Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK IRIGASI DAN DRAINASE

PENGUKURAN KADAR LENGAS TANAH GRAVIMETRIS, PEMBUATAN


DAN KALIBRASI GYPSUM BLOCK

Oleh:
Amelia Dina Setyo Putri
NIM A1C016036

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2019
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Tujuan...................................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 3
III. METODOLOGI PRAKTIKUM .............................................................. 9
A. Alat dan Bahan ..................................................................................... 9
B. Prosedur Kerja ...................................................................................... 9
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................... 11
A. Hasil ..................................................................................................... 11
B. Pembahasan........................................................................................... 13
V. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................ 19
A. Kesimpulan............................................................................................ 19
B. Saran...................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 20

ii
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah merupakan faktor yang sangat penting dalam setiap pekerjaan teknik

sipil, akan tetapi masalah yang sering terjadi adalah pada penentuan sifat – sifat fisis

dan mekanis tanah. Sifat fisis dan mekanis tanah yang mempengaruhi kapasitas

dukung adalah kadar air tanah. Ukuran butiran tanah juga mempengaruhi perubahan

kadar air suatu jenis tanah.

Kondisi kadar air dalam tanah dapat berubah–ubah yaitu dari keadaan jenuh,

jenuh sebagian maupun kering. Hal ini disebabkan oleh faktor hujan, faktor

lingkungan maupun sifat-sifat teknis tanah itu sendiri juga dapat menjadikan kondisi

kadar air dalam tanah berbeda perilakunya.

Tanah jenuh sebagian (unsaturated soil) terdiri dari tiga bagian, yaitu butiran

tanah (solid), air (liquid) dan udara (gas). Beberapa pekerjaan teknik sipil sering

dilaksanakan di atas permukaan air tanah. Kondisi tanah jenuh sebagian (unsaturated

soil) adalah kondisi tanah yang berada di atas permukaan air tanah.

Gypsum block selama ini telah sering digunakan dibidang pertanian untuk

mengetahui lengas tanah pada media tumbuh tanaman. Prinsip kerja dari alat ini

adalah memanfaatkan sifat hantar listrik dari air. Pada kondisi basah gypsum dapat

menyerap air tanah, maka akan mempunyai sifat  hantar listrik.

1
B. Tujuan

1. Mengetahui cara pembuatan gypsum block.

2. Mengetahui cara kalibrasi gypsum block.

3. Mengetahui cara pengukuran kadar lengas secara gravimetris.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

Pengujian kadar air tanah biasanya dilakukan dengan metode gravimetry, akan

tetapi gravimetry merupakan metode untuk menguji kadar air tanah di laboratorium,

sehingga kondisi kadar air tanah yang dihasilkan kurang sesuai dengan kondisi di

lapangan, untuk mendapatkan kadar air tanah yang sesuai dengan kondisi di lapangan

maka digunakan metode pengujian langsung di lapangan dengan menggunakan

metode sensor listrik. Salah satu metode sensor listrik yang digunakan adalah metode

gypsum block, metode ini merupakan pengujian kadar air tanah secara langsung di

lapangan setelah dikalibrasi secara individu di laboratorium (Sir et al., 2016).

Skinner A. (1997), gypsum block adalah alat sensor yang dipakai dalam bidang

pertanian untuk mengukur lengas tanah atau kelembaban tanah guna memilih jenis

tanaman dan mengatur kesuburannya pada suatu tanah atau lahan yang akan

dikerjakan. Alat ini dapat digunakan dengan biaya yang terjangkau dan paling

sederhana dari pada alat sensor elektrik yang lain.

Keyhani A. (2001) melakukan penelitian dalam pengukuran kadar air dengan

menggunakan mini gypsum block pada sampel tanah yang tipis (30 mm) dengan

memperhitungkan dalam pembacaan resistansi mempunyai pengaruh yang signifikan

sehingga memberikan koefisien korelasi yang cukup tinggi yaitu lebih dari 0,95.

Sir T. (2010) penelitian dilakukan terhadap dua jenis tanah yaitu tanah lempung

dan pasir berlanau. Pembacaan resistansi gypsum block dilakukan selama 7 hari

dengan menggunakan multimeter analog dan pembacaan dilakukan setiap hari sampai

3
gypsum block menghasilkan resistansi konstan. Pada sampel uji lempung menunjukan

bahwa pengukuran kadar air dapat dilakukan dengan gypsum block, selain itu dapat

dinyatakan pengaruh kadar air terhadap nilai resistansi yang dihasilkan oleh gypsum

block bahwa semakin tinggi kadar air maka semakin kecil nilai resitansi yang

dihasilkan, sebaliknya semakin rendah kadar air tanah maka semakin besar nilai

resitansi. Gypsum block tidak cocok untuk pengukuran kadar air tanah pasir berlanau

karena nilai resistansi gypsum block tidak dapat konstan sebagai akibat dari sifat

permeabilitas tanah granuler.

Menurut Hanafiah (2007) bahwa koefisien air tanah yang merupakan koefisien

yang menunjukkan potensi ketersediaan air tanah untuk mensuplai kebutuhan

tanaman, terdiri dari:

a. Jenuh atau retensi maksimum, yaitu kondisi di mana seluruh ruang pori tanah

terisi oleh air.

b.  Kapasitas lapang adalah kondisi dimana tebal lapisan air dalam pori-pori tanah

mulai menipis, sehingga tegangan antarair-udara meningkat hingga lebih besar

dari gaya gravitasi.

c. Koefisien layu (titik layu permanen) adalah kondisi air tanah yang

ketersediaannya sudah lebih rendah ketimbang kebutuhan tanaman untuk

aktivitas, dan mempertahankan turgornya.

d. Koefisien Higroskopis adalah kondisi di mana air tanah terikat sangat kuat oleh

gaya matrik tanah

4
Air tersedia biasanya dinyatakan sebagai air yang terikat antara kapasitas

lapangan dan koefisien layu. Kadar air yang diperlukan  untuk tanaman juga

bergantung pada pertumbuhan tanaman dan beberapa bagian profil tanah yang dapat

digunakan oleh akar tanaman. Tetapi untuk kebanyakan mendekati titik layunya,

absorpsi air oleh tanaman kurang begitu cepat, dapat mempertahankan pertumbuhan

tanaman. Penyesuaian untuk menjaga kehilangan air di atas titik layunya telah

ditunjukkan dengan baik (Buckman and Brady, 1982).

Kadar air dalam tanah dapat dinyatakan dalam persen volume yaitu persen

volume air terhadap volume tanah. Cara ini mempunyai keuntungan karena dapat

memberikan gambaran tentang ketersediaan air pada pertumbuhan pada volume tanah

tertentu. Cara penetapan kadar air tanah dapat digolongkan dengan beberapa cara

penetapan kadar air tanah dengan gravimetrik, tegangan atau hisapan, hambatan

listrik dan pembauran neutron.  Daya pengikat butir-butir tanahinseptisol terhadap air

adalah besar dan dapat menandingi kekuatan tanaman yang tingkat tinggi dengan baik

begitupun pada tanah Alfisol dan Vertisol, karena itu tidak semua air tanah dapat

diamati dan ditanami oleh tumbuhan (Hardjowigeno, 1993).

Lengas tanah dapat disebut sebagai uap air yang terdapat pada pori-pori tanah.

lengas tanah juga memiliki tegangan yang menentukan seberapa banyak air yang

dapat diserap oleh tumbuhan. Metode untuk mengukur kelengasan tanah (kandungan

air tanah) digunakan  metode gravimetri. Pada beberapa kandungan lengas tanah yang

digunakan sebagai medium tumbuh tanaman. Selain menggunakan metode gravimetri

untuk mengetahui kadr lengas tanah juga dapat digunakan perhitungan indeks

5
kelembaban tanah, karena proses penguapan air pada suatu benda sangat bertimbal

balik terhadap kelembaban udara (Nocita et al., 2012).

Kadar lengas tanah digunakan untuk menentukan jadwal pengairan pada lahan

sawah atau irigasi. Untuk menentukan kelengasan tanah dapat digunakan

penghitungan evapotranspirasi dan presipitas pada tanah. Pengukura juga dapat

dlakukan dengan mengetahui suhu tanah. Sehingga kadar lengas dapat diketahui

melalui besarnya suhu, tekstur, struktur, dan besar kecilnya pori tanah. Sedangkan

kadar lengas sendiri merupakan kadar kelembaban atau air yang terkandung dalam

tanah ataiu diantara pori tanah itu sendiri (Arif et al., 2012).

Faktor faktor yang dapat mempengaruhi kelengasan tanah yaitu tekstur tanah,

struktur tanah, dan porositas tanah. Tekstur tanah menentukan bentuk dari tanah

tersebut apakah berpasir, berlempung atau berdebu. Struktur tanah yaitu susunan dari

tanah itu sendiri dan porositas tanah yaitu ruang pori total atau ruang kosong yang

terdapat dalam tanah. Tanah yang poreus berarti tanah tanah yang mempunyai pori

tanah yang cukup untuk pergerakan udara dan air di dalam tanah (Hanafiah ,2012).

Penyebab terjadinya erosi pada lahan miring selain akibat adanya penggundulan

taaman faktor yang mempengaruhi erosi yaitu kadar lengas tanah. Daya serap tanah

terhadap air pada setiap jenis tanah berbeda-beda. Faktor tersebut menjadikan adanya

perbedaan ketahanan terhadap erosi pada lahan miring. Semakin besar penyerapan air

oleh tanah erosi pada lahan miring akan memiliki presentase yang lebih kecil,

demikian sebaliknya. Semakin kecil daya serap tanah presentase terjadinya erosi

semakin besar. Persentase terjadi kadar lengas tanah yang tinggi akan menyebabkan

6
tanah tersebut mengalami kejenuhan air, sehingga tanah tersebut tidak dapat ditanami

tumbuhan secara sembarangan (Ziadat and Taimeh., 2013).

Menurut Prasetyo dkk. (2016), sensor kelembapan atau kadar lengas tanah

sangat penting dalam menentukan waktu irigasi suatu tanaman, kedalaman

pembhasan tanah, kedalaman pertumbuhan akar tanaman dan kecukupan pembahasan

tanah. Kadar lengas tanah itu sendiri merupakan air yang terdapat dalam tanah yang

terikat oleh berbagai kakas, yaitu kakas ikat matrik, osmosis dan kapiler. Kadar

lengas tanah juga sering disebut juga sebagai kandungan air yang terdpat dala pori

tanah. Untuk menyakan satuan kadar lengas ini yaitu dapat berupa persen atau bisa

juga persen pervolume.

Menurut Suharyatu dkk.. (2013), kadar lengas tanah pada saat kondisi jenuh

gerakan dari titik kesatu ketitik yang lainnya dipengaruhi oleh potensial dan jarak

antar titik. Kadar lengas tanah yang potensisal terdiri atas potensial ravitasi, potensial

tekanan, dan potenaial osmotik. Pototensial gravitasi merupakan gaya gravitasi,

sehingga besarnya tergantung posisi benda terhadap pusat bumi. Potensial tekanan

dalam kondisi tak jenuh lebih rendah dari tekananatmosfir sehingga berharga negatif.

Potensial osmotik dapam mempengaruhi aliran lengas jika terdapat membran difusi

yang dapat meloloskan air tetapi tidak garam-garam yang terlarut. Kadar lengas itu

sendiri tebagi menjadi tiga bagian yaitu lengas tanah adalah air dalam bentuk capuran

gas (uap air) dan cairan..

Kadar lengas tanah berpengaruh terhadap berat kering tanaman dan pada saat

panen. Kadar lengas tanah yang semakin rendah dapat menyebabkan penurunan berat

7
kering tanaman saat panen (Permanasari dan Silistyaningsih, 2013). Kandungan uap

air dalam tanah sangat penting , karena tanah akan terbentuk apabila dalam tanah

tersebut terdapat lempung, koloid organik, garam terlarut yang terakumulasi larut di

dalam air.jumlah air yang terdapat di dalam tanah terikat oleh gaya matriks, gaya

osmotik dan gaya kapiler. Kadar lengas tanah meliputi air dan bahan-bahan yang

terlarut di dalamnya, sedangkan kadar air tanah mengandung pertian air murni yang

ada pada tanah.

8
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

1. Alat tulis

2. Modul praktikum

3. Timbangan digital

4. Oven

5. Cawan

6. Sampel tanah

7. Gypsum block

8. Serbuk gypsum

9. Kawat kasa

10. Kabel

11. Gunting

12. Multimeter

13. Pipa paralon

14. Tali raffia

15. penggaris

B. Prosedur Kerja

1. Alat untuk membuat gypsum block dipersiapkan terlebih dahulu.

2. Gypsum block yang telah ditentukan ukurannya dibuat oleh praktikan.

9
3. Gypsum block yang telah selesai dibuat didiamkan selama 24 jam.

4. Setelah jadi, gypsum block digunakan untuk mengukur kadar lengas tanah sampel

yang telah diambil pada ember.

5. Pengukuran dilakukan selama 4 hari dengan menggunkan multimeter untuk

mengukur voltase kemudian tanah diambil dan dioven selama 24 jam untuk

mengetahui massa tanah kering.

10
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Table pengamatan

Tabel 1. Tabel Hasil Pengamatan Hari 1


Hari 1
Kelompok Massa Cawan + Massa Cawan + Gypsum (mV)
Tanah Basah (gr) Tanah Kering (gr)
1 51,21 46,44 4,0
2 50,40 47,73 75,2
3 53,49 49,03 63,1
4 60,69 54,04 29,5
5 61,62 53,35 22,7
6 52,71 48,03 12,8
7 56,51 49,40 15,6
8 55,99 50,54 3,2
9 57,23 51,05 2,2
10 50,99 46,66 2,6

Tabel 2. Tabel Hasil Pengamatan Hari 2


Hari 2
Kelompok Massa Cawan + Massa Cawan + Gypsum (mV)
Tanah Basah (gr) Tanah Kering (gr)
1 50,35 46,00 40,6
2 58,08 52,49 37,4
3 51,86 49,3 33,0
4 53,56 49,72 34,6
5 55,51 49,89 35,6
6 53,43 48,44 39,0
7 51,56 45,65 38,1
8 58,45 50,54 37,9
9 51,31 51,05 38,6
10 52,75 46,66 33,3

11
Tabel 3. Tabel Hasil Pengamatan Hari 3
Kelompok Hari 3
Massa Cawan + Massa Cawan + Gypsum (mV)
Tanah Basah (gr) Tanah Kering (gr)
1 53,17 47,36 16,5
2 54,61 50,04 11,3
3 54,53 48,03 15,4
4 55,76 50,84 10,0
5 51,32 46,92 14,8
6 57,20 50,65 15,0
7 51,56 46,21 16,4
8 57,89 51,58 15,1
9 53,50 48,68 11,5
10 53,90 48,17 12,6

Tabel 4. Tabel Hasil Pengamatan Hari 4


Kelompok Hari 4
Massa Cawan + Massa Cawan + Gypsum (mV)
Tanah Basah (gr) Tanah Kering (gr)
1 56,19 49,22 80,2
2 57,75 52,44 81,5
3 61,04 53,44 79,5
4 56,0 50,95 79,3
5 55,09 49,21 79,5
6 55,44 49,53 81,0
7 53,97 47,71 80,5
8 57,97 51,62 79,0
9 52,67 48,15 80,4
10 55,91 49,47 79,3

12
2. Grafik
hubungan tegangan gypsum dan kadar air
tanah kelompok 7
46
44 hubungan tegangan
gypsum dan kadar air
tanah
Kada Air (%)

42
f(x) = − 0.13 x + 41.95 Linear (hubungan
40 tegangan gypsum dan
kadar air tanah)
38
36
15.6 38.1 16.4 80.5

Tegangan Gypsum (µV)

Gambar 1. Grafik hubungan tegangan gypsum dan kadar air tanah.

Dari grafik di atas didapatkan persamaan y = -0,1297x + 41,95 artinya untuk

mengukur kadar air (y) yaitu dengan cara -0,1297 dikali tegangan gypsum (x)

ditambah 41,95.

B. Pembahasan

Gypsum block merupakan alat yang terbuat dari serbuk gypsum dan campuran

air dengan pemasangan kabel untuk mengetahui resistansi atau tahanan tanah.

Gypsum block pertama kali dipakai dibidang pertanian untuk mengukur kelengasan

tanah atau kelembaban tanah guna mengatur kesuburannya pada suatu tanah atau

lahan yang dikerjakan, dengan cara kalibrasi dulu, lalu ditanam di tempat yang akan

13
diteliti. Dalam bidang teknik sipil, khususnya dalam ilmu geoteknik, gypsum block

dapat dikembangkan untuk mengukur kadar air dalam tanah, pengukuran kadar air

tanah dengan tujuan agar tidak merusak strukur tanah di sekitar daerah

penelitian.Untuk mengetahui nilai kadar air, kedua kabel dihubungkandengan

multimeter sehingga diperoleh nilai tahanan gypsum block, kemudian nilai tahanan

gypsum block dimasukkan dalam grafik kalibrasi maka diperolehsuatu persamaan

resistansi tanah yang dipakai dalam pengukuran kadar air (Sir, 2010). Prinsip kerja

gypsum block yaitu jika dalam kondisi basah, gypsum block akan menghasilkan

resistansi yang kecil. Demikian sebaliknya dalam kondisi kering, gypsum block akan

menghasilkan resistansi yang lebih tinggi. Sebelum dipakai gypsum block harus

dikalibrasi dahulu secara individu karena setiap gypsum block memiliki karakteristik

tersendiri (Sir, 2010).

Keuntungan dan kerugian dari gypsum block. Keuntungan dari gypsum block

sebagai berikut :

1. Pembuatan gypsum block dapat dilakukan oleh orang awam.

2. Mudah dalam pemasangan dan penggunaannya serta memerlukan sedikit

pemeliharaan.

3. Tidak merusak struktur tanah sekitarnya.

Kerugian dari gypsum block sebagai berikut :

1. Lama penggunaan gypsum block terbatas.

2. Sensitif terhadap garam.

3. Memerlukan kalibrasi secara individu.

14
4. Tidak ada kompensasi terhadap suhu

Faktor yang mempengaruhi keakuratan gypsum block dalam pengukuran kadar

air tanah antara lain: jenis tanah, kadar kejenuhan air tanah, dan bentuk gypsum block.

Hal ini disebabkan oleh faktor hujan, faktor alam pengaruh tumbuh–tumbuhan

disekitarnya. Jenis tanah sendiri juga menjadi hal yang menyebabkan kondisi air

dalam tanah berperilaku beda.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar air tanah adalah tekstur tanah, iklim,

topografi, adanya gaya kohesi, adhesi, dan gravitasi. Tanah-tanah yang bertekstur

pasir, karena butiran butirannya berukuran lebih besar, maka setiap satuan berat

(gram) mempunyai luas permukaan yang lebih kecil sehingga sulit menyerap air dan

unsur hara. Tanah-tanah yang bertekstur liat, karena lebih halus maka setiap

satuan   berat mempunyai  luas permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan

menahan air dan menyediakan unsur hara lebih tinggi. Tanah bertekstur halus lebih

aktif dalam reaksi kimia dibanding tanah bertekstur kasar (Soetedjo dan

Kartasapoetra, 2002).

Kadar air suatu bahan biasanya dinyatakan dalam persentase berat bahan basah,

misalnya dalam gram air untuk setiap 100gr bahan disebut kadar air berat basah.

Kadar air basis basah dapat ditentukan dengan persamaan berikut:

Keterangan :

15
W        = bobot sampel sebelum dikeringkan (gr)

W1      = bobot sampel dan cawan kering (gr)

W2      = bobot cawan kosong (gr)

Berat bahan kering adalah berat bahan setelah mengalami pemanasan beberapa

waktu tertentu sehingga beratnya tetap (konstan). Pada proses pengeringan air yang

terkandung dalam bahan tidak dapat seluruhnya diuapkan. (Herminianto et al., 1989).

Metode pengukuran kadar air tanah:

1. Metode gravimetri (pengeringan dengan oven)

Dilakukan dengan cara mengeluarkan air dari bahan dengan proses pengeringan

dalam oven (oven udara atau oven vakum, hal ini berdasarkan tekanan yang

digunakan saat pengeringan). Ada dua macam metode gravimetri yaitu metode

oven udara dan metode vakum.

2. Metode distilasi azeotropik

Metode distilasi azeotropik yang dapat diterapkan ada dua, yaitu distilasi

langsung dan distilasi azeotropik

3. Metode karl fischer

Metode ini digunakan untuk mengukur kadar air contoh dengan metode volumetri

berdasarkan prinsip titrasi. Titran yang digunakan adalah pereaksi Karl Fischer

(campuran iodin, sulfur dioksida, dan pridin dalam larutan metanol). Pereaksi karl

fischer pada metode ini sangat tidak stabil dan peka terhadap uap air oleh karena

itu sebelum digunakan pereaksi harus selalu distandarisasi.

4. Metode desikasi kimia

16
Dengan bantuan bahan kimia yang mempunyai kemampuan menyerap air tinggi,

seperti: fosfor pentaoksida (P2O5), barium monoksida (BaO), magnesium

perklorat (MgCl3), kalsium klorida anhidrous (CaCl2), dan asam sulfat (H2SO4)

pekat. Senyawa P2O5, BaO, dan MgClO3 merupakan bahan kimia yang

direkomendasi oleh AOAC (1999).

5. Metode termogravimetri

Metode ini dilakukan dengan cara mengeluarkan air dari bahan dengan bantuan

panas. Perubahan berat (karena hilangnya air dari bahan selama pemanasan)

dicatat oleh neraca termal (thermobalance) secara otomatis sebagai fungsi dari

waktu dan suhu. Diperoleh kurva perubahan berat selama pemanasan untuk suatu

program suhu tertentu.

Tanah diambil pada kedalaman sama dengan penem-patan sensor gypsumyaitu

10 cm. Tahapan selanjutnya adalah menghitung volume contoh tanah dan

menimbangnya kemudian dimasukkan ke dalam oven pengering pada suhu tertentu

selama 24 jam dan dilanjutkan dengan menimbang berat keringnya, dengan demikian

kadar lengas dapat dihitung (Prasetyo et al., 2016).

Pemanfaatan kadar air tanah di bidang pertanian:

1. Pemanfaatan air tanah dalam sebagai alternatif irigasi suplementer pada budidaya

pertanian terpadu dengan komoditas jagung hibrida, sayuran, pakan ternak dan

jarak pagar seluas 5 ha di Desa Bayan, Lombok Nusa Tenggara Barat.

17
2. Pemanfaatan air tanah dalam sebagai alternatif irigasi suplementer pada kebun

bibit kelapa sawit PT. Sampoerno Agro, TBK., di Kecamatan Mesuji, Ogan

Komering Ilir, Sumatera Selatan.

3. Pendayagunaan sumberdaya air tanah untuk pengembangan komoditas sayuran,

jagung dan kelapa di Amanuban Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa

Tenggara Timur.

Sensor kadar air tanah:

1. Moisture sensor adalah sensor yang dapat mendeteksi kadar air dalam tanah. Sensor

ini sangat sederhana, tetapi ideal untuk memantau tanaman, atau tingkat air pada

tanaman/tumbuhan pekarangan anda.

2. Arduino Nano adalah salah satu dari produk board mikrokontroller keluaran Arduino.

Arduino Nano adalah board Arduino terkecil, menggunakan mikrokontroller Atmega

328 untuk Arduino Nano 3.x dan Atmega168 untuk Arduino Nano 2.x.

Hasil praktikum kelompok 7 adalah dari pengamatan yang dilakukan

menghasilkan tegangan yang pada tiap harinya naik dan turun, dan tegangan tertinggi

ada pada hari ke 4 sebesab 80,5 mV. Dari grafik di atas didapatkan persamaan y =

-0,1297x + 41,95 artinya untuk mengukur kadar air (y) yaitu dengan cara -0,1297

dikali tegangan gypsum (x) ditambah 41,95.

Kendala untuk praktikum kali ini adalah jenis gypsum yang digunakan terlalu

cepat menggumpal sehingga ketika akan dilakukan pencetakkan gypsum yang di

encerkan sudah terlalu kental sehingga cetakan gypsum yang dibuat tidak dapat full

karena masih ada bagian yang berlubang dikarenakan cairan terlalu kental.

18
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Cara membuat gypsum block dengan mencapurkan bubuk gypsum dengan air

kemudia di cetak dengan jarak dengan kabel kasa sebesa 0.5cm masing-masing sisi

untuk selanjutnya di oven dan di ukur tegangan setiap hari selama 4 hari.

2. Cara menghitung kalibrasi dengan mengukur hubungan antara tegangan gypsum dan

kadar air tanah yang di dapat sebesar y = -0,1297x + 41,95.

3. Cara mengukur kadar lengas dengan cara gravimetric sesuai dengan pengamatan

yang dilakukan selama 4 hari menghasilkan kadar air dengan jumlah yang naik

dan turun.

B. Saran

Saran untuk praktikum kali ini adalah pada pemilihan bubuk gypsum sebaiknya

yang tepat sehingga tidak menghambat jalannya praktikum karena bubuk gypsum

terlalu cepat menggumpal.

19
DAFTAR PUSTAKA

Ambler, John, S, 1991, Irigasi di Indonesia Dinamika Kelembagaan Petani. LP3ES.


Jakarta.

Arif, C., B. I. Setiawan, M. Mizoguchi, dan R. Doi. 2012. Estimation of Soil


Moisture in Paddy Field Using Artificial Neural Networks. Advanced Research
in Artificial Intelligence. 1(1): 17-21.

Buckman, H. O., and Brady. 1982. Ilmu Tanah. Bharata Karya Aksara : Jakarta.

Hanafiah, K. A. 2012. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada: Jakarta. 

Hanafiah, K., A. 2007. Dasar-Dasar ILmu Tanah. Rajawali Pers: Jakarta.

Hardjowigeno.  S., 1993. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo: Jakarta.

Herminianto, H., Kusumah., dan Andarwulan. 1989. Dasar Pengawetan Pangan. PT.
Rineka Cipta: Jakarta.

Keyhani, A. 2001. Development of Mini Gypsum Block for Soil Moisture


Measurement and their Calibration to Compensate for Temperature. J. Agric.
Sci Technol. 3:41–145.

Permanasari, I dan E. Sulistyaningsih. 2013. Kajian Fisiologi Perbedaan Kadar


Lengas Tanah Dan Konsentrasi Giberelin Pada Kedelai (Glycine Max
L). Kajian Fisiologi. 4(1): 31-39.

Prasetyo, A., E. Firmansyah., dan L. Sutiarso. 2016. Perancangan Dan Pengujian


Unjuk Kerja Sistem Monitoring Kadar Lengas Berbasis Gypsum Block Untuk
Memantau Dinamika Tanah Polietilen, Polistiren Dan Other. Jurnal Teknologi
Technoscientia, 8(2):100-106.
Prasetyo, A.,  E. Firmansyah, dan L. Sutiarso. 2016. Perancangan Dan Pengujian
Unjuk Kerja Sistem Monitoring Kadar Lengas Berbasis Gypsum Block Untuk
Memantau Dinamika Tanah Polietilen, Polistiren Dan Other. Jurnal Teknologi
Technoscientia, 8(2): 100-106.

Sir, T. M. W. 2010. Pengaruh Variasi Volume Contoh Terhadap Pengukuran Kadar


Air Tanah dengan Menggunakan Gypsum Block. Tesis. Program Studi Teknik
Sipil, Program Pasca Sarjana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

20
Sir, T. M. W., I. M. Udiana., dan S. R. Isu. 2016. Perbandingan Pengukuran Kadar
Air Tanah Lempung Menggunakan Metode Gravimetry Dan Metode Gypsum
Block Berdasarkan Variasi Kedalaman. Jurnal Teknik Sipil. 5(2):213-226.

Skinner, A. 1997. Resurrecting The Gypsum Block for Soil Moisture Measurement.
Measurement Engineering Australia, http://www.sowacs.com.sensor.gypsum.
Diakses 21 Juni 2019.

Suharyatun, S., B. Purwantana., A. Rozaq, dan M. Mawardi. 2013. Sebaran Lengas


Tanah Akibat Pembuatan Lorong Pengatus Dangkal Pada Tanah
Sawah. Agritech, 33(3): 355-361.

Sutedjo dan Kartasapoetra AG. 2002. Pengantar Ilmu Tanah. Penerbit Rineka Cipta:


Jakarta.

Ziadat, F. M. and A. Y. Taimeh. 2013. Effect of Rainfall Intensity, Slope, Land Use
and Atencedent Soil Moisture On Soil Erosion in An Arid Environment. Land
Degration and Development, 24 (6):582-590. 

21

Anda mungkin juga menyukai