Anda di halaman 1dari 5

Copyright 2016

By: testana engineering Date:03/22/16 3

Potensi Permasalahan Konstruksi Terowongan (Tunnel)


PadaTanah Liat Ekspansif Surabaya Barat

Tanah liat ekspansif termasuk material berbutir halus yang banyak menimbulkan
masalah bagi bangunan-bangunan teknik sipil, khususnya bagi struktur bawah. Penelitian
mengungkap lebih dari 60% tanah bawah di Indonesia merupakan jenis tanah laterit (tanah
dengan indeks plastisitas >30%) yang mempunyai sifat kembang susut yang besar, dimana
daerah Surabaya barat termasuk salah satu lokasi yang tanah bawahnya rentan terhadap
peristiwa kembang susut (swell-shrinkage). Semakin tinggi indeks plastisitas tanah liat
ekspansif, semakin tinggi pula potensi pengembangannya. Menyadari hal tersebut, potensi
dan efek kembang susut tanah perlu dipertimbangkan dengan seksama untuk menghindarkan
kerusakan struktur bangunan yang terletak diatas ataupun didalam tanah. Untuk memberikan
pemahaman lebih lanjut, berikut ini disajikan ulasan singkat mengenai tanah liat ekspansif
a.l. sbb. :

A. Investigasi & Survey

Untuk mengidentifikasi sifat ekspansif/ kembang susut tanah liat, investigasi tanah
yang dilaksanakan harus mencukupi baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Survey
terhadap lingkungan sekitar juga diperlukan untuk mengetahui faktor2 apa saja yang dapat
menyebabkan perubahan/ fluktuasi kadar air tanah ekspansif pada lokasi setempat. Nelson &
Miller (1992) mengemukakan 3 fase utama dalam investigasi lapangan, a.l. sbb. :

1) Reconnaissance survey adalah tahap awal, a.l. pengumpulan peta, foto medan, foto
udara, data/ pengalaman2 setempat sehubungan dengan permasalahan kembang susut
tanah liat setempat.
2) Preliminary investigation bertujuan untuk melakukan konfirmasi lebih lanjut apakah
tanah bawah lokasi ybs. bersifat kembang susut. Investigasi meliputi pengambilan
sampel tanah, test laboratorium, dan analisis awal yang selanjutnya dapat dipakai
untuk mengidentifikasi karakteristik dan klasifikasi contoh2 tanah tsb. Investigasi
lebih lanjut dapat dilakukan, jika preliminary investigation mengungkapkan potensi
kembang susut contoh2 tanah tsb.
3) Detailed investigation meliputi penentuan properties/ parameter tanah dan perkiraan
besar kembang-susut (swelling potential, %). Pada tahap ini, pengujian perlu
Copyright 2016
By: testana engineering Date:03/22/16 3

dilakukan pada sampel tanah dengan tingkat ketergangguan (disturbance) yang


minim. Pengambilan sampel tanah tak terganggu harus dilakukan dengan hati-hati dan
dilakukan oleh teknisi handal yang berpengalaman.

Gambar 1. Skema investigasi lapangan (Nelson & Miller, 1992).

B. Interaksi Fisika Kimia Dan Kandungan Mineralogi

Nelson & Miller (1992) mengungkapkan pula beberapa faktor yang mempengaruhi
sifat dan besarnya tekanan pengembangan, dimana interaksi fisika kimia antar butiran dan
kandungan mineralogi merupakan faktor2 berpengaruh seperti diuraikan Gambar 2, sbb. :

Gambar 2. Mekanisme diffuse double layer (Budhu, 2000).


Copyright 2016
By: testana engineering Date:03/22/16 3

Pada skala mikroskopis, tanah lempung umumnya memiliki bentuk pipih, permukaan
mineral lempung didominasi oleh keberadaan ion negatif (anion) yang akan cenderung
menarik ion positif (kation). Fenomena tersebut selanjutnya dikenal dengan teori diffuse
double layer (DDL). Kandungan mineral juga memegang peranan penting terhadap sifat dan
potensi kembang susut, dimana mineral yang umumnya ditemukan pada tanah lempung
adalah kaolinite, illite dan montmorillonite. Struktur lapisan dari ketiga mineral tersebut
kedapatan cukup berbeda seperti diilustrasikan Gambar 3 sbb. :

Gambar 3. Struktur lapisan kaolinite, illite, dan montmorillonite (Budhu, 2000).

Nampak bahwa mineral montmorillonite memiliki layer pengikat yang lemah dan
mudah terisi air, sehingga lempung dengan kandungan montmorillonite dan tingkat
konsentrasi anion yang tinggi akan memiliki kemampuan menyerap air yang tinggi pula,
yang selanjutnya menyebabkan tanah lempung mengalami perubahan volume yang cukup
besar. Air yang terabsorbsi tsb. selanjutnya mengisi celah/ pori diantara butiran 2 lempung
(lihat Gambar 4) dan menyebabkan tanah mengembang ke arah atas. Sedangkan illite dan
kaolinite tidak bersifat aktif, namun dapat menyebabkan perubahan volume jika ukuran
partikel kedapatan sangat halus.

Gambar 4. Kondisi butiran lempung pada saat menyerap air (Yong, 2001).
Copyright 2016
By: testana engineering Date:03/22/16 3

C. Zona Aktif

Victorine, et. al. (1997) menyatakan bahwa perubahan volume tanah ekspansif jarang
terjadi di elevasi tanah yang cukup dalam., perubahan volume hanya terjadi di kedalaman 2
permukaan tanah akibat perubahan kadar air. Suatu zona yang mengalami fluktuasi kadar air
tanah yang umumnya terjadi akibat perubahan iklim/ cuaca (hujan & kemarau) selanjutnya
didefinisikan sebagai zona aktif. Area Surabaya Barat diperkirakan memiliki kedalaman zona
aktif yang berkisar antara 5-8 m. Gambar 4 menunjukkan profil kadar air yang berada pada
zona aktif dengan berbagai macam kondisi iklim dan pengaruh adanya pavement
dipermukaan tanah pada profil kadar air.

Gambar 4. Profil kadar air tanah pada zona aktif (Ning Lu & Likos, 2004).

Selain faktor perubahan iklim, kondisi kadar air di permukaan lapisan tanah akan
berubah jika dilakukan pembangunan struktur yang bersifat menahan kadar air (moisture
barrier) seperti lantai atau pavement. Keberadaan moisture barrier ini akan meniadakan
evapotranspiration (penguapan) air yang selanjutnya memberikan pengaruh terhadap nilai
kadar air dan menyebabkan pendangkalan zona aktif. Perubahan kondisi kadar air lainnya
dapat diakibatkan oleh adanya sistem drainasi. Tersedianya sistem drainasi yang memadai
tentunya akan mengurangi resiko terjadinya perubahan kadar air yang signifikan, sehingga
potensi kembang susut juga dapat direduksi.
Copyright 2016
By: testana engineering Date:03/22/16 3

D. Potensi Permasalahan Tanah Ekspansif Pada Struktur Bawah Tanah

Jika nantinya direncanakan konstruksi bangunan ataupun pembangunan struktur


bawah tanah di area Surabaya Barat, kondisi yang membuat tanah ekspansif mengalami
kontak dengan air perlu dihindarkan. Disamping memberikan tekanan pengembangan ke arah
atas, akibat adanya pembasahan oleh air, tanah ekspansif juga akan mengalami penurunan
kuat gesernya (pelunakan, softening). Sebaliknya, pada saat terjadi penurunan kadar air akibat
penguapan, tanah ekspansif akan mengalami penyusutan/ pemampatan tanah yang tentunya
berpotensi menyebabkan kerusakan struktur diatas maupun dibawah permukaan tanah.
Berikut ini diuraikan beberapa potensi permasalahan yang seringkali timbul pada struktur 2
bawah tanah pada tanah ekspansif , a.l. sbb. :

1) Pondasi Tiang (Pile Foundation)

Selain ditujukan untuk menahan gaya aksial tekan akibat pembebanan struktur
diatasnya, pondasi tiang sebaiknya didesain pula untuk mampu menahan gaya uplift di
kedalaman zona aktif. Tekanan pengembangan dari tanah ekspansif dapat menimbulkan
deformasi ke arah atas (heaving) ataupun dorongan lateral terhadap pondasi tiang lain yang
telah terinstal sebelumnya. Dampak dari pergerakan tanah tersebut akan berpengaruh
terhadap kapasitas dukung tiang seperti digambarkan pada Gambar 5, sbb. :

Gambar 5. Gaya2 pondasi tiang yang mengalami heaving (Haggerty & Peck, 1971).

Dalam kondisi ekstrim, heaving dan pergerakan lateral tanah dapat menyebabkan
tegangan tarik dan geser yang berlebihan yang selanjutnya dapat memicu retak/ patahnya

Anda mungkin juga menyukai