Anda di halaman 1dari 5

TINJAUAN PUSTAKA

Kesuburan tanah dapat didefinisikan sebagai kemampuan tanah untuk menyediakan


substrat atau nutrisi dimana tanaman dapat tumbuh dan berkembang. Kesuburan sendiri
merupakan fungsi dari kekayaan tanah yang berupa nutrisi, lengas, mineral, dan bahan
organik tanah (Du and Zhou, 2009). Definisi kesuburan tanah dibedakan lagi menjadi dua
yaitu kesuburan tanah aktual, yaitu kesuburan tanah hakiki (asli/alamiah) dan kesuburan
tanah potensial, yaitu kesuburan tanah maksimum yang dapat diperoleh dengan intervensi
teknologi yang mengoptimumkan semua faktor, misalnya dengan memasang instalasi
pengairan untilk lahan yang tidak tersedia air secara terus menerus atau yang lainnya
(Anonim, 2012).

Tanah subur atau sehat adalah tanah yang memiliki fungsinya secara
berkesinambungan sebagai sistem kehidupan utama, ditandai dengan kandungan unsur
biologi yang merupakan kunci fungsi ekosistem di dalam batasan penggunaan lahan. Tanah
yang subur adalah tanah yang mempunyai profil yang dalam (kedalaman yang sangat dalam
melebihi 150 cm); strukturnya gembur; pH 6,0-6,5; kandungan unsur haranya yang tersedia
bagi tanaman adalah cukup; dan tidak terdapat faktor pembatas dalam tanah untuk
pertumbuhan tanaman. Dalam bidang pertanian khususnya dalam budidaya tanaman,
keadaan tanah dan pengelolaan merupakan faktor penting yang akan menentukan
pertumbuhan dan hasil tanaman yang diusahakan. Hal ini disebabkan karena tanah
merupakan media tumbuh bagi tanaman, sebagai gudang dan pensuplai unsur hara (Prabowo
dan Subantoro, 2017).

Pengelolaan tanah secara tepat merupakan faktor penting dalam menentukan


pertumbuhan dan hasil tanaman yang akan diusahakan. Evaluasi kesuburan tanah adalah
proses penilaian masalah-masalah keharaan dalam tanah dan pembuatan rekomendasi
pemupukan. Evaluasi status kesuburan untuk menilai dan memantau kesuburan tanah sangat
penting dilakukan agar dapat mengetahui unsur hara yang menjadi kendala bagi tanaman.
Kesuburan tanah berhubungan langsung dengan pertumbuhan tanaman, maka penilaian
kesuburan suatu tanah mutlak diperlukan. Penilaian kesuburan tanah dapat dilakukan dengan
menganalisis tanah. Analisis tanah merupakan salah satu cara untuk menilai status hara
dalam menilai kesuburan hara, yang mempunyai konsep bahwa tanaman akan respon
terhadap pemupukan bila kadar hara tersebut kurang atau jumlah yang tersedia tidak cukup
untuk pertumbuhan yang optimal, sehingga dari analisa ini akan diperoleh rekomendasi
pemupukan(Nurmegawati dan Makruf, 2014). Penilaian evaluasi status kesuburan tanah
dapat dilakukan pula melalui pendekatan uji tanah dimana penilaian dengan menggunakan
metode ini relatif lebih akurat dan cepat.Pengukuran sifat-sifat kimia tanah sebagai parameter
kesuburan tanah kemudian ditetapkan dalam kriteria kesuburan tanah (Pinatih et al., 2015).

METODE
Praktikum Kesuburan, Pemupukan, dan Kesehatan Tanah Acara II yang berjudul
Nilai Kesuburan Tanah dilaksanakan pada Jumat, 30 Agustus 2019 di Laboratorium
Kesuburan dan Kimia Tanah, Departemen Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ember, sampel tanah
(kering dan sawah), kacang merah (Vigna angularis), arang sekam, pupuk kompos, abu, dan
pupuk organik cair (POC).

Praktikum ini diawali dengan menanam benih padi menggunakan satu jenis tanah
dengan dua tipe penggunaan lahan yang berbeda masing-masing 2 perlakuan. Perlakuan yang
diberikan adalah tanah tanpa perlakuan (kontrol) dan tanah dengan pupuk arang sekam,
kompos, abu, dan POC. Kemudian, tanah yang telah disediakan dimasukkan ke dalam
ember. Pupuk arang sekam, kompos, abu, dan POC ditimbang sesuai rumus:

Pupuk arang sekam, kompos, abu, dan POC pada perlakuan B di homogenkan dengan
sampel tanah sebagai pupuk dasar. Kemudian benih ditanam pada masing-masing ember
dengan kedalaman ±2cm dan jumlah benih setiap ember 3 benih. Lalu dilakukan pengamatan
setiap minggu. Disiram dengan air secukupnya dan dilakukan penjarangan tanaman jika
semua benih tumbuh dan hanya menyisakan 1 tanaman. Parameter yang diamati meliputi
warna daun menggunakan BWD (Bagan Warna Daun), tinggi tanaman, dan jumlah daun.

Nurmegawati dan E. Makruf. 2014. Analisis Tanah Sebagai Indikator Tingkat Kesuburan Lahan
Sawah di Provinsi Bengkulu.
<http://bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/prosiding13/
bddypertanian/analisi.pdf>. Diakses pada 8 Oktober 2019.
Prabowo, R. dan R. Subantoro. 2017. Analisi tanah sebagai indicator ringkat kesuburan lahan
budidaya pertanian di Kota Semarang. Jurnal Ilmiah Cendekia Eksakta. Vol 2 (2): 59-64.

Anonim. 2012. Mengembalikan Kesuburan Tanah. <http://pertaniansehat.com/read/2012/


05/24/mengembalikan-kesuburan-tanah.html>. Diakses pada 8 Oktober 2019.

Du, C. and J. Zhou. 2009. Evaluation of Soil Fertility Using Infrared Spectrodcopy- A
Review. In Lichtfouse, E (Editor). Climate Change, Intercropping, Pest Control and
Beneficial Microorganism. Springer, New York.
Pinatih, I. D. A. S, T. B Kusmiyarti, dan K. D. Susila. 2015. Evaluasi status kesuburan tanah pada lahan
pertanian di Kecamatan Denpasar Selatan. E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika. Vol 4(4) : 282-
292.
LAMPIRAN

Tanaman Tanaman dengan perlakuan minggu ke- 1


kontrol

Tanaman kontrol minggu ke- 2 Tanaman dengan perlakuan minggu ke- 2


Tanaman Tanaman
kontrol dengan

Pengamatan Pengamtan
BWD BWD

Anda mungkin juga menyukai