RANCANGAN
TENTANG
BUPATI KOTABARU,
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Kesatu
Pengertian
Pasal 1
Bagian Kedua
Ruang Lingkup
Paragraf 1
Ruang Lingkup Materi
Pasal 2
RTRW Kabupaten Kotabaru memuat :
a. Tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang;
b. Rencana struktur ruang;
c. Rencana pola ruang;
d. Penetapan kawasan strategis;
e. Arahan pemanfaatan ruang; dan
f. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang.
Paragraf 2
Ruang Lingkup Wilayah
Pasal 3
(1) Lingkup wilayah perencanaan merupakan daerah dengan batas yang ditentukan
berdasarkan aspek administratif mencakup wilayah daratan.
(2) Wilayah perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. Kecamatan Pulau Sembilan;
b. Kecamatan Pulau Laut Barat;
c. Kecamatan Pulau Tanjung Selayar;
d. Kecamatan Pulau Laut Selatan;
e. Kecamatan Pulau Laut Kepulauan;
f. Kecamatan Pulau Laut Timur;
g. Kecamatan Pulau Sebuku;
h. Kecamatan Pulau Laut Utara;
i. Kecamatan Pulau Laut Tengah;
j. Kecamatan Kelumpang Selatan;
k. Kecamatan Kelumpang Hilir;
l. Kecamatan Kelumpang Hulu;
m. Kecamatan Hampang;
n. Kecamatan Sungai Durian;
o. Kecamatan Kelumpang Tengah;
p. Kecamatan Kelumpang Barat;
q. Kecamatan Kelumpang Utara;
r. Kecamatan Pamukan Selatan;
s. Kecamatan Sampanahan;
t. Kecamatan Pamukan Utara; dan
u. Kecamatan Pamukan Barat.
(3) Wilayah perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memiliki 138 pulau dan 21
kecamatan, terdiri dari 4 kelurahan dan 198 desa.
(4) Batas – batas wilayah kabupaten meliputi :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Timur;
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Laut Jawa;
c. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Hulu
Sungai Selatan, Kabupaten Banjar, Kabupaten Tanah Bumbu; dan
d. Sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar.
(5) Luas wilayah administrasi Kabupaten Kotabaru kurang lebih 9.473,24 Km2 (sembilan
ribu empat ratus tujuh puluh tiga koma dua puluh empat) kilometer persegi.
BAB. II
TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG
Bagian Kesatu
Tujuan Penataan Ruang
Pasal 4
Penataan ruang kabupaten bertujuan untuk terwujudnya tata ruang Kabupaten Kotabaru
sebagai kawasan ekonomi biru dan hijau berbasis ekowisata dan jasa lingkungan menuju
Kabupaten Kotabaru Sejahtera dan Berkeadilan.
Bagian Kedua
Kebijakan Penataan Ruang
Pasal 5
(1). Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ditetapkan Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten.
(2). Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten meliputi:
a. pengembangan sistem pusat pelayanan perkotaan, fungsi kegiatan wilayah, dan
kualitas sarana yang mengakomodir pemerataan pembangunan;
b. peningkatan sistem transportasi, kualitas dan aksesibilitas jaringan infrastruktur
yang menunjang ekonomi biru dan hijau;
c. pengembangan Eco-Tourism;
d. pengembangan ekonomi sektor primer berbasis daya dukung lingkungan;
e. pengoptimalan pelestarian dan pemanfaatan jasa lingkungan kawasan lindung;
dan
f. pengembangan industrialisasi sektor unggul dan potensial.
Bagian Ketiga
Strategi Penataan Ruang
Pasal 6
(1) Untuk melaksanakan kebijakan penataan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ditetapkan strategi penataan ruang wilayah.
(2) Strategi pengembangan sistem pusat pelayanan perkotaan, fungsi kegiatan wilayah,
dan kualitas sarana yang mengakomodir pemerataan pembangunan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf a, meliputi :
a. menetapkan pusat-pusat pelayanan dan pertumbuhan baru;
b. meningkatkan kualitas dan ketersediaan sarana dan fasilitas umum; dan
c. mengendalikan pemanfaatan kawasan perkotaan.
(3) Strategi peningkatan sistem transportasi, kualitas dan aksesibilitas jaringan
infrastruktur yang menunjang ekonomi biru dan hijau sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (2) huruf b, meliputi:
a. meningkatkan kinerja sistem transportasi massal darat-laut-udara;
b. meningkatkan kinerja dan penyediaan prasarana dan jaringan utilitas; dan
c. mengembangkan infrastruktur hijau dan energi terbarukan untuk jangka panjang.
(4) Strategi pengembangan Eco-Tourism sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2)
huruf c, meliputi:
a. mengelola kepariwisataan dari dan untuk masyarakat;
b. melakukan promosi daerah secara masif; dan
c. mengendalikan pemanfaatan kawasan strategis kepariwisataan.
(5) Strategi pengembangan ekonomi sektor primer berbasis daya dukung lingkungan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf d, meliputi:
a. membangun infrastruktur dan sarana penunjang sektor primer yang termasuk
dalam sektor unggulan, potensial, dan berkembang; dan
b. meningkatkan kerjasama pengelolaan, pengendalian dan pemanfaatan hasil sektor
primer yang termasuk dalam sektor unggulan, potensial, dan berkembang.
(6) Strategi pengoptimalan pelestarian dan pemanfaatan jasa lingkungan kawasan lindung
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf e, meliputi mengendalikan
pemanfaatan jasa lingkungan pada kawasan strategis lindung.
(7) Strategi pengembangan industrialisasi sektor unggul dan potensial sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf f, meliputi:
a. mengembangkan Industri kecil dan menengah (IKM) berbasis komoditi unggulan
daerah; dan
b. mengoptimalkan sumber-sumber pembiayaan pembangunan alternatif.
BAB III
RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 7
Bagian Kedua
Sistem Perkotaan
Pasal 8
(1). Sistem perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf a terdiri atas :
a. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota;
b. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala kabupaten atau beberapa kecamatan.
c. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) merupakan pusat permukiman yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala kecamatan; dan
d. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) merupakan pusat permukiman yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala antardesa.
(2). Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf a
terdapat di Perkotaan Kotabaru di Kecamatan Pulau Laut Utara.
(3). Pusat Kegiatan Lokal (PKL) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf b
terdapat di:
a. Perkotaan Lontar di Kecamatan Pulau Laut Barat;
b. Perkotaan Berangas di Kecamatan Pulau Laut Timur;
c. Perkotaan Salino di Kecamatan Pulau Laut Tengah;
d. Perkotaan Serongga di Kecamatan Kelumpang Hilir;
e. Perkotaan Sungai Kupang di Kecamatan Kelumpang Hulu;
f. Perkotaan Sengayam di Kecamatan Pamukan Barat; dan
g. Perkotaan Tanjung Semalantakan di Kecamatan Pamukan Selatan.
(4). Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf c
terdapat di:
a. Perkotaan Tengah di Kecamatan Pulau Sembilan;
b. Perkotaan Tanjung Selayar di Kecamatan Pulau Tanjung Selayar;
c. Perkotaan Tanjung Seloka di Kecamatan Pulau Laut Selatan;
d. Perkotaan Tanjung Lalak Selatan di Kecamatan Pulau Laut Kepulauan;
e. Perkotaan Sungai Bali di Kecamatan Pulau Sebuku;
f. Perkotaan Pantai di Kecamatan Kelumpang Selatan;
g. Perkotaan Hampang di Kecamatan Hampang;
h. Perkotaan Manunggal Lama di Kecamatan Sungai Durian;
i. Perkotaan Bungkukan di Kecamatan Kelumpang Barat;
j. Perkotaan Tanjung Batu di Kecamatan Kelumpang Tengah;
k. Perkotaan Pudi di Kecamatan Kelumpang Utara;
l. Perkotaan Gunung Batu Besar di Kecamatan Sampanahan; dan
m. Perkotaan Bakau di Kecamatan Pamukan Utara.
(5). Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1)
huruf d terdapat di :
a. PPL Sebelimbingan di Kecamatan Pulau Laut Utara;
b. PPL Stagen di Kecamatan Pulau Laut Utara;
c. PPL Tarjun di Kecamatan Kelumpang Hilir; dan
d. PPL Mekarpura di Kecamatan Pulau Laut Tengah.
Pasal 9
Sistem perkotaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c,
huruf d, huruf e, huruf dan g akan diatur lebih lanjut dengan Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) yang ditetapkan oleh peraturan daerah tersendiri.
Bagian Ketiga
Sistem Jaringan Prasarana
Pasal 10
Paragraf 1
Sistem Jaringan Transportasi
Pasal 11
Pasal 12
(1). Sistem jaringan transportasi darat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf a
terdiri atas :
a. sistem jaringan jalan;
b. sistem jaringan kereta api; dan
c. sistem jaringan sungai, danau, dan penyeberangan.
(2). Sistem jaringan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 Ayat (1) huruf a terdiri
atas:
a. jaringan jalan nasional yang ada dalam wilayah kabupaten;
b. jaringan jalan provinsi yang ada di wilayah kabupaten;
c. jaringan jalan Kabupaten yang menjadi kewenangan kabupaten;
d. jalan khusus;
e. terminal penumpang;
f. terminal barang;
g. jembatan timbang;
h. jembatan; dan
i. trayek angkutan.
(3). Sistem jaringan jalan nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 Ayat (2) huruf a
terdiri atas:
a. jalan arteri primer yang merupakan jalan nasional, meliputi:
1. Batulicin –Serongga (Batas Kabupaten Kotabaru;
2. Serongga (Batas Kabupaten Kotabaru) - Sungai Kupang;
3. Stagen – Sebelimbingan; dan
4. Sebelimbingan - Tanjung Serdang.
b. jalan bebas hambatan berupa rencana pengembangan jaringan jalan bebas
hambatan di provinsi Kalimantan Selatan, meliputi: ruas jalan Batulicin-Tanah
Grogot-Kuaro(III/6) melalui Batas Kabupaten Tanah Bumbu-Kecamatan
Kelumpang Hilir– Kecamatan Kelumpang Hulu-Kecamatan Kelumpang Barat-
Kecamatan Sungai Durian, Kecamatan Pamukan Barat-Batas Provinsi Kalimantan
Timur.
(4). Sistem jaringan jalan Provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 Ayat (2) huruf b
terdiri atas:
a. jalan kolektor primer dua (JKP-2) yang menghubungkan antaribukota provinsi
dan ibukota kabupaten/kota, meliputi:
1. ruas jalan Simpang Banian – Sungai Durian; dan
2. ruas jalan Manggalau – Sampanahan.
b. jalan strategis provinsi yang pembangunannya diprioritaskan untuk melayani
kepentingan provinsi, meliputi: ruas jalan Lontar – Tanjung Seloka – Berangas –
Kotabaru.
(5). Sistem jaringan jalan Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 Ayat (2) huruf
c terdiri atas:
1. Ruas Jalan Pangeran Kesuma Negara - Suryagandamana
2. Ruas Jalan Jenderal Soedirman
3. Ruas Jalan Hasanudin - Pangeran Kacil
4. Ruas Jalan Pangeran Kacil
5. Ruas Jalan H. Agus Salim
6. Ruas Jalan Sukmaraga
7. Ruas Jalan Patmaraga
8. Ruas Jalan Singabana
9. Ruas Jalan Pattimura
10. Ruas Jalan Sisingamangaraja
11. Ruas Jalan Pangeran Kacil - Batuah
12. Ruas Jalan Taman Kota
13. Ruas Jalan Pasar Kemakmuran
14. Ruas Jalan Dalam Mesjid Raya
15. Ruas Jalan Blok Pasar Kemakmuran
16. Ruas Jalan Simpang Tiga Higa Gunung - Suryagandamana
17. Ruas Jalan Higa Gunung - Surya Gandamana
18. Ruas Jalan Langgar Al-Mustaqim
19. Ruas Jalan Higa Gunung - Pasar Kemakmuran
20. Ruas Jalan Kantor Desa Kotabaru Hulu
21. Ruas Jalan Suryawangsa
22. Ruas Jalan Puteri Zaleha - Jalan Demang Leman
23. Ruas Jalan Bima
24. Ruas Jalan Biduri - Jalan Kenanga
25. Ruas Jalan Puteri Zaleha - SMP N 5 Kotabaru
26. Ruas Jalan Zamrud
27. Ruas Jalan Yakut
28. Ruas Jalan Marjan - Jalan Mega Indah
29. Ruas Jalan Nilam
30. Ruas Jalan Nilam II
31. Ruas Jalan Mega Indah - Karya Utama
32. Ruas Jalan Perikanan - Jalan Surya Gandamana
33. Ruas Jalan IPA PDAM Gunung Relay - TVRI
34. Ruas Jalan SUPM
35. Ruas Jalan SIT Al-Izzah - Selokayang
36. Ruas Jalan Hilir Muara - Sigam
37. Ruas Jalan Batu Selira - SMKN 1 Kotabaru
38. Ruas Jalan Kantor Desa Hilir Muara
39. Ruas Jalan Batu Selira
40. Ruas Jalan H. Karmin
41. Ruas Jalan Purwosari
42. Ruas Jalan Tambak II
43. Ruas Jalan Tambak II Blok A
44. Ruas Jalan Tambak II Blok B
45. Ruas Jalan Tambak II Blok C
46. Ruas Jalan Tambak II Blok D
47. Ruas Jalan Tambak II Blok E
48. Ruas Jalan Tambak II Blok F
49. Ruas Jalan Flamboyan - Jalan Nusa Indah
50. Ruas Jalan Nusa Indah
51. Ruas Jalan Semayap Dalam
52. Ruas Jalan Nusa Indah Blok A
53. Ruas Jalan Nusa Indah Blok B
54. Ruas Jalan Nusa Indah Blok C
55. Ruas Jalan Flamboyan
56. Ruas Jalan Meranti I
57. Ruas Jalan Meranti II
58. Ruas Jalan Taman Melati
59. Ruas Jalan Anggrek - Jalan Taman Melati
60. Ruas Jalan Perumnas Semayap Blok A
61. Ruas Jalan Perumnas Semayap Blok B
62. Ruas Jalan Perumnas Semayap Blok C
63. Ruas Jalan Perumnas Semayap Blok D
64. Ruas Jalan Perumnas Semayap Blok E
65. Ruas Jalan Perumnas Semayap Blok F
66. Ruas Jalan Perumnas Semayap Blok G
67. Ruas Jalan Perumnas Semayap Blok H
68. Ruas Jalan Perumnas Semayap Blok I
69. Ruas Jalan Hidayah
70. Ruas Jalan Hidayah II
71. Ruas Jalan Hidayah Blok A
72. Ruas Jalan Hidayah Blok B
73. Ruas Jalan Hidayah Blok C
74. Ruas Jalan Karya Utama
75. Ruas Jalan Teluk Gadang - Selokayang
76. Ruas Jalan Selamat Riyadi
77. Ruas Jalan Kaca Piring
78. Ruas Jalan Rahayu
79. Ruas Jalan Madrasah
80. Ruas Jalan Silver
81. Ruas Jalan Mandin - Teluk Gadang
82. Ruas Jalan Pertamina Blok A
83. Ruas Jalan Pertamina Blok B
84. Ruas Jalan Pertamina Blok C
85. Ruas JalanTirawan - Sigam
86. Ruas Jalan Belingkar - Sigam
87. Ruas Jalan SMPN 4 Kotabaru - Teluk Kemuning
88. Ruas Jalan Sigam - Campa Jawa
89. Ruas Jalan Sarang Tiung - Campa Jawa
90. Ruas Jalan Mandin - Gunung Ulin
91. Ruas Jalan Sungai Salak - Mandin
92. Ruas Mandin - Sungai Besar
93. Ruas Jalan SMA Plus Al - Basyariah - Mandin
94. Ruas Jalan Gunung Ulin - Gunung Sari
95. Ruas Jalan Indramayu
96. Ruas Jalan Idaman
97. Ruas Jalan Stagen - PPI Kotabaru
98. Ruas Stagen - Pelabuhan Ferry Stagen
99. Ruas Jalan Poltek Kotabaru - Gunung Sari
100. Ruas Jalan Simpang Poltek Kotabaru - Simpang Gunung Sari
101. Ruas Jalan Simpang Tiga Poltek Kotabaru - Gunung Sari
102. Ruas Jalan Stagen - Jalan Gunung Ulin
103. Ruas Jalan Simpang Tiga Sebelimbingan - Tumpang Dua
104. Ruas Jalan Poltek - Gunung Ulin (via Waduk Gunung Ulin)
105. Ruas Jalan Sebelimbingan - Megasari
106. Ruas Jalan Objek Wisata Tumpang Dua
107. Ruas Jalan Gunung Sari - Megasari
108. Ruas Jalan Perkantoran - Sebelimbingan
109. Ruas Jalan Simpang Tiga Perkantoran - Megasari
110. Ruas Jalan Perumahan PNS
111. Ruas Jalan Megasari
112. Ruas Jalan Berangas - Langkang Baru
113. Ruas Jalan Bekambit - Bekambit Asri
114. Ruas Jalan Batu Tunau - Rampa Kapis
115. Ruas Jalan Mekarpura - Bekambit
116. Ruas Jalan Sungai Pinang - Pasar Sungai Pinang
117. Ruas Jalan Pantai Baru (TMMD 2017)
118. Ruas Jalan Polsek Pulau Laut Tengah
119. Ruas Jalan SMA 1 Pulau Laut Tengah
120. Ruas Jalan Tanjung Serdang - Lontar
121. Ruas Jalan Sungai Pasir
122. Ruas Jalan Desa Ujung - Sekapung
123. Ruas Jalan Simpang Tiga Sungai Bali - Pelabuhan Nusantara
124. Ruas Jalan Simpang 3 Desa Ujung - Pelabuhan Nusantara
125. Ruas Jalan Simpang Tiga Sungai Bali - Sumuran
126. Ruas Jalan Sungai Bali
127. Ruas Jalan Sungai Bali - Tanjung Tabira
128. Ruas Jalan Lontar - Tanjung Seloka
129. Ruas Jalan Mekar Putih - Teluk Jagung
130. Ruas Jalan Lontar - Bangun Rejo
131. Ruas Jalan Simpang Tiga Tanjung Lalak - Tanjung Lalak Utara
132. Ruas Jalan Simpang Tiga Tanjung Lalak Utara - Teluk Aru
133. Ruas Jalan Tanjung Lalak 1
134. Ruas Jalan Tanjung Lalak 2
135. Ruas Jalan Tanjung Lalak 3
136. Ruas Jalan Tanjung Lalak 4
137. Ruas Jalan Tanjung Lalak 5
138. Ruas Jalan Simpang Tiga Tanjung Lalak - Teluk Aru
139. Ruas Jalan Persemaian - Sungai Bulan
140. Ruas Jalan Alle-Alle - Teluk Sirih
141. Ruas Jalan Paralitan - Kampung Baru
142. Ruas Jalan Tanjung Seloka - Kampung Baru
143. Ruas Jalan Tanjung Seloka - Berangas - Kotabaru
144. Ruas Jalan Terusan - Tanjung Serudung
145. Ruas Jalan Simpang Alle-alle - Tanjung Seloka
146. Ruas Jalan Tarjun - Serongga
147. Ruas Jalan Tarjun - Langadai
148. Ruas Jalan Simpang Langadai
149. Ruas Jalan Simpang Tarjun - Desa Tarjun
150. Ruas Jalan Ratu Intan
151. Ruas Jalan Simpang Tiga Tarjun - Mandala
152. Ruas Jalan Simpang Empat Mandala
153. Ruas Jalan Tegal Rejo - Simpang Tiga Tarjun
154. Ruas Jalan Sahapi - Swarga
155. Ruas Jalan Kantor Kec. Kelumpang Hilir
156. Ruas Jalan Telaga Sari
157. Ruas Jalan Simpang Tiga Telaga Sari
158. Ruas Jalan Pelajau Baru - Pantai
159. Ruas Jalan Simpang Tiga Pelajau Baru - Pulau Panci
160. Ruas Jalan Sidomulyo
161. Ruas Jalan Sungai Kupang - Sungai Kupang Jaya
162. Ruas Jalan Sungai Kupang - Mangkirana
163. Ruas Jalan Sungai Kupang (AMD)
164. Ruas Jalan Sungai Kupang - Karang Payau
165. Ruas Jalan Karang Payau - Simpang Tiga PKS Sungai Kupang
166. Ruas Jalan Sungai Kupang - Banua Lawas
167. Ruas Jalan Makam Guru Cantung
168. Ruas Jalan Sungai Kupang - Malangkayan
169. Ruas Jalan Laburan
170. Ruas Jalan Laburan - Salat
171. Ruas Jalan Bangkalaan Dayak - Simpang Tiga Muara Urie
172. Ruas Jalan Bangkalaan Melayu
173. Ruas Jalan Sungai Nipah - Pembelacanan
174. Ruas Jalan Simpang Tiga Pembelacanan - Tanjung Pangga
175. Ruas Jalan Malangkayan - Gadang - Cantung Kiri
176. Ruas Jalan Malangkayan - Cantung Kiri
177. Ruas Jalan Malangkayan - Muara Urie
178. Ruas Jalan Gadang - Limbur
179. Ruas Jalan Pramasan 2x9 - Gadang
180. Ruas Jalan Tembus Kecamatan Hampang
181. Ruas Jalan Cantung Kiri - Mangkirana
182. Ruas Jalan Lalapin
183. Ruas Jalan Siayuh - Sampanahan
184. Ruas Jalan Magalau - Sampanahan
185. Ruas Jalan Magalau - Lipon
186. Ruas Jalan Batang Kulur
187. Ruas Jalan Tanjung Batu - Sangsang
188. Ruas Jalan Tanjung Batu - Sulangkit
189. Ruas Jalan Senakin - Tanah Rata
190. Ruas Jalan Senakin Seberang - Sebuli
191. Ruas Jalan Simpang Tiga Pudi - Manggis
192. Ruas Jalan Sebau - Mangga
193. Ruas Jalan Mangga - Wilas
194. Ruas Jalan Simpang Tiga Wilas - Sulangkit
195. Ruas Jalan Sulangkit - Tanjung Samalantakan
196. Ruas Jalan Sampanahan Hilir - Sampanahan Hulu
197. Ruas Jalan Sepapah - Banjarsari
198. Ruas Jalan Sepapah - Sakalimau
199. Ruas Jalan Sengayam - Rurai
200. Ruas Jalan Sengayam - Mayangsari
201. Ruas Jalan Mayangsari
202. Ruas Jalan Margajaya - Sengayam
203. Ruas Jalan Batuah - Sengayam
204. Ruas Jalan Mangka
205. Ruas Jalan Simpang Banian - Sungai Durian
206. Ruas Jalan Sungai Durian - Pasar
207. Ruas Jalan Sungai Durian - SMKN Sungai Durian
208. Ruas Jalan Sungai Durian - Terombong Sari
209. Ruas Jalan Sungai Durian - Rantau Jaya
210. Ruas Jalan Bakau - Sekayu Baru
211. Ruas Jalan Bakau - Kalian
212. Ruas Jalan Binturung - Lintang Jaya
213. Ruas Jalan Lintang Jaya - Mulyoharjo
214. Ruas Jalan Pondok Labu
215. Ruas Jalan Gunung Calang - Sukadana
216. Ruas Jalan Sesulung
217. Ruas Jalan Rampa Cengal
218. Ruas Jalan Sakadoyan
219. Ruas Jalan Simpang Tiga Tata Mekar - Tanjung Ujung
220. Ruas Jalan Tanjung Tengah - Lembah Raya
221. Ruas Jalan Simpang Tiga Mekar Putih - Teluk Tamiang
222. Ruas Jalan Bandar Raya - SP 1
223. Ruas Jalan Objek Wisata Nusa II
(6). Sistem jaringan jalan khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 Ayat (2) huruf d
terdiri atas:
a. Jalan khusus perkebunan; dan
b. jalan khusus pertambangan.
(7). Terminal penumpang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 Ayat (2) huruf e terdiri
atas:
a. terminal penumpang tipe B yang merupakan kewenangan pemerintah provinsi,
meliputi: terminal Stagen di Kecamatan Pulau Laut Utara.
b. terminal penumpang tipe C yang merupakan kewenangan pemerintah kabupaten,
meliputi:
1. Terminal Serongga di Kecamatan Kelumpang Hilir;
2. Terminal Sengayam di Kecamatan Pamukan Barat;
3. Terminal Cantung di Kecamatan Kelumpang Hulu;
4. Terminal Banian di Kecamatan Sungai Durian;
5. Terminal Lontar di Kecamatan Pulau Laut Barat; dan
6. Terminal Kota di Kecamatan Pulau Laut Utara.
(8). Terminal barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 Ayat (2) huruf f terdapat di:
a. Terminal barang Lontar di Kecamatan Pulau Laut Barat;
b. Terminal khusus sawit Tarjun di Kecamatan Sungai Durian; dan
c. Terminal khusus sawit Sungai Taib di Kecamatan Pulau Laut Utara.
(9). Jembatan timbang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 Ayat (2) huruf g terdapat
di:
a. Jembatan Timbang Salino di Kecamatan Pulau Laut Tengah; dan
b. Jembatan Timbang Cantung di Kecamatan Kelumpang Selatan.
(10). Jembatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 Ayat (2) huruf h berupa jembatan
penghubung daratan Pulau Kalimantan yang menghubungkan antara Batulicin
Kabupaten Tanah Bumbu dan Daratan Pulau Laut di Tanjung Serdang Kabupaten
Kotabaru.
(11). Trayek Angkutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 Ayat (2) huruf i meliputi:
a. Kotabaru – Stagen;
b. Kotabaru – Gunung Ulin;
c. Kotabaru – Megasari;
d. Kotabaru – Pantai Baru;
e. Kotabaru – Sungai Pinang;
f. Kotabaru – Tanjung Serdang;
g. Kotabaru – Lontar;
h. Kotabaru – Tanjung Pelayar;
i. Kotabaru – Tanjung Seloka;
j. Kotabaru – Tanjung Lalak;
k. Kotabaru – Berangas;
l. Kotabaru – Langkang;
m. Kotabaru – Bekambit;
n. Kotabaru – Sungai Buah;
o. Kotabaru – Labuan Mas;
p. Bandara Stagen;
q. Cantung – Batulicin;
r. Hampang – Batulicin;
s. Sungai Durian – Batulicin;
t. Pantai – Batulicin; dan
u. Kotabaru – Sembuluan.
(12). Sistem jaringan kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf Ayat (1) huruf
b terdiri atas:
a. jaringan jalur kereta api (KA); dan
b. stasiun KA
(13). Sistem jaringan jalur kereta api (KA) sebagaimana dimaksud pada Ayat (12) huruf a
terdiri atas:
a. jaringan jalur KA umum; dan
b. jaringan jalur KA yang digunakan secara khusus
(14). Sistem jaringan jalur kereta api (KA) umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
Ayat (13) huruf a berupa jaringan jalur kereta api antarkota yang melintasi wilayah
kabupaten untuk melayani perpindahan orang dan/atau barang meliputi: ruas Batas
Kalimantan Tengah - Banjarmasin – Pelaihari – Asam-Asam – Satui – Pagatan –
Batulicin – Serongga – Sei Kupang –Bungkukan - Magalau - Sengayam – Batas
Kalimantan Timur.
(15). Sistem jaringan jalur kereta api yang digunakan secara khusus untuk angkutan barang
sebagaimana dimaksud pada Ayat (13) huruf b meliputi Batas Kalimantan Timur pada
Kabupaten Paser – Kabupaten Kotabaru – Kabupaten Tanah Bumbu.
(16). Stasiun kereta api (KA) sebagaimana dimaksud pada Ayat (12) huruf b berupa stasiun
penumpang meliputi:
a. Stasiun Serongga di Kecamatan Kelumpang Hilir; dan
b. Stasiun Sengayam di Kecamata Pamukan Barat.
(17). Sistem jaringan sungai, danau, dan penyebrangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
12 Ayat (1) huruf c terdiri atas: pelabuhan penyeberangan.
(18). Pelabuhan penyeberangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 Ayat (17) huruf i
terdiri atas:
a. Pelabuhan Berangas di Kecamatan Pulau Laut Timur;
b. Pelabuhan Sebuku di Kecamatan Pulau Sebuku;
c. Pelabuhan Pandalaman;
d. Pelabuhan Sigam di Kecamatan Pulau Laut Utara; dan
e. Pelabuhan Tanjung Serdang di Kecamatan Pulau Laut Tengah.
Pasal 13
(1). Sistem jaringan transportasi Laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf b terdiri
atas :
a. pelabuhan laut; dan
b. alur pelayaran.
(2). Pelabuhan laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 Ayat (1) huruf a terdiri atas :
a. pelabuhan pengumpul;
b. pelabuhan pengumpan regional;
c. pelabuhan pengumpan lokal; dan
d. terminal khusus.
(3). Pelabuhan pengumpul sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) huruf a terdiri atas :
a. Pelabuhan Kotabaru di Kecamatan Pulau Laut Utara;
b. Pelabuhan Mekar Putih di Kecamatan Pulau Tanjung Selayar; dan
c. Pelabuhan Stagen di Kecamatan Pulau Laut Utara.
(4). Pelabuhan pengumpan regional sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) huruf a terdiri
atas :
a. Pelabuhan Tanjung Batu di Kecamatan Kelumpang Tengah; dan
b. Pelabuhan Serongga di Kecamatan Kelumpang Hilir.
(5). Pelabuhan pengumpan lokal sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) huruf a terdiri atas :
a. Pelabuhan Gunung Batu Besar d Kecamatan Sampanahan;
b. Pelabuhan Marabatuan di Kecamatan Pulau Sembilan;
c. Pelabuhan Matasiri di Kecamatan Pulau Sembilan; dan
d. Pelabuhan Maradapan di Kecamatan Pulau Sembilan.
(6). Alur pelayaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 Ayat (1) huruf b terdiri atas :
a. Kotabaru – Batulicin PP;
b. Kotabaru – Tarjun PP;
c. Kotabaru – Pantai PP;
d. Kotabaru – S. Bali PP;
e. Kotabaru – Senakin PP;
f. Kotabaru – Pudi PP;
g. KTB – Geronggang PP;
h. KTB – TG. Samalantakan – Bakau PP;
i. Kotabaru – GN. Batu Besar PP;
j. Kotabaru – TG. Batu PP;
k. Kotabaru – Pembalacanan PP;
l. Kotabaru – Sekapung PP;
m. Kotabaru – Sarakamam PP;
n. Kotabaru – Langadai PP; dan
o. Kotabaru – Sekandis PP.
Pasal 14
(1). Sistem jaringan transportasi udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf c
terdiri atas :
a. bandar udara pengumpul skala pelayanan tersier;
b. bandar udara khusus; dan
c. kawasan keamanan operasional penerbangan (KKOP).
(2). Bandar udara pengumpul skala pelayanan tersier sebagaimana dimaksud dalam Pasal
14 huruf c terdapat di Bandar Udara GT. Sjamsir Alam di Stagen Kecamatan Pulau Laut
Utara.
(3). Bandar udara khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf e terdapat di:
a. Bandar udara Mekar Putih di Kecamatan Pulau Laut Tanjung Selayar;
b. Air Strip Pulau Sebuku di Kecamatan Pulau Sebuku;
c. Air Strip Cantung di Kecamatan Kelumpang Hulu; dan
d. Air Strip PT. SKPE di Desa Sukamaju Kecamatan Kelumpang Selatan.
(4). kawasan keamanan operasional penerbangan (KKOP sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14 huruf a terdapat di Kecamatan Pulau Laut Barat, Kecamatan Pulau Sebuku,
dan Kecamatan Pulau Laut Utara.
Paragraf 2
Sistem Jaringan Energi
Pasal 15
Pasal 16
Jaringan infrastruktur minyak dan gas bumi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf a
terdiri atas berupa jaringan yang menyalurkan minyak dan gas bumi dari fasilitas produksi ke
kilang pengolahan dan/atau tempat penyimpanan, meliputi:
a. jaringan pipa transmisi minyak dan gas bumi : Kutai – Penajam Paser Utara – Paser –
Kotabaru – Tanah Bumbu – Tanah Laut.
b. Kilang minyak dan gas bumi terdiri atas: Blok Sebuku, Blok Sadang dan Blok West
Sageri meliputi:
1. Kecamatan Sungai Durian;
2. Kecamatan Pamukan Barat;
3. Kecamatan Pamukan Selatan; dan
4. Kecamatan Kelumpang Utara.
c. Fasilitas penyimpanan minyak dan gas bumi, meliputi:
1. Desa Semayap di Kecamatan Pulau Laut Utara;
2. Desa Stagen di Kecamatan Pulau Laut Utara;
3. Desa Tarjun di Kecamatan Kelumpang Hilir; dan
4. Desa Mekar Putih di Kecamatan Pulau Tanjung Selayar; dan
5. Desa Hilir Muara di Kecamatan Pulau Laut Utara.
Pasal 17
Paragraf 3
Sistem Jaringan Telekomunikasi
Pasal 18
Paragraf 4
Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Pasal 19
(1). Rencana pengembangan sistem jaringan sumber daya air sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 huruf d meliputi :
a. sistem jaringan sumber daya air lintas negara dan lintas provinsi yang berada di
wilayah kabupaten;
b. sistem jaringan sumber daya air kabupaten.
(2). Sistem jaringan sumber daya air lintas negara dan lintas provinsi yang berada di
wilayah kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 Ayat (1) huruf a meliputi :
sumber air berupa WS Cengal – WS Batulicin dan WS Pulau Laut.
(3). Sistem jaringan sumber daya air kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
Ayat (1) huruf c meliputi :
a. sumber air, yang dapat meliputi:
1. Waduk Gunung Ulin di Kecamatan Pulau Laut Utara;
2. Waduk Tirawan di Kecamatan Pulau Laut Utara;
3. Waduk Gunung Bahalang di Kecamatan Pulau Laut Utara;
4. DAM Tirawan 1 dan 2;
5. DAM Sungai Gunung Perak;
6. DAM Gunung Mandin;
7. DAM Sungai Gunung Sari;
8. CAT Pagatan;
9. Embung Seratak di Kecamatan Pulau Laut Timur;
10. Embung Gunung Perak di Kecamatan Pulau Laut Utara;
11. Embung Mandin di Desa Semayap Kecamatan Pulau Laut Utara;
12. Embung Gunung Ulin II di Sebelimbingan Kecamatan Pulau Laut Utara;
13. Sungai Cengal;
14. Sungai Cantung;
15. Sungai Manunggul; dan
16. Sungai Sengayam.
b. prasarana sumber daya air, yang dapat meliputi;
1. Sistem jaringan irigasi, meliputi:
a) jaringan irigasi primer meliputi DI Sungai Bungur (kewenangan nasional)
dan DI Bekambit (kewenangan provinsi); dan/atau
b) jaringan irigasi sekunder meliputi: DI Berangas, DI Dir Sei. Limau, DI
Dit.Sebanti, DI Dit. Sei Limau, DI Kulipak, DI Langkang, DI
Langkang Baru, DI Maniang, DI Megasari, DI Pantai Baru, DI
Selaru, DI Sembuluan, DI Senyiur, DI Sepagar, DI Sungai Paring, DI
Teluk Mesjid, DI Gunung Sari, DI Mekar Pura dan DI Sebanti, DI
Limbungan, DI Pudi Kecamatan Kelumpang Utara dan sekitarnya
dan DI Pulau Sebuku Kecamatan Pulau Sebuku.
c) Jika diperlukan dapat dimuat jaringan irigasi tersier, jaringan irigasi desa
dan jaringan irigasi air tanah.
2. Sistem pengendalian banjir.
3. Jaringan air baku untuk air bersih, meliputi:
a) SAB PDAM Kotabaru di Kecamatan Pulau Laut Utara;
b) Cantung di Kecamatan Kelumpang Hulu;
c) Serongga di Kecamatan Kelumpang Hilir;
d) Sengayam di Kecamatan Pamukan Barat;
e) Bungkukan di Kecamatan Kelumpang Barat;
f) Bakau di Kecamatan Pamukan Utara;
g) Lontar di Kecamatan Pulau Laut Barat;
h) Pudi di Kecamatan Kelumpang Utara;
i) Hampang di Kecamatan Hampang; dan
j) Sebelimbingan di Kecamatan Pulau Laut Utara.
4. Jaringan air bersih ke kelompok pengguna, meliputi: pansimas Pulau
Matasirih di Kecamatan Pulau Sembilan.
Paragraf 4
Sistem Jaringan Prasarana Lainnya
Pasal 20
BAB IV
RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 21
Bagian Kedua
Kawasan Peruntukan Lindung
Pasal 22
(1). Rencana pengelolaan kawasan peruntukan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal
21 Ayat (1) huruf a meliputi semua upaya perlindungan, konservasi, dan pelestarian
fungsi sumber daya alam dan lingkungannya guna mendukung kehidupan secara
serasi yang berkelanjutan dan tidak dapat dialihfungsikan menjadi kawasan budidaya.
(2). Kawasan peruntukan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Ayat (1) huruf a
meliputi :
a. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya;
b. kawasan perlindungan setempat;
c. kawasan konservasi;
d. kawasan lindung geologi;
e. kawasan rawan bencana yang tingkat kerawanan dan probabilitas ancaman atau
dampak paling tinggi; dan
f. kawasan ekosistem mangrove.
(3). Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 22 Ayat (2) huruf a berupa kawasan hutan lindung dengan luas
157.104,68 Ha tersebar di:
a. Kecamatan Hampang;
b. Kecamatan Kelumpang Hulu;
c. Kecamatan Pamukan Barat;
d. Kecamatan Pulau Laut Kepulauan;
e. Kecamatan Pulau Laut Tengah;
f. Kecamatan Pulau Laut Timur;
g. Kecamatan Pulau Laut Utara;
h. Kecamatan pulau Sebuku; dan
i. Kecamatan Sungai Durian.
(4). Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 Ayat (2) huruf
b meliputi:
a. sempadan pantai dengan sempadan 50 meter seluas 2017,65 Ha, tersebar di:
1. Kecamatan Kelumpang Barat;
2. Kecamatan Kelumpang Selatan;
3. Kecamatan Kelumpang Tengah;
4. Kecamatan Kelumpang Utara;
5. Kecamatan Pamukan Selatan;
6. Kecamatan Pulau Laut Barat;
7. Kecamatan Pulau Laut Kepulauan;
8. Kecamatan Pulau Laut Selatan;
9. Kecamatan Pulau Laut Tanjung Selayar;
10. Kecamatan Pulau Laut Tengah;
11. Kecamatan Pulau Laut Timur;
12. Kecamatan Pulau Laut Utara; dan
13. Kecamatan Pulau Sebuku.
b. sempadan sungai dengan sempadan 50 meter seluas 4.443,50 Ha, tersebar di:
1. Kecamatan Hampang;
2. Kecamatan Kelumpang Barat;
3. Kecamatan Kelumpang Hilir;
4. Kecamatan Kelumpang Hulu;
5. Kecamatan Kelumpang Selatan;
6. Kecamatan Kelumpang Tengah;
7. Kecamatan Pamukan Barat;
8. Kecamatan Pamukan Selatan;
9. Kecamatan Pamukan Utara;
10. Kecamatan Pulau Laut Barat;
11. Kecamatan Pulau Laut Kepulauan;
12. Kecamatan Pulau Laut Selatan;
13. Kecamatan Pulau Laut Tanjung Selayar;
14. Kecamatan Pulau Laut Tengah;
15. Kecamatan Pulau Laut Timur;
16. Kecamatan Pulau Laut Utara;
17. Kecamatan Pulau Sebuku;
18. Kecamatan Sampanahan; dan
19. Kecamatan Sungai Durian.
a. kawasan sekitar danau atau waduk seluas 25,52 Ha terdapat di Kecamatan Pulau
Laut Utara.
(5). Kawasan konservasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 Ayat (2) huruf c meliputi :
a. kawasan suaka alam (KSA) berupa cagar alam seluas 64.238,19 Ha meliputi:
1. Cagar Alam Teluk Kelumpang;
2. Cagar Alam Selat Laut dan Selat Sebuku;
3. Cagar Alam Teluk Pamukan; dan
4. Cagar Alam Sungai Lulan dan Sungai Bulan.
b. kawasan pelestarian alam (KPA), meliputi:
1. taman hutan raya dengan luas 6.934,55 Ha tersebar di Kecamatan Pulau
Laut Tengah, Kecamatan Pulau Laut Timur, dan kecamatan Pulau Laut
Utara; dan
2. taman wisata alam laut dengan luas 2.623,16 Ha yang tersebar di
Kecamatan Pulau Laut Barat, Kecamatan Pulau Laut Kepulauan, Kecamatan
Pulau Laut Selatan, Kecamatan Pulau Laut Tanjung Selayar dan Kecamatan
Pulau Sembilan.
3. kawasan konservasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil berupa suaka
pulau kecil seluas 1.005,29 Ha yang tersebar di: Kecamatan Pulau Laut
Kepulauan, Kecamatan Pulau Laut Selatan, Kecamatan Pulau Laut Tanjung
Selayar, Kecamatan Pulau Sebuku dan Kecamatan Pulau Sembilan.
(6). Kawasan lindung geologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 Ayat (2) huruf d
berupa kawasan cagar alam geologi.
(7). Kawasan cagar alam geologi berupa kawasan keunikan proses geologi sebagaiman
yang dimaksud pada ayat (6) seluas 6.874,57 Ha tersebar di:
a. Kecamatan Hampang;
b. Kecamatan Kelumpang Barat;
c. Kecamatan Kelumpang Hulu; dan
d. Kecamatan Sungai Durian.
(8). Kawasan rawan bencana yang tingkat kerawanan dan probabilitas ancaman atau
dampak paling tinggi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 Ayat (2) huruf e berupa
kawasan rawan bencana gerakan tanah di Kecamatan Pulau Sembilan seluas 149,51
Ha.
(9). Kawasan ekosistem mangrove sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 Ayat (2) huruf g
seluas 12.056,35 Ha tersebar di Kecamatan Kelumpang Hiir dan Kecamatan
Kelumpang Selatan.
Bagian Ketiga
Kawasan Peruntukan Budidaya
Pasal 23
(1). Kawasan peruntukan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Ayat (1) huruf b
meliputi :
a. Kawasan hutan produksi;
b. Kawasan pertanian;
c. Kawasan perikanan;
d. Kawasan pertambangan dan energi;
e. Kawasan peruntukan industri;
f. Kawasan pariwisata;
g. Kawasan permukiman; dan
h. Kawasan pertahanan dan keamanan;
(2). Kawasan hutan produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 Ayat (1) huruf a
meliputi :
a. kawasan hutan produksi terbatas seluas 776,85 Ha tersebar di Kecamatan
Kelumpang Hilir;
b. kawasan hutan produksi tetap seluas 287.634,84 Ha yang tersebar di:
1. Kecamatan Hampang;
2. Kecamatan Kelumpang Barat;
3. Kecamatan Kelumpang Hilir;
4. Kecamatan Kelumpang Hulu;
5. Kecamatan Kelumpang Tengah;
6. Kecamatan Kelumpang Utara;
7. Kecamatan Pamukan Barat;
8. Kecamatan Pamukan Selatan;
9. Kecamatan Pamukan Utara;
10. Kecamatan Pulau Laut Barat;
11. Kecamatan Pulau Laut Kepulauan;
12. Kecamatan Pulau Laut Selatan;
13. Kecamatan Pulau Laut Tengah;
14. Kecamatan Pulau Laut Timur;
15. Kecamatan Pulau Laut Utara;
16. Kecamatan Pulau Sebuku;
17. Kecamatan Pulau Sembilan;
18. Kecamatan Sampanahan; dan
19. Kecamatan Sungai Durian.
c. kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi dengan luas 22.225,57 Ha yang
tersebar di:
1. Kecamatan Kelumpang Barat;
2. Kecamatan Kelumpang Utara;
3. Kecamatan Pamukan Barat;
4. Kecamatan Pamukan Selatan;
5. Kecamatan Pamukan Utara;
6. Kecamatan Pulau Sebuku; dan
7. Kecamatan Sungai Durian.
(3). Kawasan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 Ayat (1) huruf b meliputi :
a. kawasan tanaman pangan seluas 8.135,54 Ha terdapat di Kecamatan Pulau Laut
Timur.
b. kawasan hortikultura seluas 2.454,72 Ha tersebar di:
1. Kecamatan Hampang;
2. Kecamatan Kelumpang Hilir;
3. Kecamatan Kelumpang Hulu;
4. Kecamatan Kelumpang Tengah; dan
5. Kecamatan Pulau Laut Selatan.
c. kawasan perkebunan seluas 322.836,51 Ha tersebar di:
1. Kecamatan Hampang;
2. Kecamatan Kelumpang Barat;
3. Kecamatan Kelumpang Hilir;
4. Kecamatan Kelumpang Hulu;
5. Kecamatan Kelumpang Selatan;
6. Kecamatan Kelumpang Tengah;
7. Kecamatan Kelumpang Utara;
8. Kecamatan Pamukan Barat;
9. Kecamatan Pamukan Selatan;
10. Kecamatan Pamukan Utara;
11. Kecamatan Pulau Laut Barat;
12. Kecamatan Pulau Laut Kepulauan;
13. Kecamatan Pulau Laut Selatan;
14. Kecamatan Pulau Laut Tanjung Selayar;
15. Kecamatan Pulau Laut Tengah;
16. Kecamatan Pulau Laut Timur;
17. Kecamatan Pulau Laut Utara;
18. Kecamatan Pulau Sebuku;
19. Kecamatan Sampanahan; dan
20. Kecamatan Sungai Durian.
d. kawasan peternakan seluas 889,37 Ha terdapat di Kecamatan Pulau Laut
Kepulauan.
(1) Kawasan perikanan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 Ayat (1) huruf c meliputi :
a. kawasan perikanan tangkap tersebar di seluruh sungai dan pesisir seluruh
Kabupaten Kotabaru.
b. kawasan perikanan budidaya dengan luas 3.637,56 Ha tersebar di:
1. Kecamatan Kelumpang Hilir;
2. Kecamatan Pamukan Selatan;
3. Kecamatan Pulau Laut Timur;
4. Kecamatan Pulau Laut Utara; dan
5. Kecamatan Pulau Sebuku.
c. Kawasan perikanan dilengkapi dengan sarana penunjang berupa terminal khusus
(pelabuhan) perikanan dan tempat pelelangan ikan dengan luas 15,72 Ha
tersebar di Kecamatan Pulau Laut Utara.
(4). Kawasan pertambangan dan energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 Ayat (1)
huruf d meliputi:
a. kawasan pertambangan mineral, meliputi:
1. kawasan pertambangan mineral logam berupa emas dan bijih besi di seluruh
Kabupaten Kotabaru; dan
2. kawasan pertambangan batuan di seluruh Kabupaten Kotabaru.
b. kawasan pertambangan batubara di seluruh Kabupaten Kotabaru.
c. kawasan pertambangan minyak dan gas bumi tersebar di seluruh Kabupaten
Kotabaru.
d. Kawasan pertambangan dituangkan dalam peta secara overlay.
e. kawasan pembangkitan tenaga listrik dengan luas 8,28 Ha yang terdapat di
Kecamatan Pulau Laut Utara.
(5). Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 Ayat (1) huruf e
meliputi:
a. kawasan industri seluas 2.463,44 Ha terdapat di:
1. Kecamatan Kelumpang Hilir;
2. Kecamatan Pulau Laut Barat;
3. Kecamatan Pulau Laut Tanjung Selayar;
4. Kecamatan Pulau Laut Tengah;
5. Kecamatan Pulau Laut Utara; dan
6. Kecamatan Pulau Sebuku.
b. sentra industri kecil dan menengah seluas 52,94 Ha terdapat di Kecamatan Pulau
Laut Utara.
(6). Kawasan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 Ayat (1) huruf f seluas
600,40 Ha tersebar di Kecamatan Pulau Laut Selatan dan Kecamatan Pulau Sebuku.
(7). Kawasan pariwisata terdiri dari:
a. wisata alam, meliputi:
1. Kecamatan Pamukan Barat : Gunung Bibitan Bainah (Desa Batuah) dan Air
Terjun Pamandaman
2. Kecamatan Hampang : Air Terjun Tampurawan (Kampung Libaru Baras,
Desa Limbur), Goa Lalapin (Desa Lalapin), Goa Liang Kadap (Desa Cantung
Kiri Hulu), Goa Tangkinang (Desa Cantung Kiri Hulu), Gunung Alurin (Desa
Cantung Kiri Hulu), Gunung Batu Besar (Desa Cantung Kiri Hulu), Gunung
Batu Sundjung (Desa Limbur), Goa Hasan Basri (Desa Bungkukan), Goa Batu
Tunggal (Desa Tegal Rejo), Goa Tingkat Tujuh (Desa Tegal Rejo) dan Goa
Liyang Wayang
3. Kecamatan Kelumpang Hulu : Air Terjun Kelumpang Hulu (Desa Bangkalan
Dayak), Batu Ganting (Desa Karang Lewar), Deretan Gunung Batu, Goa Batu
Batulis (Desa Karang Payau) dan Goa Temuluang (Desa Bangkalan Dayak)
4. Kecamatan Pulau Laut Utara : Air Terjun Pantai Gedambaan (Desa
Gedambaan), Air Terjun Gunung Ulin (Desa Gunung Ulin), Air Terjun
Tumpang Dua (Desa Sebelimbingan), Batu Lumbung (Desa Sebelimbingan),
Bendungan Gunung Ulin (Desa Gunung Ulin), Bukit Mamake (Kampung
Campa Jawa Desa Sigam), Dam Belanda (Desa Megasari), Gunung Lampu
(Kelurahan Kotabaru Hilir), Gunung Pemandangan (Desa Hilir Muara),
Gunung Rally/Gunung Relly (Desa Dirgahayu), Pantai Gedambaan (Desa
Gedambaan), Pantai Sarangtiung (Desa Sarang Tiung), Pantai Tanjung
Ketapang (Desa Sarang Tiung) dan Sumber Air Panas Sumur Manggurak
(Desa Sigam)
5. Kecamatan Pulau Laut Tengah : Air Terjun Sembuluan (Kampung Sembuluan
Desa Sungai Pasir), Bukit Palopalo (Kampung Maniang Desa Salino), Gunung
Jambangan (Desa Sungai Pasir), Gunung Semiaran (Desa Sungai Pasir) dan
Batu Ladung (Desa Sungai Pasir)
6. Kecamatan Pulau Laut Barat : Pantai Labatan (Desa Lontar)
7. Kecamatan Pulau Laut Tanjung Selayar : Pantai Mekar Putih (DEsa Gosong
Panjang), Pulau Tanjung Kunyit (Desa Tanjung Kunyit), Pantai Tanjung
Sungkai (Desa Tanjung Sungkai), Pantai Teluk Jagung (Desa Gosong
Panjang) dan Pantai Teluk Tamiang (Desa Teluk Tamiang)
8. Kecamatan Pulau Laut Kepulauan : Gunung Bibitan Bainah (Desa Batuah),
Gunung Sebakau (Desa Teluk Kemuning), Pantai Laso Watu/Batu Laso (Desa
Pulau Kerayaan), Pantai Teluk Aru/Batu Jodoh (Desa Teluk Aru), Pantai
Teluk Kemuning (Desa Teluk Kemuning), Pulau Birah-birahan (Desa Pulau
Kerayaan), Pulau Cinta (Desa Tanjung Lalak), Pulau Kerasian/Batu Ampar
(Desa Pulau Kerasian) dan Pulau Kerayaan (Desa Pulau Kerayaan)
9. Kecamatan Pulau Sebuku : Gunung Sau (Desa Mandin), Gunung Saung
(Desa Karibuan), Pulau Manti (Desa Rampa) dan Pulau Sambergelap (Desa
Sungai Bali)
10. Kecamatan Pulau Laut Timur : Gunung Bibitan Bainah (Desa Batuah), Air
Terjun Seratak (Kampung Seratak, Desa Sejakah), Gunung Aru (Desa
Sejakah), Gunung Kambat ( Desa Sejakah), Gunung Samlawai (Desa Batu
Tunau), Gunung Sebatung ( Desa Teluk Mesjid), Gunung Sumbawa (DEsa
Batu Tunau) dan Pantai Teluk Gosong (Desa Teluk Gosong)
11. Kecamatan Kelumpang Selatan : Pulau Tanjung Dewa (Desa Tanjung
Pangga), Pantai Tanjung Pangga dan Hutan Mangrove
12. Kecamatan Pulau Sembilan : Pulau Denawan (Desa Tengah), Pulau
Marabatuan (Desa Tengah), Pulau Pamalikan (Desa Teluk Sungai) dan Pulau
Payung-payungan (Desa Tengah)
b. wisata budaya, meliputi:
1. Balai Adat Kecamatan Sungai Durian;
2. Makam Raja Cantung di Kecamatan Kelumpang Hulu;
3. Makam Pangeran Agung di Kecamatan Kelumpang Hulu;
4. Makam Raja Pulau Laut (Raja Sigam) di Kecamatan Pulau Laut Utara;
5. Makam Ratu Intan di Kecamatan Pamukan Utara;
6. Makam Pangeran Mangku Prabu Raya di Kecamatan Sungai Durian;
7. Makam Sayed Sarif Umar di Kecamatan Kelumpang Hilir;
8. Makam Bakarang di Kecamatan Pulau Laut Timur;
9. Makam Keramat Pecah Empat (Sayed Pandan) di Kecamatan Sampanahan;
10. Makam Habib Ahmad Al Badali di Kecamatan Pulau Laut Tengah;
11. Makam Besar di Desa Banua Lawas;
12. Makam ratu intan 2/ratu aji tukul di Kecamatan Kelumpang Hulu;
13. Mesjid Agung Baitul Abrar di Kecamatan Pulau Laut Utara;
14. Mesjid Raya Khusnul Khotimah di Kecamatan Pulau Laut Utara;
15. Makam Raja Aji Jawa di Kecamatan Pamukan Selatan;
16. Makam Aji Semarang/Pangeran Muda di Kecamatan Pamukan Utara;
17. Makam Gusti Ali Akbar di Kecamatan Pamukan Utara;
18. Makam Ratu Intan 1 di Kecamatan Pamukan Utara; dan
19. Meriam Kerajaan Cantung di Kecamatan Pamukan Utara.
c. wisata buatan, meliputi:
1. Pasar Rebo Kerajinan Tangan di Kecamatan Pamukan Barat;
2. Menara Suar Gunung Balingkar di Kecamatan Pulau Laut Utara;
3. Sentral Kerajinan Kerang Laut di Kecamatan Pulau Laut Utara;
4. Sirkuit Kemuning di Kecamatan Pulau Laut Utara;
5. Siring Laut Kotabaru di Kecamatan Pulau Laut Utara;
6. Tugu Nelayan di Kecamatan Pulau Laut Utara;
7. Tugu Pancanangan di Kecamatan Pulau Laut Barat;
8. Sentral Kerajinan Anyaman Pandan di Kecamatan Pulau Laut Kepulauan;
9. Sentral kerajinan kulit sapi di Kecamatan Pulau Sebuku; dan
10. Sentral Kerajinan Logam di Kecamatan Pulau Sebuku.
(8). Kawasan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 Ayat (1) huruf g
meliputi:
a. kawasan permukiman perkotaan seluas 12.916,09 Ha tersebar di:
1. Perkotaan Kotabaru di Kecamatan Pulau Laut Utara;
2. Perkotaan Lontar di Kecamatan Pulau Laut Barat;
3. Perkotaan Berangas di Kecamatan Pulau Laut Timur;
4. Perkotaan Salino di Kecamatan Pulau Laut Tengah;
5. Perkotaan Serongga di Kecamatan Kelumpang Hilir;
6. Perkotaan Sungai Kupang di Kecamatan Kelumpang Hulu;
7. Perkotaan Sengayam di Kecamatan Pamukan Barat;
8. Perkotaan Gunung Batu Besar di Kecamatan Sampanahan;
9. Perkotaan Tengah di Kecamatan Pulau Sembilan;
10. Perkotaan Tanjung Selayar di Kecamatan Pulau Tanjung Selayar;
11. Perkotaan Tanjung Seloka di Kecamatan Pulau Laut Selatan;
12. Perkotaan Tanjung Lalak Selatan di Kecamatan Pulau Laut Kepulauan;
13. Perkotaan Sungai Bali di Kecamatan Pulau Sebuku;
14. Perkotaan Pantai di Kecamatan Kelumpang Selatan;
15. Perkotaan Hampang di Kecamatan Hampang;
16. Perkotaan Manunggal Lama di Kecamatan Sungai Durian;
17. Perkotaan Bungkukan di Kecamatan Kelumpang Barat;
18. Perkotaan Tanjung Batu di Kecamatan Kelumpang Tengah;
19. Perkotaan Pudi di Kecamatan Kelumpang Utara;
20. Perkotaan Tanjung Semalantakan di Kecamatan Pamukan Selatan; dan
21. Perkotaan Bakau di Kecamatan Pamukan Utara.
b. kawasan permukiman perdesaan seluas 15.117,60 Ha tersebar di seluruh
kecamatan Kabupaten Kotabaru.
(9). Kawasan pertahanan dan keamanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 Ayat (1)
huruf h seluas 12,71 Ha meliputi :
a. Babinkamtibmas Catungkiri Hilir di Kecamatan Kelumpang Hulu;
b. Kepolisian Resor Kotabaru di Kecamatan Pulau Laut Utara;
c.Kepolisian Sektor Kelumpang Barat di Kecamatan Kelumpang Barat;
d. Kepolisian Sektor Kelumpang Hulu di Kecamatan Kelumpang Hulu;
e. Kepolisian Sektor Kelumpang Selatandi Kecamatan Kelumpang Selatan;
f. Kepolisian Sektor Kelumpang Tengah di Kecamatan Kelumpang Tengah;
g. Kepolisian Sektor Kelumpang Utara di Kecamatan Kelumpang Utara;
h. Kepolisian Sektor Pamukan Selatan di Kecamatan Pamukan Selatan;
i. Kepolisian Sektor Pamukan Utara di Kecamatan Pamukan Utara;
j. Kepolisian Sektor Pulaulaut Barat di Kecamatan Pulau Laut Barat;
k.Kepolisian Sektor Pulaulaut Kepulauan di Kecamatan Pulau Laut Kepulauan;
l. Kepolisian Sektor Pulaulaut Tengah di Kecamatan Pulau Laut Tengah;
m. Kepolisian Sektor Pulaulaut Timur di Kecamatan Pulau Laut Timur;
n. Kepolisian Sektor Pulaulaut Utara di Kecamatan Pulau Laut Utara;
o. Kepolisian Sektor Pulau Sembilan di Kecamatan Pulau Sembilan;
p. Kepolisian Sektor Sebuku di Kecamatan Pulau Sebuku;
q. Kepolisian Sektor Serongga di di Kecamatan Kelumpang Hilir;
r. Kepolisian Sektor Sungai Durian di Kecamatan Sungai Durian;
s.Kepolisian Sektor Tanjung Seloka di Kecamatan Pulau Laut Selatan;
t. Kodim 1004 Kotabaru di Kecamatan Pulau Laut Utara;
u. Koramil 1004-07 Berangas di Kecamatan Pulau Laut Timur;
v.Koramil 1004-09 Sungai Durian di Kecamatan Sungai Durian;
w. Koramil 1004-11 Lontar di Kecamatan Pulau Laut Barat;
x.Koramil 1004 03 Tanjung Samalantakan di Kecamatan Pamukan Selatan;
y.Koramil 1004 04 Pudi di Kecamatan Pulau Laut Utara;
z.Koramil 1004 05 Tanjung Seloka di Kecamatan Pulau Laut Selatan;
aa. Koramil 1004 08 Kotabaru di Kecamatan Pulau Laut Tengah;
bb. Koramil 1004 09 Gunung Batu Besar di Kecamatan Sampanahan;
cc. Koramil 1004 10 Serongga di Kecamatan Kelumpang Hilir;
dd. Koramil 1004 13 Cantung di Kecamatan Kelumpang Hulu;
ee. Koramil 1004.02 Pamukan Utara di Kecamatan Pamukan Utara;
ff. Koramil 1004-06 Senakin di Kecamatan Kelumpang Tengah;
gg. Koramil Hampang di Kecamatan Hampang;
hh. Pangkalan TNI AL Kotabaru Hilir di Kecamatan Pulau Laut Utara;
ii.Pos Lantas Sektor Magalau Hulu di Kecamatan Kelumpang Barat;
jj. Satlantas Kotabaru di Kecamatan Pulau Laut Utara;
kk. Satuan Polisi Pamong Praja Kotabaru di Kecamatan Pulau Laut Utara;
ll.Koramil 1004-01 P.Sebuku di Kecamatan Pulau Sebuku; dan
mm. Koramil 1004-12 Marabatuan di Kecamatan Pulau Sembilan.
BAB V
PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS
Pasal 24
(1). Penetapan Kawasan Strategis ditetapkan sesuai dengan prioritas kebutuhan dan
kegunaannya.
(2). Penetapan kawasan strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. kawasan andalan yang berada di wilayah Kabupaten;
b. kawasan strategis provinsi yang berada di wilayah Kabupaten; dan
c. kawasan strategis kabupaten.
(3). Rencana kawasan strategis digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian
1:50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
Pasal 25
(1). Kawasan andalan yang berada di wilayah Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 24 ayat (2) huruf a adalah Kawasan Andalan Laut Pulau Laut (II/F/2) Perikanan,
(II/C/2) Pertambangan
(2). Kawasan strategis provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) huruf b
adalah Kawasan Industri Mekarputih di Kecamatan Pulau Laut Barat dan Kecamatan
Pulau Laut Tanjung Selayar.
(3). Kawasan strategis kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) huruf c
terdiri atas :
a. kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi; dan
b. Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan
hidup;
Pasal 26
(1). kawasan strategis dengan sudut kepentingan ekonomi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 25 ayat (3) huruf a meliputi :
a. kawasan Perkotaan Kotabaru;
b. kawasan Agropolitan Berangas di Kecamatan Pulau Laut Timur; dan
c. Kawasan Pariwisata Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di Kecamatan Pulau Laut
Tanjung Selayar dan Pulau Laut Kepulauan.
d. Kawasan Sentra Energi dan Pangan di Kecamatan Pulaulaut Tengah, Pulaulaut
Timur, Pulaulaut Barat dan Pulaulaut Selatan
e. Kawasan Mekarputih di Kecamatan Pulau Laut Barat dan Pulaulaut Tanjung
Selayar.
f. Kawasan S2TS di Kecamatan Pulaulaut Utara, Pulaulaut Tengah dan Kelumpang
Hilir
(2). kawasan strategis dengan sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan
hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (3) huruf b berupa Kawasan
Lindung Sebatung tersebar di:
a. Kecamatan Pulau Laut Utara;
b. Kecamatan Pulau Laut Timur; dan
c. Kecamatan Pulau Laut Tengah;
Pasal 27
(1). Untuk operasionalisasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kotabaru disusun
Rencana Rinci Tata Ruang berupa Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Kabupaten
dan Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten.
(2). Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Strategis Kabupaten sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Daerah Bupati
BAB VI
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
Pasal 28
(1). Pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Kotabaru berpedoman pada rencana struktur
ruang dan pola ruang.
(2). Pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Kotabaru dilaksanakan melalui penyusunan dan
pelaksanaan program pemanfaatan ruang beserta perkiraan pendanaannya.
(3). Perkiraan pendanaan program pemanfaatan ruang disusun sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(4). Program pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2) disusun
berdasarkan indikasi program utama lima tahunan yang ditetapkan dalam Lampiran II
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(5). Pendanaan program pemanfaatan ruang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, investasi swasta dan
kerjasama pendanaan.
(6). Kerja sama pendanaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
BAB VII
KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 29
Bagian Kedua
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pasal 30
(1). Ketentuan umum peraturan zonasi sistem Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 29 ayat (2) huruf a digunakan sebagai pedoman bagi pemerintah daerah dalam
menyusun peraturan zonasi.
(2). Ketentuan umum peraturan zonasi terdiri atas :
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung;
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan budidaya; dan
c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan strategis.
Bagian Ketiga
Ketentuan Perizinan
Pasal 31
(1). Ketentuan perizinan merupakan acuan bagi pejabat yang berwenang dalam pemberian
izin pemanfaatan ruang berdasarkan rencana struktur dan pola ruang yang ditetapkan
dalam Peraturan Daerah ini.
(2). Izin pemanfaatan ruang diberikan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan
kewenangannya.
(3). Pemberian izin pemanfaatan ruang dilakukan menurut prosedur sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4). Perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2) huruf b adalah perizinan
yang terkait dengan izin pemanfaatan ruang yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan harus dimiliki sebelum pelaksanaan pemanfaatan ruang.
(5). Setiap usaha dan/atau kegiatan yang membutuhkan perizinan hendaknya mengacu
pada perizinan lingkungan.
(6). Setiap usaha dan/atau kegiatan yang membutuhkan perizinan hendaknya mengajukan
perizinan dan mengacu pada perizinan lingkungan.
(7). Kegiatan perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) akan diatur lebih lanjut dalam
peraturan daerah.
(8). Khusus untuk kawasan pengendalian ketat ( High Control Zone) yang merupakan
kawasan yang memerlukan pengawasan secara khusus dan dibatasi pemanfaatannya
untuk mempertahankan daya dukung, mencegah dampak negatif dan menjamin
proses pembangunan yang berlanjutan.
(9). Pemanfaatan ruang yang dibatasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) meliputi
pemanfaatan ruang disekitar kawasan perdagangan regional, wilayah aliran sungai,
kawasan yang berhubungan dengan aspek pelestarian lingkungan hidup meliputi
kawasan resapan air atau sumber daya air, kawasan konservasi hutan
bakau/mangrove, serta transportasi terkait kawasan jaringan jalan, area/lingkup
kepentingan pelabuhan, kawasan disekitar jalan arteri, prasarana wilayah dalam skala
regional lainnya seperti area disekitar jaringan SUTET dan TPA terpadu, kawasan
rawan bencana, kawasan lindung prioritas dan pertambangan skala regional, dan
kawasan konservasi alami, budaya yang bersifat unik dan khas.
(10). Perizinan untuk pemanfaatan ruang disekitar kawasan-kawasan khusus dengan skala
khusus dengan skala pelayanan regional sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
meliputi:
a. harus mendapatkan izin dari gubernur;
b. permohonan izin sebagaimana dimaksud pada huruf a dilaksanakan sebelum
pelaksanaan pembangunan fisik;
c. harus dilampiri dengan gambar teknis arsitektural ( site plan, denah, tampak,
potongan dan situasi); gambar teknis konstruksi sipil; data pendukung berupa
penguasaan tanah, lokasi bangunan berupa sertifikat hak milik atau bukti
perjanjian sewa; dan
d. pemanfaatn ruang yang dimohonkan harus memenuhi syarat zoning yang akan
diatur lebih lanjut dengan peraturan tersendiri.
Pasal 32
(1). Jenis perizinan terkait pemanfaatan ruang yang ada di Kabupaten Kotabaru
sebagaimana dimaksud pada Pasal 29 ayat (2) huruf b , terdiri atas :
a. izin prinsip;
b. izin lokasi;
c. izin penggunaan pemanfaatan tanah;
d. izin lingkungan; dan
e. izin mendirikan bangunan;
(2). Mekanisme perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a – e diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Bupati.
Bagian Keempat
Ketentuan Insentif dan Disinsentif
Pasal 33
(1). Ketentuan insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2)
huruf c merupakan acuan bagi pemerintah daerah dalam pemberian insentif dan
pengenaan disinsentif.
(2). Insentif diberikan apabila pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana struktur ruang,
rencana pola ruang, dan ketentuan umum peraturan zonasi yang diatur dalam
Peraturan Daerah ini.
(3). Disinsentif dikenakan terhadap pemanfaatan ruang yang perlu dicegah, dibatasi, atau
dikurangi keberadaannya berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.
Pasal 34
(1). Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dalam pemanfaatan ruang wilayah
kabupaten dilakukan oleh pemerintah daerah kepada masyarakat.
(2). Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dilakukan oleh instansi berwenang sesuai
dengan kewenangannya.
Pasal 35
(1). Insentif yang diberikan kepada masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33
ayat (1), dapat berbentuk :
a. keringanan pajak daerah, pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan sewa
ruang dan urun saham;
b. pembangunan serta pengadaan infrastruktur ; dan
c. kemudahan prosedur perijinan; dan/atau
d. pemberian penghargaan kepada masyarakat, swasta dan/atau pemerintah
daerah.
(2). Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian insentif diatur dengan Peraturan
Bupati.
Pasal 36
(1). Disinsentif yang dikenakan kepada masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33
ayat (3), dapat berbentuk :
a. Pengenaan pajak yang tinggi yang disesuaikan dengan besarnya biaya yang
dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang dibutuhkan akibat pemanfaatan
ruang; dan
b. Pembatasan penyediaan sarana dan prasarana infrastruktur, pengenaan
kompensasi dan penalti.
(2). Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan disinsentif diatur dengan
Peraturan Bupati.
Bagian Kelima
Arahan Sanksi
Pasal 37
(1). Arahan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2) huruf d merupakan
acuan bagi Pemerintah Daerah dalam pengenaan sanksi administratif kepada
pelanggar pemanfaatan ruang.
(2). Pengenaan sanksi dilakukan terhadap :
a. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana struktur ruang dan pola
ruang;
b. pelanggaran ketentuan umum peraturan zonasi;
c. pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan
rencana tata ruang wilayah Kabupaten;
d. pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan
berdasarkan rencana tata ruang wilayah Kabupaten;
e. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan
ruang yang diterbitkan berdasarkan rencana tata ruang wilayah Kabupaten;
f. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh
peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum; dan/atau
g. pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh melalui prosedur yang tidak
benar.
Pasal 38
(1). Terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (2) huruf a, huruf
b, huruf d, huruf e, huruf f, dan huruf g dikenakan sanksi administratif berupa :
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penghentian sementara pelayanan umum;
d. penutupan lokasi;
e. pencabutan izin;
f.pembatalan izin;
g. pembongkaran bangunan;
h. pemulihan fungsi ruang; dan/atau
i. denda administratif.
(2). Terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (2) huruf b
dikenakan sanksi administratif berupa :
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penghentian sementara pelayanan umum;
d. penutupan lokasi;
e. pembongkaran bangunan;
f. pemulihan fungsi ruang; dan/atau
g. denda administratif.
Pasal 39
Setiap orang yang melakukan pelanggaran terhadap rencana tata ruang yang telah
ditetapkan dapat dikenakan sanksi pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
BAB VIII
KELEMBAGAAN
Pasal 40
(1). Dalam rangka koordinasi penataan ruang dan kerjasama antar wilayah, dibentuk Tim
Koordinasi Penataan Ruang Daerah (TKPRD).
(2). Tugas, susunan organisasi, dan tata kerja Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Keputusan Bupati.
BAB IX
HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT
DALAM PENATAAN RUANG
Bagian Kesatu
Hak Masyarakat
Pasal 41
Bagian Kedua
Kewajiban Masyarakat
Pasal 42
Pasal 43
Bagian Ketiga
Peran Masyarakat
Pasal 44
Peran masyarakat dalam penataan ruang di Daerah dilakukan antara lain melalui:
a. partisipasi dalam penyusunan rencana tata ruang;
b. partisipasi dalam pemanfaatan ruang; dan
c. partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang.
Pasal 45
Bentuk peran masyarakat pada tahap penyusunan tata ruang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 44 huruf a dapat berupa :
a. memberikan masukan mengenai :
1. persiapan penyusunan rencana tata ruang;
2. penentuan arah pengembangan wilayah atau kawasan;
3. pengidentifikasian potensi dan masalah wilayah atau kawasan;
4. perumusan konsepsi rencana tata ruang; dan/atau
5. penetapan rencana tata ruang.
b. melakukan kerja sama dengan Pemerintah, pemerintah daerah dan/atau sesama unsur
masyarakat dalam perencanaan tata ruang.
Pasal 46
Bentuk peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44
huruf b dapat berupa:
a. masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang;
b. kerja sama dengan Pemerintah, pemerintah daerah,
dan/atau sesama unsur masyarakat dalam pemanfaatan ruang;
c. kegiatan memanfaatkan ruang yang sesuai dengan kearifan
lokal dan rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
d. peningkatan efisiensi, efektivitas, dan keserasian dalam
pemanfaatan ruang darat, ruang laut, ruang udara, dan ruang di dalam bumi dengan
memperhatikan kearifan lokal serta sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
e. kegiatan menjaga kepentingan pertahanan dan keamanan
serta memelihara dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber
daya alam; dan
f. kegiatan investasi dalam pemanfaatan ruang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 47
Pasal 48
(1). Peran masyarakat di bidang penataan ruang dapat disampaikan secara langsung
dan/atau tertulis.
(2). Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat disampaikan kepada
bupati.
(3). Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga dapat disampaikan
melalui unit kerja terkait yang ditunjuk oleh Bupati.
Pasal 49
Pasal 50
Pelaksanaan tata cara peran masyarakat dalam penataan ruang dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.
BAB X
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 51
Rencana tata ruang wilayah Kabupaten menjadi pedoman untuk:
a. penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah;
b. penyusunan rencana pembangunan jangka menengah daerah;
c. pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah kabupaten;
d. mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan antar sektor;
e. penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; dan
f. penataan ruang kawasan strategis Kabupaten.
Pasal 52
(1). Jangka waktu Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kotabaru adalah 20 (dua
puluh) tahun dan dapat ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
(2). Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana alam skala
besar dan/atau perubahan batas teritorial wilayah yang ditetapkan dengan peraturan
perundang-undangan, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kotabaru dapat
ditinjau kembali lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
(3). Peninjauan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (2) juga dilakukan apabila
terjadi perubahan kebijakan nasional dan strategi yang mempengaruhi pemanfaatan
ruang kabupaten dan/atau dinamika internal wilayah.
(4). Peraturan Daerah tentang RTRW Kabupaten Kotabaru tahun 2020 - 2040 dilengkapi
dengan Rencana dan Album Peta yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
(5). Dalam hal terdapat penetapan kawasan hutan oleh Menteri Kehutanan terhadap
bagian wilayah kabupaten yang kawasan hutannya belum disepakati pada saat Perda
ini ditetapkan, rencana dan album peta sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
disesuaikan dengan peruntukan kawasan hutan berdasarkan hasil kesepakatan Menteri
Kehutanan.
(6). Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai
teknis pelaksanaan Rencana Tata Ruang Wilayah, diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Bupati.
B A B XI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 53
(1). Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka semua peraturan pelaksanaan yang
berkaitan dengan penatan ruang Daerah yang telah ada dinyatakan berlaku sepanjang
tidak bertentangan dengan dan belum diganti berdasarkan Peraturan Daerah ini.
(2). Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka :
a. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan dan telah sesuai dengan ketentuan
Peraturan Daerah ini tetap berlaku sesuai dengan masa berlakunya;
b. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi tidak sesuai dengan
ketentuan Peraturan Daerah ini berlaku ketentuan :
1. untuk yang belum dilaksanakan pembangunannya, izin tersebut disesuaikan
dengan fungsi kawasan berdasarkan Peraturan Daerah ini;
2. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya, dilakukan penyesuaian
dengan masa transisi berdasarkan ketentuan perundang-undangan; dan
3. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya dan tidak memungkinkan
untuk dilakukan penyesuaian dengan fungsi kawasan berdasarkan Peraturan
Daerah ini, izin yang telah diterbitkan dapat dibatalkan dan terhadap kerugian
yang timbul sebagai akibat pembatalan izin tersebut dapat diberikan
penggantian yang layak;
c. pemanfaatan ruang di Daerah yang diselenggarakan tanpa izin dan bertentangan
dengan ketentuan Peraturan Daerah ini, akan ditertibkan dan disesuaikan dengan
Peraturan Daerah ini;
d. pemanfaatan ruang yang sesuai dengan ketetentuan Peraturan Daerah ini, agar
dipercepat untuk mendapatkan izin yang diperlukan.
B A B XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 54
ditetapkan di Kotabaru
pada tanggal.....................20....
BUPATI KOTABARU,
.................................................
Diundangkan di Kotabaru
pada tanggal.............................20.............
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN KOTABARU,
..............................