Disusun Oleh:
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu mengetahui definisi dan faktor-faktor
yang mempengaruhi terjadinya erosi menggunakan metode USLE.
BAB II
METODE PERCOBAAN
2.3 Tahapan
Berikut ini merupakan tahapan yang dilakukan dalam praktikum
percobaan faktor erosi metode USLE.
a. Percobaan Erosi Faktor R
VOLUME
(meliputi : VOLUME VOLUME
LIMPASAN
penggunaan AIR EROSI DOKUMENTASI
PERMUKAAN
lahan,
penutupan,
kemiringan,
dsb) (ml)
600 290 5
R
P
(erosivitas) 300 0 0
P 400 25 0,5
K
(erodibilitas) L 400 0 0
TL 350 305 5
LS TP 350 280 90
(kelerengan) RL 350 75 0,1
RP 350 140 15
P-se 350 85 10
CP P-ru 350 70 1
(vegetasi) P-ve 350 130 5
P-ko 350 160 15
Keterangan :
P : Tanah berpasir
L : Tanah berliat
TL : Kelerengan tinggi (4 cm), tanah berliat
TP : Kelerengan tinggi (4 cm), tanah berpasir
RL : Kelerengan rendah (2 cm), tanah berliat
RP : Kelerengan rendah (2 cm), tanah berpasir
P-se : Tanah berpasir, tutupan lahan berupa seresah
P-ru : Tanah berpasir, tutupan lahan berupa rumput
P-ve : Tanah berpasir, tutupan lahan berupa tanaman berdaun lebar
P-ko : Tanah berpasir, tanpa tutupan lahan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa erosi
dipengaruhi oleh 4 faktor antara lain, faktor R (erosivitas), K (erodibilitas), LS
(kelerengan) dan CP (vegetasi). Nilai erosivitas (R) yang memiliki kandungan jenis
tanah yang sama (berpasir) namun mendapatkan pengaruh dari volume air yang berbeda
yaitu 600 ml dan 300 ml akan menghasilkan banyak erosi sebanding dengan tingkat
volume air yang lebih banyak juga. Nilai erodibilitas (K) dengan volume air yang sama
yaitu 400 ml akan tetapi diuji pada jenis tanah yang berbeda dengan jenis tanah berliat
dan berpasir memiliki tingkat erodibilitas yang berbeda, dimana jenis tanah dengan
dominan pasir cenderung lebih mudah tererosi. Pada faktor kelerengan (LS) dapat
dianalisa dimana pada percobaan diketahui air yang ditampung pada gelas penampung
yang diletakkan pada kemiringan yang lebih tinggi memiliki limpasan permukaan lebih
banyak dibandingkan pada kemiringan landai atau rendah. Serta pada faktor vegetasi
penutup permukaan tanah (CP) didapatkan hasil bahwa urutan air terbanyak yang
ditampung pada tanah tanpa tutupan lahan, tanah dengan tutupan lahan berupa tanaan
berdaun lebar, tanah dengan tutupan lahan berupa seresah, dan yang terakhir yaitu tanah
dengan tutupan lahan berupa rumput.
3.2 Pembahasan
USLE memprediksi laju erosi suatu daerah dengan mempertimbangkan
beberapa faktor seperti faktor erosivitas hujan, faktor erodibilitas tanah, faktor panjang
dan kemiringan lereng, faktor tutupan lahan dan konservasi lahan, berikut adalah
pembahasan mengenai keempat faktor tersebut berdasarkan hasil yang didapatkan.
3.2.1 Faktor R
Erosivitas (R) merupakan salah satu indeks penting dalam menentukan erosi.
Erosivitas hujan adalah tenaga pendorong (driving force) yang menyebabkan terkelupas
dan terangkutnya partikel-partikel tanah ke tempat yang lebih rendah (Asdak, 2014).
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa pada
perlakuan dengan menggunakan air 600 ml menghasilkan aliran permukaan yang lebih
tinggi daripada perlakuan dengan menggunakan air 300 ml. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Samsidar et al. (2022), yang menyatakan bahwa semakin besar nilai curah
hujan maka akan berakibat terjadinya erosi yang cukup besar. Begitu pula sebaliknya
jika nilai curah hujan semakin kecil maka akan mengakibatkan erosi yang kecil pula.
Erosivitas dipengaruhi oleh seberapa kuat dan berapa lama hujan tersebut terjadi.
Intensitas hujan mengacu pada jumlah air hujan yang jatuh dalam waktu tertentu.
Dengan kata lain, intensitas curah hujan menunjukkan seberapa derasnya hujan dalam
satu jam. Jumlah dan intensitas hujan memiliki pengaruh yang berbeda terhadap erosi.
Hujan dengan jumlah besar belum tentu menyebabkan erosi jika intensitasnya rendah.
Hal yang sama berlaku untuk intensitas hujan tinggi, erosi tidak akan terjadi jika jumlah
hujannya sedikit karena tidak ada cukup air untuk menghanyutkan tanah (Fajerina et al.,
2023).
3.2.2 Faktor K
Faktor erodibilitas tanah (K) menunjukkan resistensi partikel tanah terhadap
erosi oleh energi kinetik air hujan. Erodibilitas tanah menunjukkan resistensi dari
partikel tanah terhadap pengelupasan dan transportasi partikel tanah tersebut yang
disebabkan oleh energi kinetik air hujan (Krisnayanti et al., 2018). Berdasarkan
perlakuan yang dilakukan untuk menguji faktor K digunakan perbandingan antara tanah
dominan liat (A) dengan tanah dominan pasir (B) yang disiram dengan air bervolume
yang sama mendapatkan hasil yang berbeda. Hal itu, disebabkan karena adanya
perbedaan jenis tanah yang digunakan dapat mempengaruhi jumlah limpasan air dan
erosi tanah yang didapatkan. Sejalan dengan (Yusuf et al., 2020), yang menyatakan
bahwa jenis tanah memiliki karakteristik ketahanan yang berbeda-beda terhadap erosi,
sehingga jenis tanah akan mempengaruhi tingkat besarnya erosi. Tekstur tanah pasir
mempunyai pori yang besar dan banyak sehingga infiltrasi tinggi tetapi kemantapan
struktur pasir rendah sehingga menyebabkan tanah lebih mudah tererosi, selain itu
dengan semakin besar kemiringan lereng maka, semakin besar pula tanah yang tererosi.
Hal ini didukung oleh Ayuningtyas et al. (2018) yang menyatakan bahwa, erodibilitas
tanah cenderung rendah ketika tanah memiliki tekstur liat karena partikel liat yang
beragregat justru memiliki ketahanan lebih besar terhadap dampak energi kinetik air
hujan dan aliran permukaan.
3.2.3 Faktor LS
Berdasarkan hasil eksperimen mengenai faktor LS, ditemukan bahwa
penggunaan bantalan penyangga sebesar 4 cm menghasilkan aliran permukaan yang
lebih banyak dibandingkan dengan yang hanya menggunakan bantalan penyangga
sebesar 2 cm. Fenomena ini disebabkan oleh kemiringan yang signifikan, yang
mengakibatkan air yang mencapai permukaan tanah mengalir ke bawah dengan cepat.
Faktor topografi seperti kemiringan dan panjang lereng memengaruhi tingkat erosi.
Semakin curam lerengnya, tingkat erosi air akan meningkat karena adanya peningkatan
energi kinetik dari aliran permukaan yang berkorelasi dengan kemiringan lereng yang
tinggi (Bukhari et al., 2014). Tanah yang memiliki lereng atau tidak dapat menahan air
dengan baik cenderung mengalami peningkatan proses aliran permukaan atau run off
saat hujan deras. Pada lereng yang curam, dampak dari curah hujan terhadap tanah
menjadi lebih kuat, yang mengakibatkan erosi pada bagian permukaan tanah. Harjianto
et al. (2016) juga mengindikasikan bahwa semakin curam lerengnya, akan
meningkatkan laju dan volume aliran permukaan, serta intensitas erosi yang terjadi.
3.2.4 Faktor CP
Faktor pengelolaan tanaman (C) menunjukkan pengaruh dari vegetasi, seresah,
kondisi permukaan tanah dan pengelolaan lahan terhadap tanah yang hilang. Faktor
pengelolaan dan konservasi tanah (P) merupakan nisbah antara tanah yang tererosi rata-
rata dari lahan yang diolah tanpa tindakan konservasi, dengan catatan faktor penyebab
erosi yang lain diasumsikan tidak berubah. Faktor tutupan dan konservasi lahan (CP)
merupakan faktor yang terdiri dari faktor C dan faktor P. Faktor ini dijadikan satu jika
data penilaian kedua faktor tersebut sama. Faktor CP mengindikasikan besarnya erosi
yang dipengaruhi oleh jenis tanaman dan tindakan teknik konservasi tanah yang
dilakukan (Cahyono et al., 2017). Untuk faktor CP dilakukan percobaan dengan tanah
yang sama namun tipe tutupan yang berbeda, yaitu tanah yang ditutupi dengan serasah
(P-se), dengan rumput (P-ru), dengan vegetasi berdaun lebar (P-ve), dan tanah yang
tidak ditutupi (P-ko) mendapatkan hasil yang berbeda-beda dalam jumlah limpasan air
dan erosi tanah. hal ini disebabkan oleh bedanya vegetasi yang ada untuk menutupi
tanah dapat mempengaruhi tingkat erosi (Latifah et al., 2023). Semakin baik tutupan
vegetasinya maka akan berkurang potensi erosi di wilayah tersebut. Hal ini disebabkan
oleh vegetasi yang mencegah butir hujan terkena tanah secara langsung, sehingga
kerusakan permukaan tanah oleh hujan dapat diminimalisir dan aliran permukaan pun
berkurang (Risal et al., 2014). Evans et al. (2020), juga menambahkan bahwa tutupan
lahan di permukaan tanah juga berperan dalam mengurangi erosi tanah dan penindilan
nutrisi tanah. Tutupan vegetasi dan penggunaan lahan juga berdampak pada jumlah
aliran air karena setiap jenis tutupan lahan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap
intensitas hujan. Tutupan seperti dedaunan, cabang, akar, dan seresah dapat mengurangi
kecepatan aliran permukaan dan menghambat air untuk tetap berada di atas tanah,
memungkinkan air untuk meresap ke dalam tanah terlebih dahulu (Salim et al., 2019).
BAB IV
KESIMPULAN
Asdak, C. 2014. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. UGM Press:
Yogyakarta.
Ayuningtyas, E. A., Ilma, A. F. N., & Yudha, R. B. 2018. Pemetaan erodibilitas tanah
dan korelasinya terhadap karakteristik tanah di DAS Serang, Kulonprogo. Jurnal
Nasional Teknologi Terapan (JNTT), 2(1), 37-46.
Bukhari, I., Lubis, K. S., & Lubis, A. 2014. Pendugaan Erosi Aktual Berdasarkan
Metode USLE Melalui Pendekatan Vegetasi, Kemiringan Lereng dan
Erodibilitas di Hulu Sub DAS Padang. Jurnal Agroekoteknologi Universitas
Sumatera Utara, 3(1), 102824.
Cahyono, B. K., Hakim, L., Waljiyanto, W., & Adhi, A. D. 2017. Perhitungan
Kecepatan Sedimentasi Melalui Pendekatan Usle Dan Pengukuran Kandungan
Tanah Dalam Air Sungai Yang Masuk Ke Dalam Waduk Sermo. Jurnal
Nasional Teknologi Terapan, 1(1), 8-23.
Dewi, I. G. A. S. U., Trigunasih, N. M., & Kusmawati, T. 2012. Prediksi erosi dan
perencanaan konservasi tanah dan air pada Daerah Aliran Sungai Saba. E-Jurnal
Agroekoteknologi Tropika, 1(1), 12-23.
Fajeriana, N., & Risal, D. 2023. Peningkatan Pemahaman Tentang Potensi Erosi:
Erosivitas dan Erodibilitas Dengan Simulasi Hujan Pada Topografi dan Tutupan
Lahan yang Berbeda. Abdimas: Papua Journal of Community Service, 5(1), 64-
74.
Harjianto, M., N. Sinukaban, S. D. Tarigan, dan O. Haridjaja. 2016. Land Capability
Evaluation for Land Use Recommendation in Lawo Watershed. Jurnal Penelitian
Kehutanan Wallacea, 5(1), 1-11.
Krisnayanti, D. S., Udiana, I. M., & Muskanan, M. J. 2018. Pendugaan Erosi dan
Sedimentasi Menggunakan Metode Usle dan Musle pada DAS Noel-Puames.
Jurnal Teknik Sipil, 7(2), 143-154.
Osok, R. M., Talakua, S. M., & Gaspersz, E. J. 2018. Analisis faktor-faktor erosi tanah,
dan tingkat bahaya erosi dengan metode Rusle di DAS Wai Batu Merah Kota
Ambon Provinsi Maluku. Jurnal Budidaya Pertanian, 14(2), 89-96.
Risal, D., Ibrahim, B., & Zubair, H. 2014. Efektivitas Sistem Pertanian Terpadu
Hedgerows Terhadap Peningkatan Produktivitas Lahan Kering. Jurnal Sains &
Teknologi, 14(3), 226–231.
Salim, A. G., Dharmawan, I. W. S., & Narendra, B. H. 2019. Pengaruh luas tutupan
lahan hutan terhadap karakteristik Lingkungan, 17(2), 333-340.
Samsidar., Illahi, F., Farid, F. 2022. Analisis Laju Erosi Menggunakan Metode Usle
(Universal Soil Loss Equation) Di Sekitar Sub Daerah Aliran Sungai (Das)
Batang Limun Provinsi Jambi. Jupiter: Jurnal Penelitian Fisika dan
Terapannya, 4 (1), 29-40.
Yusuf, S. M., Murtilaksono, K., & Lawaswati, D. M. 2020. Pemetaan sebaran erosi
tanah prediksi melalui integrasi model USLE ke dalam Sistem Informasi
Geografis. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan (Journal of
Natural Resources and Environmental Management), 10(4), 594-606.
LAMPIRAN