PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tujuan dari penulisan tugas ini adalah untuk mengetahui klasifikasi tanah lunak,
investigasi untuk tanah lunak, dan potensi masalah bangunan sipil di atas tanah lunak
agar tidak terjadi keruntuhan pada bangunan sipil.
1.3. Topik Pembahasan
Topik yang akan dibahas dalam tugas ini adalah awal rencana akan dibangunnya
bangunan sipil di atas tanah lunak.
1.4. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan yaitu metode deskriptif. Menurut Moh. Nazir
(2003:54) menyebutkan bahwa metode desktipitf adalah suatu metode dalam meneliti status
sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu
peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah membuat deskripsi,
gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat
serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2010: 234) mengungkapkan penelitian
deskriptif dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan “apa
adanya” tentang suatu variabel, gejala atau keadaan. Memang ada kalanya dalam penelitian
ingin juga membuktikan dugaan tetapi tidak terlalu lazim. Yang umum adalah bahwa
penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis.
Tanah lunak dibagi menjadi 2 (dua) tipe, yaitu lempung lunak &Gambut. Tanah
lempung lunak mengandung mineral-mineral lempung dan mengandung kadar air
yang tinggi sedangkan tanah gambut merupakan jenis tanah yang pembentuk
utamanya terdiri dari sisa-sisa tumbuhan.
Indonesia tidak lepas dari Tanah lunak karena tanah lunak di Indonesia menempati
area > 20 juta hektar atau > 10% dari tanah daratan di Indonesia. Dan itupun tersebar
di daerah kota besar dan pusat pertumbuhan ekonomi Negara.
a. Karakteristik Fisik Tanah Lempung Lunak
Menurut Bowles (1989), mineral-mineral pada tanah lempung umumnya memiliki
sifat-sifat:
1. Hidrasi.
Partikel mineral lempung biasanya bermuatan negatif sehingga partikel lempung
hampir selalu mengalami hidrasi, yaitu dikelilingi oleh lapisanlapisan molekul air
yang disebut sebagai air teradsorbsi. Lapisan ini pada umumnya mempunyai tebal dua
molekul karena itu disebut sebagai lapisan difusi ganda atau lapisan ganda. Lapisan
difusi ganda adalah lapisan yang dapat menarik molekul air atau kation disekitarnya.
Lapisan ini akan hilang pada temperatur yang lebih tinggi dari 600 sampai 1000 C dan
akan mengurangi plasitisitas alamiah, tetapi sebagian air juga dapat menghilang cukup
dengan pengeringan udara saja.
2. Aktivitas.
Hasil pengujian index properties dapat digunakan untuk mengidentifikasi tanah
ekspansif. Hardiyatmo (2006) merujuk pada Skempton (1953) mendefinisikan
aktivitas tanah lempung sebagai perbandingan antara Indeks Plastisitas (IP) dengan
prosentase butiran yang lebih kecil dari 0,002 mm yang dinotasikan dengan huruf C,
disederhanakan dalam persamaan:
𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝑃𝑙𝑎𝑠𝑡𝑖𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠
𝐴𝑘𝑡𝑢𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 =
𝑐
(2.1)
Universitas Sumatera UtaraUntuk nilai A>1,25 digolongkan aktif dan sifatnya
ekspansif. Nilai A 1,25<A<A<0,75 digolongkan normal sedangkan nilai A<0,75
digolongkan tidak aktif. Aktivitas juga berhubungan dengan kadar air potensial relatif.
b. Identifikasi Tanah Lempung Lunak
Menurut Chen (1975), cara-cara yang bisa digunakan untuk mengidentifikasi tanah
ekspansif dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
a. Identifikasi mineralogi
Identifikasi minerallogi Analisa Minerologi sangat berguna untuk mengidentifikasi
potensi kembang susut suatu tanah lempung. Identifikasi dilakukan dengan cara:
- Difraksi sinar X (X-Ray Diffraction).
- Difraksi sinar X (X-Ray Fluorescence)
- Analisi Kimia (Chemical Analysis)
- Mikroskop Elektron (Scanning Electron Microscope).
2. Cara tidak langsung (single index method)
Hasil uji sejumlah indeks dasar tanah dapat digunakan untuk evaluasi berpotensi
ekspansif atau tidak pada suatu contoh tanah. Uji indeks dasar adalah uji batas-batas
Atterberg, linear shrinkage test (uji susut linear), uji mengembang bebas.Untuk
melengkapi data dari contoh tanah yang digunakan dalam penelitian ini, dilakukan
beberapa pengujian pendahuluan. Pengujian tersebut meliputi uji sifatsifat fisis tanah.
b. Klasifikasi Tanah Gambut
Berdasarkan faktor pembentukannya:
Gambut Ombrogen; terbentuk dari sisa-sisa hutan seperti di Sumatra, Kalimantan dan
Papua.
Gambut Topogen; terbentuk dalam depresi topografi rawa seperti Rawa Pening,
Jatiroto, Tanah payau Deli.
Gambut Pegunungan; terbentuk pada depresi-depresi daerah pegunungan yang tidak
aktif (kawah yang merupakan rawa) seperti Gunung Papandayan, dataran tinggi
Dieng.
Gambut endapan; tanaman yang mudah dihumifikasikan, koloidal, padat dan kenyal.
Gambut berserat; berserat, mempunyai kapasitas menahan air tinggi.
Gambut kayuan; sisa-sisa pohon, semak atau vegetasi rawa.
Berdasarkan ketebalannya :
Berdasarkan kematangannya:
Secara teknis tanah gambut tidak baik sebagai dasarkonstruksi bangunan karena mempunyai
kadar air sangat tinggi, kompresibilitas atau kemampatannya tinggi serta daya dukung sangat
rendah.
3. POTENSI MASALAH BANGUNAN SIPIL DI ATAS TANAH LUNAK
1. Beban bangunan yang mampu dipikul oleh tanah dasar relatif terbatas
2. Bangunan akan mengalami penurunan yang relatif besar dan berlangsung
relatif lama
3. Bangunan sekitar lokasi pembangunan akan berpotensi mengalami
gangguan
Pertama memasang vertical drain, tanah lempung lunak jenuh adalah tanah
dengan rongga kapiler yang sangat kecil sehingga proses konsolidasi saat tanah
dibebani memerlukan waktu cukup lama, sehingga untuk mengeluarkan air dari tanah
secara cepat adalah dengan mebuat vertical drain pada radius tertentu sehingga air
yang terkandung dalam tanah akan termobilisasi keluar melalui vertical drain yang
telah terpasang. Vertical drain ini dapat berupa stone column atau menggunakan
material fabricated yang diproduk oleh geosinindo atau pabrik yang lainnya.
Pekerjaan vertical drain ini biasanya dikombinasikan dengan pekerjaan pre-load
berupa timbunan tanah, dengan maksud memberikan beban pada tanah sehingga air
yang terkandung dalam tanah bisa termobilisasi dengan lebih cepat.
Ketiga dengan menggunakan tiang pancang, bisa berupa bore pile atau PC spun
pile, sehingga struktur yang akan kita bangun diatas tanah tersebut tidak lagi
menumpuh pada tanah lunak tersebut akan tetap menumpu pada lapisan tanah keras
dibawahnya. Satu hal yang perlu diperhatikan saat merencanakan pondasi tiang
pancang pada tanah lunak adalah negative skin friction.
Dua metode perbaikan tanah lunak yang saya sebutkan pertama cocok
diaplikasikan pada pekerjaan jalan, yard penumpukan barang pada dermaga dll.
Sementara untuk untuk pondasi dari struktur atau proses equipment yang tepat
diguanakan adalah menggunakan pondasi tiang pancang.
Pile raft foundation, adalah pondasi yang sering digunakan untuk pondasi tangki
pada tanah lunak. Prinsip kerjanya seperti deck on pile dimana tangki duduk pada pile
cap yang ditopang oleh sejumlan pile dan saya selalu menggunakan metode seperti ini
dalam merencanakan pondasi equipment dengan pertimbangan : penurunan yang
diijinkan terhadap pondasi equipment sangat kecil, karena equipment ini tersambung
dengan equipment proses lainnya melalui pipa baja yang cukup kaku
Ring foundation juga sering digunakan untuk pondasi tangki refer to API 650,
akan tetapi pada kondisi tanah lunak tentunya sudah tidak cocok sebab apabila terjadi
settlement yang tidak merata akan menyebabkan pondasi miring dan crack, dan ini
merupakan awal kegagalan dari pondasi.
Ring foundation juga sering digunakan untuk pondasi tangki refer to API 650,
akan tetapi pada kondisi tanah lunak tentunya sudah tidak cocok sebab apabila terjadi
settlement yang tidak merata akan menyebabkan pondasi miring dan crack, dan ini
merupakan awal kegagalan dari pondasi.
5. KESIMPULAN
Tanah lunak mempunyai karakteristik yaitu kompresibilitas yang tinggi dengan
kekuatan geser yang kecil, tanah lunak mempunyai kekuatan geser kurang dari 25
kPa.
Masalah yang sering dijumpai pada kontruksi yang dibangun di atas tanah lunak
adalah masalah penurunan. Pemberian beban di atas tanah lunak akan mengakibatkan
terjadinya pengaliran air dan udaradari dalam pori-pori tanah sehingga mengakibatkan
menyusutnya volume tanah, peristiwa ini disebut dengan proses konsolidasi tanah.
Terdapat beberapa metode yang bisa dilakukan guna perbaikan tanah lunak
terhadap penurunan yang berlebihan (settlemen) dan secara garis besar dapat
dikelompokan dalam tiga kategori : pertama dapat dilakukan dengan memasang
vertical drain, kedua dengan menggunakan cerucuk atau corduroy serta yang ketiga
dengan menggunakan pondasi tiang.