Anda di halaman 1dari 9

Makalah Tekhnik Perencanaan Pembangunan Wilayah

“ANALISIS KAWASAN RAWAN BENCANA”

Oleh Kelompok 1
Verenika Syah Putri
17136177

PRODI GEOGRAFI
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bencana alam dapat terjadi secara tiba –tiba maupun melalui proses yang berlangsung
secara perlahan. Beberapa jenis bencana seperti gempa bumi, hampir tidak mungkin diperkirakan
secara akurat kapan, dimana akan terjadi, dan besaran kekuatannya. sedangkan beberapa bencana
lainnya seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, letusan gunung api, tsunami dan anomali cuaca
masih dapat diramalkan sebelumnya. Meskipun demikian, kejadian bencana selalu memberikan
dampak kejutan dan menimbulkan banyak kerugian jiwa maupun materi. Hal tersebut terjadi
karena kurangnya kewaspadaan dan kesiapan dalam menghadapi ancaman bahaya. Oleh karena
itu kita perlu memahami cara penanggulangan bencana alam sebelum, pada saat kejadian,
maupun setelah kejadian agar tidak terjadi kerugian yang lebih besar nantinya.

B. Rumusan dan Urgensi Pembahasan

Dari pembahasan latar belakang di atas, maka penulis bermaksud membahas materi yang
terangkum dalam rumusan pembahasan sebagai berikut:

1. Apa pengertian dari kawasan rawan bencana?


2. Bagaimana Karakteristik dari kawasan rawan bencana?
3. Apa faktor yang menyebabkan suatu kawasan dikatakan rawan bencana?
4. Bagaimana dampak yang ditimbulkan dari bencana?
5. Bagaimana upaya penanggulangannya?

C.Tujuan

Adapun Tujuan dan Urgensi Pembahasan ini adalah untuk:

1. Untuk mengetahui pengertian dari kawasan rawan bencana


2. Untuk mengetahui karakteristik dari kawasan rawan bencana
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kawasan rawan bencana
4. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari bencana
5. Untuk mengetahui upaya penanggulangan dari bencana tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Definisi

A. Pengertian Kawasan Rawan Bencana


Bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam, faktor
non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. (Definisi bencana menurut UU No. 24
tahun 2007)
Kawasan rawan bencana merupakan suatu kawasan atau wilayah yang memiliki ancaman
atau gangguan, baik yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam, dan faktor social yang
mana semua itu mengakibatkan korban jiwa, kerusakan lingkungan, kehilangan harta benda,
serta dampak psikologis.
B. Karakteristik Kawasan Rawan Bencana
Seringkali bencana di Indonesia ini terjadi karena kurangnya pengetahuan dari
masyarakat tentang karakteristik wilayah seperti apa yang rawan terhadap bencana alam. Berikut
ini merupakan klasifikasi wilayah yang rawan terjadi bencana disertai contoh- contoh bencana
yang ditimbulkannya:
 Kawasan Perbukitan
Daerah perbukitan memiliki kemiringan lereng yang agak landai, sehingga di
daerah ini bencana yang sering terjadi antara lain : kebakaran hutan, tanah
longsor, serta dampak letusan gunung api.

 Kawasan Dataran Rendah


Secara periodic bentuk lahan dataran rendah lebih rawan digenangi oleh banjir
karena luapan sungai didekatnya atau bearasal dari akumulasi aliran permukaan
bebas maupun hujan lokal. dengan demikian hal tersebut dapat menjadi indikator
bahwa daerah dataran rendah lebih rentan terhadap banjir.

 Kawasan Pesisir Pantai


Kawasan pesisir pantai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut menyebabkan
daerah ini sering tergenangi oleh air. Bencana yang lebih dominan terjadi pada
daerah ini adalah; tsunami setelah gempa, gelombang pasang atau badai, abrasi air
laut, dan banjir rob.
C. Penyebab Daerah Rawan Akan Bencana

 Meningkatnya jumlah penduduk


Dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka meningkat pula penggunaan lahan
disetiap wilayah, yang dulunya hutan sekarang dijadikan lahan pemukiman
sehigga banyak lahan resapan air berkurang. Akibatnya, sering terjadi banjir
didaerah dataran dan longsor pada daerah lereng.
 Kurangnya pemahaman masyarakat tentang bagaimana karakteristik wilayah yang
rawan bencana.
 Kurangnya kesadaran masyarakat tentang dampak pembuangan sampah disungai
 Banyaknya oknum – oknum yang tidak bertanggung jawab dalam upaya
pemeliharan kelestarian alam,seperti terjadi penyuapan oleh para pelaku
penyelundupan kayu kepada oknum yang terkait.

D. Akibat yang Ditimbulkan Dari Bencana

 Kerusakan
bencana yang terjadi tidak hanya menimbulkan dampak korban jiwa,baik yang
hilang,menderita dan mengungsi,namun juga menimbulkan kerusakan
rumah,bangunan,dan fasilitas umum lainnya. Jumlah rumah yang rusak ditahun
2009 total kerusakan baik berat maupun ringan adalah sebanyak 576.016 unit
salah satu penyebab utamanya adalah gempa.

 Meningkatnya Kemiskinan
Akibat yang ditimbulkan dari berbagai macam bencana yang terjadi adalah
meningkatnya tingkat kemiskinan. Karena banyak dari korban bencana tersebut
yang kehilangan harta benda dan mata pencahariannya.

 Gangguan Psikologis Masyarakat


Dari kejadian bencana tersebut banyak masyarakat merasa cemas dan trauma
yang cukup mendalam khususnya pada anak-anak dan para ibu-ibu. Karena
mereka merasa cemas karena ketidak tenangan dalam kondisi di lingkungan
sekitarnya.

 Kerusakan Ekologi Lingkungan


Kerusakan yang terjadi akibat dari bencana ini berbeda-beda dari setiap bencana
yang terjadi,misalnya saja jika terjadi bencana gempa dan tsunami hal ini dapat
juga mempengaruhi kawasan tempat terjadinya bencana, lahan yang dulunya
daerah pemukiman ditepi pantai berubah menjadi daerah pesisir pantai.
E. Upaya Penanggulangan Yang Dilakukan Untuk meminimalisir dampak dari
bencana

1. Memanfaatkan pengetahuan,inovasi, dan pendidikan untuk membangun kesadaran


keselamatan diri dan ketahananan terhadap bencana alam pada semua tingkatan
masyarakat.

2. Pada kawasan gunung berapi ada beberapa upaya dan mitigasi serta pengurangan
bencana antara lain:
 Strategi mitigasi: perencanaan lokasi pemanfaatan lahan untuk aktivitas penting
harus jauh atau diluar dari kawasan rawan bencana
 Upaya pengurangan bencana: sebelum krisis letusan,dapat dilakukan untuk
menghindar atau meminimalkan korban(jiwa dan harta) akibat letusan gunung
apiantara lain dengan mengamati kegiatan setiap saat. Upaya ini dapat dilakukan
dari tempat yang permanen,misalnya pos pengamatan gunung api
 Saat krisis/letusan : memberangkatkan tim tanggap darurat kelokasi bencana,dan
meningkatkan pengamatan.
 Setelah krisi/letusan : menurunkan kegiatan gunung api.

3. Banjir :
 Tidak membuang sampah sembarangan.
 Menyiapkan peta daerah yang rawan banjir dilengkapi dengan plotting rute
pengungsian,lokasi pengungsian sementara,lokasi posko dan lokasi pos pengatan
debit banjir/keinggian muka air banjirdisungai penyebab banjir

4. Tanah longsor:
 Meningkatkan/memperbaiki dan memelihara drainase baik air permukaan
maupun air tanah (fungsi drainase adalah untuk menjauhkan air dari
lereng,menghindari air meresap kedalam lereng atau menguras air dalam lereng
ke luar lereng).

5. Gempa bumi:
 Bangunan harus dibangun dengan konstruksi tahan gempa
 Pengaturan lahan terhadap daerah yang rawan bencana.
 Kesigapan mental dengan tidak panic ketika terjadi gempa

6. Tsunami:
 Peningkatan pengetahuan masyarakat lokal tentang pengenalan tanda-tanda
tsunami dan cara cara penyelamatan dan cara-cara penyelamatan diri terhadap
bahaya tsunami
 Pembangunan rumah yang tahan terhadap bahaya tsunami
 Pembuatan banguan shelter tsunami
2. Cara Analisis
Contoh: Analisis Tingkat Kerawanan Banjir

Metode yang digunakan pada pengolahan data penelitian ini menggunakan metode
overlay dengan scoring antara parameter-parameter yang ada, yaitu kemiringan lereng,
elevasi, jenis tanah, curah hujan, penggunaan lahan, dan kerapatan Sungai. Dari semua
parameter ini nantinya akan di scoring dengan pemberian bobot dan nilai sesuai dengan
pengklasifikasiannya masing-masing yang kemudian dilakukan overlay menggunakan
software ArcGIS.
3. Data
Data yang dibutuhkan ialah berupa data spasial dan data non spasial.
Data spasial antara lain:
 Shp Administrasi
 Shp Jenis Tanah
 Shp Penutupan Lahan
 Shp Sungai
Sedangkan data non spasial terdiri dari:
 Data Curah Hujan yang kemudian akan di export menjadi shapefile
 Data Klasifikasi Curah Hujan

4. Langkah-langkah dalam GIS


Langkah-langkah yang dilakukan dalam GIS digambarkan dalam bentuk Flowchart berikut ini:
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kawasan rawan bencana adalah Suatu kawasan atau wilayah yang memiliki
ancaman atau gangguan baik yang disebabkan oleh faktor alam,faktor non alam dan
faktor social yang mana semua itu mengakibatkan korban jiwa,kerusakan
lingkungan,kehilangan harta benda serta dampak psikologis.Macam-macam kawasan
rawan bencana ada 3 kawasan yaitu kawasan perbukitan,kawasan dataran dan
kawasan pesisir pantai.

Penyebab kawasan rawan bencana antara lain meningkatnya jumlah


penduduk,kurangnya pemahaman tentang penyebab bencana,kurangnya kesadaran
masyarakat tentang bahaya pembuangan sampah sembarangan. Mitigasi-mitigasi
bencana dapat dilakukan sejak dini supaya bisa meminimalisir kerugian yang di alami
akibat dari bencana. Akibat yang ditimbulkan adalah berupa korban jiwa,kerusakan
lahan,kerugian harta benda,serta dampak psikologis.Contoh kawasan bencana dapat
dilihat di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Kodoatie, R.J., dan Sugiyanto. 2002. Banjir, Beberapa Penyebab dan Metode
Pengendaliannya Dalam Perspektif Lingkungan. Pustaka Pelajar.

Matondang, J.P., 2013. Analisis Zonasi Daerah Rentan Banjir Dengan Pemanfaatan Sistem
Informasi Geografis. Unversitas Diponegoro. Semarang.

Jurnal Geodesi Undip Januari 2017 Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017, (ISSN : 2337-845X)40
Prahasta, E. 2005. Sistem Informasi Geografis : Tutorial Arcview, Informatika, Bandung.

Pratomo, A.J. 2008. Analisis Kerentanan Banjir di Daerah Aliran Sungai Sengkarang
Kabupaten Pekalongan Provinsi Jawa Tengah dengan Bantuan Sistem Informasi Geografis.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Primayuda, A. 2006. Pemetaan Daerah Rawan dan Resiko Banjir Menggunakan Sistem
Informasi Geografis : studi kasus Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. Skripsi Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai