Anda di halaman 1dari 10

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


4.1.1 Letak, Luas dan Batas
Secara Geografis, Kabupaten Majalengka terletak di bagian timur Provinsi
Jawa Barat pada posisi 6.43 -7.03 LS di sebelah selatan, 6.36 – 6.58 LU di sebelah
utara, dan 108.12 -108.25 BT di sebelah timur, 108.03 – 108.19 BT di sebelah barat.
Ibukota kabupaten Majalengka adalah Kecamatan Majalengka yang berjarak 91 km
dari ibukota Provinsi. Dengan batas wilayah sebagai berikut :
- Sebelah selatan, berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya
- Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Sumedang
- Sebelah Utara, berbatasan dengan Kabupaten Indramayu
- Sebelah Timur, berbatasan dengan Kabupaten Cirebon dan Kbupaten Kuningan
Kabupaten Majalengka terdiri atas 26 Kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah desa
dan kelurahan. Pusat pemerintahannya di kecamatan Majalengka.

4.1.2 Kondisi Topografi


Daerah Pegunungan dengan ketinggian 500-857 Mdpl dengan luas
482,02Km2 atau 40,03% dari seluruh luas wilayah Kabupaten Majalengka. Daerah
bergelombang/berbukit dengan ketinggian 50-500 Mdpl dengan luas 376,53 km2 atau
31,27% dari seluruh luas wilayah Kabupaten Majalengka. Daerah dataran rendah
dengan ketinggisn 19-50 Mdpl dengan luas 345,69km2 atau 28,70% dari seluruh luas
wilayah Kabbupaten Majalengka.

4.1.3 Kondisi Iklim dan Curah Hujan


Curah Hujan disuatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim,
geografis dan perputaran/pertemuan arus udara. Sepanjang tahun 2012 Kabupaten
Majalengka diguyur hujan hampir setiap bulan kecuali bulan juli, dengan curah hujan
tertinggi terjadi pada bulan pada bulan Desember 2012 yang mencapai 494mm dengan
jumlah hari hujan 22, dan terendah pada bulan Agustus yaitu 44 mm dengan jumlah
hari hujan sebanyak 1. Kecepatan angin di wilayah kabupaten Majalengka rata-rata
berkisar antara 4 knot sampai 5 knot dan kecepatan tertinggi pada terjadi pada bulan
Februari yaitu sampai 20 knot. Faktor Lain yang mempengaruhi hujan dan
arah/kecepatan angin.

Catatan : Cari berapa curah hujan tahunan, dan Tipe Curah hujan menurt schmidt
dan ferguson.

4.1.4 Kondisi Tanah


Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponen-
komponen padat, cair dan gas, dan mempunyai sifat serta perilaku yang dinamik
( Arsyad, 1989).
Catatan : Peta tanah tinjau skala 1:50.000 1973 (puslitbang Tanah) ex: polewali
mandar, cari juga jenis tanah kabupaten majalengka hitung luas jenis tanah tsb
lalu tabelkan.
Tanah suatu daerah ditentukan oleh lima faktor pembentuk tanah yaitu iklim, bahan
induk tanah, relief, waktu dan organisme. Kondisi iklim dan relief akan mempengaruhi
proses geomorfologi yang bekerja pada bahan induk tanah yang kemudian
mempengaruhi sifat tanah tersebut.
4.1.5 Kondisi Geologi

Catatan : pada geologi juga buatkan luasan dri masing2 formasinya, dan tabelkan
juga jenis-jenis batuannya.

4.1.6 Penggunaan Lahan


Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk investasi (campur
tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik
material maupun spiritual (suharini,2009).
Catatan : ini juga di hitung luas di tabelkan dan hitung persentasenya. Dan kalau
bisa tiap bentuk penggunaan lahannya dirinci dan tampilkan foto penggunan lahan
di lapangannya.

4.1.7 Kondisi Lereng


Catatan : sama halnya dengan di atas tabelkan kelas lereng yang dipakai dan
hitung lusannya.
4.2. Hasil Penelitian dan Pembahasan
4.2.1 Persebaran Longsor
Hasil dari pengumpulan data diperoleh kejadian longsor sebanyak .....titik
(total) dan tersebar secara tidak merata pada lokasi penelitian. Lokasi tanah longsor di
daerah penelitian ini di dapatkan dari observasi lapangan atau survey lapangan dan
pencarian data lokasi yang pernah mengalami tanah longsor di instansi-instansi terkait,
pengamatan di lapangan mendapatkan -----lokasi titik longsor yang telah mengalami
longsor. Sedangkan dari data diperoleh ....lokasi titik longsor dan pergerakan tanah.
Data yang diperoleh didapat dari data BPBD kabupaten majalengka tahun
2018, sedangkan selebihnya dikumpulkan melalui survei lapangan. Pengumpulan data
tanah longsor ini masih belum mencakup seluruh kejadian tanah longsor yang pernah
terjadi dikabupaten Majalengka, hal ini disebabkan karena medan yang cukup sulit
sehingga pencatatan tidak maksimal.

Gambar 1. Peta Titik Sebaran Longsor Kabupaten Majalengka


Catatan : Tipe-tipe longsornya bagaimana?
4.2.2 Hasil Penelitian Berdasarkan Parameter Kerawanan Longsor
Parameter yang digunakan dalam penentuan peta tingkat kerawanan tanah
longsor adalah Kemiringan Lereng, Penggunaan Lahan, Bentuklahan, Curah Hujan,
Geologi, dan Jenis Tanah.
4.2.2.1 Kemriringan Lereng
Kemiringan lereng merupakan faktor yang paling mempengaruhi terjadinya
longsor di suatu wilayah. Kabupaten Majalengka memiliki topografi/kemiringan
lereng yang berbeda-beda dengan kemiringan lereng yang paling dominan yaitu pada
kemiringan 25-44% dengan luas area 9.320,97 ha. Umumnya lereng yang terjal atau
yang memiliki persentase kemiringan yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya
longsor. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumiyatinah dan Yohanes (2000), yang
menyatakan bahwa tanah longsor umumnya dapat terjadi pada wilayah berlereng.
Makin tinggi kemiringan lahannya akan semakin besar potensi longsornya.

Gambar 2. Peta Kemiringan Lereng Kabupaten Majalengka

Kelas Kemiringan Lereng (%) Luas (ha) Persentase (%)


I 0-8 81594,99
61,35
II 8-15 20882,18 15,70
III 15-25 22691,49
17,06
IV 25-45 6647,03
5,00
V >45 1186,76
0,89

4.2.2.2 Penggunaan Lahan


Faktor penutupan lahan juga berpengaruh terhadap penyebab bahaya longsor.
Tutupan lahan kecamatan Sinjai Barat terdiri dari : 1) Hutan lahan kering sekunder
yaitu hutan yang tumbuh dengan sendirinya atau hutan alami, 2) Hutan tanaman yaitu
hutan yang ditanami dengan maksud konservasi hutan, 3) Semak belukar, 4) Sawah,
dan 5) Pertanian Lahan kering. Penggunaan lahan di kecamatan Sinjai Barat
didominasi oleh pertanian lahan kering. Dari berbagai jenis tutupan lahan yang ada di
kecamatan Sinjai Barat, sawah, semak belukar, dan pertanian lahan kering memiliki
nilai skor yang tinggi sehingga memiliki pengaruh tinggi terjadinya longsor. Hal ini
sesuai dengan pendapat Wahyunto (2007), bahwa penggunaan lahan seperti
persawahan maupun tegalan dan semak belukar, terutama pada daerah-daerah yang
mempunyai kemiringan lahan terjal umumnya sering terjadi tanah longsor.

4.2.2.3 Tanah
Faktor tipe jenis tanah mempunyai tingkat bahaya longsor yang berbeda-beda.
Kecamatan Sinjai Barat memiliki 4 jenis tanah yang berbeda yaitu 1) Kompleks
mediteran coklat, 2) Latosol coklat kompleks, 3) Latosol coklat kekuningan, dan 4)
Latosol merah. Adapun jenis tanah yang terdapat di kecamatan Sinjai Barat dapat
dilihat pada Tabel 9.

Jenis Luas Persentase


Alluvial, 32085
Latosol
Andosol, Laterik, Grumusol, Podsol, Podsolic
Regosol,Litosol,Renzina
5 Penentuan Nilai Masing-masing Parameter
Catatan : bagaimana membuat skoring berdasarkan teori apa?
5.2 Kemiringan Lereng
5.3 Penggunaan Lahan
Kestabilan tanah yang terganggu dapat menjadi penyebab timbulnya tanah
longsor. Asumsinya, semakin sesuai penggunaan lahan pada suatu lahan, maka
tingkat bahayanya akan semakin rendah (dibyosaputro,1999).

5.4 Geologi
5.5 Struktur Geologi
5.6 Tanah
6 Pembobotan Masing-Masing Parameter
- Rahim 1995 (skoring tanah)

Kelas Jenis Harkat/Bobot


I Alluvial,Gelisol, Planosol, Hidromorf Kelabu, 1
Laterik (tidak Peka)
II Latosol (agak Peka) 2
III Brown Forest Soil, Non Calcic Brown, Mediteran 3
(agak Peka)
IV Andosol, Laterik, Grumusol, Podsol, Podsolic 4
(peka)
V Regosol,Litosol,Renzina 5

- Taufik dkk 2008 (CH)

Kelas Curah Hujan (mm/th) Harkat/Bobot


I <1000 1
II 1000-1500 2
III 1500-2000 3
IV 2000-2500 4
V >2500 5

- Sk mentri Pertanian nomor 837/KPTS/UM/1980


- Puslittanah

Kelas Kemiringan Lereng (%) Kategori Harkat/Bobot


I 0-8 Datar 1
II 8-15 Landai 2
III 15-25 Agak Curam 3
IV 25-45 Curam 4
V >45 Sangat Curam 5

- Paimin 2006 (jenis batuan) ex.basal-clay shale

Kelas Jenis Batuan Harkat/Bobot


I Dataran Aluvial 1
II Perbukitan Kapur 2
III Perbukitan Granit 3
IV Perbukitan Batuan sedimen 4
V Bukit Basal-Clay shale 5

- Klasifikasi Asch (1980) dg modifikasi Yudi Prasetyo 1997(untuk penggunaan


lahan)

Kelas Penggunaan Lahan Harkat/Bobot


I Daerah tanpa tutupan Vegetasi, Daerah dengan tutupan 3
Vegetasi rendah (rumput-rumputan/semak), singkapan
batuan, terbuka
II Daerah dengan vegetasi berupa tanaman pertanian, 2
persawahan, dan tegalan
III Daerah dengan penggunaanlahan berupa permukiman 1
yang berasosiasi dengan tanaman campuran di sekitarnya
IV Daerah dengan liputan vegetasi berupa tanaman keras dan 0
liputan relatif rapat, kebun campuran, perkebunan, hutan.

- Atau menurut Farhi et al (2012)


Kelas Penggunaan Lahan Kategori Harkat/Bobot
I Hutan Alam Rendah 1
II Hutan/Perkebunan Agak rendah 2
III Semak/Belukar/Rumput Sedang 3
IV Tegal/Perkarangan Agak tinggi 4
V Sawah/permukiman Tinggi 5

- Winduhutomo et al (2014) dan analisis primer

Kelas Formasi Geologi (ini Jenis batuan Harkat/Bobot


disesuaikan dg daerah
penelitian)
I Ini contoh Halang Batu Pasir,tuf 1
II Penosogan Batu pasir,batu 2
lempung,gampingan,
napal
III Waturanda Breksi vulkanik,batu 3
pasir wacke,batu
lempung
IV Karangsambung-totogan Olistolit abtu pasir, 4
batu lanau,
konglomerat, batu
gamping,nummulities
V Lok ulo Bassal, rijang, sekis, 5
batuan basa, dan ultra
basa, batu lempung

Catatan : daftar pustaka lihat di, Fitri Rahmia analisis kerawanan longsor
karang sambung.
taqorrub ubaidillah, kerawanan longsor lahan di kecamatan banyumanik.
Rachma Muthia, Aplikasi sistem informasi geografi untuk pemetaan tingkat
kerawanan bencanan tanah longsor di kecamatan prambanan.
Skor komulatif = direktoral VMBG 2004, dengan modifikasi wahyu budiarti
2014 (untuk total skoring)
- Interval kelas = nilai min-max / jumlah kelas

7 Survei Lapangan
Survei lapangan dilakukan untuk uji validasi antara hasil yang telah dibuat dengan
hasil yang ada dilapangan. Diperlukan beberapa sampel data untuk melakukan
survei tersebut sehingga dapat mewakili keseluruhan daerah penelitian untuk
mengetahui tingkat kebenaran hasil survei hasil survei dengan akurasi pemetaan
yang telah dilakukan langsung dilapangan.
Metode yang digunakan dalam penentuan sampel dalam penelitian ini adalah
metode stratified random sampling yaitu berdasarkan penentuan sampel secara
bertingkat menurut bentuk lahan dan kemiringan lerengnya. Pengambilan sampel
dilakukan secara purpusif atau secara acak dengan mengambil sampel secara
menyeluruh tetapi mewakili semua sampel yang ada di Kabupaten Majalengka.
(uma sekaran,1992).

Catatan : Motode yang di pakai adalah motode tidak langsung dengan teknik
skoring , dan analisis statistik (untuk Raster), dan didukung oleh pengamatan
langsung ke lapangan.

Anda mungkin juga menyukai