SAMPUL .............................................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ 2
ISI ......................................................................................................................... 4
ACARA I ..............................................................................................................4
I. Pendahuluan .............................................................................................. 1
V. Kesimpulan ............................................................................................... 11
ACARA II ............................................................................................................ 12
I. Pendahuluan .............................................................................................. 12
V. Kesimpulan ............................................................................................... 24
V. Kesimpulan ............................................................................................... 29
ACARA IV ........................................................................................................... 30
I. Pendahuluan .............................................................................................. 30
2|Page
III. Metodologi ................................................................................................ 32
V. Kesimpulan ............................................................................................... 34
ACARA V ............................................................................................................ 35
I. Pendahuluan .............................................................................................. 35
V. Kesimpulan ............................................................................................... 43
LAMPIRAN........................................................................................................... 47
3|Page
ACARA I
UJI KESUBURAN TANAH
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesuburan tanah merupakan status suatu tanah yang menunjukkan
kapasitas untuk memasok unsur-unsur esensial dalam jumlah yang mencukupi
untuk pertumbuhan tanaman tanpa adanya konsentrasi meracun dari unsur
manapun (Foth & Ellis, 1997 cit. Munawar, 2018). Di dalam pertanian
kesuburan tanah merupakan bagian dari sebuah sistem dinamis yang dapat
berubah, menurun atau meningkat, yang terjadi secara alami maupun akibat dari
manusia. Maka dari itu, perlu dilakukan uji atau evaluasi kesuburan tanah.
Evaluasi kesuburan tanah merupakan proses pendiagnosaan masalah-
masalah keharaan dalam tanah dan pembuatan anjuran pemupukan (Dikti,1991
cit. Susila, 2013). Informasi status hara pada suatu lahan sangat diperlukan agar
diperoleh data-data kesuburan tanah untuk kepentingan usaha pertanian.
Kemampuan tanah dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman berbeda-beda
dan tidak selalu dapat memenuhi kebutuhan tanaman akan hara. Evaluasi
kesuburan tanah dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu melalui
pengamatan gejala defisiensi pada tanaman secara visual, analisa tanaman dan
analisa tanah.
Kekurangan salah satu atau lebih unsur hara merupakan faktor pembatas
dalam upaya meningkatkan produksi pertanian. Apabila kadar unsur hara dalam
tanah sangat rendah, maka pertumbuhan tanaman di atasnya akan terganggu
(menimbulkan gejala defisiensi) dan rentan terhadap serangan hama dan
penyakit. Sebaliknya bila semua unsur hara yang diperlukan tanaman tercukupi,
maka tanaman akan tumbuh sehat dan lebih tahan terhadap serangan hama dan
penyakit. Dengan adanya praktikum ini diharapkan dapat mengetahui tingkat
kesuburan suatu tanah untuk budidaya pertanian.
B. Tujuan
4|Page
Tujuan dari praktikum uji kesuburan tanah adalah untuk mengetahui
tingkat kesuburan suatu tanah di suatu daerah dengan menggunakan tanaman
jagung sebagai indikator uji kesuburan tanah.
5|Page
II. TINJAUAN PUSTAKA
Tanah adalah media untuk pertumbuhan tanaman dan memasok unsur hara
untuk tanaman. Pada umumnya tanah memasok 13 dari 16 unsur hara esensial yang
diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Unsur hara esensial tersebut harus terus-
menerus tersedia dalam takaran yang berimbang. Namun, hal ini tidak selalu terjadi
pada semua jenis tanah. Beberapa tanah tertentu yang tidak dapat memenuhi tujuan
tersebut disebut sebagai tanah tidak subur. Sebaliknya, tanah yang dapat memenuhi
tujuan tersebut disebut tanah subur. Faktor yang dapat menentukan kesuburan tanah
antara lain pH tanah, kandungan nutrisi, aktivitas organisme, dan bahan induk (Jin et
al., 2019).
Secara sederhana kesuburan tanah dapat didefinisikan sebagai kemampuan
tanah untuk menyediakan unsur hara dalam jumlah yang cukup dan bentuk yang
tersedia. Kesuburan tanah bersifat site specific dan crop specific, artinya tanah yang
subur untuk suatu jenis tanaman belum tentu subur untuk jenis tanaman lainnya
(Handayanto et al., 2017). Tanah yang subur adalah tanah yang mempunyai profil
yang dalam (kedalaman yang sangat dalam melebihi 150 cm); strukturnya gembur;
pH 6,0-6,5; kandungan unsur hara tersedia bagi tanaman cukup; dan tidak terdapat
faktor pembatas dalam tanah untuk pertumbuhan tanaman (Prabowo & Subantoro,
2018).
Evaluasi kesuburan pada tanah merupakan pendiagnosaan keharaan dalam
tanah dan anjuran pemupukan. Salah satu cara yang sering digunakan dalam menilai
kesuburan suatu tanah adalah melalui pendekatan dengan analisis tanah atau uji
tanah. Evaluasi status kesuburan tanah perlu dilakukan pada lahan budidaya agar
penyediaan dan ketahanan pangan dapat berlanjut. Itulah sebabnya mengetahui status
kesuburan tanah merupakan hal penting dalam peningkatan produksi tanaman dan
berpengaruh terhadap pertanian di masa yang akan datang (Prabowo & Subantoro,
2018).
Pada acara uji kesuburan tanah, dapat dilakukan dengan penanaman jagung
sebagai indikator uji kesuburan tanah. Jagung digunakan sebagai indikator karena
pertumbuhannya cepat dan peka terhadap gangguan keharaan.
6|Page
III. METODOLOGI
7|Page
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah dilakukan penanaman jagung pada tanah di 10 titik lokasi yang berbeda
lalu dikompositkan diperoleh tinggi tanaman, jumlah daun, warna batang, warna
daun.
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Tanaman Jagung Setelah Berumur 1 Bulan
Jagung
Parameter Jagung 2 Jagung 3 Jagung 4
1
90,2
Tinggi tanaman jagung 144 cm 140,3 cm 69,2 cm
cm
Jumlah daun jagung 6 helai 11 helai 7 helai 8 helai
Warna batang jagung Hijau Hijau Hijau Hijau
Hijau, bagian
Hijau
Warna daun jagung bawah agak Hijau Hijau tua
tua
kekuningan
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa tinggi tanaman jagung 1 adalah 90,2
cm; jagung 2 adalah 144 cm; jagung 3 adalah 140,3 cm; dan jagung 4 adalah 69,2
cm. Jumlah helai daun jagung 1 adalah 6 helai, jagung 2 sebanyak 11 helai, jagung 3
sebanyak 7 helai, dan jagung 4 sebanyak 8 helai. Warna batang semua jagung adalah
hijau. Untuk warna daun jagung 1 adalah hijau tua, jagung 2 pada bagian atas
berwarna hijau dan pada bagian bawah berwarna agak kekuningan, jagung 3
berwarna hijau, serta jagung 4 berwarna hijau tua.
Dari hasil pengamatan warna daun jagung 2 pada bagian bawah berwarna agak
kekuningan. Hal itu kemungkinan disebabkan oleh menipisnya ketersediaan
Nitrogen dalam tanah. Menurut Nugroho (2015) tanaman yang kekurangan unsur
hara N, daunnya akan menguning sehingga proses fotosintetis tidak maksimal. Unsur
hara N menjadi unsur hara utama penyusun klorofil, yang memiliki peranan penting
dalam proses fotosintesis pada tanaman. Untuk mengatasi masalah tersebut maka
perlu adanya peningkatan pemupukan yang mengandung unsur hara Nitrogen.
8|Page
Tinggi Tanaman Jagung
160
140
Tinggi tanaman jagung (cm)
120
100
80
60
40
20
10
Jumlah daun jagung (helai)
Berdasarkan gambar 4.1 dan 4.2 yang menunjukkan diagram tinggi tanaman
jagung dan jumlah daun jagung dapat diketahui bahwa jagung 2 merupakan tanaman
yang memiliki tinggi dan jumlah daun paling tinggi. Hal itu disebabkan oleh
tercukupinya unsur hara yang ada pada tanah yang digunakan sebagai media
9|Page
penanaman. Dari hasil tinggi tanaman maka jagung 3 berada di posisi kedua, jagung
1 ketiga dan jagung 4 keempat. Apabila berdasarkan jumlah daunnya maka jagung 2
memiliki jumlah daun paling banyak, jagung 4 yang kedua, jagung 3 ketiga, dan
jagung 1 dengan jumlah daun paling sedikit.
10 | P a g e
V. KESIMPULAN
11 | P a g e
ACARA II
MENGENAL PUPUK
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pupuk dan kegiatan budidaya tanaman merupakan suatu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan. Pada budidaya tanaman, tanah sebagai media tumbuh
tanaman memiliki daya dukung yang berbeda-beda dalam mendukung usaha tani
untuk setiap jenis komoditas tanaman. Suatu lahan jika ditanami secara terus-
menerus dapat menyebabkan penurunan kesuburan tanah. Oleh karena itu
diperlukan usaha untuk menambah ketersediaan unsur hara di dalam tanah yaitu
dengan cara pemupukan.
Pupuk merupakan suatu bahan sebagai sumber unsur hara yang sangat
menentukan tingkat pertumbuhan dan produksi tanaman (Mansyur et al., 2021).
Sumber hara dapat berupa unsur hara makro maupun mikro bagi tanaman,
dimana setiap unsur hara tersebut memiliki peranan masing-masing dan dapat
menunjukkan gejala tertentu pada tanaman apabila ketersediaannya kurang.
Pemupukan dapat diartikan sebagai pemberian bahan organik maupun
bahan non organik untuk mengganti kehilangan unsur hara di dalam tanah dan
untuk memenuhi kebutuhan unsur hara bagi tanaman sehingga produktivitas
tanaman meningkat. Dengan kata lain pemupukan adalah Tindakan
mengaplikasikan pupuk pada tanaman (Mansyur et al., 2021). Dalam kesuburan
tanah pupuk berperan penting karena pemberian pupuk ke dalam tanah
diperlukan untuk menggantikan unsur hara yang telah digunakan oleh tanaman.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum acara II mengenal pupuk adalah untuk mengetahui
informasi yang ada pada pupuk yang berkaitan dengan sifat fisik, sifat kimia dan
sifat fisiologis (kemasan).
12 | P a g e
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pupuk adalah kebutuhan yang sangat vital bagi tanaman. Pupuk sangat penting
untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup tanaman. Di dalam pupuk terkandung
berbagai unsur hara yang sangat penting bagi tanaman. Terdapat berbagai macam
jenis pupuk yang dapat digunakan. Berdasarkan asalnya pupuk dapat dibagi menjadi
dua yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik (Sakalena, 2015). Berdasarkan cara
pemberiannya terdiri dari pupuk akar dan pupuk daun, serta berdasarkan unsur hara
yang dikandungnya yaitu pupuk tunggal, pupuk majemuk, dan pupuk lengkap.
13 | P a g e
III. METODOLOGI
14 | P a g e
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
15 | P a g e
Gambar 4.2 Pupuk NPK Phonska Plus 15-15-15
16 | P a g e
industri. Pupuk NPK Mutiara bisa diaplikasikan sebagai pupuk dasar
maupun pupuk susulan. Kandungan Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 adalah
16% N (Nitrogen), 16% P2O5 (Phospate), 16% K2O (Kalium), 0.5% MgO
(Magnesium) serta 6% CaO (Tarigan et al., 2021).
17 | P a g e
Gambar 4.5 Pupuk NPK Pelangi 16-16-16
7. Pupuk SP-36
Pupuk SP-36 bersifat tidak higroskopis (tidak mudah menghisap air)
sehingga dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama. Berbentuk
granular dan berwarna abu-abu, sifatnya agak sulit larut dalam air dan
bereaksi lambat sehingga sering digunakan sebagai pupuk dasar. Pupuk
SP-36 memiliki kadar P2O5 36% dan kadar Sulfur (S) 5%.
18 | P a g e
Gambar 4.7 Pupuk SP-36
8. Pupuk ZA
Pupuk ini berbentuk kristal dan berwarna putih atau orange. Pupuk ZA
mudah larut dalam air, tidak higroskopis, senyawa kimianya stabil
sehingga dapat disimpan dalam waktu lama. Pupuk ZA mengandung
nitrogen dalam bentuk amonium minimal sebesar 20,8%, belerang
minimal sebesar 23,8%, kadar air maksimal 1% serta kadar Asam Bebas
sebagai H2SO4 maksimal 0,1%. Pupuk ZA dapat aplikasikan pada semua
jenis tanaman, baik sebagai pupuk dasar maupun pupuk susulan.
19 | P a g e
Pupuk KCL biasanya berbentuk kristal dan berwarna merah atau putih.
Pupuk KCL memiliki kandungan Kalium 60-62% dalam bentuk K2O
(Prakash & Verma, 2016) dan Clorida (Cl) sebesar 35%.
20 | P a g e
Pupuk kalsium boron berbentuk kristal dengan warna putih. Sifatnya
mudah larut dalam air dan higroskopis. Pupuk ini memiliki kandungan
hara CaCO3 sebanyak 98%, CaO sebanyak 55%, dan MgO 11%.
21 | P a g e
Pupuk Cantik merupakan pupuk majemuk berbentuk butiran (granul)
berwarna putih susu, bersifat higroskopis, mudah larut dalam air dan
mudah diserap oleh akar tanaman. Pupuk cantik memiliki Kandungan
Nitrogen sebesar 27% yang terdiri atas 13,5% Nitrogen dalam bentuk
Nitrate (NO3-) serta 13,5% Nitrogen dalam bentuk Ammonium (NH4+).
Selain itu juga mengandung Kalsium dalam bentuk CaO sebesar 12%.
22 | P a g e
15. Pupuk Gandasil D
Pupuk Gandasil D merupakan pupuk daun lengkap dan sempurna
berbentuk kristal dan berwarna hijau. Unsur hara yang terkandung yaitu
Nitrogen 20%, Fosfor P2O5 15%, Kalium K2O 15 % dan Magnesium
MgSO4 3%. Nutrisi yang tersedia dalam pupuk daun Gandasil D
konsentrasinya seimbang sehingga sel tumbuhan dirangsang untuk terus
berdiferensiasi dan memacu jumlah tunas (Damayanti et al., 2021).
23 | P a g e
V. KESIMPULAN
Secara umum pupuk terbagi menjadi 2, yaitu pupuk organic dan anorganik.
Terdapat banyak sekali macam pupuk anorganik yang diberikan saat kegiatan
budidaya tanaman. Diantaranya adalah Pupuk NPK Basf 15-15-15, Pupuk NPK
Phonska Plus 15-15-15, NPK Kebomas 16-16-16, Pupuk NPK Mutiara 16-16-16,
NPK Pelangi 16-16-16, Pupuk TSP kandungan phospor 46%, Pupuk SP-36, Pupuk
ZA, Pupuk KCl (Kalium Klorida, Pupuk Kalium Sulfat, Pupuk kalsium boron, Pupuk
Urea, Pupuk Cantik, Pupuk dolomit, serta Pupuk Gandasil D.
24 | P a g e
ACARA III
MEMBUAT KOMPOS
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberadaan limbah baik dari industri maupun rumah tangga kini semakin
meningkat. Hal ini sejalan dengan kebutuhan manusia yang juga terus meningkat
akibat dari bertambahnya penduduk. Banyak orang tidak menyadari dampak dari
limbah rumah tangga yang dibiarkan menumpuk terus-menerus. Apabila masih
tetap dibiarkan maka akan menimbulkan dampak yang negatif seperti
pencemaran lingkungan. Oleh karena itu, pengolahan limbah rumah tangga
sangat perlu dilakukan.
Pengolahan limbah rumah tangga dapat dilakukan dengan membuat
kompos dari sisa bahan organik yang nantinya akan sangat bermanfaat bagi
lingkungan terutama pada kesuburan tanah. Selain terbuat dari bahan yang
ramah lingkungan, untuk membuat kompos juga tidak memerlukan biaya yang
mahal. Perlu diingat bahwa tidak semua bahan limbah rumah tangga dapat
dijadikan kompos. Hanya limbah organik saja seperti sisa sayuran dan buah
busuk, kotoran hewan, dedaunan kering dan daging busuk. Hal ini karena bahan-
bahan tersebut mudah untuk terurai. Diharapkan dengan adanya praktikum
pembuatan kompos ini praktikan dapat lebih memahami dan mampu
melaksanakan cara membuat kompos dengan benar.
B. Tujuan
Tujuan dari dilakukannya praktikum pembuatan kompos pada acara III ini
agar praktikan mampu melakukan langkah-langkah membuat kompos dengan
benar berdasarkan metode anaerob dan mengetahui faktor-faktor dalam
pembuatan kompos.
25 | P a g e
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kompos merupakan pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman dan kotoran
hewan yang telah mengalami proses dekomposisi atau pelapukan. Kompos
merupakan salah satu komponen untuk meningkatkan kesuburan tanah dengan
memperbaiki kerusakan fisik tanah akibat pemakaian pupuk anorganik (kimia) pada
tanah secara berlebihan yang mengakibatkan rusaknya struktur tanah. Kompos yang
baik adalah yang sudah cukup mengalami pelapukan dan dicirikan oleh warna yang
sudah berbeda dengan warna bahan pembentuknya, tidak berbau, kadar air rendah
dan sesuai suhu ruang (Ashlihah et al., 2020).
Selain digunakan sebagai pupuk, pengaplikasian kompos ke tanah dapat
meningkatkan kapasitas penyimpanan karbon di dalam tanah, yang mengurangi
emisi gas rumah kaca ke atmosfer (Radziemka et al., 2019). Ada beberapa limbah
yang dapat digunakan untuk membuat kompos. Yang paling umum adalah limbah
rumah tangga organik seperti sisa makanan, sayur busuk, buah busuk, tulang, dan
daging busuk. Berikutnya adalah limbah pertanian seperti Jerami, sekam padi, gulma,
batang jagung, tongkol jagung, batang pisang, sabut kelapa, dan lainnya.
Limbah pertanian biasanya memiliki C/N rasio yang relatif mendekati C/N
rasio tanah sehingga pengomposan limbah pertanian lebih mudah dan cepat. Selain
limbah rumah tangga dan pertanian, limbah peternakan seperti kotoran sapi, kotoran
kambing, dan kotoran ayam juga bisa digunakan untuk membuat kompos
(Suwahyono, 2014). Dalam membuat kompos diperlukan aktivator atau bioaktivator
untuk menghadirkan organisme-organisme yang dapat mempercepat dekomposisi.
Secara alami, proses dekomposisi memerlukan waktu sekitar 1 hingga 2 bulan, tetapi
dengan adanya bantuan aktivator maka prosesnya dapat dipercepat menjadi 7 hingga
14 hari.
26 | P a g e
III. METODOLOGI
27 | P a g e
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
28 | P a g e
V. KESIMPULAN
29 | P a g e
ACARA IV
PENGOLAHAN SAMPAH DAPUR
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu permasalahan terbesar di bumi ini adalah semakin
meningkatnya jumlah sampah. Peningkatan jumlah sampah berkaitan erat
dengan pertumbuhan manusia tiap tahunnya. Apabila terus dibiarkan menumpuk
maka akan membawa dampak yang buruk bagi semua makhluk hidup di bumi.
Maka dari itu, perlu dilakukannya pengelolaan sampah untuk menjaga
keseimbangan lingkungan.
Untuk mengurangi permasalahan sampah ini dapat diatasi dengan
mengolahnya menjadi pupuk. Pupuk dapat dibedakan menjadi 2 yaitu pupuk
organik dan anorganik. Banyaknya para petani yang masih menggunakan pupuk
anorganik hingga saat ini juga bisa menimbulkan permasalahan yang serius.
Perlu dilakukan perubahan dengan mengganti pemakaian pupuk anorganik
menjadi pupuk organik. Pupuk organik bisa dibuat sendiri dengan mudah karena
berasal dari limbah rumah tangga. Limbah rumah tangga seperti sisa sayur dan
buah dapat diolah menjadi pupuk organik cair (POC). Selain ramah lingkungan
pupuk organik cair (POC) juga lebih menghemat biaya.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum “Pengolahan Sampah Dapur” Acara IV adalah
untuk mengetahui proses pembuatan POC (Pupuk Organik Cair) dan mengetahui
manfaat dari POC.
30 | P a g e
II. TINJAUAN PUSTAKA
31 | P a g e
III. METODOLOGI
32 | P a g e
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pupuk organik cair adalah larutan dari hasil pembusukan bahan organik yang
berasal dari sisa tanaman, limbah agroindustri, kotoran hewan, dan kotoran manusia
yang memiliki kandungan lebih dari satu unsur hara. Kebutuhan pupuk cair terutama
yang bersifat organik cukup tinggi untuk menyediakan sebagian unsur esensial bagi
pertumbuhan tanaman. Kandungan unsur haranya terdiri dari N 3 - 6%, P2O5 3 - 6%,
K2O 3 - 6% dan nilai pH yang berkisar 4-9. Cara pemberiannya dapat dengan cara
dicampur dalam larutan air dan dapat juga diberikan secara langsung pada tanaman
dengan cara menyiramkannya.
Pada praktikum yang telah dilakukan ember ditutup rapat agar menimbulkan
suasana panas dan lembab di dalam ember sehingga mikrobia bawaan dari buah cepat
berkembang. Mikrobia tersebut berperan dalam merombak bahan organik agar
proses dekomposisi dapat berjalan dengan cepat. Lindi yang dihasilkan dibiarkan
terkumpul di ember bawah selama kurang lebih satu bulan untuk dilanjutkan dengan
proses pematangan menjadi pupuk organik cair (POC). Proses pemanenan POC
dilakukan dengan cara membuka kran pada ember tumpuk lalu lindi dimasukkan ke
dalam botol bening dengan tutup dikendorkan. Kemudian air lindi dijemur di terik
matahari sampai warna berubah menjadi hitam coklat dan aromanya tidak
menyengat.
Dari praktikum yang dilakukan diperoleh hasil air lindi berwarna hitam dan
baunya tidak menyengat. Air lindi tersebut diperoleh dari pemisahan antara zat padat
dan zat cair di dalam komposter melalui lubang-lubang kecil yang telah dibuat.
Pupuk organik cair yang telah matang memiliki sifat bentuk warna yaitu coklat
kehitaman (Irawan et al., 2020). Warna larutan POC yang terlalu berwarna hitam
disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya lamanya proses fermentasi. Pupuk
organik cair yang baik berwarna cokelat sampai hitam tergantung dari bahan yang
digunakan dalam pembuatan pupuk cair. Selain warna, kematangan POC juga dapat
diamati dengan mencium larutan POC. Apabila POC memiliki bau yang tidak terlalu
menyengat maka selama proses fermentasi mikroorganisme mengurai bau ammonia
dengan baik.
33 | P a g e
V. KESIMPULAN
34 | P a g e
ACARA V
PROBLEMATIKA KESUBURAN TANAH DI SEKITAR TEMPAT TINGGAL
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada sektor pertanian, tanah merupakan faktor yang berperan sangat
penting dalam menentukan usaha pertanian. Setiap daerah memiliki tingkat
kesuburan tanah yang berbeda-beda dan tergantung dari jenis tanah dan letak
geografis suatu daerah. Ada kalanya usaha pertanian gagal atau hasilnya tidak
maksimal karena kurangnya pemahaman tentang tingkat kesuburan tanah
mereka untuk jenis tanaman yang tepat dan sesuai. Kurangnya pengetahuan dan
pemahaman petani akan tingkat kesuburan tanah membuat petani kesulitan
dalam menentukan jenis tanaman yang tepat untuk mereka tanam.
Menurunnya kesuburan suatu tanah juga merupakan akibat dari hilangnya
unsur hara dari tanah akibat dari proses panen, aliran air di permukaan, dan
proses pelindian. Penggunaan pupuk anorganik yang berlebihan dan tidak sesuai
dosis juga mengakibatkan penurunan kesuburan tanah. Oleh karena itu,
penggunaan pupuk kimia secara berlebih dan tidak tepat dosis perlu dihentikan
agar kualitas lahan pertanian semakin meningkat.
B. Tujuan
Tujuan praktikum acara V “Problematika Kesuburan Tanah di Sekitar
Tempat Tinggal” adalah untuk mengetahui masalah kesuburan tanah di sekitar
tempat tinggal dan untuk mengetahui solusi yang tepat dalam mengatasi
permasalahan kesuburan tanah di sekitar.
35 | P a g e
II. TINJAUAN PUSTAKA
36 | P a g e
lebih subur dibanding tanah pada daerah dataran tinggi. Suhu di daerah dataran tinggi
yang rendah mengakibatkan aktivitas mikroorganisme lambat dan proses
dekomposisi juga berjalan lambat. Pada daerah dataran rendah suhunya sangat
mendukung aktivitas mikroorganisme sehingga proses dekomposisi dapat berjalan
lebih cepat.
37 | P a g e
III. METODOLOGI
38 | P a g e
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
A. Umum
Hari : Minggu
Tanggal : 21 November 2021
Waktu : 07.30 WIB
Lokasi : Desa Tamanan, Kec. Mojoroto, Kota Kediri, Jawa Timur
Altitude : 107 mdpl
Fisiografi : dataran
Topografi : datar
Kedalaman air tanah : 18-20 m
Landuse : sawah
B. Identitas Narasumber
Nama : Pak Yudiono
Usia : 54 tahun
Pekerjaan : Petani
39 | P a g e
E. Keadaan lahan
Varietas : jagung
Jarak tanam : 20 cm
Umur sekarang : 4 bulan
Umur panen : 5 bulan
Pengolahan tanah : minimum tillage (dibajak)
Pupuk
- Organik : pupuk kandang
- Anorganik : pupuk ZA, pupuk phonska
Kenampakan tanaman : ada beberapa tanaman yang rusak akibat serangan hama
tikus
F. Pola tanam
Monokultur : padi dan jagung
Tumpang gilir :-
Tumpang sari :-
Rotasi :-
G. Produktivitas
MT I : Padi – Januari sampai April
MT II : Padi – April sampai Juli
MT III : Jagung – Juli sampai Desember
H. Permasalahan
Apabila ditinjau dari kesuburan tanahnya, maka tidak terdapat kendala atau
permasalahan. Namun, musim hujan yang terjadi sekarang ini menyebabkan
tanaman rusak dan muncul beberapa OPT seperti tikus yang dapat menurunkan
kualitas hasil produksi.
B. Pembahasan
Desa Tamanan merupakan salah satu desa yang terletak di Kota Kediri, Jawa
Timur. Desa Tamanan memiliki karakteristik topografi di daerah dataran rendah
40 | P a g e
yang berada di kaki Gunung Maskumambang dengan ketinggian 107 mdpl. Lahan
yang diamati merupakan sawah dengan kedalaman air tanah sekitar 18-20 m.
Pak Yudiono berusia 54 tahun bekerja sebagai petani memiliki lahan sawah
yang subur dengan luas 100 m2. Keadaan tanah permukaan yaitu bertekstur lempung
debuan, berwarna cokelat tua, strukturnya halus, kadar kelengasan tinggi, dan
kebatuan sedikit. Lahan pertanian ditanami tanaman pangan padi dan jagung dengan
pola tanam secara monokultur dengan jarak tanam 20 cm pada lahan. Pengolahan
tanah dilakukan dengan cara dibajak. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang,
pupuk Phonska, dan pupuk ZA. Masa tanam pertama adalah tanaman padi pada bulan
Januari sampai April, masa tanam kedua adalah padi pada bulan April sampai Juli,
dan masa tanam ketiga adalah jagung dengan masa tanam Juli sampai Desember.
Berdasarkan hasil dari pengamatan diketahui bahwa kondisi kesuburan tanah
tergolong baik karena kondisi wilayah dan topografi yang berada pada dataran
rendah. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Bado & Bationo (2018) yang
menytakan bahwa tanah di daerah dataran rendah memiliki kondisi yang lebih baik
untuk produksi tanaman karena kandungan karbon organik tanah dan lempung yang
lebih tinggi, kapasitas tukar kation yang lebih baik dan kapasitas retensi air yang
lebih tinggi. Suhu di wilayah dataran rendah juga mampu meningkatkan aktivitas
mikroorganisme tanah dalam proses dekomposisi.
Selain itu, kandungan hara pada lahan tercukupi oleh pemupukan serta sistem
irigasi yang bagus. Pupuk yang digunakan tidak hanya pupuk anorganik saja,
diberikan pula pupuk organik sehingga tidak terlalu mencemari lingkungan dan tetap
menjaga kesehatan serta kesuburan tanah. Apabila ditinjau dari kesuburan tanahnya,
maka tidak terdapat kendala atau permasalahan. Namun, musim hujan yang terjadi
sekarang ini menyebabkan tanaman rusak dan muncul beberapa OPT seperti tikus
yang dapat menurunkan kualitas hasil produksi.
Permasalahan hama tikus tersebut dapat dikendalikan dengan metode Trap
Barrier System (TBS) atau sistem perangkap bubu sebagai metode non kimiawi.
Metode ini telah diuji dan terbukti efektif dalam menurunkan kerusakan tikus di
lahan sawah beririgasi di Indonesia. Bagian utama dari sistem ini adalah petak Trap
Barrier System yang didalamnya terdapat perangkap. Di sekelilingnya dibuat parit
yang diisi air dan lubang masuk tikus dimana pada setiap lubang masuk dipasang
41 | P a g e
bubu perangkap yang dapat menangkap tikus dalam jumlah yang banyak (Ardika &
Darmiati, 2018).
42 | P a g e
V. KESIMPULAN
Lahan sawah milik Pak Yudiono yang berada di Desa Campurejo memiliki
kesuburan tanah yang bagus. Permasalahan dari lahan yang diamati adalah ketika
musim hujan muncul hama tikus yang dapat merusak tanaman. Permasalahan hama
tikus tersebut dapat dikendalikan dengan metode Trap Barrier System (TBS) atau
sistem perangkap bubu sebagai metode non kimiawi. Metode ini telah diuji dan
terbukti efektif dalam menurunkan kerusakan tikus di lahan sawah beririgasi.
43 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Ardika, I. N. dan N. N. Darmiati. 2018. Aplikasi trap barrier system (tbs) untuk
menanggulangi hama tikus pada pertanian padi ramah lingkungan di subak
timbul Desa Gadung Sari Kecamatan Selemadeg Timur Kabupaten Tabanan
Bali. Buletin Udayana Mengabdi 17(1): 86-91.
Ashlihah, M. M. Saputri, dan A. Fauzan. 2020. Pelatihan pemanfaatan limbah rumah
tangga organik menjadi pupuk kompos. Jurnal Pengabdian Masyarakat
Bidang Pertanian 1(1): 30-33.
Bado, V. B. and A. Bationo. 2018. Integrated management of soil fertility and land
resources in sub-saharan Africa: involving local communities. Advances in
Agronomy 150: 1-33.
Damayanti, A. N. A., Nandariyah, and A. Yunus. 2021. Combination of ms medium
and gandasil d on banana shoots growth in vitro. Earth and Environmental
Science 637: 1-7.
Graha, T. B. S., B. D. Argo, dan M. Lutfi. 2015. Pemanfaatan limbah nangka
(Artocarpus heterophyllus) pada proses pengomposan anaerob dengan
menambahkan variasi konsentrasi em4 (effective microorganisme) dan
variasi bobot bulking agent. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan
Biosistem 3(2): 141-147.
Hadisuwito, S. 2012. Membuat Pupuk Organik Cair. Agromedia, Jakarta.
Hamid, I., S. J. Pratina, dan A. Hermawan. 2017. Karakteristik beberapa sifat fisika
dan kimia tanah pada lahan bekas tambang timah. Jurnal Penelitian Sains 19
(1): 23-31.
Handayanto, E., N. Muddarisna, dan A. Fiqri. 2017. Pengelolaan Kesuburan Tanah.
UB Press, Malang.
Irawan, R., Asroh, K. Intansari, N.S. Meisani, T. Patimah, dan A. Atabany. 2020.
Pemanfaatan urine domba dalam pembuatan pupuk organik cair dan
pestisida nabati. Jurnal Pusat Inovasi Masyarakat 2 (1): 101-105.
Jin Z., C. Chen, X. Chen, I. Hopkins, X. Zhang, Z. Han, F. Jiang, and G. Billy. 2019.
The crucial factors of soil fertility and rapeseed yield – a five year field trial
with biochar addition in upland red soil, China. Science of Total
Environment 649: 1467-1480.
44 | P a g e
Kahfi, A. 2017. Tinjauan terhadap pengelolaan sampah. Jurisprudentie 4(1): 12-25.
Mansyur, N. I., E. H. Pudjiwati, dan A. Murtilaksono. 2021. Pupuk dan Pemupukan.
Syiah Kuala University Press, Aceh.
Munawar, A. 2018. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. IPB Press, Bandung.
Nugroho, W.S. 2015. Penetapan standar warna daun sebagai upaya identifikasi status
hara (N) tanaman jagung (Zea mays L.) pada tanah regosol. Planta Tropika:
Jurnal Agrosains 3 (1): 8-15.
Phibumwatthanawong, T. and N. Riddech. 2019. Liquid organic fertilizer production
for growing vegetables under hydroponic condition. International Journal of
Recycling of Organic Waste in Agriculture 8: 369–380.
Prabowo, R., dan R. Subantoro. 2018. Analisis tanah sebagai indikator tingkat
kesuburan lahan budidaya pertanian di Kota Semarang. Jurnal Ilmiah
Cendekia Eksakta 2(2): 59-64.
Prakash, S., and J. P. Verma. 2016. Global perspective of potash for fertilizer
production. Potassium Solubilizing Microorganisms for Sustainable
Agriculture 327–331.
Radziemska, M., M. D. Vaverkova, D. Adamcova, M. Brtnicky, and Z. Mazur. 2019.
Valorization of fish waste compost as a fertilizer for agricultural use. Waste
and Biomass Valorization 10 (9): 2537-2545.
Raksun, A. L. Japa, dan I. G. Mertha. 2019. Aplikasi pupuk organik dan npk untuk
meningkatkan pertumbuhan vegetatif melon (Cucumis melo L.). Jurnal
Biologi Tropis 19(1): 19-24.
Sakalena, F. 2015. Pengaruh pemberian jenis kompos limbah pertanian dan pupuk
organik cair terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi (Brasica
juncea L.) di polybag. Klorofil 10(2): 82-89.
Sipayung, M., R. R. M. Panjaitan, dan Mariaty. 2020. Pengaruh metode aplikasi dan
dosis pupuk npk terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman buncis
(Phaseolus vulgaris L.). Jurnal Ilmiah Rhizobia 2(2): 123-133.
Susila, K. D. 2013. Studi keharaan tanaman dan evaluasi kesuburan tanah di lahan
pertanaman jeruk Desa Cenggiling, Kecamatan Kuta Selatan. Agrotrop
3(2): 13-20.
45 | P a g e
Suwahyono, U. 2014. Cara Cepat Buat Kompos dari Limbah. Penebar Swadaya Grup,
Jakarta.
Tarigan, R. S., S. Sembiring, dan D. Dahang. 2021. Pengaruh penggunaan dosis pupuk
npk mutiara (16 – 16 – 16) dan pupuk kompos terhadap pertumbuhan dan
hasil tanaman sawi (Brassica Juncea L). Agroteknosains 5(1): 67-79.
Widarti, B. N., W. K. Wardhini, dan E. Sarwono. 2015. Pengaruh rasio C/N bahan
baku pada pembuatan kompos dari kubis dan kulit pisang. Jurnal Integrasi
Proses 5(2): 75-80.
46 | P a g e
LAMPIRAN
• ACARA 1
- Link video:
https://www.instagram.com/reel/CW36lomBtDk/?utm_source=ig_web_copy_link
- Tabel dan Diagram hasil
140
Tinggi tanaman jagung (cm)
120
100
80
60
40
20
47 | P a g e
Jumlah Daun Tanaman Jagung
12
10
Jumlah daun jagung (helai)
- Dokumentasi kegiatan
48 | P a g e
• ACARA 2
- Link foto :
https://www.instagram.com/p/CWoPkVhBqGc/?utm_source=ig_web_copy_link
https://www.instagram.com/p/CWoRXSKBjZ8/?utm_source=ig_web_copy_link
https://www.instagram.com/p/CWoTOiHhQRG/?utm_source=ig_web_copy_link
• ACARA 3
- Link video :
49 | P a g e
https://www.instagram.com/reel/CW4LF3PB0Rq/?utm_source=ig_web_copy_link
- Dokumentasi kegiatan
50 | P a g e
• ACARA 4
- Link video :
https://www.instagram.com/reel/CW4bpS9g24s/?utm_source=ig_web_copy_link
- Dokumentasi kegiatan
51 | P a g e
• ACARA 5
- Link foto :
https://www.instagram.com/p/CWo7l7svu22/?utm_source=ig_web_copy_link
- Dokumentasi kegiatan
52 | P a g e
- Borang pengamatan
A. Umum
Hari : Minggu
Tanggal : 21 November 2021
Waktu : 07.30 WIB
Lokasi : Desa Tamanan, Kec. Mojoroto, Kota Kediri, Jawa
Timur
Altitude : 107 mdpl
Fisiografi : dataran
Topografi : datar
Kedalaman air tanah : 18-20 m
Landuse : sawah
53 | P a g e
B. Identitas Narasumber
Nama : Pak Yudiono
Usia : 54 tahun
Pekerjaan : Petani
E. Keadaan lahan
Varietas : jagung
Jarak tanam : 20 cm
Umur sekarang : 4 bulan
Umur panen : 5 bulan
Pengolahan tanah : minimum tillage (dibajak)
Pupuk
- Organik : pupuk kandang
- Anorganik : pupuk ZA, pupuk phonska
Kenampakan tanaman : ada beberapa tanaman yang rusak akibat serangan
hama tikus
F. Pola tanam
Monokultur : padi dan jagung
54 | P a g e
Tumpang gilir :-
Tumpang sari :-
Rotasi :-
G. Produktivitas
MT I : Padi – Januari sampai April
MT II : Padi – April sampai Juli
MT III : Jagung – Juli sampai Desember
H. Permasalahan
Apabila ditinjau dari kesuburan tanahnya, maka tidak terdapat kendala atau
permasalahan. Namun, musim hujan yang terjadi sekarang ini menyebabkan
tanaman rusak dan muncul beberapa OPT seperti tikus yang dapat
menurunkan kualitas hasil produksi.
55 | P a g e
56 | P a g e
57 | P a g e
58 | P a g e
59 | P a g e
60 | P a g e
61 | P a g e
62 | P a g e
63 | P a g e
64 | P a g e
65 | P a g e
66 | P a g e
67 | P a g e