhudi; meliputi :
f. ruas Jalan Juanda; dan a. Daerah Irigasi;
g. ruas jalan TPA.
b. Prasarana Jaringan Irigasi.
(6) Jaringan jalan kolektor sekunder dan jalan
lokal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (8) Daerah Irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat
huruf e dan huruf f tercantum dalam (7) huruf a, melayani daerah irigasi, meliputi :
Lampiran VII yang merupakan bagian tidak a. bagian dari DI Nasional Namu Sira-sira di
terpisahkan dari peraturan daerah ini. Kecamatan Binjai Selatan Kelurahan Tanah
(7) Jaringan jalan lingkungan sebagaimana Merah seluas 779 hektar; dan
dimaksud pada ayat (1) huruf g akan diatur b. DI Kota di Kecamatan Binjai Timur Kelurahan
secara lebih detail pada RDTR kota. Mudiyorejo seluas 36 hektar.
(9) Prasarana yang termasuk sistem jaringan irigasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (7) huruf b ,
meliputi :
a. Jaringan saluran irigasi;
b. Pintu Air; dan
c. jembatan air
(10) Rencana pengembangan sistem jaringan sumber
daya air kota, meliputi:
Pasal 18 Bagian Keempat
Rencana Sistem Jaringan Prasarana Lainnya
(1) Jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan
jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 Pasal 18
ayat (3) huruf b meliputi:
a. rencana terminal baru Tipe A ditetapkan
di Kecamatan Binjai Timur; (1) Rencana sistem jaringan energi sebagaimana
b. terminal Ikan Paus sebagai terminal Tipe dimaksud dalam Pasal 16 huruf b, meliputi:
B ditetapkan di Kecamatan Binjai Timur; a. pembangkit tenaga listrik;
c. terminal Tipe C ditetapkan di setiap pusat b. sistem jaringan listrik;
subpusat pelayanan kota; c. gardu induk listrik; dan
d. terminal Tipe C ditetapkan di Rambung d. prasarana distribusi bahan bakar gas bumi.
Kecamatan Binjai Selatan; dan (2) Pembangkit listrik sebagaimana dimaksud pada
e. unit pengujian kendaraan bermotor di ayat (1) huruf a dilakukan dengan peningkatan
Kecamatan Binjai Utara. kapasitas beberapa pembangkit di Sistem
(2) Jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan Sumatera Bagian Utara, meliputi :
jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 a. Pembangkit Listrik Tenaga Uap
ayat (3) huruf c tercantum pada Lampiran VIII (PLTU)/Gardu Utama (GU) Belawan;
yang merupakan bagian tidak terpisahkan b. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Titi
dari peraturan daerah ini. Kuning;
c. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Renun;
d. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Sumut; dan
e. pembangkit lainnya dalam Sistem Sumatera
Bagian Utara.
(3) Sistem jaringan listrik sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b ditetapkan sistem jaringan
transmisi sebagai sistem interkoneksi:
a. jaringan transmisi Saluran Udara Tegangan
Tinggi (SUTT) 275 KV yang menghubungkan
Binjai – Galang; dan
b. jaringan transmisi SUTT 150 KV yang
menghubungkan Galang – Binjai.
c. jaringan Saluran Udara Tegangan Ekstra
Tinggi (SUTET) dari PLTU Sumatera Utara di
Pangkalan Susu – Binjai – Melintasi Medan –
Galang – Simanko (Porsea) – PLTP Sarulla –
Sipirok – Padangsidimpuan – Payakumbuh
(Sumatera Barat).
(4)Gardu listrik sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c berupa Gardu Induk Binjai, GI
275/150 KV Binjai di Kelurahan Jati Karya
Kecamatan Binjai Utara;
(5) Prasarana distribusi bahan bakar gas bumi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf
dmeliputi :
a. Tambang gas di Kecamatan Binjai Utara
Kelurahan Cengkeh Turi;
b. Depo BBM Gas di Kecamatan Binjai Utara
Kelurahan Jati Mulyo;
c. pipa distribusi jalur Wampu-Belawan;
d. rencana pengembangan pipa distribusi jalur
SKG Wampu-MRS Koramil KIM Medan; dan
e. jaringan pipa migas jalur Pangkalan
Berandan-Wampu.
(6) Penyediaan dan pemanfaatan prasarana
distribusi bahan bakar gas bumi diatur lebih
lanjut oleh penyelenggara minyak dan gas bumi;
(7) Rencana pengembangan sistem jaringan energi
meliputi :
a. Penyediaan energi listrik bagi kebutuhan
kawasan industri akan dilakukan terpisah;
dan
b. Penetapan wilayah radius selebar 50 meter
sebagai penyangga, yang meliputi :
1. Depo BBM Gas;
2. Gardu Listrik; dan
3. Tambang Gas.
Paragraf 2 Pasal 19
Sistem Jaringan Perkeretaapian (1) Rencana sistem jaringan telekomunikasi
Pasal 19 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf c
ditujukan untuk mendukung pengembangan
(1) Sistem jaringan perkeretaapian sebagaimana kegiatan pemerintahan, perdagangan dan jasa,
dimaksud dalam Pasal 16 ayat 2 huruf b di industri, pariwisata, perumahan/permukiman,
Kota Binjai adalah perkeretaapian umum. dan berbagai kegiatan fasilitas pelayanan umum
(2) Perkeretaapian umum sebagaimana dimaksud kota.
pada ayat (1) terdiri atas: (2) Pengembangan jaringan telekomunikasi
a. perkeretaapian perkotaan; dan dilakukan secara terpadu dan diarahkan untuk
b. perkeretaapian antarkota. memanfaatkan secara optimal prasarana dan
(3) Perkeretaapian perkotaan sebagaimana sarana yang sudah ada menjangkau seluruh
dimaksud pada ayat (2) huruf aadalah wilayah kota dengan menggunakan teknologi
perkeretaapian yang melayani perpindahan maju yang senantiasa berkembang dinamik.
orang di wilayah perkotaan dan/atau (3) Rencana sistem jaringan telekomunikasi
perjalanan ulang alik, dikembangkan untuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
menghubungkan jalur kereta api Stasiun Kota a. jaringan kabel;
– Sunggal – Binjai. b. jaringan nirkabel; dan
(4) Perkeretaapian antarkota sebagaimana c. bangunan pengelola telekomunikasi.
dimaksud pada ayat (2) huruf badalah (4) Jaringan kabel sebagaimana dimaksud pada ayat
perkeretaapian yang melayani perpindahan (3) huruf a yang meliputi jaringan kabel tembaga
orang dan/atau barang dari satu kota ke kota dan jaringan optik.
yang lain, dikembangkan untuk (4) Jaringan kabel optik dikembangan merupakan
menghubungkan: bagian dari sistem jaringan serat optik nasional
a. jalur kereta api Stasiun Kota – Sunggal – dalam proyek Palapa Ring.
Binjai – Langkat; (5) Pengembangan jaringan kabel optik mengikuti
b. jalur kereta api Binjai-Besitang; dan pola jaringan jalan untuk melayani pusat-pusat
c. jalur kereta api lintas Binjai – Kuala. permukiman dan pusat-pusat kegiatan.
(5) Stasiun kereta api sebagaimana dimaksud (6) Jaringan nirkabel sebagaimana dimaksud pada
pada ayat (1) ditetapkan di Stasiun Kereta Api ayat (3) huruf b dikembangkan dengan
Binjai di Jalan Ikan Paus yang terpadu mengarahkan pemanfaatan menara BTS secara
dengan terminal penumpang Tipe B. bersama oleh beberapa operator dan berpedoman
(6) Stasiun kereta api sebagaimana dimaksud pada peraturan tentang bangunan dan gedung.
pada ayat (5) dapat dilengkapi dengan (7) Bangunan pengelolaan jaringan telepon
kegiatan pertokoan, perkantoran, apartemen, sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c
dan jasa-jasa lainnya menjadi pusat kegiatan meliputi :
berorientasi stasiun kereta api yang disebut a. Stasiun Telepon Otomatis (STO) di Kecamatan
sebagai Transit Oriented Development (TOD). Binjai Kota, Kelurahan Satria; dan
b. Kantor Pos di Kecamatan Binjai Kota
Bagian Keempat Kelurahan
Rencana Sistem Jaringan Energi/Kelistrikan (8) Pengaturan sebaran lokasi menara dan
Pasal 20 pembangunan telekomunikasi bersama diatur
dengan Peraturan Daerah tersendiri dengan
(1) Rencana sistem jaringan energi/kelistrikan memperhatikan efisiensi pelayanan, keamanan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat dan kenyamanan lingkungan sekitarnya.
(1) huruf c ditujukan untuk menambah daya
listrik dan meningkatkan kapasitas pelayanan Pasal 20
dalam rangka mendukung pengembangan Rencana sistem jaringan infrastruktur perkotaan
kegiatan sosial dan ekonomi di Kota Binjai. sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf d
(2) Rencana sistem jaringan energi/kelistrikan meliputi:
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. sistem penyediaan air minum;
a. rencana jaringan tenaga listrik; dan b. sistem pengelolaan air limbah;
b. rencana jaringan pipa minyak dan gas c. sistem pengolahan persampahan;
bumi. d. sistem jaringan drainase;
(3) Rencana jaringan tenaga listrik sebagaimana e. jaringan jalan pejalan kaki;
dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi: f. jalur evakuasi bencana; dan
a. rencana pembangkit tenaga listrik; dan g. sistem proteksi kebakaran;
b. rencana jaringan transmisi.
(4) Rencana pembangkit listrik sebagaimana Pasal 21
dimaksud pada ayat (3) huruf a dilakukan (1) Rencana sistem penyediaan air minum
dengan peningkatan kapasitas beberapa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf a
pembangkit di Sistem Sumatera Bagian Utara. ditujukan untuk mendukung pengembangan
(5) Rencana pembangkit listrik bersumber dari: kegiatan pemerintahan, perdagangan dan jasa,
a. Pembangkit Listrik Tenaga Uap industri, pariwisata, perumahan/permukiman,
(PLTU)/Gardu Utama (GU) Belawan; dan berbagai kegiatan fasilitas pelayanan umum
b. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) kota.
Titi Kuning; (2) Rencana sistem penyediaan air minum
c. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) perkotaan diarahkan untuk meningkatkan
Renun; kapasitas produksi dan menambah daya
d. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) terpasang air minum untuk memenuhi
Sumut; dan kebutuhan penduduk Kota Binjai yang terus
e. pembangkit lainnya dalam Sistem meningkat.
Sumatera Bagian Utara. (3) Rencana sistem penyediaan air minum
(6) Rencana jaringan transmisi sebagaimana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
dimaksud pada ayat (3) huruf b ditetapkan b. Instalasi Pengolahan Air (IPA); dan
sebagai sistem interkoneksi di Kota Binjai c. Jaringan perpipaan air minum;
meliputi: (4) Instalasi Pengolahan Air (IPA) sebagaimana
a. Gardu Induk Binjai, GI 275/150 KV dimaksud pada ayat (3) huruf a merupakan IPA
Binjai; PDAM Tirtasari di Kelurahan Tanah Merah
b. jaringan transmisi Saluran Udara Kecamatan Binjai Selatan dengan bersumber air
Tegangan Tinggi (SUTT) 275 KV yang baku dari Sungai Bingai;
menghubungkan Binjai – Galang; dan (5) Jaringan perpipaan air minum sebagaimana
c. jaringan transmisi SUTT 150 KV yang dimaksud pada ayat (3) huruf b meliputi sistem
menghubungkan Galang – Binjai. jaringan distribusi yang melalui :
(7) Rencana jaringan Saluran Udara Tegangan a.
Ekstra Tinggi (SUTET) dari PLTU Sumatera b.
Utara di Pangkalan Susu – Binjai – Melintasi (6) Rencana pengembangan sistem penyediaan air
Medan – Galang – Simanko (Porsea) – PLTP minum, meliputi:
Sarulla – Sipirok – Padangsidimpuan – a. rencana pembangunan IPA di Kelurahan
Payakumbuh (Sumatera Barat). Damai Kecamatan Binjai Utara dengan
sumber air baku dari Sungai Bingai;
Pasal 21 b. peningkatan dan pengoptimalan kapasitas
produksi Instalasi Pengolahan Air (IPA) PDAM
Rencana jaringan pipa minyak dan gas bumi Tirtasari di Sungai Bingai menjadi 850
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2) liter/detik;
huruf b terdiri atas: c. meningkatkan cakupan pelayanan masing-
pipa distribusi jalur Wampu-Belawan; masing PDAM yang ada sekarang mencapai 98
rencana pengembangan pipa distribusi jalur SKG (sembilan puluh delapan) persen pada Tahun
Wampu-MRS Koramil KIM Medan; dan 2037 untuk Sambungan
jaringan pipa migas jalur Pangkalan Berandan- Langsung/Sambungan Rumah (SL/SR);
Wampu. d. membangun prasarana air bersih Kran Umum
Penyediaan dan pemanfaatan jaringan pipa minyak (KU) dan Hidran Umum (HU) untuk
dan gas bumi diatur lebih lanjut oleh penyelenggara masyarakat yang sulit dijangkau PDAM dan
minyak dan gas bumi. untuk daerah yang kondisi air tanahnya
Rencana sistem jaringan energi/kelistrikan buruk; dan
digambarkan dalamPeta Rencana Sistem Jaringan e. rencana penggunaan sumber air baku dari
Energi/Kelistrikan Kota Binjai dengan tingkat Sungai Bangkatan dengan base flow sebesar
ketelitian 1:25.000 sebagaimana tercantum dalam 300 liter/detik dan Sungai Mencirim dengan
Lampiran I-2 yang merupakan bagian tidak base flow sebesar 500 liter/detik.
terpisahkan dari peraturan daerah ini.

Bagian Kelima
Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi
Pasal 22 Pasal 22
(1) Rencana sistem pengelolaan air limbah
(1) Rencana sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat bmeliputi :
(1) huruf d ditujukan untuk mendukung a. sistem pengelolaan air limbah domestik; dan
pengembangan kegiatan pemerintahan, b. sistem pengolahan air limbah industri.
perdagangan dan jasa, industri, pariwisata, (2) Rencana sistem pengelolaan air limbah domestik
perumahan/permukiman, dan berbagai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
kegiatan fasilitas pelayanan umum kota. meliputi :
(2) Pengembangan jaringan telekomunikasi a. Sistem pengolahan air limbah domestik
dilakukan secara terpadu dan diarahkan terpusat; dan
untuk memanfaatkan secara optimal b. Sistem pengolahan air limbah domestik
prasarana dan sarana yang sudah ada dengan setempat.
menggunakan teknologi maju yang senantiasa (3) Sistem pengolahan air limbah domestik terpusat
berkembang dinamik. sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
(3) Rencana sistem jaringan telekomunikasi berupa Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: di Kecamatan Binjai Timur Kelurahan Mencirim.
a. jaringan tetap; dan (4) Sistem air limbah domestik setempat
b. jaringan bergerak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
(4) Jaringan tetap sebagaimana dimaksud pada dilakukan secara individual melalui pengolahan
ayat (3) huruf a yang meliputi jaringan tetap dan pembuangan air limbah setempat dan
lokal, sambungan langsung jarak jauh, dikembangkan pada kawasan-kawasan yang
sambungan internasional dan tertutup belum memiliki sistem terpusat.
ditetapkan lebih lanjut oleh penyelenggara (5) Sistem pengelolaan air limbah industri
telekomunikasi. sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
(5) Jaringan bergerak sebagaimana dimaksud meliputi :
pada ayat (3) huruf b yang meliputi jaringan a. Sistem air limbah industri terpusat; dan
bergerak terestrial, seluler, dan satelit b. Sistem air limbah industri tersendiri.
ditetapkan lebih lanjut oleh penyelenggara
telekomunikasi.
(6) Sistem air limbah industri terpusat sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) huruf a ditetapkan pada
(6) Lokasi menara bersama telekomunikasi
IPAL kawasan industri Binjai di Kecamatan
ditetapkan lebih lanjut oleh penyelenggara
Binjai Timur Kelurahan Tunggurono.
telekomunikasi dengan memperhatikan
efisiensi pelayanan, keamanan dan (7) Rencana pengembangan sistem pengelolaan air
kenyamanan lingkungan sekitarnya. limbah domestik, meliputi
(7) Rencana sistem jaringan telekomunikasi a. Penggunaan jamban cemplung karena bisa
digambarkan dalam Peta Rencana Sistem menyebabkan pencemaran air permukaan
Jaringan Telekomunikasi Kota Binjai dengan yang berakibat pada penyebaran penyakit;
tingkat ketelitian 1:25.000 sebagaimana b. Peningkatan penggunaan onsite system baik
tercantum dalam Lampiran I-3 yang individual maupun komunal yang lebih
merupakan bagian tidak terpisahkan dari ramah lingkungan dibandingkan dengan
peraturan daerah ini. penggunaan jamban cemplung;
c. Perencanaan penggunaan septik tank/onsite
system dengan lebih terstruktur dan
Bagian Keenam
dilengkapi dengan penerapannya yang
Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air
memenuhi secara teknis sehingga mencegah
Pasal 23
terjadinya pencemaran terhadap lingkungan
terutama terhadap tanah dan air tanah;
(1) Rencana sistem jaringan sumber daya air
d. Peningkatan pelayanan pengelola sedot tinja
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (
mengingat perencanaan onsite system yang
1) huruf e meliputi:
akan meningkat; dan
a. WS;
e. Penerapan pembagian wilayah pelayanan
b. sistem jaringan air baku untuk air
prasarana air imbah kota.
minum;
c. sistem pengendalian banjir; dan (8) Pembagian pembagian wilayah pelayanan
d. sistem jaringan irigasi. prasarana air limbahkota sebagaimana dimaksud
(2) WSsebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada ayat (4) huruf e meliputi :
huruf a di Kota Binjai meliputi: a. Pelayanan Kecamatan Binjai Selatan, Timur
a. sebagian besar wilayah bagian barat dan Utara dengan tingkat kepadatan rendah
termasuk ke dalam DAS Wampu; dan (< 50 jiwa/ha) dengan tingkat pelayanan air
b. sebagian kecil wilayah daerah Timur bersih yang masih sangat rendah (8,02%)
termasuk ke dalam DAS Belawan. melalui sistem pengelolaan air limbah onsite
(3) Sistem jaringan air baku untuk air minum system dan pada akhir tahun perencanaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b pengelolaan air limbah dengan offsite system
menggunakansistem air permukaan. atau minimal dengan onsite system
(4) Sistem jaringan air permukaan sebagaimana komunal.
dimaksud pada ayat (3) ditetapkan di Sungai b. Pelayanan Kecamatan Binjai Barat dengan
Mencirim, Sungai Bingai, Sungai Bangkatan, tingkat kepadatan penduduk yang termasuk
dan sungai-sungai kecil lainnya. sedang ( 50-100 jiwa/ha) dan tingkat
(5) Sistem pengendalian banjir sebagaimana pelayanan air bersih yang termasuk kategori
dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi rendah (< 30%) melalui sistem pelayanan
pembuatan sistem jaringan drainase dan pengelolaan air limbah dengan offsite
pembuatan kolam retensi di Kecamatan Binjai system.
Utara dan Kecamatan Binjai Selatan. c. Pelayanan Kecamatan Binjai Kota, dengan
(6) Sistem jaringan irigasi sebagaimana dimaksud tingkat kepadatan penduduk yang sangat
pada ayat (1) huruf d merupakan daerah tinggi (> 100 jiwa/ha) dan tingkat pelayanan
irigasi lintas Kabupaten Langkat dan Kota air bersih yang termasuk kategori tinggi
Binjai yaitu Daerah Irigasi Teknis Namu Sira- (63,45%) melalui sistem pengelolaan air
sira, Kecamatan Binjai Selatan dengan luas limbah offsite.
daerah irigasi kurang lebih 275 hektar. (9) Sistem air limbah industri setempat sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) huruf b dilakukan secara
Bagian Ketujuh tersendiri oleh pihak industri itu sendiri.
Rencana Sistem Jaringan Infrastruktur Perkotaan
Pasal 24

Rencana sistem jaringan infrastruktur perkotaan Pasal 23


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) (1) Rencana sistem pengelolaan persampahan
huruf f meliputi: sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf c
a. rencana sistem penyediaan air minum; meliputi :
b. rencana sistem pengelolaan air limbah; a. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA);
c. rencana sistem pengolahan persampahan; b. Tempat Pemrosesan Sampah Terpadu (TPST);
d. rencana sistem drainase; dan
e. rencana penyediaan dan pemanfaatan c. Tempat Pemrosesan Sementara.
prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki; (2) TPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
f. rencana jalur evakuasi bencana; dan ditetapkan di Kelurahan Mencirim Kecamatan
g. rencana sistem proteksi kebakaran; Binjai Timur.
(3) TPST sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Pasal 25 ditetapkan di setiap unit pusat
lingkungan/kelurahan.
(1) Rencana sistem penyediaan air minum
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf
(4) TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditempatkan pada setiap unit lingkungan
a ditujukan untuk mendukung
perumahan dan pusat-pusat kegiatan.
pengembangan kegiatan pemerintahan,
perdagangan dan jasa, industri, pariwisata, (5) Rencana pengembangan sistem pengolahan
perumahan/permukiman, dan berbagai persampahan, meliputi :
kegiatan fasilitas pelayanan umum kota. a. Mengembangkan sistem pengelolaan sampah
(2) Rencana sistem penyediaan air minum di TPA dengan menggunakan metode
perkotaan diarahkan untuk meningkatkan controlled landfill pada tahap 5 (lima) tahun
kapasitas produksi dan menambah daya pertama dan dilanjutkan dengan metoda
terpasang air minum untuk memenuhi sanitary landfill.
kebutuhan penduduk Kota Binjai yang terus b. Menata pemanfaatan lahan di sekitar
meningkat. kawasan TPA sebagai penyangga berupa RTH
(3) Rencana sistem penyediaan air minum dalam radius 60 meter, yang meliputi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi sebagian di Kecamatan Binjai Timur
jaringan perpipaan dan jaringan bukan Kelurahan Tunggurono dan Kecamatan Binjai
perpipaan. Selatan Kelurahan Puji Dadi.
(4) Sistem jaringan perpipaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) ditetapkan di Pasal 24
Kecamatan Binjai Utara, Kecamatan Binjai (1) Rencana sistem drainase kota sebagaimana
Kota, Kecamatan Binjai Timur, dan dimaksud dalam Pasal 20 huruf d ditujukan
Kecamatan Binjai Barat. untuk menciptakan lingkungan permukiman dan
(5) Rencana pengembangan sistem penyediaan pusat-pusat kegiatan perkotaan yang sehat dan
air minum perpipaan sebagaimana dimaksud bersih, serta terbebas dari banjir dan genangan
pada ayat (4) Kota Binjai terdiri atas: air hujan.
a. peningkatan dan pengoptimalan (2) Rencana sistem jaringan drainase kota
kapasitas produksi Instalasi Pengolahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Air (IPA) PDAM Tirtasari di Sungai Bingai dikembangkan secara berhirarki dan terstruktur
menjadi 850 liter/detik; menggunakan saluran terbuka dan/atau saluran
b. meningkatkan cakupan pelayanan tertutup,meliputi :
masing-masing PDAM yang ada sekarang c. Sistem jaringan drainase primer;
mencapai 83 (delapan puluh tiga) persen d. Sistem jaringan drainase sekunder; dan
pada Tahun 2030 untuk Sambungan e. Sistem jaringan drainase tersier;
(3) Jaringan drainase primer sebagaimana
Langsung/Sambungan Rumah (SL/SR); dimaksud pada ayat (2) huruf a merupakan
c. membangun prasarana air bersih Kran bagian dari pola pengelolaan sumber daya air,
Umum (KU) dan Hidran Umum (HU) meliputi :
untuk masyarakat yang sulit dijangkau a. DAS Belawan, meliputi : Sungai Diski
PDAM dan untuk daerah yang kondisi air b. DAS Wampu, meliputi : Sungai Bingai,
tanahnya buruk; dan Sungai Mencirim dan Sungai Bangkatan.
d. rencana penggunaan sumber air baku (9) Jaringan drainase sekunder sebagaimana
dari Sungai Bangkatan dengan base flow dimaksud pada ayat (2) huruf terpadu dengan
sebesar 300 liter/detik dan Sungai sistem jaringan drainase jalan dan melayani
Mencirim dengan base flow sebesar 500 daerah drainase pada kawasan permukiman,
liter/detik. industri, perdagangan, dan perkantoran, meliputi
(6) Sistem jaringan bukan perpipaan :
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) a. Sub. D. Paya Robah;
ditetapkan di Kecamatan Binjai Selatan. b. Sub. D. Limau Sundai;
(7) Rencana sistem jaringan air minum c. Sub. D. Sinembah;
digambarkan dalam Peta Rencana Sistem d. Sub. D. Cengkeh Turi;
Jaringan Air Minum Kota Binjai dengan e. Sub. D. Pujidadi;
tingkat ketelitian 1:25.000 sebagaimana f. Sub. D Tanah Merah;
tercantum dalam Lampiran I-5 yang g. Sub. D. Binjai Estate;
merupakan bagian tidak terpisahkan dari h. Sub. D Rambung;
peraturan daerah ini. i. Sub. D. Kebun Lada;
j. Sub. D. Amir Hamzah;
Pasal 26 k. Sub. D. Tunggurono;
l. Sub. D. Gajahmada;
(1) Rencana sistem pengelolaan air limbah m. Sub. D. Juanda;
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf n. Sub. D. Nangka; dan
b terdiri atas sistem pengelolaan air limbah o. Sub. D. Sumber Mulyo.
domestik dan limbah industri. (10) Jaringan drainase tersier sebagaimana
(2) Rencana sistem pengelolaan air limbah dimaksud pada ayat (2) huruf c berupa saluran
domestik sebagaimana dimaksud pada ayat yang dikembangkan mengikuti jaringan jalan
(1) meliputi sistem air limbah domestik lingkungan menuju jaringan saluransekunder
terpusat dan atau setempat. atau saluran primer.
(3) Lokasi sistem air limbah domestik terpusat (11) Rencana pengembangan sistem jaringan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) drainase kota, meliputi :
ditetapkan di Instalasi Pengolahan Lumpur a. Pembangunan tanggul di beberapa lokasi
Tinja (IPLT) di Kecamatan Binjai Timur. yang rawan genangan/ banjir;
(4) Sistem air limbah domestik setempat b. Pembangunan waduk atau koam buatan di
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) beberapa titik sepanjang Sungai Bingai di
dilakukan secara individual melalui Kecamatan Binjai Utara dan Kecamatan
pengolahan dan pembuangan air limbah Binjai Utara yang berfungsi sebagai
setempat dan dikembangkan pada kawasan- pengendai banjir. konservasi air dan re-
kawasan yang belum memiliki sistem incharge air serta, serta rekreasi; dan
terpusat. c. Pembangunan saluran drainase baru di
(5) Sistem pengelolaan air limbah industri sepanjang jalan-jalan di lingkungan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi permukiman yang akan dibangun.
sistem air limbah industri terpusat dan atau
setempat. Pasal 25
(6) Lokasi sistem air limbah industri terpusat (1) Rencana penyediaan dan pemanfaatan prasarana
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dan sarana jaringan jalan pejalan kaki
ditetapkan di IPAL kawasan industri Binjai di sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf e
Kecamatan Binjai Utara. diutamakan pada kawasan pusat pelayanan
(7) Sistem air limbah industri setempat kota, kawasan subpusat pelayanan kota,
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) kawasan pendidikan, kawasan komersil
dilakukan secara tersendiri oleh pihak (perkantoran, jasa, perdagangan), dan kawasan
industri itu sendiri. pemerintahan.
Rencana sistem pengelolaan air limbah (2) Rencana prasarana dan sarana jaringan pejalan
digambarkan dalamPeta Rencana Sistem kaki pada ruas-ruas jalan yang meliputi:
Jaringan Pengelolaan Air Limbah Kota Binjai a. kawasan perdagangan di Kecamatan Binjai
dengan tingkat ketelitian 1:25.000 Kota;
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I-6 b. kawasan perdagangan di setiap subpusat
yang merupakan bagian tidak terpisahkan pelayanan kota;
dari peraturan daerah ini. c. kawasan perdagangan di koridor jalan-jalan
utama kota;
Pasal 27 d. kawasan pemerintahan di Kecamatan Binjai
Timur;
(1) Rencana sistem pengolahan persampahan e. kawasan pertahanan dan keamanan di
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf Kecamatan Binjai Timur;
c terdiri dari TPS, TPST, dan TPA. f. kawasan pendidikan tinggi di setiap
(2) TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kecamatan;
ditempatkan pada setiap unit lingkungan g. kawasan industri di Kecamatan Binjai Utara;
perumahan dan pusat-pusat kegiatan. dan
(3) TPST sebagaimana dimaksud pada ayat (1) h. kawasan wisata di Kecamatan Binjai Selatan.
ditetapkandi setiap unit pusat (2) Rencana pengembangan prasarana dan sasara
lingkungan/kelurahan. jaringan jalan pejalan kaki, meliputi :
(4) TPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) a. Pengembangan jaringan jalan pejalan kaki
ditetapkan di Kelurahan Mencirim Kecamatan dilakukan dengan peningkatan kualitas di
Binjai Timur dengan menggunakan metode ruas-ruas jalan yang sudah terdapat fasilitas
controlled landfill pada tahap 5 (lima) tahun pejalan kaki, terutama di jalan-jalan di sekitar
pertama dan dilanjutkan dengan metoda pusat kegiatan, salah satunya di kawasan
sanitary landfill. pusat kota;
(5) Rencana sistem jaringan pengelolaan b. Pengembangan kelengkapan fasilitas pejalan
persampahan digambarkan dalam Peta kaki di ruas-ruas yang memiliki trotoar
Rencana Sistem Jaringan Pengelolaan namun belum dilengkapi dengan kelengkapan
Persampahan Kota Binjai dengan tingkat fasilitas pejalan kaki seperti lampu jalan,
ketelitian 1:25.000 sebagaimana tercantum bangku, kotak sampah, zebra cross, dan
dalam Lampiran I-7yang merupakan bagian jembatan penyeberangan;
tidak terpisahkan dari peraturan daerah ini. c. Pengembangan fasilitas pejalan kaki di ruas-
ruas jalan yang hanya memiliki trotoar pada
satu sisi jalan saja; dan
d. Penyediaan fasilitas pejalan kaki di ruas-ruas
jalan yang sama sekali belum memiliki
fasilitas trotoar dan kelengkapan lainnya.

Pasal 26
(1) Jalur evakuasi bencana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 20 huruf f bertujuan untuk
menyediakan ruang yang dapat dipergunakan
sebagai tempat keselamatan dan ruang untuk
berlindung jika terjadi bencana.
(2) Jenis rawan bencana alam yang potensial terjadi
di Kota Binjai meliputi bencana alam banjir dan
kebakaran.
(3) Jalur evakuasi bencana sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi
b. jalur evakuasi; dan
c. ruang evakuasi bencana.
(4) Jalur evakuasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) huruf a ditetapkan di Jalan Soekarno Hatta,
Jalan T. Amir Hamzah dan jalan-jalan yang
mengarah ke lapangan terbuka lainnya.
(5) Ruang evakusi bencana sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) huruf b ditetapkan di Kawasan
Rencana Pusat Pemerintahan, Lapangan
Merdeka dan RTH lainnya.

Pasal 27
(1) Pengembangan sistem proteksi kebakaran
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf g
dimaksudkan untuk mencegah dan
menanggulangi kebakaran dalam lingkup kota,
lingkungan, dan bangunan.
(2) Sistem proteksi kebakaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) mencerminkan layanan
yang disepakati oleh pemangku kepentingan
yang meliputi layanan:
a. pencegahan kebakaran;
b. pemberdayaan peran masyarakat;
c. pemadam kebakaran; dan
d. penyelamatan jiwa dan harta benda.
(3) Sistem proteksi kebakaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Rencana
Induk Sistem Proteksi Kebakaran Kota Binjai.

Pasal 28 BAB IV
RENCANA POLA RUANG WILAYAH KOTA
(1) Rencana sistem drainase kota sebagaimana Bagian Kesatu
dimaksud dalam Pasal 24 huruf d ditujukan Umum
untuk menciptakan lingkungan permukiman
dan pusat-pusat kegiatan perkotaan yang Pasal 28
sehat dan bersih, serta terbebas dari banjir (1) Rencana pola ruang wilayah Kota Binjai
dan genangan air hujan. meliputi:
(2) Rencana sistem jaringan drainase kota a. kawasan lindung seluas kurang lebih
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) 1.594hektar atau 15,31 persen dari seluruh
dikembangkan secara berhirarki dan wilayah kota; dan
terstruktur menggunakan saluran terbuka b. kawasan budidayaseluas kurang lebih
dan/atau saluran tertutup, terdiri atas 7.831hektaratau 83,08 persen dari seluruh
jaringan drainase makro (utama) dan jaringan wilayah kota.
drainase mikro (lokal) yang saling melengkapi (2) Kawasan lindung sebagaimana dimaksud pada
dan terpadu dengan sistem jaringan sungai ayat (1) huruf a meliputi:
dan pengendalian banjir. a. kawasan perlindungan setempat;
(3) Jaringan drainase makro sebagaimana b. kawasan ruang terbuka hijau (RTH) kota;
dimaksud pada ayat (2) merupakan bagian dan
dari pola pengelolaan sumber daya air pada c. kawasan cagar budaya.
masing-masing DAS Belawan dan DAS (3) Kawasan budidaya sebagaimana dimaksud
Wampu. pada ayat (1) huruf b meliputi:
(4) Jaringan drainase mikro sebagaimana a. kawasan peruntukan perumahan;
dimaksud pada ayat (2) dipadukan dengan b. kawasan peruntukan perdagangan dan jasa;
sistem jaringan drainase jalan dan melayani c. kawasan peruntukan perkantoran;
daerah drainase di kawasan permukiman, d. kawasan peruntukan industri;
industri, perdagangan, dan perkantoran. e. kawasan peruntukan pariwisata;
(5) Jaringan drainase mikro sebagaimana f. kawasan peruntukan pertanian kota;
dimaksud pada ayat (4) ditetapkan di Sub. D. g. kawasan pertahanan dan keamanan;
Paya Robah, Sub. D. Limau Sundai, Sub. D. h. kawasan peruntukan ruang bagi sektor
Sinembah, Sub. D. Cengkeh Turi, Sub. D. informal;
Pujidadi, Sub. D Tanah Merah, Sub. D. Binjai i. kawasan ruang terbuka non hijau (kota;
Estate, Sub. D Rambung, Sub. D. Kebun j. kawasan ruang evakuasi bencana;
Lada, Sub. D. Amir Hamzah, Sub. D. k. kawasan peruntukan lainnya; dan
Tunggurono, Sub. D. Gajahmada, Sub. D. l. Kawasan peruntukan khusus.
Juanda, Sub. D. Nangka, dan Sub. D. Sumber (4) Rencana pola ruang wilayah kota sebagaimana
Mulyo. dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam
(6) Rencana sistem drainase digambarkan dalam Peta Rencana Pola Ruang dengan tingkat
Peta Rencana Sistem Jaringan Drainase Kota ketelitian 1:25.000 sebagaimana tercantum
Binjai dengan tingkat ketelitian 1:25.000 dalam Lampiran IV yang merupakan bagian
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I-8 tidak terpisahkan dari peraturan daerah ini.
yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari peraturan daerah ini. Bagian Kedua
Kawasan Lindung
Pasal 29 Pasal 29

(1) Rencana penyediaan dan pemanfaatan (1) Kawasan perlindungan setempat sebagaimana
prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2) huruf a
kaki sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 meliputi:
huruf e diutamakan pada kawasan pusat a. kawasan sempadan sungai;
pelayanan kota, kawasan subpusat pelayanan b. kawasan jaringan saluran irigasi;
kota, kawasan pendidikan, kawasan komersil c. kawasan sempadan jalur SUTT; dan
(perkantoran, jasa, perdagangan), dan d. kawasan sempadan jalur kereta api.
kawasan pemerintahan. (2) Kawasan sempadan sungai sebagaimana
(2) Pengembangan jaringan jalan pejalan kaki dimaksud pada ayat (1) huruf a ditetapkan,
dilakukan dengan peningkatan kualitas di meliputi :
ruas-ruas jalan yang sudah terdapat fasilitas
a. Sempadan sungai pada kawasan
pejalan kaki, terutama di jalan-jalan di sekitar
permukiman padat;
pusat kegiatan, salah satunya di kawasan
b. Sempadan sungai pada kawasan
pusat kota.
permukiman kepadatan menengah dan
(3) Pengembangan kelengkapan fasilitas pejalan
kepadatan rendah; dan
kaki di ruas-ruas yang memiliki trotoar
c. Sempadan sungai pada kawasan bukan
namun belum dilengkapi dengan kelengkapan permukiman atau lahan tidak terbangun.
fasilitas pejalan kaki seperti lampu jalan, (3) Kawasan sempadan sungai pada kawasan
bangku, kotak sampah, zebra cross, dan permukiman padat sebagaimana dimaksud
jembatan penyeberangan. pada ayat (2) huruf a, meliputi :
(4) Pengembangan fasilitas pejalan kaki di ruas- a. Sempadan sungai-sungai besar yang
ruas jalan yang hanya memiliki trotoar pada meliputi Sungai Bingai, Sungai Mencirim
satu sisi jalan saja. dan Sungai Bangkatan tidak bertanggul
(5) Penyediaan fasilitas pejalan kaki di ruas-ruas ditetapkan selebar 5 meter dari kiri dan
jalan yang sama sekali belum memiliki kanan palung sungai sepanjang alur sungai;
fasilitas trotoar dan kelengkapan lainnya. b. Sempadan sungai-sungai besar yang
(6) Pengembangan fasilitas pejalan kaki di ruas- meliputi Sungai Bingai, Sungai Mencirim
ruas jalan yang meliputi: dan Sungai Bangkatan bertanggul
a. kawasan perdagangan di Kecamatan ditetapkan selebar 3 meter dari kiri dan
Binjai Kota; kanan palung sungai sepanjang alur sungai;
b. kawasan perdagangan di setiap subpusat c. Sempadan sungai-sungai kecil ditetapkan
pelayanan kota; selebar 3 meter dari kiri dan kanan palung
c. kawasan perdagangan di koridor jalan- sungai sepanjang alur sungai
jalan utama kota; (4) Kawasan sempadan sungai pada kawasan
d. kawasan pemerintahan di Kecamatan permukiman kepadatan menengah dan
Binjai Timur; kepadatan rendah sebagaimana dimaksud pada
e. kawasan pertahanan dan keamanan di ayat (2) huruf b, meliputi :
Kecamatan Binjai Timur; a. Sempadan sungai-sungai besar yang
f. kawasan pendidikan tinggi di Kecamatan meliputi Sungai Bingai, Sungai Mencirim
Binjai Timur dan Kecamatan Binjai Barat; dan Sungai Bangkatan ditetapkan selebar
g. kawasan industri di Kecamatan Binjai 12 meter dari kiri dan kanan palung sungai
Utara; dan sepanjang alur sungai
h. kawasan wisata di Kecamatan Binjai b. Sempadan sungai-sungai kecil ditetapkan
Selatan. selebar 5 meter dari kiri dan kanan palung
(7) Rencana penyediaan dan pemanfaatan sungai sepanjang alur sungai
prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan c. Sempadan sungai-sungai besar dan sungai-
kaki digambarkan dalamPeta Rencana Sistem sungai kecil bertanggul ditetapkan selebar 3
Jaringan Jalan Pejalan Kaki Kota Binjai meter dari kiri dan kanan palung sungai
dengan tingkat ketelitian 1:25.000 sepanjang alur sungai
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I-9 (4) Kawasan sempadan sungai pada di luar
yang merupakan bagian tidak terpisahkan kawasan permukiman sebagaimana dimaksud
dari peraturan daerah ini. pada ayat (2) huruf b, meliputi :
a. Sempadan sungai-sungai besar yang
meliputi Sungai Bingai, Sungai Mencirim
dan Sungai Bangkatan ditetapkan selebar
45 meter dari kiri dan kanan palung sungai
sepanjang alur sungai;
b. Sempadan sungai-sungai kecil ditetapkan
selebar 5 meter dari kiri dan kanan palung
sungai sepanjang alur sungai
(5) Kawasan jaringan irigasi primersebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b ditetapkan
minimal 5 (lima) meter sisi kiri dan sisi kanan
jaringan irigasi primer;
(6) Kawasan jalur hijau sempadan SUTT
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
ditetapkan minimal 25 (dua puluh lima) meter
sisi kiri dan sisi kanan jaringan kabel;
(7) Kawasan sempadan jalur kereta api
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
ditetapkan minimal 25 (dua puluh lima) meter
dari as jalur rel terdekat.
Pasal 30 Pasal 30

(1) Jalur evakuasi bencana sebagaimana (1). Kawasan RTH kota sebagaimana dimaksud
dimaksud dalam Pasal 24 huruf f bertujuan dalam Pasal 28 ayat (2) huruf b, ditetapkan
untuk menyediakan ruang yang dapat sekurang-kurang seluas2.827,8 hektar atau 30
dipergunakan sebagai tempat keselamatan (tiga puluh) persen dari luas wilayahkota,
dan ruang untuk berlindung jika terjadi meliputi :
bencana. a. Kawasan RTH publik seluas kurang
(2) Jenis rawan bencana alam yang potensial lebih1.706,6 hektar atau 18,1 % dari luas
terjadi di Kota Binjai meliputi bencana alam wilayah kota; dan
banjir dan kebakaran.
b. Kawasan RTH privat seluas kurang
(3) Jalur evakuasi bencana sebagaimana
lebih942,6 hektar atau 10 % dari luas
dimaksud pada ayat (1) meliputi jalur keluar
wilayah kota;
dan ruang evakuasi bencana.
(4) Jalur keluar sebagaimana dimaksud pada (2). Kawasan RTH kota sebagaimana dimaksud
ayat (3) ditetapkan di Jalan Soekarno Hatta, pada ayat (1) ayat (a) meliputi:
Jalan T. Amir Hamzah dan jalan-jalan yang a. RTH Hutan kota seluas kurang lebih 360,1
mengarah ke lapangan terbuka lainnya. ha;
(5) Ruang evakusi bencana sebagaimana b. RTH Taman Kota seluas kurang lebih 16,7
dimaksud pada ayat (3) ditetapkan di ha;
Kawasan Rencana Pusat Pemerintahan, c. RTH Taman Lingkungan seluas kurang lebih
Lapangan Merdeka dan RTH lainnya.
(6) Rencanajalur evakuasi bencana digambarkan 190,1 ha;
dalam Peta RencanaJalur Evakuasi Bencana d. RTH Pemakaman Umum seluas kurang
Kota Binjai dengan tingkat ketelitian 1:25.000 lebih 23,6 ha;
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I-10 e. RTH Jalur Hijau Jalan seluas kurang lebih
yang merupakan bagian tidak terpisahkan 38,27 ha.
dari peraturan daerah ini.
f. RTH Sempadan Sungai seluas kurang lebih
153,8 ha;
g. RTH Sempadan Saluran Irigasi seluas
kurang lebih 27,4 ha;
h. RTH Sempadan Jalur Kereta Api seluas
kurang lebih 57,1 ha;
i. RTH Sempadan Saluran SUTT seluas
kurang lebih 91,6 ha; dan
j. RTH Pertanian Perkotaan seluas kurang
lebih 747,9 ha;
(3). RTH Hutan kota sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a berbentuk kawasan tutupan
hijau hutan yang dikembangkan terutama
untuk tujuan pengaturan iklim mikro dan
resapan air meliputi:
a. Pengembangan hutan kota di Kelurahan
Bakti Raya dan Kelurahan Tanah Merah
seluas 592,4 hektar;
b. Pengembangan hutan kota di Kelurahan
Berngam seluas 15,7 hektar;
c. Pengembangan hutan kota di Kelurahan
Bandar Senembah seluas 19,2 hektar;
d. Pengembangan hutan kota di Kelurahan
Limau Sundai seluas 5,5 hektar;
e. Pengembangan hutan kota di kelurahan
Binjai Pekan seluas 3,8 hektar;
f. Pengembangan hutan kota penyangga TPA
di Kelurahan Mencirim, Kelurahan
Tunggurono dan Kelurahan Puji Dadi seluas
4,8 hektar;
g. Pengembangan hutan kota penyangga
kawasan industri di Kelurahan Tunggurono
seluas 30 hektar;
h. Pengembangan hutan kota di Kelurahan
Cengkeh Turi seluas 5,5 hektar.
(4). Taman Kota sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf bberbentuk taman-taman dengan
aneka desain dan ukuran, yang dikembangkan
terutama untuk tujuan estetika, tempat
relaksasi, sarana interaksi dan pengikat sosial,
disamping untuk pengaturan iklim mikro dan
resapan air, meliputi :
a. Taman Merdeka di Kelurahan Tangsi seluas
3,3 hektar;
b. Taman Kota Kawasan Pemerintahan Kota
yang baru di Kelurahan Timbang Langkat
seluas 11,9 hektar; dan
c. Stadion Olah Raga di Kelurahan Timbang
Langkat seluas 2,25 hektar; dan
d. Pengembangan Taman Kota Simpang
Megawati di Kelurahan Tunggurono seluas
4,1 hektar.
(5). Taman lingkungan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf c, berbentuk taman-taman
dengan aneka desain dan ukuran, yang
dikembangkan terutama untuk tujuan estetika,
tempat relaksasi, sarana interaksi dan pengikat
sosial suatu lingkungan perumahan, disamping
untuk pengaturan iklim mikro dan resapan air,
direncanakan pengembangannya di pusat-pusat
kelurahan dan kawasan-kawasan
permukiman/perumahan, meliputi :
d. Taman Pinggir Rel Kereta Api di Kelurahan
Pahlawan seluas 1,8 hektar;
e. Lapangan Olah Raga di Kelurahan Damai
seluas 0,65 hektar;
f. Taman-taman lingkungan yang telah ada di
seluruh wilayah kota seluas 0,87 hektar;
g. Pengembangan Taman lingkungan di
Kelurahan Cengkeh Turi seluas 3,2 hektar;
dan
h. Pengembangan taman-taman lingkungan di
seluruh wilayah kota lebih lanjut diatur
peraturan walikota.
(6). Taman-taman lingkungan yang telah ada di
seluruh wilayah kota sebagaimana dimaksud
pada ayat (5) huruf d tercantum pada Lampiran
Vyang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
(7). RTH Pemakaman Umum sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf d,meliputi:
a. Taman Pemakaman Pahlawan (TMP) di
Kelurahan Timbang Langkat seluas 1,26
hektar;
b. TPU dialokasikan pada lokasi-lokasi yang
telah ada;
c. Pengembangan tempat pemakaman umum
di lokasi - lokasi yang penataan
lingkungannya lebih lanjut diatur dengan
peraturan walikota.
(8). RTH Jalur hijau jalan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf e, dikembangkan terutama
untuk tujuan estetika, pengaturan iklim mikro,
penyerap pencemar udara, dan resapan air,
berupa tanaman pulau jalan, bahu dan median
jalan pada jalan-jalan arteri dan kolektor
sebesar 20 % dari luas ruang milik jalan;
(9). RTH Sempadan sungai sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf f, berbentuk jalur hijau
tanaman untuk tujuan estetik, pengaturan
iklim mikro, perlindungan air sungai dan tepi
sungai, dan resapan air tanah meliputi :
a. Sungai Bingaidi Kelurahan Tanah Merah,
Kelurahan Bandar, Kelurahan Kelurahan
Berngam, Kelurahan Satria, Kelurahan
Tangsi, Kelurahan Binjai, Kelurahan Binjai
Pekan, Kelurahan Limau Mungkur,
Kelurahan Limau Sundai, Kelurahan Paya
Roba, , Kelurahan Pahlawan, Kelurahan
Kebun Lada dan Kelurahan Cengkeh Turi;
b. Sungai Mencirim di Kelurahan Puji Dadi,
Kelurahan Mencirim, Kelurahan Timbang
Langkat, Kelurahan Rambung Dalam,
Kelurahan Rambung Timur, Kelurahan
Setia, Kelurahan Binjai Pekan dan
Kelurahan Pahlawan;
c. Sungai Bangkatan di Kelurahan Bakti Raya,
Kelurahan Tanah Seribu, Kelurahan Puji
Dadi, Kelurahan Binjai Estate, Kelurahan
Rambung Barat, Kelurahan Satria,
Kelurahan Setia, Kelurahan Kartini,
Kelurahan Binjai dan Kelurahan Binjai
Pekan;
d. Sungai Diski di Kelurahan Tunggurono dan
Kelurahan Sumber Karya;
e. Sungai Kerupuk di Kelurahan Tunggurono;
f. Sunga-sungai kecil di seluruh Kelurahan
Timbang Langkat, Kelurahan Mencirim,
Kelurahan Tunggurono, Kelurahan Tanah
Merah, Kelurahan Bakti Raya, Kelurahan
Tanah Seribu, Kelurahan Puji Dadi,
Kelurahan Binjai Estate, Kelurahan
Berngam, Kelurahan Bandar Senembah,
Kelurahan Sukamaju, Kelurahan Sumber
Karya dan dan Kelurahan Mudiyorejo;
(10). RTH Sempadan Saluran Irigasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf g, berbentuk jalur
hijau tanaman untuk tujuan pengaturan iklim
mikro, resapan air tanah, perlindungan air
irigasi dan tepi saluran irigasi, berada di
Kelurahan Tanah Merah, Keluraham Bakti
Raya, Kelurahan Tanah Seribu, Kelurahan Puji
Dadi, Kelurahan Berngam, Kelurahan
Mudiyorejo dan Kelurahan Sumber Karya.
(11). RTH Sempadan jalur rel kereta api sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf h
ditetapkanberbentuk jalur hijau tanaman untuk
tujuan estetik, penyerapan pencemaran udara
dan suara dan perlindunganpenduduk dan bagi
pergerakan kereta api, meliputi :
a. Jalur KA Medan-Binjai di Kelurahan
Sumber Karya, Kelurahan Mudiyprejo dan
Kelurahan Tanah Tinggi;
b. Jalur KA Binjai-Besitang di Kelurahan
Timbang Langkat, Kelurahan Pahlawan,
Kelurahan Jati Negara, Kelurahan Damai,
Kelurahan dan Cengkeh Turi;
c. Jalur KA Binjai-Kuala di Kelurahan
Pahlawan, Kelurahan Paya Roba, Kelurahan
Limau Sundai, Kelurahan Limau Mungkur,
Kelurahan Suka Ramai dan Kelurahan
Sukamaju.
(12). RTH Sempadan jalur SUTT sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf i
ditetapkanberbentuk jalur hijau tanaman dan
tanaman untuk tujuan perlindungan penduduk
dan beroperasi saluran energi listri, di
Kelurahan Cengkeh Turi, Kelurahan Jati
Utomo, Kelurahan Jati Karya, Kelurahan Jati
Makmur, Kelurahan Nangka, Kelurahan
Mudiyorejo, Kelurahan Sumber Karya,
Kelurahan Tanah Tinggi, Kelurahan Dataran
Tinggi, Kelurahan Timbang Langkat dan
Kelurahan Tunggurono.
(13). RTH Pertanian Perkotaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf j adalah lahan
persawahan daerah irigasi yang ditetapkan
sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan
(LP2B) dan berfungsi lindung, meliputi:
a. Bagian dari DI Namu Sira-sira di Kelurahan
Tanah Merah, Kelurahan Tanah Seribu,
Kelurahan Binjai Estate dan Kelurahan Puji
Dadi; dan
b. DI Kota di Kelurahan Mudiyorejo dan
Kelurahan Sumber Karya
(14). Rencana pengembangan RTH meliputi:
a. Pengembangan RTH sebagai pembatas
antara kawasan industri, gardu induk listrik
dan depo bahan bakar gas dengan kawasan
fungsional lain di sekitarnya;
b. Pengembangan taman-taman lingkungan
yang berada sub pusat pelayanan kota
(SPPK), pelayanan lingkungan (PL) dan
lingkungan perumahan di seluruh
kecamatan; dan
c. pembangunan benteng alam zona riparian
sepanjang bantaran sungai yang berada di
luar kawasan perumahan kepadatan tinggi;
d. Kerjasama dengan pihak swasta dan
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan
RTH.
Pasal 31 Pasal 31

(1) Pengembangan sistem proteksi kebakaran Kawasan cagar budaya sebagaimana dimaksud
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf dalam Pasal 28 ayat (2) huruf c terdiri atas:
g dimaksudkan untuk mencegah dan
a. Kawasan dan bangunan bersejarah meliputi
menanggulangi kebakaran dalam lingkup
kawasan Pusat Kota Bersejarah, Kompleks
kota, lingkungan, dan bangunan.
Stasiun Kereta Api Kota Binjai, Kantor Walikota
(2) Sistem proteksi kebakaran sebagaimana
Binjai, Gedung Kesenian, Pengadilan Lama Kota
dimaksud pada ayat (1) mencerminkan
Binjai serta;
layanan yang disepakati oleh pemangku
kepentingan yang meliputi layanan: b. Bangunan religius bersejarah meliputi Masjid
a. pencegahan kebakaran; Raya, Kelenteng Setia Budha
b. pemberdayaan peran masyarakat; c. kawasan dan bangunan rumah-rumah tua di
c. pemadam kebakaran; dan sekitar Pasar Tavip dan Jalan HOS.
d. penyelamatan jiwa dan harta benda. Cokroaminoto;
(3) Sistem proteksi kebakaran sebagaimana d. bangunan budaya meliputi rumah adat Melayu
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Rencana dan rumah adat/jambur Suku Karo;
Induk Sistem Proteksi Kebakaran Kota Binjai.
e. luas kawasan cagar budaya di Kota Binjai kurang
lebih 5,9 hektar.

Pasal 31 Bagian Ketiga


Kawasan Budidaya
(1) Pengembangan sistem proteksi kebakaran
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf Pasal 32
g dimaksudkan untuk mencegah dan
menanggulangi kebakaran dalam lingkup (1) Kawasan perumahan sebagaimana dimaksud
kota, lingkungan, dan bangunan. dalam Pasal 28 ayat (3) huruf a, merupakan
(2) Sistem proteksi kebakaran sebagaimana kawasan tempat tinggal dengan dominasi utama
dimaksud pada ayat (1) mencerminkan pemanfaatan berupa perumahan, yang
layanan yang disepakati oleh pemangku didalamnya sesuai kebutuhan bisa dilengkapi
kepentingan yang meliputi layanan: dengan fasilitas pelayanan umum penunjang
a. pencegahan kebakaran; lingkungan berupa perdagangan dan jasa, serta
b. pemberdayaan peran masyarakat; fasilitas sosial-budaya.
c. pemadam kebakaran; dan (2) Pengembangan kawasan perumahan
d. penyelamatan jiwa dan harta benda. sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
(3) Sistem proteksi kebakaran sebagaimana a. perumahan kepadatan tinggi;
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Rencana b. perumahan kepadatan sedang; dan
Induk Sistem Proteksi Kebakaran Kota Binjai. c. perumahan kepadatan rendah.
(3) Pengembangan kawasan perumahan kepadatan
tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a seluas 777 hektar meliputi:
a. Kecamatan Binjai Barat, meliputi : sebagian
Kelurahan Limau Mungkur, sebagian
Kelurahan Limau Sundai, dan sebagian
Kelurahan Sukaramai.
b. Kecamatan Binjai Kota, meliputi : Kelurahan
Satria, Kelurahan Tangsi, Kelurahan Binjai,
Kelurahan Pekan Binjai, Kelurahan Kartini
dan Kelurahan Setia;
c. Kecamatan Binjai Selatan, meliputi :
Kelurahan Rambung Timur, Kelurahan
Rambung Barat dan Kelurahan Rambung
Dalam
d. Kecamatan Binjai Timur, meliputi :
Kelurahan Dataran Tinggi, sebagian
Kelurahan Timbang Langkat, Kelurahan
Tanah Tinggi dan sebagian Kelurahan
Mencirim;
e. Kecamatan Binjai Utara, meliputi : sebagian
Kel. Nangka, Kelurahan Jatinegara;
(4) Pembangunan perumahan dan permukiman
pada kawasan perumahan kepadatan tinggi
dilakukan dengan KDB maksimal sebesar 80%,
KLB maksimal 6 dan TLB minimal 2 lantai,
begitu juga pengembangan rumah susun
diutamakan dikembangkan pada kawasan
permukiman ini.
(5) Pengembangan kawasan perumahan kepadatan
sedang sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b seluas kurang lebih 933 hektar
meliputi:
a. Kecamatan Binjai Barat, meliputi Kelurahan
Suka Maju dan Kelurahan Bandar
Senembah
b. Kecamatan Binjai Selatan, meliputi
Kelurahan Binjai Estate, Kelurahan
Rambung Puji Dadi
c. Kecamatan Binjai Timur, meliputi
Kelurahan Tunggorono, Kelurahan Sumber
Karya
d. Kecamatan Binjai Utara, meliputi Kelurahan
Damai, Kelurahan Jati Utomo, Kelurahan
Cengkeh Turi dan Kelurahan Kebun Lada;
(6) Pembangunan perumahan dan permukiman
pada kawasan perumahan kepadatan sedang
dapat dilakukan dengan KDB maksimal sebesar
60%. KLB maksimal 4 dan TLB minimal 1
lantai.
(7) Pengembangan kawasan perumahan rendah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c
seluas kurang lebih 699 hektar meliputi:
a. Kecamatan Binjai Barat, meliputi :
Kelurahan Paya Roba
b. Kecamatan Binjai Selatan, meliputi :
Kelurahan Bakti Karya, Kelurahan Tanah
Merah, Kelurahan Tanah Seribu; dan
c. Kecamatan Binjai Timur, meliputi : sebagian
Kelurahan Mencirim dan sebagian
Kelurahan Tunggurono.
(8) Pembangunan perumahan dan permukiman
pada kawasan perumahan kepadatan rendah
dapat dilakukan dengan KDB hingga 40%. KLB
maksimal 2 dan TLB minimal 1 lantai.
Pasal 33 Pasal 33

(1) Kawasan perlindungan setempat sebagaimana (1) Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa
dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) huruf a sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat 3
meliputi: huruf b, merupakan kawasan dengan dominasi
a. kawasan sempadan sungai; dan utama kegiatan komersial perdagangan dan
b. kawasan sekitar waduk/danau. jasa yang juga direncanakan sejalan dengan
(2) Kawasan sempadan sungai sebagaimana penetapan sistem pusat-pusat kegiatan
dimaksud pada ayat (1) huruf a pelayanan perkotaan sebagaimana dimaksud
ditetapkanminimal 5 (lima) meter untuk dalam Pasal 14.
sungai bertanggul dan 15 (lima belas) meter (2) Kawasan perdagangan dan jasa sebagaimana
untuk sungai yang tidak bertanggul. dimaksud pada ayat (1) untuk pelayanan
(3) Kawasan sempadan sungai sebagaimana seluruh wilayah Kota Binjai dan regional
dimaksud padaayat (2) ditetapkan: dialokasikan di PPK dan di koridor jalan-jalan
a. Sungai Mencirim minimal 5 (lima) meter utama kota.
untuk yang sudah diberi tanggul dan 15 (3) Perdagangan untuk pelayanan setingkat
(lima belas) meter untuk yang belum wilayah kecamatan, dialokasikan pada SPPK.
bertanggul; (4) Perdagangan untuk pelayanan setingkat
b. Sungai Bingai minimal 5 (lima) meter wilayah kelurahan dan lingkungan
untuk yang sudah diberi tanggul dan 15 permukiman/perumahan yang tidak terjangkau
(lima belas) meter untuk yang belum oleh kawasan perdagangan dan jasa
bertanggul; sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat
c. Sungai Bangkatan minimal 5 (lima) meter (3), dapat dikembangkan kegiatan perdagangan
untuk yang sudah diberi tanggul dan 15 dan jasa menurut kebutuhan di pusat-pusat
(lima belas) meter untuk yang belum kelurahan dan di lingkungan
bertanggul; dan permukiman/perumahan.
d. Sungai-sungai kecil lainnya minimal 5 (5) Perdagangan informal dialokasikan di pusat-
(lima) meter untuk yang sudah diberi pusat perdagangandi PPK, SPPK,dan PL secara
tanggul dan 10 (sepuluh) meter untuk terencana dan terintegrasi dengan lokasi
yang belum bertanggul. perdagangan sektor formal, yang ditata dengan
(4) Kawasan sekitar waduk/danau sebagaimana mempertimbangkan aspek keteraturan,
dimaksud pada ayat (1) huruf b ditetapkan di ketertiban, estetika lingkungan, kenyamanan,
waduk-waduk buatan di dekat Sungai Bingai dan keamanan dengan mengedepankan norma-
di Kecamatan Binjai Utara dan Kecamatan norma pemanfaatan ruang publik secara
Binjai Selatan dengan sempadan waduk rasional dan adil.
ditetapkan 50 (lima puluh) meter dari bibir (6) Rencana pengembangan kawasan perkantoran
danau buatan. pemerintahan, meliputi:
a. Pembangunan perdagangan berupa gedung
pusat perbelanjaan (Mal, Shopping Center,
Supermarket, Hypermarket, dan sejenisnya)
diwajibkan menyediakan 10 % (sepuluh
persen) dari luas total lantai komersial yang
tersedia di dalam pusat perbelanjaan untuk
pengusaha kecil, khususnya pengusaha
sektor informal dengan harga jual atau
harga sewa yang terjangkau, yang
pengaturannya ditetapkan dengan
peraturan walikota.
b. Pengalokasian kawasan lahan kawasan
perdagangan dan jasa secara terbatas bagi
pemanfaatan perumahan vertikal
(apartemen dan/atau rumah susun) serta
beberapa fasilitas pelayanan umum untuk
kebutuhan di kawasan perdagangan dan
jasa.
c. Pengembangan kawasan perdagangan dan
jasa yang difungsikan sebagai landmark
kota dilakukan secara komprehensif
menggunakan konsep superblok dengan
unsur bangunan komersial dan bangunan
hunian seperti apartemen, rumah villa, dan
kondominium dengan memperhatikan
unsur-unsur estetika dan aspek desain
perkotaan.
d. Pengembangan jasa-jasa berskala regional
dan nasional, seperti : pengembangan jasa
pameran (exhibition center) dan jasa
pertemuan (convention center) di arahkan
pada kawasan TOD di pusat kota, SPK
primer lainnya di Pusat Kota serta koridor
jalan Ahmad Yani dan Jalan Soekarno-
Hatta.
e. Penterpaduan pusat-pusat perbelanjaan
dengan halte dan stasiun, ruang terbuka
hijau dan jalur pekalan kaki, memiliki
parkir yang cukup dengan mengakomodasi
lokasi bagi becak dan ojek, serta harus
menyediakan ruang terbuka untuk sektor
informal (secara terbatas dan teratur).
f. Rencana pengembangan fasilitas pasar
adalah sebagai berikut:
1. Perubahan fungsi Pusat Pasar Tavip
yang tadinya berfungsi sebagai Pasar
Regional menjadi Pasar Lokal,
mengembangkan Pasar Regional di
dekat terminal transit Rambung;
2. redevelopment pasar-pasar yang ada.
3. Pengembangan pasar tradisional yang
terpadu dengan pertokoan dan jasa-jasa
pendukung wisata dan sektor informasi
pada kawasan wisata.
g. Recana penempatan kegiatan informal yang
terpadu dengan pusat-pusat perdagangan
yang ada atau di tempatkan pada kawasan-
kawasan ruang multiguna dengan pola kerja
sama yang saling menguntungkan antara
pemilik lahan dengan sektor informal,
dengan penyediaan pola kerjasama dan
prasarana dasar oleh Pemerintah Kota.
h. Rencana penataan PKL di Kota Binjai dapat
dilakukan dengan :
1. Mengefektifkan keberadaan kawasan
sektor informasi pada Jalan Sudirman
dan Jalan A. Yani dengan penyediaan
lapangan parkir bersama
2. Dikelompokan dalam satu kawasan
dengan kemudahan akses dan
ketersedian sarana dan prasarana
penunjangnya.
3. Kegiatan PKL dikelola dan di awasi oleh
pemerintah kota
4. Melakukan pengawasan tumbuh dan
berkembangnya kegiatan PKL
5. memberikan sanksi kepada PKL yang
tidak sesuai dengan peruntukannya.

Pasal 34 Pasal 34

1). Kawasan RTH kota sebagaimana dimaksud (1) Kawasan peruntukan perkantoran sebagaimana
dalam Pasal 32 ayat (2) huruf b, ditetapkan dimaksud dalamPasal 28 ayat (3) huruf c terdiri
seluas minimum 30 (tiga puluh) persen dari atas:
luas kawasan perkotaan. a. perkantoran pemerintahan kota;
(2). Kawasan RTH kota sebagaimana dimaksud
b. perkantoran pemerintahan kecamatan;
pada ayat (1) meliputi:
a. taman RT (Rukun Tetangga); c. perkantoran pemerintahan kelurahan; dan
b. taman RW (Rukun Warga); d. perkantoran swasta.
c. taman lingkungan; (2) Kawasan perkantoran pemerintahan kota
d. taman kota; sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
e. hutan kota; meliputi:
f. jalur hijau kota; a. Kawasan pusat pemerintahan Kota Binjai di
g. jalur sempadan rel kereta api; Kecamatan Binjai Kota, Kelurahan Kartini dan
h. sabuk hijau (green belt); Kelurahan Tangsi, meliputi komplek kantor
i. Tempat Pemakaman Umum (TPU); dan Walikota, komplek DPRD, kantor Kejaksaan
j. RTH lainnya. Negeri dan bangunan pemerintahan lainnya
(3). Taman RT sebagaimana dimaksud pada ayat yang sudah ada.
(2) huruf a melayani penduduk dalam lingkup
b. Pengembangan kawasan pusat pemerintah
satu RT dengan luas minimal 250 (dua ratus
kota yang baru di Kecamatan Binjai Timur,
lima puluh) meter persegi berada pada radius
Kelurahan Tanah Tinggi, yang terpadu
kurang lebih 300 (tiga ratus) meter dari
dengan kawasan pertahanan dan keamanan
rumah-rumah penduduk yang dilayani.
meliputi : Kompleks Brimob dan Kompleks
(4). Taman RW sebagaimana dimaksud pada ayat
Arhanud.
(2) huruf b melayani penduduk dalam lingkup
satu RW dengan luas minimal 1250 (seribu (3) Kawasan perkantoran pemerintahan kecamatan
dua ratus lima puluh) meter persegi berada sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
pada radius kurang lebih 1000 (seribu) meter dialokasikan di setiap ibukota kecamatan, berupa
dari rumah-rumah penduduk yang dilayani. kantor camat dan bangunan-bangunan
(5). Taman lingkungan sebagaimana dimaksud pemerintahan yang lain pada lingkup wilayah
pada ayat (2) huruf c, berbentuk taman-taman kerja kecamatan, dengan fasilitas pelayanan
dengan aneka desain dan ukuran, yang umum seperti pasar/toko, sekolah, Puskesmas,
dikembangkan terutama untuk tujuan tempat peribadatan, dan taman lingkungan.
estetika, tempat relaksasi, sarana interaksi (4) Kawasan perkantoran pemerintahan kelurahan
dan pengikat sosial suatu lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
perumahan, disamping untuk pengaturan dialokasikan di setiap pusat kelurahan, berupa
iklim mikro dan resapan air, direncanakan kantor lurah dan bangunan-bangunan
pengembangannya di pusat-pusat kelurahan pemerintahan yang lain pada lingkup wilayah
dan kawasan-kawasan kerja kelurahan, yang bisa dilengkapi dengan
permukiman/perumahan. fasilitas pelayanan umum seperti sekolah TK, SD,
(6). Taman kota sebagaimana dimaksud pada ayat tempat peribadatan, dan taman lingkungan.
(2) huruf d, berbentuk taman-taman dengan (5) Rencana pengembangan kawasan perkantoran
aneka desain dan ukuran, yang pemerintahan, meliputi:
dikembangkan terutama untuk tujuan
a. Mempertahankan, melestarikan dan
estetika, tempat relaksasi, sarana interaksi
meningkatkan kualitas lingkungan kantor
dan pengikat sosial, disamping untuk
Kawasan Pemerintahan Kota lama dengan
pengaturan iklim mikro dan resapan air,
meningkatkan ruang terbuka hijau sebagai
direncanakan pengembangannya di pusat
kawasan budaya dan bersejarah;
kota di Kecamatan Binjai Kota dan di pusat-
pusat subpusat pelayanan kota. b. Kawasan pemerintah kota yang baru terpadu
(7). Hutan kota sebagaimana dimaksud pada ayat dengan keberadaan kawasan khusus militer di
(2) huruf e, berbentuk kawasan tutupan hijau sekitarnya;
hutan yang dikembangkan terutama untuk c. Merelokasikan bangunan-bangunan kantor
tujuan pengaturan iklim mikro dan resapan pemerintah yang tersebar ke kawasan pusat
air, direncanakan pengembangannya di pemerintahan baru ini;
subpusat pelayanan kota Binjai Selatan dan d. Mengembangkan kawasan perkantoran
di dekat kawasan pusat pemerintahan di pemerintahan di Binjai Selatan dan
Kecamatan Binjai Timur. mengintegrasikan dengan pengembangan
(8). Jalur hijau kota sebagaimana dimaksud pada ruang terbuka hijau skala kota berupa taman
ayat (2) huruf f, berbentuk jalur tanaman kota, lapangan olah raga dan/atau hutan kota
berbatang tinggi (tanaman tahunan) yang pada lahan seluas 11 hektar di Kelurahan
dikembangkan terutama untuk tujuan Tunggurono.
estetika, pengaturan iklim mikro, dan resapan
(6) Kawasan perkantoran swasta sebagaimana
air, direncanakan pengembangannya di
dimaksud pada ayat (1) huruf d ditetapkan di
sempadan sungai, rel kereta api, sempadan
kawasan pusat kota, kawasan TOD, serta
jalan, bahu dan median jalan, di kawasan-
kawasan peruntukan Industri berupa kegiatan
kawasan perdagangan dan jasa, kawasan
perkantoran pendukung kegiatan industri.
perkantoran, kawasan industri, kawasan
pariwisata dan rekreasi, kawasan perumahan,
serta kawasan-kawasan kegiatan utama kota
lainnya.
(9). Kawasan sempadan rel kereta api
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf g
ditetapkan di sisi kiri dan kanan rel kereta api
dengan jarak sekurang-kurangnya 20 (dua
puluh) meter dari as rel kereta api.
(10). Zona penyangga hijau kota sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf h, merupakan
jalur hijau kota yang dikembangkan secara
khusus di:
a. sisi terluar dari Ruang Milik Jalan
(Rumija) untuk mengamankan Rumija
dari kemungkinan pemanfaatan ruang
yang menyimpang dan tidak sah,
direncanakan pengembangannya pada
ruas-ruas jalan arteri dan kolektor;
b. sekeliling kawasan industri dan lokasi
industri, untuk memisahkan kawasan
industri dan lokasi industri dari
pemanfaatan lain di sekitarnya, dengan
ketentuan lebar jalur hijau kota pada sisi
masing-masing pemanfaatan diatur
melalui Koefisien Dasar Hijau (KDH)
kawasan sesuai peraturan zonasi yang
berlaku untuk kawasan-kawasan yang
bersangkutan; dan
c. sekeliling TPA untuk memisahkan TPA
dengan pemanfaatan ruang di sekitarnya.
(11). TPU sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf i seluas kurang lebih 70 (tujuh puluh)
hektar, terdiri atas:
a. TPU dialokasikan pada lokasi-lokasi
eksisting atau yang telah ada;
b. tempat pemakaman di lokasi - lokasi yang
penataan lingkungannya lebih lanjut
diatur dengan peraturan walikota.
RTH lainnya sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf j adalah RTH pekarangan yang
merupakan lahan di luar bangunan berfungsi
untuk berbagai aktivitas dan luasnya
disesuaikan dengan ketentuan Koefisien
Dasar Bangunan (KDB) di kawasan
perkotaan.
Pasal 35 Pasal 35

Kawasan cagar budaya sebagaimana dimaksud (1) Kawasan peruntukan industri sebagaimana
dalam Pasal 32 ayat (2) huruf c terdiri atas: dimaksud dalam Pasal 28 ayat (3) huruf d,
a. Kawasan Pusat Kota Bersejarah, Stasiun Kereta merupakan areal peruntukan industri dengan
Api Kota Binjai, Kantor Walikota Binjai, dominasi utama kegiatan industri berupa zona
Pengadilan Lama Kota Binjai dan Masjid Raya industri atau industrial estate yang bisa dikelola
Kota Binjai serta Kelenteng Setia Budha; secara terpadu oleh pengembang/pengusaha di
b. kawasan rumah-rumah tua di sekitar Pasar bawah pembinaan pemerintah kota melalui
Tavip dan Jalan HOS. Cokroaminoto; dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang
c. uas kawasan cagar budaya di Kota Binjai terkait, atau yang penanganan pengembangan
kurang lebih 5,9 hektar. dan pembinaannya dilakukan secara langsung
oleh pemerintah kota yang dilengkapi dengan
berbagai prasarana dan sarana lingkungan serta
fasilitas pelayanan.
(2) Kawasan industri sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dialokasikan di Kecamatan Binjai Timur
Kelurahan Tunggurono.
(3) Selain kawasan industri sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) juga dikembangkan sentra-sentra
industri kecil yang diusahakan oleh masyarakat
meliputi:
a. sentra industri kerajinan, diarahkan pada lokasi-
lokasi permukiman penduduk yang berdekatan
dengankawasan-kawasan pariwisata; dan
b. sentra industri makanan, diarahkan pada
lokasi-lokasi permukiman penduduk yang
berdekatan dengan kawasan-kawasan
pariwisata.
Pasal 36 Pasal 36

(1) Kawasan rawan bencana alam sebagaimana (1) Kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) huruf d di dimaksud dalam Pasal 28 ayat (3)huruf e,
wilayah Kota Binjai adalah kawasan rawan merupakan kawasan yang diperuntukan bagi
banjir dan rawan bencana kebakaran. kegiatan wisata-rekreasi yang pengelolaan
(2) Kawasan rawan banjir sebagaimana dimaksud pengembangannya dilakukan secara terpadu
pada ayat (1) ditetapkandi Kecamatan Binjai dengan pengelolaan sungai dan RTH kota.
Kota dan di sepanjang aliran Sungai Bingai (2) Kawasan peruntukan pariwisata meliputi :
dan aliran Sungai Mencirim. a. Wisata alam;
(3) Kawasan rawan bencana kebakaran b. Wisata buatan;
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) c. Wisata budaya
ditetapkan di kawasan perdagangan, jasa dan (3) Wisata alam sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
permukiman kumuh di Kecamatan Binjai huruf a, meliputi :
Kota, kawasan penambangan migas di a. kawasan pariwisata Pantai SB seluas kurang
Kecamatan Binjai Utara dan kawasan lebih 70 hektar di Kecamatan Binjai Selatan,
permukiman di Kecamatan Binjai Barat. Kelurahan Tanah Merah;
(4) Rencana pola ruang kawasan rawan bencana b. wisata air pada Sungai Bingai yang membelah
alam digambarkan dalamPeta Rencana Kota Binjai.
Kawasan Rawan Bencana Kota Binjai dengan c. kawasan wisata pertanian (Botanical Garden)
tingkat ketelitian 1:25.000 sebagaimana seluas kurang lebih 628 hektar berupa lahan
tercantum dalam Lampiran II-1 yang pertanian dan kebun rambutan Binjai yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari dapat difungsikan sebagai RTH, wisata,
peraturan daerah ini. penelitian, pengembangan pertanian dan
pelestarian plasma nutfah.
(4) Wisata buatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf b, meliputi :
a. wisata kolam renang Great Wall dan Tirta
Renim;
b. wisata buatan taman kota;
c. wisata kuliner di Jalan A. Yani;
d. Gedung Olahraga (GOR) di Kecamatan Binjai
Selatan.
e. pengembangan dan penataan pasar kaget
sebagai daerah tujuan wisata kuliner;
(5) Wisata budaya sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf c, meliputi :
a. wisata sejarah di Gedung Dewan Kesenian;
dan
b. pengembangan kawasan cagar budaya.
(6) Rencana pengembangan kawasan peruntukan
parwisata meliputi:
a. Pelestarian dan penataan kawasan wisata
budaya;
b. Pengembangan pengembangan wisata kuliner;
c. Pengendalian kegiatan wisata sungai terhadap
kualitas pantai dan air sungai;
d. Pembangunan jaan akses ke okasi awasan
wisata dan penyediaan angkutan umum.
Bagian Ketiga Pasal 37
Kawasan Budi daya
(1) Kawasan peruntukan pertanian kota sebagaimana
Pasal 37 dimaksud dalam Pasal 28 ayat (3) huruf f,
merupakan kawasan yang diperuntukan bagi
(1) Kawasan perumahan sebagaimana dimaksud kegiatan pertanian pangan yang berfungsi sebagai
dalam Pasal 32 ayat (3) huruf a, merupakan lahan pertanian pangan berkelanjutan.
kawasan tempat tinggal dengan dominasi (2) Kawasan peruntukan pertanian kota meliputi :
utama pemanfaatan berupa perumahan, yang a. Bagian dari DI Namu Sira-sira seluas 763
di dalamnya sesuai kebutuhan bisa dilengkapi hektar di kelurahan Bakti Raya, Kelurahan
dengan fasilitas pelayanan umum penunjang Tanah Seribu, kelurahan Tanah Merah,
lingkungan berupa perdagangan dan jasa, Kelurahan Puji Dadi dan Kelurahan Binjai
serta fasilitas sosial-budaya. Estate;
(2) Kawasan perumahan sebagaimana dimaksud b. DI Kota seluas 36 hektar di Kelurahan
pada ayat (1) terdiri dari perumahan Mudiyorejo dan Kelurahan Sumber Karya.
perkotaan dan perumahan formal, dengan (3) Rencana pengembangan kawasan peruntukan
sebaran sebagai berikut: parwisata meliputi:
a. perumahan perkotaan di Kota Binjai, a. Pemulihan daerah irigasi yang telah beralih
yang sebagian besar merupakan fungsi bukan sebagai lahan pertanian;
perumahan eksisting; dan b. Penetapan batas daerah irigasi
b. pengembangan perumahan formal c. Perbaikan jaringan sarana dan prasarana yang
merupakan kawasan perumahan yang telah rusak.
direncanakan, terdapat di subpusat
pelayanan kota A (Kecamatan Binjai
Utara) dan subpusat pelayanan kota B
(Kecamatan Binjai Timur) dan di pusat-
pusat subpusat pelayanan kota lainnya.
(3) Pengembangan kawasan perumahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. perumahan kepadatan tinggi diarahkan
pada Kecamatan Binjai Kota dan
Kecamatan Binjai Barat;
b. perumahan kepadatan sedang diarahkan
pada Kecamatan Binjai Utara dan
Kecamatan Binjai Timur; dan
c. perumahan kepadatan rendah diarahkan
pada Kecamatan Binjai Selatan.
Pasal 38 Pasal 38
(1) Kawasan RTNH kota sebagaimana dimaksud
(1) Kawasan perdagangan dan jasa sebagaimana dalam Pasal 28 ayat (3) huruf g bertujuan untuk
dimaksud dalam Pasal 32 ayat 3 huruf b, memberikan dukungan terhadap fungsi kegiatan-
merupakan kawasan dengan dominasi utama kegiatan kepemerintahan dan kegiatan
kegiatan komersial perdagangan dan jasa permukiman, serta terselenggaranya keserasian
yang juga direncanakan sejalan dengan kehidupan lingkungan dan sosial.
penetapan sistem pusat-pusat kegiatan (2) RTNH kota merupakan ruang terbuka yang tidak
pelayanan perkotaan sebagaimana dimaksud ditanami pepohonan yang dipergunakan untuk
dalam Pasal 14. berbagai kegiatan meliputi:
(2) Kawasan perdagangan dan jasa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) untuk pelayanan a. RTNH lapangan upacara tingkat kecamatan
seluruh wilayah Kota Binjai dialokasikan di dan kelurahan
subpusat pelayanan kota pusat kota dan di b. RTNH berupa alun-alun kawasan
koridor jalan-jalan utama kota. pemerintahan di apangan Merdeka di
(3) Perdagangan untuk pelayanan setingkat Keruahan dan plasa kawasan pusat
wilayah kecamatan, dialokasikan di setiap pemerintahan baru,
pusat subpusat pelayanan kota di setiap c. RTNH plasa pada kawasan komersial TOD,
kecamatan di Kota Binjai.
d. RTNH berupa plasa bangunan ibadah,
(4) perdagangan untuk pelayanan setingkat
wilayah kelurahan dan lingkungan e. RTNH berupa plasa monumen,
permukiman/perumahan yang tidak f. RTNH lapangan GOR dan stadion olah raga,
terjangkau oleh kawasan perdagangan dan g. RTNH ruang plasa tempat ibadah (masjid,
jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan gereja, klenteng dan vihara), dan
ayat (3), dapat dikembangkan kegiatan
h. RTNH tempat wisata.
perdagangan dan jasa menurut kebutuhan di
pusat-pusat kelurahan dan di lingkungan
permukiman/perumahan.
Perdagangan informal dialokasikan di pusat-
pusat perdagangan, diSky Cross, pusat kota,
pusat subpusat pelayanan kota, dan pusat-
pusat perdagangan kecamatan secara
terencana dan terintegrasi dengan lokasi
perdagangan sektor formal, yang ditata
dengan mempertimbangkan aspek
keteraturan, ketertiban, estetika lingkungan,
kenyamanan, dan keamanan dengan
mengedepankan norma-norma pemanfaatan
ruang publik secara rasional
Pasal 39 Pasal 39
(1) Kawasan ruang evakuasi bencana sebagaimana
(1) Kawasan perkantoran sebagaimana dimaksud dimaksud dalam Pasal 28ayat (3) huruf h
dalam Pasal 32 ayat (3) hurufc terdiri atas: merupakan kawasan yang diperuntukan bagi
a. perkantoran pemerintahan kota; kegiatan evakuasi bencana meliputi : bencana
b. perkantoran pemerintahan kecamatan; banjir/genangan, bencana banjir/genangan dan
c. perkantoran pemerintahan kelurahan; bencana angin ribut.
dan (2) Kawasan ruang evakuasi bencana sebagaimana
d. perkantoran swasta. dimaksud pada ayat (1) meliputi :
(2) Kawasan pemerintahan kota sebagaimana a. Lapangan Merdeka Kecamatan Binjai Kota
dimaksud pada ayat (1) huruf a untuk b. Stadion Olah Raga Kota Binjai dan
pelayanan seluruh wilayah Kota Binjai lapangan-lapangan olah raga pada SPK dan
dialokasikan di Kecamatan Binjai Timur PL
terdiri atas:
a. areal pusat pemerintahan Kota Binjai, c. Hutan Kota penyangga Kawasan Industri di
meliputi komplek kantor Walikota, komplek Kelurahan Tunggurono;
DPRD, kantor Kejaksaan Negeri dan d. RTH Taman Kecamatan dan RTH Taman
bangunan pemerintahan lainnya yang sudah Lingkungan di setiap SPK; dan
ada maupun yang direncanakan lokasinya di e. RTH Kawasan Wisata Botanical Garden di
dalam blok pusat pemerintahan Kota Binjai; Kecamatan Binjai Selatan.
dan
(3) Rencana pengembangan kawasan ruang
b. areal fasilitas pelayanan umum di sekitar
evakuasi bencana melengkapinya dengan
pusat pemerintahan Kota Binjai meliputi
meliputi bangunan shelter, sarana dan
Masjid Raya, taman kota, dan bangunan
prasarana aksesibilitas dan petunjuk arah serta
fasilitas pelayanan umum lainnya yang sudah
sarana dasar seperti sumber air bersih dan MCK
ada maupun yang direncanakan lokasinya di
(mandi, cuci dan kakus).
dalam blok pusat pemerintahan.
(3) Kawasan perkantoran pemerintahan
kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b dialokasikan di setiap ibukota
kecamatan, berupa kantor camat dan
bangunan-bangunan pemerintahan yang lain
pada lingkup wilayah kerja kecamatan,
dengan fasilitas pelayanan umum seperti
pasar/toko, sekolah, Puskesmas, tempat
peribadatan, dan taman lingkungan.
(4) Kawasan perkantoran pemerintahan
kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c dialokasikan di setiap pusat
kelurahan, berupa kantor lurah dan
bangunan-bangunan pemerintahan yang lain
pada lingkup wilayah kerja kelurahan, yang
bisa dilengkapi dengan fasilitas pelayanan
umum seperti sekolah TK, SD,
tempatperibadatan, dan taman lingkungan.
Kawasan perkantoran swasta sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf d ditetapkan di
pusat kota Kecamatan Binjai Kota dan di
jalan-jalan utama kota.

Pasal 40 Pasal 40
(1) Kawasan peruntukan ruang bagi sektor informal
(1) Kawasan industri sebagaimana dimaksud sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (3)
dalam Pasal 32 ayat (3) huruf d, merupakan huruf i merupakan tempat kegiatan sektor
areal peruntukan industri dengan dominasi informal di Kota Binjai.
utama kegiatan industri berupa zona industri (2) Kawasan peruntukan ruang bagi sektor informal
atau industrial estate yang bisa dikelola dialokasikan di:
secara terpadu oleh pengembang/pengusaha a. Pusat perdagangan dan jasa di Jalan
di bawah pembinaan pemerintah kota melalui Sudirman dan Jalan Ahmad Yani;
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang b. pasar kaget yang berada di jalan yang
terkait, atau yang penanganan pengembangan diperuntukan bagi kegiatan sektor informal
dan pembinaannya dilakukan secara dimalam hari;
langsung oleh pemerintah kota yang c. pusat perdagangan yang diperuntukan bagi
dilengkapi dengan berbagai prasarana dan kegiatan sektor informal; dan
sarana lingkungan serta fasilitas pelayanan. d. koridor jalan kawasan perdagangan yang
(2) Kawasan industri sebagaimana dimaksud diperuntukan bagi kegiatan sektor informal.
pada ayat (1) dialokasikan di Kecamatan (3) Rencana pengembangan sektor informal meliputi
Binjai Utara. :
(3) Selain kawasan industri sebagaimana a. Penyediaan ruang khusus bagi pedagang
dimaksud pada ayat (2) juga dikembangkan sektor informal sehingga tidak menguasai
sentra-sentra industri kecil yang diusahakan ruang-ruang publik.
oleh masyarakat meliputi: b. Mengintegrasikan pedagang sektor informal
a. sentra industri kerajinan, diarahkan pada dengan rencana pengembangan
lokasi-lokasi permukiman penduduk yang perdagangan dan jasa formal.
berdekatan dengan kawasan-kawasan c. Pengaturan waktu operasional pedagang
pariwisata; dan kaki lima.
b. sentra industri makanan, diarahkan pada d. Penertiban pedagang kaki lima yang
lokasi-lokasi permukiman penduduk yang menguasai ruang-ruang publik yang
berdekatan dengan kawasan-kawasan menyebabkan berkurangnya fungsi ruang
pariwisata tersebut atau mengganggu kelancaran lalu-
lintas.
Pasal 41 Pasal 41

(1) Kawasan pariwisata sebagaimana dimaksud (1) Kawasan peruntukan lainnya sebagaimana
dalam Pasal 32 ayat (3) huruf e, merupakan dimaksud dalam Pasal 28 ayat (3) huruf j
kawasan yang diperuntukan bagi kegiatan meliputi:
wisata-rekreasi yang pengelolaan
a. Kawasan peruntukan bagi sarana
pengembangannya dilakukan secara terpadu
transportasi;
dengan pengelolaan sungai dan RTH kota.
b. kawasan peruntukan bagi sarana pelayanan
(2) Rencana kegiatan pariwisata dan rekreasi di
umum dan sosial.
Kota Binjai meliputi:
(2) Kawasan peruntukan bagi sarana transportasi
a. pengembangan lokasi-lokasi wisata yang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
telah berkembang saat ini antara lain:
berada pada lahan seluas kurang lebih 9,33
1. kawasan pariwisata Pantai SB seluas
hektar meliputi:
kurang lebih 70 hektar di Kecamatan
Binjai Selatan; a. Kawasan Stasiun Kereta Api Kota Binjai di
2. wisata kolam renang Great Wall dan Kelurahan Timbang Langkat;
Tirta Renim; b. Kawasan Terminal Penumpang Ikan Paus di
3. wisata buatan taman kota; Kelurahan Timbang Langkat;
4. wisata kuliner di Jalan A. Yani; c. Kawasan Terminal Barang Regional di
5. wisata sejarah di Gedung Dewan Kelurahan Tunggurono; dan
Kesenian; dan
d. Terminal-terminal di setiap SPPK.
6. Gedung Olahraga (GOR) di (3) kawasan peruntukan bagi sarana pelayanan
Kecamatan Binjai Selatan. umum dan sosial, sebagaimana dimaksud pada
b. Sungai Bingai yang membelah Kota Binjai ayat (1) huruf a meliputi :
berpotensi dikembangkan menjadi wisata
air dan river front. a. Sarana skala pelayanan kota;
c. pengembangan dan penataan Sky Cross b. Sarana skala pelayanan kecamatan; dan
dan pasar kaget sebagai daerah tujuan c. Sarana skala pelayanan kelurahan.
wisata kuliner; (4) Sarana pelayanan umum dan sosial sebagaimana
d. pengembangan kawasan cagar budaya;
dimaksud pada ayat (3) huruf a meliputi : sarana
dan pelayanan pendidikan tinggi, kesehatan,
e. kawasan wisata pertanian (Botanical peribadatan, perdagangan dan jasa, kantor polisi,
Garden) seluas kurang lebih 628 hektar
kantor telepon, kantor pos, pos pemadam
berupa lahan pertanian dan kebun kebakaran, gedung kesenian dan sarana
rambutan Binjai yang dapat difungsikan penunjangnya, parkir umum, dan sarana
sebagai RTH, wisata, penelitian, pelayanan lainnya dengan skala pelayanan kota
pengembangan pertanian dan pelestarian yang dikembangkan di pusat-pusat primer
plasma nutfah. kegiatan pelayanan perkotaan.
(5) Sarana pelayanan umum dan sosial tingkat
kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf Sarana, meliputi sarana pelayanan
pendidikan, kesehatan, peribadatan, perdagangan
dan jasa, dan sarana pelayanan lainnya dengan
skala pelayanan kecamatan yang dikembangkan
di subpusat pelayanan kota.
(6) Sarana pelayanan umum dan sosial tingkat
kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf c, meliputi sarana pelayanan pendidikan,
kesehatan, peribadatan, perdagangan, dan sarana
lainnya dengan skala pelayanan setingkat
kelurahan yang dikembangkan di pusat-pusat
lingkungan.
Pasal 42 Pasal 42

(1) Kawasan RTNH kota sebagaimana dimaksud (1) Kawasan peruntukan pertanian kota sebagaimana
dalam Pasal 32 ayat (3) huruf f bertujuan dimaksud dalam Pasal 28 ayat (3) huruf f,
untuk memberikan dukungan terhadap fungsi merupakan kawasan yang diperuntukan bagi
kegiatan-kegiatan kepemerintahan dan kegiatanpertanian pangan yang berfungsi sebagai
kegiatan permukiman, serta terselenggaranya lahan pertanian pangan berkelanjutan.
keserasian kehidupan lingkungan dan sosial. (2) Kawasan peruntukan pertanian kota meliputi :
(2) RTNH kota merupakan ruang terbuka yang c. Bagian dari DI Namu Sira-sira seluas 763
tidak ditanami pepohonan yang dipergunakan hektar di kelurahan Bakti Raya, Kelurahan
untuk berbagai kegiatan meliputi: Tanah Seribu, kelurahan Tanah Merah,
a. pelataran parkir; Kelurahan Puji Dadi dan Kelurahan Binjai
b. lapangan upacara; Estate;
c. lapangan bermain; dan d. DI Kota seluas 36 hektar di Kelurahan
d. lapangan olah raga/stadion. Mudiyorejo dan Kelurahan Sumber Karya.
Kawasan RTNH kota sebagaimana dimaksud (3) Rencana pengembangan kawasan peruntukan
pada ayat (1) ditetapkan di pusat parwisata meliputi:
pemerintahan Kota Binjai di Kecamatan Binjai a. Pemulihan daerah irigasi yang telah beralih
Timur, pusat perdagangan dan jasa di fungsi bukan sebagai lahan pertanian;
Kecamatan Binjai Kota dan pusat-pusat b. Penetapan batas daerah irigasi
pemerintahan tingkat kecamatan dan c. Perbaikan jaringan sarana dan prasarana
kelurahan pada masing-masing kecamatan yang telah rusak.
dan kelurahan di Kota Binjai.
Pasal 43 BAB V
PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KOTA
(1) Kawasan ruang evakuasi bencana Bagian Kesatu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat Umum
(3) huruf g merupakan kawasan yang
diperuntukan bagi kegiatan evakuasi Pasal 43
bencana.
(2) Kawasan ruang evakuasi bencana (1) Kawasan Strategis Nasional (KSN) yang terdapat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam wilayah kotayaitu Kawasan Perkotaan
dilengkapi dengan aksesibilitas dan petunjuk Mebidangro, yang meliputi seluruh wilayah kota.
arah, serta sarana dasar seperti sumber air
(2) KSN dari sudut kepentingan pertahanan dan
bersih dan Mandi, Cuci dan Kakus (MCK).
keamanan yang diperuntukan bagi kepentingan
(3) Kawasan ruang evakuasi bencana
pemeliharaan dan pertahanan negara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
berdasarkan geosrategic nasional yang terdapat
kawasan rencana pusat pemerintahan,
dalam wilayah Kota Binjai yaitu kawasan Brimob
Lapangan Merdeka dan RTH lainnya.
dan Arhanud SE-11 BS di Kecamatan Binjai
Timur.
Pasal 44 Bagian Kedua
Kawasan Strategis Kota Binjai
(1) Kawasan peruntukan ruang bagi sektor
informal sebagaimana dimaksud dalam Pasal Pasal 44
32 ayat (3) huruf h merupakan tempat
kegiatan sektor informal di Kota Binjai. (1) Kawasan strategis kota bertujuan untuk
(2) Kawasan peruntukan ruang bagi sektor menempatkan dan mengakomodir kepentingan-
informal dialokasikan di: kepentingan pembangunan Kota Binjai yang
a. Sky Cross di Jalan Sudirman dan Jalan bersifat strategis.
Ahmad Yani;
(2) Kawasan strategis kota sebagaimana dimaksud
b. pasar kaget yang berada di jalan yang
pada ayat (1) terdiri atas:
diperuntukan bagi kegiatan sektor
informal di malam hari; a. kawasan strategis bidang ekonomi;
c. pusat perdagangan yang diperuntukan b. kawasan strategis bidang sosial budaya; dan
bagi kegiatan sektor informal; dan c. kawasan strategis bidang fungsi dan daya
d. koridor jalan kawasan perdagangan yang dukung lingkungan hidup.
diperuntukan bagi kegiatan sektor
(3) Penetapan kawasan strategis kota sebagaimana
informal.
dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam Peta
Pasal 45 Kawasan Strategis Kota Binjai dengan tingkat
(1) Kawasan peruntukan lainnya sebagaimana ketelitian 1:25.000 sebagaimana tercantum
dimaksud dalam Pasal 32 ayat (3) huruf i dalam Lampiran VI yang merupakan bagian
meliputi: tidak terpisahkan dari peraturan daerah ini.
a. kawasan peruntukan bagi fasilitas umum;
b. kawasan peruntukan bagi kegiatan
Pasal 45
pertanian;
c. kawasan peruntukan bagi kegiatan
perikanan; Kawasan strategis bidang ekonomi sebagaimana
d. kawasan peruntukan bagi kegiatan dimaksud dalam Pasal 43 ayat (2) huruf a meliputi:
penambangan migas; dan a. kawasan perekonomian baru di Kecamatan Binjai
e. kawasan peruntukan bagi kegiatan Timur Kelurahan Tunggurono;
pertahanan dan keamanan negara. b. kawasan pertokoan dan pasar pusat kota di
(2) Kawasan peruntukan bagi fasilitas pelayanan Kecamatan Binjai Kota; dan
umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
c. Kawasan TOD yang meiputi Kelurahan Binjai
huruf a meliputi:
Pekan, Kelurahan Satria, Kelurahan Timbang
a. fasilitas pelayanan umum tingkat kota;
langkat, Kelurahan Tanah Tinggi, Kelurahan
b. fasilitas pelayanan umum tingkat
Dataran Tinggi, Kelurahan Nangka dan Kelurahan
kecamatan; dan
Pahawan.
c. fasilitas pelayanan umum tingkat
kelurahan.
(3) Fasilitas pelayanan umum tingkat kota
Pasal 46
sebagaimana dimaksud padaayat (2) huruf a,
meliputi sarana pelayanan pendidikan tinggi,
Kawasan strategis bidang sosial budaya sebagaimana
kesehatan, peribadatan, perdagangan dan
dimaksud dalam Pasal 43 ayat (2) huruf b meliputi:
jasa, kantor polisi, kantor telepon, kantor pos,
a. kawasan pusat pemerintahan kota ama di
pos pemadam kebakaran, gedung kesenian
Keurahan Satria dan Keurahan Tangsi, yang
dan sarana penunjangnya, parkir umum, dan
meliputi bangunan Kantor Walikota, Gedung
sarana pelayanan lainnya dengan skala
DPRD, Rumah Dinas Walikota, Lapangan
pelayanan kota yang dikembangkan di pusat-
Merdeka, bangunan Mesjid Raya dan
pusat primer kegiatan pelayanan perkotaan.
Klenteng;dan
(4) Fasilitas pelayanan umum tingkat kecamatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, b. kawasan pusat pemerintahan kota baru di
meliputi sarana pelayanan pendidikan, Kelurahan Dataran Tinggi dan Kelurahan
kesehatan, peribadatan, perdagangan dan Tunggurono, yang meliputi kompeks perkantoran
jasa, dan sarana pelayanan lainnya dengan Walikota, kompleks Arhanud dan kompleks
skala pelayanan kecamatan yang Brimob dan taman dan lapangan kota.
dikembangkan di subpusat pelayanan kota. Pasal 47
Fasilitas pelayanan umum tingkat kelurahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, Kawasan strategis bidang fungsi dan daya dukung
meliputi sarana pelayanan pendidikan, lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam
kesehatan, peribadatan, perdagangan, dan Pasal 43 ayat (2) huruf c meliputi:
sarana lainnya dengan skala pelayanan a. kawasan pariwisata alam Pantai SB;
setingkat kelurahan yang dikembangkan di
b. kawasan Bottanical Garden/hutan kota; dan
pusat-pusat lingkungan.
c. kawasan pertanian perkotaan DI Namu Sira-Sira
Pasal 46 di Kelurahan Tanah Merah, Kelurahan Bakti
Raya, Kelurahan Tanah Seribu dan Kelurahan
(1) Kawasan peruntukan bagi kegiatan pertanian Puji Dadi, serta di Kelurahan Mudiyorejo.
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat
(1) huruf b dialokasikan di subpusat
pelayanan kota E di Kecamatan Binjai Selatan
berupa pertanian tanaman pangan dengan
komoditi padi dan tanaman buah-buahan
terutama rambutan Binjai.
(2) Kawasan peruntukan peternakan dapat
diusahakan di kawasan-kawasan pertanian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan
memperhatikan keserasiannya.
(3) Kawasan peruntukan bagi kegiatan perikanan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat
(1) huruf c dapat diusahakan di Sungai
Bingai, Sungai Mencirim, Sungai Bangkatan
dan di danau-danau buatan.
(4) Kawasan peruntukan bagi kegiatan
penambangan migas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 45 ayat (1) huruf d terdapat di
Kecamatan Binjai Utara.
(5) Kawasan peruntukan bagi kegiatan
pertahanan dan keamanan negara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat
(1) huruf e adalah kawasan yang
dimanfaatkan untuk kegiatan pertahanan
baik wilayah darat, laut maupun udara
merupakan kawasan Brimob dan Arhanud
SE-11BS di Kecamatan Binjai Timur.
BAB V PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KOTA
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 47

(1) Kawasan Strategis Nasional (KSN) yang


terdapat dalam wilayah Kota Binjai yaitu
Kawasan Perkotaan Mebidangro.
(2) KSN dari sudut kepentingan pertahanan dan
keamanan yang diperuntukan bagi
kepentingan pemeliharaan dan pertahanan
negara berdasarkan geosrategic nasional yang
terdapat dalam wilayah Kota Binjai yaitu
kawasan Brimob dan Arhanud SE-11BS di
Kecamatan Binjai Timur.
Bagian Kedua BAB VI
Kawasan Strategis Kota Binjai ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KOTA
Pasal 48
Bagian Kesatu
(1) Kawasan strategis kota bertujuan untuk Umum
menempatkan dan mengakomodir
kepentingan-kepentingan pembangunan Kota Pasal 48
Binjai yang bersifat strategis.
(2) Kawasan strategis kota sebagaimana (1) Arahan pemanfaatan ruang wilayah kota
dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: merupakan upaya perwujudan rencana tata ruang
a. kawasan strategis bidang ekonomi; yang dijabarkan ke dalam indikasi program utama
b. kawasan strategis bidang sosial budaya; penataan/pengembangan kota dalam jangka
dan waktu perencanaan 5 (lima) tahunan sampai
c. kawasan strategis bidang fungsi dan daya akhir tahun perencanaan 20 (dua puluh) tahun.
dukung lingkungan hidup. (2) Arahan pemanfaatan ruang meliputi :
d. Penetapan kawasan strategis kota a. indikasi program utama;
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) b. indikasi sumber pendanaan;
digambarkan dalam Peta Kawasan c. indikasi pelaksana kegiatan; dan
Strategis Kota Binjai dengan tingkat d. waktu pelaksanaan.
ketelitian 1:25.000 sebagaimana (3) Indikasi program utama pemanfaatan ruang
tercantum dalam Lampiran III yang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ayat a
merupakan bagian tidak terpisahkan dari meliputi:
peraturan daerah ini. a. indikasi program utama perwujudan
struktur ruang;
b. indikasi program utama perwujudan pola
ruang;
c. Indikasi program utama perwujudan
kawasan strategis kota;
d. Indikasi Sumber pendanaan; dan
e. Waktu pelaksanaan.
(4) Indikasi waktu pelaksanaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf e meliputi 4
(empat) tahapan, yaitu:
a. tahap pertama, yaitu tahun 2018–2023,
diprioritaskan pada perencanaan dan
penataan kawasan strategis;
b. tahap kedua, yaitu tahun 2023–2028,
diprioritaskan pada peningkatan fungsi
dan pengembangan;
c. tahap ketiga, yaitu tahun 2028–2033,
diprioritaskan pada pengembangan dan
pemantapan; dan
d. tahap keempat, yaitu tahun 2033-2038,
diprioritaskan pada pemantapan.
(5) Indikasi program utama, indikasi sumber
pendanaan, indikasi pelaksana kegiatan, dan
waktu pelaksanaan tercantum dalam Lampiran
VII yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari peraturan daerah ini.

Pasal 49 Bagian Kedua


Indikasi Program Utama Perwujudan Struktur
Kawasan strategis bidang ekonomi sebagaimana Ruang
dimaksud dalam Pasal 48 ayat (2) huruf a meliputi:
a. kawasan industri di Kecamatan Binjai Utara; Pasal 49
dan kawasan perdagangan dan jasa di pusat
kota, di subpusat pelayanan kota dan di (1) Indikasi program utama perwujudan struktur
koridor jalan-jalan utama kota. ruang wilayah Kota Binjai sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 47 ayat (3) huruf a meliputi indikasi
program utama untuk perwujudan sistem pusat
kegiatan dan infrastruktur serta perwujudan
sistem jaringan prasarana perkotaan.
(2) Indikasi program utama perwujudan sistem pusat
kegiatan dan infrastruktur serta sistem jaringan
Pasal 50 prasarana perkotaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi indikasi program utama
Kawasan strategis bidang sosial budaya perwujudan sistem pusat kegiatan primer, jaringan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat (2) transportasi, jaringan energi/kelistrikan, jaringan
huruf b adalah kawasan pusat pemerintahan di telekomunikasi, jaringan sumber daya air,
Kecamatan Binjai Timur. jaringan air minum, jaringan air limbah, sistem
persampahan, dan jaringan drainage.

Pasal 50

(1) Indikasi program utama perwujudan struktur


ruang Kota Binjai sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 48 ayat (1) pada tahap pertama
diprioritaskan pada:
a. penataan ruang pusat pertumbuhan regional
kawasan Industri Binjai;
b. penataan ruang Kawasan Pusat Pemerintahan
Kota Binjai dan Penataan Kawasan
Perdagangan dan Jasa di PPK Pusat Kota dan
SPPK;
c. penataan ruang pusat-pusat pertumbuhan
Sub Pusat Pelayanan Kota di masing-masing
pusat SPPK di setiap pusat pusat kecamatan
di Kota Binjai;
d. perencanaan dan studi kelayakan jaringan
transportasi meliputi transportasi jalan,
stasiun kereta api dan terminal;
e. perencanaan dan studi kelayakan jaringan
telekomunikasi meliputi jaringan tetap dan
bergerak;
f. perencanaan dan studi kelayakan jaringan
energi listrik meliputi pembangkit tenaga
listrik, gardu Induk, dan jaringan transmisi;
g. perencanaan dan studi kelayakan jaringan
sumber daya air, dan jaringan sungai;
h. perencanaan dan studi kelayakan jaringan air
minum perpipaan dan/atau bukan jaringan
perpipaan;
i. perencanaan dan studi kelayakan jaringan
drainase makro dan mikro;
j. perencanaan dan studi kelayakan jaringan air
limbah setempat dan/atau terpusat; dan
k. pengembangan pengelolaan persampahan
meliputi TPS, TPST dan TPA.

(2) Indikasi program utama perwujudan struktur


ruang wilayah Kota Binjai, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 48 ayat (1) pada tahap
kedua diprioritaskan pada:
a. pembangunan pusat-pusat kegiatanregional,
pusat kegiatan kota, subpusat pelayanan kota
dan pusat lingkungan;
b. pembangunan jaringan transportasi meliputi
transportasi jalan, terminal, dan stasiun
kereta api;
c. pembangunan jaringan energi listrik meliputi
pembangkit tenaga listrik, gardu induk, dan
jaringan transmisi;
d. pembangunan jaringan telekomunikasi
meliputi jaringan tetap dan bergerak;
e. pembangunan sistem jaringan sumber daya
air dan jaringan sungai;
f. pembangunan sistem jaringan air minum
perpipaandan/atau jaringan bukan
perpipaan;
g. pembangunan sistem jaringan air limbah
setempat dan/atau terpusat;
h. pembangunan pemantapansistem
persampahan TPS, TPST dan TPA; dan
i. pembangunan sistem jaringan drainase
primer dan sekunder.

(3) Indikasi program utama perwujudan struktur


ruang wilayah Kota Binjai, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 48 ayat (1) pada tahap
ketiga diprioritaskan pada:
a. pemantapan fungsi pusat-pusat kegiatan
regional, pusat kegiatan kota, subpusat
pelayanan kota dan pusat lingkungan;
b. pemantapan jaringan transportasi meliputi
transportasi jalan, terminal, danstasiun
kereta api;
c. pemantapan jaringan energi listrik meliputi
pembangkit tenaga listrik, gardu induk, dan
jaringan transmisi;
d. pemantapan jaringan telekomunikasi meliputi
jaringan tetap dan bergerak;
e. pemantapan sistem jaringan sumber daya air,
dan jaringan sungai;
f. pemantapan sistem jaringan air minum
perpipaan dan/atau jaringan bukan
perpipaan;
g. pemantapan sistem jaringan air limbah
setempat dan/atau terpusat;
h. pemantapansistem persampahan TPS, TPST
dan TPA; dan
i. pemantapansistem jaringan drainase primer
dan sekunder.

(4) Indikasi program utama perwujudan struktur


ruang wilayah Kota Binjai, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 48 ayat (1) pada tahap
keempat diprioritaskan pada:
a. pemeliharaan dan pengembangan kegiatan
regional, pusat kegiatan kota, subpusat
pelayanan kota dan pusat lingkungan;
b. pemeliharaan dan pengembangan jaringan
transportasi meliputi transportasi jalan,
terminal, dan stasiun kereta api;
c. pemeliharaan dan pengembangan jaringan
energi listrik meliputi pembangkit tenaga
listrik, gardu induk, dan jaringan transmisi;
d. pemeliharaan dan pengembangan jaringan
telekomunikasi meliputi jaringan tetap dan
bergerak;
e. pemeliharaan dan pengembangan sistem
jaringan sumber daya air dan jaringan
sungai;
f. pemeliharaan dan pengembangan sistem
jaringan air minum perpipaan dan/atau
jaringan bukan perpipaan;
g. pemeliharaan dan pengembangan sistem
jaringan air limbah setempat dan/atau
terpusat;
h. pemeliharaan dan pengembangan sistem
persampahan TPS, TPST dan TPA; dan
i. pemeliharaan dan pengembangan sistem
jaringan drainase primer dan sekunder.
Pasal 51 Bagian Ketiga
Indikasi Program Utama Perwujudan Pola Ruang
Kawasan strategis bidang fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51
Pasal 48 ayat (2) huruf c meliputi:
a. kawasan pariwisata alam Pantai SB; (1) Indikasi program utama perwujudan pola ruang
b. kawasan Bottanical Garden/hutan kota; dan Kota Binjai sebagaimana dimaksud dalam Pasal
kawasan waduk-waduk buatan di dekat Sungai 47 ayat (3) huruf b meliputi indikasi program
Bingai di Kecamatan Binjai Selatan dan di utama untuk perwujudan kawasan lindung dan
Kecamatan Binjai Utara. perwujudan kawasan budi daya.
(2) Indikasi program utama perwujudan kawasan
BAB VI. ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH lindung dan perwujudan kawasan budi daya
KOTA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
indikasi program untuk perwujudan kawasan
Bagian Kesatu lindung yang terdiri dari kawasan perlindungan
Umum setempat, RTH, cagar budaya, rawan bencana
Pasal 52 alam, serta indikasi program untuk perwujudan
kawasan budi daya yang terdiri dari kawasan
(1) Arahan pemanfaatan ruang terdiri atas perumahan, perdagangan dan jasa,
indikasi program utama, indikasi sumber perkantoran, industri, pariwisata, dan
pendanaan, indikasi pelaksana kegiatan, dan peruntukan lain.
waktu pelaksanaan.
(2) Indikasi program utama pemanfaatan ruang Pasal 52
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. indikasi program utama perwujudan (1) Indikasi program utama perwujudan pola ruang
struktur ruang; dan wilayah Kota Binjaisebagaimana dimaksud
b. indikasi program utama perwujudan pola dalam Pasal 50 ayat (1) pada tahap pertama
ruang. diprioritaskan pada:
c. Indikasi program utama perwujudan a. penetapan batas kawasan lindung setempat
kawasan strategis kota yaitu sempadan sungai;
(3) Indikasi sumber pendanaan sebagaimana b. penataan pemukiman kumuh dan
dimaksud pada ayat (1) terdiri dari dana resetlement penduduk yang menghuni
Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah sempadan sungai;
kota, swasta dan masyarakat. c. rehabilitasi fungsi-fungsi lindung
(4) Indikasi pelaksana kegiatan sebagaimana perlindungan setempat dan cagar budaya,
dimaksud pada ayat (1) terdiri dari d. perencanaan, penetapan kawasan RTH; dan
Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah e. perencanaan kawasan perumahan, kawasan
kota, swasta dan masyarakat. perdagangan/jasa, kawasan perkantoran,
(5) Indikasi waktu pelaksanaan sebagaimana kawasan industri dan pariwisata.
dimaksud pada ayat (1) terdiri dari 4 (empat) (2) Indikasi program utama perwujudan pola ruang
tahapan, yaitu: wilayah Kota Binjaisebagaimana dimaksud
a. tahap pertama, yaitu tahun 2011–2016, dalam Pasal 50 ayat (1) pada tahap kedua
diprioritaskan pada perencanaan dan diprioritaskan pada:
penataan kawasan strategis; a. pemantapan fungsi-fungsi lindung pada
b. tahap kedua, yaitu tahun 2017–2021, kawasan lindung yang terdiri dari kawasan
diprioritaskan pada peningkatan fungsi perlindungan setempat, cagar budaya,
dan pengembangan; rawan bencana banjir;
c. tahap ketiga, yaitu tahun 2022–2026, b. pemantapan RTHkota; dan
diprioritaskan pada pengembangan dan c. pengembangan kawasan perumahan,
pemantapan; dan kawasan perdagangan/jasa, kawasan
d. tahap keempat, yaitu tahun 2027–2031, perkantoran, kawasan industri dan
diprioritaskan pada pemantapan. pariwisata.
Indikasi program utama, indikasi sumber (3) Indikasi program utama perwujudan pola ruang
pendanaan, indikasi pelaksana kegiatan, wilayah Kota Binjai sebagaimana dimaksud
dan waktu pelaksanaan tercantum dalam dalam Pasal 50 ayat (1)pada tahap ketiga
Lampiran IV yang merupakan bagian diprioritaskan pada:
tidak terpisahkan dari peraturan daerah a. pengembangan pusat-pusat permukiman
ini. baru di setiap subpusat pelayanan kota; dan
b. pembangunan fasilitas sosial dan fasilitas
umum di sub-subpusat pelayanan kota.
(4) Indikasi program utama perwujudan pola ruang
wilayah Kota Binjai, sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 50 ayat (2) pada tahap keempat
diprioritaskan pada:
a. pemantapan fungsi-fungsi lindung pada
kawasan lindung sempadan sungai dan
waduk buatan; dan
b. pemantapan dan pemeliharaan RTH kota.
Bagian Kedua Bagian Keempat
Indikasi Program Utama Perwujudan Struktur Indikasi Program Utama Perwujudan Kawasan
Ruang Strategis Kota
Pasal 53
Pasal 53
(1) Indikasi program utama perwujudan struktur
ruang wilayah Kota Binjai sebagaimana (1) Indikasi program utama perwujudan kawasan
dimaksud dalam Pasal 52 ayat (2) huruf a strategis Kota Binjai sebagaimana dimaksud
meliputi indikasi program utama untuk dalam Pasal 47 ayat (3) huruf c meliputi:
perwujudan sistem pusat kegiatan dan kawasan strategis bidang ekonomi, kawasan
infrastruktur serta perwujudan sistem strategis bidang sosial budaya, dan kawasan
jaringan prasarana perkotaan. strategis bidang fungsi dan daya dukung
(2) Indikasi program utama perwujudan sistem lingkungan.
pusat kegiatan dan infrastruktur serta sistem (2) Indikasi program utama perwujudan kawasan
jaringan prasarana perkotaan sebagaimana strategis Kota Binjai sebagaimana dimaksud
dimaksud pada ayat (1) meliputi indikasi dalam ayat (1) pada tahap pertama
program utama perwujudan sistem pusat diprioritaskan pada:
kegiatan primer, jaringan transportasi, a. pengembangan kawasan strategis ekonomi;
jaringan energi/kelistrikan, jaringan b. pengembangan kawasan strategis sosial
telekomunikasi, jaringan sumber daya air, budaya; dan
jaringan air minum, jaringan air c. pengembangan kawasan strategis fungsi
limbah,sistem persampahan, dan jaringan dan daya dukung lingkungan.
drainase. (3) Indikasi program utama perwujudan kawasan
strategis Kota Binjai sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) pada tahap kedua diprioritaskan
pada:
a. pengembangan dan pemantapan kawasan
strategis ekonomi;
b. pengembangan dan pemantapan kawasan
strategis sosial budaya; dan
c. pengembangan dan pemantapan kawasan
strategis fungsi dan daya dukung
lingkungan.
(4) Indikasi program utama perwujudan kawasan
strategis Kota Binjai sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) pada tahap ketiga
diprioritaskan pada:
a. pengembangan dan pemantapan kawasan
strategis ekonomi;
b. pengembangan dan pemantapan kawasan
strategis sosial budaya; dan
c. pengembangan dan pemantapan kawasan
strategis fungsi dan daya dukung
lingkungan.
(5) Indikasi program utama perwujudan kawasan
strategis Kota Binjai sebagaimana dimaksud
dalam Pasal ayat (1) pada tahap keempat
diprioritaskan pada:
a. pengembangan dan pemantapan kawasan
strategis ekonomi;
b. pengembangan dan pemantapan kawasan
strategis sosial budaya; dan
c. pengembangan dan pemantapan kawasan
strategis fungsi dan daya dukung
lingkungan.

Pasal 54 Bagian Kelima


Indikasi Sumber Pendanaan
(1) Indikasi program utama perwujudan struktur
ruang Kota Binjai sebagaimana dimaksud Pasal 54
dalam Pasal 52 ayat (2) huruf a pada tahap
pertama diprioritaskan pada: (1) Indikasi sumber pendanaan sebagaimana
a. penataan ruang pusat primer kawasan dimaksud dalam Pasal 47 ayat (3) huruf d
industri Binjai; meliputi :
b. penataan ruang kawasan pusat
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional
pemerintahan Kota Binjai dan penataan
kawasan perdagangan dan jasa di pusat (APBN);
kota; b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
c. penataan ruang pusat-pusat (APBD) Provinsi;
pertumbuhan subpusat pelayanan kota di c. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
masing-masing pusat subpusat pelayanan (APBD) Kota;
kota di setiap pusat pusat kecamatan di d. investasi swasta;
Kota Binjai;
e. kerja sama pembiayaan;
d. perencanaan dan studi kelayakan
jaringan transportasi meliputi f. sumber lain yang sah sesuai ketentuan
transportasi jalan, stasiun kereta api dan peraturan perundang-undangan.
terminal; (2) Pengelolaan aset hasil kerjasama Pemerintah-
e. perencanaan dan studi kelayakan swasta dapat dilakukan sesuai dengan analisa
jaringan energi listrik meliputi kelayakan ekonomi dan finansial.
pembangkit tenaga listrik, gardu induk,
danjaringan transmisi;
f. perencanaan dan studi kelayakan
jaringan telekomunikasi meliputi jaringan
tetap dan bergerak;
g. perencanaan dan studi kelayakan
jaringan sumber daya air dan jaringan
sungai;
h. perencanaan dan studi kelayakan
jaringan air minum perpipaan dan/atau
jaringan bukan perpipaan;
i. perencanaan dan studi kelayakan
jaringan air limbah setempat dan/atau
terpusat;
j. pengembangan pengelolaan persampahan
meliputi TPS, TPST dan TPA; dan
k. perencanaan dan studi kelayakan
jaringan drainase makro dan mikro.
(2) Indikasi program utama perwujudan struktur
ruang wilayah Kota Binjai, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 52 ayat (2) huruf a
pada tahap kedua diprioritaskan pada:
a. pembangunan pusat-pusat primer, pusat
kegiatan kota, subpusat pelayanan kota
dan pusat lingkungan;
b. pembangunan jaringan transportasi
meliputi transportasi jalan, terminal, dan
stasiun kereta api;
c. pembangunan jaringan energi listrik
meliputi pembangkit tenaga listrik, gardu
induk, dan jaringan transmisi;
d. pembangunan jaringan telekomunikasi
meliputi jaringan tetap dan bergerak;
e. pembangunan sistem jaringan sumber
daya air dan jaringan sungai;
f. pembangunan sistem jaringan air minum
perpipaan dan/atau jaringan bukan
perpipaan;
g. pembangunan sistem jaringan air limbah
setempat dan/atau terpusat;
h. pembangunan pemantapan sistem
persampahan TPS, TPST dan TPA; dan
i. pembangunan sistem jaringan drainase
makro dan mikro.
(3) Indikasi program utama perwujudan struktur
ruang wilayah Kota Binjai, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 52 ayat (2) huruf a
pada tahap ketiga diprioritaskan pada:
a. pemantapan fungsi pusat-pusat primer,
pusat kegiatan kota, subpusat pelayanan
kota dan pusat lingkungan;
b. pemantapan jaringan transportasi
meliputi transportasi jalan, terminal, dan
stasiun kereta api;
c. pemantapan jaringan energi listrik
meliputi pembangkit tenaga listrik, gardu
induk, dan jaringan transmisi;
d. pemantapan jaringan telekomunikasi
meliputi jaringan tetap dan bergerak;
e. pemantapan sistem jaringan sumber daya
air, dan jaringan sungai;
f. pemantapan sistem jaringan air minum
perpipaan dan/atau jaringan bukan
perpipaan;
g. pemantapan sistem jaringan air limbah
setempat dan/atau terpusat;
h. pemantapan sistem persampahan TPS,
TPST dan TPA; dan
i. pemantapan sistem jaringan drainase
makro dan mikro.
(4) Indikasi program utama perwujudan struktur
ruang wilayah Kota Binjai, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 52 ayat (2) huruf a
pada tahap keempat diprioritaskan pada:
a. pemeliharaan dan pengembangan pusat-
pusat primer, pusat kegiatan kota,
subpusat pelayanan kota dan pusat
lingkungan;
b. pemeliharaan dan pengembangan
jaringan transportasi meliputi
transportasi jalan, terminal, dan stasiun
kereta api;
c. pemeliharaan dan pengembangan
jaringan energi listrik meliputi
pembangkit tenaga listrik, gardu induk,
dan jaringan transmisi;
d. pemeliharaan dan pengembangan
jaringan telekomunikasi meliputi jaringan
tetap dan bergerak;
e. pemeliharaan dan pengembangan sistem
jaringan sumber daya air dan jaringan
sungai;
f. pemeliharaan dan pengembangan sistem
jaringan air minum perpipaan dan/atau
jaringan bukan perpipaan;
g. pemeliharaan dan pengembangan sistem
jaringan air limbah setempat dan/atau
terpusat;
h. pemeliharaan dan pengembangan sistem
persampahan TPS, TPST dan TPA; dan
pemeliharaan dan
pengembangan sistem jaringan drainase
makro dan mikro.
Bagian Ketiga BAB VII
Indikasi Program Utama Perwujudan Pola Ruang KETENTUAN UMUM PENGENDALIAN
Pasal 55 PEMANFAATAN RUANG

(1) Indikasi program utama perwujudan pola Bagian Kesatu


ruang Kota Binjai sebagaimana dimaksud Umum
dalam Pasal 52 ayat (2) huruf b meliputi
indikasi program utama untuk perwujudan Pasal 55
kawasan lindung dan perwujudan kawasan
budi daya. (1) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang
a. Indikasi program utama perwujudan wilayah Kota Binjai digunakan sebagai acuan
kawasan lindung dan perwujudan dalam pelaksanaan pengendalian pemanfaatan
kawasan budi daya sebagaimana ruang wilayah kota.
dimaksud pada ayat (1) meliputi indikasi (2) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang
program untuk perwujudan kawasan meliputi:
lindung yang terdiri dari kawasan a. ketentuan umum peraturan zonasi;
perlindungan setempat, RTH, cagar b. ketentuan perizinan;
budaya, rawan bencana alam, serta c. ketentuan pemberian insentif dan disinsentif;
indikasi program untuk perwujudan dan
kawasan budi daya yang terdiri dari d. arahan sanksi.
kawasan perumahan, perdagangan dan
jasa, perkantoran, industri, pariwisata,
dan peruntukan lain.
Pasal 56 Bagian Kedua
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
(1) Indikasi program utama perwujudan pola
ruang wilayah Kota Binjai sebagaimana Pasal 56
dimaksud dalam Pasal 52 ayat (2) huruf b
pada tahap pertama diprioritaskan pada: (1) Ketentuan umum peraturan zonasi wilayah Kota
a. penetapan batas kawasan lindung Binjai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54
setempat yaitu sempadan sungai; ayat (2) huruf a digunakan sebagai pedoman bagi
b. penataan pemukiman kumuh dan Pemerintah Kota dalam menyusun peraturan
resetlement penduduk yang menghuni zonasi.
sempadan sungai; (2) Ketentuan umum peraturan zonasi memuat:
c. rehabilitasi fungsi-fungsi lindung a. ketentuan umum kegiatan yang
perlindungan setempat dan cagar budaya, diperbolehkan, diperbolehkan dengan syarat
d. perencanaan, penetapan kawasan RTH; dan kegiatan yang dilarang;
dan b. ketentuan umum intensitas pemanfaatan
e. perencanaan kawasan perumahan, ruang;
kawasan perdagangan/jasa, kawasan c. ketentuan umum prasarana dan sarana
perkantoran, kawasan industri dan minimum yang disediakan; dan
pariwisata. d. ketentuan khusus sesuai dengan karakter
(2) Indikasi program utama perwujudan pola masing-masing zona.
ruang wilayah Kota Binjai sebagaimana (3) Ketentuan umumperaturan zonasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 52 ayat (2) huruf dimaksud pada ayat (1) meliputi:
bpada tahap kedua diprioritaskan pada: a. ketentuan umum peraturan untuk kawasan
a. pemantapan fungsi-fungsi lindung pada lindung; dan
kawasan lindung yang terdiri b. ketentuan umum peraturan untuk kawasan
darikawasan perlindungan setempat, budidaya.
cagar budaya, rawan bencana banjir;
b. pemantapan RTH kota; dan
c. pengembangan kawasan perumahan,
kawasan perdagangan/jasa, kawasan
perkantoran, kawasan industri dan
pariwisata.
(3) Indikasi program utama perwujudan pola
ruang wilayah Kota Binjaisebagaimana
dimaksud dalam Pasal 52 ayat (2) huruf b
pada tahap ketiga diprioritaskan pada:
a. pengembangan pusat-pusat permukiman
baru di setiap subpusat pelayanan kota;
dan
b. pembangunan fasilitas sosial dan fasilitas
umum di sub-subpusat pelayanan kota.
(4) Indikasi program utama perwujudan pola
ruang wilayah Kota Binjai, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 52 ayat (2) huruf b
pada tahap keempat diprioritaskan pada:
a. pemantapan fungsi-fungsi lindung pada
kawasan lindung sempadan sungai dan
waduk buatan; dan
b. pemantapan dan pemeliharaan RTH kota
Pasal 57 Paragraf 1
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Untuk
(1) Indikasi program utama perwujudan kawasan Kawasan Lindung
strategis Kota Binjai sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 52 ayat (2) huruf c meliputi: Pasal 57
kawasan strategis bidang ekonomi, kawasan
strategis bidang sosial budaya, dan kawasan Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan
strategis bidang fungsi dan daya dukung lindung sebagaimana dimaksud pada Pasal 55 ayat
lingkungan. (3) huruf a meliputi:
(2) Indikasi program utama perwujudan kawasan a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk
strategis Kota Binjai sebagaimana dimaksud kawasan perlindungan setempat;
dalam Pasal 52 ayat (2) huruf c pada tahap b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk RTH
pertama diprioritaskan pada: kota; dan
a. pengembangan kawasan strategis c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk
ekonomi; kawasan cagar budaya.
b. pengembangan kawasan strategis sosial
budaya; dan
c. pengembangan kawasan strategis fungsi Pasal 58
dan daya dukung lingkungan.
(3) Indikasi program utama perwujudan kawasan (1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk
strategis Kota Binjai sebagaimana dimaksud kawasan perlindungan setempat sebagaimana
dalam Pasal 52 ayat (2) huruf c pada tahap dimaksud dalam Pasal 56 huruf a meliputi
kedua diprioritaskan pada: sempadan sungai diarahkan dengan ketentuan
a. pengembangan dan pemantapan kawasan sebagai berikut:
strategis ekonomi; a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
b. pengembangan dan pemantapan kawasan 1. kegiatan pada sempadan sungai dan
strategis sosial budaya; dan sempadan pantai untuk taman maupun
c. pengembangan dan pemantapan kawasan tempat rekreasi yang dilengkapi dengan
strategis fungsi dan daya dukung fasilitas areal bermain, tempat duduk,
lingkungan. jogging track, perabot taman dan atau
(4) Indikasi program utama perwujudan kawasan sarana olah raga;
strategis Kota Binjai sebagaimana dimaksud 2. kegiatan transportasi untuk jalan inspeksi;
dalam Pasal 52 ayat (2) huruf c pada tahap 3. kegiatan pertanian lahan basah, pertanian
ketiga diprioritaskan pada: lahan kering, peternakan, dan perkebunan;
a. pengembangan dan pemantapan kawasan dan
strategis ekonomi; 4. kegiatan RTH.
b. pengembangan dan pemantapan kawasan b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
strategis sosial budaya; dan meliputi kegiatan untuk bangunan prasarana
c. pengembangan dan pemantapan kawasan utama dan bangunan yang tidak mengganggu
strategis fungsi dan daya dukung fungsi sempadan sungai dan sempadan sauran
lingkungan. irigasi.
(5) Indikasi program utama perwujudan kawasan c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi:
strategis Kota Binjai sebagaimana dimaksud 1. kegiatan yang mengganggu bentang alam,
dalam Pasal 52 ayat (2) huruf c pada tahap kesuburan dan keawetan tanah;
keempat diprioritaskan pada: 2. kegiatan mengganggu fungsi hidrologi dan
a. pengembangan dan pemantapan kawasan hidraulis, kelestarian flora dan fauna serta
strategis ekonomi; kelestarian fungsi lingkungan hidup; dan
b. pengembangan dan pemantapan kawasan 3. kegiatan yang merusak kualitas air sungai,
strategis sosial budaya; dan kondisi fisik sungai dan dasar sungai serta
c. pengembangan dan pemantapan kawasan mengganggu aliran air, dan melemahkan
strategis fungsi dan daya dukung benteng wilayah daratan dari pengaruh
lingkungan. negatif dinamika laut.
d. ketentuan umum intensitas pemanfaatan
ruang meliputi:
1. KDB paling tinggi sebesar 10 (sepuluh)
persen;
Bagian Kelima 2. KLB paling tinggi sebesar 0,1 (nol koma
Indikasi Sumber Pendanaan satu);
Pasal 58 3. KDH paling rendah sebesar 80 (delapan
puluh) persen; dan
(1) Indikasi sumber pendanaan sebagaimana e. penyediaan prasarana dan sarana minimum
dimaksud dalam Pasal 52 ayat (3) terdiri atas meliputi:
dana pembangunan dan pemeliharaan 1. penyediaan RTH publik;
infrastruktur di wilayah Kota Binjai 2. fasilitas transportasi umum;
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan 3. sarana peribadatan dan sarana perparkiran;
Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan dan
Belanja Daerah, investasi swasta, dan/atau 4. sarana kuliner.
kerja sama pendanaan.
(2) Kerja sama pendanaan sebagaimana (2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk RTH
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56
dengan ketentuan peraturan perundang- huruf b diarahkan dengan ketentuan sebagai
undangan. berikut:
(3) Pengelolaan aset hasil kerja sama Pemerintah- a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
swasta dapat dilakukan sesuai dengan analisa untuk taman maupun tempat rekreasi yang
kelayakan ekonomi dan finansial. dilengkapi dengan fasilitas areal bermain,
tempat duduk, jogging track, perabot taman
BAB VII. KETENTUAN PENGENDALIAN dan atau sarana olah raga, termasuk ruang
PEMANFAATAN RUANG terbuka non hijau berupa ruang publik,
Bagian Kesatu budidaya tidak terbangun yang memiiki
Umum kemampuan tinggi menahan limpasan air
Pasal 59 hujan;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
(1) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang meliputi kegiatan untuk pendirian bangunan
wilayah Kota Binjai digunakan sebagai acuan penunjang kegiatan rekreasi dan fasilitas
dalam pelaksanaan pengendalian umum lainnya; dan
pemanfaatan ruang wilayah Kota Binjai. c. kegiatan yang tidak diperbolehkan yaitu
(2) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang kegiatan yang mengakibatkan terganggunya
meliputi: fungsi RTH, mengurangi fungsi resapan air dan
a. ketentuan umum peraturan zonasi; atau merubah bentang alam.
b. ketentuan perizinan; d. ketentuan khusus lainnya meliputi:
c. ketentuan insentif dan disinsentif; dan 1. RTH taman RT dengan luas per unit paling
d. arahan sanksi. sedikit 250 (dua ratus lima puluh) meter
persegi, berlokasi di tengah lingkungan RT,
dan berada pada radius kurang dari 300
(tiga ratus) meter dari penduduk yang
Bagian Kedua dilayani;
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi 2. RTH taman RW dengan luas per unit paling
Pasal 60 sedikit 1.250 (seribu dua ratus lima puluh)
meter persegi, berlokasi di tengah
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi wilayah lingkungan RW, dan berada pada radius
Kota Binjai sebagaimana dimaksud dalam kurang dari 1.000 (seribu) meter dari
Pasal 59 ayat (2) huruf a digunakan sebagai penduduk yang dilayani;
pedoman bagi Pemerintah Kota Binjai dalam 3. RTH Taman Lingkungan dengan luas per
menyusun peraturan zonasi. unit paling sedikit 1.500 (Seribu Lima Ratus)
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi memuat: meter persegi, berlokasi di tengah pusat
a. ketentuan umum kegiatan yang lingkungan;
diperbolehkan, diperbolehkan dengan 4. RTH Taman kecamatan dengan luas per unit
syarat dan kegiatan yang dilarang; paling sedikit 4.000 (empat ribu) meter
b. ketentuan umum intensitas pemanfaatan persegi dapat berbentuk RTH lapangan hijau
ruang; dilengkapi dengan fasilitas rekreasi dan
c. ketentuan umum prasarana dan sarana olahraga;
minimum yang disediakan; dan 5. RTH Taman Kota dengan luas per unit
d. ketentuan khusus sesuai dengan karakter paling sedikit 14.400 (empat belas ribu
masing-masing zona. empat ratus) meter persegi, dapat berbentuk
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi RTH lapangan hijau dilengkapi dengan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: fasilitas rekreasi dan olahraga; dan
a. ketentuan umum peraturan zonasi 6. RTH hutan kota dengan jumlah vegetasi
struktur ruang; dan paling sedikit 100 (seratus) pohon, jarak
b. ketentuan umum peraturan zonasi pola tanam rapat tidak beraturan dengan luas
ruang. minimal 2.500 (dua ribu lima ratus) meter
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi tercantum persegi dan luas area yang ditanami
dalam lampiran V dan Lampiran VI yang tanaman seluas 90 (sembilan puluh) persen
merupakan bagian tidak terpisahkan dari sampai 100 (seratus) persen dari total luas
peraturan daerah ini. hutan kota.
7. di kawasan RTH dilarang untuk kegiatan
Paragraf 1 yang mengakibatkan terganggunya fungsi
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Struktur Ruang RTH; dan
Pasal 61 8. pendirian bangunan dibatasi untuk
bangunan penunjang kegiatan rekreasi dan
Ketentuan umum peraturan zonasi struktur ruang fasilitas umum lainnya, dan bukan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (3) bangunan permanen.
huruf a meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk pusat (3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan cagar
pelayanan kota; budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk huruf c diarahkan dengan ketentuan sebagai
subpusat pelayanan kota; berikut:
c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk pusat a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
lingkungan; pemanfaatan bangunan bersejarah sesuai
d. ketentuan umum peraturan zonasi untuk dengan fungsi asli atau fungsi baru yang sesuai
jaringan transportasi; dengan karakteristik bangunan tersebut;
e. ketentuan umum peraturan zonasi untuk b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
jaringan energi/kelistrikan; meliputi kegiatan restorasi dan rehabilitasi
f. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sesuai aslinya, dan kegiatan
jaringan telekomunikasi; penambahan/pembuatan ruangan pada
g. ketentuan umum peraturan zonasi untuk bangunan untuk mengakomodasi fungsi baru;
jaringan sumber daya air; dan c. kegiatan yang tidak diperbolehkan dengan
h. ketentuan umum peraturan zonasi untuk syarat meliputi kegiatan mengubah fisik benda
jaringan infrastruktur perkotaan. cagar budaya baik perubahan bentuk, bahan,
tata letak, sistem pengerjaan dan warna yang
Pasal 62 telah ada serta menambah bangunan baru
yang dapat mengubah bentuk dan tata letak
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk bangunan bersejarah yang telah ada.
pusat pelayanan kota sebagaimana dimaksud d. ketentuan umum intensitas pemanfaatan
dalam Pasal 61 huruf a adalah ketentuan ruang meliputi:
umum peraturan zonasi untuk pusat kegiatan 1. KDB paling tinggi sebesar 50 (ima puluh)
pemerintahan. persen;
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk 2. KLB paling tinggi sebesar 2,4 (dua koma
pusat kegiatan pemerintahan sebagaimana empat);
dimaksud pada ayat (1) diarahkan dengan 3. KDH paling tinggi sebesar 30 ( tiga puluh)
ketentuan sebagai berikut: persen;
a. pusat kegiatan pemerintahan merupakan 4. GSB paling tinggi sebesar 1 (satu) sampai
zona dalam kawasan pemerintahan untuk dengan 7 (tujuh) meter; dan
kegiatan pemerintahan Kota Binjai dengan 5. tinggi bangunan maksimum 20 (dua puluh)
kegiatan perkantoran pemerintahan, kegiatan meter.
akomodasi, rekreasi, dan dilarang untuk e. penyediaan prasarana dan sarana minimum
kegiatan lain seperti perumahan dan meliputi:
kegiatan-kegiatan yang mengganggu 1. penyediaan RTH publik;
kenyamanan dan keamanan serta 2. sarana pejalan kaki;
menimbulkan pencemaran; 3. sarana peribadatan;
b. KDB paling tinggi sebesar 60 (enam puluh) 4. sarana perparkiran;
persen; 5. sarana kuliner; dan
c. KLB paling tinggi sebesar 2,4; 6. sarana transportasi umum.
d. KDH paling rendah sebesar 30 (tiga puluh)
persen; dan
e. dilengkapidengan prasarana dan sarana
umum pendukung seperti sarana pejalan kaki
yang menerus, sarana peribadatan, sarana
perparkiran, sarana kuliner dan sarana
transportasi umum.

Pasal 63
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk
subpusat pelayanan kota sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 61 huruf b adalah
fasilitas pusat pemerintahan kecamatan yang
dilengkapi dengan fasilitas pendidikan,
kesehatan, peribadatan, keamanan, sosial dan
perekonomian skala pelayanan tingkat
kecamatan.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk
subpusat pelayanan kota sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diarahkandengan
ketentuan sebagai berikut:
a. pelayanan umum berupa kantor
kecamatan terdiri dari gedung kantor
kecamatan dan fasilitas penunjangnya;
b. fasilitas penunjang untuk subpusat
pelayanan kota meliputi:
1. pelayanan pendidikan untuk sekolah
lanjutan pertama dan lanjutan atas
di 5 (lima) pusat kecamatan;
2. pelayanan kesehatan berupa
puskesmas di 5 (lima) pusat
kecamatan;
3. pelayanan umum berupa kantor
kecamatan di 5 (lima) pusat
kecamatan;
4. pelayanan ibadah berupa masjid
agung di 5 (lima) pusat kecamatan;
5. pelayanan keamanan berupa kantor
polisi/polsek di 5 (lima) pusat
kecamatan;
6. pelayanan sosial berupa bagian dari
kantor kecamatan di 5 (lima) pusat
kecamatan;
7. pelayanan budaya berupa bagian dari
kantor kecamatan di 5 (lima) pusat
kecamatan; dan
8. pelayanan ekonomi berupa pasar
kecamatan di 5 (lima) pusat
kecamatan.
c. KDB paling tinggi sebesar 70 (tujuh
puluh) persen;
d. KLB paling tinggi sebesar 1.4;
e. KDH paling rendah sebesar 20 (dua
puluh) persen;
f. subpusat pelayanan kota ini dapat
berupa sebuah kawasan subpusat
pelayanan kota atau menyebar dengan
jarak relatif dekat dan mudah dicapai;
dan
g. dilengkapidengan prasarana dan sarana
umum pendukung seperti sarana
perparkiran, serta mempunyai
aksesibilitas tinggi.

Pasal 64

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk


pusat lingkungan sebagaimana dimaksud
pada Pasal 61 huruf c adalah fasilitas pusat
pemerintahan kelurahan yang dilengkapi
dengan fasilitas pendidikan, kesehatan,
peribadatan, keamanan, sosial dan
perekonomian skala pelayanan tingkat
kelurahan.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk
pusat lingkungan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diarahkandengan ketentuan
sebagai berikut:
a. pelayanan umum berupa kantor
kelurahan terdiri dari gedung kantor
kelurahan dan fasilitas penunjangnya;
b. fasilitas penunjang untuk pusat
lingkungan meliputi:
1. pelayanan pendidikan untuk sekolah
dasar di setiap pusat kelurahan.
2. pelayanan kesehatan berupa
poliklinik di setiap pusat kelurahan;
3. pelayanan umum berupa kantor
kelurahan di setiap pusat kelurahan;
4. pelayanan ibadah berupa masjid di
setiap pusat kelurahan;
5. pelayanan sosial berupa bagian dari
kantor kelurahan di setiap pusat
kelurahan;
6. pelayanan budaya berupa bagian dari
kantor kelurahan di setiap pusat
kelurahan; dan
7. pelayanan ekonomi berupa pertokoan
di setiap pusat kelurahan.
c. KDB paling tinggi sebesar 70 (tujuh
puluh) persen;
d. KLB paling tinggi sebesar 1,4;
e. KDH paling rendah sebesar 20 (dua
puluh) persen;
f. pusat lingkungan ini dapat berupa
sebuah kawasan atau menyebar dengan
jarak relatif dekat dan mudah dicapai;
dan
g. dilengkapi dengan prasarana dan sarana
umum pendukung seperti sarana
perparkiran, serta mempunyai
aksesibilitas tinggi.

Pasal 65

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk


jaringan transportasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 61 huruf d meliputi:
a. jaringan transportasi darat; dan
b. jaringan perkeretaapian.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk
jaringan transportasi darat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. jaringan jalan; dan
b. jaringan prasarana lalu lintas dan
angkutan jalan.

Pasal 66

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk


jaringan jalan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 65 ayat (2) huruf a diarahkandengan
ketentuan sebagai berikut:
a. zonasi untuk jaringan jalan terdiri dari
zona ruang manfaat jalan, dan ruang
pengawasan jalan;
b. zona ruang manfaat jalan adalah untuk
median, perkerasan jalan, jalur pemisah,
bahu jalan, lereng, ambang pengaman,
trotoar, badan jalan, saluran tepi jalan,
peletakan bangunan utilitas dalam tanah
dan dilarang untuk kegiatan yang
mengakibatkan terganggunya fungsi
jalan;
c. zona Rumija adalah untuk ruang manfaat
jalan, pelebaran jalan, dan penambahan
jalur lalu lintas serta kebutuhan ruang
untuk pengamanan jalan dan dilarang
untuk kegiatan-kegiatan yang di luar
kepentingan jalan;
d. zona ruang pengawasan jalan adalah
untuk ruang terbuka yang bebas pandang
dan dilarang untuk kegiatan yang
mengakibatkan terganggunya fungsi
jalan;
e. RTH pada zona Rumija minimal 20 (dua
puluh) persen luas zona Rumija;
f. dilengkapi dengan fasilitas pengaturan
lalu lintas dan marka jalan; dan
g. jaringan jalan yang merupakan lintasan
angkutan barang dan angkutan umum
memiliki lajur minimal 2 (dua) lajur
menghindari persimpangan sebidang.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk
jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan
jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65
ayat (2) huruf b diarahkandengan ketentuan
sebagai berikut:
a. zona terminal terdiri dari zona fasilitas
utama, zona fasilitas penunjang dan zona
kepentingan terminal;
b. zona fasilitas utama adalah untuk tempat
keberangkatan, tempat kedatangan,
tempat menunggu, tempat lintas, dan
dilarang kegiatan-kegiatan yang
menggangu kelancaran lalu lintas
kendaraan;
c. zona fasilitas penunjang adalah untuk
kamar kecil/toilet, musholla, kios/kantin,
ruang pengobatan, ruang informasi dan
pengaduan, telepon umum, tempat
penitipan barang, taman dan tempat
tunggu penumpang dan/atau pengantar,
menara pengawas, loket penjualan karcis,
rambu-rambu dan papan informasi, yang
sekurang-kurangnya memuat petunjuk
jurusan, tarif dan jadual perjalanan,
pelataran parkir kendaraan pengantar
dan/atau taksi, dan dilarang kegiatan-
kegiatan yang mengganggu keamanan
dan kenyamanan;
d. zona kepentingan terminal meliputi ruang
lalu lintas sampai dengan titik
persimpangan yang terdekat dari terminal
dan dilarang untuk kegiatan yang
menganggu kelancaran arus lalu lintas;
e. fasilitas terminal penumpang harus
dilengkapi dengan fasilitas bagi
penumpang penyandang cacat; dan
f. terminal terpadu intra dan antar moda
adalah untuk menyediakan fasilitas
penghubung yang pendek dan aman serta
penggunaan fasilitas penunjang bersama.

Pasal 67

Ketentuan umum peraturan zonasi untuk jaringan


perkeretaapian sebagaimana dimaksud dalam Pasal
65 ayat (1) huruf b diarahkandengan ketentuan
sebagai berikut:
a. pemanfaatan ruang di sepanjang sisi jaringan
jalur kereta api dilakukan dengan tingkat
intensitas menengah hingga tinggi yang
kecenderungan pengembangan ruangnya
dibatasi;
b. ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang
pengawasan jalur kereta api yang dapat
mengganggu kepentingan operasi dan
keselamatan transportasi perkeretaapian;
c. pembatasan pemanfaatan ruang yang peka
terhadap dampak lingkungan akibat lalu lintas
kereta api di sepanjang jalur kereta api;
d. pembatasan jumlah perlintasan sebidang
antara jaringan jalur kereta api dan jalan;
e. penetapan garis sempadan bangunan di sisi
jaringan jalur kereta api dengan
memperhatikan dampak lingkungan dan
kebutuhan pengembangan jaringan jalur kereta
api; dan
f. jalur sempadan jalan kereta api yaitu kawasan
di sisi kiri dan kanan rel kereta api dengan
jarak sekurang-kurangnya 20 (dua puluh)
meter.
Pasal 68

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk


sistem jaringan energi/kelistrikan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 huruf
e meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk
pembangkit tenaga listrik;
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk
gardu induk; dan
c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk
jaringan transmisi listrik.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk
pembangkit tenaga listrik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a diarahkan
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. zona pembangkit tenaga listrik terdiri dari
zona manfaat pembangkit listrik dan zona
penyangga;
b. zona manfaat pembangkit listrik adalah
untuk bangunan dan peralatan
pembangkit listrik;
c. zona penyangga dilarang untuk kegiatan
yang menganggu keselamatan operasional
pembangkit tenaga listrik; dan
d. pada setiap lokasi instalasi penyediaan
tenaga listrik dan instalasi pemanfaatan
tenaga listrik konsumen tegangan tinggi
dan menengah yang berpotensi
membahayakan keselamatan umum
harus diberi tanda peringatan yang jelas.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk
gardu induk sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b diarahkan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. zona gardu induk terdiri dari zona
manfaat dan zona bebas;
b. zona manfaat adalah untuk instalasi
gardu induk dan fasilitas pendukungnya;
dan
c. zona bebas berjarak minimum 20 (dua
puluh) meter di luar sekeliling gardu
induk dan dilarang untuk bangunan dan
kegiatan yang mengganggu operasional
gardu induk.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk
jaringan transmisi listrik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c diarahkan
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. zona jaringan transmisi terdiri dari ruang
bebas dan ruang aman;
b. zona ruang bebas harus dibebaskan baik
dari orang, maupun benda apapun demi
keselamatan orang, makhluk hidup, dan
benda lainnya;
c. zona ruang aman adalah untuk kegiatan
apapun dengan mengikuti jarak bebas
minimum vertikal dan horizontal; dan
d. ketinggian serta jarak bangunan, pohon,
pada zona ruang aman mengikuti
ketentuan minimum terhadap konduktor
dan as menara, mengacu peraturan
Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT)
yang berlaku.

Pasal 69

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk


sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 61 huruf f meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk
jaringan tetap dan sentral
telekomunikasi; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk
jaringan bergerak selular.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk
jaringan tetap sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a diarahkan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. zonasi jaringan tetap terdiri dari zona
ruang manfaat dan zona ruang bebas;
b. zona ruang manfaat adalah untuk tiang
dan kabel-kabel dan dapat diletakkan
pada zona manfaat jalan; dan
c. zona ruang bebas dibebaskan dari
bangunan dan pohon yang dapat
mengganggu fungsi jaringan.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk
sentral telekomunikasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a diarahkan
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. zonasi sentral telekomunikasi terdiri dari
zona fasilitas utama dan zona fasilitas
penunjang;
b. zona fasilitas utama adalah untuk
instalasi peralatan telekomunikasi;
c. zona fasilitas penunjang adalah untuk
bangunan kantor pegawai, dan pelayanan
public;
d. persentase luas lahan terbangun
maksimal sebesar 50 (lima puluh) persen;
dan
e. prasarana dan sarana penunjang terdiri
dari parkir kendaraan, sarana kesehatan,
ibadah, gudang peralatan, papan
informasi, dan loket pembayaran.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk
jaringan bergerak selular (menara
telekomunikasi) sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b diarahkan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. zona menara telekomunikasi terdiri dari
zona manfaat dan zona aman;
b. zona manfaat adalah untuk instalasi
menara baik di atas tanah atau di atas
bangunan;
c. zona aman dilarang untuk kegiatan yang
mengganggu sejauh radius sesuai tinggi
menara;
d. menara harus dilengkapi dengan sarana
pendukung dan identitas hukum yang
jelas, sarana pendukung antara lain
pentanahan (grounding), penangkal petir,
catu daya, lampu halangan penerbangan
(aviation obstruction light), marka
halangan penerbangan (aviation
obstruction marking), identitas hukum
antara lain nama pemilik, lokasi, tinggi,
tahun
pembuatan/pemasangan,kontraktor, dan
beban maksimum menara;
e. dilarang membangun menara
telekomunikasi pada bangunan
bertingkat yang menyediakan fasilitas
helipad;
f. jarak antar menara telekomunikasi pada
wilayah yang datar minimal 10 (sepuluh)
kilometer, dan pada wilayah yang
bergelombang/berbukit/ pegunungan
minimal 5 (lima) kilometer;
g. menara telekomunikasi untuk
mendukung sistem transmisi radio
microwave, merupakan menara rangka
yang dibangun di atas permukaan tanah
maksimum tingginya 72 (tujuh puluh
dua) meter;
h. menara telekomunikasi untuk sistem
telekomunikasi yang dibangun di atas
permukaan tanah maksimum tingginya
50 (lima puluh) meter; dan
i. demi efisiensi dan efektifitas penggunaan
ruang, maka menara harus digunakan
secara bersama dengan tetap
memperhatikan kesinambungan
pertumbuhan industri telekomunikasi.
Pasal 70

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk


jaringan sumber daya air sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 61 huruf g meliputi
arahan peraturan zonasi untuk jaringan
sungai.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk
jaringan sungai sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diarahkan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. zonasi jaringan sungai terdiri dari zona
sempadan, zona manfaat dan zona
penguasaan;
b. zona sempadan sebagaimana dimaksud
pada huruf a adalah untuk
mempertahankan kelestarian fungsi
sungai dan dilarang untuk membuang
sampah, limbah padat dan atau cair dan
mendirikan bangunan permanen untuk
hunian dan tempat usaha;
c. pemanfaatan lahan di daerah sempadan
adalah untuk kegiatan-kegiatan budi
daya pertanian dan kegiatan budi daya
lainnya yang tidak mengganggu fungsi
perlindungan aliran sungai;
d. zona manfaat sebagaimana dimaksud
pada huruf a adalah untuk mata air,
sungai dan daerah sempadan yang telah
dibebaskan;
e. zona penguasaan sebagaimana dimaksud
pada huruf a adalah untuk dataran
banjir, daerah retensi, bantaran atau
daerah sempadan yang tidak dibebaskan;
f. zona penguasaan sebagaimana dimaksud
pada huruf a persentase luas RTH
minimal 15 (lima belas) persen; dan
g. garis sempadan sungai tak bertanggul di
dalam kawasan perkotaan
adalahsekurang-kurangnya 10 (sepuluh)
meter (untuk sungai yang mempunyai
kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter),
15 (lima belas) meter (untuk sungai yang
mempunyai kedalaman antara 3 (tiga)
meter sampai dengan 20 (dua puluh)
meter), dan 30 (tiga puluh) meter (untuk
sungai yang mempunyai kedalaman
maksimum lebih dari 20 (dua puluh)
meter dari tepi sungai.

Pasal 71

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk


jaringan prasarana perkotaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 61 huruf h meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi SPAM;
b. ketentuan umum peraturan zonasi sistem
pengelolaan limbah;
c. ketentuan umum peraturan zonasi sistem
pengelolaan persampahan; dan
d. ketentuan umum peraturan zonasi sistem
jaringan drainase.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi SPAM
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
diarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. zonasi penyediaan air minum terdiri dari
zona unit air baku, zona unit produksi,
zona unit distribusi, zona unit pelayanan
dan zona unit pengelolaan;
b. zona unit air baku adalah untuk
bangunan penampungan air, bangunan
pengambilan/penyadapan, alat
pengukuran dan peralatan pemantauan,
sistem pemompaan, dan/atau bangunan
sarana pembawa serta perlengkapannya;
c. zona unit produksi adalah untuk
prasarana dan sarana pengolahan air
baku menjadi air minum;
d. zona unit distribusi adalah untuk sistem
perpompaan, jaringan distribusi,
bangunan penampungan, alat ukur dan
peralatanpemantauan;
e. zona unit pelayanan adalah untuk
sambungan rumah, hidran umum, dan
hidran kebakaran;
f. zona unit pengelolaan adalah untuk
pengelolaan teknis yang meliputi kegiatan
operasional, pemeliharaan dan
pemantauan dari unit air baku, unit
produksi dan unit distribusi dan
pengelolaan nonteknis yang meliputi
administrasi dan pelayanan;
g. persentase luas lahan terbangun pada
zona unit air baku maksimal sebesar 20
(dua puluh) persen;
h. persentase luas lahan terbangun pada
zona unit produksi maksimal sebesar 40
(empat puluh) persen;
i. persentase luas lahan terbangun pada
zona unit distribusi maksimal sebesar 20
(dua puluh) persen;
j. unit produksi terdiri dari bangunan
pengolahan dan perlengkapannya,
perangkat operasional, alat pengukuran
dan peralatan pemantauan, serta
bangunanpenampungan air minum;
k. limbah akhir dari proses pengolahan air
baku menjadi air minum wajib diolah
terlebih dahulu sebelum dibuang ke
sumber air baku dan daerah terbuka;
l. unit distribusi wajib memberikan
kepastian kuantitas, kualitas air, dan
jaminankontinuitas pengaliran 24 jam per
hari; dan
m. untuk mengukur besaran pelayanan pada
sambungan rumah dan hidran umum
harus dipasang alat ukur berupa meter
air yang wajib ditera secara berkala oleh
instansi yang berwenang.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem
pengelolaan limbah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b meliputi sistem jaringan
limbah domestik dan limbah industri.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem
jaringan limbah domestik sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) diarahkan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. zona limbah domestik terpusat terdiri dari
zona ruang manfaat dan zona ruang
penyangga;
b. zona ruang manfaat adalah untuk
bangunan atau instalasi pengolahan
limbah;
c. zona ruang penyangga dilarang untuk
kegiatan yang mengganggu fungsi
pengolahan limbah hingga jarak 10
(sepuluh) meter sekeliling ruang manfaat;
d. persentase luas lahan terbangun
maksimal sebesar 10 (sepuluh) persen.
e. pelayanan minimal sistem pembuangan
air limbah berupa unit pengolahan
kotoran manusia/tinja dilakukan dengan
menggunakan sistem setempat atau
sistem terpusat agar tidak mencemari
daerah tangkapan air/resapan air baku;
f. perumahan dengan kepadatan rendah
hingga sedang, setiap rumah wajib
dilengkapi dengan sistem pembuangan air
limbah setempat atau individual yang
berjarak minimal 10 (sepuluh) meter dari
sumur;
g. perumahan dengan kepadatan tinggi,
wajib dilengkapi dengan sistem
pembuangan air limbah terpusat atau
komunal, dengan skala pelayanan satu
lingkungan, hingga satu kelurahan serta
memperhatikan kondisi daya dukung
lahan dan SPAM serta
mempertimbangkan kondisi sosial
ekonomi masyarakat; dan
h. sistem pengolahan limbah domestik pada
kawasan dapat berupa IPAL sistem
konvensional atau alamiah dan pada
bangunan tinggi berupa IPAL dengan
teknologimodern.
(5) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem
jaringan pengelolaan persampahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
terdiri dari TPS, TPST, dan TPA.
(6) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk TPS
sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
diarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. zona TPS terdiri dari zona ruang manfaat
dan zona ruang penyangga;
b. zona ruang manfaat adalah untuk
penampungan sampah dan tempat
peralatan angkutan sampah;
c. zona ruang penyanggah dilarang untuk
kegiatan yang mengganggu penampungan
dan pengangkutan sampah sampai
sejarak 10 (sepuluh) meter dari sekeliling
zona ruang manfaat;
d. persentase luas lahan terbangun sebesar
10 (sepuluh) persen;
e. dilengkapi dengan prasarana dan sarana
minimum berupa ruang pemilahan,
gudang, tempat pemindah sampah yang
dilengkapi dengan landasan container
dan pagar tembok keliling; dan
f. luas lahan minimal 100 (seratus) meter
persegi untuk melayani penduduk
pendukung 2500 (dua ribu lima ratus)
jiwa (1 RW).
(7) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk
TPST sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
diarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. zona TPST terdiri dari zona ruang
manfaat dan zona ruang penyangga;
b. zona ruang manfaat adalah untuk
kegiatan pengumpulan, pemilahan,
penggunaan ulang, pendauran ulang,
pengolahan, dan pemrosesan akhir
sampah;
c. zona ruang penyanggah dilarang untuk
kegiatan yang mengganggu pemrosesan
sampah sampai sejarak 10 (sepuluh)
meter;
d. persentase luas lahan terbangun sebesar
10 (sepuluh) persen;
e. dilengkapi dengan prasarana dan sarana
minimum berupa ruang pemilahan 30
(tiga puluh) meter persegi, pengomposan
sampah organik200 (dua ratus) meter
persegi, gudang 100 (seratus) meter
persegi, tempat pemindah sampah yang
dilengkapi dengan landasan container 60
(enam puluh) meter persegi dan pagar
tembok keliling; dan
f. luas lahan minimal 300 (tiga ratus) meter
persegi untuk melayani penduduk
pendukung 30.000 jiwa (1 kelurahan).
(8) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk TPA
sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
diarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. zona TPA terdiri dari zona ruang manfaat
dan zona ruang penyangga;
b. zona ruang manfaat adalah untuk
pengurugan dan pemrosesan akhir
sampah;
c. zona ruang penyanggah dilarang untuk
kegiatan yang mengganggu pemrosesan
sampah sampai sejarak 300 (tiga ratus)
meter untuk perumahan, 3 (tiga)
kilometer untuk penerbangan, dan 90
(sembilan puluh) meter untuk sumber air
bersih dari sekeliling zona ruang manfaat;
d. persentase luas lahan terbangun sebesar
20 (dua puluh) persen;
e. dilengkapi dengan prasarana dan sarana
minimum berupa lahan penampungan,
sarana dan peralatan pemrosesan
sampah, jalan khusus kendaraan
sampah, kantor pengelola, tempat parkir
kendaraan, tempat ibadah, tempat olah
raga dan pagar tembok keliling;
f. menggunakan metode lahan urug
terkendali; dan
g. lokasi dilarang di kawasan perkotaan dan
kawasan lindung.
(9) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem
jaringan drainase sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf d diarahkan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. mengeringkan kawasan kota dari
genangan, sehingga tidak menimbulkan
dampak negatif;
b. mengalirkan air permukaan ke badan air
penerima terdekat secepatnya;
c. mengendalikan kelebihan air permukaan
yang dapat dimanfaatkan untuk
persediaan air dan kehidupan akuatik;
d. meresapkan air permukaan untuk
menjaga kelestarian air tanah;
e. zona jaringan drainaseterdiri dari zona
manfaat dan zona bebas;
f. zona manfaatadalah untuk penyaluran air
dan dapat diletakkan pada zona manfaat
jalan;
g. zona bebas di sekitar jaringan drainase
dibebaskan dari kegiatan yang dapat
mengganggu kelancaran penyaluran air;
dan
h. pemeliharan dan pengembangan jaringan
drainase dilakukan selaras dengan
pemeliharaan dan pengembangan atas
Rumija.
Paragraf 2
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Untuk
Kawasan Budidaya

Pasal 59
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan
budi daya sebagaimana dimaksud Pasal 55 ayat (3)
huruf b meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan peruntukan perumahan;
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan peruntukan perdagangan dan jasa;
c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan perkantoran;
d. ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan peruntukan industri;
e. ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan peruntukan pariwisata;
f. ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan peruntukan pertanian;
g. ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan RTNH;
h. ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan evakuasi bencana;
i. ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan sektor informal; dan
j. ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan peruntukan lainnya.
k. ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan khusus;

Pasal 60
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
peruntukan perumahan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 58 huruf a diarahkan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
untuk perumahan yang terdiri atas kawasan
perumahan dengan kepadatan tinggi, kepadatan
sedang, dan kepadatan rendah, serta
pengembangan hunian bertingkat
(rusun/apartemen) dengan intensitas terbatas,
selama masih mendukung fungsi kota dan
memenuhi kaidah tata ruang dan daya dukung;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
meliputi kegiatan penunjang kegiatan
perumahan;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
untuk kegiatan industri besar dan kegiatan
lainnya yang mengakibatkan terganggunya
kegiatan perumahan;
d. ketentuan umum intensitas pemanfaatan ruang
meliputi:
1. pada kawasan perumahan kepadatan tinggi
ditetapkan KDB paling tinggi 80 (delapan
puluh) persen;
2. pada kawasan perumahan kepadatan sedang
ditetapkan KDB paling tinggi 60 (enam puluh)
persen; dan
3. pada kawasan perumahan kepadatan rendah
ditetapkan KDB paling tinggi 40 (empat puluh)
persen.
e. penyediaan prasarana dan sarana minimum
meliputi:
1. fasilitas pelayanan pendidikan untuk taman
kanak-kanak dan sekolah dasar;
2. fasilitas pelayanan kesehatan berupa
poliklinik;
3. RTH berupa taman tempat bermain dan
berolahraga;
4. RTNH berupa plasa tempat berkumpul warga;
dan
5. fasilitas pelayanan ibadah.

Pasal 61
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
peruntukan perdagangan dan jasa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 58 huruf b diarahkan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
perdagangan besar dan eceran, jasa keuangan,
jasa perkantoran usaha dan profesional, jasa
hiburan dan rekreasi serta jasa kemasyarakatan,
bangunan multi fungsi, bangunan umum;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
meliputi kegiatan hunian kepadatan menengah
dan tinggi paling besar 10 (sepuluh) persen dari
total luas lantai;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan industri besar dan kegiatan lainnya yang
mengakibatkan terganggunya kegiatan
perdagangan dan jasa;
d. ketentuan umum intensitas pemanfaatan ruang
meliputi:
1. intensitas ruang untuk kawasan perdagangan
dan jasa di pusat pelayanan kota ditetapkan
KDB paling tinggi 80 (tujuh puluh) persen dan
KDH paling rendah 15 (tiga puluh) persen dan
dan KLB 20;
2. intensitas ruang untuk kawasan perdagangan
dan jasa di sub pusat pelayanan kota
ditetapkan KDB paling tinggi 70 (tujuh puluh)
persen dan KDH paling rendah 30 (dua puluh
lima) persen dan dan KLB 12; dan
3. intensitas ruang untuk kawasan perdagangan
dan jasa di pusat lingkungan ditetapkan KDB
paling tinggi 70 (tujuh puluh) persen dan KDH
paling rendah 20 (dua puluh) persen.
e. ketentuan umum prasarana dan sarana minimum
meliputi:
1. prasarana dan sarana umum pendukung
kegiatan perdagangan dan jasa berupa sarana
pejalan kaki yang menerus, sarana
peribadatan, sarana perparkiran, sarana
transportasi umum, ruang terbuka, serta
jaringan utilitas;
2. jalur akses bagi penyandang cacat; dan
3. kawasan penyangga berupa RTH apabila
berbatasan langsung dengan kawasan
lindung.

Pasal 62
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
peruntukan perkantoran sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 58huruf c diarahkan untuk pusat
kegiatan pemerintahan kota, meliputi
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
untuk pelayanan perkantoran pemerintahan,
swasta, dan Badan Usaha Milik Negara/Daerah;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
meliputi kegiatan perdagangan dan jasa,
perumahan dan kegiatan lain yang mendukung
fungsi kegiatan perkantoran;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan pertambangan, kegiatan industri, dan
kegiatan lain yang mengakibatkan terganggunya
kegiatan perkantoran;
d. ketentuan umum intensitas pemanfaatan ruang
meliputi:
1. KDB paling tinggi sebesar 70 (enam puluh)
persen;
2. KLB paling tinggi sebesar 8 (dua koma empat);
dan
3. KDH paling rendah sebesar 30 (tiga puluh)
persen.
e. ketentuan umum prasarana dan sarana minimum
meliputi:
1. sarana pejalan kaki yang menerus;
2. sarana peribadatan;
3. sarana perparkiran; dan
4. sarana transportasi umum.
f. ketentuan khusus kawasan peruntukan
perkantoran meliputi:
1. arsitektur bangunan bernuansa lokal;
2. memperhatikan tata bangunan dan tata
lingkungan; dan
3. menjadi identitas kota.
4. RTH.

Pasal 63
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 58huruf d diarahkan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
industri non polutan berkonsep kawasan industri
eco industrial park, dan sarana penunjangnya
berupa pusat pemasaran produksi, pusat
pemasaran produksi,;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan terbatas
meliputi kegiatan perumahan, kegiatan
pariwisata, pergudangan, serta kegiatan
perdagangan dan jasa, jasa promosi dan informasi
hasil industri, jasa ketenagakerjaan dan jasa
ekspidisi; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan industri besar dan kegiatan lainnya
yang menghasilkan limbah yang berbahaya bagi
lingkungan sekitar.
d. ketentuan umum intensitas pemanfaatan ruang
meliputi:
1. KDB paling tinggi 50 (delapan puluh) persen;
2. KLB paling tinggi 2,5 (dua koma empat); dan
3. KDH paling rendah 30 (tiga puluh) persen.
e. ketentuan umum prasarana dan sarana minimum
meliputi:
1. prasarana dan sarana telekomunikasi, listrik,
air bersih, drainase,
2. pembuangan limbah dan persampahan, WC
umum,
3. parkir, lapangan terbuka,
4. bangunan gudang;
5. pemadam kebakaran
6. sarana peribadatan;
7. sarana kesehatan; dan
8. taman-taman lingkungan dan jalur hijau
(green belt) sebagai penyangga atau buffer
antar fungsi kawasan, serta
9. sarana pengelolaan limbah (IPAL) sesuai
dengan kapasitas produksi.
f. kegiatan lain yang tidak sesuai dan memiliki izin
yang berada di luar kawasan industri, harus
menyesuaikan pada akhir masa berlaku izin dan
kegiatan lain yang tidak memiliki izin direlokasi
paling lambat 3 (tiga) tahun.

Pasal 64
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 58huruf e diarahkan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
pariwisata dan kegiatan penunjang pariwisata,
kegiatan jasa tour, travel, penginapan, berbagai
jenis kegiatan wisata yang terkait;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
meliputi kegiatan perdagangan dan jasa, serta
kegiatan industri kecil;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan yaitu kegiatan
yang mengakibatkan terganggunya kegiatan
pariwisata;
d. ketentuan umum intensitas pemanfaatan ruang
meliputi:
1. KDB pada kawasan usaha jasa pariwisata
paling tinggi 60 (enam puluh) persen dan KDH
paling sedikit 20 (dua puluh) persen;
2. KDB pada kawasan objek dan daya tarik
wisata paling tinggi 20 (dua puluh) persen dan
KDH 40 (empat puluh) persen; dan
3. KDB pada kawasan usaha sarana pariwisata
paling tinggi sebesar 60 (enam puluh) persen
dan KDH 20 (dua puluh) persen.
e. penyediaan prasarana dan sarana minimum
meliputi:
1. prasaran dan sarana telekomunikasi, listrik,
air bersih, drainase, pembuangan limbah dan
persampahan;
2. WC umum, parkir, lapangan terbuka, pusat
perbelanjaan skala lokal;
3. sarana peribadatan;
4. sarana kesehatan;
5. persewaan kendaraan, ticketing, money
changer; dan
6. memiliki akses yang terintegrasi dengan
terminal.

Pasal 65
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
peruntukan pertanian kota sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 58huruf fberfungsi sebagai zona lahan
pertanian pangan berkelanjutan diarahkan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
tanaman pangan, hortikultura dan agrowisata,
pembibitan, bangunan pendukung kegiatan
pertanian;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
meliputi kegiatan peternakan kegiatan perikanan,
bangunan rumah perdagangan dan jasa, serta
kegiatan industri kecil terkait hasil pertanian;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan adalah
1. kegiatan budidaya bangunan yang
mengurangi luas kawasan sawah irigasi,
2. kegiatan budidaya dan bangunan yang
mengurangi atau merusak fungsi lahan,
kualitas air dan kualitas tanah;
3. pendirian bangunan bangunan permanen.
d. ketentuan umum intensitas pemanfaatan ruang
meliputi:
1. KDB paling tinggi 40 (empat puluh) persen;
2. KLB paling tinggi 0,6 (nol koma enam); dan
3. KDH paling rendah 25 (dua puluh lima)
persen
e. penyediaan prasarana dan sarana minimum :
1. saluran irigasi;
2. jaringan jalan produksi pertanian,
3. sarana bongkar muat.

Pasal 66
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
peruntukan RTNH sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 58huruf g bertujuan untuk
memberikan dukungan terhadap fungsi
kegiatan-kegiatan kepemerintahan dan kegiatan
permukiman, serta terselenggaranya keserasian
kehidupan lingkungan dan sosial.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
peruntukan RTNH sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi
kegiatan pemanfaatan ruang untuk
kegiatan berlangsungnya aktivitas
masyarakat, kegiatan olah raga, kegiatan
rekreasi, kegiatan parkir, penyediaan plasa,
monument, evakuasi bencana dan
landmark;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
meliputi kegiatan pemanfaatan ruang
untuk sektor informal secara terbatas
untuk menunjang kegiatan sebagaimana
dimaksud huruf a sesuai dengan KDB yang
ditetapkan;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan yaitu
kegiatan selain sebagaimana dimaksud
pada huruf a dan b;
d. intensitas pemanfaatan ruang meliputi:
1. KDB paling tinggi 10 (dua puluh)
persen;
2. KLB paling tinggi 0,4 (nol koma empat);
dan
3. KDH paling rendah 30 (tiga puluh)
persen.
e. penyediaan prasarana dan sarana
minimum meliputi: prasarana dan sarana
penunjang untuk manula dan penyandang
cacat.

Pasal 67
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
peruntukan ruang evakuasi bencana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58huruf h
meliputi ruang evakuasi bencana.
(2) Ruang evakuasi bencana sebagaimana dimaksud
pada ayat (1)
a. ketentuan umum kegiatan dan penggunaan
ruang meliputi:
1. kegiatan yang diperbolehkan meliputi
kegiatan pemanfaatan ruang untuk
kegiatan pembangunan prasarana dan
sarana evakuasi bencana, penghijauan,
dan pembangunan fasilitas penunjang
keselamatan orang dan menunjang
kegiatan operasionalisasi evakuasi
bencana;
2. kegiatan yang diperbolehkan dengan
syarat meliputi kegiatan pemanfaatan
ruang secara terbatas untuk menunjang
kegiatan evakuasi bencana; dan
3. kegiatan yang tidak diperbolehkan
meliputi kegiatan selain sebagaimana
dimaksud pada angka1 dan 2, tidak boleh
dialihfungsikan menjadikan kawasan
perdagangan, industri dan permukiman.
b. Intensitas pemanfaatan ruang meliputi:
1. KDB paling tinggi 40 (empat puluh)
persen;
2. KLB paling tinggi 0,8 (nol koma delapan);
dan
3. KDH paling rendah 80 (delapan puluh)
persen.
c. penyediaan prasarana dan sarana minimum
ruang evakuasi bencana, meliputi :
1. shelter (bangunan penampung pengungsi
sementara);
2. fasilitas sanitasi;
3. sarana aksesibilitas, petunjuk arah, dan
4. sarana dasar seperti sumber air bersih
dan tempat Mandi Cuci Kakus (MCK).

Pasal 68
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
peruntukan ruang sektor informal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 58huruf i diatur sebagai
berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
pemanfaatan ruang untuk kegiatan pembangunan
prasarana dan sarana sektor informal,
penghijauan, pembangunan fasilitas penunjang
kegiatan sektor informal, dan bangunan jenis
temporer;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
meliputi kegiatan pemanfaatan ruang secara
terbatas untuk menunjang kegiatan sektor
informal;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada
huruf a dan b, dan tidak boleh dialihfungsikan
menjadi kawasan industri dan kawasan
permukiman;
d. intensitas pemanfaatan ruang meliputi:
1. KDB paling tinggi 40 (empat puluh) persen;
2. KLB paling tinggi 0,4 (nol koma empat); dan
3. KDH paling rendah 20 (dua puluh) persen.
e. penyediaan prasarana dan sarana minimum
meliputi:
1. penyediaan RTH publik;
2. fasilitas kebersihan;
3. sarana peribadatan; dan
4. sarana parkir.

Pasal 69
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan peruntukan lainnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 58huruf j meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
sarana transportasi;
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan saranapendidikan;
c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasansarana pelayanan umum
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan sarana transportasi termina
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
diarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. zona transportasi diarahkan untuk kegiatan
pemindahan orang/penumpang dan atau
barang/ternak dari suatu tempat ke tempat
yang lain melalui darat, dengan
menggunakan alat angkutan bermotor
maupun tidak bermotor;
b. pergudangan diarahkan untuk kegiatan
penyimpanan barang;
c. intensitas ruang untukzona transportasi,
pergudangan dan komunikasi diarahkan
maksimal KDB 50 (lima puluh) persen dan
minimal KDH 30 (tiga puluh) persen; dan
d. dilengkapi dengan sarana pelataran parkir
untuk kendaraan besar, bongkar muat
barang dan tempat penumpukkan barang
sementara.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan saranapendidikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b diarahkan
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi
pendidikan dan pelatihan yang terkait
dengan kegiatan keterampilan;
b. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
bangunan menara telekomunikasi dan
papan reklame;
c. intensitas pemanfaatan ruang meliputi:
1. KDB paling tinggi 60 (empat puluh)
persen; dan
2. KDH paling tinggi 30(tiga puluh) persen;
d. penyediaan prasarana dan sarana minimum
meliputi:
1. aksesibilitas bagi penyandang cacat,
2. sarana olah raga,
3. ibadah,
4. kesehatan,
5. perbelanjaan skala lokal,
6. pelataran parkir;
7. wajib menyediakan zona penyangga
berupa RTH apabila berbatasan
langsung dengan kawasan lindung,
kawasan yang menghasilkan limbah
beracun dan berbahaya, dan kawasan
yang menimbulkan gangguan
kebisingan;
8. sarana dan prasarana pendukung
kelancaran pergerakan pada ruas jalan
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan saranapelayanan umum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c diarahkan
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi
bangunan dan kelengkapan kegiatan
kesehatan dan kegiatan peribadatan;
b. kegiatan yang diperboehkan secara terbatas
meuiputi hunian, pendidikan dan riset serta
rekreasi, olahraga dengan luas total tidak
melebihi 10 (sepuluh) persen total luas
lantai;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
bangunan menara telekomunikasi, kegiatan
yang menimbulkan kebisingan;
d. intensitas pemanfaatan ruang meliputi:
1. KDB paling tinggi 50 (empat puluh)
persen; dan
2. KDH paling tinggi 30(tiga puluh) persen;
e. penyediaan prasarana dan sarana minimum
meliputi:
1. aksesibilitas bagi penyandang cacat,
2. pelataran parkir;
3. IPA;
4. Jalur evakuasi;
5. wajib menyediakan zona penyangga
berupa RTH apabila berbatasan
langsung dengan kawasan lindung,
kawasan yang menghasilkan limbah
beracun dan berbahaya, dan kawasan
yang menimbulkan gangguan
kebisingan;
6. sarana dan prasarana pendukung
kelancaran pergerakan pada ruas jalan.

Pasal 70
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan khusus sebagaimana dimaksud Pasal
58huruf kmeliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan pertahanan dan keamanan;
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk
TPA
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan pertahanan dan keamanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
diarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi
kegiatan pemanfaatan ruang yang dapat
mendukung fungsi kawasan pertahanan dan
keamanan
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
meliputi kegiatan di dalam dan atau di
sekitar kawasan pertahanan dan keamanan
yang dapat mengganggu fungsi kawasan;
dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan yang dapat mengganggu dan atau
merubah fungsi utama kawasan.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan TPA sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a diarahkan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi
kegiatan penimbunan dan pengolahan
persampahan;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan terbatas
meliputi kegiatan pemanfaatan ruang secara
terbatas kegiatan 3R;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan yang mengganggu pemrosesan
sampah sampai sejarak 300 m untuk
perumahan, 3 km untuk penerbangan, dan 90
m untuk sumber air bersih dari sekeliling
zona ruang manfaat;
d. intensitas pemanfaatan ruang meliputi:
1. KDB paling tinggi 20 (empat puluh)
persen; dan
2. KLB paling tinggi 0,4 (nol koma empat);
e. penyediaan prasarana dan sarana minimum
meliputi:
1. lahan penampungan,
2. sarana dan peralatan pemrosesan
sampah,
3. jalan khusus kendaraan sampah,
4. kantor pengelola,
5. tempat parkir kendaraan,
6. tempat ibadah,
7. tempat olahraga dan
8. pagar tembok keliling.

Pasal 71
(1) Di kawasan budi daya dapat ditetapkan kegiatan
selain untuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal
32 ayat (3), dengan ketentuan tidak mengganggu
dominasi fungsi kawasan yang bersangkutan dan
tidak melanggar ketentuan umum peraturan
zonasi pola ruang sebagaimana diatur dalam
peraturan daerah ini.
(2) Pemanfaatan kawasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat dilaksanakan setelah adanya
kajian komprehensif dan setelah mendapat
rekomendasi dari badan atau pejabat yang
tugasnya mengkoordinasikan penataan ruang di
Kota Binjai.

Paragraf 2 Bagian Ketiga


Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Pola Ruang Ketentuan Perizinan

Pasal 72 Paragraf 1
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi pola ruang Umum
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat
(3) huruf b meliputi: Pasal 72
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk (1) Ketentuan perizinan sebagaimana dimaksud
kawasan lindung; dan dalam Pasal 59 ayat (2) huruf b merupakan
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk acuan bagi pejabat yang berwenang dalam
kawasan budi daya; pemberian izin pemanfaatan ruang berdasarkan
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk rencana struktur dan rencana pola ruang yang
kawasan lindung sebagaimana dimaksud ditetapkan dalam peraturan daerah ini.
pada ayat (1) meliputi: (2) Ketentuan perizinan ini bertujuan untuk:
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk a. menjamin pemanfaatan ruang sesuai
kawasan perlindungan setempat; dengan rencana tata ruang, standar, dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi kualitas minimum yang ditetapkan;
untukRTH kota; b. menghindari eksternalitas negatif; dan
c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk c. melindungi kepentingan umum.
kawasan cagar budaya; dan
d. ketentuan umum peraturan zonasi untuk Pasal 73
kawasan rawan bencana banjir; Izin pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk dalam Pasal 71 ayat (1) adalah izin yang
kawasan budi daya sebagaimana dimaksud dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan ruang
pada ayat (1) meliputi: sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk perundangan yang terdiri atas:
kawasan perumahan; a. izin/rekomendasi prinsip;
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk b. izin lokasi;
kawasan perdagangan dan jasa; c. izin penggunaan pemanfaatan tanah/keterangan
c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk rencana peruntukan tanah;
kawasan perkantoran; d. izin lingkungan;
d. ketentuan umum peraturan zonasi untuk e. izin mendirikan bangunan; dan
kawasan industri; f. izin lain berdasarkan peraturan perundang-
e. ketentuan umum peraturan zonasi untuk undangan.
kawasan pariwisata;
f. ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan RTNH; Pasal 74
g. ketentuan umum peraturan zonasi untuk Izin/rekomendasi prinsip sebagaimana dimaksud
kawasan evakuasi bencana; pada pasal 72 huruf a merupakan persetujuan
h. ketentuan umum peraturan zonasi untuk pendahuluan yang dipakai sebagai kelengkapan
kawasan sektor informal; dan persyaratan teknis permohonan izin lokasi, bagi
i. ketentuan umum peraturan zonasi untuk perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri
kawasan peruntukan lainnya. (PMDN)/Penanaman Modal Asing (PMA), Surat
Persetujuan Penanaman Modal (SPPM) untuk PMDN
Pasal 73 dari Meninves/Ketua Badan Koordinasi Penanaman
Modal (BKPM) atau Surat Pemberitahuan Presiden
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk untuk PMA digunakan sebagai Izin Prinsip.
kawasan perlindungan setempat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 72 ayat (2) huruf a Pasal 75
meliputi sempadan sungai, dan kawasan (1) Izin lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
sekitar waduk/danau buatan diarahkan 72 huruf b diberikan kepada perusahaan yang
dengan ketentuan sebagai berikut: sudah mendapat persetujuan penanaman
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk modal untuk memperoleh tanah yang
sempadan sungai diarahkan dengan diperlukan.
ketentuan sebagai berikut: (2) Jangka waktu izin lokasi dan perpanjangannya
1. pemanfaatan ruang yang mengacu pada ketentuan yang ditetapkan oleh
mengganggu bentang alam, dinas yang menyelenggarakan urusan
mengganggu kesuburan dan pemerintah di bidang penataan ruang.
keawetan tanah, fungsi hidrologi dan (3) Perolehan tanah oleh pemegang izin lokasi
hidraulis, kelestarian flora dan fauna, harus diselesaikan dalam jangka waktu izin
serta kelestarian fungsi lingkungan lokasi.
hidup; (4) Permohonan izin lokasi yang disetujui harus
2. pemanfaatan hasil tegakan; dan/atau diberitahukan kepada masyarakat setempat.
3. kegiatan yang merusak kualitas air (5) Penolakan permohonan izin lokasi harus
sungai, kondisi fisik tepi sungai dan diberitahukan kepada pemohon beserta alasan-
dasar sungai, serta mengganggu alasannya.
aliran air.
b. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk Pasal 76
sempadan waduk/danau diarahkan (1) Izin penggunaan pemanfaatan
dengan ketentuan sebagai berikut: tanah/keterangan rencana peruntukan tanah
1. pemanfaatan ruang yang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 huruf c
mengganggu bentang alam, diberikan berdasarkan rencana tata ruang,
mengganggu kesuburan dan RDTR dan/atau peraturan zonasi sebagai
keawetan tanah, fungsi hidrologi, persetujuan terhadap kegiatan budi daya secara
kelestarian flora dan fauna, serta rinci yang akan dikembangkan dalam kawasan.
kelestarian fungsi lingkungan hidup; (2) Setiap orang atau badan hukum yang akan
2. pemanfaatan hasil tegakan; dan/atau memanfaatkan ruang harus mendapatkan izin
3. kegiatan yang merusak kualitas air, peruntukan pemanfaatan tanah.
kondisi fisik kawasan sekitarnya, dan (3) Izin penggunaan pemanfaatan tanah
daerah tangkapan air kawasan yang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku
bersangkutan. selama 1 (satu) tahun, serta dapat diperpanjang
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk 1 (satu) kali berdasarkan permohonan yang
RTH kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal bersangkutan.
72 ayat (2) huruf b diarahkan dengan (4) Izin penggunaan pemanfaatan tanah yang tidak
ketentuan sebagai berikut: diajukan perpanjangannya sebagaimana
a. zona RTH adalah untuk RTH kawasan dimaksud pada ayat (3) dinyatakan gugur
perlindungan setempat berupa RTH dengan sendirinya.
sempadan sungai, RTH pengamanan (5) Apabila pemohon ingin memperoleh kembali
sumber air baku/mata air, dan rekreasi, izin yang telah dinyatakan gugur dengan
serta dilarang untuk kegiatan yang sendirinya sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
mengakibatkan terganggunya fungsi RTH; harus mengajukan permohonan baru.
b. proporsi RTH pada wilayah perkotaan (6) Untuk memperoleh izin penggunaan
adalah sebesar minimal 30 (tiga puluh) pemanfaatan tanah permohonan diajukan
persen yang terdiri dari 20 (dua puluh) secara tertulis kepada dinas yang
persen RTH publik dan 10 (sepuluh) menyelenggarakan urusan pemerintah di
persen RTH privat; bidang penataan ruang dengan tembusan
c. pendirian bangunan dibatasi untuk kepada pemerintah kota.
bangunan penunjang kegiatan rekreasi (7) Perubahan izin penggunaan pemanfaatan tanah
dan fasilitas umum lainnya, dan bukan yang telah disetujui wajib dimohonkan kembali
bangunan permanen; dan secara tertulis kepada dinas yang
d. RTH di kota memiliki luas paling sedikit menyelenggarakan urusan pemerintah di
343 (tiga ratus empat puluh tiga) hektar, bidang penataan ruang.
dengan bentuk satu hamparan, atau (8) Permohonan izin penggunaan pemanfaatan
jalur, atau kombinasi dari bentuk satu tanah ditolak apabila tidak sesuai dengan
hamparan dan jalur, dan didominasi rencana tata ruang, RDTR dan/atau peraturan
komunitas tumbuhan. zonasi serta persyaratan yang ditentukan atau
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan lokasi yang dimohon dalam keadaan sengketa.
cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam (9) Dinas yang menyelenggarakan urusan
Pasal 72 ayat (2) huruf c diarahkan dengan pemerintah di bidang penataan ruang dapat
ketentuansebagai berikut: mencabut izin penggunaan pemanfaatan tanah
a. zona cagar budaya terdiri dari zona yang telah dikeluarkan apabila terdapat
mintakat inti, zona mintakat penyangga, penyimpangan dalam pelaksanaannya.
dan mintakat pengembang; (10) Terhadap orang atau badan hukum yang akan
b. zona mintakat inti adalah untuk lahan memanfaatkan ruang kawasan dikenakan
situs, dan dilarang melakukan kegiatan retribusi izin penggunaan pemanfaatan tanah.
yang mengurangi, menambah, mengubah, (11) Besarnya retribusi izin penggunaan
memindahkan, dan mencemari benda pemanfaatan tanah ditetapkan berdasarkan
cagar budaya; fungsi lokasi, peruntukan, ketinggian tarif dasar
c. zona mintakat penyangga di sekitar situs fungsi, luas penggunaan ruang serta biaya
adalahuntuk kegiatan yang mendukung pengukuran.
dan sesuai bagi kelestarian situs, serta (12) Ketentuan lebih lanjut tentang izin penggunaan
dilarang untuk kegiatan yang dapat pemanfaatan tanah diatur sesuai ketentuan
mengganggu fungsi cagar budaya; peraturan perundang-undangan.
d. zona mintakat pengembangan adalah (13) Izin penggunaan pemanfaatan tanah berlaku
untuk kegiatan untuk sarana sosial, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yang
ekonomi, dan budaya, serta dilarang diberikan berdasarkan ketentuan meliputi:
untuk kegiatan yang bertentangan a. tata bangunan dan lingkungan;
dengan prinsip pelestarian benda cagar b. peruntukan dan fungsi bangunan;
budaya dan situsnya; c. perpetakan/kavling;
e. di kawasan cagar budaya dilarang untuk d. Garis Sempadan Bangunan (GSB);
menyelenggarakan: e. KLB, KDB dan KDH;
f. kegiatan yang merusak kekayaan budaya f. rencana elevasi/grading plan;
bangsa yang berupa peninggalan sejarah; g. rencana jaringan utilitas;
dan h. rencana jaringan jalan; dan
g. pemanfaatan ruang yang mengganggu i. perencanaan lingkungan/peruntukan.
upaya pelestarian budaya masyarakat
setempat. Pasal 77
h. persentase luas lahan terbangun untuk (1) Izin lingkungan sebagaimana dimaksud dalam
zona mintakat inti dan penyangga Pasal 72 huruf d merupakan persetujuan yang
maksimum 40 (empat puluh) persen, dan menyatakan aktivitas budi daya rinci yang
untuk zona mintakat pengembang terdapat dalam kawasan yang dimohon layak
maksimum 50 (lima puluh) persen. dari segi lingkungan hidup.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan (2) Setiap usaha dan atau kegiatan yang wajib
rawan bencana banjir sebagaimana dimaksud memiliki AMDAL atau Upaya Pengelolaan
dalam Pasal 72 ayat (2) huruf d diarahkan Lingkungan Hidup (UKL)/Upaya Pemantauan
dengan ketentuan sebagai berikut: Lingkungan Hidup (UPL) wajib memiliki izin
a. zona kawasan rawan bencana banjir lingkungan.
terdiri dari zona tingkat kerawanan tinggi, (3) Izin lingkungan merupakan persyaratan untuk
zona tingkat kerawanan melaksanakan izin usaha dan/atau kegiatan.
menengah/sedang, dan zona tingkat (4) Dalam hal izin lingkungan dicabut, izin usaha
kerawanan rendah; dan atau kegiatan dibatalkan.
b. zona tingkat kerawanan tinggi untuk (5) Ketentuan mengenai izin lingkungan
tipologi A di sempadan sungai adalah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur
untuk kegiatan pertanian, kegiatan lebih lanjut dalam peraturan walikota.
pariwisata terbatas, dilarang untuk budi
daya dan kegiatan yang dapat Pasal 78
mengganggu fungsi sempadan sungai; (1) Izin mendirikan bangunan sebagaimana
c. zona tingkat kerawanan menengah untuk dimaksud dalam Pasal 72 huruf e diberikan
tipologi B adalah untuk kegiatan berdasarkan surat penguasaan tanah, rencana
perumahan, transportasi, pariwisata, tata ruang, RDTR, peraturan zonasi dan
pertanian, perkebunan, perikanan, hutan persyaratan teknis lainnya.
kota/rakyat/produksi, dan dilarang (2) Setiap orang atau badan hukum yang akan
untuk kegiatan industri; melaksanakan pembangunan fisik harus
d. zona tingkat kerawanan rendah tipologi C mendapatkan izin mendirikan bangunan.
adalah untuk kegiatanbudi daya, dilarang (3) Izin mendirikan bangunan sebagaimana
untuk kegiatan industri; dimaksud pada ayat (2) berlaku sampai
e. persentase luas lahan terbangun untuk pembangunan fisik selesai.
zona tingkat kerawanan menengah untuk (4) Setiap orang atau badan hukum yang
tipologi B maksimum 40 (empat puluh) melaksanakan pembangunan fisik tanpa
persen; dan memiliki izin mendirikan bangunan akan
f. persentase luas lahan terbangun untuk dikenakan sanksi.
zona tingkat kerawanan rendah untuk (5) Untuk memperoleh izin mendirikan bangunan
tipologi C maksimum 60 (enam puluh) permohonan diajukan secara tertulis kepada
persen. pemerintah kota dengan tembusan kepada
dinas yang menyelenggarakan urusan
pemerintah di bidang penataan ruang.
(6) Perubahan izin mendirikan bangunan yang
telah disetujui wajib dimohonkan kembali
Pasal 74 secara tertulis kepada dinas yang
menyelenggarakan urusan pemerintah di
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan bidang penataan ruang.
peruntukan perumahan sebagaimana dimaksud (7) Permohonan izin mendirikan bangunan ditolak
dalam Pasal 72 ayat (3) huruf a diarahkan dengan apabila tidak sesuai dengan fungsi bangunan,
ketentuan sebagai berikut: ketentuan atas KDB, KTB, KLB, GSB, dan
a. zonasi kawasan perumahan terdiri dari zona ketinggian bangunan, garis sempadan yang
perumahan dengan kepadatan tinggi, zona diatur dalam rencana tata ruang serta
perumahan dengan kepadatan sedang, dan persyaratan yang ditentukan atau lokasi yang
zona perumahan dengan kepadatan rendah; dimohon dalam keadaan sengketa.
b. zona perumahan dengan kepadatan tinggi (8) Dinas yang menyelenggarakan urusan
adalah untuk pembangunan perumahan pemerintah di bidang penataan ruang dapat
dengan kepadatan bangunan 51 (lima puluh meminta pemerintah kota untuk memberikan
satu) sampai 100 (seratus) unit per hektar; keputusan atas permohonan izin mendirikan
c. zona perumahan dengan kepadatan sedang bangunan dan pemerintah kota wajib
adalah untuk pembangunan rumah dan memberikan jawaban.
perumahan dengan kepadatan bangunan 26 (9) Pemerintah kota dapat mencabut izin
(dua puluh enam) sampai 50 (lima puluh) unit mendirikan bangunan yang telah dikeluarkan
per hektar; apabila terdapat penyimpangan dalam
d. zona perumahan dengan kepadatan rendah pelaksanaannya.
adalah untuk pembangunan rumah dengan (10) Terhadap orang atau badan hukum yang akan
tipe rumah taman dengan kepadatan memanfaatkan ruang kawasan dikenakan
bangunanlebih kecil atau sama dengan 25 (dua retribusi izin mendirikan bangunan.
puluh lima) unit per hektar; (11) Besarnya retribusi izin mendirikan bangunan
e. intensitas kawasan untuk lingkungan ditetapkan berdasarkan fungsi lokasi,
kepadatan tinggi dituangkan dalam Rencana peruntukan, ketinggian tarif dasar fungsi, luas
Detail Tata Ruang Kota; penggunaan ruang serta biaya pengukuran.
f. intensitas kawasan untuk lingkungan (12) Ketentuan tentang izin mendirikan bangunan
kepadatan sedang dituangkan dalam Rencana diatur lebih lanjut dalam peraturan walikota.
Detail Tata Ruang Kota;
g. intensitas kawasan untuk lingkungan Pasal 79
kepadatan rendah dituangkan dalam Rencana Izin lain berdasarkan peraturan perundang-
Detail Tata Ruang Kota; undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72
h. prasarana dan sarana minimal perumahan huruf f merupakan izin yang diberikan untuk
mengacu pada Standar Pelayanan Minimal kegiatan pemanfaatan ruang sesuai peraturan
(SPM) bidang perumahan; perundang-undangan.
i. kegiatan-kegiatan lain yang tidak sesuai
peruntukannya pada kawasan perumahan dan
tidak memiliki izin harus ditertibkan paling
lambat3 (tiga) tahun;
j. kegiatan-kegiatan lain yang tidak sesuai
peruntukannya pada kawasan perumahan dan
memiliki izin harus menyesuaikan pada akhir
masa berlaku izin; dan
k. kawasan perumahan yang merupakan lahan
reklamasi wajib mengikuti ketentuan Analisa
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).

Pasal 75

Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan


peruntukan perdagangan dan jasa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 72 ayat (3) huruf b
diarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. zonasi kawasan perdagangan dan jasa terdiri
dari zona perdagangan dan jasa pelayanan
kota, serta zona perdagangan dan jasa lokal;
b. zona perdagangan dan jasa pelayanan kota
adalah untuk kegiatan perdagangan besar dan
eceran,jasa keuangan,jasa perkantoran usaha
dan profesional, jasa hiburan dan rekreasi serta
jasa kemasyarakatan;
c. zona perdagangan dan jasa lokal adalah untuk
kegiatan perdagangan eceran,jasa
keuangan,jasa perkantoran usaha dan
profesional, jasa hiburan dan rekreasi serta
jasa kemasyarakatan dan perumahan
kepadatan menengah dan tinggi;
d. intensitas ruang untuk kawasan perdagangan
dan jasa pelayanan kota adalah maksimal KDB
40 (empat puluh) persen dan minimal KDH 30
(tiga puluh) persen;
e. intensitas ruang untuk kawasan perdagangan
dan jasa lokal adalah maksimal KDB 50 (lima
puluh) persen dan minimal KDH 30 (tiga puluh)
persen;
f. dilengkapidengan prasarana dan sarana umum
pendukung seperti sarana pejalan kaki yang
menerus, sarana peribadatan dan sarana
perparkiran, sarana kuliner, sarana
transportasi umum, ruang terbuka, serta
jaringan utilitas;
g. memiliki aksesibilitas bagi penyandang cacat;
h. kegiatan hunian kepadatan menengah dan
tinggi diizinkan di kawasan ini maksimum 10
(sepuluh) persen dari total luas lantai;
i. wajib menyediakan zona penyangga berupa
RTH apabila berbatasan langsung dengan
kawasan lindung;
j. pusat perdagangan dan jasa bernuansa
internasional serta berupa pola superblock (mix
use);
k. sarana media ruang luar komersial harus
memperhatikan tata bangunan dan tata
lingkungan, kestabilan struktur serta
keselamatan;
l. kawasan perdagangan dan jasa yang
merupakan lahan reklamasi wajib mengikuti
ketentuan pengendalian pencemaran dan
kerusakan lingkungan hidup;
m. kawasan perdagangan dan jasa wajib
dilengkapi dengan rencana rinci;
n. kegiatan industri yang memiliki izin dan berada
pada kawasan perdagangan dan jasa, harus
menyesuaikan pada akhir masa berlaku izin;
dan
o. kegiatan industri yang tidak memiliki izin
direlokasi paling lambat 3 (tiga) tahun.

Pasal 76

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan


peruntukan perkantoran sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 72 ayat (3) huruf c
diarahkan untuk pusat kegiatan
pemerintahan.
(2) Pusat kegiatan pemerintahan merupakan
zona dalam kawasan pemerintahan untuk
kegiatan pemerintahan Kota Binjai dengan
kegiatan perkantoran pemerintahan, kegiatan
akomodasi, rekreasi, dan dilarang untuk
kegiatan lain seperti perumahan dan
kegiatan-kegiatan yang mengganggu
kenyamanan dan keamanan serta
menimbulkan pencemaran.
(3) KDB paling tinggi sebesar 60 (enam puluh)
persen.
(4) KLB paling tinggi sebesar 2,0.
(5) KDH paling rendah sebesar 30 (tiga puluh)
persen.
(6) Dilengkapi dengan prasarana dan sarana
umum pendukung seperti sarana pejalan kaki
yang menerus, sarana peribadatan dan
sarana perparkiran, sarana kuliner, dan
sarana transportasi umum.

Pasal 77

Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan


peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 72 ayat (3) huruf d diarahkan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. zonasi kawasan industri adalah kawasan
industri non polutan;
b. zona kawasan industri non polutan berupa
kawasan industri yang tidak menimbulkan
polusi;
c. persentase KDB sebesar 60 (enam puluh)
persen dan RTH sebesar 10 (sepuluh) persen;
d. fasilitas penunjang industri meliputi
perkantoran industri, terminal barang, tempat
ibadah, fasilitas olah raga, pemadam
kebakaran, IPAL, rumah telkom, dan jasa-jasa
penunjang industri seperti jasa promosi dan
informasi hasil industri, jasa ketenagakerjaan,
dan jasa ekspedisi;
e. pada kawasan industri diizinkan untuk
kegiatan lain yang berupa hunian, rekreasi,
serta perdagangan dan jasa dengan luas total
tidak melebihi 10 (sepuluh) persen total luas
lantai;
f. memiliki akses yang baik dari dan ke semua
kawasan yang dikembangkan dalam wilayah
Kota Binjai terutama akses ke zona
perdagangan dan akses menuju pelabuhan dan
bandara di Kawasan Perkotaan Mebidangro;
g. wajib menyediakan IPAL sesuai dengan
kapasitas produksi;
h. Pengembangan kawasan industri
memperhatikan konsep eco industrial park;
i. pengembangan kawasan industri wajib
mengikuti ketentuan pengendalian pencemaran
dan kerusakan lingkungan hidup; dan
j. kegiatan lain yang tidak sesuai dan memiliki
izin yang berada di luar kawasan industri,
harus menyesuaikan pada akhir masa berlaku
izin dan kegiatan lain yang tidak memiliki izin
direlokasi paling lambat 3 (tiga) tahun.

Pasal 78

Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan


peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 72 ayat (3) huruf e diarahkan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. zonasi kawasan pariwisata terdiri dari zona
usaha jasa pariwisata, zona obyek dan daya
tarik wisata serta zona usaha sarana
pariwisata;
b. zona usaha jasa pariwisata adalah untuk jasa
biro perjalanan wisata, jasa agen perjalanan
wisata, jasa pramuwisata, jasa konvensi,
perjalanan insentif, pameran, jasa impresariat,
jasa konsultan pariwisata, dan jasa informasi
pariwisata;
c. zona obyek dan daya tarik wisata adalah untuk
obyek dan daya tarik wisata alam, obyek dan
daya tarik wisata budaya, dan obyek dan daya
tarik wisata minat khusus;
d. zona usaha sarana pariwisata adalah untuk
penyediaan akomodasi, makan dan
minum,angkutan wisata, sarana wisata tirta,
dan kawasan pariwisata;
e. persentase KDB pada zona usaha jasa
pariwisata maksimal sebesar 60 (enam puluh)
persen dan RTH 20 (dua puluh) persen;
f. persentase KDB pada zona obyek dan daya
tarik wisata maksimal sebesar20 (dua puluh)
persen dan RTH 40 (empat puluh) persen;
g. persentase KDB pada zona usaha sarana
pariwisata maksimal sebesar60 (enam puluh)
persen dan RTH 20 (dua puluh) persen;
h. prasarana dan sarana minimal meliputi
telekomunikasi, listrik, air bersih, drainase,
pembuangan limbah dan persampahan, WC
umum, parkir, lapangan terbuka, pusat
perbelanjaan skala lokal, sarana peribadatan
dan sarana kesehatan, persewaan kendaraan,
ticketing, money changer;
i. memiliki akses yang terintegrasi dengan
terminal;
j. perubahan zona pariwisata dimungkinkan
untuk tujuan perlindungan lingkungan;
k. pembangunan obyek dan daya tarik wisata
alam dapat memanfaatkan zona sempadan
sungai dan kawasan sekitar waduk buatan
dengan memperhatikan arahan peraturan
zonasinya; dan
l. kegiatan lain yang tidak sesuai dan memiliki
izin yang berada pada kawasan pariwisata,
harus menyesuaikan pada akhir masa berlaku
izin dan kegiatan lain yang tidak memiliki izin
direlokasi paling lambat 3 (tiga) tahun.
Pasal 79

1. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan


peruntukan RTNH sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 72 ayat (3) huruf f bertujuan
untuk memberikan dukungan terhadap fungsi
kegiatan-kegiatan kepemerintahan dan
kegiatan permukiman, serta terselenggaranya
keserasian kehidupan lingkungan dan sosial.
2. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
peruntukan RTNH sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) adalah berupa ruang terbuka
yang tidak ditanami pepohonan yang
dipergunakan untuk berbagai kegiatan
meliputi pelataran parkir, lapangan upacara,
lapangan bermain dan lapangan olah
raga/stadion.
Pasal 80 Tata Cara Pemberian Izin

1. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan Pasal 80


peruntukan ruang evakuasi bencana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 ayat (1) Tata cara pemberian izin prinsip sebagaimana
(3) huruf g meliputi ruang evakuasi bencana. dimaksud dalam Pasal 72 huruf a ditetapkan
2. Ruang evakuasi bencana sebagaimana sebagai berikut:
dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan a. pemohon mengajukan permohonan kepada
aksesibilitas, petunjuk arah, dan sarana dasar kepala dinas yang menyelenggarakan
seperti sumber air bersih dan tempat Mandi urusan pemerintah di bidang penataan
Cuci Kakus (MCK). ruang dengan melengkapi semua
persyaratan;
b. dinas yang menyelenggarakan urusan
pemerintah di bidang penataan ruang
mengevaluasi permohonan yang dimaksud
dan membuat keputusan menerima atau
menolak permohonan;
c. permohonan yang disetujui akan diterbitkan
izin prinsip oleh kepala dinas yang
menyelenggarakan urusan pemerintah di
bidang penataan ruang;
d. setelah menerima izin prinsip pemohon
harus melaporkannya pada pemerintah kota
setempat untuk kemudian diadakan
sosialisasi kepada masyarakat;
e. apabila setelah dilakukan sosialisasi
sebagian besar pemilik tanah menolak,
maka pemerintah kota memberikan laporan
dan saran pada dinas yang
menyelenggarakan urusan pemerintah di
bidang penataan ruang; dan
f. atas saran Walikota, dinas yang
menyelenggarakan urusan pemerintah di
bidang penataan ruang dapat meninjau
kembali izin prinsip tersebut.
(2) Tata cara pemberian izin lokasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 72 huruf b ditetapkan
sebagai berikut:
a. pemohon mengajukan permohonan kepada
kepala dinas yang menyelenggarakan urusan
pemerintah di bidang penataan ruang
dengan melengkapi semua persyaratan;
b. dinas yang menyelenggarakan urusan
pemerintah di bidang penataan ruang
mempersiapkan perencanaan atas lokasi
yang dimohon terkait untuk dibahas dan
dikoreksi;
c. apabila usulan berdampak penting, maka
usulan tersebut dilakukan uji publik;
d. apabila hasil dengar pendapat publik
berakibat terhadap perubahan rencana,
akan dilakukan penyesuaian rencana; dan
e. setelah menerima izin lokasi, pemohon
melaporkannya kepada pemerintah kota
setempat untuk dilakukan sosialisasi kepada
masyarakat setempat.
(3) Tata cara pemberian izin peruntukan
penggunaan tanah dan izin lingkungan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 huruf c
dan huruf d ditetapkan sebagai berikut:
a. pemohon mengajukan permohonan kepada
kepala dinas yang menyelenggarakan urusan
pemerintah di bidang penataan ruang
dengan melengkapi semua persyaratan;
b. dinas yang menyelenggarakan urusan
pemerintah di bidang penataan ruang
mempersiapkan perencanaan atas lokasi
yang dimohon terkait untuk dibahas dan
dikoreksi;
c. apabila usulan berdampak penting, maka
usulan tersebut dilakukan uji publik; dan
d. apabila hasil dengar pendapat publik
berakibat terhadap perubahan rencana,
akan dilakukan penyesuaian rencana.
(4) Tata cara pemberian izin mendirikan bangunan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 huruf e
ditetapkan sebagai berikut:
a. pemohon mengajukan permohonan kepada
pemerintah kota dengan melengkapi semua
persyaratan;
b. pemerintah kota mempersiapkan
perencanaan atas lokasi yang dimohon
terkait untuk dibahas dan dikoreksi;
c. apabila usulan berdampak penting, maka
usulan tersebut dilakukan uji publik; dan
d. apabila hasil dengar pendapat publik
berakibat terhadap perubahan rencana,
akan dilakukan penyesuaian rencana.
(5) Ketentuan tentang tata cara pemberian izin
diatur lebih lanjut dalam peraturan walikota.

Pasal 81 Bagian Keempat


Ketentuan Insentif dan Disinsentif
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan Paragraf 1
peruntukan ruang sektor informal sebagaimana Umum
dimaksud dalam Pasal 72 ayat (3) huruf h diatur
sebagai berikut:
a. letak dan lokasinya terintegrasi dengan pusat- Pasal 81
pusat perdagangan yang ada atau ditempatkan
pada kawasan-kawasan ruang multiguna; (1) Ketentuan insentif dan disinsentif sebagaimana
b. memiliki aksesibilitas yang tinggi; dan dimaksud dalam Pasal 59 ayat (2) huruf c dalam
c. dilengkapi dengan sarana dan prasarana dasar penataan ruang diselenggarakan dengan tujuan:
seperti sumber air bersih dan MCK. a. meningkatkan upaya pengendalian
pemanfaatan ruang dalam rangka
mewujudkan tata ruang sesuai dengan
rencana tata ruang;
b. memfasilitasi kegiatan pemanfaatan ruang
agar sejalan dengan rencana tata ruang; dan
c. meningkatkan kemitraan semua pemangku
kepentingan dalam rangka pemanfaatan
ruang yang sejalan dengan rencana tata
ruang.
(2) Insentif dan disinsentif diberikan pemerintah
kota kepada pemerintah kabupaten/kota dan
masyarakat umum yang terdiri dari
investor/dunia usaha, lembaga komersial,
perorangan, dan sebagainya.
(3) Ketentuan insentif dan disinsentif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. insentif dan disinsentif yang diberikan oleh
pemerintah daerah kepada masyarakat
umum; dan
b. insentif dan disinsentif yang diberikan oleh
pemerintah daerah kepada pemerintah
kabupaten/kota lainnya.

Pasal 82 Paragraf 2
Bentuk dan Tata Cara Pemberian Insentif
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
peruntukan lainnya sebagaimana dimaksud Pasal 82
dalam Pasal 72 ayat (3) huruf i meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi (1) Insentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80
kawasan pertanian; ayat (3) huruf a diberikan Pemerintah Kota Binjai
b. ketentuan umum peraturan zonasi kepada masyarakat dan swasta yang
transportasi, pergudangan dan melaksanakan pembangunan sesuai dengan
komunikasi; RTRW Kota Binjai.
c. ketentuan umum peraturan zonasi (2) Bentuk insentif sebagaimana dimaksud pada
pendidikan; ayat (1) meliputi:
d. ketentuan umum peraturan zonasi a. keringanan pajak;
kesehatan; b. pemberian kompensasi;
e. ketentuan umum peraturan zonasi sosial; c. pemberian imbalan;
dan d. sewa ruang;
f. ketentuan umum peraturan zonasi e. urun saham;
kawasan pertahanan dan keamanan. f. penyediaan infrastruktur;
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan g. kemudahan prosedur perizinan; dan/atau
pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat h. penghargaan.
(1) huruf a diarahkan dengan ketentuan (3) Tata cara pemberian insentif sebagaimana
sebagai berikut: dimaksud pada ayat (2) dilakukan melalui:
a. zonasi kawasan pertanian terdiri atas a. penetapan bagian wilayah kota yang didorong
zona pertanian tanaman tahunan, zona atau dipercepat pertumbuhannya dan
pertanian lahan basah, dan zona penetapan insentif yang diberikan bagi pelaku
pertanian lahan kering; pembangunan baik secara individu maupun
b. zona pertanian tanaman tahunan adalah berupa badan usaha;
untuk pertanian lahan kering; b. penetapan bentuk insentif yang akan
c. zona pertanian lahan kering adalah untuk diberikan pada bagian wilayah kota
pertanian tanaman pangan tanpa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a,
pengairan; dan dapat berupa kemudahan pengurusan ijin,
d. pada kawasan pertanian diizinkan untuk pembebasan biaya ijin mendirikan bangunan,
kegiatan selain kegiatan pertanian yang keringanan pajak; dan
tidak mengganggu produksi pertanian. c. penetapan jangka waktu pemberian insentif
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi bagi pelaku pembangunan atau pemanfaatan
transportasi, pergudangan dan komunikasi ruang.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
diarahkan dengan ketentuan sebagai berikut: Pasal 83
a. zona transportasi diarahkan untuk
kegiatan pemindahan orang/penumpang (1) Insentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80
dan atau barang/ternak dari suatu ayat (3) huruf b diberikan Pemerintah Kota Binjai
tempat ke tempat yang lain melalui darat, kepada pemerintah kabupaten/kota lainnya yang
dengan menggunakan alat angkutan membantu terwujudnya dan terlaksananya
bermotor maupun tidak bermotor; Peraturan Daerah RTRW Kota Binjai.
b. pergudangan diarahkan untuk kegiatan (2) Bentuk insentif sebagaimana dimaksud pada
penyimpanan barang; ayat (1) meliputi:
c. zona komunikasi diarahkan untuk a. pemberian kompensasi;
kegiatan pelayanan komunikasi untuk b. urun saham;
umum; c. pembangunan dan pengadaan infrastruktur;
d. intensitas ruang untuk zona transportasi, dan
pergudangan dan komunikasi diarahkan d. pemberian penghargaan.
maksimal KDB 50 (lima puluh) persen (3) Tata cara pemberian insentif sebagaimana
dan minimal KDH 30 (tiga puluh) persen; dimaksud pada ayat (2) dilakukan melalui:
dan a. penetapan bagian wilayah kota yang didorong
e. dilengkapidengan sarana pelataran parkir atau dipercepat pertumbuhannya dan
untuk kendaraan besar, bongkar muat penetapan insentif yang diberikan bagi pelaku
barang dan tempat penumpukkan barang pembangunan baik secara individu maupun
sementara. berupa badan usaha;
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi b. penetapan bentuk insentif yang akan
pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat diberikan pada bagian wilayah kota
(1) huruf c diarahkan dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a,
sebagai berikut: dapat berupa pemberian kompensasi, urun
a. zonasi kawasan pendidikan terdiri atas saham, pembangunan dan pengadaan
zona pendidikan umum dan zona infrastruktur dan pemberian penghargaan;
pendidikan khusus; dan
b. zona pendidikan umum adalah untuk c. penetapan jangka waktu pemberian insentif
perguruan tinggi, SLTA, SLTP, SD, dan bagi pemerintah kabupaten/kota lainnya
TK; yang membantu terwujudnya dan
c. zona pendidikan khusus adalah untuk terlaksananya Peraturan Daerah RTRW Kota
pendidikan dan pelatihan yang terkait Binjai.
dengan kegiatan keterampilan;
d. intensitas ruang untuk kawasan
pendidikan adalah maksimal KDB 50
(lima puluh) persen dan minimal KDH 30
(tiga puluh) persen;
e. prasarana dan sarana penunjang meliputi
aksesibilitas bagi penyandang cacat,
sarana olah raga, ibadah, kesehatan,
perbelanjaan skala lokal, pelataran
parkir;
f. kegiatan lain berupa hunian dan rekreasi
diizinkan di kawasan ini maksimum 10
(sepuluh) persen dari total luas lantai;
g. wajib menyediakan zona penyangga
berupa RTH apabila berbatasan langsung
dengan kawasan lindung, kawasan yang
menghasilkan limbah beracun dan
berbahaya, dan kawasan yang
menimbulkan gangguan kebisingan;
h. dilarang membangun menara
telekomunikasi dan papan reklame; dan
i. kawasan pendidikan yang merupakan
lahan reklamasi wajib mengikuti
ketentuan pengendalian pencemaran dan
kerusakan lingkungan hidup.
(5) Ketentuan umum peraturan zonasi kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
diarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. kawasan kesehatan adalah untuk
bangunan dan fasilitas
kesehatan,kegiatan emergensi/evakuasi
dan fasilitas penunjang kesehatan;
b. intensitas ruang untuk kawasan
kesehatan adalah maksimal KDB 50 (lima
puluh) persen dan minimal KDH 30 (tiga
puluh) persen;
c. prasarana dan sarana penunjang meliputi
fasilitas parkir, IPAL, jalur-jalur evakuasi
dan landasan helipad;
d. kawasan kesehatan dapat dimanfaatkan
untuk kegiatan lain yang berupa hunian,
pendidikan dan riset serta rekreasi, olah
raga dengan luas total tidak melebihi 10
(sepuluh) persen total luas lantai; dan
e. kawasan kesehatan menyediakan zona
penyangga terhadap gangguan dari
lingkungan sekitarnya.
(6) Ketentuan umum peraturan zonasi sosial
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e
diarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. zona sosial diarahkan untuk kegiatan
layanan sosial yang dilakukan di dalam
atau luar panti, baik oleh Pemerintah
maupun swasta untuk memberi bantuan
sosial bagi anak-anak, orang tua, dan
orang yang mempunyai
keterbatasan/ketidakmampuan untuk
menjaga diri, seperti panti wreda, panti
asuhan, panti rehabilitasi, pembinaan
masyarakat terasing, pembinaan mental;
b. intensitas ruang untuk kawasan sosial
diarahkan maksimal KDB 50 (lima puluh)
persen dan minimal KDH 30 (tiga puluh)
persen; dan
c. dilengkapi dengan prasarana dan sarana
penunjang untuk manula dan
penyandang cacat.
(7) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
pertahanan dan keamanan negara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f
diarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. mengembangkan kawasan lindung
dan/atau kawasan budi daya tidak
terbangun di sekitar kawasan pertahanan
keamanan sebagai zona penyangga yang
memisahkan kawasan pertahanan
keamanan dengan kawasan budi daya
terbangun; dan
b. mengembangkan kegiatan budi daya
secara selektif di dalam dan sekitar
kawasan pertahanan keamanan untuk
menjaga fungsi pertahanan dan
keamanan.
Ketentuan Perizinan
Paragraf 1 Paragraf 3
Umum Bentuk dan Tata Cara Pemberian Disinsentif
Pasal 84
Pasal 84
(1) Ketentuan perizinan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 59 ayat (2) huruf b merupakan (1) Disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal
acuan bagi pejabat yang berwenang dalam 80 ayat (3) huruf b diberikan Pemerintah Kota
pemberian izin pemanfaatan ruang Binjai kepada pemerintah kabupaten/kota
berdasarkan rencana struktur dan pola ruang lainnya yang menghambat terwujudnya dan
yang ditetapkandalam peraturan daerah ini. terlaksananya Peraturan Daerah RTRW Kota
(2) Ketentuan perizinan ini bertujuan untuk: Binjai.
a. menjamin pemanfaatan ruang sesuai (2) Bentuk disinsentif sebagaimana dimaksud pada
dengan rencana tata ruang, standar, dan ayat (1) meliputi:
kualitas minimum yang ditetapkan; a. pengenaan retribusi yang tinggi; dan/atau
b. menghindari eksternalitas negatif; dan b. pembatasan penyediaan sarana dan
c. melindungi kepentingan umum. prasarana.
(3) Tata cara pengenaan disinsentif sebagaimana
Pasal 85 dimaksud pada ayat (2) dilakukan melalui:
a. penetapan bagian wilayah kota yang dibatasi
Izin pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pertumbuhannya atau pemanfaatan ruangnya
dalam Pasal 84 ayat (1) adalah izin yang dan penetapan pengenaan disinsentif bagi
dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan ruang bentuk pemanfaatan ruang yang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- dibatasi/dilarang; dan
perundangan yang terdiri atas: b. penetapan bentuk disinsentif yang akan
a. izin/rekomendasi prinsip; diberlakukan untuk setiap bentuk
b. izin lokasi; pemanfaatan ruang yang dibatasi, dapat
c. izin penggunaan pemanfaatan berupa pengenaan retribusi yang tinggi;
tanah/keterangan rencana peruntukan tanah; dan/atau pembatasan penyediaan sarana dan
d. izin lingkungan; prasarana.
e. izin mendirikan bangunan; dan
f. izin lain berdasarkan peraturan perundang- Pasal 85
undangan.
(1) Disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal
80 ayat (3) huruf b diberikan Pemerintah Kota
Binjai kepada pemerintah kabupaten/kota
lainnya yang menghambat terwujudnya dan
terlaksananya Peraturan Daerah RTRW Kota
Binjai.
(2) Bentuk disinsentif sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:
a. pengenaan retribusi yang tinggi; dan/atau
b. pembatasan penyediaan sarana dan
prasarana.
(3) Tata cara pengenaan disinsentif sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilakukan melalui:
a. penetapan bagian wilayah kota yang
dibatasi pertumbuhannya atau
pemanfaatan ruangnya dan penetapan
pengenaan disinsentif bagi bentuk
pemanfaatan ruang yang dibatasi/dilarang;
dan
b. penetapan bentuk disinsentif yang akan
diberlakukan untuk setiap bentuk
pemanfaatan ruang yang dibatasi, dapat
berupa pengenaan retribusi yang tinggi;
dan/atau pembatasan penyediaan sarana
dan prasarana.

Pasal 86 Bagian Kelima


Arahan Sanksi
Izin/rekomendasi prinsip sebagaimana dimaksud Paragraf 1
pada pasal 85 huruf a merupakan persetujuan Umum
pendahuluan yang dipakai sebagai kelengkapan
persyaratan teknis permohonan izin lokasi, bagi Pasal 86
perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN)/Penanaman Modal Asing (PMA), Surat (1) Arahan sanksi sebagaimana dimaksud dalam
Persetujuan Penanaman Modal (SPPM) untuk Pasal 59 ayat (2) huruf d terhadap pelanggaran
PMDN dari Meninves/Ketua Badan Koordinasi penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan
Penanaman Modal (BKPM) atau Surat tertib tata ruang dan tegaknya peraturan
Pemberitahuan Presiden untuk PMA digunakan perundang-undangan bidang penataan ruang.
sebagai Izin Prinsip. (2) Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat berupa:
a. sanksi administratif; dan/atau
b. sanksi pidana.
(3) Pengenaan sanksi administrasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a dilaksanakan
oleh pemerintah kota.
(4) Pelanggaran penataan ruang yang dapat
dikenakan sanksi adminstratif meliputi:
a. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan
RTRW Kota Binjai; dan/atau
b. pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin
prinsip, izin lokasi, izin peruntukan
penggunaan tanah, izin lingkungan, izin
mendirikan bangunan yang diberikan oleh
pejabat berwenang.
Pasal 87 Paragraf 2
Sanksi Administratif
(1) Izin lokasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 85 huruf b diberikan kepada Pasal 87
perusahaan yang sudah mendapat
persetujuan penanaman modal untuk Jenis sanksi administratif terhadap pelanggaran
memperoleh tanah yang diperlukan. penataan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal
(2) Jangka waktu izin lokasi dan 85 ayat (2) huruf a berupa :
perpanjangannya mengacu pada ketentuan a. peringatan tertulis;
yang ditetapkan oleh dinas yang b. penghentian sementara kegiatan;
menyelenggarakan urusan pemerintah di c. penghentian sementara pelayanan umum;
bidang penataanruang. d. penutupan lokasi;
(3) Perolehan tanah oleh pemegang izin lokasi e. pencabutan izin;
harus diselesaikan dalam jangka waktu izin f. penolakan izin;
lokasi. g. pembatalan izin;
(4) Permohonan izin lokasi yang disetujui harus h. pemulihan fungsi ruang; dan/atau
diberitahukan kepada masyarakat setempat. i. denda administratif.
(5) Penolakan permohonan izin lokasi harus
diberitahukan kepada pemohon beserta Pasal 88
alasan-alasannya. (1) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 86 huruf a dilakukan melalui penerbitan
Pasal 88 surat peringatan tertulis dari pejabat yang
berwenang melakukan penertiban pelanggaran
(1) Izin penggunaan pemanfaatan pemanfaatan ruang, yang berisi:
tanah/keterangan rencana peruntukan tanah a. peringatan tentang terjadinya pelanggaran
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85 huruf pemanfaatan ruang beserta bentuk
c diberikan berdasarkan rencana tata ruang, pelanggarannya;
RDTR dan/atau peraturan zonasi sebagai b. peringatan untuk segera melakukan
persetujuan terhadap kegiatan budi daya tindakan-tindakan yang diperlukan dalam
secara rinci yang akan dikembangkan dalam rangka penyesuaian pemanfaatan ruang
kawasan. dengan rencana tata ruang dan/atau
(2) Setiap orang atau badan hukum yang akan ketentuan teknis pemanfaatan ruang yang
memanfaatkan ruang harus mendapatkan izin berlaku; dan
peruntukan pemanfaatan tanah. c. batas waktu maksimal yang diberikan
(3) Izin penggunaan pemanfaatan tanah melakukan penyesuaian pemanfaatan ruang.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku (2) Surat peringatan tertulis sebagaimana dimaksud
selama 1 (satu) tahun, serta dapat pada ayat (1) diberikan sebanyak-banyaknya 3
diperpanjang 1 (satu) kali berdasarkan (tiga) kali dengan ketentuan sebagai berikut:
permohonan yang bersangkutan. a. pelanggar mengabaikan peringatan pertama,
(4) Izin penggunaan pemanfaatan tanah yang pejabat yang berwenang melakukan
tidak diajukan perpanjangannya sebagaimana penertiban kedua yang memuat penegasan
dimaksud pada ayat (3) dinyatakan gugur terhadap hal-hal sebagaimana dimuat dalam
dengan sendirinya. surat peringatan pertama;
(5) Apabila pemohon ingin memperoleh kembali b. pelanggar mengabaikan peringatan kedua,
izin yang telah dinyatakan gugur dengan pejabat yang berwenang melakukan
sendirinya sebagaimana dimaksud pada ayat penertiban ketiga yang memuat penegasan
(4) harus mengajukan permohonan baru. terhadap hal-hal sebagaimana dimuat dalam
(6) Untuk memperoleh izin penggunaan surat peringatan pertama dan kedua; dan
pemanfaatan tanah permohonan diajukan c. pelanggar mengabaikan peringatan
secara tertulis kepada dinas yang pertama, peringatan kedua, dan peringatan
menyelenggarakan urusan pemerintah di ketiga, pejabat yang berwenang melakukan
bidang penataan ruang dengan tembusan penerbitan surat keputusan pengenaan
kepada pemerintah kota. sanksi yang dapat berupa penghentian
(7) Perubahan izin penggunaan pemanfaatan kegiatan sementara, penghentian sementara
tanah yang telah disetujui wajib dimohonkan pelayanan umum, penutupan lokasi,
kembali secara tertulis kepada dinas yang pencabutan izin, pembatalan izin,
menyelenggarakan urusan pemerintah di pemulihan fungsi ruang, dan/atau denda
bidang penataanruang. administratif.
(8) Permohonan izin penggunaan pemanfaatan
tanah ditolak apabila tidak sesuai dengan Pasal 89
rencana tata ruang, RDTR dan/atau (1) Penghentian sementara kegiatan sebagaimana
peraturan zonasi serta persyaratan yang dimaksud dalam Pasal 86 huruf b dilakukan
ditentukan atau lokasi yang dimohon dalam melalui penerbitan surat perintah penghentian
keadaan sengketa. kegiatan sementara dari pejabat yang berwenang
(9) Dinas yang menyelenggarakan urusan melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan
pemerintah di bidang penataanruang dapat ruang yang berisi:
mencabut izin penggunaan pemanfaatan a. pemberitahuan tentang terjadinya
tanah yang telah dikeluarkan apabila terdapat pelanggaran pemanfaatan ruang beserta
penyimpangan dalam pelaksanaannya. bentuk pelanggarannya yang dirisalahkan
(10) Terhadap orang atau badan hukum yang akan dari berita acara evaluasi;
memanfaatkan ruang kawasan dikenakan b. peringatan kepada pelanggar untuk
retribusi izin penggunaan pemanfaatan tanah. menghentikan kegiatan sementara sampai
(11) Besarnya retribusi izin penggunaan dengan pelanggar memenuhi kewajiban
pemanfaatan tanah ditetapkan berdasarkan untuk mengambil tindakan-tindakan yang
fungsi lokasi, peruntukan, ketinggian tarif diperlukan dalam rangka penyesuaian
dasar fungsi, luas penggunaan ruang serta pemanfaatan ruang dengan rencana tata
biaya pengukuran. ruang dan/atau ketentuan teknis
(12) Ketentuan lebih lanjut tentang izin pemanfaatan ruang yang berlaku;
penggunaan pemanfaatan tanah diatur sesuai c. batas waktu maksimal yang diberikan
ketentuan peraturan perundang-undangan. kepada pelanggar untuk dengan kesadaran
(13) Izin penggunaan pemanfaatan tanah berlaku sendiri melakukan penghentian sementara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yang kegiatan dan melakukan penyesuaian
diberikan berdasarkan ketentuan meliputi: pemanfaatan ruang; dan
a. tata bangunan dan lingkungan; d. konsekuensi akan dilakukannya
b. peruntukan dan fungsi bangunan; penghentian kegiatan sementara secara
c. perpetakan/kavling; paksa apabila pelanggar mengabaikan surat
d. Garis Sempadan Bangunan (GSB); perintah.
e. KLB, KDB dan KDH; (2) Apabila pelanggar mengabaikan perintah
f. rencana elevasi/grading plan; penghentian kegiatan sementara, pejabat yang
g. rencana jaringan utilitas; berwenang melakukan penertiban dengan
h. rencana jaringan jalan; dan menerbitkan surat keputusan pengenaan sanksi
i. perencanaan lingkungan/peruntukan. penghentian sementara secara paksa terhadap
kegiatan pemanfaatan ruang.
Pasal 89 (3) Pejabat yang berwenang melakukan tindakan
penertiban dengan memberitahukan kepada
(1) Izin lingkungan sebagaimana dimaksud dalam pelanggar mengenai pengenaan sanksi pengenaan
Pasal 85 huruf d merupakan persetujuan kegiatan pemanfaatan ruang dan akan segera
yang menyatakan aktivitas budi daya rinci dilakukan tindakan penertiban oleh aparat
yang terdapat dalam kawasan yang dimohon penertiban.
layak dari segi lingkungan hidup. (4) Berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi,
(2) Setiap usaha dan atau kegiatan yang wajib pejabat yang berwenang melakukan penertiban
memiliki AMDAL atau Upaya Pengelolaan melakukan penghentian kegiatan pemanfaatan
Lingkungan Hidup (UKL)/Upaya Pemantauan ruang secara paksa.
Lingkungan Hidup (UPL) wajib memiliki izin (5) Setelah kegiatan pemanfaatan ruang dihentikan,
lingkungan. pejabat yang berwenang melakukan pengawasan
(3) Izin lingkungan merupakan persyaratan agar kegiatan pemanfaatan ruang yang dihentikan
untuk melaksanakan izin usaha dan/atau tidak beroperasi kembali sampai dengan
kegiatan. terpenuhinya kewajiban pelanggar untuk
(4) Dalam hal izin lingkungan dicabut, izin usaha menyesuaikan pemanfaatan ruangnya dengan
dan atau kegiatan dibatalkan. rencana tata ruang dan/atau ketentuan teknis
(5) Ketentuan mengenai izin lingkungan pemanfaatan ruang yang berlaku.
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur
lebih lanjut dalam peraturan walikota. Pasal 90
Penghentian sementara pelayanan umum
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 huruf c
dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
(1) Penerbitan surat pemberitahuan penghentian
Pasal 90 sementara pelayanan umum dari pejabat yang
berwenang melakukan penertiban pelanggaran
(1) Izin mendirikan bangunan sebagaimana pemanfaatan ruang, yang berisi:
dimaksud dalam Pasal 85 huruf e diberikan a. pemberitahuan tentang terjadinya pelanggaran
berdasarkan surat penguasaan tanah, pemanfaatan ruang beserta bentuk
rencana tata ruang, RDTR, peraturan zonasi pelanggarannya yang dirisalahkan dari berita
dan persyaratan teknis lainnya. acara evaluasi;
(2) Setiap orang atau badan hukum yang akan b. peringatan kepada pelanggar untuk mengambil
melaksanakan pembangunan fisik harus tindakan-tindakan yang diperlukan dalam
mendapatkan izin mendirikan bangunan. rangka penyesuaian pemanfaatan ruang
(3) Izin mendirikan bangunan sebagaimana dengan rencana tata ruang dan/atau
dimaksud pada ayat (2) berlaku sampai ketentuan teknis pemanfaatan ruang yang
pembangunan fisik selesai. berlaku;
(4) Setiap orang atau badan hukum yang c. batas waktu maksimal yang diberikan kepada
melaksanakan pembangunan fisik tanpa pelanggar untuk dengan kesadaran sendiri
memiliki izin mendirikan bangunan akan melakukan penyesuaian pemanfaatan ruang;
dikenakan sanksi. dan
(5) Untuk memperoleh izin mendirikan bangunan d. konsekuensi akan dilakukannya penghentian
permohonan diajukan secara tertulis kepada sementara pelayanan umum apabila pelanggar
pemerintah kota dengan tembusan kepada mengabaikan surat pemberitahuan.
dinas yang menyelenggarakan urusan (2) Apabila pelanggar mengabaikan surat
pemerintah di bidang penataanruang. pemberitahuan yang disampaikan, pejabat yang
(6) Perubahan izin mendirikan bangunan yang berwenang melakukan penertiban dengan
telah disetujui wajib dimohonkan kembali menerbitkan surat keputusan pengenaan sanksi
secara tertulis kepada dinas yang penghentian sementara pelayanan umum kepada
menyelenggarakan urusan pemerintah di pelanggar dengan memuat rincian jenis-jenis
bidang penataanruang. pelayanan umum yang akan diputus.
(7) Permohonan izin mendirikan bangunan (3) Pejabat yang berwenang melakukan tindakan
ditolak apabila tidak sesuai dengan fungsi penertiban dengan memberitahukan kepada
bangunan, ketentuan atas KDB, KTB, KLB, pelanggar mengenai pengenaan sanksi pengenaan
GSB, dan ketinggian bangunan, garis kegiatan pemanfaatan ruang dan akan segera
sempadan yang diatur dalam rencana tata dilakukan tindakan penertiban oleh aparat
ruang serta persyaratan yang ditentukan atau penertiban.
lokasi yang dimohon dalam keadaan sengketa. (4) Berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi,
(8) Dinas yang menyelenggarakan urusan pejabat yang berwenang melakukan penertiban
pemerintah di bidang penataanruang dapat melakukan penghentian sementara pelayanan
meminta pemerintah kota untuk memberikan umum yang akan diputus.
keputusan atas permohonan izin mendirikan (5) Pejabat yang berwenang menyampaikan perintah
bangunan dan pemerintah kota wajib kepada penyedia jasa pelayanan umum untuk
memberikan jawaban. menghentikan pelayanan kepada pelanggar,
(9) Pemerintah kota dapat mencabut izin disertai penjelasan secukupnya.
mendirikan bangunan yang telah dikeluarkan (6) Penyedia jasa pelayanan umum menghentikan
apabila terdapat penyimpangan dalam pelayanan kepada pelanggar.
pelaksanaannya. (7) Pengawasan terhadap penerapan sanksi
(10) Terhadap orang atau badan hukum yang akan penghentian sementara pelayanan umum
memanfaatkan ruang kawasan dikenakan dilakukan untuk memastikan tidak terdapat
retribusi izin mendirikan bangunan. pelayanan umum kepada pelanggar sampai
(11) Besarnya retribusi izin mendirikan bangunan dengan pelanggar memenuhi kewajibannya untuk
ditetapkan berdasarkan fungsi lokasi, menyesuaikan pemanfaatan ruangnya dengan
peruntukan, ketinggian tarif dasar fungsi, rencana tata ruang dan ketentuan teknis
luas penggunaan ruang serta biaya pemanfaatan ruang yang berlaku.
pengukuran.
(12) Ketentuan tentang izin mendirikan bangunan Pasal 91
diatur lebih lanjut dalam peraturan walikota.
Penutupan lokasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 91 Pasal 86 huruf d dilakukan melalui langkah-
langkah sebagai berikut:
Izin lain berdasarkan peraturan perundang- (1) Penerbitan surat pemberitahuan penutupan lokasi
undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85 dari pejabat yang berwenang melakukan
huruf f merupakan izin yang diberikan untuk penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang, yang
kegiatan pemanfaatan ruang sesuai peraturan berisi:
perundang-undangan. 1. pemberitahuan tentang terjadinya
pelanggaran pemanfaatan ruang beserta
bentuk pelanggarannya yang dirisalahkan
Bagian Keempat dari berita acara evaluasi;
Ketentuan Insentif dan Disinsentif 2. peringatan kepada pelanggar untuk dengan
Paragraf 1 kesadarannya sendiri menghentikan
Umum kegiatan dan menutup lokasi pemanfaatan
Pasal 93 ruang yang melanggar rencana tata ruang
dan/atau ketentuan teknis pemanfaatan
(1) Ketentuan insentif dan disinsentif ruang sampai dengan pelanggar memenuhi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat kewajiban untuk mengambil tindakan-
(2) huruf c dalam penataan ruang tindakan yang diperlukan dalam rangka
diselenggarakan dengan tujuan: penyesuaian pemanfaatan ruang dengan
a. meningkatkan upaya pengendalian rencana tata ruang dan/atau ketentuan
pemanfaatan ruang dalam rangka teknis pemanfaatan ruang yang berlaku;
mewujudkan tata ruang sesuai dengan 3. batas waktu maksimal yang diberikan
rencana tata ruang; kepada pelanggar untuk dengan kesadaran
b. memfasilitasi kegiatan pemanfaatan sendiri melakukan penyesuaian
ruang agar sejalan dengan rencana tata pemanfaatan ruang; dan
ruang; dan 4. konsekuensi akan dilakukannya penutupan
c. meningkatkan kemitraan semua lokasi secara paksa apabila pelanggar
pemangku kepentingan dalam rangka mengabaikan surat peringatan.
pemanfaatan ruang yang sejalan dengan (2) Apabila pelanggar mengabaikan surat perintah
rencana tata ruang. yang disampaikan, pejabat yang berwenang
(2) Insentif dan disinsentif diberikan pemerintah melakukan penertiban dengan menerbitkan
kota kepada pemerintah kabupaten/kotadan surat keputusan pengenaan sanksi penutupan
masyarakat umum yang terdiri dari lokasi yang akan segera dilaksanakan.
investor/dunia usaha, lembaga komersial, (3) Pejabat yang berwenang melakukan tindakan
perorangan, dan sebagainya. penertiban dengan memberitahukan kepada
(3) Ketentuan insentif dan disinsentif sebagaimana pelanggar mengenai pengenaan sanksi
dimaksud pada ayat (1) meliputi: penutupan lokasi yang akan segera
a. insentif dan disinsentif yang diberikan dilaksanakan.
oleh pemerintah daerah kepada
masyarakat umum; dan
(4) Berdasarkan surat keputusan pengenaan
sanksi, pejabat yang berwenang melakukan
b. insentif dan disinsentif yang diberikan
penertiban melakukan penutupan lokasi secara
oleh pemerintah daerah kepada
paksa.
pemerintah kabupaten/kota lainnya.
(5) Pengawasan terhadap penerapan sanksi
Paragraf 2 penutupan lokasi, untuk memastikan lokasi
Bentuk dan Tata Cara Pemberian Insentif yang ditutup tidak dibuka kembali sampai
Pasal 94 dengan pelanggar memenuhi kewajibannya
untuk menyesuaikan pemanfaatan ruangnya
(1) Insentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal dengan rencana tata ruang dan ketentuan
93 ayat (3) huruf a diberikan Pemerintah Kota teknis pemanfaatan ruang yang berlaku.
Binjai kepada masyarakat dan swasta yang
melaksanakan pembangunan sesuai dengan Pasal 92
RTRW Kota Binjai. Pencabutan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal
(2) Bentuk insentifsebagaimana dimaksud pada 86 huruf e dilakukan melalui langkah-langkah
ayat (1) meliputi: sebagai berikut:
a. keringanan pajak; (1) Penerbitan surat pemberitahuan sekaligus
b. pemberian kompensasi; pencabutan izin dari pejabat yang berwenang
c. pemberian imbalan; melakukan penertiban pelanggaran
d. sewa ruang; pemanfaatan ruang, yang berisi:
e. urun saham; a. pemberitahuan tentang terjadinya
f. penyediaan infrastruktur; pelanggaran pemanfaatan ruang beserta
g. kemudahan prosedur perizinan; dan/atau bentuk pelanggarannya yang dirisalahkan
dari berita acara evaluasi;
h. penghargaan. b. peringatan kepada pelanggar untuk dengan
(3) Tata cara pemberian insentif sebagaimana kesadarannya sendiri mengambil tindakan-
dimaksud pada ayat (2) dilakukan melalui: tindakan yang diperlukan dalam rangka
a. penetapan bagian wilayah kota yang penyesuaian pemanfaatan ruang dengan
didorong atau dipercepat rencana tata ruang dan/atau ketentuan
pertumbuhannya dan penetapan insentif teknis pemanfaatan ruang yang berlaku;
yang diberikan bagi pelaku pembangunan c. batas waktu maksimal yang diberikan
baik secara individu maupun berupa kepada pelanggar untuk dengan kesadaran
badan usaha; sendiri melakukan penyesuaian
b. penetapan bentuk insentif yang akan pemanfaatan ruang; dan
diberikan pada bagian wilayah kota d. konsekuensi akan dilakukannya pencabutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) izin apabila pelanggar mengabaikan surat
huruf a,dapat berupa kemudahan peringatan.
pengurusan ijin, pembebasan biaya ijin (2) Apabila pelanggar mengabaikan surat
mendirikan bangunan, keringanan pajak; pemberitahuan yang disampaikan, pejabat yang
dan berwenang melakukan penertiban dengan
c. penetapan jangka waktu pemberian menerbitkan surat keputusan pengenaan
insentif bagi pelaku pembangunan atau sanksi pencabutan izin yang akan segera
pemanfaatan ruang. dilaksanakan.
(3) Pejabat yang berwenang melakukan tindakan
Pasal 95 penertiban dengan memberitahukan kepada
pelanggar mengenai pengenaan sanksi
(1) Insentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal pencabutan izin.
93 ayat (3) huruf b diberikan Pemerintah Kota (4) Pejabat yang berwenang melakukan tindakan
Binjai kepada pemerintah kabupaten/kota penertiban mengajukan permohonan
lainnya yang membantu terwujudnya dan pencabutan izin kepada pejabat yang memiliki
terlaksananya Peraturan Daerah RTRW Kota kewenangan untuk melakukan pencabutan
Binjai. izin.
(2) Bentuk insentif sebagaimana dimaksud pada (5) Penerbitan keputusan pencabutan izin oleh
ayat (1) meliputi: pejabat yang memiliki kewenangan untuk
a. pemberian kompensasi; melakukan pencabutan izin.
b. urun saham; (6) Pemberitahuan kepada pemanfaat ruang
c. pembangunan dan pengadaan mengenai status izin yang telah dicabut
infrastruktur; dan sekaligus perintah untuk secara permanen
d. pemberian penghargaan. menghentikan kegiatan pemanfaatan ruang
(3) Tata cara pemberian insentif sebagaimana yang telah dicabut izinnya.
dimaksud pada ayat (2) dilakukan melalui:
a. penetapan bagian wilayah kota yang Pasal 93
didorong atau dipercepat Penolakan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal
pertumbuhannya dan penetapan insentif 86 huruf f dilakukan melalui langkah-langkah
yang diberikan bagi pelaku pembangunan sebagai berikut:
baik secara individu maupun berupa (1) Penolakan izin dilakukan setelah melalui tahap
badan usaha; evaluasi, dan dinilai tidak memenuhi ketentuan
a. penetapan bentuk insentif yang akan rencana tata ruang dan/atau pemanfaatan
diberikan pada bagian wilayah kota ruang yang berlaku.
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) (2) Setelah dilakukan evaluasi, pejabat yang
huruf a, dapat berupa pemberian berwenang melakukan penertiban dengan
kompensasi, urun saham, pembangunan memberitahukan kepada pemohon izin perihal
dan pengadaan infrastruktur dan penolakan izin yang diajukan, dengan memuat
pemberian penghargaan; dan hal-hal dasar penolakan izin dan hal-hal yang
c. penetapan jangka waktu pemberian harus dilakukan apabila pemohon akan
insentif bagi pemerintah kabupaten/kota mengajukan izin baru.
lainnya yang membantu terwujudnya dan
terlaksananya Peraturan Daerah RTRW Pasal 94
Kota Binjai. Pembatalan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal
86 huruf g dilakukan melalui langkah-langkah
Paragraf 3 sebagai berikut:
Bentuk dan Tata Cara Pemberian Disinsentif
Pasal 96
(1) Penerbitan lembar evaluasi yang berisikan
perbedaan antara pemanfaatan ruang menurut
dokumen perizinan dengan arahan
(1) Disinsentif sebagaimana dimaksud dalam
pemanfaatan ruang dalam rencana tata ruang
Pasal 93 ayat (3) huruf a dibebankan
yang berlaku.
Pemerintah Kota Binjai kepada masyarakat
umum yang melaksanakan pembangunan (2) Pemberitahuan kepada pihak yang
tidak sesuai dengan RTRW Kota Binjai. memanfaatkan ruang perihal rencana
(2) Bentuk disinsentif sebagaimana dimaksud pembatalan izin, agar yang bersangkutan dapat
pada ayat (1) meliputi: mengambil langkah-langkah diperlukan untuk
a. pengenaan pajak atau retribusi daerah mengantisipasi hal-hal yang diakibatkan oleh
yang tinggi; pembatalan izin.
b. pembatasan penyediaan infrastruktur; (3) Penerbitan keputusan pembatalan izin oleh
c. pengenaan kompensasi; dan pejabat yang berwenang melakukan penertiban
d. pemberian penalti. pelanggaran pemanfaatan ruang.
(3) Tata cara pengenaan disinsentif sebagaimana (4) Pemberitahuan kepada pemegang izin tentang
dimaksud pada ayat (2) dilakukan melalui: keputusan pembatalan izin, dengan memuat
a. penetapan bagian wilayah kota yang hal-hal berikut:
dibatasi pertumbuhannya atau a. dasar pengenaan sanksi;
pemanfaatan ruangnya dan penetapan b. hal-hal yang boleh dan tidak boleh
pengenaan disinsentif bagi bentuk dilakukan pemanfaat ruang hingga
pemanfaatan ruang yang pembatalan izin dinyatakan secara resmi
dibatasi/dilarang; dan oleh pejabat yang berwenang melakukan
b. penetapan bentuk disinsentif yang akan pembatalan izin; dan
diberlakukan untuk setiap bentuk c. hak pemegang izin untuk mengajukan
pemanfaatan ruang yang dibatasi, dapat penggantian yang layak atas pembatalan
berupa pengenaan pajak yang tinggi, izin, sejauh dapat membuktikan bahwa izin
biaya perijinan yang tinggi, pembatasan yang dibatalkan telah diperoleh dengan
intensitas pemanfaatan ruang, atau itikad baik.
berkewajiban menyediakan prasarana (5) Penerbitan keputusan pembatalan izin oleh
lingkungan. pejabat yang memiliki kewenangan untuk
melakukan pembatalan izin.
(6) Pemberitahuan kepada pemanfaat ruang
mengenai status izin yang telah dibatalkan.

Pasal 95
Pemulihan fungsi ruang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 86 huruf h dilakukan melalui langkah-
langkah sebagai berikut:
(1) Ketentuan pemulihan fungsi ruang yang berisi
bagian-bagian yang harus dipulihkan fungsinya
berikut cara pemulihannya.
(2) Penerbitan surat pemberitahuan perintah
pemulihan fungsi ruang dari pejabat yang
berwenang melakukan penertiban pelanggaran
pemanfaatan ruang, yang berisi:
a. pemberitahuan tentang terjadinya
pelanggaran pemanfaatan ruang beserta
bentuk pelanggarannya yang dirisalahkan
dari berita acara evaluasi;
b. peringatan kepada pelanggar untuk dengan
kesadaran sendiri pemulihan fungsi ruang
agar sesuai dengan ketentuan pemulihan
fungsi ruang yang telah ditetapkan;
c. batas waktu maksimal yang diberikan
kepada pelanggar untuk dengan kesadaran
sendiri melakukan pemulihan fungsi ruang;
dan
d. konsekuensi yang diterima pelanggar apabila
mengabaikan surat peringatan.
(3) Apabila pelanggar mengabaikan surat
pemberitahuan yang disampaikan, pejabat yang
berwenang melakukan penertiban menerbitkan
surat keputusan pengenaan sanksi pemulihan
fungsi ruang.
(4) Pejabat yang berwenang melakukan pemulihan
fungsi ruang memberitahukan kepada
pelanggar mengenai pengenaan sanksi
pemulihan fungsi ruang yang harus
dilaksanakan pelanggar dalam jangka waktu
pelaksanaannya.
(5) Pejabat yang berwenang melakukan tindakan
penertiban melakukan pengawasan
pelaksanaan kegiatan pemulihan fungsi ruang.

Pasal 96
Ketentuan lebih lanjut mengenai denda administratif
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 huruf i
akan diatur lebih lanjut melalui peraturan walikota.

Pasal 97 Paragraf 3
Sanksi Pidana
(1) Disinsentifsebagaimana dimaksud dalam Pasal 97
Pasal 93 ayat (3) huruf b diberikan
Pemerintah Kota Binjai kepada pemerintah Pengenaan sanksi pidana terhadap pelanggaran
kabupaten/kota lainnya yang menghambat pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam
terwujudnya dan terlaksananya Peraturan Pasal 85 ayat (2) huruf b dilakukan sesuai dengan
Daerah RTRW Kota Binjai. ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Bentuk disinsentif sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
a. pengenaan retribusi yang tinggi; dan/atau Paragraf 4
b. pembatasan penyediaan sarana dan Penyidikan
prasarana.
(3) Tata cara pengenaan disinsentif sebagaimana Pasal 98
dimaksud pada ayat (2) dilakukan melalui:
a. penetapan bagian wilayah kota yang Pengenaan sanksi pidana terhadap pelanggaran
dibatasi pertumbuhannya atau pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam
pemanfaatan ruangnya dan penetapan Pasal 96dapat dilakukan penyidikan sesuai dengan
pengenaan disinsentif bagi bentuk ketentuan peraturan perundang-undangan.
pemanfaatan ruang yang
dibatasi/dilarang; dan
b. penetapan bentuk disinsentif yang akan
diberlakukan untuk setiap bentuk
pemanfaatan ruang yang dibatasi,dapat
berupa pengenaan retribusi yang tinggi;
dan/atau pembatasan penyediaan sarana
dan prasarana.

Bagian Kelima
Arahan Sanksi
Paragraf 1
Umum
Pasal 98

(1) Arahan sanksi sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 59 ayat (2) huruf d terhadap
pelanggaran penataan ruang bertujuan untuk
mewujudkan tertib tata ruang dan tegaknya
peraturan perundang-undangan bidang
penataan ruang.
(2) Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat berupa:
a. sanksi administratif; dan/atau
b. sanksi pidana.
(3) Pengenaan sanksiadministrasi sebagaimana
dimaksud padaayat (2) huruf a dilaksanakan
oleh pemerintah kota.
(4) Pelanggaran penataan ruang yang dapat
dikenakan sanksi adminstratif meliputi:
a. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai
dengan RTRW Kota Binjai; dan/atau
b. pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan
izin prinsip, izin lokasi, izin peruntukan
penggunaan tanah, izin lingkungan, izin
mendirikan bangunan yang diberikan
oleh pejabat berwenang.
Paragraf 2 BAB VIII
Sanksi Administratif PERAN MASYARAKAT DAN KELEMBAGAAN
Pasal 99 Bagian Kesatu
Peran Masyarakat
Jenis sanksi administratif terhadappelanggaran
penataan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 99
Pasal 98 ayat (2) huruf a berupa:
a. peringatan tertulis; Peran masyarakat dalam penataan ruang di daerah
b. penghentian sementara kegiatan; dilakukan antara lain melalui:
c. penghentian sementara pelayanan umum;
a. partisipasi dalam penyusunan rencana tata
d. penutupan lokasi;
ruang;
e. pencabutan izin;
f. penolakan izin; b. partisipasi dalam pemanfaatan ruang; dan
g. pembatalan izin; c. partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan
h. pemulihan fungsi ruang; dan/atau ruang.
i. denda administratif.
Pasal 100
Pasal 100

(1) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud Tata cara peran masyarakat dalam penyusunan
dalam Pasal 99 huruf a dilakukan melalui rencana tata ruang sebagaimana dimaksud dalam
penerbitan surat peringatan tertulis dari Pasal 98 huruf a dilaksanakan dengan cara:
pejabat yang berwenang melakukan a. menyampaikanmasukan mengenai arah
penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang, pengembangan, potensi dan masalah, rumusan
yang berisi: konsepsi/rancangan rencana tata ruang melalui
a. peringatan tentang terjadinya media komunikasi dan/atau forum pertemuan;
pelanggaran pemanfaatan ruang beserta dan
bentuk pelanggarannya; b. kerjasama dalam perencanaan tata ruang
b. peringatan untuk segera melakukan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
tindakan-tindakan yang diperlukan dalam perundang-undangan.
rangka penyesuaian pemanfaatan ruang
dengan rencana tata ruang dan/atau
ketentuan teknis pemanfaatan ruang Pasal 101
yang berlaku; dan
c. batas waktu maksimal yang diberikan Tata cara peran masyarakat dalam pemanfaatan
melakukan penyesuaian pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98 huruf
ruang. b dilaksanakan dengan cara:
(2) Surat peringatan tertulis sebagaimana a. menyampaikan masukan mengenai kebijakan
dimaksud pada ayat (1) diberikan sebanyak- pemanfaatan ruang melalui media komunikasi
banyaknya 3 (tiga) kali dengan ketentuan dan/atau forum pertemuan;
sebagai berikut: b. kerjasama dalam pemanfaatan ruang sesuai
a. pelanggar mengabaikan peringatan dengan ketentuan peraturan perundang-
pertama, pejabat yang berwenang undangan;
melakukan penertiban kedua yang
c. pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata
memuat penegasan terhadap hal-hal
ruang yang telah ditetapkan; dan
sebagaimana dimuat dalam surat
peringatan pertama; d. penataan terhadap izin pemanfaatan ruang.
b. pelanggar mengabaikan peringatan
kedua, pejabat yang berwenang Pasal 102
melakukan penertiban ketiga yang
memuat penegasan terhadap hal-hal
Tata cara peran masyarakat dalam pengendalian
sebagaimana dimuat dalam surat
pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam
peringatan pertama dan kedua; dan
Pasal 98 huruf c dilaksanakan dengan cara:
c. pelanggarmengabaikan peringatan
pertama, peringatan kedua, dan a. menyampaikan masukan terkait arahan
peringatan ketiga, pejabat yang dan/atau peraturan zonasi, perizinan, pemberian
berwenang melakukan penerbitan surat insentif dan disinsentif serta pengenaan sanksi
keputusan pengenaan sanksi yang dapat kepada pejabat yang berwenang;
berupa penghentian kegiatan sementara, b. memantau dan mengawasi pelaksanaan rencana
penghentian sementara pelayanan umum, tata ruang;
penutupan lokasi, pencabutan izin, c. melaporkan kepada instansi dan/atau pejabat
pembatalan izin, pemulihan fungsi ruang, yang berwenang dalam hal menemukan dugaan
dan/atau denda administratif. penyimpangan atau pelanggaran kegiatan
pemanfaatan ruang yang melanggar rencana tata
Pasal 101 ruang yang telah ditetapkan; dan
d. mengajukan keberatan terhadap keputusan
(1) Penghentian sementara kegiatan sebagaimana
pejabat yang berwenang terhadap pembangunan
dimaksud dalam Pasal99 huruf b dilakukan
yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
melalui penerbitan surat perintah
penghentian kegiatan sementara dari pejabat
yang berwenang melakukan penertiban
pelanggaran pemanfaatan ruang yang berisi:
a. pemberitahuan tentang terjadinya
pelanggaran pemanfaatan ruang beserta
bentuk pelanggarannya yang dirisalahkan
dari berita acara evaluasi;
b. peringatan kepada pelanggar untuk
menghentikan kegiatan sementara sampai
dengan pelanggar memenuhi kewajiban
untuk mengambil tindakan-tindakan
yang diperlukan dalam rangka
penyesuaian pemanfaatan ruang dengan
rencana tata ruang dan/atau ketentuan
teknis pemanfaatan ruang yang berlaku;
c. batas waktu maksimal yang diberikan
kepada pelanggar untuk dengan
kesadaran sendiri melakukan
penghentian sementara kegiatan dan
melakukan penyesuaian pemanfaatan
ruang; dan
d. konsekuensi akan dilakukannya
penghentian kegiatan sementara secara
paksa apabila pelanggar mengabaikan
surat perintah.
(2) Apabila pelanggar mengabaikan perintah
penghentian kegiatan sementara, pejabat yang
berwenang melakukan penertiban dengan
menerbitkan surat keputusan pengenaan
sanksi penghentian sementara secara paksa
terhadap kegiatan pemanfaatan ruang.
(3) Pejabat yang berwenang melakukan tindakan
penertiban dengan memberitahukan kepada
pelanggar mengenai pengenaan sanksi
pengenaan kegiatan pemanfaatan ruang dan
akan segera dilakukan tindakan penertiban
oleh aparat penertiban.
(4) Berdasarkan surat keputusan pengenaan
sanksi, pejabat yang berwenang melakukan
penertiban melakukan penghentian kegiatan
pemanfaatan ruang secara paksa.
(5) Setelah kegiatan pemanfaatan ruang
dihentikan, pejabat yang berwenang
melakukan pengawasan agar kegiatan
pemanfaatan ruang yang dihentikan tidak
beroperasi kembali sampai dengan
terpenuhinya kewajiban pelanggar untuk
menyesuaikan pemanfaatan ruangnya dengan
rencana tata ruang dan/atau ketentuan
teknis pemanfaatan ruang yang berlaku.

Pasal 102

Penghentian sementara pelayanan umum


sebagaimana dimaksud dalam Pasal99 huruf c
dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
(1) Penerbitan surat pemberitahuan penghentian
sementara pelayanan umum dari pejabat yang
berwenang melakukan penertiban
pelanggaran pemanfaatan ruang, yang berisi:
a. pemberitahuan tentang terjadinya
pelanggaran pemanfaatan ruang beserta
bentuk pelanggarannya yang dirisalahkan
dari berita acara evaluasi;
b. peringatan kepada pelanggar untuk
mengambil tindakan-tindakan yang
diperlukan dalam rangka penyesuaian
pemanfaatan ruang dengan rencana tata
ruang dan/atau ketentuan teknis
pemanfaatan ruang yang berlaku;
c. batas waktu maksimal yang diberikan
kepada pelanggar untuk dengan
kesadaran sendiri melakukan
penyesuaian pemanfaatan ruang; dan
d. konsekuensi akan dilakukannya
penghentian sementara pelayanan umum
apabila pelanggar mengabaikan surat
pemberitahuan.
(2) Apabila pelanggar mengabaikan surat
pemberitahuan yang disampaikan, pejabat
yang berwenang melakukan penertiban
dengan menerbitkan surat keputusan
pengenaan sanksi penghentian sementara
pelayanan umum kepada pelanggar dengan
memuat rincian jenis-jenis pelayanan umum
yang akan diputus.
(3) Pejabat yang berwenang melakukan tindakan
penertiban dengan memberitahukan kepada
pelanggar mengenai pengenaan sanksi
pengenaan kegiatan pemanfaatan ruang dan
akan segera dilakukan tindakan penertiban
oleh aparat penertiban.
(4) Berdasarkan surat keputusan pengenaan
sanksi, pejabat yang berwenang melakukan
penertiban melakukan penghentian
sementara pelayanan umum yang akan
diputus.
(5) Pejabat yang berwenang menyampaikan
perintah kepada penyedia jasa pelayanan
umum untuk menghentikan pelayanan
kepada pelanggar, disertai penjelasan
secukupnya.
(6) Penyedia jasa pelayanan umum menghentikan
pelayanan kepada pelanggar.
(7) Pengawasan terhadap penerapan sanksi
penghentian sementara pelayanan umum
dilakukan untuk memastikan tidak terdapat
pelayanan umum kepada pelanggar sampai
dengan pelanggar memenuhi kewajibannya
untuk menyesuaikan pemanfaatan ruangnya
dengan rencana tata ruang dan ketentuan
teknis pemanfaatan ruang yang berlaku.
Pasal 103 Bagian Kedua
Kelembagaan
Penutupan lokasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 99 huruf d dilakukan melalui langkah- Pasal 103
langkah sebagai berikut:
(1) Penerbitan surat pemberitahuan penutupan (1) Dalam rangka mengkoordinasikan
lokasi dari pejabat yang berwenang penyelenggaraan penataan ruang dan kerjasama
melakukan penertiban pelanggaran antarsektor/antardaerahbidang penataan ruang
pemanfaatan ruang, yang berisi: dibentuk BKPRD.
1. pemberitahuan tentang terjadinya (2) Tugas,susunan organisasi, dan tata kerja BKPRD
pelanggaran pemanfaatan ruang beserta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
bentuk pelanggarannya yang dirisalahkan dengan keputusan walikota.
dari berita acara evaluasi;
2. peringatan kepada pelanggar untuk
dengan kesadarannya sendiri
menghentikan kegiatan dan menutup
lokasi pemanfaatan ruang yang
melanggar rencana tata ruang dan/atau
ketentuan teknis pemanfaatan ruang
sampai dengan pelanggar memenuhi
kewajiban untuk mengambil tindakan-
tindakan yang diperlukan dalam rangka
penyesuaian pemanfaatan ruang dengan
rencana tata ruang dan/atau ketentuan
teknis pemanfaatan ruang yang berlaku;
3. batas waktu maksimal yang diberikan
kepada pelanggar untuk dengan
kesadaran sendiri melakukan
penyesuaian pemanfaatan ruang; dan
4. konsekuensi akan dilakukannya
penutupan lokasi secara paksa apabila
pelanggar mengabaikan surat peringatan.
5. Apabila pelanggar mengabaikan surat
perintah yang disampaikan, pejabat yang
berwenang melakukan penertiban dengan
menerbitkan surat keputusan pengenaan
sanksi penutupan lokasi yang akan
segera dilaksanakan.
6. Pejabat yang berwenang melakukan
tindakan penertiban dengan
memberitahukan kepada pelanggar
mengenai pengenaan sanksi penutupan
lokasi yang akan segera dilaksanakan.
7. Berdasarkan surat keputusan pengenaan
sanksi, pejabat yang berwenang
melakukan penertiban melakukan
penutupan lokasi secara paksa.
8. Pengawasan terhadap penerapan sanksi
penutupan lokasi, untuk memastikan
lokasi yang ditutup tidak dibuka kembali
sampai dengan pelanggar memenuhi
kewajibannya untuk menyesuaikan
pemanfaatan ruangnya dengan rencana
tata ruang dan ketentuan teknis
pemanfaatan ruang yang berlaku.
Pasal 104 BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pencabutan izin sebagaimana dimaksud dalam
Pasa l99 huruf e dilakukan melalui langkah- Pasal 104
langkah sebagai berikut:
(1) Penerbitan surat pemberitahuan sekaligus (1) Dengan berlakunya peraturan daerah ini, maka
pencabutan izin dari pejabat yang berwenang semua peraturan pelaksanaan yang berkaitan
melakukan penertiban pelanggaran dengan penataan ruang daerah yang telah
pemanfaatan ruang, yang berisi: dinyatakan berlaku sepanjang tidak bertentangan
a. pemberitahuan tentang terjadinya dengan dan belum diganti berdasarkan peraturan
pelanggaran pemanfaatan ruang beserta daerah ini.
bentuk pelanggarannya yang dirisalahkan (2) Dengan berlakunya peraturan daerah ini, maka:
dari berita acara evaluasi; a. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan
b. peringatan kepada pelanggar untuk dan telah sesuai dengan ketentuan peraturan
dengan kesadarannya sendiri mengambil daerah ini tetap berlaku sesuai dengan masa
tindakan-tindakan yang diperlukan dalam berlakunya;
rangka penyesuaian pemanfaatan ruang b. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan
dengan rencana tata ruang dan/atau tetapi tidak sesuai dengan ketentuan peraturan
ketentuan teknis pemanfaatan ruang daerah ini berlaku ketentuan:
yang berlaku; 1. untuk yang belum dilaksanakan
c. batas waktu maksimal yang diberikan pembangunan, izin tersebut disesaikan
kepada pelanggar untuk dengan dengan fungsikawasan berdasarkan
kesadaran sendiri melakukan peraturan daerah ini;
penyesuaian pemanfaatan ruang; dan 2. untuk yang sudah dilaksanakan
d. konsekuensi akan dilakukannya pembangunannya, dilakukan penyesuaian
pencabutan izin apabila pelanggar dengan masa transisi berdasarkan
mengabaikan surat peringatan. ketentuan perundang-undangan; dan
(2) Apabila pelanggar mengabaikan surat 3. untuk yang sudah dilaksanakan
pemberitahuan yang disampaikan, pejabat pembangunannya dan tidak
yang berwenang melakukan penertiban memungkinkan untuk dilakukan
dengan menerbitkan surat keputusan penyesuaian dengan fungsi kawasan
pengenaan sanksi pencabutan izin yang akan berdasarkan peraturan daerah ini, izin
segera dilaksanakan. yang telah diterbitkan dapat dibatalkan
(3) Pejabat yang berwenang melakukan tindakan dan terhadap kerugian yang timbul sebagai
penertiban dengan memberitahukan kepada akibat pembatalan izin tersebutdapat
pelanggar mengenai pengenaan sanksi diberikanpenggantian yang layak.
pencabutan izin. c. pemanfaatan ruang di daerah yang
(4) Pejabat yang berwenang melakukan tindakan diselenggarakan tanpa izin dan bertentangan
penertiban mengajukan permohonan dengan ketentuan peraturan daerah ini, akan
pencabutan izin kepada pejabat yang memiliki ditertibkan dan disesuaikan dengan peraturan
kewenangan untuk melakukan pencabutan daerah ini; dan
izin. d. pemanfaatan ruang yang sesuai dengan
(5) Penerbitan keputusan pencabutan izin oleh ketentuan peraturan daerah ini, agar
pejabat yang memiliki kewenangan untuk dipercepat untuk mendapatkan izin yang
melakukan pencabutan izin. diperlukan.
(6) Pemberitahuan kepada pemanfaat ruang
mengenai status izin yang telah dicabut
sekaligus perintah untuk secara permanen
menghentikan kegiatan pemanfaatan ruang
yang telah dicabut izinnya.
Pasal 105
BAB IX
Penolakan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal
99 huruf f dilakukan melalui langkah-langkah KETENTUAN PENUTUP
sebagai berikut:
(1) Penolakan izin dilakukan setelah melalui Pasal 105
tahap evaluasi, dan dinilai tidak memenuhi
ketentuan rencana tata ruang dan/atau Pada saat peraturan daerah ini mulai berlaku,
pemanfaatan ruang yang berlaku. Peraturan Daerah Kota Binjai Nomor 12 Tahun 2011
(2) Setelah dilakukan evaluasi, pejabat yang Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Binjai
berwenang melakukan penertiban dengan Tahun 2011-2030 dicabut dan tidak berlaku lagi.
memberitahukan kepada pemohon izin perihal
penolakan izin yang diajukan, dengan
Pasal 106
memuat hal-hal dasar penolakan izin dan hal-
hal yang harus dilakukan apabila pemohon
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam peraturan
akan mengajukan izin baru.
daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan
diatur lebih lanjut oleh peraturan walikota.
Pasal 106
Pasal 107
Pembatalan izin sebagaimana dimaksud dalam
Pasal99 huruf g dilakukan melalui langkah-langkah
sebagai berikut: Peraturan daerah ini berlaku pada tanggal
(1) Penerbitan lembar evaluasi yang berisikan diundangkan. Agar setiap orang dapat
perbedaan antara pemanfaatan ruang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
menurut dokumen perizinan dengan arahan peraturan daerah ini dengan penempatannya dalam
pemanfaatan ruang dalam rencana tata ruang Lembaran Daerah Kota Binjai.
yang berlaku.
(2) Pemberitahuan kepada pihak yang
memanfaatkan ruang perihal rencana
pembatalan izin, agar yang bersangkutan
dapat mengambil langkah-langkah diperlukan
untuk mengantisipasi hal-hal yang
diakibatkan oleh pembatalan izin.
(3) Penerbitan keputusan pembatalan izin oleh
pejabat yang berwenang melakukan
penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang.
(4) Pemberitahuan kepada pemegang izin tentang
keputusan pembatalan izin, dengan memuat
hal-hal berikut:
a. dasar pengenaan sanksi;
b. hal-hal yang boleh dan tidak boleh
dilakukan pemanfaat ruang hingga
pembatalan izin dinyatakan secara resmi
oleh pejabat yang berwenang melakukan
pembatalan izin; dan
c. hak pemegang izin untuk mengajukan
penggantian yang layak atas pembatalan
izin, sejauh dapat membuktikan bahwa
izin yang dibatalkan telah diperoleh
dengan itikad baik.
(5) Penerbitan keputusan pembatalan izin oleh
pejabat yang memiliki kewenangan untuk
melakukan pembatalan izin.
(6) Pemberitahuan kepada pemanfaat ruang
mengenai status izin yang telah dibatalkan.

Pasal 107
Pemulihan fungsi ruang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 99 huruf h dilakukan melalui langkah-
langkah sebagai berikut:
(1) Ketentuan pemulihan fungsi ruang yang berisi
bagian-bagian yang harus dipulihkan
fungsinya berikut cara pemulihannya.
(2) Penerbitan surat pemberitahuan perintah
pemulihan fungsi ruang dari pejabat yang
berwenang melakukan penertiban
pelanggaran pemanfaatan ruang, yang berisi:
a. pemberitahuan tentang terjadinya
pelanggaran pemanfaatan ruang beserta
bentuk pelanggarannya yang dirisalahkan
dari berita acara evaluasi;
b. peringatan kepada pelanggar untuk
dengan kesadaran sendiri pemulihan
fungsi ruang agar sesuai dengan
ketentuan pemulihan fungsi ruang yang
telah ditetapkan;
c. batas waktu maksimal yang diberikan
kepada pelanggar untuk dengan
kesadaran sendiri melakukan pemulihan
fungsi ruang; dan
d. konsekuensi yang diterima pelanggar
apabila mengabaikan surat peringatan.
(3) Apabila pelanggar mengabaikan surat
pemberitahuan yang disampaikan, pejabat
yang berwenang melakukan penertiban
menerbitkan surat keputusan pengenaan
sanksi pemulihan fungsi ruang.
(4) Pejabat yang berwenang melakukan
pemulihan fungsi ruang memberitahukan
kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi
pemulihan fungsi ruang yang harus
dilaksanakan pelanggar dalam jangka waktu
pelaksanaannya.
(5) Pejabat yang berwenang melakukan tindakan
penertiban melakukan pengawasan
pelaksanaan kegiatan pemulihan fungsi
ruang.

Anda mungkin juga menyukai