ABSTRACK
Drought is a condition where the available water cannot meet various living needs. One of the
reasons is the lack of water supply. The water supply includes surface water and groundwater.
Reduced availability of water can be caused by natural conditions as well as human behavior
in managing the environment itself. Areas that have drought-prone potential can be known their
location by using a map of drought potential. In addition to using the information already
available, drought information can also be obtained with remote sensing technology and
Geographic Information Systems. This study aims to illustrate the potential for drought in the
Bulukumba Regency area. The methods used are remote sensing and geographic information
systems. Variables that are overoverlay there are 4, namely; rainfall, land use, slope of slopes
and soil types. The results illustrate there are five classes of drought potential. Most of its
territory is in the lower class with an area of 71,896.65 Ha (62.38%). While the area with a
small area has a very high level of drought potential with an area of 37.48 Ha (0.04%). It can
be concluded that the potential drought of bulukumba regency is included in the medium
category.
ABSTRAK
Kekeringan adalah kondisi dimana air yang tersedia tidak dapat mencukupi berbagai kebutuhan
hidup. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya persediaan air. Persediaan air tersebut
meliputi air permukaan dan air tanah. Berkurangnya ketersediaan air dapat disebabkan oleh
kondisi alam maupun perilaku manusia dalam mengelola lingkungan itu sendiri. Daerah yang
memiliki potensi rawan kekeringan dapat diketahui lokasinya dengan menggunakan peta
potensi kekeringan. Selain menggunakan informasi yang sudah tersedia, informasi kekeringan
juga dapat diperoleh dengan teknologi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis.
Penelitian ini bertujua untuk menggambarkan potensi kekeringanm di wilayah Kabupaten
Bulukumba. Metode yang digunakan yaitu Penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis.
Variabel yang dioverlay ada 4 yaitu; curah hujan, penggunaan lahan, kemiringan lereng dan
jenis tanah. hasil menggambarkan ada lima kelas potensi kekeringan. Sebagian besar
wilayahnya berada pada kelas rendah dengan luas wilayah 71.896,65 Ha (62,38%). Sementara
wilayah dengan luas yang kecil memiliki tingkat potensi kekeringan sangat tinggi dengan luas
37,48 Ha (0,04%). Dapat di simpulkan bahwa potensi kekeringan wilayah Kabupaten
Bulukumba termasuk ke dalam kategori sedang.
Iklim merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan
makhluk hidup dipermukaan bumi karena faktor tersebut berpengaruh langsung terhadap
kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan. Umar (2010) mengatakan bahwa salah satu faktor
utama yang menentukan keberhasilan pertanian pada suatu wilayah adalah faktor iklim.
Pertumbuhan penduduk dunia yang pesat dengan berbagai aktivitas antropogenik,
memberi dampak kepada peningkatan pembangunan, perkembangan kota, pertumbuhan
industri, kepadatan lalu lintas, dan deforestasi. Kesemua ini menjadi penyebab kepada
munculnya isu perubahan iklim (climate change) baik secara makro maupun mikro (Tjasyono
2004). Fenomena perubahan iklim memberi dampak kepada perubahan pola iklim seperti
terjadinya kemarau berkepanjangan (Shallers and Robinson, 1988). Fenomena peningkatan
suhu sangat mengejutkan para pengkaji iklim sejak tahun 1970-an. Berdasarkan hasil kajian
sebelumnya diketahui pula bahwa fenomena tersebut merupakan dampak dari peningkatan
populasi penduduk dunia yang tidak terkendali (Shaharuddin dan Noorazuan 2010; dan
Tjasyono 2004).
Kekeringan adalah kondisi dimana air yang tersedia tidak dapat mencukupi berbagai
kebutuhan hidup. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya persediaan air. Persediaan air
tersebut meliputi air permukaan dan air tanah. Berkurangnya ketersediaan air dapat disebabkan
oleh kondisi alam maupun perilaku manusia dalam mengelola lingkungan itu sendiri (Fadlillah
et al., 2018). Secara tidak langsung dapat dapat dikatakan bahwa kekeringa dapat mata
pencaharian dan ketahanan pangan. Produktikvitas rendah, gagal tanam dan gagal panen,
hingga menurunnya luas lahan pertanian yang menurun merupakan dampak-dampak yang
ditimbulkan dari kekeringan menurut Ruminta (2016). Kekeringan dapat dibedakan menjadi 4
jenis yaitu kekeringan meteorologis, hidrologis, pertanian, dan kekeringan sosial ekonomi.
Kekeringan di wilayah Indonesia dipengaruhi oleh dua moonsoon yaitu faktor letak geografis
yang berada diantara 2 benua (Asia dan Australia) dan faktor morfologi.
Daerah yang memiliki potensi rawan kekeringan dapat diketahui lokasinya dengan
menggunakan peta potensi kekeringan. Selain menggunakan informasi yang sudah tersedia,
informasi kekeringan juga dapat diperoleh dengan teknologi penginderaan jauh dan Sistem
Informasi Geografis. Metode penginderaan jauh yang dapat digunakan salah satunya adalah
indeks vegetasi. Sistem Informasi Geografis (SIG) berfungsi untuk pemasukan data seperti
basis data air, kekeringan meteorologis, hidrologis, pertanian dan daerah rawan kekeringan
fisik (Puturuhu, 2015).
Dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG), lokasi potensi kekeringan
diharapkan dapat diketahui dengan lebih akurat. Parameter yaang digunakan dalam pembuatan
peta potensi kekeringan ada 4, yaitu: Kemiringan lereng, curah hujan, penggunaan lahan dan
jens tanah. Oleh karena itu, project ini dilakukan untuk mengetahui informasi tentang indeks
kekeringan di wilayah Bulukumba
METODE PENELITIAN
1. Lokasi Penelitian
DIAGRAM ALIR
Data Curah
Hujan
Peta Peta
Peta Curah Peta Jenis
Penggunaan Kemiringan
Hujan Tanah
Lahan Lereng
Tumpangsusun
Klasifikasi
PEMBAHASAN
1. Curah hujan
Curah hujan di wilayah Kabupaten Bulukumba berkisar antara <1000 sampai >2.500
mm/thn. Curah hujan di Kabupaten Bulukumba bervariasi dari rendah hingga ke sangat
tinggi. Semakin ke utara curah hujannya semakin tinggi. Hal ini dapat dilihat bahwa
persebaran curah hujan di Kabupaten Bulukumba dari selatan ke utara semakin tinggi.
Wilayah stasiun Paenre Lompoa dan bagian tenggara wilayah Kabupaten Bulukumba
merupakan wilayah dengan tingkat curah hujan yang paling rendah. Sedangkan curah
hujan tertinggi berada bagian utara stasiun bulo-bulo dan sangkala.
Curah hujan merupakan faktor utama yang menjadi penentu tingkat kekeringan
suatu wilayah. Curah hujan yang tinggi sabgat di dukung oleh faktor litologi. Curah hujan
dikatakan sebagai faktor utama terhadap tingkat kekeringan suatu wilayah karena terdapat
hubungan yang sangat kuat antara curah hujan dengan tingkat potensi kekeringan. Jika
curah hujan rendah, maka potensi kekeringan suatu wilayah akan semakin tinggi. Dan
sebaliknya jika curah hujan tinggi, maka potensi kekeringan di suatu wilayah akan semakin
rendah.
2. Penggunaan lahan
Penggunaan lahan pada wilayah Kabupaten Bulukumba sebagian besar
dimanfaatkan sebagai lahan agrikultur (79,834%), dan sebagai hutan (17,114%).
Penggunaan lahan sangat berpengaruh terhadap potensi kekeringan disuatu wilayah.
Suatu tutupan lahan snagat berfungsi untuk menyimpan air. semakin banyak tumbuhan di
suatu wilayah, maka semakin banyak kemungkinan wilayah tersebut lembab.
Penggunaan lahan sebagai pemukiman dan lahan terbuka memilki potensi yang
sangat besar terhadap kekeringan karena sebagian besar air masuk kembali ke sungai dan
laut. Selain itu, jika suatu wilayah kekurangan tuupan lahan, maka tanahnya akan langsung
terkena oleh sinar matahari. Hala ini akan membuat penguapan air pada tanah terjadi lebih
cepat jika di bandingkan dengan kawasan dengan tutupan lahan yang baik. Penguapan
yang terjadi secara langsung pada permukaan tanah di wilayah dengan tutupan lahan yang
kurang, akan menyebabkan kehilangan air yang cukup banyak dan cepat.
3. Kemiringan lereng
Kemiringan lereng di wilayah Kabupaten Bulukumba sebagian besar datar (52,23%)
hingga agak curam (13,54%). Lereng dengan tingkat kemiringan yang besar maka
berpotensi memiliki banyak air karena karena memiliki curah hujan yang tinggi. Daerah
dengan tingkat kemiringan lereng yang curam tersebar pada bagian utara wilayah
Kabupaten Bulukumba. Ketika semakin curam suatu lereng, maka jumlah aliran limpasan
permukaan semakin meningkat (Arsyad, 2000). Kemiringan lereng berpengaruh terhadap
tingkat kekeringan suatu wilayah. Namun tidak terlepas arah lereng juga mempengaruhi
potensi tipe hujan yang terjadi.
4. Jenis tanah
Jenis tanah disuatu wilayah merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
potensi kekeringan, karena jenis tanah menjadi faktor yang sangat penting sebagai penentu
besar atau kecilnya infiltrasi. Tanah yang tipis akan memiliki tingkat infiltrasi yang rendah,
dan akan menyebabkan aliran permukaan. Tanah litosol dan regosol merupakan jenis tanah
yang baru berkembang sehingga memiliki infiltrasi yang cukup rendah. Wilayah
Kabupaten Bulukumba sebagian besar yaitu 90,66% wilayahnya di dominasi oleh tanah
litosol, sehingga mempengaruhi kekeringan di wiayah tersebut.
5. Potensi Kekeringan
Tingkat kekeringan di Kabupaten Bulukumba terdiri atas 5 kelas, yaitu sangat
rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Sebagian besar wilayahnya memiliki
tingkat kekeringan rendah dengan luas wilayah 71.896,66 Ha (62,38%) yang tersebar di
seluruh kecamatan. Wilayah dengan tingkat kekeringan yang sangat tinggi hanya memiliki
luas wilayah sebesar 37,49 Ha atau 0.04% dari keseluruhan wilayah Kabupaten
Bulukumba. Dengan demikian dapat diketahui bahwa wilayah Kabupaten Blukumba
memiliki potensi rawan kekeringan yang cukup rendah.
Selain itu, perbedaan tingkat kekeringan yang terjadi di berbagai kawasan di
Kabupaten Bulukumba dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah suhu udara,
morfologi wilayah, dan lain-lain. Menurut Harianto (2015) bahwa kondisi morfologi
Bulukmba sangat bervariasi, mulai dari dataran rendah di bahagian Selatan, hingga
pengunungan di bahagian Utara. Keadaan morfologi tersebut tentu akan berpengaruh
terhadap jumlah curah hujan yang jatuh di kawasan tersebut. Haryanto pun menemukan
bahwa Bulukumba di dominasi oleh type iklim sedang sesuai Scmidth Fergusson.
Adapun faktor-faktor yang sangat mempengaruhi tingkat potensi kekeringan suatu
wilayah adalah curah hujan, penggunaan lahan, kemiringan lereng dan jenis tanah yang
miliki oleh wilayah tersebut.
KESIMPULAN
Kekeringan di wilayah Kabupaten Bulukumba rendah karena sebagian besar wilayahnya
yaitu lebih dari 95% wilayah berada [ada kelas sangat rendah hingga kelas sedang. Tingkat
kekeringan yang rendah hingga sedang ini tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Bulukumba.
Kekeringan terjadi karena curah hujan rendah didukung oleh rendahnya infiltasi, dan besarnya
penguapan. Tingkat kekeringan di wilayah Kabupaten Bulukumba sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya adalah curah hujan, penggunaan lahan, kemiringan lereng dan
jenis tanah yang di miliki oleh wilayah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Fathony, A., Somantri, L., & Sugito, N. T. (2022). Analisis Potensi Kekeringan Pertanian di
Kabupaten Bandung. Jurnal Geografi: Media Informasi Pengembangan dan Profesi
Kegeografian, 19(1), 29-37.
Jamil, D. H. (2013). Deteksi potensi kekeringan berbasis penginderaan jauh dan sistem
informasi geografis di Kabupaten Klaten. Geo-Image, 2(2).
Raharjo, P. D. (2010). Teknik penginderaan jauh dan sistem informasi geografis untuk
identifikasi potensi kekeringan. Makara Journal of Technology, 14(2), 150373.
Nasiah, N., Suprapta, S., & Baharuddin, I. I. Zonasi Daerah Rawan Kekeringan di Kabupaten
Maros Provinsi Sulawesi Selatan. In Seminar Nasional LP2M UNM.
Lukito, H. (2021). Zonasi Kerentanan Kekeringan dan Rekomendasi Perlindungan Daerah
Imbuhan dan Mataair Lotong lotong, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Jurnal
Ilmiah Lingkungan Kebumian, 3(2), 46-59.
Maru, R. (2015). Analisis Kekeringan Kabupaten Bulukumba dengan menggunakan Metode
Thornthwaite. Indonesian Journal of Fundamental Sciences, 1(1).