Anda di halaman 1dari 6

BAB II

PEMBAHASAN

A. Overview kasus
Kota Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar
2.123.210 jiwa dan tingkat pertumbuhan penduduk saat ini mencapai 0,97% pertahun.
Seiring dengan meningkatnya penduduk di Kota Medan, aktivitas pengguna kendaraan
bermotor di jalan juga meningkat. Diketahui Menurut data statistik Kota Medan dalam
Sumantri (2013) terdapat 5.315.181 kendaraan. Peningkatan jumlah kendaraan akan terus
meningkat setiap tahun dikarenakan daya beli masyarakat cukup tinggi dengan
perkembangan kendaraan baru setiap tahunnya.

Telah dilakukan penelitian di tiga titik lokasi yaitu di Jalan Gatot Subroto, Jalan
Sisingamangaraja, dan Jalan Gagak Hitam (Ring Road), menggunakan data kualitas udara
ambien dari Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara (BLH-PROVSU) dengan
parameter CO, SO2, NO2, HC, O3, PM-10, Pb dan TSP. Hasil penelitian menunjukkan
adanya  peningkatan kadar Hydrocarbon (HC) di masing-masing lokasi tersebut yang
melebihi ambang batas. Selain itu, di Jalan Gagak Hitam menunjukkan juga terjadinya
peningkatan kadar Partikel PM10 dan TSP yang melebihi ambang batas yang telah 
ditetapkan pemerintah. 

Berdasarkan penelitian kasus juga dihasilkan angkutan barang mendominasi penyebaran HC,
CO, PM10 dan TSP yang berlebihan. Hal ini disebabkan kondisi mesin kendaraan yang
kurang baik sehingga tidak mampu melakukan pembakaran bahan bakar fosil atau bahan
bakar minyak (BBM) yang sempurna. 

B. Metode analisis

Dalam analisis kasus asap kendaraan bermotor di Kota Medan yang mengakibatkan
pencemaran udara, digunakan metode analisis kausalitas. Metode tersebut merupakan
analisis sebab-akibat (cause-effect analyze) dari suatu peristiwa yang berdampak negatif
terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup. Analisis dapat dilakukan pendekatan
sebab dan akibat. Selain itu, dapat juga menggunakan bagan tulang ikan (fishbone analysis).
Analisis Bagan Tulang Ikan
Faktor penyebab (variable X):

1. Manusia:
- Semua aktifitas perkantoran, seperti menggunakan mobil pribadi, angkot atau taxi, bis
mikro, bus, sepeda motor
- Perdagangan
Mobilitasnya menggunakan angkutan barang, seperti pick up, truck, dan lain-lain yang
dilakukan di daerah Kota Medan sehingga terjadinya penumpukan dan kepadatan lalu
lintas di jalan tersebut.

2. Mesin:
- Peningkatan kadar Hidrocarbon (HC)
Hidrocarbon merupakan senyawa yang dihasilkan dari emisi kendaraan bermotor, serta
pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna. Hidrokarbon sendiri dapat memberikan
dampak yang berbahaya, contohnya menyebabkan leukimia dan kanker manusia. Pada
kasus ini, hidrokarbon dihasilkan oleh kondisi mesin yang kurang baik sehingga
menghasilkan HC yang berlebih

- Kondisi mesin
Pengangkut barang yang berlebihan dengan kapasitas yang tidak sesuai dengan muatan
dapat menghambat laju pembakaran bahan bakar fosil yang tidak sempurna. Hal ini dapat
menyebabkan emisi yang dikeluarkan kendaraan mengandung 
partikel-partikel kimia yang berlebih

3. Material:

Kota Medan sudah tercemar akibat kepadatan lalu lintas di ketiga lokasi penelitian dimana
terdapat kadar Karbon Monoksida (CO) yang mendekati ambang batas dan kadar Hidrokarbon
(HC), Partikel Debu (PM10) dan Total Suspended Particulate (TSP) yang telah melebihi
ambang batas yang telah ditetapkan pemerintah. Menurut hasil pengamatan di lokasi
penelitian, penyebaran partikel debu yang berlebihan tersebut disebabkan kondisi kendaraan
angkutan barang yang kotor penuh dengan sisa-sisa tanah dan  lumpur bekas dari lokasi kerja.
Kinerja lalu lintas yang padat dan menumpuk di satu lokasi jalan (macet) mengakibatkan
siklus udara tidak dapat bergerak sehingga menimbulkan untuk TSP pencemaran yang begitu
besar.
4. Metode

Chandra (2007) mengatakan indikator yang paling baik dalam menentukan derajat suatu
kasus pencemaran adalah dengan cara mengukur atau memeriksa kadar Karbon Monoksida
(CO), Hidrokarbon (HC), Partikel Debu (PM10) dan Total Suspended Particulate (TSP). Hasil
pengukuran dinyatakan dalam satuan milligram atau mikrogram partikel per meter kubik
udara.

Faktor Akibat (Y):

Akibat yang ditimbulkan dari beberapa faktor penyebab pencemaran udara di Kota Medan,
terutama yang berasal dari kendaraan bermotor terdiri dari berbagai macam. Baik itu dampak
yang berpengaruh terhadap lingkungan, kesehatan, maupun masyarakatnya.

C. Dampak Pencemaran Udara

1. Bagi lingkungan
Pencemaran udara merupakan suatu masalah yang masih menjadi perhatian karena tidak ada
kepentingan ekologi lagi untuk menjadi bagian dari harian kehidupan setiap orang, terutama
mereka yang terus menderita akibat dari awan beracun meliputi langit kota-kota besar.
Sumber dari pencemaran udara sangat beragam, salah satunya adalah berasal dari asap
kendaraan bermotor. Polutan yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor, di antaranya adalah
carbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NOx), hidrokarbon (HC), Sulfur dioksida (SO2),
timah hitam (Pb) dan karbon dioksida (CO2). Dari beberapa jenis polutan ini, karbon
monoksida (CO) merupakan salah satu polutan yang paling banyak yang dihasilkan oleh
kendaraan bermotor.
Beberapa dampak pencemaran udara dari asap kendaraan bagi lingkungan, yaitu
- Terjadinya hujan asam 
- Kerusakan lapisan ozon stratosfer
- Efek rumah kaca
- Perubahan iklim global

Kendaraan bermotor yang mengeluarkan zat-zat pencemar udara menimbulkan dampak


terhadap lingkungan atmosfer, seperti hujan asam, efek rumah kaca, dan perubahan iklim
global.

1.       Efek rumah kaca

Asap kendaraan bermotor dapat menghasilkan gas CO 2  dan NOx yang menjadi salah satu gas
yang terperangkap di dalam lapisan bumi  atau atmosfer karena terhalang oleh efek rumah
kaca. Permukaan bumi menghangat pada siang hari karena adanya penyerapan energi surya,
dan mendingin pada malam hari dengan memancarkan sebagian energinya ke ruang angkasa
berupa radiasi inframerah. Gas rumah kaca lainnya, seperti metana (CH 4), klorofluorokarbon
(CFC), uap air, nitrogen oksida (NO 2) dan gas lainnya akan menyelimuti bumi dan membuat
bumi tetap hangat pada malam hari dengan cara menghalangi panas yang terpancar dari bumi
keluar dari atmosfer sehingga suhu bumi meningkat.

Dengan kata lain, saat panas matahari mencapai atmosfer bumi, sebagian panas akan
dipantulkan kembali ke angkasa sedangkan panas matahari lainnya akan diserap bumi untuk
menghangatkan suhu bumi. Kemudian, panas yang dipantulkan bumi akan terjebak di
atmosfer karena gas rumah kaca di atmosfer yang menyerap panas. Hal tersebut disebut juga
"efek gas rumah kaca", dengan CO2 sebagai komponen utamanya. Selain itu, fenomena ini
akan meningkatkan suhu bumi (pemanasan global) yang akan menyebabkan es padat di
kutub utara maupun selatan mencair (makhluk hidup kehilangan habitat), perubahan iklim,
dan penipisan lapisan ozon. Penipisan lapisan ozon ini dapat menyebabkan luka bakar
bahkan kanker kulit karena sinar ultraviolet langsung mengenai permukaan kulit tubuh.

2.       Hujan Asam

Sulfur yang dihasilkan pada bahan bakar minyak kendaraan bermotor dapat bereaksi dengan
oksigen  membentuk sulfur dioksida (SO2), yang merupakan salah satu polutan udara. Selain
itu, sulfur dioksida dan nitrat oksida bereaksi dengan uap air dan bahan kimia lainnya di
lapisan atas atmosfer dihadapan sinar matahari untuk membentuk asam sulfat dan asam
nitrat. Asam yang terbentuk biasanya terlarut dalam tetesan air yang jatuh ke dalam awan
atau kabut. Tetesan sarat asam ini, turun dari udara ke tanah bersama hujan atau salju. Hal ini
dikenal sebagai hujan asam.

Dampak hujan asam terhadap lingkungan:

 Pada tanah
Sebenarnya tanah mampu menetralkan asam tertentu, tetapi jumlah besar yang dihasilkan
dengan kandungan sulfur tinggi telah melampaui batas kemampuan tanah. Seperti
contohnya, banyak danau dan sungai seperti New York, Pennsylvania, dan Michigan
menjadi sangat asam bagi kehidupan ikan 

 Hutan juga akan mengalami kerusakan secara perlahan karena menyerap asam melalui
daun, batang, dan akar. Tanah yang ada berada di area hujan asam pun dapat terjadi
penurunan kesuburan karena asam yang dihasilkan. Oleh karena itu, ekosistem hutan,
baik itu tumbuhan maupun tanah akan rusak dan terganggu.

 Ekosistem Air

Dampak pada ekosistem air karena laut menyerap banyak gas CO2, sebagai
konsekuensinya, perairan menjadi lebih asam. Hal ini menyebabkan terganggunya  rantai
makanan di dalam air terhadap terumbu karang dan sejumlah konsekuensi lainnya

3. Rusaknya lapisan Ozon

Ozon merupakan salah satu lapisan atmosfer yang biasanya terletak lapisan pada lapisan
stratosfer. Lapisan ozon ini digunakan untuk melindung bumi dari pengaruh cahaya
ultraviolet. Dampak yang ditimbulkan apabila tidak adanya lapisan ozon, di antaranya adalah
adanya radiasi cahaya ultraviolet mencapai permukaan bumi, menyebabkan kematian
organisme, tumbuhan menjadi kerdil, menimbulkan mutasi genetik, menyebabkan kanker
kulit atau kanker retina mata. Kerusakan atau menipisnya lapisan ozon dapat disebabkan oleh
Chlorofluorocarbon (CFC), Halons, Karbon tetraklorida, Bromida. Selain itu, asap kendaraan
bermotor juga dapat menyebabkan kerusakan karena gas karbon monoksida yang
dihasilkannya. Asap-asap kendaraan tersebut akan naik ke atas menyebabkan kerusakan
lapisan ozon di atmosfer yang seharusnya dapat menahan sinar ultraviolet masuk ke bumi.
Hal tersebut juga dapat meningkatkan suhu bumi (pemanasan global) akibat dari sinar
ultraviolet yang langsung menembus permukaan bumi.

2. Bagi masyarakat

Masyarakat sebagai pengguna kendaraan bermotor setiap hari merupakan pelaku dari


pencemaran udara. Zat kimia dari kendaraan bermotor yang memberikan dampak negatif
bagi kesehatan tidak dirasakan langsung bagi pengguna kendaraaan bermotor/masyarakat.
Akan tetapi, jangka panjang dari efek zat kimia ini akan merusak tubuh manusia. Salah
satunya Pb sebagai gas buang kendaraan bermotor dapat membahayakan kesehatan
dan merusak lingkungan. Pb yang terhirup oleh manusia setiap hari akan diserap, disimpan
dan kemudian ditabung da dalam darah. Bentuk Kimia Pb merupakan faktor penting yang
mempengaruhi sifat -sifat Pb di dalam tubuh. Di dalam tubuh, Pb dapat menyebabkan
keracunan akut maupun keracunan kronik. Jumlah Pb minimal di dalam darah yang dapat
menyebabkan keracunan berkisar antara 60-100 mikro gram per 100 ml darah. Pada
keracunan akut biasanya terjadi karena masuknya senyawa timbal yang larut dalam
asam atau menghirup uap Pb tersebut. Gejala - gejala yang timbul berupa mual, muntah, sakit
perut hebat, kelainan fungsi otak, anemia berat, kerusakan ginjal bahkan kematian dapat
terjadi dalam 1-2 hari. Kelainan fungsi otak terjadi karena Pb ini secara kompetitif
menggantikan mineral mineral utama seperti seng, tembaga, dan besi dalam mengatur fungsi
mental kita.

D. Tindakan preventif

Tindakan preventif yang diperlukan (sudah dilakukan) untuk meminimalisir pencemaran:


Pengendalian pencemaran udara yang sudah dilakukan yaitu dengan adanya peraturan
perundangan yang mengatur tentang upaya pengendalian pencemaran lingkungan khususnya
pencemaran udara yaitu undang-undang Ketentuan Pokok Pengelolaan lingkungan Hidup
yang salah satunya diterapkan pada sektor transportasi. Selain itu, ada Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara yang
membahas tentang perlindungan mutu udara, penanggulangan dan juga pengendalian
pencemaran udara yang salah satunya mengendalikan pencemaran udara dari sumber
bergerak.

Sistem pengelolaan kualitas udara dilakukan berdasarkan suatu siklus. Siklus pengelolaan
kualitas udara (air quality management system) dimulai dari pemantauan kualitas udara
ambien (lingkungan), kemudian evaluasi analisa kualitas udara dan dampaknya berdasakan
level polutan tertinggi, selanjutnya penetapan sasaran berdasarkan National Ambient Air
Quality Standards (NAAQS), kemudian dilakukan perencanaan strategi pengendalian, dan
terakhir bagaimana pelaksanaannya dalam mengendalikan pencemaran udara, lalu kembali
lagi ke tahap awal yaitu pemantauan apabila dibutuhkan.

Selain itu, juga bisa dengan berbagai upaya seperti pencegahan pencemaran udara dengan
mengganti kendaran bermotor dengan bersepeda atau jalan kaki dimana ini butuh sosialisasi
kepada masyarakat apabila mereka tidak menerima upaya ini maka bisa dengan menyediakan
angkutan umum saja supaya tidak terlalu banyak kendaraan pribadi yang beroperasi sehingga
menimbulkan polusi. Tindakan preventif lain supaya tidak terjadi pencemaran udara secara
besar maka bisa dengan pengawasan.

Terdapat beberapa langkah dalam mengendalikan pencemaran udara berdasarkan pendekatan


pengendalian, yaitu tindakan preventif dengan mengurangi emisi, daur ulang (reycle), desain
ulang (redesign), implementasi Resource Efficient & Cleaner Production (produksi bersih
yang targetnya energi, air, dan bahan baku), dan pengelolaan end of pipe (limbah).

Anda mungkin juga menyukai