Anda di halaman 1dari 10

MATA KULIAH TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBERDAYA LAHAN

“M12. INDIKATOR KUALITAS TANAH”

Disusun Oleh:

Asti Riska Ayuningsih 195040201111214


Syifa Nafillah 205040200111126
Kezia Marito Nababan 205040200111154
Rayhan Andhika Fasya 205040207111108
Yunita Dwi Kurnia 205040200111245
Aisya Fanika

DOSEN PENGAMPU :
Syamsul Arifin, SP.,M.Si.

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2022
BAB I PENDAHULUAN
Dalam sebuah kehidupan tidak bisa lepas dari tanah. Karena sejatinya manusia tinggal
di bumi ini berada diatas tanah. Untuk memenuhi kebutuhan hidup memerlukan sumberdaya
dari tanah berupa lahan untuk diolah dan ditanami tanaman pangan. Lahan yang digunakan
sesuai dengan kemampuannya dinamakan lahan potensial. Akan tetapi jika penggunaan lahan
tersebut tidak sesuai dengan kemampuannya dapat menyebabkan berubah menjadi lahan
kritis. Sehingga lahan tersebut rentan terhadap terjadinya erosi. Lahan yang telah mengalami
erosi tingkat kesuburannya akan semakin berkurang. Karena efek dari terjadinya erosi tersebut
dapat mengikis atau mengangkut lapisan tanah paling atas biasa disebut dengan humus,
dimana humus tersebut merupakan sebuah lapisan yang subur dan paling baik digunakan
untuk budidaya tanaman. Sehingga hanya akan menyisakan tanah yang tandus, bahkan keras
dan padat. Tanah yang sehat dan subur sangat menentukan dalam keberhasilan usahatani
untuk mendapatkan produktivitas yang tinggi dengan input usahatani yang relatif rendah
(Rachman et al. 2017). Seringkali manusia memanfaatkan sumberdaya alam secara berlebihan
dan tidak peduli terkait kemampuan maupun kesehatan dari sumberdaya alam tersebut,
sehingga sangat rentan mengalami kerusakan lahan. Secara umum, lahan kritis
mengindikasikan adanya penurunan kualitas lingkungan sebagai dampak dari adanya
bermacam - macam pemanfaatan sumberdaya lahan yang tidak bijaksana dan tidak sesuai
dengan aturan yang ada. Untuk mencegah terjadinya penurunan produktivitas, perlu
menghindari adanya kesalahan tataguna lahan.
Salah satu hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah
dengan melakukan perencanaan penggunaan lahan sesuai dengan kemampuannya dan
perlunya memperbaiki kondisi lingkungan. Kualitas tanah mengintegrasikan komponen fisik,
kimia dan biologi tanah serta interaksinya. Kualitas tanah adalah kapasitas suatu tanah untuk
berfungsi (Suleman et al., 2016). Oleh karena itu sangat penting dilakukannya penetapan
indikator kualitas tanah dalam meningkatkan produktivitas lahan, sehingga hasil dari
produktivitas tersebut dapat memenuhi kebutuhan masyarakat sekitarnya. Ada beberapa hal
yang yang perlu diperhatikan dalam menentukan indicator kualitas tanah. Indikator yang
digunakan dalam penilaian kualitas tanah meliputi sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Adanya
penggunaan lahan yang cukup luas dan beragam terutama pada sektor pertanian dan
perkebunan, tentunya akan memberikan pengaruh yang besar terhadap nilai kualitas tanah
didaerah tersebut. Sehingga pada makalah ini memiliki tujuan untuk mengetahui pentingnya
sebuah kualitas tanah yang terdapat di Dusun Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten
Pasuruan. dengan penggunaan komoditas kentang yang digunakan sesuai dengan gambar
lanskap pertanian.
BAB II. INDIKATOR KUALITAS TANAH
Kualitas tanah yaitu suatu kapasitas pada tanah dalam suatu lahan untuk menyediakan
fungsi-fungsi yang dibutuhkan manusia atau ekosistem alami dalam waktu yang lama. Fungsi
tersebut merupakan kemampuannya untuk mempertahankan pertumbuhan dan produktivitas
tumbuhan serta hewan, mempertahankan kualitas udara dan air atau mempertahankan kualitas
lingkungan.Menurut pernyataan Sulaeman et al. (2016), kualitas tanah adalah salah satu
kapasitas yang penting agar tanah dapat berfungsi secara baik, dan mampu menunjang
produktivitas semua makhluk hidup yang berada di sekitarnya. Berikut ini merupakan gambar
lanskap pertanian kentang di Dusun Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan.
Berdasarkan gambar dibawah ini, maka dibuatlah analisis kualitas tanah untuk lanskap tersebut
sehingga mampu mendukung pertumbuhan tanaman dengan baik.

Gambar 1. Lanskap Pertanian Kentang di Dusun Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten


Pasuruan.

Kualitas tanah merupakan cakupan dari unsur fisik, kimia, dan biologi tanah dan
interaksinya. Tanah akan memiliki kemampuan efektif jika ketiga komponen tersebut dapat
berjalan dengan baik. Seluruh parameter tidak mempunyai keterkaitan yang sama persis pada
semua jenis tanah dan kedalaman tanah. Penilaian kualitas tanah dapat melalui penggunaan
sifat tanah kunci atau indikator yang menggambarkan proses penting tanah. Selain itu juga,
penilaian dapat dilakukan dengan mengukur suatu perubahan fungsi tanah sebagai tanggapan
atas pengelolaan, dalam konteks peruntukan tanah, sifat-sifat bawaan dan pengaruh
lingkungan seperti hujan dan suhu. Indikator kualitas tanah adalah sifat, karakteristik atau
proses fisika, kimia dan biologi tanah yang dapat menggambarkan kondisi tanah. Menurut
Bunemann et al. (2018) indikator kualitas tanah harus memiliki keterkaitan satu sama lain
sehingga dapat diterapkan dengan baik pada berbagai kondisi lahan, pengelolaan tanah dan
perubahan iklim, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, dalam penentuan indikator, harus
diperhatikan lebih lanjut agar sesuai dengan peranannya dalam mendukung dan menopang
tumbuhnya tanaman.
Indikator fisik yang digunakan dalam mengukur kualitas tanah dapat berupa kedalaman
tanah. Kedalaman tanah akan berkaitan dengan potensi produktivitas dan stabilitas permukaan,
yang mana semakin dalam tanah maka semakin tersedia pula ruang untuk pertumbuhan akar.
Sehingga akar dapat mencengkeram tanah dengan kuat dan mengurangi aliran permukaan.
Tanah yang dalam membuat akar tanaman mampu tumbuh dengan baik sehingga dapat
menutupi permukaan lahan dan mengurangi terjadinya aliran permukaan (Ariyanti, 2016).
Produktivitas lahan juga dipengaruhi oleh kedalaman tanah, karena semakin dalam tanah maka
semakin tersedia pula lapisan tanah atas yang subur dan memiliki kandungan bahan organik
tersedia sehingga semakin mampu menunjang pertumbuhan tanaman.
Indikator kimia yang direkomendasikan berupa pengukuran pH dan ketersediaan unsur
hara pada tanah. Hal ini karena indikator tersebut sangat berpengaruh terhadap kualitas tanah
dan lebih sensitif dibandingkan dengan indikator fisik. Pengukuran pH tanah penting untuk
dilakukan guna mengetahui bagaimana aktivitas biologi dalam tanah dan reaksi tanah atau
menentukan langkah tepat yang harus dilakukan misalnya seperti pengapuran maupun
pengasaman sesuai dengan kondisi pH tanah. Menurut Rachman et al. (2017), pH akan
berkaitan dengan fungsi-fungsi tanah yang meliputi ketersediaan hara, absorbsi dan mobilitas
pestisida. Selain pH tanah, keberadaan unsur hara sangat penting untuk nutrisi bagi
pertumbuhan tanaman, dalam melihat ketersediaan unsur hara dalam tanah dapat diketahui
apakah batas unsur hara tersebut kurang atau berlebih sehingga dapat menyebabkan racun
bagi tanaman dan tanah.
Indikator biologi yang direkomendasikan berupa mineralisasi N yang berkaitan dengan
bahan organik, nutrisi tanaman, aktivitas mikroba serta cadangan karbon. Parameter
mineralisasi menurut Wijarnako et al. (2012), parameter mineralisasi N harus diketahui untuk
mengestimasi serapan hara N dalam tanaman yang berpengaruh pula terhadap kesuburan
tanah. Organisme Tanah berperan dalam dekomposisi, siklus hara dan struktur tanah.
Keanekaragaman biota tanah dianggap sebagai indikator kualitas tanah yang paling sensitif
karena cepat tanggap terhadap perubahan kondisi lingkungan. Mikroba tanah memiliki
kapasitas untuk memitigasi efek gangguan pada jasa ekosistem tanah, karena resistensi,
ketahanan dan kelebihan fungsi. Komposisi dan aktivitas mikroba dipengaruhi oleh aktivitas
fauna tanah di tingkat trofik yang lebih tinggi. Parameter mikroba seperti biomassa yang
berpotensi dapat termineralisasi dengan inkubasi anaerob, respirasi tanah dapat digunakan
untuk menilai kualitas tanah. Selain itu, perlu dilakukan dalam kualitas peninjauan kandungan
hara dalam tanah sehingga memberikan berpengaruh yang baik pada indikator berupa hasil
panen dan produktivitas tanaman. Apabila Hasil produksi kentang semakin menurun maka
kualitas tanah tersebut rendah, sehingga perlu dilakukan evaluasi dan perbaikan terkait kualitas
tanah.
Lahan pada gambar 1 yang merupakan gambar lanskap pertanian kentang di Dusun
Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan terlihat memiliki kemiringan lereng yang
curam. Kemiringan lereng yang berhubungan dengan topografi dapat menjadi salah satu
indikator kualitas tanah. Kelerengandapat digunakan sebagai indikator karena dapat
menentukan arahpengembangan pertanian ataupun perkebunan yang akan dijalankan
(Sulaeman et al., 2016). Pada lahan tersebut terlihat bahwa terjadi kerusakan tanah karena
pada lahan yang curam dilakukan pertanian tanaman semusim atau pertanian secara intensif.
Hal tersebut menyebabkan degradasi lahan yang menurunkan kualitas tanah. Erosi merupakan
salah satu bentuk degradasi lahan yang dapat menurunkan kualitas tanah karena terjadi proses
pengikisan terutama tanah subur pada bagian topsoil oleh air hujan ke tempat yang lebih
rendah sehingga kualitas dan kesuburan tanah menurun dan produktivitas lahan juga menurun
BAB III. RENCANA PERUBAHAN MANAJEMEN LAHAN

Erosi adalah kondisi dimana permukaan tanah mengalami penghancuran, penggerusan,


pengankutan dan pengendapan yang disebabkan juga karena energi hujan yang cukup tingga
serta kondisi lahan yang memacu terjadinya erosi. Tentunya dampak negatif erosi ini akan
berpengaruh terhadap ekosistem. Baik akan mempengaruhi kondisi lingkungan, pencemaran
air hingga memungkinkan terjadinya bencana alam seperti longsor atau banjir. Kualitas sifat
tanah, baik biologis, fisik maupun kimia, juga akan menurun. Berdasarkan gambar studi kasus
di wilayah Dusun Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan lahan digunakan untuk
budidaya kentang, menunjukkan bahwa kondisi lahan memiliki kemiringan lereng yang cukup
tinggi dan curam. Hal ini akan sangat beresiko terjadinya erosi ketika turun hujan dengan energi
cukup besar. Serta pada gambar juga terlihat tanaman pepohonan hanya dibagian atas
tanaman pada lahan yang datar, tidak dilahan yang topografinya miring. Sehingga tidak
terdapat penahan limpasan air dan dapat dikatakan tidak cocok untuk ditanami tanaman
semusim seperti kentang. Sifat fisik, biologi, dan kimia tanah menjadi indikator kualitas tanah.
tanah dengan sifat fisik, biologi, kimia dan produktivitas yang baik serta berkelanjutan dapat
mengindikasikan kualitas tanah yang baik. Manusia dapat mempengaruhi kualitas tanah melalui
pengelolaan dan penggunaan lahan yang dilakukan.

Kualitas tanah sangat penting untuk diketahui untuk menentukan keberlanjutan tanah
baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Kualitas tanah yang diketahui dapat
digunakan sebagai untuk menentukan tindakan yang tepat dalam manajemen dan rehabilitasi
lahan. Tindakan yang diambil dilakukan untuk memperbaiki, menjaga dan mempertahankan
kualitas serta produktivitas tanah pada suatu lahan. Oleh karena itu, penggunaan lahan harus
menyesuaikan kesesuaian dan kemampuan lahan di Dusun Wonokitri, Kecamatan Tosari,
Kabupaten Pasuruan yang memiliki topografi lereng curam. Kondisi lereng yang curam tidak
sesuai sebagai lahan budidaya tanaman semusim yang dapat menyebabkan potensi erosi yang
besar pada lahan tersebut. Manajemen pada lahan tersebut dapat diubah dengan upaya
penggunaan lahan sebagai kawasan hutan tanaman tahunan.

Kualitas tanah dapat meningkat karena peran tanaman tahunan. Tajuk tanaman tahunan
yang rapat dapat menahan air hujan sehingga tidak jatuh secara langsung pada permukaan
tanah. Hal tersebut dapat menurunkan daya rusak air hujan dan mengurangi kerusakan tanah.
Selain itu, tanaman tahunan mempunyai sistem perakaran yang kuat dalam menahan curah
hujan dan aliran permukaan yang besar (Osok et al., 2018). Hal ini dapat dilihat pada gambar
tanah memiliki warna terang yang mengindikasikan kurangnya bahan organik. Ketersediaan
bahan organik tanah dapat ditingkatkan melalui seresah yang berasal dari tanaman tahunan.
Seresah yang dihasilkan akan menjadi makanan bagi organisme tanah. Hal tersebut dapat
menjadi masukan bahan organik sekaligus meningkatkan aktivitas organisme tanah sehingga
mampu memperbaiki sifat fisik, biologi, dan kimia tanah. Perakaran tanaman juga berpengaruh
pada indikator kualitas tanah dari segi sifat fisik. Perakaran tanaman mempunyai peran penting
dalam meningkatkan kemantapan agregat dan porositas tanah. Selain itu, penambahan bahan
organik tanah dapat dilakukan dengan aplikasi atau pemberian pupuk kandang. Penggunaan
pupuk organik bermanfaat untuk meningkatkan daya serap tanah terhadap air, memantapkan
stabilitas agregat dan struktur tanah serta meningkatkan daya menyangga pupuk, yang
akhirnya dapat meningkatkan efesiensi pemupukan (Lawenga et al., 2015). Akan tetapi, jika
dilihat dari gambar studi kasus tersebut, pemberian kompos memungkinkan kesulitan bagi
petani. Sehingga dengan upaya menanam tanaman tahunan di sela tanaman semusim atau
penerapan agroforestri setidaknya dapat mengurangi besar kemungkinan terjadinya erosi.
Adanya menanam tanaman pepohonan dengan kanopi yang lebar juga dapat menahan laju
energi air hujan yang turun agar tidak langsung jatuh mengenai permukaan tanah dan
menghancurkan agregat tanah. Pemilihan tanaman juga harus diperhatikan . Jika petani ingin
menanam tanaman semusim yang menghasilkan, pemilihan tanaman tahunan juga harus
dipikirkan agar tidak menjadi penting bagi tanaman semusim. Keberadaan mikroba tanah
dipengaruhi mikroba dan nematoda.
BAB IV. PENILAIAN INDIKATOR KUALITAS LAHAN

Kualitas tanah merupakan suatu kapasitas kemampuan lahan dalam menyediakan


fungsi-fungsi yang dibutuhkan manusia ataupun ekosistem dalam waktu yang lama. Secara
umum indicator kualitas tanah dapat dilihat berdasarkan kondisi fisik, kimia dan biologi tanah.
Beberapa komponen penyusun indeks kualitas tanah secara fisik adalah berat volume,
porositas, stabilitas agregat, tekstur dan permeabilitas tanah. Selain itu, beberapa indikator
penilaian kualitas tanah secara fisik meliputi pH, hantaran listrik (EC), polutan, dan kandungan
hara yang tersimpan dalam tanah. Sedangkan indikator kualitas tanah secara biologi dapat
dilihat dari kandungan bahan organik tanah, respirasi tanahdan biomasa mikroba (Rachman
et.al, 2017). Meskipun terdapat banyak sekali indikator dalam menentukan kualitas tanah,
namun dalam prakteknya melakukan evaluasi untuk mengetahui kualitas tanah pada setiap
jenis lahan berbeda-beda. Hal ini dikarenakan suatu kualitas tanah dapat dipengaruhi oleh sifat
atau kondisi bawaan alami dari lahan serta praktik atau jenis penggunaan pada lahan.
Sehingga, dalam menentukan kualitas tahan pada suatu lahan sangat penting untuk melakukan
analisis kondisi lahan terlebih dahulu sebelum menetapkan indikator ataupun parameter yang
akan digunakan dalam menentukan kualitas tanah.

Gambar 1. Lanskap pertanian kentang di Dusun Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten


Pasuruan

Gambar 1 merupakan salah satu contoh penerapan indikator kualitas tanah yang mana
dipengaruhi oleh kondisi bawaan lahan (permanen) dan jenis penggunaan lahan. Pada gambar
1 merupakan sebuah lanskap pertanian kentang di Dusun Wonokitri, Kecamatan Tosari,
Kabupaten Pasuruan. Berdasarkan pengamatan pada lahan dapat dilihat bahwa salah satu
kondisi permanen pada lahan yakni kemiringan lereng yang tinggi. Selanjutnya, dari analisis
jenis pengelolaannya dapat dilihat bahwa jenis penggunaan lahannya yakni budidaya
tanamansemusim dengan teknik konservasi yakni pembuatan teras dan saluran pembuagan air.
Berdasarkan hal tersebut, untuk mengetahui apakah kualitas tanah pada lahan baik atau tidak
maka dapat ditentukan beberapa jenis indikator. Misalnya, pada sifat bawaan tanah yakni
kelerengan lahan yang tinggi, maka dapat diketahui salah satu hal yang sangat beresiko terjadi
10 pada lahan yakni bahaya erosi yang tinggi. Erosi jika dijabarkan lebih lanjut akan
mempengaruhi beberapa fungsi tanah yakni tanah sebagai habitat (akar dan organism tanah),
siklus dan tangkapan hara, proses dekomposisi (meliputi degradasi ataupun polutan, hingga
siklus hidrologi (infiltrasi, retensi dan perlokasi).
Gambar 2. Keterkaitan Ancaman Tanah dan Fungsi Tanah dalam Ekosistem (Sumber
:(Bunemann et. al., 2016).

Sehingga dalam menetapkan indikator kualitas lahan dapat digunakan beberapa


parameter seperti kedalaman tanah, kandungan hara tanah, bahan organik tanah, tekstur,
struktur tanah, infiltrasi dan permeabilitas tanah. Selain dari bahaya pada tanah seperti erosi,
penentuan kualitas tanah juga dapat digunakan dalam mempertimbangkan fungsi apa yang
ingin kita peroleh atau indikator apa yang paling berpengaruh dalam pengelolan suatu fungsi
ekosistem seperti penyediaan pangan, ketersediaan air, erosi, regulasi iklim, pengendalian OPT
hingga biodiversitas (Bunemann et. al., 2016).

Gambar 3. Skoring Pengaruh Indikator Tanah terhadap Ecosystem Services (Sumber :


Bunemann et. al., 2016).

Berdasarkan hasil penilaian indikator kualitas tanah secara scientific judgment,


kemiringan lereng lahan yang tinggi sangat mempengaruhi kualitas tanah pada lahan di Dusun
Wonoktri. Pemanfaatan lahan sebagai budidaya tanaman semusim tentunya sangat
mempengaruh kondisi fisik, kimia dan biologi tanah. Pemanfaatan lahan miring tanpa
memperhatikan aspek konservasi menyebabkan resiko erosi pada lahan semakin meningkat.
Berdasarkan penjelasan pada gambar 4., untuk mengetahui pengelolaan erosi maka dapat
dilakukan penilaian pada indikator SOM (Soil Organic Matter), tekstur, kedalaman tanah dan
stabilitas agregat tanah. Kondisi lahan sebelum dilakukan manajemen ataupun konservasi akan
mempengaruhi kondisi bahan organik tanah, kedalaman tanah, tekstur dan stabilitas agregat
tanah. Erosi dapat diartikan sebagai perpindahan partikel tanah dari suatu tempat dengan
kelerengan tinggi ketempat yang lebih rendah sebagai bahan endapan atau deposit (Osok
et.al., 2018). Pada proses erosi di percepat yang disebabkan oleh manusia terjadi hancurnya
agregat tanah sehingga bahan organik dan partikel tanah semakin tinggi lebih cepat terjadi.
Pada lahan di Dusun Wonosari memiliki tutupan lahan atau vegetasi yang rendah sehingga
tekanan air hujan yang menekan permukaan tanah semakin lebih cepat. Sehingga melalui
penilaian indikator pada lahan akan dijumpai kondisi lahan dengan kandungan bahan organik
rendah, stabilitas agregat yang rendah serta kedalaman tanah yang semakin berkurang.Untuk
itu perlu dilakukannya manajemen pengelolaan tanah melalui kegiatan konservasi. Misalnya,
melalui penambahan tutupan lahan akan mengurangi tekanan air hujan langsung menyentuh
permukaan tanah. Selain itu juga dapat dilakukan penambahan bahan organik yang mana
secara tidak langsung dapat meningkatkan stabilitas agregat tanah. Berdasarkan hasil
penelitian Lawenga et.al., (2015), penambahan pupuk organik dapat memperbaiki bobot isi
tahan, porositas dan permeabilitas tanah. Bahan organik yang berangsur menjadi humus akan
berinteraksi dengan partikel tanah dan menciptakan kondisi struktur tanah yang lebih mantap.
Sehingga melalui pengelolaan lahan yang sesuai dan memenuhi kaedah konservasi akan
diperoleh penilaian indikator tanah dengan kandungan bahan organik tanah yang baik atau
cukup, tektstur tanah lempung, stabilitas agregat baik serta kedalaman tanah yang terjaga.
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA Bünemann K. E., Mäder, P., Wohlfahrt, J., Brussaard, L., Bongiorno, G.,
Goede, R. D., Geissen, V., Fleskens, L., Sukkel, W., Bai, Z., Caspari, T. 2016. Concepts
and indicators of soil quality – a review. iSQAPER project and partners.

Cahyadewi, P. E., Diara, I. W., dan Arthagama, I. D. M. 2016. Uji Kualitas Tanah dan Arahan
Pengelolaannya Pada Budidaya Padi Sawah Di Subak Jatiluwih, Penebel, Tabanan.

Juarti, J., 2016. Analisis indeks kualitas tanah andisol pada berbagai penggunaan lahan di Desa
Sumber Brantas Kota Batu. Jurnal Pendidikan Geografi, 21(2).

Lawenga, F. F., Hasanah, U., dan Widjajanto, D. 2015. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik
Terhadap Sifat Fisika Tanah Dan Hasiltanaman Tomat (Lycopersicum Esculentum Mill.) Di
Desa Bulupountu Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi. e-J. Agrotekbis 3(5) : 564-570

Osok, R. M., Talakua, S. M., dan Gasprersz, E. J. 2018. Analisis Faktor-Faktor Erosi Tanah, Dan
Tingkat Bahaya Erosi Dengan Metode Rusle Di DAS Wai Batu Merah Kota Ambon Provinsi
Maluku. J. Budidaya Pertanian, 14(2):89-96

Plaster EJ. 2003. Soil science and Management (4th ed). Thomson Learning,Inc. New York
Rachman, A. Sutono., Irawan., dan Suastika, I. W. 2017. Indikator Kualitas Tanah pada
Lahan Bekas Penambangan. Jurnal Sumberdaya Lahan, 11 (1):1-10

Rachman, A., Irawan, I., dan Suastika, I. W. 2017. Indikator kualitas tanah pada lahan bekas
penambangan. Jurnal Sumberdaya Lahan, 11(1), 1-10. Suleman, S., Rajamuddin, U. A.,
dan Isrun, I. 2016.

Penilaian Kualitas Tanah Pada Beberapa Tipe Penggunaan Lahan Di Kecamatan Sigi Biromaru
Kabupaten Sigi. AGROTEKBIS: E-Jurnal Ilmu Pertanian, 4(6), 712-718.

Winarso S. 2005. Kesuburan Tanah Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah. Yogyakarta. Gava
Media

Anda mungkin juga menyukai