Latar Belakang
Latar belakang disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang telah diberikan oleh guru
pengajar. Makalah ini membahas tentang hubungan Kebakaran hutan dan Pemanasan global.
Kebakaran hutan banyak menimbulkan dampak negatif seperti hilangnya habitat para hewan banyak
kayu yang terbuang sia-sia dan dampak yang paling buruk adalah pemanasan global. Makalah ini
disusun berdasarkan tentang perbincangan yang sedang hangat dibicarakan oleh dunia mengenai
pemansan global yang menjadi bencana dunia yang harus kita hadapi bersama-sama. Pemanasan
global belum menemukan titik terang dalam penanggulangannya tetapi sudah banyak usah-usaha
yang kita lakukan dalam mengatasi pemanasan global. Untuk itu dengan di buatnya makalah ini kami
berharap agar dapat di gunakan sebaik mungkin dalam mengatasi masalah kebakaran hutan dan
pemanasan global.
B. Rumusan Masalah
1. Apa hubungan kebakaran hutan dengan pemanasan global ?
2. Kenapa kebakaran hutan bisa menyebabkan pemanasan global ?
3. Solusi mengatasi kebakaran hutan dan pemanasan global ?
BAB II
PEMBAHASAN
Pemanasan Global adalah meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi akibat peningkatan jumlah
emisi Gas Rumah Kaca di atmosfer. Pemanasan Global akan diikuti dengan Perubahan Iklim, seperti
meningkatnya curah hujan di beberapa belahan dunia sehingga menimbulkan banjir dan erosi.
Sedangkan, di belahan bumi lain akan mengalami musim kering yang berkepanjangan disebabkan
kenaikan suhu.
Kebakaran hutan itu menghasilkan gas CO2 yang kemudian akan terangkat ke atmosfer bumi, nah di
atmosfer bumi itu, CO2 akan memerangkap panas radiasi matahari, dimana panas dari matahari ini
malah akan di pantulkan kembali ke bumi sehingga bumi menajdi panas suhunya.
Juga pemanasan global menyebabkan kebakaran hutan.
pemanasan global meningkatkan suhu rata2 udara, laut dan daratan. hutan menjadi kering dan
kemudian terbakar oleh udara yg panas.
Sebenarnya tidak hanya hutan, tapi semua bahan organik mengandung karbon tersimpan.
jumlah karbon tersimpan pada bahan organik rata2 berkisar 46 % berat keringnya. jadi kalo ada
sebatang pohon dengan diameter 45 cm, dihitung biomassanya sesuai dengan volume dan berat
jenis, maka dapat diperkirakan biomassanya sekitar 25879 kg. klo pohon ini terbakar maka akan
terlepas karbon ke udara bebas sekitar 10 ton karbon.
Kasus yang berbeda bila terjadi kebakaran pada lahan gambut. Lahan gambut merupakan suatu
ekosistem lahan basah yang dibentuk oleh adanya penimbunan/akumulasi bahan organik di lantai
hutan yang berasal dari reruntuhan vegetasi di atasnya dalam kurun waktu lama. Akumulasi ini terjadi
karena lambatnya laju dekomposisi dibandingkan dengan laju penimbunan bahan organic di lantai
hutan yang basah/tergenang tersebut. Seperti gambut tropis lainnya, gambut di Indonesia dibentuk
oleh akumulasi residu vegetasi tropis yang kaya akan kandungan lignin dan nitrogen. Karena
lambatnya proses dekomposisi, di ekosistem rawa gambut masih dapat dijumpai batang, cabang dan
akar besar.
Secara global lahan gambut menyimpan sekitar 329 - 525 giga ton (Gt) karbon atau 15-35 % dari total
karbon terestris. Sekitar 86 % (455 Gt) dari Karbon di lahan gambut tersebut tersimpan di daerah
temperate (Kanada dan Rusia) sedangkan sisanya sekitar 14 % (70 Gt) terdapat di daerah tropis.
(Murdiyarso et al, 2004). Cadangan karbon yang besar ini pulalah yang menyebabkan tinggginya
jumlah karbon yang dilepaskan ke atmosfer ketika lahan gambut di Indonesia terbakar pada tahun
1997, yang berkisar antara 0,81-2,57 Gt (Page, 2002). Sementara itu, pendugaan emisi yang dilakukan
di lahan gambut di sekitar Taman Nasional Berbak, Sumatera menunjukan angka sebesar 7 juta ton
karbon (Murdiyarso et al., 2004). Dengan demikian, gambut memiliki peran yang cukup besar sebagai
penjaga iklim global. Apabila gambut tersebut terbakar atau mengalami kerusakan, materi ini akan
mengeluarkan gas terutama CO2, N2O dan CH4 ke udara dan siap menjadi perubah iklim dunia.
Intinya, setiap aktivitas pembakaran akan melepaskan karbon ke udara. demikian juga dengan
pembakaran sampah rumah tangga, pembakaran bbm untuk rumah tangga, industri, mesin,
kendaraan, dll juga akan menyumbang karbon ke udara. dan menambah jumlah gas rumah kaca yang
pada akhirnya memicu percepatan pemanasan global
Pemanasan global terjadi ketika ada konsentrasi gas-gas tertentu yang dikenal dengan gas rumah
kaca, yg terus bertambah di udara, hal tersebut disebabkan oleh tindakan manusia, kegiatan industri,
khususnya CO2 dan chlorofluorocarbon. Yang terutama adalah karbon dioksida, yang umumnya
dihasilkan oleh penggunaan batubara, minyak bumi, gas dan penggundulan hutan serta pembakaran
hutan.
Asam nitrat dihasilkan oleh kendaraan dan emisi industri, sedangkan emisi metan disebabkan oleh
aktivitas industri dan pertanian. Chlorofluorocarbon CFCs merusak lapisan ozon seperti juga gas
rumah kaca menyebabkan pemanasan global, tetapi sekarang dihapus dalam Protokol Montreal.
Karbon dioksida, chlorofluorocarbon, metan, asam nitrat adalah gas-gas polutif yang terakumulasi di
udara dan menyaring banyak panas dari matahari. Sementara lautan dan vegetasi menangkap banyak
CO2, kemampuannya untuk menjadi “atap” sekarang berlebihan akibat emisi. Ini berarti bahwa setiap
tahun, jumlah akumulatif dari gas rumah kaca yang berada di udara bertambah dan itu berarti
mempercepat pemanasan global.
Sepanjang seratus tahun ini konsumsi energi dunia bertambah secara spektakuler. Sekitar 70% energi
dipakai oleh negara-negara maju; dan 78% dari energi tersebut berasal dari bahan bakar fosil. Hal ini
menyebabkan ketidakseimbangan yang mengakibatkan sejumlah wilayah terkuras habis dan yang
lainnya mereguk keuntungan. Sementara itu, jumlah dana untuk pemanfaatan energi yang tak dapat
habis (matahari, angin, biogas, air, khususnya hidro mini dan makro), yang dapat mengurangi
penggunaan bahan bakar fosil, baik di negara maju maupun miskin tetaplah rendah, dalam
perbandingan dengan bantuan keuangan dan investasi yang dialokasikan untuk bahan bakar fosil dan
energi nuklir.
Penggundulan hutan yang mengurangi penyerapan karbon oleh pohon, menyebabkan emisi karbon
bertambah sebesar 20%, dan mengubah iklim mikro lokal dan siklus hidrologis, sehingga
mempengaruhi kesuburan tanah.
4. Dampak Kebakaran Hutan terhadap Pemanasan Global dan aspek-aspek penting lainnya
Dampak yang ditimbulkan kebakaran hutan ternyata sangat kompleks. Kebakaran hutan tidak hanya
berdampak terhadap ekologi dan mengakibatkan kerusakan lingkungan saja. Namun dampak dari
kebakaran hutan ternyata mencakup bidang-bidang lain.
Menurut Rully Syumanda (2003), menyebutkan ada 4 aspek yang terindikasi sebagai dampak dari
kebakaran hutan. Keempat dampak tersebut mencakup dampak terhadap kehidupan sosial, budaya,
dan ekonomi, dampak terhadap ekologis dan kerusakan lingkungan, dampak terhadap hubungan
antar negara, serta dampak terhadap perhubungan dan pariwisata.
Dampak-dampak lainnya :
· Meningkatnya frekuensi dan intensitas hujan badai, angin topan, dan banjir
· Meningkatnya jumlah tanah kering yang potensial menjadi gurun karena kekeringan yang
berkepanjangan
· Kenaikan permukaan laut hingga menyebabkan banjir yang luas. Pada tahun 2100 diperkirakan
permukaan air laut naik hingga 15 - 95 cm.
· Kenaikan suhu air laut menyebabkan terjadinya pemutihan karang (coral bleaching) dan kerusakan
terumbu karang di seluruh dunia
· Meningkatnya frekuensi kebakaran hutan
1. Mapping : pembuatan peta kerawanan hutan di wilayah teritorialnya masing-masing. Fungsi ini bisa
dilakukan dengan berbagai cara, namun yang lazim digunakan adalah 3 cara berikut:
• pemetaan daerah rawan yang dibuat berdasarkan hasil olah data dari masa lalu
maupun hasil prediksi
• pemetaan daerah rawan yang dibuat seiring dengan adanya survai desa (Partisipatory Rural
Appraisal)
• pemetaan daerah rawan dengan menggunakan Global Positioning System atau citra satelit
2. Informasi : penyediaan sistem informasi kebakaran hutan.
Hal ini bisa dilakukan dengan pembuatan sistem deteksi dini (early warning system) di setiap tingkat.
Deteksi dini dapat dilaksanakan dengan 2 cara berikut :
• analisis kondisi ekologis, sosial, dan ekonomi suatu wilayah
• pengolahan data hasil pengintaian petugas
3. Sosialisasi : pengadaan penyuluhan, pembinaan dan pelatihan kepada masyarakat. Penyuluhan
dimaksudkan agar menginformasikan kepada masyarakat di setiap wilayah mengenai bahaya dan
dampak, serta peran aktivitas manusia yang
seringkali memicu dan menyebabkan kebakaran hutan. Penyuluhan juga bisa menginformasikan
kepada masayarakat mengenai daerah mana saja yang rawan terhadap kebakaran dan upaya
pencegahannya.
Pembinaan merupakan kegiatan yang mengajak masyarakat untuk dapat meminimalkan intensitas
terjadinya kebakaran hutan.
Sementara, pelatihan bertujuan untuk mempersiapkan masyarakat, khususnya yang tinggal di sekitar
wilayah rawan kebakaran hutan,untuk melakukan tindakan awal dalam merespon kebakaran hutan.
• Peralatan
Standar minimal peralatan yang harus dimiliki oleh setiap daerah harus bisa diterapkan oleh
pemerintah, meskipun standar ini bisa disesuaikan kembali sehubungan dengan potensi terjadinya
kebakaran hutan, fasilitas pendukung, dan sumber daya manusia yang tersedia di daerah.
• Metode Pelatihan untuk Penanganan Kebakaran Hutan
Standardisasi ini perlu dilakukan untuk membentuk petugas penanganan kebakaran yang efisien dan
efektif dalam mencegah maupun menangani kebakaran hutan yang terjadi. Adanya standardisasi ini
akan memudahkan petugas penanganan kebakaran untuk segera mengambil inisiatif yang tepat dan
jelas ketika terjadi kasus kebakaran hutan
5. Supervisi : pemantauan dan pengawasan kepada pihak-pihak yang berkaitan langsung dengan
hutan. Pemantauan adalah kegiatan untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya perusakan
lingkungan, sedangkan pengawasan adalah tindak lanjut dari hasil analisis pemantauan. Jadi,
pemantauan berkaitan langsung dengan penyediaan data,kemudian pengawasan merupakan respon
dari hasil olah data tersebut. Pemantauan, menurut kementerian lingkungan hidup, dibagi menjadi
empat, yaitu :
o Pemantauan terbuka : Pemantauan dengan cara mengamati langsung objek yang diamati. Contoh :
patroli hutan
o Pemantauan tertutup (intelejen) :
Pemantauan yang dilakukan dengan cara penyelidikan yang hanya diketahui oleh aparat tertentu.
o Pemantauan pasif : Pemantauan yang dilakukan berdasarkan dokumen, laporan, dan keterangan
dari data-data sekunder, termasuk laporan pemantauan tertutup.
o Pemantauan aktif
Pemantauan dengan cara memeriksa langsung dan menghimpun data di lapangan secara primer.
Contohnya : melakukan survei ke daerah-daerah rawan kebakaran hutan. Sedangkan, pengawasan
dapat dilihat melalui 2 pendekatan, yaitu :
o Preventif : kegiatan pengawasan untuk pencegahan sebelum terjadinya perusakan lingkungan
(pembakaran hutan). Contohnya : pengawasan untuk menentukan status ketika akan terjadi
kebakaran hutan
o Represif : kegiatan pengawasan yang bertujuan untuk menanggulangi perusakan yang sedang
terjadi atau telah terjadi serta akibat-akibatnya sesudah terjadinya kerusakan lingkungan.
Untuk mendukung keberhasilan, upaya pencegahan yang sudah dikemukakan diatas, diperlukan
berbagai pengembangan fasilitas pendukung yang meliputi :
1. Pengembangan dan sosialisasi hasil pemetaan kawasan rawan kebakaran hutan
Hasil pemetaan sebisa mungkin dibuat sampai sedetail mungkin dan disebarkan pada berbagai
instansi terkait sehingga bisa digunakan sebagai pedoman kegiatan institusi yang berkepentingan di
setiap unit kawasan atau daerah.
2. Pengembangan organisasi penyelenggara Pencegahan Kebakaran Hutan
Pencegahan Kebakaran Hutan perlu dilakukan secara terpadu antar sektor, tingkatan dan daerah.
Peran serta masyarakat menjadi kunci dari keberhasilan upaya pencegahan ini. Sementara itu,
aparatur pemerintah, militer dan kepolisian, serta kalangan swasta perlu menyediakan fasilitas yang
memadai untuk memungkinkan terselenggaranya Pencegahan Kebakaran Hutan secara efisien dan
efektif.
3. Pengembangan sistem komunikasi
Sistem komunikasi perlu dikembangkan seoptimal mungkin sehingga koordinasi antar tingkatan
(daerah sampai pusat) maupun antar daerah bisa berjalan cepat. Hal ini akan mendukung kelancaran
early warning system, transfer data, dan sosialisasi kebijakan yangberkaitan dengan kebakaran hutan.
a. Tanam Pohon
Satu pohon berukuran agak besar dapat menyerap 6 kg CO2 per tahunnya. Dalam seluruh masa
hidupnya, satu batang pohon dapat menyerap 1 ton CO2. United Nations Environment Programme
(UNEP) melaporkan bahwa pembabatan hutan menyumbang 20% emisi gas rumah kaca. Seperti kita
ketahui, pohon menyerap karbon yang ada dalam atmosfer. Bila mereka ditebang atau dibakar,
karbon yang pernah mereka serap sebagian besar justru akan dilepaskan kembali ke atmosfer. Maka,
pikir seribu kali sebelum menebang pohon di sekitar Anda. Pembabatan hutan juga berkaitan dengan
peternakan. Tahukah Anda area hutan hujan seukuran 1 lapangan sepak bola setiap menitnya
ditebang untuk lahan merumput ternak? Bila Anda berubah menjadi seorang vegetarian, Anda dapat
menyelamatkan 1 ha pohon per tahunnya.
Cobalah untuk berjalan kaki, menggunakan telekonferensi untuk rapat, atau pergi bersama-sama
dalam satu mobil. Bila memungkinkan, gunakan kendaraan yang menggunakan bahan bakar
alternatif. Setiap 1 liter bahan bakar fosil yang dibakar dalam mesin mobil menyumbang 2,5 kg CO2.
Bila jaraknya dekat dan tidak terburu waktu, anda bisa memilih kereta api daripada pesawat. Menurut
IPCC, bepergian dengan pesawat menyumbang 3-5% gas rumah kaca.
c. Kurangi Belanja
Industri menyumbang 20% gas emisi rumah kaca dunia dan kebanyakan berasal dari penggunaan
bahan bakar fosil. Jenis industri yang membutuhkan banyak bahan bakar fosil sebagai contohnya besi,
baja, bahan-bahan kimia, pupuk, semen, gelas, keramik, dan kertas. Oleh karena itu, jangan cepat
membuang barang, lalu membeli yang baru. Setiap proses produksi barang menyumbang CO2.
Tanah organik menangkap dan menyimpan CO2 lebih besar dari pertanian konvensional. The Soil
Association menambahkan bahwa produksi secara organik dapat mengurangi 26% CO2 yang
disumbang oleh pertanian.
Bila Anda mengganti 1 lampu di rumah Anda dengan lampu hemat energi, Anda dapat menghemat
400 kg CO2 dan lampu hemat energi 10 kali lebih tahan lama daripada lampu pijar biasa.
AC yang menggunakan daya 1.000 Watt menyumbang 650 gr CO2 per jamnya. Karena itu, mungkin
Anda bisa mencoba menggunakan kipas angin.
Bila Anda menggunakan alat pengering, Anda mengeluarkan 3 kg CO2. Menjemur pakaian secara
alami jauh lebih baik: pakaian Anda lebih awet dan energi yang dipakai tidak menyebabkan polusi
udara.
Tempat Pembuangan Sampah (TPA) menyumbang 3% emisi gas rumah kaca melalui metana yang
dilepaskan saat proses pembusukan sampah. Dengan membuat pupuk kompos dari sampah organik
(misal dari sisa makanan, kertas, daun-daunan) untuk kebun Anda, Anda bisa membantu mengurangi
masalah ini!
i. Pisahkan Sampah Kertas, Plastik, dan Kaleng agar Dapat Didaur Ulang
Mendaur ulang aluminium dapat menghemat 90% energi yang dibutuhkan untuk memproduksi
kaleng aluminium yang baru – menghemat 9 kg CO2 per kilogram aluminium! Untuk 1 kg plastik yang
didaur ulang, Anda menghemat 1,5 kg CO2, untuk 1 kg kertas yang didaur ulang, Anda menghemat
900 kg CO2.
BAB III
1. PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah
ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di
kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga
para pembaca yang budiman pada umumnya.
2. KESIMPULAN
Pemanasan global telah menjadi permasalahan yang menjadi sorotan utama umat manusia.
Fenomena ini bukan lain diakibatkan oleh perbuatan manusia sendiri dan dampaknya diderita oleh
manusia itu juga. Untuk mengatasi pemanasan global diperlukan usaha yang sangat keras karena
hampir mustahil untuk diselesaikan saat ini. Pemanasan global memang sulit diatasi, namun kita bisa
mengurangi efeknya.Penangguangan hal ini adalah kesadaran kita terhadap kehidupan bumi di masa
depan. Apabila kita telah menanamkan kecintaan terhadap bumi ini maka pmanasan global hanyalah
sejarah kelam yang pernah menimpa bumi ini.
3. SARAN
Kehidupan ini berawal dari kehidupan di bumi jauh sebelum makhluk hidup ada. Maka dari itu untuk
menjaga dan melestarikan bumi ini harus beberapa dekade kah kita memikirkannya. Sampai pada
satu sisi dimana bumi ini telah tua dan memohon agar kita menjaga serta melstarikannya. Marilah kita
bergotong royang untuk menyelematkan bumi yang telah memberikan kita kehidupan yang sempurna
ini. Stop global warming.