Anda di halaman 1dari 155

PERATURAN DAERAH K A B U P A T E N J O M B A N G

NOMOR 21 TAHUN 2009

TENTANG

RENCANA TATA RUANG WILAYAH


KABUPATEN JOMBANG

Diperbanyak oleh:
PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
Jl. K.H. Wahid Hasyim 137 Telp. (0321) 861560
Jombang 61411
-2-

LEMBARAN DAERAH SERI E


28 Oktober 2010
KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2010 NOMOR 7A

SALINAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG


NOMOR 21 TAHUN 2009

TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JOMBANG,

Menimbang : a. bahwa Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten


Jombang Tahun 2000-2010 yang ditetapkan dengan
Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2000, dipandang sudah
tidak sesuai lagi dengan tuntutan perubahan, perkembangan,
serta kondisi riil pemanfaatan ruang;
b. bahwa untuk mengarahkan pembangunan di Kabupaten
Jombang dengan memanfaatkan ruang wilayah secara
berdaya guna, berhasil guna, serasi, selaras, seimbang, dan
berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan pertahanan keamanan, perlu disusun
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jombang;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf a dan huruf b, maka dipandang perlu mengatur
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jombang dengan
menuangkannya ke dalam suatu Peraturan Daerah.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan


Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa
Timur (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor
41), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 1965 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2730);
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 2043);
3. Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1960 tentang Larangan
Pemakaian Tanah Tanpa Izin Yang Berhak Atau Kuasanya
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor
158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
2106);
-3-

4. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1961 tentang Pencabutan


Hak-hak Tanah dan Benda-benda yang Ada di Atasnya
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1961 Nomor
288, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
2324);
5. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981
Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3209);
6. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3274);
7. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang konservasi
Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419);
8. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan
dan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3469);
9. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar
Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992
Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3470);
10. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem
Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3478);
11. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang
Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3881);
12. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor
167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3888), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4412);
13. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4169);
-4-

14. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya


Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4377);
15. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4389);
16. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 84,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4411);
17. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
18. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4433);
19. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagaimana telah diubah untuk kedua kalinya
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 12, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
20. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4438);
21. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4444);
22. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang
Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4722);
23. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4725);
-5-

24. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan


Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4851);
25. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan
Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4959);
26. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4966);
27. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan Raya (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5025);
28. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059)
29. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5068);
30. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang
Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1988 Nomor 10, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3373);
31. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 44,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3445);
32. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak
Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai atas Tanah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3643);
33. Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun 1996 tentang
Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, serta Bentuk dan Tata Cara
Peranserta Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1996, Nomor 104,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3660);
-6-

34. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1998 tentang


Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 52, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3747);
35. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang
Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor
132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3776);
36. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisa
Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3838);
37. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat
Ketelitian Peta Untuk Penataan Ruang Wilayah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan
Lembaran Negara 3934);
38. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 tentang Hutan
Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002
Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara 3934);
39. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2003 tentang Perum
Kehutanan Negara (Lembaran Negara Tahun Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 67, Tambahan Lembaran
Negara 3732);
40. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang
Penatagunaan Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4385);
41. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang
Perlindungan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 147, Tambahan Lembaran Negara 4453);
42. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan
Tol (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4489);
43. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4857);
44. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 46,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4624);
-7-

45. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4655);
46. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintah Provinsi, Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4737);
47. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);
48. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sumberdaya Air (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 82, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4858);
49. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air
Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4859);
50. Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2009 tentang Kawasan
Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4987);
51. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005
tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan
Untuk Kepentingan Umum sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 65 Tahun
2006;
52. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung;
53. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009
tentang Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional;
54. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 9
Tahun 1998 tentang Tata Cara Peranserta Masyarakat dalam
Proses Perencanaan Tata Ruang di Daerah;
55. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006
tentang Jenis Rencana dan/atau Kegiatan yang Wajib
Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup;
56. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan;
-8-

57. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun


2007 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Presiden
Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi
Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor
65 Tahun 2006;
58. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 51 Tahun 2007 tentang
Pembangunan Kawasan Perdesaan Berbasis Masyarakat;
59. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008
tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah
tentang Rencana Tata Ruang Daerah;
60. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2008
tentang Pengembangan Kawasan Strategis dan Cepat
Tumbuh di Daerah;
61. Keputusan Menteri Energi Sumberdaya Mineral Nomor
1456.K/20/MEM/2000 tentang Pedoman Pengelolaan
Kawasan Karst;
62. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11 Tahun 2009
tentang Pedoman Persetujuan Subtansi Dalam Penetapan
Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota, Beserta Rencana Rincinya;
63. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16 Tahun 2009
tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten;
64. Keputusan Menteri Energi Sumberdaya Mineral Nomor
1457.K/20/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan
Lingkungan di Bidang Pertambangan dan Energi;
65. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 147 Tahun 2004
tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah;
66. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur
Nomor 11 Tahun 1991 tentang Penetapan Kawasan Lindung
di Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur;
67. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 8 Tahun 2002
tentang Pengelolaan Hutan Raya R. Soerjo;
68. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2003
tentang Pengelolaan Hutan di Jawa Timur;
69. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 6 Tahun 2005
tentang Penertiban dan Pengendalian Hutan Produksi di
Provinsi Jawa Timur;
70. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2006
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Jawa Timur;
71. Peraturan Daerah Kabupaten Jombang Nomor 4 Tahun 2008
tentang Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten Jombang.
-9-

Dengan Persetujuan Bersama,


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JOMBANG
dan
BUPATI JOMBANG
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Jombang.
2. Kabupaten adalah Kabupaten Jombang.
3. Pemerintah Kabupaten adalah Bupati dan perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
4. Bupati adalah Bupati Jombang.
5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut
DPRD adalah DPRD Kabupaten Jombang.
6. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut
azas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi
seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
7. Wilayah adalah wilayah Kabupaten Jombang.
8. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut,
dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai
satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain
hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan
hidupnya;
9. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
10. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman
dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi
sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat
yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.
11. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu
wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung
dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.
12. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.
13. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan
tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang.
- 10 -

14. Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang


meliputi pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan
pengawasan penataan ruang.
15. Pengaturan penataan ruang adalah upaya pembentukan
landasan hukum bagi pemerintah, pemerintah kabupaten,
dan masyarakat dalam penataan ruang.
16. Pembinaan penataan ruang adalah upaya untuk
meningkatkan kinerja penataan ruang yang diselenggarakan
oleh pemerintah, pemerintah kabupaten, dan masyarakat.
17. Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian
tujuan penataan ruang melalui pelaksanaan perencanaan
tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang.
18. Pengawasan penataan ruang adalah upaya agar
penyelenggaraan penataan ruang dapat diwujudkan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
19. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk
menentukan struktur ruang dan pola ruang yang meliputi
penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.
20. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan
struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata
ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program
beserta pembiayaannya.
21. Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan
dalam kegiatan pemanfaatan ruang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
22. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk
mewujudkan tertib tata ruang.
23. Peraturan zonasi adalah ketentuan yang mengatur tentang
persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan
pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zona
peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana rinci
tata ruang.
24. Tujuan adalah nilai-nilai, kualitas, dan kinerja yang harus
dicapai dalam pembangunan berkaitan dengan
merealisasikan misi yang telah ditetapkan.
25. Sistem wilayah adalah struktur ruang dan pola ruang yang
mempunyai jangkauan pelayanan pada tingkat wilayah.
26. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung
atau budidaya.
27. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan
fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang
mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan.
- 11 -

28. Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan


fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan
potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan
sumberdaya buatan.
29. Kawasan perumahan adalah kawasan yang pemanfaatannya
untuk perumahan dan berfungsi sebagai tempat tinggal atau
lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan
sarana lingkungan.
30. Kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu
atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai
sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumberdaya
alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan
fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem
permukiman dan sistem agribisnis.
31. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk
dan/atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan
keberadaannya sebagai hutan tetap.
32. Kawasan hutan pelestarian alam adalah hutan dengan ciri
khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok perlindungan
sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman
jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari
sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.
33. Hutan negara adalah hutan yang berada pada tanah yang
tidak dibebani hak atas tanah.
34. Hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah yang
dibebani hak atas tanah.
35. Hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai
fungsi pokok memproduksi hasil hutan.
36. Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai
fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga
kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir,
mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan
memelihara kesuburan tanah.
37. Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki
keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa
keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan
manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan
wisatawan.
38. Kawasan strategis pariwisata adalah kawasan yang memiliki
fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk
pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh
penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan
ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumberdaya
alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan
keamanan.
- 12 -

39. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan


mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang
jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk
penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan
perekayasaan industri.
40. Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan
tanaman tertentu pada tanah dan/ atau media tumbuh
lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan
memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut,
dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
permodalan serta manajemen untuk mewujudkan
kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan
masyarakat.
41. Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan
kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan
pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi,
penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan
dan penjualan, serta kegiatan pasca tambang.
42. Pertambangan rakyat adalah usaha pertambangan yang
dilaksanakan oleh rakyat dengan luas dan investasi terbatas.
43. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang
dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.
44. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar
kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan
maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan
yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
45. Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau
mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka,
tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah
maupun yang sengaja ditanam.
46. Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis,
biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya,
politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk
jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan
mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi
kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya
tertentu.
47. Kawasan strategis nasional adalah wilayah yang penataan
ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat
penting secara nasional terhadap kedaulatan negara,
pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya,
dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan
sebagai warisan dunia.
- 13 -

48. Kawasan strategis provinsi adalah wilayah yang penataan


ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat
penting dalam lingkup provinsi terhadap ekonomi, sosial,
budaya, dan/atau lingkungan.
49. Kawasan strategis kabupaten adalah wilayah yang penataan
ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat
penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial,
budaya, dan/atau lingkungan.
50. Pusat Kegiatan Nasional yang selanjutnya disebut PKN
adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani
kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa
provinsi.
51. Pusat Kegiatan Wilayah yang selanjutnya disebut PKW
adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani
kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota.
52. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disebut PKL adalah
kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan
skala kabupaten atau beberapa kecamatan.
53. Pusat Kegiatan Lokal Promosi yang selanjutnya disebut
PKLp adalah kawasan perkotaan yang dipromosikan untuk di
kemudian hari ditetapkan sebagai PKL.
54. Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disebut PPK
adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani
kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa.
55. Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya disebut PPL
adalah pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani
kegiatan skala antar desa.
56. Frontage Road adalah jalan jalan disamping jalan utama
yang berfungsi sebagai jalur lambat yang menuju atau dari
jalan utama.
57. Ruang Manfaat Jalan atau Rumaja adalah bagian jalan yang
terdiri dari badan jalan, saluran tepi jalan dan ambang
pengaman.
58. Ruang Milik Jalan atau Rumija adalah bagian jalan yang
terdiri dari ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu
diluar ruang manfaat jalan.
59. Open Dumping adalah cara pengolahan sampah dengan
pembuangan terbuka di tempat pemrosesan akhir.
60. Sarana adalah kelengkapan kawasan permukiman
perkotaan yang berupa fasilitas pendidikan, kesehatan,
perbelanjaan dan niaga, pemerintahan dan pelayanan
umum, peribadatan, rekreasi dan kebudayaan, olah raga dan
lapangan terbuka, serta pemakaman umum.
- 14 -

61. Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik yang


memungkinkan kawasan permukiman perkotaan dapat
berfungsi sebagaimana mestinya, yang meliputi jalan,
saluran air bersih, saluran air limbah, saluran air hujan,
pembuangan sampah, jaringan gas, jaringan listrik, dan
telekomunikasi.
62. Kerja sama daerah adalah kesepakatan antara bupati
dengan gubernur atau wali kota atau bupati lain, dan/atau
bupati dengan pihak ketiga, yang dibuat secara tertulis serta
menimbulkan hak dan kewajiban.
63. Pihak ketiga adalah Departemen/Lembaga Pemerintah Non
Departemen atau sebutan lain, perusahaan swasta yang
berbadan hukum, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha
Milik Daerah, Koperasi, Yayasan, dan lembaga di dalam
negeri lainnya yang berbadan hukum.
64. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan dalam bidang penataan ruang.
65. Orang adalah orang perseorangan dan/atau korporasi.
66. Masyarakat adalah orang perorangan, kelompok orang
termasuk masyarakat hukum adat atau badan hukum.
67. Peranserta Masyarakat adalah berbagai kegiatan
masyarakat, yang timbul atas kehendak dan prakarsa
masyarakat, untuk berminat dan bergerak dalam
penyelenggaraan penataan ruang.

BAB II
RUANG LINGKUP DAN JANGKA WAKTU
Bagian Kesatu
Ruang Lingkup

Pasal 2
(1) Lingkup ruang wilayah RTRW mencakup wilayah Kabupaten
dengan batas berdasarkan aspek administratif dan
fungsional yang meliputi seluruh wilayah daratan seluas
1.159,50 km2 (seribu seratus lima puluh sembilan koma lima
puluh kilometer persegi) atau 115.950 (seratus lima belas
ribu sembilan ratus lima puluh) hektar beserta ruang udara di
atasnya dan ruang di dalam bumi.
(2) Batas-batas wilayah RTRW sebagaimana dimaksud ayat (1)
meliputi:
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Lamongan;
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Kediri
dan Kabupaten Malang;
c. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Mojokerto; dan
d. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Nganjuk.
- 15 -

Pasal 3
Lingkup muatan RTRW mencakup:
a. Tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah;
b. Rencana struktur ruang wilayah;
c. Rencana pola ruang wilayah;
d. Penetapan kawasan strategis;
e. Arahan pemanfaatan ruang wilayah; dan
f. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah.

Bagian Kedua
Jangka Waktu

Pasal 4
Jangka waktu berlakunya RTRW adalah 20 (dua puluh) tahun
terhitung sejak tanggal diundangkan dan dilakukan peninjauan
kembali setiap 5 (lima) tahun sekali.

BAB III

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN


STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH
Bagian Kesatu
Tujuan Penataan Ruang

Pasal 5
Penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan:
a. Pemerataan Perkembangan Wilayah Kawasan Perkotaan dan
Kawasan Perdesaan secara seimbang dan bersinergi;
b. Kabupaten sebagai wilayah pengembangan kegiatan
Agribisnis untuk meningkatkan potensi sumberdaya alam
khususnya di sektor pertanian, perkebunan dan kehutanan;
c. Kabupaten sebagai simpul transportasi dan distribusi untuk
mengoptimalkan kedudukan Kabupaten yang dialui Jalan
Bebas Hambatan, 2 (dua) Pintu Gerbang Jalan Bebas
Hambatan, Jalan Arteri dan Kabupaten sebagai pintu kawasan
Gerbangkertosusila;
d. Wilayah yang berdaya saing tinggi dan berkepastian hukum
dalam pemanfaatan ruang wilayah sehingga dapat menarik
investasi di sektor pertanian, pariwisata, perkebunan,
kehutanan dan industri untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
- 16 -

Bagian Kedua
Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah

Pasal 6
Kebijakan dan strategi penataan ruang meliputi:
a. Kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang wilayah;
b. Kebijakan dan strategi pola ruang wilayah; dan
c. Kebijakan dan strategi penetapan kawasan strategis.

Pasal 7
(1) Kebijakan pengembangan struktur ruang wilayah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a, meliputi:
a. Pengembangan pusat kegiatan yang mengarahkan
pemerataan pusat perkotaan secara berhierarki dan
mendorong pemerataan perkembangan wilayah;
b. Pengembangan sistem jaringan jalan yang dapat
meningkatkan akses ke seluruh bagian wilayah,
meningkatkan keterkaitan antar pusat kegiatan, keterkaitan
sirkulasi lokal dengan sirkulasi regional dan nasional,
meningkatkan keterkaitan antara kawasan perdesaan
dengan kawasan perkotaan; dan
c. Pengembangan sistem sarana dan prasarana melalui
peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan
prasarana transportasi, telekomunikasi, energi,
sumberdaya air dan prasarana lingkungan yang terpadu
dan merata di seluruh wilayah, peningkatan optimalisasi
pelayanan yang mendukung keberlanjutan pemanfaatan
ruang wilayah.
(2) Strategi Pengembangan pusat kegiatan yang mengarahkan
pemerataan pusat perkotaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a, meliputi ;
a. Membentuk pusat kegiatan perkotaan secara berhirarki
yang berfungsi sebagai pusat kegiatan ekonomi kawasan
perkotaan dan kawasan perdesaan;
b. Membentuk kawasan agropolitan dan pusat kegiatan
agropolitan yang bersinergi dengan pusat kegiatan
perkotaan;
c. Meningkatkan pelayanan fasilitas sosial dan ekonomi
sesuai dengan kebutuhan di pusat - pusat kegiatan, yang
meningkatkan peran pusat kegiatan sebagai koleksi dan
distribusi kegiatan perkotaan dan kegiatan perdesaan yang
meliputi hasil pertanian, perkebunan dan kehutanan;
- 17 -

d. Membentuk pusat kegiatan di kawasan agropolitan sebagai


pusat pengembangan agribisnis;
e. Membentuk desa pusat pertumbuhan sebagai PPL;
f. Peningkatan fasilitas perkotaan di desa pusat pertumbuhan
untuk mempercepat pemerataan perkembangan wilayah di
kawasan perdesaan dan untuk mempercepat terbentuknya
kawasan agropolitan.
(3) Strategi perwujudan sistem jaringan jalan yang dapat
meningkatkan akses ke seluruh bagian wilayah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi :
a. Menata keterhubungan antara sirkulasi jalan lokal, jalan
kolektor, jalan arteri dan jalan bebas hambatan;
b. Mengembangkan jalan lingkar kabupaten;
c. Mengembangkan jalan lokal primer sebagai jalur
keterkaitan kebutuhan proses produksi dan distribusi hasil
pertanian antar perdesaan serta antar perdesaan dengan
perkotaan;
d. Mengembangkan jalan desa sebagai jalan usaha tani untuk
peningkatan akses dan jaringan keterhubungan antar
kawasan produksi dan pusat distribusi;
e. Meningkatkan jaringan jalan di kawasan agropolitan untuk
memudahkan pergerakan dan kegiatan;
f. Meningkatkan jaringan lokal primer yang membentuk
sistem jaringan pergerakan antar PKL, PKLp, PPK dan
PPL.
(4) Strategi pengembangan sistem sarana dan prasarana melalui
peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan
sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf c, meliputi :
a. Strategi perwujudan sistem prasarana transportasi di
Kabupaten, dengan melakukan:
1. Pengembangan angkutan massal kabupaten yang
bersinergi dengan angkutan massal perkotaan
Gerbangkertosusila;
2. Penataan sarana dan prasarana transportasi yang
memudahkan distribusi hasil pertanian dan sektor
lainnya.
b. Strategi perwujudan sistem jaringan prasarana
telekomunikasi, dengan melakukan :
1. Pengembangan prasarana telekomunikasi hingga
mencapai kawasan perdesaan khususnya di desa
tertinggal;
- 18 -

2. Penataan jaringan nirkabel dalam bentuk BTS bersama


di beberapa lokasi secara proporsional berdasarkan
cakupan wilayah jangkauan pelayanan.
c. Strategi perwujudan sistem jaringan prasarana energi,
dengan mengembangkan :
1. Keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik;
2. Sumber energi alternatif antara lain berupa mikrohidro
dan biogas di kawasan perdesaan.
d. Strategi perwujudan sistem jaringan sumberdaya air,
dengan melakukan :
1. Konservasi Sungai Brantas;
2. Peningkatan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan
keterpaduan sistem jaringan sumberdaya air;
3. Penetapan zona pengelolaan sumberdaya air sesuai
dengan keberadaan wilayah sungai, cekungan air tanah
dan mata air pada zona kawasan lindung, tidak diijinkan
pemanfaatan sumberdaya air untuk fungsi budidaya,
termasuk juga untuk penambangan;
4. Sistem jaringan prasarana sumberdaya air untuk
mendukung pengurangan potensi bencana banjir dan
keberlanjutan ketersedian air baku di wilayah
kabupaten;
5. Pemantapan sisten jaringan irigasi di kawasan
pertanian;
6. Pengembangan jaringan air bersih di kawasan
perdesaan;
7. Pengaturan sistem drainase untuk mencegah terjadinya
rawan bencana banjir.
e. Strategi perwujudan Sistem Penanganan Persampahan,
dengan melakukan :
1. Kerjasama antar wilayah dalam hal pengelolaan dan
penanggulangan masalah sampah terutama di wilayah
perkotaan;
2. Pengalokasian tempat pembuangan akhir sesuai
dengan persyaratan teknis;
3. Pengendalian volume persampahan, yang dapat
dilakukan melalui daur ulang dan komposting pada
skala kawasan atau TPS dan rumah tangga dengan
sistem 3R (recycle, reduce, dan reuse);
4. Kerjasama antar wilayah dalam hal pengelolaan dan
penanggulangan masalah sampah terutama di wilayah
perkotaan.
- 19 -

f. Strategi perwujudan sistem jaringan drainase, dengan


melaksanakan :
1. Penataan sistem drainase perkotaan;
2. Pengaturan sistem drainase mengikuti jaringan jalan dan
mengikuti perkembangan pembangunan perumahan;
3. Pembuatan saluran drainase yang mengarah ke
saluran drainase primer;
4. Pengembangan sarana prasarana pendukung drainase
untuk mewujudkan perkembangan wilayah secara sinergi
dan sesuai dengan kebutuhan pengembangannya.
g. Strategi perwujudan sistem jaringan prasarana limbah,
dengan upaya :
1. Pengembangan sistem pengolahan limbah terpadu di
kawasan industri;
2. Penataan sistem pengolahan air limbah domestik
secara terpusat di kawasan perkotaan;
3. Penataan sistem pengelolaan limbah di kawasan
industri kecil yang menghasilkan limbah;
4. Pemanfaatan limbah kegiatan peternakan dan
pertanian sebagai sumber energi alternatif atau input
kegiatan lain.

Pasal 8
Kebijakan dan strategi pola ruang wilayah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 huruf b, meliputi:
a. Kebijakan dan strategi pemantapan kawasan lindung; dan
b. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budidaya.

Pasal 9
(1) Kebijakan pemantapan kawasan lindung sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 huruf a, meliputi:
a. Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi
lingkungan hidup; dan
b. Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat
menimbulkan kerusakan lingkungan hidup.
(2) Strategi pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, meliputi:
a. Penegasan batas nyata pemanfaatan kawasan lindung
melalui pengukuhan dan penetapan batas di lapangan
untuk memudahkan pengendaliannya;
b. Penataan kembali kawasan lindung yang telah rusak atau
pemanfaatannya yang menyimpang dari fungsi
perlindungan;
c. Pengelolaan kawasan lindung secara terpadu.
- 20 -

(3) Strategi pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang


dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi:
a. Perlindungan terhadap tekanan perubahan dan/atau
dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar
tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan
makhluk hidup lainnya;
b. Perlindungan terhadap kemampuan lingkungan hidup
untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang
dibuang ke dalamnya;
c. Pencegahan terjadinya tindakan yang dapat secara
langsung atau tidak langsung menimbulkan perubahan
sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan lingkungan hidup
tidak berfungsi dalam menunjang pembangunan
berkelanjutan;
d. Pengendalian pemanfaatan sumberdaya alam secara
bijaksana untuk menjamin kepentingan generasi masa kini
dan generasi masa depan;
e. Pengembangan kegiatan budidaya yang mempunyai daya
adaptasi terhadap bencana di kawasan rawan bencana;
f. Pengendalian dan pencegahan kegiatan budidaya di
kawasan lindung, kecuali kegiatan yang tidak meng-
ganggu fungsi lindung;
g. Pemantauan terhadap kegiatan yang diperbolehkan
berlokasi di kawasan lindung seperti penelitian, eksplorasi
mineral dan air tanah, pencegahan bencana alam; dan
h. Pengendalian fungsi lindung pada kawasan bekas
pertambangan.

Pasal 10
(1) Kebijakan pengembangan kawasan budidaya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 huruf b meliputi:
a. Perwujudan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan
antar kegiatan budidaya;
b. Pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar tidak
melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan;
c. Penetapan lahan pertanian berkelanjutan untuk
mendukung swasembada beras dan menjadikan
Kabupaten Jombang sebagai sentra beras di Provinsi Jawa
Timur;
d. Penyediaan ruang untuk investasi sektor industri,
pariwisata, pertanian, perkebunan dan kehutanan.
- 21 -

(2) Strategi perwujudan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan


antar kegiatan budidaya sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) huruf a, meliputi:
a. Pengembangan kegiatan budidaya unggulan di dalam
kawasan beserta prasarana secara sinergis dan
berkelanjutan untuk mendorong pengembangan
perekonomian kawasan dan wilayah sekitarnya;
b. Pengembangan kegiatan budidaya untuk menunjang aspek
politik, pertahanan dan keamanan, sosial budaya, serta
ilmu pengetahuan dan teknologi;
c. Pengembangan dan pelestarian kawasan budidaya pertanian
pangan untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional;
d. Penetapan ruang untuk kegiatan industri yang terpisah dari
kawasan perumahan; dan
e. Penataan ruang untuk perdagangan, perumahan,
pertanian, dan pengembangan obyek wisata.
(3) Strategi pengendalian perkembangan kegiatan budidaya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi:
a. Pembatasan perkembangan kegiatan budidaya terbangun
di kawasan rawan bencana untuk meminimalkan potensi
kejadian bencana dan potensi kerugian akibat bencana;
b. Pengembangan ruang terbuka hijau dengan luas paling
sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas kawasan perkotaan;
c. Penguatan terhadap tingkat pelayanan prasarana dan
sarana kawasan perkotaan serta penguatan fungsi
kawasan perdesaan di sekitarnya;
d. Penataan ruang sesuai dengan daya dukung lingkungan;
e. Pengembangan zona penyangga pada kawasan hutan
produksi yang berbatasan dengan hutan lindung;
f. Penyelesaian masalah tumpang tindih hutan produksi
dengan kegiatan budidaya lainnya seperti pertambangan
dan pertanian;
g. Pengendalian perluasan tanaman perkebunan dan pertanian
untuk memelihara kelestarian lingkungan hidup; dan
h. Pengawasan dan pengendalian kegiatan pertambangan
agar tidak mengganggu fungsi kawasan lindung.
(4) Strategi penetapan lahan pertanian tanaman pangan
berkelanjutan untuk mendukung swasembada beras dan
menjadikan Kabupaten Jombang sebagai sentra beras di
Provinsi Jawa Timur sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c, meliputi:
a. Penegasan batas nyata lahan pertanian tanaman pangan
berkelanjutan agar tidak mengalami konversi menjadi lahan
terbangun;
b. Pengembangan prasarana pengairan;
c. Ekstensifikasi sawah dengan atau tanpa memanfaatkan
lahan kering;
- 22 -

d. Pemanfaatan ruang pada kawasan hutan produksi yang


dikonversi untuk kegiatan pertanian tanaman pangan
sesuai dengan potensinya;
e. Pengendalian kegiatan budidaya lainnya agar tidak
mengganggu lahan pertanian yang potensial; dan
f. Penyelesaian masalah tumpang tindih lahan pertanian
dengan kegiatan budidaya lain.
(5) Strategi menyediakan ruang untuk investasi sektor industri,
pariwisata, pertanian, perkebunan dan kehutanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, meliputi:
a. Pengembangan kawasan peruntukan industri dalam bentuk
peruntukan industri besar, menengah, dan sentra industri
kecil;
b. Penataan ruang kawasan pariwisata;
c. Pengembangan obyek dan fasilitas pariwisata;
d. Peremajaan dan perluasan areal tanaman perkebunan dan
pertanian;
e. Pengembangan wilayah-wilayah tanaman perkebunan dan
pertanian sesuai dengan potensi/kesesuaian lahannya
secara optimal; dan
f. Pengembangan pola hutan tanaman industri.

Pasal 11
(1) Kebijakan pengembangan kawasan strategis sebagaimana
dimaksud pada Pasal 6 huruf c, meliputi:
a. Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup untuk mempertahankan dan mening-
katkan keseimbangan ekosistem, melestarikan keaneka-
ragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan
fungsi perlindungan kawasan;
b. Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam
pengembangan perekonomian wilayah yang produktif,
efisien dan mendorong peran wilayah kabupaten dalam
pengembangan wilayah provinsi dan nasional; dan
c. Pengembangan kawasan tertinggal untuk mewujudkan
pemerataan pembangunan dan mengurangi kesenjangan
antar wilayah dan meningkatkan taraf hidup masyarakat
secara merata dan adil.
(2) Strategi untuk pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya
dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan dan
meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan kea-
nekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan
fungsi perlindungan kawasan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a, meliputi:
a. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten yang berfungsi
lindung;
- 23 -

b. Pencegahan terhadap pemanfaatan ruang di kawasan


strategis kabupaten yang berpotensi mengurangi fungsi
lindung kawasan;
c. Pembatasan terhadap pemanfaatan ruang di sekitar
kawasan strategis kabupaten yang berpotensi mengurangi
fungsi lindung kawasan;
d. Pembatasan pengembangan prasarana dan sarana di
dalam dan di sekitar kawasan strategis kabupaten yang
dapat memicu perkembangan kegiatan budidaya;
e. Pengembangan kegiatan budidaya tidak terbangun di
sekitar kawasan strategis kabupaten yang berfungsi
sebagai zona pemisah antara kawasan lindung dengan
kawasan budidaya terbangun; dan
f. Rehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat
pemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di
sekitar kawasan strategis kabupaten.
(3) Strategi pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan
dalam rangka pengembangan perekonomian wilayah yang
produktif, efisien guna mendorong peran wilayah Kabupaten
dalam perkembangan wilayah provinsi dan nasional
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi:
a. Pengembangan pusat pertumbuhan berbasis potensi
sumberdaya alam dan kegiatan budidaya unggulan
sebagai penggerak utama pengembangan wilayah;
b. Penciptaan iklim investasi yang kondusif;
c. Pengelolaan pemanfaatan sumberdaya alam agar tidak
melampaui daya dukung dan daya tampung kawasan;
d. Pengelolaan dampak negatif kegiatan budidaya agar tidak
menurunkan kualitas lingkungan hidup dan efisiensi
kawasan;
e. Intensifikasi promosi peluang investasi;
f. Peningkatan pelayanan prasarana dan sarana penunjang
kegiatan ekonomi; dan
g. Pemberlakuan insentif dan stimulan untuk mempercepat
perwujudan kawasan strategis.
(4) Strategi pengembangan kawasan tertinggal untuk mewu-
judkan pemerataan pembangunan dan mengurangi
kesenjangan antar wilayah, meningkatkan taraf hidup
masyarakat secara merata dan adil sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c, meliputi:
a. Pemanfaatan sumberdaya alam secara optimal dan
berkelanjutan;
b. Pembukaan dan perluasan akses serta peningkatan
sarana pelayanan komunikasi dan transportasi antara
kawasan tertinggal dengan pusat pertumbuhan wilayah;
c. Peningkatan prasarana dan sarana penunjang kegiatan
ekonomi masyarakat;
- 24 -

d. Peningkatan akses masyarakat ke sumber-sumber


pembiayaan;
e. Peningkatan kualitas dan kapasitas sumberdaya manusia
dalam pengelolaan kegiatan ekonomi; dan
f. Penyiapan infrastruktur pendukung bagi pengembangan
kawasan strategis.

BAB IV
RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH

Pasal 12
(1) Rencana struktur ruang wilayah meliputi:
a. Rencana sistem perkotaan wilayah kabupaten;dan
b. Rencana sistem jaringan prasarana wilayah.
(2) Rencana Sistem Perkotaan Wilayah Kabupaten meliputi ;
a. Rencana struktur kegiatan wilayah kabupaten;
b. Rencana sistem dan fungsi perwilayahan;
c. Rencana distribusi penduduk;
d. Rencana distribusi fasilitas;
e. Sistem pusat kegiatan; dan
f. Sistem agropolitan.
(3) Sistem jaringan prasarana wilayah meliputi:
a. Sistem jaringan prasarana transportasi darat;
b. Sistem jaringan prasarana telekomunikasi;
c. Sistem jaringan prasarana sumberdaya air;
d. Sistem jaringan prasarana energi; dan
e. Sistem jaringan prasarana lingkungan.

Bagian Kesatu
Rencana Sistem Perkotaan Wilayah

Paragraf Kesatu
Rencana Struktur Kegiatan Wilayah

Pasal 13
(1) Rencana struktur kegiatan wilayah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 ayat (2) huruf a, meliputi:
a. Kegiatan sektor pertanian;
b. Kegiatan sektor kehutanan dan perkebunan;
c. Kegiatan sektor industri;
d. Kegiatan sektor perdagangan;
e. Kegiatan sektor pariwisata;
f. Kegiatan sektor transportasi;
g. Kegiatan sektor pertambangan;dan
h. Kegiatan pendidikan.
- 25 -

(2) Rencana pengembangan kegiatan sektor pertanian


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi:
a. Sub sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura;
b. Sub sektor peternakan; dan
c. Sub sektor perikanan.
(3) Rencana pengembangan kegiatan sektor perkebunan dan
kehutanan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b, meliputi:
a. Sub sektor kehutanan;dan
b. Sub sektor perkebunan yang terdiri dari kegiatan budidaya
tanaman komoditas perkebunan dan pengelolaan institusi
perkebunan.
(4) Rencana pengembangan kegiatan sektor industri
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, meliputi:
a. Industri pengolahan yang merupakan industri besar;
b. Industri manufaktur;dan
c. Agroindustri.
(5) Rencana pengembangan kegiatan sektor perdagangan,
meliputi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d:
a. Perdagangan agribisnis;dan
b. Perdagangan umum.
(6) Rencana pengembangan kegiatan sektor pariwisata
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, meliputi:
a. Wisata buatan;
b. Wisata kesenian dan budaya;
c. Wisata belanja;
d. Wisata alam;
e. Wisata minat khusus;
f. Wisata religius;dan
g. Kerajinan tangan.
(7) Rencana pengembangan kegiatan sektor transportasi,
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f meliputi:
a. Transportasi jalan raya;dan
b. Transportasi perkeretaapian.
(8) Rencana pengembangan kegiatan sektor pertambangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g diarahkan untuk
ekploitasi potensi tambang migas terutama yang ada di Blok
Gunting.
(9) Rencana pengembangan kegiatan pendidikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf h diarahkan untuk peningkatan
kuantitas dan kualitas pelayanan kegiatan :
a. Pendidikan umum dari tingkat pendidikan dasar hingga
pendidikan tinggi;dan
b. Pendidikan dalam bentuk pondok pesantren.
- 26 -

Paragraf Kedua
Sistem dan Fungsi Perwilayahan

Pasal 14
(1) Rencana sistem perwilayahan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12 ayat (2) huruf b diwujudkan dalam 5 (lima) Wilayah
Pengembangan (WP) yang meliputi:
a. WP Jombang dengan pusat di Perkotaan Jombang;
b. WP Mojoagung dengan pusat di Perkotaan Mojoagung;
c. WP Ploso dengan pusat di Perkotaan Ploso;
d. WP Bandar Kedungmulyo dengan pusat di Perkotaan
Bandarkedungmulyo; dan
e. WP Mojowarno dengan pusat di Perkotaan Mojowarno.
(2) WP Jombang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi wilayah administrasi Kecamatan Jombang,
Kecamatan Peterongan, Kecamatan Tembelang, Kecamatan
Jogoroto dan Kecamatan Diwek;
(3) WP Mojoagung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi wilayah administrasi Kecamatan Mojoagung,
Kecamatan Sumobito, dan Kecamatan Kesamben;
(4) WP Ploso sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
meliputi wilayah administrasi Kecamatan Ploso, Kecamatan
Kudu, Kecamatan Ngusikan, Kecamatan Kabuh, dan
Kecamatan Plandaan;
(5) WP Bandar Kedungmulyo sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf d meliputi wilayah administrasi Kecamatan Bandar
Kedungmulyo, Kecamatan Megaluh, Kecamatan Perak, dan
Kecamatan Gudo;dan
(6) WP Mojowarno sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e
meliputi wilayah administrasi Kecamatan Mojowarno,
Kecamatan Wonosalam, Kecamatan Bareng, dan Kecamatan
Ngoro.

Pasal 15
(1) Fungsi setiap WP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
ayat (1) ditetapkan sebagai berikut:
a. Fungsi WP Jombang adalah:
1. Merupakan wilayah pengembangan kawasan perkotaan
yang berperan sebagai Ibu Kota Kabupaten;
2. Sebagai pusat pelayanan pemerintahan, pendidikan
dan kesehatan skala kabupaten.
b. Fungsi WP Mojoagung adalah:
1. Berperan sebagai wilayah pengembangan kawasan
perekonomian terpadu skala kabupaten;
2. Sebagai pusat koleksi dan distribusi skala kabupaten.
- 27 -

c. Fungsi WP Ploso adalah:


1. Sebagai wilayah pengembangan kegiatan perkotaan
dan pertanian di bagian utara Kabupaten;
2. Merupakan wilayah pengembangan kegiatan industri
skala besar dan pusat distribusi hasil perkebunan dan
kehutanan.
d. Fungsi WP Bandarkedungmulyo adalah:
1. Sebagai wilayah pengembangan pusat permukiman
perkotaan di bagian selatan Kabupaten;
2. Sebagai kawasan industri kecil hingga menengah.
e. Fungsi WP Mojowarno adalah:
1. Sebagai pusat pengembangan kawasan agropolitan
tingkat Kabupaten;
2. Sebagai wilayah pengembangan potensi sumberdaya
alam dan wilayah pengembangan pariwisata di wilayah
kabupaten serta pusat penelitian dan pendidikan dalam
rangka pengembangan SDM yang diarahkan pada
sektor agribisnis.
(2) Kegiatan utama yang dikembangkan di setiap WP ditetapkan
sebagai berikut:
a. Kegiatan utama yang dikembangkan WP Jombang
meliputi:
1. Kegiatan ekonomi yang berupa pengembangan sektor
perdagangan dan industri secara terbatas pada lokasi
yang telah ada dengan skala kegiatan sampai dengan
menengah serta luasan lokasi secara terbatas;
2. Kegiatan non ekonomi yang ditata sebagai konsekuensi
dari peran dan fungsi WP sebagai pusat pelayanan
skala kabupaten berupa kegiatan pendidikan,
kesehatan dan pemerintahan skala kabupaten.
b. Kegiatan utama yang dikembangkan WP Mojoagung
meliputi: perdagangan, transportasi, industri dan
pergudangan;
c. Kegiatan utama yang dikembangkan WP Ploso meliputi:
industri, perdagangan, perkebunan dan kehutanan,
pariwisata dan pertanian;
d. Kegiatan utama yang dikembangkan WP
Bandarkedungmulyo meliputi industri, perdagangan dan
pertanian;dan
e. Kegiatan utama yang dikembangkan WP Mojowarno
meliputi: perkebunan, pariwisata, kehutanan, agroindustri,
dan pertanian.
- 28 -

Paragraf Ketiga
Rencana Distribusi Penduduk

Pasal 16
Rencana Distribusi Penduduk sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12 ayat (2) huruf c adalah rencana distribusi penduduk di
setiap WP adalah sebagaimana tercantum dalam Dokumen
Materi Teknis RTRW yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.

Paragraf Keempat
Rencana Distribusi Fasilitas

Pasal 17
Rencana Distribusi Fasilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
12 ayat (2) huruf d adalah penataan distribusi fasilitas secara
berhirarki di setiap pusat kegiatan yang meliputi :
a. Distribusi fasilitas perdagangan ditetapkan sebagai berikut:
1. Pusat kegiatan perdagangan bentuk pasar, ruko, plasa dan
mall diarahkan di Perkotaan Jombang;
2. Fasilitas perdagangan berupa pasar kabupaten
dikembangkan di Perkotaan Mojoagung yang terpadu
dengan fasilitas pergudangan dan terminal penumpang;
3. Pasar untuk pusat agribisnis khususnya hasil pertanian,
perkebunan, kehutanan dan agroindustri diarahkan di
Perkotaan Mojowarno dan Kabuh;
4. Pusat Pasar Hewan dikembangkan di Perkotaan Ngoro;dan
5. Perdagangan pasar lokal tingkat kecamatan dikembangkan
di perkotaan kecamatan.
b. Distribusi fasilitas pendidikan ditetapkan sebagai berikut:
1. Pendidikan tinggi diarahkan di pusat permukiman
Perkotaan Jombang;dan
2. Rencana fasilitas pendidikan tingkat dasar hingga sekolah
lanjutan tingkat atas dikembangkan pada perkotaan
kecamatan.
c. Distribusi fasilitas kesehatan ditetapkan sebagai berikut:
1. Rencana fasilitas kesehatan yang terdiri dari rumah sakit
umum tipe B dan tipe C diarahkan untuk dikembangkan di
Perkotaan Jombang;
2. Rencana fasilitas kesehatan yang terdiri dari rumah sakit
umum tipe D dikembangkan di Perkotaan Ploso dan
Perkotaan Mojoagung;dan
3. Rencana fasilitas kesehatan yang terdiri dari Puskesmas
dan Puskesmas Pembantu dikembangkan di tiap Ibukota
Kecamatan dan Desa Pusat Pertumbuhan.
- 29 -

Paragraf Kelima
Rencana Sistem Pusat Kegiatan

Pasal 18
Rencana Sistem Pusat Kegiatan di Kabupaten Jombang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) huruf e terdiri dari :
a. PKL (Pusat Kegiatan Lokal);
b. PKLp (Pusat Kegiatan Lokal Promosi);
c. PPK (Pusat Pelayanan Kawasan);dan
d. PPL (Pusat Pelayanan Lingkungan);

Pasal 19
(1) PKL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf a adalah
Perkotaan Jombang.
(2) PKLp sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf b meliputi:
a. Perkotaan Mojoagung;
b. Perkotaan Ploso;
c. Perkotaan Bandarkedungmulyo dan Perkotaan Perak;dan
d. Perkotaan Mojowarno.

Pasal 20
(1) PPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf c meliputi
perkotaan kecamatan yang melayani satu kecamatan.

(2) PPK di Kabupaten Jombang sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) terdiri dari kawasan perkotaan : Tembelang,
Peterongan, Jogoroto, Plandaan, Kabuh, Ngusikan, Kudu,
Sumobito, Kesamben, Ngoro, Bareng, Wonosalam, Gudo,
Perak dan Megaluh.

Pasal 21
(1) PPL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf d adalah
pusat pelayanan di kawasan perdesaan yang melayani
beberapa desa dan merupakan Desa Pusat Pertumbuhan di
Kawasan Perdesaan.
(2) PPL di Kabupaten Jombang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi :
a. Desa Jatiwates Kecamatan Tembelang;
b. Desa Watugaluh Kecamatan Diwek;
c. Desa Ngrandulor Kecamatan Peterongan;
d. Desa Tanjungwadung Kecamatan Kabuh;
e. Desa Mojodanu Kecamatan Ngusikan;
f. Desa Munungkerep Kecamatan Kudu;
g. Desa Jombok Kecamatan Kesamben;
h. Desa Selorejo Kecamatan Mojowarno;
- 30 -

i. Desa Pulorejo Kecamatan Ngoro;


j. Desa Karangan Kecamatan Bareng;
k. Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam; dan
l. Desa Balongsari Kecamatan Megaluh.

Paragraf Keenam
Rencana Sistem Agropolitan

Pasal 22
Pengembangan sistem agropolitan meliputi :
a. Rencana Satuan Kawasan Pengembangan Pertanian yang
selanjutnya disebut SKPP;
b. Sistem Kegiatan Agropolitan;
c. Hierarki pusat pelayanan Kawasan Agropolitan;dan
d. Rencana pengembangan sarana dan prasarana agropolitan.

Pasal 23
(1) SKPP, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf a
ditetapkan sebagai berikut:
a. SKPP I Mojowarno, ditetapkan dengan ketentuan:
1. SKPP I Mojowarno meliputi Kecamatan Mojowarno,
Kecamatan Wonosalam, Kecamatan Bareng dan
Kecamatan Ngoro;
2. Pengembangan kegiatan pertanian, meliputi:
a) Pusat pengembangan komoditas pertanian;
b) Pusat informasi dan pergudangan;
c) Penyediaan fasilitas akomodasi yang ditunjang oleh
aktivitas jasa informasi dan transportasi;
d) Peningkatan produktivitas pertanian;
e) Pengembangan agroindustri;
f) Pengembangan agribisnis : berupa jasa-jasa
perbankan/bantuan permodalan untuk pengem-
bangan pertanian;
g) Pengembangan agrowisata berupa perkebunan;dan
h) Pengembangan fasilitas pendukung wisata.
3. Pengembangan prasarana pertanian, meliputi:
a) Balai penelitian dan pengembangan pertanian;
b) Pusat pelatihan dan penyuluhan pertanian;
c) Pergudangan dan distribusi pupuk dan bibit;
d) Industri pengolahan dan pengemasan hasil
pertanian;
e) Bank perkreditan/simpan pinjam;
f) Pasar utama hasil kegiatan pertanian;dan
g) Pusat informasi dan akomodasi wisata.
b. SKPP II Mojoagung, ditetapkan dengan ketentuan:
1. SKPP II Mojoagung meliputi Kecamatan Mojoagung,
Kecamatan Sumobito dan Kecamatan Kesamben;
- 31 -

2. Pengembangan kegiatan pertanian sebagai kawasan


produksi utama pembentukan sentra beras;dan
3. Pengembangan prasarana pertanian, yang teridiri dari
pergudangan, pusat koleksi tanaman pangan dan
perkebunan.
c. SKPP III Ploso, ditetapkan dengan ketentuan:
1. SKPP III Ploso meliputi: Kecamatan Kudu, Kecamatan
Ngusikan, Kecamatan Kabuh dan Kecamatan
Plandaan;
2. Pengembangan kegiatan pertanian, yang meliputi
pengolahan hasil pertanian, komoditas perkebunan dan
pusat koleksi;dan
3. Pengembangan prasarana pertanian, yang meliputi
industri dan pergudangan.
(2) SKPP terbagi dalam perwilayahan unit klaster dan unit distrik.
(3) Unit klaster sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dikembangkan berdasarkan keterkaitan agribisnis dari sub
sektor hulu hingga hilir yang terdiri dari beberapa unit distrik.
(4) Unit distrik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah terdiri
dari beberapa kawasan produksi yang mempunyai sektor
unggulan tertentu.

Pasal 24
Rencana pengembangan kegiatan Agropolitan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 22 huruf b meliputi:
a. Kegiatan produksi hasil pertanian, yang terdiri dari:
1. Pertanian tanaman pangan;
2. Perkebunan (buah, tanaman obat);
3. Peternakan;
4. Perikanan; dan
5. Produksi Hasil Hutan.
b. Agroindustri yang berlokasi di pusat-pusat WP, dan
memungkinkan adanya aglomerasi untuk efisiensi dan
efektivitas pemanfaatan ruang dan pelayanan sarana dan
prasarana;
c. Agribisnis, yang berlokasi di pusat SKPP dengan
pertimbangan efisiensi dan efektivitas dalam kaitan dengan
forward linkage dan backward linkage; dan
d. Agrowisata, yang berlokasi baik di kawasan perkotaan
maupun pusat perdesaan.

Pasal 25
(1) Hirarki pusat pelayanan kawasan agropolitan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 22 huruf c meliputi :
a. Kawasan penghasil bahan baku;
- 32 -

b. Pusat pengumpul bahan baku;


c. Pusat pelayanan kawasan atau klaster;
d. Agropolitan center;dan
e. Pusat pasar regional.
(2) Kawasan penghasil bahan baku sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a adalah kawasan produksi di kawasan
perdesaan dengan cakupan wilayah satu desa atau lebih dan
ditetapkan mempunyai potensi unggulan.
(3) Pusat pengumpul bahan baku sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b adalah pusat kegiatan di kawasan perdesaan
yang menjadi pusat koleksi dan distribusi bagi beberada
kawasan produksi.
(4) Pusat pengumpul bahan baku sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) juga sebagai Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)
yang secara hierarki terkait dalam sistem pusat kegiatan
perkotaaan dan ditetapkan sebagai desa pusat pertumbuhan
dan direncanakan terdapat fasilitas agropolitan berupa pasar
pengumpul setingkat pasar desa.
(5) Pusat pelayanan kawasan atau klaster sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c adalah kawasan perkotaan
yang berfungsi sebagai pusat kegiatan yang melayani
beberapa desa yang terkait dalam sebuah sistem agribisnis
yang dilengkapi dengan fasilitas agropolitan yang melayani
lingkup wilayah klaster.
(6) Pusat Pelayanan Kawasan atau klaster sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) dalam hierarki perkotaan kabupaten
adalah Pusat Pelayanan Kawasan yang dilengkapi dengan
fasilitas agropolitan yang melayani dalam lingkup wilayah
klaster.
(7) Agropolitan Center sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d adalah Pusat Kegiatan SKPP, yang di dalam hirarki
perkotaan kabupaten berperan sebagai Pusat Kegiatan Lokal
promosi (PKLp).
(8) Pusat Pasar Regional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf e merupakan pusat distribusi skala kabupaten yang
terdapat di Perkotaan Mojoagung.

Pasal 26
Rencana pengembangan sarana dan prasarana agropolitan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf d meliputi:
a. Pengembangan jaringan irigasi khususnya pada
pengembangan kawasan pertanian lahan basah berupa
peningkatan dari irigasi non-teknis atau ½ (setengah) teknis ke
teknis.
- 33 -

b. Pengembangan jaringan jalan yang merupakan jaringan antar


pusat-pusat desa menuju pusat kegiatan dan jalan usaha tani.
c. Pengembangan jaringan kelistrikan untuk menunjang kegiatan
agroindustri pada masing-masing pusat SKPP khususnya
untuk keperluan dunia industri.
d. Pengembangan sarana pendukung kegiatan sub sektor hulu
sampai dengan sub sektor hilir, sarana pengembangan SDM
dan kelembagaan.

Bagian Kedua
Rencana Sistem Prasarana Wilayah

Pasal 27
Sistem jaringan prasarana wilayah meliputi:
a. Sistem jaringan prasarana transportasi;
b. Sistem jaringan prasarana energi;
c. Sistem jaringan prasarana sumberdaya air;
d. Sistem jaringan prasarana telekomunikasi;dan
e. Sistem jaringan prasarana lingkungan.

Paragraf Kesatu
Sistem Jaringan Prasarana Transportasi

Pasal 28
Sistem jaringan prasarana transportasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 27 huruf a terdiri atas :
a. sistem jaringan jalan; dan
b. sistem jaringan jalur kereta api.

Pasal 29
(1) Sistem jaringan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28
huruf a adalah sistem jaringan jalan umum yang meliputi
jaringan jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten,
terminal, dan angkutan umum.
(2) Jaringan jalan nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi :
a. Jalan TOL atau bebas hambatan;dan
b. Jalan arteri primer.
(3) Jalan bebas hambatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a meliputi :
a. Jaringan jalan bebas hambatan sebagai bagian jalan
bebas hambatan Kertosono - Jombang - Mojokerto -
Surabaya yang melintas di Kabupaten Jombang sepanjang
36,2 (tiga puluh enam koma dua) kilometer;
- 34 -

b. 2 (dua) pintu Jalan Bebas Hambatan di Kecamatan


Tembelang dan Kecamatan Bandarkedungmulyo beserta
jalan penghubung menuju jalan arteri;dan
c. Lokasi yang ditetapkan sebagai tempat peristirahatan di
jalur jalan bebas hambatan.
(4) Jalan arteri primer sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
b meliputi:
a. Jaringan jalan arteri dengan sistem primer yaitu ruas jalan
Surabaya - Mojokerto - Jombang - Kertosono - Nganjuk
yang melintasi Kecamatan Mojoagung, Kecamatan
Sumobito, Kecamatan Peterongan, Kecamatan Jombang,
Kecamatan Perak dan Kecamatan Bandar
Kedungmulyo;dan
b. Rencana jalan lingkar luar wilayah Kabupaten Jombang
yang menghubungkan PKLp Mojoagung - PKLp Mojowarno
- PKLp Bandarkedungmulyo, yang akan diwujudkan secara
bertahap setelah ada koordinasi dengan Pemerintah
Provinsi dan Pemerintah Pusat.
(5) Jaringan jalan provinsi sebagai dimaksud pada ayat (1) adalah
jalan kolektor dengan sistem primer yang menghubungkan
secara berdaya guna antara pusat kegiatan nasional dengan
pusat kegiatan lokal, antar pusat kegiatan wilayah, atau antara
pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal, yang
meliputi ruas jalan Kandangan - Pulorejo - Jombang - Ploso -
Babat melalui Kecamatan Ngoro, Kecamatan Diwek,
Kecamatan Jombang, Kecamatan Tembelang, Kecamatan
Ploso dan Kecamatan Kabuh.
(6) Jaringan jalan kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi jaringan jalan strategis kabupaten, jalan lokal
primer dan jalan desa.
(7) Jaringan jalan lokal primer sebagaimana dimaksud pada ayat
(6) menghubungkan secara berdaya guna antara PKL/PKLp,
PPK dan PPL, yang meliputi:
a. Perkotaan Ploso, yang dihubungkan dengan peningkatan
jaringan jalan yang menghubungkan Kecamatan Plandaan-
Kecamatan Ploso - Kecamatan Ngusikan - Kecamatan
Kudu - Kecamatan Kabuh;
b. Perkotaan Mojowarno, yang dihubungkan dengan
peningkatan sistem jaringan jalan yang menghubungkan
Kecamatan Ngoro – Kecamatan Mojowarno - Kecamatan
Bareng - Kecamatan Wonosalam;
c. Perkotaan Bandar Kedungmulyo direncanakan dengan
sistem pergerakan yang menghubungkan Kecamatan
Bandar Kedungmulyo - Kecamatan Perak - Kecamatan
Megaluh - Kecamatan Gudo;
- 35 -

d. Jembatan penghubung, yang menghubungkan Kecamatan


Megaluh - Kecamatan Plandaan dan Kecamatan Ngusikan
- Kecamatan Kesamben;
e. Jalan frontage pada sekitar rel kereta api dan jalan tol.
Jalan frontage yang terdapat pada sekiar rel kereta api
melewati Kecamatan Sumobito, Kecamatan Peterongan,
Kecamatan Jombang, Kecamatan Perak, dan Kecamatan
Bandar Kedungmulyo. Jalan frontage yang terdapat pada
sekitar jalan tol melewati Kecamatan Kesamben,
Kecamatan Peterongan, Kecamatan Tembelang,
Kecamatan Jombang, Kecamatan Megaluh, dan
Kecamatan Bandar Kedungmulyo.
(8) Jalan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (6) adalah
jaringan jalan di kawasan perdesaan yang dikembangkan
menjadi jalan lokal primer, yang meliputi ruas jalan:
a. Menghubungkan Desa Jatiwates Kecamatan Tembelang
dengan pusat pelayanan kawasan dan Perkotaan
Jombang;
b. Menghubungkan Desa Watugaluh Kecamatan Diwek
dengan pusat pelayanan kawasan dan Perkotaan
Jombang;
c. Menghubungkan Desa Ngrandulor Kecamatan Peterongan
dengan pusat pelayanan kawasan dan Perkotaan Jombang;
d. Menghubungkan Desa Tanjungwadung Kecamatan Kabuh
dengan pusat pelayanan kawasan dan Perkotaan Ploso;
e. Menghubungkan Desa Mojodanu Kecamatan Ngusikan
dengan pusat pelayanan kawasan dan Perkotaan Ploso;
f. Menghubungkan Desa Munungkereb Kecamatan Kabuh
dengan pusat pelayanan kawasan dan Perkotaan Ploso;
g. Menghubungkan Desa Jombok Kecamatan Kesamben
dengan pusat pelayanan kawasan dan Perkotaan
Mojoagung;
h. Menghubungkan Desa Selorejo Kecamatan Mojowarno
dengan pusat pelayanan kawasan dan Perkotaan
Mojowarno;
i. Menghubungkan Desa Pulorejo Kecamatan Ngoro dengan
pusat pelayanan kawasan dan Perkotaan Mojowarno;
j. Menghubungkan Desa Karangan Kecamatan Bareng
dengan pusat pelayanan kawasan dan Perkotaan
Mojowarno;dan
k. Menghubungkan Desa Panglungan Kecamatan
Wonosalam dengan pusat pelayanan kawasan dan
Perkotaan Mojowarno.
l. Menghubungkan Desa Balongsari Kecamatan Megaluh
dengan pusat pelayanan kawasan dan perkotaan Bandar
Kedungmulyo.
- 36 -

(9) Jaringan terminal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


adalah pengembangan di kabupaten yang meliputi :
a. Arahan pengembangan terminal penumpang tipe B di
PKLp Mojoagung dan terminal tipe A di Perkotaan
Jombang yang merupakan terminal berskala regional;
b. Arahan pengembangan terminal barang di Kecamatan
Mojoagung, Kecamatan Ploso dan Kecamatan Perak;dan
c. Arahan pengembangan fasilitas transfer atau halte yang
terdapat di PKL, PKLp dan PPK, meliputi Kecamatan
Jombang, Kecamatan Peterongan, Kecamatan Jogoroto,
Kecamatan Plandaan, Kecamatan Ploso, Kecamatan
Kabuh, Kecamatan Ngusikan, Kecamatan Kudu,
Kecamatan Sumobito, Kecamatan Kesamben, Kecamatan
Mojowarno, Kecamatan Ngoro, Kecamatan Bareng,
Kecamatan Wonosalam, Kecamatan Bandar
Kedungmulyo, Kecamatan Gudo dan Kecamatan Megaluh.
(10) Jaringan angkutan umum sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) adalah jaringan angkutan umum yang melayani
pergerakan wilayah, meliputi:
a. Jalur angkutan umum antar kota/kabupaten antar
provinsi;
b. Jalur angkutan umum antar kota/kabupaten dalam
provinsi;
c. Jaringan trayek perkotaan penghubung kawasan perkotaan
: Perkotaan Jombang, Perkotaan Peterongan, Perkotaan
Jogoroto, Perkotaan Plandaan, Perkotaan Ploso, Perkotaan
Kabuh, Perkotaan Ngusikan, Perkotaan Kudu, Perkotaan
Sumobito, Perkotaan Kesamben, Perkotaan Mojowarno,
Perkotaan Ngoro, Perkotaan Bareng, Perkotaan
Wonosalam, Perkotaan Bandar Kedungmulyo, Perkotaan
Gudo dan Perkotaan Megaluh; dan
d. Jalur trayek perdesaan penghubung pusat-pusat
perdesaan yang meliputi : Desa Jatiwates Kecamatan
Tembelang, Desa Watugaluh Kecamatan Diwek, Desa
Ngrandulor Kecamatan Peterongan, Desa
Tanjungwadung Kecamatan Kabuh, Desa Mojodanu
Kecamatan Ngusikan, Desa Munungkereb Kecamatan
Kabuh, Desa Jombok Kecamatan Kesamben, Desa
Selorejo Kecamatan Mojowarno, Desa Pulorejo
Kecamatan Ngoro, Desa Karangan Kecamatan Bareng
Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam, dan Desa
Balongsari Kecamatan Megaluh.

Pasal 30
(1) Sistem jaringan jalur kereta api sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 28 huruf b adalah jaringan jalur kereta api
umum, dan stasiun kereta api.
- 37 -

(2) Sistem jaringan transportasi kereta api umum meliputi:


a. Jalur Tengah Perkeretaapian : Surabaya (Semut) -
Surabaya (Gubeng) - Wonokromo - Jombang - Kertosono
- Nganjuk - Madiun - Solo;
b. Arahan pengembangan jalur rel kereta api ganda (double
track) dan komuter ditujukan pada jalur-jalur
perkeretaapian : Surabaya - Mojokerto - Jombang;
c. Arahan konservasi jalur perkeretaapian mati ditujukan
pada jalur-jalur perkeretaapian mati potensial Babat –
Jombang.
(3) Rencana pengembangan stasiun kereta api meliputi Stasiun
Jombang (Kecamatan Jombang) dan Stasiun Sembung
(Kecamatan Perak).

Paragraf Kedua
Sistem Jaringan Prasana Energi

Pasal 31
(1) Sistem jaringan prasarana energi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 27 huruf b terdiri atas:
a. Jaringan pipa gas;
b. Jaringan transmisi tenaga listrik; dan
c. Gardu induk.
(2) Jaringan pipa gas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a berada pada Kecamatan Bandar Kedungmulyo,
Kecamatan Perak, Kecamatan Peterongan, Kecamatan
Sumobito dan Kecamatan Mojoagung yang dikembangkan
untuk:
a. Menyalurkan gas bumi dari fasilitas produksi ke kilang
pengolahan dan/atau tempat penyimpanan; atau
b. Menyalurkan gas bumi dari kilang pengolahan atau
tempat penyimpanan ke konsumen khususnya pada
kawasan industri besar di Kecamatan Ploso.
(3) Jaringan transmisi tenaga listrik sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b ditetapkan dengan kriteria sebagai
berikut :
a. Mendukung ketersediaan pasokan tenaga listrik untuk
kepentingan umum di kawasan perkotaan hingga
perdesaan;
b. Mendukung pengembangan kawasan perdesaan dan
kawasan terisolasi;
c. Melintasi kawasan permukiman, wilayah sungai, hutan,
persawahan, perkebunan dan jalur transportasi;
- 38 -

d. Berada pada lokasi yang aman terhadap kegiatan lain


dengan memperhatikan persyaratan ruang bebas dan
jarak aman;
e. Merupakan media penyaluran tenaga listrik adalah kawat
saluran udara, dan kabel bawah tanah; dan
f. Menyalurkan tenaga listrik berkapasitas besar dengan
tegangan nominal lebih dari 35 (tiga puluh lima) kiloVolt.
(4) Jaringan transmisi tenaga listrik sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dikembangkan untuk menyalurkan tenaga
listrik antar sistem yang menggunakan kawat saluran udara
dan kabel bawah tanah.
(5) Gardu induk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
meliputi gardu induk di Kecamatan Mojoagung, Kecamatan
Jombang, dan Kecamatan Tembelang.
(6) Pembangunan pembangkit listrik alternatif meliputi
pembangkit listrik tenaga air di sekitar Sungai Brantas
maupun yang berasal dari Waduk Beng dan Waduk Jarak.

Paragraf Ketiga
Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air

Pasal 32
(1) Sistem jaringan sumberdaya air sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 27 huruf c meliputi sungai, mata air, dan waduk
untuk kegiatan jaringan irigasi pertanian dan perkebunan
maupun jaringan air bersih permukiman, perdagangan dan
jasa dan industri.
(2) Wilayah Sungai Brantas di wilayah Kabupaten Jombang
ditetapkan menjadi daya dukung utama bagi jaringan
sumberdaya air yang terkait dengan:
a. Sungai Brantas sebagai wilayah sungai strategis
nasional;
b. Gerbangkertosusila yang merupakan PKN di wilayah
Jawa Timur;
c. Pelayanan kawasan strategis nasional;
d. Suplai kebutuhan air daerah irigasi di Jawa Timur seluas
> (lebih dari) 14.000 (empat belas ribu) hektar;
e. Kelangsungan dan ketersediaan air Sungai Brantas di
wilayah Jawa Timur; dan
f. Tingkat produksi di sektor pertanian secara luas di Jawa
Timur.
- 39 -

(3) Sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang menjadi


bagian dari sistem pelayanan prasarana air wilayah adalah
Sungai Brantas, Sungai Konto, Sungai Jarak, Sungai Pakel,
Sungai Gunting, Sungai Marmoyo, Sungai Beng dan Sungai
Ngotok Ring Kanal.
(4) Sumber mata air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
dimanfaatkan untuk melayani Wilayah terdiri dari 11
(sebelas) sumber mata air meliputi:
a. 1 (satu) mata air di BKPH Ploso Barat, Desa Jipurapah
Kecamatan Plandaan;
b. 1 (satu) mata air di BKPH Ploso Timur, Desa Tanjung
Wadung Kecamatan Kabuh;
c. 3 (tiga) mata air di BKPH Gedangan, Desa Japanan
Kecamatan Mojowarno;
d. 1 (satu) mata air di BKPH Gedangan, Desa Wonosalam
Kecamatan Wonosalam;
e. 2 (dua) mata air di BKPH Gedangan, Desa Kedung
Lumpang Kecamatan Mojoagung;
f. 2 (dua) mata air di BKPH Jabung, Desa Carang Wulung
Kecamatan Wonosalam;
g. 1 (satu) mata air di BKPH Jabung, Desa Panglungan
Kecamatan Wonosalam.
(5) Waduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
ditetapkan menjadi bagian dari sistem prasarana
sumberdaya air meliputi:
a. Waduk Kepuhrejo, Desa Kepuhrejo Kecamatan Kudu;
b. Waduk Grogol, Desa Katemas Kecamatan Kudu;
c. Waduk Pelabuhan, Desa Pelabuhan Kecamatan
Plandaan;
d. Waduk Glugu, Desa Katemas Kecamatan Kudu;
e. Waduk Mangunan dan Waduk Brumbung, Desa
Mangunan Kecamatan Kabuh;
f. Waduk Kradenan, Desa Genenganjasem Kecamatan
Kabuh;
g. Waduk Sempal, Waduk Karangjati dan Waduk
Karangpakis, Desa Karangpakis Kecamatan Kabuh;
h. Waduk Ngabar, Desa Sumberteguh Kecamatan Kudu;
i. Waduk Wadung, Desa Tanjung Wadung Kecamatan
Kabuh;
j. Waduk Bangsri, Desa Bangsri Kecamatan Plandaan;
k. Waduk Beng, Desa Klitih Kecamatan Plandaan;
l. Waduk Jarak, Desa Jarak Kecamatan Wonosalam; dan
m. Waduk Sidowayah, Desa Mundusewu Kecamatan
Bareng.
- 40 -

(6) Waduk Beng di Desa Klitih Kecamatan Plandaan dan Waduk


Jarak di Desa Jarak Kecamatan Wonosalam ditetapkan sebagai
jaringan sumberdaya air strategis provinsi yang melayani
Kabupaten Jombang dan wilayah kabupaten sekitarnya.
(7) Rencana pengembangan sistem jaringan air bersih meliputi
Kecamatan Plandaan, Kecamatan Ngusikan, Kecamatan
Kudu, Kecamatan Kesamben, Kecamatan Sumobito,
Kecamatan Peterongan, Kecamatan Jogoroto, Kecamatan
Tembelang, Kecamatan Megaluh, Kecamatan Bandar
Kedungmulyo, Kecamatan Perak dan Kecamatan Gudo.
(8) Pengelolaan sumberdaya air ditempuh dengan cara:
a. Meningkatkan kapasitas produksi sumberdaya air;
b. Memperluas jaringan-jaringan yang sudah ada;
c. Mencari sumber-sumber mata air yang ada dan
mencukupi debitnya untuk memenuhi kebutuhan air
bersih khususnya di daerah rawan air bersih;
d. Mengoptimalkan keberadaan sumur sebagai fasilitas
penyediaan air bersih di desa-desa rawan air bersih;
e. Melakukan perlindungan terhadap sumber-sumber mata
air, waduk dan daerah aliran sungai;
f. Mencegah terjadinya pendangkalan terhadap saluran
irigasi; dan
g. Membangun dan memperbaiki pintu-pintu air.

Paragraf Keempat
Sistem Jaringan PrasaranaTelekomunikasi

Pasal 33
(1) Penyelenggaraan sitem jaringan prasarana telekomunikasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf d meliputi:
a. Sistem Jaringan Kabel; dan
b. Sistem Jaringan Nirkabel.
(2) Penyelenggaraan sistem jaringan kabel sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi: Kecamatan Kudu,
Kecamatan Ploso, Kecamatan Plandaan, Kecamatan
Kesamben, Kecamatan Peterongan, Kecamatan Tembelang,
Kecamatan Jombang, Kecamatan Megaluh, Kecamatan
Bandar Kedungmulyo, Kecamatan Perak, Kecamatan Gudo,
Kecamatan Sumobito, Kecamatan Mojoagung, Kecamatan
Mojowarno dan Kecamatan Wonosalam.
(3) Penyelenggaraan jaringan nirkabel termasuk menara Base
Transceiver Station (BTS), sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b meliputi:
a. Tower tunggal, apabila digunakan untuk penempatan
satu antena atau lebih oleh satu penyelenggara
telekomunikasi; dan
- 41 -

b. Tower bersama, apabila digunakan untuk penempatan


beberapa antena dari beberapa penyelenggara
telekomunikasi.
(4) Peningkatan pelayanan kepada masyarakat dlam bidang
telekomunikasi dilakukan dengan meningkatkan jumlah dan
mutu telematika pada tiap wilayah, melalui upaya:
a. Penerapan teknologi telematika berbasis teknologi
modern;
b. Pembangunan teknologi telematika pada wilayah -
wilayah pusat pertumbuhan;
c. Pembentukan jaringan telekomunikasi dan informasi
yang menghubungkan setiap wilayah pertumbuhan
dengan ibukota kabupaten; dan
d. Pengarahan untuk memanfaatkan secara bersama pada
satu tower BTS untuk beberapa operator telepon seluler
dengan pengelolaan secara bersama pula.
(5) Arahan pengembangan menara telekomunikasi diarahkan
pada wilayah Kabupaten Jombang meliputi Kecamatan
Jombang, Kecamatan Mojoagung, Kecamatan Peterongan,
Kecamatan Perak, Kecamatan Wonosalam, Kecamatan
Diwek, Kecamatan Ngoro, Kecamatan Mojowarno,
Kecamatan Tembelang, Kecamatan Megaluh, Kecamatan
Kudu, Kecamatan Bareng, Kecamatan Ploso, Kecamatan
Gudo, Kecamatan Sumobito, Kecamatan Kabuh, Kecamatan
Bandar Kedungmulyo, Kecamatan Jogoroto, Kecamatan
Ngusikan, Kecamatan Plandaan, dan Kecamatan
Kesamben.

Paragraf Kelima
Sistem Jaringan Prasarana Lingkungan

Pasal 34
Sistem jaringan prasarana lingkungan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 27 huruf e terdiri atas:
a. Sistem jaringan persampahan;
b. Sistem drainase; dan
c. Sistem jaringan limbah.

Pasal 35
(1) Sistem jaringan persampahan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 34 huruf a meliputi:
a. Penempatan lokasi tempat pengolahan sampah terpadu
dan tempat pemrosesan akhir sampah dengan sistem
pelayanan yang bersifat pembagian wilayah pelayanan;
b. Penampungan sementara secara terpusat pada tiap unit-
unit lingkungan dan pusat kegiatan pelayanan; dan
- 42 -

c. Penyediaan fasilitas pemilahan sampah pada kawasan


permukiman, kawasan komersial, kawasan industri,
kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan
fasilitas lainnya.
(2) Rencana pengembangan lokasi TPA terdapat di Kecamatan
Ploso dan Kecamatan Mojoagung.
(3) Dalam pembangunan TPA harus memenuhi kriteria aspek:
a. Kondisi Geologi, dengan ketentuan:
1. Tidak berlokasi di zona holocene fault; dan
2. Tidak boleh di zona bahaya geologi.
b. Kondisi hidrogeologi, dengan ketentuan:
1. Tidak boleh mempunyai muka air tanah < (kurang dari)
3 (tiga) meter;
2. Tidak boleh ada pada keluasan tanah lebih besar
dari 10-6 (sepuluh pangkat minus enam) cm/detik;
3. Jarak terhadap sumber air minum harus lebih besar
dari 100 (seratus) meter di hilir aliran; dan
4. Dalam hal tidak ada zona yang memenuhi kriteria-
kriteria tersebut di atas, maka harus diadakan
masukan teknologi.
c. Kemiringan zona harus kurang dari 20% (dua puluh
persen);
d. Tidak boleh berlokasi pada daerah lindung/cagar alam
dan daerah banjir dengan periode ulang 25 (dua puluh
lima) tahun;
e. Harus memenuhi syarat AMDAL sesuai ketentuan
peraturan perundang - undangan yang berlaku;
f. Teknologi penanganannya ramah lingkungan;
g. Untuk menghindari perembesan lindi terhadap air tanah
perlu dilakukan:
1. Pemilahan sampah yang dilaksanakan pada sumber
sampah;
2. Efisiensi dalam pengangkutan sampah;
3. Teknologi pengolahan sampah yang mengacu pada :
prioritas kepada pengolahan sampah organik seperti
proses bio fertilized, memaksimalkan sistem 3 R
(reuse, recycle, reduce);
4. Pengolahan sampah menjadi sumber energi baru
perlu dikembangkan;
5. Posisi sanitary landfill harus di bawah air tanah
karena dapat menimbulkan polusi air yang
menyebabkan bau, uap zat kimia beracun, bahan
organik dan anorganik beracun serta bibit penyakit;
- 43 -

6. Pembangunan perumahan yang membangun 80


(delapan puluh) unit rumah harus menyediakan
tempat pembuangan sampah sementara (TPS), alat
pengumpul, sedangkan pengangkutan dan
pembuangan akhir sampah bergabung dengan yang
sudah ada.

Pasal 36
(1) Sistem drainase sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34
huruf b meliputi:
a. Sistem jaringan drainase yang meliputi jaringan primer,
jaringan sekunder dan jaringan tersier;
b. Sistem jaringan drainase yang disesuaikan dengan
sistem drainase tanah yang ada dan tingkat peresapan
air ke dalam penampang/profil tanah, serta arah aliran
dengan memanfaatkan topografi wilayah;
c. Pemeliharaan kelestarian sungai-sungai sebagai sistem
drainase primer, melalui kegiatan normalisasi sungai-
sungai dan konservasi sempadan sungai.
(2) Rencana pengembangan sistem jaringan drainase diarahkan
pada jalan arteri primer dan jalan kolektor primer yang
terdapat pada desa-desa pusat perkotaan, pusat
permukiman real estate, serta lokasi rawan banjir yakni Desa
Mojoduwur, Desa Japanan dan Desa Penggaron Kecamatan
Mojowarno.
(3) Sistem jaringan drainase meliputi sistem jaringan drainase
primer yang terdapat pada 44 (empat puluh empat) aliran
kali/sungai yang melewati wilayah Kabupaten Jombang.

Pasal 37
(1) Sistem jaringan limbah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
34 huruf c meliputi:
a. Penggunaan septic-tank dan peresapan dilakukan
dengan memperhatikan desain peresapan;
b. Kewajiban menyediakan sistem pembuangan air limbah
terpusat dan pengorganisasian (sistem off-site) bagi
pengelola kawasan industri dan pusat kegiatan
perdagangan kapasitas besar; dan
c. Penggunaan sistem pembuangan secara komunal untuk
pusat kegiatan fasilitas umum.
(2) Rencana pengelolaan prasarana air limbah terdiri dari:
a. Pengembangan sistem setempat yang diarahkan pada
sistem publik bagi wilayah yang tidak terlayani saluran air
limbah terpusat;
b. Pengadaan dan mengoptimalkan pelayanan sistem terpusat
pada kawasan yang sudah dilayani sistem tersebut;
- 44 -

c. Pengelolaan penanganan air limbah dari kegiatan


industri, rumah sakit, hotel, restoran dan rumah tangga;
dan
d. Pengelolaan limbah Bahan Beracun Berbahaya (B3)
mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

BAB V
RENCANA POLA RUANG
Bagian Kesatu
Umum

Pasal 38

(1) Rencana pola ruang wilayah terdiri atas:


a. Kawasan Lindung; dan
b. Kawasan budidaya.

(2) Rencana pola ruang wilayah digambarkan dalam peta


dengan tingkat ketelitian 1 : 50.000 (satu banding lima puluh
ribu) sebagaimana tercantum dalam Lampiran Album Peta
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.

Bagian Kedua
Kawasan Lindung

Pasal 39
Kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (1)
huruf a, meliputi:
a. Kawasan hutan lindung;
b. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya;
c. Kawasan perlindungan setempat terdiri dari :
1. Sempadan sungai;
2. Kawasan sekitar waduk/embung;
3. Kawasan sekitar mata air; dan
4. Ruang terbuka hijau kawasan perkotaan;
d. Kawasan pelestarian alam dan cagar budaya terdiri dari :
1. Taman hutan raya; dan
2. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan;
e. Kawasan rawan bencana alam yang terdiri dari :
1. Potensi gempa tektonik;
2. Rawan tanah longsor;
3. Rawan banjir; dan
4. Bahaya angin puting beliung.
- 45 -

Paragraf Kesatu
Kriteria Kawasan Lindung

Pasal 40
Kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39
huruf a ditetapkan dengan kriteria:
a. Kawasan hutan dengan faktor kelas lereng, jenis tanah dan
intensitas hujan, setelah masing-masing dikalikan dengan
angka penyumbang berjumlah nilai/skor 175 (seratus tujuh
puluh lima) atau lebih;
b. Kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan 40%
(empat puluh persen) atau lebih; dan
c. Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian 2.000 (dua ribu)
meter di atas permukaan laut atau lebih.

Pasal 41
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf b
ditetapkan dengan kriteria:
a. Daerah yang memiliki curah hujan tinggi > 2000 (lebih dari dua
ribu) mm pertahun;
b. Daerah yang memiliki struktur tanah yang mudah meresapkan air,
tingkat permeabilitas 27,7 (dua puluh tujuh koma tujuh) mm perjam; dan
c. Daerah yang memiliki bentuk geomorfologi yang mampu
meresapkan air secara besar-besaran, baik datar maupun
berbukit dan/atau memiliki ketinggian 250 (dua ratus lima
puluh) meter di atas permukaan laut.

Pasal 42
(1) Sempadan sungai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39
huruf c angka 1 ditetapkan dengan kriteria:
a. Garis sempadan sungai bertanggul ditetapkan dengan
batas lebar sekurangnya 5 (lima) meter pada bagian luar
sepanjang kaki tanggul;
b. Daratan sepanjang tepian sungai bertanggul dengan
lebar minimal 5 (lima) meter dari kaki tanggul bagian luar;
c. Daratan sepanjang tepian sungai besar tidak bertanggul
di luar kawasan permukiman dengan lebar minimal
100 (seratus) meter dari tepi sungai;
d. Daratan sepanjang tepian anak sungai tidak bertanggul di
luar kawasan permukiman dengan lebar minimal 50 (lima
puluh) meter dari tepi sungai;
e. Sungai mempunyai anak sungai dan apabila terjadi
perubahan fungsi dan peran sungai tersebut akan
mempengaruhi ekosistem di sepanjang aliran yang ada;
dan
- 46 -

f. Sungai yang turut memberikan kontribusi terhadap sistem


sarana dan prasarana sumberdaya air, dan suplai
terhadap pengembangan energi yang bersumber dari air.
(2) Kawasan sekitar waduk/embung sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 39 huruf c angka 2 ditetapkan dengan kriteria:
a. Daratan sepanjang tepian waduk atau embung yang
lebarnya proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik
waduk atau embung; dan
b. Daratan dengan jarak 50 (lima puluh) meter sampai
dengan 100 (seratus) meter dari titik pasang air waduk
atau embung tertinggi.
(3) Kawasan sekitar mata air sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 39 huruf c angka 3 ditetapkan dengan kriteria:
a. Daratan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat
untuk mempertahankan fungsi mata air; dan
b. Wilayah dengan jarak minimal 200 (dua ratus) meter dari
mata air.
(4) Ruang terbuka hijau perkotaan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 39 huruf c angka 4 ditetapkan dengan kriteria:
a. Memiliki fungsi sebagai mitigasi bencana, sosial dan
ekologis;
b. Penyediaan ruang terbuka hijau di perkotaan terdiri dari
RTH publik (milik pemerintah dan terbuka untuk umum)
dan RTH privat (milik perorangan atau institusi);
c. Proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar
minimal 30% (tiga puluh persen) yang terdiri dari 20%
(dua puluh persen) ruang terbuka hijau publik dan 10%
(sepuluh persen) terdiri dari ruang terbuka hijau privat;
d. Lokasi sasaran ruang terbuka hijau kawasan perkotaan
termasuk di dalamnya hutan kota antara lain di kawasan
permukiman, industri, tepi sungai/jalan yang berada di
kawasan perkotaan; dan
e. Persentase luas hutan kota ditetapkan paling sedikit 10%
(sepuluh persen) dari wilayah perkotaan dan atau
disesuaikan dengan kondisi setempat.

Pasal 43
(1) Taman hutan raya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39
huruf d angka 1 ditetapkan dengan kriteria:
a. Merupakan wilayah dengan ciri khas baik asli maupun
buatan, baik pada kawasan yang ekosistemnya masih
utuh atau pun kawasan yang sudah berubah;
b. Memiliki keindahan alam, tumbuhan, satwa, dan gejala
alam;
c. Mudah dijangkau dan dekat dengan pusat-pusat
pemukiman penduduk;
- 47 -

d. Luas wilayah yang memungkinkan untuk pembangunan koleksi


tumbuhan dan/atau satwa baik jenis asli dan/atau bukan asli;
e. Memiliki akses yang baik untuk keperluan pariwisata; dan
f. Memiliki arsitektur bentang alam yang baik.
(2) Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 39 huruf d angka 2 ditetapkan
dengan kriteria tempat serta ruang di sekitar bangunan
bernilai budaya tinggi, situs purbakala dan kawasan dengan
bentukan geologi tertentu yang mempunyai manfaat tinggi
untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Pasal 44
(1) Kawasan potensi gempa tektonik sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 39 huruf e angka 1 ditetapkan dengan kriteria
adanya patahan berpotensi timbul gempa tektonik.
(2) Kawasan rawan tanah longsor sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 39 huruf e angka 2 ditetapkan dengan kriteria
kawasan berbentuk lereng yang rawan terhadap
perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan,
bahan rombakan, tanah, atau material campuran.
(3) Kawasan rawan banjir sebagaimana dimaksud dalam Pasal
39 huruf e angka 3 ditetapkan dengan kriteria kawasan yang
diidentifikasikan sering dan/atau berpotensi tinggi mengalami
bencana alam banjir.
(4) Kawasan rawan penyebaran bahaya angin puting beliung
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf e angka 4
ditetapkan dengan kriteria merupakan wilayah yang pernah
terkena bahaya angin puting beliung.

Paragraf Kedua
Sebaran Kawasan Lindung

Pasal 45
(1) Kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal
39 huruf a adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas
yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan
sekitar maupun bawahannya sebagai pengatur tata air,
pencegah banjir dan erosi serta memelihara kesuburan
tanah. Berdasarkan fungsinya maka kawasan hutan lindung
merupakan kawasan hutan dengan fungsi lindung.
(2) Kawasan Hutan Lindung seluas lindung 874,40 (delapan
ratus tujuh puluh empat koma empat puluh) Hektar terdapat
di KPH Jombang seluas 871,20 (delapan ratus tujuh puluh
satu koma dua puluh) Hektar dan KPH Kediri seluas 3,20
(tiga koma dua puluh) Hektar.
- 48 -

(3) Pengelolaan kawasan hutan lindung diarahkan pada:


a. Peningkatan fungsi lindung pada area yang telah
mengalami alih fungsi melalui pengembangan vegetasi
tegakan tinggi yang mampu memberikan perlindungan
terhadap permukaan tanah dan mampu meresapkan air;
b. Perluasan hutan lindung terutama pada area yang
mengalami alih fungsi;
c. Pengembalian berbagai rona awal sehingga kehidupan
satwa dan fauna dilindungi dapat lestari;
d. Percepatan rehabilitasi lahan yang mengalami
kerusakan;
e. Peningkatan fungsi lahan melalui pengembangan hutan
rakyat/agroforestry yang memberikan nilai ekonomi
melalui pengambilan hasil bukan kayu; serta
f. Peningkatan kegiatan pariwisata alam/ekotourism,
sekaligus menanamkan gerakan cinta alam.

Pasal 46
(1) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya sebagaimana dimaksud pada Pasal 39 huruf b
meliputi kawasan resapan air.
(2) Kawasan resapan air adalah daerah yang memiliki
kemampuan tinggi meresapkan air hujan, dan merupakan
tempat pengisian air bumi (akuiver) yang berguna sebagai
penyedia sumber air.
(3) Rencana pengembangan kawasan resapan air, meliputi:
30% (tiga puluh persen) dari DAS Sungai Brantas dan
cekungan air tanah di BKPH Gedangan Kecamatan
Wonosalam seluas 745 (tujuh ratus empat puluh lima) hektar
yang memiliki kelerengan 25-40% (empat puluh persen).
(8) Pengelolaan kawasan resapan air, meliputi :
a. Pelarangan semua kegiatan budidaya di sekitar DAS
Brantas yang dapat mengganggu dan merusak;
b. Pengamanan bantaran sungai dari erosi dan longsor;
c. Pembuatan turap di tempat tertentu untuk menjaga
bahaya longsor;
d. Penanaman vegetasi pelindung dan mampu menyerap
dan menahan aliran air;
e. Pembangunan jalan inspeksi di kiri-kanan sungai untuk
sungai yang melalui permukiman;
f. Percepatan rehabilitasi lahan yang mengalami
kerusakan; dan
g. Pengolahan tanah secara teknis (misalnya membuat
embung, cekungan tanah, bendung) sehingga kawasan
ini memberikan kemampuan peresapan air yang lebih
tinggi.
- 49 -

Pasal 47
(1) Sempadan sungai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39
huruf c angka 1 adalah:
a. Kawasan sepanjang kanan-kiri sungai, termasuk sungai
buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai
manfaat penting untuk melestarikan fungsi sungai; dan
b. Sempadan sungai meliputi Sungai Brantas dan 43
(empat puluh tiga) anak sungai Brantas dengan luas
sempadan sungai 6.514,42 (enam ribu lima ratus empat
belas koma empat puluh dua) hektar.
(2) Ketentuan sempadan sungai adalah:
a. Garis sempadan sungai bertanggul di tetapkan sebagai berikut:
1. Garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan
perkotaan, ditetapkan sekurang-kurangnya 5 (lima)
meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul; dan
2. Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan
perkotaan, ditetapkan sekurang-kurangnya 3 (tiga)
meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul.
b. Garis sempadan sungai tidak bertanggul di luar kawasan
perkotaan pada sungai besar yang mempunyai daerah
pengaliran sungai seluas 500 km2 (lima ratus kilometer
persegi) atau lebih ditetapkan sekurang-kurangnya 100
(seratus) meter, sedangkan pada sungai kecil yang
mempunyai daerah pengaliran sungai seluas kurang dari
500 km2 (lima ratus kilometer persegi) minimal 50 (lima
puluh) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan;
c. Penetapan garis sempadan sungai tak bertanggul di
dalam kawasan perkotaan ditetapkan sebagai berikut:
1. Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari
3 (tiga) meter, garis sempadan ditetapkan sekurang-
kurangnya 10 (sepuluh) meter dihitung dari tepi
sungai pada waktu ditetapkan;
2. Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3
(tiga) meter sampai dengan 20 (dua puluh) meter,
garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 15
(lima belas) meter dihitung dari tepi sungai pada
waktu ditetapkan; dan
3. Sungai yang mempunyai kedalaman maksimum lebih
dari 20 (dua puluh) meter, garis sempadan sungai
minimal 30 (tiga puluh) meter dihitung dari tepi sungai
pada waktu ditetapkan.
(3) Pemanfaatan sempadan sungai sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a adalah untuk:
a. Arahan kegiatan daerah sepanjang aliran sungai, yang
meliputi:
1. Pengembangan irigasi;
- 50 -

2. Pengembangan drainase;dan
3. Pembangunan sarana dan prasarana pengembangan
sumberdaya air guna pengendalian banjir, pengen-
dalian sedimen, pengembangan suplai air bersih
perkotaan, pencegahan pencemaran, peningkatan
kualitas air baku.
b. Pengelolaan kawasan sempadan sungai antara lain
dilakukan dengan:
1. Perlindungan sekitar sungai atau sebagai sempadan
sungai dilarang mengadakan alih fungsi lindung yang
menyebabkan kerusakan kualitas air sungai;
2. Bangunan sepanjang sempadan sungai yang tidak
memiliki kaitan dengan pelestarian atau pengelolaan
sungai dilarang untuk didirikan;
3. Sungai yang melintasi kawasan permukiman ataupun
kawasan perdesaan dan perkotaan dilakukan re-
orientasi pembangunan dengan menjadikan sungai
sebagai bagian dari latar depan;
4. Sungai yang memiliki arus deras dijadikan salah satu
bagian dari wisata alam-petualangan seperti arung
jeram, out bond, dan kepramukaan;
5. Sungai yang arusnya lemah dan bukan sungai yang
menyebabkan timbulnya banjir dapat digunakan untuk
pariwisata; serta
6. Sempadan sungai yang areanya masih luas dapat
digunakan untuk pariwisata melalui penataan
kawasan tepian sungai.
(4) Kawasan sekitar waduk atau embung sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 39 huruf c angka 2 adalah kawasan
tertentu di sekeliling waduk atau embung yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi
waduk atau embung, meliputi:
a. Kawasan perlindungan setempat berupa waduk/embung
seluas 32,26 (tiga puluh dua koma dua puluh enam)
hektar yang tersebar di Kecamatan Kudu, Kecamatan
Bareng, Kecamatan Kabuh, Kecamatan Plandaan dan
Kecamatan Wonosalam;
b. Rencana pengembangan kawasan Waduk Beng di Desa
Klitih Kecamatan Plandaan dan Waduk Jarak di Desa
Jarak Kecamatan Wonosalam yang berfungsi sebagai
daerah resapan air dan penampungan air hujan;dan
c. Sempadan kawasan sepanjang tepian waduk/embung
yang lebarnya proporsional dengan bentuk fisik
waduk/embung yaitu selebar 50 (lima puluh) meter,
diukur dari titik pasang tertinggi kearah darat.
- 51 -

(5) Pengelolaan kawasan sempadan waduk dilakukan dengan:


a. Perlindungan sekitar waduk untuk kegiatan yang
menyebabkan alih fungsi lindung dan menyebabkan
kerusakan kualitas sumber air;
b. Pemanfaatan waduk selain untuk irigasi, pengendali air,
perikanan, sumber energi listrik juga untuk pariwisata.
Untuk itu diperlukan pelestarian waduk beserta seluruh
tangkapan air di atasnya;
c. Waduk yang digunakan untuk kepentingan pariwisata
diijinkan membangun selama tidak mengurangi kualitas
tata air yang ada;
d. Pengembangan tanaman perdu, tanaman tegakan tinggi,
dan penutup tanah untuk melindungi pencemaran dan
erosi terhadap air; serta
e. Membatasi dan tidak boleh menggunakan lahan secara
langsung untuk bangunan yang tidak berhubungan
dengan konservasi waduk.
(6) Kawasan sekitar mata air sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 39 huruf c angka 3, meliputi:
a. Sempadan mata air seluas 34,60 (tiga puluh empat koma
enam puluh) hektar yang terdapat di 11 (sebelas) mata
air yang tersebar di Kecamatan Plandaan, Kecamatan
Kabuh dan Kecamatan Wonosalam; dan
b. Kawasan perlindungan setempat sekitar mata air
ditetapkan dengan radius 200 (dua ratus) meter.
(7) Pengelolaan kawasan sekitar mata air meliputi kegiatan:
a. Perlindungan sekitar mata air untuk kegiatan yang
menyebabkan alih fungsi lindung dan menyebabkan
kerusakan kualitas sumber air;
b. Pembuatan sistem saluran bila sumber dimanfaatkan
untuk air minum atau irigasi;
c. Selain sebagai sumber air minum dan irigasi, sumber air
juga digunakan untuk pariwisata peruntukkannya diijinkan
selama tidak mengurangi kualitas tata air yang ada.
Penggunaan sumber air untuk rekreasi dan renang, perlu
dibuat kolam tersendiri;
d. Pengembangan tanaman perdu, tanaman tegakan tinggi,
dan penutup tanah atau ground cover untuk melindungi
pencemaran dan erosi terhadap air; serta
e. Membatasi dan tidak boleh menggunakan lahan secara
langsung untuk bangunan yang tidak berhubungan
dengan konservasi mata air.
(8) Ruang terbuka hijau kawasan perkotaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 39 huruf c angka 4 adalah area
memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh
- 52 -

tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang


sengaja ditanam, meliputi:
a. Ruang terbuka hijau perkotaan berfungsi sebagai hutan
kota, yang ditetapkan dengan luasan sebesar 1.271,97
(seribu dua ratus tujuh puluh satu koma sembilan puluh
tujuh) hektar yang tersebar di Perkotaan Jombang, Ploso,
Mojowarno, Mojoagung dan Bandar Kedungmulyo;
b. Penyediaan ruang terbuka hijau berdasarkan luas
wilayah di perkotaan adalah sebagai berikut:
1. Ruang terbuka hijau di perkotaan terdiri dari ruang
terbuka hijau publik (milik pemerintah dan terbuka untuk
umum) dan RTH Privat (milik perorangan atau institusi);
2. Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah perkotaan
adalah sebesar minimal 30% (tiga puluh persen)
yang terdiri dari 20% (dua puluh persen) ruang
terbuka hijau publik dan 10% (sepuluh persen) ruang
terbuka hijau privat; dan
3. Apabila luas ruang terbuka hijau baik publik maupun
privat di perkotaan yang bersangkutan telah memiliki
total luas lebih besar dari peraturan atau
perundangan yang berlaku, maka proporsi tersebut
harus tetap dipertahankan keberadaannya;
c. Arahan pemanfaatan ruang terbuka hijau perkotaan
meliputi : taman perkotaan, lapangan olahraga, lapangan
terbuka, hutan kota, jalur hijau, sempadan sungai, tempat
pemakaman, pekarangan dan ruang terbuka produktif.
(9) Arahan pengelolaan kawasan terbuka hijau kota meliputi:
a. Penambahan luasan kawasan terbuka hijau perkotaan
hingga mencapai 30 % (tiga puluh persen); serta
b. Pengawasan ketat terkait perubahan fungsi ruang
terbuka hijau.

Pasal 48
(1) Taman hutan raya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39
huruf d angka 1 adalah kawasan pelestarian alam untuk
tujuan koleksi tumbuhan dan/atau satwa alami atau bukan
alami, jenis asli dan/atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi
kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,
menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi.
(2) Taman hutan raya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah Taman Hutan Raya R. Soerjo yang meliputi sebagian
wilayah Kecamatan Wonosalam bagian tenggara seluas
2.864,70 (dua ribu delapan ratus enam puluh empat koma
tujuh puluh) hektar atau sebesar 10,27% (sepuluh koma dua
puluh tujuh persen) dari luas Taman Hutan Raya di Provinsi
Jawa Timur.
- 53 -

(3) Pengelolaan kawasan Taman Hutan Raya R. Soerjo


meliputi:
a. Mengembalikan fungsi lindung terutama pada kawasan
dengan kelerengan 40 % (empat puluh persen);
b. Pengelolaan hutan bersama masyarakat dengan tujuan
memberikan pemahaman tentang pentingnya hutan
selain mempunyai fungsi ekologis juga secara tidak
langsung memiliki nilai ekonomis;
c. Memperbanyak reboisasi dengan melakukan penanaman
pohon produktif yang dapat digunakan sebagai
perlindungan disamping diambil hasilnya; dan
d. Membuka jalur wisata jelajah/pendakian untuk
menanamkan rasa memiliki terhadap alam.
(4) Pengembangan kawasan taman hutan raya R. Soerjo
dilakukan melalui upaya:
a. Pengembalian fungsi lindung terutama pada kawasan
dengan kelerengan 40 % (empat puluh persen) dan
penetapan peraturan daerah tentang larangan
mendirikan bangunan pada kawasan konservasi;
b. Pengelolaan hutan bersama masyarakat dengan tujuan
memberikan pemahaman tentang pentingnya hutan yang
selain mempunyai fungsi ekologis juga secara tidak
langsung memiliki nilai ekonomis;
c. Intensifikasi reboisasi dengan melakukan penanaman
pohon produktif yang dapat digunakan sebagai
perlindungan di samping diambil hasilnya;
d. Pembukaan jalur wisata jelajah/pendakian untuk
menanamkan rasa cinta terhadap alam; dan
e. Penetapan peruntukan ruang Tahura R. Soerjo sebagai
hutan konservasi yang tidak dapat dialihfungsikan.
(5) Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 39 huruf d angka 2 adalah kawasan
dimana terdapat:
a. Benda buatan manusia, baik yang bergerak maupun
tidak bergerak yang berupa kesatuan atau kelompok,
atau bagian-bagian atau sisa-sisanya, yang berumur
paling sedikit 50 (lima puluh) tahun;
b. Benda buatan manusia yang mewakili masa gaya yang
khas dan mewakili masa gaya paling sedikit 50 (lima
puluh) tahun, serta dianggap mempunyai nilai penting
bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan; atau
c. Benda alam yang dianggap mempunyai nilai penting bagi
sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
- 54 -

(6) Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan, meliputi:


a. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan lingkungan
bangunan non-gedung yaitu : Makam KH. Hasyim Asy’ari,
KH. Wahid Hasyim, KH Abdurrahman Wahid, Makam
Sayyid Sulaiman, Sendangmade, Goa Sigolo-golo, Candi
Arimbi serta situs peninggalan Kerajaan Majapahit;
b. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan
lingkungan bangunan gedung meliputi: Kelenteng Hok
San Kiong, Gereja Protestan GKJW Mojowarno.
(7) Arahan pengelolaan kawasan cagar budaya dan ilmu
pengetahuan, meliputi:
a. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan
lingkungan bangunan non-gedung, diwujudkan melalui
kegiatan:
1. Pada kawasan sekitar situs/candi harus dikonservasi
untuk kelestarian dan keserasian benda cagar
budaya, berupa pembatasan pembangunan,
pembatasan ketinggian, dan menjadikan candi tetap
terlihat dari berbagai sudut pandang;
2. Pengembangan jalur wisata candi sebagai salah satu
obyek wisata yang menarik dan menjadi salah satu
tujuan atau obyek penelitian benda purbakala dan
tujuan pendidikan;
3. Meningkatkan pelestarian situs, candi dan artefak lain
yang merupakan peninggalan sejarah;
4. Mengembangkan pencarian situs bersejarah
terutama di Kabupaten Jombang;
5. Mendirikan museum purbakala sebagai sarana
penelitian dan pendidikan bagi masyarakat; dan
6. Menjadikan lingkungan bangunan non-gedung
sebagai obyek daya tarik wisata sejarah.
b. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan
lingkungan bangunan gedung, diwujudkan melalui
kegiatan:
1. Melestarikan bangunan kuno yang masih terdapat di
berbagai wilayah kabupaten;
2. Mempertahankan keaslian dari bangunan tersebut
dengan modernisasi ke bentuk lain;
3. Memfungsikan bangunan tersebut sehingga dapat
terkontrol dan terawat kelestariannya; dan
4. Perlindungan terhadap bangunan peninggalan
sejarah tersebut, ditetapkan dalam peraturan
tersendiri.
- 55 -

Pasal 49
(1) Kawasan potensi gempa tektonik sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 39 huruf e angka 1 adalah kawasan yang
berpotensi terdapat bencana akibat patahan lempeng bumi
(bencana geologi) di sepanjang Sungai Brantas meliputi:
Kecamatan Plandaan, Kecamatan Kabuh, Kecamatan
Ngusikan, Kecamatan Megaluh dan Kecamatan Bandar
Kedungmulyo.
(2) Kawasan rawan tanah longsor sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 39 huruf e angka 2 seluas 18.445,22 (delapan
belas ribu empat ratus empat puluh lima koma dua puluh
dua) hektar yang tersebar di Kecamatan Bareng, Kecamatan
Wonosalam, Kecamatan Mojoagung, Kecamatan Sumobito,
Kecamatan Ngusikan, Kecamatan Mojowarno, Kecamatan
Plandaan, Kecamatan Kudu, Kecamatan Kabuh dan
Kecamatan Plandaan.
(3) Upaya mitigasi pengurangan bencana longsor/erosi meliputi:
a. Pengendalian pembangunan permukiman dan fasilitas
utama lainnya pada daerah rawan bencana;
b. Mengurangi tingkat keterjalan lereng;
c. Meningkatkan/memperbaiki dan memelihara drainase
baik air permukaan maupun air tanah;
d. Pembuatan bangunan penahan, jangkar (anchor) dan
pilling;
e. Penataan terasering dengan sistem drainase yang tepat;
f. Penghijauan dengan tanaman yang sistem perakarannya
dalam dan jarak tanam yang tepat;
g. Khusus untuk runtuhan batu dapat dibuatkan tanggul
penahan baik berupa bangunan konstruksi, tanaman
maupun parit;
h. Pengenalan daerah yang rawan longsor;
i. Identifikasi daerah yang aktif bergerak, dapat dikenali
dengan adanya rekahan-rekahan berbentuk ladam (tapal
kuda); dan
j. Melakukan relokasi pada kasus-kasus tertentu.
(4) Kawasan rawan banjir sebagaimana dimaksud dalam Pasal
39 huruf e angka 3 seluas 1.585,72 (seribu lima ratus
delapan puluh lima koma tujuh puluh dua) hektar, meliputi
Kecamatan Plandaan, Kecamatan Ngusikan, Kecamatan
Kudu, Kecamatan Ploso, Kecamatan Kesamben, Kecamatan
Tembelang, Kecamatan Megaluh, Kecamatan Peterongan,
Kecamatan Jombang, Kecamatan Bandar Kedungmulyo,
Kecamatan Sumobito, Kecamatan Mojoagung, Kecamatan
Gudo, Kecamatan Jogoroto, Kecamatan Mojowarno, dan
Kecamatan Diwek.
- 56 -

(5) Upaya mitigasi penanganan kawasan rawan banjir meliputi :


a. Merekomendasikan upaya perbaikan atas prasarana dan
sarana pengendalian banjir sehingga dapat berfungsi
sebagaimana direncanakan;
b. Melakukan monitoring dan evaluasi data curah hujan,
banjir, daerah genangan dan informasi lain yang
diperlukan untuk meramalkan kejadian banjir, daerah
yang diidentifikasi terkena banjir serta daerah yang rawan
banjir;
c. Menyiapkan peta daerah rawan banjir dan lokasi pos
pengamat debit banjir/ketinggian muka air banjir di sungai
penyebab banjir;
d. Pembangunan tembok penahan dan tanggul
di sepanjang sungai, untuk mengurangi bencana banjir
pada tingkat debit banjir yang direncanakan;
e. Pengaturan kecepatan aliran dan debit air permukaan
dari daerah hulu sangat membantu mengurangi
terjadinya bencana banjir;
f. Beberapa upaya yang perlu dilakukan untuk mengatur
kecepatan air dan debit aliran air masuk ke dalam sistem
pengaliran diantaranya adalah dengan reboisasi dan
pembangunan sistem peresapan serta pembangunan
bendungan/waduk; serta
g. Pengerukan sungai, pembuatan sudetan sungai baik
secara saluran terbuka maupun tertutup atau terowongan
dapat membantu mengurangi terjadinya banjir.
(6) Penyebaran bahaya angin puting beliung sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 39 huruf e angka 4 merupakan
wilayah yang pernah terkena bahaya angin puting beliung
meliputi Kecamamatan Bandar Kedungmulyo, Kecamatan
Perak, Kecamatan Tembelang dan Kecamatan Ngoro.

Bagian Ketiga
Kawasan Budidaya
Pasal 50
Kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat
(1) huruf b, meliputi:
a. Kawasan peruntukan hutan produksi meliputi:
1. Kawasan peruntukan hutan produksi terbatas; dan
2. Kawasan peruntukan hutan produksi tetap;
b. Kawasan peruntukan hutan rakyat;
c. Kawasan peruntukan pertanian meliputi;
1. Kawasan pertanian lahan basah; dan
2. Kawasan pertanian lahan kering;
d. Kawasan peruntukan perkebunan;
e. Kawasan peruntukan peternakan dan perikanan;
- 57 -

f. Kawasan peruntukan pertambangan meliputi :


1. Pertambangan mineral terdiri dari :
a) pertambangan mineral bukan logam; dan
b) pertambangan batuan;
2. Pertambangan minyak dan gas bumi;
g. Kawasan peruntukan industri meliputi :
1. Kawasan peruntukan industri besar;
2. Kawasan peruntukan industri sedang; dan
3. Kawasan peruntukan industri rumah tangga;
h. Kawasan peruntukan pariwisata meliputi:
1. Kawasan wisata alam;
2. Kawasan wisata budaya; dan
3. Kawasan wisata buatan;
i. Kawasan peruntukan permukiman;
j. Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa; dan
k. Kawasan khusus pengembangan sektor informal.

Paragraf Kesatu
Kriteria Kawasan Budidaya

Pasal 51
Kawasan peruntukan hutan produksi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 50 huruf a ditetapkan dengan kriteria:
a. Pemanfaatan kawasan peruntukan hutan produksi mencakup
tentang kegiatan pemanfaatan kawasan jasa lingkungan, hasil
kayu dan/atau bukan kayu, dan pemungutan hasil kayu
dan/atau bukan kayu;
b. Hutan produksi harus diupayakan untuk tetap memper-
tahankan bentuk tebing sungai dan mencegah sedimentasi ke
aliran sungai akibat erosi dan longsor;
c. Kegiatan pemanfaatan kawasan peruntukan hutan produksi
wajib memenuhi kriteria dan indikator pengelolaan hutan
secara lestari yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan
ekologi;
d. Pemanfaatan ruang beserta sumberdaya hasil hutan di
kawasan peruntukan hutan produksi harus diperuntukan untuk
sebesar-besarnya bagi kepentingan negara dan kemakmuran
rakyat, dengan tetap memelihara sumberdaya tersebut
sebagai cadangan pembangunan yang berkelanjutan dan
tetap menjaga kelestarian fungsi hutan sebagai daerah
resapan air hujan serta memperhatikan kaidah-kaidah
pelestarian fungsi lingkungan hidup;
e. Parameter yang diperhatikan dan diperhitungkan dalam
penetapan hutan produksi adalah lereng (kemiringan)
lapangan, jenis tanah, dan intensitas hujan;
- 58 -

f. Berdasarkan hasil penjumlahan skoring ketiga parameter tersebut


yaitu lereng, jenis lahan, dan intensitas hujan suatu wilayah hutan
dinyatakan memenuhi syarat untuk ditetapkan sebagai:
1. Hutan Produksi Tetap jika memenuhi syarat:
a) memiliki skoring fisik wilayah dengan nilai < 124
(kurang dari seratus dua puluh empat)
b) tidak merupakan kawasan lindung; serta
c) berada di luar hutan suaka alam, hutan wisata dan
hutan produksi tetap, hutan produksi terbatas, dan
hutan konversi lainnya.
2. Hutan Produksi Terbatas jika memenuhi syarat :
a) memiliki skoring fisik wilayah dengan nilai antara
125 (seratus dua puluh lima) – 174 (seratus tujuh
puluh empat);
b) tidak merupakan kawasan lindung;
c) mempunyai satuan bentangan sekurang-kurangnya
0,25 (nol koma dua puluh lima) hektar pada peta
dengan ketelitian skala 1 : 10.000 (satu banding
sepuluh ribu); serta
d) bisa berfungsi sebagai kawasan penyangga.

Pasal 52
Kawasan peruntukan hutan rakyat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 50 huruf b ditetapkan dengan kriteria:
a. Kawasan yang dapat diusahakan sebagai hutan oleh orang
pada tanah yang dibebani hak milik; dan
b. Luas minimal 0,25 (nol koma dua puluh lima) hektar dan
mempunyai fungsi hidrologis/pelestarian ekosistem, luas
penutupan tajuk minimal 50% (lima puluh persen) dan
merupakan tanaman cepat tumbuh.

Pasal 53
Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 50 huruf c ditetapkan dengan kriteria:
a. Memiliki kesesuaian lahan untuk dikembangkan sebagai
kawasan pertanian;
b. Upaya pengalihan fungsi lahan dari kawasan pertanian lahan
kering tidak produktif (tingkat kesuburan rendah) menjadi
peruntukan lain harus dilakukan secara selektif tanpa
mengurangi kesejahteraan masyarakat;
c. Pemanfaatan kawasan pertanian untuk kegiatan pertanian
tanaman hortikultura dan tanaman pangan/palawija;
d. Dapat dikembangkan sesuai dengan tingkat ketersediaan air;
e. Kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk pertanian
lahan basah; dan
f. Kawasan yang secara teknis dapat dimanfaatkan sebagai
kawasan pertanian lahan kering.
- 59 -

Pasal 54
Kawasan peruntukan perkebunan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 50 huruf d ditetapkan dengan kriteria:
a. Memiliki kesesuaian lahan untuk dikembangkan sebagai
kawasan perkebunan;
b. Upaya pengalihan fungsi lahan dari kawasan perkebunan
menjadi peruntukan lain harus dilakukan secara selektif tanpa
mengurangi kesejahteraan masyarakat;
c. Dapat dikembangkan sesuai dengan tingkat ketersediaan air;
d. Produk perkebunan yang bersifat spesifik; dan
e. Kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk kegiatan
perkebunan.

Pasal 55
Kawasan peruntukan peternakan dan perikanan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 50 huruf e ditetapkan dengan kriteria:
a. Kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk usaha
peternakan baik sebagai usaha sampingan, cabang usaha,
usaha pokok, maupun industri;
b. Kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk kegiatan
budidaya perikanan;
c. Sesuai dengan kebutuhan industri pengolahan hasil perikanan;
d. Tidak mengganggu kelestarian lingkungan hidup;
e. Memiliki potensi dan alokasi lahan pembudidayaan ikan; dan
f. Memiliki potensi dan alokasi induk serta benih ikan tertentu.

Pasal 56
(1) Kawasan peruntukan pertambangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 50 huruf f meliputi bahan-bahan galian yang
dibagi atas tiga golongan yaitu :
a. bahan galian strategis;
b. bahan galian vital; atau
c. bahan galian yang tidak termasuk dalam kedua golongan
di atas.
(2) Kawasan peruntukan pertambangan ditetapkan dengan
kriteria:
a. Kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk
pemusatan kegiatan pertambangan;
b. Tidak mengganggu kelestarian fungsi lingkungan hidup;
c. Memiliki sumberdaya bahan tambang yang berwujud
padat, cair, atau gas berdasarkan peta/data geologi;
d. Merupakan wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk
pemusatan kegiatan pertambangan secara berkelanjutan;
serta
- 60 -

e. Merupakan bagian proses upaya merubah kekuatan


ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil.
(3) Kawasan peruntukan pertambangan rakyat ditetapkan
dengan kriteria:
a. Mempunyai cadangan mineral sekunder yang terdapat di
sungai;
b. Merupakan endapan teras, dataran banjir, dan endapan
sungai purba;
c. Memiliki luas maksimal wilayah pertambangan rakyat
sebesar 25 (dua puluh lima) hektar;
d. Memiliki kejelasan jenis komoditas yang akan ditambang;
dan
e. Merupakan wilayah atau tempat kegiatan tambang rakyat
yang sudah dikerjakan sekurang-kurangnya 15 (lima
belas) tahun.

Pasal 57
Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 50 huruf g, ditetapkan dengan kriteria:
a. Kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk kegiatan
industri;
b. Tidak mengganggu kelestarian fungsi lingkungan hidup;
c. Tidak mengubah lahan produktif;dan
d. Kawasan yang apabila digunakan untuk kegiatan industri
secara keruangan dapat memberikan manfaat dalam :
1. Meningkatkan produksi hasil industri dan daya guna
investasi yang ada di daerah sekitarnya;
2. Meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor
dan sub sektor serta kegiatan ekonomi sekitarnya;
3. Tidak mengganggu fungsi lindung;
4. Tidak mengganggu upaya pelestarian sumberdaya alam;
5. Meningkatkan pendapatan masyarakat;
6. Meningkatkan pendapatan nasional dan daerah;
7. Meningkatkan kesempatan kerja;
8. Meningkatkan peluang dan kegiatan ekspor; serta
9. Meningkatkan kesejahteran sosial dan ekonomi masyarakat.

Pasal 58
Kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 50 huruf h, ditetapkan dengan kriteria:
a. Kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk kegiatan
pariwisata;
b. Mendukung upaya kelestarian budaya, keindahan alam dan
lingkungan;
c. Memiliki objek dengan daya tarik wisata; dan
- 61 -

d. Kawasan yang apabila digunakan untuk kegiatan pariwisata


secara keruangan dapat memberikan manfaat:
1. Meningkatkan devisa dan mendayagunakan investasi;
2. Meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor
dan sub sektor serta kegiatan ekonomi sekitarnya;
3. Tidak mengganggu fungsi lindung;
4. Tidak mengganggu upaya pelestarian sumberdaya alam;
5. Meningkatkan pendapatan masyarakat;
6. Meningkatkan pendapatan daerah;
7. Meningkatkan kesempatan kerja;
8. Melestarikan budaya; serta
9. Meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi
masyarakat.

Pasal 59
Kawasan peruntukan permukiman sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 50 huruf i, ditetapkan dengan kriteria:
a. Kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk
permukiman yang aman dari bahaya bencana alam maupun
buatan manusia, sehat dan mempunyai akses untuk
kesempatan berusaha;
b. Memiliki akses menuju pusat kegiatan masyarakat di luar
kawasan;
c. Memiliki kelengkapan prasarana, sarana dan utilitas
pendukung; dan/atau
d. Kawasan yang apabila digunakan untuk permukiman dapat
memberikan manfaat:
1. Meningkatkan ketersediaan permukiman dan
mendayagunakan prasarana dan sarana permukiman;
2. Meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor
dan sub sektor serta kegiatan ekonomi sekitarnya;
3. Tidak mengganggu fungsi lindung;
4. Tidak mengganggu upaya pelestarian kemampuan
sumberdaya alam;
5. Meningkatkan pendapatan masyarakat;
6. Meningkatkan pendapatan nasional dan daerah;
7. Menyediakan kesempatan kerja; dan/atau
8. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Pasal 60
Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 50 huruf j, ditetapkan dengan kriteria:
a. Peletakan bangunan dan ketersediaan sarana dan prasarana
pendukung disesuaikan dengan kebutuhan konsumen;
b. Jenis-jenis bangunan yang diperbolehkan antara lain :
1. Bangunan usaha, perdagangan (eceran dan grosir): toko,
warung, tempat perkulakan, pertokoan dan sebagainya;
- 62 -

2. Bangunan penginapan: hotel, guest house, motel,


penginapan dan sebagainya;
3. Bangunan penyimpanan dan pergudangan: gedung tempat
parkir, ruang pameran, gudang dan sebagainya;
4. Bangunan tempat pertemuan : aula, tempat konferensi dan
sebagainya; dan
5. Bangunan pariwisata/rekreasi di ruang tertutup, seperti:
bioskop, area bermain dan sebagainya;
c. Pemanfaatan ruang di kawasan perdagangan dan jasa harus
diperuntukkan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat,
dengan tetap memelihara sumberdaya tersebut sebagai
cadangan pembangunan yang berkelanjutan dan tetap
memperhatikan kaidah-kaidah pelestarian fungsi lingkungan
hidup;
d. Pembangunan hunian hanya diizinkan jika bangunan
komersial telah berada pada persil atau merupakan bagian
dari izin mendirikan bangunan (IMB);
e. Jauh dari daerah kriminalitas, memiliki akses tinggi ke seluruh
penjuru kota, tersedia ruang terbuka cukup luas, ada
penduduk yang dilayani, persyaratan teknis kemiringan lahan
kurang dari 15% (lima belas persen);
f. Tidak terletak pada kawasan lindung dan kawasan bencana
alam;
g. Lokasinya strategis dan mudah dicapai dari seluruh penjuru
kota;
h. Dilengkapi dengan sarana antara lain tempat parkir umum,
bank/ATM, pos polisi, pos pemadam kebakaran, kantor pos
pembantu, tempat ibadah, dan sarana penunjang kegiatan
komersial serta kegiatan pengunjung;
i. Diperuntukan bagi perdagangan lokal, regional, dan/atau antar
regional.

Pasal 61
Kawasan khusus pengembangan sektor informal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 50 huruf k, ditetapkan dengan kriteria:
a. Jumlah unit usaha yang banyak dalam skala kecil;
b. Kepemilikan oleh individu atau keluarga;
c. Teknologi yang sederhana dan padat tenaga kerja;
d. Tingkat pendidikan dan ketrampilan yang rendah;
e. Akses ke lembaga keuangan rendah;
f. Produktivitas tenaga kerja yang rendah;serta
g. Tingkat upah yang juga relatif rendah.
- 63 -

Paragraf Kedua
Penetapan dan Pengembangan Kawasan Budidaya

Pasal 62
(1) Kawasan peruntukan hutan produksi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 50 huruf a ditetapkan seluas 18.840 (delapan
belas ribu delapan ratus empat puluh) hektar meliputi KPH
Jombang seluas 15.313 (lima belas ribu tiga ratus tiga belas)
hektar, KPH Mojokerto seluas 3.503,70 (tiga ribu lima ratus
tiga koma tujuh puluh) hektar, dan KPH Kediri seluas 23,30
(dua puluh tiga koma tiga puluh) hektar.
(2) Rencana pengelolaan kawasan hutan produksi meliputi :
a. Kawasan hutan produksi yang memiliki tingkat kerapatan
tegakan tanaman yang rendah sehingga harus dilakukan
percepatan reboisasi;
b. Pengadaan atau alih fungsi kawasan tegalan dan kebun
melalui pengembangan tanaman dengan tegakan tinggi
yang memiliki fungsi sebagai hutan produksi;
c. Pengolahan hasil hutan sehingga memiliki nilai ekonomi lebih
tinggi dan memberikan kesempatan kerja yang lebih banyak;
d. Peningkatan partisipasi masyarakat sekitar hutan melalui
pengembangan hutan kerakyatan;
e. Pengembangan dan diversifikasi penanaman sehingga dapat
untuk diambil hasil non-kayu, seperti buah dan getah; dan
f. Peningkatan fungsi ekologis melalui pengembangan
sistem tebang pilih, tebang gilir dan rotasi tanaman yang
mendukung keseimbangan alam.

Pasal 63
Kawasan peruntukan hutan rakyat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 50 huruf b merupakan hutan milik rakyat dengan tegakan
berupa tanaman tahunan seluas 14.154,82 (empat belas ribu
seratus lima puluh empat koma delapan puluh dua) hektar yang
diperuntukkan bagi produksi hasil hutan untuk memenuhi
keperluan masyarakat pada umumnya dan khususnya untuk
pembangunan yang mendukung pengembangan industri ekspor.

Pasal 64
(1) Kawasan pertanian lahan basah sebagaimana dimaksud
dalam pasal 50 huruf c angka 1 ditetapkan dengan ketentuan:
a. Wilayah pengembangan kawasan pertanian lahan basah
meliputi: Kecamatan Mojowarno, Kecamatan Wonosalam,
Kecamatan Bareng, Kecamatan Ngoro, Kecamatan
Mojoagung, Kecamatan Sumobito, Kecamatan Kesamben,
Kecamatan Kudu, Kecamatan Ngusikan, Kecamatan Kabuh,
Kecamatan Plandaan, dan Kecamatan Bandar Kedungmulyo;
- 64 -

b. Penetapan pengendalian ketat pada lahan pertanian


produktif (irigasi teknis) dengan menekan laju konversi
lahan pertanian, sehingga sedikitnya lahan pertanian
basah yang harus dipertahankan sebesar 40.676 (empat
puluh ribu enam ratus tujuh puluh enam) hektar atau
penetapan lahan pertanian tanaman pangan sebagai
lahan pertanian berkelanjutan dengan luasan minimal
sebesar 31.569,36 (tiga puluh satu ribu lima ratus enam
puluh sembilan koma tiga puluh enam) hektar;
c. Arahan pengelolaan pertanian lahan basah, meliputi:
1. Sawah beririgasi teknis harus dipertahankan luasannya;
2. Perubahan alih fungsi sawah hanya diijinkan pada
kawasan perkotaan dengan perubahan maksimum 50%
(lima puluh persen) dan sebelum dilakukan perubahan
atau alih fungsi harus sudah dilakukan peningkatan
fungsi irigasi setengah teknis atau sederhana menjadi
teknis 2 (dua) kali luas sawah yang akan dialihfungsikan
dalam pelayanan daerah irigasi yang sama;
3. Pada kawasan perdesaan alih fungsi sawah diijinkan
hanya pada sepanjang jalan utama (arteri, kolektor,
lokal primer), dengan besaran perubahan maksimum
20% (dua puluh persen) dari luasan sawah yang ada,
dan harus dilakukan peningkatan irigasi setengah
teknis atau sederhana menjadi irigasi teknis,
setidaknya 2 (dua) kali luasan area yang akan diubah
dalam pelayanan daerah irigasi yang sama;
4. Pada sawah beririgasi teknis yang telah ditetapkan
sebagai lahan pertanian tanaman pangan
berkelanjutan tidak boleh dilakukan alih fungsi;dan
5. Sawah beririgasi sederhana dan setengah teknis
secara bertahap dilakukan peningkatan menjadi
sawah beririgasi teknis;
(2) Kawasan pertanian lahan kering sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 50 huruf c angka 2 ditetapkan dengan ketentuan :
a. Kawasan yang berpotensi dikembangkan sebagai
pertanian lahan kering seluas 4.927,88 (empat ribu
sembilan ratus dua puluh tujuh koma delapan puluh
delapan) hektar adalah lahan tegalan dan lahan lain yang
tidak digunakan untuk kegiatan permukiman, pertanian
maupun perkebunan;
b. Wilayah pengembangan kawasan pertanian lahan kering
meliputi Kecamatan Ngusikan, Kecamatan Kudu, Kecamatan
Plandaan, Kecamatan Bareng, Kecamatan Wonosalam,
Kecamatan Mojowarno dan Kecamatan Mojoagung;
c. Bagi kawasan pertanian lahan kering yang tidak
terjangkau irigasi teknis, dapat dikembangkan lahan
tanaman komoditas perkebunan;dan
- 65 -

d. Arahan pengelolaan kawasan pertanian lahan kering


ditetapkan dengan ketentuan:
1. Kawasan pertanian lahan kering secara spesifik
dikembangkan dengan memberikan tanaman tahunan
yang produktif. Lahan ini diperuntukkan untuk
menunjang kehidupan secara langsung untuk rumah
tangga masyarakat sehingga memiliki penggunaan
tanah campuran seperti palawija, hortikultura maupun
penunjang perkebunan dalam skala kecil;
2. Dalam beberapa hal kawasan ini merupakan kawasan
yang boleh dialihfungsikan untuk kawasan terbangun
dengan berbagai fungsi, sejauh sesuai dengan
Rencana Detail Tata Ruang; serta
3. Alih fungsi lahan tegalan menjadi kawasan terbangun
diarahkan untuk meningkatkan nilai ekonomi ruang
ataupun pemenuhan kebutuhan fasilitas dan berbagai
sarana masyarakat.

Pasal 65
(1) Kawasan peruntukan perkebunan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 50 huruf d, ditetapkan dengan ketentuan:
a. Kawasan yang dikembangkan sebagai tanaman perkebunan
seluas 5.431,62 (lima ribu empat ratus tiga puluh satu koma
enam puluh dua) hektar berupa lahan perkebunan tanaman
tahunan seperti cengkeh, kopi, coklat, karet dan perkebunan
tanaman semusim seperti tebu, vanili dan tembakau;
b. Wilayah pengembangan kawasan perkebunan meliputi:
Kecamatan Bareng, Kecamatan Wonosalam, Kecamatan
Mojowarno;
c. Wilayah pengembangan kawasan perkebunan tanaman
semusim meliputi: Kecamatan Ploso, Kecamatan Kabuh,
Kecamatan Kudu, Kecamatan Ngusikan, Kecamatan
Plandaan, Kecamatan Gudo, Kecamatan Jogoroto,
Kecamatan Mojoagung, Kecamatan Kesamben,
Kecamatan Sumobito, Kecamatan Tembelang,
Kecamatan Diwek, Kecamatan Perak, Kecamatan
Mojowarno dan Kecamatan Peterongan.
(2) Arahan pengelolaan perkebunan ditetapkan dengan
ketentuan:
a. Kawasan perkebunan yang dikembangkan di Kecamatan
Wonosalam dan Ploso diupayakan tidak dialihfungsikan
untuk kegiatan yang lain, dan dapat ditingkatkan
perannya sebagai penunjang pariwisata dan penelitian;
b. Perkebunan yang juga memiliki fungsi perlindungan
kawasan yang telah dialihfungsikan menjadi tanaman
semusim, harus diupayakan menjadi perkebunan kembali
dengan melibatkan masyarakat;
- 66 -

c. Peningkatan pemanfaatan kawasan perkebunan


dilakukan melalui peningkatan peran serta masyarakat
yang tergabung dalam kawasan masing-masing; dan
d. Penetapan komoditas tanaman tahunan selain
mempertimbangkan kesesuaian lahan, konservasi tanah
dan air, juga harus mempertimbangkan aspek sosial
ekonomi dan keindahan atau estetika.

Pasal 66
(1) Kawasan peruntukan peternakan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 50 huruf e, ditetapkan dengan ketentuan:
a. Pengembangan sentra peternakan ternak besar terdapat
di Kecamatan Kudu, Kecamatan Kabuh, Kecamatan
Bareng, Kecamatan Plandaan, Kecamatan Ngoro,
Kecamatan Diwek, Kecamatan Mojoagung dan
Kecamatan Wonosalam;
b. Pengembangan sentra peternakan ternak kecil terdapat
di Kecamatan Kesamben, Kecamatan Tembelang,
Kecamatan Kudu, Kecamatan Plandaan, Kecamatan
Wonosalam dan Kecamatan Ngusikan;
c. Pengembangan peternakan unggas terdapat di
Kecamatan Plandaan, Kecamatan Kudu, Kecamatan
Ngusikan dan Kecamatan Kabuh;
d. Kegiatan peternakan unggas diarahkan tidak berdekatan
dengan permukiman.
e. Peternakan diselenggarakan dalam bentuk:
1. Peternakan rakyat;dan
2. Perusahaan peternakan.
(2) Arahan pengelolaan peternakan dilakukan dengan kegiatan:
a. Peningkatan kegiatan peternakan secara alami dengan
mengembangkan padang penggembalaan yang pada
beberapa bagian dapat menyatu dengan kawasan
perkebunan atau kehutanan;
b. Kawasan peternakan dalam skala besar dikembangkan
pada lokasi tersendiri, dan diarahkan mempunyai
keterkaitan dengan pusat distribusi pakan ternak;
c. Pengembangan sistem inti-plasma dalam peternakan;
d. Pengolahan hasil ternak diupayakan untuk memiliki nilai
ekonomi yang tinggi;
e. Pengembangan ternak unggulan yang memiliki
keunggulan komparatif dan kompetitif; dan
f. Permisahan ternak unggas dan ternak lain yang memiliki
potensi penularan penyakit pada manusia dari kawasan
permukiman.
- 67 -

(3) Kawasan peruntukan perikanan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 50 huruf e, ditetapkan dengan ketentuan:
a. Pengembangan sentra perikanan yang berada di
Kecamatan Diwek, Kecamatan Ngoro, Kecamatan Perak,
dan Kecamatan Bandar Kedungmulyo;dan
b. Wilayah pengelolaan perikanan untuk pembudidayaan
ikan meliputi sungai, waduk, dan genangan air lainnya
yang dapat diusahakan serta lahan pembudidayaan ikan
yang potensial di wilayah kabupaten.
(4) Arahan pengelolaan kawasan perikanan, diwujudkan melalui
kegiatan:
a. Pengembangan perikanan unggulan pada setiap lokasi
yang memiliki potensi pengairan untuk perikanan;
b. Pengembangan budidaya perikanan darat; dan
c. Pelestarian, rehabilitasi dan revitalisasi konservasi
lingkungan untuk kelestarian ekosistem.

Pasal 67
(1) Kawasan pertambangan mineral bukan logam sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 50 huruf f angka 1 huruf a) adalah
pertambangan yodium yang berada di Kecamatan
Kesamben;
(2) Terhadap kawasan pertambangan batuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 50 huruf f angka 1 huruf b),
ditetapkan ketentuan sebagai berikut:
a. Dilarang melakukan kegiatan penambangan batuan
secara mekanik di sepanjang Sungai Brantas dan
kawasan lindung;
b. Dilarang melakukan penambangan batuan pada lahan di
sempadan sungai dan kanal atau avoor, kawasan
pertanian produktif terutama pada kawasan yang
ditetapkan sebagai kawasan pertanian berkelanjutan,
pada kawasan yang termasuk dalam kawasan lindung,
serta pada kawasan yang apabila dilakukan penggalian
tanah akan mengganggu keselamatan bagi kawasan
permukiman disekitarnya;
(3) Kawasan pertambangan bahan minyak dan gas alam
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 huruf f angka 2,
meliputi:
a. Sumber minyak bumi yang dieksplorasi pada bagian
utara wilayah kabupaten;
b. Sumber gas alam yang dieksplorasi pada Blok Gunting
yang tersebar di wilayah kabupaten.
- 68 -

(4) Dalam pengelolaan kawasan pertambangan, berlaku


ketentuan:
a. Pengembangan kawasan pertambangan dilakukan
dengan mempertimbangkan potensi bahan galian,
kondisi geologi dan geohidrologi dalam kaitannya dengan
kelestarian lingkungan;
b. Pengelolaan kawasan bekas penambangan harus
direhabilitasi/reklamasi sesuai dengan zona peruntukan
yang ditetapkan, dengan melakukan penimbunan tanah
subur dan/atau bahan-bahan lainnya agar lahan dapat
digunakan kembali sebagai kawasan hijau, ataupun
kegiatan budidaya;
c. Setiap kegiatan usaha pertambangan harus menyimpan
dan mengamankan tanah atas (top soil) untuk keperluan
rehabilitasi atau reklamasi lahan bekas penambangan;
d. Dilakukannya upaya meminimalisasi penggunaan bahan
bakar kayu untuk pembakaran kapur dan batu bata,
genting, agar tidak mengakibatkan kerusakan lingkungan;
e. Pada kawasan yang teridentifikasi bahan tambang
minyak dan gas bumi yang bernilai ekonomi tinggi,
sementara pada bagian atas kawasan penambangan
adalah kawasan lindung atau kawasan budidaya sawah
yang tidak boleh dialihfungsikan, atau kawasan
permukiman, maka eksplorasi dan/atau eksploitasi
tambang harus disertai AMDAL dan operasi kelayakan
secara lingkungan, sosial, fisik dan ekonomi dalam
jangka panjang dan skala luas;
f. Dilakukannya upaya untuk menghindari dan meminimali-
sir kemungkinan timbulnya dampak negatif dari kegiatan
sebelum, saat dan setelah kegiatan penambangan,
disertai pengendalian yang ketat; dan
g. Pemanfaatan lahan bekas tambang yang merupakan
lahan marginal untuk pengembangan komoditas lahan
yang memiliki nilai ekonomi.

Pasal 68
(1) Kawasan peruntukan industri besar sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 50 huruf g angka 1 meliputi kawasan industrial
estate yang terdapat di Kecamatan Ploso dengan luas ruang
yang diperuntukkan 899,87 (delapan ratus sembilan puluh
sembilan koma delapan puluh tujuh) hektar, yang
selanjutnya disebut sebagai Kawasan Industri (KI) Ploso;
(2) Kawasan Industri Ploso sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diarahkan untuk industri pengolahan yang berpotensi
menghasilkan limbah yang perlu perlakuan pengolahan
limbah (treatment) secara terpadu;
- 69 -

(3) Kawasan peruntukan industri sedang sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 50 huruf g angka 2, meliputi:
a. Zona agroindustri di Kecamatan Mojowarno dengan luas
lahan sebesar 54,74 (lima puluh empat koma tujuh puluh
empat) hektar;
b. Kawasan Industri manufaktur di Kecamatan Bandar
Kedungmulyo dengan luas lahan seluas 181,66 (seratus
delapan puluh satu koma enam puluh enam) hektar, yang
selanjutnya disebut sebagai Kawasan Industri Bandar
Kedungmulyo;
c. Zona industri di koridor Kecamatan Mojoagung dan
Kecamatan Sumobito maksimal seluas 15 (lima belas)
hektar;
d. Lokasi industri di Kecamatan Diwek yang dipertahankan
dengan luasan maksimum sampai dengan 15 (lima
belas) hektar.
(4) Kawasan peruntukan industri rumah tangga sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 50 huruf g angka 3, meliputi:
a. Sentra industri kuningan terdapat di Mojoagung;
b. Industri rumah tangga, yakni : industri tempe di Diwek,
industri tahu di Jogoroto, industri tape di Diwek, industri
krupuk di Diwek dan Ngoro, industri jamu instan di Gudo
dan Sumobito, industri daur ulang alumunium di
Sumobito, industri tas plastik, tas kulit dan dompet di
Mojowarno, anyaman di Ngoro dan industri manik-manik
di Gudo;
c. Industri kecil diarahkan untuk dikembangkan di Kawasan
Industri yang telah ditetapkan.
(5) Pengelolaan kawasan peruntukan industri ditetapkan dengan
ketentuan:
a. Kawasan industri yang akan dikembangkan adalah di
Kecamatan Ploso sebagai industri besar dan Kecamatan
Bandar Kedungmulyo dan Kecamatan Perak sebagai
industri kecil dan menengah dengan penataan kawasan
industri yang diprioritaskan untuk industri manufaktur;
b. Pengembangan kawasan industri dilakukan dengan
mempertimbangkan aspek ekologis melalui penyediaan
Ruang Terbuka seluas 30% (tiga puluh persen) terdiri
dari 20% (dua puluh persen) berupa Ruang Terbuka
Hijau Publik dan 10% (sepuluh persen) berupa Ruang
Terbuka Hijau Privat;
c. Pengembangan kawasan industri didukung oleh adanya
jalur hijau atau sabuk hijau di sekitar kawasan sebagai
penyangga antar fungsi kawasan industri dengan
kawasan sekitarnya;
- 70 -

d. Industri yang dikembangkan memiliki keterkaitan proses


produksi mulai dari industri dasar/hulu dan industri hilir
serta industri antara, yang dibentuk berdasarkan
pertimbangan efisiensi biaya produksi, biaya
keseimbangan lingkungan dan biaya aktifitas sosial;
e. Setiap kegiatan industri menggunakan metoda atau
teknologi ramah lingkungan, serta harus dilengkapi
dengan instrumen pengelolaan kemungkinan bencana
industri;
f. Lokasi industri yang masih dipertahankan di wilayah yang
tidak diperuntukkan sebagai wilayah pengembangan
industri tidak dikembangkan dan apabila kawasan industri
yang telah ditetapkan di dalam peraturan daerah ini telah
siap, lokasi industri sebagaimana dimaksud diarahkan
untuk dipindahkan ke Kawasan Industri (KI);
g. Ketentuan jenis industri atau kegiatan industri yang
diarahkan di Kawasan Industri yang telah ditetapkan
akan diatur lebih lanjut melalui kajian dan perencanaan
secara tersendiri;
h. Setiap Kawasan Industri menyediakan ruang untuk
kegiatan industri kecil minimal seluas 10% (sepuluh
persen) dari total luas kawasan.

Pasal 69
(1) Kawasan wisata alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal
50 huruf h angka 1 meliputi wisata alam di Kecamatan
Jogoroto, Kecamatan Plandaan, Kecamatan Mojowarno,
Kecamatan Wonosalam, dan wisata buah di Kecamatan
Wonosalam.
(2) Wisata budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50
huruf h angka 2 meliputi wisata religi di Kecamatan
Mojoagung, Kecamatan Jogoroto, Kecamatan Diwek,
Kecamatan Jombang, Kecamatan Sumobito, Kecamatan
Mojowarno, dan Kecamatan Gudo; wisata budaya di
Kecamatan Bareng, Kecamatan Kudu, dan Kecamatan
Ngusikan; wisata minat khusus (pondok pesantren) di
Kecamatan Diwek, Kecamatan Jombang, dan Kecamatan
Peterongan; wisata kesenian dan budaya di Kecamatan
Kesamben, Kecamatan Kabuh, dan Situs Mojopahit Park di
Kecamatan Sumobito, Mojoagung, Mojowarno; serta wisata
buatan di Kecamatan Peterongan.
- 71 -

(3) Kawasan wisata buatan sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) huruf c meliputi kawasan wisata belanja di Kecamatan
Jombang, Kecamatan Perak, dan Kecamatan Bandar
Kedungmulyo; wisata kerajinan di Kecamatan Mojoagung,
Kecamatan Jogoroto, Kecamatan Gudo, Kecamatan
Jombang, dan Kecamatan Megaluh.
(4) Pembangunan daya tarik wisata dilakukan dengan
memperhatikan :
a. Kemampuan untuk mendorong peningkatan
perkembangan kehidupan ekonomi dan sosial budaya;
b. Nilai-nilai agama, adat-istiadat, serta pandangan dan
nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat;
c. Kelestarian budaya dan mutu lingkungan hidup; serta
d. Kelangsungan usaha pariwisata itu sendiri.
(5) Pengelolaan kawasan peruntukan pariwisata ditempuh
melalui kegiatan:
a. Pembentukan link wisata nasional;
b. Pengembangkan promosi wisata, kalender wisata
dengan berbagai peristiwa atau pertunjukan budaya,
kerjasama wisata, dan peningkatan sarana-prasarana
wisata agar Kabupaten Jombang menjadi salah satu
tujuan wisata;
c. Pengembangan obyek wisata alam dengan tetap
menjaga dan melestarikan alam sekitar untuk menjaga
keindahan obyek wisata;
d. Pencegahan dari pengrusakan terhadap obyek wisata
alam seperti penebangan pohon;
e. Pelestarian peninggalan bersejarah;
f. Intensifikasi pencarian benda bersejarah untuk
menambah koleksi budaya;
g. Peningkatan pembangunan dan pengendalian pemba-
ngunan sarana dan prasarana transportasi ke obyek-
obyek wisata alam, budaya dan minat khusus pada
obyek wisata yang tidak memiliki akses yang cukup;
h. Perencanaan kawasan wisata sebagai bagian dari desain
urban/regional untuk keserasian lingkungan; dan
i. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam menjaga
kelestarian obyek wisata dan daya jual/saing.

Pasal 70
(1) Kawasan peruntukan permukiman sebagaimana dimaksud
pada Pasal 50 huruf i seluas 27.445,1 (dua puluh tujuh ribu
empat ratus empat puluh lima koma satu) hektar, meliputi:
a. Kawasan permukiman perkotaan; dan
b. Kawasan permukiman perdesaan.
- 72 -

(2) Kawasan permukiman perkotaan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) huruf a diimbangi dengan tersedianya pusat
pelayanan yang terkonsentrasi di sekitar Perkotaan
Jombang, Perkotaan Ploso, Perkotaan Mojoagung,
Perkotaan Mojowarno, dan Perkotaan Bandar Kedungmulyo.
(3) Pemanfaatan kawasan permukiman perkotaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. Perumahan real estate; dan
b. Perumahan individu.
(4) Kawasan permukiman perdesaan sebagaimana di maksud
pada ayat (1) huruf b terdiri dari:
a. Kawasan permukiman perdesaan kegiatan pertanian
yang menyebar pada desa-desa di wilayah Kecamatan
Ngoro, Kecamatan Mojowarno, Kecamatan Bareng,
Kecamatan Wonosalam, Kecamatan Mojoagung,
Kecamatan Sumobito dan Kecamatan Diwek;
b. Kawasan permukiman perdesaan industri yang akan
dikembangkan menjadi kawasan industri berbasis
pertanian, meliputi: kawasan perdesaan Kecamatan
Mojowarno, Kecamatan Wonosalam dan Kecamatan
Megaluh.
(5) Pengelolaan kawasan permukiman dilaksanakan dengan
ketentuan:
a. Secara umum kawasan permukiman perkotaan dan
perdesaan harus dijadikan sebagai tempat hunian yang
aman, nyaman dan produktif, serta didukung oleh sarana
dan prasarana permukiman;
b. Setiap kawasan permukiman harus dilengkapi dengan
sarana dan prasarana permukiman sesuai hierarki dan
tingkat pelayanan masing-masing;
c. Permukiman perdesaan sebagai hunian berbasis agraris,
dikembangkan dengan memanfaatkan lahan pertanian,
halaman rumah, dan lahan kurang produktif sebagai
basis kegiatan usaha;
d. Permukiman perdesaan yang berlokasi di pegunungan
dikembangkan dengan berbasis perkebunan dan
hortikultura, disertai pengolahan hasil;
e. Permukiman perdesaan yang berlokasi di dataran
rendah, basis pengembangannya adalah pertanian
tanaman pangan dan perikanan darat, serta pengolahan
hasil pertanian;
f. Permukiman perkotaan diarahkan pada penyediaan
hunian yang layak dan dilayani oleh sarana dan
prasarana permukiman yang memadai;
- 73 -

g. Pada Perkotaan Jombang penyediaan permukiman


selain disediakan oleh pengembang dan masyarakat,
juga diarahkan perbaikan kualitas permukiman dan
pengembangan perumahan secara vertikal;
h. Pembentukan klaster-klaster permukiman untuk
menghindari penumpukan dan penyatuan antar kawasan
permukiman yang dilengkapi dengan ruang terbuka hijau;
i. Pengembangan permukiman perkotaan kecil dilakukan
melalui pembentukan pusat pelayanan kecamatan; dan
j. Pengembangan permukiman kawasan khusus seperti
permukiman pada kawasan pariwisata di Kecamatan
Wonosalam, permukiman kawasan industri di Kecamatan
Ploso, dilakukan dengan tetap memegang kaidah
lingkungan hidup dan berkesesuaian dengan rencana
tata ruang.

Pasal 71
(1) Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 50 huruf j seluas 73,60 (tujuh puluh tiga
koma enam puluh) hektar meliputi Perkotaan Jombang,
Perkotaan Perak, Perkotaan Bandarkedungmulyo, Perkotaan
Mojowarno, Perkotaan Ngoro, Perkotaan Mojoagung dan
Perkotaan Peterongan. Pengembangan kegiatan agribis di
Kecamatan Mojoagung, dan pengembangan kegiatan
perdagangan modern terdapat di Kecamatan Jombang.
(2) Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa memiliki fungsi:
a. Memfasilitasi kegiatan transaksi perdagangan dan jasa
antar masyarakat yang membutuhkan (sisi permintaan)
dan masyarakat yang menjual jasa (sisi penawaran); dan
b. Menyerap tenaga kerja di pusat kegiatan dan
memberikan kontribusi yang dominan terhadap PDRB.

Pasal 72
(1) Kawasan khusus pengembangan sektor informal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 huruf k, meliputi:
a. Sektor perdagangan;
b. Sub sektor jasa perbengkelan; dan
c. Sub sektor jasa produk kerajinan.
(2) Penetapan lokasi pengembangan sektor informal dilaksana-
kan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Kegiatan perdagangan berupa pedagang kaki lima yang
menjual makanan dan pusat oleh-oleh dikembangkan di
kawasan-kawasan wisata, alun–alun Kabupaten Jombang,
Stadion Merdeka, Kawasan Perkotaan Perak, Kawasan
Perkotaan Wonosalam, sekitar intercange tol (Kecamatan
Bandar Kedungmulyo dan Kecamatan Tembelang),
kawasan agropolitan Mojowarno, kawasan ekonomi
terpadu Mojoagung, kawasan cepat tumbuh Ploso;
- 74 -

b. Perbengkelan pada jalan kolektor dan jalan lokal baik


yang menghubungkan ke Ploso dan ke arah Ngoro; dan
c. Jasa produk kerajinan dikembangkan di lokasi wisata,
khususnya di wisata belanja sepanjang jalan Desa
Mojosongo Kecamatan Jombang dan sepanjang jalan
Kecamatan Perak dan Bandarkedungmulyo serta pusat
kerajinan di Kecamatan Mojoagung, Kecamatan
Jogoroto, Kecamatan Gudo, Kecamatan Jombang dan
Kecamatan Megaluh.

BAB VI
PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS

Pasal 73
(1) Kawasan strategis di Kabupaten Jombang terdiri dari:
a. Kawasan yang ditetapkan oleh Provinsi sebagai kawasan
strategis provinsi yang meliputi Kawasan Tertinggal
Kabupaten Jombang, Kawasan Taman Hutan Raya
R. Soerjo dan Kawasan Cagar Budaya Mojopahit Park;
b. Kawasan strategis kabupaten meliputi :
1. Kawasan strategis kabupaten dari sudut kepentingan
pertumbuhan ekonomi;
2. Kawasan strategis kabupaten dari sudut kepentingan
sosial budaya; dan
3. Kawasan strategis kabupaten dari sudut kepentingan
fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
(2) Kawasan strategis kabupaten dari sudut kepentingan
pertumbuhan ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b angka 1 ditetapkan dengan kriteria:
a. Memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh;
b. Memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan
pertumbuhan ekonomi;
c. Memiliki potensi ekspor;
d. Didukung oleh jaringan prasarana dan fasilitas penunjang
kegiatan ekonomi;
e. Memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi
tinggi;
f. Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi
pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan;
g. Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi
sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan
energi nasional; serta
h. Ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan
tertinggal.
- 75 -

(3) Kawasan strategis kabupaten dari sudut kepentingan sosial


budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b angka 2
ditetapkan dengan kriteria:
a. Merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat
istiadat atau budaya;
b. Merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan
budaya;
c. Merupakan aset nasional atau internasional yang harus
dilindungi dan dilestarikan;
d. Merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya;
e. Memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman
budaya; dan
f. Memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial.
(4) Kawasan strategis kabupaten dari sudut kepentingan fungsi
dan daya dukung lingkungan hidup sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b angka 3 ditetapkan dengan kriteria:
a. Merupakan tempat perlindungan keanekaragaman
hayati;
b. Merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang
ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau
fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah
yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan;
c. Memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air
yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian
negara;
d. Memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim
makro;
e. Menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan
hidup;
f. Rawan bencana alam nasional; dan
g. Sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan
mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan
kehidupan.

Pasal 74
(1) Penetapan kawasan strategis wilayah dari sudut
kepentingan pertumbuhan ekonomi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 73 ayat (1) huruf b angka 1 merupakan
kawasan strategis cepat tumbuh dan kawasan potensial
berkembang yang meliputi:
a. Kawasan Strategis Ekonomi Mojowarno;
b. Kawasan Ekonomi Mojoagung;
c. Kawasan Strategis Cepat Tumbuh Bandar Kedungmulyo
dan Perak;
d. Kawasan Strategis Cepat Tumbuh Tembelang; dan
e. Kawasan Strategis Cepat Tumbuh Ploso.
- 76 -

(2) Kawasan Strategis Ekonomi Mojowarno sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf a, dikelola dengan ketentuan:
a. Pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi Mojowarno
meliputi SKPP I terdiri dari Kecamatan Bareng,
Kecamatan Ngoro, Kecamatan Wonosalam dan
Kecamatan Mojowarno;
b. Berfungsi sebagai pusat agribisnis wilayah Kabupaten
Jombang, mencakup sektor pertanian, perkebunan,
peternakan dan agrowisata; dan
c. Didukung dengan pengembangan fasilitas pergudangan,
perbankan, pusat penelitian dan pelatihan
pengembangan sumberdaya alam, khususnya di sektor
agrobisnis dan pasar agribisnis.
(3) Kawasan Strategis Ekonomi Mojoagung sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, dikelola dengan ketentuan:
a. Sebagai pusat kegiatan perdagangan umum dan
transportasi skala kabupaten;
b. Berfungsi sebagai pusat koleksi dan distribusi hasil
produksi dari semua sektor dari dalam dan luar wilayah
kabupaten; dan
c. Pengembangan fasilitas pendukung berupa pasar induk,
sub terminal agribisnis, terminal cargo, pergudangan,
frontage road, green belt dan kawasan rest area.
(4) Kawasan Strategis Cepat Tumbuh Bandar Kedungmulyo dan
Perak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, dikelola
dengan ketentuan:
a. Sebagai pusat pengembangan industri manufaktur yang
non-polutif;
b. Secara simultan direncanakan memberikan kontribusi
terhadap:
1. Pengembangan perekonomian kabupaten melalui
penyerapan tenaga kerja lokal;
2. Diversifikasi kegiatan yang mendorong berkem-
bangnya potensi lokal; dan
3. Dampak berganda terhadap kegiatan di sektor
perdagangan dan transportasi.
c. Untuk keseimbangan pemanfaatan ruang terbuka hijau
dengan ruang terbangun, maka dalam kawasan industri
yang direncanakan, harus disediakan ruang terbuka hijau
dengan luas minimal sebesar 20% (dua puluh persen)
dari luas kawasan industri;
(5) Kawasan Strategis Cepat Tumbuh Tembelang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf d, dikelola dengan ketentuan:
a. Sebagai pintu masuk Perkotaan Jombang merupakan
pusat koleksi dan distribusi barang dagangan; dan
- 77 -

b. Perkotaan Tembelang dikembangkan sebagai salah satu


pusat perkembangan wilayah kabupaten dengan fungsi
utama sebagai pusat kegiatan perumahan, perdagangan
dan pemerintahan.
(6) Kawasan Strategis Cepat Tumbuh Ploso sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf e, dikelola dengan ketentuan:
a. Dikembangkan sebagai kawasan strategis cepat tumbuh
industri besar; dan
b. Arahan pengembangan dilengkapi dengan pergudangan,
permukiman industri, green belt dan ruang publik, pusat
pengolahan limbah industri, frontage road dan kegiatan
perdagangan.

Pasal 75
(1) Penetapan kawasan strategis wilayah dari sudut
kepentingan sosial dan budaya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 73 ayat (1) huruf b angka 2 meliputi:
a. Kawasan tertinggal;
b. Kawasan cagar budaya Mojopahit Park; dan
c. Kawasan pondok pesantren.
(2) Kawasan tertinggal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a adalah suatu kawasan yang tidak mampu
memelihara dirinya sendiri sesuai dengan standar taraf
hidup yang disebabkan oleh kemiskinan secara struktural
dan natural.
(3) Penetapan kawasan tertinggal sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a ditentukan melalui perhitungan tingkat
kemiskinan relatif antar kecamatan dengan kriteria :
a. Kawasan yang tidak mempunyai akses yang cukup
kepada pusat-pusat pertumbuhan (terpencil);
b. Kawasan yang mempunyai tradisi yang kuat terhadap
lingkungan sosialnya (adat istiadat);
c. Kawasan dengan penguasaan teknologi yang masih
tradisional;
d. Kawasan dengan kondisi pelayanan masyarakat yang
masih terbatas; dan/atau
e. Kawasan tertentu dengan ketersediaan mutu
permukiman dan prasarana wilayah yang masih rendah.
(4) Kawasan tertinggal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a meliputi wilayah perdesaan yang berada di wilayah
administrasi Kecamatan Ngoro, Kecamatan Mojowarno,
Kecamatan Bareng, Kecamatan Sumobito, Kecamatan
Megaluh, Kecamatan Kudu, Kecamatan Ngusikan,
Kecamatan Ploso, Kecamatan Kabuh dan Kecamatan
Plandaan.
- 78 -

(5) Rencana penanganan kawasan tertinggal, diarahkan pada:


a. Pemenuhan standar fasilitas-fasilitas pelayanan;
b. Pemenuhan kebutuhan dasar sarana prasarana
permukiman sebesar 50% (lima puluh persen) yang
meliputi: air bersih, peningkatan aksesibilitas atau jalan,
dan sanitasi; serta
c. Desa-desa dengan tingkat kemiskinan di atas
40% (empat puluh persen) dan kecamatan dengan
tingkat kemiskinan di atas 30% (tiga puluh persen).
(6) Kawasan cagar budaya Mojopahit Park sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi Kecamatan
Sumobito, Kecamatan Mojoagung, dan Kecamatan
Mojowarno.
(7) Arahan pengembangan kawasan Mojopahit Park
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. Pembukaan dan peningkatan akses dan koneksitas
regional Jombang - Trowulan yang merupakan rute
wisata antara Situs Trowulan Mojopahit Park - Agropolitan
Mojowarno - Wisata buah Wonosalam - Wisata minat
khusus dan religi Diwek dan Gudo - Wisata kerajinan dan
wisata belanja Perak; dan
b. Pelestarian cagar budaya yang merupakan peninggalan
situs Kerajaan Majapahit di Kecamatan Somobito,
Kecamatan Mojowarno dan Kecamatan Mojoagung.
(8) Kawasan pondok pesantren sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c, meliputi:
a. Darul Ulum di Kecamatan Peterongan;
b. Bahrul Ulum di Kecamatan Jombang;
c. Mambaul Ma’arif di Kecamatan Jombang;
d. Tebuireng di Kecamatan Diwek; dan
e. Siddiqiyah di Kecamatan Ploso.
(9) Kawasan pondok pesantren sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c ditetapkan sebagai kawasan strategis
budaya dengan keunggulan di bidang keagamaan,
pendidikan dan pengembangan ekonomi.

Pasal 76
(1) Penetapan kawasan strategis wilayah dari sudut
kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (1) huruf b
angka 3 meliputi:
a. Sepanjang Aliran Sungai Brantas;
b. Sepanjang aliran yang sungai dan kanal atau avour di
wilayah kabupaten; dan
c. Kawasan Taman Hutan Raya R. Soerjo.
- 79 -

(2) Sungai Brantas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a


adalah wilayah yang ditetapkan sebagai Sungai Strategis
Nasional meliputi:
a. Daratan sepanjang tepian sungai bertanggul dengan
lebar paling sedikit 5 (lima) meter dari kaki tanggul
sebelah luar sungai atau kanal atau avour; dan
b. Daratan sepanjang tepian sungai besar tidak bertanggul
di luar kawasan permukiman dengan lebar paling sedikit
100 (seratus) meter dari tepi sungai.
(3) Pemanfaatan sempadan Sungai Brantas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. Pengelolaan zona pemanfaatan DAS Brantas pada
daerah sepanjang aliran sungai;
b. Pengembangan penyediaan air bersih perkotaan;
c. Pengembangan wisata air; dan
d. Bantaran Sungai Brantas harus bebas dari bangunan
kecuali untuk bangunan inspeksi.
(4) Arahan kegiatan daerah sepanjang aliran sungai dan kanal
atau avour sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi :
a. Pengembangan irigasi;
b. Pembangunan sarana dan prasarana pengembangan
sumberdaya air (pengendalian banjir, pengendalian
sedimen, pencegahan pencemaran, peningkatan kualitas
air baku);
c. Melarang alih fungsi lindung yang menyebabkan
kerusakan kualitas air sungai;
d. Melarang penggunaan lahan secara langsung untuk
bangunan sepanjang sempadan sungai yang tidak memiliki
kaitan dengan pelestarian atau pengelolaan sungai;
e. Sungai yang melintasi kawasan permukiman ataupun
kawasan perdesaan dan perkotaan dilakukan re-orientasi
pembangunan dengan menjadikan sungai sebagai
bagian dari latar depan; serta
f. Sempadan sungai yang areanya masih luas dapat
digunakan untuk pariwisata melalui penataan kawasan
tepian sungai.
(5) Kawasan Taman Hutan Raya R. Soerjo sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c adalah bagian dari kawasan
strategis nasional seluas 2.864,7 (dua ribu delapan ratus
enam puluh empat koma tujuh) hektar yang terdapat di
Kecamatan Wonosalam.
(6) Arahan pengelolaan Taman Hutan Raya R.Soerjo
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) meliputi:
a. Mengembalikan fungsi lindung terutama pada kawasan
dengan kelerengan 40 % (empat puluh persen);
- 80 -

b. Pengelolaan hutan bersama masyarakat dengan tujuan


memberikan pemahaman tentang pentingnya hutan
selain mempunyai fungsi ekologis juga memiliki nilai
ekonomis;
c. Memperbanyak reboisasi dengan melakukan penanaman
pohon produktif yang dapat digunakan sebagai
perlindungan disamping diambil hasilnya; dan
d. Membuka jalur wisata jelajah/pendakian untuk
menanamkan rasa memiliki terhadap alam.

BAB VII
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG

Pasal 77
(1) Arahan pemanfaatan ruang wilayah meliputi:
a. Perumusan kebijakan strategis operasionalisasi rencana
tata ruang wilayah dan rencana tata ruang kawasan
strategis;
b. Perumusan program sektoral dalam rangka perwujudan
struktur ruang dan pola ruang wilayah dan kawasan
strategis; dan
c. Pelaksanaan pembangunan sesuai dengan program
pemanfaatan ruang wilayah dan kawasan strategis.
(2) Perumusan kebijakan strategis operasionalisasi rencana tata
ruang wilayah dan rencana tata ruang kawasan strategis
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilaksanakan
oleh Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD).
(3) BKPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan
organisasi yang diberi wewenang untuk merencanakan dan
mengendalikan pemanfaatan ruang.
(4) Pembentukan BKPRD ditetapkan lebih lanjut dengan
Keputusan Bupati.

Pasal 78
(1) Perumusan program sektoral dalam rangka perwujudan
struktur ruang dan pola ruang wilayah dan kawasan strategis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (1) huruf b
merupakan prioritas pelaksanaan pembangunan yang
disusun berdasarkan atas kemampuan pembiayaan dan
sesuai arahan umum pembangunan daerah.
- 81 -

(2) Prioritas pelaksanaan pembangunan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) disusun dalam indikasi program
yang terdiri atas:
a. Usulan program utama;
b. Lokasi;
c. Besaran Program;
d. Sumber pembiayaan; dan
e. Instansi pelaksana.

BAB VIII
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG

Pasal 79
Arahan pengendalian pemanfaatan ruang terdiri atas:
a. Ketentuan umum peraturan zonasi;
b. Ketentuan umum perizinan;
c. Ketentuan umum insentif dan disinsentif; dan
d. Arahan sanksi.

Bagian Kesatu
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi

Pasal 80
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 79 huruf a berfungsi sebagai:
a. Landasan bagi penyusunan peraturan zonasi pada
tingkatan operasional pengendalian pemanfaatan ruang;
b. Dasar pemberian izin pemanfaatan ruang; dan
c. Salah satu pertimbangan dalam pengawasan
pemanfaatan ruang.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi indikasi arahan peraturan zonasi untuk
struktur ruang dan pola ruang yang terdiri atas:
a. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perkotaan;
b. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perdesaan;
c. Ketentuan umum peraturan zonasi pada zona jaringan
prasarana wilayah;
d. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan
lindung dan budidaya;
e. Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan
strategis kabupaten; dan
f. Ketentuan umum peraturan pada zona pengendalian
ketat.
- 82 -

Paragraf Kesatu
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi untuk
Kawasan Perkotaan

Pasal 81
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perkotaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 ayat (2) huruf a
meliputi :
a. Setiap rencana kawasan terbangun dengan fungsi-fungsi
perumahan, perdagangan-jasa, industri, dan berbagai
peruntukan lainnya, harus ditetapkan besaran dan/atau
luasan ruang setiap zona dan fungsi utama zona tersebut
dan dirinci atas amplop ruang (koefisien dasar hijau,
koefisien dasar bangunan, koefisien lantai bangunan dan
garis sempadan bangunan), penyediaan sarana dan
parsarana, serta ketentuan lain yang dibutuhkan untuk
mewujudkan ruang yang aman, nyaman, produktif dan
berkelanjutan;
b. Dalam pengembangan kawasan perdagangan yang telah
ditetapkan dalam RDTR, diatur jarak minimal antara lokasi
perdagangan tradisonal dan modern minimal 3 km (tiga
kilometer) guna menjaga pertumbuhan perekonomian
masyarakat kalangan menengah ke bawah;
c. Dalam menyusun amplop bangunan di setiap zona pada
kawasan perkotaan diupayakan untuk mengefisienkan
perubahan fungsi ruang untuk kawasan terbangun
melalui arahan bangunan vertikal sesuai kondisi masing-
masing ibukota kecamatan dengan tetap menjaga
harmonisasi intensitas ruang yang ada;
d. Pada setiap lingkungan permukiman yang dikembangkan
harus disediakan sarana dan prasarana lingkungan yang
memadai sesuai kebutuhan masing-masing;
e. Pada setiap pusat-pusat kegiatan masyarakat
diupayakan untuk dialokasikan kawasan khusus
pengembangan sektor informal;
f. Pada lahan pertanian yang telah ditetapkan sebagai
lahan pertanian berkelanjutan di kawasan perkotaan
harus tetap dilindungi dan tidak diperbolehkan dilakukan
alih fungsi;
g. Penyediaan RTH minimal 30% (tiga puluh persen),
dengan ketentuan 20% (dua puluh persen) berupa ruang
terbuka hijau publik dan 10% (sepuluh persen) berupa
hutan terbuka hijau privat;
h. Kawasan yang telah ditetapkan sebagai bagian dari RTH
di kawasan perkotaan harus tetap dilindungi sesuai
dengan fungsi RTH masing-masing, dan tidak
diperbolehkan dilakukan alih fungsi;
- 83 -

i. Pada setiap kawasan terbangun untuk berbagai fungsi


terutama permukiman padat harus disediakan ruang
evakuasi bencana sesuai dengan kemungkinan
timbulnya bencana yang dapat muncul;
j. Pada setiap kawasan terbangun yang digunakan untuk
kepentingan publik harus disediakan ruang untuk pejalan
kaki dengan tidak mengganggu fungsi jalan;
k. Pada kawasan lindung yang ada di perkotaan baik
kawasan lindung berupa ruang terbuka, diarahkan untuk
tidak dilakukan alih fungsi lindung tetapi dapat digunakan
untuk kepentingan lain selama masih menunjang fungsi
lindung seperti wisata alam, jogging track tepi sungai
yang ditata secara menarik; dan
l. Pada kawasan lindung berupa bangunan, harus tetap
dilakukan upaya konservasi, dan dapat dilakukan nilai
tambah dengan melakukan revitalisasi, rehabilitasi dan
sebagainya.
(2) Unsur-unsur pengendalian kawasan perkotaan, meliputi:
a. Kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan terbuka hijau
tetapi bukan sebagai bagian dari RTH di kawasan
perkotaan pada dasarnya dapat dilakukan alih fungsi
untuk kawasan terbangun dengan catatan komposisi atau
perbandingan antara kawasan terbangun dan ruang
terbuka hijau tidak berubah sesuai RDTR kawasan
perkotaan masing-masing;
b. Perubahan fungsi lahan dapat dilakukan secara terbatas,
yakni pada zona yang tidak termasuk dalam klasifikasi
intensitas tinggi dengan tetap menjaga fungsi utama
zona;
c. Dalam pengaturan kembali zona tidak diperbolehkan
dilakukan perubahan secara keseluruhan fungsi
dasarnya;
d. Penambahan fungsi tertentu pada suatu zona tidak
diperbolehkan dilakukan untuk fungsi yang bertentangan,
seperti permukiman digabung dengan industri polutan;
e. Pembangunan di luar area yang telah ditetapkan
terutama memanfaatkan sebagian dari rumija atau
ruwasja, termasuk melebihi ketinggian bangunan seperti
yang telah ditetapkan, tidak diperbolehkan kecuali diikuti
ketentuan khusus sesuai dengan kaidah desain kawasan,
seperti pemunduran bangunan, atau kompensasi tertentu
yang disepakati oleh stakeholder terkait; dan
f. Pada kawasan yang telah ditetapkan batas ketinggian
untuk alat komunikasi dan jaringan pengaman SUTT
tidak diperbolehkan melakukan kegiatan pembangunan
dalam radius tersebut.
- 84 -

Paragraf Kedua
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Kawasan Perdesaan

Pasal 82
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perdesaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 ayat (2) huruf b
disusun untuk setiap zona kawasan perdesaan dan hanya
berlaku pada setiap zona peruntukan sesuai kawasan
perdesaan masing-masing kecamatan, dengan arahan
meliputi:
a. Pengendalian kegiatan pembangunan kawasan
perdesaan dengan fungsi pertanian dan lindung
dilakukan melalui penetapan struktur konservasi lahan
yang terintegrasi dengan pengelolaan kawasan lindung
dan budidaya;
b. Pada rencana kawasan terbangun dengan fungsi
perumahan, perdagangan-jasa, industri, dan berbagai
peruntukan lainnya di perdesaan dapat dilakukan
penambahan fungsi yang masih saling berkesesuaian,
dengan memperhatikan besaran dan/atau luasan ruang
setiap zona dan fungsi utama zona tersebut;
c. Pada kawasan tidak terbangun atau ruang terbuka untuk
pertanian yang produktif harus dilakukan pengamanan,
khususnya agar tidak dialihfungsikan pada peruntukan
non pertanian;
d. Setiap kawasan perdesaan harus mengefisienkan ruang
yang berfungsi untuk pertanian;
e. Perubahan fungsi ruang untuk kawasan terbangun hanya
dilakukan secara infiltratif pada permukiman yang ada dan
harus menggunakan lahan yang kurang produktif; dan
f. Pengembangan permukiman perdesaan harus
menyediakan sarana dan prasarana lingkungan
permukiman yang memadai sesuai kebutuhan masing-
masing yang bersinergi dengan pengembangan sistem
perkotaan.
(2) Unsur-unsur pengendalian kawasan perdesaan, meliputi:
a. Pada lahan pertanian yang telah ditetapkan sebagai
lahan pangan berkelanjutan di kawasan perdesaan harus
tetap dilindungi dan tidak diperbolehkan dilakukan alih
fungsi;
b. Kawasan yang telah ditetapkan sebagai bagian dari RTH
di kawasan perdesaan harus tetap dilindungi sesuai
dengan fungsi RTH masing-masing dan tidak
diperbolehkan dilakukan alih fungsi;
- 85 -

c. Pada kawasan lindung yang ada di perdesaan diarahkan


untuk tidak dilakukan alih fungsi lindung tetapi dapat
ditambahkan kegiatan lain selama masih menunjang
fungsi lindung seperti wisata alam, penelitian, kegiatan
pecinta alam dan yang sejenis.
d. Pada kawasan lindung berupa bangunan harus tetap
dilakukan upaya konservasi baik berupa situs bangunan
peninggalan, bangunan/monumen perjuangan rakyat,
dan sebagainya;
e. Perubahan atau penambahan fungsi ruang tertentu pada
kawasan terbangun di perdesaan dapat dilakukan
sepanjang saling menunjang atau setidaknya tidak
menimbulkan efek negatif bagi zona yang telah
ditetapkan;
f. Kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan terbuka hijau
produktif di perdesaan dapat dilakukan alih fungsi untuk
kawasan terbangun secara terbatas dan hanya dilakukan
pada lahan yang produktivitasnya kurang tinggi dengan
catatan komposisi atau perbandingan antara kawasan
terbangun dan ruang terbuka hijau tidak berubah sesuai
kawasan perdesaan masing-masing;
g. Dalam pengaturan zona tidak diperbolehkan dilakukan
perubahan secara keseluruhan fungsi dasarnya sesuai
kawasan perdesaan masing-masing;
h. Penambahan fungsi tertentu pada suatu zona tidak
diperbolehkan dilakukan untuk fungsi yang bertentangan;
i. Pada kawasan terbangun di perdesaan yang lokasinya
terpencar dalam jumlah kecil tidak diperbolehkan
melakukan kegiatan pembangunan dengan intensitas
tinggi yang tidak serasi dengan kawasan sekitarnya;
j. Pada kawasan perdesaan khususnya desa tertinggal
dapat dilakukan peningkatan produktivitas dan
pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan nilai
ekonomis lahan;
k. Pemanfaatan sumberdaya alam di perdesaan dapat
dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan;
l. Adanya komitmen untuk menjaga kelestarian lingkungan
perdesaan pada kawasan-kawasan yang secara alami
harus diselamatkan (kawasan lindung) yaitu kawasan
yang secara alami rentan terhadap bencana alam seperti
banjir dan erosi; dan
m. Pada kawasan yang telah ditetapkan batas ketinggian
untuk alat komunikasi dan jaringan pengaman SUTT
tidak diperbolehkan melakukan kegiatan pembangunan
dalam radius tersebut.
- 86 -

Paragraf Ketiga
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Pada
Zona Jaringan Prasarana Wilayah

Pasal 83
Ketentuan umum peraturan zonasi pada zona prasarana wilayah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 ayat (2) huruf c terdiri atas:
a. Ketentuan umum peraturan zonasi pada zona jaringan
prasarana transportasi;
b. Ketentuan umum peraturan zonasi pada zona jaringan
prasarana energi;
c. Ketentuan umum peraturan zonasi pada zona jaringan
prasarana telekomunikasi;
d. Ketentuan umum peraturan zonasi pada zona jaringan
prasarana sumberdaya air; dan
e. Ketentuan umum peraturan zonasi pada zona prasarana
pengelolaan lingkungan.

Pasal 84
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi pada zona jaringan
prasarana transportasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 83 huruf a meliputi ketentuan umum peraturan zonasi
pada jalan bebas hambatan, jalan raya dan jalur kereta api.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi jalan bebas hambatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dengan
kebijakan sebagai berikut:
a. Sempadan jalan diarahkan sebagai RTH jalur;
b. Mempertahankan kawasan pertanian di sepanjang jalan
bebas hambatan;
c. Alih fungsi lahan yang berfungsi lindung di sisi jalan
bebas hambatan tidak diperbolehkan sebagai lahan
terbangun;
d. Pengembangan kawasan budidaya di sekitar jalan bebas
hambatan dan/atau jalan tol harus dilengkapi dengan
frontage road sebagai jalur sirkulasi lokal yang terhubung
dengan pintu bebas hambatan; dan
e. Pengembangan kawasan di sepanjang jalan bebas
hambatan harus sesuai dengan rencana pengembangan
yang tertuang dalam dokumen RTRW.
- 87 -

(3) Ketentuan umum peraturan zonasi jalan raya sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Peruntukan ruang di sepanjang sisi jalan perkotaan
dengan tingkat intensitas menengah hingga tinggi harus
dibatasi;
b. Alih fungsi lahan yang berfungsi lindung di sepanjang sisi
jalan perkotaan tidak diperbolehkan sebagai lahan
terbangun dan harus sesuai dengan penetapan garis
sempadan bangunan di sisi jalan perkotaan yang
memenuhi ketentuan ruang pengawasan jalan;
c. Ruang pengawasan jalan merupakan ruang tertentu di
luar ruang milik jalan, yang penggunaannya berada di
bawah pengawasan penyelenggara jalan, dan
diperuntukkan bagi pandangan bebas pengemudi dan
pengamanan konstruksi jalan serta manfaat jalan;
d. Pembangunan jaringan jalan harus sesuai dengan
persyaratan teknis jalan yang meliputi kecepatan
rencana, lebar badan jalan, kapasitas, jalan masuk,
persimpangan sebidang, bangunan pelengkap,
perlengkapan jalan, penggunaan jalan sesuai dengan
fungsinya, dan tidak terputus serta memenuhi ketentuan
standar teknis keamanan, keselamatan, dan lingkungan;
e. Menjamin tersedianya ruang terbuka hijau berupa jalur
hijau di sempadan atau median jaringan jalan;
f. Jaringan jalan harus dilengkapi dengan bangunan
pelengkap yang disesuaikan dengan fungsi jalan;
g. Guna peningkatan hubungan interaksi antar wilayah
perkotaan maupun perdesaan, dapat dibangun jembatan
penyeberangan;
h. Guna peningkatan pemanfaatan jaringan jalan dapat
dilakukan pelebaran dan rehabilitasi jalan;
i. Dalam hal ruang manfaat jalan dan/atau ruang milik jalan
bersilangan, berpotongan, berhimpit, melintas, atau di
bawah bangunan utilitas, maka dengan persyaratan
teknis dan pengaturan pelaksanaannya dapat dilakukan
pembangunan sarana yang ditetapkan bersama oleh
penyelenggara jalan dan pemilik bangunan utilitas yang
bersangkutan, dengan mengutamakan kepentingan
umum;
j. Dalam hal ruang milik jalan diperbolehkan untuk
prasarana moda transportasi lain dapat diadakan
prasarana moda transportasi dengan persyaratan teknis
dan pengaturan pelaksanaannya yang ditetapkan
bersama oleh penyelenggara jalan dan instansi yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
prasarana moda transportasi yang bersangkutan dengan
mengutamakan kepentingan umum;
- 88 -

k. Guna peningkatan integrasi perpindahan antar moda baik


angkutan yang melayani perkotaan maupun angkutan
yang melayani perdesaan dan angkutan yang melayani
hingga perbatasan dapat dilakukan penambahan jumlah
armada rute.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi kereta api sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) yang melintasi wilayah meliputi:
a. Alih fungsi lahan yang berfungsi lindung di sepanjang sisi
rel kereta api tidak diperbolehkan dimanfaatkan sebagai
lahan terbangun sesuai penetapan garis sempadan
bangunan;
b. Pengembangan transportasi kereta api harus
menyediakan sarana dan prasarana perkeretaapian yang
berpedoman kepada rencana induk perkeretaapian dan
rencana teknis perkeretaapian;
c. Peruntukan ruang di sepanjang sisi rel perkeretaapian
dengan tingkat intensitas menengah hingga tinggi tidak
dilarang dengan syarat pengembangan ruangnya
dibatasi;
d. Rel kereta api harus dilengkapi dengan bangunan
pelengkap yang disesuaikan dengan fungsi
perkeretaapian yang bersangkutan.
e. Perlengkapan perkeretaapian berkaitan langsung dan
tidak langsung dengan pengguna jalan yang berpotongan
dengan rel perkeretaapian;
f. Untuk keselamatan perjalanan kereta api dan pemakai
jalan perlintasan sebidang yang tidak mempunyai izin
harus ditutup;
g. Tidak diperbolehkan membangun gedung, membuat
tembok, pagar, tanggul, bangunan lainnya, menanam
jenis pohon yang tinggi atau menempatkan barang pada
jalur kereta api yang dapat mengganggu pandangan
bebas dan membahayakan keselamatan perjalanan
kereta api;
h. Batas ruang milik jalur kereta api merupakan ruang di sisi
kiri dan kanan ruang manfaat jalur kereta api yang
lebarnya tidak boleh lebih kurang dari 6 (enam) meter;
i. Batas ruang pengawasan jalur kereta api merupakan
ruang di sisi kiri dan kanan ruang milik jalur kereta api
yang lebarnya tidak boleh lebih kurang dari 9 (sembilan)
meter; dan
j. Kegiatan usaha penunjang perkeretaapian diperbolehkan
meliputi aktivitas usaha untuk mendukung pengusahaan
perkeretaapian antara lain usaha pertokoan, restoran,
perkantoran dan perhotelan.
- 89 -

Pasal 85
Ketentuan umum peraturan zonasi pada zona jaringan prasarana
energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 huruf b ditetapkan
sebagai berikut:
a. Peraturan zonasi untuk pembangkit tenaga listrik disusun
dengan memperhatikan pemanfaatan ruang di sekitar
pembangkit listrik dan harus memperhatikan jarak aman dari
kegiatan lain;
b. Peraturan zonasi untuk jaringan transmisi tenaga listrik
disusun dengan memperhatikan ketentuan pelarangan
pemanfaatan ruang bebas di sepanjang jalur transmisi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. Jarak minimum saluran udara tegangan tinggi 66/150 KV
ditetapkan seluas 20 (dua puluh) meter dari tiang kiri dan
kanan dan/atau batas aman dari atas tiang transmisi ke bumi
adalah 450 (empat puluh lima derajat);
d. Untuk pembangunan sarana kelistrikan dapat memanfaatkan
lahan bukan milik umum yang bersetifikat dengan kewajiban
menyelesaikan ganti rugi atau kompensasi yang berhubungan
dengan tanah, bangunan, dan/atau tanaman;
e. Luas lahan sebanyak 90% (sembilan puluh persen) dari luas
SUTT harus dihijaukan;
f. Untuk penyesuaian dengan keadaan permukaan tanah jalan
dan sebagainya diperbolehkan diambil jarak tiang antara
30 (tiga puluh) meter s/d 45 (empat puluh lima) meter;
g. Jarak kawat pengantar (konduktor) terhadap unsur-unsur di
dalam lingkungan seperti bangunan, pohon, jarak tiang dan
lain-lain disesuaikan dengan peraturan PLN yang berlaku; dan
h. Diperbolehkan melakukan pengembangan energi baru dan
terbarukan seperti pengembangan energi mikrohidro bagi
pembangkit listrik oleh badan usaha dengan tetap
memperhatikan keseimbangan sumberdaya alam, kelestarian
lingkungan hidup.

Pasal 86
Ketentuan umum peraturan zonasi pada zona jaringan prasarana
telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 huruf c
ditetapkan sebagai berikut:
a. Pembangunan sistem jaringan telekomunikasi dapat dilakukan
dengan tetap memperhatikan pemanfaatan ruang untuk
penempatan stasiun bumi dan menara pemancar
telekomunikasi yang memperhitungkan aspek keamanan dan
keselamatan aktivitas kawasan di sekitarnya;
- 90 -

b. Dalam rangka pembangunan, pengoperasian dan/atau


pemeliharaan jaringan telekomunikasi, penyelenggara
telekomunikasi diperbolehkan memanfaatkan atau melintasi
tanah, bangunan dan/atau sungai yang dimiliki atau dikuasai
Pemerintah;
c. Dalam penyelenggaraan telekomunikasi diperbolehkan
memanfaatkan atau melintasi tanah dan/atau bangunan milik
perseorangan untuk tujuan pembangunan, pengoperasian,
atau pemeliharaan jaringan telekomunikasi setelah terdapat
persetujuan dari pemiliknya;
d. Setiap penyelenggara jaringan telekomunikasi yang telah
memperoleh ijin/persetujuan wajib memasang rambu-rambu
(tanda-tanda) keberadaan jaringan telekomunikasi;
e. Untuk ketinggian tower telekomunikasi di atas 60 (enam puluh)
meter jarak tower dari bangunan terdekat ditetapkan sejauh
20 (dua puluh) meter;
f. Untuk ketinggian tower di bawah 60 (enam puluh) meter jarak
tower dari bangunan terdekat ditetapkan sejauh 10 (sepuluh)
meter;
g. Jangkauan pelayanan maksimal pada daerah layanan padat
dan/atau peak hour per antena BTS ditetapkan dengan batas
limit + 3 km (kurang lebih tiga kilometer);
h. Jarak antar tower minimum antar provider/kelompok provider
yang tergabung dalam tower pemanfaatan bersama
diperbolehkan mendekati limit + 6 km (kurang lebih enam
kilometer);
i. Untuk penguatan spektrum layanan diperbolehkan
menggunakan antena transmiter yang dapat ditempatkan pada
mini tower, gedung tinggi dengan disamarkan dan
menyesuaikan karakteristik estetika kawasan; dan
j. Pengembangan sistem telekomunikasi dengan menggunakan
sistem satelit dapat dilakukan dengan pengalokasian secara
khusus bagi tiang pemancar dan lokasinya terletak jauh dari
permukiman; dan
k. Pada kawasan perkotaan yang direncanakan pengembangan
telematika perlu didata dan pembangunan tower untuk
jaringan telematika dibatasi.

Pasal 87
Ketentuan umum peraturan zonasi pada zona jaringan prasarana
sumberdaya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 huruf d
ditetapkan sebagai berikut:
a. Pemanfaatan ruang pada kawasan di sekitar wilayah sungai
dapat dilakukan dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan
dan fungsi lindung kawasan dengan memperhatikan daerah
tangkapan hujan tidak mengurangi kuantitas dan kualitas air
pengendalian banjir dan lingkungan sungai serta mata air;
- 91 -

b. Pemanfaatan sumberdaya air untuk irigasi harus


memperhatikan kepentingan pengguna di bagian hulu, tengah,
dan hilir secara seimbang;
c. Guna mendukung keandalan air irigasi diperbolehkan
membangun waduk dan/atau waduk lapangan dengan tetap
mengendalikan kualitas air menyediakan jaringan drainase
yang sepadan dan memanfaatkan kembali air
pembuangan/drainase;
d. Bantaran sungai harus bebas dari bangunan kecuali untuk
bangunan inspeksi dengan memperhatikan aturan jarak untuk
sempadan sungai bertanggul dan tidak bertanggul;
e. Pemanfaatan mata air diperbolehkan dengan menjaga
kuantitas air dan kualitas air;
f. Dalam rangka pengendalian banjir diperbolehkan menentukan
zona atau pengaturan tata guna lahan untuk kawasan
terbangun dan tidak terbangun;
g. Diperbolehkan pengembangkan daerah wisata air di sekitar
lingkungan Sungai Brantas; dan
h. Lokasi industri yang berdekatan dengan daerah aliran sungai
dan dapat mencemari sungai tidak diperbolehkan.

Pasal 88
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi pada zona prasarana
pengelolaan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 83 huruf e meliputi:
a. Sistem jaringan pematusan;
b. Sistem jaringan persampahan; dan
c. Sistem jaringan limbah industri dan domestik.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan
pematusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
ditetapkan sebagai berikut :
a. Sistem jaringan drainase perkotaan memerlukan saluran
pembuangan air hujan dan saluran pembuangan air
limbah rumah tangga;
b. Pemenuhan saluran pembuangan air hujan dapat
dilakukan dengan pembangunan saluran terbuka untuk
kawasan permukiman dan saluran tertutup untuk
kawasan perdagangan;
c. Pengembangan saluran drainase baru terutama pada
jalan arteri dan kolektor dapat dijadikan prioritas bagi
pengembangan sistem pematusan;
d. Guna perbaikan sistem pematusan yang sudah ada agar
pemanfaatannya lebih maksimal dapat dilakukan dengan
cara pengerukan; dan
e. Guna keperluan pengendalian banjir dapat ditetapkan
penentuan zona atau pengaturan tata guna lahan untuk
kawasan terbangun dan tidak terbangun.
- 92 -

(3) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan


persampahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
ditetapkan sebagai berikut:
a. Pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial,
kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum,
fasilitas sosial dan fasilitas lainnya diwajibkan
menyediakan fasilitas pemilahan sampah, sistem
pembuangan air hujan dan limbah;
b. Penentuan lokasi TPA terpadu diharuskan jauh dari
permukiman penduduk;
c. Lokasi pembuangan sampah harus memperhatikan
faktor-faktor seperti topografis, geologis, hidrologis, serta
metode pengelolaan sampah itu sendiri.
d. Di area sekitar TPA wajib dibudidayakan tanaman
pepohonan yang berfungsi sebagai sabuk hijau dan
upaya membatasi kawasan terbangun;
e. Perseorangan atau badan hukum diperbolehkan memiliki
area penimbunan sampah untuk penimbunan sampah
organik;
f. Dilarang mengoperasikan tempat pengolahan akhir
dengan metode open dumping serta mengimpor dan
mengekspor sampah;
g. Tidak diperbolehkan adanya tempat pembuangan
sampah akhir (TPA) di dalam kawasan perkotaan;
h. Diperbolehkan pengembangan TPS secara terpusat pada
unit-unit lingkungan yang terdapat pada pusat-pusat
perkotaan dan pusat kegiatan; dan
i. Diperbolehkan pengembangan lokasi pengolahan
sampah dengan komposting.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan
limbah industri dan domestik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c, ditetapkan sebagai berikut:
a. Peningkatan sarana sanitasi dapat dilakukan dengan
pembangunan pembuangan air limbah domestik yang
ditujukan bagi penduduk yang belum mempunyai sarana
dan tidak mampu dari segi pendapatan;
b. Direkomendasikan adanya pembangunan pengolahan
limbah hasil industri secara terpadu pada kawasan
industri; dan
c. Direkomendasikan adanya pemasangan pipa pengolahan
limbah industri di kawasan industri besar dengan
memperhatikan kondisi lingkungan.
- 93 -

Paragraf Keempat
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi untuk
Kawasan Lindung dan Budidaya

Pasal 89
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan lindung
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 ayat (2) huruf d
meliputi:
a. Peraturan zonasi untuk kawasan hutan lindung;
b. Peraturan zonasi untuk kawasan resapan air;
c. Peraturan zonasi untuk sempadan sungai dan waduk;
d. Peraturan zonasi untuk ruang terbuka hijau perkotaan;
e. Peraturan zonasi kawasan sekitar mata air;
f. Peraturan zonasi untuk taman hutan raya;
g. Peraturan zonasi untuk kawasan rawan longsor atau
erosi; dan
h. Peraturan zonasi untuk kawasan rawan banjir.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan hutan
lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
disusun dengan memperhatikan :
a. Pelarangan seluruh kegiatan yang berpotensi
mengurangi luas kawasan hutan dan tutupan vegetasi;
b. Pemanfaatan ruang kawasan untuk kegiatan budidaya
yang hanya diizinkan bagi penduduk asli dengan luasan
tetap, tidak mengurangi fungsi lindung kawasan, dan
dibawah pengawasan ketat;
c. Pemanfaatan hutan lindung yang secara terbatas hanya
diperbolehkan pada pemanfaatan kawasan, pemanfaatan
jasa lingkungan, dan pemungutan hasil hutan non-kayu;
d. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan pendidikan dan
penelitian tanpa mengubah bentang alam;
e. Ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang yang
membahayakan keselamatan umum;
f. Pembatasan pemanfaatan ruang di sekitar kawasan yang
telah ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana alam;
dan
g. Pembatasan pemanfaatan ruang yang menurunkan
kualitas fungsi lingkungan.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan resapan
air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b disusun
dengan memperhatikan:
a. Peruntukan ruang secara terbatas hanya untuk kegiatan
budidaya tidak terbangun yang memiliki kemampuan
tinggi dalam menahan limpasan air hujan;
b. Penyediaan sumur resapan dan/atau waduk pada lahan
terbangun yang sudah ada; dan
- 94 -

c. Penerapan prinsip zero delta Q policy terhadap setiap


kegiatan budidaya terbangun yang diajukan izinnya.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sempadan sungai
dan waduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
disusun dengan memperhatikan:
a. Pemanfaatan ruang yang diperbolehkan untuk ruang
terbuka hijau. Termasuk dalam pemanfaatan untuk ruang
terbuka hijau adalah taman rekreasi;
b. Ketentuan pelarangan pendirian bangunan kecuali
bangunan yang dimaksudkan untuk pengelolaan badan
air dan/atau pemanfaatan air. Bangunan yang
dimaksudkan untuk pengelolaan badan air antara lain
jalan inspeksi dan bangunan pengendali banjir.
Bangunan yang dimaksudkan untuk pemanfaatan air
antara lain water intake untuk produksi air bersih;
c. Pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang
fungsi taman rekreasi. Pendirian bangunan dibatasi pada
bangunan permanen;
d. Penetapan lebar sempadan yaitu selebar 50 (lima puluh)
meter, diukur dari titik pasang tertinggi ke arah darat;
e. Pencegahan kegiatan budidaya disepanjang sungai yang
dapat mengganggu kualitas air, kondisi fisik, dasar
sungai, serta aliran air; dan
f. Arahan kegiatan diperbolehkan pada daerah sepanjang
aliran sungai, antara lain : pengembangan irigasi,
pengembangan navigasi dan transportasi air,
pengembangan drainase dan pembangunan sarana dan
prasarana pengembangan sumberdaya air (pengendalian
banjir, pengendalian sedimen, pengembangan suplai air
bersih perkotaan, pencegahan pencemaran, peningkatan
kualitas air baku).
(5) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk ruang terbuka hijau
perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
meliputi:
a. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan rekreasi;
b. Pendirian bangunan dibatasi hanya untuk bangunan
penunjang kegiatan rekreasi dan fasilitas umum lainnya;
c. Pelarangan pendirian bangunan permanen selain
bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf b;
d. Proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar
minimal 30% (tiga puluh persen) yang terdiri dari
20% (dua puluh persen) ruang terbuka hijau publik dan
10% (sepuluh persen) terdiri dari ruang terbuka hijau
privat; dan
e. Penentuan luas hutan kota dalam satu hamparan yang
kompak paling sedikit 0,25 (nol koma dua puluh lima)
hektar.
- 95 -

(6) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar mata air


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e meliputi:
a. Peruntukan ruang diperbolehkan untuk ruang terbuka
hijau;
b. Daratan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat
untuk mempertahankan fungsi mata air dan tidak
diperbolehkan peruntukan ruang bagi yang dapat
mengganggu fungsi mata air terutama sebagai sumber
mata air.
c. Kawasan sempadan mata air ditetapkan dengan radius
200 (dua ratus) meter;
d. Pelarangan kegiatan yang dapat menimbulkan
pencemaran terhadap mata air; dan
e. Pengembangan potensi pariwisata diperbolehkan di
kawasan mata air.
(7) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk taman hutan raya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f meliputi :
a. Peruntukan ruang yang diperbolehkan untuk penelitian,
pendidikan dan wisata alam;
b. Ketentuan pelarangan kegiatan yang dapat merusak
taman hutan raya;
c. Pendirian bangunan yang dibatasi hanya untuk
menunjang kegiatan penelitihan, pendidikan dan wisata
alam;
d. Ketentuan pelarangan pendirian bangunan selain untuk
menunjang kegiatan penelitihan, pendidikan dan wisata
alam;
e. Penentuan batas-batas kawasan yang ditata pada
kawasan taman hutan raya;
f. Pembagian kawasan ke dalam blok-blok terdiri dari: blok
pemanfaatan, blok koleksi tanaman, blok perlindungan,
dan blok lainnya;
g. Pemberian izin membuka jalur wisata jelajah/pendakian;
h. Pengembalian fungsi lindung, terutama pada kawasan
dengan kelerengan > 40% (empat puluh persen) dengan
memperbanyak tanaman keras; dan
i. Larangan perburuan, penangkapan satwa dan
pengambilan kayu.
(8) Peraturan zonasi untuk kawasan rawan longsor atau erosi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g disusun
dengan memperhatikan:
a. Peruntukan ruang dengan mempertimbangkan
karakteristik, jenis dan ancaman bencana;
b. Penentuan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman
penduduk;
- 96 -

c. Pembatasan pendirian bangunan kecuali untuk


kepentingan pemantauan ancaman bencana dan
kepentingan umum;
d. Pemeliharaan vegetasi di bagian gunung yang memiliki
tingkat ketinggian lebih dari 2000 (dua ribu) meter di atas
permukaan air laut dan memiliki kelerengan lebih dari
30% (tiga puluh persen);
e. Pembangunan secara khusus bangunan pengendali erosi
sepanjang lereng gunung yang mudah tererosi;
f. Pengaturan kontur dan cara-cara pengolahan lahan; dan
g. Penanaman vegetasi seperti pepohonan untuk
mengendalikan kecepatan aliran air dan erosi tanah pada
sempadan sungai.
(9) Peraturan zonasi untuk kawasan rawan banjir sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf h disusun dengan
memperhatikan:
a. Pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan
karakteristik, jenis dan ancaman bencana;
b. Penentuan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman
penduduk;
c. Pembatasan pendirian bangunan kecuali untuk
kepentingan pemantauan ancaman bencana dan
kepentingan umum;
d. Penetapan batas dataran banjir;
e. Pemanfaatan dataran banjir bagi ruang terbuka hijau dan
pembangunan fasilitas umum dengan kepadatan rendah;
dan
f. Ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang bagi kegiatan
permukiman dan fasilitas umum penting lainnya.

Pasal 90
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan budidaya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 ayat (2) huruf d
meliputi:
a. Peraturan zonasi untuk kawasan hutan produksi dan
hutan rakyat;
b. Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pertanian;
c. Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan
perkebunan;
d. Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan perikanan;
e. Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan peternakan;
f. Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan
pertambangan;
g. Peraturan zonasi untuk kawasan industri;
h. Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pariwisata;
i. Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan
permukiman; dan
- 97 -

j. Peraturan zonasi untuk kawasan perdagangan dan jasa.


(2) Peraturan zonasi untuk kawasan hutan produksi dan hutan
rakyat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi:
a. Pembatasan pemanfaatan hasil hutan untuk menjaga
kestabilan neraca sumberdaya kehutanan;
b. Pendirian bangunan yang dibatasi hanya untuk
menunjang kegiatan pemanfaatan hasil hutan;
c. Pelarangan pendirian bangunan selain untuk kegiatan
hutan produksi;
d. Pemanfaatan hutan produksi yang diperbolehkan berupa
pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa lingkungan,
pemanfaatan hasil hutan kayu dan non-kayu, serta
pemungutan hasil hutan kayu dan non-kayu;
e. Peruntukan ruang yang diperbolehkan dalam rangka
pemanfaatan jasa lingkungan yang meliputi pemanfaatan
air, wisata alam/rekreasi, olahraga tantangan dan
penyelamatan hutan dan lingkungan;
f. Peruntukan ruang yang mengizinkan pembagian blok-
blok ke dalam petak-petak kerja dengan keharusan
memperhatikan pada luas kawasan, potensi hasil hutan
dan kesesuaian ekosistem;
g. Radius atau jarak yang diperbolehkan untuk melakukan
penebangan pohon di kawasan hutan produksi, yaitu:
1. lebih dari 200 (dua ratus) meter dari tepi mata air dan
kiri kanan sungai di daerah rawa;
2. lebih dari 100 (seratus) meter dari kiri kanan tepi
sungai;
3. lebih dari 50 (lima puluh) meter dari kiri kanan tepi
anak sungai; dan
4. lebih dari 2 (dua) kali kedalaman jurang dari tepi jurang.
h. Tidak diperbolehkannya kegiatan pengusahaan hutan
serta perladangan ilegal; dan
i. Diperbolehkannya pengembangan agroforestry.
(3) Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pertanian
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b meliputi :
a. Peruntukan ruang untuk permukiman petani dengan
kepadatan rendah;
b. Ketentuan pelarangan alih fungsi lahan menjadi lahan
budidaya non-pertanian kecuali untuk pembangunan
sistem jaringan prasarana utama;
c. Sistem jaringan prasarana utama yang mencakup sistem
jaringan transportasi, sistem jaringan energi, sistem
jaringan telekomunikasi, dan sistem jaringan sumberdaya
air yang dibangun untuk kepentingan umum;
- 98 -

d. Pembukaan lahan baru untuk pertanian tanaman pangan,


sayuran, buah-buahan, dan tanaman hias dengan tidak
memanfaatkan kawasan lindung dan hutan kota;
e. Pemantapan konservasi kawasan pertanian
berkelanjutan berupa tanaman pangan untuk memenuhi
ketahanan pangan;
f. Pengendalian ketat pada konversi lahan pertanian
khususnya kawasan perkotaan;
g. Pembentukan kelembagaan produksi hasil pertanian dan
tanaman pangan; dan
h. Pengembangan dan pemeliharaan sistem irigasi.
(4) Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan perkebunan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:
a. Penyelenggaraan usaha perkebunan yang diperbolehkan
untuk usaha lahan perkebunan berupa hak milik, hak
guna usaha, hak guna bangunan, dan/atau hak pakai;
b. Larangan pemindahan hak atas tanah usaha perkebunan
yang mengakibatkan terjadinya satuan usaha yang
kurang dari luas minimum;
c. Keberaradaan lahan perkebunan besar swasta yang
terlantar yang tidak berupaya untuk melakukan perbaikan
usaha setelah dilakukan pembinaan, pemanfaatan
lahannya diperbolehkan dialihkan untuk kegiatan non-
perkebunan;
d. Wilayah geografis yang menghasilkan produk
perkebunan yang bersifat spesifik lokasi yang dilindungi
kelestariannya dengan indikasi geografis;
e. Wilayah geografis yang sudah ditetapkan untuk dilindungi
kelestariannya dengan indikasi geografis yang dilarang
untuk dialihfungsikan;
f. Pelarangan terhadap pelaku usaha perkebunan yang
membuka dan/atau mengolah lahan dengan cara
pembakaran yang berakibat terjadinya pencemaran dan
kerusakan fungsi lingkungan hidup; dan
g. Pengembangan perkebunan yang diperbolehkan dengan
pengembangan pemukiman perkebunan dalam
mendukung sentra-sentra produksi perkebunan.
(5) Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan perikanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d disusun
dengan memperhatikan:
a. Peruntukan ruang untuk permukiman petani dengan
kepadatan rendah;
b. Peruntukan ruang untuk kawasan pemisahan dan/atau
kawasan sabuk hijau;
c. Pemanfaatan sumberdaya perikanan agar tidak melebihi
potensi lestari;
- 99 -

d. Pelarangan pemanfaatan sumberdaya perikanan yang


melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran
dan/atau kerusakan sumberdaya ikan dan/atau
lingkungannya; dan
e. Upaya pengelolaan sumberdaya ikan yang mewajibkan
dilakukannya konservasi ekosistem, konservasi jenis
ikan, dan konservasi genetika ikan.
(6) Peraturan zonasi untuk kawasan peternakan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf e meliputi :
a. Usaha-usaha peternakan yang diadakan dengan tidak
mengganggu ketenteraman masyarakat umum;
b. Jumlah dan jenis ternak yang boleh diternakkan di suatu
bidang tanah tertentu untuk disesuaikan dengan keadaan
dan keseimbangan tanah dengan jenis ternak yang
bersangkutan;
c. Zona-zona di mana suatu rumpun ternak telah mencapai
mutu yang tinggi di dalam suatu produksi dan harus
dijalankan peternakan murni;
d. Pemanfaatan sumberdaya peternakan agar tidak
melebihi potensi lestari; dan
e. Peternakan-peternakan dan perusahaan-perusahaan
peternakan yang harus menyediakan tanah dan air untuk
menyelenggarakan padang rumput atau penanaman
tanaman-tanaman yang menghasilkan hijau-hijauan
makanan ternak.
(7) Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pertambangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f meliputi :
a. Keseimbangan antara biaya dan manfaat serta
keseimbangan antara risiko dan manfaat; dan
b. Pengaturan bangunan lain di sekitar instalasi dan
peralatan kegiatan pertambangan yang berpotensi
menimbulkan bahaya dengan memperhatikan
kepentingan daerah.
(8) Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan industri
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g meliputi :
a. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan industri berupa
Kawasan Industri (KI) sebagaimana ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku;
b. Kawasan Industri (KI) dikembangkan dengan kawasan
industri estate dan dapat dikelola oleh swasta maupun
pemerintah melalui BUMN dan/atau Perusahaan Daerah;
c. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan industri yang sesuai
dengan kemampuan penggunaan teknologi, potensi
sumberdaya alam dan sumberdaya manusia di wilayah
sekitarnya;
- 100 -

d. Pengelolaan limbah pada Kawasan Industri (KI)


dilakukan dengan pengelolaan secara terpadu;
e. Kawasan industri minimal berjarak 1 (satu) kilometer dari
permukiman dan berjarak minimal 10 (sepuluh) kilometer
dari Ibukota Kabupaten;
f. Kawasan Industri tidak melanggar ketentuan sempadan
sungai;
g. Penggunaan lahan pada kawasan industri yang terdiri
dari penggunaan kavling industri, jalan dan saluran,
ruang terbuka hijau dan fasilitas penunjang;
h. Ruang terbuka hijau yang meliputi taman kawasan, jalur
hijau dan hutan kota seluas 20% (dua puluh persen) dari
kawasan;
i. Tersedia buffer zone berupa sabuk hijau sebagai
penyangga antara kawasan industri dengan kawasan di
sekitarnya;
j. Fasilitas penunjang berupa kawasan pergudangan dan
tempat parkir kendaraan besar tersedia di kawasan
industri;
k. Tidak membuka akses ke jalan lingkungan atau jalan
lokal primer untuk sirkulasi kendaraan besar terkait
kepentingan jalur distribusi kegiatan industri;
l. Kawasan Industri (KI) terdiri terdiri dari kavling industri
besar, kavling industri menengah dan kavling kecil yang
dapat diperuntukkan bagi kegiatan industri kecil;
m. Penentuan besar dan kecil kavling ditentukan lebih lanjut
melalui perencanaan dan kajian;
n. Penetapan kebutuhan infrastruktur dan fasilitas disekitar
kawasan industri memperhatikan rencana rinci lebih
lanjut dan
o. Pembangunan Kawasan Industri harus didahului dengan
melakukan kajian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup Kawasan Industri.
(9) Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pariwisata
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf h meliputi :
a. Pemanfaatan potensi alam dan budaya masyarakat yang
sesuai daya dukung dan daya tampung lingkungan;
b. Perlindungan terhadap situs peninggalan kebudayaan
masa lampau;
c. Pembatasan pendirian bangunan yang hanya untuk
menunjang kegiatan pariwisata;
d. Pemanfaatan Taman Hutan Raya yang hanya
diperuntukkan bagi kegiatan pariwisata alam, yang
dilaksanakan sesuai dengan azas konservasi
sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya; dan
- 101 -

e. Luas kawasan yang dimanfaatkan untuk pembangunan


sarana dan prasarana pariwisata alam dengan ketentuan
pemanfaatan lahan maksimum 10% (sepuluh persen)
dari luas blok pemanfaatan taman hutan raya yang
bersangkutan.
(10) Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan permukiman
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf i meliputi :
a. Penetapan amplop bangunan;
b. Penetapan tema arsitektur bangunan;
c. Penetapan kelengkapan bangunan dan lingkungan;
d. Penetapan jenis dan syarat penggunaan bangunan yang
diizinkan;
e. Syarat pengembangan kawasan perumahan real estate
yang harus menyediakan ruang terbuka hijau sebesar
20% (dua puluh persen);
f. Dilarang melakukan pengembangan kawasan
perumahan wisata di kawasan lindung;
g. Kawasan perumahan yang melebihi luasan 1 (satu)
hektar diarahkan memiliki pusat pelayanan tersendiri;
h. Pelarangan terhadap pendirian kawasan perumahan di
bantaran sungai;
i. Penyediaan sarana prasarana pendukung perumahan
perdesaan dan pelayanan fasilitas yang memadai; dan
j. Penyediaan lahan untuk kegiatan sektor informal yang
diizinkan dan secara fleksibel berlokasi di kawasan
perumahan.
(11) Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan perdagangan
dan jasa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf j
meliputi :
a. Diperbolehkan melakukan pembangunan bangunan
komersial berdekatan dengan pembangunan hunian;
b. Peletakan bangunan komersial serta ketersediaan sarana
dan prasarana pendukung disesuaikan dengan kelas
konsumen yang akan dilayani;
c. Penetapan amplop bangunan antara lain meliputi garis
sempadan bangunan, koefisien dasar bangunan,
koefisien lantai bangunan, koefisien dasar hijau dan
ketinggian bangunan;
d. Diciptakan kesinambungan jalur bagi pejalan kaki di
dalam area bangunan dan di luar area bangunan dengan
mengaitkan pola pedestrian yang ada;
- 102 -

e. Orientasi bangunan diutamakan menghadap akses jalan.


Sedangkan pada area ruang terbuka kawasan, orientasi
utama bangunan adalah pada space berupa ruang
terbuka hijau dan sungai;
f. Mengelompokkan fungsi-fungsi yang saling berhubungan
pada zona-zona yang saling terkoneksikan melalui sistem
sirkulasi yang efektif; dan
g. Peruntukan ruang bagi ruang terbuka hijau diperbolehkan
dalam bentuk sistem ruang terbuka umum, sistem ruang
terbuka pribadi, sistem ruang terbuka privat yang dapat
diakses oleh umum, sistem pepohonan dan tata hijau dan
bentang alam.

Paragraf Kelima

Ketentuan Umum Peraturan


Zonasi Kawasan Strategis

Pasal 91
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi di kawasan strategis
kabupaten sebagaimana dimaksud dalam pasal 80 ayat (2)
huruf e meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan strategis
pertumbuhan ekonomi;
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan strategis
kawasan sosial kultural; dan
c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan strategis dari
sudut kepentingan lingkungan.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan
pertumbuhan ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a adalah sebagai berikut :
a. Kawasan penunjang ekonomi harus ditunjang sarana dan
prasarana yang memadai sehingga menimbulkan minat
investasi yang besar;
b. Pada setiap bagian dari kawasan strategis ekonomi harus
diupayakan untuk mengefisienkan perubahan fungsi
ruang untuk kawasan terbangun melalui arahan
bangunan vertikal sesuai kondisi kawasan masing-
masing;
- 103 -

c. Pada kawasan strategis secara ekonomi harus


dialokasikan ruang atau zona secara khusus dan harus
dilengkapi dengan ruang terbuka hijau untuk memberikan
kesegaran di tengah kegiatan yang intensitasnya tinggi
serta zona tersebut harus tetap dipertahankan;
d. Perubahan atau penambahan fungsi ruang tertentu pada
ruang terbuka di kawasan ini boleh dilakukan sepanjang
masih dalam batas ambang penyediaan ruang terbuka
kecuali untuk RTH kawasan perkotaan tidak
diperbolehkan; dan
e. Dalam pengaturan kawasan strategis ekonomi ini zona
yang dinilai penting tidak boleh dilakukan perubahan
fungsi dasarnya.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan sosial
kultural sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah
sebagai berikut:
a. Kawasan sosio-kultural terdiri atas kawasan peninggalan
sejarah yakni candi dan situs. Secara umum kawasan ini
pada radius tertentu harus dilindungi dari perubahan
fungsi yang tidak mendukung keberadaan candi atau dari
kegiatan yang intensitasnya tinggi sehingga mengganggu
estetika dan fungsi monumental candi;
b. Bila sekitar kawasan ini sudah terdapat bangunan
misalnya perumahan harus dibatasi pengembanganya;
c. Untuk kepentingan pariwisata boleh ditambahkan fungsi
penunjang misalnya souvenir shop atau atraksi wisata
yang saling menunjang tanpa menghilangkan identitas
dan karakter kawasan;
d. Pada zona ini tidak boleh dilakukan perubahan dalam
bentuk peningkatan kegiatan atau perubahan ruang di
sekitarnya yang dimungkinkan dapat mengganggu fungsi
dasarnya;
e. Penambahan fungsi tertentu pada suatu zona ini tidak
boleh dilakukan untuk fungsi yang bertentangan,
misalnya perdagangan dan jasa yang tidak terkait candi
dan pariwisata; serta
f. Pada sekitar zona ini bangunan tidak boleh melebihi
ketinggian 2/3 (duapertiga) dari candi yang ada.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan strategis dari
sudut kepentingan lingkungan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c adalah sebagai berikut:
- 104 -

a. Pada kawasan ini yang termasuk dalam kategori zona inti


harus dilindungi dan tidak dilakukan perubahan yang
dapat mengganggu fungsi lindung;
b. Pada kawasan yang telah ditetapkan memiliki fungsi
lingkungan dan terdapat kerusakan baik pada zona inti
maupun zona penunjang harus dilakukan pengembalian
ke rona awal sehingga kehidupan satwa langka dan
dilindungi dapat lestari;
c. Untuk menunjang kelestarian dan mencegah kerusakan
dalam jangka panjang harus melakukan percepatan
rehabilitasi lahan;
d. Pada zona yang telah ditetapkan memiliki fungsi
perlindungan lingkungan tetapi saat ini sudah beralih
fungsi menjadi kawasan budidaya khususnya budidaya
semusim, maka harus mengembangkan hutan rakyat;
e. Pada zona-zona ini boleh melakukan kegiatan pariwisata
alam sekaligus menanamkan gerakan cinta alam;
f. Pada kawasan yang didalamnya terdapat zona terkait
kemampuan tanahnya untuk peresapan air maka boleh
dan disarankan untuk pembuatan sumur-sumur resapan;
dan
g. Pada zona inti maupun penunjang bila terlanjur untuk
kegiatan budidaya khususnya permukiman dan budidaya
tanaman semusim, tidak boleh dikembangkan lebih lanjut
atau dibatasi dan secara bertahap dialihfungsikan
kembali ke zona lindung.

Paragraf Keenam
Ketentuan Umum Peraturan zonasi
pada Zona Pengendalian Ketat

Pasal 92
(1) Ketentuan umum peraturan pada zona pengendalian ketat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 ayat (2) huruf f
diarahkan pada:
a. Kawasan yang memerlukan pengawasan secara khusus
dan dibatasi pemanfaatannya untuk mempertahankan
daya dukung, mencegah dampak negatif, menjamin
proses pembangunan yang berkelanjutan;
b. Wilayah yang berpotensi mempunyai perkembangan
kawasan yang sangat cepat, diprioritaskan dalam
pembangunan dan berdasarkan kecenderungan
permintaan; dan
- 105 -

c. Pemanfaatan ruang eksisiting di kawasan yang


diidentifikasi berpotensi menyimpang dari rencana tata
ruang wilayah.
(2) Zona pengendalian ketat sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi :
a. Kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan
pengembangan lahan pertanian untuk kepentingan
swasembada beras baik di tingkat kabupaten maupun
untuk kepentingan Provinsi Jawa Timur dan Nasional;
b. Kawasan Ekonomi Terpadu Mojoagung khususnya Zona
Pasar Induk, Sub Terminal Agribisnis, dan Jalan Lingkar
Mojoagung;
c. Kawasan sekitar Jalan Lingkar Perkotaan Jombang;
d. Kawasan sekitar interchange Tol Tembelang dan Bandar
Kedungmulyo;
e. Wilayah Aliran Sungai Brantas yang ditetapkan sebagai
Kawasan Strategis Nasional;
f. Wilayah yang ditetapkan sebagai pengembangan Waduk
Beng dan Waduk Jarak;
g. Kawasan konservasi alami, budaya dan yang bersifat
unik dan khas;
h. Kawasan sepanjang jalan bebas hambatan;
i. Kawasan sepanjang jalan arteri;
j. Kawasan sepanjang rel kereta api;
k. Kawasan sepanjang jalur SUTET;
l. Kawasan sepanjang jalur pipa gas; dan
m. Kawasan yang ditetapkan sebagai TPA.
(3) Pengaturan dan penetapan zona pengendalian ketat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Bupati.

Bagian Ketiga
Ketentuan Umum Perizinan

Pasal 93
(1) Ketentuan umum perizinan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 79 huruf b merupakan acuan bagi pejabat yang
berwenang dalam pemberian izin pemanfaatan ruang
berdasarkan rencana struktur dan pola ruang yang
ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini.
(2) Izin pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dapat berupa :
a. Izin Lokasi;
b. Izin Penggunaan Pemanfaatan Tanah (IPPT);
c. Izin Mendirikan Bangunan; dan
d. Ijin lainnya berdasarkan peraturan perundangan.
- 106 -

(3) Jenis perizinan selain sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


yang harus mengacu pada peraturan daerah ini antara lain
Izin Undang-undang Gangguan (UUG/HO), AMDAL, dan izin
usaha.
(4) Setiap orang yang akan memanfaatkan ruang wajib memiliki
izin pemanfaatan ruang;
(5) Setiap orang yang telah memiliki izin pemanfaatan ruang
wajib melaksanakan pemanfaatan ruang sesuai dengan
syarat yang ditentukan dalam izinnya; dan
(6) Mekanisme dan syarat untuk memperoleh izin pemanfaatan
ruang ditentukan lebih lanjut dengan Peraturan Bupati;

Bagian Keempat
Ketentuan Umum Insentif dan Disinsentif

Pasal 94
(1) Ketentuan umum insentif dan disinsentif sebagaimana
dimaksud dalam pasal 79 huruf c dilakukan dengan
pengertian bahwa:
a. Insentif merupakan perangkat atau upaya untuk
memberikan imbalan atau kemudahan kepada kegiatan
memanfaatkan ruang yang sesuai dengan rencana tata
ruang;
b. Disinsentif merupakan perangkat untuk mencegah,
membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan
yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang.
(2) Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dapat
diberikan kepada pemerintah desa, pemerintah daerah lain
atau kepada masyarakat umum (investor, lembaga
komersial, perorangan dan lain sebagainya);
(3) Pemberian insentif dapat diberikan kepada pemerintah desa
dalam bentuk:
a. Pemberian kompensasi;
b. Subsidi silang;
c. Penyediaan sarana dan prasarana; dan/atau
d. Publisitas atau promosi daerah.
(4) Pemberian insentif kepada masyarakat umum (investor,
lembaga komersial, perorangan, dan lain sebagainya) dapat
diberikan dalam bentuk:
a. Pemberian kompensasi;
b. Pengurangan retribusi;
c. Imbalan;
d. Sewa ruang dan urun saham;
e. Penyediaan prasarana dan sarana; dan
f. Penghargaan; dan/atau
- 107 -

g. Kemudahan perizinan bagi kegiatan pemanfaatan ruang


yang diberikan oleh pemerintah daerah penerima
manfaat kepada masyarakat umum.
(5) Pengenaan disinsentif dari pemerintah kabupaten kepada
pemerintah desa dalam wilayah kabupaten dan kepada
pemerintah daerah lainnya dapat diberikan dalam bentuk:
a. Pengenaan retribusi yang tinggi; dan/atau
b. Pembatasan penyediaan sarana dan prasarana.
(6) Pengenaan disinsentif dari pemerintah kabupaten kepada
masyarakat umum (investor, lembaga komersial,
perorangan, dan lain sebagainya) dapat diberikan dalam
bentuk:
a. Pengenaan pajak/retribusi yang tinggi;
b. Pemberian pensyaratan khusus dalam perizinan dalam
rangka kegiatan pemanfaatan ruang oleh masyarakat
umum; dan/atau
c. Pembatasan penyediaan sarana dan prasarana
infrastruktur.
(7) Ketentuan detail tentang pemberian insentif dan pengenaan
disinsentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan
dijabarkan lebih lanjut dalam Peraturan Bupati.

Bagian Kelima
Arahan Sanksi

Pasal 95
(1) Arahan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79
huruf d merupakan pengenaan sanksi terhadap:
a. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana
struktur ruang dan pola ruang wilayah kabupaten;
b. Pelanggaran ketentuan arahan peratuan zonasi sistem
kabupaten;
c. Pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang
diterbitkan berdasarkan rencana tata ruang wilayah;
d. Pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin
pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan
rencana tata ruang wilayah;
e. Pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam
persyaratan izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan
berdasarkan rencana tata ruang wilayah;
f. Pemanfataan ruang yang menghalangi akses terhadap
kawasan yang oleh peraturan perundang-undangan
dinyatakan sebagai milik umum; dan/atau
g. Pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan
prosedur yang tidak benar.
- 108 -

(2) Terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf a, huruf b, huruf d, huruf e, huruf f, dan huruf g
dikenakan sanksi administratif berupa:
a. Peringatan tertulis;
b. Penghentian sementara kegiatan;
c. Penghentian sementara pelayanan umum;
d. Penutupan lokasi;
e. Pencabutan izin;
f. Pembatalan izin;
g. Pembongkaran bangunan;
h. Pemulihan fungsi ruang; dan/atau
i. Denda administratif.
(3) Terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c dikenakan sanksi administratif berupa:
a. Peringatan tertulis;
b. Penghentian sementara kegiatan;
c. Penghentian sementara pelayanan umum;
d. Penutupan lokasi;
e. Pembongkaran bangunan;
f. Pemulihan fungsi ruang; dan/atau
g. Denda administratif.
(4) Terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a, huruf b, huruf d, huruf e, huruf f selain
dikenakan sanksi administrasi juga dapat dikenakan sanksi
pidana sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria dan tata cara
pengenaan sanksi adminstratif akan diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Bupati.

BAB IX
HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT

Pasal 96
Dalam kegiatan mewujudkan pemanfaatan ruang wilayah,
masyarakat berhak:
a. Berperan serta dalam proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang;
b. Mengetahui secara terbuka tentang rencana tata ruang
wilayah, rencana tata ruang kawasan, dan rencana rinci tata
ruang kawasan;
c. Menikmati manfaat ruang dan/atau pertambahan nilai ruang
sebagai akibat dari penataan ruang; dan
d. Memperoleh penggantian yang layak atas kondisi yang
dialaminya sebagai akibat pelaksanaan kegiatan
pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang.
- 109 -

Pasal 97
(1) Dalam kegiatan pemanfaatan ruang, setiap orang wajib:
a. Mentaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
b. Memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan
ruang dari pejabat yang berwenang;
c. Mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan
izin pemanfaatan ruang; dan
d. Memberikan akses terhadap kawasan yang oleh
ketentuan peraturan perundang-undangan dinyatakan
sebagai milik umum.
(2) Pelaksanaan kewajiban masyarakat dalam penataan ruang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan
mematuhi dan menerapkan kriteria, kaidah dan aturan-
aturan penataan ruang yang ditetapkan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 98
(1) Penyelenggaraan penataan ruang dilakukan oleh pemerintah
kabupaten dengan melibatkan peran masyarakat, melalui
kegiatan dalam bentuk:
a. Partisipasi dalam penyusunan rencana tata ruang;
b. Partisipasi dalam pemanfaatan ruang; dan
c. Partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang.
(2) Partisipasi masyarakat dalam proses penyusunan
perencanaan tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a dapat berbentuk:
a. Pemberian masukan untuk menentukan arah
pengembangan yang akan dicapai;
b. Pengindetifikasian berbagai potensi dan masalah
pembangun termasuk bantuan untuk memperjelas hak
atas ruang wilayah, termasuk perencanaan tata ruang
kawasan;
c. Pemberian masukan dalam merumuskan perencanaan
tata ruang;
d. Pemberian informasi, saran, pertimbangan atau pendapat
dalam penyusunan strategi pelaksanaan pemanfaatan
ruang;
e. Pengajuan keberatan terhadap rancangan rencana tata
ruang; dan
f. Kerjasama dalam penelitian dan pengembangan;
dan/atau bantuan tenga ahli.
- 110 -

(3) Partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan ruang


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat
berbentuk:
a. Pemanfaatan ruang daratan dan ruang udara
berdasarkan peraturan perundang-undangan, agama,
adat, atau kebiasaan yang berlaku;
b. Bantuan pemikiran dan pertimbangan berkenaan dengan
pelaksanaan pemanfaatan ruang;
c. Penyelenggaraan kegiatan pembangunan berdasarkan
rencana rinci tata ruang;
d. Konsolidasi pemanfaatan tanah, air, udara, dan
sumberdaya alam lain untuk tercapainya pemanfaatan
ruang yang berkualitas;
e. Perubahan atau konversi pemanfaatan ruang sesuai
dengan rencana rinci tata ruang;
f. Pemberian usulan dalam penentuan lokasi dan bantuan
teknik dalam pemanfaatan ruang; dan/atau
g. Kegiatan menjaga, memelihara dan meningkatkan
kelestarian fungsi lingkungan kawasan.
(4) Partisipasi masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan
ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dapat
berbentuk:
a. Pengawasan terhadap pemanfaatan ruang wilayah dan
kawasan, termasuk pemberian informasi atau laporan
pelaksanaan pemanfaatan ruang kawasan dimaksud;
dan
b. Bantuan pemikiran atau pertimbangan berkenaan dengan
penertiban pemanfaatan ruang.

Pasal 99

Pelaksanaan partisipasi masyarakat sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 98 dikoordinasikan oleh pemerintah kabupaten.

BAB X
KETENTUAN PIDANA

Pasal 100
Setiap orang yang melanggar rencana tata ruang wilayah
dikenakan sanksi pidana sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang tata ruang.
- 111 -

BAB XI
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 101
(1) Rencana tata ruang wilayah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1 dilengkapi dengan Lampiran berupa Peta Rencana
Struktur Ruang, Peta Rencana Pola Ruang dan Peta
Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten.
(2) Peta Rencana Struktur Ruang, Peta Rencana Pola Ruang
dan Peta Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 102
Pada saat mulai berlakunya Peraturan Daerah ini, maka semua
rencana detail tata ruang kawasan dan rencana teknik ruang yang
sudah ada sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan
Daerah ini dinyatakan tetap berlaku sampai dengan diterbitkannya
rencana detail dan rencana teknik berdasarkan Peraturan Daerah
ini.

Pasal 103
Dengan berlakunya peraturan daerah ini, maka:
a. Dalam hal kegiatan budidaya yang telah ada dan dinilai
mengganggu fungsi lindung dan/atau mengakibatkan konversi
kawasan berfungsi lindung, maka penataan dan pengendalian
kegiatan tersebut dilakukan secara ketat sesuai dengan
ketentuan yang berlaku; dan
b. Apabila terjadi pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan
fungsi yang ditetapkan dalam rencana tata ruang wilayah,
maka kegiatan tersebut harus disesuaikan dengan rencana
tata ruang melalui kegiatan penyesuaian pemanfaatan ruang.

BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 104
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan
Daerah Kabupaten Jombang Nomor 9 Tahun 2000 tentang
Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Jombang
Tahun 2000-2010 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.
- 112 -

Pasal 105
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang
mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Bupati.

Pasal 106
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahui, memerintahkan


pengundangan Peraturan Daerah ini, dengan penempatannya
dalam Lembaran Daerah Kabupaten Jombang.

Ditetapkan di Jombang
pada tanggal 3 Juli 2009

BUPATI JOMBANG,

ttd.

SUYANTO
Diundangkan di Jombang
pada tanggal 28 Oktober 2010

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN


J O M B A N G,

ttd.

M. MUNIF KUSNAN,SH, M.Si


Pembina Utama Madya
NIP. 19530412 197903 1 015

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2010 NOMOR 7A /E

Salinan sesuai aslinya


a.n Sekretaris`Daerah
Asisten Administrasi Umum

Drs. PADI MULYONO, MM


Pembina Utama Muda
NIP. 510 500 024
- 113 -

PENJELASAN ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG
NOMOR 21 TAHUN 2009
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG
I. UMUM
Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang, wewenang pemerintah daerah kabupaten
dalam penyelenggaraan penataan ruang meliputi: pengaturan, pembinaan, dan
pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten dan
kawasan strategis kabupaten; pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten;
pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota; dan kerja
sama penataan ruang antarkabupaten/ kota.Wewenang pemerintah daerah
kabupaten dalam pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten meliputi:
perencanaan tata ruang wilayah kabupaten/ kota; pemanfaatan ruang wilayah
kabupaten/kota; dan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota.

Penyusunan rencana tata ruang wilayah kabupaten mengacu pada:.


Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi; pedoman dan petunjuk pelaksanaan bidang penataan ruang; dan
rencana pembangunan jangka panjang daerah. Penyusunan rencana tata
ruang wilayah kabupaten harus memperhatikan:perkembangan permasalahan
provinsi dan hasil pengkajian implikasi penataan ruang kabupaten;upaya
pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi kabupaten; keselarasan
aspirasi pembangunan kabupaten; daya dukung dan daya tampung lingkungan
hidup; rencana pembangunan jangka panjang daerah; rencana tata ruang
wilayah kabupaten yang berbatasan; dan rencana tata ruang kawasan strategis
kabupaten.

Rencana tata ruang wilayah kabupaten menjadi pedoman untuk:


penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah; penyusunan
rencana pembangunan jangka menengah daerah; pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah kabupaten; mewujudkan
keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan antarsektor; penetapan lokasi
dan fungsi ruang untuk investasi; dan penataan ruang kawasan strategis
kabupaten. Rencana tata ruang wilayah kabupaten menjadi dasar untuk
penerbitan perizinan lokasi pembangunan dan administrasi pertanahan.
- 114 -

II. PASAL DEMI PASAL


Pasal 1.
Cukup Jelas.
Pasal 2.
Cukup Jelas.
Pasal 3.
Cukup Jelas.
Pasal 4.
Penetapan dimensi waktu perencanaan mempunyai pengertian bahwa
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Jombang kurun waktu
implementasi adalah selama 20 tahun, yaitu untuk kurun waktu tahun 2009
sampai dengan tahun 2029 dan ditinjau kembali setiap 5 (lima) tahun sekali.
RTRW kabupaten dapat ditinjau kembali kurang dari 5 (lima) tahun apabila :
a. terjadi perubahan kebijakan nasional dan strategi yang mempengaruhi
pemanfaatan ruang wilayah kabupaten dan/atau ;
b. terjadi dinamika internal kabupaten yang mempengaruhi pemanfaatan
ruang secara mendasar, seperti : bencana alam skala besar atau
pemekaran wilayah yang ditetapkan melalui peraturan perundang-
undangan.
.
Pasal 5.
Huruf a
Cukup Jelas.
Huruf b
Yang dimasud dengan pengembangan kegiatan agribisnis adalah
pengembangan kegiatan manusia yang memanfaatkan sumber daya
bidang pertanian untuk memperoleh keuntungan dengan mengelola
aspek budidaya, pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap
pemasaran.
Huruf c
Cukup Jelas.
Huruf d
Kabupaten Jombang agar berdaya saing tinggi memiliki arti
pembangunan berkelanjutan di segala bidang dengan mengoptimalkan
pemanfaatan dan potensi daerah, kelestarian dan keseimbangan
lingkungan, pemerataan pembangunan dan kerjasama dengan pihak
lain. Dengan demikian, setiap produk yang dihasilkan di wilayah
- 115 -

Kabupaten Jombang dapat bersaing, baik pada tingkat lokal, regional,


nasional bahkan internasional.
Pasal 6.
Cukup Jelas.
Pasal 7.
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup Jelas.
Huruf b
Cukup Jelas.
Huruf c
Peningkatan pelayanan faslitas sosial dan ekonomi untuk
meningkatkan peran pusat kegiatan sekaligus sebagai pusat
koleksi dan distribusi kegiatan perkotaan dan kegiatan perdesaan
yang meliputi hasil pertanian, perkebunan dan kehutanan.
Huruf d
Pusat pengembangan kegiatan agribisnis kabupaten adalah
Kecamatan Mojowarno yang termasuk dalam WP Mojowarno.
Agribisnis tersebut mencakup sektor pertanian, perkebunan,
peternakan dan agrowisata.
Huruf e
Desa Pusat Pertumbuhan adalah wilayah di kawasan perdesaan
yang didorong perkembangannya agar dapat menjadi stimulan
perkembangan bagi kawasan perdesaan di sekitarnya.
Desa pusat pertumbuhan merupakan bagian dari sistem
agropolitan di Kabupaten Jombang.
Desa pertumbuhan didorong perkembangannya dengan
memberikan sarana dan prasarana permukiman sehingga dapat
berperan sebagai pusat permukiman di kawasan perdesaan.
Desa pusat pertumbuhan dilengkapi dengan fasilitas yang
mendukung sistem produksi dan distribusi hasil pertanian
diantaranya lembaga keuangan yang melayani usaha mikro dan
petani di wilayah perdesaan, fasilitas pendidikan yang memadahi
dan balai pengembangan serta kajian untuk mendukung
perkembangan sistem pertanian.
Pembentukan desa pusat pertumbuhan dengan kriteria :
- 116 -

a. Desa-desa yang dikembangkan yang mempunyai jaringan


dengan perkotaan yang baik.
b. Desa-desa di sepanjang jaringan jalan regional atau yang
mempunyai akses/ keterhubungan dengan jaringan jalan
regional.
Huruf f
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Cukup Jelas.
Pasal 8.
Cukup Jelas.
Pasal 9.
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup Jelas.
Huruf b
Kegiatan pembangunan di kawasan lindung yang makin
meningkat mengandung risiko pencemaran dan perusakan
sehingga struktur dan fungsi dasar ekosistem yang menjadi
penunjang kehidupan dapat rusak. Pencemaran dan perusakan
tersebut akan merupakan beban sosial, yang pada akhirnya
masyarakat dan pemerintah harus menanggung biaya
pemulihannya.
Kawasan lindung di wilayah Kabupaten Jombang tidak hanya
mempunyai fungsi perlindungan bagi wilayah Kabupaten
Jombang namun memberikan dampak perlindungan bagi wilayah
di sekitar Kabupaten Jombang, sehingga diarahkan untuk tidak
dikonversi menjadi kawasan budidaya.
Kawasan yang ditetapkan memberikan perlindungan bagi wilayah
disekitarnya sangat penting bagi ketersediaan sumber daya air
untuk kepentingan pertanian maupun penduduk Kabupaten
Jombang secara umum sehingga perlu untuk di konservasi.
Huruf c
Cukup Jelas.
- 117 -

Ayat (3)
Cukup Jelas.
Pasal 10.
Ayat (1)
Huruf a
Cukup Jelas.
Huruf b
Perubahan atau konversi ruang untuk kepentingan budidaya
harus tetap diserasikan dengan daya dukung dan daya tampung
lingkungan sehingga ruang yang dimanfaatkan harus menjadi
lebih baik, berkualitas dan memiliki kemanfaatan yang besar bagi
masyarakat sekitar.
Huruf c
Cukup Jelas.
Huruf d
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Kegiatan budidaya unggulan merupakan kegiatan yang menjadi
penggerak utama perekonomian kawasan dan wilayah sekitarnya.
Agar kegiatan budidaya unggulan dapat berkembang dengan
baik, perlu dikembangkan prasarana dan sarana pendukung
seperti jaringan jalan, air bersih, jaringan listrik, dan
telekomunikasi yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi
dikawasan tersebut dan di kawasan sekitarnya.
Huruf b
Cukup Jelas.
Huruf c
Cukup Jelas.
Huruf d
Cukup Jelas.
Huruf e
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Cukup Jelas.
- 118 -

Ayat (5)
Huruf a
Cukup Jelas.
Huruf b
Cukup Jelas.
Huruf c
Pengembangan obyek wisata juga mencakup antara lain
pemberdayaan masyarakat, pengambangan daya tarik wisata,
pembangunan prasarana, penyediaan fasilitas umum, serta
secara terpadu dan berkesinambungan.
Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan,
keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan
alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran
atau tujuan kunjungan wisatawan.
Fasilitas wisata mencakup sarana dan prasarana pendukung
kegiatan wisata.
Huruf d
Cukup Jelas.
Huruf e
Cukup Jelas.
Huruf f
Cukup Jelas.
Pasal 11.
Cukup Jelas.
Pasal 12.
Cukup Jelas.
Pasal 13.
Cukup Jelas.
Pasal 14.
Cukup Jelas.
Pasal 15.
Ayat (1)
Yang dimaksud fungsi utama wilayah adalah fungsi pusat pelayanan.
Ayat (2)
- 119 -

Yang dimaksud kegiatan utama adalah jenis kegiatan utama yang


akan direncanakan dikembangkan di masing-masing WP.

Pasal 16.
Cukup Jelas.
Pasal 17.
Sistem fasilitas ditata secara berhierarki adalah disesuaikan dengan skala
pelayanan wilayah kabupaten, skala pelayanan wilayah pengembangan,
skala pelayanan kawasan dan skala pelayanan lingkungan.
Pasal 18.
Cukup Jelas.
Pasal 19.
Cukup Jelas.
Pasal 20.
Cukup Jelas.
Pasal 21.
Cukup Jelas.
Pasal 22.
Cukup Jelas.
Pasal 23.
Cukup Jelas.
Pasal 24.
Cukup Jelas.
Pasal 25.
Cukup Jelas.
Pasal 26.
Cukup Jelas.
Pasal 27.
Cukup Jelas.
Pasal 28.
Cukup Jelas.
Pasal 29.
Cukup Jelas.
Pasal 30.
Ayat (1)
- 120 -

Yang dimaksud dengan “jaringan jalur kereta api umum” adalah


jaringan jalan perkeretaapian yang digunakan untuk melayani
angkutan orang dan/ atau barang dengan dipungut bayaran.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Pasal 31.
Cukup Jelas.
Pasal 32.
Cukup Jelas.
Pasal 33.
Cukup Jelas.
Pasal 34.
Cukup Jelas.
Pasal 35.
Cukup Jelas.
Pasal 36.
Cukup Jelas.
Pasal 37.
Cukup Jelas.
Pasal 38.
Cukup Jelas.
Pasal 39.
Cukup Jelas.
Pasal 40.
Penetapan suatu kawasan berfungsi lindung wajib memperhatikan
penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah (P4T) yang
ada sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
pertanahan.
Pasal 41.
Cukup Jelas.
Pasal 42.
Cukup Jelas.
Pasal 43.
- 121 -

Cukup Jelas.
Pasal 44.
Cukup Jelas.
Pasal 45.
Cukup Jelas.
Pasal 46.
Cukup Jelas.
Pasal 47.
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Cukup Jelas.
Ayat (5)
Cukup Jelas.
Ayat (6)
Cukup Jelas.
Ayat (7)
Cukup Jelas.
Ayat (8)
Huruf a
Cukup Jelas.
Huruf b
Angka 1
Cukup Jelas.
Angka 2
Yang dimaksud RTH publik adalah RTH yang penyediaan
dan pemeliharaannya menjadi tanggungjawab Pemerintah/
Kabupaten Kota
Yang dimaksud RTH Privat adalah RTH yang penyediaan
dan pemeliharaannya menjadi tanggungjawab pihak/
lembaga swasta, perseorangan dan masyarakat yang
dikendalikan melalui izin pemanfaatan ruang oleh
Pemerintah Kabupaten/kota, kecuali Provinsi DKI jakarta
oleh Pemerintah Provinsi.
Angka 3
Cukup Jelas.
Huruf c
- 122 -

Cukup Jelas.
Ayat (9)
Cukup Jelas.
Pasal 48.
Cukup Jelas.
Pasal 49.
Cukup Jelas.
Pasal 50.
Kawasan budidaya menggambarkan kegiatan dominan yang berkembang di
dalam kawasan tersebut. Dengan demikian, masih dimungkinkan
keberadaan kegiatan budidaya lainnya di dalam kawasan tersebut. Sebagai
contoh, pada kawasan peruntukan industri dapat dikembangkan perumahan
untuk para pekerja di kawasan peruntukan industri.
Peruntukan kawasan budidaya dimaksudkan untuk memudahkan
pengelolaan kegiatan termasuk dalam penyediaan prasarana dan sarana
penunjang, penanganan dampak lingkungan, penerapan mekanisme
insentif, dan sebagainya. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa
penyediaan prasarana dan sarana penunjang kegiatan akan lebih efisien
apabila kegiatan yang ditunjangnya memiliki besaran yang memungkinkan
tercapainya skala ekonomi dalam penyediaan prasarana dan sarana.
Peruntukan kawasan budidaya disesuaikan dengan kebijakan
pembangunan yang ada.
Huruf a
Kawasan peruntukan hutan produksi dimaksudkan untuk menyediakan
komoditas hasil hutan untuk memenuhi kebutuhan untuk keperluan
industri, sekaligus untuk melindungi kawasan hutan yang ditetapkan
sebagai hutan lindung dan hutan konservasi dari kerusakan akibat
pengambilan hasil hutan yang tidak terkendali.
Kawasan peruntukan hutan rakyat dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan akan hasil hutan. Kawasan hutan rakyat berada pada
lahan-lahan masyarakat dan dikelola oleh masyarakat.
Huruf b
Cukup Jelas.
Huruf c
Kawasan peruntukan pertanian selain dimaksudkan untuk mendukung
ketahanan pangan nasional juga dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan bahan baku industri dan penyediaan lapangan kerja.
Huruf d
Cukup Jelas.
- 123 -

Huruf e
Cukup Jelas.

Huruf f
Lokasi kegiatan pertambangan dimaksudkan untuk mengarahkan agar
kegiatan pertambangan dapat berlangsung secara efisien dan produktif
tanpa menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
Huruf g
Kawasan peruntukan industri dimaksudkan untuk mengarahkan agar
kegiatan industri dapat berlangsung secara efisien dan produktif,
mendorong pemanfaatan sumber daya setempat, pengendalian
dampak lingkungan, dan sebagainya.
Huruf h
Kawasan peruntukan pariwisata adalah kawasan yang didominasi oleh
fungsi kepariwisataan dapat mencakup sebagian areal dalam kawasan
lindung atau kawasan budidaya lainnya di mana terdapat konsentrasi
daya tarik dan fasilitas penunjang pariwisata.
Kebutuhan pariwisata berkaitan dengan segala sesuatu yang
berhubungan dengan wisata, termasuk pengelolaan objek dan daya
tarik wisata yang mencakup:
1. Obyek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang
berwujud keadaan alam serta flora dan fauna; dan
2. Obyek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud
museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni
budaya, wisata agro, wisata tirta, wisata berburu, wisata
petualangan alam, taman rekreasi, dan tempat hiburan.
Huruf i
Kawasan peruntukkan permukiman harus dilengkapi dengan
prasarana dan sarana lingkungan, serta tempat kerja yang
memberikan pelayanan dan kesempatan kerja terbatas untuk
mendukung perikehidupan dan penghidupan sehingga fungsi
permukiman tersebut dapat berdaya guna dan berhasil guna.
Kawasan peruntukkan permukiman merupakan bagian dari lingkungan
hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan
maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal
atau hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan
penghidupan.
Huruf j
Cukup jelas.
Huruf k
- 124 -

Cukup jelas.

Pasal 51.
Huruf a
Penerapan kriteria kawasan peruntukan hutan produksi secara tepat
diharapkan akan mendorong terwujudnya kawasan hutan produksi
yang dapat memberikan manfaat berikut:
a. Meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub
sektor serta kegiatan ekonomi sekitarnya;
b. Meningkatkan fungsi lindung;
c. Menyangga kawasan lindung terhadap pengembangan kawasan
budidaya;
d. Menjaga keseimbangan tata air dan lingkungan;
e. Meningkatkan upaya pelestarian kemampuan sumber daya hutan;
f. Meningkatkan pendapatan masyarakat terutama di daerah
setempat;
g. Meningkatkan pendapatan daerah dan nasional;
h. Meningkatkan kesempatan kerja terutama untuk masyarakat
daerah setempat;
i. Meningkatkan nilai tambah produksi hasil hutan dan industri yang
mengolahnya;
j. Meningkatkan ekspor; atau
k. Mendorong perkembangan usaha dan peran masyarakat terutama
di daerah setempat.
Huruf b
Cukup Jelas.
Huruf c
Cukup Jelas.
Huruf d
Cukup Jelas.
Huruf e
Cukup Jelas.
Huruf f
Angka 1
Yang dimaksud dengan “kawasan hutan produksi tetap” adalah
kawasan hutan yang secara ruang digunakan untuk budidaya
hutan alam dan hutan tanaman
Angka 2
Yang dimaksud dengan “kawasan hutan produksi terbatas”
adalah kawasan hutan yang secara ruang digunakan untuk
budidaya hutan alam.
Pasal 52.
Cukup Jelas.
Pasal 53.
- 125 -

Cukup Jelas.
Pasal 54.
Cukup Jelas.
Pasal 55.
Cukup Jelas
Pasal 56.
Cukup Jelas
Pasal 57.
Cukup Jelas.

Pasal 58.
Cukup Jelas.
Pasal 59.
Cukup Jelas.

Pasal 60.
Cukup Jelas.
Pasal 61.
Cukup Jelas
Pasal 62.
Cukup Jelas
Pasal 63.
Cukup Jelas.
Pasal 64.
Cukup Jelas.
Pasal 65.
Cukup Jelas.
Pasal 66.
Cukup Jelas.
Pasal 67.
Cukup Jelas.
Pasal 68.
Cukup Jelas.
Pasal 69.
Cukup Jelas.
Pasal 70.
- 126 -

Cukup Jelas.
Pasal 71.
Cukup Jelas.
Pasal 72.

Cukup Jelas.
Pasal 73.

Cukup Jelas.
Pasal 74.
Cukup Jelas.
Pasal 75.
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Kemiskinan struktural adalah kemiskinan karena struktur sosial
sedangkan kemiskinan natural karena faktor alam yang tidak seimbang
antara rasio jumlah penduduk dengan daya dukung alam.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Cukup Jelas.
Ayat (5)
Cukup Jelas.
Ayat (6)
Cukup Jelas.
Ayat (7)
Cukup Jelas.
Ayat (8)
Cukup Jelas.
Ayat (9)
Cukup Jelas.
Pasal 76.
Cukup Jelas.
Pasal 77.
Cukup Jelas.
- 127 -

Pasal 78.
Cukup Jelas.

Pasal 79.
Cukup Jelas.
Pasal 80.
Cukup Jelas.
Pasal 81.
Cukup Jelas.
Pasal 82.
Cukup Jelas.
Pasal 83.
Cukup Jelas.
Pasal 84.
Cukup Jelas.
Pasal 85.
Cukup Jelas.
Pasal 86.
Cukup Jelas.
Pasal 87.
Cukup Jelas.
Pasal 88.
Cukup Jelas.
Pasal 89.
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Cukup Jelas.
Huruf b
Cukup Jelas.
Huruf c
- 128 -

Yang dimaksud dengan zero delta Q policy adalah keharusan


agar tiap bangunan tidak boleh mengakibatkan bertambahnya
debit air ke sistem saluran drainase atau sistem aliran sungai.

Ayat (4)
Cukup Jelas.
Ayat (5)
Huruf a
Cukup Jelas.
Huruf b
Bangunan fasilitas umum lainnya yang dapat dibangun di ruang
terbuka hijau adalah bangunan yang apabila dibangun di lokasi
lain menjadi tidak berfungsi seperti jembatan penyeberangan
yang melintasi taman di median jalan dan halte angkutan umum.

Huruf c
Cukup Jelas.
Huruf d
Cukup Jelas.
Huruf e
Cukup Jelas.
Ayat (6)
Cukup Jelas.
Ayat (7)
Cukup Jelas.
Ayat (8)
Cukup Jelas.
Ayat (9)
Cukup Jelas.
Pasal 90.
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup Jelas.
- 129 -

Huruf b
Cukup Jelas.
Huruf c
Cukup Jelas.
Huruf d
Cukup Jelas.
Huruf e
Cukup Jelas.
Huruf f
Cukup Jelas.
Huruf g
Cukup Jelas.
Huruf h
Cukup Jelas.
Huruf i
Yang dimaksud dengan “agroforestri” adalah sistem penggunaan
lahan atau usaha tani yang mngkombinasikan tanaman keras
dengan tanaman pertanian untuk meningkatkan keuntungan, baik
secara ekonomis atau lingkungan.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Huruf a
Cukup Jelas.
Huruf b
Cukup Jelas.
Huruf c
Cukup Jelas.
Huruf d
Cukup Jelas.
Huruf e
Cukup Jelas.
Huruf f
Cukup Jelas.
- 130 -

Huruf g
Yang dimaksud dengan “pengembangan permukiman
perkebunan” adalah pembangunan perkebunan yang
menggunakan kawasan sebagai pusat pertumbuhan,
pengembangan sistem dan usaha agribisnis perkebunan dengan
memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
memperhatikan dimensi ruang, waktu, skala usaha dan
pengelolaannya, yang diselenggarakan dengan asas
kebersamaan ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat
perkebunan dan pelaku usaha lainnya.
Ayat (5)
Cukup Jelas.
Ayat (6)
Cukup Jelas.

Ayat (7)
Cukup Jelas.
Ayat (8)
Huruf a
Cukup Jelas.
Huruf b
Cukup Jelas.
Huruf c
Cukup Jelas.
Huruf d
Cukup Jelas.
Huruf e
Cukup Jelas.
Huruf f
Cukup Jelas.
Huruf g
Cukup Jelas.
Huruf h
- 131 -

Cukup Jelas.
Huruf i
Yang dimaksud dengan ”buffer zone” adalah kawasan yang
diperuntukkan sebagai zona penyangga antara kawasan
budidaya dan kawasan lindung.
Huruf j
Cukup Jelas.
Huruf k
Cukup Jelas.
Huruf l
Cukup Jelas.
Huruf m
Cukup Jelas.
Huruf n
Cukup Jelas.
Huruf o
Cukup Jelas.
Ayat (9)
Cukup Jelas.
Ayat (10)
Cukup Jelas.
Ayat (11)
Cukup Jelas.
Pasal 91.
Cukup Jelas.
Pasal 92.
Ayat (1)
Huruf a
Cukup Jelas.
Huruf b
Cukup Jelas.
Huruf c
Yang dimaksud “ruang eksisiting” adalah ruang yang
penggunaan dan pemanfaatannya sesuai dengan kondisi yang
ada pada saat dilakukan penyusunan perencanaan.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
- 132 -

Ayat (3)
Cukup Jelas.
Pasal 93.
Cukup Jelas.
Pasal 94.
Cukup Jelas.
Pasal 95.
Cukup Jelas.
Pasal 96.
Cukup Jelas.
Pasal 97.
Cukup Jelas.
Pasal 98.
Cukup Jelas.
Pasal 99.
Cukup Jelas.
Pasal 100.
Cukup Jelas.
Pasal 101.
Cukup Jelas.
Pasal 102.
Cukup Jelas.
Pasal 103.
Cukup Jelas.
Pasal 104.
Cukup Jelas.
Pasal 105.
Cukup Jelas.
Pasal 106.
Cukup Jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2010


NOMOR 7A /E
- 133 -
AN DAERAH NOMOR 21 TAHUN 2009
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG
-2-
-3-
-4-

Tabel 6.1.
Indikasi Program 5 Tahun Pertama (2010-2014)

TAHAPAN PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH TAHAP I (2009 - 2013)


Besaran/jumlah kegiatan 2010 2011 2012 2013 2014 SUMBER INSTANSI
INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI
TOTAL BIAYA PEMBIAYAAN PELAKSANA
Kegiatan Biaya Kegiatan Biaya Kegiatan Biaya Kegiatan Biaya Kegiatan Biaya
I. Perwujudan Struktur Ruang
A. Perwujudan Pusat Kegiatan Perkotaan
1 Pengembangan Pusat Kegiatan Perwujudan Pusat Kegiatan Lokal 15 paket - Pengumpulan, updating dan 150,000,000 - Pengumpulan, updating dan 150,000,000 - Pengumpulan, updating dan 150,000,000 - Pengumpulan, updating dan 150,000,000 - Pengumpulan, updating dan 150,000,000 600,000,000 APBD KPDE
melalui Program Pengembangan Jombang (PKL), Pusat Pelayanan analisis data informasi capaian analisis data informasi capaian analisis data informasi capaian analisis data informasi capaian analisis data informasi capaian Kabupaten
data/informasi Kawasan (PPK) target kinerja program dan target kinerja program dan target kinerja program dan target kinerja program dan target kinerja program dan Jombang
kegiatan kegiatan kegiatan kegiatan kegiatan
- Penyusunan dan analisis data 175,000,000 - Penyusunan dan analisis data 175,000,000 - Penyusunan dan analisis data 175,000,000 - Penyusunan dan analisis data 175,000,000 - Penyusunan dan analisis data 175,000,000 700,000,000
informasi perencanaan informasi perencanaan informasi perencanaan informasi perencanaan informasi perencanaan
pembangunan ekonomi pembangunan ekonomi pembangunan ekonomi pembangunan ekonomi pembangunan ekonomi
- Penyusunan profile daerah 200,000,000 - Penyusunan profile daerah 200,000,000 - Penyusunan profile daerah 200,000,000 - Penyusunan profile daerah 200,000,000 - Penyusunan profile daerah 200,000,000 800,000,000
2 Perbaikan Kawasan Perkotaan melalui 20 paket - Pembangunan jalan dan 1,000,000,000 - Pembangunan jalan dan jembatan 1,000,000,000 - Pembangunan jalan dan 1,000,000,000 - Pembangunan jalan dan 1,000,000,000 - Pembangunan jalan dan 1,000,000,000 4,000,000,000 APBD DPU Bina Marga dan
Program pembangunan infrastruktur jembatan jembatan jembatan jembatan Kabupaten Pengairan, Dinas
Jombang Cipta Karya, Dinas
45 paket - Pembangunan gorong-gorong 500,000,000 - Pembangunan gorong-gorong 500,000,000 - Pembangunan gorong-gorong 500,000,000 - Pembangunan gorong-gorong 500,000,000 - Pembangunan gorong-gorong 500,000,000 2,000,000,000 Perhubungan,
57 paket - Pembangunan Jaringan air 500,000,000 - Pembangunan Jaringan air minum 500,000,000 - Pembangunan Jaringan air 500,000,000 - Pembangunan Jaringan air minum 500,000,000 - Pembangunan Jaringan air 500,000,000 2,000,000,000 Bapemas
minum minum minum
64 paket - Pembangunan jaringan drainase 500,000,000 - Pembangunan jaringan drainase 500,000,000 - Pembangunan jaringan drainase 500,000,000 - Pembangunan jaringan drainase 500,000,000 - Pembangunan jaringan drainase 500,000,000 2,000,000,000

3 Pemantapan peran perkotaan melaluiKawasan Perkotaan Setiap WP, 11 paket - Penyusunan rencana detail tata 250,000,000 Penyusunan rencana detail tata 250,000,000 Penyusunan rencana detail tata 250,000,000 Penyusunan rencana detail tata 250,000,000 Penyusunan rencana detail tata 250,000,000 1,000,000,000 APBD Bappeda
Program Perencanaan Pengembangan meliputi: Perkotaan Jombang, ruang kawasan ruang kawasan ruang kawasan ruang kawasan ruang kawasan Kabupaten
kawasan perkotaan Perkotaan Peterongan, Perkotaan
4 Program Perencanaan, Pemanfaatan Jogoroto, Perkotaan Diwek, Perkotaan 5 paket - Rapat koordinasi tentang 200,000,000 - Penyusunan rencana detail tata 250,000,000 - Penyusunan rencana detail tata 250,000,000 - Penyusunan rencana detail tata 250,000,000 - Penyusunan rencana detail tata 250,000,000 950,000,000 APBD Bappeda, DPU Cipta
dan Pengendalian Tata Ruang Tembelang, Perkotaan Ploso, rencana tata ruang ruang kawasan ruang kawasan ruang kawasan ruang kawasan Kabupaten Karya
Perkotaan Plandaan, Perkotaan 5 paket - Penyusunan rancangan 100,000,000 - Rapat koordinasi tentang rencana 200,000,000 - Rapat koordinasi tentang 200,000,000 - Rapat koordinasi tentang rencana 200,000,000 - Rapat koordinasi tentang rencana 200,000,000 700,000,000
Kabuh, Perkotaan Ngusikan, peraturan daerah tentang RTRW tata ruang rencana tata ruang tata ruang tata ruang
Perkotaan Kudu, Perkotaan
5 Pengembangan baru pusat pelayanan Desa Sidowarek Kec. Ngoro, Desa 10 pake t - Penataan lingkungan 500,000,000 - Penataan lingkungan pemukiman 500,000,000 - Penataan lingkungan pemukiman 500,000,000 - Penataan lingkungan pemukiman 500,000,000 - Penataan lingkungan pemukiman 500,000,000 2,000,000,000 APBD Bappeda, Dinas
lokal yang berfungsi sebagai Desa Blimbing Kec. Gudo,Desa Keras Kec. pemukiman penduduk penduduk perdesaan penduduk perdesaan penduduk perdesaan penduduk perdesaan Kabupaten Pertanian &
Pusat Pertumbuhan melalui Program Diwek, Desa Panglungan Kec. perdesaan Ketahanan Pangan,
Penyiapan potensi sumberdaya, Wonosalam, Desa Selorejo Kec. DPU Cipta Karya,
sarana dan prasarana daerah Mojowarno, Desa Bangsri Kec. DPU Bina Marga
Plandaan, Desa Mojodanu Kec.
6 Program pembangunan infrastruktur Ngusikan, Desa Sumbersari Kec. 20 paket - Pembangunan jalan dan 500,000,000 - Pembangunan jalan dan jembatan 500,000,000 - Pembangunan jalan dan 500,000,000 - Pembangunan jalan dan 500,000,000 - Pembangunan jalan dan 500,000,000 2,000,000,000 APBD DPU Cipta Karya dan
perdesaaan Megaluh jembatan perdesaan perdesaan jembatan perdesaan jembatan perdesaan jembatan perdesaan Kabupaten Tata Ruang, DPU
72 paket - Pembangunan sarana dan 500,000,000 - Pembangunan sarana dan 500,000,000 - Pembangunan sarana dan 500,000,000 - Pembangunan sarana dan 500,000,000 - Pembangunan sarana dan 500,000,000 2,000,000,000 Bina marga dan
prasarana air bersih perdesaaan prasarana air bersih perdesaaan prasarana air bersih perdesaaan prasarana air bersih perdesaaan prasarana air bersih perdesaaan pengairan

5 paket - Pembangunan pasar perdesaaan 250,000,000 - Pembangunan pasar perdesaaan 250,000,000 - Pembangunan pasar perdesaaan 250,000,000 - Pembangunan pasar perdesaaan 250,000,000 - Pembangunan pasar perdesaaan 250,000,000 1,000,000,000

46 p;ekt - Rehabilitasi/pemeliharaan jalan 500,000,000 - Rehabilitasi/pemeliharaan jalan 500,000,000 - Rehabilitasi/pemeliharaan jalan 500,000,000 - Rehabilitasi/pemeliharaan jalan 500,000,000 - Rehabilitasi/pemeliharaan jalan 500,000,000 2,000,000,000
dan jembatan perdesaaan dan jembatan perdesaaan dan jembatan perdesaaan dan jembatan perdesaaan dan jembatan perdesaaan

56 paket - Rehabilitasi/pemeliharaan 200,000,000 - Rehabilitasi/pemeliharaan sarana 200,000,000 - Rehabilitasi/pemeliharaan sarana 200,000,000 - Rehabilitasi/pemeliharaan sarana 200,000,000 - Rehabilitasi/pemeliharaan sarana 200,000,000 800,000,000
sarana dan prasarana air bersih dan prasarana air bersih dan prasarana air bersih dan prasarana air bersih dan prasarana air bersih
perdesaaan perdesaaan perdesaaan perdesaaan perdesaaan
13 unit - Rehabilitasi/pemeliharaan pasar 200,000,000 - Rehabilitasi/pemeliharaan pasar 200,000,000 - Rehabilitasi/pemeliharaan pasar 200,000,000 - Rehabilitasi/pemeliharaan pasar 200,000,000 - Rehabilitasi/pemeliharaan pasar 200,000,000 800,000,000
pedesaaan pedesaaan pedesaaan pedesaaan pedesaaan
5 paket - Monitoring, evaluasi dan 100,000,000 - Monitoring, evaluasi dan 100,000,000 - Monitoring, evaluasi dan 100,000,000 - Monitoring, evaluasi dan 100,000,000 - Monitoring, evaluasi dan 100,000,000 400,000,000
pelaporan pelaporan pelaporan pelaporan pelaporan
-5-

B. Pengembangan Sistem Agropolitan


1 Program perencanaan pembangunan a. SKPP I meliputi SSWP 5 paket - Penyusunan masterplan 150,000,000 - Penyusunan indikator ekonomi 150,000,000 - Penyusunan masterplan 150,000,000 - Penyusunan indikator dan 150,000,000 - Penyusunan perencanaan 150,000,000 600,000,000 APBD Bappeda, Dinas
ekonomi Mojowarno: Mojowarno, pembangunan ekonomi daerah daerah penanggulangan kemiskinan pemetaan daerah rawan pangan pengembangan ekonomi Kabupaten dan Perindustrian,
Wonosalam, Bareng, Ngoro. masyarakat APBD Provinsi Perdagangan, Dan
b. SKPP II meliputi SSWP 5 paket - Koordinasi perencanaan 150,000,000 - Koordinasi perencanaan 150,000,000 - Koordinasi perencanaan 150,000,000 - Koordinasi perencanaan 150,000,000 - Koordinasi perencanaan 150,000,000 600,000,000 Pasar, Dinas
Mojoagung: Mojoagung, Sumobito, pembangunan bidang ekonomi pembangunan bidang ekonomi pembangunan bidang ekonomi pembangunan bidang ekonomi pembangunan bidang ekonomi Pertanian
2 Program Lingkungan Sehat dan Kesamben. 10 paket - Koordinasi pengawasan dan 200,000,000 - Koordinasi pengawasan dan 200,000,000 - Koordinasi pengawasan dan 200,000,000 - Koordinasi pengawasan dan 200,000,000 - Koordinasi pengawasan dan 200,000,000 800,000,000 APBD Bappeda, DPU Cipta
Perumahan c. SKPP III meliputi SSWP Ploso: pengendalian pelaksanaan pengendalian pelaksanaan pengendalian pelaksanaan pengendalian pelaksanaan pengendalian pelaksanaan Kabupaten Karya, Badan
Kec. Kudu, Ngusikan, Kabuh, dan kebijakan tentang pembangunan kebijakan tentang pembangunan kebijakan tentang pembangunan kebijakan tentang pembangunan kebijakan tentang pembangunan Lingkungan Hidup
Plandaan perumahan perumahan perumahan perumahan perumahan
30 paket - Penyediaan sarana air bersih 500,000,000 - Penyediaan sarana air bersih dan 500,000,000 - Penyediaan sarana air bersih dan 500,000,000 - Penyediaan sarana air bersih dan 500,000,000 - Penyediaan sarana air bersih dan 500,000,000 2,000,000,000
dan sanitasi dasar terutama bagi sanitasi dasar terutama bagi sanitasi dasar terutama bagi sanitasi dasar terutama bagi sanitasi dasar terutama bagi
masyarakat miskin masyarakat miskin masyarakat miskin masyarakat miskin masyarakat miskin
5 paket - Penyuluhan dan pengawasan 100,000,000 - Penyuluhan dan pengawasan 100,000,000 - Penyuluhan dan pengawasan 100,000,000 - Penyuluhan dan pengawasan 100,000,000 - Penyuluhan dan pengawasan 100,000,000 400,000,000
kualitas lingkungan sehat kualitas lingkungan sehat kualitas lingkungan sehat kualitas lingkungan sehat kualitas lingkungan sehat
perumahan perumahan perumahan perumahan perumahan
5 paket - Pengendalian dampak resiko 100,000,000 - Pengendalian dampak resiko 100,000,000 - Pengendalian dampak resiko 100,000,000 - Pengendalian dampak resiko 100,000,000 - Pengendalian dampak resiko 100,000,000 400,000,000
pencemaran lingkungan pencemaran lingkungan pencemaran lingkungan pencemaran lingkungan pencemaran lingkungan
5 paket - Penetapan kebijakan dan 150,000,000 - Penetapan kebijakan dan strategi 150,000,000 - Penetapan kebijakan dan 150,000,000 - Penetapan kebijakan dan strategi 150,000,000 - Penetapan kebijakan dan strategi 150,000,000 600,000,000
strategi penyelenggaraan penyelenggaraan keserasian strategi penyelenggaraan penyelenggaraan keserasian penyelenggaraan keserasian
keserasian kawasan dan kawasan dan lingkungan hunian keserasian kawasan dan kawasan dan lingkungan hunian kawasan dan lingkungan hunian
lingkungan hunian berimbang berimbang lingkungan hunian berimbang berimbang berimbang
5 paket - Monitoring, evaluasi dan 100,000,000 - Monitoring, evaluasi dan 100,000,000 - Monitoring, evaluasi dan 100,000,000 - Monitoring, evaluasi dan 100,000,000 - Monitoring, evaluasi dan 100,000,000 400,000,000
pelaporan pelaporan pelaporan pelaporan pelaporan
3 Program Konservasi dan Rehabilitasi Kawasan Pedesaan Pertanian meliputi 5 paket - Penyusunan kebijakan 500,000,000 - Penyusunan kebijakan 500,000,000 - Penyusunan kebijakan 500,000,000 - Penyusunan kebijakan 500,000,000 - Penyusunan kebijakan 500,000,000 2,000,000,000 APBD Dinas Perkebunan
Lahan Pertanian desa-desa Kec. Ngoro, Mojowarno, pencegahan alih fungsi lahan pencegahan alih fungsi lahan pencegahan alih fungsi lahan pencegahan alih fungsi lahan pencegahan alih fungsi lahan Kabupaten dan dan Kehutanan,
Bareng, Wonosalam, Mojoagung, pertanian pertanian pertanian pertanian pertanian APBD Provinsi Dinas Pertanian
Sumobito, Diwek 5 paket - Monitoring, evaluasi dan 100,000,000 - Monitoring, evaluasi dan 100,000,000 - Monitoring, evaluasi dan 100,000,000 - Monitoring, evaluasi dan 100,000,000 - Monitoring, evaluasi dan 100,000,000 400,000,000
pelaporan pelaporan pelaporan pelaporan pelaporan
4 Program peningkatan pemasaran hasil 5 paket - Penyuluhan peningkatan 150,000,000 - Penyuluhan peningkatan produksi 150,000,000 - Penyuluhan peningkatan 150,000,000 - Penyuluhan peningkatan produksi 150,000,000 - Penyuluhan peningkatan produksi 150,000,000 600,000,000 APBD Bappeda, Dinas
produksi produksi pertanian/perkebunan pertanian/perkebunan produksi pertanian/perkebunan pertanian/perkebunan pertanian/perkebunan Kabupaten, Perindustrian,
5 paket - Penyediaan sarana produksi 250,000,000 - Penyediaan sarana produksi 250,000,000 - Penyediaan sarana produksi 250,000,000 - Penyediaan sarana produksi 250,000,000 - Penyediaan sarana produksi 250,000,000 1,000,000,000 Swasta Perdagangan dan
pertanian/perkebunan pertanian/perkebunan pertanian/perkebunan pertanian/perkebunan pertanian/perkebunan Pasar, Dinas
5 paket - Pengembangan bibit unggul 250,000,000 - Pengembangan bibit unggul 250,000,000 - Pengembangan bibit unggul 250,000,000 - Pengembangan bibit unggul 250,000,000 - Pengembangan bibit unggul 250,000,000 1,000,000,000 Pertanian, Dinas
pertanian/perkebunan pertanian/perkebunan pertanian/perkebunan pertanian/perkebunan pertanian/perkebunan Koperasi, Kantor
5 paket - Sertifikasi bibit unggul 250,000,000 - Sertifikasi bibit unggul 250,000,000 - Sertifikasi bibit unggul 250,000,000 - Sertifikasi bibit unggul 250,000,000 - Sertifikasi bibit unggul 250,000,000 1,000,000,000 Promosi Daerah
pertanian/perkebunan pertanian/perkebunan pertanian/perkebunan pertanian/perkebunan pertanian/perkebunan
5 paket - Penataan lingkungan 500,000,000 - Penataan lingkungan pemukiman 500,000,000 - Penataan lingkungan pemukiman 500,000,000 - Penataan lingkungan pemukiman 500,000,000 - Penataan lingkungan pemukiman 500,000,000 2,000,000,000
pemukiman penduduk penduduk perdesaan penduduk perdesaan penduduk perdesaan penduduk perdesaan
perdesaan
5 Program pembangunan infrastruktur 5 paket - Pembangunan jalan dan 500,000,000 - Pembangunan jalan dan jembatan 500,000,000 - Pembangunan jalan dan 500,000,000 - Pembangunan jalan dan 500,000,000 - Pembangunan jalan dan 500,000,000 2,000,000,000 APBD DPU Cipta Karya dan
perdesaaan jembatan perdesaan perdesaan jembatan perdesaan jembatan perdesaan jembatan perdesaan Kabupaten, Tata Ruang, DPU
5 paket - Pembangunan sarana dan 250,000,000 - Pembangunan sarana dan 250,000,000 - Pembangunan sarana dan 250,000,000 - Pembangunan sarana dan 250,000,000 - Pembangunan sarana dan 250,000,000 1,000,000,000 Swasta Bina marga dan
prasarana air bersih perdesaaan prasarana air bersih perdesaaan prasarana air bersih perdesaaan prasarana air bersih perdesaaan prasarana air bersih perdesaaan pengairan

5 paket - Pembangunan pasar perdesaaan 250,000,000 - Pembangunan pasar perdesaaan 250,000,000 - Pembangunan pasar perdesaaan 250,000,000 - Pembangunan pasar perdesaaan 250,000,000 - Pembangunan pasar perdesaaan 250,000,000 1,000,000,000

25 paket - Rehabilitasi/pemeliharaan jalan 500,000,000 - Rehabilitasi/pemeliharaan jalan 500,000,000 - Rehabilitasi/pemeliharaan jalan 500,000,000 - Rehabilitasi/pemeliharaan jalan 500,000,000 - Rehabilitasi/pemeliharaan jalan 500,000,000 2,000,000,000
dan jembatan perdesaaan dan jembatan perdesaaan dan jembatan perdesaaan dan jembatan perdesaaan dan jembatan perdesaaan

5 paket - Rehabilitasi/pemeliharaan 250,000,000 - Rehabilitasi/pemeliharaan sarana 250,000,000 - Rehabilitasi/pemeliharaan sarana 250,000,000 - Rehabilitasi/pemeliharaan sarana 250,000,000 - Rehabilitasi/pemeliharaan sarana 250,000,000 1,000,000,000
sarana dan prasarana air bersih dan prasarana air bersih dan prasarana air bersih dan prasarana air bersih dan prasarana air bersih
perdesaaan perdesaaan perdesaaan perdesaaan perdesaaan
5 paket - Rehabilitasi/pemeliharaan pasar 250,000,000 - Rehabilitasi/pemeliharaan pasar 250,000,000 - Rehabilitasi/pemeliharaan pasar 250,000,000 - Rehabilitasi/pemeliharaan pasar 250,000,000 - Rehabilitasi/pemeliharaan pasar 250,000,000 1,000,000,000
pedesaaan pedesaaan pedesaaan pedesaaan pedesaaan
5 paket - Monitoring, evaluasi dan 100,000,000 - Monitoring, evaluasi dan 100,000,000 - Monitoring, evaluasi dan 100,000,000 - Monitoring, evaluasi dan 100,000,000 - Monitoring, evaluasi dan 100,000,000 400,000,000
pelaporan pelaporan pelaporan pelaporan pelaporan
6 Program Peningkatan Iklim Investasi Kawasan Pedesaan industri meliputi 5 paket - Penyusunan kebijakan investasi 100,000,000 - Penyusunan kebijakan investasi 100,000,000 - Penyusunan kebijakan investasi 100,000,000 - Penyusunan kebijakan investasi 100,000,000 - Penyusunan kebijakan investasi 100,000,000 400,000,000 APBD Bappeda, Dinas
dan Realisasi Investasi kawasan perdesaan Kec. Mojowarno, bagi pembangunan fasilitas bagi pembangunan fasilitas bagi pembangunan fasilitas bagi pembangunan fasilitas bagi pembangunan fasilitas Kabupaten Perindustrian,
Wonosalam, Gudo dan Sumobito. infrastruktur infrastruktur infrastruktur infrastruktur infrastruktur Perdagangan dan
5 paket - Memfasilitasi dan koordinasi 100,000,000 - Memfasilitasi dan koordinasi 100,000,000 - Memfasilitasi dan koordinasi 100,000,000 - Memfasilitasi dan koordinasi 100,000,000 - Memfasilitasi dan koordinasi 100,000,000 400,000,000 Pasar, Dinas
kerjasama di bidang investasi kerjasama di bidang investasi kerjasama di bidang investasi kerjasama di bidang investasi kerjasama di bidang investasi Pertanian, Dinas
5 paket - Penyusunan Cetak Biru (Master 250,000,000 - Penyusunan Cetak Biru (Master 250,000,000 - Penyusunan Cetak Biru (Master 250,000,000 - Penyusunan Cetak Biru (Master 250,000,000 - Penyusunan Cetak Biru (Master 250,000,000 1,000,000,000 Koperasi, Kantor
Plan) pengembangan Plan) pengembangan penanaman Plan) pengembangan Plan) pengembangan penanaman Plan) pengembangan penanaman Promosi Daerah
penanaman modal modal penanaman modal modal modal
5 paket - Pengembangan System 100,000,000 - Pengembangan System Informasi 100,000,000 - Pengembangan System 100,000,000 - Pengembangan System Informasi 100,000,000 - Pengembangan System Informasi 100,000,000 400,000,000
Informasi Penanaman Modal Penanaman Modal Informasi Penanaman Modal Penanaman Modal Penanaman Modal
5 paket - Penyusunan sistem informasi 100,000,000 - Penyusunan sistem informasi 100,000,000 - Penyusunan sistem informasi 100,000,000 - Penyusunan sistem informasi 100,000,000 - Penyusunan sistem informasi 100,000,000 400,000,000
penanaman modal di daerah penanaman modal di daerah penanaman modal di daerah penanaman modal di daerah penanaman modal di daerah
5 paket - Penyederhanaan prosedur 100,000,000 - Penyederhanaan prosedur 100,000,000 - Penyederhanaan prosedur 100,000,000 - Penyederhanaan prosedur 100,000,000 - Penyederhanaan prosedur 100,000,000 400,000,000
perijinan dan peningkatan perijinan dan peningkatan perijinan dan peningkatan perijinan dan peningkatan perijinan dan peningkatan
pelayanan penanaman modal pelayanan penanaman modal pelayanan penanaman modal pelayanan penanaman modal pelayanan penanaman modal
7 Program penciptaan iklim Usaha Kecil 5 paket - Sosialisasi dukungan informasi 100,000,000 - Sosialisasi dukungan informasi 100,000,000 - Sosialisasi dukungan informasi 100,000,000 - Sosialisasi dukungan informasi 100,000,000 - Sosialisasi dukungan informasi 100,000,000 400,000,000 APBD Bappeda, Dinas
Menengah yang kondusif penyediaan permodalan penyediaan permodalan penyediaan permodalan penyediaan permodalan penyediaan permodalan Kabupaten Perindustrian,
Perdagangan dan
8 Program Pengembangan Sistem 5 paket - Pengembangan klaster bisnis 100,000,000 - Pengembangan klaster bisnis 100,000,000 - Pengembangan klaster bisnis 100,000,000 - Pengembangan klaster bisnis 100,000,000 - Pengembangan klaster bisnis 100,000,000 400,000,000 Pasar, Dinas
Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro 5 paket - Koordinasi pemanfaatan fasilitas 100,000,000 - Koordinasi pemanfaatan fasilitas 100,000,000 - Koordinasi pemanfaatan fasilitas 100,000,000 - Koordinasi pemanfaatan fasilitas 100,000,000 - Koordinasi pemanfaatan fasilitas 100,000,000 400,000,000 Pertanian, Dinas
Kecil Menengah pemerintah untuk Usaha Kecil pemerintah untuk Usaha Kecil pemerintah untuk Usaha Kecil pemerintah untuk Usaha Kecil pemerintah untuk Usaha Kecil Koperasi, Kantor
Menengah dan Koperasi Menengah dan Koperasi Menengah dan Koperasi Menengah dan Koperasi Menengah dan Koperasi Promosi Daerah

5 paket - Koordinasi penggunaan dana 100,000,000 - Koordinasi penggunaan dana 100,000,000 - Koordinasi penggunaan dana 100,000,000 - Koordinasi penggunaan dana 100,000,000 - Koordinasi penggunaan dana 100,000,000 400,000,000
pemerintahan bagi Usaha Mikro pemerintahan bagi Usaha Mikro pemerintahan bagi Usaha Mikro pemerintahan bagi Usaha Mikro pemerintahan bagi Usaha Mikro
Kecil Menengah Kecil Menengah Kecil Menengah Kecil Menengah Kecil Menengah
5 paket - Pemantauan pengelolaan 100,000,000 - Pemantauan pengelolaan 100,000,000 - Pemantauan pengelolaan 100,000,000 - Pemantauan pengelolaan 100,000,000 - Pemantauan pengelolaan 100,000,000 400,000,000
penggunaan dana pemerintah penggunaan dana pemerintah bagi penggunaan dana pemerintah penggunaan dana pemerintah penggunaan dana pemerintah
bagi Usaha Mikro Kecil Usaha Mikro Kecil Menengah bagi Usaha Mikro Kecil bagi Usaha Mikro Kecil Menengah bagi Usaha Mikro Kecil Menengah
Menengah Menengah
5 paket - Pengembangan sarana 100,000,000 - Pengembangan sarana 100,000,000 - Pengembangan sarana 100,000,000 - Pengembangan sarana 100,000,000 - Pengembangan sarana 100,000,000 400,000,000
pemasaran produk Usaha Mikro pemasaran produk Usaha Mikro pemasaran produk Usaha Mikro pemasaran produk Usaha Mikro pemasaran produk Usaha Mikro
Kecil Menengah Kecil Menengah Kecil Menengah Kecil Menengah Kecil Menengah
5 paket - Peningkatan jaringan 100,000,000 - Peningkatan jaringan kerjasama 100,000,000 - Peningkatan jaringan 100,000,000 - Peningkatan jaringan kerjasama 100,000,000 - Peningkatan jaringan 100,000,000 400,000,000
kerjasama antar lembaga antar lembaga kerjasama antar lembaga antar lembaga kerjasama antar lembaga
5 paket - Penyelenggaraan pembinaan 100,000,000 - Penyelenggaraan pembinaan 100,000,000 - Penyelenggaraan pembinaan 100,000,000 - Penyelenggaraan pembinaan 100,000,000 - Penyelenggaraan pembinaan 100,000,000 400,000,000
industri rumah tangg, industri industri rumah tangg, industri kecil industri rumah tangg, industri industri rumah tangg, industri industri rumah tangg, industri
kecil dan industri menengah dan industri menengah kecil dan industri menengah kecil dan industri menengah kecil dan industri menengah
5 paket - Penyelenggaraan promosi 100,000,000 - Penyelenggaraan promosi 100,000,000 - Penyelenggaraan promosi 100,000,000 - Penyelenggaraan promosi 100,000,000 - Penyelenggaraan promosi 100,000,000 400,000,000
produk Usaha Mikro Kecil produk Usaha Mikro Kecil produk Usaha Mikro Kecil produk Usaha Mikro Kecil produk Usaha Mikro Kecil
Menengah Menengah Menengah Menengah Menengah
9 Program pengembangan lembaga a. SKPP I meliputi SSWP 5 paket - Pelatihan ketrampilan usaha 250,000,000 - Pelatihan ketrampilan usaha 250,000,000 - Pelatihan ketrampilan usaha 250,000,000 - Pelatihan ketrampilan usaha 250,000,000 - Pelatihan ketrampilan usaha 250,000,000 1,000,000,000 APBD Bappeda, Dinas
ekonomi pedesaan Mojowarno: Mojowarno, budidaya tanaman budidaya tanaman budidaya tanaman budidaya tanaman budidaya tanaman Kabupaten, Pertanian dan
Wonosalam, Bareng, Ngoro. 5 paket - Pelatihan ketrampilan 250,000,000 - Pelatihan ketrampilan manajemen 250,000,000 - Pelatihan ketrampilan 250,000,000 - Pelatihan ketrampilan manajemen 250,000,000 - Pelatihan ketrampilan 250,000,000 1,000,000,000 swasta Ketahanan Pangan,
b. SKPP II meliputi SSWP manajemen badan usaha milik badan usaha milik desa manajemen badan usaha milik badan usaha milik desa manajemen badan usaha milik Dinas Peternakan
Mojoagung: Mojoagung, Sumobito, desa desa desa dan Perikanan;
dan Kesamben. 5 paket - Pelatihan ketrampilan usaha 250,000,000 - Pelatihan ketrampilan usaha 250,000,000 - Pelatihan ketrampilan usaha 250,000,000 - Pelatihan ketrampilan usaha 250,000,000 - Pelatihan ketrampilan usaha 250,000,000 1,000,000,000 Penanaman Modal
c. SKPP III meliputi SSWP Ploso: industri kerajinan industri kerajinan industri kerajinan industri kerajinan industri kerajinan Daerah
5 paket - Pelatihan ketrampilan usaha 250,000,000 - Pelatihan ketrampilan usaha 250,000,000 - Pelatihan ketrampilan usaha 250,000,000 - Pelatihan ketrampilan usaha 250,000,000 - Pelatihan ketrampilan usaha 250,000,000 1,000,000,000
pertanian dan perternakan pertanian dan perternakan pertanian dan perternakan pertanian dan perternakan pertanian dan perternakan
5 paket - Fasilitasi permodalan bagi usaha 250,000,000 - Fasilitasi permodalan bagi usaha 250,000,000 - Fasilitasi permodalan bagi usaha 250,000,000 - Fasilitasi permodalan bagi usaha 250,000,000 - Fasilitasi permodalan bagi usaha 250,000,000 1,000,000,000
mikro kecil dan menengah di mikro kecil dan menengah di mikro kecil dan menengah di mikro kecil dan menengah di mikro kecil dan menengah di
perdesaan perdesaan perdesaan perdesaan perdesaan
5 paket - Fasilitasi kemitraan swasta dan 250,000,000 - Fasilitasi kemitraan swasta dan 250,000,000 - Fasilitasi kemitraan swasta dan 250,000,000 - Fasilitasi kemitraan swasta dan 250,000,000 - Fasilitasi kemitraan swasta dan 250,000,000 1,000,000,000
usaha mikro kecil dan menengah usaha mikro kecil dan menengah usaha mikro kecil dan menengah usaha mikro kecil dan menengah usaha mikro kecil dan menengah
di pedesaan di pedesaan di pedesaan di pedesaan di pedesaan
-6-

C Perwujudan Sistem Transportasi


I Pemantapan Jaringan Jalan Bebas Rencana jalan tol Kertosono-Nganjuk- 5 paket - Pembebasan Lahan dan Rp. 4 T - Pembebasan Lahan dan - Pembebasan Lahan dan APBN Departemen PU,
Hambatan Mojokerto melalui Kec. Kesamben, Pembangunan jalan TOL Pembangunan jalan TOL Pembangunan jalan TOL DPU Bina Marga
Kec. Peterongan, Kec. Tembelang, Prop.
Kec. Jombang, Kec. Megaluh, dan
Kec. bandar Kedungmulyo

1 Program Pembangunan Jalan dan Jalan tol dan interchange TOL di 5 paket - Perencanaan pembangunan 100,000,000 - Perencanaan pembangunan jalan 100,000,000 - Perencanaan pembangunan jalan 100,000,000 - Perencanaan pembangunan jalan 100,000,000 - Perencanaan pembangunan jalan 100,000,000 400,000,000 APBN Departemen PU,
Jembatan Kec. Bandarkedungmulyo dan Kec. jalan Dinas Cipta Karya
Tembelang Prop
2 Program peningkatan dan 5 paket - Survei kontur jalan dan 100,000,000 - Pembangunan jalan 5,000,000,000 - Pembangunan jalan 5,000,000,000 - Pembangunan jalan 5,000,000,000 - Pembangunan jalan 5,000,000,000 15,100,000,000 APBN Dinas Perhubngan
pengamanan lalu lintas jembatan Pfropinsi dan
Kabupaten
3 Program Pembangunan saluran 5 paket - Pembangunan jalan 5,000,000,000 - Perencanaan pembangunan 100,000,000 - Perencanaan pembangunan 100,000,000 - Perencanaan pembangunan 100,000,000 - Perencanaan pembangunan 100,000,000 5,300,000,000 APBN DPU Cipta Karya
drainase/gorong-gorong jembatan jembatan jembatan jembatan Prop dan Kabupaten,
5 paket - Perencanaan pembangunan 100,000,000 - Pembangunan jembatan 2,500,000,000 - Pembangunan jembatan 2,500,000,000 - Pembangunan jembatan 2,500,000,000 - Pembangunan jembatan 2,500,000,000 7,600,000,000 DPU Binamarga
jembatan Kabupaten
5 paket - Pembangunan jembatan 2,500,000,000
II. Pemantapan Jaringan Jalan Arteri
1 Program Pembangunan Jalan dan Jalan lingkar perkotaan Mojoagung 5 paket - Perencanaan Pembangunan 250,000,000 - Pembangunan Saluran Drainase 1,000,000,000 - Perencanan Persandangan jalan 150,000,000 1,250,000,000 APBD Provinsi Dinas Cipta Karya
Jembatan saluran drainase/gorong-gorong dan gorong-gorong Prop

Rencana jaringan jalan lingkar luar 5 paket - Survei kontur saluran 150,000,000 - Survei kontur saluran 150,000,000 - Survei kontur saluran 150,000,000 - Survei kontur saluran 150,000,000 - Survei kontur saluran 150,000,000 600,000,000
wilayah kabupaten Jombang yang drainase/gorong-gorong drainase/gorong-gorong drainase/gorong-gorong drainase/gorong-gorong drainase/gorong-gorong
2 Program peningkatan dan menghubungkan antar Perkotaan 5 paket - Pembangunan saluran 500,000,000 - Pembangunan saluran 500,000,000 - Pembangunan saluran 500,000,000 - Pembangunan saluran 500,000,000 - Pembangunan saluran 500,000,000 2,000,000,000 APBD Dinas Perhubungan
pengamanan lalu lintas Ploso - Perkotaan Mojoagung - drainase/gorong-gorong drainase/gorong-gorong drainase/gorong-gorong drainase/gorong-gorong drainase/gorong-gorong Kabupaten Dan Lalu Lintas dan
Perkotaan Mojowarno - Perkotaan Angkutan Jalan
Perak. (DLLAJ)
3 Program Pembangunan saluran 5 paket - Perencanaan pembangunan 150,000,000 - Perencanaan pembangunan jalan 150,000,000 - Perencanaan pembangunan jalan 150,000,000 - Perencanaan pembangunan jalan 150,000,000 - Perencanaan pembangunan jalan 150,000,000 600,000,000 APBD DPU Cipta Karya,
drainase/gorong-gorong jalan Kabupaten tata Ruang ,
Kebersihan dan
Pertamanan

4 Program rehabilitasi/pemeliharaan Jalan Arteri Mojokerto - Jombang – 5 paket - Survei kontur jalan dan 150,000,000 - Survei kontur jalan dan jembatan 150,000,000 - Survei kontur jalan dan jembatan 150,000,000 - Survei kontur jalan dan jembatan 150,000,000 - Survei kontur jalan dan jembatan 150,000,000 600,000,000 APBD DPU Cipta Karya
Jalan dan Jembatan Nganjuk, yang melalui Kec. jembatan Kabupaten, Prop dan Kab
Mojoagung, Kec. Sumobito, Kec. 140 paket - Pembangunan jalan 5,000,000,000 - Pembangunan jalan 5,000,000,000 - Pembangunan jalan 5,000,000,000 - Pembangunan jalan 5,000,000,000 - Pembangunan jalan 5,000,000,000 20,000,000,000 APBD Provinsi
Peterongan, Kec. Jombang, Kec. 5 paket - Perencanaan pembangunan 150,000,000 - Perencanaan pembangunan 150,000,000 - Perencanaan pembangunan 150,000,000 - Perencanaan pembangunan 150,000,000 - Perencanaan pembangunan 150,000,000 600,000,000
Perak dan Kec. Bandar Kedungmulyo. jembatan jembatan jembatan jembatan jembatan
5 paket - Pembangunan jembatan 2,500,000,000 - Pembangunan jembatan 2,500,000,000 - Pembangunan jembatan 2,500,000,000 - Pembangunan jembatan 2,500,000,000 - Pembangunan jembatan 2,500,000,000 10,000,000,000
III. Pemantapan Jaringan Jalan Kolektor
1 Program Pembangunan Jalan dan Jaringan jalan lingkar luar Perkotaan 5 paket - Perencanaan Pembangunan 150,000,000 - Perencanaan Pembangunan 150,000,000 - Perencanaan Pembangunan 150,000,000 - Perencanaan Pembangunan 150,000,000 - Perencanaan Pembangunan 150,000,000 600,000,000 APBD Provinsi Bappeda Prop dan
Jembatan Jombang yang menghubungkan saluran drainase/gorong-gorong saluran drainase/gorong-gorong saluran drainase/gorong-gorong saluran drainase/gorong-gorong saluran drainase/gorong-gorong dan APBD Kab; Dinas Cipta
Tembelang, Peterongan dan Diwek Kabupaten Karya Prop dan
dengan perkotaan Jombang. Kabupaten
Jaringan jalan lingkar luar pada 5 paket - Survei kontur saluran 100,000,000 - Survei kontur saluran 100,000,000 - Survei kontur saluran 100,000,000 - Survei kontur saluran 100,000,000 - Survei kontur saluran 100,000,000 400,000,000
Perkotaan Mojoagung yang drainase/gorong-gorong drainase/gorong-gorong drainase/gorong-gorong drainase/gorong-gorong drainase/gorong-gorong
menghubungkan Mojoagung dengan
Sumobito.
2 Program peningkatan dan 5 paket - Pembangunan saluran 2,500,000,000 - Pembangunan saluran 2,500,000,000 - Pembangunan saluran 2,500,000,000 - Pembangunan saluran 2,500,000,000 - Pembangunan saluran 2,500,000,000 10,000,000,000 APBD Dinas Perhubungan
pengamanan lalu lintas drainase/gorong-gorong drainase/gorong-gorong drainase/gorong-gorong drainase/gorong-gorong drainase/gorong-gorong Kabupaten Dan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan
(DLLAJ)
3 Program Pembangunan saluran 5 paket - Perencanaan pembangunan 150,000,000 - Perencanaan pembangunan jalan 150,000,000 - Perencanaan pembangunan jalan 150,000,000 - Perencanaan pembangunan jalan 150,000,000 - Perencanaan pembangunan jalan 150,000,000 600,000,000 APBD DPU Cipta Karya
drainase/gorong-gorong jalan Kabupaten Kab
4 Program rehabilitasi/pemeliharaan Jaringan jalan yang menghubungkan 5 paket - Survei kontur jalan dan 150,000,000 - Survei kontur jalan dan jembatan 150,000,000 - Survei kontur jalan dan jembatan 150,000,000 - Survei kontur jalan dan jembatan 150,000,000 - Survei kontur jalan dan jembatan 150,000,000 600,000,000 APBD Provinsi DPU Cipta Karya
Jalan dan Jembatan Malang - Jombang, yang melalui Kec. jembatan dan APBD Prop dan Kab
Ngoro, Kec. Diwek, Kec. Jombang, Kabupaten

menghubungkan Jombang – 5 paket - Pembangunan jalan 5,000,000,000 - Pembangunan jalan 5,000,000,000 - Pembangunan jalan 5,000,000,000 - Pembangunan jalan 5,000,000,000 - Pembangunan jalan 5,000,000,000 20,000,000,000
Lamongan – Tuban yang melalui Kec.
Tembelang, Kec. Ploso dan Kec.
Kabuh.
menghubungkan Jombang – Kediri 5 paket - Perencanaan pembangunan 150,000,000 - Perencanaan pembangunan 150,000,000 - Perencanaan pembangunan 150,000,000 - Perencanaan pembangunan 150,000,000 - Perencanaan pembangunan 150,000,000 600,000,000
yang melalui Kec. Ngoro dan Gudo. jembatan jembatan jembatan jembatan jembatan
5 paket - Pembangunan jembatan 2,500,000,000 - Pembangunan jembatan 2,500,000,000 - Pembangunan jembatan 2,500,000,000 - Pembangunan jembatan 2,500,000,000 - Pembangunan jembatan 2,500,000,000 10,000,000,000
IV Pemantapan jaringan Jalan Lokal
1 Program Pembangunan Jalan dan Pembangunan jalan akses alternatif 5 paket - Perencanaan Pembangunan 150,000,000 - Perencanaan Pembangunan 150,000,000 - Perencanaan Pembangunan 150,000,000 - Perencanaan Pembangunan 150,000,000 - Perencanaan Pembangunan 150,000,000 600,000,000 APBD Propinsi DPU Cipta Karya dan
Jembatan menuju SS jalan tol : menghubungkan saluran drainase/gorong-gorong saluran drainase/gorong-gorong saluran drainase/gorong-gorong saluran drainase/gorong-gorong saluran drainase/gorong-gorong dan Kabupaten PU Binamarga
perkotaan Jombang dengan SS Propinsi, DPU
Tembelang Binamarga Kab,
jembatan penghubung yang 5 paket - Survei kontur saluran 100,000,000 - Survei kontur saluran 100,000,000 - Survei kontur saluran 100,000,000 - Survei kontur saluran 100,000,000 - Survei kontur saluran 100,000,000 400,000,000 Dinas Perhubungan
menghubungkan Megaluh – Plandaan drainase/gorong-gorong drainase/gorong-gorong drainase/gorong-gorong drainase/gorong-gorong drainase/gorong-gorong Dan Lalu Lintas dan
dan Ngusikan - Kesamben. Angkutan Jalan
(DLLAJ)
jembatan penghubung yang 5 paket - Pembangunan saluran 2,500,000,000 - Pembangunan saluran 2,500,000,000 - Pembangunan saluran 2,500,000,000 - Pembangunan saluran 2,500,000,000 - Pembangunan saluran 2,500,000,000 10,000,000,000
menghubungkan Bandar drainase/gorong-gorong drainase/gorong-gorong drainase/gorong-gorong drainase/gorong-gorong drainase/gorong-gorong
Kedungmulyo dan Perak dengan
Megaluh dan Gudo dengan rencana
pembangunan .
2 Program peningkatan dan 5 paket - Perencanaan pembangunan 150,000,000 - Perencanaan pembangunan jalan 150,000,000 - Perencanaan pembangunan jalan 150,000,000 - Perencanaan pembangunan jalan 150,000,000 - Perencanaan pembangunan jalan 150,000,000 600,000,000 APBD Dinas Perhubungan
pengamanan lalu lintas jalan Kabupaten Dan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan
(DLLAJ)
3 Program Pembangunan saluran 5 paket - Survei kontur jalan dan 100,000,000 - Survei kontur jalan dan jembatan 100,000,000 - Survei kontur jalan dan jembatan 100,000,000 - Survei kontur jalan dan jembatan 100,000,000 - Survei kontur jalan dan jembatan 100,000,000 400,000,000 APBD DPU Cipta Karya
drainase/gorong-gorong jembatan Kabupaten Kab
4 Program rehabilitasi/pemeliharaan Jalan lokal primer yang 5 paket - Pembangunan jalan 2,500,000,000 - Pembangunan jalan 2,500,000,000 - Pembangunan jalan 2,500,000,000 - Pembangunan jalan 2,500,000,000 - Pembangunan jalan 2,500,000,000 10,000,000,000 APBD DPU Cipta Karya
Jalan dan Jembatan menghubungkan antar pusat SSWP 5 paket - Perencanaan pembangunan 150,000,000 - Perencanaan pembangunan 150,000,000 - Perencanaan pembangunan 150,000,000 - Perencanaan pembangunan 150,000,000 - Perencanaan pembangunan 150,000,000 600,000,000 Kabupaten Kab
dan Ibukota Kec. yang terdapat di jembatan jembatan jembatan jembatan jembatan
kabupaten Jombang. 5 paket - Pembangunan jembatan 2,500,000,000 - Pembangunan jembatan 2,500,000,000 - Pembangunan jembatan 2,500,000,000 - Pembangunan jembatan 2,500,000,000 - Pembangunan jembatan 2,500,000,000 10,000,000,000
-7-

V Penataan jaringan Jalan Kereta Api


1 Program Pembangunan Jalan dan Rencana kereta api komuter Surabaya 5 paket - Koordinasi dan sinkronisasi 100,000,000 - Pembangunan KA Komuter 2,000,000,000 100,000,000 APBN, APBD Departemen PU,
Jembatan – Mojokerto – Jombang. program dengan instansi terkait Surabaya-Jombang Provinsi, BUMN DPU Prop, PT KAI

Rencana jalur double track Surabaya 0


– Jombang.
2 Program rehabilitasi/pemeliharaan Jalur kereta pai regional melewati 0
Jalur kereta api Sumobito, Peterongan, Jogoroto,
Jombang, Diwek, PerakBandar
Kedungmulyo
VI Pengembangan Jaringan Jalan Kawasan
1 Program Pembangunan Jalan dan Jaringan jalan lingkar luar Perkotaan 5 paket - Perencanaan Pembangunan 150,000,000 - Perencanaan Pembangunan 150,000,000 - Perencanaan Pembangunan 150,000,000 - Perencanaan Pembangunan 150,000,000 - Perencanaan Pembangunan 150,000,000 600,000,000 APBD Provinsi Dinas Cipta Karya
Jembatan Jombang yang menghubungkan saluran drainase/gorong-gorong saluran drainase/gorong-gorong saluran drainase/gorong-gorong saluran drainase/gorong-gorong saluran drainase/gorong-gorong dan APBD dan Bina Marga Kab
Tembelang, Peterongan dan Diwek Kabupaten
dengan perkotaan Jombang.
Jaringan jalan lingkar luar pada 5 paket - Survei kontur saluran 100,000,000 - Survei kontur saluran 100,000,000 - Survei kontur saluran 100,000,000 - Survei kontur saluran 100,000,000 - Survei kontur saluran 100,000,000 400,000,000
Perkotaan Mojoagung yang drainase/gorong-gorong drainase/gorong-gorong drainase/gorong-gorong drainase/gorong-gorong drainase/gorong-gorong
menghubungkan Mojoagung dengan
Mojowarno
Jaringan jalan lingkar luar pada 5 paket - Pembangunan saluran 2,500,000,000 - Pembangunan saluran 2,500,000,000 - Pembangunan saluran 2,500,000,000 - Pembangunan saluran 2,500,000,000 - Pembangunan saluran 2,500,000,000 10,000,000,000
Perkotaan Mojoagung yang drainase/gorong-gorong drainase/gorong-gorong drainase/gorong-gorong drainase/gorong-gorong drainase/gorong-gorong
menghubungkan Mojoagung dengan
Sumobito.
Peningkatan jaringan jalan yang 5 paket - Perencanaan pembangunan 150,000,000 - Perencanaan pembangunan jalan 150,000,000 - Perencanaan pembangunan jalan 150,000,000 - Perencanaan pembangunan jalan 150,000,000 - Perencanaan pembangunan jalan 150,000,000 600,000,000
menghubungkan Perkotaan Ploso - jalan
Ngusikan - Kudu – Kabuh.
Peningkatan sistem jaringan jalan 5 paket - Survei kontur jalan dan 100,000,000 - Survei kontur jalan dan jembatan 100,000,000 - Survei kontur jalan dan jembatan 100,000,000 - Survei kontur jalan dan jembatan 100,000,000 - Survei kontur jalan dan jembatan 100,000,000 400,000,000
yang menghubungkan Perkotaan jembatan
Mojowarno - Ngoro - Bareng –
Wonosalam.
Sistem pergerakan yang 5 paket - Pembangunan jalan 5,000,000,000 - Pembangunan jalan 5,000,000,000 - Pembangunan jalan 5,000,000,000 - Pembangunan jalan 5,000,000,000 - Pembangunan jalan 5,000,000,000 20,000,000,000
menghubungkan Perkotaan Bandar
Kedungmulyo dan Perak dengan
Megaluh dan Gudo dengan rencana
pembangunan jembatan penghubung.

2 Program Pembangunan saluran 5 paket - Perencanaan pembangunan 150,000,000 - Perencanaan pembangunan 150,000,000 - Perencanaan pembangunan 150,000,000 - Perencanaan pembangunan 150,000,000 - Perencanaan pembangunan 150,000,000 600,000,000 APBD Dinas Bina Marga
drainase/gorong-gorong jembatan jembatan jembatan jembatan jembatan Kabupaten Kab
3 Program rehabilitasi/pemeliharaan 5 paket - Pembangunan jembatan 2,500,000,000 - Pembangunan jembatan 2,500,000,000 - Pembangunan jembatan 2,500,000,000 - Pembangunan jembatan 2,500,000,000 - Pembangunan jembatan 2,500,000,000 10,000,000,000 APBD DPU Cipta Karya dan
Jalan dan Jembatan Kabupaten Bina Marga
VII Pengembangan Jaringan Jalan Kawasan
1 Program Pembangunan Jalan dan Rencana pembangunan jalan raya 5 paket - Perencanaan pembangunan 150,000,000 - Perencanaan pembangunan jalan 150,000,000 - Perencanaan pembangunan jalan 150,000,000 - Perencanaan pembangunan jalan 150,000,000 - Perencanaan pembangunan jalan 150,000,000 600,000,000 APBD DPU Cipta Karya dan
Jembatan yang menghubungkan perdesaan dan jalan Kabupaten Bina Marga
2 Program rehabilitasi/pemeliharaan perkotaan pada desa-desa yang 5 paket - Pembangunan saluran 250,000,000 - Pembangunan saluran 250,000,000 - Pembangunan saluran 250,000,000 - Pembangunan saluran 250,000,000 - Pembangunan saluran 250,000,000 1,000,000,000 APBD DPU Cipta Karya dan
Jalan dan Jembatan memiliki potensi ekonomi pertanian drainase/gorong-gorong drainase/gorong-gorong drainase/gorong-gorong drainase/gorong-gorong drainase/gorong-gorong Kabupaten Bina Marga
3 Pengembangan Sistem angkutan yang tinggi yakni : Desa Sidowarek 5 paket - Perencanaan 2,000,000,000 - Perencanaan 2,000,000,000 - Perencanaan 2,000,000,000 - Perencanaan 2,000,000,000 - Perencanaan 2,000,000,000 8,000,000,000 APBD Dinas Perhubungan
umum Perdesaan Kec. Ngoro, Desa Blimbing Kec. rehabilitasi/pemeliharaan jalan rehabilitasi/pemeliharaan jalan rehabilitasi/pemeliharaan jalan rehabilitasi/pemeliharaan jalan rehabilitasi/pemeliharaan jalan Kabupaten Dan Lalu Lintas dan
Gudo, Desa Grogol Kec. Diwek, Desa 5 paket - Perencanaan 1,000,000,000 - Perencanaan 1,000,000,000 - Perencanaan 1,000,000,000 - Perencanaan 1,000,000,000 - Perencanaan 1,000,000,000 4,000,000,000 Angkutan Jalan
Panglungan rehabilitasi/pemeliharaan rehabilitasi/pemeliharaan rehabilitasi/pemeliharaan rehabilitasi/pemeliharaan rehabilitasi/pemeliharaan (DLLAJ)
jembatan jembatan jembatan jembatan jembatan
a. Terminal Penumpang Terminal penumpang skala regional 1 paket - Pembangunan gedung terminal 0 APBD Provinsi Dinas Cipta Karya
Tipe B di Kec. Mojoagung dan APBD Prop dan Kab, Dinas
Sub terminal penumpang skala kota 1 paket - Pembangunan halte bus, taxi 0 Kabupaten Perhubungan Dan
terdiri dari Kec. Diwek, Kec. Ploso, gedung terminal Lalu Lintas dan
Kec. Mojowarno, Kec. Jombang dan Angkutan Jalan
Kec. Bandar Kedungmulyo. (DLLAJ)
b. Terminal cargo Terminal cargo di Kec. Mojowarno, 2 paket - Pengadaan rambu-rambu lalu 0
Kec. Mojoagung, dan Kec. Kabuh lintas
c. Rest Area Rest Area di Sepanjang jalur tol, jalan 5 paket - Pengadaan marka jalan 0 APBD Provinsi Dinas Cipta Karya
arteri primer dan jalur wisata di dan APBD Prop dan Kab, Dinas
Wonosalam Kabupaten Perhubungan Dan
d. Frontage Rencana frontage di Sepanjang jalan 2 paket - Pembebasan Lahan 2,000,000,000 - Pembangunan Jalan 5,000,000,000 - Pembangunan Jalan 5,000,000,000 10,000,000,000 Lalu Lintas dan
Tol yaitu Kec. Sumobito, Kec. Angkutan Jalan
Peterongan, Kec. Jombang, Kec. (DLLAJ)
Perak, dan Kec. Bandar Kedungmulyo

Rencana frontage di sepanjang Rel 2 paket - Pembebasan Lahan 2,000,000,000 - Pembangunan Jalan 5,000,000,000 - Pembangunan Jalan 5,000,000,000 10,000,000,000
kereta api yaitu Kec. Kesamben, Kec.
Peterongan, Kec. Tembelang, Kec.
Jombang, Kec. Megaluh, dan Kec.
Bandar Kedungmulyo
Rencana frontage di kawasan 2 paket - Pembebasan Lahan 2,000,000,000 - Pembangunan Jalan 5,000,000,000 - Pembangunan Jalan 5,000,000,000 10,000,000,000
pengendalian ketat Ekonomi Terpadu
Mojoagung
e. Pergudangan Sentra pergudangan di Mojoagung, 2 paket - Pembebasan Lahan 2,000,000,000 - Pembangunan Gudang 2,000,000,000 - Pembangunan Gudang 2,000,000,000 4,000,000,000
Mojowarno, Perak, Kabuh, Ploso
-8-

I Pengembangan Prasarana Sumber Daya


1 Program pengembangan dan Waduk Beng di Desa Klitih Kec. 1 paket - Perencanaan pembangunan 500,000,000 0 APBD Provinsi DPU Bina marga dan
pengelolaan jaringan irigasi, rawa dan Plandaan dan Waduk Jarak di Desa waduk beng dan waduk jarak dan APBD pengairan
jaringan pengairan lainnya Jarak Kec. Wonoasalam; jaringan Kabupaten
irigasi Papar-Turi-Peterongan (Pari-
Terong)
2 Program penyediaan dan pengolahan Sumber mata air yang berlokasi di 5 paket - Pembangunan prasarana 250,000,000 - Pembangunan prasarana 250,000,000 - Pembangunan prasarana 250,000,000 - Pembangunan prasarana 250,000,000 - Pembangunan prasarana 250,000,000 1,000,000,000 APBD DPU Bina marga dan
air baku Desa Jipurapah Kec. Plandaan, Desa pengambilan dan saluran pengambilan dan saluran pengambilan dan saluran pengambilan dan saluran pengambilan dan saluran Kabupaten, pengairan, PDAM
Tanjung Wadung Kec. Kabuh, Desa pembawa pembawa pembawa pembawa pembawa BUMN
Japanan Kec. Mojowarno, Desa
Wonosalam Kec. Wonosalam, Desa
Kedung Lumpang Kec. Mojoagung,
Desa Carang Wulung dan Desa
Panglungan

3 Program pengembangan kinerja Kawasan Pedersaan yang 5 paket - Penyediaan prasarana dan 250,000,000 - Penyediaan prasarana dan sarana 250,000,000 - Penyediaan prasarana dan 250,000,000 - Penyediaan prasarana dan sarana 250,000,000 - Penyediaan prasarana dan 250,000,000 1,000,000,000 APBD DPU Bina marga dan
pengelolaan air minum dikategorikan sebagai Desa Tertinggal sarana air minum bagi air minum bagi masyarakat sarana air minum bagi air minum bagi masyarakat sarana air minum bagi Kabupaten, pengairan, PDAM
masyarakat berpenghasilan berpenghasilan rendah masyarakat berpenghasilan berpenghasilan rendah masyarakat berpenghasilan BUMN
rendah rendah rendah
4 Program pengendalian banjir dan Daya DAS Brantas 5 paket - Pembangunan reservoir 500,000,000 - Pembangunan reservoir 500,000,000 - Pembangunan reservoir 500,000,000 - Pembangunan reservoir 500,000,000 - Pembangunan reservoir 500,000,000 2,000,000,000 APBD DPU Bina marga dan
Rusak Air pengendali banjir pengendali banjir pengendali banjir pengendali banjir pengendali banjir Kabupaten pengairan
5 Program pengembangan, pengelolaan DAS Brantas 5 paket - Rehabilitasi kawasan kritis 500,000,000 - Rehabilitasi kawasan kritis daerah 500,000,000 - Rehabilitasi kawasan kritis 500,000,000 - Rehabilitasi kawasan kritis daerah 500,000,000 - Rehabilitasi kawasan kritis 500,000,000 2,000,000,000 APBD DPU Bina marga dan
dan konversi sungai, waduk dan daerah tangkapan sungai dan tangkapan sungai dan danau daerah tangkapan sungai dan tangkapan sungai dan danau daerah tangkapan sungai dan Kabupaten pengairan, Badan
sumber daya air lainnya danau danau danau Lingkungan Hidup

II Penataan Prasarana Telematika


Peningkatan kebutuhan dan pelayanan
1 Program pengembangan dan 5 paket - Pembinaan dan pengembangan 100,000,000 - Pembinaan dan pengembangan 100,000,000 - Pembinaan dan pengembangan 100,000,000 - Pembinaan dan pengembangan 100,000,000 - Pembinaan dan pengembangan 100,000,000 400,000,000 APBD DPU Cipta Karya
pengelolaan jaringan tetap; jaringan komunikasi dan jaringan komunikasi dan informasi jaringan komunikasi dan jaringan komunikasi dan informasi jaringan komunikasi dan Kabupaten, kabupaten, Telkom
informasi informasi informasi BUMN, Swasta
2 Program pengembangan dan 5 paket - Pembinaan dan pengembangan 100,000,000 - Pembinaan dan pengembangan 100,000,000 - Pembinaan dan pengembangan 100,000,000 - Pembinaan dan pengembangan 100,000,000 - Pembinaan dan pengembangan 100,000,000 400,000,000 APBD DPU Cipta Karya
pengelolaan jaringan bergerak sumber daya komunikasi dan sumber daya komunikasi dan sumber daya komunikasi dan sumber daya komunikasi dan sumber daya komunikasi dan Kabupaten, kabupaten, Telkom
informasi informasi informasi informasi informasi BUMN, Swasta
3 Program Pengembangan Komunikasi, 5 paket - Perencanaan dan 100,000,000 - Perencanaan dan pengembangan 100,000,000 - Perencanaan dan 100,000,000 - Perencanaan dan pengembangan 100,000,000 - Perencanaan dan pengembangan 100,000,000 400,000,000 APBD DPU Cipta Karya
Informasi dan Media Massa pengembangan kebijakan kebijakan komunikasi dan pengembangan kebijakan kebijakan komunikasi dan kebijakan komunikasi dan Kabupaten, kabupaten, Telkom
komunikasi dan informasi informasi komunikasi dan informasi informasi informasi BUMN, Swasta
III. Prasarana Energi/ Listrik
1 Program Pengembangan kelistrikan pengembangan kelistrikan di kawasan 2 paket - Koordinasi pengembangan 100,000,000 - Koordinasi pengembangan 100,000,000 100,000,000 APBD DPU Cipta Karya
wilayah industri Ploso, Bandar Kedungmulyo, ketenaga listrikan ketenaga listrikan Kabupaten, kabupaten, PLN
dan Zona industri di Sumobito; BUMN
2 Program pembinaan bidang Rencana pipa gas pada Kec. Ploso, 0 APBD Dinas PU Cipta
ketenagalistrikan Bandar Kedungmulyo, Perak, Kabupaten, Karya kabupaten,
Peterongan, Sumobito, dan BUMN PLN
IV Jaringan Prasarana Lingkungan
Sistem jaringan persampahan;
1 Program Pengembangan Kinerja pengembangan lokasi TPA di Ploso 5 paket - Koordinasi penyelesaian 100,000,000 - Koordinasi penyelesaian 100,000,000 - Koordinasi penyelesaian 100,000,000 - Koordinasi penyelesaian 100,000,000 - Koordinasi penyelesaian 100,000,000 400,000,000 APBD Dinas PU Cipta
Pengelolaan Persampahan dan Mojoagung permasalahan penanganan permasalahan penanganan permasalahan penanganan permasalahan penanganan permasalahan penanganan Kabupaten karya, tata ruang,
sampah perkotaan sampah perkotaan sampah perkotaan sampah perkotaan sampah perkotaan kebersihan dan
pertamanan,
Lingkungan Hidup
5 paket - Koordinasi penanggulangan 100,000,000 - Koordinasi penanggulangan 100,000,000 - Koordinasi penanggulangan 100,000,000 - Koordinasi penanggulangan 100,000,000 - Koordinasi penanggulangan 100,000,000 400,000,000 APBD Dinas PU Cipta
limbah rumah tangga dan limbah rumah tangga dan industri limbah rumah tangga dan limbah rumah tangga dan industri limbah rumah tangga dan Kabupaten karya, tata ruang,
industri perkotaan perkotaan industri perkotaan perkotaan industri perkotaan kebersihan dan
5 paket - Penyediaan prasarana dan 2,000,000,000 - Penyediaan prasarana dan sarana 2,000,000,000 - Penyediaan prasarana dan 2,000,000,000 - Penyediaan prasarana dan sarana 2,000,000,000 - Penyediaan prasarana dan 2,000,000,000 8,000,000,000 pertamanan, Badan
sarana pengelolaan pengelolaan persampahan sarana pengelolaan pengelolaan persampahan sarana pengelolaan persampahan Lingkungan Hidup
persampahan persampahan
5 paket - Peningkatan operasi dan 250,000,000 - Peningkatan operasi dan 250,000,000 - Peningkatan operasi dan 250,000,000 - Peningkatan operasi dan 250,000,000 - Peningkatan operasi dan 250,000,000 1,000,000,000
pemeliharaan prasarana dan pemeliharaan prasarana dan pemeliharaan prasarana dan pemeliharaan prasarana dan pemeliharaan prasarana dan
sarana persampahan sarana persampahan sarana persampahan sarana persampahan sarana persampahan
5 paket - Pengembangan teknologi 250,000,000 - Pengembangan teknologi 250,000,000 - Pengembangan teknologi 250,000,000 - Pengembangan teknologi 250,000,000 - Pengembangan teknologi 250,000,000 1,000,000,000
pengolahan persampahan pengolahan persampahan pengolahan persampahan pengolahan persampahan pengolahan persampahan
5 paket - Kerjasama pengelolaan 150,000,000 - Kerjasama pengelolaan 150,000,000 - Kerjasama pengelolaan 150,000,000 - Kerjasama pengelolaan 150,000,000 - Kerjasama pengelolaan 150,000,000 600,000,000
persampahan persampahan persampahan persampahan persampahan
5 paket - Peningkatan peran serta 100,000,000 - Peningkatan peran serta 100,000,000 - Peningkatan peran serta 100,000,000 - Peningkatan peran serta 100,000,000 - Peningkatan peran serta 100,000,000 400,000,000
masyarakat dalam pengelolaan masyarakat dalam pengelolaan masyarakat dalam pengelolaan masyarakat dalam pengelolaan masyarakat dalam pengelolaan
persampahan persampahan persampahan persampahan persampahan
2 Program Pengendalian Pencemaran 5 paket - Koordinasi Penilaian Kota 1,000,000,000 - Koordinasi Penilaian Kota 1,000,000,000 - Koordinasi Penilaian Kota 1,000,000,000 - Koordinasi Penilaian Kota 1,000,000,000 - Koordinasi Penilaian Kota 1,000,000,000 4,000,000,000
dan Perusakan Lingkungan Hidup Sehat/Adipura Sehat/Adipura Sehat/Adipura Sehat/Adipura Sehat/Adipura
5 paket - Pemantauan Kualitas 500,000,000 - Pemantauan Kualitas Lingkungan 500,000,000 - Pemantauan Kualitas Lingkungan 500,000,000 - Pemantauan Kualitas Lingkungan 500,000,000 - Pemantauan Kualitas Lingkungan 500,000,000 2,000,000,000
Lingkungan
5 paket - Pengawasan pelaksanaan 200,000,000 - Pengawasan pelaksanaan 200,000,000 - Pengawasan pelaksanaan 200,000,000 - Pengawasan pelaksanaan 200,000,000 - Pengawasan pelaksanaan 200,000,000 800,000,000
kebijakan bidang lingkungan kebijakan bidang lingkungan hidup kebijakan bidang lingkungan kebijakan bidang lingkungan kebijakan bidang lingkungan
hidup hidup hidup hidup
5 paket - Koordinasi penertiban kegiatan 150,000,000 - Koordinasi penertiban kegiatan 150,000,000 - Koordinasi penertiban kegiatan 150,000,000 - Koordinasi penertiban kegiatan 150,000,000 - Koordinasi penertiban kegiatan 150,000,000 600,000,000
Pertambangan Tanpa Izin (PETI) Pertambangan Tanpa Izin (PETI) Pertambangan Tanpa Izin (PETI) Pertambangan Tanpa Izin (PETI) Pertambangan Tanpa Izin (PETI)

5 paket - Pengelolaan B3 dan Limbah B3 150,000,000 - Pengelolaan B3 dan Limbah B3 150,000,000 - Pengelolaan B3 dan Limbah B3 150,000,000 - Pengelolaan B3 dan Limbah B3 150,000,000 - Pengelolaan B3 dan Limbah B3 150,000,000 600,000,000
5 paket - Peningkatan pengelolaan 150,000,000 - Peningkatan pengelolaan 150,000,000 - Peningkatan pengelolaan 150,000,000 - Peningkatan pengelolaan 150,000,000 - Peningkatan pengelolaan 150,000,000 600,000,000
lingkungan pertambangan lingkungan pertambangan lingkungan pertambangan lingkungan pertambangan lingkungan pertambangan
5 paket - Penyusunan kebijakan 250,000,000 - Penyusunan kebijakan 250,000,000 - Penyusunan kebijakan 250,000,000 - Penyusunan kebijakan 250,000,000 - Penyusunan kebijakan 250,000,000 1,000,000,000
pengendalian pencemaran dan pengendalian pencemaran dan pengendalian pencemaran dan pengendalian pencemaran dan pengendalian pencemaran dan
perusakan lingkungan hidup perusakan lingkungan hidup perusakan lingkungan hidup perusakan lingkungan hidup perusakan lingkungan hidup
5 paket - Peningkatan peran serta 200,000,000 - Peningkatan peran serta 200,000,000 - Peningkatan peran serta 200,000,000 - Peningkatan peran serta 200,000,000 - Peningkatan peran serta 200,000,000 800,000,000
masyarakat dalam pengendalian masyarakat dalam pengendalian masyarakat dalam pengendalian masyarakat dalam pengendalian masyarakat dalam pengendalian
lingkungan hidup lingkungan hidup lingkungan hidup lingkungan hidup lingkungan hidup
5 paket - Pengkajian pengembangan 200,000,000 - Pengkajian pengembangan sistem 200,000,000 - Pengkajian pengembangan 200,000,000 - Pengkajian pengembangan sistem 200,000,000 - Pengkajian pengembangan 200,000,000 800,000,000
sistem insentif dan disinsentif insentif dan disinsentif sistem insentif dan disinsentif insentif dan disinsentif sistem insentif dan disinsentif
Sistem jaringan Drainase
1 Program Pengembangan - Pengembangan data dan 500,000,000 0 APBD Dinas PU Bina
data/informasi informasi jaringan drainase Kabupaten marga dan
perkotaan pengairan, Badan
Lingkungan Hidup
2 Program pengendalian banjir Pengembangan jaringan drainase di 5 paket - Rehabilitasi/pemeliharaan 250,000,000 - Rehabilitasi/pemeliharaan 250,000,000 - Rehabilitasi/pemeliharaan 250,000,000 - Rehabilitasi/pemeliharaan 250,000,000 - Rehabilitasi/pemeliharaan 250,000,000 1,000,000,000 APBD Dinas PU Bina
desa Mojoduwur, Japanan, dan reservoir pengendali banjir reservoir pengendali banjir reservoir pengendali banjir reservoir pengendali banjir reservoir pengendali banjir Kabupaten marga dan pengairan
Penggaran Kec. Mojowarno
5 paket - Rehabilitasi/pemeliharaan 250,000,000 - Rehabilitasi/pemeliharaan 250,000,000 - Rehabilitasi/pemeliharaan 250,000,000 - Rehabilitasi/pemeliharaan 250,000,000 - Rehabilitasi/pemeliharaan 250,000,000 1,000,000,000 APBD Dinas PU Bina
bantaran dan tanggul sungai bantaran dan tanggul sungai bantaran dan tanggul sungai bantaran dan tanggul sungai bantaran dan tanggul sungai Kabupaten marga dan
5 paket - Mengendalikan banjir pada 250,000,000 - Mengendalikan banjir pada daerah 250,000,000 - Mengendalikan banjir pada 250,000,000 - Mengendalikan banjir pada 250,000,000 - Mengendalikan banjir pada 250,000,000 1,000,000,000 pengairan, Badan
daerah tangkapan air dan badan- tangkapan air dan badan-badan daerah tangkapan air dan badan- daerah tangkapan air dan badan- daerah tangkapan air dan badan- Lingkungan Hidup
badan sungai sungai badan sungai badan sungai badan sungai
Sistem jaringan limbah 0
1 Program mengembangkan sistem 5 paket - Penyediaan prasarana dan 200,000,000 - Penyediaan prasarana dan sarana 200,000,000 - Penyediaan prasarana dan 200,000,000 - Penyediaan prasarana dan sarana 200,000,000 - Penyediaan prasarana dan 200,000,000 800,000,000 APBD Dinas PU Bina
setempat yang diarahkan pada sistem sarana air limbah air limbah sarana air limbah air limbah sarana air limbah Kabupaten marga dan
publik pengairan, Badan
Lingkungan Hidup
2 Program pengembangan kinerja 5 paket - Fasilitasi pembinaan teknik 300,000,000 - Fasilitasi pembinaan teknik 300,000,000 - Fasilitasi pembinaan teknik 300,000,000 - Fasilitasi pembinaan teknik 300,000,000 - Fasilitasi pembinaan teknik 300,000,000 1,200,000,000 APBD Dinas PU Bina
pengelolaan penanganan air limbah pengolahan air limbah pengolahan air limbah pengolahan air limbah pengolahan air limbah pengolahan air limbah Kabupaten marga dan
dari kegiatan industri, rumah sakit, 5 paket - Rehabilitasi/pemeliharaan 400,000,000 - Rehabilitasi/pemeliharaan sarana 400,000,000 - Rehabilitasi/pemeliharaan sarana 400,000,000 - Rehabilitasi/pemeliharaan sarana 400,000,000 - Rehabilitasi/pemeliharaan sarana 400,000,000 1,600,000,000 pengairan,
hotel, restoran dan rumah tangga sarana dan prasarana air limbah dan prasarana air limbah dan prasarana air limbah dan prasarana air limbah dan prasarana air limbah Lingkungan Hidup
-9-

B. Perwujudan Kawasan Budidaya


1. Pengembangan dan Rehabilitasi 0
Peruntukan Sektor Hutan Produksi
a. Program pembinaan dan penertiban KPH jombang dan KPH Mojokerto 5 paket - Pengembangan industri dan 100,000,000 - Pengembangan industri dan 100,000,000 - Pengembangan industri dan 100,000,000 - Pengembangan industri dan 100,000,000 - Pengembangan industri dan 100,000,000 400,000,000 APBD Prop dan Perhutani, dinas
industri hasil hutan pemasaran hasil hutan pemasaran hasil hutan pemasaran hasil hutan pemasaran hasil hutan pemasaran hasil hutan Kabupaten Perkebunan dan
Kehutanan
b. Program rehabilitasi hutan dan lahan KPH jombang dan KPH Mojokerto 5 paket - Penanaman pohon pada 100,000,000 - Penanaman pohon pada kawasan 100,000,000 - Penanaman pohon pada 100,000,000 - Penanaman pohon pada kawasan 100,000,000 - Penanaman pohon pada kawasan 100,000,000 400,000,000 APBD Prop dan Perhutani, Dinas
kawasan hutan industri dan hutan industri dan hutan wisata kawasan hutan industri dan hutan industri dan hutan wisata hutan industri dan hutan wisata Kabupaten Perkebunan dan
hutan wisata hutan wisata Kehutanan
c. Program pengembangan ekowisata Kec. Wonosalam 5 paket - Pengembangan ekowisata dan 250,000,000 - Pengembangan ekowisata dan 250,000,000 - Pengembangan ekowisata dan 250,000,000 - Pengembangan ekowisata dan 250,000,000 - Pengembangan ekowisata dan 250,000,000 1,000,000,000 APBD Dinas Perkebunan
dan jasa lingkungan di kawasan- jasa lingkungan di kawasan jasa lingkungan di kawasan jasa lingkungan di kawasan jasa lingkungan di kawasan jasa lingkungan di kawasan Kabupaten dan Kehutanan
kawasan hutan konservasi konservasi konservasi konservasi konservasi
d. Program Pengendalian kebakaran 5 paket - Pencegahan dan pengendalian 200,000,000 - Pencegahan dan pengendalian 200,000,000 - Pencegahan dan pengendalian 200,000,000 - Pencegahan dan pengendalian 200,000,000 - Pencegahan dan pengendalian 200,000,000 800,000,000 APBD Dinas Perkebunan
hutan kebakaran hutan dan lahan kebakaran hutan dan lahan kebakaran hutan dan lahan kebakaran hutan dan lahan kebakaran hutan dan lahan Kabupaten dan Kehutanan,
Badan lingkungan
Hidup
e. Program Pengelolaan ruang terbuka Kawasan Perkotaan Setiap WP, 5 paket - Penataan RTH 200,000,000 - Penataan RTH 200,000,000 - Penataan RTH 200,000,000 - Penataan RTH 200,000,000 - Penataan RTH 200,000,000 800,000,000 APBD DPU Cipta karya,
hijau (RTH) meliputi: Perkotaan Jombang, Kabupaten tata ruang,
Perkotaan Peterongan, Perkotaan 5 paket - Pemeliharaan RTH 100,000,000 - Pemeliharaan RTH 100,000,000 - Pemeliharaan RTH 100,000,000 - Pemeliharaan RTH 100,000,000 - Pemeliharaan RTH 100,000,000 400,000,000 kebersihan dan
f. Program Pemanfaatan Potensi Kec. Kudu, Kec. Mojowarno, Kec. 5 paket - Pengembangan industri dan 100,000,000 - Pengembangan industri dan 100,000,000 - Pengembangan industri dan 100,000,000 - Pengembangan industri dan 100,000,000 - Pengembangan industri dan 100,000,000 400,000,000 APBD Dinas Perkebunan
Sumber Daya Hutan sebagai Wonosalam, Kec. Kudu, Kec. pemasaran hasil hutan pemasaran hasil hutan pemasaran hasil hutan pemasaran hasil hutan pemasaran hasil hutan Kabupaten dan Kehutanan
agroforestri Plandaan dan Kec. Kabuh
2. Program Peningkatan Ketahanan 0 APBD
Pangan pertanian/tanaman Kabupaten
perkebunan
a. Pengembangan dan rehabilitasi kawasan pertanian lahan 5 paket - Pembangunan / rehabilitasi 250,000,000 - Pembangunan / rehabilitasi 250,000,000 - Pembangunan / rehabilitasi 250,000,000 - Pembangunan / rehabilitasi 250,000,000 - Pembangunan / rehabilitasi 250,000,000 1,000,000,000 APBD Dinas Pertanian dan
kawasan yang ditetapkan sebagai basah/sawah: lahan pertanian saluran irigasi saluran irigasi saluran irigasi saluran irigasi saluran irigasi Kabupaten Ketahanan Pangan
kawasan pertanian beririgasi teknis di Kec. Mojowarno,
Kec. Wonosalam, Kec. Bareng, Kec.
Ngoro, Kec. Mojoagung, Kec.
Sumobito, Kec. Kesamben, Kec.
Kudu, Kec. Ngusikan
kawasan pertanian lahan 5 paket - Penelitian dan pengembangan 250,000,000 - Penelitian dan pengembangan 250,000,000 - Penelitian dan pengembangan 250,000,000 - Penelitian dan pengembangan 250,000,000 - Penelitian dan pengembangan 250,000,000 1,000,000,000 APBD Dinas Pertanian,
kering/tegalan yaitu berupa komoditas sumber daya pertanian sumber daya pertanian sumber daya pertanian sumber daya pertanian sumber daya pertanian Kabupaten Kantor Ketahanan
tanaman hutan (kayu) dan komoditas Pangan
perkebunan berupa tembakau, tebu,
dan pandan di Kec. Ngusikan, Kudu,
Plandaan, serta tanaman obat dan
bumbu di Kec. Bareng, Wonosalam,
Mojowarno, dan

kawasan Perkebunan tanaman 5 paket - Penelitian dan pengembangan 250,000,000 - Penelitian dan pengembangan 250,000,000 - Penelitian dan pengembangan 250,000,000 - Penelitian dan pengembangan 250,000,000 - Penelitian dan pengembangan 250,000,000 1,000,000,000 APBD Dinas Perkebunan
tahunan yaitu di Kabuh, Ngusikan, sumber daya pertanian sumber daya pertanian sumber daya pertanian sumber daya pertanian sumber daya pertanian Kabupaten dan Kehutanan
Kudu, Ploso dan Wonosalam, serta
tanaman semusim meliputi Ploso,
Kabuh, Kudu, Ngusikan, Plandaan,
Gudo, Jogoroto, Mojoagung,
Kesamben, Sumobito, Tembelang,
Diwek, Perak, Mojowarno, dan
Peteronga
b. Pengembangan kawasan yang 5 paket - Pembangunan sarana dan 500,000,000 - Pembangunan sarana dan 500,000,000 - Pembangunan sarana dan 500,000,000 - Pembangunan sarana dan 500,000,000 - Pembangunan sarana dan 500,000,000 2,000,000,000 APBD Dinas Peternakan
ditetapkan sebagai sentra prasarana pasar produksi hasil prasarana pasar produksi hasil prasarana pasar produksi hasil prasarana pasar produksi hasil prasarana pasar produksi hasil Kabupaten dan Perikanan
pengembangan peternakan peternakan peternakan peternakan peternakan peternakan
c. Program peningkatan produksi hasil 5 paket - Pembangunan sarana dan 250,000,000 - Pembangunan sarana dan 250,000,000 - Pembangunan sarana dan 250,000,000 - Pembangunan sarana dan 250,000,000 - Pembangunan sarana dan 250,000,000 1,000,000,000 APBD Dinas Peternakan
peternakan prasarana pembibitan ternak prasarana pembibitan ternak prasarana pembibitan ternak prasarana pembibitan ternak prasarana pembibitan ternak Kabupaten dan Perikanan
d. Program peningkatan pemasaran 5 paket - Promosi atas hasil produksi 200,000,000 - Promosi atas hasil produksi 200,000,000 - Promosi atas hasil produksi 200,000,000 - Promosi atas hasil produksi 200,000,000 - Promosi atas hasil produksi 200,000,000 800,000,000 APBD Dinas Pertanian,
hasil produksi pertanian/perkebunan pertanian/perkebunan unggul pertanian/perkebunan unggul pertanian/perkebunan unggul pertanian/perkebunan unggul pertanian/perkebunan unggul Kabupaten Kantor Ketahanan
daerah daerah daerah daerah daerah Pangan, Dinas
Perkebunan dan
Kehutanan
5 paket - Fasilitasi kerjasama 100,000,000 - Fasilitasi kerjasama 100,000,000 - Pembangunan pusat-pusat 500,000,000 - Pembangunan pusat-pusat 500,000,000 - Pembangunan pusat-pusat 500,000,000 1,200,000,000
regional/nasional/internasional regional/nasional/internasional etalase/promosi atas hasil etalase/promosi atas hasil etalase/promosi atas hasil
penyediaan hasil produksi penyediaan hasil produksi produksi pertanian/perkebuanan produksi pertanian/perkebuanan produksi pertanian/perkebuanan
pertanian/perkebunan pertanian/perkebunan
komplementer komplementer
2 paket - Pembangunan pusat-pusat 500,000,000 - Pembangunan pusat-pusat 500,000,000 1,000,000,000
etalase/promosi atas hasil etalase/promosi atas hasil
produksi pertanian/perkebuanan produksi pertanian/perkebuanan

3 Pengendalian Kawasan peruntukan 0 Badan lingkungan


pertambangan hidup
a. Program pembinaan dan tambang golongan C (pasir), yaitu 5 paket - Monitoring dan pengendalian 50,000,000 Pengawasan terhadap 50,000,000 - Monitoring dan pengendalian 50,000,000 - Monitoring dan pengendalian 50,000,000 - Monitoring, evaluasi dan 50,000,000 200,000,000 APBD Badan lingkungan
pengawasan bidang pertambangan disepanjang sungai Brantas, yaitu di kegiatan penambangan bahan pelaksanaan kegiatan kegiatan penambangan bahan kegiatan penambangan bahan pelaporan dampak kerusakan Kabupaten, hidup
Kec. Plandaan, Ploso, dan Kudu; galian C penambangan galian C galian C galian C lingkungan akibat keglatan Swasta
tambang Yodium yang terdapat di pertambangan rakyat
Kec. Kesamben, sumber minyak bumi
terdapat di bagian utara sungai
Brantas khususnya Kec. Plandaan
dan kaw
b. Program pengawasan dan 1 paket - Monitoring, evaluasi dan 50,000,000 50,000,000 APBD Badan Lingkungan
penertiban kegiatan rakyat yang pelaporan dampak kerusakan Kabupaten hidup
berpotensi merusak lingkungan lingkungan akibat keglatan
pertambangan rakyat
4. Pengembangan Kawasan peruntukan 0
kegiatan industri
a. Program Perencanaan, Industrial estate terdapat di Kec. Ploso 5 paket - Koordinasi perencanaan 100,000,000 - Penyusunan rencana tata 250,000,000 - Penyusunan rencana tata 250,000,000 - Penyusunan rencana tata 250,000,000 - Penyusunan rencana tata 250,000,000 850,000,000 APBD Dinas Perindustrian,
Pemanfaatan dan Pengendalian Tata penanganan pusat-pusat industri bangunan dan lingkungan bangunan dan lingkungan bangunan dan lingkungan bangunan dan lingkungan Kabupaten dan Perdagangan, Dan
Ruang Prop Koperasi
Zona industri manufaktur dan 5 paket - Penyusunan rencana detail tata 200,000,000 - Penyusunan rencana detail tata 200,000,000 - Penyusunan rencana detail tata 200,000,000 - Penyusunan rencana detail tata 200,000,000 - Penyusunan rencana detail tata 200,000,000 800,000,000
agroindustri terdapat di Kec. ruang kawasan ruang kawasan ruang kawasan ruang kawasan ruang kawasan
Mojowarno, Kec. Bandar
Kedungmulyo, Sumobito, dan
Mojoagung
5. Pengembangan dan Rehabilitasi 0
Kawasan pariwisata
a. Program Pengembangan Destinasi Rute wisata yang menghubungkan 5 paket - Pengembangan objek pariwisata 150,000,000 - Pengembangan objek pariwisata 150,000,000 - Pengembangan objek pariwisata 150,000,000 - Peningkatan pembangunan 250,000,000 - Peningkatan pembangunan 250,000,000 800,000,000 APBD Dinas Parbupora
Pariwisata Majapahit Park dengan Kabupaten unggulan unggulan unggulan sarana dan perasarana pariwisata sarana dan perasarana Kabupaten dan
Jombang meliputi : Mojopahit park - pariwisata Prop
agropolitan wonosalam - wisata religi 5 paket - Peningkatan pembangunan 250,000,000 - Peningkatan pembangunan sarana 250,000,000 - Peningkatan pembangunan 250,000,000 500,000,000 APBD Dinas Parbupora
Diwek - Wisata Kerajinan Gudo - sarana dan perasarana dan perasarana pariwisata sarana dan perasarana Kabupaten
Wisata belanja Perak dan Bandar pariwisata pariwisata
6. pengembangan dan Pengendalian 0
kawasan permukiman
a. Program Perencanaan, Kawasan strategis dan cepat tumbuh 5 paket - Penyusunan rencana tata 150,000,000 - Penyusunan rencana tata 150,000,000 - Penyusunan rencana tata 150,000,000 - Penyusunan rencana tata 150,000,000 - Penyusunan rencana tata 150,000,000 600,000,000 APBD DPU Cipta karya,
Pemanfaatan dan Pengendalian Tata bangunan dan lingkungan bangunan dan lingkungan bangunan dan lingkungan bangunan dan lingkungan bangunan dan lingkungan Kabupaten tata ruang,
Ruang kebersihan dan
pertamanan
b. Program Lingkungan Sehat Kawasan pusat pengembangan 5 paket - Penyediaan sarana air bersih 200,000,000 - Penyediaan sarana air bersih dan 200,000,000 - Penyediaan sarana air bersih dan 200,000,000 - Penyediaan sarana air bersih dan 200,000,000 - Penyediaan sarana air bersih dan 200,000,000 800,000,000 APBD DPU Cipta karya,
Perumahan perumahan dan sanitasi dasar terutama bagi sanitasi dasar terutama bagi sanitasi dasar terutama bagi sanitasi dasar terutama bagi sanitasi dasar terutama bagi Kabupaten tata ruang,
masyarakat miskin masyarakat miskin masyarakat miskin masyarakat miskin masyarakat miskin kebersihan dan
pertamanan
5 paket - Penyuluhan dan pengawasan 200,000,000 - Penyuluhan dan pengawasan 200,000,000 - Penyuluhan dan pengawasan 200,000,000 - Penyuluhan dan pengawasan 200,000,000 - Penyuluhan dan pengawasan 200,000,000 800,000,000 APBD DPU Cipta karya,
kualitas lingkungan sehat kualitas lingkungan sehat kualitas lingkungan sehat kualitas lingkungan sehat kualitas lingkungan sehat Kabupaten tata ruang,
perumahan perumahan perumahan perumahan perumahan kebersihan dan
c. Program Pengembangan 5 paket - Koordinasi penyelenggaraan 150,000,000 - Koordinasi penyelenggaraan 150,000,000 - Koordinasi penyelenggaraan 150,000,000 - Koordinasi penyelenggaraan 150,000,000 - Koordinasi penyelenggaraan 150,000,000 600,000,000 pertamanan
Perumahan pengembangan perumahan pengembangan perumahan pengembangan perumahan pengembangan perumahan pengembangan perumahan
7. Pemanfaatan ruang terbuka hijau 0 APBD
kawasan perkotaan Kabupaten
a. Program Pengelolaan ruang terbuka Pusat Perkotaan 5 paket - Penyusunan program 250,000,000 - Peningkatan peran serta 150,000,000 - Peningkatan peran serta 150,000,000 - Penyusunan program 250,000,000 - Peningkatan peran serta 150,000,000 800,000,000 APBD Badan Lingkungan
hijau (RTH) pengembangan RTH masyarakat dalam pengelolaan masyarakat dalam pengelolaan pengembangan RTH masyarakat dalam pengelolaan Kabupaten Hidup
RTH RTH RTH
2 paket - Peningkatan peran serta 150,000,000 - Peningkatan peran serta 150,000,000 300,000,000 APBD DPU Cipta karya,
masyarakat dalam pengelolaan masyarakat dalam pengelolaan Kabupaten tata ruang,
RTH RTH kebersihan dan
pertamanan,
Lingkungan Hidup
- 10 -

III. Perwujudan dan Pengembangan


A. Perwujudan dan Pengembangan
1 Program pengembangan kawasan Kawasan Strategis Cepat Tumbuh 5 paket - Penyusunan perencanaan 200,000,000 - Penyusunan perencanaan 200,000,000 - Penyusunan perencanaan 200,000,000 - Penyusunan perencanaan 200,000,000 - Penyusunan perencanaan 200,000,000 800,000,000 APBD Bappeda, DPU Cipta
strategis dan cepat tumbuh Banda Kedungmulyo dan Perak, Pengembangan Wilayah Pengembangan Wilayah Strategis Pengembangan Wilayah Pengembangan Wilayah Strategis Pengembangan Wilayah Strategis Kabupaten karya, tata ruang,
Kawasan Strategis Cepat Tumbuh Strategis dan cepat tumbuh dan cepat tumbuh Strategis dan cepat tumbuh dan cepat tumbuh dan cepat tumbuh kebersihan dan
Tembelang, dan Kawasan Strategis pertamanan
Cepat Tumbuh Ploso
2 Program pengembangan kawasan Kawasan Agropolitan Mojowarno dan 5 paket - Koordinasi penetapan rencana 200,000,000 - Koordinasi penetapan rencana 200,000,000 - Koordinasi penetapan rencana 200,000,000 - Koordinasi penetapan rencana 200,000,000 - Koordinasi penetapan rencana 200,000,000 800,000,000 APBD Prop, Bappeda Prop dan
potensial berkembang Kawasan Ekonomi Terpadu Pengembangan Wilayah Pengembangan Wilayah Strategis Pengembangan Wilayah Pengembangan Wilayah Strategis Pengembangan Wilayah Strategis APBD Kab, Dinas Pertanian
Mojoagung Strategis dan cepat tumbuh dan cepat tumbuh Strategis dan cepat tumbuh dan cepat tumbuh dan cepat tumbuh Kabupaten dan Ketahanan
Pangan
3 Program Perencanaan, Pemanfaatan 5 paket - Penyusunan kebijakan 100,000,000 - Penyusunan kebijakan 100,000,000 - Penyusunan kebijakan 100,000,000 - Penyusunan kebijakan 100,000,000 - Penyusunan kebijakan 100,000,000 400,000,000 APBD Bappeda, Badan
dan Pengendalian Tata Ruang pengendalian pemanfaatan pengendalian pemanfaatan ruang pengendalian pemanfaatan pengendalian pemanfaatan ruang pengendalian pemanfaatan ruang Kabupaten Lingkungan Hidup
ruang ruang
4 Program Perencanaan Pengembangan Perkotaan Jombang 5 paket - Koordinasi perencanaan 150,000,000 - Koordinasi perencanaan 150,000,000 - Koordinasi perencanaan 150,000,000 - Koordinasi perencanaan 150,000,000 - Koordinasi perencanaan 150,000,000 600,000,000 APBD Prop, Bappeda Prop dan
Kota menengah penanganan pusat-pusat penanganan pusat-pusat penanganan pusat-pusat penanganan pusat-pusat penanganan pusat-pusat APBD Kab, DPU Cipta
pertumbuhan ekonomi pertumbuhan ekonomi pertumbuhan ekonomi pertumbuhan ekonomi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Karya Prop dan kab
5 Program Pembangunan Prasarana dan 5 paket - Koordinasi penyelesaian 100,000,000 - Koordinasi penyelesaian 100,000,000 - Koordinasi penyelesaian 100,000,000 - Koordinasi penyelesaian 100,000,000 - Koordinasi penyelesaian 100,000,000 400,000,000 APBD Prop, DPU Cipta Karya
Fasilitas Perhubungan permasalahan transportasi permasalahan transportasi permasalahan transportasi permasalahan transportasi permasalahan transportasi APBD Prop dan kab
perkotaan perkotaan perkotaan perkotaan perkotaan Kabupaten
6 Program Penyiapan potensi 5 paket - Koordinasi perencanaan air 200,000,000 - Koordinasi perencanaan air 200,000,000 - Koordinasi perencanaan air 200,000,000 - Koordinasi perencanaan air 200,000,000 - Koordinasi perencanaan air 200,000,000 800,000,000 APBD Bappeda dan DPU
sumberdaya, sarana dan prasarana minum, drainase dan sanitasi minum, drainase dan sanitasi minum, drainase dan sanitasi minum, drainase dan sanitasi minum, drainase dan sanitasi Kabupaten Cipta Karya
daerah perkotaan perkotaan perkotaan perkotaan perkotaan
B. Pengembangan dan pengendalian
1 Program perencanaan pembangunan Kawasan Desa-desa Tertinggal di 5 paket - Penyusunan perencanaan 150,000,000 - Penyusunan perencanaan 150,000,000 - Penyusunan perencanaan 150,000,000 - Penyusunan perencanaan 150,000,000 - Penyusunan perencanaan 150,000,000 600,000,000 APBD Prop, Bappeda Prop dan
ekonomi Kec. Ngoro, Mojowarno, Bareng, pengembangan ekonomi pengembangan ekonomi pengembangan ekonomi pengembangan ekonomi pengembangan ekonomi APBD Kab, DPU Cipta
Sumobito, Megaluh, Kudu, Ngusikan, masyarakat masyarakat masyarakat masyarakat masyarakat Kabupaten Karya Prop dan kab
Ploso, Kabuh dan Plandaan

Kawasan Cagar Budaya Ibukota 5 paket - Koordinasi perencanaan 250,000,000 - Koordinasi perencanaan 250,000,000 - Koordinasi perencanaan 250,000,000 - Koordinasi perencanaan 250,000,000 - Koordinasi perencanaan 250,000,000 1,000,000,000 APBN, APBD Bappeda, Parbupora,
Mojopahit meliputi Kec. Sumobito,Kec. pembangunan bidang sosial dan pembangunan bidang sosial dan pembangunan bidang sosial dan pembangunan bidang sosial dan pembangunan bidang sosial dan Kabupaten Departemen PU
Mojoagung dan Kec. Mojowarno budaya budaya budaya budaya budaya

Kawasan strategis budaya Diwek 5 paket - Penyusunan masterplan 200,000,000 - Penyusunan masterplan 200,000,000 - Penyusunan masterplan 200,000,000 - Penyusunan masterplan 200,000,000 - Penyusunan masterplan 200,000,000 800,000,000 APBN, APBD Dinas Pendidikan
pembangunan ekonomi daerah pembangunan ekonomi daerah pembangunan ekonomi daerah pembangunan ekonomi daerah pembangunan ekonomi daerah Kabupaten dan Departemen
agama
2 Program pembangunan infrastruktur 10 paket - Pembangunan jalan dan 250,000,000 - Pembangunan jalan dan jembatan 250,000,000 - Pembangunan jalan dan 250,000,000 - Pembangunan jalan dan 250,000,000 - Pembangunan jalan dan 250,000,000 1,000,000,000 APBD DPU Cipta karya
perdesaaan jembatan jembatan jembatan jembatan Kabupaten
3 Program perencanaan prasarana 5 paket - pemeliharaan jalan dan 250,000,000 - pemeliharaan jalan dan jembatan 250,000,000 - pemeliharaan jalan dan 250,000,000 - pemeliharaan jalan dan jembatan 250,000,000 - pemeliharaan jalan dan jembatan 250,000,000 1,000,000,000 APBD DPU Cipta karya
wilayah dan sumber daya alam jembatan jembatan Kabupaten
4 Program Pemberdayaan Kelembagaan 5 paket - Pemberdayaan Lembaga dan 250,000,000 - Pemberdayaan Lembaga dan 250,000,000 - Pemberdayaan Lembaga dan 250,000,000 - Pemberdayaan Lembaga dan 250,000,000 - Pemberdayaan Lembaga dan 250,000,000 1,000,000,000 APBD Bappeda,
Kesejahteraan Sosial Organisasi Masyarakat Pedesaan Organisasi Masyarakat Pedesaan Organisasi Masyarakat Pedesaan Organisasi Masyarakat Pedesaan Organisasi Masyarakat Pedesaan Kabupaten Pemberdayaan
Masyarakat dan
Desa
C. Pengembangan dan pengendalian
1 Program perencanaan pembangunan Daerah rawan bencana di kecamatan 5 paket - Koordinasi penyusunan profile 100,000,000 - Koordinasi pembangunan daerah 200,000,000 - Koordinasi pembangunan daerah 200,000,000 - Koordinasi pembangunan daerah 200,000,000 - Koordinasi pembangunan daerah 200,000,000 700,000,000 APBD Bappeda, Badan
daerah rawan bencana Plandaan, Kabuh, Wonosalam, daerah rawan bencana rawan bencana rawan bencana rawan bencana rawan bencana Kabupaten Lingkungan hidup
Bareng, Mojoagung 1 paket - Koordinasi pembangunan daerah 200,000,000 200,000,000
rawan bencana
2 Program Perlindungan dan Konservasi Sungai Brantas, Waduk Beng, dan 5 paket - Koordinasi penyusunan 200,000,000 - Konservasi Sumber Daya Air dan 250,000,000 - Konservasi Sumber Daya Air dan 250,000,000 - Konservasi Sumber Daya Air dan 250,000,000 - Konservasi Sumber Daya Air dan 250,000,000 950,000,000 APBN, APBD Departemen PU, PU
Sumber Daya Alam Waduk Jarak masterplan pengendalian Pengendalian Kerusakan Sumber- Pengendalian Kerusakan Sumber- Pengendalian Kerusakan Sumber- Pengendalian Kerusakan Sumber- Kabupaten Prop,
sumber daya alam dan Sumber Air Sumber Air Sumber Air Sumber Air
lingkungan hidup
Kawasan Agroforestri Wonosalam, 1 paket - Konservasi Sumber Daya Air dan 250,000,000 250,000,000 APBD prop, Dinas Kehutanan
dan Tahura R. Suryo Pengendalian Kerusakan Sumber- APBD Kab Prop dan Kab
Sumber Air
B Pengembangan dan pengendalian
1 Perwujudan Konservasi Zona Kec. Kabuh, Desa Manduro 5 paket - Penyusunan kebijakan 150,000,000 - Penyusunan prosedur dan manual 150,000,000 - Penyusunan prosedur dan 150,000,000 - Penyusunan prosedur dan manual 150,000,000 - Penyusunan prosedur dan 150,000,000 600,000,000 APBD Bappeda
Pertahanan, Zona Penyangga dan pengendalian pemanfaatan pengendalian pemanfaatan ruang manual pengendalian pengendalian pemanfaatan ruang manual pengendalian Kabupaten
pengendalian pemanfaatan ruang ruang pemanfaatan ruang pemanfaatan ruang
kawasan budidaya disekitarnya melalui 1 paket - Penyusunan prosedur dan 150,000,000 150,000,000
Program Perencanaan, Pemanfaatan manual pengendalian
dan Pengendalian Tata Ruang pemanfaatan ruang

Sumber : Penyusunan Program Kerja Dinas Terkait


- 11 -

Tabel 6.2.
Indikasi Program Tahap II – IV (Tahun 2015 – 2029)
Kabupaten Jombang

TAHAPAN
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PEMBIAYAAN INSTANSI PELAKSANA
2015-2019 2020-2024 2025-
2029
I. Perwujudan Struktur Ruang
1. Perwujudan Sistem Perdesaan
A. Perwujudan fungsi kawasan perdesaan. Kawasan Pedesaan Pertanian meliputi desa-desa
Kecamatan Ngoro, Mojowarno, Bareng, Wonosalam,
Mojoagung, Sumobito, Diwek
Kawasan Pedesaan industri meliputi kawasan
perdesaan Kecamatan Mojowarno, Wonosalam, Gudo
dan Sumobito.
1 Program Perencanaan, Pemanfaatan dan Pengendalian APBD Kabupaten Bappeda √ √ √
Tata Ruang
2 Program Penyiapan potensi sumberdaya, sarana dan APBD Kabupaten Dinas Cipta Karya dan Tata √
prasarana daerah Ruang, Dinas Bina marga dan
pengairan, Bappeda
3 Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi APBD Kabupaten, swasta Bappeda √

4 Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi APBD Kabupaten, swasta Bappeda, Dinas Pertanian dan √ √
Investasi Ketahanan Pangan, Dinas
Peternakan dan Perikanan;
Penanaman Modal Daerah
5 Program peningkatan kapasitas kelembagaan APBD Kabupaten Bappeda √ √ √
perencanaan pembangunan daerah

B. Pengembangan sistem pusat-pusat pelayanan perdesaan Desa Pusat Pertumbuhan meliputi: Desa Sidowarek
Kecamatan Ngoro;Desa Blimbing Kecamatan
Gudo;Desa Grogol Kecamatan Diwek;Desa
Panglungan Kecamatan Wonosalam;Desa Selorejo
Kecamatan Mojowarno; Desa Klitih dan Tondowulan
Kecamatan Plandaan; Desa Ngampel Kecamatan
Ngusikan;Desa Sumbersari Kecamatan Megaluh;Desa
Curah Malang Kecamatan Sumobito
1 Program Pengembangan Perumahan Desa Pusat Pertumbuhan dan Kawasan Strategis APBD Kabupaten, swasta Bappeda, Dinas Cipta Karya dan √ √
Agropolitan Mojowarno, serta agrowisata Wonosalam Tata Ruang
2 Program Lingkungan Sehat Perumahan APBD Kabupaten Bappeda, Dinas Cipta Karya dan √ √ √
Tata Ruang
3 Program pembangunan infrastruktur perdesaaan APBD Kabupaten Bappeda, Dinas Cipta Karya dan √ √
Tata Ruang
- 12 -

TAHAPAN
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PEMBIAYAAN INSTANSI PELAKSANA
2015-2019 2020-2024 2025-
2029
C. Pengembangan Sistem Agropolitan a. SKPP I meliputi SSWP Mojowarno: Mojowarno,
Wonosalam, Bareng, Ngoro.
b. SKPP II meliputi SSWP Mojoagung: Mojoagung,
Sumobito, dan Kesamben.
c. SKPP III meliputi SSWP Ploso: Kecamatan Kudu,
Ngusikan, Kabuh, dan Plandaan

1 Program pengembangan sistem kegiatan APBD Kabupaten Bappeda Kab √


2 Program pembangunan infrastruktur perdesaaan APBD Kabupaten Bappeda, Dinas Cipta Karya dan √ √
Tata Ruang, Dinas Bina marga
dan pengairan
3 Program peningkatan pemasaran hasil produksi APBD Kabupaten dan Dinas Perkebunan dan √ √
pertanian/perkebunan APBD Provinsi Kehutanan, Dinas Perindustrian,
Perdagangan, Dan Koperasi
4 Program penciptaan iklim Usaha Kecil Menengah yang APBD Kabupaten, Swasta Bappeda, Dinas Perindustrian, √ √ √
kondusif Perdagangan, Dan Koperasi
5 Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi APBD Kabupaten, Swasta Bappeda, Dinas Perindustrian, √ √ √
Usaha Mikro Kecil Menengah Perdagangan, Dan Koperasi
6 Program Peningkatan Kesejahteraan Petani APBD Kabupaten Bappeda, Pemberdayaan √ √
Masyarakat dan Desa
7 Program pengembangan lembaga ekonomi pedesaan APBD Kabupaten Bappeda, Pemberdayaan √ √
Masyarakat dan Desa
2. Perwujudan Sistem Perkotaan
A. Perwujudan Fungsi Kawasan Perkotaan PKL terdapat di Jombang, Mojoagung, Mojowarno,
Ploso dan Bandarkedungmulyo;
Perkotaan menengah dan perkotaan kecil Setiap
SSWP, meliputi: Perkotaan Jombang, Perkotaan
Peterongan, Perkotaan Jogoroto, Perkotaan Diwek,
Perkotaan Tembelang, Perkotaan Ploso, Perkotaan
Plandaan, Perkotaan Kabuh, Perkotaan Ngusikan,
Perkotaan Kudu, Perkotaan Mojoagung, Perkotaan
Sumobito, Perkotaan Kesamben, Perkotaan
Mojowarno, Perkotaan Ngoro, Perkotaan Bareng,
Perkotaan Wonosalam, Perkotaan Bandar
Kedungmulyo, Perkotaan Perak, Perkotaan Gudo,
Perkotaan Megaluh
1 Program Penyiapan potensi sumberdaya, sarana dan Pusat Distribusi hasil perkebunan dan kehutanan di √
prasarana daerah Perkotaan Ploso
Pusat pelayanan kegiatan koleksi dan distribusi √
barang dan jasa yang membentuk kegiatan ekonomi Penanaman Modal Daerah, Dinas
APBD Kabupaten, APBD
terpadu Mojoagung Perindustrian, Perdagangan, Dan
Provinsi, Swasta
Koperasi
Pusat Kegiatan Lokal terdapat di Jombang, √
Mojoagung, Mojowarno, Ploso dan
Bandarkedungmulyo
B. Penataan pusat pemukiman perkotaan Lampiran pusat permukiman perkotaan
- 13 -

TAHAPAN
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PEMBIAYAAN INSTANSI PELAKSANA
2015-2019 2020-2024 2025-
2029
1 Pengembangan baru kawasan Pengembangan perumahan di kawasan Strategis APBD Kabupaten, APBD Dinas Cipta Karya dan Tata √
Cepat Tumbuh Tembelang, Bandar Kedungmulyo, Provinsi, Swasta Ruang, Bappeda Kab, Bappeda
Perak dan Ploso; kawasan ekonomi terpadu Prop
Mojoagung; Kawasan strategis budaya di Gudo
2 Perbaikan Kawasan Perkotaan APBD Kabupaten Dinas Cipta karya, tata ruang, √ √
kebersihan dan pertamanan
3. Perwujudan Sistem Transportasi
A. Pemantapan Jaringan Jalan Bebas Hambatan Rencana jalan tol Kertosono-Nganjuk-Mojokerto
melalui Kecamatan Kesamben, Kecamatan
Peterongan, Kecamatan Tembelang, Kecamatan
Jombang, Kecamatan Megaluh, dan Kecamatan
Bandar Kedungmulyo
1 Program Pembangunan Jalan dan Jembatan Jalan tol dan interchange TOL di Kecamatan APBN Departemen PU, Dinas Cipta √ √ √
Bandarkedungmulyo dan Kecamatan Tembelang Karya Prop
2 Program peningkatan dan pengamanan lalu lintas APBN Departemen PU, Dinas Cipta √ √ √
Karya Prop
3 Program Pembangunan saluran drainase/gorong-gorong APBN Departemen PU, Dinas Cipta √ √ √
Karya Prop
B. Pemantapan Jaringan Jalan Arteri
1 Program Pembangunan Jalan dan Jembatan Jalan lingkar perkotaan Mojoagung √ √
Rencana jaringan jalan lingkar luar wilayah kabupaten √ √
Jombang yang menghubungkan antar Perkotaan APBD Provinsi Dinas Cipta Karya Prop
Ploso - Perkotaan Mojoagung - Perkotaan Mojowarno
- Perkotaan Perak.
2 Program Pembangunan saluran drainase/gorong-gorong APBD Kabupaten Dinas Cipta Karya Kab √
3 Program rehabilitasi/pemeliharaan Jalan dan Jembatan Jalan Arteri Mojokerto - Jombang – Nganjuk, yang APBD Kabupaten, APBD Dinas Cipta Karya Prop dan Kab √ √
melalui Kecamatan Mojoagung, Kecamatan Sumobito, Provinsi
Kecamatan Peterongan, Kecamatan Jombang,
Kecamatan Perak dan Kecamatan Bandar
Kedungmulyo.
C. Pemantapan Jaringan Jalan Kolektor
1 Program Pembangunan Jalan dan Jembatan Jaringan jalan lingkar luar Perkotaan Jombang yang √
menghubungkan Tembelang, Peterongan dan Diwek
dengan perkotaan Jombang. APBD Provinsi dan APBD Bappeda Prop dan Kab; Dinas
Jaringan jalan lingkar luar pada Perkotaan Mojoagung Kabupaten Cipta Karya Prop dan Kabupaten √
yang menghubungkan Mojoagung dengan Sumobito.
2 Program peningkatan dan pengamanan lalu lintas APBD Kabupaten Dinas Perhubungan Dan Lalu √ √
Lintas dan Angkutan Jalan
(DLLAJ)
3 Program Pembangunan saluran drainase/gorong-gorong APBD Kabupaten Dinas Cipta Karya Kab √

4 Program rehabilitasi/pemeliharaan Jalan dan Jembatan Jaringan jalan yang menghubungkan Malang - APBD Provinsi dan APBD Dinas Cipta Karya Prop dan Kab √ √
Jombang, yang melalui kecamatan Ngoro, Kecamatan Kabupaten
Diwek, Kecamatan Jombang,
- 14 -

TAHAPAN
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PEMBIAYAAN INSTANSI PELAKSANA
2015-2019 2020-2024 2025-
2029
menghubungkan Jombang – Lamongan – Tuban yang √ √
melalui Kecamatan Tembelang, Kecamatan Ploso dan
Kecamatan Kabuh.
menghubungkan Jombang – Kediri yang melalui √ √
kecamatan Ngoro dan Gudo.
D. Pemantapan jaringan Jalan Lokal
1 Program Pembangunan Jalan dan Jembatan jembatan penghubung yang menghubungkan Megaluh √
– Plandaan dan Ngusikan - Kesamben. Dinas Cipta Karya Kab, Dinas
jembatan penghubung yang menghubungkan Bandar APBD Kabupaten Perhubungan Dan Lalu Lintas √
Kedungmulyo dan Perak dengan Megaluh dan Gudo dan Angkutan Jalan (DLLAJ)
dengan rencana pembangunan .
2 Program peningkatan dan pengamanan lalu lintas APBD Kabupaten Dinas Perhubungan Dan Lalu √ √
Lintas dan Angkutan Jalan
(DLLAJ)
3 Program Pembangunan saluran drainase/gorong-gorong APBD Kabupaten Dinas Cipta Karya Kab √
4 Program rehabilitasi/pemeliharaan Jalan dan Jembatan Jalan lokal primer yang menghubungkan antar pusat APBD Kabupaten Dinas Cipta Karya Kab √ √
SSWP dan Ibukota Kecamatan yang terdapat di
kabupaten Jombang.
lampiran Jalan lokal primer yang menghubungkan
antara perkotaan – Desa Pusat Pertumbuhan.
E. Penataan jaringan Jalan Kereta Api
1 Program Pembangunan Jalan dan Jembatan Rencana kereta api komuter, yaitu Surabaya – √ √
Mojokerto – Jombang.
Rencana jalur double track Surabaya – Jombang. APBN, APBD Provinsi, Departemen PU, Dinas PU Prop, √ √
2 Program rehabilitasi/pemeliharaan Jalur kereta api Jalur kereta pai regional melewati Sumobito, BUMN PT KAI √ √
Peterongan, Jogoroto, Jombang, Diwek, PerakBandar
Kedungmulyo
F. Pengembangan Jaringan Jalan Kawasan Perkotaan
1 Program Pembangunan Jalan dan Jembatan Jaringan jalan lingkar luar Perkotaan Jombang yang √ √
menghubungkan Tembelang, Peterongan dan Diwek
dengan perkotaan Jombang.
Jaringan jalan lingkar luar pada Perkotaan Mojoagung √ √
yang menghubungkan Mojoagung dengan Sumobito.
Peningkatan jaringan jalan yang menghubungkan √ √
Perkotaan Ploso - Ngusikan - Kudu – Kabuh.
APBD Provinsi dan APBD Dinas Cipta Karya dan Bina
Peningkatan sistem jaringan jalan yang Kabupaten Marga Kab √ √
menghubungkan Perkotaan Mojowarno - Ngoro -
Bareng – Wonosalam.

Sistem pergerakan yang menghubungkan Perkotaan √ √


Bandar Kedungmulyo dan Perak dengan Megaluh dan
Gudo dengan rencana pembangunan jembatan
penghubung.
2 Program Pembangunan saluran drainase/gorong-gorong APBD Kabupaten Dinas Bina Marga Kab √ √
3 Program rehabilitasi/pemeliharaan Jalan dan Jembatan APBD Kabupaten Dinas Cipta Karya dan Bina √ √
Marga Kab
- 15 -

TAHAPAN
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PEMBIAYAAN INSTANSI PELAKSANA
2015-2019 2020-2024 2025-
2029
4 Pengembangan Sistem angkutan umum Perkotaan APBD Kabupaten Dinas Perhubungan Dan Lalu √ √
Lintas dan Angkutan Jalan
(DLLAJ)
G. Pengembangan Jaringan Jalan Kawasan Perdesaan
1 Program Pembangunan Jalan dan Jembatan Rencana pembangunan jalan raya yang APBD Kabupaten Dinas Cipta Karya dan Bina √ √
menghubungkan perdesaan dan perkotaan pada Marga Kab
desa-desa yang memiliki potensi ekonomi pertanian
yang tinggi yakni : Desa Sidowarek Kecamatan Ngoro,
Desa Blimbing Kecamatan Gudo, Desa Grogol
Kecamatan Diwek, Desa Panglungan Kecamatan
Wonosalam, Desa Selorejo Kecamatan Mojowarno,
Desa Klitih dan Tondowulan Kecamatan Plandaan,
Desa Ngampel Kecamatan Ngusikan, Desa
Sumbersari Kecamatan Megaluh, dan Desa Curah
Malang Kecamatan Sumobito
2 Program rehabilitasi/pemeliharaan Jalan dan Jembatan APBD Kabupaten Dinas Cipta Karya dan Bina √
Marga Kab
3 Pengembangan Sistem angkutan umum Perdesaan APBD Kabupaten Dinas Perhubungan Dan Lalu √
Lintas dan Angkutan Jalan
(DLLAJ)

H. Sistem Sarana dan Prasarana Transportasi


1 Program Pembangunan Sarana dan Prasarana
Perhubungan
a. Terminal Penumpang Terminal penumpang skala regional Tipe B di √
Kecamatan Mojoagung
Sub terminal penumpang skala kota terdiri dari √
Kecamatan Diwek, Kecamatan Ploso, Kecamatan
Mojowarno, Kecamatan Jombang dan Kecamatan
Bandar Kedungmulyo.
b. Terminal cargo Terminal cargo di Kecamatan Mojowarno, Kecamatan √
Mojoagung, dan Kecamatan Kabuh
Dinas Cipta Karya Prop dan Kab,
c. Rest Area Rest Area di Sepanjang jalur tol, jalan arteri primer Dinas Perhubungan Dan Lalu √
dan jalur wisata di Wonosalam Lintas dan Angkutan Jalan
d. Frontage Rencana frontage di Sepanjang jalan Tol yaitu (DLLAJ) √
kecamatan Sumobito, Kecamatan Peterongan, APBD Provinsi dan APBD
Kecamatan Jombang, Kecamatan Perak, dan Kabupaten
Kecamatan Bandar Kedungmulyo
Rencana frontage di sepanjang Rel kereta api yaitu √
Kecamatan Kesamben, Kecamatan Peterongan,
Kecamatan Tembelang, Kecamatan Jombang,
Kecamatan Megaluh, dan Kecamatan Bandar
Kedungmulyo
- 16 -

TAHAPAN
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PEMBIAYAAN INSTANSI PELAKSANA
2015-2019 2020-2024 2025-
2029
Rencana frontage di kawasan pengendalian ketat √ √
Ekonomi Terpadu Mojoagung
e. Pergudangan Sentra pergudangan di Mojoagung, Mojowarno, √
Perak, Kabuh, Ploso

2 Program rehabilitasi/pemeliharaan Sarana dan Prasarana APBD Kabupaten Dinas Cipta Karya Kab √
Perhubungan
4. Perwujudan Prasarana lainnya
A. Pengembangan Prasarana Sumber Daya Air
1 Program pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, Waduk Beng di Desa Klitih Kecamatan Plandaan dan APBD Provinsi dan APBD Dinas Bina marga dan pengairan √
rawa dan jaringan pengairan lainnya Waduk Jarak di Desa Jarak Kecamatan Wonoasalam; Kabupaten
jaringan irigasi Papar-Turi-Peterongan (Pari-Terong)
2 Program penyediaan dan pengolahan air baku Sumber mata air yang berlokasi di Desa Jipurapah APBD Kabupaten, BUMN Dinas Bina marga dan pengairan, √ √
Kecamatan Plandaan, Desa Tanjung Wadung PDAM
Kecamatan Kabuh, Desa Japanan Kecamatan
Mojowarno, Desa Wonosalam Kecamatan
Wonosalam, Desa Kedung Lumpang Kecamatan
Mojoagung, Desa Carang Wulung dan Desa
Panglungan Kecamatan Wonosalam
3 Program pengembangan kinerja pengelolaan air minum APBD Kabupaten, BUMN Dinas Bina marga dan pengairan, √ √ √
PDAM
4 Program pengendalian banjir dan Daya Rusak Air APBD Kabupaten Dinas Bina marga dan pengairan √
5 Program pengembangan, pengelolaan dan konversi APBD Kabupaten Dinas Bina marga dan pengairan, √ √
sungai, waduk dan sumber daya air lainnya Lingkungan Hidup
B. Penataan Prasarana Telematika
Peningkatan kebutuhan dan pelayanan masyarakat
1 Program pengembangan dan pengelolaan jaringan tetap; APBD Kabupaten, BUMN, Dinas Cipta Karya kabupaten, √
Swasta Telkom
2 Program pengembangan dan pengelolaan jaringan APBD Kabupaten, BUMN, Dinas Cipta Karya kabupaten, √
bergerak Swasta Telkom
3 Program Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Media APBD Kabupaten, BUMN, Dinas Cipta Karya kabupaten, √
Massa Swasta Telkom
C. Prasarana Energi/ Listrik
1 Program Pengembangan kelistrikan wilayah pengembangan kelistrikan di kawasan industri Ploso, APBD Kabupaten, BUMN Dinas Cipta Karya kabupaten, √
Bandar Kedungmulyo, dan Zona industri di Sumobito; PLN
Rencana pipa gas pada Kecamatan Ploso, Bandar
Kedungmulyo, Perak, Peterongan, Sumobito, dan
Mojoagung
2 Program pembinaan bidang ketenagalistrikan APBD Kabupaten, BUMN Dinas Cipta Karya kabupaten, √
PLN
D. Jaringan Prasarana Lingkungan
Sistem jaringan persampahan;
1 Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan pengembangan lokasi TPA di Kabuh, Wonosalam APBD Kabupaten Dinas Cipta karya, tata ruang, √
Persampahan dan Diwek kebersihan dan pertamanan,
Lingkungan Hidup
- 17 -

TAHAPAN
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PEMBIAYAAN INSTANSI PELAKSANA
2015-2019 2020-2024 2025-
2029
2 Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan APBD Kabupaten Dinas Cipta karya, tata ruang, √ √ √
Lingkungan Hidup kebersihan dan pertamanan,
Lingkungan Hidup
Sistem jaringan Drainse
1 Program pengembangan dan pengelolaan jaringan APBD Kabupaten Dinas Bina marga dan pengairan √ √
2 Program Pembangunan saluran drainase/gorong-gorong APBD Kabupaten Dinas Bina marga dan pengairan √ √
3 Program pengendalian banjir pengembangan jaringan drainase di desa Mojoduwur, APBD Kabupaten Dinas Bina marga dan pengairan, √
Japanan, dan Penggaran Kecamatan Mojowarno Lingkungan Hidup
Sistem jaringan limbah
1 Program mengembangkan sistem setempat yang APBD Kabupaten Dinas Bina marga dan pengairan, √ √
diarahkan pada sistem publik Lingkungan Hidup
2 Program pengembangan kinerja pengelolaan penanganan APBD Kabupaten Dinas Bina marga dan pengairan, √ √
air limbah dari kegiatan industri, rumah sakit, hotel, Lingkungan Hidup
restoran dan rumah tangga
II. Perwujudan Pola Ruang
1. Perwujudan Kawasan Lindung
1 Program Pengembangan data/informasi kawasan lindung APBD Kabupaten Bappeda kabupaten
2 Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam
a. Pelestarian Taman Hutan Raya Hutan Tahura R. Suryo. √ √ √
b. Kawasan hutan produksi KPH Gedangan Kecamatan Wonosalam APBD Provinsi dan APBD Perhutani, Bappeda, perkebunan √
c. Kawasan resapan air Kecamatan Kabuh, Kecamatan Ploso, Kecamatan Kabupaten dan kehutanan Prop dan kab √
Kudu dan Kecamatan Ngusikan
d. Hutan Kota √
3 Program pengembangan, pengelolaan dan konversi
sungai, waduk dan sumber daya air lainnya
a. Sungai Sungai Brantas, Konto, Jarak, Pakel, Gunting, √ √
Marmoy, Beng, dan Ngotok Ring Kanal;
APBD Provinsi dan APBD Dinas Bina marga dan pengairan
b. Waduk/embung dan waduk Beng di Desa Klitih Kecamatan Plandaan, √ √
Kabupaten Prop, dan Kab
waduk Jarak di Desa Jarak Kecamatan Wonosalam,
serta waduk/embung lainnya
c. Mata air 11 (sebelas) mata air dan tersebar di Kecamatan
Plandaan, Kabuh, dan Wonosalam
4 Pembangunan sarana dan prasarana sumber daya air. APBD Kabupaten, BUMN Dinas Bina marga dan pengairan √
Kab, Lingkungan hidup dan
PDAM
5 Program Pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH) APBD Kabupaten Dinas Cipta karya, tata ruang, √
kebersihan dan pertamanan
6 Program Pengelolaan Kekayaan Budaya Makam KH. Hasyim Asy’ari, Makam KH. Wachid APBD Kabupaten Dinas Kebudayaan dan √ √
Hasyim, Makam Sayyid Sulaiman, Sendang Made, Pariwisata
Candi Arimbi, Kelenteng Hok San Kiong, Gereja
Mojowarno, dan Goa Sigolo-golo
7 Program Pengembangan kawasan cagar budaya Kerajaan majapahit meliputi Kecamatan Sumobito, APBD Kabupaten Dinas Kebudayaan dan √ √
Kecamatan Mojoagung hingga Desa Japanan, Pariwisata
Kecamatan Mojowarno
- 18 -

TAHAPAN
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PEMBIAYAAN INSTANSI PELAKSANA
2015-2019 2020-2024 2025-
2029
8 Program perencanaan pembangunan daerah rawan Bareng, Kabuh, Mojoagung, Mojowarno, Plandaan, APBD Kabupaten Bappeda, Dinas PU, lingkungan √ √ √
bencana Wonosalam, dan Sumobito hidup
9 Program pengendalian banjir Desa Mojoduwur, Desa Japanan, Desa Penggaron APBD Kabupaten Dinas PU Bina Marga, lingkungan √
Kecamatan Mojowarno; serta bagian utara sungai hidup
Brantas yakni Kecamatan Mojowarno, ploso,
Kecamatan Plandaan, Kecamatan Kudu, dan
Kecamatan Ngusikan
10 Program pengendalian rawan bencana kegagalan peleburan kuningan dan aluminium yang ada di Desa APBD Kabupaten Dinas PU, lingkungan hidup, √ √
teknologi Kendalsari Kecamatan Sumobito dan Kesamben; Dinas Perindustrian
serta Kecamatan Ploso sebagai kawasan industri
realestate dan Bandar Kedungmulyo sebagai lokasi
industri menengah
11 Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber APBD Kabupaten Lingkungan hidup, Dis Energi dan √
daya Alam Sumberdaya Mineral
12 Program Konservasi lahan kritis APBD Kabupaten Lingkungan hidup √ √
13 Program Penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan APBD Kabupaten BPN √ √
dan pemanfaatan tanah
14 Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang APBD Kabupaten Bappeda, lingkungan hidup √
2. Perwujudan Kawasan Budidaya
1. Pengembangan dan Rehabilitasi Peruntukan Sektor Hutan
Produksi
a. Program pembinaan dan penertiban industri hasil hutan KPH jombang dan KPH Mojokerto APBD Prop dan Perhutani, dinas Perkebunan dan √
Kabupaten Kehutanan
b. Program rehabilitasi hutan dan lahan KPH jombang dan KPH Mojokerto APBD Prop dan Perhutani, dinas Perkebunan dan √ √
Kabupaten Kehutanan
c. Program pengembangan ekowisata dan jasa lingkungan Kecamatan Wonosalam APBD Kabupaten Dinas Perkebunan dan √ √
di kawasan-kawasan hutan Kehutanan
d. Program Pengendalian kebakaran hutan APBD Kabupaten Dinas Perkebunan dan √ √
Kehutanan, lingkungan Hidup
e. Program Pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH) APBD Kabupaten Dinas Cipta karya, tata ruang, √ √
kebersihan dan pertamanan,
Lingkungan hidup, Perkebunan
dan Kehutanan
f. Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan Kecamatan Kudu, Kecamatan Mojowarno, Kecamatan APBD Kabupaten Dinas Perkebunan dan √ √
sebagai agroforestri Wonosalam, Kecamatan Kudu, Kecamatan Plandaan Kehutanan
dan Kecamatan Kabuh

2. Program Peningkatan Ketahanan Pangan APBD Kabupaten


pertanian/tanaman perkebunan
- 19 -

TAHAPAN
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PEMBIAYAAN INSTANSI PELAKSANA
2015-2019 2020-2024 2025-
2029
a. Pengembangan dan rehabilitasi kawasan yang kawasan pertanian lahan basah/sawah: lahan APBD Kabupaten Dinas Pertanian dan Ketahanan √ √
ditetapkan sebagai kawasan pertanian pertanian beririgasi teknis di Kecamatan Mojowarno, Pangan
Kecamatan Wonosalam, Kecamatan Bareng,
Kecamatan Ngoro, Kecamatan Mojoagung,
Kecamatan Sumobito, Kecamatan Kesamben,
Kecamatan Kudu, Kecamatan Ngusikan, Kecamatan
Kabuh, Kecamatan Plandaan, dan Kecamatan
Bandarkedungmulyo

kawasan pertanian lahan kering/tegalan yaitu berupa APBD Kabupaten Dinas Pertanian dan Ketahanan √ √
komoditas tanaman hutan (kayu) dan komoditas Pangan
perkebunan berupa tembakau, tebu, dan pandan di
Kecamatan Ngusikan, Kudu, Plandaan, serta tanaman
obat dan bumbu di Kecamatan Bareng, Wonosalam,
Mojowarno, dan Mojoagung.

kawasan Perkebunan tanaman tahunan yaitu di APBD Kabupaten Dinas Perkebunan dan √ √
Kabuh, Ngusikan, Kudu, Ploso dan Wonosalam, serta Kehutanan
tanaman semusim meliputi Ploso, Kabuh, Kudu,
Ngusikan, Plandaan, Gudo, Jogoroto, Mojoagung,
Kesamben, Sumobito, Tembelang, Diwek, Perak,
Mojowarno, dan Peterongan.
kawasan peternakan meliputi: APBD Kabupaten Dinas Peternakan dan Perikanan √ √
Ternak besar jenis sapi potong di Kudu, Kabuh,
Bareng dan Plandaan, sedangkan jenis sapi perah di
Wonosalam, Ngoro, Diwek, dan Mojoagung
Ternak Kecil (Kambing dan Domba), meliputi
Kesamben, Tembelang, Kudu, Plandaan, Wonosalam
dan Ngusikan.
Unggas (Ayam Petelur, Ayam Potong, Itik) yakni di
Plandaan, Kudu, Ngusikan dan Kabuh.

kawasan perikanan meliputi Diwek, Ngoro, Perak, dan APBD Kabupaten Dinas Peternakan dan Perikanan √ √
Kecamatan Bandar Kedungmulyo
b. Pengembangan kawasan yang ditetapkan sebagai APBD Kabupaten Dinas Peternakan dan Perikanan √
sentra pengembangan peternakan
c. Program peningkatan produksi hasil peternakan APBD Kabupaten Dinas Peternakan dan Perikanan √
c. Program peningkatan pemasaran hasil produksi APBD Kabupaten Dinas Pertanian dan Ketahanan √ √
pertanian/perkebunan Pangan, Dinas Perkebunan dan
Kehutanan
d. Program peningkatan penerapan teknologi APBD Kabupaten Dinas Pertanian dan Ketahanan √ √
pertanian/perkebunan Pangan, Dinas Perkebunan dan
Kehutanan
3 Pengendalian Kawasan peruntukan pertambangan
- 20 -

TAHAPAN
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PEMBIAYAAN INSTANSI PELAKSANA
2015-2019 2020-2024 2025-
2029
a. Program pembinaan dan pengawasan bidang tambang golongan C (pasir), yaitu disepanjang sungai APBD Kabupaten, Swasta Dis Energi dan Sumberdaya √ √
pertambangan Brantas, yaitu di Kecamatan Plandaan, Ploso, dan Mineral, lingkungan hidup
Kudu; tambang Yodium yang terdapat di Kecamatan
Kesamben, sumber minyak bumi terdapat di bagian
utara sungai Brantas khususnya Kecamatan Plandaan
dan kawasan kawasan Blok Gunting
b. Program pengawasan dan penertiban kegiatan rakyat APBD Kabupaten Lingkungan hidup √ √
yang berpotensi merusak lingkungan
4. Pengembangan Kawasan peruntukan kegiatan industri
a. Program Perencanaan, Pemanfaatan dan Pengendalian Industrial estate terdapat di Kecamatan Ploso APBD Kabupaten dan Dinas Perindustrian, √ √
Tata Ruang Prop Perdagangan, Dan Koperasi
Zona industri manufaktur dan agroindustri terdapat di √ √
Kecamatan Mojowarno, Kecamatan Bandar
Kedungmulyo, Sumobito, dan Mojoagung
b. Program Penyiapan potensi sumberdaya, sarana dan APBD Kabupaten Dinas Cipta karya, tata ruang, √ √
prasarana daerah kebersihan dan pertamanan
c. Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi APBD Kabupaten Dinas Perindustrian, √
Investasi Perdagangan, Dan Koperasi;
Penanaman Modal Daerah
5. Pengembangan dan Rehabilitasi Kawasan pariwisata
a. Program Pengembangan Destinasi Pariwisata Rute wisata yang menghubungkan Majapahit Park APBD Kabupaten dan Dinas Kebudayaan dan √ √ √
dengan Kabupaten Jombang meliputi : Mojopahit park Prop Pariwisata
- agropolitan wonosalam - wisata religi Diwek - Wisata
Kerajinan Gudo - Wisata belanja Perak dan Bandar
Kedungmulyo
b. Rehabilitasi daya tarik wisata APBD Kabupaten Dinas Kebudayaan dan √ √
Pariwisata
c. Program Penyiapan potensi sumberdaya, sarana dan APBD Kabupaten Dinas Cipta Karya √ √
prasarana daerah
6. pengembangan dan Pengendalian kawasan permukiman
a. Program Lingkungan Sehat Perumahan APBD Kabupaten Dinas Cipta karya, tata ruang, √
kebersihan dan pertamanan
b. Program Pengembangan Perumahan APBD Kabupaten Dinas Cipta karya, tata ruang, √ √
kebersihan dan pertamanan
7. Pemanfaatan ruang terbuka hijau kawasan perkotaan APBD Kabupaten
a. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan APBD Kabupaten Lingkungan Hidup √ √ √
Lingkungan Hidup
b. Program Pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH) APBD Kabupaten Dinas Cipta karya, tata ruang, √
kebersihan dan pertamanan,
Lingkungan Hidup
III. Perwujudan dan Pengembangan Kawasan Strategis
1. Pengembangan dan pengendalian Kawasan Strategis Dari
Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi
1 Program pengembangan kawasan strategis dan cepat Kawasan Strategis Cepat Tumbuh Banda APBD Kabupaten Bappeda, Dinas Cipta karya, tata √
tumbuh Kedungmulyo dan Perak, Kawasan Strategis Cepat ruang, kebersihan dan
Tumbuh Tembelang, dan Kawasan Strategis Cepat pertamanan
Tumbuh Ploso
- 21 -

TAHAPAN
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PEMBIAYAAN INSTANSI PELAKSANA
2015-2019 2020-2024 2025-
2029
2 Program pengembangan kawasan potensial berkembang Kawasan Agropolitan Mojowarno dan Kawasan APBD Prop, APBD Bappeda Prop dan Kab, Dinas √
Ekonomi Terpadu Mojoagung Kabupaten Pertanian dan Ketahanan Pangan
3 Program Perencanaan, Pemanfaatan dan Pengendalian APBD Kabupaten Bappeda, Lingkungan Hidup √
Tata Ruang
4 Program Perencanaan Pengembangan Kota menengah Perkotaan Jombang APBD Prop, APBD Bappeda Prop dan Kab, Cipta √
Kabupaten Karya Prop dan kab
5 Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas APBD Prop, APBD Cipta Karya Prop dan kab √ √ √
Perhubungan Kabupaten
6 Program Penyiapan potensi sumberdaya, sarana dan APBD Kabupaten Bappeda dan Cipta Karya √ √ √
prasarana daerah
2. Pengembangan dan pengendalian Kawasan Strategis Dari
Sudut sosial dan budaya;
1 Program perencanaan pembangunan ekonomi Kawasan Desa-desa Tertinggal di Kecamatan Ngoro, APBD Prop, APBD Bappeda Prop dan Kab, Cipta √
Mojowarno, Bareng, Sumobito, Megaluh, Kudu, Kabupaten Karya Prop dan kab
Ngusikan, Ploso, Kabuh dan Plandaan
Kawasan Cagar Budaya Ibukota Mojopahit meliputi APBN, APBD Kabupaten Bappeda, Dinas Kebudayaan dan √ √
Kecamatan Sumobito,Kecamatan Mojoagung dan Pariwisata, Departemen PU
Kecamatan Mojowarno
Kawasan strategis budaya Diwek APBN, APBD Kabupaten Dinas Pendidikan dan √
Departemen agama
2 Program pembangunan infrastruktur perdesaaan APBD Kabupaten Cipta karya √ √
3 Program perencanaan prasarana wilayah dan sumber APBD Kabupaten Cipta karya
daya alam √
4 Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan APBD Kabupaten Bappeda, Pemberdayaan
Sosial Masyarakat dan Desa √
5 Program perencanaan sosial budaya APBD Kabupaten Bappeda, Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa √
3. Pengembangan dan pengendalian Kawasan Strategis Dari
Sudut fungsi dan daya dukung lingkungan hidup
1 Program perencanaan pembangunan daerah rawan APBD Kabupaten Bappeda, Lingkungan hidup
bencana √
2 Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam Sungai Brantas, Waduk Beng, dan Waduk Jarak APBN, APBD Kabupaten Departemen PU, PU Prop, √ √ √
Kawasan Agroforestri Wonosalam, dan Tahura R. APBD prop, APBD Kab Dinas Kehutan Prop dan Kab √ √ √
Suryo
Sumber : Penyusunan Program Kerja Dinas Terkait

Anda mungkin juga menyukai