Anda di halaman 1dari 9

Lampiran 1

1. skor > 175 : Kawasan Lindung;


2. skor 124 – 174 : Kawasan Penyangga;
 Pemberian skor 3. skor < 124 : Kawasan Budidaya Tanaman
 Total skor Tahunan;
4. Kawasan Budidaya Tanaman Semusim; dan
5. Kawasan Permukiman
SK MENTAN

 0-75 : kwsn budidaya tanaman semusim / pemukiman


 76-124 : kwsn hutan produksi atau hutan konversi serta
SKLK  Pemberian skor merupakan kawasan budidaya tanaman tahunan
 Total skor  125 – 174 : kwsn hutan produksi terbatas dan kawasan
penyangga
 ≥ 175, merupakan kawasan lindung

USDA

1) SK MENTAN
Berdasarkan SK tersebut, penggunaan lahan dibagi menjadi 5 kawasan
peruntukan, yaitu :
1. Kawasan Lindung;
2. Kawasan Penyangga;
3. Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan;
4. Kawasan Budidaya Tanaman Semusim; dan
5. Kawasan Permukiman
Faktor pembatas yang digunakan untuk klasifikasi ini adalah :
a. Kemiringan Lereng (dinyatakan dalan satuan persen) :
Kelas I =0 – 8 % (Datar) Nilai Skor 20
Kelas II = 8 – 15 % (Landai) Nilai Skor 40
Kelas III = 15 – 25 % (Agak Curam) Nilai Skor 60
Kelas IV = 25 – 45 % (Curam) Nilai Skor 80
Kelas V = > 45 % (Sangat curam) Nilai Skor 100

Studio Perencanaan Wilayah 2005


Lampiran 2

b. Faktor jenis tanah menurut kepekaannya terhadap erosi :


Kelas I = Aluvial, tanah Glei, Planosol, Hidromorf Kelabu, Laterik Air
Tanah (Tidak peka) Nilai Skor 15
Kelas II = Latosol (Agak peka) Nilai Skor 30
Kelas III = Brown Forest Soil, Non Caleic Brown, Mediteran (Agak peka).
Nilai Skor 45
Kelas IV = Andosol Laterek, Grumosol, Podsoil, Podsolic (Peka)
Nilai Skor 60
Kelas V = Regosol, Litosol, Atnogosol, Renzine (Sangat Peka)
Nilai Skor 75

c. Faktor Intensitas Hujan Harian :


s
Kelas I = /d 13,6 mm/hari (sangatrendah) Nilai Skor 10
Kelas II = 13,6 – 20,7 mm/hari (rendah) Nilai Skor 20
Kelas III = 20,7 – 27,7 mm/hari (sedang) Nilai Skor 30
Kelas IV = 27,7 34,8 mm/hari (tinggi) Nilai Skor 40
Kelas V = > 34,8 mm/hari (Sangat tinggi) Nilai Skor 50

Dengan menjumlahkan skor ketiga faktor tersebut maka dapat ditetapkan penggunaan
lahan pada setiap kawasan adalah sebagai berikut :

A. Kawasan Lindung
Areal dengan jumlah nilai skor untuk kemampuan lahan sama dengan atau
lebih dari 175. atau memenuhi salah satu atau beberapa syarat berikut :
Mempunyai lereng lapang >45 %;
Tanah sangat peka terhadap erosi yaitu jenis tanah Regosol, Litosol,
Organosol, dan Renzine dengan lereng >45 %;
Merupakan jalur pengaman aliran sungai/air sekurang-kurangnya 100
meter di kiri kanan sungai/aliran air tersebut;
Mempunyai ketinggian 2000 meter di atas permukaan air laut;
Guna keperluan/kepentingan khusus dan diterapkan oleh pemerintah
sebagai kawasan lindung.

Studio Perencanaan Wilayah 2005


Lampiran 3

B. Kawasan Penyangga
Areal dengan jumlah nilai skor untuk kemampuan lahannya adalah 124 – 174
dan atau memenuhi beberapa kriteria umum, sebagai berikut :
Keadaan fisik areal memungkinkan untuk dilakukan budidaya secara
ekonomis;
Lokasinya secara ekonomis mudah dikembangkan sebagai kawasan
penyangga;
Tidak merugikan segi-segi ekologi lingkungan.

C. Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan


Areal dengan jumlah nilai skor untuk kemampuan lahannya 124 ke bawah
serta cocok atau seharusnya dikembangkan usaha tani tanaman tahunan (kayu-
kayuan, tanaman perkebunan dan tanaman industri). Disamping itu areal
tersebut harus memenuhi kriteria umum untuk kawasan penyangga.

D. Kawasan Budidaya Tanaman Semusim Setahun


Areal dengan kriteria seperti dalam penetapan kawasan budidaya tanaman
tahunan akan tetapi areal tersebut cocok atau seharusnya dikembangkan usaha
tani tanaman semusim/setahun.

E. Kawasan Permukiman
Areal yang memenuhi kriteria budidaya cocok untuk areal permukiman serta
secara mikro mempunyai kelerengan 0 – 8 %.

KRITERIA PENGGUNAAN LAHAN MENURUT SK MENTAN


No.837/Kpts/UM/II/1980 dan No. 683/Kpts/UM/II/1981

Adapun faktor pembatas yang digunakan dalam klasifikasi ini adalah :


1. Kemiringan Lereng (dinyatakan dalam satuan %)
 Kelas 1 : 0-8% (datar) Nilai Score = 20
 Kelas 2 : 8-15% (landai) Nilai Score = 40
 Kelas 3 : 15-25% (agak curam) Nilai Score = 60

Studio Perencanaan Wilayah 2005


Lampiran 4

 Kelas 4 : 25-45% (curam) Nilai Score = 80


 Kelas 5 : > 45% (sangat curam) Nilai Score = 100
2. Faktor Jenis Tanah Menurut Kepekaannya Terhadap Erosi
 Kelas 1 : Aluvial, tanah glei, planosol, hidromof kelabu, laterik air tanah (tidak
peka) Nilai Score = 15
 Kelas 2 : latosol (agak peka) Nilai Score = 30
 Kelas 3 : brown forest soil, non caleic brown, mediteran (agak peka)
Nilai Score = 45
 Kelas 4 : andosol laterek, grumosol, podsoil, podsolic (peka) Nilai Score = 60
 Kelas 5 : regosol, litosol, atnosol, renzine (sangat peka) Nilai Score = 75
3. Faktor Intensitas Hujan Harian
 Kelas 1 : s/d 13,6 mm/hari (sangat rendah) Nilai Score =10
 Kelas 2 : 13,6-20,7mm/hari (rendah) Nilai Score = 20

2) KESESUAIAN LAHAN (SKLK)


Maksud kesesuain lahan adalah kesesuain penggunaan lahan berdasarkan skor
yang telah ditentukan / standar untuk mengetahui bentang alam yang digunakan sebagai
kawasan budidaya maupun kawasan non budidaya.
Parameter yang digunakan untuk kesesuaian lahan ini adalah :
1. Intensitas curah hujan
Merupakan rata-rata curah hujan dalam mm setahun di suatu tempat dibagi dengan
rata-rata jumlah hari hujan setahun di tempat bersangkutan. Untuk nilai skor untuk
curah hujan sebagai berikut :
Kelas I (sangat rendah) : intensitas curah hujannya 0 - 13.6 mm / hari.
Kelas II (rendah) : intensitas curah hujannya 13.6 - 20,7 mm / hari.
Kelas III (sedang) : intensitas curah hujannya 20,7 - 22,7 mm / hari.
Kelas IV (tinggi) : intensitas curah hujannya 22,7 - 34,8 mm / hari.
Kelas V (sangat tinggi) : intensitas curah hujannya > 34,8 mm / hari.

Kelerengan meliputi :
Kelerengan kelas I (datar) : 0 - 8 %
Kelerengan kelas II (landai) : 8 - 15 %

Studio Perencanaan Wilayah 2005


Lampiran 5

Kelerengan kelas III (agak curam) : 15 - 25 %


Kelerengan kelas IV (curam) : 25 - 45 %
Kelerengan kelas V (sangat curam) : > 45
Kepekaan terhadap erosi
Kelas I (rendah / tidak peka) : alluvial, tanah glei, planosol, hidromorf kelabu
dan laterit air tanah.
Kelas II (sedang / agak peka) : latosol
Kelas III (tinggi / kurang peka) : kambisol, mediteran, tanah brown forest, non
calcic brown.
Kelas IV (sangat tinggi / peka) : Vertisol, andosol, grumosol, laterit, podsol dan
podsolik.
Kelas V (amat sangat tinggi / sangat peka)litosol, organosol, rendzina, regosol.
Untuk menetapkan kawasan hutan lindung dalam suatu wilayah maka nilai dari
tiap parameter tersebut dijumlahkan, setelah masing-masing dikalikan dengan
nilai timbangan yang sesuai dengan besarnya pengaruh terhadap erosi. Adapun
nilai timbangan tersebut adalah :
1. Kelerengan = 20
2. Jenis Tanah (kepekaan terhadap erosi) = 15
3. Intensitas curah hujan = 10
Setelah dijumlahkan maka akan memperoleh hasil sebagai berikut :
1. Nilai skor 0 - 75, merupakan kawasan budidaya tanaman semusim /
pemukiman.
2. Nilai skor 76 - 124, merupakan kawasan hutan produksi atau hutan konversi
serta merupakan kawasan budidaya tanaman tahunan.
3. Nilai skor 125 - 174, merupakan kawasan hutan produksi terbatas dan
kawasan penyangga.
4. Nilai skor lebih besar atau sama dengan 175, merupakan kawasan lindung.1
Untuk klasifikasi sifat-sifat daerah aliran yang mempengaruhi limpasan
permukaan dengan hubungan dengan kerengan dikutip dari enginering Hand Book for
farm Planners (dalam hudson,1981) menyatakan bahwa :

1
Angkatan 1995, Land Use Planning Kabupaten Jember (Malang : Jurusan Planologi Institut Teknologi
Nasional , 1999), hal. I - 32 - I - 34

Studio Perencanaan Wilayah 2005


Lampiran 6

Kelerengan rata-rata diatas 30 %, untuik daerah sifat aliran permukaannya


sangat tinggi.
Kelerengan rata-rata 10-30 % (berbukit), untuk daerah sifat aliran
permukaannya tinggi.
Kelerengan rata-rata 5-10 % ( bergelombang), untuk daerah sifat aliran
permukaannya normal.
Untuk lereng tang relatif datar (0-5%), pada daerah ini sifat aliran
permukaannya rendah.2

3) USDA
Menurut sistem yang dikembangkan USDA, digunakan delapan kriteria sebagai
faktor-faktor pembatas tersebut adalah :
a. Kelerengan
Sesuai dengan sistem USDA kelerengan dibedakan menjadi 7 kelas
a. 10 : datar (0-3%)
b. 11 : landai/berombak (3-8%)
c. 12 : agak miring/bergelombang (8-15%)
d. 13 : miring/berbukit (15-30%)
e. 14 : agak curam (30-45%)
f. 15 : curam (45-65%)
g. 16 : sangat curam (>65%)
b. Tekstur tanah
Klasifikasi tekstur tanah menurut USDA dan digunakan di Indonesia, antara lain :
a. T1 :halus, yang meliputi liat dan liat berdebu
b. T2 :agak halus, yang meliputi tanah liat berpasir, lempung, liat
berdebu, lempung berliat dan lempung berdebu
c. T3 :sedang, yang meliputi debu, lempung berdebu dan lempung
d. T4 :agak kasar, yaitu lempung berpasir
e. T5 :kasar, yaitu berlempung dan berpasir

c. Permeabilitas

2
Utomo Wani Hadi,Dr, Erosi dan Konservasi Tanah (Malang : IKIP MALANG, 1994), hal. 103

Studio Perencanaan Wilayah 2005


Lampiran 7

Klasifikasi permeabilitas yang dipakai di Indonesia sesuai dengan sistem


USDA, antara lain :
1. P1 : lambat (0,125-0,5 cm /jam)
2. P2 : agak lambat (0,5-2 cm/jam)
3. P3 : sedang (2-6,25 cm/jam)
4. P4 : agak cepat (6,25-12,5 cm/jam)
5. P5 : cepat (12,5-25 cm/jam)

d. Kedalaman efektif tanah


Di Indonesia di kenal empat kelompok kedalaman efektif tanah yang sesuai
dengan sistem USDA, yaitu :
 K0 : dalam (> 90 cm)
 K1 : seang (50-90 cm)
 K2 : dangkal (25-50 cm)
 K3 : sangat dangkal (< 25 cm)

e. Drainase
Ditinjau dari warna profil tanah, maka drainase dapat dikelompokkan menjadi 5
kelas, yaitu :
 D0 : baik, dengan tanah yang memiliki peredaran udara. Seluruh profil tanah dari
lapisan atas sampai bawah berwarna terang seragam dan tidak terdapat bercak-
bercak.
 D1 : agak baik, dengan tanah yang memiliki peredaran udara baik. Tdak terdapat
bercak-bercak berwarna kuning, coklat atau kelabu pada lapisan atas dan bagian
atas lapisan bawah.
 D2 : agak buruk, dengan lapisan tangah atas mempunyai peredaran uadara baik.
Jadi pada lapisan ini tidak terdapat bercak-bercak berwarna kuning, kelabu atau
coklat. Tetapi pada seluruh lapisan bawah terdapat bercak –bercak warna
kuning, kelabu atau coklat.

Studio Perencanaan Wilayah 2005


Lampiran 8

 D3 : buruk, dengan tanah atas bagian bawah dan seluruh lapisan tanah bawah
terdapat bercak-bercak warna kuning, kelabu atau coklat.
 D4 : sangat buruk, dengan seluruh lapisan permukaan tanah berwarna kelabu dan
tanah bawah berwarna kelabu atau terdapat bercak-bercak kelabu, coklat atau
kekuningan.

f. Erosi
Penilaian erosi didasarkan pada gejala erosi yang sudah terjadi. Kerusakan
karena erosi dikelompokkan menjadi lima kelas :
 E0 : tidak ada erosi
 E1 : ringan, jika < 25% dari tanah lapisan atas hilang.
 E2 : sedang, jika 25%-75% dari lapisan tanah atas hilang.
 E3 : berat, jika > 75% dari lapisan tanah atas hilang dan < 25% lapisan tanah
bawah juga hilang.
 E4 : sangat berat, jika > 25% dari lapisan tanah bawah hilang.

g. Batu-batuan
Batu-batuan Menurut sistem USDA yang diterapkan di Indonesia, terdapat
beberapa jenis batuan, yaitu :
A. Kerikil, banyakny karikil dalam tanah dikelompokkan menjadi empat kelas :
 B0 : tidak ada atau sedikit, (1-15% volume tanah) = Aluvium
 B1 : sedang (15-50% volume tanah) = Miocene Limestone Facies.
 B2 : banyak (50-90% volume tanah) = Miocene Sedimentary Facies
 B3 : sangat banyak (> 90% volume tanah) = Pleistone Sedimentary Facies
B. Batuan kecil, banyaknya batuan kecil dalam tanah dikelompokkan menjadi
empat kelas :
 B0 : Tidak ada atau sedikit, (0-15% volume tanah)
 B1 : sedang (15-50% volume tanah)
 B2 : banyak (50-90% volume tanah)
 B3 : sangat banyak (> 90% volume tanah)
h. Ancaman Banjir

Studio Perencanaan Wilayah 2005


Lampiran 9

Intensitas ancaman banjir atau penggenangan dapat dikelompokkan menjadi 5


kelas :
 O0 : tidak pernah, dengan periode 1 tahun tanah tidak pernah tertutup banjir
untuk waktu lebih dari 24 jam.
 O1 : kadang-kadang, dengan banjir yang menutupi tanah lebih dari 25 jam
terjadinya tidak teratur dalam periode kurang dari 1 tahun.
 O2 : selama 1 bulan atau lebih tanah selalu tertutup banjir untuk jangka waktu
lebih dari 24 jam.
 O3 : selama 2-5 bulan dalam setahun tanah secara teratur selalu tertutup banjir
untuk jangka waktu lebih dari 24 jam.
 O4 : selama 6 bulan atau lebih tanah selalu tertutup banjir untuk jangka waktu
lebih dari 24 jam.
Metode Analisa
Metode analisa yang digunakan pada penentuan kawasan lindung dan kawasan
budidaya adalah metode superimpose yaitu menumpang tindihkan beberapa peta
(overlay) yang menjadi kriteria pada masing-masing kawasan dari setiap pedoman,
yaitu :
 Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 837/Kpts/UM/II/1980 dan No.
683/Kpts/UM/II/1981;
 Keputusan Presiden RI No. 32 Tahun 1990; dan
 Sistem USDA (United States Department of Agriculture).
Dari metode superimpose tersebut dapat merencanakan/menentukan daerah yang paling
baik untuk rencana pengembangan selanjutnya.

Studio Perencanaan Wilayah 2005

Anda mungkin juga menyukai