Anda di halaman 1dari 6

Analisis Daya Dukung Mekanika Tanah

Diskripsi dan analisis daya dukung tanah bretujuan untuk mengetahui kondisi daya
dukung tanah dasar yang berada dilokasi kajian agar dalam pembangunan jaringan
jalan sesuai dengan standar mekanika tanah yang tidak menyebabkan penurunan,
keruntuhan dan derajat ekspansif tanah yang akan mengakibatkan pergeseran jlaan
dan jembatan.

Tanah menurut Braja M. Das (1998) didefinisikan sebagai material yang terdiri dari
agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara
kimia) satu sama lain dan dari bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang
berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong
di antara partikel-partikel padat tersebut. Tanah berfungsi juga sebagai pendukung
pondasi dari bangunan. Maka diperlukan tanah dengan kondisi kuat menahan beban
di atasnya dan menyebarkannya merata.

Gambar Tiga Frase Elemen Tanah

Tanah yang batas cairnya tinggi biasanya mempunyai sifat teknik yang buruk yaitu
kekuatannya rendah, sedangkan compressiblitynya tinggi sehingga sulit dalam hal
pemadatannya. Batas konsistensi tanah biasanya diukur berdasarkan Indeks
Plastisitas (IP) yang memnunjukan tingkat kplastisan tanah. Jenis tanah pasir dan
lanau memiliki IP yang rendah.

Penilaian sebagai bahan tanah dasar dinilai berdasarkan tanah klasifikasi tanah.
Penilaian tersebut didsarkan atas ukuran tiap-tiap butir tanah yang merupakan
pembentuk terkstur tanah. Apabila dilihat dari tiper material yang paling dominan
dalam sampel tanah, maka secara garis besar penilaian sebagai bahan tanah dasar
adalah sebagai berikut :

1. Batu Pecah, kerikil pasit, pasir haluas, kerikil dan pasit yang berlanau memiliki
penilaian baik sampai baik sekali terhadap bahan tanah dasar

2. Tanah berlanau dan tanah berlempung memiliki penilaian biasa sampai jelek
sekali terhadap bahan tanah dasar

Gambar Tipe Material Tanah dengan Tingkat Palstisitas

Batu Pecah

Kerikil

Pasir

Indeks Plastisitas (IP)


Lanau dan Batas Cair
Makain Baik sebagai
Bahan Tanah Dasar
makin rendah

Lempung Berlanau

Lempung

Organik

Selain mengenai sifat mekanika tanah disatas, hal yang penting juga untuk diketahui
mengenai karekter tanah adalah tanah yang memilikipotensi ekspansif.

Tanah ekspansif adalah suatu jenis tanah yang memiliki derajat pengembangan
volume yang tinggi sampai sangat tinggi, biasanya ditemukan pada jenis tanah
lempung yang sifat fisiknya sangat terpengaruh oleh air. Dari permukaan tanah
hingga kedalaman tertentu, kadar air ini akan memberikan pengaruh kembang susut
tanah yang cukup tinggi. Daerah ini dinamakan zona aktif tanah (Za). Zona aktif
tanah ini dapat dipergunakan untuk perencanaan penanganan permasalahan tanah
dasar dalam berbagai konstruksi bangunan.

Tanah dengan karakter ekspansif ditemukan pada jenis tanah lempung (clay. Tanah
lempung dapat diidentifikasi berdasarkan ukuran partikel, indeks plastisitas, batas
cair, dan kandungan mineral. Tanah ekspansif mempunyai sifat-sifat sebagai berikut
:

a. Kadar Air (Moisture Content)


Jika kadar air (moisture content) dari suatu tanah ekspansif tidak berubah berarti
tidak ada perubahan volume dan struktur yang ada di atas lempung tidak akan
terjadi pergerakan yang diakibatkan oleh pengangkatan (heaving). Tetapi jika
terjadi penambahan kadar air maka terjadi pengembangan volume (expansion)
dengan arah vertikal dan horisontal. Holtz dan Fu Hua Chen (1975)
mengemukakan bahwa tanah lempung dengan kadar air alami di bawah 15%
biasanya menunjukkan indikasi berbahaya. Lempung akan mudah menyerap air
sampai mencapai kadar air 35% dan mengakibatkan kerusakan struktur akibat
pemuaian tanah. Sebaliknya apabila tanah lempung tersebut mempunyai kadar
air di atas 30%, maka pemuaian tanah telah terjadi dan pemuaian lebih lanjut
akan kecil sekali.

b. Kelelahan Pengembangan (Fatique of Swelling)

Gejala kelelahan pengembangan (fatique of swelling) telah diselidiki dengan


cara penelitian siklus atau pengulangan pembasahan dan pengeringan yang
berulang. Hasil penelitian menunjukkan pengembangan tanah pada siklus
pertama lebih besar daripada siklus berikutnya. Kelelahan pengembangan
diindikasikan sebagai jawaban yang melengkapi hasil penelitian tersebut
sehingga dapat disimpulkan bahwa suatu pavement yang ditempatkan pada
tanah ekspansif yang mengalami siklus iklim yang menyebabkan terjadinya
pengeringan dan pembasahan secara berulang mempunyai tendensi untuk
mencapai suatu stabilitas setelah beberapa tahun atau beberapa kali siklus
basah – kering

Dalam kegiatan geoteknik tanah dini bertujuan untuk melihat profil tanah yang dapat
menggambarkan deskripsi tanah untuk menentukan tingakt elsastisitas tanah dan
potensi sifat ekspansif dari tanah sehingga dapat menntukan jalur atlternatif terbaik
dari sifat tanah yang akan dikembangkan sebagai jalan alternatif di Way Kawanua,

Boring test adalah pengujian dengan cara pengeboran tanah uji sampai kedalaman
10 (sepuluh) meter dari muka tanah, dimana setiap kedalaman 1 meter diambil
sampel untuk diselidiki di laboratorium. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui
jenis tanah di lokasi ruas jalan alih tase Toheru - Laimu.

Secara ideal penanganan kerusakan jalan pada lapis tanah lempung ekspansif
adalah berusaha menjaga atau mempertahankan kadar air pada tanah tersebut agar
tetap konstan, minimal tidak mengalami perubahan kadar air yang signifikan, baik
kondisi musim penghujan maupun musim kering, sehingga tidak terjadi kembang
susut yang besar. Alternatif penanganan tersebut dapat berupa:

a. Penggantian material

Dengan cara pengelupasan tanah, yaitu tanah lempung diambil dan diganti
dengan tanah yang mempunyai sifat lebih baik.
b. Pemadatan (compaction)

Dengan cara ini biaya yang dibutuhkan lebih sedikit (ekonomis).

c. Prapembebanan

Dengan cara memberi beban terlebih dahulu pada tanah tersebut yang
berfungsi untuk mereduksi settlement dan menambah kekuatan geser.

d. Drainase

Dengan cara membuat saluran air di bawah prapembebanan yang berfungsi


untuk mempercepat settlement dan juga mampu menambah kekuatan geser
(sand blanket and drains).

e. Stabilisasi

 Stabilisasi mekanis, yaitu dengan cara mencampur berbagai jenis tanah


yang bertujuan untuk mendapatkan tanah dengan gradasi baik (well graded)
sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi spesifikasi yang diinginkan.

 Stabilisasi kimiawi, yaitu stabilisasi tanah dengan cara substitusi ion-ion


logam dari tingkat yang lebih tinggi

Analisis Hidrologi
Hasil pengamatan dan data hidrologi di DAS Way Kawanua dilakukan untuk melihat
pola aliran air sungai dan karekateristik alairan sungai dan kondisi elevasi dan guna
lahan sekitar aliran sungai. Hal ini di jelaskan untuk menentukan potensi terjadinya
luapan air yang sangat tinggi dan arah aliran air yang tidak terkontrol apabila debit
sungai mencapai titik tertingginya baik pada musim penghujan ataupun pada saat air
laut pasang.

Karakteristik sungai yang diyakini memiliki potensi banjir adalah sebagai berikut :

1. Sungai besar dengan anak-anak sungai yang sangat banyak di bagian hulu;

2. Hampir tidak ada tebing/ bibir sungai terhadap wilayah sekitarnya;

3. Munculnya gosong pasir (pulau-pulau kecil di badan sungai);

4. Adanya tanggul-tanggul alam (“natural levee” ) yang dibentuk oleh limpasan


material banjir;

5. Aliran muara yang melebar, menganyam (“braided stream”) dengan pola aliran
sungai yang tidak terarah;

6. Arah aliran sungai yang selalu berubah-ubah, sehingga menghantam badan jalan
dan konstruksi jembatanyang melintas di atasnya; dan

7. Erosi kesamping lebih intensif daripada erosi vertikalnya.

8. Kelandaian badan sungai yang hampir sama dengan dataran disekitarnya


9. Berhadapan dengan muka laut terjadi pasang maksimum, maka wilayah ini akan
berpotensi banjir yang kumulatif, sebagai akibat dari multi sebab yang
mengawalinya

Selain karakteristik sungai diatas, penilaian dari aspek hidrologi bagi penentuan
alternatif alih trase Tehoru – Laimu yang melewati DAS Way Kawanua adalah
seberapa lebar dan jumlah aliran sungai yang dilewati sebagai konsekuensi
perubahan jalur jalan (alih trase) yang dihubungkan dengan efesiensi
pengembangan jembatan pada jalur tersebut.

Analisis Guna Lahan dan Topografi Kawasan


Karekateristik guna lahan dan topografi (elevasi) yang dilewati oleh alternatif alih
trase Tehoru – Laimu dilakukan berdasarkan pengamatan lapangan untuk ketiga
alternatif tersebut. Analisis guna lahan dapat mencerminkan kepadatan vegetasi dan
pola guna lahan serta kepemilikan lahan yang menjadi salah satu kriteria penentua
dalam menntukan sisi efesiensi alternatif alih trase yang akan di pilih.

Karekateristik topografi (elevasi) yang dilewati oleh alternatif alih trase Tehoru –
Laimu dilakukan berdasarkan pengamatan lapangan dan hasil pengukuran topografi
yang dilakukan di lapangan untuk ketiga alternatif tersebut. Hail topografi
mencerminkan kondisi eksisting permukaan tanah di ketiga alternatif tersebut yang
akan didetailkan dengan potongan melintang setiap 100 m.

Analisis Status Pemanfaatan Lahan


Untuk pembangunan dan pengembangan koridor pengembangan wilayah Tehoru –
Laimu tidak terlepas dari status kawasan hutan yang mencirikan pembagian
sumberdaya pengelolaan bidang kehutanan dan pengelolaan sumberdaya di bidang
non kehutanan. Status kawasan hutan tersebut didasarkan kepada Peta Kawasan
Hutan Lembar Provinsi Maluku berdasarkan SK Kemenhut Nomor 854/Menhut-
II/2014 Tahun 2014.

Kebijakan pemanfaatan lahan sektor kehutanan perlu diperhatikan dalam


pembangunan infrstruktur khusnya jalan dan jembatan dimnaa apabila
pembangunan infrastruktur tersebut berada dalam kawasan hutan maka
pemenfaatannya mengacu kepada Peraturan penggunaan Hutan di atur dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 15 Tahun 2015, tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2010 Tentang Penggunaan
Kawasan Hutan dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.
P.50/Menlhk/ Setjen/Kum.1/6/2016 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan.

Oleh karena itu pengembangan alternatif alih trase Tehoru – Laimu tidak berada
pada kawasan hutan.

Anda mungkin juga menyukai