Anda di halaman 1dari 45

Assalamualaikum Wr Wb

ANALISIS LAHAN
TATA GUNA LAHAN
(PW1210)

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

1. MAKSIMAL KETERLAMBATAN 15 MENIT DARI PERKULIAHAN


DIMULAI
2. BERPAKAIAN YANG SOPAN DAN RAPI, BAGI YANG MENGENAKAN
KAOS DAN TIDAK BERSEPATU TIDAK DIPERKENANKAN MENGIKTI
PERKULIAHAN
3. PENGUMPULAN TUGAS INDIVIDU DAN KELOMPOK HARUS SESUAI
DENGAN JADWAL YANG DISEPAKATI (TIDAK ADA KELONGGARAN
WAKTU UNTUK ALASAN APAPUN)
4. APABILA DITEMUKAN SUBSTANSI TUGAS DAN ATAU UJIAN YANG
SAMA PERSIS (COPY PASTE) MAKA DIANGGAP TIDAK
MENGUMPULKAN/ TIDAK ADA NILAI
5. DILARANG TITIP ABSEN!

TATA TERTIB PERKULIAHAN

KEY CONCEPT

LAND
CAPABILITY

LAND
SUITABILITY

CONTOH KASUS

PENENTUAN
PENGGUNAAN
LAHAN

BAGAIMANA LAHAN BISA TERBENTUK ?

PROSES TERBENTUKNYA PENGGUNAAN LAHAN


PERTUMBUHAN
PENDUDUK
Alami
Migrasi

PERKEMBANGAN
Sosial; Ekonomi;
Budaya, Politik

PERKEMBANGAN WILAYAH
Perkembangan sosial, ekonomi, budaya

PERKEMBANGAN KEBUTUHAN
Ruang
Kegiatan Fungsional
Pelayanan

PENATAAN PENGEMBANGAN
LAHAN WILAYAH DAN KOTA

ILUSTRASI LAND USE

A : Land Use yang berkembang secara alami


7
B : Land use yang direncanakan

Kawasan, zona, zonasi, blok,


persil ???

KLASIFIKASI LAND USE (PERMEN PU 20/2011)

ZONA LINDUNG

KLASIFIKASI LAND USE (PERMEN PU 20/2011)

IDENTIFIKASI LAND USE

Data penggunaan lahan eksisting, yang bersumber dari: foto udara, citra satelit, peta eksisting
sebelumnya, dll

MENGAPA PERLU DILAKUKAN ANALISIS LAHAN?

PENGGUNAAN
LAHAN
BARU

PENGGUNAAN
LAHAN
AWAL

DAPAT (PERLU)
BERUBAH BUTUH
ANALISIS

CONTOH LAND USE EKSISTING

CONTOH LAND USE RENCANA

DAYA DUKUNG?
DAYA TAMPUNG?
KESESUAIAN?

DAYA DUKUNG LINGKUNGAN


Kementerian Negara Lingkungan Hidup mendefinisikan daya dukung
lingkungan adalah kemampuan lingkungan mendukung kehidupan di
dalamnya.
Dalam penataan ruang, daya dukung lingkungan terhadap kegiatan
pembangunan diartikan sebagai penyediaan sumber daya alam untuk
digunakan manusia agar dapat hidup dan beraktivitas. Beberapa contoh
teknik yang digunakan dalam model telaah ini adalah Tapak Ekologis
(ecological footprints) yang menekankan penghitungan tingkat konsumsi
individu terhadap sumber daya alam, dan Keseimbangan Bionomic
(bionomic equilibrium) yang membuat model ukuran populasi optimal suatu
ekosistem atas dasar ketersediaan sumber daya alam dengan akses penuh
(open-access resources).
konsep daya dukung secara umum dapat dilihat dari dua sisi yaitu:
1. Dari sisi ketersediaan, dengan melihat karakteristik wilayah, potensi
sumber daya alam yang ada di suatu wilayah; dan
2. Dari sisi kebutuhan, yaitu dengan melihat kebutuhan manusia dan
makhluk hidup lainnya dan arahan kebijakan prioritas suatu wilayah

KEMAMPUAN LAHAN
Kemampuan lahan adalah karakteristik lahan yang mencakup sifatsifat tanah, topografi, drainase, dan kondisi lingkungan hidup lain
untuk mendukung kehidupan atau kegiatan pada suatu hamparan
lahan.
Dalam menentukaan kemampuan suatu lahan digunakan analisis
overlay Peta kemampuan lahan seusai dengan karakteristik masingmasing. Pengelompokan kemampuan lahan dilakukan untuk
membantu dalam penggunaan dan interpretasi peta tanah.
Kemampuan lahan sangat berkaitan dengan tingkat bahaya
kerusakan dan hambatan dalam mengelola lahan.
KELAS KEMAMPUAN LAHAN DAPAT DIBUAT BERDARKAN
KLASIFIKASI SESUAI PEDOMAN YANG BERLAKU:
1. United States Department of Agriculture (USDA)
2. Kepmentan
3. Pemer LH
4. Permen PU

KLASIFIKASI menurut USDA


1. Kelas I :
2. Kelas II :

3. Kelas III :

4. Kelas IV :

5. Kelas V :

6. Kelas VI :

7. Kelas VII :
8. Kelas VIII :

Tanah dengan sedikit faktor pembatas


Tanah dengan faktor pembatas yang cukup sehingga mengurangi jumlah
pilihan jenis tanaman yang cocok dan atau memerlukan upaya konservasi
tanah sederhana
Tanah dengan faktor pembatas yang cukup sehingga mengurangi jumlah
pilihan jenis tanaman yang cocok dan atau memerlukan upaya konservasi
tanah secara khusus
Tanah dengan faktor pembtas serius sehingga membatasi pilihan tanaman
yang cocok dan atau memerlukan pengelolaan yang sangat hati-hati
Tanah bash dengan sedikit atau tanpa bahaya erosi tetapi mempunyai
faktor-faktor pembtas yang lain sehingga hanya cocok untuk padang
rumput penggembalaa, hutan, cagar alam
Tanah dengan faktor-faktor pembatas seirus sehingga terbtas untuk padang
rumput, hutan, dan cagar alam
Tanah dengan faktor pembatas sangat serius sehingga hanya untuk hutan
dan cagar alam alami
Tanah dengan faktro pembatas yang tidak memungkinkan untuk tanaman
budidaya dan terbtas untuk rekreasi, cagar alam, dan sumber air

KEMAMPUAN LAHAN MENURUT SK Menteri Pertanian No.


837/KPTS/UM/1980 Tentang Perhitungan Skor Lokasi Peruntukan Lahan
1. VARIABEL KEMIRINGAN LERENG
Variabel

Kelas

Rentang
Kelerengan (%)

Kategori

Bobot

Kemiringan lereng

0-8

Datar

20

8-15

Landai

40

15-25

Agak curam

60

25-40

Curam

80

>40

Sangat curam

100

2. VARIABEL JENIS TANAH


Variabel
Kepekaan
terhadap erosi

Kelas

Jenis Tanah

Kategori

Bobot

Alluvial, Tanah Glei, Planosol, Hidromorf


Kelabu, Laterite Air Tanah

Tidak Peka

15

Latosol

Agak Peka

30

Brow Forest Soil, Non Calcic Brown,


Mediteran

Kurang Peka

45

Andosol, laterite, Grumosol, Podsol, Podsolik

Peka

60

Pegosol, Litosol, Organosol, Renzina

Sangat Peka

75

KEMAMPUAN LAHAN MENURUT SK Menteri Pertanian No.


837/KPTS/UM/1980 Tentang Perhitungan Skor Lokasi Peruntukan Lahan
3. VARIABEL INTENSITAS HUJAN
Variabel
Intensitas Hujan

Kelas

Intensitas Hujan
(mm/tahun)

Kategori

Bobot

=< 13.5

Sangat rendah

10

13.6 20.7

Rendah

20

20.7 27.7

Sedang

30

27.7 34.8

Tinggi

40

>34.8

Sangat tinggi

50

PERUNTUKAN
Peruntukan
Total Skor

Nilai

Kelas Kemampuan Lahan

Kategori

<125

Kawasan budidaya tanaman


semusim dan permukiman

Lereng <8 %

<125

Kawasan budidaya tanaman


tahunan

Lereng 8-15 %

125-174

Kawasan fungsi penyangga

>175

Kawasan lindung

PENENTUAN PENGGUNAAN LAHAN


TENTUKAN KELAS KEMAMPUAN LAHAN UNTUK KAWASAN X
1. TINGKAT KELERENGAN : 30%
2. INTENSITAS HUJAN : 15 mm/tahun
3. JENIS TANAH : Grumosol

KEMAMPUAN LAHAN MENURUT PERMEN PU No. 20/2007 tentang Pedoman


Analisis Fisik Kawasan Perkotaan
Kemampuan Lahan

SKL morfologi

SKL kestabilan lereng

SKL kestabilan pondasi

SKL ketersediaan air

SKL drainase

SKL erosi

SKL pembuangan limbah

Kelas Informasi
Morfologi tinggi
Morfologi cukup
Morfologi sedang
Morfologi kurang
Morfologi rendah
Kestabilan lereng rendah
Kestabilan lereng kurang
Kestabilan lereng sedang
Kestabilan lereng tinggi
Daya dukung dan kestabilan pondasi rendah
Daya dukung dan kestabilan pondasi kurang
Daya dukung dan kestabilan pondasi tinggi
Ketersediaan air sangat rendah
Ketersediaan air rendah
Ketersediaan air sedang
Ketersediaan air tinggi
Drainase kurang
Drainase cukup
Drainase tinggi
Erosi tinggi
Erosi cukup tinggi
Erosi sedang
Erosi sangat rendah
Tidak ada erosi
Pembuangan limbah kurang
Pembuangan limbah sedanh
Pembuangan limbah cukup

Nilai
1
2
3
4
5
1
2
3
4
1
3
5
1
2
3
4
1
3
5
1
2
3
4
5
1
3
5

Bobot

SKL MORFOLOGI
Kelerengan
>40%
25-40 %
15-25 %
2-15 %
0-2 %

Nila
i

1
2

SKL Morfologi
Kemampuan lahan dari morfologi
tinggi
Kemampuan lahan dari morfologi
cukup

Kemampuan lahan dari morfologi


sedang

Kemampuan lahan dari morfologi


kurang

Kemampuan lahan dari morfologi


rendah

SKL HIDROLOGI
Kelerengan
>40%
25-40 %
15-25 %
2-15 %
0-2 %

Nil
ai
1
2
3
4
5

SKL Hidrologi
Ketersediaan air sangat
rendah
Ketersediaan air rendah
Ketersediaan air sedang
Ketersediaan air tinggi
Ketersediaan air tinggi

ANALISIS KEMAMPUAN LAHAN


Skor

120

108

90
84
67

Kelas
Kema
Keterangan
mpuan
Lahan
Kelas E Kemampuan
Pengembangan Sangat
tinggi
Kelas D Kemampuan
Pengembangan Agak
timggi
Kelas C Kemampuan
Pengembangan sedang
Kelas B Kemampuan
Pengembangan rendah
Kelas A Kemampuan
Pengembangan sangat
rendah

Luas (Ha)

29.828

30.317

39.857
23.169
25.316

147,401

19%

32%

24%

25%

Kemampuan
Pengembangan
Sangat tinggi
Kemampuan
Pengembangan Agak
timggi

Kemampuan
Pengembangan
sedang

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN


Arahan Kelas Kemampuan Lahan
Kelas
Kemampu
an Lahan
Kelas E

Kelas D

Kelas C

Kelas B

Kelas A

Keterangan
Kemampuan
Pengembanga
n Sangat
tinggi
Kemampuan
Pengembanga
n Agak timggi
Kemampuan
Pengembanga
n sedang
Kemampuan
Pengembanga
n rendah
Kemampuan
Pengembanga
n sangat
rendah

Arahan tata
Ruang
Pertanian
Tanaman
setahun

Tanaman
setahun
Tanaman
tahunan
Kawasan
penyangga
Lindung

Evaluasi Kesesuaian Lahan


Arahan Rasio
Tutupan
Rasio Tutupan
lahan maksimal
50%
Rasio Tutupan
lahan maksimal
30%
Rasio Tutupan
lahan maksimal
20%
Rasio Tutupan
lahan maksimal
10%
Non Bangunan

Arahan
Ketinggian
Bangunan
Bangunan >
4 lantai

Jenis
Penggunaan

1
Bangunan
<4 lantai
Bangunan
<4 lantai
Non
Bangunan
Non
Bangunan

Lahan Tidak
Terbangun
Kelas A dan
Kelas B
Lahan
Terbangun
Kelas C, D,
dan E
Jumlah

Luas
Eksisting
(Ha)

Luasan
Seharus
nya (Ha)

121,922

48.485

25,478

98.916

147,401 147,401

KEMAMPUAN LAHAN MENURUT PERMEN LH No 17 Tahun 2009

Klasifikasi
dalam
tingkat kelas

Klasifikasi
dalam sub
kelas

Klasifikasi
dalam unit
pengelolaan

KEMAMPUAN LAHAN MENURUT PERMEN LH No 17 Tahun 2009-TINGKAT KELAS


Kela
s
I
1.
2.

II

1.
2.

III

1.
2.
3.

IV

1.
2.

Kriteria

Penggunaan

Tidak mempunyai atau hanya sedikit hambatan yang membatasi penggunaannya. Sesuai Pertanian:
untuk berbagai penggunaan,terutama pertanian.
a. Tanaman pertanian semusim.
Karakteristik lahannya antar lain:topografi hampir datar - datar, ancaman erosi kecil, b. Tanaman rumput.
kedalaman efektif dalam, drainase baik, mudah diolah, kapasitas menahan air baik, c.
Hutan dan cagar alam.
subur, tidak terancam banjir.
Mempunyai beberapa hambatan atau ancaman ancaman kerusakan yang mengurangi Pertanian:
pilihan penggunaannya atau memerlukan tindakan konservasi yang sedang sedang.
Tanaman semusim.
Pengelolaan perlu hati-hati termasuk tindakan konservasi untuk mencegah kerusakan.
Tanaman rumput.
Padang penggembalaan.
Hutan produksi.
Hutan lindung.
Cagar alam
Mempunyai beberapa hambatan yang berat yang mengurangi pilihan penggunaan lahan 1. Pertanian:
dan memerlukan tindakan konservasi khusus dan keduanya.
a. Tanaman semusim.
Mempunyai pembatas lebih berat dari kelas II dan jika dipergunakan untuk tanama perlu
b. Tanaman
yang
memerlukan
pengelolaan tanah dan tindakan konservasi lebih sulit diterapkan.
pengolahan tanah.
Hambatan pada angka membatasi lama penggunaan bagi tanaman semusim, waktu
c. Tanaman rumput.
pengolahan, pilihan tanaman atau kombinasi dari pembatas tersebut.
d. Padan rumput.
e. Huta produksi.
f. Huta lindung
g. cagar alam.
2. Non-pertanian
Hambatan dan ancaman kerusakan tanah lebih besar dari kelas III, dan pilihan tanaman a.
Pertanian:
juga terbatas.
Tanaman semusim dan tanaman
Perlu pengelolaan hati-hati untuk tanaman semusim, tindakan konservasi lebih sulit
pertanian pada umumnya.
diterapkan
Tanaman rumput.
Huta produksi.

KEMAMPUAN LAHAN MENURUT PERMEN LH No 17 Tahun 2009 TINGKAT


KELAS
Kelas
V
1.
2.
3.
VI

1.

2.

VII

VIII

1.
2.

Kriteria
Penggunaan
Tidak terancam erosi tetapi mempunyai hambatan lain yang tidak mudah Pertanian:
untuk dihilangkan, sehingga membatasi piliha penggunaannya.
Tanaman rumput.
Mempunyai hambatan yang membatasi pilihan macam penggunaan dan Padang penggembalaan.
tanaman.
Hutan produksi.
Terletak pada topografi data hampir datar tetapi sering terlanda banjir, Hutan lindung dan suaka alam.
berbatu atau iklim yang kurang sesuai
Non-pertanian
Mempunyai faktor penghambat yang menyebabkan penggunaan tanah Pertanian:
sangat terbatas karena mempunyai ancaman kerusakan yang tidak Tanaman rumput.
dapat dihilangkan.
Padang penggembalaan.
Umumnya terletak pada lereng curam, sehingga jik dipergunakan untuk Hutan produksi.
penggembalaan dan hutan produksi harus dikelola dengan baik untuk Hutan lindung dan cagar alam.
menghindari erosi.
Non-pertanian.
Mempunyai faktor penghambat dan ancaman berat yang tidak dapat Padang rumput.
dihilangkan, karena itu pemanfaatannya harus bersifat konservasi. Jika Hutan produksi
digunakan untuk padang rumput atau huta produksi harus dilakukan
pencegahan erosi yang berat.
Sebaiknya dibiarkan secara alami.
Hutan lindung.
Pembatas dan ancaman sangat berat dan tidak mungkin dilakukan Rekreasi alam.
tindakan konservasi, sehingga perlu dilindungi.
Cagar alam.

KEMAMPUAN LAHAN MENURUT PERMEN LH No 17 Tahun 2009 KLASIFIKASI


SUB KELAS
kategori subkelas yang didasarkan pada jenis faktor penghambat atau ancaman
dalam penggunaannya
Kategori subkelas hanya berlaku untuk kelas II sampai dengan kelas VIII karena
lahan kelas I tidak mempunyai faktor penghambat.
empat faktor penghambat, yaitu :
Kemiringan lereng (t);
Penghambat terhadap perakaran tanaman (s);
Tingkat erosi/bahaya erosi (e); dan
Genangan air (w).
Cara penamaan kelas dan subkelas dilakukan dengan menuliskan faktor
penghambat di belakang angka kelas, contoh: lahan kelas III dengan faktor
penghambat kelerengan (t) ditulis IIIt, lahan kelas II dengan faktor penghambat
erosi (e).

KEMAMPUAN LAHAN MENURUT PERMEN LH No 17 Tahun 2009 KLASIFIKASI


UNIT PENGELOLAAN
Kemampuan lahan pada tingkat unit pengelolaan memberikan keterangan yang lebih
spesifik dan detil dari subkelas. Tingkat unit pengelolaan lahan diberi simbol dengan
menambahkan angka di belakang simbol subkelas. Angka ini menunjukkan besarnya
tingkat faktor penghambat yang ditunjukkan dalam subkelas.

PENENTUAN KEMAMPUAN LAHAN


Siapkan peta
peta lereng, peta tanah, peta erosi, peta drainase, peta
genangan, dan lainnya yang diperlukan.
Skla yang digunakan adalah mulai 1:250.000, 1:100.000, atau
1:50.000.
Untuk keperluan analisa dan uji silang dari data kelas dan
subkelas, diperlukan juga data/laporan yang memuat sifat-sifat
biofisik wilayah, antara lain: tanah, topografi, iklim, hujan, dan
genangan/drainase.

Lakukan tumpang tindih (overlay)


Lakukan tumpang tindih (overlay) peta lereng, peta tanah, peta
erosi dan peta drainase/genangan untuk mendapatkan peta
kemampuan lahan sebagaimana tersebut pada gambar. Tumpang
tindih dapat dilakukan dengan menggunakan Sistem Informasi
Geografi (SIG) maupun secara manual.

Kombinasi parameter kemampuan lahan


dilakukan identifikasi kelas lahan. Besarnya hambatan yang ada
untuk masing-masing parameter menentukan masuk ke dalam
kelas dan subkelas mana lahan tersebut.

PENENTUAN KESESUAIAN LAHAN


Evaluasi kesesuaian penggunaan lahan dilakukan untuk revisi alokasi pemanfaatan
ruang saatini. Evaluasi kesesuaian penggunaan lahan dilakukan dengan
membandingkan penggunaan lahan yang ada dengan hasil analisa kemampuan
lahan.

Siapkan peta kemampuan


lahan

Siapkan peta penggunaan


lahan yang berskala sama
dengan peta kemampuan
lahan

Lakukan tumpang tindih


(overlay) peta kemampuan
lahan dengan peta
penggunaan lahan, untuk
mendapatkan satuan lahan
(unit lahan)

Setiap satuan lahan dapat


dideskripsikan sifatnya
yang berkaitan dengan
faktor penghambat maupun
potensinya untuk
dikembangkan
pemanfaatan ruangnya dan
ditentukan kesesuaian
penggunaannya.

KESESUAIAN LAHAN
Kesesuaian lahan adalah penilaian mengenai kessuaian suatu bentang tanah terhadap
penggunaan tertentu pada tingkat pengelolaan dan hasil yang awajr, dengan tetap
memperhatikan kelestarian produktivitas dan lingkungannya.
Kelas

Tingkatan

Ketentuan

S1

Sesuai

Tanah tidak mempunyai pembatas yang berarti untuk jenis


penggunaan tertentu secara berkelanjutan, atau hanya
memilikipembatas yang sangat kecil

S2

Kesesuaian sedang

Tanah yang mempunyai pembatas yang dalam keseluruhannya


merupakan pembatas tingkat sedang untuk jenis penggunaan
tanah tertentu secara berkelanjutan

S3

Kesesuaian kecil

Tanah yangmempunyai pembatas-pembatas yang dalam


keseluruhannya merupakan pembatas tingkat berat untuk
penggunaan tertentu secara berkelanjutan

S4

Sesuai bersyarat

Tanah yang memerlukan perlakuan khusus atau tanah dimana


memerlukan persyaratan tambahanyang harus dipenuhi untuk
berhasilnya suatu penggunaan tanah

Tidak sesuai

Tanah yang mempunyai pembatas-pembatas yang kritis


sehingga dianggap tidak sesuai bagi penggunaan tanah
tertentu menurut kriteria yang digunakan

PARAMETER KESESUAIAN LAHAN


Kelas

Lereng
(%)

Tekstur tanah

Kedalaman
Tanah (cm)

Pengatusan
internal

Banjir

Potensi Erosi

S1

0-2 Sangat berat

75 100
(dalam
amat dalam)

Tidak
sempurna
buruk

Tidak ada

ndah

S2

2-4 Berat

50-75
(sedang)

Sdang- baik

Banjir
musiman
tidak
merusak

Sedang

S3

4-8 Sedang

25-50
(dangkal)

Banjir
musiman
merusak

Tinggi

S4

8-40 -

Sangat tinggi

>40 Ringan

<25 (sangat
dagkal)

Berlebihan

Banjir
musiman
merusak
berat

Sangat tinggi

CONTOH KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN


Kelas

Potensi
air tanah
(l/detik)

Drainase

Lereng (%)

Bahaya banjir

Potensi erosi

S1

>40 Baik

0-8

Tidak ada

Rendah

S2

20-40 Sdang

8-15

Trgnang setelah
hujan

Sedang

S3

10-20 Kurang baik

15-25

Banjir musiman

Tinggi

S4

2.5-10 Buruk

25-35

Serig banjir

Sangat tinggi

>35

Selalu banjir

Kelewat
tinggi

<2.5 Sangat
buruk

CONTOH: ANALISIS KESESUAIAN LAHAN


MENCARI LOKASI PEMBANGUNAN PUSAT PERBELANJAAN/ MALL
Persyaratan:
1. Jarak dengan sungai minimal 350 m
2. Kemiringan tidak lebih dari 21 %
3. Jarak dari rel kereta minimal 25 m
4. Jarak dari jalan raya maksimal 50 m
5. Berada pada sekitar Jalan Kelas I (protokol)
6. Pada daerah Bangunan Komersial
7. Jarak dengan bangunan yang sudah ada minimal 0.8 m
8. Jarak dengan tumbuhan yang sudah ada minimal 2 m.

LANGKAH-LANGKAH PROSES
1.
2.
3.
4.

Perencanaan dan Penentuan Parameter


Pemrosesan Dasar Citra
Digitasi data dan Pembangunan basis data SIG
Klasifikasi dan Pembuatan Peta Tematik sesuai atribut 4.
Klasifikasi dan Pembuatan Peta Tematik sesuai atribut
5. Transformasi ke Grid/ Raster GIS
6. Formulasi perhitungan/ Analisis
7. Penentuan hasil secara automati

DAYA TAMPUNG LAHAN


Status daya dukung lahan diperoleh dari perbandingan antara ketersediaan lahan
(SL) dan kebutuhan lahan (DL).
Bila SL > DL, daya dukung lahan dinyatakan surplus.
Bila SL< DL, daya dukung lahan dinyatakan defisit atau terlampaui.
dengan anggapan luas lahan yang digunakan:
untuk permukiman hanya 50% dari luas lahan yang boleh tertutup;
30% untuk fasilitas umum dan sosial; dan
20% untuk jaringan jalan serta utilitas lainnya.
Kemudian dengan asumsi 1 rumah tangga yang terdiri dari 5 orang
memerlukan lahan seluas 100 m2.

KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN LAHAN


1. Perhitungan Ketersediaan (Supply) Lahan
Dalam perhitungan ini, faktor konversi yang digunakan untuk menyetarakan produk non beras
dengan beras adalah harga.
(PiHi) 1
SL=
x
Hb
Ptvb
Keterangan:
Sl
: Ketersediaan Lahan (Ha)
Pi
: Produksi aktual tiap jenis komoditi (satuan tergantung kepada jenis komoditas)
Hi
: Harga satuan tiap komoditas (Rp) di tingkat produsen
Hb
: Harga satuan beras (Rp/kg) di tingkat produsen
Ptvb
: Produktivitas beras (kg/ha)
2. Perhitungan Kebutuhan (Demand) Lahan
Luas lahan yang dibutuhkan untuk kebutuhan hidup layak per penduduk merupakan kebutuhan hidup
layak per penduduk dibagi produktifitas beras lokal. Kebutuhan hidup layak per penduduk
diasumsikan sebesar 1 ton setara beras/kapita/tahun (1000kg/beras/tahun).
DL=N x KHLi
Keterangan:
DL
: Total kebutuhan lahan setara beras (Ha)
N
: Jumlah penduduk (orang)
KHLi
: Luas lahan yang dibutuhkan untuk kebutuhan hidup layak per penduduk

CONTOH PERHITUNGAN DAYA TAMPUNG

Kecamatan

Luas
Kawasan
(Ha)

24800

26700

3
Total

Lahan
Lahan
RTH (ha)
Daya
Penduduk
Pengembangan Permukiman (ha)
Proporsi
(30% x
Tampung
2035
(ha) (Luas (50% x lahan
(%)
luas)
(Jiwa)
(Jiwa)
RTH)
Pengembangan
7440

17360

8680

4340000

5231

0.1205

8010

18690

9345

4672500

2510

0.0537

1380

3220

1610

805000

1526

0.1896

16830

39270

19635

9817500

9267

0.0944

4600
56100

TUGAS !
BAGAIMANA DENGAN DAYA TAMPUNG KOTA BALIKPAPAN ?
*angka pertumbuhan penduduk 0,035
Untuk menghitung daya tampung, konversikan ke m2)

,,,,,,,,,,

TERIMA KASIH
Whats Your Message?
Wassalamualaikum Wb Wb

Anda mungkin juga menyukai