kebisingan ( 200 m kiri dan kanan jalan), serta air di sekitar lokasi dalam radius 500 m. Pengamatan
lapangan menunjukan bahwa arah sebaran polutan dan emisi lebih mengarah ke sejajar jalan karena
pengaruh pergerakan yang ditimbulkan oleh arus lalu lintas dari dan ke Pekalongan.
dimana
berlangsungnya interaksi sosial ekonomi dan budaya sesuai dinamika kelompok masyarakat, yang
diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar karena kegiatan pembangunan Jalan Tol
Pemalang-Batang. Jenis dampak besar dan penting terhadap komponen sosial yang menjadi
pertimbangan batas sosial adalah:
Kehilangan hak kepemilikan/penguasaan lahan, mata pencaharian dan menurunnya pendapatan yang
akan bermuara pada meningkatnya proses dissosiatif kegiatan pembebasan lahan;
4.
Batas Administratif Batas administratif merupakan ruang dimana masyarakat secara leluasa
melakukan kegiatan sosial ekonomi dan sosial budaya sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku di dalam ruang tersebut, dalam hal ini batas administratif meliputi Kabupaten Pemalang,
Kabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan dan Kabupaten Batang.
BAB III PELINGKUPAN Tabel 3. 1 Ringkasan Proses Pelingkupan Pengelolaan Lingkungan yang Sudah
Direncanakan No Sejak Awal Sebagai Bagian dari Rencana Kegiatan I. Tahap Prakonstruksi 1 Survey a.
UU No. 2 Tahun 2012 b. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2012 Deskripsi
Rencana Kegiatan yang Berpotensi Menimbulkan Dampak Lingkungan
Presepsi Masyarakat
Dampak Potensial
Keresahan Masyarakat
Pada saat survey untuk Disimpulkan keperluan perencanaan menjadi DPH teknis dan survey
inventarisasi untuk keperluaan pengadaan tanah akan menimbulkan presepsi masyarakat baik positif
dan negatif terhadap rencana pembangunan jalan tol ini, pada akhirnya akan menimbulkan keresahan
masyarakat yang akan mengganggu pelaksanaan selanjutnya kegiatan pembangunan jalan tol.
Wilayah Studi
Sepanjang Jalan Tol (39,2 km) dengan lebar ROW 60 m meliputi batas Administratif Kabupaten
Pemalang, Kabupaten Pekalongan, Kota pekalongan dan Kabupaten Batang
Pembebasan Lahan
Tidak ada
Kepemilikan Tanah
Konflik Sosial
Pendapatan Masyarakat
Rencana pembangunan jalan tol sepanjang 39,2 km membutuhkan tanah kurang lebih 343,77 Ha.
Tanah yang akan dibebaskan adalah tanah masyarakat, swasta dan pemerintah. Akan timbul
keresahan terhadap masa depan keluarga akibat kehilangan sumber mata pencahariann dan
pendapatan, yang kemudian memuncak menjadi konflik social akibat ketidakpuasan terhadap ganti
rugi yang diterima pada saat pembebasan lahan
Disimpulkan menjadi DPH Disimpulkan tidak menjadi DPH Disimpulkan tidak menjadi DPH
Selain perumahan, Disimpulkan lahan yang dibebaskan menjadi DPH berupa pesawahan milik
penduduk dimana sebagian besar tanaman yang ada diatasnya merupakan tanaman yang diusahakan
dan bernilai ekonomi sebagai slaah satu sumber pendapatan penduduk.
Sepanjang Jalan Tol (39,2 km) dengan lebar ROW 60 m meliputi batas Administratif Kabupaten
Pemalang, Kabupaten Pekalongan, Kota pekalongan dan Kabupaten Batang
II. Tahap Konstruksi Mobilisasi dan Tidak ada Demobilisasi Tenaga Kerja
Kualitas Udara
Peningkatan Peluang kerja dan Usaha Peningkatan Pendapatan Masyarakat
Tenaga kerja yang dibutuhkan berkisar 250 orang, yang mana sangat berarti bagi masyarakat
setempat terutama pada saat angka pengangguran yang masih cukup tinggi di wilayah studi. Selain itu
dapat membuka peluang usaha seperti warung makan/toko sebagai tempat istirahat pekerja sehingga
akan meningkat pula pendapatan masyarakat setempat. Pengangkutan material konstruksi seperti
pasir, batu split, bahan agregat, beton dan lain-lain dengan menggunakan truk melalui jalan umum
dapat menimbulkan debu dan gas pencemar. Pengangkutan material baik tanah untuk timbunan
maupun tanah hasil galian, serta bahan-bahan dari luar dengan frekuensi pengangkutan yang tinggi
(antara 30-50 trip/hari) akan meningkatkan debu,
Disimpulkan menjadi DPH Kabupaten Pemalang, Kabupaten Pekalongan, Kota pekalongan dan
Kabupaten Batang
Kebisingan
Peningkatan Kebisingan
Kebersihan Lingkungan
timbal dan gas pencemar terhadap lingkungan di sekitar lokasi kegiatan. Pengangkutan material
dengan menggunakan alat berat (dump truck) akan menimbulkan suara bising yang cukup tinggi
akibat adanya suara mesin kendaraan serta knalpot kendaraan, gesekan antara ban kendaraan dan
perkerasan jalan, percepatan kendaraan yang melewati daerah tanjakan ataupun jalan yang tidak
baik. Adanya ceceran tanah atau material konstruksi lain yang jatuh sewaktu diangkut ke lokasi
kegiatan, menyebabkan jalan dipenuhi oleh tanah atau material konstruksi lain.
Disimpulkan tidak menjadi DPH, namun harus dikelola dengan cara : Melakukan pembersihan
material konstruksi yang berceceran
Jalan yang akan di lalui alat berat pengangkut material ke lokasi pekerjaan
10
Pekerjaan Perkerasan
III.
UU No. 32 Tahun 2009
Lalu Lintas
Kegiatan ini menimbulkan dampak terlepasnya material konstruksi pada saat penghamparan,
pencampuran dan pemadatan, yang apabila terbawa air hujan ke sungai dapat menimbulkan
kekeruhan air permukaan. Tingkat pelayanan pada jalan akan mengalami penurunan terutama akibat
kendaraan proyek yang parker di lajur jalan atau menggunakannya sebagai tempat keluar masuk
kendaraan proyek. Sehingga kondisi lalu lintas yang melalui ruas jalan raya PemalangBatang akan
terganggu atau makin macet.
Jalan yang terputus oleh adanya Jalan dengan batas administratif Kabupaten Pemalang, Kabupaten
Pekalongan, Kota pekalongan dan Kabupaten Batang
11
Pengoperasian Jalan
Kualitas udara
Kebisingan
Peningkatan Kebisingan
Akan terjadi peningkatan jumlah kendaraan yang melewatinya, berakibat peningkatan polutan udara
yang terdiri dari gas pencemar (CO, NO2, SO2, Hidro Karbon) serta debu dan Pb yang bila tertiup
angin akan sampai pada pemukiman warga sekitar. Timbulnya kebisingan bersumber dari kendaraan
yang akan melewati jalan tol Pemalang-Batang selama 24 jam, yang akan dirasakan oleh warga sekitar
yang merupakan pemukiman. Pada awal pengoperasian jalan, dengan kondisi yang senggang akan
mendorong pengguna jalan untuk memacu kecepatan maksimum (100 km/jam). Kondisi permukaan
jalan yang terbuat dari lapis beton akan memperbesar faktor gesekan dengan roda mobil, sehingga
pada kondisi ban tidak standar akan berakibat kecelakaan
Disimpulakn menjadi DPH.
12
(pecah ban). Kondisi seperti ini biasa disebabkan oleh perilaku pengguna jalan yang merasa
mendapatkan kesempatan memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi, sehingga kemungkinan
terjadi pecah ban yang berakibat pada kecelakaan lalu lintas. 8
Pemeliharaan Jalan
Lalu Lintas
Adanya kegiatan Disimpulkan pemeliharaan jalan yang tidak menjadi meliputi perbaikan jalan DPH
yang rusak serta fasilitasfasilitasnya dapat menimbulkan gangguan lalu lintas sementara. Hal ini tidak
menimbulkan dampak penting potensial dikarnakan dampak yang terjadi sangat kecil serta
dilaksanakan sesuai dengan prosedur.
13
No
Dph
Data dan Informasi yang Relevan dan Dibutuhkan Parameter dari: a. Debu b. CO c. HC d. NOx e. Pb f.
O3
a. Data Primer : Pengambilan sampel dilapangan dengan menggunakan Multiple Impinge b. Data
Sekunder : Baku Mutu Kualitas Udara (PP RI No.41 Th 1999)
Parameter dari : a. Debu : Gravimetri (alat Hi-Volume Sampler) b. CO : NDIR (alat NDIR Analyzer) c. HC
: Flame Ionization (alat GC) d. NOx : Saltzman (alat Spektofotometer) e. Pb : Gravitimetri (alat
HiVolume Sampler) f. O3 : Spektofotometer (alat Chemiluminescent)
Metode Evaluasi (Tidak Per Individu Dampak Melainkan Secara Keseluruhan) Menggunakan metode
bagan alir Keterangan: Metode ini digunakan untuk menelaah hubungan holistic antar seluruh
dampak
14
II. Komponen Sosial Ekonomi Budaya Presepsi Penduduk Metode Analogi dengan melakukan
pendekatan terhadap dampak yang timbul akibat kegiatan sejenis yang telah berlangsung pada areal
tertentu ditempat yang sama atau lain dengan kondisi lingkungannya identic dengan lingkungan
wilayah studi.
a. Data Primer : Hasil wawancara terhadap responden dari pemukiman desa sekitar proyek tentang
tanggapan penduduk yang mencakup setuju dan tidak setuju terhadap rencana proyek beserta
alasannya