Tanah subur atau sehat adalah tanah yang memiliki fungsinya secara
berkesinambungan sebagai sistem kehidupan utama, ditandai dengan kandungan unsur
biologi yang merupakan kunci fungsi ekosistem di dalam batasan penggunaan lahan. Tanah
yang subur adalah tanah yang mempunyai profil yang dalam (kedalaman yang sangat dalam
melebihi 150 cm); strukturnya gembur; pH 6,0-6,5; kandungan unsur haranya yang tersedia
bagi tanaman adalah cukup; dan tidak terdapat faktor pembatas dalam tanah untuk
pertumbuhan tanaman. Dalam bidang pertanian khususnya dalam budidaya tanaman,
keadaan tanah dan pengelolaan merupakan faktor penting yang akan menentukan
pertumbuhan dan hasil tanaman yang diusahakan. Hal ini disebabkan karena tanah
merupakan media tumbuh bagi tanaman, sebagai gudang dan pensuplai unsur hara (Prabowo
dan Subantoro, 2017).
METODE
Praktikum Kesuburan, Pemupukan, dan Kesehatan Tanah Acara II yang berjudul
Nilai Kesuburan Tanah dilaksanakan pada Jumat, 30 Agustus 2019 di Laboratorium
Kesuburan dan Kimia Tanah, Departemen Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ember, sampel tanah
(kering dan sawah), kacang merah (Vigna angularis), arang sekam, pupuk kompos, abu, dan
pupuk organik cair (POC).
Praktikum ini diawali dengan menanam benih padi menggunakan satu jenis tanah
dengan dua tipe penggunaan lahan yang berbeda masing-masing 2 perlakuan. Perlakuan yang
diberikan adalah tanah tanpa perlakuan (kontrol) dan tanah dengan pupuk arang sekam,
kompos, abu, dan POC. Kemudian, tanah yang telah disediakan dimasukkan ke dalam
ember. Pupuk arang sekam, kompos, abu, dan POC ditimbang sesuai rumus:
Pupuk arang sekam, kompos, abu, dan POC pada perlakuan B di homogenkan dengan
sampel tanah sebagai pupuk dasar. Kemudian benih ditanam pada masing-masing ember
dengan kedalaman ±2cm dan jumlah benih setiap ember 3 benih. Lalu dilakukan pengamatan
setiap minggu. Disiram dengan air secukupnya dan dilakukan penjarangan tanaman jika
semua benih tumbuh dan hanya menyisakan 1 tanaman. Parameter yang diamati meliputi
warna daun menggunakan BWD (Bagan Warna Daun), tinggi tanaman, dan jumlah daun.
Nurmegawati dan E. Makruf. 2014. Analisis Tanah Sebagai Indikator Tingkat Kesuburan Lahan
Sawah di Provinsi Bengkulu.
<http://bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/prosiding13/
bddypertanian/analisi.pdf>. Diakses pada 8 Oktober 2019.
Prabowo, R. dan R. Subantoro. 2017. Analisi tanah sebagai indicator ringkat kesuburan lahan
budidaya pertanian di Kota Semarang. Jurnal Ilmiah Cendekia Eksakta. Vol 2 (2): 59-64.
Du, C. and J. Zhou. 2009. Evaluation of Soil Fertility Using Infrared Spectrodcopy- A
Review. In Lichtfouse, E (Editor). Climate Change, Intercropping, Pest Control and
Beneficial Microorganism. Springer, New York.
Pinatih, I. D. A. S, T. B Kusmiyarti, dan K. D. Susila. 2015. Evaluasi status kesuburan tanah pada lahan
pertanian di Kecamatan Denpasar Selatan. E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika. Vol 4(4) : 282-
292.
LAMPIRAN
Pengamatan Pengamtan
BWD BWD