Anda di halaman 1dari 18

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 6, No.

1, Maret 2018

STUDI HISTORIS PRASASTI CUNGGRANG SEBAGAI SUMBER SEJARAH PADA


MASA MPU SINDOK TAHUN 929-947 M

SRI WIDIAH
Jurusan Pendidikan Sejarah
Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum
Universitas Negeri Surabaya
Email : sriwidiah03@gmail.com

Aminuddin Kasdi
Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum
Universitas Negeri Surabaya

Abstrak
Kerajaan Mataram ini ada dua periode yaitu periode Jawa Tengah dan periode Jawa Timur. Mataran
Jawa Tengah dipimpin oleh dinasti Sanjaya dan dinasti Syailendra, sedangkan di Jawa Timur dipimpin oleh
dinasti Icana. Dinasti Icana didirikan oleh Mpu Sindok yang bergelar Mpu Sindok Sri Icanatunggadewawijaya
telah memindahkan pusat pemerintahan ke Jawa Timur yang disebabkan oleh serangan dari kerajaan Melayu
dan juga adanya bencana alam yang mengakibatkan pralaya. Berpindahnya pusat pemerintahan membawa
dampak sendiri untuk Mpu Sindok yaitu dengan berkuasanya Mpu Sindok di Jawa Timur berarti telah
meluasnya wilayah kekuasaan Mataram dan banyak juga peninggalan-peninggalan sejarahnya. Pada masa
pemerintahan Mpu Sindok tak banyak peninggalan sejarahnya. Namun, Mpu Sindok meninggalkan benda
bersejarah sebuah prasasti sebagi bukti pemerintahannnya. Kebanyakan prasasti Mpu Sindok berisikan sima
atau tanah perdikan, salah satunya prasasti Cunggrang. Prasasti Cunggrang yang berada di dusun Sukci desa
Bulusari, Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan. Prasasti ini berisi bahwa Mpu Sindok memerintahkan rakyat
Cunggrang dibawah kekuasaan Wahuta Wungkal untuk menjadi sima bagi pertapaan di Pawitra.

Penelitian ini memiliki tujuan penelitian (1) Mengidentifikasi wilayah kekuasaan Mpu Sindok
berdasasrkan prasasti Cunggrang tahun 929 M; (2) Mengidentifikasi pemerintahan dan birokrasi pada masa Mpu
Sindok berdasasrkan prasasti Cunggrang tahun 929 M; (3) Menganalisis peninggalan-peninggalan bersejarah
dan peristiwa sejarah Mpu Sindok sesudah prasasti Cunggrang tahun 929 M. Metode yang digunakan
menggunakan metode pendekatan sejarah (historical approach) yang meliputi empat tahapan yaitu heuristik,
kritik, interpretasi, dan historiografi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prasasti Cunggrang menjadi landasan sebagai sumber sejarah.
Prasasti Cunggrang 929 M memiliki artian penting bagi peninggalan sejarah di lereng gunung Penanggungan.
Sebab, dalam prasasti ini disebutkan bahwa Mpu Sindok memberikan perintah kepada rakyat Cunggrang untuk
menjadi sima bagi Pawitra (Gunung Penanggungan) dan memelihara pathirtan dan prasada juga memperbaiki
Pawitra. Yang dimaksudkan sebagai pathirtan adalah candi Belahan sebab candi Belahan berada disebelah barat
lokasi prasasti Cunggrang. Selain itu, dari prasasti Cungrrang dapat direkontruksi kondisi politik, sosial,
ekonomi, budaya, dan religi pemerintahan Mpu Sindok dan dapat diteliti kembali peninggalan-peninggalan Mpu
Sindok berupa candi, seperti Candi Belahan, candi Gunung Gangsir, candi Jalatunda, candi Lor, dan candi
Songgoriti.
Kata Kunci : Mataram Kuno Jawa Timur, Prasasti Cunggrang, Mpu Sindok.

Abstract
The kingdom of Mataram there are two periods namely the period of Central Java and the period of
East Java. Mataran Central Java led by the Sanjaya dynasty and Syailendra dynasty, while in East Java led by
the Icana dynasty. Icana dynasty founded by Mpu Sindok who holds Mpu Sindok Sri Icanatunggadewawijaya
has moved the center of government to East Java caused by attacks from the Malay kingdom and also the

221
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 6, No. 1, Maret 2018

existence of natural disasters that resulted in pralaya. Moving the center of government brings its own impact to
Mpu Sindok that is with the ruling of Mpu Sindok in East Java means has expanded the territory of Mataram
and many historical relics. In the reign of Mpu Sindok not many relics of its history. However, Mpu Sindok left
the historic object of an inscription as evidence of his government. Most Mpu Sindok inscriptions contain sima
or land of fief, one of which is Cunggrang inscription. Inscription Cunggrang located in the hamlet Sukci
Bulusari village, District Gempol Pasuruan. This inscription contains that Mpu Sindok ordered the people of
Cunggrang under Wahuta Wungkal to become a sima for the hermitage in Pawitra.

This study has the purpose of research (1) Identify the territory of Mpu Sindok based on Cunggrang
inscription in 929 AD; (2) Identify the government and bureaucracy in the period of Mpu Sindok based on
Cunggrang inscription in 929 AD; (3) Analyzing historical heritage and historical events of Mpu Sindok after
the Cunggrang inscription of 929 AD The method used is historical approach which includes four stages:
heuristics, criticism, interpretation, and historiography.

The results of this study indicate that the inscription Cunggrang became the foundation as a source of
history. Inscription Cunggrang 929 M has an important meaning for historical relics on the slope of Mount
Penanggungan. Because, in this inscription mentioned that Mpu Sindok give orders to the people of Cunggrang
to be sima for Pawitra (Mount Penanggungan) and maintain pathirtan and prasada also improve Pawitra.
What is meant as the pathirtan is temple Hemisphere because temple Hemisphere is in the west location of
inscription Cunggrang. In addition, from the inscription Cungrrang can be reconstructed the political, social,
economic, cultural and religious conditions of the reign of Mpu Sindok and can be re-examined Mpu Sindok
heritage in the form of temples, such as Belahan temple, Gunung Gangsir temple, Jalatunda temple, Lor temple,
and Songgoriti temple.
Keywords: Ancient Mataram East Java, Inscription Cunggrang, Mpu Sindok.

A. PENDAHULUAN memerintah tahun 732 M. Berdasasrkan prasasti


Canggal diketahui Sanjaya adalah penerus raja
Perpindahan ibukota kerajaan sering kali Sanna. Di Kalingga, Sanjaya memegang kekuasaan
terjadi pada kerajaan-kerajaan besar, hal ini selama 22 tahun (732-754), yang kemudian diganti
dilakukan untuk menghindari serangan dari musuh oleh putranya dari Dewi Sudiwara yaitu Rakai
maupun untuk memperluas daerah kekuasaannya. Panangkaran. Rakai Panangkaran beralih agama
Salah satu kerajaan yang memindahkan pusat dari Siwa menjadi penganut agama Buddha. 3
pemerintahannya adalah kerajaan Mataram yaitu Beralihnya keyakinan Rakai Panangkaran menjadi
semula pusat pemerintahannya di Jawa Tengah ke agama Buddha dapat diamati dari prasasti yang
Jawa Timur.1 Pada awal abad X pusat ditinggalkannya, seperti prasasti Kalasan pada
pemerintahan di Jawa Tengah dipindahkan ke Jawa tahun 779 M. Sejak saat itu Kerajaan Medang
Timur tetapi pada hakikatnya kedua periode itu dikuasai oleh wangsa baru yaitu Syailendra.
masing-masing mempunyai sifat dan bentuk Sampai akhirnya seorang putri mahkota Syailendra
tersendiri, namun dengan naiknya tahta raja Sindok menikah dengan Rakai Pikatan, seorang keturunan
maka untuk selama kurang lebih 300 tahun Jawa Sanjaya. Rakai Pikatan kemudian mewarisi tahta
Timur diperintah oleh dinasti baru yaitu Dinasti mertuanya, dengan demikian wangsa Sanjaya
Icana yang diambil dari gelar resmi raja Sindok berkuasa kembali.
yaitu Mpu Sindok Cri Icanatunggadewawijaya.2
Beberapa pendapat mengatakan bahwa
Pada masa pemerintahan Jawa Tengah pemimpin dari Kerajaan Medang silih berganti dari
dipimpin oleh dua wangsa atau dinasti yaitu Sanjaya hingga Syailendra, diantaranya pendapat
wangsa Sanjaya dan Syailendra, dinasti Sanjaya itu dari Slamet Muljana terhadap beberapa prasasti

1
R. Pitono. 1961. Sedjarah Indonesia Lama.
3
Malang : Lembaga Penertiban Institut Keguruan Eko Praptanto. 2010. Sejarah Indonesia
dan Ilmu Pendidikan. Hlm. 111 Zaman Sejarah Kuno. Jakarta : PT Bina Sumber
2
Ibid. Hlm. 111 Daya Mipa. Hlm. 32

222
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 6, No. 1, Maret 2018

Kelurak, prasasti Nalanda, ataupun prasasti Pemerintahan Mpu Sindok terhitung mulai
Kayumwungan menyimpulkan bahwa Rakai tahun 929 M sampai 948 M.6 Pada pemerintahan
Panangkaran, Rakai Panunggalan, Rakai Warak, Mpu Sindok ini didapatkan sekitar 30 prasasti yang
dan Rakai Garung adalah anggota wangsa sebagian besar tertulis di atas batu yang tersebar di
Syailendra, sementara sisanya adalah wangsa Jawa Tengah dan terbanyak di daerah Jawa Timur.
Sanjaya, kemudian Dyah Balitung adalah Mpu Sebagian besar prasasti Mpu Sindok berkenaan
Daksa yang memperkenalkan sebagai keturunan dengan penetapan sima bagi suatu bangunan suci,
Sanjaya. Daksa digantikan oleh menantunya kebanyakan atas permintaan pejabat atau rakyat
bernama Dyah Tulodhong. Pemerintahan suatu desa. Salah satunya yakni Prasasti Cunggrang
Tulodhong berakhir akibat pemberontakan Dyah yang berada di Desa Sukci/Bulusari Kecamatan
Wawa yang akhirnya naik tahta, namun Gempol, Kabupaten Pasuruan. Desa Cunggrang
pemerintahan Dyah Wawa berakhir tiba-tiba yang menjadi sima atas permintaan para pejabat desa
diakibatkan serangan dari kerajaan Melayu dan Cunggrang, sedangkan penetapan sima atas
juga bencana gempa bumi yang mahadahsyat perintah raja sendiri hanyalah Desa Linggasutan
sehingga terjadi pralaya (kehancuran).4 Sebagian dan sawah kakatikan di Anjukladang.
anggota kerajaan dan pejabat tinggi, serta rakyat
mengungsi ke daerah timur. Daerah itu dianggap Dari prasasti Cunggrang tahun 929 M berbunyi ;
sebagai dunia baru, tempat-tempat pemujaan baru,
“... barunadewata, gandayoga irika diwasa ni
dan diperintah oleh wangsa yang baru. Dengan
ajna sri maharaja rake hino mpu sindok sri
kepindahan pusat pemerintahan ke Jawa Timur
icana wikrama dhamottungga, uminsor I
berarti adanya wangsa baru yaitu wangsa Icana.
samgat mohahomah kalih, mpu padma, samgat
Istilah wangsa Icana dijumpai di dalam prasasti anggehan mpu kundala, kumonaken ikanang
Pucangan, yang berbahasa Sansekerta, 5 dan wanua I cunggrang, watek bawang atagan I
dikeluarkan oleh raja Airlangga pada tahun 963 wahuta wungkal, gawai ku 2 anggahan, ma su
Saka (1041 M). Isinya “Silsilah raja Airlangga, 15 katikprana susukan sima arpanakna ri sang
dimulai dari Sri Icanawikramadharmatungga atau hyang darmmasrama patapan I pawitra,
Mpu Sindok yang mempunyai anak perempuan muang I sang hyang prasada silunglung sang
yang bernama Sri Icanatunggawijaya, Sri sidha dewata rakryan bayah rakryan binihaji
Icanatunggawijaya menikah dengan Lokapala dan sri parameswari dyah kbi paknan yan sinusuk
mempunyai anak bernama Sri pumpunana sang hyang dharma-patapan
Makutawangsawardhana. Seperti yang dapat muang sang hyang prasada silunglung sang
dilihat, dari silsilah tersebut maka pendiri wangsa dewata umyapara ai sang hyang dharma-
ini adalah Mpu Sindok Sri Icanawikrama patapan nguniweh sang hyang prasada,
Dharmmotunggadewa. Sebelum menjabat sebagai muang amahayana sang hyang tirtha
raja Mpu Sindok menjabat sebagai rakryan pancuran I pawitra...”
mapatih i halu dan rakryan mapatih i hino.
Terjemahan ;
Biasanya jabatan ini diisi oleh kaum kerabat raja
yang dekat dan masih anggota wangsa Syailendra. “...dibawah lindungan dewa Baruna, pada
Akan tetapi karena kerajaan Mataram di Jawa sudut edar burung garuda, itulah perintah dari
Tengah mengalami kehancuran yang disebabkan yang mulia Maharaja Rake Hino Mpu Sindok
letusan gunung merapi yang mahadahsyat, Mpu Sri Isanawikramadharmatungga, turun kepada
Sindok membangun kembali kerajaannya di Jawa kedua Samgat Mohahumah, yaitu bernama
Timur yang dianggap sebagai cikal bakal wangsa Mpu Padma dan samgat Anggehan bernama
baru, yaitu wangsa Icana. Mpu Kundala. Diperintahkan agar wanua
Cunggrang, di bawah watek Bawang, di
bawah kepemimpinan Wahuta Wungkal,
dengan kewajiban kerjabakti senilai 2 kupang,
pajak tanah senilai 15 suwarna emas, dan
4
Marwati Djoned Poesponegoro. 2009. Sejarah sejumlah penduduknya, untuk menjadi daerah
Nasional Indonesia II. Jakarta : Balai Pustaka.
Hlm. 184
5 6
Ibid. Hlm. 185 Ibid. Hlm. 187

222
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 6, No. 1, Maret 2018

sima, bagi persembahan kepada pertapaan dan dengan aman dan sejahtera. Salah satunya adalah
asrama yang suci di Pawitra, serta prasada prasasti Cunggrang, yang menyebutkan bahwa
Silunglung yang suci milik Rakryan Bawang Mpu Sindok memerintahkan rakyat Cunggrang
yang telah menjadi dewa, ayahanda permaisuri dibawah langsung Wahuta Wungkal untuk menjadi
Dyah Kbi. Dibebaskannya daerah itu menjadi sima bagi pertapaan di Pawitra (Gunung
hak milik dharmasrama Patapan dan sang Penanggungan) dan memelihara pertapaan dan
hyang prasada Silunglung yang prasada juga memperbaiki Pawitra. Di dekat tempat
dipersembahkan kepada tokoh yang telah lokasi prasasti Cunggrang di lereng timur Gunung
menjadi dewa. Bahwa penduduk desa Penanggungan ditemukan beberapa peninggalan
sebaiknya dimanfaatkan bagi sang hyang tempat pemandian, antara lain di Belahan, yang
dharmasrama patapan dan juga sang hyang tidak jauh di atas lokasi prasasti Cunggrang. 10
Prasada, termasuk juga pemeliharaan pancuran Selain itu, nama Pawitra juga disebutkan dalam
air di Pawitra...” pupuh Negara krtagama Pupuh 58 :

yang artinya daerah ini diberikan kepada Wahuta “...warna I sah nira rin jajawa rin,
Wungkal7, Cunggrang disebut juga sebagai Watek padameyan ikan dinunun, mande Cungran
Bawang8, yang artinya daerah Cunggrang adalah apet kalanon numabas in wanadealnon
daerah milik rakryan Bawang, yang berkewajiban darmma karsyan I parcwanin acala pawitra
melakukan kerjabakti senilai 2 kupang, pajak tanah inaran ramya nika panunan, lurahlurah bhasa
senilai 15 suwarna emas yang dibayarkan setiap kidun...”
bulannya sebelum dijadikan sebagai sima.
Pembayaran pajak tanah diberikan kepada terjemahan :
pemegang kekuasaan sebagai gajinya, tetapi
“...Tersebut dari Jajawa Baginda berangkat ke
apabila tanah dijadikan sima maka pajak tidak
desa Pademayan berhenti di Cunggrang,
diserahkan kepada pemegang kekuasaan, tetapi
mencari pemandangan, masuk hutan rindang
diberikan kepada penerima sima atau perdikan.
ke arah asrama para pertapa di lereng kaki
Sejak awal kekuasaan raja Sindok banyak gunung menghadap jurang Luang, jurang
meninggalkan prasasti yang berbeda dari ternganga-nganga ingin menelan orang yang
pemerintahan di Jawa Tengah yang banyak memandang...”
ditemukan bangunan suci maupun candi-candi
Artinya di Pawitra juga ada tempat asrama bagi
sebagai bukti nyata pemerintahan. Ia banyak
para pertapa, akan tetapi, berdasarkan prasasti
meninggalkan prasasti, tetapi peristiwa-peristiwa
Pucangan (1041) dapat ditetapkan bahwa tempat
sejarahnya kurang didapat. Hal ini, karena prasasti
pertapaan berada di sekitar Penanggungan, bahkan
yang ditinggalkan banyak berisi pembebasan tanah
di dekat tirtha pancuran yang telah ada pada abad
dari pajak untuk keperluan bangunan-bangunan
IX.
suci.9 Usaha-usaha sosialnya itu memberikan
kesan, bahwa pemerintahan Sindok berlangsung Dari prasasti Cunggrang didapatkan data-data
sejarah bahwa prasasti Cunggrang terdapat nama
7
Wahuta ialah pemegang lungguh atau tuan raja yang mengeluarkan prasasti itu, nama daerah
tanah, jadi Wahuta Wungkal adalah Wungkal yang dikuasainya sebagai tempat dikeluarkan
seorang tuan tanah di daerah Cunggrang. Boechari. prasasti, ada nama pejabat pemerintahan,
2012. Melacak Sejarah Kuno Indonesia Lewat disebutkan juga nama-nama tempat suci yang di
Prasasti. Jakarta : Kepustakaan Populer Gramedia.
dharmakan untuk rakryan Bawang ayah permaisuri
Hlm. 187
Dyah Kbi, dan juga tirtha pancuran. Tugas
8
Watek adalah suatu wilayah yang terdiri dari penduduk Cunggrang adalah bergotong royong
kumpulan beberapa desa (Watek Bawang adalah merawat atau menjaga pertapaan, prasada, dan
daerah di bawah kekuasaan watek/kabupaten merawat bangunan pancuran di Pawitra.
(Kabupaten Bawang)). Titi Surti Nastiti. 2003.
Pasar Di Jawa Pada Masa Mataram Kuno. Dari uraian prasasti Cunggrang menyebutkan
Jakarta : PT Dunia Pustaka Jaya. Hlm. 32 bahwa di Gunung Penanggungan ada bangunan
9
LPM Universitas Negeri Malang. 2007. Babad
Pasoeroean. The HQ Center & BPSDD : Kab.
10
Pasuruan. Hlm. 18 Op. cit. Hlm. 195

223
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 6, No. 1, Maret 2018

patapan, prasada Silunglung dan tirtha pancuran. ibukota Kerajaan Dharmawangsa mengalami
Selain itu, ada yang beranggapan bahwa gunung kehancuran (Pralaya) akibat serangan Wura-Wari,
Penanggunan merupakan tempat yang sakral Airlangga kala itu tengah menjadi mempelai
karena sakralitas itu muncul dalam gambaran terpaksa menyelamatkan diri di suatu patapan di
kehidupan rohani masyarakat yang tertebar di atas wanagiri (hutan gunung), yang tidak lain adalah
dan sekitarnya dalam bentuk penamaan Pawitra Gunung Penanggungan.
sebagai dharma Ipas karesyan, yaitu seperti yang
diungkapkan oleh pupuh 78 Negara kertagama 11 : Dengan demikian Gunung Penanggungan
memiliki arti penting pada masa Dinasti Icana. Hal
“...iwir min dharma Ipas Karayan i sumpud/ ini diketahui bahwa mulai dari raja Sindok hingga
rupit/ mwang pilang, len tekan pucanan/ jagad Airlangga sangat menaruh perhatiannya pada
dita pawitra mwan butun tan kasah, kapwa Gunung Penanggungan. Hal ini karena Gunung
teka hana pratista cabha len linga Penanggungan memiliki arti filosofis dan religius
pranalanupul, mpunku sthapaka san mahaguru pada abad IX-XI dimana suatu periode ajaran
paneguh ni sarat/ kotama...” agama dan filsafat sangat mempengaruhi
kepercayaan dan pandangan hidup masyarakatnya.
terjemahan : Dalam konteks ini Penanggungan adalah alat
pembersih yang dapat menghilangkan kleca (cacat,
“...Desa Karesian seperti berikut ; Sumpud,
dosa, noda). Jadi menurut kepercayaan masyarakat,
Rupit, dan Pilan, Pucangan, Jagadita, Pawitra,
Gunung Penanggungan dan sekitarnya memiliki
masih sebuah lagi Butun. Di situ terbentang
kekuatan untuk membersihkan diri guna mencapai
taman, didirikan lingga dan saluran air Yang
suatu tingkat kesucian, murni, bebas dari bahaya,
Mulia Maha Guru demikian sebutan beliau...”
keramat, sakral dan kudus. Oleh karena itu, pada
zaman kuno ketika nilai – nilai kepercayaan di
Tempat itu juga disebut sebagai mandala, lereng Gunung Penanggungan telah berdiri tempat
merupakan suatu komunitas agama di desa, yang – tempat suci seperti bangunan pertapaan,
merupakan lembaga pendidikan pada masa Hindu- bangunan pathirtan, pathirtan Jalatundo, pathirtan
Budha yang berkewajiban menyelengarakan Blahan, Gunung Gangsir. Oleh karena itu prasati
pendidikan secara resmi di bawah pimpinan guru Cunggrang memiliki arti sangat penting bagi
yang berkemampuan tinggi baik secara rohani dan keagamaan.
jasmani. Para siswa mandala berdiam bersama di
B. METODE
sekitar guru dalam suatu lokasi atau bangunan yang
disebut ashrama. Biasanya mandala memiliki Mengungkapkan kejadian /peristiwa yang
aturan - aturan yang berorientasi kepada terjadi pada masa lampau dalam penulisan sejarah,
keagamaan yang berpusat pada pemujaan lingga dibutuhkan suatu pendekatan supaya menjadi
yoni, sebagaimana yang terdapat pada situs rangkaian sejarah yang utuh. Penelitian mengenai “
Cunggrang. Pelaksanaan pendidikanya dipimpin Studi Historis Prasasti Cunggrang Sebagai Sumber
oleh seorang guru atau lebih yang disebut sebagai Sejarah Pada Masa Mpu Sindok Tahun 929-947
rshi, brahmana, yogin (ahli yoga) atau dewa guru. M” menggunakan metode sejarah (historical
Oleh karena itu, tempat - tempat perguruan ini approach). Metode sejarah adalah kegiatan
dikenal sebagai karsyan. Mereka hidup di daerah - pengumpulan, menguji, dan menganalisis secara
daerah terpencil seperti di bukit - bukit berhutan, di kritis rekaman dan peninggalan masa lampau
pedalaman, dan hidup dari bertani. dengan menggunakan analisa logis atau sering
disebut dengan pola kesejarahan.12 Pendekatan
Pertapaan di situs Cunggrang terus berfungsi
sejarah mempunyai empat tahapan proses
hingga awal abad XI munculnya Airlangga dalam
penelitian yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan
sejarah nasional. Tokoh baru ini memiliki cita-cita,
historiografi.
yaitu menegakkan kembali kekuasaan kerajaan
peninggalan mertuanya. Hal ini terbukti tatkala Heuristik

11
---. 2004. 50 Tahun Pusdik Brimob Watukosek
12
Jawa Timur. Surabaya : Unesa University Press. Iskandar. 2009. Metodologi Penelitian
Hlm. 9 Kualitatif. Jakarta : Gaung Persada, Hlm. 54

224
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 6, No. 1, Maret 2018

Langkah pertama yang dilakukan dalam Langkah kedua adalah melakukan kritik dari
penelitian ini adalah heuristik. Heuristik yaitu sebuah data-data yang telah ditemukan dengan
proses mencari dan menemukan sumber-sumber tujuan untuk mendapatkan fakta-fakta yang
yang diperlukan.13 Proses heuristik atau mendukung dalam penelitian. Tahap kritik sumber
pengumpulan data diperoleh dari sumber primer sejarah dibagi menjadi dua yaitu kritik intern dan
ataupun sumber sekunder. Sumber primer adalah ekstern.14 Kritik intern adalah melakukan kritik
sumber yang dihasilkan atau ditulis oleh pihak- terhadap isi sumber yang telah ditemukan untuk
pihak yang secara langsung terlibat dan menjadi memperoleh data sejarah atau fakta sejarah. Fokus
saksi mata peristiwa sejarah. Sedangkan sumber kritik intern berusaha membuktikan bahwa
sekunder ialah sumber yang dihasilkan atau ditulis kesaksian yang diberikan oleh suatu sumber
oleh orang sezaman, namun tidak terlibat atau memang dapat dipercaya.
menyaksikan secara langsung peristiwa yang
ditulis. Adapun sumber primer dalam penelitian ini Kritik ekstern bertujuan menjawab tiga
dari data alih aksara prasasti Cunggrang dalam pertanyaan pokok yang berkaitan dengan sumber
buku Oud Javaansche Oorkonden karya J.L. A sejarah atau dokumen yang telah berhasil di
Brandes juga melakukan observasi langsung kumpulkan. Pertama, apakah sumber itu relevan,
dengan mengamati dan mendokumentasikan apakah sumber itu otentik, asli atau turunan.
Prasasti Cunggrang di Dsn Suci Desa Bulusari Kedua, apabila sumber itu merupakan sumber
Kec. Gempol. Sedjarah Indonesia Lama karya R. turunan. Khususnya untuk sejarah kuno, maka cara
Pitono, buku ini menjelaskan perjalanan sejarah satu-satunya adalah menyalin. Ketiga, apakah
Indonesia klasik dengan sangat jelas dan terperinci. sumber itu utuh atau hanya sebagaian atau bahkan
merupakan sumber yang telah diubah. Dalam hal
Selain itu, juga dilakukan observasi di sekitar ini kritik ekstern dilakukan pada unsur fisik prasasti
prasasti Cunggrang diantaranya Candi Belahan Cunggrang melalui bentuk bahan, ukuran, aksara
(Sumber Tetek) dan juga ke Jolotundo. Sebagai dan bahasa.
bahan pendukung dari sumber primer juga
dibutuhkan study pustaka dengan buku-buku yang Interpretasi
menunjang dengan topik permasalahan yang Tahap selanjutnya adalah tahap interpretasi,
disebut sumber sekunder. Study pustaka ini yang merupakan penafsiran terhadap fakta yang
dilakukan dengan mencari referensi ke BPCB, ditemukan dengan fakta lain dalam sumber yang
Perpustakaan Universitas Negeri Surabaya, berbeda yang diakui kebenarannya. Pada tahap ini
Perpustakaan Daerah Surabaya, Perpustakaan peneliti melakukan suatu interpretasi berdasar pada
Kabupaten Pauruan, dan juga beberapa sumber sumber-sumber yang telah ditemukan dan telah
referensi lain yang bersumber dari dosen dilakukan kritik sumber. Dengan bantuan ilmu
Universitas Negeri Surabaya. bantu sejarah dicarikan bantuan hubungan antara
fakta sejarah satu dengan fakta sejarah yang
Sumber sekunder lainnya adalah menganalisis
lainnya. Hasil yang diperoleh peneliti, yakni
pada laporan-laporan penelitian sebelumnya. Hal
ditemukan fakta yang koheren antara suatu fakta
ini dilakukan dikarenakan peninggalan-peninggalan
dengan lainnya. Misalnya tempat-tempat ini
arkeologis rusak saat penulis melakukan observasi,
dahulunya juga disebutkan dalam prasasti dan
sehingga penulis melakukan pengamatan non
masih ada hingga sekarang seperti Candi Belahan,
partisipan. Penulis juga melakukan wawancara
Jolotundo, Mandala Kapucangan, dan juga Prasada
sebagai sumber sekunder untuk mendapatkan
Silunglung.
keterangan data untuk keperluan informasi.
Pertanyaan dilakukan kepada narasumber Historiografi
mencakup 5W+1H (What, When, Why, Where,
Who+How). Tahap terakhir dalam penelitian adalah
Historiografi, yaitu tahap penulisan yang bertujuan
Kritik untuk menyajikan hasil laporan dari penelitian yang
dilakukan. Dalam penulisan sejarah tidak hanya
menuliskan fakta-fakta sejarah saja melainkan juga
13
Aminuddin Kasdi. 2011. Memahami Sejarah.
14
Surabaya : Unesa Press, Hlm. 10 Ibid. Hlm 27

225
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 6, No. 1, Maret 2018

memberikan uraian-uraian objektif dari kerajaannya, dan luas wilayah kerajaannyapun


permasalahan. Dari fakta-fakta sejarah dapat tanpa penaklukan tetapi melalui perluasaan wilayah
dianalisis dan dihubungkan pada tahap interpretasi yang dibuktikan dari kestabilan politik,
disusun kisah sejarah berrdasarkan fakta secara kemakmuran rakyatnya, kemajuan perekonomian.
kronologis. Penulisan sejarah ilmiah dari hasil Misalnya, wilayah Jawa Timur telah bergabung
penelitian dengan memperhatikan kronologi atau dengan kerajaan Mataram pada masa kekuasaan
peristia, hubungan sebab-akibat dari fakta yang Dyah Balitung, yang sekarang wilayah Jawa Timur
diperoleh serta menghubungkan peristiwa sejarah lebih dikenal sebagai daerah kekuasaan Mpu
menjadi rangkaian cerita yang dapat Sindok yang dikenal sebagai Dinasti Icana.
dipertanggungjawabkan. Perpindahan pusat pemerintahan kerajaan Mataram
dari Jawa Tengah ke Jawa Timur disebabkan
Dalam hal ini, penulisan tentang “Studi Historis beberapa hal, yakni :
Prasasti Cunggrang Sebagai Sumber Sejarah Pada
Masa Mpu Sindok Tahun 929-947 M” terbagi a. Disebabkan letusan gunung berapi yang
dalam lima bab. maha dahsyat sehingga mengakibatkan
pralaya.
Bab I merupakanan pendahuluan yang
menjelaskan latar belakang, batasan masalah,
b. Runtuhnya kerajaan Mataram Kuno yang
disebabkan krisis politik.
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, kajian pustaka, dan metode penelitian. c. Perpindahan letak kerajaan mataram Kuno
dikarenakan pertimbangan ekonomi. Hal
Bab II tentang sistem pemerintahan dan ini disebabkan kondisi wilayah di Jawa
birokrasi kekuasaan Mpu Sindok Timur sangat berbeda dengan di Jawa
Tengah, di Jawa Timur di aliri 2 aliran
Bab III berisi keadaan politik, sosial, budaya, sungai besar yang mengalir ke laut yaitu
ekonomi, dan religi pada pemerintahan Mpu sungai Brantas dan sungai Bengawan Solo.
Sindok berdasarkan prasasti Cunggrang.
Wilayah kekuasaan dinasti Icana dapat
Bab IV membahas peninggalan-peninggalan direkonstruksi berdasarkan prasasti yang
sejarah dan peristiwa kesejarahan dalam diketemukan pada wilayah itu :
pemerintahan Mpu Sindok berdasarkan prasasti
Cunggrang. a. Disebelah barat : Nganjuk

Bab V yaitu bab penutup yang berisi


b. Disebelah timur : Pasuruan
kesimpulan dan saran. c. Disebelah utara : Surabaya
d.Disebelah selatan : Malang
C. HASIL DAN PEMBAHASAN B. Birokrasi Pemerintahan Mpu Sindok

SISTEM PEMERINTAHAN DAN BIROKRASI Birokrasi merupakan instrumen penting


MPU SINDOK dalam masyarakat yang kehadirannya tak mungkin
terlepas. Eksistensi birokrasi sebagai konsekuensi
A. Wilayah Kekuasaan Mpu Sindok logis dari tugas utama pemerintahan untuk
Dalam sebuah negara letak wilayah sangat menyelenggarakan kesejahteraan masyarakat. Jadi,
berperan penting karena wilayah merupakan salah birokrasi adalah bentuk kekuasaan atau pengaturan
satu syarat berdirinya suatu negara. Unsur urusan publik berada di tangan pemerintah.
pembentuk berdirinya suatu negara, yaitu rakyat, Birokrasi pemerintahan tidak hanya dimiliki oleh
wilayah, dan pemerintah yang berdaulat. Unsur masyarakat modern saja, melainkan sudah ada
pokok negara ini disebut unsur konstitutif atau sejak masa kerajaan yang salah satunya kerajaan
unsur pembentuk. Sama halnya dengan Mataram.
kerajaanpun juga begitu. Dikatakan suatu kerajaan
Dilihat dari strukturnya, sistem birokrasi
apabila memiliki 3 unsur pokok konstitutif.
kerajaan Mataram menganut pada birokrasi
Dalam kerajaan Mataram wilayah kerajaan tradisional yang dapat dibedakan menjadi tiga,
sangat berperan penting dalam kemajuan yaitu birokrasi tingkat tinggi (pusat), birokrasi

226
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 6, No. 1, Maret 2018

tingkat menengah yang terdapat pada wilayah pejabat tinggi kerajaan dan para abdi dalem. Pada
mancanegara atau pesisir (wateg), terakhir birokrasi daerah-daerah watek dipimpin oleh seorang rakai
tingkat rendah atau desa (wanua). atau para pamgat dan wanua, yaitu desa-desa yang
diperintah oleh para pejabat desa (rama).
1. Birokrasi Pemerintahan Tingkat Pusat
Adapun juga para rakai atau pamgat yang
Kerajaan Mataram kuno adalah kerajaan Hindu merupakan penguasa daerah di tingkat watek dan
yang banyak meninggalkan jejak sejarah melalui bukan pejabat ditingkat pusat yang mempunyai
prasasti yang ditemukan. Sejak abad 10 kerajaan bawahan patih juru/tuhan nin kanayakan (pejabat
Mataram kuno berpindah ke Jawa Timur yang pemerintah), wahuta (pemegang lungguh/tuan
dikuasai oleh dinasti baru yaitu wangsa Icana dan tanah), citralekha (juru tulis), dan matanda
dipimpin oleh seorang raja yang bernama Mpu (pembawa cap pejabat rakai atau pamgat).16 Patih
Sindok. membawahi parujar, tungu durun (penunggu
lumbung padi), dan prataya (pejabat yang
Dalam struktur birokrasi pemerintahan
mengurusi pendapatan) ; tuhan nin kanayakan
pada kerajaan Mataram Sri Maharaja ialah
membawahi juru/tuha nin wadwa ratai (pemimpin
penguasa tertinggi. Raja dianggap sebagai
para pemuda), juru/tuha nin kalula (pemimpin para
penjelmaan dewa di dunia, yang mendapatkan gelar
abdi), juru/tuha nin manrakat/manapal (pemimpin
abhiseka. Pendiri Dinasti Icana adalah Mpu
pemain tari topeng), juru/tuhan nin mawuat haji
Sindok, membangun kerajaannya di Tamwlang
(pemimpin para pekerja kepentingan kerajaan
(Tembelang) sekarang daerah dekat Jombang pada
ataupun umum) ; dan wahuta membawahi pituntun,
tahun 929 M. Mpu Sindok mendapatkan gelar
wahuta lampuran dan wahuta winkas wkas.
abhiseka dharmma yang menandakan bahwa ia
naik tahta melalui perkawinan, yaitu Sri Maharaja 3. Birokrasi Pemerintahan Tingkat
Rake Hino Mpu Sindok Wanua/Desa
Icanawikramadharmmotunggadewa.
Dinasti Icana di Jawa Timur memerintah bagian
Dalam menjalankan tugasnya, raja dibantu oleh dari sebuah kerajaan besar dengan struktur
putra mahkota ( rakryan mahamantri/mapatih i pemerintahan yang diadopsi dari penguasa
hino ), tiga putra yang lain ( rakryan mapatih i sebelumnya di Jawa Tengah. Pada pemerintahan
halu, rakryan mapatih i sirikan, dan rakryan Mpu Sindok struktur pemerintahannya sudah
mapatih i wka) serta seorang pejabat keagamaan sampai hingga lapisan terendah atau tingkat desa.
yang bergelar sam pamgat/samgat tiruan. Hal ini, dibuktikan dengan berbagai prasasti yang
salah satunya pada prasasti Cunggrang
Para rakai dan pamgat15 pejabat tinggi
menunjukkan adanya struktur pemerintahan
kerajaan yang berkedudukan di ibukota kerajaan,
sampai pada tingkat desa. Dari prasasti Cunggrang
dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh patih
tahun 929 M daerah Cunggrang dipercayakan
yang biasa mengurus masalah administrasi
kepada seorang wahuta.
pemerintahan yaitu parujar (juru bicara),
pituntun/pihujun (bertugas menyiarkan hal-hal Pada pemerintahan dinasti Icana memiliki
yang harus diketahui oleh rakyat), citralekha (juru struktur pemerintahan yang hampir sama tetapi
tulis), dan panuran (mengurusi perpajakan). dilengkapi oleh Mpu Sindok dengan struktur
tingkat perdikan atau desa yang dipercayakan pada
2. Birokrasi Pemerintahan Tingkat Watek
pejabat dengan gelar wahuta yang bekerja langsung
Kerajaan Mataram kuna terdiri dari daerah di bawah rakryan.17
pusat kerajaan yaitu ibukota kerajaan, daerah-
daerah watek dan wanua. Ibukota kerajaan dengan
istana raja atau sri maharaja, tempat tinggal putra
raja dan kaum kerabat berdekatan dengan para 16
Boechari. 2012. Melacak Sejarah Kuno
Indonesia Lewat Prasasti. Jakarta : Kepustakaan
Populer Gramedia. Hlm. 187
15 17
Pamgat -> pamegat ialah nama jabatan LPM Universitas Negeri Malang. 2007.
pemuka agama (pendeta) / pemimpin upacara Babad Pasoeroean. The HQ Center & BPSDD :
penetapan daerah perdikan (sima) Kab. Pasuruan. Hlm. 98

227
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 6, No. 1, Maret 2018

Dengan pendekatan sejarah lokal, sejak jaman A. Politik


Mataram kuno masyarakat sudah mengenal
susunan pemerintahan. Prasasti Cunggrang yang Perpindahan pusat pemerintahan dari Jawa
berisi penetapan sima menunjukkan sebuah struktur Tengah ke Jawa Timur memiliki beberapa faktor
pemerintahan tingkat desa. Dari prasasti Cunggrang guna mendirikan kerajaan baru atau dinasti baru.
inilah kita dapat mengetahui beberapa pejabat di Salah satu penyebab perpindahan pusat
tingkat desa yang diantaranya ada : pemerintahan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur
dikarenakan runtuhnya kerajaan Mataram yang
a. gusti : disebabkan oleh krisis politik. Perebutan tahta
orang kasta ketiga, waisya kerajaan ini menimbulkan peperangan antar
b. kalan atau tuha kalan : anggota kerajaan yang menimbulkam kekacauan
tukang kayu dan kehancuran bagi kerajaan Mataram. Jawa
c. wkas : Timur yang menjadi tempat berkumpulnya para
tujuan atau pesan (yang menyebarkan cendekiawan sebagai pilihan Mpu Sindok
berita kerajaan) memindahkan pusat pemerintahannya ke timur,
d. tuha banua : tetua dilihat dari ditemukannya tempat mandala di
desa atau pemangku desa lereng gunung penanggungan dalam prasasti
e. parujar : juru bicara Cunggrang.
f. hulair :
pejabat pengairan Pada masa pemerintahan Mpu Sindok keadaan
g. wariga : ahli politik kerajaan Mataram berjalan dengan damai
perbintangan (ahli nujum) dan aman. Hal ini dibuktikan dalam prasasti
h. tuhalas : pejabat yang Cunggrang dan prasasti Anjukladang disebutkan
mengurusi hasil hutan dan perburuan pembagian struktur pemerintahan dibagi dengan
i. tuha warah : yang adil dan berjalan dengan damai. Pada umumnya
mengurusi pemuda pemudi (karang struktur pemerintahan hanya terjadi pada
taruna) pemerintahan pusat yang mengelilingi istana raja,
j. hulu wras : yang namun pada masa pemerintahan. Mpu Sindok
mengurusi lumbung padi sudah sampai hingga tingkat desa. Di pemerintahan
pusat raja dibantu oleh seorang penasehat dan lima
KEADAAN POLITIK, EKONOMI, SOSIAL, mapatih. Sedangkan di pemerintahan desa,
BUDAYA, DAN RELIGI PADA dimpimpin oleh seorang wahuta. Terlihat dari
PEMERINTAHAN MPU SINDOK dalam prasasti Cunggrang struktur
pemerintahannya sudah terstruktur dan mulai
Dalam meninjau peristiwa-peristiwa dalam
berkembang. Selain pejabat pemerintahan ada juga
sejarah sering kali terdapat beberapa peristiwa yang
pejabat keagamaan yang saling mengiringi dalam
seolah-olah saling mempengaruhi karena kejadian-
lajunya kerajaan.
kejadian itu berlangsung dalam jarak waktu yang
relatif singkat. Mpu Sindok yang merupakan raja pertama pada
wangsa Icana dengan gelar Sri
Jika ditelaah kembali seakan-akan hubungan itu
Icanawikramadharmatungga. Dalam
tetap ada terutama dalam bidang politik. Tetapi
pemerintahannya Mpu Sindok dibantu oleh
pada hakikatnya kedua periode itu masing-masing
permaisurinya yang bernama Sri wardhani Pu Kbi.
mempunyai sifat dan bentuk tersendiri. Sama
Mpu Sindok dikenal sebagai raja adil dan
halnya dengan kerajaan Mataram kuno yang
bijaksana. Kebijakan-kebijakan yang dilakukan
memiliki perbedaan secara signifikan antara
Mpu Sindok sangat bagus diantaranya membangun
Mataran di Jawa Tengah dan di Jawa Timur. Jika di
bendungan untuk pengairan, melarang rakyat
Jawa Tengah dipimpin oleh dua dinasti yang
menangkap ikan pada siang hari untuk menjaga
menghasilkan keberagaman hasil budaya yang bisa
sumber daya alam, Mpu Sindok juga menaruh
kita nikmati hingga saat ini, sangat berbeda dengan
perhatiannya pada bidang sastra yang dibuktikan
dinasti di Jawa Timur yang banyak menghasilkan
dengan memperhatikan pengubahan kitab Buddha
prasasti yang berisikan penetapan sima ataupun
Mahayana menjadi kitab Sang Hyang Kahayanikan
tentang keagamaan saja.
(kitab Buddha Tantrisme).

228
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 6, No. 1, Maret 2018

B. Ekonomi pula sebuah bendungan untuk menghindari banjir


yaitu :
Perpindahan pusat pemerintahan dari Jawa
Tengah ke Jawa Timur membawa dampak yang Bunyi prasasti Harinjing tahun 804 M
menguntungkan karena secara tidak langsung Jawa
Timur dimasukkan ke dalam jaring-jaring “...la Bhagawanta Bārī i Culanggi sumaks han
perdagangan yang membentang dari Indonesia gawainira kali i Hariñjing hana ta ḷmaḥ ḍapu
Timur hingga selat Malaka. Selain itu wilayah di bhī sang apatih a yakan sīmaniran mula
Jawa Timur dekat dua aliran sungai yaitu sungai ḍawu tuha kāmbah deni kali hinêlyan ḷmaḥ
Brantas dan sungai Bengawan Solo yang sangat satamwah de Bhagawanta Bārī pa...”
penting artinya dalam jalur perdagangan dari
Terjemahan
daerah-daerah pedalaman ke daerah-daerah pesisir
maupun sebaliknya. Sungai Brantas yang bermuara “...seorang pendeta agung [Bhagawanta]
di Gunung Penanggungan. Karena hal itulah, bernama Bārī dari Culanggi menyaksikan
sungai Brantas dapat diarungi hingga ke penetapan tanah sīmanya [tanah bebas
pedalaman. Cabang sungai Brantas sebelah kanan pajak/perdikan] diperoleh dari pembuatan
adalah sungai Porong, sungai ini mengalir ke arah tanggul sungai di Hariñjing pada tanah milik
tenggara dan bermuara di daerah Surabaya dan Ḍapu Bhī seorang patih (tetua/sepuh) yang
Bangil. Cabang sebelah kiri adalah sungai Mas atau tergenang aliran [air] sungai yang mengalir
Kali Mas yang mengalir ke arah timur laut, [seluas] satu tamwah oleh Bhagawanta Bārī...”
melintasi kota Surabaya dan bermuara di selat
Madura. Sedangkan sungai Bengawan Solo
bermula di bukit sebelah selatan Surakarta. Sungai
ini melalui Sukowati, Jagaraga, Madiun, Jipang, C. Sosial
Blora, Tuban, Sedayu, dan bermuara di Gresik.
Dalam bidang sosialpun terdapat kemajuan
Penduduk desa ditepi sungai Brantas dan yang disebabkan perpindahan pusat pemerintahan.
Bengawan Solo dapat membawa para pedagang Dalam cara berpikir, makan, tempat tinggal, hingga
dan dagangannya dengan perahu, sekaligus dapat hiburan dan sebagainya. Di dalam prasasti
berhubungan dengan pedagang dari luar Jawa. Cunggrang tampak sekali masyarakatnya bergotong
royong untuk merawat desa Cunggrang. Selain itu,
Jenis-jenis komoditi yang diperdagangkan di pada masa pemerintahan Mpu Sindok sikap
pasar adalah hasil bumi seperti padi/beras, buah- toleransi terjalin dengan baik. Hal ini di tunjukkan
buahan, sirih, pinang, bawan, merica/lada, cabai, dengan adanya keinginan Mpu Sindok menyusun
kelapa, kemukus, kapulaga, mengkudu, bunga, dan kitab Sanghyang Kamahayanikan (Kitab Suci
hewan ternak.18 Agama Buddha), padahal Mpu Sindok sendiri
beragama Hindu. Pada prasasti Kamalagyan 1.037
Selain perdagangan masa pemerintahan Mpu M dan prasasti Harinjing 804 M juga
Sindok mengandalkan pertanian. Dapat di lihat meneyebutkan dalam hidup bermasyarakat haruslah
wilayah kekuasaan Mpu Sindok berada di tepian gotong royong, seperti pembuatan tanggul-tanggul
sungai Brantas dan di lereng Gunung sungai untuk menghindari banjir musiman maka
Penanggungan, dimana pada daerah itu tanahnya masyarakat sekitar tanah perdikan bergotong
sangat subur untuk bercocok tanam. Hasil bumi di royong membuat tanggul.
daratan tepian sungai Brantas yang utama adalah
padi. Dalam prasasti Kamalagyan 1.037 M Selain itu, pelapisan masyarakatnya masih
disebutkan bahwa dibangun sebuah waduk untuk berdasarkan struktur masyarakat yang
membendung air ketika musim hujan dan dialirkan menimbulkan stratifikasi sosial yang ditandai
untuk pengairan pada musim kemarau. Selain itu, dengan adanya maharaja, watek (tuha-tuha/buyut),
dalam prasasti Harinjing menyebutkan dibangun dan juga wanua (raka/rakai). Struktur
pemerintahannyapun sudah jelas di pusat
18 pemerintahan dipegang oleh seorang sri maharaja
Titi Surti N. 2003. Pasar Di Jawa Pada
Masa Mataram Kuna. Jakarta : Dunia Pustaka yang berkuasa penuh atas kerajaannya yang dibantu
Jaya. Hlm. 49 oleh mahamantri i hino ataupun mahamantri i halu.
Pada tingkat watek dipegang oleh seorang rakai

229
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 6, No. 1, Maret 2018

atau pamgat. Di tingkat wanua di perintah oleh yang ditulis ulang dan dipadukan dengan budaya
seorang rama. Jawa. Selain kesenian wayang kulit, terdapat pula
yang ikut berkembang yaitu hasil karya sastra
Pada masa wangsa Icana kondisi masyarakatnya berupa teks Mahabarata dan juga teks
banyak yang berprofesi sebagai petani, pedagang, Arjunawiwaha.
dan juga peternak. Hal ini disebabkan pada wilayah
Jawa Timur menguntungkan sebagai pertumbuhan Selain pertunjukan wayang kulit dan petilan
ekonomi masyarakatnya dan juga di dukung oleh wayang orang, ada lagi pertunjukan lawak
beberapa faktor, diantaranya : (mamirus dan mabanol). Pertunjukkan lawak selalu
dijumpai pada upacara penetapan sima. Dalam
a. Pada sektor pertanian sangat cocok karena relief-relief candi juga banyak melukiskan pelawak
wilayah Jawa Timur berada di dataran itu, yang mungkin prototipe tokoh-tokoh
rendah dan juga memiliki struktur tanah panakawan pada relief candi-candi di Jawa Timur.
yang subur sehingga sangat cocok untuk Hasil kebudayaan fisik yang berupa candi yang
dijadikan lahan pertanian. Pada periode ini masih terjaga hingga sekarang adalah candi
pertanian berkembang cukup pesat hingga Gunung Gangsir, candi Songgoriti, candi Belahan,
bisa memasarkan sampai ke Maluku Candi Jalatunda, dan candi Lor.
hingga Sulawesi.
b. Banyaknya masyarakat pada kerajaan Pelbagai macam tontonan itu tidak hanya
Mataram Kuno yang berdagang karena dipertontonkan pada upacara penetapan Sima. Ada
didukung adanya wilayah yang strategis. dalang, penabuh gamelan, penari, dan pelawak
Wilayah Jawa Timur berada pada dua yang memperoleh penghasilan dari profesinya itu.
aliran sungai yang mengalir hingga laut Seperti yang dikatakan diatas para seniman masuk
serta sungai Brantas dan sungai Bengawan ke dalam kelompok wargga kilalan. Dengan
Solo ini lebar dan cukup dalam bisa di dihapuskannya pajak oleh Mpu Sindok membuat
ewati kapal-kapal hingga pedalaman. para seniman tidak terbebani lagi sehingga bisa
Selain itu, di Jawa Timur adanya terus berkarya dan juga bisa menghibur. Tidak
pelabuhan yang berfungsi sehingga hanya para seniman tetapi para pedagang, petani,
banyak pedagang dari Nusantara yang dan peternak juga merasakannya sehingga
berlabuh dan menimbulkan interaksi. masyarakat merasa nyaman dan sejahtera tidak
c. Berada di wilayah yang subur sangat terbebabni lagi. Namun, sebagai gantinya
memungkinkan tumbuhnya berbagai jenis dihapuskan pajak Mpu Sindok meminta para warga
tumbuhan mulai dari pertanian hingga untuk merawat bangunan suci disekitar mereka.
tumbuhan lainnya dan di dataran rendah Maka dengan adanya upacara merawat bangunan
sangat cocok untuk berternak mulai dari suci itu telah berjalan turun temurun hingga
ayam, kambing hingga sapi. Peternakan sekarang dan menjadikan sebuah kebudayaan yang
mulai berkembang pesat sebab didukung telah melekat pada masyarakat. Contohnya, bersih
beberapa faktor, seperti pangan ternak desa atau ruwat desa, mebersihkan bangunan suci
tercukupi dan lahan peternakan cukup pada hari tertentu, dan merawat makam leluhur
luas. yang dikeramatkan.

D. Kebudayaan E. Religi
Perpindahan pusat pemerintahan ke Jawa Timur Salah satu gelar resmi dari raja Sindok adalah
maka ikut pula para seniman seperti pelukis, Mpu Sindok Icanawikrama Dharmattunggadewa
penyair, tukang pahat dan sebagainya. Keadaan yang artinya gelar ini dan juga berdasarkan isi
inilah memungkinkan di Jawa Timur dihasilkan prasastinya nyatalah bahwa raja Sindok beragama
karya-karya seniman yang termashur. Selain itu Ciwa. Hal lain yang menunjukkan Mpu Sindok
juga berdirinya pusat literasi bagi masyarakat yaitu beragama Hindu-Siwa yaitu dibangunnya sebuah
suatu mandala di lereng gunung penanggungan. pertapaan di lereng gunung Penanggungan, sebab
Begitu pula seni wayang berkembang dengan baik, ciri Hindu-siwa ialah banyak melakukan tapa brata,
ceritanya diambil dari karya sastra Mahabharata

230
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 6, No. 1, Maret 2018

bersembahyang di kuil dan melakukan yoga untuk diantaranya prasasti, candi, dan juga tempat-tempat
berjuang menyatu dengan siwa. bertapa.

Dibawah pemerintahan Mpu Sindok dikarang Peninggalan-peninggalan masa dinasti Icana


pula kitab Sang Hyang Kamahayanikan oleh hanya diambil pada wilayah-wilayah sebagai batas
Sambhara Suryawarana yang merupakan sebuah kekuasaan dinasti Icana, diantaranya pada sisi barat
kitab tentang ajaran-ajaran agama Budha ada candi Lor, timur ada prasasti Cunggrang yang
Tantrisme. Buddha Tantrisme adalah ajaran yang memuat tentang penetapan sima untuk merawat
melakukan pencapaian sebagai Bodhisattva. daerah Pawitra (candi Jolotundo dan candi
Bodhisattva dalam ajaran agama Buddha adalah Belahan), selatan ada candi Songgoriti, dan wilayah
manusia yang mendedikasikan dirinya demi utara ada prasasti Waharu IV.
kebahagiaan orang lain di alam semesta ini (calon
Buddha). Buddha Tantra yang berkembang dari
ajaran Buddha Mahayana tetapi ada perbedaan
1. Candi Lor
dalam hal praktik, bukan dalam hal filosofi. Dalam
ajaran Tantra, latihan meditasi sering di barengi Candi Lor terletak di Desa Candirejo,
dengan visualisasi. Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk. Laporan
tertua mengenai candi Lor ditulis oleh Raffles pada
Selain itu Mpu sindok Mendirikan sebuah
tahun 1817, yang mencatat bahwa pada daerah
bangunan suci yang dijadikan sebagai dharmaan
Anjukladang terdapat sebuah bangunan suci yang
ayah Pu Dyah Kbi yaitu Prasada Silunglung. Tidak
berdiri dengan sangat bagus mirip dengan candi
hanya itu, Mpu Sindok juga merawat sebuah
Jabung di Probolinggo.19 Bangunan candi Lor
Patapan yang disebutkan dalam prasasti
tidak memiliki ornamen dan pintu masuknya
Cunggrang, dimana Patapan itu dibuat untuk para
berada disebelah barat. Di tempat ini banyak juga
Rsi atau para Brahmana ingin melakukan bertapa.
ditemukan arca yang sudah cacat, diantaranya
Dengan adanya prasada dan patapan (rsi) dapat
Ganesha dan Nandi yang pada bulan Juli tahun
diperkirakan pada masa Mpu Sindok yaitu terdapat
1986 dibawa ke Kediri.
juga agama rsi dan juga bagawan.
Situs candi Lor dikenal sebagai tempat
PENINGGALAN DAN PERISTIWA
pertapaan tokoh Gentiri. Di halaman candi Lor
SEJARAH BERDASARKAN PRASASTI
terdapat sebuah prasasti yaitu prasasti Anjukladang
CUNGGRANG PADA MASA MPU SINDOK
yang berisi tentang bahwa candi Lor berdiri pada
A. Peninggalan-Peninggalan Sejarah Masa tahun 937 M, dan prasasti ini menjelaskan bahwa
Pemerintahan Mpu Sindok Mpu Sindok telah mengalahkan serangan dari
kerajaan Melayu, sehingga Mpu Sindok
Berdirinya sebuah kerajaan tak pernah lepas memebrikan daerah Anjukladang sebagai sima
dari sebuah peninggalan-peninggalan sejarah, yang swatantra.
menjadi bukti akan adanya kerajaan itu.
2. Candi Belahan
Peninggalan-peninggalan itupun beragam
diantaranya ada candi, prasasti, benda-benda
Candi Belahan terletak pada ketinggian 700
bersejarah, dan sebagainya.
mdpl yang merupakan sebuah petirthaan dari masa
Salah satunya kerajaan Mataram yang
Airlangga. Petirthaan Belahan terletak di sisi timur
meninggalkan banyak sekali peninggalan
gunung Penanggungan, tepatnya di wilayah
sejarahnya dari berbagai dinasti. Namun, yang
Wonosonyo, Kecamatan Gempol, Kabupaten
terbanyak meninggalkan sebuah peninggalan
Pasuruan. Petirthaan Belahan terdiri atas sebuah
adalah dari dinasti Sanjaya dan dinasti Syailendra.
kolam berbentuk persegi dan berukuran 6X4 m,
Dinasti Icana hanya meninggalkan beberapa tapi
dengan bekas bangunan dari batu bata merah di sisi
sangat berati bagi kekuasaan dinasti Icana. Dinasti
Icana yang dimulai pada tahun 929 M dan berakhir
pada tahun 1042 yang raja terakhirnya adalah
19
Airlangga menyisahkan beberapa peninggalan Renvile Siagian.---. Candi Sebagai Warisan
Seni dan Budaya Indonesia. Yogyakarta : Gajah
Mada University Press. Hlm. 206

231
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 6, No. 1, Maret 2018

selatannya. Bagian yang masih utuh menampilkan diberi hiasan vas bunga dan tumbuhan sulu-sulur.
dua arca dewi dalam posisi berdiri, masing-masing Bagian tubuh terdapat relung-relung yang dulunya
ditempatkan di relung. merupakan tempat arca.

Arca di kedua relung itu arca dewi Sri dan dewi 4. Candi Jalatunda
Laksmi. Arca-arca itu sebenarnya berjumlah tiga
Candi Jalatunda yang biasanya dikenal sebagai
buah, yaitu arca Airlangga yang menggambarkan
petirthaan Jalatunda, berlokasi di lereng sebelah
dewa wisnu yang sedang menaiki garuda dan
barat gunung Penanggungan, tepatnya berada di
sekarang disimpan di museum Mojokerto.
Dsn. Balekambang, Kel. Seloliman, Kec. Trawas,
Di sebelah utara bangunan candi Belahan Kab. Mojokerto. Candi yang terbuat dari batu
sekitar 500 meter, terdapat peninggalan utama yaitu andesit terletak pada ketinggian 525 mdpl, dan
dua buah Gapura candi serta fondasi candi, yang berada di kawasan hutan lindung. Situs Jalatunda
semuanya terbuat dari batu bata merah. Terlihat yang berlatar agama Hindu telah tertata rapi, indah,
juga sisa tembok serta berbagai objek lepas, seperti bersih, dan nyaman.
batu umpak, lumpang, dan lain-lain. Dapat
Pada masa lalu candi Jalatunda berfungsi
direkontruksi bahwa peninggalan candi Belahan
sebagai patirthan, atau sumber air keramat. Maka
dahulu merupakan dari suatu kompleks bangunan
dari itu, candi Jalatunda lebih dikenal sebagai
besar yang dulu dikelilingi tembok.
petirthaan Jalatunda yang berfungsi sebagai kolam
3. Candi Gunung Gangsir pemandian yang airnya berasal dari gunung
Penangggungan. Sumber air tersebut dilairkan
Candi Gunung Gangsir yang berada di Dusun melalui tiga saluran dinding belakang yang
Kebon Candi, Desa Gunung Gangsir, Kecamatan menempel pada kaki gunung. Sebuah pancuran di
Beji, Kabupaten Pasuruan. Nama candi ini sangat tengah dinding dan dua lainnya terdapat disebelah
unik, yang berasal dari kata “gunung” dan kanan dan kiri. Pancuran di sebelah kiri (utara)
“gangsir” yang memiliki mitos tersendiri bagi berbentuk kepala garuda, sedangkan di sebelah
penduduk sekitar. Kata Gunung diambil dari kanan (selatan) berbentuk kepala naga, dan yang
keberadaan bangunan candi ini di masa lampau ditengah berupa pancuran biasa yang dihias.
yang dikelilingi oleh gunung. Sedangkan kata
Gangsir (Jawa : nggangsir) berarti menggali lubang Bangunan utama candi Jalatunda berbetuk
di bawah permukaan tanah. Penduduk setempat kolam yang terbuat dari batu andesit, berukuran
memberikan nama ini karena dahulu ada seorang 16X13 m. Dibagian tengah terdapat sebuah teras
yang berusaha “menggangsir” gunung ini demi yang berelief episode kisah Mahabarata.21 Selain
memperoleh harta benda yang berharga dari dalam bangunan utama, ada juga dua buah bangunan
bangunan candi.20 pemandian disamping kanan dan kiri yang biasanya
dibuaut mandi pengunjung.
Di bagian depan terdapat pintu yang relatif
kecil sehingga cukup sulit untuk masuk. Bangunan Candi Jalatunda selain sebagai bangunan
candi ini terbuat dari batu bata merah, memiliki purbakala juga sebagai tempat beribadah umat
empat lantai, dengan dua lantai dasar yang Hindu. Ditandai dengan banyaknya masyarakat
merupakan tubuh dan atap candi yang sebenarnya. Hindu yang beribadah di candi ini.
Denah lantai dasar merupakan segi empat dengan
5. Candi Songgoriti
sebuah tonjolan pada sisi timur, berlawanan arah
dengan letak tangga. Denah tubuh dan atap candi Candi Songgoriti berlokasi di Dusun
juga segi empat, tetapi pada bagian keempat sisi Songgoriti, Desa Songgokerto, Kota Batu, tepatnya
dinding tubuh candi memiliki sebuah bidang di lembah yang memisahkan lereng gunung Arjuno
tonjolan yang ramping. Sekarang kondisi candi dan lereng gunung Kawi. Candi yang dibangun
berupa reruntuhan dan hampir semua sudut pada pada sekitar abad IX Masehi pada masa
lantai-lantai dalam keadaan rusak, sedangkan
puncak candinya telah hilang. Bagian kaki candi
21
Tim Ekspedisi Penanggungan Ubaya. 2013.
Mengenal Situs Purbakala Di Gunung
20
Ibid. Hlm 40 Penanggungan. Surabya : Ubaya Press. Hlm 27

232
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 6, No. 1, Maret 2018

pemerintahan Mpu Sindok yang berdasarkan merupakan bagian dari kerajan Mataram Kuno di
prasasti Sanggurann yang ditemukan tidak jauh dari Jawa Tengah yang kemudian dipindahkan
lokasi candi.22 Candi Songgoriti digolongkan kekuasaannya ke Jawa Timur oleh Mpu Sindok
sebagai candi tertua di Jawa Timur karena yang membawa cikal bakal kerajaan baru dengan
hiasannya berlanggam Jawa Tengah. Candi wangsa baru dan gaya pemerintahan yang berbeda
Songgoriti menurut sifat keagamaannya berlatar pula.
belakang Hindu Siva. Hal ini diketahui pada saat di
pugar pada tahun 1936 dan 1946 ditemukan empat Kemunculan Mpu Sindok di panggung sejarah
buah peti antara lain berisi Lingga dari bahan emas, telah menciptakan berbagai peristiwa sejarah di
Yoni dari bahan perunggu, mata uang, dan juga Jawa Timur yang berkesan. Salah satunya yaitu
kepingan emas yang bertuliskan nama dewa. peristiwa di balik dari dikeluarkannya prasasti
Cunggrang. Prasasti Cunggrang adalah salah satu
Bagian kaki dan tubuh candi masih merupakan prasasti Mpu Sindok yang berada di kawasan
susunan asli di sisi utara, timur, dan barat. Pasuruan lebih tepatnya berada di Dusun Sukci,
Sedangkan, bagian selatan sudah hilang. Pada Desa Bulusari, Kecamatan Gempol, Kabupaten
bagian utara candi terdapat tiga buah pancuran air Pasuruan. Prasasti ini dikeluarkan karena daearah
yang dulu berfungsi sebagai petirthaan. Ketiga ini dijadikan sima swatantra oleh Mpu Sindok agar
sumber air pancuran tersebut terletak dapat merawat daerah Pawitra.
berdampingan. Selain itu, candi Songgoriti
memiliki keunikan tersendiri yaitu tidak adanya Sejarah Pasuruan sendiri diawali dari masa
tangga yang menuju bilik tengah candi. Bilik induk kerajaan Kalingga dalam catatan Tiongkok
dirancang untuk tidak dapat dimasuki karena disebutkan bahwa “Cho’po (Jawa) pada tahun 674-
ukurannya yang kecil dan sempit. Candi ini 675 M. Berdiri sebuah kerajaan Ho-ling” yang
menghadap ke timur karena pintu utama candi dipimpin oleh seorang raja bernama Si-Ma.”
berada di sisi timur yang mengarah pada ruang
Setelah Kalingga kemudian memasuki masa
induk. Di bawah ruang induk terdapat sumber air
Mataram Kuno pada tahun 856 M yang di dirikan
panas yang mengalir dengan sendirinya.
oleh dinasti Sanjaya. Pada tahun 889-910 M
Candi Songgoriti dibangun atas petunjuk Mpu diperintah oleh Sri Icwarakecawtsawatungga yang
Sindok dengan tujuan sebagai bangunan suci dan berhasil melebarkan kekuasaannya hingga ke Jawa
petirthaan bagi para pandai logam (kajurugusalyan) Timur. Sejak 929 banyak diketemukan bukti-bukti
di Mananjung. Sehingga candiini sengaja dibangun sejarah berupa prasasti di Jawa Timur, yang
di atas sumber mata air panas yang memancar dari diketahui dipimpin oleh raja dari keluarga lain
tanah.23 yaitu Mpu Sindok. Dengan berpindahnya
kekuasaan pada keluarga baru maka habislah
B. Peristiwa Sejarah Berdasarkan Prasasti riwayat Sanjayawamca dan juga Jawa Tengah
Cunggrang Pada Masa Mpu Sindok sebagai pusat pemerintahan.

Kejadian atau fakta yang terjadi di dalam Perpindahan kekuasaan dari Sanjaya kepada
masyarakat menjadi sumber data sejarah, maka dari keluarga Icana berlangsung seacara damai melalui
itu setiap kegiatan kita akan menjadikan suatu perkawinan, tetapi sebab perpindahan
peristiwa sejarah dalam hidup kita. Peristiwa pemerintahan ini masih belum jelas penyebabnya.
sejarah tak pernah lepas dari seorang tokoh yang
berperan, dalam hal ini kita membahas sebuah Setelah pemerintahan dipindahkan ke Jawa
peristiwa dari salah satu kerajaan yag berperan Timur, Mpu Sindok telah mengeluarkan lebih dari
penting dalam kesejarahan di Jawa Timur yaitu 30 prasasti salah satunya Prasasti yang terletak di
kerajaan Mataram Kuno atau lebih dikenal sebagai Dusun Sukci, Desa Bulusari, Kecamatan Gempol
Medang Kamulan. Medang Kamulan ini yaitu Prasasti Cunggrang, yang menyebutkan
bahwa Mpu Sindok memerintahkan agar rakyat
22
Didik Hermawan. 2010. Jejak Candi Cunggrang yang termasuk wilayah Bawang,
Nusantara. Lumine Books : Yogyakarta. Hlm. 99 dipimpin oleh wahuta Wungkal untuk menjadi sima
23
Moh. Fadli dan Jazim Hamidi. 2014. Sejarah bagi pertapaan di Pawitra dan memelihara
Candi Dan Sumber Mata Air Panas Songgoriti. pertapaan dan prasada. Penanggalan dalam prasasti
Malang : Universitas Brawijaya Press. Hlm. 11

233
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 6, No. 1, Maret 2018

ini dikonversikan oleh Balai Arkeologi Yogyakarta Indonesia ini memiliki periodesasi yang cukup
dengan Hari Jum’at Pahing, tanggal 18 panjang diantaranya masa Hindu-Buddha. Masa
September 929 M.24 kerajaan Hindu-Buddha sebagai materi wajib kelas
X dengan sub materi pokok “Mataram Jawa
Setelah melakukan kajian yang utuh dan Timur” yang sesuai dengan Kompetensi Dasar :
menyeluruh terhadap fakta Sejarah Kabupaten
Pasuruan, Maka diperoleh hari kelahiran a. 3.6 Menganalisis perkembangan
Kabupaten Pasuruan berdasarkan PRASASTI kehidupan masyarakat, pemerintahan, dan
CUNGGRANG / SUKCI yang terletak di Dusun budaya pada masa kerajaan-kerajaan
Sukci, Desa Bulusari, Kecamatan Gempol maka Hindu-Buddha di Indonesia serta
Kabupaten Pasoeroean Lahir pada Hari Jum’at menunjukkan bukti-bukti yang masih
Pahing tanggal 18 September 929 M.25 berlaku pada kehidupan masyarakat
Indonesia masa kini.
Dan atas dasar pertimbangan perjalanan sejarah
inilah, maka diundangkan Peraturan Daerah b. 4.6 Menyajikan hasil penalaran dalam
Kabupaten Pasuruan Nomor 8 Tahun 2007 tentang bentuk tulisan tentang nilai-nilai dan unsur
Hari Jadi Kabupaten Pasuruan yang budaya yang berkembang pada masa
menetapkan tanggal 18 September sebagai Hari kerajaan Hindu-Buddha yang masih
Jadi Kabupaten Pasuruan dan diperingati setiap berkelanjutan dalam kehidupan Indonesia
tahun di wilayah Kabupaten Pasuruan. masa kini.

C. Prasasti Cunggrang sebagai Sumber Dalam materi ini kita mengenalkan kerajaan
Sejarah dalam Pembelajaran Kurikulum Mataram Kuno sebagai salah satu kerajaan Hindu-
13 Buddha terbesar di pulau Jawa dan telah banyak
meninggalkan peninggalan benda bersejarah,
Pembelajaran sejarah semakin hari semakin
seperti Candi, Prasasti, Karya Sastra, dll.
inovatif dengan berkembangnya pusat literasi dan
juga teknologi. Dalam Kurikulum 13 atau lebih Kerajaan Mataram Kuno berdiri sekitar abad 7
dikenal masyarakat K13 membawa dampak positif M yang didirikan oleh Sanjaya (732-754 M) setelah
dalam belajar sejarah. Seperti yang dijelaskan itu terjadi perebutan kekuasaan dan dimenangkan
dalam konsep belajar K13 yang menggunakan oleh Syailendra berdasasrkan prasasti Kalasan (778
pendekatan saintifik merupakan kerangka M). Kerajaan Mataram Kuno memiliki dua periode
pembelajaran, sebagai bentuk adaptasi dari yaitu periode Jawa Tengah dan periode Jawa
langkah-langkah ilmiah. Model pembelajaran yang Timur. Di periode Jawa Timur dipimpin oleh Mpu
diperlukan adalah pembelajaran yang memberikan Sindok (929-947 M), perpindahan Mataram Kuno
ruang bagi pembiasaan kecakapan berpikir dan ke Jawa Timur memiliki beberapa alasan
kemampuan berpikir kreatif. diantaranya permasalahan sosial, politik, ekonomi
dan agama. Dalam pemerintahan Mpu Sindok ini
Proses pembelajaran dapat diidentikkan dengan
berbeda dari periode Jawa Tengah yang telah
proses saintifik jika berbasis pada bukti-bukti dari
banyak meninggalkan peninggalan-peninggalan
objek yang dapat di observasi, empiris, dan terukur
sejarahnya.
dengan prinsip-prinsip penalaran spesifik. Selain
itu Kontekstual pembelajaran sesuai dengan Sebagai bukti peninggalan sejarah Mataram
kondisi lingkungan peserta didik juga diupayakan Kuno periode Jawa Timur yang masih bisa
untuk menunjang kegiatan belajar. dinikmati hingga masa kini diantaranya candi
Belahan, candi Gunung Gangsir, candi Jolotundo,
Dalam hal ini pada materi Kerajaan Hindu-
candi Lor, dan candi Songgoriti. Prasasti
Buddha dapat dijadikan contoh. Sebab sejarah
Anjukladang, prasasti Cunggrang, prasasti
24 Linggasutan, prasasti Turyan, dll.
LPM Universitas Negeri Malang. 2007.
Babad Pasoeroean. The HQ Center & BPSDD :
Kab. Pasuruan. Hlm. 18 Dengan beberapa bentuk peninggalan sejarah
25
Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan diharapkan siswa dapat menganalisis
Nomor 8 Tahun 2007 perkembangan kehidupan masyarakat,

234
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 6, No. 1, Maret 2018

pemerintahan, dan budaya. Kemajuan teknologi (raka/rakai). Kebudayaan, segi kebudayaanpun ikut
dan beberapa sumber referensi dapat memudahkan ambil bagian dalam perpindahan pusat kerajaan ini
siswa dalam menggambarkan bentuk kehidupan yang dimana di Jawa Timur di hasilkan karya-
masyarakat, pemerintahan, dan budaya dari karya seniman termashur, selain itu berdirinya
kerajaan Mataram kuno Jawa Timur. pusat literasi di daerah lereng gunung
Penanggungan. Masih ada lagi yaitu pertunjukkan
wayang yang pada saat itu sebagai tontonan
PENUTUP masyarakat pada kegiatan keagaamaan. Terakhir
A. Kesimpulan Religi, salah satu gelar dari raja Sindok adalah Mpu
Sindok Icanawikrama dharmattunggadewa yang
Prasasti Cunggrang yang berlokasi di Dusun
artinya gelar ini dan juga peninggalan prasastinya
Sukci, Desa Bulusari, Kecamatan gempol,
menunjukkan bahwa Mpu Sindok beragama Hindu-
kabupaten Pasuruan yang merupakan sebuah
Siwa.
prasasti yang berstatus sebagai sima. Prasasti
Cunggrang dijadikan sima sebab rakyat Cunggrang Dari beberapa peninggalan dinasti Icana pada
dibawah kepemimpinan Wahuta Wungkal pemerintahan Mpu Sindok menunjukkan wilayah
diperintahkan untuk merawat daerah Pawitra yang kekuasaannya diantara di Malang ditunjukkan
sekarang Gunung Penanggungan. Dari Prasasti dengan keberadaan candi Songgoriti, Nganjuk ada
Cunggrang dapat direkontruksi beberapa Candi Lor, di Pasuruan ada candi Gunung Gangsir
peninggalan Mpu Sindok sebagai wujud daerah dan juga prasasti Cunggrang yang menunjukkan
kekuasaannya. Dari beberapa peninggalannya keberadaan sebuah petirthaan yaitu candi
mempunyai kemiripan satu sama lain. Belahan/petirthan Belahan dan candi
Jalatunda/petirthan Jalatunda. Selain sebuah
Birokrasi pemerintahan pada Mataram Kuno
peninggalan-peninggalan bersejarahnya pada masa
Jawa Timur terus berkembang dari yang bersifat
pemerintahan Mpu Sindok di wiliyah Pasuruan
sederhana hingga terstruktur dengan baik hingga ke
meninggalkan sebuah peristiwa penting. Dimana
tingkat desa. Pada pemerintahan kerajaan Mataram
penanggalan pada prasasti Cunggrang dijadikan
khususnya dinasti Icana telah mengadopsi
sebagai Hari Jadi Kabupaten Pasuruan dengan
pemerintahan dari Mataram Jawa tengah namun
pertimbangan bahwa prasasti Cunggrang
disempurnakan kembali dengan pengaturan posisi
merupakan peninggalan tertua pada Kabupaten
yang berbeda pada tiap lapisan .
Pasuruan.
Keadaan politik, ekonomi, sosial, budaya, dan
Dalam Kurikulum 13 kerajaan Hindu-Buddha
religi pada pemerintahan Mataram Kuno Jawa
memiliki peranan penting menjelaskan kesejarahan
Timur sudah stabil. Dimana keadaan politik telah
di Indonesia dan mampu menjelaskan bukti-bukti
mengalami perkembangan yang signifikan dari
peninggalan yang ada hingga saat ini. Salah
yang berpola sederhana yang pemerintahannya
satunya prasasti Cunggrang yang merupakan salah
hanya berpusat pada daerah tingkat pusat kini
satu peninggalan Mpu Sindok mampu memberikan
sudah merata hinnga ke watak. Dari segi ekonomi
penjelasan sebagai sumber sejarah maupun
telah memberikan dampak yang menguntungkan
menjelaskan bentuk pemerintahan pada masa Mpu
karena secara tidak langsung Jawa Timur
Sindok dan menggambarkan bagaimana keadaan
dimasukkan ke dalam jaring-jaring perdagangan
masyarakat sosial budaya pada kerajaan Mataram
yang membentang dari Indonesia Timur hingga ke
Kuno masa Mpu Sindok.
selat Malaka. Sehingga perekonomian masyarakat
Mataram Kuno berkembang pesat dan rakyatnya B. Saran
makmur. Ketiga segi sosial, mendapatkan
kemajuan yang disebabkan perpindahan pusat Berdasarkan urain hasil analisis diatas terhadap
kerajaan. Seperti, dalam prasasti Cunggrang penelitian “Studi Historis Prasasti Cunggrang
tampak sekali masyarakatnya bergotong royong Sebagai Sumber Sejarah Pada Pemerintahan Mpu
untuk merawat daerah Pawitra. Meskipun dalam Sindok tahun 929-947 M.” Penulis mengharapkan
pelapisan masyarakatnya masih bersifat stratifikasi saran untuk menyempurnakan tulisan ini
sosial yang ditandai dengan adanya maharaja, dikarenakan tulisan ini masih jauh dari kata
wanua (tuha-tuha/buyut), dan juga watek sempurna, sebagai berikut :

235
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 6, No. 1, Maret 2018

1. Kepada pembaca diharapkan tidak hanya Surabaya : Unesa Press


mengetahui sebuah peninggalan dari
kerajaan Mataram Kuno Jawa Timur, Aminuddin Kasdi. 2011. Perkembangan Birokrasi
namun juga mengetahui makna dan pesan
yang berada dalam penelitian ini. Serta Tradisional Di Jawa Pada Abad XIV-XVIII.
nilai-nilai kesejarahan yang terkandung
dalam isi prasasti Cunggrang sebagi Surabaya : Unesa Press
media pembelajaran moral, sosial di dalam
bermasyarakat. Bambang Budi Utomo. 2013. Buddha di
2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat
Nusantara. Jakarta : Buddhist Education Centre
mengadakan penelitian yang lebih
mendalam tentang “Studi Historis Prasasti
Boechari. 2012. Melacak SejarahKuno Indonesia
Cunggrang Sebagai Sumber Sejarah Pada
Masa Mpu Sindok Tahun 929-947 M” dan Lewat Prasasti. Jakarta : Kepustakaan
menemukan topik-topik permasalahan
yang lain, karena masih banyak prasasti- Populer Gramedia
prasasti yang masih belum terealisasi ke
dalam penelitian dan juga sebagai sumber Lydia Kieven. Worshiping Siva and Buddha.
data sejarah.
Honolulu : Univercity of Hawai’I Press
DAFTAR PUSTAKA
Denys Lombard. 2005. Nusa Jawa : Silang Budaya
Arsip/Dokumen
Warisan Kerajaan-Kerajaan Konsentris.
Deskripsi Benda-Benda Cagar Budaya Tidak
Bergerak di Jawa Timur Per Kabupaten. BPCB Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Jawa Timur
Didik Hermawan. 2010. Jejak Candi Nusantara.
Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan Nomor 8
Tahun 2007 Lumine Books : Yogyakarta

Buku Eko Praptanto. 2010. Sejarah Indonesia Zaman

A.J. Bernet Kempers. 1959. Ancient Indonesia Art. Sejarah Kuno. Jakarta : PT Bina Sumber Daya

Cambridge : Harvard Univercity Press Mpia


Agus Aris Munandar, Bambang Budi Utomo, dkk.
J.L.A. Brandes. 1913. Oud-Javaansche
2012. Indonesia Dalam Arus Sejarah. Jakarta :
Oorkounden (OJO). VGB. deel XCI. Batavia :
PT Ichtiar Baru van Hoeve dan Kementrian
Albecht & Co. S’ Hage Martinus Nijheff
Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Iskandar. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Indonesia
Jakarta : Gaung Persada
Aminuddin Kasdi. 1996. Mengenal Sumber
Sejarah I : LPM Universitas Negeri Malang. 2007. Babad

Negarakertagama Sebagai Sumber Sejarah . Pasoeroean. Yogyakarta : Galangpress

Surabaya : IKIP Surabaya Marwati Djoenod Poesponegoro, dkk. 2009.

Aminuddin Kasdi. 2011. Memahami Sejarah. Sejarah Nasional Indonesia Jilid II. Jakarta :

236
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 6, No. 1, Maret 2018

Balai Pustaka Penerbit Ombak

Moehadi. 1986. Sejarah Indonesia. Jakarta : Sri Swami Sivananda. 1993. Intisari Ajaran Agama

Karunika Jakarta, Universitas Terbuka Hindu. Surabaya : Paramita

Moh. Fadli dan Jazim Hamidi. 2014. Sejarah Candi Tim Ekspedisi Penanggungan Ubaya. 2013.

Dan Sumber Mata Air Panas Songgoriti. Mengenal Situs Purbakala Di Gunung

Malang : Universitas Brawijaya Press Penanggungan. Surabaya : Ubaya Press

P.J. Zoetmulder dan BD. Robson. 2004. Kamus Titi Surti N. 2003. Pasar Di Jawa Pada Masa

Jawa Kuna Indonesia. Jakarta : Gramedia Mataram Kuna. Jakarta : PT Dunia Pustaka

R.S. Gupte. 1971. Iconography of the Hindu and Jaya

Buddhist and Jains. Bambay : D.B. ---. 2004. 50 Tahun Pusdik Brimob Watukosek

Tarapovela Sons & Co. Private LT Jawa Timur. Surabaya : Unesa University

R, Pitono. 1961. Sedjarah Indonesia Lama. Malang Press.


: Lembaga Penerbitan Institut Keguruan dan Jurnal

Ilmu Pendidikan Malang Windi Ika D.S dan Anjar Mukti W. 2017. Prasasti
Anjukladang Di Nganjuk Jawa Timur (Sejarah dan
Renvile Siagian. ---. Candi Sebagai Warisan Seni
Potensinya Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah).
Jurnal Agastya vol 7 No 1 Januari 2017. Diakses
dan Budaya Indonesia. Yogyakarta : Gadjah
pada tanggal 08 Juli 2017 Pukul 12.55
Mada University Press
Internet
R.P Suyono. 2004. Peperangan Kerajaan Di
https://jawatimuran.net/2013/11/24/prasasti-anjuk-
ladang%EF%BB%BF/
Nusantara. Jakarta : Grasindo
https://febymarantika.wordpress.com/2017/03/13/c
Soekmono. 1973. Sejarah Kebudayaan Indonesia.
andi-lor-loceret-nganjuk/
Jakarta : Kanisius
http://maherasuronggomo.blogspot.co.id/2015/02/c
Soeroto. 1975. Mataram 1. Bandung : andi-songgoriti-tempat-bertemunya-ken.html
14/11/2017 pukul 01.16
Sanggabuwana
http://ngalam.co/2016/01/19/candi-songgoriti-atau-
candi-supo-candi-langka-di-batu/
Supratikno Rahardjo. 2011. Peradaban Jawa dari
http://jawakuno.com/nilai-budaya-prasasti-
Mataram Kuno Sampai Majapahit Akhir.
harinjing/ pkl 00.16 tgl 08 Okt 2017
Jakarta : Komunitas Bambu https://alangalangkumitir.wordpress.com/2010/04/1
6/prasasti-kamalagyan/ 00.28 tgl 08 Okt 2017
Suwardono. 2013. Tafsir Baru Kesejarahan ken

Arok (Pendiri Wangsa Rajasa). Yogyakarta :

237

Anda mungkin juga menyukai