Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL PENELITIAN IDENTIFIKASI LAPISAN AKUIFER

MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK DI DESA BELEKA


KECEMATAN PRAYA TIMUR KABUPATEN LOMBOK TENGAH

Oleh :
NAMA : MUH ALI AKBAR
NIM : 417020007

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMADIYAH MATARAM
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Air sangat penting bagi setiap makhluk hidup, dapat dikatakan bahwa
tidak ada air berarti tidak ada kehidupan. Sumber air dapat berasal dari air
hujan, sungai, danau atau air yang tersimpan dalam tanah/akuifer Air yang
berada di dalam tanah disebut air tanah. air tanah adalah air yang bergerak di
dalam tanah yang terdapat di dalam ruang antar butir-butir tanah yang
meresap ke dalam tanah dan bergabung membentuk lapisan tanah
disebut akuifer. Lapisan yang mudah dilalui oleh air tanah disebut lapisan
permeable, seperti lapisan yang terdapat pada pasir atau kerikil, sedangkan
lapisan yang sulit dilalui air tanah disebut lapisan impermeable, seperti lapisan
lempung. Akuifer adalah lapisan batuan di bawah permukaan tanah yang
mengandung air dan dapat dilalui air. Akuifer adalah formasi geologi atau
grup formasi yang mengandung air dan secara signifikan mampu mengalirkan
air melalui kondisi alaminya. akuifer merupakan lapisan pembawa air
Ditinjau dari muka air tanah, akuifer dikelompokkan menjadi akuifer bebas
dan akuifer tertekanAir tanah yang berasal dari akuifer bebas umumnya
ditemukan pada kedalaman yang relatif dangkal, kurang dari 40 meter. Selain
kedua jenis akuifer tersebut, ada pula yang disebut akuifer semi tertekan
dan akuifer semi tidak tertekan yang merupakan kombinasi dari kedua
jenis akuifer tersebutAkuifer semi tertekan sering dijumpai di daerah
lembah aluvial dan dataran, yang air tanahnya terletak di bawah lapisan.
Dalam usaha untuk mendapatkan air tanah munculah beberapa metode
penyelidikan permukaan tanahyang dapat dilakukan, diantaranya : metode
geologi, metode gravitasi, metode magnit, metode seismik,dan metode
geolistrik. Dari metode-metodetersebut, metode geolistrik merupakan metode
yang banyak sekali digunakan dan hasilnya cukup baik (Bisri,1991)
Pendugaan geolistrik ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran
mengenai lapisan tanah dibawah permukaan dan kemungkinan terdapatnya air
tanah dan mineral pada kedalaman tertentu.Pendugaan geolistrik ini
didasarkan pada kenyataan bahwa material yang berbeda akan mempunyai
tahanan jenis yang berbeda apabila dialiri aruslistrik. Air tanah mempunyai
tahanan jenis yang lebih rendah daripada batuan mineral

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana cara mengidintifikasi lapisan akuifer?
2. Apa saja langkah-langkah pengukuran menggunakan metode geolistrik?

C. Tujuan penelitian.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memenuhi kurikulum yang
telah ditetapkan pada program studi D3 teknik pertambangan fakultas teknik
universitas muhammadiyah mataram. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengedintifikasi lapisan akuifer dengan menggunakan metode geolistrik 1D
di Desa Beleka Kecematan Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Air Tanah (akuifer)


Air tanah menurut Undang Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang
Sumber Daya Air (UU No. 7/2004) mendefinisikan air tanah sebagai air
yang terdapat dalam lapisan tanah atau  batuan di bawah permukaan tanah.
air tanah adalah air yang menempati rongga-rongga dalam lapisan geologi.
Lapisan tanah yang terletak di bawah permukaan tanah dinamakan lajur
jenuh (saturated zone), dan lajur tidak jenuh terletak di atas lajur jenuh
sampai ke permukaan tanah, yang rongga-rongganya berisi air dan udara. air
tanah juga adalah sejumlah air di bawah permukaan bumi yang dapat
dikumpulkan dengan sumur-sumur, terowongan atau sistem drainase atau
dengan pemompaan.
Dapat juga disebut aliran yang secara alami mengalir ke permukaan
tanah melalui pancaran atau rembesan.Air bawah permukaan adalah segala
bentuk aliran air hujan yang mengalir di bawah permukaan tanah sebagai
akibat struktur perlapisan geologi, beda potensi kelembaban tanah, dan gaya
gravitasi bumi. Air bawah permukaan tersebut biasa dikenal dengan air. Air
yang berada di bawah  muka air  pada umumnya disebut air tanah, dan lajur
di bawahnya disebut sebagai lajur jenuh. air tanah adalah air yang bergerak
di dalam tanah yang terdapat didalam ruang antar butir-butir tanah yang
meresap ke dalam tanah dan bergabung membentuk lapisan tanah yang
disebut akifer.
Lapisan yang mudah dilalui oleh air tanah disebut lapisan permeable,
seperti lapisan yang terdapat pada pasir atau kerikil, sedangkan lapisan yang
sulit dilalui air tanah disebut lapisan impermeable, seperti lapisan lempung
atau geluh. Lapisan yang dapat menangkap dan meloloskan air disebut
akuifer. macam-macam akifer sebagai berikut:
a. Akifer Bebas (Unconfined Aquifer) yaitu lapisan lolos air yang hanya
sebagian terisi oleh air dan berada di atas lapisan kedap air. Permukaan
tanah pada aquifer ini disebut dengan water table (preatiklevel), yaitu
permukaan air yang mempunyai tekanan hidrostatik sama dengan
atmosfer.
 b. Akifer Tertekan (Confined Aquifer) yaitu aquifer yang seluruh jumlahnya
air yang dibatasi oleh lapisan kedap air, baik yang di atas maupun di
bawah, serta mempunyai tekanan jenuh lebih besar dari pada tekanan
atmosfer.
 c. Akifer Semi tertekan (Semi Confined Aquifer) yaitu aquifer yang
seluruhnya jenuh air, dimana bagian atasnya dibatasi oleh lapisan semi
lolos air dibagian bawahnya merupakan lapisan kedap air.
d. Akifer Semi Bebas (Semi Unconfined Aquifer) yaitu aquifer yang bagian
bawahnya yang merupakan lapisan kedap air, sedangkan bagian atasnya
merupakan material berbutir halus, sehingga pada lapisan penutupnya
masih memungkinkan adanya gerakan air. Dengan demikian aquifer ini
merupakan peralihan antara aquifer bebas dengan aquifer semi
tertekan.     
  Pada dasarnya potensi air tanah sangat tergantung dari kondisi
geologi terutama yang berkaitan dengan konfigurasi akuifer, struktur
geologi, geomorfologi dan curah hujan. Dari jenis dan sebaran batuan
berikut struktur geologi dapat diketahui jenis dan sebaran akuifer yang ada
walaupun demikian tidak semua batuan berfungsi sebagai akuifer.

B. Kondisi Geologi Daerah Peneltian


Kondisi geologi dan tektonik wilayah Kabupaten Lombok Tengah
sangat berhubungan dengan kondisi geologi regional Pulau Lombok. Secara
fisiografi Pulau Lombok merupakan bagian dari Busur Gunung Api Nusa
Tenggara sekaligus Busur Sunda sebelah timur dan Busur Banda sebelah
barat. Adapun jenis batuan yang terdapat di Pulau Lombok terdiri dari
batuan gunungapi, batuan sedimen, dan batuan terobosan berkisar dari
Tersier hingga Kuarter.
Struktur yang terdapat di Pulau Lombok sendiri berupa sesar normal
dan sesar geser jurus, yang secara umum mengarah ke barat laut – tenggara.
Gejala tektonik paling tua yang terjadi di daerah ini diduga terjadi pada
Oligosen dan diikuti oleh kegiatan gunung apai bawah laut. Adapun jenis
tanah yang tersebar di Kabupaten Lombok Tengah terdiri dari Alluvial,
Regosol Kelabu, Regosol Coklat, Brown Forest Soil, Gromosol Kelabu Tua,
Mediteran Coklat Litosol, Komplek Mediteran Coklat.
Luas
Jenis Tanah Persentase
(Ha)
Alluvial 2.414 2,00
Regosol Kelabu 26.416 21,86
Regosol Coklat 7.222 5,98
Brown Forest Soil 9.150 7,57
Gromosol Kelabu Tua 30.771 25,46
Komplek Gromosol Kelabu Tua, Mediteran 6.494 5,37
Coklat Litosol
Komplek Mediteran Coklat, Gromosol 38.372 31,75
Kelabu, Regosol Coklat dan Litosol
Total 120.839 100,00
Sumber: Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Lombok Tengah
dalam BPS Kabupaten Lombok Tengah, 2013

Kabupaten Lombok Tengah memiliki wilayah rawan bencana meliputi


rawan bencana gunung api, potensi aliran lahar/banjir bandang, banjir,
gerakan lempeng tanah, serta potensi terjadi lempung mengembang.
Wilayah rawan bencana gunung api dan aliran lahar/banjir bandang
terletak di Kecamatan Batukliang Utara, di daerah kaki Gunung Rinjani.
Kemudian untuk wilayah rawan banjir terletak di dataran rendah, pada
umumnya berdekatan dengan daerah aliran sungai dan rawa. Wilayah
tersebut antara lain adalah di Kecamatan Pujut, Praya Timur, Praya, Praya
Tengah, dan Praya Barat. Sementara untuk potensi terjadi lempung
mengembang terdapat di Kecamatan Praya Barat dan Pujut.
C. Metode Geolistrik Resistivitas
Metode geolistrik merupakan salah satu metode dalam survey
geofisika yang memanfaatkan perbedaan sifat kelistrikan berupa hambatan-
jenis dalam batuan. Berdasarkan sumber energinya, sebenarnya metode
geolistrik dapat diklasifikasikan lagi, menjadi :
1. Geolistrik Aktif (berdasarkan sumber energi buatan);
a. IP (Induced Potential)
b. Geolistrik resistivitas sounding
c. Geolistrik resistivitas mapping
d. Geoelectrical borehole tomography
e. Mise a la masse
2. Geolistrik Pasif (berdasarkan sumber energi alami bumi);
a. SP (Spontaneous Potential)
Hambatan-jenis/resistivitas adalah sifat/kemampuan suatu bahan
untuk menghambat arus listrik yang melaluinya. Suatu bahan yang
memiliki resistivitas yang semakin besar akan menjadikan arus listrik
semakin sulit untuk mengalir. Resistivitas bertolak belakang dengan
konduktivitas, dimana bila resistivitas besar maka konduktivitas akan
kecil, begitu pula sebaliknya.
Batuan, sebagai suatu medium juga memiliki sifat resistivitas,
yang beragam sesuai dengan jenis-jenis batuan. Oleh karena itu,
dengan memanfaatkan perbedaan-perbedaan sifat resistivitas batuan
tersebut, dengan metode geofisika ini kemudian dapat disediliki
bagaimana kondisi geologis bawah permukaan. Variasi resistivitas
batuan tersebut tergantung pada jenis batuan dan mineral, porositas
batuan, kandungan fluida dalam pori-pori batuan (dapat berupa
minyak bumi, gas, atau air).
Rentang nilai resistivitas beberapa medium.
Pengukuran resistivitas dilakukan dengan instrumen berupa
Resistivitymeter sebagai unit utamanya, dilengkapi oleh beberapa
perangkat penunjang seperti batang-batang elektroda, kabel-kabel
penghubung, sumber daya listrik (battery/accu), dll. Prinsip
pengukuran geolistrik resistivitas ini pada dasarnya cukup sederhana.
Mengacu pada Hukum Ohm, V=I.R, yaitu dengan
menginjeksikan/menghantarkan arus listrik I ke dalam tanah
(tanah/bumi sebagai medium hantar berhambatan R) melalui
sepasang elektroda arus, dan mengukur beda potensial V yang timbul
melalui sepasang elektroda potensial pada jarak tertentu dari
elektroda arus. Resistivitas terukur umumnya dinyatakan dalam
satuan Ohm-meter (Ωm).
Dalam peneraannya, metode ini digunakan dalam eksplorasi di
beberapa bidang. Umumnya dimanfaatkan untuk mengetahui struktur
bawah permukaan dan stratigrafi, untuk mengetahui sebaran endapan
mineral tambang, untuk mengetahui lapisan akuifer dan muka air
tanah, untuk mengetahui akumulasi minyak bumi di lapisan dangkal
dan kontak fluida antara minyak dan air, untuk mengetahui reservoar
geothermal, dan bahkan untuk mengetahui keberadaan candi
terpendam.
D. Pengertian Geolistrik
Geolistrik ialah suatu metode dalam geofisika yang mempelajari sifat
aliran listrik di dalam bumi dan cara mendeteksinya di permukaan bumi.
Pendeteksian ini meliputi pengukuran beda potensial, arus, dan
elektromagnetik yang terjadi secara alamiah maupun akibat pengijeksian arus
ke dalam bumi (Kanata, dan Zubaidah., 2008). Azhar dan Handayani (2004)
telah melakukan pemodelan berskala laboratorium untuk mengukur tahanan
jenis beberapa sampel batubara dari Tambang Air Laya menggunakan
konfigurasi Wenner-Schlumberger, dengan dasar pemikiran metode tahanan
jenis telah banyak dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan ekplorasi lapisan
dangkal. Metoda tahanan jenis merupakan metode geofisika yang dipakai
untuk pengukuran tahanan jenis semu suatu medium. Pengukuran dengan
konfigurasi schlumberger ini menggunakan 4 elektroda, masing-masing 2
elektroda arus dan 2 elektroda potensial. Dari hasil pengukuran arus dan beda
potensial untuk setiap jarak elektroda tertentu, dapat ditentukan variasi harga
hambatan jenis masing-masing lapisan di bawah titik ukur (titik sounding).
Adapun metode dalam geolistrik antara lain;
1. Sounding Dan Mapping
secara sounding dan mapping. Sounding merupakan pengukuran
perubahan resistivitas bawah permukaan pada arah vertikal. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara mengubah/membuat variasi jarak antar elektroda
arus dan potensial, pada titik pengukuran yang sama. Konfigurasi
elektroda yang umum digunakan adalah konfigurasi Schlumberger.
Mapping atau Traversing merupakan pengukuran perubahan
resistivitas bawah permukaan secara lateral (horisontal). Mapping ini dapat
dilakukan dengan cara berpindah titik pengukuran, namun
mempertahankan jarak antar elektroda arus dan potensial Konfigurasi
elektroda yang umum digunakan adalah konfigurasi Winner atau Dipole-
Dipole.
E. Konfigurasi Elektroda Schlumberger
Terdapat beberapa konfigurasi atau cara menyusun elektroda untuk
melakukan pengukuran bawah permukaan dalam metode geolistrik, seperti
konfigurasi Wenner, Schlumberger, Pole-Pole, Pole- Dipole, Dipole-Dipole.
Pada pengukuran sounding yaitu pengukuran bawah permukaan dengan tujuan
untuk mengetahui sebaran titik geolistrik secara vertikal ke bawah dengan
kedalaman yang cukup dalam, konfigurasi yang cocok digunakan adalah
konfigurasi Schlumberger. Dengan menggunakan konfigurasi Schlumberger
pemindahan elekroda tidak semuanya dipindahkan, elektroda arus saja yang
dipindahkan secara logaritmik sedangkan elektroda potensial tetap (Todd,
D.K, 1980). Selain itu dengan menggunakan konfigurasi Schlumberger
pemindahan elektroda tidak terlalu sulit dan tidak terlalu jauh untuk
mengetahui hingga ke kedalaman 100 m.

F. Faktor Geometri (K)


Faktor Geometri atau sering dilambangkan dengan “k” merupakan
besaran yang penting dalam pendugaan tahanan jenis vertikal maupun
horizontal. Besaran ini tetap untuk kepentingan eksplorasi dapat diperoleh
berbagai variasi nilai tahanan jenis terhadap kedalaman. Hasil pengukuran
dilapangan sesudah dihitung nilai tahanan jenisnya merupakan fungsi dari
konfigurasi elektroda dan berkaitan dengan kedalaman penetrasinya. semakin
panjang rentang antar elektroda, semakin dalam penetrasi arus yang diperoleh
yang tentu juga sangat ditentukan oleh kuat arus yang dialirkan melalui
elektroda arus. (sumber: Santoso Djoko. 2002. Pengantar Teknik Geofisika.
Bandung. ITB). untuk penjabaran sehingga diperoleh konfigurasinya dapat di
lihat pada penjabaran-faktor-geometri-darikonfigurasi-schlumberger

G. Sifat Kelistrikan Batuan


Sifat kelistrikan batuan adalah karakteristik dari batuan bila dialirkan
arus listrik ke dalamnya. Arus listrik dapat berasal dari alam itu sendiri
disebabkan oleh adanya atom-atom penyusun kerak bumi yang berinteraksi
satu sama lainnya akibat adanya ketidakseimbangan muatan, atau arus listrik
yang sengaja dimasukkan ke dalamnya. Beberapa sifat kelistrikan batuan yang
berguna dalam eksplorasi secara geolistrik khususnya dalam metode
resistivitas adalah potensial listrik alami, konduktivitas listrik, dan konstanta
dielektrik. Potensial listrik alami terjadi karena adanya aktivitas elektrokimia
atau kegiatan mekanik alam. Potensial listrik ini dapat dikelompokkan
menjadi:
1. Potensial elektrokinetik, terjadi bila larutan elektrolit bergerak melalui
media berbentuk pipa kapiler atau media yang berpori-pori.
2. Potensial difusi, terjadi bila ada perbedaar mobilitas dari ion-ion dalam
larutan yang mempunyai konsentrasi berbeda.
3. Potensial nerust, terjadi bila suatu elektroda logam dimasukkan ke dalam
larutan homogen.
4. Potensial mineralisasi, terjadi bila dua elektroda logam dimasukkan ke
dalam elektroda homogen.

Konduktivitas listrik adalah kemampuan dari batuan dalam


menghantarkan arus listrik. Arus listrik dapat mengalir dalam batuan dengan
tiga cara yaitu;
1. Konduksi secara elektronik, hal ini terjadi jika batuan mengandung banyak
elektron bebas, seperti bada batuan yang banyak mengandung logam.
Sehingga arus listrik mudah mengalir pada batuan tersebut.
2. Konduksi secara elektrolitik, ini banyak terjadi pada batuan yang bersifat
porus dan pada pori-pori tersebut terisi oleh larutan elektrolit. Sehingga
arus listrik mengalir di bawah olh ion-ion larutan elektrolit.
3. Konduksi secara dielektrik, konduksi ini terjadi pada batuan yang bersifat
dielektrik, artinya batuan tersebut mempunyai elektron bebas sedikit dan
bahkan tidak ada. Tetapi karena adanya pengaruh medan listrik dari luar
maka elektron- elektron dalam atom batuan dipaksa berpindah dan
berpisah dengan intinya sehingga terjadi polarisasi. Konduksi ini sangat
bergantung pada konstanta dielektrik batuan.
Berdasarkan harga resistivitasnya, batuan dapat digolongkan menjadi dua
golongan, yaitu: (Anonymous, 2007).
a. Konduktor baik : 10-6< ρ < 1Ωm
b. Konduktor pertengahan: 1 < ρ < 107 Ωm
H. Definisi Air Tanah
Air tanah adalah air yang berada di dalam tanah. Air tanah dibagi menjadi
dua, air tanah dangkal dan air tanah dalam. Air tanah dangkal merupakan air
yang berasal dari air hujan yang diikat oleh akar pohon. Air tanah ini terletak
tidak jauh dari permukaan tanah serta berada diatas lapisan kedap air.
Sedangkan air tanah dalam adalah air hujan yang meresap kedalam tanah lebih
dalam lagi mealui proses absorpsi serta filtrasi oleh batuan dan mineral di
dalam tanah. Sehingga berdasarkan prosesnya air tanah dalam lebih jernih dari
air tanah dangkal (Kumalasari & Satoto, 2011).
Air tanah (groundwater) merupakan air yang berada di bawah
permukaan tanah. Air tanah ditemukan pada akifer pergerakan air tanah sangat
lambat kecepatan arus berkisar antara 10-10 – 10-3 m/detik dan dipengaruhi
oleh porositas, permeabilitas darilapisan tanah, dan pengisian kembali air.
Karakteristik utama yang membedakan air tanah dan air permukaan adalah
pergerakan yang sangat lambat dan waktu tinggal yang sangat lama, dapat
mencapai puluhanbahkan ratusan tahun. Karena pergerakan yang sangat
lambat dan waktu tinggal yang lama tersebut, air tanah akan sulit untuk pulih
kembali jika mengalami pencemaran (Effendi, 2003).
Menurut (Sanropie, 1984) air tanah adalah air yang tersimpan di dalam
lapisan batuan yang mengalami penambahan secara terus menerus oleh alam
secara terus menerus.
I. Cara mendapatkan air tanah
Untuk mendapatkan air tanah memerlukan beberapa langkah yang dapat
ditempuh antara lain (Sanropie, 1984):
1. Mencari/mendapatkan bantuan dari seorang ahli dibidang hidrologi dan
berdasarkan penyelidikan – penyelidikan geoogis yang diadakan
sebelumnya (peta hidrologi)
2. Kita menggunakan pengetahuan dan pertimbangan:
a. Mempelajari, bilamana ada penyelidikan geologis yang sekiranya
dapat diterapkan dan menunjukkan keadaan air tanah dan sifat – sifat
lapisan tanah.
b. Mempelajari atau menyelidiki sumur – sumur yang ada baik mengenai
profilnya, kuantitas, kulitas air maupun lokasi sumurnya.
c. Membuat lubang – lubang percobaan yang nantinya dari lubang
percobaan didapat contoh – contoh air tanah serta jenis – jenis lapisan
tanah maupun profilnya.
d. Menggunakan peralatan, sebelum penyelidikan-penyelidikan
pembuatan lobang-lobang percobaan hendaknya mengadakan
konsultasi dengan jawatan geologi terlebih dahulu.

J. Sifat-sifat air tanah


Menurut (Sanropie, 1984) secara umum mempunyai sifat-sifat yang
menguntungkan, khususnya dari segi bakteriologi, namun demikian dari segi
kimiawi mempunyai beberapa karakteristik yang tertentu, tergantung pada
lapisan:
a. Kesadahan/hardnees = 201 mg/l sebagai Ca CO3
b. Kalsium = 142 mg/l sebagai Ca CO3
c. Magnesium = 59 mg/l sebagai Ca CO3
d. Sodium + potassium = 20 mg/l sebagai Na
e. Bicarbonate = 143 mg/l sebagai Ca CO3
f. Chloride = 23 mg/l sebagai Ca
g. Sulfat = 59 mg/l sebagai SO4
h. Nitrate = 0,06 mg/l sebagai N
i. Besi = 0,18 mg/l sebagai Fe
j. Silica = 12 mg/l sebagai S1 S2
k. Carbon dioksida =14 mg/l sebagai Ca CO3
l. pH = 7,4
Namun demikian umumnya air tanah mempunyai karakteristik :
a. Kesadahan/hardnees = 61 mg/l sebagai Ca CO3
b. Kalsium = 29 mg/l sebagai Ca CO3
c. Magnesium = 32 mg/l sebagai Ca CO3
d. Sodium = 26 mg/l sebagai Na
e. Bicarbonate = 60 mg/l sebagai Ca CO3
BAB III.
METODE PENELITIAN
A. Metode penelitian
Metode ini dilakukan dengan cara melakukan pengamatan atau
peninjaun secara langsung dilapangan guna mendapatkan informasi secara
factual. Penetuan lokasi pengamatan dengan menentukan lokasi atau titik-titik
pengamatatan dan contoh yang mewakili secara keseluruhan.
Menyusuaikan dengan perumusan masalah yang bertujuan agar peneliti
yang dilakukan tidak meluas, atau data yang diambil dapat digunakan secara
efektif.

B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian akan dilakukan di Desa beleka Kecematan Praya
timur Kabupaten Lombok Tengah.
Penelitian dilakukan dengan pengambilan data secara langsung
(primer). Daerah penelitian adalah di Desa Beleka, Kecamatan Praya Timur
Kabupaten Lombok Tengah. Konfigurasi elektroda dalam pengambilan data
menggunakan konfigurasi Schlumberger sounding. Prosessing data dilakukan
dengan menggunakan software Ip2Win dengan tujuan menginterpestasikan
nilai resistivitas bawah permukaan secara 1 dimensi

C. Teknik Pengambilan Data


Cara pengambilan data dengan mengamati langsung aktifitas kerja di lapangan
Dengan Data konfigurasi schumberger.
1. Teknik Pengambilan Data Kebutuhan Peralatan Alat dan bahan yang
digunakan adalah sebagai berikut :
a. Resistivity meter
b. Sumber arus DC (YUASA 50 A 12 V)
c. 2 elektroda arus (stain lees steel)
d. 2 elektroda potensial (tembaga)
e. 2 roll kabel penghubung elektroda potensial
f. 2 roll kabel penghubung elektroda arus

D. Teknis Analisis Data


Teknik Analisis Data Pemodelan Inversi Teknik analisis data yang
digunakan dalam eksplorasi ini adalah pemodelan inversi. Untuk memperoleh
gambaran (peta) formasi lapisan batuan dan nilai-nilai resistivitas tiap lapisan,
pemodelan inversi dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :
1. Nilai – nilai resistivitas semu (ρa) lapisan batuan diformat pada program
notpad sesuai konfigurasi Wenner, kemudian disimpan dengan file yang
berekstensi dat ( .dat)
2. 1. Setelah data diformat dan disimpan, file dibuka pada program res2dinv.
2. Pemodelan inversi dijalankan untuk mendapatkan gambaran (peta)
formasi lapisan batuan 2-D (dua dimensi) dan nilai-nilai resistivitas (ρ)
tiap lapisan.
 Analisis Jenis Lapisan Batuan
Teknik analisa data yang digunakan untuk memperkirakan jenis
lapisan batuan adalah:
1. Mengkonfirmasikan jenis lapisan batuan hasil pengolahan dengan data
geologi hasil studi literatur dan peninjauan lapangan. Hal ini dimaksudkan
agar interpretasi jenis lapisan tidak menyimpang dari formasi batuan
berdasarkan tinjauan geologi.
2. Melakukan pencocokan nilai resistivitas tabel dengan nilai resistivitas tiap
lapisan. Jika dalam analisis ini ditemukan adanya indikasi akuifer, maka
dapat dilakukan analisis lebih lanjut untuk memperkirakan kedalaman dan
ketebalan akuifer serta sumber daya air tanah.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Demikian Proposal ini di buat untuk memenuhi penelitian, yang akan
dilaksanakan di Desa beleka kecamatan praya timur, kabupaten Lombok
tengah. Penulis berharap rencana kegiatan ini mendapatkan sambutan dan
dukungan penuh baik dari semua pihak yang bersangkutan maupun dari
kampus, demi kelancaran dilaksanakannya Peneltian ini. Atas perhatian dan
dukungan yang diberikan, penulis ucapkan terima kasih.

B. Identitas Mahasiswa
Biodata
Nama : muh ali akbar
Tempat Tanggal Lahir : Dompu,28 februari 1998
Jenis Kelamin : Laki-Laki
NO. HP : 085337804995
Email : akbar280298@gmail.com
Riwayat Pendidikan
2004-2010 : SDN 03 PAJO KECEMATAN PAJO
2010-2013 : SMPN 6 DOMPU KECEMATAN DOMPU
2013-2016 : SMA 1 PAJO KECEMATAN PAJO
2016-2017 : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
DAFTAR PUSTAKA

https://karangsengo.blogspot.com/2015/07/makalah-penentuan-air-tanah-
dengan.html
Bisri, M., 1991. Aliran Air Tanah. Malang: Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya
Darsono 2016 identifikasi akuifer dangkal dan akuifer dalam dengan metode
geolistrik/jurusan fisika FMIPA, Universitas sebelas maret. Vol:
41-42
Singh, K.B., Lokhande, R.D., Prakash, A., 2004. Multielectrode Resistivity
Imaging Technique for The Study of Coal Seam. Journal of
Scientific and Industrial Research, 63,927-930.
Baso usman 2017 Identifikasi Akuifer Air Tanah Kota Palopo Menggunakan
Metode Geolistrik Tahanan Jenis Konfigurasi
Schlumberger.Program Studi FisikaUniversitas Cokroaminoto
Palopo vol:14
72 Jurnal Fisika FLUX, 14(2), 2017. Hal.65-72 New York: John and Wiley and
Sons Ltd.
Nataniel Dengen 2012. PENGOLAHAN DATA GEOLISTRIK PADA
EKPLORASI SUMBER AIR TANAH DI KECAMATAN
KONGBENG KABUPATEN KUTAI TIMUR DENGAN
PERANGKAT LUNAK RES2DINV Program Studi Ilmu
Komputer FMIPA Universitas Mulawarman.vol:7(1)

Anda mungkin juga menyukai