Anda di halaman 1dari 7

Identifikasi Kerentanan Dan Risiko Bencana Tanah Longsor Di

Kecamatan Tirtomoyo Kabupaten Wonogiri

Wicaksono Tri Wisnu Pamungkas¹

Program studi Geografi, Fakultas Geografi, Universitas Muhammadiyah Surakarta


Jl. A. Yani, Mendungan, Pabelan, Kec. Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah 57162

Abstrak

Bencana tanah longsor adalah bencana yang sering terjadi dan menyebar
hampir relatif di seluruh wilayah Indonesia. Kabupaten Wonogiri sendiri khususnya
Kecamatan Tirtomoyo di Kabupaten Wonogiri merupakan daerah yang beresiko
longsor karena mempunya bentuk morfologi berbukit dan gunung. Struktur
geografis Kecamatan Tirtomoyo sendiri terletak di daerah pegunungan dan
mayoritas penduduk yang bermukim dekat dengan tebing yang curam, dimana hal
tersebut menimbulkan kerawanan longsor pada daerah tersebut.

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui tingkat resiko dan juga
sebaran resiko tanah longsor di Kecamatan Tirtomoyo. Terdapat tiga faktor yang
digunakan untuk mengetahui resiko longsor ini dari beberapa parameter yakni
kerentanan penduduk, kerawanan dan juga kapasitas masyarakat. Hasil penelitian
untuk mengetahui risiko bencana longsor berdasarkan parameter ancaman dan
kerentanan.
Kata Kunci : Bencana Tanah Longsor, Kerawanan, Mitigasi Bencana

ABSTRACT

Landslides are a disaster that often occurs and spreads almost all over
Indonesia. Wonogiri Regency itself, especially Tirtomoyo District in Wonogiri
Regency, is an area that is at risk of landslides because it has hilly and mountain
morphology. The geographic structure of Tirtomoyo District itself is located in a
mountainous area and the majority of the population live close to steep cliffs, which
causes landslide vulnerability in the area.
The purpose of this study was to determine the level of risk and also the risk
distribution of landslides in Tirtomoyo District. There are three factors used to
determine the risk of landslides from several parameters, namely population
vulnerability, vulnerability and also community capacity. The results of the study
were to determine the risk of landslides and disaster mitigation and implementation
steps.
Keywords: Landslide Disaster, Hazard, Disaster Mitigation
1. PENDAHULUAN memerlukan informasi dan data yang
Bencana alam merupakan detail dan akurat mengenai kondisi
fenomena yang dapat terjadi kapanpun lahan yang rentan akan bencana
dan dimanapun dan hal tersebut longsor.
menimbulkan risiko untuk kehidupan
Perlu dilakukan penelitian
manusia baik secara materiil hingga
guna mendapatkan hasil data dan
korban jiwa. Tanah longsor sendiri
informasi tingkat kerentanan longsor
merupakan perpindahan material
yang dimana hal tersebut nantinya
berupa batuan, bahan rombakan, tanah
dapat mengidentifikasi risiko daerah
atau material, rombakan tanah yang
rawan longsor dan juga sebagai upaya
bergerak ke bawah atau ke luar lereng.
untuk mitigasi bencana longsor di
Tanah longsor terjadi
Kecamatan Tirtomoyo.
disebabkan karena adanya gangguan
kestabilan tanah/batuan penyusun Dengan demikian dapat

lereng. Secara umum terdapat dua memberikan keuntungan serta

faktor terjadinya tanah longsor yaitu mengetahui pengelolaan lahan dan

faktor pendorong dan faktor pemicu. juga mengurangi potensi lahan di

Faktor pendorong adalah faktor yang daerah penelitian serta menimalisir

mempengaruhi kondisi material itu korban jiwa dan juga harta. Oleh

sendiri. Faktor pemicu adalah adalah karena itu, penulis ingin melakukan

faktor yang menyebabkan penelitian dengan judul “Identifikasi

bergeraknya material tersebut. Kerentanan Dan Risiko Bencana

Sosialiasi tentang bencana alam tanah Tanah Longsor Di Kecamatan

longsor dan banjir juga telah diberikan Tirtomoyo Kabupaten Wonogiri.”

oleh pemerintah setempat. Akan 1.1 Perumusan Masalah


tetapi, pemerintah kurang tegas dalam a. Bagaimanakah tingkat resiko dan
bertindak dan menyikapi serta juga sebaran daerah bencana
mencegah agar bencana tidak terjadi longsor di Kecamatan Tirtomoyo?
kembali. Pengelolaan lahan dan b. Bagaimana Mitigasi bencana di
mitigasi terhadap bencana daerah tersebut?
1.2 Tujuan Penelitian
a. Mengetahui tingkat risiko dan tanah. Metode yang digunakan yaitu
sebaran daerah resiko longsor di dengan scoring atau pengklasifikasian
Kecamatan Tirtomoyo. berdasarkan skoring dan pembobotan
b. Mengkaji dan juga identifikasi yang disajikan pada table.
mitigasi bencana longsor tersebut dan 1. Jenis Tanah
pengamplementasiaannya Parameter jenis tanah atau
erodibilitas diklasifikasikan menjadi
2.Bahan dan Metode
tiga yakni erodobilitas tinggi yang
A. Waktu dan lokasi terkandung di dalamnya jenis tanah
Penelitian ini dilakukan di wilayah regosol, erodobilitas sedang yang
Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten mencakup jenis tanah andosol, dan
Wonogiri. erodobilitas rendah yang mencakup
B. Bahan dan Alat jenis tanah alluvial.
Bahan yang digunakan meliputi data Tabel.1 Klasifikasi Pembobotan Jenis
jenis tanah Kabupaten Wonogiri, Tanah
Kecamatan Tirtomoyo dalam angka Jenis Tanah Kelas Skor
Tahun 2015, data curah hujan Bobot
Kabupaten Wonogiri, Peta RBI BIG. Alluvial rendah 1 1
Sedangkan alat yang digunakan dalam
Mediteran sedang 2 2
penelitian ini yakni laptop,alat tulis dsb.
Amdosol tinggi 3 3
C. Pengumpulan dan Analisis Data Sumber: Balai Besar Litbang Sumberdaya lahan
Penelitian ini menggunakan metode Pertanian (2009)
survei untuk mengetahui kondisi yang 2. Penggunaan Lahan
ada di lapangan, kemudian untuk Klasifikasi jenis penggunaan tanah
mengidentifikasi daerah yang rentan dalam kaitannya dengan bahaya
akan longsor menggunakan data yang ancaman tanah longsor dibedakan
meliputi parameter alami menjadi 6 kelompok, yaitu sawah,
(hujan,lereng,geologi,bahan induk lading, tegalan, permukiman,sawah
lading, perkebunan.
Tabel.2. Klasifikasi parameter lereng Skor Bobot
pembobotan penggunaan lahan >45 V 5
Penggunaan Lahan Skor 25-45 IV 4
Bobot 15-25 III 3
Hutan 1 2 8-15 II 2
Sawah,Ladang 3 6 8 1 1
Tegalan 4 8 Sumber: Balai Besar Litbang Sumberdaya
lahan Pertanian (2009)
Semak Belukar 2 4
5. Jenis Batuan
Permukiman 5 10
Sumber: Balai Besar Litbang Sumberdaya lahan Jenis Batuan Skor Bobot
Pertanian (2009
Sedimen III 5
3. Curah Hujan
Metamorf II 3
Pengklasifikasian pembobotan kelas
Vulkanik I 1
curah hujan
Sumber: Balai Besar Litbang Sumberdaya
Tabel 3. Klasifikasi Pembobotan (2009)
parameter curah hujan
Curah hujan sendiri merupakan faktor
Curah hujan Kelas Skor
yang paling dominan penyebab
< 50 Rendah 1
terjadinya bencana tanah longsor
50-99 Agak rendah 2
sehingga curah hujan menjadi yang
100-199 Sedang 3
paling tinggi disbanding parameter
200-300 Agak tinggi 4
lainnya menurut Direktorat
> 300 Tinggi 5
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Sumber: Balai Besar Litbang Sumberdaya
(2005). Curah hujan memiliki bobot
lahan Pertanian (2009)
4. Kemiringan Lereng sebanyak 4 dari total pembobotan

Klasifikasi kelas kemiringan lereng sedangkan tanah dan geologi yakni 3

Kecamatan Tirtomoyo.Berikut dan 2 dan hal tersebut merupakan

Pembobotan parameter kelasnya. bobot yang diberikan terhadap faktor

Tabel.4. Klasifikasi pembobotan kemiringan lereng dan penggunaan

parameter kelerengan lahan.


Pemetaan Kerentanan Bencana
Tanah Longsor

Pemetaan kerentanan dilakukan keseluruhan luas wilayah Kecamatan


dengan kajian telaah dokumen dimana Tirtomoyo. Berdasarkan hasil yang
setiap parameter masing – masing didapat bahwa ancaman tanah longsor
memiliki skor dan dikalikan dengan yang tinggi belum tentu menyebabkan
bobot pada tiap parameternya. risiko terjadinya longsor juga tinggi.
Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan
Hasil Dan Pembahasan
risiko yang dipengaruhi kerentanan
Penelitian ini mengkaji tentang penduduk itu sendiri dan juga
tingkat risiko longsor yang menjadi kapasitas dari masyarakat dalam
tiga kategori yaitu rendah,sedang, menghadapi bencana.
tinggi. Tingkat yang paling dominan
KESIMPULAN
adalah tinggi.
1. Tingkat risiko bencana longsor
Luas wilayah Kecamatan
dibagi menjadi 3 yaitu rendah, sedang
Tirtomoyo yang berpotensi atau
dan tinggi.
berisiko tinggi terhadap bencana tanah
longsor yakni 5.75 ha, kemudian 2.Faktor yang dominan
tingkat risiko longsor sedang dengan mempengaruhi risiko longsor tinggi di
luas 3.698 ha dan tingkat risiko Kecamatan Tirtomoyo yakni
longsor rendah yakni dengan luas 801 kerawanan.
ha. Selain itu risiko bencana longsor
3. Ancaman tanah longsor yang tinggi
ditentukan berdasarkan tingkat
belum tentu menyebabkan risiko
bahaya/ancaman, tingkat kerentanan
terjadinya longsor juga tinggi. Hal
penduduk, dan tingkat kapasitas
tersebut dapat terjadi dikarenakan
masyarakat.
risiko yang dipengaruhi kerentanan
Persentase tingkat risiko penduduk itu sendiri dan juga
bencana longsor tinggi yakni dengan kapasitas dari masyarakat dalam
56% dan 7,8% untuk tingkat risiko menghadapi bencana.
bencana longsor rendah dari total
DAFTAR PUSTAKA

BNPB. (2012). Waspada Masyarakat


pada Bencana Angin Puting
Beliung dan Banjir. Majalah
GEMA BNPB Vol 3 No 3.
Hardiyatmoko, H. C. (2006).
Penanganan Tanah Longsor dan
Erosi (Edisi 1). Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Nugroho, S. P. (2016). Evalusi
Penanggulangan Bencana 2015
dan Prediksi Bencana 2016.
Jakarta: BNPB.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi, 2013.
Gerakan Tanah, Kementrian
ESDM, Bandung.
Rahman, M. W., Purwanto, M. Y. J.,
dan Suprihatin. (2014). Status
Kualitas Air dan Upaya
Konservasi Sumberdaya Lahan
di DAS Citarum Hulu, Kabupaten
Bandung. Jurnal Pengelolaan
Sumberdaya Alam Dan
Lingkungan, 4(1), 24–34.\
Sipayung, S. B., Cholianawati, N.,
Susanti, I., Aulia, S., Edy, R.,
Pusat, P., & Atmosfer, T. (2014).
Pengembangan Model
Persamaan Empiris Dalam
Memprediksi Terjadinya
Longsor di Daerah Aliran Sungai
(DAS) Citarum (Jawa Barat)
Berbasis Data Satelit TRMM.
Jurnal Sains Dirgantara
12(1), 12–21.

Anda mungkin juga menyukai