TENTANG
BUPATI BANDUNG,
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
5. Ruang adalah wadah yang meliputi Ruang darat, Ruang laut, dan Ruang
udara, termasuk Ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan Wilayah,
tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan
memelihara kelangsungan hidupnya.
6. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
7. Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
8. Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang
dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan
dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya.
9. Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan
tertib tata ruang.
10. Forum Penataan Ruang adalah wadah di tingkat pusat dan daerah yang
bertugas untuk membantu Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
dengan memberikan pertimbangan dalam Penyelenggaraan Penataan
Ruang.
11. Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang adalah kesesuaian antara
rencana kegiatan pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang.
12. Konfirmasi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang adalah dokumen
yang menyatakan kesesuaian antara rencana kegiatan Pemanfaatan
Ruang dengan RDTR.
13. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.
14. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten yang selanjutnya disebut RTRW
adalah rencana tata ruang yang bersifat umum dari Wilayah kabupaten,
yang mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Rencana
Tata Ruang Pulau/Kepulauan, Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis
Nasional, RTRW Provinsi, dan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis
Provinsi.
15. Rencana Detail Tata Ruang yang selanjutnya disingkat RDTR adalah
rencana secara terperinci tentang tata ruang wilayah kabupaten/kota
yang dilengkapi dengan peraturan zonasi kabupaten/kota.
16. Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem
jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung
kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarki memiliki
hubungan fungsional.
17. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah
yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan
ruang untuk fungsi budi daya.
18. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta
segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan
aspek administratif dan/atau aspek fungsional.
19. Bagian Wilayah Perencanaan yang selanjutnya disingkat BWP adalah
bagian dari Daerah dan/atau kawasan strategis Daerah yang akan atau
perlu disusun RDTRnya, sesuai arahan atau yang ditetapkan di dalam
RTRW Daerah.
20. Sub Bagian Wilayah Perencanaan yang selanjutnya disingkat Sub BWP
adalah bagian dari BWP yang dibatasi dengan batasan fisik dan terdiri
atas beberapa Blok.
5
21. Blok adalah sebidang lahan yang dibatasi paling sedikit oleh batasan
fisik yang nyata seperti jaringan jalan, sungai, selokan, saluran irigasi,
saluran udara tegangan ekstra tinggi, dan pantai, atau yang belum nyata
seperti rencana jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang
sejenis sesuai dengan rencana kota.
22. Pusat pelayanan kawasan perkotaan merupakan pusat pelayanan
ekonomi, sosial, dan/atau administrasi yang melayani seluruh wilayah
BWP dan/atau regional.
23. Subpusat pelayanan kawasan perkotaan merupakan pusat pelayanan
ekonomi, sosial, dan/atau administrasi yang melayani sub BWP.
24. Pusat lingkungan merupakan pusat pelayanan ekonomi, sosial dan/atau
administrasi lingkungan permukiman desa/kelurahan.
25. Zona adalah kawasan atau area yang memiliki fungsi dan karakteristik
spesifik.
26. Subzona adalah suatu bagian dari zona yang memiliki fungsi dan
karakteristik tertentu yang merupakan pendetailan dari fungsi dan
karakteristik pada zona yang bersangkutan.
27. Zona Lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya
alam dan sumber daya buatan.
28. Zona Budi Daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam,
sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
29. Hutan Lindung (HL) adalah peruntukan ruang yang merupakan bagian
dari kawasan lindung yang mempunyai fungsi pokok sebagai
perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air,
mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan
memelihara kesuburan tanah.
30. Zona Sempadan Sungai (SS) adalah peruntukan ruang yang merupakan
bagian dari kawasan lindung yang mempunyai fungsi pokok sebagai
perlindungan, penggunaan, dan pengendalian atas sumber daya yang
ada pada sungai dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuannya.
31. Zona Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area memanjang/jalur dan atau
mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat
tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah maupun
yang sengaja ditanam.
32. Zona Perumahan (R) adalah peruntukan ruang yang terdiri atas
kelompok rumah tinggal yang mewadahi kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang dilengkapi dengan fasilitasnya.
33. Zona Perdagangan dan Jasa (K) adalah peruntukan ruang yang
merupakan bagian dari kawasan budidaya difungsikan untuk
pengembangan kegiatan usaha yang bersifat komersial, tempat bekerja,
tempat berusaha serta tempat hiburan dan rekreasi serta fasilitas
umum/sosial pendukungnya.
34. Zona Perkantoran (KT) adalah peruntukan ruang yang merupakan
bagian dari kawasan budi daya difungsikan untuk pengembangan
kegiatan pelayanan pemerintahan dan tempat bekerja/berusaha, tempat
berusaha, dilengkapi dengan fasilitas umum/sosial pendukungnya.
6
35. Zona Sarana Pelayanan Umum (SPU) adalah peruntukan ruang yang
dikembangkan untuk menampung fungsi kegiatan yang berupa
pendidikan, kesehatan, peribadatan, sosial budaya, olahraga dan
rekreasi, dengan fasilitasnya yang dikembangkan dalam bentuk
tunggal/renggang, deret/rapat dengan skala pelayanan yang ditetapkan
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota.
36. Zona Kawasan Peruntukan Industri (KPI) adalah peruntukan ruang yang
difungsikan untuk pengembangan kegiatan ekonomi yang mengolah
bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi
menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya,
termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.
37. Zona Hutan Produksi (KHP) adalah kawasan hutan yang mempunyai
fungsi pokok memproduksi hasil hutan.
38. Zona Pertanian (P) adalah peruntukan ruang yang dikembangkan untuk
menampung kegiatan yang berhubungan dengan pengusahaan
mengusahakan tanaman tertentu, pemberian makanan, perkandangan,
dan pemeliharaan hewan untuk pribadi atau tujuan komersial.
39. Zona Pertambangan (T) adalah peruntukan ruang yang dikembangkan
untuk menampung kegiatan pertambangan bagi daerah yang sedang
maupun yang akan segera melakukan kegiatan pertambangan golongan
bahan galian A, B, dan C.
40. Zona Pembangkit Tenaga Listrik (PTL) adalah peruntukan ruang yang
merupakan bagian dari kawasan budidaya yang dikembangkan untuk
menjamin ketersediaan tenaga listrik.
41. Zona Pariwisata (W) adalah peruntukan ruang yang merupakan bagian
dari kawasan budi daya yang dikembangkan untuk mengembangkan
kegiatan pariwisata baik alam, buatan, maupun budaya.
42. Zona Pertahanan dan Keamanan (HK) peruntukan tanah yang
merupakan bagian dari kawasan budi daya yang dikembangkan untuk
menjamin kegiatan dan pengembangan bidang pertahanan dan
keamanan seperti kantor, instalasi hankam, termasuk tempat latihan
baik pada tingkat nasional, Kodam, Korem, Koramil, dsb.
43. Zona Peruntukan Lainnya (PL) adalah peruntukan ruang yang
dikembangkan untuk menampung fungsi kegiatan di daerah tertentu
berupa tempat evakuasi sementara, tempat evakuasi akhir, instalasi
pengolahan air minum (IPAM), instalasi pengolahan air limbah (IPAL),
pengembangan nuklir, dan pergudangan.
44. Sub Zona Taman Kota (RTH-2) adalah Lahan terbuka yang berfungsi
sosial dan estetik sebagai sarana kegiatan rekreatif, edukasi atau
kegiatan lain yang ditujukan untuk melayani penduduk satu kota atau
bagian wilayah kota.
45. Sub Zona Taman Kecamatan (RTH-3) adalah taman yang ditujukan
untuk melayani penduduk satu kecamatan.
46. Sub Zona Taman Desa/Kelurahan (RTH-4) adalah taman yang ditujukan
untuk melayani penduduk satu desa/kelurahan.
47. Sub Zona Taman RW (RTH-5) adalah taman yang ditujukan untuk
melayani penduduk satu RW.
7
48. Sub Zona Taman RT (RTH-6) adalah taman yang ditujukan untuk
melayani penduduk dalam lingkup 1 (satu) RT, khususnya untuk
melayani kegiatan sosial di lingkungan RT tersebut.
49. Sub Zona Pemakaman (RTH-7) adalah penyediaan ruang terbuka hijau
yang berfungsi utama sebagai tempat penguburan jenazah. Selain itu
juga dapat berfungsi sebagai daerah resapan air, tempat pertumbuhan
berbagai jenis vegetasi, pencipta iklim mikro serta tempat hidup burung
serta fungsi sosial masyarakat di sekitar seperti beristirahat dan sebagai
sumber pendapatan.
50. Sub Zona Perumahan Kepadatan Tinggi (R-2) adalah peruntukan ruang
yang merupakan bagian dari kawasan budidaya yang difungsikan untuk
tempat tinggal atau hunian dengan perbandingan yang besar antara
jumlah bangunan rumah dengan luas lahan.
51. Sub Zona Perumahan Kepadatan Sedang (R-3) adalah peruntukan ruang
yang merupakan bagian dari kawasan budidaya yang difungsikan untuk
tempat tinggal atau hunian dengan perbandingan yang hampir seimbang
antara jumlah bangunan rumah dengan luas lahan.
52. Sub Zona Perumahan Kepadatan Rendah (R-4) adalah peruntukan ruang
yang merupakan bagian dari kawasan budidaya yang difungsikan untuk
tempat tinggal atau hunian dengan perbandingan yang kecil antara
jumlah bangunan rumah dengan luas lahan.
53. Sub Zona Perdagangan dan Jasa Skala Kota (K-1) adalah peruntukan
ruang yang merupakan bagian dari kawasan budidaya yang difungsikan
untuk pengembangan kelompok kegiatan perdagangan dan/atau jasa,
tempat bekerja, tempat berusaha, tempat hiburan dan rekreasi dengan
skala pelayanan kota.
54. Sub Zona Perdagangan dan Jasa Skala BWP (K-2) adalah peruntukan
ruang yang merupakan bagian dari kawasan budidaya yang difungsikan
untuk pengembangan kelompok kegiatan perdagangan dan/atau jasa,
tempat bekerja, tempat berusaha, tempat hiburan dan rekreasi dengan
skala pelayanan BWP.
55. Sub Zona Sarana Pelayanan Umum Skala Kota (SPU-1) adalah
peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budi daya yang
dikembangkan untuk melayani penduduk skala kota.
56. Sub Zona Sarana Pelayanan Umum Skala Kecamatan (SPU-2) adalah
peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budi daya yang
dikembangkan untuk melayani penduduk skala kecamatan.
57. Sub Zona Sarana Pelayanan Umum Skala Desa/Kelurahan (SPU-3)
adalah peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budi
daya yang dikembangkan untuk melayani penduduk skala
desa/kelurahan.
58. Sub Zona Sarana Pelayanan Umum Skala RW (SPU-4) adalah
peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budi daya yang
dikembangkan untuk melayani penduduk skala RW.
59. Sub Zona Tanaman Pangan (P-1) adalah peruntukan ruang yang
dikembangkan untuk menampung kegiatan yang berhubungan dengan
pengusahaan mengusahakan tanaman untuk makanan pokok, seperti
nasi, ketela, sagu, kentang, dll.
8
60. Sub Zona Hortikultura (P-2) adalah peruntukan ruang lahan kering
potensial untuk pemanfaatan dan pengembangan tanaman hortikultura
secara monokultur maupun tumpang sari.
61. Sub Zona Perkebunan (P-3) adalah peruntukan ruang yang memiliki
potensi untuk dimanfaatkan dan dikembangkan baik pada lahan basah
dan atau lahan kering untuk komoditas perkebunan.
62. Sub Zona Peternakan (P-4) adalah peruntukan ruang yang secara
khusus diperuntukkan untuk kegiatan peternakan atau terpadu dengan
komponen usaha tani (berbasis tanaman pangan, perkebunan,
hortikultura atau perikanan) berorientasi ekonomi dan berakses dan
hulu sampai hilir.
63. Sub Zona Peruntukan Pertambangan Batuan (MBT) adalah peruntukan
ruang yang dikembangkan untuk menampung kegiatan pertambangan
bagi daerah yang sedang maupun yang akan segera melakukan kegiatan
pertambangan mineral batuan.
64. Sub Zona Instalasi Pengolahan Air Minum (PL-3) adalah peruntukan
ruang secara khusus diperuntukkan untuk proses pemisahan air dari
pengotornya secara fisik, kimia, dan biologi untuk mendapatkan air
bersih sesuai dengan standar mutu.
65. Sub Zona Instalasi Pengolahan Air Limbah (PL-4) adalah peruntukan
ruang yang terdiri atas daratan dengan batas-batas tertentu yang
berfungsi untuk tempat pembuangan segala macam air buangan
(limbah) yang berasal dari limbah-limbah domestik, industri, maupun
komersial dan lain-lainnya.
66. Sub Zona Pergudangan (PL-6) adalah peruntukan tanah yang terdiri atas
daratan dan bangunan dengan batas-batas tertentu serta memiliki
sarana prasarana penunjang yang berfungsi untuk kegiatan bongkar
muat.
67. Peraturan Zonasi yang selanjutnya disebut PZ kabupaten/kota adalah
ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan
ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap Blok/zona
peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana detail tata ruang.
68. Garis Sempadan Bangunan yang selanjutnya disingkat GSB adalah
sempadan yang membatasi jarak terdekat bangunan terhadap tepi jalan;
dihitung dari batas terluar saluran air kotor (riol) sampai batas terluar
muka bangunan, berfungsi sebagai pembatas ruang, atau jarak bebas
minimum dari bidang terluar suatu massa bangunan terhadap lahan
yang dikuasai, batas tepi sungai atau pantai, antara massa bangunan
yang lain atau rencana saluran, jaringan tegangan tinggi listrik, jaringan
pipa gas, dsb (building line).
69. Orang adalah orang perseorangan dan/atau korporasi.
70. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang termasuk
masyarakat hukum adat, korporasi, dan/atau pemangku kepentingan
nonpemerintah lain dalam penyelenggaraan penataan ruang.
71. Peran masyarakat adalah partisipasi aktif masyarakat dalam
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang; dan
9
72. Aturan Teknis Zonasi (zoning text) adalah aturan pada suatu zonasi yang
berisi ketentuan pemanfaatan ruang (kegiatan atau penggunaan lahan,
intensitas pemanfaatan ruang, ketentuan tata massa bangunan,
ketentuan prasarana minimum yang harus disediakan, aturan lain yang
dianggap penting dan aturan khusus) untuk kegiatan tertentu sesuai
peta zonasi (zoning map).
BAB II
TUJUAN PENATAAN BWP
Pasal 2
BAB III
BWP
Pasal 3
a. Blok F.1 seluas 416,17 (empat ratus enam belas koma satu tujuh)
hektar;
b. Blok F.2 seluas 126,01 (seratus dua puluh enam koma nol satu)
hektar;
c. Blok F.3 seluas 49,15 (empat puluh sembilan koma satu lima)
hektar;
d. Blok F.4 seluas 296,41 (dua ratus sembilan puluh enam koma
empat satu) hektar;
e. Blok F.5 seluas 113,79 (seratus tiga belas koma tujuh sembilan)
hektar;
f. Blok F.6 seluas 104,18 (seratus empat koma satu delapan) hektar;
dan
g. Blok F.7 seluas 216,36 (dua ratus enam belas koma tiga enam)
hektar.
(11) Sub BWP G sebagaimana dimaksud dalam ayat 4 huruf g, terdiri atas 6
(enam) Blok, meliputi:
a. Blok G.1 seluas 194,52 (seratus sembilan puluh empat koma lima
dua) hektar;
b. Blok G.2 seluas 127,95 (seratus dua puluh tujuh koma sembilan
lima) hektar;
c. Blok G.3 seluas 75,43 (tujuh puluh lima koma empat tiga) hektar;
d. Blok G.4 seluas 209,25 (dua ratus sembilan koma dua lima) hektar;
e. Blok G.5 seluas 65,8 (enam puluh lima koma delapan) hektar; dan
f. Blok G.6 seluas 97,99 (sembilan puluh tujuh koma sembilan
sembilan) hektar.
(12) Sub BWP H sebagaimana dimaksud dalam ayat 4 huruf h, terdiri atas 5
(lima) Blok, meliputi:
a. Blok H.1 seluas 176,41 (seratus tujuh enam koma empat satu)
hektar;
b. Blok H.2 seluas 464,82 (empat ratus enam puluh empat koma
delapan dua) hektar;
c. Blok H.3 seluas 58,32 (lima puluh delapan koma tiga dua) hektar;
d. Blok H.4 seluas 56,66 (lima puluh enam koma enam enam) hektar;
dan
e. Blok H.5 seluas 135,17 (seratus tiga puluh lima koma satu tujuh)
hektar.
(13) Sub BWP I sebagaimana dimaksud dalam ayat 4 huruf i, terdiri atas 12
(dua belas) Blok, meliputi:
a. Blok I.1 seluas 107,05 (seratus tujuh koma nol lima) hektar;
b. Blok I.2 seluas 87,68 (delapan puluh tujuh koma enam delapan)
hektar;
c. Blok I.3 seluas 121,55 (seratus dua puluh satu koma lima lima)
hektar; dan
d. Blok I.4 seluas 83,11 (delapan puluh tiga koma satu satu) hektar.
e. Blok I.5 seluas 77,8 (tujuh puluh tujuh koma delapan) hektar;
f. Blok I.6 seluas 157 (seratus lima puluh tujuh) hektar;
g. Blok I.7 seluas 151 (seratus lima puluh satu) hektar; dan
h. Blok I.8 seluas 130,13 (seratus tiga puluh koma satu tiga) hektar.
14
i. Blok I.9 seluas 55,86 (lima puluh lima koma delapan enam) hektar;
j. Blok I.10 seluas 116,86 (seratus enam belas koma delapan enam)
hektar;
k. Blok I.11 seluas 128,91 (seratus dua puluh delapan koma sembilan
satu) hektar;
l. Blok I.12 seluas 104,74 (seratus empat koma koma tujuh empat)
hektar;
m. Blok I.13 seluas 143,79 (seratus empat puluh tiga koma tujuh
sembilan) hektar;
n. Blok I.14 seluas 86,87 (delapan puluh enam koma delapan tujuh)
hektar;
o. Blok I.15 seluas 75,64 (tujuh puluh lima koma enam empat) hektar;
p. Blok I.16 seluas 105,15 (seratus lima koma satu lima) hektar; dan
q. Blok I.17 seluas 102,94 (seratus dua koma sembilan empat) hektar.
(14) Sub BWP J sebagaimana dimaksud dalam ayat 4 huruf j, terdiri atas 4
(empat) Blok, meliputi:
a. Blok J.1 seluas 281,13 (dua ratus delapan puluh satu koma satu
tiga) hektar;
b. Blok J.2 seluas 133,77 (seratus tiga puluh tiga koma tujuh tujuh)
hektar;
c. Blok J.3 seluas 137,08 (seratus tiga puluh tujuh koma nol delapan);
d. Blok J.4 seluas 60,32 (enam puluh koma tiga dua) hektar;
e. Blok J.5 seluas 67,33 (enam puluh tujuh koma tiga tiga) hektar;
f. Blok J.6 seluas 51,03 (lima puluh satu koma nol tiga) hektar;
g. Blok J.7 seluas 117,3 (seratus tujuh belas koma tiga) hektar;
h. Blok J.8 seluas 106,49 (seratus enam koma empat sembilan) hektar;
i. Blok J.9 seluas 55,52 (lima puluh lima koma lima dua) hektar; dan
j. Blok J.10 seluas 45,61 (empat puluh lima koma enam satu) hektar.
(15) Batas rencana BWP Kawasan Perkotaan Soreang Terpadu digambarkan
dalam peta dengan tingkat ketelitian 1:5.000 sebagaimana tercantum
dalam Lampiran I, dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Bupati ini.
BAB IV
RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 4
Bagian Kedua
Rencana Pengembangan Pusat Pelayanan
Pasal 5
Bagian Ketiga
Rencana Jaringan Transportasi
Pasal 6
b. Kecamatan Soreang, SUB BWP A Desa Cingcin Blok A.2, Blok A.3
dan Blok A.5, Desa Karamatmulya Blok A.4, Desa Pamekaran Blok
A.3, Blok A.4 dan Blok A.5, Desa Parungserab Blok A.1 dan Blok
A.3, Desa Sadu Blok A.4 dan Blok A.6, Desa Sekarwangi Blok A.1,
Blok A.2 dan Blok A.3, dan Desa Soreang Blok A.4 dan Blok A.5;
c. Kecamatan Katapang, Sub BWP B Desa Cilampeni Blok B.1, Desa
Katapang Blok B.1 dan B.2, dan Desa Pangauban Blok B.1 dan Blok
B.2;
d. Kecamatan Katapang, Sub BWP C Desa Sangkanhurip Blok C.1, dan
Desa Sukamukti Blok C.2;
e. Kecamatan Soreang, Sub BWP D Desa Sukajadi Blok D.1;
f. Kecamatan Kutawaringin, Sub BWP G Desa Jelegong Blok G.1, Blok
G.2 dan Blok G.3;
g. Kecamatan Kutawaringin, Sub BWP H Desa Gajahmekar Blok H.1
dan Blok H.2, Desa Kopo Blok H.2, Blok H.3 dan Blok H.4, Desa
Padasuka Blok H.5, dan Desa Pameuntasan Blok H.2;
h. Kecamatan Margaasih, Sub BWP I Desa Lagadar Blok I.1, Blok I.2,
Blok I.3 dan Blok I.4, Desa Margaasih Blok I.11, Blok I.3, Blok I.6
dan Blok I.7, Desa Mekarrahayu Blok I.14, Blok I.16, Blok I.17,
Desa Nanjung Blok I.11, Blok I.7, Blok I.8 dan Blok I.9, Desa
Rahayu Blok I.12, Blok I.13 dan I.15; dan
i. Kecamatan Margahayu, Sub BWP J Desa Margahayu Selatan Blok
J.6 dan Blok J.7, Desa Margahayu Tengah Blok J.9, Desa Sayati
Blok J.10, Blok J.5, Blok J.6 dan J.9, Desa Sukamenak, Blok J.3
dan Blok J.4, dan Desa Sulaiman Blok J.1.
(5) Jaringan jalan kolektor sekunder sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d melewati:
a. Kecamatan Katapang, Sub BWP A Desa Gandasari Blok A.2;
b. Kecamatan Soreang, Sub BWP A Desa Cingcin Blok A.2, Desa
Parungserab Blok A.1 dan Blok A.3, dan Desa Sekarwangi Blok A.1
dan Blok A.2
c. Kecamatan Kutawaringin, Sub BWP H Desa Pameuntasan Blok H.2;
d. Kecamatan Margaasih, Sub BWP I Desa Mekarrahayu Blok I.14,
Blok I.16 dan Blok I.17, dan Desa Rahayu Blok I.13 dan Blok I.15;
dan
e. Kecamatan Margahayu, Sub BWP J Desa Margahayu Selatan Blok
J.7, Desa Margahayu Tengah Blok J.8 dan Blok J.9, Sayati Blok J.8
dan Blok J.9, Desa Sukamenak Blok J.3, dan Kelurahan Sulaiman
Blok J.1.
(6) Jaringan jalan lokal primer sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
e melewati:
a. Kecamatan Soreang, Sub BWP A Desa Cingcin Blok A.1 dan Blok
A.3 Desa Parungserab Blok A.1, Desa Sekarwangi Blok A.1 dan Blok
A.3;
b. Kecamatan Katapang, Sub BWP B Desa Cilampeni Blok B.1, Desa
Katapang Blok B.1, dan Blok B.2, dan Desa Pangauban Blok B.1
dan Blok B.2;
c. Kecamatan Katapang, Desa Sangkanhurip Blok C.1;
18
Sukamenak Blok J.3 dan Blok J.4, dan Kelurahan Sulaiman Blok
J.1 dan Blok J.2.
(8) Jaringan jalan lingkungan primer sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf g melewati:
a. Kecamatan Soreang, Sub BWP A Desa Pamekaran Blok A.3;
b. Kecamatan Margaasih, Sub BWP I Desa Cigondewah Hilir Blok I.10,
Desa Rahayu Blok I.12 dan Blok I.15; dan
c. Kecamatan Margahayu, Sub BWP J Desa Margahayu Selatan Blok
J.6, Desa Margahayu Tengah Blok J.8 dan Blok J.9, Desa Sayati
Blok J.10, Blok J.5, Blok J.6 dan Blok J.9, dan Desa Sukamenak
Blok J.3 dan Blok J.4.
(9) Jaringan jalan lingkungan sekunder sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf h melewati:
a. Kecamatan Katapang, Sub BWP A Desa Gandasari Blok A.2;
b. Kecamatan Soreang, Sub BWP A Desa Cingcin Blok A.1, Blok A.2,
Blok A.3 dan Blok A.5; Desa Karamatmulya Blok A.4 dan Blok A.6,
Desa Pamekaran Blok A.3 dan Blok A.4, Desa Panyirapan Blok A.5
dan Blok A.6, Desa Parungserab Blok A.1 dan Blok A.3, Desa Sadu
Blok A.3, Blok A.4 dan Blok A.6, Desa Sekarwangi Blok A.1 dan A.2,
dan Desa Soreang Blok A.4 dan Blok A.5;
c. Kecamatan Katapang, Sub BWP B Desa Cilampeni Blok B.1, Desa
Katapang Blok B.1 dan Blok B.2, dan Desa Pangauban Blok B.1 dan
Blok B.2;
d. Kecamatan Katapang, Sub BWP C Desa Banyusari Blok C.3, Desa
Sangkanhurip Blok C.1 dan Blok C.3, dan Desa Sukamukti Blok
C.2;
e. Kecamatan Soreang, Sub BWP D Desa Sukajadi Blok D.1, dan Desa
Sukanagara Blok D.2;
f. Kecamatan Kutawaringin, Sub BWP E Desa Buninagara Blok E.3,
Desa Cilame Blok E.4, dan Desa Sukamulya Blok E.1 dan Blok E.2;
g. Kecamatan Kutawaringin, Sub BWP F Desa Cibodas Blok F.1, Blok
F.2 dan Blok F.3, dan Desa Kutawaringin Blok F.4, Blok F.5, Blok
F.6 dan Blok F.7;
h. Kecamatan Kutawaringin, Sub BWP G Desa Jatisari Blok G.4, Blok
G.5 dan Blok G.6, dan Desa Jelegong Blok G.1, Blok G.2 dan Blok
G.3;
i. Kecamatan Kutawaringin, Sub BWP H Desa Gajahmekar Blok H.1
dan Blok H.2, Desa Kopo Blok H.2, Blok H.3 dan Blok H.4, Desa
Padasuka Blok H.5, dan Desa Pameuntasan Blok H.2;
j. Kecamatan Margaasih, Sub BWP I Cigondewah Hilir Blok I.10 dan
Blok I.11, Desa Lagadar Blok I.1, Blok I.2, Blok I.3, Blok I.4 dan
Blok I.5, Desa Margaasih Blok I.3, Blok I.6, Blok I.7, Blok I.10 dan
Blok I.11, Desa Mekarrahayu Blok I.14, Blok I.16 dan Blok I.17,
Desa Nanjung Blok I.7, Blok I.8 dan Blok I.9, dan Desa Rahayu Blo
I.12, Blok I.13 dan Blok I.15; dan
k. Kecamatan Margahayu, Sub BWP Desa Margahayu Selatan Blok J.6
dan Blok J.7, Desa Margahayu Tengah Blok J.8 dan Blok J.9, Desa
20
Sayati Blok J.10, Blok J.5, Blok J.6 dan Blok J.9, Desa Sukamenak
Blok J.3 dan Blok J.4, Kelurahan Sulaiman Blok J.1 dan Blok J.2.
(10) Jaringan jalur kereta api antar kota sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf i berupa jalur ganda kereta api antar kota yang melewati:
a. Kecamatan Katapang, Sub BWP A, Desa Gandasari Blok A.2;
b. Kecamatan Soreang, Sub BWP A Desa Cingcin Blok A.2, Blok A.3
dan Blok A.5, Desa Karamatmulya Blok A.4, Desa Pamekaran Blok
A.3, Blok A.4 dan Blok A.5, dan Desa Sadu Blok A.3, Blok A.4 dan
Blok A.6;
c. Kecamatan Soreang, Sub BWP D Desa Sukajadi Blok D.1; dan
d. Kecamatan Kutawaringin, Sub BWP E Cilame Blok E.4.
(11) Jaringan jalan jalur kereta api perkotaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf j berupa jalur monorail yang melewati:
a. Kecamatan Soreang, Sub BWP A Desa Cingcin Blok A.3, Desa
Pamekaran Blok A.3 dan Blok A.4, Desa Sekarwangi Blok A.1 dan
Blok A.3, dan Desa Soreang Blok A.4 dan Blok A.5;
b. Kecamatan Katapang, Sub BWP B Desa Cilampeni Blok B.1, dan
Desa Katapang Blok B.1 dan Blok B.2; dan
c. Kecamatan Margahayu, Sub BWP J Desa Margahayu Selatan Blok
J.6 dan Blok J.7, Desa Margahayu Tengah Blok J.9, Desa Sayati
Blok J.6, Blok J.9 dan Blok J.10, dan Kelurahan Sulaiman Blok J.1.
(12) Jalur pejalan kaki sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf k
melewati:
a. Kecamatan Katapang, Sub BWP A Desa Gandasari Blok A.2;
b. Kecamatan Soreang, Sub BWP A Desa Cingcin Blok A.1, Blok A.2,
Blok A.3 dan Blok A.5, Desa Karamatmulya Blok A.4, Desa
Pamekaran Blok A.3, Blok A.4 dan Blok A.5, Desa Parungserab Blok
A.1 dan Blok A.3, Desa Sadu Blok A.4, Desa Sekarwangi Blok A.1
dan Blok A.2, dan Desa Soreang Blok A.4 dan Blok A.5;
c. Kecamatan Katapang, Sub BWP B Desa Cilampeni Blok B.1, Desa
Katapang Blok B.1, dan Desa Pangauban Blok B.1 dan Blok B.2;
d. Kecamatan Kutawaringin, Sub BWP H Kopo Blok H.2, Blok H.3 dan
Blok H.4, dan Desa Padasuka Blok H.5; dan
e. Kecamatan Margahayu, Sub BWP J Desa Margahayu Selatan Blok
J.6, Desa Margahayu Tengah Blok J.9, Desa Sayati Blok J.6 dan
J.10, dan Desa Sulaiman Blok J.1.
(13) Jalur sepeda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf l melewati:
a. Kecamatan Soreang, Sub BWP A Desa Cingcin Blok A.3 dan Blok
A.5, Desa Karamatmulya Blok A.4, Desa Pamekaran Blok A.3 dan
Blok A.4, Desa Parungserab Blok A.1 dan Blok A.3, Desa Sadu Blok
A.4, Desa Sekarwangi Blok A.1 dan Blok A.3, dan Desa Soreang
Blok A.4 dan Blok A.5; dan
b. Kecamatan Katapang, Sub BWP B Desa Katapang Blok B.2;
c. Kecamatan Kutawaringin, Sub BWP H Kopo Blok H.2 dan Blok H.4,
dan Desa Padasuka Blok H.5.
(14) Terminal penumpang tipe B sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
m berada di:
a. Kecamatan Katapang, Desa Katapang Sub BWP B Blok B.1; dan
21
Bagian Keempat
Rencana Jaringan Prasarana
Pasal 7
Paragraf 1
Rencana Jaringan Energi
Pasal 8
Nanjung Blok I.7, Blok I.8, Blok I.9 dan Blok I.11, dan Desa Rahayu
Blok I.12, Blok I.13 dan Blok I.15; dan
i. Kecamatan Margahayu, Sub BWP J Desa Margahayu Selatan Blok
J.6 dan Blok J.7, Desa Margahayu Tengah Blok J.8 dan Blok J.9,
Desa Sayati Blok J.5, Blok J.6, Blok J.8, Blok J.9 dan J.10, Desa
Sukamenak Blok J.3 dan Blok J.4, dan Kelurahan Sulaiman J.1.
(5) Saluran udara tegangan rendah (SUTR) sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf d berada di:
a. Kecamatan Katapang, Sub BWP A Gandasari Blok A.2;
b. Kecamatan Soreang, Sub BWP A Desa Cingcin Blok A.1, Blok A.2,
Blok A.3 dan A.5, Desa Karamatmulya Blok A.4 dan Blok A.6, Desa
Pamekaran Blok A.3, Blok A.4 dan Blok A.5, Desa Panyirapan Blok
A.5 dan A.6, Desa Parungserab Blok A.1 dan Blok A.3, Desa Sadu
Blok A.3, Blok A.4 dan Blok A.6, Desa Sekarwangi Blok A.1, Blok A.2
dan Blok A.3, dan Desa Soreang Blok A.4 dan Blok A.5;
c. Kecamatan Katapang, Sub BWP B Desa Cilampeni Blok B.1, Desa
Katapang Blok B.1 dan Blok B.2, dan Desa Pangauban Blok B.1 dan
Blok B.2;
d. Kecamatan Katapang, Sub BWP C Desa Banyusari Blok C.3, Desa
Sangkanhurip Blok C.1 dan Blok C.3, dan Desa Sukamukti Blok C.2;
e. Kecamatan Soreang, Sub BWP D Desa Sukajadi Blok D.1, dan Desa
Sukanagara Blok D.2;
f. Kecamatan Kutawaringin, Sub BWP E Desa Buninagara Blok E.3,
Desa Cilame Blok E.4, dan Desa Sukamulya Blok E.1 dan Blok E.2;
g. Kecamatan Kutawaringin, Sub BWP F Desa Cibodas Blok F.1, Blok
F.2 dan Blok F.3, Desa Kutawaringin Blok F.4, Blok F.5, Blok F.6 dan
Blok F.7;
h. Kecamatan Kutawaringin, Sub BWP G Desa Jatisari Blok G.4, Blok
G.5 dan Blok G.6, dan Desa Jelegong Blok G.1, Blok G.2 dan Blok
G.3
i. Kecamatan Kutawaringin, Sub BWP H Desa Gajahmekar Blok H.1
dan Blok H.2, Desa Kopo Blok H.2, Blok H.3 dan Blok H.4, Desa
Padasuka Blok H.5, dan Desa Pameuntasan Blok H.2;
j. Kecamatan Margaasih, Sub BWP I Desa Cigondewah Hilir Blok I.8,
Blok I.10 dan Blok I.11, Desa Lagadar Blok I.1, Blok I.2, Blok I.3,
Blok I.4 dan Blok I.5, Desa Margaasih Blok I.3, Blok I.6, Blok I.7,
Blok I.10 dan I.11, Desa Mekarrahayu Blok I.14, Blok I.16 dan I.17,
Desa Nanjung Blok I.7, Blok I.8, Blok I.9 dan I.11, Desa Rahayu Blok
I.12, Blok I.13 dan Blok I.15; dan
k. Kecamatan Margahayu, Sub BWP J Desa Margahayu Selatan Blok
J.6 dan Blok J.7, Desa Margahayu Tengah Blok J.8 dan Blok J.9,
Desa Sayati Blok J.5, Blok J.6, Blok J.8, Blok J.9 dan Blok I.10, Desa
Sukamenak Blok J.3 dan Blok J.4, dan Kelurahan Sulaiman Blok J.1
dan Blok J.2.
(6) Gardu listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e terdiri atas:
a. gardu induk berada di Kecamatan Kutawarngin, Sub BWP G Desa
Jatisari Blok G.6; dan
b. gardu distribusi berada di:
24
Paragraf 2
Rencana Jaringan Telekomunikasi
Pasal 9
Blok I.16 dan Blok I.17, Desa Nanjung Blok I.7, dan Desa Rahayu
Blok I.12, Blok I.13 dan Blok I.15; dan
k. Kecamatan Margahayu, Sub BWP J Desa Margahayu Selatan Blok
J.6 dan Blok J.7, Desa Margahayu Tengah Blok J.8, Desa Sayati Blok
J.5, Blok J.6 dan Blok J.10, Desa Sukamenak Blok J.3 dan Blok J.4,
dan Kelurahan Sulaiman Blok J.1.
2. Rencana jaringan telekomunikasi digambarkan dalam peta dengan
tingkat ketelitian 1:5.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran II-5,
dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
Paragraf 3
Rencana Jaringan Sumber Daya Air
Pasal 10
(1) Rencana jaringan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
huruf c terdiri atas:
a. bangunan sumber daya air;
b. sistem jaringan irigasi; dan
c. sistem pengendalian banjir.
(2) Bangunan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
berupa pintu air yang berada di:
a. Kecamatan Katapang, Sub BWP A Desa Gandasari Blok A.2;
b. Kecamatan Soreang, Sub BWP A Desa Karamatmulya Blok A.4, Desa
Pamekaran Blok A.4 dan Blok A.5, Desa Parungserab Blok A.1, Desa
Sadu Blok A.4 dan Blok A.6, dan Desa Sekarwangi Blok A.1;
c. Kecamatan Katapang, Sub BWP B Desa Katapang Blok B.2;
d. Kecamatan Katapang, Sub BWP C Desa Banyusari Blok C.3, Desa
Sangkanhurip Blok C.1 dan B lok C.3;
e. Kecamatan Kutawaringin, Sub BWP E Desa Buninagara Blok E.3,
Desa Cilame Blok E.4, dan Desa Sukamulya Blok E.2;
f. Kecamatan Kutawaringin, Sub BWP F Desa Cibodas Blok F.1 dan
Blok F.2, dan Desa Kutawaringin Blok F.4, Blok F.5 dan Blok F.7;
g. Kecamatan Kutawaringin, Sub BWP G Desa Jatisari Blok G.5 dan
Blok G.6, dan Desa Jelegong Blok G.1 dan Blok G.2; dan
h. Kecamatan Kutawaringin, Sub BWP H Desa Gajahmekar Blok H.1,
dan Desa Padasuka Blok H.5
(3) Sistem jaringan irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
terdiri atas:
a. jaringan irigasi primer berada di;
1) Kecamatan Soreang, Sub BWP A Desa Sadu Blok A.6
2) Kecamatan Kutawaringin, Sub BWP E Desa Buninagara Blok E.3,
Desa Cilame Blok E.4, dan Desa Sukamulya Blok E.2;
3) Kecamatan Kutawaringin, Sub BWP F Desa Cibodas Blok F.1 dan
Blok F.2, Desa Kutawaringin Blok F.4, Blok F.5, Blok F.6 dan Blok
F.7;
4) Kecamatan Kutawaringin, Sub BWP G Desa Jatisari Blok G.4, Blok
G.5 dan Blok G.6, Desa Jelegong Blok G.1, Blok G.2 dan Blok G.3;
27
Paragraf 4
Rencana Jaringan Air Minum
Pasal 11
Desa Sayati Blok J.5, Blok J.6, Blok J.8, Blok J.9 dan Blok J.10,
Desa Sukamenak Blok J.3 dan Blok J.4, dan Kelurahan Sulaiman
Blok J.1 dan Blok J.2.
c. bangunan penunjang SPAM berupa pembangunan Instalasi
Pengelolaan Air (IPA) yang terletak di Kecamatan Soreang, Sub BWP A
Desa Sadu Blok A.6.
(3) Rencana jaringan air minum digambarkan dalam peta dengan tingkat
ketelitian 1:5.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran II-7, dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
Paragraf 5
Rencana Jaringan Drainase
Pasal 12
Blok I.11, Desa Mekarrahayu Blok I.14, Blok I.16 dan Blok I.17, Desa
Nanjung Blok I.7, Blok I.8, Blok I.9 dan Blok I.11, dan Desa Rahayu
Blok I.12, Blok I.13 dan Blok I.15;
k. Kecamatan Margahayu, Sub BWP J Desa Margahayu Selatan Blok
J.7, Desa Margahayu Tengah Blok J.8, Desa Sayati Blok J.5 dan
J.10, Desa Sukamenak Blok J.3 dan Blok J.4, dan Kelurahan
Sulaiman Blok J.1 dan Blok J.2.
(3) Saluran drainase sekunder sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
berada di:
a. Kecamatan Katapang, Sub BWP A Desa Gandasari Blok A.2;
b. Kecamatan Soreang Sub BWP A Desa Cingcin Blok A.1, Blok A.2,
Blok A.3 dan Blok A.5; Desa Karamatmulya Blok A.4, Desa
Pamekaran Blok A.3, Blok A.4 dan Blok A.5, Desa Parungserab Blok
A.1 dan Blok A.3, Desa Sadu Blok A.4 dan Blok A.6, Desa Sekarwangi
Blok A.1, Blok A.2 dan Blok A.3, dan Desa Soreang Blok A.4 dan Blok
A.5;
c. Kecamatan Katapang, Sub BWP B Desa Cilampeni Blok B.1, Desa
Katapang Blok B.1 dan Blok B.2, Desa Pangauban Blok B.1 dan B.2;
d. Kecamatan Katapang, Sub BWP C Desa Sangkanhurip Blok C.1 dan
Blok C.3, dan Desa Sukamukti Blok C.2;
e. Kecamatan Soreang, Sub BWP D Desa Sukajadi Blok D.1;
f. Kecamatan Kutawaringin, Sub BWP G Desa Jelegong Blok G.1, Blok
G.2 dan Blok G.3;
g. Kecamatan Kutawaringin, Sub BWP H Desa Gajahmekar Blok H.1
dan Blok H.2, Desa Kopo Blok H.2, Blok H.3 dan H.4, Desa Padasuka
Blok H.5, dan Desa Pameuntasan Blok H.2;
h. Kecamatan Margaasih, Sub BWP I Desa Lagadar Blok I.1, Blok I.2,
Blok I.3 dan Blok I.4, Desa Margaasih Blok I.3, Blok I.6, Blok I.7 dan
Blok I.11, Desa Mekarrahayu Blok I.14, Blok I.16 dan Blok I.17, Desa
Nanjung Blok I.7, Blok I.8, Blok I.9 dan Blok I.11, dan Desa Rahayu
Blok I.12, Blok I.13 dan Blok I.15; dan
i. Kecamatan Margahayu, Sub BWP J Desa Margahayu Selatan Blok
J.6 dan Blok J.7, Desa Margahayu Tengah Blok J.8 dan Blok J.9,
Desa Sayati Blok J.5, Blok J.6, Blok J.8, Blok J.9 dan J.10, Desa
Sukamenak Blok J.3 dan Blok J.4, dan Kelurahan Sulaiman J.1.
(4) Saluran drainase tersier sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
berada di:
a. Kecamatan Katapang, Sub BWP A Gandasari Blok A.2;
b. Kecamatan Soreang, Sub BWP A Desa Cingcin Blok A.1, Blok A.2,
Blok A.3 dan A.5, Desa Karamatmulya Blok A.4 dan Blok A.6, Desa
Pamekaran Blok A.3, Blok A.4 dan Blok A.5, Desa Panyirapan Blok
A.5 dan A.6, Desa Parungserab Blok A.1 dan Blok A.3, Desa Sadu
Blok A.3, Blok A.4 dan Blok A.6, Desa Sekarwangi Blok A.1, Blok A.2
dan Blok A.3, dan Desa Soreang Blok A.4 dan Blok A.5;
c. Kecamatan Katapang, Sub BWP B Desa Cilampeni Blok B.1, Desa
Katapang Blok B.1 dan Blok B.2, dan Desa Pangauban Blok B.1 dan
Blok B.2;
31
Paragraf 6
Rencana Pengelolaan Air Limbah
Pasal 13
Paragraf 7
Rencana Jaringan Persampahan
Pasal 14
Paragraf 8
Rencana Jaringan Prasarana Lainnya
Pasal 15
BAB V
RENCANA POLA RUANG WILAYAH
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 16
(1) Rencana pola ruang wilayah meliputi rencana zona lindung dan zona
budi daya.
(2) Rencana pola ruang wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1:5.000 sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II-12, dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
Bagian Kedua
Zona Lindung
Pasal 17
Zona lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) terdiri atas:
a. Zona Hutan Lindung (HL);
b. Zona Sempadan Sungai (SS); dan
c. Zona Ruang Terbuka Hijau Kota (RTH).
Paragraf 1
Zona Hutan Lindung
Pasal 18
Paragraf 2
Zona Sempadan Sungai
Pasal 19
(1) Zona Ruang Terbuka Hijau Kota (RTH) sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17 huruf c terdiri atas:
a. Sub Zona Taman Kota (RTH-2);
b. Sub Zona Taman Kecamatan (RTH-3);
c. Sub Zona Taman RW (RTH-5);
d. Sub Zona Taman RT (RTH-6); dan
e. Sub Zona Pemakaman (RTH-7).
(2) Sub Zona Taman Kota (RTH-2) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a seluas 106,15 (seratus enam koma satu lima) hektar yang berada
di:
a. Kecamatan Soreang, Sub BWP A Desa Parungserab Blok A.1;
b. Kecamatan Katapang Sub BWP B Desa Cilampeni Blok B.1 dan Desa
Katapang Blok B.1;
35
Bagian Ketiga
Zona Budidaya
Pasal 21
Zona budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) terdiri atas:
a. Zona Perumahan (R);
b. Zona Perdagangan dan Jasa (K);
c. Zona Perkantoran (KT);
d. Zona Sarana Pelayanan Umum (SPU);
e. Zona Kawasan Peruntukan Industri (KPI);
f. Zona Hutan Produksi (KHP);
g. Zona Pertanian (P);
h. Zona Pertambangan (T);
i. Zona Pembangkit Tenaga Listrik (PTL);
j. Zona Pariwisata (W);
k. Zona Pertahanan dan Keamanan (HK);
l. Zona Lainnya (PL); dan
m. Zona Campuran.
Paragraf 1
Zona Perumahan
Pasal 22
37
Paragraf 2
Zona Perdagangan dan Jasa
Pasal 23
(1) Zona Perdagangan dan Jasa (K) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21
huruf b terdiri atas:
a. Sub Zona Perdagangan Dan Jasa Skala Kota (K-1); dan
b. Sub Zona Perdagangan Dan Jasa Skala BWP (K-2).
(2) Sub Zona Perdagangan dan Jasa Skala Kota (K-1) sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a seluas 357,67 (tiga ratus lima puluh
tujuh koma enam tujuh) hektar yang berada di:
a. Kecamatan Soreang, Sub BWP A Desa Cingcin Blok A.1, Blok A.2,
dan Blok A.3, Desa Karamatmulya Blok A.4, Desa Pamekaran Blok
A.3 dan Blok A.4, Desa Panyirapan Blok A.5, Desa Parungserab Blok
A.1, Desa Sadu Blok A.4, Desa Sekarwangi Blok A.1, dan Desa
Soreang Blok A.4
b. Kecamatan Kutawaringin, Sub BWP E Desa Cilame Blok E.4;
c. Kecamatan Kutawaringin, Sub BWP H Desa Gajahmekar Blok H.2,
Desa Kopo Blok H.2, Blok H.3, dan Blok H.4, dan Desa Pameuntasan
Blok H.2;
39
Paragraf 3
Zona Perkantoran
Pasal 24
Paragraf 4
Zona Sarana Pelayanan Umum
Pasal 25
Paragraf 5
Zona Kawasan Peruntukan Industri
Pasal 26
Paragraf 6
Zona Hutan Produksi
Pasal 27
Paragraf 7
Zona Pertanian
Pasal 28
(1) Zona Pertanian (P) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf g terdiri
atas:
a. Sub Zona Tanaman Pangan (P-1);
b. Sub Zona Hortikultura (P-2);
c. Sub Zona Perkebunan (P-3); dan
d. Sub Zona Peternakan (P-4).
(2) Sub Zona Pertanian Tanaman Pangan (P-1) sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) huruf a seluas 640,73 (enam ratus empat puluh koma
tujuh tiga) hektar yang berada di:
a. Kecamatan Soreang, Sub BWP A Desa Karamatmulya Blok A.6, Desa
Panyirapan Blok A.6, dan Desa Sadu Blok A.4 dan Blok A.6;
b. Kecamatan Katapang, Sub BWP C Desa Banyusari Blok C.3, Desa
Sangkanhurip Blok C.1, dan Desa Sukamukti Blok C.2;
c. Kecamatan Soreang, Sub BWP D Desa Sukajadi Blok D.1, dan Desa
Sukanagara Blok D.2;
d. Kecamatan Kutawaringin, Sub BWP E Desa Buninagara Blok E.3,
Desa Cilame Blok E.4, dan Desa Sukamulya Blok E.1 dan Blok E.2;
e. Kecamatan Kutawaringin, Sub BWP F Desa Cibodas Blok F.1 dan
Blok F.2, dan Desa Kutawaringin Blok F.4, Blok F.5, dan Desa F.7;
f. Kecamatan Kutawaringin, Sub BWP G Desa Jatisari Blok G.4 dan
Blok G.5;
g. Kecamatan Kutawaringin, Sub BWP H Desa Gajahmekar Blok H.1,
dan Desa Padasuka Blok H.5; dan
h. Kecamatan Mergaasih, Sub BWP I Desa Lagadar Blok I.1, Blok I.2,
dan Blok I.3.
(3) Sub Zona Hortikultura (P-2) sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf
b seluas 1.364,8 (seribu tiga ratus enam puluh empat koma delapan)
hektar yang berada di:
a. Kecamatan Soreang, Sub BWP A Desa Karamatmulya Blok A.6, Desa
Panyirapan Blok A.6, dan Desa Sadu Blok A.6;
b. Kecamatan Soreang, Sub BWP D Desa Sukajadi Blok D.1, dan Desa
Sukanagara Blok D.2;
45
Paragraf 9
Zona Pertambangan
Pasal 29
Paragraf 10
Zona Pembangkitan Tenaga Listrik
46
Pasal 30
Paragraf 11
Zona Pariwisata
Pasal 31
Paragraf 12
Zona Pertahanan dan Keamanan
Pasal 32
Paragraf 13
Zona Peruntukan Lainnya
Pasal 33
(3) Sub Zona instalasi pengolahan air limbah (IPAL) (PL-4) sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b seluas 0,13 (koma satu tiga) hektar yang
berada di:
a. Kecamatan Soreang, Sub BWP A Desa Pamekaran Blok A.3; dan
b. Kecamatan Kutawaringin, Sub BWP E Desa Buninagara Blok E.3.
(4) Sub Zona Pergudangan (PL-6) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b seluas 19,87 (sembilan belas koma delapan tujuh) hektar yang
berada di:
a. Kecamatan Katapang, Sub BWP B Desa Pangauban Blok B.1 dan B.2;
b. Kecamatan Kutawaringin, Sub BWP H Desa Gajahmekar Blok H.1;
c. Kecamatan Margaasih, Sub BWP I Desa Lagadar Blok I.2, Desa
Mekarrahayu Blok I.14 dan Blok I.16, dan Desa Rahayu Blok I.12,
Blok I.13, dan Blok I.15; dan
d. Kecamatan Margahayu, Sub BWP J Desa Margahayu Selatan Blok
J.6 dan Blok J.7, Desa Margahayu Tengah Blok J.8, Desa Sayati Blok
J.6, dan Desa Sukamenak Blok J.3.
Paragraf 14
Zona Campuran
Pasal 34
Pasal 35
BAB VI
PENETAPAN SUB BWP
YANG DIPRIORITASKAN PENANGANANNYA
Pasal 36
BAB VII
KETENTUAN PEMANFAATAN RUANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 37
Bagian Kedua
Konfirmasi Kesesuaian Pemanfaatan Ruang
Pasal 38
Pasal 39
(6) Pelaku UMK sebagaimana dimaksud pada ayat (6) membuat pernyataan
mandiri bahwa kegiatan usahanya telah sesuai dengan rencana tata
ruang.
(7) Dalam hal pernyataan mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (7)
terbukti tidak benar, kegiatan pemanfaatan ruangnya dilakukan
pembinaan oleh perangkat daerah.
(8) Konfirmasi kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang untuk kegiatan
berusaha diterbitkan oleh Bupati.
Pasal 40
Bagian Ketiga
Program Pemanfaatan Ruang
Pasal 41
Pasal 42
Pasal 43
Pasal 44
Pasal 45
Pasal 46
Pasal 47
BAB VIII
PZ
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 48
Bagian Kedua
Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan
Pasal 49
54
Paragraf 1
Kegiatan dan Penggunaan Lahan yang Diizinkan
Pasal 50
Paragraf 2
Kegiatan Penggunaan Lahan yang Diizinkan Secara Terbatas
Pasal 51
55
Paragraf 4
Kegiatan Penggunaan Lahan yang Diizinkan dengan Syarat
Pasal 52
Paragraf 5
Kegiatan Penggunaan Lahan yang Tidak Diizinkan
Pasal 53
Pasal 54
Bagian Ketiga
Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang
Pasal 55
Bagian Keempat
Ketentuan Tata Bangunan
Pasal 56
Bagian Kelima
Ketentuan Prasarana dan Sarana Minimal
Pasal 57
58
Bagian Keenam
Ketentuan Khusus
Pasal 58
(1) Ketentuan khusus, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat (3) huruf
e merupakan aturan yang terdiri atas :
a. aturan tambahan yang ditampalkan (overlay) di atas aturan dasar; dan
b. aturan eksplorasi dan eksploitasi potensi pertambangan karena belum
diatur di dalam aturan dasar.
(2) Ketentuan khusus ketampalan (overlay) di atas aturan dasar,
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. kawasan rawan bencana;
b. kawasan keselamatan operasi penerbangan (KKOP);
c. penyangga;
d. tempat evakuasi bencana; dan
e. pertahanan dan keamanan.
(3) Aturan eksplorasi dan eksploitasi potensi pertambangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b diizinkan dengan syarat kecuali pada
Zona Perumahan (R), Zona Perdagangan dan Jasa (K) dan Zona Sarana
Pelayanan Umum (SPU) bila terdapat potensi pertambangan dan
dilakukan dengan memenuhi kaidah pertambangan yang baik dan benar
serta sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
(4) Kawasan rawan bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
meliputi:
a. kawasan rawan bencana gempa bumi berada di seluruh Sub BWP;
b. alur aliran bahan rombakan berada di Kecamatan Soreang, Sub BWP
D Desa Sukanagara Blok D.2;
c. zona kerentanan gerakan tanah tinggi berada di:
1) Kecamatan Soreang, Sub BWP A Desa Pamekaran Blok A.6;
2) Kecamatan Soreang, Sub BWP D Desa Sukajadi Blok D.1;
59
c. Kecamatan Margahayu, Sub BWP J Desa Sulaiman Blok J.1 dan Blok
J.2, dan Desa Margahayu Selatan Blok J.7.
(9) Ketentuan ketentuan khusus sebagaimana tercantum dalam Lampiran
IV-4 Zoning Text, dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Bupati ini.
Bagian Ketujuh
Ketentuan Pelaksanaan
Pasal 59
Paragraf 1
Ketentuan Pemberian Insentif dan Disinsentif
Pasal 60
Pasal 61
Pasal 62
62
Pasal 63
Paragraf 2
Ketentuan untuk Penggunaan Lahan yang Sudah Ada dan Tidak Sesuai
dengan PZ
Pasal 64
(1) Ketentuan pemanfaatan ruang yang sudah ada dan tidak sesuai dengan
PZ sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 huruf c yaitu ketentuan yang
dapat diberlakukan pada pemanfaatan ruang yang izinnya diterbitkan
sebelum PZ Daerah ditetapkan, dapat dibuktikan bahwa izin tersebut
diperoleh sesuai dengan prosedur yang benar.
(2) Ketentuan pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
pada lampiran IV-4 Zoning Text, dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
Bagian Kedelapan
Teknik Pengaturan Zonasi
Pasal 65
65
Pasal 66
Pasal 67
(1) Zona banjir dengan kode i, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 ayat
(2) huruf b, merupakan ketentuan pengaturan pada zona rawan banjir
untuk mencegah atau mengurangi kerugian akibat banjir dan diarahkan
pada lokasi:
a. buffer 100m di Koridor Sungai Citarum; dan
b. kawasan rawan banjir di BWP Kawasan Perkotaan Soreang Terpadu.
(2) Zona banjir dengan kode i, sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. pemanfaatan dataran banjir pada buffer 100m di Koridor Sungai
Citarum;
b. pemanfaatan dataran banjir dengan tinggi genangan kurang dari 1
(satu) meter;
c. pemanfaatan dataran banjir dengan tinggi genangan rata-rata 1
(satu) sampai 3 (tiga) meter; dan
d. pemanfaatan dataran banjir dengan tinggi genangan rata-rata lebih
dari 3 meter.
(3) Ketentuan zona banjir sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2)
tercantum pada Lampiran IV-5, dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
66
Pasal 68
BAB IX
PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
Pasal 69
BAB X
KELEMBAGAAN
Pasal 70
(1) Dalam rangka koordinasi penataan ruang dan kerja sama antar wilayah,
dibentuk Forum Penataan Ruang Kabupaten Bandung.
(2) Tugas, susunan organisasi, dan tata kerja Tim Koordinasi Penataan
Ruang Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Keputusan Bupati.
BAB XI
HAK, KEWAJIBAN, DAN PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG
Bagian Kesatu
Hak Masyarakat
67
Pasal 71
Bagian Kedua
Kewajiban Masyarakat
Pasal 72
Pasal 73
Bagian Ketiga
Peran Masyarakat
Pasal 74
Pasal 75
Pasal 76
Pasal 77
Pasal 78
Pasal 79
Pasal 80
BAB XII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 81
(1) Jangka waktu RDTR BWP Kawasan Perkotaan Soreang Terpadu adalah
20 (dua puluh) tahun dan dapat ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5
(lima) tahun.
(2) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan
bencana alam skala besar dan/atau perubahan batas teritorial wilayah
yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan, RDTR BWP
Kawasan Perkotaan Soreang Terpadu dapat ditinjau kembali lebih dari 1
(satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
(3) Peraturan Bupati ini tentang RDTR Bagian Wilayah Perencanaan
Kawasan Perkotaan Soreang Terpadu tahun 2021-2040 dilengkapi
dengan Rencana dan Album Peta yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
70
(4) Dalam hal terdapat penetapan kawasan hutan oleh Menteri yang
membidangi Kehutanan pada bagian BWP yang kawasan hutannya
belum disepakati pada saat Peraturan Bupati ini ditetapkan, rencana
dan album peta sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disesuaikan
dengan peruntukan kawasan hutan berdasarkan hasil kesepakatan
Menteri yang membidangi Kehutanan.
BAB XIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 82
BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 83
(1) Peraturan pelaksana dari Peraturan Bupati ini harus ditetapkan paling
lama 2 (dua) tahun terhitung sejak Peraturan Bupati ini diundangkan.
(2) Dalam hal peraturan pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
belum ditetapkan, ketentuan pelaksana ditetapkan oleh Bupati
berdasarkan rekomendasi Forum Penataan Ruang Kabupaten Bandung.
Pasal 84
ditetapkan di Soreang
pada tanggal
BUPATI BANDUNG,
M. DADANG SUPRIATNA
Diundangkan di Soreang,
pada tanggal
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN BANDUNG,
________________________________
I. UMUM
Berdasarkan Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang, Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) merupakan penjabaran
dari Rencana Tata Ruang Wilayah(RTRW) ke dalam rencana distribusi
pemanfaatan ruang dan bangunan serta bukan bangunan pada
kawasan perkotaan dan Peraturan Zonasi yang dijadikan perangkat
aturan pada skala Blok untuk melengkapi aturan dalam pelaksanaan
RDTR. Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) merupakan rencana yang
memuat ketentuan-ketentuan mengenai penetapan fungsi bagian
wilayah kota/perkotaan yang pada hakekatnya menjadi arahan lokasi
berbagai kegiatan yang memiliki kesamaan fungsi maupun lingkungan
permukiman dengan karakteristik tertentu. Pada prinsipnya, RDTR
juga merupakan rencana tiga dimensi yang mengandung pengertian
upaya penetapan intensitas pemanfaatan ruang untuk setiap bagian-
bagian wilayah sesuai dengan fungsinya di dalam struktur ruang
secara keseluruhan.
Dikaitkan dengan dinamika perkembangan Kabupaten Bandung yang
relatif cepat dan cenderung mengikuti mekanisme pasar, sementara di
sisi lain lemahnya fungsi kontrol dari instansi terkait karena
keterbatasan kemampuan aparat dan belum adanya perangkat
kebijakan yang mengatur pemanfaatan ruang pada tingkatan rencana
yang lebih rinci, maka kegiatan pembangunan yang kurang terkendali
seperti terjadinya konversi (alih fungsi) lahan dalam kawasan lindung
maupun kawasan budi daya menjadi salah satu indikasi perlunya
perangkat aturan pola pemanfaatan ruang pada tingkatan rencana
teknis.
Berdasarkan RTRW Provinsi Jawa Barat 2010-2030 dan RTRW
Kabupaten Bandung Tahun 2016-2036, BWP Kawasan Perkotaan
Soreang Terpadu yang berfungsi sebagai PPK dalam perdagangan dan
jasa, wisata alam, industri, agroindustri, perumahan, permukiman,
pertanian, perkebunan dan kehutanan. Kabupaten Bandung telah
menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) tahun 2016-2036.
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bandung menjadi
acuan pelaksanaan pembangunan wilayah dalam kurun waktu 20
tahun mendatang serta menjadi acuan bagi penyusunan rencana
pembangunan daerah lainnya, pemanfaatan ruang, lokasi investasi,
dasar pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah kabupaten yang
meliputi penetapan ketentuan umum peraturan zonasi, perizinan,
2
suara dan bunyi melalui sistem kawat, optik, radio, atau sistem
elektromagnetik lainnya.
huruf c
Yang dimaksud dengan sumber daya air adalah air, sumber air,
dan daya air yang terkandung di dalamnya.
huruf d
Yang dimaksud dengan air minum adalah air yang melalui
proses pengolahan ataupun tanpa proses pengolahan yang
memenuhi syarat kesehatan.
huruf e
Yang dimaksud dengan drainase adalah prasarana yang
berfungsi mengalirkan air hujan/ genangan ke badan air
dan/atau bangunan resapan buatan.
huruf f
Yang dimaksud dengan air limbah adalah air dari suatu
kawasan permukiman yang telah dipergunakan untuk berbagai
keperluan, harus dikumpulkan dan dibuang untuk menjaga
lingkungan hidup yang sehat dan baik.
huruf g
Yang dimaksud dengan persampahan adalah sisa kegiatan
sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk
padat.
huruf h
Yang dimaksud dengan evakuasi bencana adalah jalur dan
ruang evakuasi bencana yang merupakan jalur khusus yang
menghubungkan semua area didalam gedung ke area yang
aman (titik kumpul).
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
4
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
5
Cukup jelas.
Pasal 35
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan ketentuan pemanfaatan ruang dalam
RDTR adalah perwujudan RDTR dalam bentuk program
pengembangan/indikator program masing-masing sub bwp
sebagai upaya perwujudan rencana pola ruang, rencana
prasarana, rencana kawasan yang diprioritaskan
penanganannya, dalam jangka waktu perencanaan 5 (lima)
tahunan sampai akhir tahun masa perencanaan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Ayat (1)
huruf a
Cukup jelas
huruf b
Hak pembangunan ruang udara adalah pembangunan
ruang udara di atas sebidang tanah penggunaan utama.
huruf c
Cukup jelas
huruf d
Cukup jelas
huruf e
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
6
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Keterangan Rencana Tata Ruang merupakan informasi rencana
pola ruang yang berisikan persyaratan tata bangunan dan
lingkungan yang diberlakukan oleh Pemerintah Kabupaten pada
lokasi tertentu.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Pasal 48
Cukup jelas.
7
Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jelas.
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Cukup jelas.
Pasal 54
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan Koefisien Dasar Bangunan yang
selanjutnya disingkat KDB adalah perbandingan antara
luas bangunan dengan luas lahan.
Huruf b
Yang dimaksud dengan Koefisien Lantai Bangunan yang
selanjutnya disingkat KLB adalah angka persentase
perbandingan antara luas seluruh Ruang terbuka di luar
bangunan gedung yang diperuntukkan bagi
pertamanan/penghijauan terhadap luas tanah
perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai.
Huruf c
Yang dimaksud dengan Koefisien Daerah Hijau yang
selanjutnya disingkat KDH adalah angka persentase
perbandingan antara luas seluruh Ruang terbuka di luar
bangunan gedung yang diperuntukkan bagi
pertamanan/penghijauan dan luas tanah
perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
8
Cukup jelas.
Pasal 57
Cukup jelas.
Pasal 58
Cukup jelas.
Pasal 59
Cukup jelas.
Pasal 60
Cukup jelas.
Pasal 61
Cukup jelas
Pasal 62
Cukup jelas
Pasal 63
Cukup jelas
Pasal 64
Cukup jelas
Pasal 65
Cukup jelas
Pasal 66
Cukup jelas
Pasal 67
Cukup jelas
Pasal 68
Cukup jelas
Pasal 69
Cukup jelas
Pasal 70
Cukup jelas
Pasal 71
Cukup jelas
Pasal 72
Cukup jelas
Pasal 73
Cukup jelas
Pasal 74
Cukup jelas
9
Pasal 75
Cukup jelas
Pasal 76
Cukup jelas
Pasal 77
Cukup jelas
Pasal 78
Cukup jelas
Pasal 79
Cukup jelas
Pasal 80
Cukup jelas
Pasal 81
Cukup jelas
Pasal 82
Cukup jelas
Pasal 83
Cukup jelas
Pasal 83
Cukup jelas
Pasal 83
Cukup jelas