Anda di halaman 1dari 6

Nama: Iwan Setyo Wibisono

NIM : 14756
Kelas : A-2011
Tugas : Remidial Praktikum Hari ke 6 Shift 1
Matkul : Praktikum Mekanika Tanah
Tanggal: Kamis, 9 Mei 2013

Tanah Ekspansif pada Pengujian Geonor

Permasalahan tanah ekspansif nampaknya sudah menjadi persoalan


mendunia. Bukan saja di Indonesia, tetapi di Amerika Serikat, kerusakan
struktur bangunan sipil yang disebabkan 'ulah' tanah ekspansif,
diperkirakan menelan kerugian USD 6 - 11 milyar setiap tahunnya. Di
Indonesia sendiri, skala masalah tanah ekspansif, belum terungkap secara
detail, termasuk besar kerugian yang ditimbulkan.

Tanah ekspansif adalah tanah atau batuan yang kandungan


lempungnya memiliki potensi kembang-susut akibat perubahan kadar air.

Tanah ekspansif merupakan istilah yang mengacu pada tanah atau


batuan yang memliki potensi untuk mengembang dan menyusut akibat
perubahan kondisi airnya. Walaupun definisi ini terlihat sederhana, tetapi
sebenarnya fenomena kembang susut dari tanah ekspansif memiliki
kinerja yang rumit dan kompleks. Dari beberapa studi yang telah
dilakukan, didapati kenyataan bahwa fenomena kembang susut (shrink-
swell phenomena) dalam tanah tergantung banyak faktor, termasuk
kondisi hubungan makro-mikro yang tergantung di dalam suatu mineral
lempung. Segala perubahan bentuk yang terjadi di permukaan tanah,
terbukti berasal dari perubahan mikroorganisasi di dalam suatu partikel
lempung.
Secara teknis, tanah ini biasanya mengandung
mineral montmorillonite bermuatan negatif besar yang menyerap air
dengan mengisi rongga pori, sehingga tanahnya mengembang, dan
kekuatannya berkurang drastis.

Beberapa parameter umum dapat digunakan sebagai indikator tanah


ekspansif, antara lain:
Dari hasil laboratorium tanah, didapati : PI > 25 ; LL > 40 ; dan SL <
11
Alluvium berwarna gelap, seperti hitam, biru, atau coklat tua
(kadang-kadang ada bintik-bintik putihnya)
Sangat peka terhadap perubahan kadar air (potensi retak dan
mengembang)
Secara umum, sifat-sifat yang menonjol dari tanah ekspansif, adalah :
Berdaya dukung sangat rendah pada kondisi basah
Kembang susutnya sangat tinggi, sehingga berakibat sangat buruk
bilamana mengalami perubahan kadar air (timbul retak-retak pada
kondisi kering dan mengembang pada kondisi basah)
Berdasarkan penelitian Pusat Litbang Prasarana Transportasi, Balitbang
Kimpraswil (1992), distribusi tanah ekspansif di pulau Jawa meliputi :
Daerah pantai utara, yaitu pada ruas jalan Jakarta - Cikampek (Jawa
Barat), Demak - Kudus, Dempet - Godong, dan Semarang -
Purwodadi (Jawa Tengah). Juga di sepanjang ruas jalan Lamongan -
Gersik, dan Surabaya - Gersik (Jawa Timur).
Pada daerah perbukitan rendah, terdapat pada ruas jalan
Bojonegoro - Babat (Jawa Tengah) dan Ngawi - Caruban (Jawa
Timur).
Sementara pada daerah endapan vulkanik, tanah ekspansif
menyebar antara ruas jalan Yogya - Wates.

Tanah merupakan suatu himpunan mineral bahan organik dan endapan-


endapan yang relatif lepas (loose). Ikatan antar butiran tanah yang relatif
lemah dapat disebabkan oleh ikatan karbonat, zat organik atau oksida
yang mengendap diantara partikel-partikel. Ruang diantara partikel-
partikel ini dapat berisi air, udara atau campuran keduanya. Interaksi
fisika-kimiawi antara butiran tanah inilah yang menyebabkan antara lain
terjadinya fenomena kohesi dan sifat plastisitas dari tanah, termasuk sifat
kembang-susut. Sifat-sifat ini dipengaruhi oleh ukuran butiran tanah
secara langsung. Tanah kerikil atau pasir yang memiliki ukuran butiran
yang relatif besar (jika dibandingkan dengan lempung) memiliki harga
spesific surface yang sangat kecil, sehingga sifat interaksi butirannya
hanya dipengaruhi oleh mekanisme gravitasi saja. Oleh karena, itu sifat
kohesif, plastisitas dan kembang-susut hampir tidak terjadi pada tanah
kerikil dan pasir.

Pada lempung, karena ukuran butirannya kecil (berupa koloid dengan


ukuran <0,002 mm), maka tanah lempung dapat memiliki harga spesific
surface yang besar. Hal ini menunjukkan bahwa sifat tanah lempung
sangat dipengaruhi oleh interaksi antar butirannya, sehingga proses
kembang susut hanya terjadi pada tanah lempung.
Selain berdasarkan ukuran butirannya, identifikasi untuk menunjukkan
adanya sifat kembang susut pada tanah ekspansif adalah: Plastisitas
Indeks (PI), dan nilai aktivitas (A).
Faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya kenaikan potensi
kembang susut adalah susunan mineralogi lempung. Mineral lempung
yang berpotensi untuk menyebabkan perubahan volume tersebut adalah
montmorillonite, illite dan kaolinite biasanya tidak ekspansif, hanya saja
dapat menyebabkan perubahan tanah apabila memiliki ukuran butiran
yang sangat halus.

Problem tanah ekspansif umumnya bermula dari fluktuasi kadar air.


Pengembangan (heave) secara tidak seragam dihasilkan oleh perubahan
kadar air atau kondisi tanah yang tidak seragam, atau keduanya. Jika
fluktuasi-fluktuasi dalam kadar air terhadap waktu tersebut dapat
diminimumkan dan jika kadar air dalam tanah dapat dibuat seragam,
maka sebagian besar dari masalah dapat dicegah.

Penempatan struktur perkerasan di atas permukaan tanah akan


mengubah evapo-transpirasi dari permukaan. Perubahan dalam tataguna
lahan, seperti irigasi lanskap, akan mengubah kemampuan infiltrasi.
Perubahan-perubahan ini akan, pada gilirannya, mengubah kadar air dan
distribusinya dalam tanah. Jika perubahan-perubahan dalam kadar air
dapat diatur agar terjadi perlahan dan jika distribusi kadar air dapat dibuat
seragam, pe-ngembangan (heave) dapat diminimumkan.

Sejumlah besar negara-negara di U.S. menggunakan


perlakuan subgrade secara khusus untuk daerah-daerah yang
mengandung tanah ekspansif. Kriteria desain biasanya didasarkan pada
klasifikasi tanah. Baik prosedur klasifikasi USCS dan AASHTO Group
Index telah digunakan secara rutin. Beberapa negara bagian telah
mengembangkan kriteria perancangan empiris menggunakan test-test
khusus. Test-test ini mencakup potential vertical rise (PVR), expansion
index (EI), dan stabilometer (nilai R)

Pada penelitian tersebut digunakan dua jenis pemadatan, standar


proctor dan modified proctor, hal ini bertujuan untuk membandingkan
sejauh mana pengaruh jenis pemadatan pada besarnya potensi
pengembangan tanah asli maupun campuran yang akan diuji swelling.
Hasil dari pemadatan berupa kadar air optimum dan berat isi kering
(drydensity) akan digunakan dalam pencetakan sampel untuk uji swelling.
Uji swelling yang dilakukan menggunakan dua alat uji, yaitu perangkat alat
consolidometer test dan perangkat alat swelling pressure test (geonor)
Sumber:
http://ejournal.ftunram.ac.id/FullPaper/9-Ismail%20Hoesain.pdf 8.13
http://id.shvoong.com/exact-sciences/earth-sciences/2253731-definisi-
tanah-ekspansif/#ixzz2SnkOlp1K 8.21
http://e-versity.8m.com/concerto/Expans1.htm 8.31
http://konstruksimania.blogspot.com/2012/06/hati-hati-dengan-tanah-
ekspansif.html 8.37
http://statik.tempo.co/?id=122534&width=475 8.48
http://202.67.224.134/pdimage/05/s_1601405_geoneswelling.jpg 8.56

Anda mungkin juga menyukai