Anda di halaman 1dari 16

“LIMPASAN PERMUKAAN”

ACARA 4

Dosen Pengampu:

Ferryati Masitoh, S.Si, M.Si

Asisten Praktikum:

Gunawan Triyono; Nur Afifah

Disusun Oleh :

Kelompok : 4 (empat)

Nama : Yurotul Aidah

NIM :

Mata Kuliah : Hidrologi

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU SOSIAL

DEPARTEMEN GEOGRAFI 2022


1. TUJUAN
1) Mahasiswa mampu memahami konsep limpasan permukaan dan
koefisien limpasan permukaan.
2) Mahasiswa mampu menentukan besaran koefisien limpasan
berdasarkan penggunaan lahannya, serta besar debit limpasan
permukaan berdasarkan metode rasional.

2. DASAR TEORI
Seyhan (1990) mendefinisikan limpasan sebagai bagian presipitasi (juga
kontribusi-kontribusi permukaan dan bawah permukaan) yang terdiri atas
gerakan gravitasi air dan nampak pada saluran permukaan dari bentuk
permanen maupun terputus-putus. Jika intensitas curah hujan maupun lelehan
salju melebihi laju infiltrasi, kelebihan air mulai berakumulasi sebagai
cadangan permukaan. Bila kapasitas cadangan permukaan dilampaui, limpasan
permukaan mulai sebagai suatu aliran lapisan yang tipis. Koefisien limpasan
permukaan merupakan bilangan yang menunjukkan perbandingan besaran air
limpasan permukaan terhadap curah hujan. Nilai C berkisar antara 0 – 1. Nilai
C = 0, mengartikan bahwa 100% air hujan tidak ada yang menjadi limpasan
permukaan. Nilai C = 1, menunjukkan bahwa 100% air hujan berubah menjadi
limpasan permukaan. Contoh: Jika nilai C = 0,1, maka 10% dari curah hujan
akan menjadi limpasan permukaan. Besaran nilai C berfungsi untuk melihat
ada tidaknya gangguan pada DAS. Schwab et al (1981) Faktor utama yang
mempengaruhi C adalah laju infiltrasi tanah, tanaman penutup dan intensitas
hujan. Frekwensi terjadinya hujan mempengaruhi debit air dalam DAS.
Perhitungan koefisien limpasan tiap sub DAS yang memiliki lebih dari satu
jenis tata guna lahan menggunakan rumus koefisien limpasan rata-rata
tertimbang sebagai berikut:

𝑪𝒓 = ∑𝒏=𝟏𝑨𝒏 . 𝑪𝒏 ………
𝑨𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍
dengan: Cr : koefisien limpasan rata-rata tertimbang; An : luas lahan pada tata
guna lahan (ha); Atotal : luas lahan total (ha); cn : nilai koefisien limpasan
pada tata guna lahan.
Metode Rasional
𝑸𝒓 = 𝑪 𝑰 𝑨 𝟑,𝟔 = 𝟎, 𝟐𝟕𝟖.𝑪𝑰𝑨 ....(4.2)
Dengan:
Qr = debit maksimum (m3 /detik)
I = intensitas curah hujan selama konsentrasi (mm/jam) = 𝑅24 24 x [ 24 𝑇 ] 2/3
A = luas daerah aliran (km2 )
C = koefisien run off
T = L/W = waktu konsentrasi (jam)
W = 72( 𝐻 𝐿 ) 0,6 = (km/jam
W = kecepatan perambatan (m/det atau km/jam)
L = jarak dari ujung daerah hulu sampai titik yang ditinjau (km)
A = Luas DAS (km2 )
H = Beda tinggi ujung hulu dengan titik tinggi yang ditinjau (km)
Limpasan permukaan atau aliran permukaan merupakan dari curah hujan yang
mengalir di atas permukaan tanah yang mengangkat zat-zat dan partikel tanah.
Limpasan terjadi akibat intesitas curah hujan yang turun melebihi kapasitas
infilitrsasi, saat laju infiltrasi terpenuhi maka air akan mengisi cekungan yang
terdapat dipermukaan tanah. Setelah cekungan-cekungan tersebut terisi air dan
penuh, maka air akan mengalir (melimpas) di atas permukaan tanah (surface
runoff). Air limpasan dibedakan menjadi dua yaitu sheet dan rill surface runoff
kana tetapi apabila aliran air tersebut telah masuk ke dalam system saluran air
arau kali, maka disebut stream flow runoff.
3. ALAT DAN BAHAN
A. ALAT
1) Laptop
2) Pulpen
3) Wadah tadah hujan
4) Spidol warna
B. BAHAN
1) Kertas HVS
2) Plastik Mika
3) Kertas Milimeter blok

4. LANGKAH KERJA
4.3.1 Data Hujan
1. Buatlah penakar hujan, dengan menggunakan Botol/ember dengan mulut
botol/ember yang lebar.
2. Botol/ember tersebut mempunyai bentuk mendekati silinder yang rata dari atas
hingga bawah. Catat dimensi botol/embernya.
3. Letakkan penakar hujan di daerah terbuka, Jauh dari pepohonan/rumah, dan
berada di atas ketinggian minimal 2-meter dari permukaan tanah.
4. Takarlah hujan harian selama 7 hari berturut-turut, sehingga didapatkan data
hujan harian.
5. Catat lama/durasi hujannya, dan volumr hujannya. Pengukuran volume air
hujan dapat menggunakan gelas ukur.
6. Tebal hujan = volume air dibagi luas alas penakar.
7. Pilih salah satu data hujan harian yang memiliki tebal hujan tertinggi dalam
rentang 7 hari
8. Hitung intensitas hujan dengan menggunakan persamaan/rumus Mononobe
pada subbab 4.2.
4.3.2 Limpasan Permukaan
1. Buka Google Earth, Printscreen Kawasan kampus UM. Print di kertas A3 (atau
menyesuaikan), dengan meminimalkan perbesaran yang tidak imbang antara
panjang dan lebarnya.
2. Ukur jarak bangunan di lapangan/nyata, lalu bandingkan dengan jarak
bangunan di peta. Tentukan skala petanya.
3. Deliniasi bangunan dan ruang hijau di kawasan yang dikaji untuk membuat
Peta Penggunaan Lahan. Peta penggunaan lahan didasarkan atas klasifikasi:
a. Lahan terbangun: jalan, gedung, lantai dengan tutupan beton/plester cor
b. Lahan tak terbangun: taman tak bervegetasi, taman berbegetasi, kebun
campur, lahan kosong.
4. Ukur luas setiap penggunaan lahan dengan bantuan kertas milimeter.
5. Tentukan nilai C dari setiap bangunan dan ruanghijau.
6. Tentukan nilai C komposit (rumus).
7. Hitung besarnya limpasan permukaan sesaatnya di kawasan kampus UM,
menggunakan Metode Rasional sederhana.

5. DIAGRAM ALIR
6. HASIL PRAKTIKUM (INI DIBIARKAN SAJA, HASILNYA ITU ADA
DI LAMPIRAN, LAMPIRAN DI TULIS TANGAN)
1) Citra Google Earth Universitas Negeri Malang (terlampir);
2) Gambar plastik transparan/mika plastik (terlampir);
3) Gambar milimeter block (terlampir);
4) Perhitungan luas lahan penggunaan lahan/Fakultas (terlampir);
5) Perhitungan total luas lahan penggunaan lahan/Universitas Negeri Malang
(terlampir);
6) Perhitungan Koefisien Limpasan Permukaan/Fakultas (terlampir);
7) Perhitungan total Koefisien Limpasan Permukaan/Universitas Negeri
Malang (terlampir);
8) Perhitungan Intensitas Hujan (per-kelompok berbeda-beda data hujannya)
(terlampir);
9) Perhitungan Metode Rasional/Fakultas (terlampir);
10) Perhitungan total Metode Rasional/Universitas Negeri Malang (terlampir);
11) Dokumentasi pengukuran tebal hujan (terlampir).

7. PEMBAHASAN
Tipe Daerah Koefisiejn
Atap
Paving 0,30
Vegetasi 0,95
Taman 0,35
Tanah Lapang 0,95
Lapangan Berumput 0,25
Kolam

Tipe Daerah Luas Lahan (ha) Cr Koefisien


Atap 12.3474
Paving 19.7
Vegetasi 7.776
Taman 0.1296
Tanah lapang 0.9072
Lapangan 0.1296
berumput
Kolam 0.2592

𝑪𝑪𝒓𝒓 = Σn = 1An.Cn
A total
= 0,551
Nilai koefisien limpasan memiliki kisaran antara 0 sampai 1, semakin besar nilai dari C,
maka akan rawan terjadinya rundoff dan bisa mengakibatkan bencana banjir, karena
limpasan yang besar dan infiltrasi rendah. Koefisien tertinggi terdapat pada jalan aspal
dan genteng, karena memiliki nilai koefisien sebesar 0,95 yang menandakan bahwa nilai
limpasan pada objek aspal dan genteng sangat besar, berbanding terbalik dengan
hutan/vegetasi yang memiliki nilai C yang rendah, sehingga limpasan yang terjadi juga
semakin rendah.
Koefisien limpasan memiliki rata-rata 0,551.
Or = 0,78 CIA
Diketahui,
Or = Debit maksimum (m3/detik)
T = 6 Jam A = 29,9 × 102
C = 0,551
R24 = 120 ml
16,5 cm
= 7,27
24
Limpasan permukaan adalah aliran air yang tidak dapat terinfiltrasi oleh permukaan
atau tanah yang disebabkan oleh tingginya curah hujan pada suatu wilayah, kurangnya
daerah resapan air, topografi wilayah yang cenderung sangat miring sehingga infiltrasi
rendah, dan nilai koefisien yang tinggi akibat banyaknya bangunan. Debit maksimum
dihitung dengan menggunakan metode rasional, yang memiliki hubungan dengan
intensitas hujan, ketebalan hujan akan berpengaruh pada limpasan, yang menyebabkan
semakin membesarnya nilai limpasan. Kemudian, tentang koefisien luas daerah aliran,
dan durasi hujan wilayah juga memiliki pengaruh terhadap nilai limpasan pada suatu
wilayah. Ketebalan hujan yang tercatat adalah 0,30 mm. Durasi 6 jam, dan luas wilayah
0,0299 km2 . Berdasarkan data tersebut, didapatkan hasil debit maksimum 3,461×10-3
atau 0,003461 m3 /detik.
8. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan pratikum Lipasan Wilayah dapat disimpulkaan
bahwa
1) Nilai total C pada wilayah yang dilakukan perhitungan koefisien limpasan adalah
0,551. Sehingga limpasan permukaan pada wilayah tersebut tidak besar,
sebanding setengah dengan nilai infiltrasi.
2) …..
9. DAFTAR PUSTAKA
Asdak, Chay. (2010). Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Air Sungai: Edisi. Revisi
Kelima. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Yogyakarta.
Lampiran 1. Citra Google Earth

Lampiran 2. Gambar plastik transparan/mika plastik

Lampiran 3. Gambar milimeter block

Lampiran 4. Perhitungan luas penggunaan lahan/Fakultas

1. Fakultas Ilmu Sosial (FIS)


 Atap
 Paving
 Taman
 Vegetasi
2. Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP)
 Atap
 Paving
 Vegetasi
3. Area selain Fakultas (Graha Cakrawala, Gedung Kuliah Bersama, dll)
 Atap
 Paving
 Vegetasi
4. Dst…

Lampiran 5. Perhitungan total luas lahan penggunaan lahan/Universitas


Negeri Malang

1. Universitas Negeri Malang (FIS)


 Atap
 Paving
 Taman
 Vegetasi
 Tanah Lapang
 Dst….

Lampiran 6. Perhitungan koefisien limpasan permukaan/Fakultas

1. Fakultas Ilmu Sosial (FIS)


 Atap
 Paving
 Taman
 Vegetasi
2. Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP)
 Atap
 Paving
 Vegetasi
3. Area selain Fakultas (Graha Cakrawala, Gedung Kuliah Bersama, dll)
 Atap
 Paving
 Vegetasi
4. Dst…

Lampiran 7. Perhitungan total koefisien limpasan permukaan/Universitas


Negeri Malang

1. Universitas Negeri Malang (FIS)


 Atap
 Paving
 Taman
 Vegetasi
 Tanah Lapang
 Dst….

Lampiran 8. Perhitungan intensitas hujan

 Diukur selama 7 hari


 Tiang yang dibuat setinggi 1-2 meter meter dan ditaruh di tempat yang
berlapang.

1-2 meter

 1 Hari di cek untuk mengukur data hariannya, kemudian catat


 Apabila tidak hujan maka datanya dianggap 0
 Apabila data sudah terkumpul, kemudian dirata-ratakan sebagai nilai
dalam R24
 Disarankan menggunakan Kaleng yang berbentuk tabung, dan permukaan
bawahnya rata

Bentuknya harus seperti ini


 Ukur terlebih dahulu jari-jari (r) dari wadah yang digunakan. Sebagai
contoh jari-jarinya 10 cm.

10 cm

 Ukur terlebih dahulu jari-jari (r) dari wadah yang digunakan. Sebagai
contoh jari-jarinya 10 cm.
 Sediakan gelas ukur

 Apabila hujan sudah selesai, masukan air ke dalam gelas ukur dan catat
 Setelah itu hitung dengan rumus
H = V/L × 10
H: ketinggian curah hujan dengan satuan mm
V: volume air yang ditakar dengan satuan ml (sebagai contoh setelah
hujan selesai didapatkan air di 8 ml)
L: luas bidang corong dengan satuan cm2
Untuk mencari L rumusnya adalah =π×r×r
Contoh = 3,14 × 10 × 10
= 314 cm2
= 31.400 mm

Jadi:
R24 = 8 ml¿31.400 × 10
R24 = 0,00254 mm
 Catatan: Jika hujan dimulai pukul 08:05 dan selesai di pukul 09:35 catat
sebagai nilai T dalam satuan jam, berarti (1,5 jam).
 Kemudian apabila terjadi hujan lagi di pukul 14.00 dan selesai di pukul
17.00 catat lagi (3 jam), selanjutnya dikalkusikan selama 1 harinya. Jadi
total 1 hari itu ada 4,5 jam (nilai T)
 Sebagai contoh pukul 08:05 – 09.35 adalah 0,00254 mm untuk pukul
14.00 – 17.00 adalah 0,78 mm, kemudian ditambah jadi 0,78254 mm
 Masukkan rumus yang diatas

Lampiran 9. Perhitungan metode rasional/fakultas

5. Fakultas Ilmu Sosial (FIS)


 Atap
 Paving
 Taman
 Vegetasi
6. Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP)
 Atap
 Paving
 Vegetasi
7. Area selain Fakultas (Graha Cakrawala, Gedung Kuliah Bersama, dll)
 Atap
 Paving
 Vegetasi
8. Dst…

Lampiran 10. Perhitungan total metode rasional/Universitas Negeri Malang

1. Universitas Negeri Malang (FIS)


 Atap
 Paving
 Taman
 Vegetasi
 Tanah Lapang
 Dst….

Lampiran 11. Dokumentasi pengukuran tebal hujan

*LAMPIRANNYA DIGAMBAR DAN DITULIS TANGAN, WORD


HANYA CONTOH SAJA
Lampiran 11. Dokumentasi Pengukuran Tebal Hujan

Anda mungkin juga menyukai