Anda di halaman 1dari 42

BUPATI ACEH TENGAH

PROVINSI ACEH
‫بوڤتي اچيه تڠه‬
‫ڤروۏينسي اچيه‬
PERATURAN BUPATI ACEH TENGAH
NOMOR 47 TAHUN 2021

TENTANG

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN TAKENGON


KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2020-2040

DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

BUPATI ACEH TENGAH,

Menimbang: a. bahwa berdasarkan ketentuan dalam Pasal 14 Undang-


undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
menyatakan bahwa setiap rencana tata ruang wilayah harus
ditindaklanjuti dengan penyusunan rencana detail tata
ruang sebagai perangkat operasional Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW);

b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 41 ayat (6),


Qanun Kabupaten Aceh Tengah Nomor 2 Tahun 2016 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Aceh Tengah Tahun
2016-2036, tata ruang perlu dijabarkan lebih lanjut dalam
rencana yang lebih detail;

c. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 55 ayat (5) Peraturan


Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang, Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten
ditetapkan dengan peraturan kepala daerah;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud


dalam huruf a, huruf b, dan huruf c tersebut di atas, perlu
menetapkan Peraturan Bupati tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kawasan Perkotaan Takengon Kabupaten Aceh Tengah
Tahun 2020-2040.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 (Drt) Tahun


1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-
Kabupaten Dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera
Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956
Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 1107); JO. Undang- Undang No.4 tahun 1974 tentang
Pembentukan Aceh Tengah (Lembaran Negara tahun 1974
No.32 LN No.3034);

2. Undang-Undang…
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang
Pemerintahan Aceh (Lembaran Negara Tahun 2006 Nomor
62, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4633);
3. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4725);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
atas Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5679);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 tentang
Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);
6. Peraturan Pemerintah RI Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara RI
Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara RI
Nomor 5103);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk
Dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor
118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5160);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 Tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 31, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6633);
9. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang Nomor 16 Tahun
2018 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata
Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota;
10. Qanun Kabupaten Aceh Tengah Nomor 2 Tahun 2016 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Aceh tengah Tahun
2016-2036.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN BUPATI ACEH TENGAH TENTANG RENCANA


DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN TAKENGON
KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2020 – 2040.

BAB I….…
BAB I
KETENTUAN UMUM

Bagian Kesatu
Pengertian

Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan:

1. Kota adalah Kota Takengon Kabupaten Aceh Tengah;


2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah;
3. Bupati adalah Bupati Kabupaten Aceh Tengah;
4. Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten yang selanjutnya disingkat
DPRK adalah Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Aceh Tengah;
5. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang
udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah,
tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan
memelihara kelangsungan hidupnya;
6. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang;
7. Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang;
8. Perencanaan Tata Ruang adalah suatu proses untuk menentukan
struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan
penetapan rencana tata ruang;
9. Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem
jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung
kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki
hubungan fungsional;
10. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah
yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan
peruntukan ruang untuk fungsi budidaya;
11. Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang
dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan
dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya;
12. Izin Pemanfaatan Ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam
kegiatan pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
13. Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan
tertib tata ruang;
14. Peraturan Zonasi adalah ketentuan yang mengatur tentang
persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya dan
disusun untuk setiap blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya
dalam rencana rinci tata ruang;
15. Penggunaan Lahan adalah fungsi dominan dengan ketentuan khusus
yang ditetapkan pada suatu kawasan, blok peruntukan, dan/atau
persil;

16. Rencana…
16. Rencana Tata Ruang Wilayah yang selanjutnya disingkat RTRW adalah
rencana tata ruang yang bersifat umum dari wilayah kota, yang
merupakan penjabaran dari RTRW provinsi, dan yang berisi tujuan,
kebijakan, strategi penataan ruang wilayah kota, rencana struktur
ruang wilayah kota, rencana pola ruang wilayah kota, penetapan
kawasan strategiskota, arahan pemanfaatan ruang wilayah kota, dan
ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota;
17. Rencana Detail Tata Ruang yang selanjutnya disingkat RDTR adalah
rencana secara terperinci tentang tata ruang wilayah kota yang
dilengkapi dengan peraturan zonasi kota;
18. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta
segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan
berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional;
19. Bagian Wilayah Perencanaan yang selanjutnya disingkat BWP adalah
bagian dari kota dan/atau kawasan strategis kota yang akan atau
perlu disusun rencana rincinya, dalam hal ini RDTR, sesuai arahan
atau yang ditetapkan di dalam RTRW Kabupaten yang bersangkutan,
dan memiliki pengertian yang sama dengan zona peruntukan
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun
2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang;
20. Sub Bagian Wilayah Perencanaan yang selanjutnya disebut Sub BWP
adalah bagian dari BWP yang dibatasi dengan batasan fisik dan terdiri
dari beberapa blok, dan memiliki pengertian yang sama dengan sub
zona peruntukan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang;
21. Zona Budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya
alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan;
22. Zona Lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber
daya alam dan sumber daya buatan;
23. Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan hunian yang
memenuhi standar tertentu untuk kebutuhan bertempat tinggal yang
layak, sehat, aman, dan nyaman;
24. Jaringan adalah keterkaitan antara unsur yang satu dan unsur yang
lain;
25. Blok adalah sebidang lahan yang dibatasi sekurang-kurangnya oleh
batasan fisik yang nyata seperti jaringan jalan, sungai, selokan,
saluran irigasi, saluran udara tegangan ekstra tinggi, dan pantai, atau
yang belum nyata seperti rencana jaringan jalan dan rencana jaringan
prasarana lain yang sejenis sesuai dengan rencana kota;
26. Sub Blok adalah pembagian fisik di dalam satu blok berdasarkan
perbedaan sub zona;
27. Zona adalah kawasan atau area yang memiliki fungsi dan karakteristik
spesifik;

28. Sub Zona…


28. Sub Zona adalah suatu bagian dari zona yang memiliki fungsi dan
karakteristik tertentu yang merupakan pendetailan dari fungsi dan
karakteristik pada zona yang bersangkutan;
29. Zona lindung adalah zona yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber
daya alam dan sumber daya buatan
30. Zona hutan lindung adalah peruntukan ruang yang merupakan bagian
dari kawasan lindung yang mempunyai fungsi pokok sebagai
perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air,
mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan
memelihara kesuburan tanah.
31. Zona sempadan danau (DW)adalah peruntukan ruang yang
merupakan bagian dari kawasan lindung yang mempunyai fungsi
pokok sebagai perlindungan, penggunaan, dan pengendalian atas
sumber daya yang ada pada danau dapat dilaksanakan sesuai dengan
tujuannya.
32. Zona Sempadan Sungai (SS) adalah peruntukan ruang yang
merupakan bagian dari kawasan lindung yang mempunyai fungsi
pokok sebagai perlindungan, penggunaan, dan pengendalian atas
sumber daya yang ada pada sungai dapat dilaksanakan sesuai dengan
tujuannya.
33. Zona Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang selanjutnya disebut RTH adalah
area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya
lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh
tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
34. Sub zona taman kota (RTH-2) adalah taman yang ditujukan untuk
melayani penduduk satu kawasan perkotaan.
35. Subzona Taman Kecamatan (RTH-3) adalah taman yang ditujukan
untuk melayani penduduk satu kecamatan.
36. Subzona Taman Kelurahan (RTH-4) adalah taman yang ditujukan
untuk melayani penduduk satu kelurahan.
37. Subzona Pemakaman (RTH-7) adalah Penyediaan ruang terbuka hijau
yang berfungsi utama sebagai tempat penguburan jenasah. Selain itu
juga dapat berfungsi sebagai daerah resapan air, tempat pertumbuhan
berbagai jenis vegetasi, pencipta iklim mikro serta tempat hidup
burung serta fungsi sosial masyarakat disekitar seperti beristirahat
dan sebagai sumber pendapatan.
38. Zona Badan Air (BA) adalah bagian dari air permukaan yang mencakup
seluruh bagian aliran air dari batas pertemuan air dan daratan.
39. Zona Budi Daya adalah zona yang ditetapkan dengan fungsi utama
untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya
alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
40. Zona Perumahan (R) adalah peruntukan ruang yang terdiri atas
kelompok rumah tinggal yang mewadahi kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang dilengkapi dengan fasilitasnya.

41.Subzona…..
41. Subzona Perumahan Kepadatan Tinggi (R2) adalah peruntukan ruang
yang merupakan bagian dari kawasan budi daya difungsikan untuk
tempat tinggal atau hunian dengan perbandingan yang besar antara
jumlah bangunan rumah dengan luas lahan, memiliki kepadatan
bangunan 100 (seratus)-1000 (seribu) rumah/Ha.
42. Subzona Perumahan Kepadatan Sedang (R3) adalah peruntukan ruang
yang merupakan bagian dari kawasan budi daya difungsikan untuk
tempat tinggal atau hunian dengan perbandingan yang hampir
seimbang antara jumlah bangunan rumah dengan luas lahan yang
memiliki kepadatan bangunan 40 (empat puluh)-100 (seratus)
rumah/Ha.
43. Subzona Perumahan Kepadatan Rendah (R4) adalah peruntukan
ruang yang merupakan bagian dari kawasan budi daya difungsikan
untuk tempat tinggal atau hunian dengan perbandingan yang kecil
antara jumlah bangunan rumah dengan luas lahan yang memiliki
kepadatan bangunan di bawah 10 (sepuluh)-40 (empat puluh)
rumah/Ha.
44. Zona Perdagangan dan Jasa (K) adalah peruntukan ruang yang
merupakan bagian dari kawasan budi daya difungsikan untuk
pengembangan kegiatan usaha yang bersifat komersial, tempat
bekerja, tempat berusaha, serta tempat hiburan dan rekreasi, serta
fasilitas umum/sosial pendukungnya.
45. Subzona Perdagangan dan Jasa Skala Kota (K1) adalah peruntukan
ruang yang merupakan bagian dari kawasan budi daya difungsikan
untuk pengembangan kelompok kegiatan perdagangan dan/atau jasa,
tempat bekerja, tempat berusaha, tempat hiburan dan rekreasi dengan
skala pelayanan kota.
46. Subzona Perdagangan dan Jasa Skala BWP (K2) adalah peruntukan
ruang yang merupakan bagian dari kawasan budi daya difungsikan
untuk pengembangan kelompok kegiatan perdagangan dan/atau jasa,
tempat bekerja, tempat berusaha, tempat hiburan dan rekreasi dengan
skala pelayanan lingkungan.
47. Subzona Perdagangan dan Jasa Skala Sub BWP (K3) adalah
peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budi daya
difungsikan untuk pengembangan kelompok kegiatan perdagangan
dan/atau jasa, tempat bekerja, tempat berusaha, tempat hiburan dan
rekreasi dengan skala pelayanan lingkungan.
48. Zona Kawasan Peruntukan Industri (KPI) adalah kegiatan ekonomi
yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi,
dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi
untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan
perekayasaan industri.

49.Sub zona…..
49. Sub zona Sentra Industri Kecil dan Menengah (SIKM) yang selanjutnya
disebut SIKM adalah industri dengan modal kecil dan tenaga kerja
yang sedikit dengan peralatan sederhana. biasanya merupakan
industri yang dikerjakan per orang atau rumah tangga, seperti industri
roti, kompor minyak, makanan ringan, minyak goreng curah dan lain-
lain.
50. Zona Perkantoran (KT) adalah peruntukan ruang yang merupakan
bagian dari kawasan budi daya difungsikan untuk pengembangan
kegiatan pelayanan pemerintahan dan tempat bekerja/berusaha,
tempat berusaha, dilengkapi dengan fasilitas umum/sosial
pendukungnya.
51. Zona Sarana Pelayanan Umum (SPU) adalah peruntukan ruang yang
dikembangkan untuk menampung fungsi kegiatan yang berupa
pendidikan, kesehatan, peribadatan, sosial budaya, olahraga dan
rekreasi.
52. Subzona Sarana Pelayanan Umum Skala Kota (SPU1) adalah
peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budi daya
yang dikembangkan untuk melayani peduduk skala kota.
53. Subzona Sarana Pelayanan Umum Skala Kecamatan (SPU2) adalah
peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budi daya
yang dikembangkan untuk melayani peduduk skala kecamatan.
54. Zona Pertanian (P) adalah peruntukan ruang yang dikembangkan
untuk menampung kegiatan yang berhubungan dengan pengusahaan
mengusahakan tanaman tertentu.
55. Subzona Pertanian Tanaman Pangan (P-1) adalah peruntukan ruang
yang dikembangkan untuk menampung kegiatan yang berhubungan
dengan pengusahaan mengusahakan tanaman tertentu pertanian,
baik pertanian lahan kering, maupun pertanian lahan basah.
56. Subzona Perkebunan (P-3) adalah peruntukan ruang yang
dikembangkan untuk menampung kegiatan yang berhubungan
dengan pengusahaan mengusahakan tanaman tahunan.
57. Zona Pariwisata (W-1) adalah peruntukan ruang yang merupakan
bagian dari kawasan budidaya yang dikembangkan untuk
mengembangkan kegiatan pariwisata baik alam, buatan, maupun
budaya.
58. Zona pertahanan dan keamanan (HK) adalah peruntukan tanah yang
merupakan bagian dari kawasan budidaya yang dikembangkan untuk
menjamin kegiatan dan pengembangan bidang pertahanan dan
keamanan.
59. Zona ruang terbuka non hijau (RTNH)adalah ruang terbuka di bagian
wilayah perkotaan yang tidak termasuk dalam kategori RTH, berupa
lahan yang diperkeras atau yang berupa badan air, maupun kondisi
permukaan tertentu yang tidak dapat ditumbuhi tanaman atau
berpori;
60. Zona transportasi (TR) adalah peruntukan ruang yang dikembangkan
untuk menampung fungsi kegiatan di daerah tertentu berupa
transportasi.

61.Zona Peruntukan…
61. Zona Peruntukan Lainnya (PL) adalah peruntukan ruang yang
dikembangkan untuk menampung fungsi kegiatan di daerah tertentu
berupa pertambangan, ruang terbuka non hijau, tempat evakuasi
sementara, tempat evakuasi akhir, sektor informal, pertahanan dan
keamanan, instalasi pengelolaan air limbah (IPAL), tempat pemrosesan
akhir, pembangkit listrik, dan pariwisata.
62. Sub zona instalasi pengolahan air limbah (PL-4) adalah peruntukan
tanah yang terdiri atas daratan dengan batas batas tertentu yang
berfungsi untuk pembuangan segala macam air buangan (limbah)
yang berasal dari limbah-limbah domestik, industri, maupun komersil
dan lain-lainnya.
63. Sub zona pergudangan (PL-6)adalah Peruntukan ruang untuk
melakukan proses penyimpanan, pemeliharaan, dan pemindahan
barang
64. Zona Badan Jalan (BJ) adalah bagian jalan yang meliputi seluruh jalur
lalu lintas, median, dan bahu jalan.
65. Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya disingkat KDB adalah
angka persentase perbandingan antara luas seluruh lantai dasar
bangunan gedung dan luas lahan/tanah perpetakan/daerah
perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan RTBL;
66. Koefisien Daerah Hijau yang selanjutnya disingkat KDH adalah angka
persentase perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka di luar
bangunan gedung yang diperuntukkan bagi pertamanan/penghijauan
dan luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai
rencana tata ruang dan RTBL;
67. Koefisien Lantai Bangunan yang selanjutnya disingkat KLB adalah
angka persentase perbandingan antara luas seluruh lantai bangunan
gedung dan luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai
sesuai rencana tata ruang dan RTBL;
68. Garis Sempadan Bangunan yang selanjutnya disingkat GSB adalah
sempadan yang membatasi jarak terdekat bangunan terhadap tepi
jalan; dihitung dari batas terluar saluran air kotor (riol) sampai batas
terluar muka bangunan, berfungsi sebagai pembatas ruang, atau jarak
bebas minimum dari bidang terluar suatu massa bangunan terhadap
lahan yang dikuasai, batas tepi sungai atau pantai, antara massa
bangunan yang lain atau rencana saluran, jaringan tegangan tinggi
listrik, jaringan pipa gas, dsb (building line);
69. Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah, yang selanjutnya disingkat
TKPRD adalah tim ad-hoc yang dibentuk untuk mendukung
pelaksanaan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang di Kabupaten Aceh Tengah, dan mempunyai fungsi membantu
pelaksanaan tugas Bupati dalam pelaksanaan koordinasi penataan
ruang di daerah.

Bagian Kedua…
Bagian Kedua
Ruang Lingkup

Pasal 2
(1) Ruang lingkup RDTR Kawasan Perkotaan Takengon yaitu seluas 1.632,47
(seribu enam ratus tiga puluh dua koma empat tujuh) hektar, beserta
ruang udara di atasnya dan ruang di dalam bumi, terdiri atas:
a. Sebagian Kecamatan Bebesan, meliputi:
1. Desa Bahgie dengan luas 48,94 (empat puluh delapan koma
Sembilan puluh empat) hektar;
2. Desa Bebesen dengan luas 23,36 (dua puluh tiga koma tiga puluh
enam) hektar;
3. Desa Blang Kolak I dengan luas 27,41 (dua puluh tujuh koma
empat puluh satu) hektar;
4. Desa Blang Kolak II dengan luas 64,35 (enam puluh empat koma
tiga puluh lima) hektar;
5. Desa Bur Biah dengan luas 6,11 (enam koma sebelas) hektar;
6. Desa Daling dengan luas 42,27 (empat puluh dua koma dua puluh
tujuh) hektar;
7. Desa empus Talu dengan luas 49,50 (empat puluh Sembilan koma
lima puluh) hektar;
8. Desa Kebet dengan luas 67,53 (enam puluh tujuh koma lima puluh
tiga) hektar;
9. Desa Kala Kemili dengan luas 23,55 (dua puluh tiga koma lima
puluh lima) hektar;
10. Desa Kemili dengan luas 53,77 (lima puluh tiga koma tujuh puluh
tujuh) hektar;
11. Desa Keramat Mupakat dengan luas 13,08 ( tiga belas koma nol
delapan) hektar;
12. Desa Lelabu dengan luas 34,79 (tiga puluh empat koma tujuh
puluh Sembilan) hektar;
13. Desa Lemah Burbana dengan luas 34,55 (tiga puluh empat koma
lima puluh lima) hektar;
14. Desa Mongal dengan luas 43, 62 (empat puluh tiga koma enam
puluh dua) hektar;
15. Desa Nunang Antara dengan luas 49,30 (empat puluh Sembilan
koma tiga puluh) hektar;
16. Desa Pendere Saril dengan luas 22,13 (dua puluh dua koma tiga
belas) hektar;
17. Desa Sadong Juru Mudi dengan luas 7,11 (tujuh koma sebelas)
hektar;
18. Desa Simpang empat dengan luas 52,39 (lima puluh dua koma tiga
puluh Sembilan) hektar;
19. Desa Tan Saril dengan luas 43,46 (empat puluh tiga koma empat
puluh enam) hektar;
20. Desa Tensaren dengan luas 50,53 (lima puluh koma lima puluh
tiga) hektar; dan
21. Desa Umang dengan luas 12,24 (dua belas koma dua puluh empat)
hektar.
b. Sebagian Kecamatan….
b. Sebagian Kecamatan Lut Tawar, meliputi:
1. Desa Bukit dengan luas 14,94 (empat belas koma embilan puluh
empat) hektar;
2. Desa Bukit Ewih Tami Delem dengan luas 32,91 (tiga puluh dua
koma Sembilan puluh satu) hektar;
3. Desa Gunung Balohen dengan luas 8,26 (delapan koma dua puluh
enam) hektar;
4. Desa Gunung Bukit dengan luas 18,22 )delapan belas koma dua
puluh dua) hektar;
5. Desa Gunung Gahgie dengan luas 8,77 (delapan koma tujuh puluh
tujuh) hektar;
6. Desa Jongok Bathin dengan luas 38, 64 (tiga puluh delapan koma
enam puluh empat) hektar;
7. Desa Jongok Meluem dengan luas 45,87 (empat puluh lima koma
delapan puluh tujuh) hektar;
8. Desa Kala Lengkio dengan luas 35,06 (tiga puluh lima koma nol
enam) hektar;
9. Desa Kute Lot dengan luas 38,32 (tiga puluh delapan koma tiga
puluh dua) hektar;
10. Desa Lot Kala dengan luas 45,83 (empat puluh lima koma delapan
puluh tiga) hektar;
11. Desa Mendale dengan luas 35,14 (tiga puluh lima koma empat
belas) hektar;
12. Desa Paya Reje Tami Delem dengan luas 58,61 (lima puluh delapan
koma enam puluh satu) hektar;
13. Desa Paya Tumpi dengan luas 101,60 (serratus satu koma enam
puluh) hektar;
14. Desa Paya Tumpi Baru dengan luas 13,40 (tiga belas koma empat
puluh) hektar;
15. Desa Paya Tumpi I dengan luas 28,49 (dua puluh delapan koma
empat uluh sembilan) hektar;
16. Desa Pinangan dengan luas 36,39 (tiga puluh enam koma tiga
puluh sembilan) hektar; dan
17. Desa Timangan Gading dengan luas 85,57 (delapan puluh lima
koma lima puluh tujuh) hektar.
c. Sebagian Kecamatan Kebayakan, meliputi:
1. Desa Asir-Asir dengan luas 47,06 (empat puluh tujuh koma nol
enam) hektar;
2. Desa Asir-Asir Asia dengan luas 12,99 (dua belas koma Sembilan
puluh Sembilan) hektar;
3. Desa Bale Atu dengan luas 12,44 (dua belas koma empat puluh
empat) hektar;
4. Desa Bujang dengan luas 19,54 (sembilan belas koma lima puluh
empat) hektar;
5. Desa Hakim Bale Bujang dengan luas 45 (empat puluh lima)
hektar;
6. Desa Kuteni Reje dengan luas 10,61 (sepuluh koma enam puluh
satu) hektar;

7. Desa Merah…
7. Desa Merah Mersa dengan luas 7,83 (tujuh koma delapan puluh
tiga) hektar;
8. Desa Takengon Barat dengan luas 6,22 (enam koma dua puluh
dua) hektar; dan
9. Desa Takengon Timur dengan luas 54,74 (lima puluh empat koma
tujuh puluh empat) hektar.
(2) RDTR Kawasan Perkotaan Takengon sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) secara geografis berada pada 96O49’10,95’ BT – 96O 52’4,97” BT dan
4O36’23,52”LU-4O 39’23,29” LU.
(3) Batas RDTR Kawasan Perkotaan Takengon adalah:
a. sebelah utara dibatasi oleh jalan kolektor primer dua (JKP-2) dan
jalan lokal;
b. sebelah selatan dibatasi oleh jalan kolektor primer satu (JKP-1), jalan
kolektor primer tiga (JKP-3);
c. sebelah timur dibatasi oleh Danau Laut Tawar; dan
d. sebelah barat dibatasi oleh jalan kolektor tiga (JKP-3) dan jalan lokal.
(4) RDTR Kawasan Perkotaan Takengon dibagi menjadi 5 (lima) Sub BWP
yang terdiri atas:
a. sub BWP A terdiri atas Desa Bale Atu, Desa Blang Kolak I, Desa Blang
Kolak II, Desa Kemili, Desa Kuteni Reje, Desa Lemah Burbana, Desa
Merah Mersa, sebagian Desa Nunang Antara, Desa Simpang Empat,
dan Desa Takengon Barat dengan luas 291,45 (dua ratus Sembilan
satu koma empat puluh lima) hektar;
b. sub BWP B terdiri atas Desa Asir-Asir, Desa Asir-Asir Asia, Desa
Bujang, Desa Hakim Bale Bujang, Desa Kala Kemili, Desa Keramat
Mupakat, Desa Lot Kala, sebagian Desa Nunang Antara, dan Desa
Takengon Timur dengan luas 262,58 (dua ratus enam puluh dua koma
lima puluh delapan) hektar;
c. sub BWP C terdiri atas Desa Bahgie, Desa Bebesan, Desa Bur Biah,
Desa Empus Talu, Desa Kebet, Desa Lelabu, Desa Pendere Saril, Desa
Sadong Juru Mudi, Desa Tan Saril, Desa Tensaren, dan Desa Umang
dengan luas 365,72 (tiga ratus enam puluh lima koma tujih puluh dua)
hektar;
d. sub BWP D terdiri atas Desa Daling, Desa Mongal, Desa Paya Tumpi,
Desa Paya Tumpi Baru, Desa Pinangan, dan Desa Timang Gading
dengan luas 351,34 (tiga ratus lima puluh satu koma tiga puluh empat)
hektar; dan
e. sub BWP E terdiri atas Desa Bukit, Desa Bukit Ewih Tami Delem, Desa
Gunung Balohen, Desa Gunung Bukit, Desa Gunung Gahgie, Desa
Jongok Meluem, Desa Kala Lengkio, Desa Kute Lot, Desa Lot Kala,
Desa Mendale, dan Desa Paya Reje Tami Delem dengan luas 361,39
(tiga ratus enam puluh satu koma tiga puluh Sembilan) hektar.
(5) Sub BWP A sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a, terdiri atas:
a. blok A.1 dengan luas 8,76 (delapan koma tujuh puluh enam) hektar;
b. blok A.2 dengan luas 15,60 (lima belas koma enam puluh) hektar;
c. blok A.3 dengan luas 30,71 (tiga puluh koma tujuh puluh satu) hektar;

d. blok A.4….…
d. blok A.4 dengan luas 20,12 (dua puluh koma dua belas) hektar;
e. blok A.5 dengan luas 29,64 (dua puluh Sembilan koma enam puluh
empat) hektar;
f. blok A.6 dengan luas 17,83 (tujuh belas koma delapan puluh tiga)
hektar;
g. blok A.7 dengan luas 12,31 (dua belas koma tiga puluh satu) hektar;
h. blok A.8 dengan luas 39,53 (tiga puluh Sembilan koma lima puluh tiga)
hektar;
i. blok A.9 dengan luas 24,80 (dua puluh empat koma delapan puluh)
hektar;
j. blok A.10 dengan luas 44,44 (empat puluh empat koma emat puluh
empat) hektar;
k. blok A.11 dengan luas 15,93 (lima belas koma Sembilan puluh tiga)
hektar;
l. blok A.12 dengan luas 9,41 (Sembilan koma empat puluh satu) hektar;
m. blok A.13 dengan luas 10,52 (sepuluh koma lima puluh dua) hektar;
dan
n. blok A.14 dengan luas 11,85 (sebelas koma delapan puluh lima)
hektar.
(6) Sub BWP B sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b, terdiri atas:
a. blok B.1 dengan luas 21,34 (dua puluh satu koma tiga puluh empat)
hektar;
b. blok B.2 dengan luas 54,74 (lima puluh empat koma tujuh puluh
empat) hektar;
c. blok B-3 dengan luas 16,72 (enam belas koma tujuh puluh dua)
hektar;
d. blok B.4 dengan luas 23,87 (dua puluh tiga koma delapan puluh tujuh)
hektar;
e. blok B.5 dengan luas 34,74 (tiga puluh empat koma tujuh puluh
empat) hektar;
f. blok B.6 dengan luas 27,92 (dua puluh tujuh koma Sembilan puluh
dua) hektar;
g. blok B.7 dengan luas 36,63 (tiga puluh enam koma enam puluh tiga)
hektar; dan
h. blok B.8 dengan luas 46,62 (empat puluh enam koma enam puluh dua)
hektar.
(7) Sub BWP C sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf c, terdiri atas:
a. blok C.1 dengan luas 28,05 (dua puluh delapan koma nol lima) hektar;
b. blok C.2 dengan luas 59,38 (lima puluh Sembilan koma tiga puluh
delapan) hektar;
c. blok C.3 dengan luas 97,55 (Sembilan puluh tujuh koma lima puluh
lima) hektar;
d. blok C.4 dengan luas 74,67 (tujuh puluh empat koma enam puluh
tujuh) hektar;
e. blok C.5 dengan luas 48,23 (empat puluh delapan koma dua puluh
tiga) hektar; dan
f. bloc C.5…
f. blok C.6 dengan luas 57,86 (lima puluh tujuh koma delapan puluh
enam) hektar.
(8) Sub BWP D sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf d, terdiri atas:
a. blok D.1 dengan luas 109,34 (seratus Sembilan koma tiga puluh
empat) hektar;
b. blok D.2 dengan luas 80,59 (delapan puluh koma lima puluh
Sembilan) hektar;
c. blok D.3 dengan luas 112,51 (seratus dua belas koma lima puluh satu)
hektar; dan
d. blok D.4 dengan luas 48,90 (empat puluh delapan koma Sembilan
puluh).
(9) Sub BWP E sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf e, terdiri atas:
a. blok e.1 dengan luas 34,37 (tiga puluh empat koma tiga puluh tujuh)
hektar;
b. blok e.2 dengan luas 41,93 (empat puluh satu koma sembilan puluh
tiga) hektar;
c. blok e.3 dengan luas 135,14 (seratus tiga puluh lima koma empat
belas) hektar;
d. blok e.4 dengan luas 122 (seratus dua puluh dua) hektar; dan
e. blok e.5 dengan luas 27,94 (dua puluh tujuh koma sembilan puluh
empat) hektar.

BAB II
TUJUAN PENATAAN RUANG

Pasal 3
BWP Kawasan Perkotaan Takengon bertujuan mewujudkan perkotaan
takengon sebagai kawasan pengembangan agribisnis dan pariwisata yang
berdayasaing berbasis lingkungan didukung prasarana dan sarana perkotaan
yang baik dengan memperlihatkan kearifan lokal.

BAB III
RENCANA STRUKTUR RUANG

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 4
(1) Rencanastruktur ruang wilayah Kabupaten Aceh Tengah meliputi:
a. rencana pengembangan pusat pelayanan;
b. rencana jaringan transportasi;
c. rencana jaringan sumber daya air; dan
d. rencana jaringan prasarana.
(2) Rencana struktur ruang wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1:5.000 sebagaimana
tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Bupati ini.

Bagian Kedua…
Bagian Kedua
Rencana Pengembangan Pusat Pelayanan

Pasal 5
(1) Rencana pusat pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)
huruf a, meliputi:
a. pusat pelayanan kota/Kawasan Perkotaan (PPK);
b. sub pusat pelayanan kota/Kawasan Perkotaan (SPPK); dan
c. pusat lingkungan Kelurahan (PL).
(2) PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, berada di Sub BWP A
blok A.2 dengan fungsi pusat pemerintahan dan perdagangan jasa.
(3) SPPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, yang berada di
a. Sub BWP B blok B.2 dengan fungsi permukiman, perdagangan dan
jasa skala Kawasan dan pariwisata;
b. Sub BWP C blok C.1 dengan fungsi permukiman, pertanian dan sentra
industri;
c. Sub BWP D blok D.4 dengan fungsi permukiman, dan pertanian; dan
d. Sub BWP E blok E.1 dengan fungsi permukiman, pariwisata dan cagar
budaya.
(4) PL sebagaimanadimaksudpadaayat (1) huruf c, berada di:
a. Sub BWP A blokA.4, blok A.7, dan A.11;
b. Sub BWP B blok B.6 dan blok B.7;
c. Sub BWP C blok C.1, blok C.2, blok C.3, blok C.4, dan blok C.6;
d. Sub BWP D blokD.1 danblok D.2; dan
e. Sub BWP E blok E.2, blok E.3, dan blok E.4.

Bagian Ketiga
Rencana Jaringan Transportasi

Pasal 6
(1) Rencana jaringan transportasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
(1) huruf b, meliputi:
a. jaringan jalan; dan
b. Terminal.
(2) Jaringan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a, meliputi:
a. jaringan jalan kolektor;
b. jaringan jalan lokal;
c. jaringan jalan lingkungan;
d. jalur pejalan kaki; dan
e. Jaringan jalan lainnya.
(3) Jaringan jalan kolektor sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf a,
meliputi:
a. Jalan kolektor Primer satu (JKP-1) yang berada di:
1. Sub BWP A blok A.1, blok A.2, blok A.3, blok A.4, blok A.6, blok
A.7, blok A.8, blok A.9, blok A.10, blok A.11, blok A.12, blok A.13,
dan blok A.14;
2. Sub BWP B blok B.1, blok B.2, blok B.5, dan blok B.6;
3. Sub BWP C blok C.1 dan blok C.6; dan
4. Sub BWP D blok D.1, blok D.2, blok D.3, dan blok D.4.

b. Jalan kolektor….
b. Jalan kolektor Primer dua (JKP-2) yang berada di Sub BWP E blok 4
c. Jalan kolektor Primer Empat (JKP-4) yang berada di:
1. Sub BWP A blok A.2, blok A.3, blok A.4, blok A.5, blok A.6, blok A.7,
blok A.8, blok A.9, blok A.10, dan blok A.14;
2. Sub BWP B blok B.2, blok B.3, blok B.5, blok B.6, blok B.7, dan blok
B.8;
3. Sub BWP C blok C.1, blok C.2, blok C.3, blok C.4, blok C.5, dan blok
C.6;
4. Sub BWP D blok D.1, blok D.2, blok D.3, dan blok D.4; dan
5. Sub BWP E blok E.1, blok E.2, blok E.3, blok E.4 dan blok E.5.
(4) Jaringan jalan lokal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, berupa
jaringan jalan lokal primer yang berada di:
a. Sub BWP A blok A.1, blok A.2, blok A.3, blok A.4, blok A.5, blok A.6,
blok A.7, blok A.8, blok A.9, blok A.10, blok A.11, blok A.12, blok A.13
dan blok A.14;
b. Sub BWP B blok B.2, blok B.3, blok B.4, blok B.5, blok B.6, blok B.7
dan blok B.8;
c. Sub BWP C blok C.1, blok C.2, blok C.3, blok C.4, blok C.5, dan blok
C.6;
d. Sub BWP D blok D.1, blok D.2, blok D.3, dan blok D.4; dan
e. Sub BWP E blok E.1, blok E.2, blok E.3, blok E.4, dan blok E.5.
(5) Jaringan jalan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf c,
berupa jaringan jalan lingkungan primer yang berada di:
a. Sub BWP A blok A.1, blok A.2, blok A.3, blok A.4, blok A.5, blok A.6,
blok A.7, blok A.8, blok A.9, blok A.10, blok A.11, blok A.12, blok A.13,
dan blok A.14;
b. Sub BWP B blok B.1, blok B.2, blok B.3, blok B.4, blok B.5, blok B.6,
blok B.7, dan blok B.8;
c. Sub BWP C blok C.1, blok C.2, blok C.3, blok C.4, blok C.5, dan blok
C.6;
d. Sub BWP D blok D.1, blok D.2, blok D.3, dan blok D.4;
e. Sub BWP E blok E.1, blok E.2, blok E.3, blok E.4 dan blok E.5.
(6) Jalur pejalan kaki sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf d yang
berada di:
a. Sub BWP A blok A.1, blok A.2, blok A.3, blok A.4, blok A.5, blok A.6,
blok A.7, blok A.8, blok A.9, blok A.10, blok A.11, blok A.12, blok A.13
dan blok A.14;
b. Sub BWP B blok B.2, blok B.7, dan blok B.8;
c. Sub BWP C blok C.1, blok C.2, blok C.5, dan blok C.6;
d. Sub BWP D blok D.1 dan blok D.2; dan
e. Sub BWP E blok E.1, blok E 2, blok E 3, blok E 4, dan blok E 5.
(7) Jaringan jalan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf e,
meliputi:
a. Jalan masuk dan keluar terminal penumpang tipe A yang berada di
Sub BWP C blok C.1; dan
b. Jalan masuk dan keluar terminal penumpang tipe C yang berada di
Sub BWP A blok A.3.

(8) Terminal…
(8) Terminal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi:
a. Terminal penumpang tipe A yang berada di Sub BWP C blok C.1; dan
b. Terminal penumpang tipe C yang berada di Sub BWP A blok A.3.

Bagian Keempat
Rencana Jaringan Sumber Daya Air

Pasal 7
(1) Rencana jaringan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat (1) huruf c terdiri atas:
a. sungai; dan
b. embung.
(2) Sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berada di:
a. Sub BWP A blok A.5, blok A.6, blok A.8, blok A.10 dan blok A.11;
b. Sub BWP B blok B.1, blok B.2, blok B.3, blok B.5 dan blok B.8;
c. Sub BWP C blok C. 2, blok C.3, dan blok C.6;
d. Sub BWP D blok D.1 dan blok D.4; dan
e. Sub BWP E blok E.1, blok E.2 dan blok E.5.
(3) Embung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berada di
a. Sub BWP C blok C.2 dan C.3; dan
b. Sub BWP D blok D.1.

Bagian kelima
Rencana Jaringan Prasarana

Pasal 8
Rencana jaringan prasarana sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (1)
huruf d, meliputi:

a. rencana jaringan energi/kelistrikan;


b. rencana jaringan telekomunikasi;
c. rencana jaringan air minum;
d. rencana jaringan drainase;
e. rencana pengelolaan air limbah; dan
f. rencana jaringan prasarana lainnya.

Paragraf 1
Rencana Jaringan energi/kelistrikan

Pasal 9
(1) Rencana jaringan energi/kelistrikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
8 huruf a, berupa jaringan penyaluran ketenagalistrikan.
(2) Jaringan penyaluran ketenagalistrikan sebagaimana dimaksud ayat (1)
berupa jaringan penyaluran ketenagalistrikan meliputi:
a. jaringan transmisi dan distribusi tenaga listrik; dan
b. gardu listrik.
(3) Jaringan transmisi dan distribusi tenaga listrik sebagaimana dimaksud
ayat (2) huruf a, meliputi:

a. Saluran Udara…..
a. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) yang berada di:
1. Sub BWP B blok B.8; dan
2. Sub BWP E blokE.3, blok E.4, dan blok E.5.
b. Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) yang berada di:
1. Sub BWP A blok A.2, blok A.3, blok A.4, blok A.5 dan blok A.10;
2. Sub BWP B blok B.1, blok B.2, blok B.3, blok B.5, blok B.6, blok
B.7, dan blok B.8;
3. Sub BWP C blok C.6; dan
4. Sub BWP E blok E.1, blok E.3, blok E.4, dan blok E.5.
c. Saluran transmisi/distribusi yang berada di:
1. Sub BWP A blok A.1, blok A.2, blok A.3, blok A.4, blok A.5, blok
A.6, blok A.7, blok A.8, blok A.9, blok A.10, blok A.11, blok A.12,
blok A.13, dan blok A.14;
2. Sub BWP B blok blok B.2, blok B.3, blok B.4, blok B.5, blok B.7,
dan blok B.8;
3. Sub BWP C blok C.1, blok C.2, blok C.3, blok C.4, blok C.5, dan
blok C.6;
4. Sub BWP D blok D.1, blok D.2, blok D.3, dan blok D.4; dan
5. Sub BWP E blok E.1, blok E.2, blok E.3, blok E.4, dan blok E.5.
d. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang berada di Sub BWP B blok
1.
e. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang berada di Sub BWP E
blok 3.
(4) Gardu listrik sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf b, meliputi:
a. Gardu Induk (GI) yang berada di:
1. Sub BWP C blok C.6; dan
2. Sub BWP D blok D.1.
b. gardu hubung yang berada di:
1. Sub BWP B blok B.1; dan
2. Sub BWP E blok B.3.

Paragraf 2
Rencana Jaringan Telekomunikasi

Pasal 10
(1) Rencana jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
huruf b, meliputi:
a. jaringan telekomunikasi telepon nirkabel; dan
b. jaringan serat optik.
(2) Jaringan telekomunikasi telepon nirkabel sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a meliputi Menara Base Transceiver Station (BTS) yang
berada di:
a. Sub BWP A blok A.9, dan blok A.13;
b. Sub BWP B blok B.5, blok B.6, dan blok B.7;
c. Sub BWP C blok C.2;
d. Sub BWP D blok D.2 dan blok D.4; dan
e. Sub BWP E blok E.1.

(3) Jaringan serat…..


(3) Jaringan serat optik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, yang
berada di:
a. Sub BWP A blok A.2, blok A.3, blok A.4, blok A.5, blok A.8, blok A.12
dan blok A.14;
b. Sub BWP B blok B.1 dan blok B.2;
c. Sub BWP D blok D.3 dan blok D.4; dan
d. Sub BWP E blok E.1.

Paragraf 3
Rencana Jaringan Air Minum

Pasal 11
(1) Rencana jaringan air minum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf
c, meliputi jaringan perpipaan, yang terdiri dari:
a. unit air baku;
b. unit produksi; dan
c. unit distribusi.
(2) Unit air baku sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a berupa pipa
transmisi air baku, yang berada di:
a. Sub BWP A blok A.11;
b. Sub BWP B blok B.1, blok B.2, blok B.7, dan blok B.8;
c. Sub BWP E blok E.4 dan blok E.5.
(3) Unit produksi sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b berupa instalasi
produksi, yang berada di:
a. Sub BWP C blok C.3; dan
b. Sub BWP E blok E.4.
(4) Unit distribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf c berupa pipa unit
distribusi, yang berada di:
a. Sub BWP A blok A.1, blok A.2, blok A.3, blok A.4, blok A.5, blok A.6,
blok A.7, blok A.8, blok A.9, blok A.10, blok A.11, blok A.12, blok A.13
dan blok A.14;
b. Sub BWP B blok B.1, blok B.2, blok B.3, blok B.4, blok B.5, blok B.6,
blok B.7, dan blok B.8;
c. Sub BWP C blok C.1, blok C.2, blok C.4, blok C.5, dan blok C.6;
d. Sub BWP D blok D.1 dan blok D.2; dan
e. Sub BWP E blok E.1, blok E.2, blok E.3, blok E.4, dan blok E.5.

Paragraf 4
Rencana Jaringan Drainase

Pasal 12
(1) Rencana jaringan drainase sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf d,
meliputi:
a. saluran primer;
b. saluran sekunder; dan
c. saluran tersier.
(2) Saluran primer sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, yang
berada di:
a. Sub BWP…
a. Sub BWP A blok A.5, blok A.6, blok A.8, blok A.10, dan blok A.11;
b. Sub BWP B blok B.1, blok B.2, blok B.3, blok B.5, blok B.7, dan blok
B.8;
c. Sub BWP C blok C.2, blok C.3, dan blok C.6;
d. Sub BWP D blok D.1, blok D.3, dan blok D.4; dan
e. Sub BWP E blok E.1, blok E.2, blok E.3, blok E.4, dan blok E.5.
(3) Saluran sekunder sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, yang
berada di:
a. Sub BWP A blok A.1, blok A.2, blok A.3, blok A.4, blok A.5, blok A.6,
blok A.7, blok A.9, blok A.10, blok A.11, blok A.12,danblok A.14;
b. Sub BWP B blok B.1, blok B.2, blok B.3, blok B.4, blok B.7, dan blok
B.8;
c. Sub BWP C blok C.1, blok C.3, blok C.4, blok C.5, dan blok C.6;
d. Sub BWP D blok D.3 dan blok D.4; dan
e. Sub BWP E blok E.1, blok E.3, dan blok E.4.
(4) Saluran tersier sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, yang
berada di:
a. Sub BWP A blok A.3, blok A.4, blok A.5, blok A.6, blok A.7, blok A.8
dan blok A.12;
b. Sub BWP C blok C.1, blok C.2, blok C.3, blok C.4 dan blok C.5;
c. Sub BWP D blok D.1, dan blok D.4;
d. Sub BWP E blok E.3.

Paragraf 5
Rencana Pengelolaan Air Limbah

Pasal 13
Rencana pengelolaan air limbah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf
e, meliputi sistem pengelolaan air limbah (SPAL) terpusat, berupa Instalasi
Pengelolaan Air Limbah (IPAL) skala kawasan tertentu/permukiman yang
berada di:

a. Sub BWP B Blok B.7; dan


b. Sub BWP C blok C.1.

Paragraf 6
Rencana Jaringan Prasarana Lainnya

Pasal 14
(1) Rencana jaringan prasarana lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal
8 huruf f, meliputi:
a. jalur evakuasi bencana; dan
b. tempat evakuasi bencana.
(2) Jalur evakuasi bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
yang berada di:
a. Sub BWP A blok A.1, blok A.2, blok A.3, blok A.4, blok A.6, blok A.7,
blok A.8, blok A.9, blok A.10, blok A.11, blok A.12, blok A.13, dan blok
A.14;
b. Sub BWP B blok B.1, blok B.2, blok B.5 dan blok B.6;

c.Sub BWP C…
c. Sub BWP C blok C.1 dan C.6; dan
d. Sub BWP D blok D.1, blok D.2, blok D.3 dan blok D.4.
(3) Tempat evakuasi bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
meliputi:
a. tempat evakuasi akhir berada di Sub BWP A blok 13
b. tempat evakuasi sementara berada di
1. Sub BWP B blok B.2; dan
2. Sub BWP E blok E.2.

BAB IV
RENCANA POLA RUANG

Pasal 15
(1) Rencana pola ruang terdiri dari:
a. zona lindung; dan
b. zona budidaya.
(2) Rencana pola ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), digambarkan
dalam peta dengan tingkat ketelitian 1:5.000 sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Bupati ini.

Pasal 16
Zona lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf a terdiri atas:
a. Zona hutan lindung (HL);
b. Zona sekitar Danau atau waduk (DW);
c. Zona sempadan sungai (SS);
d. Zona ruang terbuka hijau (RTH) Kota; dan
e. Zona badan air.

Pasal 17
Zona hutan lindung (HL) sebagaimana dimaksud pada Pasal 16 huruf a, yang
berada di Sub BWP B blok B.5 dan blok B.6 dengan luas 3,65 hektar

Pasal 18
Zona sempadan danau (DW), sebagaimana dimaksud pada pada Pasal 16
huruf b, yang berada di:
a. Sub BWP B blok B.1, blok B.2, blok B.7, dan blok B.8 dengan luas
sebesar 18,44 hektar; dan
b. Sub BWP E blok E.4 dengan luas sebesar 7,54 hektar.

Pasal 19
Zona sempadan Sungai (SS), sebagaimana dimaksud pada Pasal 16 huruf c,
yang berada di:
a. Sub BWP A blok A.5, blok A.6, blok A.8, blok A.10, dan blok A.11
dengan luas sebesar 5,68 hektar;
b. Sub BWP B blok B.1, blok B.2, blok B.3, blok B.4, blok B.5, dan blok
B.8 dengan luas sebesar 5,59 hektar;

c.Sub BWP C…….


c. Sub BWP C blok C.1, blok C.2, blok C.3, blok C.5, dan blok C.6 dengan
luas sebesar 9,67 hektar;
d. Sub BWP D blok D.1, dan blok D.4 dengan luas sebesar 0,21 hektar;
dan
e. Sub BWP E blok E.1, blok E.2, blok E.3, blok E.4, dan blok E.5 dengan
luas sebesar 3,37 hektar.

Pasal 20
(1) Zona ruang terbuka hijau (RTH), sebagaimana dimaksud pada Pasal 16
huruf d, meliputi:
a. Sub zona taman kota (RTH-2);
b. Sub zona taman kecamatan (RTH-3);
c. Sub zona taman kelurahan (RTH-4); dan
d. Sub zona pemakaman (RTH-7.
(2) Sub zona taman kota (RTH-2) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, yang berada di:
a. Sub BWP A blok A.1 dengan luas sebesar 1,30 hektar;
b. Sub BWP B blok B.2, blok B.7, dan blok B.8 dengan luas sebesar 28,34
hektar; dan
c. Sub BWP E blok E.4 dan blok E.5 dengan luas sebesar 8,36 hektar.
(3) Sub zona taman kecamatan (RTH-3) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, yang berada di:
a. Sub BWP A blok A.9 dan blok A.14 dengan luas sebesar 4,44 hektar;
b. Sub BWP B blok B.6 dengan luas sebesar 0,34 hektar; dan
c. Sub BWP C blok C.1 dengan luas sebesar 0,84 hektar.
(4) Sub zona taman kelurahan (RTH-4) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c, yang berada di:
a. Sub BWP A blok A.2, blok A.3, blok A.4, blok A.5, blok A.6, blok A.8,
blok A.9, dan blok A.10 dengan luas sebesar 3,12 hektar;
b. Sub BWP B blok B.2, blok B.3, blok B.5, blok B.6, dan blok B.8 dengan
luas sebesar 2,59 hektar;
c. Sub BWP C blok C.2, blok C.3, blok C.4, blok C.5, dan blok C.6 dengan
luas sebesar 4,60 hektar;
d. Sub BWP D blok D.1, blok D.2, blok D.3, dan blok D.4 dengan luas
sebesar 5,18 hektar; dan
e. Sub BWP E blok E.2, blok E.3, dan blok E.4 dengan luas sebesar 3,76
hektar.
(5) Sub zona pemakaman (RTH-7) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
d, yang berada di:
a. Sub BWP A blok A.8, blok A.9, blok A.10 dan blok A.13 dengan luas
sebesar 2,74 hektar;
b. Sub BWP B blok B.3 dan blok B.6 dengan luas sebesar 3,18 hektar;
c. Sub BWP C blok C.2 dengan luas sebesar 1,04 hektar;
d. Sub BWP D blok D.1 dan blok D.4 dengan luas sebesar 0,53 hektar;
dan
e. Sub BWP E blok E.3 dan E.4 dengan luas sebesar 0,43 hektar.

Pasal 21…
Pasal 21
Zona Badan Air (BA) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf e yang
berada di:
a. Sub BWP A blok A.5, blok A.6, blok A.8, blok A.10, dan blok A.11
dengan luas sebesar 4,67 (empat koma enam puluh tujuh) hektar;
b. Sub BWP B blok B.1, blok B.2, blok B.3, blok B.4, blok B.5, dan blok
B.8 dengan luas sebesar 8,77 (delapan koma tujuh puluh tujuh)
hektar; dan
c. Sub BWP C blok C.1, blok C.2, blok C.3, blok C.5, dan blok C.6 dengan
luas sebesar 5,82 ( lima koma delapan puluh dua) hektar.
d. Sub BWP D blok D.1 dan blok D.4 dengan luas sebesar 0,03 (kosong
koma kosong tiga) delapan hektar; dan
e. Sub BWP E blok E.1, blok E.2, blok E.3, blok E.4, dan blok E.5
dengan luas sebesar 1,12 (satu koma dua belas) hektar

Bagian Kedua
Zona Budidaya

Pasal 22
Zona Budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf b, meliputi:
a. Zona perumahan (R);
b. Zona perdagangan dan jasa (K);
c. Zona peruntukan industri (KPI);
d. Zona perkantoran (KT);
e. Zona sarana pelayanan umum (SPU);
f. Zona pertanian (P);
g. Zona Pariwisata (W);
h. Zona pertahanan dan Keamanan (HK);
i. Zona ruang terbuka non hijau (RTNH);
j. Zona transportasi (TR);
k. Zona peruntukan lainnya (PL); dan
l. Zona badan jalan (BJ).
Paragraf 1
Zona Perumahan (R)

Pasal 23
(1) Zona perumahan (R), sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf a,
meliputi:
a. Sub zona perumahan kepadatan tinggi (R2);
b. Sub zona perumahan kepadatan sedang (R3); dan
c. Sub zona perumahan kepadatan rendah (R4).
(2) Sub zona perumahan kepadatan tinggi (R2), sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a, yang berada di:
a. Sub BWP A blok A.1, blok A.3, blok A.4, blok A.5, blok A.6, blok A.7,
blok A.8, blok A.9, blok A.10, blok A.11, blok A.12, blok A.13, dan blok
A.14 dengan luas sebesar 152,48 hektar;

b.Sub BWP B……


b. Sub BWP B blok B.2, blok B.3, dan blok B.5 dengan luas sebesar 25,09
hektar;
c. Sub BWP C blok C.1, dan blok C.2 dengan luas sebesar 16,15 hektar;
dan
d. Sub BWP E blok E.1 dengan luas sebesar 8,14 hektar.
(3) Sub zona perumahan kepadatan sedang (R-3), sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b, yang berada di:
a. Sub BWP A blok A.6, blok A.10, dan blok A.11 dengan luas sebesar
9,30 hektar;
b. Sub BWP B blok B.1, blok B.3, blok B.4, blok B.5, blok B.6, blok B.7,
dan blok B.8 dengan luas sebesar 64,30 hektar;
c. Sub BWP C blok C.2, blok C.5 dan blok C.6 dengan luas sebesar 26,75
hektar;
d. Sub BWP D blok D.1 dengan luas sebesar 5,37 hektar; dan
e. Sub BWP E blok E.1, blok E.2, blok E.3, blok E.4, dan blok E.5 dengan
luas sebesar 37,60 hektar.
(4) Sub zona perumahan kepadatan rendah (R-4), sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c, yang berada di:
a. Sub BWP A blok A.10, dan blok A.11 dengan luas sebesar 0,30 hektar;
b. Sub BWP B blok B.2, blok B.3, blok B.4, blok B.5, blok B.7 dan blok
B.8 dengan luas sebesar 24,53 hektar;
c. Sub BWP C blok C.2, blok C.3, blok C.4, blok C.5 dan blok C.6 dengan
luas sebesar 100,51 hektar;
d. Sub BWP D blok D.1, blok D.2, blok D.3, dan blok D.4 dengan luas
sebesar 121,57 hektar; dan
e. Sub BWP E blok E.2, blok E.3, blok E.4 dan blok E.5 dengan luas
sebesar 165,94 hektar.

Paragraf 2
Zona Perdagangan dan Jasa (K)

Pasal 24
(1) Zona perdagangan dan jasa (K), sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22
huruf b, meliputi:
a. Sub zona perdagangan dan jasa skala kota (K-1);
b. Sub zona perdagangan dan jasa skala BWP (K-2); dan
c. Sub zona perdagangan dan jasa skala Sub BWP (K-3).
(2) Sub zona perdagangan dan jasa skala kota (K-1), sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, yang berada di:
a. Sub BWP A blok A.2, blok A.3, blok A.9 dan blok A.11 dengan luas
sebesar 9,96 hektar;
b. Sub BWP B blok B.2, dan blok B.8 dengan luas sebesar 3,88 hektar;
dan
c. Sub BWP C blok C.1 dan blok C.6 dengan luas sebesar 3,11hektar.
(3) Sub zona perdagangan dan jasa skala BWP (K-2), sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b, yang berada di:
a. Sub BWP A blok A.2, blok A.3, blok A.4, dan blok A.5 dengan luas
sebesar 11,88 hektar;
b.Sub BWP B blok.2…..
b. Sub BWP B blok B.2, blok B.7, dan blok B.8 dengan luas sebesar 9,32
hektar; dan
c. Sub BWP E blok E.5 dengan luas sebesar 2,26 hektar.
(4) Sub zona perdagangan dan jasa skala Sub BWP (K-3), sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c,yang berada di:
a. Sub BWP A blok A.3, blok A.4, blok A.5, blok A.6, blok A.7, blok A.8,
blok A.9, blok A.10, blok A.12, dan blok A.14 dengan luas sebesar
25,01 hektar;
b. Sub BWP B blok B.1, blok B.5, dan blok B.6 dengan luas sebesar 1,74
hektar;
c. Sub BWP C blok C.1, blok C.5, dan blok C.6 dengan luas sebesar 14,22
hektar;
d. Sub BWP D blok D.1, blok D.2, blok D.3 dan blok D.4 dengan luas
sebesar 20,95 hektar; dan
e. Sub BWP E blok E.1, blok E.2, dan blok E.5 dengan luas sebesar 15,63
hektar.

Paragraf 3
Zona Industri (I)

Pasal 25
Zona peruntukan industri (KPI), sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf
c, berupa subzone sentra industri kecil dan menengah (SIKM) yang berada di
Sub BWP C blok C.2 dengan luas sebesar 13,67 hektar.

Paragraf 3
Zona Perkantoran (KT)

Pasal 26
Zona perkantoran (KT), sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf d yang
berada di:
a. Sub BWP A blok A.1, blok A.2, blok A.3, blok A.10, blok A.11, dan blok
A.14 dengan luas sebesar 10,43 hektar;
b. Sub BWP B blok B.6 dengan luas sebesar 0,36 hektar;
c. Sub BWP C blok C.1 dengan luas sebesar 0,73 hektar; dan
d. Sub BWP E blok E.1 dengan luas sebesar 6,97 hektar.

Paragraf 4
Zona Sarana Pelayanan Umum (SPU)

Pasal 27
(1) Zona sarana pelayanan umum (SPU), sebagaimana dimaksud dalam Pasal
22 huruf e, meliputi:
a. Sub zona sarana pelayanan umum skala kota (SPU-1); dan
b. Sub zona sarana pelayanan umum skala kecamatan (SPU-2).
(2) Sub zona sarana pelayanan umum skala kota (SPU-1), sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, yang berada di:
a. Sub BWP A blok A.1, blok A.2, blok A.3, blok A.9, blok A.10, blok A.12,
dan blok A.14 dengan luas sebesar 13,63 hektar;

b.Sub BWP B blok.B2…….


b. Sub BWP B blok B.2 dan blok B.8 dengan luas sebesar 1,72 hektar;
c. Sub BWP C blok C.1, dan blok C.2 dengan luas sebesar 3,5 hektar;
d. Sub BWP D blok D.1 dengan luas sebesar 18,69 hektar; dan
e. Sub BWP E blok E.1 dengan luas sebesar 8,37 hektar.
(3) Sub zona sarana pelayanan umum skala kecamatan (SPU-2), sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, yang berada di:
a. Sub BWP A blok A.8, blok A.10 dan blok A.11 dengan luas sebesar 2,28
hektar;
b. Sub BWP B blok B.1 dengan luas sebesar 0,98 hektar;
c. Sub BWP D blok C.1 dengan luas sebesar 0,003 hektar; dan
d. Sub BWP E blok E.2, dan blok E.3 dengan luas sebesar 2,29 hektar.

Paragraf 5
Zona Pertanian (P)

Pasal 28
(1) Zona pertanian (P), sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf f,
meliputi:
a. Sub zona tanaman pangan (P-1); dan
b. Sub zona perkebunan (P-3);
(2) Sub zona tanaman pangan (P-1), sebagaimana dimaksud dalam ayat 1
huruf a, yang berada di:
a. Sub BWP C blok C.3 dan blok C.4 dengan luas sebesar 11,59 hektar;
dan
b. Sub BWP D blok D.3 dengan luas sebesar 3,24 hektar.
(3) Sub zona perkebunan (P-3), sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf b,
yang berada di:
a. Sub BWP A blok A.10 dengan luas sebesar 1,18 hektar;
b. Sub BWP B blok B.3, blok B.4, blok B.5, dan blok B.6 dengan luas
sebesar 24,47 hektar;
c. Sub BWP C blok C.3, blok C.4, blok C.5, dan blok C.6 dengan luas
sebesar 129,95 hektar;
d. Sub BWP D blok D.1, blok D.2, dan blok D.3 dengan luas sebesar
157,53 hektar; dan
e. Sub BWP E blok E.3 dan blok E.4 dengan luas sebesar 67,45 hektar.

Paragraf 6
Zona Pariwisata (W)

Pasal 29
Zona pariwisata (W-1), sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf g berupa
subzona wisata alam yang berada di Sub BWP B blok B.1 dengan luas sebesar
7,53 hektar.

Paragraf 7……
Paragraf 7
Zona pertahanan dan keamanan (HK)

Pasal 30
Zona pertahanan dan keamanan (HK), sebagaimana dimaksud dalam Pasal
22 huruf h yang berada di Sub BWP A blokA. 2 dengan luas sebesar 1,17
hektar.

Paragraf 8
Zona ruang terbuka non hijau (RTNH)

Pasal 31
Zona ruang terbuka non hijau (RTNH), sebagaimana dimaksud dalam Pasal
22 huruf i yang berada di:
a. Sub BWP A blok A.13 dengan luas sebesar 6,17 hektar;
b. Sub BWP B blok B.1, blok B.2, dan blok B.3 dengan luas sebesar 1,11
hektar; dan
c. Sub BWP D blok D.1 dengan luas sebesar 1,23 hektar.

Paragraf 9
Zona Transportasi (TR)

Pasal 32
Zona transportasi (TR), sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf j yang
berada di Sub BWP C blok C.1 dengan luas sebesar 0,96 hektar.

Paragraf 10
Zona Peruntukan Lainnya (PL)

Pasal 33
(1) Zona peruntukan lainnya (PL), sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22
huruf k, meliputi:
a. Sub zona instalasi pengolahan air limbah (PL-4);
b. Sub zona pergudangan (PL-6); dan
(2) Sub zona instalasi pengolahan air limbah (PL-4), sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) huruf a, yang berada di:
a. Sub BWP B blok B.7 dengan luas sebesar 0,45 hektar; dan
b. Sub BWP C blok C.1 dengan luas sebesar 0,31 hektar.
(3) Sub zona pergudangan (PL-6), sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
huruf b, yang berada di:
a. Sub BWP A blok A.9 dengan luas sebesar 1,79 hektar;
b. Sub BWP B blok B.1 dengan luas sebesar 0,68 hektar; dan
c. Sub BWP C blok C.5 dan blok C.6 dengan luas sebesar 2,06 hektar.

Pasal 34
Zona Badan Jalan (BJ) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf l seluas
109,02 (seratus sembilan koma dua ) hektaryang berada di:

a.Sun BWP A ……
a. Sub BWP A blok A.1, blok A.2, blok A.3, blok A.4, blok A.5, blok A.6,
blok A.7, blok A.8, blok A.9, blok A.10, blok A.11, blok A.12, blok A.13,
dan blok A.14 dengan luas sebesar 23,91 (dua puluh tiga koma
sembilan puluh satu) hektar;
b. Sub BWP B blok B.1, blok B.2, blok B.3, blok B.4, blok B.5, blok B.6,
blok B.7, dan blok B.8 dengan luas sebesar 26,61 (dua puluh enam
koma enam puluh satu) hektar; dan
c. Sub BWP C blok C.1, blok C.2, blok C.3, blok C.4, blok C.5, dan
blok C.6 dengan luas sebesar 19,38 (Sembilan belas koma tiga puluh
delapan) hektar.
d. Sub BWP D blok D.1, blok D.2, blok D.3 dan blok D.4 dengan luas
sebesar 16,78 (enam belas koma tujuh puluh) delapan hektar; dan
e. Sub BWP E blok E.1, blok E.2, blok E.3, blok E.4, danblok E.5 dengan
luas sebesar 22,31 (dua puluh dua koma tiga puluh satu) hektar.

BAB V
PENETAPAN SUB BWP YANG DIPRIORITASKAN PENANGANANNYA

Pasal 35
(1) Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan meliputi:
a. Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf d adalah Sub BWP A dengan tema
perbaikan prasarana, sarana kawasan berada di
1. Sub BWP Ablok A.1, blok A.2, blok A.3, blok A.11, blok A.12 dan
blok A.13 ;dan
2. Sub BWP B blok B.2.
b. Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 huruf d adalah Sub BWP B dengan
pelestarian dan atau perlindungan kawasan yang berada di
1. Sub BWP B blok B.2, blok B.7dan blok B.8; dan
2. Sub BWP E blok E.5.
(2) Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya sebagaimana dimaksud
ayat (1), digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1:5.000
sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

BAB VI
KETENTUAN PEMANFAATAN RUANG

Pasal 36
(1) Ketentuan pemanfaatan ruang merupakan acuan dalam mewujudkan
rencana struktur ruang, rencana pola ruang dan Sub BWP prioritas sesuai
dengan RDTR.
(2) Ketentuan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas:
a. program pemanfaatan ruang;
b. lokasi;
c. besaran;

d.waktu dan tahapan……


d. waktu dan tahapan pelaksanaan.
e. sumber pendanaan; dan
f. pelaksana pemanfaatan ruang.

Pasal 37
Program pemanfatan ruang sebagaimana dimaksud Pasal 36 ayat (2) huruf a,
meliputi:
a. program perwujudan rencana struktur ruang;
b. program perwujudan rencana pola ruang; dan
c. program perwujudan Sub BWP prioritas.

Pasal 38
Lokasi pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (2)
huruf b berada di masing-masing BWP.

Pasal 39
Besaran program pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36
ayat (2) huruf c berupa jumlah satuan masing-masing volume kegiatan.

Pasal 40
(1) Waktu dan tahapan pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36
ayat (2) huruf d terdiri atas 4 (empat) tahapan, yang meliputi:
a. tahap pertama, yaitu tahun 2020–2024;
b. tahap kedua, yaitu tahun 2025–2029;
c. tahap ketiga, yaitu tahun 2030–2035; dan
d. tahap keempat, yaitu tahun 2036–2040.
(2) Waktu dan tahapan pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sebagai acuan bagi instansi pelaksana dalam menetapkan prioritas
pembangunan pada wilayah perencanaan RDTR.

Pasal 41
Sumber pendanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (2) huruf e
berasal dari:
a. anggaran pendapatan dan belanja Negara;
b. anggaran pendapatan dan belanja Aceh;
c. anggaran pendapatan dan belanja Kabupaten; dan
d. sumber lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 42
Pelaksana pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat
(2) huruf f terdiri atas:
a. Pemerintah;
b. Pemerintah Provinsi;
c. Pemerintah Kabupaten; dan
d. Masyarakat.

Pasal 43…
Pasal 43
Ketentuan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat
(1) dijelaskan lebih rinci dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

BAB VII
PERATURAN ZONASI
Bagian Kesatu
Umum

Pasal 44
(1) Peraturan zonasi berfungsi sebagai:
a. perangkat operasional pengendalian pemanfaatan ruang;
b. acuan dalam pemberian izin pemanfaatan ruang, termasuk di
dalamnya air right development dan pemanfaatan ruang di bawah
tanah;
c. acuan dalam pemberian insentif dan disinsentif;
d. acuan dalam pengenaan sanksi; dan
e. rujukan teknis dalam pengembangan atau pemanfaatan lahan dan
penetapan lokasi investasi.
(2) Peraturan zonasi terdiri atas:
a. materi wajib; dan
b. materi pilihan.
(3) Materi wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi:
a. ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan;
b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang;
c. ketentuan tata bangunan;
d. ketentuan prasarana dan sarana minimal;
e. ketentuan khusus; dan
f. ketentuan pelaksanaan.
(4) Materi pilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, yaitu teknik
pengaturan zonasi.

Bagian Kedua
Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan

Pasal 45
(1) Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 44 ayat (3) huruf a, meliputi:
a. Kegiatan/pemanfaatan diperbolehkan/diizinkan (I) adalah kegiatan
yang diizinkan pada suatu zona kecuali ditentukan lain oleh
perundang-undangan yang berlaku
b. Kegiatan/pemanfaatan bersyarat secara terbatas (T) adalah kegiatan
yang diizinkan pada suatu zona namun dibatasi;

c. Kegiatan/pemanfaatan…
c. Kegiatan/pemanfaatan bersyarat tertentu (B) adalah kegiatan yang
diizinkan pada suatu zona namun dilengkapi dengan persyaratan; dan
d. Kegiatan/pemanfaatan yang tidak diperbolehkan (X) adalah kegiatan
yang tidak diizinkan pada suatu zona
(2) Klasifikasi I sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a yaitu diizinkan
secara langsung kecuali ditentukan lain oleh perundang-undangan yang
berlaku;
(3) Klasifikasi T sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b yaitu:
a. T1: Kegiatan terbatas dengan jumlah unit atau berdasarkan total
maksimal 10% dari luas lahan atau zona dengan maksimum luasan
atau jumlah ditentukan melihat daya dukung lahan atau zona
menurut rekomendasi dinas terkait.
b. T2: Kegiatan terbatas hanya pada waktu atau hari tertentu
operasionalnya, yaitu:
1. mengikuti jam kerja kantoran untuk kegiatan pelayanan jasa
2. mengikuti jam buka tutup pusat perbelanjaan untuk kegiatan
perdagangan
3. mengikuti jam buka pusat perbelanjaan dan tutup tengah malam
untuk kegiatan yang bersifat hiburan malam
4. disesuaikan kesepakatan antara masyarakat dengan Pemda
melalui rekomendasi dinas terkait untuk jenis kegiatan lainnya
c. T3: Kegiatan terbatas pada radius tertentu dan dapat diulang pada
jarak tertentu yang ditentukan melalui radius atau jarak berdasarkan
rekomendasi dinas terkait, jarak atau radius disesuaikan dengan
kegiatan yang telah terdaftar berdasarkan rekomendasi dinas terkait.
d. T4: Kegiatan terbatas hanya pada titik atau letak yang telah disediakan
berdasarkan rekomendasi dinas terkait
(4) Klasifikasi B sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c yaitu:
a. B1: Wajib melakukan penyusunan dokumen AMDAL/penyusunan
Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (UKL/UPL).
b. B2: Wajib melakukan penyusunan Analisis Dampak Lalu Lintas
(ANDALALIN).
(5) Klasifikasi X sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d yaitu tidak
diizinkan kecuali ditentukan lain oleh perundang-undangan yang berlaku.
(6) Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan sebagaimana dimaksud pada
Ayat (1) tercantum dalam Lampiran V yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian ketiga
Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang

Pasal 46
(1) Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 44 ayat (3) huruf b, meliputi:
a. KDB maksimum;
b. KLB maksimum;

c. KDH minimum……
c. KDH minimum; dan
d. Luas minimal bidang tanah.
(2) Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a, b, dan c secara lebih detil tercantum dalam Lampiran VI
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(3) Luas minimal bidang tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
(d) ditetapkan pada zona perumahan (R), terdiri atas:
a. Luas minimal bidang tanah pada subzona perumahan kepadatan
tinggi (R-2) seluas 60 meter persegi;
b. Luas minimal bidang tanah pada subzona perumahan kepadatan
sedang (R-3) seluas 60 meter persegi; dan
(4) Luas minimal bidang tanah pada subzona perumahan kepadatan rendah
(R-4) seluas 60 meter persegi.

Bagian Keempat
Ketentuan Tata Bangunan

Pasal 47
(1) Ketentuan tata bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (3)
huruf c meliputi:
a. Garis Sempadan Bangunan;
b. Tinggi Bangunan;
c. Jarak bebas antar bangunan minimal; dan
d. Tampilan Bangunan.
(2) Garis Sempadan Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
adalah jarak minimum antara garis pagar terhadap dinding bangunan
terdepanmeliputi:
a. Garis Sempadan Bangunan depan;
b. Garis Sempadan Bangunan samping; dan
c. Garis Sempadan Bangunan belakang.
(3) Tinggi Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah
tinggi maksimum bangunan gedung yang diizinkan pada lokasi tertentu
dan diukur dari jarak maksimum puncak atap bangunan terhadap
(permukaan) tanah yang dinyatakan dalam satuan meter.
(4) Jarak Bebas Antar Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
c adalah jarak minimum antara garis batas petak belakang terhadap
dinding bangunan terbelakang dan jarak minimum antara batas petak
samping terhadap dinding bangunan terdekat.
(5) Tampilan Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d adalah
tampilan tampak bagian terluar dari arsitektur bangunan. tampilan
tampak bagian terluar mengikuti arsitektur modern dan arsitektur
tradisional Gayo.
(6) Ketentuan tata bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
dalam Lampiran VII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.

Bagian Kelima……
Bagian Kelima
Ketentuan Prasarana dan Sarana Minimal

Pasal 48
(1) Ketentuan prasarana dan sarana minimal sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 44 ayat (3) huruf d meliputi:
a. jalur pejalan kaki;
b. ruang terbuka hijau;
c. ruang terbuka non hijau;
d. utilitas perkotaan; dan
e. prasarana lingkungan.
(2) Ketentuan prasarana dan sarana minimal sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) sebagaimana tercantum dalam Lampiran VIII yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

Bagian Keenam
Ketentuan Khusus

Pasal 49
(1) Ketentuan khusus sebagaimana dimaksud dalamPasal 44 ayat (3) huruf
e, berupa:
a. Ketentuan khusus tempat evakuasi bencana; dan
b. ketentuankhususcagarbudaya.
(2) Ketentuan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana
tercantum dalam Lampiran IX yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Bupati ini.

Bagian Ketujuh
Ketentuan Pelaksanaan

Pasal 50
(1) Ketentuan pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (3)
huruf f, yaitu ketentuan pelaksanaan insentif dan disinsentif.
(2) Insentif diberikan apabila pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana
struktur ruang, rencana pola ruang, dan ketentuan umum peraturan
zonasi yang diatur dalam Peraturan Daerah ini.
(3) Disinsentif dikenakan terhadap pemanfaatan ruang yang perlu dicegah,
dibatasi, atau dikurangi keberadaannya berdasarkan ketentuan dalam
Peraturan Daerah ini.

Pasal 51
(1) Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dalam pemanfaatan ruang
wilayah kota dilakukan oleh pemerintah kota kepada masyarakat.
(2) Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dilakukan oleh instansi
berwenang sesuai dengan kewenangannya

Pasal 52……
Pasal 52
(1) Insentif yang diberikan kepada masyarakat sebagaimana dimaksud pada
Pasal 50 ayat (2), terdiri atas:
a. Insentif yang diberikan untuk kegiatan pemanfaatan ruang yang
mendukung pengembangan kawasan ruang terbuka hijau (RTH), yaitu
dalam bentuk:
1. Keringanan pajak;
2. Keringanan retribusi daerah;
3. Kemudahan perizinan pembangunan;
4. Pemberian bantuan yang mendukung fungsi kawasan sebagai
RTH; dan
5. Penyediaan sarana dan prasarana kawasan.
b. Insentif yang diberikan untuk kegiatan pemanfaatan ruang yang
mendukung pengembangan kawasan cagar budaya, yaitu dalam
bentuk:
1. Keringanan pajak;
2. Keringanan retribusi daerah;
3. Kemudahan perizinan pembangunan;
4. Pemberian bantuan yang mendukung fungsi kawasan sebagai
RTH; dan
5. Penyediaan sarana dan prasarana kawasan

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian insentif diatur
dengan Peraturan Bupati.

Pasal 53
(1) Disinsentif yang diberikan kepada masyarakat sebagaimana dimaksud
pada Pasal 50 ayat (3), dikenakan terhadap kegiatan pemanfaatan ruang
yang tidak sesuai dengan peraturan zonasi yang berlaku, yaitu dalam
bentuk:
1. Pembebanan pajak yang tinggi;
2. Pembebanan retribusiyang tinggi;
3. Pembatasan penyediaan sarana dan prasarana kawasan; dan
4. Pembatasan izin kegiatan usaha.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian disinsentif diatur
dengan Peraturan Bupati.

Bagian Kedelapan
Teknik Pengaturan Zonasi

Pasal 54
(1) Teknik pengaturan zonasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (4),
berupa zona bonus yang berada di:
a. Sub BWP A blok A.2;
b. Sub BWP B blok B.8; dan
c. Sub BWP E blok E.3 dan E.5.
(2) Ketentuan teknik pengaturan zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sebagaimana tercantum dalam Lampiran X yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
Bagian kesembilan……
Bagian Kesembilan
Ketentuan Perizinan
Pasal 55
(1) Setiap orang yang akan melakukan pemanfaatan ruang wajib memiliki izin
dari Bupati yang secara operasional menjadi tugas Kepala OPD dan/atau
instansi terkait sesuai fungsinya.
(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1), secara berurutan sebagai
berikut:
a. Izin Prinsip Pemanfaatan Ruang;
b. Izin Lokasi;
c. Izin Penggunaan Pemanfaatan Tanah;
d. Izin Mendirikan Bangunan; dan
e. Izin Pemanfaatan Ruang.
(3) Izin Prinsip Pemanfaatan Ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a diberikan pada saat akan memulai kegiatan pemanfaatan ruang
pertama kali, dengan mengacu pada kesesuaian peruntukan ruang dalam
RTRW Kabupaten.
(4) Izin Prinsip Pemanfaatan Ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diberikan untuk kegiatan dengan kriteria antara lain:
a. kegiatan yang berdampak besar terhadap lingkungan;
b. kegiatan yang wajib izin lokasi berdasarkan persetujuan Pemerintah
Kabupaten; dan
c. ruang usaha dengan luas lebih dari atau sama dengan 10.000 m2.
(5) Izin Lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b diberikan untuk
memperoleh tanah yang diperlukan untuk usaha dan/atau kegiatannya.
(6) Izin Lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b diberikan setelah
memperoleh Izin Prinsip Pemanfaatan Ruang dengan mengacu pada
kesesuaian peruntukan ruang dalam RTRW Kabupaten.
(7) Izin Penggunaan Pemanfaatan Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf c diberikan untuk kegiatan pemanfaatan ruang pada lahan yang
sudah dikuasai.
(8) Izin Penggunaan Pemanfaatan Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf c adalah berupa Keterangan Rencana Kabupaten (KRK).
(9) Izin Mendirikan Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d
diberikan kecuali untuk bangunan gedung fungsi khusus oleh Pemerintah
kepada pemilik bangunan gedung untuk membangun baru, mengubah,
memperluas, mengurangi, dan/atau merawat bangunan gedung sesuai
dengan persyaratan administratif dan persyaratan teknis yang berlaku.
(10) Izin Mendirikan Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d
diberikan setelah memperoleh Keterangan Rencana Kabupaten (KRK).
(11) Ketentuan penyelenggaraan Izin Prinsip, Izin Lokasi, Izin Penggunaan
Pemanfaatan Tanah, dan Izin Mendirikan Bangunan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

BAB VIII……
BAB VIII
HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT

Bagian Kesatu
Hak dan Kewajiban

Pasal 56
(1) Setiap orang berhak:
a. mendapatkan data dan informasi mengenai RDTR;
b. berperan aktif dalam pelaksanaan RDTR.
(2) Setiap orang wajib:
a. mentaati RDTR;
b. melaporkan pelanggaran pelaksanaan RDTR; dan
c. berperan aktif memelihara kualitas ruang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

Bagian Kedua
Peran Masyarakat

Pasal 57
(1) Peran masyarakat dalam penataan ruang dilakukan dalam tahap:
a. perencanaan tata ruang;
b. pemanfaatan ruang; dan
c. pengendalian pemanfaatan ruang.
(2) Bentuk peran masyarakat dalam perencanaan tata ruang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, berupa:
a. Masukan mengenai persiapan penyusunan tata ruang, penentuan
arah pengembangan wilayah atau kawasan, pengidentifikasian potensi
dan masalah pembangunan wilayah atau kawasan, perumusan
konsepsi rencana tata ruang, dan/atau penetapan rencana tata ruang;
dan
b. Kerjasama dengan pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau sesama
unsur masyarakat dalam perencanaan tata ruang.
(3) Bentuk peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, berupa:
a. Masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang;
b. Kerjasama dengan pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau sesama
unsur masyarakat dalam pemanfaatan tata ruang;
c. Kegiatan memanfaatkan ruang yang sesuai dengan kearifan lokal dan
rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
d. Peningkatan efisiensi, efektivitas, dan keserasian dalam pemanfaatan
ruang darat, ruang laut, ruang udara, dan ruang di dalam bumi
dengan memperhatikan kearifan lokal serta sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
e. Kegiatan menjaga kepentingan pertahanan dan keamanan serta
memelihara dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup
dan sumber daya alam; dan
f. Kegiatan investasi dalam pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(4)Bentuk Peran……
(4) Bentuk peran masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, dapat berbentuk:
a. Masukan terkait arahan dan/atau peraturan zonasi, perizinan,
pemberian insentif, dan disinsentif serta pengenaan sanksi;
b. Keikutsertaan dalam memantau dan mengawasi pelaksanaan rencana
tata ruang yang telah ditetapkan;
c. Pelaporan kepada instansi dan/atau pejabat yang berwenang dalam
hal menemukan dugaan penyimpangan atau pelanggaran kegiatan
pemanfaatan ruang yang melanggar rencana tata ruang yang telah
ditetapkan; dan
d. Pengajuan keberatan terhadap keputusan pejabat yang berwenang
terhadap pembangunan yang dianggap tidak sesuai dengan rencana
tata ruang.
(5) Bentuk peran masyarakat di bidang penataan ruang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat disampaikan secara langsung dan/atau
tertulis kepada Bupati dan/atau unit kerja terkait.

BAB IX
SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 58
(1) Setiap orang melakukan kegiatan pemanfaatan ruang tidak memiliki izin
pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) huruf
a dikenakan sanksi administratif.
(2) Setiap orang melakukan kegiatan pemanfaatan ruang pada zona yang
diizinkan terbatas namun tidak mengikuti ketentuan yang ditetapkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (3) dikenakan sanksi
administratif.
(3) Setiap orang melakukan kegiatan pemanfaatan ruang pada zona
diizinkan bersyarat namun tidak mengikuti ketentuan yang ditetapkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (4) dikenakan sanksi
administratif.

Pasal 59
(1) Setiap orang melakukan kegiatan pemanfaatan ruang tidak mengikuti
dan/atau tidak memenuhi ketentuan intensitas pemanfaatan ruang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1), dikenakan sanksi
administratif.
(2) Setiap orang melakukan kegiatan pemanfaatan ruang tidak mengikuti
dan/atau tidak memenuhi ketentuan tata bangunan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1), dikenakan sanksi administratif.
(3) Setiap orang melakukan kegiatan pemanfaatan ruang tidak memenuhi
prasarana dan sarana minimal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48
ayat (1), dikenakan sanksi administratif.
(4) Setiap orang melakukan kegiatan pemanfaatan ruang tidak memenuhi
ketentuan khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (1),
dikenakan sanksi administratif.

(5) Setiap orang……


(5) Setiap orang melakukan kegiatan pemanfaatan ruang tidak memenuhi
teknik pengaturan zonasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (1),
dikenakan sanksi administratif.

Pasal 60
Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada pasal 59 ayat (1) dapat
berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penghentian sementara pelayanan umum;
d. penutupan lokasi;
e. pencabutan izin;
f. pembatalan izin;
g. pembongkaran bangunan;
h. pemulihan fungsi ruang; dan/atau
i. denda administratif.

Pasal 61
(1) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 huruf a,
dilakukan melalui penerbitan surat peringatan tertulis oleh Satpol PP atas
pertimbangan/teguran dasar dari Kepala SKPD bidang tata ruang.
(2) Surat peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sekurang-
kurangnya memuat:
a. Rincian pelanggaran dalam penataan ruang;
b. Kewajiban untuk menyesuaikan kegiatan pemanfaatan ruang sesuai
RDTR dan/atau PZ; dan
c. Tindakan pengenaan sanksi yang akan diberikan.
(3) Surat peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
paling banyak 3 (tiga) kali.
(4) Apabila surat peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
diabaikan, Bupati melakukan tindakan berupa pengenaan sanksi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (2) huruf b sampai huruf i
sesuai dengan kewenangannya.

Pasal 62
(1) Penghentian sementara kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60
huruf b dilakukan melalui tahapan:
a. Satpol PP atas pertimbangan/teguran dasar dari Kepala SKPD bidang
tata ruang menerbitkan surat peringatan tertulis sesuai dengan
ketentuan dalam Pasal 61 ayat (2);
b. Apabila surat peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada huruf a
diabaikan, Bupati menerbitkan surat keputusan penghentian
sementara kegiatan pemanfaatan ruang;
c. Berdasarkan surat keputusan sebagaimana dimaksud pada huruf b,
Bupati melakukan penghentian sementara kegiatan pemanfaatan
ruang secara paksa; dan

d.Setelah kegiatan…
d. Setelah kegiatan pemanfaatan ruang dihentikan, Satpol PP dan SKPD
bidang tata ruang melakukan pengawasan agar kegiatan pemanfaatan
ruang yang dihentikan tidak beroperasi kembali sampai terpenuhi
kewajibannya.
(2) Penghentian sementara pelayanan umum sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 60 huruf c dilakukan melalui tahapan;
a. Satpol PP atas pertimbangan/teguran dasar dari Kepala SKPD bidang
tata ruang menerbitkan surat peringatan tertulis sesuai dengan
ketentuan dalam Pasal 61 ayat (2);
b. Apabila surat peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada huruf a
diabaikan, Bupati menerbitkan surat keputusan penghentian
sementara pelayanan umum dengan memuat penjelasan dan rincian
jenis pelayanan umum yang akan dihentikan sementara;
c. Berdasarkan surat keputusan penghentian sementara pelayanan
umum sebagaimana dimaksud pada huruf b, Satpol PP dan SKPD
bidang tata ruang berkoordinasi dengan penyedia jasa pelayanan
umum untuk menghentikan sementara pelayanan kepada orang yang
melakukan pelanggaran; dan
d. Setelah pelayanan umum dihentikan kepada yang melakukan
pelanggaran, Satpol PP dan SKPD bidang tata ruang melakukan
pengawasan untuk memastikan tidak terdapat pelayanan umum
sampai yang melakukan pelanggaran memenuhi kewajibannya.
(3) Penutupan lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 huruf d
dilakukan melalui tahapan:
a. Satpol PP atas pertimbangan/teguran dasar dari Kepala SKPD bidang
tata ruang menerbitkan surat peringatan tertulis sesuai dengan
ketentuan dalam Pasal 61 ayat (2);
b. Apabila surat peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada huruf a
diabaikan, Bupati menerbitkan surat keputusan penutupan lokasi;
c. Berdasarkan surat keputusan penutupan lokasi sebagaimana
dimaksud pada huruf b, Satpol PP melakukan penutupan lokasi secara
paksa; dan
d. Setelah dilakukan penutupan lokasi, Satpol PP dan SKPD bidang tata
ruang melakukan pengawasan untuk memastikan lokasi yang ditutup
tidak dibuka kembali sampai yang melakukan pelanggaran memenuhi
kewajibannya.
(4) Pencabutan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 huruf e dilakukan
melalui tahapan:
a. Satpol PP atas pertimbangan/teguran dasar dari Kepala SKPD bidang
tata ruang menerbitkan surat peringatan tertulis sesuai dengan
ketentuan dalam Pasal 61 ayat (2);
b. Apabila surat peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada huruf a
diabaikan, Bupati melakukan pencabutan izin dengan menerbitkan
surat keputusan pencabutan izin;

c. Berdasarkan surat……
c. Berdasarkan surat keputusan pencabutan izin sebagaimana
dimaksud pada huruf b, Kepala SKPD bidang perizinan
memberitahukan kepada orang yang melakukan pelanggaran
mengenai status izin yang telah dicabut sekaligus perintah untuk
menghentikan kegiatan pemanfaatan ruang yang telah dicabut
izinnya; dan
d. Apabila perintah untuk menghentikan kegiatan pemanfaatan ruang
sebagaimana dimaksud pada huruf c diabaikan, Satpol PP melakukan
tindakan penertiban sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(5) Pembatalan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 huruf f dilakukan
melalui tahapan:
a. Satpol PP atas pertimbangan/teguran dasar dari SKPD bidang tata
ruang dan/atau SKPD bidang perizinan menerbitkan surat peringatan
tertulis sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 61 ayat (2);
b. Apabila surat peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada huruf a
diabaikan, Bupati melakukan pembatalan izin dengan menerbitkan
surat keputusan pembatalan izin;
c. Berdasarkan surat keputusan pembatalan izin sebagaimana dimaksud
pada huruf b, SKPD bidang perizinan memberitahukan kepada orang
yang melakukan pelanggaran mengenai status izin yang telah
dibatalkan sekaligus perintah untuk menghentikan kegiatan
pemanfaatan ruang yang telah dibatalkan izinnya; dan
d. Apabila perintah untuk menghentikan kegiatan pemanfaatan ruang
sebagaimana dimaksud pada huruf c diabaikan, Satpol PP melakukan
tindakan penertiban sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(6) Pembongkaran bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 huruf
g didasari surat perintah Bupati dan dilakukan pembongkaran sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang bangunan gedung.
(7) Pemulihan fungsi ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 huruf h
dilakukan melalui tahapan:
a. Kepala SKPD bidang tata ruang menerbitkan surat peringatan tertulis
sesuai dengan ketentuan Pasal 61 ayat (2);
b. Apabila surat peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada huruf a
diabaikan, Bupati menerbitkan surat perintah pemulihan fungsi
ruang;
c. Berdasarkan surat perintah sebagaimana dimaksud pada huruf b,
Kepala SKPD bidang tata ruang memberitahukan kepada orang yang
melakukan pelanggaran mengenai ketentuan pemulihan fungsi ruang
dan cara pemulihan ruang yang harus dilakukan dalam jangka waktu
tertentu;
d. Kepala SKPD bidang tata ruang melakukan pengawasan pelaksanaan
kegiatan pemulihan fungsi ruang;
e. Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada huruf c tidak dapat
dipenuhi oleh orang yang melakukan pelanggaran, SKPD bidang tata
ruang bersama Satpol PP melakukan tindakan pemulihan ruang
secara paksa; dan

f. Apabila orang……
f. Apabila orang yang melakukan pelanggaran dinilai tidak mampu
membiayai kegiatan pemulihan fungsi ruang sebagaimana dimaksud
pada huruf c, Bupati dapat mengajukan penetapan pengadilan agar
pemulihan dilakukan SKPD terkait atas beban orang yang melakukan
pelanggaran tersebut di kemudian hari.

Pasal 63
(1) Denda administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 huruf i, dapat
dikenakan secara tersendiri atau bersama-sama dengan pengenaan
sanksi administratif terhadap pelanggaran ketentuan RDTR sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 58 ayat (2).
(2) Denda administratif terhadap pelanggaran ketentuan RDTR sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berdasarkan kriteria:
a. Besar atau kecilnya dampak yang ditimbulkan akibat pelanggaran
ketentuan RDTR;
b. Nilai manfaat pemberian sanksi yang diberikan terhadap pelanggaran
ketentuan RDTR; dan/atau
c. Kerugian publik yang ditimbulkan akibat pelanggaran ketentuan
RDTR
(3) Denda administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh
Bupati yang secara operasional menjadi tugas Kepala SKPD bidang tata
ruang sesuai kewenangannya.
(4) Denda administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib disetorkan
ke Kas Daerah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 64
Ketenteuan lebih lanjut mengenai sanksi administratif sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 58 ayat (1) dan denda denda administratif sebagaimana dimaksud
Pasal 60 huruf I akan diatur lebih lanjut melalui Peraturan Bupati dengan
mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB X
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 65
(1) Jangka waktu Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten Aceh Tengah adalah
20 (dua puluh) tahun dan dapat ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5
(lima) tahun.
(2) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan
bencana alam skala besar dan/atau perubahan batas teritorial wilayah
yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan, Rencana Detail
Tata Ruang Kabupaten Aceh Tengah dapat ditinjau kembali lebih dari 1
(satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
(3) Peraturan Bupati tentang Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten Aceh
Tengah tahun 2020-2040 dilengkapi dengan buku rencana dan album
peta yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

BAB XII…
BAB XI
KELEMBAGAAN

Pasal 66
(1) Dalam rangka penyelenggaraan koordinasi teknis penataan ruang dan
kerjasama antar wilayah, dibentuk Tim Koordinasi Penataan Ruang
Daerah.
(2) Untuk membantu pelaksanaan tugas TKPRD sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dibentuk Sekretariat dan Kelompok Kerja yang terbagi atas
Kelompok Kerja Perencanaan Tata Ruang dan Kelompok Kerja
Pemanfaatan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang.
(3) Tugas, susunan organisasi, dan tata kerja Tim Koordinasi Penataan Ruang
Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Keputusan
Bupati.

BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 67
Dengan berlakunya Peraturan Bupati ini, maka :
a. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan dan telah sesuai dengan
ketentuan Peraturan Bupati ini tetap berlaku sesuai dengan masa
berlakunya;
b. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi tidak sesuai dengan
ketentuan Peraturan Bupati ini berlaku ketentuan:
1. untuk yang belum dilaksanakan pembangunannya, izin tersebut
disesuaikan dengan fungsi kawasan berdasarkan Peraturan Bupati
ini;
2. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya, pemanfaatan
ruang dilakukan penyesuaian dengan fungsi kawasan berdasarkan
peraturan Bupati paling lambat 3 (tiga) tahun sejak Peraturan Bupati
ini ditetapkan; dan
3. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya dan tidak
memungkinkan untuk dilakukan penyesuaian dengan fungsi
kawasan berdasarkan Peraturan Bupati ini, izin yang telah diterbitkan
dapat dibatalkan dan terhadap kerugian yang timbul sebagai akibat
pembatalan izin tersebut dapat diberikan penggantian yang layak;
4. Pemanfaatan yang izinya sudah habis dan tidak sesuai dengan
peraturan Bupati ini dilakukan penyesuaian berdasarkan peraturan
Bupati ini.
c. pemanfaatan ruang di Kabupaten Aceh Tengah yang diselenggarakan
tanpa izin dan bertentangan dengan ketentuan Peraturan Bupati ini,
Pemanfatan ruang bersangkutan ditertibkan dan terlebih dahulu
disesuaikan dengan Peraturan Bupati ini;
d. pemanfaatan ruang yang sesuai dengan ketetentuan Peraturan Bupati ini,
agar dipercepat untuk mendapatkan izin yang diperlukan.

BAB XIV……..
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 68
(1) Dengan berlakunya Peratuaran Bupati ini, maka semua peraturan
pelaksanaan yang berkaitan dengan Penataan Ruang daerah yang telah
ada dinyatakan berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan
Bupati ini;
(2) Izin Pemanfataan ruang yang telah dikeluarkan dan telah sesuai dengan
ketentuan peraturan bupati ini tetap berlaku sesuai dengan masa
berlakunya;
(3) Izin pemanfatan ruang telah dikeluarkan tetapi tidak sesuai dengan
ketentuan peraturan Bupati ini berlaku ketentuan:
a. Untuk yang belum dilaksanakan pembangunannya, izin tersebut
disesuaikan dengan fungsi kawasan berdasarkan Peraturan Bupati ini;
b. Untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya, dilakukan
penyesuaian dengan masa transisi berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan untuk yang sudah dilaksanakan
pembangunannya dan tidak memungkinkan untuk dilakukan
penyesuaian dengan fungsi zona/sub zona berdasarkan Peraturan
Bupati ini, diberikan toleransi untuk tetap dipertahankan
keberadaannya sampai dengan habis masa berlaku izin yang telah
dikeluarkan.

Pasal 69
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan


Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Aceh
Tengah.

Ditetapkan di Takengon
Pada tanggal 20 Agustus 2021

BUPATI ACEH TENGAH

SHABELA ABUBAKAR

Diundangkan di Takengon
Pada Tanggal 20 Agustus 2021

SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN ACEH TENGAH

SUBHANDY

BERITA ACARA KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2021 NOMOR : 997

Anda mungkin juga menyukai