Anda di halaman 1dari 628

-2-

d. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 7A ayat (1) Undang-


Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2023 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta
Kerja menjadi Undang-Undang, Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau Pulau Kecil diintegrasikan ke dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d
perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Timur Tahun
2023-2042;
Mengingat: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4725) sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2023 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja
menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2023 Nomor 41, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6856);
3. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4739) sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2023 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
-3-

Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2


Tahun 2022 tentang Cipta Kerja menjadi Undang-
Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2023 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6856);
4. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5068) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2022
tentang Cipta Kerja menjadi Undang-Undang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2023 Nomor 41,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6856);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana
telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2023 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta
Kerja menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2023 Nomor 41, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6856);
6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2022 tentang Provinsi
Kalimantan Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2022 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6781);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48,
-4-

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor


4833) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017
Nomor 77, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6042);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2019 tentang
Rencana Tata Ruang Laut (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 20l9 Nomor 89, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6345);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 31, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6633);
10. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 15
Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2005-
2025 (Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Timur
Tahun 2008 Nomor 15, Tambahan Lembaran Daerah
Provinsi Kalimantan Timur Nomor 39); dan
11. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2019 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi
Kalimantan Timur Tahun 2019-2023 (Lembaran Daerah
Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2019 Nomor 2,
Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Timur
Nomor 2-98/2019) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 8
Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah
Nomor 2 Tahun 2019 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah Provinsi Kalimantan Timur
Tahun 2019-2023 (Lembaran Daerah Provinsi
Kalimantan Timur Tahun 2021 Nomor 8, Tambahan
-5-

Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 8-


24/2021);

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
dan
GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG


WILAYAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2023-
2042.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Provinsi adalah Provinsi Kalimantan Timur.
2. Gubernur adalah Gubernur Kalimantan Timur.
3. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan Daerah yang
memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah otonom.
4. Kabupaten/Kota adalah Kabupaten/Kota di Provinsi.
5. Pemerintah Pusat selanjutnya disebut Pemerintah
adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia
yang dibantu oleh Wakil Presiden dan Menteri
sebagaimana dimaksud Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
6. Ruang adalah wadah yang meliputi Ruang daratan,
Ruang Laut, dan Ruang udara termasuk Ruang di
-6-

dalam bumi sebagai satu kesatuan Wilayah, tempat


manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan
dan memelihara kelangsungan kehidupannya.
7. Tata Ruang adalah wujud Struktur Ruang dan Pola
Ruang.
8. Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat
permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana
yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial
ekonomi Masyarakat yang secara hierarkis memiliki
hubungan fungsional.
9. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan Ruang dalam
suatu Wilayah yang meliputi peruntukan Ruang untuk
fungsi lindung dan peruntukan Ruang untuk fungsi
budi daya.
10. Penataan Ruang adalah suatu sistem proses
perencanaan Tata Ruang, Pemanfaatan Ruang, dan
Pengendalian Pemanfaatan Ruang.
11. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan Tata
Ruang.
12. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi yang selanjutnya
disingkat RTRW Provinsi adalah rencana tata Ruang
yang bersifat umum dari Wilayah Provinsi, yang
mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional,
Rencana Tata Ruang Pulau/Kepulauan, Rencana Tata
Ruang Kawasan Strategis Nasional, Rencana Zonasi
Kawasan Antar Wilayah, dan Rencana Zonasi Kawasan
Strategis Nasional Tertentu.
13. Wilayah adalah Ruang yang merupakan kesatuan
geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan
sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif
dan/ atau aspek fungsional.
14. Industri Hijau adalah industri yang dalam proses
produksinya mengutamakan upaya efisiensi dan
efektivitas penggunaan sumber daya secara
berkelanjutan sehingga mampu menyelaraskan
-7-

pembangunan industri dengan kelestarian fungsi


lingkungan hidup serta dapat memberikan manfaat
bagi Masyarakat.
15. Pusat Kegiatan Nasional yang selanjutnya disingkat
PKN adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau
beberapa provinsi.
16. Pusat Kegiatan Wilayah yang selanjutnya disingkat
PKW adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa
Kabupaten/Kota.
17. Pusat Kegiatan Strategis Nasional yang selanjutnya
disebut PKSN adalah kawasan perkotaan yang
ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan
perbatasan negara.
18. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disingkat PKL
adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala kabupaten atau beberapa
kecamatan.
19. Ibu Kota Nusantara adalah Ibu Kota Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
20. Ibu Kota Negara bernama Nusantara yang selanjutnya
disebut Ibu Kota Nusantara adalah satuan
Pemerintahan Daerah yang bersifat khusus setingkat
provinsi yang Wilayahnya menjadi tempat kedudukan
Ibu Kota Negara sebagaimana ditetapkan dan diatur
dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2022 tentang
Ibu Kota Negara.
21. Ibu Kota Nusantara yang selanjutnya disingkat IKN
adalah kesatuan Wilayah geografis tempat kedudukan
Ibu Kota Negara.
22. Laut adalah Ruang perairan di muka bumi yang
menghubungkan daratan dengan daratan dan bentuk-
bentuk alamiah lainnya, yang merupakan kesatuan
geografis dan ekologis beserta segenap unsur terkait,
-8-

dan yang batas dan sistemnya ditentukan oleh


peraturan perundang-undangan dan hukum
internasional.
23. Perairan Pesisir adalah Laut yang berbatasan dengan
daratan meliputi perairan sejauh 12 (dua belas) mil
Laut diukur dari Garis Pantai, perairan yang
menghubungkan pantai dan pulau-pulau, estuari,
teluk, perairan dangkal, rawa payau, dan laguna.
24. Pulau Kecil adalah pulau dengan luas lebih kecil atau
sama dengan 2.000 (dua ribu) kilometer persegi beserta
kesatuan ekosistemnya.
25. Garis Pantai adalah batas pertemuan antara bagian
Laut dan daratan pada saat terjadi air Laut pasang
tertinggi.
26. Terminal Umum adalah bagian dari pelabuhan yang
terletak di dalam atau di luar daerah lingkungan kerja
dan daerah lingkungan kepentingan pelabuhan yang
merupakan bagian dari pelabuhan terdekat untuk
melayani kepentingan umum yang diselenggarakan
oleh penyelenggara pelabuhan atau badan usaha
pelabuhan yang telah atau akan diberikan hak untuk
menyelenggarakan kegiatan penyediaan dan/atau
pelayanan jasa kepelabuhanan tertentu dalam jangka
waktu tertentu dan kompensasi tertentu yang diatur
dalam perjanjian konsesi atau bentuk kerja sama
lainnya.
27. Sistem Penyediaan Air Minum yang selanjutnya
disingkat SPAM adalah satu kesatuan sarana dan
prasarana atau jaringan dan infrastruktur penyediaan
air minum.
28. Sistem Pengelolaan Air Limbah yang selanjutnya
disingkat SPAL adalah satu kesatuan sarana dan
prasarana pengelolaan air limbah.
29. Kawasan Lindung adalah Wilayah yang ditetapkan
dengan fungsi utama melindungi kelestarian
-9-

lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam


dan sumber daya buatan.
30. Kawasan Budi Daya adalah Wilayah yang ditetapkan
dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar
kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan sumber daya buatan.
31. Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan yang
selanjutnya disingkat LP2B adalah bidang lahan
pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan
dikembangkan secara konsisten guna menghasilkan
pangan pokok bagi kemandirian, ketahanan, dan
kedaulatan pangan nasional.
32. Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan yang
selanjutnya disingkat LCP2B adalah lahan potensial
yang dilindungi pemanfaatannya agar kesesuaian dan
ketersediaannya tetap terkendali untuk dimanfaatkan
sebagai LP2B pada masa yang akan datang.
33. Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan yang
selanjutnya disingkat KP2B adalah Wilayah budi daya
pertanian terutama pada Wilayah perdesaan yang
memiliki hamparan LP2B dan/atau hamparan LCP2B
serta unsur penunjangnya dengan fungsi utama untuk
mendukung kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan
pangan nasional.
34. Kawasan Permukiman adalah bagian dari lingkungan
hidup di luar Kawasan Lindung, baik berupa kawasan
perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan
tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan
penghidupan.
35. Zona Tunda (Holding Zone) adalah Kawasan Budi Daya
yang belum mendapatkan persetujuan substansi
perubahan fungsi dan peruntukan menjadi kawasan
bukan hutan dan/atau sebaliknya dari menteri yang
- 10 -

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang


kehutanan.
36. Kawasan Strategis Nasional yang selanjutnya disingkat
KSN adalah Wilayah yang Penataan Ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat
penting secara nasional terhadap kedaulatan negara,
pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial,
budaya, dan/atau lingkungan, termasuk Wilayah yang
telah ditetapkan sebagai warisan dunia.
37. Kawasan Strategis Provinsi yang selanjutnya disingkat
KSP adalah Wilayah yang Penataan Ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat
penting dalam lingkup provinsi terhadap ekonomi,
sosial, budaya, dan/atau lingkungan.
38. Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan
Struktur Ruang dan Pola Ruang sesuai dengan
Rencana Tata Ruang melalui penyusunan dan
pelaksanaan program beserta pembiayaannya.
39. Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang yang
selanjutnya disingkat KKPR adalah kesesuaian antara
rencana kegiatan Pemanfaatan Ruang dengan Rencana
Tata Ruang.
40. Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut yang
selanjutnya disingkat KKPRL adalah kesesuaian antara
rencana kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut dengan
Rencana Tata Ruang dan/atau Rencana Zonasi.
41. Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk
mewujudkan tertib Tata Ruang.
42. Indikasi Arahan Zonasi Sistem Provinsi adalah arahan
mengenai persyaratan Pemanfaatan Ruang dan
ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang untuk
Struktur Ruang dan Pola Ruang.
43. Sesar adalah bidang rekahan yang disertai oleh adanya
pergeseran relatif satu blok terhadap blok batuan
lainnya.
- 11 -

44. Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disingkat RTH


adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok
yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat
tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah
maupun yang sengaja ditanam, dengan
mempertimbangkan aspek fungsi ekologis, resapan air,
ekonomi, sosial budaya, dan estetika.
45. Perhutanan Sosial adalah sistem pengelolaan hutan
lestari yang dilaksanakan dalam kawasan hutan negara
atau Hutan hak/hutan adat yang dilaksanakan oleh
Masyarakat setempat atau Masyarakat hukum adat
sebagai pelaku utama untuk meningkatkan
kesejahteraannya, keseimbangan lingkungan, dan
dinamika sosial budaya dalam bentuk hutan desa,
hutan kemasyarakatan, hutan tanaman rakyat, hutan
adat dan kemitraan kehutanan.
46. Masyarakat adalah orang, perseorangan, kelompok
orang termasuk Masyarakat hukum adat, korporasi,
dan/atau pemangku kepentingan nonpemerintah lain
dalam penyelenggaraan Penataan Ruang.
47. Peran Masyarakat adalah partisipasi aktif Masyarakat
dalam perencanaan Tata Ruang, Pemanfaatan Ruang,
dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang.
48. Forum Penataan Ruang adalah wadah di tingkat pusat
dan Daerah yang bertugas untuk membantu
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dengan
memberikan pertimbangan dalam penyelenggaraan
Penataan Ruang.

BAB II
RUANG LINGKUP

Pasal 2
Ruang lingkup Peraturan Daerah ini terdiri atas:
a. cakupan Wilayah RTRW Provinsi; dan
- 12 -

b. Ruang lingkup pengaturan.

Pasal 3
(1) Cakupan Wilayah RTRW Provinsi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 huruf a berada pada posisi
geografis antara 113° 50' 3.61"-119° 14' 13.06" Bujur
Timur dan 2° 37' 12.99" Lintang Utara -2° 28' 19.31"
Lintang Selatan terdiri atas cakupan:
a. Wilayah darat berupa Wilayah Kabupaten/Kota dan
Pulau Kecil ; dan
b. Wilayah Laut berupa Perairan Pesisir,
termasuk Ruang udara dan Ruang di dalam bumi
sebagai satu kesatuan Wilayah.
(2) Cakupan Wilayah RTRW Provinsi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) mempunyai luas Wilayah
kurang lebih 15.344.552 (lima belas juta tiga ratus
empat puluh empat ribu lima ratus lima puluh dua)
hektare.
(3) Wilayah Kabupaten/Kota dan Pulau Kecil sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi 7 (tujuh)
kabupaten dan 3 (tiga) kota terdiri atas:
a. Kabupaten Paser;
b. Kabupaten Kutai Kartanegara;
c. Kabupaten Berau;
d. Kabupaten Kutai Barat;
e. Kabupaten Kutai Timur;
f. Kabupaten Penajam Paser Utara;
g. Kabupaten Mahakam Ulu;
h. Kota Balikpapan;
i. Kota Samarinda; dan
j. Kota Bontang.
(4) Perairan Pesisir sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b meliputi Garis Pantai dengan jarak 12 (dua
belas) mil Laut ke arah Perairan Pesisir dan/atau Laut,
serta batas kewenangan pengelolaan sumber daya Laut.
- 13 -

(5) Batas cakupan Wilayah RTRW Provinsi meliputi:


a. sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi
Kalimantan Utara dan Negara Malaysia bagian
Timur;
b. sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi
Kalimantan Selatan dan Selat Makassar;
c. sebelah Timur berbatasan dengan Selat Makassar
dan Laut Sulawesi; dan
d. sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi
Kalimantan Barat dan Provinsi Kalimantan Tengah.
(6) Cakupan Wilayah RTRW Provinsi dan nama Pulau Kecil
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3),
dan ayat (4), tercantum dalam Lampiran I yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.

Pasal 4
Ruang lingkup pengaturan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 huruf b meliputi:
a. ketentuan umum;
b. Ruang lingkup;
c. tujuan, kebijakan, dan strategi Penataan Ruang;
d. rencana Struktur Ruang Wilayah;
e. rencana Pola Ruang Wilayah;
f. Kawasan Strategis Provinsi;
g. arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah;
h. arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah;
i. kelembagaan;
j. hak, kewajiban, dan Peran Masyarakat;
k. penyidikan;
l. ketentuan pidana;
m. ketentuan lain-lain;
n. ketentuan peralihan; dan
o. ketentuan penutup.
- 14 -

BAB III
TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG

Bagian Kesatu
Tujuan Penataan Ruang

Pasal 5
Penataan Ruang bertujuan untuk mewujudkan Ruang yang
maju, aman, nyaman, lestari, dan berkelanjutan guna
mewujudkan pusat Industri Hijau, pertanian, kelautan dan
perikanan, pertambangan, dan pengembangan IKN.

Bagian Kedua
Kebijakan Penataan Ruang

Pasal 6
Kebijakan Penataan Ruang meliputi:
a. pengembangan sistem pusat permukiman yang
terintegrasi dengan pusat pengembangan industri,
pertanian, kelautan dan perikanan, serta pertambangan
minyak dan gas;
b. pengembangan IKN sebagai kota dunia untuk semua;
c. pengembangan jaringan prasarana Wilayah untuk
pemerataan, peningkatan kualitas, dan pelayanan
seluruh Wilayah Provinsi;
d. pelestarian kawasan berfungsi lindung;
e. pelestarian kawasan berfungsi konservasi yang
berkelanjutan di Wilayah darat dan Perairan Pesisir;
f. pengembangan industri yang mandiri, berdaya saing,
dan maju, serta Industri Hijau bagi kesejahteraan
Masyarakat;
g. pengembangan kawasan pertanian dengan prinsip
pembangunan berkelanjutan;
- 15 -

h. pengembangan kawasan kelautan dan perikanan sesuai


potensi lestari dan berbasis ekonomi biru;
i. pengembangan kawasan pertambangan dengan
memperhatikan ekosistem sekitarnya;
j. pengembangan Kawasan Budi Daya lainnya untuk
meningkatkan kesejahteraan Masyarakat;
k. pengembangan mitigasi bencana untuk mengurangi
risiko bencana; dan
l. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan
keamanan negara.

Bagian Ketiga
Strategi Penataan Ruang

Pasal 7
(1) Strategi pengembangan sistem pusat permukiman yang
terintegrasi dengan pusat pengembangan industri,
pertanian, kelautan dan perikanan, serta
pertambangan minyak dan gas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 huruf a meliputi:
a. mengembangkan PKN, PKW, dan PKL sebagai pusat
industri pengolahan dan jasa hasil pertanian,
kelautan dan perikanan, pertambangan, pariwisata,
pelayanan pemerintah, kesehatan, pendidikan,
serta perdagangan dan jasa;
b. mengembangkan PKSN sebagai pusat pelayanan
utama kawasan perbatasan negara;
c. mengembangkan Kawasan Permukiman dengan
prinsip mitigasi dan adaptasi bencana;
d. permukiman berbasis air sebagai pusat kegiatan
Masyarakat lokal dengan dukungan infrastruktur
Kawasan Permukiman yang handal; dan
- 16 -

e. mengembangkan Kawasan Permukiman nelayan


yang terintegasi dengan pariwisata yang ramah
lingkungan.
(2) Strategi pengembangan IKN sebagai kota dunia untuk
semua sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b
meliputi:
a. mendukung pengembangan IKN sebagai kota
berkelanjutan yang aman, modern, dan produktif,
penggerak ekonomi Indonesia di masa depan, serta
simbol identitas bangsa Indonesia; dan
b. mengembangkan jaringan konektivitas antara IKN
dengan Wilayah Provinsi.
(3) Strategi pengembangan jaringan prasarana Wilayah
untuk pemerataan, peningkatan kualitas, dan
pelayanan seluruh Wilayah Provinsi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 huruf c meliputi:
a. mengembangkan jaringan jalan untuk
meningkatkan aksesibilitas antarsistem pusat
permukiman, Industri Hijau, pertanian, perikanan,
dan pertambangan;
b. mengembangkan jaringan jalan yang terpadu
dengan terminal, stasiun, pelabuhan, dan bandar
udara;
c. mengembangkan jaringan jalur kereta api untuk
meningkatkan aksesibilitas sistem pusat
permukiman, Industri Hijau, pertanian, perikanan,
dan pertambangan;
d. mengembangkan jaringan transportasi sungai dan
penyeberangan untuk meningkatkan keterkaitan
antarwilayah dan membuka keterisolasian;
e. mengembangkan pelabuhan dan bandar udara yang
ramah lingkungan dan adaptasi terhadap
perubahan iklim untuk meningkatkan perdagangan
ekspor dan/atau antarpulau;
- 17 -

f. mengembangkan alur-pelayaran di Perairan Pesisir


untuk mendukung pelayaran nasional dan
internasional;
g. mengembangkan jaringan energi minyak dan gas
bumi untuk memenuhi kebutuhan Masyarakat dan
industri pengolahan di Wilayah darat dan Perairan
Pesisir;
h. mengembangkan jaringan kelistrikan melalui energi
baru dan terbarukan di Wilayah darat dan Perairan
Pesisir;
i. mengembangkan sistem jaringan telekomunikasi
guna meningkatkan daya saing investasi di Wilayah
darat dan Perairan Pesisir;
j. mengembangkan prasarana sumber daya air
dengan memperhatikan ketersediaan sumber daya
air, daya dukung lingkungan, dan kondisi
geohidrologi Wilayah; dan
k. mengembangkan jaringan prasarana SPAM, SPAL,
sistem pengolahan limbah bahan berbahaya dan
beracun, serta sistem pengelolaan sampah yang
ramah lingkungan.
(4) Strategi pelestarian kawasan berfungsi lindung
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf d meliputi:
a. mengembangkan, mencegah, mengendalikan,
dan/atau memulihkan kawasan hutan lindung
yang bervegetasi dari deforestasi;
b. mempertahankan luasan dan melestarikan
kawasan bergambut untuk menjaga sistem tata air
alam dan ekosistem kawasan;
c. mempertahankan dan merehabilitasi kawasan
perlindungan setempat;
d. mempertahankan dan melestarikan kawasan hutan
adat;
e. mempertahankan dan melestarikan Kawasan
Lindung geologi;
- 18 -

f. melestarikan dan merehabilitasi kawasan cagar


budaya; dan
g. mempertahankan dan merehabilitasi kawasan
ekosistem mangrove.
(5) Strategi pelestarian kawasan berfungsi konservasi yang
berkelanjutan di Wilayah darat dan Perairan Pesisir
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf e meliputi:
a. mempertahankan dan melestarikan kawasan
konservasi di Wilayah darat;
b. mempertahankan dan melestarikan kawasan
konservasi di Perairan Pesisir dan Pulau Kecil;
c. melindungi dan melestarikan alur migrasi biota
Laut; dan
d. memadukan dan menselaraskan rencana Pola
Ruang di Wilayah darat dan Perairan Pesisir yang
berfungsi konservasi.
(6) Strategi pengembangan industri yang mandiri, berdaya
saing, dan maju, serta Industri Hijau bagi
kesejahteraan Masyarakat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 huruf f meliputi:
a. mengembangkan kawasan peruntukan industri
terpadu hulu agro perkebunan yang hijau, ramah
lingkungan, dan bernilai ekonomi tinggi;
b. mengembangkan kawasan peruntukan industri
terpadu kimia dasar berbasis minyak, gas, dan
batubara yang hijau, ramah lingkungan, dan
bernilai ekonomi tinggi;
c. mengembangkan kawasan peruntukan industri
hulu agro, industri aneka, dan industri pangan dari
kegiatan kehutanan, perikanan, dan kelautan;
d. mensinergikan kawasan peruntukan industri
dengan Kawasan Budi Daya lainnya, Kawasan
Lindung, dan alur migrasi biota Laut; dan
e. mengelola pencemaran di kawasan peruntukan
industri.
- 19 -

(7) Strategi pengembangan kawasan pertanian dengan


prinsip pembangunan berkelanjutan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 huruf g meliputi:
a. mengembangkan kawasan tanaman pangan,
kawasan hortikultura, dan kawasan peternakan
untuk mendukung kemandirian pangan;
b. mengembangkan kawasan perkebunan kelapa
sawit, kelapa dalam, karet, kakao, lada, dan
komoditas khas daerah sesuai daya dukung dan
daya tampung lingkungan; dan
c. mengembangkan kawasan perkebunan lainnya
sesuai daya dukung dan daya tampung lingkungan.
(8) Strategi pengembangan kawasan kelautan dan
perikanan sesuai potensi lestari dan berbasis ekonomi
biru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf h
meliputi:
a. mengembangkan kawasan industri pengolahan
kelautan perikanan;
b. mengembangkan kawasan perikanan tangkap;
c. mengembangkan kawasan perikanan budi daya;
dan
d. mengembangkan prasarana sarana kawasan
kelautan dan perikanan yang terintegrasi dengan
kawasan lainnya.
(9) Strategi pengembangan kawasan pertambangan
dengan memperhatikan ekosistem sekitarnya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf i meliputi:
a. mengembangkan kawasan pertambangan minyak
dan gas bumi dengan memperhatikan daya dukung
dan daya tampung lingkungan;
b. mengembangkan kawasan pertambangan mineral
dan/atau batubara dengan memperhatikan daya
dukung dan daya tampung lingkungan;
- 20 -

c. mengembangkan prasarana dan sarana untuk


kelancaran distribusi hasil pertambangan minyak
dan gas bumi, mineral, dan/atau batubara; dan
d. mensinergikan kawasan pertambangan dengan
Kawasan Budi Daya lainnya, Kawasan Lindung, dan
alur migrasi biota Laut.
(10) Strategi pengembangan Kawasan Budi Daya lainnya
untuk meningkatkan kesejahteraan Masyarakat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf j meliputi:
a. mempertahankan dan mengembangkan kawasan
hutan produksi;
b. mengembangkan kawasan pariwisata yang kreatif di
Wilayah darat, Perairan Pesisir, dan Pulau Kecil;
dan
c. mengembangkan KSP.
(11) Strategi pengembangan mitigasi bencana untuk
mengurangi risiko bencana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 huruf k meliputi:
a. mengembangkan jalur evakuasi bencana, Ruang
evakuasi bencana, dan penanda peringatan
bencana; dan
b. memberdayakan kesadaran Masyarakat terhadap
risiko bencana.
(12) Strategi peningkatan fungsi kawasan untuk
pertahanan dan keamanan negara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 huruf l meliputi:
a. mempertahankan dan mengembangkan kawasan
pertahanan dan keamanan;
b. mengembangkan kegiatan budi daya secara selektif
di dalam dan di sekitar kawasan pertahanan dan
keamanan untuk menjaga fungsinya;
c. mengembangkan Kawasan Lindung dan/atau
Kawasan Budi Daya tidak terbangun di sekitar
kawasan pertahanan dan keamanan sebagai
penyangga; dan
- 21 -

d. menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan dan


keamanan.

BAB IV
RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 8
(1) Rencana Struktur Ruang Wilayah terdiri atas:
a. sistem pusat permukiman;
b. sistem jaringan transportasi;
c. sistem jaringan energi;
d. sistem jaringan telekomunikasi;
e. sistem jaringan sumber daya air; dan
f. sistem jaringan prasarana lainnya.
(2) Rencana Struktur Ruang Wilayah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam Peta
Rencana Struktur Ruang Wilayah dengan tingkat
ketelitian geometri dan informasi skala 1:250.000 (satu
banding dua ratus lima puluh ribu), tercantum dalam
Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua
Sistem Pusat Permukiman

Pasal 9
(1) Sistem pusat permukiman sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat (1) huruf a terdiri atas:
a. PKN;
b. PKW;
c. PKSN; dan
d. PKL.
- 22 -

(2) PKN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a


ditetapkan sebagai:
a. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi
sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau
pintu gerbang menuju kawasan internasional;
b. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi
sebagai pusat kegiatan Industri Hijau hasil
pertanian, perikanan, dan jasa skala nasional atau
yang melayani beberapa provinsi;
c. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi
sebagai simpul utama transportasi skala nasional
atau melayani beberapa provinsi; dan/atau
d. kawasan perkotaan yang berada di pesisir yang
berfungsi atau berpotensi sebagai pelabuhan hub
internasional dan pintu gerbang ekspor hasil
kegiatan kelautan dan perikanan.
(3) PKN sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:
a. Balikpapan, Tenggarong, Samarinda, dan Bontang;
dan
b. IKN.
(4) PKW sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
ditetapkan sebagai:
a. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi
sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang
mendukung PKN;
b. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi
sebagai pusat kegiatan Industri Hijau hasil
pertanian, perikanan, dan jasa yang melayani skala
provinsi atau beberapa Kabupaten;
c. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi
sebagai simpul utama transportasi yang melayani
skala provinsi atau beberapa Kabupaten; dan/atau
d. kawasan perkotaan yang berada di pesisir yang
berfungsi atau berpotensi ekonomi kelautan
nasional.
- 23 -

(5) PKW sebagaimana dimaksud pada ayat (4) meliputi:


a. Tana Paser di Kabupaten Paser;
b. Sendawar di Kabupaten Kutai Barat;
c. Sangatta di Kabupaten Kutai Timur; dan
d. Tanjung Redeb di Kabupaten Berau.
(6) PKSN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
ditetapkan sebagai:
a. pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos
pemeriksaaan lintas batas dan berfungsi sebagai
pintu gerbang internasional yang menghubungkan
dengan negara tetangga;
b. pusat perkotaan yang merupakan simpul utama
transportasi yang menghubungkan Wilayah
sekitarnya; dan/atau
c. pusat perkotaan yang merupakan pusat
pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong
perkembangan kawasan sekitarnya.
(7) PKSN sebagaimana dimaksud pada ayat (6) meliputi
Long Pahangai dan Long Apari di Kabupaten Mahakam
Ulu.
(8) PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
ditetapkan sebagai:
a. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi
sebagai pusat kegiatan Industri Hijau dan pusat
pertanian, perikanan, dan jasa yang melayani skala
Kabupaten atau beberapa kecamatan;
b. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi
sebagai simpul utama transportasi yang melayani
skala Kabupaten atau beberapa kecamatan;
dan/atau
c. kawasan perkotaan yang berada di pesisir yang
berfungsi atau berpotensi ekonomi kelautan lokal.
(9) PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (8) meliputi:
a. Batu Kajang, Kuaro, Long Ikis, dan Kerang di
Kabupaten Paser;
- 24 -

b. Kembang Janggut, Kota Bangun, Muara Badak, dan


Loa Kulu di Kabupaten Kutai Kartanegara;
c. Talisayan, Sido Bangen, Tanjung Batu, dan Tepian
Buah di Kabupaten Berau;
d. Tanjung Isuy, Linggang Bigung, dan Bongan di
Kabupaten Kutai Barat;
e. Muara Bengkal, Muara Wahau, dan Sangkulirang di
Kabupaten Kutai Timur;
f. Penajam di Kabupaten Penajam Paser Utara; dan
g. Ujoh Bilang, Long Hubung, dan Tiong Ohang di
Kabupaten Mahakam Ulu.
(10) Sistem pusat permukiman sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terintegrasi dengan pusat pertumbuhan
kelautan terdiri atas:
a. pelabuhan perikanan di Kabupaten Berau dan IKN;
b. sentra kegiatan perikanan tangkap dan/atau
perikanan budi daya di Kabupaten Penajam Paser
Utara dan IKN; dan
c. sentra industri maritim di Kota Balikpapan dan
Kota Samarinda.
(11) Sistem pusat permukiman sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) digambarkan dalam Peta Sistem Pusat
Permukiman dengan tingkat ketelitian geometri dan
informasi skala 1:250.000 (satu banding dua ratus lima
puluh ribu), tercantum dalam Lampiran III yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.

Bagian Ketiga
Sistem Jaringan Transportasi

Paragraf 1
Umum

Pasal 10
- 25 -

(1) Sistem jaringan transportasi sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 8 ayat (1) huruf b terdiri atas:
a. sistem jaringan jalan;
b. sistem jaringan kereta api;
c. sistem jaringan sungai, danau, dan penyeberangan;
d. sistem jaringan transportasi Laut; dan
e. bandar udara umum dan bandar udara khusus.
(2) Sistem jaringan transportasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) digambarkan dalam Peta Sistem Jaringan
Transportasi dengan tingkat ketelitian geometri dan
informasi skala 1:250.000 (satu banding dua ratus lima
puluh ribu), tercantum dalam Lampiran IV yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.

Paragraf 2
Sistem Jaringan Jalan

Pasal 11
Sistem jaringan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
10 ayat (1) huruf a terdiri atas:
a. jalan umum;
b. jalan tol;
c. terminal penumpang;
d. terminal barang;
e. jembatan timbang; dan
f. jembatan.

Pasal 12
(1) Jalan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
huruf a terdiri atas:
a. jalan arteri; dan
b. jalan kolektor.
(2) Jalan arteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a berupa jalan arteri primer meliputi:
- 26 -

a. Kerang (Bts. Prov. Kalsel)-Bts. Kota Tanah


Grogot;
b. Jln. Noto Sunardi (Tanah Grogot);
c. Bts. Kota Tanah Grogot-Lolo;
d. Sp. 3 Jln. Pangeran Mentri-Sp. 3 Jln. Sudirman
(Tanah Grogot);
e. Jln. Kusuma Bangsa (Tanah Grogot);
f. Lolo-Kuaro;
g. Kuaro-Kademan (Bts. Kab. Panajam Paser
Utara);
h. Kademan (Bts. Kab. Paser)-Penajam;
i. Petung-Sp. 3 Riko;
j. Sp. 3 Riko-Sp. 3 ITCI;
k. Sp. 3 ITCI-Sepaku;
l. Sepaku-Semoi Dua (Bts. Kab. Kutai
Kartanegara);
m. Semoi Dua (Bts. Kab. Kutai Kartanegara)-Km. 38
(Sp. 3 Samboja);
n. Bts. Kota Balikpapan-Sp. 3 Samboja;
o. Jln. Sudirman (Balikpapan);
p. Jln. Iswahyudi (Balikpapan);
q. Jln. Syarifuddin Yoes (Jl. ke Airport)
(Balikpapan);
r. Jln. MT. Haryono/Ring Road (Balikpapan);
s. Jln. Soekarno-Hatta (Balikpapan);
t. Jln. Akses TPK Kariangau;
u. Jln. Mulawarman-Sp. 3 Tol Balsam;
v. Sp. 3 Samboja-Sp. 3 Loa Janan;
w. Jln. Rifadin (Kab. Kutai Kartanegara);
x. Jln. Rifadin (Kota Samarinda);
y. Jln. KH Harun Nafsi (Samarinda);
z. Jln. Bung Tomo (Akses Terminal Samarinda
Seberang);
aa. Jln. Sultan Hassanudin (Akses Terminal
Samarinda Seberang);
- 27 -

bb. Jln. Jembatan Mahakam (Samarinda);


cc. Jln. Slamet Riyadi (Samarinda);
dd. Jln. RE. Martadinata (Samarinda);
ee. Jln. Gajah Mada (Samarinda);
ff. Jln. Yos Sudarso (Jl. ke Pelabuhan Samarinda)
(Samarinda);
gg. Sp. 3 Lempake (Samarinda)-Bts. Kab. Kutai
Kartanegara;
hh. Jln. Antasari (Samarinda);
ii. Jln. Juanda (Samarinda);
jj. Jln. AW. Syahrani (Samarinda);
kk. Jln. D.I. Panjaitan (Samarinda);
ll. Jln. M. Noor (Samarinda);
mm. Bts. Kota Samarinda-Sp. 3 Sambera;
nn. Sp. 3 Sambera-Santan (Bts. Kab. Kutai Timur);
oo. Santan (Bts. Kab. Kutai Kartanegara)-Sp. 3
Bontang;
pp. Jln. S. Parman (Bontang);
qq. Jln. Brigjen Katamso (Bontang);
rr. Jln. MT. Haryono (Bontang);
ss. Jln. Letjen. Suprapto (Bontang);
tt. Jln. D.I. Panjaitan (Bontang);
uu. Jln. Kapten Tendean (Bontang);
vv. Sp. 3 Bontang-Bts. Kota Bontang;
ww. Sp. 3 Bontang -Sangata;
xx. Sangata-Sp. Perdau;
yy. Jln. Yos Sudarso (Sangata);
zz. Sp. Perdau-Muara Lembak;
aaa. Muara Lembak-Sangkulirang;
bbb. Sp. Perdau-Tepian Langsat;
ccc. Tepian Langsat-Batu Ampar;
ddd. Batu Ampar-Sp. 3 Muara Wahau;
eee. Sp. 3 Muara Wahau-Bts. Kab. Berau;
fff. Bts. Kab Kutai Timur-Kelay;
ggg. Kelay-Labanan;
- 28 -

hhh. Labanan-Tanjung Redeb;


iii. Jln. Gatot Subroto (Tj. Redeb);
jjj. Jln. Bujangga (Tj. Redeb);
kkk. Jln. Pulau Sambit (Tj. Redeb);
lll. Jln. Pemuda (Tj. Redeb);
mmm. Tanjung Redeb-Gunung Tabur (Simpang Tiga
Maluang);
nnn. Gunung Tabur (Simpang Tiga Maluang)-Bts.
Bulungan;
ooo. Jln. Pangeran Antasari (Akses Pelabuhan
Tanjung Redeb);
ppp. Batuaji (Batas Prov. Kalsel)-Kuaro;
qqq. Loa Janan-Bts. Kota Tenggarong;
rrr. Bts. Kota Tenggarong-Sp. 4 Senoni;
sss. Sp. 4 Senoni-Sp. 3 Kotabangun;
ttt. Sp. 3 Kotabangun-Muara Leka;
uuu. Muara Leka-Muara Muntai (Perian) (Bts. Kab.
Kutai Barat);
vvv. Muara Muntai (Bts. Kab. Kutai Kartanegara)-
Jempang (Nayan);
www. Jempang (Nayan)-Sp. 3 Blusuh;
xxx. Sp. 3 Blusuh-Sp. 3 Damai;
yyy. Sp. 3 Damai-Barong Tongkok;
zzz. Barong Tongkok-Mentiwan (Sendawar);
aaaa. Akses Pelabuhan Maloy Baru;
bbbb. Jalan Kalimarau (Akses Bandara Kalimarau
Tanjung Redeb);
cccc. Jalan Akses Pelabuhan Lhok Tuan;
dddd. Simpang Tiga Riko-Simpang Gresik-Simpang
Lango-Jembatan Pulau Balang Bentang Pendek;
eeee. Akses Pelabuhan Kuala Samboja;
ffff. AP-1;
gggg. AP-2;
hhhh. AP-3;
iiii. AP-4; dan
- 29 -

jjjj. AP-5.
(3) Jalan kolektor sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b berupa jalan kolektor primer meliputi:
a. Jln. Pattimura (Akses Terminal Batu Ampar
Balikpapan);
b. Sp. 3 Blusuh-Batas Prov. Kalteng;
c. Gunung Tabur (Simpang Tiga Maluang)-Usiran;
d. Usiran-Tanjung Batu (Dermaga Derawan);
e. Barong Tongkok-Sp. Tering;
f. Sp. Tering-Bts. Kab. Mahakam Ulu;
g. Janju-Simpang Tiga Jone-Pondong Baru;
h. Akses Pelabuhan Penyeberangan Kariangau;
i. Akses Pelabuhan Sangata (Kutai Timur);
j. Batas Kabupaten Kutai Barat/Batas Kabupaten
Mahakam Ulu-Ujoh Bilang/Long Bangun;
k. Batas Provinsi Kalimantan Barat-Tiong Ohang;
l. Long Bagun-Long Pahangai;
m. Long Pahangai-Tiong Ohang;
n. Long Pahangai-Batas Provinsi Kalimantan
Timur/Provinsi Kalimantan Utara (Long Boh);
o. Tiong Ohang-Long Apari-Batas Malaysia;
p. KP-9;
q. Jalan Suryanata (Samarinda);
r. Jalan Aji Pangeran Tumenggung Pranoto
(Samarinda Seberang);
s. Jalan KH. Wahid Hasyim II (Samarinda);
t. Simpang Batu Cermin-Batu Besaung-Simpang
Empat Outer Ring Road IV;
u. Samarinda Seberang-Sanga Sanga;
v. Sanga Sanga-Dondang (Bentuas);
w. Simpang Samboja-Simpang Muara Jawa;
x. Jalan Mulawarman (Balikpapan);
y. Batas Balikpapan-Simpang Samboja;
z. Patung Lembuswana-Sebulu;
aa. Simpang Empat Kaliorang-Talisayan;
- 30 -

bb. Tanjung Redeb-Talisayan;


cc. Jalan R. Soeprapto (Samarinda);
dd. Jalan S. Parman (Samarinda);
ee. Jalan Ahmad Yani (Samarinda);
ff. Jalan D.I. Pandjaitan II (Samarinda);
gg. Ring Road II (Simpang Jalan Jakarta-Simpang M.
Said-Simpang Suryanata (Samarinda);
hh. Ring Road III (HM. Ardans) (Samarinda);
ii. Ring Road IV;
jj. Tenggarong Seberang-Simpang Empat Outer Ring;
kk. Bukit Raya/Trans L1-Teluk Dalam (Kutai
Kartanegara);
ll. Simpang Empat Outer Ring Road IV-Bandara Aji
Pangeran Tumenggung Pranoto;
mm. Jalan Riko-Bongan;
nn. Ring Road I (Jalan Pendekat Jembatan Mahakam
Ulu-Simpang M. Said);
oo. Kilometer 38-Simpang Samboja;
pp. Jalan Moeis Hasan (Samarinda Seberang);
qq. Jalan Teuku Umar (Samarinda);
rr. Jalan MT. Haryono (Samarinda);
ss. Jembatan Mahakam Ulu;
tt. Samarinda-Anggana;
uu. Simpang Tiga Sambera-Muara Badak;
vv. Simpang Kadungan Jaya-Jembatan Nibung-
Simpang Lempake;
ww. Jalan Kadrie Oening (Samarinda);
xx. Jalan Pendekat Jembatan Mahakam Ulu-Ring
Road I;
yy. Jalan Pendekat Jembatan Mahakam Ulu-Teratai-
Mas Mansyur-Untung Suropati-Simpang
Jembatan Mahakam;
zz. Jalan Ahmad Yani (Akses Pelabuhan Handil II);
aaa. Poros Kenohan-Batas Kabupaten Kutai Barat;
bbb. Melak-Batas Kabupaten Kutai Kartanegara;
- 31 -

ccc. Jalan Akses Pelabuhan Sangkulirang;


ddd. Jalan Akses Pelabuhan Mantaritip;
eee. Muara Badak-Marangkayu;
fff. Sebulu-Muara Bengkal; dan
ggg. Muara Bengkal-Batu Ampar.
(4) Jalan arteri primer sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(5) Dalam hal terdapat perubahan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang menjadi acuan dalam jalan
arteri dan jalan kolektor sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), penetapan fungsi dan status jalan
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 13
(1) Jalan tol sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf
b meliputi:
a. Balikpapan-Samarinda;
b. Batulicin-Tanah Grogot;
c. Tanah Grogot-Penajam;
d. Samarinda-Tenggarong;
e. Samarinda-Bontang;
f. Bontang-Sangatta;
g. Sangatta-Maloy;
h. Sangatta-Tanjung Selor-Nunukan;
i. Balikpapan-Penajam (Tol Teluk Balikpapan);
j. Bandar Udara Sepinggan-Kawasan Inti Pusat
Pemerintahan IKN (IKN 1);
k. Tol Teluk Balikpapan Penajam;
l. Tol Teluk Balikpapan Balikpapan; dan
m. Bandar Udara VVIP-Kawasan Inti Pusat
Pemerintahan IKN (IKN 2).
(2) Dalam hal terdapat perubahan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang menjadi acuan dalam jalan
- 32 -

tol sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penetapan


jalan tol dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 14
(1) Terminal penumpang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 huruf c terdiri atas:
a. terminal penumpang tipe A; dan
b. terminal penumpang tipe B.
(2) Terminal penumpang tipe A sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. Terminal Batu Ampar di Kota Balikpapan;
b. Terminal Samarinda Seberang di Kota Samarinda;
c. Terminal Ujoh Bilang di Kabupaten Mahakam Ulu;
dan
d. Terminal WP IKN Timur 1 di IKN.
(3) Terminal penumpang tipe B sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. Terminal Timbau di Kabupaten Kutai Kartanegara;
b. Terminal Rinding/Terminal Terpadu Tanjung Redeb
di Kabupaten Berau;
c. Terminal Sangatta dan Terminal Marga Mulia di
Kabupaten Kutai Timur;
d. Terminal Sei Kunjang dan Terminal Lempake di
Kota Samarinda;
e. Terminal Bontang di Kota Bontang;
f. Terminal Janju di Kabupaten Paser;
g. Terminal Melak di Kabupaten Kutai Barat;
h. Terminal WP Simpang Samboja di IKN; dan
i. Terminal WP KIPP di IKN.
(4) Terminal penumpang sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dan ayat (3) ditetapkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 15
- 33 -

(1) Terminal barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal


11 huruf d meliputi:
a. Terminal Barang Tanah Grogot di Kabupaten Paser;
b. Terminal Barang Tanjung Redeb di Kabupaten
Berau;
c. Terminal Barang Sendawar di Kabupaten Kutai
Barat;
d. Terminal Barang Sangatta dan Terminal Barang
Maloy di Kabupaten Kutai Timur;
e. Terminal Barang Long Pangahai di Kabupaten
Mahakam Ulu;
f. Terminal Barang Semayang dan Terminal Barang
Kariangau Kilometer 5,5 di Kota Balikpapan;
g. Terminal Barang Bontang di Kota Bontang; dan
h. Terminal Barang WP Simpang Samboja di IKN.
(2) Terminal barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 16
(1) Jembatan timbang sebagaimana dimaksud dalam Pasal
11 huruf e meliputi:
a. Jembatan Timbang Karang Joang Kilometer 17 di
Kota Balikpapan;
b. Jembatan Timbang Kuaro dan Unit Pelaksana
Penimbangan Kendaraan Bermotor Paser di
Kabupaten Paser;
c. Jembatan Timbang Labanan Kilometer 7 di
Kabupaten Berau;
d. Jembatan Timbang Resak di Kabupaten Kutai
Barat;
e. Jembatan Timbang Sangkimah, Jembatan Timbang
Bengalon, dan Jembatan Timbang Tepian Langsat
di Kabupaten Kutai Timur; dan
- 34 -

f. Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor


Samboja di IKN.
(2) Jembatan timbang sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 17
(1) Jembatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
huruf f meliputi:
a. Jembatan Kutai Kertanegara-Tenggarong dan
Jembatan Martadipura-Kota Bangun di Kabupaten
Kutai Kartanegara;
b. Jembatan Sambaliung di Kabupaten Berau;
c. Jembatan Pulau Balang di Teluk Balikpapan;
d. Jembatan Mahakam I, Jembatan Mahakam IV,
Jembatan Mahulu, dan Jembatan Achmad Amins di
Kota Samarinda;
e. Jembatan Dondang di IKN; dan
f. Jembatan Aji Tulur Jejangkat-Melak di Kabupaten
Kutai Barat.
(2) Jembatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Paragraf 3
Sistem Jaringan Kereta Api

Pasal 18
(1) Sistem jaringan kereta api sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 ayat (1) huruf b terdiri atas:
a. jaringan jalur kereta api; dan
b. stasiun kereta api.
(2) Jaringan jalur kereta api sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a meliputi:
- 35 -

a. Trans Kalimantan (Kalimantan Selatan) Tanjung-


Penajam Paser Utara-Batas Balikpapan;
b. Trans Kalimantan (Kalimantan Timur) Balikpapan-
Samarinda;
c. Samarinda-Bontang;
d. Simpang Samboja-KIPP;
e. WP KIPP-WP IKN Barat-WP IKN Timur 1-WP IKN
Timur 2-WP IKN Utara;
f. WP IKN Barat-WP IKN Timur 2;
g. kereta api perkotaan IKN;
h. jalur kereta api batubara; dan
i. jalur kereta api logistik.
(3) Jaringan jalur kereta api sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dapat dikembangkan dengan jaringan rel yang
berada pada permukaan tanah, di atas permukaan
tanah, dan/atau di bawah tanah dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Stasiun kereta api sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b meliputi:
a. Stasiun Muara Langun, Stasiun Batu Butok,
Stasiun Songka, Stasiun Batu Kajang, Stasiun
Jelada, Stasiun Kuaro, Stasiun Adeling, Stasiun
Semutai, dan Stasiun Longkali di Kabupaten Paser;
b. Stasiun Babulu Darat, Stasiun Pondok Sungkai,
Stasiun Simpang Tiga Petung, Stasiun Buluminung,
Stasiun Riko, dan Stasiun Pantai Lango di
Kabupaten Penajam Paser Utara;
c. Stasiun Karang Joang di Kota Balikpapan;
d. Stasiun Sanga-Sanga, Stasiun Palaran, Stasiun Loa
Bakung, Stasiun Sempaja Timur, dan Stasiun Aji
Pangeran Tumenggung Pranoto di Kota Samarinda;
e. Stasiun Samboja, Stasiun Sungai Merdeka, Stasiun
Sentral Bumi Harapan, Stasiun Sentral Sepaku,
Stasiun Simpang Tengin Baru, dan 5 (lima) stasiun
depo di IKN; dan
- 36 -

f. rencana stasiun barang meliputi stasiun di


Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai
Kartanegara, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten
Berau, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kota
Balikpapan, Kota Samarinda, dan Kota Bontang.
(5) Stasiun barang sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
huruf f bersifat indikatif dan perwujudannya mengikuti
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(6) Dalam hal terdapat perubahan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang menjadi acuan dalam
jaringan jalur kereta api sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dan stasiun kereta api sebagaimana dimaksud
pada ayat (4), jalur, lokasi, hierarki, pembangunan,
pengoperasian, dan pengembangan jaringan jalur
kereta api dilaksanakan sesuai dengan perubahan
rencana induk perkeretaapian nasional.

Paragraf 4
Sistem Jaringan Sungai, Danau, dan Penyeberangan

Pasal 19
(1) Sistem jaringan sungai, danau, dan penyeberangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf c
terdiri atas:
a. alur-pelayaran sungai dan alur-pelayaran danau;
b. lintas penyeberangan antarprovinsi;
c. lintas penyeberangan antarkabupaten/kota dalam
provinsi;
d. pelabuhan sungai dan danau; dan
e. pelabuhan penyeberangan.
(2) Alur-pelayaran sungai dan alur-pelayaran danau
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. alur-pelayaran Sungai Mahakam, Sungai
Kedangpahu, Sungai Kendilo, Sungai Kuaro, Sungai
Telake, Sungai Apar Besar, Sungai Apar Kecil,
- 37 -

Sungai Kerang, Sungai Lombok, Sungai Segendang,


Sungai Adang, Sungai BaRuangen, Sungai Kelinjau,
Sungai Belayan, Sungai Kelay, Sungai Segah,
Sungai Karangan, Sungai Melintang Kecil, Sungai
Telen, Sungai Jengeru, Sungai Kahala, Sungai
Semayang; dan
b. alur-pelayaran Danau Semayang, Danau Melintang,
Danau Jempang, Danau Prian, Danau Wis, dan
Danau Tempatung.
(3) Lintas penyeberangan antarprovinsi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. Kariangau Kota Balikpapan dengan Taipa Kota Palu
Provinsi Sulawesi Tengah, Kariangau Kota
Balikpapan dengan Kabupaten Mamuju Provinsi
Sulawesi Barat, dan Kariangau Kota Balikpapan
dengan Kota Pare-Pare Provinsi Sulawesi Selatan
yang merupakan bagian dari jaringan
penyeberangan sabuk tengah; dan
b. Kariangau Kota Balikpapan dengan Lamongan di
Pulau Jawa yang merupakan bagian dari jaringan
penyeberangan penghubung sabuk;
(4) Lintas penyeberangan antarkabupaten/kota dalam
provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
meliputi:
a. Kariangau Kota Balikpapan dengan Kabupaten
Penajam Paser Utara dan Kariangau Balikpapan
dengan Handil II;
b. Desa Sakka/Desa Peridan dengan Tanjung Kramat;
dan
c. Sungai Meriam dengan Tenggarong.
(5) Pelabuhan sungai dan danau sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf d meliputi:
a. Pelabuhan Tana Grogot dan Pelabuhan Long
Kali/Muara Telake di Kabupaten Paser;
- 38 -

b. Pelabuhan Rimba Ayu, Pelabuhan Sebulu,


Pelabuhan Kota Bangun, Pelabuhan Tenggarong,
Pelabuhan Loa Kulu, Pelabuhan Muara Muntai,
Pelabuhan Kenohan, Pelabuhan Tabang, Pelabuhan
Muara Wis, Pelabuhan Muara Kaman, Pelabuhan
Kutai Lama, Pelabuhan Kembang Janggut, Dermaga
Danau Semayang, dan Pelabuhan Bongan di
Kabupaten Kutai Kartanegara;
c. Pelabuhan Tanjung Redeb, Pelabuhan Teluk Bayur,
Pelabuhan Sambaliung, Dermaga Sungai Kelai,
Pelabuhan Segah, dan Pelabuhan Kelay di
Kabupaten Berau;
d. Dermaga Sungai Tering, Pelabuhan Muara Pahu,
Pelabuhan Melak, Pelabuhan Long Iram, Pelabuhan
Penyinggahan, Pelabuhan Damai, Pelabuhan Siluq
Ngurai, Pelabuhan Muara Lawa, dan Dermaga
Danau Jempang di Kabupaten Kutai Barat;
e. Pelabuhan Muara Wahau, Pelabuhan Muara
Ancalong, Pelabuhan Karangan, Pelabuhan
Sangkulirang, Pelabuhan Kaliorang, Pelabuhan
Muara Bengkal, Pelabuhan Long Mesangat, dan
Pelabuhan Busang di Kabupaten Kutai Timur;
f. Pelabuhan Long Bagun, Pelabuhan Batu Dinding,
Pelabuhan Long Apari, Pelabuhan Ujoh Bilang,
Pelabuhan Long Hubung, dan Pelabuhan Long
Pahangai di Kabupaten Mahakam Ulu; dan
g. Pelabuhan Samarinda dan Dermaga Sungai
Kunjang di Kota Samarinda.
(6) Pelabuhan penyeberangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf e meliputi:
a. Pelabuhan Penajam di Kabupaten Penajam Paser
Utara;
b. Pelabuhan Kariangau di Kota Balikpapan;
c. Pelabuhan Tenggarong dan Pelabuhan Sungai
Meriam di Kabupaten Kutai Kartanegara;
- 39 -

d. Pelabuhan Gunung Tabur di Kabupaten Berau;


e. Pelabuhan Desa Sakka/Desa Peridan dan
Pelabuhan Tanjung Kramat di Kabupaten Kutai
Timur; dan
f. Pelabuhan Handil II di IKN.
(7) Dalam hal terdapat perubahan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang menjadi acuan dalam
pelabuhan sungai dan danau sebagaimana dimaksud
pada ayat (5) dan pelabuhan penyeberangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (6), lokasi, hierarki,
pembangunan, pengoperasian, dan pengembangan
pelabuhan dilaksanakan sesuai dengan perubahan
rencana induk pelabuhan nasional.

Paragraf 5
Sistem Jaringan Transportasi Laut

Pasal 20
(1) Sistem jaringan transportasi Laut sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf d terdiri atas:
a. pelabuhan Laut; dan
b. alur-pelayaran di Laut.
(2) Pelabuhan Laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a terdiri atas:
a. pelabuhan utama;
b. pelabuhan pengumpul;
c. pelabuhan pengumpan;
d. Terminal Umum;
e. terminal khusus; dan
f. pelabuhan perikanan.
(3) Pelabuhan utama sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a berupa Pelabuhan Balikpapan/Semayang di
Kota Balikpapan.
(4) Pelabuhan pengumpul sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf b meliputi:
- 40 -

a. Pelabuhan Tana Paser/Pondong di Kabupaten


Paser;
b. Pelabuhan Tanjung Santan di Kabupaten Kutai
Kartanegara;
c. Pelabuhan Tanjung Redeb di Kabupaten Berau;
d. Pelabuhan Maloy dan Pelabuhan Sangatta di
Kabupaten Kutai Timur;
e. Pelabuhan Penajam Paser di Kabupaten Penajam
Paser Utara;
f. Pelabuhan Samarinda di Kota Samarinda;
g. Pelabuhan Lhok Tuan dan Pelabuhan Tanjung Laut
di Kota Bontang; dan
h. Pelabuhan Kuala Samboja di IKN.
(5) Pelabuhan pengumpan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf c meliputi:
1. Pelabuhan Teluk Apar di Kabupaten Paser;
2. Pelabuhan Marang Kayu, Pelabuhan Sanga-Sanga,
dan Pelabuhan Muara Badak Ilir di Kabupaten
Kutai Kartanegara;
3. Pelabuhan Mataritip, Pelabuhan Talisayan,
Pelabuhan Tanjung Batu, Pelabuhan Lawang-
Lawang, dan Pelabuhan Teluk Sulaiman di
Kabupaten Berau;
4. Pelabuhan Sangkulirang di Kabupaten Kutai Timur;
5. Pelabuhan Jenebora di Kabupaten Penajam Paser
Utara;
6. Pelabuhan Kampung Baru di Kota Balikpapan;
7. Pelabuhan Muara Berau di Perairan Pesisir Selat
Makassar; dan
8. Pelabuhan Meridan, Pelabuhan Dondang,
Pelabuhan Muara Jawa, Pelabuhan Senipah di IKN.
(6) Terminal Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf d meliputi:
a. Terminal Umum Kariangau di Kota Balikpapan dan
Terminal Umum PT. Pelabuhan Penajam Banua
- 41 -

Taka di Kabupaten Penajam Paser Utara yang


merupakan satu sistem dengan Pelabuhan
Balikpapan/Semayang;
b. Terminal Umum Palaran dan Terminal Umum
Sarana Abadi Lestari di Kota Samarinda, Terminal
Umum STS Muara Berau di Perairan Pesisir Selat
Makassar yang merupakan satu sistem dengan
Pelabuhan Samarinda; dan
c. Terminal Umum STS Muara Jawa di IKN yang
merupakan satu sistem dengan Pelabuhan Kuala
Samboja.
(7) Terminal khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf e berada di Kabupaten Paser, Kabupaten Kutai
Kartanegara, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai
Timur, Kabupaten Berau, Kota Samarinda, Kota
Bontang, IKN, serta Perairan Pesisir Selat Makassar dan
Laut Sulawesi.
(8) Pelabuhan perikanan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf f berupa pangkalan pendaratan ikan
meliputi:
a. Pangkalan Pendaratan Ikan Sambaliung di
Kabupaten Berau;
b. Pangkalan Pendaratan Ikan Selili di Kota
Samarinda;
c. Pangkalan Pendaratan Ikan Tanjung Limau di Kota
Bontang;
d. Pangkalan Pendaratan Ikan Sangatta di Kabupaten
Kutai Timur;
e. Pangkalan Pendaratan Ikan Api-Api di Kabupaten
Penajam Paser Utara; dan
f. Pangkalan Pendaratan Ikan Manggar Baru di Kota
Balikpapan.
(9) Alur-pelayaran di Laut sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b terdiri atas:
a. alur-pelayaran umum dan perlintasan; dan
- 42 -

b. alur pelayaran khusus.


(10) Alur-pelayaran umum dan perlintasan sebagaimana
dimaksud pada ayat (9) huruf a berada di Perairan
Pesisir Selat Makassar dan Laut Sulawesi.

(11) Alur pelayaran khusus sebagaimana dimaksud pada


ayat (9) huruf b meliputi alur pelayaran dari dan ke
terminal khusus di Selat Makassar dan Laut Sulawesi.

(12) Dalam hal terdapat perubahan ketentuan peraturan


perundang-undangan yang menjadi acuan dalam
pelabuhan utama sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
pelabuhan pengumpul sebagaimana dimaksud pada
ayat (4), pelabuhan pengumpan sebagaimana
dimaksud pada ayat (5), dan Terminal Umum
sebagaimana dimaksud pada ayat (6) maka lokasi,
hierarki, pembangunan, pengoperasian, dan
pengembangan pelabuhan dilaksanakan sesuai dengan
perubahan rencana induk pelabuhan nasional.

(13) Dalam hal terdapat perubahan ketentuan peraturan


perundang-undangan yang menjadi acuan dalam
pelabuhan perikanan sebagaimana dimaksud pada
ayat (8), lokasi, hierarki, pembangunan, pengoperasian,
dan pengembangan pelabuhan dilaksanakan sesuai
dengan perubahan rencana induk pelabuhan
perikanan nasional.

Paragraf 6
Bandar Udara Umum dan Bandar Udara Khusus

Pasal 21
(1) Bandar udara umum dan bandar udara khusus
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf e
terdiri atas:
a. bandar udara pengumpul;
b. bandar udara pengumpan; dan
c. bandar udara khusus.
- 43 -

(2) Bandar udara pengumpul sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf a meliputi:
a. Bandar Udara Sultan Aji Muhammad
Sulaiman/Sepinggan di Kota Balikpapan;
b. Bandar Udara Aji Pangeran Tumenggung Pranoto di
Kota Samarinda; dan
c. Bandar Udara Kalimarau di Kabupaten Berau.
(3) Bandar udara pengumpan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. Bandar Udara Maratua di Kabupaten Berau;
b. Bandar Udara Melak/Melalan di Kabupaten Kutai
Barat;
c. Bandar Udara Muara Wahau/Uyang Lahai/Miau
Baru di Kabupaten Kutai Timur;
d. Bandar Udara Datah Dawai di Kabupaten Mahakam
Ulu;
e. Bandar Udara Paser/Tana Paser di Kabupaten
Paser;
f. Bandar Udara Ujoh Bilang dan Bandar Udara Long
Apari di Kabupaten Mahakam Ulu; dan
g. Bandar Udara Bontang di Kota Bontang.
(4) Bandar udara khusus sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c meliputi:
a. Bandar Udara Pujangan/Muara Badak, Bandar
Udara Tanjung Santan, dan Bandar Udara Kembang
Janggut, Bandar Udara Tabang di Kabupaten Kutai
Kartanegara;
b. Bandar Udara Sangkima, Bandar Udara KPC
Tanjung Bara, dan Bandar Udara Indexim Coalindo
di Kabupaten Kutai Timur;
c. Bandar Udara LNG Bontang di Kota Bontang;
d. Bandar Udara Mangkajang di Kabupaten Berau;
dan
e. Bandar Udara VVIP di Kabupaten Penajam Paser
Utara.
- 44 -

(5) Dalam hal terdapat perubahan ketentuan peraturan


perundang-undangan yang menjadi acuan dalam
bandar udara umum dan bandar udara khusus
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), lokasi, hierarki,
pembangunan, pengoperasian, dan pengembangan
pelabuhan dilaksanakan sesuai dengan perubahan
kebijakan yang berlaku.

Bagian Keempat
Sistem Jaringan Energi

Pasal 22
(1) Sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 ayat (1) huruf c terdiri atas:
a. jaringan infrastruktur minyak dan gas bumi; dan
b. jaringan infrastruktur ketenagalistrikan.
(2) Jaringan infrastruktur minyak dan gas bumi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri
atas:
a. infrastruktur minyak dan gas bumi; dan
b. jaringan minyak dan gas bumi.
(3) Infrastruktur minyak dan gas bumi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi:
a. terminal gas Tanjung Santan, terminal Liquefied
Natural Gas Sambera, dan tangki timbun (2 unit) di
Kabupaten Kutai Kartanegara;
b. tangki timbun (1 unit) di Kabupaten Berau;
c. tangki timbun (1 unit) dan fasilitas coal to methanol
di Kabupaten Kutai Timur;
d. tangki timbun (1 unit), kilang Liquefied Petroleum
Gas dan refinery unit-V (Refinery Development
Master Plan) di Kota Balikpapan;
e. tangki timbun (2 unit), terminal bahan bakar
minyak, Samarinda Powerplan, depo bahan bakar
minyak Patra Niaga di Kota Samarinda; dan
- 45 -

f. kilang Liquefied Natural Gas dan Liquefied Petroleum


Gas, dan kilang minyak Bontang di Kota Bontang.
(4) Jaringan minyak dan gas bumi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b meliputi:
a. jaringan minyak dan gas bumi di Kabupaten Paser,
Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten Kutai
Timur, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kota
Balikpapan, Kota Samarinda, Kota Bontang,
Kabupaten Berau, IKN, dan Perairan Pesisir Selat
Makassar; dan
b. pipa bawah Laut meliputi koridor:
1. Bontang-Offshore;
2. Kutai Kartanegara-Offshore Eni;
3. Muara Delta Mahakam-Pesisir Delta Mahakam;
4. Sepinggan-Offshore;
5. Sepinggan-Pesisir Sepinggan;
6. Sepinggan/Balikpapan-Offshore; dan
7. Tanjung Jumala-Offshore Teluk Balikpapan.
(5) Jaringan infrastruktur ketenagalistrikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas:
a. infrastruktur pembangkitan tenaga listrik dan
sarana pendukung; dan
b. jaringan infastruktur penyaluran tenaga listrik dan
sarana pendukung.
(6) Infrastruktur pembangkitan tenaga listrik dan sarana
pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf
a meliputi:
a. Pembangkit Listrik Tenaga Air di Kabupaten Kutai
Kartanegara;
b. Pembangkit Listrik Tenaga Uap di Kabupaten Kutai
Kartanegara, Kabupaten Berau, Kabupaten Kutai
Timur, Kota Balikpapan, Kota Samarinda, Kota
Bontang, dan IKN;
c. Pembangkit Listrik Tenaga Gas di Kabupaten Kutai
Kartanegara dan IKN;
- 46 -

d. Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap di


Kabupaten Kutai Kartanegara;
e. Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas di Kabupaten
Kutai Kartanegara, Kabupaten Penajam Paser
Utara, dan Kota Bontang;
f. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel di Kabupaten
Paser, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten
Berau, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai
Timur, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kota
Balikpapan, dan Kota Samarinda;
g. Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Kabupaten
Paser, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten
Berau, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai
Timur, Kabupaten Mahakam Ulu, dan Kota
Bontang;
h. Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid di Kabupaten
Mahakam Ulu;
i. Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa di Kabupaten
Kutai Kartanegara, Kabupaten Berau, dan
Kabupaten Kutai Timur;
j. Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro di Kabupaten
Kutai Barat dan Kabupaten Kutai Timur; dan
k. pembangkit tenaga listrik lainnya sesuai potensi
dan karakteristik yang diatur sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(7) Jaringan infrastruktur penyaluran tenaga listrik dan
sarana pendukung dimaksud pada ayat (5) huruf b
terdiri atas:
a. jaringan transmisi tenaga listrik antarsistem;
b. jaringan distribusi tenaga listrik; dan
c. gardu listrik.
(8) Jaringan transmisi tenaga listrik antarsistem
sebagaimana dimaksud pada ayat (7) huruf a meliputi:
a. Bukuan-Sambutan;
b. Bontang (Teluk Pandan)-Sangatta;
- 47 -

c. Bukit Biru-Kota Bangun;


d. Embalut-Incomer PLTU CFK;
e. Harapan Baru-Bukuan;
f. Harapan Baru-Tengkawang;
g. Karangjoang-Harapan Baru;
h. Karangjoang-Kariangau;
i. Kuaro-Tanah Grogot;
j. Embalut-Bukit Biru;
k. Muara Badak-Teluk Pandan;
l. Manggarsari-Industri;
m. Manggarsari-Karangjoang;
n. Muara Jawa-Bukuan;
o. Petung-Kuaro;
p. Petung-PLTU Kariangau;
q. Senipah-Margasari;
r. Sambutan-Muara Badak;
s. Tanjung-Kuaro;
t. Tengkawang-Embalut;
u. New Balikpapan-Kariangau;
v. New Samarinda-Sambera;
w. Sangatta-Maloy;
x. PLTMG Bangkanai-Melak;
y. Tanjung Redeb-Talisayan;
z. Palaran-Senipah;
aa. Melak-Kota Bangun;
bb. Muara Wahau-Tanjung Redeb;
cc. Muara Wahau-Sepaso;
dd. Maloy-Kobexindo;
ee. New Samarinda-Embalut;
ff. Lati-Tanjung Redeb;
gg. Tanjung Redeb-Tanjung Selor; dan
hh. jaringan transmisi tenaga listrik lainnya sesuai
potensi dan karakteristik yang diatur sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
- 48 -

(9) Jaringan distribusi tenaga listrik sebagaimana


dimaksud pada ayat (7) huruf b berada di seluruh
Wilayah Kabupaten/Kota.
(10) Gardu listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (7)
huruf c meliputi:
a. Gardu Induk (GI) Kuaro, GI Grogot, GI Komam (Batu
Sopang), dan GI Longikis di Kabupaten Paser;
b. GI Embalut, GI Tenggarong/Bukit Biru, GI
Sambera/Muara Badak, GI Kota Bangun, GI Sanga-
Sanga, GI Kembang Janggut dan Gardu Induk
Ekstra Tinggi Embalut di Kabupaten Kutai
Kartanegara;
c. GI Tanjung Redeb dan GI Lati di Kabupaten Berau;
d. GI Melak (arah Ujoh Bilang) di Kabupaten Kutai
Barat;
e. GI Sangatta, GI Sepaso, GI Muara Wahau (arah
Muara Bengkal), GI Bontang/Teluk Pandan, dan GI
Maloy, di Kabupaten Kutai Timur;
f. GI Petung di Kabupaten Penajam Paser Utara;
g. GI Gunung Malang/Industri, GI Batakan/Manggar
Sari, GI Karang Joang/Giri Rejo, GI Kariangau, dan
GI New Balikpapan di Kota Balikpapan;
h. GI Harapan Baru, GI Sambutan, GI Bukuan, GI
Tengkawang, GI Sei Keledang, dan GI New
Samarinda di Kota Samarinda;
i. GI Muara Jawa, GI Senipah, dan GI Samboja di IKN;
dan
j. gardu induk lainnya sesuai potensi dan
karakteristik yang diatur sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(11) Rincian infrastruktur pembangkit tenaga listrik dan
sarana pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat
(6) tercantum dalam Lampiran V yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
- 49 -

(12) Sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) digambarkan dalam Peta Sistem Jaringan
Energi dengan tingkat ketelitian geometri dan informasi
skala 1:250.000 (satu banding dua ratus lima puluh
ribu), tercantum dalam Lampiran VI yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(13) Dalam hal, jaringan infrastruktur ketenagalistrikan
yang telah diatur dalam peraturan perundang-
undangan bidang energi dan sumber daya mineral serta
belum termuat dalam Peraturan Daerah ini, akan
diatur lebih lanjut dalam rencana usaha penyediaan
tenaga listrik dan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota dan/atau rencana detail Tata Ruang
Kabupaten/Kota.

Bagian Kelima
Sistem Jaringan Telekomunikasi

Pasal 23
(1) Sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat (1) huruf d terdiri atas:
a. jaringan tetap;
b. infrastruktur jaringan tetap; dan
c. jaringan bergerak.
(2) Jaringan tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a terdiri atas:
a. saluran kabel serat optik berada di seluruh Wilayah
Kabupaten/Kota; dan
b. saluran kabel bawah Laut meliputi Koridor:
1. Mamuju-Balikpapan;
2. Sangatta-Palu atau Donggala;
3. Berau-Berau;
4. Balikpapan-Doda (Sulawesi Barat); dan
5. Penajam-WP Balikpapan.
- 50 -

(3) Infrastruktur jaringan tetap sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) huruf b berada di seluruh Wilayah
Kabupaten/Kota.
(4) Jaringan bergerak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c berada di seluruh Wilayah Kabupaten/Kota
dengan memperhatikan efisiensi pelayanan, keamanan,
dan kenyamanan lingkungan sekitarnya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) Sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) digambarkan dalam Peta Sistem Jaringan
Telekomunikasi dengan tingkat ketelitian geometri dan
informasi skala 1:250.000 (satu banding dua ratus lima
puluh ribu), tercantum dalam Lampiran VII yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.

Bagian Keenam
Sistem Jaringan Sumber Daya Air

Pasal 24
(1) Sistem jaringan sumber daya air sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf e ditetapkan
dalam rangka pengelolaan sumber daya air yang terdiri
atas konservasi sumber daya air, pendayagunaan
sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air di
Provinsi.
(2) Sistem jaringan sumber daya air sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berupa prasarana sumber daya
air.
(3) Prasarana sumber daya air sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), terdiri atas:
a. sistem jaringan irigasi;
b. sistem pengendalian banjir; dan
c. bangunan sumber daya air.
- 51 -

(4) Sistem jaringan irigasi sebagaimana dimaksud pada


ayat (3) huruf a meliputi:
a. Saluran Irigasi Rawa Laburan Lama, Saluran Irigasi
Rawa Muara Adang, Saluran Irigasi Rawa Padang
Pangrapat, Saluran Irigasi Rawa Riwang, Saluran
Irigasi Rawa Sebakung, Saluran Irigasi Rawa
Suliliran, Saluran Irigasi Rawa Tanjung Aru,
Saluran Irigasi Rawa Tanjung Harapan, dan
Saluran Irigasi Rawa Telake di Kabupaten Paser;
b. Saluran Irigasi Panoragan, Saluran Irigasi Separi II,
Saluran Irigasi Marangkayu, Saluran Irigasi Rawa
Muara Badak, dan Saluran Irigasi Rawa
Marangkayu di Kabupaten Kutai Kartanegara;
c. Saluran Irigasi Beriwit, Saluran Irigasi Biatan,
Saluran Irigasi Labanan, Saluran Irigasi Merancang,
Saluran Irigasi Muara Bangun, Saluran Irigasi
Semurut dan Buyung-Buyung, Saluran Irigasi
Tepian Buah, Saluran Irigasi Rawa Sukan Tengah,
Saluran Irigasi Rawa Tanjung Perengat, Saluran
Irigasi Rawa Tabalar, Saluran Irigasi Tambak
Seketa, dan Saluran Irigasi Tambak Sukan Pantai di
Kabupaten Berau;
d. Saluran Irigasi Mentiwan, Saluran Irigasi Jengan
Danum, Saluran Irigasi Rapak Oros, Saluran Irigasi
Muara Asa dan Saluran Irigasi Rawa Resak di
Kabupaten Kutai Barat;
e. Saluran Irigasi Kaliorang, Saluran Irigasi
Selangkau, Saluran Irigasi Tanah Abang, Saluran
Irigasi Cipta Graha, Saluran Irigasi Rantau Pulung,
Saluran Irigasi Kaubun, Saluran Irigasi Rawa
Bengalon, dan Jaringan Irigasi Pesap di Kabupaten
Kutai Timur;
f. Saluran Irigasi Rawa Babulu Labangka, Saluran
Irigasi Rawa Petung, Saluran Irigasi Rawa
- 52 -

Sebakung, dan Saluran Irigasi Rawa Telake, di


Kabupaten Penajam Paser Utara;
g. Saluran Irigasi Datah Bilang di Kabupaten
Mahakam Ulu;
h. Saluran Irigasi Tani Aman di Kota Samarinda;dan
i. Saluran Irigasi Sungai Buluh dan Saluran Irigasi
Samboja di IKN.
(5) Sistem pengendalian banjir sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) huruf b terdiri atas:
a. jaringan pengendalian banjir meliputi:
1. jaringan pengendalian banjir Sungai Mahakam
di Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kota
Samarinda; dan
2. jaringan pengendalian banjir Sungai Karang
Mumus di Kabupaten Kutai Kartanegara dan
Kota Samarinda.
b. bangunan pengendalian banjir meliputi:
1. Bendungan Pengendali (Bendali) Saing Prupuk,
dan Bendungan Lambakan di Kabupaten Paser;
2. Bendali I, Bendali II, Bendali III, Bendali IV,
Bendali V, Bendali Hulu Sungai Ampal, dan
Bendungan Sungai Wain (Pusat)/Bendungan
Pertamina di Kota Balikpapan;
3. Bendali Sungai Karang Mumus (Griya Mukti),
Kolam Retensi H. M. Ardans, Kolam Retensi Air
Hitam, Kolam Retensi Vorvo 1, Kolam Retensi
Vorvo 2, Kolam Retensi Tani Aman/Loa Hui,
Bendali Loa Bakung, Kolam Retensi Bengkuring,
Kolam Retensi Pampang, Kolam Retensi Karang
Asam Besar, Kolam Retensi Gunung Lingai,
Kolam Retensi Lingai, Kolam Retensi Rapak
Mahang, Kolam Retensi Rapak Dalam, Embung
Sempaja, Kolam Retensi Sempaja, Danau
Harapan Baru, dan Danau Simpang Pasir di
Kota Samarinda;
- 53 -

4. Bendungan Lawe-Lawe di Kabupaten Penajam


Paser Utara;
5. Kolam Retensi Kanaan dan Bendungan
Estuarydam di Kota Bontang; dan
6. Bendungan Sepaku Semoi di IKN.
(6) Bangunan sumber daya air sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) huruf c meliputi:
a. Bendung Muara Adang, Bendung Padang
Pangrapat, Bendung Rawa Riwang, Bendung
Sebakung, Bendung Suliliran, Bendung Tanjung
Aru, Bendung Tanjung Harapan, Bendung Laburan,
Bendungan Kendilo, Bendungan Lambakan,
Bendungan Pias, dan Bendung Regulator Telake di
Kabupaten Paser;
b. Bendungan Marangkayu, Bendung Marangkayu,
Bendung Panoragan, Bendung Separi, Bendung
Muara Badak, dan Bendungan Batu Lepek di
Kabupaten Kutai Kartanegara;
c. Embung Beriwit, Bendung Muara Bangun,
Bendungan Merancang, Bendungan Labanan,
Bendung Biatan, Bendung Semurut dan Buyung-
Buyung, Bendung Sei Kuran, Bendung Sukan
Pantai, Bendung Sukan Tengah, Bendung Tabalar,
Bendung Tanjung Perengat, Bendung Tepian Buah,
Bendung Rantau Pangan, dan Bendung Urutang di
Kabupaten Berau;
d. Bendung Mentiwan, Bendung Rapak Oros, Bendung
Resak, Bendung Muara Asa, dan Bendung Jenang
Denum, dan Bendung Gemuruh di Kabupaten Kutai
Barat;
e. Bendung Cipta Graha, Bendung Kaliorang,
Bendung Rantau Pulung, Bendung Pesap, Bendung
Selangkau, Bendung Kaubun, Bendung Bengalon,
Bendung Tanah Abang, Bendungan Sangatta,
- 54 -

Bendungan Kaliorang, Bendungan Sekerat, dan


Bendali Suka Rahmat di Kabupaten Kutai Timur;
f. Bendung Datah Bilang di Kabupaten Mahakam Ulu;
g. Bendung Waru, Bendung Sebulu, Bendung Babulu
Labangka, Bendungan ITCI, dan Bendungan Toyu
di Kabupaten Penajam Paser Utara;
h. Embung Aji Raden, Bendungan Manggar,
Bendungan Teritip, Embung Sungai Wain, dan
Bendungan Sungai Wain di Kota Balikpapan;
i. Bendungan Lempake, Bendung Tani Aman,
Embung Lubang Putang, dan Embung Muang di
Kota Samarinda;
j. Bendungan Estuarydam di Kota Bontang; dan
k. Bendungan Samboja, Bendung Sungai Buluh,
Bendungan Sepaku Semoi, Intake Sepaku, dan
Bendungan Samboja II di IKN;
(7) Sistem jaringan sumber daya air sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam Peta
Sistem Jaringan Sumber Daya Air dengan tingkat
ketelitian geometri dan informasi skala 1:250.000 (satu
banding dua ratus lima puluh ribu), tercantum dalam
Lampiran VIII yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(8) Ketentuan mengenai sistem jaringan sumber daya air
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Bagian Ketujuh
Sistem Jaringan Prasarana Lainnya

Pasal 25
(1) Sistem jaringan prasarana lainnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf f terdiri atas:
a. SPAM;
- 55 -

b. SPAL;
c. sistem pengelolaan limbah bahan berbahaya dan
beracun; dan
d. sistem jaringan persampahan.
(2) Sistem jaringan prasarana lainnya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam Peta
Sistem Jaringan Prasarana Lainnya dengan tingkat
ketelitian geometri dan informasi skala 1:250.000 (satu
banding dua ratus lima puluh ribu), tercantum dalam
Lampiran IX yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 26
(1) SPAM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1)
huruf a meliputi:
a. SPAM Regional Kota Bontang Sistem Bendali
Sukarahmat termasuk SPAM perpipaan bawah Laut
Pulau Melahing;
b. SPAM Regional Kota Balikpapan Sistem Sepaku
Semoi;
c. SPAM Regional Kota Balikpapan Sistem Mahakam
dan Rencana Waduk Batu Lepek;
d. SPAM Regional Sistem Long Kali;
e. SPAM Regional Sistem Indominco;
f. SPAM Regional Penajam Paser Utara Sistem
Bendung Telake; dan
g. SPAM Strategis Maloy.
(2) Ketentuan mengenai SPAM sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 27
- 56 -

(1) SPAL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1)


huruf b meliputi:
a. SPAL Domestik Kawasan Perkotaan Samarinda-
Kabupaten Kutai Kartanegara;
b. SPAL Domestik Kawasan Perkotaan Kabupaten
Kutai Kartanegara, Kabupaten Kutai Timur, dan
Kota Bontang;
c. SPAL Domestik Kawasan Perkotaan Kota
Samarinda-Kabupaten Kutai Kartanegara;
d. SPAL Domestik Kawasan Perkotaan Kabupaten
Kutai Kartanegara, Kabupaten Penajam Paser
Utara, dan Kota Balikpapan;
e. SPAL Domestik Kawasan Perkotaan Kabupaten
Kutai Kartanegara-Kota Balikpapan; dan
f. SPAL Domestik IKN.
(2) Ketentuan mengenai SPAL sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
sesuai peraturan perundang-undangan.

Pasal 28
(1) Sistem pengelolaan limbah bahan berbahaya dan
beracun (B3) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25
ayat (1) huruf c meliputi:
a. Maloy di Kabupaten Kutai Timur; dan
b. Kariangau di Kota Balikpapan.
(2) Ketentuan mengenai sistem pengelolaan limbah bahan
berbahaya dan beracun sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 29
(1) Sistem jaringan persampahan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 25 ayat (1) huruf d berupa rencana
meliputi:
- 57 -

a. Tempat Pemrosesan Akhir Regional Tenggarong


Seberang dan Tempat Pemrosesan Akhir Regional
Loa Janan di Kabupaten Kutai Kartanegara;
b. Tempat Pemrosesan Akhir Regional Manggar di Kota
Balikpapan;
c. Tempat Pemrosesan Akhir Regional Kawasan
Perkotaan Bontang; dan
d. Tempat Pemrosesan Akhir Regional Samboja di IKN.
(2) Ketentuan mengenai sistem pengelolaan sampah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

BAB V
RENCANA POLA RUANG WILAYAH

Bagian Kesatu
Umum
Pasal 30
(1) Rencana Pola Ruang Wilayah terdiri atas:
a. Kawasan Lindung; dan
b. Kawasan Budi Daya.
(2) Rencana Pola Ruang Wilayah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) memperhatikan kawasan rawan bencana
sebagai upaya pencegahan terhadap bencana alam
dengan tujuan untuk memberikan perlindungan
semaksimal mungkin atas kemungkinan bencana
terhadap fungsi lingkungan hidup dan kegiatan
lainnya.
(3) Rencana Pola Ruang Wilayah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) digambarkan dalam Peta Rencana Pola
Ruang Wilayah dengan tingkat ketelitian geometri dan
informasi skala 1:250.000 (satu banding dua ratus lima
puluh ribu), tercantum dalam Lampiran X yang
- 58 -

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan


Daerah ini.

Bagian Kedua
Kawasan Lindung

Pasal 31
Kawasan Lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30
ayat (1) huruf a memiliki luas kurang lebih 2.974.408 (dua
juta sembilan ratus tujuh puluh empat ribu empat ratus
delapan) hektare terdiri atas:
a. badan air;
b. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap
kawasan bawahannya;
c. kawasan perlindungan setempat;
d. kawasan konservasi;
e. kawasan pencadangan konservasi di Laut;
f. kawasan hutan adat;
g. Kawasan Lindung geologi; dan
h. kawasan ekosistem mangrove.
Pasal 32
Badan air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 huruf a
memiliki luas kurang lebih 75.793 (tujuh puluh lima ribu
tujuh ratus sembilan puluh tiga) hektare berada di
Kabupaten Paser, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten
Berau, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur,
Kabupaten Penajam Paser Utara, Kabupaten Mahakam Ulu,
Kota Balikpapan, dan Kota Samarinda.

Pasal 33
(1) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap
kawasan bawahannya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 31 huruf b memiliki luas kurang lebih 1.862.660
(satu juta delapan ratus enam puluh dua ribu enam
ratus enam puluh) hektare terdiri atas:
- 59 -

a. kawasan hutan lindung di Kabupaten Paser,


Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten Berau,
Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur,
Kabupaten Penajam Paser Utara, Kabupaten
Mahakam Ulu, Kota Balikpapan, dan Kota Bontang;
dan
b. Kawasan Lindung gambut di Kabupaten Kutai
Kartanegara, Kabupaten Berau, dan Kabupaten
Kutai Barat.
(2) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap
kawasan bawahannya sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a memiliki luas kurang lebih 43.144
(empat puluh tiga ribu seratus empat puluh empat)
hektare terdapat usulan sebagai Zona Tunda (Holding
Zone) meliputi:
a. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap
kawasan bawahannya/kawasan hutan produksi
yang selanjutnya disingkat PTB/KHP memiliki luas
kurang lebih 20.911 (dua puluh ribu sembilan ratus
sebelas) hektare berada di Kabupaten Kutai Timur
dan Kabupaten Mahakam Ulu;
b. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap
kawasan bawahannya/kawasan pertanian yang
selanjutnya disingkat PTB/P memiliki luas kurang
lebih 21.992 (dua puluh satu ribu sembilan ratus
sembilan puluh dua) hektare berada di Kabupaten
Kutai Kartanegara, Kabupaten Berau, Kabupaten
Kutai Timur, Kabupaten Mahakam Ulu, Kota
Balikpapan, dan Kota Bontang; dan
c. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap
kawasan bawahannya/Kawasan Permukiman yang
selanjutnya disingkat PTB/PM memiliki luas kurang
lebih 241 (dua ratus empat puluh satu) hektare
berada di Kabupaten Paser, Kabupaten Kutai
Timur, dan Kota Balikpapan.
- 60 -

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Kawasan Lindung


gambut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
diatur dengan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten/Kota atau ketentuan
peraturan perundang-undangan bidang kehutanan.

Pasal 34
(1) Kawasan perlindungan setempat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 31 huruf c memiliki luas kurang
lebih 13.000 (tiga belas ribu) hektare berada di
Kabupaten Paser, Kabupaten Kutai Kartanegara,
Kabupaten Berau, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten
Kutai Timur, Kabupaten Penajam Paser Utara,
Kabupaten Mahakam Ulu, Kota Balikpapan, dan Kota
Samarinda.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kawasan
perlindungan setempat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dengan Peraturan Daerah tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota
dan/atau peraturan kepala daerah tentang rencana
detail tata Ruang Kabupaten/Kota.

Pasal 35
(1) Kawasan konservasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 31 huruf d memiliki luas kurang lebih 680.630
(enam ratus delapan puluh ribu enam ratus tiga puluh)
hektare meliputi:
a. Cagar Alam Padang Luway di Kabupaten Kutai
Barat;
b. Cagar Alam Teluk Apar di Kabupaten Paser dan
Perairan Pesisir Selat Makassar;
c. Cagar Alam Teluk Adang di Kabupaten Paser dan
Kabupaten Penajam Paser Utara;
d. Cagar Alam Muara Kaman Sedulang di Kabupaten
Kutai Kartanegara dan Kabupaten Kutai Timur;
- 61 -

e. Cagar Alam Bukit Sapat Hawung di Kabupaten


Mahakam Hulu;
f. Suaka Margasatwa dan Suaka Margasatwa Perairan
Pulau Semama di Kabupaten Berau;
g. Taman Nasional Kutai di Kabupaten Kutai
Kartanegara, Kabupaten Kutai Timur, dan Kota
Bontang;
h. Taman Nasional Betung Kerihun di Kabupaten
Mahakam Ulu;
i. Taman Hutan Raya Lati Petangis di Kabupaten
Paser;
j. Taman Hutan Raya Bukit Soeharto di Kabupaten
Kutai Kartanegara;
k. Taman Wisata Alam dan Taman Wisata Alam
Perairan Pulau Sangalaki di Kabupaten Berau;
l. Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Kepulauan Derawan dan Perairan Sekitarnya di
Kabupaten Berau;
m. Kawasan Konservasi Perairan Bontang di Kota
Bontang meliputi Perairan Pulau Kedindingan dan
Pulau Berasbasah, Perairan Pulau Melahing, dan
Perairan Pulau Segajah di Kota Bontang; dan
n. Kawasan Konservasi Perairan Mahakam Wilayah
Hulu di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten
Kutai Barat, dan Kabupaten Kutai Timur.
(2) Kawasan konservasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) memiliki luas kurang lebih 59.452 (lima puluh
sembilan ribu empat ratus lima puluh dua) hektare
terdapat usulan Zona Tunda (Holding Zone) meliputi:
a. kawasan konservasi/kawasan pertanian yang
selanjutnya disingkat KS/P memiliki luas kurang
lebih 36.877 (tiga puluh enam ribu delapan ratus
tujuh puluh tujuh) hektare berada di Kabupaten
Paser, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten
- 62 -

Kutai Timur, Kabupaten Penajam Paser Utara,


Kabupaten Mahakam Ulu, dan Kota Bontang;
b. kawasan konservasi/kawasan perikanan yang
selanjutnya disingkat KS/IK memiliki luas kurang
lebih 21.400 (dua puluh satu ribu empat ratus)
hektare berada di Kabupaten Paser, Kabupaten
Kutai Timur, Kabupaten Penajam Paser Utara, dan
Kota Bontang; dan
c. kawasan konservasi/Kawasan Permukiman yang
selanjutnya disingkat KS/PM memiliki luas kurang
lebih 1.174 (seribu seratus tujuh puluh empat)
hektare berada di Kabupaten Paser, Kabupaten
Kutai Timur, dan Kabupaten Penajam Paser Utara.
(3) Kawasan konservasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) yang berada di Perairan Pesisir diatur dalam Tabel
Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut
sebagaimana tercantum dalam Lampiran XII yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.
(4) Kawasan konservasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) yang berada di Perairan Pesisir digambarkan dalam
Peta Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut
dengan tingkat ketelitian geometri dan informasi skala
1:50.000 (satu banding lima puluh ribu) sebagaimana
tercantum dalam Lampiran XIII yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 36
(1) Kawasan pencadangan konservasi di Laut sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 31 huruf e memiliki luas kurang
lebih 233.082 (dua ratus tiga puluh tiga ribu delapan
puluh dua) hektare terdiri atas:
a. Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Tanjung Harapan, Kawasan Konservasi Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil Teluk Apar, Kawasan Konservasi
- 63 -

Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Tanjung Telake-


Tanjung Sembiling, serta Kawasan Konservasi
Perairan Karang Tanjung Aru di Kabupaten Paser;
b. Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Kecamatan Marangkayu di Kabupaten Kutai
Kartanegara;
c. Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Tanjung Bingkar, Kawasan Konservasi Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil Tanjung Belanak, serta Kawasan
Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Tanjung
Karang Tigau Pulau Derawan di Kabupaten Berau;
d. Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Kecamatan Teluk Pandan dan Kecamatan Sangatta
Selatan, Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil Tanjung Sangatta, Kawasan Konservasi
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Tanjung Bungalun,
Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Teluk Sangkulirang, Kawasan Konservasi Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil Teluk Sangkulirang-Tanjung
Pagar, serta Kawasan Konservasi Perairan Pulau
Miang Besar di Kabupaten Kutai Timur;
e. Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Tanjung Jumlai, Kawasan Konservasi Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil Teluk Balikpapan, serta Kawasan
Konservasi Perairan Karang Tanjung Jumlai di
Kabupaten Penajam Paser Utara; dan
f. Kawasan Konservasi Maritim Kapal Amagiri di
Kabupaten Paser dan Kawasan Konservasi Maritim
Kapal SS Sierra Cordoba di Selat Makassar pada
Kabupaten Kutai Timur.
(2) Kawasan pencadangan konservasi di Laut sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Tabel Kesesuaian
Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut sebagaimana
tercantum dalam Lampiran XII yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
- 64 -

(3) Kawasan pencadangan konservasi di Laut sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam Peta
Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut dengan
tingkat ketelitian geometri dan informasi skala 1:50.000
(satu banding lima puluh ribu) sebagaimana tercantum
dalam Lampiran XIII yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 37
Kawasan hutan adat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31
huruf f memiliki luas kurang lebih 1.088 (seribu delapan
puluh delapan) hektare berada di kawasan Area Penggunaan
Lain terdiri atas:
a. Kawasan Hutan Adat Hemaq Beniuq, Kawasan Hutan
Adat Bahau Uma Luhat, Kawasan Hutan Adat Anyaang
Apoq, Kawasan Hutan Adat Benuaq Telimuk, Kawasan
Hutan Adat Teluyen Jarikng Lestari, Kawasan Hutan
Adat Benuaq Madjaun, dan Kawasan Hutan Adat
Gunung Menaliq di Kabupaten Kutai Barat; dan
b. Kawasan Hutan Adat Mului di Kabupaten Paser.

Pasal 38
Kawasan Lindung geologi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 31 huruf g memiliki luas kurang lebih 14.438 (empat
belas ribu empat ratus tiga puluh delapan) hektare berupa
Kawasan Bentang Alam Karst Sangkulirang-Mangkalihat
serta kawasan imbuhan air tanah di sekitarnya berada di
Kabupaten Kutai Timur dan Kabupaten Berau.

Pasal 39
Kawasan ekosistem mangrove sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 31 huruf h memiliki luas kurang lebih 93.718
(sembilan puluh tiga ribu tujuh ratus delapan belas) hektare
berada di Kabupaten Paser, Kabupaten Kutai Kartanegara,
- 65 -

Kabupaten Berau, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten


Penajam Paser Utara, Kota Balikpapan, dan Kota Bontang.

Bagian Ketiga
Kawasan Budi Daya

Pasal 40
Kawasan Budi Daya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30
ayat (1) huruf b memiliki luas kurang lebih 12.370.144 (dua
belas juta tiga ratus tujuh puluh ribu seratus empat puluh
empat) hektare terdiri atas:
a. kawasan hutan produksi;
b. kawasan perkebunan rakyat;
c. kawasan pertanian;
d. kawasan perikanan;
e. kawasan pertambangan dan energi;
f. kawasan peruntukan industri;
g. kawasan pariwisata;
h. Kawasan Permukiman;
i. kawasan transportasi; dan
j. kawasan pertahanan dan keamanan.

Pasal 41
(1) Kawasan hutan produksi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 40 huruf a memiliki luas kurang lebih
5.953.731 (lima juta sembilan ratus lima puluh tiga
ribu tujuh ratus tiga puluh satu) hektare berada di
seluruh Wilayah Kabupaten/Kota.
(2) Kawasan hutan produksi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) memiliki luas kurang lebih 510.667 (lima ratus
sepuluh ribu enam ratus enam puluh tujuh) hektare
terdapat usulan Zona Tunda (Holding Zone) meliputi:
a. kawasan hutan produksi/kawasan yang
memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya yang selanjutnya disingkat KHP/PTB
- 66 -

memiliki luas kurang lebih 1.586 (seribu lima ratus


delapan puluh enam) hektare berada di Kota
Balikpapan;
b. kawasan hutan produksi/kawasan konservasi yang
selanjutnya disingkat KHP/KS memiliki luas kurang
lebih 3.314 (tiga ribu tiga ratus empat belas) hektare
berada di Kabupaten Kutai Kartanegara;
c. kawasan hutan produksi/kawasan pertanian yang
selanjutnya disingkat KHP/P memiliki luas kurang
lebih 502.831 (lima ratus dua ribu delapan ratus
tiga puluh satu) hektare berada di Kabupaten Paser,
Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten Berau,
Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur,
Kabupaten Mahakam Ulu, Kabupaten Penajam
Paser Utara, dan Kota Samarinda;
d. kawasan hutan produksi/kawasan perikanan yang
selanjutnya disingkat KHP/IK memiliki luas kurang
lebih 498 (empat ratus sembilan puluh delapan)
hektare berada di Kabupaten Kutai Kartanegara dan
Kabupaten Berau; dan
e. kawasan hutan produksi/Kawasan Permukiman
yang selanjutnya disingkat KHP/PM memiliki luas
kurang lebih 2.439 (dua ribu empat ratus tiga puluh
sembilan) hektare berada di Kabupaten Kutai
Kartanegara, Kabupaten Berau, Kabupaten Kutai
Timur, Kabupaten Penajam Paser Utara, dan Kota
Samarinda.

Pasal 42
Kawasan perkebunan rakyat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 40 huruf b memiliki luas kurang lebih 48 (empat puluh
delapan) hektare berada di Kabupaten Penajam Paser Utara.

Pasal 43
- 67 -

(1) Kawasan pertanian sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 40 huruf c memiliki luas kurang lebih 3.469.408
(tiga juta empat ratus enam puluh sembilan ribu empat
ratus delapan) hektare berada di seluruh Wilayah
Kabupaten/Kota.
(2) Selain kawasan pertanian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), terdapat usulan Zona Tunda (Holding Zone)
meliputi:
a. kawasan pertanian/kawasan konservasi yang
selanjutnya disingkat P/KS memiliki luas kurang
lebih 14.890 (empat belas ribu delapan ratus
sembilan puluh) hektare berada di Kabupaten Kutai
Kartanegara, Kabupaten Kutai Barat, dan
Kabupaten Mahakam Ulu; dan
b. kawasan pertanian/kawasan hutan produksi yang
selanjutnya disingkat P/KHP memiliki luas kurang
lebih 206 (dua ratus enam) hektare berada di
Kabupaten Berau.

Pasal 44
(1) Kawasan perikanan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 40 huruf d memiliki luas kurang lebih 2.085.091
(dua juta delapan puluh lima ribu Sembilan puluh satu)
hektare terdiri atas:
a. kawasan perikanan tangkap; dan
b. kawasan perikanan budi daya.
(2) Kawasan perikanan tangkap sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a berada di:
a. Perairan Pesisir Selat Makassar dan Laut Sulawesi;
b. Pulau Maratua dan Muara Berau di Kabupaten
Berau;
c. Muara Mahakam di Kabupaten Kutai Kartanegara;
d. Teluk Sangkulirang dan Tanjung Mangkalihat di
Kabupaten Kutai Timur; dan
e. Teluk Bontang di Kota Bontang.
- 68 -

(3) Kawasan perikanan budi daya sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) huruf b terdiri atas:
a. kawasan perikanan budi daya di Wilayah darat
berada di Kabupaten Paser, Kabupaten Kutai
Kartanegara, Kabupaten Berau, Kabupaten Kutai
Barat, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Penajam
Paser Utara, Kota Balikpapan, dan Kota Bontang;
dan
b. kawasan perikanan budi daya di Perairan Pesisir
meliputi:
1. Teluk Adang di Kabupaten Paser;
2. Pantai Babulu, Pantai Api-Api, dan Teluk
Balikpapan di Kabupaten Penajam Paser Utara;
3. Pulau Balang Teluk Balikpapan di Kabupaten
Penajam Paser Utara dan Kota Balikpapan;
4. Pantai Manggar dan Pantai Lamaru di Kota
Balikpapan;
5. Tanjung Manukmanukan, Pulau Badak-Badak,
dan Pulau Selokia di Kota Bontang;
6. Tanjung Pakul di Kota Bontang dan Teluk
Pandan di Kabupaten Kutai Kartanegara;
7. Pulau Miang Besar dan Tanjung Mangkalihat di
Kabupaten Kutai Timur; dan
8. Pulau Balikkukup, Tababinga, Tanjung Pandan
dan Tanjung Batu, Tanjung Karangtigau, dan
Teluk Pulau Maratua di Kabupaten Berau.
(4) Kawasan perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) yang berada di Perairan Pesisir diatur dalam Tabel
Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut
sebagaimana tercantum dalam Lampiran XII yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.
(5) Kawasan perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) yang berada di Perairan Pesisir digambarkan dalam
Peta Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut
- 69 -

dengan tingkat ketelitian geometri dan informasi skala


1:50.000 (satu banding lima puluh ribu) sebagaimana
tercantum dalam Lampiran XIII yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 45
(1) Kawasan pertambangan dan energi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 40 huruf e memiliki luas kurang
lebih 48.853 (empat puluh delapan ribu delapan ratus
lima puluh tiga) hektare terdiri atas:
a. kawasan pertambangan minyak dan gas; dan
b. kawasan pembangkitan tenaga listrik.
(2) Kawasan pertambangan minyak dan gas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a berada di Perairan
Teluk Balikpapan, Perairan Muara Mahakam, serta
Perairan Pesisir Selat Makassar dan Laut Sulawesi.
(3) Kawasan pembangkitan tenaga listrik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b berada di Kabupaten
Paser, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten
Berau, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur,
Kota Balikpapan, Kota Samarinda, dan Kota Bontang.
(4) Selain kawasan pertambangan minyak dan gas
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), terdapat Wilayah
kerja minyak dan gas yang diatur sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) Ketentuan terkait Wilayah kerja minyak dan gas diatur
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(6) Kawasan pertambangan dan energi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Tabel Kesesuaian
Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut sebagaimana
tercantum dalam Lampiran XII yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(7) Kawasan pertambangan dan energi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam Peta
- 70 -

Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut dengan


tingkat ketelitian geometri dan informasi skala 1:50.000
(satu banding lima puluh ribu) sebagaimana tercantum
dalam Lampiran XIII yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 46
(1) Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 40 huruf f memiliki luas kurang lebih
54.424 (lima puluh empat ribu empat ratus dua puluh
empat) hektare berada di seluruh Wilayah
Kabupaten/Kota serta Perairan Pesisir Selat Makassar
di Kota Bontang.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kawasan peruntukan
industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten/Kota dan/atau peraturan kepala
daerah tentang rencana detail tata Ruang
Kabupaten/Kota.

Pasal 47
(1) Kawasan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 40 huruf g memiliki luas kurang lebih 9.857
(sembilan ribu delapan ratus lima puluh tujuh) hektare
berada di seluruh Wilayah Kabupaten/Kota serta
Perairan Pesisir Selat Makassar dan Laut Sulawesi.
(2) Kawasan pariwisata sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur dalam Tabel Kesesuaian Kegiatan
Pemanfaatan Ruang Laut sebagaimana tercantum
dalam Lampiran XII yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(3) Kawasan pariwisata sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) digambarkan dalam Peta Kesesuaian Kegiatan
Pemanfaatan Ruang Laut dengan tingkat ketelitian
geometri dan informasi skala 1:50.000 (satu banding
- 71 -

lima puluh ribu) sebagaimana tercantum dalam


Lampiran XIII yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai kawasan pariwisata
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota dan/atau peraturan kepala daerah
tentang rencana detail tata Ruang Kabupaten/Kota.

Pasal 48
Kawasan Permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal
40 huruf h memiliki luas kurang lebih 417.920 (empat ratus
tujuh belas ribu sembilan ratus dua puluh) hektare berada
di seluruh Wilayah Kabupaten/Kota dan Perairan Pesisir
Selat Makassar dan Laut Sulawesi.

Pasal 49
(1) Kawasan transportasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 40 huruf i memiliki luas kurang lebih 330.804
(tiga ratus tiga puluh ribu delapan ratus empat) hektare
berada di seluruh Wilayah Kabupaten/Kota serta
Perairan Pesisir Selat Makassar dan Laut Sulawesi.
(2) Kawasan transportasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dalam Tabel Kesesuaian Kegiatan
Pemanfaatan Ruang Laut sebagaimana tercantum
dalam Lampiran XII yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(3) Kawasan transportasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) digambarkan dalam Peta Kesesuaian Kegiatan
Pemanfaatan Ruang Laut dengan tingkat ketelitian
geometri dan informasi skala 1:50.000 (satu banding
lima puluh ribu) sebagaimana tercantum dalam
Lampiran XIII yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
- 72 -

Pasal 50
(1) Kawasan pertahanan dan keamanan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 40 huruf j memiliki luas kurang
lebih 7 (tujuh) hektare berada di Kabupaten Berau dan
Perairan Pesisir Laut Sulawesi.
(2) Kawasan pertahanan dan keamanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Tabel Kesesuaian
Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut sebagaimana
tercantum dalam Lampiran XII yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(3) Kawasan pertahanan dan keamanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam Peta
Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut dengan
tingkat ketelitian geometri dan informasi skala 1:50.000
(satu banding lima puluh ribu) sebagaimana tercantum
dalam Lampiran XIII yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai kawasan pertahanan
dan keamanan diatur dengan Peraturan Daerah
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota
dan/atau peraturan kepala daerah tentang rencana
detail tata Ruang Kabupaten/Kota.

BAB VI
KAWASAN STRATEGIS PROVINSI

Pasal 51
Kawasan strategis terdiri atas:
a. KSN; dan
b. KSP.

Pasal 52
(1) KSN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 huruf a
terdiri atas kawasan strategis dari sudut kepentingan:
a. pertumbuhan ekonomi;
- 73 -

b. fungsi dan daya dukung lingkungan hidup; dan


c. pertahanan dan keamanan.
(2) KSN dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berupa
Kawasan Samarinda, Sanga-Sanga, Muara Jawa, dan
Balikpapan.
(3) KSN dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b terdiri atas:
a. Kawasan Jantung Kalimantan (Heart of Borneo);
b. Kawasan Strategis Nasional Tertentu pengendalian
lingkungan hidup meliputi:
1. daerah cadangan karbon biru di Kepulauan
Derawan dan Biduk-Biduk pada Kabupaten
Berau; dan
2. kawasan yang signifikan secara ekologis dan
biologis di Ekoregion Laut Sulu-Sulawesi pada
Kabupaten Berau.
(4) KSN dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri
atas:
a. Kawasan Perbatasan Negara di Kalimantan;
b. Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Sulawesi
Utara, Provinsi Gorontalo, Provinsi Sulawesi
Tengah, Provinsi Kalimantan Timur, dan Provinsi
Kalimantan Utara; dan
c. Kawasan Strategis Nasional Tertentu kedaulatan
negara di Pulau Maratua dan Pulau Sambit pada
Kabupaten Berau.

Pasal 53
(1) KSP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 huruf b
terdiri atas kawasan strategis dari sudut kepentingan:
a. pertumbuhan ekonomi;
b. sosial budaya; dan
- 74 -

c. fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.


(2) KSP sebagaimana dimaksud pada (1) digambarkan
dalam Peta Kawasan Strategis Provinsi dengan tingkat
ketelitian geometri dan informasi skala 1:250.000 (satu
banding dua ratus lima puluh ribu), tercantum dalam
Lampiran XI yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 54
(1) KSP dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (1) huruf a
terdiri atas:
a. kawasan industri Bontang di Kota Bontang dan
Kabupaten Kutai Kartanegara;
b. kawasan industri Maloy di Kabupaten Kutai Timur;
c. kawasan industri Kariangau dan Buluminung di
Kota Balikpapan dan Kabupaten Penajam Paser
Utara;
d. kawasan sentra pertanian di Kabupaten Paser dan
Kabupaten Penajam Paser Utara; dan
e. kawasan perdagangan dan jasa di Kota Samarinda.
(2) Tujuan pengembangan kawasan industri Bontang di
Kota Bontang dan Kabupaten Kutai Kartanegara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a untuk
mewujudkan pusat industri kimia dasar berbasis
minyak, gas, dan batubara yang mandiri, berdaya
saing, maju, dan Industri Hijau, dengan arah
pengembangan terdiri atas:
a. pengembangan industri yang sudah ada menuju
Industri Hijau;
b. pengembangan industri baru dengan menerapkan
prinsip-prinsip Industri Hijau;
c. pengembangan industri pendukung dan industri
turunan kimia dasar berbasis minyak, gas, dan
batubara;
- 75 -

d. peningkatan konektivitas antara kawasan


peruntukan industri dengan pusat produksi bahan
baku dan pemasaran;
e. pengembangan prasarana dan sarana industri;
f. pemertahanan kawasan ekosistem mangrove yang
berada di dalam kawasan peruntukan industri; dan
g. pengembangan Kawasan Permukiman di sekitar
kawasan peruntukan industri yang kompak sesuai
standar pelayanan minimal.
(3) Tujuan pengembangan kawasan industri Maloy di
Kabupaten Kutai Timur sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b untuk mewujudkan pusat industri hulu
agro dan industri aneka untuk meningkatkan nilai
tambah yang ramah lingkungan, dengan arah
pengembangan terdiri atas:
a. pengembangan industri yang sudah ada menuju
Industri Hijau;
b. pengembangan industri baru dengan menerapkan
prinsip-prinsip Industri Hijau;
c. mengembangkan industri pendukung dan industri
turunan hulu agro dan industri aneka;
d. peningkatan konektivitas antara kawasan
peruntukan industri dengan pusat produksi bahan
baku dan pemasaran;
e. pengembangan prasarana dan sarana industri;
f. pengembangan kawasan industri dengan
mempertimbangkan Kawasan Lindung geologi;
g. pemertahanan kawasan ekosistem mangrove yang
berada di dalam kawasan peruntukan industri; dan
h. pengembangan Kawasan Permukiman di sekitar
kawasan peruntukan industri yang kompak sesuai
standar pelayanan minimal.
(4) Tujuan pengembangan kawasan industri Kariangau
dan Buluminung di Kota Balikpapan dan Kabupaten
Penajam Paser Utara sebagaimana dimaksud pada ayat
- 76 -

(1) huruf c untuk mewujudkan industri aneka, industri


pangan, dan industri hulu agro yang berdaya saing,
dengan arah pengembangan terdiri atas:
a. pengembangan industri yang sudah ada menuju
Industri Hijau;
b. pengembangan industri baru dengan menerapkan
prinsip-prinsip Industri Hijau;
c. pengembangan industri pendukung dan industri
turunan industri aneka, industri pangan, dan
industri hulu agro;
d. pengembangan industri pengolahan ikan dan hasil
Laut yang berkelanjutan;
e. peningkatan konektivitas antara kawasan
peruntukan industri dengan pusat produksi bahan
baku dan pemasaran;
f. pengembangan prasarana dan sarana industri;
g. pemertahanan kawasan ekosistem mangrove yang
berada di dalam kawasan peruntukan industri; dan
h. pengembangan Kawasan Permukiman di sekitar
kawasan peruntukan industri yang kompak sesuai
standar pelayanan minimal.
(5) Tujuan pengembangan kawasan sentra pertanian di
Kabupaten Paser dan Kabupaten Penajam Paser Utara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d untuk
mewujudkan kemandirian pangan berdasarkan prinsip
pertanian konservasi dan berkelanjutan, dengan arah
pengembangan terdiri atas:
a. perlindungan, pemeliharaan, pemulihan, dan
peningkatan fungsi kawasan pertanian;
b. pengembangan keterpaduan lokasi budi daya,
pengolahan hasil, pemasaran, penelitian dan
pengembangan;
c. pengembangan prasarana dan sarana pertanian;
dan
- 77 -

d. pengendalian dan penanggulangan bencana


pertanian.
(6) Tujuan pengembangan kawasan perdagangan dan jasa
di Kota Samarinda sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf e untuk mewujudkan pusat utama
perdagangan dan distribusi barang dan jasa di
Kalimantan, dengan arah pengembangan terdiri atas:
a. pengembangan zona perdagangan dan jasa,
perkantoran, fasilitas umum dan fasilitas sosial,
RTH dan RTH non hijau, serta infrastruktur;
b. pengembangan keterpaduan kawasan perdagangan
dan jasa dengan Kawasan Permukiman, kawasan
peruntukan industri, kawasan pariwisata, dan
Kawasan Lindung;
c. peningkatan sarana distribusi perdagangan;
d. penataan bangunan gedung; dan
e. penataan bangunan dan lingkungannya.

Pasal 55
(1) KSP dari sudut kepentingan sosial budaya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 53 ayat (1) huruf b terdiri atas::
a. Kawasan Hutan Adat Hemaq Beniung di Kabupaten
Kutai Barat; dan
b. Kawasan Hutan Adat Mului di Kabupaten Paser.
(2) Tujuan pengembangan kawasan hutan adat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk
mewujudkan kelestarian hutan, kesejahteraan
Masyarakat, keseimbangan lingkungan, dan
menampung dinamika sosial budaya, dengan arah
pengembangan terdiri atas:
a. memanfaatkan hutan adat sesuai dengan kearifan
lokalnya;
b. pemertahanan fungsi hutan adat;
c. memanfaatkan hutan adat sesuai fungsinya;
d. pemulihan dan peningkatan fungsi Hutan; dan
- 78 -

e. pengamanan dan pelindungan terhadap hutan adat.

Pasal 56
(1) KSP dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal
53 ayat (1) huruf c meliputi:
a. Danau Kaskade Mahakam di Kabupaten Kutai
Kartanegara dan Kabupaten Kutai Barat;
b. Kawasan Teluk Balikpapan di Kabupaten Penajam
Paser Utara dan Kota Balikpapan;
c. Kawasan Delta Mahakam di Kabupaten Kutai
Kartanegara;
d. Kawasan Bentang Alam Karst Sangkulirang
Mangkalihat di Kabupaten Kutai Timur dan
Kabupaten Berau; dan
e. Kawasan Ekosistem Esensial Koridor Orang Utan
Bentang Alam Wehea-Kelay di Kabupaten Kutai
Timur dan Kabupaten Berau.
(2) Tujuan pengembangan Danau Kaskade Mahakam di
Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Kutai
Barat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
untuk mewujudkan penyelamatan danau prioritas
nasional, dengan arah pengembangan terdiri atas:
a. peningkatan kualitas air danau;
b. penataan lahan sempadan danau agar tidak terjadi
pencemaran air atau kerusakan ekosistem danau;
c. pengelolaan sampah dan limbah kayu di sekitar
danau;
d. pengendalian pertumbuhan gulma air dan
pemanfaatan gulma air untuk kegiatan ekonomi
Masyarakat;
e. pengendalian sedimentasi dan pemanfaatannya
untuk media pertanian;
f. peningkatan keanekaragaman hayati ikan;
g. konservasi fauna endemik;
- 79 -

h. pengurangan dampak bencana banjir dan


kekeringan di kawasan danau;
i. peningkatan dan pengendalian kondisi daerah
tangkapan air danau;
j. pengembangan pertanian ramah lingkungan agar
tidak mencemari air danau;
k. pengembangan perikanan tangkap dan budi daya
yang berkelanjutan; dan
l. pengembangan pariwisata.
(3) Tujuan pengembangan Kawasan Teluk Balikpapan di
Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kota Balikpapan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b untuk
mewujudkan kawasan ekosistem esensial atau
kawasan konservasi perairan dan Pulau Kecil, dengan
arah pengembangan terdiri atas:
a. pemertahanan, pemulihan, dan pemeliharaan
fungsi ekosistem mangrove dan rawa;
b. pemertahanan dan peningkatan fungsi ekosistem
kawasan perairan dan Pulau Kecil untuk
mendukung keragaman satwa dan tempat
perlindungan bagi satwa Laut langka;
c. pencegahan kerusakan kawasan ekosistem
mangrove, rawa, perairan dan Pulau Kecil;
d. pemanfaatan kawasan sebagai wisata alam dengan
tetap memperhatikan kondisi dan fungsinya secara
berkelanjutan; dan
e. pemanfaatan perikanan tangkap berkelanjutan.
(4) Tujuan pengembangan Kawasan Delta Mahakam di
Kabupaten Kutai Kartanegara sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c untuk mewujudkan kawasan
ekosistem mangrove yang terpadu dengan kegiatan
lainnya, dengan arah pengembangan terdiri atas:
a. pemertahanan keanekaragaman tumbuhan dan
satwa liar;
- 80 -

b. pemertahanan, pemulihan, dan pemeliharaan


fungsi ekosistem mangrove;
c. keterpaduan rehabilitasi ekosistem mangrove
dengan tambak melalui pola silvofishery;
d. pengembangan Perhutanan Sosial; dan
e. pemanfaatan perikanan tangkap berkelanjutan.
(5) Tujuan pengembangan Kawasan Bentang Alam Karst
Sangkulirang Mangkalihat di Kabupaten Kutai Timur
dan Kabupaten Berau sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf d untuk mewujudkan perlindungan dan
pelestarian kawasan bentang alam karst guna
menunjang pembangunan berkelanjutan dan
pengembangan ilmu pengetahuan, dengan arah
pengembangan terdiri atas:
a. perlindungan kawasan bentang alam karst yang
berfungsi sebagai pengatur alami tata air;
b. pelestarian kawasan bentang alam karst yang
memiliki keunikan dan nilai ilmiah sebagai obyek
penelitian dan penyelidikan bagi pengembangan
ilmu pengetahuan;
c. Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Budi
Daya; dan
d. pengembangan taman bumi (geopark).
(6) Tujuan pengembangan Kawasan Ekosistem Esensial
Koridor Orang Utan Bentang Alam Wehea-Kelay di
Kabupaten Kutai Timur dan Kabupaten Berau
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e untuk
mewujudkan perlindungan, penyelamatan, dan
pengelolaan habitat Orang Utan, dengan arah
pengembangan terdiri atas:
a. perlindungan habitat Orang Utan dalam skala
bentang alam;
b. pengelolaan secara kalaboratif dalam skala bentang
alam, khususnya kegiatan konservasi Orang Utan;
- 81 -

c. pengembangan koridor bagi pergerakan Orang Utan


dan satwa liar penting lainnya untuk mendapatkan
sumber pakan dan pasangan;
d. peningkatan fungsi lindung pada areal di luar
kawasan konservasi di bentang alam Wehea-Kelay;
e. pengembangan mitigasi konflik antara manusia dan
satwa liar;
f. pengembangan jasa lingkungan pariwisata alam;
dan
g. penyediaan tanda atau rambu informasi.

BAB VII
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 57
Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah merupakan arahan
untuk mewujudkan rencana Struktur Ruang, rencana Pola
Ruang, dan KSP terdiri atas:
a. ketentuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang;
b. indikasi program utama jangka menengah 5 (lima)
tahunan; dan
c. pelaksanaan sinkronisasi program Pemanfaatan Ruang.

Bagian Kedua
Ketentuan Ketentuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan
Ruang

Pasal 58
(1) Ketentuan KKPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal
57 huruf a terdiri atas:
a. KKPR untuk kegiatan berusaha;
b. KKPR untuk kegiatan nonberusaha; dan
- 82 -

c. KKPR untuk kegiatan yang bersifat strategis


nasional.
(2) KKPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. pelaksanaan KKPR Wilayah darat; dan
b. pelaksanaan KKPRL.

Pasal 59
(1) Pelaksanaan KKPR Wilayah darat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 58 ayat (2) huruf a dilakukan
melalui:
a. konfirmasi KKPR;
b. persetujuan KKPR; dan/atau
c. rekomendasi KKPR.
(2) Pelaksanaan KKPR sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 60
(1) Pelaksanaan KKPRL sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 58 ayat (2) huruf b dilakukan melalui:
a. persetujuan KKPR; atau
b. persetujuan atau konfirmasi KKPR.
(2) KKPRL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas:
a. rencana Pola Ruang Laut;
b. kode;
c. lokasi;
d. luas;
e. koordinat; dan
f. aturan Pemanfaatan Ruang.
(3) Rencana Pola Ruang Laut sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a terdiri atas zona di kawasan
pemanfaatan umum dan kawasan konservasi di Laut.
- 83 -

(4) Kode sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b


merupakan singkatan zona di kawasan pemanfaatan
umum dan kawasan konservasi di Laut.
(5) Lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c
terdiri atas nama perairan, Kabupaten/Kota, dan
toponimi.
(6) Luas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d
menerangkan luas cakupan areal zona di kawasan
pemanfaatan umum dan kawasan konservasi di Laut
dalam satuan hektare.
(7) Koordinat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e
merupakan besaran linear atau angular yang
menyatakan posisi zona di kawasan pemanfaatan
umum dan kawasan konservasi di Laut yang mengacu
kepada sistem referensi geospasial Indonesia.
(8) Aturan Pemanfaatan Ruang sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf f meliputi kegiatan yang
diperbolehkan, kegiatan yang tidak diperbolehkan,
kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, dan ketentuan
khusus.
(9) Rincian rencana Pola Ruang Laut, kode, lokasi, luas,
koordinat, dan aturan Pemanfaatan Ruang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam
Lampiran XII yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(10) KKPRL sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
digambarkan dalam Peta Kesesuaian Kegiatan
Pemanfaatan Ruang Laut dengan tingkat ketelitian
geometri dan informasi skala 1:50.000 (satu banding
lima puluh ribu), tercantum dalam Lampiran XIII yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.

Bagian Ketiga
Indikasi Program Utama Jangka Menengah
- 84 -

5 (lima) Tahunan

Pasal 61
(1) Indikasi program utama jangka menengah 5 (lima)
tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 huruf
b terdiri atas:
a. perwujudan rencana Struktur Ruang;
b. perwujudan rencana Pola Ruang; dan
c. perwujudan KSP.
(2) Indikasi program perwujudan rencana Stuktur Ruang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. perwujudan sistem pusat permukiman;
b. perwujudan sistem jaringan transportasi;
c. perwujudan sistem jaringan energi;
d. perwujudan sistem jaringan telekomunikasi;
e. perwujudan sistem jaringan sumber daya air; dan
f. perwujudan sistem jaringan prasarana lainnya.
(3) Indikasi program perwujudan rencana Pola Ruang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. indikasi program perwujudan Kawasan Lindung;
dan
b. indikasi program perwujudan Kawasan Budi Daya.

Pasal 62
(1) Penyusunan Indikasi Program Utama Jangka
Menengah 5 (Lima) Tahunan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 61 meliputi:
a. indikasi program utama dan lokasi;
b. indikasi sumber pendanaan;
c. indikasi instansi pelaksana; dan
d. indikasi waktu pelaksanaan.
(2) Indikasi sumber pendanaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b berasal dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja
- 85 -

Daerah, dan/atau sumber lain yang sah sesuai dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Indikasi instansi pelaksana sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf c terdiri atas Pemerintah Pusat,
pemerintah Provinsi, pemerintah Kabupaten/Kota,
dan/atau Masyarakat.
(4) Indikasi waktu pelaksanaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf d terdiri atas 5 (lima) tahapan,
sebagai dasar pelaksana baik pusat maupun daerah,
dalam menetapkan prioritas pembangunan, yang
meliputi:
a. tahap pertama pada periode tahun 2023-2024;
b. tahap kedua pada periode tahun 2025-2029;
c. tahap ketiga pada periode tahun 2030-2034;
d. tahap keempat pada periode tahun 2035-2039; dan
e. tahap kelima pada periode tahun 2040-2042.
(5) Rincian indikasi program utama dan lokasi, indikasi
sumber pendanaan, indikasi instansi pelaksana, dan
indikasi waktu pelaksanaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran XIV yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.

Bagian Keempat
Pelaksanaan Sinkronisasi Program Pemanfaatan Ruang

Pasal 63
(1) Pelaksanaan sinkronisasi program Pemanfaatan Ruang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 huruf c
dilakukan berdasarkan indikasi program utama
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62.
(2) Pelaksanaan sinkronisasi program Pemanfaatan Ruang
dilakukan melalui penyelarasan indikasi program
utama dengan program sektoral dan keWilayahan
- 86 -

dalam dokumen rencana pembangunan secara


terpadu.

Pasal 64
(1) Sinkronisasi program Pemanfaatan Ruang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 menghasilkan
dokumen:
a. sinkronisasi program Pemanfaatan Ruang jangka
menengah 5 (lima) tahunan; dan
b. sinkronisasi program Pemanfaatan Ruang jangka
pendek 1 (satu) tahunan.
(2) Dokumen sinkronisasi program Pemanfaatan Ruang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi masukan
untuk penyusunan rencana pembangunan dan
pelaksanaan peninjauan kembali dalam rangka revisi
Peraturan Daerah ini.

BAB VIII
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
WILAYAH

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 65
(1) Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah
dilaksanakaan untuk mendorong terwujudnya Tata
Ruang sesuai dengan Peraturan Daerah ini.
(2) Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan untuk
mendorong setiap Masyarakat agar:
a. menaati Peraturan Daerah ini;
b. memanfaatkan Ruang sesuai dengan Peraturan
Daerah ini; dan
- 87 -

c. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam


persyaratan KKPR.
(3) Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. Indikasi Arahan Zonasi Sistem Provinsi;
b. penilaian pelaksanaan Pemanfaatan Ruang;
c. arahan insentif dan disinsentif; dan
d. arahan sanksi.

Bagian Kedua
Indikasi Arahan Zonasi Sistem Provinsi
Paragraf 1
Umum

Pasal 66
(1) Indikasi Arahan Zonasi Sistem Provinsi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 65 ayat (3) huruf a digunakan
sebagai pedoman bagi Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota dalam menyusun ketentuan umum
zonasi dan peraturan zonasi.
(2) Indikasi Arahan Zonasi Sistem Provinsi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. Indikasi Arahan Zonasi untuk rencana Struktur
Ruang;
b. Indikasi Arahan Zonasi untuk rencana Pola Ruang;
dan
c. ketentuan khusus rencana Pola Ruang.

Paragraf 2
Indikasi Arahan Zonasi untuk Rencana Struktur Ruang

Pasal 67
Indikasi Arahan Zonasi untuk rencana Struktur Ruang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2) huruf a
terdiri atas:
- 88 -

a. Indikasi Arahan Zonasi untuk sistem jaringan


transportasi;
b. Indikasi Arahan Zonasi untuk sistem jaringan energi;
c. Indikasi Arahan Zonasi untuk sistem jaringan
telekomunikasi;
d. Indikasi Arahan Zonasi untuk sistem jaringan sumber
daya air; dan
e. Indikasi Arahan Zonasi untuk sistem jaringan prasarana
lainnya.

Pasal 68
(1) Indikasi Arahan Zonasi untuk sistem jaringan
transportasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67
huruf a terdiri atas:
a. Indikasi Arahan Zonasi untuk sistem jaringan jalan
meliputi Indikasi Arahan Zonasi untuk jalan umum,
jalan tol, terminal penumpang, terminal barang,
jembatan timbang, dan jembatan;
b. Indikasi Arahan Zonasi untuk sistem jaringan
kereta api;
c. Indikasi Arahan Zonasi untuk sistem jaringan
sungai, danau, dan penyeberangan meliputi
Indikasi Arahan Zonasi untuk alur-pelayaran
sungai dan alur-pelayaran danau, lintas
penyeberangan, dan pelabuhan sungai, danau, dan
penyeberangan;
d. Indikasi Arahan Zonasi untuk sistem jaringan
transportasi Laut meliputi Indikasi Arahan Zonasi
untuk pelabuhan Laut dan alur-pelayaran di Laut;
dan
e. Indikasi Arahan Zonasi untuk bandar udara umum
dan bandar udara khusus.
- 89 -

(2) Indikasi Arahan Zonasi untuk jalan umum


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri
atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi angkutan
orang dan barang, serta kegiatan lain mengikuti
ketentuan Ruang milik jalan, Ruang manfaat jalan,
dan Ruang pengawasan jalan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi
pemasangan, pembangunan, perbaikan,
penggantian, pemindahan, relokasi, dan
pembongkaran bangunan dan jaringan utilitas,
iklan dan media informasi, bangunan gedung yang
melintas di atas, di bawah atau di permukaan tanah
Ruang manfaat jalan, pohon, perlengkapan jalan,
fasilitas parkir umum, fasilitas pendukung lalu
lintas dan angkutan jalan, serta alih fungsi lahan
yang berfungsi budi daya di jalan kolektor primer;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
Pemanfaatan Ruang milik jalan, Ruang manfaat
jalan, dan Ruang pengawasan jalan yang
mengakibatkan terganggunya kelancaran lalu lintas
dan keselamatan pengguna jalan, serta alih fungsi
lahan yang berfungsi lindung di jalan arteri primer
dan jalan kolektor primer;
d. penyediaan sarana dan prasarana minimum
meliputi bangunan pelengkap jalan sebagai jalur
lalu lintas, pendukung konstruksi jalan, dan
fasilitas lalu lintas, serta perlengkapan jalan,
fasilitas parkir umum, dan fasilitas pendukung lalu
lintas dan angkutan jalan; dan
e. arahan pemanfaatan Ruang kawasan yang dilewati
oleh sistem jaringan prasarana Wilayah meliputi:
1. Pengendalian Pemanfaatan Ruang untuk
kegiatan yang menimbulkan bangkitan
- 90 -

dan/atau tarikan lalu lintas atau hambatan


tinggi di jalan arteri primer dan kolektor primer
menerapkan rekayasa teknis sesuai dengan
ketentuan persyaratan teknis jalan;
2. mempertahankan lahan bukan terbangun
sebagai Ruang bebas untuk mewujudkan
keselamatan, keamanan, dan kenyamanan;
3. perencanaan dan pembangunan jalan arteri
primer dan kolektor primer memperhatikan
Kawasan Lindung;
4. mempertahankan KP2B di jalan arteri primer
dan kolektor primer; dan
5. menerapkan rekayasa teknis dan/atau
pemanfaatan teknologi untuk jalan arteri primer
dan kolektor primer yang berada di kawasan
rawan bencana.
(3) Indikasi Arahan Zonasi untuk jalan tol sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi angkutan
orang dan barang, serta kegiatan lain mengikuti
ketentuan Ruang milik jalan, Ruang manfaat jalan,
dan Ruang pengawasan jalan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan;
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat meliputi
pemasangan, pembangunan, perbaikan,
penggantian, pemindahan, relokasi, dan
pembongkaran bangunan dan jaringan utilitas,
iklan dan media informasi, pagar, fasilitas
penyeberangan jalan dalam bentuk jembatan atau
terowongan, bangunan pengaman, rambu lalu
lintas, marka jalan, dan/atau alat pemberi isyarat
lalu lintas, sarana komunikasi, sarana deteksi
pengamanan lain, serta tempat istirahat dan
pelayanan untuk kepentingan pengguna jalan tol;
- 91 -

c. kegiatan yang dilarang meliputi persimpangan


sebidang dan alih fungsi lahan yang bersifat lindung
di jalan tol;
d. penyediaan sarana dan prasarana minimum
meliputi pagar, fasilitas penyeberangan jalan dalam
bentuk jembatan atau terowongan, bangunan
pengaman di tempat-tempat yang dapat
membahayakan pengguna jalan tol, serta aturan
perintah dan larangan yang dinyatakan dengan
rambu lalu lintas, marka jalan, dan/atau alat
pemberi isyarat lalu lintas, sarana komunikasi dan
sarana deteksi pengamanan lain, serta tempat
istirahat dan pelayanan; dan
e. arahan pemanfaatan Ruang kawasan yang dilewati
oleh sistem jaringan prasarana Wilayah meliputi:
1. Pengendalian Pemanfaatan Ruang untuk
kegiatan yang menimbulkan bangkitan
dan/atau tarikan lalu lintas atau hambatan
tinggi di akses penghubung jalan tol
menerapkan rekayasa teknis sesuai dengan
ketentuan persyaratan teknis jalan;
2. mempertahankan lahan bukan terbangun
sebagai Ruang bebas untuk mewujudkan
keselamatan, keamanan, dan kenyamanan;
3. perencanaan dan pembangunan jalan tol
memperhatikan Kawasan Lindung;
4. mempertahankan KP2B di jalan tol; dan
5. menerapkan rekayasa teknis dan/atau
pemanfaatan teknologi untuk jalan tol yang
berada di kawasan rawan bencana.
(4) Indikasi Arahan Zonasi untuk terminal penumpang dan
terminal barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a terdiri atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
pembangunan, pengembangan, pengoperasian,
- 92 -

serta pemeliharaan fasilitas utama dan fasilitas


penunjang terminal untuk mendukung pergerakan
orang dan barang;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi
kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf
a yang tidak mengganggu keamanan dan
keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan, serta
fungsi terminal;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan yang mengganggu kegiatan operasional
terminal, keamanan dan keselamatan lalu lintas
dan angkutan jalan, serta keamanan dan
kenyamanan fungsi fasilitas utama dan fasilitas
penunjang terminal;
d. penyediaan sarana dan prasarana minimum
meliputi fasilitas utama dan fasilitas penunjang
terminal; dan
e. arahan pemanfaatan Ruang kawasan yang dilewati
oleh sistem jaringan prasarana Wilayah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) Indikasi Arahan Zonasi untuk jembatan timbang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri
atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
pembangunan, pengembangan, pengoperasian,
serta pemeliharaan fasilitas utama dan fasilitas
penunjang jembatan timbang untuk mendukung
pergerakan orang dan barang;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi
kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf
a yang tidak mengganggu keamanan dan
keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan, serta
fungsi jembatan timbang;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan yang mengganggu kegiatan operasional
- 93 -

jembatan timbang, keamanan dan keselamatan lalu


lintas dan angkutan jalan, serta keamanan dan
kenyamanan fungsi fasilitas utama dan fasilitas
penunjang jembatan timbang;
d. penyediaan sarana dan prasarana minimum
meliputi fasilitas utama dan fasilitas penunjang
jembatan timbang; dan
e. arahan pemanfaatan Ruang kawasan yang dilewati
oleh sistem jaringan prasarana Wilayah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(6) Indikasi Arahan Zonasi untuk jembatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi angkutan
orang dan barang, serta kegiatan lain sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi
pemasangan, pembangunan, perbaikan,
penggantian, pemindahan, dan pembongkaran
bangunan dan jaringan utilitas, perlengkapan dan
fasilitas pendukung jembatan;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
Pemanfaatan Ruang jembatan yang mengakibatkan
terganggunya kelancaran lalu lintas dan
keselamatan pengguna jalan; dan
d. penyediaan sarana dan prasarana minimum
meliputi bangunan pelengkap jembatan sebagai
jalur lalu lintas, pendukung konstruksi, dan
fasilitas lalu lintas, serta perlengkapan dan fasilitas
pendukung jembatan.
(7) Indikasi Arahan Zonasi untuk sistem jaringan kereta
api sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri
atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
1. kegiatan yang mengikuti ketentuan Ruang
manfaat jalur kereta api, Ruang milik jalur
- 94 -

kereta api, dan Ruang pengawasan jalur kereta


api, termasuk bagian atas dan bawahnya yang
diperuntukkan bagi lalu lintas kereta api sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan; dan
2. kegiatan operasional, penunjang operasional,
dan pengembangan stasiun kereta api.
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi
kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf
a yang tidak mengganggu konstruksi jalan rel,
fasilitas operasi kereta api, kelancaran operasi
kereta api, keselamatan pengguna kereta api,
keamanan dan keselamatan operasi kereta api,
serta fungsi stasiun kereta api;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
Pemanfaatan Ruang jalur kereta api yang
mengakibatkan terganggunya kelancaran operasi
kereta api, keselamatan pengguna kereta api,
keamanan dan keselamatan operasi kereta api,
serta fungsi stasiun kereta api;
d. penyediaan sarana dan prasarana minimum
meliputi fasilitas utama dan fasilitas penunjang
jaringan jalur kereta api dan stasiun kereta api; dan
e. arahan pemanfaatan Ruang kawasan yang dilewati
oleh sistem jaringan prasarana Wilayah meliputi:
1. Pengendalian Pemanfaatan Ruang untuk
kegiatan yang menimbulkan bangkitan
dan/atau tarikan lalu lintas tinggi di stasiun
kereta api menerapkan rekayasa teknis sesuai
dengan ketentuan persyaratan teknis;
2. mempertahankan lahan bukan terbangun
sebagai Ruang bebas untuk mewujudkan
keselamatan, keamanan, dan kenyamanan;
3. perencanaan dan pembangunan sistem jaringan
kereta api memperhatikan Kawasan Lindung;
- 95 -

4. mempertahankan KP2B di sistem jaringan


kereta api; dan
5. menerapkan rekayasa teknis dan/atau
pemanfaatan teknologi untuk sistem jaringan
kereta api yang berada di kawasan rawan
bencana.
(8) Indikasi Arahan Zonasi untuk alur-pelayaran sungai
dan alur-pelayaran danau sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c terdiri atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
penyelenggaraan alur-pelayaran sungai dan alur-
pelayaran danau, serta kegiatan penyediaan
fasilitas alur-pelayaran sungai dan alur-pelayaran
danau sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi
kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf
a yang tidak mengganggu fungsi alur-pelayaran
sungai dan alur-pelayaran danau, perairan dan
biota endemik perairan sungai dan danau;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan di Ruang udara bebas di atas perairan dan
di bawah perairan yang berdampak pada
keberadaan alur-pelayaran sungai dan alur-
pelayaran danau, serta kegiatan alur-pelayaran
sungai dan alur-pelayaran danau yang berdampak
buruk pada kualitas perairan; dan
d. penyediaan sarana dan prasarana minimum
meliputi fasilitas pokok dan fasilitas penunjang
alur-pelayaran sungai dan alur-pelayaran danau.
(9) Indikasi Arahan Zonasi untuk lintas penyeberangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri
atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
penyelenggaraan lintas penyeberangan, kegiatan
- 96 -

penyediaan fasilitas lintas penyeberangan sesuai


dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi
kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf
a yang tidak mengganggu fungsi lintas
penyeberangan, perairan dan biota endemik
perairan pesisir;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan di Ruang udara bebas di atas perairan dan
di bawah perairan yang berdampak pada
keberadaan lintas penyeberangan, serta kegiatan
lintas penyeberangan yang berdampak buruk pada
kualitas perairan;
d. penyediaan sarana dan prasarana minimum
meliputi fasilitas pokok dan fasilitas penunjang
lintas penyeberangan; dan
e. lintas penyeberangan di kawasan konservasi dan
kawasan pencadangan konservasi di Laut
memperhatikan:
1. memperlambat dan mengubah arah kapal saat
melihat jenis ikan dilindungi melintas di jalur
kapal;
2. memperlambat laju kapal saat melewati jalur
yang berdekatan dengan spot lokasi kegiatan
wisata permukaan dan bawah air;
3. berlayar pada jalur yang telah ditetapkan;
4. hanya boleh berlabuh di pelabuhan atau pada
fasilitas tambat labuh yang telah ditetapkan
oleh pengelola kawasan konservasi;
5. dalam hal terjadi pencemaran yang bersumber
dari kapal atau kerusakan ekosistem yang
diakibatkan karena melanggar ketentuan jalur,
maka pemilik atau operator kapal bertanggung
jawab untuk memulihkan dan/atau mengganti
- 97 -

rugi terhadap pencemaran atau dampak


kerusakan yang ditimbulkan;
6. tidak mengganggu dan/atau membahayakan
jenis ikan dilindungi, jenis ikan dan/atau objek
yang menjadi target konservasi;
7. tidak membuang jangkar; dan
8. tidak membuang sampah atau bahan lain yang
berpotensi menimbulkan pencemaran di
kawasan konservasi.
(10) Indikasi Arahan Zonasi untuk pelabuhan sungai,
danau, dan penyeberangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c terdiri atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
pembangunan, pengoperasian, dan pengembangan
pelabuhan sungai, danau, dan penyeberangan,
kegiatan keselamatan dan keamanan pelayaran,
kegiatan kepabeanan, keimigrasian, kekarantinaan,
keamanan, dan/atau kegiatan pemerintahan
lainnya yang bersifat tidak tetap;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi
kegiatan penyediaan dan/atau pelayanan jasa
kapal, penumpang, dan barang, kegiatan jasa
terkait dengan kepelabuhanan, dan kegiatan selain
sebagaimana dimaksud pada huruf a yang berada
di dalam Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan dan
Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan yang mengganggu keamanan kegiatan di
Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan, Daerah
Lingkungan Kepentingan Pelabuhan, dan kegiatan
lain yang mengganggu fungsi pelabuhan sungai,
danau, dan penyeberangan;
d. penyediaan sarana dan prasarana minimum
meliputi fasilitas pokok dan fasilitas penunjang
pelabuhan sungai, danau, dan penyeberangan; dan
- 98 -

e. arahan pemanfaatan Ruang kawasan yang dilewati


oleh sistem jaringan prasarana Wilayah meliputi:
1. Pengendalian Pemanfaatan Ruang untuk
kegiatan yang menimbulkan bangkitan
dan/atau tarikan lalu lintas tinggi di pelabuhan
sungai, danau, dan penyeberangan menerapkan
rekayasa teknis sesuai dengan ketentuan
persyaratan teknis;
2. mempertahankan lahan bukan terbangun
sebagai Ruang bebas untuk mewujudkan
keselamatan, keamanan, dan kenyamanan;
3. perencanaan dan pembangunan pelabuhan
sungai, danau, dan penyeberangan
memperhatikan Kawasan Lindung;
4. mempertahankan KP2B dan ekosistem
mangrove di pelabuhan sungai, danau, dan
penyeberangan;
5. menerapkan rekayasa teknis dan/atau
pemanfaatan teknologi penggunaan lahan dan
bangunan untuk pelabuhan sungai, danau, dan
penyeberangan yang berada di kawasan rawan
bencana; dan
6. penerapan teknologi pengolahan lahan dan
bangunan, serta fasilitas pelabuhan yang ramah
lingkungan dan adaptasi terhadap perubahan
iklim.
(11) Indikasi Arahan Zonasi untuk pelabuhan Laut
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d terdiri
atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
pembangunan, pengoperasian, dan pengembangan
pelabuhan Laut, kegiatan keselamatan dan
keamanan pelayaran, kegiatan kepabeanan,
keimigrasian, kekarantinaan, keamanan, dan/atau
- 99 -

kegiatan pemerintahan lainnya yang bersifat tidak


tetap;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi
kegiatan penyediaan dan/atau pelayanan jasa
kapal, penumpang, dan barang, kegiatan jasa
terkait dengan kepelabuhanan, kegiatan
pembangunan, pengembangan, dan pengoperasian
terminal untuk kepentingan sendiri, kegiatan
pertahanan dan keamanan, serta kegiatan selain
sebagaimana dimaksud pada huruf a yang berada
di dalam Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan,
Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan, dan
Wilayah Kerja Operasi Pelabuhan Perikanan;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan yang mengganggu kegiatan di dalam
Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan, Daerah
Lingkungan Kepentingan Pelabuhan, Wilayah Kerja
Operasi Pelabuhan Perikanan, dan kegiatan lain
yang mengganggu fungsi pelabuhan Laut;
d. penyediaan sarana dan prasarana minimum
meliputi fasilitas pokok dan fasilitas penunjang
pelabuhan Laut; dan
e. arahan pemanfaatan Ruang kawasan yang dilewati
oleh sistem jaringan prasarana Wilayah melalui:
1. Pengendalian Pemanfaatan Ruang untuk
kegiatan yang menimbulkan bangkitan
dan/atau tarikan lalu lintas tinggi di pelabuhan
Laut menerapkan rekayasa teknis sesuai
dengan ketentuan persyaratan teknis;
2. mempertahankan lahan bukan terbangun
sebagai Ruang bebas untuk mewujudkan
keselamatan, keamanan, dan kenyamanan;
3. perencanaan dan pembangunan pelabuhan
Laut memperhatikan Kawasan Lindung;
- 100 -

4. mempertahankan KP2B dan ekosistem


mangrove di pelabuhan Laut;
5. menerapkan rekayasa teknis dan/atau
pemanfaatan teknologi penggunaan lahan dan
bangunan untuk pelabuhan Laut yang berada di
kawasan rawan bencana; dan
6. penerapan teknologi penggunaan lahan dan
bangunan, serta fasilitas pelabuhan Laut yang
ramah lingkungan dan adaptasi terhadap
perubahan iklim.
(12) Indikasi Arahan Zonasi untuk alur-pelayaran di Laut
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d terdiri
atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
penyelenggaraan alur-pelayaran di Laut,
penyediaan fasilitas alur-pelayaran di Laut,
penelitian dan/atau pendidikan, lalu lintas kapal
dari dan/atau menuju pelabuhan, penempatan
sarana bantu navigasi pelayaran, penetapan koridor
alur-pelayaran di Laut dan/atau perlintasan, sistem
rute kapal dan area labuh kapal, pelaksanaan
salvage dan/atau pekerjaan bawah air,
pemeliharaan alur-pelayaran di Laut, penangkapan
ikan menggunakan alat penangkapan ikan yang
diperbolehkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, pemanfaatan alur-pelayaran
di Laut oleh Masyarakat, dan pelaksanaan hak
lintas damai sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi
kegiatan pemasangan pipa dan/atau kabel bawah
Laut, pembinaan dan pengawasan, pertambangan
untuk perawatan alur-pelayaran di Laut, dan
kegiatan lainnya yang tidak mengurangi nilai
dan/atau fungsi alur-pelayaran di Laut;
- 101 -

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi


kegiatan yang mengganggu fungsi alur-pelayaran di
Laut, pertambangan selain untuk perawatan alur-
pelayaran di Laut, pembangunan bangunan dan
instalasi di Laut selain untuk fungsi navigasi,
perikanan budi daya, pembuangan sampah dan
limbah, penangkapan ikan dengan alat
penangkapan ikan dan alat bantu penangkapan
ikan yang bersifat statis, kegiatan lainnya yang
mengurangi nilai dan/atau fungsi alur-pelayaran di
Laut;
d. penyediaan sarana dan prasarana minimum
meliputi fasilitas pokok dan fasilitas penunjang
alur-pelayaran di Laut; dan
e. alur-pelayaran di Laut yang berada di kawasan
konservasi dan kawasan pencadangan konservasi di
Laut memperhatikan:
1. memperlambat dan mengubah arah kapal saat
melihat jenis ikan dilindungi melintas di jalur
kapal;
2. memperlambat laju kapal saat melewati jalur
yang berdekatan dengan spot lokasi kegiatan
wisata permukaan dan bawah air;
3. berlayar pada jalur yang telah ditetapkan;
4. hanya boleh berlabuh di pelabuhan atau pada
fasilitas tambat labuh yang telah ditetapkan
oleh pengelola kawasan konservasi;
5. dalam hal terjadi pencemaran yang bersumber
dari kapal atau kerusakan ekosistem yang
diakibatkan karena melanggar ketentuan jalur,
maka pemilik atau operator kapal bertanggung
jawab untuk memulihkan dan/atau mengganti
rugi terhadap pencemaran atau dampak
kerusakan yang ditimbulkan;
- 102 -

6. tidak mengganggu dan/atau membahayakan


jenis ikan dilindungi, jenis ikan dan/atau objek
yang menjadi target konservasi;
7. tidak membuang jangkar; dan
8. tidak membuang sampah atau bahan lain yang
berpotensi menimbulkan pencemaran di
kawasan konservasi.
(13) Indikasi Arahan Zonasi untuk bandar udara umum dan
bandar udara khusus sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf e terdiri atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
pembangunan, pengembangan, perawatan, dan
operasional fasilitas pokok dan fasilitas penunjang
bandar udara, kegiatan pelayanan jasa
kebandarudaraan dan pelayanan jasa terkait
bandar udara, kegiatan penunjang keselamatan
operasi penerbangan, kegiatan pelayanan
kepabeanan, karantina, imigrasi, dan keamanan,
kegiatan untuk mewujudkan bandar udara ramah
lingkungan, dan kegiatan pertahanan dan
keamanan negara;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi
pemanfaatan tanah dan/atau perairan, serta Ruang
udara di sekitar bandar udara, dan kegiatan lain
yang tidak mengganggu keselamatan operasi
penerbangan dan fungsi bandar udara;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan yang membahayakan keamanan dan
keselamatan operasional penerbangan, membuat
halangan (obstacle), dan/atau kegiatan lain yang
mengganggu fungsi bandar udara;
d. penyediaan sarana dan prasarana minimum
meliputi fasilitas pokok dan fasilitas penunjang
bandar udara umum dan bandar udara khusus;
dan
- 103 -

e. arahan pemanfaatan Ruang kawasan yang dilewati


oleh sistem jaringan prasarana Wilayah meliputi:
1. Pengendalian Pemanfaatan Ruang untuk
kegiatan yang menimbulkan bangkitan
dan/atau tarikan lalu lintas tinggi di bandar
udara umum dan bandar udara khusus
menerapkan rekayasa teknis sesuai dengan
ketentuan persyaratan teknis;
2. mempertahankan lahan bukan terbangun
sebagai Ruang bebas untuk mewujudkan
keselamatan, keamanan, dan kenyamanan;
3. perencanaan dan pembangunan bandar udara
umum dan bandar udara khusus
memperhatikan Kawasan Lindung;
4. mempertahankan KP2B di bandar udara umum
dan bandar udara khusus; dan
5. menerapkan rekayasa teknis dan/atau
pemanfaatan teknologi penggunaan lahan dan
bangunan untuk bandar udara umum dan
bandar udara khusus yang berada di kawasan
rawan bencana.
(14) Pemanfaatan Ruang sistem jaringan transportasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. diperbolehkan dengan syarat di semua Kawasan
Lindung dan kawasan hutan produksi; dan
b. diperbolehkan di semua Kawasan Budi Daya,
sesuai dengan Indikasi Arahan Zonasi untuk rencana
Pola Ruang dan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 69
(1) Indikasi Arahan Zonasi untuk sistem jaringan energi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 huruf b terdiri
atas:
- 104 -

a. Indikasi Arahan Zonasi untuk jaringan


infrastruktur minyak dan gas bumi;
b. Indikasi Arahan Zonasi untuk infrastruktur
pembangkitan tenaga listrik dan sarana
pendukung; dan
c. Indikasi Arahan Zonasi untuk jaringan infastruktur
penyaluran tenaga listrik dan sarana pendukung.
(2) Indikasi Arahan Zonasi untuk jaringan infrastruktur
minyak dan gas bumi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a terdiri atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
pembangunan, pemasangan, pemeriksaan dan
pengujian, pengoperasian, pemeliharaan, dan
pengembangan jaringan infrastruktur minyak dan
gas bumi, sarana pendukung dan penunjang
jaringan infrastruktur minyak dan gas bumi,
kegiatan penelitian, kegiatan pendidikan, serta
kegiatan penangkapan ikan pelagis dengan alat
penangkapan ikan dan alat bantu penangkapan
ikan yang bersifat aktif, dan penempatan sarana
bantu navigasi pelayaran di Perairan Pesisir;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi
kegiatan wisata bahari, pembudidayaan ikan,
pendirian dan/atau penempatan bangunan dan
instalasi di Laut di sekitar pipa dan/atau kabel
bawah Laut, dan/atau perbaikan dan perawatan
pipa dan/atau kabel bawah Laut di Perairan Pesisir,
serta kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada
huruf a yang aman bagi instalasi jaringan
infrastruktur minyak dan gas bumi, serta tidak
mengganggu fungsi jaringan infrastruktur minyak
dan gas bumi;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan pertambangan mineral, kegiatan
penangkapan ikan demersal dengan alat
- 105 -

penangkapan ikan bergerak atau ditarik, labuh


jangkar, pemasangan alat bantu penangkapan ikan
yang bersifat statis, serta kegiatan yang
membahayakan instalasi dan fungsi jaringan
infrastruktur minyak dan gas bumi;
d. penyediaan sarana dan prasarana minimum
meliputi sarana dan fasilitas sesuai izin usaha yang
telah diberikan, prasarana dan sarana pencegahan
dan penanggulangan tumpahan minyak dan
prasarana injeksi air limbah, serta prasarana dan
sarana keamanan, keselamatan, kesehatan, dan
lingkungan hidup; dan
e. arahan pemanfaatan Ruang kawasan yang dilewati
oleh sistem jaringan prasarana Wilayah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Indikasi Arahan Zonasi untuk infrastruktur
pembangkitan tenaga listrik dan sarana pendukung
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri
atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
pembangunan dan pemasangan, pemeriksaan dan
pengujian, pengoperasian, pemeliharaan, dan
pengembangan infrastruktur pembangkitan tenaga
listrik dan sarana pendukung, serta kegiatan
penunjangnya;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi
kegiatan selain sebagaimana dimaksud dalam huruf
a yang aman bagi instalasi pembangkitan tenaga
listrik serta tidak mengganggu fungsi pembangkitan
tenaga listrik;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan yang membahayakan instalasi
pembangkitan tenaga listrik serta mengganggu
fungsi pembangkitan tenaga listrik;
- 106 -

d. penyediaan sarana dan prasarana minimum


meliputi bangunan dan utilitas terkait instalasi
pembangkit tenaga listrik, jalan khusus untuk
akses pemeliharaan dan pengawasan pembangkit
tenaga listrik, serta papan informasi keterangan
teknis jaringan listrik yang dilindungi dengan pagar
pengaman; dan
e. arahan pemanfaatan Ruang kawasan yang dilewati
oleh sistem jaringan prasarana Wilayah meliputi:
1. jarak bebas minimum pembangkit tenaga listrik
dari kegiatan lain disesuaikan dengan karakter
masing-masing pembangkit tenaga listrik sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
2. perencanaan dan pembangunan pembangkit
tenaga listrik memperhatikan Kawasan
Lindung;
3. mempertahankan KP2B di pembangkit tenaga
listrik; dan
4. menerapkan rekayasa teknis dan/atau
pemanfaatan teknologi penggunaan lahan dan
bangunan untuk pembangkit tenaga listrik yang
berada di kawasan rawan bencana.
(4) Indikasi Arahan Zonasi untuk jaringan infastruktur
penyaluran tenaga listrik dan sarana pendukung
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri
atas:
a. kegiatan pembangunan dan pemasangan,
pemeriksaan dan pengujian, pengoperasian,
pemeliharaan, dan pengembangan infrastruktur
penyaluran tenaga listrik, sarana pendukung, dan
kabel listrik bawah Laut, kegiatan penelitian,
kegiatan pendidikan, kegiatan penangkapan ikan
pelagis dengan alat penangkapan ikan dan alat
bantu penangkapan ikan yang bersifat aktif, dan
- 107 -

penempatan sarana bantu navigasi pelayaran di


perairan, dan kegiatan pembangunan prasarana
penunjang jaringan transmisi tenaga listrik;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi
kegiatan penghijauan, pemakaman, pertanian,
perparkiran, kegiatan wisata bahari,
pembudidayaan ikan, pendirian dan/atau
penempatan bangunan dan instalasi di Laut di
sekitar kabel listrik bawah Laut, dan/ atau
perbaikan dan perawatan kabel listrik bawah Laut
di Perairan Pesisir, serta kegiatan lain yang bersifat
sementara dan tidak mengganggu fungsi jaringan
infrastruktur penyaluran tenaga listrik dan sarana
pendukung;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan yang menimbulkan bahaya kebakaran,
kegiatan pertambangan mineral, kegiatan
penangkapan ikan demersal dengan alat
penangkapan ikan bergerak atau ditarik, labuh
jangkar, pemasangan alat bantu penangkapan ikan
statis, kabel pipa bawah Laut didirikan dan/atau
ditempatkan tidak di atas terumbu karang dan
tidak tidak menimbulkan kerusakan ekosistem,
serta kegiatan yang mengganggu fungsi jaringan
infrastruktur penyaluran tenaga listrik dan sarana
pendukung;
d. penyediaan sarana dan prasarana minimum
meliputi bangunan dan utilitas terkait infrastruktur
penyaluran tenaga listrik dan sarana pendukung,
serta papan informasi keterangan teknis
infrastruktur penyaluran tenaga listrik dan sarana
pendukung yang dilindungi dengan pagar
pengaman; dan
e. arahan pemanfaatan Ruang kawasan yang dilewati
oleh sistem jaringan prasarana Wilayah meliputi:
- 108 -

1. Ruang bebas dan jarak bebas minimum jaringan


transmisi listrik dari kegiatan lain disesuaikan
dengan karakter masing-masing jaringan
transmisi tenaga listrik sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. pemanfaatan Ruang bebas dan jarak bebas
minimum jaringan transmisi listrik memenuhi
ketentuan keselamatan ketenagalistrikan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
3. perencanaan dan pembangunan infrastruktur
penyaluran tenaga listrik dan sarana
pendukung memperhatikan Kawasan Lindung;
4. mempertahankan KP2B di infrastruktur
penyaluran tenaga listrik dan sarana
pendukung; dan
5. menerapkan rekayasa teknis dan/atau
pemanfaatan teknologi penggunaan lahan dan
bangunan untuk infrastruktur penyaluran
tenaga listrik dan sarana pendukung yang
berada di kawasan rawan bencana.
(5) Pemanfaatan Ruang sistem jaringan energi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. diperbolehkan dengan syarat di semua Kawasan
Lindung dan kawasan hutan produksi; dan
b. diperbolehkan di semua Kawasan Budi Daya,
sesuai dengan Indikasi Arahan Zonasi untuk rencana
Pola Ruang dan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 70
(1) Indikasi Arahan Zonasi untuk sistem jaringan
telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67
huruf c terdiri atas:
a. Indikasi Arahan Zonasi untuk jaringan tetap; dan
- 109 -

b. Indikasi Arahan Zonasi untuk jaringan bergerak.


(2) Indikasi Arahan Zonasi untuk jaringan tetap
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri
atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan, dan
pengembangan jaringan tetap dan kegiatan
penunjangnya, telekomunikasi bawah Laut,
kegiatan penelitian, kegiatan pendidikan, serta
kegiatan penangkapan ikan pelagis dengan alat
penangkapan ikan dan alat bantu penangkapan
ikan yang bersifat aktif, dan penempatan sarana
bantu navigasi pelayaran di Perairan Pesisir;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi
kegiatan wisata bahari, pembudidayaan ikan,
pendirian dan/atau penempatan bangunan dan
instalasi di Laut di sekitar kabel telekomunikasi
bawah Laut, dan/atau perbaikan dan perawatan
kabel bawah Laut di Perairan Pesisir, serta kegiatan
selain sebagaimana dimaksud pada huruf a yang
aman bagi sistem jaringan telekomunikasi dan tidak
mengganggu fungsi jaringan tetap;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan pertambangan mineral, kegiatan
penangkapan ikan demersal dengan alat
penangkapan ikan bergerak atau ditarik, labuh
jangkar, pemasangan alat bantu penangkapan ikan
statis, dan/atau kegiatan yang membahayakan
sistem jaringan telekomunikasi termasuk fungsi
jaringan kabel telekomunikasi bawah Laut di
Perairan Pesisir;
d. penyediaan sarana dan prasarana minimum sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
dan
- 110 -

e. arahan pemanfaatan Ruang kawasan yang dilewati


oleh sistem jaringan prasarana Wilayah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Indikasi Arahan Zonasi untuk jaringan bergerak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri
atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi
pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan, dan
pengembangan jaringan bergerak dan kegiatan
penunjangnya;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi
kegiatan selain sebagaimana dimaksud dalam huruf
a yang aman bagi jaringan bergerak dan tidak
mengganggu fungsi jaringan bergerak;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan yang membahayakan jaringan bergerak
dan mengganggu fungsi jaringan bergerak;
d. penyediaan sarana dan prasarana minimum sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
dan
e. arahan pemanfaatan Ruang kawasan yang dilewati
oleh sistem jaringan prasarana Wilayah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Pemanfaatan Ruang sistem jaringan telekomunikasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. diperbolehkan dengan syarat di semua Kawasan
Lindung dan kawasan hutan produksi; dan
b. diperbolehkan di semua Kawasan Budi Daya,
sesuai dengan Indikasi Arahan Zonasi untuk rencana
Pola Ruang dan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 71
- 111 -

(1) Indikasi Arahan Zonasi untuk sistem jaringan sumber


daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 huruf
d terdiri atas:
a. Indikasi Arahan Zonasi untuk sistem jaringan
irigasi;
b. Indikasi Arahan Zonasi untuk sistem pengendalian
banjir; dan
c. Indikasi Arahan Zonasi untuk bangunan sumber
daya air.
(2) Indikasi Arahan Zonasi untuk sistem jaringan irigasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri
atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
pembangunan, pengembangan, operasi, dan
pemeliharaan sistem jaringan irigasi guna
mendukung pemenuhan kebutuhan pertanian;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi
kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf
a yang tidak mengganggu fungsi sistem jaringan
irigasi;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan pengambilan air tanah, kegiatan yang
mengganggu keberlanjutan fungsi sistem jaringan
irigasi, mengakibatkan pencemaran air dari air
limbah dan sampah, serta mengakibatkan
kerusakan sistem jaringan irigasi;
d. penyediaan sarana dan prasarana minimum
meliputi saluran irigasi, bangunan, dan bangunan
pelengkapnya, jalan inspeksi jaringan irigasi primer
dan sekunder, pos pemantau ketinggian permukaan
air, dan sempadan jaringan irigasi; dan
e. arahan pemanfaatan Ruang kawasan yang dilewati
oleh sistem jaringan prasarana Wilayah meliputi:
- 112 -

1. mempertahankan sempadan jaringan irigasi


dengan pemanfaatannya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. perencanaan dan pembangunan sistem jaringan
irigasi memperhatikan Kawasan Lindung;
3. mempertahankan KP2B di daerah irigasi; dan
4. menerapkan rekayasa teknis dan/atau
pemanfaatan teknologi penggunaan lahan dan
bangunan untuk sistem jaringan irigasi yang
berada di kawasan rawan bencana.
(3) Indikasi Arahan Zonasi untuk sistem pengendalian
banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
terdiri atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
pembangunan, pengembangan, operasi, dan
pemeliharaan prasarana dan sarana sistem
pengendalian banjir, serta reboisasi di sepanjang
sempadan sungai;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi
kegiatan perikanan, pariwisata, dan kegiatan selain
sebagaimana dimaksud dalam huruf a yang tidak
mengganggu sistem pengendalian banjir;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan yang mengganggu fungsi lokasi dan jalur
evakuasi, serta bangunan untuk kepentingan
pemantauan ancaman bencana;
d. penyediaan sarana dan prasarana minimum
meliputi struktur alami dan struktur buatan yang
dapat mengurangi dampak bencana banjir; dan
e. arahan pemanfaatan Ruang kawasan yang dilewati
oleh sistem jaringan prasarana Wilayah meliputi:
1. mempertahankan sempadan sistem
pengendalian banjir sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
- 113 -

2. perencanaan dan pembangunan sistem


pengendalian banjir memperhatikan Kawasan
Lindung;
3. mempertahankan KP2B di sekitar sistem
pengendalian banjir; dan
4. menerapkan rekayasa teknis dan/atau
pemanfaatan teknologi penggunaan lahan dan
bangunan untuk sistem pengendalian banjir
yang berada di kawasan rawan bencana.
(4) Indikasi Arahan Zonasi untuk bangunan sumber daya
air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri
atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
pendayagunaan, pembangunan, pengembangan,
operasi, dan pemeliharaan bangunan sumber daya
air guna mendukung pemenuhan kebutuhan pokok
sehari-hari Masyarakat, pertanian, dan perikanan;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi
kegiatan perikanan, pariwisata, dan kegiatan selain
sebagaimana dimaksud dalam huruf a yang tidak
mengganggu fungsi bangunan sumber daya air;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan yang mengganggu fungsi sumber air,
mengakibatkan pencemaran air dari air limbah dan
sampah, serta mengakibatkan kerusakan
bangunan sumber daya air;
d. penyediaan sarana dan prasarana minimum
meliputi jalan inspeksi pengairan dan pos pemantau
ketinggian permukaan air; dan
e. arahan pemanfaatan Ruang kawasan yang dilewati
oleh sistem jaringan prasarana Wilayah meliputi:
1. mempertahankan sempadan bangunan sumber
daya air sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
- 114 -

2. perencanaan dan pembangunan bangunan


sumber daya air memperhatikan Kawasan
Lindung;
3. mempertahankan KP2B di sekitar bangunan
sumber daya air; dan
4. menerapkan rekayasa teknis dan/atau
pemanfaatan teknologi penggunaan lahan dan
bangunan untuk bangunan sumber daya air
yang berada di kawasan rawan bencana.
(5) Pemanfaatan Ruang sistem jaringan sumber daya air
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. diperbolehkan dengan syarat di semua Kawasan
Lindung dan kawasan hutan produksi; dan
b. diperbolehkan di semua Kawasan Budi Daya,
sesuai dengan Indikasi Arahan Zonasi untuk rencana
Pola Ruang dan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 72
(1) Indikasi Arahan Zonasi untuk sistem jaringan
prasarana lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal
67 huruf e terdiri atas:
a. Indikasi Arahan Zonasi untuk SPAM;
b. Indikasi Arahan Zonasi untuk SPAL;
c. Indikasi Arahan Zonasi untuk sistem pengelolaan
limbah bahan berbahaya dan beracun; dan
d. Indikasi Arahan Zonasi untuk sistem jaringan
persampahan.
(2) Indikasi Arahan Zonasi untuk SPAM sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
pembangunan, pengembangan, operasi,
pemeliharaan, dan perbaikan prasarana SPAM dan
jaringan prasarana penunjang SPAM;
- 115 -

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi


kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf
a yang tidak mengganggu fungsi SPAM;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan pengambilan air tanah, kegiatan yang
mengganggu keberlanjutan fungsi penyediaan air
minum, mengakibatkan pencemaran air baku dari
air limbah dan sampah, serta mengakibatkan
kerusakan prasarana dan sarana SPAM;
d. penyediaan sarana dan prasarana minimum
meliputi prasarana dan sarana unit air baku, unit
produksi, dan unit distribusi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
e. arahan pemanfaatan Ruang kawasan yang dilewati
oleh sistem jaringan prasarana Wilayah meliputi:
1. jarak aman unit air baku dari sumber
pencemaran;
2. perencanaan dan pembangunan SPAM
memperhatikan Kawasan Lindung;
3. mempertahankan KP2B di sekitar SPAM; dan
4. menerapkan rekayasa teknis dan/atau
pemanfaatan teknologi penggunaan lahan dan
bangunan untuk SPAM yang berada di kawasan
rawan bencana.
(3) Indikasi Arahan Zonasi untuk SPAL sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
pembangunan, pengembangan, operasi,
pemeliharaan, dan perbaikan SPAL dan prasarana
penunjang SPAL;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi
kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf
a yang tidak mengganggu fungsi SPAL;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan pembuangan sampah, pembuangan bahan
- 116 -

berbahaya dan beracun, serta limbah bahan


berbahaya dan beracun, serta kegiatan lain yang
mengganggu fungsi SPAL;
d. penyediaan sarana dan prasarana minimum
meliputi prasarana utama, prasarana dan sarana
pendukung, serta peralatan kontrol baku mutu air
buangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
e. arahan pemanfaatan Ruang kawasan yang dilewati
oleh sistem jaringan prasarana Wilayah meliputi:
1. jarak aman prasarana SPAL dengan Kawasan
Permukiman;
2. perencanaan dan pembangunan SPAL
memperhatikan Kawasan Lindung;
3. mempertahankan KP2B di sekitar SPAL; dan
4. menerapkan rekayasa teknis dan/atau
pemanfaatan teknologi penggunaan lahan dan
bangunan untuk SPAL yang berada di kawasan
rawan bencana.
(4) Indikasi Arahan Zonasi untuk sistem pengelolaan
limbah bahan berbahaya dan beracun sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
reduksi, penyimpanan, pengumpulan,
pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan,
penimbunan, pembangunan prasarana dan sarana
pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi
kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf
a yang tidak mengganggu fungsi sistem pengelolaan
limbah bahan berbahaya dan beracun;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan yang mengganggu fungsi sistem
pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun;
- 117 -

d. penyediaan sarana dan prasarana minimum sesuai


dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
dan
e. arahan pemanfaatan Ruang kawasan yang dilewati
oleh sistem jaringan prasarana Wilayah meliputi:
1. jarak aman dari jalan utama atau jalan tol,
kawasan pemukiman dan fasilitasnya, garis
pasang air laut, sungai, Wilayah pasang surut,
danau, rawa, mata air, cagar alam, dan hutan
lindung sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
2. perencanaan dan pembangunan sistem
pengelolaan limbah bahan berbahaya dan
beracun memperhatikan Kawasan Lindung;
3. mempertahankan KP2B di sekitar sistem
pengelolaan limbah bahan berbahaya dan
beracun; dan
4. menerapkan rekayasa teknis dan/atau
pemanfaatan teknologi penggunaan lahan dan
bangunan untuk sistem pengelolaan limbah
bahan berbahaya dan beracun yang berada di
kawasan rawan bencana.
(5) Indikasi Arahan Zonasi untuk sistem jaringan
persampahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d terdiri atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
pembangunan, pengembangan, operasi,
pemeliharaan, dan perbaikan tempat pembuangan
sementara reduce reuse recycle, stasiun peralihan
antara, tempat pengelolaan sampah terpadu,
dan/atau tempat pembuangan akhir berupa
pemilahan, pengumpulan, pengelolaan, dan
pemrosesan akhir sampah, pengurugan berlapis
bersih (sanitary landfill), pemeliharaan, industri
- 118 -

terkait pengolahan sampah, dan kegiatan


penunjang operasional;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi
kegiatan pertanian bukan pangan, kegiatan
penghijauan, kegiatan permukiman dalam jarak
yang aman dari dampak pengelolaan sampah, dan
kegiatan lain yang tidak mengganggu fungsi
kawasan tempat pembuangan sementara reduce
reuse recycle, stasiun peralihan antara, tempat
pengelolaan sampah terpadu, dan/atau tempat
pembuangan akhir;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan sosial ekonomi yang mengganggu fungsi
tempat pembuangan sementara reduce reuse
recycle, stasiun peralihan antara, tempat
pengelolaan sampah terpadu, dan/atau tempat
pembuangan akhir;
d. penyediaan sarana dan prasarana minimum
meliputi fasilitas dasar, fasilitas pelindungan
lingkungan, fasilitas pengolahan, fasilitas operasi,
dan fasilitas penunjang; dan
e. arahan pemanfaatan Ruang kawasan yang dilewati
oleh sistem jaringan prasarana Wilayah meliputi:
1. jarak aman sistem pengelolaan sampah dengan
Kawasan Permukiman, sumber air baku, dan
kawasan di sekitar bandar udara yang
dipergunakan untuk operasi penerbangan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
2. perencanaan dan pembangunan sistem
pengelolaan sampah memperhatikan Kawasan
Lindung;
3. mempertahankan KP2B di sekitar sistem
pengelolaan sampah; dan
- 119 -

4. menerapkan rekayasa teknis dan/atau


pemanfaatan teknologi penggunaan lahan dan
bangunan untuk sistem pengelolaan sampah
yang berada di kawasan rawan bencana.
(6) Pemanfaatan Ruang sistem jaringan prasarana lainnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. diperbolehkan dengan syarat di semua Kawasan
Lindung dan kawasan hutan produksi; dan
b. diperbolehkan di semua Kawasan Budi Daya,
sesuai dengan Indikasi Arahan Zonasi untuk rencana
Pola Ruang dan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Paragraf 3
Indikasi Arahan Zonasi untuk Rencana Pola Ruang

Pasal 73
(1) Indikasi Arahan Zonasi untuk rencana Pola Ruang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2) huruf b
terdiri atas:
a. Indikasi Arahan Zonasi untuk rencana Kawasan
Lindung; dan
b. Indikasi Arahan Zonasi untuk rencana Kawasan
Budi Daya.
(2) Indikasi Arahan Zonasi untuk rencana Kawasan
Lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
terdiri atas:
a. Indikasi Arahan Zonasi untuk badan air;
b. Indikasi Arahan Zonasi untuk kawasan yang
memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya;
c. Indikasi Arahan Zonasi untuk kawasan
perlindungan setempat;
d. Indikasi Arahan Zonasi untuk kawasan konservasi;
- 120 -

e. Indikasi Arahan Zonasi untuk kawasan


pencadangan konservasi di Laut;
f. Indikasi Arahan Zonasi untuk kawasan hutan adat;
g. Indikasi Arahan Zonasi untuk Kawasan Lindung
geologi; dan
h. Indikasi Arahan Zonasi untuk kawasan ekosistem
mangrove.
(3) Indikasi Arahan Zonasi untuk rencana Kawasan Budi
Daya pada ayat (1) huruf b terdiri atas:
a. Indikasi Arahan Zonasi untuk kawasan hutan
produksi;
b. Indikasi Arahan Zonasi untuk kawasan perkebunan
rakyat;
c. Indikasi Arahan Zonasi untuk kawasan pertanian;
d. Indikasi Arahan Zonasi untuk kawasan perikanan;
e. Indikasi Arahan Zonasi untuk kawasan
pertambangan dan energi;
f. Indikasi Arahan Zonasi untuk kawasan peruntukan
industri;
g. Indikasi Arahan Zonasi untuk kawasan pariwisata;
h. Indikasi Arahan Zonasi untuk Kawasan
Permukiman;
i. Indikasi Arahan Zonasi untuk kawasan
transportasi; dan
j. Indikasi Arahan Zonasi untuk kawasan pertahanan
dan keamanan.

Pasal 74
Indikasi Arahan Zonasi untuk badan air sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 73 ayat (2) huruf a terdiri atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan;
1. kegiatan pengelolaan dan/atau pemanfaatan badan
air;
2. peningkatan fungsi ekologis dan hidrologi sungai,
danau, embung, waduk, dan rawa; dan
- 121 -

3. pengendalian kualitas dan konservasi lingkungan


perairan.
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi
kegiatan:
1. pengembangan struktur alami dan buatan;
2. bangunan prasarana sumber daya air;
3. pembangunan prasarana lalu lintas air berupa
fasilitas jembatan dan dermaga;
4. prasarana alur-pelayaran sungai dan alur-pelayaran
danau serta lintas penyeberangan;
5. pemasangan jalur pipa gas dan air minum,
rentangan kabel listrik dan telekomunikasi,
bangunan ketenagalistrikan, jalur air limbah, dan
jaringan drainase;
6. kegiatan perikanan;
7. kegiatan pariwisata, rekreasi air, dan/atau olahraga
yang ramah lingkungan;
8. kegiatan permukiman; dan
9. kegiatan pertahanan dan keamanan.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi mengubah
letak tepi badan air atau bentang alam, mengganggu
fungsi hidrologi dan hidraulis, mengganggu kelestarian
hewan, membuang sampah dan limbah, serta kegiatan
lain yang mengganggu fungsi badan air;
d. penyediaan sarana dan prasarana minimum meliputi
prasarana dan sarana perlindungan dan pelestarian
badan air; dan
e. arahan pemanfaatan Ruang kawasan yang dilewati oleh
sistem jaringan prasarana Wilayah berupa kegiatan yang
tidak mengganggu dan/atau membahayakan fungsi
badan air.
Pasal 75
Indikasi Arahan Zonasi untuk kawasan yang memberikan
perlindungan terhadap kawasan bawahannya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 73 ayat (2) huruf b terdiri atas:
- 122 -

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:


1. kegiatan hutan lindung dan lindung gambut;
2. kegiatan penataan batas kawasan hutan,
perlindungan hutan, pengawasan hutan, rehabilitasi
hutan dan lahan;
3. pengendalian dan pemeliharaan ekosistem gambut
sebagai pengendali dampak perubahan iklim; dan
4. kegiatan lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:
1. kegiatan pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa
lingkungan, dan pemungutan hasil hutan bukan
kayu;
2. kepentingan pembangunan di luar kegiatan
kehutanan hanya dapat dilakukan untuk kegiatan
yang mempunyai tujuan strategis yang tidak dapat
dielakkan;
3. hutan adat, termasuk kegiatan Perhutanan Sosial
dalam bentuk hutan desa, hutan kemasyarakatan,
hutan tanaman rakyat, dan kemitraan kehutanan;
4. kegiatan pemanfaatan kawasan hutan untuk
ketahanan pangan dan kerja sama pembangunan
jalan strategis;
5. kegiatan pertambangan panas bumi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
6. kegiatan penelitian, ilmu pengetahuan, dan
pendidikan, pemanfaatan hasil hutan bukan kayu,
jasa lingkungan, wisata terbatas, dan/atau
perdagangan karbon di ekosistem gambut;
7. kegiatan pemanfaatan areal puncak kubah gambut
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
8. pertanian, perikanan, dan permukiman, beserta
jaringan prasarana sarana pendukung yang sudah
ada sebelum Peraturan Daerah ini ditetapkan;
- 123 -

9. kegiatan pertahanan dan keamanan; dan


10. kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf a
dan angka 1 sampai dengan angka 8 yang tidak
mengganggu fungsi kawasan hutan lindung.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan
penambangan dengan pola pertambangan terbuka di
hutan lindung, kegiatan mengurangi, mengubah atau
menghilangkan fungsi utama kawasan yang memberikan
perlindungan terhadap kawasan bawahannya;
d. penyediaan sarana dan prasarana minimum diatur
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
e. arahan pemanfaatan Ruang kawasan yang dilewati oleh
sistem jaringan prasarana Wilayah berupa alih fungsi
lahan bukan terbangun menjadi kegiatan terbangun
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 76
Indikasi Arahan Zonasi untuk kawasan perlindungan
setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (2)
huruf c terdiri atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
1. cagar budaya dan ekosistem mangrove;
2. kegiatan Pemanfaatan Ruang untuk pengelolaan
badan air, peningkatan fungsi ekologis kawasan
perlindungan setempat, pengendalian kualitas dan
konservasi lingkungan perairan, pemanfaatan
sebagai Ruang publik dan RTH, pengembangan
struktur alami dan struktur buatan, kegiatan
pengamatan cuaca dan iklim, dan penyediaan lokasi
dan jalur evakuasi bencana, serta pendirian
bangunan untuk kepentingan pemantauan ancaman
bencana; dan
- 124 -

3. pemertahanan sempadan pantai untuk menjaga


titik-titik garis pangkal kepulauan dari ancaman
abrasi dan kegiatan yang mengganggu kelestarian
fungsi pantai.
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:
1. kegiatan pertambangan batuan dengan menjaga
dimensi palung sungai, tidak merubah batas badan
danau atau waduk, dan mempunyai jarak aman
dengan badan air sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
2. kegiatan industri yang proses produksinya
memerlukan lokasi khusus dengan syarat bangunan
gedung tidak berada di dalam kawasan perlindungan
setempat;
3. kegiatan pariwisata dan permukiman menyediakan
jalan akses dan Ruang bagi publik guna mencapai
badan air;
4. kegiatan prasarana lalu lintas air meliputi jalan
akses, jembatan, pelabuhan/dermaga, dan landing
point pipa dan/atau kabel bawah Laut;
5. kegiatan bangunan prasarana sumber daya air,
jaringan pipa gas, rentangan kabel listrik dan
telekomunikasi, bangunan ketenagalistrikan,
bangunan prasarana SPAM, SPAL, dan jaringan
drainase, serta rekreasi air;
6. kegiatan penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan;
7. kegiatan rekreasi air dan/atau pariwisata yang
ramah lingkungan, olahraga, aktivitas budaya dan
keagamaan, serta bangunannya;
8. kegiatan nelayan dan prasarana pendukung;
9. kegiatan permukiman, beserta jaringan prasarana
sarana pendukung yang sudah ada sebelum
Peraturan Daerah ini ditetapkan; dan
10. pertahanan dan keamanan.
- 125 -

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi:


1. kegiatan pertambangan dan energi dengan merubah
dimensi palung sungai, atau batas badan danau atau
waduk;
2. kegiatan industri dengan bangunan gedung berada di
dalam kawasan sempadan;
3. kegiatan yang mengubah bentang alam, mengganggu
kesuburan dan keawetan tanah, fungsi hidrologi dan
hidraulis, kelestarian tumbuhan dan hewan,
kegiatan yang menghalangi dan/atau menutup
Ruang publik, lokasi dan jalur evakuasi bencana,
kegiatan pembuangan sampah, dan kegiatan lain
yang mengganggu kawasan perlindungan setempat;
4. dalam hal di dalam kawasan perlindungan setempat
terdapat tanggul untuk kepentingan pengendali
banjir, perlindungan badan tanggul dilakukan
dengan larangan menanam tanaman selain rumput,
mendirikan bangunan, dan mengurangi dimensi
tanggul;
5. mengubah letak tepi danau atau yang mengubah
bentang alam, membuang limbah, menggembala
ternak, dan mengubah aliran air masuk atau ke luar
danau; dan
6. kegiatan pengeboran dan penggalian dalam
sempadan mata air.
d. penyediaan sarana dan prasarana minimum meliputi
perlindungan dan pembuatan struktur alami dan
buatan, jalan inspeksi, bangunan pengawas ketinggian
air, penyediaan akses publik, dan jalur evakuasi
bencana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
e. arahan pemanfaatan Ruang kawasan yang dilewati oleh
sistem jaringan prasarana Wilayah berupa pembatasan
alih fungsi lahan bukan terbangun menjadi kegiatan
terbangun.
- 126 -

Pasal 77
Indikasi Arahan Zonasi untuk kawasan konservasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (2) huruf d
terdiri atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
1. kegiatan suaka alam dan pelestarian alam;
2. kegiatan perlindungan dan pengamanan serta
pembinaan habitat dan populasi dalam rangka
mempertahankan keberadaaan populasi hidupan
liar;
3. pembangunan dan pengembangan koridor satwa liar;
4. pelindungan mutlak habitat, populasi ikan, dan alur
migrasi biota Laut;
5. pelindungan ekosistem pesisir dan Laut yang unik
dan/atau rentan terhadap perubahan;
6. kegiatan pemasangan peralatan pendeteksi tsunami;
7. transportasi perairan dan penempatan terumbu
buatan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
8. rehabilitasi ekosistem Laut, rehabilitasi dan
peningkatan sumber daya ikan serta lingkungannya;
9. pengawasan kawasan konservasi;
10. pencegahan pencemaran dan kerusakan sumber
daya ikan serta lingkungannya; dan
11. kegiatan lainnya sesuai dengan rencana pengelolaan
kawasan konservasi di Laut.
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:
1. kegiatan penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, pendidikan dan
peningkatan kesadartahuan konservasi alam, koleksi
kekayaan keanekaragaman hayati, penyerapan
dan/atau penyimpanan karbon, pemanfaatan air
serta energi air, energi angin, energi panas matahari,
dan energi panas bumi, wisata alam terbatas,
- 127 -

pemanfaatan sumber daya genetik dan plasma


nutfah untuk penunjang budi daya, pemanfaatan
tumbuhan dan satwa liar, pemanfaatan tumbuhan
dan satwa liar dalam rangka menunjang budi daya
dalam bentuk penyediaan plasma nutfah,
penangkaran dalam rangka pengembangbiakan
satwa atau perbanyakan tumbuhan yang diambill
dari alam atau secara buatan;
2. sarana dan prasarana pengelolaan terbatas untuk
menunjang kegiatan pada angka 1;
3. kegiatan pemanfaatan potensi dan kondisi sumber
daya alam oleh Masyarakat secara tradisional;
4. kegiatan keagamaan dan/atau adat-budaya, serta
pemeliharaan situs religi, budaya dan/atau sejarah;
5. kerja sama pembangunan strategis yang tidak dapat
dielakan, Perhutanan Sosial berupa kemitraan
kehutanan dan kerja sama pembangunan jalan
strategis;
6. pembangunan prasarana dan sarana;
7. pendirian dan/atau penempatan bangunan dan
instalasi di Laut untuk fungsi wisata bahari dan
pelayaran;
8. pemanfaatan sumber daya ikan;
9. wisata bahari dan pemanfaatan jasa lingkungan;
10. pembangunan fasilitas umum;
11. pemanfaatan air Laut selain energi;
12. transportasi perairan, landing, take off, dan taxiing
seaplane, dan penempatan terumbu buatan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
13. pendirian, penempatan, dan/atau pembongkaran
bangunan dan instalasi di Laut;
14. kegiatan lainnya yang selaras dan tidak mengganggu
serta mengubah fungsi kawasan konservasi di Laut;
15. pertahanan dan keamanan;
- 128 -

16. kegiatan pertanian dan perikanan yang sudah ada


sebelum Peraturan Daerah ini ditetapkan; dan
17. kegiatan permukiman kelompok Masyarakat
setempat dan aktivitas kehidupannya beserta
prasarana dan sarana pendukung yang sudah ada
sebelum kawasan konservasi ditetapkan.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi:
1. kegiatan pertanian, perikanan, pertambangan dan
energi, peruntukan industri, dan permukiman;
2. kegiatan yang merusak bentang alam, dan/atau
merubah fungsi kawasan konservasi;
3. kegiatan yang mengakibatkan perubahan keutuhan
potensi kawasan dan perubahan fungsi kawasan
konservasi di Laut;
4. kegiatan yang mengganggu pengelolaan jenis sumber
daya ikan beserta habitatnya untuk menghasilkan
keseimbangan antara populasi dan habitatnya;
5. kegiatan yang mengganggu alur migrasi biota Laut
dan pemulihan ekosistemnya;
6. penangkapan ikan yang menggunakan alat
penangkapan ikan yang bersifat merusak ekosistem;
7. pengambilan terumbu karang;
8. pembuangan sampah, limbah, atau bahan lain yang
berpotensi menimbulkan pencemaran;
9. pertambangan, pembuangan (dumping), dan
reklamasi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
10. kegiatan lainnya yang mengurangi nilai dan/ atau
fungsi dalam kawasan konservasi di Laut.
d. penyediaan sarana dan prasarana minimum meliputi
sarana dan prasarana pengawasan dan perlindungan
tumbuhan dan populasi satwa liar, serta habitatnya, dan
jenis ikan dilindungi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
- 129 -

e. arahan pemanfaatan Ruang kawasan yang dilewati oleh


sistem jaringan prasarana Wilayah berupa kegiatan yang
selaras dan tidak mengganggu fungsi kawasan
konservasi.

Pasal 78
Indikasi Arahan Zonasi untuk kawasan pencadangan
konservasi di Laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73
ayat (2) huruf e terdiri atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
1. kegiatan suaka, taman, konservasi maritim, dan
konservasi perairan lainnya;
2. pelindungan mutlak habitat, populasi ikan, dan alur
migrasi biota Laut;
3. pelindungan ekosistem pesisir dan Laut yang unik
dan/ atau rentan terhadap perubahan;
4. kegiatan pemasangan peralatan pendeteksi tsunami;
5. transportasi perairan dan penempatan terumbu
buatan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
6. rehabilitasi ekosistem Laut, rehabilitasi dan
peningkatan sumber daya ikan serta lingkungannya;
7. pengawasan kawasan konservasi;
8. pencegahan pencemaran dan kerusakan sumber
daya ikan serta lingkungannya; dan
9. kegiatan lainnya sesuai dengan rencana pengelolaan
kawasan konservasi di Laut.
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:
1. penelitian dan pendidikan;
2. pelindungan situs budaya atau adat tradisional;
3. pembangunan prasarana dan sarana;
4. pendirian dan/ atau penempatan bangunan dan
instalasi di Laut untuk fungsi wisata bahari dan
pelayaran;
- 130 -

5. pemanfaatan sumber daya ikan;


6. wisata bahari dan pemanfaatan jasa lingkungan;
7. pembangunan fasilitas umum;
8. pemanfaatan air Laut selain energi;
9. transportasi perairan, landing, take off, dan taxiing
seaplane, dan penempatan terumbu buatan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
10. pendirian, penempatan, dan/atau pembongkaran
bangunan dan instalasi di Laut;
11. kegiatan lainnya yang selaras dan tidak mengganggu
serta mengubah fungsi kawasan pencadangan
konservasi di Laut;
12. pertahanan dan keamanan; dan
13. kegiatan lainnya yang selaras dan tidak mengganggu
serta mengubah fungsi kawasan konservasi di Laut.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi:
1. kegiatan yang mengakibatkan perubahan keutuhan
potensi kawasan dan perubahan fungsi kawasan
pencadangan konservasi di Laut;
2. kegiatan yang mengganggu pengelolaan jenis sumber
daya ikan beserta habitatnya untuk menghasilkan
keseimbangan antara populasi dan habitatnya;
3. kegiatan yang mengganggu alur migrasi biota Laut
dan pemulihan ekosistemnya;
4. penangkapan ikan yang menggunakan alat
penangkapan ikan yang bersifat merusak ekosistem;
5. pengambilan terumbu karang;
6. pembuangan sampah, limbah, atau bahan lain yang
berpotensi menimbulkan pencemaran;
7. pertambangan terbuka, pembuangan (dumping), dan
reklamasi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan/atau
8. kegiatan lainnya yang mengurangi nilai dan/atau
fungsi dalam kawasan konservasi di Laut.
- 131 -

d. penyediaan sarana dan prasarana minimum diatur


sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
e. arahan pemanfaatan Ruang kawasan yang dilewati oleh
sistem jaringan prasarana Wilayah berupa kegiatan yang
selaras dan tidak mengganggu fungsi kawasan
pencadangan konservasi di Laut.

Pasal 79
Indikasi Arahan Zonasi untuk kawasan hutan adat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (2) huruf f
terdiri atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
1. kegiatan hutan lindung, konervasi, dan hutan
produksi;
2. memanfaatkan hutan adat sesuai dengan kearifan
lokal dan fungsinya; dan
3. memanfaatkan kearifan lokal dalam pemanfaatan
sumber daya genetik.
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:
1. memanfaatkan hasil hutan bukan kayu dan jasa
lingkungan di hutan dengan fungsi konservasi dan
lindung;
2. memanfaatkan hasil hutan bukan kayu, hasil hutan
kayu, dan jasa lingkungan di hutan dengan fungsi
produksi;
3. kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan, konservasi
tanah dan air, serta konservasi keanekaragaman
hayati;
4. pengamanan dan perlindungan dari kebakaran
hutan dan lahan; dan
5. kegiatan pertahanan dan keamanan.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi:
1. menyewakan areal hutan adat;
- 132 -

2. menebang pohon pada areal hutan adat dengan


fungsi hutan lindung;
3. menggunakan peralatan mekanis pada areal hutan
adat dengan fungsi hutan lindung;
4. membangun sarana dan prasarana yang mengubah
bentang alam pada areal hutan adat dengan fungsi
hutan lindung; dan
5. menanam kelapa sawit pada areal hutan adat.
d. penyediaan sarana dan prasarana minimum diatur
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
e. arahan pemanfaatan Ruang kawasan yang dilewati oleh
sistem jaringan prasarana Wilayah berupa kegiatan yang
selaras dan tidak mengganggu fungsi kawasan hutan
adat.

Pasal 80
Indikasi Arahan Zonasi untuk Kawasan Lindung geologi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (2) huruf g
terdiri atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
1. kegiatan cagar alam geologi dan kegiatan yang
memberikan perlindungan terhadap air tanah;
2. kegiatan pemeliharaan, pelestarian, perlindungan
dan mempertahankan fungsi Kawasan Lindung
geologi; dan
3. perlindungan, penyelamatan, pengamanan,
penentuan zonasi, pemeliharaan, pemugaran, dan
penelitian cagar budaya.
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:
1. kegiatan cagar budaya tanpa merubah bentang alam;
2. kegiatan pertanian dengan jenis tanaman yang tidak
mengurangi kekuatan struktur tanah;
3. kegiatan pariwisata tanpa mengubah bentang alam;
4. kegiatan penelitian dan pendidikan;
- 133 -

5. kegiatan pertahanan dan keamanan;


6. kegiatan penggalian untuk penelitian arkeologi dan
geologi di kawasan cagar alam geologi; dan
7. pemasangan jaringan pipa gas, rentangan kabel
listrik dan telekomunikasi, pipa air minum, dan
kegiatan budi daya secara terbatas yang memiliki
kemampuan tinggi dalam menahan limpasan air
hujan di kawasan yang memberikan perlindungan
terhadap air tanah.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi:
1. kegiatan pemanfaatan batuan;
2. kegiatan yang mengganggu, merusak, dan/atau
mengubah kelestarian fungsi Kawasan Lindung
geologi;
3. kegiatan yang menimbulkan pencemaran terhadap
air tanah;
4. pertambangan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan;
5. kegiatan yang dapat mengubah bentukan cagar
budaya; dan
6. kegiatan penggalian dan pengeboran di kawasan
cagar alam geologi.
d. penyediaan sarana dan prasarana minimum meliputi
prasarana dan sarana pengawasan dan perlindungan
Kawasan Lindung geologi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
e. arahan pemanfaatan Ruang kawasan yang dilewati oleh
sistem jaringan prasarana Wilayah berupa kegiatan yang
selaras dan tidak mengganggu fungsi Kawasan Lindung
geologi.

Pasal 81
Indikasi Arahan Zonasi untuk kawasan ekosistem mangrove
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (2) huruf h
terdiri atas:
- 134 -

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:


1. kegiatan perlindungan setempat dan kegiatan
lindung geologi; dan
2. kegiatan pengayaan, perbaikan habitat,
perlindungan, dan/atau pemulihan rehabilitasi
ekosistem mangrove sebagai pengendali dampak
perubahan iklim;
3. kegiatan penelitian, pengembangan ilmu
pengetahuan, dan pendidikan;
4. kegiatan pengamanan abrasi pantai; dan
5. kegiatan penyimpanan dan/atau penyerapan
karbon.
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:
1. kegiatan pertanian, perikanan, permukiman,
transportasi, serta pertahanan dan keamanan;
2. kegiatan pemungutan hasil hutan bukan kayu;
3. kegiatan ekowisata;
4. pemanfaatan air, energi air, panas, dan angin;
5. konstruksi bangunan pengaman pantai yang sesuai
prinsip ekologi;
6. kegiatan nelayan dan prasarana pendukung;
7. kegiatan industri yang proses produksinya
memerlukan lokasi khusus;
8. pelabuhan atau dermaga;
9. sistem jaringan transportasi, energi, telekomunikasi,
sumber daya air, dan sistem jaringan prasarana
lainnya; dan
10. kegiatan lain yang tidak mengganggu fungsi kawasan
ekosistem mangrove sebagai pelindung pantai dari
pengikisan air Laut.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi:
1. kegiatan pertambangan dan energi;
2. kegiatan yang dapat mengubah atau mengurangi
luas dan/atau mencemari ekosistem mangrove;
3. perusakan ekosistem mangrove;
- 135 -

4. kegiatan pemanfaatan kayu mangrove; dan


5. kegiatan lain yang mengganggu fungsi kawasan
ekosistem mangrove.
d. penyediaan sarana dan prasarana minimum meliputi
prasarana dan sarana pengayaan, perbaikan habitat,
dan perlindungan ekosistem mangrove untuk
perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan lestari
kawasan ekosistem mangrove; dan
e. arahan pemanfaatan Ruang kawasan yang dilewati oleh
sistem jaringan prasarana Wilayah berupa alih fungsi
lahan bukan terbangun menjadi kegiatan budi daya
terbangun dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 82
Indikasi Arahan Zonasi untuk kawasan hutan produksi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (3) huruf a
terdiri atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
1. kegiatan hutan produksi tetap dan hutan produksi
yang dapat dikonversi;
2. kegiatan hutan adat, lindung geologi, dan ekosistem
mangrove; dan
3. kegiatan penataan batas kawasan hutan,
perlindungan hutan, pengawasan hutan, rehabilitasi
kawasan hutan, dan kegiatan lain sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:
1. kegiatan pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa
lingkungan, pemanfaatan hasil hutan kayu,
pemanfaatan hasil hutan bukan kayu, pemungutan
hasil hutan kayu, pemungutan hasil hutan bukan
kayu, serta bangunan pendukung kegiatan hutan
produksi;
2. kepentingan pembangunan di luar kegiatan
kehutanan hanya dapat dilakukan untuk kegiatan
- 136 -

yang mempunyai tujuan strategis yang tidak dapat


dielakkan;
3. pengolahan hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan
kayu;
4. kegiatan Perhutanan Sosial dalam bentuk hutan
desa, hutan kemasyarakatan, hutan tanaman
rakyat, hutan rakyat, dan kemitraan kehutanan;
5. kegiatan pemanfaatan kawasan hutan untuk
ketahanan pangan dan kerja sama pembangunan
jalan strategis;
6. kegiatan pertahanan dan keamanan; dan
7. kegiatan pertanian, perikanan, dan permukiman,
beserta jaringan prasarana sarana pendukung yang
sudah ada sebelum Peraturan Daerah ini ditetapkan.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
d. penyediaan sarana dan prasarana minimum diatur
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
e. arahan pemanfaatan Ruang kawasan yang dilewati oleh
sistem jaringan prasarana Wilayah berupa kegiatan yang
selaras dan tidak mengganggu fungsi kawasan hutan.

Pasal 83
Indikasi Arahan Zonasi untuk kawasan perkebunan rakyat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (3) huruf b
terdiri atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
1. penyiapan lahan, pembibitan, penanaman,
pemeliharaan, pemanenan, pengolahan, dan
pemasaran hasil hutan kayu; dan
2. perlindungan hutan di kawasan perkebunan rakyat.
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:
1. kegiatan usaha pemanfaatan kawasan;
- 137 -

2. kegiatan usaha pemanfaatan jasa lingkungan dan


ekowisata;
3. kegiatan usaha pemanfaatan hasil hutan bukan
kayu;
4. Perhutanan Sosial; dan
5. penggunaan kawasan oleh sektor lain sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
d. penyediaan sarana dan prasarana minimum diatur
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
e. arahan pemanfaatan Ruang kawasan yang dilewati oleh
sistem jaringan prasarana Wilayah diatur sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 84
Indikasi Arahan Zonasi untuk kawasan pertanian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (3) huruf c
terdiri atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
1. kegiatan tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan, dan peternakan;
2. kegiatan pembukaan dan pengolahan lahan,
perbenihan dan perbibitan tanaman/ternak,
penanaman benih, perlindungan tanaman dari
organisme pengganggu, pemeliharaan kawasan
pertanian, serta kegiatan panen dan pascapanen;
3. perlindungan, pelestarian, pengayaan, pemanfaatan,
dan pengembangan sumber daya genetik
hortikultura dan ternak asli atau lokal;
4. penyediaan kawasan penggembalaan umum,
penyiapan, pembuatan, penyimpanan, dan
pemberian tumbuhan pakan ternak, serta
pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan;
5. penelitian untuk pengembangan kawasan pertanian;
- 138 -

6. perlindungan, pelestarian, pemanfaatan, dan


pengembangan KP2B; dan
7. perlindungan dan pelestarian fungsi lindung
ekosistem gambut.
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:
1. kegiatan perlindungan setempat, perkebunan rakyat,
perikanan, industri, pariwisata, serta pertahanan
dan keamanan;
2. Perhutanan Sosial;
3. kegiatan pertambangan dan energi harus
mempunyai jarak aman dengan kawasan pertanian
yang sudah ada sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
4. kegiatan integrasi antara kegiatan tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan, atau peternakan dengan
kegiatan perikanan, pariwisata, dan/atau kehutanan
yang mendukung fungsi kawasan pertanian;
5. permukiman perdesaan, prasarana dan sarana,
pelayanan jasa pemerintahan, dan pelayanan sosial
yang terintegrasi dengan kawasan pertanian dan
untuk petani atau pekerja pertanian;
6. kegiatan penyediaan prasarana budi daya kawasan
pertanian;
7. kegiatan pengolahan, distribusi, perdagangan,
pemasaran, dan usaha wisata agro yang didukung
penyediaan prasarana dan sarana penunjang;
8. alih fungsi lahan KP2B yang ditetapkan sebagai LP2B
dan/atau LCP2B dapat dilakukan untuk
kepentingan umum dan/atau proyek strategis
nasional;
9. alih fungsi kawasan hortikultura yang ditetapkan
sebagai hak indikasi geografis dan kawasan
perkebunan yang ditetapkan sebagai Wilayah
geografis penghasil produk perkebunan spesifik
- 139 -

lokasi dilaksanakan sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan;
10. kegiatan industri pengolahan yang menggunakan
bahan baku khusus dan/atau proses produksinya
memerlukan lokasi khusus;
11. pengendalian dan penanggulangan bencana
pertanian dan KP2B;
12. pengelolaan dan pemanfaatan areal tanaman budi
daya di fungsi lindung ekosistem gambut yang
berada di luar areal puncak kubah gambut dengan
kewajiban menjaga fungsi hidrologis gambut;
13. sistem jaringan transportasi, energi, telekomunikasi,
sumber daya air, dan sistem jaringan prasarana
lainnya;
14. kegiatan peternakan dapat dilakukan di Kawasan
Lindung geologi dengan tidak mendirikan bangunan
permanen;
15. kegiatan perlindungan, pengelolaan, dan
pemantauan area dengan nilai konservasi tinggi; dan
16. prasarana dan sarana penunjang pertambangan
mineral dan batubara yang telah ada sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan sebelum
Peraturan Daerah ini ditetapkan.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi:
1. alih fungsi KP2B yang ditetapkan sebagai LP2B
dan/atau LCP2B;
2. alih fungsi kawasan hortikultura yang ditetapkan
sebagai hak indikasi geografis dan kawasan
perkebunan yang ditetapkan sebagai Wilayah
geografis penghasil produk perkebunan spesifik;
3. kegiatan perkebunan di kawasan perlindungan
setempat pada sempadan sungai bertanggul,
kegiatan peternakan di kawasan cagar budaya dan
kawasan ekosistem mangrove, serta kegiatan
- 140 -

menggembala ternak di kawasan sekitar danau atau


waduk;
4. kegiatan yang merusak jaringan irigasi dan
prasarana kawasan pertanian, mengurangi
kesuburan tanah, merusak lahan, membuka
dan/atau mengolah lahan dengan cara membakar;
dan
5. kegiatan menebang, perusakan atau penghilangan
pohon induk yang mengandung bahan perbanyakan
sumber daya genetik.
d. penyediaan sarana dan prasarana minimum diatur
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
e. arahan pemanfaatan Ruang kawasan yang dilewati oleh
sistem jaringan prasarana Wilayah berupa kegiatan yang
selaras dan tidak mengganggu fungsi kawasan
pertanian.

Pasal 85
Indikasi Arahan Zonasi untuk kawasan perikanan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (3) huruf d
terdiri atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
1. kegiatan perikanan tangkap dan perikanan budi
daya;
2. kegiatan ekosistem mangrove;
3. intensifikasi air dan lahan serta ekstensifikasi lahan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
4. pemanfaatan dan pelestarian plasma nutfah yang
berkaitan dengan sumber daya ikan, pengelolaan
kesehatan ikan, pengendalian dan rehabilitasi
lingkungan budi daya, panen dan pemasaran
pembudidayaan ikan;
- 141 -

5. penyediaan prasarana dan sarana penangkapan dan


pembudidayaan ikan;
6. penelitian, pendidikan, dan penyuluhan;
7. penangkapan ikan yang tidak melebihi potensi lestari
atau jumlah tangkapan yang diperbolehkan;
8. penggunaan alat penangkapan ikan, alat bantu
penangkapan ikan, dan ukuran kapal yang
diperbolehkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
9. pemasangan peralatan pendeteksi tsunami; dan
10. pemanfaatan lainnya yang selaras dengan kawasan
perikanan.
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:
1. kegiatan perlindungan setempat, pariwisata, serta
pertahanan dan keamanan;
2. prasarana pendukung kawasan perikanan;
3. kegiatan industri perikanan dan industri pengolahan
perikanan;
4. kegiatan pergaraman dan pemanfaatan air Laut
selain energi;
5. kegiatan integrasi antara kegiatan perikanan dengan
kegiatan tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan, peternakan, pariwisata, ekosistem
mangrove, dan/atau kehutanan yang mendukung
fungsi kawasan perikanan;
6. kegiatan kesenangan dan wisata;
7. permukiman perdesaan, pelayanan jasa
pemerintahan, balai kesehatan, dan pendidikan
untuk pembudidaya ikan;
8. alih fungsi lahan dapat dilakukan bagi pengadaan
tanah untuk kepentingan umum sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
9. kegiatan industri pengolahan yang menggunakan
bahan baku khusus dan/atau proses produksinya
memerlukan lokasi khusus;
- 142 -

10. pemasangan alat bantu penangkapan ikan yang


bersifat statis;
11. penetapan Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan,
Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan, dan
Wilayah Kerja Operasional Pelabuhan Perikanan;
12. pendirian, penempatan, dan/atau pembongkaran
bangunan dan instalasi di Laut;
13. pertambangan terbuka, pembuangan (dumping), dan
reklamasi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
14. sistem jaringan transportasi, energi, telekomunikasi,
sumber daya air, dan sistem jaringan prasarana
lainnya; dan
15. pemanfaatan lainnya yang selaras dan tidak
mengganggu keberlanjutan sumber daya ikan di
kawasan perikanan.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi:
1. kegiatan yang merusak irigasi dan prasarana
kawasan perikanan, merusak lahan, pencemaran
dan/atau kerusakan sumber daya ikan dan/atau
lingkungannya;
2. penangkapan ikan yang melebihi potensi lestari; dan
3. penangkapan ikan dan penempatan alat bantu
penangkapan ikan menetap dilarang dilakukan pada
Wilayah sebagai tempat berpijah dan daerah asuhan,
alur-pelayaran, zona inti kawasan konservasi
perairan, alur migrasi biota Laut Penyu, Pesut, dan
Lumba-Lumba, dan daerah penangkapan ikan
lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
d. penyediaan sarana dan prasarana minimum meliputi
alat penangkapan ikan, alat bantu penangkapan ikan,
kapal, wadah pembenihan, peralatan untuk
melaksanakan produksi, sarana pengelolaan
lingkungan, serta prasarana dan sarana pendukung
- 143 -

lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-


undangan; dan
e. arahan pemanfaatan Ruang kawasan yang dilewati oleh
sistem jaringan prasarana Wilayah berupa kegiatan yang
selaras dan tidak mengganggu fungsi kawasan
perikanan.

Pasal 86
Indikasi Arahan Zonasi untuk kawasan pertambangan dan
energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (3) huruf
e terdiri atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
1. kegiatan pembangkitan tenaga listrik;
2. prasarana dan sarana pendukung pembangkitan
tenaga listrik; dan
3. kegiatan usaha hulu dan kegiatan usaha hilir
minyak dan gas bumi yang dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:
1. penangkapan ikan yang tidak mengganggu kegiatan
pertambangan minyak dan gas;
2. pendirian, penempatan, dan/atau pembongkaran
bangunan dan instalasi di Laut untuk kegiatan
usaha minyak dan gas bumi;
3. kegiatan alih fungsi bangunan dan instalasi di Laut
lain antara lain rigs to reefs, kegiatan penelitian,
atau wisata bahari;
4. Ruang bebas dan jarak bebas minimum
pembangkitan tenaga listrik dari kegiatan lain
disesuaikan dengan karakter masing-masing
pembangkitan tenaga listrik sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
5. pemanfaatan Ruang bebas dan jarak bebas
minimum pembangkitan tenaga listrik memenuhi
- 144 -

ketentuan keselamatan ketenagalistrikan sesuai


dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi:
1. pertambangan minyak dan gas bumi tanpa izin,
pertambangan mineral dan batubara tanpa izin,
tidak mematuhi batas toleransi daya dukung
lingkungan, mengurangi standar dan baku mutu
lingkungan, menurunkan kelestarian fungsi dan
daya dukung sumber daya air, tidak melaksanakan
reklamasi dan pascatambang, serta kegiatan yang
mengganggu fungsi kawasan pertambangan dan
energi;
2. kegiatan yang mengganggu pelaksanaan kegiatan
usaha hulu dan kegiatan usaha hilir minyak dan
gas bumi;
3. kegiatan di zona terlarang di sekitar bangunan dan
instalasi di Laut untuk kegiatan usaha minyak dan
gas bumi; dan
4. pembangunan kawasan peruntukan pembangkitan
listrik di cagar budaya, hutan adat, KP2B yang
ditetapkan sebagai LP2B dan/atau LCP2B, dan
kawasan rawan bencana tinggi.
d. penyediaan sarana dan prasarana minimum diatur
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
e. arahan pemanfaatan Ruang kawasan yang dilewati oleh
sistem jaringan prasarana Wilayah berupa kegiatan yang
selaras dan tidak mengganggu fungsi kawasan
pertambangan dan energi.

Pasal 87
(1) Indikasi Arahan Zonasi untuk kawasan peruntukan
industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (3)
huruf f terdiri atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
- 145 -

1. kegiatan perlindungan setempat dan ekosistem


mangrove;
2. kegiatan pengadaan atau pembebasan lahan
dan pematangan atau penyiapan lahan sampai
dapat digunakan;
3. kegiatan usaha pengelolaan atau menghasilkan
barang yang mempunyai nilai tambah atau
manfaat lebih tinggi dan usaha jasa industri
yang terkait dengan kegiatan industri;
4. infrastruktur industri dan logistik;
5. pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
dan pemeliharaan daya dukung lingkungan di
sekitar kawasan industri, termasuk tidak
melakukan pengambilan air tanah;
6. pemertahanan dan pemanfaatan ekosistem
mangrove sebagai sempadan;
7. peningkatan efisiensi bahan baku, energi, dan
air yang ramah lingkungan; dan
8. pengendalian dampak lingkungan kegiatan
industri dan pengelolaan limbah industri.
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
meliputi:
1. infrastruktur penunjang dan sarana penunjang;
2. kegiatan industri kecil dan industri menengah;
3. kegiatan pengelolaan atau pemanfaatan limbah
bahan berbahaya dan beracun;
4. kegiatan pertahanan dan keamanan;
5. penyediaan infrastruktur pengendalian abrasi
dan infiltrasi air Laut pada kawasan peruntukan
industri di Wilayah pesisir;
6. pembangunan kawasan peruntukan industri di
lembah sungai, gawir, tebing pemotongan jalan,
dan lereng yang mengalami gangguan untuk
mengurangi risiko bencana tanah longsor;
- 146 -

7. sistem jaringan transportasi, energi,


telekomunikasi, sumber daya air, dan sistem
jaringan prasarana lainnya;
8. Kawasan Permukiman; dan
9. reklamasi.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi:
1. menurunkan fungsi lingkungan hidup;
2. menurunkan daya dukung lingkungan di sekitar
kawasan peruntukan industri, termasuk
melakukan pengambilan air tanah;
3. pembangunan kawasan peruntukan industri di
cagar budaya, hutan adat, KP2B yang
ditetapkan sebagai LP2B dan/atau LCP2B, dan
kawasan rawan bencana tinggi; dan
4. kegiatan yang menghalangi dan/atau menutup
Ruang publik, lokasi dan jalur evakuasi
bencana, serta kegiatan yang mengganggu
fungsi kawasan peruntukan industri.
d. penyediaan sarana dan prasarana minimum
meliputi infrastruktur industri, infrastruktur
penunjang, serta alokasi lahan untuk industri kecil
dan industri menengah di dalam kawasan
peruntukan industri; dan
e. arahan pemanfaatan Ruang kawasan yang dilewati
oleh sistem jaringan prasarana Wilayah meliputi:
1. mempertahankan lahan bukan terbangun
sebagai Ruang bebas untuk mewujudkan
keselamatan, keamanan, dan kenyamanan; dan
2. kawasan peruntukan industri hanya
diperbolehkan di jalan arteri dan/atau jalan
kolektor dengan menerapkan rekayasa sesuai
dengan ketentuan persyaratan teknis.
(2) Pengembangan kawasan peruntukan industri di Kota
Bontang pada sebagian Wilayah Perairan Pesisir yang
selanjutnya disebut KPU-I-01 dan KPU-I-02 dilakukan
- 147 -

melalui reklamasi digambarkan dalam Peta Kesesuaian


Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut dengan tingkat
ketelitian geometri dan informasi skala 1:50.000 (satu
banding lima puluh ribu), tercantum dalam Lampiran
XIII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
(3) Penyelenggaraan reklamasi sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) meliputi:
a. penyelenggaraan reklamasi harus menjaga fungsi
ekosistem mempertimbangkan karakteristik
lingkungan, kerawanan terhadap bencana, dan
memberikan Ruang penghidupan nelayan kecil dan
pembudi daya ikan kecil;
b. penyelenggaraan reklamasi secara bertahap dengan
tetap memperhatikan fungsinya dengan
mempertimbangkan sirkulasi air, transpor sedimen,
akses Masyarakat, akses nelayan, akses
pembudidaya ikan, Masyarakat sekitar yang
terkena dampak reklamasi, ekosistem pesisir, dan
pola evolusi Garis Pantai; dan
c. lokasi sumber material reklamasi berada di
kawasan pertambangan dan energi, zona
pertambangan mineral dan batubara, serta hasil
kegiatan pengerukan alur-pelayaran.

Pasal 88
Indikasi Arahan Zonasi untuk kawasan pariwisata
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (3) huruf g
terdiri atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
1. kegiatan pariwisata berkelanjutan sesuai daya tarik
wisata alam, daya tarik wisata budaya, dan daya
tarik wisata buatan;
2. pembangunan dan/atau pengelolaan kawasan
pariwisata; dan
- 148 -

3. penyediaan prasarana daya tarik wisata, penyediaan


fasilitas umum, penyediaan fasilitas pariwisata, dan
penyediaan fasilitas khusus untuk wisatawan yang
memiliki keterbatasan fisik, anak-anak, dan lanjut
usia untuk pariwisata di Wilayah darat dan Perairan
Pesisir.
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:
1. kegiatan wisata agro di kawasan pertanian dan
kawasan perikanan;
2. penangkapan ikan dengan alat tangkap yang ramah
lingkungan dilakukan pada saat tidak ada kegiatan
pariwisata;
3. labuh jangkar kapal;
4. pembangunan bangunan pengamanan pantai atau
pendirian, penempatan, dan/atau pembongkaran
bangunan dan instalasi di Laut;
5. transportasi perairan untuk wisata, landing, take off,
dan taxiing seaplane;
6. penerapan prinsip zero delta Q policy terhadap setiap
kegiatan budi daya terbangun di kawasan resapan air
tanah;
7. penyediaan jalan akses dan Ruang bagi publik guna
mencapai badan air di kawasan sempadan;
8. sistem jaringan transportasi, energi, telekomunikasi,
sumber daya air, dan sistem jaringan prasarana
lainnya;
9. permukiman yang mendukung kawasan pariwisata;
dan
10. kegiatan pertahanan dan keamanan.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi:
1. merusak dan mengurangi daya tarik wisata,
menurunkan kualitas lingkungan, dan kegiatan yang
menghalangi dan/atau menutup Ruang publik,
lokasi dan jalur evakuasi bencana, serta kegiatan
yang mengganggu fungsi kawasan pariwisata;
- 149 -

2. wisata bahari didirikan dan/atau ditempatkan tidak


di atas terumbu karang, penempatan tali tambat agar
tidak mengakibatkan kerusakan ekosistem Laut, dan
tidak menimbulkan kerusakan ekosistem;
3. penangkapan ikan dengan alat penangkapan ikan
dan alat bantu penangkapan ikan yang bersifat statis
dan pasif, penangkapan ikan dengan alat tangkap
yang bersifat merusak ekosistem di Wilayah pesisir
dan Pulau Kecil, pembangunan prasarana dan
sarana pariwisata yang permanen di Perairan Pesisir,
serta pembuangan sampah dan limbah di Perairan
Pesisir;
4. pembangunan bangunan fasilitas umum dan fasilitas
pariwisata di kawasan rawan bencana; dan
5. kegiatan yang menghalangi dan/atau menutup
Ruang publik, lokasi dan jalur evakuasi bencana,
serta kegiatan yang mengganggu fungsi kawasan
pariwisata.
d. penyediaan sarana dan prasarana minimum meliputi
jalan, parkir, listrik, telekomunikasi, air bersih dan
minum pengelolaan air limbah, sampah, proteksi
kebakaran, papan penunjuk dan informasi untuk
mewujudkan kawasan pariwisata berkelanjutan; dan
e. arahan pemanfaatan Ruang kawasan yang dilewati oleh
sistem jaringan prasarana Wilayah meliputi:
1. mempertahankan lahan bukan terbangun sebagai
Ruang bebas untuk mewujudkan keselamatan,
keamanan, dan kenyamanan; dan
2. kegiatan pariwisata yang menimbulkan bangkitan
dan/atau tarikan lalu lintas atau hambatan tinggi di
jalan arteri primer dan kolektor primer menerapkan
rekayasa teknis sesuai dengan ketentuan
persyaratan teknis jalan.

Pasal 89
- 150 -

(1) Indikasi Arahan Zonasi untuk Kawasan Permukiman


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (3) huruf h
terdiri atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
1. kegiatan cagar budaya, permukiman perkotaan
dan permukiman perdesaan;
2. pengembangan lingkungan hunian dan/atau
pembangunan lingkungan hunian baru, dan
permukiman, serta pembangunan perumahan;
3. penyediaan prasarana, sarana, dan tempat
kegiatan pendukung;
4. pemeliharaan dan perbaikan rumah, prasarana,
sarana, dan utilitas umum di dalam perumahan,
permukiman, dan lingkungan hunian;
5. pembangunan kembali lingkungan hunian dan
peningkatan kualitas terhadap permukiman
kumuh dan perumahan kumuh;
6. perlindungan, penyelamatan, pengamanan,
penentuan zonasi, pemeliharaan, pemugaran,
dan penelitian cagar budaya; dan
7. kegiatan penyediaan lokasi dan jalur evakuasi
bencana, dan pendirian bangunan untuk
kepentingan pemantauan ancaman bencana.
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
meliputi:
1. kegiatan permukiman beserta jaringan
prasarana sarana pendukung yang sudah ada
sebelum Peraturan Daerah ini ditetapkan yang
berada di kawasan yang memberikan
perlindungan terhadap kawasan bawahannya,
kawasan perlindungan setempat, kawasan
konservasi, kawasan ekosistem mangrove, dan
kawasan hutan produksi;
2. Kawasan Permukiman perdesaan beserta
jaringan prasarana sarana pendukung di
- 151 -

kawasan pertanian, kawasan perikanan, dan


kawasan pariwisata;
3. Kawasan Permukiman beserta jaringan
prasarana sarana pendukung mempunyai jarak
aman dengan kawasan pertambangan dan
energi;
4. kawasan pertambangan dan energi mempunyai
jarak aman dengan Kawasan Permukiman
beserta jaringan prasarana sarana pendukung;
5. kawasan peruntukan industri yang tidak
berpotensi menimbulkan pencemaran
lingkungan hidup yang berdampak luas;
6. kegiatan usaha tanpa membahayakan dan tidak
mengganggu fungsi hunian;
7. penerapan prinsip zero delta Q policy terhadap
setiap kegiatan budi daya terbangun di kawasan
resapan air tanah;
8. penyediaan jalan akses dan Ruang bagi publik
guna mencapai badan air di kawasan sempadan;
9. kegiatan pertahanan dan keamanan;
10. penyediaan infrastruktur pengendalian abrasi
dan infiltrasi air Laut pada Kawasan
Permukiman di Wilayah pesisir; dan
11. reklamasi.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi:
1. membangun permukiman di tempat yang
berpotensi dapat menimbulkan bahaya bagi
orang ataupun barang;
2. kegiatan yang dapat mengubah bentukan cagar
budaya;
3. kegiatan yang menghalangi dan/atau menutup
lokasi dan jalur evakuasi bencana serta kegiatan
lain yang mengganggu fungsi Kawasan
Permukiman;
- 152 -

4. pembuangan sampah dan limbah di Perairan


Pesisir; dan
5. pembangunan permukiman, prasarana, dan
sarana pendukung di lahan yang pernah
mengalami pelulukan, retakan tanah,
pergeseran tanah, dan gerakan tanah, serta
sekitar Sesar untuk mengurangi risiko bencana
gempa bumi, lembah sungai, gawir, tebing
pemotongan jalan, dan lereng yang mengalami
gangguan untuk mengurangi risiko bencana
tanah longsor, dan kawasan rawan banjir tinggi.
d. penyediaan sarana dan prasarana minimum
meliputi prasarana, sarana, dan utilitas umum
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
e. arahan pemanfaatan Ruang kawasan yang dilewati
oleh sistem jaringan prasarana Wilayah meliputi:
1. mempertahankan lahan bukan terbangun
sebagai Ruang bebas untuk mewujudkan
keselamatan, keamanan, dan kenyamanan; dan
2. kegiatan permukiman yang menimbulkan
bangkitan dan/atau tarikan lalu lintas atau
hambatan tinggi di jalan arteri primer dan
kolektor primer menerapkan rekayasa teknis
sesuai dengan ketentuan persyaratan teknis
jalan.
(2) Pengembangan Kawasan Permukiman di Kota
Balikpapan pada sebagian Wilayah Perairan Pesisir
yang selanjutnya disebut KPU-JP-01 dilakukan melalui
reklamasi digambarkan dalam Peta Kesesuaian
Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut dengan tingkat
ketelitian geometri dan informasi skala 1:50.000 (satu
banding lima puluh ribu), tercantum dalam Lampiran
XIII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
- 153 -

(3) Penyelenggaraan reklamasi sebagaimana dimaksud


dalam ayat (2) meliputi:
a. penyelenggaraan reklamasi harus menjaga fungsi
ekosistem mempertimbangkan karakteristik
lingkungan, kerawanan terhadap bencana, dan
memberikan Ruang penghidupan nelayan kecil dan
pembudi daya ikan kecil;
b. penyelenggaraan reklamasi secara bertahap dengan
tetap memperhatikan fungsinya dengan
mempertimbangkan sirkulasi air, transpor sedimen,
akses Masyarakat, akses nelayan, akses
pembudidaya ikan, Masyarakat sekitar yang
terkena dampak reklamasi, ekosistem pesisir, dan
pola evolusi Garis Pantai; dan
c. lokasi sumber material reklamasi berada di
kawasan pertambangan dan energi, zona
pertambangan mineral dan batubara, serta hasil
kegiatan pengerukan alur pelayaran.

Pasal 90
(1) Indikasi Arahan Zonasi untuk kawasan transportasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (3) huruf i
terdiri atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
1. kegiatan operasional terminal penumpang,
terminal barang, depo kereta api atau stasiun
kereta api, pelabuhan sungai, danau, dan
penyeberangan, pelabuhan Laut, pelabuhan
perikanan, dan bandar udara;
2. kegiatan logistik dan pergudangan dengan tetap
memperhatikan kelancaran kegiatan
transportasi;
- 154 -

3. kegiatan pembangunan prasarana dan sarana


umum pendukung kegiatan pada kawasan
transportasi di daratan dan perairan;
4. penelitian dan/atau pendidikan;
5. pelaksanaan bongkar muat kapal penumpang
skala internasional dan nasional;
6. penempatan sarana bantu navigasi pelayaran;
7. penyediaan fasilitas sandar kapal dan perairan
tempat labuh;
8. penyediaan kolam pelabuhan untuk kebutuhan
sandar dan olah gerak kapal;
9. pengembangan pelabuhan jangka panjang;
10. penyediaan fasilitas pembangunan dan
pemeliharaan kapal;
11. pengalokasian Ruang perairan untuk keperluan
darurat, tempat labuh jangkar, dan perairan
pandu;
12. kepelabuhanan dan/atau kenavigasian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang pelayaran;
13. pertahanan dan keamanan negara;
14. mitigasi bencana;
15. penerapan teknologi penggunaan lahan dan
bangunan, serta fasilitas pelabuhan yang ramah
lingkungan dan adaptasi terhadap perubahan
iklim;
16. pemertahanan dan pemanfaatan ekosistem
mangrove sebagai sempadan pantai;
17. pemanfaatan energi dan air yang ramah
lingkungan; dan
18. pengendalian dampak lingkungan dan
pengelolaan limbah kawasan transportasi.
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
meliputi:
1. pemantauan dan evaluasi;
- 155 -

2. pemeliharaan lebar dan kedalaman alur;


3. wisata bahari;
4. pembangunan bangunan pengamanan pantai
atau pendirian, penempatan, dan/atau
pembongkaran bangunan dan instalasi di Laut;
5. Kawasan Permukiman serta prasarana dan
sarana pendukung; dan
6. kegiatan lain yang tidak menganggu fungsi
kawasan transportasi.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan menganggu fungsi kawasan transportasi
dan pembuangan sampah dan limbah di Perairan
Pesisir;
d. penyediaan sarana dan prasarana minimum
meliputi fasilitas pokok dan fasilitas penunjang
kawasan transportasi; dan
e. arahan pemanfaatan Ruang kawasan yang dilewati
oleh sistem jaringan prasarana Wilayah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Pengembangan Bandar Udara Sultan Aji Muhammad
Sulaiman di Kota Balikpapan pada sebagian Wilayah
Perairan Pesisir yang selanjutnya disebut KPU-BU-01
dilakukan melalui reklamasi digambarkan dalam Peta
Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut dengan
tingkat ketelitian geometri dan informasi skala 1:50.000
(satu banding lima puluh ribu), tercantum dalam
Lampiran XIII yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(3) Penyelenggaraan reklamasi sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) meliputi:
a. penyelenggaraan reklamasi harus menjaga fungsi
ekosistem mempertimbangkan karakteristik
lingkungan, kerawanan terhadap bencana, dan
memberikan Ruang penghidupan nelayan kecil dan
pembudi daya ikan kecil;
- 156 -

b. penyelenggaraan reklamasi secara bertahap dengan


tetap memperhatikan fungsinya dengan
mempertimbangkan sirkulasi air, transpor sedimen,
akses Masyarakat, akses nelayan, akses
pembudidaya ikan, Masyarakat sekitar yang
terkena dampak reklamasi, ekosistem pesisir, dan
pola evolusi Garis Pantai; dan
c. lokasi sumber material reklamasi berada di
kawasan pertambangan dan energi, serta hasil
kegiatan pengerukan alur pelayaran.

Pasal 91
Indikasi Arahan Zonasi untuk kawasan pertahanan dan
keamanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (3)
huruf j terdiri atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
1. kantor, asrama, atau perumahan yang menjamin
fungsi tempat bekerja, tempat berlatih, dan tempat
tinggal di pangkalan militer atau kesatrian dan
markas polisi; dan
2. instalasi radar, instalasi komunikasi dan elektronik,
depo perbekalan, dan logistik di instalasi militer.
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:
1. penyediaan prasarana, sarana, dan tempat kegiatan
pendukung; dan
2. kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf a
dan angka 1 yang tidak mengganggu fungsi kawasan
pertahanan dan keamanan;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan
yang berpotensi tidak mendukung dan tidak menjaga
fungsi kawasan pertahanan dan keamanan;
d. penyediaan sarana dan prasarana minimum sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
- 157 -

e. arahan pemanfaatan Ruang kawasan yang dilewati oleh


sistem jaringan prasarana Wilayah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 92
(1) Dalam hal terdapat kebijakan strategis belum ada
dalam Indikasi Arahan Zonasi untuk Kawasan Lindung
dan Kawasan Budi Daya, dapat dilaksanakan dengan
ketentuan:
a. ditetapkan peraturan perundang-undangan;
b. strategis untuk peningkatan pertumbuhan dan
pemerataan pembangunan dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan Masyarakat;
c. pelaksanaan kegiatan mendesak yang tidak dapat
ditunda;
d. pelaksanaan kegiatan tidak memungkinkan
dipindahkan ke lokasi lain;
e. mempertimbangkan daya dukung dan daya
tampung;
f. mendukung pencapaian tujuan Peraturan Daerah
ini; dan
g. menerapkan rekayasa teknis dan/atau
pemanfaatan teknologi penggunaan lahan
bangunan untuk tetap menjaga fungsi utama
kawasan di sekitarnya apabila kegiatan yang
bersifat strategis tersebut tidak mengubah seluruh
fungsi kawasan.
(2) Jika kebijakan yang bersifat strategis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) menyebabkan perubahan
Pemanfaatan Ruang, perubahan Peraturan Daerah ini
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
- 158 -

Paragraf 4
Ketentuan Khusus rencana Pola Ruang

Pasal 93
Ketentuan khusus rencana Pola Ruang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2) huruf c terdiri atas:
a. ketentuan khusus rencana Pola Ruang kawasan
keselamatan operasi penerbangan;
b. ketentuan khusus rencana Pola Ruang KP2B;
c. ketentuan khusus rencana Pola Ruang kawasan rawan
bencana;
d. ketentuan khusus rencana Pola Ruang kawasan cagar
budaya;
e. ketentuan khusus rencana Pola Ruang kawasan resapan
air;
f. ketentuan khusus rencana Pola Ruang kawasan
sempadan;
g. Ketentuan khusus rencana Pola Ruang kawasan
pertahanan dan keamanan;
h. ketentuan khusus rencana Pola Ruang kawasan karst;
i. ketentuan khusus rencana Pola Ruang kawasan
pertambangan mineral dan batubara; dan
j. ketentuan khusus rencana Pola Ruang kawasan migrasi
satwa.

Pasal 94
(1) Ketentuan khusus rencana Pola Ruang kawasan
keselamatan operasi penerbangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 93 huruf a berada di Kabupaten
Kutai Kartanegara, Kabupaten Berau, Kabupaten Kutai
Barat, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Penajam
Paser Utara, Kabupaten Mahakam Ulu, Kota
Balikpapan, dan Kota Samarinda.
(2) Ketentuan khusus rencana Pola Ruang kawasan
keselamatan operasi penerbangan sebagaimana
- 159 -

dimaksud pada ayat (1) memperhatikan ketentuan


penggunaan lahan dan ketinggian bangunan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Ketentuan khusus rencana Pola Ruang kawasan
keselamatan operasi penerbangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam Peta
Ketentuan Khusus Rencana Pola Ruang Kawasan
Keselamatan Operasi Penerbangan dengan tingkat
ketelitian geometri dan informasi skala 1:250.000 (satu
banding dua ratus lima puluh ribu), tercantum dalam
Lampiran XV yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 95
(1) Di dalam kawasan pertanian sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 93 huruf b terdapat ketentuan khusus
KP2B memiliki luas kurang lebih 41.975 (empat puluh
satu ribu sembilan ratus tujuh puluh lima) hektare di
berada di seluruh Kabupaten/Kota.
(2) KP2B sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi
acuan dalam penetapan KP2B Kabupaten/Kota.
(3) Selain KP2B sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Pemerintah Kabupaten/Kota dapat menetapkan KP2B
baru dalam kawasan pertanian dan/atau luar kawasan
pertanian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(4) Ketentuan khusus rencana Pola Ruang KP2B
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan berupa perlindungan,
pelestarian, pemanfaatan, dan pengembangan
KP2B;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
meliputi:
1. alih fungsi lahan KP2B yang ditetapkan sebagai
LP2B dan/atau LCP2B dapat dilakukan untuk
- 160 -

kepentingan umum dan/atau proyek strategis


nasional;
2. alih fungsi lahan sebagaimana dimaksud pada
angka 1 yang dilaksanakan pada lahan
pertanian yang telah memiliki sistem jaringan
irigasi lengkap wajib menjaga fungsi sistem
jaringan irigasi lengkap;
3. prasarana dan sarana pertanian;
4. pengendalian dan penanggulangan bencana
pertanian; dan
5. alih fungsi lahan sebagaimana dimaksud pada
angka 1 dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi:
1. alih fungsi KP2B yang ditetapkan sebagai LP2B
dan/atau LCP2B; dan
2. pembangunan kawasan peruntukan industri di
KP2B yang ditetapkan sebagai LP2B.
(5) Ketentuan khusus rencana Pola Ruang KP2B
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan
dalam Peta Ketentuan Khusus Rencana Pola Ruang
KP2B dengan tingkat ketelitian ketelitian geometri dan
informasi skala 1:250.000 (satu banding dua ratus lima
puluh ribu), tercantum dalam Lampiran XVI yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.

Pasal 96
(1) Ketentuan khusus rencana Pola Ruang kawasan rawan
bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93 huruf
c terdiri atas:
a. ketentuan khusus untuk kawasan rawan bencana
gempa bumi tingkat sedang;
b. ketentuan khusus untuk kawasan rawan bencana
longsor tingkat tinggi;
- 161 -

c. ketentuan khusus untuk kawasan rawan bencana


banjir tingkat tinggi;
d. ketentuan khusus untuk kawasan rawan bencana
kebakaran hutan tingkat tinggi; dan
e. ketentuan khusus untuk kawasan rawan bencana
kekeringan tingkat tinggi.
(2) Ketentuan khusus untuk kawasan rawan bencana
gempa bumi tingkat sedang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a berada di Kabupaten Paser,
Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten Berau,
Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur,
Kabupaten Penajam Paser Utara, Kabupaten Mahakam
Ulu, Kota Balikpapan, Kota Samarinda, dan Kota
Bontang.
(3) Ketentuan khusus untuk kawasan rawan bencana
longsor tingkat tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b berada di Kabupaten Paser, Kabupaten
Kutai Kartanegara, Kabupaten Berau, Kabupaten Kutai
Barat, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Penajam
Paser Utara, Kabupaten Mahakam Ulu, dan Kota
Samarinda.
(4) Ketentuan khusus untuk kawasan rawan bencana
banjir tingkat tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c berada di Kabupaten Paser, Kabupaten Kutai
Kartanegara, Kabupaten Berau, Kabupaten Kutai
Barat, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Penajam
Paser Utara, Kabupaten Mahakam Ulu, Kota
Balikpapan, Kota Samarinda, dan Kota Bontang.
(5) Ketentuan khusus untuk kawasan rawan bencana
kebakaran hutan tingkat tinggi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf d berada di Kabupaten Paser,
Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten Berau,
Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur,
Kabupaten Penajam Paser Utara, Kabupaten Mahakam
- 162 -

Ulu, Kota Balikpapan, Kota Samarinda, dan Kota


Bontang.
(6) Ketentuan khusus untuk kawasan rawan bencana
kekeringan tingkat tinggi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf e berada di Kabupaten Paser, Kabupaten
Kutai Kartanegara, Kabupaten Berau, Kabupaten Kutai
Barat, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Penajam
Paser Utara, Kabupaten Mahakam Ulu, Kota
Balikpapan, Kota Samarinda, dan Kota Bontang.
(7) Ketentuan khusus untuk kawasan rawan bencana
gempa bumi tingkat sedang sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) terdiri atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
1. pemertahanan lahan bukan terbangun di lahan
yang pernah mengalami pelulukan, retakan
tanah, pergeseran tanah, dan gerakan tanah,
serta sekitar Sesar;
2. penyediaan sistem peringatan dini, rambu dan
papan informasi bencana, serta penyediaan
lokasi dan jalur evakuasi bencana; dan
3. pengendalian dan penanggulangan bencana
pertanian.
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
meliputi:
1. penerapan rekayasa teknis penggunaan lahan
dan teknologi bangunan, dan/atau bangunan
panggung di lahan yang pernah mengalami
pelulukan, retakan tanah, pergeseran tanah, dan
gerakan tanah, serta sekitar Sesar untuk
mengurangi risiko bencana gempa bumi; dan
2. pengendalian pengembangan kegiatan budi daya
terbangun baru di lahan yang pernah mengalami
pelulukan, retakan tanah, pergeseran tanah, dan
gerakan tanah, serta sekitar Sesar.
- 163 -

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan berupa


pembangunan permukiman, prasarana, dan sarana
pendukung di lahan yang pernah mengalami
pelulukan, retakan tanah, pergeseran tanah, dan
gerakan tanah, serta sekitar Sesar.
(8) Ketentuan khusus untuk kawasan rawan bencana
longsor tingkat tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) terdiri atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
1. pemertahanan lahan bukan terbangun di
lembah sungai, gawir, tebing pemotongan jalan,
dan lereng yang mengalami gangguan untuk
mengurangi risiko bencana tanah longsor
sebagai Kawasan Lindung;
2. penyediaan sistem peringatan dini, rambu dan
papan informasi bencana, serta penyediaan
lokasi dan jalur evakuasi bencana;
3. penerapan rekayasa teknis penggunaan lahan
untuk mengurangi risiko bencana tanah longsor;
4. pengembangan struktur alami dan buatan
pencegah tanah longsor; dan
5. pengendalian dan penanggulangan bencana
pertanian.
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
meliputi:
1. pengendalian pengembangan kegiatan budi daya
terbangun baru di lembah sungai, gawir, tebing
pemotongan jalan, dan lereng yang mengalami
gangguan; dan
2. konservasi pengolahan lahan pertanian.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan berupa
pembangunan permukiman, kawasan peruntukan
industri, dan kegiatan budi daya terbangun lainnya
di lembah sungai, gawir, tebing pemotongan jalan,
dan lereng yang mengalami gangguan.
- 164 -

(9) Ketentuan khusus untuk kawasan rawan bencana


banjir tingkat tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) terdiri atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
1. penerapan rekayasa teknis penggunaan lahan,
teknologi bangunan, dan/atau bangunan
panggung untuk mengurangi risiko bencana
banjir;
2. penerapan prinsip zero delta Q policy;
3. pengembangan sistem perbaikan dan
pengaturan sungai melalui perbaikan atau
peningkatan sungai, tanggul, sodetan, dan/atau
sistem drainase;
4. pengembangan bangunan pengendali banjir
melalui bangunan pengendali sedimen
(checkdam), bangunan pengurang kemiringan,
kolam tandon, kolam retensi, kolam detensi,
kanal banjir, dan/atau pintu air;
5. pengembangan sistem plumbing hemat air,
penampung air hujan skala rumah tangga,
kelompok rumah tangga, dan/atau skala
kawasan, akuifer buatan dan simpanan air
hujan, sumur resapan air tanah dangkal, dan
sumur resapan air tanah dalam;
6. pengembangan struktur alami dan buatan
pengendalian banjir; dan
7. penyediaan sistem peringatan dini, rambu dan
papan informasi bencana, serta penyediaan
lokasi dan jalur evakuasi bencana.
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat berupa
pengendalian Kawasan Permukiman, penyediaan
instalasi SPAL, fasilitas limbah bahan berbahaya
dan beracun, serta Tempat Pengolahan Akhir
Sampah di kawasan bencana banjir; dan
- 165 -

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan berupa kegiatan


mengubah aliran sungai dan kegiatan yang
berpotensi menyebabkan terjadinya bencana banjir.
(10) ketentuan khusus untuk kawasan rawan bencana
kebakaran hutan tingkat tinggi sebagaimana dimaksud
pada ayat (5) terdiri atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
1. pengembangan sekat bakar di kawasan hutan
yang merupakan Kawasan Lindung dan kawasan
hutan produksi;
2. pemulihan degradasi lahan gambut Masyarakat;
3. penyediaan menara pemantau api, sarana, dan
prasarana pengendalian kebakaran hutan dan
lahan; dan
4. penyediaan sistem peringatan dini, rambu dan
papan informasi bencana, serta penyediaan
lokasi dan jalur evakuasi bencana.
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat berupa
kawasan pertanian, kawasan perikanan, kawasan
peruntukan industri, kawasan pariwisata, dan
Kawasan Permukiman berbasis mitigasi bencana
atau mempunyai jarak aman dari kebakaran hutan
dan lahan; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
membakar hutan, membuka dan/atau mengolah
kawasan pertanian tidak dengan cara membakar.
(11) Ketentuan khusus untuk kawasan rawan bencana
kekeringan tingkat tinggi sebagaimana dimaksud pada
ayat (6) terdiri atas:
a. penanaman pohon;
b. pengembangan sistem plumbing hemat air,
penampung air hujan skala rumah tangga,
kelompok rumah tangga, dan/atau skala kawasan;
dan
- 166 -

c. pengembangan akuifer buatan dan simpanan air


hujan (absah), sumur resapan air tanah dangkal,
sumur resapan air tanah dalam.
(12) Ketentuan khusus rencana Pola Ruang kawasan rawan
bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
digambarkan dalam Peta Ketentuan Khusus Rencana
Pola Ruang Kawasan Rawan Bencana dengan tingkat
ketelitian geometri dan informasi skala 1:250.000 (satu
banding dua ratus lima puluh ribu), tercantum dalam
Lampiran XVII yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 97
(1) Ketentuan khusus rencana Pola Ruang kawasan cagar
budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93 huruf d
terdiri atas:
a. Istana Pasir Balengkong dan Masjid Balengkong di
Kabupaten Paser;
b. Istana Kutai Tenggarong di Kabupaten Kutai
Kartanegara;
c. Situs Kutai Purba di Kabupaten Kutai Timur; dan
d. Istana Gunung Tabur dan Keraton Sambaliung di
Kabupaten Berau.
(2) Ketentuan khusus rencana Pola Ruang kawasan cagar
budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
perlindungan, penyelamatan, pengamanan,
penentuan zonasi, pemeliharaan, pemugaran, dan
penelitian cagar budaya;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
meliputi:
1. kegiatan pertahanan dan keamanan;
- 167 -

2. kegiatan agama, sosial, pendidikan, ilmu


pengetahuan, teknologi, kebudayaan, dan
pariwisata;
3. pengendalian Pemanfaatan Ruang untuk
perlindungan, penyelamatan, pengamanan,
penentuan zonasi, pemeliharaan, pemugaran,
dan penelitian cagar budaya;
4. pembatasan kegiatan dan pendirian bangunan
yang tidak sesuai dan dapat merusak fungsi
kawasan cagar budaya; dan
5. kegiatan selain sebagaimana yang dimaksud
pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi
cagar budaya.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi:
1. kegiatan pertambangan dan energi, industri,
kegiatan pendirian bangunan yang tidak sesuai
dengan fungsi kawasan, kegiatan yang merusak
cagar budaya, dan kegiatan yang mengganggu
upaya pelestarian cagar budaya; dan
2. kegiatan yang dapat mengubah bentukan cagar
budaya tertentu yang mempunyai manfaat
untuk ilmu pengetahuan.
(3) Ketentuan khusus rencana Pola Ruang kawasan cagar
budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
digambarkan dalam Peta Ketentuan Khusus Rencana
Pola Ruang Kawasan Cagar Budaya dengan tingkat
ketelitian geometri dan informasi skala 1:250.000 (satu
banding dua ratus lima puluh ribu), tercantum dalam
Lampiran XVIII yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 98
(1) Ketentuan khusus rencana Pola Ruang kawasan
resapan air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93
huruf e berada di Kabupaten Paser, Kabupaten Kutai
- 168 -

Kartanegara, Kabupaten Berau, Kabupaten Kutai


Timur, Kabupaten Mahakam Ulu, dan Kota Balikpapan.
(2) Ketentuan khusus rencana Pola Ruang kawasan
resapan air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
1. pemertahanan lahan bukan terbangun sesuai
fungsi kawasan resapan air;
2. kegiatan pemeliharaan, pelestarian, dan
perlindungan kawasan imbuhan atau resapan
air tanah pada Wilayah kaki bukit atau kaki
pegunungan (bagian atas tekuk lereng), sungai
orde ketiga dan keempat atau yang lebih rendah,
bagian hulu dari titik kemunculan mata air, dan
lahan dengan kelerengan lebih besar dari 40
(empat puluh) persen;
3. pengendalian ekosistem gambut meliputi
pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan;
dan
4. pemeliharaan ekosistem gambut meliputi
pencadangan gambut dan pelestarian gambut
sebagai pengendali dampak perubahan iklim.
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
meliputi:
1. kegiatan pertanian dengan jenis tanaman yang
tidak mengurangi kekuatan struktur tanah;
2. penerapan prinsip zero delta Q policy terhadap
setiap kegiatan budi daya terbangun melalui
rekayasa teknis penggunaan lahan dan
teknologi bangunan meliputi pengembangan
sistem plumbing hemat air, penampung air
hujan skala rumah tangga, kelompok rumah
tangga, dan/atau skala kawasan, akuifer
buatan dan simpanan air hujan, sumur resapan
- 169 -

air tanah dangkal, sumur resapan air tanah


dalam;
3. kegiatan penelitian, ilmu pengetahuan, dan
pendidikan, pemanfaatan hasil hutan bukan
kayu, jasa lingkungan, wisata terbatas,
dan/atau perdagangan karbon di ekosistem
gambut;
4. pengembangan jenis tanaman asli/endemik dan
produk turunannya dalam pemanfaatan
gambut;
5. Kawasan Lindung di areal puncak kubah
gambut;
6. pengelolaan dan pemanfaatan areal tanaman
budi daya di fungsi lindung ekosistem gambut
yang berada di luar areal puncak kubah gambut;
7. tanaman budi daya pada areal areal puncak
kubah gambut, dapat dipanen 1 (satu) daur
untuk kemudian dilakukan pemulihan;
8. areal di luar puncak kubah gambut dapat
dimanfaatkan dengan kewajiban menjaga fungsi
hidrologis gambut; dan
9. pertanian, perikanan, permukiman, dan
jaringan prasarana sarana pendukung yang
sudah ada di fungsi lindung ekosistem gambut
dilaksanakan sesuai sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan atau rencana
perlindungan dan pengelolaan ekosistem
gambut.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi tidak
diperbolehkan merusak akuifer air tanah dan diatur
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(3) Ketentuan khusus rencana pola Ruang kawasan
resapan air sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
digambarkan dalam Peta Ketentuan Khusus Rencana
- 170 -

Pola Ruang Kawasan Resapan Air dengan tingkat


ketelitian geometri dan informasi skala 1:250.000 (satu
banding dua ratus lima puluh ribu), tercantum dalam
Lampiran XIX yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 99
(1) Ketentuan khusus rencana Pola Ruang kawasan
sempadan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93
huruf f berada di Kabupaten Paser, Kabupaten Kutai
Kartanegara, Kabupaten Berau, Kabupaten Kutai
Barat, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Penajam
Paser Utara, Kabupaten Mahakam Ulu, Kota
Balikpapan, Kota Samarinda, dan Kota Bontang.
(2) Ketentuan khusus rencana Pola Ruang kawasan
sempadan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas:
a. ketentuan khusus untuk sempadan pantai;
b. ketentuan khusus untuk sempadan sungai;
c. ketentuan khusus untuk sempadan danau
dan/atau waduk; dan
d. ketentuan khusus untuk sempadan alur pipa
dan/atau kabel bawah Laut.
(3) Ketentuan khusus untuk sempadan pantai
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terdiri
atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
1. pemertahanan sempadan pantai untuk menjaga
titik-titik garis pangkal dari ancaman abrasi dan
kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi
pantai;
2. peningkatan fungsi ekologis sempadan pantai;
3. pengendalian kualitas perairan dan konservasi
lingkungan pesisir;
4. pemanfaatan sebagai Ruang publik dan RTH;
- 171 -

5. pengembangan struktur alami dan buatan


untuk mencegah abrasi;
6. kegiatan pengamatan cuaca dan iklim; dan
7. penyediaan lokasi dan jalur evakuasi bencana,
serta pendirian bangunan untuk kepentingan
pemantauan ancaman bencana tsunami dan
gelombang pasang.
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
meliputi:
1. kegiatan rekreasi pantai dan/atau pariwisata
yang ramah lingkungan guna meningkatkan
kesejahteraan Masyarakat;
2. kegiatan nelayan, jembatan, pelabuhan atau
dermaga, landing point kabel dan/atau pipa
bawah laut, serta jalur air minum dan air
limbah;
3. kegiatan industri yang proses produksinya
memerlukan lokasi khusus dengan syarat
bangunan gedung tidak berada di dalam
sempadan pantai;
4. penerapan teknologi pengurangan limbah dan
pengurangan sedimentasi bagi kawasan
pertanian, kawasan pertambangan dan energi,
kawasan peruntukan industri, kawasan
pariwisata, Kawasan Permukiman, kawasan
transportasi, kawasan pertahanan dan
keamanan, beserta jaringan prasarana sarana
pendukung guna menghindari pencemaran
Perairan Pesisir;
5. penerapan rekayasa teknis penggunaan lahan,
teknologi bangunan, dan/atau bangunan
panggung bagi kawasan peruntukan industri,
kawasan pariwisata, Kawasan Permukiman,
kawasan transportasi, kawasan pertahanan dan
keamanan guna menjaga letak Garis Pantai; dan
- 172 -

6. kegiatan lain yang tidak mengganggu fungsi


sempadan pantai.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi;
1. kegiatan industri dengan bangunan gedung
berada di dalam sempadan sungai; dan
2. kegiatan yang menghalangi dan/atau menutup
Ruang publik, lokasi dan jalur evakuasi
bencana, serta kegiatan lain yang mengganggu
fungsi sempadan pantai sebagai sempadan
pantai.
(4) Ketentuan khusus untuk sempadan sungai
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b terdiri
atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
1. kegiatan pengelolaan dan/atau pemanfaatan
badan air;
2. peningkatan fungsi ekologis sempadan sungai;
3. pengendalian kualitas dan konservasi
lingkungan perairan;
4. pemanfaatan sebagai Ruang publik dan RTH;
5. pengembangan struktur alami dan buatan; dan
6. penyediaan lokasi dan jalur evakuasi bencana,
serta pendirian bangunan untuk kepentingan
pemantauan ancaman bencana.
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
meliputi:
1. kegiatan bangunan prasarana sumber daya air;
2. pembangunan prasarana lalu lintas air berupa
fasilitas jembatan dan dermaga;
3. pemasangan jalur pipa gas dan air minum,
rentangan kabel listrik dan telekomunikasi,
bangunan ketenagalistrikan, jalur air limbah,
serta jaringan drainase;
4. kegiatan rekreasi air dan/atau pariwisata yang
ramah lingkungan;
- 173 -

5. kegiatan industri yang proses produksinya


memerlukan lokasi khusus dengan syarat
bangunan gedung tidak berada di dalam
sempadan sungai;
6. kegiatan pemasangan reklame dan papan
pengumuman;
7. penerapan teknologi pengurangan limbah dan
pengurangan sedimentasi baik kawasan
pertanian, kawasan pertambangan dan energi,
kawasan peruntukan industri, kawasan
pariwisata, Kawasan Permukiman, kawasan
transportasi, kawasan pertahanan dan
keamanan, beserta jaringan prasarana sarana
pendukung untuk menghindari pencemaran
sungai;
8. penerapan rekayasa teknis penggunaan lahan,
teknologi bangunan, dan/atau bangunan
panggung bagi kawasan peruntukan industri,
kawasan pariwisata, Kawasan Permukiman,
kawasan transportasi, kawasan pertahanan dan
keamanan guna menjaga letak tepi sungai; dan
9. kegiatan lain yang tidak mengganggu fungsi
sempadan sungai.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi:
1. kegiatan industri dengan bangunan gedung
berada di dalam sempadan sungai;
2. kegiatan yang mengubah bentang alam,
mengganggu kesuburan dan keawetan tanah,
mengganggu fungsi hidrologi dan hidraulis,
mengganggu kelestarian tumbuhan dan hewan,
mengganggu kelestarian fungsi lingkungan
hidup, kegiatan pemanfaatan hasil tegakan,
kegiatan yang menghalangi dan/atau menutup
Ruang publik, lokasi dan jalur evakuasi
bencana, kegiatan pembuangan sampah dan
- 174 -

limbah, serta kegiatan lain yang mengganggu


fungsi sempadan sungai; dan
3. dalam hal di dalam sempadan sungai terdapat
tanggul untuk kepentingan pengendali banjir,
perlindungan badan tanggul dilakukan dengan
larangan menanam tanaman selain rumput,
mendirikan bangunan, dan mengurangi dimensi
tanggul.
(5) Ketentuan khusus untuk sempadan danau dan/atau
waduk sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c
terdiri atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
1. kegiatan pengelolaan dan/atau pemanfaatan
danau dan/atau waduk;
2. pemanfaatan sebagai Ruang publik dan RTH;
3. kegiatan pengamatan cuaca dan iklim; dan
4. penyediaan lokasi dan jalur evakuasi bencana,
serta pendirian bangunan untuk kepentingan
pemantauan ancaman bencana.
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
meliputi:
1. kegiatan penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan:
2. kegiatan pariwisata dan/atau rekreasi air,
olahraga, aktivitas budaya dan keagamaan,
serta bangunannya;
3. bangunan prasarana sumber daya air;
4. pembangunan prasarana lalu lintas air berupa
jalan akses, jembatan, dan dermaga;
5. pemasangan jalur pipa gas dan air minum,
rentangan kabel listrik dan telekomunikasi,
bangunan ketenagalistrikan, prasarana dan
sarana air limbah dan sampah, serta jaringan
drainase;
- 175 -

6. kegiatan industri yang proses produksinya


memerlukan lokasi khusus dengan syarat
bangunan gedung tidak berada di dalam
sempadan danau dan/atau waduk;
7. kegiatan pemasangan reklame dan papan
pengumuman;
8. penerapan teknologi pengurangan limbah dan
pengurangan sedimentasi baik kawasan
pertanian, kawasan pertambangan dan energi,
kawasan peruntukan industri, kawasan
pariwisata, Kawasan Permukiman, kawasan
transportasi, kawasan pertahanan dan
keamanan, beserta jaringan prasarana sarana
pendukung guna menghindari pencemaran
danau dan/atau waduk;
9. penerapan rekayasa teknis penggunaan lahan,
teknologi bangunan, dan/atau bangunan
panggung bagi kawasan peruntukan industri,
kawasan pariwisata, Kawasan Permukiman,
kawasan transportasi, kawasan pertahanan dan
keamanan guna menjaga letak tepi danau
dan/atau waduk; dan
10. kegiatan lain yang tidak mengganggu fungsi
sempadan danau dan/atau waduk.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi:
1. kegiatan industri dengan bangunan gedung
berada di dalam kawasan sekitar danau;
2. kegiatan mengubah letak tepi danau atau yang
mengubah bentang alam, membuang limbah,
dan mengubah aliran air masuk atau ke luar
danau;
3. kegiatan yang mengganggu kesuburan dan
keawetan tanah, fungsi hidrologi, kelestarian
tumbuhan dan hewan, serta kelestarian fungsi
lingkungan hidup; dan
- 176 -

4. kegiatan lain yang mengganggu fungsi


sempadan danau atau waduk.
(6) Ketentuan khusus untuk sempadan alur pipa dan/atau
kabel bawah Laut sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf d terdiri atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
1. anjungan lepas pantai, anjungan lepas,
anjungan bawah Laut, dan fasilitas penunjang
kegiatan minyak dan gas bumi;
2. pemasangan pipa bawah Laut minyak dan gas,
kabel bawah Laut jaringan tranmisi listrik dan
bangunan untuk pengambilan atau
pembuangan air Laut, kabel bawah Laut
telekomunikasi, dan kabel bawah Laut terkait
kebencanaan; dan
3. pemasangan sarana bantu navigasi-pelayaran.
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
meliputi:
1. penempatan, pemendaman, dan penandaan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
2. instalasi penyediaan air bersih dan pipa air
bersih di bawah Laut, instalasi pengolahan air
Laut untuk air minum (pipa pengambilan air
Laut dalam untuk produksi air minum), serta
instalasi dan pipa bawah Laut pengolahan air
Laut selain energi;
3. alur-pelayaran sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
4. alat penangkapan ikan dan alat bantu
penangkapan ikan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
5. kegiatan lain yang tidak mengganggu fungsi
sempadan alur pipa dan/atau kabel bawah
Laut.
- 177 -

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi:


1. kegiatan yang menimbulkan kerusakan
terhadap bangunan dan instalasi di Laut,
sarana bantu navigasi-pelayaran, dan fasilitas
telekomunikasi pelayaran; dan
2. kegiatan di zona keamanan dan keselamatan
alur pipa dan/atau kabel bawah Laut sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(7) Ketentuan khusus rencana Pola Ruang kawasan
sempadan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
digambarkan dalam Peta Ketentuan Khusus Rencana
Pola Ruang Kawasan Sempadan dengan tingkat
ketelitian geometri dan informasi skala 1:250.000 (satu
banding dua ratus lima puluh ribu), tercantum dalam
Lampiran XX yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 100
(1) Ketentuan khusus rencana Pola Ruang kawasan
pertahanan dan keamanan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 93 huruf g berada di Kabupaten Kutai
Kartanegara, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai
Timur, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kota
Balikpapan, Kota Samarinda, dan Kota Bontang.
(2) Ketentuan khusus rencana Pola Ruang kawasan
pertahanan dan keamanan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
1. pembangunan pangkalan militer atau kesatrian,
daerah latihan militer, dan/atau instalasi militer
Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan
Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara;
- 178 -

2. pembangunan kantor, asrama, atau perumahan


yang menjamin fungsi tempat bekerja, tempat
berlatih, dan tempat tinggal;
3. pembangunan instalasi radar, instalasi
komunikasi dan elektronik, depo perbekalan,
dan logistik di instalasi militer; dan
4. kawasan untuk kepentingan kepolisian.
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
meliputi:
1. kegiatan hutan lindung dan gambut, kegiatan
perlindungan setempat, kegiatan konservasi,
kegiatan hutan adat, kegiatan lindung geologi,
kegiatan cagar budaya, kegiatan ekosistem
mangrove, kegiatan hutan produksi, kegiatan
perkebunan rakyat, kegiatan pertanian,
kegiatan perikanan, kegiatan pertambangan dan
energi, kegiatan industri, dan pariwisata;
2. Pemanfaatan Ruang di sekitar pangkalan militer
atau kesatrian meliputi kegiatan pertanian,
perikanan, dan pariwisata serta mempunyai
jarak aman dengan kegiatan industri, khususya
bahan kimia;
3. Pemanfaatan Ruang di sekitar daerah latihan
militer berupa kegiatan hutan produksi dan
mempunyai jarak aman pemukiman dengan
penduduk padat, infrastruktur minyak dan gas,
serta listrik tegangan tinggi;
4. Pemanfaatan Ruang di sekitar instalasi milter
berupa kegiatan hutan produksi dan
mempunyai jarak aman dengan depo bahan
bakar atau kegiatan industri, khususya bahan
kimia; dan
5. penyediaan prasarana, penyediaan sarana, dan
penyediaan tempat kegiatan pendukung.
- 179 -

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi


kegiatan yang berpotensi tidak mendukung dan
tidak menjaga fungsi kawasan pertahanan dan
keamanan.
(3) Ketentuan khusus rencana Pola Ruang kawasan
pertahanan dan keamanan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) digambarkan dalam Peta Ketentuan
Khusus Rencana Pola Ruang Pertahanan dan
Keamanan dengan tingkat ketelitian geometri dan
informasi skala 1:250.000 (satu banding dua ratus lima
puluh ribu), tercantum dalam Lampiran XXI yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.
Pasal 101
(1) Ketentuan khusus rencana Pola Ruang kawasan karst
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93 huruf h berada
di Kabupaten Paser, Kabupaten Berau, Kabupaten
Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten
Penajam Paser Utara, dan Kabupaten Mahakam Ulu.
(2) Ketentuan khusus rencana Pola Ruang kawasan karst
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
1. kegiatan budi daya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di sebaran
batu gamping; dan
2. pemertahanan kawasan karst yang tumpang
tindih dengan kawasan hutan lindung, kawasan
konservasi, kawasan hutan produksi, dan
kawasan ekosistem mangrove sebagai fungsi
lindung dan pengelolaan dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
meliputi:
- 180 -

1. kegiatan budi daya di kawasan karst hasil


penyelidikan dapat dilakukan setelah dilengkapi
persyaratan lingkungan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. kegiatan budi daya di karst hasil verifikasi tidak
berpotensi merusak bentuk eksokarst dan
endokarst, mengganggu proses karstifikasi yang
sedang berlangsung dan fungsi kawasan karst;
dan
3. kegiatan lain yang tidak mengganggu fungsi
kawasan karst.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi:
1. kegiatan yang dapat merusak bentuk eksokarst
dan endokarst, mengganggu proses karstifikasi
yang sedang berlangsung, dan fungsi kawasan
karst di dalam dan sekitar kawasan karst; dan
2. kegiatan pertambangan di karst hasil verifikasi.
(3) Ketentuan khusus rencana Pola Ruang kawasan karst
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan
dalam Peta Ketentuan Khusus Rencana Pola Ruang
Kawasan Karst dengan tingkat ketelitian geometri dan
informasi skala 1:250.000 (satu banding dua ratus lima
puluh ribu), tercantum dalam Lampiran XXII yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.

Pasal 102
(1) Ketentuan khusus rencana Pola Ruang kawasan
pertambangan mineral dan batubara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 93 huruf i berada di Kabupaten
Paser, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten
Berau, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur,
Kabupaten Penajam Paser Utara, Kabupaten Mahakam
Ulu, Kota Samarinda, serta Perairan Pesisir Selat
Makassar dan Laut Sulawesi.
- 181 -

(2) Ketentuan khusus rencana Pola Ruang kawasan


pertambangan mineral dan batubara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
1. pertambangan mineral dan/atau batubara
meliputi pertambangan mineral radioaktif,
pertambangan mineral logam, pertambangan
mineral bukan logam, pertambangan batuan,
dan pertambangan batubara, pertambangan
minyak dan gas bumi, pertambangan panas
bumi, dan pembangkitan tenaga listrik;
2. kegiatan pertambangan yang sudah memiliki
izin usaha pertambangan eksplorasi meliputi
kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, dan
studi kelayakan di Wilayah izin usaha
pertambangan mineral dan batubara; dan
3. kegiatan pertambangan yang sudah memiliki
izin usaha pertambangan dan izin
pertambangan rakyat operasi produksi meliputi
kegiatan konstruksi, penambangan, pengolahan
dan pemurnian, pengangkutan, penjualan,
sarana pengendalian dampak lingkungan,
reklamasi dan pascatambang, kegiatan
pengelolaan lingkungan hidup, dan prasarana
pendukung pertambangan di Wilayah izin usaha
pertambangan mineral dan batubara.
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
meliputi:
1. kegiatan pertambangan yang sudah memiliki
izin usaha pertambangan eksplorasi meliputi
kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, dan
studi kelayakan di kawasan yang memberikan
perlindungan terhadap kawasan bawahannya,
kawasan perlindungan setempat, kawasan
konservasi di kawasan pelestarian alam hanya
- 182 -

untuk pemanfaatan jasa lingkungan panas


bumi, Kawasan Lindung geologi tanpa
melakukan kegiatan penggalian dan
pengeboran, kawasan ekosistem mangrove,
kawasan hutan produksi, kawasan perkebunan
rakyat, kawasan pertanian, kawasan perikanan,
kawasan peruntukan industri, kawasan
pariwisata, Kawasan Permukiman, dan kawasan
pertahanan dan keamanan;
2. kegiatan pertambangan yang sudah memiliki
izin usaha pertambangan dan izin
pertambangan rakyat operasi produksi meliputi
kegiatan konstruksi, penambangan, pengolahan
dan pemurnian, pengangkutan, penjualan,
sarana pengendalian dampak lingkungan,
reklamasi dan pascatambang, kegiatan
pengelolaan lingkungan hidup, dan prasarana
pendukung pertambangan di:
a) kawasan yang memberikan perlindungan
terhadap kawasan bawahannya di kawasan
hutan lindung dengan pola pertambangan
bawah tanah;
b) kawasan perlindungan setempat dengan
menjaga dimensi palung sungai, tidak
merubah batas badan danau atau waduk,
dan mempunyai jarak aman dengan badan
air;
c) kawasan perkebunan rakyat;
d) kawasan pertanian, kecuali KP2B yang
ditetapkan sebagai LP2B dan/atau LCP2B,
kawasan hortikultura yang ditetapkan
sebagai hak indikasi geografis dan kawasan
perkebunan yang ditetapkan sebagai
Wilayah geografis penghasil produk
perkebunan spesifik;
- 183 -

e) kawasan hutan produksi, kawasan


perikanan, kawasan pariwisata, serta
kawasan pertahanan dan keamanan;
f) RTH, perumahan, perdagangan,
perkantoran, sarana pendidikan, sarana
kesehatan, sarana peribadatan, sarana
olahraga, dan sosial budaya untuk pekerja
pertambangan yang dikembangkan pemilik
izin usaha pertambangan;
g) kehutanan, tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan, peternakan, perikanan, dan
agrowisata yang dikembangkan oleh pemilik
izin usaha pertambangan;
h) kegiatan pertambangan di Kawasan
Permukiman perkotaan, dapat melakukan
penambangan sampai dengan izin usaha
pertambangan dan izin pertambangan
rakyat operasi produksi berakhir; dan
i) kegiatan pertambangan batuan dapat
melakukan operasi produksi di Kawasan
Permukiman guna usaha melandaikan
kemiringan lereng bagi pembangunan
permukiman.
3. kegiatan pertambangan yang sudah memiliki
izin usaha pertambangan dan izin
pertambangan rakyat operasi produksi wajib
mempunyai jarak aman terhadap:
a) kawasan hutan adat, cagar budaya;
kawasan ekosistem mangrove;
b) KP2B yang ditetapkan sebagai LP2B
dan/atau LCP2B atau lahan sawah yang
dilindungi, kawasan hortikultura yang
ditetapkan sebagai hak indikasi geografis
dan kawasan perkebunan yang ditetapkan
- 184 -

sebagai Wilayah geografis penghasil produk


perkebunan spesifik;
c) Kawasan Permukiman termasuk sarana
pelayanan umum dan prasarana; dan
d) kawasan perikanan, kawasan pariwisata,
serta kawasan pertahanan dan keamanan,
guna mengurangi dampak negatif langsung dari
kegiatan pertambangan.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi:
1. kegiatan pertambangan yang sudah memiliki
izin usaha pertambangan eksplorasi di kawasan
konservasi, Kawasan Lindung geologi, kawasan
hutan adat, kawasan cagar budaya, dan
kawasan pertahanan dan keamanan yang sudah
ada;
2. kegiatan pertambangan yang sudah memiliki
izin usaha pertambangan dan izin
pertambangan rakyat operasi produksi meliputi:
a) kawasan konservasi Wilayah darat dan
Perairan Pesisir, kawasan pencadangan
konservasi di Laut, Kawasan Lindung
geologi, kawasan hutan adat, kawasan cagar
budaya, kawasan ekosistem mangrove,
Pulau Kecil dengan luas kurang dari 1.000
(seribu) hektare, dan kawasan terumbu
karang;
b) KP2B yang ditetapkan sebagai LP2B
dan/atau LCP2B;
c) kawasan hortikultura yang ditetapkan
sebagai hak indikasi geografis dan kawasan
perkebunan yang ditetapkan sebagai
Wilayah geografis penghasil produk
perkebunan spesifik;
d) kawasan perikanan kawasan peruntukan
industri, kawasan pariwisata, Kawasan
- 185 -

Permukiman, serta kawasan pertahanan


dan keamanan yang sudah ada; dan
e) Pulau Kecil yang menyebabkan pengurangan
luasan lebih dari 10% (sepuluh persen).
3. pertambangan tanpa izin, tidak mematuhi batas
toleransi daya dukung lingkungan, mengurangi
standar dan baku mutu lingkungan,
menurunkan kelestarian fungsi dan daya
dukung sumber daya air, tidak melaksanakan
reklamasi dan pascatambang, serta kegiatan
yang mengganggu fungsi kawasan
pertambangan mineral dan batubara.
(3) Ketentuan khusus rencana Pola Ruang kawasan
pertambangan mineral dan batubara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam Peta
Ketentuan Khusus Rencana Pola Ruang Kawasan
Pertambangan Mineral dan Batubara dengan tingkat
ketelitian geometri dan informasi skala 1:250.000 (satu
banding dua ratus lima puluh ribu), tercantum dalam
Lampiran XXIII yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 103
(1) Ketentuan khusus rencana Pola Ruang kawasan
migrasi satwa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93
huruf j terdiri atas:
a. Kawasan Teluk Balikpapan di Kabupaten Penajam
Paser Utara dan Kota Balikpapan;
b. Kawasan Delta Mahakam di Kabupaten Kutai
Kartanegara;
c. Kawasan Ekosistem Esensial Koridor Orang Utan
Bentang Alam Wehea-Kelay di Kabupaten Kutai
Timur dan Kabupaten Berau;
d. Kawasan Ekosistem Esensial Mesangat Suwi di
Kabupaten Kutai Timur;
- 186 -

e. Kawasan Ekosistem Esensial Delta Berau dan


Kawasan Ekosistem Esensial Teluk Sangkulirang di
Kabupaten Berau;
f. Kawasan Ekosistem Esensial Habitat Badak
Sumatera di Kabupaten Kutai Barat;
g. Kawasan Ekosistem Esensial Gunung Beratus di
Kabupaten Penajam Paser Utara;
h. Kawasan Ekosistem Esensial Karst Paser dan
Taman Kehati Paser di Kabupaten Paser;
i. Kawasan Ekosistem Esensial Habitat Ibis Karau di
Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten Kutai
Barat, dan Kabupaten Kutai Timur;
j. migrasi mamalia Laut berada di Teluk Balikpapan,
Perairan Pesisir Selat Makassar dan Laut Sulawesi;
dan
k. migrasi penyu berada di Teluk Balikpapan serta
Perairan Pesisir Selat Makassar dan Laut Sulawesi.
(2) Ketentuan khusus rencana Pola Ruang kawasan
migrasi satwa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
1. perlindungan habitat satwa liar dalam skala
bentang alam melalui pengelolaan secara
kolaboratif;
2. pengembangan koridor bagi pergerakan satwa
liar;
3. peningkatan fungsi lindung pada areal di luar
kawasan konservasi;
4. perlindungan mutlak mamalia Laut pada alur
migrasi biota Laut di Pulau Maratua dan dan
Pulau Sambit Kabupaten Berau; dan
5. penyediaan tanda atau rambu informasi.
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
meliputi:
- 187 -

1. pengembangan mitigasi konflik antara manusia


dan satwa liar;
2. pengembangan jasa lingkungan pariwisata
alam;
3. pencegahan dan pembatasan kerusakan migrasi
satwa oleh perbuatan manusia, ternak,
kebakaran, daya alam, hama, dan penyakit;
4. pemasangan bangunan dan instalasi Laut; dan
5. lintas penyeberangan dan alur-pelayaran di
Laut.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan
1. pendirian dan/atau penempatan bangunan
Laut tidak mengganggu atau menutup jalur
migrasi jenis ikan dilindungi di dalam kawasan
konservasi;
2. pemasangan instalasi Laut tidak dilakukan
pada musim puncak migrasi jenis ikan
dilindungi dan/atau musim puncak migrasi
jenis ikan yang menjadi target konservasi;
3. pemasangan peralatan/sarana pemanfaatan air
Laut selain energi yang berpotensi menghambat
migrasi jenis ikan dilindungi di dalam kawasan
konservasi;
4. kegiatan memperlambat dan mengubah arah
kapal saat melihat jenis ikan dilindungi melintas
di jalur kapal;
5. penangkapan ikan dan penempatan alat bantu
penangkapan ikan menetap; dan
6. kegiatan yang mengganggu alur migrasi biota
Laut dan pemulihan ekosistemnya.
(3) Ketentuan khusus rencana Pola Ruang kawasan
migrasi satwa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
digambarkan dalam Peta Ketentuan Khusus Rencana
Pola Ruang Kawasan Migrasi Satwa dengan tingkat
- 188 -

ketelitian geometri dan informasi skala 1:250.000 (satu


banding dua ratus lima puluh ribu), tercantum dalam
Lampiran XXIV yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Ketiga
Penilaian Pelaksanaan Pemanfaatan Ruang

Paragraf 1
Umum

Pasal 104
Penilaian pelaksanaan Pemanfaatan Ruang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 65 ayat (3) huruf b terdiri atas:
a. penilaian pelaksanaan KKPR; dan
b. penilaian perwujudan rencana tata Ruang.

Paragraf 2
Penilaian Pelaksanaan KKPR

Pasal 105
(1) Penilaian pelaksanaan KKPR sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 104 huruf a dilaksanakan untuk
memastikan:
a. kepatuhan pelaksanaan ketentuan KKPR; dan
b. pemenuhan prosedur perolehan KKPR.
(2) Penilaian pernyataan mandiri yang dibuat oleh pelaku
Usaha Menengah dan Kecil dilaksanakan untuk
memastikan kebenaran pernyataan mandiri yang
dibuat oleh pelaku Usaha Menengah dan Kecil.

Pasal 106
(1) Penilaian kepatuhan pelaksanaan ketentuan KKPR
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 105 ayat (1) huruf
a dilakukan pada periode:
- 189 -

a. selama pembangunan; dan


b. pasca pembangunan.
(2) Penilaian pada periode selama pembangunan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan
untuk memastikan kepatuhan pelaksanaan dalam
memenuhi ketentuan KKPR.
(3) Penilaian pada periode selama pembangunan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan
paling lambat 2 (dua) tahun sejak diterbitkannya KKPR.
(4) Penilaian pada periode pasca pembangunan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan
untuk memastikan kepatuhan hasil pembangunan
dengan ketentuan dokumen KKPR.
(5) Dalam hal hasil penilaian sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) ditemukan ketidakpatuhan terhadap ketentuan
yang tertuang dalam dokumen KKPR diharuskan
melakukan penyesuaian.
(6) Dalam hal hasil penilaian pernyataan mandiri
sebagaimana dimaksud dalan Pasal 105 ayat (2)
ditemukan ketidaksesuaian pernyataan mandiri yang
dibuat oleh pelaku Usaha Menengah dan Kecil,
dilakukan pembinaan oleh perangkat daerah.
(7) Dalam hal hasil penilaian sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) ditemukan ketidakpatuhan terhadap ketentuan
yang tertuang dalam dokumen KKPR dilakukan
pengenaan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 107
Hasil penilaian pelaksanaan ketentuan dalam dokumen
KKPR pada periode selama pembangunan dan pasca
pembangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106
dituangkan dalam bentuk tekstual dan spasial.

Pasal 108
- 190 -

(1) Penilaian pemenuhan prosedur perolehan KKPR


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 105 ayat (1) huruf
b dilakukan untuk memastikan kepatuhan pelaku
pembangunan/pemohon terhadap tahapan dan
persyaratan perolehan KKPR dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) KKPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
diterbitkan dan/atau diperoleh dengan tidak melalui
prosedur yang benar, batal demi hukum.
(3) KKPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang tidak
sesuai lagi akibat adanya perubahan Peraturan Daerah
ini, dapat dibatalkan oleh instansi pemerintah yang
menerbitkan KKPR.
(4) Terhadap kerugian yang ditimbulkan akibat
pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
dapat dimintakan ganti kerugian yang layak kepada
instansi pemerintah yang menerbitkan KKPR.
(5) Tata cara pemberian ganti kerugian yang layak
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Paragraf 3
Penilaian Perwujudan Rencana Tata Ruang

Pasal 109
(1) Penilaian perwujudan rencana tata Ruang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 104 huruf b dilakukan dengan
penilaian perwujudan rencana Struktur Ruang dan
rencana Pola Ruang.
(2) Penilaian perwujudan rencana Struktur Ruang dan
rencana Pola Ruang sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan dengan:
- 191 -

a. penilaian tingkat perwujudan rencana Struktur


Ruang; dan
b. penilaian tingkat perwujudan rencana Pola Ruang.
(3) Penilaian perwujudan rencana Struktur Ruang dan
rencana Pola Ruang sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dilakukan terhadap:
a. kesesuaian program;
b. kesesuaian lokasi; dan
c. kesesuaian waktu pelaksanaan kegiatan
Pemanfaatan Ruang.
(4) Penilaian tingkat perwujudan rencana Struktur Ruang
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dilakukan
dengan penyandingan pelaksanaan program
pembangunan pusat-pusat permukiman dan sistem
jaringan prasarana terhadap rencana Struktur Ruang.
(5) Penilaian tingkat perwujudan rencana Pola Ruang
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dilakukan
dengan penyandingan pelaksanaan program
pengelolaan lingkungan, pembangunan berdasarkan
perizinan berusaha, dan hak atas tanah terhadap
rencana Pola Ruang.
Pasal 110
(1) Penilaian perwujudan rencana tata Ruang dilakukan
secara periodik dan terus-menerus.
(2) Penilaian perwujudan rencana tata Ruang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan 1 (satu) kali dalam 5
(lima) tahun dan dilaksanakan 1 (satu) tahun sebelum
peninjauan kembali Peraturan Daerah ini.
(3) Pelaksanaan penilaian perwujudan rencana tata Ruang
dapat dilakukan lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima)
tahun dalam hal terdapat perubahan kebijakan yang
bersifat strategis nasional yang ditetapkan dengan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 111
- 192 -

Ketentuan penilaian pelaksanaan Pemanfaatan Ruang


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 105 sampai dengan
Pasal 110 dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Bagian Keempat
Arahan Insentif dan Disinsentif

Pasal 112
(1) Arahan insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 65 ayat (3) huruf c merupakan acuan bagi
Pemerintah Daerah Provinsi sebagai upaya
pengendalian Pemanfaatan Ruang dalam rangka
mewujudkan Peraturan Daerah ini.
(2) Arahan insentif diberikan apabila Pemanfaatan Ruang
sesuai dengan rencana Struktur Ruang, rencana Pola
Ruang, dan Indikasi Arahan Zonasi yang diatur dalam
Peraturan Daerah ini.
(3) Arahan disinsentif dikenakan terhadap Pemanfaatan
Ruang yang perlu dibatasi, dicegah, atau dikurangi
berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.

Pasal 113
(1) Arahan insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 112 berupa insentif fiskal dan/atau
insentif non fiskal.
(2) Arahan insentif dan disinsentif dapat diberikan oleh:
a. Pemerintah Daerah Provinsi kepada Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota; dan
b. Pemerintah Daerah Provinsi kepada Masyarakat.
(3) Arahan insentif dari Pemerintah Daerah Provinsi
kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dapat
berupa:
a. pemberian kompensasi;
- 193 -

b. pemberian penyediaan prasarana dan sarana;


c. penghargaan; dan/atau
d. publikasi atau promosi Provinsi.
(4) Arahan insentif dari Pemerintah Daerah Provinsi
kepada Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf b dapat berupa:
a. pemberian keringanan pajak dan/atau retribusi;
b. subsidi;
c. pemberian kompensasi;
d. imbalan;
e. sewa Ruang;
f. urun saham;
g. penyediaan prasarana dan sarana;
h. penghargaan; dan/atau
i. publikasi atau promosi.
(5) Arahan disinsentif dari Pemerintah Daerah Provinsi
kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dapat
berupa pembatasan penyediaan prasarana dan sarana.
(6) Arahan disinsentif dari Pemerintah Daerah Provinsi
kepada Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf b dapat berupa:
a. pengenaan pajak dan/atau retribusi yang tinggi;
b. kewajiban memberi kompensasi atau imbalan;
dan/atau
c. pembatasan penyediaan prasarana dan sarana.

Pasal 114
Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tata cara
pemberian insentif dan disinsentif Pemanfaatan Ruang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 112 dan Pasal 113
diatur dengan Peraturan Gubernur.

Bagian Kelima
Arahan Sanksi
- 194 -

Pasal 115
(1) Arahan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65
ayat (3) huruf d merupakan acuan bagi Pemerintah
Daerah Provinsi dalam pengenaan sanksi administratif
kepada Masyarakat yang melakukan pelanggaran di
bidang penataan Ruang.
(2) Pelanggaran di bidang Penataan Ruang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Pemanfaatan Ruang yang tidak sesuai dengan
Peraturan Daerah ini;
b. Pemanfaatan Ruang yang tidak sesuai dengan izin
Pemanfaatan Ruang atau KKPR yang diberikan oleh
pejabat berwenang;
c. Pemanfaatan Ruang yang tidak sesuai dengan
persyaratan izin yang diberikan oleh pejabat yang
berwenang; dan/atau
d. menghalangi akses terhadap kawasan yang
dinyatakan oleh peraturan perundang-undangan
sebagai milik umum.
(3) Pelanggaran di bidang Penataan Ruang sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) akan dikenakan sanksi terdiri
atas:
a. sanksi administratif;
b. sanksi pidana; dan
c. sanksi perdata.
(4) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) huruf a dapat berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penghentian sementara pelayanan umum;
d. penutupan lokasi;
e. pencabutan izin;
f. pembatalan izin;
g. pembongkaran bangunan;
- 195 -

h. pemulihan fungsi Ruang; dan/atau


i. denda administratif.
(5) Sanksi pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf b dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(6) Sanksi perdata sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf c dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(7) Ketentuan mengenai pengenaan sanksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan-undangan.

Pasal 116
(1) Pemanfaatan Ruang yang tidak sesuai dengan
Peraturan Daerah ini sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 115 ayat (2) huruf a meliputi:
a. memanfaatkan Ruang dengan izin Pemanfaatan
Ruang di lokasi yang tidak sesuai dengan
peruntukkannya;
b. memanfaatkan Ruang tanpa izin Pemanfaatan
Ruang atau KKPR di lokasi yang sesuai
peruntukannya; dan/atau
c. memanfaatkan Ruang tanpa izin Pemanfaatan
Ruang atau KKPR di lokasi yang tidak sesuai
peruntukannya.
(2) Pemanfaatan Ruang yang tidak sesuai dengan izin
Pemanfaatan Ruang atau KKPR yang diberikan oleh
pejabat berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal
115 ayat (2) huruf b meliputi:
a. tidak menindaklanjuti izin Pemanfaatan Ruang atau
KKPR yang telah dikeluarkan; dan/atau
b. memanfaatkan Ruang tidak sesuai dengan fungsi
Ruang yang tercantum dalam izin Pemanfaatan
Ruang atau KKPR.
- 196 -

(3) Pemanfaatan Ruang yang tidak sesuai dengan


persyaratan izin yang diberikan oleh pejabat yang
berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 115
ayat (2) huruf c meliputi:
a. melanggar batas sempadan yang telah ditentukan;
b. melanggar ketentuan KLB yang telah ditentukan;
c. melanggar ketentuan KDB dan KDH;
d. melakukan perubahan sebagian atau keseluruhan
fungsi bangunan;
e. melakukan perubahan sebagian atau keseluruhan
fungsi lahan; dan/atau
f. tidak menyediakan fasilitas sosial atau fasilitas
umum sesuai dengan persyaratan dalam izin
pemanfaatan Ruang atau KKPR.
(4) Menghalangi akses terhadap kawasan yang dinyatakan
oleh peraturan perundang-undangan sebagai milik
umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 115 ayat (2)
huruf d meliputi:
a. menutup akses ke sungai, dan sumber daya alam
serta prasarana publik;
b. menutup akses terhadap sumber air;
c. menutup akses terhadap taman dan RTH;
d. menutup akses terhadap fasilitas pejalan kaki;
e. menutup akses terhadap lokasi dan jalur evakuasi
bencana; dan/atau
f. menutup akses terhadap jalan umum tanpa izin
pejabat yang berwenang.

Pasal 117
(1) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 115 ayat (3) huruf a dikenakan berdasarkan
kriteria:
a. besar atau kecilnya dampak yang ditimbulkan
akibat pelanggaran Penataan Ruang;
- 197 -

b. nilai manfaat pemberian sanksi yang diberikan


terhadap pelanggaran Penataan Ruang; dan/atau
c. kerugian publik yang ditimbulkan akibat
pelanggaran Penataan Ruang.
(2) Tata cara pengenaan sanksi administratif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 118
Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tata cara
pemberian sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 115
dan Pasal 117 diatur dengan Peraturan Gubernur.

BAB IX
KELEMBAGAAN

Pasal 119
(1) Dalam rangka penyelenggaraan Penataan Ruang secara
partisipatif, Pemerintah Daerah Provinsi dapat
membentuk Forum Penataan Ruang sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Forum Penataan Ruang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) bertugas untuk memberikan masukan dan
pertimbangan dalam pelaksanaan Penataan Ruang.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas, susunan
organisasi dan tata kerja Forum Penataan Ruang
dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.

BAB X
HAK, KEWAJIBAN, DAN PERAN MASYARAKAT

Bagian Kesatu
Hak dan Kewajiban Masyarakat
- 198 -

Pasal 120
Dalam Penataan Ruang, Masyarakat berhak untuk:
a. mendapatkan informasi dan akses informasi tentang
Peraturan Daerah ini;
b. mendapatkan sosialisasi Peraturan Daerah ini;
c. menikmati pertambahan nilai Ruang sebagai akibat
Penataan Ruang;
d. memperoleh penggantian yang layak atas kerugian
yang timbul akibat pelaksanaan kegiatan
pembangunan yang sesuai dengan Peraturan Daerah
ini;
e. mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang
terhadap pembangunan yang tidak sesuai dengan
Peraturan Daerah ini;
f. mengajukan tuntutan pembatalan izin dan
penghentian pembangunan yang tidak sesuai dengan
Peraturan Daerah ini kepada pejabat berwenang; dan
g. mengajukan gugatan ganti kerugian kepada
pemerintah dan/atau pemegang izin apabila kegiatan
pembangunan yang tidak sesuai dengan Peraturan
Daerah ini menimbulkan kerugian.

Pasal 121
Dalam pemanfaatan Ruang, Masyarakat wajib:
a. menaati Peraturan Daerah ini;
b. memanfaatkan Ruang sesuai dengan izin Pemanfaatan
Ruang atau KKPR dari pejabat yang berwenang;
c. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam
persyaratan izin Pemanfaatan Ruang atau KKPR; dan
d. memberikan akses terhadap kawasan yang oleh
ketentuan peraturan perundang‐undangan dinyatakan
sebagai milik umum.

Bagian Kedua
- 199 -

Peran Masyarakat

Pasal 122
(1) Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang dilakukan
melalui:
a. perencanaan tata Ruang;
b. Pemanfaatan Ruang; dan
c. Pengendalian Pemanfaatan Ruang.
(2) Peran dalam perencanaan tata Ruang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a berbentuk:
a. masukan mengenai:
1. persiapan penyusunan rencana tata Ruang;
2. penentuan arah pengembangan kawasan;
3. pengidentifikasian potensi dan masalah
pembangunan kawasan;
4. perumusan konsepsi rencana tata Ruang;
dan/atau
5. penetapan rencana tata Ruang.
b. kerja sama dengan Pemerintah Daerah Provinsi
dan/atau sesama unsur Masyarakat dalam
perencanaan Tata Ruang.
(3) Peran dalam Pemanfaatan Ruang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b berbentuk:
a. masukan mengenai kebijakan Pemanfaatan Ruang;
b. kerja sama dengan Pemerintah Daerah Provinsi
dan/atau sesama unsur Masyarakat dalam
Pemanfaatan Ruang;
c. kegiatan Pemanfaatan Ruang yang sesuai dengan
kearifan lokal dan Peraturan Daerah ini;
d. peningkatan efisiensi, efektivitas, dan keserasian
dalam Pemanfaatan Ruang darat, Ruang udara, dan
Ruang di dalam bumi dengan memperhatikan
kearifan lokal serta sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
- 200 -

e. kegiatan menjaga kepentingan pertahanan dan


keamanan serta memelihara dan meningkatkan
kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber
daya alam; dan
f. kegiatan investasi dalam Pemanfaatan Ruang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(4) Peran dalam Pengendalian Pemanfaatan Ruang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
berbentuk:
a. masukan terkait arahan dan/atau ketentuan
umum peraturan zonasi, perizinan, pemberian
insentif dan disinsentif serta pengenaan sanksi;
b. keikutsertaan dalam memantau dan mengawasi
pelaksanaan Peraturan Daerah ini;
c. pelaporan kepada instansi dan/atau pejabat yang
berwenang dalam hal menemukan dugaan
penyimpangan atau pelanggaran kegiatan
Pemanfaatan Ruang yang melanggar Peraturan
Daerah ini; dan
d. mengajukan keberatan terhadap keputusan pejabat
yang berwenang terhadap pembangunan yang
dianggap tidak sesuai dengan Peraturan Daerah ini.

Pasal 123
Dalam rangka meningkatkan peran Masyarakat, Pemerintah
Daerah Provinsi membangun sistem informasi dan
dokumentasi Penataan Ruang yang dapat diakses dengan
mudah oleh Masyarakat.

BAB XI
PENYIDIKAN
Pasal 124
(1) Selain Penyidik Pejabat Kepolisian Negara Republik
Indonesia, Penyidik Pegawai Negeri Sipil berwenang
- 201 -

melakukan penyidikan terhadap pelanggaran atas


Peraturan Daerah ini sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan.
(2) Penyidik pegawai negeri sipil berwenang:
a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan
atau keterangan yang berkenaan dengan tindak
pidana Peraturan Daerah ini;
b. melakukan pemeriksaan terhadap orang yang
diduga melakukan tindak pidana Peraturan Daerah
ini;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang
sehubungan dengan peristiwa tindak pidana
Peraturan Daerah ini;
d. melakukan pemeriksaan atas dokumen‐dokumen
yang berkenaan dengan tindak pidana Peraturan
Daerah ini;
e. melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang
diduga terdapat bahan bukti dan dokumen lain
serta melakukan penyitaan dan penyegelan
terhadap bahan dan barang hasil pelanggaran yang
dapat dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana
Peraturan Daerah ini; dan
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka
pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana
Peraturan Daerah ini.
(3) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan
kepada Pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
(4) Apabila pelaksanaan kewenangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) memerlukan tindakan
penangkapan dan penahanan, penyidik pegawai negeri
sipil melakukan koordinasi dengan pejabat penyidik
kepolisian negara Republik Indonesia sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
- 202 -

(5) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) menyampaikan hasil penyidikan kepada
penuntut umum melalui pejabat penyidik kepolisian
negara Republik Indonesia.

BAB XII
KETENTUAN PIDANA

Pasal 125
(1) Setiap Masyarakat yang memanfaatkan Ruang tidak
sesuai dengan Peraturan Daerah ini sehingga
mengakibatkan perubahan fungsi Ruang, kerugian
terhadap harta benda atau kerusakan barang,
dan/atau kematian orang dikenai sanksi pidana.
(2) Pengenaan sanksi pidana sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

BAB XIII
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 126
(1) Jangka waktu Peraturan Daerah ini berlaku untuk 20
(dua puluh) tahun sejak diundangkannya Peraturan
Daerah ini dan dapat dilakukan peninjauan kembali 1
(satu) kali dalam periode 5 (lima) tahunan.
(2) Peninjauan kembali Peraturan Daerah ini dapat
dilakukan lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun
apabila terjadi perubahan lingkungan strategis berupa:
a. bencana alam skala besar yang ditetapkan dengan
peraturan perundang-undangan;
b. perubahan batas teritorial negara yang ditetapkan
dengan undang-undang;
c. perubahan batas Wilayah Daerah yang ditetapkan
dengan undang-undang; dan
- 203 -

d. perubahan kebijakan nasional yang bersifat


strategis.
(3) Peninjauan kembali Peraturan Daerah ini sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

BAB XIV
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 127
(1) Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku:
a. izin Pemanfaatan Ruang atau KKPR yang telah
dikeluarkan, dan telah sesuai dengan ketentuan
Peraturan Daerah ini, tetap berlaku sesuai dengan
masa berlakunya;
b. izin Pemanfaatan Ruang atau KKPR yang telah
dikeluarkan tetapi tidak sesuai dengan ketentuan
Peraturan Daerah ini dilakukan penyesuaian izin
terhadap Peraturan Daerah ini, dengan ketentuan:
1. untuk yang belum dilaksanakan
pembangunannya, izin atau KKPR tersebut
disesuaikan dengan fungsi kawasan
berdasarkan Peraturan Daerah ini;
2. untuk yang sudah dilaksanakan
pembangunannya:
a) Pemanfaatan Ruang dilakukan sampai izin
atau KKPR tersebut habis masa berlakunya
dan dilakukan dengan menerapkan
rekayasa teknis sesuai dengan fungsi
kawasan berdasarkan Peraturan Daerah ini;
dan
b) dalam hal tidak memungkinkan untuk
menerapkan rekayasa teknis sesuai dengan
fungsi kawasan berdasarkan Peraturan
Daerah ini, atas izin atau KKPR yang telah
- 204 -

diterbitkan dapat dibatalkan dan terhadap


kerugian yang timbul sebagai akibat
pembatalan izin tersebut dapat diberikan
penggantian sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
c. Pemanfaatan Ruang yang izin atau KKPR sudah
habis dan tidak sesuai dengan Peraturan Daerah ini
dilakukan penyesuaian dengan fungsi kawasan
berdasarkan Peraturan Daerah ini;
d. Pemanfaatan Ruang di Daerah Provinsi yang
diselenggarakan tanpa izin atau KKPR ditentukan
sebagai berikut:
1. yang bertentangan dengan ketentuan Peraturan
Daerah ini, Pemanfaatan Ruang yang
bersangkutan ditertibkan dan disesuaikan
dengan fungsi kawasan berdasarkan Peraturan
Daerah ini; dan
2. yang sesuai dengan Peraturan Daerah ini,
dipercepat untuk mendapatkan izin atau KKPR
yang diperlukan;
e. Masyarakat yang menguasai tanahnya berdasarkan
hak adat dan/atau hak-hak atas tanah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
yang karena Peraturan Daerah ini pemanfaatannya
tidak sesuai lagi, maka penyelesaiannya diatur
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(2) Sepanjang Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah
Kabupatan/Kota atau rencana detail tata Ruang belum
disesuaikan dengan Peraturan Daerah ini, digunakan
Peraturan Daerah ini sebagai acuan pemberian KKPR.
(3) Pemanfaatan Ruang pada Kawasan hutan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 33, Pasal 35, Pasal 41, dan Pasal
43 tetap berlaku sebagai kawasan hutan sampai
ditetapkannya peraturan perundang-undangan
- 205 -

mengenai perubahan peruntukan dan/atau fungsi


kawasan hutan oleh Menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan bidang kehutanan.
(4) Penetapan Perhutanan Sosial, Kawasan Lindung
geologi, dan kawasan cagar budaya oleh peraturan
perundang-undangan menjadi bagian dari Peraturan
Daerah ini.
(5) Apabila kegiatan pertambangan sudah berakhir
dan/atau dicabut izin atau KKPR, Pemanfaatan Ruang
di kawasan pasca pertambangan mengacu rencana Pola
Ruang Peraturan Daerah ini.

BAB XV
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 128
Peraturan pelaksanaan dari Peraturan Daerah ini ditetapkan
paling lama 2 (dua) tahun terhitung sejak Peraturan Daerah
ini diundangkan.

Pasal 129
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku:
a. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor
Nomor 1 Tahun 2016 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016-2036
(Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Timur Tahun
2016 Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi
Kalimantan Timur Nomor 70);
b. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor
Nomor 2 Tahun 2021 tentang Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Kalimantan
Timur Tahun 2021-2041 (Lembaran Daerah Provinsi
Kalimantan Timur Tahun 2021 Nomor 2, Tambahan
Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 2),
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
- 207 -

BAB I...................................................................................................................................................... 5
KETENTUAN UMUM ......................................................................................................................... 5
BAB II .................................................................................................................................................. 11
RUANG LINGKUP ............................................................................................................................ 11
BAB III ................................................................................................................................................. 14
TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG ........................................... 14
Bagian Kesatu .............................................................................................................................. 14
Tujuan Penataan Ruang ........................................................................................................... 14
Bagian Kedua................................................................................................................................ 14
Kebijakan Penataan Ruang ...................................................................................................... 14
Bagian Ketiga ................................................................................................................................ 15
Strategi Penataan Ruang .......................................................................................................... 15
BAB IV ................................................................................................................................................. 21
RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH PROVINSI .......................................................... 21
Bagian Kesatu .............................................................................................................................. 21
Umum.............................................................................................................................................. 21
Bagian Kedua................................................................................................................................ 21
Sistem Pusat Permukiman ....................................................................................................... 21
Bagian Ketiga ................................................................................................................................ 24
Sistem Jaringan Transportasi ................................................................................................. 24
Paragraf 1 ................................................................................................................................... 24
Umum.......................................................................................................................................... 24
Paragraf 2 ................................................................................................................................... 25
Sistem Jaringan Jalan ........................................................................................................... 25
Paragraf 3 ................................................................................................................................... 34
Sistem Jaringan Kereta Api ................................................................................................. 34
Paragraf 4 ................................................................................................................................... 36
Sistem Jaringan Sungai, Danau, dan Penyeberangan ............................................... 36
Paragraf 5 ................................................................................................................................... 39
Sistem Jaringan Transportasi Laut ................................................................................... 39
Paragraf 6 ................................................................................................................................... 42
Bandar Udara Umum dan Bandar Udara Khusus ....................................................... 42
Bagian Keempat ........................................................................................................................... 44
Sistem Jaringan Energi ............................................................................................................. 44
Bagian Kelima............................................................................................................................... 49
Sistem Jaringan Telekomunikasi ........................................................................................... 49
Bagian Keenam ............................................................................................................................ 50
Sistem Jaringan Sumber Daya Air ........................................................................................ 50
Bagian Ketujuh ............................................................................................................................ 54
Sistem Jaringan Prasarana Lainnya ..................................................................................... 54
BAB V .................................................................................................................................................. 57
RENCANA POLA RUANG WILAYAH PROVINSI ...................................................................... 57
Bagian Kesatu .............................................................................................................................. 57
Umum.............................................................................................................................................. 57
Bagian Kedua................................................................................................................................ 58
Kawasan Lindung ........................................................................................................................ 58
Bagian Ketiga ................................................................................................................................ 65
Kawasan Budi Daya ................................................................................................................... 65
BAB VI ................................................................................................................................................. 72
KAWASAN STRATEGIS PROVINSI ............................................................................................. 72
BAB VII ............................................................................................................................................... 81
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH PROVINSI..................................................... 81
Bagian Kesatu .............................................................................................................................. 81
Umum.............................................................................................................................................. 81
Bagian Kedua................................................................................................................................ 81
- 208 -

KKPR ................................................................................................................................................ 81
Bagian Ketiga ................................................................................................................................ 83
Indikasi Program Utama ........................................................................................................... 83
Bagian Keempat ........................................................................................................................... 85
Pelaksanaan Sinkronisasi Program Pemanfaatan Ruang .............................................. 85
BAB VIII .............................................................................................................................................. 86
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH PROVINSI ................... 86
Bagian Kesatu .............................................................................................................................. 86
Umum.............................................................................................................................................. 86
Bagian Kedua................................................................................................................................ 87
Indikasi Arahan Zonasi Sistem Provinsi .............................................................................. 87
Paragraf 1 ................................................................................................................................... 87
Umum.......................................................................................................................................... 87
Paragraf 2 ................................................................................................................................... 87
Indikasi Arahan Zonasi untuk Rencana Struktur Ruang.......................................... 87
Paragraf 3 ................................................................................................................................. 119
Indikasi Arahan Zonasi untuk Rencana Pola Ruang ................................................ 119
Paragraf 4 ................................................................................................................................. 158
Ketentuan Khusus rencana Pola Ruang ........................................................................ 158
Bagian Ketiga .............................................................................................................................. 188
Penilaian Pelaksanaan Pemanfaatan Ruang .................................................................... 188
Paragraf 1 ................................................................................................................................. 188
Umum........................................................................................................................................ 188
Paragraf 2 ................................................................................................................................. 188
Penilaian Pelaksanaan KKPR ............................................................................................ 188
Paragraf 3 ................................................................................................................................. 190
Penilaian Perwujudan Rencana Tata Ruang ................................................................ 190
Bagian Keempat ......................................................................................................................... 192
Arahan Insentif dan Disinsentif ........................................................................................... 192
Bagian Kelima............................................................................................................................. 193
Arahan Sanksi ............................................................................................................................ 193
BAB IX ............................................................................................................................................... 197
KELEMBAGAAN ............................................................................................................................. 197
BAB X ................................................................................................................................................ 197
HAK, KEWAJIBAN, DAN PERAN MASYARAKAT ................................................................. 197
Bagian Kesatu ............................................................................................................................ 197
Hak dan Kewajiban Masyarakat........................................................................................... 197
Bagian Kedua.............................................................................................................................. 198
Peran Masyarakat ..................................................................................................................... 199
BAB XI ............................................................................................................................................... 200
PENYIDIKAN.................................................................................................................................... 200
BAB XII ............................................................................................................................................. 202
KETENTUAN PIDANA ................................................................................................................... 202
BAB XIII ............................................................................................................................................ 202
KETENTUAN LAIN-LAIN .............................................................................................................. 202
BAB XIV ............................................................................................................................................ 203
KETENTUAN PERALIHAN ........................................................................................................... 203
BAB XV ............................................................................................................................................. 205
KETENTUAN PENUTUP ............................................................................................................... 205

Lampiran I Cakupan Wilayah RTRW Provinsi


Lampiran II Peta Rencana Struktur Ruang Wilayah
Lampiran III Peta Sistem Pusat Permukiman
- 209 -

Lampiran IV Peta Sistem Jaringan Transportasi


Lampiran V Infrastruktur Pembangkit Tenaga Listrik Dan Sarana Pendukung
Lampiran VI Peta Sistem Jaringan Energi
Lampiran VII Peta Sistem Jaringan Telekomunikasi
Lampiran VIII Peta Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Lampiran IX Peta Sistem Jaringan Prasarana Lainnya
Lampiran X Peta Rencana Pola Ruang Wilayah
Lampiran XI Peta Kawasan Strategis Provinsi
Lampiran XII Tabel Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut
Lampiran XIII Peta Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut
Lampiran XIV Indikasi Program Utama Pemanfaatan Ruang
Lampiran XV Peta Ketentuan Khusus Rencana Pola Ruang Kawasan
Keselamatan Operasi Penerbangan
Lampiran XVI Peta Ketentuan Khusus Rencana Pola Ruang KP2B
Lampiran XVII Peta Ketentuan Khusus Rencana Pola Ruang Kawasan Rawan
Bencana
Lampiran XVIII Peta Ketentuan Khusus Rencana Pola Ruang Kawasan Cagar
Budaya
Lampiran XIX Peta Ketentuan Khusus Rencana Pola Ruang Kawasan Resapan
Air
Lampiran XX Peta Ketentuan Khusus Rencana Pola Ruang Kawasan
Sempadan
Lampiran XXI Peta Ketentuan Khusus Rencana Pola Ruang Pertahanan dan
Keamanan
Lampiran XXII Peta Ketentuan Khusus Rencana Pola Ruang Kawasan Karst
Lampiran XXIII Peta Ketentuan Khusus Rencana Pola Ruang Kawasan
Pertambangan Mineral dan Batubara
Lampiran XXIV Peta Ketentuan Khusus Rencana Pola Ruang Kawasan
Migrasi Satwa
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
NOMOR 1 TAHUN 2023
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2023-2042

I. UMUM
Sesuai dengan amanat Pasal 23 Undang-Undang Nomor 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022
tentang Cipta Kerja, Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi ditinjau
kembali 1 (satu) kali dalam setiap periode 5 (lima) tahunan. Peninjauan
kembali merupakan upaya untuk melihat kesesuaian antara RTRW
Provinsi dan kebutuhan pembangunan yang memperhatikan
perkembangan lingkungan strategis, dinamika pembangunan, dan
pelaksanaan Pemanfaatan Ruang.
Penyusunan RTRW Provinsi memperhatikan dinamika
pembangunan yang berkembang, antara lain, tantangan globalisasi,
otonomi dan aspirasi daerah, keseimbangan perkembangan Wilayah,
kondisi fisik Wilayah yang rentan terhadap bencana, dan peran teknologi
dalam memanfaatkan Ruang. Untuk mengantisipasi dinamika
pembangunan tersebut, upaya pembangunan Wilayah Provinsi juga
harus ditingkatkan melalui perencanaan, pelaksanaan, dan
Pemanfaatan Ruang yang lebih baik agar seluruh pikiran dan sumber
daya dapat diarahkan secara berhasil guna dan berdaya guna. Salah
satu hal penting yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut
berupa peningkatan keterpaduan dan keserasian pembangunan di
segala bidang pembangunan.
-2-

RTRW Provinsi memadukan dan menyerasikan tata guna tanah, tata


guna udara, tata guna air, dan tata guna sumber daya alam lainnya dalam
satu kesatuan tata lingkungan yang harmonis dan dinamis serta ditunjang
oleh pengelolaan perkembangan kependudukan yang serasi dan disusun
melalui pendekatan Wilayah dengan memperhatikan sifat lingkungan alam
dan lingkungan sosial. Penggunaan sumber daya alam dilakukan secara
terencana, rasional, optimal, bertanggung jawab, dan sesuai dengan
kemampuan daya dukungnya dengan mengutamakan sebesar-besamya
untuk kemakmuran rakyat, memperkuat struktur ekonomi yang
memberikan efek pengganda yang maksimum terhadap pengembangan
industri pengolahan dan jasa dengan memperhatikan kelestarian fungsi
dan keseimbangan lingkungan hidup, serta keanekaragaman hayati guna
mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.
Untuk itu, penyusunan RTRW Provinsi ini berdasarkan pada upaya
untuk mewujudkan tujuan Penataan Ruang Wilayah Provinsi, yang
diterjemahkan dalam kebijakan dan strategi pengembangan rencana
Struktur Ruang dan rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi. Rencana
Struktur Ruang Wilayah Provinsi mencakup sistem pusat permukiman,
sistem jaringan transportasi, sistem jaringan energi, sistem jaringan
telekomunikasi, sistem jaringan sumber daya air, dan sistem jaringan
lainnya. Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi mencakup Kawasan
Lindung dan Kawasan Budi Daya. RTRW Provinsi ini juga menetapkan
arahan Pemanfaatan Ruang yang merupakan KKPR, indikasi program
utama jangka menengah lima tahunan, dan arahan Pengendalian
Pemanfaatan Ruang yang terdiri atas indikasi arahan zonasi sistem
Provinsi, arahan perizinan, penilaian pelaksanaan KKPR, arahan insentif
dan disinsentif, serta arahan sanksi.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Cukup jelas.

Pasal 2
Cukup jelas.
-3-

Pasal 3
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan ”Ruang udara” adalah Wilayah
kedaulatan udara di atas Wilayah daratan dan perairan Provinsi
Kalimantan Timur.
Yang dimaksud dengan ”Ruang di dalam bumi” adalah Wilayah
dalam bumi dan/atau bawah permukaan tanah yang menjadi
sumber daya tempat manusia dan makhluk lain hidup,
melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan
kehidupannya.
Ayat (2)
Luas Wilayah RTRW Provinsi berdasarkan perhitungan peta
Wilayah administrasi dengan menggunakan sistem proyeksi
cylindrical equal area. Peta tersebut bersumber dari:
a. peta batas negara sebagaimana dimaksud dalam geoportal
kebijakan satu peta;
b. peta batas Wilayah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud
dalam beberapa peraturan menteri dalam negeri tentang
batas daerah;
c. peta batas Wilayah administrasi kewenangan pengelolaan
sumber daya Laut Provinsi sebagaimana dimaksud dalam
rancangan peraturan menteri dalam negeri;
d. peta batas kewenangan pengelolaan sumber daya Laut
paling jauh 12 (dua belas) mil Laut sebagaimana dimaksud
dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 100.1.1-
6117 Tahun 2022 Pemberian dan Pemutakhiran Kode, Data
Wilayah Administrasi Pemerintahan, dan Pulau;
e. peta batas Wilayah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud
dalam berita acara kesepakatan; dan
f. peta Garis Pantai sebagaimana dimaksud dalam Peraturan
Kepala Badan Informasi Geospasial Nomor 26.4 Tahun 2021
tentang Penetapan Peta Dasar Edisi Tahun 19990-2020.
Ayat (3)
Cukup jelas.
-4-

Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Yang dimaksud dengan ”nama Pulau Kecil” adalah data pulau
per Kabupaten/Kota per Provinsi seluruh Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri
Nomor 100.1-1-6117 Tahun 2022 tentang Pemberian dan
Pemutakhiran Kode, Data Wilayah Administrasi Pemerintahan,
dan Pulau.

Pasal 4
Cukup jelas.

Pasal 5
Tujuan Penataan Ruang Wilayah Provinsi:
a. mendukung tujuan Penataan Ruang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional dan rencana rincinya melalui keterpaduan
antarsektor, antarwilayah, dan Masyarakat;
b. mewujudkan aspek keruangan yang harmonis dengan rencana
pembangunan jangka panjang daerah.
Yang dimaksud dengan ”maju” adalah menjadi lebih baik,
berkembang, dan/atau mencapai Masyarakat yang adil dan
sejahtera.
Yang dimaksud dengan ”aman” adalah situasi Masyarakat dapat
menjalankan aktivitas kehidupannya dengan terlindungi dari
berbagai ancaman.
Yang dimaksud dengan “nyaman” adalah keadaan Masyarakat dapat
mengartikulasikan nilai sosial budaya dan fungsinya dalam suasana
yang tenang dan damai.
Yang dimaksud dengan “lestari” adalah penggunaan sumber daya
alam dilakukan secara terencana, rasional, optimal, bertanggung
jawab, dan sesuai dengan kemampuan daya dukungnya, dengan
mengutamakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
-5-

Yang dimaksud dengan “berkelanjutan” adalah kondisi kualitas


lingkungan fisik dapat dipertahankan bahkan dapat ditingkatkan,
termasuk pula antisipasi untuk mengembangkan orientasi ekonomi
kawasan setelah habisnya sumber daya alam tak terbarukan.
Pembangunan Industri Hijau bertujuan untuk mewujudkan industri
yang berkelanjutan dalam rangka efisiensi dan efektivitas
penggunaan sumber daya alam secara berkelanjutan sehingga
mampu menyelaraskan pembangunan industri dengan
kelangsungan dan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan
memberikan manfaat bagi Masyarakat. Lingkup pembangunan
Industri Hijau meliputi standardisasi Industri Hijau dan pemberian
fasilitas untuk Industri Hijau. Strategi pengembangan Industri Hijau
akan dilakukan yaitu:
a. mengembangkan industri yang sudah ada menuju Industri Hijau;
dan
b. membangun industri baru dengan menerapkan prinsip-prinsip
Industri Hijau.

Pasal 6
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “jaringan prasarana Wilayah” adalah
satu kesatuan kelengkapan dasar fisik lingkungan yang
memenuhi standar tertentu untuk kebutuhan ekonomi, sosial,
dan budaya yang layak, sehat, aman, dan nyaman, serta saling
menghubungkan dan berada dalam pengaruh pelayanan dalam
satu hubungan hierarki.
Huruf d
Kawasan berfungsi lindung dapat diterapkan untuk mengatasi
dan mengantisipasi ancaman kerusakan lingkungan saat ini
dan pada masa yang akan datang akibat kurangnya
kemampuan perlindungan Wilayah yang ada.
-6-

Huruf e
Yang dimaksud dengan “kawasan berfungsi konservasi” adalah
kawasan dengan pengelolaan sumber daya alam hayati yang
pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin
kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan
meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya.
Kawasan berfungsi konservasi di Wilayah darat merupakan
hutan konservasi.
Yang dimaksud dengan “hutan konservasi” adalah kawasan
hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok
pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta
ekosistemnya.
Yang dimaksud dengan “kawasan berfungsi konservasi di
Perairan Pesisir” adalah kawasan yang mempunyai ciri khas
tertentu sebagai satu kesatuan ekosistem yang dilindungi,
dilestarikan, dan/atau dimanfaatkan secara berkelanjutan.
Huruf f
Kebijakan pengembangan industri yang mandiri, berdaya saing,
dan maju, serta Industri Hijau bagi kesejahteraan Masyarakat
merupakan keselarasan dan keterpaduan kegiatan antarsektor
dan Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 10
Tahun 2019 tentang Rencana Pembangunan Industri Provinsi
Kalimantan Timur Tahun 2019-2039.
Huruf g
Yang dimaksud dengan “kawasan pertanian dengan prinsip
pembangunan berkelanjutan” adalah lahan dan kawasan
pertanian pangan yang dalam merencanakan dan menetapkan,
mengembangkan, memanfaatkan dan membina,
mengendalikan, dan mengawasi secara berkelanjutan.
Perencanaan pertanian pangan berkelanjutan dilakukan pada:
a. KP2B;
b. LP2B; dan
c. LCP2B.
Kawasan pertanian dengan prinsip pembangunan
berkelanjutan diselenggarakan dengan tujuan:
-7-

a. melindungi kawasan dan lahan pertanian pangan secara


berkelanjutan;
b. menjamin tersedianya lahan pertanian pangan secara
berkelanjutan;
c. mewujudkan kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan
pangan;
d. melindungi kepemilikan lahan pertanian pangan milik
petani;
e. meningkatkan kemakmuran serta kesejahteraan petani dan
Masyarakat;
f. meningkatkan perlindungan dan pemberdayaan petani;
g. meningkatkan penyediaan lapangan kerja bagi kehidupan
yang layak;
h. mempertahankan keseimbangan ekologis; dan
i. mewujudkan revitalisasi pertanian
Huruf h
Yang dimaksud dengan “potensi lestari” adalah kelestarian
potensi sumber daya ikan agar dapat terjamin keberlangsungan
perkembangannya.
Yang dimaksud dengan “ekonomi biru” adalah sebuah
pendekatan untuk meningkatkan pengelolaan kelautan
berkelanjutan serta konservasi Laut dan sumber daya pesisir
beserta efosistemnya dalam rangka mewujudkan pertumbuhan
ekonomi dengan prinsip-prinsip antara lain keterlibatan
Masyarakat, efisiensi sumber daya, meminimalkan limbah, dan
nilai tambah ganda.
Huruf i
Yang dimaksud dengan “ekosistem sekitarnya” adalah
lingkungan alam dan lingkungan buatan yang berada di sekitar
kawasan pertambangan.
Huruf j
Cukup jelas.
Huruf k
Yang dimaksud dengan “mitigasi bencana” adalah serangkaian
upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui
-8-

pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan


kemampuan menghadapi ancaman bencana bagi Masyarakat
yang berada pada kawasan rawan bencana.
Mitigasi bencana termasuk mitigasi perubahan iklim.
Huruf l
Cukup jelas.

Pasal 7
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “permukiman berbasis air” adalah
perumahan dan permukiman yang berada pada tepi badan
air di antaranya sungai, pantai, danau, waduk dan
sebagainya yang diselenggarakan berdasarkan kearifan
lokal.
Huruf e
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “kawasan peruntukan industri”
adalah bentangan lahan yang diperuntukkan bagi kegiatan
-9-

industri berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah yang


ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Ayat (9)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “daya dukung lingkungan” adalah
kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung
perikehidupan manusia, makhluk hidup lain, dan
keseimbangan antarkeduanya.
Yang dimaksud dengan “daya tampung lingkungan” adalah
kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi,
dan/atau komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke
dalamnya.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Ayat (10)
Cukup jelas.
Ayat (11)
Cukup jelas.
- 10 -

Ayat (12)
Cukup jelas.

Pasal 8
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “rencana Struktur Ruang” adalah
gambaran Struktur Ruang yang dikehendaki untuk dicapai
pada akhir tahun rencana, yang mencakup Struktur Ruang
yang ada dan yang akan dikembangkan.
Rencana Struktur Ruang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas sistem pusat permukiman, meningkatkan kualitas dan
jangkauan pelayanan jaringan prasarana, serta meningkatkan
fungsi Wilayah sebagai pusat Industri Hijau, pertanian,
kelautan dan perikanan, pertambangan, dan IKN dan dengan
mengedepankan pelestarian lingkungan. Rencana Struktur
Ruang berfungsi sebagai penunjang dan penggerak kegiatan
sosial ekonomi Masyarakat yang secara hierarki memiliki
hubungan fungsional.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 9
Ayat (1)
Pengembangan sistem pusat permukiman dilakukan secara
selaras, saling memperkuat, dan serasi dalam Ruang Wilayah
Provinsi sehingga membentuk satu sistem yang menunjang
pertumbuhan dan penyebaran berbagai usaha dan/atau
kegiatan dalam Ruang Wilayah Provinsi.
Pengembangan sistem pusat permukiman diserasikan dengan
sistem jaringan transportasi, sistem jaringan prasarana dan
sarana, serta memperhatikan peruntukan Ruang Kawasan Budi
Daya di Wilayah sekitarnya, baik yang ada sekarang maupun
yang direncanakan sehingga pengembangannya dapat
meningkatkan kualitas Pemanfaatan Ruang yang ada.
- 11 -

Dalam sistem pusat permukiman dikembangkan kawasan


untuk peningkatan kegiatan ekonomi, sosial, budaya, dan
pelestarian lingkungan hidup secara harmonis, serta jaringan
prasarana dan sarana pelayanan penduduk yang sesuai dengan
kebutuhan dan menunjang fungsi sistem pusat permukiman
Provinsi.
Sistem pusat permukiman bertujuan untuk mengembangkan
dan meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan sistem
pusat permukiman guna tercipta keseimbangan perkembangan
kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “Balikpapan” adalah Kota Balikpapan.
Yang dimaksud dengan “Samarinda” adalah Kota Samarinda.
Yang dimaksud dengan “Bontang” adalah Kota Bontang.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Ayat (9)
Penentuan sistem pusat permukiman berdasarkan kriteria PKL
menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan kriteria
tambahan.
Kriteria PKL menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
meliputi:
a. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai
pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala
kabupaten atau beberapa kecamatan;
- 12 -

b. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai


simpul transportasi yang melayani skala kabupaten atau
beberapa kecamatan, antara lain pelabuhan lokal, bandar
udara bukan pusat penyebaran, stasiun skala kecil, dan
terminal penumpang tipe C;
c. kawasan perkotaan yang berada di pesisir berfungsi atau
berpotensi mendukung ekonomi kelautan lokal, antara lain
berupa kota pantai sentra pertumbuhan ekonomi lokal dan
teknopark kelautan.
Kriteria tambahan meliputi:
a. klasifikasi ibu kota kecamatan atau pusat desa yang
berpotensi menjadi kawasan perkotaan atau pusat
pertumbuhan berdasarkan Perka BPS Nomor 37 Tahun
2010 tentang Klasifikasi Perkotaan dan Perdesaan di
Indonesia dan Perka BPS Nomor 120 Tahun 2020 tentang
Klasifikasi Desa Perkotaan dan Perdesaan di Indonesia
Tahun 2020;
b. perkembangan desa dari perdesaan menjadi perkotaan dari
tahun 2010 hingga tahun 2020;
c. ketersediaan fasilitas pendidikan, perdagangan, atau
kesehatan di ibu kota kecamatan atau pusat
desa/kelurahan;
d. akses atau jarak tempuh/pelayanan ke fasilitas pendidikan,
perdagangan, atau kesehatan dari ibu kota kecamatan atau
pusat desa.
Ayat (10)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “pelabuhan perikanan” adalah
tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya
dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan
pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang
digunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar,
berlabuh, dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi
dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan
penunjang perikanan.
- 13 -

Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “sentra industri maritim” adalah
daerah yang berperan sebagai sentra untuk pengembangan
galangan kapal, pengadaan dan pembuatan suku cadang,
peralatan kapal, dan/atau perawatan kapal.
Ayat (11)
Cukup jelas.

Pasal 10
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “sistem jaringan transportasi” adalah
satu kesatuan yang saling menghubungkan sistem jaringan
jalan, sistem jaringan kereta api, sistem jaringan sungai, danau,
dan penyeberangan, sistem jaringan transportasi Laut, dan
bandar udara yang membentuk suatu sistem pelayanan jasa
transportasi yang efektif dan efisien dalam satu hubungan
hierarki.
Sistem jaringan transportasi merupakan sistem yang
memperlihatkan keterkaitan kebutuhan dan pelayanan
transportasi antarwilayah dan antarkawasan perkotaan dalam
Ruang Wilayah Provinsi, serta keterkaitannya dengan jaringan
transportasi nasional dan internasional.
Pengembangan sistem jaringan transportasi dilakukan secara
terintegrasi mencakup transportasi darat, transportasi Laut,
dan bandar udara yang menghubungkan antarpulau serta
kawasan perkotaan dengan kawasan produksi, sehingga
terbentuk kesatuan untuk menunjang kegiatan sosial, ekonomi,
serta pertahanan dan keamanan negara dalam rangka
memantapkan kedaulatan Wilayah nasional.
Pengembangan sistem jaringan transportasi dimaksudkan
untuk menciptakan keterkaitan antarsistem pusat permukiman
serta mewujudkan keselarasan dan keterpaduan antara sistem
- 14 -

pusat permukiman dengan sektor kegiatan ekonomi


Masyarakat.
Sistem jaringan transportasi bertujuan untuk meningkatkan
kualitas dan jangkauan pelayanan pergerakan orang dan
barang, keterkaitan antarsistem pusat permukiman,
keterkaitan antara Wilayah Provinsi dengan Provinsi sekitarnya,
serta untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, serta kegiatan
pertanahan dan keamanan.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 11
Sistem jaringan jalan bertujuan untuk menghubungkan antarsistem
pusat permukiman, antara sistem permukiman dengan sistem
jaringan kereta api, sistem jaringan sungai, danau dan
penyeberangan, sistem jaringan transportasi Laut, serta bandar
udara umum dan bandar udara khusus, antara sistem permukiman
dengan Kawasan Budi Daya, serta Pulau Kecil berpenduduk dan
pelayanan pergerakan orang dan/atau bongkar muat barang yang
aman, selamat, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain
untuk mendorong perekonomian dan kesejahteraan Masyarakat.
Huruf a
Yang dimaksud dengan “jalan umum” adalah jalan yang
diperuntukkan bagi lalu lintas umum.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “jalan tol” adalah jalan bebas hambatan
yang merupakan bagian sistem jaringan jalan dan sebagai jalan
nasional yang penggunanya diwajibkan membayar.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “terminal penumpang” adalah
pangkalan kendaraan bermotor umum yang digunakan untuk
mengatur kedatangan dan keberangkatan, menaikkan dan
menurunkan orang dan/atau barang, serta perpindahan moda
angkutan.
Huruf d
- 15 -

Yang dimaksud dengan “terminal barang” adalah tempat untuk


melakukan kegiatan bongkar muat barang, perpindahan
intramoda dan antarmoda angkutan barang, konsolidasi
barang/pusat kegiatan logistik, dan/atau tempat parkir mobil
barang.
Huruf e
Yang dimaksud dengan “jembatan timbang” merupakan fasilitas
penimbangan. Fasilitas penimbangan adalah fasilitas
penimbangan yang dipasang secara tetap yang terdiri atas
fasilitas utama dan fasilitas penunjang yang mempunyai fungsi
pengawasan muatan angkutan barang.
Huruf f
Yang dimaksud dengan “jembatan” adalah bangunan
penghubungan guna mengatasi rintangan antarruas jalan.

Pasal 12
Ayat (1)
Jalan umum bertujuan menghubungkan antarsistem pusat
permukiman, antara sistem permukiman dengan sistem
jaringan kereta api, sistem jaringan sungai, danau dan
penyeberangan, sistem jaringan transportasi Laut, bandar
udara umum dan bandar udara khusus, serta jalur pendaratan
dan penerbangan di Laut, serta antara sistem permukiman
dengan Kawasan Budi Daya melalui pelayanan jalan yang andal
dan prima guna mendorong pertumbuhan ekonomi, percepatan
distribusi logistik, pemerataan pembangunan, dan
implementasi pembangunan jalan berkelanjutan.
Yang dimaksud dengan “jalan arteri” adalah jalan umum yang
berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan
jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk
dibatasi secara efisien.
Yang dimaksud dengan “jalan kolektor” adalah jalan umum
yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi
dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata
sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
- 16 -

Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “jalan arteri primer” adalah jalan yang
menghubungkan secara berdaya guna antarPKN, antara PKN
dan PWK, dan/atau PKN dan/atau PKW dengan bandar udara
pengumpul dan pelabuhan utama atau pengumpul.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “jalan kolektor primer” adalah jalan
kolektor dalam skala Wilayah.
Yang termasuk dalam jalan kolektor primer meliputi jalan
kolektor primer satu, jalan kolektor primer dua, dan jalan
kolektor primer tiga.
Jalan kolektor primer satu merupakan jalan kolektor dalam
sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan sistem
transportasi nasional lainnya.
Jalan kolektor primer dua merupakan jalan kolektor dalam
sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan ibu kota
Provinsi dengan ibu kota Kabupaten/Kota.
Jalan kolektor primer tiga merupakan jalan kolektor dalam
sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan antaribu
kota Kabupaten/Kota.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.

Pasal 13
Cukup jelas.

Pasal 14
Ayat (1)
Terminal penumpang bertujuan untuk mewujudkan kelancaran
kedatangan dan keberangkatan, menaikan dan menurunkan
orang, serta perpindahan moda angkutan yang terpadu bagi
keamanan dan keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan.
- 17 -

Yang dimaksud dengan “terminal penumpang tipe A” adalah


terminal yang fungsi utamanya melayani kendaraan umum
untuk angkutan lintas batas negara dan/atau angkutan
antarkota antarprovinsi.
Yang dimaksud dengan “terminal penumpang tipe B” adalah
terminal yang fungsi utamanya melayani kendaraan umum
untuk angkutan antarkota dalam Provinsi.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.

Pasal 15
Ayat (1)
Terminal barang bertujuan untuk mewujudkan kelancaran
bongkar muat barang, perpindahan intramoda dan antarmoda
angkutan barang, konsolidasi barang/pusat kegiatan logistik,
dan/atau tempat parkir mobil barang yang aman dan selamat,
serta keterpaduan intramoda dan antarmoda angkutan.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 16
Ayat (1)
Jembatan timbang bertujuan untuk mewujudkan pengawasan
muatan angkutan barang bagi keselamatan dan kelancaran
arus lalu lintas.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 17
Ayat (1)
- 18 -

Jembatan bertujuan untuk menghubungkan antarsistem pusat


permukiman, antara sistem permukiman dengan Kawasan Budi
Daya, atau antara pulau dengan pulau lainnya.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 18
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “sistem jaringan jalur kereta api” adalah
seluruh jalur kereta api yang terkait satu dengan yang lain yang
menghubungkan berbagai tempat sehingga merupakan satu
sistem.
Yang dimaksud dengan “jaringan jalur kereta api” adalah jalur
yang terdiri atas rangkaian petak jalan rel yang meliputi Ruang
manfaat jalur kereta api, Ruang milik jalur kereta api, dan
Ruang pengawasan jalur kereta api, termasuk bagian atas dan
bawahnya yang diperuntukkan bagi lalu lintas kereta api.
Yang dimaksud dengan “stasiun kereta api” adalah tempat
pemberangkatan dan pemberhentian kereta api.
Ayat (2)
Yang termasuk dalam jaringan jalur kereta api meliputi jaringan
jalur kereta api umum dan jaringan jalur kereta api khusus.
Kegiatan pokok yang membutuhkan jaringan jalur kereta api
khusus, antara lain, kegiatan pertambangan yang
membutuhkan jaringan jalur kereta api untuk pengangkutan
batubara serta kegiatan industri yang membutuhkan jaringan
jalur kereta api untuk pengangkutan hasil produksi
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
- 19 -

Pasal 19
Ayat (1)
Sistem jaringan sungai, danau, dan penyeberangan bertujuan
untuk meningkatkan pengangkutan penumpang dan/atau
barang serta pengangkutan penumpang dan kendaraan beserta
muatannya antarsistem pusat permukiman, antara sistem
pusat permukiman dan Wilayah lain termasuk Pulau Kecil
berpenduduk, untuk menunjang pariwisata, kawasan strategis,
dan kawasan ekonomi, serta mewujudkan alur-pelayaran
sungai dan danau atau lintas penyeberangan yang aman dan
selamat untuk dilayari dalam rangka mendukung kegiatan
sosial ekonomi.
Yang dimaksud dengan “alur-pelayaran sungai dan alur-
pelayaran danau” adalah perairan sungai dan danau, muara
sungai, alur yang menghubungkan 2 (dua) atau lebih
antarmuara sungai yang merupakan satu kesatuan alur-
pelayaran sungai dan danau yang dari segi kedalaman, lebar,
dan bebas hambatan pelayaran lainnya dianggap aman dan
selamat untuk dilayari.
Yang dimaksud dengan “lintas penyeberangan” adalah suatu
alur perairan di Laut, selat, teluk, sungai dan/atau danau yang
ditetapkan sebagai lintasan angkutan penyeberangan.
Yang dimaksud dengan “lintas penyeberangan antarprovinsi”
adalah lintas penyeberangan yang menghubungkan simpul
pada jaringan jalan dan/atau jaringan jalur kereta api
antarprovinsi.
Lintas penyeberangan antarprovinsi di Provinsi Kalimantan
Timur merupakan lintas penyeberangan sabuk tengah yang
berfungsi menghubungkan jalur tengah Wilayah Indonesia.
Yang dimaksud dengan “lintas penyeberangan
antarkabupaten/kota dalam Provinsi” adalah lintas
penyeberangan yang menghubungkan simpul pada jaringan
jalan dan/atau jaringan jalur kereta api antarkabupaten/kota
dalam Provinsi.
- 20 -

Yang dimaksud dengan “pelabuhan sungai dan danau” adalah


pelabuhan yang digunakan untuk melayani angkutan sungai
dan danau yang terletak di sungai dan danau.
Yang dimaksud dengan “pelabuhan penyeberangan” adalah
pelabuhan yang berfungsi sebagai simpul untuk
menghubungkan jaringan jalan dan/atau jaringan jalur kereta
api yang dipisahkan oleh perairan, untuk mengangkut
penumpang dan kendaraan beserta muatannya.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.

Pasal 20
Ayat (1)
Sistem jaringan transportasi Laut bertujuan untuk
memperlancar arus perpindahan orang dan/atau barang
melalui perairan Laut dengan mengutamakan dan melindungi
angkutan di perairan Laut dalam rangka memperlancar
kegiatan perekonomian nasional dan menciptakan daya saing
dengan mengembangkan industri angkutan perairan nasional.
Pelabuhan Laut bertujuan untuk mewujudkan fungsi
pelabuhan untuk meunjang kelancaran, keamanan, dan
ketertiban arus lalu lintas kapal, penumpang dan/atau barang,
keselamatan dan keamanan berlayar, tempat perpindahan
intra-dan/atau antarmoda serta mendorong perekonomian
nasional dan daerah.
- 21 -

Yang dimaksud dengan “alur-pelayaran di Laut” adalah perairan


Laut yang dari segi kedalaman, lebar, dan bebas hambatan
pelayaran lainnya dianggap aman dan selamat untuk dilayari.
Alur pelayaran bertujuan untuk mewujudkan perairan yang
aman dan selamat untuk dilayari.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “pelabuhan utama” adalah pelabuhan
yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan Laut dalam
negeri dan internasional, alih muat angkutan Laut dalam negeri
dan internasional dalam jumlah besar, dan sebagai tempat asal
tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan
penyeberangan dengan jangkauan pelayanan antarprovinsi.
Yang dimaksud dengan “pelabuhan pengumpul” adalah
pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan
Laut dalam negeri, alih muat angkutan Laut dalam negeri dalam
jumlah menengah, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang
dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan dengan
jangkauan pelayanan antarprovinsi.
Yang dimaksud dengan “pelabuhan pengumpan” adalah
pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan
Laut dalam negeri, alih muat angkutan Laut dalam negeri dalam
jumlah terbatas, merupakan pengumpan bagi pelabuhan utama
dan pelabuhan pengumpul, dan sebagai tempat asal tujuan
penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan
dengan jangkauan pelayanan dalam Provinsi.
Yang dimaksud dengan “Terminal Umum” adalah fasilitas
pelabuhan yang terdiri atas kolam sandar dan tempat kapal
bersandar atau tambat, tempat penumpukan, tempat
menunggu dan naik turun penumpang, dan/atau tempat
bongkar muat barang untuk melayani kepentingan umum.
Yang dimaksud dengan “terminal khusus” adalah terminal yang
terletak di luar daerah lingkungan kerja dan daerah lingkungan
kepentingan pelabuhan yang merupakan bagian dari pelabuhan
terdekat untuk melayani kepentingan sendiri sesuai dengan
usaha pokoknya.
- 22 -

Yang termasuk dalam kegiatan usaha pokok meliputi pertanian,


kehutanan, perikanan, pertambangan dan penggalian, industri
pengolahan, pengadaan listrik, gas, uap air panas, dan udara
dingin, pengelolaan air, pengelolaan air limbah dan daur ulang,
konstruksi, perdagangan besar, penyediaan akomodasi,
kawasan pariwisata, taman wisata alam, dan taman nasional,
dan kegiatan tertentu yang dalam pelaksanaan kegiatan
memerlukan fasilitas dermaga.
Ayat (3)
Pengembangan pelabuhan utama dimaksudkan antara lain
untuk membuka akses berbagai produk sektor unggulan ke
pasar internasional yang merupakan tujuan ekspor.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Ayat (9)
Yang dimaksud dengan “alur-pelayaran umum dan perlintasan”
adalah bagian dari perairan yang dapat dilayari sesuai
dimensi/spesifikasi kapal di Laut, sungai, dan danau untuk
melayani kepentingan umum.
Yang dimaksud dengan “alur pelayaran khusus” adalah bagian
dari perairan yang dapat dilayari sesuai dimensi/spesifikasi
kapal di Laut, sungai, dan danau untuk melayani kepentingan
sendiri sesuai dengan usaha pokoknya.
Ayat (10)
Cukup jelas.
Ayat (10)
Cukup jelas.
- 23 -

Ayat (11)
Cukup jelas.

Pasal 21
Ayat (1)
Bandar udara umum dan bandar udara khusus bertujuan
untuk mewujudkan bandar udara sebagai tempat pesawat
udara mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang,
bongkar muat barang, dan tempat perpindahan intra dan
antarmoda transportasi, serta keselamatan dan keamanan
penerbangan, serta menunjang pembangunan nasional dan
daerah.
Yang dimaksud dengan “bandar udara” adalah kawasan di
daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang
digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas
landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan
tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi, yang
dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan
penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang
lainnya.
Yang dimaksud dengan “bandar udara umum” adalah bandar
udara yang digunakan untuk melayani kepentingan umum.
Yang dimaksud dengan “bandar udara khusus” adalah bandar
udara yang hanya digunakan untuk melayani kepentingan
sendiri untuk menunjang kegiatan usaha pokoknya.
Yang dimaksud dengan “bandar udara pengumpul” adalah
bandar udara yang mempunyai cakupan pelayanan yang luas
dari berbagai bandar udara yang melayani penumpang
dan/atau kargo dalam jumlah besar dan mempengaruhi
perkembangan ekonomi secara nasional atau berbagai Provinsi.
Yang dimaksud dengan “bandar udara pengumpan” adalah
bandar udara yang mempunyai cakupan pelayanan dan
mempengaruhi perkembangan ekonomi terbatas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
- 24 -

Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.

Pasal 22
Ayat (1)
Sistem jaringan energi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
energi dalam jumlah yang cukup dan menyediakan akses
terhadap berbagai jenis energi bagi Masyarakat untuk
kebutuhan sekarang dan akan datang.
Yang dimaksud dengan “jaringan infrastruktur minyak dan gas
bumi” adalah jaringan dan infrastruktur kegiatan usaha hulu
dan kegiatan usaha hilir minyak dan gas bumi.
Kegiatan usaha hulu adalah kegiatan usaha yang berintikan
atau bertumpu pada kegiatan usaha eksplorasi dan eksploitasi.
Kegiatan usaha hilir adalah kegiatan usaha yang berintikan
atau bertumpu pada kegiatan usaha pengolahan,
pengangkutan, penyimpanan, dan/atau niaga.
Yang dimaksud dengan “jaringan infrastruktur
ketenagalistrikan” adalah jaringan dan infrastruktur yang
menyangkut penyediaan dan pemanfaatan tenaga listrik serta
usaha penunjang tenaga listrik.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “infrastruktur minyak dan gas bumi”
adalah fasilitas dan sarana infrastruktur melalui moda selain
pipa untuk kegiatan usaha hulu dan kegiatan usaha hilir
minyak dan gas bumi.
Yang termasuk dalam fasilitas dan sarana infrastruktur melalui
moda selain pipa meliputi fasilitas liquefied natural gas atau
compressed natural gas berupa tangki, terminal penerima
liquefied natural gas, unit regasifikasi, sarana kompresi dan
- 25 -

dekompresi compressed natural gas, stasiun pengisian bahan


bakar gas, dan peralatan pendukung lainnya.
Yang dimaksud dengan “jaringan minyak dan gas bumi” adalah
fasilitas dan sarana infrastruktur melalui pipa untuk kegiatan
usaha hulu dan kegiatan usaha hilir minyak dan gas bumi.
Yang termasuk dalam fasilitas dan sarana infrastruktur melalui
pipa meliputi pipa transmisi dan pipa distribusi.
Pipa transmisi adalah pipa untuk mengangkut gas bumi dari
sumber pasokan gas bumi atau lapangan-lapangan gas bumi ke
ruas transmisi, Wilayah jaringan distribusi, Wilayah niaga
tertentu, dan/atau konsumen gas bumi.
Pipa distribusi adalah pipa untuk mengangkut gas bumi dari
pipa transmisi pada suatu ruas transmisi dan/atau pipa
distribusi pada suatu Wilayah jaringan distribusi ke konsumen
gas bumi dan/atau Wilayah jaringan distribusi lainnya yang
berbentuk jaringan.
Pipa transmisi harus berada di ruas transmisi atau koridor pipa
bawah Laut sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Menteri
Kelautan dan Perikanan Nomor 14 Tahun 2021 tentang Alur
Pipa dan/atau Kabel Bawah Laut. Pipa distribusi harus berada
di Wilayah jaringan distribusi.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Jaringan pipa minyak dan gas bumi yang dikembangkan untuk
menyalurkan minyak dan gas bumi dari fasilitas produksi ke
kilang pengolahan dan/atau penyimpanan, atau dari kilang
pengolahan atau penyimpanan ke konsumen sehingga fasilitas
produksi, kilang pengolahan, dan tempat penyimpanan minyak
dan gas bumi termasuk juga dalam sistem jaringan energi.
Jaringan infrastruktur minyak dan gas bumi bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan minyak dan gas bumi.
Ayat (5)
Jaringan infrastruktur ketenagalistrikan bertujuan untuk
menjamin ketersediaan tenaga listrik dalam jumlah yang cukup,
- 26 -

kualitas yang baik dalam rangka meningkatkan kesejahteraan


dan kemakmuran Masyarakyat secara adil dan merata serta
mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.
Yang dimaksud dengan “infrastruktur pembangkitan tenaga
listrik dan sarana pendukung” adalah instalasi tenaga listrik
untuk kegiatan memproduksi tenaga listrik.
Yang dimaksud dengan “jaringan infastruktur penyaluran
tenaga listrik dan sarana pendukung” adalah instalasi tenaga
listrik untuk kegiatan konversi, transformasi, penyaluran, dan
distribusi tenaga listrik.
Pembangunan jaringan infrastruktur ketenagalistrikan yang
berupa pembangkitan tenaga listrik dilakukan dengan
memanfaatkan sumber energi terbarukan dan sumber energi
baru.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Yang dimaksud dengan “jaringan transmisi tenaga listrik
antarsistem” adalah instalasi tenaga listrik berbentuk jaringan
penyaluran tenaga listrik dari pembangkitan ke sistem
distribusi atau ke konsumen, atau penyaluran tenaga listrik
antarsistem.
Jaringan transmisi tenaga listrik adalah saluran tenaga listrik
yang menggunakan kawat telanjang (konduktor) di udara
bertegangan nominal di atas 35 (tiga puluh lima) kilovolt sesuai
dengan standar di bidang ketenagalistrikan.
Yang dimaksud dengan “jaringan distribusi tenaga listrik”
adalah instalasi tenaga listrik berbentuk jaringan penyaluran
tenaga listrik dari sistem transmisi atau dari pembangkitan ke
konsumen.
Yang dimaksud dengan “gardu listrik” adalah instalasi tenaga
listrik untuk kegiatan konversi dan transformasi tenaga listrik.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Ayat (9)
- 27 -

Cukup jelas.
Ayat (10)
Yang dimaksud dengan “gardu induk” adalah gardu yang
terhubung satu dengan lainnya oleh jaringan transmisi dengan
pusat beban.
Ayat (11)
Cukup jelas.
Ayat (12)
Cukup jelas.
Ayat (13)
Cukup jelas.

Pasal 23
Ayat (1)
Pengembangan sistem jaringan telekomunikasi bertujuan untuk
menciptakan sebuah sistem telekomunikasi yang andal,
memiliki jangkauan luas dan merata, serta terjangkau guna
meningkatkan aksesibilitas Masyarakat terhadap layanan
telekomunikasi.
Yang dimaksud dengan “jaringan tetap” adalah jaringan untuk
layanan telekomunikasi tetap yang dimaksudkan bagi
terselenggaranya telekomunikasi publik dan sirkit sewa.
Yang dimaksud dengan “infrastruktur jaringan tetap” adalah
fasilitasi yang merupakan infrastruktur sipil atau bangunan
untuk layanan telekomunikasi.
Yang dimaksud dengan “jaringan bergerak” adalah jaringan
untuk layanan telekomunikasi bergerak bagi terselenggaranya
telekomunikasi terestrial, seluler, dan satelit.
Ayat (2)
Saluran kabel serat optik merupakan sistem komunikasi serat
optik.
Saluran kabel bawah Laut merupakan sistem komunikasi kabel
Laut.
Yang dimaksud dengan “sistem komunikasi kabel Laut” adalah
suatu sistem transmisi telekomunikasi menggunakan media
- 28 -

kabel yang dibentangkan di dalam lautan dan/atau samudera


untuk menghubungkan beberapa stasiun kabel di setiap negara
yang dilaluinya.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.

Pasal 24
Ayat (1)
Sistem jaringan sumber daya air bertujuan untuk:
a. menjamin keberlanjutan ketersediaan air dan sumber air
agar memberikan manfaat secara adil bagi Masyarakat;
b. menjamin pelestarian fungsi air dan sumber air untuk
menunjang keberlanjutan pembangunan; dan
c. mengendalikan daya rusak air secara menyeluruh yang
mencakup upaya pencegahan, penanggulangan, dan
pemulihan.
Yang dimaksud dengan “pengelolaan sumber daya air” adalah
upaya merencanakan, melaksanakan, memantau, dan
mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumber daya air,
pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak
air.
Konservasi sumber daya air ditujukan untuk menjaga
kelangsungan keberadaan, daya dukung, daya tampung, dan
fungsi sumber daya air.
Pendayagunaan sumber daya air ditujukan untuk
memanfaatkan sumber daya air secara berkelanjutan dengan
prioritas utama untuk pemenuhan air bagi kebutuhan pokok
sehari-hari Masyarakat.
Pengendalian daya rusak air dilakukan secara menyeluruh yang
mencakup upaya pencegahan, penanggulangan, dan
pemulihan. Upaya pencegahan ditujukan untuk mencegah
- 29 -

terjadinya bencana yang diakibatkan oleh daya rusak air. Upaya


penanggulangan ditujukan untuk meringankan penderitaan
akibat bencana. Upaya pemulihan akibat daya rusak air
ditujukan untuk memulihkan fungsi sumber daya air serta
sistem prasarana sumber daya air setelah terjadinya daya rusak
air.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “prasarana sumber daya air” adalah
bangunan air beserta bangunan lain yang menunjang kegiatan
pengelolaan sumber daya air, baik langsung maupun tidak
langsung.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “sistem jaringan irigasi” adalah satu
kesatuan saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang
diperlukan untuk penyediaan, pembagian, pemberian,
penggunaan, dan pembuangan air irigasi.
Yang dimaksud dengan “sistem pengendalian banjir” adalah
satu kesatuan saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya
secara menyeluruh untuk pencegahan, penanggulangan, dan
pemulihan daya rusak air.
Yang dimaksud dengan “bangunan sumber daya air” adalah
infrastruktur konservasi dan pendayagunaan sumber daya air.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.

Pasal 25
Cukup jelas.
- 30 -

Pasal 26
Ayat (1)
SPAM bertujuan untuk menjamin kuantitas, kualitas, dan
kontinuitas penyediaan air minum bagi penduduk dan kegiatan
ekonomi serta meningkatkan efisiensi dan cakupan pelayanan.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 27
Ayat (1)
SPAL bertujuan untuk pengurangan, pemanfaatan kembali, dan
pengolahan air limbah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 28
Ayat (1)
Sistem pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun
bertujuan untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh
limbah bahan berbahaya dan beracun serta melakukan
pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga
sesuai fungsinya kembali.
Yang dimaksud dengan “sistem pengelolaan limbah bahan
berbahaya dan beracun” adalah satu kesatuan sarana dan
prasarana pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun.
Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan.
Bahan berbahaya dan beracun adalah zat, energi, dan/atau
komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta
kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.
- 31 -

Pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun adalah


kegiatan yang meliputi pengurangan, penyimpanan,
pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan,
dan/atau penimbunan.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 29
Ayat (1)
Sistem jaringan persampahan bertujuan untuk mengurangi,
menggunakan kembali, dan mendaur ulang sampah guna
meningkatkan kesehatan Masyarakat dan kualitas lingkungan
serta menjadikan sampah sebagai sumber daya.
Yang dimaksud dengan “sistem jaringan persampahan” adalah
satu kesatuan sarana dan prasarana pengelolaan sampah.
Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis,
menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi
pengurangan dan penanganan sampah.
Sarana persampahan adalah peralatan yang dapat
dipergunakan dalam kegiatan penanganan sampah.
Prasarana persampahan adalah fasilitas dasar yang dapat
menunjang terlaksananya kegiatan penanganan sampah.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 30
Ayat (1)
Kawasan Lindung dapat diterapkan untuk mengatasi dan
mengantisipasi ancaman kerusakan lingkungan saat ini dan
pada masa yang akan datang akibat kurangnya kemampuan
perlindungan Wilayah yang ada.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
- 32 -

Pasal 31
Huruf a
Yang dimaksud dengan "badan air” adalah air yang terkumpul
dalam suatu wadah baik alami maupun buatan yang
mempunyai tabiat hidrologikal, wujud fisik, kimiawi, dan hayati.
Huruf b
Yang dimaksud dengan "kawasan yang memberikan
perlindungan terhadap kawasan bawahannya” adalah kawasan
berfungsi lindung yang terdiri atas kawasan hutan lindung dan
Kawasan Lindung gambut.
Huruf c
Yang dimaksud dengan "kawasan perlindungan setempat”
adalah kawasan kearifan lokal dan sempadan terdiri atas
sempadan pantai, sungai, situ, danau, embung, dan waduk,
serta kawasan lainnya yang memiliki fungsi perlindungan
setempat. Kawasan lainnya yang memiliki fungsi perlindungan
setempat diantaranya RTH, kebun raya, taman keaneragaman
hayati, dan lainnya.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Yang dimaksud dengan "kawasan pencadangan konservasi di
Laut” adalah kawasan konservasi Perairan Pesisir atau Laut
usulan atau belum mendapatkan penetapan peraturan
perundang-undangan.
Huruf f
Yang dimaksud dengan "kawasan hutan adat” adalah kawasan
hutan yang berada dalam Wilayah Masyarakat hukum adat.
Huruf g
Yang dimaksud dengan "Kawasan Lindung geologi” adalah
kawasan yang berfungsi untuk melindungi kawasan cagar alam
geologi dan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap
air tanah.
Huruf h
- 33 -

Yang dimaksud dengan "kawasan ekosistem mangrove” adalah


kesatuan antara komunitas vegetasi mangrove berasosiasi
dengan fauna dan mikro organisme sehingga dapat tumbuh dan
berkembang pada daerah sepanjang pantai terutama di daerah
pasang surut, laguna, muara sungai yang terlindung dengan
substrat lumpur atau lumpur berpasir dalam membentuk
keseimbangan lingkungan hidup yang berkelanjutan.
Penetapan suatu Kawasan Lindung memperhatikan penguasaan,
pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah yang telah ada
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
pertanahan.

Pasal 32
Cukup jelas.

Pasal 33
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "kawasan hutan lindung” adalah
kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai
perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur
tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah
intrusi air Laut, dan memelihara kesuburan tanah.
Yang dimaksud dengan "Kawasan Lindung gambut” adalah
Wilayah dengan tatanan unsur gambut yang memiliki
karakteristik tertentu yang mempunyai fungsi utama dalam
perlindungan dan keseimbangan tata air, penyimpan cadangan
karbon, dan pelestarian keanekaragaman hayati untuk dapat
melestarikan fungsi ekosistem gambut.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 34
Ayat (1)
- 34 -

Yang dimaksud dengan "sempadan pantai” adalah daratan


sepanjang tepian pantai, yang lebarnya proporsional dengan
bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100 (seratus) meter
dari titik pasang tertinggi ke arah darat.
Penghitungan batas sempadan pantai harus disesuaikan
dengan karakteristik topografi, biofisik, hidro-oseanografi
pesisir, kebutuhan ekonomi dan budaya, serta ketentuan lain
yang terkait.
Yang dimaksud dengan "garis sempadan sungai” adalah garis
maya di kiri dan kanan palung sungai yang ditetapkan sebagai
batas perlindungan sungai.
Sempadan sungai meliputi Ruang di kiri dan kanan palung
sungai di antara garis sempadan dan tepi palung sungai untuk
sungai tidak bertanggul, atau di antara garis sempadan dan tepi
luar kaki tanggul untuk sungai bertanggul.
Garis sempadan sungai ditentukan pada:
a. sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan;
b. sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan;
c. sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan;
d. sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan;
e. sungai yang terpengaruh pasang air Laut; dan
f. mata air.
Garis sempadan sungai pada sungai tidak bertanggul di dalam
kawasan perkotaan ditentukan:
a. paling sedikit berjarak 10 (sepuluh) meter dari tepi kiri dan
kanan palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal
kedalaman sungai kurang dari atau sama dengan 3 (tiga)
meter;
b. paling sedikit berjarak 15 (lima belas) meter dari tepi kiri dan
kanan palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal
kedalaman sungai lebih dari 3 (tiga) meter sampai dengan 20
(dua puluh) meter; dan
c. paling sedikit berjarak 30 (tiga puluh) meter dari tepi kiri dan
kanan palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal
kedalaman sungai lebih dari 20 (dua puluh) meter.
- 35 -

Garis sempadan sungai pada sungai tidak bertanggul di luar


kawasan perkotaan ditentukan:
a. sungai besar dengan luas daerah aliran sungai lebih besar
dari 500 (lima ratus) kilometer persegi ditentukan paling
sedikit berjarak 100 (seratus) meter dari tepi kiri dan kanan
palung sungai sepanjang alur sungai; dan
b. sungai kecil dengan luas daerah aliran sungai kurang dari
atau sama dengan 500 (lima ratus) kilometer persegi
ditentukan paling sedikit berjarak 50 (lima puluh) meter dari
tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur sungai.
Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan
ditentukan paling sedikit berjarak 3 (tiga) meter dari tepi luar
kaki tanggul sepanjang alur sungai.
Garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan
ditentukan paling sedikit berjarak 5 (lima) meter dari tepi luar
kaki tanggul sepanjang alur sungai.
Dalam hal di dalam sempadan sungai terdapat tanggul untuk
mengendalikan banjir, Ruang antara tepi palung sungai dan tepi
dalam kaki tanggul merupakan bantaran sungai, yang berfungsi
sebagai Ruang penyalur banjir.
Penentuan garis sempadan sungai yang terpengaruh pasang air
Laut, dilakukan dengan cara yang sama dengan penentuan
garis sempadan sungai yang diukur dari tepi muka air pasang
rata-rata.
Garis sempadan mata air ditentukan mengelilingi mata air
paling sedikit berjarak 200 (dua ratus) meter dari pusat mata
air.
Yang dimaksud dengan "sempadan danau” adalah luasan lahan
yang mengelilingi dan berjarak tertentu dari tepi badan danau
yang berfungsi sebagai kawasan pelindung danau.
Garis sempadan danau ditentukan mengelilingi danau paling
sedikit berjarak 50 (lima puluh) meter dari tepi muka air
tertinggi yang pernah terjadi. Muka air tertinggi yang pernah
terjadi, menjadi batas badan danau. Badan danau, merupakan
Ruang yang berfungsi sebagai wadah air.
- 36 -

Penentuan garis sempadan waduk dan badan air lainnya,


dilakukan dengan cara yang sama dengan penentuan garis
sempadan danau yang diukur dari tepi muka air tertinggi yang
pernah terjadi.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 35
Ayat (1)
Kawasan konservasi dilaksanakan dengan memperhatikan
pemberdayaan Masyarakat pada kawasan hutan konservasi
melalui pengembangan desa konservasi, fasilitas kemitraan
antara pemegang izin pemanfaatan hutan dengan Masyarakat,
pemberian izin jasa wisata alam, serta akses untuk memungut
hasil hutan bukan kayu pada blok zona tradisional atau
pemanfaatan tradisional.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.

Pasal 36
Cukup jelas.

Pasal 37
Penetapan kawasan hutan adat oleh menteri yang membidangi
urusan lingkungan hidup dan kehutanan terdiri atas Hutan Adat
Hemaq Beniuq dan Hutan Adat Mului.
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor:
SK.4618/MENLHK-PSKL/PKTHA/PSL.1/9/2017 tentang Penetapan
Hutan Adat Hemaq Beniung Kepada Masyarakat Hukum Adat
Kampung Juaq Asa Seluas ± 49 (Empat Puluh Sembilan) Hektare, di
Kampung Juaq Asa, Desa Juaq Asa, Kecamatan Barong Tongkok,
- 37 -

Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur. Kawasan Hutan


Adat Hemaq Beniung berada pada areal penggunan lain memiliki
luas kurang lebih 49 (empat puluh sembilan) hektare.
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor:
SK.5474/MENLHK-PSKL/PKTHA/PSL.1/10/2020 tentang
Penetapan Hutan Adat Mului Kepada Masyarakat Hukum Adat Mului
Seluas ± 7.722 (Tujuh Ribu Tujuh Ratus Dua Puluh Dua) Hektare, di
Kampong Mului, Desa Swan Slutung, Kecamatan Muara Komam,
Kabupaten Paser, Provinsi Kalimantan Timur. Hutan Adat Mului
berada pada:
a. kawasan hutan lindung memiliki luas kurang lebih 3.434 (tiga
ribu empat ratus tiga puluh empat) hektare;
b. kawasan hutan produksi memiliki luas kurang lebih 4.244
(empat ribu dua ratus empat puluh empat) hektare; dan
c. areal penggunan lain memiliki luas kurang lebih 48 (empat puluh
delapan) hektare.
Penetapan kawasan hutan adat oleh bupati terdiri atas Kawasan
Hutan Adat Bahau Uma Luhat, Kawasan Hutan Adat Anyaang Apoq,
Kawasan Hutan Adat Benuaq Telimuk, Kawasan Hutan Adat Teluyen
Jarikng Lestari, Kawasan Hutan Adat Benuaq Madjaun, dan
Kawasan Hutan Adat Gunung Menaliq di Kabupaten Kutai Barat.

Pasal 38
Yang termasuk dalam Kawasan Lindung geologi meliputi kawasan
cagar alam geologi dan kawasan kawasan yang memberikan
perlindungan terhadap air tanah.
Kawasan cagar alam geologi merupakan kawasan bentang alam
Karst sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral Nomor 140K/40/MEM/2019 tentang
Penetapan Kawasan Bentang Alam Karst Sangkulirang-Mangkalihat
di Kabupaten Kutai Timur.
Kawasan Bentang Alam Karst Sangkulirang-Mangkalihat di
Kabupaten Kutai Timur berada pada:
a. kawasan hutan lindung memiliki luas kurang lebih 84.214
(delapan puluh empat ribu dua ratus empat belas) hektare;
- 38 -

b. kawasan hutan produksi memiliki luas kurang lebih 77.588


(tujuh puluh tujuh ribu lima ratus delapan puluh delapan)
hektare;
c. areal penggunan lain sebagai Kawasan Lindung geologi memiliki
luas kurang lebih 13.861 (tiga belas ribu delapan ratus enam
puluh satu) hektare; dan
d. areal penggunan lain sebagaimana dimaksud Keputusan Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 140K/40/MEM/2019
tentang Penetapan Kawasan Bentang Alam Karst Sangkulirang-
Mangkalihat di Kabupaten Kutai Timur, tetapi telah ada
permukiman dan potensi Wilayah pengembangan permukiman
termasuk akses kegiatan perikanan dan kelautan sehingga
menjadi Kawasan Permukiman memiliki luas kurang lebih 1.996
(seribu sembilan ratus sembilan puluh enam) hektare.
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah
merupakan kawasan imbuhan air tanah.

Pasal 39
Cukup jelas.

Pasal 40
Kawasan Budi Daya menggambarkan kegiatan dominan yang
berkembang di dalam kawasan tersebut. Dengan demikian, masih
dimungkinkan keberadaan kegiatan budi daya lainnya di dalam
kawasan tersebut. Sebagai contoh, pada kawasan peruntukan
industri dapat dikembangkan perumahan untuk para pekerja di
kawasan peruntukan industri.
Peruntukan Kawasan Budi Daya dimaksudkan untuk memudahkan
pengelolaan kegiatan termasuk dalam penyediaan prasarana dan
sarana penunjang, penanganan dampak lingkungan, penerapan
mekanisme insentif, dan sebagainya. Hal ini didasarkan pada
pertimbangan bahwa penyediaan prasarana dan sarana penunjang
kegiatan akan lebih efisien apabila kegiatan yang ditunjangnya
memiliki besaran yang memungkinkan tercapainya skala ekonomi
- 39 -

dalam penyediaan prasarana dan sarana. Peruntukan Kawasan Budi


Daya disesuaikan dengan kebijakan pembangunan yang ada.
Yang dimaksud dengan "kawasan hutan produksi” adalah kawasan
hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan.
Yang dimaksud dengan "kawasan perkebunan rakyat” adalah hutan
yang dimiliki oleh rakyat dengan luas paling kecil 0,25 (dua koma
lima puluh) hektare, penutupan tajuk tanaman berkayu atau jenis
lainnya lebih dari 50 (lima puluh) persen atau jumlah tanaman pada
tahun pertama minimal 500 (lima ratus) tanaman tiap hektar.
Yang dimaksud dengan "kawasan pertanian” adalah gabungan dari
sentra-sentra pertanian yang memenuhi batas minimal skala
ekonomi pengusahaan dan efektivitas manajemen pembangunan
Wilayah serta terkait secara fungsional dalam hal potensi sumber
daya alam, kondisi sosial budaya, faktor produksi, dan keberadaan
infrastruktur penunjang.
Yang dimaksud dengan "kawasan perikanan” adalah Wilayah yang
berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya
ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi,
pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam
suatu sistem bisnis perikanan.
Yang dimaksud dengan "kawasan pertambangan dan energi” adalah
sebagian atau seluruh Wilayah untuk kegiatan pengelolaan dan
pengusahaan pertambangan dan energi yang meliputi penyelidikan
umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengolahan dan/atau pemurnian atau pengembangan dan/atau
pemanfaatan, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan
pascatambang, termasuk kawasan pembangkitan tenaga listrik.
Yang dimaksud dengan "kawasan pariwisata” adalah wilayah dengan
kegiatan untuk membangun dan/atau mengelola kawasan dengan
luas tertentu untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.
Yang dimaksud dengan "kawasan transportasi” adalah kawasan yang
berfungsi sebagai simpul sistem jaringan jalan, sistem jaringan
kereta api, sistem jaringan sungai, danau dan penyeberangan, sistem
jaringan transportasi Laut, serta bandar udara umum dan bandar
udara khusus.
- 40 -

Simpul adalah tempat yang diperuntukkan bagi pergantian


antarmoda dan intermoda yang berupa terminal, stasiun kereta api,
pelabuhan Laut, pelabuhan sungai dan danau, dan/atau bandar
udara.
Yang dimaksud dengan "kawasan pertahanan dan keamanan” adalah
wilayah yang ditetapkan untuk mempertahankan kedaulatan negara,
keutuhan Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan keutuhan
bangsa dan negara.

Pasal 41
Ayat (1)
Kawasan hutan produksi dimaksudkan untuk menyediakan
komoditas hasil hutan untuk memenuhi kebutuhan untuk
keperluan industri, sekaligus untuk melindungi kawasan hutan
yang ditetapkan sebagai hutan lindung dan hutan konservasi
dari kerusakan akibat pengambilan hasil hutan yang tidak
terkendali.
Yang termasuk dalam kawasan hutan produksi meliputi
kawasan hutan produksi tetap dan kawasan hutan produksi
yang dapat dikonversi.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 42
Kawasan perkebunan rakyat dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan akan hasil hutan.
Kawasan hutan rakyat berada pada lahan Masyarakat dan dikelola
oleh Masyarakat.

Pasal 43
Ayat (1)
Kawasan pertanian selain dimaksudkan untuk mendukung
kedaulatan pangan juga dimaksudkan untuk memenuhi
- 41 -

kebutuhan bahan baku industri dan penyediaan lapangan


kerja.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 44
Ayat (1)
Kawasan perikanan dapat berada di Ruang darat, Ruang Laut,
dan di luar Kawasan Lindung.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.

Pasal 45
Ayat (1)
Kawasan pertambangan dan energi dimaksudkan untuk
mengarahkan agar kegiatan pertambangan dan energi dapat
berlangsung secara efisien dan produktif tanpa menimbulkan
dampak negatif terhadap lingkungan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
- 42 -

Cukup jelas.

Pasal 46
Ayat (1)
Kawasan peruntukan industri antara lain dimaksudkan untuk
mengarahkan agar kegiatan industri dapat berlangsung secara
eflsien dan produktif, mendorong pemanfaatan sumber daya
setempat, dan pengendalian dampak lingkungan.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 47
Ayat (1)
Kebutuhan pariwisata berkaitan dengan segala sesuatu yang
berhubungan dengan wisata, termasuk pengelolaan daya tarik
wisata yang mencakup daya tarik wisata alam, daya tarik wisata
budaya, dan daya tarik wisata hasil buatan manusia.
Yang dimaksud dengan “daya tarik wisata alam” adalah daya
tarik wisata yang berupa keanekaragaman dan keunikan
lingkungan alam, diantaranya meliputi bentang pesisir pantai,
bentang Laut, kolam air, dasar Laut, pegunungan dan hutan
alam, perauran sungai dan danau, perkebunan, pertanian,
bentang alam khusus.
Yang dimaksud dengan “daya tarik wisata budaya” adalah daya
tarik wisata berupa hasil olah cipta, rasa dan karsa manusia
sebagai makhluk budaya, diantaranya meliputi cagar budaya,
perkampungan tradisional dengan adat dan tradisi budaya
Masyarakat yang khas, museum, kehidupan adat dan tradisi
Masyarakat dan aktifitas budaya Masyarakat yang khas di
suatu area/tempat, dan kesenian.
Yang dimaksud dengan “daya tarik wisata hasil buatan
manusia” adalah daya tarik wisata khusus yang merupakan
kreasi artifisial (artificially created) dan kegiatan-kegiatan
manusia lainnya di luar ranah wisata alam dan wisata budaya,
diantaranya meliputi fasilitas rekreasi dan hiburan/taman
- 43 -

bertema, fasilitas peristirahatan terpadu (integrated resort), dan


fasilitas rekreasi dan olahraga.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.

Pasal 48
Kawasan Permukiman harus dilengkapi dengan prasarana dan
sarana lingkungan serta tempat kerja yang memberikan pelayanan
dan kesempatan kerja terbatas untuk mendukung perikehidupan
dan penghidupan sehingga fungsi permukiman tersebut dapat
berdaya guna dan berhasil guna. Kawasan Permukiman merupakan
bagian dari lingkungan hidup di luar Kawasan Lindung, baik yang
berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi
sebagai lingkungan tempat tinggal atau hunian dan tempat kegiatan
yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

Pasal 49
Cukup jelas.
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 50
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
- 44 -

Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.

Pasal 51
Cukup jelas.

Pasal 52
Cukup jelas.

Pasal 53
Ayat (1)
Kriteria penetapan KSP terdiri atas:
a. mendukung tujuan Penataan Ruang Wilayah Provinsi;
b. tidak bertentangan dengan kebijakan dan strategi Penataan
Ruang Wilayah Provinsi;
c. nilai strategis dari aspek eksternalitas, akuntabilitas, dan
efisiensi penanganan kawasan;
d. kesepakatan Masyarakat berdasarkan kebijakan terhadap
tingkat kestrategisan kawasan yang ditetapkan di Wilayah
Provinsi;
e. daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup Wilayah
Provinsi;
f. memperhatikan faktor-faktor di dalam tatanan Ruang
Wilayah Provinsi yang memiliki kekhususan;
g. dapat berhimpitan dengan KSN, tetapi harus memiliki
kepentingan/kekhususan yang berbeda, dan harus ada
pembagian kewenangan antara Pemerintah dan Pemerintah
Daerah Provinsi yang jelas;
h. mempertimbangkan kapasitas fiskal daerah dan
kemampuan Pemerintah Daerah Provinsi untuk bekerja
sama dengan badan usaha dan/atau Masyarakat;
i. dapat merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis
lainnya yang sesuai dengan kepentingan pembangunan
Wilayah Provinsi;
- 45 -

j. dapat berupa kawasan yang berada pada satu


Kabupaten/Kota atau lintas Kabupaten/Kota; dan
k. mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 54
Cukup jelas.

Pasal 55
Cukup jelas.

Pasal 56
Cukup jelas.

Pasal 57
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “indikasi program utama” adalah
arahan Pemanfaatan Ruang dalam Rencana Tata Ruang yang
merupakan petunjuk yang memuat usulan program utama,
lokasi, besaran, sumber pendanaan, instansi pelaksana, dan
waktu pelaksanaan dalam jangka waktu perencanaan 5 (lima)
tahunan sampai akhir tahun perencanaan 20 (dua puluh) tahun
untuk mewujudkan Tata Ruang Provinsi.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “sinkronisasi program Pemanfaatan
Ruang” adalah upaya menyelaraskan indikasi program utama
dengan program sektoral dan kewilayahan dalam dokumen
rencana pembangunan secara terpadu.

Pasal 58
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “kegiatan berusaha” adalah kegiatan
Pemanfaatan Ruang yang memerlukan perizinan berusaha.
- 46 -

Yang dimaksud dengan “kegiatan nonberusaha” adalah kegiatan


Pemanfaatan Ruang yang pelaksanaannya tidak memerlukan
perizinan berusaha.
Yang dimaksud dengan “ kegiatan yang bersifat strategis
nasional” adalah kebijakan Pemerintah terkait suatu atau
beberapa kegiatan Pemanfaatan Ruang yang memiliki sifat
strategis untuk peningkatan pertumbuhan dan pemerataan
pembangunan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
Masyarakat dan pembangunan daerah, serta mempunyai
pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan
negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial,
budaya, dan/atau lingkungan, termasuk Wilayah yang
ditetapkan sebagai warisan negara.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 59
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “konfirmasi KKPR” adalah dokumen
yang menyatakan kesesuaian antara rencana kegiatan
Pemanfaatan Ruang dengan rencana detail Tata Ruang.
Yang dimaksud dengan “persetujuan KKPR” adalah dokumen
yang menyatakan kesesuaian antara rencena kegiatan
Pemanfaatan Ruang dengan Rencana Tata Ruang selain rencana
detail Tata Ruang.
Yang dimaksud dengan “rekomendasi KKPR” adalah dokumen
yang menyatakan kesesuaian rencana kegiatan Pemanfaatan
Ruang yang didasarkan pada kebijakan nasional yang bersifat
strategis dan belum diatur dalam Rencana Tata Ruang dengan
mempertimbangkan asas dan tujuan penyelenggaraan Penataan
Ruang.
Rekomendasi KKPR untuk kegiatan yang bersifat strategis
nasional harus dilakukan dengan mempertimbangkan tujuan
Penataan Ruang, salah satunya Pemanfaatan Ruang yang
berkelanjutan.
- 47 -

Pemanfaatan Ruang yang berkelanjutan dicapai dengan


mengedepankan konsep safeguarding dalam Pemanfaatan
Ruang, antara lain memperhatikan:
a. aspek keamanan keselamatan/pengurangan risiko bencana;
b. aspek ketahanan pangan;
c. aspek kelestarian lingkungan;
d. aspek penciptaan lapangan kerja dan peningkatan ekonomi
lokal/regional/nasional;
e. aspek kerawanan sosial; dan
f. aspek pertahanan dan keamanan.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 60
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “persetujuan KKPRL” adalah dokumen
yang menyatakan kesesuaian antara rencana kegiatan
Pemanfaatan Ruang Laut dengan Rencana Tata Ruang
dan/atau Rencana Zonasi.
Yang dimaksud dengan “konfirmasi KKPRL” adalah dokumen
yang menyatakan kesesuaian antara rencana kegiatan
Pemanfaatan Ruang Laut dengan Rencana Tata Ruang
dan/atau Rencana Zonasi.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Luas berdasarkan perhitungan Peta Kesesuaian Kegiatan
Pemanfaatan Ruang Laut menggunakan sistem proyeksi
cylindrical equal area.
- 48 -

Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Ayat (9)
Cukup jelas.
Ayat (10)
Cukup jelas.

Pasal 61
Ayat (1)
Indikasi program utama menggambarkan program yang harus
dilaksanakan untuk mewujudkan rencana Struktur Ruang dan
Pola Ruang Wilayah. Selain itu, juga terdapat program lain, baik
yang dilaksanakan sebelumnya, bersamaan dengan, maupun
sesudahnya, yang tidak disebutkan dalam Peraturan Daerah ini.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 62
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Indikasi waktu pelaksanaan dalam jangka waktu perencanaan
5 (lima) tahunan sampai akhir tahun perencanaan 20 (dua
puluh) tahun disesuaikan dengan periode rencana
pembangunan jangka menengah.
Ayat (5)
Cukup jelas.
- 49 -

Pasal 63
Cukup jelas.

Pasal 64
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “sinkronisasi program Pemanfaatan
Ruang jangka menengah 5 (lima) tahunan” adalah rencana
terpadu yang disusun dengan menyelaraskan indikasi program
utama Rencana Tata Ruang dengan program sektoral dan
kewilayahan dalam dokumen rencana pembangunan.
Yang dimaksud dengan “sinkronisasi program Pemanfaatan
Ruang jangka pendek 1 (satu) tahunan” adalah rencana terpadu
yang merupakan turunan dari sinkronisasi program
Pemanfaatan Ruang jangka menengah 5 (lima) tahunan yang
disusun untuk menghasilkan prioritas program Pemanfaatan
Ruang.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 65
Cukup jelas.

Pasal 66
Ayat (1)
Indikasi Arahan Zonasi Sistem Provinsi bertujuan untuk
menjamin fungsi sistem Provinsi yang berada di Wilayah
Kabupaten/Kota. Materi muatan Indikasi Arahan Zonasi Sistem
Provinsi terdiri atas:
a. arahan mengenai ketentuan jenis kegiatan Pemanfaatan
Ruang yang diperbolehkan pada suatu kawasan;
b. arahan mengenai ketentuan jenis kegiatan Pemanfaatan
Ruang yang diperbolehkan dengan persyaratan tertentu
pada suatu kawasan;
- 50 -

c. arahan mengenai ketentuan jenis kegiatan Pemanfaatan


Ruang yang tidak diperbolehkan pada suatu kawasan;
d. sarana dan prasarana minimum;
e. arahan Pemanfaatan Ruang pada kawasan yang dilewati
oleh sistem jaringan sarana dan prasarana Wilayah Provinsi;
dan
f. ketentuan khusus rencana Pola Ruang.
Ketentuan khusus merupakan ketentuan Pemanfaatan Ruang
tambahan terhadap Kawasan Lindung dan Kawasan Budi Daya
yang bertampalan atau tumpang susun dengan kawasan
peruntukan yang memiliki fungsi khusus.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 67
Cukup jelas.

Pasal 68
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “Ruang milik jalan” adalah ruang
sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi dan
kedalaman tertentu yang ditetapkan oleh penyelenggara
jalan dan digunakan untuk badan jalan, saluran tepi jalan,
dan ambang pengamannya.
Yang dimaksud dengan “Ruang manfaat jalan” adalah
Ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu di luar
manfaat jalan yang diperuntukkan bagi Ruang manfaat
jalan, pelebaran jalan, penambahan jalur lalu lintas di
masa datang serta kebutuhan ruangan untuk pengamanan
jalan dan dibatasi oleh lebar, kedalaman dan tinggi
tertentu.
- 51 -

Yang dimaksud dengan “Ruang pengawasan jalan” adalah


Ruang tertentu di luar Ruang milik jalan yang
penggunaannya diawasi oleh penyelenggara jalan agar
tidak mengganggu pandangan bebas pengemudi,
konstruksi jalan, dan fungsi jalan.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “bangunan dan jaringan utilitas”
adalah bangunan dan jaringan pendukung utilitas yang
terletak di atas dan/atau di bawah permukaan tanah.
Yang dimaksud dengan “bangunan gedung” adalah wujud
fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan
tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada
di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang tidak
digunakan untuk kegiatan manusia dan fungsi hunian.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Ayat (9)
Cukup jelas.
Ayat (10)
- 52 -

Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “daerah lingkungan kerja
pelabuhan” adalah Wilayah perairan dan daratan pada
pelabuhan atau terminal khusus yang digunakan secara
langsung untuk kegiatan pelabuhan.
Yang dimaksud dengan “daerah lingkungan kepentingan
pelabuhan” adalah perairan di sekeliling daerah
lingkungan kerja perairan pelabuhan yang dipergunakan
untuk menjamin keselamatan pelayaran.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Ayat (11)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan ““Wilayah kerja dan pengoperasian
pelabuhan perikanan” adalah suatu tempat yang
merupakan bagian daratan dan perairan yang menjadi
Wilayah kerja dan pengoperasian pelabuhan perikanan.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Ayat (12)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “sarana bantu navigasi pelayaran”
adalah peralatan atau sistem yang berada di luar kapal
- 53 -

yang didesain dan dioperasikan untuk meningkatkan


keselamatan dan efisiensi bernavigasi Kapal dan/atau lalu
lintas kapal.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Ayat (13)
Cukup jelas.
Ayat (14)
Cukup jelas.

Pasal 69
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “alat penangkapan ikan” adalah
sarana dan perlengkapan atau benda-benda lainnya yang
dipergunakan untuk menangkap ikan.
Yang dimaksud dengan “alat bantu penangkapan ikan”
adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan ikan
dalam kegiatan penangkapan ikan.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “bangunan dan instalasi di Laut”
adalah setiap konstruksi, baik yang berada di atas
dan/atau di bawah permukaan Laut baik yang menempel
pada daratan maupun yang tidak menempel pada daratan
serta didirikan di Wilayah perairan dan Wilayah yurisdiksi.
- 54 -

Yang dimaksud dengan “pipa bawah Laut” adalah tabung


berongga dengan diameter dan panjang bervariasi yang
terletak di atau tertanam di bagian bawah Laut.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Yang dimaksud dengan “Ruang bebas” adalah Ruang yang
dibatasi oleh bidang vertikal dan horizontal di sekeliling
dan di sepanjang konduktor jaringan transmisi tenaga
listrik di mana tidak boleh ada benda di dalamnya demi
keselamatan manusia, makhluk hidup, dan benda lainnya
serta keamanan operasi jaringan transmisi tenaga listrik.
Yang termasuk dalam jarak bebas minimum meliputi jarak
bebas minimum vertikal dari konduktor dan jarak bebas
minimum horizontal dari sumbu vertikal menara/tiang.
Yang dimaksud dengan “jarak bebas minimum vertikal dari
konduktor” adalah jarak terpendek secara vertikal antara
konduktor jaringan transmisi tenaga listrik dan permukaan
bumi atau benda di atas permukaan bumi yang tidak boleh
kurang dari jarak yang telah ditetapkan demi keselamatan
- 55 -

manusia, makhluk hidup, dan benda lainnya serta


keamanan operasi jaringan transmisi tenaga listrik.
Yang dimaksud dengan “jarak bebas minimum horizontal
dari sumbu vertikal menara/tiang” adalah jarak terpendek
secara horizontal dari sumbu vertikal menara atau tiang ke
bidang vertikal Ruang bebas, meliputi jarak dari sumbu
vertikal menara ke konduktor, jarak horizontal akibat
ayunan konduktor, dan jarak bebas impuls petir
Ayat (5)
Cukup jelas.

Pasal 70
Cukup jelas.

Pasal 71
Cukup jelas.

Pasal 72
Cukup jelas.

Pasal 73
Cukup jelas.

Pasal 74
Cukup jelas.

Pasal 75
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Angka 1
Yang termasuk dalam pemanfaatan kawasan meliputi budi
daya tanaman obat, budi daya tanaman hias, budi daya
jamur, budi daya lebah, budi daya hijauan makanan
ternak, budi daya buah-buahan dan biji-bijian, budi daya
- 56 -

tanaman atsiri, budi daya tanaman nira, wana mina


(siluofishery), wana ternak (siluopastura), tanam wana tani
(agroforestry), wana tani ternak (agrosiluopastura),
penangkaran satwa liar, dan/atau rehabilitasi satwa.
Yang termasuk dalam pemanfaatan jasa lingkungan
meliputi usaha pemanfaatan aliran air, pemanfaatan air,
wisata alam, perlindungan keanekaragaman hayati,
pemulihan lingkungan, dan/atau penyerapan dan/atau
penyimpanan karbon.
Yang termasuk dalam pemungutan hasil hutan bukan
kayu meliputi rotan, madu, getah, buah, biji, jamur, daun,
bunga, sarang burung walet, dan/atau hasil hutan bukan
kayu lainnya.
Angka 2
Yang termasuk dalam kepentingan pembangunan di luar
kegiatan kehutanan hanya dapat dilakukan untuk kegiatan
yang mempunyai tujuan strategis yang tidak dapat
dielakkan meliputi kegiatan:
a. religi;
b. pertambangan;
c. instalasi pembangkit, transmisi, dan distribusi listrik,
serta teknologi energi baru dan terbarukan;
d. pembangunan jaringan telekomunikasi, stasiun
pemancar radio, stasiun relay televisi, dan stasiun bumi
pengamatan keantariksaan;
e. jalan umum, jalan tol, dan jalur kereta api;
f. sarana transportasi yang tidak dikategorikan sebagai
sarana transportasi umum untuk keperluan
pengangkutan hasil produksi;
g. waduk, bendungan, bendung, irigasi, saluran air
minum, saluran pembuangan air dan sanitasi, dan
bangunan pengairan lainnya;
h. fasilitas umum;
i. industri selain pengolahan hasil hutan;
j. pertahanan dan keamanan;
- 57 -

k. prasarana penunjang keselamatan umum;


l. penampungan korban bencana alam dan lahan
usahanya yang bersifat sementara atau pertanian
tertentu dalam rangka ketahanan pangan dan
ketahanan energi; atau
m. tempat pemrosesan akhir sampah, fasilitas pengolahan
limbah, atau kegiatan pemulihan lingkungan hidup.
Angka 2
Cukup jelas.
Angka 3
Cukup jelas.
Angka 4
Cukup jelas.
Angka 5
Cukup jelas.
Angka 6
Yang termasuk dalam penelitian, ilmu pengetahuan
meliputi kegiatan penelitian yang dapat memberikan
manfaat pada peningkatan efektivitas pengelolaan kawasan
gambut.
Yang termasuk dalam pendidikan meliputi pengembangan
pendidikan dan kesadartahuan kawasan gambut.
Yang termasuk dalam pemanfaatan jasa lingkungan
meliputi kawasan gambut untuk ekosistem sekitarnya,
wisata terbatas, perdagangan karbon, dan/atau sosial dan
budaya Masyarakat sekitarnya.
Angka 7
Cukup jelas.
Angka 8
Cukup jelas.
Angka 9
Cukup jelas.
Angka 10
Cukup jelas.
Huruf c
- 58 -

Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.

Pasal 76
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Angka 1
Cukup jelas.
Angka 2
Yang dimaksud dengan “industri yang proses produksinya
memerlukan lokasi khusus” antara lain industri semen,
industri pupuk, industri kertas, industri galangan kapal,
dan sebagainya.
Angka 2
Cukup jelas.
Angka 3
Cukup jelas.
Angka 4
Cukup jelas.
Angka 5
Cukup jelas.
Angka 6
Cukup jelas.
Angka 7
Cukup jelas.
Angka 8
Cukup jelas.
Angka 9
Cukup jelas.
Angka 10
Cukup jelas.
- 59 -

Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.

Pasal 77
Cukup jelas.

Pasal 78
Cukup jelas.

Pasal 79
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Angka 1
Cukup jelas.
Angka 2
Yang termasuk dalam pemanfaatan hasil hutan bukan
kayu meliputi rotan, sagu, nipah, aren, bambu, getah, kulit
kayu, daun, buah atau biji, gaharu, komoditas
pengembangan bahan baku bahan bakar, nabati
(bioenergy), dan/atau komoditas pengembangan tanaman
pangan.
Angka 2
Cukup jelas.
Angka 3
Cukup jelas.
Angka 4
Cukup jelas.
Angka 5
Cukup jelas.
Huruf c
- 60 -

Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.

Pasal 80
Cukup jelas.

Pasal 81
Cukup jelas.

Pasal 82
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Angka 1
Yang termasuk dalam pemanfaatan hasil hutan kayu
pemanfaatan hasil hutan kayu meliputi pemanfaatan hasil
hutan kayu yang tumbuh alami (hutan alam) dan
pemanfaatan hasil hutan kayu budi daya tanaman (hutan
tanaman).
Yang termasuk dalam pemungutan hasil hutan kayu
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan
fasilitas umum kelompok Masyarakat setempat dan
individu.
Angka 2
Cukup jelas.
Angka 2
Cukup jelas.
Angka 3
Cukup jelas.
Angka 4
Cukup jelas.
Angka 5
- 61 -

Cukup jelas.
Angka 6
Cukup jelas.
Angka 7
Cukup jelas.
Angka 8
Cukup jelas.
Angka 9
Cukup jelas.
Angka 10
Cukup jelas.
Angka 11
Cukup jelas.
Angka 12
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.

Pasal 83
Cukup jelas.

Pasal 84
Huruf a
Angka 1
Cukup jelas.
Angka 2
Yang termasuk dalam kegiatan panen dan pascapanen
meliputi unit pengolahan, alat transportasi, dan unit
penyimpanan hasil budi daya kawasan pertanian untuk
tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan.
Angka 3
- 62 -

Yang dimaksud dengan “sumber daya genetik” adalah


material genetik yang berasal dari tumbuhan, hewarr,'atau
jasad renik yang mengandung unit yang berfungsi sebagai
pembawa sifat keturunan, baik yang mempunyai nilai
nyata maupun potensial.
Angka 4
Yang dimaksud dengan “kawasan penggembalaan umum”
adalah lahan negara atau yang disediakan Pemerintah atau
yang dihibahkan oleh perseorangan atau perusahaan yang
diperuntukkan penggembalaan ternak Masyarakat skala
kecil sehingga ternak dapat leluasa berkembang biak.
Angka 5
Cukup jelas.
Angka 6
Cukup jelas.
Angka 7
Cukup jelas.
Huruf b
Angka 1
Cukup jelas.
Angka 2
Cukup jelas.
Angka 3
Cukup jelas.
Angka 4
Cukup jelas.
Angka 5
Cukup jelas.
Angka 6
Penyediaan prasarana budi daya kawasan pertanian terdiri
atas:
a. kawasan tanaman pangan meliputi jaringan irigasi,
jalan penghubung/jalan usaha tani, tenaga listrik dan
jaringannya sampai ke pascapanen, gudang, dan
- 63 -

bangsal penanganan pascapanen yang memenuhi


peryaratan teknis;
b. kawasan hortikultura meliputi jaringan irigasi,
pengolah limbah, jalan penghubung/jalan usaha tani
dari lokasi budi daya sampai lokasi pascapanen dan
pasar, tenaga listrik dan jaringannya sampai ke
pascapanen, jaringan telekomunikasi sampai ke lokasi
budi daya, gudang, rumah atau penaung tanaman,
gudang berpendingin, bangsal penanganan
pascapanen, dan pasar;
c. kawasan perkebunan meliputi jalan kebun dan jalan
akses ke jalan umum, parit drainase, kolam limbah,
penangkap gas metan, pembuatan pupuk dari janjang
kosong, teras, dan pancang jalur tanam/pancang
kepala; dan
d. kawasan peternakan meliputi jalan, jembatan, pasar
hewan, dan embung.
Angka 7
Yang dimaksud dengan “wisata agro adalah usaha
produktif dan kreatif yang dijalankan secara profesional,
menyediakan dan/atau mengelola barang dan/atau jasa
bagi pemenuhan wisatawan dalam penyelenggaraan wisata
agro berbasis pertanian.
Angka 8
Yang termasuk dalam kepentingan umum meliputi jalan
utnum, waduk, bendungan, irigasi, saluran air minum atau
air bersih, drainase dan sanitasi, bangunan pengairan,
pelabuhan, bandar udara, stasiun dan jalan kereta api,
teminal, fasilitas keselamatan umum, cagar alam, dan
pembangkit dan jaringan listrik.
Angka 9
Yang dimaksud dengan “indikasi geografis” adalah suatu
tanda yang menunjukkan daerah asal suatu produk
hortikultura, yang karena faktor lingkungan geografis
termasuk faktor alam, faktor manusia, atau kombinasi dari
- 64 -

kedua faktor tersebut, memberi ciri dan kualitas tertentu


pada produk yang dihasilkan.
Yang dimaksud dengan “Wilayah geografis penghasil
produk perkebunan spesifik lokasi” adalah daerah asal
suatu produk perkebunan yang karena faktor lingkungan
geografis termasuk faktor alam dan/atau faktor manusia
memberi indikasi tertentu yang tidak dapat dihasilkan
Wilayah lain.
Angka 10
Yang dimaksud dengan “industri yang menggunakan
bahan baku dan/atau proses produksinya memerlukan
lokasi khusus” antara lain industri semen, industri pupuk,
industri kertas, industri galangan kapal, dan sebagainya.
Angka 11
Cukup jelas.
Angka 12
Cukup jelas.
Angka 13
Cukup jelas.
Angka 14
Cukup jelas.
Angka 15
Cukup jelas.
Angka 16
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.

Pasal 85
Huruf a
Angka 1
- 65 -

Cukup jelas.
Angka 2
Cukup jelas.
Angka 3
Yang termasuk dalam intensifikasi air dan lahan meliputi
peningkatan daya dukung air dan lahan budi daya,
peningkatan teknologi dan manajemen budi daya, efisiensi
penggunaan air, penggunaan benih, pakan, dan obat ikan,
pengendalian hama dan penyakit ikan, diversifikasi
pembudidayaan ikan, dan penerapan biosekuriti.
Yang termasuk dalam ekstensifikasi lahan diantaranya
meliputi pembukaan dan pengolahan lahan.
Angka 4
Yang dimaksud dengan “plasma nutfah” adalah substansi
yang terdapat dalam kelompok makhluk hidup dan
merupakan sumber sifat keturunan yeng dapat
dimanfaatkan dikembangkan atau dirakit untuk
menciptakan unggul baru.
Yang dimaksud dengan “sumber daya ikan” adalah potensi
semua jenis ikan.
Angka 5
Yang termasuk dalam prasarana dan sarana penangkapan
dan pembudidayaan ikan meliputi prasarana dan sarana
penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengolahan hasil
perikanan, dan pemasaran hasil perikanan.
Angka 6
Cukup jelas.
Angka 7
Cukup jelas.
Angka 8
Cukup jelas.
Angka 9
Cukup jelas.
Angka 10
Cukup jelas.
- 66 -

Huruf b
Angka 1
Cukup jelas.
Angka 2
Yang termasuk dalam prasarana pendukung kawasan
perikanan meliputi tenaga listrik, jalan penghubung,
rumah atau penaung, dan pasar.
Angka 3
Cukup jelas.
Angka 4
Yang dimaksud dengan “pergaraman” adalah semua
kegiatan yang berhubungan dengan praproduksi,
produksi, pascaproduksi, pengolahan, dan pemasaran
garam.
Pemanfaatan air Laut selain energi berupa instalasi
pengolahan air Laut untuk air minum antara lain berupa
pipa pengambilan air Laut dalam untuk produksi air
minum.
Angka 5
Cukup jelas.
Angka 6
Yang dimaksud dengan “kesenangan dan wisata” adalah
wisata memancing.
Pemeliharaan untuk kesenangan adalah kegiatan
pemeliharaan jenis ikan dilindungi penuh yang dilakukan
oleh perseorangan.
Angka 7
Cukup jelas.
Angka 8
Cukup jelas.
Angka 9
Cukup jelas.
Angka 10
Cukup jelas.
Angka 11
- 67 -

Cukup jelas.
Angka 12
Cukup jelas.
Angka 13
Yang dimaksud dengan “pembuangan (dumping)” adalah
kegiatan membuang, menempatkan, dan/atau
memasukkan iimbah dan/atau bahan dalam jumlah,
konsentrasi, waktu, dan lokasi tertentu dengan
persyaratan tertentu ke media lingkungan hidup tertentu.
Yang termasuk dalam pembuangan (dumping) meliputi
pengerukan dan pembuangan limbah ke Laut.
Pengerukan adalah penimbunan pembuangan hasil
pekerjaan pengerukan atau pekerjaan mengubah bentuk
dasar perairan untuk mencapai kedalaman dan lebar yang
dikehendaki atau untuk mengambil material dasar
perairan yang dipergunakan untuk keperluan tertentu.
Yang termasuk dalam pembuangan (dumping) limbah ke
Laut meliputi:
a. limbah bahan berbahaya dan beracun berupa:
1. tailing dari kegiatan pengolahan hasil
pertambangan; dan
2. serbuk bor dari hasil pengeboran usaha dan/atau
kegiatan eksplorasi dan/atau eksploitasi di Laut
menggunakan lumpur bor berbahan dasar sintetis
(synthetic based mud); dan
b. limbah nonbahan berbahaya dan beracun berupa
serbuk bor dan lumpur bor dari hasil pengeboran usaha
dan/atau kegiatan eksplorasi dan/atau eksploitasi di
Laut menggunakan lumpur bor berbahan dasar air
(water based mud).
Lokasi pembuangan mempertimbangkan perlindungan
terhadap area sensitif dan rona awal kualitas air Laut yang
memenuhi baku mutu air Laut.
Area sensitif antara lain terdiri atas kawasan konservasi
perairan, daerah rekreasi atau wisata bahari, kawasan
- 68 -

Mangrove, padang lamun, terumbu karang, kawasan


taman nasional, kawasan taman wisata alam Laut,
kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan, kawasan
rawan bencana alam, daerah pemijahan dan pembesaran
ikan serta budi daya perikanan, alur migrasi biota Laut
yang dilindungi, daerah penangkapan ikan atau zona
perikanan, alur pelayaran, dan/atau Wilayah pertahanan.
Yang dimaksud dengan “reklamasi” adalah:
a. kegiatan yang dilakukan oleh setiap orang dalam
rangka meningkatkan manfaat sumber daya lahan
ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial ekonomi
dengan cara pengurugan, pengeringan lahan atau
drainase; atau
b. pekerjaan timbunan di perairan atau pesisir yang
mengubah Garis Pantai dan/atau kontur kedalaman
perairan.
Angka 14
Cukup jelas.
Angka 15
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf r
Cukup jelas.

Pasal 86
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Angka 1
Cukup jelas.
- 69 -

Angka 2
Cukup jelas.
Angka 2
Cukup jelas.
Angka 3
Yang dimaksud dengan “zona terlarang” adalah area paling
jauh 500 (lima ratus) meter dihitung dari sisi terluar
bangunan dan instalasi di Laut;
Angka 4
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.

Pasal 87
Ayat (1)
Huruf a
Angka 1
Cukup jelas.
Angka 2
Cukup jelas.
Angka 3
Cukup jelas.
Angka 4
Yang termasuk dalam infrastruktur industri paling
sedikit meliputi jaringan energi dan kelistrikan,
jaringan telekomunikasi, jaringan sumber daya air
dan jaminan pasokan air baku, sanitasi, dan jaringan
transportasi.
Yang termasuk dalam logistik meliputi kegiatan
distribusi, penyimpanan, sortasi, pelabelan,
pengemasan kembali, dan lain-lain.
Angka 5
Cukup jelas.
- 70 -

Angka 6
Cukup jelas.
Angka 7
Cukup jelas.
Angka 8
Cukup jelas.
Huruf b
Angka 1
Yang termasuk dalam infrastruktur penunjang paling
sedikit meliputi perumahan, pendidikan dan
pelatihan, penelitian dan pengembangan, kesehatan,
pemadam kebakaran, dan tempat pembuangan
sampah.
Yang termasuk dalam sarana penunjang antara lain
hotel dan restoran, sarana olahraga, sarana ibadah,
sarana perbankan, kantor pos dan sarana penunjang
lainnya sesuai dengan kebutuhan.
Angka 2
Cukup jelas.
Angka 3
Cukup jelas.
Angka 4
Cukup jelas.
Angka 5
Cukup jelas.
Angka 6
Cukup jelas.
Angka 7
Cukup jelas.
Angka 8
Cukup jelas.
Angka 9
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
- 71 -

Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 88
Huruf a
Angka 1
Yang dimaksud dengan “pariwisata berkelanjutan” adalah
pariwisata yang memperhitungkan dampak ekonomi, sosial
dan lingkungan saat ini dan masa depan, memenuhi
kebutuhan pengunjung, industri, lingkungan dan
Masyarakat setempat serta dapat diaplikasikan ke semua
bentuk aktifitas wisata di semua jenis destinasi wisata,
termasuk wisata masal dan berbagai jenis kegiatan wisata
lainnya.
Angka 2
Cukup jelas.
Angka 3
Yang termasuk dalam prasarana daya tarik wisata meliputi
jaringan listrik dan lampu penerangan, jaringan air bersih,
jaringan telekomunikasi, dan sistem pengelolaan limbah.
Yang termasuk dalam fasilitas umum meliputi fasilitas
keamanan, fasilitas keuangan dan perbankan, fasilitas
bisnis, fasilitas kesehatan, fasilitas sanitasi dan
kebersihan, fasilitas khusus bagi penderita cacat fisik,
anak-anak dan lanjut usia, fasilitas rekreasi, fasilitas lahan
parkir, dan fasilitas ibadah.
Yang termasuk dalam fasilitas pariwisata meliputi fasilitas
akomodasi, fasilitas rumah makan, fasilitas informasi dan
pelayanan pariwisata, fasilitas pelayanan keimigrasian,
pusat informasi pariwisata (tourism information center), dan
e-tourism kiosk, polisi pariwisata dan satuan tugas wisata,
toko cinderamata (souvenir shop), penunjuk arah/papan
- 72 -

informasi wisata/rambu lalu lintas wisata (tourism sign and


posting), dan bentuk bentang lahan (landscaping).
Huruf b
Angka 1
Cukup jelas.
Angka 2
Cukup jelas.
Angka 3
Cukup jelas.
Angka 4
Cukup jelas.
Angka 5
Cukup jelas.
Angka 6
Yang dimaksud dengan "zero delta Q policy” adalah
keharusan agar tiap bangunan tidak boleh mengakibatkan
bertambahnya debit air ke sistem saluran drainase atau
sistem aliran sungai.
Angka 7
Cukup jelas.
Angka 8
Cukup jelas.
Angka 9
Cukup jelas.
Angka 10
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.

Pasal 89
Ayat (1)
- 73 -

Huruf a
Angka 1
Cukup jelas.
Angka 2
Yang dimaksud dengan "lingkungan hunian” adalah
bagian dari Kawasan Permukiman yang terdiri atas
lebih dari satu satuan permukiman.
Yang dimaksud dengan "permukiman” adalah bagian
dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari
satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana,
sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang
kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau
kawasan perdesaan.
Yang dimaksud dengan "perumahan” adalah
kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman,
baik, perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi
dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai
hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni.
Angka 3
Yang dimaksud dengan "prasarana” adalah
kelengkapan dasar fisik lingkungan hunian yang
memenuhi standar tertentu untuk kebutuhan
bertempat tinggal yang layak, sehat, aman, dan
nyaman.
Yang termasuk dalam prasarana paling sedikit
meliputi jaringan jalan, saluran pembuangan air
hujan atau drainase, penyediaan air minum, saluran
pembuangan air limbah atau sanitasi, dan tempat
pembuangan sampah.
Yang dimaksud dengan "sarana” adalah fasilitas
dalam lingkungan hunian yang berfungsi untuk
mendukung penyelenggaraan dan pengembangan
kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi.
Yang termasuk dalam sarana paling sedikit meliputi
RTH dan sarana umum mencakup rumah ibadah,
- 74 -

tempat bermain anak-anak, tempat olahraga, dan


papan penunjuk jalan.
Yang termasuk dalam tempat kegiatan pendukung
meliputi lokasi pelayanan pemerintahan, perdagangan
dan jasa, serta pertahanan dan keamanan.
Angka 4
Yang dimaksud dengan "rumah” adalah bangunan
gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang
layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan
harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi
pemiliknya.
Yang dimaksud dengan "utilitas umum” adalah
kelengkapan penunjang untuk pelayanan lingkungan
hunian.
Yang termasuk dalam utilitas umum paling sedikit
meliputi jaringan listrik.
Angka 5
Pembangunan kembali lingkungan hunian dilakukan
dengan cara rehabilitasi, rekonstruksi, atau
peremajaan permukiman dan perumahan.
Peningkatan kualitas terhadap permukiman kumuh
dan perumahan kumuh meliputi pemugaran,
peremajaan, atau permukiman kembali di Kawasan
Permukiman perkotaan.
Angka 6
Cukup jelas.
Angka 7
Cukup jelas.
Huruf b
Angka 1
Cukup jelas.
Angka 2
Cukup jelas.
Angka 3
Cukup jelas.
- 75 -

Angka 4
Cukup jelas.
Angka 5
Cukup jelas.
Angka 6
Yang dimaksud dengan “usaha secara terbatas”
adalah kegiatan usaha yang diperkenankan dapat
dikerjakan di rumah untuk mendukung terlaksananya
fungsi hunian.
Yang dimaksud dengan “kegiatan usaha yang tidak
membahayakan fungsi hunian” adalah kegiatan usaha
yang tidak menimbulkan pencemaran lingkungan dan
bencana yang dapat mengganggu dan menyebabkan
kerugian.
Yang dimaksud dengan “kegiatan yang tidak
mengganggu fungsi hunian” adalah kegiatan yang
tidak menimbulkan penurunan kenyamanan hunian
dari penciuman, suara, suhu/asap, sampah
yang ditimbulkan dan sosial.
Angka 7
Cukup jelas.
Angka 8
Cukup jelas.
Angka 9
Cukup jelas.
Angka 10
Cukup jelas.
Angka 11
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
- 76 -

Pasal 90
Cukup jelas.

Pasal 91
Cukup jelas.
Huruf a
Angka 1
Yang dimaksud dengan “pangkalan militer atau kesatrian”
adalah kantor, asrama, atau perumahan yang menjamin
fungsi tempat bekerja, tempat berlatih, dan tempat tinggal
sehingga mempunyai kesiapsiagaan yang tinggi.
Pangkalan militer atau kesatrian untuk satuan TNI
Angkatan Darat satuan setingkat Koramil ke atas, untuk
satuan TNI Angkatan Laut satuan setingkat Posal ke atas,
dan untuk satuan TNI Angkatan Udara satuan setingkat
Posau ke atas.
Angka 2
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.

Pasal 92
Cukup jelas.

Pasal 93
Huruf a
Yang dimaksud dengan “kawasan keselamatan operasi
penerbangan” adalah Wilayah daratan dan/atau perairan serta
- 77 -

Ruang udara di sekitar bandar udara yang digunakan untuk


kegiatan operasi penerbangan dalam rangka menjamin
keselamatan penerbangan.
Yang dimaksud dengan “ketentuan khusus rencana Pola Ruang
kawasan keselamatan operasi penerbangan” adalah ketentuan
Pemanfaatan Ruang tambahan terhadap Kawasan Lindung dan
Kawasan Budi Daya yang bertampalan atau tumpang susun
dengan kawasan keselamatan operasi penerbangan.
Huruf b
Materi muatan KP2B digambarkan sesuai Petuntuk Teknis
Nomor: 5/Juknis-HK.02/VI/2022 tentang Petunjuk Teknis
Penyelesaian Ketidaksesuaian Lahan Sawah yang Dilindungi
dengan Rencana Tata Ruang, Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan
Ruang, Izin, Konsesi, dan/atau Hak Atas Tanah.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “kawasan rawan bencana” adalah
kawasan yang mempunyai risiko bencana alam tingkat tinggi.
Yang dimaksud dengan “ketentuan khusus rencana Pola Ruang
kawasan rawan bencana” adalah ketentuan Pemanfaatan Ruang
tambahan terhadap Kawasan Lindung dan Kawasan Budi Daya
yang bertampalan atau tumpang susun dengan kawasan rawan
bencana.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “kawasan cagar budaya” adalah satuan
Ruang geografis yang memiliki dua situs cagar budaya atau
lebih yang letaknya berdekatan dan/atau memperlihatkan ciri
Tata Ruang yang khas.
Yang dimaksud dengan “ketentuan khusus rencana Pola Ruang
kawasan cagar budaya” adalah ketentuan Pemanfaatan Ruang
tambahan terhadap Kawasan Lindung dan Kawasan Budi Daya
yang bertampalan atau tumpang susun dengan kawasan cagar
budaya.
Huruf e
Yang dimaksud dengan “kawasan resapan air” adalah Wilayah
yang mampu menambah air tanah secara alamiah.
- 78 -

Yang dimaksud dengan “ketentuan khusus rencana Pola Ruang


kawasan resapan air” adalah ketentuan Pemanfaatan Ruang
tambahan terhadap Kawasan Lindung dan Kawasan Budi Daya
yang bertampalan atau tumpang susun dengan kawasan
resapan air.
Huruf f
Yang termasuk dalam kawasan sempadan meliputi sempadan
pantai, sempadan sungai, sempadan danau dan waduk, serta
sempadan alur pipa dan/atau kabel bawah Laut.
Yang dimaksud dengan “ketentuan khusus rencana Pola Ruang
kawasan sempadan” adalah ketentuan Pemanfaatan Ruang
tambahan terhadap Kawasan Lindung dan Kawasan Budi Daya
yang bertampalan atau tumpang susun dengan kawasan
sempadan.
Huruf g
Yang dimaksud dengan “ketentuan khusus rencana Pola Ruang
kawasan pertahanan dan keamanan” adalah ketentuan
Pemanfaatan Ruang tambahan terhadap Kawasan Lindung dan
Kawasan Budi Daya yang bertampalan atau tumpang susun
dengan kawasan pertahanan dan keamanan.
Huruf h
Yang dimaksud dengan “kawasan karst adalah karst yang
menunjukan bentuk eksokarst dan endokarst tertentu.
Yang dimaksud dengan “ketentuan khusus rencana Pola Ruang
kawasan karst” adalah ketentuan Pemanfaatan Ruang
tambahan terhadap Kawasan Lindung dan Kawasan Budi Daya
yang bertampalan atau tumpang susun dengan kawasan karst.
Huruf i
Yang dimaksud dengan “kawasan pertambangan mineral dan
batubara” adalah Wilayah pertambangan kumpulan mineral
yang berupa bijih atau batuan, endapan karbon yang terdapat
di dalam bumi, termasuk bilumen padat, gambut, dan batuan
aspal, di luar panas bumi, minyak dan gas bumi, serta air tanah.
Yang dimaksud dengan “ketentuan khusus rencana Pola Ruang
kawasan pertambangan mineral dan batubara” adalah
- 79 -

ketentuan Pemanfaatan Ruang tambahan terhadap Kawasan


Lindung dan Kawasan Budi Daya yang bertampalan atau
tumpang susun dengan kawasan pertambangan mineral dan
batubara.
Huruf j
Yang dimaksud dengan “kawasan migrasi satwa” adalah
Wilayah perpindahan satwa liar atau lingkungan tempat satwa
dapat hidup dan berkembang, baik Wilayah jelajah atau
lintasan satwa liar atau koridor satwa liar di luar kawasan hutan
konservasi maupun alur migrasi biota Laut yang dilindungi dan
terancam punah dan/atau biota yang memiliki nilai ekonomis..
Yang dimaksud dengan “ketentuan khusus rencana Pola Ruang
kawasan migrasi satwa” adalah ketentuan Pemanfaatan Ruang
tambahan terhadap Kawasan Lindung dan Kawasan Budi Daya
yang bertampalan atau tumpang susun dengan kawasan
migrasi satwa.

Pasal 94
Cukup jelas.

Pasal 95
Cukup jelas.

Pasal 96
Cukup jelas.

Pasal 97
Cukup jelas.

Pasal 98
Cukup jelas.

Pasal 99
Cukup jelas.
- 80 -

Pasal 100
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Angka 1
Yang dimaksud dengan “daerah latihan militer” adalah
Wilayah yang disiapkan/digunakan untuk
meningkatkan kemampuan perorangan dan/atau
satuan dalam rangka menghadapi kemungkinan
ancaman musuh.
Yang dimaksud dengan “instalasi militer” adalah
instalasi yang digunakan untuk kepentingan
mendukung kegiatan militer, seperti instalasi radar,
instalasi komunikasi dan elektronik, depo perbekalan,
dan logistik.
Angka 2
Cukup jelas.
Angka 3
Cukup jelas.
Angka 4
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 101
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
- 81 -

Cukup jelas.
Huruf b
Angka 1
Cukup jelas.
Angka 2
Yang dimaksud dengan “bentuk eksokarst” adalah
karst pada bagian permukaan.
Yang termasuk dalam bentuk eksokarst meliputi mata
air permanen, bukit karst, dolina, uvala, polje,
dan/atau telaga.
Mata air permanen adalah mata air yang selalu
mengalir sepanjang tahun.
Bukit karst adalah bukit dengan bentuk kerucut
conical), membulat (sinusoida), menara (tower), meja
(table), dan/atau bentukan lainnya.
Dolina adalah lekukan tertutup di permukaan akibat
proses pelarutan dan peruntuhan yang memiliki
ukuran bervariasi dengan kedalaman antara 2 (dua)
sampai dengan 100 (seratus) meter dan diameter
anta.ra 10 (sepuluh) sampai dengan 1.000 (seribu)
meter.
Uvala adalah gabungan dari 2 (dua) atau lebih dolina.
Polje adalah gabungan dari 2 (dua) atau lebih uvala.
Telaga adalah uvala atau polje yang tergenang air.
Yang dimaksud dengan “bentuk endokarst” adalah
karst pada bagian bawah permukaan.
Yang termasuk dalam bentuk endokarst meliputi
sungai bawah tanah dan/atau speleotem.
Sungai bawah tanah adalah sungai yang mengalir di
bawah permukaan tanah.
Speleotem adalah bentukan hasil proses pelarutan
kalsium karbonat (CaCo3) yang menghiasi bagian
dalam gua seperti stalaktit, stalakmit, pilar, dan
flowstone.
- 82 -

Yang dimaksud dengan “karstifikasi” adalah proses


alam yang menyebabkan terbentuknya karst.
Angka 3
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 102
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Angka 1
Yang termasuk dalam mineral radioaktif meliputi
uranium, torium, dan bahan galian radioaktif lainnya.
Mineral logam meliputi aluminium, antimoni, arsenik,
basnasit, bauksit, berilium, bijih besi, bismut,
cadrnium, cesium, emas, galena, galium, germanium,
hafnium, indium, iridium, khrom, kcbai, kromit,
litium, logam tanah jarang, magnesium, mangan,
moiibdenum, monasit, nikel, niobium, osmium, pasir
besi, palladium, perak, platina, rhodium, ruthenium,
selenium, seng, senodm, sinabar, stroniurn, tantalum,
telurium, tembaga, timah, titanium, vanadium,
wolfram, dan zirkonium.
Yang termasuk dalam mineral bukan logam meliputi
asbes, barit, belerang, bentonit, bromium, dolomit,
feldspar, fluorit, fluorspar, fosfat, garam batu, gipsum,
gratlt, halit, ilmenit, ktrlsit, kaolin, kriolit, kapur
padam, kuarsit, magnesit, mika, oker, perlit, pirofilit,
rijang, rutil, talk, tawas, rvolasfonit, yarosit, yodiurn,
zeolit, dan zirkon.
- 83 -

Yang termasuk dalam batuan meliputi agat, andesit,


basalt, batu apung, batu gamping, batu gunung kuari
besar, batu kali, chert, diorit, gabro, garnet, giok,
granit, granodiorit, jasper, kalsedon, kayu terkersikan,
kerikil berpasir alami (sirtu), kerikil galian dari bukit,
kerikil sungai, kerikil sungai ayak tanpa pasir,
krisoprase, kristal kuarsa, leusit, marmer, obsidian,
onik, opal, pasir Laut, pasir urug, pasir pasang, perlit,
peridotit, pumice, tanah, tanah diatome, tanah liat,
tanah merah, tanah serap (fullers earth), tanah urug,
toseki, trakhit, tras, slate, dan pasir yang tidak
mengandung unsur mineral logam atau unsur mineral
bukan logam dalam jumlah yang berarti ditinjau dari
segi ekonomi pertambangan.
Yang termasuk dalam batubara meliputi batuan aspal,
batubara, biturmen padat, dan gambut.
Selain golongan mineral bukan logam terdapat mineral
bukan logam jenis tertentu meliputi ametis,
akuamarin, intan, korundum, rubi, safir, topas,
turmalin, serta batu gamping, clay, dan pasir kuarsa
untuk industri semen dan/atau bukan semen.
Angka 2
Cukup jelas.
Angka 3
Yang termasuk dalam konstruksi meliputi penyediaan
dan pengujian peralatan pertambangan, serta
pembangunan sarana/prasarana pertambangan
meliputi tambang bawah tanah, tambang terbuka,
tambang bawah air, komisioning tambang,
penyemenan tambang bawah tanah, ventilasi
tambang, bangunan pengolahan dan pemurnian, jalan
tambang, dan gudang bahan peledak.
Yang termasuk dalam penambangan meliputi
pengupasan lapisan tanah atau batu penutup,
- 84 -

penggalian atau pengambilan, serta pemuatan dan


pemindahan.
Yang termasuk dalam pengolahan dan pemurnian
meliputi pencampuran dan pengolahan.
Yang termasuk dalam reklamasi dan pascatambang,
termasuk pengelolaan sisa tambang meliputi
reklamasi, penutupan tambang, pembongkaran
fasilitas, penyiapan dan penataan lahan, pembibitan,
penanaman, dan perawatan.
Yang termasuk dalam prasarana pendukung
pertambangan meliputi jalan penghubung, tenaga
listrik, telekomunikasi, instalasi pengolahan air
minum, instalasi pengolahan air limbah, pengolahan
limbah bahan berbahaya, dan beracun, pengolahan
sampah, alat pemadam kebakaran, dan/atau
prasasrana pendukung lainnya.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 103
Cukup jelas.

Pasal 104
Cukup jelas.

Pasal 105
Cukup jelas.

Pasal 106
Cukup jelas.
- 85 -

Pasal 107
Cukup jelas.

Pasal 108
Cukup jelas.

Pasal 109
Cukup jelas.

Pasal 110
Cukup jelas.

Pasal 111
Cukup jelas.

Pasal 112
Cukup jelas.

Pasal 113
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “insentif non fiskal” adalah perangkat
Pengendalian Pemanfaatan Ruang untuk memotivasi,
mendorong, memberikan daya tarik, dan/atau memberikan
percepatan terhadap kegiatan Pemanfaatan Ruang yang sejalan
dengan Rencana Tata Ruang, yang tidak berkenaan dengan
urusan pajak atau pendapatan negara.
Yang dimaksud dengan “disinsentif non fiskal” adalah perangkat
Pengendalian Pemanfaatan Ruang untuk mencegah dan/atau
memberikan batasan terhadap kegiatan Pemanfaatan Ruang
yang sejalan dengan Rencana Tata Ruang namun berpotensi
melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan, yang
tidak berkenaan dengan urusan pajak atau pendapatan negara.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
- 86 -

Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.

Pasal 114
Cukup jelas.

Pasal 115
Cukup jelas.

Pasal 116
Cukup jelas.

Pasal 117
Cukup jelas.

Pasal 118
Cukup jelas.

Pasal 119
Cukup jelas.

Pasal 120
Cukup jelas.

Pasal 121
Cukup jelas.

Pasal 122
Cukup jelas.
- 87 -

Pasal 123
Cukup jelas.

Pasal 124
Cukup jelas.

Pasal 125
Cukup jelas.

Pasal 126
Cukup jelas.

Pasal 127
Cukup jelas.

Pasal 128
Cukup jelas.

Pasal 129
Cukup jelas.

Pasal 130
Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2023 NOMOR


11
-1-

LAMPIRAN I
PERATURAN DAERAH PROVINSI
KALIMANTAN TIMUR
NOMOR 1 TAHUN 2023
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN
2023-2042

PETA CAKUPAN WILAYAH DAN NAMA PULAU KECIL

II. Nama Pulau Kecil

NO NAMA PULAU BUJUR LINTANG KETERANGAN

1. Pulau Agaragar 117°31'49.000" T 0°7'53.000" U TBP


2. Pulau Aji 117°33'44.770" T 2°10'13.730" U TBP
3. Pulau Andongabu 118°38'19.000" T 2°13'48.000" U TBP
4. Pulau Babanir Baru 117°32'17.990" T 2°9'51.000" U TBP
5. Pulau Babi 116°48'32.460" T 1°16'48.180" S TBP
6. Pulau Badakbadak 117°54'39.020" T 2°10'51.660" U TBP
7. Pulau Badakbadak Barat 117°30'47.990" T 0°9'5.000" U TBP
8. Pulau Badakbadak Timur 117°31'14.000" T 0°9'2.990" U TBP
9. Pulau Bajau 118°3'6.990" T 0°55'16.000" U TBP
10. Pulau Bakungan Diki 118°44'6.000" T 2°6'50.000" U TBP
11. Pulau Bakungan Hea 118°43'51.730" T 2°6'7.070" U TBP
12. Pulau Balambangan 118°59'47.000" T 1°47'20.000" U TBP
13. Pulau Balang 116°43'25.000" T 1°7'23.990" S TBP
14. Pulau Balikkukup 118°38'8.090" T 1°31'30.100" U TBP
15. Pulau Bangau 117°28'50.990" T 0°38'21.990" S TBP
16. Pulau Bansik 116°18'2.260" T 1°39'38.340" S TBP
17. Pulau Bansik Besar 116°14'54.530" T 1°39'21.210" S
18. Pulau Bansik Kecil 116°15'1.870" T 1°39'0.590" S
19. Pulau Baru 117°22'57.130" T 0°49'51.530" S
20. Pulau Batukapal 116°29'54.190" T 2°15'21.780" S TBP
21. Pulau Belian 118°55'41.000" T 0°54'33.990" U TBP
22. Pulau Benawa Kecil 116°43'57.520" T 1°4'31.500" S TBP
23. Pulau Berasbasah 117°33'33.990" T 0°3'50.000" U BP
24. Pulau Berau 117°29'49.120" T 0°22'4.270" S TBP
25. Pulau Berukang 117°29'47.950" T 0°26'55.610" S TBP
26. Pulau Besar 117°4'44.920" T 2°13'7.510" U BP
27. Pulau Besing 117°40'1.540" T 2°11'47.770" U TBP
28. Pulau Bilangbilangan 118°56'58.990" T 1°33'41.000" U TBP
-2-

NO NAMA PULAU BUJUR LINTANG KETERANGAN

29. Pulau Bilung 115°28'52.760" T 0°12'48.530" U TBP


30. Pulau Bingkar 117°52'46.990" T 2°8'56.000" U TBP
31. Pulau Birahbirahan 118°28'23.240" T 0°41'42.660" U TBP
32. Pulau Bonggong Besar 117°39'42.000" T 2°11'12.990" U TBP
33. Pulau Bonggong Kecil 117°40'32.990" T 2°10'50.990" U TBP
34. Pulau Buaya 117°14'30.830" T 0°34'39.820" S TBP
35. Pulau Bukuan 117°17'24.000" T 0°50'24.000" S TBP
36. Pulau Bulanbulan 118°39'3.190" T 2°13'14.730" U TBP
37. Pulau Bulingisan 118°38'11.000" T 2°13'59.990" U TBP
38. Pulau Bunglalang 117°5'8.870" T 2°13'1.350" U TBP
39. Pulau Burung 116°33'2.130" T 2°12'15.400" S BP
40. Pulau Burung 117°27'0.000" T 0°30'15.620" S TBP
41. Pulau Cerocok 117°16'26.020" T 0°48'25.510" S TBP
42. Pulau Cok 117°32'5.320" T 0°24'25.390" S TBP
43. Pulau Datu 117°28'41.890" T 0°48'38.080" S TBP
44. Pulau Datuk 116°42'55.000" T 1°7'54.990" S TBP
45. Pulau Demis 116°44'6.000" T 1°5'17.990" S TBP
46. Pulau Derawan 118°14'39.000" T 2°17'3.000" U BP
47. Pulau Dinar 117°19'46.970" T 0°44'7.530" S TBP
48. Pulau Gandeng 117°24'12.640" T 0°47'19.180" S BP
49. Pulau Genting Besar 117°28'48.000" T 0°36'0.000" S TBP
50. Pulau Genting Kecil 117°29'57.690" T 0°36'24.230" S TBP
51. Pulau Guntung 117°52'23.000" T 2°6'49.000" U TBP
52. Pulau Gurimbang 117°35'25.950" T 2°11'21.890" U TBP
53. Pulau Gusung 117°30'25.670" T 0°11'19.270" U BP
54. Pulau Gusung Dua 117°30'41.390" T 0°11'27.290" U
55. Pulau Gusung Situnggala 118°35'0.720" T 2°16'8.570" U
56. Pulau Halan 115°13'10.820" T 0°32'44.750" U TBP
57. Pulau Hantu 118°3'8.480" T 0°56'3.970" U TBP
58. Pulau Harapan 116°59'55.000" T 0°25'32.000" S BP
59. Pulau Hurai 115°25'46.990" T 0°22'50.000" U TBP
60. Pulau Idoh 116°42'11.620" T 1°11'54.300" S TBP
61. Pulau Ilu 117°36'0.000" T 0°26'24.000" S TBP
62. Pulau Jerang 117°0'56.330" T 0°34'24.500" S TBP
63. Pulau Jompang 118°0'10.000" T 0°58'41.000" U TBP
64. Pulau Jopang 117°26'12.990" T 0°24'28.000" S TBP
65. Pulau Kakaban 118°32'10.480" T 2°8'39.540" U TBP
66. Pulau Kamagi Lekkat 118°34'28.810" T 2°18'0.380" U TBP
67. Pulau Kamagi Pikkit 118°34'54.790" T 2°17'33.930" U TBP
68. Pulau Kambing 117°18'54.380" T 0°34'20.310" S TBP
69. Pulau Kaniungan Besar 118°50'34.080" T 1°7'0.530" U BP
-3-

NO NAMA PULAU BUJUR LINTANG KETERANGAN

70. Pulau Kaniungan Kecil 118°52'41.390" T 1°9'12.960" U TBP


71. Pulau Kanyuran 117°30'18.170" T 0°48'25.020" S
72. Pulau Karan 115°26'59.830" T 0°15'6.680" U TBP
73. Pulau Karangansirau 115°30'13.740" T 0°12'40.770" U TBP
74. Pulau Karangkiampau 117°31'27.990" T 0°11'6.000" U TBP
75. Pulau Kayumajarang 117°30'36.000" T 0°40'48.000" S TBP
76. Pulau Kedindingan Barat 117°32'44.000" T 0°5'2.000" U TBP
77. Pulau Kedindingan Tengah 117°33'32.740" T 0°4'47.700" U TBP
78. Pulau Kedindingan Timur 117°33'40.420" T 0°5'19.350" U TBP
79. Pulau Kedindingan Utara 117°33'15.990" T 0°5'3.990" U TBP
80. Pulau Kedumpit 116°45'18.000" T 1°10'14.990" S TBP
81. Pulau Kedumpit Barat 116°44'42.000" T 1°10'9.990" S TBP
82. Pulau Kedumpit Tengah 116°44'48.730" T 1°10'17.030" S TBP
83. Pulau Kedumpit Timur 116°44'54.660" T 1°10'19.840" S TBP
84. Pulau Kelambu 117°19'34.210" T 0°43'37.290" S TBP
85. Pulau Kelawasan 116°43'49.000" T 1°6'24.000" S TBP
86. Pulau Kelelawar 117°52'41.350" T 2°9'24.780" U
87. Pulau Kemantis 116°44'44.990" T 1°4'27.000" S TBP
88. Pulau Keramat 115°31'3.680" T 0°10'19.100" U TBP
89. Pulau Kerbau 117°18'36.000" T 0°45'36.000" S TBP
90. Pulau Kobe 117°31'12.300" T 0°47'59.690" S BP
91. Pulau Kokok 118°39'6.990" T 2°13'13.000" U TBP
92. Pulau Kualan 115°33'26.070" T 0°2'16.990" U TBP
93. Pulau Kumala 117°31'42.770" T 0°25'24.870" S BP
94. Pulau Kwangan 116°44'37.970" T 1°8'52.000" S TBP
95. Pulau Labaanbilik 118°46'55.530" T 0°48'15.060" U TBP
96. Pulau Labatan 118°35'32.420" T 2°15'58.990" U TBP
97. Pulau Labulabu 118°7'53.000" T 2°19'58.000" U TBP
98. Pulau Laham 115°23'58.870" T 0°21'0.340" U TBP
99. Pulau Lakitkuhita 118°38'15.830" T 2°14'57.940" U TBP
100. Pulau Lalawan 117°48'39.670" T 2°6'2.780" U TBP
101. Pulau Lalukena 117°24'36.000" T 0°44'24.000" S TBP
102. Pulau Lantang Kecil 117°30'26.120" T 0°26'53.770" S TBP
103. Pulau Layangan 117°16'0.540" T 0°51'6.810" S TBP
104. Pulau Layangan Dua 117°16'48.110" T 0°49'39.030" S
105. Pulau Layangan Empat 117°16'16.630" T 0°52'0.340" S
106. Pulau Layangan Satu 117°16'39.150" T 0°48'33.440" S
107. Pulau Layangan Tiga 117°16'6.560" T 0°50'2.470" S
108. Pulau Lerong 117°28'48.000" T 0°25'12.000" S TBP
109. Pulau Letung 117°28'12.500" T 0°22'47.830" S TBP
110. Pulau Lipan 116°43'34.930" T 1°6'37.760" S TBP
-4-

NO NAMA PULAU BUJUR LINTANG KETERANGAN

111. Pulau Liuqkarau 115°24'15.000" T 0°16'32.000" U TBP


112. Pulau Lungsurannaga 117°48'30.510" T 2°4'41.440" U TBP
113. Pulau Manambula 118°11'39.990" T 2°22'23.000" U TBP
114. Pulau Mangkubur 117°25'59.990" T 0°41'40.920" S
115. Pulau Manimbora 118°32'1.020" T 1°28'1.240" U TBP
116. Pulau Maratua 118°36'25.990" T 2°11'26.990" U BP (PPKT)
117. Pulau Mataha 118°54'29.000" T 1°31'10.990" U TBP
118. Pulau Melaham 115°17'5.530" T 0°27'24.490" U TBP
119. Pulau Melahing 117°32'12.990" T 0°6'32.000" U TBP
120. Pulau Merah 115°25'38.360" T 0°22'57.850" U TBP
121. Pulau Merayap 116°27'20.000" T 2°9'37.000" S BP
122. Pulau Merdeka 117°15'24.090" T 0°49'44.540" S TBP
123. Pulau Merdeka Selatan 117°15'35.060" T 0°52'7.660" S TBP
124. Pulau Merdeka Tengah 117°15'27.790" T 0°50'56.110" S TBP
125. Pulau Merdeka Utara 117°15'27.620" T 0°50'28.910" S TBP
126. Pulau Miang 117°20'24.000" T 0°35'24.000" S
127. Pulau Miang 117°21'1.190" T 0°35'11.640" S
128. Pulau Miang Besar 118°0'36.830" T 0°43'44.170" U BP
129. Pulau Miang Kecil 118°2'34.170" T 0°46'35.170" U TBP
130. Pulau Muara Ulu Besar 117°23'49.580" T 0°51'32.110" S
131. Pulau Muara Ulu Biccu 117°23'52.360" T 0°51'48.300" S
132. Pulau Muaraulu 117°22'12.000" T 0°52'12.000" S TBP
133. Pulau Nakal 117°46'44.000" T 2°6'36.000" U TBP
134. Pulau Nibung 117°19'48.000" T 0°46'12.000" S TBP
135. Pulau Nibung Kecil 117°20'8.270" T 0°46'7.730" S
136. Pulau Nubi 117°30'36.000" T 0°42'0.000" S TBP
137. Pulau Pabahanan 118°37'50.900" T 2°14'12.990" U TBP
138. Pulau Padai 117°39'47.910" T 2°4'22.130" U TBP
139. Pulau Pagat 117°15'28.060" T 0°50'38.190" S
140. Pulau Panalukang 115°24'9.000" T 0°25'23.990" U TBP
141. Pulau Panjang 118°12'25.770" T 2°22'4.080" U TBP
142. Pulau Panjang 117°31'4.730" T 0°3'51.790" U
143. Pulau Panjang Dua 117°56'6.510" T 1°2'33.460" U TBP
144. Pulau Panjang Satu 118°55'1.990" T 0°54'11.000" U TBP
145. Pulau Patin 117°22'48.000" T 0°34'12.000" S TBP
146. Pulau Patin 117°22'57.270" T 0°34'24.870" S
147. Pulau Payau 117°16'27.000" T 2°7'9.000" U TBP
148. Pulau Peapea 118°36'28.000" T 2°11'17.000" U BP
149. Pulau Pegah 117°17'19.460" T 0°46'46.580" S TBP
150. Pulau Pemantuan 117°54'50.690" T 1°6'7.360" U TBP
151. Pulau Penti 117°26'24.000" T 0°46'48.000" S TBP
-5-

NO NAMA PULAU BUJUR LINTANG KETERANGAN

152. Pulau Perangatan 117°32'49.990" T 0°38'3.990" S TBP


153. Pulau Perangatan Besar 117°21'0.000" T 0°50'24.000" S TBP
154. Pulau Perangatan Kecil 117°20'24.000" T 0°53'24.000" S TBP
155. Pulau Pesayan 117°38'49.730" T 2°4'55.400" U
156. Pulau Peti 117°57'53.690" T 1°2'5.770" U TBP
157. Pulau Posa 116°49'14.000" T 1°11'43.000" S TBP
158. Pulau Prangatan Besar Dua 117°20'57.910" T 0°47'44.780" S
159. Pulau Prangatan Besar Empat 117°22'4.120" T 0°49'41.290" S
160. Pulau Prangatan Besar Satu 117°20'21.950" T 0°46'52.020" S
161. Pulau Prangatan Besar Tiga 117°21'38.760" T 0°48'45.330" S
162. Pulau Pusa 117°30'36.220" T 0°44'59.320" S BP
163. Pulau Radak 117°51'22.360" T 1°55'41.100" U
164. Pulau Rambairangas 117°20'56.230" T 0°46'22.620" S TBP
165. Pulau Rampien 117°19'45.420" T 2°6'9.000" U TBP
166. Pulau Rantau Besar 116°16'29.770" T 1°54'17.770" S BP
167. Pulau Rantau Kecil 116°13'58.670" T 1°55'1.770" S BP
168. Pulau Rapak 117°55'55.230" T 1°3'3.300" U TBP
169. Pulau Rinding 118°1'17.000" T 0°53'23.020" U BP
170. Pulau Saketa 117°50'11.340" T 1°58'37.200" U
171. Pulau Samama 118°19'44.000" T 2°7'57.000" U TBP
172. Pulau Sambit 119°2'10.840" T 1°46'50.190" U BP (PPKT)
173. Pulau Sangalaki 118°23'58.990" T 2°5'8.000" U TBP
174. Pulau Sangalan Diki 118°38'51.630" T 2°13'35.370" U TBP
175. Pulau Sangalan Hea 118°38'39.990" T 2°13'52.000" U TBP
176. Pulau Sebenah 115°16'14.000" T 0°28'23.000" U TBP
177. Pulau Segajah 117°33'31.970" T 0°9'5.860" U
178. Pulau Seleteh 117°30'1.350" T 0°30'59.340" S TBP
179. Pulau Seleteh Kecil 117°29'40.910" T 0°31'9.900" S TBP
180. Pulau Selokia Dalam 117°30'29.810" T 0°11'20.230" U
181. Pulau Selumut 116°42'43.990" T 1°8'8.000" S TBP
182. Pulau Semut 118°35'1.000" T 2°15'59.000" U TBP
183. Pulau Sengkuang 117°57'38.000" T 1°1'21.000" U BP
184. Pulau Sentubung 118°39'10.000" T 2°13'5.990" U TBP
185. Pulau Senumpak 118°0'4.000" T 0°55'5.000" U BP
186. Pulau Sepinggan 117°21'29.700" T 0°40'10.830" S TBP
187. Pulau Sera 116°42'3.650" T 1°12'13.600" S TBP
188. Pulau Serai 118°0'47.990" T 0°54'25.990" U TBP
189. Pulau Seribu 117°27'53.060" T 0°32'34.320" S
190. Pulau Seribu 117°29'51.490" T 0°32'16.700" S
191. Pulau Seribu 117°31'22.340" T 0°31'4.630" S
192. Pulau Seribu 117°53'57.060" T 1°4'40.780" U TBP
-6-

NO NAMA PULAU BUJUR LINTANG KETERANGAN

193. Pulau Seribu 117°54'34.580" T 1°4'44.220" U


194. Pulau Serundung 117°34'56.670" T 2°11'33.000" U TBP
195. Pulau Siacca 117°29'31.340" T 0°4'4.590" U
196. Pulau Sialod 118°35'55.000" T 2°15'29.000" U TBP
197. Pulau Siappung 118°35'28.380" T 2°15'43.990" U TBP
198. Pulau Sibela 118°35'40.770" T 2°15'46.390" U TBP
199. Pulau Sibilambay 118°36'1.380" T 2°16'46.590" U TBP
200. Pulau Siddau 118°35'39.710" T 2°15'29.990" U TBP
201. Pulau Sigending Besar 118°46'48.000" T 1°8'39.990" U TBP
202. Pulau Sigending Kecil 118°47'26.990" T 1°7'49.000" U TBP
203. Pulau Simanik 118°4'29.800" T 2°20'2.380" U TBP
204. Pulau Sitoddo 118°54'11.990" T 0°53'17.990" U TBP
205. Pulau Sodang Besar 117°45'33.000" T 2°8'3.990" U
206. Pulau Sungaikelambu 117°21'41.130" T 0°39'21.820" S
207. Pulau Talisapan 118°46'35.000" T 1°8'10.000" U TBP
208. Pulau Tambora 117°23'50.570" T 0°34'30.040" S TBP
209. Pulau Tambora 117°26'33.500" T 0°38'45.130" S TBP
210. Pulau Tangkapaan 118°33'31.000" T 1°22'18.990" U TBP
211. Pulau Tani Baru Tengah 117°33'33.420" T 0°31'27.590" S
212. Pulau Tanjung Aju 117°35'39.300" T 0°28'51.560" S
213. Pulau Tanjung Harapan 117°29'53.130" T 0°47'43.690" S
214. Pulau Tanjung Pamerung 117°25'40.140" T 0°52'29.150" S
215. Pulau Tanjung Pimping 117°31'49.050" T 0°27'1.350" S
216. Pulau Tanjungbuayabuaya 118°29'40.990" T 1°24'7.990" U TBP
217. Pulau Tanjungdewa 117°19'9.030" T 0°39'30.690" S TBP
218. Pulau Tanjungsitebba 118°43'4.000" T 0°49'1.990" U TBP
219. Pulau Telasau 117°44'31.990" T 2°10'41.000" U TBP
220. Pulau Telukgenting 117°29'0.540" T 0°35'29.960" S TBP
221. Pulau Tempurung 117°51'23.000" T 2°10'32.990" U TBP
222. Pulau Tempurung 117°59'27.670" T 0°55'58.210" U TBP
223. Pulau Tidung 117°53'5.020" T 2°11'3.310" U TBP
224. Pulau Tiga 115°11'47.830" T 0°32'5.730" U TBP
225. Pulau Tiga Selatan 117°28'12.000" T 0°46'12.000" S BP
226. Pulau Tiga Tengah 117°26'21.020" T 0°44'28.810" S TBP
227. Pulau Tiga Utara 117°26'13.910" T 0°44'14.930" S TBP
228. Pulau Tihiktihik 117°31'40.000" T 0°3'59.000" U TBP
229. Pulau Timbangbarukang 117°28'48.000" T 0°49'48.000" S TBP
230. Pulau Tukung 116°48'16.010" T 1°16'28.110" S TBP
231. Pulau Tunu 117°33'47.800" T 0°30'3.780" S TBP
232. Pulau Ujohbilang 115°14'49.990" T 0°30'47.990" U TBP
233. Pulau Uraban 118°31'53.370" T 1°23'29.660" U TBP
LAMPIRAN V
PERATURAN DAERAH PROVINSI
KALIMANTAN TIMUR
NOMOR 1 TAHUN 2023
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN
2023-2042

INFRASTRUKTUR PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK DAN SARANA


PENDUKUNGNYA

I. PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK YANG SUDAH ADA

JENIS PEMBANGKIT NAMA PEMBANGKIT KABUPATEN/ KOTA

Pembangkit Listrik Tenaga PLTG Kaltim Peaking Kutai Kartanegara


Gas (PLTG) PLTG Sambera Kutai Kartanegara
PLTG Senipah (ST) IKN
PLTG Senipah IKN
Pembangkit Listrik Tenaga PLTGU Tanjung Batu Kutai Kartanegara
Gas dan Uap (PLTGU)
Pembangkit Listrik Tenaga PLTMG Kaltimex Kutai Kartanegara
Mesin Gas (PLTMG) PLTMG SW Petung (PT. Penajam Paser Utara
Benuo Taka Energy)
PLTMG Belimbing Bontang
PLTMG Bontang Bontang
PLTMG MPP Kaltim Bontang
Pembangkit Listrik Tenaga PLTU Rimba Raya Kutai Kartanegara
Uap (PLTU) PLTU Embalut Kutai Kartanegara
PLTU Sumalindo Kutai Kartanegara
PLTU PT. Kalimantan Power Kutai Kartanegara
Indo
PLTU Kaltim 4 Kutai Kartanegara
PLTU Lati Berau
PLTU Tanjung Redeb/Teluk Berau
Bayur
-2-

JENIS PEMBANGKIT NAMA PEMBANGKIT KABUPATEN/ KOTA

Pembangkit Listrik Tenaga Uap PLTU Sangatta (PT. Kaltim Kutai Timur
(PLTU) Prima Coal) Ex Sektor
Mahakam
PLTU Kariangau Power Balikpapan
PLTU Kaltim/Teluk Balikpapan
Balikpapan (FTP1)
PLTU Mangkujenang Samarinda
PLTU Senoni Samarinda
PLTU Kaltim (FTP 2) Bontang
PLTU PT. Kaltim Daya Bontang
Mandiri
PLTU Kaltim (MT) IKN
Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS Terpusat Long Sayo Paser
(PLTS) PLTS Komunal Muara Kutai Kartanegara
Enggelam Muara Wis)
PLTS Derawan Berau
PLTS Terpusat Maratua Berau
Teluk Harapan
PLTS Terpusat Maratua Berau
Bohesilian
PLTS Bandar Udara Berau
Kalimarau
PLTS Manaar Bulatn Kutai Barat
PLTS Tering Kutai Barat
PLTS Terpusat Pulau Miang Kutai Timur
PLTS Terpusat Long Lunuk Mahakam Ulu
PLTS Terpusat Long Mahakam Ulu
Pahangai
PLTS Terpusat Long Pananeh Mahakam Ulu
PLTS Terpusat Long Apari Mahakam Ulu
dan Naha Tivab
PLTS Long Ampung Mahakam Ulu

PLTS Gusung Bontang


PLTS Loktunggul Bontang
PLTS Melahing Bontang
PLTS Selangan Bontang
PLTS Tihi-Tihi Bontang
Pembangkit Listrik Tenaga PLT Hybrid Tiong Ohang Mahakam Ulu
Hybrid
Pembangkit Listrik Tenaga PLTBm Talisayan DL Berau
Biomassa (PLTBm) PLTBm Gunung Sari HHM Berau
PLTBm Karangan DL Kutai Timur
PLTBm PT Daya Lestari Kutai Timur
(Muara Bengkal)
Pembangkit Listrik Tenaga PLTMH Beno Harapan Kutai Timur
Mikrohidro (PLTMH) PLTMH Juwata Kutai Timur
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel PLTD Batu Sopang Paser
(PLTD) PLTD Kerang Paser
PLTD Long Ikis Paser
-3-

JENIS PEMBANGKIT NAMA PEMBANGKIT KABUPATEN/ KOTA

PLTD Muara Komam Paser


PLTD Tanah Grogot Paser
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel PLTD Jantur Kutai Kartanegara
(PLTD) PLTD Kahala Kutai Kartanegara
PLTD Muara Aloh Kutai Kartanegara
PLTD Muara Siran Kutai Kartanegara
PLTD Semayang Kutai Kartanegara
PLTD Muara Muntai Kutai Kartanegara
PLTD Perangat Kutai Kartanegara
PLTD Sebuntal Kutai Kartanegara
PLTD Tabang Kutai Kartanegara
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel PLTD Batu Putih Berau
(PLTD) PLTD Biduk-Biduk Berau
PLTD Gunung Sari Berau
PLTD Derawan Berau
PLTD Sambaliung Berau
PLTD Talisayan Berau
PLTD Tanjung Batu Berau
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel PLTD Kelumpang Kutai Barat
(PLTD) PLTD Long Iram Kutai Barat
PLTD Muara Pahu Kutai Barat
PLTD Muara Kedang Kutai Barat
PLTD Penyinggahan Kutai Barat
PLTD Sendawar Kutai Barat
PLTD Tabisaq Kutai Barat
PLTD Tanjung Isuy Kutai Barat
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel PLTD Batu Ampar Kutai Timur
(PLTD) PLTD Gemar Baru Kutai Timur
PLTD Long Segar Kutai Timur
PLTD Muara Bengkal Kutai Timur
PLTD Muara Wahau Kutai Timur
PLTD Sangata Kutai Timur
PLTD Sangkulirang Kutai Timur
PLTD Senyiur Kutai Timur
PLTD Sepaso Kutai Timur
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel PLTD Jenebora/Gresik Penajam Paser Utara
(PLTD) PLTD Petung Penajam Paser Utara
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel PLTD Batakan Balikpapan
(PLTD) PLTD Gunung Malang Balikpapan
PLTD CDE Karang Joang Balikpapan
(MFO)
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel PLTD Karang Asam Samarinda
(PLTD) PLTD Kledang Samarinda
-4-

II. RENCANA PENINGKATAN PLTD MENJADI PLTS

JENIS PEMBANGKIT NAMA PEMBANGKIT KABUPATEN/ KOTA

Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTD/S Tanjung Aru Paser


(PLTS) PLTD/S Muara Pantuan Kutai Kartanegara
PLTD/S Sedulang Kutai Kartanegara
PLTD/S Dilang Putih Kutai Barat
PLTD/S Karangan Dalam Kutai Timur
PLTD/S Datah Bilang Mahakam Ulu
PLTD/S Long Apari Mahakam Ulu
PLTD/S Long Bagun Mahakam Ulu
PLTD/S Long Pahangai Mahakam Ulu

III. RENCANA PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK


KAPA PENG
TAHU KABUPATEN
NO JENIS PEMBANGKIT NAMA PEMBANGKIT SITAS EMBA
N /KOTA
(MW) NG
1 Pembangkit Listrik PLTS Muara Jawa Kutai
Tenaga Surya Kartanegara
(PLTS) PLTS Loa Kulu Kutai
Kartanegara
PLTS Komunal Kutai
Sepatin Kartanegara
PLTS Komunal Kutai
Muara Jawa Kartanegara
PLTS Komunal Kutai
Tunjungan Muara Kartanegara
Kaman
PLTS Komunal Lamin Kutai
Telihan Kenohan Kartanegara
PLTS Komunal Kutai
Kupang Baru Muara Kartanegara
Kaman
PLTS Komunal Liang Kutai
Buaya Muara Kaman Kartanegara
PLTS Komunal Kutai
Menamang Kanan Kartanegara
Muara Kaman
PLTS Komunal Kutai
Menamang Kiri Kartanegara
Muara Kaman
PLTS Komunal Kutai
Kartanegara
PLTS Bentian Besar Kutai Barat
PLTS Bongan Kutai Barat
PLTS Jempang Kutai Barat
PLTS Manaar Bulatn Kutai Barat
PLTS Muara Pahu Kutai Barat
PLTS Nyuatan Kutai Barat
PLTS Siluq Ngurai Kutai Barat
2 Pembangkit Listrik PLTBm PT. Mega 20 PT. Kutai
Tenaga Biomassa Prima Persada Mega Kartanegara
(PLTBm) prima
LAMPIRAN XII
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
NOMOR 1 TAHUN 2023
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2023-2042

KESESUAIAN KEGIATAN PEMANFAATAN RUANG LAUT

I. Kawasan Konservasi

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
1. Konservasi SML- Kawasan Kab. Berau Kepmen 122.6 118° 2° 8' Zona Inti: Zona Inti: Zona Inti KKP3K
Lainnya 01 Konserva KP No. 87 9 19' 8.700 • Penanaman • Usaha wisata • Perlindungan
si Tahun 43.91 "N tanaman bakau dan dayung Usaha keanekaragaman
2016 7" E nipah wisata selam hayati;
KKP3K • Perlindungan • Penanaman Pipa • Penyelamatan dan
Derawan keanekaragaman diameter diatas 100 perlindungan
Dsk: hayati; cm lingkungan
Pulau • Penyelamatan dan • kegiatan • Penelitian kegiatan
Semama, perlindungan penggelaran/pemas konservasi
Kec. P. lingkungan • Pendidikan kegiatan
an gan kabel/pipa
Derawan- • Penelitian kegiatan konservasi
Kab. bawah laut;
konservasi • Survei dan/atau
Berau, • Pengapungan
Zona Perikanan penelitian ilmiah
Suaka (refloating)
Berkelanjutan KKP: • Penelitian dan
Marga • Kegiatan
• Usaha wisata pengembangan
Satwa membantu
edukasi perikanan
(Pesisir) pekerjaan teknis
• Usaha wisata terhadap kapal- • Kegiatan berlabuh
SK
dayung kapal yang masih jangkar kecuali
Kawasan
• Usaha wisata selam mengapung tetapi dalam keadaan force
Hutan
• Usaha wisata sedang mendapat majeure oleh kapal
6628
memancing malapetaka asing
Tahun
2021
-2-

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
KPU- Kawasan Kab. Kutai Pantai 9.77 117° 0° 25' • Usaha wisata • Kegiatan Zona Pemanfaatan
W-17 Konserva Timur Teluk 33' 0.344 selancar pengumpulan, Terbatas KKP3K
si Lombok, 42.40 "N • Usaha wisata pemanfaatan, • Usaha wisata
Kec. 8" E snorkeling pengolahan, edukasi
Sangatta • Usaha wisata pembuangan, dan • Penanaman Pipa 0-
Selatan- tontonan penimbunan 20 cm
Kab. • Usaha wisata limbah non B3 • Pembangunan
Kutai berenang • Pengoperasia stasiun pengisian
Timur, • Penanaman Pelabuhan bahan bakar
Taman tanaman bakau dan Pengumpan nelayan
Nasional nipah Regional dan Lokal • Pembangunan
Kutai SK • Perlindungan • Pembangunan dan Fasilitas
Kawasan keanekaragaman pengoperasian Infrastruktur
Hutan hayati; cement grinding (Saluran Primer,
6628 • Penyelamatan dan plant dan cement Sekunder dan pantai
Tahun perlindungan packing plant air)
2021 lingkungan • Pembangunan • Pembangunan
TWAL- Kawasan Kab. Berau Pulau 265.1 118° 2° 5' • Penelitian kegiatan dermaga perikanan Sarana Bantu
01 Konserva Sangalaki 7 24' 11.16 konservasi • Usaha pelayanan Navigasi Pelayaran
si , Kec. 2.274" 7" N • Pendidikan kegiatan perbaikan dan (SBNP)
Maratua- E konservasi pemeliharaan kapal • Pembangunan kabel
Kab. • Survei dan/atau perikanan : telekomunikasi
Berau penelitian ilmiah Local Port Service
dock/slipway,
KKP3K Kawasan Kab. Paser Teluk 1,362 116° 2° 10' • Penangkapan ikan (LPS)
bengkel dan tempat
-02 Konserva Apar, .61 26' 34.32 dengan kapasitas • Usaha wisata selam
perbaikan jaring; • Usaha wisata
si Kec. 45.95 1" S kapal < 10GT
Tanjung 9" E Zona Pemanfaatan • Penetapan alur memancing
Harapan- Terbatas KKP pelayaran dari dan • Usaha wisata
Kab. • Usaha wisata ke pelabuhan selancar
Paser, SK edukasi perikanan • Usaha wisata
Kawasan • Usaha wisata • Pembangunan olahraga tirta
Hutan dayung Tempat perbaikan • Usaha dermaga
6628 • Usaha wiasata selam kapal wisata
Tahun • Usaha wisata • Pembangunan • Usaha kegiatan
2021 memancing terminal Roro hiburan dan
2. Taman KK- Kawasan Kab. Berau KKP3K- 101.7 118° 1° 33' • Usaha wisata • Pembangunan rekreasi
P3K- Konserva 17, Batu 9 56' 34.51 selancar terminal curah • Usaha wisata
ZI-01 si Putih dan 58.25 5" N • Usaha wisatas CAIR ekstrim (beresiko
Biduk- 0" E snorkling tinggi)
-3-

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
Biduk- • Usaha wisata • Pembangunan • Usaha angkutan
Kab. tontonan Kolam pelabuhan laut wisata dalam
Berau • Usaha wisata untuk kebutuhan negeri
KK- Kawasan Kab. Berau KKP3K- 370.4 118° 1° 31' berenang sandar dan olah • Usaha angkutan
P3K- Konserva 18, Pulau 8 54' 25.04 • Penanaman gerak kapal laut internasional
ZI-02 si Mataha, 49.89 3" N tanaman bakau dan • Penetapan tempat wisata
Kec. 2" E nipah alih muat antar • Usaha jasa
Biduk- • Penyelamatan dan kapal perjalanan wisata
Biduk- perlindungan • Pembangunan • Usaha vila (cottage)
Kab. lingkungan Sarana Bantu di atas laut
Berau • Penelitian kegiatan Navigasi Pelayaran • Kegiatan pengujian
KK- Kawasan Kab. Berau KKP3K- 798.6 118° 1° 54' konservasi (SBNP) kapal
P3K- Konserva 20, 6 50' 21.01 • Pendidikan kegiatan • Pembangunan perikanan/perahu
ZI-03 si Karang 36.04 6" N konservasi kabel
ikan bermotor
Muaras 2" E • Survei/dan pnelitian telekomunikasi
Local Port Service • Penanaman dan
Barat, ilmiah
• Penangkapan ikan (LPS) atau pemancangan
Kec.
Maratua- dengan kapasitas • Penanaman kabel kabel atau tiang
Kab. kapal <10 gt • Pembangunan, serta sarana di laut
Berau Zona Lainnya KKP pemindahan, • Budidaya Ikan hasil
• Perlindungan dan/atau rekayasa genetik
KK- Kawasan Kab. Berau KKP3K- 705.7 118° 1° 56'
keanekaragaman pembongkaran
P3K- Konserva 23, 1 49' 0.175 • Pemasangan
hayati; bangunan atau
ZI-04 si Karang 27.28 "N Keramba Jaring
• Penyelamatan dan instalasi pipanisasi
Muaras 3" E
di perairan Apung
Barat, perlindungan
lingkungan • Eksploitasi • Penangkapan ikan
Kec.
• Penelitian kegiatan (Operasi Produksi) menggunakan Gill
Maratua-
Mineral logam Net (Jaring insang)
Kab. konservasi
• Eksploitasi
Berau • Pendidikan kegiatan dan sejenisnya
(Operasi Produksi)
KK- Kawasan Kab. Berau KKP3K- 6,531 118° 2° 7' konservasi • Usaha wisata
Batubara
P3K- Konserva 26, Pulau .29 19' 2.079 Zona Pemanfaata snorkeling
• Pembangunan
ZI-05 si Semama, 50.50 "N Terbatas KKP3K • Penangkapan ikan
Floating Storage
Kec. P. 1" E • Perlindungan Offloading (FSO) menggunakan
Derawan- keanekaragaman Pancing Rawai
Kab. hayati;
Dasar
Berau
-4-

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
KK- Kawasan Kab. Berau KKP3K- 94.18 118° 2° 9' • Penyelamatan dan • Pembangunan • Penangkapan ikan
P3K- Konserva 26, Utara 31' 43.05 perlindungan anjungan/platform menggunakan seine
ZI-06 si Pulau 28.88 3" N lingkungan migas nets dan sejenisnya
Kakaban, 4" E • Penelitian kegiatan • Pengangkutan
• Usaha wisata
Kec. P. konservasi mineral logam,
tontonan
Derawan- • Pendidikan kegiatan mineral bukan
• Usaha wisata
Kab. konservasi logam, batuan,
berenang
Berau Zona Lainnya KKP3K batubara, mineral
• Usaha wisata alam
KK- Kawasan Kab. Berau KKP3K- 1,299 118° 2° 20' • Perlindungan radioaktif
perairan
P3K- Konserva 30, Lhok .52 9' 4.369 keanekaragaman • Pembangunan
• Jasa Wisata Tirta
ZI-07 si Patti, 51.48 "N hayati; FPSO (Floating
(bahari)
Kec. P. 5" E • Penyelamatan dan Production Storage
and Offloading) • Pengambilan
Derawan- perlindungan foto/video bawah
Kab. lingkungan • Usaha wisata
laut
Berau • Penelitian kegiatan memancing
• Penanaman
KK- Kawasan Kab. Berau KKP3K- 10,23 118° 1° 21' konservasi • Usaha wisata
tanaman bakau dan
P3K- Konserva 17, Batu 41.84 38' 41.12 • Pendidikan kegiatan selancar
nipah
ZL-01 si Putih dan 58.35 6" N konservasi • Usaha wisata
• Budidaya mangrove
Biduk- 5" E olahraga tirta
• Survei dan/atau
Biduk- • Usaha dermaga
penelitian ilmiah
Kab. wisata
• Pemungutan hasil
Berau • saha kegiatan
hutan bukan kayu
hiburan dan
KK- Kawasan Kab. Berau KKP3K- 6,327 118° 1° 30' pada hutan
rekreasi
P3K- Konserva 18, .45 50' 25.37 mangrove (madu;
• Usaha wisata
ZL-02 si Bilang- 26.76 8" N getah; daun; buah
ekstrim (beresiko
Bilangan, 7" E dan biji; tanin;
tinggi)
Kec. ikan; hasil hutan
Biduk- • Usaha angkutan
bukan kayu lainnya)
Biduk- laut wisata dalam
• Penangkapan ikan
Kab. negeri
dengan kapasitas
Berau • Usaha angkutan
kapal ≤ 5GT
laut internasional
KK- Kawasan Kab. Berau KKP3K- 18,49 118° 1° 51' • Penggunaan galah
wisata
P3K- Konserva 20, 5.89 54' 29.89 untuk mendorong
• Usaha jasa
ZL-03 si Balemba 41.97 8" N perahu
perjalanan wisata
ngan, 7" E • Usaha
• Usaha vila (cottage)
Kec. pembudidayaan
di atas laut
Maratua- ikan laut
-5-

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
Kab. • Usaha wisata (kerapu,kakap,
Berau snorkeling baronang)
KK- Kawasan Kab. Berau KKP3K- 4,840 118° 1° 59' • Usaha wisata • Pembudidayaan ikan
P3K- Konserva 23, .18 51' 2.118 tontonan untuk kepentingan
ZL-04 si Balemba 11.58 "N • Usaha wisata industri
ngan, 7" E berenang • Usaha budidaya
Kec. • Usaha restoran di perikanan terapung
Maratua- atas laut (jaring apung)
Kab. • Usaha wisata alam • Pengambilan
Berau perairan sumber daya laut
KK- Kawasan Kab. Berau KKP3K- 46,35 118° 2° 3' • Jasa Wisata Tirta non ikan untuk
P3K- Konserva 26, 6.46 26' 28.38 (bahari) kepentingan
ZL-05 si Kakaban, 47.43 9" N • Pengambilan ekonomi
Kec. 3" E foto/video bawah • Pembudidayaan
Maratua- laut sumber daya laut
Kab. • Pengambilan non ikan untuk
Berau terumbu karang kepentingan
• Pemungutan hasil ekonomi
KK- Kawasan Kab. Berau KKP3K- 15,12 118° 2° 22'
hutan bukan • Pengangkutan ikan
P3K- Konserva 30, 6.82 8' 57.19
• kayu pada hutan hasil budidaya
ZL-06 si Tanjung 55.60 8" N
mangrove dengan Kapal
Batu, 4" E
(madu;getah; daun; nelayan kecil
Kec. P.
buah dan biji; • Budidaya Ikan hasil
Derawan-
tanin; ikan; hasil rekayasa genetik
Kab.
hutan bukan kayu • Pemasangan
Berau
lainnya) Keramba Jaring
KK- Kawasan Kab. Berau KKP3K- 739.5 118° 1° 4' Apung
• Penangkapan ikan
P3K- Konserva 17, Batu 4 55' 8.757 • Pemasangan
dengan kapal
ZPT-01 si Berluban 53.75 "N rumpon perairan
• Pengambilan
g, Kec. 9" E dalam
barang-barang
Biduk- • Pemasangan
Purbakala
Biduk-
• Pengambilan rumpon perairan
Kab.
barang-barang dangkal
Berau
selain barang • Bongkar muat ikan
KK- Kawasan Kab. Berau KKP3K- 1,186 118° 1° 7' purbakala • Penangkapan ikan
P3K- Konserva 17, P. .27 50' 7.760 • Pelepasan jangkar menggunakan Gill
ZPT-02 si Kaniunga 48.81 "N Penggunaan galah Net (Jaring insang)
n Besar, 7" E dan sejenisnya
untuk
Kec.
-6-

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
Biduk- mendorong perahu • Penangkapan ikan
Biduk- • Pembangunan menggunakan
Kab. Fasilitas Terapung Pancing Rawai
Berau (Floating Facility) Dasar
KK- Kab. Berau KKP3K- 1,052 118° 1° 9' Migas: Mooring • Penangkapan ikan
P3K- 17, P. .79 52' 22.29 • Usaha menggunakan Pole
ZPT-03 Kaniunga 46.81 4" N pembudidayaan dan line
n Kecil, 4" E ikan laut • Penelitian dan
Kec. • Pembudidayaan pengembangan
Biduk- ikan untuk perikanan
Biduk- kepentingan • Kegiatan pengujian
Kab. industri kapal
Berau • Usaha budidaya perikanan/perahu
KK- Kawasan Kab. Berau KKP3K- 5,052 118° 1° 9' perikanan terapung ikan bermotor
P3K- Konserva 17, .05 46' 18.84 • Pengambilan • Penanaman kabel
ZPT-04 si Sigending 57.03 4" N sumber daya laut • Pembangunan kabel
, Kec. 4" E non ikan untuk telekomunikasi
Biduk- kepentingan Local Port Service
Biduk- ekonomi (LPS)
Kab. • Pembudidayaan • Penanaman dan
Berau sumber daya laut atau pemancangan
non ikan untuk kabel atau tiang
KK- Kawasan Kab. Berau KKP3K- 1,056 118° 1° 15'
kepentingan serta sarana di laut
P3K- Konserva 17, .86 42' 45.24
ekonomi • Pembangunan
ZPT-05 si Labuan 10.52 5" N
• Pengangkutan ikan Sarana Bantu
Kelambu, 4" E
hasil Navigasi Pelayaran
Kec.
budidaya dengan (SBNP)
Biduk-
Kapal Pengangkut • Kegiatan berlabuh
Biduk-
Ikan Hidup jangkar kecuali
Kab.
Berbendera dalam keadaan force
Berau
Indonesia majeure oleh kapal
KK- Kawasan Kab. Berau KKP3K- 1,739 118° 1° 22' • Pengangkutan ikan asing
P3K- Konserva 17, .04 33' 44.57 hasil • Usaha pelayanan
ZPT-06 si Tanjung 14.36 6" N • budidaya dengan jasa pemanduan
Perepat, 0" E Kapal kapal
Kec.
Biduk-
Biduk-
-7-

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
Kab. • Pengangkut Ikan • Konstruksi
Berau Hidup Berbendera Pertambangan
KK- Kawasan Kab. Berau KKP3K- 432.3 118° 1° 26' Asing Garam
P3K- Konserva 17, Teluk 5 28' 5.047 • Pengangkutan ikan • Pembangunan
ZPT-07 si Gila, Kec. 5.174" "N hasil budidaya Fasilitas
Batu E dengan Kapal Infrastruktur
Putih- nelayan kecil (Saluran Primer,
Kab. • Budidaya Ikan Sekunder dan pantai
Berau hasil rekayasa air)
KK- Kawasan Kab. Berau KKP3K- 256.9 118° 1° 26' genetik • Industri
P3K- Konserva 17, 0 29' 40.31 • Pemasangan penggaraman
ZPT-08 si Timur 27.91 0" N Keramba Jaring • Pengapungan
Tanjung 0" E Apung (refloating)
Buaya, • Pemasangan • Kegiatan budidaya
Kec. Batu rumpon perairan biota laut untuk
Putih- dalam kepentingan industri
Kab. • Pemasangan Biofarmakologi
Berau rumpon perairan /Bioteknologi Laut
dangkal • Pengintroduksian
KK- Kawasan Kab. Berau KKP3K- 3,456 118° 1° 35'
• Pengangkutan ikan organisme hasil
P3K- Konserva 17, .72 24' 41.76
hasil penangkapan rekayasa genetika ke
ZPT-09 si Karang 30.06 3" N
dengan Kapal lingkungan
Besar 5" E
Pengangkut Ikan • Pembangunan
Barat,
Hidup Berbendera pembangkitan,
Kec.
Indonesia transmisi, distribusi
Talisayan
-Kab. • Pengangkutan ikan dan penjualan
hasil penangkapan tenaga listrik
Berau
dengan Kapal • Pembangunan
KK- Kawasan Kab. Berau KKP3K- 7,663 118° 1° 38' Pengangkut Ikan stasiun pengisian
P3K- Konserva 17, .87 31' 1.408 Hidup bahan bakar
ZPT-10 si Silonjong 19.01 "N Berbendera Asing nelayan
an, Kec. 8" E • Bongkar muat ikan • Latihan militer
Batu
• Penangkapan ikan Zona lainnya KKP3K
Putih-
menggunakan • Usaha wisata
Kab.
pukat hela (trawls), edukasi
Berau
payang,
KK- Kawasan Kab. Berau KKP3K- 4,086 118° 1° 32' • Penanaman Pipa
cantrang, jaring
P3K- Konserva 18, Pulau .00 56' 24.56 diameter diatas 100
lampara, dogol,
ZPT-11 si Mataha 2" N cm
-8-

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
dan 9.751" dan sejenisnya • kegiatan
Bilang- E • Penangkapan ikan penggelaran/pemasa
Bilangan- menggunakan n gan kabel/pipa
Kab. Gill Net (Jaring
bawah laut;
Berau insang) dan
sejenisnya • Pembangunan
KK- Kawasan Kab. Berau KKP3K- 4,029 117° 1° 53'
P3K- Konserva 19, .64 53' 34.37 • Penangkapan ikan stasiun pengisian
ZPT-12 si Kawasan 32.22 2" N menggunakan bahan bakar
Mangrove 6" E seine nets dan nelayan
Tg. sejenisnya • Pengintroduksian
Belanak, • Penangkapan ikan organisme hasil
Kec. menggunakan
rekayasa genetik ke
Sambaliu Long bag set net
(jaring kantong lingkungan
ng dan
Tabalar- besar) • Kegiatan budidaya
Kab. • Penangkapan ikan biota laut untuk
Berau menggunakan kepentingan industri
KK- Kawasan Kab. Berau KKP3K- 71.97 117° 2° 0' Squid Jigging Biofarmakologi
P3K- Konserva 19, 46' 56.66 • Penangkapan ikan /Bioteknologi Laut
ZPT-12 si Kawasan 31.91 0" N menggunakan
• Kegiatan
Mangrove 1" E Pancing Prawe
Dasar pemindahan muatan
Tg.
• Penangkapan ikan dan atau bahan
Belanak,
Kec. menggunakan bakar (cargo and
Sambaliu Long line (rawai fuel transferring)
ng dan Tuna) • Kegiatan membantu
Tabalar- • Penangkapan ikan pekerjaan teknis
Kab. menggunakan
terhadap kapal-
Berau Pole dan line
• Penangkapan ikan kapal yang masih
KK- Kawasan Kab. Berau KKP3K- 7,703 118° 1° 55'
menggunakan mengapung tetapi
P3K- Konserva 26, .60 26' 3.686
Bubu/Muroami sedang mendapat
ZPT-13 si Gosong 45.64 "N
Malungu 6" E dan sejenisnya malapetaka
n, Kec. • Penangkapan ikan • Kegiatan pekerjaan
Maratua- menggunakan penyelaman (diving
Kab. Bouke Ami
Berau
-9-

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
KK- Kawasan Kab. Berau KKP3K- 1,824 118° 1° 49' • Penangkapan ikan works dalam rangka
P3K- Konserva 20, .51 53' 27.97 menggunakan industri maritim)
ZPT-14 si Karang 11.93 1" N Bagan Apung • Kegiatan pembuatan
Muaras 2" E • Penelitian dan alat-alat
Selatan, pengembangan
perlengkapan lain
Kec. perikanan
Maratua- • Kegiatan pengujian yang khusus
Kab. kapal dipergunakan dalam
Berau perikanan/perahu kapal
KK- Kawasan Kab. Berau KKP3K- 3,005 118° 1° 58' ikan bermotor • Kegiatan pembuatan
P3K- Konserva 23, .97 48' 24.63 • Eksplorasi mineral kapal/alat terapung
ZPT-15 si Karang 40.16 8" N logam, saja
Muaras 7" E mineral bukan
logam, batuan, • Pembangunan
Barat,
batubara, mineral industri yang
Kec.
Maratua- radioaktif terintegrasi dengan
Kab. • Pengangkutan pelabuhan
Berau mineral logam, • Kegiatan Industri
KK- Kawasan Kab. Berau KKP3K- 1,429 118° 2° 5' mineral bukan Galangan Kapal
P3K- Konserva 26, Pulau .3 23' 14.93 logam, batuan,
dengan sistem
ZPT-16 si Sangalaki 56.51 1" N batubara, mineral
radioaktif Graving Dock Kapal
, Kec. 3" E
• Pembangunan • Pembangunan
Maratua-
Kab. FPSO (Floating Fasilitas
Berau Production Storage Infrastruktur
and (Saluran Primer,
KK- Kawasan Kab. Berau KKP3K- 3,637 118° 2° 8' Offloading)
P3K- Konserva 26, Pulau .6 32' 16.26 Sekunder dan pantai
• Pengerukan
ZPT-17 si Kakaban, 19.21 8" N air)
perairan dengan
Kec. 5" E • Pelatihan perang
capital dredging
Maratua- dengan
• Pengerukan
Kab.
perairan laut menggunakan
Berau
dengan amunisi oleh kapal
KK- Kawasan Kab. Berau KKP3K- 398.1 118° 2° 15' capital dredging asing
P3K- Konserva 29, DPL 4 14' 27.11 yang memotong
ZPT-18 si Tebabing 27.57 8" N material karang
a, Kec. P. 9" E dan/atau batu
Derawan-
- 10 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
Kab. Pembangunan • Kegiatan riset atau
Berau PLTU survei hidrografi
KK- Kawasan Kab. Berau KKP3K- 46.21 118° 2° 16' • Pembangunan oleh kapal asing
P3K- Konserva 29, DPL 14' 0.022 Floating Storage
• Operasi Kapal
ZPT-18 si Tebabing 24.94 "N Offloading (FSO)
• Pembangunan Angkutan
a, Kec. P. 7" E
Derawan- Fasilitas Penyeberangan
Kab. Terapung (Floating Dalam Provinsi
Berau Facility) Migas: • Pengelolaan (TUKS)
Mooring di dalam
KK- Kawasan Kab. Berau KKP3K- 876.3 118° 2° 18'
P3K- Konserva 30, Utara 2 14' 40.29 • Eksploitasi DLKR/DLKP
ZPT-19 si Pulau 20.40 9" N (Operasi Produksi)
pelabuhan
Derawan, 5" E Batubara
• Eksploitasi pengumpan regional
Kec. P.
(Operasi Produksi) • Usaha angkutan
Derawan-
Kab. Mineral logam laut badan usaha
Berau • Eksploitasi pada lintas
(Operasi Produksi) pelabuhan antar
KK- Kawasan Kab. Berau KKP3K- 2178. 118° 2° 23'
Mineral bukan kab/kota dalam
P3K- Konserva 30, Utara 96 7' 7.781
logam atau mineral
ZPT-20 si Pulau 16.11 "N Provinsi Kalimantan
batuan
Derawan, 8" E Timur
• Eksploitasi
Kec. P. • Reklamasi di
(Operasi Produksi)
Derawan-
Mineral radioaktif wilayah perairan
Kab.
• Pengolahan & pelabuhan
Berau
Pemurnian Pengumpan Regional
KK- Kawasan Kab. Berau KKP3K- 1491. 118° 2° 25' Batubara
P3K- Konserva 30, 58 9' 25.25 dan Lokal
• Pengolahan &
ZPT-21 si Karang 41.47 6" N • Pengerukan di
Pemurnian Mineral
Butasan, 8" E logam wilayah perairan
Kec. P. • Pengolahan & Pelabuhan
Derawan- Pengumpan Regional
Pemurnian Mineral
Kab. bukan logam atau dan Lokal
Berau mineral batuan • Pengoperasia
KKP- Kawasan Kota P. Beras 751.8 117° 0° 4' • Pengolahan & Pelabuhan
03 Konserva Bontang Basah,P. 0 33' 48,11 Pemurnian Mineral
si Kedindin 28,96 7" N Pengumpan Regional
radioaktif
gan, Kec. 8" E dan Lokal
Bontang
- 11 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
Selatan- • Penempatan tailing • Usaha tally mandiri :
Kota (bahan yang kegiatan
Bontang tertinggal setelah cargodoring,
KKP- Kawasan Kota P. 2,213 117° 0° 6' pemisahan
receiving/delivery,
04 Konserva Bontang Melahing, .30 32' 56,28 fraksi) di bawah
laut stuffing, dan
si Kec. 21,64 6" N
• Pembangunan stripping peti kemas
Bontang 5" E
Selatan- Terminal bagi kepentingannya
Kota Regasifikasi LNG sendiri.
Bontang • Pembakaran Gas • Usaha bongkar
KKP- Kawasan Kota Karang 406.6 117° 0° 9' Suar Bakar muat barang :
05 Konserva Bontang Segajah, 1 33' 14,79 (Flaring)
pengemasan,
si Kec. 15,26 9" N • Pemusnahan
penumpukan, dan
Bontang 8" E handak migas
• Pemasangan penyimpanan di
Utara-
fasilitas turbin pelabuhan
Kota
Bontang generator energi • Usaha pelayanan
• Kegiatan Instalasi logistik dan
3. Kawasan KKM- Kawasan Kab. Paser Kapal 400.4 116° 2° 10'
Pembangkit perbekalan kapal
Konservasi 01 Pencadan Amagiri, 3 45' 0.000
Listrik Tenaga perikanan
Maritim gan Selat 0.001" "S
Arus Laut (PLTAL)
Konserva Makassar E • Usaha pelayanan
• Pemasangan
si di Laut , Kab. perbaikan dan
fasilitas mesin
Paser
kalor pemeliharaan kapal
KKM- Kawasan Kab. Kutai Kapal SS 399.8 119° 1° 0' • Eksplorasi energi perikanan :
02 Pencadan Timur Sierra 6 10' 0.005 OTEC dock/slipway,
gan Cordoba, 0.002" "N • Pembangunan
Konserva Selat E bengkel dan tempat
kabel perbaikan jaring;
si di Laut Makassar
telekomunikasi
, Kab. • Pembangunan turap
Local Port Service
Kutai (revetment),
(LPS)
Timur
- 12 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
4. Pencadanga KKP- Kawasan Kab. Paser Karang 2,304 116° 2° 15' • Penanaman dan • pembangunan groin
n/Indikasi 01 Pencadan Tg. Aru, .69 39' 2.514 atau pemancangan • Pembangunan
Kawasan gan Selat 53.28 "S kabel atau tiang Sarana Bantu
Konservasi Konserva Makassar 1" E serta sarana di laut
Navigasi Pelayaran
si di Laut , Kab. • Pembangunan
Paser Sarana Bantu (SBNP)
Navigasi Pelayaran • Pembangunan kabel
(SBNP) telekomunikasi
• Penetapan tempat Local Port Service
labuh (LPS)
KKP- Kawasan Kab. Karang 967.0 116° 1° 23' • Penetapan tempat • Pembangunan,
02 Pencadan Penajam Tanjung 8 46' 41.83 alih muat
pemindahan,
gan Paser Utara Jumlai, 21.27 7" S antar kapal
• Pembangunan dan/atau
Konserva Kec. 4" E
si di Laut Penajam- Kolam pelabuhan pembongkaran
Kab. PPU untuk kebutuhan bangunan atau
KKP- Kawasan Kab. Karang 585.5 116° 1° 23' sandar dan olah instalasi pipanisasi
02 Pencadan Penajam Tanjung 3 46' 13.81 gerak kapal di perairan
gan Paser Utara Jumlai, 52.47 1" S • Pembangunan • Pembangunan
Konserva Kec. 2" E terminal peti
Floating Storage
si di Laut Penajam- kemas
• Pembangunan Offloading (FSO)
Kab. PPU
terminal curah • Pembangunan
dan Pipa
Bawah kering anjungan/platform
Laut • Pembangunan migas
Koridor terminal curah • Pengerukan perairan
Tanjung CAIR laut dengan capital
Jumala- Pembangunan
dredging yang
Offshore terminal ro-ro
• Pembangunan memotong material
Teluk
Balikpap Tempat perbaikan karang dan/atau
an kapal batu
(Kepmen • Penempatan kapal • Pembangunan FPSO
KP 14 mati (Floating Production
2021) • Pembangunan TPI Storage and
KKP- Kawasan Kab. Kutai P. Miang 1136. 117° 0° 44' • Pembangunan
Offloading)
06 Pencadan Timur Besar, 8 59' 19.46 breakwater
(pemecah • Penangkapan ikan
gan Kec. 24.22 8" N
gelombang) menggunakan
Sangkulir 5" E
- 13 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
Konserva ang-Kab. • Pembangunan Pancing Rawai
si di Laut Kutai turap (revetment) Dasar
Timur • pembangunan • Kegiatan pengujian
KKP3K Kawasan Kab. Paser Tanjung 5,080 116° 2° 16' groin; kapal
-01 Pencadan Harapan, .49 36' 6.381 • Penetapan alur
perikanan/perahu
gan Kec. 6.502" "S pelayaran dari
dan ke pelabuhan ikan bermotor
Konserva Tanjung E
si di Laut Harapan- • Uji coba kapal • Eksplorasi mineral
Kab. • Usaha pelayanan logam, mineral
Paser perbaikan dan bukan logam,
KKP3K Kawasan Kab. Paser Teluk 5,256 116° 2° 7' pemeliharaan batuan, batubara,
-02 Pencadan Apar, .48 28' 49.27 kapal perikanan : mineral radio aktif
gan Kec. 57.71 2" S dock/slipway,
• Pengangkutan
Konserva Tanjung 7" E bengkel dan tempat
perbaikan jaring; mineral logam,
si di Laut Harapan-
• Usaha pelayanan mineral bukan
Kab.
Paser logistik dan logam, batuan,
perbekalan kapal batubara, mineral
KKP3K Kawasan Kab. Paser Teluk 15,12 116° 1° 53'
perikanan radioaktif
-03 Pencadan Apar, 8.6 27' 44.01
• Pembangunan • Usaha wisata selam
gan Kec. 4.862" 0" S
dermaga
Konserva Tanjung E • Usaha wisata
perikanan
si di Laut Harapan- memancing
Kab. • Usaha bongkar
muat barang : • Usaha wisata
Paser
pengemasan, selancar
KKP3K Kawasan Kab. Kec. 3,357 116° 1° 31' penumpukan, dan
-04 Pencadan Penajam Babulu .13 33' 40.36 • Usaha wisata
penyimpanan di olahraga tirta
gan Paser Kab. 29.45 1" S pelabuhan
Konserva Utara/Kab. Penajam 9" E • Usaha dermaga
• Usaha tally mandiri
si di Laut Paser Paser wisata
: kegiatan
Utara • Usaha kegiatan
cargodoring,
KKP3K Kawasan Kab. Tg.Telake 2,323 116° 1° 36' receiving/delivery, hiburan dan
-04 Pencadan Penajam -Tg. .09 33' 5.761 stuffing, dan rekreasi
gan Paser Sembiling 35.43 "S stripping peti • Usaha wisata
Konserva Utara/Kab. , Kec. 7" E kemas
si di Laut Paser Longkali ekstrim (beresiko
Kab. tinggi)
Paser
- 14 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
KKP3K Kawasan Kab. Tanjung 299.3 116° 1° 21' bagi • Usaha angkutan
-05 Pencadan Penajam Jumlai, 45' 1.824 kepentingannya laut wisata dalam
gan Paser Utara Kec. 43.55 "S sendiri. negeri
Konserva Penajam- 5" E • Pembangunan dan
• Usaha angkutan
si di Laut Kab. PPU pengoperasian
Jetty laut internasional
KKP3K Kawasan Kab. Teluk 45.63 116° 1° 7'
• Pembangunan dan wisata
-06 Pencadan Penajam Balikpap 42' 9.530
gan Paser Utara an-Kab. 41.91 "S pengoperasian • Usaha jasa
Konserva Penajam 6" E cement grinding perjalanan wisata
si di Laut Paser plant dan cement • Usaha vila (cottage)
Utara packing plant
di atas laut
• Pengoperasian
KKP3K Kawasan Kab. Teluk 67.14 116° 1° 4' • Usaha wisata
Pelabuhan
-07 Pencadan Penajam Balikpap 43' 29.20 snorkeling
Pengumpan
gan Paser Utara an-Kab. 48.06 4" S
Regional dan Lokal • Usaha wisata
Konserva Penajam 9" E
• Pengerukan di tontonan
si di Laut Paser
wilayah perairan • Usaha wisata
Utara
Pelabuhan berenang
KKP3K Kawasan Kab. Kutai Kec. 1,101 117° 0° 18' Pengumpan
-08 Pencadan Kartanegara Marangk .38 26' 6.937 Regional dan Lokal • Usaha wisata alam
gan ayu-Kab. 46.19 "S • Reklamasi di perairan
Konserva Kutai 7" E wilayah perairan • Penetapan alur
si di Laut Kartaneg Pelabuhan pelayaran dari dan
ara Pengumpan ke pelabuhan
KKP3K Kawasan Kab. Kutai Kec. 735.8 117° 0° 10' Regional dan Lokal perikanan
-09 Pencadan Kartanegara Marangk 5 27' 8.788 • Usaha angkutan
gan ayu-Kab. 12.05 "S • Penelitian dan
laut badan
Konserva Kutai 1" E • usaha pada lintas pengembangan
si di Laut Kartaneg pelabuhan antar perikanan
ara kab/kota dalam • Penanaman dan
KKP3K Kawasan Kec. Kec. 1,657 117° 0° 4' Provinsi atau pemancangan
-10 Pencadan Marangkayu- Marangk .54 29' 22.14 • Usaha angkutan kabel atau tiang
gan Kab. Kutai ayu-Kab. 49.74 3" S laut pelayaran serta sarana di laut
Konserva Kartanegara Kutai 0" E • rakyat atau badan
• Budidaya Ikan hasil
si di Laut Kartaneg usaha pada
ara • lintas pelabuhan rekayasa genetik
KKP3K Kawasan Kab. Kutai Kec. 462.5 117° 0° 0' antar kab/kota • Pemasangan
-11 Pencadan Kartanegara Marangk 2 30' 3.232 dalam Provinsi, Keramba Jaring
gan ayu-Kab. "N antar provinsi dan Apung
- 15 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
Konserva Kutai 55.21 pelabuhan • Pengangkutan ikan
si di Laut Kartaneg 8" E internasional hasil penangkapan
ara • Usaha jasa dengan Kapal
KKP3K Kawasan Kab. Kutai Kec. 27.92 117° 0° 1' angkutan perairan
Pengangkut Ikan
-11 Pencadan Kartanegara Marangk 31' 24.86 pelabuhan
Hidup Berbendera
gan ayu-Kab. 16.55 3" S • Usaha jasa
penyewaan Indonesia
Konserva Kutai 3" E
si di Laut Kartaneg peralatan angkutan • Penangkapan ikan
ara dan laut menggunakan Gill
Pipa • Pengelolaan (TUKS) Net (Jaring insang)
Bawah di dalam dan sejenisnya
Laut DLKR/DLKP
• Penangkapan ikan
Koridor pelabuhan
pengumpan menggunakan
Bontang-
Offshore regional. Pancing Rawe Dasar
(Kepmen • Operasi Kapal • Jasa Wisata Tirta
KP 14 Angkutan (bahari)
2021) Penyeberangan • Pengambilan
KKP3K Kawasan Kab. Kutai Kec. 4778. 117° 0° 25' Dalam Provinsi
foto/video bawah
-12 Pencadan Timur Teluk 52 36' 5.968 • Kegiatan
laut
gan Pandan 13.88 "N penerbangan diatas
alur kepulauan • Penanaman
Konserva dan Kec. 2" E
si di Laut Sangatta • Penetapan rute tanaman bakau dan
Selatan- pelayaran nipah
Kab. internasional • Budidaya mangrove
Kutai • Kegiatan bongkar • Survei dan/atau
Timur muat oleh kapal penelitian ilmiah
asing
KKP3K Kawasan Kab. Kutai Tg. 410.1 117° 0° 25' • Pemungutan hasil
-13 Pencadan Timur Sangatta 2 36' 5.968 • Kegiatan riset atau
survei hidrografi hutan bukan kayu
gan Kec. 13.88 "N
oleh kapal asing pada hutan
Konserva Sangatta 2" E
• Pelatihan perang mangrove (madu;
si di Laut Selatan-
Kab. dengan getah; daun; buah
Kutai menggunakan dan biji; tanin;
Timur amunisi oleh kapal ikan; hasil hutan
asing
KKP3K Kawasan Kab. Kutai Tg. 1,030 117° 0° 38' bukan kayu lainnya)
-14 Pencadan Timur Bungalun .88 42' 15.54
gan , Kec. 6" N
- 16 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
Konserva Bengalon 8.904" • Usaha pelayanan • Penangkapan ikan
si di Laut -Kab. E jasa pemanduan dengan kapasitas
Kutai kapal. kapal ≤ 5GT
Timur • Pembangunan dan
• Penangkapan ikan
KKP3K Kawasan Kab. Kutai Teluk 1,671 117° 1° 2' • pengoperasian
dengan kapasitas
-15 Pencadan Timur Sangkulir .16 56' 1.485 terminal khusus
gan ang, Kec. 7.414" "N • Pengangkutan dan kapal 5-30 GT
Konserva Sangkulir E penjualan Garam • Penangkapan ikan
si di Laut ang dan • Konstruksi dengan kapasitas
Kec. Pertambangan kapal ≥ 30GT
Kaubun Garam • Pelepasan jangkar
Kab. • Pembangunan
• Penggunaan galah
Kutai Fasilitas
Timur Infrastruktur untuk mendorong
(Saluran Primer, perahu
KKP3K Kawasan Kab. Kutai Teluk 1,797 118° 0° 51'
-16 Pencadan Timur Sangkulir 3.87 14' 47.53 Sekunder dan • Usaha
gan ang-Tg. 0.778" 1" N pantai air) Industri pembudidayaan
Konserva Pagar, E penggaraman ikan laut
si di Laut Kec. • Kegiatan (kerapu,kakap,
Sandaran pengumpulan,
baronang)
-Kab. pemanfaatan,
pengolahan, • Pembudidayaan ikan
Kutai
Timur pembuangan, dan untuk kepentingan
penimbunan industri
KKP3K Kawasan Kab. Berau Tg. 1,952 117° 1° 51'
limbah B3 • Usaha budidaya
-17 Pencadan Belanak, 6.99 58' 17.61
gan Kec. 41.11 0" N • Kegiatan perikanan terapung
Konserva Sambaliu 0" E pengumpulan,
(jaring apung)
si di Laut ng dan pemanfaatan,
pengolahan, • Pengambilan
Tabalar-
pembuangan, dan sumber daya laut
Kab.
penimbunan non ikan untuk
Berau
limbah non B3 kepentingan
KKP3K Kawasan Kab. Berau KSNT P. 5,421 119° 1° 52' • Kegiatan Industri
-18 Pencadan Maratua .96 2' 35.93 ekonomi
Galangan Kapal • Pembudidayaan
gan dan P. 47.12 2" N dengan sistem
Konserva Sambit: 1" E sumber daya laut
Graving Dock
si di Laut Karang Kapal non ikan untuk
Muaras
Barat, P.
- 17 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
Sambit • Pembangunan kepentingan
Kec. industri yang ekonomi
Maratua- terintegrasi dengan • Pengangkutan ikan
Kab. pelabuhan
hasil budidaya
Berau • Kegiatan
dengan Kapal
KKP3K Kawasan Kab. Berau Karang 35,92 119° 1° 46' pembuatan
kapal/alat nelayan kecil
-20 Pencadan Muaras 7.89 1' 54.60
gan Barat, P. 48.80 2" N terapung saja; • Budidaya Ikan hasil
Konserva Sambit 5" E • Kegiatan perbaikan rekayasa genetik
si di Laut Kec. atau pemeliharaan • Pemasangan
Maratua- kapal/alat-alat Keramba Jaring
Kab. terapung saja;
Apung
Berau • Kegiatan
pembuatan mesin- • Pemasangan
KKP3K Kawasan Kab. Berau Karang 2,729 119° 1° 49'
mesin rumpon perairan
-21 Pencadan Muaras .63 2' 56.24
gan Barat, P. 35.34 4" N utama/pembantu; dalam
Konserva Sambit 9" E • Kegiatan • Pemasangan
si di Laut Kec. pembuatan alat- rumpon perairan
Maratua- alat perlengkapan dangkal
Kab. lain yang khusus
dipergunakan • Pengangkutan ikan
Berau
dalam kapal; hasil penangkapan
KKP3K Kawasan Kab. Berau Karang 6.84 118° 1° 57' dengan Kapal
• Kegiatan
-22 Pencadan Muaras 55' 57.77
pembuatan alat- Pengangkut Ikan
gan Barat, P. 14.14 1" N
alat maritim Hidup Berbendera
Konserva Sambit 0" E
lainnya Indonesia"
si di Laut Kec.
• Kegiatan pekerjaan
Maratua- • Bongkar muat ikan
penyelaman (diving
Kab. • Penangkapan ikan
works dalam
Berau menggunakan Gill
rangka industri
KKP3K Kawasan Kab. Berau Karang 53,89 118° 2° 8' maritim). Net (Jaring insang)
-23 Pencadan Muaras 0.76 41' 46.83 • Kegiatan dan sejenisnya
gan Barat, P. 50.35 3" N pemindahan
Konserva Maratua 3" E • Penangkapan ikan
muatan dan atau menggunakan seine
si di Laut Kec. bahan bakar (cargo
Maratua- net dan sejenisnya
and fuel
Kab. transferring)
Berau
- 18 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
KKP3K Kawasan Kab. Berau Karang 868.7 118° 2° 21' • Penarikan (Towing) • Penangkapan ikan
-23 Pencadan Muaras 0 32' 3.017 • Kegiatan budidaya menggunakan Long
gan Barat, P. 31.26 "N biota laut untuk bag set net (jaring
Konserva Maratua 2" E kepentingan kantong besar)
si di Laut Kec. industri
Maratua- Biofarmakologi / • Penangkapan ikan
Kab. Bioteknologi Laut menggunakan
Berau • Pengintroduksian Pancing Rawai
KKP3K Kawasan Kab. Berau Karang 20,02 118° 2° 9' organisme hasil Dasar
-24 Pencadan Muaras 3.67 33' 47.06 rekayasa genetika • Penangkapan ikan
gan Barat, P. 39.35 5" N ke lingkungan menggunakan Long
Konserva Maratua 7" E • Pembangunan
line (rawai Tuna)
si di Laut Kec. pembangkitan,
transmisi, • Penangkapan ikan
Maratua-
Kab. distribusi dan menggunakan Pole
Berau penjualan tenaga dan line
listrik • Penangkapan ikan
KKP3K Kawasan Kab. Berau Karang 1711. 118° 2° 18'
-24 Pencadan Muaras 58 26' 39.75 • Pembangunan menggunakan
gan Barat, P. 5.918" 0" N stasiun pengisian Bagan Apung
Konserva Maratua E bahan bakar
nelayan • Penelitian dan
si di Laut Kec. pengembangan
Maratua- • Latihan militer
• Pipa intake dan perikanan
Kab.
Berau outake industri • Kegiatan pengujian
garam kapal
KKP3K Kawasan Kab. Berau Karang 10,83 118° 2° 12'
Zona Pemanfaatan perikanan/perahu
-25 Pencadan Muaras 5.27 42' 53.69
Terbatas KKP3K: ikan bermotor
gan Barat, P. 58.62 7" N
Konserva Maratua 4" E • Usaha wisata • Eksplorasi mineral
si di Laut Kec. ekstrim (beresiko
logam, mineral
Maratua- tinggi)
• Penanaman Pipa bukan logam,
Kab.
diameter diatas 100 batuan, batubara,
Berau
cm mineral radioaktif
KKP3K Kawasan Kab. Berau Karang 148.8 118° 2° 22'
• kegiatan • Pengangkutan
-25 Pencadan Muaras 34' 18.02
gan Barat, P. 56.13 3" N penggelaran/pemas mineral logam,
Konserva Maratua 4" E an gan kabel/pipa mineral bukan
si di Laut Kec. bawah laut; logam, batuan,
Maratua-
- 19 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
Kab. • Kegiatan batubara, mineral
Berau membantu radioaktif
KKP3K Kawasan Kab. Berau Tg. 13,76 117° 2° 6' pekerjaan teknis • Pembangunan FPSO
-27 Pencadan Bingkar, 8.41 53' 37.42 terhadap kapal-
(Floating Production
gan Kec. 28.91 4" N kapal yang masih
mengapung tetapi Storage and
Konserva Pulau 7" E
sedang mendapat Offloading)
si di Laut Derawan-
Kab. malapetaka • Pengerukan perairan
Berau • Kegiatan dengan capital
pengumpulan, dredging
KKP3K Kawasan Kab. Berau Tg. 1,122 118° 2° 23'
pemanfaatan, • Pengerukan perairan
-30 Pencadan Karangtig .76 1' 15.75
pengolahan,
gan au, Kec. 14.06 7" N laut dengan capital
pembuangan, dan
Konserva Pulau 1" E dredging yang
penimbunan
si di Laut Derawan-
limbah non B3 memotong material
Kab.
Berau • Pengoperasia karang dan/atau
Pelabuhan batu
Pengumpan • Pembangunan PLTU
Regional dan Lokal
• Pembangunan
• Pembangunan
terminal Roro Floating Storage
• Penangkapan ikan Offloading (FSO)
menggunakan • Pembangunan
seine nets dan Fasilitas Terapung
sejenisnya (Floating Facility)
• Penangkapan ikan Migas: Mooring
menggunakan • Eksploitasi (Operasi
seine nets dan Produksi) Batubara
sejenisnya • Eksploitasi (Operasi
• Pembangunan Produksi) Mineral
FPSO (Floating logam
Production Storage • Pengolahan dan
and Offloading) Pemurnian Mineral
• Pengerukan logam
perairan laut • Pemasangan fasilitas
dengan capital turbin generator
dredging yang energi
- 20 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
memotong material • Kegiatan Instalasi
karang dan/atau Pembangkit Listrik
batu Tenaga Arus Laut
• Usaha angkutan (PLTAL)
laut internasional • Pemasangan fasilitas
wisata mesin kalor
• Pengambilan
• Eksplorasi energi
terumbu karang
• Penangkapan ikan OTEC
dengan kapasitas • Pembangunan,
kapal ≥ 30GT pemindahan,
• Pengambilan dan/atau
barang-barang pembongkaran
purbakala bangunan atau
• Pengambilan
instalasi
barang-barang
selain barang • Penanaman kabel
purbakala • Penanaman Pipa 0-
• Usaha budidaya 20 cm
perikanan terapung • Pembangunan kabel
(jaring apung dan telekomunikasi
pen system seluas
Local Port Service
≥ 5 Ha dengan
jumlah 1000 unit. (LPS)
• Pengambilan • Penanaman dan
sumber daya laut atau pemancangan
non ikan untuk kabel atau tiang
kepentingan serta sarana di laut
ekonomi • Pembangunan
• Pembudidayaan
Sarana Bantu
sumber daya laut
non ikan untuk Navigasi Pelayaran
kepentingan (SBNP)
ekonomi • Penetapan tempat
• Budidaya Ikan labuh
hasil • Penetapan tempat
rekayasagenetik
alih muat antar
• Pengangkutan ikan
kapal
hasil penangkapan
- 21 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
dengan Kapal • Pembangunan
Pengangkut Ikan Kolam pelabuhan
Hidup Berbendera untuk kebutuhan
Indonesia
sandar dan olah
• Pengangkutan ikan
hasil penangkapan gerak kapal
dengan Kapal • Pembangunan
Pengangkut Ikan terminal peti kemas
Hidup Berbendera • Pembangunan
Asing terminal curah
• Penangkapan ikan kering
menggunakan
pukat hela (trawls), • Pembangunan
payang, cantrang, terminal curah CAIR
jaring lampara, • Pembangunan
dogol, dan terminal Roro
sejenisnya • Pembangunan
• Penangkapan ikan Tempat perbaikan
menggunakan Long
kapal
bag set net (jaring
kantong besar) • Penempatan kapal
• Penangkapan ikan mati
menggunakan • Pembangunan TPI
Bouke Ami • Pembangunan
• Penangkapan ikan breakwater
menggunakan
(pemecah
Bagan Apung
• Kegiatan pengujian gelombang)
kapal • Pembangunan
perikanan/perahu turap (revetment),
ikan bermotor pembangunan groin;
• Eksplorasi mineral • Penetapan alur
logam, mineral pelayaran dari dan
bukan logam,
ke pelabuhan
batuan, batubara,
mineral radioaktif perikanan
• Pengangkutan • Uji coba kapal
mineral logam, • Usaha pelayanan
mineral bukan perbaikan dan
- 22 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
logam, batuan, pemeliharaan kapal
batubara, mineral perikanan :
radioaktif • Usaha pelayanan
• Pembangunan
logistik dan
FPSO (Floating
Production Storage perbekalan kapal
and Offloading) perikanan
• Pengerukan • Pembangunan
perairan dengan dermaga perikanan
capital dredging • Usaha bongkar
• Pengerukan muat barang
perairan laut
:pengemasan,
dengan capital
dredging yang penumpukan, dan
memotong material penyimpanan di
karang dan/atau pelabuhan
batu • Usaha tally
• Pembangunan mandiri : kegiatan
PLTU cargodoring,
• Pembangunan
receiving/delivery,
anjungan/platform
migas stuffing, dan
• Pembangunan stripping peti
Floating Storage kemas bagi
Offloading (FSO) kepentingannya
• Pembangunan sendiri.
Fasilitas Terapung • Pembangunan dan
(Floating Facility)
pengoperasian Jetty
Migas: Mooring
• Eksploitasi • Pembangunan dan
(Operasi Produksi) pengoperasian
Batubara cement grinding
• Eksploitasi plant dan cement
(Operasi Produksi) packing plant
Mineral logam • Pengoperasian
• Eksploitasi
Pelabuhan
(Operasi Produksi)
Mineral bukan Pengumpan
Regional dan Lokal
- 23 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
logam atau mineral • Pengerukan di
batuan wilayah perairan
• Eksploitasi Pelabuhan
(Operasi Produksi)
Pengumpan Regional
Mineral radioaktif
dan Lokal
• Pengolahan &
Pemurnian • Reklamasi di
Batubara wilayah perairan
• Pengolahan & Pelabuhan
Pemurnian Mineral Pengumpan Regional
logam dan Lokal
• Pengolahan &
• Usaha angkutan
Pemurnian Mineral
bukan logam atau laut badan usaha
mineral batuan pada lintas
• Pengolahan & pelabuhan antar
Pemurnian Mineral kab/kota dalam
radioaktif Provinsi Kalimantan
• Penempatan tailing Timur
(bahan yang • Usaha angkutan
tertinggal setelah
pemisahan fraksi) laut pelayaran
di bawah laut rakyat atau badan
• Pembangunan usaha pada lintas
Terminal pelabuhan antar
Regasifikasi LNG kab/kota dalam
• Pembakaran Gas Provinsi Kalimantan
Suar Bakar Timur, antar
(Flaring)
Provinsi dan
• Pemusnahan
handak migas pelabuhan
• Pemasangan internasional
fasilitas turbin • Usaha jasa
generator energi angkutan perairan
• Kegiatan Instalasi pelabuhan
Pembangkit Listrik • Usaha jasa
Tenaga Arus Laut
penyewaan
(PLTAL)
- 24 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Pemasangan peralatan angkutan
fasilitas mesin laut
kalor • Pengelolaan
• Eksplorasi energi (TUKS) di dalam
OTEC
DLKR/DLKP
• Pembangunan,
pemindahan, pelabuhan
dan/atau pengumpan
pembongkaran regional.
bangunan atau • Operasi Kapal
instalasi pipanisasi Angkutan
di perairan
Penyeberangan
• Penetapan tempat
Dalam Provinsi
alih muat antar
kapal • Penetapan rute
• Pembangunan pelayaran
Kolam pelabuhan internasional
untuk kebutuhan • Kegiatan bongkar
sandar dan olah muat oleh kapal
gerak kapal
asing
• Pembangunan
terminal peti kemas • Kegiatan riset atau
• Pembangunan survei hidrografi
terminal curah oleh kapal asing
kering • Kegiatan berlabuh
• Pembangunan jangkar kecuali
terminal curah dalam keadaan force
CAIR
majeure oleh kapal
• Pembangunan
terminal ro-ro asing
• Pembangunan • Pelatihan perang
Tempat perbaikan dengan
kapal menggunakan
• Penempatan kapal amunisi oleh kapal
mati asing
• Pembangunan TPI • Usaha pelayanan
• Pembangunan
jasa pemanduan
breakwater
kapal.
- 25 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
(pemecah • Pembangunan dan
gelombang) pengoperasian
• Pembangunan terminal khusus
turap (revetment)
• Konstruksi
• pembangunan
groin; Pertambangan
• Penetapan alur Garam
pelayaran dari dan • Pembangunan
ke pelabuhan Fasilitas
perikanan Infrastruktur
• Uji coba kapal (Saluran Primer,
• Usaha pelayanan Sekunder dan pantai
perbaikan dan
air)
pemeliharaan kapal
perikanan : • Industri
dock/slipway, penggaraman
bengkel dan tempat • Kegiatan Industri
perbaikan jaring; Galangan Kapal
• Usaha pelayanan dengan sistem
logistik dan
Graving Dock Kapal
perbekalan kapal
perikanan • Pembangunan
• Pembangunan industri yang
dermaga perikanan terintegrasi dengan
• Usaha bongkar pelabuhan
muat barang : • Kegiatan pembuatan
pengemasan, kapal/alat terapung
penumpukan, dan
saja;
penyimpanan di
pelabuhan • Kegiatan perbaikan
• Usaha tally mandiri atau pemeliharaan
: kegiatan kapal/alat- alat
cargodoring, terapung saja;
receiving/delivery, • Kegiatan
stuffing, dan
pembuatan
stripping peti
kemas bagi mesin-mesin
kepentingannya utama/pembantu;
sendiri.
- 26 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Pembangunan dan • Kegiatan
pengoperasian pembuatan alat-alat
Jetty perlengkapan lain
• Pembangunan dan yang khusus
pengoperasian
dipergunakan dalam
cement grinding
plant dan cement kapal;
packing plant • Kegiatan pembuatan
• Pengoperasian alat-alat maritim
Pelabuhan lainnya
Pengumpan • Kegiatan pekerjaan
Regional dan Lokal
penyelaman (diving
• Pengerukan di
wilayah perairan works dalam rangka
Pelabuhan industri maritim).
Pengumpan • Kegiatan membantu
Regional dan Lokal pekerjaan teknis
• Reklamasi di terhadap kapal-
wilayah perairan kapal yang masih
Pelabuhan
mengapung tetapi
Pengumpan
Regiondan Lokal sedang mendapat
• Usaha angkutan malapetaka
laut badan usaha • Kegiatan
pada lintas pemindahan
pelabuhan antar muatan dan atau
kab/kota dalam bahan bakar (cargo
Provinsi
and fuel
Kalimantan Timur
• Usaha angkutan transferring)
laut pelayaran • Penarikan (Towing)
rakyat atau badan • Pengapungan
usaha pada lintas (refloating)
pelabuhan antar • Kegiatan budidaya
kab/kota dalam
biota laut untuk
Provinsi
Kalimantan Timur, kepentingan industri
antar Provinsi dan Biofarmakologi
/Bioteknologi Laut
- 27 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
pelabuhan • Pengintroduksian
internasional organisme hasil
• Usaha jasa rekayasa genetika ke
angkutan perairan
lingkungan
pelabuhan
• Usaha jasa • Pembangunan
penyewaan pembangkitan,
peralatan angkutan transmisi, distribusi
laut dan penjualan
• Pengelolaan (TUKS) tenaga listrik
di dalam • Pembangunan
DLKR/DLKP
stasiun pengisian
pelabuhan
pengumpan bahan bakar
regional. nelayan
• Operasi Kapal • Latihan militer
Angkutan Zona Inti KKP
Penyeberangan • Perlindungan
Dalam Provinsi keanekaragaman
• Kegiatan
hayati;
penerbangan diatas
alur kepulauan • Penyelamatan dan
• Penetapan rute perlindungan
pelayaran lingkungan
internasional • Penelitian kegiatan
• Kegiatan bongkar konservasi
muat oleh kapal • Pendidikan kegiatan
asing
konservasi
• Kegiatan riset atau
survei hidrografi • Survei dan/atau
oleh kapal asing penelitian ilmiah
• Pelatihan perang • Penelitian dan
dengan pengembangan
menggunakan perikanan
amunisi oleh kapal • Kegiatan berlabuh
asing jangkar kecuali
• Usaha pelayanan dalam keadaan force
jasa pemanduan majeure oleh kapal
kapal. asing
- 28 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Pembangunan dan Zona Perikanan
pengoperasian Berkelanjutan KKP
terminal khusus • Usaha wisata
• Pengangkutan dan edukasi
penjualan Garam • Penanaman Pipa 0-
• Kegiatan
20 cm
pengumpulan,
pemanfaatan, • Pembangunan
pengolahan, stasiun pengisian
pembuangan, dan bahan bakar
penimbunan nelayan
limbah B3 • Pembangunan
• Kegiatan
Fasilitas
pengumpulan,
pemanfaatan, Infrastruktur
pengolahan, (Saluran Primer,
pembuangan, dan Sekunder dan pantai
penimbunanlimbah air)
non B3 • Pembangunan
• Kegiatan Industri Sarana Bantu
Galangan Kapal
Navigasi Pelayaran
dengan sistem
Graving Dock Kapal (SBNP)
• Pembangunan • Penanaman dan
industri yang atau pemancangan
terintegrasi dengan kabel atau tiang
pelabuhan serta sarana di laut
• Kegiatan • Pembangunan kabel
pembuatan
telekomunikasi
kapal/alat
terapung saja; Local Port Service
• Kegiatan perbaikan (LPS)
atau pemeliharaan • Penanaman kabel
kapal/alat-alat • Penangkapan ikan
terapung saja; menggunakan
• Kegiatan
Pancing Rawai
pembuatan mesin-
mesin Dasar
utama/pembantu;
- 29 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Kegiatan • Kegiatan pengujian
pembuatan alat- kapal
alat perlengkapan perikanan/perahu
lain yang khusus
ikan bermotor
dipergunakan
dalam kapal; • Usaha wisata selam
• Kegiatan • Usaha wisata
pembuatan alat- memancing
alat maritim • Usaha wisata
lainnya selancar
• Kegiatan pekerjaan
• Usaha wisata
penyelaman (diving
works dalam olahraga tirta
rangka industri • Usaha dermaga
maritim). wisata
• Kegiatan • Usaha kegiatan
pemindahan hiburan dan
muatan dan atau rekreasi
bahan bakar (cargo
and fuel • Usaha wisata
transferring) ekstrim (beresiko
Penarikan (Towing) tinggi)
Zona Perikanan • Usaha angkutan
Berkelanjutan KKP: laut wisata dalam
• Usaha wisata negeri
ekstrim (beresiko • Usaha angkutan
tinggi) laut internasional
• Penanaman Pipa
wisata
diameter diatas 100
cm • Usaha jasa
• kegiatan perjalanan wisata
penggelaran/pemas • Usaha vila (cottage)
an gan kabel/pipa di atas laut
bawah laut; • Usaha wisata
• Kegiatan snorkeling
membantu • Usaha wisata
pekerjaan teknis tontonan
terhadap kapal-
- 30 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
kapal yang masih • Usaha wisata
mengapung tetapi berenang
sedang mendapat • Usaha wisata alam
malapetaka
perairan
• Kegiatan
pengumpulan, • Jasa Wisata Tirta
pemanfaatan, (bahari)
pengolahan, • Pengambilan
pembuangan, dan foto/video bawah
penimbunan laut
limbah non B3
• Penanaman
• Pengoperasia
Pelabuhan tanaman bakau dan
Pengumpan nipah
Regional dan Lokal • Budidaya mangrove
• Pembangunan • Survei dan/atau
breakwater penelitian ilmiah
(pemecah • "Pemungutan hasil
gelombang)
hutan bukan kayu
• Pembangunan
terminal Roro pada hutan
• Pengangkutan mangrove (madu;
mineral logam, getah; daun; buah
mineral bukan dan biji; tanin;
logam, batuan, ikan; hasil hutan
batubara, mineral bukan kayu
radioaktif
lainnya)"
• Pembangunan
FPSO (Floating • Penangkapan ikan
Production Storage dengan kapasitas
and Offloading) kapal ≤ 5GT
• Usaha angkutan • Penggunaan galah
laut internasional untuk mendorong
wisata perahu
• Usaha vila (cottage) • Usaha
di atas laut pembudidayaan
• Usaha restoran di ikan laut
atas laut
- 31 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Pengambilan (kerapu,kakap,
terumbu karang baronang)
• Penangkapan ikan • Pembudidayaan ikan
dengan kapasitas untuk kepentingan
kapal ≥10
industri
• Pengambilan
barang-barang • Usaha budidaya
purbakala perikanan terapung
• Pengambilan (jaring apung)
barang-barang • Pengambilan
selain barang sumber daya laut
purbakala
non ikan untuk
• Pelepasan jangkar
kepentingan
• Usaha budidaya
perikanan terapung ekonomi
(jaring apung dan • Pembudidayaan
pen system seluas sumber daya laut
≥ 5 Ha dengan non ikan untuk
jumlah 1000 unit. kepentingan
• Pengambilan ekonomi
sumber daya laut
non ikan untuk • Pengangkutan ikan
kepentingan hasil budidaya
ekonomi dengan Kapal
• Budidaya Ikan nelayan kecil
hasil rekayasa • Budidaya Ikan hasil
genetik rekayasa genetik
• Pemasangan
• Pemasangan
Keramba Jaring
Apung Keramba Jaring
• Pengangkutan ikan Apung
hasil penangkapan • Pemasangan
dengan Kapal rumpon perairan
Pengangkut Ikan dalam
Hidup Berbendera
• Pemasangan
Indonesia
rumpon perairan
• Pengangkutan ikan dangkal
hasil penangkapan
• Bongkar muat ikan
dengan Kapal
- 32 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
Pengangkut Ikan • Penangkapan ikan
Hidup Berbendera menggunakan Gill
Asing Net (Jaring insang)
• Penangkapan ikan dan sejenisnya
menggunakan • Penangkapan ikan
pukat hela (trawls), menggunakan
payang, cantrang, Pancing Rawai
jaring lampara, Dasar
dogol, dan • Penangkapan ikan
sejenisnya menggunakan Pole
• Penangkapan ikan dan line
menggunakancsein • Penelitian dan
e nets dan pengembangan
sejenisnya perikanan
• Penangkapan ikan
• Kegiatan pengujian
rnenggunakan
kapal
Long bag set net
perikanan/perahu
(jaring kantong
ikan bermoto
besar)
• Penanaman dan
• Penangkapan ikan
menggunakan Long atau pemancangan
line (rawai Tuna) kabel atau tiang
• Penangkapan ikan serta sarana di laut
menggunakan • Pembangunan
Bubu/Muroaml Sarana Bantu
dan sejenisnya Navigasi Pelayaran
• Penangkapan ikan (SBNP)
menggunakan • Kegiatan berlabuh
Bouke Ami jangkar kecuali
• Penangkapan ikan dalam keadaan force
menggunakanBaga
majeure oleh kapal
n Apung
• Kegiatan pengujian asing
kapal • Pelatihan perang
perikanan/perahu dengan
ikan bermotor menggunakan
• Eksplorasi mineral amunisi oleh kapal
logam, mineral asing
bukan logam,
- 33 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
batuan, batubara, • Usaha pelayanan
mineral radioaktif jasa pemanduan
• Pengangkutan kapal
mineral logam, • Konstruksi
mineral bukan Pertambangan
logam, batuan, Garam
batubara, mineral
• Pembangunan
radioaktif
• Pembangunan Fasilitas
FPSO (Floating Infrastruktur
Production Storage (Saluran Primer,
and Offloading) Sekunder dan pantai
• Pengerukan air)
perairan dengan • Industri
capital dredging penggaraman
• Pengerukan • Kegiatan budidaya
perairan laut
biota laut untuk
dengan capital
dredging yang kepentingan industri
memotong material Biofarmakologi
karang dan/atau /Bioteknologi Laut
batu • Pengintroduksian
• Pembangunan organisme hasil
PLTU
rekayasa genetika ke
• Pembangunan
lingkungan
anjungan/platform
migas • Pembangunan
• Pembangunan pembangkitan,
Floating Storage transmisi, distribusi
Offloading (FSO) dan penjualan
• Pembangunan tenaga listrik
Fasilitas Terapung
• Pembangunan
(Floating Facility)
Migas: Mooring stasiun pengisian
• Eksploitasi bahan bakar
(Operasi Produksi) nelayan
Batubara • Budidaya Ikan hasil
rekayasa genetik
- 34 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Eksploitasi • Pemasangan
(Operasi Produksi) Keramba Jaring
Mineral logam Apung
• Eksploitasi
• Penangkapan ikan
(Operasi Produksi)
Mineral bukan menggunakan Gill
logam atau mineral Net (Jaring insang)
batuan dan sejenisnya
• Eksploitasi
(Operasi Produksi) Zona Pemanfaatan
Mineral radioaktif Terbatas KKP
• Pengolahan & • Usaha wisata
Pemurnian edukasi
Batubara
• Penanaman Pipa 0-
• Pengolahan &
Pemurnian Mineral 20 cm
logam • Pembangunan
• Pengolahan & stasiun pengisian
Pemurnian Mineral bahan bakar
bukan logam atau nelayan
mineral batuan • Pembangunan
• Pengolahan &
Sarana Bantu
Pemurnian Mineral
radioaktif Navigasi Pelayaran
• Penempatan tailing (SBNP)
(bahan yang • Penanaman dan
tertinggal setelah atau pemancangan
pemisahan fraksi) kabel atau tiang
di bawah laut serta sarana di laut
• Pembangunan
• Pembangunan kabel
Terminal
Regasifikasi LNG telekomunikasi
• Pembakaran Gas Local Port Service
Suar Bakar (LPS)
(Flaring) • Penangkapan ikan
• Pemusnahan menggunakan Gill
handak migas
Net (Jaring insang)
dan sejenisnya
- 35 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Pemasangan • Penangkapan ikan
fasilitas turbin menggunakan
generator energi Pancing Rawai
• Kegiatan Instalasi Dasar
Pembangkit Listrik
Tenaga Arus Laut • Kegiatan pengujian
(PLTAL) kapal
• Pemasangan perikanan/perahu
fasilitas mesin ikan bermotor
kalor • Usaha wisata selam
• Eksplorasi energi • Usaha wisata
OTEC
memancing
• Pembangunan,
pemindahan, • Usaha wisata
dan/atau selancar
pembongkaran • Usaha wisata
bangunan atau olahraga tirta
instalasi pipanisasi • Usaha dermaga
di perairan
wisata
• Penetapan tempat
labuh • Usaha kegiatan
• Penetapan tempat hiburan dan
alih muat antar rekreasi
kapal • Usaha wisata
• Pembangunan ekstrim (beresiko
Kolam pelabuhan tinggi)
untuk kebutuhan
• Usaha angkutan
sandar dan olah
gerak kapal laut wisata dalam
• Pembangunan negeri
terminal peti kemas • Usaha angkutan
• Pembangunan laut internasional
terminal curah wisata
kering
• Usaha jasa
• Pembangunan
perjalanan wisata
terminal curah
CAIR • Usaha vila (cottage)
• Pembangunan di atas laut
terminal ro-ro
- 36 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Pembangunan • Usaha wisata
Tempat perbaikan snorkeling
kapal • Usaha wisata
• Penempatan kapal
tontonan
mati
• Pembangunan TPI • Usaha wisata
• Pembangunan berenang
groin; • Usaha wisata alam
• Penetapan alur perairan
pelayaran dari dan • Jasa Wisata Tirta
ke pelabuhan (bahari)
perikanan
• Pengambilan
• Uji coba kapal
• Usaha pelayanan foto/video bawah
perbaikan dan laut
pemeliharaan kapal • Penanaman
perikanan : tanaman bakau dan
dock/slipway, nipah
bengkel dan tempat
• Budidaya mangrove
perbaikan jaring;
• Survei dan/atau
• Usaha pelayanan
logistik dan penelitian ilmiah
perbekalan kapal • "Pemungutan hasil
perikanan hutan bukan kayu
• Pembangunan pada hutan
dermaga perikanan mangrove (madu;
• Usaha bongkar getah; daun; buah
muat barang :
dan biji; tanin;
pengemasan,
penumpukan, dan ikan; hasil hutan
penyimpanan di bukan kayu
pelabuhan lainnya)"
• Usaha tally mandiri • Penangkapan ikan
: kegiatan dengan kapasitas
cargodoring, kapal ≤ 5GT
receiving/delivery, • Penggunaan galah
stuffing, dan untuk mendorong
stripping peti perahu
kemas bagi
- 37 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
kepentingannya • Usaha
sendiri. pembudidayaan
• Pembangunan dan ikan laut
pengoperasian
(kerapu,kakap,
Jetty
baronang)
• Pembangunan dan
pengoperasian • Pembudidayaan ikan
cement grinding untuk kepentingan
plant dan cement industri
packing plant • Usaha budidaya
• Pengoperasian perikanan terapung
Pelabuhan
(jaring apung)
Pengumpan
Regional dan Lokal • Pengambilan
• Pengerukan di sumber daya laut
wilayah perairan non ikan untuk
Pelabuhan kepentingan
Pengumpan ekonomi
Regional dan Lokal
• Pembudidayaan
• Reklamasi di
sumber daya laut
wilayah perairan
Pelabuhan non ikan untuk
Pengumpan kepentingan
Regional dan Lokal ekonomi
• Usaha angkutan • Pengangkutan ikan
laut badan usaha hasil budidaya
pada lintas
dengan Kapal
pelabuhan antar
kab/kota dalam nelayan kecil
Provinsi • Budidaya Ikan hasil
Kalimantan Timur rekayasa genetik
• Usaha angkutan • Pemasangan
laut pelayaran Keramba Jaring
rakyat atau badan Apung
usaha pada lintas
pelabuhan antar • Pemasangan
kab/kota dalam rumpon perairan
Provinsi dalam
Kalimantan Timur,
- 38 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
antar Provinsi dan • Pemasangan
pelabuhan rumpon perairan
internasional dangkal
• Pengelolaan (TUKS) • Bongkar muat ikan
di dalam • Penangkapan ikan
DLKR/DLKP menggunakan Gill
pelabuhan Net (Jaring insang)
pengumpan dan sejenisnya
regional. • Penangkapan ikan
• Operasi Kapal menggunakan
Angkutan Pancing Rawai
Penyeberangan Dasar
Dalam Provinsi • Penangkapan ikan
• Kegiatan menggunakan Pole
penerbangan diatas dan line
alur kepulauan • Penelitian dan
• Penetapan rute pengembangan
pelayaran
perikanan
internasional
• Kegiatan bongkar • Kegiatan pengujian
muat oleh kapal kapal
asing perikanan/perahu
• Kegiatan riset atau ikan bermotor
survei hidrografi • Penanaman kabel
oleh kapal asing • Pembangunan kabel
• Pelatihan perang telekomunikasi
dengan Local Port Service
menggunakan (LPS)
amunisi oleh kapal
• Penanaman dan
asing
• Usaha pelayanan atau pemancangan
jasa pemanduan kabel atau tiang
kapal. serta sarana di laut
• Pembangunan dan • Pembangunan
pengoperasian Sarana Bantu
terminal khusus Navigasi Pelayaran
• Pengangkutan dan (SBNP)
penjualan Garam • Kegiatan berlabuh
jangkar kecuali
- 39 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Kegiatan dalam keadaan force
pengumpulan, majeure oleh kapal
pemanfaatan, asing
pengolahan,
• Pelatihan perang
pembuangan, dan
penimbunan dengan
limbah B3 menggunakan
• Kegiatan amunisi oleh kapal
pengumpulan, asing
pemanfaatan, • Usaha pelayanan
pengolahan, jasa pemanduan
pembuangan, dan kapal
penimbunan • Konstruksi
limbah non B3 Pertambangan
• Kegiatan Industri
Garam
Galangan Kapal
dengan sistem • Pembangunan
Graving Dock Kapal Fasilitas
• Pembangunan Infrastruktur
industri yang (Saluran Primer,
terintegrasi dengan Sekunder dan pantai
pelabuhan air)
• Kegiatan
• Industri
pembuatan
penggaraman
kapal/alat
terapung saja; • Pengapungan
• Kegiatan perbaikan (refloating)
atau pemeliharaan • Kegiatan budidaya
kapal/alat-alat biota laut untuk
terapung saja kepentingan industri
• Kegiatan Biofarmakologi
pembuatan mesin-
/Bioteknologi Laut
mesin
utama/pembantu; • Pengintroduksian
• Kegiatan organisme hasil
pembuatan alat- rekayasa genetika ke
alat perlengkapan lingkungan
lain yang khusus • Pembangunan
pembangkitan,
- 40 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
dipergunakan transmisi, distribusi
dalam kapal; dan penjualan
• Kegiatan tenaga listrik
pembuatan alat-
• Pembangunan
alat maritim
lainnya stasiun pengisian
• Kegiatan bahan bakar
pemindahan nelayan
muatan dan atau • Latihan militer
bahan bakar (cargo
and fuel Zona Lainnya KKP
transferring)
• Penarikan (Towing)
• kegiatan
• penjualan tenaga
penggelaran/pemasa
listrik
• Pipa intake dan n gan kabel/pipa
outake industri bawah laut;
Zona Pemanfaatan • Penanaman Pipa 0-
Terbatas KKP: 20 cm
• Usaha wisata • Penanaman Pipa
ekstrim (beresiko diameter diatas 100
tinggi) cm
• kegiatan
• Usaha wisata
penggelaran/pemas
edukasi
an gan kabel/pipa
• Pembangunan
bawah laut;
stasiun pengisian
• Kegiatan
bahan bakar
membantu
pekerjaan teknis nelayan
terhadap kapal- • Pengintroduksian
kapal yang masih organisme hasil
mengapung tetapi rekayasa genetik ke
sedang mendapat lingkungan
malapetaka
• Kegiatan budidaya
• Kegiatan
pengumpulan, biota laut untuk
pemanfaatan, kepentingan industri
pengolahan,
- 41 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
pembuangan, dan Biofarmakologi
penimbunan /Bioteknologi Laut
limbah non B3 • Kegiatan
• Pengoperasia
pemindahan muatan
Pelabuhan
Pengumpan dan atau bahan
Regional dan Lokal bakar (cargo and
• Pembangunan fuel transferring)
terminal Roro • Kegiatan membantu
• Penangkapan ikan pekerjaan teknis
menggunakan terhadap kapal-
seine nets dan kapal yang masih
sejenisnya mengapung tetapi
• Penangkapan ikan sedang mendapat
menggunakan malapetaka
seine nets dan • Kegiatan pekerjaan
sejenisnya penyelaman (diving
• Pembangunan works dalam rangka
FPSO (Floating industri maritim)
Production Storage • Kegiatan pembuatan
and Offloading) alat-alat
• Pengerukan perlengkapan lain
perairan laut yang khusus
dengan capital dipergunakan dalam
dredging yang kapal
memotong material • Kegiatan pembuatan
karang dan/atau kapal/alat terapung
batu saja
• Usaha angkutan • Pembangunan
laut internasional industri yang
wisata
terintegrasi dengan
• Pengambilan
pelabuhan
terumbu karang
• Penangkapan ikan • Kegiatan Industri
dengan kapasitas Galangan Kapal
kapal ≥ 30GT
- 42 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Pengambilan dengan sistem
barang-barang Graving Dock Kapal
purbakala • Pembangunan
• Pengambilan Fasilitas
barang-barang
Infrastruktur
selain barang
purbakala (Saluran Primer,
• Usaha budidaya Sekunder dan pantai
perikanan terapung air)
(jaring apung dan • Pelatihan perang
pen system seluas dengan
≥ 5 Ha dengan
menggunakan
jumlah 1000 unit.
amunisi oleh kapal
• Pengambilan
sumber daya laut asing
non ikan untuk • Kegiatan riset atau
kepentingan survei hidrografi
ekonomi oleh kapal asing
• Pembudidayaan • Operasi Kapal
sumber daya laut
Angkutan
non ikan untuk
kepentingan Penyeberangan
ekonomi Dalam Provinsi
• Budidaya Ikan • Pengelolaan (TUKS)
hasil di dalam
rekayasagenetik DLKR/DLKP
• Pengangkutan ikan pelabuhan
hasil penangkapan
pengumpan regional
dengan Kapal
Pengangkut Ikan • Usaha angkutan
Hidup Berbendera laut badan usaha
Indonesia pada lintas
• Pengangkutan ikan pelabuhan antar
hasil penangkapan kab/kota dalam
dengan Kapal Provinsi Kalimantan
Pengangkut Ikan
Timur
Hidup Berbendera
Asing • Reklamasi di
wilayah perairan
- 43 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Penangkapan ikan pelabuhan
menggunakan Pengumpan Regional
pukat hela (trawls), dan Lokal
payang, cantrang,
• Pengerukan di
jaring lampara,
dogol, dan wilayah perairan
sejenisnya Pelabuhan
• Penangkapan ikan Pengumpan Regional
menggunakan Long dan Lokal
bag set net (jaring • Pengoperasia
kantong besar) Pelabuhan
• Penangkapan ikan
Pengumpan Regional
menggunakan
Bouke Ami dan Lokal
• Penangkapan ikan • Usaha tally mandiri :
menggunakan kegiatan
Bagan Apung cargodoring,
• Kegiatan pengujian receiving/delivery,
kapal stuffing, dan
perikanan/perahu
stripping peti kemas
ikan bermotor
bagi kepentingannya
• Eksplorasi mineral
logam, mineral sendiri.
bukan logam, • Usaha bongkar
batuan, batubara, muat barang :
mineral radioaktif pengemasan,
• Pengangkutan penumpukan, dan
mineral logam,
penyimpanan di
mineral bukan
logam, batuan, pelabuhan
batubara, mineral • Usaha pelayanan
radioaktif logistik dan
• Pembangunan perbekalan kapal
FPSO (Floating perikanan
Production Storage • Usaha pelayanan
and Offloading)
perbaikan dan
• Pengerukan
perairan dengan pemeliharaan kapal
capital dredging perikanan :
- 44 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Pengerukan dock/slipway,
perairan laut bengkel dan tempat
dengan capital perbaikan jaring;
dredging yang
• Pembangunan
memotong material
karang dan/atau Sarana Bantu
batu Navigasi Pelayaran
• Pembangunan (SBNP)
PLTU • Penanaman dan
• Pembangunan atau pemancangan
anjungan/platform kabel atau tiang
migas
serta sarana di laut
• Pembangunan
Floating Storage • Pembangunan kabel
Offloading (FSO) telekomunikasi
• Pembangunan Local Port Service
Fasilitas Terapung (LPS)
(Floating Facility) • Pengerukan perairan
Migas: Mooring laut dengan capital
• Eksploitasi
dredging yang
(Operasi Produksi)
Batubara memotong material
• Eksploitasi karang dan/atau
(Operasi Produksi) batu
Mineral logam • Pembangunan FPSO
• Eksploitasi (Floating Production
(Operasi Produksi) Storage and
Mineral bukan
Offloading)
logam atau mineral
batuan • Pemasangan
• Eksploitasi Keramba Jaring
(Operasi Produksi) Apung
Mineral radioaktif • Bongkar muat ikan
• Pengolahan & Pengangkutan ikan
Pemurnian hasil penangkapan
Batubara
dengan Kapal
• Pengolahan &
Pemurnian Mineral Pengangkut Ikan
logam
- 45 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Pengolahan & Hidup Berbendera
Pemurnian Mineral Indonesia
bukan logam atau • Penangkapan ikan
mineral batuan
menggunakan Gill
• Pengolahan &
Net (Jaring insang)
Pemurnian Mineral
radioaktif dan sejenisnya
• Penempatan tailing • Penangkapan ikan
(bahan yang menggunakan
tertinggal setelah Pancing Rawai
pemisahan fraksi) Dasar
di bawah laut
• Kegiatan pengujian
• Pembangunan
Terminal kapal
Regasifikasi LNG perikanan/perahu
• Pembakaran Gas ikan bermotor
Suar Bakar • Eksplorasi mineral
(Flaring) logam, mineral
• Pemusnahan bukan logam,
handak migas
batuan, batubara,
• Pemasangan
mineral radioaktif
fasilitas turbin
generator energi • Pengangkutan
• Kegiatan Instalasi mineral logam,
Pembangkit Listrik mineral bukan
Tenaga Arus Laut logam, batuan,
(PLTAL) batubara, mineral
• Pemasangan radioaktif
fasilitas mesin
• Usaha wisata selam
kalor
• Eksplorasi energi • Usaha wisata
OTEC memancing
• Pembangunan, • Usaha wisata
pemindahan, selancar
dan/atau • Usaha wisata
pembongkaran
olahraga tirta
bangunan atau
instalasi pipanisasi • Usaha dermaga
di perairan wisata
- 46 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Penanaman Pipa • Usaha kegiatan
diameter diatas 100 hiburan dan
cm rekreasi
• Penetapan tempat
• Usaha wisata
alih muat antar
kapal ekstrim (beresiko
• Pembangunan tinggi)
Kolam pelabuhan • Usaha angkutan
untuk kebutuhan laut wisata dalam
sandar dan olah negeri
gerak kapal • Usaha angkutan
• Pembangunan
laut internasional
terminal peti kemas
• Pembangunan wisata
terminal curah • Usaha jasa
kering perjalanan wisata
• Pembangunan • Usaha vila (cottage)
terminal curah di atas laut
CAIR
• Usaha wisata
• Pembangunan
snorkeling
terminal ro-ro
• Pembangunan • Usaha wisata
Tempat perbaikan tontonan
kapal • Usaha wisata
• Penempatan kapal berenang
mati • Usaha wisata alam
• Pembangunan TPI
perairan
• Pembangunan
breakwater • Jasa Wisata Tirta
(pemecah (bahari)
gelombang) • Pengambilan
• Pembangunan foto/video bawah
turap (revetment) laut
• pembangunan • Penanaman
groin;
tanaman bakau dan
• Penetapan alur
pelayaran dari dan nipah
ke pelabuhan • Budidaya mangrove
perikanan
- 47 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Uji coba kapal • Survei dan/atau
• Usaha pelayanan penelitian ilmiah
perbaikan dan • Pemungutan hasil
pemeliharaan kapal
hutan bukan kayu
perikanan :
dock/slipway, pada hutan
bengkel dan tempat mangrove (madu;
perbaikan jaring; getah; daun; buah
• Usaha pelayanan dan biji; tanin;
logistik dan ikan; hasil hutan
perbekalan kapal bukan kayu lainnya)
perikanan
• Penangkapan ikan
• Pembangunan
dermaga perikanan dengan kapasitas
• Usaha bongkar kapal ≤ 5GT
muat barang : • Penangkapan ikan
pengemasan, dengan kapasitas
penumpukan, dan kapal 5-30 GT
penyimpanan di • Penangkapan ikan
pelabuhan
dengan kapasitas
• Usaha tally mandiri
: kegiatan kapal ≥ 30GT
cargodoring, • Pelepasan jangkar
receiving/delivery, • Penggunaan galah
stuffing, dan untuk mendorong
stripping peti perahu
kemas bagi
• Usaha
kepentingannya
sendiri. pembudidayaan
• Pembangunan dan ikan laut
pengoperasian (kerapu,kakap,
Jetty baronang)
• Pembangunan dan • Pembudidayaan ikan
pengoperasian untuk kepentingan
cement grinding
industri
plant dan cement
packing plant • Usaha budidaya
• Pengoperasian perikanan terapung
Pelabuhan (jaring apung)
- 48 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
Pengumpan • Pengambilan
Regional dan Lokal sumber daya laut
• Pengerukan di non ikan untuk
wilayah perairan
kepentingan
Pelabuhan
Pengumpan ekonomi
Regional dan Lokal • Pembudidayaan
• Reklamasi di sumber daya laut
wilayah perairan non ikan untuk
Pelabuhan kepentingan
Pengumpan ekonomi
Regiondan Lokal
• Pengangkutan ikan
• Usaha angkutan
laut badan usaha hasil budidaya
pada lintas dengan Kapal
pelabuhan antar nelayan kecil
kab/kota dalam • Budidaya Ikan hasil
Provinsi rekayasa genetik
Kalimantan Timur
• Pemasangan
• Usaha angkutan
laut pelayaran Keramba Jaring
rakyat atau badan Apung
usaha pada lintas • Pemasangan
pelabuhan antar rumpon perairan
kab/kota dalam dalam
Provinsi
• Pemasangan
Kalimantan Timur,
antar Provinsi dan rumpon perairan
pelabuhan dangkal
internasional • Pengangkutan ikan
• Usaha jasa hasil penangkapan
angkutan perairan dengan Kapal
pelabuhan Pengangkut Ikan
• Usaha jasa
Hidup Berbendera
penyewaan
peralatan angkutan Indonesia"
laut • Bongkar muat ikan
• Pengelolaan (TUKS) • Penangkapan ikan
di dalam menggunakan Gill
- 49 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
DLKR/DLKP Net (Jaring insang)
pelabuhan dan sejenisnya
pengumpan • Penangkapan ikan
regional.
menggunakan seine
• Operasi Kapal
Angkutan net dan sejenisnya
Penyeberangan • Penangkapan ikan
Dalam Provinsi menggunakan Long
• Kegiatan bag set net (jaring
penerbangan diatas kantong besar)
alur kepulauan • Penangkapan ikan
• Penetapan rute
menggunakan
pelayaran
internasional Pancing Rawai
• Kegiatan bongkar Dasar
muat oleh kapal • Penangkapan ikan
asing menggunakan Long
• Kegiatan riset atau line (rawai Tuna)
survei hidrografi • Penangkapan ikan
oleh kapal asing
menggunakan Pole
• Pelatihan perang
dengan dan line
menggunakan • Penangkapan ikan
amunisi oleh kapal menggunakan
asing Bagan Apung
• Usaha pelayanan • Penelitian dan
jasa pemanduan
pengembangan
kapal.
perikanan
• Pembangunan dan
pengoperasian • Kegiatan pengujian
terminal khusus kapal
• Pengangkutan dan perikanan/perahu
penjualan Garam ikan bermotor
• Kegiatan • Eksplorasi mineral
pengumpulan,
logam, mineral
pemanfaatan,
pengolahan, bukan logam,
pembuangan, dan batuan, batubara,
mineral radioaktif
- 50 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
penimbunan • Pengangkutan
limbah B3 mineral logam,
• Kegiatan mineral bukan
pengumpulan,
logam, batuan,
pemanfaatan,
pengolahan, batubara, mineral
pembuangan, dan radioaktif
penimbunanlimbah • Pembangunan FPSO
non B3 (Floating Production
• Kegiatan Industri Storage and
Galangan Kapal Offloading)
dengan sistem
• Pengerukan perairan
Graving Dock Kapal
• Pembangunan dengan capital
industri yang dredging
terintegrasi dengan • Pengerukan perairan
pelabuhan laut dengan capital
• Kegiatan dredging yang
pembuatan memotong material
kapal/alat
karang dan/atau
terapung saja;
• Kegiatan perbaikan batu
atau pemeliharaan • Pembangunan PLTU
kapal/alat-alat • Pembangunan
terapung saja; anjungan/platform
• Kegiatan migas
pembuatan mesin-
• Pembangunan
mesin
utama/pembantu; Floating Storage
• Kegiatan Offloading (FSO)
pembuatan alat- • Pembangunan
alat perlengkapan Fasilitas Terapung
lain yang khusus (Floating Facility)
dipergunakan Migas: Mooring
dalam kapal;
• Eksploitasi (Operasi
• Kegiatan
pembuatan alat- Produksi) Batubara
alat maritim
lainnya
- 51 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Kegiatan pekerjaan • Eksploitasi (Operasi
penyelaman (diving Produksi) Mineral
works dalam logam
rangka industri
• Pengolahan dan
maritim).
• Kegiatan Pemurnian Mineral
pemindahan logam
muatan dan atau • Pemasangan fasilitas
bahan bakar (cargo turbin generator
and fuel energi
transferring)
• Kegiatan Instalasi
• Penarikan (Towing)
Pembangkit Listrik
Tenaga Arus Laut
(PLTAL)
• Pemasangan fasilitas
mesin kalor
• Eksplorasi energi
OTEC
• Pembangunan,
pemindahan,
dan/atau
pembongkaran
bangunan atau
instalasi
• Penanaman kabel
• Pembangunan kabel
telekomunikasi
Local Port Service
(LPS)
• Penanaman dan
atau pemancangan
kabel atau tiang
serta sarana di laut
• Pembangunan
Sarana Bantu
- 52 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
Navigasi Pelayaran
(SBNP)
• Penetapan tempat
labuh
• Penetapan tempat
alih muat antar
kapal
• Pembangunan
Kolam pelabuhan
untuk kebutuhan
sandar dan olah
gerak kapal
• Pembangunan
terminal peti kemas
• Pembangunan
terminal curah
kering
• Pembangunan
terminal curah CAIR
• Pembangunan
terminal Roro
• Pembangunan
Tempat perbaikan
kapal
• Penempatan kapal
mati
• Pembangunan TPI
• Pembangunan
breakwater
(pemecah
gelombang)
• Pembangunan
turap (revetment),
pembangunan groin;
- 53 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Penetapan alur
pelayaran dari dan
ke pelabuhan
perikanan
• Uji coba kapal
• Usaha pelayanan
perbaikan dan
pemeliharaan kapal
perikanan :
• Usaha pelayanan
logistik dan
perbekalan kapal
perikanan
• Pembangunan
dermaga perikanan
• Usaha bongkar
muat barang
:pengemasan,
penumpukan, dan
penyimpanan di
pelabuhan
• Usaha tally
mandiri : kegiatan
cargodoring,
receiving/delivery,
stuffing, dan
stripping peti
kemas bagi
kepentingannya
sendiri.
• Pembangunan dan
pengoperasian Jetty
• Pembangunan dan
pengoperasian
- 54 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
cement grinding
plant dan cement
packing plant
• Pengoperasian
Pelabuhan
Pengumpan
Regional dan Lokal
• Pengerukan di
wilayah perairan
Pelabuhan
Pengumpan Regional
dan Lokal
• Reklamasi di
wilayah perairan
Pelabuhan
Pengumpan Regional
dan Lokal
• Usaha angkutan
laut badan usaha
pada lintas
pelabuhan antar
kab/kota dalam
Provinsi Kalimantan
Timur
• Usaha angkutan
laut pelayaran
rakyat atau badan
usaha pada lintas
pelabuhan antar
kab/kota dalam
Provinsi Kalimantan
Timur, antar
Provinsi dan
- 55 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
pelabuhan
internasional
• Usaha jasa
angkutan perairan
pelabuhan
• Usaha jasa
penyewaan
peralatan angkutan
laut
• Pengelolaan
(TUKS) di dalam
DLKR/DLKP
pelabuhan
pengumpan
regional.
• Operasi Kapal
Angkutan
Penyeberangan
Dalam Provinsi
• Penetapan rute
pelayaran
internasional
• Kegiatan bongkar
muat oleh kapal
asing
• Kegiatan riset atau
survei hidrografi
oleh kapal asing
• Kegiatan berlabuh
jangkar kecuali
dalam keadaan force
majeure oleh kapal
asing
- 56 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Pelatihan perang
dengan
menggunakan
amunisi oleh kapal
asing
• Usaha pelayanan
jasa pemanduan
kapal.
• Pembangunan dan
pengoperasian
terminal khusus
• Konstruksi
Pertambangan
Garam
• Pembangunan
Fasilitas
Infrastruktur
(Saluran Primer,
Sekunder dan pantai
air)
• Industri
penggaraman
• Kegiatan Industri
Galangan Kapal
dengan sistem
Graving Dock Kapal
• Pembangunan
industri yang
terintegrasi dengan
pelabuhan
• Kegiatan pembuatan
kapal/alat terapung
saja;
- 57 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Kegiatan perbaikan
atau pemeliharaan
kapal/alat- alat
terapung saja;
• Kegiatan
pembuatan
mesin-mesin
utama/pembantu;
• Kegiatan
pembuatan alat-alat
perlengkapan lain
yang khusus
dipergunakan dalam
kapal;
• Kegiatan pembuatan
alat-alat maritim
lainnya
• Kegiatan pekerjaan
penyelaman (diving
works dalam rangka
industri maritim).
• Kegiatan membantu
pekerjaan teknis
terhadap kapal-
kapal yang masih
mengapung tetapi
sedang mendapat
malapetaka
• Kegiatan
pemindahan
muatan dan atau
bahan bakar (cargo
and fuel
transferring)
- 58 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Penarikan (Towing)
• Pengapungan
(refloating)
• Kegiatan budidaya
biota laut untuk
kepentingan industri
Biofarmakologi/Biot
eknologi Laut
• Pengintroduksian
organisme hasil
rekayasa genetika ke
lingkungan
• Pembangunan
pembangkitan,
transmisi, distribusi
dan penjualan
tenaga listrik
• Pembangunan
stasiun pengisian
bahan bakar
nelayan
• Latihan militer

II. Kawasan Pemanfaatan Umum

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
1. Zona KPU- Kawasan Kab. Paser Pantai 375.6 116° 1° 45' • Usaha wisata • Pengambilan • Usaha wisata
Pariwisata W-01 Pariwisat Teluk 4 16' 35.02 edukasi terumbu karang memancing
a Adang, 27.41 2" S • Pengangkutan ikan • Reklamasi di • Penanaman Pipa 0-
Kec. 3" E
hasil penangkapan wilayah perairan 20 cm
Kuaro-
- 59 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
Kab. dengan Kapal pelabuhan • Penanaman Pipa
Paser Pengangkut Ikan Pengumpan Regional diameter diatas 100
KPU- Kawasan Kab. Pantai 310.1 116° 1° 23' Hidup Berbendera dan Lokal cm
W-02 Pariwisat Penajam Corong 8 40' 52.02 Indonesia • Usaha budidaya • kegiatan
a Paser Utara dan 31.92 6" S • Usaha wisata selam perikanan terapung penggelaran/pemasa
Tanjung 5" E n gan kabel/pipa
• Usaha wisata (jaring apung dan
Jumlai, bawah laut;
Kec. memancing pen system seluas
≥5 Ha dengan • Pembangunan
Penajam • Usaha wisata
Kab. PPU jumlah 1000 unit. stasiun pengisian
selancar
• Pengangkutan ikan bahan bakar
KPU- Kawasan Kab. Pantai 54.57 116° 1° 17' • Usaha wisata
W-03 Pariwisat Penajam Nipah- 45' 32.67 hasil budidaya nelayan
olahraga tirta
a Paser Utara Nipah, 45.00 4" S dengan Kapal • Pengintroduksian
• Usaha dermaga
Kec. 8" E Pengangkut lkan organisme hasil
wisata
Penajam- rekayasa genetik ke
• usaha wisata Hidup Berbendera
Kab. PPU lingkungan
dayung Asing
KPU- Kawasan Kota Pantai 214.5 116° 1° 12' • Kegiatan
W-04 Pariwisat Balikpapan Manggar- 8 59' 14.05 • usaha wisata selam • Budidaya lkan hasil
rekayasa genetik pemindahan muatan
a Pantai 44.45 3" S • Usaha kegiatan
• Pengangkutan ikan dan atau bahan
Lamaru, 6" E hiburan dan
Kec. hasil penangkapan bakar (cargo and
rekreasi
Balikpap dengan Kapal fuel transferring)
• Usaha wisata
an • Kegiatan membantu
ekstrim (beresiko Pengangkut lkan
Timur- pekerjaan teknis
tinggi) Hidup Berbendera
Kota terhadap kapal-
Balikpap • Usaha angkutan Asing
• Bongkar muat ikan kapal yang masih
an laut wisata dalam
mengapung tetapi
KPU- Kawasan Kab. Kutai Pantai 91.28 117° 0° 13' negeri • Penangkapan ikan
sedang mendapat
W-10 Pariwisat Kartanegara Pegempa 25' 8.192 • usaha jasa menggunakan pukat
a ng, Kec. 52.64 "S malapetaka
perjalanan wisata hela (trawls),
Marangk 4" E • Kegiatan pekerjaan
• Usaha angkutan payang, cantrang,
ayu-Kab. penyelaman (diving
laut internasional jaring lampara,
Kutai works dalam rangka
Kartaneg wisata dogol, dan
sejenisnya industri maritim)
ara • Usaha jasa
• Pelepasan jangkar • Kegiatan pembuatan
KPU- Kawasan Kab. Kutai Pantai 165.9 117° 0° 3' perjalanan wisata alat-alat maritim
W-11 Pariwisat Kartanegara Biru- 6 29' 40.77
a Pantai 5" S lainnya
- 60 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
Rapak 41.57 • Usaha vila (cottage) • Penangkapan ikan • Kegiatan perbaikan
Lama, 5" E di atas laut menggunakan Long atau pemeliharaan
Kec. • Penangkapan ikan line (rawai Tuna) kapal/alat-alat
Marangk
menggunakan Long • Penangkapan ikan terapung saja
ayu-Kab.
Kutai line (rawai Tuna) menggunakan seine • Kegiatan pembuatan
Kartaneg • usaha wisata nets dan sejenisnya kapal/alat terapung
ara snorkeling • Penangkapan ikan saja
KPU- Zona Kota Karang 18.68 117° 0° 9' • usaha wisata menggunakan Long • Kegiatan Industri
W-12 Pariwisat Bontang Sagajah, 33' 35.13 tontonan bag set net (jaring Galangan Kapal
a Kec. 51.08 4" N • Usaha wisata kantong besar) dengan sistem
Bontang 6" E
berenang • Kegiatan pengujian Graving Dock Kapal
Utara-
• Usaha wisata alam kapal • Industri
Kota
Bontang perairan perikanan/perahu penggaraman
KPU- Zona Kota Karang 19.58 117° 0° 10' • Penanaman ikan bermotor • Pembangunan
W-13 Pariwisat Bontang Sagajah, 33' 3.210 tanaman bakau dan • Pengangkutan Fasilitas
a Kec. 43.81 "N nipah mineral logam, Infrastruktur
Bontang 6" E • Jasa Wisata Tirta mineral bukan (Saluran Primer,
Utara- logam, batuan, Sekunder dan pantai
(bahari)
Kota
• Perlindungan batubara, mineral air)
Bontang
keanekaragaman radioaktif • Konstruksi
KPU- Zona Kota Pulau 6.89 117° 0° 11'
hayati; • Pembangunan FPSO Pertambangan
W-14 Pariwisat Bontang Gusung, 30' 20.26
a Kec. 29.25 6" N • Penyelamatan dan (Floating Production Garam
Bontang 8" E perlindungan Storage and • Pembangunan dan
Utara- lingkungan Offloading) pengoperasian
Kota • Penelitian kegiatan • Eksploitasi (Operasi terminal khusus
Bontang Produksi) Balubara • Usaha pelayanan
konservasi
KPU- Zona Kab. Kutai Pantai 167.4 117° 0° 18' • Eksploitasi (Operasi jasa pemanduan
• Pendidikan kegiatan
W-15 Pariwisat Timur Teluk 4 31' 45.00
konservasi Produksi) Mineral kapal
a Kaba, 47.11 3" N
Kec. 5" E • Survei dan/atau bukan logam atau • Pelatihan perang
Sangatta penelitian ilmiah mineral batuan dengan
Selatan- • Pengambilan air laut • Eksploitasi (Operasi menggunakan
Kab. untuk kegiatan Produksi) Mineral amunisi oleh kapal
Kutai radioaktif asing
budidaya perikanan
Timur
- 61 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
KPU- Zona Kab. Kutai Pantai 31.55 117° 0° 22' • Kegiatan mernbantu • Pengolahan & • Kegiatan berlabuh
W-16 Pariwisat Timur Teluk 33' 37.50 pekerjaan teknis Pemurnian Batubara jangkar kecuali
a Lombok, 40.95 9" N terhadapkapal-kapal • Pengolahan & dalam keadaan force
Kec. 8" E yang masih majeure oleh kapal
Pemurnian Mineral
Sangatta
mengapung tetapi logam asing
Selatan-
Kab. sedang mendapat • Pengolahan & • Kegiatan bongkar
Kutai malapetaka Pemurnian Mineral muat oleh kapal
Timur • Mitigasi Bencana bukan logam atau asing
KPU- Zona Kab. Kutai Pantai 310.0 117° 0° 24' dan Kondisi dadrut mineral batuan • Kegiatan
W-17 Pariwisat Timur Teluk 8 33' 45.39 di laut; • Pengolahan & penerbangan diatas
a Lombok, 55.41 6" N Pemurnian Mineral alur kepulauan
Kec. 3" E
radioaktif • Operasi Kapal
Sangatta
Selatan- • Penangkapan ikan Angkutan
Kab. menggunakan Penyeberangan
Kutai Pancing Rawai Dalam Provinsi
Timur Dasar • Latihan militer
KPU- Zona Kab. Kutai Pantai 27.57 117° 0° 28' • Penangkapan ikan • Usaha angkutan
W-18 Pariwisat Timur Kenyamu 36' 48.16 menggunakan laut pelayaran
a kan, Kec. 18.13 6" N Bagan Apung rakyat atau badan
Sangatta 3" E
• Penempatan tailing usaha pada lintas
Utara-
Kab. (bahan yang pelabuhan antar
Kutai tertinggal setelah kab/kota dalam
Timur pemisahan fraksi) di Provinsi Kalimantan
KPU- Zona Kab. Kutai Pantai 309.0 117° 0° 34' bawah laut Timur, antar
W-19 Pariwisat Timur Tanjung 3 39' 32.17 • Pembangunan Provinsi dan
a Bara 45.27 9" N Terminal pelabuhan
Aquatic, 6" E internasional
Regasifikasi LNG
Kec.
• Pembakaran Gas • Usaha angkutan
Sangatta
Utara- Suar Bakar (Flaring) laut badan usaha
Kab. • Pemusnahan pada lintas
Kutai handak migas pelabuhan antar
Timur
- 62 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
KPU- Kawasan Kab. Kutai Pantai 66.64 117° 0° 46' • Pembangunan kab/kota dalam
W-20 Pariwisat Timur Sekerat, 47' 33.80 terminal ro-ro Provinsi Kalimantan
a Kec. 3.372 7" N • Pembangunan Timur
Kaliorang "E • Pengerukan di
Tempatperbaikan
-Kab.
kapal wilayah perairan
Kutai
Timur • Uji coba kapal Pelabuhan
• Pengoperasian Pengumpan Regional
KPU- Kawasan Kab. Kutai Pantai 258.6 117° 0° 48'
W-21 Pariwisat Timur Selangka 1 49' 4.200 Pelabuhan dan Lokal
a u, Kec. 44.81 "N Pengumpan Regional • Pengoperasia
Kaliorang 2" E dan Lokal Pelabuhan
-Kab. • Pengerukan Pengumpan Regional
Kutai dan Lokal
diwilayah perairan
Timur
Pelabuhan • Pembangunan dan
KPU- Kawasan Kab. Kutai P. Miang 245.4 118° 0° 46'
Pengumpan Regional pengoperasian
W-22 Pariwisat Timur Kecil, 3 2' 32.43
a Kec. 35.79 2" N dan Lokal cement grinding
Sangkulir 5" E • Kegiatan plant dan cement
ang-Kab. penerbangandiatas packing plant
Kutai alur kepulauan • Pembangunan dan
Timur pengoperasian Jetty
• Usaha
KPU- Kawasan Kab. Kutai P. Birah- 270.8 118° 0° 41' pelayananjasa • Usaha pelayanan
W-23 Pariwisat Timur Birahan, 9 28' 30.51 logistik dan
pemanduan kapal.
a Kec. 22.54 6" N
• lndustri perbekalan kapal
Kaliorang 1" E
-Kab. penggaraman perikanan
Kutai • Kegiatan • Pembangunan
Timur pengumpulan, breakwater
KPU- Kawasan Kab. Berau P. 1,211 118° 2° 17' pemanfaatan, (pemecah
W-24 Pariwisat Derawan, .33 13' 19.39 pengolahan, gelombang)
a Kec. P. 47.43 6" N pembuangan, dan • Penempatan kapal
Derawan- 7" E mati
penimbunan limbah
Kab.
Berau B3 • Pembangunan
• Kegiatan Tempat perbaikan
KPU- Kawasan Kab. Berau P. 157.5 118° 2° 16'
W-24 Pariwisat Derawan, 14' 49.48 pengumpulan, kapal
a Kec. P. 27.67 2" N pemanfaatan.
Derawan- 0" E
- 63 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
Kab. pengolahan, • Pembangunan
Berau pembuangan, dan terminal Roro
dan penimbunan Iimbah • Pembangunan
Kabel
non B3 Kolam pelabuhan
Bawah
Laut • Kegiatan lndustri untuk kebutuhan
Koridor Galangan Kapal sandar dan olah
Berau- dengan sistem gerak kapal
Berau Graving Dock • Kegiatan Instalasi
(Kepmen • Kegiatan pembuatan Pembangkit Listrik
KP 14
kapal/alat terapung Tenaga Arus Laut
2021):
namkab saja; (PLTAL)
IGG • Kegiatan perbaikan • Pengolahan dan
KPU- Kawasan Kab. Berau P. 32.04 118° 2° 16' atau pemeliharaan Pemurnian mineral
W-24 Pariwisat Derawan, 12' 40.36 kapal/alat-alat logam
a Kec. P. 52.61 5" N terapung saja; • Eksploitasi (Operasi
Derawan- 4" E • Pertambangan pasir Produksi) Batubara
Kab. di laut (tidak Boleh) • Pembangunan
Berau
• Destructive fishing Floating Storage
• Pembuangan hasil Offloading (FSO)
pengerukan di laut • Pembangunan FPSO
(Dumping Area) (Floating Production
• Pemasangan Bagan Storage and
Tancap Offloading)
• Pemasangan Belat, • Pengangkutan
Jermal mineral logam,
• Penangkapan ikan mineral bukan
menggunakan Pole logam, batuan,
dan line batubara, mineral
• Pemungutan hasil radioaktif
hutan bukan kayu • Penelitian dan
pada hutan pengembangan
mangrove(madu; perikanan
getah; daun; buah • Pengangkutan ikan
dan biji; tanin; ikan; hasil budidaya
- 64 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
hasil hutan bukan dengan kapal
kayu lainnya) nelayan kecil
• Penangkapan ikan • Usaha budidaya
dengan kapasitas perikanan terapung
kapal 10-30 GT (Jaring apung)
• Penangkapan ikan • Pembudidayaan ikan
dengan kapasitas untuk kepentingan
kapal ≥ 30GT industry
• Pengambilan • Penangkapan ikan
sumber daya laut menggunakan Gill
non ikan untuk Net (Jaring insang)
kepentingan dan sejenisnya
ekonomi • Eksplorasi mineral
logam, mineral
bukan logam,
batuan, batubara,
mineral radioaktif
• Pengerukan perairan
dengan capital
dredging
• Kegiatan pembuatan
alat-alat
perlengkapan lain
yang khusus
dipergunakan dalam
kapal
• Pembangunan
industri yang
terintegrasi dengan
Pelabuhan
• Kegiatan pembuatan
mesin-mesin
utama/pembantu
- 65 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Pengerukan perairan
laut dengan capital
dredging yang
memotong material
karang dan/atau
batu
• Penetapan rute
pelayaran
internasional
• Pembangunan PLTU
• Eksploitasi (Operasi
Produksi) Mineral
logam
• Pemasangan fasilitas
mesin kalor
• Eksplorasi energi
OTEC
• Pengelolaan (TUKS)
di dalam
DLKR/DLKP
pelabuhan
pengumpan regional
• Usaha tally mandiri :
kegiatan
cargodoring,
receiving/delivery,
stuffing, dan
stripping peti kemas
bagi kepentingannya
sendiri.
• Pembangunan
terminal peti kemas
• Usaha wisata
selancar
- 66 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Pembangunan
Sarana Bantu
Navigasi Pelayaran
(SBNP)
• Penetapan tempat
labuh
• Pembangunan
terminal curah CAIR
• Usaha pelayanan
perbaikan dan
pemeliharaan kapal
perikanan :
dock/slipway,
bengkel dan tempat
perbaikan jaring;
• Usaha bongkar
muat barang :
pengemasan,
penumpukan, dan
penyimpanan di
pelabuhan
• Usaha wisata
olahraga tirta
• Usaha dermaga
wisata
• Usaha wisata
ekstrim (beresiko
tinggi)
• Usaha angkutan
laut wisata dalam
negeri
• Usaha angkutan
laut wisata
- 67 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Usaha vila (cottage)
di atas laut
• Usaha restoran di
atas laut
• Pengambilan
foto/video bawah
laut
• Budidaya mangrove
• Pembangunan
terminal curah
kering
• Pemungutan hasil
hutan bukan kayu
pada hutan
mangrove (madu;
getah; daun; buah
dan biji; tanin; ikan;
hasil hutan bukan
kayu lainnya)
• Penangkapan ikan
dengan kapasitas
kapal <10 GT
• Pengambilan barang
- barang purbakala
• Pengambilan
barang-barang
selain barang
purbakala
• Penggunaan galah
untuk mendorong
perahu
• Usaha
pembudidayaan ikan
Iaut
- 68 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Pembudidayaan
sumber daya laut
non ikan untuk
kepentingan
ekonomi
• Pengangkutan ikan
hasil budidaya
dengan Kapal
Pengangkut lkan
Hidup Berbendera
Indonesia
• Pengangkutan ikan
hasil budidaya
dengan Kapal
nelayan kecil
• Pemasangan
Keramba Jaring
Apung
• Pernasangan
rumpon perairan
dalam
• Pemasangan
rumpon perairan
dangkal
• Pengangkutan ikan
hasil penangkapan
dengan Kapal
Pengangkut Ikan
Hidup Berbendera
Indonesia
• Penangkapan ikan
menggunakan
SquidJigging
- 69 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Penangkapan ikan
menggunakan Long
line (rawai Tuna)
• Penangkapan
ikanmenggunakan
Pole dan line
• Penangkapan ikan
menggunakan
Bubu/Muroami dan
sejenisnya
• Penangkapan ikan
menggunakan
Bouke Ami
• Pemasangan fasilitas
turbin generator
energi
• Pembangunan
pembangkitan,
transmisi, distribusi
dan penjualan
tenaga listrik
• Pembangunan,
pemindahan,
dan/atau
pembongkaran
bangunan atau
instalasi pipanisasi
di perairan
• Penanaman kabel
• Pembangunan kabel
telekomunikasi
Local Port Service
(LPS)
- 70 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Penanaman dan
atau pemancangan
kabel tiang serta
sarana di laut
• Penetapan tempat
alih muat antar
kapal
• Pembangunan
Kolarn pelabuhan
untuk kebutuhan
sandar dan olah
gerak kapal
• Pembangunan TPI
• Pembangunan turap
(revetment)
• Pembangunan groin;
• Penetapan alur
pelayaran dari dan
ke pelabuhan
perikanan
• Usaha pelayanan
Iogistik dan
perbekalan kapal
perikanan
• Pembangunan
dermaga perikanan
• Usaha angkutan
laut pelayaran
rakyat atau badan
usaha pada
lintaspelabuhan
antar kab/kota
dalarn provinsi,
antar provinsi dan
- 71 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
pelabuhan
internasional
• Usaha jasa
angkutan perairan
pelabuhan
• Usaha jasa
penyewaan
peralatan angkutan
laut
• Kegiatan riset atau
survei hidrografi
oleh kapal asing
• Pengangkutan dan
penjualan Garam
• Penarikan (Towing)
• Pengapungan
(refloating)
• pengambilan air laut
selain energi;
• Kegiatan budidaya
biota laut untuk
kepentingan industri
Biofarmakologi
/Bioteknologi Laut
• Pipa intake dan
ouitake industri
garam dan
perikanan budidaya
• Pembangunan
anjungan/platform
migas
• Pembangunan
Fasilitas Terapung
- 72 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
(Floating Facility)
Migas: Mooring
• Pembangunan
Floating Storage
Offloading (FSO)
• Survei dan/atau
penelitian ilmiah

2. Zona KPU- Zona Kab. Paser Teluk 3,375 116° 2° 5' • Perlindungan • Usaha wisata • Usaha wisata
Pelabuhan PL-01 Pelabuha Apar, .01 25' 38.28 keanekaragaman dayung edukasi
Umum n Umum Kec. 12.01 6" S hayati; • Usaha wisata selam • Penanaman Pipa 0-
Tanjung 9" E • Penyelamatan dan • Usaha wisata 20 cm
Harapan- perlindungan selancar
Kab. • Penanaman Pipa
lingkungan • Pembangunan
Paser diameter diatas 100
• Penelitian kegiatan pembangkitan,
cm
KPU- Zona Kab. Paser Teluk 19,87 116° 1° 44' konservasi transmisi, distribusi
dan penjualan • Pembangunan,
PL-02 Pelabuha Adang- 7.66 23' 22.38 • Pendidikan kegiatan
tenaga listrik pemindahan,
n Umum Kab. 1.883 9" S konservasi
dan/atau
Paser "E • Survei dan/atau • Kegiatan budidaya
pembongkaran
penelitian ilmiah biota laut untuk
bangunan atau
• Pelepasan jangkar kepentingan industri
instalasi pipanisasi
• Penggunaan galah Biofarmakologi
di perairan
KPU- Zona Kota Pelabuha 36,03 116° 1° 17' untuk mendorong /Bioteknologi Laut
• Latihan militer
PL-04 Pelabuha Balikpapan n 9.04 51' 53.42 perahu • Kegiatan
pengumpulan, • Pembangunan
n Umum Balikpap 42.14 6" S • Pembangunan
terminal ro-ro pemanfaatan, stasiun pengisian
an, Teluk 6" E
Balikpap pengolahan, bahan bakar
an pembuangan, dan nelayan
- 73 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
KPU- Zona Kota Pelabuha 1,318 116° 1° 22' • Pembangunan penimbunan limbah • Penarikan (Towing)
PL-04 Pelabuha Balikpapan n .80 54' 48.06 pemecah gelombang B3 • Pengapungan
n Umum Balikpap 49.52 0" S (breakwater) • Kegiatan (refloating)
an, Teluk 1" E • pembangunan groin; pengumpulan,
• Kegiatan
Balikpap dari dan ke pemanfaatan,
an dan pelabuhan pengolahan, pemindahan muatan
Kabel • Penetapan alur pembuangan, dan dan atau bahan
Bawah pelayaran penimbunan limbah bakar (cargo and
Laut • Usaha pelayanan non B3 fuel transferring)
Koridor perbaikan dan • Industri • Kegiatan membantu
Panajam- pemeliharaan kapal penggaraman
pekerjaan teknis
WP perikanan : • Pembangunan
Balikpap terhadap kapal-
dock/slipway, Fasilitas
an bengkel dan tempat Infrastruktur kapal yang masih
(Kepmen perbaikan jaring; (Saluran Primer, mengapung tetapi
KP 14 • Pembangunan Sekunder dan pantai sedang mendapat
2021) danpengoperasian air) malapetaka
KPU- Zona Kota Pelabuha 7,609 116° 1° 21' Jetty • Konstruksi • Kegiatan pekerjaan
PL-04 Pelabuha Balikpapan n .67 53' 47.79 • Pengoperasian Pertambangan
penyelaman (diving
n Umum Balikpap 30.61 2" S Pelabuhan Garam
works dalam rangka
an, Teluk 7" E Pengumpan Regional • Pelatihan perang
Balikpap dan Lokal dengan industri maritim)
an dan • Usaha angkutan menggunakan • Kegiatan perbaikan
Pipa laut badan amunisi oleh kapal atau pemeliharaan
Bawah • usaha pada lintas asing kapal/alat-alat
Laut pelabuhan antar • Pembangunan dan terapung saja
Koridor kab/kota dalam pengoperasian
• Kegiatan pembuatan
Tanjung Provinsi cement grinding
Jumala- plant dan cement kapal/alat terapung
• Usaha angkutan
Offshore laut pelayaran packing plant saja
Teluk rakyat atau badan • Pembangunan • Kegiatan Industri
Balikpap • usaha pada lintas dermaga perikanan Galangan Kapal
an pelabuhan antar • Kegiatan Instalasi dengan sistem
(Kepmen kab/kota dalam Pembangkit Listrik Graving Dock Kapal
KP 14 Provinsi, antar Tenaga Arus Laut
2021) • Usaha pelayanan
provinsi (PLTAL)
danpelabuhan jasa pemanduan
KPU- Zona Kota Pelabuha 484.8 116° 1° 22'
PL-04 Pelabuha Balikpapan n 2 55' 52.05 internasional kapal
n Umum Balikpap 4" S
- 74 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
an, Teluk 54.40 • Kegiatan pembuatan • Pengolahan dan • Usaha pelayanan
Balikpap 0" E kapal/alat terapung; Pemurnian mineral logistik dan
an dan • Kegiatan perbaikan logam perbekalan kapal
Pipa atau pemeliharaan • Pembangunan perikanan
Bawah kapal/alat-alat Fasilitas Terapung • Usaha bongkar
Laut terapung; muat barang :
(Floating Facility)
Koridor pengemasan,
Migas: Mooring
Tanjung penumpukan, dan
Jumala- • Pembangunan penyimpanan di
Offshore Floating Storage pelabuhan
Teluk, Offloading (FSO)
• Usaha tally mandiri :
serta • Penelitian dan
kegiatan
Kabel pengembangan
cargodoring,
Bawah perikanan
receiving/delivery,
Laut • Pengangkutan ikan stuffing, dan
Koridor hasil budidaya stripping peti kemas
Panajam- dengan kapal bagi kepentingannya
WP nelayan kecil sendiri.
Balikpap • Usaha jasa
• Pengambilan
an
sumber daya laut penyewaan
Balikpap
non ikan untuk peralatan angkutan
an laut
(Kepmen kepentingan
• Usaha angkutan
KP 14 ekonomi
laut badan usaha
2021) • Usaha budidaya pada lintas
KPU- Zona Kota PPI Filial 46.14 116° 1° 17' perikanan terapung pelabuhan antar
PL-04 Pelabuha Balikpapan Klandasa 49' 14.23 (Jaring apung) kab/kota dalam
n Umum n, Kec. 54.19 9" S • Pembangunan FPSO Provinsi Kalimantan
Balikpap 0" E (Floating Production Timur
an Kota- Storage and • Pembangunan
Kota Offloading) anjungan/platform
Balikpap • Usaha wisata migas
an olahraga tirta • Kegiatan berlabuh
KPU- Zona Kab. Kutai Pelabuha 161,3 117° 0° 37' • Usaha wisata
jangkar kecuali
PL-06 Pelabuha Kartanegara n 37.16 31' 12.82 ekstrim (beresiko
tinggi) dalam keadaan force
n Umum Samarind 21.88 6" S
a, Muara 0" E • Usaha vila (cottage) majeure oleh kapal
Mahaka di atas laut asing
m-Kab.
- 75 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
Kutai • Usaha wisata • Usaha wisata
Kartaneg snorkeling memancing
ara • Usaha wisata • Usaha dermaga
KPU- Zona Kab. Kutai Pelabuha 275.3 117° 0° 42' berenang
wisata
PL-06 Pelabuha Kartanegara n 7 31' 44.22 • Pengambilan
foto/video bawah • Pengintroduksian
n Umum Samarind 15.00 8" S
a, Muara 8" E laut organisme hasil
Mahaka • Pengambilan rekayasa genetika ke
m-Kab. terumbu karang lingkungan
Kutai • Pemungutan hasil • Kegiatan pembuatan
Kartaneg hutan bukan kayu alat-alat maritim
ara dan pada hutan
lainnya
Pipa mangrove (madu;
Bawah getah; daun; buah • Kegiatan pembuatan
Laut dan biji; tanin; ikan; alat-alat
Koridor hasil hutan bukan perlengkapan lain
Bontang- kayu lainnya) yang khusus
Offshore • Usaha dipergunakan dalam
(Kepmen pembudidayaan ikan kapal
KP 14 laut
2021) • Kegiatan
• Pembudidayaan ikan
untuk kepentingan penerbangan diatas
KPU- Zona Kab. Kutai Pelabuha 1,890 117° 0° 59'
PL-06 Pelabuha Kartanegara n .11 22' 55.63 industri alur kepulauan
n Umum Samarind 58.95 8" S • Usaha budidaya • Kegiatan riset atau
a, Muara 9" E perikanan terapung survei hidrografi
Mahaka (jaring apung dan oleh kapal asing
m-Kab. pen system seluas ≥
• Operasi Kapal
Kutai 5 Ha dengan jumlah
1000 unit. Angkutan
Kartaneg
ara dan • Pengambilan Penyeberangan
Pipa sumber daya laut Dalam Provinsi
Bawah non ikan untuk • Pengelolaan (TUKS)
Laut kepentingan di dalam
Koridor ekonomi DLKR/DLKP
Kutai • Pembudidayaan
pelabuhan
Kertaneg sumber daya laut
ara- non ikan untuk pengumpan regional
Offshore kepentingan
Eni ekonomi
- 76 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
(Kepmen • Budidaya Ikan hasil • usaha jasa angkutan
KP 14 rekayasa genetik perairan pelabuhan
2021) • Pemasangan • Usaha angkutan
KPU- Zona Kab. Kutai Pelabuha 24,51 117° 0° 37' Keramba Jaring
laut pelayaran
PL-06 Pelabuha Kartanegara n 5.28 30' 59.04 Apung
rakyat atau badan
n Umum Samarind 32.63 7" S • Pemasangan
a, Muara 0" E rumpon perairan usaha pada lintas
Mahaka dalam pelabuhan antar
m-Kab. • Pemasangan kab/kota dalam
Kutai rumpon perairan Provinsi Kalimantan
Kartaneg dangkal Timur, antar
ara dan • Bongkar muat ikan Provinsi dan
Pipa • Penangkapan ikan
pelabuhan
Bawah menggunakan pukat
Laut hela (trawls), internasional
Koridor payang, cantrang, • Kegiatan pembuatan
Muara jaring lampara, mesin-mesin
Delta dogol, dan utama/pembantu
Mahaka sejenisnya • Reklamasi di wilayah
m-Pesisir • Penangkapan ikan perairan pelabuhan
Delta menggunakan seine
Mahaka Pengumpan Regional
nets dan sejenisnya
m • Pembangunan PLTU dan Lokal
(Kepmen • Penangkapan ikan • Pembangunan
KP 14 menggunakan Long industri yang
2021) bag set net (jaring terintegrasi dengan
KPU- Zona Kab. Kutai Pelabuha 1,423 117° 1° 2' kantong besar) pelabuhan
PL-06 Pelabuha Kartanegara n .87 18' 29.22 • Penangkapan ikan • Pengerukan di
n Umum Samarind 56.86 8" S menggunakan Squid wilayah perairan
a, Muara 3" E Jigging
Mahaka Pelabuhan
• Penangkapan ikan
m-Kab. Pengumpan Regional
menggunakan
Kutai dan Lokal
Pancing Rawai
Kartaneg • Pengoperasia
ara dan Dasar
Pelabuhan
Pipa • Eksplorasi energi
Pengumpan Regional
Bawah OTEC
Laut dan Lokal
Koridor
- 77 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
Sepingga • Pemasangan fasilitas • Pembangunan dan
n/Balikp mesin kalor pengoperasian Jetty
apan- • Penanaman dan • Usaha pelayanan
Offshore
atau pemancangan perbaikan dan
(Kepmen
KP 14 kabel atau tiang pemeliharaan kapal
2021) serta sarana di laut perikanan :
KPU- Zona Kab. Kutai Pelabuha 1,791 117° 0° 58' • Penangkapan ikan dock/slipway,
PL-06 Pelabuha Kartanegara n .58 23' 36.87 menggunakan Long bengkel dan tempat
n Umum Samarind 16.69 5" S line (rawai Tuna) perbaikan jaring;
a, Muara 1" E • Penangkapan ikan • Uji coba kapal
Mahaka menggunakan Pole
dan line • Penetapan rute
m-Kab.
Kutai • Penangkapan ikan pelayaran
Kartaneg menggunakan internasional
ara dan Bubu/Muroami dan • Penetapan alur
Pipa sejenisnya pelayaran dari dan
Bawah • Penangkapan ikan ke pelabuhan
Laut menggunakan
perikanan
Koridor Bouke Ami
Sepingga • Penangkapan ikan • Pembangunan turap
n/Offsho menggunakan (revetment)
re Bagan Apung • pembangunan groin
(Kepmen • Eksploitasi (Operasi • Pembangunan
KP 14 Produksi) Batubara breakwater
2021) • Eksploitasi (Operasi (pemecah
KPU- Zona Kab. Kutai Pelabuha 402.8 117° 0° 58' Produksi) Mineral
gelombang)
PL-06 Pelabuha Kartanegara n 0 24' 41.25 logam
• Eksploitasi (Operasi • Penempatan kapal
n Umum Samarind 11.62 2" S
a, Muara 8" E Produksi) Mineral mati
Mahaka bukan logam atau • Pembangunan
m-Kab. mineral batuan terminal Roro
Kutai • Eksploitasi (Operasi • Pembangunan
Kartaneg Produksi) Mineral
Kolam pelabuhan
ara dan radioaktif
untuk kebutuhan
Pipa • Pembangunan
Bawah Terminal sandar dan olah
Laut Regasifikasi LNG gerak kapal
Koridor
- 78 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
Sepingga • Pembakaran Gas • Pembangunan
n/Offsho Suar Bakar (Flaring) Tempat perbaikan
re dan • Pemusnahan kapal
Koridor handak migas • Pembangunan
Sepingga • Pembangunan TPI
n/Offsho terminal curah CAIR
• destructive fishing
re • Pertambangan pasir • Pengangkutan
(Kepmen di laut mineral logam,
KP 14 • Pemasangan Bagan mineral bukan
2021) Tancap logam, batuan,
KPU- Zona Kab. Kutai Selat 6,417 117° 0° 18' • Pemasangan Belat, batubara, mineral
PL-06 Pelabuha Kartanegara Makassar .35 39' 59.65 Jermal radioaktif
n Umum -Kab. 18.93 1" S
• Pengangkutan ikan
Kutai 4" E
Kartaneg hasil penangkapan
ara dan dengan Kapal
Pipa Pengangkut Ikan
Bawah Hidup Berbendera
Laut Indonesia
Koridor
• Penetapan tempat
Bontang-
Offshore labuh
(Kepmen • Penangkapan ikan
KP 14 menggunakan Gill
2021) Net (Jaring insang)
KPU- Zona Kab. Kutai Tersus/T 712.4 117° 0° 7' dan sejenisnya
PL-07 Pelabuha Kartanegara UKS, 8 28' 9.540 • Penangkapan ikan
n Umum Kec. 44.77 "S
menggunakan Long
Marangk 1" E
ayu-Kab. line (rawai Tuna)
Kutai • Pengerukan perairan
Kartaneg laut dengan capital
ara dredging yang
KPU- Zona Kab. Kutai Pelabuha 485.2 117° 0° 2' memotong material
PL-08 Pelabuha Kartanegara n 6 31' 24.12 karang dan/atau
n Umum Tanjung 38.71 6" S batu
Santan, 5" E
• Pembangunan
Kec.
Marangk Sarana Bantu
- 79 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
ayu-Kab. Navigasi Pelayaran
Kutai (SBNP)
Kartaneg • Pembangunan
ara
terminal peti kemas
KPU- Zona Kab. Kutai Pelabuha 57.72 117° 0° 1' • Pembangunan
PL-08 Pelabuha Kartanegara n 31' 40.20
n Umum Tanjung 30.59 5" S terminal curah
Santan, 9" E kering
Kec. • Usaha kegiatan
Marangk hiburan dan rekreasi
ayu-Kab. • Usaha angkutan
Kutai
laut wisata dalam
Kartaneg
ara dan negeri
Pipa • Usaha angkutan
Bawah laut internasional
Laut wisata
Koridor • Usaha jasa
Bontang-
perjalanan wisata
Offshore
(Kepmen • Usaha wisata
KP 14 tontonan
2021) • Usaha restoran di
KPU- Zona Kota Pelabuha 2,908 117° 0° 4' atas laut
PL-09 Pelabuha Bontang n .94 31' 1.010 • Usaha wisata alam
n Umum Tanjung 30.64 "N perairan
Laut, 9" E
• Jasa Wisata Tirta
Kec.
Bontang (bahari)
Selatan- • Penanaman
Kota tanaman bakau dan
Bontang nipah
KPU- Zona Kota Pelabuha 207.9 117° 0° 2' • Budidaya mangrove
PL-09 Pelabuha Bontang n 0 34' 7.868 • Penangkapan ikan
n Umum Tanjung 18.48 "N • Pengambilan
Laut, 1" E
Kec. barang-barang
Bontang purbakala
Selatan-
- 80 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
Kota • Pengambilan
Bontang barang-barang
dan Pipa bukan purbakala
Bawah
• Kegiatan pengujian
Laut
Koridor kapal
Bontang- perikanan/perahu
Offshore ikan bermotor
(Kepmen • Eksplorasi mineral
KP 14 logam, mineral
2021)
bukan logam,
KPU- Zona Kota Tersus/T 63.92 117° 0° 5' batuan, batubara,
PL-10 Pelabuha Bontang UKS, 38' 17.55
mineral radioaktif
n Umum Selat 26.61 8" N
Makassar 2" E • Pembangunan dan
, Kota pengoperasian
Bontang terminal khusus
KPU- Zona Kota Pelabuha 1,909 117° 0° 10' • Pengangkutan
PL-11 Pelabuha Bontang n Lhok .95 33' 13.89 mineral logam,
n Umum Tuan, 31.29 6" N mineral bukan
Kec. 8" E logam, batuan,
Bontang
batubara, mineral
Utara-
Kota radioaktif
Bontang • Pembangunan FPSO
KPU- Zona Kab. Kutai Pelabuha 496.8 117° 0° 22' (Floating Production
PL-12 Pelabuha Timur n 7 34' 38.69 Storage and
n Umum Sangatta, 38.25 5" N Offloading)
Kec. 8" E • Pengerukan perairan
Sangatta
dengan capital
Selatan-
Kab. dredging
Kutai • Pengerukan
Timur perairan laut dengan
KPU- Zona Kab. Kutai Tersus/T 725.7 117° 0° 28' capital dredging
PL-13 Pelabuha Timur UKS, 6 37' 1.639 yang memotong
n Umum Kec. 10.53 "N
Sangatta 9" E
- 81 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
Utara- material karang
Kab. dan/atau batu
Kutai • Pengolahan &
Timur
Pemurnian Batubara
KPU- Zona Kab. Kutai Tersus/T 5,084 117° 0° 31' • Pengolahan &
PL-15 Pelabuha Timur UKS, .84 40' 24.60
n Umum Kec. 43.70 0" N Pemurnian Mineral
Sangatta 6" E logam
Utara- • Pengolahan &
Kab. Pemurnian Mineral
Kutai bukan logam atau
Timur mineral batuaan
KPU- Zona Kab. Kutai Tersus/T 271.0 117° 0° 41' • Pengolahan &
PL-16 Pelabuha Timur UKS, 0 43' 31.98
Pemurnian Mineral
n Umum Kec. 22.83 5" N
Bengalon 9" E radioaktif
-Kab. • Penempatan tailing
Kutai (bahan yang
Timur tertinggal setelah
KPU- Zona Kab. Kutai Tersus/T 2,123 117° 0° 44' pemisahan fraksi) di
PL-17 Pelabuha Timur UKS, .39 46' 46.46 bawah laut
n Umum Kec. 34.33 4" N • Pemasangan fasilitas
Bengalon 7" E
turbin generator
-Kab.
Kutai energi
Timur • Kegiatan Instalasi
KPU- Zona Kab. Kutai Tersus/T 739.6 117° 0° 46' Pembangkit Listrik
PL-18 Pelabuha Timur UKS, 6 49' 59.28 • Penanaman kabel
n Umum Kec. 2.561 1" N • Pembangunan kabel
Kaliorang "E telekomunikasi Local
, Kab.
Port Service (LPS)
Kutai
Timur • Pengerukan di
wilayah perairan
KPU- Zona Kab. Kutai Tersus/T 2,063 117° 0° 47'
PL-19 Pelabuha Timur UKS, .44 52' 34.91 Pelabuhan
n Umum Kec. 36.31 9" N Pengumpan Regional
Kaliorang 7" E dan Lokal
-Kab.
- 82 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
Kutai • Kegiatan riset atau
Timur survei hidrografi
KPU- Zona Kab. Kutai Pelabuha 2,029 117° 0° 46' • Kegiatan berlabuh
PL-20 Pelabuha Timur n Maloy, .51 54' 0.545 jangkar kecuali
n Umum Kec. 26.29 "N
dalam keadaan
Kaliorang 0" E
-Kab. force majeure oleh
Kutai kapal asing
Timur • Kegiatan bongkar
KPU- Zona Kab. Kutai Tersus/T 181.0 117° 0° 46' muat oleh kapal
PL-21 Pelabuha Timur UKS, 8 59' 13.98 asing
n Umum Kec. 39.45 9" N • Kegiatan
Sangkulir 0" E pengumpulan,
ang-Kab.
pemanfaatan,
Kutai
Timur pengolahan,
pembuangan, dan
KPU- Zona Kab. Kutai Teluk 12,89 118° 0° 55'
PL-22 Pelabuha Timur Sangkulir 4.74 1' 21.92 penimbunan limbah
n Umum ang-Kab. 47.44 9" N non B3 Kegiatan
Kutai 0" E pekerjaan
Timur • penyelaman (diving
KPU- Zona Kab. Kutai STS 875.2 118° 0° 45' works dalam rangka
PL-23 Pelabuha Timur Teluk 4 12' 12.00 industri maritim).
n Umum Sangkulir 48.00 0" N • Pembangunan
ang-Kab. 0" E
pembangkitan,
Kutai
Timur transmisi, distribusi
KPU- Zona Kab. Kutai Tersus/T 571.2 118° 0° 49' dan penjualan
PL-24 Pelabuha Timur UKS, 1 28' 6.529 tenaga listrik
n Umum Kec. 45.83 "N • Kegiatan
Sandaran 3" E pendalaman dan
-Kab. pelebaran alur
Kutai pelayaran
Timur
• Pembangunan dan
KPU- Zona Kab. Kutai Tersus/T 137.8 118° 0° 53'
pengoperasian
PL-25 Pelabuha Timur UKS, 7 54' 35.09
n Umum Kec. 36.39 2" N terminal khusus
Sandaran 4" E salvage;
- 83 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
-Kab. • kegiatan
Kutai penggelaran/pemasa
Timur n gan kabel/pipa
KPU- Zona Kab. Kutai Tersus/T 23.64 118° 1° 0' bawah laut;
PL-26 Pelabuha Timur UKS, 58' 22.55 • kegiatan
n Umum Kec. 54.52 5" N
Sandaran 6" E penggunaan atau
-Kab. pemanfaatan air laut
Kutai • kegiatan perikanan
Timur budidaya yang tidak
KPU- Zona Kab. Berau Pelabuha 185.0 118° 1° 36' mengganggu
PL-27 Pelabuha n 1 11' 40.07 aktivitas
n Umum Talisayan 1.346 7" N kepelabuhanan dan
, Kec. "E pelayaran.
Biatan
dan • Pemasangan pipa
Talisayan intake dan outake
-Kab. industri dan
Berau perikanan
KPU- Zona Kab. Berau STS 4,053 118° 1° 55' • Pembangunan
PL-28 Pelabuha Muara .3 7' 13.55 Fasilitas Terapung
n Umum Berau, 51.87 5" N (Floating Facility)
Kec. P. 4" E
Migas: Mooring
Derawan-
Kab. • Pembangunan
Berau Floating Storage
KPU- Zona Kab. Berau Muara 13,97 117° 2° 5' Offloading (FSO)
PL-29 Pelabuha Berau, 5.99 51' 26.00 • Pembuangan Hasil
n Umum Kec. P. 56.97 3" N Pengerukan
Derawan- 5" E (Dumping Area)
Kab. • Penetapan tempat
Berau
alih muat antar
KPU- Zona Kab. Berau Tg. 13,67 117° 2° 6'
kapal
PL-29 Pelabuha Bingkar, 6.28 53' 37.34
n Umum Kec. 30.58 3" N
Pulau 7" E
Derawan-
- 84 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
Kab.
Berau
KPU- Zona Kab. Berau Tg. Batu, 166.4 118° 2° 16'
PL-30 Pelabuha Kec. P. 1 5' 19.72
n Umum Derawan- 52.16 8" N
Kab. 7" E
Berau
KPU- Zona Kab. Berau KSNT P. 1,222 118° 2° 15'
PL-31 Pelabuha Maratua .08 30' 58.59
n Umum dan P. 37.01 0" N
Sambit: 9" E
P.
Maratua
Kec.
Maratua-
Kab.
Berau
KPU- Zona Kab. Berau KSNT P. 236.3 118° 2° 16'
PL-31 Pelabuha Maratua 1 31' 26.79
n Umum dan P. 45.95 2" N
Sambit: 7" E
P.
Maratua
Kec.
Maratua-
Kab.
Berau
KPU- Zona Kab. Berau KSNT P. 405.5 118° 2° 16'
PL-32 Pelabuha Maratua 5 32' 37.20
n Umum dan P. 43.15 8" N
Sambit: 0" E
P.
Maratua
Kec.
Maratua-
Kab.
Berau
- 85 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
3. Zona KPU- Zona Kab. PPI Api- 62.58 116° 1° 26' • Perlindungan • Usaha wisata • Usaha wisata
Pelabuhan PL-03 Pelabuha Penajam Api, Kec. 34' 57.38 keanekaragaman selancar edukasi
Perikanan n Umum Paser Utara Waru- 38.59 4" S hayati; • Kegiatan budidaya • Penanaman Pipa 0-
Kab. PPU 3" E • Pengangkutan ikan biota laut untuk 20 cm
KPU- Zona Kab. PPI Api- 98.66 116° 1° 26' hasil penangkapan kepentingan • Penanaman Pipa
PL-03 Pelabuha Penajam Api, Kec. 34' 34.36 industri diameter diatas
dengan Kapal
n Umum Paser Utara Waru- 37.07 9" S Biofarmakologi 100 cm
Pengangkut Ikan
Kab. PPU 6" E /Bioteknologi Laut • Pembangunan
Hidup Berbendera • Penangkapan ikan
dan pembangkitan,
Kabel Indonesia menggunakan Long transmisi,
Bawah • Penyelamatan dan line (rawai Tuna) distribusi dan
Laut perlindungan penjualan tenaga
• Pengolahan dan
Koridor lingkungan listrik
• Penelitian kegiatan Pemurnian mineral
Panajam- • Pengintroduksian
konservasi logam
WP organisme hasil
Balikpap • Pendidikan kegiatan • Penanaman dan
konservasi rekayasa genetika
an atau pemancangan
(Kepmen • Survei dan/atau ke lingkungan
kabel atau tiang
KP 14 penelitian ilmiah serta sarana di laut • Penarikan (Towing)
2021) • Pelepasan jangkar • Pengapungan
• Usaha wisata
KPU- Zona Kota PPI 255.2 116° 1° 13' • Penggunaan galah (refloating)
olahraga tirta
PL-05 Pelabuha Balikpapan Manggar 5 58' 31.55 untuk mendorong • Kegiatan
• Usaha wisata
n Umum Baru, 48.93 6" S perahu pemindahan
ekstrim (beresiko
Kec. 9" E • Pengangkutan ikan muatan dan atau
tinggi)
Balikpap hasil budidaya bahan bakar (cargo
• Usaha angkutan and fuel
an dengan Kapal
laut wisata dalam transferring)
Timut- budidaya dengan
negeri
Kota Kapal Pengangkut • Kegiatan
• Usaha angkutan membantu
Balikpap Ikan Hidup
laut internasional pekerjaan teknis
an Berbendera
wisata terhadap kapal-
Indonesia
KPU- Zona Kota PPI 62.57 117° 0° 9' • Usaha jasa
• Pengangkutan ikan kapal yang masih
PL-11 Pelabuha Bontang Tanjung 29' 20.76 perjalanan wisata
hasil budidaya mengapung tetapi
n Umum Limau, 29.11 7" N • Usaha vila (cottage)
dengan Kapal sedang mendapat
Kec. 0" E di atas laut
nelayan kecil malapetaka
Bontang • Usaha wisata
• Pengangkutan ikan • Kegiatan pekerjaan
Utara- snorkeling
hasil penangkapan penyelaman (diving
Kota
dengan Kapal works dalam
Bontang
- 86 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
KPU- Zona Kota PPI 1.61 117° 0° 9' Pengangkut Ikan • Usaha wisata rangka industri
PL-11 Pelabuha Bontang Tanjung 29' 7.335 Hidup Berbendera berenang maritim)
n Umum Limau, 25.43 "N Indonesia • Jasa Wisata Tirta • Kegiatan
Kec. 6" E (bahari) pembuatan alat-
Bontang • Pengambilan alat maritim
Utara- foto/video bawah lainnya
Kota laut • Perikanan bakar
Bontang. • Pengambilan nelayan
Reklamas terumbu karang • Kegiatan
i • Pemungutan hasil pembuatan alat-
KPU- Zona Kab. Kutai PPI 6.96 117° 0° 29' hutan bukan kayu alat perlengkapan
PL-14 Pelabuha Timur Sangatta, 36' 17.98 pada hutan lain yang khusus
n Umum Kec. 54.70 8" N mangrove (madu; dipergunakan
Sangatta 4" E getah; daun; buah dalam kapal
Utara- dan biji; tanin; • Kegiatan perbaikan
Kab. ikan; hasil hutan atau pemeliharaan
Kutai bukan kayu kapal/alat-alat
Timur lainnya) terapung saja
KPU- Zona Kab. Kutai PPI 63.44 117° 0° 29' • Usaha budidaya • Kegiatan
PL-14 Pelabuha Timur Sangatta, 36' 12.36 perikanan terapung pembuatan
n Umum Kec. 43.73 2" N (jaring apung dan kapal/alat
Sangatta 5" E pen system seluas terapung saja
Utara- ≥ 5 Ha dengan • Konstruksi
Kab. jumlah 1000 unit. Pertambangan
Kutai • Pengambilan Garam
Timur sumber daya laut • Usaha pelayanan
dan non ikan untuk jasa pemanduan
Kabel kepentingan kapal
Bawah ekonomi • Kegiatan berlabuh
Laut • Bongkar muat ikan jangkar kecuali
Koridor • Pembudidayaan dalam keadaan
Sanggata sumber daya laut force majeure oleh
-Palu non ikan untuk kapal asing
(Kepmen kepentingan • Usaha wisata
KP 14 ekonomi memancing
2021): • Budidaya Ikan • Usaha dermaga
namkab hasil rekayasa wisata
Jaka2Lad genetik • Usaha jasa
ema penyewaan
- 87 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Pemasangan peralatan angkutan
Keramba Jaring laut
Apung • usaha jasa
• Pemasangan angkutan perairan
rumpon perairan pelabuhan
dalam • Usaha angkutan
• Pemasangan laut pelayaran
rumpon perairan rakyat atau badan
dangkal usaha pada lintas
• Penangkapan ikan pelabuhan antar
menggunakan kab/kota dalam
pukat hela (trawls), Provinsi
payang, cantrang, Kalimantan Timur,
jaring lampara, antar Provinsi dan
dogol, dan pelabuhan
sejenisnya internasional
• Penangkapan ikan • Usaha angkutan
menggunakan laut badan usaha
Squid Jigging pada lintas
• Penangkapan ikan pelabuhan antar
menggunakan Long kab/kota dalam
line (rawai Tuna) Provinsi
• Penangkapan ikan Kalimantan Timur
menggunakan • Reklamasi di
Bubu/Muroami wilayah perairan
dan sejenisnya pelabuhan
• Penangkapan ikan Pengumpan
menggunakan Regional dan Lokal
Bouke Ami • Pengerukan di
• Eksplorasi mineral wilayah perairan
logam, mineral Pelabuhan
bukan logam, Pengumpan
batuan, batubara, Regional dan Lokal
mineral radioaktif • Pengoperasia
• Pengangkutan Pelabuhan
mineral logam, Pengumpan
mineral bukan Regional dan Lokal
logam, batuan,
- 88 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
batubara, mineral • Pembangunan dan
radioaktif pengoperasian
• Pembangunan Jetty
FPSO (Floating • Usaha tally mandiri
Production Storage : kegiatan
and Offloading) cargodoring,
• Eksploitasi receiving/delivery,
(Operasi Produksi) stuffing, dan
Batubara stripping peti
• Eksploitasi kemas bagi
(Operasi Produksi) kepentingannya
Mineral bukan sendiri.
logam atau mineral • Usaha bongkar
batuan B48 muat barang :
• Eksploitasi pengemasan,
(Operasi Produksi) penumpukan, dan
Mineral logam penyimpanan di
• Eksploitasi pelabuhan
(Operasi Produksi) • Usaha kegiatan
Mineral radioaktif hiburan dan
• Pengolahan & rekreasi
Pemurnian • Pembangunan
Batubara dermaga perikanan
• Pengolahan & • Usaha pelayanan
Pemurnian Mineral logistik dan
logam perbekalan kapal
• Pengolahan & perikanan
Pemurnian Mineral • Penetapan alur
bukan logam atau pelayaran dari dan
mineral batuan ke pelabuhan
• Pengolahan & perikanan
Pemurnian Mineral • Pembangunan
radioaktif turap (revetment),
• Penempatan tailing • pembangunan
(bahan yang groin
tertinggal setelah • Pembangunan
pemisahan fraksi) breakwater
di bawah laut (pemecah
gelombang)
- 89 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Pembangunan • Pembangunan
Terminal Tempat perbaikan
Regasifikasi LNG kapal
• Pembakaran Gas • Pembangunan
Suar Bakar terminal Roro
(Flaring) • Eksplorasi energi
• Pemusnahan OTEC
handak migas • Pemasangan
Pemasangan fasilitas mesin
fasilitas turbin kalor
generator energi • Kegiatan Instalasi
• Kegiatan Instalasi Pembangkit Listrik
Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut
Tenaga Arus Laut
(PLTAL)
(PLTAL)
• Pembangunan • Pembangunan TPI
terminal ro-ro • Pemasangan
• Usaha bongkar fasilitas turbin
muat barang : generator energi
pengemasan, • Pembangunan
penumpukan, dan Floating Storage
penyimpanan di Offloading (FSO)
pelabuhan • Pembangunan
• Pengoperasian FPSO (Floating
Pelabuhan Production Storage
Pengumpan and Offloading)
Regional dan Lokal • Pengangkutan
• Usaha angkutan mineral logam,
laut badan usaha mineral bukan
pada lintas logam, batuan,
pelabuhan antar batubara, mineral
kab/kota dalam radioaktif
Provinsi • Kegiatan pengujian
• Usaha angkutan kapal
laut pelayaran perikanan/perahu
rakyat atau badan ikan bermotor
usaha pada lintas
• Penetapan tempat
pelabuhan antar
kab/kota dalam labuh
- 90 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
Provinsi , antar • Pembangunan
provinsi dan Kolam pelabuhan
pelabuhan untuk kebutuhan
internasional
sandar dan olah
• Usaha jasa
angkutan perairan gerak kapal
pelabuhan • Pengangkutan ikan
• Kegiatan berlabuh hasil budidaya
jangkar kecuali dengan kapal
dalam keadaan nelayan kecil
force majeure oleh • Pengambilan
kapal asing
sumber daya laut
• Pelatihan perang
dengan non ikan untuk
menggunakan kepentingan
amunisi oleh kapal ekonomi
asing • Usaha budidaya
• Pembangunan dan perikanan terapung
pengoperasian (Jaring apung)
terminal khusus • Pembangunan
• Kegiatan Sarana Bantu
pengumpulan, Navigasi Pelayaran
pemanfaatan, (SBNP)
pengolahan, • Usaha wisata
pembuangan, dan tontonan
penimbunan • Usaha restoran di
limbah B3 atas laut
• destructive fishing • Usaha wisata alam
• Pertambangan perairan
pasir di laut • Penanaman
• Pemasangan Belat, tanaman bakau
Jermal dan nipah
• Budidaya mangrove
• Penangkapan ikan
dengan
• Pengambilan
barang-barang
purbakala
- 91 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Pengambilan
barang-barang
selain barang
purbakala
• Usaha
pembudidayaan
ikan laut (kerapu,
kakap, baronang)
• Pembudidayaan
ikan untuk
kepentingan
industri
• Pengangkutan ikan
hasil budidaya
dengan Kapal
Pengangkut Ikan
Hidup Berbendera
Asing
• Pengangkutan ikan
hasil penangkapan
dengan Kapal
Pengangkut Ikan
Hidup Berbendera
Asing
• Penetapan rute
pelayaran
internasional
• Operasi Kapal
Angkutan
Penyeberangan
Dalam Provinsi
• Pengelolaan (TUKS)
di dalam
DLKR/DLKP
pelabuhan
pengumpan
regional
• Pembangunan dan
pengoperasian
- 92 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
cement grinding
plant dan cement
packing plant
• Penetapan tempat
alih muat antar
kapal
• Kegiatan
pengumpulan,
pemanfaatan,
pengolahan,
pembuangan, dan
penimbunan
limbah non B3
• Penangkapan ikan
menggunakan Gill
Net (Jaring insang)
dan sejenisnya
• Penangkapan ikan
menggunakan
seine nets dan
sejenisnya
• Penangkapan ikan
menggunakan Long
bag set net (jaring
kantong besar)
• Penangkapan ikan
menggunakan
Pancing Rawai
Dasar
• Penangkapan ikan
menggunakan Pole
dan line
- 93 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Penangkapan ikan
menggunakan
Bagan Apung
• Eksplorasi energi
OTEC
• Pembangunan
terminal peti kemas
• Pembangunan
terminal curah
kering
• Pembangunan
terminal curah
CAIR
• Penempatan kapal
mati
• Penelitian dan
pengembangan
perikanan
• Kegiatan pengujian
kapal
perikanan/perahu
ikan bermotor
• Pengerukan
perairan dengan
capital dredging
• Pengerukan
perairan laut
dengan capital
dredging yang
memotong material
karang dan/atau
batu
• Pembangunan,
pemindahan,
dan/atau
pembongkaran
bangunan atau
- 94 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
instalasi pipanisasi
di perairan
• Penanaman kabel
• Pembangunan
kabel
telekomunikasi
Local Port Service
(LPS)
• Penanaman dan
ataupemancangan
kabel atau tiang
serta sarana di laut
• Pembangunan dan
pengoperasian
terminal khusus
• Uji coba kapal
• Usaha pelayanan
perbaikan dan
pemeliharaan kapal
perikanan :
dock/slipway,
bengkel dan tempat
perbaikan jaring;
• Kegiatan
penerbangan diatas
alur kepulauan
• Kegiatan riset atau
survei hidrografi
oleh kapal asing
• Pengangkutan dan
penjualan Garam
• Pembangunan
Fasilitas
Infrastruktur
(Saluran Primer,
Sekunder dan
pantai air)
• Industri
penggaraman
- 95 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Kegiatan Industri
Galangan Kapal
dengan sistem
Graving Dock
Kapal
• Pembangunan
industri yang
terintegrasi dengan
pelabuhan
• Kegiatan
pembuatan
kapal/alat
terapung saja;
• Kegiatan perbaikan
atau pemeliharaan
kapal/alat-alat
terapung saja;
• Kegiatan
pembuatan mesin-
mesin
utama/pembantu;
• Kegiatan
pembuatan alat-
alat perlengkapan
lain yang khusus
dipergunakan
dalam kapal;
• Kegiatan
pembuatan alat-
alat maritim
lainnya
• Pembangunan
PLTU
• Kegiatan pekerjaan
penyelaman (diving
works dalam
rangka industri
maritim).
- 96 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Kegiatan
pendalaman dan
pelebaran alur
pelayaran
• saha pelayanan
logistik dan
perbekalan kapal
perikanan
• Pembangunan
dermaga
perikanan
embangunan dan
pengoperasian
terminal khusus
pertanian,
perikanan dan
peternakan alvage;
• Kegiatan
penggelaran/pemas
angan kabel/pipa
bawah laut;
• Kegiatan
penggunaan atau
pemanfaatan air
laut
• Kegiatan perikanan
budidaya yang
tidak
• mengganggu
aktivitas
kepelabuhanan dan
pelayaran.
• Latihan militer
• Pemasangan pipa
intake dan outake
industri dan
perikanan
- 97 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Pembangunan
anjungan/platform
migas
• Pembangunan
Fasilitas Terapung
(Floating Facility)
Migas: Mooring
• Pembangunan
Floating Storage
Offloading (FSO)
• Pembuangan Hasil
Pengerukan
(Dumping Area)
• Kegiatan bongkar
muat oleh kapal
asing

4. Zona KPU- Kawasan Kab. Paser Selat 213,8 116° 2° 1' • Usaha wisata • Pengambilan • Pengambilan
Perikanan PT-01 Perikana Makassar 33.91 36' 5.811 edukasi terumbu karang sumber daya laut
Tangkap n , Kab. 11.74 "S • Usaha wisata • Pembangunan non ikan untuk
Paser 7" E dayung pembangkitan, kepentingan
• Usaha wisata selam transmisi, ekonomi
• Usaha wisata distribusi dan • Penanaman Pipa 0-
KPU- Kawasan Kab. Paser/ Selat 3.75 116° 1° 28' memancing penjualan tenaga 20 cm
PT-01 Perikana Kab. Makassar 44' 43.73 • Usaha wisata listrik • Penanaman Pipa
n Penajam , Kab. 45.43 0" S selancar • Pelatihan perang diameter diatas
Paser Utara Paser- 5" E • Usaha wisata dengan 100 cm
Kab. olahraga tirta menggunakan • Pembangunan
Penajam • Usaha dermaga amunisi oleh kapal stasiun pengisian
Paser wisata asing bahan bakar
Utara • Usaha kegiatan • Kegiatan riset atau nelayan
dan Pipa hiburan dan rekreasi survei hidrografi • Pengintroduksian
Bawah oleh kapal asing organisme hasil
Laut • Reklamasi di
Koridor wilayah perairan
- 98 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
Tanjung • Usaha wisata pelabuhan rekayasa genetika
Jumala- ekstrim (beresiko Pengumpan ke lingkungan
Offshore tinggi) Regional dan Lokal • Kegiatan budidaya
Teluk • Usaha angkutan • Pengolahan dan biota laut untuk
Balikpap laut wisata dalam Pemurnian mineral kepentingan
an negeri logam industri
(Kepmen • Usaha pelayanan • Pembangunan Biofarmakologi
KP 14 jasa pemanduan terminal curah /Bioteknologi Laut
2021) kapal CAIR • Kegiatan
KPU- Kawasan Kab. Selat 57,22 116° 1° 29' • Pengangkutan ikan • Pembangunan dan pemindahan
PT-01 Perikana Penajam Makassar 6.17 43' 49.77 hasil penangkapan pengoperasian muatan dan atau
n Paser Utara , Kab. 23.22 6" S dengan Kapal cement grinding bahan bakar (cargo
Penajam 5" E plant dan cement and fuel
Pengangkut Ikan
Paser packing plant transferring)
Hidup Berbendera • Penangkapan ikan • Kegiatan
Utara
Indonesia menggunakan pembuatan alat-
KPU- Kawasan Kab. Selat 2,118 116° 1° 27'
PT-01 Perikana Penajam Makassar .31 40' 35.42 • Pengangkutan ikan pukat hela alat maritim
n Paser Utara , Kab. 32.28 3" S hasil budidaya (trawls), lainnya
Penajam 5" E dengan kapal payang,cantrang, • Kegiatan
Paser nelayan kecil jaring lampara, pembuatan alat-
Utara • Usaha budidaya dogol, dan alat perlengkapan
dan perikanan terapung sejenisnya lain yang khusus
Kabel (Jaring apung) • Pengangkutan dipergunakan
Bawah • Pengambilan mineral logam, dalam kapal
Laut sumber daya laut mineral bukan • Kegiatan perbaikan
Koridor non ikan untuk logam, batuan, atau pemeliharaan
Panajam- batubara, mineral kapal/alat-alat
kepentingan
WP radioaktif terapung saja
ekonomi
Balikpap • Kegiatan • Kegiatan
• Pengangkutan ikan pengumpulan, pembuatan
an
(Kepmen hasil budidaya pemanfaatan, kapal/alat
KP 14 dengan kapal pengolahan, terapung saja
2021) pengangkut ikan pembuangan, dan • Konstruksi
hidup berbendera penimbunan Pertambangan
KPU- Kawasan Kab. Selat 745.7 116° 1° 25'
limbah B3 Garam
PT-01 Perikana Penajam Makassar 3 49' 44.98 indonesia
• Kegiatan • Kegiatan berlabuh
n Paser Utara , Kab. 16.54 3" S • Usaha angkutan pengumpulan, jangkar kecuali
Penajam 2" E laut internasional pemanfaatan, dalam keadaan
Paser wisata pengolahan,
Utara
- 99 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
dan Pipa • Usaha jasa pembuangan, dan force majeure oleh
Bawah perjalanan wisata penimbunan kapal asing
Laut • Usaha vila (cottage) limbah non B3 • Usaha jasa
Koridor di atas laut • Kegiatan penyewaan
Tajnung • Usaha wisata pembuatan peralatan angkutan
Jumala- snorkeling kapal/alat laut
Offshore • Usaha wisata terapung saja; • usaha jasa
Teluk tontonan • Kegiatan perbaikan angkutan perairan
Balikpap • Usaha wisata atau pemeliharaan pelabuhan
an berenang kapal/alat-alat • Usaha angkutan
(Kepmen • Usaha restoran di terapung saja; laut pelayaran
KP 14 atas laut • Kegiatan rakyat atau badan
2021) • Usaha wisata alam pembuatan alat- usaha pada lintas
KPU- Kawasan Kab. Selat 100.6 116° 1° 27' perairan alat maritim pelabuhan antar
PT-01 Perikana Penajam Makassar 44' 11.81 • Jasa Wisata Tirta lainnya kab/kota dalam
n Paser Utara , Kab. 8.235 3" S (bahari) • Pertambangan Provinsi
Penajam "E • Pengambilan pasir di laut Kalimantan Timur,
Paser foto/video bawah • Pembuangan Hasil antar Provinsi dan
Utara laut pelabuhan
Pengerukan
dan Pipa • Penanaman internasional
Bawah (Dumping Area) • Usaha angkutan
tanaman bakau dan
Laut • Destructive fishing laut badan usaha
nipah
Koridor • Budidaya mangrove • Pertambangan pada lintas
Tajnung • Perlindungan pasir di laut pelabuhan antar
Jumala- • Kegiatan bongkar kab/kota dalam
keanekaragaman
Offshore Provinsi
hayati; muat oleh kapal
Teluk Kalimantan Timur
• Penyelamatan dan asing
Balikpap • Pengoperasia
perlindungan
an dan • Pemasangan Pelabuhan
lingkungan
Kabel fasilitas turbin Pengumpan
• Penelitian kegiatan
Bawah generator energi Regional dan Lokal
konservasi
Laut • Eksploitasi • Usaha bongkar
• Pendidikan kegiatan
Koridor muat barang :
konservasi (Operasi Produksi)
Panajam- pengemasan,
• Survei dan/atau Mineral logam
WP penumpukan, dan
penelitian ilmiah
Balikpap penyimpanan di
an • Pemungutan hasil pelabuhan
(Kepmen hutan bukan kayu
- 100 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
KP 14 pada hutan • Eksploitasi • Pembangunan
2021) mangrove (madu; (Operasi Produksi) dermaga perikanan
KPU- Kawasan Kab. Selat 2,897 116° 1° 26' getah; daun; buah Batubara • Penetapan alur
PT-01 Perikana Penajam Makassar .97 46' 13.39 dan biji; tanin; ikan; pelayaran dari dan
• Pengerukan
n Paser Utara , Kab. 58.37 2" S hasil hutan bukan ke pelabuhan
kayu lainnya) perairan laut perikanan
Penajam 7" E
Paser • Penangkapan ikan dengan capital • Pembangunan
Utara dengan dredging yang terminal Roro
dan Pipa • Pelepasan jangkar memotong material • Pembangunan,
Bawah kapal karang dan/atau pemindahan,
Laut • Penggunaan galah batu dan/atau
Koridor untuk mendorong pembongkaran
• Pembangunan
Tanjung perahu bangunan atau
• Usaha PLTU instalasi pipanisasi
Jumala-
Offshore pembudidayaan ikan • Pembangunan di perairan
Teluk laut terminal peti kemas • Kegiatan
Balikpap • Pembudidayaan ikan • Pembangunan pembuatan mesin-
an dan untuk kepentingan terminal curah mesin
Kabel industri kering utama/pembantu
Bawah • Usaha budidaya • Pemasangan
Laut perikanan terapung fasilitas mesin
Koridor (jaring apung dan kalor
Panajam- pen system seluas ≥ • Kegiatan Instalasi
WP 5 Ha dengan jumlah Pembangkit Listrik
Balikpap 1000 unit. Tenaga Arus Laut
an • Pengangkutan ikan
(PLTAL)
(Kepmen hasil budidaya
KP 14 dengan Kapal • Pembangunan
2021) Pengangkut Ikan FPSO (Floating
Hidup Berbendera Production Storage
KPU- Kawasan Kab. Selat 309.5 116° 1° 26'
Indonesia and Offloading)
PT-01 Perikana Penajam Makassar 1 46' 12.24
• Pengangkutan ikan • Eksplorasi mineral
n Paser Utara , Kab. 11.42 9" S
Penajam 6" E hasil budidaya logam, mineral
Paser dengan Kapal bukan logam,
Utara nelayan kecil batuan, batubara,
dan Pipa • Budidaya Ikan hasil mineral radioaktif
Bawah rekayasa genetik • Kegiatan pengujian
Laut
kapal
Koridor
- 101 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
Tanjung • Pemasangan perikanan/perahu
Jumala- rumpon perairan ikan bermotor
Offshore dalam • Penangkapan ikan
Teluk • Pemasangan menggunakan Long
Balikpap rumpon perairan line (rawai Tuna)
an dan dangkal • Penangkapan ikan
Kabel • Pengangkutan ikan menggunakan Gill
Bawah hasil penangkapan
Laut Net (Jaring insang)
dengan Kapal
Koridor Pengangkut Ikan dan sejenisnya
Panajam- Hidup Berbendera • Penangkapan ikan
WP Indonesia menggunakan
Balikpap • Penangkapan ikan seine nets dan
an menggunakan Squid sejenisnya
(Kepmen Jigging
KP 14 • Penangkapan ikan
• Penangkapan ikan
2021) menggunakan Long
menggunakan
KPU- Kawasan Kab. Selat 1,980 116° 1° 24' bag set net (jaring
Pancing Rawai
PT-02 Perikana Penajam Makassar .83 47' 25.33 kantong besar)
Dasar
n Paser Utara , Kab. 30.93 3" S • Penangkapan ikan
Penajam 2" E • Penangkapan ikan
menggunakan Long menggunakan
Paser Bagan Apung
Utara line (rawai Tuna)
• Penangkapan ikan • Pengambilan
KPU- Kawasan Kab. Selat 492.0 116° 1° 24' barang-barang
menggunakan Pole
PT-02 Perikana Penajam Makassar 6 48' 49.18 purbakala
dan line
n Paser Utara , Kab. 24.64 2" S • Pengambilan
• Penangkapan ikan
Penajam 3" E barang- barang
menggunakan
Paser selain barang
Bubu/Muroami dan
Utara purbakala
sejenisnya
dan
• Penangkapan ikan • Pengangkutan ikan
Kabel
menggunakan hasil
Bawah
Bouke Ami • budidaya dengan
Laut
• Penelitian dan Kapal Pengangkut
Koridor
pengembangan Ikan Hidup
Panajam-
perikanan Kegiatan Berbendera Asing
WP
pengujian kapal • Pemasangan
Balikpap
perikanan/perahu Keramba Jaring
an
ikan bermotor Apung
(Kepmen
- 102 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
KP 14 • Penarikan (Towing) • Pengangkutan ikan
2021) • Pengapungan hasil penangkapan
KPU- Kawasan Kab. Selat 118.4 116° 1° 23' (refloating) dengan Kapal
PT-02 Perikana Penajam Makassar 4 46' 29.20 • Pemanfaatan dan Pengangkut Ikan
n Paser Utara , Kab. 14.33 3" S pengambilan air laut Hidup Berbendera
Penajam 2" E untuk kegiatan Asing
Paser budidaya • Bongkar muat ikan
Utara • Pengangkutan ikan
dan Pipa hasil penangkapan
Bawah dengan Kapal
Laut Pengangkut Ikan
Koridor Hidup Berbendera
Tanjung Asing
Jumala- • Eksplorasi mineral
Offshore logam, mineral
Teluk bukan logam
Balikpap batuan, batubara,
an mineral radioaktif
(Kepmen • Pembangunan
KP 14 FPSO (Floating
2021) Production Storage
KPU- Kawasan Kab. Selat 735.4 116° 1° 22' and Offloading)
PT-03 Perikana Penajam Makassar 2 45' 25.18 • Pengerukan
n Paser Utara , Kab. 1.634 6" S perairan dengan
Penajam "E capital dredging
Paser • Pembangunan
Utara anjungan/platform
migas
KPU- Kawasan Kab. Selat 459.3 459.3 1° 22'
PT-03 Perikana Penajam Makassar 8 8 52.56 • Pembangunan
n Paser Utara , Kab. 7" S Floating Storage
Penajam Offloading (FSO)
Paser • Pembangunan
Utara Fasilitas Terapung
dan Pipa (Floating Facility)
Bawah Migas: Mooring
Laut • Eksploitasi (Operasi
Koridor Produksi) Mineral
Tanjung bukan logam atau
Jumala- mineral batuan
- 103 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
Offshore • Eksploitasi (Operasi
Teluk Produksi) Mineral
Balikpap radioaktif
an • Pengolahan &
(Kepmen Pemurnian
KP 14 Batubara
2021) • Pengolahan &
KPU- Kawasan Kota Selat 7,608 117° 1° 22' Pemurnian Mineral
PT-04 Perikana Balikpapan Makassar .22 2' 46.48 logam
n -Kota 34.11 5" S • Pengolahan &
Balikpap 9" E Pemurnian Mineral
an bukan logam atau
KPU- Kawasan Kota Selat 1,245 116° 1° 18' mineral batuan
PT-04 Perikana Balikpapan Makassar .33 59' 22.44 • Pengolahan &
n -Kota 8.727 5" S Pemurnian Mineral
Balikpap "E radioaktif
an dan • Penempatan tailing
Kabel (bahan yang
Bawah tertinggal setelah
Laut pemisahan fraksi)
Balikpap di bawah laut
an-Doda • Pembangunan
(Sulawesi Terminal
Barat) Regasifikasi LNG
(Kepmen • Pembakaran Gas
KP 14 Suar Bakar
2021) (Flaring)
KPU- Kawasan Kota Selat 1,626 117° 1° 21' • Pemusnahan
PT-04 Perikana Balikpapan Makassar .07 1' 19.12 handak migas
n -Kota 21.20 4" S • Kegiatan Instalasi
Balikpap 2" E Pembangkit Listrik
an dan Tenaga Arus Laut
Pipa (PLTAL)
Bawah • Pemasangan
Laut fasilitas mesin
Koridor kalor
Tanjung • Eksplorasi energi
Jumala- OTEC
Offshore • Penanaman kabel
- 104 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
Teluk • Pembangunan
Balikpap kabel
an telekomunikasi
(Kepmen Local Port Service
KP 14 (LPS)
2021) • Penanaman dan
KPU- Kawasan Kota Selat 100.3 116° 1° 16' atau pemancangan
PT-04 Perikana Balikpapan Makassar 2 58' 20.78 kabel atau tiang
n -Kota 49.58 2" S serta sarana di laut
Balikpap 5" E • Pembangunan
an dan Sarana Bantu
Pipa Navigasi Pelayaran
Bawah (SBNP)
Laut • Penetapan tempat
Koridor labuh
Tanjung • Penetapan tempat
Jumala- alih muat antar
Offshore kapal
Teluk • Pembangunan
Balikpap Kolam pelabuhan
an dan untuk kebutuhan
Kabel sandar dan olah
Bawah gerak kapal
Laut • Pembangunan
Koridor terminal
Panajam- • Pembangunan
WP terminal ro-ro
Balikpap • Pembangunan
an Tempat perbaikan
(Kepmen kapal
KP 14
2021)
- 105 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
KPU- Kawasan Kota Selat 5,378 116° 1° 18' • Penempatan kapal
PT-04 Perikana Balikpapan Makassar .53 58' 3.479 mati
n , Kota 59.46 "S • Pembangunan TPI
Balikpap 5" E • Pembangunan
an breakwater
(pemecah
gelombang)
• Pembangunan
turap (revetment)
KPU- Kawasan Kota Pipa 213.3 117° 1° 20' • pembangunan
PT-05 Perikana Balikpapan Bawah 6 7' 59.93 groin;
n Laut 29.61 4" S • Uji coba kapal
Koridor 9" E • Usaha pelayanan
Sepingga perbaikan dan
n/Balikp pemeliharaan kapal
apan- perikanan :
Offshore dock/slipway,
(Kepmen bengkel dan tempat
KP 14 perbaikan jaring;
2021) • Usaha pelayanan
Pipa Gas logistik dan
Mubada perbekalan kapal
Petrolium perikanan
• Usaha bongkar
KPU- Kawasan Kota Selat 5,481 117° 1° 19'
muat barang :
PT-05 Perikana Balikpapan Makassar .87 2' 17.67
pengemasan,
n -Kota 52.88 9" S
penumpukan, dan
Balikpap 1" E
penyimpanan di
an
pelabuhan
KPU- Kawasan Kota Selat 150.1 117° 1° 19' • Usaha tally mandiri
PT-05 Perikana Balikpapan Makassar 7 7' 58.01 : kegiatan
n -Kota 41.25 5" S cargodoring,
Balikpap 0" E receiving/delivery,
an dan stuffing, dan
ipa stripping peti
Bawah kemas bagi
Laut kepentingannya
Koridor sendiri.
Sepingga
- 106 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
n/Balikp • Pembangunan dan
apan- pengoperasian
Offshore Jetty
dan • Pengoperasian
Kabel Pelabuhan
Bawah • Pengumpan
Laut Regional dan Lokal
Balikpap • Pengerukan di
an-Doda wilayah perairan
(Sulawesi Pelabuhan
Barat) Pengumpan
(Kepmen Regional dan Lokal
KP 14 • Usaha angkutan
2021) laut badan usaha
KPU- Kawasan Kota Selat 3,320 117° 1° 17' pada lintas
PT-05 Perikana Balikpapan Makassar .95 2' 20.58 pelabuhan antar
n -Kota 55.88 8" S kab/kota dalam
Balikpap 2" E Provinsi
an dan • Usaha angkutan
Kabel laut pelayaran
Bawah rakyat atau badan
Laut usaha pada lintas
Balikpap pelabuhan antar
an-Doda kab/kota dalam
(Sulawesi Provinsi , antar
Barat) provinsi dan
(Kepmen pelabuhan
KP 14 internasional
2021) • Usaha jasa
KPU- Kawasan Kota Selat 70.9 116° 1° 15' angkutan perairan
PT-05 Perikana Balikpapan Makassar 56' 32.94 pelabuhan
n -Kota 36.51 7" S • Usaha jasa
Balikpap 3" E penyewaan
an dan peralatan angkutan
Kabel laut
Bawah • Pengelolaan (TUKS)
Laut di dalam
Koridor DLKR/DLKP
Panajam- pelabuhan
- 107 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
WP pengumpan
Balikpap regional.
an • Operasi Kapal
(Kepmen Angkutan
KP 14 Penyeberangan
2021) Dalam Provinsi
KPU- Kawasan Kota Selat 293.8 116° 1° 15' • Kegiatan
PT-05 Perikana Balikpapan Makassar 1 56' 22.46 penerbangan diatas
n -Kota 53.71 2" S alur kepulauan
Balikpap 6" E • Penetapan rute
an dan pelayaran
Kabel internasional
Bawah • Kegiatan berlabuh
Laut jangkar kecuali
Koridor dalam keadaan
Panajam- force majeure oleh
WP kapal asing
Balikpap • Pembangunan dan
an dan pengoperasian
Kabel terminal khusus
Bawah • Pengangkutan dan
Laut penjualan Garam
Balikpap • Pembangunan
an-Doda Fasilitas
(Kepmen Infrastruktur
KP 14 (Saluran Primer,
2021) Sekunder dan
KPU- Kawasan Kota Selat 208.1 116° 1° 15' pantai air)
PT-05 Perikana Balikpapan Makassar 5 58' 23.59 • Industri
n -Kota 15.84 4" S penggaraman
Balikpap 7" E • Kegiatan Industri
an dan Galangan Kapal
Kabel dengan sistem
Bawah Graving Dock
Laut Kapal
Mamuju- • Pembangunan
Balikpap industri yang
an terintegrasi dengan
(Kepmen pelabuhan
- 108 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
KP 14 • Kegiatan pekerjaan
2021). penyelaman (diving
Kabel works dalam
IGG rangka industri
KPU- Kawasan Kota Selat 979.7 117° 1° 16' maritim).
PT-05 Perikana Balikpapan Makassar 9 1' 24.07 • Kegiatan
n -Kota 53.56 5" S membantu
Balikpap 0" E pekerjaan teknis
an dan terhadap kapal-
Kabel kapal yang masih
Bawah mengapung tetapi
Laut sedang mendapat
Mamuju- malapetaka
Balikpap • Pengintroduksian
an organisme hasil
(Kepmen rekayasagenetika
KP 14 ke lingkungan
2021). • Pembangunan
Kabel stasiun pengisian
Tsunami bahan bakar
BPPT nelayan
KPU- Kawasan Kota Selat 39.32 116° 1° 15' • Kegiatan
PT-05 Perikana Balikpapan Makassar 58' 46.70 pendalaman dan
n -Kota 59.09 8" S pelebaran alur
Balikpap 4" E pelayaran
an dan • Pembangunan
Pipa dermaga perikanan
Bawah • Pembangunan dan
Laut pengoperasian
Koridor terminal khusus
Tanjung • salvage;
Jumala- • kegiatan
Offshore penggelaran/pemas
Teluk angan kabel/pipa
Balikpap bawah laut;
an • Latihan militer
(Kepmen • Pemasangan pipa
KP 14 intake dan outake
2021)
- 109 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
KPU- Kawasan Kota Selat 223.9 116° 1° 15' industri dan
PT-05 Perikana Balikpapan Makassar 2 59' 7.458 perikanan
n -Kota 22.39 "S • Pemasangan
Balikpap 4" E Belat/Jermal
an dan
Pipa
Bawah
Laut
Koridor
Tanjung
Jumala-
Offshore
Teluk
Balikpap
an dan
Kabel
Bawah
Laut
Balikpap
an-Doda
(Sulawesi
Barat)
(Kepmen
KP 14
2021)
KPU- Kawasan Kota Pipa 1,128 117° 1° 17'
PT-06 Perikana Balikpapan Bawah .88 8' 1.352
n Laut 21.67 "S
Koridor 5" E
Sepingga
n/Balikp
apan-
Offshore
(Kepmen
KP 14
2021)
Pipa Gas
Mubada
Petrolium
- 110 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
KPU- Kawasan Kota Selat 3,900 117° 1° 16'
PT-06 Perikana Balikpapan Makassar .68 6' 16.37
n -Kota 52.88 9" S
Balikpap 4" E
an
KPU- Kawasan Kota Selat 918.5 117° 1° 12'
PT-06 Perikana Balikpapan Makassar 2 0' 0.862
n -Kota 43.90 "S
Balikpap 7" E
an dan
Pipa
Bawah
Laut
Koridor
Tanjung
Jumala-
Offshore
Teluk
Balikpap
an
(Kepmen
KP 14
2021)
KPU- Kawasan Kota Selat 1,247 117° 1° 12'
PT-06 Perikana Balikpapan Makassar 1.61 2' 58.05
n , Kota 58.44 0" S
Balikpap 0" E
an-Kab.
Kutai
Kartaneg
ara
KPU- Kawasan Kota Selat 4,457 117° 1° 14'
PT-07 Perikana Balikpapan Makassar .35 11' 48.07
n -Kota 51.60 2" S
Balikpap 8" E
an
- 111 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
KPU- Kawasan Kab. Kutai Muara 2,039 117° 1° 4'
PT-08 Perikana Kartanegara Mahaka .77 28' 7.622
n m, Selat 21.43 "S
Makassar 0" E
-Kab.
Kutai
Kartaneg
ara
KPU- Kawasan Kab. Kutai Pipa 644.0 117° 1° 3'
PT-08 Perikana Kartanegara Bawah 7 29' 33.15
n Laut 20.55 5" S
Koridor 0" E
Kutai
Kertaneg
ara-
Offshore
Eni
(Kepmen
KP 14
2021)
Pipa Gas
ENI
Muara
Bakau
KPU- Kawasan Kab. Kutai Muara 51,78 117° 0° 52'
PT-09 Perikana Kartanegara Mahaka 4.67 37' 59.12
n m, Selat 12.71 3" S
Makassar 7" E
-Kab.
Kutai
Kartaneg
ara
KPU- Kawasan Kab. Kutai Muara 1,377 117° 0° 46'
PT-09 Perikana Kartanegara Mahaka .13 42' 55.76
n m, Selat 51.40 4" S
Makassar 8" E
-Kab.
Kutai
Kartaneg
- 112 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
ara dan
Pipa
Bawah
Laut
Koridor
Muara
Delta
Mahaka
m-Pesisir
Delta
Mahaka
m
(Kepmen
KP 14
2021)
KPU- Kawasan Kab. Kutai Pelabuha 3,015 117° 0° 50'
PT-09 Perikana Kartanegara n .40 40' 44.13
n Samarind 59.84 8" S
a, Muara 5" E
Mahaka
m-Kab.
Kutai
Kartaneg
ara dan
Pipa
Bawah
Laut
Koridor
Muara
Delta
Mahaka
m-Pesisir
Delta
Mahaka
m
(Kepmen
KP 14
2021)
- 113 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
KPU- Kawasan Kab. Kutai Muara 39,18 117° 0° 30'
PT-10 Perikana Kartanegara Mahaka 4.42 45' 37.40
n m, Selat 26.66 7" S
Makassar 3" E
-Kab.
Kutai
Kartaneg
ara
KPU- Kawasan Kab. Kutai Muara 630.9 117° 0° 20'
PT-10 Perikana Kartanegara Mahaka 6 46' 17.38
n m, Selat 38.65 5" S
Makassar 2" E
-Kab.
Kutai
Kartaneg
ara dan
Pipa
Bawah
Laut
Koridor
Bontang-
Offshore
(Kepmen
KP 14
2021)
KPU- Kawasan Kab. Kutai Muara 2,467 117° 0° 35'
PT-10 Perikana Kartanegara Mahaka .72 44' 48.26
n m, Selat 29.62 2" S
Makassar 5" E
-Kab.
Kutai
Kartaneg
ara dan
Pipa
Bawah
Laut
Koridor
Muara
Delta
- 114 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
Mahaka
m-Pesisir
Delta
Mahaka
m
(Kepmen
KP 14
2021)
dan Pipa
Bawah
Laut
Koridor
Bontang-
Offshore
(Kepmen
KP 14
2021)
KPU- Kawasan Kab. Kutai Selat 1,850 117° 0° 13'
PT-11 Perikana Kartanegara Makassar 5.18 30' 15.80
n -Kab. 7.268 7" S
Kutai "E
Kartaneg
ara
KPU- Kawasan Kab. Kutai Selat 3,863 117° 0° 7'
PT-11 Perikana Kartanegara Makassar .32 33' 19.92
n -Kab. 15.33 7" S
Kutai 1" E
Kartaneg
ara dan
Pipa
Bawah
Laut
Koridor
Bontang-
Offshore
(Kepmen
KP 14
2021)
- 115 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
KPU- Kawasan Kab. Kutai Selat 1,596 117° 0° 8'
PT-12 Perikana Kartanegara Makassar .51 32' 1.316
n -Kab. 29.96 "S
Kutai 8" E
Kartaneg
ara
KPU- Kawasan Kab. Kutai Selat 14,88 117° 0° 6'
PT-13 Perikana Kartanegara Makassar 0.69 37' 25.91
n -Kab. 48.35 4" S
Kutai 3" E
Kartaneg
ara
KPU- Kawasan Kab. Kutai Selat 504.1 117° 0° 6'
PT-13 Perikana Kartanegara Makassar 1 35' 31.98
n -Kab. 46.19 6" S
Kutai 5" E
Kartaneg
ara dan
Pipa
Bawah
Laut
Koridor
Bontang-
Offshore
(Kepmen
KP 14
2021)
KPU- Kawasan Kab. Kutai Selat 716.5 117° 0° 4'
PT-14 Perikana Kartanegara Makassar 9 30' 21.08
n -Kab. 56.79 1" S
Kutai 6" E
Kartaneg
ara
KPU- Kawasan Kab. Kutai Selat 1,677 117° 0° 4'
PT-15 Perikana Kartanegara Makassar .64 35' 6.596
n -Kab. 15.57 "S
Kutai 3" E
- 116 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
Kartaneg
ara
KPU- Kawasan Kab. Kutai Selat 89.24 117° 0° 0'
Perikana Kartanegara- Makassar 33' 7.858
PT-15 n Kota -Kab. 11.29 "S
Bontang Kutai 1" E
Kartaneg
ara-Kota
Bontang
KPU- Kawasan Kab. Kutai Selat 79,83 117° 0° 10'
Perikana Kartanegara- Makassar 4.35 40' 38.80
PT-15 n Kota -Kab. 55.89 7" N
Bontang Kutai 7" E
Kartaneg
ara dan
Pipa
Bawah
Laut
Koridor
Bontang-
Offshore
(Kepmen
KP 14
2021)
KPU- Kawasan Kab. Kutai Selat 8,416 117° 0° 2'
Perikana Timur Makassar .59 35' 30.12
PT-15 n -Kab. 52.93 0" S
Kutai 9" E
Kartaneg
ara dan
Pipa
Bawah
Laut
Koridor
Bontang-
Offshore
(Kepmen
KP 14
2021)
- 117 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
KPU- Kawasan Kab. Kutai Selat 2651. 117° 0° 23'
Perikana Timur Makassar 13 41' 28.63
PT-15 n -Kab. 17.02 4" N
Kutai 3" E
Timur
KPU- Kawasan Kota Selat 263.5 117° 0° 21'
Perikana Bontang- Makassar 5 34' 50.02
PT-15 n Kab. Kutai -Kab. 1.318 9" N
Timur Kutai "E
Timur
dan Pipa
Bawah
Laut
Koridor
Bontang-
Offshore
(Kepmen
KP 14
2021)
KPU- Kawasan Kota Selat 13,69 117° 0° 16'
Perikana Bontang Makassar 3.96 34' 19.09
PT-15 n -Kota 37.81 5" N
Bontang- 5" E
Kab.
Kutai
Timur
KPU- Kawasan Kota Teluk 3805. 117° 0° 6'
Perikana Bontang Bontang- 03 32' 55.01
PT-15 n Kota 46.34 9" N
Bontang 0" E
KPU- Kawasan Kab. Kutai Teluk 2631. 117° 0° 4'
Perikana Kartanegara Bontang- 63 37' 18.27
PT-15 n Kota 32.07 6" N
Bontang 0" E
dan Pipa
Bawah
Laut
Koridor
- 118 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
Bontang-
Offshore
(Kepmen
KP 14
2021)
KPU- Kawasan Kab. Kutai Selat 1,891 117° 0° 1'
PT-16 Perikana Kartanegara Makassar .25 32' 30.21
n -Kab. 3.216 9" S
Kutai "E
Kartaneg
ara-Kota
Bontang
KPU- Kawasan Kab. Kutai Selat 187.5 117° 0° 1'
PT-16 Perikana Kartanegara Makassar 3 32' 30.19
n -Kab. 5.992 4" S
Kutai "E
Kartaneg
ara dan
Pipa
Bawah
Laut
Koridor
Bontang-
Offshore
(Kepmen
KP 14
2021)
KPU- Kawasan Kota Teluk 2,103 117° 0° 3'
PT-17 Perikana Bontang Bontang- .73 31' 20.87
n Kota 23.08 2" N
Bontang 3" E
KPU- Kawasan Kota Teluk 117° 0° 4'
PT-18 Perikana Bontang Bontang- 787.4 29' 14.61
n Kota 5 39.03 8" N
Bontang 6" E
KPU- Kawasan Kab. Kutai Selat 12,37 117° 0° 25'
PT-19 Perikana Timur Makassar 2.53 41' 26.50
n -Kab. 3" N
- 119 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
Kutai 29.92
Timur 6" E
KPU- Kawasan Kab. Kutai Selat 70.31 117° 0° 28'
PT-19 Perikana Timur Makassar 36' 57.72
n -Kab. 38.30 1" N
Kutai 8" E
Timur
dan
Kabel
Bawah
Laut
Koridor
Sanggata
-Palu
(Kepmen
KP 14
2021):
namkab
Jaka2Lad
ema
KPU- Kawasan Kab. Kutai Selat 1307. 117° 0° 25'
PT-20 Perikana Timur Makassar 19 47' 48.05
n -Kab. 20.69 5" N
Kutai 3" E
TImur
KPU- Kawasan Kab. Kutai Laut 737,5 118° 1° 5'
PT-21 Perikana Timur-Kab. Sulawesi- 49.08 33' 56.85
n Berau Kab. 0.849 8" N
Kutai "E
Timur-
Kab.
Berau
KPU- Kawasan Kab. Kutai Selat 18,62 117° 0° 39'
PT-21 Perikana Timur Makassar 0.06 45' 15.00
n -Kab. 21.53 7" N
Kutai 7" E
Timur
- 120 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
KPU- Kawasan Kab. Kutai Selat 2,381 117° 0° 27'
PT-21 Perikana Timur Makassar .91 43' 34.28
n -Kab. 16.87 4" N
Kutai 0" E
Timur
dan
Kabel
Bawah
Laut
Koridor
Sanggata
-Palu
(Kepmen
KP 14
2021):
namkab
Jaka2Lad
ema
KPU- Kawasan Kab. Kutai Selat 13,19 118° 0° 49'
PT-21 Perikana Timur Makassar 5.76 39' 45.95
n , Kab. 41.92 1" N
Kutai 7" E
Timur
KPU- Kawasan Kab. Kutai Teluk 15,31 117° 0° 45'
PT-21 Perikana Timur Sangkulir 1.3 58' 34.88
n ang-Selat 40.90 0" N
Makassar 3" E
-Kab.
Kutai
Timur
KPU- Kawasan Kab. Kutai Teluk 15,05 118° 0° 50'
PT-21 Perikana Timur Sangkulir 4.87 8' 26.63
n ang, Kab. 30.56 2" N
Kutai 7" E
Timur
KPU- Kawasan Kab. Kutai Tg. 2,476 118° 0° 58'
PT-21 Perikana Timur Mangkali .7 57' 22.76
n hat, Kec. 4" N
- 121 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
Sandaran 22.90
-Kab. 8" E
Kutai
Timur
dan Kec.
Biduk-
Biduk-
Kab.
Berau
KPU- Kawasan Kab. Berau Laut 25,31 118° 1° 54'
PT-22 Perikana Sulawesi- 49.27 18' 20.55
n Kab. 31.87 6" N
Berau 0" E
KPU- Kawasan Kab. Berau Muara 89.96 118° 2° 16'
PT-23 Perikana Berau, 14' 15.86
n Laut 38.86 7" N
Sulawesi- 8" E
Kab.
Berau
dan
Kabel
Bawah
Laut
Koridor
Berau-
Berau
(Kepmen
KP 14
2021):
namkab
IGG
KPU- Kawasan Kab. Berau Muara 45,81 118° 2° 6'
PT-23 Perikana Berau, 3.69 4' 51.01
n Laut 58.85 8" N
Sulawesi- 4" E
Kab.
Berau
- 122 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
KPU- Kawasan Kab. Berau Muara 5,745 118° 2° 6'
PT-23 Perikana Berau, .15 7' 53.85
n Laut 38.25 4" N
Sulawesi- 0" E
Kab.
Berau
dan
Kabel
Bawah
Laut
Koridor
Berau-
Berau
(Kepmen
KP 14
2021):
namkab
IGG
KPU- Kawasan Kab. Berau Kabel 2635. 118° 2° 12'
PT-23 Perikana IGG Dari 07 7' 56.21
n dan Ke P. 22.09 0" N
Derawan 1" E
Kab.
Berau
(Jalur
Segmen
S14.3
Mangkaja
ng-BU7A)
KPU- Kawasan Kab. Berau Laut 121,8 118° 2° 24'
PT-24 Perikana Sulawesi- 31.92 13' 41.99
n Kab. 42.58 5" N
Berau 0" E
KPU- Kawasan Kab. Berau Laut 1,091 118° 2° 17'
PT-24 Perikana Sulawesi- .75 18' 20.41
n Kab. 56.17 8" N
Berau 2" E
dan
Kabel
- 123 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
Bawah
Laut
Koridor
Berau-
Berau
(Kepmen
KP 14
2021):
namkab
IGG
KPU- Kawasan Kab. Berau Laut 13,61 118° 2° 24'
PT-25 Perikana Sulawesi- 0 29' 52.18
n Kab. 15.73 5" N
Berau 9" E
KPU- Kawasan Kab. Berau KSNT P. 22,39 118° 2° 27'
PT-26 Perikana Maratua 7.93 35' 5.675
n dan P. 27.50 "N
Sambit: 7" E
Laut
Sulawesi-
Kab.
Berau
KPU- Kawasan Kab. Berau KSNT P. 72,83 118° 2° 14'
PT-27 Perikana Maratua 3.45 46' 0.780
n dan P. 44.17 "N
Sambit: 8" E
Laut
Sulawesi-
Kab.
Berau
KPU- Kawasan Kab. Berau KSNT P. 1,691 118° 2° 24'
PT-27 Perikana Maratua .71 38' 59.97
n dan P. 54.67 0" N
Sambit: 2" E
Laut
Sulawesi-
Kab.
Berau
- 124 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
dan
Kabel
Bawah
Laut
Koridor
Berau-
Berau
(Kepmen
KP 14
2021):
namkab
IGG
KPU- Kawasan Kab. Berau P. 5,019 118° 2° 13'
PT-28 Perikana Maratua, .87 37' 4.861
n Kec. 44.64 "N
Maratua- 2" E
Kab.
Berau
KPU- Kawasan Kab. Berau Laut 44,10 119° 1° 54'
PT-29 Perikana Sulawesi- 5.34 4' 15.18
n Kab. 21.52 1" N
Berau 8" E
KPU- Kawasan Kab. Berau Laut 6,033 119° 1° 45'
PT-30 Perikana Sulawesi- .82 12' 56.41
n Kab. 35.69 2" N
Berau 8" E

Zona KPU- Kawasan Kab. Paser Telu 278. 116 1° • Usaha wisata • Usaha wisata • Usaha wisata
5. Perikanan BD-01 Perikana k 81 ° 45' edukasi selancar dayung
Budi Daya n Adan 17' 42. • Usaha pelayanan • Pelatihan perang • Penanaman Pipa
g, 4.26 68 jasa pemanduan dengan diameter diatas 100
Kec. 9" E 1" S kapal menggunakan cm
Kuar • Pengangkutan ikan amunisi oleh kapal • Penanaman Pipa 0-
o- hasil penangkapan asing 20 cm
Kab.
dengan Kapal • Reklamasi di
Paser wilayah perairan
- 125 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
KPU- Kawasan Kab. Paser Teluk 2,23 116 1° Pengangkut Ikan pelabuhan • kegiatan
BD-02 Perikana Adang 1.09 ° 40' Hidup Berbendera Pengumpan penggelaran/pemas
n , Kec. 26' 8.1 Indonesia Regional dan Lokal an gan kabel/pipa
Long 5.2 30 " • Penangkapan ikan
• Pengangkutan ikan bawah laut;
Kali 04 " S menggunakan Long
hasil budidaya • Pembangunan
dan E line (rawai Tuna)
dengan kapal stasiun pengisian
Long nelayan kecil • Kegiatan pengujian
bahan bakar
Ikis- • Pengambilan kapal
nelayan
Kab. perikanan/perahu
sumber daya laut • Kegiatan budidaya
Paser ikan bermotor
non ikan untuk biota laut untuk
KPU- Kawasan Kab. Pan 308. 116 1° • Pengangkutan kepentingan
BD-03 Perikana Penajam tai 90 ° 27' kepentingan
ekonomi mineral logam, industri
n Paser Utara Bab 33' 48. Biofarmakologi
ulu, 27. 92 • Pengangkutan ikan mineral bukan
/Bioteknologi Laut
Kec. 68 3" S hasil budidaya logam, batuan,
• Kegiatan perbaikan
Babul 8" E dengan kapal batubara, mineral
atau pemeliharaan
u- radioaktif
pengangkut ikan kapal/alat-alat
Kab. • Eksploitasi terapung saja
hidup berbendera
PPU (Operasi Produksi) • Kegiatan
indonesia
KPU- Kawasan Kab. Pan 240. 116 1° Mineral logam pembuatan
° 25' • Usaha dermaga
BD- Perikana Penajam tai 03 kapal/alat
wisata • Eksploitasi
04 n Paser Utara Api- 35' 53. terapung saja
Api, 53. 62 • Usaha kegiatan (Operasi Produksi)
• Konstruksi
Kec. 53 hiburan dan Mineral logam
8" S Pertambangan
Waru- rekreasi • Pembangunan
0" E Garam
Kab. • Usaha jasa
terminal curah • Kegiatan berlabuh
PPU perjalanan wisata
CAIR jangkar kecuali
• Usaha wisata
KPU- Kawasan Kab. Pan 22.9 116 1° • Usaha angkutan dalam keadaan
tontonan
BD- Perikana Penajam tai 6 ° 26' laut wisata dalam force majeure oleh
• Usaha wisata alam
04 n Paser Utara Api- 34' 26. negeri kapal asing
perairan
Api, 56. 85 • Usaha angkutan • Kegiatan
• Jasa Wisata Tirta
Kec. 85 1" S laut internasional penerbangan diatas
(bahari)
Waru 9" E wisata alur kepulauan
• Pengambilan
- • Pengambilan • Pengoperasia
foto/video bawah
Kab. terumbu karang Pelabuhan
laut
PPU Pengumpan
dan Regional dan Lokal
Kabel
- 126 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
Bawa • Penanaman • Penangkapan ikan • Pembangunan dan
h tanaman bakau dengan kapasitas pengoperasian
Laut dan nipah kapal ≥ 30GT cement grinding
Korid • Budidaya mangrove • Pelepasan jangkar plant dan cement
or • Usaha budidaya • Pemasangan packing plant
Panaj perikanan terapung rumpon perairan • Usaha bongkar
am- (Jaring apung) dalam muat barang :
WP • Penangkapan ikan • Pemasangan pengemasan,
Balik menggunakan Pole rumpon perairan penumpukan, dan
pap dangkal penyimpanan di
dan line
an • Bongkar muat ikan pelabuhan
(Kep • Perlindungan
• Penangkapan ikan • Pembangunan
men keanekaragaman
menggunakan dermaga perikanan
KP hayati;
pukat hela • Usaha pelayanan
14 • Penyelamatan dan
(trawls), perbaikan dan
2021) perlindungan
payang,cantrang, pemeliharaan kapal
lingkungan
KPU- Kawasan Kab. Teluk 243 116 1° jaring lampara, perikanan :
• Penelitian kegiatan
BD- Perikana Penajam Balikpa .0 ° 18' dogol, dan
konservasi dock/slipway,
05 n Paser Utara p an, 3 45' 44. sejenisnya
• Pendidikan bengkel dan tempat
Kec. 57. 35 • Penangkapan ikan
kegiatan konservasi perbaikan jaring;
Penajam 98 7" S menggunakan
• Survei dan/atau • Penetapan alur
- Kab. 2" E seine nets dan
penelitian ilmiah pelayaran dari dan
PPU sejenisnya
• Pemungutan hasil ke pelabuhan
KPU- Kawasan Kota P. 25.0 116 1° 6' • Penangkapan ikan
hutan bukan kayu perikanan
BD- Perikana Balikpapan Balang 1 ° 54. menggunakan Long
pada hutan • Pembangunan
06 n Teluk 43' 61 bag set net (jaring
mangrove (madu; terminal Roro
Balikpa 5.31 7" S kantong besar)
getah;daun; buah
p an - 6" E • Penangkapan ikan • Pembangunan
dan biji; tanin;ikan;
Kab. menggunakan terminal curah
hasil hutan bukan
Penajam Squid Jigging kering
kayu lainnya)
Paser • Penangkapan ikan • Pembangunan
• Usaha
Utara menggunakan Long terminal peti kemas
pembudidayaan
dan line (rawai Tuna) • Pembangunan,
ikan laut
Kota • Penangkapan ikan pemindahan,
• Pembudidayaan
Balikpa menggunakan dan/atau
ikan untuk
p an Bouke Ami pembongkaran
- 127 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
KPU- Kawasan Kota Panta 176. 116 1° kepentingan • Kegiatan pengujian bangunan atau
BD- Perikana Balikpapan i 24 ° 14' industri kapal instalasi pipanisasi
07 n Mang 57' 0.31 • Usaha budidaya perikanan/perahu di perairan
gar, 54. 5" S perikanan terapung ikan bermotor • Kegiatan Instalasi
Kec. 97 (jaring apung dan • Pengangkutan Pembangkit Listrik
Balik 9" E pen system seluas mineral logam, Tenaga Arus Laut
pap ≥ 5 Ha dengan mineral bukan (PLTAL)
an jumlah 1000 unit. logam, batuan,
Timu • Pengambilan batubara, mineral • Pemasangan
r- sumber daya laut radioaktif fasilitas turbin
generator energi
Kota non ikan untuk • Pengerukan
Balik kepentingan • Pengolahan dan
perairan dengan
pap ekonomi capital dredging Pemurnian mineral
• Pembudidayaan logam
an • Pengerukan
sumber daya laut perairan laut • Pembangunan
KPU- Kawasan Kota Panta 338. 117 1° 9' Floating Storage
BD- Perikana Balikpapan i 20 ° 58. non ikan untuk dengan capital
kepentingan dredging yang Offloading (FSO)
08 n Lama 1' 75 • Eksplorasi mineral
ru, 16. ekonomi memotong material
5" S
• Pengangkutan ikan karang dan/atau logam, mineral
Kec. 35
Balik 6" E hasil budidaya batu bukan logam,
pap dengan Kapal • Kegiatan batuan, batubara,
an Pengangkut Ikan pengumpulan, mineral radioaktif
Timu Hidup Berbendera pemanfaatan, • Pembangunan
r- Indonesia pengolahan,
FPSO (Floating
Kota • Pengangkutan ikan pembuangan, dan
hasil budidaya penimbunan Production Storage
Balik
pap dengan Kapal limbah B3 and Offloading)
an nelayan kecil • Kegiatan • Pembangunan
• Budidaya Ikan pengumpulan, Fasilitas Terapung
KPU- Kawasan Kota Tanj 86.6 117 0° 2'
hasil rekayasa pemanfaatan, (Floating Facility)
BD- Perikana Bontang ung 1 ° 50.
genetik pengolahan,
09 n Man 31' 30 Migas: Mooring
• Pemasangan pembuangan, dan
ukm 12. 2" N • Usaha wisata selam
Keramba Jaring penimbunan
anuk 23 • Usaha wisata
Apung limbah non B3
an, 1" E memancing
• Pengangkutan ikan • Pembangunan
Kec. • Usaha wisata
hasil penangkapan FPSO (Floating
Bont olahraga tirta
dengan Kapal Production Storage
ang
Pengangkut Ikan and Offloading)
Selat
- 128 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
an- Hidup Berbendera • Pembangunan • Usaha wisata
Kota Indonesia PLTU ekstrim (beresiko
Bontang • Penelitian dan • Kegiatan Instalasi tinggi)
KPU- Kawasan Kota P. 465. 117 0° 9' pengembangan Pembangkit Listrik • Usaha vila (cottage)
BD- Perikana Bontang Badak- 54 ° 12. perikanan • Eksplorasi energi di atas laut
10 n badak, 31' 14 • Pemanfaatan dan OTEC • Usaha wisata
Kec. 22. 6" N pengambilan air • Pertambangan snorkeling
Bontan 51 laut untuk kegiatan pasir di laut • Usaha wisata
g Utara- 8" E budidaya • Pembuangan Hasil berenang
Kota • Pembangunann Pengerukan • Usaha restoran di
Bontan sarana (Dumping Area) atas laut
g prasaranapenduku • Destructive fishing • Penangkapan ikan
nng budidaya • Kegiatan bongkar dengan kapasitas
KPU- Kawasan Kota P. 15.4 117 0°
BD- Perikana Bontang Seloki 6 ° 11' muat oleh kapal kapal <30 GT
11 n a, 30' 23. asing • Pengambilan
Kec. 12. 85 barang-barang
Bontang 35 1" N purbakala
Utara- 5" E • Pengambilan
Kota barang-barang
Bontang selain barang
purbakala
KPU- Kawasan Kota Tanj 1,27 117 0°
• Penggunaan galah
BD- Perikana Bontang ung 1.43 ° 11'
untuk mendorong
12 n Puk 31' 52.
perahu
ul, 35. 81
• Pengangkutan ikan
Kec. 61 9" N hasil budidaya
Bont 3" E dengan Kapal
ang
Pengangkut Ikan
Utar
Hidup Berbendera
a-
Asing
Kota
• Pengangkutan ikan
Bont
hasil penangkapan
ang
dan dengan Kapal
Kec. Pengangkut Ikan
Telu Hidup Berbendera
k Asing
Pand • Penangkapan ikan
an- menggunakan Gill
Kab.
- 129 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
Kukar Net (Jaring insang)
dan sejenisnya
KPU- Kawasan Kab. Kutai P. 197. 118 0° • Eksploitasi
BD- Perikana Timur Miang 03 ° 44' (Operasi Produksi)
13 n Besar, 0' 33. Batubara
Kec. 12. 28 • Pembangunan
Sangkul 00 4" N anjungan/platform
ir ang- 6" E migas
Kab.
• Penangkapan ikan
Kutai
Timur menggunakan
Pancing Rawai
KPU- Kawasan Kab. Kutai Tg. 45.2 118 1° 2'
BD- Perikana Timur Mang 2 ° 20. Dasar
14 n kali 58' 40 • Penangkapan ikan
hat, 1.20 7" N menggunakan
Kec. 1" E Bagan Apung
Sand • Eksplorasi mineral
aran
logam, mineral
-
K bukan logam,
ab batuan, batubara,
. mineral radioaktif
K • Penangkapan ikan
ut menggunakan
ai Bubu/Muroami
Timur dan sejenisnya
KPU- Kawasan Kab. Berau Pula 3,57 118 1° • Penanaman kabel
BD- Perikana u 1.44 ° 32' • Pembangunan
15 n Balik 36' 33. kabel
uku 31. 17 telekomunikasi
p, 49 6" N Local Port Service
Kec. 1" E (LPS)
Batu • Pemasangan
Putih fasilitas mesin
- kalor
Kab. • Penanaman dan
Berau atau pemancangan
- 130 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
KPU- Kawasan Kab. Berau Teba 6,34 118° 2° 13' kabel atau tiang
BD- Perikana bing 7.25 15' 38.74 serta sarana di laut
16 n a, 51.97 1" N • Pembangunan
Kec. 0" E Sarana Bantu
P. Navigasi Pelayaran
Dera (SBNP)
wan- • Penetapan tempat
Kab. labuh
Bera • Penetapan tempat
u alih muat antar
dan kapal
Kabe • Pembangunan
l Kolam pelabuhan
Baw untuk kebutuhan
ah sandar dan olah
Laut gerak kapal
Kori • Pembangunan
dor Tempat perbaikan
Bera kapal
u- • Penempatan kapal
Bera mati
u • Pembangunan TPI
(Kep • Pembangunan
men breakwater
KP (pemecah
14 gelombang)
2021):
• Pembangunan
namka
turap (revetment)
b
• pembangunan
IGG groin;
KPU- Kawasan Kab. Berau Tg. 208. 118° 2° 19' • Uji coba kapal
BD- Perikana Panda 42 5' 4.130 • Usaha
17 n n dan 55.75 "N pelayananperbaika
Tg. 6" E n dan
Batu pemeliharaan kapal
Kec. perikanan :
P.
- 131 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
Deraw dock/slipway,
an- bengkel dan tempat
Kab. perbaikan jaring;
Berau • Usaha pelayanan
KPU- Kawasan Kab. Berau Tg. 1,69 118 2° logistik dan
BD- Perikana Karangti 6.46 ° 23' perbekalan kapal
18 n g au, 2' 59. perikanan
Kec. P. 3.99 36 • Usaha bongkar
Derawan 0" E 3" N muat barang :
- Kab. pengemasan,
Berau penumpukan, dan
penyimpanan di
KPU- Kawasan Kab. Berau Teluk P. 306. 118 2° pelabuhan
BD- Perikana Maratua 19 ° 10' • Usaha tally mandiri
19 n , Kec. 38' 37. : kegiatan
Maratua 47. 32 cargodoring,
- 84 3" N receiving/delivery,
Kab.Ber 6" E stuffing, dan
au stripping peti
KPU- Kawasan Kab. Berau Teluk P. 240. 118° 2° 13' kemas bagi
BD- Perikana Maratua 29 35' 33.19 kepentingannya
20 n , Kec. 25.81 8" N sendiri.
Maratua 6" E • Pembangunan dan
- pengoperasian
Kab.Ber Jetty
a • Pengoperasian
u Pelabuhan
KPU- Kawasan Kab. Berau Teluk 103. 118° 2°15' Pengumpan
BD- Perikana P. 0 36'39 41.2 Regional dan Lokal
21 n Marat .02 71" N • Pengerukan di
ua, 3" E wilayah perairan
Kec. Pelabuhan
Maratua Pengumpan
- Regional dan Lokal
Kab.Ber • Usaha angkutan
au laut badan usaha
- 132 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
KPU- Kawasan Kab. Berau Teluk 1,10 118° 2°16' pada lintas
BD- Perikana P. 7.11 34'40 44.2 pelabuhan antar
22 n Maratu .70 5 kab/kota dalam
a, Kec. 3" E 4" N Provinsi
Maratua Kalimantan Timur
- • Usaha angkutan
Kab.Ber laut pelayaran
au rakyat atau badan
usaha pada lintas
- 133 -

pelabuhan antar
kab/kota dalam
Provinsi
Kalimantan Timur,
antar Provinsi dan
pelabuhan
internasional
• Usaha jasa
angkutan perairan
pelabuhan
• Usaha jasa
penyewaan
peralatan angkutan
laut
• Pengelolaan (TUKS)
di dalam
DLKR/DLKP
pelabuhan
pengumpan
regional.
• Operasi Kapal
Angkutan
Penyeberangan
Dalam Provinsi
• Penetapan rute
pelayaran
internasional
• Kegiatan riset atau
survei hidrografi
oleh kapal asing
• Kegiatan berlabuh
jangkar kecuali
dalam keadaan
force majeure oleh
kapal asing
• Pembangunan dan
pengoperasian
terminal khusus
• Pengangkutan dan
penjualan Garam
• Pembangunan
Fasilitas
Infrastruktur
(Saluran Primer,
- 134 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
Sekunder dan
pantai air)
• Industri
penggaraman
• Kegiatan Industri
Galangan Kapal
dengan sistem
Graving Dock
Kapal
• Pembangunan
industri yang
terintegrasi dengan
• Kegiatan
pembuatan
kapal/alat
terapung saja;
• Kegiatan perbaikan
atau pemeliharaan
kapal/alat-alat
terapung saja;
• Kegiatan
pembuatan mesin-
mesin
utama/pembantu;
• Kegiatan
pembuatan alat-
alat perlengkapan
lain yang khusus
dipergunakan
dalam kapal;
• Kegiatan
pembuatan alat-
alat maritim
lainnya
• Kegiatan pekerjaan
penyelaman (diving
works dalam
rangka industri
maritim).
- 135 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Kegiatan
membantu
pekerjaan teknis
terhadap kapal-
kapal yang masih
mengapung tetapi
sedang mendapat
malapetaka
• Kegiatan
pemindahan
muatan dan atau
bahan bakar (cargo
and fuel
transferring)
• Penarikan (Towing)
• Pengapungan
(refloating)
• Pengintroduksian
organisme hasil
rekayasa genetika
ke lingkungan
• Pembangunan
pembangkitan,
transmisi,
distribusi dan
penjualan tenaga
listrik
• Pembangunan
stasiun pengisian
bahan bakar
nelayan
• Latihan militer
• Pipa intake dan
outake industri dan
kegiatan perikanan
• Pemasangan Bagan
Tancap
• Pemasanga Belat,
Jermal
- 136 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
6. Zona KPU-I- Zona Kota Reklamas 41.75 117° 0° 2' • Perlindungan • Usaha budidaya • Usaha wisata edukasi
Industri 01 Industri Bontang i Kilang 29' 35.12 keanekaragaman perikanan terapung • Penanaman Pipa 0-20
Minyak, 37.55 8" N hayati; (Jaring apung) cm
Kec. 9" E • Usaha pelayanan • Pengambilan
• Penanaman Pipa
Bontang jasa pemanduan sumber daya laut diameter diatas 100
Selatan- kapal non ikan untuk cm
Kota • Pengangkutan ikan kepentingan • kegiatan
Bontang hasil penangkapan ekonomi penggelaran/pemasa
dengan Kapal • Penangkapan ikan n gan kabel/pipa
Pengangkut Ikan menggunakan Long bawah laut;
Hidup Berbendera line (rawai Tuna) • Kegiatan Reklamasi
Indonesia • Pelatihan perang • Usaha wisata dayung
KPU-I- Zona Kota Reklamas 181.6 117° 0° 5' • Penyelamatan dan dengan • Usaha wisata
02 Industri Bontang i Kilang 8 28' 26,18 perlindungan memancing
menggunakan
Minyak, 8,597 7" N lingkungan • Pembangunan
• Penelitian kegiatan amunisi oleh kapal
Kec. "E stasiun pengisian
Bontang konservasi asing bahan bakar nelayan
Selatan- • Pendidikan kegiatan • Pengambilan • Kegiatan pemindahan
Kota konservasi terumbu karang muatan dan atau
Bontang • Survei dan/atau • Pemungutan hasil bahan bakar (cargo
penelitian ilmiah hutan bukan kayu and fuel transferring)
• Penelitian dan pada hutan • Kegiatan membantu
pengembangan mangrove (madu; pekerjaan teknis
perikanan getah; daun; buah terhadap kapal-kapal
• Kegiatan pengujian dan biji; tanin; ikan; yang masih
kapal hasil hutan bukan mengapung tetapi
perikanan/perahu kayu lainnya) sedang mendapat
ikan bermotor • Penangkapan ikan malapetaka
• Kegiatan Industri • Pengambilan • Kegiatan pekerjaan
Galangan Kapal barang- barang penyelaman (diving
dengan sistem purbakala works dalam rangka
Graving Dock Kapal • Pengambilan industri maritim)
• Kegiatan perbaikan barang-barang • Kegiatan pembuatan
atau pemeliharaan selain barang alat-alat maritim
kapal/alat-alat purbakala lainnya
• Kegiatan pembuatan • Usaha • Kegiatan perbaikan
mesin- mesin pembudidayaan ikan atau pemeliharaan
utama/pembantu; laut
- 137 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Kegiatan pembuatan • Usaha budidaya kapal/alat-alat
alat-alat perikanan terapung terapung saja
• perlengkapan lain (jaring apung dan • Kegiatan pembuatan
yang khusus pen systemseluas ≥ kapal/alat terapung
dipergunakan dalam 5 Ha dengan jumlah saja
kapal; 1000 unit. • Industri penggaraman
• Kegiatan pembuatan • Pengambilan • Pembangunan
alat-alat maritim sumber daya laut Fasilitas Infrastruktur
lainnya non ikan untuk (Saluran Primer,
• Kegiatan pekerjaan kepentingan Sekunder dan pantai
• penyelaman (diving ekonomi air)
works dalam rangka • Pembudidayaan • Konstruksi
industri maritim). sumber daya laut Pertambangan Garam
• Penarikan (Towing) non ikan untuk • Pembangunan dan
• Pengapungan kepentingan pengoperasian
(refloating) ekonomi terminal khusus
• Pembangunan, • Pembudidayaan ikan • Kegiatan berlabuh
pemindahan, untuk kepentingan jangkar kecuali dalam
dan/atau industri keadaan force
pembongkaran • Pengangkutan ikan majeure oleh kapal
bangunan atau hasil budidaya asing
instalasi pipanisasi dengan Kapal • Kegiatan riset atau
Pengangkut Ikan survei hidrografi oleh
Hidup Berbendera kapal asing
Indonesia • Kegiatan bongkar
• Pengangkutan ikan muat oleh kapal asing
hasil budidaya • Penetapan rute
dengan Kapal pelayaran
Pengangkut Ikan internasional
Hidup Berbendera • Usaha jasa
Asing penyewaan peralatan
• Pengangkutan ikan angkutan laut
hasil budidaya • usaha jasa angkutan
dengan Kapal perairan pelabuhan
nelayan kecil • Usaha angkutan laut
• Budidaya Ikan hasil pelayaran rakyat atau
rekayasa genetik badan usaha pada
lintas pelabuhan
antar kab/kota dalam
- 138 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Pemasangan Provinsi Kalimantan
Keramba Jaring Timur, antar Provinsi
Apung dan pelabuhan
• Pemasangan internasional
rumpon perairan • Pembangunan
dalam industri yang
• Pemasangan terintegrasi dengan
rumpon perairan pelabuhan
dangkal • Usaha angkutan laut
• Pengangkutan ikan badan usaha pada
hasil penangkapan lintas pelabuhan
dengan Kapal antar kab/kota dalam
Pengangkut Ikan Provinsi Kalimantan
Hidup Berbendera Timur
Indonesia • Pengoperasia
• Pengangkutan ikan Pelabuhan
hasil penangkapan Pengumpan Regional
dengan Kapal dan Lokal
Pengangkut Ikan • Pembangunan dan
Hidup Berbendera pengoperasian
Asing cement grinding plant
• Penangkapan ikan dan cement packing
menggunakan pukat plant
hela (trawls), • Usaha bongkar muat
payang, cantrang, barang : pengemasan,
jaring lampara, penumpukan, dan
dogol, dan penyimpanan di
sejenisnya pelabuhan
• Penangkapan ikan • Uji coba kapal
menggunakan Gill • Pembangunan
Net (Jaring insang) terminal Roro
dan sejenisnya • Kegiatan Instalasi
• Penangkapan ikan Pembangkit Listrik
menggunakan seine Tenaga Arus Laut
nets dan sejenisnya
(PLTAL)
• Penangkapan ikan
menggunakan Long • Pengolahan dan
bag set net (jaring Pemurnian mineral
kantong besar) logam
- 139 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Penangkapan ikan • Pembangunan
menggunakan Squid Floating Storage
Jigging Offloading (FSO)
• Penangkapan ikan • Pembangunan FPSO
menggunakan (Floating Production
Pancing Rawai Storage and
Offloading)
Dasar
• Penetapan tempat
• Penangkapan ikan labuh
• menggunakan Long • Kegiatan pengujian
line (rawai Tuna)
kapal
• Penangkapan ikan
• menggunakan Pole perikanan/perahu
dan line ikan bermotor
• Penangkapan ikan • Pengangkutan
menggunakan mineral logam,
Bubu/Muroami dan mineral bukan logam,
sejenisnya batuan, batubara,
• Penangkapan ikan
mineral radioaktif
menggunakan
Bouke Ami • Pengerukan perairan
• Penangkapan ikan laut dengan capital
menggunakan dredging yang
Bagan Apung memotong material
• Pengangkutan karang dan/atau
mineral logam, batu
mineral bukan
• Eksploitasi (Operasi
logam, batuan,
batubara, mineral Produksi) Mineral
radioaktif logam
• Pembangunan FPSO • Pembangunan
(Floating Production Tempat perbaikan
Storage and kapal
Offloading) • Usaha dermaga
• Pengerukan perairan wisata
dengan capital
• Usaha kegiatan
dredging
hiburan dan rekreasi
• Pengerukan perairan
• Usaha angkutan laut
laut dengan capital wisata dalam negeri
- 140 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
dredging yang • Usaha angkutan laut
memotong material internasional wisata
karang dan/atau • Usaha jasa
batu perjalanan wisata
• Eksploitasi (Operasi • Usaha vila (cottage)
Produksi) Mineral diatas laut
logam • Usaha wisata
• Eksploitasi (Operasi berenang
Produksi) Mineral • Usaha restoran di
bukan logam atau atas laut
mineral batuan • Usaha wisata
• Eksploitasi (Operasi alamperairan
Produksi) Mineral • Jasa Wisata Tirta
radioaktif (bahari)
• Pengolahan & • Usaha wisata
Pemurnian Batubara snorkeling
• Pengolahan & • Usaha wisata
Pemurnian Mineral berenang
logam • Reklamasi di wilayah
• Pengolahan & perairan Pelabuhan
Pemurnian Mineral Pengumpan Regional
bukan logam atau dan Lokal
mineral batuan • Usaha restoran di
• Pengolahan & atas laut
Pemurnian Mineral • Usaha wisata
radioaktif olahraga tirta
• Penempatan tailing • Usaha wisata
(bahan yang tontonan
tertinggal setelah • Pengambilan
pemisahan fraksi) di foto/video bawah laut
bawah laut • Pelepasan jangkar
• Pembangunan • Penanaman tanaman
Terminal bakau dan nipah
Regasifikasi LNG • Budidaya mangrove
• Pembakaran Gas • Penggunaan galah
Suar Bakar (Flaring) untuk mendorong
• Pemusnahan perahu
handak migas • Penanaman kabel
- 141 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Pemasangan fasilitas • Pembangunan kabel
turbin generator telekomunikasi Local
energi Port Service (LPS)
• Kegiatan Instalasi • Penanaman dan atau
Pembangkit Listrik pemancangan kabel
Tenaga Arus Laut atau tiang serta
(PLTAL) sarana di laut
• Pembangunan,pemi • Pembangunan Sarana
ndahan, dan/atau Bantu Navigasi
pembongkaran Pelayaran (SBNP)
bangunan atau • Pembangunan
instalasi pipanisasi terminal peti kemas
di perairan • Usaha pelayanan
• Pembangunan perbaikan dan
terminal ro-ro pemeliharaan kapal
• Penempatan kapal perikanan :
mati dock/slipway,
• Pengoperasian bengkel dan tempat
Pelabuhan perbaikan jaring;
Pengumpan Regional • Usaha pelayanan
dan Lokal logistik dan
• Usaha angkutan perbekalan kapal
laut badan usaha perikanan
pada lintas • Pembangunan
pelabuhan antar dermaga perikanan
kab/kota dalam • Pembangunan dan
Provinsi pengoperasian Jetty
• Usaha angkutan • Pembangunan
laut pelayaran breakwater (pemecah
rakyat atau badan gelombang)
usaha pada lintas • Pembangunan turap
pelabuhan antar (revetment)
kab/kota dalam • pembangunan groin;
Provinsi, antar • Penetapan alur
provinsi dan pelayaran dari dan ke
pelabuhan pelabuhan perikanan
internasional • Pengerukan di
wilayah perairan
- 142 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Usaha jasa Pelabuhan
angkutan perairan Pengumpan Regional
pelabuhan dan Lokal
• Usaha jasa • Bongkar muat ikan
penyewaan
peralatan angkutan • Kegiatan budidaya
laut biota laut untuk
kepentingan industri
• Penetapan rute
Biofarmakologi /
pelayaran bongkar
Bioteknologi Laut
muat oleh kapal
• Kegiatan
asing
pengumpulan,
• Kegiatan berlabuh
pemanfaatan,
jangkar kecuali
pengolahan,
dalam keadaan
pembuangan, dan
force majeure oleh
penimbunan limbah
kapal asing
B3
• Usaha pelayanan
• Kegiatan
jasa pemanduan
pengumpulan,
kapal.
pemanfaatan,
• Pengintroduksian
pengolahan,
organisme hasil
pembuangan, dan
rekayasa genetika ke
penimbunan limbah
lingkungan
non B3
• Pembangunan
• Kegiatan pembuatan
pembangkitan,
kapal/alat terapung
transmisi, distribusi
saja;
dan penjualan
• Pembangunan
tenaga listrik
stasiun pengisian
bahan bakar nelayan
• Pipa intake dan
outake industri dan
kegiatan
perikanan/kelautan
• Pembangunan
anjungan/platform
migas
• Latihan militer
- 143 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Pembangunan
Fasilitas Terapung
(Floating Facility)
Migas: Mooring
• Pembangunan
Floating Storage
Offloading (FSO
• Eksploitasi (Operasi
Produksi) Batubara
• Eksplorasi mineral
logam, mineral bukan
logam, batuan,
batubara, mineral
radioaktif
• Pembangunan PLTU
• Pemasangan fasilitas
mesin kalor
• Eksplorasi energi
OTEC
• Penetapan tempat
alih muat antar kapal
• Pembangunan Kolam
pelabuhan untuk
kebutuhan sandar
dan olah gerak kapal
• Pembangunan
terminal curah kering
• Pembangunan
terminal curah CAIR
• Pembangunan TPI
• Usaha tally mandiri :
kegiatan cargodoring,
receiving/delivery,
stuffing, dan
stripping peti kemas
- 144 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
bagi kepentingannya
sendiri.
• Pengelolaan (TUKS) di
dalam DLKR/DLKP
pelabuhan
pengumpan regional
• Operasi Kapal
Angkutan
Penyeberangan
Dalam Provinsi
• Kegiatan
penerbangan diatas
alur kepulauan
• Kegiatan pembuatan
mesin-mesin
utama/pembantu

7. Zona KPU- Zona Kota Reklamas 158.0 116° 1° 16' • Pembangunan • Pembangunan • Usaha wisata
Bandar BU-01 Bandar Balikpapan i Bandara 2 53' 25.30 sarana pendukung Floating Storage edukasi
Udara Udara Sepingga 15.89 2" S bandar udara Offloading (FSO) • Kegiatan Reklamasi
n, Kec. 0" E • Perlindungan • Penanaman Pipa 0- • Kegiatan
Balikpap keanekaragaman 20 cm membantu
an hayati; • kegiatan pekerjaan teknis
Selatan- • Penyelamatan dan terhadap kapal-
penggelaran/pemas
Kota perlindungan kapal yang masih
Balikpap an gan kabel/pipa
lingkungan mengapung tetapi
an • Penelitian dan bawah laut;
sedang mendapat
pendidikan • Penanaman Pipa malapetaka
kegiatan konservasi diameter diatas 100 • Kegiatan
• Survei dan/atau cm pembuatan alat-
penelitian ilmiah • Pembangunan alat maritim
• Pembangunan stasiun pengisian lainnya
industri yang bahan bakar • Kegiatan
terintegrasi dengan nelayan pembuatan mesin-
bandar udara • Kegiatan budidaya mesin
biota laut untuk utama/pembantu
kepentingan
- 145 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Kegiatan perbaikan industri • Pembangunan
atau pemeliharaan Biofarmakologi Fasilitas
kapal/alat-alat /Bioteknologi Laut Infrastruktur
terapung saja; • Kegiatan (Saluran Primer,
• Kegiatan pemindahan Sekunder dan
pembuatan alat- muatan dan atau pantai air)
alat perlengkapan bahan bakar (cargo • Pembangunan dan
lain; and fuel pengoperasian
• Kegiatan pekerjaan transferring) terminal khusus
penyelaman (diving • Kegiatan perbaikan • Usaha pelayanan
works dalam atau pemeliharaan jasa pemanduan
rangka industri kapal/alat-alat kapal
maritim). terapung saja • Kegiatan riset atau
• Kegiatan survei hidrografi
pembuatan oleh kapal asing
kapal/alat • Kegiatan bongkar
terapung saja muat oleh kapal
• Kegiatan asing
pengumpulan, • Kegiatan
pemanfaatan, penerbangan diatas
pengolahan, alur kepulauan
pembuangan, dan • Pengelolaan (TUKS)
penimbunan di dalam
limbah B3 DLKR/DLKP
• Kegiatan pelabuhan
pengumpulan, pengumpan
pemanfaatan, regional
pengolahan, • Reklamasi di
pembuangan, dan wilayah perairan
penimbunan pelabuhan
limbah non B3 Pengumpan
• Penarikan (Towing) Regional dan Lokal
• Pengapungan • Pengerukan di
(refloating) wilayah perairan
• Industri Pelabuhan
penggaraman Pengumpan
• Konstruksi Regional dan Lokal
Pertambangan • Pengoperasia
Garam Pelabuhan
- 146 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Kegiatan berlabuh Pengumpan
jangkar kecuali Regional dan Lokal
dalam keadaan • Pembangunan dan
force majeure oleh pengoperasian
kapal asing cement grinding
• Usaha jasa plant dan cement
penyewaan packing plant
peralatan angkutan • Pembangunan
laut terminal curah
• usaha jasa CAIR
angkutan perairan • Penelitian dan
pelabuhan pengembangan
• Usaha angkutan perikanan
laut pelayaran
• Usaha dermaga
rakyat atau badan
wisata
usaha pada lintas
• Usaha kegiatan
pelabuhan antar
hiburan dan
kab/kota dalam
rekreasi
Provinsi
• Usaha angkutan
Kalimantan Timur,
laut wisata dalam
antar Provinsi dan
negeri
pelabuhan
internasional • Usaha angkutan
laut internasional
• Usaha angkutan
wisata
laut badan usaha
pada lintas • Usaha jasa
pelabuhan antar perjalanan wisata
kab/kota dalam • Jasa Wisata Tirta
Provinsi (bahari)
Kalimantan Timur • Usaha wisata
• Usaha bongkar olahraga tirta
muat barang : • Usaha wisata
pengemasan, tontonan
penumpukan, dan • Penanaman
penyimpanan di tanaman bakau
pelabuhan dan nipah
• Pembangunan • Budidaya mangrove
dermaga perikanan • Pembangunan
kabel
- 147 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Usaha pelayanan telekomunikasi
logistik dan Local Port Service
perbekalan kapal (LPS)
perikanan • Penanaman dan
• Usaha pelayanan atau pemancangan
perbaikan dan kabel atau tiang
pemeliharaan kapal serta sarana di laut
• Pembangunan
perikanan :
Sarana Bantu
dock/slipway, Navigasi Pelayaran
bengkel dan tempat (SBNP)
perbaikan jaring; • Usaha pelayanan
• Uji coba kapal perbaikan dan
• Pembangunan pemeliharaan kapal
terminal Roro perikanan :
• Pembangunan, dock/slipway,
pemindahan, bengkel dan tempat
dan/atau perbaikan jaring;
pembongkaran • saha pelayanan
bangunan atau logistik dan
instalasi pipanisasi perbekalan kapal
di perairan perikanan
• Pengolahan dan • Pembangunan dan
Pemurnian mineral pengoperasian
logam Jetty
• Kegiatan Instalasi • Pembangunan
Pembangkit Listrik breakwater
Tenaga Arus Laut (pemecah
gelombang)
(PLTAL)
• Pembangunan
• Pengintroduksian turap (revetment)
organisme hasil • pembangunan
rekayasa genetika ke groin;
lingkungan • Penetapan alur
• Pembangunan pelayaran dari dan
Tempat perbaikan ke pelabuhan
kapal perikanan
- 148 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Usaha budidaya • Pengerukan di
perikanan terapung wilayah perairan
(Jaring apung) pelabuhan
• Kegiatan pengujian • Kegiatan
kapal pembuatan
perikanan/perahu kapal/alat
terapung saja;
ikan bermotor
• Pembangunan
• Pengambilan stasiun pengisian
sumber daya laut bahan bakar
non ikan untuk nelayan
kepentingan • Pipa intake dan
ekonomi outake industri dan
• Penetapan tempat kegiatan
perikanan/kelauta
labuh
n
• Penanaman kabel • Pembangunan
• Pengangkutan ikan Floating
hasil budidaya
dengan kapal
nelayan kecil
• Pengangkutan ikan
hasil penangkapan
dengan Kapal
Pengangkut Ikan
Hidup Berbendera
Indonesia
• Latihan Militer
• Pembangunan
terminal peti kemas
• Penangkapan ikan
menggunakan Long
line (rawai Tuna)
• Pengangkutan
mineral logam,
mineral bukan
- 149 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
logam, batuan,
batubara, mineral
radioaktif
• Pembangunan
FPSO (Floating
Production Storage
and Offloading)
• Pengambilan
terumbu karang
• Pemungutan hasil
hutan bukan kayu
pada hutan
• mangrove (madu;
getah; daun; buah
dan biji; tanin;
• ikan; hasil hutan
bukan kayu
lainnya)
• Penangkapan ikan
• Pengambilan
barang-barang
purbakala
• Pengambilan
barang-barang
selain barang
purbakala
• Pelepasan jangkar
• Usaha
pembudidayaan
ikan laut
• Pengambilan
sumber daya laut
non ikan untuk
kepentingan
ekonomi
• Pembudidayaan
sumber daya laut
non ikan untuk
- 150 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
kepentingan
ekonomi
• Budidaya Ikan
hasil rekayasa
genetik
• Pemasangan
Keramba Jaring
Apung
• Pemasangan
rumpon perairan
dalam
• Pemasangan
rumpon perairan
dangkal
• Bongkar muat ikan
• Penangkapan ikan
menggunakan
pukat hela (trawls),
payang, cantrang,
jaring lampara,
dogol, dan
sejenisnya
• Penangkapan ikan
menggunakan Gill
Net (Jaring insang)
dan sejenisnya
• Penangkapan ikan
menggunakan
seine nets dan
sejenisnya
• Penangkapan ikan
menggunakan Long
bag set net (jaring
kantong besar)
• Penangkapan ikan
menggunakan
Squid Jigging
• Pembangunan
Fasilitas Terapung
- 151 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
(Floating Facility)
Migas: Mooring
• Penangkapan ikan
menggunakan
Pancing Rawai
Dasar
• Pembangunan
anjungan/platform
migas
• Penangkapan ikan
menggunakan Long
line (rawai Tuna)
Penangkapan ikan
menggunakan Pole
dan line
• Penangkapan ikan
menggunakan
Bubu/Muroami
dan sejenisnya
• Penangkapan ikan
menggunakan
Bouke Ami
• Penangkapan ikan
menggunakan
Bagan Apung
• Eksplorasi mineral
logam, mineral
bukan logam,
batuan, batubara,
mineral radioaktif
• Pengangkutan
mineral logam,
mineral bukan
logam, batuan,
batubara, mineral
radioaktif
• Pembangunan
FPSO (Floating
- 152 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
Production Storage
and Offloading)
• Pengerukan
perairan dengan
capital dredging
• Pengerukan
perairan laut
dengan capital
dredging yang
memotong material
karang dan/atau
batu
• Pembangunan
PLTU
• Eksploitasi
(Operasi Produksi)
Batubara
• Eksploitasi
(Operasi Produksi)
Mineral logam
• Eksploitasi
(Operasi Produksi)
Mineral bukan
logam atau mineral
batuan
• Eksploitasi
(Operasi Produksi)
Mineral radioaktif
• Pengolahan &
Pemurnian
Batubara
• Pengolahan &
Pemurnian Mineral
logam
• Pengolahan &
Pemurnian Mineral
bukan logam atau
mineral batuan
- 153 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Pengolahan &
Pemurnian Mineral
radioaktif
• Penempatan tailing
(bahan yang
tertinggal setelah
pemisahan fraksi)
di bawah laut
• Pembangunan
Terminal
Regasifikasi LNG
• Pembakaran Gas
Suar Bakar
(Flaring)
• Pemusnahan
handak migas
• Pemasangan
fasilitas turbin
generator energi
• Kegiatan Instalasi
Pembangkit Listrik
Tenaga Arus Laut
(PLTAL)
• Pemasangan
fasilitas mesin
kalor
• Eksplorasi energi
OTEC
• Penetapan tempat
alih muat antar
kapal
• Pembangunan
Kolam pelabuhan
untuk kebutuhan
sandar dan olah
gerak kapal
• Pembangunan
terminal curah
kering
- 154 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Pembangunan
terminal ro-ro
• Penempatan kapal
mati
• Pembangunan TPI
• Usaha tally mandiri
: kegiatan
cargodoring,
receiving/delivery,
stuffing, dan
stripping peti
kemas bagi
kepentingannya
sendiri.
• Pengoperasian
Pelabuhan
Pengumpan
Regional dan Lokal
• Usaha angkutan
laut badan usaha
pada lintas
pelabuhan antar
kab/kota dalam
Provinsi
• Usaha angkutan
laut pelayaran
rakyat atau badan
usaha pada lintas
pelabuhan antar
kab/kota dalam
Provinsi, antar
provinsi dan
pelabuhan
internasional
• Usaha jasa
angkutan perairan
pelabuhan
• Usaha jasa
penyewaan
- 155 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
peralatan angkutan
laut
• Operasi Kapal
Angkutan
Penyeberangan
Dalam Provinsi
• Penetapan rute
pelayaran
internasional
• Kegiatan bongkar
muat oleh kapal
asing
• Kegiatan berlabuh
jangkar kecuali
dalam keadaan
force majeure oleh
kapal asing
• Pelatihan perang
dengan
menggunakan
amunisi oleh kapal
asing
• Usaha pelayanan
jasa pemanduan
kapal.
• Pembangunan
pembangkitan,
transmisi,
distribusi dan
penjualan tenaga
listrik
• Pertambangan
pasir di laut
• Pembuangan Hasil
Pengerukan
(Dumping Area)
• Destructive fishing
- 156 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA

8. Zona KPU- Kawasan Kab. Berau KSNT P. 3.14 119° 1° • Penelitian dan • Usaha vila • Usaha wisata
Pertahanan PK-01 Pertahan Maratua 2' 47' pengembangan (cottage) di atas edukasi
dan an dan dan P. 23. 4.532 perikanan kelautan laut • Penanaman Pipa
Keamanan Keamana Sambit: 38 " N • Penetapan tempat • Kegiatan 0-20 cm
n Karang 5" E labuh pembuatan alat- • kegiatan
Muaras • Penyelamatan dan alat perlengkapan
penggelaran/pem
Barat, P. perlindungan lain yang khusus
dipergunakan asan gan
Sambit lingkungan
Kec. • Penanaman dalam kapal kabel/pipa
Maratua- tanaman bakau dan • Usaha bongkar bawah laut;
Kab. nipah muat barang : • Penanaman Pipa
Berau • Perlindungan pengemasan, diameter diatas
keanekaragaman penumpukan, dan 100 cm
KPU- Kawasan Kab. Berau Perlindun 3.14 118° 2° 15'
hayati; penyimpanan di • Kegiatan
PK-02 Pertahan gan Titik 38' 11.88
• Survei dan/atau pelabuhan perbaikan atau
an dan Dasar 40.92 1" N
Keamana dan/atau 0" E penelitian ilmiah • Usaha restoran di pemeliharaan
n Titik • Pengambilan air laut atas laut kapal/alat-alat
Referensi untuk kegiatan • Pengambilan terapung saja
P. budidaya perikanan terumbu karang • Kegiatan
Maratua, • Mitigasi Bencana • Pemungutan hasil pembuatan
Kec. dan Kondisi dadrut hutan bukan kayu kapal/alat
Maratua- di laut; pada hutan terapung saja
Kab. mangrove (madu; • Kegiatan berlabuh
Berau getah;daun; buah jangkar kecuali
dan biji; dalam keadaan
tanin;ikan; hasil force majeure oleh
hutan bukan kapal asing
kayu lainnya) • Reklamasi di
• Kegiatan wilayah perairan
pengujian kapal pelabuhan
perikanan/perahu Pengumpan
ikan bermotor Regional dan
Lokal
• Pengangkutan
• Usaha angkutan
mineral logam, laut pelayaran
mineral bukan rakyat atau badan
logam, batuan, usaha pada lintas
- 157 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
batubara, mineral pelabuhan antar
radioaktif kab/kota dalam
• Usaha budidaya Provinsi
perikanan Kalimantan
terapung (jaring Timur, antar
apung dan pen Provinsi dan
system seluas ≥ 5 pelabuhan
Ha dengan jumlah internasional
1000 unit. • Pengoperasia
• Usaha jasa Pelabuhan
perjalanan Pengumpan
• Pengangkutan Regional dan
ikan hasil Lokal
budidaya dengan • Usaha pelayanan
Kapal logistik dan
Pengangkut Ikan perbekalan kapal
Hidup perikanan
Berbendera Asing • Pembangunan
• Penangkapan ikan terminal Roro
menggunakan • Pengolahan dan
pukat hela Pemurnian
(trawls), payang, mineral logam
cantrang, jaring • Pembangunan,
lampara, dogol, pemindahan,
dan sejenisnya dan/atau
• Pembangunan pembongkaran
Terminal bangunan atau
Regasifikasi LNG instalasi
• Pembangunan TPI pipanisasi di
• Usaha pelayanan perairan
perbaikan dan • Kegiatan Instalasi
pemeliharaan Pembangkit
kapal perikanan : Listrik Tenaga
dock/slipway, Arus Laut (PLTAL)
bengkel dan • Usaha wisata
tempat perbaikan dayung
jaring; Usaha • Usaha wisata
pelayanan logistik selam
- 158 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
dan perbekalan • Usaha wisata
kapal perikanan memancing
• Usaha bongkar • Usaha wisata
muat barang : selancar
pengemasan,penu • Usaha wisata
mpukan, dan olahraga tirta
penyimpanan di • Usaha dermaga
pelabuhan wisata
• Usaha tally • Usaha kegiatan
mandiri : hiburan dan
kegiatan rekreasi
cargodoring, • Usaha wisata
receiving/delivery, ekstrim (beresiko
stuffing, dan tinggi)
stripping peti • Usaha angkutan
kemas bagi laut wisata dalam
kepentingannya negeri
sendiri. • Usaha angkutan
• Pembangunan laut internasional
dan wisata
pengoperasian • Pembangunan
cement grinding Floating Storage
plant dan cement Offloading (FSO)
packing plant • Pembangunan
• Pengoperasian
anjungan/platfor
Pelabuhan
Pengumpan m migas
Regional dan • Pembangunan
Lokal FPSO (Floating
• Pengerukan di Production
wilayah perairan Storage and
PelabuhanPengum Offloading)
pan Regional dan • Usaha jasa
Lokal perjalanan wisata
• Pengelolaan • Usaha wisata
(TUKS) di dalam snorkeling
DLKR/DLKP • Usaha wisata
pelabuhan tontonan
- 159 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
pengumpan • Usaha wisata
regional. berenang
• Kegiatan bongkar • Usaha wisata
muat oleh kapal alam perairan
asing • Jasa Wisata Tirta
• Kegiatan riset (bahari)
atau survei • Pengambilan
hidrografi oleh foto/video bawah
kapal asing laut
• Kegiatan berlabuh • Penanaman
jangkar kecuali tanaman bakau
dalam keadaan dan nipah
force majeure oleh • Budidaya
kapal asing mangrove
• Pembangunan • Perlindungan
dan keanekaragaman
pengoperasian hayati;
terminal khusus • Penyelamatan dan
• Kegiatan perlindungan
pengumpulan, lingkungan
pemanfaatan, • Penelitian dan
pengolahan, pendidikan
pembuangan, dan kegiatan
penimbunan konservasi
limbah B3 • Survei dan/atau
• Kegiatan penelitian ilmiah
pengumpulan, • Penangkapan ikan
pemanfaatan, • Pengambilan
pengolahan, barang-barang
pembuangan, dan purbakala
penimbunan • Budidaya Ikan
limbah non B3 hasil rekayasa
• Kegiatan Industri genetik
Galangan Kapal • Pemasangan
dengan sistem Keramba Jaring
Graving Dock Apung
Kapal
• Pemasangan
• Kegiatan rumpon perairan
pembuatan dalam
- 160 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
kapal/alat • Pemasangan
terapung saja; rumpon perairan
• Kegiatan dangkal
perbaikan atau • Pengangkutan
pemeliharaan ikan hasil
kapal/alat-alat penangkapan
terapung saja; dengan Kapal
• Kegiatan budidaya Pengangkut Ikan
biota laut untuk Hidup Berbendera
kepentingan Indonesia
industri • Pengangkutan
Biofarmakologi / ikan hasil
Bioteknologi Laut penangkapan
• Pengintroduksian dengan Kapal
organisme hasil Pengangkut Ikan
rekayasa genetika Hidup Berbendera
ke lingkungan Asing
• Pembangunan • Bongkar muat
stasiun pengisian ikan
bahan • Penangkapan ikan
• bakar nelayan menggunakan Gill
Pertambangan Net (Jaring
pasir di laut insang) dan
• Pembuangan Hasil sejenisnya
Pengerukan • Penangkapan ikan
(Dumping Area) menggunakan
• Destructive fishing seine nets dan
sejenisnya
• Penangkapan ikan
menggunakan
Long bag set net
(jaring kantong
besar)
• Penangkapan ikan
menggunakan
Squid Jigging
• Penangkapan ikan
menggunakan
- 161 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
Pancing Rawai
Dasar
• Penangkapan ikan
menggunakan
Long line (rawai
Tuna)
• Penangkapan ikan
menggunakan
Pole dan line
• Penangkapan ikan
menggunakan
Bubu/Muroami
dan sejenisnya
• Penangkapan ikan
menggunakan
Bouke Ami
• Penangkapan ikan
menggunakan
Bagan Apung
• Penelitian dan
pengembangan
perikanan
• Kegiatan
pengujian kapal
perikanan/perahu
ikan bermotor
• Eksplorasi mineral
logam, mineral
bukan logam,
batuan, batubara,
mineral radioaktif
• Pengangkutan
mineral logam,
mineral bukan
logam, batuan,
batubara, mineral
radioaktif
• Pembangunan
FPSO (Floating
- 162 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
Production
Storage and
Offloading)
• Pengerukan
perairan dengan
capital dredging
• Pengerukan
perairan laut
dengan capital
dredging yang
memotong
material
• karang dan/atau
batu
• Pembangunan
PLTU
• Pembangunan
Storage Offloading
(FSO)
• Pembangunan
Floating
• Pembangunan
Fasilitas Terapung
(Floating Facility)
Migas: Mooring
• Eksploitasi
(Operasi Produksi)
Batubara
• Eksploitasi
(Operasi Produksi)
Mineral logam
• Eksploitasi
(Operasi Produksi)
Mineral bukan
logam atau
mineral batuan
• Eksploitasi
(Operasi Produksi)
Mineral radioaktif
- 163 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Pengolahan &
Pemurnian
Batubara
• Pengolahan &
Pemurnian
Mineral logam
• Pengolahan &
Pemurnian
Mineral bukan
logam atau
mineral batuan
• Pengolahan &
Pemurnian
Mineral radioaktif
• Penempatan
tailing (bahan
yang tertinggal
setelah pemisahan
fraksi) di bawah
laut
• Pembakaran Gas
Suar Bakar
(Flaring)
• Pemusnahan
handak migas
• Pemasangan
fasilitas turbin
generator energi
• Kegiatan Instalasi
Pembangkit Listrik
Tenaga Arus Laut
(PLTAL)
• Pemasangan
fasilitas mesin
kalor
• Eksplorasi energi
OTEC
• Penanaman kabel
- 164 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Pembangunan
Fasilitas
Infrastruktur
(Saluran Primer,
Sekunder dan
pantai air)
• Industri
penggaraman
• Pembangunan
industri yang
terintegrasi
dengan pelabuhan
• Kegiatan
pembuatan mesin-
mesin
utama/pembantu;
• Kegiatan
pembuatan alat-
alat perlengkapan
lain yang khusus
dipergunakan
dalam kapal;
• Kegiatan
pembuatan alat-
alat maritim
lainnya
• Kegiatan
pekerjaan
penyelaman
(diving works
dalam rangka
industri maritim).
• Kegiatan
membantu
pekerjaan teknis
terhadap kapal-
kapal yang masih
mengapung tetapi
- 165 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
sedang mendapat
malapetaka
• Kegiatan
pemindahan
muatan dan atau
bahan bakar
(cargo and fuel
transferring)
• Penarikan
(Towing)
• Pengapungan
(refloating)
• Pembangunan
pembangkitan,
transmisi,
distribusi dan
penjualan tenaga
listrik
• Pipa intake dan
outake industri
garam
• Pembangunan
kabel
telekomunikasi
Local Port Service
(LPS)
• Penanaman dan
atau
pemancangan
kabel atau tiang
serta sarana di
laut
• Pembangunan
Sarana Bantu
Navigasi Pelayaran
(SBNP)
• Penetapan tempat
labuh
- 166 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Penetapan tempat
alih muat antar
kapal
• Pembangunan
Kolam pelabuhan
untuk kebutuhan
sandar dan olah
gerak kapal
• Pembangunan
terminal peti
kemas
• Pembangunan
terminal curah
kering
• Pembangunan
terminal curah
CAIR
• Pembangunan
terminal ro-ro
• Pembangunan
Tempat perbaikan
kapal
• Penempatan kapal
mati
• Pembangunan
breakwater
(pemecah
gelombang)
• Pembangunan
turap (revetment)
• pembangunan
groin;
• Penetapan alur
pelayaran dari dan
ke pelabuhan
perikanan
• Uji coba kapal
- 167 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Pembangunan
dermaga
perikanan
• Pembangunan dan
pengoperasian
Jetty
• Usaha angkutan
laut badan usaha
pada lintas
pelabuhan antar
kab/kota dalam
Provinsi
Kalimantan Timur
• Usaha angkutan
laut pelayaran
rakyat atau badan
usaha pada lintas
pelabuhan antar
kab/kota dalam
Provinsi, antar
provinsi dan
pelabuhaninterna
sional
• Usaha jasa
angkutan perairan
pelabuhan
• Usaha jasa
penyewaan
peralatan
angkutan laut
• Operasi Kapal
Angkutan
Penyeberangan
Dalam Provinsi
• Kegiatan
penerbangan
diatas alur
kepulauan
- 168 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Penetapan rute
pelayaran
internasional
• Pelatihan perang
dengan
menggunakan
amunisi oleh
kapal asing
• Usaha pelayanan
jasa pemanduan
kapal.
• Pengangkutan dan
penjualan Garam
• Konstruksi
Pertambangan
Garam
9. Zona KPU- Kawasan Kota P. Tihik- 2.35 117° 0° 3' • Usaha wisata • Pengambilan • Usaha budidaya
Permukima PM-01 Permuki Bontang Tihik, 31' 55.10 edukasi terumbu karang perikanan terapung
n man Kec. 43.99 0" N • Usaha wisata • Pembuangan (Jaring apung)
Bontang 9" E dayung Limbah • Penanaman Pipa 0-
Selatan- • Usaha wisata • Kegiatan 20 cm
Kota memancing pengumpulan, • kegiatan
Bontang • Usaha kegiatan pemanfaatan,
penggelaran/pemasa
hiburan dan pengolahan,
pembuangan, dan n gan kabel/pipa
rekreasi
penimbunan limbah bawah laut;
• Usaha jasa
KPU- Kawasan Kota Tanjung 2.69 117° 0° 4' perjalanan wisata B3 • Penanaman Pipa
PM-02 Permuki Bontang Selangan, 30' 4.019 • Usaha wisata • Penangkapan ikan diameter diatas 100
man Kec. 31.16 "N snorkeling menggunakan Long cm
Bontang 5" E • Usaha wisata line (rawai Tuna) • Pembangunan
Selatan- tontonan stasiun pengisian
• Usaha budidaya
Kota • Usaha wisata bahan bakar
perikanan terapung
Bontang berenang nelayan
(jaring apung dan
KPU- Kawasan Kota P. 1.96 117° 0° 6' • Usaha wisata alam • Kegiatan
pen system seluas ≥
PM-03 Permuki Bontang Melahing, 31' 53.22 perairan pemindahan muatan
5 Ha dengan jumlah
man Kec. 49.69 2" N dan atau bahan
1000 unit.
Bontang 0" E bakar (cargo and
Selatan- fuel transferring)
- 169 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
Kota • Penanaman • Pengangkutan ikan • Kegiatan pembuatan
Bontang tanaman bakau hasil budidaya alat-alat maritim
KPU- Kawasan Kota Bontang 22.50 117° 0° 8' dan nipah dengan Kapal lainnya
PM-04 Permuki Bontang Kuala, 31' 13.42 • Jasa Wisata Tirta Pengangkut Ikan • Kegiatan pembuatan
man Kec. 11.78 6" N (bahari) Hidup Berbendera alat-alat
Bontang 4" E • Perlindungan Asing perlengkapan lain
Utara- keanekaragaman • Budidaya Ikan hasil yang khusus
Kota hayati; rekayasa genetik dipergunakan dalam
Bontang • Penyelamatan dan • Pengangkutan ikan kapal
KPU- Kawasan Kota P. 2.73 117° 0° 11' perlindungan hasil penangkapan • Kegiatan perbaikan
PM-05 Permuki Bontang Gusung 30' 26.62 lingkungan dengan atau pemeliharaan
man Dua, Kec. 39.70 0" N • Pengangkutan ikan • Kapal Pengangkut kapal/alat-alat
Bontang 6" E hasil budidaya Ikan Hidup terapung saja
Utara- dengan kapal Berbendera Asing • Kegiatan pembuatan
Kota nelayan kecil • Penangkapan ikan kapal/alat terapung
Bontang • Pembudidayaan menggunakan pukat saja
ikan untuk hela (trawls), • Kegiatan Industri
kepentingan payang, cantrang, Galangan Kapal
jaring lampara, dengan sistem
industri
dogol, dan Graving Dock Kapal
• Penelitian kegiatan sejenisnya • Industri
konservasi • Kegiatan pengujian penggaraman
• Pendidikan kapal • Pembangunan
kegiatan konservasi perikanan/perahu Fasilitas
• Survei dan/atau ikan bermotor Infrastruktur
penelitian ilmiah • Pengangkutan (Saluran Primer,
• Pengambilan air mineral logam, Sekunder dan pantai
laut untuk kegiatan mineral bukan air)
budidaya logam, batuan, • Konstruksi
perikanan batubara, mineral Pertambangan
• Pembangunan radioaktif Garam
Sarana Bantu • Pembangunan FPSO • Pembangunan dan
Navigasi Pelayaran (Floating Production pengoperasian
(SBNP) Storage and terminal khusus
• Kegiatan Offloading) (Floating • Usaha pelayanan
membantu Production Storage jasa pemanduan
pekerjaan teknis and Offloading) kapal
terhadap kapal- • Eksploitasi (Operasi • Kegiatan berlabuh
kapal yang masih Produksi) Mineral jangkar kecuali
- 170 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
mengapung tetapi bukan logam atau dalam keadaan force
sedang mendapat mineral batuan majeure oleh kapal
malapetaka • Eksploitasi (Operasi asing
Produksi) Mineral • Penetapan rute
radioaktif pelayaran
• Pengolahan & internasional
Pemurnian Batubara • Kegiatan
• Pengolahan & penerbangan diatas
Pemurnian Mineral alur kepulauan
logam • Usaha jasa
• Pengolahan & penyewaan
Pemurnian Mineral peralatan angkutan
bukan logam atau laut
mineral batuan • Usaha angkutan
• Pengolahan & laut pelayaran
Pemurnian Mineral rakyat atau badan
radioaktif usaha pada lintas
• Penempatan tailing pelabuhan antar
(bahan yang kab/kota dalam
tertinggal setelah Provinsi Kalimantan
pemisahan fraksi) di Timur, antar
bawah laut Provinsi dan
• Pembangunan pelabuhan
Terminal internasional
Regasifikasi LNG • Usaha angkutan
• Pembakaran Gas laut badan usaha
Suar Bakar (Flaring) pada lintas
• Pemusnahan pelabuhan antar
handak migas kab/kota dalam
• Penangkapan ikan Provinsi Kalimantan
menggunakan Pole Timur
• Reklamasi di
dan line
wilayah perairan
• Pembangunan pelabuhan
terminal ro- ro Pengumpan Regional
• Kegiatan berlabuh dan Lokal
jangkar kecuali • Pengoperasia
dalam keadaan Pelabuhan
- 171 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
force majeure oleh Pengumpan Regional
kapal asing dan Lokal
• Pelatihan perang • Pembangunan dan
dengan pengoperasian Jetty
menggunakan • Pembangunan
amunisi oleh kapal breakwater
asing (pemecah
• Usaha pelayanan gelombang)
jasa pemanduan • Pembangunan
kapal. terminal Roro
• Pembangunan dan • Pembangunan,
pengoperasian pemindahan,
terminal khusus dan/atau
• Kegiatan perbaikan pembongkaran
atau pemeliharaan bangunan atau
kapal/alat- alat instalasi pipanisasi
terapung saja; di perairan
• Kegiatan pembuatan • Kegiatan Instalasi
mesin-mesin Pembangkit Listrik
utama/pembantu; Tenaga Arus Laut
• Pembangunan (PLTAL)
stasiun pengisian
• Pemasangan fasilitas
bahan bakar
nelayan turbin generator
energi
• Pertambangan pasir
di laut • Pengolahan dan
Pemurnian mineral
• Pembuangan Hasil
logam
Pengerukan
(Dumping Area) • Pembangunan
Floating Storage
• Destructive fishing
Offloading (FSO)
• Pembangunan FPSO
(Floating Production
Storage and
Offloading)
• Pengintroduksian
organisme hasil
rekayasa genetika ke
lingkungan
- 172 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Pembangunan
pembangkitan,
transmisi, distribusi
dan penjualan
tenaga listrik
• Pengangkutan
mineral logam,
mineral bukan
logam, batuan,
batubara, mineral
radioaktif
• Kegiatan pengujian
kapal
perikanan/perahu
ikan bermotor
• Penelitian dan
pengembangan
perikanan
• Pembangunan
industri yang
terintegrasi dengan
pelabuhan
• Kegiatan
pengumpulan,
pemanfaatan,
pengolahan,
pembuangan, dan
penimbunan limbah
non B3
• Pengambilan
sumber daya laut
non ikan untuk
kepentingan
ekonomi
- 173 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Operasi Kapal
Angkutan
Penyeberangan
Dalam Provinsi
• Pengangkutan ikan
hasil penangkapan
dengan Kapal
Pengangkut Ikan
Hidup Berbendera
Indonesia
• Penangkapan ikan
menggunakan Gill
Net (Jaring insang)
dan sejenisnya
• Penetapan tempat
labuh
• Pengelolaan (TUKS)
di dalam
DLKR/DLKP
pelabuhan
pengumpan regional
• Usaha wisata
selancar
• Usaha wisata
olahraga tirta
• Usaha dermaga
permukiman
• Usaha wisata
ekstrim (beresiko
tinggi)
• Usaha angkutan
laut wisata dalam
negeri
• Pembangunan dan
pengoperasian
cement grinding
- 174 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
plant dan cement
packing plant
• Usaha tally mandiri :
kegiatan
cargodoring,
receiving/delivery,
stuffing, dan
stripping peti kemas
bagi kepentingannya
sendiri.
• Usaha bongkar
muat barang :
pengemasan,
penumpukan, dan
penyimpanan di
pelabuhan
• Uji coba kapal
• Penempatan kapal
mati
• Pembangunan
Tempat perbaikan
kapal
• Pembangunan
terminal peti kemas
• Eksploitasi (Operasi
Produksi) Mineral
logam
• Eksploitasi (Operasi
Produksi) Batubara
• Pembangunan PLTU
• Pengerukan perairan
laut dengan capital
dredging yang
memotong material
karang dan/atau
batu
- 175 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Pengerukan perairan
dengan capital
dredging
• Eksplorasi mineral
logam, mineral
bukan logam,
batuan, batubara,
mineral radioaktif
• Pemasangan fasilitas
mesin kalor
• Eksplorasi energi
OTEC
• Pembangunan
terminal curah
kering
• Pembangunan
terminal curah CAIR
• Usaha angkutan
laut internasional
wisata
• Usaha vila (cottage)
di atas laut
• Usaha restoran di
atas laut
• Usaha Jasa Wisata
Tirta (bahari)
• Pengambilan
foto/video bawah
laut
• Budidaya mangrove
• Pemungutan hasil
hutan bukan kayu
pada hutan
mangrove (madu;
getah; daun; buah
dan biji; tanin; ikan;
- 176 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
hasil hutan bukan
kayu lainnya)
• Penangkapan ikan
dengan kapasitas
kapal <10GT
• Pengambilan
barang-barang
purbakala
• Pengambilan
barang- barang
selain barang
purbakala
• Pelepasan jangkar
• Penggunaan galah
untuk mendorong
perahu Infrastruktur
(Saluran Primer,
Sekunder dan
pantai air) Industr
Pembangunan
Fasilitas
penggaraman
• Kegiatan pembuatan
kapal/alat terapung;
• Usaha
pembudidayaan ikan
laut
• Pengambilan
sumber daya laut
non ikan untuk
kepentingan
ekonomi
• Pembudidayaan
sumber daya laut
non ikan untuk
kepentingan
ekonomi
• Pengangkutan ikan
hasil budidaya
- 177 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Pemasangan
Keramba Jaring
Apung
• Pemasangan
rumpon perairan
dangkal
• Pengangkutan ikan
hasil Penangkapan
ikan menggunakan
Squid Jigging
• Penangkapan ikan
menggunakan
Pancing Rawai
Dasar
• Penangkapan ikan
menggunakan Long
line (rawai Tuna)
• Penangkapan ikan
menggunakan
Bubu/Muroami dan
sejenisnya
• Penangkapan ikan
menggunakan
Bouke Ami
• Penangkapan
ikanmenggunakan
Bagan Apung
• Pemasangan fasilitas
turbin generator
energi
• Kegiatan Instalasi
Pembangkit Listrik
• Penanaman kabel
• Pembangunan kabel
telekomunikasi
Local Port Service
(LPS)
- 178 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Penanaman dan
atau pemancangan
kabel atau tiang
serta sarana di laut
• Penetapan tempat
alih muat antar
kapal
• Pembangunan
Kolam pelabuhan
untuk kebutuhan
sandar dan olah
gerak kapal
• Pembangunan TPI
• Usaha pelayanan
perbaikan dan
pemeliharaan kapal
perikanan :
dock/slipway,
bengkel dan tempat
perbaikan jaring;
• Pembangunan
breakwater
(pemecah
gelombang)
• Pembangunan turap
(revetment)
• pembangunan groin;
• Penetapan alur
pelayaran dari dan
ke pelabuhan
perikanan
• Usaha pelayanan
logistik dan
perbekalan kapal
perikanan
• Pembangunan
dermaga perikanan
• Pengoperasian
Pelabuhan
- 179 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
Pengumpan
Regional dan Lokal
• Pengerukan di
wilayah perairan
Pelabuhan
Pengumpan Regional
dan Lokal
• Usaha angkutan
laut pelayaran
rakyat atau badan
usaha pada lintas
pelabuhan antar
kab/kota dalam
provinsi, antar
provinsi dan
pelabuhan
internasional
• Usaha jasa
angkutan perairan
pelabuhan
• Usaha jasa
penyewaan
peralatan angkutan
laut
• Kegiatan riset atau
survei hidrografi
oleh kapal asing
• Pengangkutan dan
penjualan Garam
• Kegiatan pekerjaan
penyelaman (diving
works dalam rangka
industri maritim).
• Penarikan (Towing)
• Pengapungan
(refloating)
• Bongkar muat ikan
• Kegiatan budidaya
biota laut untuk
- 180 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
kepentingan industri
Biofarmakologi /
Bioteknologi Laut
• - Pipa intake dan
ouitake
• industri garam dan
perikanan budidaya
• Kegiatan tambat
perahu
• Kegiatan fasilitas
umum
• Kegiatan pendidikan
dan penelitian
umum
• Pembangunan
anjungan/platform
migas
• Pembangunan
Fasilitas Terapung
(Floating Facility)
Migas: Mooring
• Pembangunan
Floating Storage
Offloading (FSO)
• Kegiatan bongkar
muat oleh kapal
asing
10. Zona KPU- Zona Kota Coastal 485.8 116° 1° 16' • Usaha wisata • Pengambilan • Pembangunan
Perdaganga JP-01 Fasilitas Balikpapan Road, 50' 53.99 edukasi terumbu karang Floating Storage
n Barang Umum Kec. 28.55 7" S • Usaha wisata • Pengambilan Offloading (FSO)
dan/atau Balikpap 0" E dayung sumber daya laut • Penanaman Pipa 0-
Jasa an • Usaha wisata non ikan untuk 20 cm
Selatan memancing • Penanaman Pipa
kepentingan
dan Kec. • Usaha kegiatan diameter diatas 100
Balikpap ekonomi
hiburan dan rekreasi cm
an Kota- • Penangkapan ikan
• Usaha jasa • kegiatan
Kota perjalanan wisata menggunakan Gill
penggelaran/pemasa
Balikpap
an
- 181 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Usaha wisata Net (Jaring insang) n gan kabel/pipa
snorkeling dan sejenisnya bawah laut;
• Usaha wisata • Penangkapan ikan • Kegiatan Reklamasi
tontonan menggunakan Long • Pembangunan
• Usaha wisata stasiun pengisian
line (rawai Tuna)
berenang bahan bakar
• Usaha wisata alam • Pembuangan
nelayan
perairan Limbah
• Kegiatan
• Penanaman Pembudidayaan
ikan pemindahan muatan
tanaman bakau dan dan atau bahan
nipah • untuk kepentingan
bakar (cargo and
• Jasa Wisata Tirta industri
fuel transferring)
(bahari) • Usaha budidaya
• Kegiatan pembuatan
• Perlindungan perikanan
alat-alat maritim
keanekaragaman • terapung (jaring
lainnya
hayati; apung
• Kegiatan Industri
• Penyelamatan dan • dan pen system
Galangan Kapal
perlindungan seluas ≥ 5 Ha
dengan sistem
lingkungan dengan jumlah
Graving Dock Kapal
• Penelitian kegiatan 1000 unit.
• Kegiatan
konservasi • Pengangkutan ikan
pengumpulan,
• Pendidikan kegiatan hasil budidaya
pemanfaatan,
dengan Kapal
konservasi pengolahan,
Pengangkut Ikan
• Survei dan/atau pembuangan, dan
Hidup Berbendera
penelitian ilmiah penimbunan limbah
Asing
• Pengambilan air laut B3
• Budidaya Ikan
untuk kegiatan • Kegiatan perbaikan
hasil rekayasa
budidaya perikanan atau pemeliharaan
genetik
• Pembangunan kapal/alat-alat
• Pengangkutan ikan
sarana dan terapung saja
hasil penangkapan
prasarana publik • Kegiatan
dengan
• Penelitian dan pengumpulan,
• Kapal Pengangkut
pengembangan pemanfaatan,
Ikan
perikanan kelautan pengolahan,
• Hidup Berbendera pembuangan, dan
• Pembangunan
Asing penimbunan limbah
Sarana Bantu
Navigasi Pelayaran • Penangkapan ikan non B3
(SBNP) menggunakan
pukat hela (trawls),
- 182 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Kegiatan membantu payang, cantrang, • Usaha pelayanan
pekerjaan teknis jaring lampara, jasa pemanduan
terhadap kapal- dogol, dan kapal
kapal yang masih sejenisnya • Konstruksi
mengapung tetapi • Kegiatan pengujian Pertambangan
sedang mendapat kapal Garam
malapetaka perikanan/perahu • Kegiatan berlabuh
ikan bermotor jangkar kecuali
• Pengangkutan dalam keadaan force
mineral logam, majeure oleh kapal
mineral bukan asing
logam, batuan, • Penetapan rute
batubara, mineral pelayaran
radioaktif internasional
• Pembangunan • Usaha jasa
FPSO (Floating penyewaan
Production Storage peralatan angkutan
and Offloading) laut
• Eksploitasi • Usaha angkutan
(Operasi Produksi) laut pelayaran
Mineral bukan rakyat atau badan
logam atau mineral usaha pada lintas
batuan pelabuhan antar
• Pemasangan kab/kota dalam
Keramba Jaring Provinsi Kalimantan
Apung Timur, antar
Provinsi dan
• Eksploitasi
pelabuhan
(Operasi Produksi)
internasional
Mineral radioaktif
• Usaha angkutan
• Pengolahan &
laut badan usaha
Pemurnian
pada lintas
Batubara
pelabuhan antar
• Pengolahan &
kab/kota dalam
Pemurnian Mineral
Provinsi Kalimantan
logam
Timur
• engolahan &
• Reklamasi di
Pemurnian Mineral
wilayah perairan
bukan logam atau
pelabuhan
mineral batuan
- 183 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Pengolahan & Pengumpan Regional
Pemurnian Mineral dan Lokal
radioaktif • Pengoperasia
• Penempatan tailing Pelabuhan
(bahan yang Pengumpan Regional
tertinggal setelah dan Lokal
pemisahan fraksi) • Pembangunan dan
di bawah laut pengoperasian Jetty
• Pembangunan • Pembangunan
Terminal breakwater
Regasifikasi LNG (pemecah
• Pembakaran Gas gelombang)
Suar Bakar • Pembangunan
(Flaring) terminal Roro
• Pemusnahan • Pembangunan
handak migas terminal curah CAIR
• Pembangunan • Pembangunan
terminal peti terminal peti kemas
kemas • Pembangunan,
• Pembangunan pemindahan,
terminal curah dan/atau
kering
pembongkaran
• Pembangunan
bangunan atau
terminal curah
CAIR instalasi pipanisasi
• Pembangunan di perairan
terminal ro-ro • Kegiatan Instalasi
• Kegiatan berlabuh Pembangkit Listrik
jangkar kecuali Tenaga Arus Laut
dalam keadaan (PLTAL)
force majeure oleh
kapal asing • Usaha budidaya
perikanan terapung
• Pelatihan perang
(Jaring apung)
dengan
• Pengangkutan ikan
menggunakan
amunisi oleh kapal hasil budidaya
asing dengan kapal
nelayan kecil
- 184 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Pembangunan dan • Pengangkutan ikan
pengoperasian hasil penangkapan
terminal khusus dengan Kapal
• Kegiatan Pengangkut Ikan
pengumpulan,
Hidup Berbendera
pemanfaatan,
pengolahan, Indonesia
pembuangan, dan • Kegiatan pengujian
penimbunan kapal
limbah B3 perikanan/perahu
• Kegiatan ikan bermotor
pengumpulan,
• Pengangkutan
pemanfaatan,
pengolahan, mineral logam,
pembuangan, dan mineral bukan
penimbunan logam, batuan,
limbah non B3 batubara, mineral
• Penangkapan ikan radioaktif
menggunakan • Kegiatan bongkar
Squid Jigging
muat oleh kapal
• Penangkapan ikan
asing
menggunakan
• Pemasangan fasilitas
Pancing Rawai
turbin generator
Dasar
energi
• Penangkapan ikan
menggunakan Long • Pembangunan FPSO
line (rawai Tuna) (Floating Production
• Penangkapan ikan Storage and
menggunakan Pole Offloading)
dan line • Pembangunan
• Penangkapan ikan anjungan/platform
menggunakan migas
Bubu/Muroami • Pengolahan dan
dan sejenisnya Pemurnian mineral
• Penangkapan ikan logam
menggunakan
• Penetapan tempat
Bouke Ami
labuh
- 185 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Penangkapan • Pengelolaan (TUKS)
ikanmenggunakan di dalam
Bagan Apung DLKR/DLKP
• Pembangunan pelabuhan
industri yang
pengumpan regional
terintegrasi dengan
pelabuhan • Kegiatan
• Kegiatan perbaikan penerbangan diatas
atau pemeliharaan alur kepulauan
kapal/alat- alat • Usaha wisata
terapung saja; selancar
• Kegiatan • Usaha wisata
pembuatan alat- olahraga tirta
alat perlengkapan • Usaha dermaga
lain yang khusus permukiman
dipergunakan • Usaha dermaga
dalam kapal; wisata
• Kegiatan • Usaha wisata
pembuatan alat- ekstrim (beresiko
alat maritim tinggi)
lainnya • Usaha angkutan
• Pembangunan laut wisata dalam
stasiun pengisian negeri
bahan bakar • Usaha angkutan
nelayan laut internasional
• Pertambangan wisata
pasir di laut • Usaha vila (cottage)
• Pembuangan Hasil diatas laut
Pengerukan • Usaha restoran di
(Dumping Area) atas laut
• Destructive fishing • Kegiatan pembuatan
mesin-mesin
utama/pembantu
• Pengintroduksian
organisme hasil
rekayasa genetika ke
lingkungan
• Pembangunan
pembangkitan,
- 186 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
transmisi, distribusi
dan penjualan
tenaga listrik
• Usaha Jasa Wisata
Tirta (bahari)
• Pengambilan
foto/video bawah
laut
• Budidaya mangrove
• Pemungutan hasil
hutan bukan kayu
pada hutan
mangrove (madu;
getah; daun; buah
dan biji; tanin; ikan;
hasil hutan bukan
kayu lainnya)
• Penangkapan ikan
dengan kapasitas
kapal < 10GT
• Pengambilan
barang-barang
purbakala
• Pengambilan
barang-barang
selain barang
purbakala
• Pelepasan jangkar
• Penggunaan galah
untuk
• Pembangunan dan
pengoperasian
cement grinding
plant dan cement
packing plant
• Usaha tally mandiri
: kegiatan
cargodoring,
receiving/delivery,
- 187 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
stuffing, dan
stripping peti kemas
bagi kepentingannya
sendiri.
• Usaha bongkar
muat barang :
pengemasan,
penumpukan, dan
penyimpanan di
pelabuhan
• Uji coba kapal
• Penempatan kapal
mati
• Pembangunan
Tempat perbaikan
kapal
• Eksploitasi (Operasi
Produksi) Mineral
logam
• Eksploitasi (Operasi
Produksi) Batubara
• Pembangunan PLTU
• Pengerukan perairan
laut dengan capital
dredging yang
memotong material
karang dan/atau
batu
• Pengerukan perairan
dengan capital
dredging
• Eksplorasi mineral
logam, mineral
bukan logam,
batuan, batubara,
mineral radioaktif
- 188 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Pemasangan fasilitas
mesin kalor
• Eksplorasi energi
OTEC
• Pembangunan
industri yang
terintegrasi dengan
pelabuhan
• Kegiatan pembuatan
kapal/alat terapung
saja
• mendorong perahu
• Pembangunan
permukiman
• Pembangunan
perkantoran
• Pembangunan
Fasilitas
Infrastruktur
(Saluran Primer,
Sekunder dan
pantai air)
• Industri
penggaraman
• Kegiatan pembuatan
kapal/alat terapung;
• Usaha
pembudidayaan
ikan laut
• Pengambilan
sumber daya laut
non ikan untuk
kepentingan
ekonomi
• Pembudidayaan
sumber daya laut
non ikan untuk
- 189 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
kepentingan
ekonomi
• Pengangkutan ikan
hasil budidaya
• Pemasangan
rumpon perairan
dangkal
• Pengangkutan ikan
hasil penangkapan
• Pemasangan fasilitas
turbin generator
energi
• Kegiatan Instalasi
Pembangkit Listrik
• Penanaman kabel
• Pembangunan kabel
• telekomunikasi
Local Port Service
(LPS)
• Penanaman dan
atau pemancangan
kabel atau tiang
serta sarana di laut
• Penetapan tempat
alih muat antar
kapal
• Pembangunan
Kolam pelabuhan
untuk kebutuhan
sandar dan olah
gerak kapal
• Pembangunan TPI
• Usaha pelayanan
perbaikan dan
pemeliharaan kapal
perikanan :
dock/slipway,
bengkel dan tempat
perbaikan jaring;
- 190 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Pembangunan
breakwater
(pemecah
gelombang)
• Pembangunan turap
(revetment)
• pembangunan groin;
• Penetapan alur
pelayaran dari dan
ke pelabuhan
perikanan
• Usaha pelayanan
logistik dan
perbekalan kapal
perikanan
• Pembangunan
dermaga perikanan
• Pengoperasian
Pelabuhan
Pengumpan
Regional dan Lokal
• Pengerukan di
wilayah perairan
Pelabuhan
Pengumpan Regional
dan Lokal
• Usaha angkutan
laut pelayaran
rakyat atau badan
usaha pada lintas
pelabuhan antar
kab/kota dalam
provinsi, antar
provinsi dan
pelabuhan
internasional
• Usaha jasa
angkutan perairan
pelabuhan
- 191 -

RENCANA LOKASI KOORDINAT ARAHAN PEMANFAATAN RUANG


N POLA KABUPATEN LUAS
KODE PERAIRA TOPONI TIDAK DIPERBOLEHKAN
O RUANG / (HA) LONG LAT DIPERBOLEHKAN KETENTUAN KHUSUS
LAUT N MI DIPERBOLEHKAN BERSYARAT
KOTA
• Usaha jasa
penyewaan
peralatan angkutan
laut
• Kegiatan riset atau
survei hidrografi
oleh kapal asing
• Operasi Kapal
Angkutan
Penyeberangan
Dalam Provinsi
• Kegiatan pekerjaan
penyelaman (diving
works dalam rangka
industri maritim).
• Penarikan (Towing)
• Pengapungan
(refloating)
• Bongkar muat ikan
• Kegiatan budidaya
biota laut untuk
kepentingan
industri
Biofarmakologi /
Bioteknologi Laut
• Pipa intake dan
ouitake industri dan
perikanan
• Kegiatan tambat
perahu
• Kegiatan fasilitas
umum
• Kegiatan pendidikan
dan penelitian
umum
• Latihan militer
• Pembangunan
Fasilitas Terapung
LAMPIRAN XIV
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
NOMOR 1 TAHUN 2023
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
TAHUN 2023-2042

INDIKASI PROGRAM UTAMA


PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5
INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
I. PERWUJUDAN RENCANA STRUKTUR RUANG
1. PERWUJUDAN SISTEM PUSAT PERMUKIMAN
1.1. Perwujudan Pusat Kegiatan Nasional
a. PROGRAM PENATAAN BANGUNAN GEDUNG 1. Balikpapan, Tenggarong, APBN, APBD Provinsi, Kementerian Pekerjaan
Samarinda, dan Bontang; dan/atau sumber lain Umum dan Perumahan
PROGRAM PENATAAN BANGUNAN DAN 2. IKN. yang sah Rakyat (Kemen PUPR),
LINGKUNGAN Dinas Pekerjaan
Umum, Penataan
Ruang, Perumahan
Rakyat Provinsi (Dinas
PUPRPERA) Provinsi,
Pelaku Usaha,
dan/atau Masyarakat
b. PROGRAM PENINGKATAN SARANA 1. Balikpapan, Tenggarong, APBN, APBD Provinsi, Kementerian
DISTRIBUSI PERDAGANGAN Samarinda, dan Bontang; dan/atau sumber lain Perdagangan
Pembangunan dan Pengelolaan Pusat 2. IKN. yang sah (Kemendag), Dinas
Distribusi Regional dan Pusat Distribusi Perindustrian,
Provinsi serta Pasar Lelang Komoditas: Perdagangan, Koperasi,
1) Penyediaan sarana dan prasarana pusat Usaha Kecil dan
distribusi regional dan pusat distribusi Menengah
provinsi (Disperindagkop dan
UKM) Provinsi, Pelaku
Usaha, dan/atau
Masyarakat
-2-

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
PROGRAM PENGGUNAAN DAN PEMASARAN
PRODUK DALAM NEGERI
Pelaksanaan Promosi Produk Dalam Negeri:
Fasilitasi promosi penggunaan produk dalam
negeri di tingkat provinsi

Pengembangan dan Pengelolaan Kegiatan


Perdagangan dan Jasa oleh Pelaku Usaha
dan/atau Masyarakat
c. PROGRAM PENGELOLAAN PENDIDIKAN 1. Balikpapan, Tenggarong, APBN, APBD Provinsi, Kementerian dan
Pengelolaan Pendidikan Perguruan TInggi Samarinda, dan Bontang; dan/atau sumber lain Pendidikan dan
Pengelolaan Pendidikan Sekolah Menengah 2. IKN. yang sah Kebudayaan
Atas: (Kemendikbud), Dinas
1) Pembangunan USB (Unit Sekolah Baru) Pendidikan dan
Kebudayaan
2) Penambahan ruang kelas baru
(Disdikbud) provinsi,
3) Pembangunan ruang laboratorium
pelaku usaha,
4) Rehabilitasi sedang/berat ruang kelas dan/atau Masyarakat
sekolah

Pengelolaan Pendidikan Sekolah Menengah


Kejuruan:
1) Pembangunan USB (Unit Sekolah Baru)
2) Penambahan ruang kelas baru
3) Pembangunan ruang laboratorium
4) Rehabilitasi ruang kelas sekolah

Pengelolaan Pendidikan Khusus:


1) Pembangunan USB (Unit Sekolah Baru)
2) Penambahan ruang kelas baru
3) Pembangunan ruang laboratorium
4) Rehabilitasi ruang kelas sekolah

Pengembangan dan Pengelolaan Kegiatan


Pendidikan oleh Pelaku Usaha dan/atau
Masyarakat
-3-

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
d. PROGRAM PEMENUHAN UPAYA KESEHATAN 1. Balikpapan, Tenggarong, APBN, APBD Provinsi, Kementerian
PERORANGAN DAN UPAYA KESEHATAN Samarinda, dan Bontang; dan/atau sumber lain Kesehatan (Kemenkes),
MASYARAKAT 2. IKN. yang sah Dinas Kesehatan
Penyediaan Fasilitas Pelayanan, Sarana, (Dinkes) Provinsi,
Prasarana dan Alat Kesehatan untuk UKP Pelaku Usaha,
Rujukan, UKM dan UKM Rujukan Tingkat dan/atau Masyarakat
Daerah Provinsi:
1) Pembangunan rumah sakit beserta sarana
dan prasarana pendukungnya
2) Pembangunan fasilitas kesehatan lainnya
3) Pengembangan rumah sakit
4) Pengembangan fasilitas kesehatan lainnya
5) Pengembangan unit pemeliharaan fasilitas
kesehatan regional
6) Rehabilitasi dan pemeliharaan fasilitas
kesehatan lainnya
7) Rehabilitasi dan pemeliharaan rumah sakit

Penyediaan Layanan Kesehatan untuk UKP


Rujukan, UKM dan UKM Rujukan Tingkat
Daerah Provinsi:
1) Penyediaan dan pengelolaan Sistem
Penanganan Gawat Darurat Terpadu
(SPGDT)

Pengembangan dan Pengelolaan Kegiatan


Kesehatan oleh Pelaku Usaha dan/atau
Masyarakat
e. Pengembangan dan Pengelolaan Kegiatan 1. Balikpapan, Tenggarong, sumber lain yang sah Pelaku Usaha
Industri oleh Pelaku Usaha dan/atau Samarinda, dan Bontang; dan/atau Masyarakat
Masyarakat 2. IKN.
f. PROGRAM PENINGKATAN DAYA TARIK 1. Balikpapan, Tenggarong, APBN, APBD Provinsi, Kementerian
DESTINASI PARIWISATA Samarinda, dan Bontang; dan/atau sumber lain Pariwisata dan
Pengelolaan Daya Tarik Wisata Provinsi: 2. IKN. yang sah Ekonomi Kreatif
1) Penetapan daya tarik wisata unggulan (Kemenparekraf), Dinas
provinsi Pariwisata (Dispar)
Provinsi, Pelaku
-4-

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
2) Perancangan dan perencanaan Usaha, dan/atau
pengembangan daya tarik wisata unggulan Masyarakat
provinsi
3) Pengembangan daya tarik wisata unggulan
provinsi

PROGRAM PEMASARAN PARIWISATA


Pemasaran Pariwisata Dalam dan Luar Negeri
Daya Tarik, Destinasi dan Kawasan Strategis
Pariwisata Provinsi:
1) Penguatan promosi melalui media cetak,
elektronik, dan media lainnya baik dalam
dan luar negeri
2) Fasilitasi kegiatan pemasaran pariwisata
baik dalam dan luar negeri

Pengembangan dan Pengelolaan Kegiatan


Pariwisata oleh Pelaku Usaha dan/atau
Masyarakat
g. PROGRAM PENGEMBANGAN DAYA SAING 1. Balikpapan, Tenggarong, APBN, APBD Provinsi, Kementerian Pemuda
KEOLAHRAGAAN Samarinda, dan Bontang; dan/atau sumber lain dan Olahraga
Pembinaan dan Pengembangan Olahraga 2. IKN. yang sah (Kemenpora), Kemen
Pendidikan pada Jenjang Pendidikan yang PUPR, Dinas Pemuda
Menjadi Kewenangan Pusat: dan Olahraga (Dispora)
1) Koordinasi, sinkronisasi dan pelaksanaan provinsi, Pelaku
pembentukan dan pengembangan pusat Usaha, dan/atau
pembinaan dan pelatihan olahraga serta Masyarakat
sekolah olahraga yang diselenggarakan
oleh masyarakat dan dunia usaha
2) Koordinasi, sinkronisasi dan pelaksanaan
penyediaan sarana dan prasarana olahraga
Pembinaan dan Pengembangan Olahraga
Pendidikan pada Jenjang Pendidikan yang
Menjadi Kewenangan Daerah Provinsi:
1) Koordinasi, sinkronisasi dan pelaksanaan
pembentukan dan pengembangan pusat
pembinaan dan pelatihan olahraga serta
-5-

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
sekolah olahraga yang diselenggarakan
oleh masyarakat dan dunia usaha
2) Koordinasi, sinkronisasi dan pelaksanaan
penyediaan sarana dan prasarana olahraga
provinsi

Pengembangan dan Pengelolaan Kegiatan


Olahraga oleh Pelaku Usaha dan/atau
Masyarakat
h. PROGRAM PENGEMBANGAN PERTAHANAN 1. Balikpapan, Tenggarong, APBN dan/atau Kementerian
DAN KEAMANAN Samarinda, dan Bontang; sumber lain yang sah Pertahanan
Pengembangan dan peningkatan pusat kegiatan 2. IKN. (Kemenhan), Tentara
pertahanan dan keamanan Nasional Indonesia
(TNI), dan/atau Polisi
Republik Indonesia
(Polri)
1.2. Perwujudan Pusat Kegiatan Wilayah
a. PROGRAM PENATAAN BANGUNAN GEDUNG 1. Tana Paser di Kabupaten APBD Provinsi Kemen PUPR, Dinas
Paser; PUPRPERA Provinsi,
PROGRAM PENATAAN BANGUNAN DAN 2. Sendawar di Kabupaten Pelaku Usaha,
LINGKUNGAN Kutai Barat; dan/atau Masyarakat
3. Sangatta di Kabupaten
Kutai Timur; dan
4. Tanjung Redeb di
Kabupaten Berau.
b. PROGRAM PENINGKATAN SARANA 1. Tana Paser di Kabupaten APBN, APBD Provinsi, Kemendag,
DISTRIBUSI PERDAGANGAN Paser; dan/atau sumber lain Disperindagkop dan
Pembangunan dan Pengelolaan Pusat 2. Sendawar di Kabupaten yang sah UKM Provinsi, Pelaku
Distribusi Regional dan Pusat Distribusi Kutai Barat; Usaha, dan/atau
Provinsi serta Pasar Lelang Komoditas: 3. Sangatta di Kabupaten Masyarakat
1) Penyediaan sarana dan prasarana pusat Kutai Timur; dan
distribusi regional dan pusat distribusi 4. Tanjung Redeb di
provinsi Kabupaten Berau.

PROGRAM PENGGUNAAN DAN PEMASARAN


PRODUK DALAM NEGERI
Pelaksanaan Promosi Produk Dalam Negeri:
-6-

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
Fasilitasi promosi penggunaan produk dalam
negeri di tingkat provinsi

Pengembangan dan Pengelolaan Kegiatan


Perdagangan dan Jasa oleh Pelaku Usaha
dan/atau Masyarakat
c. PROGRAM PENGELOLAAN PENDIDIKAN 1. Tana Paser di Kabupaten APBN, APBD Provinsi, Kemendikbud,
Pengelolaan Pendidikan Perguruan TInggi Paser; dan/atau sumber lain Disdikbud Provinsi,
Pengelolaan Pendidikan Sekolah Menengah 2. Sendawar di Kabupaten yang sah pelaku usaha,
Atas: Kutai Barat; dan/atau Masyarakat
1) Pembangunan USB (Unit Sekolah Baru) 3. Sangatta di Kabupaten
2) Penambahan ruang kelas baru Kutai Timur; dan
3) Pembangunan ruang laboratorium 4. Tanjung Redeb di
4) Rehabilitasi sedang/berat ruang kelas Kabupaten Berau.
sekolah

Pengelolaan Pendidikan Sekolah Menengah


Kejuruan:
1) Pembangunan USB (Unit Sekolah Baru)
2) Penambahan ruang kelas baru
3) Pembangunan ruang laboratorium
4) Rehabilitasi ruang kelas sekolah

Pengelolaan Pendidikan Khusus:


1) Pembangunan USB (Unit Sekolah Baru)
2) Penambahan ruang kelas baru
3) Pembangunan ruang laboratorium
4) Rehabilitasi ruang kelas sekolah

Pengembangan dan Pengelolaan Kegiatan


Pendidikan oleh Pelaku Usaha dan/atau
Masyarakat
d. PROGRAM PEMENUHAN UPAYA KESEHATAN 1. Tana Paser di Kabupaten APBN, APBD Provinsi, Kemenkes, Dinkes
PERORANGAN DAN UPAYA KESEHATAN Paser; dan/atau sumber lain Provinsi, Pelaku
MASYARAKAT 2. Sendawar di Kabupaten yang sah Usaha, dan/atau
Penyediaan Fasilitas Pelayanan, Sarana, Kutai Barat; Masyarakat
Prasarana dan Alat Kesehatan untuk UKP
-7-

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
Rujukan, UKM dan UKM Rujukan Tingkat 3. Sangatta di Kabupaten
Daerah Provinsi: Kutai Timur; dan
1) Pembangunan rumah sakit beserta sarana 4. Tanjung Redeb di
dan prasarana pendukungnya Kabupaten Berau.
2) Pembangunan fasilitas kesehatan lainnya
3) Pengembangan rumah sakit
4) Pengembangan fasilitas kesehatan lainnya
5) Pengembangan unit pemeliharaan fasilitas
kesehatan regional
6) Rehabilitasi dan pemeliharaan fasilitas
kesehatan lainnya
7) Rehabilitasi dan pemeliharaan rumah sakit

Penyediaan Layanan Kesehatan untuk UKP


Rujukan, UKM dan UKM Rujukan Tingkat
Daerah Provinsi:
1) Penyediaan dan pengelolaan Sistem
Penanganan Gawat Darurat Terpadu
(SPGDT)

Pengembangan dan Pengelolaan Kegiatan


Kesehatan oleh Pelaku Usaha dan/atau
Masyarakat
e. Pengembangan dan Pengelolaan Kegiatan 1. Tana Paser di Kabupaten sumber lain yang sah Pelaku Usaha
Industri oleh Pelaku Usaha dan/atau Paser; dan/atau Masyarakat
Masyarakat 2. Sendawar di Kabupaten
Kutai Barat;
3. Sangatta di Kabupaten
Kutai Timur; dan
4. Tanjung Redeb di
Kabupaten Berau.
f. PROGRAM PENINGKATAN DAYA TARIK 1. Tana Paser di Kabupaten APBN, APBD Provinsi, Kemenparekraf, Dispar
DESTINASI PARIWISATA Paser; dan/atau sumber lain Provinsi, pelaku usaha,
Pengelolaan Daya Tarik Wisata Provinsi: 2. Sendawar di Kabupaten yang sah dan/atau Masyarakat
1) Penetapan daya tarik wisata unggulan Kutai Barat;
provinsi 3. Sangatta di Kabupaten
Kutai Timur; dan
-8-

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
2) Perancangan dan perencanaan 4. Tanjung Redeb di
pengembangan daya tarik wisata unggulan Kabupaten Berau.
provinsi
3) Pengembangan daya tarik wisata unggulan
provinsi

PROGRAM PEMASARAN PARIWISATA


Pemasaran Pariwisata Dalam dan Luar Negeri
Daya Tarik, Destinasi dan Kawasan Strategis
Pariwisata Provinsi:
1) Penguatan promosi melalui media cetak,
elektronik, dan media lainnya baik dalam
dan luar negeri
2) Fasilitasi kegiatan pemasaran pariwisata
baik dalam dan luar negeri

Pengembangan dan Pengelolaan Kegiatan


Pariwisata oleh Pelaku Usaha dan/atau
Masyarakat
g. PROGRAM PENGEMBANGAN DAYA SAING 1. Tana Paser di Kabupaten APBN, APBD Provinsi, Kemenpora, Dispora
KEOLAHRAGAAN Paser; APBD Provinsi, Provinsi, Pelaku
Pembinaan dan Pengembangan Olahraga 2. Sendawar di Kabupaten dan/atau sumber lain Usaha, dan/atau
Pendidikan pada Jenjang Pendidikan yang Kutai Barat; yang sah Masyarakat
Menjadi Kewenangan Pusat: 3. Sangatta di Kabupaten
1) Koordinasi, sinkronisasi dan pelaksanaan Kutai Timur; dan
pembentukan dan pengembangan pusat 4. Tanjung Redeb di
pembinaan dan pelatihan olahraga serta Kabupaten Berau.
sekolah olahraga yang diselenggarakan
oleh masyarakat dan dunia usaha
2) Koordinasi, sinkronisasi dan pelaksanaan
penyediaan sarana dan prasarana olahraga
Pembinaan dan Pengembangan Olahraga
Pendidikan pada Jenjang Pendidikan yang
Menjadi Kewenangan Daerah Provinsi:
1) Koordinasi, sinkronisasi dan pelaksanaan
pembentukan dan pengembangan pusat
pembinaan dan pelatihan olahraga serta
-9-

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
sekolah olahraga yang diselenggarakan
oleh masyarakat dan dunia usaha
2) Koordinasi, sinkronisasi dan pelaksanaan
penyediaan sarana dan prasarana olahraga
provinsi

Pengembangan dan Pengelolaan Kegiatan


Olahraga oleh Pelaku Usaha dan/atau
Masyarakat
h. PROGRAM PENGEMBANGAN PERTAHANAN 1. Tana Paser di Kabupaten APBN Kemenhan, TNI,
DAN KEAMANAN Paser; dan/atau Polri
Pengembangan dan peningkatan pusat kegiatan 2. Sendawar di Kabupaten
pertahanan dan keamanan Kutai Barat;
3. Sangatta di Kabupaten
Kutai Timur; dan
4. Tanjung Redeb di
Kabupaten Berau.
1.3. Perwujudan Pusat Kegiatan Strategis Nasional
a. Program Pengembangan Kawasan: Long Pahangai dan Long APBN Kemen PUPR
Pos Lintas Batas Negara Apari di Kabupaten Mahakam
Ulu

b. PROGRAM PENATAAN BANGUNAN DAN Long Pahangai dan Long APBN, APBD Provinsi, Kemen PUPR, Dinas
LINGKUNGAN Apari di Kabupaten Mahakam dan/atau sumber lain PUPRPERA Provinsi,
Ulu yang sah Pelaku Usaha,
dan/atau Masyarakat
c. PROGRAM PENINGKATAN SARANA Long Pahangai dan Long APBN, APBD Provinsi, Kemendag,
DISTRIBUSI PERDAGANGAN Apari di Kabupaten Mahakam dan/atau sumber lain Disperindagkop dan
Pembangunan dan Pengelolaan Pusat Ulu yang sah UKM Provinsi, Pelaku
Distribusi Regional dan Pusat Distribusi Usaha, dan/atau
Provinsi serta Pasar Lelang Komoditas: Masyarakat
1) Penyediaan sarana dan prasarana pusat
distribusi regional dan pusat distribusi
provinsi

PROGRAM PENGGUNAAN DAN PEMASARAN


PRODUK DALAM NEGERI
Pelaksanaan Promosi Produk Dalam Negeri:
- 10 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
Fasilitasi promosi penggunaan produk dalam
negeri di tingkat provinsi

Pengembangan dan Pengelolaan Kegiatan


Perdagangan dan Jasa oleh Pelaku Usaha
dan/atau Masyarakat
d. PROGRAM PENGELOLAAN PENDIDIKAN Long Pahangai dan Long APBN, APBD Provinsi, Kemendikbud,
Pengelolaan Pendidikan Sekolah Menengah Apari di Kabupaten Mahakam APBD Provinsi, Disdikbud Provinsi,
Atas: Ulu dan/atau sumber lain Pelaku Usaha,
1) Pembangunan USB (Unit Sekolah Baru) yang sah dan/atau Masyarakat
2) Penambahan ruang kelas baru
3) Pembangunan ruang laboratorium
4) Rehabilitasi sedang/berat ruang kelas
sekolah

Pengelolaan Pendidikan Sekolah Menengah


Kejuruan:
1) Pembangunan USB (Unit Sekolah Baru)
2) Penambahan ruang kelas baru
3) Pembangunan ruang laboratorium
4) Rehabilitasi ruang kelas sekolah

Pengelolaan Pendidikan Khusus:


1) Pembangunan USB (Unit Sekolah Baru)
2) Penambahan ruang kelas baru
3) Pembangunan ruang laboratorium
4) Rehabilitasi ruang kelas sekolah

Pengembangan dan Pengelolaan Kegiatan


Pendidikan oleh Pelaku Usaha dan/atau
Masyarakat
e. PROGRAM PEMENUHAN UPAYA KESEHATAN Long Pahangai dan Long APBN, APBD Provinsi, Kemenkes, Dinkes
PERORANGAN DAN UPAYA KESEHATAN Apari di Kabupaten Mahakam APBD Provinsi, Provinsi, Pelaku
MASYARAKAT Ulu dan/atau sumber lain Usaha, dan/atau
Penyediaan Fasilitas Pelayanan, Sarana, yang sah Masyarakat
Prasarana dan Alat Kesehatan untuk UKP
- 11 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
Rujukan, UKM dan UKM Rujukan Tingkat
Daerah Provinsi:
1) Pembangunan rumah sakit beserta sarana
dan prasarana pendukungnya
2) Pembangunan fasilitas kesehatan lainnya
3) Pengembangan rumah sakit
4) Pengembangan fasilitas kesehatan lainnya
5) Pengembangan unit pemeliharaan fasilitas
kesehatan regional
6) Rehabilitasi dan pemeliharaan fasilitas
kesehatan lainnya
7) Rehabilitasi dan pemeliharaan rumah sakit

Penyediaan Layanan Kesehatan untuk UKP


Rujukan, UKM dan UKM Rujukan Tingkat
Daerah Provinsi:
1) Penyediaan dan pengelolaan Sistem
Penanganan Gawat Darurat Terpadu
(SPGDT)

Pengembangan dan Pengelolaan Kegiatan


Kesehatan oleh Pelaku Usaha dan/atau
Masyarakat
f. Pengembangan dan Pengelolaan Kegiatan Long Pahangai dan Long sumber lain yang sah Pelaku Usaha
Industri oleh Pelaku Usaha dan/atau Apari di Kabupaten Mahakam dan/atau Masyarakat
Masyarakat Ulu

g. PROGRAM PENINGKATAN DAYA TARIK Long Pahangai dan Long APBN, APBD Provinsi, Kemenparekraf, Dispar
DESTINASI PARIWISATA Apari di Kabupaten Mahakam dan/atau sumber lain Provinsi, pelaku usaha,
Pengelolaan Daya Tarik Wisata Provinsi: Ulu yang sah dan/atau Masyarakat
1) Penetapan daya tarik wisata unggulan
provinsi
2) Perancangan dan perencanaan
pengembangan daya tarik wisata unggulan
provinsi
3) Pengembangan daya tarik wisata unggulan
provinsi
- 12 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
PROGRAM PEMASARAN PARIWISATA
Pemasaran Pariwisata Dalam dan Luar Negeri
Daya Tarik, Destinasi dan Kawasan Strategis
Pariwisata Provinsi:
1) Penguatan promosi melalui media cetak,
elektronik, dan media lainnya baik dalam
dan luar negeri
2) Fasilitasi kegiatan pemasaran pariwisata
baik dalam dan luar negeri

Pengembangan dan Pengelolaan Kegiatan


Pariwisata oleh Pelaku Usaha dan/atau
Masyarakat
h. PROGRAM PENGEMBANGAN DAYA SAING Long Pahangai dan Long APBN, APBD Provinsi, Kemenpora, Dispora
KEOLAHRAGAAN Apari di Kabupaten Mahakam dan/atau sumber lain Provinsi, Pelaku
Pembinaan dan Pengembangan Olahraga Ulu yang sah Usaha, dan/atau
Pendidikan pada Jenjang Pendidikan yang Masyarakat
Menjadi Kewenangan Pusat:
1) Koordinasi, sinkronisasi dan pelaksanaan
pembentukan dan pengembangan pusat
pembinaan dan pelatihan olahraga serta
sekolah olahraga yang diselenggarakan
oleh masyarakat dan dunia usaha
2) Koordinasi, sinkronisasi dan pelaksanaan
penyediaan sarana dan prasarana olahraga
Pembinaan dan Pengembangan Olahraga
Pendidikan pada Jenjang Pendidikan yang
Menjadi Kewenangan Daerah Provinsi:
1) Koordinasi, sinkronisasi dan pelaksanaan
pembentukan dan pengembangan pusat
pembinaan dan pelatihan olahraga serta
sekolah olahraga yang diselenggarakan
oleh masyarakat dan dunia usaha
2) Koordinasi, sinkronisasi dan pelaksanaan
penyediaan sarana dan prasarana olahraga
provinsi
- 13 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
Pengembangan dan Pengelolaan Kegiatan
Olahraga oleh Pelaku Usaha dan/atau
Masyarakat
i. PROGRAM PENGEMBANGAN PERTAHANAN Long Pahangai dan Long APBN Kemenhan, TNI,
DAN KEAMANAN Apari di Kabupaten Mahakam dan/atau Polri
Pengembangan dan peningkatan pusat kegiatan Ulu
pertahanan dan keamanan
1.4. Perwujudan Pusat Kegiatan Lokal
a. PROGRAM PENATAAN BANGUNAN DAN 1. Batu Kajang, Kuaro, Long APBD Provinsi, Dinas PUPRPERA
LINGKUNGAN Ikis, dan Kerang di dan/atau sumber lain Provinsi, Pelaku
Kabupaten Paser; yang sah Usaha, dan/atau
2. Kembang Janggut, Kota Masyarakat
Bangun, Muara Badak,
dan Loa Kulu di
Kabupaten Kutai
Kartanegara;
3. Talisayan, Sido Bangen,
Tanjung Batu, dan Tepian
Buah di Kabupaten
Berau;
4. Tanjung Isuy, Linggang
Bigung, dan Bongan di
Kabupaten Kutai Barat;
5. Muara Bengkal, Muara
Wahau, dan Sangkulirang
di Kabupaten Kutai
Timur;
6. Penajam di Kabupaten
Penajam Paser Utara; dan
7. Ujoh Bilang, Long
Hubung, dan Tiong
Ohang di Kabupaten
Mahakam Ulu.
b. PROGRAM PENINGKATAN SARANA 1. Batu Kajang, Kuaro, Long APBD Provinsi, Disperindagkop dan
DISTRIBUSI PERDAGANGAN Ikis, dan Kerang di dan/atau sumber lain UKM Provinsi, Pelaku
Pembangunan dan Pengelolaan Pusat Kabupaten Paser; yang sah usaha, dan/atau
Distribusi Regional dan Pusat Distribusi 2. Kembang Janggut, Kota Masyarakat
Provinsi serta Pasar Lelang Komoditas: Bangun, Muara Badak,
- 14 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
1) Penyediaan sarana dan prasarana pusat dan Loa Kulu di
distribusi regional dan pusat distribusi Kabupaten Kutai
provinsi Kartanegara;
3. Talisayan, Sido Bangen,
PROGRAM PENGGUNAAN DAN PEMASARAN Tanjung Batu, dan Tepian
PRODUK DALAM NEGERI Buah di Kabupaten
Pelaksanaan Promosi Produk Dalam Negeri: Berau;
Fasilitasi promosi penggunaan produk dalam 4. Tanjung Isuy, Linggang
negeri di tingkat provinsi Bigung, dan Bongan di
Kabupaten Kutai Barat;
Pengembangan dan Pengelolaan Kegiatan 5. Muara Bengkal, Muara
Perdagangan dan Jasa oleh Pelaku Usaha Wahau, dan Sangkulirang
di Kabupaten Kutai
dan/atau Masyarakat
Timur;
6. Penajam di Kabupaten
Penajam Paser Utara; dan
7. Ujoh Bilang, Long
Hubung, dan Tiong
Ohang di Kabupaten
Mahakam Ulu.
c. PROGRAM PENGELOLAAN PENDIDIKAN 1. Batu Kajang, Kuaro, Long APBD Provinsi, APBD Disdikbud Provinsi,
Pengelolaan Pendidikan Sekolah Menengah Ikis, dan Kerang di Provinsi, dan/atau Pelaku Usaha,
Atas: Kabupaten Paser; sumber lain yang sah dan/atau Masyarakat
1) Pembangunan USB (Unit Sekolah Baru) 2. Kembang Janggut, Kota
2) Penambahan ruang kelas baru Bangun, Muara Badak,
3) Pembangunan ruang laboratorium dan Loa Kulu di
Kabupaten Kutai
4) Rehabilitasi sedang/berat ruang kelas
Kartanegara;
sekolah
3. Talisayan, Sido Bangen,
Tanjung Batu, dan Tepian
Pengelolaan Pendidikan Sekolah Menengah
Buah di Kabupaten
Kejuruan:
Berau;
1) Pembangunan USB (Unit Sekolah Baru)
4. Tanjung Isuy, Linggang
2) Penambahan ruang kelas baru Bigung, dan Bongan di
3) Pembangunan ruang laboratorium Kabupaten Kutai Barat;
4) Rehabilitasi ruang kelas sekolah 5. Muara Bengkal, Muara
Wahau, dan Sangkulirang
Pengelolaan Pendidikan Khusus: di Kabupaten Kutai
1) Pembangunan USB (Unit Sekolah Baru) Timur;
- 15 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
2) Penambahan ruang kelas baru 6. Penajam di Kabupaten
3) Pembangunan ruang laboratorium Penajam Paser Utara; dan
4) Rehabilitasi ruang kelas sekolah 7. Ujoh Bilang, Long
Hubung, dan Tiong
Pengembangan dan Pengelolaan Kegiatan Ohang di Kabupaten
Pendidikan oleh Pelaku Usaha dan/atau Mahakam Ulu.
Masyarakat
d. PROGRAM PEMENUHAN UPAYA KESEHATAN 1. Batu Kajang, Kuaro, Long APBD Provinsi, Dinkes Provinsi,
PERORANGAN DAN UPAYA KESEHATAN Ikis, dan Kerang di dan/atau sumber lain Pelaku Usaha,
MASYARAKAT Kabupaten Paser; yang sah dan/atau Masyarakat
Penyediaan Fasilitas Pelayanan, Sarana, 2. Kembang Janggut, Kota
Prasarana dan Alat Kesehatan untuk UKP Bangun, Muara Badak,
Rujukan, UKM dan UKM Rujukan Tingkat dan Loa Kulu di
Daerah Provinsi: Kabupaten Kutai
1) Pembangunan rumah sakit beserta sarana Kartanegara;
dan prasarana pendukungnya 3. Talisayan, Sido Bangen,
2) Pembangunan fasilitas kesehatan lainnya Tanjung Batu, dan Tepian
3) Pengembangan rumah sakit Buah di Kabupaten
4) Pengembangan fasilitas kesehatan lainnya Berau;
5) Pengembangan unit pemeliharaan fasilitas 4. Tanjung Isuy, Linggang
kesehatan regional Bigung, dan Bongan di
6) Rehabilitasi dan pemeliharaan fasilitas Kabupaten Kutai Barat;
kesehatan lainnya 5. Muara Bengkal, Muara
Wahau, dan Sangkulirang
7) Rehabilitasi dan pemeliharaan rumah sakit
di Kabupaten Kutai
Timur;
Penyediaan Layanan Kesehatan untuk UKP
6. Penajam di Kabupaten
Rujukan, UKM dan UKM Rujukan Tingkat
Penajam Paser Utara; dan
Daerah Provinsi:
7. Ujoh Bilang, Long
1) Penyediaan dan pengelolaan Sistem Hubung, dan Tiong
Penanganan Gawat Darurat Terpadu Ohang di Kabupaten
(SPGDT) Mahakam Ulu.

Pengembangan dan Pengelolaan Kegiatan


Kesehatan oleh Pelaku Usaha dan/atau
Masyarakat
- 16 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
e. Pengembangan dan Pengelolaan Kegiatan 1. Batu Kajang, Kuaro, Long sumber lain yang sah Pelaku Usaha
Industri oleh Pelaku Usaha dan/atau Ikis, dan Kerang di dan/atau Masyarakat
Masyarakat Kabupaten Paser;
2. Kembang Janggut, Kota
Bangun, Muara Badak,
dan Loa Kulu di
Kabupaten Kutai
Kartanegara;
3. Talisayan, Sido Bangen,
Tanjung Batu, dan Tepian
Buah di Kabupaten
Berau;
4. Tanjung Isuy, Linggang
Bigung, dan Bongan di
Kabupaten Kutai Barat;
5. Muara Bengkal, Muara
Wahau, dan Sangkulirang
di Kabupaten Kutai
Timur;
6. Penajam di Kabupaten
Penajam Paser Utara; dan
7. Ujoh Bilang, Long
Hubung, dan Tiong
Ohang di Kabupaten
Mahakam Ulu.
f. PROGRAM PENINGKATAN DAYA TARIK 1. Batu Kajang, Kuaro, Long APBD Provinsi, Dispar Provinsi, Pelaku
DESTINASI PARIWISATA Ikis, dan Kerang di dan/atau sumber lain Usaha, dan/atau
Pengelolaan Daya Tarik Wisata Provinsi: Kabupaten Paser; yang sah Masyarakat
1) Penetapan daya tarik wisata unggulan 2. Kembang Janggut, Kota
provinsi Bangun, Muara Badak,
2) Perancangan dan perencanaan dan Loa Kulu di
pengembangan daya tarik wisata unggulan Kabupaten Kutai
provinsi Kartanegara;
3. Talisayan, Sido Bangen,
3) Pengembangan daya tarik wisata unggulan
Tanjung Batu, dan Tepian
provinsi
Buah di Kabupaten
Berau;
PROGRAM PEMASARAN PARIWISATA
- 17 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
Pemasaran Pariwisata Dalam dan Luar Negeri 4. Tanjung Isuy, Linggang
Daya Tarik, Destinasi dan Kawasan Strategis Bigung, dan Bongan di
Pariwisata Provinsi: Kabupaten Kutai Barat;
1) Penguatan promosi melalui media cetak, 5. Muara Bengkal, Muara
elektronik, dan media lainnya baik dalam Wahau, dan Sangkulirang
dan luar negeri di Kabupaten Kutai
2) Fasilitasi kegiatan pemasaran pariwisata Timur;
baik dalam dan luar negeri 6. Penajam di Kabupaten
Penajam Paser Utara; dan
Pengembangan dan Pengelolaan Kegiatan 7. Ujoh Bilang, Long
Pariwisata oleh Pelaku Usaha dan/atau Hubung, dan Tiong
Masyarakat Ohang di Kabupaten
Mahakam Ulu.
g. PROGRAM PENGEMBANGAN DAYA SAING 1. Batu Kajang, Kuaro, Long APBD Provinsi, Dispora Provinsi,
KEOLAHRAGAAN Ikis, dan Kerang di dan/atau sumber lain Pelaku Usaha,
Pembinaan dan Pengembangan Olahraga Kabupaten Paser; yang sah dan/atau Masyarakat
Pendidikan pada Jenjang Pendidikan yang 2. Kembang Janggut, Kota
Menjadi Kewenangan Pusat: Bangun, Muara Badak,
1) Koordinasi, sinkronisasi dan pelaksanaan dan Loa Kulu di
pembentukan dan pengembangan pusat Kabupaten Kutai
pembinaan dan pelatihan olahraga serta Kartanegara;
sekolah olahraga yang diselenggarakan 3. Talisayan, Sido Bangen,
oleh masyarakat dan dunia usaha Tanjung Batu, dan Tepian
2) Koordinasi, sinkronisasi dan pelaksanaan Buah di Kabupaten
penyediaan sarana dan prasarana olahraga Berau;
Pembinaan dan Pengembangan Olahraga 4. Tanjung Isuy, Linggang
Pendidikan pada Jenjang Pendidikan yang Bigung, dan Bongan di
Menjadi Kewenangan Daerah Provinsi: Kabupaten Kutai Barat;
1) Koordinasi, sinkronisasi dan pelaksanaan 5. Muara Bengkal, Muara
pembentukan dan pengembangan pusat Wahau, dan Sangkulirang
pembinaan dan pelatihan olahraga serta di Kabupaten Kutai
sekolah olahraga yang diselenggarakan Timur;
oleh masyarakat dan dunia usaha 6. Penajam di Kabupaten
Penajam Paser Utara; dan
2) Koordinasi, sinkronisasi dan pelaksanaan
penyediaan sarana dan prasarana olahraga 7. Ujoh Bilang, Long
provinsi Hubung, dan Tiong
Ohang di Kabupaten
Mahakam Ulu.
- 18 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
Pengembangan dan Pengelolaan Kegiatan
Olahraga oleh Pelaku Usaha dan/atau
Masyarakat
h. PROGRAM PENGEMBANGAN PERTAHANAN 1. Batu Kajang, Kuaro, Long APBN Kemenhan, TNI,
DAN KEAMANAN Ikis, dan Kerang di dan/atau Polri
Kabupaten Paser;
Pengembangan dan peningkatan pusat kegiatan
pertahanan dan keamanan 2. Kembang Janggut, Kota
Bangun, Muara Badak,
dan Loa Kulu di
Kabupaten Kutai
Kartanegara;
3. Talisayan, Sido Bangen,
Tanjung Batu, dan Tepian
Buah di Kabupaten
Berau;
4. Tanjung Isuy, Linggang
Bigung, dan Bongan di
Kabupaten Kutai Barat;
5. Muara Bengkal, Muara
Wahau, dan Sangkulirang
di Kabupaten Kutai
Timur;
6. Penajam di Kabupaten
Penajam Paser Utara; dan
7. Ujoh Bilang, Long
Hubung, dan Tiong
Ohang di Kabupaten
Mahakam Ulu.
2. PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI
2.1. Perwujudan Sistem Jaringan Jalan
2.1.1. Perwujudan Jalan Umum
2.1.1.1. Perwujudan Jalan Arteri Primer
a. PROGRAM PENYELENGGARAAN JALAN 1. Kerang (Bts. Prov. Kalsel)- APBN Kemen PUPR dan
Penyelenggaraan Jalan Nasional: Bts. Kota Tanah Grogot; Kementerian
1) Penyusunan rencana, kebijakan, strategi 2. Jln. Noto Sunardi (Tanah Perhubungan
pengembangan jaringan jalan serta Grogot); (Kemenhub)
- 19 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
perencanaan teknis penyelenggaraan jalan 3. Bts. Kota Tanah Grogot-
dan jembatan Lolo;
2) Pembebasan lahan/tanah untuk 4. Sp. 3 Jln. Pangeran
penyelenggaraan jalan Mentri-Sp. 3 Jln.
3) Survey kondisi jalan/jembatan Sudirman (Tanah Grogot);
4) Pelebaran jalan menuju standar 5. Jln. Kusuma Bangsa
5) Pelebaran jalan menambah lajur (Tanah Grogot);
6) Rekonstruksi jalan 6. Lolo-Kuaro;
7) Rehabilitasi jalan 7. Kuaro-Kademan (Bts.
8) Pemeliharaan berkala/rutin jalan Kab. Panajam Paser
9) Pembangunan flyover Utara);
8. Kademan (Bts. Kab.
10) Pembangunan underpass
Paser)-Penajam;
11) Pembangunan terowongan/tunnel
9. Petung-Sp. 3 Riko;
12) Penggantian jembatan
10. Sp. 3 Riko-Sp. 3 ITCI;
13) Pelebaran jembatan
11. Sp. 3 ITCI-Sepaku;
14) Rehabilitasi jembatan
12. Sepaku-Semoi Dua (Bts.
15) Pemeliharaan rutin/berkala jembatan
Kab. Kutai Kartanegara);
16) Penanggulangan bencana/tanggap darurat
13. Semoi Dua (Bts. Kab.
Kutai Kartanegara)-Km.
PROGRAM PENYELENGGARAAN LALU 38 (Sp. 3 Samboja);
LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN (LLAJ) 14. Bts. Kota Balikpapan-Sp.
Penyediaan Perlengkapan Jalan di Jalan 3 Samboja;
Nasional: 15. Jln. Sudirman
1) Penyediaan perlengkapan jalan (Balikpapan);
2) Rehabilitasi dan pemeliharaan prasarana 16. Jln. Iswahyudi
jalan (Balikpapan);
3) Rehabilitasi dan pemeliharaan 17. Jln. Syarifuddin Yoes (Jl.
perlengkapan jalan ke Airport) (Balikpapan);
18. Jln. MT. Haryono/Ring
Road (Balikpapan);
19. Jln. Soekarno-Hatta
(Balikpapan);
20. Jln. Akses TPK
Kariangau;
21. Jln. Mulawarman-Sp. 3
Tol Balsam;
- 20 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
22. Sp. 3 Samboja-Sp. 3 Loa
Janan;
23. Jln. Rifadin (Kab. Kutai
Kartanegara);
24. Jln. Rifadin (Kota
Samarinda);
25. Jln. KH Harun Nafsi
(Samarinda);
26. Jln. Bung Tomo (Akses
Terminal Samarinda
Seberang);
27. Jln. Sultan Hassanudin
(Akses Terminal
Samarinda Seberang);
28. Jln. Jembatan Mahakam
(Samarinda);
29. Jln. Slamet Riyadi
(Samarinda);
30. Jln. RE. Martadinata
(Samarinda);
31. Jln. Gajah Mada
(Samarinda);
32. Jln. Yos Sudarso (Jl. ke
Pelabuhan Samarinda)
(Samarinda);
33. Sp. 3 Lempake
(Samarinda)-Bts. Kab.
Kutai Kartanegara;
34. Jln. Antasari (Samarinda);
35. Jln. Juanda (Samarinda);
36. Jln. AW. Syahrani
(Samarinda);
37. Jln. D.I. Panjaitan
(Samarinda);
38. Jln. M. Noor (Samarinda);
39. Bts. Kota Samarinda-Sp.
3 Sambera;
- 21 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
40. Sp. 3 Sambera-Santan
(Bts. Kab. Kutai Timur);
41. Santan (Bts. Kab. Kutai
Kartanegara)-Sp. 3
Bontang;
42. Jln. S. Parman (Bontang);
43. Jln. Brigjen Katamso
(Bontang);
44. Jln. MT. Haryono
(Bontang);
45. Jln. Letjen. Suprapto
(Bontang);
46. Jln. D.I. Panjaitan
(Bontang);
47. Jln. Kapten Tendean
(Bontang);
48. Sp. 3 Bontang-Bts. Kota
Bontang;
49. Sp. 3 Bontang -Sangata;
50. Sangata-Sp. Perdau;
51. Jln. Yos Sudarso
(Sangata);
52. Sp. Perdau-Muara
Lembak;
53. Muara Lembak-
Sangkulirang;
54. Sp. Perdau-Tepian
Langsat;
55. Tepian Langsat-Batu
Ampar;
56. Batu Ampar-Sp. 3 Muara
Wahau;
57. Sp. 3 Muara Wahau-Bts.
Kab. Berau;
58. Bts. Kab Kutai Timur-
Kelay;
59. Kelay-Labanan;
60. Labanan-Tanjung Redeb;
- 22 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
61. Jln. Gatot Subroto (Tj.
Redeb);
62. Jln. Bujangga (Tj. Redeb);
63. Jln. Pulau Sambit (Tj.
Redeb);
64. Jln. Pemuda (Tj. Redeb);
65. Tanjung Redeb-Gunung
Tabur (Simpang Tiga
Maluang);
66. Gunung Tabur (Simpang
Tiga Maluang)-Bts.
Bulungan;
67. Jln. Pangeran Antasari
(Akses Pelabuhan
Tanjung Redeb);
68. Batuaji (Batas Prov.
Kalsel)-Kuaro;
69. Loa Janan-Bts. Kota
Tenggarong;
70. Bts. Kota Tenggarong-Sp.
4 Senoni;
71. Sp. 4 Senoni-Sp. 3
Kotabangun;
72. Sp. 3 Kotabangun-Muara
Leka;
73. Muara Leka-Muara
Muntai (Perian) (Bts. Kab.
Kutai Barat);
74. Muara Muntai (Bts. Kab.
Kutai Kartanegara)-
Jempang (Nayan);
75. Jempang (Nayan)-Sp. 3
Blusuh;
76. Sp. 3 Blusuh-Sp. 3
Damai;
77. Sp. 3 Damai-Barong
Tongkok;
- 23 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
78. Barong Tongkok-
Mentiwan (Sendawar);
79. Akses Pelabuhan Maloy
Baru.
b. PROGRAM PENYELENGGARAAN JALAN 1. Jalan Kalimarau (Akses APBN Kemen PUPR dan
Penyelenggaraan Jalan Nasional: Bandara Kalimarau Kemenhub
1) Pembebasan lahan/tanah untuk Tanjung Redeb);
penyelenggaraan jalan 2. Jalan Akses Pelabuhan
Lhok Tuan.
2) Survey kondisi jalan/jembatan
3) Pelebaran jalan menuju standar
4) Pelebaran jalan menambah lajur
5) Rekonstruksi jalan
6) Rehabilitasi jalan
7) Pembangunan jembatan
8) Penggantian jembatan
9) Pelebaran jembatan
10) Rehabilitasi jembatan

PROGRAM PENYELENGGARAAN LALU


LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN (LLAJ)
Penyediaan Perlengkapan Jalan di Jalan
Nasional:
1) Pembangunan prasarana jalan di jalan
nasional
2) Penyediaan perlengkapan jalan di jalan
nasional
c. PROGRAM PENYELENGGARAAN JALAN 1. Simpang Tiga Riko- APBN Kemen PUPR dan
Penyelenggaraan Jalan Nasional: Simpang Gresik-Simpang Kemenhub
1) Pembebasan lahan/tanah untuk Lango-Jembatan Pulau
penyelenggaraan jalan Balang Bentang Pendek;
2. Akses Pelabuhan Kuala
2) Survey kondisi jalan/jembatan
Samboja;
3) Pembangunan jalan
3. AP-1;
4) Pembangunan jembatan 4. AP-2;
5. AP-3;
PROGRAM PENYELENGGARAAN LALU 6. AP-4;
LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN (LLAJ) 7. AP-5.
- 24 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
Penyediaan Perlengkapan Jalan di Jalan
Nasional:
1) Pembangunan prasarana jalan di jalan
nasional
2) Penyediaan perlengkapan jalan di jalan
nasional
2.1.1.2. Perwujudan Jalan Kolektor Primer
a. Perwujudan Jalan Kolektor Primer Satu
PROGRAM PENYELENGGARAAN JALAN 1. Jln. Pattimura (Akses APBN Kemen PUPR dan
Penyelenggaraan Jalan Nasional: Terminal Batu Ampar Kemenhub
1) Pembebasan lahan/tanah untuk Balikpapan);
penyelenggaraan jalan 2. Sp. 3 Blusuh-Batas Prov.
2) Survey kondisi jalan/jembatan Kalteng;
3) Pelebaran jalan menuju standar 3. Gunung Tabur (Simpang
4) Pelebaran jalan menambah lajur Tiga Maluang)-Usiran;
5) Rekonstruksi jalan 4. Usiran-Tanjung Batu
6) Rehabilitasi jalan (Dermaga Derawan);
5. Barong Tongkok-Sp.
7) Pemeliharaan berkala/rutin jalan
Tering;
8) Pembangunan flyover
6. Sp. Tering-Bts. Kab.
9) Pembangunan underpass
Mahakam Ulu.
10) Pembangunan terowongan/tunnel
11) Penggantian jembatan
12) Pelebaran jembatan
13) Rehabilitasi jembatan
14) Pemeliharaan rutin/berkala jembatan
15) Penanggulangan bencana/tanggap darurat

PROGRAM PENYELENGGARAAN LALU


LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN (LLAJ)
Penyediaan Perlengkapan Jalan di Jalan
Nasional:
1) Penyediaan perlengkapan jalan
2) Rehabilitasi dan pemeliharaan prasarana
jalan
3) Rehabilitasi dan pemeliharaan
perlengkapan jalan
- 25 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042

PROGRAM PENYELENGGARAAN JALAN 1. Janju-Simpang Tiga Jone- APBN Kemen PUPR dan
Penyelenggaraan Jalan Nasional: Pondong Baru; Kemenhub
1) Pembebasan lahan/tanah untuk 2. Akses Pelabuhan
penyelenggaraan jalan Penyeberangan
2) Survey kondisi jalan/jembatan Kariangau;
3) Pelebaran jalan menuju standar 3. Akses Pelabuhan Sangata
4) Pelebaran jalan menambah lajur (Kutai Timur).
5) Rekonstruksi jalan
6) Rehabilitasi jalan
7) Pembangunan jembatan
8) Penggantian jembatan
9) Pelebaran jembatan
10) Rehabilitasi jembatan

PROGRAM PENYELENGGARAAN LALU


LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN (LLAJ)
Penyediaan Perlengkapan Jalan di Jalan
Nasional:
1) Pembangunan prasarana jalan di jalan
nasional
2) Penyediaan perlengkapan jalan di jalan
nasional
PROGRAM PENYELENGGARAAN JALAN 1. Batas Kabupaten Kutai APBN Kemen PUPR dan
Penyelenggaraan Jalan Nasional: Barat/Batas Kabupaten Kemenhub
1) Pembebasan lahan/tanah untuk Mahakam Ulu-Ujoh
penyelenggaraan jalan Bilang/Long Bangun;
2) Survey kondisi jalan/jembatan 2. Batas Provinsi
3) Pembangunan jalan Kalimantan Barat-Tiong
4) Pembangunan jembatan Ohang;
3. Long Bagun-Long
Pahangai;
Program Pengembangan Kawasan:
4. Long Pahangai-Tiong
Jalan Perbatasan Provinsi Kalimantan Timur
Ohang;
5. Long Pahangai-Batas
PROGRAM PENYELENGGARAAN LALU Provinsi Kalimantan
LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN (LLAJ)
- 26 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
Penyediaan Perlengkapan Jalan di Jalan Timur/Provinsi
Nasional dan Provinsi: Kalimantan Utara (Long
1) Pembangunan prasarana jalan di jalan Boh);
nasional 6. Tiong Ohang-Long Apari-
Penyediaan perlengkapan jalan di jalan Batas Malaysia;
nasional 7. KP-9.
b. Perwujudan Jalan Kolektor Primer Dua
PROGRAM PENYELENGGARAAN JALAN 1. Jalan Suryanata APBD Provinsi Dinas PUPRPERA
Penyelenggaraan Jalan Provinsi: (Samarinda); Provinsi dan Dinas
1) Penyusunan rencana, kebijakan, strategi 2. Jalan Aji Pangeran Perhubungan (Dishub)
pengembangan jaringan jalan serta Tumenggung Pranoto Provinsi
perencanaan teknis penyelenggaraan jalan (Samarinda Seberang);
dan jembatan 3. Jalan KH. Wahid Hasyim
2) Pembebasan lahan/tanah untuk II (Samarinda);
penyelenggaraan jalan 4. Simpang Batu Cermin-
3) Survey kondisi jalan/jembatan Batu Besaung-Simpang
4) Pelebaran jalan menuju standar Empat Outer Ring Road
5) Pelebaran jalan menambah lajur IV;
6) Rekonstruksi jalan 5. Samarinda Seberang-
7) Rehabilitasi jalan Sanga Sanga;
6. Sanga Sanga-Dondang
8) Pemeliharaan berkala/rutin jalan
(Bentuas);
9) Penggantian jembatan
7. Simpang Samboja-
10) Pelebaran jembatan
Simpang Muara Jawa;
11) Rehabilitasi jembatan
8. Jalan Mulawarman
12) Pemeliharaan rutin/berkala jembatan (Balikpapan);
13) Penanggulangan bencana/tanggap darurat 9. Batas Balikpapan-
Simpang Samboja;
PROGRAM PENYELENGGARAAN LALU 10. Patung Lembuswana-
LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN (LLAJ) Sebulu;
Penyediaan Perlengkapan Jalan di Jalan 11. Simpang Empat
Provinsi: Kaliorang-Talisayan;
1) Penyediaan perlengkapan jalan di jalan 12. Tanjung Redeb-Talisayan.
provinsi
2) Rehabilitasi dan pemeliharaan prasarana
jalan
3) Rehabilitasi dan pemeliharaan
perlengkapan jalan
- 27 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042

PROGRAM PENYELENGGARAAN JALAN 1. Jalan R. Soeprapto APBD Provinsi Dinas PUPRPERA dan
Penyelenggaraan Jalan Provinsi: (Samarinda); Dishub Provinsi
1) Pembebasan lahan/tanah untuk 2. Jalan S. Parman
penyelenggaraan jalan (Samarinda);
2) Survey kondisi jalan/jembatan 3. Jalan Ahmad Yani
3) Pelebaran jalan menuju standar (Samarinda);
4) Pelebaran jalan menambah lajur 4. Jalan D.I. Pandjaitan II
5) Rekonstruksi jalan (Samarinda);
6) Rehabilitasi jalan 5. Ring Road II (Simpang
Jalan Jakarta-Simpang
7) Pembangunan jembatan
M. Said-Simpang
8) Penggantian jembatan
Suryanata (Samarinda);
9) Rehabilitasi jembatan
6. Ring Road III (HM.
Ardans) (Samarinda);
PROGRAM PENYELENGGARAAN LALU 7. Ring Road IV;
LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN (LLAJ)
8. Tenggarong Seberang-
Penyediaan Perlengkapan Jalan di Jalan Simpang Empat Outer
Provinsi: Ring;
1) Penyediaan perlengkapan jalan di jalan 9. Bukit Raya/Trans L1-
provinsi Teluk Dalam (Kutai
2) Rehabilitasi dan pemeliharaan prasarana Kartanegara).
jalan
3) Rehabilitasi dan pemeliharaan perlengkapan
jalan

PROGRAM PENYELENGGARAAN JALAN 1. Simpang Empat Outer APBD Provinsi Dinas PUPRPERA dan
Penyelenggaraan Jalan Provinsi: Ring Road IV-Bandara Aji Dishub Provinsi
1) Pembebasan lahan/tanah untuk Pangeran Tumenggung
penyelenggaraan jalan Pranoto;
2) Survey kondisi jalan/jembatan 2. Jalan Riko-Bongan;
3) Pembangunan jalan 3. Ring Road I (Jalan
4) Pembangunan jembatan Pendekat Jembatan
Mahakam Ulu-Simpang
M. Said).
PROGRAM PENYELENGGARAAN LALU
LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN (LLAJ)
- 28 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
Penyediaan Perlengkapan Jalan di Jalan
Provinsi:
1) Pembangunan prasarana jalan di jalan
provinsi
2) Penyediaan perlengkapan jalan di jalan
provinsi
c. Perwujudan Jalan Kolektor Primer Tiga
PROGRAM PENYELENGGARAAN JALAN 1. Kilometer 38-Simpang APBD Provinsi Dinas PUPRPERA dan
Penyelenggaraan Jalan Provinsi: Samboja; Dishub Provinsi
1) Pembebasan lahan/tanah untuk 2. Jalan Moeis Hasan
penyelenggaraan jalan (Samarinda Seberang);
2) Survey kondisi jalan/jembatan 3. Jalan Teuku Umar
3) Pelebaran jalan menuju standar (Samarinda);
4) Pelebaran jalan menambah lajur 4. Jalan MT. Haryono
5) Rekonstruksi jalan (Samarinda);
6) Rehabilitasi jalan 5. Jembatan Mahakam Ulu;
7) Pemeliharaan berkala/rutin jalan 6. Samarinda-Anggana;
8) Penggantian jembatan 7. Simpang Tiga Sambera-
9) Pelebaran jembatan Muara Badak.
10) Rehabilitasi jembatan
11) Pemeliharaan rutin/berkala jembatan
12) Penanggulangan bencana/tanggap darurat

PROGRAM PENYELENGGARAAN LALU


LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN (LLAJ)
Penyediaan Perlengkapan Jalan di Jalan
Provinsi:
1) Penyediaan perlengkapan jalan di jalan
provinsi
2) Rehabilitasi dan pemeliharaan prasarana
jalan
3) Rehabilitasi dan pemeliharaan
perlengkapan jalan
PROGRAM PENYELENGGARAAN JALAN 1. Simpang Kadungan Jaya- APBD Provinsi Dinas PUPRPERA dan
Penyelenggaraan Jalan Provinsi: Jembatan Nibung- Dishub Provinsi
Simpang Lempake;
- 29 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
1) Pembebasan lahan/tanah untuk 2. Jalan Kadrie Oening
penyelenggaraan jalan (Samarinda);
2) Survey kondisi jalan/jembatan 3. Jalan Pendekat Jembatan
3) Pelebaran jalan menuju standar Mahakam Ulu-Ring Road
4) Pelebaran jalan menambah lajur I;
5) Rekonstruksi jalan 4. Jalan Pendekat Jembatan
6) Rehabilitasi jalan Mahakam Ulu-Teratai-
Mas Mansyur-Untung
7) Pembangunan jembatan
Suropati-Simpang
8) Penggantian jembatan
Jembatan Mahakam.
9) Rehabilitasi jembatan

PROGRAM PENYELENGGARAAN LALU


LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN (LLAJ)
Penyediaan Perlengkapan Jalan di Jalan
Provinsi:
1) Penyediaan perlengkapan jalan di jalan
provinsi
2) Rehabilitasi dan pemeliharaan prasarana
jalan
3) Rehabilitasi dan pemeliharaan perlengkapan
jalan

PROGRAM PENYELENGGARAAN JALAN 1. Jalan Ahmad Yani (Akses APBD Provinsi Dinas PUPRPERA dan
Penyelenggaraan Jalan Provinsi: Pelabuhan Handil II); Dishub Provinsi
1) Pembebasan lahan/tanah untuk 2. Poros Kenohan-Batas
penyelenggaraan jalan Kabupaten Kutai Barat;
2) Survey kondisi jalan/jembatan 3. Melak-Batas Kabupaten
3) Pembangunan jalan Kutai Kartanegara;
4) Pembangunan jembatan 4. Jalan Akses Pelabuhan
Sangkulirang;
PROGRAM PENYELENGGARAAN LALU 5. Jalan Akses Pelabuhan
LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN (LLAJ) Mantaritip;
Penyediaan Perlengkapan Jalan di Jalan 6. Muara Badak-
Provinsi: Marangkayu;
1) Pembangunan prasarana jalan di jalan 7. Sebulu-Muara Bengkal;
provinsi dan
- 30 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
2) Penyediaan perlengkapan jalan di jalan 8. Muara Bengkal-Batu
provinsi Ampar.

2.1.2. Perwujudan Jalan Khusus


PROGRAM PENYELENGGARAAN JALAN kawasan pertanian dan sumber lain yang sah Pelaku Usaha,
KHUSUS kawasan pertambangan dan/atau Masyarakat
Penyelenggaraan jalan khusus:
1) Pembangunan jalan khusus
2.1.3. Perwujudan Jalan Tol
PROGRAM PENYELENGGARAAN JALAN TOL 1. Balikpapan-Samarinda; APBN Kemen PUPR dan
1) Pembebasan lahan/tanah untuk 2. Batulicin-Tanah Grogot; Kemenhub
penyelenggaraan jalan tol 3. Tanah Grogot-Penajam;
2) Survey kondisi jalan tol/jembatan 4. Samarinda-Tenggarong;
3) Pembangunan jalan tol 5. Samarinda-Bontang;
4) Pemeliharaan berkala/rutin jalan tol 6. Bontang-Sangatta;
5) Pembangunan flyover 7. Sangatta-Maloy;
6) Pembangunan underpass 8. Sangatta-Tanjung Selor-
7) Pembangunan terowongan/tunnel Nunukan;
8) Pembangunan jembatan 9. Balikpapan-Penajam (Tol
9) Pemeliharaan rutin/berkala jembatan Teluk Balikpapan);
10) Penanggulangan bencana/tanggap darurat 10. Bandar Udara Sepinggan-
Kawasan Inti Pusat
Pemerintahan IKN (IKN 1);
11. Tol Teluk Balikpapan
Penajam;
12. Tol Teluk Balikpapan
Balikpapan; dan
13. Bandar Udara VVIP-
Kawasan Inti Pusat
Pemerintahan IKN (IKN 2).

2.1.4. Perwujudan Terminal Penumpang


- 31 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
PROGRAM PENYELENGGARAAN LALU 1. Terminal Batu Ampar di APBN dan/atau Kemenhub, Pelaku
LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN (LLAJ) Kota Balikpapan; dan sumber lain yang sah Usaha, dan/atau
Pengelolaan Terminal Penumpang Tipe A: 2. Terminal Samarinda Masyarakat
1) Pengembangan sarana dan prasarana Seberang di Kota
terminal Tipe A Samarinda.
2) Rehabilitasi dan pemeliharaan terminal
tipe A (fasilitas utama dan pendukung)

PROGRAM PENYELENGGARAAN LALU Terminal Rinding/Terminal APBN dan/atau Kemenhub, Pelaku


LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN (LLAJ) Terpadu Tanjung Redeb di sumber lain yang sah Usaha, dan/atau
Pengelolaan Terminal Penumpang Tipe A: Kabupaten Berau. Masyarakat
1) Pengembangan sarana dan prasarana
terminal Tipe A
2) Rehabilitasi dan pemeliharaan terminal
tipe A (fasilitas utama dan pendukung)

PROGRAM PENYELENGGARAAN LALU 1. Terminal Ujoh Bilang di APBN dan/atau Kemenhub, Pelaku
LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN (LLAJ) Kabupaten Mahakam Ulu; sumber lain yang sah Usaha, dan/atau
Pengelolaan Terminal Penumpang Tipe A: 2. Terminal WP IKN Timur 1 Masyarakat
1) Pembangunan gedung terminal Tipe A di IKN.
2) Pengembangan sarana dan prasarana
terminal Tipe A
PROGRAM PENYELENGGARAAN LALU 1. Terminal Timbau di APBD Provinsi Dishub Provinsi,
LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN (LLAJ) Kabupaten Kutai dan/atau sumber lain Pelaku Usaha,
Pengelolaan Terminal Penumpang Tipe B: Kartanegara; yang sah dan/atau Masyarakat
1) Pengembangan sarana dan prasarana 2. Terminal
terminal Tipe B Rinding/Terminal
Rehabilitasi dan pemeliharaan terminal Tipe B Terpadu Tanjung Redeb di
(fasilitas utama dan pendukung) Kabupaten Berau;
3. Terminal Sangatta dan
Terminal Marga Mulia di
Kabupaten Kutai Timur;
4. Terminal Sei Kunjang dan
Terminal Lempake di Kota
Samarinda;
5. Terminal Bontang di Kota
Bontang.
- 32 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
PROGRAM PENYELENGGARAAN LALU 1. Terminal Janju di APBD Provinsi Dishub Provinsi,
LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN (LLAJ) Kabupaten Paser; dan/atau sumber lain Pelaku Usaha,
Pengelolaan Terminal Penumpang Tipe B: 2. Terminal Melak di yang sah dan/atau Masyarakat
1) Pembangunan gedung terminal Tipe B Kabupaten Kutai Barat;
2) Pengembangan sarana dan prasarana 3. Terminal WP Simpang
terminal Tipe B Samboja di IKN;
4. Terminal WP KIPP di IKN.
2.1.5. Perwujudan Terminal Barang
PROGRAM PENYELENGGARAAN LALU 1. Terminal Barang Tanah APBN, APBD Provinsi Kemenhub, Dishub
LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN (LLAJ) Grogot di Kabupaten dan/atau sumber lain Provinsi, Pelaku
Pengelolaan Terminal Barang: Paser; yang sah Usaha, dan/atau
1) Pembangunan gedung terminal barang 2. Terminal Barang Tanjung Masyarakat
2) Pengembangan sarana dan prasarana Redeb di Kabupaten
barang Berau;
3. Terminal Barang
Sendawar di Kabupaten
Kutai Barat;
4. Terminal Barang Sangatta
dan Terminal Barang
Maloy di Kabupaten Kutai
Timur;
5. Terminal Barang Long
Pangahai di Kabupaten
Mahakam Ulu;
6. Terminal Barang
Semayang dan Terminal
Barang Kariangau
Kilometer 5,5 di Kota
Balikpapan;
7. Terminal Barang Bontang
di Kota Bontang; dan
8. Terminal Barang WP
Simpang Samboja di IKN.

2.1.6. Perwujudan Jembatan Timbang


- 33 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
PROGRAM PENYELENGGARAAN LALU 1. Jembatan Timbang APBN, APBD Provinsi Kemenhub, Dishub
LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN (LLAJ) Karang Joang Kilometer dan/atau sumber lain Provinsi, Pelaku
Penyelenggaraan Jembatan Timbang: 17 di Kota Balikpapan; yang sah Usaha, dan/atau
1) Pembangunan jembatan timbang 2. Jembatan Timbang Kuaro Masyarakat
2) Pengembangan sarana dan prasarana dan Unit Pelaksana
jembatan timbang Penimbangan Kendaraan
Bermotor Paser di
Kabupaten Paser;
3. Jembatan Timbang
Labanan Kilometer 7 di
Kabupaten Berau;
4. Jembatan Timbang Resak
di Kabupaten Kutai Barat;
5. Jembatan Timbang
Sangkimah, Jembatan
Timbang Bengalon, dan
Jembatan Timbang
Tepian Langsat di
Kabupaten Kutai Timur;
6. Unit Pelaksana
Penimbangan Kendaraan
Bermotor Samboja di IKN.
2.1.7. Perwujudan Jembatan
PROGRAM PENYELENGGARAAN JALAN 1. Jembatan Kutai APBN dan APBD Kemen PUPR,
Penyelenggaraan Jalan Nasional dan Kertanegara-Tenggarong Provinsi Kemenhub, Dinas
Provinsi: dan Jembatan PUPRPERA Provinsi
1) Pembebasan lahan/tanah untuk Martadipura-Kota Bangun dan Dishub Provinsi
penyelenggaraan jalan di Kabupaten Kutai
2) Survey kondisi jalan/jembatan Kartanegara;
3) Pembangunan jalan 2. Jembatan Sambaliung di
Kabupaten Berau;
4) Pembangunan jembatan
3. Jembatan Pulau Balang
di Teluk Balikpapan;
PROGRAM PENYELENGGARAAN LALU
4. Jembatan Mahakam I,
LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN (LLAJ)
Jembatan Mahakam IV,
Penyediaan Perlengkapan Jalan di Jalan
Jembatan Mahulu, dan
Nasional dan Provinsi:
Jembatan Achmad Amins
1) Pembangunan prasarana jalan di jalan di Kota Samarinda;
provinsi
- 34 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
2) Penyediaan perlengkapan jalan di jalan 5. Jembatan Dondang di
provinsi IKN;
6. Jembatan Aji Tulur
Jejangkat-Melak di
Kabupaten Kutai Barat.
2.2. Perwujudan Sistem Jaringan Kereta Api
2.2.1. Perwujudan Jaringan Jalur Kereta Api
PROGRAM PENGELOLAAN PERKERETAAPIAN 1. Trans Kalimantan APBN, APBD Provinsi, Kemenhub, Dishub
Penetapan Rencana Induk Perkeretaapian: (Kalimantan Selatan) dan/atau sumber lain Provinsi, Pelaku
1) Pelaksanaan penyusunan rencana induk Tanjung-Penajam Paser yang sah Usaha, dan/atau
perkeretaapian Utara-Batas Balikpapan; Masyarakat
Penerbitan Izin Usaha, Izin Pembangunan 2. Trans Kalimantan
dan Izin Operasi Prasarana Perkeretaapian (Kalimantan Timur)
Umum yang Jaringan Jalurnya Melintasi Balikpapan-Samarinda;
Batas Daerah; 3. Samarinda-Bontang;
Penetapan Jaringan Jalur Kereta Api yang 4. Simpang Samboja-KIPP;
Jaringannya Melebihi Wilayah 1 (satu) Daerah 5. WP KIPP-WP IKN Barat-
Kabupaten/Kota dalam 1 (satu) Daerah WP IKN Timur 1-WP IKN
Provinsi: Timur 2-WP IKN Utara;
Penyelenggaraan Jaringan Jalur Kereta Api: 6. WP IKN Barat-WP IKN
1) Pembangunan jaringan jalur kereta api Timur 2;
umum 7. kereta api perkotaan IKN;
2) Pengembangan sarana dan prasarana 8. jalur kereta api batubara;
jaringan jalur kereta api umum 9. jalur kereta api logistik.

Penerbitan Izin Pengadaan atau


Pembangunan Perkeretaapian Khusus, Izin
Operasi, dan Penetapan Jalur Kereta Api
Khusus yang Jaringannya Melebihi 1 (satu)
Daerah Kabupaten/Kota dalam 1 (satu)
Daerah Provinsi:
Penyelenggaraan Jaringan Jalur Kereta Api:
1) Pembangunan jaringan jalur kereta api
khusus
2) Pengembangan sarana dan prasarana
jaringan jalur kereta api khusus
- 35 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
2.2.2. Perwujudan Stasiun Kereta Api
PROGRAM PENGELOLAAN PERKERETAAPIAN 1. Stasiun Muara Langun, APBN, APBD Provinsi, Kemenhub, Dishub
Penyelenggaraan Stasiun Kereta Api Stasiun Batu Butok, dan/atau sumber lain Provinsi, Pelaku
Penumpang: Stasiun Songka, Stasiun yang sah Usaha, dan/atau
1) Pembangunan stasiun penumpang Batu Kajang, Stasiun Masyarakat
Jelada, Stasiun Kuaro,
2) Pengembangan sarana dan prasarana Stasiun Adeling, Stasiun
stasiun penumpang
Semutai, dan Stasiun
Longkali di Kabupaten
Penyelenggaraan Stasiun Kereta Api Barang: Paser;
1) Pembangunan stasiun barang 2. Stasiun Babulu Darat,
2) Pengembangan sarana dan prasarana Stasiun Pondok Sungkai,
stasiun barang Stasiun Simpang Tiga
Petung, Stasiun
Penyelenggaraan Stasiun Kereta Api Operasi: Buluminung, Stasiun
Riko, dan Stasiun Pantai
1) Pembangunan stasiun operasi
Lango di Kabupaten
2) Pengembangan sarana dan prasarana Penajam Paser Utara;
stasiun operasi 3. Stasiun Karang Joang di
Kota Balikpapan;
4. Stasiun Sanga-Sanga,
Stasiun Palaran, Stasiun
Loa Bakung, Stasiun
Sempaja Timur, dan
Stasiun Aji Pangeran
Tumenggung Pranoto di
Kota Samarinda;
5. Stasiun Samboja, Stasiun
Sungai Merdeka, Stasiun
Sentral Bumi Harapan,
Stasiun Sentral Sepaku,
Stasiun Simpang Tengin
Baru, dan 5 (lima) stasiun
depo di IKN; dan
6. rencana stasiun barang
meliputi stasiun di
Kabupaten Kutai Barat,
Kabupaten Kutai
Kartanegara, Kabupaten
- 36 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
Kutai Timur, Kabupaten
Berau, Kabupaten
Penajam Paser Utara,
Kota Balikpapan, Kota
Samarinda, dan Kota
Bontang.
2.3. Perwujudan Sistem Jaringan Sungai, Danau, dan Penyeberangan
2.3.1. Perwujudan Alur-Pelayaran Sungai dan Alur-Pelayaran Danau
PROGRAM PENGELOLAAN PELAYARAN 1. alur pelayaran Sungai APBD Provinsi, APBD Dishub Provinsi,
Penyelenggaraan Alur-Pelayaran Sungai dan Mahakam, Sungai Kabupaten/Kota, Dishub
Alur-Pelayaran Danau: Kedangpahu, Sungai dan/atau sumber lain Kabupaten/Kota,
1) Pembangunan, pengoperasian, dan Kendilo, Sungai Kuaro, yang sah Pelaku Usaha,
pemeliharaan alur-pelayaran sungai Sungai Telake, Sungai dan/atau Masyarakat
2) Pembangunan, pengoperasian, dan Apar Besar, Sungai Apar
pemeliharaan alur-pelayaran danau Kecil, Sungai Kerang,
Sungai Lombok, Sungai
Segendang, Sungai
Adang, Sungai
Baruangen, Sungai
Kelinjau, Sungai Belayan,
Sungai Kelay, Sungai
Segah, Sungai Karangan,
Sungai Meintang Kecil,
Sungai Telen, Sungai
Jengeru, Sungai Kahala,
dan Sungai Semayang;
dan
2. alur pelayaran Danau
Semayang, Danau
Melintang, Danau
Jempang, Danau Prian,
Danau Wis, dan Danau
Tempatung.
2.3.2. Perwujudan Lintas Penyeberangan Antarprovinsi
PROGRAM PENGELOLAAN PELAYARAN 1. Kariangau Kota APBN, APBD Provinsi, Kemenhub, Dishub
Penetapan Lintas Penyeberangan dan Balikpapan dengan Taipa dan/atau sumber lain Provinsi, Pelaku
Persetujuan Pengoperasian Kapal antar Kota Palu Provinsi yang sah Usaha, dan/atau
Daerah Provinsi yang Terletak pada Jaringan Sulawesi Tengah, Masyarakat
- 37 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
Jalan Nasional dan/atau Jaringan Jalur Kariangau Kota
Kereta Api Nasional: Balikpapan dengan
Penetapan Lintas Penyeberangan dan Kabupaten Mamuju
Persetujuan Pengoperasian untuk Kapal yang Provinsi Sulawesi Barat,
Melayani Penyeberangan Lintas Pelabuhan dan Kariangau Kota
antar Daerah Provinsi: Balikpapan dengan Kota
Pare-Pare Provinsi
Sulawesi Selatan;
2. Kariangau Kota
Balikpapan dengan
Lamongan di Pulau Jawa
2.3.3. Perwujudan Lintas Penyeberangan Antarkabupaten/kota Dalam Provinsi
PROGRAM PENGELOLAAN PELAYARAN 1. Kariangau Kota APBD Provinsi, APBD Dishub Provinsi,
Penetapan Lintas Penyeberangan dan Balikpapan dengan Kabupaten, dan/atau Dishub Kabupaten,
Persetujuan Pengoperasian Kapal antar Kabupaten Penajam Paser sumber lain yang sah Pelaku Usaha,
Daerah Kabupaten/Kota dalam Daerah Utara dan Kariangau dan/atau Masyarakat
Provinsi yang Terletak pada Jaringan Jalan Balikpapan dengan
Provinsi dan/atau Jaringan Jalur Kereta Api Handil II;
Provinsi: 2. Desa Sakka/Desa Peridan
Penetapan Lintas Penyeberangan dan dengan Tanjung Kramat;
Persetujuan Pengoperasian untuk Kapal yang 3. Sungai Meriam dengan
Melayani Penyeberangan Lintas Pelabuhan Tenggarong.
antar Daerah Kabupaten/Kota dalam 1 (satu)
Daerah Provinsi:
2.3.4. Perwujudan Pelabuhan Sungai dan Danau
PROGRAM PENGELOLAAN PELAYARAN 1. Pelabuhan Tana Grogot di APBD Provinsi, APBD Dishub Provinsi,
Pembangunan dan Penerbitan Izin Pelabuhan Kabupaten Paser; Kabupaten, dan/atau Dishub Kabupaten,
Sungai dan Danau yang Melayani Trayek 2. Pelabuhan Rimba Ayu, sumber lain yang sah Pelaku Usaha,
Lintas Daerah Kabupaten/Kota dalam 1 Pelabuhan Sebulu, dan/atau Masyarakat
(satu) Daerah Provinsi: Pelabuhan Kota Bangun,
1) Pengoperasian dan pemeliharaan Pelabuhan Tenggarong,
pelabuhan sungai dan danau yang Pelabuhan Loa Kulu,
melayani trayek lintas daerah Pelabuhan Muara Muntai,
kabupaten/kota dalam 1 (satu) daerah Pelabuhan Kenohan,
provinsi Pelabuhan Tabang,
2) Pemenuhan fasilitas pelayanan angkutan Pelabuhan Muara Wis,
pelabuhan sungai dan danau yang Pelabuhan Muara Kaman,
melayani trayek lintas daerah dan Pelabuhan Kutai
- 38 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
kabupaten/kota dalam 1 (satu) daerah Lama di Kabupaten Kutai
provinsi Kartanegara;
3. Pelabuhan Tanjung
Pembangunan dan Penerbitan Izin Redeb, Pelabuhan Teluk
Pembangunan dan Pengoperasian Pelabuhan Bayur, Pelabuhan
Sungai dan Danau: Sambaliung, dan
1) Pengoperasian dan pemeliharaan Dermaga Sungai Kelai di
pelabuhan sungai dan danau Kabupaten Berau;
2) Pemeliharaan dermaga sungai dan danau 4. Dermaga Sungai Tering,
Pelabuhan Muara Pahu,
3) Pemenuhan fasilitas pelayanan angkutan Pelabuhan Melak,
pelabuhan sungai dan danau Pelabuhan Long Iram,
Pelabuhan Penyinggahan,
Penetapan Rencana Induk dan DLKR/DLKP dan Pelabuhan Damai di
untuk Pelabuhan Sungai dan Danau: Kabupaten Kutai Barat;
5. Pelabuhan Muara Wahau,
Pelabuhan Muara
Ancalong, Pelabuhan
Karangan, Pelabuhan
Sangkulirang, dan
Pelabuhan Kaliorang di
Kabupaten Kutai Timur;
6. Pelabuhan Long Bagun,
Pelabuhan Batu Dinding,
Pelabuhan Long Apari,
dan Pelabuhan Ujoh
Bilang di Kabupaten
Mahakam Ulu;
7. Pelabuhan Samarinda
dan Dermaga Sungai
Kunjang di Kota
Samarinda.
PROGRAM PENGELOLAAN PELAYARAN 1. Pelabuhan Long APBD Provinsi, APBD Dishub Provinsi,
Pembangunan dan Penerbitan Izin Pelabuhan Kali/Muara Telake di Kabupaten, dan/atau Dishub Kabupaten,
Sungai dan Danau yang Melayani Trayek Kabupaten Paser; sumber lain yang sah Pelaku Usaha,
Lintas Daerah Kabupaten/Kota dalam 1 2. Pelabuhan Kembang dan/atau Masyarakat
(satu) Daerah Provinsi: Janggut, Dermaga Danau
1) Pembangunan pelabuhan sungai dan Semayang, dan dan
danau yang melayani trayek lintas daerah Pelabuhan Bongan di
- 39 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
kabupaten/kota dalam 1 (satu) daerah Kabupaten Kutai
provinsi Kartanegara;
2) Pengoperasian dan pemeliharaan 3. Pelabuhan Segah dan
pelabuhan sungai dan danau yang Pelabuhan Kelay di
melayani trayek lintas daerah Kabupaten Berau;
kabupaten/kota dalam 1 (satu) daerah 4. Pelabuhan Siluq Ngurai,
provinsi Pelabuhan Muara Lawa,
3) Pemenuhan fasilitas pelayanan angkutan dan Dermaga Danau
pelabuhan sungai dan danau yang Jempang di Kabupaten
melayani trayek lintas daerah Kutai Barat;
kabupaten/kota dalam 1 (satu) daerah 5. Pelabuhan Muara
provinsi Bengkal, Pelabuhan Long
Mesangat, dan Pelabuhan
Pembangunan dan Penerbitan Izin Busang di Kabupaten
Pembangunan dan Pengoperasian Pelabuhan Kutai Timur;
Sungai dan Danau: 6. Pelabuhan Long Hubung
1) Pembangunan pelabuhan sungai dan dan Pelabuhan Long
danau Pahangai di Kabupaten
Mahakam Ulu.
2) Pengoperasian dan pemeliharaan
pelabuhan sungai dan danau
3) Pemenuhan fasilitas pelayanan angkutan
pelabuhan sungai dan danau
4) Pembangunan dermaga sungai dan danau
5) Pemeliharaan dermaga sungai dan danau

Penetapan Rencana Induk dan DLKR/DLKP


untuk Pelabuhan Sungai dan Danau:

2.3.5. Perwujudan Pelabuhan Penyeberangan


PROGRAM PENGELOLAAN PELAYARAN 1. Pelabuhan Kariangau di APBN dan/atau Kemenhub, Pelaku
Pembangunan dan Penerbitan Izin Kota Balikpapan; sumber lain yang sah Usaha, dan/atau
Pembangunan dan Pengoperasian Pelabuhan 2. Pelabuhan Penajam di Masyarakat
Penyeberangan: Kabupaten Penajam Paser
1) Pengoperasian dan Utara
pemeliharaan/rehabilitasi pelabuhan
penyeberangan
- 40 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
PROGRAM PENGELOLAAN PELAYARAN 1. Pelabuhan Tenggarong APBD Kabupaten/Kota Dishub
Pembangunan dan Penerbitan Izin dan Pelabuhan Sungai dan/atau sumber lain Kabupaten/Kota,
Pembangunan dan Pengoperasian Pelabuhan Meriam di Kabupaten yang sah Pelaku Usaha,
Penyeberangan: Kutai Kartanegara; dan/atau Masyarakat
1) Pembangunan pelabuhan penyeberangan 2. Pelabuhan Gunung Tabur
2) Pengoperasian dan pemeliharaan di Kabupaten Berau; dan
pelabuhan penyeberangan 3. Pelabuhan Desa
Sakka/Desa Peridan dan
Pelabuhan Tanjung
Kramat di Kabupaten
Kutai Timur;
4. Pelabuhan Handil II di
IKN.
2.4. Perwujudan Sistem Jaringan Transportasi Laut
2.4.1. Perwujudan Pelabuhan Laut
PROGRAM PENGELOLAAN PELAYARAN Pelabuhan APBN dan/atau Kemenhub, Pelaku
Pembangunan, Penerbitan Izin Pembangunan Balikpapan/Semayang di sumber lain yang sah Usaha, dan/atau
dan Pengoperasian Pelabuhan Utama: Kota Balikpapan Masyarakat
1) Pengoperasian dan pemeliharaan
pelabuhan utama

PROGRAM PENGELOLAAN PELAYARAN 1. Pelabuhan Tana APBN dan/atau Kemenhub, Pelaku


Pembangunan, Penerbitan Izin Pembangunan Paser/Pondong di sumber lain yang sah Usaha, dan/atau
dan Pengoperasian Pelabuhan Pengumpul: Kabupaten Paser; Masyarakat
1) Pembangunan Pelabuhan Pengumpul 2. Pelabuhan Tanjung
2) Pengoperasian dan Pemeliharaan Santan di Kabupaten
Pelabuhan Pengumpul Kutai Kartanegara;
3. Pelabuhan Tanjung Redeb
di Kabupaten Berau;
4. Pelabuhan Maloy dan
Pelabuhan Sangatta di
Kabupaten Kutai Timur;
5. Pelabuhan Penajam Paser
di Kabupaten Penajam
Paser Utara;
6. Pelabuhan Samarinda di
Kota Samarinda;
- 41 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
7. Pelabuhan Lhok Tuan
dan Pelabuhan Tanjung
Laut di Kota Bontang;
8. Pelabuhan Kuala Samboja
di IKN.

PROGRAM PENGELOLAAN PELAYARAN 1. Pelabuhan Mataritip di APBD Provinsi, Dishub Provinsi,


Pembangunan, Penerbitan Izin Pembangunan Kabupaten Berau; dan/atau sumber lain Pelaku Usaha,
dan Pengoperasian Pelabuhan Pengumpan 2. Pelabuhan Sangkulirang yang sah dan/atau Masyarakat
Regional: di Kabupaten Kutai
1) Pengoperasian dan pemeliharaan Timur.
pelabuhan pengumpan regional
PROGRAM PENGELOLAAN PELAYARAN 1. Pelabuhan Teluk Apar di APBD Provinsi, APBD Dishub Provinsi,
Pembangunan, Penerbitan Izin Pembangunan Kabupaten Paser; Kabupaten/Kota, Dishub
dan Pengoperasian Pelabuhan Pengumpan 2. Pelabuhan Marang Kayu, dan/atau sumber lain Kabupaten/Kota,
Regional: Pelabuhan Sanga-Sanga, yang sah Pelaku Usaha,
1) Pembangunan pelabuhan pengumpan dan Pelabuhan Muara dan/atau Masyarakat
regional Badak Ilir di Kabupaten
2) Pengoperasian dan pemeliharaan Kutai Kartanegara;
pelabuhan pengumpan regional 3. Pelabuhan Mataritip,
Pelabuhan Talisayan,
Pelabuhan Tanjung Batu,
Pembangunan, Penerbitan Izin Pembangunan
Pelabuhan Lawang-
dan Pengoperasian Pelabuhan Pengumpan
Lawang, dan Pelabuhan
Lokal:
Teluk Sulaiman di
1) Pembangunan pelabuhan pengumpan Kabupaten Berau;
lokal
4. Pelabuhan Sangkulirang
2) Pengoperasian dan pemeliharaan di Kabupaten Kutai
pelabuhan lokal Timur;
5. Pelabuhan Jenebora di
Kabupaten Penajam Paser
Utara;
6. Pelabuhan Kampung
Baru di Kota Balikpapan;
- 42 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
7. Pelabuhan Muara Berau
di Perairan Pesisir Selat
Makassar; dan
8. Pelabuhan Meridan,
Pelabuhan Dondang,
Pelabuhan Muara Jawa,
Pelabuhan Senipah di
IKN.

PROGRAM PENGELOLAAN PELAYARAN 1. Terminal Umum APBN dan/atau Kemenhub, Pelaku


Pembangunan, Penerbitan Izin Pembangunan Kariangau di Kota sumber lain yang sah Usaha, dan/atau
dan Pengoperasian Terminal Umum Balikpapan dan Terminal Masyarakat
Umum PT. Pelabuhan
Penajam Banua Taka di
Kabupaten Penajam Paser
Utara yang merupakan
satu sistem dengan
Pelabuhan
Balikpapan/Semayang;
2. Terminal Umum Palaran
dan Terminal Umum
Sarana Abadi Lestari di
Kota Samarinda, Terminal
Umum STS Muara Berau
di Perairan Pesisir Selat
Makassar yang
merupakan satu sistem
dengan Pelabuhan
Samarinda; dan
3. Terminal Umum STS
Muara Jawa di IKN yang
merupakan satu sistem
dengan Pelabuhan Kuala
Samboja.
PROGRAM PENGELOLAAN PELAYARAN Kabupaten Paser, Kabupaten APBN, APBD Provinsi, Kemenhub, Dishub
Kutai Kartanegara, APBD Kabupaten/Kota Provinsi, Dishub
- 43 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
Pembangunan, Penerbitan Izin Pembangunan Kabupaten Kutai Barat, dan/atau sumber lain Kabupaten/Kota,
dan Pengoperasian Terminal Khusus Kabupaten Kutai Timur, yang sah Pelaku Usaha,
Kabupaten Berau, Kota dan/atau Masyarakat
Samarinda, Kota Bontang,
IKN, serta Perairan Pesisir
Selat Makassar dan Laut
Sulawesi
PROGRAM PENGELOLAAN PERIKANAN 1. Pangkalan Pendaratan APBN, APBD Provinsi, Kementerian Perikanan
TANGKAP Ikan Sambaliung di dan/atau sumber lain dan Kelautan (Kemen
Penetapan Lokasi Pembangunan serta Kabupaten Berau; yang sah KP), Dinas Kelautan
Pengelolaan Pelabuhan Perikanan Provinsi: 2. Pangkalan Pendaratan dan Perikanan (DKP)
1) Penentuan lokasi pembangunan pelabuhan Ikan Selili di Kota Provinsi, Pelaku
perikanan Samarinda; Usaha, dan/atau
2) Penyediaan sarana dan prasarana 3. Pangkalan Pendaratan Masyarakat
pelabuhan perikanan Ikan Tanjung Limau di
3) Pelaksanaan fungsi pemerintahan dan Kota Bontang;
pengusahaan pelabuhan perikanan 4. Pangkalan Pendaratan
Ikan Sangatta di
Kabupaten Kutai Timur;
5. Pangkalan Pendaratan
Ikan Api-Api di
Kabupaten Penajam Paser
Utara;
6. Pangkalan Pendaratan
Ikan Manggar Baru di
Kota Balikpapan.
2.4.2. Perwujudan Alur-Pelayaran di Laut
PROGRAM PENGELOLAAN PELAYARAN Perairan Pesisir Selat APBN dan/atau Kemenhub, Pelaku
Penyelenggaraan alur-pelayaran di laut: Makassar dan Laut Sulawesi sumber lain yang sah Usaha, dan/atau
1) Pembangunan, pengoperasian, dan Masyarakat
pemeliharaan alur-pelayaran umum dan
perlintasan
2) Pembangunan, pengoperasian, dan
pemeliharaan alur-pelayaran khusus
2.5. Perwujudan Bandar Udara Umum dan Bandar Udara Khusus
2.5.1. Perwujudan Bandar Udara Pengumpul
PROGRAM PENGELOLAAN PENERBANGAN
- 44 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
Pengembangan bandar udara pengumpul 1. Bandar Udara Sultan Aji APBN dan/atau Kemenhub, Pelaku
Muhammad sumber lain yang sah Usaha, dan/atau
Sulaiman/Sepinggan di Masyarakat
Kota Balikpapan
2. Bandar Udara Aji
Pangeran Tumenggung
Pranoto di Kota
Samarinda
3. Bandar Udara Kalimarau
di Kabupaten Berau

2.5.2. Perwujudan Bandar Udara Pengumpan


PROGRAM PENGELOLAAN PENERBANGAN 1. Bandar Udara Maratua di APBN dan/atau Kemenhub, Pelaku
Penyediaan Sarana dan Prasarana Kabupaten Berau; sumber lain yang sah Usaha, dan/atau
Transportasi: 2. Bandar Udara Masyarakat
1) Penyediaan sarana dan prasarana Melak/Melalan di
bandara/lapangan udara Kabupaten Kutai Barat;
2) Pengelolaan bandara/lapangan udara 3. Bandar Udara Muara
Wahau/Uyang
Lahai/Miau Baru di
Kabupaten Kutai Timur;
4. Bandar Udara Datah
Dawai di Kabupaten
Mahakam Ulu.
PROGRAM PENGELOLAAN PENERBANGAN 1. Bandar Udara Paser/Tana APBN dan/atau Kemenhub, Pelaku
Pembangunan bandar udara pengumpan Paser di Kabupaten Paser; sumber lain yang sah Usaha, dan/atau
Penyediaan Sarana dan Prasarana 2. Bandar Udara Ujoh Bilang Masyarakat
Transportasi: dan Bandar Udara Long
1) Penyediaan sarana dan prasarana Apari di Kabupaten
bandara/lapangan udara Mahakam Ulu;
2) Pengelolaan bandara/lapangan udara 3. Bandar Udara Bontang di
Kota Bontang.
2.5.3. Perwujudan Bandar Udara Khusus
PROGRAM PENGELOLAAN PENERBANGAN 1. Bandar Udara APBN dan/atau Kemenhub, Pelaku
Pembangunan bandar udara khusus Pujangan/Muara Badak, sumber lain yang sah Usaha, dan/atau
Penyediaan Sarana dan Prasarana Bandar Udara Tanjung Masyarakat
Transportasi: Santan, dan Bandar
- 45 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
1) Penyediaan sarana dan prasarana Udara Kembang Janggut
bandara/lapangan udara di Kabupaten Kutai
2) Pengelolaan bandara/lapangan udara Kartanegara;
2. Bandar Udara Sangkima,
Bandar Udara KPC
Tanjung Bara, dan
Bandar Udara Indexim
Coalindo di Kabupaten
Kutai Timur;
3. Bandar Udara LNG
Bontang di Kota Bontang;
4. Bandar Udara
Mangkajang di Kabupaten
Berau;
5. Bandar Udara VVIP di
Kabupaten Penajam Paser
Utara.
3. PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN ENERGI
3.1. Perwujudan Jaringan Infrastruktur Minyak dan Gas Bumi
3.1.1. Perwujudan Infrastruktur Minyak dan Gas Bumi
PROGRAM PENGELOLAAN MINYAK DAN GAS a. terminal gas Tanjung APBN dan/atau Kementerian Energi
BUMI Santan, terminal Liquefied sumber lain yang sah dan Sumber Daya
Pembangunan, Pengembangan, Natural Gas Sambera, dan Mineral (Kemen
Pengoperasian, dan Pemeliharaan tangki timbun (2 unit) di ESDM), Pelaku Usaha,
Infrastruktur Minyak dan Gas Bumi: Kabupaten Kutai dan/atau Masyarakat
1) Pembangunan, pengoperasian, dan Kartanegara;
pemeliharaan infrastruktur minyak dan b. tangki timbun (1 unit) di
gas bumi Kabupaten Berau;
2) Pengembangan, pengoperasian, dan c. tangki timbun (1 unit)
pemeliharaan infrastruktur minyak dan dan fasilitas coal to
gas bumi methanol di Kabupaten
Pembangunan, Pengembangan, Kutai Timur;
Pengoperasian, dan Pemeliharaan d. tangki timbun (1 unit),
Infrastruktur Minyak dan Gas Bumi oleh kilang Liquified Petroleum
Pelaku Usaha dan/atau Masyarakat Gas dan refinery unit-V
(Refinery Development
- 46 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
Master Plan) di Kota
Balikpapan;
e. tangki timbun (2 unit),
terminal bahan bakar
minyak, Samarinda
Powerplan, depo bahan
bakar minyak Patra Niaga
di Kota Samarinda;
f. kilang Liquefied Natural
Gas dan Liquified
Petroleum Gas, dan kilang
minyak Bontang di Kota
Bontang.
3.1.2. Perwujudan Jaringan Minyak dan Gas Bumi
PROGRAM PENGELOLAAN MINYAK DAN GAS 1. Kabupaten Paser, APBN dan/atau Kemen ESDM, Pelaku
BUMI Kabupaten Kutai sumber lain yang sah Usaha, dan/atau
Pembangunan, Pengembangan, Kartanegara, Kabupaten Masyarakat
Pengoperasian, dan Pemeliharaan Jaringan Berau, Kabupaten Kutai
Minyak dan Gas Bumi: Timur, Kabupaten
1) Pembangunan, pengoperasian, dan Penajam Paser Utara,
pemeliharaan jaringan minyak dan gas Kota Balikpapan, Kota
bumi Samarinda, dan Kota
2) Pengembangan, pengoperasian, dan Bontang;
pemeliharaan jaringan minyak dan gas 2. Koridor Bontang-Offshore;
bumi 3. Koridor Kutai
Kartanegara-Offshore Eni;
Pembangunan, Pengembangan, 4. Koridor Muara Delta
Pengoperasian, dan Pemeliharaan Jaringan Mahakam-Pesisir Delta
Minyak dan Gas Bumi oleh Pelaku Usaha Mahakam;
dan/atau Masyarakat 5. Koridor Sepinggan-
Offshore;
6. Koridor Sepinggan-Pesisir
Sepinggan;
7. Koridor
Sepinggan/Balikpapan-
Offshore; dan
- 47 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
8. Koridor Tanjung Jumala-
Offshore Teluk
Balikpapan.
3.2. Perwujudan Jaringan Infrastruktur Ketenagalistrikan
3.2.1. Perwujudan Infrastruktur Pembangkit Tenaga Listrik dan Sarana Pendukung
PROGRAM PENGELOLAAN 1. Pembangkit Listrik APBN dan/atau Kemen ESDM, Pelaku
KETENAGALISTRIKAN Tenaga Air di Kabupaten sumber lain yang sah Usaha, dan/atau
Penatausahaan Izin Usaha Penyediaan Kutai Kartanegara; Masyarakat
Tenaga Listrik Non Badan Usaha Milik Negara 2. Pembangkit Listrik
dan Penjualan Tenaga Listrik serta Tenaga Uap di Kabupaten
Penyewaan Jaringan kepada Penyedia Tenaga Kutai Kartanegara,
Listrik dalam Daerah Provinsi: Kabupaten Berau,
Penatausahaan Izin Operasi yang Fasilitas Kabupaten Kutai Timur,
Instalasinya dalam Daerah Provinsi Kota Balikpapan, Kota
Penganggaran untuk Kelompok Masyarakat Samarinda, Kota Bontang,
Tidak Mampu, Pembangunan Sarana dan IKN;
Penyediaan Tenaga Listrik Belum 3. Pembangkit Listrik
Berkembang, Daerah Terpencil dan Tenaga Gas di Kabupaten
Perdesaan: Kutai Kartanegara dan
1) Pembangunan sarana penyediaan tenaga IKN;
listrik belum berkembang, daerah terpencil 4. Pembangkit Listrik
dan perdesaan Tenaga Gas dan Uap di
2) Penyedia solar sel bagi masyarakat Kabupaten Kutai
kampung Kartanegara;
5. Pembangkit Listrik
Tenaga Mesin Gas di
Pembangunan, Pengembangan,
Kabupaten Kutai
Pengoperasian, dan Pemeliharaan
Kartanegara, Kabupaten
Infrastruktur Pembangkit Tenaga Listrik:
Penajam Paser Utara, dan
1) Pembangunan pembangkit listrik Kota Bontang;
6. Pembangkit Listrik
Pengembangan dan Pengelolaan Infrastruktur Tenaga Diesel di
Pembangkit Tenaga Listrik oleh Pelaku Kabupaten Paser,
Usaha dan/atau Masyarakat Kabupaten Kutai
Kartanegara, Kabupaten
Berau, Kabupaten Kutai
Barat, Kabupaten Kutai
Timur, Kabupaten
- 48 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
Penajam Paser Utara,
Kota Balikpapan, dan
Kota Samarinda;
7. Pembangkit Listrik
Tenaga Surya di
Kabupaten Paser,
Kabupaten Kutai
Kartanegara, Kabupaten
Berau, Kabupaten Kutai
Barat, Kabupaten Kutai
Timur, Kabupaten
Mahakam Ulu, dan Kota
Bontang;
8. Pembangkit Listrik
Tenaga Hybrid di
Kabupaten Mahakam Ulu;
9. Pembangkit Listrik
Tenaga Biomassa di
Kabupaten Kutai
Kartanegara, Kabupaten,
Kabupaten Berau, dan
Kabupaten Kutai Timur;
10. Pembangkit Listrik
Tenaga Mikrohidro di
Kabupaten Kutai Barat
dan Kabupaten Kutai
Timur; dan
11. pembangkit tenaga listrik
lainnya sesuai potensi
dan karakteristik yang
diatur sesuai dengan
ketentuan peraturan
perundang-undangan.
3.2.2. Perwujudan Infrastruktur Penyaluran Tenaga Listrik dan Sarana Pendukung
a. Perwujudan Jaringan Transmisi Tenaga Listrik Antarsistem
PROGRAM PENGELOLAAN 1. Bukuan-Sambutan; APBN, APBD Provinsi, Kemen ESDM, PT. PLN,
KETENAGALISTRIKAN 2. Bontang (Teluk Pandan)- dan/atau sumber lain Dinas ESDM Provinsi,
Sangatta; yang sah
- 49 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
Penatausahaan Izin Usaha Penyediaan 3. Bukit Biru-Kota Bangun; Pelaku Usaha,
Tenaga Listrik Non Badan Usaha Milik Negara 4. Embalut-Incomer PLTU dan/atau Masyarakat
dan Penjualan Tenaga Listrik serta CFK;
Penyewaan Jaringan kepada Penyedia Tenaga 5. Harapan Baru-Bukuan;
Listrik dalam Daerah Provinsi: 6. Harapan Baru-
Penatausahaan Izin Operasi yang Fasilitas Tengkawang;
Instalasinya dalam Daerah Provinsi 7. Karangjoang-Harapan
Penganggaran untuk Kelompok Masyarakat Baru;
Tidak Mampu, Pembangunan Sarana 8. Karangjoang-Kariangau;
9. Kuaro-Tanah Grogot;
Pengembangan, Pengoperasian, dan 10. Embalut-Bukit Biru;
Pemeliharaan Jaringan Transmisi Tenaga 11. Muara Badak-Teluk
Listrik Antarsistem:
Pandan;
12. Manggarsari-Industri;
13. Manggarsari-Karangjoang;
14. Muara Jawa-Bukuan;
15. Petung-Kuaro;
16. Petung-PLTU Kariangau;
17. Senipah-Margasari;
18. Sambutan-Muara Badak;
19. Tanjung-Kuaro;
20. Tengkawang-Embalut.
PROGRAM PENGELOLAAN 1. New Balikpapan- APBN, APBD Provinsi, Kemen ESDM, PT. PLN,
KETENAGALISTRIKAN Kariangau; dan/atau sumber lain Dinas ESDM Provinsi,
Penatausahaan Izin Usaha Penyediaan 2. New Samarinda-Sambera; yang sah sah Pelaku Usaha,
Tenaga Listrik Non Badan Usaha Milik Negara 3. Sangatta-Maloy; dan/atau Masyarakat
dan Penjualan Tenaga Listrik serta 4. PLTMG Bangkanai
Penyewaan Jaringan kepada Penyedia Tenaga (Kalimantan Tengah)-
Listrik dalam Daerah Provinsi: Melak;
Penatausahaan Izin Operasi yang Fasilitas 5. Tanjung Redeb-Talisayan;
Instalasinya dalam Daerah Provinsi 6. Palaran-Senipah;
Penganggaran untuk Kelompok Masyarakat 7. Melak-Kota Bangun;
Tidak Mampu, Pembangunan Sarana
8. Muara Wahau-Tanjung
Penyediaan Tenaga Listrik Belum
Redeb;
Berkembang, Daerah Terpencil dan
9. Muara Wahau-Sepaso;
Perdesaan:
10. Maloy-Kobexindo;
11. New Samarinda-Embalut;
- 50 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
Pembangunan sarana penyediaan tenaga listrik 12. Lati-Tanjung Redeb;
belum berkembang, daerah terpencil dan 13. Tanjung Redeb-Tanjung
perdesaan Selor;
14. jaringan transmisi tenaga
Pembangunan, Pengembangan, listrik lainnya sesuai
Pengoperasian, dan Pemeliharaan Jaringan potensi dan karakteristik
Transmisi Tenaga Listrik Antarsistem: yang diatur sesuai dengan
Pembangunan jaringan transmisi tenaga listrik ketentuan peraturan
antarsistem perundang-undangan;

b. Perwujudan Jaringan Distribusi Tenaga Listrik


PROGRAM PENGELOLAAN seluruh Wilayah APBN, APBD Provinsi, Kemen ESDM, PT. PLN,
KETENAGALISTRIKAN Kabupaten/Kota dan/atau sumber lain Dinas ESDM Provinsi,
Penatausahaan Izin Usaha Penyediaan yang sah sah Pelaku Usaha,
Tenaga Listrik Non Badan Usaha Milik Negara dan/atau Masyarakat
dan Penjualan Tenaga Listrik serta
Penyewaan Jaringan kepada Penyedia Tenaga
Listrik dalam Daerah Provinsi:
Penatausahaan Izin Operasi yang Fasilitas
Instalasinya dalam Daerah Provinsi

Pengembangan, Pengoperasian, dan


Pemeliharaan Jaringan Distribusi Tenaga
Listrik:

c. Perwujudan Gardu Listrik


PROGRAM PENGELOLAAN 1. Gardu Induk (GI) Kuaro, APBN, APBD Provinsi, Kemen ESDM, PT. PLN,
KETENAGALISTRIKAN GI Grogot, GI Komam dan/atau sumber lain Dinas ESDM Provinsi,
Penatausahaan Izin Usaha Penyediaan (Batu Sopang), GI yang sah sah Pelaku Usaha,
Tenaga Listrik Non Badan Usaha Milik Negara Longikis di Kabupaten dan/atau Masyarakat
dan Penjualan Tenaga Listrik serta Paser;
Penyewaan Jaringan kepada Penyedia Tenaga 2. GI Embalut, GI
Listrik dalam Daerah Provinsi: Tenggarong/Bukit Biru,
Penatausahaan Izin Operasi yang Fasilitas GI Sambera/Muara
Instalasinya dalam Daerah Provinsi Badak, GI Kota Bangun,
GI Sanga-Sanga, GI
Kembang Janggut dan
- 51 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
Pengembangan, Pengoperasian, dan Gardu Induk Ekstra
Pemeliharaan Gardu Listrik: Tinggi Embalut di
Kabupaten Kutai
Kartanegara;
3. GI Tanjung Redeb di
Kabupaten Berau;
4. GI Sangatta, GI Sepaso,
GI Muara Wahau (arah
Muara Bengkal), dan GI
Bontang/Teluk Pandan di
Kabupaten Kutai Timur;
5. GI Petung di Kabupaten
Penajam Paser Utara;
6. GI Gunung
Malang/Industri, GI
Batakan/Manggar Sari,
GI Karang Joang/Giri
Rejo, GI Kariangau, dan
GI New Balikpapan di
Kota Balikpapan;
7. GI Harapan Baru, GI
Sambutan, GI Bukuan, GI
Tengkawang, dan GI Sei
Keledang di Kota
Samarinda;
8. GI Bontang/Teluk Pandan
di Kota Bontang;
9. GI Muara Jawa dan GI
Senipah di IKN.
PROGRAM PENGELOLAAN 1. GI Lati di Kabupaten APBN, APBD Provinsi, Kemen ESDM, PT. PLN,
KETENAGALISTRIKAN Berau; dan/atau sumber lain Dinas ESDM Provinsi,
Penatausahaan Izin Usaha Penyediaan 2. GI Melak (arah Ujoh yang sah sah Pelaku Usaha,
Tenaga Listrik Non Badan Usaha Milik Negara Bilang) di Kabupaten dan/atau Masyarakat
dan Penjualan Tenaga Listrik serta Kutai Barat;
Penyewaan Jaringan kepada Penyedia Tenaga 3. GI Maloy di Kabupaten
Listrik dalam Daerah Provinsi: Kutai Timur;
Penatausahaan Izin Operasi yang Fasilitas 4. GI New Samarinda di
Instalasinya dalam Daerah Provinsi Kota Samarinda;
5. GI Samboja di IKN;
- 52 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
Pembangunan, Pengembangan, 6. dan
Pengoperasian, dan Pemeliharaan Gardu7. gardu induk lainnya
Listrik: sesuai potensi dan
karakteristik yang diatur
sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-
undangan.
4. PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN TELEKOMUNIKASI
4.1.1. Perwujudan Jaringan Tetap
PROGRAM PENGELOLAAN KOMUNIKASI DAN 1. saluran kabel serat optik APBN dan/atau Kementerian
INFORMASI di seluruh Wilayah sumber lain yang sah Komunikasi dan
Pembangunan, Pengembangan, Pengoperasian, Kabupaten/Kota; Informasi (Kemeninfo),
dan Pemeliharaan Jaringan Tetap 2. saluran kabel bawah Laut Dinas Komunikasi,
meliputi Koridor: Informatika
a. Koridor Mamuju- Persandian, dan
Balikpapan; Statistik (Diskominfo
b. Koridor Sangatta-Palu PS) Provinsi, PT.
atau Donggala; Telkom, Pelaku Usaha,
c. Koridor Berau-Berau; dan/atau Masyarakat
d. Koridor Balikpapan-
Doda (Sulawesi Barat);
dan
e. Koridor Panajam-WP
Balikpapan.
4.1.2. Perwujudan Infrastruktur Jaringan Tetap
PROGRAM PENGELOLAAN KOMUNIKASI DAN seluruh Wilayah APBN dan/atau Kemeninfo, Diskominfo
INFORMASI Kabupaten/Kota sumber lain yang sah PS Provinsi, PT.
Pembangunan, Pengembangan, Pengoperasian, Telkom, Pelaku Usaha,
dan Pemeliharaan Infrastruktur Jaringan Tetap dan/atau Masyarakat
4.1.3. Perwujudan Jaringan Bergerak
PROGRAM PENGELOLAAN KOMUNIKASI DAN seluruh Wilayah APBN, APBD Provinsi, Kemeninfo, Diskominfo
INFORMASI Kabupaten/Kota dan/atau sumber lain PS Provinsi, PT.
Pembangunan, Pengembangan, Pengoperasian, yang sah Telkom, Pelaku Usaha,
dan Pemeliharaan Jaringan Bergerak dan/atau Masyarakat
5. PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN SUMBER DAYA AIR
- 53 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
5.1.1. Perwujudan Sistem Jaringan Irigasi
PROGRAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA Daerah Irigasi Rawa atau APBN, APBD Provinsi, Kemen PUPR,
AIR (SDA) Daerah Irigasi Tambak atau dan/atau sumber lain Kementerian Pertanian
Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Daerah Irigasi meliputi: yang sah (Kementan), Dinas
Irigasi Primer dan Sekunder pada Daerah 1. Saluran Irigasi Rawa PUPRPERA Provinsi,
Irigasi yang Luasnya Di Atas 3000 Ha dan Laburan Lama, Saluran Dinas Pangan,
Daerah Irigasi Lintas Daerah Provinsi: Irigasi Rawa Muara Tanaman Pangan, dan
1) Peningkatan/rehabilitasi jaringan irigasi Adang, Saluran Irigasi Hortikultura (DPTPH)
permukaan Rawa Padang Pangrapat, Provinsi
2) Peningkatan/rehabilitasi bendung irigasi Saluran Irigasi Rawa
Riwang, Saluran Irigasi
3) Peningkatan/rehabilitasi jaringan irigasi Rawa Sebakung, Saluran
rawa Irigasi Rawa Suliliran,
4) Peningkatan/rehabilitasi jaringan irigasi Saluran Irigasi Rawa
tambak Tanjung Aru, Saluran
5) Peningkatan/rehabilitasi sumur jaringan Irigasi Rawa Tanjung
irigasi air tanah Harapan, dan Saluran
6) Peningkatan/rehabilitasi jaringan irigasi Irigasi Rawa Telake di
air tanah Kabupaten Paser;
7) Koordinasi, sinkronisasi dan pelaksanaan 2. Saluran Irigasi
konservasi kawasan rawa Panoragan, Saluran
Irigasi Separi II, Saluran
8) Pengelolaan dan pengawasan alokasi air Irigasi Marangkayu,
irigasi
Saluran Irigasi Rawa
9) Koordinasi, sinkronisasi dan pelaksaaan Muara Badak, dan
pemeliharaan kawasan rawa Saluran Irigasi Rawa
Marangkayu di
PROGRAM PENYEDIAAN DAN Kabupaten Kutai
PENGEMBANGAN PRASARANA PERTANIAN Kartanegara;
Penataan Prasarana Pertanian: 3. Saluran Irigasi Beriwit,
1) Koordinasi, sinkronisasi dan pelaksanaan Saluran Irigasi Biatan,
pengelolaan jaringan irigasi di tingkat Saluran Irigasi Labanan,
usaha tani Saluran Irigasi
Merancang, Saluran
Irigasi Muara Bangun,
Saluran Irigasi Semurut
dan Buyung-Buyung,
Saluran Irigasi Tepian
Buah, Saluran Irigasi
- 54 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
Rawa Sukan Tengah,
Saluran Irigasi Rawa
Tanjung Perengat,
Saluran Irigasi Rawa
Tabalar, Saluran Irigasi
Tambak Seketa, dan
Saluran Irigasi Tambak
Sukan Pantai di
Kabupaten Berau;
4. Saluran Irigasi Mentiwan,
Saluran Irigasi Jengan
Danum, dan Saluran
Irigasi Rapak Oros di
Kabupaten Kutai Barat;
5. Saluran Irigasi Kaliorang,
Saluran Irigasi
Selangkau, Saluran
Irigasi Tanah Abang,
Saluran Irigasi Cipta
Graha, Saluran Irigasi
Rantau Pulung, Saluran
Irigasi Kaubun, Saluran
Irigasi Rawa Bengalon,
dan Jaringan Irigasi
Pesap di Kabupaten Kutai
Timur;
6. Saluran Irigasi Rawa
Babulu Labangka,
Saluran Irigasi Rawa
Petung, dan Saluran
Irigasi Rawa Sebakung di
Kabupaten Penajam Paser
Utara;
7. Saluran Irigasi Datah
Bilang di Kabupaten
Mahakam Ulu;
8. Saluran Irigasi Tani Aman
di Kota Samarinda;
- 55 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
9. Saluran Irigasi Sungai
Buluh dan Saluran Irigasi
Samboja di IKN.
PROGRAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA Daerah Irigasi Rawa atau APBN, APBD Provinsi Kemen PUPR,
AIR (SDA) Daerah Irigasi Tambak atau Kementan, Dinas
Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Daerah Irigasi meliputi: PUPRPERA Provinsi,
Irigasi Primer dan Sekunder pada Daerah 1. saluran irigasi Muara Asa DPTPH Provinsi
Irigasi yang Luasnya 1000 Ha-3000 Ha dan dan saluran irigasi rawa
Daerah Irigasi Lintas Daerah Resak di Kabupaten Kutai
Kabupaten/Kota: Barat;
1) Pembangunan jaringan irigasi permukaan 2. saluran irigasi rawa
2) Pembangunan bendung irigasi Telake di Kabupaten
Paser dan Kabupaten
3) Pembangunan jaringan irigasi rawa
Penajam Paser Utara.
4) Pembangunan jaringan irigasi tambak
5) Pembangunan sumur jaringan irigasi air
tanah
6) Pembangunan jaringan irigasi air tanah
7) Koordinasi, sinkronisasi dan pelaksanaan
konservasi kawasan rawa
8) Pengelolaan dan pengawasan alokasi air
irigasi
9) Koordinasi, sinkronisasi dan pelaksaaan
pemeliharaan kawasan rawa

PROGRAM PENYEDIAAN DAN


PENGEMBANGAN PRASARANA PERTANIAN
Penataan Prasarana Pertanian:
1) Koordinasi, sinkronisasi dan pelaksanaan
pengelolaan jaringan irigasi di tingkat
usaha tani

5.1.2. Perwujudan Sistem Pengendalian Banjir


a. Perwujudan Jaringan Pengendalian Banjir
PROGRAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA 1. jaringan pengendalian Kemen PUPR, Dinas
AIR (SDA) banjir Sungai Mahakam PUPRPERA Provinsi,
- 56 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
Pengelolaan SDA dan Bangunan Pengaman di Kabupaten Kutai APBN, APBD Provinsi, Pelaku Usaha,
Pantai pada Wilayah Sungai Lintas Daerah Kartanegara dan Kota dan/atau sumber lain dan/atau Masyarakat
Provinsi: Samarinda; yang sah
PROGRAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA 2. jaringan pengendalian
AIR (SDA) banjir Sungai Karang
Pengelolaan SDA dan Bangunan Pengaman Mumus di Kabupaten
Pantai pada Wilayah Sungai Lintas Daerah Kutai Kartanegara dan
Kabupaten/Kota: Kota Samarinda;
1) Pembangunan tanggul sungai
2) Pembangunan bangunan perkuatan tebing
3) Pembangunan pintu air/bendung
pengendali banjir
4) Pembangunan kanal banjir
5) Pembangunan stasiun pompa banjir
6) Normalisasi/restorasi sungai

PROGRAM PENGELOLAAN DAN


PENGEMBANGAN SISTEM DRAINASE
Pengelolaan dan Pengembangan Sistem
Drainase yang Terhubung Langsung dengan
Sungai Lintas Daerah Provinsi dan Kawasan
Strategis Nasional:
1) Penyediaan Sistem Drainase Perkotaan
2) Penyediaan Drainase Perkotaan dan
Sarana Pendukungnya
Pengelolaan dan Pengembangan Sistem
Drainase yang Terhubung Langsung dengan
Sungai Lintas Daerah Kabupaten/Kota dan
Kawasan Strategis Provinsi:
1) Penyediaan Sistem Drainase Perkotaan
2) Penyediaan Drainase Perkotaan dan
Sarana Pendukungnya
b. Perwujudan Bangunan Pengendalian Banjir
PROGRAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA 1. Bendung Pengendalian APBN, APBD Provinsi, Kemen PUPR, Dinas
AIR (SDA) (Bendali) Saing Prupuk di dan/atau sumber lain PUPRPERA Provinsi,
Kabupaten Paser; yang sah Pelaku Usaha,
dan/atau Masyarakat
- 57 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
Pengelolaan SDA dan Bangunan Pengaman 2. Bendali I, Bendali II,
Pantai pada Wilayah Sungai Lintas Daerah Bendali III, Bendali IV,
Provinsi: dan Bendali V di Kota
Pengelolaan SDA dan Bangunan Pengaman Balikpapan;
Pantai pada Wilayah Sungai Lintas Daerah 3. Bendali Sungai Karang
Kabupaten/Kota: Mumus (Griya Mukti),
1) Rehabilitasi/peningkatan polder/kolam Kolam Retensi H. M.
retensi Ardans, Kolam Retensi Air
2) Rehabilitasi/peningkatan bangunan sabo Hitam, Kolam Retensi
Vorvo 1, Kolam Retensi
3) Rehabilitasi/peningkatan check dam Vorvo 2, dan Kolam
4) Rehabilitasi/peningkatan Flood Forecasting Retensi Tani Aman/Loa
and Warning System (FFWS) Hui di Kota Samarinda.
PROGRAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA 1. Bendungan Lambakan APBN, APBD Provinsi, Kemen PUPR, Dinas
AIR (SDA) dan Bendungan Kendilo dan/atau sumber lain PUPRPERA Provinsi,
Pengelolaan SDA dan Bangunan Pengaman di Kabupaten Paser; yang sah Pelaku Usaha,
Pantai pada Wilayah Sungai Lintas Daerah 2. Bendali Hulu Sungai dan/atau Masyarakat
Provinsi: Ampal, dan Bendungan
Pengelolaan SDA dan Bangunan Pengaman Sungai Wain
Pantai pada Wilayah Sungai Lintas Daerah (Pusat)/Bendungan
Kabupaten/Kota: Pertamina di Kota
1) Pembangunan polder/kolam retensi Balikpapan;
2) Pembangunan bangunan sabo 3. Bendali Loa Bakung,
Kolam Retensi
3) Pembangunan check dam Bengkuring, Kolam
4) Pembangunan Flood Forecasting and Retensi Pampang, Kolam
Warning System (FFWS) Retensi Karang Asam
Besar, Kolam Retensi
Gunung Lingai, Kolam
Retensi Lingai, Kolam
Retensi Rapak Mahang,
Kolam Retensi Rapak
Dalam, Embung Sempaja,
Kolam Retensi Sempaja,
Danau Harapan Baru,
dan Danau Simpang Pasir
di Kota Samarinda;
- 58 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
4. Bendungan Lawe-Lawe di
Kabupaten Penajam Paser
Utara;
5. Kolam Retensi Kanaan
dan Bendungan
Estuarydam di Kota
Bontang; dan
6. Bendungan Sepaku Semoi
di IKN.
5.1.3. Perwujudan Bangunan Sumber Daya Air
PROGRAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA 1. Bendung Muara Adang, APBN, APBD Provinsi, Kemen PUPR,
AIR (SDA) Bendung Padang dan/atau sumber lain Kementan, Dinas
Pengelolaan SDA dan Bangunan Pengaman Pangrapat, Bendung yang sah PUPRPERA Provinsi,
Pantai pada Wilayah Sungai Lintas Daerah Rawa Riwang, Bendung DPTPH Provinsi,
Provinsi: Sebakung, Bendung Pelaku Usaha,
Pengelolaan SDA dan Bangunan Pengaman Suliliran, Bendung dan/atau Masyarakat
Pantai pada Wilayah Sungai Lintas Daerah Tanjung Aru, Bendung
Kabupaten/Kota: Tanjung Harapan, dan
1) Rehabilitasi bendungan Bendung Laburan di
Kabupaten Paser;
2) Rehabilitasi embung dan penampungan air 2. Bendungan Marangkayu,
lainnya
Bendung Marangkayu,
3) Rehabilitasi sumur air tanah untuk air Bendung Panoragan,
baku Bendung Separi, dan
4) Penyediaan air bersih dan sanitasi Bendung Muara Badak di
5) Rehabilitasi/peningkatan breakwater Kabupaten Kutai
6) Rehabilitasi/peningkatan seawall dan Kartanegara;
bangunan pengaman pantai lainnya 3. Embung Beriwit, Bendung
Muara Bangun,
Bendungan Merancang,
Bendungan Labanan,
Bendung Biatan,
Bendung Semurut dan
Buyung-Buyung,
Bendung Sei Kuran,
Bendung Sukan Pantai,
Bendung Sukan Tengah,
Bendung Tabalar,
Bendung Tanjung
- 59 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
Perengat, Bendung Tepian
Buah, Bendung Rantau
Pangan, dan Bendung
Urutang di Kabupaten
Berau;
4. Bendung Mentiwan,
Bendung Rapak Oros,
Bendung Resak, Bendung
Muara Asa, dan Bendung
Jenang Denum di
Kabupaten Kutai Barat;
5. Bendung Cipta Graha,
Bendung Kaliorang,
Bendung Rantau Pulung,
Bendung Pesap, Bendung
Selangkau, Bendung
Kaubun, Bendung
Bengalon, Bendung
Tanah Abang, dan
Bendungan Sangatta di
Kabupaten Kutai Timur;
6. Bendung Waru, Bendung
Sebulu, dan Bendung
Babulu Labangka di
Kabupaten Penajam Paser
Utara;
7. Embung Aji Raden,
Bendungan Manggar,
Bendungan Teritip, dan
Embung Sungai Wain di
Kota Balikpapan;
8. Bendungan Lempake dan
Bendung Tani Aman di
Kota Samarinda;
9. Bendungan Samboja dan
Bendung Sungai Buluh di
IKN.
PROGRAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA 1. Bendungan Kendilo, Kemen PUPR,
AIR (SDA) Bendungan Lambakan, Kementan, Dinas
- 60 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
Pengelolaan SDA dan Bangunan Pengaman Bendungan Pias, dan APBN, APBD Provinsi, PUPRPERA Provinsi,
Pantai pada Wilayah Sungai Lintas Daerah Bendung Regulator Telake dan/atau sumber lain DPTPH Provinsi,
Provinsi: di Kabupaten Paser; yang sah Pelaku Usaha,
Pengelolaan SDA dan Bangunan Pengaman 2. Bendungan Batu Lepek di dan/atau Masyarakat
Pantai pada Wilayah Sungai Lintas Daerah Kabupaten Kutai
Kabupaten/Kota: Kartanegara;
1) Pembangunan bendungan 3. Bendung Gemuruh di
2) Pembangunan embung dan penampung air Kabupaten Kutai Barat;
lainnya 4. Bendungan Kaliorang,
3) Pembangunan sumur air tanah untuk air Bendungan Sekerat, dan
baku Bendali Suka Rahmat di
Kabupaten Kutai Timur;
4) Pembangunan unit air baku
5. Bendung Datah Bilang di
5) Pembangunan insfrastruktur untuk Kabupaten Mahakam Ulu;
melindungi mata air 6. Bendungan ITCI dan
6) Penyediaan air bersih dan sanitasi Bendungan Toyu di
7) Pembangunan breakwater Kabupaten Penajam Paser
8) Pembangunan seawall dan bangunan Utara;
pengaman pantai lainnya 7. Bendungan Sungai Wain
di Kota Balikpapan;
8. Embung Lubang Putang
dan Embung Muang di
Kota Samarinda;
9. Bendungan Estuarydam
di Kota Bontang;
10. Bendungan Sepaku
Semoi, Intake Sepaku,
dan Bendungan Samboja
II di IKN.
6. PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN PRASARANA LAINNYA
6.1.1. Perwujudan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
PROGRAM PENGELOLAAN DAN 1. SPAM Regional Kota APBN, APBD Provinsi, Kemen PUPR, Dinas
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR Bontang Sistem Bendali dan/atau sumber lain PUPRPERA Provinsi,
MINUM Sukarahmat termasuk yang sah Pelaku Usaha,
SPAM perpipaan bawah dan/atau Masyarakat
Laut Pulau Melahing;
- 61 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
2. SPAM Regional Kota
Balikpapan Sistem
Sepaku Semoi;
3. SPAM Regional Kota
Balikpapan Sistem
Mahakam dan Rencana
Waduk Batu Lepek;
4. SPAM Regional Sistem
Long Kali;
5. SPAM Regional Sistem
Indominco;
6. SPAM Regional Penajam
Paser Utara Sistem
Bendung Telake;
7. SPAM Strategis Maloy.
6.1.2. Perwujudan Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL)
PROGRAM PENGELOLAAN DAN 1. SPAL Domestik Kawasan APBD Provinsi, Dinas PUPRPERA
PENGEMBANGAN AIR LIMBAH Perkotaan Samarinda- dan/atau sumber lain Provinsi, Provinsi,
Kabupaten Kutai yang sah Pelaku Usaha,
Kartanegara; dan/atau Masyarakat
2. SPAL Domestik Kawasan
Perkotaan Kabupaten
Kutai Kartanegara,
Kabupaten Kutai Timur,
dan Kota Bontang;
3. SPAL Domestik Kawasan
Perkotaan Kota
Samarinda-Kabupaten
Kutai Kartanegara;
4. SPAL Domestik Kawasan
Perkotaan Kabupaten
Kutai Kartanegara,
Kabupaten Penajam Paser
Utara, dan Kota
Balikpapan;
5. SPAL Domestik Kawasan
Perkotaan Kabupaten
- 62 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
Kutai Kartanegara-Kota
Balikpapan;
6. SPAL Domestik IKN.
6.1.3. Perwujudan Sistem Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3)
PROGRAM PENGENDALIAN BAHAN 1. Maloy di Kabupaten Kutai APBN, APBD Provinsi, Kementerian
BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) DAN Timur; APBD Provinsi, Lingkungan Hidup dan
LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN 2. Kariangau di Kota dan/atau sumber lain Kehutanan (Kemen
(LIMBAH B3) Balikpapan. yang sah LHK), DLH Provinsi,
Pengumpulan Limbah B3 Lintas Daerah Dinkes Provinsi,
Kabupaten/Kota dalam 1 (satu) Daerah Pelaku Usaha,
Provinsi: dan/atau Masyarakat
1) Fasilitasi pemenuhan komitmen izin
pengumpulan limbah B3 dilaksanakan
melalui sistem pelayanan perizinan
berusaha terintegrasi secara elektronik
2) Koordinasi dan sinkronisasi pengelolaan
limbah B3 dengan pemerintah pusat dalam
rangka pengangkutan, pemanfaatan,
pengolahan, dan/atau penimbunan
3) Pembangunan sistem pengolahan limbah
B3 terpadu

Pembangunan sistem pengolahan limbah B3


terpadu oleh Pelaku Usaha/Masyarakat.
6.1.4. Perwujudan Sistem Jaringan Persampahan
PROGRAM PENGEMBANGAN SISTEM DAN 1. Tempat Pemrosesan Akhir APBN, APBD Provinsi, Kemen PUPR, DLH
PENGELOLAAN PERSAMPAHAN REGIONAL Regional Tenggarong dan/atau sumber lain Provinsi, Dinas
Seberang dan Tempat yang sah PUPRPERA Provinsi,
PROGRAM PENGELOLAAN PERSAMPAHAN Pemrosesan Akhir Pelaku Usaha,
Penanganan Sampah di TPA/TPST Regional: Regional Loa Janan di dan/atau Masyarakat
Kabupaten Kutai
1) Penyusunan rencana, kebijakan, dan
Kartanegara;
teknis penanganan sampah regional
2. Tempat Pemrosesan Akhir
2) Pemrosesan akhir di TPA/TPST regional Regional Manggar di Kota
3) Pengoperasian dan pemeliharaan Balikpapan;
TPA/TPST regional
- 63 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
4) Kerja sama penanganan sampah di 3. Tempat Pemrosesan Akhir
TPA/TPST regional Regional Kawasan
5) Penyediaan sarana dan prasarana Perkotaan Bontang; dan
penanganan sampah di TPA/TPST regional 4. Tempat Pemrosesan Akhir
Regional Samboja di IKN.
II. PERWUJUDAN RENCANA POLA RUANG
1. PERWUJUDAN KAWASAN LINDUNG
1.1. Perwujudan Kawasan yang Memberikan Perlindungan terhadap Kawasan Bawahannya
1.1.1. Perwujudan Badan Air
PROGRAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA Kabupaten Paser, Kabupaten APBN, APBD Provinsi, Kemen LHK, Dinas
AIR (SDA) Kutai Kartanegara, dan/atau sumber lain Kehutanan (Dishut)
Pengelolaan SDA dan Bangunan Pengaman Kabupaten Berau;, yang sah Provinsi, Pelaku
Pantai pada Wilayah Sungai Lintas Daerah Kabupaten Kutai Barat, Usaha, dan/atau
Kabupaten/Kota: Kabupaten Kutai Timur, Masyarakat
1) Revitalisasi Danau Kabupaten Penajam Paser
Utara, Kabupaten Mahakam
Ulu, Kota Balikpapan, dan
Kota Samarinda
1.1.2. Perwujudan Kawasan Hutan Lindung
PROGRAM REHABILITASI DAN REKLAMASI Kabupaten Paser, Kabupaten APBN, APBD Provinsi, Kemen LHK, Dishut
HUTAN, REHABILITASI LAHAN SERTA Kutai Kartanegara, dan/atau sumber lain Provinsi, Pelaku
KONSERVASI TANAH DAN AIR Kabupaten Berau, Kabupaten yang sah Usaha, dan/atau
PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN Kutai Barat, Kabupaten Kutai Masyarakat
BERKELANJUTAN: Timur, Kabupaten Penajam
1) Pengelolaan hutan lindung di tingkat tapak Paser Utara, Kabupaten
secara lestari Mahakam Ulu, Kota
Balikpapan, dan Kota
2) Pengolahan Bahan Baku Hasil Hutan
Bontang
Bukan Kayu (HHBK) dari hutan lindung

PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN:


Pengelolaan Rencana Tata Hutan Kesatuan
Pengelolaan Hutan (KPH) Kewenangan
Provinsi:
1) Penyusunan rancang bangun tata hutan
wilayah kesatuan pengelolaan hutan
- 64 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
2) Pembagian blok/petak pengelolaan hutan
kesatuan pengelolaan hutan
3) Penyediaan dan pemeliharaan sarana
prasarana operasionalisasi KPH
Pemanfaatan Hutan di Kawasan Hutan
Produksi dan Hutan Lindung:
1) Penyediaan data dan informasi wilayah
usaha di kawasan hutan lindung
Pelaksanaan Perlindungan Hutan di Hutan
Lindung dan Hutan Produksi:
1) Pencegahan dan pembatasan kerusakan
hutan
2) Pencegahan dan pembatasan kerusakan
kawasan hutan
3) Pencegahan dan pembatasan kerusakan
kawasan hasil hutan
Pelaksanaan Pengolahan Hasil Hutan Bukan
Kayu (HHBK):
1) Pengolahan bahan baku hasil hutan bukan
kayu hayati
1.1.3. Perwujudan Kawasan Lindung Gambut
PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN Kabupaten Kutai Kartanegara APBN, APBD Provinsi, Kemen LHK, Dishut
DAN KERUSAHAN LAHAN GAMBUT Kabupaten Berau, dan dan/atau sumber lain Provinsi, Pelaku
1) Peningkatan kualitas ekosistem gambut Kabupaten Kutai Barat yang sah Usaha, dan/atau
(restorasi lahan gambut) Masyarakat
2) Pemulihan gambut rawan kebakaran
hutan
3) Pembentukan desa mandiri peduli gambut
4) Pemantauan kinerja pengelolaan gambut
terhadap usaha dan/atau kegiatan
5) Pemulihan gambut terdegradasi di lahan
masyarakat

PROGRAM KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP


Peningkatan Kualitas Tutupan Lahan dan
Ekosistem Gambut
- 65 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042

PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN


1) Pengelolaan rencana tata hutan Kesatuan
Pengelolaan Hutan (KPH) kewenangan
Pemerintah Pusat
2) Pemanfaatan hutan di kawasan lindung
gambut
3) Pelaksanaan perlindungan hutan di
lindung gambut
4) Pelaksanaan Pengolahan Hasil Hutan
Bukan Kayu (HHBK)

PROGRAM KONSERVASI SUMBER DAYA


ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA
Pengelolaan Kawasan Bernilai Ekosistem
Penting, Daerah Penyangga Kawasan Suaka
Alam dan Kawasan Pelestarian Alam:
1) Perencanaan pemanfaatan ekosistem lahan
basah
2) Pengendalian kerusakan dan pemeliharaan
ekosistem lahan basah
3) Penguatan kapasitas dan pemberdayaan
masyarakat di kawasan bernilai ekosistem
penting kewenangan daerah provinsi
4) Pengelolaan daerah penyangga di kawasan
bernilai ekosistem penting kewenangan
daerah provinsi

PROGRAM PENGELOLAAN
KEANEKARAGAMAN HAYATI (KEHATI)
Pengelolaan Keanekaragaman Hayati
Provinsi:
1. Pengelolaan taman keanekaragaman hayati
di luar kawasan hutan
2. Pengelolaan taman keanekaragaman hayati
lainnya
3. Pengelolaan sarana dan prasarana
keanekaragam hayati
- 66 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042

PROGRAM PERUBAHAN FUNGSI DAN Kabupaten Kutai Timur dan APBN, APBD Provinsi, Kemen LHK,
PERUNTUKAN KAWASAN HUTAN Kabupaten Mahakam Ulu dan/atau APBD Pemerintah Provinsi,
Perubahan fungsi Kawasan Hutan Lindung Kabupaten/Kota dan/atau Pemerintah
menjadi Kawasan Hutan Produksi (PTB/KHP) Kabupaten/Kota
PROGRAM PERUBAHAN FUNGSI DAN Kabupaten Kutai APBN, APBD Provinsi, Kemen LHK,
PERUNTUKAN KAWASAN HUTAN Kartanegara, Kabupaten dan/atau APBD Pemerintah Provinsi,
Perubahan peruntukan Kawasan Hutan Berau, Kabupaten Kutai Kabupaten/Kota dan/atau Pemerintah
Lindung menjadi Kawasan Pertanian (PTB/P) Timur, Kabupaten Mahakam Kabupaten/Kota
Ulu, Kota Balikpapan, dan
Kota Bontang
PROGRAM PERUBAHAN FUNGSI DAN Kabupaten Paser, Kabupaten APBN, APBD Provinsi, Kemen LHK,
PERUNTUKAN KAWASAN HUTAN Kutai Timur, dan Kota dan/atau APBD Pemerintah Provinsi,
Perubahan peruntukan Kawasan Hutan Balikpapan Kabupaten/Kota dan/atau Pemerintah
Lindung menjadi Kawasan Permukiman Kabupaten/Kota
(PTB/PM)
1.2. Perwujudan Kawasan Perlindungan Setempat
PROGRAM PENGATURAN PERTANAHAN DI Kabupaten Paser, Kabupaten APBN, APBD Provinsi, Kepmen KP, DKP
WILAYAH PESISIR, LAUT, DAN PULAU Kutai Kartanegara, dan/atau sumber lain Provinsi, DLH Provinsi,
Koordinasi dan Sinkronisasi Penggunaan dan Kabupaten Berau, Kabupaten yang sah Pelaku Usaha,
Pemanfaatan Tanah di Wilayah Pesisir, Laut Kutai Barat, Kabupaten Kutai dan/atau Masyarakat
dan Pulau Kecil, Sempadan Pantai, Wilayah Timur, Kabupaten Penajam
Perbatasan dan Pulau Terpencil: Paser Utara, Kabupaten
1) Identifikasi dan inventarisasi penggunaan Mahakam Ulu, Kota
dan pemanfaatan tanah wilayah pesisir Balikpapan, dan Kota
Samarinda
2) Identifikasi dan inventarisasi penggunaan
dan pemanfaatan tanah sempadan pantai

PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN


DAN/ATAU KERUSAKAN LINGKUNGAN
HIDUP
Penanggulangan Pencemaran dan/atau
Kerusakan Lingkugan Hidup:
1) Pengisolasian pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup
2) Penghentian pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup
- 67 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042

PROGRAM PENGELOLAAN
KEANEKARAGAMAN HAYATI (KEHATI)
Pengelolaan Keanekaragaman Hayati
Provinsi:
1) Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
1.3. Perwujudan Kawasan Konservasi
PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN 1. Cagar Alam Padang APBN, APBD Provinsi, Kemen LHK, Kepmen
BERKELANJUTAN: Luway di Kabupaten dan/atau sumber lain KP, Dishut Provinsi,
1) Pengelolaaan jasa lingkungan kawasan Kutai Barat; yang sah DKP Provinsi, DLH
konservasi dan pemanfaatan TSL secara 2. Cagar Alam Teluk Apar di Provinsi, Pelaku
lestari Kabupaten Paser dan Usaha, dan/atau
2) Pengembangan ruang usaha bagi Perairan Pesisir Selat Masyarakat
masyrakat di sekitar kawasan konservasi Makassar;
PROGRAM REHABILITASI DAN REKLAMASI 3. Cagar Alam Teluk Adang
HUTAN, REHABILITASI LAHAN SERTA di Kabupaten Paser dan
KONSERVASI TANAH DAN AIR Kabupaten Penajam Paser
PROGRAM PEMOLAAN DAN INFORMASI Utara;
KONSERVASI ALAM 4. Cagar Alam Muara
PROGRAM PENGELOLAAN KAWASAN Kaman Sedulang di
KONSERVASI Kabupaten Kutai
Kartanegara dan
PROGRAM KONSERVASI SPRESIES DAN
Kabupaten Kutai Timur;
GENETIK
5. Cagar Alam Bukit Sapat
PROGRAM PEMANFAATAN JASA
Hawung di Kabupaten
LINGKUNGAN KAWASAN KONSERVASI
Mahakam Hulu;
6. Suaka Margasatwa dan
PROGRAM KUALITAS LINGKUNGAN WILAYAH Suaka Margasatwa
PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL Perairan Pulau Semama
1) Perlindungan, pelestarian, dan di Kabupaten Berau;
pemanfaatan kawasan konservasi dan 7. Taman Nasional Kutai di
keanekaragaman hayati laut Kabupaten Kutai
Kartanegara, Kabupaten
PROGRAM KONSERVASI SUMBER DAYA Kutai Timur, dan Kota
ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA Bontang;
Pengelolaan Taman Hutan Raya (TAHURA) 8. Taman Nasional Betung
Provinsi: Kerihun di Kabupaten
Mahakam Ulu;
- 68 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
1) Pencegahan, penanggulangan, dan 9. Taman Hutan Raya Lati
pembatasan kerusakan kawasan TAHURA Petangis di Kabupaten
2) Pengamanan kawasan TAHURA provinsi Paser;
3) Pengawetan tumbuhan, satwa, serta 10. Taman Hutan Raya Bukit
habitat TAHURA provinsi Soeharto di Kabupaten
Kutai Kartanegara;
4) Pemulihan ekosistem atau penutupan
11. Taman Wisata Alam dan
kawasan sesuai rencana pengelolaan
Taman Wisata Alam
TAHURA provinsi
Perairan Pulau Sangalaki
5) Pemanfaatan jasa lingkungan TAHURA di Kabupaten Berau;
provinsi 12. Kawasan Konservasi
6) Pengelolaan daerah penyangga TAHURA Pesisir dan Pulau-Pulau
provinsi Kecil Kepulauan Derawan
dan Perairan Sekitarnya
PROGRAM PENGELOLAAN KELAUTAN, di Kabupaten Berau;
PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL: 13. Kawasan Konservasi
Pengelolaan Ruang Laut Sampai Dengan 12 Perairan Bontang di Kota
Mil di Luar Minyak dan Gas Bumi: Bontang meliputi Perairan
1) Pengelolaan kawasan konservasi di wilayah Pulau Kedindingan dan
pesisir dan pulau-pulau kecil berdasarkan Pulau Berasbasah,
penetapan dari Pemerintah Pusat Perairan Pulau Melahing,
dan Perairan Pulau
2) Rehabilitasi wilayah perairan pesisir dan
Segajah di Kota Bontang;
pulau-pulau kecil
14. Kawasan Konservasi
3) Mitigasi bencana wilayah pesisir dan Perairan Mahakam
pulau-pulau kecil
Wilayah Hulu di
Penerbitan Izin Pemanfaatan Ruang Laut di Kabupaten Kutai
Bawah 12 Mil di Luar Minyak dan Gas Bumi. Kartanegara, Kabupaten
Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pulau- Kutai Barat, dan
Pulau Kecil. Kabupaten Kutai Timur.

PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN


DAN/ATAU KERUSAKAN LINGKUNGAN
HIDUP
Penanggulangan Pencemaran dan/atau
Kerusakan Lingkugan Hidup:
1) Pengisolasian pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup
- 69 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
2) Penghentian pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup
PROGRAM PERUBAHAN FUNGSI DAN Kabupaten Paser, Kabupaten APBN, APBD Provinsi, Kemen LHK,
PERUNTUKAN KAWASAN HUTAN Kutai Kartanegara, dan/atau APBD Pemerintah Provinsi,
Perubahan peruntukan Kawasan Konservasi Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten/Kota dan/atau Pemerintah
menjadi Kawasan Pertanian (KS/P) Kabupaten Penajam Paser Kabupaten/Kota
Utara, Kabupaten Mahakam
Ulu, dan Kota Bontang
PROGRAM PERUBAHAN FUNGSI DAN Kabupaten Paser, Kabupaten APBN, APBD Provinsi, Kemen LHK,
PERUNTUKAN KAWASAN HUTAN Kutai Timur, Kabupaten dan/atau APBD Pemerintah Provinsi,
Perubahan peruntukan Kawasan Konservasi Penajam Paser Utara, dan Kabupaten/Kota dan/atau Pemerintah
menjadi Kawasan Perikanan (KS/IK) Kota Bontan Kabupaten/Kota
PROGRAM PERUBAHAN FUNGSI DAN Kabupaten Paser, Kabupaten APBN, APBD Provinsi, Kemen LHK,
PERUNTUKAN KAWASAN HUTAN Kutai Timur, dan Kabupaten dan/atau APBD Pemerintah Provinsi,
Perubahan peruntukan Kawasan Konservasi Penajam Paser Utara Kabupaten/Kota dan/atau Pemerintah
menjadi Kawasan Permukiman (KS/PM) Kabupaten/Kota
1.4. Perwujudan Kawasan Pencadangan Konservasi di Laut
PROGRAM PENGELOLAAN KELAUTAN, 1. Kawasan Konservasi APBN, APBD Provinsi, Kepmen KP, DKP
PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL Pesisir dan Pulau-Pulau dan/atau sumber lain Provinsi, DLH Provinsi,
Pengelolaan Ruang Laut Sampai Dengan 12 Kecil Tanjung Harapan, yang sah Pelaku Usaha,
Mil di Luar Minyak dan Gas Bumi: Kawasan Konservasi dan/atau Masyarakat
1) Rehabilitasi wilayah perairan pesisir dan Pesisir dan Pulau-Pulau
pulau-pulau kecil Kecil Teluk Apar,
2) Mitigasi bencana wilayah pesisir dan Kawasan Konservasi
pulau-pulau kecil Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil Tanjung Telake-
Penerbitan Izin Pemanfaatan Ruang Laut di
Tanjung Sembiling, serta
Bawah 12 Mil di Luar Minyak dan Gas Bumi.
Kawasan Konservasi
Pemberdayaan masyarakat pesisir dan pulau-
Perairan Karang Tanjung
pulau kecil.
Aru di Kabupaten Paser;
2. Kawasan Konservasi
PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN Pesisir dan Pulau-Pulau
DAN/ATAU KERUSAKAN LINGKUNGAN Kecil Kecamatan
HIDUP Marangkayu di
Penanggulangan Pencemaran dan/atau Kabupaten Kutai
Kerusakan Lingkugan Hidup: Kartanegara;
1) Pengisolasian pencemaran dan/atau 3. Kawasan Konservasi
kerusakan lingkungan hidup Pesisir dan Pulau-Pulau
- 70 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
2) Penghentian pencemaran dan/atau Kecil Tanjung Bingkar,
kerusakan lingkungan hidup Kawasan Konservasi
Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil Tanjung Belanak,
serta Kawasan Konservasi
Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil Tanjung Karang
Tigau Pulau Derawan di
Kabupaten Berau;
4. Kawasan Konservasi
Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil Kecamatan Teluk
Pandan dan Kecamatan
Sangatta Selatan,
Kawasan Konservasi
Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil Tanjung Sangatta,
Kawasan Konservasi
Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil Tanjung Bungalun,
Kawasan Konservasi
Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil Teluk Sangkulirang,
Kawasan Konservasi
Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil Teluk Sangkulirang-
Tanjung Pagar, serta
Kawasan Konservasi
Perairan Pulau Miang
Besar di Kabupaten Kutai
Timur;
5. Kawasan Konservasi
Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil Tanjung Jumlai,
Kawasan Konservasi
Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil Teluk Balikpapan,
serta Kawasan Konservasi
Perairan Karang Tanjung
- 71 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
Jumlai di Kabupaten
Penajam Paser Utara;
6. Kawasan Konservasi
Maritim Kapal Amagiri di
Kabupaten Paser dan
Kawasan Konservasi
Maritim Kapal SS Siera
Cordoba di Selat
Makassar pada
Kabupaten Kutai Timur.
1.5. Perwujudan Kawasan Hutan Adat
PROGRAM PENGELOLAAN KAWASAN HUTAN 1. Kawasan Hutan Adat APBN, APBD Provinsi, Kemen LHK, Dishut
ADAT DAN EKOSISTEMNYA: Hemaq Beniuq, APBD Kabupaten, Provinsi, DLH Provinsi,
1. Pengelolaan kawasan hutan adat Kawaasan Hutan Adat dan/atau sumber lain Pemerintah
2. Perencanaan, dan pengelolaan Bahau Uma Luhat, yang sah Kabupaten, Pelaku
pemanfaatan kawasan hutan adat Kawasan Hutan Adat Usaha, dan/atau
Anyaang Apoq, Kawasan Masyarakat
PROGRAM PENGAKUAN KEBERADAAN Hutan Adat Benuaq
MASYARAKAT HUKUM ADAT (MHA), Telimuk, Kawasan
Hutan Adat Teluyen
KEARIFAN LOKAL DAN HAK MHA YANG
Jarikng Lestari,
TERKAIT DENGAN PPLH
Kawasan Hutan Adat
Pengakuan MHA dan kearifan lokal,
Benuaq Madjaun, dan
pengetahuan tradisional dan hak MHA yang
Kawasan Hutan Adat
terkait dengan PPLH:
Gunung Menaliq di
Peningkatan kapasitas MHA dan kearifan lokal, Kabupaten Kutai Barat
pengetahuan tradisional dan hak MHA yang
2. Kawasan Hutan Adat
terkait dengan PPLH:
Mului di Kabupaten
Paser
PROGRAM PENINGKATAN PENDIDIKAN,
PELATIHAN DAN PENYULUHAN LINGKUNGAN
HIDUP UNTUK MASYARAKAT
Penyelenggaraan Pendidikan, Pelatihan, dan
Penyuluhan Lingkungan Hidup untuk Lembaga
KeMasyarakatan Tingkat Daerah Provinsi:
1. Peningkatan kapasitas dan kompetensi
sumber daya manusia bidang lingkungan
hidup untuk lembaga kemasyarakatan
- 72 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
2. Penyelengaraan penyuluhan dan
kampanye lingkungan hidup tingkat
daerah provinsi
3. Penumbuhan kesadaran keluarga dalam
peningkatan kualitas kelestarian
lingkungan hidup

1.6. Perwujudan Kawasan Lindung Geologi


PROGRAM KONSERVASI SUMBER DAYA Kawasan Bentang Alam Karst APBN, APBD Provinsi, Kemen ESDM, Kemen
ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA Sangkulirang-Mangkalihat dan/atau sumber lain LHK, Dinas ESDM
Pengelolaan Kawasan Bernilai Ekosistem serta kawasan imbuhan air yang sah Provinsi, DLHK
Penting, Daerah Penyangga Kawasan Suaka tanah di sekitarnya berada di Provinsi, Pelaku
Alam dan Kawasan Pelestarian Alam: Kabupaten Kutai Timur dan Usaha, dan/atau
1) Perencanaan pemanfaatan ekosistem Karst Kabupaten Berau Masyarakat
2) Pengendalian kerusakan dan pemeliharaan
ekosistem Karst
3) Penguatan kapasitas dan pemberdayaan
masyarakat di kawasan bernilai ekosistem
penting kewenangan daerah provinsi
4) Pengelolaan daerah penyangga di kawasan
bernilai ekosistem penting kewenangan
daerah provinsi

PROGRAM PENGELOLAAN ASPEK


KEGEOLOGIAN
Penetapan Zona Konservasi Air Tanah pada
Cekungan Air Tanah dalam Daerah Provinsi:
1) Penentuan dan penetapan zona konservasi
air tanah pada Cekungan Air Tanah

PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN


DAN/ATAU KERUSAKAN LINGKUNGAN
HIDUP
Penanggulangan Pencemaran dan/atau
Kerusakan Lingkugan Hidup:
1) Pengisolasian pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup
- 73 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
2) Penghentian pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup
1.7. Kawasan Ekosistem Mangrove
PROGRAM REHABILITASI DAN REKLAMASI Kabupaten Paser, Kabupaten APBN, APBD Provinsi, Kemen LHK, Kemen
HUTAN, REHABILITASI LAHAN SERTA Kutai Kartanegara, dan/atau sumber lain KP, DLH Provinsi, DKP
KONSERVASI TANAH DAN AIR Kabupaten Berau, Kabupaten yang sah Provinsi, Pelaku
PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN Kutai Timur, Kabupaten Usaha, dan/atau
BERKELANJUTAN Penajam Paser Utara, Kota Masyarakat
1) Rehabilitasi hutan mangrove Balikpapan, dan Kota
2) Penguatan kelompok kerja mangrove dan Bontang
forum peduli mangrove

PROGRAM KUALITAS LINGKUNGAN WILAYAH


PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
1) Pencegahan dan pemulihan kerusakan
pesisir dan pulau-pulau kecil

PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN


Pelaksanaan Rehabilitasi di Luar Kawasan
Hutan Negara:
1) Pembangunan penghijauan lingkungan di
luar kawasan hutan negara
2) Penerapan teknik konservasi tanah dan air
hutan dan lahan
3) Pengembangan perbenihan untuk
rehabilitasi lahan
4) Pengembangan teknologi rehabilitasi hutan
dan lahan
5) Rehabilitasi mangrove di luar kawasan
hutan

PROGRAM KONSERVASI SUMBER DAYA


ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA
Pengelolaan Kawasan Bernilai Ekosistem
Penting, Daerah Penyangga Kawasan Suaka
Alam dan Kawasan Pelestarian Alam:
- 74 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
1) Perencanaan pemanfaatan ekosistem lahan
basah
2) Pengendalian kerusakan dan pemeliharaan
ekosistem lahan basah
3) Penguatan kapasitas dan pemberdayaan
masyarakat di kawasan bernilai ekosistem
penting kewenangan daerah provinsi
4) Pengelolaan daerah penyangga di kawasan
bernilai ekosistem penting kewenangan
daerah provinsi

PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN


DAN/ATAU KERUSAKAN LINGKUNGAN
HIDUP
Penanggulangan Pencemaran dan/atau
Kerusakan Lingkugan Hidup:
1) Pengisolasian pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup
2) Penghentian pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup
2. PERWUJUDAN KAWASAN BUDI DAYA
2.1. Perwujudan Kawasan Hutan Produksi
PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN seluruh Wilayah APBN, APBD Provinsi, Kemen LHK, Dishut
BERKELANJUTAN Kabupaten/Kota dan/atau sumber lain Provinsi, Pelaku
1) Peningkatan perencanaan pengelolaan yang sah Usaha, dan/atau
hutan produksi Masyarakat
2) Peningkatan usaha hutan produksi
3) Peningkatan usaha jasa lingkungan hutan
produksi dan Hasil Hutan Bukan Kayu
(HHBK)
4) Peningkatan usaha industri kehutanan

PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN


Pengelolaan Rencana Tata Hutan Kesatuan
Pengelolaan Hutan (KPH) Kewenangan
Provinsi:
- 75 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
1) Penyusunan rancang bangun tata hutan
wilayah kesatuan pengelolaan hutan
2) Pembagian blok/petak pengelolaan hutan
kesatuan pengelolaan hutan
3) Penyediaan dan pemeliharaan sarana
prasarana operasionalisasi KPH
Pemanfaatan Hutan di Kawasan Hutan
Produksi dan Hutan Lindung:
1) Penyediaan data dan informasi wilayah
usaha di kawasan hutan produksi
Pelaksanaan Perlindungan Hutan di Hutan
Lindung dan Hutan Produksi:
1) Pencegahan dan pembatasan kerusakan
hutan
2) Pencegahan dan pembatasan kerusakan
kawasan hutan
3) Pencegahan dan pembatasan kerusakan
kawasan hasil hutan
Pelaksanaan Pengolahan Hasil Hutan Bukan
Kayu (HHBK):
Pengolahan bahan baku hasil hutan bukan
kayu hayati
PROGRAM PERUBAHAN FUNGSI DAN Kota Balikpapan APBN, APBD Provinsi, Kemen LHK,
PERUNTUKAN KAWASAN HUTAN dan/atau APBD Pemerintah Provinsi,
Perubahan fungsi Kawasan Hutan Produksi Kabupaten/Kota dan/atau Pemerintah
menjadi Kawasan Hutan Lindung (KHP/PTB) Kabupaten/Kota
PROGRAM PERUBAHAN FUNGSI DAN Kabupaten Kutai Kartanegara APBN, APBD Provinsi, Kemen LHK,
PERUNTUKAN KAWASAN HUTAN dan/atau APBD Pemerintah Provinsi,
Perubahan fungsi Kawasan Hutan Produksi Kabupaten/Kota dan/atau Pemerintah
menjadi Kawasan Konservasi (KHP/KS) Kabupaten/Kota
PROGRAM PERUBAHAN FUNGSI DAN Kabupaten Paser, Kabupaten APBN, APBD Provinsi, Kemen LHK,
PERUNTUKAN KAWASAN HUTAN Kutai Kartanegara, dan/atau APBD Pemerintah Provinsi,
Perubahan peruntukan Kawasan Hutan Kabupaten Berau, Kabupaten Kabupaten/Kota dan/atau Pemerintah
Produksi menjadi Kawasan Pertanian (KHP/P) Kutai Barat, Kabupaten Kutai Kabupaten/Kota
Timur, Kabupaten Mahakam
Ulu, Kabupaten Penajam
- 76 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
Paser Utara, dan Kota
Samarinda
PROGRAM PERUBAHAN FUNGSI DAN Kabupaten Kutai Kartanegara APBN, APBD Provinsi, Kemen LHK,
PERUNTUKAN KAWASAN HUTAN dan Kabupaten Berau dan/atau APBD Pemerintah Provinsi,
Perubahan peruntukan Kawasan Hutan Kabupaten/Kota dan/atau Pemerintah
Produksi menjadi Kawasan Perikanan (KHP/IK) Kabupaten/Kota
PROGRAM PERUBAHAN FUNGSI DAN Kabupaten Kutai APBN, APBD Provinsi, Kemen LHK,
PERUNTUKAN KAWASAN HUTAN Kartanegara, Kabupaten dan/atau APBD Pemerintah Provinsi,
Perubahan peruntukan Kawasan Hutan Berau, Kabupaten Kutai Kabupaten/Kota dan/atau Pemerintah
Produksi menjadi Kawasan Permukiman Timur, Kabupaten Penajam Kabupaten/Kota
(KHP/PM) Paser Utara, dan Kota
Samarinda
2.2. Perwujudan Kawasan Perkebunan Rakyat
PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN Kabupaten Penajam Paser APBN, APBD Provinsi, Kemen LHK, Dishut
Pelaksanaan Rehabilitasi di Luar Kawasan Utara dan/atau sumber lain Provinsi, Pelaku
Hutan Negara: yang sah Usaha, dan/atau
1) Pembangunan hutan rakyat di luar Masyarakat
kawasan hutan negara
2) Pembangunan penghijauan lingkungan di
luar kawasan hutan negara
3) Penerapan teknik konservasi tanah dan air
hutan dan lahan
4) Pengembangan perbenihan untuk
rehabilitasi lahan
5) Pengembangan teknologi rehabilitasi hutan
dan lahan
2.3. Perwujudan Kawasan Pertanian
PROGRAM PENYEDIAAN DAN seluruh Wilayah APBN, APBD Provinsi, Kementan, DPTPH
PENGEMBANGAN SARANA PERTANIAN Kabupaten/Kota dan/atau sumber lain Provinsi, Dinas
Pengawasan Peredaran Sarana Pertanian: yang sah Perkebunan (Disbun)
Pengawasan Mutu, Penyediaan dan Peredaran Provinsi, Dinas
Benih Peternakan dan
Pengelolaan Sumber Daya Genetik (SDG) Kesehatan Hewan
Hewan, Tumbuhan, dan Mikro Organisme (Dister KH) Provinsi,
Kewenangan Provinsi Pelaku Usaha,
dan/atau Masyarakat
- 77 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
Peningkatan Ketersediaan dan Mutu
Benih/Bibit Ternak dan Tanaman Pakan Ternak
Serta Pakan Kewenangan Provinsi
Pengendalian dan Pengawasan Penyediaan dan
Peredaran Benih/Bibit Ternak, dan Hijauan
Pakan Ternak Kewenangan Provinsi

PROGRAM PENYEDIAAN DAN


PENGEMBANGAN PRASARANA PERTANIAN
Penataan Prasarana Pertanian:
1) Perencanaan pengembangan prasarana,
kawasan dan komoditas pertanian
2) Pengendalian dan pemanfaatan prasarana,
kawasan dan komoditas pertanian
3) Koordinasi, sinkronisasi dan pelaksanaan
pengelolaan jalan usaha tani
4) Koordinasi, sinkronisasi dan pelaksanaan
pengelolaan jaringan irigasi di tingkat
usaha tani
5) Pembangunan dan pemeliharaan rumah
sakit hewan
6) Pembangunan dan pemeliharaan pos
pemeriksaan kesehatan hewan
7) Pembangunan dan pemeliharaan
laboratorium pertanian
8) Pembangunan dan pemeliharaan rumah
potong hewan
9) Pembangunan, rehabilitasi dan
pemeliharaan rutin gedung UPTD
pertanian serta sarana pendukungnya
Pengelolaan Wilayah Sumber Bibit Ternak
Dan Rumpun/Galur Ternak yang Wilayahnya
Lebih Dari 1 (Satu) Daerah Kabupaten/Kota
dalam 1 (Satu) Daerah Provinsi
- 78 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
PROGRAM PENGENDALIAN KESEHATAN
HEWAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT
VETERINER
Penjaminan Kesehatan Hewan, Penutupan
dan Pembukaan Daerah Wabah Penyakit
Hewan Menular Lintas Daerah
Kabupaten/Kota dalam 1 (satu) Daerah
Provinsi:

PROGRAM PENGENDALIAN DAN


PENANGGULANGAN BENCANA PERTANIAN
Pengendalian dan Penanggulangan Bencana
Pertanian Provinsi
1) Pengendalian Organisme Pengganggu
Tumbuhan (OPT) tanaman pangan,
hortikultura, dan perkebunan
2) Penanganan Dampak Perubahan Iklim
(DPI) tanaman pangan, hortikultura, dan
perkebunan
3) Pencegahan, penanganan kebakaran
lahan, dan gangguan usaha tanaman
pangan, hortikultura, dan perkebunan

PROGRAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA


EKONOMI UNTUK KEDAULATAN DAN
KEMANDIRIAN PANGAN
Penyediaan Infrastruktur dan Seluruh
Pendukung Kemandirian Pangan pada
berbagai Sektor sesuai Kewenangan Daerah
Provinsi:
1) Penyediaan infrastruktur lumbung pangan
2) Penyediaan infrastruktur lantai jemur
3) Penyediaan infrastruktur pendukung
kemandirian pangan lainnya

Pengembangan dan Pengelolaan Kawasan


Pertanian oleh Pelaku Usaha dan/atau
Masyarakat
- 79 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
PROGRAM PERUBAHAN FUNGSI DAN Kabupaten Kutai APBN, APBD Provinsi, Kemen LHK,
PERUNTUKAN KAWASAN HUTAN Kartanegara, Kabupaten dan/atau APBD Pemerintah Provinsi,
Perubahan fungsi Kawasan Pertanian menjadi Kutai Barat, dan Kabupaten Kabupaten/Kota dan/atau Pemerintah
Kawasan Konservasi (P/KS) Mahakam Ulu Kabupaten/Kota
PROGRAM PERUBAHAN FUNGSI DAN Kabupaten Berau APBN, APBD Provinsi, Kemen LHK,
PERUNTUKAN KAWASAN HUTAN dan/atau APBD Pemerintah Provinsi,
Perubahan fungsi Kawasan Pertanian menjadi Kabupaten/Kota dan/atau Pemerintah
Kawasan Hutan Produksi (P/KHP) Kabupaten/Kota
2.4. Perwujudan Kawasan Perikanan
PROGRAM PENGELOLAAN PERIKANAN 1. Perairan Pesisir Selat APBN, APBD Provinsi, Kemen KP, DKP
TANGKAP Makassar dan Laut dan/atau sumber lain Provinsi, Pelaku
Pengelolaan Penangkapan Ikan di Wilayah Sulawesi; yang sah Usaha, dan/atau
Laut Sampai Dengan 12 Mil: 2. Pulau Maratua dan Masyarakat
1) Penyediaan data dan informasi sumber Muara Berau di
daya ikan Kabupaten Berau;
2) Penyediaan prasarana usaha perikanan 3. Muara Mahakam di
tangkap Kabupaten Kutai
Kartanegara;
3) Penjaminan ketersediaan sarana usaha
perikanan tangkap 4. Teluk Sangkulirang dan
Tanjung Mangkalihat di
Kabupaten Kutai Timur;
Pengelolaan Penangkapan Ikan di Wilayah
5. Teluk Bontang di Kota
Sungai, Danau, Waduk, Rawa, dan Genangan
Bontang;
Air Lainnya yang dapat Diusahakan Lintas
Kabupaten/Kota Dalam 1 (Satu) Daerah 6. Kabupaten Paser,
Provinsi: Kabupaten Kutai
Kartanegara, Kabupaten
1) Penyediaan data dan informasi sumber
Berau, Kabupaten Kutai
daya ikan
Barat, Kabupaten Kutai
2) Penyediaan prasarana usaha perikanan Timur, Kabupaten
tangkap Penajam Paser Utara,
3) Penjaminan ketersediaan sarana usaha Kota Balikpapan, dan
perikanan tangkap Kota Bontang;
7. Teluk Adang di
PROGRAM PENGELOLAAN PERIKANAN BUDI Kabupaten Paser;
DAYA 8. Pantai Babulu, Pantai
Pengelolaan Pembudidayaan Ikan di Laut: Api-Api, dan Teluk
1) Penyediaan prasarana pembudidayaan Balikpapan di Kabupaten
ikan di laut Penajam Paser Utara;
- 80 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
2) Penyediaan prasarana pembudidayaan 9. Pulau Balang Teluk
ikan di air payau dan air tawar yang Balikpapan di Kabupaten
penggunaan sumber dayanya lebih efisien Penajam Paser Utara dan
apabila dilakukan oleh daerah provinsi Kota Balikpapan;
dan/atau manfaat atau dampak negatifnya 10. Pantai Manggar dan
lintas daerah kabupaten/kota Pantai Lamaru di Kota
3) Penjaminan ketersediaan ssarana Balikpapan;
pembudidayaan ikan di laut 11. Tanjung Manukmanukan,
4) Penyediaan sarana pembudidayaan ikan di Pulau Badak-Badak, dan
air payau dan air tawar yang penggunaan Pulau Selokia di Kota
sumber dayanya lebih efisien apabila Bontang;
dilakukan oleh daerah provinsi dan/atau 12. Tanjung Pakul di Kota
manfaat atau dampak negatifnya lintas Bontang dan Teluk
daerah kabupaten/kota Pandan di Kabupaten
5) Pengelolaan kesehatan ikan dan Kutai Kartanegara;
lingkungan budidaya di laut dan lintas 13. Pulau Miang Besar dan
daerah kabupaten/kota Tanjung Mangkalihat di
Kabupaten Kutai Timur;
6) Pembinaan dan pemantauan
dan
pembudidayaan ikan di laut dan di
kawasan konservasi yang dikelola oleh 14. Pulau Balikukup,
pemerintah daerah provinsi Tababinga, Tanjung
Pandan dan Tanjung
7) Pengembangan, pemanfaatan dan Batu, Tanjung
perlindungan lahan untuk pembudidayaan Karangtigau, dan Teluk
ikan lintas daerah kabupaten/kota dalam Pulau Maratua di
1 (satu) daerah provinsi Kabupaten Berau.

Pengelolaan Pembudidayaan Ikan di Perairan


Darat:
1) Penyediaan prasarana pembudidayaan
ikan di air payau dan air tawar yang
penggunaan sumber dayanya lebih efisien
apabila dilakukan oleh daerah provinsi
dan/atau manfaat atau dampak negatifnya
lintas daerah kabupaten/kota
2) Penyediaan sarana pembudidayaan ikan di
air payau dan air tawar yang penggunaan
sumber dayanya lebih efisien apabila
dilakukan oleh daerah provinsi dan/atau
- 81 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
manfaat atau dampak negatifnya lintas
daerah kabupaten/kota

PROGRAM PENGOLAHAN DAN PEMASARAN


HASIL PERIKANAN
Penyediaan dan Penyaluran Bahan Baku
Industri Pengolahan Ikan dalam 1 (Satu)
Daerah Provinsi:
1) Pemetaaan dan pemantauan kebutuhan
bahan baku usaha pengolahan/distribusi
ikan lintas daerah kabupaten/kota dalam
1 (satu) daerah provinsi
2) Pemberian insentif dan fasilitasi bagi
pelaku usaha perikanan lintas daerah
kabupaten/kota dalam 1 (satu) daerah
provinsi
3) Pengembangan sistem informasi
manajemen logistik ikan lintas daerah
kabupaten/kota dalam 1 (satu) daerah
provinsi

PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN


DAN/ATAU KERUSAKAN LINGKUNGAN
HIDUP
Penanggulangan Pencemaran dan/atau
Kerusakan Lingkugan Hidup:
1) Pengisolasian pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup
2) Penghentian pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup

Pengembangan dan Pengelolaan Kawasan


Perikanan Budi Daya oleh Pelaku Usaha
dan/atau Masyarakat

2.5. Perwujudan Kawasan Pertambangan dan Energi


2.4.1. Perwujudan Kawasan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
- 82 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
PROGRAM PENGELOLAAN PERTAMBANGAN 1. Perairan Teluk APBN, APBD Provinsi, Kemen ESDM, Kemen
MINYAK DAN GAS BUMI Balikpapan, Perairan dan/atau sumber lain LHK, Dinas ESDM
Pengembangan lapangan minyak Muara Mahakam, dan yang sah Provinsi, DLH Provinsi,
Perairan Pesisir Selat Pelaku Usaha,
Pengembangan dan Pengelolaan Kawasan Makassar dan Laut dan/atau Masyarakat
Pertambangan Minyak dan Gas Bumi oleh Sulawesi.
Pelaku Usaha dan/atau Masyarakat 2. Lapangan Gendola, Maha,
Gandang, Gehem, dan
Bangka (Indonesia
Deepwater Development
Project/IDD) di Perairan
Pesisir Selat Makassar
dan Laut Sulawesi.
2.4.2. Perwujudan Kawasan Pembangkitan Tenaga Listrik
PROGRAM PENGELOLAAN Kabupaten Paser, Kabupaten APBN, APBD Provinsi, Kemen ESDM, Dinas
KETENAGALISTRIKAN Kutai Kartanegara, dan/atau sumber lain ESDM Provinsi, Pelaku
Penatausahaan Izin Usaha Penyediaan Kabupaten Berau, Kabupaten yang sah Usaha, dan/atau
Tenaga Listrik Non Badan Usaha Milik Negara Kutai Barat, Kabupaten Kutai Masyarakat
dan Penjualan Tenaga Listrik serta Timur, Kota Balikpapan, Kota
Penyewaan Jaringan kepada Penyedia Tenaga Samarinda, dan Kota
Listrik dalam Daerah Provinsi: Bontang
Penatausahaan Izin Operasi yang Fasilitas
Instalasinya dalam Daerah Provinsi
Penganggaran untuk Kelompok Masyarakat
Tidak Mampu, Pembangunan Sarana
Penyediaan Tenaga Listrik Belum
Berkembang, Daerah Terpencil dan
Perdesaan:
1) Pembangunan sarana penyediaan tenaga
listrik belum berkembang, daerah terpencil
dan perdesaan
2) Penyedia solar sel bagi masyarakat
kampung
Pengembangan dan Pengelolaan Kawasan
Pembangkit Tenaga Listrik oleh Pelaku Usaha
dan/atau Masyarakat
2.6. Perwujudan Kawasan Peruntukan Industri
- 83 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
PROGRAM PERENCANAAN DAN seluruh Wilayah APBN, APBD Provinsi, Kemenperin,
PEMBANGUNAN INDUSTRI Kabupaten/Kota serta dan/atau sumber lain Disperindag UKM
Penyusunan, Penerapan dan Evaluasi Perairan Pesisir Selat yang sah Provinsi, DLH Provinsi,
Rencana Pembangunan Industri Provinsi: Makassar di Kota Bontang Pelaku Usaha,
1) Penyusunan rencana pembangunan industri dan/atau Masyarakat
provinsi
2) Koordinasi, sinkronisasi, dan pelaksanaan
kebijakan percepatan pengembangan,
penyebaran dan perwilayahan industri
3) Koordinasi, sinkronisasi, dan pelaksanaan
pembangunan sumber daya industri
4) Koordinasi, sinkronisasi, dan pelaksanaan
pembangunan sarana dan prasarana
industri
5) Koordinasi, sinkronisasi, dan pelaksanaan
pemberdayaan industri dan peran serta
masyarakat

PROGRAM PENGENDALIAN IZIN USAHA


INDUSTRI
Penerbitan Izin Usaha Industri (IUI), Izin
Perluasan Usaha Industri (IPUI), Izin Usaha
Kawasan Industri (IUKI), dan Izin Perluasan
Kawasan Industri (IPKI) Kewenangan
Provinsi:

PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN


DAN/ATAU KERUSAKAN LINGKUNGAN
HIDUP
Penanggulangan Pencemaran dan/atau
Kerusakan Lingkugan Hidup:
1) Pengisolasian pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup
2) Penghentian pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup
- 84 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
Pengembangan dan Pengelolaan Kawasan
Peruntukan Industri oleh Pelaku Usaha
dan/atau Masyarakat
2.7. Perwujudan Kawasan Pariwisata
PROGRAM PENINGKATAN DAYA TARIK seluruh Wilayah APBN, APBD Provinsi, Kemenparkraf, Dispar
DESTINASI PARIWISATA Kabupaten/Kota serta dan/atau sumber lain Provinsi, Dinas
Pengelolaan Daya Tarik Wisata Provinsi: Perairan Pesisir Selat yang sah PUPRPERA Provinsi,
1) Penetapan daya tarik wisata unggulan Makassar dan Laut Sulawesi Pelaku Usaha,
provinsi dan/atau Masyarakat
2) Perancangan dan perencanaan
pengembangan daya tarik wisata unggulan
provinsi
3) Pengembangan daya tarik wisata unggulan
provinsi
Pengelolaan Kawasan Strategis Pariwisata
Provinsi:
1) Penetapan kawasan strategis pariwisata
provinsi
2) Perencanaan kawasan strategis pariwisata
provinsi
3) Pengembangan kawasan strategis
pariwisata provinsi
4) Pengadaan/pemeliharaan/rehabilitasi
sarana dan prasarana dalam pengelolaan
kawasan strategis pariwisata provinsi
5) Pemberdayaan masyarakat dalam
pengelolaan kawasan strategis pariwisata
provinsi
6) Penerapan destinasi pariwisata
berkelanjutan dalam pengelolaan kawasan
strategis pariwisata provinsi
Pengelolaan Destinasi Pariwisata Provinsi:
1) Penetapan destinasi pariwisata provinsi
2) Perencanaan destinasi pariwisata provinsi
3) Pengembangan destinasi pariwisata
provinsi
- 85 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
4) Pengadaan/pemeliharaan/rehabilitasi
sarana dan prasarana dalam pengelolaan
destinasi pariwisata provinsi
5) Pemberdayaan masyarakat dalam
pengelolaan destinasi pariwisata provinsi
6) Penerapan destinasi pariwisata
berkelanjutan dalam pengelolaan destinasi
pariwisata provinsi

PROGRAM PENGEMBANGAN EKONOMI


KREATIF MELALUI PEMANFAATAN DAN
PERLINDUNGAN HAK KEKAYAAN
INTELEKTUAL
Penyediaan Sarana dan Prasarana Kota
Kreatif:
1) Layanan penyediaan sarana dan prasarana
kota kreatif
2) Perluasan pasar produk kreatif baik di
pasar ekspor maupun pasar domestik

PROGRAM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA


PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
Pelaksanaan Peningkatan Kapasitas Sumber
Daya Manusia Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif Tingkat Lanjutan:

Pengembangan dan Pengelolaan Kawasan


Pariwisata oleh Pelaku Usaha dan/atau
Masyarakat
2.8. Perwujudan Kawasan Permukiman
PROGRAM PENGEMBANGAN PERMUKIMAN seluruh Wilayah APBN, APBD Provinsi, Kemen PUPR, Dinas
Penyelenggaraan Infrastruktur pada Kabupaten/Kota dan dan/atau sumber lain PUPRPERA Provinsi,
Permukiman di Kawasan Strategis Daerah Perairan Pesisir Selat yang sah Pelaku Usaha,
Provinsi: Makassar dan Laut Sulawesi dan/atau Masyarakat
1) Pembangunan dan pengembangan
infrastruktur kawasan permukiman di
kawasan strategis daerah provinsi
- 86 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
2) Pemanfaatan dan pemeliharaan
infrastruktur kawasan permukiman di
kawasan strategis daerah provinsi
3) Pengawasan dan pengendalian
infrastruktur kawasan permukiman di
kawasan strategis daerah provinsi
4) Pembinaan penyelenggaraan infrastruktur
kawasan permukiman di kawasan strategis
daerah provinsi

PROGRAM PENATAAN BANGUNAN GEDUNG


Penetapan dan Penyelenggaraan Bangunan
Gedung untuk Kepentingan Strategis Daerah
Provinsi:
1) Perencanaan, pembangunan, pengawasan
dan pemanfaatan bangunan gedung
kepentingan strategis daerah provinsi
2) Rehabilitasi, renovasi dan ubahsuai
bangunan gedung untuk kepentingan
strategis daerah provinsi
3) Pemeliharaan dan perawatan bangunan
gedung untuk kepentingan strategis
daerah provinsi
4) Pelaksanaan pengelolaan rumah negara

PROGRAM PENGEMBANGAN PERUMAHAN


Pendataan Penyediaan dan Rehabilitasi
Rumah Korban Bencana atau Relokasi
Program Provinsi:
1) Identifikasi perumahan di lokasi rawan
bencana atau terkena relokasi program
provinsi
2) Identifikasi lahan-lahan potensial sebagai
lokasi relokasi perumahan
3) Pengumpulan data rumah korban bencana
4) Kejadian sebelumnya yang belum
tertangani
- 87 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
5) Pendataan tingkat kerusakan rumah
akibat bencana
6) Pendataan dan verifikasi penerima rumah
bagi korban bencana alam atau terkena
relokasi program provinsi
7) Pendataan rumah sewa milik masyarakat,
rumah susun dan rumah khusus

Sosialisasi dan Persiapan Penyediaan dan


Rehabilitasi Rumah Korban Bencana atau
Relokasi Program Provinsi:
1) Sosialisasi standar teknis penyediaan dan
rehabilitasi rumah kepada
masyarakat/sukarelawan tanggap bencana
2) Sosialisasi pengembangan perumahan
baru dan mekanisme akses perumahan
KPR-FLPP

Pembangunan dan Rehabilitasi Rumah


Korban Bencana atau Relokasi Program
Provinsi:
1) Rehabilitasi rumah bagi korban bencana
2) Penyusunan site plan dan/atau Detail
Engineering Design (DED) bagi rumah
korban bencana atau relokasi program
provinsi
3) Pengadaan lahan untuk pembangunan
rumah bagi korban bencana
4) Pembangunan rumah bagi korban bencana
5) Pembangunan rumah khusus beserta PSU
bagi korban bencana atau relokasi
program provinsi
6) Operasional dan pemeliharaan lingkungan
perumahan pada relokasi program provinsi

Pendistribusian dan Serah Terima Rumah


bagi Korban Bencana atau Relokasi Program
Provinsi:
- 88 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
1) Pembangunan dan rehabilitasi rumah
korban bencana atau relokasi program
provinsi
2) Pembinaan pengelolaan rumah susun
umum dan/atau rumah khusus

PROGRAM KAWASAN PERMUKIMAN


Penataan Kawasan Permukiman Kumuh
dengan Luas 10 (sepuluh) Ha sampai dengan
di bawah 15 (lima belas) Ha:
1) Pembinaan kelompok swadaya masyarakat
di permukiman kumuh
2) Penyadaran publik pencegahan tumbuh
dan berkembangnya permukiman kumuh
3) Koordinasi dan sinkronisasi pengendalian
penataan
pemugaran/peremajaan/pemukiman
kembali permukiman kumuh
4) Pelaksanaan pembagian rumah bagi
masyarakat terdampak program
pemugaran/peremajaan permukiman
kumuh

Peningkatan Kualitas Kawasan Permukiman


Kumuh dengan Luas 10 (sepuluh) Ha sampai
dengan di bawah 15 (lima belas) Ha:
1) Perbaikan rumah tidak layak huni dalam
kawasan permukiman dengan luas 10
(sepuluh) Ha sampai dengan di bawah 15
(lima belas) Ha
2) Pelaksanaan pembangunan pemugaran/
peremajaan permukiman kumuh dengan
luas 10 (sepuluh) Ha sampai dengan di
bawah 15 (lima belas) Ha

PROGRAM PENINGKATAN PRASARANA,


SARANA DAN UTILITAS UMUM (PSU)
Urusan Penyelenggaraan PSU Permukiman:
- 89 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
1) Penyediaan prasarana, sarana, dan utilitas
umum di permukiman untuk menunjang
fungsi permukiman
2) Verifikasi dan penyerahan PSU
permukiman dari pengembang
3) Kerja sama penyediaan/pengelolaan PSU
permukiman

PROGRAM PENANGGULANGAN BENCANA


Pelayanan Informasi Rawan Bencana
Provinsi:
1) Sosialisasi, Komunikasi, Informasi dan
Edukasi (KIE) rawan bencana provinsi (per
jenis bencana)
Pelayanan Pencegahan dan Kesiapsiagaan
Terhadap Bencana:
1) Pelatihan pencegahan dan mitigasi
bencana
2) Penyediaan peralatan perlindungan dan
kesiapsiagaan bencana
3) Penguatan kapasitas kawasan untuk
pencegahan dan kesiapsiagaan bencana
Pelayanan Penyelamatan dan Evakuasi
Korban Bencana:
1) Penyediaan logistik penyelamatan dan
evakuasi korban bencana
2) Pelatihan keluarga tanggap bencana alam

PROGRAM PENCEGAHAN,
PENANGGULANGAN, PENYELAMATAN
KEBAKARAN DAN PENYELAMATAN NON
KEBAKARAN
Penyelenggaraan Pemetaan Rawan Bencana
Kebakaran:
1) Pelatihan keluarga tanggap bencana
rumah tangga
- 90 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
PROGRAM PENANGANAN BENCANA
Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam
dan Sosial Provinsi:
1) Penyediaan tempat penampungan
pengungsi

PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN


TRANSMIGRASI
Pengembangan Satuan Permukiman pada
Tahap Pemantapan:
Penguatan infrastruktur sosial, ekonomi dan
kelembagaan dalam rangka pemantapan satuan
pemukiman
2.9. Perwujudan Kawasan Transportasi
PROGRAM PENGELOLAAN PELAYARAN seluruh Wilayah APBN, APBD Provinsi, Kemenhub, Dishub
Penetapan Rencana Induk dan DLKR/DLKP Kabupaten/Kota serta APBD Provinsi, Dishub
untuk Pelabuhan Penyeberangan: Perairan Pesisir Selat Kabupaten/Kota, Kabupaten/Kota,
Pembangunan dan Penerbitan Izin Makassar dan Laut Sulawesi dan/atau sumber lain Pelaku Usaha,
Pembangunan dan Pengoperasian Pelabuhan yang sah dan/atau Masyarakat
Penyeberangan:
1) Pembangunan pelabuhan penyeberangan
2) Pengoperasian dan
pemeliharaan/rehabilitasi pelabuhan
penyeberangan

PROGRAM PENGELOLAAN PELAYARAN


Penetapan Rencana Induk dan Daerah
Lingkungan Kerja (DLKR)/Daerah Lingkungan
Kepentingan (DLKP) Pelabuhan Utama:
Pembangunan, Penerbitan Izin Pembangunan
dan Pengoperasian Pelabuhan Utama:
1) Pembangunan pelabuhan utama
2) Pengoperasian dan pemeliharaan
pelabuhan utama

Penerbitan Izin Pekerjaan Pengerukan di


Wilayah Perairan Pelabuhan Utama:
- 91 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
Penerbitan Izin Reklamasi di Wilayah
Perairan Pelabuhan Utama:
Penerbitan Izin Pengelolaan Terminal untuk
Kepentingan Sendiri (TUKS) di dalam
DLKR/DLKP Pelabuhan Utama.

PROGRAM PENGELOLAAN PELAYARAN


Penetapan Rencana Induk dan Daerah
Lingkungan Kerja (DLKR)/Daerah Lingkungan
Kepentingan (DLKP) Pelabuhan Pengumpul:
Pembangunan, Penerbitan Izin Pembangunan
dan Pengoperasian Pelabuhan Pengumpul:
1) Pembangunan Pelabuhan Pengumpul
2) Pengoperasian dan Pemeliharaan
Pelabuhan Pengumpul

Penerbitan Izin Pekerjaan Pengerukan di


Wilayah Perairan Pelabuhan Pengumpul:
Penerbitan Izin Reklamasi di Wilayah
Perairan Pelabuhan Pengumpul:
Penerbitan Izin Pengelolaan Terminal untuk
Kepentingan Sendiri (TUKS) di dalam
DLKR/DLKP Pelabuhan Pengumpul.

PROGRAM PENGELOLAAN PELAYARAN


Penetapan Rencana Induk dan Daerah
Lingkungan Kerja (DLKR)/Daerah Lingkungan
Kepentingan (DLKP) Pelabuhan Pengumpan
Regional:
Pembangunan, Penerbitan Izin Pembangunan
dan Pengoperasian Pelabuhan Pengumpan
Regional:
1) Pembangunan pelabuhan pengumpan
regional
2) Pengoperasian dan pemeliharaan
pelabuhan pengumpan regional
- 92 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
Penerbitan Izin Pekerjaan Pengerukan di
Wilayah Perairan Pelabuhan Pengumpan
Regional:
Penerbitan Izin Reklamasi di Wilayah
Perairan Pelabuhan Pengumpan Regional:
Penerbitan Izin Pengelolaan Terminal untuk
Kepentingan Sendiri (TUKS) di dalam
DLKR/DLKP Pelabuhan Pengumpan Regional.

Penetapan Rencana Induk dan Daerah


Lingkungan Kerja (DLKR)/Daerah Lingkungan
Kepentingan (DLKP) Pelabuhan Pengumpan
Lokal:
Pembangunan, Penerbitan Izin Pembangunan
dan Pengoperasian Pelabuhan Pengumpan
Lokal:
1) Pembangunan pelabuhan pengumpan
lokal
2) Pengoperasian dan pemeliharaan
pelabuhan lokal

Penerbitan Izin Pekerjaan Pengerukan di


Wilayah Perairan Pelabuhan Pengumpan
Lokal:
Penerbitan Izin Reklamasi di Wilayah
Perairan Pelabuhan Pengumpan Lokal:
Penerbitan Izin Pengelolaan Terminal untuk
Kepentingan Sendiri (TUKS) di dalam
DLKR/DLKP Pelabuhan Pengumpan Lokal.

PROGRAM PENGELOLAAN PERIKANAN


TANGKAP
Penetapan Lokasi Pembangunan serta
Pengelolaan Pelabuhan Perikanan Provinsi:
1) Penentuan lokasi pembangunan pelabuhan
perikanan
2) Penyediaan sarana dan prasarana
pelabuhan perikanan
- 93 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
3) Pelaksanaan fungsi pemerintahan dan
pengusahaan pelabuhan perikanan

PROGRAM PENGELOLAAN PENERBANGAN


Pengembangan bandar udara pengumpul
2.10. Perwujudan Kawasan Pertahanan dan Keamanan
PROGRAM PENGEMBANGAN PERTAHANAN Kabupaten Berau dan APBN Kemenhan, TNI
DAN KEAMANAN Perairan Pesisir Laut dan/atau Polri
Peningkatan dan pengembangan infrastruktur Sulawesi
pendukung kawasan pertahanan dan keamanan
III. PERWUJUDAN KAWASAN STRATEGIS PROVINSI
31.1. Perwujudan Kawasan Strategis Provinsi (KSP) dari Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi
PROGRAM PENATAAN BANGUNAN DAN 1. kawasan industri di Kota APBN, APBD Provinsi, Kemenperin, Kemen
LINGKUNGAN Bontang dan Kabupaten dan/atau sumber lain PUPR, Badan
Penyelenggaraan Penataan Bangunan dan Kutai Kartanegara; yang sah Perencanaan
Lingkungan di Kawasan Strategis Daerah 2. kawasan industri Maloy di Pembangunan Daerah
Provinsi dan Lintas Daerah Kabupaten/Kota: Kabupaten Kutai Timur; (Bappeda) Provinsi,
1) Penyusunan rencana, kebijakan, strategi 3. kawasan industri Disperindag UKM
dan teknis sistem penataan bangunan dan Kariangau dan Provinsi, DLH Provinsi,
lingkungan di kawasan strategis daerah Buluminung di Kota Dinas PUPRPERA
provinsi dan lintas daerah kabupaten/kota Balikpapan dan Provinsi, Pelaku
2) Penataan bangunan dan lingkungan Kabupaten Penajam Paser Usaha, PDAM,
3) Pemeliharaan bangunan dan lingkungan Utara. dan/atau Masyarakat
4) Pemberdayaan masyarakat dalam
penataan bangunan dan lingkungan

PROGRAM PENGEMBANGAN PERMUKIMAN


Penyelenggaraan Infrastruktur pada
Permukiman di Kawasan Strategis Provinsi:
Pembangunan dan pengembangan infrastruktur
kawasan permukiman di kawasan strategis
daerah provinsi

PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN


DAN/ATAU KERUSAKAN LINGKUNGAN
HIDUP
- 94 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
Penanggulangan Pencemaran dan/atau
Kerusakan Lingkugan Hidup:
1) Pengisolasian pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup
2) Penghentian pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup

PROGRAM PERENCANAAN DAN


PEMBANGUNAN INDUSTRI
Penyusunan, penerapan dan evaluasi rencana
pembangunan industri Provinsi
Pengembangan dan Pengelolaan Kawasan
Peruntukan Industri oleh Pelaku Usaha
dan/atau Masyarakat

PROGRAM PENGEMBANGAN UMKM


Pengembangan Usaha Kecil dengan Orientasi
Peningkatan Skala Usaha Menjadi Usaha
Menengah:
Produksi dan pengolahan, pemasaran, sumber
daya manusia, serta desain dan teknologi

Pengembangan dan Pengelolaan Kawasan


Peruntukan Industri oleh Pelaku Usaha
dan/atau Masyarakat
PROGRAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA Kawasan Sentra Pertanian di APBN, APBD Provinsi, Kementan, DPTPH
EKONOMI UNTUK KEDAULATAN DAN Kabupaten Paser dan dan/atau sumber lain Provinsi, Dister KH
KEMANDIRIAN PANGAN Kabupaten Penajam Paser yang sah Provinsi, Pelaku
Penyediaan Infrastruktur dan Seluruh Utara. Usaha, dan/atau
Pendukung Kemandirian Pangan pada Masyarakat
berbagai Sektor sesuai Kewenangan Daerah
Provinsi:
1) Penyediaan infrastruktur lumbung pangan
2) Penyediaan infrastruktur pendukung
kemandirian pangan lainnya
3) Koordinasi dan sinkronisasi dalam rangka
penyediaan infrastruktur logistik
- 95 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042

PROGRAM PENANGANAN KERAWANAN


PANGAN
Penyusunan Peta Kerentanan dan Ketahanan
Pangan kewenangan Provinsi:
Penyusunan, pemutakhiran dan analisis peta
ketahanan dan kerentanan pangan provinsi dan
kabupaten/kota
Penanganan Kerawanan Pangan Kewenangan
Provinsi:
Pelaksanaan pengadaan, pengelolaan, dan
penyaluran cadangan pangan pada kerawanan
pangan yang mencakup lebih dari 1 (satu)
daerah kabupaten/kota dalam 1 (satu) daerah
provinsi

Pengembangan dan Pengelolaan Kawasan


Pertanian oleh Pelaku Usaha dan/atau
Masyarakat
PROGRAM PENATAAN BANGUNAN DAN kawasan perdagangan dan APBN, APBD Provinsi, Kemenperin, Kemen
LINGKUNGAN jasa di Kota Samarinda dan/atau sumber lain PUPR, Badan
Penyelenggaraan Penataan Bangunan dan yang sah Perencanaan
Lingkungan di Kawasan Strategis Daerah Pembangunan Daerah
Provinsi dan Lintas Daerah Kabupaten/Kota: (Bappeda) Provinsi,
1) Penyusunan rencana, kebijakan, strategi Disperindag UKM
dan teknis sistem penataan bangunan dan Provinsi, DLH Provinsi,
lingkungan di kawasan strategis daerah Dinas PUPRPERA
provinsi dan lintas daerah kabupaten/kota Provinsi, Pelaku
2) Penataan bangunan dan lingkungan Usaha, PDAM,
dan/atau Masyarakat
3) Pemeliharaan bangunan dan lingkungan
4) Pemberdayaan masyarakat dalam
penataan bangunan dan lingkungan

PROGRAM PENGEMBANGAN PERMUKIMAN


Penyelenggaraan Infrastruktur pada
Permukiman di Kawasan Strategis Provinsi:
- 96 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
Pembangunan dan pengembangan infrastruktur
kawasan permukiman di kawasan strategis
daerah provinsi

PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN


DAN/ATAU KERUSAKAN LINGKUNGAN
HIDUP
Penanggulangan Pencemaran dan/atau
Kerusakan Lingkugan Hidup:
1) Pengisolasian pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup
2) Penghentian pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup

Pengembangan dan Pengelolaan Kawasan


Peruntukan Industri oleh Pelaku Usaha
dan/atau Masyarakat

31.2. Perwujudan KSP dari Sudut Kepentingan Sosial Budaya


PROGRAM PENGAKUAN KEBERADAAN 1. Kawasan Hutan Adat APBN, APBD Provinsi, KLHK, Bappeda
MASYARAKAT HUKUM ADAT (MHA), Hemaq Beniung di dan/atau sumber lain Provinsi, Badan
KEARIFAN LOKAL DAN HAK MHA YANG Kabupaten Kutai Barat yang sah Pengembangan
TERKAIT DENGAN PPLH 2. Kawasan Hutan Adat Sumber Daya Manusia
Pengakuan MHA dan Kearifan Lokal, Mului di Kabupaten Paser Provinsi, Dispar
Pengetahuan Tradisional dan Hak MHA yang Provinsi, dan/atau
terkait dengan PPLH: Masyarakat
Peningkatan Kapasitas MHA dan Kearifan
Lokal, Pengetahuan Tradisional dan Hak
MHA yang terkait dengan PPLH:

PROGRAM PENINGKATAN PENDIDIKAN,


PELATIHAN DAN PENYULUHAN LINGKUNGAN
HIDUP UNTUK MASYARAKAT
Penyelenggaraan Pendidikan, Pelatihan, dan
Penyuluhan Lingkungan Hidup untuk
Lembaga Kemasyarakatan Tingkat Daerah
Provinsi:
- 97 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
1. Peningkatan kapasitas dan kompetensi
sumber daya manusia bidang lingkungan
hidup untuk lembaga kemasyarakatan
2. Penyelengaraan penyuluhan dan
kampanye lingkungan hidup tingkat
daerah provinsi
3. Penumbuhan kesadaran keluarga dalam
peningkatan kualitas kelestarian
lingkungan hidup
31.3. Perwujudan KSP dari Sudut Kepentingan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup
PROGRAM KONSERVASI SUMBER DAYA 1. Danau Kaskade Mahakam APBN, APBD Provinsi, KLHK, DLH Provinsi,
ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA di Kabupaten Kutai dan/atau sumber lain Dishut Provinsi, DKP
Perlindungan Tumbuhan dan Satwa Liar yang Kartanegara dan yang sah Provinsi, Pelaku
Tidak Dilindungi dan/atau Tidak Masuk Kabupaten Kutai Barat; Usaha, dan/atau
dalam Lampiran (Appendix) CITES 2. Kawasan Teluk Masyarakat
(Convension On International Trade In Balikpapan di Kabupaten
Endangered Species) untuk Kewenangan Penajam Paser Utara dan
Daerah Provinsi: Kota Balikpapan;
Pengelolaan Kawasan Bernilai Ekosistem 3. Kawasan Delta Mahakam
Penting, Daerah Penyangga Kawasan Suaka di Kabupaten Kutai
Alam dan Kawasan Pelestarian Alam: Kartanegara;
1. Pengendalian kerusakan dan pemeliharaan 4. Kawasan Bentang Alam
ekosistem lahan basah Karst Sangkulirang
2. Penguatan kapasitas dan pemberdayaan Mangkalihat di
masyarakat di kawasan bernilai ekosistem Kabupaten Kutai Timur
penting kewenangan daerah provinsi dan Kabupaten Berau;
3. Pengelolaan daerah penyangga di kawasan 5. Kawasan Ekosistem
bernilai ekosistem penting kewenangan Esensial Koridor Orang
daerah provinsi Utan Bentang Alam
Wehea-Kelay di
PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN Kabupaten Kutai Timur
PELAKSANAAN REHABILITASI DI LUAR dan Kabupaten Berau.
KAWASAN HUTAN NEGARA:
1) Pembangunan penghijauan lingkungan di
luar kawasan hutan negara
2) Penerapan teknik konservasi tanah dan air
hutan dan lahan
- 98 -

PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 PJM-5


INSTANSI
NO PROGRAM PRIORITAS LOKASI SUMBER PENDANAAN 2025- 2030- 2035- 2040-
PELAKSANA 2023 2024
2029 2034 2039 2042
3) Pengembangan perbenihan untuk
rehabilitasi lahan
4) Pengembangan teknologi rehabilitasi hutan
dan lahan
5) Rehabilitasi mangrove di luar kawasan
hutan

PROGRAM PENGELOLAAN KELAUTAN,


PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
PPROGRAM PENGELOLAAN RUANG LAUT
SAMPAI DENGAN 12 MIL DI LUAR MINYAK
DAN GAS BUMI:
1) Rehabilitasi wilayah perairan pesisir dan
pulau-pulau kecil
2) Mitigasi bencana wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil

PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN


DAN/ATAU KERUSAKAN LINGKUNGAN
HIDUP
Pencegahan Pencemaran dan/atau Kerusakan
Lingkugan Hidup:
1) Koordinasi, sinkronisasi dan pelaksanaan
pencegahan pencemaran lingkungan hidup
dilaksanakan terhadap media tanah, air,
udara, dan laut
2) Koordinasi, sinkronisasi dan pelaksanaan
pengendalian emisi gas rumah kaca,
mitigasi dan adaptasi perubahan iklim
Penanggulangan Pencemaran dan/atau
Kerusakan Lingkugan Hidup:
1) Pengisolasian pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup
2) Penghentian pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup

PROGRAM PENGELOLAAN
KEANEKARAGAMAN HAYATI (KEHATI)

Anda mungkin juga menyukai