Anda di halaman 1dari 8

Laporan Praktikum Hari/tgl : Kamis, 6 Oktober 2011

Konservasi Tanah dan Air Waktu : 08.00-11.20 WIB


Ruang : CB LINK
Dosen : Dr.Oteng Haridjaja, M.Sc.
Asisten : Donna A.


Cara Perhitungan Terjadinya Erosi Pada Sebidang Tanah Atau Petak
Kecil


Group 11

M. Sukandar (J3M210103)
Ninetion Ari (J3M110082)
Lusiana (J3M110076)
M. Ulul Amri (J3M210106)
Audrey Agatha (J3M210105)
Herry Rakhmadani (J3M110084)
Olicia Prila Fitria (J3M110079)
A. Cholidi (J3M210088)







TEKNIK DAN MANA1EMEN LINGKUNGAN
DIREKTORAT PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Erosi adalah suatu proses hilangnya lapisan atas tanah (soil) yang
memiliki unsur hara bagi keperluan pertumbuhan dan kesuburan tanaman dan
umumnya disebabkan karena pergerakan air. Berbagai cara pendekatan untuk
mengukur besarnya erosi dapat dilakukan dengan menggunakan metode
pengukuran erosi. Metode pengukuran dapat dilakukan dengan berbagai cara,
diantaranya: mengukur seluruh erosi yang terjadi dalam masa yang lama
(acumulatid erotion), mengukur pelepasan atau penghancuran agregat tanah, dan
mengukur erosi yang terjadi untuk satu kejadian hujan. Pengukuran erosi yang
terjadi untuk satu kejadian hujan, dapat digunakan: (a) Daerah aliran sungai
(water shed), yaitu mengukur erosi dari daerah aliran sungai (DAS) dapat
mendekati keadaan yang sebenarnya serta menghindari kelemahan-kelemahan
yang terdapat dalam metode lain (petak kecil), karena DAS merupakan satu
satuan alami aliran permukaan. Untuk mengetahui erosi yang terjadi, besarnya
DAS tergantung dari tujuan penelitian itu sendiri, (b) Petak kecil, petak kecil yang
biasanya 4 persegi, dipergunakan untuk mendapatkan besarnya erosi yang
disebabkan oleh pengaruh Iaktor-Iaktor tertentu untuk suatu tipe tanah dan derajat
lereng tertentu. Petak yang digunakan umumnya demikian kecilnya, sehingga
semua aliran permukaan yang terjadi pada saat hujan dapat ditampung dalam
suatu tangki atau bak yang dipasang di ujung bagian bawah petak tersebut.
Petak kecil yang banyak dilakukan merupakan salah satu metode
pengukuran erosi dengan petak standar dari Wischmeier dan Smith (1978) yang
bertujuan untuk membandingkan erosi yang terjadi pada berbagai penggunaan
lahan. Erosi dan aliran permukaan yang terukur hanya menggambarkan skala
petak. Menurut van Noordwijk et al. (1998), hasil pengukuran erosi dan aliran
permukaan pada skala petak belum dapat menggambarkan keadaan yang
sebenarnya terjadi pada skala DAS. Demikian juga pendapat Dickinson dan
Collins (1998), bahwa hasil pengukuran erosi dan aliran permukaan pada skala
petak tidak dapat di scale up untuk mengevaluasi erosi seluruh daerah tangkapan
(catchment) yang luas karena terdapat Iaktor-Iaktor yang tidak dapat ditentukan
pada petak kecil seperti erosi parit, erosi tebing sungai, dan pengendapan
sementara pada lahan. Sehubungan dengan pennasalahan tersebut, harus
diupayakan cara pengukuran erosi yang mendekati keadaan sebenamya, serta
metode pendugaannya bagi suatu daerah tangkapan atau daerah aliran sungai yang
lebih luas agar dapat mencerminkan keadaan erosi dan aliran permukaan yang
sebenarnya.
Kelemahan dari metode petak kecil ini adalah aliran alami dari daerah di
sekitarnya ditiadakan, dan sering aliran permukaan mengalir pada satu tempat
sepanjang sekat-sekat antar plot, sehingga menimbulkan erosi parit (Gully
Erosion); sesudah terjadi beberapa hujan lebat, maka plot-plot akan menjadi lebih
redah dari plat seg bak penampung yang di|pasang segaris dengan sudut
kemiringan lereng. Meskipun sedikit penurunan ini akan merubah derajat lereng;
oleh karena plot mempunyai ukuran yang kecil, maka pengelolaan tanah dan
perlakuan lainnya akan lebih hati- hati dan lebih cermat, sehingga tidak sesuai
dengan cara bertani yang biasa dilakukan. Oleh karena itu, pada praktikum kali ini
dilakukan pengukuran erosi dengan menggunakan metode petak kecil pada suatu
penampang air aliran permukaan.

1.2 Tujuan

Untuk menganalisis dan menghitung penampang pengukur erosi petak kecil.


BAB II
METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan

1. Alat tulis
2. Kalkulator

2.2 Metode

1. Soal :
Diketahui pengukuran dari petak kecil ukuran 2x22 m
2
:
a. Tanah basah hasil erosi 200 kg, kadar air 25 ( bobot)
b. Jumlah air pada bak penampungan sedimen, air 200 liter (dengan 9
lubang pengeluaran air).
c. Jumlah air pada drum penampungan air pertama 150 liter pada kondisi
penuh dengan jumlah lubang air 5
d. Jumlah air pada drum penampungan air kedua 50 liter pada kondisi
penuh dengan jumlah lubang air 5 buah
Pertanyaan :
a. Berapa jumlah padatan erosi dalam keadaan tanpa air (kering) per
hektar ?
b. Berapa jumlah aliran permukaan dari kadar air per hektar ?
c. Jika curah hujan saat itu setinggi 500 mm, berapa jumlah air yang
terinIiltrasikan ke dalam tanah dan berapa persen () aliran
permukaan jika dibandingkan dengan curah hujannya ?
d. Jika dalam air itu mengandung 15 ppm N dan 10 ppm K berapa
jumalah unsur tersebut yang terangkut melalui air dan berapa jumlah
urea dan Z K yang terbuang ?
e. Juka jumlah P total dalam sedimen 20 ppm berapa jumalah P yang
terangkut melalui tanah dan berapa kg SP 36 yang terangkut ?

2. Diketahui :
Kebutuhan urea untuk produksi tanaman 150 kg urea, kadar N dalam air
yang merupakan 7un-off sebanyak 10 ppm berapa pupuk yang harus
diberikan pada tanah tersebut ?
Urea 45 N
Sp 36 36 P
Zk 60 K

3. Diketahui :
Jumlah Ca dalam sedimen 75 kg/500 kg tanah basah dengan kadar air 40
luas petakan lahan / hektar berapa jumalh erosi dalam bobot kering /
hektar dan berapa jumalah kapur yang terangkut jika kandungan Ca dalam
kapur 30 ?


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Hasil Praktikum

Jawaban :
1. A) o = 1 m
2
10
4
ha
o = % 1 ha 10 m
2

=
ono rn = - =

2
=
2
=
-4
o


-4
o
= 9,9 o

B) r bon = r +
= 9 bon
= +
= 8 Ir
=
8
, o
= 8, o

C) H = = =
2

8 I = 8
2

rnros = - 8I
= I
8

= %



= ,
2

=
2

=
3

2

= Ir
on rnros = - 8
= 8 r
% =
8

= , %

D)
15kg
10
6
= pp - po cono
15
10
6
8
poo ro =

6
8,
Ir
o

= ,9 o
Urea N
100 45
=

,9 = 8,8 o
K poo Z =

6
r
8,
r
o

K = 8, o

Zk K
100 60
=

8, = , o

E) P total 20 ppm
Sp 36 35 P
pp =

6

=
-3
, - os or

2

2

= o, 99
p =

,99
= , o

2. pp =
50
10
6

100
45

= ,
ang ha7us dibe7ikan 150 kg 0,016 kg
150, 016 kg

3. o =
75 kg
500 kg tunu busu

Ko = % ono boso
Bobot kering Ka 60
=

- ros bobo rn
= o
o =


= 8 o
Kapur Ca
100 30
=

8 = o


3.2 Pembahasan

Pengukuran erosi yang dilakukan di lapangan adalah dengan menggunakan
sistem petak kecil. Pendugaan dengan menggunakan petak percobaan,pada
dasarnya memang mendekati kondisi alami yang sebenarnya. Namun cara ini
membutuhkan biaya, tenaga, dan waktu yang tidak kecil. Selain itu juga untuk
mengetahui laju dan jumlah erosi yang terjadi pada berbagai jenis penggunaan
lahan dan berbagai jenispenggunaan tanaman pada berbagai jenis tanah dan
topograIi (kemiringan dan panjang lereng)juga dibutuhkan biaya yang tinggi,
tenaga kerja yang banyak, dan waktu yang relatiI lama.Petak kecil Petak kecil
yang biasanya 4 persegi, dipergunakan untuk mendapatkan besarnya erosiyang
disebabkan oleh pengaruh Iaktor-Iaktor tertentu untuk suatu tipe tanah dan derajat
lereng tertentu.
Erosi akan menyebabkan terjadinya pendangkalan waduk, penurunan kapasitas
saluran irigasi, dan dapat mengganggu sistem pembangkit tenaga listrik. Erosi
yang tinggi, banjir pada musim penghujan tidak hanya menimbulkan dampak
negatiI pada aspek bio-Iisik sumberdaya alam dan lingkungan tetapi juga
berdampak pada aspek sosial ekonomi masyarakat. Erosi dan banjir dapat
menurunkan kualitas dan kuantitas sumberdaya alam. Produksi pertanian,
perikanan dan penggunaan sumberdaya alam yang berkaitan dengan air akan
menurun.
Upaya pencegahan banjir dan sedimentasi dapat dilakukan dengan perbaikan
pola penggunaan lahan dan melakukan usaha konservasi tanah dan air. Upaya ini
umumnya masih dilakukan parsial terutama karena aktivitas ini masih dihitung
sebagai biaya sosial dan bukan sebagai aktivitas ekonomi yang menguntungkan.
Untuk itu perlu dikembangkan evaluasi pola penggunaan lahan yang dapat
mengurangi erosi, banjir tetapi secara ekonomi menguntungkan. Evaluasi ini
harus juga mengukur nilai ekonomi dari manIaat atau kerugian lingkungan yang
terjadi baik langsung maupun tidak langsung.
Erosi terjadi karena tanah terangkut oleh air dan juga karena pori tanah yang
sudah jenuh air, sehingga tidak memungkinkan air masuk kedalam tanah, lalu
terjadi aliran permukaan (7un off) yang membawa tanah. Namun dalam
perhitungan nomor 1 (d) aliran permukaan yang terjadi jika dibandingkan dengan
curah hujannya tidak menunjukkan nilai yang besar karena sebagian dari curah
hujan yang turun terserap oleh tanah tetapi jika curah hujan yang turun secara
terus menerus maka tanah akan jenuh dan menyebabkan aliran permukaan seperti
nilai yang terlihat di atas. Erosi yang disebabkan oleh aliran permukaan dapat
menyebabkan pupuk urea dan K pada ZK hilang sebasar 28,78 kg/hektar dan 14,4
kg/hektar, hal ini menunjukkan bahwa petani atau pekerja harus menganggarkan
biaya atau pengeluaran lebih untuk pupuk karena jika tidak dilebihkan
anggarannya akan berdampak pada tanaman yang ditanam dan tanaman tersebut
akan kekurangan pupuk atau nutrisinya kurang terpenuhi sehingga hasil
pertaniannya tidak maksimal. Pada erosi ini pun pupuk P dan SP mengalami
pengurangan yang tidak cukup besar karena laju inIiltrasi pada saat kekurangan P
dan SP tidak sebesar nilai kehilangan pupuk pada urea dan Z.
Dalam penentuan seberapa banyak pupuk yang harus diberikan pada tanah
yang memiliki kadar N dalam air yang merupakan 7un-off sebanyak 50 ppm dan
adanya kebutuhan pupuk urea untuk poduksi tanaman yaitu sebesar 150 kg, maka
dapat disimpulkan bahwa kandungan urea 45 N, SP36 P, dan ZK 60 K. Dalam
perhitungannya, satuan ppm yang bernilai 50 ppm dikalikan dengan 10
6
agar
satuannya (kg) sama, jadi kadar N dalam air yang berada dalam tanah tersebut jika
dikonversi dalam satuan kg bernilai 0,016 kg dan pupuk yang harus diberikan
pada tanah tersebut sebesar 150,016 (hasil dari kebutuhan pupuk untuk produksi
tanaman dan kadar N dalam air. Untuk menentukan jumlah erosi dalam bobot
kering dan jumlah kapur yang terangkut dilakukan perhitungan dengan data data
yaitu, jumlah Ca dalam sedimen 75kg/500kg, tanah basah dengan kadar air 40,
dan luas petakan tersebut sebesar / hektar.
Pertama, untuk mengetahui erosi bobot kering nilai bobot kering Ka dibagi 100
lalu dikalikan berat tanah basah, lalu dikalikan lebar tanah tersebut dan didapat
nilainya sebesar 1200kg/hektar. Setelah didapat nilai erosi bobot kering, maka
nilai Ca dalam sedimen dikalikan jumlah erosi didapat hasil berupa nilai dengan
satuan kg/hektar dengan nilai 180, lalu penentuan terakhir yaitu jumlah kapur
yang terangkut dalam kandungan Ca dalam kapur 30, maka kandungan Ca
dalam kapur dikalikan jumlah Ca dalam sedimen tanah basah, didapat hasil
sebesar 600 kg/hektar.


BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dikerjakan dapat disimpulkan bahwa
besarnya erosi dapat diperhitungkan serta dari perhitungan tersebut petani dapat
menentukan berapa biaya yang dibutuhkan untuk pengadaan pupuk pada tanaman.
Hal ini dapat mengurangi kejadian gagal panen yang dialami oleh petani.


DAFTAR PUSTAKA

Khaniwata, Musem. 2009. !enge7tian Konse7;asi dan Ruang Lingkup Sumbe7
Daya, http://musemkhaniwata.blogspot.com/2009/05/pengertian-konservasi-dan-
ruang-lingkup.html (diakses tanggal 02 November 2011)
Section 1.01 Anonim. 2011. 7osi dan 7odibilitas Tanah, http://pengertian-
deIinisi.blogspot.com/20110901archive.html (diakses tanggal 02 November
2011)

Ignatius, Voky. 2010. !enguku7an 7osi Dengan Metode !etak !e7cobaan,
http://www.scribd.com/doc/51771602/pengukuran-erosi-dengan-metode-petak-
percobbaan (diakses tanggal 02 November 2011)

Anda mungkin juga menyukai