Anda di halaman 1dari 8

1.

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Tanah lunak mempunyai karakteristik yaitu kompresibilitas yang tinggi dengan


kekuatan geser yang kecil, tanah lunak mempunyai kekuatan geser kurang dari 25
kPa. Oleh karena itu, penimbunan yang dilaksanakan di atas tanah lunak akan
mengalami kegagalan geser dan penurunan yang berlebihan. Ini diakibatkan pada saat
pemberian beban tanah lunak akan mengakibatkan penurunan seketika diikuti oleh
proses konsolidasi. Proses konsolidasi tergantung pada waktu antara berminggu-
minggu hingga bertahun-tahun, tergantung kepada tebal lapisan tanah lunaknya dan
juga tergantung kepada kemampuan tanah lunak dalam medisipasi tekanan air pori
selama pembebanan berlangsung. Faktor yang sangat penting terhadap proses
penurunan konsolidasi adalah muka air tanah, permeabilitas tanah, drain pada tanah
dan beban yang diterima tanah. Kekuatan geser tanah akan meningkat sejalan dengan
proses konsolidasi sedang berlangsung.
Masalah yang sering dijumpai pada kontruksi yang dibangun di atas tanah lunak
adalah masalah penurunan. Pemberian beban di atas tanah lunak akan mengakibatkan
terjadinya pengaliran air dan udaradari dalam pori-pori tanah sehingga mengakibatkan
menyusutnya volume tanah, peristiwa ini disebut dengan proses konsolidasi tanah.
Proses konsolidasi pada tanah membutuhkan waktu yang lama tergantung pada
ketebalan tanah lunak. Untuk mempercepat proses konsolidasi diperlukan suatu
perlakuan yaitu dengan memasang Prefabricated Drainage Vertical (PVD). PVD
adalah suatu sistim drainase yang mempunyai sifat permeabilitas tinggi, yang dapat
mempercepat proses konsolidasi.
1.2. Maksud dan Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diidentifikasi di atas, maka maksud
penulisan tugas ini adalah sebagai berikut :
a. Menganalisa klasifikasi tanah lunak
b. Menjelaskan investigasi untuk tanah lunak
c. Menganalisa potensi masalah bangunan sipil di atas tanah lunak

Tujuan dari penulisan tugas ini adalah untuk mengetahui klasifikasi tanah lunak,
investigasi untuk tanah lunak, dan potensi masalah bangunan sipil di atas tanah lunak
agar tidak terjadi keruntuhan pada bangunan sipil.
1.3. Topik Pembahasan

Topik yang akan dibahas dalam tugas ini adalah awal rencana akan dibangunnya
bangunan sipil di atas tanah lunak.
1.4. Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan yaitu metode deskriptif. Menurut Moh. Nazir
(2003:54) menyebutkan bahwa metode desktipitf adalah suatu metode dalam meneliti status
sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu
peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah membuat deskripsi,
gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat
serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2010: 234) mengungkapkan penelitian
deskriptif dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan “apa
adanya” tentang suatu variabel, gejala atau keadaan. Memang ada kalanya dalam penelitian
ingin juga membuktikan dugaan tetapi tidak terlalu lazim. Yang umum adalah bahwa
penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis.

2. KLASIFIKASI TANAH LUNAK

Tanah lunak dibagi menjadi 2 (dua) tipe, yaitu lempung lunak &Gambut. Tanah
lempung lunak mengandung mineral-mineral lempung dan mengandung kadar air
yang tinggi sedangkan tanah gambut merupakan jenis tanah yang pembentuk
utamanya terdiri dari sisa-sisa tumbuhan.
Indonesia tidak lepas dari Tanah lunak karena tanah lunak di Indonesia menempati
area > 20 juta hektar atau > 10% dari tanah daratan di Indonesia. Dan itupun tersebar
di daerah kota besar dan pusat pertumbuhan ekonomi Negara.
a. Karakteristik Fisik Tanah Lempung Lunak
Menurut Bowles (1989), mineral-mineral pada tanah lempung umumnya memiliki
sifat-sifat:
1. Hidrasi.
Partikel mineral lempung biasanya bermuatan negatif sehingga partikel lempung
hampir selalu mengalami hidrasi, yaitu dikelilingi oleh lapisanlapisan molekul air
yang disebut sebagai air teradsorbsi. Lapisan ini pada umumnya mempunyai tebal dua
molekul karena itu disebut sebagai lapisan difusi ganda atau lapisan ganda. Lapisan
difusi ganda adalah lapisan yang dapat menarik molekul air atau kation disekitarnya.
Lapisan ini akan hilang pada temperatur yang lebih tinggi dari 600 sampai 1000 C dan
akan mengurangi plasitisitas alamiah, tetapi sebagian air juga dapat menghilang cukup
dengan pengeringan udara saja.
2. Aktivitas.
Hasil pengujian index properties dapat digunakan untuk mengidentifikasi tanah
ekspansif. Hardiyatmo (2006) merujuk pada Skempton (1953) mendefinisikan
aktivitas tanah lempung sebagai perbandingan antara Indeks Plastisitas (IP) dengan
prosentase butiran yang lebih kecil dari 0,002 mm yang dinotasikan dengan huruf C,
disederhanakan dalam persamaan:
𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝑃𝑙𝑎𝑠𝑡𝑖𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠
𝐴𝑘𝑡𝑢𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 =
𝑐
(2.1)
Universitas Sumatera UtaraUntuk nilai A>1,25 digolongkan aktif dan sifatnya
ekspansif. Nilai A 1,25<A<A<0,75 digolongkan normal sedangkan nilai A<0,75
digolongkan tidak aktif. Aktivitas juga berhubungan dengan kadar air potensial relatif.
b. Identifikasi Tanah Lempung Lunak
Menurut Chen (1975), cara-cara yang bisa digunakan untuk mengidentifikasi tanah
ekspansif dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
a. Identifikasi mineralogi
Identifikasi minerallogi Analisa Minerologi sangat berguna untuk mengidentifikasi
potensi kembang susut suatu tanah lempung. Identifikasi dilakukan dengan cara:
- Difraksi sinar X (X-Ray Diffraction).
- Difraksi sinar X (X-Ray Fluorescence)
- Analisi Kimia (Chemical Analysis)
- Mikroskop Elektron (Scanning Electron Microscope).
2. Cara tidak langsung (single index method)
Hasil uji sejumlah indeks dasar tanah dapat digunakan untuk evaluasi berpotensi
ekspansif atau tidak pada suatu contoh tanah. Uji indeks dasar adalah uji batas-batas
Atterberg, linear shrinkage test (uji susut linear), uji mengembang bebas.Untuk
melengkapi data dari contoh tanah yang digunakan dalam penelitian ini, dilakukan
beberapa pengujian pendahuluan. Pengujian tersebut meliputi uji sifatsifat fisis tanah.
b. Klasifikasi Tanah Gambut
Berdasarkan faktor pembentukannya:
 Gambut Ombrogen; terbentuk dari sisa-sisa hutan seperti di Sumatra, Kalimantan dan
Papua.
 Gambut Topogen; terbentuk dalam depresi topografi rawa seperti Rawa Pening,
Jatiroto, Tanah payau Deli.
 Gambut Pegunungan; terbentuk pada depresi-depresi daerah pegunungan yang tidak
aktif (kawah yang merupakan rawa) seperti Gunung Papandayan, dataran tinggi
Dieng.

Berdasarkan batuan induk yang membentuknya:

 Gambut endapan; tanaman yang mudah dihumifikasikan, koloidal, padat dan kenyal.
 Gambut berserat; berserat, mempunyai kapasitas menahan air tinggi.
 Gambut kayuan; sisa-sisa pohon, semak atau vegetasi rawa.

Berdasarkan ketebalannya :

 Gambut dangkal kedalaman < 50 – 100 cm


 Gambut sedang kedalaman 100 - 200 cm
 Gambut dalam kedalaman 200 – 300 cm
 Gambut sangat dalam kedalaman > 300 cm

Berdasarkan kematangannya:

 Fibrik, digolongkan demikian apabila bahan vegetatif aslinya masih dapat


diidentifikasikan atau telah sedikit mengalami dekomposisi.
 Hemik, disebut demikian apabila tingkat dekomposisinya sedang.
 Saprik, merupakan penggolongan terakhir yang apabila telah mengalami tingkat
dekomposisi lanjut.

Secara teknis tanah gambut tidak baik sebagai dasarkonstruksi bangunan karena mempunyai
kadar air sangat tinggi, kompresibilitas atau kemampatannya tinggi serta daya dukung sangat
rendah.
3. POTENSI MASALAH BANGUNAN SIPIL DI ATAS TANAH LUNAK

Karena tanah merupakan dasar dari semua struktur yang menopang


bangunan maka tanah tidak boleh “lunak” yang akan timbul akibat adalah
daya dukung rendah, penurunan yang tinggi dan liquifaksi. Liquifaksi terjadi pada
pasir yang jenuh air dan lepas. Pasir ini bersifat seperti cairan dengan kuat
gesernya nol sehingga daya dukung tanahnya hilang. Bila terjadi gempa, akan
berbahaya bagistruktur diatasnya karena pasir tidak stabil dan bergerak kearah
horisontal
Apa yang terjadi jika KONSTRUKSI BANGUNAN DI ATAS
TANAH LUNAK ?

1. Beban bangunan yang mampu dipikul oleh tanah dasar relatif terbatas
2. Bangunan akan mengalami penurunan yang relatif besar dan berlangsung
relatif lama
3. Bangunan sekitar lokasi pembangunan akan berpotensi mengalami
gangguan

CONTOH PROBLEMA TIMBUNAN DI ATAS TANAH LUNAK


4. SOLUSI

Umumnya jenis tanah yang mengalami konsolidasi berlebihan adalah lempung


lunak jenuh. Terdapat beberapa metode yang bisa dilakukan guna perbaikan tanah
lunak terhadap penurunan yang berlebihan (settlemen) dan secara garis besar dapat
dikelompokan dalam tiga kategori : pertama dapat dilakukan dengan memasang
vertical drain, kedua dengan menggunakan cerucuk atau corduroy serta yang ketiga
dengan menggunakan pondasi tiang.

Pertama memasang vertical drain, tanah lempung lunak jenuh adalah tanah
dengan rongga kapiler yang sangat kecil sehingga proses konsolidasi saat tanah
dibebani memerlukan waktu cukup lama, sehingga untuk mengeluarkan air dari tanah
secara cepat adalah dengan mebuat vertical drain pada radius tertentu sehingga air
yang terkandung dalam tanah akan termobilisasi keluar melalui vertical drain yang
telah terpasang. Vertical drain ini dapat berupa stone column atau menggunakan
material fabricated yang diproduk oleh geosinindo atau pabrik yang lainnya.
Pekerjaan vertical drain ini biasanya dikombinasikan dengan pekerjaan pre-load
berupa timbunan tanah, dengan maksud memberikan beban pada tanah sehingga air
yang terkandung dalam tanah bisa termobilisasi dengan lebih cepat.

Kedua dengan menggunakan cerucuk bamboo atau corduroy, prinsip kerjanya


sebelum dilakukan penimbunan terlebih dahulu memasang bantalan baik yang terbuat
dari bamboo (cerucuk) atau dari kayu gelondongan (corduroy) sehingga saat tanah
dihampar tidak bercampur dengan tanah asli dibawahnya dan tanah timbunan tersebut
membentuk satu kesatuan yang mengapung diatas tanah aslinya semacam pontoon
yang mengapung diatas air. Terdapat pondasi cerucuk bamboo yang telah
dimodifikasi dan dipatentkan oleh Pak Mansyur Irsyam (dosen ITB) yang telah
diaplikasikan pada bebepara daerah diindonesia serta telah terbukti mamfaatnya.

Ketiga dengan menggunakan tiang pancang, bisa berupa bore pile atau PC spun
pile, sehingga struktur yang akan kita bangun diatas tanah tersebut tidak lagi
menumpuh pada tanah lunak tersebut akan tetap menumpu pada lapisan tanah keras
dibawahnya. Satu hal yang perlu diperhatikan saat merencanakan pondasi tiang
pancang pada tanah lunak adalah negative skin friction.

Dua metode perbaikan tanah lunak yang saya sebutkan pertama cocok
diaplikasikan pada pekerjaan jalan, yard penumpukan barang pada dermaga dll.
Sementara untuk untuk pondasi dari struktur atau proses equipment yang tepat
diguanakan adalah menggunakan pondasi tiang pancang.

Pile raft foundation, adalah pondasi yang sering digunakan untuk pondasi tangki
pada tanah lunak. Prinsip kerjanya seperti deck on pile dimana tangki duduk pada pile
cap yang ditopang oleh sejumlan pile dan saya selalu menggunakan metode seperti ini
dalam merencanakan pondasi equipment dengan pertimbangan : penurunan yang
diijinkan terhadap pondasi equipment sangat kecil, karena equipment ini tersambung
dengan equipment proses lainnya melalui pipa baja yang cukup kaku

Ring foundation juga sering digunakan untuk pondasi tangki refer to API 650,
akan tetapi pada kondisi tanah lunak tentunya sudah tidak cocok sebab apabila terjadi
settlement yang tidak merata akan menyebabkan pondasi miring dan crack, dan ini
merupakan awal kegagalan dari pondasi.

Ring foundation juga sering digunakan untuk pondasi tangki refer to API 650,
akan tetapi pada kondisi tanah lunak tentunya sudah tidak cocok sebab apabila terjadi
settlement yang tidak merata akan menyebabkan pondasi miring dan crack, dan ini
merupakan awal kegagalan dari pondasi.
5. KESIMPULAN
Tanah lunak mempunyai karakteristik yaitu kompresibilitas yang tinggi dengan
kekuatan geser yang kecil, tanah lunak mempunyai kekuatan geser kurang dari 25
kPa.
Masalah yang sering dijumpai pada kontruksi yang dibangun di atas tanah lunak
adalah masalah penurunan. Pemberian beban di atas tanah lunak akan mengakibatkan
terjadinya pengaliran air dan udaradari dalam pori-pori tanah sehingga mengakibatkan
menyusutnya volume tanah, peristiwa ini disebut dengan proses konsolidasi tanah.
Terdapat beberapa metode yang bisa dilakukan guna perbaikan tanah lunak
terhadap penurunan yang berlebihan (settlemen) dan secara garis besar dapat
dikelompokan dalam tiga kategori : pertama dapat dilakukan dengan memasang
vertical drain, kedua dengan menggunakan cerucuk atau corduroy serta yang ketiga
dengan menggunakan pondasi tiang.

Anda mungkin juga menyukai