WALIKOTA PONTIANAK
PROVINSI KALIMANTAN BARAT
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Walikota ini, yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kota Pontianak
2. Kepala Daerah adalah Walikota Pontianak.
3. Pemerintah Daerah adalah Walikota sebagai unsur penyelenggara
Pemerintah Daerah yang memimpin Pelaksanaan Urusan Pemerintahan
yang menjadi kewenangan Pemerintah Kota Pontianak.
-4-
Pasal 3
Tujuan disusunnya peraturan Walikota ini adalah sebagai acuan
pemberian izin pemanfaatan ruang dalam mengimplementasikan
kebijakan penataan ruang, rencana struktur dan rencana pola ruang
serta pengendalian pemanfaatan ruang di kota Pontianak.
Pasal 4
Ruang lingkup peraturan Walikota ini meliputi:
a. peran dan fungsi RDTR serta cakupan BWP;
b. tujuan dan sasaran penataan ruang;
c. rencana struktur ruang;
d. rencana pola ruang;
e. penetapan Sub BWP yang prioritaskan penanganannya;
f. ketentuan pemanfaatan ruang;
g. peraturan zonasi;
h. ketentuan perizinan;
i. hak, kewajiban, dan peran Masyarakat;
j. jangka waktu dan peninjauan kembali;
BAB III
PERAN DAN FUNGSI RDTR SERTA CAKUPAN BWP
Bagian Kesatu
Peran dan Fungsi RDTR
Pasal 5
RDTR berperan sebagai alat operasionalisasi Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Pontianak dan alat koordinasi pelaksanaan pemanfaatan
ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di Kota Pontianak.
Pasal 6
RDTR berfungsi sebagai pedoman untuk:
a. penyusunan rencana pembangunan di Kota Pontianak;
b. pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di Kota
Pontianak;
c. perwujudan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan
perkembangan antar zona, serta keserasian antar sektor di Kota
Pontianak;
d. penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi di Kota Pontianak;
-9-
Bagian Kedua
Ruang Lingkup Wilayah
Pasal 7
(1) Ruang lingkup wilayah perencanaan meliputi wilayah administratif
Kota Pontianak dengan luas 11.550 (sebelas ribu lima ratus lima
puluh) hektar beserta ruang perairan, ruang udara di atasnya dan
ruang di dalam bumi.
(2) Wilayah administratif Kota Pontianak sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) merupakan satu kesatuan BWP yang mencakup 8 (delapan)
Sub BWP terdiri atas:
a. Sub BWP A merupakan bagian wilayah PPK mencakup 12 (dua
belas) Blok dengan luas 1.373,56 (seribu tiga ratus tujuh puluh tiga
koma lima puluh enam) hektar meliputi:
1. blok A-1 meliputi Kelurahan Mariana Kecamatan Pontianak
Kota;
2. blok A-2 meliputi Kelurahan Tengah Kecamatan Pontianak Kota;
3. blok A-3 meliputi Kelurahan Darat sekip Kecamatan Pontianak
Kota;
4. blok A-4 meliputi Kelurahan Benua melayu Darat Kecamatan
Pontianak Selatan;
5. blok A-5 meliputi Kelurahan Benua melayu Laut Kecamatan
Pontianak Selatan;
6. blok A-6 meliputi Kelurahan Tambelan sampit Kecamatan
Pontianak Timur;
7. blok A-7 meliputi Kelurahan Dalam bugis Kecamatan Pontianak
Timur;
8. blok A-8 meliputi Kelurahan Tanjung hilir Kecamatan Pontianak
Timur;
9. blok A-9 meliputi Kelurahan Siantan Tengah Kecamatan
Pontianak Utara;
10. blok A-10 meliputi Kelurahan Siantan Hilir Kecamatan
Pontianak Utara;
- 10 -
BAB IV
TUJUAN DAN SASARAN PENATAAN RUANG
Bagian Kesatu
Tujuan Penataan Ruang
Pasal 8
Penataan ruang BWP Kota Pontianak bertujuan untuk mewujudkan
kota perdagangan dan jasa terdepan di Kalimantan yang aman,
nyaman, produktif dan berkelanjutan.
Pasal 9
Tema penataan ruang Sub BWP terdiri atas:
- 13 -
Bagian Kedua
Sasaran Penataan Ruang
Pasal 10
(1) Sasaran untuk mewujudkan pelayanan perdagangan dan jasa skala
kota dan regional, pelayanan wisata budaya, dan pelayanan
transportasi laut yang berkarakter dan berkelanjutan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 huruf a terdiri atas:
a. berkembangnya zona perdagangan dan jasa skala provinsi, nasional
dan internasional;
b. berkembangnya zona pariwisata budaya;
c. berkembangnya zona perkantoran pemerintahan;
- 14 -
BAB V
RENCANA STRUKTUR RUANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 11
(1) Rencana Struktur Ruang Kota Pontianak ditetapkan dengan tujuan
untuk meningkatkan kualitas pusat pelayanan, meningkatkan kualitas
dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana, serta meningkatkan
fungsi Kota Pontianak sebagai Pusat Kegiatan Nasional yang mandiri
dengan mengedepankan pelestarian lingkungan.
(2) Rencana struktur ruang Kota Pontianak berfungsi sebagai penunjang
dan penggerak kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara
hierarki memiliki hubungan fungsional.
(3) Rencana struktur ruang Kota Pontianak terdiri atas:
a. rencana pengembangan pusat pelayanan;
b. rencana jaringan transportasi;
c. rencana jaringan energi;
d. rencana jaringan telekomunikasi;
e. rencana jaringan air minum;
f. rencana jaringan drainase;
g. rencana pengelolaan air limbah;
h. rencana jaringan persampahan; dan
i. rencana jaringan prasarana lainnya.
(4) Rencana Struktur Ruang Kota Pontianak sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) digambarkan dalam Peta Rencana Struktur Ruang Kota
Pontianak dengan menggunakan tingkat ketelitian sumber data skala
1:5.000 (satu banding lima ribu), tercantum dalam Lampiran II
dimaksud merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Walikota ini.
- 18 -
Bagian Kedua
Rencana Pengembangan Pusat Pelayanan
Pasal 12
(1) Rencana pengembangan pusat pelayanan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 ayat (3) huruf a merupakan distribusi pusat-pusat
pelayanan yang ditetapkan dengan tujuan untuk mengembangkan dan
meningkatkan kualitas dan jangkauan pusat pelayanan Kota
Pontianak.
(2) Rencana pengembangan pusat pelayanan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri atas:
a. PPK;
b. SPPK; dan
c. PL.
(3) PPK sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) huruf a ditetapkan
dalam rangka meningkatkan pelayanan ekonomi, sosial dan/atau
administrasi yang memiliki fungsi pelayanan utama untuk melayani
wilayah kota, provinsi, nasional dan internasional berada di Sub BWP
A.
(4) SPPK sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) huruf b ditetapkan
dalam rangka meningkatkan pelayanan ekonomi, sosial dan/atau
administrasi yang memiliki fungsi pelayanan sekunder untukkota
terdiri atas:
a. SPPK 1 merupakan pusat Sub BWP B;
b. SPPK 2 merupakan pusat Sub BWP C;
c. SPPK 3 merupakan pusat Sub BWP D;
d. SPPK 4 merupakan pusat Sub BWP E;
e. SPPK 5 merupakan pusat Sub BWP F;
f. SPPK 6 merupakan pusat Sub BWP G; dan
g. SPPK 7 merupakan pusat Sub BWP H.
(5) PL sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) huruf c ditetapkan dalam
rangka meningkatkan pelayanan ekonomi, sosial, dan/atau
administrasi yang memiliki fungsi pelayanan tersier untuk melayani
permukiman terdiri atas:
a. Pusat Lingkungan Kecamatan;
b. Pusat Lingkungan Kelurahan, dan
c. Pusat Rukun Warga.
- 19 -
(6) PPK, SPPK dan PL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
dalam Lampiran III dimaksud merupakan yang bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Walikota ini.
(7) Rencana pengembangan pusat pelayanan Kota Pontianak sebagaimana
dimaksud dalam Bagian Kedua digambarkan dalam Peta Rencana
Pengembangan Pusat Pelayanan Kota Pontianak dengan menggunakan
tingkat ketelitian sumber data skala 1:5.000 (satu banding lima ribu),
sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV dimaksud merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini.
Bagian Ketiga
Rencana Jaringan Transportasi
Pasal 13
(1) Rencana jaringan transportasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
ayat (3) huruf b ditetapkan dengan tujuan untuk meningkatkan
kualitas dan jangkauan pelayanan pergerakan orang dan barang serta
memfungsikannya sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi.
(2) Rencana jaringan transportasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas:
a. rencana jaringan transportasi darat; dan
b. rencana jaringan transportasi laut dan sungai.
Pasal 14
Rencana jaringan transportasi darat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 ayat (2) huruf a terdiri atas:
a. sistem jaringan jalan dan jembatan;
b. jaringan jalur kereta api; dan
c. jaringan sungai dan penyeberangan.
Pasal 15
Sistem jaringan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf a
terdiri atas:
a. jaringan jalan;
b. jalur pejalan kaki;
- 20 -
Pasal 16
(1) Jaringan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf a berupa
jaringan jalan arteri primer terdiri atas:
a. jaringan jalan nasional;
b. jaringan jalan provinsi; dan
c. jaringan jalan kota.
(2) Jaringan jalan nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
berupa jaringan jalan arteri primer terdiri atas:
a. Jalan Khatulistiwa;
b. Jalan Gusti Situt Mahmud;
c. Jalan Sultan Hamid II (Jalan Perintis Kemerdekaan);
d. Jalan Komodor Yos Sudarso;
e. Jalan Pak Kasih;
f. Jalan Rahadi Usman;
g. Jalan Tanjungpura;
h. Jalan Pahlawan;
i. Jalan Veteran;
j. Jalan Ahmad Yani; dan
k. Jalan Ya’ M. Sabran.
(3) Jaringan jalan provinsi sebagaimana dimaksud dalam pada ayat (1)
huruf b berupa jaringan jalan kolektor primer terdiri atas:
a. Jalan Hasanudin;
b. Jalan H.R.A. Rachman;
c. Jalan Husein Hamzah;
d. Jalan Imam Bonjol;
e. Jalan Adi Sucipto; dan
f. Jalan Tanjung Raya II.
(4) Jaringan jalan kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri
atas:
a. jaringan jalan arteri sekunder;
b. jaringan jalan kolektor sekunder;
c. jaringan jalan lokal sekunder; dan
d. jaringan jalan lingkungan sekunder.
- 21 -
(5) Jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sampai dengan
ayat (4) tercantum dalam Lampiran V sebagaimana dimaksud
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini.
(6) Jaringan jalan lingkungan sekunder sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) huruf d merupakan jalan yang menghubungkan antar persil yang
tersebar merata dan seimbang di seluruh Blok.
(7) Jaringan jalan arteri primer, kolektor primer, arteri sekunder, dan
kolektor sekunder dapat dimanfaatkan sebagai jaringan jalan untuk
bus rapid transit.
Pasal 17
(1) Jalur pejalan kaki sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf b
ditetapkan dengan tujuan untuk memfasilitasi pergerakan pejalan kaki
dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menjamin aspek
keselamatan dan kenyamanan pejalan kaki.
(2) Jalur pejalan kaki sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan di:
a. jaringan jalan arteri primer, kolektor primer, arteri sekunder, kolektor
sekunder, dan lokal sekunder di Zona RTH, Zona R, Zona K, Zona KT,
Zona SPU, Zona KPI, Zona PL-6, dan Zona W; dan
b. jaringan jalan lingkungan sekunder.
Pasal 18
(1) Jalur sepeda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf c
ditetapkan dengan tujuan untuk memfasilitasi pergerakan sepeda dari
satu tempat ke tempat lainnya dengan menjamin aspek keselamatan
dan kenyamanan bersepeda.
(2) Jalur sepeda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan di:
a. jaringan jalan arteri primer, kolektor primer, arteri sekunder, kolektor
sekunder dan lokal sekunder di Zona RTH, Zona R, Zona K, Zona KT,
Zona SPU, Zona KPI, Zona PL-6, dan Zona W; dan
b. jaringan jalan lingkungan sekunder.
Pasal 19
Terminal penumpang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf d
terdiri atas:
- 22 -
Pasal 20
(1) Jaringan jalur kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf
b ditetapkan dengan tujuan meningkatkan keterkaitan dengan sistem
perkotaan Pulau Kalimantan dan keterkaitan antar Rencana
Pengembangan Pusat Pelayanan terdiri atas:
a. jaringan jalur kereta api; dan
b. stasiun kereta api.
(2) Jaringan jalur kereta api sebagaimana pada ayat (1) huruf a terdiri
atas:
a. jaringan jalur kereta api antar kota; dan
b. jaringan jalur kereta api perkotaan.
(3) Jaringan jalur kereta api antarkota sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a merupakan merupakan jalur ganda kereta api antarkota
Lintas Selatan Pulau Kalimantan Bagian Barat yang menghubungkan
Sanggau-Pontianak-Mempawah yang melalui Kelurahan Siantan Hulu,
Kelurahan Siantan Tengah, Kelurahan Siantan Hilir dan Kelurahan
Batu layang.
(4) Jaringan jalur kereta api perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b merupakan jalur ganda kereta api perkotaan atau jalur rel
kereta api ringan untuk Lintas Rel Terpadu terdiri atas:
a. jalur utama meliputi:
1. jalur Selatan Sungai Kapuas ditetapkan di Jalan Adi Sucipto,
Jalan Imam Bonjol, Jalan Tanjung Pura, Jalan Pak Kasih, dan
Jalan Komodor Yos Sudarso; dan
2. jalur Utara Sungai Kapuas ditetapkan di Jalan Gusti Situt
Mahmud dan Jalan Khatulistiwa;
- 23 -
Pasal 21
(1) Jaringan sungai dan penyeberangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14 huruf c terdiri atas:
a. pelabuhan sungai;
b. alur-pelayaran; dan
c. lintas penyeberangan.
(2) Pelabuhan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berupa
pelabuhan atau dermaga sungai terdiri atas:
a. pelabuhan pengumpul Bardan Hadi di Blok A-2; dan
- 24 -
Pasal 22
(1) Rencana jaringan transportasi laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal
13 ayat (2) huruf b terdiri atas:
a. pelabuhan laut; dan
b. alur-pelayaran.
(2) Pelabuhan laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri
atas:
a. pelabuhan utama;
b. pelabuhan pengumpan lokal; dan
c. terminal khusus.
(3) Pelabuhan utama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terdiri
atas:
a. pelabuhan utama Dwikora di Blok A-2; dan
b. pelabuhan utama Nipah Kuning di Blok E-3.
(4) Pelabuhan pengumpan lokal sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b Pelabuhan Sheng Hie di Blok A-5.
(5) Terminal khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c terdiri
atas:
a. pelabuhan perikanan meliputi Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)
Sungai Jawi di Blok E-1 dan PPI Pontianak di Blok E-3;
b. pangkalan TNI-AL di Blok E-1;
c. pangkalan Depo BBM di Blok G-1, Blok G-2, dan Blok G-3;
- 25 -
Pasal 23
Rencana jaringan transportasi kota Pontianak sebagaimana dimaksud
dalam Bagian Ketiga digambarkan dalam Peta Rencana Jaringan
Transportasi Kota Pontianak dengan menggunakan tingkat ketelitian
sumber data skala 1:5.000 (satu banding lima ribu) sebagaimana
tercantum dalam Lampiran VI dimaksud merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Walikota ini.
Bagian Keempat
Rencana Jaringan Energi
Pasal 24
(1) Rencana jaringan energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat
(3) huruf c ditetapkan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
energi dalam jumlah cukup dan menyediakan akses berbagai jenis
energi bagi masyarakat untuk kebutuhan sekarang dan masa datang.
(2) Rencana jaringan energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas:
a. jaringan infrastruktur minyak dan gas bumi; dan
b. jaringan infrastruktur ketenagalistrikan.
(3) Jaringan infrastruktur minyak dan gas bumi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf a meliputi:
a. jaringan pipa gas transmisi merupakan bagian dari jaringan pipa
gas transmisi Natuna-Pontianak-Palangkaraya; dan
- 26 -
Pasal 25
Rencana jaringan energi Kota Pontianak sebagaimana dimaksud dalam
Bagian Keempat digambarkan dalam Peta Rencana Jaringan Energi
Kota Pontianak dengan menggunakan tingkat ketelitian sumber data
skala 1:5.000 (satu banding lima ribu) sebagaimana tercantum dalam
Lampiran VII dimaksud merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Walikota ini.
- 27 -
Bagian Kelima
Rencana Jaringan Telekomunikasi
Pasal 26
(1) Rencana jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
11 ayat (3) huruf d ditetapkan dengan tujuan untuk meningkatkan
aksesibilitas masyarakat dan dunia usaha terhadap layanan
komunikasi baik nasional maupun internasional.
(2) Rencana jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas:
a. jaringan tetap;
b. jaringan bergerak terestrial;
c. jaringan bergerak seluler; dan
d. jaringan bergerak satelit.
(3) Jaringan tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terdiri
atas:
a. jaringan serat optik ditetapkan di jaringan jalan arteri primer,
kolektor primer, arteri sekunder, kolektor sekunder, jaringan jalan
lokal sekunder, dan jalan lingkungan sekunder untuk melayani
seluruh Blok; dan
b. Stasiun Telepon Otomat (STO) ditetapkan menyebar dan seimbang
untuk melayani seluruh Blok.
(4) Jaringan bergerak terestrial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
b meliputi jaringan radio trunking dan radio panggil untuk umum
ditetapkan menyebar dan seimbang untuk melayani seluruh Blok.
(5) Jaringan bergerak seluler sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c
meliputi:
a. Menara Base Transceiver Station mandiri dan menara Base
Transceiver Station Bersama ditetapkan menyebar dan seimbang
untuk melayani seluruh Blok oleh penyelenggara telekomunikasi
dengan memperhatikan efisiensi pelayanan, keamanan dan
kenyamanan lingkungan sekitarnya diatur sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
b. Stasiun transmisi ditetapkan menyebar dan seimbang melayani
seluruh blok.
(6) Jaringan bergerak satelit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d
berupa stasiun bumi di Blok F-1.
- 28 -
Pasal 27
Rencana jaringan telekomunikasi Kota Pontianak sebagaimana
dimaksud dalam Bagian Kelima digambarkan dalam Peta Rencana
Jaringan Telekomunikasi Kota Pontianak dengan menggunakan tingkat
ketelitian sumber data skala 1:5.000 (satu banding lima ribu)
sebagaimana tercantum dalam Lampiran VIII dimaksud merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan WaliKota ini.
Bagian Keenam
Rencana Jaringan Air Minum
Pasal 28
(1) Rencana jaringan air minum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
ayat (3) huruf editetapkan dengan tujuan untuk menjamin kuantitas,
kualitas dan kontinuitas penyediaan air minum bagi masyarakat dan
kegiatan ekonomi, serta meningkatkan efisiensi dan cakupan
pelayanan.
(2) Rencana jaringan air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas:
a. jaringan perpipaan; dan
b. jaringan non perpipaan.
(3) Jaringan perpipaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
terdiri atas:
a. unit air baku berupa bangunan pengambilan air (intake) dan unit
produksi berupa instalasi produksi ditetapkan di Blok A-5, Blok E-
1, Blok F-1, dan Blok H-4;
b. unit distribusi air minum meliputi:
1. jaringan pipa distribusi utama ditetapkan di Jalan Komodor Yos
Sudarso, Jalan Hasanudin, Jalan K.H. Wahid Hasyim, Jalan Ahmad
Yani, Jalan Veteran, Jalan Pahlawan, Jalan Imam Bonjol, jaringan
jalan arteri primer dan kolektor primer, arteri sekunder, kolektor
sekunder, dan jaringan jalan lokal primer;
2. jaringan pipa distribusi pembawa atau distribusi sekunder
ditetapkan di Jalan Pahlawan, Jalan Veteran, Jalan Gajah Mada,
Jalan Ahmad Yani, Jalan HOS. Cokro Aminoto, Jalan Tanjung
Raya, Jalan Gusti Situt Mahmud, Jalan Selat Sunda, Jalan Sawo,
- 29 -
Pasal 29
Rencana jaringan air minum Kota Pontianak digambarkan dalam Peta
Rencana Jaringan Air Minum Kota Pontianak dengan menggunakan
tingkat ketelitian sumber data skala 1:5.000 (satu banding lima ribu)
sebagaimana tercantum dalam Lampiran IX dimaksud merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini.
- 30 -
Bagian Ketujuh
Rencana Jaringan Drainase
Pasal 30
(1) Rencana jaringan drainase sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat
(3) huruf f ditetapkan dengan tujuan untuk mengurangi genangan air
dan mendukung pengendalian banjir.
(2) Rencana jaringan drainase sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas:
a. saluran drainase induk/primer;
b. saluran drainase sekunder; dan
c. saluran drainase tersier.
(3) Saluran drainase induk/primer sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a dikembangkan melalui saluran pembuangan utama pada
sungai dan/atau anak sungai dan/atau kanal buatan di:
a. Sungai Kapuas Besar, Sungai Landak, Sungai Kapuas Kecil, Sungai
Raya, Sungai Kapitan, Sungai Jenggot, Sungai Nipah Kuning,
Sungai Parit Jawi, Sungai Serok, Sungai Beliung, Sungai Selamat,
Sungai Kuning, Sungai Dirhaka, Sungai Pandan;
b. Parit Bansir, Parit Besar, Parit Tokaya, Parit Bangka, Parit Haji
Husin, Parit Bating, Parit Daeng Lasibek, Parit Jepon, Parit Kongsi,
Parit Langgar, Parit Mayor, Parit Pangeran Pati, Parit Semerangkai,
Parit Tembelan, Parit Wan Bakar Kapur, Parit Haji Yusuf, Parit Jalil,
Parit Norman, Parit Sungai Kapuas, Parit Lobalo, Parit Tengah, Parit
Sungai Jawi, Parit Sungai Kakap, Parit Jawa, Parit Makmur, Parit
Malaya, Parit Nanas, Parit Pangeran, Parit Sungai Kuning, Parit
Sungai Putat, Parit Sungai Sahang, Parit Sungai Selamat, Parit Wan
Salim, Parit Pak Kacong, Parit Pekong, Parit Lie, Parit Belanda, Parit
Cekwa, dan Parit Pangeran II; dan
c. jaringan jalan arteri primer, kolektor primer dan arteri sekunder.
(4) Saluran drainase sekunder sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
b dikembangkan melalui saluran pembuangan kedua pada saluran
buatan di jaringan jalan arteri sekunder, kolektor sekunder dan lokal
sekunder.
- 31 -
(5) Saluran drainase tersier sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c
dikembangkan melalui saluran pembuangan ketiga di jaringan jalan
arteri sekunder, kolektor sekunder dan lokal sekunder untuk melayani
seluruh Blok.
(6) Rencana jaringan drainase sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilaksanakan secara terpadu dengan sistem pengendalian banjir.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai rencana jaringan drainase diatur
dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 31
Rencana jaringan drainase Kota Pontianak digambarkan dalam Peta
Rencana Jaringan Drainase Kota Pontianak dengan menggunakan
tingkat ketelitian sumber data skala 1:5.000 (satu banding lima ribu)
sebagaimana tercantum dalam Lampiran X dimaksud merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini.
Bagian Kedelapan
Rencana Pengelolaan Air Limbah
Pasal 32
(1) Rencana pengelolaan air limbah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
11 ayat (3) huruf g ditetapkan dengan tujuan untuk meningkatkan
pelayanan air limbah yang berkualitas, meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan kualitas lingkungan, melindungi kualitas air baku dari
pencemaran air limbah, dan mendorong upaya pemanfaatan hasil
pengolahan air limbah.
(2) Rencana pengelolaan air limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas:
a. SPAL setempat;
b. SPAL terpusat; dan
c. sistem pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
(3) SPAL setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a berada di
Zona R dilengkapi pengolahan setempat, pengangkutan, dan jaringan
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja.
(4) SPAL Terpusat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b terdiri
atas:
a. instalasi pengolahan air limbah kota;
- 32 -
Pasal 33
Rencana pengelolaan air limbah Kota Pontianak sebagaimana
dimaksud dalam Bagian Kedelapan digambarkan dalam Peta Rencana
Pengelolaan Air Limbah Kota Pontianak dengan menggunakan tingkat
ketelitian sumber data skala 1:5.000 (satu banding lima ribu)
dimaksud sebagaimana tercantum dalam Lampiran XI merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini.
Bagian Kesembilan
Rencana Jaringan Persampahan
Pasal 34
(1) Rencana jaringan persampahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
ayat (3) huruf h terdiri atas:
a. tempat pemrosesan sementara; dan
b. tempat pemrosesan akhir.
- 33 -
Pasal 35
Rencana jaringan persampahan sebagaimana dimaksud dalam Bagian
kesembilan digambarkan dalam Peta Rencana Jaringan
PersampahanKota Pontianak dengan menggunakan tingkat ketelitian
sumber data skala 1:5.000 (satu banding lima ribu) sebagaimana
tercantum dalam Lampiran XII dimaksud merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Walikota ini.
Bagian Kesepuluh
Rencana Jaringan Prasarana Lainnya
Pasal 36
(1) Rencana jaringan prasarana lainnyasebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 ayat (3) huruf i terdiri atas:
a. jalur evakuasi bencana; dan
b. ruang evakuasi bencana.
- 34 -
(2) Jalur evakuasi bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi Jalan Sultan Hamid II (Jalan Perintis Kemerdekaan), Jalan
Panglima Aim, Jalan Tanjung Raya II, Jalan Ya’ M. Sabran,Jalan Imam
Bonjol, Jalan Ahmad Yani, Jalan Daya Nasional, Jalan Veteran, Jalan
Sei Raya Dalam, Jalan Patimura, Jalan Hasanudin, Jalan Zainudin,
Jalan Pak Kasih, Jalan Husein Hamzah, Jalan Sutan Syahrir, Jalan
Prof. M. Yamin, Jalan Ampera, Jalan Komodor Yos Sudarso, Jalan R.E.
Martadinata, Jalan Selat Panjang, Jalan 28 Oktober, Jalan Lapan,
Jalan Gusti Situt Mahmud, Jalan Flora, Jalan Khatulistiwa, Jalan Budi
Utomo, dan jaringan jalan arteri primer, kolektor primer, arteri
sekunder, kolektor sekunder, local sekunder.
(3) Ruang evakuasi bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
terdiri atas:
a. tempat evakuasi sementara berada di blok B-1, blok B-4, blok C-2,
blok D-2, blok D-4, blok D-5, blok E-2, blok F-3, blok F-4, blok F-5,
blok G-1, blok G-3, dan blok H-2; dan
b. tempat evakuasi akhir berada di blok A-12, blok B-3, blok D-2, blok
D-5, blok F-2, blok F-5, blok G-3, blok H-1, dan blok H-2.
(4) Pengembangan jalur evakuasi bencana dilaksanakan oleh Pemerintah
sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 37
Rencana jaringan prasarana lainnya Kota Pontianak sebagaimana
dimaksud dalam Bagian Kesembilan digambarkan dalam Peta Rencana
Jalur Evakuasi Bencana Kota Pontianak dengan menggunakan tingkat
ketelitian sumber data skala 1:5.000 (satu banding lima ribu),
tercantum dalam Lampiran XIII dimaksud merupakan bagian tidak
yang terpisahkan dari Peraturan Walikota ini.
- 35 -
BAB VI
RENCANA POLA RUANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 38
(1) Rencana pola ruang Kota Pontianak ditetapkan dengan tujuan
mengoptimalkan pemanfaatan ruang sesuai dengan peruntukannya
sebagai Zona Lindung dan Zona Budi Daya secara berkelanjutan
berdasarkan daya dukung dan daya tampung lingkungan guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
(2) Rencana pola ruang Kota Pontianak sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) terdiri atas:
a. rencana Zona Lindung; dan
b. rencana Zona Budi Daya.
Bagian Kedua
Rencana Zona Lindung
Pasal 39
Rencana Zona Lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (2)
huruf a terdiri atas:
a. zona lindung gambut;
b. zona sempadan sungai;
c. zona ruang terbuka hijau; dan
d. zona lindung spiritual dan kearifan lokal.
Pasal 40
(1) zona lindung gambut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf a
ditetapkan dengan kriteria:
a. gambut dengan ketebalan 3 (tiga) meter atau lebih;
b. plasma nutfah spesifik dan/atau endemik; dan/atau
c. spesies yang dilindungi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
- 36 -
(2) zona lindung gambut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) seluas
499,39 ha (empat ratus sembilan puluh sembilan koma tiga sembilan)
hektar ditetapkan di blok B-4, blok C-6, blok G-3 dan blok G-4.
Pasal 41
(1) zona sempadan sungai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf b
seluas 98,38 (Sembilan puluh delapan koma tiga delapan) hektar
ditetapkan di daratan sepanjang tepian pada:
a. sungai kapuas dan sungai landak ditetapkan berjarak 15 (lima
belas) meter dari tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur
sungai;
b. sungai jawi, sungai nipah kuning, sungai Serok, sungai parit
pangeran, sungai sahang, sungai malaya, sungai kunyit baru, parit
perdana ditetapkan berjarak 10 (sepuluh) meter dari tepi kiri dan
kanan palung sungai sepanjang alur sungai.
(2) Peraturan lebih lanjut mengenai sempadan sungai sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur sesuai peraturan perundang-undangan.
Pasal 42
(1) Zona RTH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf c ditetapkan
dengan tujuan untuk menciptakan keindahan, kenyamanan,
pembersih udara, pemeliharaan kelangsungan persediaan air tanah
dan pelestarian fungsi lingkungan.
(2) Zona RTH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. sub zona RTH-1 yang merupakan rimba kota;
b. sub zona RTH-2 yang merupakan taman kota;
c. sub zona RTH-3 yang merupakan taman kecamatan;
d. sub zona RTH-4 yang merupakan taman kelurahan;
e. sub zona RTH-5 yang merupakan taman RW;
f. sub zona RTH-6 yang merupakan taman RT; dan
g. sub zona RTH-7 yang merupakan pemakaman.
(3) Penyediaan RTH Publik direncanakan paling sedikit 20% dari luas
kawasan perkotaan yang disediakan secara bertahap dalam jangka
waktu 20 (dua puluh) tahun.
- 37 -
(4) Pengembangan RTH Publik di Zona R, Zona K, Zona KT, Zona SPU,
Zona KPI, dan Zona W wajib untuk menyediakan RTH publik paling
sedikit 10 (sepuluh) persen dari luas area yang dikembangkan oleh
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Masyarakat.
Pasal 43
(1) Sub Zona RTH-1 yang merupakan rimba kota sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 42 ayat (2) huruf a ditetapkan dengan kriteria:
a. vegetasi yang mengelompok pada satu areal, dengan jumlah
vegetasi minimal 100 (seratus) pohon dengan jarak tanam rapat
tidak beraturan;
b. vegetasi tumbuh menyebar terpencar-pencar dalam bentuk rumpun
atau gerombol-gerombol kecil dengan luas minimal 2.500 (dua ribu
lima ratus) meter persegi; dan/atau
c. vegetasi berbentuk jalur mengikuti bentukan sungai, jalan, pantai,
dan saluran dengan lebar jalur minimal 30 (tiga puluh) meter.
(2) Sub Zona RTH-1 yang merupakan rimba kota sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dengan luas 208,71 (dua ratus delapan koma tujuh satu)
hektar ditetapkan di:
a. pendopo Gubernur Kalimantan Barat di Blok A-4;
b. arboretum di Blok B-1;
c. rencana hutan kota di Blok D-2;
d. rencana hutan kota delta bekas Sungai Malaya di Blok F-1;
e. rencana hutan kota di Blok F-2;
f. hutan Kota Siantan Hulu dan Siantan Hilir di Blok F-5;
g. hutan Kota Pulau Batulayang di Blok G-3;
h. rencana hutan kota Bukit Reel di Blok G-4; dan
i. rencana hutan kota Kelurahan Parit mayor di Blok H-4.
(3) Sub Zona RTH-2 yang merupakan taman kota sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 42 ayat (2) huruf b dengan luas 261,24 (dua ratus enam
puluh satu koma dua empat) hektar ditetapkan di Blok A-2, Blok A-12,
Blok B-1, Blok B-2, Blok D-2, Blok D-5, Blok F-5 dan Blok H-1.
- 38 -
Pasal 44
Bagian Ketiga
Rencana Zona Budi Daya
Pasal 45
Rencana zona budi daya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat
(2) huruf b terdiri atas:
a. zona perumahan (Zona R);
b. zona perdagangan dan Jasa (Zona K);
c. zona perkantoran (Zona KT);
d. zona sarana pelayanan umum (Zona SPU);
e. zona kawasan peruntukan industri (Zona KPI);
f. zona pertanian (P);
g. zona ruang terbuka non hijau (RTNH);
h. zona tempat pemrosesan akhir (TPA);
i. zona pembangkit tenaga listrik (PTL);
j. zona pariwisata (W);
k. zona pertahanan dan keamanan (HK);
l. zona transportasi (TR);
m. zona peruntukan lainnya (PL); dan
n. zona campuran (C).
- 40 -
Pasal 46
(1) Zona R sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 huruf a terdiri atas:
a. sub zona R-2 yang merupakan sub zona perumahan kepadatan
tinggi;
b. sub zona R-3 yang merupakan sub zona perumahan kepadatan
sedang; dan
c. sub zona R-4 yang merupakan sub zona perumahan kepadatan
rendah.
(2) Sub Zona R-2 yang merupakan sub zona perumahan kepadatan tinggi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dengan luas 4.633,84
(empat ribu enam ratus tiga puluh tiga koma delapan empat) hektar
ditetapkan di Blok A-1, Blok A-2, Blok A-3, Blok A-4, Blok A-5, Blok A-
6, Blok A-7, Blok A-8, Blok A-9, Blok A-10, Blok A-11, Blok A-12, Blok
B-1, Blok B-2, Blok B-3, Blok B-4, Blok C-1, Blok C-2, Blok C-3, Blok
C-4, Blok C-5, Blok C-6, Blok D-1, Blok D-2, Blok D-3, Blok D-4, Blok
D-5, Blok E-1, Blok E-2, Blok E-3, Blok F-1, Blok F-2, Blok F-3, Blok F-
4, Blok F-5, Blok G-1, Blok G-2, Blok G-3, Blok H-1, Blok H-2, Blok H-
3, dan Blok H-4.
(3) Sub Zona R-3 yang merupakan sub zona perumahan kepadatan sedang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dengan luas 1.024,18
(seribu dua puluh empat koma satu delapan) hektar ditetapkan di Blok
A-4,Blok A-12, Blok B-1, Blok B-3, Blok B-4, Blok C-2, Blok C-4, Blok
C-5, Blok C-6, Blok D-2, Blok E-2, Blok F-1, Blok F-4, Blok F-5, Blok
G-1, Blok G-2, Blok G-3, Blok H-2, Blok H-3, dan Blok H-4.
(4) Sub Zona R-4 yang merupakan sub zona perumahan kepadatan rendah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dengan luas 628,98
(enam ratus dua puluh delapan koma Sembilan delapan) hektar
ditetapkan di Blok B-3, Blok B-4, Blok D-2, Blok F-5, Blok G-1, Blok
G-2, Blok G-3 dan Blok G-4.
Pasal 47
(1) Zona K sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 huruf b terdiri atas:
a. sub zona K-1 yang merupakan sub zona perdagangan dan jasa
skala pelayanan kota; dan
- 41 -
b. sub zona K-3 yang merupakan sub zona perdagangan dan jasa
skala pelayanan lingkungan.
(2) Sub Zona K-1 yang merupakan sub zona perdagangan dan jasa skala
pelayanan kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dengan
luas 383,89 (tiga ratus delapan puluh tiga koma delapan sembilan)
hektar ditetapkan di Blok A-1, Blok A-2, Blok A-3, Blok A-4, Blok A-5,
Blok A-7, Blok A-9, Blok A-10, Blok A-11, Blok A-12, Blok B-1, Blok B-
2, Blok C-1, Blok D-1, Blok D-3, Blok D-4, Blok E-1, Blok E-2 dan Blok
E-3.
(3) Sub Zona K-3 yang merupakan sub zona perdagangan dan jasa skala
pelayanan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dengan luas 1.023,35 (seribu dua puluh tiga koma tiga lima) hektar
ditetapkan di Blok A-1, Blok A-2, Blok A-3, Blok A-4, Blok A-6, Blok A-
7, Blok A-8, Blok A-9, Blok A-10, Blok A-12, Blok B-1, Blok B-2, Blok
B-3, Blok B-4, Blok C-1, Blok C-2, Blok C-3, Blok C-4, Blok C-5, Blok
C-6, Blok D-1, Blok D-2, Blok D-3, Blok D-4, Blok D-5, Blok E-1, Blok
E-2, Blok E-3, Blok F-1, Blok F-2, Blok F-3, Blok F-4, Blok F-5, Blok G-
1, Blok G-2, Blok G-3, Blok G-4, Blok H-1, Blok H-2, Blok H-3, dan
Blok H-4.
Pasal 48
Zona KT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 huruf c dengan luas
143,99 (seratus empat puluh tiga koma sembilan sembilan) hektar
ditetapkan di Blok A-1, Blok A-2, Blok A-3, Blok A-4, Blok A-5, Blok A-
6, Blok A-7, Blok A-8, Blok A-9, Blok A-10, Blok A-11, Blok A-12, Blok
B-1, Blok B-2, Blok B-3, Blok B-4, Blok C-1, Blok C-2, Blok C-4, Blok
C-5, Blok C-6, Blok D-1, Blok D-2, Blok D-4, Blok D-5, Blok E-1, Blok
E-2, Blok E-3, Blok F-1, Blok F-2, Blok F-5, Blok G-1, Blok G-2, Blok
G-3, Blok G-4 dan Blok H-1, Blok H-2, Blok H-3, Blok H-4.
Pasal 49
(1) Zona SPU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 huruf d terdiri atas:
a. Sub Zona SPU-1 yang merupakan sub zona SPU skala kota;
b. Sub Zona SPU-2 yang merupakan sub zona SPU skala kecamatan;
c. Sub Zona SPU-3 yang merupakan sub zona SPU skala kelurahan;
dan
- 42 -
d. Sub Zona SPU-4 yang merupakan sub zona SPU skala RW.
(2) Sub Zona SPU-1 yang merupakan sub zona SPU skala kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dengan luas 248,22 (dua
ratus empat puluh delapan koma dua dua) hektar ditetapkan di Blok A-
1, Blok A-2, Blok A-3, Blok A-4, Blok A-7, Blok A-8, Blok A-9, Blok A-
11, Blok A-12, Blok B-1, Blok B-2, Blok B-4, Blok C-1, Blok C-3, Blok
C-4, Blok D-5, Blok E-2, Blok E-3, Blok F-1, dan Blok F-5.
(3) Sub Zona SPU-2 yang merupakan sub zona SPU skala kecamatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dengan luas 98,61
(sembilan puluh delapan koma enam satu) hektar ditetapkan di Blok A-
1, Blok A-2, Blok A-3, Blok A-4, Blok A-5, Blok A-6, Blok A-7, Blok A-9,
Blok A-10, Blok A-12, Blok B-1, Blok B-2, Blok B-3, Blok B-4, Blok C-2,
Blok C-3, Blok C-4, Blok C-5, Blok D-1, Blok D-2, Blok D-3, Blok D-4,
Blok D-5, Blok E-1, Blok E-2, Blok E-3, Blok F-2, Blok F-3, Blok F-4,
Blok F-5, Blok G-1, Blok G-2, Blok G-3, Blok H-1, Blok H-2 dan Blok
H-3.
(4) Sub Zona SPU-3 yang merupakan sub zona SPU skala kelurahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dengan luas 57,52 (lima
puluh tujuh koma lima puluh dua) hektar ditetapkan di Blok A-1, Blok
A-2, Blok A-4, Blok A-6, Blok A-7, Blok A-9, Blok A-10, Blok A-11, Blok
B-1, Blok B-3, Blok B-4, Blok C-1, Blok C-2, Blok C-3, Blok C-4, Blok
C-5, Blok C-6, Blok D-1, Blok D-2, Blok D-3, Blok D-4, Blok D-5, Blok
E-1, Blok E-2, Blok E-3, Blok F-1, Blok F-2, Blok F-4, Blok G-2, Blok
G-3, Blok H-1, Blok H-2, dan Blok H-3.
(5) Sub Zona SPU-4 yang merupakan sub zona SPU skala RW
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dengan luas 99,83
(sembilan puluh sembilan koma delapan tiga) hektar ditetapkan
menyebar dan seimbang di seluruh BWP.
Pasal 50
(1) Zona peruntukan industri dengan kode KPI sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 45 huruf e terdiri atas:
a. sub zona KI yang merupakan sub zona kawasan industri; dan
b. sub zona SIKM yang merupakan sub zona sentra industri kecil
menengah.
- 43 -
(2) Sub Zona KI yang merupakan sub zona kawasan industri sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dengan luas 154,22 (seratus lima
puluh empat koma dua dua) hektar ditetapkan di Blok A-9, Blok A-10,
Blok F1, Blok F-2, Blok F-5, Blok G-1, Blok G-2, Blok G-3, Blok H-1,
dan Blok H-3.
(3) Sub Zona SIKM yang merupakan sub zona sentra industri kecil
menengah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dengan luas
19,1 (sembilan belas koma satu) hektar ditetapkan di Blok G-3, B-1
dan F-5 .
Pasal 51
Zona pertanian dengan kode P sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45
huruf f berupa Sub Zona P-2 yang merupakan sub zona hortikultura
dengan luas 372,65 (tiga ratus tujuh puluh dua koma enam lima)
hektar ditetapkan di Blok A-6, Blok F-1, Blok F-5, Blok G-1, Blok G-2,
Blok G-4, Blok H-1, dan Blok H-4.
Pasal 52
Zona RTNH sebagaimana dimaksud dalam pasal 45 huruf g dengan
luas 1,96 (satu koma sembilan enam) hektarditetapkan Blok A-2, Blok
A-7, Blok A-9, Blok B-1, Blok B-2, Blok C-2, Blok C-4, Blok H-1, Blok
H-3 dan Blok H-4.
Pasal 53
Zona tempat pemrosesan akhir dengan kode TPA sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 45 huruf h dengan luas 17,98 (tujuh belas koma
sembilan delapan) hektar ditetapkan di Blok G-4 Kelurahan Batu
layang.
Pasal 54
Zona pembangkit listrik dengan kode PTL sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 45 huruf i seluas 5,6 Ha ditetapkan di Blok G-1.
Pasal 55
(1) Zona Pariwisata dengan kode W sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45
huruf j terdiri atas:
a. sub zona W-2 yang merupakan sub zona pariwisata buatan; dan
- 44 -
Pasal 56
Zona pertahanan dan keamanan dengan kode HK sebagaimana
dimaksud dalam pasal 45 huruf k dengan luas 9,29 (Sembilan koma
dua Sembilan) hektar terdiri atas:
a. Polisi Militer Kodam XII Tanjungpura di Blok A-2;
b. Komando Distrik Militer 1207 di Blok A-4;
c. Koramil 1207-01/Pontianak Utara di Blok A-9;
d. Hubdam XII/TPR di Blok B-1;
e. Komando Daerah Militer XII TPR BABINMINVETCAD di Blok C-1;
f. Koramil 1207-02/Pontianak Selatan di Blok C-5;
g. Pangkalan Utama TNI AL XII di Blok E-1;
h. Koramil 1207-03/Pontianak Barat di Blok E-3; dan
i. Koramil 1207-04/Pontianak Timur di Blok H-2.
Pasal 57
Zona Transportasi dengan kode TR sebagaimana dimaksud dalam pasal
45 huruf l dengan luas 19,16 (seluas sembilas koma satu enam) hektar
ditetapkan di Blok A-1, Blok A-2, Blok A-5, Blok A-9, Blok E-1, Blok E-
3, dan Blok G-3.
Pasal 58
Zona Peruntukan Lainnya sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 45
huruf m berupa Sub Zona PL-6 yang merupakan sub zona
pergudangan dengan luas 140,93 (seratus empat puluh koma sembilan
tiga) hektar ditetapkan di Blok A-7, Blok A-8, Blok A-9, Blok B-2, Blok
C-5, Blok C-6, Blok D-2, Blok D-4, Blok E-1, Blok E-2, Blok E-3, Blok
F-1, Blok F-4, Blok F-5, Blok G-1, Blok G-3 dan Blok H-1.
- 45 -
Pasal 59
Zona campuran dengan kode C sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45
huruf n berupa Sub Zona C-1 yang merupakan sub zona perumahan
dan perdagangan/jasa dengan luas 16,48 (enam belas koma empat
delapan) hektar ditetapkan di Blok A-12 dan Blok B-1.
Pasal 60
Rencana Pola Ruang Kota Pontianak sebagaimana dimaksud dalam
Bab V digambarkan dalam Peta Rencana Pola Ruang Kota Pontianak
dengan menggunakan tingkat ketelitian sumber data skala 1:5.000
(satu banding lima ribu) sebagaimana tercantum dalam Lampiran XIV
dimaksud merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Walikota ini.
BAB VII
PENETAPAN SUB BWP YANG DIPRIORITASKAN PENANGANANNYA
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 61
Sub-BWP yang diprioritaskan penanganannya ditetapkan dengan
tujuan untuk mengembangkan, melestarikan, melindungi,
memperbaiki, mengkoordinasikan keterpaduan pembangunan
dan/atau melaksanakan revitalisasi di Sub BWP yang memiliki
prioritas tinggi dibandingkan Sub BWP lainnya.
Bagian Kedua
Penetapan Lokasi dan Tema Penanganan
Pasal 62
(1) Sub-BWP yang diprioritaskan penanganannya, sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 61 terdiri atas:
a. perbaikan prasarana, sarana, dan blok/kawasan;
b. pengembangan kembali prasarana, sarana dan blok/kawasan;
- 46 -
e. koridor jalan karet di blok D-1, blok D-2, blok E-2 dan blok E-3;
dan
f. koridor jl. budi utomo dan sekitarnya di blok F-2, blok F-3, blok F-
4, blok F-5 dan blok G-1.
(5) Sub-BWP dengan tema penanganan pelestarian/pelindungan
blok/kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d ditetapkan
di kampung beting dan sekitarnya di blok A-6, blok A-7, dan blok A-8.
(6) Ketentuan mengenai Sub-BWP yang diprioritaskan penanganannya
lebih lanjut diatur sesuai dengan peraturan dan ketentuan.
Pasal 63
Sub BWP Prioritas Kota Pontianak sebagaimana dimaksud dalam Bab
VI digambarkan dalam Peta Sub BWP Prioritas Kota Pontianak dengan
menggunakan tingkat ketelitian sumber data skala 1:5.000 (satu
banding lima ribu), sebagaimana tercantum dalam Lampiran XV
dimaksud merupakan bagian tidak yang terpisahkan dari Peraturan
Walikota ini.
BAB VIII
KETENTUAN PEMANFAATAN RUANG
Pasal 64
(1) Ketentuan pemanfaatan ruang merupakan acuan dalam mewujudkan
rencana struktur ruang, rencana pola ruang, dan Sub BWP Prioritas.
(2) Ketentuan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas:
a. indikasi program prioritas;
b. indikasi sumber pendanaan;
c. indikasi instansi pelaksana; dan
d. indikasi waktu pelaksanaan.
(3) Indikasi program prioritas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
a meliputi:
a. indikasi program prioritas perwujudan rencana struktur ruang;
b. indikasi program prioritas rencana pola ruang; dan
c. indikasi program perwujudan Sub BWP Prioritas.
(4) Indikasi sumber pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara,
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan/atau sumber lain yang
sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
- 48 -
(5) Indikasi instansi pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
c terdiri atas Pemerintah Pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kota,
dan/atau Masyarakat.
(6) Indikasi waktu pelaksanaan pelaksana sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf d terdiri atas 4 (empat) tahapan, sebagai dasar bagi
instansi pelaksana, baik pusat maupun daerah, dalam menetapkan
prioritas pembangunan pada Kota Pontianak, yang meliputi:
a. tahap pertama pada periode tahun 2021-2025;
b. tahap kedua pada periode tahun 2026-2030;
c. tahap ketiga pada periode tahun 2031-2035; dan
d. tahap keempat pada periode tahun 2036-2041.
(7) Rincian indikasi program prioritas, indikasi sumber pendanaan,
indikasi instansi pelaksana, dan indikasi waktu pelaksanaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebagaimana tercantum dalam
Lampiran XVI dimaksud merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari Peraturan Walikota ini.
BAB IX
PERATURAN ZONASI
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 65
(1) Peraturan zonasi digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan
pengendalian pemanfaatan ruang Kota Pontianak.
(2) Peraturan zonasi terdiri atas:
a. ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan;
b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang;
c. ketentuan tata bangunan;
d. ketentuan prasarana dan sarana minimal;
e. ketentuan khusus;
f. ketentuan pelaksanaan; dan
g. teknik pengaturan zonasi.
- 49 -
Bagian Kedua
Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan
Pasal 66
(1) Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 65 ayat 2 huruf a merupakan ketentuan yang berisi:
a. klasifikasi zona menurut rencana pola ruang;
b. klasifikasi kegiatan penggunaan lahan; dan
c. ketentuan zona menurut rencana pola ruang dan kegiatan
penggunaan lahan.
(2) Klasifikasi zona menurut rencana pola ruang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a terdiri atas:
a. zona dalam rencana zona lindung dan
b. zona dalam rencana zona budi daya.
(3) Klasifikasi kegiatan penggunaan lahan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b terdiri atas jenis kegiatan penggunaan lahan yang
sudah ada dan diperkirakan akan berkembang pada setiap zona.
(4) Ketentuan zona menurut rencana pola ruang dan kegiatan penggunaan
lahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri atas:
a. kegiatan I yang merupakan kegiatan dan penggunaan lahan yang
diperbolehkan;
b. kegiatan T yang merupakan kegiatan dan penggunaan lahan yang
diperbolehkan terbatas;
c. kegiatan B yang merupakan kegiatan dan penggunaan lahan yang
diperbolehkan bersyarat; dan
d. kegiatan X yang merupakan kegiatan dan penggunaan lahan yang
tidak diperbolehkan.
(5) Kegiatan I yang merupakan kegiatan dan penggunaan lahan yang
diperbolehkan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a wajib
mempunyai izin dari Pemerintah Daerah.
(6) Kegiatan T yang merupakan kegiatan dan penggunaan lahan yang
diperbolehkan terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b
terdiri atas:
a. T1 yang merupakan kegiatan penggunaan lahan yang terbatas
jumlahnya berdasarkan standar yang berlaku;
- 50 -
Bagian Ketiga
Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang
Pasal 67
(1) Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 65 ayat (2) huruf b merupakan ketentuan teknis
kepadatan bangunan yang dipersyaratkan di Zona atau Sub Zona.
- 51 -
Pasal 68
(1) Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 67 ayat (2) terhadap suatu lahan terdiri atas:
a. jika suatu lahan memiliki lebih dari satu intensitas pemanfaatan
ruang di satu zona dan/atau suatu lahan dimiliki satu kepemilikan
dan dibatasi prasarana kota di satu zona, intensitas pemanfaatan
ruang dapat dihitung secara rata-rata dan ketinggian bangunan
mengikuti batasan bangunan tertinggi; dan/atau
b. jika suatu lahan dimiliki satu kepemilikan yang memiliki lebih dari
satu zona, intensitas pemanfaatan ruang dapat dihitung secara
proporsional.
(2) koefisien dasar bangunan tidak berlaku untuk:
a. bangunan penghubung antarbangunan gedung berbentuk selasar,
beratap, dan tidak berdinding dengan lebar sekurang-kurangnya 3
(tiga) meter; dan
b. lahan yang dimanfaatkan untuk kegiatan pedagang kaki lima di
bangunan tidak permanen dan tidak berdinding.
- 52 -
Bagian Keempat
Ketentuan Tata Bangunan
Pasal 69
(1) Ketentuan tata bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 ayat
(2) huruf c terdiri atas:
a. ketinggian bangunan paling tinggi;
b. garis sempadan bangunan paling rendah;
c. jarak antar bangunan paling rendah;
d. jarak bebas samping dan jarak bebas belakang; dan
e. tampilan bangunan.
(2) Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud ayat
(1) berlaku untuk luas kavling efektif bangunan termasuk rencana jalur
pejalan kaki atau plaza.
(3) Luas kavling efektif sebagaimana dimaksud ayat (2) dapat dilakukan
pemecahan kavling hunian sesuai batasan luas pada Sub Zona, kecuali
di lingkungan yang sudah tertata dengan baik berdasarkan izin yang
terbit sebelumnya agar pola perpetakan yang sudah ditetapkan tidak
berubah.
Pasal 70
Ketinggian bangunan paling tinggi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
69 ayat (1) huruf a terdiri atas:
a. ketinggian bangunan paling tinggi sesuai ketentuan intesitas
pemanfaatan ruang;
- 54 -
Pasal 71
(1) Garis sempadan bangunan paling rendah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 69 ayat (1) huruf b terdiri atas:
a. garis sempadan bangunan paling rendah berjarak setengah lebar
ruang milik jalan, diukur dari as jalan di Zona R, Zona K, Zona, KT,
Zona SPU, Zona KPI, Zona W dan Zona PL;
b. garis sempadan bangunan paling rendah berjarak 2 (dua) meter
diukur dari tepi jalan atau batas kavling;
c. garis sempadan bangunan dapat berjarak kurang dari 2 (dua) meter
untuk bangunan sederhana dengan pertimbangan dari tim penilai
teknis (TPT) dinas terkait;
d. garis sempadan bangunan dapat berjarak 0 (nol) meter di Zona K
dengan tema shopping street dan/atau di Zona K yang menyediakan
bangunan parkir atau parkir bawah tanah; dan/atau
e. kewajiban garis sempadan bangunan mininum untuk kegiatan yang
membutuhkan ruang tambahan bagi prasarana penunjang kegiatan
dalam kavling.
(2) Ketentuan mengenai garis sempadan bangunan lebih lanjut diatur
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 72
Jarak antar bangunan paling rendah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 69 ayat (1) huruf c terdiri atas:
a. jarak antar bangunan minimal 2 (dua) meter di lantai pertama
bangunan;
- 55 -
Pasal 73
(1) Jarak bebas samping dan jarak bebas belakang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 69 ayat (1) huruf d minimal 1 (satu) meter;
(2) Jarak bebas samping dan jarak bebas belakang dapat berjarak kurang
dari 1 (satu) meter pada zona K dan R untuk bangunan bertingkat
rendah jika ada kesepakatan dengan tetangga samping dan belakang
dan/atau melalui pertimbangan dari tim penilai teknis (TPT).
(3) Jarak bebas samping dan jarak bebas belakang pada bangunan
bertingkat sedang dan bangunan bertingkat tinggi harus melalui
pertimbangan dari Tim Profesi Ahli (TPA).
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai jarak bebas samping dan jarak bebas
belakang di setiap zona diatur lebih lanjut sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 74
(1) Tampilan bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1)
huruf e mempertimbangkan warna bangunan, bahan bangunan,
tekstur bangunan, muka bangunan, gaya bangunan, keindahan
bangunan, dan keserasian bangunan dengan lingkungan sekitarnya.
(2) Ketentuan mengenai tampilan bangunan diatur lebih lanjut sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Bagian Kelima
Ketentuan Prasarana dan Sarana Minimal
Pasal 75
(1) Ketentuan prasarana dan sarana minimal sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 65 ayat (2) huruf d terdiri atas:
a. parkir; dan
b. prasarana pengelolaan lingkungan.
- 56 -
(2) Parkir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a wajib bagi Zona R,
Zona K, Zona KT, Zona SPU, Zona KPI, Zona W, dan Zona PL dengan
kapasitas yang seimbang antara kebutuhan kendaraan dengan jumlah
luas lantai bangunan.
(3) Prasarana pengelolaan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b terdiri atas SPAM, jaringan drainase, SPAL, pengelolaan
sampah, dan jalur evakuasi bencana.
(4) Selain prasarana dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
prasarana minimal diatur sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Bagian Keenam
Ketentuan Khusus
Pasal 76
(1) Ketentuan khusus, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 ayat (2)
huruf e merupakan aturan tambahan yang ditampalkan di atas aturan
dasar untuk mengatur hal-hal khusus yang memerlukan aturan
tersendiri karena belum diatur di dalam aturan dasar.
(2) Ketentuan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:
a. ketentuan khusus untuk zona cagar budaya;
b. ketentuan khusus untuk zona Kawasan Keselamatan Operasi
Penerbangan;
c. ketentuan khusus untuk zona tempat evakuasi bencana; dan
d. ketentuan khusus untuk zona pertahanan keamanan
Pasal 77
(1) Ketentuan khusus zona untuk cagar budaya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 76 ayat (2) huruf a terdiri atas:
a. pemanfaatan dilaksanakan sesuai dengan aspek pelestarian dan
tidak mengurangi nilai cagar budaya;
b. pemanfaatan cagar budaya tidak boleh mengganggu kelayakan
pandang bangunan cagar budaya; dan
c. pengaturan pemanfaatan cagar budaya mengacu peraturan
perundang-undangan bidang cagar budaya.
(2) Ketentuan khusus zona cagar budaya sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan di:
a. kawasan kampung beting;
- 57 -
Pasal 78
(1) Ketentuan khusus untuk zona kawasan keselamatan operasional
penerbangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 76 ayat (2) huruf b
terdiri atas:
a. mendirikan, mengubah, atau melestarikan bangunan, serta
menanam atau memelihara pepohonan tidak boleh melebihi batas
ketinggian kawasan keselamatan operasional penerbangan; dan
b. mendirikan bangunan di kawasan keselamatan operasional
penerbangan harus mendapat rekomendasi dan/atau izin dari
instansi yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
(2) Ketentuan khusus untuk zona kawasan keselamatan operasional
penerbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan di Blok
A-2, Blok A-3, Blok A-4, Blok A-5, Blok A-6, Blok A-7, Blok A-8, Blok A-
9, Blok A-12, Blok B-1, Blok B-2, Blok B-3, Blok B-4, BlokC-1, Blok C-
2, Blok C-3, Blok C-4, Blok C-5, Blok C-6, Blok D-5, Blok F-1, Blok F-2,
Blok H-1, Blok H-2, Blok H-3, dan Blok H-4.
- 58 -
Pasal 79
(1) Ketentuan khusus untuk zona tempat evakuasi bencana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 76 ayat (2) huruf c terdiri atas:
a. beberapa zona tertentu dapat memiliki fungsi sebagai tempat
evakuasi sementara atau tempat evakuasi akhir ketika terjadinya
bencana selain fungsi utamanya; dan
b. lokasi yang ditetapkan sebagai tempat evakuasi bencana harus
berada di luar area terdampak bencana dan memiliki akses ke
jalan.
(2) Ketentuan khusus untuk zona tempat evakuasi bencana sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan di ruang terbuka yang berada di
Zona RTH, Zona R, Zona K, Zona KT, Zona SPU, dan Zona W di Blok A-
12, Blok B-1, Blok B-3, Blok B-4, Blok C-2, Blok D-2, Blok D-4, Blok D-
5, Blok E-2, Blok F-2, Blok F-3, Blok F-4, Blok F-5, Blok G-1, Blok G-3,
Blok H-1 dan Blok H-2
(3) Ketentuan khusus untuk zona tempat evakuasi bencana sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) digambarkan dalam Peta Ketentuan Khusus
Zona Evakuasi Bencana Kota Pontianak dengan menggunakan tingkat
ketelitian sumber data skala 1:5.000 (satu banding lima ribu)
sebagaimana tercantum dalam Lampiran XXI dimaksud merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini.
Pasal 80
(1) Ketentuan khusus untuk zona pertahanan dan keamanan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 76 ayat (2) huruf d merupakan ketentuan
kegiatan pemanfaatan ruang yang berada di dalam kawasan
pertahanan dan keamanan.
- 59 -
Bagian Ketujuh
Ketentuan Pelaksanaan
Pasal 81
(1) Ketentuan pelaksanaan sebagaimana dimaksud Pasal 65 ayat (2) huruf
f berupa ketentuan insentif dan disinsentif.
(2) Pemberian insentif bertujuan untuk:
a. meningkatkan RTH publik;
b. meningkatkan karakteristik budaya Melayu atau lingkungan
setempat; dan/atau
c. meningkatkan kegiatan pemanfaatan ruang pada zona
pertumbuhan ekonomi
(3) Pemberian disinsentif bertujuan untuk:
a. melestarikan fungsi gambut; dan/atau
b. melestarikan kualitas Sungai Kapuas dan Sungai Landak.
Pasal 82
(1) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 81 ayat (2)
huruf a dilakukan terhadap:
a. pengembangan Zona RTH;
b. pembangunan sesuai dengan karakteristik budaya Melayu atau
lingkungan di sekitar Zona LS; dan/atau
c. pengembangan Sub Zona K-1 yang merupakan sub zona
perdagangan dan jasa skala pelayanan kota.
- 60 -
(4) Pengaturan lebih lanjut mengenai Insentif dan Diinsentif diatur dengan
Peraturan perundang - undangan.
Bagian Kedelapan
Teknik Pengaturan Zonasi
Pasal 84
(1) Teknik pengaturan zonasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 ayat
(2) huruf g merupakan aturan untuk mengatasi kekakuan Peraturan
Zonasi dalam pelaksanaan pembangunan kota.
(2) Teknik pengaturan zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. zona bonus dengan kode “b”; dan
b. zona banjir dengan kode “I”.
Pasal 85
(1) Zona Bonus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84 ayat (2) huruf a
merupakan zona yang diperbolehkan untuk peningkatan KDB dan KLB
melebihi aturan dasar dengan kompensasi menyediakan sarana publik.
(2) Kompensasi menyediakan sarana publik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diberikan kepada masyarakat yang belum atau tidak pernah
menambah intensitas pemanfaatan ruang.
(3) Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memberikan
kompensasi menyediakan sarana publik kepada Pemerintah Kota
Pontianak berupa:
a. menyediakan lahan dan/atau membangun ruang terbuka hijau
publik;
b. menyediakan lahan untuk pelebaran jalan;
c. menyediakan jalur dan/atau meningkatkan kualitas fasilitas
pejalan kaki yang terintegrasi dengan angkutan umum; dan/atau
d. menyediakan jalur sepeda yang terintegrasi dengan angkutan
umum.
(4) Zona Bonus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan di:
a. Zona R, Zona K, Zona KT, dan Zona C di Koridor Jalan Gajah Mada
pada Blok A-3 Kelurahan Darat sekip danBlok A-4 Kelurahan
Benua melayu Darat;
- 62 -
Pasal 86
(1) Zona Banjir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84 ayat (2) huruf b
merupakan zona rawan banjir untuk mencegah atau mengurangi
kerugian akibat risiko banjir melalui penerapan standar konstruksi.
(2) Penerapan standar konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas:
a. bangunan lebih tinggi dari rata-rata tinggi banjir;
b. bangunan menggunakan konsep rumah panggung;
c. menyediakan titik kumpul dan jalur evakuasi yang menjauhi
sumber banjir; dan/atau
d. zona Kawasan Industri yang berada di Zona Banjir wajib
menyediakan infrastruktur pengendali banjir.
(3) Zona Banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan di Blok A-
1, Blok A-2, Blok A-3, Blok A-4, Blok A-5, Blok A-6, Blok A-7, Blok A-8,
Blok A-9, Blok A-10, Blok A-11, Blok A-12, Blok B-1, Blok B-2, Blok B-
3, Blok B-4, Blok C-1, Blok C-2, Blok C-4, Blok C-5, Blok C-6, Blok D-
1, Blok D-2, Blok D-3, Blok D-4, Blok D-5, Blok E-1, Blok E-2, Blok E-
3, Blok F-1, Blok F-2, Blok F-3, Blok F-4, Blok F-5, Blok G-1, Blok G-2,
Blok G-3, Blok G-4, Blok H-1, Blok H-2, Blok H-3, dan Blok H-4.
- 63 -
BAB X
KETENTUAN PERIZINAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 87
(1) Dalam pemanfaatan ruang setiap orang wajib memiliki izin
pemanfataan ruang dan wajib melaksanakan setiap ketentuan
perizinan dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang.
(2) Izin pemanfaatan ruang diberikan untuk:
a. menjamin pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang,
peraturan zonasi, dan standar pelayanan minimal bidang penataan
ruang;
b. mencegah dampak negatif pemanfaatan ruang; dan
c. melindungi kepentingan umum dan masyarakat luas.
(3) Izin pemanfaatan ruang diberikan kepada calon pengguna ruang yang
akan melakukan kegiatan pemanfaatan ruang pada suatu zona
berdasarkan Peraturan Walikota ini.
Bagian Kedua
Jenis Izin
Pasal 88
(1) Izin pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 dapat
berupa:
a. izin lokasi;
b. izin penggunaan pemanfaatan tanah;
c. persetujuan bangunan gedung
d. izin lingkungan; dan
e. izin lain berdasarkan ketentuan peraturan perundang - undangan.
(2) Izin lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diberikan
berdasarkan rencana tata ruang wilayah kota dan Peraturan WaliKota
ini.
(3) Izin penggunaan pemanfaatan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c diberikan berdasarkan Peraturan Walikota ini.
(4) Izin pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
oleh instansi berwenang sesuai peraturan perundang - undangan.
- 64 -
Pasal 89
Pemberian izin pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal
87 ayat (1) disertai dengan persyaratan teknis dan persyaratan
administratif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Bagian Ketiga
Prosedur Pemberian Izin
Pasal 90
BAB XI
HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT
Bagian Kesatu
Hak dan KewajibanMasyarakat
Pasal 91
Dalam penataan ruang, Masyarakat berhak untuk:
a. mengetahui Peraturan Walikota ini;
b. menikmati pertambahan nilai uang sebagai akibat penataan ruang;
c. memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang timbul akibat
pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan Peraturan
WaliKota ini;
- 65 -
Pasal 92
Dalam pemanfaatan ruang, Masyarakat wajib:
a. menaati Peraturan Walikota ini;
b. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari
pejabat yang berwenang;
c. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan kesesuaian
kegiatan pemanfaatan ruang; dan
d. memberikan akses terhadap kawasan sesuai ketentuan peraturan
perundang‐undangan yang dinyatakan sebagai milik umum.
Pasal 93
(1) Setiap orang yang tidak menaati Peraturan Walikota ini yang
mengakibatkan perubahan fungsi ruang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 92 dikenai sanksi.
(2) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan bidang penataan ruang.
Bagian Kedua
Peran Masyarakat
Pasal 94
(1) Peran Masyarakat dalam penataan ruang dilakukan melalui:
a. partisipasi dalam penyusunan rencana tata ruang;
b. partisipasi dalam pemanfaatan ruang; dan
- 66 -
Pasal 95
(1) Jangka waktu Rencana Detail Tata Ruang Kota Pontianak berlaku
untuk 20 (dua puluh) tahun sejak diundangkannya Peraturan Walikota
ini.
(2) Peninjauan kembali Rencana Detail Tata Ruang Kota Pontianak
dilakukan 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
(3) Peninjauan kembali Rencana Detail Tata Ruang Kota Pontianak dapat
dilakukan lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun jika terjadi:
a. bencana alam skala besar yang ditetapkan dengan peraturan
perundang-undangan;
b. perubahan batas wilayah daerah yang ditetapkan dengan undang-
undang; dan/atau
c. perubahan Rencana Tata Ruang Wilayah.
BAB XIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 96
(1) Dengan berlakunya Peraturan Walikota ini, maka:
a. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan, dan telah sesuai
dengan ketentuan Peraturan Walikota ini, tetap berlaku sesuai
dengan masa berlakunya;
b. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi tidak sesuai
dengan ketentuan Peraturan Walikota ini berlaku ketentuan:
1. untuk yang belum dilaksanakan pembangunannya, izin
tersebut disesuaikan dengan fungsi zona berdasarkan Peraturan
Walikota ini;
- 68 -