Anda di halaman 1dari 41

BUPATI KOTABARU

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

RANCANGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU


NOMOR ..... TAHUN 2020

TENTANG

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KOTABARU


TAHUN 2023 - 2043

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KOTABARU,

Menimbang : a. bahwa untuk menciptakan kemudahan dalam melaksanakan


pembangunan di Daerah dan untuk meningkatkan keseimbangan
pemanfaatan ruang, diperlukan adanya arahan mengenai
pemanfaatan ruang secara pasti;
b. bahwa untuk mengarahkan pembangunan di Kabupaten
Kotabaru dengan memanfaatkan ruang wilayah secara berdaya
guna, berhasil guna, serasi, selaras, seimbang, dan berkelanjutan
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
pertahanan keamanan, perlu disusun Rencana Tata Ruang
Wilayah;
c. bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Kotabaru Nomor 11 Tahun
2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kotabaru
Tahun 2012 sampai dengan Tahun 2032 sudah tidak sesuai
dengan kebutuhan pengaturan penataan ruang, maka
berdasarkan Pasal 78 ayat (4) huruf c Undang-Undang Nomor 26
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, perlu menyusun kembali
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kotabaru yang baru;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, huruf b, dan huruf c, maka perlu membentuk Peraturan
Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Kotabaru Tahun 2020 – 2040.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara


(Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3,
Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 4169);
2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
3. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 177,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4925);
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059);
5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966);
6. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4966);
7. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang perlindungan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 10, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5068);
8. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5188);
9. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Perusakan Hutan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5432);
10. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5679);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4833);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5103);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan
Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5160);
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 tentang
Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana
Tata Ruang Daerah;
15. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2009
tentang Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup
dalam Penataan Ruang Wilayah;
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2009 tentang
Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah;
17. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2017
tentang Tata Cara Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang
Wilayah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor
661);
18. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2017
tentang Pedoman Pemberian Persetujuan Substansi Dalam
Rangka Penetapan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata
Ruang Provinsi Dan Rencana Tata Ruang Kabupaten/Kota (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 966);
19. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN Nomor 1
Tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi, Kabupaten dan Kota;
20. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 9 Tahun
2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan
Selatan Tahun 2015 – 2035 (Lembaran Daerah Provinsi
Kalimantan Selatan Tahun 2015 Nomor 9, Tambahan Lembaran
Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 93);
21. Peraturan Daerah Kabupaten Kotabaru Nomor 11 Tahun 2012
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kotabaru Tahun
2012 - 2032 (Lembaran Daerah Kabupaten Kotabaru Tahun 2012
Nomor 11).

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KOTABARU


dan
BUPATI KOTABARU

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH


KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2020 - 2040

BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Kesatu
Pengertian
Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :


1. Daerah adalah Kabupaten Kotabaru.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Kotabaru.
3. Bupati adalah Bupati Kotabaru.
4. Perangkat Daerah adalah perangkat daerah di lingkungan pemerintah kabupaten yakni
pelaksana fungsi eksekutif sebagai penyelenggaraan pemerintahan.
5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disingkat DPRD adalah DPRD Kabupaten
Kotabaru.
6. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara, termasuk
ruang didalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain
hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.
7. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
8. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistim jaringan prasarana
dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat
yang secara hierarkhis memiliki hubungan fungsional.
9. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.
10. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.
11. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kotabaru yang selanjutnya disingkat RTRW
adalah arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah daerah yang menjadi
pedoman bagi penataan wilayah yang merupakan dasar dalam penyusunan program
pembangunan.
12. Wilayah Daerah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap
unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
administratif dan atau aspek fungsional.
13. Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam satu atau
lebih daerah aliran sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari atau
sama dengan 2.000 km2.
14. Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan
dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan,
dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami,
yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan
daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.
15. Sempadan sungai adalah ruang yang tidak boleh dibangun yang berada diantara tepi
air sungai tertinggi sampai batas kawasan boleh dibangun.
16. Sempadan pantai adalah kawasan perlindungan setempat yang merupakan dataran
sepanjang tepian pantai yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik
pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi
pantai.
17. Drainase adalah sistem jaringan dan distribusi drainase suatu lingkungan yang
berfungsi sebagai pematus bagi lingkungan, yang terintegrasi dengan sistem jaringan
drainase makro dari wilayah regional yang lebih luas.
18. Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung atau budidaya.
19. Pusat Kegiatan Wilayah yang selanjutnya disebut PKW adalah kawasan perkotaan yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota.
20. Pusat Kegiatan Wilayah Promosi yang selanjutnya disebut PKWp adalah kawasan
perkotaan yang akan dipromosikan untuk menjadi PKW dengan fungsi untuk melayani
kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota.
21. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disebut PKL adalah kawasan perkotaan yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan.
22. Pusat Kegiatan Lokal Promosi yang selanjutnya disebut PKLp adalah kawasan
perkotaan yang akan dipromosikan untuk menjadi PKL dengan fungsi untuk melayani
kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan.
23. Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disebut PPK merupakan kawasan
perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa
desa.
24. Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya disebut PPL adalah pusat permukiman
yang berfungsi untuk melayani kegiatan sekala antar desa.
25. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan
sumber daya buatan.
26. Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
untukdibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia dan sumber daya buatan.
27. Kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan
pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengolahan sumber
daya alam tertentu yang ditunjukan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki
keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis.
28. Kawasan andalan adalah bagian dari kawasan budi daya, baik di ruang darat maupun
ruang laut yang pengembangannya diarahkan untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi bagi kawasan tersebut dan kawasan di sekitarnya;
29. Kawasan strategis provinsi atau disingkat KSP adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi
terhadap ekonomi, sosial, budaya dan atau lingkungan.
30. Kawasan strategis kabupaten adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan
karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap
ekonomi, sosial, budaya dan atau lingkungan.
31. Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh
secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
32. Peraturan zonasi adalah ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan
ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zona peruntukan
yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang.
33. Kawasan pesisir adalah kawasan yang merupakan peralihan antara darat dan laut yang
dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut.
34. Masyarakat adalah orang peseorangan, kelompok orang, termasuk masyarakat hukum
adat, korporasi, dan/atau pemangku kepentingan non pemerintah lain dalam
penyelenggaraan penataan ruang.
35. Peran Masyarakat adalah partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
36. Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah Provinsi Kalimantan Selatan yang selanjutnya
disebut TKPRD Provinsi adalah Badan yang dibentuk dengan Keputusan Gubernur yang
bertugas untuk mengkoordinasikan penataan ruang wilayah Provinsi Kalimantan
Selatan.
37. Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah, yang selanjutnya disebut TKPRD adalah
badan bersifat ad-hoc yang dibentuk untuk mendukung pelaksanaan undang-undang
Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang di Kabupaten Kotabaru dan
mempunyai fungsi membantu pelaksanaan tugas Bupati dalam koordinasi penataan
ruang di daerah.
38. Kawasan Pertahanan Negara adalah wilayah yang ditetapkan secara nasional yang
digunakan untuk kepentingan pertahanan.
39. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh
pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
40. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya
alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang
satu kesatuan lainnya tidak dapat dipisahkan.
41. Hutan Negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas
tanah.
42. Hutan Rakyat adalah hutan yang tumbuh, ditanam dan dikelola di atas tanah yang
dibebani hak milik atau pun hak lainnya dan arealnya berada diluar kawasan hutan
negara. Hutan Rakyat dapat dimiliki oleh orang baik sendiri maupun bersama orang
lain atau badan hukum.
43. Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi
hasil hutan.
44. Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai
perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir,
mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah.
45. Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai
fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.
46. Kawasan hutan suaka adalah hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi
pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta
ekosistemnya, yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan.
47. Kawasan hutan pelestarian alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu, yang
mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber
daya alam hayati dan ekosistemnya.
48. Zona adalah kawasan dengan peruntukan khusus yang memiliki batasan ukuran dan
standar tertentu.
49. Izin pemanfaatan ruang adalah ijin yang dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfataan
ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan.
50. Orang adalah orang perseorangan dan/atau korporasi.
51. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam bidang
penataan ruang.
52. Kawasan peruntukan pertambangan (KPP) adalah wilayah yang memiliki potensi
sumber daya bahan tambang yang berwujud padat, cair, atau gas berdasarkan
peta/data geologi dan merupakan tempat dilakukannya sebagian atau seluruh tahapan
kegiatan pertambangan yang meliputi penelitian, penyelidikan umum, eksplorasi,
operasi produksi/eksploitasi dan pasca tambang, baik diwilayah daratan maupun
perairan, serta tidak dibatasi oleh penggunaan lahan, baik kawasan budidaya maupun
lindung.
53. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang
berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah
dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan
kabel.
54. Sistem jaringan jalan adalah satu kesatuan ruas jalan yang saling menghubungkan dan
mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh
pelayanannya dalam satu hubungan hierarkis.
55. Antar Kota Dalam Provinsi yang selanjutnya disebut AKDP adalah jaringan trayek
angkutan kota dalam provinsi yang dilayani oleh terminal penumpang tipe B.
56. Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro yang selanjutnya disebut PLTMH adalah
pembangkit listrik skala kecil yang menggunakan tenaga air sebagai penggeraknya,
seperti saluran irigasi, sungai atau air terjun alam dengan cara memanfaatkan tinggi
terjunan dan jumlah debit air.
57. Pembangkit Listrik Tenaga Suyra yang selanjtunya disebut PLTS adalah pembangkit
listrik yang menggunakan energi matahari sebagai penggeraknya.
58. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel yang selanjutnya disebut sebagai sebagai PLTD
adalah pembangkit listrik yang menggunakan mesin diesel sebagai penggerak utama.
59. Pembangkit Listrik Tenaga Uap yang selanjtunta disebut PLTU adalah pembangkit yang
mengandalkan energi kinetik dari uap untuk menghasilkan energi listrik.
60. Tempat Penampungan Sementara yang selanjutnya disebut sebagai TPS adalah
tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau
tempat pengolahan sampah terpadu.
61. Tempat Pemrosesan Akhir yang selanjutnya disebut sebagai TPA adalah tempat
memroses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi
manusia dan lingkungan.
62. Instalasi Pengolahan Air Limbah yang selanjtunya disebut sebagai IPAL adalah sebuah
struktur yang dirancang untuk membuag limbaj biologis dan kimiasi dan air sehingga
memungkinkan air tersebut untuk digunakan pada aktivitas lainnya.
63. Insentif adalah pengaturan yang bertujuan memberikan rangsangan terhadap kegiatan
yang seiring dengan rencana tata ruang.
64. Disinsentif adalah pengaturan yang bertujuan membatasi pertumbuhan atau
mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang.

Bagian Kedua
Ruang Lingkup

Paragraf 1
Ruang Lingkup Materi

Pasal 2
RTRW Kabupaten Kotabaru memuat :
a. Tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang;
b. Rencana struktur ruang;
c. Rencana pola ruang;
d. Penetapan kawasan strategis;
e. Arahan pemanfaatan ruang; dan
f. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang.

Paragraf 2
Ruang Lingkup Wilayah

Pasal 3
(1) Lingkup wilayah perencanaan merupakan daerah dengan batas yang ditentukan
berdasarkan aspek administratif mencakup wilayah daratan.
(2) Wilayah perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. Kecamatan Pulau Sembilan;
b. Kecamatan Pulau Laut Barat;
c. Kecamatan Pulau Tanjung Selayar;
d. Kecamatan Pulau Laut Selatan;
e. Kecamatan Pulau Laut Kepulauan;
f. Kecamatan Pulau Laut Timur;
g. Kecamatan Pulau Sebuku;
h. Kecamatan Pulau Laut Utara;
i. Kecamatan Pulau Laut Tengah;
j. Kecamatan Kelumpang Selatan;
k. Kecamatan Kelumpang Hilir;
l. Kecamatan Kelumpang Hulu;
m. Kecamatan Hampang;
n. Kecamatan Sungai Durian;
o. Kecamatan Kelumpang Tengah;
p. Kecamatan Kelumpang Barat;
q. Kecamatan Kelumpang Utara;
r. Kecamatan Pamukan Selatan;
s. Kecamatan Sampanahan;
t. Kecamatan Pamukan Utara; dan
u. Kecamatan Pamukan Barat.
(3) Wilayah perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memiliki 138 pulau dan 21
kecamatan, terdiri dari 4 kelurahan dan 198 desa.
(4) Batas – batas wilayah kabupaten meliputi :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Timur;
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Laut Jawa;
c. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Hulu
Sungai Selatan, Kabupaten Banjar, Kabupaten Tanah Bumbu; dan
d. Sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar.
(5) Luas wilayah administrasi Kabupaten Kotabaru kurang lebih 9.473,24 Km2 (sembilan
ribu empat ratus tujuh puluh tiga koma dua puluh empat) kilometer persegi.

BAB. II
TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG
Bagian Kesatu
Tujuan Penataan Ruang
Pasal 4

Penataan ruang kabupaten bertujuan untuk terwujudnya tata ruang Kabupaten Kotabaru
sebagai kawasan ekonomi biru dan hijau berbasis ekowisata dan jasa lingkungan menuju
Kabupaten Kotabaru Sejahtera dan Berkeadilan.

Bagian Kedua
Kebijakan Penataan Ruang
Pasal 5

(1). Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ditetapkan Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten.
(2). Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten meliputi:
a. pengembangan sistem pusat pelayanan perkotaan, fungsi kegiatan wilayah, dan
kualitas sarana yang mengakomodir pemerataan pembangunan;
b. peningkatan sistem transportasi, kualitas dan aksesibilitas jaringan infrastruktur
yang menunjang ekonomi biru dan hijau;
c. pengembangan Eco-Tourism;
d. pengembangan ekonomi sektor primer berbasis daya dukung lingkungan;
e. pengoptimalan pelestarian dan pemanfaatan jasa lingkungan kawasan lindung;
dan
f. pengembangan industrialisasi sektor unggul dan potensial.

Bagian Ketiga
Strategi Penataan Ruang
Pasal 6

(1) Untuk melaksanakan kebijakan penataan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ditetapkan strategi penataan ruang wilayah.
(2) Strategi pengembangan sistem pusat pelayanan perkotaan, fungsi kegiatan wilayah,
dan kualitas sarana yang mengakomodir pemerataan pembangunan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf a, meliputi :
a. menetapkan pusat-pusat pelayanan dan pertumbuhan baru;
b. meningkatkan kualitas dan ketersediaan sarana dan fasilitas umum; dan
c. mengendalikan pemanfaatan kawasan perkotaan.
(3) Strategi peningkatan sistem transportasi, kualitas dan aksesibilitas jaringan
infrastruktur yang menunjang ekonomi biru dan hijau sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (2) huruf b, meliputi:
a. meningkatkan kinerja sistem transportasi massal darat-laut-udara;
b. meningkatkan kinerja dan penyediaan prasarana dan jaringan utilitas; dan
c. mengembangkan infrastruktur hijau dan energi terbarukan untuk jangka panjang.
(4) Strategi pengembangan Eco-Tourism sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2)
huruf c, meliputi:
a. mengelola kepariwisataan dari dan untuk masyarakat;
b. melakukan promosi daerah secara masif; dan
c. mengendalikan pemanfaatan kawasan strategis kepariwisataan.
(5) Strategi pengembangan ekonomi sektor primer berbasis daya dukung lingkungan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf d, meliputi:
a. membangun infrastruktur dan sarana penunjang sektor primer yang termasuk
dalam sektor unggulan, potensial, dan berkembang; dan
b. meningkatkan kerjasama pengelolaan, pengendalian dan pemanfaatan hasil sektor
primer yang termasuk dalam sektor unggulan, potensial, dan berkembang.
(6) Strategi pengoptimalan pelestarian dan pemanfaatan jasa lingkungan kawasan lindung
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf e, meliputi mengendalikan
pemanfaatan jasa lingkungan pada kawasan strategis lindung.
(7) Strategi pengembangan industrialisasi sektor unggul dan potensial sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf f, meliputi:
a. mengembangkan Industri kecil dan menengah (IKM) berbasis komoditi unggulan
daerah; dan
b. mengoptimalkan sumber-sumber pembiayaan pembangunan alternatif.

BAB III
RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 7

(1). Rencana struktur ruang wilayah kabupaten terdiri atas :


a. Sistem perkotaan; dan
b. Sistem jaringan prasarana.
(2). Rencana struktur ruang wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan
dalam peta dengan tingkat ketelitian 1:50.000 sebagaimana tercantum dalam
Lampiran I dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua
Sistem Perkotaan
Pasal 8

(1). Sistem perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf a terdiri atas :
a. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota;
b. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala kabupaten atau beberapa kecamatan.
c. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) merupakan pusat permukiman yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala kecamatan; dan
d. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) merupakan pusat permukiman yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala antardesa.
(2). Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf a
terdapat di Perkotaan Kotabaru di Kecamatan Pulau Laut Utara.
(3). Pusat Kegiatan Lokal (PKL) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf b
terdapat di:
a. Perkotaan Lontar di Kecamatan Pulau Laut Barat;
b. Perkotaan Berangas di Kecamatan Pulau Laut Timur;
c. Perkotaan Salino di Kecamatan Pulau Laut Tengah;
d. Perkotaan Serongga di Kecamatan Kelumpang Hilir;
e. Perkotaan Sungai Kupang di Kecamatan Kelumpang Hulu;
f. Perkotaan Sengayam di Kecamatan Pamukan Barat; dan
g. Perkotaan Tanjung Semalantakan di Kecamatan Pamukan Selatan.
(4). Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf c
terdapat di:
a. Perkotaan Tengah di Kecamatan Pulau Sembilan;
b. Perkotaan Tanjung Selayar di Kecamatan Pulau Tanjung Selayar;
c. Perkotaan Tanjung Seloka di Kecamatan Pulau Laut Selatan;
d. Perkotaan Tanjung Lalak Selatan di Kecamatan Pulau Laut Kepulauan;
e. Perkotaan Sungai Bali di Kecamatan Pulau Sebuku;
f. Perkotaan Pantai di Kecamatan Kelumpang Selatan;
g. Perkotaan Hampang di Kecamatan Hampang;
h. Perkotaan Manunggal Lama di Kecamatan Sungai Durian;
i. Perkotaan Bungkukan di Kecamatan Kelumpang Barat;
j. Perkotaan Tanjung Batu di Kecamatan Kelumpang Tengah;
k. Perkotaan Pudi di Kecamatan Kelumpang Utara;
l. Perkotaan Gunung Batu Besar di Kecamatan Sampanahan; dan
m. Perkotaan Bakau di Kecamatan Pamukan Utara.
(5). Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1)
huruf d terdapat di :
a. PPL Sebelimbingan di Kecamatan Pulau Laut Utara;
b. PPL Stagen di Kecamatan Pulau Laut Utara;
c. PPL Tarjun di Kecamatan Kelumpang Hilir; dan
d. PPL Mekarpura di Kecamatan Pulau Laut Tengah.

Pasal 9

Sistem perkotaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c,
huruf d, huruf e, huruf dan g akan diatur lebih lanjut dengan Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) yang ditetapkan oleh peraturan daerah tersendiri.

Bagian Ketiga
Sistem Jaringan Prasarana
Pasal 10

Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7


ayat (1) huruf b meliputi :
a. sistem jaringan transportasi;
b. sistem jaringan energi;
c. sistem jaringan telekomunikasi;
d. sistem jaringan sumber daya air; dan
e. sistem jaringan prasarana lainnya.

Paragraf 1
Sistem Jaringan Transportasi
Pasal 11

Rencana pengembangan sistem jaringan transpotasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10


huruf a meliputi :
a. sistem jaringan transportasi darat;
b. sistem jaringan transportasi laut; dan
c. sistem jaringan transportasi udara.

Pasal 12

(1). Sistem jaringan transportasi darat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf a
terdiri atas :
a. sistem jaringan jalan;
b. sistem jaringan kereta api; dan
c. sistem jaringan sungai, danau, dan penyeberangan.
(2). Sistem jaringan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 Ayat (1) huruf a terdiri
atas:
a. jaringan jalan nasional yang ada dalam wilayah kabupaten;
b. jaringan jalan provinsi yang ada di wilayah kabupaten;
c. jaringan jalan Kabupaten yang menjadi kewenangan kabupaten;
d. jalan khusus;
e. terminal penumpang;
f. terminal barang;
g. jembatan timbang;
h. jembatan; dan
i. trayek angkutan.
(3). Sistem jaringan jalan nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 Ayat (2) huruf a
terdiri atas:
a. jalan arteri primer yang merupakan jalan nasional, meliputi:
1. Batulicin –Serongga (Batas Kabupaten Kotabaru;
2. Serongga (Batas Kabupaten Kotabaru) - Sungai Kupang;
3. Stagen – Sebelimbingan; dan
4. Sebelimbingan - Tanjung Serdang.
b. jalan bebas hambatan berupa rencana pengembangan jaringan jalan bebas
hambatan di provinsi Kalimantan Selatan, meliputi: ruas jalan Batulicin-Tanah
Grogot-Kuaro(III/6) melalui Batas Kabupaten Tanah Bumbu-Kecamatan
Kelumpang Hilir– Kecamatan Kelumpang Hulu-Kecamatan Kelumpang Barat-
Kecamatan Sungai Durian, Kecamatan Pamukan Barat-Batas Provinsi Kalimantan
Timur.
(4). Sistem jaringan jalan Provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 Ayat (2) huruf b
terdiri atas:
a. jalan kolektor primer dua (JKP-2) yang menghubungkan antaribukota provinsi
dan ibukota kabupaten/kota, meliputi:
1. ruas jalan Simpang Banian – Sungai Durian; dan
2. ruas jalan Manggalau – Sampanahan.
b. jalan strategis provinsi yang pembangunannya diprioritaskan untuk melayani
kepentingan provinsi, meliputi: ruas jalan Lontar – Tanjung Seloka – Berangas –
Kotabaru.
(5). Sistem jaringan jalan Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 Ayat (2) huruf
c terdiri atas:
1. Ruas Jalan Pangeran Kesuma Negara - Suryagandamana
2. Ruas Jalan Jenderal Soedirman
3. Ruas Jalan Hasanudin - Pangeran Kacil
4. Ruas Jalan Pangeran Kacil
5. Ruas Jalan H. Agus Salim
6. Ruas Jalan Sukmaraga
7. Ruas Jalan Patmaraga
8. Ruas Jalan Singabana
9. Ruas Jalan Pattimura
10. Ruas Jalan Sisingamangaraja
11. Ruas Jalan Pangeran Kacil - Batuah
12. Ruas Jalan Taman Kota
13. Ruas Jalan Pasar Kemakmuran
14. Ruas Jalan Dalam Mesjid Raya
15. Ruas Jalan Blok Pasar Kemakmuran
16. Ruas Jalan Simpang Tiga Higa Gunung - Suryagandamana
17. Ruas Jalan Higa Gunung - Surya Gandamana
18. Ruas Jalan Langgar Al-Mustaqim
19. Ruas Jalan Higa Gunung - Pasar Kemakmuran
20. Ruas Jalan Kantor Desa Kotabaru Hulu
21. Ruas Jalan Suryawangsa
22. Ruas Jalan Puteri Zaleha - Jalan Demang Leman
23. Ruas Jalan Bima
24. Ruas Jalan Biduri - Jalan Kenanga
25. Ruas Jalan Puteri Zaleha - SMP N 5 Kotabaru
26. Ruas Jalan Zamrud
27. Ruas Jalan Yakut
28. Ruas Jalan Marjan - Jalan Mega Indah
29. Ruas Jalan Nilam
30. Ruas Jalan Nilam II
31. Ruas Jalan Mega Indah - Karya Utama
32. Ruas Jalan Perikanan - Jalan Surya Gandamana
33. Ruas Jalan IPA PDAM Gunung Relay - TVRI
34. Ruas Jalan SUPM
35. Ruas Jalan SIT Al-Izzah - Selokayang
36. Ruas Jalan Hilir Muara - Sigam
37. Ruas Jalan Batu Selira - SMKN 1 Kotabaru
38. Ruas Jalan Kantor Desa Hilir Muara
39. Ruas Jalan Batu Selira
40. Ruas Jalan H. Karmin
41. Ruas Jalan Purwosari
42. Ruas Jalan Tambak II
43. Ruas Jalan Tambak II Blok A
44. Ruas Jalan Tambak II Blok B
45. Ruas Jalan Tambak II Blok C
46. Ruas Jalan Tambak II Blok D
47. Ruas Jalan Tambak II Blok E
48. Ruas Jalan Tambak II Blok F
49. Ruas Jalan Flamboyan - Jalan Nusa Indah
50. Ruas Jalan Nusa Indah
51. Ruas Jalan Semayap Dalam
52. Ruas Jalan Nusa Indah Blok A
53. Ruas Jalan Nusa Indah Blok B
54. Ruas Jalan Nusa Indah Blok C
55. Ruas Jalan Flamboyan
56. Ruas Jalan Meranti I
57. Ruas Jalan Meranti II
58. Ruas Jalan Taman Melati
59. Ruas Jalan Anggrek - Jalan Taman Melati
60. Ruas Jalan Perumnas Semayap Blok A
61. Ruas Jalan Perumnas Semayap Blok B
62. Ruas Jalan Perumnas Semayap Blok C
63. Ruas Jalan Perumnas Semayap Blok D
64. Ruas Jalan Perumnas Semayap Blok E
65. Ruas Jalan Perumnas Semayap Blok F
66. Ruas Jalan Perumnas Semayap Blok G
67. Ruas Jalan Perumnas Semayap Blok H
68. Ruas Jalan Perumnas Semayap Blok I
69. Ruas Jalan Hidayah
70. Ruas Jalan Hidayah II
71. Ruas Jalan Hidayah Blok A
72. Ruas Jalan Hidayah Blok B
73. Ruas Jalan Hidayah Blok C
74. Ruas Jalan Karya Utama
75. Ruas Jalan Teluk Gadang - Selokayang
76. Ruas Jalan Selamat Riyadi
77. Ruas Jalan Kaca Piring
78. Ruas Jalan Rahayu
79. Ruas Jalan Madrasah
80. Ruas Jalan Silver
81. Ruas Jalan Mandin - Teluk Gadang
82. Ruas Jalan Pertamina Blok A
83. Ruas Jalan Pertamina Blok B
84. Ruas Jalan Pertamina Blok C
85. Ruas JalanTirawan - Sigam
86. Ruas Jalan Belingkar - Sigam
87. Ruas Jalan SMPN 4 Kotabaru - Teluk Kemuning
88. Ruas Jalan Sigam - Campa Jawa
89. Ruas Jalan Sarang Tiung - Campa Jawa
90. Ruas Jalan Mandin - Gunung Ulin
91. Ruas Jalan Sungai Salak - Mandin
92. Ruas Mandin - Sungai Besar
93. Ruas Jalan SMA Plus Al - Basyariah - Mandin
94. Ruas Jalan Gunung Ulin - Gunung Sari
95. Ruas Jalan Indramayu
96. Ruas Jalan Idaman
97. Ruas Jalan Stagen - PPI Kotabaru
98. Ruas Stagen - Pelabuhan Ferry Stagen
99. Ruas Jalan Poltek Kotabaru - Gunung Sari
100. Ruas Jalan Simpang Poltek Kotabaru - Simpang Gunung Sari
101. Ruas Jalan Simpang Tiga Poltek Kotabaru - Gunung Sari
102. Ruas Jalan Stagen - Jalan Gunung Ulin
103. Ruas Jalan Simpang Tiga Sebelimbingan - Tumpang Dua
104. Ruas Jalan Poltek - Gunung Ulin (via Waduk Gunung Ulin)
105. Ruas Jalan Sebelimbingan - Megasari
106. Ruas Jalan Objek Wisata Tumpang Dua
107. Ruas Jalan Gunung Sari - Megasari
108. Ruas Jalan Perkantoran - Sebelimbingan
109. Ruas Jalan Simpang Tiga Perkantoran - Megasari
110. Ruas Jalan Perumahan PNS
111. Ruas Jalan Megasari
112. Ruas Jalan Berangas - Langkang Baru
113. Ruas Jalan Bekambit - Bekambit Asri
114. Ruas Jalan Batu Tunau - Rampa Kapis
115. Ruas Jalan Mekarpura - Bekambit
116. Ruas Jalan Sungai Pinang - Pasar Sungai Pinang
117. Ruas Jalan Pantai Baru (TMMD 2017)
118. Ruas Jalan Polsek Pulau Laut Tengah
119. Ruas Jalan SMA 1 Pulau Laut Tengah
120. Ruas Jalan Tanjung Serdang - Lontar
121. Ruas Jalan Sungai Pasir
122. Ruas Jalan Desa Ujung - Sekapung
123. Ruas Jalan Simpang Tiga Sungai Bali - Pelabuhan Nusantara
124. Ruas Jalan Simpang 3 Desa Ujung - Pelabuhan Nusantara
125. Ruas Jalan Simpang Tiga Sungai Bali - Sumuran
126. Ruas Jalan Sungai Bali
127. Ruas Jalan Sungai Bali - Tanjung Tabira
128. Ruas Jalan Lontar - Tanjung Seloka
129. Ruas Jalan Mekar Putih - Teluk Jagung
130. Ruas Jalan Lontar - Bangun Rejo
131. Ruas Jalan Simpang Tiga Tanjung Lalak - Tanjung Lalak Utara
132. Ruas Jalan Simpang Tiga Tanjung Lalak Utara - Teluk Aru
133. Ruas Jalan Tanjung Lalak 1
134. Ruas Jalan Tanjung Lalak 2
135. Ruas Jalan Tanjung Lalak 3
136. Ruas Jalan Tanjung Lalak 4
137. Ruas Jalan Tanjung Lalak 5
138. Ruas Jalan Simpang Tiga Tanjung Lalak - Teluk Aru
139. Ruas Jalan Persemaian - Sungai Bulan
140. Ruas Jalan Alle-Alle - Teluk Sirih
141. Ruas Jalan Paralitan - Kampung Baru
142. Ruas Jalan Tanjung Seloka - Kampung Baru
143. Ruas Jalan Tanjung Seloka - Berangas - Kotabaru
144. Ruas Jalan Terusan - Tanjung Serudung
145. Ruas Jalan Simpang Alle-alle - Tanjung Seloka
146. Ruas Jalan Tarjun - Serongga
147. Ruas Jalan Tarjun - Langadai
148. Ruas Jalan Simpang Langadai
149. Ruas Jalan Simpang Tarjun - Desa Tarjun
150. Ruas Jalan Ratu Intan
151. Ruas Jalan Simpang Tiga Tarjun - Mandala
152. Ruas Jalan Simpang Empat Mandala
153. Ruas Jalan Tegal Rejo - Simpang Tiga Tarjun
154. Ruas Jalan Sahapi - Swarga
155. Ruas Jalan Kantor Kec. Kelumpang Hilir
156. Ruas Jalan Telaga Sari
157. Ruas Jalan Simpang Tiga Telaga Sari
158. Ruas Jalan Pelajau Baru - Pantai
159. Ruas Jalan Simpang Tiga Pelajau Baru - Pulau Panci
160. Ruas Jalan Sidomulyo
161. Ruas Jalan Sungai Kupang - Sungai Kupang Jaya
162. Ruas Jalan Sungai Kupang - Mangkirana
163. Ruas Jalan Sungai Kupang (AMD)
164. Ruas Jalan Sungai Kupang - Karang Payau
165. Ruas Jalan Karang Payau - Simpang Tiga PKS Sungai Kupang
166. Ruas Jalan Sungai Kupang - Banua Lawas
167. Ruas Jalan Makam Guru Cantung
168. Ruas Jalan Sungai Kupang - Malangkayan
169. Ruas Jalan Laburan
170. Ruas Jalan Laburan - Salat
171. Ruas Jalan Bangkalaan Dayak - Simpang Tiga Muara Urie
172. Ruas Jalan Bangkalaan Melayu
173. Ruas Jalan Sungai Nipah - Pembelacanan
174. Ruas Jalan Simpang Tiga Pembelacanan - Tanjung Pangga
175. Ruas Jalan Malangkayan - Gadang - Cantung Kiri
176. Ruas Jalan Malangkayan - Cantung Kiri
177. Ruas Jalan Malangkayan - Muara Urie
178. Ruas Jalan Gadang - Limbur
179. Ruas Jalan Pramasan 2x9 - Gadang
180. Ruas Jalan Tembus Kecamatan Hampang
181. Ruas Jalan Cantung Kiri - Mangkirana
182. Ruas Jalan Lalapin
183. Ruas Jalan Siayuh - Sampanahan
184. Ruas Jalan Magalau - Sampanahan
185. Ruas Jalan Magalau - Lipon
186. Ruas Jalan Batang Kulur
187. Ruas Jalan Tanjung Batu - Sangsang
188. Ruas Jalan Tanjung Batu - Sulangkit
189. Ruas Jalan Senakin - Tanah Rata
190. Ruas Jalan Senakin Seberang - Sebuli
191. Ruas Jalan Simpang Tiga Pudi - Manggis
192. Ruas Jalan Sebau - Mangga
193. Ruas Jalan Mangga - Wilas
194. Ruas Jalan Simpang Tiga Wilas - Sulangkit
195. Ruas Jalan Sulangkit - Tanjung Samalantakan
196. Ruas Jalan Sampanahan Hilir - Sampanahan Hulu
197. Ruas Jalan Sepapah - Banjarsari
198. Ruas Jalan Sepapah - Sakalimau
199. Ruas Jalan Sengayam - Rurai
200. Ruas Jalan Sengayam - Mayangsari
201. Ruas Jalan Mayangsari
202. Ruas Jalan Margajaya - Sengayam
203. Ruas Jalan Batuah - Sengayam
204. Ruas Jalan Mangka
205. Ruas Jalan Simpang Banian - Sungai Durian
206. Ruas Jalan Sungai Durian - Pasar
207. Ruas Jalan Sungai Durian - SMKN Sungai Durian
208. Ruas Jalan Sungai Durian - Terombong Sari
209. Ruas Jalan Sungai Durian - Rantau Jaya
210. Ruas Jalan Bakau - Sekayu Baru
211. Ruas Jalan Bakau - Kalian
212. Ruas Jalan Binturung - Lintang Jaya
213. Ruas Jalan Lintang Jaya - Mulyoharjo
214. Ruas Jalan Pondok Labu
215. Ruas Jalan Gunung Calang - Sukadana
216. Ruas Jalan Sesulung
217. Ruas Jalan Rampa Cengal
218. Ruas Jalan Sakadoyan
219. Ruas Jalan Simpang Tiga Tata Mekar - Tanjung Ujung
220. Ruas Jalan Tanjung Tengah - Lembah Raya
221. Ruas Jalan Simpang Tiga Mekar Putih - Teluk Tamiang
222. Ruas Jalan Bandar Raya - SP 1
223. Ruas Jalan Objek Wisata Nusa II
(6). Sistem jaringan jalan khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 Ayat (2) huruf d
terdiri atas:
a. Jalan khusus perkebunan; dan
b. jalan khusus pertambangan.
(7). Terminal penumpang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 Ayat (2) huruf e terdiri
atas:
a. terminal penumpang tipe B yang merupakan kewenangan pemerintah provinsi,
meliputi: terminal Stagen di Kecamatan Pulau Laut Utara.
b. terminal penumpang tipe C yang merupakan kewenangan pemerintah kabupaten,
meliputi:
1. Terminal Serongga di Kecamatan Kelumpang Hilir;
2. Terminal Sengayam di Kecamatan Pamukan Barat;
3. Terminal Cantung di Kecamatan Kelumpang Hulu;
4. Terminal Banian di Kecamatan Sungai Durian;
5. Terminal Lontar di Kecamatan Pulau Laut Barat; dan
6. Terminal Kota di Kecamatan Pulau Laut Utara.
(8). Terminal barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 Ayat (2) huruf f terdapat di:
a. Terminal barang Lontar di Kecamatan Pulau Laut Barat;
b. Terminal khusus sawit Tarjun di Kecamatan Sungai Durian; dan
c. Terminal khusus sawit Sungai Taib di Kecamatan Pulau Laut Utara.
(9). Jembatan timbang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 Ayat (2) huruf g terdapat
di:
a. Jembatan Timbang Salino di Kecamatan Pulau Laut Tengah; dan
b. Jembatan Timbang Cantung di Kecamatan Kelumpang Selatan.
(10). Jembatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 Ayat (2) huruf h berupa jembatan
penghubung daratan Pulau Kalimantan yang menghubungkan antara Batulicin
Kabupaten Tanah Bumbu dan Daratan Pulau Laut di Tanjung Serdang Kabupaten
Kotabaru.
(11). Trayek Angkutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 Ayat (2) huruf i meliputi:
a. Kotabaru – Stagen;
b. Kotabaru – Gunung Ulin;
c. Kotabaru – Megasari;
d. Kotabaru – Pantai Baru;
e. Kotabaru – Sungai Pinang;
f. Kotabaru – Tanjung Serdang;
g. Kotabaru – Lontar;
h. Kotabaru – Tanjung Pelayar;
i. Kotabaru – Tanjung Seloka;
j. Kotabaru – Tanjung Lalak;
k. Kotabaru – Berangas;
l. Kotabaru – Langkang;
m. Kotabaru – Bekambit;
n. Kotabaru – Sungai Buah;
o. Kotabaru – Labuan Mas;
p. Bandara Stagen;
q. Cantung – Batulicin;
r. Hampang – Batulicin;
s. Sungai Durian – Batulicin;
t. Pantai – Batulicin; dan
u. Kotabaru – Sembuluan.
(12). Sistem jaringan kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf Ayat (1) huruf
b terdiri atas:
a. jaringan jalur kereta api (KA); dan
b. stasiun KA
(13). Sistem jaringan jalur kereta api (KA) sebagaimana dimaksud pada Ayat (12) huruf a
terdiri atas:
a. jaringan jalur KA umum; dan
b. jaringan jalur KA yang digunakan secara khusus
(14). Sistem jaringan jalur kereta api (KA) umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
Ayat (13) huruf a berupa jaringan jalur kereta api antarkota yang melintasi wilayah
kabupaten untuk melayani perpindahan orang dan/atau barang meliputi: ruas Batas
Kalimantan Tengah - Banjarmasin – Pelaihari – Asam-Asam – Satui – Pagatan –
Batulicin – Serongga – Sei Kupang –Bungkukan - Magalau - Sengayam – Batas
Kalimantan Timur.
(15). Sistem jaringan jalur kereta api yang digunakan secara khusus untuk angkutan barang
sebagaimana dimaksud pada Ayat (13) huruf b meliputi Batas Kalimantan Timur pada
Kabupaten Paser – Kabupaten Kotabaru – Kabupaten Tanah Bumbu.
(16). Stasiun kereta api (KA) sebagaimana dimaksud pada Ayat (12) huruf b berupa stasiun
penumpang meliputi:
a. Stasiun Serongga di Kecamatan Kelumpang Hilir; dan
b. Stasiun Sengayam di Kecamata Pamukan Barat.
(17). Sistem jaringan sungai, danau, dan penyebrangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
12 Ayat (1) huruf c terdiri atas: pelabuhan penyeberangan.
(18). Pelabuhan penyeberangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 Ayat (17) huruf i
terdiri atas:
a. Pelabuhan Berangas di Kecamatan Pulau Laut Timur;
b. Pelabuhan Sebuku di Kecamatan Pulau Sebuku;
c. Pelabuhan Pandalaman;
d. Pelabuhan Sigam di Kecamatan Pulau Laut Utara; dan
e. Pelabuhan Tanjung Serdang di Kecamatan Pulau Laut Tengah.
Pasal 13

(1). Sistem jaringan transportasi Laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf b terdiri
atas :
a. pelabuhan laut; dan
b. alur pelayaran.
(2). Pelabuhan laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 Ayat (1) huruf a terdiri atas :
a. pelabuhan pengumpul;
b. pelabuhan pengumpan regional;
c. pelabuhan pengumpan lokal; dan
d. terminal khusus.
(3). Pelabuhan pengumpul sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) huruf a terdiri atas :
a. Pelabuhan Kotabaru di Kecamatan Pulau Laut Utara;
b. Pelabuhan Mekar Putih di Kecamatan Pulau Tanjung Selayar; dan
c. Pelabuhan Stagen di Kecamatan Pulau Laut Utara.
(4). Pelabuhan pengumpan regional sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) huruf a terdiri
atas :
a. Pelabuhan Tanjung Batu di Kecamatan Kelumpang Tengah; dan
b. Pelabuhan Serongga di Kecamatan Kelumpang Hilir.
(5). Pelabuhan pengumpan lokal sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) huruf a terdiri atas :
a. Pelabuhan Gunung Batu Besar d Kecamatan Sampanahan;
b. Pelabuhan Marabatuan di Kecamatan Pulau Sembilan;
c. Pelabuhan Matasiri di Kecamatan Pulau Sembilan; dan
d. Pelabuhan Maradapan di Kecamatan Pulau Sembilan.
(6). Alur pelayaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 Ayat (1) huruf b terdiri atas :
a. Kotabaru – Batulicin PP;
b. Kotabaru – Tarjun PP;
c. Kotabaru – Pantai PP;
d. Kotabaru – S. Bali PP;
e. Kotabaru – Senakin PP;
f. Kotabaru – Pudi PP;
g. KTB – Geronggang PP;
h. KTB – TG. Samalantakan – Bakau PP;
i. Kotabaru – GN. Batu Besar PP;
j. Kotabaru – TG. Batu PP;
k. Kotabaru – Pembalacanan PP;
l. Kotabaru – Sekapung PP;
m. Kotabaru – Sarakamam PP;
n. Kotabaru – Langadai PP; dan
o. Kotabaru – Sekandis PP.
Pasal 14

(1). Sistem jaringan transportasi udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf c
terdiri atas :
a. bandar udara pengumpul skala pelayanan tersier;
b. bandar udara khusus; dan
c. kawasan keamanan operasional penerbangan (KKOP).
(2). Bandar udara pengumpul skala pelayanan tersier sebagaimana dimaksud dalam Pasal
14 huruf c terdapat di Bandar Udara GT. Sjamsir Alam di Stagen Kecamatan Pulau Laut
Utara.
(3). Bandar udara khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf e terdapat di:
a. Bandar udara Mekar Putih di Kecamatan Pulau Laut Tanjung Selayar;
b. Air Strip Pulau Sebuku di Kecamatan Pulau Sebuku;
c. Air Strip Cantung di Kecamatan Kelumpang Hulu; dan
d. Air Strip PT. SKPE di Desa Sukamaju Kecamatan Kelumpang Selatan.
(4). kawasan keamanan operasional penerbangan (KKOP sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14 huruf a terdapat di Kecamatan Pulau Laut Barat, Kecamatan Pulau Sebuku,
dan Kecamatan Pulau Laut Utara.

Paragraf 2
Sistem Jaringan Energi

Pasal 15

Rencana pengembangan sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10


huruf b meliputi :
a. jaringan infrastruktur minyak dan gas bumi; dan
b. jaringan infrastruktur ketenagalistrikan.

Pasal 16

Jaringan infrastruktur minyak dan gas bumi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf a
terdiri atas berupa jaringan yang menyalurkan minyak dan gas bumi dari fasilitas produksi ke
kilang pengolahan dan/atau tempat penyimpanan, meliputi:
a. jaringan pipa transmisi minyak dan gas bumi : Kutai – Penajam Paser Utara – Paser –
Kotabaru – Tanah Bumbu – Tanah Laut.
b. Kilang minyak dan gas bumi terdiri atas: Blok Sebuku, Blok Sadang dan Blok West
Sageri meliputi:
1. Kecamatan Sungai Durian;
2. Kecamatan Pamukan Barat;
3. Kecamatan Pamukan Selatan; dan
4. Kecamatan Kelumpang Utara.
c. Fasilitas penyimpanan minyak dan gas bumi, meliputi:
1. Desa Semayap di Kecamatan Pulau Laut Utara;
2. Desa Stagen di Kecamatan Pulau Laut Utara;
3. Desa Tarjun di Kecamatan Kelumpang Hilir; dan
4. Desa Mekar Putih di Kecamatan Pulau Tanjung Selayar; dan
5. Desa Hilir Muara di Kecamatan Pulau Laut Utara.

Pasal 17

(1). Jaringan infrastruktur ketenagalistrikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf b


terdiri atas :
a. infrastruktur pembangkitan tenaga listrik dan sarana pendukungnya
b. infrastruktur penyaluran tenaga listrik dan sarana pendukungnya
(2). Jaringan infrastruktur pembangkitan tenaga listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal
17 Ayat (1) huruf a terdiri atas :
a. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) terdapat di:
1. PLTA Sampanahan Kecamatan Sampanahan; dan
2. PLTA Muara Orie d Kecamatan Hampang.
d. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) terdapat di:
1. PLTU Sigam di Kecamatan Pulau Laut Utara; dan
2. PLTU Tarjun d Kecamatan Kelumpang Hilir.
e. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terdapat di:
1. PLTS Pondok Labu di Kecamatan Pamukan Selatan;
2. PLTS Sejakah di Kecamatan Pulau Laut Timur; dan
3. PLTS Komunal di Kecamatan Pulau Sembilan.
f. Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) terdapat di Kecamatan
Hampang.
g. pembangkit listrik lainnya berupa pembangkit listrik pada mulut tambang
kawasan pertambangan batubara yang terdapat di:
1. Kecamatan Pulau Laut Timur;
2. Kecamatan Pulau Sebuku;
3. Kecamatan Pulau Laut Utara;
4. Kecamatan Pulau Laut Tengah;
5. Kecamatan Kelumpang Selatan;
6. Kecamatan Kelumpang Hilir;
7. Kecamatan Kelumpang Hulu;
8. Kecamatan Hampang;
9. Kecamatan Sungai Durian;
10. Kecamatan Kelumpang Tengah;
11. Kecamatan Kelumpang Barat;
12. Kecamata Kelumpang Utara;
13. Kecamatan Sampanahan; dan
14. Kecamatan Pamukan Barat.
(3). jaringan infrastruktur penyaluran tenaga listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
Ayat (1) huruf b terdiri atas :
a. jaringan transmisi tenaga listrik untuk menyalurkan tenaga listrik antarsistem;
b. jaringan distribusi tenaga listrik; dan
c. gardu induk yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari transmisi tenaga
listrik.
(4). Jaringan transmisi tenaga listrik untuk menyalurkan tenaga listrik antarsistem
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 Ayat (3) huruf a terdiri atas :
a. Kabel laut, meliputi: Pulau Kalimantan (Batulicin-Serongga-Tarjun) – Pulau Laut
(Tanjung Ayun, Salino dan Semisir); dan
b. saluran transmisi lainnya di Kecamatan Pulau Sembilan.
(5). Jaringan distribusi tenaga listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 Ayat (3) huruf
b terdiri atas :
a. saluran udara tegangan menengah (SUTM) tersebar di seluruh kecamatan
Kabupaten Kotabaru;
b. saluran udara tegangan rendah (SUTR) tersebar di seluruh kecamatan
Kabupaten Kotabaru; dan
(6). Gardu induk yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari transmisi tenaga listrik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 Ayat (3) huruf c berupa gardu induk di Desa
Stagen Kecamatan Pulau Laut Utara.

Paragraf 3
Sistem Jaringan Telekomunikasi

Pasal 18

(1). Rencana pengembangan sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 10 huruf c meliputi :
a. jaringan tetap dan
b. jaringan bergerak.
(2). Jaringan tetap sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) huruf a berupa STO Serongga di
Kecamatan Kelumpang Hilir.
(3). Jaringan bergerak sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) huruf b meliputi :
a. jaringan bergerak terestrial;
b. jaringan bergerak seluler; dan/atau
c. jaringan bergerak satelit.
(4). Jaringan bergerak terestrial sebagaimana dimaksud pada Ayat (3) huruf a meliputi
fiber optik, yang terdapat di:
a. Kecamatan Kelumpang Hilir;
b. Kecamatan Kelumpang Hulu;
c. Kecamatan Sungai Durian;
d. Kecamatan Pamukan Barat; dan
e. Kecamatan Kelumpang Barat.
(5). Jaringan bergerak seluler sebagaimana dimaksud pada Ayat (3) huruf b tersebar di
seluruh kecamatan yang terdapat di Kabupaten Kotabaru.
(6). Jaringan bergerak satelit sebagaimana dimaksud pada Ayat (3) huruf c tersebar di
seluruh wilayah tertinggal dan terisolasi termasuk pulau-pulau kecil di Kecamatan
Pulau Sembilan.

Paragraf 4
Sistem Jaringan Sumber Daya Air

Pasal 19

(1). Rencana pengembangan sistem jaringan sumber daya air sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 huruf d meliputi :
a. sistem jaringan sumber daya air lintas negara dan lintas provinsi yang berada di
wilayah kabupaten;
b. sistem jaringan sumber daya air kabupaten.
(2). Sistem jaringan sumber daya air lintas negara dan lintas provinsi yang berada di
wilayah kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 Ayat (1) huruf a meliputi :
sumber air berupa WS Cengal – WS Batulicin dan WS Pulau Laut.
(3). Sistem jaringan sumber daya air kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
Ayat (1) huruf c meliputi :
a. sumber air, yang dapat meliputi:
1. Waduk Gunung Ulin di Kecamatan Pulau Laut Utara;
2. Waduk Tirawan di Kecamatan Pulau Laut Utara;
3. Waduk Gunung Bahalang di Kecamatan Pulau Laut Utara;
4. DAM Tirawan 1 dan 2;
5. DAM Sungai Gunung Perak;
6. DAM Gunung Mandin;
7. DAM Sungai Gunung Sari;
8. CAT Pagatan;
9. Embung Seratak di Kecamatan Pulau Laut Timur;
10. Embung Gunung Perak di Kecamatan Pulau Laut Utara;
11. Embung Mandin di Desa Semayap Kecamatan Pulau Laut Utara;
12. Embung Gunung Ulin II di Sebelimbingan Kecamatan Pulau Laut Utara;
13. Sungai Cengal;
14. Sungai Cantung;
15. Sungai Manunggul; dan
16. Sungai Sengayam.
b. prasarana sumber daya air, yang dapat meliputi;
1. Sistem jaringan irigasi, meliputi:
a) jaringan irigasi primer meliputi DI Sungai Bungur (kewenangan nasional)
dan DI Bekambit (kewenangan provinsi); dan/atau
b) jaringan irigasi sekunder meliputi: DI Berangas, DI Dir Sei. Limau, DI
Dit.Sebanti, DI Dit. Sei Limau, DI Kulipak, DI Langkang, DI
Langkang Baru, DI Maniang, DI Megasari, DI Pantai Baru, DI
Selaru, DI Sembuluan, DI Senyiur, DI Sepagar, DI Sungai Paring, DI
Teluk Mesjid, DI Gunung Sari, DI Mekar Pura dan DI Sebanti, DI
Limbungan, DI Pudi Kecamatan Kelumpang Utara dan sekitarnya
dan DI Pulau Sebuku Kecamatan Pulau Sebuku.
c) Jika diperlukan dapat dimuat jaringan irigasi tersier, jaringan irigasi desa
dan jaringan irigasi air tanah.
2. Sistem pengendalian banjir.
3. Jaringan air baku untuk air bersih, meliputi:
a) SAB PDAM Kotabaru di Kecamatan Pulau Laut Utara;
b) Cantung di Kecamatan Kelumpang Hulu;
c) Serongga di Kecamatan Kelumpang Hilir;
d) Sengayam di Kecamatan Pamukan Barat;
e) Bungkukan di Kecamatan Kelumpang Barat;
f) Bakau di Kecamatan Pamukan Utara;
g) Lontar di Kecamatan Pulau Laut Barat;
h) Pudi di Kecamatan Kelumpang Utara;
i) Hampang di Kecamatan Hampang; dan
j) Sebelimbingan di Kecamatan Pulau Laut Utara.
4. Jaringan air bersih ke kelompok pengguna, meliputi: pansimas Pulau
Matasirih di Kecamatan Pulau Sembilan.

Paragraf 4
Sistem Jaringan Prasarana Lainnya

Pasal 20

(1). Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana lainnya sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 10 huruf e meliputi :
a. sistem penyediaan air minum (SPAM);
b. sistem pengelolaan air limbah (SPAL);
c. sistem pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3);
d. sistem jaringan persampahan wilayah; dan
e. sistem jaringan evakuasi bencana, terdiri atas jalur evakuasi bencana dan ruang
evakuasi bencana
(2). Sistem penyediaan air minum (SPAM) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 Ayat (1)
huruf a berupa jaringan perpipaan meliputi:
a. unit air baku, meliputi:
1. SAB Kotabaru di Kecamatan Pulau Laut Utara;
2. SAB Cantung di Kecamatan Kelumpang Hulu;
3. SAB Serongga di Kecamatan Kelumpang Hilir;
4. SAB Sengayam di Kecamatan Pamukan Barat;
5. SAB Bungkukan di Kecamatan Kelumpang Barat;
6. SAB Bakau di Kecamatan Pamukan Utara;
7. SAB Lontar di Kecamatan Pulau Laut Barat;
8. SAB Pudi di Kecamatan Kelumpang Utara;
9. SAB Hampang di Kecamatan Hampang;
10. SAB Sebelimbingan di Kecamatan Pulau Laut Utara.
b. unit produksi, meliputi:
1. IPA Gunung Relly di Kecamatan Pulau Laut Utara;
2. IPA Gunung Pemandangan di Kecamatan Pulau Laut Utara;
3. IPA Gunung Ulin di Kecamatan Pulau Laut Utara;
4. IPA Gunung Perak di Kecamatan Pulau Laut Utara;
5. IPA Gunung Tirawan di Kecamatan Pulau Laut Utara;
6. IPA Gunung Sari di Kecamatan Pulau Laut Utara;
7. IKK Sungai Kupang di Kecamatan Kelumpang Hulu;
8. IKK Serongga di Kecamatan Kelumpang Hilir;
9. IKK Sengayam di Desa Sengayam;
10. IKK Bakau di Kecamatan Pamukan Utara;
11. IKK Sungai Durian di Kecamatan Sungai Durian;
12. IKK Pudi di Kecamatan Kelumpang Utara;
13. IKK Lontar di Kecamatan Pulau Laut Barat;
14. IKK Hampang di Kecamatan Hampang;
15. IPA di Kecamatan Pulau Laut Tengah; dan
16. IPA Seratak di Kecamatan Pulau Laut Timur.
c. unit distribusi meliputi:
1. IPA Gunung Relly meliputi: Kelurahan Kotabaru Hulu, Kelurahan Kotabaru
Tengah, Desa Baharu Selatan, Desa Baharu Utara, Desa Sebatung, Desa
Dirgahayu, Desa Rampa dan Desa Semayap;
2. IPA Gunung Pemandangan meliputi: Kelurahan Kotabaru Hilir, Kelurahan
Kotabaru Tengah
3. IPA Gunung Ulin meliputi: Desa Semayap, Desa Sungai Taib;
4. IPA Gunung Perak meliputi: Desa Baharu Utara, Desa Dirgahayu, dan
Kelurahan Baharu Selatan;
5. IPA Gunung Tirawan meliputi: Desa Batuah, Desa Sigam, Desa Baharu Utara,
Desa Tirawan dan Desa Hilir Muara.
6. IPA Gunung Sari meliputi: Desa Stagen dan Desa Sungai Taib.
d. unit pelayanan meliputi: 165 PPOB tersebar di Kecamatan Pulau Utara,
Kecamatan Kelumpang Hulu, Kecamatan Kelumpang Hilir, Kecamatan Sungai
Durian, Kecamatan Pamukan Utara dan Kecamatan Pamukan Barat.
(3). Sistem pengelolaan air limbah (SPAL) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 Ayat (1)
huruf b meliputi:
a. sistem pembuangan air limbah (sewage) termasuk sistem pengolahan berupa
instalasi pengolahan air limbah (IPAL) meliputi IPAL komunal di kawasan
perkotaan di PKW dan PKL; dan
b. sistem pembuangan air limbah rumah tangga (sewerage) baik indiviual maupun
komunal di seluruh kawasan permukiman perkotaan di Kabupaten Kotabaru.
(4). Sistem pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 20 Ayat (1) huruf c terdapat di kawasan rumah sakit dan kawasan
industri.
(5). Sistem jaringan persampahan wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 Ayat (1)
huruf d meliputi :
a. tempat penampungan sampah sementara (TPS) berupa TPST3R yang tersebar di
seluruh kecamatan Kabupaten Kotabaru; dan
b. tempat pemroresan akhir sampah (TPA) terdapat di TPA Sungup di Kecamatan
Pulau Laut Tengah dan TPA Serongga di Kecamatan Kelumpang Hilir.
(6). Sistem jaringan evakuasi bencana, terdiri atas jalur evakuasi bencana dan ruang
evakuasi bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 Ayat (1) huruf e meliputi:
a. Jalur evakuasi bencana meliputi: ruas jalan utama Pulau Laut dan ruas jalan
utama ibukota kecamatan di Kabupaten Kotabaru.
b. Ruang evakuasi bencana terdapat di:
1. Bandar Udara GT. Sjamsir Alam di Kecamatan Pulau Laut Utara;
2. Stadion Bamega di Kecamatan Pulau Laut Utara;
3. Stadion Gelora Sukamaju Putra di Kecamatan Sampanahan; dan
4. Lapangan olahraga/ruang terbuka, kantor kecamatan, fasilitas pendidikan di
setiap ibukota kecamatan di Kabupaten Kotabaru.

BAB IV
RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 21

(1). Rencana pola ruang wilayah kabupaten meliputi :


a. Kawasan peruntukan lindung; dan
b. Kawasan peruntukan budidaya;
(2). Rencana pola ruang wilayah kabupaten digambarkan dalam peta dengan tingkat
ketelitian 1 : 50.000 yang tersusun secara beraturan mengikuti indeks peta rupa bumi
Indonesia (RBI) atau mengikuti ketentuan instansi yang berwenang di bidang
pemetaan dan data geospasial sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua
Kawasan Peruntukan Lindung
Pasal 22

(1). Rencana pengelolaan kawasan peruntukan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal
21 Ayat (1) huruf a meliputi semua upaya perlindungan, konservasi, dan pelestarian
fungsi sumber daya alam dan lingkungannya guna mendukung kehidupan secara
serasi yang berkelanjutan dan tidak dapat dialihfungsikan menjadi kawasan budidaya.
(2). Kawasan peruntukan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Ayat (1) huruf a
meliputi :
a. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya;
b. kawasan perlindungan setempat;
c. kawasan konservasi;
d. kawasan lindung geologi;
e. kawasan rawan bencana yang tingkat kerawanan dan probabilitas ancaman atau
dampak paling tinggi; dan
f. kawasan ekosistem mangrove.
(3). Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 22 Ayat (2) huruf a berupa kawasan hutan lindung dengan luas
157.104,68 Ha tersebar di:
a. Kecamatan Hampang;
b. Kecamatan Kelumpang Hulu;
c. Kecamatan Pamukan Barat;
d. Kecamatan Pulau Laut Kepulauan;
e. Kecamatan Pulau Laut Tengah;
f. Kecamatan Pulau Laut Timur;
g. Kecamatan Pulau Laut Utara;
h. Kecamatan pulau Sebuku; dan
i. Kecamatan Sungai Durian.
(4). Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 Ayat (2) huruf
b meliputi:
a. sempadan pantai dengan sempadan 50 meter seluas 2017,65 Ha, tersebar di:
1. Kecamatan Kelumpang Barat;
2. Kecamatan Kelumpang Selatan;
3. Kecamatan Kelumpang Tengah;
4. Kecamatan Kelumpang Utara;
5. Kecamatan Pamukan Selatan;
6. Kecamatan Pulau Laut Barat;
7. Kecamatan Pulau Laut Kepulauan;
8. Kecamatan Pulau Laut Selatan;
9. Kecamatan Pulau Laut Tanjung Selayar;
10. Kecamatan Pulau Laut Tengah;
11. Kecamatan Pulau Laut Timur;
12. Kecamatan Pulau Laut Utara; dan
13. Kecamatan Pulau Sebuku.
b. sempadan sungai dengan sempadan 50 meter seluas 4.443,50 Ha, tersebar di:
1. Kecamatan Hampang;
2. Kecamatan Kelumpang Barat;
3. Kecamatan Kelumpang Hilir;
4. Kecamatan Kelumpang Hulu;
5. Kecamatan Kelumpang Selatan;
6. Kecamatan Kelumpang Tengah;
7. Kecamatan Pamukan Barat;
8. Kecamatan Pamukan Selatan;
9. Kecamatan Pamukan Utara;
10. Kecamatan Pulau Laut Barat;
11. Kecamatan Pulau Laut Kepulauan;
12. Kecamatan Pulau Laut Selatan;
13. Kecamatan Pulau Laut Tanjung Selayar;
14. Kecamatan Pulau Laut Tengah;
15. Kecamatan Pulau Laut Timur;
16. Kecamatan Pulau Laut Utara;
17. Kecamatan Pulau Sebuku;
18. Kecamatan Sampanahan; dan
19. Kecamatan Sungai Durian.
a. kawasan sekitar danau atau waduk seluas 25,52 Ha terdapat di Kecamatan Pulau
Laut Utara.
(5). Kawasan konservasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 Ayat (2) huruf c meliputi :
a. kawasan suaka alam (KSA) berupa cagar alam seluas 64.238,19 Ha meliputi:
1. Cagar Alam Teluk Kelumpang;
2. Cagar Alam Selat Laut dan Selat Sebuku;
3. Cagar Alam Teluk Pamukan; dan
4. Cagar Alam Sungai Lulan dan Sungai Bulan.
b. kawasan pelestarian alam (KPA), meliputi:
1. taman hutan raya dengan luas 6.934,55 Ha tersebar di Kecamatan Pulau
Laut Tengah, Kecamatan Pulau Laut Timur, dan kecamatan Pulau Laut
Utara; dan
2. taman wisata alam laut dengan luas 2.623,16 Ha yang tersebar di
Kecamatan Pulau Laut Barat, Kecamatan Pulau Laut Kepulauan, Kecamatan
Pulau Laut Selatan, Kecamatan Pulau Laut Tanjung Selayar dan Kecamatan
Pulau Sembilan.
3. kawasan konservasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil berupa suaka
pulau kecil seluas 1.005,29 Ha yang tersebar di: Kecamatan Pulau Laut
Kepulauan, Kecamatan Pulau Laut Selatan, Kecamatan Pulau Laut Tanjung
Selayar, Kecamatan Pulau Sebuku dan Kecamatan Pulau Sembilan.
(6). Kawasan lindung geologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 Ayat (2) huruf d
berupa kawasan cagar alam geologi.
(7). Kawasan cagar alam geologi berupa kawasan keunikan proses geologi sebagaiman
yang dimaksud pada ayat (6) seluas 6.874,57 Ha tersebar di:
a. Kecamatan Hampang;
b. Kecamatan Kelumpang Barat;
c. Kecamatan Kelumpang Hulu; dan
d. Kecamatan Sungai Durian.
(8). Kawasan rawan bencana yang tingkat kerawanan dan probabilitas ancaman atau
dampak paling tinggi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 Ayat (2) huruf e berupa
kawasan rawan bencana gerakan tanah di Kecamatan Pulau Sembilan seluas 149,51
Ha.
(9). Kawasan ekosistem mangrove sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 Ayat (2) huruf g
seluas 12.056,35 Ha tersebar di Kecamatan Kelumpang Hiir dan Kecamatan
Kelumpang Selatan.

Bagian Ketiga
Kawasan Peruntukan Budidaya
Pasal 23

(1). Kawasan peruntukan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Ayat (1) huruf b
meliputi :
a. Kawasan hutan produksi;
b. Kawasan pertanian;
c. Kawasan perikanan;
d. Kawasan pertambangan dan energi;
e. Kawasan peruntukan industri;
f. Kawasan pariwisata;
g. Kawasan permukiman; dan
h. Kawasan pertahanan dan keamanan;
(2). Kawasan hutan produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 Ayat (1) huruf a
meliputi :
a. kawasan hutan produksi terbatas seluas 776,85 Ha tersebar di Kecamatan
Kelumpang Hilir;
b. kawasan hutan produksi tetap seluas 287.634,84 Ha yang tersebar di:
1. Kecamatan Hampang;
2. Kecamatan Kelumpang Barat;
3. Kecamatan Kelumpang Hilir;
4. Kecamatan Kelumpang Hulu;
5. Kecamatan Kelumpang Tengah;
6. Kecamatan Kelumpang Utara;
7. Kecamatan Pamukan Barat;
8. Kecamatan Pamukan Selatan;
9. Kecamatan Pamukan Utara;
10. Kecamatan Pulau Laut Barat;
11. Kecamatan Pulau Laut Kepulauan;
12. Kecamatan Pulau Laut Selatan;
13. Kecamatan Pulau Laut Tengah;
14. Kecamatan Pulau Laut Timur;
15. Kecamatan Pulau Laut Utara;
16. Kecamatan Pulau Sebuku;
17. Kecamatan Pulau Sembilan;
18. Kecamatan Sampanahan; dan
19. Kecamatan Sungai Durian.
c. kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi dengan luas 22.225,57 Ha yang
tersebar di:
1. Kecamatan Kelumpang Barat;
2. Kecamatan Kelumpang Utara;
3. Kecamatan Pamukan Barat;
4. Kecamatan Pamukan Selatan;
5. Kecamatan Pamukan Utara;
6. Kecamatan Pulau Sebuku; dan
7. Kecamatan Sungai Durian.
(3). Kawasan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 Ayat (1) huruf b meliputi :
a. kawasan tanaman pangan seluas 8.135,54 Ha terdapat di Kecamatan Pulau Laut
Timur.
b. kawasan hortikultura seluas 2.454,72 Ha tersebar di:
1. Kecamatan Hampang;
2. Kecamatan Kelumpang Hilir;
3. Kecamatan Kelumpang Hulu;
4. Kecamatan Kelumpang Tengah; dan
5. Kecamatan Pulau Laut Selatan.
c. kawasan perkebunan seluas 322.836,51 Ha tersebar di:
1. Kecamatan Hampang;
2. Kecamatan Kelumpang Barat;
3. Kecamatan Kelumpang Hilir;
4. Kecamatan Kelumpang Hulu;
5. Kecamatan Kelumpang Selatan;
6. Kecamatan Kelumpang Tengah;
7. Kecamatan Kelumpang Utara;
8. Kecamatan Pamukan Barat;
9. Kecamatan Pamukan Selatan;
10. Kecamatan Pamukan Utara;
11. Kecamatan Pulau Laut Barat;
12. Kecamatan Pulau Laut Kepulauan;
13. Kecamatan Pulau Laut Selatan;
14. Kecamatan Pulau Laut Tanjung Selayar;
15. Kecamatan Pulau Laut Tengah;
16. Kecamatan Pulau Laut Timur;
17. Kecamatan Pulau Laut Utara;
18. Kecamatan Pulau Sebuku;
19. Kecamatan Sampanahan; dan
20. Kecamatan Sungai Durian.
d. kawasan peternakan seluas 889,37 Ha terdapat di Kecamatan Pulau Laut
Kepulauan.
(1) Kawasan perikanan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 Ayat (1) huruf c meliputi :
a. kawasan perikanan tangkap tersebar di seluruh sungai dan pesisir seluruh
Kabupaten Kotabaru.
b. kawasan perikanan budidaya dengan luas 3.637,56 Ha tersebar di:
1. Kecamatan Kelumpang Hilir;
2. Kecamatan Pamukan Selatan;
3. Kecamatan Pulau Laut Timur;
4. Kecamatan Pulau Laut Utara; dan
5. Kecamatan Pulau Sebuku.
c. Kawasan perikanan dilengkapi dengan sarana penunjang berupa terminal khusus
(pelabuhan) perikanan dan tempat pelelangan ikan dengan luas 15,72 Ha
tersebar di Kecamatan Pulau Laut Utara.
(4). Kawasan pertambangan dan energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 Ayat (1)
huruf d meliputi:
a. kawasan pertambangan mineral, meliputi:
1. kawasan pertambangan mineral logam berupa emas dan bijih besi di seluruh
Kabupaten Kotabaru; dan
2. kawasan pertambangan batuan di seluruh Kabupaten Kotabaru.
b. kawasan pertambangan batubara di seluruh Kabupaten Kotabaru.
c. kawasan pertambangan minyak dan gas bumi tersebar di seluruh Kabupaten
Kotabaru.
d. Kawasan pertambangan dituangkan dalam peta secara overlay.
e. kawasan pembangkitan tenaga listrik dengan luas 8,28 Ha yang terdapat di
Kecamatan Pulau Laut Utara.
(5). Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 Ayat (1) huruf e
meliputi:
a. kawasan industri seluas 2.463,44 Ha terdapat di:
1. Kecamatan Kelumpang Hilir;
2. Kecamatan Pulau Laut Barat;
3. Kecamatan Pulau Laut Tanjung Selayar;
4. Kecamatan Pulau Laut Tengah;
5. Kecamatan Pulau Laut Utara; dan
6. Kecamatan Pulau Sebuku.
b. sentra industri kecil dan menengah seluas 52,94 Ha terdapat di Kecamatan Pulau
Laut Utara.
(6). Kawasan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 Ayat (1) huruf f seluas
600,40 Ha tersebar di Kecamatan Pulau Laut Selatan dan Kecamatan Pulau Sebuku.
(7). Kawasan pariwisata terdiri dari:
a. wisata alam, meliputi:
1. Kecamatan Pamukan Barat : Gunung Bibitan Bainah (Desa Batuah) dan Air
Terjun Pamandaman
2. Kecamatan Hampang : Air Terjun Tampurawan (Kampung Libaru Baras,
Desa Limbur), Goa Lalapin (Desa Lalapin), Goa Liang Kadap (Desa Cantung
Kiri Hulu), Goa Tangkinang (Desa Cantung Kiri Hulu), Gunung Alurin (Desa
Cantung Kiri Hulu), Gunung Batu Besar (Desa Cantung Kiri Hulu), Gunung
Batu Sundjung (Desa Limbur), Goa Hasan Basri (Desa Bungkukan), Goa Batu
Tunggal (Desa Tegal Rejo), Goa Tingkat Tujuh (Desa Tegal Rejo) dan Goa
Liyang Wayang
3. Kecamatan Kelumpang Hulu : Air Terjun Kelumpang Hulu (Desa Bangkalan
Dayak), Batu Ganting (Desa Karang Lewar), Deretan Gunung Batu, Goa Batu
Batulis (Desa Karang Payau) dan Goa Temuluang (Desa Bangkalan Dayak)
4. Kecamatan Pulau Laut Utara : Air Terjun Pantai Gedambaan (Desa
Gedambaan), Air Terjun Gunung Ulin (Desa Gunung Ulin), Air Terjun
Tumpang Dua (Desa Sebelimbingan), Batu Lumbung (Desa Sebelimbingan),
Bendungan Gunung Ulin (Desa Gunung Ulin), Bukit Mamake (Kampung
Campa Jawa Desa Sigam), Dam Belanda (Desa Megasari), Gunung Lampu
(Kelurahan Kotabaru Hilir), Gunung Pemandangan (Desa Hilir Muara),
Gunung Rally/Gunung Relly (Desa Dirgahayu), Pantai Gedambaan (Desa
Gedambaan), Pantai Sarangtiung (Desa Sarang Tiung), Pantai Tanjung
Ketapang (Desa Sarang Tiung) dan Sumber Air Panas Sumur Manggurak
(Desa Sigam)
5. Kecamatan Pulau Laut Tengah : Air Terjun Sembuluan (Kampung Sembuluan
Desa Sungai Pasir), Bukit Palopalo (Kampung Maniang Desa Salino), Gunung
Jambangan (Desa Sungai Pasir), Gunung Semiaran (Desa Sungai Pasir) dan
Batu Ladung (Desa Sungai Pasir)
6. Kecamatan Pulau Laut Barat : Pantai Labatan (Desa Lontar)
7. Kecamatan Pulau Laut Tanjung Selayar : Pantai Mekar Putih (DEsa Gosong
Panjang), Pulau Tanjung Kunyit (Desa Tanjung Kunyit), Pantai Tanjung
Sungkai (Desa Tanjung Sungkai), Pantai Teluk Jagung (Desa Gosong
Panjang) dan Pantai Teluk Tamiang (Desa Teluk Tamiang)
8. Kecamatan Pulau Laut Kepulauan : Gunung Bibitan Bainah (Desa Batuah),
Gunung Sebakau (Desa Teluk Kemuning), Pantai Laso Watu/Batu Laso (Desa
Pulau Kerayaan), Pantai Teluk Aru/Batu Jodoh (Desa Teluk Aru), Pantai
Teluk Kemuning (Desa Teluk Kemuning), Pulau Birah-birahan (Desa Pulau
Kerayaan), Pulau Cinta (Desa Tanjung Lalak), Pulau Kerasian/Batu Ampar
(Desa Pulau Kerasian) dan Pulau Kerayaan (Desa Pulau Kerayaan)
9. Kecamatan Pulau Sebuku : Gunung Sau (Desa Mandin), Gunung Saung
(Desa Karibuan), Pulau Manti (Desa Rampa) dan Pulau Sambergelap (Desa
Sungai Bali)
10. Kecamatan Pulau Laut Timur : Gunung Bibitan Bainah (Desa Batuah), Air
Terjun Seratak (Kampung Seratak, Desa Sejakah), Gunung Aru (Desa
Sejakah), Gunung Kambat ( Desa Sejakah), Gunung Samlawai (Desa Batu
Tunau), Gunung Sebatung ( Desa Teluk Mesjid), Gunung Sumbawa (DEsa
Batu Tunau) dan Pantai Teluk Gosong (Desa Teluk Gosong)
11. Kecamatan Kelumpang Selatan : Pulau Tanjung Dewa (Desa Tanjung
Pangga), Pantai Tanjung Pangga dan Hutan Mangrove
12. Kecamatan Pulau Sembilan : Pulau Denawan (Desa Tengah), Pulau
Marabatuan (Desa Tengah), Pulau Pamalikan (Desa Teluk Sungai) dan Pulau
Payung-payungan (Desa Tengah)
b. wisata budaya, meliputi:
1. Balai Adat Kecamatan Sungai Durian;
2. Makam Raja Cantung di Kecamatan Kelumpang Hulu;
3. Makam Pangeran Agung di Kecamatan Kelumpang Hulu;
4. Makam Raja Pulau Laut (Raja Sigam) di Kecamatan Pulau Laut Utara;
5. Makam Ratu Intan di Kecamatan Pamukan Utara;
6. Makam Pangeran Mangku Prabu Raya di Kecamatan Sungai Durian;
7. Makam Sayed Sarif Umar di Kecamatan Kelumpang Hilir;
8. Makam Bakarang di Kecamatan Pulau Laut Timur;
9. Makam Keramat Pecah Empat (Sayed Pandan) di Kecamatan Sampanahan;
10. Makam Habib Ahmad Al Badali di Kecamatan Pulau Laut Tengah;
11. Makam Besar di Desa Banua Lawas;
12. Makam ratu intan 2/ratu aji tukul di Kecamatan Kelumpang Hulu;
13. Mesjid Agung Baitul Abrar di Kecamatan Pulau Laut Utara;
14. Mesjid Raya Khusnul Khotimah di Kecamatan Pulau Laut Utara;
15. Makam Raja Aji Jawa di Kecamatan Pamukan Selatan;
16. Makam Aji Semarang/Pangeran Muda di Kecamatan Pamukan Utara;
17. Makam Gusti Ali Akbar di Kecamatan Pamukan Utara;
18. Makam Ratu Intan 1 di Kecamatan Pamukan Utara; dan
19. Meriam Kerajaan Cantung di Kecamatan Pamukan Utara.
c. wisata buatan, meliputi:
1. Pasar Rebo Kerajinan Tangan di Kecamatan Pamukan Barat;
2. Menara Suar Gunung Balingkar di Kecamatan Pulau Laut Utara;
3. Sentral Kerajinan Kerang Laut di Kecamatan Pulau Laut Utara;
4. Sirkuit Kemuning di Kecamatan Pulau Laut Utara;
5. Siring Laut Kotabaru di Kecamatan Pulau Laut Utara;
6. Tugu Nelayan di Kecamatan Pulau Laut Utara;
7. Tugu Pancanangan di Kecamatan Pulau Laut Barat;
8. Sentral Kerajinan Anyaman Pandan di Kecamatan Pulau Laut Kepulauan;
9. Sentral kerajinan kulit sapi di Kecamatan Pulau Sebuku; dan
10. Sentral Kerajinan Logam di Kecamatan Pulau Sebuku.
(8). Kawasan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 Ayat (1) huruf g
meliputi:
a. kawasan permukiman perkotaan seluas 12.916,09 Ha tersebar di:
1. Perkotaan Kotabaru di Kecamatan Pulau Laut Utara;
2. Perkotaan Lontar di Kecamatan Pulau Laut Barat;
3. Perkotaan Berangas di Kecamatan Pulau Laut Timur;
4. Perkotaan Salino di Kecamatan Pulau Laut Tengah;
5. Perkotaan Serongga di Kecamatan Kelumpang Hilir;
6. Perkotaan Sungai Kupang di Kecamatan Kelumpang Hulu;
7. Perkotaan Sengayam di Kecamatan Pamukan Barat;
8. Perkotaan Gunung Batu Besar di Kecamatan Sampanahan;
9. Perkotaan Tengah di Kecamatan Pulau Sembilan;
10. Perkotaan Tanjung Selayar di Kecamatan Pulau Tanjung Selayar;
11. Perkotaan Tanjung Seloka di Kecamatan Pulau Laut Selatan;
12. Perkotaan Tanjung Lalak Selatan di Kecamatan Pulau Laut Kepulauan;
13. Perkotaan Sungai Bali di Kecamatan Pulau Sebuku;
14. Perkotaan Pantai di Kecamatan Kelumpang Selatan;
15. Perkotaan Hampang di Kecamatan Hampang;
16. Perkotaan Manunggal Lama di Kecamatan Sungai Durian;
17. Perkotaan Bungkukan di Kecamatan Kelumpang Barat;
18. Perkotaan Tanjung Batu di Kecamatan Kelumpang Tengah;
19. Perkotaan Pudi di Kecamatan Kelumpang Utara;
20. Perkotaan Tanjung Semalantakan di Kecamatan Pamukan Selatan; dan
21. Perkotaan Bakau di Kecamatan Pamukan Utara.
b. kawasan permukiman perdesaan seluas 15.117,60 Ha tersebar di seluruh
kecamatan Kabupaten Kotabaru.
(9). Kawasan pertahanan dan keamanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 Ayat (1)
huruf h seluas 12,71 Ha meliputi :
a. Babinkamtibmas Catungkiri Hilir di Kecamatan Kelumpang Hulu;
b. Kepolisian Resor Kotabaru di Kecamatan Pulau Laut Utara;
c.Kepolisian Sektor Kelumpang Barat di Kecamatan Kelumpang Barat;
d. Kepolisian Sektor Kelumpang Hulu di Kecamatan Kelumpang Hulu;
e. Kepolisian Sektor Kelumpang Selatandi Kecamatan Kelumpang Selatan;
f. Kepolisian Sektor Kelumpang Tengah di Kecamatan Kelumpang Tengah;
g. Kepolisian Sektor Kelumpang Utara di Kecamatan Kelumpang Utara;
h. Kepolisian Sektor Pamukan Selatan di Kecamatan Pamukan Selatan;
i. Kepolisian Sektor Pamukan Utara di Kecamatan Pamukan Utara;
j. Kepolisian Sektor Pulaulaut Barat di Kecamatan Pulau Laut Barat;
k.Kepolisian Sektor Pulaulaut Kepulauan di Kecamatan Pulau Laut Kepulauan;
l. Kepolisian Sektor Pulaulaut Tengah di Kecamatan Pulau Laut Tengah;
m. Kepolisian Sektor Pulaulaut Timur di Kecamatan Pulau Laut Timur;
n. Kepolisian Sektor Pulaulaut Utara di Kecamatan Pulau Laut Utara;
o. Kepolisian Sektor Pulau Sembilan di Kecamatan Pulau Sembilan;
p. Kepolisian Sektor Sebuku di Kecamatan Pulau Sebuku;
q. Kepolisian Sektor Serongga di di Kecamatan Kelumpang Hilir;
r. Kepolisian Sektor Sungai Durian di Kecamatan Sungai Durian;
s.Kepolisian Sektor Tanjung Seloka di Kecamatan Pulau Laut Selatan;
t. Kodim 1004 Kotabaru di Kecamatan Pulau Laut Utara;
u. Koramil 1004-07 Berangas di Kecamatan Pulau Laut Timur;
v.Koramil 1004-09 Sungai Durian di Kecamatan Sungai Durian;
w. Koramil 1004-11 Lontar di Kecamatan Pulau Laut Barat;
x.Koramil 1004 03 Tanjung Samalantakan di Kecamatan Pamukan Selatan;
y.Koramil 1004 04 Pudi di Kecamatan Pulau Laut Utara;
z.Koramil 1004 05 Tanjung Seloka di Kecamatan Pulau Laut Selatan;
aa. Koramil 1004 08 Kotabaru di Kecamatan Pulau Laut Tengah;
bb. Koramil 1004 09 Gunung Batu Besar di Kecamatan Sampanahan;
cc. Koramil 1004 10 Serongga di Kecamatan Kelumpang Hilir;
dd. Koramil 1004 13 Cantung di Kecamatan Kelumpang Hulu;
ee. Koramil 1004.02 Pamukan Utara di Kecamatan Pamukan Utara;
ff. Koramil 1004-06 Senakin di Kecamatan Kelumpang Tengah;
gg. Koramil Hampang di Kecamatan Hampang;
hh. Pangkalan TNI AL Kotabaru Hilir di Kecamatan Pulau Laut Utara;
ii.Pos Lantas Sektor Magalau Hulu di Kecamatan Kelumpang Barat;
jj. Satlantas Kotabaru di Kecamatan Pulau Laut Utara;
kk. Satuan Polisi Pamong Praja Kotabaru di Kecamatan Pulau Laut Utara;
ll.Koramil 1004-01 P.Sebuku di Kecamatan Pulau Sebuku; dan
mm. Koramil 1004-12 Marabatuan di Kecamatan Pulau Sembilan.

BAB V
PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS
Pasal 24

(1). Penetapan Kawasan Strategis ditetapkan sesuai dengan prioritas kebutuhan dan
kegunaannya.
(2). Penetapan kawasan strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. kawasan andalan yang berada di wilayah Kabupaten;
b. kawasan strategis provinsi yang berada di wilayah Kabupaten; dan
c. kawasan strategis kabupaten.
(3). Rencana kawasan strategis digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian
1:50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.

Pasal 25
(1). Kawasan andalan yang berada di wilayah Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 24 ayat (2) huruf a adalah Kawasan Andalan Laut Pulau Laut (II/F/2) Perikanan,
(II/C/2) Pertambangan
(2). Kawasan strategis provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) huruf b
adalah Kawasan Industri Mekarputih di Kecamatan Pulau Laut Barat dan Kecamatan
Pulau Laut Tanjung Selayar.
(3). Kawasan strategis kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) huruf c
terdiri atas :
a. kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi; dan
b. Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan
hidup;

Pasal 26

(1). kawasan strategis dengan sudut kepentingan ekonomi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 25 ayat (3) huruf a meliputi :
a. kawasan Perkotaan Kotabaru;
b. kawasan Agropolitan Berangas di Kecamatan Pulau Laut Timur; dan
c. Kawasan Pariwisata Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di Kecamatan Pulau Laut
Tanjung Selayar dan Pulau Laut Kepulauan.
d. Kawasan Sentra Energi dan Pangan di Kecamatan Pulaulaut Tengah, Pulaulaut
Timur, Pulaulaut Barat dan Pulaulaut Selatan
e. Kawasan Mekarputih di Kecamatan Pulau Laut Barat dan Pulaulaut Tanjung
Selayar.
f. Kawasan S2TS di Kecamatan Pulaulaut Utara, Pulaulaut Tengah dan Kelumpang
Hilir

(2). kawasan strategis dengan sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan
hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (3) huruf b berupa Kawasan
Lindung Sebatung tersebar di:
a. Kecamatan Pulau Laut Utara;
b. Kecamatan Pulau Laut Timur; dan
c. Kecamatan Pulau Laut Tengah;

Pasal 27

(1). Untuk operasionalisasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kotabaru disusun
Rencana Rinci Tata Ruang berupa Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Kabupaten
dan Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten.
(2). Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Strategis Kabupaten sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Daerah Bupati

BAB VI
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG

Pasal 28

(1). Pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Kotabaru berpedoman pada rencana struktur
ruang dan pola ruang.
(2). Pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Kotabaru dilaksanakan melalui penyusunan dan
pelaksanaan program pemanfaatan ruang beserta perkiraan pendanaannya.
(3). Perkiraan pendanaan program pemanfaatan ruang disusun sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(4). Program pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2) disusun
berdasarkan indikasi program utama lima tahunan yang ditetapkan dalam Lampiran II
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(5). Pendanaan program pemanfaatan ruang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, investasi swasta dan
kerjasama pendanaan.
(6). Kerja sama pendanaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

BAB VII
KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 29

(1). Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten digunakan sebagai


acuan dalam pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten.
(2). Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang terdiri atas :
a. ketentuan umum peraturan zonasi;
b. ketentuan perizinan;
c. ketentuan insentif dan disinsentif; dan
d. arahan sanksi.

Bagian Kedua
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi

Pasal 30

(1). Ketentuan umum peraturan zonasi sistem Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 29 ayat (2) huruf a digunakan sebagai pedoman bagi pemerintah daerah dalam
menyusun peraturan zonasi.
(2). Ketentuan umum peraturan zonasi terdiri atas :
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung;
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan budidaya; dan
c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan strategis.

Bagian Ketiga
Ketentuan Perizinan

Pasal 31

(1). Ketentuan perizinan merupakan acuan bagi pejabat yang berwenang dalam pemberian
izin pemanfaatan ruang berdasarkan rencana struktur dan pola ruang yang ditetapkan
dalam Peraturan Daerah ini.
(2). Izin pemanfaatan ruang diberikan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan
kewenangannya.
(3). Pemberian izin pemanfaatan ruang dilakukan menurut prosedur sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4). Perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2) huruf b adalah perizinan
yang terkait dengan izin pemanfaatan ruang yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan harus dimiliki sebelum pelaksanaan pemanfaatan ruang.
(5). Setiap usaha dan/atau kegiatan yang membutuhkan perizinan hendaknya mengacu
pada perizinan lingkungan.
(6). Setiap usaha dan/atau kegiatan yang membutuhkan perizinan hendaknya mengajukan
perizinan dan mengacu pada perizinan lingkungan.
(7). Kegiatan perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) akan diatur lebih lanjut dalam
peraturan daerah.
(8). Khusus untuk kawasan pengendalian ketat ( High Control Zone) yang merupakan
kawasan yang memerlukan pengawasan secara khusus dan dibatasi pemanfaatannya
untuk mempertahankan daya dukung, mencegah dampak negatif dan menjamin
proses pembangunan yang berlanjutan.
(9). Pemanfaatan ruang yang dibatasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) meliputi
pemanfaatan ruang disekitar kawasan perdagangan regional, wilayah aliran sungai,
kawasan yang berhubungan dengan aspek pelestarian lingkungan hidup meliputi
kawasan resapan air atau sumber daya air, kawasan konservasi hutan
bakau/mangrove, serta transportasi terkait kawasan jaringan jalan, area/lingkup
kepentingan pelabuhan, kawasan disekitar jalan arteri, prasarana wilayah dalam skala
regional lainnya seperti area disekitar jaringan SUTET dan TPA terpadu, kawasan
rawan bencana, kawasan lindung prioritas dan pertambangan skala regional, dan
kawasan konservasi alami, budaya yang bersifat unik dan khas.
(10). Perizinan untuk pemanfaatan ruang disekitar kawasan-kawasan khusus dengan skala
khusus dengan skala pelayanan regional sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
meliputi:
a. harus mendapatkan izin dari gubernur;
b. permohonan izin sebagaimana dimaksud pada huruf a dilaksanakan sebelum
pelaksanaan pembangunan fisik;
c. harus dilampiri dengan gambar teknis arsitektural ( site plan, denah, tampak,
potongan dan situasi); gambar teknis konstruksi sipil; data pendukung berupa
penguasaan tanah, lokasi bangunan berupa sertifikat hak milik atau bukti
perjanjian sewa; dan
d. pemanfaatn ruang yang dimohonkan harus memenuhi syarat zoning yang akan
diatur lebih lanjut dengan peraturan tersendiri.

Pasal 32

(1). Jenis perizinan terkait pemanfaatan ruang yang ada di Kabupaten Kotabaru
sebagaimana dimaksud pada Pasal 29 ayat (2) huruf b , terdiri atas :
a. izin prinsip;
b. izin lokasi;
c. izin penggunaan pemanfaatan tanah;
d. izin lingkungan; dan
e. izin mendirikan bangunan;
(2). Mekanisme perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a – e diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Bupati.

Bagian Keempat
Ketentuan Insentif dan Disinsentif
Pasal 33

(1). Ketentuan insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2)
huruf c merupakan acuan bagi pemerintah daerah dalam pemberian insentif dan
pengenaan disinsentif.
(2). Insentif diberikan apabila pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana struktur ruang,
rencana pola ruang, dan ketentuan umum peraturan zonasi yang diatur dalam
Peraturan Daerah ini.
(3). Disinsentif dikenakan terhadap pemanfaatan ruang yang perlu dicegah, dibatasi, atau
dikurangi keberadaannya berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.

Pasal 34

(1). Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dalam pemanfaatan ruang wilayah
kabupaten dilakukan oleh pemerintah daerah kepada masyarakat.
(2). Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dilakukan oleh instansi berwenang sesuai
dengan kewenangannya.

Pasal 35

(1). Insentif yang diberikan kepada masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33
ayat (1), dapat berbentuk :
a. keringanan pajak daerah, pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan sewa
ruang dan urun saham;
b. pembangunan serta pengadaan infrastruktur ; dan
c. kemudahan prosedur perijinan; dan/atau
d. pemberian penghargaan kepada masyarakat, swasta dan/atau pemerintah
daerah.
(2). Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian insentif diatur dengan Peraturan
Bupati.

Pasal 36

(1). Disinsentif yang dikenakan kepada masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33
ayat (3), dapat berbentuk :
a. Pengenaan pajak yang tinggi yang disesuaikan dengan besarnya biaya yang
dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang dibutuhkan akibat pemanfaatan
ruang; dan
b. Pembatasan penyediaan sarana dan prasarana infrastruktur, pengenaan
kompensasi dan penalti.
(2). Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan disinsentif diatur dengan
Peraturan Bupati.

Bagian Kelima
Arahan Sanksi

Pasal 37

(1). Arahan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2) huruf d merupakan
acuan bagi Pemerintah Daerah dalam pengenaan sanksi administratif kepada
pelanggar pemanfaatan ruang.
(2). Pengenaan sanksi dilakukan terhadap :
a. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana struktur ruang dan pola
ruang;
b. pelanggaran ketentuan umum peraturan zonasi;
c. pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan
rencana tata ruang wilayah Kabupaten;
d. pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan
berdasarkan rencana tata ruang wilayah Kabupaten;
e. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan
ruang yang diterbitkan berdasarkan rencana tata ruang wilayah Kabupaten;
f. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh
peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum; dan/atau
g. pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh melalui prosedur yang tidak
benar.

Pasal 38

(1). Terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (2) huruf a, huruf
b, huruf d, huruf e, huruf f, dan huruf g dikenakan sanksi administratif berupa :
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penghentian sementara pelayanan umum;
d. penutupan lokasi;
e. pencabutan izin;
f.pembatalan izin;
g. pembongkaran bangunan;
h. pemulihan fungsi ruang; dan/atau
i. denda administratif.
(2). Terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (2) huruf b
dikenakan sanksi administratif berupa :
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penghentian sementara pelayanan umum;
d. penutupan lokasi;
e. pembongkaran bangunan;
f. pemulihan fungsi ruang; dan/atau
g. denda administratif.

Pasal 39

Setiap orang yang melakukan pelanggaran terhadap rencana tata ruang yang telah
ditetapkan dapat dikenakan sanksi pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

BAB VIII
KELEMBAGAAN

Pasal 40

(1). Dalam rangka koordinasi penataan ruang dan kerjasama antar wilayah, dibentuk Tim
Koordinasi Penataan Ruang Daerah (TKPRD).
(2). Tugas, susunan organisasi, dan tata kerja Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Keputusan Bupati.
BAB IX
HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT
DALAM PENATAAN RUANG

Bagian Kesatu
Hak Masyarakat

Pasal 41

Dalam kegiatan mewujudkan penataan ruang wilayah, masyarakat berhak:


a. mengetahui rencana tata ruang;
b. menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang;
c. memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang timbul akibat
pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang;
d. mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang terhadap
pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang di wilayahnya;
e. mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian pembangunan
yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang kepada pejabat berwenang; dan
f. mengajukan gugatan ganti rugi kepada pemerintah dan/atau pemegang
izin apabila kegiatan pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan
menimbulkan kerugian.

Bagian Kedua
Kewajiban Masyarakat

Pasal 42

Dalam pemanfaatan ruang, setiap orang wajib:


a. menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
b. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang
berwenang;
c. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang; dan
d. memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan
perundangundangan dinyatakan sebagai milik umum.

Pasal 43

(1). Pelaksanaan kewajiban masyarakat dalam penataan ruang sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 42 dilaksanakan dengan mematuhi dan menerapkan kriteria, kaidah, baku
mutu, dan aturan-aturan penataan ruang yang ditetapkan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
(2). Kaidah dan aturan pemanfaatan ruang yang dilakukan masyarakat secara turun
temurun dapat diterapkan sepanjang memperhatikan faktor-faktor daya dukung
lingkungan, estetika lingkungan, lokasi, dan struktur pemanfaatan ruang serta dapat
menjamin pemanfaatan ruang yang serasi, selaras, dan seimbang.

Bagian Ketiga
Peran Masyarakat

Pasal 44
Peran masyarakat dalam penataan ruang di Daerah dilakukan antara lain melalui:
a. partisipasi dalam penyusunan rencana tata ruang;
b. partisipasi dalam pemanfaatan ruang; dan
c. partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang.

Pasal 45

Bentuk peran masyarakat pada tahap penyusunan tata ruang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 44 huruf a dapat berupa :
a. memberikan masukan mengenai :
1. persiapan penyusunan rencana tata ruang;
2. penentuan arah pengembangan wilayah atau kawasan;
3. pengidentifikasian potensi dan masalah wilayah atau kawasan;
4. perumusan konsepsi rencana tata ruang; dan/atau
5. penetapan rencana tata ruang.
b. melakukan kerja sama dengan Pemerintah, pemerintah daerah dan/atau sesama unsur
masyarakat dalam perencanaan tata ruang.

Pasal 46

Bentuk peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44
huruf b dapat berupa:
a. masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang;
b. kerja sama dengan Pemerintah, pemerintah daerah,
dan/atau sesama unsur masyarakat dalam pemanfaatan ruang;
c. kegiatan memanfaatkan ruang yang sesuai dengan kearifan
lokal dan rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
d. peningkatan efisiensi, efektivitas, dan keserasian dalam
pemanfaatan ruang darat, ruang laut, ruang udara, dan ruang di dalam bumi dengan
memperhatikan kearifan lokal serta sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
e. kegiatan menjaga kepentingan pertahanan dan keamanan
serta memelihara dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber
daya alam; dan
f. kegiatan investasi dalam pemanfaatan ruang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 47

Bentuk peran masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 44 huruf c dapat berupa:
a. masukan terkait arahan dan/atau peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan
disinsentif serta pengenaan sanksi;
b. keikutsertaan dalam memantau dan mengawasi;
c. pelaksanaan rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
d. pelaporan kepada instansi dan/atau pejabat yang berwenang dalam hal menemukan
dugaan penyimpangan atau pelanggaran kegiatan pemanfaatan ruang yang melanggar
rencana tata ruang yang telah ditetapkan; dan
e. pengajuan keberatan terhadap keputusan pejabat yang berwenang terhadap
pembangunan yang dianggap tidak sesuai dengan rencana tata ruang.

Pasal 48
(1). Peran masyarakat di bidang penataan ruang dapat disampaikan secara langsung
dan/atau tertulis.
(2). Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat disampaikan kepada
bupati.
(3). Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga dapat disampaikan
melalui unit kerja terkait yang ditunjuk oleh Bupati.

Pasal 49

Dalam rangka meningkatkan peran masyarakat, pemerintah daerah membangun sistem


informasi dan dokumentasi penataan ruang yang dapat diakses dengan mudah oleh
masyarakat.

Pasal 50

Pelaksanaan tata cara peran masyarakat dalam penataan ruang dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.

BAB X
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 51
Rencana tata ruang wilayah Kabupaten menjadi pedoman untuk:
a. penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah;
b. penyusunan rencana pembangunan jangka menengah daerah;
c. pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah kabupaten;
d. mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan antar sektor;
e. penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; dan
f. penataan ruang kawasan strategis Kabupaten.

Pasal 52

(1). Jangka waktu Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kotabaru adalah 20 (dua
puluh) tahun dan dapat ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
(2). Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana alam skala
besar dan/atau perubahan batas teritorial wilayah yang ditetapkan dengan peraturan
perundang-undangan, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kotabaru dapat
ditinjau kembali lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
(3). Peninjauan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (2) juga dilakukan apabila
terjadi perubahan kebijakan nasional dan strategi yang mempengaruhi pemanfaatan
ruang kabupaten dan/atau dinamika internal wilayah.
(4). Peraturan Daerah tentang RTRW Kabupaten Kotabaru tahun 2020 - 2040 dilengkapi
dengan Rencana dan Album Peta yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
(5). Dalam hal terdapat penetapan kawasan hutan oleh Menteri Kehutanan terhadap
bagian wilayah kabupaten yang kawasan hutannya belum disepakati pada saat Perda
ini ditetapkan, rencana dan album peta sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
disesuaikan dengan peruntukan kawasan hutan berdasarkan hasil kesepakatan Menteri
Kehutanan.
(6). Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai
teknis pelaksanaan Rencana Tata Ruang Wilayah, diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Bupati.

B A B XI
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 53

(1). Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka semua peraturan pelaksanaan yang
berkaitan dengan penatan ruang Daerah yang telah ada dinyatakan berlaku sepanjang
tidak bertentangan dengan dan belum diganti berdasarkan Peraturan Daerah ini.
(2). Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka :
a. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan dan telah sesuai dengan ketentuan
Peraturan Daerah ini tetap berlaku sesuai dengan masa berlakunya;
b. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi tidak sesuai dengan
ketentuan Peraturan Daerah ini berlaku ketentuan :
1. untuk yang belum dilaksanakan pembangunannya, izin tersebut disesuaikan
dengan fungsi kawasan berdasarkan Peraturan Daerah ini;
2. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya, dilakukan penyesuaian
dengan masa transisi berdasarkan ketentuan perundang-undangan; dan
3. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya dan tidak memungkinkan
untuk dilakukan penyesuaian dengan fungsi kawasan berdasarkan Peraturan
Daerah ini, izin yang telah diterbitkan dapat dibatalkan dan terhadap kerugian
yang timbul sebagai akibat pembatalan izin tersebut dapat diberikan
penggantian yang layak;
c. pemanfaatan ruang di Daerah yang diselenggarakan tanpa izin dan bertentangan
dengan ketentuan Peraturan Daerah ini, akan ditertibkan dan disesuaikan dengan
Peraturan Daerah ini;
d. pemanfaatan ruang yang sesuai dengan ketetentuan Peraturan Daerah ini, agar
dipercepat untuk mendapatkan izin yang diperlukan.

B A B XII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 54

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini


dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kotabaru

ditetapkan di Kotabaru
pada tanggal.....................20....

BUPATI KOTABARU,

.................................................
Diundangkan di Kotabaru
pada tanggal.............................20.............
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN KOTABARU,

..............................

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN .................... NOMOR

Anda mungkin juga menyukai