Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

FAKTOR RISIKO POLUSI UDARA TERKAIT KESEHATAN

Oleh :

KELOMPOK III

1. Anggun Emelia 1806167693

2. Desi Putri Utami 1806253886

3. Eka Triana          1806253980

4. Febri Hardiyanti 1806254056

5. Hanifatun Nisa Ath Thoriqoh 1806168065

6. Iqbal Ardiansyah          1806254213

7. Redi Yudha Irianto         1806168595

8. Rima Maulida Hidayati          1806168664
PROGRAM PASCASARJANA ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK, 2018

A. Pencemaran Udara Akibat Gas Buang Kendaraan Bermotor

Pencemaran udara akibat gas buang kendaraan bermotor di kota-kota besar saat
ini makin tinggi. Dari berbagai sumber bergerak seperti mobil penumpang, truk, bus,
lokomotif kereta api, kapal terbang, dan kapal laut, kendaraan bermotor saat ini
maupun dikemudian hari akan terus menjadi sumber yang dominan dari pencemaran
udara di perkotaan. Di DKI Jakarta, kontribusi bahan pencemar dari kendaraan
bermotor ke udara adalah sekitar 70 %.

Walaupun gas buang kendaraan bermotor terutama terdiri dari senyawa yang tidak
berbahaya seperti nitrogen, karbon dioksida dan uap air, tetapi didalamnya terkandung
juga senyawa lain dengan jumlah yang cukup be sar yang dapat membahayakan gas
buang membahayakan kesehatan maupun lingkungan. Bahan pencemar yang terutama
terdapat didalam gas buang buang kendaraan bermotor adalah karbon monoksida
(CO), berbagai senyawa hindrokarbon, berbagai oksida nitrogen (NOx) dan sulfur
(SOx), dan partikulat debu termasuk timbel (PB). Bahan bakar tertentu seperti
hidrokarbon dan timbel organik, dilepaskan ke udara karena adanya penguapan dari
sistem bahan bakar. Lalu lintas kendaraan bermotor, juga dapat meningkatkan kadar
partikular debu yang berasal dari permukaan jalan, komponen ban dan rem. Setelah
berada di udara, beberapa senyawa yang terkandung dalam gas buang kendaraan
bermotor dapat berubah karena terjadinya suatu reaksi, misalnya dengan sinar
matahari dan uap air, atau juga antara senyawa-senyawa tersebut satu sama lain.
Proses reaksi tersebut ada yang berlangsung cepat dan terjadi saat itu juga di
lingkungan jalan raya, dan adapula yang berlangsung dengan lambat.

Reaksi kimia di atmosfer kadangkala berlangsung dalam suatu rantai reaksi yang
panjang dan rumit, dan menghasilkan produk akhir yang dapat lebih aktif atau lebih
lemah dibandingkan senyawa aslinya. Sebagai contoh, adanya reaksi di udara yang
2
mengubah nitrogen monoksida (NO) yang terkandung di dalam gas buang kendaraan
bermotor menjadi nitrogen dioksida (NO2 ) yang lebih reaktif, dan reaksi kimia antara
berbagai oksida nitrogen dengan senyawa hidrokarbon yang menghasilkan ozon dan
oksida lain, yang dapat menyebabkan asap awan fotokimi (photochemical smog).

Pembentukan smog ini kadang tidak terjadi di tempat asal sumber (kota), tetapi
dapat terbentuk di pinggiran kota. Jarak pembentukan smog ini tergantung pada
kondisi reaksi dan kecepatan angin. Untuk bahan pencemar yang sifatnya lebih stabil
sperti limbah (Pb), beberapa hidrokarbon-halogen dan hidrokarbon poliaromatik,
dapat jatuh ke tanah bersama air hujan atau mengendap bersama debu, dan
mengkontaminasi tanah dan air. Senyawa tersebut selanjutnya juga dapat masuk ke
dalam rantai makanan yang pada akhirnya masuk ke dalam tubuh manusia melalui
sayuran, susu ternak, dan produk lainnya dari ternak hewan. Karena banyak industri
makanan saat ini akan dapat memberikan dampak yang tidak diinginkan pada
masyarakat kota maupun desa. Emisi gas buang kendaraan bermotor juga cenderung
membuat kondisi tanah dan air menjadi asam. Pengalaman di negara maju
membuktikan bahwa kondisi seperti ini dapat menyebabkan terlepasnya ikatan tanah
atau sedimen dengan beberapa mineral/logam, sehingga logam tersebut dapat
mencemari lingkungan.

Dampak pencemaran udara yang diakibatkan oleh emisi


gas buang kendaraan bermotor terhadap kesehatan maupun lingkungan

Gambar 1. Ilustrasi Proses Pemanasan Global

3
Tidak semua senyawa yang terkandung di dalam gas buang kendaraan bermotor
diketahui dampaknya terhadap lingkungan selain manusia. Beberapa senyawa yang
dihasilkan dari pembakaran sempurna seperti CO2 yang tidak beracun, belakangan ini
menjadi perhatian orang. Senyawa CO2 sebenarnya merupakan komponen yang
secara alamiah banyak terdapat di udara. Oleh karena itu CO2 dahulunya tidak
menepati urutan pencemaran udara yang menjadi perhatian lebih dari normalnya
akibat penggunaan bahan bakar yang berlebihan setiap tahunnya. Pengaruh CO2
disebut efek rumah kaca dimana CO2 diatmosfer dapat menyerap energi panas dan
menghalangijalanya energi panas tersebut dari atmosfer ke permukaan yang lebih
tinggi. Keadaan ini menyebabkan meningkatnya suhu rata -rata di permukaan bumi
dan dapat mengakibatkan meningginya permukaan air laut akibat melelehnya
gununggunung es, yang pada akhirnya akan mengubah berbagai sirklus alamiah.

Pengaruh pencemaran SO2 terhadap lingkungan telah banyak diketahui. Pada


tumbuhan, daun adalah bagian yang paling peka terhadap pencemaran SO2, dimana
akan terdapat bercak atau noda putih atau coklat merah pada permukaan daun. Dalam
beberapa hal, kerusakan pada tumbuhan dan bangunan disebabkan karena SO 2 dan
SO3 di udara, yang masing-masing membentuk asam sulfit dan asam sulfat. Suspensi
asam di udara ini dapat terbawa turun ke tanah bersama air hujan dan mengakibatkan
air hujan bersifat asam. Sifat asam dari air hujan ini dapat menyebabkan korosif pada
logam-logam dan rangka -rangka bangunan, merusak bahan pakaian dan tumbuhan.
Oksida nitrogen, NO dan NO2 berasal dari pembakaran bahan bakar fosil. Pengaruh
NO yang utama terhadap lingkungan adalah dalam pembentukan smog. NO dan NO2
dapat memudarkan warna dari serat-serat rayon dan menyebabkan warna bahan putih
menjadi kekuning-kuningan. Kadar NO2 sebesar 25 ppm yang pada umumnya
dihasilkan adari emisi industri kimia, dapat menyebabkan kerusakan pada banayak
jenis tanaman. Kerusakan daun sebanyak 5 % dari luasnya dapat terjadi pada
pemajanan dengan kadar 4-8 ppm untuk 1 jam pemajanan. Tergantung dari jenis
tanaman, umur tanaman dan lamanya pemajanan, kerusakan terjadi dapat bervariasi.
Kadar NO2 sebesar 0,22 ppm dengan jangka waktu pemajanan 8 bualan terus
menerus, dapat menyebabkan rontoknya daun berbagai jenis tanaman.

Pada umumnya dalam berbagai kasus pencemaran udara, dalam hal ini
pencemaran udara yang diakibatkan oleh gas buang emisi kendaraan bermotor,

4
dibutuhkan upaya segera dalam penanggulangannya. Pemantauan udara kerana
pencemara emisi telah dilaksanakan di DKI Jakarta. Hasil pemantauan pada tahun
1996 yang dilakukan dalam suatu studi oleh JICA, menunjukan bahwa diantara
berbagai bahan pencemaran yang dipantau, jenis pencemar udara yang sering
dilampaui kreteria mutu udara, adalah partikulat dan hidrokarbon (non-metan).
Walaupun hasil penelitian mengenai dampak pencemaran kedua parameter tersebut
masih belum konsisten, mengingat dampak yang telah disebutkan di atas, maka
pencemaran partikulat dan hidrokarbon yang dicurigai dapat bersifat karsinogenik dan
mutagenik, perlu diwaspadai. Di dalam pengendalian pencemaran udara, seringkali
teknologi yang tepat belum tentu menjamin dapat segera terlaksananya upaya
tersebut.

Pertimbangan segi ekonomi sering menjadi kendala utama. di lain pihak kadang
pemecahan tidak segera dapat ditemukan karena kurangnya fasilitas teknologi yang
ada. Dalam keadaan seperti ini maka upaya pengendalian pencemaran terhadap
lingkungan dapat dilakukan secara administratif dengan menerapkan peraturan
perundangan yang telah ada secara ketat.

B. Cara Deteksi Terjadinya Polusi Udara untuk Early Warning System dan Long
Term Monitoring
1. Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU).
Indeks Standar Pencemar Udara adalah angka yang tidak mempunyaisatuan
yang menggambarkan kondisi kualitas udara ambien di lokasidan waktu tertentu
yang didasarkan kepada dampak terhadap kesehatanmanusia, nilai estetika dan
makhluk hidup lainnya (Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45
tahun 1997).ISPU dapat digunakan sebagai bahan informasi kepada masyarakat
tentang kualitas udara ambien dilokasi dan waktu tertentu dan bahan
pertimbangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam melaksanakan
pengelolaan dan pengendalian pencemaran udara.
Rentang Indeks Standar Pencemar Udara dapat dilihat pada tabel berikut:

5
Pemerintah Indonesia menetapkan 5 parameter pencemar, yaitu partikel debu
(PM10), sulfur dioksida (SO2), karbon monoksida (CO), ozon (O3), dan nitrogen
dioksida (NO2). Perhitungan dan pelaporan serta informasi Indeks Standar
Pencemar Udara ditetapkan oleh Kepala Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan No. 107 Tahun 1997, memuat diantaranya adalah:
a. Parameter-parameter dasar untuk Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU)
dan periode waktu pengukuran

Catatan:
1) Hasil pengukuran untuk pengukuran kontinyu dimbil rata-rata tertinggi
waktu pengukuran
2) ISPU disampaikan kepada masyarakat setiap 24 jam dari rata-rata
sebelumnya (24 jam sebelumnya)
3) Waktu terakhir pengambilan data dilakukan pada pukul 15.00 Waktu
Indonesia Bagian Barat (WIBB)
6
4) ISPU yang dilaporkan kepada masyarakat berlaku 24 jam ke depan
(pukul 15 tanggal n) sampai pukul 15.00 tanggal (n+1)
b. Angka dan kategori Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU)

c. Pengaruh Indeks Standar Pencemar Udara untuk setiap parameter pencemar

Pencemar atau polutan di udara biasanya dikonversi menjadi satu nilai indeks
yang ditampilkan pada stasiun pemantau udara. Hal ini dapat bersifat sebagai public
awareness atau public warning.
a. Public awareness terkait ISPU adalah peningkatan kesadaran masyarakat perihal
kualitas udarauntuk setiap harinya. Stasiun pemantau kualitas udara
yangmenerapkan sistem publicawareness ini hanya sepertimemberikan informasi
kepadamasyarakat agar masyarakatsekedar tahu dan lebih sadar(aware) akan
kualitas udara dankemungkinan pencemaran udarayang terjadi serta
efeknyaterhadap masyarakat, lingkungan,dan mahkluk hidup.
b. Public warning terkait ISPUadalah sarana peringatan dini bagimasyarakat
terutama bila kualitasudaranya sudah masuk ke dalamgolongan yang cukup
berbahaya.Untuk stasiun pemantau kualitasudara yang menerapkan sistempublic

7
warning ini seringkalimenyediakan data yang beradasatu tingkat bahaya
diatasnya agarmasyarakat mendapatkanperingatan dan segera bertindakuntuk
menghindari terjadinyabahaya dari efek yang mungkindihasilkan dari kualitas
udara tersebut (Sianipar, 2017).

2. Deteksi dan monitoring polusi udara berbasis Array Sensor Gas


Dengan tingkat kemajuan teknologi yang berkembang pesat di bidang
teknologi sensor, elektronika, dan komputer dapat dibuat sebuah alat pendeteksi
polutan udara yang mampu melakukan deteksi dan monitoring polusi udara yang
berbasis array sensor gas metal oksida. Sensor metal oksida adalah sensor gas
dengan harga yang sangat terjangkau dan memiliki sensitivitas yang cukup baik pada
beberapa jenis gas sekaligus. Larik (array) sensor gas berfungsi sebagai perangkat
yang melakukan pendeteksian gas-gas polutan sedangkan perangkat mikrokontroler
berfungsi sebagai pengolah data yang berupa besar tegangan keluaran setiap sensor
saat terpapar ke gas polutan tertentu. Sensor-sensor dengan kemampuan mendeteksi
gas-gas yang sejenis pada larik sensor dapat digunakan untuk meningkatkan akurasi
pedeteksian. Pada perangkat mikrokontroler yang sudah di-install program untuk
menjalankan algoritma deteksi dan pengukuran tingkat polutan, akan dilakukan
analisis mengenai jenis polutan dan tingkat konsentrasinya. Hasil analisis ini
kemudian ditampilkan pada layar LCD sehingga pengguna dapat langsung membaca
hasil pengukuran polutan di tempat tersebut.
Sistem Deteksi dan Monitoring Polusi Udara Berbasis Array Sensor Gas dapat
digunakan untuk melakukan deteksi dan monitoring gas-gas polutan hidrogen sulfida
(H2S), karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), etanol (C2H5OH), amoniak
(NH3), butana (C4H10), dan hidrogen (H2) dengan menampilkan hasil deteksi
pengukuran pada layar LCD 16x2 karakter. Sensor TGS 6812 kurang cocok untuk
digunakan pada pendeteksian polusi udara di jalan raya karena hanya sensitif
terhadap konsentrasi gas yang tinggi.

8
Gambar Array Sensor
3. Sistem monitoring polusi udara portabel berbasis koordinat GPS(Global
Positioning System)
Alat monitoring portable berbasi koordinat GPS ini dapat memantau tingkat
polusi udara di tempat-tempat tertentu, tanpa harus menambah jumlah alat, sehingga
biaya pembuatan dan biaya perawatan menjadi lebih sedikit dibandingkan alat
monitoring yang tetap di satu tempat. Alat ini mampu mendeteksi dan mengukur
konsentrasi polutan yang bersifat mudah dibawa kemana-mana (Tuesnadi, 2016).
Sistem GPS ini dibuat alat monitoring polusi udara dengan memanfaatkan
mikrokontroler ATmega32 dan parameter yang akan diukur, yaitu CO, HC, NO2,
suhu, kelembapan, partikel debu, intensitas cahaya dan memberikan informasi titik
koordinat tempat, di mana alat monitoring berada. Kadar gas CO dideteksi
menggunakan sensor TGS 2600, untuk mengukur kadar gas NO2 dan HC
menggunakan sensor TGS 2201, untuk mengukur suhu dan kelembapan
menggunakan sensor SHT11, sensor GP2Y1010AU0F untuk mengukur banyaknya
partikel debu, sensor LDR untuk mengukur intensitas cahaya, sedangkan GPS U-blox
NEO 6M untuk mengirimkan titik koordinat tempat yang sedang di pantau kadar
polutannya (Tuesnadi, 2016).

C. Komponen Udara yang Dapat Menyebabkan Gangguan Kesehatan Masyarakat


Menurut Peraturan Pemerintah No 41 Tahun 1999, parameter pencemar udara
ambien meliputi Sulfur Dioksida (SO2), Karbon Monoksida (CO), Nitrogen Dioksida
(NO2), Oksidan (O3), Hidrokarbon (HC), PM 10, PM 2,5, TSP (debu), Pb (Timah
Hitam), dustfall (debu jatuh). Zat-zat pencemar udara ini pada tingkat konsentrasi
tertentu, dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan dapat terjadi
baik secara mendadak atau akut, maupun menahun atau kronis (Budiyonno, 2010).
1. Sumber Pencemar Udara
Secara garis besar zat pencemar udara berasal dari 2 sumber, yaitu :
a. Natural source atau sumber alamiah misalnya letusan gunung berapi (SO2,
H2S, SO4, dan partikulat), kebakaran hutan (Hidrokarbon), dekomposisi
bahan organik (CH4), nitrifikasi dan denitrifikasi
b. Antropogenic source atau dari kegiatan manusia misalnya transportasi/
kendaraan , pembakaran (kompor, perapian) dan emisi pabrik, yang
menghasilkan Karbon Monoksida (CO), Oksida Sulfur (SOx), Oksida

9
Nitrogen (NOx), Partikulat, Hidrokarbon (HC), oksida fotokimia termasuk
ozon.
2. Komponen Udara yang dapat menyebabkan Gangguan Kesehatan
a. Karbon Monoksida (CO)
Gas buang kendaraan bermotor yang paling banyak dihasilkan adalah
Karbon Monoksida (CO) yaitu sebesar 71%. CO adalah gas yang tidak
berwarna, tidak menyebabkan iritasi, tidak berbau, tidak berasa yang
ditemukan di udara dalam ruangan dan luar ruangan. Pajanan gas CO pada
kadar rendah dapat menyebabkan perubahan neorologik, aktivitas menurun,
kenaikan hemotokrit dan perubahan pada fetus atau janin bagi wanita hamil.
Sedangkan pajanan pada kadar tinggi atau dampak akut pajanan gas CO dapat
menyebabkan kematian. Gas CO yang masuk ke dalam tubuh dapat terikat
lebih kuat dengan hemoglobin dalam membentuk karboksihaemoglobin
(COHb). Hal ini mengakibatkan terhambatnya pasokan oksigen ke dalam
tubuh (Kusuma dalam Aprilia, et al., 2017)
Kadar konsentrasi CO dalam darah dapat menimbulkan berbagai macam
efek dan gejala klinis. Dapat dilihat dari tabel dibawah ini (Sentra Informasi
Keracunan Badan POM, 2001):

Konsentrasi CO dalam
Gejala-gejala
darah
Kurang dari 20% Tidak ada gejala
20% Nafas menjadi sesak
30% Sakit kepala, lesu, mual, nadi dan pernafasan
meningkat sedikit
30%-40% Sakit kepala berat, kebingungan, hilang daya
ingat, lemah, hilang daya koordinasi gerakan
40% -50% Kebingungan makin meningkat, setengah sadar
60% -70% Tidak sadar, kehilangan daya mengontrol faeces
dan urin

70% -89% Koma, nadi menjadi tidak teratur, kematian karena


kegagalan pernafasan
Tabel : Kadar konsentrasi CO dalam dara
b. Sulfur Dioksoda (SO2)
Polutan SO2 berasal dari emisi pabrik atau kegiatan industri,
pembakaran bahan bakar fosil, dan gunung berapi (Jacobson dalam Cahyono,
2011). Polutan SO2 dapat menimbulkan iritasi sistem pernapasan pada
10
manusia. Kadar SOx 8-12 ppm dapat menimbulkan iritasi pada tenggorokan
(Depkes RI, 2007). SO2 dianggap pencemar yang berbahaya bagi kesehatan
terutama terhadap orang tua dan penderita yang mengalami penyakit kronis
pada sistem pernapasan kardiovaskular. Individu dengan gejala penyakit
tersebut sangat sensitif terhadap kontak dengan SO2, meskipun dengan kadar
yang relatif rendah (Zakaria & Azizah, 2013).
Kadar SO2 yang berpengaruh terhadap gangguan kesehatan adalah
sebagai berikut (Depkes RI, 2007):

c. Nitrogen Dioksida (NO2)


Nitrogen mempunyai tiga macam bentuk yang sifatnya berbeda satu
sama lain, yaitu Nitrous Oxide (N2O), Nitric Oxide (NO), dan Nitrogen
Dioksida (NO2). N2O merupakan gas yang tidak berwarna dan dapat
menyerap sinar UV, dan dapat mempengaruhi terjadinya perubahan iklim. NO
merupakan gas yang tidak stabil dan dapat teroksidasi menjadi Nitrogen
Dioksida (NO2). NO2 merupakan gas toksik bagi manusia dan dapat
menimbulkan gangguan pernapasan. Nitrogen Dioksida (NO2) dapat
11
membentuk Asam Nitrit (HNO2) dan Asam Nitrat (HNO3) yang dapat
merusak jaringan mucuos (Sumantri, 2010).
d. Ozon (O3)
Ozon (O3) merupakan gas yang tidak berwarna dan merupakan
komponen kabut. Senyawa gas ozon dihasilkan oleh reaksi kimia
nitrogenoksida dengan senyawa kimia organik misalnya senyawa hidrokarbon
yang keluar dari knalpot kendaraan. Senyawa kimia ozon dapat menimbulkan
gangguan sistem pernapasan manusia, luka hidung, gangguan tengorokan
dengan gejala sakit tenggrorokan, batuk-batuk dan sakit kepala (Suharto,
2011).
e. Partikulat
Bahan partikulat adalah bahan padat atau tetesan cairan dari asap debu,
abu terbang atau uap yang dapat menyebabkan terbentuknya suspensi diudara
dalam waktu relatif lama. Secara kimia bahan partikulat mempunyai ukuran
partikel antara 0,005 mikrometer sampai ukuran 50-100 mikrometer. Bahan
partikulat ini berasal dari semua hasil pembakaran, khususnya dari
pembakaran tidak sempurna. Sumber lainnya adalah perapian atau
pembakaran tungku di rumah tangga. Bahan partikulat dapat menyebabkan
gangguan pernapasan, jantung, gejala flu, dan asma (Suharto, 2011).

12
D. Sumber Data yang Bisa Dimanfaatkan untuk Mengenali Terjadinya Polusi
Udara
Polusi udara merupakan salah satu faktor risiko kesehatan pada manusia.Polusi
udara diketahui dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan di dunia, seperti
infeksi saluran pernapasan, penyakit jantung, paru-paru, hingga kanker. Beberapa
jenis polutan yang menjadi perhatian dalam isu polusi udara ini meliputi particulatte
matter (PM), ozone (O3), nitrogen dioksida (NO2), dan sulfur dioksida (SO2).Sumber
utama dari polusi udara dapat berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, industri,
pertanian, serta pembakaran sampah rumah tangga.
Untuk mengurangi dampak yang akan ditimbulkan akibat polusi udara ini
diperlukan berbagai upaya pencegahan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah
dengan melakukan monitoring kualitas udara ambien di lingkungan. Dengan
mengetahui kadar polusi udara yang terdapat di lingkungan, pemerintah dapat segera
melakukan upaya-upaya untuk mengurangi risiko akibat polusi udara, sehingga dapat
menurunkan jumlah kasus kesehatan yang berkaitan dengan polusi udara di kalangan
masyarakat. Berbagai sumber data yang bisa dimanfaatkan untuk mengetahui
terjadinya polusi udara, antara lain:
1. Sumber Data Polusi Udara di Dunia
a. WHO (World Health Organization)
WHO merupakan salah satu lembaga PBB yang membidangi masalah
kesehatan di dunia. Ruang lingkup dari program yang dilakukan oleh WHO
adalah mengatasi masalah kesehatan, seperti penyakit menular dan tidak
menular, serta faktor risiko/determinan yang berkaitan dengan masalah
kesehatan. WHO membuat standar internasional serta pedoman yang dapat
menjadi acuan dan rekomendasi bagi negara-negara di dunia untuk mencapai
derajat kesehatan yang baik. Salah satu upaya yang dilakukan WHO adalah
program monitoring dan surveilans pencemaran udara.
Data mengenai polusi udara berasal dari berbagai negara di dunia yang
kemudian disimpan dan disebarluaskan oleh WHO. Untuk menstandarkan data
polusi udara, WHO telah membuat template yang berisikan parameter-
parameter udara ambien apa saja yang harus diukur dan cara pengukurannya.
Data polusi udara ini dapat diakses oleh siapapun secara gratis dan data
tersebut selalu diperbaharui setiap tahunnya. Data polusi udara dapat
digunakan untuk identifikasi dan menentukan strategi, analisis situasi,

13
pembuatan kebijakan, dan monitoring di suatu negara. Oleh karena itu, WHO
dapat membantu negara-negara di dunia untuk memperkuat sistem kesehatan
nasional dalam melakukan upaya majemen risiko untuk mencegah,
mempersiapkan, menanggapi dan memulihkan situasi yang disebabkan oleh
hazardyang dapat mengancam kesehatan manusia (WHO, 2018).
Contoh data WHO mengenai polusi udara untuk parameter PM2,5:

Sumber: WHO (2018)

b. EPA (Environmental Protection Agency)


EPA merupakan salah satu lembaga milik Amerika Serikat yang bergerak
dalam perlindungan lingkungan. EPA melakukan kegiatan penelitian,
monitoring dan kegiatan lain yang bertujuan untuk melindungi kesehatan
manusia melalui usaha perlindungan udara, air dan tanah yang menjadi tempat
tinggal manusia. EPA juga membuat standar kualitas udara dan kualitas air,
serta limbah, sehingga dapat mengontrol pencemaran yang mungkin akan
ditimbulkan dari ketiga aspek tersebut. Untuk mengendalikan polusi di
lingkumgan, EPA mengembangkan dan memperluas program pengendalian
polusi, dimana program tersebut dilakukan oleh lintas sektor.Kegiatan
penelitian dan monitoring yang dilakukan oleh EPA dapat digunakan untuk

14
mengetahui kondisi lingkungan yang ada di masyarakat. Data yang diperoleh
dapat dijadikan environmental baselines, yang berguna untuk menilai apakah
upaya perlindungan lingkungan dari polusi telah berhasil dilakukan(EPA,
2018).
Untuk mendapatkan data mengenai polusi udara, EPA melakukan
monitoring kualitas udara di tempat-tempat yang terdapat banyak kumpulan
orang, seperti pusat kota, sekolah, rumah sakit, serta sumber pencemar
lainnya. Dengan dilakukannya monitoring pada lokasi-lokasi tersebut dapat
diketahui tingkatan polusi berdasarkan sumber pencemar. Metode monitoring
yang dilakukan berbeda untuk tiap-tiap jenis parameter. Pemilihan metode
untuk monitoring ini harus jelas agar data yang didapatkan akurat, serta biaya
operasi dan peralatannya efisien.
Contoh data EPA mengenai polusi udara untuk parameter SO2:

Sumber: EPA (2018)

c. UNEP (United Nation Environment Programme)

15
UNEP merupakan sebuah otoritas lembaga lingkungan global yang
membuat rencana pengelolaan lingkungan, melakukan implementasi yang
berkaitan dengan keberlanjutan lingkungan, serta sebagai berperan sebagai
advokat yang berwenang untuk lingkungan global. Tujuan dari UNEP adalah
untuk membentuk kemitraan dalam pengelolaan lingkungan dengan
menginspirasi, memberi informasi dan meningkatkan kualitas hidup manusia.
UNEP melakukan penilaian kondisi dan tren lingkungan secara global,
regional dan nasional; mengembangkan instrumen monitoring lingkungan
secara internasional dan nasional; serta memperkuat manajemen pada institusi-
institusi pengelola lingkungan (UNEP, 2018).
Dalam melakukan program pengelolaan lingkungan, UNEP melakukan
monitoring dan evaluasi kualitas udara ambien. Untuk mengukur parameter
polusi udara, UNEP menyusun sistem monitoring kualitas udara berdasarkan
UNEP Air Quality Units. Parameter yang diukur antara lain sulfur dioksida
(SO2), nitrogen dioksida (NO2), ozon (O3), PM10 dan PM2,5, volatile organic
compounds (VOC), suhu dan kelembaban.Dengan dilakukannya monitoring
ini akan diketahui konsentrasi pajanan polusi udara terhadap manusia di
lingkungan perkotaan. Data mengenai polusi udara ini juga dapat digunakan
untuk membuat kebijakan dalam hal transportasi, energi, dan perencanaan
kota. Data tersebut juga akan diintegrasikan ke dalam sistem pelaporan
nasional UNEP, sebagai bahan untuk meningkatkan kesiapsiagaan (UNEP,
2015). Contoh data UNEP mengenai polusi udara untuk Gas Rumah Kaca:

16
Sumber: UNEP (2018)
2. Sumber Data Polusi Udara di Indonesia
Sumber data polusi udara di Indonesia, diantaranya :
a. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) merupakan salah
satu kementerian yang ada di Indonesia yang membidangi masalah lingkungan
hidup dan kehutanan. KLHK berperan dalam mengendalikan pencemaran dan
kerusakan lingkungan, pengelolaan sumber daya alam dan memberntuk
koordinasi dan kemitraan dalam rangka mewujudkan pembangunan
berkelanjutan. Dalam melakukan kegiatan pengendalian pencemaran
lingkungan, salah satu kegiatan yang dilakukan oleh KLHK adalah monitoring
kualitas udara ambien. Monitoring ini dilakukan oleh Pusat Sarana
Pengendalian Dampak Lingkungan (pusarpedal) yang merupakan bagian
dalam KLHK.
Pusarpedal melakukan kajian terhadap sistem pemantauan kualitas udara
untu mendapatkan informasi mengenai kualitas udara ambien. Monitoring
kualitas udara ambien dilakukan dengan peralatan passive sampler yang
dilaksanakan di beberapa kota di Indonesia. Titik sampling yang dipilih
mewakili area transportasi, industri, pemukiman dan perkantoran. Hasil dari
monitoring kualitas udara ambien ini akan digunakan bagi para pengambil
kebijakan dalam merencanakan upaya-upaya pengendalian polusi udara
(Pusarpedal, 2011). Contoh data KLHK mengenai polusi udara untuk
parameter NO2:

Sumber: Pusarpedal (2011)

17
b. Dinas Lingkungan Hidup Provinsi/Kabupaten/Kota
Dinas lingkungan hidup merupakan unsur pelaksana penyelenggara urusan
pemerintah dibidang lingkungan hidup. Dinas lingkungan hidup mempunyai
tugas melaksanakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup serta
pengelolaan kebersihan yang berkedudukan di provinsi/kabupaten/kota.
Dalam Dinas Lingkungan Hidup, terdapat beberapa bidang kerja yang
melakukan kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan. Bidang kerja
yang memiliki fungsi monitoring kualitas udara dalam dinas lingkungan hidup
adalah bidang pengendalian dampak lingkungan.
Upaya monitoring kualitas udara ambien dilakukan dengan menggunakan
stasiun pemantau kualitas udara. Perangkat dari stasiun pemantau kualitas
udara ini terdiri dari alat detektor, server pemantau dan alat display ISPU
(Indeks Standar Pencemar Udara). Alat detektor berfungsi sebagai penagkap
sekaligus mengukur parameter pencemar udara. Di dalam perangkat detektor
terdapat panel surya, main board, baterai, gas sensor, alat meteorologis dan
data transmisi. Alat meteorologis berfungsi untuk mengukur arah dan
kecepatan angin. Hasil pengukuran detektor tersebut kemudian dikirim dan
diolah ke server pemantau. Data hasil pengolahan server pemantau lalu akan
ditampilkan melalui display ISPU. Data ISPU ini berlaku dalam 24 jam (Eko,
2017). Contoh data ISPU mengenai polusi udara:

Sumber: Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta (2017)


18
E. Sumber Pencemaran Udara

Pencemaran udara adalah suatu kondisi dimana kehadiran satu atau lebih substansi
kimia, fisik atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang membahayakan. Bahaya
pencemaran udara dapat berefek pada kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan,
mengganggu estetita dan kenyamanan atau merusak properti. Polusi udara adalah
salah satu jenis dari pencemaran lingkungan hidup selain pencemaran tanah,
pencemaran air, pencemaran suara.

Penyebab pencemaran udara merupakan salah satu persoalan lingkungan yang


bersifat klasik bagi masyarakat perkotaan. Sumber-sumber pencemaran udara dapat di
timbulkan dari dua sumber, yaitu :

1. Sumber Alamiah
a. Gunung berapi
Aktivitas vulkanik dari gunung berapi menghasilkan beberapa zat pencemar
udara, seperti SO2, NOx, dan Total Suspended Particulate (TSP). Menurut
data UNEP (1983), gunung berapi menghasilkan lebih banyak SO2 daripada
aktivitas manusia, yaitu sebesar 80-288 juta ton per tahunnya. Tiap tahunnya,
gunung berapi memproduksi 20-90 juta ton NOx. TSP yang dikeluarkan oleh
gunung berapi adalah dalam bentuk silica, dalam abu vulkanik.
b. Biological decay
Mikroorganisme tanah melakukan dekomposisi material organik secara
biologis, melepaskan sulfur dioksida (SO2) dan NOx ke udara.
c. Danau dan Laut
Dalam siklus biogeokimia nitrogen, terjadi pencernaan protein oleh biota laut
yang menghasilkan gas NO2 dan NO3, yang akan dilepaskan ke udara. Selain
itu, di laut dan danau terjadi proses methanogenesis pada sedimen, yang
mengakibatkan terlepasnya gas CH4 ke udara.
d. Gas dari Proses Pencernaan
Proses pencernaan makanan, terutama pada mamalia, menghasilkan gas
metana (CH4) yang akan dikeluarkan dari tubuh melalui proses flatulensi.
e. Petir
Petir memiliki energi yang sangat besar. Petir mampu memecah gas N2 pada
atmosfer dan membuatnya bereaksi dengan O2 di udara membentuk gas NOx.
f. Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan dapat mengakibatkan terlepasnya TSP ke udara dalam
bentuk fly ash. Kebakaran hutan juga akan menghasilkan gas rumah kaca,
yaitu CO2, melalui proses pembakaran selulosa dalam kayu secara sempurna.
19
Apabila pembakaran selulosa terjadi secara tidak sempurna, akan dilepaskan
gas CO ke udara.
g. Peluruhan Radioaktif
Unsur-unsur radioaktif seperti uranium dapat melepaskan radiasi ke atmosfer
melalui reaksi peluruhan.
2. Sumber Antropogenik
a. Sumber poin
Contoh aktivitas manusia yang termasuk ke dalam pencemaran sumber poin
adalah emisi industri dari cerobong asap pabrik dan pembakaran pada
furnace. Emisi industri dapat mengandung TSP serta gas rumah kaca seperti
CO dan CO2. Pembakaran pada furnace dapat menghasilkan CO atau CO2.
b. Sumber Bergerak
Aktivitas manusia yang termasuk ke dalam pencemaran sumber bergerak
adalah transportasi menggunakan kendaraan bermotor, seperti mobil, motor,
pesawat, dll. Reaksi pembakaran bahan bakar pada mesin kendaraan bermotor
dapat melepaskan gas CO atau CO2 ke udara.
c. Sumber Area : Peternakan (NH3)
Contoh aktivitas manusia yang termasuk ke dalam pencemaran sumber area
adalah peternakan, karena aktivitas peternakan melepaskan gas ammonia
(NH3) ke udara.
d. Landfill
Penimbunan sampah di dalam landfill menghasilkan biogas, yang mana
kandungan utamanya adalah gas metana (CH4).

Identifikasi Dampak Pencemaran Udara

1. Dampak Sosial
Akibat pencemaran udara orang-orang tidak dapat menikmati udara sehat, setiap
hari harus menghirup asap. Akibatnya aktifitas social menjadi terhambat.
2. Dampak Ekonomi
Hasil kajian Bank dunia menemukan bahwa dampak ekonomi akibat pencemaran
udara di Indonesia sebesar Rp 1,8 Triliyun. Jumlah ini akan meningkat mencapai
4,3 triliyun pada tahun 2015.
3. Dampak Pendidikan
Dari segi pendidikan, dampak pencemaran udara dapat mempengaruhi tingkat
belajar para siswa. Mereka terhambat dalam berfikir. Terhambat pula dalam
menyelesaikan suatu permaslahan.
4. Dampak Pertanian

20
Pencemaran udara sangat berpengaruh pada sector pertanian. Kurangnya lahan
hijau tempat pohon melakukan fotosintesis karena dapat mengganggu
pertumbuhan pohon. Tanaman juga akan rawan penyakit. Penyakit tersebut antara
lain klorosis, nekrosis. Ini menyebabkan sirkulasi udara sehat berkurang. Udara
menjadi kotor sehingga tidak baik untuk hidup.
5. Dampak Lingkungan
a. Hujan asam
Tingkat keasaman (pH) normal air hujan adalah 5,6. Polusi udara akibat SO2
dan NO2 yang beraksi dengan air hujan akan membentuk asam dan
menurunkan pH air hujan. Dampak dari hujan asam ni mempengaruhi kualitas
air permukaan. HUjan asam juga melarutkan logam-logam beratbyang
terdapat dalam tanah sehinga mempengaruhi kualitas air tanah dan air
permukaan.
b. Efek Rumah Kaca
Efek rumah kaca disebabkan oleh keberadaan CO2, CFC, metana, Ozon, dan
N2O di lapisan troposfer. Keseluruhan gas ini menyerap radiasi panas
matahari yang dipantulkan oleh permukaan bumi. Akibatnya, panas
terperangkap dalam lapisan troposfer sehingga menimbulkan fenomena
pemanasan global. Dampak dari pemanasan global tersebut antara lain
pencairan es di kutub, naiknya permkaan air laut, perubahan iklim, perubahan
siklus hidup flora fauna.
c. Kerusakan Lapisan Ozon
Lapisan ozon yang berada di stratosfer (ketinggian 20-35 km) merupakan
pelindung alam bumi. Lapisan ini berfungsi memfilter radiasi ultraviolet B
dari matahari. Pembentukan dan penguraian molekul-molekul ozon (O3)
terjadi secara alami di stratosfer. Emisi CFC yang mencapai stratosfer dan
bersifat sangat stabil menyebabkan laju penguraian molekul-molekul ozon
lebih cepat dari pembentukannya. Hal ini menyebabkan terbentuknya lubang-
lubang pada lapisan ozon. Kerusakan lapisan ozon menyebabkan sinar UV-B
matahari tidak terfilter. Akhirnya, dapt mengakibatkan kanker kulit serta
penyakit pada tanaman.

6. Dampak Kesehatan

a. Meningkatkan risiko autisme

21
"Wanita hamil yang tinggal di daerah dengan polusi udara yang cukup tinggi
memiliki risiko dua kali lipat lebih tinggi memiliki anak dengan autisme,"
menurut sebuah penelitian. "Risiko tersebut meningkat ketika paparan polusi
udara terjadi pada trimester ketiga kehamilan dan semakin besar eksposur,
semakin besar risikonya," sebut dalam artikel "9 Scary Things Air Pollution
Does to Your Body."
b. Merusak paru-paru dan jantung
Penelitian dari Duke University menemukan bahwa paparan polusi udara yang
terdapat di perkotaan dapat menghilangkan efek positif dari olahraga yang
dilakukan pada orang-orang berusia 60 tahun. "Hal ini menambah semakin
banyak bukti yang menunjukkan dampak negatif paparan polusi udara bagi
kardiovaskular dan pernapasan meskipun dalam waktu singkat," kata Junfeng
"Jim" Zhang, profesor kesehatan global dan lingkungan di Duke University.
c. Menurunkan kesuburan pada pria
Sebuah penelitian menemukan bahwa polusi udara dihubungkan dengan
kualitas sperma yang buruk. Penulis studi tersebut, Xiang Qian, PhD, asisten
profesor di Jockey Club School of Public Health and Primary Care di Chinese
University of Hong Kong menganalisis sperma dari 6.475 pria berusia 15
hingga 49 tahun, dan menemukan bahwa pria yang menghirup lebih banyak
polusi lebih cenderung memiliki sperma yang lebih kecil dan berbentuk tidak
normal.
d. Melemahkan tulang
Menurut penelitian dalam jurnal The Lancet Planetary Health, polusi di udara
dapat meningkatkan risiko osteoporosis dan patah tulang. Pada penelitian
tersebut, peserta yang tinggal di lingkungan dengan tingkat polusi udara yang
lebih tinggi memiliki tulang yang lebih keropos daripada orang yang terpapar
dengan tingkat polutan yang lebih rendah.
e. Memepercepat penuaan
"Ada banyak studi di tempat-tempat seperti China, di mana memiliki tingkat
polusi yang buruk, menunjukkan bahwa polusi udara dapat menyebabkan
perubahan pigmentasi dan mempercepat penuaan kulit," kata Adam Friedman,
MD, profesor Dermatologi dan direktur dari Oncodermatology Clinic di
George Washington School of Medicine and Health Sciences, Washington.

22
"Zat-zat dalam polusi merusak sel-sel kulit dan mengganggu kemampuan kulit
untuk memperbaiki dirinya sendiri. Hasilnya adalah bintik-bintik usia,
kerutan, dan lipatan longgar," kata Dr Friedman.

F. Pencegahan dan Pengendalian Polusi Udara


Polusi udara dapat dicegah dengan melakukan beberapa cara di level yang berbeda,
diantaranya :
1. Pencegahan Pencemaran udara di level mitigasi
Mitigasi adplah upaya menurunkan emisi gas pencemar pada lingkungan, salah
satunya adalah :
a. Penerapan teknologi pengendalian pencemaran udara pada industri
b. Melakukan reboisasi
c. Menanan tanaman di pekarngan rumah
d. Menggunakan transportasi umum
e. Penggunaan sepeda sebagai alat transportasi
f. Merawat mesin kendaraan bermotor agar tetap berfungsi baik
g. Memasang filter pada knalpot
2. Pencegahan pencemaran udara di level adaptasi
Adaptasi adalah upaya meningkatkan ketahanan terhadap dampak perubahan
pencemaran lingkungan. Pencegahan Pencemaran udara di level adaptasi terbagi
dalam beberapa aspek yaitu (BPLH JABAR) :
a. Aspek Hukum dan Peraturan
Dari aspek hukum perlu diterapkan peraturan perundangan yang mengatur
tentang pencegahan, pengawasan dan penanggulangan pencemaran udara
salah satunya :
1) UU No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
2) PP No.41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
3) KepmenKLH No.045/MENKLH/10/1997 tentang Indeks Standar
Pencemaran Udara
4) PERDA salah satunya Perda Provinsi Jawa Barat No.11 Tahun 2006
tentang Pengendalian Pencemaran Udara
5) Dan peraturan-peraturan yang dapat mendukung pencegahan udara
lainnya.
b. Aspek Ekonomi

23
Pengendalian emisi pencemaran udara dengan insentif ekonomi, seperti
pengkaitan pajak kendaraan bermotor atau dengan tingkat emisi, umur
kendaraan, dan trading emisi. Namun belum ada instrumen ekonomi yang
dikaitkan khusus untuk pengendalian pencemaran udara.
c. Aspek Monitoring dan Analisis Efek / Dampak
1) Pemeriksaan emisi kendaraan secara berkala
2) Pengawasan terhadap emisi gas yang di hasilkan oleh industri
d. Aspek pada Manusia
Salah satunya adalah pengunaan APD ( Alat pelindung diri ) seperti masker,
kacamata dan air plug.

G. Lembaga yang Berperan Aktif dalam Pencegahan dan Pengendalian Polusi


Udara
Lembaga yang berperan aktif dalam pencegahan dan pengendalian polusi udara,
diantaranya :
1. Pemerintah Pusat
a. Melakukan perlindungan mutu udara ambien yang didasarkan pada baku mutu
udara ambien, sehingga pemerintah wajib menetapkan secara nasioanl
mengenai baku mutu udara ambien, status mutu udara ambien, baku mutu
emisi, ambang batas emisi gas buang, baku tingkat gangguan, ambang batas
kebisingan dan Indeks Standar Pencemar Udara.
b. Menyusun dan melaksanakan kebijakan teknis pengendalian pencemaran
udara secara nasional.
c. Mengkoordinasi pelaksanaan operasional pengendalian pencemaran udara
yang dilakukan oleh Kepala Daerah dan di pantau secara berkala oleh
Pemerintah Pusat.
d. Menerapkan pajak rokok dan kendaraan yang sesuai dengan tingkat emisi gas
buang yang dihasilkan.
2. Pemerintah Daerah

a. Menyusun peraturan daerah untuk pengendalian pencemaran udara.


b. Pengendalian pencemaran udara meliputi pencegahan dan penanggulangan
pencemaran serta pemulihan mutu udara dengan melakukan inventarisasi mutu
udara ambien, upaya pencegahan sumber pencemar, baik dari sumber bergerak
maupun sumber tidak bergerak, serta penanggulangan keadaan darurat seperti
kebakaran hutan.

24
c. Menetapkan batu muku udara ambien, baku mutu emisi sumber tidak
bergerak, ambang batas emisi gas buang dan kebisingan kendaraan bermotor.
d. Memnatau industri/usaha untuk menaati baku mutu udara ambien dan baku
mutu emisi. Memantau setiap industri utnuk wajib memiliki analisis mengenai
dampak lingkungan hidup.
e. Apabila hasil pemantauan menunjukkan ISPU mencapai nilai 300 atau lebih
berarti udara dalam kategori berbahaya, maka Kepala Daerah wajib
mengumumkan keadaan darurat pencamaran udara di daerahnya.
f. Melakukan tata ruang kota yang “hijau”, sehingga dapat membantu
mengurangi polusi udara. Menyediakan banyak ruang terbuka hijau untuk
masyarakat.
g. Menyediakan ruang khusus merokok (smoking area), dan menerapkan sanksi
bagi yang merokok di beberapa tempat (tempat umum, tempat kerja, tempat
proses belajar mengajar, tempat pelayanan kesehatan, arena kegiatan anak,
tempat Ibadah dan angkutan umum)/
h. Membuat peraturan larangan pembakaran sampah.
i. Melakukan uji emisi dan tingkat kebisingan kendaraan bermotor untuk
kendaraan pribadi maupun lembaga transportasi publik.
3. Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

a. Melakukan perumusan dan penetapan kebijakan di bidang penyelenggaraan


pemantapan kawasan hutan dan lingkungan hidup secara berkelanjutan.
b. Meningkatkan kualitas fungsi lingkungan sebagai pengendalian pencemaran
dan kerusakan lingkungan, serta mengendalikan dampak perubahan iklim.
c. Melakukan pengendalian kebakaran hutan dan lahan.
d. Mengkaji undang-undang tentang ancaman dan pelanggaran hukum bidang
lingkungan hidup dan kehutananan.
e. Memantau dan mengkoordinasi balai pengelola lingkungan hidup daerah
dalam pembuatan ISPU
4. Kementrian Perindustrian

a. Melakukan seleksi izin usaha, untuk menaati kewajiban mengenai


teknologi/proses pembuatan produk yang dapat dinilai jelas, mendaftarkan
zat/bahan yang berbahaya yang digunakan dalam proses produksi, melakukan

25
netralisasi bahan/zat berbahaya (dalam bentuk gas, padat dan cair) sebelum
dibuang ke lingungan.
b. Menerapkan sanksi pemberhentian sementara, sebagian, ataupun seluruh
kegiatan usaha industri, jikalau terbukti melakukan pelanggaran yang
berdampak pada pencemaran lingkungan.
5. Kementrian Kesehatan

a. Mendistribusikan bantuan logistik kesehatan ke provinsi terdampak kabut


asap, antara lain : masker, masker N95, kacamata google, air purifier, water
purifier, tenda isolasi, paket obat ISPA.
b. Momibilisasi tim bantuan kesehatan, terdiri dari dokter spesialis, dokter
umum, perawat dan bidan, dari rumah sakit vertikal Kementrian Kesehatan ke
provinsi yang terdampak kabut asap.
c. Skrining pasien ISPA dan menyediakan paket obat-obatan untuk penyakit
ISPA.
d. Sosialisasi penggunaan masker saat berkendara.
6. LSM Pemerhati Lingkungan

a. Memantau setiap kebijakan yang berhubungan dengan pencemaran udara,


memberikan kontribusi masukan dan pertimbangan terhadap penetapan
kebijakan pemerintah khususnya yang menyangkut masalah lingkungan.
b. Melaporkan tindakan individu, kelompok, maupun industri yang menyalahi
peraturan tentang pencemaran udara

H. Pencegahan dan Pengendalian Polusi Udara dan Dampaknya


Pencegahan dan pengendalian polusi udara dan dampaknya, diantaranya :
1. Penggunaan Bahan Bakar Alternatif
Sumber energi yang digunakan di negara kita berasal dari minyak bumi dan
gas alam. Bahan bakar minyak paling banyak digunakan dalam bidang
transportasi. Sebelum dikonsumsi, minyak bumi diproses dengan cara
penyulingan atau pemisahan (proses primer) hingga mendapatkan LPG, bensin,
kerosin, avtur, solar, dan minyak diesel. Kemudian, diproses lebih lanjut pada
proses sekunder dengan maksud menaikkan mutu, misalnya proses reformasi
katalitik untuk menaikkan nilai oktan. Proses yang lain, misalnya

26
hydrodesulfurisation dengan maksud menghilangkan senyawa belerang (Sutiman,
2004).

Penggunaan bahan bakar alternatif merupakan salah satu cara untuk


mengurangi pencemaran udara. Bahan bakar alternatif yang anti polusi, misalnya
kendaraan dengan tenaga listrik dari surya atau bahan bakar dari jenis alkohol
(Pohan, 2002). Akan tetapi, bahan bakar alternatif belum tersedia banyak dan
belum sesuai dengan kendaraan bermotor yang sudah ada. Bahan bakar alternatif
yang tersedia di negara kita, antara lain sebagai berikut :

a. Bensin Super TT (Tanpa Timbal)


b. CNG (Compressed Natural Gas)
c. LPG
d. Minyak Nabati
2. Mendukung dan Melakukan Pengawasan Terhadap Pengadaan Kawasan Dilarang
Merokok
Tempat umum, sarana kesehatan, tempat kerja dan tempat yang secara spesifik
sebagai tempat proses belajar mengajar, arena kegiatan anak, tempat ibadah dan
angkutan umum dinyatakan sebagai kawasan dilarang merokok. Pimpinan atau
penanggung jawab tempat umum dan tempat kerja harus menyediakan tempat
khusus untuk merokok serta menyediakan alat penghisap udara sehingga tidak
mengganggu kesehatan bagi yang tidak merokok (Pemprov DKI Jakarta, 2004).
a. Tujuan adanya Kawasan Dilarang Merokok diantaranya sebagai berikut :
1) Menurunkan angka kesakitan dan/atau angka kematian dengan cara
merubah perilaku masyarakat untuk hidup sehat.
2) Meningkatkan produktivitas kerja yang optimal.
3) Mewujudkan kualitas udara yang sehat dan bersih bebas dari asap rokok.
4) Mewujudkan generasi muda yang sehat.
b. Kewajiban Pimpinan / Penanggung Jawab Kawasan Dilarang Merokok
1) Menetapkan Kawasan Dilarang Merokok
2) Memasang larangan merokok ditempat yang dinyatakan sebagai Kawasan
Dilarang Merokok
3) Memberi contoh dan teladan
4) Memelihara dan meningkatkan kualitas udara yang sehat dan bersih bebas
dari asap rokok
5) Menampilkan data dan informasi bahaya rokok kepada masyarakat di
Kawasan Dilarang Merokok

27
c. Peran Serta Masyarakat Dengan Adanya Kawasan Dilarang Merokok
1) Melakukan pengawasan
2) Memberikan bimbingan, penyuluhan dan penyebarluasan data / informasi
dampak rokok bagi kesehatan
3) Memelihara dan meningkatkan kualitas udara yang sehat dan bersih bebas
dari asap rokok
3. Penanaman Pohon
Berdasarkan siklus CO2 dan O2 untuk mengurangi konsentrasi CO2 di atmosfer
maka diperlukan pelaksanaan pengelolaan hutan dengan sistem tebang tanam,
memperluas hutan konservasi, penghijauan pegunungan gundul, gerakan
menanam pohon belakang rumah (Pohan, 2002).
4. Pengembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah tempat tumbuh tanaman, baik yang
tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Tanaman yang ditanam
haruslah tanaman yang dapat menyerap dan menetralisir gas-gas yang berasal dari
gas buang atau emisi yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor. Pada prinsipnya
Ruang Terbuka Hijau (RTH) dimaksudkan agar dapat menekan efek negatif yang
ditimbulkan lingkungan akibat pembangunan di perkotaan seperti peningkatan
temperatur udara, penurunan tingkat resapan air dan kelembaban udara, polusi, dll
(Hasni, 2010).
Upaya dalam rangka pemenuhan luas wilayah RTH publik dapat dilakukan
dengan pembuatan taman kota dan penambahan jalur hijau. Alternatif inovasi
yang dapat dilakukan dalam penyediaan RTH adalah penanaman pohon di tengah
(devider) jalan. Penanaman pohon di tengah jalan dilakukan di dalam pot agar
akar pohon tidak merusak struktur jalan, selain itu juga berguna untuk menekan
pertumbuhan pohon agar tidak tumbuh besar dan mengganggu pengguna jalan.
5. Mendukung dan Berpartisipasi dalam Hari Bebas Kendaraan Bermotor
Penerapan Hari Bebas Kendaraan Bermotor cukup efektif dalam mengurangi
polusi udara. Sebagai contoh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan upaya
untuk mencegah penurunan kualitas lingkungan akibat pencemaran udara dengan
melaksanakan Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) setiap minggu di Jalan
Sudirman-Thamrin yang hasilnya dapat mengurangi tingkat pencemaran udara di
kawasan tersebut sebesar 35% untuk partikel debu, 70% untuk Karbon
Monoksida, 81% untuk Nitrogen Oksida dan 22% untuk total Hidrokarbon. Ke-

28
empat parameter tersebut adalah pencemar primer yang bersumber dari kendaraan
bermotor. Melihat dampaknya yang cukup efektif dalam mengurangi polusi udara,
sudah seharusnya kita mendukung, mengkampanyekan dan berpartisipasi dalam
Hari Bebas Kendaran Bermotor (Kompas.com, 2012).
6. Tidak Melakukan Pembakaran Sampah
Pembakaran sampah selain menyebabkan polusi udara juga sangat berdampak
buruk bagi kesehatan. Membakar sampah terutama sampah anorganik sangat
berbahaya bagi kesehatan lingkungan dan kesehatan manusia. Sampah yang
bercampur plastik jika terbakar, asapnya menghasilkan senyawa kimia Dioksin.
Dioksin merupakan salah satu bahan kimia yang secara intensif telah diteliti oleh
peneliti di seluruh dunia dapat menimbulkan penyakit kanker dan penyakit
degeneratif lain. Oleh karena itu, perlu penerapan pengelolaan sampah misalnya
dijadikan kompos dan makanan ternak (sampah basah), dipakai kembali dan
didaur ulang (sampah kering dan kertas).
7. Membiasakan Menggunakan Kendaraan Umum Dibanding Kendaraan Pribadi
Menggunakan sarana transportasi umum merupakan salah satu cara yang tepat
untuk mengurangi polusi udara. Lebih baik berpergian dengan menggunakan bus
atau kereta. Meskipun kendaraan umum sama-sama mengeluarkan emisi, namun
kendaraan umum bisa menampung lebih banyak orang, sehingga mengurangi
jumlah kendaraan yang menjadi sumber polusi di jalan. Selain bisa mengurangi
polusi udara juga bisa mengurangi kemacetan.
8. Bersepeda Rutin
Selain tidak mencemari lingkungan, bersepeda bisa menyehatkan tubuh.
9. Merawat Kendaraan
Merawat kendaraan secara rutin denganbaik bertujuan agar asap kendaraan tidak
mengotori lingkungan dan supaya tidak boros bahan bakar.

29
DAFTAR PUSTAKA

Aprilia, D., N., et al. 2017. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Pajan Gas Carbon
Monoksida (CO) pada Petugas Pengumpul Tol di Semarang. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Volume 5 No. 3. Diperoleh pada 8 Oktober 2018 dari
https://media.neliti.com/media/publications/163139-ID-hubungan-paparan-pestisida-
dengan-kadar.pdf.

A Tugaswati. 2004. Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor dan Dampaknya Terhadap
Kesehatan. Health and Human Ecology Journal kpbb.org. Di akses 6 Oktober 2018.

Beychok, Milton. 2013. Anthropogenic and Natural Air Pollution.


http://www.eoearth.org/view/article/169979/. Diakses pada 5 Oktober 2018.

Budiyono, A. 2010. Pencemaran Udara: Dampak Pencemaran Udara pada Lingkungan


http://www.jurnal.lapan.go.id/index.php/berita_dirgantara/article/viewFile/687/605.

Cahyono, W. E. 2011. Kajian Tingkat Pencemaran Sulfur Dioksida dari Indisturi di


Beberapa Daerah di Indonesia. Berita Dirgantara Vol 12 No. 4. Diperoleh pada 8
Oktober 2018 dari https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwiGqsO0
9_bdAhUDKMAKHUhVCrgQFjADegQIBhAC&url=http%3A%2F
%2Fjurnal.lapan.go.id%2Findex.php%2Fberita_dirgantara%2Farticle%2Fdownload
%2F1661%2F1499&usg=AOvVaw1SP7nzSu8H6M0f6iEk4WCg.

Dampak Polusi Udara Bagi Kesehatan. http://m.mediaindonesia.com/read/detail/183692-


dampak-polusi-udara-bagi-kesehatan. Diakses pada 8 Oktober 2018.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Parameter Pencemar Udara dan


Dampaknya Terhadap Kesehatan.

Eko, R., 2017. Mekanisme Kerja Stasiun Pemantau Kualitas Udara. [Online] Available at:
http://lingkungan.itats.ac.id/2017/07/mekanisme-kerja-stasiun-pemantau-kualitas-udara/
[Accessed 8 Oktober 2018].

Enviropedia. Natural Air Pollution.


http://www.enviropedia.org.uk/Air_Quality/Natural_Air_Pollution.php. Diakses pada 5
Oktober 2018.

EPA, 2018. The Origins of EPA. [Online] Available at: https://www.epa.gov/history/origins-


epa [Accessed 8 Oktober 2018].
Hasni. 2010. Hukum Penataan Ruang dan Penatagunaan Tanah dalam Konteks UUPA-
UUPR-UUPLH. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Kebijakan Kesehatan Indonesia. 2014. Dampak Kesehatan dari Polusi Udara. Diperoleh
pada 8 Oktober 2018 dari http://kebijakankesehatanindonesia.net/25-berita/berita/113-
dampak-kesehatan-dari-polusi-udara-belakangan-ini.

30
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Masalah Kesehatan Akibat Kabut Asap
Kebakaran Hutan dan Lahan. Pusat Data dan Informasi.

Keputusan Kepala Bapedal No. 107 Tahun 1997 tentang Perhitungan dan Pelaporan serta
Informasi Indeks Standar Pencemar Udara.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 tahun 1997 tentang Indeks Standar
Pencemar Udara.
Kompas.com. 2012. Hari Bebas Kendaraan Bermotor.
https://megapolitan.kompas.com/read/2012/09/30/14031719/Hari.Bebas.Kendaraan.Ber
motor. Diakses pada 8 Oktober 2018.

Pencemaran Udara: Pengertian, Penyebab, Dampak, Polutan dan Penanggulangannya.


https://lingkunganhidup.co/pencemaran-udara-pengertian-penyebab-dampak-solusi/.
Diakses 8 Oktober 2018.

Pohan, Nurhasmawaty. 2002. Pencemaran Udara dan Hujan Asam. Program Studi Teknik
Kimia. Fakultas Teknik. Universitas Sumatera Utara.

Pusarpedal, 2011. Pemantauan Kualitas Udara Ambien dengan Peralatan Passive Sampler.
Pusat Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan.

Sentra Informasi Keracunan Badan POM. 2001. Pedoman Penatalaksanaan Keracunan


Untuk Rumah Sakit, Karbon Monoksida. Diperoleh pada 8 Oktober 2018 dari
http://ik.pom.go.id/v2015/artikel/KARACUNAN_KARBON_MONOKSIDA.pdf.

Sianipar, A.B. 2017. Optimalisasi Fungsi Papan Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU)
Oleh Dinas Lingkungan Hidup Dan Kebersihan Kota Pekanbaru. JOM FISIP diakses
pada tanggal 8 Oktober 2018 dari https://media.neliti.com/media/publications/188510-
ID-optimalisasi-fungsi-papan-indeks-standar.pdf.

Suharti, I. 2011. Limbah Kimia dalam Pencemaran Air dan Udara. CV Andi: Yogyakarta.

Sumantri, A. 2010. Kesehatan Lingkungan Edisi Ketiga. Kencana: Jakarta.

Sutiman. 2004. Upaya Pengendalian Pencemaran Udara Melalui Pengembangan Teknologi


Motor Bensin Dan EMS. Fakultas Teknik. Universitas Negeri Yogyakarta.

Tim Penanganan Pencemaran Lingkungan Hidup di Provinsi DKI Jakarta. 2004.


Penanggulangan Pencemaran Udara Sebagai Salah Satu Upaya Pengendalian
Pencemaran Udara. Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Tuesnadi, T., Sumardi., & Setiyono, B. 2016. Rancang Bangun Sistem Monitoring Polusi
Udara Portabel Berbasis Koordinat GPS (Global Positioning System). Universitas
Diponegoro diakses pada tanggal 8 Oktober dari
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/transient/article/view/13424.

31
UNEP, 2015. UNEP Air Quality Monitoring System. Nairobi: United Nation Environment
Programme (UNEP).

UNEP, 2018. Why Does UN Environment Matter? [Online] Available at:


https://www.unenvironment.org/about-un-environment/why-does-un-environment-
matter [Accessed 8 Oktober 2018].

WHO, 2018. World Health Organization. [Online] Available at:


http://www.who.int/about/what-we-do/en/ [Accessed 8 Oktober 2018].

Zakaria, N., & Azizah, R. 2011. Analisis Pencemar Udara (SO2), Keluhan Iritasi
Tenggorokan dan Keluhan Kesehatan Iritasi Mata pada Pedagang Makan di Sekitar
Terminal Joyoboyo Surabaya. The Indonesian Journal of Occupational Safety and
Health, Vol. 2, No. 1. Diperoleh pada 8 Oktober 2018 dari
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-k3193b0bd8a2full.pdf.

32

Anda mungkin juga menyukai