Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

WATAK DAN SIFAT TANAH


(PNT 1201)

ACARA 3
NILAI PERBANDINGAN DISPERSI

Oleh :
Nama : Fashihah Mutamimah
NIM : 20/459532/PN/16726
Gol./Kelp. : A2/3
Kelas :A
Asisten Koreksi : Sulis Setyo Wulandari

LABORATORIUM TANAH UMUM


DEPARTEMEN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2021
I. Data Praktikum
Jenis Ulangan a b c D+L D+L KL NPD Rata-rata
Tanah aktual total (2mm) (%) NPD (%)
Vertisol 1 15 33.81 33.85 12,16 94.06 14.04 12,93 9,54
2 15 24.62 24.64 5,78 6,14
Mollisol 1 15 32.247 32.255 5,79 94.71 14.3 16,80 17,23
2 15 33.092 33.103 6,09 17,67
Ultisol 1 15 33.007 33.016 3,96 93.28 14.26 4,15 4,15
2 15 23.486 23.503 3,96 4,15
Alfisol 1 15 48.95 48.962 4,26 96.45 14.17 4,49 7,06
2 15 47.793 47.801 9,13 9,63
Entisol 1 15 29.813 29.852 12,003 34.45 15.42 12,87 12,87
2 15 36.957 36.995 12,003 12,87
Tabel 1.1 Hasil Perhitungan NPD

II. Pembahasan
Praktikum acara III Nilai Perbandingan Dispersi (NPD) tanah pada beberapa
jenis tanah yaitu Vertisol, Mollisol, Ultisol, Alfisol, dan Entisol. Praktikum ini
bertujuan untuk menentukan debu dan lempung total, debu dan lempung aktual,
nilai perbandingan dispersi (NPD), dan menilai kepekaan tanah terhadap erosi.
Nilai NPD didapat dari perbandingan antarpartikel tanah dan lempung yang
terdispersi oleh air dengan kadar lempung dan debu keseluruhan yang ada di
dalam tanah. Nilai NPD digunakan untuk mengindikasi erosi tanah dengan
mengetahui tinggi atau rendahnya nilai yang didapat. Nilai NPD yang besar
menunjukkan kecenderungan terjadinya erosi yang tinggi dan sebaliknya.
Erosi merupakan butiran tanah yang berpindah dari suatu tempat secara
alamiah atau oleh aktivitas manusia maupun kombinasi keduanya. Nilai erosi
dinyatakan dengan jumlah tanah yang hilang dalam suatu luasan lahan per satuan
waktu (Saptarini et al., 2007). Menurut Banuwa (2013), erosi adalah proses
perataan kulit bumi karena pada proses erosi terdapat proses pengikisan pada
bagian atas dan di sisi lain terdapat proses penimbunan pada bagian bawah. Erosi
tanah menjadi momok di daerah tropis disebabkan oleh tingginya intensitas hujan
dan lamanya durasi hujan yang terjadi setiap tahun. Erosi menyebabkan
kesuburan dan produktivitas tanah menurun serta menyebabkan kualitas air,
kesehatan, dan sanitasi ke daerah hilir bermasalah. Endapan sedimen yang terkikis
dapat menimbulkan masalah pada reservoir dan saluran air yang pada akhirnya
akan menyebabkan banjir yang lebih sering (Clutario et al., 2014).
Faktor-faktor yang mempengaruhi erosi menurut Modifikasi USLE
(Snyder,1989) adalah 1) Faktor Erosivitas Hujan (R); 2) Faktor Erodibilitas Tanah
(K); 3) Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng (LS) dan 4) Faktor Konservasi
Tanah dan Sistem Pertanaman (VM) (Saptarini et al., 2007). Erodibilitas tanah
berhubungan dengan efek integrasi dari curah hujan, (limpasan) runoff, dan
infiltrasi secara umum pada erosi tanah disebut faktor erodibilitas tanah (K) yang
mewakili dari sifat dan karakteristik tanah. Baru-baru ini, faktor K digunakan
sebagai indikasi erosi karena kerentanannya (Imani et al., 2014). Salah satu cara
untuk menentukan atau mengetahui erodibilitas tanah yaitu dengan nilai
perbandingan dispersi (NPD). NPD digunakan untuk mengetahui kemantapan
agregat oleh ikatan lempung dan debu. Stabilitas agregat tanah dimanfaatkan
untuk mengetahui kualitas tanah dan ketahanan atau resistensi tanah.
Indonesia memiliki lahan kering Ultisol yang tersebar cukup luas,
diperkirakan 51 juta ha atau sekitar 29,7 persen dari luas daratan Indonesia. Di
mana 48,3 juta hektare atau 95 persen di antaranya berada di luar pulau Jawa.
Tanah Ultisol yang cukup luas dapat dimanfaatkan untuk menanam tanaman
pangan. Akan tetapi, tanah Ultisol memiliki sifat fisik yang jelek dan sangat peka
terhadap erosi. Sifat fisik tanah Ultisol yaitu struktur tanah gumpal, tekstur liat,
konsistensi teguh, permeabilitas rendah, solum agak tebal, berwarna merah hingga
kuning, batas horison nyata, agregat berselaput liat dan kurang mantap. Tanah
Ultisol tidak sulit memadat dan mempunyai porositas tanah rendah sehingga
infiltrasi dan perkolasi rendah, akibatnya aliran permukaan dan erosi lebih besar
(Refliaty, 2011). Hasil analisis sifat-sifat fisika dan kimia tanah awal diperoleh
data: tanah masam (pH 5,0), KTK sedang, Al-dd rendah, kadar bahan organik
sedang, dan kadar Ca, Mg, Na, dan N total rendah. Sementara itu, sifat-sifat fisika
tanah menunjukkan bahwa tekstur liat berdebu dengan kandungan liat 11,8%,
debu 80,1% dan pasir 8,1%. Dengan demikian, tingkat kesuburan tanah ordo
Ultisol tergolong rendah sampai sangat rendah dengan bahaya keracunan Al
sangat tinggi (Alibasyah, 2016).
Metode yang digunakan untuk mengetahui nilai NPD pada praktikum ini
adalah metode sedimentasi. Metode sedimentasi adalah metode yang digunakan
untuk menentukan distribusi ukuran partikel. Distribusi ukuran partikel dari tanah
berbutir halus dapat ditentukan dengan memeriksa suspensi tanah yang
mengendap. Semua metode sedimentasi didasarkan pada hubungan antara ukuran
partikel dan kecepatan pengendapan dalam medium fluida. Saat sedimentasi
berlangsung, sampel volume kecil diambil pada interval waktu yang telah
ditentukan dan kedalaman tetap dalam silinder untuk menentukan konsentrasi
padatan yang masih dalam suspensi menggunakan Hukum Stokes yang diadopsi
untuk memperkirakan distribusi ukuran partikel. Keunggulannya adalah kejelasan
teori dan kesederhanaan teknis, tanpa perlu peralatan yang canggih. Akan tetapi,
metode ini relatif rumit dan memakan waktu yang membatasi jumlah sampel yang
dapat dianalisis. Hasilnya sangat sensitif terhadap preparasi sampel dan rentang
pengukurannya relatif sempit (Ghasemy et al., 2019).
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu contoh tanah kering
angina Ø 2mm, gelas beker 500ml, tabung sedimentasi 1 liter, cawan penguap
(porselin) 50ml, thermometer, dan oven. Cara kerja praktikum ini, pertama contoh
tanah kering angin Ø 2mm ditimbang, misal seberat 15 gram. Tabung sedimentasi
dibersihkan dna dikeringkan. Dimasukkan contoh tanah ke dalam tabung
sedimentasi 1000ml. Contoh tanah dilebarkan sepanjang 4-5cm, dengan cara
tabung sedimentasi dimiringkan. Air aquadest ditambahkan dengan botol pancar
dan dibiarkan air aquadest menembus perlahan secara kapilaritas, bukan karena
dituangi. Setelah tanah menjadi basah, air aquadest ditambahkan lewat dinding
tabung sampai volume 250ml. Kemudian, didiamkan selama 15 menit agar
dispersi oleh air aquadest sempurna. Aquadest ditambahkan dengan gelas beker
atau dengan botol pancar lewat dinding tabung dan jadikan volume menjadi
800ml, dan dilanjutkan sampai 1000ml. Setelah itu, suhu air di dalam tabung
sedimentasi diukur dan ditentukan waktu pemipetannya. Cawan penguap kosong
disiapkan, diberi label dan ditimbang. Tabung sedimentasi ditutup dengan plastik
dan digojok secara kuat dengan dibolak-balik 15 kali dengan kecepatan 2 detik
bolak-balik. Tabung diletakkan secara hati-hati dan waktu tunggu pemipetan
dimulai. Setelah waktu pemipetan kurang beberapa detik (5-10 detik) pipet
volume 25ml dimasukkan perlahan (jangan sampai terjadi pengadukan) sampai
kedalaman 20 cm. Pipet suspensi diangkat kemudian dituang ke dalam cawan
penguap dan dioven pada suhu 105o-110oC hingga keesokan hari (selama 24 jam).
Berdasarkan hasil praktikum, nilai NPD tanah Ultisol adalah 4,15%.
Sementara itu, berdasarkan penelitian lain, tanah Ultisol memiliki NPD berkisar
12-19%, menandakan tanah tersebut tahan terhadap erosi karena hasil
menunjukkan bahwa lempung dan debu yang terdispersi saat diuji dengan
lempung dan debu yang ada dalam tanah tersebut nilainya berada dibawah 15%.
Pada umumnya, tanah dengan kandungan liat rendah, debu tinggi, dan
bahan organik rendah adalah yang paling mudah tererosi (Dariah et al., 2004).
Faktor-faktor yang memengaruhi Nilai Perbandingan Dispersi adalah sifat fisik
tanah lainnya dapat dipengaruhi oleh topografi, vegetasi, curah hujan, dan curah
hujan (Osok, 2018). Curah hujan dengan intensitas tinggi akan meningkatkan laju
erosi yang terjadi pada permukaan tanah. Benturan air hujan menyebabkan butiran
tanah terbawa oleh aliran permukaan tanah dari hujan (Putra, 2019).
Nilai Perbandingan Dispersi berhubungan dengan beberapa sifat fisik tanah
yaitu tekstur tanah, struktur tanah, dan bahan organik tanah. Tekstur tanah
mempresentasikan kasar halusnya tanah. Berdasarkan perbandingan butir-butir
(fraksi), tekstur tanah dibagi menjadi tiga yaitu pasir (sand), debu (silt) dan liat
(clay). Kapasitas infiltrasi, permeabilitas yang tinggi, dan ukuran butir yang relatif
lebih besar menyebabkan tanah-tanah yang didominasi oleh pasir mempunyai
tingkat erodibilitas tanah yang rendah. Tanah-tanah dengan tingkat agregasi
tinggi, berstruktur kersai atau granular, tingkat penyerapan airnya lebih tinggi
daripada tanah yang tidak berstruktur atau susunan butir-butir primernya lebih
rapat. Bahan organik tanah memperlambat aliran permukaan, memantapkan
agregat tanah, dan meningkatan infiltrasi. Sifat tanah yang mempengaruhi
erodibilitas antara lain 1) laju infiltrasi, kapasitas tanah dalam menahan air, dan
permeabilitas serta 2) ketahanan struktur tanah terhadap dispersi, serta pengikisan
tanah oleh butir air hujan dan aliran permukaan (Dariah et al., 2004).
Manfaat mengetahui Nilai Perbandingan Dispersi (NPD) adalah untuk
mengetahui ketahanan tanah terhadap erosi. Dengan mengetahui potensi jenis
tenah atau lahan terhadap erosi, pelaku di bidang pertanian akan memilih jenis
tanah atau lahan yang lebih baik. Manfaat lain mengetahui tentang NPD tanah di
bidang pertanian juga untuk mengetahui konsistensi suatu lahan pertanian
sehingga dapat meminimalisasi kerugian pertanaman atau lahan akibat terjadinya
erosi, baik secara langsung merusak lahan maupun secara tidak langsung seperti
mencemari perairan yang mempengaruhi kualitas air, mengganggu pertumbuhan
tanaman, mengurangi kesuburan tanah, dan akhirnya mempengaruhi produktivitas
tanaman pertanian.

III. Daftar Pustaka


Banuwa. I.S. 2013. Erosi. Prenada Media Group : Jakarta.
Clutario, M. V. A. and C. P. David. 2014. Event-based soil erosion estimation in a
tropical watershed. International Journal of Forest, Soil and Erosion.
(IJFSE) 4(2): 51-57.
Dariah, A., H. Subagyo, C. Tafakresnanto, dan S. Marwanto. 2004. Kepekaan
tanah terhadap erosi. Teknologi Konservasi Tanah Pada Lahan Kering
Berlereng : 7-30.
Ghasemy, A., E. Rahimi, and A. Malekzadeh. 2019. Introduction of a new method
for determining the particle-size distribution of fine-grained
soils. Measurement 132: 79-86.
Imani, R., H. Ghasemieh, and M. Mirzavand. 2014. Determining and mapping
soil erodibility factor (case study: Yamchi Watershed in Northwest of
Iran). Open Journal of Soil Science 4: 168-173.
Osok, R. M., S. M. Talakua, and E. J. Gaspersz. 2018. Analisis faktor-faktor erosi
tanah, dan tingkat bahaya erosi dengan metode Rusle di DAS Wai Batu
Merah Kota Ambon Provinsi Maluku. Jurnal Budidaya Pertanian 14(2):
89-96.
Putra, A., R. Widyaningsih, dan M. Nurcholis. 2019. Analisis faktor erodibilitas
tanah penyebab erosi di area tambang site melak. Jurnal Mineral, Energi
dan Lingkungan 3(1): 42-52.
Refliaty, G. Tampubolon, dan Hendriansyah. 2011. Pengaruh pemberian kompos
sisa biogas kotoran sapi terhadap perbaikan beberapa sifat fisik ultisol dan
hasil kedelai (Glycine max (L.) Merill). Jurnal Hidrolitan 2(3): 103-114.
Saptarini, C. L., B. A. Kironoto, dan R. Jayadi. 2007. Kajian perubahan erosi
permukaan akibat pembangunan hutan tanaman industri di areal
pencadangan hti kabupaten ketapang propinsi kalimantan barat. Forum
Teknik Sipil 17(2): 486-500.
IV. Lampiran

Gambar 1.1 Halaman Depan Jurnal Internasional 1

Gambar 1.2 Halaman Jurnal Internasional 1 yang Disitasi


Gambar 1.3 Halaman Depan dan Kalimat yang Disitasi Jurnal Internasional 2
Gambar 1.4 Halaman Depan Jurnal Internasional 3

Gambar 1.5 Halaman Jurnal Internasional 3 yang Disitasi


Gambar 1.6 Halaman Depan Jurnal Indonesia 1

Gambar 1.7 Halaman Depan Jurnal Indonesia 1 yang Disitasi

Gambar 1.8 Halaman Depan Jurnal Indonesia 1 yang Disitasi


Gambar 1.9 Halaman Depan Jurnal Indonesia 2

Gambar 2.0 Halaman Jurnal Indonesia 2 yang Disitasi


Gambar 2.1 Halaman Depan Jurnal Indonesia 3

Gambar 2.2 Halaman Jurnal Indonesia 3 yang Disitasi


Gambar 2.3 Halaman Depan Jurnal Indonesia 4

Gambar 2.4 Halaman Jurnal Indonesia 4 yang Disitasi


Gambar 2.5 Halaman Depan Jurnal Indonesia 5

Gambar 2.6 Halaman Jurnal Indonesia 5 yang Disitasi


Gambar 2.7 Halaman Cover Buku

Gambar 2.8 Halaman Buku yang Disitasi


Gambar 2.9 Perhitungan NPD Tanah Ultisol

Anda mungkin juga menyukai