Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS DAERAH RAWAN KEKERINGAN

DI KABUPATEN BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN


Adi Widya
Jurusan Geografi, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar
Email : adiwidya4@gmail.com

ABSTRACK

Drought is a condition where the available water cannot meet various living needs. One of the
reasons is the lack of water supply. The water supply includes surface water and groundwater.
Reduced availability of water can be caused by natural conditions as well as human behavior
in managing the environment itself. Areas that have drought-prone potential can be known their
location by using a map of drought potential. In addition to using the information already
available, drought information can also be obtained with remote sensing technology and
Geographic Information Systems. This study aims to illustrate the potential for drought in the
Bulukumba Regency area. The methods used are remote sensing and geographic information
systems. Variables that are overoverlay there are 4, namely; rainfall, land use, slope of slopes
and soil types. The results illustrate there are five classes of drought potential. Most of its
territory is in the lower class with an area of 71,896.65 Ha (62.38%). While the area with a
small area has a very high level of drought potential with an area of 37.48 Ha (0.04%). It can
be concluded that the potential drought of bulukumba regency is included in the medium
category.

Keywords : Drought, SIG, Bulukumba Regency

ABSTRAK

Kekeringan adalah kondisi dimana air yang tersedia tidak dapat mencukupi berbagai kebutuhan
hidup. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya persediaan air. Persediaan air tersebut
meliputi air permukaan dan air tanah. Berkurangnya ketersediaan air dapat disebabkan oleh
kondisi alam maupun perilaku manusia dalam mengelola lingkungan itu sendiri. Daerah yang
memiliki potensi rawan kekeringan dapat diketahui lokasinya dengan menggunakan peta
potensi kekeringan. Selain menggunakan informasi yang sudah tersedia, informasi kekeringan
juga dapat diperoleh dengan teknologi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis.
Penelitian ini bertujua untuk menggambarkan potensi kekeringanm di wilayah Kabupaten
Bulukumba. Metode yang digunakan yaitu Penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis.
Variabel yang dioverlay ada 4 yaitu; curah hujan, penggunaan lahan, kemiringan lereng dan
jenis tanah. hasil menggambarkan ada lima kelas potensi kekeringan. Sebagian besar
wilayahnya berada pada kelas rendah dengan luas wilayah 71.896,65 Ha (62,38%). Sementara
wilayah dengan luas yang kecil memiliki tingkat potensi kekeringan sangat tinggi dengan luas
37,48 Ha (0,04%). Dapat di simpulkan bahwa potensi kekeringan wilayah Kabupaten
Bulukumba termasuk ke dalam kategori sedang.

Kata Kunci : Kekeringan, SIG, Kabupaten Bulukumba


PENDAHULUAN

Iklim merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan
makhluk hidup dipermukaan bumi karena faktor tersebut berpengaruh langsung terhadap
kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan. Umar (2010) mengatakan bahwa salah satu faktor
utama yang menentukan keberhasilan pertanian pada suatu wilayah adalah faktor iklim.
Pertumbuhan penduduk dunia yang pesat dengan berbagai aktivitas antropogenik,
memberi dampak kepada peningkatan pembangunan, perkembangan kota, pertumbuhan
industri, kepadatan lalu lintas, dan deforestasi. Kesemua ini menjadi penyebab kepada
munculnya isu perubahan iklim (climate change) baik secara makro maupun mikro (Tjasyono
2004). Fenomena perubahan iklim memberi dampak kepada perubahan pola iklim seperti
terjadinya kemarau berkepanjangan (Shallers and Robinson, 1988). Fenomena peningkatan
suhu sangat mengejutkan para pengkaji iklim sejak tahun 1970-an. Berdasarkan hasil kajian
sebelumnya diketahui pula bahwa fenomena tersebut merupakan dampak dari peningkatan
populasi penduduk dunia yang tidak terkendali (Shaharuddin dan Noorazuan 2010; dan
Tjasyono 2004).
Kekeringan adalah kondisi dimana air yang tersedia tidak dapat mencukupi berbagai
kebutuhan hidup. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya persediaan air. Persediaan air
tersebut meliputi air permukaan dan air tanah. Berkurangnya ketersediaan air dapat disebabkan
oleh kondisi alam maupun perilaku manusia dalam mengelola lingkungan itu sendiri (Fadlillah
et al., 2018). Secara tidak langsung dapat dapat dikatakan bahwa kekeringa dapat mata
pencaharian dan ketahanan pangan. Produktikvitas rendah, gagal tanam dan gagal panen,
hingga menurunnya luas lahan pertanian yang menurun merupakan dampak-dampak yang
ditimbulkan dari kekeringan menurut Ruminta (2016). Kekeringan dapat dibedakan menjadi 4
jenis yaitu kekeringan meteorologis, hidrologis, pertanian, dan kekeringan sosial ekonomi.
Kekeringan di wilayah Indonesia dipengaruhi oleh dua moonsoon yaitu faktor letak geografis
yang berada diantara 2 benua (Asia dan Australia) dan faktor morfologi.
Daerah yang memiliki potensi rawan kekeringan dapat diketahui lokasinya dengan
menggunakan peta potensi kekeringan. Selain menggunakan informasi yang sudah tersedia,
informasi kekeringan juga dapat diperoleh dengan teknologi penginderaan jauh dan Sistem
Informasi Geografis. Metode penginderaan jauh yang dapat digunakan salah satunya adalah
indeks vegetasi. Sistem Informasi Geografis (SIG) berfungsi untuk pemasukan data seperti
basis data air, kekeringan meteorologis, hidrologis, pertanian dan daerah rawan kekeringan
fisik (Puturuhu, 2015).
Dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG), lokasi potensi kekeringan
diharapkan dapat diketahui dengan lebih akurat. Parameter yaang digunakan dalam pembuatan
peta potensi kekeringan ada 4, yaitu: Kemiringan lereng, curah hujan, penggunaan lahan dan
jens tanah. Oleh karena itu, project ini dilakukan untuk mengetahui informasi tentang indeks
kekeringan di wilayah Bulukumba

METODE PENELITIAN

1. Lokasi Penelitian

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian berada di Kabupaten Bulukumba terletak pada koordinat antara
5°20” sampai 5°40” Lintang Selatan dan 119°50” sampai 120°28” Bujur Timur. Secara
geografis, Kabupaten Bulukumba berbatasan dengan Kabupaten Sinjai di sebelah utara,
sebelah timur berbatasan dengan Teluk Bone, sebelah selatan berbatasan dengan Laut
Flores, dan di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bantaeng.
2. Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : 1. Peta RBI Sulawesi Selatan, 2.
Peta Curah Hujan Kabupaten Bulukumba skala 1:250.000, 3. Peta Penggunaan Lahan
Kabupaten Bulukumba skala 1:250.000, 4. Peta Kemiringan Lereng Kabupaten
Bulukumba skala 1:250.000, 5. Peta Jenis Tanah Kabupaten Bulukumba skala 1:250.000.
3. Langkah-langkah penelitian
Adapun langkah-langkah kegiatan pelaksanaan penelitian ini yaitu :
a. Data curah hujan dan peta persebaran stasiun hujan. Membuat peta curah hujan
Kabupaten Bulukumba dengan menggunakan Arcgis Versi 10.8.
b. Data penggunaan lahan diperoleh dari badan informasi spasial
c. Peta jenis tanah diperoleh dari peta jenis tanah Kabupaten Bulukumba Berdasarkan
klasifikasi USDA
d. Peta kemiringan lereng diperoleh dari data Dem dengan analisis Arcgis Versi 10.8
wilayah Kabupaten Bulukumba.
e. Membuat dan menentukan peta potensi kekeringan di wilayah Kabupaten Bulukumba
dengan mengoverlay peta dengan penjumlahan nilai skor variabel penentu daerah
potensi rawan kekeringan dengan menggunakan software Arcgis Versi 10.8.

Tabel 1. Parameter Penentuan Potensi Kekerinagn

Variabel Kriteria Kelas Skor


Curah hujan >1000 Sangat Rendah 1
1.000-1.500 Rendah 2
1.500-2.000 Sedang 3
2.000-2.500 Tinggi 4
>2.500 Sangat tinggi 5
Penggunaan Tanah kosong 2
lahan Permukiman 5
Agrikultur 4
Hutan 3
Danau 1
Kemiringan 0-8 Datar 1
lereng 15-8. Landai 2
15-25 Agak curam 3
25-40 Curam 4
>40 Sangat curam 5
Jenis tanah Litosol 1
regosol 2
grumusol 1
Tabel 2. Klasifikasi Tingkat Kekeringan

No Kelas Kriteria Tingkat


kekeringan
1 I 5-7 Sangat rendah
2 II 8-10 Rendah
3 III 11-13 Sedang
4 IV 14-16 Tinggi
5 V 17-19 Sangat tinggi

DIAGRAM ALIR

Data Curah
Hujan

Peta Stasiun Badan Informasi Data DEM Data Jenis Tanah


Hujan Spasial Nasional Klasifikasi USDA

Peta Peta
Peta Curah Peta Jenis
Penggunaan Kemiringan
Hujan Tanah
Lahan Lereng

Tumpangsusun

Klasifikasi

Peta Potensi Kekeringan


Kabupaten Bulukumba

Gambar 2. Diagram Alir Penelitian


HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
1. Curah Hujan
Curah hujan di wilayah Kabupaten Bulukumba rata-rata tahunan berkisar antara
<1.000 mm hingga lebih dari 2.500 mm/thn. Peta curah hujan ini dibuat dengan
menggunakan metode ishoyet dengan software ArcGis 10.8. Kelas curah hujan terluas
yaitu kelas tinggi dengan luas 53.375,23 (Ha) atau 45,72% dan yang paling sempit
wilayahnya yaitu kelas curah hujan sangat rendah dengan luas 10.712,26 (Ha) atau 9,18%.
Lihat tabel 3 dan gambar 2

Gambar 3. Peta Curah Hujan Kabupaten Bulukumba


Tabel 3. Curah Hujan Kabupaten Bulukumba

No Kriteria Klasifikasi Luas (Ha) Persen %


1 >1000 Sangat rendah 10.712,26 9,18
2 1.000-1.500 Rendah 18.173,23 15,56
3 1.500-2.000 Sedang 23.360,41 20,03
4 2.000-2.500 Tinggi 53.375,23 45,72
5 >2.500 Sangat tinggi 11.100,89 9,51
Total 116.722,03 100
2. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di Kabupaten Bulukumba dapat di kelompokkan menjadi 5
kelompok. Peta penggunaan lahan ini dibuat dengan menggunakan metode digitasi peta
dengan software ArcGis 10.8. Kelompok penggunaan lahan yang paling luas yaitu
penggunaan lahan agrikultur dengan luas 93.066,51 Ha atau 79,834% dan yang paling
sempit yaitu danau yang hanaya memiliki luas 3,21 Ha atau 0,003%.

Gambar 4. Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Bulukumba

Tabel 4. Penggunaan Lahan Kabupaten Bulukumba

No Penggunaan Luas (Ha) Persen %


lahan
1 Tanah kosong 285,11 0,245
2 Permukiman 3.268,64 2,804
3 Agrikultur 93.066,52 79,834
4 Hutan 19.951,58 17,114
5 Danau 3,22 0,003
Total 116.722,03 100
3. Kemiringan Lereng
Peta kemiringan lereng ini dibuat dengan menggunakan software ArcGis 10.8.
Kelompok Kemiringan Lereng di Kabupaten Bulukumba dapat di kelompokkan menjadi
5 kelas. Kelas kemiringan lereng yang paling luas yaitu kelas datar (0-8) dengan luas
wilayah 60.383,10 Ha atau 52,23% yang banyak berada pada bagian Tenggara hingga
Barat Daya Kabupaten Bulukumba. Sementara kelas yang memiliki luas wilayah paling
kecil yaitu kelas sangat curam (>40) dengan luas wilayah hanya 3.975,17 Ha atau 3,44%.

Gambar 5. Peta Kemiringan Lereng Kabupaten Bulukumba

Tabel 5. Kemiringan Lereng Kabupaten Bulukumba

No Kriteria Klasifikasi Luas (Ha) Persen %


1 0-8 Datar 60.383,10 52,23
2 15-8 Landai 28.627,51 24,76
3 15-25 Agak curam 15.657,49 13,54
4 25-40 Curam 6.964,29 6,02
5 >40 Sangat curam 3.975,17 3,44
Total 116.722,03 100
4. Jenis Tanah
Peta jenis tanah ini dibuat dengan menggunakan software ArcGis 10.8. Jenis tanah
yang ada di Kabupaten Bulukumba ada 3, yaitu litosol, regosol dan grumusol. Jenis tanah
yang paling luas yaitu jenis tanah litosol dengan luas wilayah 105.364,28 Ha atau 90,66%
yang tersebar hampir diseluruh bagian wilayah Kabupaten Bulukumba. Sementara jenis
tanah yang memiliki luas wilayah paling kecil yaitu jenis tanah regosol dengan luas
wilayah hanya 3.674,86 Ha atau 3,16%.

Gambar 6. Peta Jenis Tanah Kabupaten Bulukumba

Tabel 6. Jenis Tanah Kabupaten Bulukumba


No Penggunaan Luas (Ha) Persen %
lahan
1 Litosol 105.364.,8 90.66
2 Regosol 3.674,87 3.16
3 Grumusol 7.17692 6.18

Total 116.722,03 100


5. Potensi Kekeringan
Peta jenis tanah ini dibuat dengan menggunakan software ArcGis 10.8. dengan
metode overlay beberapa parameter. Potensi kekeringan di Wilayah Kabupaten
Bulukumba terdapat lima kelas, yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat
tinggi. Sebagian besar berada pada potensi rendah dengan luas 71.896,65 Ha (62,38%).
Sementara wilayah dengan luas yang kecil memiliki tingkat potensi kekeringan sangat
tinggi dengan luas 37,48 Ha (0,04%).
Potensi kekeringan ditentukan oleh beberapa faktor. Dalam penelitian ini terdapat 4
faktor yang dikaji. Faktor-faktor inilah yang menentukan besar atau kecilnya potensi
kekeringan pada wilayah penelitian. Faktor-faktor tersebut yaitu curah hujan, penggunaan
lahan, kemiringan lereng dan jenis tanah. Wilayah dengan tingkah curah hujan yang berada
pada kriteria rendah hingga snagat tinggi memiliki tingkat kekeringan yang relatif sanagt
rendah hingga sedang. Selain curah hujan, kemiringan lereng juga sangat berpengaruh. Hal
ini dapat di lihat dari peta bahwa wilayah dengan curah hujan yang sangat tinggi dan
kemiringan lereng snagat curam berada pada indeks potensi kekeringan sedang. Wilayah
dengan potensi kekeringan yang sedang bingga tinggi memiliki curah hujan yang rendah,
lereng yang curam, penggunaan lahan sebagai pemukiman dan jenis tanah litosol.

Gambar 7. Peta Potensi kekeringan Kabupaten Bulukumba


Tabel 7. Potensi Kekeringan Kabupaten Bulukumba

No Kriteria Klasifikasi Luas (Ha) Persen %


1 5-7 Sangat rendah 7.242,58 6.28
2 8-10 Rendah 71.896,66 62.38
3 11-13 Sedang 33.589,13 29.14
4 14-16 Tinggi 2.491,05 2.16
5 17-19 Sangat tinggi 37,49 0.04
Total 116.722,03 100

PEMBAHASAN

Potensi kekeringan di wilayah Kabupaten Bulukumba ditentukan oleh 4 faktor yaitu


curah hujan, penggunaan lahan, kemiringan lereng, dan jenis tanah. dari keempat faktor
tersebut, yang paling dominan adalah faktor curah hujan, kemiringan lereng dan jenis tanah.

1. Curah hujan
Curah hujan di wilayah Kabupaten Bulukumba berkisar antara <1000 sampai >2.500
mm/thn. Curah hujan di Kabupaten Bulukumba bervariasi dari rendah hingga ke sangat
tinggi. Semakin ke utara curah hujannya semakin tinggi. Hal ini dapat dilihat bahwa
persebaran curah hujan di Kabupaten Bulukumba dari selatan ke utara semakin tinggi.
Wilayah stasiun Paenre Lompoa dan bagian tenggara wilayah Kabupaten Bulukumba
merupakan wilayah dengan tingkat curah hujan yang paling rendah. Sedangkan curah
hujan tertinggi berada bagian utara stasiun bulo-bulo dan sangkala.
Curah hujan merupakan faktor utama yang menjadi penentu tingkat kekeringan
suatu wilayah. Curah hujan yang tinggi sabgat di dukung oleh faktor litologi. Curah hujan
dikatakan sebagai faktor utama terhadap tingkat kekeringan suatu wilayah karena terdapat
hubungan yang sangat kuat antara curah hujan dengan tingkat potensi kekeringan. Jika
curah hujan rendah, maka potensi kekeringan suatu wilayah akan semakin tinggi. Dan
sebaliknya jika curah hujan tinggi, maka potensi kekeringan di suatu wilayah akan semakin
rendah.
2. Penggunaan lahan
Penggunaan lahan pada wilayah Kabupaten Bulukumba sebagian besar
dimanfaatkan sebagai lahan agrikultur (79,834%), dan sebagai hutan (17,114%).
Penggunaan lahan sangat berpengaruh terhadap potensi kekeringan disuatu wilayah.
Suatu tutupan lahan snagat berfungsi untuk menyimpan air. semakin banyak tumbuhan di
suatu wilayah, maka semakin banyak kemungkinan wilayah tersebut lembab.
Penggunaan lahan sebagai pemukiman dan lahan terbuka memilki potensi yang
sangat besar terhadap kekeringan karena sebagian besar air masuk kembali ke sungai dan
laut. Selain itu, jika suatu wilayah kekurangan tuupan lahan, maka tanahnya akan langsung
terkena oleh sinar matahari. Hala ini akan membuat penguapan air pada tanah terjadi lebih
cepat jika di bandingkan dengan kawasan dengan tutupan lahan yang baik. Penguapan
yang terjadi secara langsung pada permukaan tanah di wilayah dengan tutupan lahan yang
kurang, akan menyebabkan kehilangan air yang cukup banyak dan cepat.
3. Kemiringan lereng
Kemiringan lereng di wilayah Kabupaten Bulukumba sebagian besar datar (52,23%)
hingga agak curam (13,54%). Lereng dengan tingkat kemiringan yang besar maka
berpotensi memiliki banyak air karena karena memiliki curah hujan yang tinggi. Daerah
dengan tingkat kemiringan lereng yang curam tersebar pada bagian utara wilayah
Kabupaten Bulukumba. Ketika semakin curam suatu lereng, maka jumlah aliran limpasan
permukaan semakin meningkat (Arsyad, 2000). Kemiringan lereng berpengaruh terhadap
tingkat kekeringan suatu wilayah. Namun tidak terlepas arah lereng juga mempengaruhi
potensi tipe hujan yang terjadi.
4. Jenis tanah
Jenis tanah disuatu wilayah merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
potensi kekeringan, karena jenis tanah menjadi faktor yang sangat penting sebagai penentu
besar atau kecilnya infiltrasi. Tanah yang tipis akan memiliki tingkat infiltrasi yang rendah,
dan akan menyebabkan aliran permukaan. Tanah litosol dan regosol merupakan jenis tanah
yang baru berkembang sehingga memiliki infiltrasi yang cukup rendah. Wilayah
Kabupaten Bulukumba sebagian besar yaitu 90,66% wilayahnya di dominasi oleh tanah
litosol, sehingga mempengaruhi kekeringan di wiayah tersebut.
5. Potensi Kekeringan
Tingkat kekeringan di Kabupaten Bulukumba terdiri atas 5 kelas, yaitu sangat
rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Sebagian besar wilayahnya memiliki
tingkat kekeringan rendah dengan luas wilayah 71.896,66 Ha (62,38%) yang tersebar di
seluruh kecamatan. Wilayah dengan tingkat kekeringan yang sangat tinggi hanya memiliki
luas wilayah sebesar 37,49 Ha atau 0.04% dari keseluruhan wilayah Kabupaten
Bulukumba. Dengan demikian dapat diketahui bahwa wilayah Kabupaten Blukumba
memiliki potensi rawan kekeringan yang cukup rendah.
Selain itu, perbedaan tingkat kekeringan yang terjadi di berbagai kawasan di
Kabupaten Bulukumba dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah suhu udara,
morfologi wilayah, dan lain-lain. Menurut Harianto (2015) bahwa kondisi morfologi
Bulukmba sangat bervariasi, mulai dari dataran rendah di bahagian Selatan, hingga
pengunungan di bahagian Utara. Keadaan morfologi tersebut tentu akan berpengaruh
terhadap jumlah curah hujan yang jatuh di kawasan tersebut. Haryanto pun menemukan
bahwa Bulukumba di dominasi oleh type iklim sedang sesuai Scmidth Fergusson.
Adapun faktor-faktor yang sangat mempengaruhi tingkat potensi kekeringan suatu
wilayah adalah curah hujan, penggunaan lahan, kemiringan lereng dan jenis tanah yang
miliki oleh wilayah tersebut.

KESIMPULAN
Kekeringan di wilayah Kabupaten Bulukumba rendah karena sebagian besar wilayahnya
yaitu lebih dari 95% wilayah berada [ada kelas sangat rendah hingga kelas sedang. Tingkat
kekeringan yang rendah hingga sedang ini tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Bulukumba.
Kekeringan terjadi karena curah hujan rendah didukung oleh rendahnya infiltasi, dan besarnya
penguapan. Tingkat kekeringan di wilayah Kabupaten Bulukumba sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya adalah curah hujan, penggunaan lahan, kemiringan lereng dan
jenis tanah yang di miliki oleh wilayah tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Fathony, A., Somantri, L., & Sugito, N. T. (2022). Analisis Potensi Kekeringan Pertanian di
Kabupaten Bandung. Jurnal Geografi: Media Informasi Pengembangan dan Profesi
Kegeografian, 19(1), 29-37.
Jamil, D. H. (2013). Deteksi potensi kekeringan berbasis penginderaan jauh dan sistem
informasi geografis di Kabupaten Klaten. Geo-Image, 2(2).
Raharjo, P. D. (2010). Teknik penginderaan jauh dan sistem informasi geografis untuk
identifikasi potensi kekeringan. Makara Journal of Technology, 14(2), 150373.
Nasiah, N., Suprapta, S., & Baharuddin, I. I. Zonasi Daerah Rawan Kekeringan di Kabupaten
Maros Provinsi Sulawesi Selatan. In Seminar Nasional LP2M UNM.
Lukito, H. (2021). Zonasi Kerentanan Kekeringan dan Rekomendasi Perlindungan Daerah
Imbuhan dan Mataair Lotong lotong, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Jurnal
Ilmiah Lingkungan Kebumian, 3(2), 46-59.
Maru, R. (2015). Analisis Kekeringan Kabupaten Bulukumba dengan menggunakan Metode
Thornthwaite. Indonesian Journal of Fundamental Sciences, 1(1).

Anda mungkin juga menyukai