Anda di halaman 1dari 7

IDENTIFIKASI TINGKAT KERAWANAN BENCANA LONGSOR DI KECAMATAN

KAWANGKOAN UTARA, KABUPATEN MINAHASA

Adhitya N. Umaternate1, Raymond Ch. Tarore2, & Hendriek H. Karongkong3


1
Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota, Universitas Sam Ratulangi Manado
2&3
Staf Pengajar Prodi S1 Perencanaan Wilayah & Kota, Jurusan Arsitektur, Universitas Sam Ratulangi
Manado

E-mail: adhityaumaternate13@gmail.com

Abstrak

Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap bencana alam. Salah satu faktornya karena wilayah
Indonesia terletak di garis khatulistiwa sehingga menjadikan Indonesia beriklim tropis yang memiliki
curah hujan tinggi. Perubahan iklim dan cuaca yang tidak menentu dapat menyebabkan bencana sangat
mudah terjadi. Khususnya bencana longsor terjadi akibat curah hujan yang tinggi. Kawangkoan Utara
adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara. Ibukota Kecamatan
Kawangkoan Utara adalah Kiawa Dua Timur, berjarak sekitar 26 km dari Tondano, ibukota Kabupaten
Minahasa. Dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan pendekatan analisis spasial dengan
bantuan alat analisis GIS (Geography Information system) dan analisis skoring. Proses overlay
menggabungkan peta digital beserta data-data empat peta parameter yang digunakan memiliki hasil yaitu
Kecamatan Kawangkoan Utara memiliki tingkat kerawanan longsor yang tinggi dengan seluas 1018,822
Ha atau 63% dari luas total wilayah.

Kata Kunci: Rawan longsor, Bencana, Geography Information system

PENDAHULUAN terus-menerus mengguyur di wilayah tersebut


Indonesia merupakan negara yang rawan sejak 30 November 2018. Air hujan yang
terhadap bencana alam. Salah satu faktornya mengalir dari saluran drainase, menggerus
karena wilayah IndonKesia terletak di garis dinding tebing dan menyebabkan longsor.
khatulistiwa sehingga menjadikan Indonesia Kejadian longsor merupakan salah satu
beriklim tropis yang memiliki curah hujan fenomena alam untuk mencari keseimbangan
tinggi. Perubahan iklim dan cuaca yang tidak alam. Fenomena ini dapat dapat disebabkan
menentu dapat menyebabkan bencana sangat oleh berbagai faktor baik alam maupun kegiatan
mudah terjadi. Khususnya bencana longsor manusia.
terjadi akibat curah hujan yang tinggi. Faktor kondisi fisik dengan lereng yang
Kawangkoan Utara adalah salah satu terjal dan curah hujan yang mencapai > 3000
kecamatan di Kabupaten Minahasa, Provinsi mm/tahun, serta pemanfaatan lahan yang ada
Sulawesi Utara. Ibukota Kecamatan khususnya pada bagian selatan sangat
Kawangkoan Utara adalah Kiawa Dua Timur, memungkinkan terjadinya longsor sehingga
berjarak sekitar 26 km dari Tondano, ibukota merupakan daerah rawan potensi terjadinya
Kabupaten Minahasa. longsoran yang dapat meinmbulkan kerugian
Kejadian longsor sering terjadi di daerah baik jiwa maupun meteri yang besar pada
ini. Berdasarkan data dari kecamatan, selama sewaktu-waktu. Untuk itu penelitian mengenai
tahun 2018 sampai 2019 sedikitnya terdapat 5 kawasan bahaya longsor di Kecamatan
kejadian longsor yang tersebar Kelurahan Kawangkoan Utara sangat diperlukan untuk
Talikura Utara Kecamatan Kawangkoan Utara, meminimalisasi kerugian yang ditimbulkan oleh
Kelurahan Talikuran Kecamatan Kawangkoan longsoran. Berdasarkan karakteristik fisik dan
utara, Kelurahan Sendangan Tengah Kecamatan sosial, maka penulis tertarik untuk melakukan
Kawangkoan, dan Desa Kiawa Kecamatan penelitian dengan judul “IDENTIFIKASI
Kawangkoan utara. TINGKAT KERAWANAN BENCANA
Sebanyak lima kepala keluarga (KK) di LONGSOR DI KECAMATAN
Kelurahan Talikuran Utara, Kecamatan KAWANGKOAN UTARA, KABUPATEN
Kawangkoan Utara, Kabupaten Minahasa MINAHASA.”
dievakuasi akibat rumah yang dihuni diterjang
longsor. Kondisi ini dikarenakan hujan yang
Tujuan Penelitian perbukitan, dan tebing sungai dengan
Tujuan dari penelitian ini adalah kemiringan lereng berkisar antara 21% sampai
mengidentifikasi kawasan rawan bencana dengan 40%, dengan ketinggian 500 meter
longsor di Kecamatan Kawangkoan Utara, sampai dengan 2000 meter di atas permukaan
Kabupaten Minahasa dan mengukur tingkat laut.
Kerawanan Bencana Longsor di Kecamatan c. Zona Tipe C
Kawangkoan Utara, Kabupaten Minahasa. Zona berpotensi longsor pada daerah dataran
tinggi, dataran rendah, dataran, tebing sungai,
atau lembah sungai dengan kemiringan lereng
TINJAUAN PUSTAKA berkisar antara 0% sampai dengan 20%, dengan
Bencana ketinggian 0 sampai dengan 500 meter di atas
Menurut Badan Koordinasi Nasional permukaan laut.
Penanggulangan Bencana (2007: 3), bencana
merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa Klasifikasi Zona Berpotensi Longsor
yang mengancam dan menggangu kehidupan Berdasarkan Tingkat Kerawanannya
dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, Tingkat kerawanan sendiri adalah ukuran
baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam yang menyatakan besar-kecilnya kemungkinan
maupun faktor manusia, sehingga suatu zona berpotensi longsor mengalami
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, bencana longsor, serta kemungkinan besarnya
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, korban dan kerugian apabila terjadi bencana
dan dampak psikologis. longsor yang diukur berdasarkan indikator-
indikator tingkat kerawanan fisik alami dan
Longsor tingkat kerawanan karena aktifitas manusia atau
Menurut Sitorus (2006) dalam Effendi tingkat risiko.
(2008:5), longsor (landslide) merupakan suatu Untuk mengukur tingkat kerawanan tersebut
bentuk erosi yang pengangkutan atau dilakukan kajian-kajian terhadap faktor-faktor
pemindahan tanahnya terjadi pada suatu saat fisik alami seperti kemiringan lereng,
yang relatif pendek dalam volume (jumlah) karakteristik tanah (soil) dan lapisan batuan
yang sangat besar. (litosfir), struktur geologi, curah hujan, dan
hidrologi lereng; serta faktor-faktor aktifitas
Faktor Penyebab Terjadinya Longsor manusianya sendiri seperti kepadatan penduduk,
Kejadian longsor merupakan salah satu jenis kegiatan dan intensitas penggunaan
fenomena alam untuk mencari keseimbangan lahan/lereng, dan kesiapan pemerintah daerah
alam. Fenomena ini dapat dapat disebabkan dan masyarakat dalam mengantisipasi bencana
oleh berbagai faktor baik alam maupun kegiatan longsor. Suatu daerah berpotensi longsor, dapat
manusia.Faktor-faktor yang dapat menyebabkan dibedakan ke dalam 3 (tiga) tingkatan
terjadinya longsor yaitu iklim (curah hujan), kerawanan berdasarkan ciri-ciri tersebut di atas
topografi, kondisi tanah dan hidrologi. sebagai berikut:
1. Kawasan Dengan Kerawanan Tinggi
Tipologi Kawasan Rawan Bencana Longsor Kawasan dengan potensi yang tinggi untuk
Berdasarkan Penetapan Zonasi mengalami gerakan tanah dan cukup padat
Kawasan rawan bencana longsor permukimannya, atau terdapat konstruksi
dibedakan atas zona-zona berdasarkan karakter bangunan sangat mahal atau penting. Pada
dan kondisi fisik alaminya sehingga pada setiap lokasi seperti ini sering mengalami gerakan
zona akan berbeda dalam penentuan struktur tanah (longsoran), terutama pada musim hujan
ruang dan pola ruangnya serta jenis dan atau saat gempa bumi terjadi.
intensitas kegiatan yang dibolehkan, dibolehkan 2. Kawasan Dengan Kerawanan Sedang
dengan persyaratan, atau yang dilarangnya. Kawasan dengan potensi yang tinggi untuk
Zona-zona tersebut antara lain : mengalami gerakan tanah, namun tidak ada
a. Zona Tipe A permukiman serta konstruksi bangunan
Zona berpotensi longsor pada daerah lereng yangterancam relatif tidak mahal dan tidak
gunung, lereng pegunungan, lereng bukit, lereng penting.
perbukitan, dan tebing sungai dengan 3. Kawasan Dengan Kerawanan Rendah
kemiringan lereng lebih dari 40%, dengan kawasan dengan potensi gerakan tanah yang
ketinggian di atas 2000 mdpl. tinggi, namun tidak ada risiko terjadinya korban
b. Zona Tipe B jiwa terhadap manusia dan bangunan. Kawasan
Zona berpotensi longsor pada daerah kaki yang kurang berpotensi untuk mengalami
gunung, kaki pegunungan, kaki bukit, kaki longsoran, namun di dalamnyaterdapat
permukiman atau konstruksi penting/mahal, Ruang Wilayah Pekerjaan
juga dikategorikan sebagai kawasan dengan Kabupaten Umum Kab.
Minahasa Minahasa
tingkat kerawanan rendah.
Data BPS Kab.
Kependudukan Minahasa
METODOLOGI PENELITIAN
Peta Kawasan Kantor Dinas
Penelitian ini menggunakan metode Kab. Minahasa Pekerjaan
deskriptif kuantitatif dengan pendekatan analisis Umum Kab.
spasial dengan bantuan alat analisis GIS Peta lereng, Minahasa
jenis tanah,
(Geography Information system) dan analisis
curah hujan dan
skoring. Analisis yang dilakukan dengan cara penggunaan
overlay atau menumpang-tindihkan parameter- lahan
parameter longsor yang telah diberikan skor
untuk di dapatkan output berupa data spasial Metode Analisis
kawasan rawan longsor. Data-data dyang Analisis yang dipakai merupakan analisis
digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari skoring dan overlay dengan menggunakan
survei data primer dan data sekuder.. aplikasi sistem informasi geografis. Adapun
parameter skoring yang digunakan yaitu :
Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tabel 2. Skoring Jenis Tanah (Penulis, 2020)
Kawangkoan Utara, Kabupaten Minahasa.
No. Jenis Tanah Kategori Nilai
Letak geografis Kecamatan Kawangkoan Utara Skor
terletak antara: 1 ‘2167 N (Lintang Utara) dan 1 Aluvial, Glei, Planosol, Rendah/Tidak 10
124’7904 E (Bujur Timur). Adapun Kecamatan Hidromerf, Laterik air Peka
Kawangkoan Utara memiliki 8 (enam) Desa dan tanah terhadap erosi
4 (empat) Kelurahan. 2 Latosol Sedang/Agak 30
Peka
terhadap erosi
3 Brown forest soil, non Tinggi/Kurang 40
calcic Peka
brown mediteran. terhadap erosi
4 Andosol, Laterit, Sangat 60
Grumusol, tinggi/Peka
Podsol, Podsolic. terhadap erosi
Regosol, Litosol, Amat sangat
5 Organosol, Rensina. tinggi/Sangat 70
Peka
terhadap erosi

Tabel 3. Skoring Kelerengan (Penulis, 2020)

No. Interval Klasifikasi Nilai

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian (RTRW Skor


1 0–8% Datar 100
Kab. Minahasa)
2 8 – 15 % Landai 80
Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini 3 15-25 % Agak curam 60
yaitu data primer dan data sekunder dengan
4 25-45% Curam 40
target variabel yang sudah ditetapkan seperti
pada tabel berikut ini : 5 >45 Sangat Curam 20

Tabel 1. Variabel Penelitian (Penulis,2020)


Tabel 4. Skoring Penggunaan Lahan (Penulis,
Jenis Data Variabel Data Teknik 2020)
Pengumpulan
Primer Foto Kondisi Survey langsung No. Penggunaan Lahan Skor
Eksisting ke lokasi
Wawancara penelitian 1. Permukiman / Lahan Terbangun 100
Observasi 2. Lahan terbuka, 80
Lapangan
3. Pertanian, Perkebunan, 60
Sekunder Rencana Tata Kantor Dinas
4. Hutan Sekunder / Semak Belukar 40 dari hasil analisis yang dilakukan dengan
5. Hutan, 20 memperhitungkan variabel kemiringan lereng,
curah hujan, jenis tanah, dan penggunaan lahan
di Kecamatan Kawangkoan Utara. Berdasarkan
variabel-variabel tersebut dilakukan proses
Tabel 5. Skoring Curah Hujan (Penulis, 2020) tumpang tindih peta (overlay) sehingga
didapatkan lahan berdasarkan 3 kategori yaitu
No Intensitas Hujan Kategori Nilai tingkat kerawanan rendah, tingkat kerawanan
. (mm/hari) Skor sedang dan tingkat kerawanan tinggi. Untuk
1 0 – 13,6 Sangat 10 hasil identifikasi parameter tersebut sebagai
Rendah berikut.
2 13,6 – 20,7 Rendah 20
 Jenis tanah yang terdapat di Kecamatan
3 20,7 – 27,7 Sedang 30
Kawangkoan utara antara lain jenis tanah
4 27,7 – 34,8 Tinggi 40
Regosol dan Andosol. Jenis tanah Andosol
5 > 34,8 Sangat 50
Tinggi merupakan jenis tanah yang terbilang lebih
sedikit dari jenis tanah Regosol di Kecamatan
Rumus yang digunakan untuk membuat kelas Kawangkoan Utara dengan luas total 652,08 Ha
interval adalah: atau 40,23% dari luas total wilayah. Sedangkan
jenis Tanah Regosol seluas 968,93 Ha atau
Ki =(Xt-Xr)/k 59,77% dari luas total wilayah.

Keterangan:
Ki : Kelas interval Tabel 7. Skor Jenis Tanah di Kecamatan
Xt : Data tertinggi Kawangkoan Utara (Penulis, 2020)
Xr : Data terendah No Jenis Tanah Kategori Nilai
k : Jumlah kelas yang diinginkan . Skor
1 Andosol Sangat 60
Tabel 6. Kelas Interval (Penulis, 2020) tinggi/Peka
terhadap erosi
No. Tingkat Skor 2 Regosol Amat sangat 70
Kerawanan tinggi/Sangat
Peka
1 Tinggi ≥233
terhadap
2 Sedang 147-232 erosi
3 Rendah ≤146

Overlay adalah kemampuan untuk  Topografi Kecamatan Kawangkoan Utara


menempatkan grafis satu peta di atas grafis peta memiliki tingkat kemiringan lereng dari datar
yang lain dan menampilkan hasilnya di layar hingga sangat curam. Sedangkan dilihat dari
komputer atau pada plot dan menampilkan suatu klasifikasinya, sebagian besar berada pada
peta digital pada peta digital yang lain beserta kemiringan <8% atau datar yang memiliki
atribut-atributnya dan menghasilkan peta luasan sebesar 1023,53 Ha atau 63,14 % dari
gabungan keduanya yang memiliki informasi
atribut dari kedua peta tersebut.
Analisis overlay ini digunakan untuk
menentukan daerah tingkat kerawan longsor
dengan didasarkan pada beberapa aspek fisik
dasar yaitu curah hujan, jenis tanah, kemiringan
lereng serta penggunaan lahan pada suatu
Gambar 4. Peta Penggunaan Lahan di
kawasan yang didasarkan pada pengharkatan
Kecamatan Kawangkoan Utara (Penulis, 2020)
dan pembobotan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dari tujuan penelitian ini yaitu untuk
mengidentifikasi kawasan rawan bencana
longsor di Kecamatan Kawangkoan Utara, Gambar 2. Peta Jenis Tanah Kecamatan
Kawasan rawan bencana longsor didapatkan Kawangkoan Utara
luas total wilayah. Dan kemiringan lereng 8-
15% atau landai dengan luasan paling kecil
yakni 79,22 Ha atau 4,89 % dari luas wilayah.

Tabel 8. Skor Kemiringan Lereng di


Kecamatan Kawangkoan Utara (Penulis, 2020)

No. Interval Klasifikasi Nilai


Skor
1 0–8% Datar 100

2 8 – 15 % Landai 80

3 15-25 % Agak curam 60   Kecamatan Kawangkoan Utara memiliki


intensitas curah hujan dari 0-13,6 mm/hari
4 25-45% Curam 40
dengan luas 169,8 ha (10,47%), lalu 13,6-20,7
5 >45 Sangat Curam 20 mm/hari dengan luas 761,05 ha (46,95%),
kemudian 20,7-27,7 mm/hari dengan luas 41,16
ha (2,54%), lalu 27,7-34,8 mm/hari dengan luas
2,43 ha (0,15%) dan >34,8 mm/hari dengan luas
649,6 ha (40,08%).

Tabel 10. Skor Curah Hujan di Kecamatan


Kawangkoan Utara (Penulis, 2020)

No Intensitas Hujan Kategori Nilai


. (mm/hari) Skor
1 0 – 13,6 Sangat 10
Rendah
2 13,6 – 20,7 Rendah 20
3 20,7 – 27,7 Sedang 30
4 27,7 – 34,8 Tinggi 40
5 > 34,8 Sangat 50
Gambar 3. Peta Kemiringan Lereng di Tinggi
Kecamatan Kawangkoan Utara (Penulis,2020)
 Penggunaan lahan di Kawangkoan Utara  Berdasarkan hasil identifikasi
masih di dominasi oleh kebun campuran dengan sebelumnya, maka diperoleh data wilayah
luas 897,37Ha atau dengan persentase 55,36%, Kecamatan Kawangkoan Utara dengan tingkat
diikuti telaga/ladang seluas 281,64Ha dengan kerawanan Longsor yang dibagi kedalam tiga
presentase 17,37%, hutan seluas 221,39 Ha tingkat kerawanan. Daerah dengan tingkat
dengan presentase 13,66%, permukiman seluas kerawanan tinggi terdapat pada seluruh
159,32 atau 9,83%, kemudian sawah dengan kelurahan dengan luas total 1018,72Ha. Dengan
persentase 4% atau 61,04 Ha atau 3,77 dari total luas terbesar terdapat pada kelurahan Kiawa
luas wilayah. Satu Utara dengan luas sebesar 407,84Ha dan
yang terkecil terdapat pada kelurahan Kiawa
Tabel 9. Skor Penggunaan Lahan di Dua dengan luas 7,40Ha. Daerah dengan tingkat
Kecamatan Kawangkoan Utara (Penulis, 2020) kerawanan sedang terdapat pada seluruh
kelurahan dengan luas total 331,12Ha. Dengan
No. Penggunaan Lahan Skor luas terbesar terdapat pada kelurahan Uner
1. Permukiman / Lahan Terbangun 100 dengan luas sebesar 122,93Ha dan yang terkecil
2. Lahan terbuka, 80 terdapat pada kelurahan Kiawa Dua dengan luas
3. Pertanian, Perkebunan, 60 3,57Ha. Daerah dengan tingkat kerawanan
4. Hutan Sekunder / Semak Belukar 40 rendah memiliki luas sebesar 271,16Ha yang
terdapat pada lima kelurahan saja. Dengan luas
5. Hutan, 20
terbesar terdapat pada kelurahan Kiawa Satu
Utara dengan luas 127,32Ha dan yang terkecil
terdapat pada kelurahan Talikuran Barat dengan
luas 0,18Ha.

Gambar 6. Peta Tingkat Kerawanan Bencana


Longsor di Kecamatan Kawangkoan Utara
(Penulis, 2020)
total tingkat kerawanan longsor di kecamatan
Tabel 11. Tingkat Kerawanan Bencana Kawangkoan Utara.
Longsor di Kecamatan Kawangkoan Utara KESIMPULAN DAN SARAN
(Penulis, 2020)
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan maka dapat
Tingkat Kerawanan(Ha)
ditarik kesimpulan yaitu :
Kecamatan Sedan Total
Rendah Tinggi
g 1. Hasil identifikasi kawasan bencana rawan
longsor di Kecamatan Kawangkoan Utara
Uner 61,52 122,93 143,94 328,39
dengan bantuan aplikasi Sistem Informasi
Talikuran Utara - 0,23 96,37 96,6

Talikuran Barat 0,18 8,16 94,47 102,82

Kiawa Satu
127,32 96,98 407,84 632,14
Utara
Kiawa Satu
74,70 24,20 16,43 115,33
Barat

Kiawa Dua - 3,57 7,40 10,97

Kiawa Dua
- 10,63 110,27 120,9
Barat
Kiawa Dua Geografis Mendapatkan hasil tingkat kerawanan
7,44 64,42 142,00 213,87
Timur longsor didominasi oleh tingkat kerawanan
Total (Ha) 271,16 331,12 1018,72 1621
longsor tinggi seluas 1018,72 Ha atau 63% dari
luas total wilayah, disusul tingkat kerawanan
Persentase sedang seluas 331,12 Ha atau 20% dari luas
17 20 63 100
(%) total wilayah dan tingkat kerawanan rendah
seluas 271,16 Ha atau 17% dari luas total
wilayah.
2. Hasil Analisis Data Luasan Tingkat
Tabel 12. Luasan Tingkat Kerawanan longsor Kerawanan Longsor Pada Lahan Terbangun di
di Kecamatan Kawangkoan Utara (Penulis, masing-masing kelurahan yaitu seluruh lahan
2020) terbangun yang ada pada masing-masing
kelurahan memiliki tingkat kerawanan yang
No Perse tinggi. Dengan luas terbesar terdapat pada
Tingkat
. Luas (Ha) ntase
Kerawanan
(%) kelurahan Kiawa Dua Barat dengan Luas
1 Rendah 271,16 17 36,75Ha atau 23,07% dari luas total tingkat
2 Sedang 331,12 20 kerawanan longsor di kecamatan Kawangkoan
3 Tinggi 1018,72 63 Utara dan yang terkecil terdapat pada kelurahan
Total (Ha) 1621,02 100

 Berdasarkan hasil analisis, maka


diperoleh data Luasan Tingkat Kerawanan
Longsor Pada Lahan Terbangun di masing-
masing kelurahan yaitu seluruh lahan terbangun
memiliki tingkat kerawanan yang tinggi.
Dengan luas terbesar terdapat pada kelurahan
Kiawa Dua Barat dengan Luas 36,75Ha atau
23,07% dari luas total tingkat kerawanan
longsor di kecamatan Kawangkoan Utara dan
yang terkecil terdapat pada kelurahan Kiawa Kiawa Dua dengan luas 5,38Ha atau 3,38% dari
Dua dengan luas 5,38Ha atau 3,38% dari luas luas total tingkat kerawanan longsor di
kecamatan Kawangkoan Utara.
3. Jenis tanah di Kecamatan Kawangkoan Yukni Arifianti dan Sumaryono, “Mengenal
utara antara lain jenis tanah Regosol dan Lebih Dekat Tanah Longsor”.
Andosol, topografi Kecamatan Kawangkoan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
Utara memiliki tingkat kemiringan lereng dari 22/PRT/M/2007 Tahun 2007 tentang
datar hingga sangat curam, Penggunaan lahan di PEDOMAN PENATAAN RUANG
Kawangkoan Utara masih di dominasi oleh KAWASAN RAWAN BENCANA
kebun campuran dengan luas 897,530 Ha atau LONGSOR
dengan persentase 55% dari total luas wilayah, Penanganan Khusus Kawasan Puncak “Kriteria
Kecamatan Kawangkoan Utara memiliki Lokasi & Standar Teknik”,
intensitas curah hujan tergolong sedang yakni Dept.Kimpraswil dalam Permen PU,
13,6-27,7 mm/hari. 2007Mastaller, M. 1997. Mangrove: The
Forgotten Forest Between Land and Sea.
SARAN Kuala Lumpur, Malaysia. Hal 5.
Dari hasil analisis tingkat kerawanan
bencana longsor terdapat tingkat kerawanan
tinggi yang mendominasi di Kecamatan
Kawangkoan Utara. Sehingga perlu adanya
pengendalian pemanfaatan ruang baik dari
pemerintah daerah atau masyarakat yang ada di
area rawan bencana longsor kategori sangat
tinggi. Agar bisa menjadi acuan dalam
perencanaan Kawasan permukiman.

DAFTAR PUSTAKA
Agus Sriyono, “Identifikasi Wilayah Rawan
Bencana Longsor di Kecamatan
Banyubiru”.
Ahmad Danil Efendi, “Identifikasi Kejadian dan
Penentuan Faktor-Faktor Utama
Penyebab Longsor di Kecamatan Babakan
Madang.”
Badan Pusat Statistik Kabupaten Minahasa
2020. Kecamatan Kawangkoan
Utara dalam angka 2019
Barus, B. 1999. Pemetaan bahaya longsoran
berdasarkan klasifikasi statistik peubah-
tunggal menggunakan SIG.
Fitryane Lihawa, “Pemetaan Zona Kerentanaan
Longsor di Daerah Aliran Sungai.”
Gani Herdanto, “Pemetaan Tingkat Kerawanan
Longsor di Kota Gorontalo”.
Indrasmoro, “Geographic Informasi System
(GIS) Untuk Deteksi Daerah Rawan
Longsor Studi Kasus di Kelurahan Karang
Anyar Gunung Semarang”.
Lillesand, T.M. and Kiefer, R.W. (1994)
Remote Sensing and Image Interpretation.
3rd Edition, John Wiley and Sons,
Inc., Hoboken, 750.
Lutfi Muta’ali, “Perencanaan Pengembangan
Wilaya Berbasis Pengurangan Risiko
Bencana”.
Nurjanah, R. Sugiharto, Dede Kuswanda,
Siswanto BP, Adikoesoemo (2012: 20),
faktor-faktor yang dapat menyebabkan
bencana
Utomo, 2004 Penentuan Zonasi Daerah Rawan
Bencana Longsor

Anda mungkin juga menyukai