Anda di halaman 1dari 20

Pembuatan Sample Pasir Yang Terkualifikasi Likuifaksi Dengan

Menggunakan Uji Tabung Getar

Siti Prizkanisa1*, Widjojo Adi Prakoso2

1
Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Kampus Baru UI
Depok 16424, Indonesia
2
Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Kampus Baru UI
Depok 16424, Indonesia

E-mail: siti.prizkanisa81@ui.ac.id

Abstrak

Likuifaksi adalah proses mencairnya tanah akibat terjadi gempa bumi. Ada banyak metode pengujian untuk
mengetahui potensi bahaya likuifaksi, salah satunya adalah shaking table. Tujuan studi literatur ini adalah untuk
mengetahui parameter-parameter pasir yang mengalami likuifaksi dengan melakukan studi eksperimental
pemodelan likuifaksi pasir lepas jenuh dalam uji shaking table. Pengujian dilakukan pada tiga jenis pasir yang
berbeda berdasarkan gradasi butirnya dengan menggunakan dua metode yang berbeda untuk penjenuhan pasirnya.
Hal ini dilakukan untuk melihat apa saja parameter pasir yang menjadi acuan untuk mengetahui potensi likuifaksi.
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan terdapat beberapa parameter tanah yang bisa dijadikan acuan terhadap
bahaya likuifaksi seperti gradasi butiran, kepadatan relative, koefisien keseragaman pasir, tegangan efektif, dan
rasio peningkatan tekanan air pori berlebih yang dihasilkan. Dan dari hasil pengujian pada penelitian ini dapat
disimpulkan pada sample pasir yang mengalami likuifaksi juga dapat dilihat mekanismenya, bahwa saat shaking
dilakukan tekanan air pori akan meningkat seketika yang menyebabkan tegangan efektif nya menjadi berkurang.
Hilangnya tegangan efektif tanah menjadi nol atau meningkatnya rasio tekanan air pori berlebih (ru ≥ 1 )
menunjukkan bahwa tanah telah mengalami likuifaksi.

Kata Kunci: Likuifaksi, Pasir Lepas Jenuh; Uji Tabung Getar; Kepadatan Relatif; Tekanan Air Pori Berlebih

Construction of liquefaction qualification sand samples using shaking table

Abstract

Liquefaction is the melting process of the soil due to an earthquake. There are many test methods to determine the
potential of liquefaction, among others is shaking table. The purpose of this literature study is to determine the
parameters of sand that liquefaction by conducting an experimental study of liquefaction modeling of saturated
loose sand in the shaking table test. The test was carried out using three different types of sand based on the grain
size using two different method for sand saturation. This is done to see sand parameters that reference to determine
the potential for liquefaction. Based on the results of the tests, there are several soil parameters that can be used as
a reference for liquefaction hazards such as grain gradation, relative density, coefficient uniformity, effective
stress, and the ratio of increasing excess pore pressure. And from the results of the tests in this study on the sand
sample that have liquefaction, it can also be seen the mechanism, that when shaking is carried out the pore water
pressure will increase instantly which causes the effective stress to decrease. The loss of effective soil stress to
zero or an increase in the ratio of excess pore water pressure (ru ≥ 1 ) indicates that the soil has been through
liquefaction.

Keyword: Liquefatcio;, Saturated Loose Sand; Shaking Table; Relative Density; Excess Pore Ware Pressure

Pendahuluan

Gempa bumi yang terjadi di Palu pada 28 September 2018 dengan kekuatan gempa sebesar 7.4
SR telah menyebabkan banyaknya kerusakan pada bangunan-bangunan struktur yang ada
disana. Dalam beberapa kasus keruntuhan pada tanah tidak hanya terjadi selama gempa
berlangsung tetapi juga setelah gempa terjadi. Salah satu yang menyebabkan terjadinya
kerusakan pada bangunan yaitu adanya fenomena likuifaksi. Likuifaksi adalah proses
mencairnya tanah akibat adanya tekanan air pori yang berlebih pada rongga tanah karena terjadi
gempa bumi. Kelebihan pada tekanan air pori akan menyebabkan berkurangnya kuat geser pada
tanah secara ekstrem. Tanah pasir lepas yang jenuh biasanya paling sering mengalami
likuifaksi.
Selain tekanan air pori berlebih akibat pengaruh perilaku tanah juga sangat penting untuk
diketahui guna melihat potensi bahaya likuifaksi yang dapat ditimbulkan. Ada banyak metode
pengujian untuk mengetahui potensi bahaya likuifaksi, salah satunya adalah uji meja goyang
skala besar. Studi literatur ini dilakukan bertujuan untuk melihat apa saja parameter pasir yang
memiliki potensi bahaya likuifaksi dengan melakukan studi eksperimental pemodelan likuifaksi
untuk pasir lepas jenuh dengan menggunakan Uji Meja Getar.

Tinjauan Teoritis

• Likuifaksi
Likuifaksi adalah fenomena dimana terjadinya proses pencairan pada tanah akibat adanya
beban seismik ketika terjadi gempa bumi. Likuifaksi terjadi akibat tekanan air pori yang
berlebih keluar dari rongga-rongga tanah yang terbuka dan menyebabkan kekuatan geser pada
tanah menurun secara mencolok. Ketika gempa bumi terjadi, tanah berpasir yang jenuh dengan
air tanah, mengalami tegangan geser secara berulang dari pergerakan gempa. Pergerakan ini
mengubah keadaan tanah dari padat menjadi cair ketika tegangan efektif hilang dengan
meningkatnya kelebihan tekanan air. Saat terdapat rongga di antara butiran tanah berpasir yang
jenuh air mengalami tegangan geser secara berulang dari gerakan gempa, pasir yang berongga
akan mencoba membuat lebih padat, mengurangi volume, misalnya dengan mengambil tempat
untuk dilatansi negatif. Dilatansi adalah perilaku khusus dari tanah saat perubahan volumetrik
setelah geser. Ekspansi volume dengan geser adalah dilatansi positif dan kontraksi adalah
dilatansi negatif (Universitas Kansai, 2017).
• Kriteria Perilaku Tanah yang Berpotensi Terhadap Likuifaksi

a. Gradasi butiran

Tanah yang rentan terhadap liquifaksi sangat dipengaruhi oleh gradasi butirannya. Tanah
dengan gradasi yang buruk akan lebih rentang terhadap bahaya likuifaksi daripada tanah dengan
gradasi yang baik. Hal tersebut dikarenakan tanah dengan gradasi yang baik akan mengisi
celah-celah antara partikel yang lebih besar dengan partikel yang lebih kecil dan akan
menghasilkan potensi perubahan volume yang lebih rendah di bawah kondisi drainase yang
akibatnya adalah rendahnya tekanan air pori berlebih dalam kondisi undrained.
Pada grafik 1(a). menunjukkan bahwa rentang gradasi butiran tanah yang berpotensi mengalami
likuifaksi yang cukup besar untuk tanah dengan efesiensi keseragaman yang besar terletak pada
ukuran ± 0,05 mm – 1 mm (lolos saringan no.40 dan tertahan disaringan no.200). Untuk tanah
dengan efesiensi keseragaman yang kecil rentang gradasi butiran tanah yang berpotensi
mengalami likuifaksi yang besar berukuran antara ± 0,1 mm – 0,8 mm yang ditunjukkan pada
grafik 1(b).

(a) (b)
Grafik 1. Ukuran gradasi butiran tanah yang memungkinkan terjadinya likuifaksi (a) untuk tanah dengan efesiensi
keseragaman besar (b) untuk tanah dengan efesiensi keseragaman rendah.

Sumber : MLIT (Ministry of Land, Infrastructure, Transport and Tourism, Japan), 2007.

Pasir dapat dipisahkan menjadi tiga jenis berdasarkan ukuran butirnya. Pasir berbutir kasar
dengan ukuran diameter 4,75 mm – 2 mm (saringan No. 10), pasir berbutir sedang dengan
ukuran diameter 2 mm – 0,425 mm (saringan No. 40), dan pasir berbutir halus dengan ukuran
diameter 0,425 mm – 0,075 mm (saringan No. 200) seperti yang dilihat pada Tabel 1. Selain
itu koefisien keseragaman juga merupakan faktor penting untuk dapat melihat baik atau
buruknya gradasi tanah sekaligus menjadi parameter penentu berpotensintya tanah akan bahaya
likuifaksi.

Table 1. Jenis Tanah, Deskripsi, dan Ukuran Butir Rata-Rata

Jenis Tanah Deskripsi Ukiran Butir Rata-rata


Pasir Batu keras bundar dan / atau Coarse : 4,75 mm – 2 mm
angular, terbagi halus Medium : 2 mm – 0,425 mm
Fine : 0,425 mm – 0,075 mm
Sumber : ASTM D 2487

b. Kepadatan Relatif
Salah satu perilaku tanah yang mempengaruhi mekanisme terjadinya likuifaksi adalah nilai
kepadatan relatif pasir. Dapat terlihat pada Tabel 2. jenis tanah dapat diklasifikasikan
berdasarkan kepadatan relatifnya. Likuifaksi biasanya terjadi pada tanah yang lepas. Untuk
tanah yang lepas nilai kepadatan relatifnya berkisar anatar 20 - 40%.

Table 2.Deskripsi butiran tanah berdasarkan kepadatan dan porositas relative

Dr (%) Deskripsi
0 – 20 Very loose
20 – 40 Loose
40 – 70 Medium dense or firm
70 – 85 Dense
85 - 100 Very dense
Sumber : Muni Budhu dalam Soil Mechanic 3rd Edition

• Mekanisme Tekanan Air Pori Berlebih


Likuifaksi umumnya terjadi pada pasir akibat peningkatan tekanan air pori yang terjadi karena
gempa bumi. Getaran yang terjadi menimbulkan tegangan geser siklik yang sangat cepat
sehingga air pori tidak memiliki waktu yang cukup untuk mendisipasikan tegangannya.
Perubahan sifat tanah pada pasir yang jenuh air dari padat menjadi seperti cairan disebabkan
oleh meningkatnya tekanan air pori dari pengurangan tegangan efektif yang ada. Seed et al,
1976 menjelaskan hal tersebut dengan menggunakan rumus tegangan efektif dan rumus
kekuatan geser tanah dari Terzhagi pada tanah pasir yang jaunt air diamati pada suatu
kedalaman tertentu dari permukaan tanah.
σ ' = σ total – u ………………………………………………………...….(3)
Dimana :
σ' = tegangan efektif (tegangan yang bekerja pada butir tanah)
σ total. = tegangan normal
u = tekanan pori
Seed dan Lee (1966) juga mendefinisikan bahwa likuifaksi adalah kondisi dimana peningkatan
tekanan air pori berlebih sama dengan tegangan efektif. Likuifaksi akan terjadi ketika rasio
tekanan air pori (ru) lebih dari 1 (ru = Uexcess / σ’ atau ru ≥1 ).

• Metode Uji Shaking Table


Uji shake table untuk melihat mekanisme likuifaksi telah dilakukan oleh beberapa peneliti,
antara lain oleh Kokusho (1999) dan Bimawijaya Laia (2014). Keduanya memodelkan
likuifaksi dalam wadah yang diletakkan di atas meja getar. Pentingnya instrumentasi yang
akan dipasang pada alat uji perlu diperhatikan lebih detail. Salah satu tolak ukur untuk
menentukan likuifaksi pada sampel tanah adalah dengan melihat rasio kenaikan tekanan air
pori berlebih. Untuk mengetahui perbandingan kenaikan tekanan air pori berlebih, beberapa
pisometer elektrik dipasang pada kedalaman yang berbeda dalam wadah yang berisi contoh
tanah. Di atas meja getar juga terdapat akselerometer untuk menentukan percepatan tanah
maksimum yang dihasilkan akibat efek gempa yang ditimbulkan. Efek getaran itu sendiri
dihasilkan dari meja goyang yang bergerak secara otomatis menggunakan listrik dan dapat
dikontrol pembebanan yang disediakan sehingga dapat menghasilkan akselerasi tanah
maksimal yang stabil dan sesuai keinginan.

Metode Penelitian

a. Jenis pasir yang digunakan


Pada penelitian ini digunakan jenis pasir silika dengan 3 jenis ukuran butir yang berbeda yang
dapat dilihat pada Gambar 2. Sample coarse sand dengan ukuran butir ± 2 𝑚𝑚, sample medium
sand dengan ukuran butir 0,85 mm – 0,42 mm, dan sample fine sand dengan ukuran butir 0,425
mm – 0,075 mm. Ukuran butir untuk jenis pasir silika ini telah disesuaikan dengan ASTM D
2487.
(a) (b) (c)
Gambar 1.Pasir silika yang digunakan pada penelitian (a) Coarse sand (b) Medium sand (c) Fine sand

Pada sample pasir dilakukan uji Analisa Saringan. Lalu dari hasil pengujian tersebut data yang
dihasilkan di plot pada grafik kisaran kemungkinan tanah yang mengalami likuifaksi (data dari
Ministry of Land, Infrastructure, Transport and Tourism, Japan). Dari Grafik 2. Dapat dilihat
bahwa jenis pasir yang digunakan dalam pengujian ini berada dalam rentang ukuran tanah yang
berpotensi bahaya likuifaksi.

(a) (b)

(c) (d)
Grafik 2.Analisa saringan dalam kisaran kemungkinan likuifaksi (a) coarse sand (b) medium sand (c) fine sand a (d)
fine sand b
Untuk parameter sample pasir yang digunakan harus yang memenuhi kualifikasi likuifaksi,
selain dilakukan uji Analisa Saringan maka dari itu dilakukan juga beberapa pengujian untuk
mengetahui beberapa parameter tanah yang diinginkan seperti, uji Relative Density dan uji
Specific Gravity untuk ketiga jenis pasir tersebut. Dapat dilihat pada Tabel 3. beberapa
parameter yang didapatkan setelah dilakukan pengujian terhadap sample pasir.

Table 3.Parameter pasir berdasarkan jenis pasirnya

Jenis Pasir Coarse Medium Fine sand Fine sand


Parameter Pasir sand sand (a) (b)
3
Min Dry Unit Weight (kN/m ) 12,29 15,31 13,24 13,71
Max Dry Unit Weight (kN/m3) 16,73 17,64 15,75 16,15
Specific Gravity 2,65 2,67 2,64 2,65
Coefficient of Unifomity (cu) 2,0012 2,0116 5,577 2,997
Coefficient of Curvature (cc) 0,946 0,8809 0,7616 1,549

b. Permodelan Likuifaksi pada saturated loose sand


Studi eksperimental ini dilakukan dengan memodelkan likuifaksi pada sebuah tabung akrilik.
Tabung akrilik yang akan digunakan memiliki ukuran diameter 13 cm dan tinggi 200 cm dan
dengan pemasangan piezometer di 5 titik yang berbeda seperti yang terlihat pada Gamber 3.
Untuk mendapatkan perbandingan hasil dilakukan beberapa metode yang berbeda dengan
menggunakan perbedaan jenis pasir, gradasi butiran, dan kepadatan relatif yang berbeda pula
pada pasir jenuh air. Pasir dengan perilaku yang sudah ditentukan lalu diuji dengan
menggunakan tabung getar. Beberapa instrument juga dipasang pada shaking table untuk
pengujian yang akan dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui dititik mana likuifaksi bisa
terjadi. Efek getar dihasilkan dengan memasangkan shaking table yang terpasang dibawah
tabung akrilik. Shaking table yang digunakan dapat mengontrol frekuensi yang diinginkan dari
2 – 3 Hz dengan simpangan sebesar 0,5 cm. Terdapat dua sensor Accelometer digunakan untuk
mengukur getaran yang dihasilkan. Dipasang juga timbangan dan data logger pada alat uji ini.
Untuk memasukkan pasir kedalam tabung agak pasir menjadi lepas juga dipakai beberapa
instrument pelengkap seperti corong, saringan, selang flexible, dan katrol.
Gambar 2.Model alat Likuifaksi dari pasir lepas jenuh air dan skema pemasangan piezometer

Pembahasan

Pada penelitian ini untuk penjenuhan pasir digunakan dua metode yang berbeda untuk ketiga
jenis pasir yang akan diuji. Metode yang pertama yaitu dengan memasukkan pasir terlebih
dahulu sebelum memasukan air. Pasir terlebih dahulu dimasukkan dengan menggunakan
saringan yang dipasang katrol dan ditambah dengan selang flexible untuk mengontrol tinggi
jatuh pasir yang akan dimasukkan sampai melebihi tinggi piezometer yang paling atas. Proses
penjenuhan pasir dilakukan dengan mengisikan air melalui selang air yang dialirkan dari bawah
tabung uji yang telah terpasang keran. Air dimasukkan dengan bantuan pompa air. Pasir kering
yang telah masuk kedalam tabung ditimbang terlebih dahulu sebelum proses penjenuhan pasir.
Hal ini dilakukan agar dapat mengetahui kepadatan relative yang didapatkan. Setelah air selesai
dimasukkan baru ditimbang kembali untuk mendapatkan berat volume pasir jenuhnya. Proses
shaking dapat dilakukan ketika sample sudah siap diuji. Metode kedua yang digunakan yaitu
dengan memasukkan air terlebih dahulu. Air terlebih dahulu dimasukkan melalui selang air
yang dialirkan dari bawah tabung uji yang telah terpasang keran. Setelah air selesai dimasukkan
kedalam tabung kemudian memasukkan pasir kering kedalam dengan menggunakan saringan
yang dipasang katrol dan ditambah dengan selang flexible untuk mengontrol tinggi jatuh pasir
yang akan dimasukkan sampai melebihi tinggi piezometer yang paling atas.
• Coarse sand
a. Metode pembuatan sample dengan memasukkan pasir terlebih dahulu
Berat pasir kering yang tercatat sebesar 41 kg dan setinggi 1,88 m. Setelah proses penjenuhan
selesai diukur juga berat pasir dan air yang telah terisi kedalam tabung setinggi 1,88 m yaitu
seberat 48,8 kg. Beberapa data juga dicatat saat melakukan pembuatan sample seperti yang
terlihat pada Tabel 4.
Table 4.Data properties sample coarse sand (9 juni 2021)

Properties Tanah Nilai Satuan


Berat pasir kering 41 Kg
Berat pasir basah 48,8 Kg
Berat volume kering (𝜸 dry) 16,12 kN/m3
Berat volume basah (𝜸 sat) 19,56 kN/m3
Relative density (Dr) 89,05 %
Peak acceleration 0,52 g

Proses shaking dilakukan selama kurang lebih 15 detik. Selama proses shaking berlangsung
dilakukan pembacaan tekanan air pori pada setiap piezometer yang terpasang. Dapat dilihat
pada Grafik 6. Tidak terdapat peningkatan pada tekanan air pori disemua piezometer. Proses
shaking dengan alat shaking table sebelumnya sudah diatur dengan besar frekuensi 2 Hz dan
simpangan sebesar 0,5 cm. Pada proses pengujian kali ini hanya memakai satu sensor
accelerometer yang diletakkan dibagian tabung. Percepatan paling besar yang tercatat selama
proses shaking untuk sumbu X yaitu 0,52 g, pada sumbu Y tercatat percepatan paling besar
yaitu 0,21 g, dan pada sumbu Z sebesar 1,2 g.
Grafik 3.Percepatan dan tekanan air pori yang tercatat selama proses pengujian sample coarse sand dengan metode
pembuatan sample memasukkan pasir kedalam tabung terlebih dahulu sebelum air

Terjadinya likuifaksi dapat dinilai dari rasio peningkatan tekanan air pori berlebih yang
dihasilkan. Apabila rasio peningkatan tekanan air pori berlebih lebih dari 1 maka peristiwa
tersebut dapat dikatakan likuifaksi. Dapat dilihat pada Grafik 4. Likuifaksi terjadi pada semua
kedalaman kecuali pada kedalaman 0,55 m dari dasar tabung dengan nilai rasio peningkatan
tekanan air pori kurang dari 1.

1
Tekanan Air Pori Berlebig

0,8
Rasio Peningkatan

0,6
0,4
0,2
(Ru)

0
0 200000 400000 600000 800000 1000000 1200000 1400000
Time (ms)

Ru (A) Ru (B) Ru (C) Ru (D) Ru (E)

Grafik 4.Peningkatan tegangan air pori berlebih

b. Metode pembuatan sample dengan memasukkan air terlebih dahulu


Berat pasir kering yang tercatat sebesar 37,8 kg dan setinggi 1,85 m. Setelah proses pembuatan
sample selesai diukur juga berat pasir dan air yang telah terisi kedalam tabung setinggi 1,85 m
yaitu seberat 53,9 kg. Beberapa data juga dicatat saat melakukan pembuatan sample seperti
yang terlihat pada Tabel .

Table 5. Data properties sample coarse sand (2 Juni 2021)

Properties Tanah Nilai Satuan

Berat pasir kering 37,8 Kg

Berat pasir basah 53,9 Kg

Berat volume kering (𝜸 dry) 15,104 kN/m3

Berat volume basah (𝜸 sat) 21,96 kN/m3

Relative density (Dr) 70,18 %

Peak acceleration 0,59 g

Proses shaking dilakukan selama kurang lebih 30 detik . Tekanan air pori dibaca saat shaking
dilakukan sampai sekitar 20 menit setelah pengujian dapat dilihat di Grafik 5. Tekanan air pori
tidak meningkat saat shaking dilakukan pada piezometer A, piezometer C, dan piezometer E.
Tekanan air pori meningkat hanya pada piezometer B dan piezometer D setelah shaking selesai
dilakuka tetapi tidak kembali turun setelah meningkat. Percepatan paling besar yang tercatat
selama proses shaking untuk sumbu X yaitu 0,59 g. Pada sumbu Y tercatat percepatan paling
besar yaitu 0,16 g, dan pada sumbu Z sebesar 1,07 g. Pada pasir ini tidak terjadi likuifaksi sama
sekali di semua lapisan dapat dilihat dari Grafik 6. nilai rasio peningkatan tekanan air pori
berlebih < 1.

Grafik 5. Percepatan dan tekanan air pori yang tercatat selama proses pengujian sample coarse sand) dengan metode
pembuatan sample memasukkan air kedalam tabung terlebih dahulu sebelum pasir

0,2
Rasio Peningkatan Tekanan

0,15
Air Pori Berlebih (Ru)

0,1
0,05
0
0 200000 400000 600000 800000 1000000
-0,05
Time (ms)

Ru (A) Ru (B) Ru (C) Ru (D) Ru (E)

Grafik 6. Peningkatan tegangan air pori berlebih


• Medium Sand
a. Metode pembuatan sample dengan memasukkan pasir terlebih dahulu
Berat pasir kering yang tercatat sebesar 40 kg dan setinggi 1,82 m. Setelah proses penjenuhan
selesai diukur juga berat pasir dan air yang telah terisi kedalam tabung setinggi 1,82 m yaitu
seberat 53,7 kg. Beberapa juga data dicatat saat melakukan pembuatan sample seperti yang
terlihat pada Tabel 6.

Table 6.Data properties sample medium sand (10 juni 2021)

Properties Tanah Nilai Satuan


Berat pasir kering 40 Kg
Berat pasir basah 53,7 Kg
Berat volume kering (𝜸 dry) 16,25 kN/m3
Berat volume basah (𝜸 sat) 22,24 kN/m3
Relative density (Dr) 43,76 %
Peak acceleration 0,47 g

Proses shaking dilakukan selama kurang lebih 20 detik. Selama proses shaking berlangsung
dilakukan pembacaan tekanan air pori pada setiap piezometer yang terpasang. Dapat dilihat
pada Grafik 7. terdapat peningkatan pada tekanan air pori disemua piezometer begitu shaking
dilakukan. Tekanan air pori pada semua piezometer juga menurun kembali setelah mengalami
peningkatan. Hanya pada piezometer B tekanan air pori kembali pada nilai awal sebelum
dilakukan shaking. Percepatan paling besar yang tercatat selama proses shaking untuk sumbu
X yaitu 0,47 g, pada sumbu Y tercatat percepatan paling besar yaitu 0,18 g, dan pada sumbu Z
sebesar 1,1 g.
Dapat dilihat juga pada Grafik 8. likuifaksi terjadi pada kedalaman 1,75 m dari dasar tabung
dengan nilai rasio peningkatan tekanan air pori berlebih sebesar 1,69. Likuifaksi juga terjadi
pada kedalaman 1,35 m dari dasar tabung yaitu dengan nilai rasio peningkatan tekanan air pori
berlebih sebesar 1,09 dan pada kedalaman 0,95 m dari dasar tabung dengan nilai rasio
peningkatan tekanan air pori berlebih sebesar 1,03.
Grafik 7. Percepatan dan tekanan air pori yang tercatat selama proses pengujian sample medium sand dengan metode
pembuatan sample memasukkan pasir kedalam tabung terlebih dahulu sebelum air

2
Rasio Peningkatan TekananAir

1,5
Pori Berlebih (Ru)

0,5

0
0 200000 400000 600000 800000 1000000 1200000
-0,5
Time (ms)

Ru (A) Ru (B) Ru (C) Ru (D) Ru (E)

Grafik 8.Peningkatan tegangan air pori berlebih

b. Metode pembuatan sample dengan memasukkan air terlebih dahulu


Berat pasir kering yang tercatat sebesar 42,5 kg dan setinggi 1,84 m. Setelah proses pembuatan
sample selesai diukur juga berat pasir dan air yang telah terisi kedalam tabung setinggi 1,84 m
yaitu seberat 58,4 kg. Beberapa data juga dicatat saat melakukan pembuatan sample seperti
yang terlihat pada Tabel 7.
Table 7.Data properties sample medium sand (11 Mei 2021)

Properties Tanah Nilai Satuan


Berat pasir kering 42,5 Kg
Berat pasir basah 58,4 Kg
Berat volume kering (𝜸 dry) 17,075 kN/m3
Berat volume basah (𝜸 sat) 23,92 kN/m3
Relative density (Dr) 78,15 %

Proses shaking dilakukan selama kurang lebih 20 detik . Tekanan air pori dibaca saat shaking
dilakukan sampai sekitar 40 menit setelah pengujian dapat dilihat di Grafik 9. Tekanan air pori
meningkat saat shaking dilakukan pada semua piezometer yang terpasang kecuali pada
piezometer E yang baru mengalami peningkatan setelah proses shaking selesai dilakukan.
Tekanan air pori kembali menururn setelah mengalami peningkatan tetapi tidak kembali kenilai
awal sebelum shaking dilakukan. Dapat dilihat juga pada Grafik 10. Likuifaksi terjadi hanya
pada kedalaman 1,75 m dari dasar tabung dan 1,35 m dari dasar tabung dengan nilai rasio
peningkatan tekanan air pori lebih dari 1.

Grafik 9.Percepatan dan tekanan air pori yang tercatat selama proses pengujian sample medium sand dengan metode
pembuatan sample memasukkan air kedalam tabung terlebih dahulu sebelum pasir
3

Rasio Peningkatan Tekanan Air


2

Pori Berlebih (Ru) 1

0
0 500000 1000000 1500000 2000000
-1

-2
Time (ms)

Ru (A) Ru (B) Ru (C) Ru (D) Ru (E)

Grafik 10. Rasio Peningkatan Tekanan Air Pori Berlebih

• Fine sand a (Metode pembuatan sample dengan memasukkan air terlebih dahulu)
Berat pasir kering yang tercatat sebesar 36 kg dan setinggi 1,8 m. Setelah proses pembuatan
sample selesai diukur juga berat pasir dan air yang telah terisi kedalam tabung setinggi 1,8 m
yaitu seberat 48,32 kg. Beberapa data juga dicatat saat melakukan pembuatan sample seperti
yang terlihat pada Tabel .

Table 8. Data properties sample fine sand (a) (5 Mei 2021)

Properties Tanah Nilai Satuan


Berat pasir kering 36 Kg
Berat pasir basah 48,32 Kg
Berat volume kering (𝜸 dry) 14,79 kN/m3
Berat volume basah (𝜸 sat) 20,23 kN/m3
Relative density (Dr) 48,32 %

Proses shaking dilakukan selama kurang lebih 25 detik. Tekanan air pori meningkat saat
shaking dilakukan pada piezometer A dari 0,98 kPa menjadi 2,94 kPa, piezometer B dari 2,94
kPa menjadi 7,84 kPa, piezometer C dari 5,88 kPa menjadi 13,72 kPa, piezometer D dari 8,82
kPa menjadi 11,76 kPa, dan piezometer E terus naik dari 16,6 kPa menjadi 20,58 kPa yang
terlihat pada Grafik 12. Setelah 30 menit setelah shaking dilakukan dapat dilihat bahwa tekanan
air pori pada semua piezometer turun kembali tetapi tidak sampai ke nilai awal sebelum shaking
dilakukan. Pada piezometer A nilai tekanan air pori senilai 1,96 kPa, pada piezometer B nilai
tekanan air pori turun menjadi 4,9 kPa, pada piezometer C nilai tekanan air pori turun menjadi
7,84 kPa, pada piezometer D nilai tekanan air pori menjadi 10,78 kPa, dan pada piezometer E
nilai tekanan air pori menjadi 17,64 kPa. Likuifaksi terjadi pada semua kedalaman kecuali pada
kedalaman 0,55 m dari dasar tabung dengan nilai rasio peningkatan tekanan air pori kurang dari
1 dapat dilihat pada Grafik 13.

Grafik 11. Percepatan dan tekanan air pori yang tercatat selama proses pengujian sample fine sand (a) dengan
metode pembuatan sample memasukkan air kedalam tabung terlebih dahulu sebelum pasir

5
Rasio Peningkatan Tekanan

4
Air Pori Berlebih (Ru)

3
2
1
0
-1 0 500000 1000000 1500000 2000000
-2
Time (ms)

Ru (A) Ru (B) Ru (C) Ru (D) Ru (E)

Grafik 12. Rasio Peningkatan tegangan air pori

• Fine sand b (Metode pembuatan sample dengan memasukkan air terlebih dahulu)

Berat pasir kering yang tercatat sebesar 35,6 kg dan setinggi 1,82 m. Setelah proses pembuatan
sample selesai diukur juga berat pasir dan air yang telah terisi kedalam tabung setinggi 1,82 m
yaitu seberat 50,4 kg. Beberapa data juga dicatat saat melakukan pembuatan sample seperti
yang terlihat pada Tabel 18.

Table 9.Data properties sample fine sand (b) (3 Juni 2021)

Properties Tanah Nilai Satuan


Berat pasir kering 35,6 Kg
Berat pasir basah 50,4 Kg
Berat volume kering (𝜸 dry) 14,46 kN/m3
Berat volume basah (𝜸 sat) 20,87 kN/m3
Relative density (Dr) 53,14 %
Peak acceleration 0,54 G

Proses shaking dilakukan selama kurang lebih 15 detik. Tekanan air pori meningkat saat
shaking dilakukan pada piezometer A dari 0 kPa menjadi 0,98 kPa, piezometer B dari 2,94 kPa
menjadi 6,86 kPa, piezometer C dari 6,86 kPa menjadi 13,72 kPa, piezometer D dari 9,8 kPa
menjadi 13,72 kPa, dan piezometer E terus naik dari 15,68 kPa menjadi 19,6 kPa yang terlihat
pada Grafik 13. Setelah 30 menit setelah shaking dilakukan dapat dilihat bahwa tekanan air pori
pada piezometer C, piezometer D, dan piezometer E turun kembali sampai ke nilai awal
sebelum shaking dilakukan. Pada piezometer A nilai tekanan air pori turun kembali tetapi tidak
kenilai awal sebelum shaking dilakukan yaitu menjadi 0,98 kPa. Sama seperti piezometer A
pada piezometer B nilai tekanan air pori juga turun kembali tetapi tidak kenilai awal sebelum
shaking dilakukan menjadi 3,92 kPa. Percepatan paling besar yang tercatat selama proses
shaking untuk sumbu X yaitu 0,54 g, pada sumbu Y tercatat percepatan paling besar yaitu 0,24
g, dan pada sumbu Z sebesar 1,29 g. Dapat dilihat juga pada Grafik 14. terjadi pada kedalaman
1,75 m dari dasar tabung, 1,35 m dari dasar tabung, dan 0,95 m dari dasar tabung dengan nilai
rasio peningkatan tekanan air pori kurang lebih dari 1. Pada kedalaman 0,55 m dari dasar tabung
dan 0,15 m dari dasar tabung tidak terjadi likuifaksi karena nilai rasio peningkatan tekanan air
pori berlebih kurang dari 1.
Grafik 13.Percepatan dan tekanan air pori yang tercatat selama proses pengujian sample fine sand (b) dengan
metode pembuatan sample memasukkan air kedalam tabung terlebih dahulu sebelum pasir

2
Rasio Peningkatan Tekanan

1,5
Air Pori Berlebih (Ru)

0,5

0
0 200000 400000 600000 800000 1000000 1200000
-0,5
Time (ms)

Ru (A) Ru (B) Ru (C) Ru (D) Ru (E)

Grafik 14. Rasio peningkatan tekanan air pori

Kesimpulan

Terdapat beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari pengujian pembuatan sampel yang
terkualifikasi likuifaksi dengan menggunakan alat uji shaking table ini, yaitu sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan terdapat beberapa parameter tanah yang bisa
dijadikan acuan terhadap bahaya likuifaksi seperti gradasi butiran, koefisien
keseragaman, tegangan efektif, dan rasio peningkatan tekanan air pori berlebih.
2. Untuk kepadatan relative pasir yang dapat dibuat pada penelitian ini semua pengujian
berkisar antara 40 - 80 %.
3. Dari hasil pembacaan sensor accelerometer pada pengujian sample yang mengalami
likuifaksi semua percepatan terbesar yang tercatat > 0,3 g.
4. Tekanan air pori cenderung mengalami peningkatan seiring dengan naiknya percepatan
selama pengujian berlangsung, dan tekanan air pori kembali turun setelah shaking selesai
dilakukan.
5. Dari hasil pengujian pada penelitian ini pada sample pasir yang mengalami likuifaksi
dapat dilihat mekanismenya, bahwa saat shaking dilakukan tekanan air pori akan
meningkat seketika yang menyebabkan tegangan efektif nya menjadi berkurang.
Hilangnya tegangan efektif tanah menjadi nol atau meningkatnya rasio tekanan air pori
berlebih (ru ≥ 1 ) menunjukkan bahwa tanah telah mengalami likuifaksi.

Saran

Dari penelitian yang telah dilakukan ada beberapa saran yang dapat dijadikan bahan
perbaikan untuk penilitian selanjutnya, yaitu sebagai berikut :
1. Dibutuhkan alat tersendiri untuk memasukkan sample pasir kedalam tabung yang dapat
mengontrol aliran debit pasir yang masuk serta dapat juga mengontrol tinggi jatuh pasir
saat masuk kedalam tabung.
2. Mencari metode lain untuk membuat sample menjadi lebih lepas.
3. Perlu penelitian lebih lanjut dengan variabel yang berbeda.

Daftar Refrensi

Budhu, M. (2010). Soil Mechanics and Foundation 3rd Edition. John Wiley and Sons, Ltd.
USA.
Craig, R. F., S., Budi Susilo. (1989). Mekanika Tanah. Edisi 4, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Fathani, T.F., Laia, B. (2014). Pengaruh Kerapatan Tanah Pasir Kali Opak Kleret Yogyakarta
Terhadap Potensi Likuifdaksi Berdasarkan Uji Shaking Table. Jurnal Teknik Sipil dan
Lingkungan. Universitas Gajah Mada. Indonesia
Kansai University. (2018). The Fukushima dan Tohoku Disaster Chapter 8 : Liquefaction With
The Great East Japan Earthquake. Kansai University, School of Societal Safety Sciences
147-159.
Kokusho, T. (1999). Water Film in Liquefied Sand and Its Effect on Lateral Spread. Journal of
Geotechnical and Geoenviromental Engineering. J. Geotech.
Kokusho, T., Kojima, T. (2002). Mechanism for Postliquefaction Water Film Generation in
Layered Sand. J. Geotech. Geoenviron. Eng., 128:129-137.
MLIT (Ministry of Land, Infrastructure, Transport and Tourism, Japan). (2007). Ground
liquefaction. Technical Standards and Commentaries for Port and Harbour Facilities in
Japan, 282–288.
Seed, H. B. (1983). Design problems in soil liquefaction. J. Geotech. Engrg., ASCE, 113(8),
827–845.
Seed, H.B., Lee, K.L. (1966). Liquefaction of saturated sands during cyclic loading. Journal of
the Soil Mechanics and Foundations Division, ASCE, Vol. 92, No. SM6, pp. 105-134.
Seed, H. B., Martin, P. P., and Lysmer. J. (1976). Pore-water Pressure Change During Soil
Liquefaction. Journal of Geotechnical Engineering Division, ASCE, Vol. 102 No. 4, pp.
323-346.
Terzaghi, K dan R.B. Peck. (1987). Mekanika Tanah dalam Praktek Rekayasa Jilid I. Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Towhata, I. (2013). Attempts to Protect Personal Houses From Seismic Liquefaction Problem.
International Seminar on Forensic Geotechnical Engineering 4th. Bangalore
USGS. (2013). Landsat 8 Fact Sheet. Amerika Serikat: U. S. Geological Survey.

Anda mungkin juga menyukai