Dosen pengampu:
Oleh:
22001032099
HALAMAN SAMPUL...................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
DAFTAR TABEL...........................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
Latar Belakang......................................................................................1
Tujuan...................................................................................................2
Langkah Kerja......................................................................................5
Hasil Pengamatan.................................................................................7
Pembahasan..........................................................................................8
BAB V PENUTUP..........................................................................................9
Kesimpulan...........................................................................................9
Saran.....................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................10
LAMPIRAN....................................................................................................11
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
v
BAB I
1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.
Konsistensi tanah adalah salah satu sifat fisika tanah yang menggambarkan
ketahanan tanah pada saat memperoleh gaya atau tekanan dari luar yang
menggambarkan bekerjanya gayakohesi (tarik menarik antar partikel) dan
adhesi (tarik menarik antar partikel dan air) dengan berbagai kelembaban
tanah.
Konsistensi tanah menunjukkan integritas antara kekuatan dan kohesi
butir-butir tanah (agregat tanah) dengan daya adhesi tanah dengan benda lain.
Daya tersebut menentukan daya tahan tanah terhadap gaya pengubah bentuk
yang dapat berupa pembajakan, pencangkulan, dan penggaruan. Menurut
Foth(1990), tanah yang baik dan mudah diloah adalah tanah yang lunak dan tidak
melekat pada alat pengolahan tanah.
Salah satu hal yang perlu diketahui sebelum memulai suatu
pengelolaan tanah disuatu lahan, adalah konsistensi tanah karena konsistensi
merupakan resistensi terhadap deformasi atau perpecahan dan ditentukan oleh
adhesi dan kohesimulsa tanah. Oleh karena itu, konsistensi tanah harus secara
tepat agar pengelolaan tanah yang dilakukandapat berjalan baik, serta dapat
diusahakan secara maksimal.
Selain menentukan langkah pengelolaan tanah yang tepat, konsistensi juga
menentukan kemampuan tanah dilahan tersebut untuk mendukung
pertumbuhan tanaman. Konsistensi mempengaruhi kemampuan tanaman
memanjangkan akarnya, sertamempengaruhi jumlah oksigen dan air dalam
tanah yang merupakan kebutuhan esensial pertumbuhan tanaman.
Melihat begitu eratnya hubungan antara konsistensi tanah dengan
keberhasilan penanaman yang diusahakan, maka sangat diperlukan untuk
mengetahui bagaimana konsistensi tanah pada lahan yang akan diolah. Untuk
mengetahui konsistensi tanah dapat dilakukan beberapa percobaan terhadap
konsistensi tanah.
2
Dalam penentuan konsistensi tanah terdapat dua cara yaitu di lapangan dan
laboratorium dengan pendekatan angka-anga Atterberg. Konsistensi basah
dapat diamati saat tanah berada diatas kapasitas lapangan atau dalam keadaan
basah. Pengamatan dilakukan dengan menentukan kelekatan (kelekatan bahan
tanah saat ditekan antara jari dan telunjuk) dan plastisitas (bahan tanah diubah
bentuknya seperti sosis atau cacing). (Sutanto, 2005).
1.2 Tujuan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Konsistensi tanah merupakan sifat fisika yang menunjukkan daerah adhesi dan
kohesi partikel –partikel tanah pada berbagai tingkatan kelengasan. Sifat-sifat
yang ditunjukkan pada konsistensi berupa keliatan (plasticity), keteguhan
(friability), dan kelekatan (stickness). Penentuan nilai konsistensi dikelompokkan
menjadi dua, yaitu kualitatif dan kuantitatif dengan pendekatan angka Atterberg
yaitu batas cair (BC), batas lekat (BL), batas gulung (BG), dan batas berubah
warna (BBW). Angka-angka atterberg mempunyai hubungan antara kadar lengas
(%) dengan konsistensi tanah, serta pendekatan tambahan yaitu indeks plstisitas
(plasticity index) dan jangka olah (Soepraptohardjo, 2007).
Tanah memiliki daya konsistensi yang baik, pada umumnya mudah diolah dan
tidak melekat pada alat pengolah tanah. Penetapan konsistensi tanah dapat
dilakukan dalam 3 kondisi yaitu basah, lembab, dan kering. Konsistensi tanah
basah merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air diatas
kapasitas lapang. Konsistensi pada kondisi lembab merupakan penetapan
konsistensi tanah pada kondisi air tanah sekitar kapasitas lapang. Dan konsistensi
tanah kering yang merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air
kering angina (Hardjowigeno, 2014).
4
Konsistensi tanah dapat ditentukan secara kualitatif dan kuantitatif. Secara
kualitatif dilakukan dengan cara memijat dan memirit-mirit atau membuat bulatan
atau pun gulungan tanah. Sedangkan secara kuantitatif dilakukan dengan
penentuan angka atterberg (Nurhidayati, 2006).
Jumlah air tertinggi yang bermanfaat bagi tanaman dengan nilai tertinggi BC
dan yang terendah adalah BBW. Agar tanah dapat ditumbuhi tanaman, harus
mempunyai kadar air yang terletak diantara kedua nilai batas tersebut. Diantara
BL dan BG merupakan kadar air dimana tanah mudah diolah ( dicangkul dan
dibajak) sehinggal dinamakan jangka olah (JO). Antara BC dan BG merupakan
kadar tanah dimana tanah menunjukkan derajat keteguhan (DT) (Darmawijaya,
2014).
5
BAB III
METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktikum
Praktikum penetapan kadar air tanah di laksanakan di laboratorium THC,
Universitas Islam Malang , Praktikum ini di lakukan pada hari Rabu tanggal
17November 2021 pukul 12.30 – 13.30 WIB
3.2.2 Bahan
1. Sampel tanah
2. Air
6
4. Mengambil 10 gr dari daerah alur tertutup untuk penentuan kadar
air.
5. Dengan mengubah banyaknya air yang dicampurkan ke tanah dan
mengulangi langkah no 2 dan 5, lalu diambil 4 kaliu penetapan
kadar air didalam ketukan 10 hingga 40 kali.
6. Membuat grafik antara jumlah ketukan ( sumbu x) dan kadar air
(sumbu Y), kemudian carilah kadar air tanah pada ketukan
sebanyak 25 kali.Kadar air pada ketokan 25 kali menunjukkan
batas cair dari tanah tersebut.
7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengamatan
8
Tabel 2. Hasil Perhitungan Batas Cair
7
L1 Lemb 3,31 14,88 18,88 11,5 15,5 34,57
ab 7 7
L2 3,21 19,18 24,23 15,9 21,0 31,62
7 2
K1 Kerin 3,07 12,43 15,45 9,36 12,3 32,26
g 8
K2 3,22 14,94 18,69 11,7 15,4 31,22
2 7
4.2 Pembahasan
Konsistensi tanah menunjukkan kekuatan daya adhesi dan kohesi
butir- butir tanah dengan benda lain. Hal ini ditunjukkan oleh daya tahan
tanah terhadap gaya yang akan mengubah bentuk. Gaya-gaya tersebut dapat
berupa usikan, misalnya pencangkulan, dan pembajakan. Tanah-tanah yang
mempunyai konsistensi baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada
alat pengolah tanah. Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi konsistensi
tanah adalah sebagai berikut :
1. Kadar Air : Bila kadar air tinggi maka konsistensi tanah rendah.
2. Tekstur Tanah : Bila tekstur tanah dominan pasir maka konsistensi
tanah rendah.
3. Porositas : Bila porositasnya tinggi maka konsistensi rendah.
4. Bahan Organik : Bahan organik tinggi maka konsistensi rendah.
5. Berat Isi
8
Tanah yang memilki konsistensi yang baik umumnya mudah diolah dan tidak
melekat pada alat pengolah tanah. Oleh karena tanah dapat ditemukan dalam
keadaan lembab, basah atau kering maka penyifatan konsistensi tanah harus
disesuaikan dengan keadaan tanah tersebut. Dalam keadaan lembab, tanah
dibedakan ke dalam konsistensi gembur ( mudah diolah ) sampai teguh ( agak
sulit dicangkul). Dalam keadaan kering tanah dibedakan kedalam konsistensi
lunak sampai keras. Dalam keadaan basa dibedakan plastisitasnya yaitu dari
plastis sampai tidak plastis atau kelekatannya yaitu dari tidak lekat sampai lekat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Pada Praktikum ini , harus lebih disiplin dalam soal waktu, Dan kegiatan
praktikum ini masih butuh terhadap paraktek lapang yang terjun langsung ke
lapangan. Tanah dengan plastisitas tinggi dapat diatasi dengan memberikan
kompos, bokashi pupuk kandang arang, atau bahan organik lainnya sehingga
tanah menjadi gembur.
9
10
DAFTAR PUSTAKA
Darmawijaya. 2014.
Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Rajawali Press. Jakarta.
Hardjowigeno, Sarwono. 2010.
Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.
Hardjowigeno .2008.
Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.
Nurhidayati. 2006.
Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian
Unisma. Malang.
Soepraptohardjo, M. 2007.
Jenis Tanah dan Potensinya. Pusat PendidikanInterpretasi Citra
Pengindraan Jauh Dan Survey Terpadu, Yogyakarta.
Sutanto, Rachman. 2010.
Dasar-dasar Ilmu Tanah. Komisius. Jakarta.
11
LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan Kadar Air Hasil Praktikum
1. Kaleng 1
KA % massa = ×100%
10,78−7,48
KA % massa = x 100% = 44,11 %
7,48
2. Kaleng 2
KA % massa = ×100%
13,98−10,05
KA % massa = x 100% = 39,10 %
10,05
3. Kaleng 3
KA % massa = ×100%
14,07−10,04
KA % massa = x 100% = 40,13 %
10,04
4. Kaleng 4
KA % massa = ×100%
13,32−9,61
KA % massa = x 100% = 38,60 %
9,61
5. Kaleng 5
KA % massa = ×100%
22,94−16,85
KA % massa = x 100% = 36 ,14 %
16,85
6. Kaleng 6
KA % massa = ×100%
12
17,50−12,78
KA % massa = x 100% = 37,47 %
12,78
7. Kaleng 7
KA % massa = ×100%
16,16−11,73
KA % massa = x 100% = 37,76%
11,73
8. Kaleng 8
KA % massa = ×100%
16,66−12,26
KA % massa = x 100% = 35,48 %
12,26
9. Kaleng 9
KA % massa = ×100%
17,21−12,63
KA % massa = x 100% = 36,26 %
12,63
10. Kaleng 10
KA % massa = ×100%
21,40−15,71
KA % massa = x 100% = 34,56 %
15,71
XY = Ʃ ketukan . KA % Massa
Kaleng 1 XY = 3 × 44,11
= 132,33
Kaleng 2 XY = 10 × 39,10
= 391
Kaleng 3 XY = 13 × 40,13
= 521,69
Kaleng 4 XY = 19 × 25,54
= 485,26
Kaleng 5 XY = 25 × 36,14
13
= 903,5
Kaleng 6 XY = 28 × 37,47
= 1049,16
Kaleng 7 XY = 33 × 37,76
= 1246,08
Kaleng 8 XY = 38 × 35,48
= 1348,24
Kaleng 9 XY = 46 × 36,26
= 1667,96
Kaleng 10 XY = 49 × 34,56
= 1693,66
X2 = (Ʃ ketukan)2
Kaleng1
X 2 = 32 = 9
Kaleng2
X2 = 102 = 100
Kaleng 3
X2 = 132 = 169
Kaleng 4
X2 = 192 = 361
Kaleng 5
X2 = 252 = 625
Kaleng 6
X2 = 282 = 784
Kaleng 7
X2 = 332 = 1089
Kaleng 8
X2 = 382 = 1444
Kaleng 9
14
X2 = 462 = 2116
Kaleng 10
X2 = 492 = 2401
Y2 = (KA % massa)2
Kaleng 1
Y2 = ( 44,11)2 = 1945,68
Kaleng 2
Y2 = ( 39,10)2 = 1528,81
Kaleng 3
Y2 = ( 40,13)2 = 1610,41
Kaleng 4
Y2 = ( 25,54)2 = 652,29
Kaleng 5
Y2 = ( 36,14)2 = 1306,044
Kaleng 6
Y2 = ( 37,47)2 = 1404,09
Kaleng 7
Y2 = ( 37,76)2 = 1425,81
Kaleng 8
Y2 = ( 35,48)2 = 1258,83
Kaleng 9
Y2 = ( 36,26)2 = 1314,78
Kaleng 10
Y2 = ( 34,56)2 = 1194,38
B1 = ×100%
15
19,52−13,7
= x 100% = 42,48 %
13,7
B2 = ×100%
17,33−12,73
= x 100% = 36,13 %
12,73
KA % Massa Kondisi Lembab
L1 = ×100%
15,57−11,57
= x 100% = 34,57%
11,57
L2 = ×100%
21,02−15,97
L2 = x 100% = 31,62 %
15,97
KA % Massa Kondisi Kering
K1 = ×100%
12,38−9,36
= x 100% = 32,26 %
9,36
K2 = ×100%
15,47−11,72
K2 = x 100% = 31,22 %
11,72
pRata – rata KA % massa (BP)
BP = Rata-rata KA
KA B 1+B 2+ L 1+ L2+ K 1+ K 2
=
6
42,48+36,13+34,57+ 31,62+32,26 +31,22
=
6
= 34,71
Ip Indeks Plastis
16
B =
943,866 366,5
−26,4
909,8 10
2
26,4
909,8−
10
= −1,15
A =
366,5 26,4
−(−1,15 )
10 10
= 39,686
BC = A + Bx
= 39,686 + (-1,15). 49
= -16,664
IP Indeks Plastis = BC-BP
= -16,664 – 34,71
= -51,374 %
Lampiran 2. Dokumentasi
17
Gambar 2. Proses perhitungan ketukan
18