Anda di halaman 1dari 8

1

MINGGU 5 GEOGRGRAFI POLITIK


IKLIM DAN POLITIK

A. Iklim Dapat Mendorong dan Membatasi


Kehidupan manusia itu bertalian dengan iklim dengan berbagai cara. Iklim
menenukan jenis – jenis pangan yang diusahakan melalui pertanian setempat.
Iklim juga mempengaruhi gaya hidup manusia. Vitalitas manusia yang
mendorong pencapaiannya secara kultural juga memiliki latar belakang iklim
tertentu. Kekuasaan politik ternyata juga bertalian dengan iklim wilayah yang
fungsinya positif. Jadi bukanlah suatu kebetulan bahwa kebanyakan bangsa –
bangsa yang progresif bertempat tinggal di ilayah – wilayah iklim sedang.
Ada tiga jenis iklim yaitu yang dingin, panas, dan kering yang efeknya
serba membatasi bagi tempat tinggal manusia serta perkembangan kekuasaan
politiknya. Ada tiga persebaran unsur iklim di dunia, yaitu zona beriklim dingin,
panas, dan kering, masing – masing diperinci menjadi dua seksi untuuk
menunjukkan dua unsur tadi : masing – masing memberikan pengaruhnya yang
ekstrim dan yang sedang. Zone yang tak tergolong salah satu dari semuanya itulah
yang cocok untuk berkembangnya bangsa – bangsa kuat secara politik, itulah zone
yang terlalu panas, tak terlalu dingin, dan tak terlalu kering.

B. Iklim Dingin : Tundra, dan Taiga


Zona iklim yang terlampau dingin kedapatan di wilayah sekitar kutub dan
di pegunungan – pegunungan tinggi. Daerah ini pada umumnya tanahnya dingin –
beku karena trtutup oleh salju an es. Hanyalah di bagian – bagian tepinya saja
yang memberikan kemungkinan munculnya musim semi yang pendek bagi
tetumbuhan jenis – jenis rumput, lumut, dan lumut tipis. Wilayah padang rumput
yang disebut tundra tak dapat menampung penduduk banyak dan hanya
dimanfaatkan untuk beternak rusa kutub (reindeer). Jika pun disana – sini terdapat
sumber daya mineral, seperti batubara di Svalbard, bijih besi di Swedia Utara,
serta emas di Alaska, nilai ekonominya hanya sedikit saja. Yang dapat
meningkatkan kepentingan wilayah – wilayah dingin ini hanyalah sifat
strategisnya bagi kegiatan militer. Misalnya, pelabuhan – pelabuhan Rusia yang
2

bebas es di Lautan Arktik yang makin banyak dapat dilayari, menurut sejarahnya
menimbulkan berbagai masalah kemiliteran.
Disamping wilayah tundra, kita mengenal pula wilayah taiga, yang suhu
udaranya tak begitu ekstrem dinginnya sehingga wilayahnya berupa hutan – hutan
ppohon berdaun jarum (conifera). Musim dingiinya amat panjang, sedangkan
musim bagi kemungkinan tumbuhnya tanaman bahan pangan terlalu pendek,
sehingga penduduk juga jarang sekali. Hasil kayu dan bahan tambang merupakan
sau – satunya suumbeer ekonomi. Disini dengan sendirinya tak akan tumbuh pusat
– pusat negara yang penting, meskipun mengandung keuntungan bagi Negara
yang memiliki wilayah taiga tersebut.

C. Iklim Panas : Hutan Tropis dan Sabana


Iklim panas merupakan unsur kedua yang membatasi perkembangan
politik. Ini terdapat di sepanjang garis ekuator dan kawasan yang berbatasan
dengan itu kea rah kutub. Jika wilayah beriklim panas jenis tropika ini dibagi dua,
maka dasarnya bukanlah tinggi atau rendahnya suhu yang bersangkutan, tetapi
berdasarkan ada atau tak adanya musim keringnya.
Dataran – dataran rendh tropika di dunia kita yang tak memiliki musim
kering merupakan bagian yang pertama. Udaranya selalu panas, tapi lembab.
Udara yang sifatnya selalu monoton seperti ini tidak baik untuk tempat tinggal
manusia. Hujan yang turun sehari – hari kerjanya mencuci tanah (soil leaching)
sehingga tak subur bagi pertanian. Udara yang terik serta lembab juga
melemahkan tubuh manusia untuk bekerja keras, vitalitasnya lekas menurun
drastis dalam berbagai usahanya. Hanya di daerah – daerah pantai dan lereng –
lereng pegunungan saja, karena pengaruh angin laut atau angina gunung suhunya
dapat sedikit sejuk, di situ penduduk dapat menyelenggarakan kehidupannya yang
layak.
Sebagai bagian kedua dari wilayah tropika adalah iklim yang bermusim
kering. Ini lebih memberikan kemungkinan kepada manusia untuk berusaha.
Vegetasi di wilayah tropika yang bermusim kemarau ini tak selebat yang terdapat
di wilayah yang terlalu terik dan lembab seperti diterangkan di atas. Tanahpun
disini tak banyak menderita pencucian sehingga usaha pertanian mudah berhasil.
3

Kondisi optimum secara klimatis bagi manusia di wilayah tropika jenis


kedua ini, berupa musim kemarau (kering) yang agak pendek, seperti yang
terdapat di India, Srilanka, Jawa, dan Kuba. Penduduk di situ amat padat
dibandingkan dengan kawasan lain di bumi, justru paling padat. Hasil pertanian
ditanam sebanyak – banyaknya. Namun makin ke pinggiriran di mana musim
keringnya lebih panjang dan curah hujan cenderung langka, di situ muncul
bentang alam berupa stepa atau sabana, keadaannya dapat menyedihkan bagi
penduduk. Bencana gagal panen sering terjadi sebagai akibat dari tertundanya
turun hujan atau menghilang. Misalnya di Indonesia : Nusa Tenggara.
Wilayah – wilayah bumi yang iklimnya terlalu terik menurut pengalaman
sejarah, menghambat munculnya perkembanagan politik yang modern. Jika pun
pernah berdiri kerajaan – kerajaan besar seperti Mon Khmer di Kamboja dan
Maya di Yukatan, energy dorongan untuk majunya sebenarnya berasal dari iklim
lain.
D. Kekeringan : Pertambangan dan Stepa
Unsur ketiga dari iklim yang fungsinya dapat menghambat
perkembanagan politik adalah kekeringan. Wilayah – wilayah di permukaan bumi
yang terdiri atas urun – gurun dapat menyajikan penghidupan bagi manusia
apabila masih daapat menyajikan air dalam jumlah yang cukup untuk mendukung
usaha pertanian penduduk atau menyediakan sumber data tambang yang dapat
diolah.
Di bumi kita banyak terdapat wilayah – wilayah yang karena adanya
irigrasi dapat mendukung penumpukan penduduk yang padat. Sebagai contoh,
negara – negara kun di dunia justru terdapat di lembah sungai Nil. Efrat-Tigris
serta Indus, yang lokasinya terapit gurun – gurun kering tetap mampu mendukung
berdirinya peradaban berkat baiknya irigasi dari air sungai – sungainya.
Wilayah – wilayah gurun yang ada bahan tambangnya dengan hasil yang
banyak dapat melahirkan kekuasaan politik pula. Misalnya apa yang telah terjadi
dalam sejarah Negara Chili dengan petambangan nitratnya. Contoh lain adalah
Sudi Arabia yang pusat negerinya dulukala berupa kelompok – kelompok waha
(oasis). Setelah ditemukannya sumber daya tambang mnyak bumi yang tersebar di
wilayah Timurlaut negara tersebut, maka Saudi Arabia menjadi Negara yang
4

secara politis penting dan harus diperhitungkan sebagai Negara berwibawa di tepi
Teluk Parsi.
Stepa – stepa merupakan bagian kedua dari wilayah beriklim kering
(semiarid). Dalam sejarahnya, kondisi iklim ini melahirkan penduduk nomadok
yang serba positif mentalitasnya serta jasmaninya dan mampu menggerakkan
munculnya kekuasaan penting setempat dan wilayah sekitarnya yang jauh.
Gerakan, perkembangan serta keagungan negara – negara Islam di masa lampau
perlu dicarikan latar belakang juga pada kondisi geografis itu, dismaping pada
iman pada agama Islam. Berdasarkan pengalaman sejarah, wilayah – wilayah
yang iklimnya lebih menguntungkan, telah jatuh ke tangan para bangsa nomad
yang giat menyerbu ke situ dan mampu memegang kekuasaan di wilayah –
wilayah yang mereka taklukkan.

E. Iklim yang Cocok


Bagaimana lalu iklim yang cocok bagi perkembangan politik ? Para ahli
mengatakan bahwa favourable climatic zones adalah Eropa Barat dan Amerika
Serikat di masa kini. Tetapi di zaman ketika Mesir dan Babilonia merupakan pusat
– pusat peradaban super power di dunia kita, di hutan –hutan Eropa masih
berkeliaran bangsa bangsa biadab. Ketika Bangsa Aztec mendirikan peradaban
tinggi di tanah tinngi Mexico, suku Indian Iroquois di Amerika bagian lain juga
rndah taraf budayanya.
Suatu tipe iklim baru dapat dipandang cocok bagi kemajuan umat manusia
apabila manusianya telah mampu hidup layak dan kerasan dalam kondisi iklim
yang bersangkutan. Geograf Elsworth Huntington seorang determinis iklim
menuls bahwa di permukaan bumi kita kini telah terjdi suatu polar march of
civilization, yatu pergeseran lokasi peradaban ke arah kutub (utara). Mula – mula
peradaban muncul dari wilayah beriklim yang mampu melindungi manusia,
namun akibat adanya peyesuaian diri secara bertahap dengan iklim baru lewat
teknologi, terjadi pergeseran peradaban dari Heliopolis (Mesir) dan Babilon
hingga London dan Paris misalnya.
Jadi wilayah yan paling cocok, beriklim sedang yang basah (wet
intermediate climate). Ini masih terbagi lagi atas dua bagian.
5

1. Wilayah lintang tengahan (middle latitudes), yang suhunya serba sejuk dan
terjadi perubahan – perubahan musiman dan badai – badai siklonok.
Kombinasi antara dua itu dinilai mendorong perkembangan politik .
Pemusatan kekuasaan kekuatan politik ada di tiga lokasi tersebut yng
merupakan humid intermediate cimate, kecuali Brazil. Pertama di Amerika
Utara bagian Tengah, kedua di Eropa dan yang ketiga di Timur Jauh. Jika
dijumlah seuruhnya di bumi Selatan Negara – Negara yang menonjol
secara politis adalah Argentina dan Chili di Amerika Selatan, Australia
dan New Zealand serta Uni Afrika Selatan.
2. Wilayah lintang rendahan dan di dataran – dataran tinggi. Contohnya
berbagai republik di Benua Amerika Selatan dan Etiopia di Afrika
memperlihatkan perkembangan politiknya sebagai akibat dari lokasinya di
low latitude.
F. Homogenitas Lawan Kompleksitas
Secara umum dapat dikatakan bahwa homogenitas iklim menguntungkan
bagi kesatuan politis suatu nasion. Tetapi sebaliknya heterogentitas dalam hal
iklim apa lagi yang terlalu ekstrem dapat menciptakan desintegrasi politik di suatu
negara. Negara, asal yang tak terlalu sempit, biasanya memiliki iklim beberapa
tipe iklim di dalamnya. Tetapi biasanya pula salah satu tipe iklim tipe – tipenya
serba kompleks maka terjadilah berbagai campuran antartipe. Pada yang tedahulu
pengaruhnya positif bagi politik, sedang pada yang disebutkan kemudian,
pengaruhnya negatif.
Di masa keagungan impeium Romawi, iklim wilayah kekuasaannya serba
homogeny, karena sama – sama tipe iklim Laut Tengah (Mediteran) yang jenisnya
subtropis. Ciri – cirinya : musim dinginnya (winter) merangkap musim musim
penghujan, sebaliknya musim panasnya (summer) kering udaranya. Namun harus
diakui pula nahwa wilayah kerajaan besar itu yang berupa pantai – pantai Utara
Laut Tengah relative lebih sejuk jika dibandingkan dengan wilayah – wilayah
Selatan Mediteran, misalnya Mesir. Van Valkenburg sehubungan itu menulis
bahwa penduduk di mana –mana masih berbicara dalam’bahasa geografis’ yang
sama. Itulah sebabnya Romawi memerintah berbagai propinsinya dengan mudah.
Padahal memerintah semuaya itu dari pusat yakni Kota Roma. Homogenitas iklim
6

telah membuktikan mempunyai bertahan imperium Romawi cukup lama dalam


sejarah sekitar awal abad Masehi bagi Eropa dan Asia Barat.

G. Iklim yang Serba Kompleks


Untuk membahas hal eperti ini, negeri Spanyol menjadi bahan yang
menarik untuk ditelaah. Meski Spanyol pernah termasuk salah satu wilayah yang
ditaklukkan oleh Romawi, arealnya terlalu sempit untuk mampu mewujudkan
kekuatan yang dominan secara klimatis, sehingga dapat menumbuhkan suatu unit
polotik tersendiri. Di sana ternyata ada berbagai tipe iklim. Misalnya bagian
Spanyol Baraltlaut beriklim tipe Atlantik mirip dengan iklim di Prancis Barat.
Adapu bagian negeri itu yang lokasinya di Selatan dan Timur itu tipe iklimnya
jenis Mediteran. Lalu tipe iklim di pedalaman Spanyol adalah dari jenis iklim
stepe pedalaman. Kontras – kontras antartipe – tipe iklim di Spanyol itu ternyata
muncul secara tiba – tiba.
Pemerintah pusat yang bertempat di Madrid, dari abad kea bad berusaha
keras untuk merujukkan sifat – sifat mentalitas penduduk di ketiga wilayah
tersebut. Masing – masing wilayah aspirasi penduduknya sulit dimengerti oleh
pemerintah pusat. Berkali –kali dalam sejarah Spanyol, propinsi Catalonia, Bask
dan Galicia menuntut otonomi.

H. Iklim dan Peperangan


Ditinjau secara keseluruhan, dalam sejarah umat manusia, dapat
disaksikan bagaimana peperangan itu merupakan bagian dari kehidupan Negara-
negara dimana pun juga bahwa iklim merupakan factor yang penting dari
peperangan berdasarkan panjangnya, seluk beluk pelaksanaanyadan sukses
ataupun gagalnya. Pada masa perang ternyata iklim harus diperhitungkan baik dari
front depan maupun front belakang.
Di home front, iklim mempengaruhi kemampuan Negara untuk melakukan
peperangan, karena hal itu ada pertalianya yang erat dengan struktur
perekonomian bangsa. Peperangan yang modern pasti memperhitungkan berbagai
kebutuhan seperti peningkatan produksi pangan, tekstil, peralatan militer, serta
kebutuhan yang lain. Pemerintahan menggalakkan efesiensi tenaga manusia yang
7

pada giliranya akan meningkatkan suplai pangan dan kegiatan tenaga lerja
penduduk, padahal dua hal tersebut sangat bergantung pada kondisi iklim.
Pentingnya peranan iklim pada masa peperangan dunia I dan II dihayati
oleh Amerika Serikat. Negri ini beruntung karena memiliki wilayah yang luasnya
tipe dengan tipe iklim yang begitu bervariasi banyak, sehingga dapat memenuhi
sendiri kebutuhan akan macam-macam bhan pangan domestic, dan dimedan
perang (front depan), iklim merupakan factor penting untuk diperhitungkan.
Efesiensi pasukan yang bertempur akan bergantung pula pada serdadu dan mutu
pangan yang dikirim dan mutu yang dikirim dari front home. Kemenangan atau
kegagalan strategi perang ada hubunganya dengan kondisi front atau kaawasan
yang diserbu, diduduki atau dipertahankan, tercakup didalamnya kondisi iklimnya
yang selama perjalanan tahun dapat berubah-ubah, sehingga timeing tindakan-
tindakan operasi militer pasti memperhitungkan itu semua. Oleh karna itulah
pengetahuan iklim perlu dimiliki oleh merekayang mencanangkan strategi serta
taktik peperangan selama perang dunia yang berlangsunngnya dapat lama itu.
Pasukan-pasukan jerman dan italia yang mempertahankan kawasan gurun
libra dan mesir misalnya, juga pasukan inggris yang menyerbunya jelas
memerlukan fasilitas pakaian dan pangan yang lain sekali dengan pasukan-
pasukan yang dikirim ke lautan-lautan yang beku pada musim winter.
Pada tahun 1941 kegagalan pasukan-pasukan Hitler masuk Rusia hingga
Moskow disebabkan datangnya musim dingin yang menggigilkan. Persis seperti
pasukan napoleon diabad sebelumnya, sementara menantikan musim semi. Pihak
rusia sudah lebih siap mengatur dirinya untuk memukul mundur musuhnya.
Sebaliknya musim panas pernah mengguntungkan bagi tentara jerman untuk
menerobos masuk dengan sasaran akhir kawasan kaukasus sumber minyak bumi.
Waktu itu rusia mundur untuk melakukan ada yang disebut politik bumi hanggus,
yang membakar lading-ladang gandumnya meski menjelang panen.

I. Climatic Timing
Dari uraian diatas, makin dijelaskan bahwa iklim dalam persebaranya serta
berfariasi permusimanya sepanjang tahun besr pengaruhnya atas sukses atau
gagalnya peperangan baik bagi fihak penyerbu maupun fihak yang
8

mempertahankan wilayah negrinya.para ahli stategi peperangan harus mengerti


climatic timing.
DAFTAR PUSTAKA

Daldjoeni. 1991. Dasar – dasar Geografi Politik. Bandung : PT.Citra Aditya Bakti
http://andiarif-geo.blogspot.com/2012/10/geografi-politik.html
Srirafika.blogspot.com/2013/04/sosiologi-politik.html

Anda mungkin juga menyukai