Disusun Oleh :
Alat Fungsi
Bahan Fungsi
Hasil percobaan faktor erosi LS yang telah dilakukan menunjukkan bahwa perbedaan
perlakuan pemberian bantalan yang berbeda menghasilkan hasil yang berbeda pula pada setiap
perlakuan. Pada perlakukan dengan bantalan 4 cm menunjukkan hasil bahwa jumlah
tampungan baik air dan tanah yang terbawa di dalam botol penampung lebih besar
dibandingkan dengan percobaan yang dilakukan dengan bantalan penampung dengan tinggi 2
cm. Hasil tampungan pada perlakukan bantalan 4 cm juga menunjukkan bahwa pada tanah
dominan debu didapatkan jumlah air tampungan yang besar dengan material tanah yang
terbawa juga banyak hal ini berbeda dengan hasil tampungan air pada perlakukan 2 cm yang
air tampangnya lebih rendah dengan material tanah yang terbawa lebih sedikit sehingga kondisi
tampungan pada bantalan 2 cm ini lebih jernih dibanding dengan pada perlakukan bantalan 4
cm. Hasil yang sama juga didapatkan pada perlakukan menggunakan tanah yang dominan
dengan pasir. Pada perlakukan bantalan 4 cm didapatkan hasil air tampungan dengan material
pasir yang lebih besar dibanding dengan pada perlakuan bantalan 2 cm. Hasil tersebut
dipengaruhi oleh tingkat kemiringan botol percobaan yang diberikan. Tanah dengan perlakuan
bantalan yang lebih tinggi menghasilkan air tampungan dan material tanah yang lebih banyak
karena kemiringan akan mengakibatkan semakin besarnya limpasan permukaan yang terjadi
pada lahan. Menurut Tarigan (2012), kecepatan aliran akan meningkat sejalan dengan semakin
besarnya nilai dari kemiringan lereng dan daya angkut partikel – partikel tanah yang telah
hancur akan semakin tinggi sehingga proses erosi semakin besar. Hasil percobaan faktor erosi
CP yang telah dilakukan menunjukkan hasil yang berbeda pada setiap perlakuan penutup lahan
yang telah dilakukan. Hasil pada tanah tanpa penutup menunjukkan hasil air tampungan serta
material endapan yang paling besar dibanding dengan 3 perlakuan lainnya. Hasil endapan dan
air tampungan dari terbesar hingga terkecil secara berurutan dimulai dari tanah tanpa penutup,
penutupan dengan menggunakan rumput, kemudian tanah dengan penutup daun lebar dan yang
terakhir adalah tanah dengan penutup seresah. Berdasarkan hasil yang telah didapatkan pada
keempat perlakuan, didapatkan tampungan air dan endapan tanah yang ada pada wadah
tampungan paling banyak adalah perlakuan tanpa penutup. Hal ini dikarenakan air langsung
mengikis permukaan tanah dan karena permukaan yang tidak kasar air semakin cepat bergerak
dan membawa material tanah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sumarni et al. (2016), bahwa
adanya tanaman penutup tanah dan mulsa organik dapat menahan percikan air hujan dan aliran
air di permukaan tanah sehingga pengikisan lapisan atas tanah dapat ditekan. Sedangkan
tampungan air dan endapan tanah yang ada pada wadah tampungan paling sedikit berada pada
perlakuan penutup dengan seresah. Menurut Subagyono et al. (2003), semakin rapat penutupan
tanah akan semakin kecil risiko hancurnya agregat tanah oleh pukulan butiran air hujan dan
limpasan permukaan akan semakin kecil.
3.2 Pembahasan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diketahui hasil pengamatan faktor LS
(kemiringan lereng) dan CP (tutupan tanah) memberikan pengaruh terhadap laju erosi. Pada
percobaan pengaruh faktor LS, tanah dominan pasir dan debu yang diberi penyangga setinggi
4 cm menghasilkan volume erosi sebesar 0,12 liter dan 0,11 liter. Sementara tanah dominan
pasir dan debu yang diberi penyangga setinggi 2 cm menghasilkan volume erosi sebesar 0,09
liter dan 0,08 liter. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa semakin miring kelerengannya
maka semakin besar erosi yang terjadi. Hal ini didukung oleh pernyataan Kasmawati et.al.
(2016) bahwa semakin miring lereng pada tanah akan semakin besar pula kecepatan aliran air
di permukaannya sehingga pengikisan terhadap bagian-bagian tanah semakin besar. Dela dan
Mujianto (2012), juga menyatakan bahwa kecepatan aliran akan meningkat sejalan dengan
semakin besarnya nilai kemiringan lereng dan daya angkut partikel-partikel tanah yang telah
hancur akan semakin tinggi sehingga proses erosi akan semakin besar. Sementara, pada
percobaan pengaruh faktor CP menunjukkan bahwa pemberian tutupan lahan pada tanah
memberikan pengaruh terhadap volume erosi.
Pada kondisi percobaan tanah dominan pasir dengan perlakuan tanpa tutupan, penutup
tanah daun lebar, penutup tanah rumput, dan penutup tanah serasah dengan tinggi penyangga
sebesar 2 cm menghasilkan volume erosi sebesar 0,17 liter; 0,14 liter; 0,1 liter; dan 0,05 liter.
Volume erosi tertinggi dihasilkan dari tanah tanpa tutupan dan volume erosi terendah dihasilkan
dari tanah dengan tutupan serasah. Sehingga, penutup tanah tentu mempengaruhi nilai dari
erosi. Menurut Sarminah et al. (2018), adanya penutupan vegetasi dapat mengurangi laju atau
tingkat erosi pada suatu lahan karena dengan adanya penutupan lahan akan menyebabkan air
hujan yang jatuh tidak langsung menumbuk hamparan lahan, akan tetapi terlebih dahulu akan
ditangkap oleh tajuk tanaman (intersepsi) sehingga kemudian tidak semua air hujan tersebut di
teruskan ke permukaan tanah karena Sebagian akan mengalami evaporasi. Menurut Dariah et
al. (2004), bahan organik yang masih berbentuk serasah, seperti daun, ranting, dan sebagainya
yang belum hancur yang menutupi permukaan tanah, merupakan pelindung tanah terhadap
kekuatan perusak butir-butir hujan yang jatuh. Bahan organik tersebut juga menghambat aliran
permukaan, sehingga kecepatan alirannya lebih lambat dan relatif tidak merusak. Bahan
organik yang sudah mengalami pelapukan mempunyai kemampuan menyerap dan menahan air
yang tinggi, sampai dua-tiga kali berat keringnya.
IV. KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Percobaan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tingkat erosi yang terjadi pada
suatu lahan akan ditentukan oleh tingkat kemiringan dan juga vegetasi yang ada pada lahan.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa lahan dengan tingkat kemiringan yang tinggi
menghasilkan erosi yang tinggi pula akibat besarnya gaya aliran permukaan yang terjadi pada
lahan. Selain itu, tingkat erosi pada lahan juga dipengaruhi oleh penutupan tanah Penutupan
tanah berperan dalam menutup permukaan tanah pada lahan sehingga saat air hujan turun
dengan adanya vegetasi maka hujan tidak akan langsung menuju permukaan lahan sehingga
gaya pukulan air hujan yang dapat menghancurkan agregat tanah dapat direduksi energinya dan
erosi pada lahan serta limpasan permukaan dapat dikurangi.
DAFTAR PUSTAKA
Dariah A., Subagyo H., Tafakresnanto C., dan Marwanto S. 2004. Kepekaan Tanah Terhadap
Erosi. Di dalam: Teknologi Konservasi Tanah pada Lahan Kering Berlereng. Bogor:
Pusat Penelitian dan Penelitian Tanah dan Agroklimat.
Huda, A.,S., Nugraha, A.L., dan bashit, N. 2020. Analisis Perubahan Laju Erosi Periode Tahun
2013 dan Tahun 2018 Berbasis Data Pengindraan Jauh dan Sistem Informasi Geografis
(Studi Kasus: Das Garang). J. Geodesi Undip, vol 9 (1):106-114.
Kasmawati, Hasanah, U., & Rahman, A. (2016). Prediksi Erosi pada Beberapa Penggunaan
Lahan di Desa Labuan Toposo Kecamatan Labuan Kabupaten Donggala. E-J.
Agrotekbis, 4(6), 659–666.
Naharuddin. 2020. Konservasi Tanah dan Air. Bandung: CV. Media Sains Indonesia.
Pemerintah Kota Malang. 2022. https://malangkota.go.id/sekilas-malang/geografis/ (Diakses
pada Tanggal 27 September 2022).
Sarminah, S., Prititanian, F.S., dan Karyati. 2018. Pengaruh Keragaman Vegetasi terhadap
Laju Erosi. J. Agrifor, vol. 17 (2): 355-368.
Subagyono, K., Marwanto, S. & Kurnia, U., 2003. Teknik Konservasi Tanah. Monograf No.
1 ed. Bogor : Balai Penelitian Tanah.
Sumarni, N., Hidayat & Sumiati, E., 2006. Pengaruh Tanaman Penutup Tanah dan Mulsa
Organik terhadap Produksi Cabai dan Erosi Tanah. J. Hort, 16(3) : 197-201.
Tarigan, D. R., Mardiantno, D. 2012. Pengaruh Erosivitas dan Topografi Terhadap Kehilangan
Tanah Pada Erosi Alur Di Daerah Aliran Sungai Secang Desa Hargotirto Kecamatan
Kokap Kabupaten Kulonprogo. Jurnal Bumi Indonesia, 1(3).
LAMPIRAN
https://drive.google.com/drive/folders/1VHfiqtxvihirB8fKUeaT4qMgqKrPl8ZF?usp=sh
aring.