Anda di halaman 1dari 11

PORTOFOLIO PRAKTIKUM TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBERDAYALAHAN

“PERCOBAAN FAKTOR EROSI LS DAN CP”

Disusun Oleh :

Nama : Kezia Marito Nababan


NIM : 205040200111154
Kelas :D
Asisten : Hidayatul Kusnia

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2022
I.PENDAHULUAN
Tanah adalah bagian dari bumi yang berperan sangat besar dalam menunjang kehidupan
manusia. Tanah dalam peranannya menyediakan nutrisi bagi tanaman. Nutrisi tanaman dalam
tanah kemudian digunakan oleh tanaman untuk menghasilkan bahan pangan bagi manusia. Hari
makin hari pertumbuhan penduduk semakin meningkat pesat, adanya pertumbuhan penduduk
yang besar maka pertumbuhan dari segi pangan pun harus mengimbangi dan mencukupi.
Butuhnya akan pangan maka digencarkan pertanian intensif untuk mencapai tujuan maka
dilakukan pengolahan secara terus-menerus. Pengolahan secara terus-menerus ini tentunya
memberikan dampak negatif dengan cepat dan dengan jangka waktu yang panjang. Dampak
yang diberikan salah satunya adalah erosi, suatu lahan yang tadinya memiliki erosi berada di
ambang batas normal menjadi lebih dari nilai yang diperbolehkan. Adanya peningkatan nilai
erosi ini menunjukkan akan adanya ancaman yang dapat memperburuk keadaan tanah seperti
menurunnya produktivitas tanah akibat adanya pengikisan dibagian atas tanah (top soil) dimana
dibagian atas ini merupakan tempat keberadaan bahan organik yang dibutuhkan tanaman. Jika
terus dibiarkan maka erosi dapat memberikan dampak terburuk seperti terjadinya lahan kritis,
apabila suatu lahan atau tanah menjadi sebuah lahan kritis maka sebagian besar dari tanah atau
lahan tersebut tidak dapat memberikan bantuan banyak terhadap penyediaan pangan, hal ini
disebabkan telah hilang produktivitas tanahnya untuk menghasilkan dan menjalankan
fungsinya. Akibatnya sektor pertanian menjadi sektor lemah yang tidak dapat memenuhi
kebutuhan manusia. Di dunia sendiri sejumlah 10 juta ha lahan pertanian telah mengalami lahan
erosi dan tidak mampu menjalankan fungsinya. (Naharuddin, 2020).
Umumnya erosi diketahui memberikan masalah apabila kecepatan erosinya lebih besar
atau lebih cepat dari kemampuan dalam memproses pembentukan tanah dan hal ini biasanya
dikenal sebagai erosi normal. Segala aktivitas yang mendorong dan mendukung terjadinya erosi
di suatu lahan disebut sebagai erosi dipercepat. Pada erosi yang dipercepat jika volume
tanahnya terlebih dahulu dibawa oleh air yang besar dibandingkan dengan kemampuan tanah
untuk membentuk tanah sehingga dapat menyebabkan terjadinya penipisan lapisan tanah yang
terus-menerus terjadi hingga pada akhirnya menyebabkan lapisan tanah tersebut habis
terangkut dan berpindah tempat. Jika erosi terjadi di sebuah lahan hingga menyebabkan
pendangkalan waduk, sungai, dam aluran irigasi dan drainasenya dibagian hilir, maka
produktivitas tanahnya akan menurun diikuti oleh semakin rendahnya kualitas dan daya dukung
lingkungan hidup, dan secara tidak langsung memacu terjadinya banjir saat musim hujan dan
kekeringan melanda di musim kemarau.
Adapun hal-hal yang dapat mempengaruhi suatu erosi diantaranya yaitu erosivitas hujan
(R), erodibilitas tanah (K), panjang lereng (L), kemiringan lereng (S), tanaman ( C), dan
pengelolaan (P). Topografi atau rupa muka tanah menentukan kecepatan aliran permukaan yang
membawa partikel-partikel tanah. Peranan vegetasi penutup adalah melindungi tanah dari
pukulan langsung air hujan dan memperbaiki struktur tanah melalui penyebaran akar-akarnya.
Faktor kegiatan manusia memegang peranan penting terutama dalam usaha pencegahan karena
manusia dapat memperlaakukan faktor-faktor penyebab erosi lainnya kecuali faktor iklim.
Adapun pengamatan yang akan dibahas pada laporan ini adalah mengetahui LS dan CP. Faktor
kemiringan lereng dan panjang lereng (LS) berpengaruh terhadap erosi, dimana panjang lereng
mengacu pada aliran air permukaan, yaitu lokasi berlangsungnya erosi dan kemungkinan terjadi
deposisi sedimen. Sementara, kemiringan lereng mengacu pada kecepatan aliran (Thomas
et.al., 2018). Selanjutnya adalah faktor CP, dimana faktor C menunjukkan keseluruhan dari
pengaruh vegetasi, kondisi muka tanah, dan pengelolaan lahan. Faktor vegetasi penutup tanah
(C) adalah rasio besarnya erosi dari suatu areal dengan vegetasi penutup dan pengelolaan
tanaman tertentu, terhadap besarnya erosi dari tanah yang identic tanpa tanaman. Sementara
faktor konservasi tanah (P), merupakan rasio kehilangan tanah yang terjadi dari tanah pada
suatu areal yang diberi perlakuan pendukung terhadap besarnya erosi dari tanah yang serupa
(identic), tanpa tanaman penutup tanah dan diolah searah lereng (Huda, et.al., 2020).
II. METODE PERCOBAAN
2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Teknologi Konservasi Sumberdaya Lingkungan mengenai percobaan faktor
erosi LS dan CP dilaksanakan pada hari Senin, 19 September 2022. Praktikum ini dilaksanakan
di Jl. Watuaji No.4, Ketawanggede, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang,Jawa Timur. Kota
Malang secara astronomi terletak 112,06° – 112,07° Bujur Timur dan 7,06° – 8,02° Lintang
Selatan. Kota Malang merupakan daerah dengan ketinggian berada di antara 440 - 667 mdpl.
Suhu udara rata-rata di Kota Malang berkisar antara 22,7°C – 25,1°C. Kelembaban udara rata-
rata berkisar 79% – 86% (Pemerintah Kota Malang, 2022).
2.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:

Alat Fungsi

Botol mineral 1,5 L Sebagai wadah media tanah


Gelas Pengukur Sebagai alat pengukur jumlah air
Gelas Penampung Sebagai alat penampung air erosi

Tali Sebagai penyambung gelas-botol


Gunting/cutter Untuk memotong botol
Kayu/penyangga 2 cm dan 4 cm Sebagai penyangga
Kamera Untuk dokumentasi kegiatan
Alat tulis Mencatat hasil penelitian

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:

Bahan Fungsi

Tanah dominan debu Sebagai bahan percobaan


Tanah dominan pasir Sebagai bahan percobaan

Rumput Sebagai bahan percobaan


Serasah Sebagai bahan percobaan
Daun lebar Sebagai bahan percobaan
Air Sebagai bahan percobaan
2.3 Tahapan
A. Faktor LS: Kemiringan dan Panjang Lereng
Untuk percobaan faktor LS yaitu faktor kemiringan dan panjang lereng ada beberapa langkah
yang perlu dilakukan, yaitu:
1. Langkah pertama, kedua sama persis dengan langkah kerja percobaan faktor K. hanya
saja jumlah botol besar aqua botol berjumlah
2. Masukkan tanah ke dalam botol berukuran besar yang sudah dibolongi dengan jenis
tanah yang berbeda, yakni tanah A (dominan debu) dan tanah B (dominan pasir).
3. Siapkan air dengan volume yang sama yaitu 200 ml, dan beri tambalan dengan
ketinggian yang berbeda, 2 cm dan 4 cm pada masing-masing jenis tanah yang berbeda.
4. Gantungkan wadah penampung pada ujung tutup botol besar berisi tanah A dan B
dengan tambalan yang berbeda pula. Lalu tuang air secara bersamaan dengan jenis tanah
yang berbeda namun volume yang sama.
5. Analisis dan dokumentasikan hasil dari percobaan faktor LS
B. Langkah kerja percobaan faktor CP :
1. Langkah pertama, kedua, sama persis dengan langkah kerja percobaan faktor LS. Hanya
saja dengan tambalan yang sama, yakni 2 cm.
2. Pada botol pertama, tidak diberikan tutupun lahan (gundul), pada botol kedua diberikan
3. rumput, pada botol ketiga diberikan tanaman berdaun lebar, pada botol keempat
diberikan seresah diatas permukaan tanahnya.
4. Gantungkan wadah penampung pada ujung tutup botol besar dengan 4 perlakuan. Lalu
tuang air dengan volume yang sama yakni 200 ml secara bersamaan.
5. Analisis dan dokumentasikan hasil dari percobaan faktor CP.
III. HASIL PERCOBAAN
3.1 Perbandingan Hasil pada Perlakuan

Percobaan Dokumentasi Kelerengan

Faktor LS Perlakuan dengan kemiringan


lereng yang lebih curam
menghasilkan erosi yang lebih
tinggi dibandingkan dengan
lereng yang lebih landai.

Faktor Cp Perlakuan 1 (tanpa penutupan


tanah) memberikan hasil
tampungan (air dan tanah)
paling banyak sedangkan
perlakuan 3 (penutupan
dengan seresah) memberikan
hasil tampungan lebih sedikit.

Hasil percobaan faktor erosi LS yang telah dilakukan menunjukkan bahwa perbedaan
perlakuan pemberian bantalan yang berbeda menghasilkan hasil yang berbeda pula pada setiap
perlakuan. Pada perlakukan dengan bantalan 4 cm menunjukkan hasil bahwa jumlah
tampungan baik air dan tanah yang terbawa di dalam botol penampung lebih besar
dibandingkan dengan percobaan yang dilakukan dengan bantalan penampung dengan tinggi 2
cm. Hasil tampungan pada perlakukan bantalan 4 cm juga menunjukkan bahwa pada tanah
dominan debu didapatkan jumlah air tampungan yang besar dengan material tanah yang
terbawa juga banyak hal ini berbeda dengan hasil tampungan air pada perlakukan 2 cm yang
air tampangnya lebih rendah dengan material tanah yang terbawa lebih sedikit sehingga kondisi
tampungan pada bantalan 2 cm ini lebih jernih dibanding dengan pada perlakukan bantalan 4
cm. Hasil yang sama juga didapatkan pada perlakukan menggunakan tanah yang dominan
dengan pasir. Pada perlakukan bantalan 4 cm didapatkan hasil air tampungan dengan material
pasir yang lebih besar dibanding dengan pada perlakuan bantalan 2 cm. Hasil tersebut
dipengaruhi oleh tingkat kemiringan botol percobaan yang diberikan. Tanah dengan perlakuan
bantalan yang lebih tinggi menghasilkan air tampungan dan material tanah yang lebih banyak
karena kemiringan akan mengakibatkan semakin besarnya limpasan permukaan yang terjadi
pada lahan. Menurut Tarigan (2012), kecepatan aliran akan meningkat sejalan dengan semakin
besarnya nilai dari kemiringan lereng dan daya angkut partikel – partikel tanah yang telah
hancur akan semakin tinggi sehingga proses erosi semakin besar. Hasil percobaan faktor erosi
CP yang telah dilakukan menunjukkan hasil yang berbeda pada setiap perlakuan penutup lahan
yang telah dilakukan. Hasil pada tanah tanpa penutup menunjukkan hasil air tampungan serta
material endapan yang paling besar dibanding dengan 3 perlakuan lainnya. Hasil endapan dan
air tampungan dari terbesar hingga terkecil secara berurutan dimulai dari tanah tanpa penutup,
penutupan dengan menggunakan rumput, kemudian tanah dengan penutup daun lebar dan yang
terakhir adalah tanah dengan penutup seresah. Berdasarkan hasil yang telah didapatkan pada
keempat perlakuan, didapatkan tampungan air dan endapan tanah yang ada pada wadah
tampungan paling banyak adalah perlakuan tanpa penutup. Hal ini dikarenakan air langsung
mengikis permukaan tanah dan karena permukaan yang tidak kasar air semakin cepat bergerak
dan membawa material tanah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sumarni et al. (2016), bahwa
adanya tanaman penutup tanah dan mulsa organik dapat menahan percikan air hujan dan aliran
air di permukaan tanah sehingga pengikisan lapisan atas tanah dapat ditekan. Sedangkan
tampungan air dan endapan tanah yang ada pada wadah tampungan paling sedikit berada pada
perlakuan penutup dengan seresah. Menurut Subagyono et al. (2003), semakin rapat penutupan
tanah akan semakin kecil risiko hancurnya agregat tanah oleh pukulan butiran air hujan dan
limpasan permukaan akan semakin kecil.
3.2 Pembahasan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diketahui hasil pengamatan faktor LS
(kemiringan lereng) dan CP (tutupan tanah) memberikan pengaruh terhadap laju erosi. Pada
percobaan pengaruh faktor LS, tanah dominan pasir dan debu yang diberi penyangga setinggi
4 cm menghasilkan volume erosi sebesar 0,12 liter dan 0,11 liter. Sementara tanah dominan
pasir dan debu yang diberi penyangga setinggi 2 cm menghasilkan volume erosi sebesar 0,09
liter dan 0,08 liter. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa semakin miring kelerengannya
maka semakin besar erosi yang terjadi. Hal ini didukung oleh pernyataan Kasmawati et.al.
(2016) bahwa semakin miring lereng pada tanah akan semakin besar pula kecepatan aliran air
di permukaannya sehingga pengikisan terhadap bagian-bagian tanah semakin besar. Dela dan
Mujianto (2012), juga menyatakan bahwa kecepatan aliran akan meningkat sejalan dengan
semakin besarnya nilai kemiringan lereng dan daya angkut partikel-partikel tanah yang telah
hancur akan semakin tinggi sehingga proses erosi akan semakin besar. Sementara, pada
percobaan pengaruh faktor CP menunjukkan bahwa pemberian tutupan lahan pada tanah
memberikan pengaruh terhadap volume erosi.
Pada kondisi percobaan tanah dominan pasir dengan perlakuan tanpa tutupan, penutup
tanah daun lebar, penutup tanah rumput, dan penutup tanah serasah dengan tinggi penyangga
sebesar 2 cm menghasilkan volume erosi sebesar 0,17 liter; 0,14 liter; 0,1 liter; dan 0,05 liter.
Volume erosi tertinggi dihasilkan dari tanah tanpa tutupan dan volume erosi terendah dihasilkan
dari tanah dengan tutupan serasah. Sehingga, penutup tanah tentu mempengaruhi nilai dari
erosi. Menurut Sarminah et al. (2018), adanya penutupan vegetasi dapat mengurangi laju atau
tingkat erosi pada suatu lahan karena dengan adanya penutupan lahan akan menyebabkan air
hujan yang jatuh tidak langsung menumbuk hamparan lahan, akan tetapi terlebih dahulu akan
ditangkap oleh tajuk tanaman (intersepsi) sehingga kemudian tidak semua air hujan tersebut di
teruskan ke permukaan tanah karena Sebagian akan mengalami evaporasi. Menurut Dariah et
al. (2004), bahan organik yang masih berbentuk serasah, seperti daun, ranting, dan sebagainya
yang belum hancur yang menutupi permukaan tanah, merupakan pelindung tanah terhadap
kekuatan perusak butir-butir hujan yang jatuh. Bahan organik tersebut juga menghambat aliran
permukaan, sehingga kecepatan alirannya lebih lambat dan relatif tidak merusak. Bahan
organik yang sudah mengalami pelapukan mempunyai kemampuan menyerap dan menahan air
yang tinggi, sampai dua-tiga kali berat keringnya.
IV. KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Percobaan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tingkat erosi yang terjadi pada
suatu lahan akan ditentukan oleh tingkat kemiringan dan juga vegetasi yang ada pada lahan.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa lahan dengan tingkat kemiringan yang tinggi
menghasilkan erosi yang tinggi pula akibat besarnya gaya aliran permukaan yang terjadi pada
lahan. Selain itu, tingkat erosi pada lahan juga dipengaruhi oleh penutupan tanah Penutupan
tanah berperan dalam menutup permukaan tanah pada lahan sehingga saat air hujan turun
dengan adanya vegetasi maka hujan tidak akan langsung menuju permukaan lahan sehingga
gaya pukulan air hujan yang dapat menghancurkan agregat tanah dapat direduksi energinya dan
erosi pada lahan serta limpasan permukaan dapat dikurangi.
DAFTAR PUSTAKA
Dariah A., Subagyo H., Tafakresnanto C., dan Marwanto S. 2004. Kepekaan Tanah Terhadap
Erosi. Di dalam: Teknologi Konservasi Tanah pada Lahan Kering Berlereng. Bogor:
Pusat Penelitian dan Penelitian Tanah dan Agroklimat.
Huda, A.,S., Nugraha, A.L., dan bashit, N. 2020. Analisis Perubahan Laju Erosi Periode Tahun
2013 dan Tahun 2018 Berbasis Data Pengindraan Jauh dan Sistem Informasi Geografis
(Studi Kasus: Das Garang). J. Geodesi Undip, vol 9 (1):106-114.
Kasmawati, Hasanah, U., & Rahman, A. (2016). Prediksi Erosi pada Beberapa Penggunaan
Lahan di Desa Labuan Toposo Kecamatan Labuan Kabupaten Donggala. E-J.
Agrotekbis, 4(6), 659–666.
Naharuddin. 2020. Konservasi Tanah dan Air. Bandung: CV. Media Sains Indonesia.
Pemerintah Kota Malang. 2022. https://malangkota.go.id/sekilas-malang/geografis/ (Diakses
pada Tanggal 27 September 2022).
Sarminah, S., Prititanian, F.S., dan Karyati. 2018. Pengaruh Keragaman Vegetasi terhadap
Laju Erosi. J. Agrifor, vol. 17 (2): 355-368.
Subagyono, K., Marwanto, S. & Kurnia, U., 2003. Teknik Konservasi Tanah. Monograf No.
1 ed. Bogor : Balai Penelitian Tanah.
Sumarni, N., Hidayat & Sumiati, E., 2006. Pengaruh Tanaman Penutup Tanah dan Mulsa
Organik terhadap Produksi Cabai dan Erosi Tanah. J. Hort, 16(3) : 197-201.
Tarigan, D. R., Mardiantno, D. 2012. Pengaruh Erosivitas dan Topografi Terhadap Kehilangan
Tanah Pada Erosi Alur Di Daerah Aliran Sungai Secang Desa Hargotirto Kecamatan
Kokap Kabupaten Kulonprogo. Jurnal Bumi Indonesia, 1(3).
LAMPIRAN
https://drive.google.com/drive/folders/1VHfiqtxvihirB8fKUeaT4qMgqKrPl8ZF?usp=sh
aring.

Anda mungkin juga menyukai