PENDAHULUAN
mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu
metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam
bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai
kendala yang ada (Syafei, 1990).
Terkait dengan kondisi lahan yang terbatas, pemanfaatan lahan harus dilakukan
secara terencana, rasional, optimal dan bertanggungjawab serta sesuai dengan
kemampuan daya dukungnya (Sugandhy, 1999). Pemanfaatan lahan yang tidak
sesuai dengan kelas kesesuaiannya akan memberikan dampak buruk, baik
secara fisik maupun ekonomi. Secara fisik, pemanfaatan lahan yang tidak sesuai
dengan daya dukung lahan dapat menimbulkan kerusakan lahan dan sebaliknya,
penggunaan lahan yang tepat adalah langkah pertama untuk menunjang program
konservasi lahan (Sinukaban, 1999). Penggunaan lahan harus memperhatikan
lingkungan juga agar tidak terjadi degradasi lahan, miaslnya banjir dan longsor
serta erosi.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum ini ialah:
1. Mengetahui cara pengukuran debit menggunakan triangle weir dan
orifice.
2. Mengetahui faktor-faktor erosi yang berpengaruh di sekitar wilayah
Gunung Betung.
3. Mengevaluasi tindakan pencegahan erosi dan faktor vegetasi yang
berpengaruh terhadap erosi di sekitar wilayah Gunung Betung.
4. Mengetahui debit air pada aliran sungai di wilayah Batarnila.
2 g h
Waktu (s)
Debit (Q)
(cm3 s-1)
1
2
3
Rata-rata
28,13
29,83
29,63
8,53
8,04
8,09
8,22
Debit hasil
perhitungan (cm3
s-1)
7,72
Waktu (s)
Debit (Q)
(cm3 s-1)
1
2
3
16,99
18,52
17,27
14,12
12,96
13,90
Debit hasil
perhitungan (cm3 s1
)
13,36
Rata-rata
13,66
Waktu (s)
1
2
3
Rata-rata
13,78
13,13
13,51
Debit
(Q)
(cm3 s-1)
17,42
18,28
17,76
17,82
Debit hasil
perhitungan (cm3 s-1)
18,09
Waktu (s)
1,89
1,85
1,98
Volume (cm3)
240
240
240
Waktu (s)
2,65
2,79
3,06
Volume (cm3)
240
240
240
Waktu (s)
10,21
8,64
9,67
Volume (cm3)
240
240
240
Koordinat
S : 05o 24
Vegetas Tindakan
i
Konservasi
Kacang Penanaman
49,7
394 m dpl
erchis
mengikuti
E:
2
105o1128,8
S : 05o 24
500 m2
50,7
395 m dpl
8o
dan
kontur
Cabai
Buncis
Penanaman
mengikuti
E:
3
kontur
105o1128,6
S:
5000 m2
05o2451,4
392 m dpl
35o
Ubi
Penanaman
kayu
mengikuti
E:
4
kontur
105o1130,3
S:
2 ha
05o2451,7
394 m2
21o
E:
Kakao
Ditanam
Dan
dengan
Pisang
sistem
105o1124,9
wanatani
Waktu (s)
Luas (m2)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Rata-rata
21,53
23,25
22
17,75
17,01
23,06
20,84
29,65
22,25
26,79
18,5
22,06
0,57
0,57
0,57
0,57
0,57
0,57
0,57
0,57
0,57
0,57
0,57
Kecepatan
(m s-1)
0,23
0,22
0,23
0,28
0,29
0,22
0,24
0,17
0,22
0,19
0,27
0,23
Debit
(m3 s-1)
0,13
0,12
0,13
0,16
0,17
0,12
0,14
0,10
0,13
0,11
0,15
0,13
Waktu (s)
Luas (m2)
1
2
3
4
16,77
19,26
14,77
16,03
0,57
0,57
0,57
0,57
Kecepatan
(m s-1)
0,30
0,26
0,34
0,31
Debit
(m3 s-1)
0,17
0,15
0,19
0,18
5
6
7
8
9
10
11
Rata-rata
24,21
13,66
18,13
33,73
18,22
18,81
18,18
19,25182
0,57
0,57
0,57
0,57
0,57
0,57
0,57
0,21
0,37
0,28
0,15
0,27
0,27
0,28
0,27
0,12
0,21
0,16
0,08
0,16
0,15
0,16
0,16
Waktu (s)
Luas (m2)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rata-rata
32
34,22
23,11
23,75
37,13
35,49
56,08
56,21
37,92
38,02
37,39
0,57
0,57
0,57
0,57
0,57
0,57
0,57
0,57
0,57
0,57
Kecepatan
(m s-1)
0,16
0,15
0,22
0,21
0,13
0,14
0,09
0,09
0,13
0,13
0,14
Debit
(m3 s-1)
0,09
0,08
0,12
0,12
0,08
0,08
0,05
0,05
0,08
0,07
0,08
3.2 Pembahasan
Konservasi tanah dalam arti luas adalah penempatan setiap bidang tanah pada
cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut serta
memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak
terjadi kerusakan tanah. Dalam arti sempit diartikan sebagai upaya untuk
mencegah kerusakan tanah oleh erosi dan memperbaiki tanah yang rusak oleh
erosi (Arsyad, 2010).
Konservasi tanah dan pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) merupakan dua
hal yang tidak dapat dipisahkan. Kegiatan konservasi tanah salah satunya ialah
menghindari kerusakan tanah akibat erosi. Kerusakan akibat erosi dapat
berdampak buruk pada badan-badan air, seperti sungai, waduk, dan juga sumber
daya air secara umum. Kerusakan sumber air terjadi berupa hilangnya atau
mengeringnya mata air serta menurunnya kualitas air. Hilangnya atau
mengeringnya mata air tersebut berhubungan erat dengan peristiwa erosi.
Kegiatan konservasi tanah tersebut sejalan dengan pengelolaan DAS.
Pengelolaan DAS ialah upaya di dalam penggunaan sumber daya air di DAS
secara rasional untuk mendapatkan produksi maksimum dalam waktu tidak
terbatas dan menekan bahaya kerusakan (degradasi) seminimal mungkin, serta
diperoleh water yield yang merata sepanjang tahun (Sinukaban, 1999).
Sesuai dengan pengertian pengelolaan DAS tersebut, dapat disimpulkan bahwa
pengelolaan DAS pada dasarnya bertujuan untuk menekan fluktuasi debit atau
laju aliran permukaan (Qmax: Qmin) agar tidak terlalu tinggi pada musim
penghujan dan tidak terlalu rendah pada musim kemarau. Dengan fluktuasi laju
aliran permukaan yang stabil pada akhirnya diperoleh water yield yang merata
sepanjang tahun.
Laju aliran permukaan adalah banyaknya atau volume air yang mengalir melalui
suatu titik per satuan waktu, dinyatakan dalam m3 detik-1 atau m3 per jam. Laju
aliran permukaan juga dikenal dengan istilah debit air. Besarnya debit air
ditentukan oleh luas penampang air dan kecepatan alirannya.
Pada praktikum ini dilaksanakan simulasi pengukuran debit air menggunakan
orifice dan weir. Pada perhitungan debit menggunakan weir, debit yang
dihasilkan sedikit berbeda dengan debit yang dihasilkan berdasarkan
perhitungan menggunakan rumus (Grafik 1).
20
18
16
14
12
Debit (cm3 s-1) 10
8
Simulasi
Perhitungan
6
4
2
0
11
Titik (cm)
Sedangkan pada simulasi perhitungan debit pada sistem weir, debit yang
dihasilkan berdasarkan rumus dan simulasi weir berbeda nyata. Berdasarkan
grafik (Grafik 2), debit yang dihasilkan berdasarkan perhitungan menghasilkan
debit yang lebih tinggi dibandingkan dengan debit hasil simulasi weir.
350
300
250
200
Debit (cm3 s-1) 150
Simulasi
Perhitungan
100
50
0
Titik (cm)
Faktor vegetasi akan mempengaruhi jumlah tanah yang terangkut oleh erosi.
Dengan adanya vegetasi di atas permukaan tanah maka akan mengurangi
pengaruh hujan dan topografi terhadap erosi. Berdasarkan tabel nilai faktor C
(pengelolaan tanaman) dalam Arsyad (2010), tanaman ubi kayu memiliki nilai
faktor C sebesar 0,8; kacang erchis, buncis, cabai (tegalan tidak dispesifikasi)
sebesar 0,7. Sedangkan tanah terbuka memiliki nilai faktor C sebesar 1,0.
Dengan adanya faktor vegetasi tersebut, maka erosi yang terjadi akan semakin
menurun apabila dibandingkan dengan lahan terbuka tanpa vegetasi.
Tanaman lain yang terdapat di wilayah Gunung Betung ialah pisang dan kakao
yang ditanam dengan sistem wanatani (agroforestry). Penanaman pisang dan
kakao ini, pada sistem agroforestry disebut sebagai talun-kebun. Menurut
Iskandar et al., (1981) dalam Arsyad (2010), talun atau kebun adalah suatu
sistem wanatani tradisional dimana sebidang tanah ditanami dengan berbagai
macam tanaman yang diatur secara spatial dan urutan temporal. Tanaman pisang
yang ditanam bersamaan dengan kakao (kebun campuran dengan kerapatan
sedang) memiliki faktor C sebesar 0,2.
Selain tanaman yang sengaja ditanam oleh warga untuk kegiatan produksi
tersebut. Di wilayah Gunung Betung tersebut juga terdapat wilayah terbuka
yang ditumbuhi dengan alang-alang. Tanaman alang-alang memiliki rumput
menahun yang membentuk rumpun yang besar, padat dengan arah tumbuh tegak
lurus, kompak, beraroma, bercabang-cabang, memiliki rimpang dan sistem akar
serabut yang dalam. Alang-alang merupakan salah satu tanaman yang efektif
digunakan dalam pencegahan erosi. Tanaman alang-alang yang tumbuh subur
tersebut memiliki faktor erosi (C) sebesar 0,001.
Menurut Arsyad (2010), pengaruh vegetasi terhadap aliran permukaan dan erosi
dapat dibagi dalam (1) intersepsi hujan, (2) mengurangi kecepatan aliran
permukaan, (3) pengaruh akar, bahan organik sisa-sisa tumbuhan yang jatuh di
permukaan tanah, dan kegiatan biologi yang berhubungan dengan pertumbuhan
vegetatif dan pengaruhnya terhadap stabilitas struktur porositas tanah, dan (d)
transpirasi yang mengakibatkan berkurangnya kandungan air tanah.
Selain simulasi pengukuran debit dan evaluasi faktor erosi, pada praktikum ini
juga dilakukan pengukuran debit air dan sedimentasi pada sungai di wilayah
Bataranila.
Pengukuran debit dilakukan menggunakan bola pingpong yang dihitung waktu
tempuh yang digunakan pada jarak tertentu. Perhitungan debit dilakukan pada
bagian tengah, sisi kanan, dan sisi kiri sungai. Pada bagian sisi kanan dan
tengah sungai, debit yang dihasilkan tidak terlalu berbeda jauh, yaitu 0,16 dan
0,13 m3 s-1. Sedangkan pada bagian kiri sungai debit yang dihasilkan lebih
rendah, yaitu sekitar 0,08 m3 s-1 (Grafik 2).
0.18
0.16
0.14
0.12
Debit (m3 s-1)
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
semakin dangkal aliran pada suatu sungai/saluran maka semakin kecil debit
aliran yang dihasilkan. Kedalaman sungai tersebut mungkin dipengaruhi jumlah
sedimen yang mengendap pada bagian dasar sungai dan jumlah penumpukannya
tidak merata. Hal ini mengakibatkan perhitungan debit tidak akurat dan kurang
sesuai dengan teori tersebut.
IV. KESIMPULAN
Gunung Betung.
4. Pada bagian sisi kanan dan tengah sungai, debit yang dihasilkan
tidak terlalu berbeda jauh, yaitu 0,16 dan 0,13 m3 s-1. Sedangkan
pada bagian kiri sungai debit yang dihasilkan lebih rendah, yaitu
sekitar 0,08 m3 s-1. Hal yang mungkin berpengaruh terhadap
perbedaaan debit pada tiga sisi sungai tersebut ialah endapan
(lumpur) di dasar sungai yang dapat memperlambat debit.
DAFTAR PUSTAKA