Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

KESUBURAN TANAH

OLEH:
NAMA : INDAH NURFADILLA YANDRI
NO.BP : 2210233006
KELAS : KESUBURAN TANAH C
KELOMPOK : 4 (EMPAT)
ANGGOTA : 1. NADYA ANJELINA (2210231019)
2. NADIFA AULIA PUTRI (2210232020)
3. PUTTY NAILA KHAIRUNNISA (2210232035)
4. ABDUL AZIZ DAFFA ABIYYU.S (2210232038)
5. INDAH NURFADILLA YANDRI (2210233006)
6. THALITA NABILA Z.D (2210233020)
7. FADHLY ALRINO (2210233041)
DOSEN PENJAB : NOFRITA SANDI, S.P., M.P.
ASISTEN : 1. HESTIANA PUTRI (2010231008)
2. ALFINO ANDESTOPANO (2010231022)
3. ESTI APRILIA NURSYAM (2010232007)
4. AFRILA MUSLIM (2010232015)
5. MEGA EVA MARLINA (2010233021)

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2023
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ................................................................................................... i
BAB I. PENDAHULUAN ...............................................................................1
A. Latar Belakang .......................................................................................2
B. Tujuan ....................................................................................................2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................4
A. Syarat Pertumbuhan Jagung manis ........................................................4
B. Karakteristik Ultisol dan Permasalahnnya .............................................6
C. Manfaat Pemberian Bahan Organik Pada Tanah ...................................7
BAB III. METODE PRAKTIKUM ...............................................................8
A. Waktu dan Tempat .................................................................................8
B. Alat dan Bahan .......................................................................................8
C. Cara Kerja ..............................................................................................8
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................12
A. Hasil .......................................................................................................12
B. Pembahasan ............................................................................................12
BAB V. PENUTUP ........................................................................................16
A. Kesimpulan ..........................................................................................16
B. Saran .....................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................17
LAMPIRAN ...................................................................................................19

i
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanah adalah media untuk pertumbuhan tanaman dan memasok unsur hara untuk
tanaman. Pada umumnya tanah memasok 13 dari 16 unsur hara esensial yang diperlukan
untuk pertumbuhan tanaman, terutama tanaman pangan. Unsur hara esensial tersebut harus
terus-menerus tersedia dalam takaran yang berimbang. Namun demikian, hal ini tidak
selalu terjadi pada semua jenis tanah. Beberapa tanah tertentu yang tidak dapat memenuhi
tujuan tersebut disebut sebagai tanah tidak subur. Sebaliknya, ada beberapa tanah yang
dapat memenuhi tujuan tersebut dan tanah tersebut disebut tanah subur. Oleh karena itu,
kesuburan tanah adalah aspek hubungan tanah- tanaman, yaitu pertumbuhan tanaman
dalam hubungannya dengan unsur hara yang tersedia dalam tanah.Kesuburan tanah adalah
potensi tanah untuk menyediakan unsur hara dalam jumlah yang cukup dalam bentuk yang
tersedia dan seimbang untuk menjamin pertumbuhan dan produksi tanaman yang optimum
kesuburan tanah adalah proses penilaian masalah-masalah keharaan dalam tanah dan
pembuatan rekomendasi pemupukan. Tanah yang diusahakan untuk bidang pertanian
memiliki tingkat kesuburan yang berbeda-beda. Pengelolaan tanah secara tepat merupakan
faktor penting dalam menentukan pertumbuhan dan hasil tanaman yang akan diusahakan.
Kebutuhan unsur hara yang diperlukan tanaman untuk pertumbuhan dan produksinya
ditentukan oleh kemampuan tanah dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman dan tidak
selalu dapat terpenuhi. Intensifnya penggunaan lahan tanpa adanya pergiliran tanaman
dapat menyebabkan terkurasnya unsur hara esensial dari dalam tanah pada saat panen dan
kesuburan tanah akan menurun secara terus menerus. Menurunnya kesuburan tanah dapat
menjadi faktor utama yang mempengaruhi produktivitas tanah, sehingga penambahan unsur
hara dalam tanah melalui proses pemupukan sangat penting dilakukan agar diperoleh
produksi pertanian yang menguntungkan.
Kesuburan tanah merupakan kunci dari sistem pertanian yang berkelanjutan, yaitu
suatu praktek pertanian yang melibatkan pengelolaan sumberdaya alam untuk pertanian
untuk memenuhi kebutuhan manusia bersamaan dengan upaya mempertahankan atau
meningkatkan kualitas lingkungan dan konservasi sumberdaya alam. Secara umum,
terdapat lima prinsip dasar pengelolaan kesuburan tanah dalam kaitannya dengan sistem
pertanian berkelanjutan, yaitu:
Unsur hara tanah yang terangkut oleh tanaman harus diganti atau ditambahkan, kondisi fisik
tanah harus dipertahankan, yang dalam hal ini berarti bahwa kandungan humus (bahan

2
organik tanah) harus tetap atau meningkat, harus tidak ada pertumbuhan gulma, hama dan
penyakit, harus tidak ada peningkatan kemasamam tanah atau konsentrasi unsur beracun,
dan Erosi tanah harus dikendalikan agar sama atau lebih kecil dari kecepatan pembentukan
tanah.
Bentuk unsur hara tersedia adalah dalam bentuk ion yang dapat diserap oleh tanaman
yang tumbuh. Namun demikian, karena kandungan unsur hara dan respon tanaman
merupakan interaksi dari komponen kimia tanah serta kondisi tanah yang mempengaruhi
ketersediaan dan serapan unsur hara, maka sifat fisika, sifat kimia dan sifat biologi tanah
semuanya mempunyai peranan terhadap kesuburan tanah. Atas dasar pandangan tersebut
maka kajian kesuburan tanah meliputi pengamatan bentuk unsur hara tanaman di dalam
tanah, bagaimana unsur-unsur tersebut menjadi tersedia untuk tanaman, dan faktor-faktor
yang mempengaruhi penyerapan unsur hara oleh tanaman. Hasil kajian tersebut dapat
digunakan sebagai landasan pengelolaan kesuburan tanah untuk memperbaiki pertumbuhan
dan produksi tanaman. Kesuburan tanah bersifat site specific dan crop specific, artinya
tanah yang subur untuk suatu jenis tanaman belum tentu subur untuk jenis tanaman lainnya.
Konsep yang lebih luas berkaitan dengan kemampuan tanah untuk menyangga
pertumbuhan tanaman secara berkelanjutan adalah produktifitas tanah, yaitu kemampuan
tanah untuk mempertahankan kesuburan tanah dalam jangka panjang.

A. Tujuan
Adapun tujuan dilakukan praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh
pemberian pupuk kandang dan NPK terhadap pertumbuhan tanaman jagung (Zea
mays) di Ultisols.

3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Syarat Tumbuh Tanaman Jagung


Daerah yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung yaitu daerah
beriklim sedang hingga daerah beriklim subtropis/tropis basah dengan curah hujan
yang ideal sekitar 85-200 mm/bulan pada lahan yang tidak beririgasi. Pertumbuhan
tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari dalam masa pertumbuhan.
Suhu yang dikehendaki tanaman jagung untuk pertumbuhan terbaiknya antara 27-
320C. Jagung termasuk tanaman yang membutuhkan air yang cukup banyak,
terutama pada saat pertumbuhan awal, saat berbunga, dan saat pengisian biji.
(Juandi, et. al., 2016).
Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase
pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam
awal musim hujan atau menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari,
tanaman yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil
biji yang tidak optimal. Suhu optimum antara 230C – 300C (Juandi, et. al., 2016).
Menurut Sucianti (2015), bahwa terjadinya iklim ekstrim berdampak besar
terhadap tanaman semusim, terutama tanaman pangan. Salah satu unsur iklim yang
dapat sbagai indikator dalam kaitannya dengan tanaman adalah curah hujan.
Mengingat curah hujan merupakan unsur iklim yang fluktuasi tinggi dan
pengaruhnya terhadap produksi tanaman cukup signifikan. Jumlah hujan secara
keseluruhan cukup penting dalam menentukan hasil, terlebih apabil ditambah
dengan peningkatan suhu, peningkatan suhu yang besar dapat menurunkan hasil.
Jika terjadi penurunan curah hujan dapat menimbulkan kekeringan.
Purwono dan Hartono (2017) mengatakan bahwa jagung termasuk tanaman
yang tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus dalam penanamannya.
Jagung dikenal sebagai tanaman yang dapat tumbuh di lahan kering, sawah, dan
pasang surut, asalkan syarat tumbuh yang diperlukan terpenuhi. Jenis tanah yang
dapat ditanami jagung antara lain Andosol, latosol, dan Grumosol. Namun yang
terbaik untuk pertumbuhan jagung adalah Latosol. Keasaman tanah antara 5.6-7.5
dengan aerasi dan ketersediaan air yang cukup serta kemiringan optimum untuk
tanaman jagung maksimum 8%. pH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan
air baik, kemiringan tanah kurang dari 8 %. Dan ketinggian antara 1000-1800 m dpl
dengan ketinggian optimum antara 50- 600 m dpl (Fabians, et. al., 2016).

4
Secara umum nitrogen berperan dalam memacu pertumbuhan tanaman
terutama pada fase vegetatif, berperan dalam pembentukan klorofil serta sebagai
komponen pembentuk lemak, protein, dan persenyawaan lain. Menurut Asmin dan
Dahya (2015), menambahkan bahwa nitrogen berperan dalam proses pertumbuhan,
sintesis asam amino dan protein serta merupakan pembentuk struktur klorofil.
Nitrogen sebagai pembentuk struktur klorofil, nitrogen akan mempengaruhi warna
hijau daun. Ketika tanaman tidak mendapatkan cukup nitrogen, warna hijau daun
akan memudar dan akhirnya menguning. Kekurangan nitrogen akan menyebabkan
pertumbuhan terhambat, daun berwarna kuning, tangkai tinggi kurus, dan warna
hijau daun menjadi pucat. Pemberian unsur hara nitrogen dapat dilakukan melalui
pemupukan. Pupuk nitrogen termasuk pupuk kimia buatan tunggal. Jenis pupuk ini
termasuk pupuk makro. Sesuai dengan namanya pupuk-pupuk dalam kelompok ini
didominasi oleh unsur nitrogen. Adanya unsur lain di dalamnya lebih bersifat
sebagai pengikat atau juga sebagai katalisator.
Fosfor berperan dalam pembentukan bunga, buah, biji, dan perkembangan
akar yang pada gilirannya meningkatkan kualitas tanaman. Kekurangan fosfor
memengaruhi aspek metabolisme dan pertumbuhan tanaman, khususnya
pembentukan tongkol dan biji tidak normal. Demikian juga kalium mengakibatkan
hasilnya turun sampai 10% (Taufik dan Thamrin 2020). Pemupukan merupakan
faktor penentu keberhasilan budi daya jagung manis pada lahan kering. Lahan
kering di daerah tropis seperti Indonesia umumnya memiliki kesuburan tanah atau
kandungan unsur hara tanah yang rendah (Suratmini 2013).
Kalium juga merupakan ion yang berperan dalam mengatur potensi dalam sel,
dengan demikian akan berperan dalam mengatur tekanan turgor sel. Berkaitan
dengan pengaturan turgor sel ini, peran yang penting dalam proses membuka dan
menutupnya stomata (Nurdin, et. al., 2018). Tanaman yang kekurangan kalium
akan lebih peka terhadap penyakit dan kualitas produksi biasanya rendah, baik
daun, buah maupun biji seperti pada kedelai.

5
B. Karakteristik Ultisol dan permasalahannya
Ultisols merupakan salah satu dari 10 ordo tanah yang terdapat pada
klasifikasi tanah terbaru. Suku formatif ult dalam kata Ultisols diambil dari kata
Yunani ultimulus yang berarti akhir atau terakhir (Foth, 2014) untuk menunjukkan
bahwa Ultisols merupakan tanah yang mengalami pelapukan tingkat lanjut.

Dalam sistem klasifikasi USDA yang masih terus dikembangkan untuk


kesempurnaannya tanah podsolik merah-kuning secara umum masuk dalam ordo
Ultisols. Sebelum nama podsolik merah kuning masuk ke Indonesia, lebih suka
menyebutnya tanah lateritik terdegradasi yang menunjukkan persepsinya bahwa
tanah itu telah mengalami kerusakan berat. Banyak orangIndonesia terutama orang
awam menyamakan tanah ini dengan tanah tanpa harapan. (Notohadiprawiro,
2016).
Buckman dan Brady (2019) menyatakan bahwa Ultisols merupakan tanah
basah yang berkembang di bawah iklim panas tropika. Ultisols lebih hebat
mengalami pelapukan dan lebih asam daripada Alfisol, tetapi pada umumnya tidak
lebih asam daripada Spodosol. Ultisols mempunyai horison argilik (lempung)
dengan kejenuhan basa < 35%, horison di bawah permukaan berwarna merah atau
kuning, terdapat timbunan oksida besi bebas tetapi masih mempunyai mineral yang
dapat dilapukkan. Ultisols terbentuk di atas permukaan tanah tua, umumnya di
bawah vegetasi hutan. Menurut Prasetyo dan Suriadikarta (2016) Ultisols dicirikan
dengan adanya akumulasi liat pada horison bawah permukaan sehingga mengurangi
daya resap air dan meningkatkan aliran permukaan dan erosi tanah.
Kendala-kendala yang muncul pada Ultisols adalah bersumber pada proses
pembentukannya. Tanah ini dibentuk oleh proses pelapukan dan pembentukan
tanah yang sangat intensif karena berlangsung dalam lingkungan iklim tropika dan
sub tropika yang bersuhu panas dan bercurah hujan tinggi. Vegetasi klimaksnya
adalah hutan rimba. (Notohadiprawiro, 2016). Karena mempunyai tingkat
kesuburan yang rendah, maka untuk kegiatan pertanian kendala ekonomi pada skala
petani merupakan salah satu penyebab tidak terkelolanya tanah ini dengan baik.
Akan tetapi untuk kegiatan perkebunan dan kehutanan, Prasetyo dan Suriadikarta
(2014) menyatakan bahwa tanah Ultisols dapat dimanfaatkan untuk perkebunan
seperti: kelapa sawit, karet dan hutan tanaman industri (HTI). Ditinjau dari luasnya,
tanah Ultisols mempunyai potensi yang tinggi untuk pengembangan tanaman

6
kehutanan. Namun demikian, pemanfaatan tanah ini menghadapi kendala
karakteristik tanah yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman terutama bila
tidak dikelola dengan baik.Beberapa upaya di bawah ini mungkin dapat dilakukan
untuk meningkatkan keberhasilan pembangunan tanaman kehutanan di tanah
Ultisols.

C. Pengaruh Pupuk Terhadap Kesuburan Tanah


Pupuk adalah suatu bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk
menyediakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman .Asmin dan Dahya
(2015) menyatakan pemupukan bertujuan untuk meningkatkan tersedianya unsur
hara di dalam tanah. Rekomendasi pemupukan adalah suatu rancangan yang
meliputi jenis dan takaran pupuk untuk tanaman pada areal tertentu.

Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2018), banyak


manfaat dan dampak penerapan pemupukan spesifik lokasi antara lain: (i)
pemberian pupuk yang tepat takaran, tepat waktu, dan jenis pupuk yang diperlukan
sesuai maka pemupukan akan lebih efisien, hasil tinggi, dan pendapatan petani
meningkat; (ii) pencemaran lingkungan dapat dihindari, kesuburan tanah tetap
terjaga, dan produksi padi lestari atauberkelanjutan; serta (iii) mengurangi biaya
pembelian pupuk.
Penambahan bahan organik adalah salah satu upaya yang dapat digunakan
untuk mengatasi masalah keharaan dalam tanah. Bahan organik dalam proses
dekomposisinya akan melepaskan asam-asam organik yang dapat mengikat Al dan
membentuk senyawa kompleks, sehingga Al menjadi tidak larut. Pemberian bahan
organik adalah salah satu cara untuk mempercepat proses ameliorasi tanah.
menguraikan kandungan bahan organik menjadi senyawa-senyawa anorganik yang
nantinya akan diserap oleh tanaman. Hal ini didukung oleh Gusnidar, et al., (2010)
yang menyatakan bahwa dalam pemanfaatan titonia sebagai pupuk alternatif untuk
padi sawah, cara pemberian yang tepat kompos titonia pada tanah sawah adalah
dengan cara diaduk dan diinkubasi pada kapasitas lapang selama 3 minggu. selama
proses inkubasi, Tithonia akan mengalami proses dekomposisi dan selanjutnya akan
menghasilkan asam-asam organik. Pupuk yang biasa digunakan untuk tanaman
jagung ialah pupuk organik (contoh-nya pupuk kandang) maupun pupuk anorga-
nik (contohnya pupuk urea dan pupuk NPK).

7
BAB III. METODOLOGI PRATIKUM

A. Waktu Dan Tempat


Pada pratikum kali ini dilakukan pratikum kesuburan tanah pada 3 september
2023 s/d 20 desember 2023, di Laboratorium Kimia Tanah dan Lahan Atas Percobaan
Fakultas Pertanian, Universitas Andalas.
B. Alat Dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pratikum kesuburan tanah ini
yaitu, pertama pengambilan sampel cangkul, pisau komando, ring sampel, bor belgi,
plastic 1 Kg, karet dan kertas label, triplek 10x10 cm, kertas reject dan alat tulis.
Kedua, analisis BV,TRP dan KA, sampel tanah utuh, ring sampel, triplek, timbangan
analitik, dan oven. Ketiga analisis kimia tanah, tisu, kertas saring, labu erlemenyer
250 ml dan 150 ml, corong, tabung plastic 150 ml, mesin kocok, pipet 25 ml, dan
buret 5 ml, 10 ml dan 25 ml, labu ukur, neraca analitik, gelas ukur 10 ml, 20 ml dan
100 ml spektofotometer, labu erlemenyer 50 ml, labu kjedahl, dan pipet tetes.
Sedangkan bahan yang dibutuhkan yaitu, sampel tanah terganggu, larutan KCL 1 N,
indikator PP, larutan NaF 4%, larutan HCL dan NaOH, asam sulfat pekat, kalium
dikromat, larutan standar 5000 ppm C, Pengestrak bray dan Kurts 1, pereaksi pekat,
pereaksi warna P, standar induk 1000 ppm PO4, NaOH 40%, Asam borat 4%,
indikator Conway. Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan
bedengan dan penanaman jagung yaitu, cangkul, plastik, kertas label, dan spidol,
pukan ayam 5 kg, kapur 5 kg, NPK Mutiara 1 kg, benih jagung manis 1 bungkus, dan
air.
C. Cara Kerja
1. Analisis Di Labor
a. Analisis BV, TRP dan KA
Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan, dikeluarkan sampel tanah utuh
dari plastik, ditimbang berat basah sampel tanah, berat ring sampel, dimasukan
sampel tanah yang telah ditimbang ke dalam oven, di oven sampel tanah pada
suhu 105oC, selama 2x24 jam. Setelah di oven ditimbang berat kering tanah,
dimasukan data yang didapatkan pada rumus BV, TRP dan KA.
b. Analisis Sifat Kimia Tanah
a) N-Total
Ditimbang 0,5 g tanah, dimasukan ke dalam tabung digest, ditambahkan

8
campuran selen 1 g dan 3-5 ml asam sulfat pekat, didestruksi hingga suhu
350oC (3-4 Jam), diangkat tabung dan dingikan saat sudah terdapat uap putih,
diekstrak sampel dengan aquadest 40 ml dan NaOH 40% 20 ml, didistilasi
sampel tersebut, ditampung hasil distilasi dan ditambahkan indikator Conway
1-3 tetes dan H3BO3 15 ml hingga hasil destilasi bewarna biru, ditampung
hasilnya sebanyak 40 ml, dititrasi hasil destilasi 40 ml dengan H2SO4 0,05 N
hingga berwarna pink, dicatat larutan yang terpakai dan dimasukan kerumus.
b) C-Organik
Ditimbang 0,5 g sampel tanah, dimasukkan ked lam labu ukur 100 ml,
ditambahkan 5 ml K2Cr2O7 1 N lalu dikocok, ditambahkan 7,5 ml H2SO4 pekat
,dikocok lalu didimkan 30 menit, diencerkan dengan air bebas ion,
didinginkan dan diimpitkan hingga keesokan hari, diukur absorbansi larutan
jernih dengan spektofotometer.
c) P-Tersedia
Ditimbang 2,5 g tanah, ditambah pengekstrak bray dan kurts 1 sebanyak
25 ml, dikocok selama 5 menit, disaring hingga larutan menjadi jernih, dipipet
2 ml ekstrak jernih ke dalam tabung reaksi, ditambahkan pereaksi pewarna
fosfat sebanyak 10 ml pada masing-masing sampel tanah, dikocok dan
dibiarkan selama 30 menit, diukur absorbansinya dengan spektofotometer
pada Panjang gelombang 889 nm.
d) Al-dd
Ditimbang 5 gram sampel tanah, dimasukkan ke dalam botol kocok 100
ml, ditambah 50 ml KCL 1 M, dikocok campuran selama 30 menit, disaring
dan disentrifuse hasil kocokan, dipipet ekstrak jernih 10 ml ke dalam
erlemenyer, dibubuhi penunuk PP, dititrasi dengan Laruran NaOH baku
sampai warna merah jambu, ditambahkan sedikit larutan HCL agar warna
menjadi merah jambu, ditambahkan 2 ml Naf 4 %, dan dititrasi dengan HCL
hingga warna merah menjadi hilang.
2. Pratikum Di Lapangan
a. Pengambilan Sampel Tanah
Disiapkan alat dan bahan untuk pengambilan sampel tanah utuh dan sampel
tanah terganggu, pengambilan sampel tanah utuh, dibersihkan permukaan tanah
dengan cangkul dari serasah dan gali hingga kedalaman 5-10 cm, diletakan ring
sampel pertama dipermukaan tanah, dimasukkan ring sampel dengan cara di
9
tekan menggunakan balok kecil, setelah ring pertama masuk diletakan ring
kedua di atas ring pertama, dimasukkan ring kedua dengan acra yang sama
dengan ring pertama hingga masuk semua, di keluarkan kedu ring dengn digali
sekitarnya menggunakan pisau komando, di keluarkan kedua ring sampel dan
diiris tengan ring menggunkan cutter, dirapikan sampel pada ring pertama,
dimasukkan sampel kedalam plastik, ditutupi bagian atas dan bawah ring
dengan triplek dan diikat dengan karet dan diberi label.
Disiapkan alat dan bahan untuk pengambilan sampel tanah terganggu
dibersihkan permukaan tanah dari serasah menggunakan cangkul, di masukan
bor belgi dengan cara diputar searah jarum jam hingga ke dalaman tanah 0-20
cm, di keluarkan bor belgi dengan cara di putar berlawanan jarum jam,
dikeluarkan sampel tanah dengan pisau komando, dimasukkan sampel ke
dalam plastik, diikat dengan karet dan diberikan label.
b. Pembuatan Monolit
Dibersihkan serasah dari area monolit tanah yang akan diambil, dibuat
petakan dengan ukuran 15x15cm dengan cara, dibenamkan pancng kayu
dikeempat ujung petakan, digali tanah hingga kedalaman 30 cm, dikeluarkan
monolith yang telah dibentuk dengan dipotong bagian bawah monolit
menggunakan perang, dibagi monolit tanah menjadi tiga lapisan 0-10 cm, 10-
20 cm, 20-30 cm, diamati makrofauna disetiap lapisan dan dicatat makrofauna
yang didapatkan.
c. Pembuatan Bedengan
Ditentukan area yang akan dibuatkan bedengan, dibersihkan area tersebut
dari rumput-rumputan disekitarnya dengan cangkul, dibuat bedengan dengan
ukuran 3x1 m dengan tinggi bedengan 30 cm, dirapikan bedengan yang telah
terbentuk, dibuat saluran irigasi disekitarnya, diberikan pupuk kendang pada
bedengan sebanyak 1,2 kg dan kapur sebanyak 1,7 kg dengan cara ditabur
hingga rata, diaduk pukan dan kapur tadi hingga tercampur dengan tanah,
disiram bedengan dengan air dan dibiarkan bedengan selama dua hari sebelum
ditanam.

d. Penanaman Jagung
Disiapkan benih jagung yang akan ditanam, direndam benih jagung terlebih
10
dahulu dengan air selama 30 menit, dibuang benih jagung yang mengapung,
ditanam benih jagung yang telah direndam dengan jarak tanam 25x75 cm,
dimasukkan benih jagung pada tiap lobak sebanyak 2-3 biji benih jagung,
disiram setiap lobang tanam, diberikan pupuk NPK terhadap setiap jagung
setelah 10 hari masa tanam dan 21 hari masa tanam

11
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 1. Hasil Analisis Karakteristik Ultisol Di Lahan Atas Universitas Andalas

No Parameter Nilai Kriteria


1. KA 54% -
2. BV 1,27 gr/cm3 Tinggi
3. TRP 53% Rendah
4. N-Total 0,08624% Sangat rendah
5. C-Organik 9,36% Sangat tinggi
6. P-Tersedia 2,46 ppm Sangat rendah
7. Al-dd 2,43 me/100g -
Tabel 2. Makrofauna pada Monolith

Kedalaman Organisme Jumlah Frekuensi Nilai


Lapisan Keberadaan Kekayaan
(cm) Jenis (%) Jenis (%)
0-10 Semut 11 ekor 78,5%
Cacing 2 ekor 14,2%
Kumbang 1 ekor 7,1%
tanah
10-20  ulat putih 3 ekor 21,4% 0,76
 cacing 2 ekor 14,2%
 semut 9 ekor 64,2%
20-30 Tidak ditemukan - -
organisme
Total organisme yang ditemukan 28
Tabel 3. Hasil Pengukuran Pertumbuhan Tanaman Jagung pada perlakuan (PK 50%+ PB
75% = 600gr + 68gr)

No Indikator Minggu Setelah Tanam (MST)


1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Jumlah daun 3 5 7 8 10 11 11 12 13

2 Panjang daun 16 28 51 70 87 99 102 105 110


(cm)
3 Tinggi batang 21 35 66 94 126 175 188 198 208
(cm)
4 Jumlah buah - - - - - - - - -

B. Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapat hasil dari praktikum dilapangan

12
serta analisis dilabor sebagai berikut.
Pada praktikum yang telah dilakukan pada analisis laboratorium didapatkan hasil
analisis BV atau berat volume tanah dengan nilainya yaitu 1,27 gr/ cm³ tergolong
kedalam kriteria yang tinggi. Hal ini terjadi karena adanya air yang mengisi pori-pori
tanah sehingga menjadi gembur dan mengembang sehingga tanah lebih mampu
menyerap air. Berat volume yang tinggi dapat dipengaruhi oleh struktur tanah. Contoh
sampel tanah yang diambil merupakan sampel tanah ultisol yang memiliki ruang pori
yang sedikit dan tanah nya yang cendrung padat, hal ini juga salah satu menyebabkan
berat volume tanahnya menjadi tinggi.
Selanjutnya analisis pada TRP atau total ruang pori didapatkan hasil analisis nilai TRP
nya yaitu 53% tergolong kedalam kriteria rendah. Secara umum tanah Ultisol mempunyai
total ruang pori yang relatif kecil dibandingkan beberapa jenis tanah lainnya. Hal ini
karena tanah cenderung lebih berat dan padat. Sifat tanah Ultisol yang umumnya berpasir
hingga liat, dapat mengakibatkan ruang pori-pori lebih kecil dibandingkan tanah liat.
Semakin halus teksturnya maka struktur tanahnya semakin padat dan ruang porinya
semakin kecil. Kadar mineral tertentu pada tanah. Pada penguraian bahan organik di
dalam tanah Ultisol juga dapat mempengaruhi ruang pori secara keseluruhan.
Pada analisis KA atau kadar air tanah didapatkan nilai kadar airnya yaitu 55%. Faktor
yang dapat mempengaruhi kadar air tanah yaitu struktur tanah, pori tanah yang
permeabilitas tanah. Tanah yang mempunyai ruang pori lebih banyak akan mampu
menyimpan air dalam jumlah lebih banyak. Karena ruang-ruang pori tanah akan terisi
oleh air.
Pada analisis C-Organik didapatkan nilai yaitu 0,7%, yang berada dalam standar yang
sangat rendah. Sampel tanah yang digunakan merupakan sampel tanah yang sudah tua dan
mempunyai kandungan bahan organik yang rendah. Hal ini disebabkan karena banyaknya
curah hujan yang jatuh pada lahan tersebut sehingga menyebabkan unsur hara dalam
tanah larut dan kandungan bahan organik dalam tanah tenggelam.
Pada analisis P-Tersedia didapatkan hasil dengan nilai yaitu pembacaan
spektrofotometer sebesar 2,46 ppm, yang berada dalam standar yang sangat rendah. P-
tersedia adalah jumlah fosfor yang ada di dalam tanah dan tersedia untuk diserap
tanaman untuk pertumbuhan. Bahan organik tanah dapat mempengaruhi kadar fosfor
tanah. Hal ini karena BO bergabung dengan besi yang terikat pada fosfor, melepaskan
fosfor yang dapat diserap tanaman untuk pertumbuhan. Tanah ultisol cenderung rendah
bahan organik, sehingga konsentrasi fosfornya juga rendah.
Pada analisis AL-dd yang dilakukan didapatkan dengan hasil yaitu nilai 2,43
me/100g. Tanah ultisol mempunyai kandungan AL yang tinggi. Al-dd adalah Al dalam
bentuk Al3+ yang dapat ditukar, dan bila jumlahnya dalam tanah tinggi akan
meningkatkan keasaman tanah.
Pada hasil analisis N-total dari sampel tanah didapat nilainya yaitu 0,08624% dan
masuk kedalam kriteria sangat rendah. Adanya kandungan N rendah karena dipengaruhi
oleh tiga faktor yaitu pencucian bersama air draenase, penguapan dan diserap oleh
tanaman. Hal ini karena tanah ultisol merupakan tanah yang tua dan tanahnya masam
juga dapat menyebabkan kandungan unsur hara yang ada didalamnya menjadi rendah.
Pada hasil praktikum pengamatan makrofauna pada sampel monolith, didapatkan ada 7
13
organisme makrofauna yaitu semut, cacing,kumbang,ulat putih. Pada lapisan epigeic di
kedalaman 0-10 cm, ditemukan organisme seperti semut, kumbang hitam, cacing, dengan
total keseluruhan yaitu 14 organisme makrofauna di dalam lapisannya. Pada lapisan
anesic di kedalaman 10-20 cm, ditemukan organisme seperti semut, cacing, dan ulat putih
dengan jumlah keseluruhan 15 untuk lapisan endogeic tidak ditemukan makrofauna yang
ada didalamnya karena untuk setiap lapisan, semakin dalam lapisannya, maka makrofauna
yang ditemukan semakin sedikit, dikarenakan tanah semakin padat dan liat sehingga sulit
untuk ditembus oleh makrofauna tersebut. Makrofauna tanah merupakan bagian dari
keanekaragaman tanah dan berperan penting dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan
biologi. Dalam penguraian bahan organik, makrofauna tanah berperan lebih besar dalam
proses fragmentasi, menciptakan kondisi lingkungan yang lebih baik untuk proses
penguraian lebih lanjut yang dilakukan oleh fauna tanah dan mikrofauna, serta berbagai
spesies bakteri dan jamur. Peran lain makrofauna tanah adalah menguraikan bahan mati
hewan dan tumbuhan, mengangkut bahan organik dari permukaan ke dalam tanah, serta
memperbaiki struktur tanah dan proses pembentukan tanah.
Pada praktikum yang dilakukan penanaman jagung, dibuat 5 bedengan yang akan
diberikan perlakuan pemupukan yang berbeda beda. Dibedengan pertama diberikan
perlakuan PK 100%, bedengan kedua PK 100% + PB 100%, bedengan ketiga PK 100% +
PB 50%, bedengan keempat PK 50% + PB 75%, dan bedengan yang kelima PK 50% +
PB 50%. Masing masing dari tiap bedengan memiliki hasil yang berbeda beda dari
perbedaan masing-masing ini didapatkan beberapa hasil yang maksimal dengan perlakuan
yang berbeda-beda juga.
Setelah dengan di lakukan pengamatan, tinggi tanaman dari setiap bedengan berbeda
beda, terlihat tanaman pada bedengan pertama lebih rendah daripada bedengan yang
lainnya. Namun tingginya rendah, tanaman jagung pada bedengan pertama masih ada
tongkol jagung yang tumbuh pada setiap tanamannya. Pertumbuhan tinggi yang berbeda
ini dapat terjadi karena perlakuan pupuk yang berbeda tadi. Dapat dilihat sebagai contoh
pada bedengan yang pertama yang hanya diberi Pupuk kandang 100% itu lebih pendek
daripada di bedengan kedua yang diberi pupuk kandang 100% + Pupuk buatan 100%
yang tinggi tanamannya itu sangat tinggi tinggi.
Pada hasil yang didapat setelah dilakukan dosis yang cocok untuk tanaman jagung
yaitu ada pada bedengan ketiga. Hal ini disebabkan pemberian pupuknya itu seimbang
yang artinya tidak terlalu berlebihan dan tidak pula terlalu kurang. Pupuk kandang yang
dipakai juga lebih banyak pada bedengan yang ketiga.
Pada jenjang jagung yang tidak sama tinggi disebabkan oleh beberapa faktor, seperti,
jika pemupukan tidak dilakukan secara merata di seluruh bedengan maka pupuk-pupuk
yang tidak merata maka nutrisi yang diserap tidak merata juga. Faktor lainnya yaitu Hama
dan penyakit tanaman, Serangan hama atau penyakit tertentu pada tanaman dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan jenjang tanaman secara tidak merata. Bagian yang
terinfeksi dapat tumbuh dengan lebih lambat dan memiliki jenjang yang lebih rendah.
Hama yang menyerang tanaman jagung kali ini adalah belalang, ulat tanah, dan monyet.
Dan pemberian dosis yang tidak sama menghasilkan tanaman jagung contohnya dengan
tanaman jagung yang tidak seragam dalam pertumbuhan dan perkembangannya karena
pemberian dosis tadi yang tidak sama dapat mengakibatkan ketidakseimbangan nutrisi
14
dalam tanaman jagung.Dari hasil praktikum didapatkan dosis yang paling bagus untuk
tanaman jagung adalah PK 100% + PB 50%.

15
BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari praktikum yang telaah dilakukan dapat disimpulkan bawah tanah ultisols
ini umumnya berkembang dari bahan induk tua. Dan banyak ditemukan di daerah
dengan bahan induk batuan liat. Tanah ini merupakan bagian terluas dari lahan
kering dan dijadikan lahan untuk pertanian. Masalah tanah ini merupakan reaksi
masam, kadar Al tinggi sehingga menjadi racun tanaman dan menyebabkan fiksasi
P, unsur hara rendah, dan pemupukan, keadaan tanah yang sangat masam sangat
menyebabkan tanah kehilangan kapasitas tukar kation dan kemampuan menyimpan
hara kation dalam bentuk dapat tukar, karena perkembangan muatan positif.
Tanaman jagung manis dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah. Tanah liat
lebih disukai karena mampu menahan lengas yang tinggi. Tanaman ini peka
terhadap tanah masam, dan tumbuh baik pada kisaran pH tanah antara 6,0 dan 6,8
dan agak toleran terhadap kondisi basa.

B. Saran
Adapun saran pada praktikum ini banyak prosedur yang harus dilakukan
secara teliti dan tepat, maka dari itu disarankan kepada semua praktikan agar
memperhatikan dengan baik dan benar.

16
DAFTAR PUSTAKA

Abdiana, R., & Anggraini, D. I. (2017). Rambut Jagung (Zea mays L.) Sebagai
Alternatif Tabir Surya. Jurnal Majority, 7(1), 31-35.

Aksani D, Budianta D & Hermawan A. 2018. Determination of site-specific NPK fertilizer


rates for rice grown on tidal lowland. J Trop Soils, 23 (1): 19-25.

Arman, M. W., Harahap, D. A., & Hasibuan, R. (2020). Pengaruh Pemberian Abu
Sekam Padi Dan Kompos Jerami Padi Terhadap Sifat Kimia Tanah Ultisol
Pada Tanaman Jagung Manis. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan
Vol, 7(2), 315-320.

Arsi, A., Setiawan, R. B., Megasari, R., Indarwati, I., Yuniati, S., Junairiah, J., .& Inayah,
A. N. (2022). Budidaya Tanaman Semusim dan Tahunan. Yayasan Kita
Menulis.

Dewanto,Frobel,G., Londok,J.J.M.R., Tuturoong,R,A,F& Kaunang,W,B. 2013. Pengaruh


Pemupukan Anorganik Dan Organik Terhadap Produksi Tanaman Jagung
Sebagai Sumber Pakan. Jurnal Zootek , Vol.32, No. 5:1-8

Gusnidar, N. Hakim dan T. B. Prasetyo. 2010. Inkubasi Titonia pada Tanah Sawah
terhadap Asam-Asam Organik. J. Solum Vol. 7 : 1 ( 7 - 18 )

Kriswantoro, H. K., Safriyani, E., & Bahri, S. (2016). Pemberian pupuk organik dan
pupuk NPK pada tanaman jagung manis (Zea mays saccharata
Sturt). Klorofil: Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu Pertanian, 11(1), 1-6.

Kusumastuti, A. 2014. Soil Available P Dynamics, pH, Organic-C, and P Uptake of


Patchouli (Pogostemon Cablin Benth.) at Various Dosages of Organic
Matters and Phosphate in Ultisols. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan.
Vol. 14 (3): 145-151

Suliasih., Widawati, S., dan Muharam, A. 2011. Aktivitas Pupuk Organik dan Bakteri
Pelarut Fosfor untuk Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman Tomat dan
Aktivitas Mikroba Tanah. Jurnal. J, hort. 20 (3). Hal : 241- 246.

17
Wahyudi, A.T. 2010. Rhizobacteria Pemacu Pertumbuhan Tanaman : Prospeknya
sebagai Agen Biostimulator & Biokontrol. Nano Indonesia.

18
LAMPIRAN
No
Dokumentasi Keterangan

1 Pembuatan monolit di tanah ultisol

2 Pengambilan sampel tanah utuh

3 Pengambilan sampel tanah terganggu

Analisi labor, melakukan


4
penimbangan berat tanah

19
No
Dokumentasi Keterangan

5 Analisis N-total

6 Analisis Aldd

7 Analisis P-tersedia

8 Analisi C-organik

20
LAMPIRAN
A. Perhitungan
1. Perhitungan BV, TRP, dan KA
Diket: Berat triplek = 16,35 gram
Berat ring = 91,33 gram
BK = (BK+Ring) – (berat ring+berat triplek)
= 303,60 – (91,33+16,35)
= 303,60 – 107,69 = 195,91 gram
BB = BB Total – (berat ring + berat triplek)
= 412,11 – (91,33 + 16,35)
= 412,11 – 107,69 = 304,43 gram
Vt = 𝜋𝑟 2 𝑡
= 3,14 x 3,5 x 4 = 153, 86 cm3
Ditanya: BV, TRP, dan KA?
Jawab :
 BV
𝐵𝐾 196,92
BV = = 153,86 = 1,27 g/cm3
𝑣𝑡
 TRP
𝐵𝑉
TRP = (1 - 𝐵𝐽 ) x 100%
1,27
= (1 - 2,65) x 100%
= (1 – 0,47) x 100 %
= 0,53 x 100% = 53%
 KA
𝐵𝐵−𝐵𝐾
KA = ( ) x 100%
𝐵𝐾
304,43−196,92
=( ) x 100%
196,92
107,51
= (196,92) 𝑥 100%
= 54%
2. Perhitungan N-Total
Diket: Vc = 0,3 ml
Vb = 0,1
NH2SO4 = 0,1
Fk = 1,54
Ditanya: N-Total?
Jawab :
N-Total = (Vc – Vb) x NH2SO4 x 2,8 x fk
= (0,3 – 0,1) x 0,1 x 2,8 x 1,54
= 0,2 x 0,1 x 2,8 x 1,54
= 0,08624%
3. Perhitungan C-Organik
Diket:abs = 0,804
21
a = 0,01370
b = 0,0024
fk = 1,54
Ditanya: C-Organik?
Jawab:
𝑎𝑏𝑠−𝑎
ppm kurva = 𝑏
0,804−0,01370
= 0,0026
= 303, 96

10
C-Organik = ppm kurva x 50 𝑥 𝑓𝑘
= 303,96 x 0,02 x 1,54
= 9,36%
4. Perhitungan P-Tersedia
Diket: abs = 0,0238
a = 0,0188
b = 0,0231
fk = 1,54
Ditanya: P-Tersedia ?
Jawab:
𝑎𝑏𝑠−𝑎
ppm kurva = 𝑏
0,0238−0,0188
= 0,0231
= 0,2164
142
P-Tersedia = ppm kurva x 10 x pp x 190 𝑥 𝑓𝑘
142
= 0,2164 x 10 x 190 𝑥 1,54
= 2,46 ppm
5. Perhitungan Al-dd
50
Al-dd = (T2 – T1) x NHCl x 10 𝑥 10-1 x KKA
= (T2 – T1) x NHCl x 100 x KKA
= (0,8 – 0,01) x 0,02 x 100 x KKA
= 0,79 x 0,02 x 100 x 1,54
= 2,43 me/100 g
6. Perhitungan frekuensi keberadaan jenis
∑𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝐴 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛
Frekuensi keberadaan jenis =∑𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑥 100%
11
Semut (lapisan 0-10) = 14 𝑥 100%
= 78,5 %
9
Semut (lapisan 10-20) = 14 𝑥 100%
= 64,2 %
2
Cacing (lapisan 0-10) = 14 𝑥 100%

22
= 14,2 %
2
Cacing (lapisan 10-20) = 14 𝑥 100%
= 14,2%
1
Kumbang (lapisan 0-10) = 14 𝑥 100%
= 7,1 %
3
Ulat putih (lapisan 10-20) = 14 𝑥 100%
= 21,4 %

7. Perhitungan nilai kekayaan jenis


𝑆−1
Ds = 𝐿𝑛 𝑁
3−1 3−1
= 𝐿𝑛 14 = 2,63
= 0,76
= 0,76 x 100% = 76%

23

Anda mungkin juga menyukai