Anda di halaman 1dari 7

PERBEDAAN HIDROLOGI KAWASAN KARST DAN NON KARST

Meydelin Isani Thoban


1
Departemen Geografi Lingkungan Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada
Email: isanimeydelin@gmail.com
INTISARI

Setiap daerah memiliki keuniakan tersendiri. Hal yang sama juga berlaku untuk
setiap wilayah dan kawasan. Di asia tenggara pada umunya sumberdaya air berasal dari
kawasan karst. Indonesia memiliki jumlah kawasan yang cukup banyak dan tersebar di
beberapa pulau. Keunikan kawasan karst dari segi hdrologi menjadi dayatarik tersendiri
dari kawasan tersebut. proses yanng terjadi di kawasan tersebut menyebabkan kawasan
tersebut memiliki kondisi yang berbeda dari kawasan non-karst terutama dari kondisi
akuifer, aliran permukaan, dan potensi sumberdaya airnya.
Kata Kunci : Kawasan karst, non-karst, hidrologi

PENDAHULUAN
Sumberdaya air merupakan sesuatu yang sanag bagi kehidupan manusia. Air
merupakan salah satu sumberdaya yang tidak pernah habis karena selalu mengalami siklus
perputaran yang dinamakan siklus hdrologi. Hidrologi merupakan suatu ilmu yang
mempelajari mengnai kondisi air yang ada di permukaan dan di bawah permukaan bumi.
Setiap daerah memiliki kondisi hidrologi yang berbeda-berbeda., perbedaan
tersebut sangat bergantung dari kondisi geomorfologi daerah tersebut. Salah satu kajian dari
geomorfologi yang dapat memperngaruhi perbedaan hidrologi yaitu adanya perbedaan
proses pembentukannya. Daerah proses pelarutan akan menghasilkan kondisi hidrologi
yang berbeda dengan daerah lainnya. Perbedaan tersebut kemudian memicu timbulnya
perbedaan sumberdaya air disetiap daerah.
Kawasan karst merupakan salah satu kawasanya yang dianggap sebagai kawasan
yang kering apabila dilihat dari permukaan. Namun sesungguhnya kawasan tersebut meiliki
sumberdaya air yang sanagt besar. Menurut Darnaulut (2008), 25% populasi penduduk
didunia bergantung kepada sumberdaya air dari kawasan karst dan pada umumnya berda di
wilayah Mediterania dan Asia Tenggara. Air tersebut memang tidak tampak dipermukaan
namun apbila ditelursui lebih jauh maka air yang ditemukan di bahwa permukaan tanah akan
sangat melimpah atau yang dikenal dengan air tanah. Keuinikan tersebut hanya dapat
dijumpai di kawasan karst. Berbeda dengan kawasan non kasrt yang memiiliki jumlah air
yang melimpah di permukaan namun bila diabndigkan dengan kawasan kartss air tanah di
kawasana non karst jauh lebih sedikit.
Kondisi yang berbeda menjadi sesutu yang menarik perhatian untuk dipelajari lebih
mendalam. Perbedaan kondisi hidrologi kawasan karst dan kawasan non karst menjadi
tujuan utama dari tulisan ini.

ISI
1. Kawasan karst dan kawasan non karst

[1]
Kawasan Karst merupakan salah satu hasil dari bentuklahan proses
pelarutan. Pelarutan terjadi pada batuan dasar yang berupa batu gamping. Proses
pelarutan yang terjadi pada setiap bauan pada umumnya terjadi dalam intensitas
yang sama namun dengan waktu yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut akan
menimbulkan terbentuknya bentukan – bentukan yang baru (Maulana, 2012).
Terjadinya proses pelarutan di suatu daerah dapat disebabkan oleh
tempertatur dan tutupan lahan. Sedangkan faktor pendorongnya dapat disebabkan
oleh bahan batuan yang mudah larut, curah hujan yang cukup tinggi, serta
keberaaan batuan di daerah yang memungkinkan terjadinya pengaliran air secara
vertikal. Gambar 1.1 mengambarkan proses dari pembentukan kawasan karst
secara sederhana. Menurut Fleury, S. (2009), air merupakan agen utama dalam
proses penbentukan karst. Air permukaan yang telah bersifat asam kemudian
bersentuh dengan batuan dasar karbonat yang selanjutnya mengalami proses
pelarutan dan membentuk celah-celah kecil. Air tersebut terus membentuk alur dan
celah pada batuan hingga membentuk lubang besar. Proses tersebut pada
umumnya membutuhkan waktu yang cukup panjang dan tergantung pada suhu
dan tingkat keasaman.

Gambar 1.1 Sumber : Fleury (2009)

[2]
Kawasan karst memiliki ciri-ciri tertentu yang berbeda dari yang lainnya.
Menurut Haryono dan Adji (2009), terdapat beberapa ciri-ciri utama dari kawasan
karst yaitu;
a. Terdapat cekungan tertutup dan lemah kering dalam berbagai ukuran dan
bentuk
b. Tidak terdapat drainase atau sungai di permukaan (sangat langka)
c. Terdapat goa dan sistem drainase bawah tanah.
Ciri pertama juga dikemukakan oleh Adji, Haryono, dan Woro (1999), bahwa
cekungan-cekungan tertutup yang selanjutnya apabila menyatu dan membentuk
uvala menjadi ciri utama dari kawasan karst. Selain itu, terdapat pula kenampakan
kawsan karst selain doline dan uvala yang terdapat di permukaan yatu, polje, pnor,
menara karst, dan kubah karst. Ciri-ciri diaas dapat menjadi dasar dalam
membedakan kawasan karst dengan kawasan non karst. Kawasan non karst
merupakan kawasan yang tidak mengalami proses pelarutan seperti yang terjadi di
kawasan karst. Kawasan non karst pada umumnya memiliki sungai permukaan
yang sangat jelas dan banyak.

Gambar 1.2 Sumber : LAfleur , (1999)

2. Hidrologi kawasan karst dan non karst


Hidrologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari mengenai kondisi air
yang ada di bumi baik di atmosfer, permukaan bumi, maupaun di bawah
permukaan. Siklus hidrologi merupakan salah satu bagian penting yang dikaji
dalam ilmu tersebut. Siklus hidrologi merupakan suatu proses tentang pergerakan
air dari bumi ke atmosfer kemudian kembali ke bumi (Mampuk, Mananoma, dan
Tanudjaja, 2014). Pada umumnya dalam proses pengembalian air dari atmosfer
yang turun sebagai titik titik air hujan akan meresap ke dalam tanah dan sebagain
besar akan mengalir di permukaan tanah mengisi dananu, cekungan tanah, serta
masuk ke dalam sungai dan mengalir di permukaan. Proses tersebut dapat
dengan jelas terlihat hampir di segala tempat, namun untuk kawasan karst proses
tersebut terutama siklus hidrologi di permukaan relatif tidak terlihat. Hal tersebut
disebabkan oleh kondisi kawawan karst yang memiliki retakan-retekan kecil di

[3]
beberapa tempat sehingga air dipermukaan relatif akan turun ke dalam tanah dan
berkumpl menjadi air tanah yang pada umumnya menjadi sungai bawah tanah. Hal
inilah yang membedakan hidrologi dari kawasan karst dan non karst.
Perbedaan hidrologi kawasan karst dan non karst juga dapat diketahuai
dari kondisi akuifernya. Menurut Haryono dan Adji (2017), ada beberapa
perbedaan utama antar kawasan non karst dan karst terait dengan kondisi akuifer
yaitu zonasi vertikal, porositas, dan sifat akuifer (tabel 1.1). pada umumnya zonasi
vertikal pada kawsan karst tidak berubah dan bersifat tetap karena kedudukan dari
zona tak jenuh, zonah intermediet, dan zona jenuh hanya berubah sesekali ketika
terjadi perubahan musim yang menyebabkan terjadinya fluktuasi air. Berbeda
halnya denagn kawsan karst yang dipengaruhi langsung oleh perubahan fisik yaitu
proses pelarutan batuan. Perubahan zona tidak jenuh, zona jenuh dan zonaantara
akan berubah cepat atau lambat tergantung dari tingkat pelarutan batuannya.
Porositas dan sifat akuifer pada umumnya saling berhubungan. Terapat
dua jenis porositas yaitu porositas primer dan porositas sekunder. Prositas primer
yaitu porositas pada batuan yang porosnya mengalami pembentukan pada saat
pembentukan batuan. Sedangkan porositas ketika porsitas batuan terbentuk ketika
batuan telah terbentuk dahulu yang pada umumnya disebabkan oleh proses
pelarutan. Pada umumnya porositas primer memiliki sifat akuifer yang isotropis
atau jumlah air yang mengalir dan arah aliran seimbang/tersebar merata. Hal
tersebut dapat dilihat pada gambar 1.2 (a), batuan tersebut memiliki celah yang
sama. Berbeda halnya dengan gambar 1.2 (b), karena proses pelarutan rongga
yang terbentuk berbeda-beda dan tidak merata sehingga air yang lewat memiliki
jumalh yang berbeda serta arah aliran tidak merata. Sifat tersebut kerap ditemukan
di kawasan karst.

TAbel 1.1 TAbel perbedaan karst dan non karst


Perbedaan Karst Non Karst
Zonasi Vertikal Berubah Tetap
Porositas sekunder primer
sifat akuifer homogen - isotropis heterogen - anisotropis
aliran permukaan jarang mudah ditemukan

[4]
Gambar 1.3 porositas kawasan non karst (a) dan karst (b)

Perbedaan antara hidrologi kawasan karst dan non karst tidak hanya sebatas
perbedaan kondisi akuifer, namun juga dapat dilihat dari kondisi aliran air di permukaan dan
potensi sumberdaya airnya. Pada umumnya aliran di permukaan yang dipengaruhi oleh
struktur geologi akan membentuk aliran dentritik, pararel, teralis, dan radial, namun pada
kawasan karst struktur tersebut lebih berpengaruh pada pola aliran gua (Fleury,2009). hal
tersebut dikarenakan aliran permukaan di kawasan karst sangat sedikit dan lebih banyak di
aliran bawah tanah seperti yang terdapat pada gambar 1.4. Gambar tersebut berlokasi di
Luweng Anyar, Gunung Kidul. Pada gambar dapat dilihat aliran sungai yang terliaht hanya
sedikit dan menuju ke bagian tebing tertentu. Aliran tersebut pada kenyataannya tidak
berhneti namun masuk kedalam satu lubang / celah menuju aliran sungai bawah tanah. hal
tersebut juga dapat dilihat pada gambar 1.5 yang menggambarkan sebuah aliran sungai
yang berasal dari dalam gua. Pada kawasan non karst fenomena tersebut tidak dapat
dijumpai karena tidak adanya faktor pemicu untuk menimbulkan terbentuknya goa bawah
tanah dan masuknya aliran sungai. Meskipun teporong oleh topografi, aliran sungai akan
mencari jalur lain dan membentuk sungai lain tanpa menebus melalui bawah tanah seperti
yang teradi di kawasan karst.

Gambar 1.4 Luweng Anyar (Meydelin,2018)

[5]
Gambar 1.5 Goa Seropan (Meydelin, 2018)

Terbentuknya gua bawah tanah yang selanjutnya


menjadi sungai bawah tanah ketika dialiri air menyebabkan
potensi sumebrdaya air di kawasan karst jauh lebih banyak
dibandingkan kawasan non karst. Aliran air permukaan yang
melewati celah-celah yang berbeda dan masuk ke dalam
tanah berkumpul menjadi satu aliran sungai bawah tanah
dengan debit yang cukup besar contohnya seperti gambar
1.6 namun, karena letak sungai yang jauh dari permukaan
menyebabkan sumberdaya air tersebut tidak dipergunakan
secara maksimal oleh masyarakat setempat. Hal tersebutlah
yang menjadi satu permasalahan yang sampai saat ini masih
belum sepenuhnya terselesaikan di kawasan karst. Tingginya
potensi sumberdaya air dan wisata belum dapat
dimaksimalkan dan dipergunakan dengan baik.

Gambar 1.6 Goa Gremeng (Meydelin,2018)


PENUTUP/KESIMPULAN
Kawasan Karst memiliki keunikan dan potensi yang berbeda dengan kawasan non
karst. Bila dilihat secara langsung dilapangan, kawasan karst dicirikan dengan tidak adanya
atau jarangnya aliran permukaan seperti sungai meskipun ada, sungai tersebut terlihat
terpotong dengan debit yang rendah. Selain itu, kawasan karst memiliki porositas, zonasi
vertikal, dan sifat akuifer yang berbeda dengan kawasan non karst karena pengaruh proses
pelarutan. Meskipun terlihat kering, kawasan karst memiliki potensi sumberdaya air yang
jauh lebih banyak dibandingkan dengan kawasan non karst yang tersimpan dan mengalir di
bawah permukaan

[6]
DAFTAR PUSTAKA
Adji, T.N., Haryono, E., dan Woro, S., .1999. Kawasan Karst dan Prospek
Pengembangannya Di Indonesia. Seminar PIT IGI. Universitas Indonesia.

Darnault, C. J. (2008). Karst aquifers: Hydrogeology and exploitation. In Overexploitation


and Contamination of Shared Groundwater Resources (pp. 203-226). Springer,
Dordrecht.

Fleury, S. (2009). Land use policy and practice on karst terrains: Living on limestone .
Springer Science & Business Media.

Haryono, E., & Adji, T. N. (2017). Geomorfologi dan hidrologi karst. (bahan ajar). Fakultas
Geografi Universitas Gadjah Mada

LaFleur, R. G. (1999). Geomorphic aspects of groundwater flow. Hydrogeology Journal, 7(1),


78-93.

Mampuk, C. R., Mananoma, T., & Tanudjaja, L. (2014). Pengembangan Sistem Penyediaan
Air Bersih di Kecamatan Poso Kota Sulawesi Tengah. Jurnal Sipil Statik, 2(5).

Maulana, Y. C. (2012). PENGELOLAAN BERKELANJUTAN KAWASAN KARST CITATAH–


RAJAMANDALA. Jurnal Pelatihan, 1(6).

[7]

Anda mungkin juga menyukai