Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH SURVEY DAN EVALUASI LAHAN

KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITI UBI KAYU DI KOTA PADANG

OLEH

Nama : FAUZIA PUTRI EL ZAHRA


No bp : 1910231039
Kelas : Tanah A
Dosen Penjab : Dr. Juniarti,SP.MP

PROGRAM STUDI ILMU TANAH


JURUSAN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT dengan segala limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah Survey dan Evaluasi
lahan ini dalam bentuk dan isi yang masih sangat sederhana. Dan terimakasih kepada Dosen
Survey dan Evaluasi lahan kelas Tanah A bu Dr. Juniarti, SP.MP yang telah membimbing dan
mengawasai praktikum ini dari awal sampai akhir dan terimakasih untuk teman-teman yang
terlibat dalam pembuatan laporan praktikum ini Semoga laporan ini bermanfaat dan bisa
dipergunakan sebagai salah satu media pembelajaran hendaknya.
Laporan ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan
kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran guna untuk memperbaiki laporan ini agar
menjadi lebih baik kedepannya.

Padang 22 mei 2022

Fauzia Putri El Zahra


BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Evaluasi lahan adalah suatu proses penilaian sumber daya lahan untuk tujuan tertentu
dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah teruji. Hasil evaluasi lahan
akan memberikan informasi dan/atau arahan penggunaan lahan sesuai dengan keperluan.
Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu.
Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat ini (kesesuaian lahan aktual) atau
setelah diadakan perbaikan (kesesuaian lahan potensial).

Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan berdasarkan data sifat biofisik tanah atau
sumber daya lahan sebelum lahan tersebut diberikan masukan- masukan yang diperlukan
untuk mengatasi kendala. Data biofisik tersebut berupa karakteristik tanah dan iklim yang
berhubungan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang dievaluasi. Kesesuaian lahan
potensial menggambarkan kesesuaian lahan yang akan dicapai apabila dilakukan usaha-
usaha perbaikan. Lahan yang dievaluasi dapat berupa hutan konversi, lahan terlantar atau
tidak produktif, atau lahan pertanian yang produktivitasnya kurang memuaskan tetapi
masih memungkinkan untuk dapat ditingkatkan bila komoditasnya diganti dengan tanaman
yang lebih sesuai.

Berbagai sistem evaluasi lahan dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang berbeda
seperti sistem perkalian parameter, sistem penjumlahan parameter dan sistem pencocokan
(matching) antara kualitas lahan dan karakteristik lahan dengan persyaratan tumbuh
tanaman.

Sistem evaluasi lahan yang digunakan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Sumberdaya Lahan Pertanian (dulu bernama Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah
dan Agroklimat), Bogor adalah Automated Land Evaluation System atau ALES (Rossiter dan
Van Wambeke, 1997). ALES merupakan suatu perangkat lunak yang dapat diisi dengan
batasan sifat tanah yang dikehendaki tanaman dan dapat dimodifikasi sesuai dengan
kemajuan ilmu pengetahuan tentang evaluasi lahan. ALES mencocokkan antara kualitas dan
sifat-sifat lahan (Land Qualities/Land Characteristics) dengan kriteria kelas kesesuaian lahan
berdasarkan persyaratan tumbuh tanaman. Kriteria yang digunakan dewasa ini adalah
seperti yang diuraikan dalam “Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian”
(Djaenudin et al., 2003) dengan beberapa modifikasi disesuaikan dengan kondisi setempat
atau referensi lainnya, dan dirancang untuk keperluan pemetaan tanah tingkat semi detil
(skala peta 1:50.000). Untuk evaluasi lahan pada skala 1:100.000-1:250.000 dapat mengacu
pada Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Tingkat Tinjau (skala 1:250.000) (Puslittanak, 1997).
Evaluasi kesesuaian lahan sangat diperlukan untuk perencanaan penggunaan lahan yang
produktif dan lestari. Penggunaan teknologi berbasis komputer untuk mendukung
perencanaan tersebut semakin diperlukan untuk menganalisis, memanipulasi dan
menyajikan informasi dalam bentuk tabel dan keruangan.

1.2 Tujuan

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengklasifikasikan kesesuaian lahan berdasarkan


kesesuaian lahannya. Mencari alternatif pemecahan masalah terhadap faktor pembatas
untuk meningkatkan produksi tanaman.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lahan adalah salah satu sumberdaya yang langka yang dimanfaatkan untuk berbagai
macam penggunaan seperti perkebunan, pertanian tanaman pangan, hortikultura dan lain
sebagainya (Dijkerman j.c et, al). Selanjutnya dikatakan bahwa lahan terdiri dan semua
lingkungan fisik yang penting untuk penggunaan lahan potensial, jadi tidak hanya untuk
tanah, akan tetapi termasuk iklim relief hidrologi, vegetasi dan geologi .

Lahan sangat bervariasi dalam berbagai faktor seperti keadaan topografi, iklim, geologi,
tanah dan vegetasi yang menutupinya. Berbagai keterangan tentang kemungkinan
pemanfaatan dan pembatas-pembatas dari faktor-faktor lingkungan yang relatif permanen,
penting dalam pola penggunaan lahan ( Santun, 1985)

Evaluasi lahan adalah merupakan salah satu usaha untuk melakukan klasifikasi kemampuan
lahan untuk penggunaan tertentu (Sarwono, 1987). Selanjutnya Santun (1985) mengatakan
evaluasi lahan pada hakekatnya merupakan proses untuk menduga potensi sumber daya
tahan bagi berbagai penggunaan. Kerangka dasar evaluasi lahan adalah membandingkan
persyaratan yang diperlukan untuk suatu penggunaan tertentu dengan sifat sumber daya
lahan yang ada pada lahan tersebut yang menyangkut tiga hal utama yaitu lahan,
Penggunaan lahan dan aspek ekonomis.

Nurhayati, dan kawan-kawan (1986) menyatakan bahwa Klasifikasi lahan adalah metode
pengelompokan lahan atau bagian-bagian ke dalam kals-klas, sedang Evaluasi lahan
merupakan bagian dari klasifikasi lahan dimana dasar pengelompokannya adalah sesuai
lahannya. Selanjutnya menurut Beek (1987) menyatakan bahwa kesesuaian lahan adalah
salah satu penafsiran dari hasil survey dan pemetaan tanah. Peta yang dihasilkan
memperlihatkan lokasi dan penyebaran satuan-satuan tanah. Kesesuaian lahan secara fisik
didasarkan atas segala sifat fisik lahan yang mampu mendukung pertumbuhan tanaman
secara optimum. Dalam hal ini kemampuan manusia memodifikasikan suatu lahan sehingga
lebih sesuai memegang peranan penting (Young, 1976 dalam Ginting 1988).
Dijkerman,J.C. (1985) mengatakan bahwa untuk evaluasi lahan suatu daerah harus dibagi ke
dalam satuan peta lahan yaitu suatu daerah dari lahan yang dipetakan dengan karakteristik
tertentu. Kualitas lahan adalah sifat lahan yang biasanya majemuk dan komplek serta
mempunyai pengaruh langsung dalam penggunaan lahan. Untuk dapat menentukan
kualitas lahan yang tepat maka harus diketahui karakteristik dari lahan serta lahan tersebut
digunakan untuk apa.

Menurut Beek (1978) kualitas lahan dapat dibedakan menjadi empat antara lain :
1. Kualitas lahan ekologi yaitu kualitas lahan yang sangat mempengaruhi pertumbuhan
tanaman dan hewan seperti ketersediaan air, ketersediaan unsur hara, bahaya banjir,
temperatur dan lain-lain.
2. Kualitas lahan pengolahan yaitu kualitas lahan yang mempengaruhi pengelolaan usaha
pertanian seperti kemungkinan untuk mekanisasi, sifat dapat dimasuki pada berbagai
musim, ukuran dari blok pengelolaan yang potensial dan lokasi dal am hubungannya dengan
pasar.
3. Kualitas lahan konservasi yaitu sangat berpengaruh pada degradasi lahan seperti bahaya
erosi, bahaya salinitas dan alkalinitas dan lain-lain.
4. Kualitas lahan perbaikan yaitu kualitas lahan yang mungkin untuk dirubah kondisinya
seperti sifat dapat diari, respon terhadap pemupukan.

2.1 komoditi ubi kayu


Menurut Pusat Informasi dan Sistem Informasi Pertanian (Pusdatin) , Kementerian
Pertanian (2016:1) ubi kayu merupakan salah satu bahan pangan pengganti beras yang
cukup penting peranannya dalam menopang ketahanan pangan suatu wilayah. Meskipun
demikian masih banyak kendala yang dihadapi dalam merubah pola konsumsi masyarakat
yang sudah terbentuk selama ini. Dalam rangka menopang keamanan pangan suatu
wilayah, perlu kiranya sosialisasi diversifikasi pangan berbahan ubi kayu atau singkong
sebagai bahan pangan alternatif. Selain sebagai bahan pangan sumber karbohidrat, ubi kayu
juga dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak dan bahan bakuindustri. Oleh karena itu
pengembangan ubikayu sangat penting artinya di dalam upaya penyediaan bahan pangan
karbohidrat nonberas, diversifikasi/penganeka ragaman konsumsi pangan lokal,
pengembangan industri pengolahan hasil dan agro-industri dan sebagai sumber devisa
melalui ekspor serta upaya mendukung peningkatan ketahanan pangan dan kemandirian
pangan.
Selanjutnya menurut Widianta dan Dewi, 2008 dalam Pusdatin (2016:1) ubikayu
mempunyai nilai gizi yang cukup baik dan sangat diperlukan untuk menjaga kesehatan
tubuh, sebagai bahan pangan terutama sebagai sumber karbohidrat. Ubi yang dihasilkan
mengandung air sekitar 60 persen, pati 25%-35 persen, serta protein, mineral, serat,
kalsium, dan fosfat. Ubi kayu merupakan sumber energi yang lebih tinggi dibanding padi,
jagung, ubi jalar, dan sorgum.
Walaupun tanaman ubikayu adalah merupakan salah satu sumber karbohidrat, tetapi hasil
tanaman tersebut masih belum dimanfaatkan secara baik untuk melengkapi beras. Umbi
singkong biasanya dibuat tepung tapioka, ubi rebus dan goreng singkong, disamping di buat
makanan keripik singkong. Aneka variasi makanan dapat dihasilkan dari umbi
singkong.Tepung singkong dapat digunakan untuk menggantikan tepung gandum.
Menanam singkong sangatlah mudah dan dapat hidup dalam berbagai jenis tanah,
ketinggian tanah, dan iklim.
Hermanto (2015:27) menyatakan bahwa Indonesia merupakan penghasil ubi kayu yang
terbesar kedua setelah Thailand. Hanya saja ubi kayu Indonesia lebih banyak dikonsumsi di
dalam negeri. Kedepan Indonesia mempunyai peluang untuk mengembangkan produksi ubi
kayu, termasuk produk olahan dan turunannya, sehingga menjadi salah satu pangan lokal
yang dapat dijadikan industri pertanian yang berbasis ubi kayu.
2.2 kondisi lahan dalam mengembangkan ubi kayu

Kecamatan Koto Tangah merupakan salah satu kecamatan di Kota Padang yang melakukan
usahatani ubi kayu. Adapun jenis ubi kayu yang ditanam di daerah ini adalah ubi kayu
varietas lanbau. Kecamatan Koto Tangahmerupakan daerah yang memiliki luas panen ubi
kayu terbesar di Kota Padang (lampiran 4). Perkembangan produksi ubi kayu dari tahun
ketahun yang bersifat fluktuaftif dimana kondisi usahatani yang kurang baik karena harga
komoditas pertanian yang cenderung rendah. Sejalan dengan itu, penurunan areal
penanaman dalam usahatani yang disebabkan oleh alih fungsi lahan menjadi perumahan
akan mempengaruhi jumlah produksi yang dihasilkan petani sehingga dapat berpengaruh
terhadap pendapatan petani ubi kayu yang ada di Kecamatan Koto Tangah.
Menurut survei pendahuluan keputusan petani melakukan usahatani ubi kayu di Kecamatan
Koto Tangah disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, kebutuhan hidup para petani yang
harus dipenuhi, dan kedua modal yang tidak terlalu besar serta perawatan yang mudah.
Kegiatan budidaya ubi kayu yang dilakukan oleh petani di kecamatan ini didapatkan tanpa
adanya kegiatan penyuluhan kepada petani. Bibit yang dipakai dalam usahatani ini adalah
bibit yang didapat dari tanaman sebelumnya. Pengelolaan usahatani yang dilakukan petani
belum sesuai dengan anjuran budidaya, seperti tidak melakukan pencegahan terhadap
hama dan penyakit tumbuhan, jika ada hama pada tanaman petani hanya membiarkan
hama tersebut, padahal menurut Lingga (1990:27) penelitian menunjukkan penurunan hasil
akibat serangan hama dapat mencapai 20- 53% tergantung umur tanaman dan lama
serangan. Kurangnya pengetahuan petani tentang budidaya ubi kayu yang berdampak pada
hasil panen ubi kayu yang rendah. Tidak adanya pencatatan aktifitas usahatani oleh petani
sehinggapetani tidak mengetahui apakah usahatani ubi kayu tersebut mendapat
keuntungan atau tidak.

2.3 iklim

Secara geografi kota Padang terletak di pesisir pantai barat pulau Sumatra, dengan garis
pantai sepanjang 84 km. Luas keseluruhan Kota Padang adalah 694,96 km², dan lebih dari
60% dari luas tersebut, sekitar ± 434,63 km² merupakan daerah perbukitan yang ditutupi
hutan lindung, sementara selebihnya merupakan daerah efektif perkotaan. Sedangkan
keadaan topografi kota ini bervariasi, 49,48% luas wilayah daratan Kota Padang berada
pada wilayah kemiringan lebih dari 40% dan 23,57% berada pada wilayah kemiringan landai.
Suhu udara di Kota Padang cukup tinggi, yaitu antara 23 °C–32 °C pada siang hari dan 22 °C–
28 °C pada malam hari, dengan kelembabannya berkisar antara 78%–81%. Untuk suhu di
perairan relatif stabil sepanjang tahun berkisar antara 28 °C–29 °C, sedangkan pada
kedalaman laut 7–10 meter suhu berkisar 25 °C. Begitu juga suhu perairan pulau-pulau kecil
rata-rata mencapai 28 °C–30 °C.
Sementara kondisi iklim perairan pesisir Kota Padang juga dipengaruhi oleh Samudera
Hindia yang dicirikan dengan adanya Angin Muson dan curah hujan yang tinggi sekitar
2.816,7–4.487,9 mm per tahun. Angin yang berembus didominasi oleh angin Barat, Barat
Daya, Barat Laut dengan kecepatan 1,6–5,6 knot bahkan kadang-kadang mencapai 5–40
knot. Sedangkan arah angin dipengaruhi oleh angin musim maka arus permukaan di wilayah
perairan Kota Padang sepanjang tahun mengalir ke arah Tenggara hingga Barat Daya
(Musim Barat) dengan kekuatan arus antara 1–45 cm/detik.
BAB III BAHAN DAN METODA

3.1 Waktu dan Tempat


Pelaksanaan pratikum ini pada tanggal 15 mei 2022 . Pengamatan dilakukan di kecamatan
Koto Tangah , Padang , Sumatra barat , Indonesia.

3.2 Alat dan bahan


Adapun peralatan yang dibutuhkan dalam survey lapangan antara lain
pisau komando, bor Tanah (Auger) mineral, cangkul, meteran, buku munsel soil color chart,
peta dasar, peta pengamatan, handboard, form
pengamatan,notebook, dan alat tulis, GPS, kompas, dan buku
pedoman pengamatan tanah, kunci taksonomi USDA.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah air bersih, kertas
berwarna putih polos, kanting plastic, sampel tanah, dan formulir isian
pengamatan tanah berisi kode dan keterangan

3.3 Metoda
3.3.1 Pengumpulan duta primer dengan cara survey lapangan
3.3.3.1.Pengamatan Tanah
Pertama-tama siapkan selurub alat dan bahan yang dibutubkan, lakukan penelusuran
titik sampel yang akan diamati menggunakan GPS. Setelah titik dari sumpel pengamatan
ditemukan maka dilakukan pengambilan sampel tanah menggunakan bor belgi. Ambil
sampel
dari kedalaman 0-20 cm berungsur-angsur sampai kedalaman dimana sudab mencapai
batas
batuan, pastikan sebelum pengambilan sampel bersihkan vegetasi diatas tanah terlebih
duhulu. Setelab semua sampel didapatkun maka sumpel tersebut daput langsung dilakukan
pengamatan sifat fisik tanah dengan berpatokan dan berurutan menurut formulir isian
pengamatan tanah. Perlu diperhatikan setiap kedalaman sampel tanah harus berurutan dari
kedalamn 0-100 cm agar memudahkan dalam pengamtan tanab yang dilakukan.
3.3.2. Evaluasi kesesuaian lahan berdasarkan sistem FAO (1976)
3.3.2.1. Pendekatan dua tahap (two stiage approach).
Pendekatan dua tahap terdiri atas tahap pertama adalah evaluasi lahan secara fisik, dan
tahap kedua evaluasi lahan secara ekononi. Pendekatan tersebut biasanya digunakan dalan
inventaurisasi sumber daya lahan buik untuk tojuan perencanaan makro, maupun untuk
studi
pengujian potensi produksi (FAO, 1976). Klasifikasi kesesuaian tahup pertama didasarkan
pada kesesuaian lahan untuk jenis penggunaan yang telah, diseleksi sejak awal kegiatan
survei, seperti untuk tegalan (arable land) atau sawah dan perkebunan. Konstribusi dari
unalisis sosial ekonomi terhadup tahap pertama terbatas hanya untuk mencek jenis
penggunaan Iahan yang relevan. Hasil dari kegiatun tahap pertama ini disajikan dalamo
bentuk
laporan dan peta yang kemudian dijadikan subjek pada tafiap kedua untuk segera ditindak
lanjuti dengan analisis aspek ekonomi dan sosialnya.
3.3.2.2. Pendekatan sejajar (parallel approach).
Dalam pendekatan paralel kegiatan evaluasi Jahan secara fisik dan ekonomi dilakukan
bersamaan (paralel), atau dengan kata lain analisis ekonomi dan sosial dari jenis
penggunaan
Iahan dilakukan secara serempak bersumaan dengan pengujian faktor-faktor fisik. Cara
seperti ini umumnya menguntungkan untuk suatu acuan yang spesifik dalam kaitannya
dengan proyek pengembungan laban pada tingkat semi detil dan detil. Melalui pendekatan
paralel ini dibarapkan dapat memberi basil yang lebih pasti dalan waktu yang singkat.
BAB IV PEMBAHASAN

Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan suatu bidang lahan untuk suatu penggunaan
tertentu (Sitorus, 1985). Kelas kesesuaian lahan berbeda-beda,tergantung penggunaan
lahan yang akan dikehendaki. Klasifikasi kesesuaian lahan menyangkut perbandingan antara
kualitas lahan dengan persyaratan penggsunaan lahan yang diinginkan. Kelas kesesuaian
lahan yang dinilai dalam penelitian ini adalah kelas kesesuaian lahan pada saat sekarang
untuk tanaman ubi kayu. Kelas kesesuaian lahan ini diperoleh dengan membandingkan
antara kualitas lahan dari setiap satuan lahan dengan persyaratan kesesuaian lahan
tanaman ubi kayu.
Daerah penelitian digolongkan menjadi 18 satuan lahan dengan jumlah populasi yaitu 125
satuan lahan yang tersebar pada 15 di kecamatan koto tangah . Sampel yang diambil pada
penelitian ini adalah 25 % dari satuan lahan yang ada, sehingga 30 satuan lahan yang
dijadikan sampel untuk diteliti kualitas lahannya. Setiap satuan lahan yang dijadikan sampel
diambil tanahnya sebanyak 500 gram untuk dilakukan uji laboratorium. Setelah mengetahui
kesesuaian lahan daerah penelitian berdasarkan karakteristiknya, maka dapat dikethui kelas
apa yang sesuai untuk tanaman ubi kayu di daerah penelitian apakah S1, S2, S3, atau N.
Berdasarkan hasil matching dan skoring, maka didapatkan bahwa kelas kesesuaian lahan
untuk tanaman ubi kayu didaerah penelitian tergolong kelas S1 (sangat sesuai) dengan
luasan 1.193,09 ha (22,34%) dan S2 (agak sesuai) 4.135,19 ha (77,66%). Hasil analisis
kesesuaian lahan untuk tanaman ubi kayu dengan skoring dapat dilihat padaGambar 2
dengan mengadakan pembandingan antara kualitas lahan dengan pedoman kesesuaian
lahan untuk tanaman ubi kayu, hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar lahan
didaerah penelitian termasuk kelas cukup sesuai (S2) dimana S2 adalah kelas yang dikatakan
cukup sesuai, lahanKelas kesesuaian lahan yang dominan didaerah penelitian adalah kelas
S2 (cukup sesuai) terletak pada 21 satuan lahan yang tersebar dibeberapa kelurahan/pekon
Kecamatan Koto Tangah .
Penyebab daerah penelitian tergolong kelas S2 untuk tanman ubi kayu, karena kondisi lahan
didaerah penelitian berdasarkan hasil scoring dan setelah dicocokan dengan parameter dan
kesesuaian lahan ternyata masuk kelas S2 begitu juga untuk kelas S1, walaupun jika dilihat
pada seiap parameter lebih dominan kelas kesesuaian lahan sangat sesuai (S1). Dengan
mengetahui kels kesesuaian lahan untuk tanaman ubi kayu didaerah penelitian, dapat
dikatakan bahawa tanaman ubi kayu didaerah penelitian dapat ditaman
pada lereng 0-8 % dan 8-15 %, tekstur tanah sedang sampai kasar, sedikit batuan
dipermukaan dan singkapan batuan dengan potensi hara yang sedang sampai tinggi.
Selain itu pula, faktor pembatas yang mencakup hampir dikualitas lahan disetiap satuan
lahan. Faktor pembatas utama didaerah penelitian adalah media perakaran dan penyiapan
lahan, yaitu kedalaman tanah efektif dan singkapan batuan.
BAB V PENUTUP

5.1 kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian analisis, dan pembahasan mengenai tingkat kesesuaian lahan
untuk tanaman ubi kayu di Kecamatan Koto Tangah Kota Padang dengan berdasarkan pada
tujuan, dan metode penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kesesuaian lahan
untuk tanaman ubi kayu di daerah penelitian termasuk dalam kelas Sangat sesuai (S1)
dengan luasan 1.193,09 ha (22,34%) dan Cukup sesuai (S2) dengan luasan 4.135,19 ha
(77,66%) dengan factor pembatas utama yaitu media perakaran (kedalaman tanah efektif)
dan penyiapan lahan.

5.2 Saran
Upaya pengelolaan dan perbaikan lahan sangat diperlukan terutama untuk meningkatkan
kelas kesesuaian lahan tanaman ubi kayu bagi wilayah dengan kriteria yang cukup sesuai di
Kota Padang
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai