Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS EROSI DAN SEDIMEN DI CATCHMENT AREA SUNGAI

HAURAN MENGGUNAKAN MODEL AGNPS (AGRICULTURAL NON


POINT SOURCE POLLUTION MODEL)

Nurul Astuti1, Nurlina1,dan Agus Dwi Rahmanto2

ABSTRAK. Sedimen yang ada pada suatu aliran sungai umumnya terjadi akibat
proses erosi yang berkaitan erat dengan siklus hidrologi. Beberapa parameter
erosi dan sedimen adalah curah hujan, vegetasi tutupan lahan, jenis tanah dan
kemiringan tanah. Catchment Area Sungai Hauran memiliki kondisi vegetasi
tutupan lahan berbeda pada tahun 2005 dan 2014. Oleh karena itu perlu
dilakukan penentuan nilai erosi dan sedimen terkini serta menganalisa dampak
perubahan tutupan lahan tahun 2005 dan 2014 terhadap besarnya erosi dan
sedimen pada satu kejadian hujan dengan data hujan yang sama. Agricultural
NonPoint Source Pollution Model (AGNPS) adalah salah satu model terdistribusi
yang dapat digunakan untuk menganalisa erosi dan sedimen dengan kejadian
hujan tunggal. Pengolahan data menggunakan model AGNPS diperoleh besar
erosi persatuan luas yang terjadi pada tahun 2014 sebesar 256,43 ton/ha/tahun
menunjukkan tingkat erosi berat dan total sedimen sebesar 1.7947,79 ton/tahun
(17,60 ton/ha/tahun) termasuk klasifikasi tingkat sedimen tinggi. Perbandingan
tingkat erosi dan sedimen karena adanya perubahan tutupan lahan tahun 2005
dan 2014 dengan input hujan 18,2 mm mengalami peningkatan total erosi
persatuan luas dari 1,93 ton/ha menjadi 11,46 ton/ha dan mengalami penurunan
total sedimen pada tahun 2014 dari 50,7 ton menjadi 26,15 ton.

Kata Kunci: Catchment Area Sungai Hauran,erosi, model AGNPS, sedimen.

PENDAHULUAN sehingga akan mempengaruhi


Sedimen merupakan partikel- morfologi sungai.
partikel berasal dari batuan induk yang Lokasi penelitian berada di
mengendap di lingkungan lebih rendah Catchment Area Sungai Hauran,
dari asalnya seperti sungai, laut, waduk secara administratif terletak di Desa
dan lain sebagainya. Secara umum Bentok Darat, Kecamatan Bati-Bati,
diketahui bahwa erosi adalah peristiwa Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan
terkikisnya batuan akibat air, angin dan Selatan. Pada tahun 2000-2005 lokasi
es. Proses sedimentasi pada daerah dilakukan reforestation project atau
sungai merupakan kejadian yang dapat proyek penghutanan kerjasama
mengakibatkan pendangkalan pada BPDAS Barito (Balai Pengelolaan
dasar sungai dan perubahan elevasi Daerah Aliran Sungai Barito), JIFPRO

1 Program Studi Fisika FMIPA Universitas Lambung Mangkurat


2
BPDAS Barito
31
32 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 12 No 1, Februari 2015 (31– 41)

(Japan Internationa Foresty lahan pada tahun 2005 didominasi


Promotion and Coorperation) dan vegetasi alang-alang 37,0 %, karet
Seiko Epson Corperation [4]. berumur <5 tahun 19,8%, mahoni <5
Sebelum dilaksanakannya tahun 15,1%, semak belukar 8,7%,
kegiatan reforestation project lokasi ini hutan sekunder 8,2%, belukar tua
adalah sebuah lahan kosong berupa 6,1%, karet >5 tahun 2,3% dan sisanya
semak belukar tanpa ada pengelolaan tanaman sengon, sawah, tambak
lahan dan saat ini sebagian lokasi pemukiman dan genangan berkisar 1%
penelitian merupakan kawasan hutan [13]. Berdasarkan BPDAS Barito (2013)
lindung sesuai surat keputusan menteri [3] vegetasi yang ada di Catchment
kehutanan No. 435/Kpts-II/2009 Area Sungai Hauran cukup bervariasi
tanggal 23 Juli 2009 [13]. Rahmanto, seperti semak belukar, perkebunan,
2005, menyatakan, kondisi tutupan tanah terbuka dan hutan tanaman.

Gambar 1. Peta Catchment Area Sungai Hauran [3]

Nugroho (2000)[10] di DAS berbeda antara hasil pengamatan dan


Dumpul mengaplikasikan model model. Hal ini menunjukkan bahwa
AGNPS untuk melakukan analisis nilai-nilai parameter yang digunakan
aliran permukaan, sedimen, kehilangan dalam model AGNPS cukup akurat
hara nitrogen, fosfor dan kebutuhan sehingga dapat digunakan sebagai alat
oksigen kimiawi serta melakukan bantu dalam perencanaan pengelolaan
simulasi model sesuai dengan kondisi DAS.
biogeofisik DAS untuk perencanaan Analisa erosi dan sedimen
pengelolaan DAS. Kesimpulan yang dalam penelitian ini bertujuan
diperoleh menyatakan bahwa tidak menentukan nilai erosi dan sedimen
Astuti. N., dkk. Analisis Erosi dan Sedimen ...33

menggunakan model AGNPS di Erosi


Catchment Area Sungai Hauran Tanah dapat tererosi, yakni
berdasarkan kondisi tutupan lahan terlepas dari lokasinya, oleh aksi angin,
terkini dan menganalisa dampak air, gaya gravitasi (tanah longsor), dan
perubahan tutupan lahan tahun 2005 aktivitas manusia. Erosi air dimulai
dan 2014 terhadap besarnya erosi dan dengan pelepasan partikel-pertikel
sedimen di Catchment Area Sungai tanah oleh hempasan percikan air
Hauran pada satu kejadian hujan hujan. Faktor-faktor terpenting yang
dengan mengasumsikan data hujan mempengaruhi erosi adalah curah
yang sama sebesar 18,2 mm. Hasil hujan, tumbuh-tumbuhan yang
perbandingan nilai erosi dan sedimen menutupi tanah, jenis tanah dan
tersebut menyatakan kondisi baik kemiringan tanah[8]. Kelas tingkat
tidaknya tutupan lahan sehingga dapat bahaya erosi disajikan selengkapnya
meminimalisir erosi dan sedimen. pada tabel 1.

Tabel 1. Kelas tingkat bahaya erosi


No Kelas TBE Kehilangan tanah Keterangan (Remark)
(class of erosion danger (ton/ha/th)
level)
1. I <15 Sangatringan (Very light)
2. II 16-60 Ringan (Light)
3. III 60-180 Sedang (Moderate)
4. IV 180-480 Berat (Heavy)
5. V >480 Sangatberat (Very heavy)
Sumber: Departemen Kehutanan,1998 [5].

Sedimen menyebabkan pendangkalan dan


Sedimen yang sering dijumpai di terbentuknya tanah-tanah baru di
sungai merupakan produk dari pinggir-pinggir dan di delta-delta sungai.
pelapukan batuan induk yang Dengan demikian, proses sedimentasi
dipengaruhi oleh faktor lingkungan, dapat memberikan dampak yang
terutama perubahan iklim. Oleh adanya menguntungkan dan merugikan [1].
transport sedimen dari tempat yang Klasifikasi muatan sedimen ditunjukkan
lebih tinggi ke daerah hilir dapat oleh tabel 2.
34 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 12 No 1, Februari 2015 (31– 41)

Tabe2. Klasifikasi muatan sedimen


Nilai Muatan Sedimen
No Kelas Skor
(ton/ha/th)
1 MS≤5 Sangatrendah 0,50
2 5<MS≤10 Rendah 0,75
3 10<MS≤15 Sedang 1,00
4 15<MS≤20 Tinggi 1,25
5 MS>20 SangatTinggi 1,50
Sumber: Peraturan Menteri Kehutanan RI No: P.61/Menhut-II/2014 [12].

Model AGNPS feet.ton.inci/acre, K, erodibilitas tanah


Model AGNPS (Agricultural (ton.acre/acre.feet.ton.inci), L, faktor
NonPoint Source Pollution Model) panjang lereng, S, faktor kemiringan
merupakan program simulasi komputer lereng, C, faktor tanaman, P, faktor
untuk menganalisis limpasan, erosi, pengelolaan tanah dan SSF adalah
sedimen, perpindahan hara dari faktor bentuk permukaan tanah
pemupukan (Nitrogen dan Phosfor) dan (seragam = 1, cembung = 1,3 dan
Chemical Oksigen Demand (COD) cekung = 0,8) [9].
pada suatu areal dengan kejadian Penelusuran sedimen pada
hujan tunggal [9]. Input data entry aplikasinya dilakukan secara otomatis
model AGNPS diperoleh dengan oleh model AGNPS dengan
melakukan prosesing data DEM menggunakan persamaan (2).
dengan menggunakan software 𝑄𝑠 ∆𝑋 𝑥
𝑄𝑠 (𝑋) = 𝑄𝑠 (0) + − ∫0 𝐷(𝑋)𝑊𝑑𝑥 (2)
𝐿𝑟
ArcView/GIS yang dilengkapi dengan
analisa spasial. Selain DEM, sumber Dengan Qs(X) adalah debit sedimen

lain sebagai input data entry model di ujung hilir saluran (cfs), Qs(0), debit

AGNPS adalah penggunaan lahan [11]. sedimen di ujung hulu saluran (cfs),
X, jarak lereng bagian bawah (feet),

Erosi Tanah dan Sedimen Lr, panjang saluran (feet), D(X), laju

Persamaan yang digunakan pengendapan sedimen di titik X dan

adalah persamaan Wischmeier dan W adalah lebar saluran (feet) [9].

Scmith (1978):
Citra Aster
E = EI x K x L x S x C x P x SSF (1) Citra ASTER adalah satu citra
dengan E adalah erosi (ton/acre), EI satelit sumberdaya bumi yang sering
energi intensitas hujan dalam dimanfaaatkan untuk kajian fisik. Citra
Astuti. N., dkk. Analisis Erosi dan Sedimen ...35

ASTER (Advanced Spaceborne bentuk persentase dari berat total


Thermal Emission and Reflection gabungan air dan sedimen [1].
Radiometer) adalah proyek kerja sama
Jepang dan Amerika untuk METODELOGI PENELITIAN
memonitoring permukaan bumi yang Penelitian ini terdiri atas
menyangkut sumberdaya alam. Sensor beberapa tahap (gambar 2) yaitu
ini mengobservasi permukaan bumi persiapan data menggunakan aplikasi
dari ketinggian 705 km dengan ArcGIS 10.1, pengoperasian data
frekuensi band: Visible and Near menggunakan model AGNPS,
Infrared (VNIR), Short Wave Infrared pengambilan sampel sedimen
(SWIR) dan Thermal Infrared (TIR) [6]. lapangan, analisa hasil erosi dan
sedimen serta pembuatan laporan.
PengukuranSedimen Proses persiapan data dilakukan
Pengukuran muatan sedimen terlebih dahulu dengan tujuan untuk
dengan teknik depth integrating, alat menghasilkan peta tutupan lahan, peta
ukur sedimen diikatkan pada tongkat tekstur tanah dan peta jaringan sungai
penduga, kemudian dimasukkan ke yang sesuai dengan model AGNPS.
dalam aliran sungai dengan gerakan ke Pengambilan sampel sedimen
bawah dan ditarik kembali ke atas dilapangan hanya ditujukan sebagai
dengan kecepatan gerak yang sama. pelengkap data hasil model AGNPS.
Kecepatan gerak tergantung pada Alat yang digunakan dalam penelitian
kecepatan aliran sungai. Semakin ini adalah sebagai berikut perangkat
deras aliran air, semakin cepat gerakan keras computer, Global Positioning
yang harus dilakukan. System (GPS), perangkat lunak ArcGis
Saat di laboratorium, sampel air 10.1, perangkat lunak MapWindow
tersebut disaring dengan menggunakan GIS, perangkap sedimen, alat
kertas saring dengan ukuran yang pengukur curah hujan, gelas ukur,
sesuai dengan tingkat akurasi data kertas saring, oven, neraca analitik.
yang diinginkan. Selanjutnya sampel air Bahan yang digunakan adalah sebagai
yang telah disaring tersebut berikut; peta jaringan sungai, peta
dikeringkan dengan menggunakan tutupan lahan, data curah hujan, peta
oven. Sedimen kering kemudian jenis tanah, citra SPOT 6, DEM
ditimbang dan dinyatakan dalam ASTER dan sampel sedimen.
36 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 12 No 1, Februari 2015 (31– 41)

Mulai

Membuat grid pada catchment


area Sungai Hauran

Membuat data base AGNPS

DEM ASTER
Input data DAS 2005 Input data DAS 2014 Catchment Area
Sungai Hauran

Ekstrak data DEM


Peta tutupan lahan
Peta tekstur tanah

Edit arah aliran


Ekstrak data peta

Edit data grid

Menjalankan aplikasi AGNPS

Model output

Proses 1 (___) Selesai


Proses 2 ( )

Gambar 2. Tahap pengolahan data pada MapWindow GIS ekstensi AGNPS

HASIL DAN PEMBAHASAN Output Model AGNPS Kategori


Hujan Sedang
Peta Tutupan Lahan, Peta
tekstur tanah dan output model Kategori hujan sedang adalah
AGNPS kategori hujan sedang ketegori hujan dengan intensitas hujan
disajikan pada tabel 3, 4 dan 5. sedang bernilai 20-50 mm/24 jam. Data
Astuti. N., dkk. Analisis Erosi dan Sedimen ...37

curah hujan maksimum bulanan yang pada bulan Februari dan Agustus. Data
diperoleh dari BMKG memberikan spasial keluaran model AGNPS untuk
informasi bahwa hujan dengan kategori kategori hujan sedang ditunjukkan oleh
sedang hanya terjadi dua bulan yakni gambar 3 dan gambar 4.

Tabel 3.Parameter-parameter turunan dari peta tutupan lahan


Curve Number
No Land Land Cover ManningN SurfCond Cfactor
Code A B C D
1 UrHg High grass 0,08 0,25 49 69 79 84 0,500
2 NUWol Mixed Forest 0,50 0,25 38 60 74 80 0,008
3 NUWol youngForest 0,50 0,25 38 60 74 80 0,008
4 NUGr Grass and Pasture 0,06 0,22 59 74 83 86 0,400
5 NUHw Rubber 0,06 0,50 50 61 74 80 0,150
Sumber : (Leon & George, 2011)[8]

Tabel 4. Parameter masukan dari peta tekstur tanah


No SCS Code Soil Class HSC SText K
1 Sil Silt loam C 2 0,37
2 C Clay D 3 0,20
Sumber : (Leon & George, 2011)[8]

Tabel 5. Hasil keluaran sedimen di outlet catchment area Sungai Hauran untuk
kategori hujan sedang
Analisis sedimen
Erosi per satuan luas Sedimen per Sedimen
NPS
Jenis Partikel Daratan Saluran satuan luas total
(%)
(ton/acre) (ton/acre) (ton/acre) (ton)
Liat 0,37 0 81 0,30 783,95
Debu 0,45 0 4 0,02 44,28
Agregat halus 3,12 0 0 0,01 16,54
Agregat kasar 1,79 0 0 0,00 7,48
Pasir 0,30 0 0 0,00 1,96
Total 6,04 0 5 0,33 854,22
38 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 12 No 1, Februari 2015 (31– 41)

Gambar 3. Sebaran erosi pada Gambar 4. Sebaran sedimen pada


Catchment Area Sungai Hauran untuk Catchment Area Sungai Hauran untuk
kategori hujan sedang kategori hujan sedang

Kategori Hujan Tinggi hujan dengan kategori tinggi hanya


Kategori hujan tinggi (tabel 6) terjadi lima bulan yakni pada bulan
adalah ketegori hujan dengan Januari, Maret, April, Juli dan
intensitas hujan tinggi bernilai lebih dari Desember.
50 mm/24 jam. Data curah hujan Data spasial keluaran model
maksimum bulanan yang diperoleh dari AGNPS untuk kategori hujan sedang
BMKG memberikan informasi bahwa ditunjukkan oleh gambar 5 dan 6.

Tabel 6. Hasil keluaran sedimen di outlet catchment Area Sungai Hauran untuk
kategori hujan tinggi
Analisis sedimen
Erosi per satuan luas Sedimen per Sedimen
NPS
Jenis Partikel Daratan Saluran satuan luas total
(%)
(ton/acre) (ton/acre) (ton/acre) (ton)
Liat 1.14 0 90 1.03 2653.46
Debu 1.38 0 12 0.16 422.41
Agregat halus 9.47 0 1 0.06 158.49
Agregat kasar 5.42 0 0 0.00 10.69
Pasir 0.93 0 0 0.00 2.82
Total 18.34 0 7 1.26 3247.87
Astuti. N., dkk. Analisis Erosi dan Sedimen ...39

Gambar5. Sebaran erosi pada Gambar6. Sebaran sedimen pada


Catchment Area Sungai Hauran Catchment Area Sungai Hauran untuk
untuk kategori hujan tinggi kategori hujan tinggi

Setelah melakukan pengolahan tahun 2005 dan 2014 terhadap


data untuk semua data hujan dari besarnya erosi dan sedimen di
data curah hujan maksimum bulanan catchment Area Sungai Hauran
maka diperoleh besar erosi persatuan dengan mengasumsikan data hujan
luas yang terjadi dalam setahun kejadian yang sama. Perbandingan
sebesar 256,43 ton/ha/tahun dengan tingkat erosi dan sedimen karena
total sedimen sebesar 17.947,79 adanya perubahan tutupan lahan
ton/tahun (17,60 ton/ha/tahun). tahun 2005 dan 2014 dengan input
Menurut klasifikasi tingkat bahaya hujan 18,2 mm mengalami
erosi, nilai 256,43 ton/ha/tahun peningkatan total erosi persatuan luas
merupakan nilai erosi yang masuk dari 0,78 ton/acre (1,93 ton/ha)
dalam kelas tingkat bahaya erosi IV menjadi 4,64 ton/acre (11,46 ton/ha)
dengan keterangan erosi berat. dan mengalami penurunan total
Sementara itu berdasarkan klasifikasi sedimen pada tahun 2014 dari 50,7
muatan sedimen, nilai sedimen ton menjadi 26,15 ton. Hal tersebut
sebesar 17,60 ton/ha/tahun terjadi karena kondisi tutupan lahan
merupakan sedimen dengan kelas tahun 2014 didominasi tanaman
klasifikasi tinggi. bertajuk tinggi yaitu perkebunan dan
hutan tanaman dimana tajuknya berada
a) Perbandingan Hasil Pemodelan
jauh di atas permukaan tanah dengan
Salah satu tujuan dari
sedikit tumbuhan bawah dan serasah.
penelitian ini adalah menganalisa
Menurut Asdak [1], yang lebih berperan
dampak perubahan tutupan lahan di
dalam menurunkan besarnya erosi
40 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 12 No 1, Februari 2015 (31– 41)

adalah tumbuhan bawah karena 2. Perbandingan nilai erosi dan sedimen


merupakan stratum vegetasi terakhir untuk tahun 2005 dan 2014 dengan
yang akan menentukan besar-kecilnya memasukkan data curah hujan
erosi percikan. kejadian yang sama sebesar 18,2
mm diperoleh peningkatan nilai erosi
b) Hasil Lapangan
dari total erosi sebesar 0,78 ton/acre
Pengambilan sempel sedimen
(1,93 ton/ha) menjadi 4,64 ton/acre
dilakukan pada tanggal 30 Maret 2015
(11,46 ton/ha) dan mengalami
di outlet Catchment Area Sungai
penurunan nilai sedimen dari 50,7 ton
Hauran, hujan kejadian tercatat sebesar
menjadi 26,15 ton.
2,54 mm saat pengambilan sampel
3. Catchment Area Sungai Hauran
selama 30 menit. Pengukuran muatan
dengan luas lahan 1019 ha memiliki
sedimen dilakukan bersamaan dengan
tekstur tanah berupa 492 Ha liat
pengukuran debit aliran dengan
(clay) dan 527 Ha berupa lempung
prosedur yang sama, yaitu dengan cara
berdebu (silt loam) dengan jenis
membagi penampang melintang sungai
tutupan lahantahun 2014 berupa
menjadi beberapa sub penampang.
perkebunan karet 40,63%, hutan
Pengolahan data lapangan dapat
tanaman 30,32%, belukar 16,29%,
diperoleh debit sedimen sebesar 3,42
hutan lahan kering sekunder 11,48%,
ton/hari.
dan lahan terbuka 1,26%, sedangkan
tutupan lahan pada tahun 2005
KESIMPULAN
didominasi oleh vegetasi alang-alang
Kesimpulan yang diperoleh dari
37,0%, karet berumur <5 tahun
penelitian ini adalah sebagai berikut:
19,8%, mahoni <5 tahun 15,1%,
1. Besar erosi yang terjadi pada tahun
semak belukar 8,7%, hutan skunder
2014 termasuk dalam tingkat bahaya
8,2%, belukar tua 6,1%, karet >5 t
erosi berat dengan nilai sebesar
ahun 2,3% dan sisanya tanaman
256,43 ton/ha/tahun dan sedimen
sengon, tambak, permukiman dan
yang diperoleh masuk dalam kelas
genangan berkisar 1%.
klasifikasi muatan sedimen tinggi
4. Hasil pengukuran sedimen di
dengan nilai total sedimen sebesar
lapangan diperoleh debit sedimen
17.947,79 ton/tahun (17,60
sebesar 3,42 ton/hari saat hujan
ton/ha/tahun).
kejadian 2,54 mm.
Astuti. N., dkk. Analisis Erosi dan Sedimen ...41

DAFTAR PUSTAKA
[1] Asdak C. 2010. Hidrologi dan
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. [8] Linsley. Jr. R.K, Kohler.M.A, &
Gadjah Mada University Press, Paulhus.J.L.H. 1996. Hidrologi
Yogyakarta. Untuk Insinyur. Erlangga: Jakarta.

[2] BPDAS Barito.2011. Laporan [9] Londongsalu, D.T. 2008. Analisis


Monitoring danEvaluasi Kinerja Pendugaan Erosi, Sedimentasi,
DAS Tahun 2008. BPDAS Barito, dan Aliran Permukaan
Banjarbaru. Menggunakan Model AGNPS
Berbasis Sistem Informasi
[3] -------.2013. Laporan Monitoring Geografis di Sub DAS Jeneberang
dan Evaluasi Kinerja DAS Propinsi Sulawesi Selatan. Skripsi
Catchment Area Sungai Hauran, Program Sarjana, Institut Pertanian
Sub DAS Banyu hirang, DAS Bogor, Bogor.
Maluka Tahun 2012. BPDAS
Barito, Banjarbaru. [10] Nugroho, S.P. 2000. Analisis Aliran
Permukaan, Sedimen dan Hara
[4] BRLKT Riam Kanan. 2001. Nitrogen, Fosfor dan Kebutuhan
Laporan (Project Annual Operation Oksigen Kimiawi dengan
Report) Proyek Rehabilitasi Menggunakan Model AGNPS Di
Hutan/Reboisasi Kerjasama Sub DAS Dumpul. Tesis Magister.
JIFPRO Center Seiko Epson Program Pascasarjana, IPB.
Coorperation dan DITJEN RLPS Bogor.
Departemen Kehutanan. Balai
Rehabilitasi Lahan dan Konservasi [11] -------.2000. Pengaruh Ukuran Sel
Tanah Riam Kanan. Banjarbaru. Terhadap Hasil Prediksi Model
AGNPS dalam Evaluasi
[5] Departemen Kehutanan. 1998. Pengendalian Kualitas Perairan
Pedoman Penyusunan Rencana dari Sumber Pencemar Pertanian.
Teknik Reha-bilitasi Teknik Jurnal Teknologi Lingkungan. 1:
Lapangan dan Kon-servasi Tanah 219-226.
Daerah Aliran Su-ngai.
Departemen Kehutanan. Jakarta. [12] Peraturan Menteri Kehutanan
Republik Indonesia Nomor:
[6] ERSDAC. 2003. ASTER P.61/Menhut-II/2014. Tentang
Reverence Guide Version 1.0.
Monitoring dan evaluasi
http://www.science.aster.ersdac.jsp
acesystems.or.jp/en/documnts/pdf/ pengelolaan daerah aliran sungai.
ASTER_Ref_V1.pdf Jakarta.
(Diakses pada tanggal 1 Oktober
2014) [13] Rahmanto, A.D. 2005. Analisis
Biofisik Lahan dalam Rangka
[7] Leon,L.F. & George,C. 2011. Pengelolaan DAS di Catchment
MapWindow Interface for AGNPS Area Damar Gusang Kabupaten
(MWAGNPS). Edisi ke-2 Tanah Laut Kalimantan Selatan
http://www.waterbase.org/docs/MW Skripsi Program Sarjana,
AGNPS%20Setup.pdf Universitas Lambung Mangkurat,
(Diakses pada tanggal 23 Banjarbaru.
Nopember 2014)
42 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 12 No 1, Februari 2015 (31– 41)

Anda mungkin juga menyukai