NO. PERDA NO. 11 TAHUN 2011 REVISI PERDA RTRW KOTA BINJAI ULASAN REVISI
Menimbang : Menimbang :
a. bahwa sejak ditetapkannya Peraturan Daerah a. bahwa sejak ditetapkannya Peraturan Daerah
Kota Binjai Nomor 2 Tahun 2001 tentang Kota Binjai Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Binjai Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Binjai Tahun
Tahun 2011, pelaksanaan investasi dan 2011, terjadi dinamika pembangunan interal kota
kegiatan pembangunan di Kota Binjai terus maupun eksternal sehingga memerlukan kesiapan
berlangsung dengan sangat cepat yang ruang kota untuk menangkap peluang
menyebabkan terjadinya berbagai perkembangan eksternal yang terjadi demi
perkembangan dan perubahan yang semakin mengungkit pertumbuhan ekonomi kota sehingga
meluas dalam pemanfaatan ruang wilayah meningkatkan kesejateraan seluruh masyarakat
kota; kota;
b. bahwa Peraturan Daerah Kota Binjai Nomor 2 b. bahwa Peraturan Daerah Kota Binjai Nomor 12
Tahun 2001 tentang Rencana Tata Ruang Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Wilayah Kota Binjai Tahun 2011 perlu Kota Binjai Tahun 2011-2030 telah berlangsung
disesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 26 lebih 5 (lima) tahun, dan menurut Undang-
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
c. bahwa untuk mengakomodasi dinamika Ruang dapat dilakukan revisi Rencana Tata
perkembangan pembangunan yang tumbuh Ruang Wilayah Kota;
pesat di Kota Binjai dan untuk menjamin c. bahwa untuk mengakomodasi dinamika
keterpaduan dan keserasian antara Rencana perkembangan pembangunan yang tumbuh pesat
Tata Ruang Wilayah Kota Binjai dengan di Kota Binjai dan untuk menjamin keterpaduan
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan keserasian antara Rencana Tata Ruang
Sumatera Utara, Rencana Tata Ruang Kawasan Wilayah Kota Binjai dengan Rencana Tata Ruang
Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Wilayah Provinsi Sumatera Utara, Rencana Tata
Karo (Mebidangro) dan Rencana Tata Ruang Ruang Kawasan PerkotaanMedan, Binjai, Deli
Wilayah Nasional, maka diperlukan Serdang, dan Karo (Mebidangro) dan Rencana
sinkronisasi terhadap Rencana Tata Ruang Tata Ruang Wilayah Nasional, makadiperlukan
Wilayah Kota Binjai; sinkronisasi terhadap Rencana Tata Ruang
d. bahwa Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Wilayah Kota Binjai;
Binjai merupakan pedoman dan arahan lokasi d. bahwa Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Binjai
investasi pembangunan yang dilaksanakan merupakan pedoman dan arahan lokasi investasi
oleh Pemerintah, sektor swasta, dan pembangunan yang dilaksanakan oleh
masyarakat, sehingga harus antisipatif Pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat,
terhadap setiap dinamika perubahan dan sehinggaharus antisipatif terhadap setiap
tuntutan perkembangan; dinamika perubahan dan tuntutan
e. bahwa berdasarkan perkembangan perkembangan;
sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, e. bahwa berdasarkan perkembangan sebagaimana
huruf c, dan huruf dimaksud pada huruf a, huruf b, huruf c, dan
f. perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang huruf d, perlu menetapkan Peraturan Daerah
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Binjai tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Binjai
Tahun 2011 -2030; Tahun 2011 -2030.
Mengingat : Mengingat :
1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara
Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 9 Drt Tahun 1956 2. Undang-Undang Nomor 9 Drt Tahun 1956 tentang
tentang Pembentukan Daerah Otonom Kota- Pembentukan Daerah Otonom Kota-kota Kecil di
kota Kecil di Lingkungan Provinsi Sumatera Lingkungan Provinsi Sumatera Utara (Lembaran
Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 60,
Tahun 1956 Nomor 60, Tambahan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor Nomor 1092);
1092); 3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan
telah diubah beberapa kali terakhir dengan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 4725);
tentang Perubahan Kedua Atas Undang – 4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
Tambahan Lembaran Negara Republik 4725);
Indonesia Nomor 4844); 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara
tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Tambahan Lembaran Negara Republik Nomor 5587);
Indonesia Nomor 4725); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008
5. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
Nasional (Lembaran Negara Republik 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara
Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Republik Indonesia Nomor 4833);
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 7. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010
4833); tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang
6. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2010 tentang Penyelenggaraan Penataan 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara
Ruang (Lembaran Negara Republik Republik Indonesia Nomor 5103);
Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan 8. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat
5103); Dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara
7. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 118,
2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Masyarakat Dalam Penataan Ruang Nomor 5160);
(Lembaran Negara Republik Indonesia 9. Peraturan Presiden Negeri Nomor 62 Tahun 2011
Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor Medan, Binjai, Deli Serdang dan Karo (Lembaran
5160); Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor
__);
10.Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/
Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia Nomor 6 Tahun 2017 Tentang Tata
Cara Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2017 Nomor 661);
12.Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2017 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera
Utara Tahun 2017-2037;
12.Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2013 tentang
Rencana Jangka Panjang Daerah Tahun 2005-
2025 (Lembaran Daerah Kota Binjai Tahun 2013);
13.Peraturan Daerah Nomor __ Tahun 2017 tentang
Rencana Jangka Menengah Tahun 2016-2021.
BAB I BAB I
KETENTUAN UMUM KETENTUAN UMUM
Bagian Kesatu
Pengertian Bagian Kesatu
Pasal 1 Pengertian
Pasal 1
Dalam peraturan daerah ini yang dimaksud
dengan: Dalam peraturan daerah ini yang, dimaksud dengan:
1. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat 1. Kota adalah Kota Binjai.
dan ruang udara, termasuk ruang di dalam 2. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah,
bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
manusia dan mahluk lain hidup, melakukan kekuasaan pemerintah negara Republik Indonesia
kegiatan, dan memelihara kelangsungan sebagaimana dimaksud Undang-Undang Dasar
hidupnya. Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan 3. Pemerintah Kota adalah Walikota dan perangkat
pola ruang. daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
3. Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota adalah daerah.
rencana yang mencakup sistem perkotaan 4. Walikota adalah Walikota Binjai.
wilayah kota dalam wilayah pelayanannya dan 5. Wilayah Kota adalah wilayah administrasi Kota
jaringan prasarana wilayah kota yang Binjai sebagai daerah otonom sesuai Undang-
dikembangkan untuk mengintegrasikan Undang Nomor 9 Drt Tahun 1956 tentang
wilayah kota selain untuk melayani kegiatan Pembentukan Daerah Otonom Kota-kota Kecil di
skala kota, meliputi sistem jaringan Provinsi Sumatera Utara.
transportasi, sistem jaringan energi dan 6. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya
kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat
sistem sumber daya air dan sistem jaringan Daerah Kota Binjai.
lainnya. 7. Provinsi adalah Provinsi Sumatera Utara.
4. Rencana pola ruang wilayah kota adalah 8. Orang adalah orang perseorangan dan/atau
rencana distribusi peruntukan ruang wilayah korporasi.
kota yang meliputi peruntukan ruang untuk 9. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat dan
fungsi lindung dan budi daya sampai dengan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi
akhir masa berlakunya RTRW kota yang dapat sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan
memberikan gambaran pemanfaatan ruang mahluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan
wilayah kota hingga 20 (dua puluh) tahun memelihara kelangsungan hidupnya.
mendatang. 10.Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola
5. Penataan ruang adalah suatu sistem proses ruang.
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, 11.Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota adalah
dan pengendalian pemanfaatan ruang. rencana yang mencakup sistem perkotaan wilayah
6. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan kota dalam wilayah pelayanannya dan jaringan
tata ruang. prasarana wilayah kota yang dikembangkan untuk
7. Wilayah adalah ruang yang merupakan mengintegrasikan wilayah kota selain untuk
kesatuan geografis beserta segenap unsur melayani kegiatan skala kota, meliputi sistem
terkait yang batas dan sistemnya ditentukan jaringan transportasi, sistem jaringan energi dan
berdasarkan aspek administratif dan/atau kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, sistem
aspek fungsional. sumber daya air dan sistem jaringan lainnya.
8. Rencana Tata Ruang Wilayah Kotayang 12.Rencana pola ruang wilayah kota adalah rencana
selanjutnya disebut RTRW Kota adalah RTRW distribusi peruntukan ruang wilayah kota yang
Kota Binjai meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung
9. Rencana Detail Tata Ruang Kota yang dan budi daya sampai dengan akhir masa
selanjutnya disebut RDTR Kota adalah rencana berlakunya RTRW kota yang dapat memberikan
secara terperinci tentang tata ruang untuk gambaran pemanfaatan ruang wilayah kota hingga
rencana tata ruang wilayah kota yang 20 (dua puluh) tahun mendatang.
dilengkapi dengan peraturan zonasi kota. 13.Penataan ruang adalah suatu sistem proses
10. 10 Kawasan adalah wilayah yang memiliki perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
fungsi utama lindung atau budi daya. pengendalian pemanfaatan ruang.
11. Kawasan lindung kota adalah kawasan lindung 14.Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata
yang secara ekologis merupakan satu ruang.
ekosistem yang terletak pada wilayah kota, 15.Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan
kawasan lindung yang memberikan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas
perlindungan terhadap kawasan bawahannya dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
yang terletak di wilayah kota, dan kawasan- administratif dan/atau aspek fungsional.
kawasan lindung lain yang menurut ketentuan 16.Rencana Tata Ruang Wilayah Kota yang
peraturan perundang-undangan selanjutnya disebut RTRW Kota adalah RTRW Kota
pengelolaannya merupakan kewenangan Binjai
pemerintah daerah kota. 17.Rencana Detail Tata Ruang Kota yang selanjutnya
12. Kawasan budi daya kota adalah kawasan di disebut RDTR Kota adalah rencana secara terperinci
wilayah kota yang ditetapkan dengan fungsi tentang tata ruang untuk rencana tata ruang
utama untuk dibudi dayakan atas dasar wilayah kota yang dilengkapi dengan peraturan
kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber zonasi kota.
daya manusia, dan sumber daya buatan. 18.Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi
13. Kawasan sempadan sungai adalah kawasan utama lindung atau budi daya.
yang terletak di bagian kiri dan kanan sungai 19.Kawasan lindung kota adalah kawasan lindung
yang memiliki fungsi utama untuk melindungi yang secara ekologis merupakan satu ekosistem
sungai tersebut dari berbagai gangguan yang yang terletak pada wilayah kota, kawasan lindung
dapat merusak kondisi sungai dan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
kelestariannya. bawahannya yang terletak di wilayah kota, dan
14. Kawasan sekitar waduk/danau adalah kawasan-kawasan lindung lain yang menurut
kawasan perlindungan setempat di sekeliling ketentuan peraturan perundang-undangan
waduk/danau, yang mempunyai manfaat pengelolaannya merupakan kewenangan
penting untuk mempertahankan kelestarian pemerintah daerah kota.
fungsi waduk/danau. 20.Kawasan budi daya kota adalah kawasan di wilayah
15. Ruang terbuka hijau yang selanjutnya disebut kota yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
RTH adalah area memanjang/jalur dan/atau dibudi dayakan atas dasar kondisi dan potensi
mengelompok, yang penggunaannya lebih sumber daya alam, sumber daya manusia, dan
bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, sumber daya buatan.
baik yang tumbuh secara alamiah maupun 21.Kawasan sempadan sungai adalah kawasan yang
yang sengaja ditanam. terletak di bagian kiri dan kanan sungai yang
16. Ruang terbuka non hijau yang selanjutnya memiliki fungsi utama untuk melindungi sungai
disebut RTNH adalah ruang terbuka di wilayah tersebut dari berbagai gangguan yang dapat
perkotaan yang tidak termasuk dalam kategori merusak kondisi sungai dan kelestariannya.
RTH, berupa lahan yang diperkeras maupun 22.Kawasan sekitar waduk/danau adalah kawasan
yang berupa badan air. perlindungan setempat di sekeliling waduk/danau,
17. Ruang terbuka non hijau yang selanjutnya yang mempunyai manfaat penting untuk
disebut RTNH adalah ruang terbuka di wilayah mempertahankan kelestarian fungsi waduk/danau.
perkotaan yang tidak termasuk dalam kategori 23.Ruang terbuka hijau yang selanjutnya disebut RTH
RTH, berupa lahan yang diperkeras maupun adalah area memanjang/jalur dan/atau
yang berupa badan air. mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat
18. Sabuk hijau (greenbelt), adalah RTH yang terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang
memiliki tujuan utama untuk membatasi tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja
perkembangan suatu penggunaan lahan atau ditanam.
membatasi aktivitas satu dengan aktivitas 24.Ruang terbuka non hijau yang selanjutnya disebut
lainnya agar tidak saling mengganggu. RTNH adalah ruang terbuka di wilayah perkotaan
19. Wilayah sungai yang selanjutnya disebut WS yang tidak termasuk dalam kategori RTH, berupa
adalah kesatuan wilayah pengelolaan lahan yang diperkeras maupun yang berupa badan
sumberdaya air dalam satu atau lebih daerah air.
aliran sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang 25.Sabuk hijau (greenbelt), adalah RTH yang memiliki
luasnya kurang dari atau sama dengan 2.000 tujuan utama untuk membatasi perkembangan
km2. suatu penggunaan lahan atau membatasi aktivitas
20. Daerah aliran sungai yang selanjutnya disebut satu dengan aktivitas lainnya agar tidak saling
DAS adalah suatu wilayah daratan yang mengganggu.
merupakan satu kesatuan dengan sungai dan 26.Wilayah sungai yang selanjutnya disebut WS adalah
anak-anak sungainya, yang berfungsi kesatuan wilayah pengelolaan sumberdaya air
menampung, menyimpan, dan mengalirkan air dalam satu atau lebih daerah aliran sungai
yang berasal dari curah hujan ke danau atau dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang
ke laut secara alami, yang batas di darat dari atau sama dengan 2.000 km2.
merupakan pemisah topografis dan batas di 27.Daerah aliran sungai yang selanjutnya disebut DAS
laut sampai dengan daerah perairan yang adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu
masih terpengaruh aktivitas daratan. kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya,
21. Sistem penyediaan air minum yang selanjutnya yang berfungsi menampung, menyimpan, dan
disebut SPAM adalah satu kesatuan sistem mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke
fisik (teknik) dan non fisik dari prasarana dan danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat
sarana air minum. merupakan pemisah topografis dan batas di laut
22. Sistem pengelolaan air limbah adalah buangan sampai dengan daerah perairan yang masih
yang dihasilkan dari suatu proses produksi terpengaruh aktivitas daratan.
baik industri maupun domestik. 28.Sistem penyediaan air minum yang selanjutnya
23. Tempat penampungan sementara yang disebut SPAM adalah satu kesatuan sistem fisik
selanjutnya disebut TPS adalah tempat (teknik) dan non fisik dari prasarana dan sarana air
sebelum sampah diangkut ke tempat minum.
pendauran ulang, pengolahan, dan/atau 29.Sistem pengelolaan air limbah adalah buangan yang
tempat pengolahan sampah terpadu. dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
24. Tempat pengolahan sampah terpadu yang maupun domestik.
selanjutnya disebut TPSTadalah tempat 30.Tempat penampungan sementara yang selanjutnya
dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, disebut TPS adalah tempat sebelum sampah
pemilahan, penggunaan ulang, pendauran diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan,
ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu.
sampah. 31.Tempat pengolahan sampah terpadu yang
25. Tempat pemrosesan akhir yang selanjutnya selanjutnya disebut TPST adalah tempat
disebut TPA adalah tempat untuk memroses dilaksanakannya kegiatan pengumpulan,
dan mengembalikan sampah ke media pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang,
lingkungan secara aman bagi manusia dan pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah.
lingkungan. 32.Tempat pemrosesan akhir yang selanjutnya disebut
26. Kawasan pertahanan negara adalah wilayah TPA adalah tempat untuk memroses dan
yang ditetapkan secara nasional yang mengembalikan sampah ke media lingkungan
digunakan untuk kepentingan pertahanan. secara aman bagi manusia dan lingkungan.
27. Kawasan strategis kota adalah kawasan yang 33.Kawasan pertahanan negara adalah wilayah yang
penataan ruangnya diprioritaskan karena ditetapkan secara nasional yang digunakan untuk
mempunyai pengaruh sangat penting dalam kepentingan pertahanan.
lingkup Kota Binjai terhadap ekonomi, sosial, 34.Kawasan strategis kota adalah kawasan yang
budaya, dan/atau lingkungan, dan penataan ruangnya diprioritaskan karena
pendayagunaan sumber daya alam dan mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup
teknologi tinggi. Kota Binjai terhadap ekonomi, sosial, budaya,
28. Pusat pelayanan kota adalah pusat pelayanan dan/atau lingkungan, dan pendayagunaan sumber
ekonomi, sosial dan/atau administrasi yang daya alam dan teknologi tinggi.
melayani seluruh wilayah kota dan/atau 35.Pusat pelayanan kota adalah pusat pelayanan
regional. ekonomi, sosial dan/atau administrasi yang
29. Subpusat pelayanan kota adalah pusat melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional.
pelayanan ekonomi, sosial dan/atau 36.Subpusat pelayanan kota adalah pusat pelayanan
administrasi yang melayani subwilayah kota. ekonomi, sosial dan/atau administrasi yang
30. Pusat lingkungan adalah pusat pelayanan melayani subwilayah kota.
ekonomi, sosial dan/atau administrasi 37.Pusat lingkungan adalah pusat pelayanan ekonomi,
lingkungan kota. sosial dan/atau administrasi lingkungan kota.
31. Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang 38.Pembangunan adalah pelaksanaan operasi teknik
dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan bangunan, pertambangan dan operasi lainnya, di
ruang sesuai dengan ketentuan peraturan dalam, pada, di atas atau di bawah lahan, atau
perundang-undangan pembuatan setiap perubahan penting dalam
32. Masyarakat adalah orang perseorangan, penggunaan lahan, pemanfaatan bangunan dan
kelompok orang termasuk masyarakat hukum pemanfaatan ruang lainnya.
adat, korporasi, dan/atau pemangku 39.Penggunaan lahan adalah fungsi dominan dengan
kepentingan nonpemerintah lain dalam ketentuan khusus yang ditetapkan pada suatu
penyelenggaraan penataan ruang. kawasan, blok peruntukan, dan/atau persil.
33. Peran masyarakat adalah partisipasi aktif 40.Intensitas pemanfaatan ruang adalah besaran ruang
masyarakat dalam perencanaan tata ruang, untuk fungsi tertentu yang ditentukan berdasarkan
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pengaturan Koefisiensi Dasar Bangunan (KDB) an
pemanfaatan ruang. Koefisiensi Lantai Bangunan (KLB).
34. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang 41.Koefisien Dasar Bangunan (KDB) yaitu angka
selanjutnya disebut DPRD adalah DPRD Kota persentase perbandingan antara luas seluruh lantai
Binjai yang merupakan lembaga perwakilan dasar bangunan gedung yang dapat dibangun dan
rakyat daerah Kota Binjai sebagai unsur luas lahan/tanah perpetakan/daerah perencanaan
penyelenggara pemerintahan daerah. yang dikuasai.
35. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah, 42.Koefisien Lantai Bangunan (KLB) yaitu angka
yang selanjutnya disebut BKPRD adalah badan persentase perbandingan antara jumlah seluruh
bersifat adhoc yang dibentuk mendukung luas lantai seluruh bangunan yang dapat dibangun
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang dan luas lahan/tanah perpetakan/daerah
Penataan Ruang di Kota Binjai dan mempunyai perencanaan yang dikuasai.
fungsi membantu pelaksanaan tugas Walikota 43.Koefisien Daerah Hijau (KDH) yaitu angka
dalam koordinasi penataan ruang di daerah. persentase perbandingan antara luas seluruh ruang
36. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat. terbuka diluar bangunan gedung yang
37. Kota adalah Kota Binjai. diperuntukkan bagi pertamanan/penghijauan dan
38. Walikota adalah Walikota Binjai. luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang
39. Wilayah Kota adalah wilayah administrasi Kota dikuasai.
Binjai sebagai daerah otonom sesuai Undang- 44.Garis Sempadan Bangunan (GSB) yaitu garis
Undang Nomor 9 Drt Tahun 1956 tentang imaginer yang menentukan jarak terluar bangunan
Pembentukan Daerah Otonom Kota-kota Kecil terhadap ruas jalan.
di Provinsi Sumatera Utara. 45.Insentif adalah perangkat atau upaya untuk
40. Pemerintah Daerah adalah Walikota Binjai dan memberikan imbalan terhadap pelaksanaan
perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang.
pemerintahan daerah. 46.Disinsentif adalah perangkat untuk mencegah,
41. Orang adalah orang perseorangan dan/atau membatasi pertumbuhan atau mengurangi kegiatan
korporasi. yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang.
47.Perizinan adalah upaya mengatur kegiatan-kegiatan
yang memiliki peluang melanggar ketentuan
perencanaan dan pembangunan, serta
menimbulkan gangguan bagi kepentingan umum.
48.Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang
dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan ruang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
49.Zona riparian adalah zona transisi khas dan
interaksi ekosistem badan air dan ekosistem
daratan berfungsi keanekaragaman lora dan fauna
habia, konservasi sumber daya air dan pelestarian
habitat ikan.
50.Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok
orang termasuk masyarakat hukum adat, korporasi,
dan/atau pemangku kepentingan nonpemerintah
lain dalam penyelenggaraan penataan ruang.
51.Peran masyarakat adalah partisipasi aktif
masyarakat dalam perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan
ruang.
52.Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang selanjutnya
disebut DPRD adalah DPRD Kota Binjai yang
merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah Kota
Binjai sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
daerah.
53.Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah, yang
selanjutnya disebut BKPRD adalah badan bersifat
adhoc yang dibentuk mendukung Undang-Undang
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang di
Kota Binjai dan mempunyai fungsi membantu
pelaksanaan tugas Walikota dalam koordinasi
penataan ruang di daerah.
Bagian Kedua
Peran Dan Fungsi Bagian Kedua
Pasal 2 Peran dan Fungsi
Pasal 2
RTRW Kota Binjai disusun sebagai alat RTRW Kota Binjai disusun sebagai alat
operasionalisasi pelaksanaan pembangunan di operasionalisasi pelaksanaan pembangunan di
wilayah Kota Binjai. wilayah Kota Binjai.
Pasal 3 Pasal 3
RTRW Kota Binjai menjadi pedoman untuk: RTRW Kota Binjai menjadi pedoman untuk:
a. acuan dalam penyusunan Rencana a. acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan Rencana
dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Daerah (RPJMD); (RPJMD);
b. acuan dalam pemanfaatan ruang wilayah kota; b. acuan dalam pemanfaatan ruang wilayah kota;
c. acuan untuk mewujudkan keseimbangan c. acuan untuk mewujudkan keseimbangan
pembangunan dalam wilayah kota; pembangunan dalam wilayah kota;
d. acuan lokasi investasi dalam wilayah kota yang
d. acuan lokasi investasi dalam wilayah kota yang
dilakukan Pemerintah, masyarakat dan swasta;
dilakukan Pemerintah, masyarakat dan swasta;
e. pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata
ruang di wilayah kota; dan e. pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata
f. dasar pengendalian pemanfaatan ruang di ruang di wilayah kota; dan
wilayah kota yang meliputi penetapan peraturan f. dasar pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah
zonasi, perijinan, pemberian insentif dan kota yang meliputi penetapan peraturan zonasi,
disinsentif, serta pengenaan sanksi, dan acuan perijinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta
dalam administrasi pertanahan. pengenaan sanksi, dan acuan dalam administrasi
pertanahan.
Bagian Ketiga
Ruang Lingkup Pengaturan Paragraf 2
Paragraf 1 Lingkup Wilayah Perencanaan
Muatan Pasal 4
Pasal 4 (1) Lingkup wilayah perencanaan RTRW Kota Binjai
meliputi seluruh wilayah administrasi Kota Binjai
RTRW Kota Binjai memuat: yang mencakup 5 (lima) kecamatan, dengan luas
a. tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang daratan lebih kurang 9.426 hektar, wilayah di
wilayah Kota Binjai; atas daratan, serta termasuk ruang di dalam bumi
b. rencana struktur ruang wilayah Kota Binjai dibawah wilayah daratan;
yang meliputi sistem pusat kegiatan dan sistem (2) Lingkup wilayah perencanaan sebagaimana yang
jaringan prasarana kawasan; dimaksud pada ayat (1) meliputi :
c. rencana pola ruang wilayah Kota Binjai yang a. Kecamatan Binjai Utara, terdiri dari atas
meliputi kawasan lindung dan kawasan budi delapan kelurahan, meliputi:
daya; 1. Pahlawan;
d. penetapan kawasan strategis kota; 2. Jatinegara;
e. arahan pemanfaatan ruang wilayah Kota Binjai 3. Nangka;
yang terdiri dari indikasi program utama 4. Jati Makmur;
jangka menengah lima tahunan; dan 5. Damai;
f. ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang 6. Kebun Lada;
wilayah Kota Binjai yang berisi ketentuan 7. Cengkeh Turi; dan
umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, 8. Jati Karya.
ketentuan insentif dan disinsentif, serta arahan b. Kecamatan Binjai Kota, terdiri dari atas tujuh
sanksi. kelurahan, meliputi :
1. Berngam;
Paragraf 2 2. Satria;
Wilayah Perencanaan 3. Setia;
Pasal 5 4. Kartini;
(1) Wilayah perencanaan RTRW Kota Binjai 5. Tangsi;
meliputi seluruh wilayah administrasi Kota 6. Binjai; dan
Binjai yang terdiri atas5 (lima) kecamatan 7. Pekan Binjai.
yaitu: c. Kecamatan Binjai Timur, terdiri dari atas tujuh
a. Kecamatan Binjai Utara; kelurahan, meliputi :
b. Kecamatan Binjai Kota; 1. Mencirim;
c. Kecamatan Binjai Timur; 2. Tunggurono;
d. Kecamatan Binjai Barat; dan 3. Timbang Langkat;
e. Kecamatan Binjai Selatan. 4. Tanah Tinggi;
5. Sumber Mulyorejo;
(2) Batas Administrasi Kota Binjai meliputi: 6. Dataran Tinggi; dan
a. sebelah utara berbatasan dengan 7. Sumber Karya.
Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli d. Kecamatan Binjai Barat, terdiri dari atas enam
Serdang; kelurahan, meliputi :
b. sebelah selatan berbatasan dengan 1. Bandar Sinembah;
Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli 2. Limau Mungkur;
Serdang; 3. Limau Sundai;
c. sebelah barat berbatasan dengan 4. Paya Roba;
Kabupaten Langkat; dan 5. Suka Maju; dan
d. sebelah timur berbatasan dengan 6. Suka Ramai.
Kabupaten Deli Serdang. e. Kecamatan Binjai Selatan, terdiri dari atas
delapan kelurahan, meliputi :
1. Tanah Seribu;
2. Puji Dadi;
3. Rambung Barat;
4. Rambung Dalam;
5. Rambung Timur;
6. Tanah Merah;
7. Binjai Estate; dan
8. Bhakti Raya.
(1) Kebijakan dan strategi penataan ruang (1) Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang
wilayah kota meliputi : sebagaimana dimaksud pada Pasal 6, ditetapkan
a. kebijakan dan strategi pengembangan kebijakan penataan ruang kota.
struktur ruang wilayah kota; dan (2) Kebijakan penataan ruang kota sebagaimana
b. kebijakan dan strategi pengembangan dimaksud pada ayat (1), meliputi:
pola ruang wilayah kota. a. Pengembangan pusat-pusat kegiatan
(2) Kebijakan dan strategi pengembangan pelayanan perkotaan sebagai satu kesatuan
struktur ruang wilayah kota sebagaimana sistem secara terpadu, berhirarki, dan saling
dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi: berhubungan untuk mendukung penetapan
a. kebijakan dan strategi pengembangan Kota Binjai sebagai Kota satelit Metropolitan
sistem pusat-pusat kegiatan pelayanan Mebidangro;
perkotaan; dan b. Pengembangan dan peningkatan kualitas
b. kebijakan dan strategi pengembangan pelayanan sarana dan prasarana transportasi
sistem jaringan prasarana wilayah. regional yang terpadu dengan transportasi
(3) Kebijakan dan strategi pengembangan pola lokal;
ruang wilayah kota sebagaimana dimaksud c. Peningkatan jangkauan dan kualitas pelayanan
pada ayat (1) huruf b meliputi : prasarana kota yang merata secara internal
a. kebijakan dan strategi pengembangan kota dan terpadu secara regional
kawasan lindung; d. Peningkatan keterpaduan dan keterkaitan
b. kebijakan dan strategi pengembangan antar kegiatan budidaya serta sesuai dengan
kawasan budi daya, dan dukung dan daya tampung daya lingkungan;
c. kebijakan dan strategi pengembangan e. peningkatan fungsi, kuantitas dan kualitas
kawasan strategis kota. ruang terbuka hijau, kawasan dan objek cagar
budaya serta kawasan lindung lainnya bagi
Pasal 8 masyarakat; dan
f. Peningkatan fungsi kawasan untuk
(1) Kebijakan pengembangan sistem pusat-pusat pertahanan dan keamanan.
kegiatan pelayanan perkotaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf a Pasal 8
berupa pengembangan pusat-pusat kegiatan
pelayanan perkotaan secara terpadu, (1) Strategi perwujudan kebijakan pengembangkan
berhirarki, dan saling berhubungan untuk pusat-pusat kegiatan pelayanan perkotaan
mendukung penetapan Kota Binjai sebagai sebagai satu kesatuan sistem secara terpadu,
bagian Pusat Kegiatan Nasional (PKN) berhirarki, dan saling berhubungan untuk
Mebidangro oleh Pemerintah. mendukung penetapan Kota Binjai sebagai Kota
(2) Strategi pengembangan sistem pusat-pusat satelit Metropolitan Mebidangro, sebagaimana
kegiatan pelayanan perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf a
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan : meliputi :
a. membangun kawasan industri dengan a. mengembangkan kawasan industri Binjai
skala pelayanan regional dan Nasional di sebagai kawasan strategis pusat
Kecamatan Binjai Utara dengan disertai pertumbuhan ekonomi kota di Kecamatan
pembangunanjalan dan infrastruktur Binjai Timur yang didukung dengan
penunjang kegiatan industri; aksesibilitas ke jaringan transportasi
b. mengembangkan pusat perdagangan/jasa nasional, infrastruktur penunjang kegiatan
regional Kota Binjai untuk melayani industri dan penyediaan perumahan pekerja
penduduk Kota Binjai dan kota-kota di industri;
sekitarnya; b. mengembangkan kawasan kompak, intensif
c. membagi wilayah kota menjadi 6 (enam) dan multifungi permukiman dan kegiatan
subpusat pelayanan kota, selanjutnya bisnis berskala regional yang terkait dengan
dilakukan pembagian fungsi-fungsi kegiatan-kegiatan yang telah berkembang di
kegiatan kota ke seluruh subpusat sekitarnya sebagai kawasan berorientasi
pelayanan kota; transit (TOD)terpadu pada Stasiun Kereta Api
d. membangun pusat-pusat kegiatan Binjai dan Terminal Ikan Paus;
pelayanan baru di setiap subpusat c. Mempertahankan dan mengembangkan
pelayanan kota secara sinergis dan kembali kawasan pusat kota lama sebagai
terpadu dengan pusat-pusat kegiatan kawasan pusat pemerintahan kota, kawasan
pelayanan yang sudah ada; bersejarah dan kawasan perdagangan dan
e. melengkapi prasarana dan sarana jasa regional yang sinergis dan terpadu
lingkungan serta fasilitas pelayanan dengan kawasan TOD;
umum di setiap hirarki pusat-pusat d. mengembangkan pusat perdagangan/jasa
kegiatan pelayanan; dan regional Kota Binjai untuk melayani
f. mengendalikan pemanfaatan ruang di penduduk Kota Binjai dan kota-kota di
setiap hirarki pusat-pusat kegiatan sekitarnya pada pusat kegiatan dan koridor
pelayanan melalui pelaksanaan ketetapan jalan utama (arteri primer, kolektor primer
peraturan zonasi dan perizinan yang dan arteri sekunder);
konsisten, serta pengenaan sanksi e. Mengembangkan sub pusat-pusat kota
terhadap pemanfaatan yang tidak sesuai (SPPK) ke kecamatan-kecamatan di luar
dengan RTRW Kota Binjai. pusat kota secara seimbang dan proporsional
berdasarkan kesesuaian hirarki fungsi-fungsi
pusat pelayanan,serta karakter dan potensi
wilayah, yang sinergis dengan sebaran
permukiman yang sudah ada maupun yang
akan dikembangkan;
f. Mengembangkan aksesibilitas jaringan
internal kota yang menghubungkan antar
pusat-pusat kegiatan dan antar pusat
kegiatan dengan masing-masing wilayah
pelayanannya, dan jaringan eksternal yang
menghubungkan pusat-pusat kegiatan
dengan pusat-pusat kegiatan regional,
melalui pemeliharaan dan peningkatan
jaringan jalan yang ada maupun
pembangunan jalan baru;
g. Mengoptimalkan pemanfaatan lahan bagi
pengembangan pusat-pusat kegiatan dan
pusat pelayanan secara efisien/kompak dan
mempertimbangkan dampak positif dan
dampak negatif terhadap kehidupan sosial,
ekononomi, budaya dan lingkungan; dan
h. melengkapi prasarana dan sarana
lingkungan serta fasilitas pelayanan umum
di setiap hirarki pusat-pusat kegiatan
pelayanan.
Pasal 15 Pasal 15
Seluruh kecamatan di Kota Binjai akan diatur lebih (1) Sistem jaringan perkeretaapian sebagaimana
lanjut dengan RDTR yang ditetapkan oleh dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf
peraturan daerah tersendiri. bmeliputi :
a. perkeretaapian perkotaan; dan
b. perkeretaapian antarkota.
(2) Jaringan perkeretaapian perkotaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b,meliputi :
a. pemeliharaan dan peningkatan jalur rel
kereta apielevated dan trek ganda lintas
Stasiun Kota Medan – Sunggal – Binjai yang
menuju Stasiun-Belawan dan Bandara
Kualanamu; dan
b. pembangunan jalur light rail transit
Mebidang rute Medan-Binjai ditetapkan
melalui Kecamatan Binjai Timur Kelurahan
Tunggurono.
Bagian Kelima
Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi
Pasal 22 Pasal 22
(1) Rencana sistem pengelolaan air limbah
(1) Rencana sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat bmeliputi :
(1) huruf d ditujukan untuk mendukung a. sistem pengelolaan air limbah domestik; dan
pengembangan kegiatan pemerintahan, b. sistem pengolahan air limbah industri.
perdagangan dan jasa, industri, pariwisata, (2) Rencana sistem pengelolaan air limbah domestik
perumahan/permukiman, dan berbagai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
kegiatan fasilitas pelayanan umum kota. meliputi :
(2) Pengembangan jaringan telekomunikasi a. Sistem pengolahan air limbah domestik
dilakukan secara terpadu dan diarahkan terpusat; dan
untuk memanfaatkan secara optimal b. Sistem pengolahan air limbah domestik
prasarana dan sarana yang sudah ada dengan setempat.
menggunakan teknologi maju yang senantiasa (3) Sistem pengolahan air limbah domestik terpusat
berkembang dinamik. sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
(3) Rencana sistem jaringan telekomunikasi berupa Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: di Kecamatan Binjai Timur Kelurahan Mencirim.
a. jaringan tetap; dan (4) Sistem air limbah domestik setempat
b. jaringan bergerak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
(4) Jaringan tetap sebagaimana dimaksud pada dilakukan secara individual melalui pengolahan
ayat (3) huruf a yang meliputi jaringan tetap dan pembuangan air limbah setempat dan
lokal, sambungan langsung jarak jauh, dikembangkan pada kawasan-kawasan yang
sambungan internasional dan tertutup belum memiliki sistem terpusat.
ditetapkan lebih lanjut oleh penyelenggara (5) Sistem pengelolaan air limbah industri
telekomunikasi. sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
(5) Jaringan bergerak sebagaimana dimaksud meliputi :
pada ayat (3) huruf b yang meliputi jaringan a. Sistem air limbah industri terpusat; dan
bergerak terestrial, seluler, dan satelit b. Sistem air limbah industri tersendiri.
ditetapkan lebih lanjut oleh penyelenggara
telekomunikasi.
(6) Sistem air limbah industri terpusat sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) huruf a ditetapkan pada
(6) Lokasi menara bersama telekomunikasi
IPAL kawasan industri Binjai di Kecamatan
ditetapkan lebih lanjut oleh penyelenggara
Binjai Timur Kelurahan Tunggurono.
telekomunikasi dengan memperhatikan
efisiensi pelayanan, keamanan dan (7) Rencana pengembangan sistem pengelolaan air
kenyamanan lingkungan sekitarnya. limbah domestik, meliputi
(7) Rencana sistem jaringan telekomunikasi a. Penggunaan jamban cemplung karena bisa
digambarkan dalam Peta Rencana Sistem menyebabkan pencemaran air permukaan
Jaringan Telekomunikasi Kota Binjai dengan yang berakibat pada penyebaran penyakit;
tingkat ketelitian 1:25.000 sebagaimana b. Peningkatan penggunaan onsite system baik
tercantum dalam Lampiran I-3 yang individual maupun komunal yang lebih
merupakan bagian tidak terpisahkan dari ramah lingkungan dibandingkan dengan
peraturan daerah ini. penggunaan jamban cemplung;
c. Perencanaan penggunaan septik tank/onsite
system dengan lebih terstruktur dan
Bagian Keenam
dilengkapi dengan penerapannya yang
Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air
memenuhi secara teknis sehingga mencegah
Pasal 23
terjadinya pencemaran terhadap lingkungan
terutama terhadap tanah dan air tanah;
(1) Rencana sistem jaringan sumber daya air
d. Peningkatan pelayanan pengelola sedot tinja
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (
mengingat perencanaan onsite system yang
1) huruf e meliputi:
akan meningkat; dan
a. WS;
e. Penerapan pembagian wilayah pelayanan
b. sistem jaringan air baku untuk air
prasarana air imbah kota.
minum;
c. sistem pengendalian banjir; dan (8) Pembagian pembagian wilayah pelayanan
d. sistem jaringan irigasi. prasarana air limbahkota sebagaimana dimaksud
(2) WSsebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada ayat (4) huruf e meliputi :
huruf a di Kota Binjai meliputi: a. Pelayanan Kecamatan Binjai Selatan, Timur
a. sebagian besar wilayah bagian barat dan Utara dengan tingkat kepadatan rendah
termasuk ke dalam DAS Wampu; dan (< 50 jiwa/ha) dengan tingkat pelayanan air
b. sebagian kecil wilayah daerah Timur bersih yang masih sangat rendah (8,02%)
termasuk ke dalam DAS Belawan. melalui sistem pengelolaan air limbah onsite
(3) Sistem jaringan air baku untuk air minum system dan pada akhir tahun perencanaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b pengelolaan air limbah dengan offsite system
menggunakansistem air permukaan. atau minimal dengan onsite system
(4) Sistem jaringan air permukaan sebagaimana komunal.
dimaksud pada ayat (3) ditetapkan di Sungai b. Pelayanan Kecamatan Binjai Barat dengan
Mencirim, Sungai Bingai, Sungai Bangkatan, tingkat kepadatan penduduk yang termasuk
dan sungai-sungai kecil lainnya. sedang ( 50-100 jiwa/ha) dan tingkat
(5) Sistem pengendalian banjir sebagaimana pelayanan air bersih yang termasuk kategori
dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi rendah (< 30%) melalui sistem pelayanan
pembuatan sistem jaringan drainase dan pengelolaan air limbah dengan offsite
pembuatan kolam retensi di Kecamatan Binjai system.
Utara dan Kecamatan Binjai Selatan. c. Pelayanan Kecamatan Binjai Kota, dengan
(6) Sistem jaringan irigasi sebagaimana dimaksud tingkat kepadatan penduduk yang sangat
pada ayat (1) huruf d merupakan daerah tinggi (> 100 jiwa/ha) dan tingkat pelayanan
irigasi lintas Kabupaten Langkat dan Kota air bersih yang termasuk kategori tinggi
Binjai yaitu Daerah Irigasi Teknis Namu Sira- (63,45%) melalui sistem pengelolaan air
sira, Kecamatan Binjai Selatan dengan luas limbah offsite.
daerah irigasi kurang lebih 275 hektar. (9) Sistem air limbah industri setempat sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) huruf b dilakukan secara
Bagian Ketujuh tersendiri oleh pihak industri itu sendiri.
Rencana Sistem Jaringan Infrastruktur Perkotaan
Pasal 24
Pasal 26
(1) Jalur evakuasi bencana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 20 huruf f bertujuan untuk
menyediakan ruang yang dapat dipergunakan
sebagai tempat keselamatan dan ruang untuk
berlindung jika terjadi bencana.
(2) Jenis rawan bencana alam yang potensial terjadi
di Kota Binjai meliputi bencana alam banjir dan
kebakaran.
(3) Jalur evakuasi bencana sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi
b. jalur evakuasi; dan
c. ruang evakuasi bencana.
(4) Jalur evakuasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) huruf a ditetapkan di Jalan Soekarno Hatta,
Jalan T. Amir Hamzah dan jalan-jalan yang
mengarah ke lapangan terbuka lainnya.
(5) Ruang evakusi bencana sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) huruf b ditetapkan di Kawasan
Rencana Pusat Pemerintahan, Lapangan
Merdeka dan RTH lainnya.
Pasal 27
(1) Pengembangan sistem proteksi kebakaran
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf g
dimaksudkan untuk mencegah dan
menanggulangi kebakaran dalam lingkup kota,
lingkungan, dan bangunan.
(2) Sistem proteksi kebakaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) mencerminkan layanan
yang disepakati oleh pemangku kepentingan
yang meliputi layanan:
a. pencegahan kebakaran;
b. pemberdayaan peran masyarakat;
c. pemadam kebakaran; dan
d. penyelamatan jiwa dan harta benda.
(3) Sistem proteksi kebakaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Rencana
Induk Sistem Proteksi Kebakaran Kota Binjai.
Pasal 28 BAB IV
RENCANA POLA RUANG WILAYAH KOTA
(1) Rencana sistem drainase kota sebagaimana Bagian Kesatu
dimaksud dalam Pasal 24 huruf d ditujukan Umum
untuk menciptakan lingkungan permukiman
dan pusat-pusat kegiatan perkotaan yang Pasal 28
sehat dan bersih, serta terbebas dari banjir (1) Rencana pola ruang wilayah Kota Binjai
dan genangan air hujan. meliputi:
(2) Rencana sistem jaringan drainase kota a. kawasan lindung seluas kurang lebih
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) 1.594hektar atau 15,31 persen dari seluruh
dikembangkan secara berhirarki dan wilayah kota; dan
terstruktur menggunakan saluran terbuka b. kawasan budidayaseluas kurang lebih
dan/atau saluran tertutup, terdiri atas 7.831hektaratau 83,08 persen dari seluruh
jaringan drainase makro (utama) dan jaringan wilayah kota.
drainase mikro (lokal) yang saling melengkapi (2) Kawasan lindung sebagaimana dimaksud pada
dan terpadu dengan sistem jaringan sungai ayat (1) huruf a meliputi:
dan pengendalian banjir. a. kawasan perlindungan setempat;
(3) Jaringan drainase makro sebagaimana b. kawasan ruang terbuka hijau (RTH) kota;
dimaksud pada ayat (2) merupakan bagian dan
dari pola pengelolaan sumber daya air pada c. kawasan cagar budaya.
masing-masing DAS Belawan dan DAS (3) Kawasan budidaya sebagaimana dimaksud
Wampu. pada ayat (1) huruf b meliputi:
(4) Jaringan drainase mikro sebagaimana a. kawasan peruntukan perumahan;
dimaksud pada ayat (2) dipadukan dengan b. kawasan peruntukan perdagangan dan jasa;
sistem jaringan drainase jalan dan melayani c. kawasan peruntukan perkantoran;
daerah drainase di kawasan permukiman, d. kawasan peruntukan industri;
industri, perdagangan, dan perkantoran. e. kawasan peruntukan pariwisata;
(5) Jaringan drainase mikro sebagaimana f. kawasan peruntukan pertanian kota;
dimaksud pada ayat (4) ditetapkan di Sub. D. g. kawasan pertahanan dan keamanan;
Paya Robah, Sub. D. Limau Sundai, Sub. D. h. kawasan peruntukan ruang bagi sektor
Sinembah, Sub. D. Cengkeh Turi, Sub. D. informal;
Pujidadi, Sub. D Tanah Merah, Sub. D. Binjai i. kawasan ruang terbuka non hijau (kota;
Estate, Sub. D Rambung, Sub. D. Kebun j. kawasan ruang evakuasi bencana;
Lada, Sub. D. Amir Hamzah, Sub. D. k. kawasan peruntukan lainnya; dan
Tunggurono, Sub. D. Gajahmada, Sub. D. l. Kawasan peruntukan khusus.
Juanda, Sub. D. Nangka, dan Sub. D. Sumber (4) Rencana pola ruang wilayah kota sebagaimana
Mulyo. dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam
(6) Rencana sistem drainase digambarkan dalam Peta Rencana Pola Ruang dengan tingkat
Peta Rencana Sistem Jaringan Drainase Kota ketelitian 1:25.000 sebagaimana tercantum
Binjai dengan tingkat ketelitian 1:25.000 dalam Lampiran IV yang merupakan bagian
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I-8 tidak terpisahkan dari peraturan daerah ini.
yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari peraturan daerah ini. Bagian Kedua
Kawasan Lindung
Pasal 29 Pasal 29
(1) Rencana penyediaan dan pemanfaatan (1) Kawasan perlindungan setempat sebagaimana
prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2) huruf a
kaki sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 meliputi:
huruf e diutamakan pada kawasan pusat a. kawasan sempadan sungai;
pelayanan kota, kawasan subpusat pelayanan b. kawasan jaringan saluran irigasi;
kota, kawasan pendidikan, kawasan komersil c. kawasan sempadan jalur SUTT; dan
(perkantoran, jasa, perdagangan), dan d. kawasan sempadan jalur kereta api.
kawasan pemerintahan. (2) Kawasan sempadan sungai sebagaimana
(2) Pengembangan jaringan jalan pejalan kaki dimaksud pada ayat (1) huruf a ditetapkan,
dilakukan dengan peningkatan kualitas di meliputi :
ruas-ruas jalan yang sudah terdapat fasilitas
a. Sempadan sungai pada kawasan
pejalan kaki, terutama di jalan-jalan di sekitar
permukiman padat;
pusat kegiatan, salah satunya di kawasan
b. Sempadan sungai pada kawasan
pusat kota.
permukiman kepadatan menengah dan
(3) Pengembangan kelengkapan fasilitas pejalan
kepadatan rendah; dan
kaki di ruas-ruas yang memiliki trotoar
c. Sempadan sungai pada kawasan bukan
namun belum dilengkapi dengan kelengkapan permukiman atau lahan tidak terbangun.
fasilitas pejalan kaki seperti lampu jalan, (3) Kawasan sempadan sungai pada kawasan
bangku, kotak sampah, zebra cross, dan permukiman padat sebagaimana dimaksud
jembatan penyeberangan. pada ayat (2) huruf a, meliputi :
(4) Pengembangan fasilitas pejalan kaki di ruas- a. Sempadan sungai-sungai besar yang
ruas jalan yang hanya memiliki trotoar pada meliputi Sungai Bingai, Sungai Mencirim
satu sisi jalan saja. dan Sungai Bangkatan tidak bertanggul
(5) Penyediaan fasilitas pejalan kaki di ruas-ruas ditetapkan selebar 5 meter dari kiri dan
jalan yang sama sekali belum memiliki kanan palung sungai sepanjang alur sungai;
fasilitas trotoar dan kelengkapan lainnya. b. Sempadan sungai-sungai besar yang
(6) Pengembangan fasilitas pejalan kaki di ruas- meliputi Sungai Bingai, Sungai Mencirim
ruas jalan yang meliputi: dan Sungai Bangkatan bertanggul
a. kawasan perdagangan di Kecamatan ditetapkan selebar 3 meter dari kiri dan
Binjai Kota; kanan palung sungai sepanjang alur sungai;
b. kawasan perdagangan di setiap subpusat c. Sempadan sungai-sungai kecil ditetapkan
pelayanan kota; selebar 3 meter dari kiri dan kanan palung
c. kawasan perdagangan di koridor jalan- sungai sepanjang alur sungai
jalan utama kota; (4) Kawasan sempadan sungai pada kawasan
d. kawasan pemerintahan di Kecamatan permukiman kepadatan menengah dan
Binjai Timur; kepadatan rendah sebagaimana dimaksud pada
e. kawasan pertahanan dan keamanan di ayat (2) huruf b, meliputi :
Kecamatan Binjai Timur; a. Sempadan sungai-sungai besar yang
f. kawasan pendidikan tinggi di Kecamatan meliputi Sungai Bingai, Sungai Mencirim
Binjai Timur dan Kecamatan Binjai Barat; dan Sungai Bangkatan ditetapkan selebar
g. kawasan industri di Kecamatan Binjai 12 meter dari kiri dan kanan palung sungai
Utara; dan sepanjang alur sungai
h. kawasan wisata di Kecamatan Binjai b. Sempadan sungai-sungai kecil ditetapkan
Selatan. selebar 5 meter dari kiri dan kanan palung
(7) Rencana penyediaan dan pemanfaatan sungai sepanjang alur sungai
prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan c. Sempadan sungai-sungai besar dan sungai-
kaki digambarkan dalamPeta Rencana Sistem sungai kecil bertanggul ditetapkan selebar 3
Jaringan Jalan Pejalan Kaki Kota Binjai meter dari kiri dan kanan palung sungai
dengan tingkat ketelitian 1:25.000 sepanjang alur sungai
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I-9 (4) Kawasan sempadan sungai pada di luar
yang merupakan bagian tidak terpisahkan kawasan permukiman sebagaimana dimaksud
dari peraturan daerah ini. pada ayat (2) huruf b, meliputi :
a. Sempadan sungai-sungai besar yang
meliputi Sungai Bingai, Sungai Mencirim
dan Sungai Bangkatan ditetapkan selebar
45 meter dari kiri dan kanan palung sungai
sepanjang alur sungai;
b. Sempadan sungai-sungai kecil ditetapkan
selebar 5 meter dari kiri dan kanan palung
sungai sepanjang alur sungai
(5) Kawasan jaringan irigasi primersebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b ditetapkan
minimal 5 (lima) meter sisi kiri dan sisi kanan
jaringan irigasi primer;
(6) Kawasan jalur hijau sempadan SUTT
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
ditetapkan minimal 25 (dua puluh lima) meter
sisi kiri dan sisi kanan jaringan kabel;
(7) Kawasan sempadan jalur kereta api
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
ditetapkan minimal 25 (dua puluh lima) meter
dari as jalur rel terdekat.
Pasal 30 Pasal 30
(1) Jalur evakuasi bencana sebagaimana (1). Kawasan RTH kota sebagaimana dimaksud
dimaksud dalam Pasal 24 huruf f bertujuan dalam Pasal 28 ayat (2) huruf b, ditetapkan
untuk menyediakan ruang yang dapat sekurang-kurang seluas2.827,8 hektar atau 30
dipergunakan sebagai tempat keselamatan (tiga puluh) persen dari luas wilayahkota,
dan ruang untuk berlindung jika terjadi meliputi :
bencana. a. Kawasan RTH publik seluas kurang
(2) Jenis rawan bencana alam yang potensial lebih1.706,6 hektar atau 18,1 % dari luas
terjadi di Kota Binjai meliputi bencana alam wilayah kota; dan
banjir dan kebakaran.
b. Kawasan RTH privat seluas kurang
(3) Jalur evakuasi bencana sebagaimana
lebih942,6 hektar atau 10 % dari luas
dimaksud pada ayat (1) meliputi jalur keluar
wilayah kota;
dan ruang evakuasi bencana.
(4) Jalur keluar sebagaimana dimaksud pada (2). Kawasan RTH kota sebagaimana dimaksud
ayat (3) ditetapkan di Jalan Soekarno Hatta, pada ayat (1) ayat (a) meliputi:
Jalan T. Amir Hamzah dan jalan-jalan yang a. RTH Hutan kota seluas kurang lebih 360,1
mengarah ke lapangan terbuka lainnya. ha;
(5) Ruang evakusi bencana sebagaimana b. RTH Taman Kota seluas kurang lebih 16,7
dimaksud pada ayat (3) ditetapkan di ha;
Kawasan Rencana Pusat Pemerintahan, c. RTH Taman Lingkungan seluas kurang lebih
Lapangan Merdeka dan RTH lainnya.
(6) Rencanajalur evakuasi bencana digambarkan 190,1 ha;
dalam Peta RencanaJalur Evakuasi Bencana d. RTH Pemakaman Umum seluas kurang
Kota Binjai dengan tingkat ketelitian 1:25.000 lebih 23,6 ha;
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I-10 e. RTH Jalur Hijau Jalan seluas kurang lebih
yang merupakan bagian tidak terpisahkan 38,27 ha.
dari peraturan daerah ini.
f. RTH Sempadan Sungai seluas kurang lebih
153,8 ha;
g. RTH Sempadan Saluran Irigasi seluas
kurang lebih 27,4 ha;
h. RTH Sempadan Jalur Kereta Api seluas
kurang lebih 57,1 ha;
i. RTH Sempadan Saluran SUTT seluas
kurang lebih 91,6 ha; dan
j. RTH Pertanian Perkotaan seluas kurang
lebih 747,9 ha;
(3). RTH Hutan kota sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a berbentuk kawasan tutupan
hijau hutan yang dikembangkan terutama
untuk tujuan pengaturan iklim mikro dan
resapan air meliputi:
a. Pengembangan hutan kota di Kelurahan
Bakti Raya dan Kelurahan Tanah Merah
seluas 592,4 hektar;
b. Pengembangan hutan kota di Kelurahan
Berngam seluas 15,7 hektar;
c. Pengembangan hutan kota di Kelurahan
Bandar Senembah seluas 19,2 hektar;
d. Pengembangan hutan kota di Kelurahan
Limau Sundai seluas 5,5 hektar;
e. Pengembangan hutan kota di kelurahan
Binjai Pekan seluas 3,8 hektar;
f. Pengembangan hutan kota penyangga TPA
di Kelurahan Mencirim, Kelurahan
Tunggurono dan Kelurahan Puji Dadi seluas
4,8 hektar;
g. Pengembangan hutan kota penyangga
kawasan industri di Kelurahan Tunggurono
seluas 30 hektar;
h. Pengembangan hutan kota di Kelurahan
Cengkeh Turi seluas 5,5 hektar.
(4). Taman Kota sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf bberbentuk taman-taman dengan
aneka desain dan ukuran, yang dikembangkan
terutama untuk tujuan estetika, tempat
relaksasi, sarana interaksi dan pengikat sosial,
disamping untuk pengaturan iklim mikro dan
resapan air, meliputi :
a. Taman Merdeka di Kelurahan Tangsi seluas
3,3 hektar;
b. Taman Kota Kawasan Pemerintahan Kota
yang baru di Kelurahan Timbang Langkat
seluas 11,9 hektar; dan
c. Stadion Olah Raga di Kelurahan Timbang
Langkat seluas 2,25 hektar; dan
d. Pengembangan Taman Kota Simpang
Megawati di Kelurahan Tunggurono seluas
4,1 hektar.
(5). Taman lingkungan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf c, berbentuk taman-taman
dengan aneka desain dan ukuran, yang
dikembangkan terutama untuk tujuan estetika,
tempat relaksasi, sarana interaksi dan pengikat
sosial suatu lingkungan perumahan, disamping
untuk pengaturan iklim mikro dan resapan air,
direncanakan pengembangannya di pusat-pusat
kelurahan dan kawasan-kawasan
permukiman/perumahan, meliputi :
d. Taman Pinggir Rel Kereta Api di Kelurahan
Pahlawan seluas 1,8 hektar;
e. Lapangan Olah Raga di Kelurahan Damai
seluas 0,65 hektar;
f. Taman-taman lingkungan yang telah ada di
seluruh wilayah kota seluas 0,87 hektar;
g. Pengembangan Taman lingkungan di
Kelurahan Cengkeh Turi seluas 3,2 hektar;
dan
h. Pengembangan taman-taman lingkungan di
seluruh wilayah kota lebih lanjut diatur
peraturan walikota.
(6). Taman-taman lingkungan yang telah ada di
seluruh wilayah kota sebagaimana dimaksud
pada ayat (5) huruf d tercantum pada Lampiran
Vyang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
(7). RTH Pemakaman Umum sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf d,meliputi:
a. Taman Pemakaman Pahlawan (TMP) di
Kelurahan Timbang Langkat seluas 1,26
hektar;
b. TPU dialokasikan pada lokasi-lokasi yang
telah ada;
c. Pengembangan tempat pemakaman umum
di lokasi - lokasi yang penataan
lingkungannya lebih lanjut diatur dengan
peraturan walikota.
(8). RTH Jalur hijau jalan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf e, dikembangkan terutama
untuk tujuan estetika, pengaturan iklim mikro,
penyerap pencemar udara, dan resapan air,
berupa tanaman pulau jalan, bahu dan median
jalan pada jalan-jalan arteri dan kolektor
sebesar 20 % dari luas ruang milik jalan;
(9). RTH Sempadan sungai sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf f, berbentuk jalur hijau
tanaman untuk tujuan estetik, pengaturan
iklim mikro, perlindungan air sungai dan tepi
sungai, dan resapan air tanah meliputi :
a. Sungai Bingaidi Kelurahan Tanah Merah,
Kelurahan Bandar, Kelurahan Kelurahan
Berngam, Kelurahan Satria, Kelurahan
Tangsi, Kelurahan Binjai, Kelurahan Binjai
Pekan, Kelurahan Limau Mungkur,
Kelurahan Limau Sundai, Kelurahan Paya
Roba, , Kelurahan Pahlawan, Kelurahan
Kebun Lada dan Kelurahan Cengkeh Turi;
b. Sungai Mencirim di Kelurahan Puji Dadi,
Kelurahan Mencirim, Kelurahan Timbang
Langkat, Kelurahan Rambung Dalam,
Kelurahan Rambung Timur, Kelurahan
Setia, Kelurahan Binjai Pekan dan
Kelurahan Pahlawan;
c. Sungai Bangkatan di Kelurahan Bakti Raya,
Kelurahan Tanah Seribu, Kelurahan Puji
Dadi, Kelurahan Binjai Estate, Kelurahan
Rambung Barat, Kelurahan Satria,
Kelurahan Setia, Kelurahan Kartini,
Kelurahan Binjai dan Kelurahan Binjai
Pekan;
d. Sungai Diski di Kelurahan Tunggurono dan
Kelurahan Sumber Karya;
e. Sungai Kerupuk di Kelurahan Tunggurono;
f. Sunga-sungai kecil di seluruh Kelurahan
Timbang Langkat, Kelurahan Mencirim,
Kelurahan Tunggurono, Kelurahan Tanah
Merah, Kelurahan Bakti Raya, Kelurahan
Tanah Seribu, Kelurahan Puji Dadi,
Kelurahan Binjai Estate, Kelurahan
Berngam, Kelurahan Bandar Senembah,
Kelurahan Sukamaju, Kelurahan Sumber
Karya dan dan Kelurahan Mudiyorejo;
(10). RTH Sempadan Saluran Irigasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf g, berbentuk jalur
hijau tanaman untuk tujuan pengaturan iklim
mikro, resapan air tanah, perlindungan air
irigasi dan tepi saluran irigasi, berada di
Kelurahan Tanah Merah, Keluraham Bakti
Raya, Kelurahan Tanah Seribu, Kelurahan Puji
Dadi, Kelurahan Berngam, Kelurahan
Mudiyorejo dan Kelurahan Sumber Karya.
(11). RTH Sempadan jalur rel kereta api sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf h
ditetapkanberbentuk jalur hijau tanaman untuk
tujuan estetik, penyerapan pencemaran udara
dan suara dan perlindunganpenduduk dan bagi
pergerakan kereta api, meliputi :
a. Jalur KA Medan-Binjai di Kelurahan
Sumber Karya, Kelurahan Mudiyprejo dan
Kelurahan Tanah Tinggi;
b. Jalur KA Binjai-Besitang di Kelurahan
Timbang Langkat, Kelurahan Pahlawan,
Kelurahan Jati Negara, Kelurahan Damai,
Kelurahan dan Cengkeh Turi;
c. Jalur KA Binjai-Kuala di Kelurahan
Pahlawan, Kelurahan Paya Roba, Kelurahan
Limau Sundai, Kelurahan Limau Mungkur,
Kelurahan Suka Ramai dan Kelurahan
Sukamaju.
(12). RTH Sempadan jalur SUTT sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf i
ditetapkanberbentuk jalur hijau tanaman dan
tanaman untuk tujuan perlindungan penduduk
dan beroperasi saluran energi listri, di
Kelurahan Cengkeh Turi, Kelurahan Jati
Utomo, Kelurahan Jati Karya, Kelurahan Jati
Makmur, Kelurahan Nangka, Kelurahan
Mudiyorejo, Kelurahan Sumber Karya,
Kelurahan Tanah Tinggi, Kelurahan Dataran
Tinggi, Kelurahan Timbang Langkat dan
Kelurahan Tunggurono.
(13). RTH Pertanian Perkotaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf j adalah lahan
persawahan daerah irigasi yang ditetapkan
sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan
(LP2B) dan berfungsi lindung, meliputi:
a. Bagian dari DI Namu Sira-sira di Kelurahan
Tanah Merah, Kelurahan Tanah Seribu,
Kelurahan Binjai Estate dan Kelurahan Puji
Dadi; dan
b. DI Kota di Kelurahan Mudiyorejo dan
Kelurahan Sumber Karya
(14). Rencana pengembangan RTH meliputi:
a. Pengembangan RTH sebagai pembatas
antara kawasan industri, gardu induk listrik
dan depo bahan bakar gas dengan kawasan
fungsional lain di sekitarnya;
b. Pengembangan taman-taman lingkungan
yang berada sub pusat pelayanan kota
(SPPK), pelayanan lingkungan (PL) dan
lingkungan perumahan di seluruh
kecamatan; dan
c. pembangunan benteng alam zona riparian
sepanjang bantaran sungai yang berada di
luar kawasan perumahan kepadatan tinggi;
d. Kerjasama dengan pihak swasta dan
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan
RTH.
Pasal 31 Pasal 31
(1) Pengembangan sistem proteksi kebakaran Kawasan cagar budaya sebagaimana dimaksud
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf dalam Pasal 28 ayat (2) huruf c terdiri atas:
g dimaksudkan untuk mencegah dan
a. Kawasan dan bangunan bersejarah meliputi
menanggulangi kebakaran dalam lingkup
kawasan Pusat Kota Bersejarah, Kompleks
kota, lingkungan, dan bangunan.
Stasiun Kereta Api Kota Binjai, Kantor Walikota
(2) Sistem proteksi kebakaran sebagaimana
Binjai, Gedung Kesenian, Pengadilan Lama Kota
dimaksud pada ayat (1) mencerminkan
Binjai serta;
layanan yang disepakati oleh pemangku
kepentingan yang meliputi layanan: b. Bangunan religius bersejarah meliputi Masjid
a. pencegahan kebakaran; Raya, Kelenteng Setia Budha
b. pemberdayaan peran masyarakat; c. kawasan dan bangunan rumah-rumah tua di
c. pemadam kebakaran; dan sekitar Pasar Tavip dan Jalan HOS.
d. penyelamatan jiwa dan harta benda. Cokroaminoto;
(3) Sistem proteksi kebakaran sebagaimana d. bangunan budaya meliputi rumah adat Melayu
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Rencana dan rumah adat/jambur Suku Karo;
Induk Sistem Proteksi Kebakaran Kota Binjai.
e. luas kawasan cagar budaya di Kota Binjai kurang
lebih 5,9 hektar.
(1) Kawasan perlindungan setempat sebagaimana (1) Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa
dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) huruf a sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat 3
meliputi: huruf b, merupakan kawasan dengan dominasi
a. kawasan sempadan sungai; dan utama kegiatan komersial perdagangan dan
b. kawasan sekitar waduk/danau. jasa yang juga direncanakan sejalan dengan
(2) Kawasan sempadan sungai sebagaimana penetapan sistem pusat-pusat kegiatan
dimaksud pada ayat (1) huruf a pelayanan perkotaan sebagaimana dimaksud
ditetapkanminimal 5 (lima) meter untuk dalam Pasal 14.
sungai bertanggul dan 15 (lima belas) meter (2) Kawasan perdagangan dan jasa sebagaimana
untuk sungai yang tidak bertanggul. dimaksud pada ayat (1) untuk pelayanan
(3) Kawasan sempadan sungai sebagaimana seluruh wilayah Kota Binjai dan regional
dimaksud padaayat (2) ditetapkan: dialokasikan di PPK dan di koridor jalan-jalan
a. Sungai Mencirim minimal 5 (lima) meter utama kota.
untuk yang sudah diberi tanggul dan 15 (3) Perdagangan untuk pelayanan setingkat
(lima belas) meter untuk yang belum wilayah kecamatan, dialokasikan pada SPPK.
bertanggul; (4) Perdagangan untuk pelayanan setingkat
b. Sungai Bingai minimal 5 (lima) meter wilayah kelurahan dan lingkungan
untuk yang sudah diberi tanggul dan 15 permukiman/perumahan yang tidak terjangkau
(lima belas) meter untuk yang belum oleh kawasan perdagangan dan jasa
bertanggul; sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat
c. Sungai Bangkatan minimal 5 (lima) meter (3), dapat dikembangkan kegiatan perdagangan
untuk yang sudah diberi tanggul dan 15 dan jasa menurut kebutuhan di pusat-pusat
(lima belas) meter untuk yang belum kelurahan dan di lingkungan
bertanggul; dan permukiman/perumahan.
d. Sungai-sungai kecil lainnya minimal 5 (5) Perdagangan informal dialokasikan di pusat-
(lima) meter untuk yang sudah diberi pusat perdagangandi PPK, SPPK,dan PL secara
tanggul dan 10 (sepuluh) meter untuk terencana dan terintegrasi dengan lokasi
yang belum bertanggul. perdagangan sektor formal, yang ditata dengan
(4) Kawasan sekitar waduk/danau sebagaimana mempertimbangkan aspek keteraturan,
dimaksud pada ayat (1) huruf b ditetapkan di ketertiban, estetika lingkungan, kenyamanan,
waduk-waduk buatan di dekat Sungai Bingai dan keamanan dengan mengedepankan norma-
di Kecamatan Binjai Utara dan Kecamatan norma pemanfaatan ruang publik secara
Binjai Selatan dengan sempadan waduk rasional dan adil.
ditetapkan 50 (lima puluh) meter dari bibir (6) Rencana pengembangan kawasan perkantoran
danau buatan. pemerintahan, meliputi:
a. Pembangunan perdagangan berupa gedung
pusat perbelanjaan (Mal, Shopping Center,
Supermarket, Hypermarket, dan sejenisnya)
diwajibkan menyediakan 10 % (sepuluh
persen) dari luas total lantai komersial yang
tersedia di dalam pusat perbelanjaan untuk
pengusaha kecil, khususnya pengusaha
sektor informal dengan harga jual atau
harga sewa yang terjangkau, yang
pengaturannya ditetapkan dengan
peraturan walikota.
b. Pengalokasian kawasan lahan kawasan
perdagangan dan jasa secara terbatas bagi
pemanfaatan perumahan vertikal
(apartemen dan/atau rumah susun) serta
beberapa fasilitas pelayanan umum untuk
kebutuhan di kawasan perdagangan dan
jasa.
c. Pengembangan kawasan perdagangan dan
jasa yang difungsikan sebagai landmark
kota dilakukan secara komprehensif
menggunakan konsep superblok dengan
unsur bangunan komersial dan bangunan
hunian seperti apartemen, rumah villa, dan
kondominium dengan memperhatikan
unsur-unsur estetika dan aspek desain
perkotaan.
d. Pengembangan jasa-jasa berskala regional
dan nasional, seperti : pengembangan jasa
pameran (exhibition center) dan jasa
pertemuan (convention center) di arahkan
pada kawasan TOD di pusat kota, SPK
primer lainnya di Pusat Kota serta koridor
jalan Ahmad Yani dan Jalan Soekarno-
Hatta.
e. Penterpaduan pusat-pusat perbelanjaan
dengan halte dan stasiun, ruang terbuka
hijau dan jalur pekalan kaki, memiliki
parkir yang cukup dengan mengakomodasi
lokasi bagi becak dan ojek, serta harus
menyediakan ruang terbuka untuk sektor
informal (secara terbatas dan teratur).
f. Rencana pengembangan fasilitas pasar
adalah sebagai berikut:
1. Perubahan fungsi Pusat Pasar Tavip
yang tadinya berfungsi sebagai Pasar
Regional menjadi Pasar Lokal,
mengembangkan Pasar Regional di
dekat terminal transit Rambung;
2. redevelopment pasar-pasar yang ada.
3. Pengembangan pasar tradisional yang
terpadu dengan pertokoan dan jasa-jasa
pendukung wisata dan sektor informasi
pada kawasan wisata.
g. Recana penempatan kegiatan informal yang
terpadu dengan pusat-pusat perdagangan
yang ada atau di tempatkan pada kawasan-
kawasan ruang multiguna dengan pola kerja
sama yang saling menguntungkan antara
pemilik lahan dengan sektor informal,
dengan penyediaan pola kerjasama dan
prasarana dasar oleh Pemerintah Kota.
h. Rencana penataan PKL di Kota Binjai dapat
dilakukan dengan :
1. Mengefektifkan keberadaan kawasan
sektor informasi pada Jalan Sudirman
dan Jalan A. Yani dengan penyediaan
lapangan parkir bersama
2. Dikelompokan dalam satu kawasan
dengan kemudahan akses dan
ketersedian sarana dan prasarana
penunjangnya.
3. Kegiatan PKL dikelola dan di awasi oleh
pemerintah kota
4. Melakukan pengawasan tumbuh dan
berkembangnya kegiatan PKL
5. memberikan sanksi kepada PKL yang
tidak sesuai dengan peruntukannya.
Pasal 34 Pasal 34
1). Kawasan RTH kota sebagaimana dimaksud (1) Kawasan peruntukan perkantoran sebagaimana
dalam Pasal 32 ayat (2) huruf b, ditetapkan dimaksud dalamPasal 28 ayat (3) huruf c terdiri
seluas minimum 30 (tiga puluh) persen dari atas:
luas kawasan perkotaan. a. perkantoran pemerintahan kota;
(2). Kawasan RTH kota sebagaimana dimaksud
b. perkantoran pemerintahan kecamatan;
pada ayat (1) meliputi:
a. taman RT (Rukun Tetangga); c. perkantoran pemerintahan kelurahan; dan
b. taman RW (Rukun Warga); d. perkantoran swasta.
c. taman lingkungan; (2) Kawasan perkantoran pemerintahan kota
d. taman kota; sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
e. hutan kota; meliputi:
f. jalur hijau kota; a. Kawasan pusat pemerintahan Kota Binjai di
g. jalur sempadan rel kereta api; Kecamatan Binjai Kota, Kelurahan Kartini dan
h. sabuk hijau (green belt); Kelurahan Tangsi, meliputi komplek kantor
i. Tempat Pemakaman Umum (TPU); dan Walikota, komplek DPRD, kantor Kejaksaan
j. RTH lainnya. Negeri dan bangunan pemerintahan lainnya
(3). Taman RT sebagaimana dimaksud pada ayat yang sudah ada.
(2) huruf a melayani penduduk dalam lingkup
b. Pengembangan kawasan pusat pemerintah
satu RT dengan luas minimal 250 (dua ratus
kota yang baru di Kecamatan Binjai Timur,
lima puluh) meter persegi berada pada radius
Kelurahan Tanah Tinggi, yang terpadu
kurang lebih 300 (tiga ratus) meter dari
dengan kawasan pertahanan dan keamanan
rumah-rumah penduduk yang dilayani.
meliputi : Kompleks Brimob dan Kompleks
(4). Taman RW sebagaimana dimaksud pada ayat
Arhanud.
(2) huruf b melayani penduduk dalam lingkup
satu RW dengan luas minimal 1250 (seribu (3) Kawasan perkantoran pemerintahan kecamatan
dua ratus lima puluh) meter persegi berada sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
pada radius kurang lebih 1000 (seribu) meter dialokasikan di setiap ibukota kecamatan, berupa
dari rumah-rumah penduduk yang dilayani. kantor camat dan bangunan-bangunan
(5). Taman lingkungan sebagaimana dimaksud pemerintahan yang lain pada lingkup wilayah
pada ayat (2) huruf c, berbentuk taman-taman kerja kecamatan, dengan fasilitas pelayanan
dengan aneka desain dan ukuran, yang umum seperti pasar/toko, sekolah, Puskesmas,
dikembangkan terutama untuk tujuan tempat peribadatan, dan taman lingkungan.
estetika, tempat relaksasi, sarana interaksi (4) Kawasan perkantoran pemerintahan kelurahan
dan pengikat sosial suatu lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
perumahan, disamping untuk pengaturan dialokasikan di setiap pusat kelurahan, berupa
iklim mikro dan resapan air, direncanakan kantor lurah dan bangunan-bangunan
pengembangannya di pusat-pusat kelurahan pemerintahan yang lain pada lingkup wilayah
dan kawasan-kawasan kerja kelurahan, yang bisa dilengkapi dengan
permukiman/perumahan. fasilitas pelayanan umum seperti sekolah TK, SD,
(6). Taman kota sebagaimana dimaksud pada ayat tempat peribadatan, dan taman lingkungan.
(2) huruf d, berbentuk taman-taman dengan (5) Rencana pengembangan kawasan perkantoran
aneka desain dan ukuran, yang pemerintahan, meliputi:
dikembangkan terutama untuk tujuan
a. Mempertahankan, melestarikan dan
estetika, tempat relaksasi, sarana interaksi
meningkatkan kualitas lingkungan kantor
dan pengikat sosial, disamping untuk
Kawasan Pemerintahan Kota lama dengan
pengaturan iklim mikro dan resapan air,
meningkatkan ruang terbuka hijau sebagai
direncanakan pengembangannya di pusat
kawasan budaya dan bersejarah;
kota di Kecamatan Binjai Kota dan di pusat-
pusat subpusat pelayanan kota. b. Kawasan pemerintah kota yang baru terpadu
(7). Hutan kota sebagaimana dimaksud pada ayat dengan keberadaan kawasan khusus militer di
(2) huruf e, berbentuk kawasan tutupan hijau sekitarnya;
hutan yang dikembangkan terutama untuk c. Merelokasikan bangunan-bangunan kantor
tujuan pengaturan iklim mikro dan resapan pemerintah yang tersebar ke kawasan pusat
air, direncanakan pengembangannya di pemerintahan baru ini;
subpusat pelayanan kota Binjai Selatan dan d. Mengembangkan kawasan perkantoran
di dekat kawasan pusat pemerintahan di pemerintahan di Binjai Selatan dan
Kecamatan Binjai Timur. mengintegrasikan dengan pengembangan
(8). Jalur hijau kota sebagaimana dimaksud pada ruang terbuka hijau skala kota berupa taman
ayat (2) huruf f, berbentuk jalur tanaman kota, lapangan olah raga dan/atau hutan kota
berbatang tinggi (tanaman tahunan) yang pada lahan seluas 11 hektar di Kelurahan
dikembangkan terutama untuk tujuan Tunggurono.
estetika, pengaturan iklim mikro, dan resapan
(6) Kawasan perkantoran swasta sebagaimana
air, direncanakan pengembangannya di
dimaksud pada ayat (1) huruf d ditetapkan di
sempadan sungai, rel kereta api, sempadan
kawasan pusat kota, kawasan TOD, serta
jalan, bahu dan median jalan, di kawasan-
kawasan peruntukan Industri berupa kegiatan
kawasan perdagangan dan jasa, kawasan
perkantoran pendukung kegiatan industri.
perkantoran, kawasan industri, kawasan
pariwisata dan rekreasi, kawasan perumahan,
serta kawasan-kawasan kegiatan utama kota
lainnya.
(9). Kawasan sempadan rel kereta api
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf g
ditetapkan di sisi kiri dan kanan rel kereta api
dengan jarak sekurang-kurangnya 20 (dua
puluh) meter dari as rel kereta api.
(10). Zona penyangga hijau kota sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf h, merupakan
jalur hijau kota yang dikembangkan secara
khusus di:
a. sisi terluar dari Ruang Milik Jalan
(Rumija) untuk mengamankan Rumija
dari kemungkinan pemanfaatan ruang
yang menyimpang dan tidak sah,
direncanakan pengembangannya pada
ruas-ruas jalan arteri dan kolektor;
b. sekeliling kawasan industri dan lokasi
industri, untuk memisahkan kawasan
industri dan lokasi industri dari
pemanfaatan lain di sekitarnya, dengan
ketentuan lebar jalur hijau kota pada sisi
masing-masing pemanfaatan diatur
melalui Koefisien Dasar Hijau (KDH)
kawasan sesuai peraturan zonasi yang
berlaku untuk kawasan-kawasan yang
bersangkutan; dan
c. sekeliling TPA untuk memisahkan TPA
dengan pemanfaatan ruang di sekitarnya.
(11). TPU sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf i seluas kurang lebih 70 (tujuh puluh)
hektar, terdiri atas:
a. TPU dialokasikan pada lokasi-lokasi
eksisting atau yang telah ada;
b. tempat pemakaman di lokasi - lokasi yang
penataan lingkungannya lebih lanjut
diatur dengan peraturan walikota.
RTH lainnya sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf j adalah RTH pekarangan yang
merupakan lahan di luar bangunan berfungsi
untuk berbagai aktivitas dan luasnya
disesuaikan dengan ketentuan Koefisien
Dasar Bangunan (KDB) di kawasan
perkotaan.
Pasal 35 Pasal 35
Kawasan cagar budaya sebagaimana dimaksud (1) Kawasan peruntukan industri sebagaimana
dalam Pasal 32 ayat (2) huruf c terdiri atas: dimaksud dalam Pasal 28 ayat (3) huruf d,
a. Kawasan Pusat Kota Bersejarah, Stasiun Kereta merupakan areal peruntukan industri dengan
Api Kota Binjai, Kantor Walikota Binjai, dominasi utama kegiatan industri berupa zona
Pengadilan Lama Kota Binjai dan Masjid Raya industri atau industrial estate yang bisa dikelola
Kota Binjai serta Kelenteng Setia Budha; secara terpadu oleh pengembang/pengusaha di
b. kawasan rumah-rumah tua di sekitar Pasar bawah pembinaan pemerintah kota melalui
Tavip dan Jalan HOS. Cokroaminoto; dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang
c. uas kawasan cagar budaya di Kota Binjai terkait, atau yang penanganan pengembangan
kurang lebih 5,9 hektar. dan pembinaannya dilakukan secara langsung
oleh pemerintah kota yang dilengkapi dengan
berbagai prasarana dan sarana lingkungan serta
fasilitas pelayanan.
(2) Kawasan industri sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dialokasikan di Kecamatan Binjai Timur
Kelurahan Tunggurono.
(3) Selain kawasan industri sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) juga dikembangkan sentra-sentra
industri kecil yang diusahakan oleh masyarakat
meliputi:
a. sentra industri kerajinan, diarahkan pada lokasi-
lokasi permukiman penduduk yang berdekatan
dengankawasan-kawasan pariwisata; dan
b. sentra industri makanan, diarahkan pada
lokasi-lokasi permukiman penduduk yang
berdekatan dengan kawasan-kawasan
pariwisata.
Pasal 36 Pasal 36
(1) Kawasan rawan bencana alam sebagaimana (1) Kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) huruf d di dimaksud dalam Pasal 28 ayat (3)huruf e,
wilayah Kota Binjai adalah kawasan rawan merupakan kawasan yang diperuntukan bagi
banjir dan rawan bencana kebakaran. kegiatan wisata-rekreasi yang pengelolaan
(2) Kawasan rawan banjir sebagaimana dimaksud pengembangannya dilakukan secara terpadu
pada ayat (1) ditetapkandi Kecamatan Binjai dengan pengelolaan sungai dan RTH kota.
Kota dan di sepanjang aliran Sungai Bingai (2) Kawasan peruntukan pariwisata meliputi :
dan aliran Sungai Mencirim. a. Wisata alam;
(3) Kawasan rawan bencana kebakaran b. Wisata buatan;
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) c. Wisata budaya
ditetapkan di kawasan perdagangan, jasa dan (3) Wisata alam sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
permukiman kumuh di Kecamatan Binjai huruf a, meliputi :
Kota, kawasan penambangan migas di a. kawasan pariwisata Pantai SB seluas kurang
Kecamatan Binjai Utara dan kawasan lebih 70 hektar di Kecamatan Binjai Selatan,
permukiman di Kecamatan Binjai Barat. Kelurahan Tanah Merah;
(4) Rencana pola ruang kawasan rawan bencana b. wisata air pada Sungai Bingai yang membelah
alam digambarkan dalamPeta Rencana Kota Binjai.
Kawasan Rawan Bencana Kota Binjai dengan c. kawasan wisata pertanian (Botanical Garden)
tingkat ketelitian 1:25.000 sebagaimana seluas kurang lebih 628 hektar berupa lahan
tercantum dalam Lampiran II-1 yang pertanian dan kebun rambutan Binjai yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari dapat difungsikan sebagai RTH, wisata,
peraturan daerah ini. penelitian, pengembangan pertanian dan
pelestarian plasma nutfah.
(4) Wisata buatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf b, meliputi :
a. wisata kolam renang Great Wall dan Tirta
Renim;
b. wisata buatan taman kota;
c. wisata kuliner di Jalan A. Yani;
d. Gedung Olahraga (GOR) di Kecamatan Binjai
Selatan.
e. pengembangan dan penataan pasar kaget
sebagai daerah tujuan wisata kuliner;
(5) Wisata budaya sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf c, meliputi :
a. wisata sejarah di Gedung Dewan Kesenian;
dan
b. pengembangan kawasan cagar budaya.
(6) Rencana pengembangan kawasan peruntukan
parwisata meliputi:
a. Pelestarian dan penataan kawasan wisata
budaya;
b. Pengembangan pengembangan wisata kuliner;
c. Pengendalian kegiatan wisata sungai terhadap
kualitas pantai dan air sungai;
d. Pembangunan jaan akses ke okasi awasan
wisata dan penyediaan angkutan umum.
Bagian Ketiga Pasal 37
Kawasan Budi daya
(1) Kawasan peruntukan pertanian kota sebagaimana
Pasal 37 dimaksud dalam Pasal 28 ayat (3) huruf f,
merupakan kawasan yang diperuntukan bagi
(1) Kawasan perumahan sebagaimana dimaksud kegiatan pertanian pangan yang berfungsi sebagai
dalam Pasal 32 ayat (3) huruf a, merupakan lahan pertanian pangan berkelanjutan.
kawasan tempat tinggal dengan dominasi (2) Kawasan peruntukan pertanian kota meliputi :
utama pemanfaatan berupa perumahan, yang a. Bagian dari DI Namu Sira-sira seluas 763
di dalamnya sesuai kebutuhan bisa dilengkapi hektar di kelurahan Bakti Raya, Kelurahan
dengan fasilitas pelayanan umum penunjang Tanah Seribu, kelurahan Tanah Merah,
lingkungan berupa perdagangan dan jasa, Kelurahan Puji Dadi dan Kelurahan Binjai
serta fasilitas sosial-budaya. Estate;
(2) Kawasan perumahan sebagaimana dimaksud b. DI Kota seluas 36 hektar di Kelurahan
pada ayat (1) terdiri dari perumahan Mudiyorejo dan Kelurahan Sumber Karya.
perkotaan dan perumahan formal, dengan (3) Rencana pengembangan kawasan peruntukan
sebaran sebagai berikut: parwisata meliputi:
a. perumahan perkotaan di Kota Binjai, a. Pemulihan daerah irigasi yang telah beralih
yang sebagian besar merupakan fungsi bukan sebagai lahan pertanian;
perumahan eksisting; dan b. Penetapan batas daerah irigasi
b. pengembangan perumahan formal c. Perbaikan jaringan sarana dan prasarana yang
merupakan kawasan perumahan yang telah rusak.
direncanakan, terdapat di subpusat
pelayanan kota A (Kecamatan Binjai
Utara) dan subpusat pelayanan kota B
(Kecamatan Binjai Timur) dan di pusat-
pusat subpusat pelayanan kota lainnya.
(3) Pengembangan kawasan perumahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. perumahan kepadatan tinggi diarahkan
pada Kecamatan Binjai Kota dan
Kecamatan Binjai Barat;
b. perumahan kepadatan sedang diarahkan
pada Kecamatan Binjai Utara dan
Kecamatan Binjai Timur; dan
c. perumahan kepadatan rendah diarahkan
pada Kecamatan Binjai Selatan.
Pasal 38 Pasal 38
(1) Kawasan RTNH kota sebagaimana dimaksud
(1) Kawasan perdagangan dan jasa sebagaimana dalam Pasal 28 ayat (3) huruf g bertujuan untuk
dimaksud dalam Pasal 32 ayat 3 huruf b, memberikan dukungan terhadap fungsi kegiatan-
merupakan kawasan dengan dominasi utama kegiatan kepemerintahan dan kegiatan
kegiatan komersial perdagangan dan jasa permukiman, serta terselenggaranya keserasian
yang juga direncanakan sejalan dengan kehidupan lingkungan dan sosial.
penetapan sistem pusat-pusat kegiatan (2) RTNH kota merupakan ruang terbuka yang tidak
pelayanan perkotaan sebagaimana dimaksud ditanami pepohonan yang dipergunakan untuk
dalam Pasal 14. berbagai kegiatan meliputi:
(2) Kawasan perdagangan dan jasa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) untuk pelayanan a. RTNH lapangan upacara tingkat kecamatan
seluruh wilayah Kota Binjai dialokasikan di dan kelurahan
subpusat pelayanan kota pusat kota dan di b. RTNH berupa alun-alun kawasan
koridor jalan-jalan utama kota. pemerintahan di apangan Merdeka di
(3) Perdagangan untuk pelayanan setingkat Keruahan dan plasa kawasan pusat
wilayah kecamatan, dialokasikan di setiap pemerintahan baru,
pusat subpusat pelayanan kota di setiap c. RTNH plasa pada kawasan komersial TOD,
kecamatan di Kota Binjai.
d. RTNH berupa plasa bangunan ibadah,
(4) perdagangan untuk pelayanan setingkat
wilayah kelurahan dan lingkungan e. RTNH berupa plasa monumen,
permukiman/perumahan yang tidak f. RTNH lapangan GOR dan stadion olah raga,
terjangkau oleh kawasan perdagangan dan g. RTNH ruang plasa tempat ibadah (masjid,
jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan gereja, klenteng dan vihara), dan
ayat (3), dapat dikembangkan kegiatan
h. RTNH tempat wisata.
perdagangan dan jasa menurut kebutuhan di
pusat-pusat kelurahan dan di lingkungan
permukiman/perumahan.
Perdagangan informal dialokasikan di pusat-
pusat perdagangan, diSky Cross, pusat kota,
pusat subpusat pelayanan kota, dan pusat-
pusat perdagangan kecamatan secara
terencana dan terintegrasi dengan lokasi
perdagangan sektor formal, yang ditata
dengan mempertimbangkan aspek
keteraturan, ketertiban, estetika lingkungan,
kenyamanan, dan keamanan dengan
mengedepankan norma-norma pemanfaatan
ruang publik secara rasional
Pasal 39 Pasal 39
(1) Kawasan ruang evakuasi bencana sebagaimana
(1) Kawasan perkantoran sebagaimana dimaksud dimaksud dalam Pasal 28ayat (3) huruf h
dalam Pasal 32 ayat (3) hurufc terdiri atas: merupakan kawasan yang diperuntukan bagi
a. perkantoran pemerintahan kota; kegiatan evakuasi bencana meliputi : bencana
b. perkantoran pemerintahan kecamatan; banjir/genangan, bencana banjir/genangan dan
c. perkantoran pemerintahan kelurahan; bencana angin ribut.
dan (2) Kawasan ruang evakuasi bencana sebagaimana
d. perkantoran swasta. dimaksud pada ayat (1) meliputi :
(2) Kawasan pemerintahan kota sebagaimana a. Lapangan Merdeka Kecamatan Binjai Kota
dimaksud pada ayat (1) huruf a untuk b. Stadion Olah Raga Kota Binjai dan
pelayanan seluruh wilayah Kota Binjai lapangan-lapangan olah raga pada SPK dan
dialokasikan di Kecamatan Binjai Timur PL
terdiri atas:
a. areal pusat pemerintahan Kota Binjai, c. Hutan Kota penyangga Kawasan Industri di
meliputi komplek kantor Walikota, komplek Kelurahan Tunggurono;
DPRD, kantor Kejaksaan Negeri dan d. RTH Taman Kecamatan dan RTH Taman
bangunan pemerintahan lainnya yang sudah Lingkungan di setiap SPK; dan
ada maupun yang direncanakan lokasinya di e. RTH Kawasan Wisata Botanical Garden di
dalam blok pusat pemerintahan Kota Binjai; Kecamatan Binjai Selatan.
dan
(3) Rencana pengembangan kawasan ruang
b. areal fasilitas pelayanan umum di sekitar
evakuasi bencana melengkapinya dengan
pusat pemerintahan Kota Binjai meliputi
meliputi bangunan shelter, sarana dan
Masjid Raya, taman kota, dan bangunan
prasarana aksesibilitas dan petunjuk arah serta
fasilitas pelayanan umum lainnya yang sudah
sarana dasar seperti sumber air bersih dan MCK
ada maupun yang direncanakan lokasinya di
(mandi, cuci dan kakus).
dalam blok pusat pemerintahan.
(3) Kawasan perkantoran pemerintahan
kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b dialokasikan di setiap ibukota
kecamatan, berupa kantor camat dan
bangunan-bangunan pemerintahan yang lain
pada lingkup wilayah kerja kecamatan,
dengan fasilitas pelayanan umum seperti
pasar/toko, sekolah, Puskesmas, tempat
peribadatan, dan taman lingkungan.
(4) Kawasan perkantoran pemerintahan
kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c dialokasikan di setiap pusat
kelurahan, berupa kantor lurah dan
bangunan-bangunan pemerintahan yang lain
pada lingkup wilayah kerja kelurahan, yang
bisa dilengkapi dengan fasilitas pelayanan
umum seperti sekolah TK, SD,
tempatperibadatan, dan taman lingkungan.
Kawasan perkantoran swasta sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf d ditetapkan di
pusat kota Kecamatan Binjai Kota dan di
jalan-jalan utama kota.
Pasal 40 Pasal 40
(1) Kawasan peruntukan ruang bagi sektor informal
(1) Kawasan industri sebagaimana dimaksud sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (3)
dalam Pasal 32 ayat (3) huruf d, merupakan huruf i merupakan tempat kegiatan sektor
areal peruntukan industri dengan dominasi informal di Kota Binjai.
utama kegiatan industri berupa zona industri (2) Kawasan peruntukan ruang bagi sektor informal
atau industrial estate yang bisa dikelola dialokasikan di:
secara terpadu oleh pengembang/pengusaha a. Pusat perdagangan dan jasa di Jalan
di bawah pembinaan pemerintah kota melalui Sudirman dan Jalan Ahmad Yani;
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang b. pasar kaget yang berada di jalan yang
terkait, atau yang penanganan pengembangan diperuntukan bagi kegiatan sektor informal
dan pembinaannya dilakukan secara dimalam hari;
langsung oleh pemerintah kota yang c. pusat perdagangan yang diperuntukan bagi
dilengkapi dengan berbagai prasarana dan kegiatan sektor informal; dan
sarana lingkungan serta fasilitas pelayanan. d. koridor jalan kawasan perdagangan yang
(2) Kawasan industri sebagaimana dimaksud diperuntukan bagi kegiatan sektor informal.
pada ayat (1) dialokasikan di Kecamatan (3) Rencana pengembangan sektor informal meliputi
Binjai Utara. :
(3) Selain kawasan industri sebagaimana a. Penyediaan ruang khusus bagi pedagang
dimaksud pada ayat (2) juga dikembangkan sektor informal sehingga tidak menguasai
sentra-sentra industri kecil yang diusahakan ruang-ruang publik.
oleh masyarakat meliputi: b. Mengintegrasikan pedagang sektor informal
a. sentra industri kerajinan, diarahkan pada dengan rencana pengembangan
lokasi-lokasi permukiman penduduk yang perdagangan dan jasa formal.
berdekatan dengan kawasan-kawasan c. Pengaturan waktu operasional pedagang
pariwisata; dan kaki lima.
b. sentra industri makanan, diarahkan pada d. Penertiban pedagang kaki lima yang
lokasi-lokasi permukiman penduduk yang menguasai ruang-ruang publik yang
berdekatan dengan kawasan-kawasan menyebabkan berkurangnya fungsi ruang
pariwisata tersebut atau mengganggu kelancaran lalu-
lintas.
Pasal 41 Pasal 41
(1) Kawasan pariwisata sebagaimana dimaksud (1) Kawasan peruntukan lainnya sebagaimana
dalam Pasal 32 ayat (3) huruf e, merupakan dimaksud dalam Pasal 28 ayat (3) huruf j
kawasan yang diperuntukan bagi kegiatan meliputi:
wisata-rekreasi yang pengelolaan
a. Kawasan peruntukan bagi sarana
pengembangannya dilakukan secara terpadu
transportasi;
dengan pengelolaan sungai dan RTH kota.
b. kawasan peruntukan bagi sarana pelayanan
(2) Rencana kegiatan pariwisata dan rekreasi di
umum dan sosial.
Kota Binjai meliputi:
(2) Kawasan peruntukan bagi sarana transportasi
a. pengembangan lokasi-lokasi wisata yang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
telah berkembang saat ini antara lain:
berada pada lahan seluas kurang lebih 9,33
1. kawasan pariwisata Pantai SB seluas
hektar meliputi:
kurang lebih 70 hektar di Kecamatan
Binjai Selatan; a. Kawasan Stasiun Kereta Api Kota Binjai di
2. wisata kolam renang Great Wall dan Kelurahan Timbang Langkat;
Tirta Renim; b. Kawasan Terminal Penumpang Ikan Paus di
3. wisata buatan taman kota; Kelurahan Timbang Langkat;
4. wisata kuliner di Jalan A. Yani; c. Kawasan Terminal Barang Regional di
5. wisata sejarah di Gedung Dewan Kelurahan Tunggurono; dan
Kesenian; dan
d. Terminal-terminal di setiap SPPK.
6. Gedung Olahraga (GOR) di (3) kawasan peruntukan bagi sarana pelayanan
Kecamatan Binjai Selatan. umum dan sosial, sebagaimana dimaksud pada
b. Sungai Bingai yang membelah Kota Binjai ayat (1) huruf a meliputi :
berpotensi dikembangkan menjadi wisata
air dan river front. a. Sarana skala pelayanan kota;
c. pengembangan dan penataan Sky Cross b. Sarana skala pelayanan kecamatan; dan
dan pasar kaget sebagai daerah tujuan c. Sarana skala pelayanan kelurahan.
wisata kuliner; (4) Sarana pelayanan umum dan sosial sebagaimana
d. pengembangan kawasan cagar budaya;
dimaksud pada ayat (3) huruf a meliputi : sarana
dan pelayanan pendidikan tinggi, kesehatan,
e. kawasan wisata pertanian (Botanical peribadatan, perdagangan dan jasa, kantor polisi,
Garden) seluas kurang lebih 628 hektar
kantor telepon, kantor pos, pos pemadam
berupa lahan pertanian dan kebun kebakaran, gedung kesenian dan sarana
rambutan Binjai yang dapat difungsikan penunjangnya, parkir umum, dan sarana
sebagai RTH, wisata, penelitian, pelayanan lainnya dengan skala pelayanan kota
pengembangan pertanian dan pelestarian yang dikembangkan di pusat-pusat primer
plasma nutfah. kegiatan pelayanan perkotaan.
(5) Sarana pelayanan umum dan sosial tingkat
kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf Sarana, meliputi sarana pelayanan
pendidikan, kesehatan, peribadatan, perdagangan
dan jasa, dan sarana pelayanan lainnya dengan
skala pelayanan kecamatan yang dikembangkan
di subpusat pelayanan kota.
(6) Sarana pelayanan umum dan sosial tingkat
kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf c, meliputi sarana pelayanan pendidikan,
kesehatan, peribadatan, perdagangan, dan sarana
lainnya dengan skala pelayanan setingkat
kelurahan yang dikembangkan di pusat-pusat
lingkungan.
Pasal 42 Pasal 42
(1) Kawasan RTNH kota sebagaimana dimaksud (1) Kawasan peruntukan pertanian kota sebagaimana
dalam Pasal 32 ayat (3) huruf f bertujuan dimaksud dalam Pasal 28 ayat (3) huruf f,
untuk memberikan dukungan terhadap fungsi merupakan kawasan yang diperuntukan bagi
kegiatan-kegiatan kepemerintahan dan kegiatanpertanian pangan yang berfungsi sebagai
kegiatan permukiman, serta terselenggaranya lahan pertanian pangan berkelanjutan.
keserasian kehidupan lingkungan dan sosial. (2) Kawasan peruntukan pertanian kota meliputi :
(2) RTNH kota merupakan ruang terbuka yang c. Bagian dari DI Namu Sira-sira seluas 763
tidak ditanami pepohonan yang dipergunakan hektar di kelurahan Bakti Raya, Kelurahan
untuk berbagai kegiatan meliputi: Tanah Seribu, kelurahan Tanah Merah,
a. pelataran parkir; Kelurahan Puji Dadi dan Kelurahan Binjai
b. lapangan upacara; Estate;
c. lapangan bermain; dan d. DI Kota seluas 36 hektar di Kelurahan
d. lapangan olah raga/stadion. Mudiyorejo dan Kelurahan Sumber Karya.
Kawasan RTNH kota sebagaimana dimaksud (3) Rencana pengembangan kawasan peruntukan
pada ayat (1) ditetapkan di pusat parwisata meliputi:
pemerintahan Kota Binjai di Kecamatan Binjai a. Pemulihan daerah irigasi yang telah beralih
Timur, pusat perdagangan dan jasa di fungsi bukan sebagai lahan pertanian;
Kecamatan Binjai Kota dan pusat-pusat b. Penetapan batas daerah irigasi
pemerintahan tingkat kecamatan dan c. Perbaikan jaringan sarana dan prasarana
kelurahan pada masing-masing kecamatan yang telah rusak.
dan kelurahan di Kota Binjai.
Pasal 43 BAB V
PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KOTA
(1) Kawasan ruang evakuasi bencana Bagian Kesatu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat Umum
(3) huruf g merupakan kawasan yang
diperuntukan bagi kegiatan evakuasi Pasal 43
bencana.
(2) Kawasan ruang evakuasi bencana (1) Kawasan Strategis Nasional (KSN) yang terdapat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam wilayah kotayaitu Kawasan Perkotaan
dilengkapi dengan aksesibilitas dan petunjuk Mebidangro, yang meliputi seluruh wilayah kota.
arah, serta sarana dasar seperti sumber air
(2) KSN dari sudut kepentingan pertahanan dan
bersih dan Mandi, Cuci dan Kakus (MCK).
keamanan yang diperuntukan bagi kepentingan
(3) Kawasan ruang evakuasi bencana
pemeliharaan dan pertahanan negara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
berdasarkan geosrategic nasional yang terdapat
kawasan rencana pusat pemerintahan,
dalam wilayah Kota Binjai yaitu kawasan Brimob
Lapangan Merdeka dan RTH lainnya.
dan Arhanud SE-11 BS di Kecamatan Binjai
Timur.
Pasal 44 Bagian Kedua
Kawasan Strategis Kota Binjai
(1) Kawasan peruntukan ruang bagi sektor
informal sebagaimana dimaksud dalam Pasal Pasal 44
32 ayat (3) huruf h merupakan tempat
kegiatan sektor informal di Kota Binjai. (1) Kawasan strategis kota bertujuan untuk
(2) Kawasan peruntukan ruang bagi sektor menempatkan dan mengakomodir kepentingan-
informal dialokasikan di: kepentingan pembangunan Kota Binjai yang
a. Sky Cross di Jalan Sudirman dan Jalan bersifat strategis.
Ahmad Yani;
(2) Kawasan strategis kota sebagaimana dimaksud
b. pasar kaget yang berada di jalan yang
pada ayat (1) terdiri atas:
diperuntukan bagi kegiatan sektor
informal di malam hari; a. kawasan strategis bidang ekonomi;
c. pusat perdagangan yang diperuntukan b. kawasan strategis bidang sosial budaya; dan
bagi kegiatan sektor informal; dan c. kawasan strategis bidang fungsi dan daya
d. koridor jalan kawasan perdagangan yang dukung lingkungan hidup.
diperuntukan bagi kegiatan sektor
(3) Penetapan kawasan strategis kota sebagaimana
informal.
dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam Peta
Pasal 45 Kawasan Strategis Kota Binjai dengan tingkat
(1) Kawasan peruntukan lainnya sebagaimana ketelitian 1:25.000 sebagaimana tercantum
dimaksud dalam Pasal 32 ayat (3) huruf i dalam Lampiran VI yang merupakan bagian
meliputi: tidak terpisahkan dari peraturan daerah ini.
a. kawasan peruntukan bagi fasilitas umum;
b. kawasan peruntukan bagi kegiatan
Pasal 45
pertanian;
c. kawasan peruntukan bagi kegiatan
perikanan; Kawasan strategis bidang ekonomi sebagaimana
d. kawasan peruntukan bagi kegiatan dimaksud dalam Pasal 43 ayat (2) huruf a meliputi:
penambangan migas; dan a. kawasan perekonomian baru di Kecamatan Binjai
e. kawasan peruntukan bagi kegiatan Timur Kelurahan Tunggurono;
pertahanan dan keamanan negara. b. kawasan pertokoan dan pasar pusat kota di
(2) Kawasan peruntukan bagi fasilitas pelayanan Kecamatan Binjai Kota; dan
umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
c. Kawasan TOD yang meiputi Kelurahan Binjai
huruf a meliputi:
Pekan, Kelurahan Satria, Kelurahan Timbang
a. fasilitas pelayanan umum tingkat kota;
langkat, Kelurahan Tanah Tinggi, Kelurahan
b. fasilitas pelayanan umum tingkat
Dataran Tinggi, Kelurahan Nangka dan Kelurahan
kecamatan; dan
Pahawan.
c. fasilitas pelayanan umum tingkat
kelurahan.
(3) Fasilitas pelayanan umum tingkat kota
Pasal 46
sebagaimana dimaksud padaayat (2) huruf a,
meliputi sarana pelayanan pendidikan tinggi,
Kawasan strategis bidang sosial budaya sebagaimana
kesehatan, peribadatan, perdagangan dan
dimaksud dalam Pasal 43 ayat (2) huruf b meliputi:
jasa, kantor polisi, kantor telepon, kantor pos,
a. kawasan pusat pemerintahan kota ama di
pos pemadam kebakaran, gedung kesenian
Keurahan Satria dan Keurahan Tangsi, yang
dan sarana penunjangnya, parkir umum, dan
meliputi bangunan Kantor Walikota, Gedung
sarana pelayanan lainnya dengan skala
DPRD, Rumah Dinas Walikota, Lapangan
pelayanan kota yang dikembangkan di pusat-
Merdeka, bangunan Mesjid Raya dan
pusat primer kegiatan pelayanan perkotaan.
Klenteng;dan
(4) Fasilitas pelayanan umum tingkat kecamatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, b. kawasan pusat pemerintahan kota baru di
meliputi sarana pelayanan pendidikan, Kelurahan Dataran Tinggi dan Kelurahan
kesehatan, peribadatan, perdagangan dan Tunggurono, yang meliputi kompeks perkantoran
jasa, dan sarana pelayanan lainnya dengan Walikota, kompleks Arhanud dan kompleks
skala pelayanan kecamatan yang Brimob dan taman dan lapangan kota.
dikembangkan di subpusat pelayanan kota. Pasal 47
Fasilitas pelayanan umum tingkat kelurahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, Kawasan strategis bidang fungsi dan daya dukung
meliputi sarana pelayanan pendidikan, lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam
kesehatan, peribadatan, perdagangan, dan Pasal 43 ayat (2) huruf c meliputi:
sarana lainnya dengan skala pelayanan a. kawasan pariwisata alam Pantai SB;
setingkat kelurahan yang dikembangkan di
b. kawasan Bottanical Garden/hutan kota; dan
pusat-pusat lingkungan.
c. kawasan pertanian perkotaan DI Namu Sira-Sira
Pasal 46 di Kelurahan Tanah Merah, Kelurahan Bakti
Raya, Kelurahan Tanah Seribu dan Kelurahan
(1) Kawasan peruntukan bagi kegiatan pertanian Puji Dadi, serta di Kelurahan Mudiyorejo.
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat
(1) huruf b dialokasikan di subpusat
pelayanan kota E di Kecamatan Binjai Selatan
berupa pertanian tanaman pangan dengan
komoditi padi dan tanaman buah-buahan
terutama rambutan Binjai.
(2) Kawasan peruntukan peternakan dapat
diusahakan di kawasan-kawasan pertanian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan
memperhatikan keserasiannya.
(3) Kawasan peruntukan bagi kegiatan perikanan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat
(1) huruf c dapat diusahakan di Sungai
Bingai, Sungai Mencirim, Sungai Bangkatan
dan di danau-danau buatan.
(4) Kawasan peruntukan bagi kegiatan
penambangan migas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 45 ayat (1) huruf d terdapat di
Kecamatan Binjai Utara.
(5) Kawasan peruntukan bagi kegiatan
pertahanan dan keamanan negara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat
(1) huruf e adalah kawasan yang
dimanfaatkan untuk kegiatan pertahanan
baik wilayah darat, laut maupun udara
merupakan kawasan Brimob dan Arhanud
SE-11BS di Kecamatan Binjai Timur.
BAB V PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KOTA
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 47
Pasal 50
Pasal 63
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk
subpusat pelayanan kota sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 61 huruf b adalah
fasilitas pusat pemerintahan kecamatan yang
dilengkapi dengan fasilitas pendidikan,
kesehatan, peribadatan, keamanan, sosial dan
perekonomian skala pelayanan tingkat
kecamatan.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk
subpusat pelayanan kota sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diarahkandengan
ketentuan sebagai berikut:
a. pelayanan umum berupa kantor
kecamatan terdiri dari gedung kantor
kecamatan dan fasilitas penunjangnya;
b. fasilitas penunjang untuk subpusat
pelayanan kota meliputi:
1. pelayanan pendidikan untuk sekolah
lanjutan pertama dan lanjutan atas
di 5 (lima) pusat kecamatan;
2. pelayanan kesehatan berupa
puskesmas di 5 (lima) pusat
kecamatan;
3. pelayanan umum berupa kantor
kecamatan di 5 (lima) pusat
kecamatan;
4. pelayanan ibadah berupa masjid
agung di 5 (lima) pusat kecamatan;
5. pelayanan keamanan berupa kantor
polisi/polsek di 5 (lima) pusat
kecamatan;
6. pelayanan sosial berupa bagian dari
kantor kecamatan di 5 (lima) pusat
kecamatan;
7. pelayanan budaya berupa bagian dari
kantor kecamatan di 5 (lima) pusat
kecamatan; dan
8. pelayanan ekonomi berupa pasar
kecamatan di 5 (lima) pusat
kecamatan.
c. KDB paling tinggi sebesar 70 (tujuh
puluh) persen;
d. KLB paling tinggi sebesar 1.4;
e. KDH paling rendah sebesar 20 (dua
puluh) persen;
f. subpusat pelayanan kota ini dapat
berupa sebuah kawasan subpusat
pelayanan kota atau menyebar dengan
jarak relatif dekat dan mudah dicapai;
dan
g. dilengkapidengan prasarana dan sarana
umum pendukung seperti sarana
perparkiran, serta mempunyai
aksesibilitas tinggi.
Pasal 64
Pasal 65
Pasal 66
Pasal 67
Pasal 69
Pasal 71
Pasal 59
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan
budi daya sebagaimana dimaksud Pasal 55 ayat (3)
huruf b meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan peruntukan perumahan;
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan peruntukan perdagangan dan jasa;
c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan perkantoran;
d. ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan peruntukan industri;
e. ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan peruntukan pariwisata;
f. ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan peruntukan pertanian;
g. ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan RTNH;
h. ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan evakuasi bencana;
i. ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan sektor informal; dan
j. ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan peruntukan lainnya.
k. ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan khusus;
Pasal 60
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
peruntukan perumahan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 58 huruf a diarahkan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
untuk perumahan yang terdiri atas kawasan
perumahan dengan kepadatan tinggi, kepadatan
sedang, dan kepadatan rendah, serta
pengembangan hunian bertingkat
(rusun/apartemen) dengan intensitas terbatas,
selama masih mendukung fungsi kota dan
memenuhi kaidah tata ruang dan daya dukung;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
meliputi kegiatan penunjang kegiatan
perumahan;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
untuk kegiatan industri besar dan kegiatan
lainnya yang mengakibatkan terganggunya
kegiatan perumahan;
d. ketentuan umum intensitas pemanfaatan ruang
meliputi:
1. pada kawasan perumahan kepadatan tinggi
ditetapkan KDB paling tinggi 80 (delapan
puluh) persen;
2. pada kawasan perumahan kepadatan sedang
ditetapkan KDB paling tinggi 60 (enam puluh)
persen; dan
3. pada kawasan perumahan kepadatan rendah
ditetapkan KDB paling tinggi 40 (empat puluh)
persen.
e. penyediaan prasarana dan sarana minimum
meliputi:
1. fasilitas pelayanan pendidikan untuk taman
kanak-kanak dan sekolah dasar;
2. fasilitas pelayanan kesehatan berupa
poliklinik;
3. RTH berupa taman tempat bermain dan
berolahraga;
4. RTNH berupa plasa tempat berkumpul warga;
dan
5. fasilitas pelayanan ibadah.
Pasal 61
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
peruntukan perdagangan dan jasa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 58 huruf b diarahkan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
perdagangan besar dan eceran, jasa keuangan,
jasa perkantoran usaha dan profesional, jasa
hiburan dan rekreasi serta jasa kemasyarakatan,
bangunan multi fungsi, bangunan umum;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
meliputi kegiatan hunian kepadatan menengah
dan tinggi paling besar 10 (sepuluh) persen dari
total luas lantai;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan industri besar dan kegiatan lainnya yang
mengakibatkan terganggunya kegiatan
perdagangan dan jasa;
d. ketentuan umum intensitas pemanfaatan ruang
meliputi:
1. intensitas ruang untuk kawasan perdagangan
dan jasa di pusat pelayanan kota ditetapkan
KDB paling tinggi 80 (tujuh puluh) persen dan
KDH paling rendah 15 (tiga puluh) persen dan
dan KLB 20;
2. intensitas ruang untuk kawasan perdagangan
dan jasa di sub pusat pelayanan kota
ditetapkan KDB paling tinggi 70 (tujuh puluh)
persen dan KDH paling rendah 30 (dua puluh
lima) persen dan dan KLB 12; dan
3. intensitas ruang untuk kawasan perdagangan
dan jasa di pusat lingkungan ditetapkan KDB
paling tinggi 70 (tujuh puluh) persen dan KDH
paling rendah 20 (dua puluh) persen.
e. ketentuan umum prasarana dan sarana minimum
meliputi:
1. prasarana dan sarana umum pendukung
kegiatan perdagangan dan jasa berupa sarana
pejalan kaki yang menerus, sarana
peribadatan, sarana perparkiran, sarana
transportasi umum, ruang terbuka, serta
jaringan utilitas;
2. jalur akses bagi penyandang cacat; dan
3. kawasan penyangga berupa RTH apabila
berbatasan langsung dengan kawasan
lindung.
Pasal 62
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
peruntukan perkantoran sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 58huruf c diarahkan untuk pusat
kegiatan pemerintahan kota, meliputi
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
untuk pelayanan perkantoran pemerintahan,
swasta, dan Badan Usaha Milik Negara/Daerah;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
meliputi kegiatan perdagangan dan jasa,
perumahan dan kegiatan lain yang mendukung
fungsi kegiatan perkantoran;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan pertambangan, kegiatan industri, dan
kegiatan lain yang mengakibatkan terganggunya
kegiatan perkantoran;
d. ketentuan umum intensitas pemanfaatan ruang
meliputi:
1. KDB paling tinggi sebesar 70 (enam puluh)
persen;
2. KLB paling tinggi sebesar 8 (dua koma empat);
dan
3. KDH paling rendah sebesar 30 (tiga puluh)
persen.
e. ketentuan umum prasarana dan sarana minimum
meliputi:
1. sarana pejalan kaki yang menerus;
2. sarana peribadatan;
3. sarana perparkiran; dan
4. sarana transportasi umum.
f. ketentuan khusus kawasan peruntukan
perkantoran meliputi:
1. arsitektur bangunan bernuansa lokal;
2. memperhatikan tata bangunan dan tata
lingkungan; dan
3. menjadi identitas kota.
4. RTH.
Pasal 63
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 58huruf d diarahkan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
industri non polutan berkonsep kawasan industri
eco industrial park, dan sarana penunjangnya
berupa pusat pemasaran produksi, pusat
pemasaran produksi,;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan terbatas
meliputi kegiatan perumahan, kegiatan
pariwisata, pergudangan, serta kegiatan
perdagangan dan jasa, jasa promosi dan informasi
hasil industri, jasa ketenagakerjaan dan jasa
ekspidisi; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan industri besar dan kegiatan lainnya
yang menghasilkan limbah yang berbahaya bagi
lingkungan sekitar.
d. ketentuan umum intensitas pemanfaatan ruang
meliputi:
1. KDB paling tinggi 50 (delapan puluh) persen;
2. KLB paling tinggi 2,5 (dua koma empat); dan
3. KDH paling rendah 30 (tiga puluh) persen.
e. ketentuan umum prasarana dan sarana minimum
meliputi:
1. prasarana dan sarana telekomunikasi, listrik,
air bersih, drainase,
2. pembuangan limbah dan persampahan, WC
umum,
3. parkir, lapangan terbuka,
4. bangunan gudang;
5. pemadam kebakaran
6. sarana peribadatan;
7. sarana kesehatan; dan
8. taman-taman lingkungan dan jalur hijau
(green belt) sebagai penyangga atau buffer
antar fungsi kawasan, serta
9. sarana pengelolaan limbah (IPAL) sesuai
dengan kapasitas produksi.
f. kegiatan lain yang tidak sesuai dan memiliki izin
yang berada di luar kawasan industri, harus
menyesuaikan pada akhir masa berlaku izin dan
kegiatan lain yang tidak memiliki izin direlokasi
paling lambat 3 (tiga) tahun.
Pasal 64
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 58huruf e diarahkan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
pariwisata dan kegiatan penunjang pariwisata,
kegiatan jasa tour, travel, penginapan, berbagai
jenis kegiatan wisata yang terkait;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
meliputi kegiatan perdagangan dan jasa, serta
kegiatan industri kecil;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan yaitu kegiatan
yang mengakibatkan terganggunya kegiatan
pariwisata;
d. ketentuan umum intensitas pemanfaatan ruang
meliputi:
1. KDB pada kawasan usaha jasa pariwisata
paling tinggi 60 (enam puluh) persen dan KDH
paling sedikit 20 (dua puluh) persen;
2. KDB pada kawasan objek dan daya tarik
wisata paling tinggi 20 (dua puluh) persen dan
KDH 40 (empat puluh) persen; dan
3. KDB pada kawasan usaha sarana pariwisata
paling tinggi sebesar 60 (enam puluh) persen
dan KDH 20 (dua puluh) persen.
e. penyediaan prasarana dan sarana minimum
meliputi:
1. prasaran dan sarana telekomunikasi, listrik,
air bersih, drainase, pembuangan limbah dan
persampahan;
2. WC umum, parkir, lapangan terbuka, pusat
perbelanjaan skala lokal;
3. sarana peribadatan;
4. sarana kesehatan;
5. persewaan kendaraan, ticketing, money
changer; dan
6. memiliki akses yang terintegrasi dengan
terminal.
Pasal 65
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
peruntukan pertanian kota sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 58huruf fberfungsi sebagai zona lahan
pertanian pangan berkelanjutan diarahkan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
tanaman pangan, hortikultura dan agrowisata,
pembibitan, bangunan pendukung kegiatan
pertanian;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
meliputi kegiatan peternakan kegiatan perikanan,
bangunan rumah perdagangan dan jasa, serta
kegiatan industri kecil terkait hasil pertanian;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan adalah
1. kegiatan budidaya bangunan yang
mengurangi luas kawasan sawah irigasi,
2. kegiatan budidaya dan bangunan yang
mengurangi atau merusak fungsi lahan,
kualitas air dan kualitas tanah;
3. pendirian bangunan bangunan permanen.
d. ketentuan umum intensitas pemanfaatan ruang
meliputi:
1. KDB paling tinggi 40 (empat puluh) persen;
2. KLB paling tinggi 0,6 (nol koma enam); dan
3. KDH paling rendah 25 (dua puluh lima)
persen
e. penyediaan prasarana dan sarana minimum :
1. saluran irigasi;
2. jaringan jalan produksi pertanian,
3. sarana bongkar muat.
Pasal 66
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
peruntukan RTNH sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 58huruf g bertujuan untuk
memberikan dukungan terhadap fungsi
kegiatan-kegiatan kepemerintahan dan kegiatan
permukiman, serta terselenggaranya keserasian
kehidupan lingkungan dan sosial.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
peruntukan RTNH sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi
kegiatan pemanfaatan ruang untuk
kegiatan berlangsungnya aktivitas
masyarakat, kegiatan olah raga, kegiatan
rekreasi, kegiatan parkir, penyediaan plasa,
monument, evakuasi bencana dan
landmark;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
meliputi kegiatan pemanfaatan ruang
untuk sektor informal secara terbatas
untuk menunjang kegiatan sebagaimana
dimaksud huruf a sesuai dengan KDB yang
ditetapkan;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan yaitu
kegiatan selain sebagaimana dimaksud
pada huruf a dan b;
d. intensitas pemanfaatan ruang meliputi:
1. KDB paling tinggi 10 (dua puluh)
persen;
2. KLB paling tinggi 0,4 (nol koma empat);
dan
3. KDH paling rendah 30 (tiga puluh)
persen.
e. penyediaan prasarana dan sarana
minimum meliputi: prasarana dan sarana
penunjang untuk manula dan penyandang
cacat.
Pasal 67
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
peruntukan ruang evakuasi bencana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58huruf h
meliputi ruang evakuasi bencana.
(2) Ruang evakuasi bencana sebagaimana dimaksud
pada ayat (1)
a. ketentuan umum kegiatan dan penggunaan
ruang meliputi:
1. kegiatan yang diperbolehkan meliputi
kegiatan pemanfaatan ruang untuk
kegiatan pembangunan prasarana dan
sarana evakuasi bencana, penghijauan,
dan pembangunan fasilitas penunjang
keselamatan orang dan menunjang
kegiatan operasionalisasi evakuasi
bencana;
2. kegiatan yang diperbolehkan dengan
syarat meliputi kegiatan pemanfaatan
ruang secara terbatas untuk menunjang
kegiatan evakuasi bencana; dan
3. kegiatan yang tidak diperbolehkan
meliputi kegiatan selain sebagaimana
dimaksud pada angka1 dan 2, tidak boleh
dialihfungsikan menjadikan kawasan
perdagangan, industri dan permukiman.
b. Intensitas pemanfaatan ruang meliputi:
1. KDB paling tinggi 40 (empat puluh)
persen;
2. KLB paling tinggi 0,8 (nol koma delapan);
dan
3. KDH paling rendah 80 (delapan puluh)
persen.
c. penyediaan prasarana dan sarana minimum
ruang evakuasi bencana, meliputi :
1. shelter (bangunan penampung pengungsi
sementara);
2. fasilitas sanitasi;
3. sarana aksesibilitas, petunjuk arah, dan
4. sarana dasar seperti sumber air bersih
dan tempat Mandi Cuci Kakus (MCK).
Pasal 68
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
peruntukan ruang sektor informal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 58huruf i diatur sebagai
berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
pemanfaatan ruang untuk kegiatan pembangunan
prasarana dan sarana sektor informal,
penghijauan, pembangunan fasilitas penunjang
kegiatan sektor informal, dan bangunan jenis
temporer;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
meliputi kegiatan pemanfaatan ruang secara
terbatas untuk menunjang kegiatan sektor
informal;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada
huruf a dan b, dan tidak boleh dialihfungsikan
menjadi kawasan industri dan kawasan
permukiman;
d. intensitas pemanfaatan ruang meliputi:
1. KDB paling tinggi 40 (empat puluh) persen;
2. KLB paling tinggi 0,4 (nol koma empat); dan
3. KDH paling rendah 20 (dua puluh) persen.
e. penyediaan prasarana dan sarana minimum
meliputi:
1. penyediaan RTH publik;
2. fasilitas kebersihan;
3. sarana peribadatan; dan
4. sarana parkir.
Pasal 69
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan peruntukan lainnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 58huruf j meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
sarana transportasi;
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan saranapendidikan;
c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasansarana pelayanan umum
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan sarana transportasi termina
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
diarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. zona transportasi diarahkan untuk kegiatan
pemindahan orang/penumpang dan atau
barang/ternak dari suatu tempat ke tempat
yang lain melalui darat, dengan
menggunakan alat angkutan bermotor
maupun tidak bermotor;
b. pergudangan diarahkan untuk kegiatan
penyimpanan barang;
c. intensitas ruang untukzona transportasi,
pergudangan dan komunikasi diarahkan
maksimal KDB 50 (lima puluh) persen dan
minimal KDH 30 (tiga puluh) persen; dan
d. dilengkapi dengan sarana pelataran parkir
untuk kendaraan besar, bongkar muat
barang dan tempat penumpukkan barang
sementara.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan saranapendidikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b diarahkan
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi
pendidikan dan pelatihan yang terkait
dengan kegiatan keterampilan;
b. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
bangunan menara telekomunikasi dan
papan reklame;
c. intensitas pemanfaatan ruang meliputi:
1. KDB paling tinggi 60 (empat puluh)
persen; dan
2. KDH paling tinggi 30(tiga puluh) persen;
d. penyediaan prasarana dan sarana minimum
meliputi:
1. aksesibilitas bagi penyandang cacat,
2. sarana olah raga,
3. ibadah,
4. kesehatan,
5. perbelanjaan skala lokal,
6. pelataran parkir;
7. wajib menyediakan zona penyangga
berupa RTH apabila berbatasan
langsung dengan kawasan lindung,
kawasan yang menghasilkan limbah
beracun dan berbahaya, dan kawasan
yang menimbulkan gangguan
kebisingan;
8. sarana dan prasarana pendukung
kelancaran pergerakan pada ruas jalan
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan saranapelayanan umum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c diarahkan
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi
bangunan dan kelengkapan kegiatan
kesehatan dan kegiatan peribadatan;
b. kegiatan yang diperboehkan secara terbatas
meuiputi hunian, pendidikan dan riset serta
rekreasi, olahraga dengan luas total tidak
melebihi 10 (sepuluh) persen total luas
lantai;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
bangunan menara telekomunikasi, kegiatan
yang menimbulkan kebisingan;
d. intensitas pemanfaatan ruang meliputi:
1. KDB paling tinggi 50 (empat puluh)
persen; dan
2. KDH paling tinggi 30(tiga puluh) persen;
e. penyediaan prasarana dan sarana minimum
meliputi:
1. aksesibilitas bagi penyandang cacat,
2. pelataran parkir;
3. IPA;
4. Jalur evakuasi;
5. wajib menyediakan zona penyangga
berupa RTH apabila berbatasan
langsung dengan kawasan lindung,
kawasan yang menghasilkan limbah
beracun dan berbahaya, dan kawasan
yang menimbulkan gangguan
kebisingan;
6. sarana dan prasarana pendukung
kelancaran pergerakan pada ruas jalan.
Pasal 70
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan khusus sebagaimana dimaksud Pasal
58huruf kmeliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan pertahanan dan keamanan;
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk
TPA
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan pertahanan dan keamanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
diarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi
kegiatan pemanfaatan ruang yang dapat
mendukung fungsi kawasan pertahanan dan
keamanan
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
meliputi kegiatan di dalam dan atau di
sekitar kawasan pertahanan dan keamanan
yang dapat mengganggu fungsi kawasan;
dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan yang dapat mengganggu dan atau
merubah fungsi utama kawasan.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan TPA sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a diarahkan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi
kegiatan penimbunan dan pengolahan
persampahan;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan terbatas
meliputi kegiatan pemanfaatan ruang secara
terbatas kegiatan 3R;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan yang mengganggu pemrosesan
sampah sampai sejarak 300 m untuk
perumahan, 3 km untuk penerbangan, dan 90
m untuk sumber air bersih dari sekeliling
zona ruang manfaat;
d. intensitas pemanfaatan ruang meliputi:
1. KDB paling tinggi 20 (empat puluh)
persen; dan
2. KLB paling tinggi 0,4 (nol koma empat);
e. penyediaan prasarana dan sarana minimum
meliputi:
1. lahan penampungan,
2. sarana dan peralatan pemrosesan
sampah,
3. jalan khusus kendaraan sampah,
4. kantor pengelola,
5. tempat parkir kendaraan,
6. tempat ibadah,
7. tempat olahraga dan
8. pagar tembok keliling.
Pasal 71
(1) Di kawasan budi daya dapat ditetapkan kegiatan
selain untuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal
32 ayat (3), dengan ketentuan tidak mengganggu
dominasi fungsi kawasan yang bersangkutan dan
tidak melanggar ketentuan umum peraturan
zonasi pola ruang sebagaimana diatur dalam
peraturan daerah ini.
(2) Pemanfaatan kawasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat dilaksanakan setelah adanya
kajian komprehensif dan setelah mendapat
rekomendasi dari badan atau pejabat yang
tugasnya mengkoordinasikan penataan ruang di
Kota Binjai.
Pasal 72 Paragraf 1
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi pola ruang Umum
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat
(3) huruf b meliputi: Pasal 72
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk (1) Ketentuan perizinan sebagaimana dimaksud
kawasan lindung; dan dalam Pasal 59 ayat (2) huruf b merupakan
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk acuan bagi pejabat yang berwenang dalam
kawasan budi daya; pemberian izin pemanfaatan ruang berdasarkan
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk rencana struktur dan rencana pola ruang yang
kawasan lindung sebagaimana dimaksud ditetapkan dalam peraturan daerah ini.
pada ayat (1) meliputi: (2) Ketentuan perizinan ini bertujuan untuk:
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk a. menjamin pemanfaatan ruang sesuai
kawasan perlindungan setempat; dengan rencana tata ruang, standar, dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi kualitas minimum yang ditetapkan;
untukRTH kota; b. menghindari eksternalitas negatif; dan
c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk c. melindungi kepentingan umum.
kawasan cagar budaya; dan
d. ketentuan umum peraturan zonasi untuk Pasal 73
kawasan rawan bencana banjir; Izin pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk dalam Pasal 71 ayat (1) adalah izin yang
kawasan budi daya sebagaimana dimaksud dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan ruang
pada ayat (1) meliputi: sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk perundangan yang terdiri atas:
kawasan perumahan; a. izin/rekomendasi prinsip;
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk b. izin lokasi;
kawasan perdagangan dan jasa; c. izin penggunaan pemanfaatan tanah/keterangan
c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk rencana peruntukan tanah;
kawasan perkantoran; d. izin lingkungan;
d. ketentuan umum peraturan zonasi untuk e. izin mendirikan bangunan; dan
kawasan industri; f. izin lain berdasarkan peraturan perundang-
e. ketentuan umum peraturan zonasi untuk undangan.
kawasan pariwisata;
f. ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan RTNH; Pasal 74
g. ketentuan umum peraturan zonasi untuk Izin/rekomendasi prinsip sebagaimana dimaksud
kawasan evakuasi bencana; pada pasal 72 huruf a merupakan persetujuan
h. ketentuan umum peraturan zonasi untuk pendahuluan yang dipakai sebagai kelengkapan
kawasan sektor informal; dan persyaratan teknis permohonan izin lokasi, bagi
i. ketentuan umum peraturan zonasi untuk perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri
kawasan peruntukan lainnya. (PMDN)/Penanaman Modal Asing (PMA), Surat
Persetujuan Penanaman Modal (SPPM) untuk PMDN
Pasal 73 dari Meninves/Ketua Badan Koordinasi Penanaman
Modal (BKPM) atau Surat Pemberitahuan Presiden
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk untuk PMA digunakan sebagai Izin Prinsip.
kawasan perlindungan setempat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 72 ayat (2) huruf a Pasal 75
meliputi sempadan sungai, dan kawasan (1) Izin lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
sekitar waduk/danau buatan diarahkan 72 huruf b diberikan kepada perusahaan yang
dengan ketentuan sebagai berikut: sudah mendapat persetujuan penanaman
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk modal untuk memperoleh tanah yang
sempadan sungai diarahkan dengan diperlukan.
ketentuan sebagai berikut: (2) Jangka waktu izin lokasi dan perpanjangannya
1. pemanfaatan ruang yang mengacu pada ketentuan yang ditetapkan oleh
mengganggu bentang alam, dinas yang menyelenggarakan urusan
mengganggu kesuburan dan pemerintah di bidang penataan ruang.
keawetan tanah, fungsi hidrologi dan (3) Perolehan tanah oleh pemegang izin lokasi
hidraulis, kelestarian flora dan fauna, harus diselesaikan dalam jangka waktu izin
serta kelestarian fungsi lingkungan lokasi.
hidup; (4) Permohonan izin lokasi yang disetujui harus
2. pemanfaatan hasil tegakan; dan/atau diberitahukan kepada masyarakat setempat.
3. kegiatan yang merusak kualitas air (5) Penolakan permohonan izin lokasi harus
sungai, kondisi fisik tepi sungai dan diberitahukan kepada pemohon beserta alasan-
dasar sungai, serta mengganggu alasannya.
aliran air.
b. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk Pasal 76
sempadan waduk/danau diarahkan (1) Izin penggunaan pemanfaatan
dengan ketentuan sebagai berikut: tanah/keterangan rencana peruntukan tanah
1. pemanfaatan ruang yang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 huruf c
mengganggu bentang alam, diberikan berdasarkan rencana tata ruang,
mengganggu kesuburan dan RDTR dan/atau peraturan zonasi sebagai
keawetan tanah, fungsi hidrologi, persetujuan terhadap kegiatan budi daya secara
kelestarian flora dan fauna, serta rinci yang akan dikembangkan dalam kawasan.
kelestarian fungsi lingkungan hidup; (2) Setiap orang atau badan hukum yang akan
2. pemanfaatan hasil tegakan; dan/atau memanfaatkan ruang harus mendapatkan izin
3. kegiatan yang merusak kualitas air, peruntukan pemanfaatan tanah.
kondisi fisik kawasan sekitarnya, dan (3) Izin penggunaan pemanfaatan tanah
daerah tangkapan air kawasan yang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku
bersangkutan. selama 1 (satu) tahun, serta dapat diperpanjang
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk 1 (satu) kali berdasarkan permohonan yang
RTH kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal bersangkutan.
72 ayat (2) huruf b diarahkan dengan (4) Izin penggunaan pemanfaatan tanah yang tidak
ketentuan sebagai berikut: diajukan perpanjangannya sebagaimana
a. zona RTH adalah untuk RTH kawasan dimaksud pada ayat (3) dinyatakan gugur
perlindungan setempat berupa RTH dengan sendirinya.
sempadan sungai, RTH pengamanan (5) Apabila pemohon ingin memperoleh kembali
sumber air baku/mata air, dan rekreasi, izin yang telah dinyatakan gugur dengan
serta dilarang untuk kegiatan yang sendirinya sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
mengakibatkan terganggunya fungsi RTH; harus mengajukan permohonan baru.
b. proporsi RTH pada wilayah perkotaan (6) Untuk memperoleh izin penggunaan
adalah sebesar minimal 30 (tiga puluh) pemanfaatan tanah permohonan diajukan
persen yang terdiri dari 20 (dua puluh) secara tertulis kepada dinas yang
persen RTH publik dan 10 (sepuluh) menyelenggarakan urusan pemerintah di
persen RTH privat; bidang penataan ruang dengan tembusan
c. pendirian bangunan dibatasi untuk kepada pemerintah kota.
bangunan penunjang kegiatan rekreasi (7) Perubahan izin penggunaan pemanfaatan tanah
dan fasilitas umum lainnya, dan bukan yang telah disetujui wajib dimohonkan kembali
bangunan permanen; dan secara tertulis kepada dinas yang
d. RTH di kota memiliki luas paling sedikit menyelenggarakan urusan pemerintah di
343 (tiga ratus empat puluh tiga) hektar, bidang penataan ruang.
dengan bentuk satu hamparan, atau (8) Permohonan izin penggunaan pemanfaatan
jalur, atau kombinasi dari bentuk satu tanah ditolak apabila tidak sesuai dengan
hamparan dan jalur, dan didominasi rencana tata ruang, RDTR dan/atau peraturan
komunitas tumbuhan. zonasi serta persyaratan yang ditentukan atau
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan lokasi yang dimohon dalam keadaan sengketa.
cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam (9) Dinas yang menyelenggarakan urusan
Pasal 72 ayat (2) huruf c diarahkan dengan pemerintah di bidang penataan ruang dapat
ketentuansebagai berikut: mencabut izin penggunaan pemanfaatan tanah
a. zona cagar budaya terdiri dari zona yang telah dikeluarkan apabila terdapat
mintakat inti, zona mintakat penyangga, penyimpangan dalam pelaksanaannya.
dan mintakat pengembang; (10) Terhadap orang atau badan hukum yang akan
b. zona mintakat inti adalah untuk lahan memanfaatkan ruang kawasan dikenakan
situs, dan dilarang melakukan kegiatan retribusi izin penggunaan pemanfaatan tanah.
yang mengurangi, menambah, mengubah, (11) Besarnya retribusi izin penggunaan
memindahkan, dan mencemari benda pemanfaatan tanah ditetapkan berdasarkan
cagar budaya; fungsi lokasi, peruntukan, ketinggian tarif dasar
c. zona mintakat penyangga di sekitar situs fungsi, luas penggunaan ruang serta biaya
adalahuntuk kegiatan yang mendukung pengukuran.
dan sesuai bagi kelestarian situs, serta (12) Ketentuan lebih lanjut tentang izin penggunaan
dilarang untuk kegiatan yang dapat pemanfaatan tanah diatur sesuai ketentuan
mengganggu fungsi cagar budaya; peraturan perundang-undangan.
d. zona mintakat pengembangan adalah (13) Izin penggunaan pemanfaatan tanah berlaku
untuk kegiatan untuk sarana sosial, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yang
ekonomi, dan budaya, serta dilarang diberikan berdasarkan ketentuan meliputi:
untuk kegiatan yang bertentangan a. tata bangunan dan lingkungan;
dengan prinsip pelestarian benda cagar b. peruntukan dan fungsi bangunan;
budaya dan situsnya; c. perpetakan/kavling;
e. di kawasan cagar budaya dilarang untuk d. Garis Sempadan Bangunan (GSB);
menyelenggarakan: e. KLB, KDB dan KDH;
f. kegiatan yang merusak kekayaan budaya f. rencana elevasi/grading plan;
bangsa yang berupa peninggalan sejarah; g. rencana jaringan utilitas;
dan h. rencana jaringan jalan; dan
g. pemanfaatan ruang yang mengganggu i. perencanaan lingkungan/peruntukan.
upaya pelestarian budaya masyarakat
setempat. Pasal 77
h. persentase luas lahan terbangun untuk (1) Izin lingkungan sebagaimana dimaksud dalam
zona mintakat inti dan penyangga Pasal 72 huruf d merupakan persetujuan yang
maksimum 40 (empat puluh) persen, dan menyatakan aktivitas budi daya rinci yang
untuk zona mintakat pengembang terdapat dalam kawasan yang dimohon layak
maksimum 50 (lima puluh) persen. dari segi lingkungan hidup.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan (2) Setiap usaha dan atau kegiatan yang wajib
rawan bencana banjir sebagaimana dimaksud memiliki AMDAL atau Upaya Pengelolaan
dalam Pasal 72 ayat (2) huruf d diarahkan Lingkungan Hidup (UKL)/Upaya Pemantauan
dengan ketentuan sebagai berikut: Lingkungan Hidup (UPL) wajib memiliki izin
a. zona kawasan rawan bencana banjir lingkungan.
terdiri dari zona tingkat kerawanan tinggi, (3) Izin lingkungan merupakan persyaratan untuk
zona tingkat kerawanan melaksanakan izin usaha dan/atau kegiatan.
menengah/sedang, dan zona tingkat (4) Dalam hal izin lingkungan dicabut, izin usaha
kerawanan rendah; dan atau kegiatan dibatalkan.
b. zona tingkat kerawanan tinggi untuk (5) Ketentuan mengenai izin lingkungan
tipologi A di sempadan sungai adalah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur
untuk kegiatan pertanian, kegiatan lebih lanjut dalam peraturan walikota.
pariwisata terbatas, dilarang untuk budi
daya dan kegiatan yang dapat Pasal 78
mengganggu fungsi sempadan sungai; (1) Izin mendirikan bangunan sebagaimana
c. zona tingkat kerawanan menengah untuk dimaksud dalam Pasal 72 huruf e diberikan
tipologi B adalah untuk kegiatan berdasarkan surat penguasaan tanah, rencana
perumahan, transportasi, pariwisata, tata ruang, RDTR, peraturan zonasi dan
pertanian, perkebunan, perikanan, hutan persyaratan teknis lainnya.
kota/rakyat/produksi, dan dilarang (2) Setiap orang atau badan hukum yang akan
untuk kegiatan industri; melaksanakan pembangunan fisik harus
d. zona tingkat kerawanan rendah tipologi C mendapatkan izin mendirikan bangunan.
adalah untuk kegiatanbudi daya, dilarang (3) Izin mendirikan bangunan sebagaimana
untuk kegiatan industri; dimaksud pada ayat (2) berlaku sampai
e. persentase luas lahan terbangun untuk pembangunan fisik selesai.
zona tingkat kerawanan menengah untuk (4) Setiap orang atau badan hukum yang
tipologi B maksimum 40 (empat puluh) melaksanakan pembangunan fisik tanpa
persen; dan memiliki izin mendirikan bangunan akan
f. persentase luas lahan terbangun untuk dikenakan sanksi.
zona tingkat kerawanan rendah untuk (5) Untuk memperoleh izin mendirikan bangunan
tipologi C maksimum 60 (enam puluh) permohonan diajukan secara tertulis kepada
persen. pemerintah kota dengan tembusan kepada
dinas yang menyelenggarakan urusan
pemerintah di bidang penataan ruang.
(6) Perubahan izin mendirikan bangunan yang
telah disetujui wajib dimohonkan kembali
Pasal 74 secara tertulis kepada dinas yang
menyelenggarakan urusan pemerintah di
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan bidang penataan ruang.
peruntukan perumahan sebagaimana dimaksud (7) Permohonan izin mendirikan bangunan ditolak
dalam Pasal 72 ayat (3) huruf a diarahkan dengan apabila tidak sesuai dengan fungsi bangunan,
ketentuan sebagai berikut: ketentuan atas KDB, KTB, KLB, GSB, dan
a. zonasi kawasan perumahan terdiri dari zona ketinggian bangunan, garis sempadan yang
perumahan dengan kepadatan tinggi, zona diatur dalam rencana tata ruang serta
perumahan dengan kepadatan sedang, dan persyaratan yang ditentukan atau lokasi yang
zona perumahan dengan kepadatan rendah; dimohon dalam keadaan sengketa.
b. zona perumahan dengan kepadatan tinggi (8) Dinas yang menyelenggarakan urusan
adalah untuk pembangunan perumahan pemerintah di bidang penataan ruang dapat
dengan kepadatan bangunan 51 (lima puluh meminta pemerintah kota untuk memberikan
satu) sampai 100 (seratus) unit per hektar; keputusan atas permohonan izin mendirikan
c. zona perumahan dengan kepadatan sedang bangunan dan pemerintah kota wajib
adalah untuk pembangunan rumah dan memberikan jawaban.
perumahan dengan kepadatan bangunan 26 (9) Pemerintah kota dapat mencabut izin
(dua puluh enam) sampai 50 (lima puluh) unit mendirikan bangunan yang telah dikeluarkan
per hektar; apabila terdapat penyimpangan dalam
d. zona perumahan dengan kepadatan rendah pelaksanaannya.
adalah untuk pembangunan rumah dengan (10) Terhadap orang atau badan hukum yang akan
tipe rumah taman dengan kepadatan memanfaatkan ruang kawasan dikenakan
bangunanlebih kecil atau sama dengan 25 (dua retribusi izin mendirikan bangunan.
puluh lima) unit per hektar; (11) Besarnya retribusi izin mendirikan bangunan
e. intensitas kawasan untuk lingkungan ditetapkan berdasarkan fungsi lokasi,
kepadatan tinggi dituangkan dalam Rencana peruntukan, ketinggian tarif dasar fungsi, luas
Detail Tata Ruang Kota; penggunaan ruang serta biaya pengukuran.
f. intensitas kawasan untuk lingkungan (12) Ketentuan tentang izin mendirikan bangunan
kepadatan sedang dituangkan dalam Rencana diatur lebih lanjut dalam peraturan walikota.
Detail Tata Ruang Kota;
g. intensitas kawasan untuk lingkungan Pasal 79
kepadatan rendah dituangkan dalam Rencana Izin lain berdasarkan peraturan perundang-
Detail Tata Ruang Kota; undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72
h. prasarana dan sarana minimal perumahan huruf f merupakan izin yang diberikan untuk
mengacu pada Standar Pelayanan Minimal kegiatan pemanfaatan ruang sesuai peraturan
(SPM) bidang perumahan; perundang-undangan.
i. kegiatan-kegiatan lain yang tidak sesuai
peruntukannya pada kawasan perumahan dan
tidak memiliki izin harus ditertibkan paling
lambat3 (tiga) tahun;
j. kegiatan-kegiatan lain yang tidak sesuai
peruntukannya pada kawasan perumahan dan
memiliki izin harus menyesuaikan pada akhir
masa berlaku izin; dan
k. kawasan perumahan yang merupakan lahan
reklamasi wajib mengikuti ketentuan Analisa
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
Pasal 75
Pasal 76
Pasal 77
Pasal 78
Pasal 82 Paragraf 2
Bentuk dan Tata Cara Pemberian Insentif
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
peruntukan lainnya sebagaimana dimaksud Pasal 82
dalam Pasal 72 ayat (3) huruf i meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi (1) Insentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80
kawasan pertanian; ayat (3) huruf a diberikan Pemerintah Kota Binjai
b. ketentuan umum peraturan zonasi kepada masyarakat dan swasta yang
transportasi, pergudangan dan melaksanakan pembangunan sesuai dengan
komunikasi; RTRW Kota Binjai.
c. ketentuan umum peraturan zonasi (2) Bentuk insentif sebagaimana dimaksud pada
pendidikan; ayat (1) meliputi:
d. ketentuan umum peraturan zonasi a. keringanan pajak;
kesehatan; b. pemberian kompensasi;
e. ketentuan umum peraturan zonasi sosial; c. pemberian imbalan;
dan d. sewa ruang;
f. ketentuan umum peraturan zonasi e. urun saham;
kawasan pertahanan dan keamanan. f. penyediaan infrastruktur;
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan g. kemudahan prosedur perizinan; dan/atau
pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat h. penghargaan.
(1) huruf a diarahkan dengan ketentuan (3) Tata cara pemberian insentif sebagaimana
sebagai berikut: dimaksud pada ayat (2) dilakukan melalui:
a. zonasi kawasan pertanian terdiri atas a. penetapan bagian wilayah kota yang didorong
zona pertanian tanaman tahunan, zona atau dipercepat pertumbuhannya dan
pertanian lahan basah, dan zona penetapan insentif yang diberikan bagi pelaku
pertanian lahan kering; pembangunan baik secara individu maupun
b. zona pertanian tanaman tahunan adalah berupa badan usaha;
untuk pertanian lahan kering; b. penetapan bentuk insentif yang akan
c. zona pertanian lahan kering adalah untuk diberikan pada bagian wilayah kota
pertanian tanaman pangan tanpa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a,
pengairan; dan dapat berupa kemudahan pengurusan ijin,
d. pada kawasan pertanian diizinkan untuk pembebasan biaya ijin mendirikan bangunan,
kegiatan selain kegiatan pertanian yang keringanan pajak; dan
tidak mengganggu produksi pertanian. c. penetapan jangka waktu pemberian insentif
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi bagi pelaku pembangunan atau pemanfaatan
transportasi, pergudangan dan komunikasi ruang.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
diarahkan dengan ketentuan sebagai berikut: Pasal 83
a. zona transportasi diarahkan untuk
kegiatan pemindahan orang/penumpang (1) Insentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80
dan atau barang/ternak dari suatu ayat (3) huruf b diberikan Pemerintah Kota Binjai
tempat ke tempat yang lain melalui darat, kepada pemerintah kabupaten/kota lainnya yang
dengan menggunakan alat angkutan membantu terwujudnya dan terlaksananya
bermotor maupun tidak bermotor; Peraturan Daerah RTRW Kota Binjai.
b. pergudangan diarahkan untuk kegiatan (2) Bentuk insentif sebagaimana dimaksud pada
penyimpanan barang; ayat (1) meliputi:
c. zona komunikasi diarahkan untuk a. pemberian kompensasi;
kegiatan pelayanan komunikasi untuk b. urun saham;
umum; c. pembangunan dan pengadaan infrastruktur;
d. intensitas ruang untuk zona transportasi, dan
pergudangan dan komunikasi diarahkan d. pemberian penghargaan.
maksimal KDB 50 (lima puluh) persen (3) Tata cara pemberian insentif sebagaimana
dan minimal KDH 30 (tiga puluh) persen; dimaksud pada ayat (2) dilakukan melalui:
dan a. penetapan bagian wilayah kota yang didorong
e. dilengkapidengan sarana pelataran parkir atau dipercepat pertumbuhannya dan
untuk kendaraan besar, bongkar muat penetapan insentif yang diberikan bagi pelaku
barang dan tempat penumpukkan barang pembangunan baik secara individu maupun
sementara. berupa badan usaha;
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi b. penetapan bentuk insentif yang akan
pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat diberikan pada bagian wilayah kota
(1) huruf c diarahkan dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a,
sebagai berikut: dapat berupa pemberian kompensasi, urun
a. zonasi kawasan pendidikan terdiri atas saham, pembangunan dan pengadaan
zona pendidikan umum dan zona infrastruktur dan pemberian penghargaan;
pendidikan khusus; dan
b. zona pendidikan umum adalah untuk c. penetapan jangka waktu pemberian insentif
perguruan tinggi, SLTA, SLTP, SD, dan bagi pemerintah kabupaten/kota lainnya
TK; yang membantu terwujudnya dan
c. zona pendidikan khusus adalah untuk terlaksananya Peraturan Daerah RTRW Kota
pendidikan dan pelatihan yang terkait Binjai.
dengan kegiatan keterampilan;
d. intensitas ruang untuk kawasan
pendidikan adalah maksimal KDB 50
(lima puluh) persen dan minimal KDH 30
(tiga puluh) persen;
e. prasarana dan sarana penunjang meliputi
aksesibilitas bagi penyandang cacat,
sarana olah raga, ibadah, kesehatan,
perbelanjaan skala lokal, pelataran
parkir;
f. kegiatan lain berupa hunian dan rekreasi
diizinkan di kawasan ini maksimum 10
(sepuluh) persen dari total luas lantai;
g. wajib menyediakan zona penyangga
berupa RTH apabila berbatasan langsung
dengan kawasan lindung, kawasan yang
menghasilkan limbah beracun dan
berbahaya, dan kawasan yang
menimbulkan gangguan kebisingan;
h. dilarang membangun menara
telekomunikasi dan papan reklame; dan
i. kawasan pendidikan yang merupakan
lahan reklamasi wajib mengikuti
ketentuan pengendalian pencemaran dan
kerusakan lingkungan hidup.
(5) Ketentuan umum peraturan zonasi kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
diarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. kawasan kesehatan adalah untuk
bangunan dan fasilitas
kesehatan,kegiatan emergensi/evakuasi
dan fasilitas penunjang kesehatan;
b. intensitas ruang untuk kawasan
kesehatan adalah maksimal KDB 50 (lima
puluh) persen dan minimal KDH 30 (tiga
puluh) persen;
c. prasarana dan sarana penunjang meliputi
fasilitas parkir, IPAL, jalur-jalur evakuasi
dan landasan helipad;
d. kawasan kesehatan dapat dimanfaatkan
untuk kegiatan lain yang berupa hunian,
pendidikan dan riset serta rekreasi, olah
raga dengan luas total tidak melebihi 10
(sepuluh) persen total luas lantai; dan
e. kawasan kesehatan menyediakan zona
penyangga terhadap gangguan dari
lingkungan sekitarnya.
(6) Ketentuan umum peraturan zonasi sosial
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e
diarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. zona sosial diarahkan untuk kegiatan
layanan sosial yang dilakukan di dalam
atau luar panti, baik oleh Pemerintah
maupun swasta untuk memberi bantuan
sosial bagi anak-anak, orang tua, dan
orang yang mempunyai
keterbatasan/ketidakmampuan untuk
menjaga diri, seperti panti wreda, panti
asuhan, panti rehabilitasi, pembinaan
masyarakat terasing, pembinaan mental;
b. intensitas ruang untuk kawasan sosial
diarahkan maksimal KDB 50 (lima puluh)
persen dan minimal KDH 30 (tiga puluh)
persen; dan
c. dilengkapi dengan prasarana dan sarana
penunjang untuk manula dan
penyandang cacat.
(7) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
pertahanan dan keamanan negara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f
diarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. mengembangkan kawasan lindung
dan/atau kawasan budi daya tidak
terbangun di sekitar kawasan pertahanan
keamanan sebagai zona penyangga yang
memisahkan kawasan pertahanan
keamanan dengan kawasan budi daya
terbangun; dan
b. mengembangkan kegiatan budi daya
secara selektif di dalam dan sekitar
kawasan pertahanan keamanan untuk
menjaga fungsi pertahanan dan
keamanan.
Ketentuan Perizinan
Paragraf 1 Paragraf 3
Umum Bentuk dan Tata Cara Pemberian Disinsentif
Pasal 84
Pasal 84
(1) Ketentuan perizinan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 59 ayat (2) huruf b merupakan (1) Disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal
acuan bagi pejabat yang berwenang dalam 80 ayat (3) huruf b diberikan Pemerintah Kota
pemberian izin pemanfaatan ruang Binjai kepada pemerintah kabupaten/kota
berdasarkan rencana struktur dan pola ruang lainnya yang menghambat terwujudnya dan
yang ditetapkandalam peraturan daerah ini. terlaksananya Peraturan Daerah RTRW Kota
(2) Ketentuan perizinan ini bertujuan untuk: Binjai.
a. menjamin pemanfaatan ruang sesuai (2) Bentuk disinsentif sebagaimana dimaksud pada
dengan rencana tata ruang, standar, dan ayat (1) meliputi:
kualitas minimum yang ditetapkan; a. pengenaan retribusi yang tinggi; dan/atau
b. menghindari eksternalitas negatif; dan b. pembatasan penyediaan sarana dan
c. melindungi kepentingan umum. prasarana.
(3) Tata cara pengenaan disinsentif sebagaimana
Pasal 85 dimaksud pada ayat (2) dilakukan melalui:
a. penetapan bagian wilayah kota yang dibatasi
Izin pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pertumbuhannya atau pemanfaatan ruangnya
dalam Pasal 84 ayat (1) adalah izin yang dan penetapan pengenaan disinsentif bagi
dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan ruang bentuk pemanfaatan ruang yang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- dibatasi/dilarang; dan
perundangan yang terdiri atas: b. penetapan bentuk disinsentif yang akan
a. izin/rekomendasi prinsip; diberlakukan untuk setiap bentuk
b. izin lokasi; pemanfaatan ruang yang dibatasi, dapat
c. izin penggunaan pemanfaatan berupa pengenaan retribusi yang tinggi;
tanah/keterangan rencana peruntukan tanah; dan/atau pembatasan penyediaan sarana dan
d. izin lingkungan; prasarana.
e. izin mendirikan bangunan; dan
f. izin lain berdasarkan peraturan perundang- Pasal 85
undangan.
(1) Disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal
80 ayat (3) huruf b diberikan Pemerintah Kota
Binjai kepada pemerintah kabupaten/kota
lainnya yang menghambat terwujudnya dan
terlaksananya Peraturan Daerah RTRW Kota
Binjai.
(2) Bentuk disinsentif sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:
a. pengenaan retribusi yang tinggi; dan/atau
b. pembatasan penyediaan sarana dan
prasarana.
(3) Tata cara pengenaan disinsentif sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilakukan melalui:
a. penetapan bagian wilayah kota yang
dibatasi pertumbuhannya atau
pemanfaatan ruangnya dan penetapan
pengenaan disinsentif bagi bentuk
pemanfaatan ruang yang dibatasi/dilarang;
dan
b. penetapan bentuk disinsentif yang akan
diberlakukan untuk setiap bentuk
pemanfaatan ruang yang dibatasi, dapat
berupa pengenaan retribusi yang tinggi;
dan/atau pembatasan penyediaan sarana
dan prasarana.
Pasal 95
Pemulihan fungsi ruang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 86 huruf h dilakukan melalui langkah-
langkah sebagai berikut:
(1) Ketentuan pemulihan fungsi ruang yang berisi
bagian-bagian yang harus dipulihkan fungsinya
berikut cara pemulihannya.
(2) Penerbitan surat pemberitahuan perintah
pemulihan fungsi ruang dari pejabat yang
berwenang melakukan penertiban pelanggaran
pemanfaatan ruang, yang berisi:
a. pemberitahuan tentang terjadinya
pelanggaran pemanfaatan ruang beserta
bentuk pelanggarannya yang dirisalahkan
dari berita acara evaluasi;
b. peringatan kepada pelanggar untuk dengan
kesadaran sendiri pemulihan fungsi ruang
agar sesuai dengan ketentuan pemulihan
fungsi ruang yang telah ditetapkan;
c. batas waktu maksimal yang diberikan
kepada pelanggar untuk dengan kesadaran
sendiri melakukan pemulihan fungsi ruang;
dan
d. konsekuensi yang diterima pelanggar apabila
mengabaikan surat peringatan.
(3) Apabila pelanggar mengabaikan surat
pemberitahuan yang disampaikan, pejabat yang
berwenang melakukan penertiban menerbitkan
surat keputusan pengenaan sanksi pemulihan
fungsi ruang.
(4) Pejabat yang berwenang melakukan pemulihan
fungsi ruang memberitahukan kepada
pelanggar mengenai pengenaan sanksi
pemulihan fungsi ruang yang harus
dilaksanakan pelanggar dalam jangka waktu
pelaksanaannya.
(5) Pejabat yang berwenang melakukan tindakan
penertiban melakukan pengawasan
pelaksanaan kegiatan pemulihan fungsi ruang.
Pasal 96
Ketentuan lebih lanjut mengenai denda administratif
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 huruf i
akan diatur lebih lanjut melalui peraturan walikota.
Pasal 97 Paragraf 3
Sanksi Pidana
(1) Disinsentifsebagaimana dimaksud dalam Pasal 97
Pasal 93 ayat (3) huruf b diberikan
Pemerintah Kota Binjai kepada pemerintah Pengenaan sanksi pidana terhadap pelanggaran
kabupaten/kota lainnya yang menghambat pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam
terwujudnya dan terlaksananya Peraturan Pasal 85 ayat (2) huruf b dilakukan sesuai dengan
Daerah RTRW Kota Binjai. ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Bentuk disinsentif sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
a. pengenaan retribusi yang tinggi; dan/atau Paragraf 4
b. pembatasan penyediaan sarana dan Penyidikan
prasarana.
(3) Tata cara pengenaan disinsentif sebagaimana Pasal 98
dimaksud pada ayat (2) dilakukan melalui:
a. penetapan bagian wilayah kota yang Pengenaan sanksi pidana terhadap pelanggaran
dibatasi pertumbuhannya atau pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam
pemanfaatan ruangnya dan penetapan Pasal 96dapat dilakukan penyidikan sesuai dengan
pengenaan disinsentif bagi bentuk ketentuan peraturan perundang-undangan.
pemanfaatan ruang yang
dibatasi/dilarang; dan
b. penetapan bentuk disinsentif yang akan
diberlakukan untuk setiap bentuk
pemanfaatan ruang yang dibatasi,dapat
berupa pengenaan retribusi yang tinggi;
dan/atau pembatasan penyediaan sarana
dan prasarana.
Bagian Kelima
Arahan Sanksi
Paragraf 1
Umum
Pasal 98
(1) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud Tata cara peran masyarakat dalam penyusunan
dalam Pasal 99 huruf a dilakukan melalui rencana tata ruang sebagaimana dimaksud dalam
penerbitan surat peringatan tertulis dari Pasal 98 huruf a dilaksanakan dengan cara:
pejabat yang berwenang melakukan a. menyampaikanmasukan mengenai arah
penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang, pengembangan, potensi dan masalah, rumusan
yang berisi: konsepsi/rancangan rencana tata ruang melalui
a. peringatan tentang terjadinya media komunikasi dan/atau forum pertemuan;
pelanggaran pemanfaatan ruang beserta dan
bentuk pelanggarannya; b. kerjasama dalam perencanaan tata ruang
b. peringatan untuk segera melakukan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
tindakan-tindakan yang diperlukan dalam perundang-undangan.
rangka penyesuaian pemanfaatan ruang
dengan rencana tata ruang dan/atau
ketentuan teknis pemanfaatan ruang Pasal 101
yang berlaku; dan
c. batas waktu maksimal yang diberikan Tata cara peran masyarakat dalam pemanfaatan
melakukan penyesuaian pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98 huruf
ruang. b dilaksanakan dengan cara:
(2) Surat peringatan tertulis sebagaimana a. menyampaikan masukan mengenai kebijakan
dimaksud pada ayat (1) diberikan sebanyak- pemanfaatan ruang melalui media komunikasi
banyaknya 3 (tiga) kali dengan ketentuan dan/atau forum pertemuan;
sebagai berikut: b. kerjasama dalam pemanfaatan ruang sesuai
a. pelanggar mengabaikan peringatan dengan ketentuan peraturan perundang-
pertama, pejabat yang berwenang undangan;
melakukan penertiban kedua yang
c. pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata
memuat penegasan terhadap hal-hal
ruang yang telah ditetapkan; dan
sebagaimana dimuat dalam surat
peringatan pertama; d. penataan terhadap izin pemanfaatan ruang.
b. pelanggar mengabaikan peringatan
kedua, pejabat yang berwenang Pasal 102
melakukan penertiban ketiga yang
memuat penegasan terhadap hal-hal
Tata cara peran masyarakat dalam pengendalian
sebagaimana dimuat dalam surat
pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam
peringatan pertama dan kedua; dan
Pasal 98 huruf c dilaksanakan dengan cara:
c. pelanggarmengabaikan peringatan
pertama, peringatan kedua, dan a. menyampaikan masukan terkait arahan
peringatan ketiga, pejabat yang dan/atau peraturan zonasi, perizinan, pemberian
berwenang melakukan penerbitan surat insentif dan disinsentif serta pengenaan sanksi
keputusan pengenaan sanksi yang dapat kepada pejabat yang berwenang;
berupa penghentian kegiatan sementara, b. memantau dan mengawasi pelaksanaan rencana
penghentian sementara pelayanan umum, tata ruang;
penutupan lokasi, pencabutan izin, c. melaporkan kepada instansi dan/atau pejabat
pembatalan izin, pemulihan fungsi ruang, yang berwenang dalam hal menemukan dugaan
dan/atau denda administratif. penyimpangan atau pelanggaran kegiatan
pemanfaatan ruang yang melanggar rencana tata
Pasal 101 ruang yang telah ditetapkan; dan
d. mengajukan keberatan terhadap keputusan
(1) Penghentian sementara kegiatan sebagaimana
pejabat yang berwenang terhadap pembangunan
dimaksud dalam Pasal99 huruf b dilakukan
yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
melalui penerbitan surat perintah
penghentian kegiatan sementara dari pejabat
yang berwenang melakukan penertiban
pelanggaran pemanfaatan ruang yang berisi:
a. pemberitahuan tentang terjadinya
pelanggaran pemanfaatan ruang beserta
bentuk pelanggarannya yang dirisalahkan
dari berita acara evaluasi;
b. peringatan kepada pelanggar untuk
menghentikan kegiatan sementara sampai
dengan pelanggar memenuhi kewajiban
untuk mengambil tindakan-tindakan
yang diperlukan dalam rangka
penyesuaian pemanfaatan ruang dengan
rencana tata ruang dan/atau ketentuan
teknis pemanfaatan ruang yang berlaku;
c. batas waktu maksimal yang diberikan
kepada pelanggar untuk dengan
kesadaran sendiri melakukan
penghentian sementara kegiatan dan
melakukan penyesuaian pemanfaatan
ruang; dan
d. konsekuensi akan dilakukannya
penghentian kegiatan sementara secara
paksa apabila pelanggar mengabaikan
surat perintah.
(2) Apabila pelanggar mengabaikan perintah
penghentian kegiatan sementara, pejabat yang
berwenang melakukan penertiban dengan
menerbitkan surat keputusan pengenaan
sanksi penghentian sementara secara paksa
terhadap kegiatan pemanfaatan ruang.
(3) Pejabat yang berwenang melakukan tindakan
penertiban dengan memberitahukan kepada
pelanggar mengenai pengenaan sanksi
pengenaan kegiatan pemanfaatan ruang dan
akan segera dilakukan tindakan penertiban
oleh aparat penertiban.
(4) Berdasarkan surat keputusan pengenaan
sanksi, pejabat yang berwenang melakukan
penertiban melakukan penghentian kegiatan
pemanfaatan ruang secara paksa.
(5) Setelah kegiatan pemanfaatan ruang
dihentikan, pejabat yang berwenang
melakukan pengawasan agar kegiatan
pemanfaatan ruang yang dihentikan tidak
beroperasi kembali sampai dengan
terpenuhinya kewajiban pelanggar untuk
menyesuaikan pemanfaatan ruangnya dengan
rencana tata ruang dan/atau ketentuan
teknis pemanfaatan ruang yang berlaku.
Pasal 102
Pasal 107
Pemulihan fungsi ruang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 99 huruf h dilakukan melalui langkah-
langkah sebagai berikut:
(1) Ketentuan pemulihan fungsi ruang yang berisi
bagian-bagian yang harus dipulihkan
fungsinya berikut cara pemulihannya.
(2) Penerbitan surat pemberitahuan perintah
pemulihan fungsi ruang dari pejabat yang
berwenang melakukan penertiban
pelanggaran pemanfaatan ruang, yang berisi:
a. pemberitahuan tentang terjadinya
pelanggaran pemanfaatan ruang beserta
bentuk pelanggarannya yang dirisalahkan
dari berita acara evaluasi;
b. peringatan kepada pelanggar untuk
dengan kesadaran sendiri pemulihan
fungsi ruang agar sesuai dengan
ketentuan pemulihan fungsi ruang yang
telah ditetapkan;
c. batas waktu maksimal yang diberikan
kepada pelanggar untuk dengan
kesadaran sendiri melakukan pemulihan
fungsi ruang; dan
d. konsekuensi yang diterima pelanggar
apabila mengabaikan surat peringatan.
(3) Apabila pelanggar mengabaikan surat
pemberitahuan yang disampaikan, pejabat
yang berwenang melakukan penertiban
menerbitkan surat keputusan pengenaan
sanksi pemulihan fungsi ruang.
(4) Pejabat yang berwenang melakukan
pemulihan fungsi ruang memberitahukan
kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi
pemulihan fungsi ruang yang harus
dilaksanakan pelanggar dalam jangka waktu
pelaksanaannya.
(5) Pejabat yang berwenang melakukan tindakan
penertiban melakukan pengawasan
pelaksanaan kegiatan pemulihan fungsi
ruang.