Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Semua aktivitas manusia sangat kompleks dan seringkali memiliki dua
konsekuensi yang saling bertentangan. Hal ini tidak diragukan lagi tercermin
dalam perkembangan teknologi yang semakin meningkat. Ini berarti manusia
dapat dengan mudah menyelesaikan pekerjaan tanpa menghabiskan banyak
waktu, uang, dan energi. Di sisi lain, ini mengurangi kesadaran masyarakat akan
lingkungan. Kondisi lingkungan yang kita rasakan berubah dari hari ke hari,
menunjukkan adanya efek samping dari berbagai aktivitas manusia. Pemanasan
global merupakan dampak terburuk yang kita alami saat ini. Perubahan iklim
yang tidak menentu, berbagai jenis bencana alam, dan gagal panen merupakan
gejala akibat pemanasan global yang telah berubah secara signifikan
dibandingkan beberapa tahun lalu.
Dengan adanya suhu bumi yang meningkat, bukan tidak mungkin akan
menghilangkan spesies hewan bersel satu yang sangat rentan terhadap
perubahan suhu serta zat kimia tertentu. Akibatnya, beberapa hewan uniseluler
mungkin punah ketika suhu naik setiap tahun, membuat mereka tidak dapat
mentolerir suhu tinggi atau berubah menjadi spesies baru. Masalah pemanasan
global adalah masalah yang kompleks jika tidak ditangani dengan baik. Karena
itu, pemanasan global tidak pernah menjadi masalah publik yang
penyelesaiannya hingga kini tidak kunjung mencapai kata mufakat.
Tantangan terbesar dalam penyelesaian masalah ini adalah terletak pada
individu masing – masing.
Jelaslah bahwa tiap individu punya tanggung jawab yang besar terhadap
lingkungannya. Adanya pencemaran yang dihasilkan oleh segala aktivitas
makhluk hidup diyakini menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem. Terlebih
lagi, manusia yang memiliki peranan terbesar. Individu atau masayarakat
yang tinggal didaerah perkotaan cenderung mempunyai sifat perusak yang
paling besar. Betapa tidak, wilayah perkotaan mempunyai perubahan tatanan
perilaku masyarakat yang paling cepat. Hal tersebut dipengaruhi oleh
perkembangan arus modernisasi. Sedangkan fakta dilapangan, lahan yang
seharusnya digunakan sebagai lahan terbuka hijau (green open space) semakin
berkurang. Lonjakan penduduk yang tinggi dan kepadatan jumlah penduduk

1
yang tinggi dan kepdatan jumlah penduduk per luas tanah yang melebihi
nilai standar, terkadang menyebabkan orang cenderung membuka lahan
baru untuk pemukiman penduduk.

1.2 Ruang Lingkup


Karya tulis ini terbatas pada pengembangan dan penanam rasa
kepedulian lingkungan kepada masyarakat khususnya dan para pelajar dan
mahasiswa dalam rangka menangani serta menanggulangi efek gas rumah kaca
yang dalam perkembangan tiap tahun menyebabkan pemanasan global.

1.3 Tujuan Penulisan


Karya tulis ini bertujuan untuk :
1. Penanganan masalah pemanasan global.
2. Penanaman kesadaran lingkungan pada masyarakat dalam
rangka menangani masalah lingkungan.
3. Pengurangan tingkat pencemaran CO2 dengan memberi
solusi penggunaan bahan alternatif.
4. Penanganan lahan kritis yang semakin hari kian bertambah.
5. Penyelamatan lingkungan terhadap perusakan yang lebih parah.

1.4 Rumusan Masalah


Dari uraian tersebut diatas penulis dapat mengambil rumusan masalah
yaitu tentang upaya yang harus di lakukan dalam rangka penanganan
pemanasan global dimana dengan adanya kegiatan tersebut diharapkan dapat
ikut serta dalam kegiatan penyelamatan lingkungan yang selama ini kurang di
lakukan masyarakat serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya
penyelamatn lingkungan itu sendiri.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pemanasan Global


Pemanasan global merupakan proses naiknya suhu rata-rata atmostfer,
laut serta daratan bumi. Kenaikan suhu bumi ini diakibatkan oleh meningkatnya
konsentrasi gas rumah kaca akibat dari ulah dan aktifitas manusia. Dengan
adanya pemanasan global banyak sekali kerusakan yang ditimbulkan tidak
hanya satu tetapi bisa mencapai seluruh struktur yang berada di bumi ini.
Kenaikan suhu secara global akan menimbulkan banyak perubahan seperti
halnya menyebabkan cuaca ekstrem dan menaikkan tinggi permukaan air laut,
punahnya berbagai macam hewan, berpengaruh terhadap hasil pertanian,
hilangnya gletser dan mencairnya es di kutub utara dan selatan (Wuryandari et
al., 2016).
Berdasarkan model iklim yang dirujuk oleh Proyek dari IPCC
(Intergovernmental Panel on Climate Change), menunjukkan bahwa suhu
permukaan global akan meningkat antara 1,1 dan 6,4°C (2 0,0 hingga 11,5°F)
dari tahun 1990 hingga 2100. Ini pemanasan akan terus berlanjut meski kondisi
gas rumah kaca Kaca sudah stabil, ternyata kemampuan air laut menyimpan
panas lebih lama dari daratan. Akibatnya, suhu atau eksoterm tidak langsung
menyebabkan kecenderungan suhu permukaan bumi untuk tetap konstan.
Tetapi para ilmuwan masih ragu tentang sejauh mana pemanasan di
kemudian hari dan bagaimana hal itu akan berubah. Fenomena alam baru-baru
ini tidak berarti bahwa mereka tidak mungkin terjadi di masa depan, tetapi lebih
buruk. Saat ini, masih ada perdebatan politik tentang apa yang harus dilakukan
dalam rangka pengurangan atau pembalikan pemanasan lebih lanjut, atau
kemingkinan beradaptasi dengan mengambil resiko konsekuensi yang ada.
Beberapa negara pada dasarnya telah menyetujui Protokol Kyoto, yaitu
kesepakatan perkiraan total emisi untuk tahun 2010 tanpa protokol. Target ini
sesuai dengan pengurangan 29%. Tujuannya adalah untuk mengurangi emisi
rata-rata dari enam gas rumah kaca karbon dioksida dan metana, dihitung
sebagai rata-rata selama lima tahun dari 2008 hingga 2012.

3
2.2 Penyebab Pemanasan Global
2.2.1 Efek Rumah kaca
Sumber energi utama di bumi adalah matahari. Bentuk energi matahari
dapat berupa gelombang pendek dan cahaya tampak. Ketika energi
menghantam bumi, energi tersebut diubah dari energi cahaya menjadi energi
panas dan digunakan untuk menghangatkan bumi. Sebagian panas dipantulkan
kembali ke atmosfer. Gas karbon dioksida (CO2) berperan penting dalam proses
ini. Panas yang dihasilkan oleh proses transformasi energi tersebut terperangkap
di atmosfer bumi 4.444 karena adanya lapisan CO2 di sana. Alhasil, proses
menjaga suhu bumi tetap stabil. Padahal, efek rumah kaca ini berperan penting
dalam kelangsungan hidup organisme hidup. Jika suhu rata-rata 15 °C (59 °F),
Bumi sebenarnya akan menjadi 33 °C (59 °F) lebih hangat karena efek rumah
kaca (tanpa efek rumah kaca, suhu Bumi hanya akan menjadi 18 °C, jadi Es
menutupi seluruh permukaan bumi). Namun jika kandungan CO2 terus meningkat
maka akibatnya sangat berbahaya dan menyebabkan pemanasan global.

2.2.2 Pelepasan Gas Metan (CH4)


Metana dihasilkan ketika jenis-jenis mikroorganisme tertentu menguraikan
bahan organik pada kondisi tanpa udara (anaerob). Gas ini juga dihasilkan
secara alami pada saat pembusukan biomassa di rawa-rawa sehingga disebut
juga gas rawa . Metana mudah terbakar, dan menghasilkan karbon dioksida
sebagai hasil sampingan . Kegiatan manusia telah meningkatkan jumlah metana
yang dilepaskan ke atmosfer. Sawah merupakan kondisi ideal bagi
pembentukannya, di mana tangkai padi nampaknya bertindak sebagai saluran
metana ke atmosfer. Meningkatnya jumlah ternak sapi, kerbau dan sejenisnya
merupakan sumber lain yang berarti, karena metana dihasilkan dalam perut
mereka dan dikeluarkan ketika mereka bersendawa dan kentut. Metana juga
dihasilkan dalam jumlah cukup banyak di tempat pembuangan sampah, sehingga
menguntungkan bila mengumpulkan metana sebagai bahan bakar bagi ketel uap
untuk menghasilkan energi listrik. Metana merupakan unsur utama dari gas bumi.
Gas ini terdapat dalam jumlah besar pada sumur minyak bumi atau gas bumi
(Pratama et al., 2019).

4
2.2.3 Variasi Matahari
Variasi matahari adalah pengaruh penyinaran matahari pada suatu tempat
berbeda dengan tempat yang lain. Ada beberapa penelitian menunjukkan bahwa
kontribusi matahari dalam pemanasan global mungkin telah diabaikan. Dua
ilmuwan dari Duke University mengemukakan bahwa matahari telah
berkontribusi sekitar 45-50% terhadap rata rata suhu bumi dalam rentang
periode tahun 1900 – 2000, dan 25 – 35% rentang tahun 1980 – 2000.

2.2.4 Penebangan Hutan


Deforestasi dunia mencapai 30 juta hektar setiap tahun, dan jelas
situasinya semakin buruk. Hutan yang melindungi berbagai spesies hewan dari
ancaman pemanasan global seharusnya membantu mengurangi pemanasan
global. Namun kenyataannya, masalah di lapangan sangat serius. Artinya, Hutan
Amazon, hampir 70% di antaranya ditebang oleh manusia untuk produksi daging.
Di sisi lain, di Indonesia sendiri, masalah deforestasi adalah ingin memperoleh
pendapatan dari pembukaan lahan baru untuk pembangunan perkebunan, yaitu
penjualan kayu dan hasil hutan, yang akan sangat mahal jika hukum Disebabkan
oleh aspirasi. Hal ini dipengaruhi oleh kesadaran masyarakat akan lingkungan
yang masih sangat rendah.

2.2.5 Peternakan
Dari hasil penelitian di sebutkan bahwa total emisi gas rumah kaca Negara
Argentina 30% nya berasal dari hewan. Para peneliti menemukan bahwa sumber
gas metan terbesar berasal dari sapi dan domba yang sengaja diternakan untuk
diambil wol, Pada suatu perhitungan ditemukan bahwa metan memiliki kekuatan
72 kali lebih besar daripada CO2 selama lebih dari 20 tahun. Kenyatan ini sangat
mengejutkan, karena pada dasarnya, jumlah ini melebihi dari pembangkit listrik
tenaga batu bara. Terlebih lagi sapi sapi tersebut melepaskan 800 hingga 1000
liter gas setiap hari.

2.3 Dampak Dampak Pemanasan Global


2.3.1 Iklim Mulai Tidak Stabil
Para ilmuwan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, bagian
utara belahan bumi akan memangsa lebih cepat daripada bagian dunia lainnya.
Akibatnya, permukaan laut mencairkan gunung es dan menyusutkan daratan. Di

5
perairan utara, es yang mengapung lebih sedikit dan mencair lebih cepat. Di
daerah yang lebih hangat, udara menjadi lebih lembab karena lebih banyak air
laut yang menguap. Namun, para ilmuwan tidak yakin apakah penguapan dapat
meningkatkan atau mengurangi pemanasan lebih lanjut. Ini karena uap air
memiliki efek menghalangi panas di atmosfer dan memicu pemanasan global.
Namun, ketika jumlah uap air meningkat, jumlah awan meningkat, dan sinar
matahari memantul dan kembali ke angkasa.

2.3.2 Peningkatan Permukaan Air Laut


Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan
menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi
permukaan laut. Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di kutub, terutama
sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak volume air di laut. Tinggi muka laut
di seluruh dunia telah meningkat 10 – 25 cm (4 – 10 inchi) selama abad ke-20 ,
dan para ilmuan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 – 88 cm (4 – 35
inchi) pada abad ke-21. Perubahan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi
kehidupan di daerah pantai . Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan
6 persen daerah Belanda, 17,5 persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau-
pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat . Ketika tinggi
lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di
daratan. Negara-negara kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk
melindungi daerah pantainya, sedangkan negaranegara miskin mungkin hanya
dapat melakukan evakuasi dari daerah pantai (Pratama et al., 2019).

2.3.3 Suhu Global Cenderung Meningkat


Kenaikan suhu yang semakin meningkat menyebabkan kumpulan salju
akan mencair. Akibatnya, musim tanam tiap daerah cenderung lebih lama atau
bahkan semakin lebih semakin gersang. Di sisi lain, tanaman pangan dan hutan
dapat mengalami serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.

2.3.4 Gangguan Lingkungan


Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidupyang sulit menghindar dari
efek pemanasan inikarena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam
pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke
atas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari

6
daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi,
pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies
yang bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-
lahan pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu
secara cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah (Pratama et
al., 2019).

2.3.5 Dampak Sosial Politik


Adapun dampak sosial politik dari pemanasan global adalah sebagai
berikut.
a. Perubahan Cuaca dan Lautan
Perubahan cuaca dan lautan dapat berupa peningkatan temperature
secara global (panas) yang dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit
yang berhubungan dengan panas (heat stoke) dan kematian, terutama pada
orang tua, anak-anak dan penyakit kronis. Temperatur yang panas juga dapat
menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelapara dan malnutrisi.
Perubahan cuaca yang ekstrim dan peningkatan permukaan air laut akibat
mencairnya es di kutub utara dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai dan kebakaran) dan kematian
akibat trauma. Timbulnya bencana alam biasanya disertai dengan perpindahan
penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana sering muncul penyakit,
seperti: diare, malnutrisi, defisiensi mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit,
dan lain-lain (Indrajati, 2016).
b. Pergeseran Ekosistem
Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit
melalui air maupun penyebaran melalui vektor (makhluk perantara penyebar
penyakit) seperti meningkatnya kejadian demam berdarah karena munculnya
ruang baru (ekosistem baru) untuk nyamuk ini berkembang biak. Dengan adanya
perubahan iklim ini maka ada beberapa spesies vektor penyakit yang sama
dengan Aedes Agipty. Virus, bakteri, plasmodium menjadi lebih kebal terhadap
obat tertentu yang seharusnya dapat membasmi organisme tersebut. Selain
itu, bisa di prediksikan bahwa ada beberapa spesies yang secara alamiah akan
terseleksi ataupun punah di karenakan perubahan ekosistem yang ekstrim ini.
Hal ini juga secara tidak langsung berdampak pada peningkatan kasus tertentu,

7
seperti ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) demam berdarah dengan musim
hujan yang tidak menentu , kemarau panjang yang berakibat kebakaran hutan.
c. Perubahan Kualitas Lingkungan
Perubahan kualitas lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran limbah
pada sungai juga berkontribusi pada penyebaran penyakit melalui air dan
penyebaran penyakit melalui vektor. Hal tersebut di perparah dengan keadaan
tingkat pencemaran udara akibat hasil emisi gas gas pabrik yang tidak terkontrol
selanjutnya akan berkontribusi pada penyebaran penyakit menular.
d. Gelombang Panas
Gelombang panas yang ekstrim diperkirakan bisa terjadi karena
pemanasan global. Dari suatu model komputer, dapat diprediksi akan adanya
peningkatan gelombang panas hebat di berbagai belahan dunia seiring dengan
naiknya suhu permukaan bumi. Pada model tersebut, lebih lanjut menunjukkan
bahwa jumlah dan intensitas gelombang panas akan lebih besar seperti yang
pernah melanda negara Perancis pada tahun 2003 yang merenggut korban jiwa
1500 orang.
e. Gempa Bumi dan Letusan Gunung Berapi
Dari hasil penelitian di tahun 2001, ditemukan fakta bahwa konsekuensi
pemanasan global jauh lebih serius daripada yang sebelumnya dibayangkan.
Pemanasan global menambah panas inti bumi yang berakibat gunung
gunung berapi menjadi lebih kuat sehingga menyebabkan letusan gunung
berapi menjadi lebih kuat. Aktivitas gempa bumi di seluruh dunia sekarang lima
kali lebih banyak daripada 20 tahun yang lalu. Penelitian membuktikan sifat
merusak gempa bumi menungkat dengan pesat dan tren ini terus berlanjut,
kecuali masalah pemanasan global diatasi secara menyeluruh. Dari uraian
diatas, dapat kita ketahui bahwa akibat akibat pemanasan global akan lebih
parah jika hal tersebut tidak segera diatasi dengan baik. Namun jika kita tidak
segera bertindak, akan muncul masalah serius yang mengancam
keberlangsungan kehidupan di bumi.

8
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pembahasan
Langkah-langkah yang dilakukan atau yang sedang diskusikan saat ini
tidak ada yang dapat mencegah pemanasan global di masa depan. Tantangan
yang ada saat ini adalah mengatasi efek yang timbul sambil melakukan langkah-
langkah untuk mencegah semakin berubahnya iklim di masa depan.

Gambar 1. Suhu Rata Rata Global

Dari grafik diatas menunjukan bahwa dalam kurun waktu antara 1860 –
200 telah terjadi peningkatan suhu mencapai 0.12 °C. Hasil ini menunjukan
dalam periode tersebut perlahan namun pasti bumi kita telah mengalami
pemanasan global. Hal ini dapat kita analisa bahwa pada tahun tersebut era
industrialisasi yang sangat cepat berpengaruh atas emisi gas karbon yang
dihasilkan, sehingga kenaikan karbon dioksida sedikit demi sedikit terakumulasi
dan akibatnya dapat kita rasakan sekarang.

Gambar 2. Karbon Dioksida di Atmosfir

Peningkatan karbondioksida (CO2) di atmosfir yang diukur di daerah Mauna


Loa, Hawaii dan pengukuran yang di lakukan tiap bulan. Kadar CO2 cenderung

9
meningkat di waktu musim dingin dikarenakan pada musim tersebut. Tanaman
dalam keadaan dorman atau istirahat. Sehingga, kadar karbon dioksida berada
dalam keadaan tetap.
Kenyataan peningkatan tersebut dikarenakan dalam periode tersebut telah
terjadi revolusi industri yakni pergantian dari tenaga manusia menjadi mesin. Jika
ditinjau kembali, penggunaan mesin memang membantu kita. Namun, disisi lain
kita juga tahu bahwa penggunaan bahan bakar fosil sebagi sumber energi mesin
tersebut menyebabkan hasil sampingan lain yakni emisi atau buangan gas CO 2
akibat pembakaran yang tidak sempurna. Masalahnya, kita cenderung terpaku
pada penggunaan bahan bakar tersebut.

Gambar 3. Perkiraan Kenaikan Suhu Global

Estimasi yang muncul kemudian adalah bahwa kenaikan suhu di setiap


wilayah di dunia cenderung berbeda. Hal ini karena suhu yang dihasilkan oleh
sinar matahari memiliki efek yang berbeda di permukaan bumi. Hal ini karena air
dan es cenderung menyerap panas dengan cepat dan melepaskannya secara
perlahan, sedangkan daratan sendiri lambat menyerap panas dan memantulkan
dengan cepat yang mengakibatkan pencairan es di kutub bumi. Mencairnya es
yang terbentuk sejak jaman es pun terus berlangsung karena temperatur bumi
mengalami perubahan semenjak es terbentuk, hal tersebut mengakibatkan
permukaan laut pun terus mengalami kenaikan (yang dikenal dengan istilah sea
level rise). Jika fenomena ini terjadi secara cepat, dapat mengakibatkan
terancamnya peradaban manusia.
Data terkini dari NOAA dari Pegunungan Rocky USA menunjukkan
bahwa kadar CO2 meningkat secara signifikan. Konsentrasi polutan di Atmosfer
bahkan mencapai rekor tertinggi sebesar 381 ppm, 100 ppm lebih tinggi selama

10
sejuta tahun. Keberadaan CO2 berlebihan mengakibatkan panas matahari sulit
untuk keluar dari atmosfer setelah mengalami pemantulan. Akibatnya bumi
semakin panas. Peningkatan kadar CO2 membuktikan bahwa bumi tengah
mengalami pemanasan global. Bukti pemanasan global lainnya adalah
peningkatan suhu.
Berdasarkan laporan IPCC, temperatur global pada permukaan bumi telah
meningkat 0,74-0,18ºC selama seratus terakhir. Tidak hanya itu, pencitraan
satelit NASA dengan sensor AMSR-E Jepang menunjukkan pemanasan yang
paling signifikan terjadi di wilayah Arktik pada 1978- 2003. Sejak November
1978, atmosfer Arktik telah mengalami peningkatan panas 7 kali lebih cepat
daripada pemanasan di bumi bagian selatan. Peningkatan suhu ini disebabkan
oleh peningkatan kadar CO2. Es-es dan salju abadi mencair dengan kurun waktu
yang sedikit akibat dari peningkatan suhu bumi. Seperti yang survey WWF
(2006) yang melaporkan bahwa Himalaya (cadangan air beku kedua di dunia)
telah mencair dengan laju 10-15m/tahun sehingga menimbulkan banjir di daerah
aliran sungai Gangga, Indus, Mekong dan sungai lainnya. Selain itu, beberapa
bagian gunung es di Antartika telah pecah selama dekade ini yaitu Betting
Wilkins (1100 km²) dan Larsen B (13500 km²).
Bukti lainnya adalah kenaikkan permukaan air laut akibat mencairnya es-es
di kutub. Berdasarkan laporan IPCC, tinggi muka laut dunia meningkat 10-25 cm
selama abad 20. Banyak pulau seperti P. Tegua dan P. Abenuea di Kiribati
tenggelam pada tahun 1999. Penduduk yang tinggal di kepulauan Cantaret di
Papua New Guinea, Shismaref di Alaska dan Tuktoyaktuk di Kanada juga harus
pindah karena pulau mereka terancam tenggelam.
Beberapa jenis spesies mengalami kepunahan dan muncul penyakit yang
angka kematiannya terus meningkat. Katak Atelopus sp misalnya, punah akibat
infeksi fungi patogen Batrachocytrium dendrobatridis yang terus meningkat akibat
peningkatan suhu di sekitar pegunungan Amerika Selatan. Angka kematian
akibat serangan panas ( heat stroke) meningkat secara signifikan. Di Eropa, heat
stroke telah menewaskan 25000 orang, 800 orang diantaranya berasal dari
Inggris.
Gejala-gejala alam dan bukti ilmiah yang ada telah membuktikan bahwa
pemanasan global tengah terjadi. Pemanasan global sudah seharusnya menjadi
perhatian bagi semua pihak untuk diselesaikan secara tuntas karena masalah ini
menyangkut kehidupan manusia dimasa mendatang. Sains dan teknologi

11
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Sains adalah
ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup dan tidak hidup sedangkan
teknologi adalah hasil dari pengembangan ilmu yang dapat dengan mudah
diaplikasikan. Perkembangan sains dan teknologi dapat dirasakan dengan
banyaknya kemudahan manusia dalam melakukan aktivitasnya. Dalam hal
industri misalnya, mereka dapat dengan cepat memproduksi. Namun, dampak
dari industri adalah polusi udara (CO2, S, CO dll). Agar hal-hal tersebut dapat
dihindari, sains dan teknologi harus dipelajari dan dimanfaatkan lebih jauh. Ini
penting demi terciptanya teknologi yang ramah lingkungan sehingga kerusakan
alam dapat diminimalisasi. Peningkatan kadar CO2 akibat banyaknya industri
yang menggunakan bahan bakar fosil. Hal tersebut telah melanggar etika
lingkungan karena penggunaan bahan bakar fosil mengakibatkan kerusakan
alam berupa pemanasan global.
Etika lingkungan merupakan petunjuk arah perilaku praktis manusia
dalam mewujudkan moral lingkungan. Dengan etika lingkungan, diharapkan
terwujud suatu pembangunan yang melarutkan unsur-unsur lingkungan dalam
prosesnya. Namun, hal tersebut masih sulit diterapkan mengingat masih
sedikitnya ketersediaan teknologi yang menguntungkan secara ekonomi maupun
ekologi. Bumi sebagai tempat kehidupan merupakan tempat bagi makhluk
hidup untuk melangsungkan kehidupan dengan memanfaatkan berbagai sumber
daya alam di dalamnya.
Gejala-gejala alam yang menunjukkan adanya pemanasan global
menunjukan bahwa bumi bukan lagi sebagai tempat yang aman untuk hidup. Hal
ini terbukti dari beberapa pulau kecil sebagai tempat tinggal manusia tenggelam
akibat naiknya permukaan air laut. Lapisan litosfer mulai tertutup oleh air dan
lapisan hidrosfer semkin meluas. Akibatnya, manusia akan mengalami kesulitan
dalam memenuhi kebutuhan pangan, tempat tinggal dan kebutuhan
lainnya.Terkait dengan sistem manajemen lingkungan, gejala-gejala alam yang
tidak biasa tersebut membuktikan bahwa selama ini manusia mengabaikan
sistem tersebut.

3.2 Penanganan Masalah


Dari beberapa uraian tersebut diatas dapat di bayangkan dampak terparah
yang mungkin terjadi jika penagnanan masalah pemanasan global tidak
tertangani dengan baik. Terlebih bagi kita warga Indonesia khususnya adalah

12
kemungkinan resiko kehilangan pulau pulau kecil yang selama ini dipunyai
Indonesia. Bagi masyarakat umumnya resiko akan adanya kekurangan pangan
akibat kegagalan panan yang disebabkan musim tanam yang berubah menjadi
masalah yang sangat serius, dan masalah masalah lain yang timbul akibat
pemanasan global menjadikan diri kita patut waspada akan adanya perubahan
cuaca yang cukup ekstrim.
Adapun beberapa langkah yang harus kita tempuh dalam penanganan
masalah pemanasan global ini antara lain :
1. Mencari Energi Alternatif
Penggunaan energi alternatif terbarukan harus dilakukan di Indonesia.
Pembangkit listrik di Indonesia sebagian besar menggunakan bahan bakar fosil
(minyak, batu bara, gas alam). Ketiganya mengeluarkan CO2. Oleh karena itu,
semakin banyak listrik yang terbuang, semakin banyak CO2 yang dikeluarkan.
Akan lebih baik untuk menghemat listrik, daripada terus-menerus membuang-
buang listrik dan meminta pemerintah membangun pembangkit listrik berbasis
fosil baru untuk memenuhi kebutuhan daerah. Dengan penghematan tersebut,
APBN dapat digunakan untuk subsidi listrik yang besar untuk membangun
pembangkit listrik yang menggunakan energi bersih seperti solar, hidro, angin,
biomassa, dan panas bumi.
2. Melestarikan hutan
Masyarakat dan pemerintah harus berupaya bersama-sama dalam
menjaga hutan dari kebakaran. Negara-negara lain memandang kebakaran
hutan yang kerap terjadi di Indonesia merupakan penyumbang CO 2 terbesar di
dunia. Bahkan, Indonesia dituding menjadi negara ketiga penyumbang
pemanasan global karena penebangan hutan dan pembakaran hutan yang
cukup besar terjadi beberapa tahun belakangan ini.
3. Penanaman Pohon
Penanaman pohon secara masal juga perlu dilakukan, misalnya
dengan membuat taman kota, hutan kota, dan kewajiban menanam bagi instansi,
perumahan, atau lembaga lain. Terutama, pada kanan kiri jalan raya , sebaiknya
di tanami pohon pohon, semak, bunga. Hal tersebut mempunyai manfaat selain
memperindah tata kota juga bermanfaat dalam penghambatan proses
pemanasan global yang lebih parah.

13
4. Memperbaiki kualitas kendaraan dengan uji emisi
Emisi adalah zat, energi, dan atau komponen lain yang dihasilkan dari
suatu kegiatan yang masuk ke dalam udara ambien (atmosfer) yang memiliki
potensi sebagai unsur pencemar. Sedangkan uji emisi merupakan serangkaian
kegiatan untuk mengukur kuantitas dan atau kualitas emisi yang pada umumnya
dilakukan terhadap kendaraan bermotor.
Manfaat uji emisi untuk mengetahui efektivitas proses pembakaran bahan
bakar pada mesin dengan cara menganalisis kandungan karbon monoksida
(CO), hidrokarbon (HC), dan nitrogen oxide (NOx) yang terkandung di dalam gas
buang. Selain itu uji emisi berguna untuk mengetahui adanya kerusakan pada
bagian-bagian mesin kendaraan. Uji emisi juga berguna membantu saat
melakukan setting campuran udara dan bahan bakar yang tepat. Kepastian
mengenai kinerja mesin kendaraan yang digunakan apakah dalam kondisi prima
dan dapat diandalkan dapat dilihat dari hasil uji emisi. Selain itu uji emisi bisa
mengirit bahan bakar, namun tenaga tetap optimal serta bisa menciptakan
lingkungan sehat dengan udara bersih. Kerusakan kendaraan bisa terdeteksi dari
hasil uji emisi yang antara lain bisa dilihat dari tingginya kandungan HC. Cara
untuk mengurangi kadar emisi gas buang salah satunya dengan pemasangan
alat catalytic converter untuk mereduksi gas CO, HC, dan NOx (Aziz, 2016)
5. Membina kelompok pelajar, mahasiswa, dan masyarakat pecinta
lingkungan.
Upaya sadar lingkungan mulai digerakkan sedini mungkin pada anak-anak
dan remaja. Salah satu upayanya adalah dengan membentuk dan membina
organisasi danklub pecintalingkungan. Walaupun hasilnya tidak dapat dilihat
secara langsung dan cepat, setidaknya strategi serta upaya untuk mereduksi
efek global warming haruslah didukung oleh segenap masyarakat. Pada
akhirnya, masyarakat juga yang akan merasakan manfatnya. Efek pemanasan
global tidak dapat dicegah hanya melalui individu, melainkan butuh kerja sama
semua pihak. Oleh karena itu, sudah sewajarnya jika kita memulai upaya sadar
lingkungan mulai saat ini demi generesai yang akan datang. Mari bertindak nyata
untuk masa depan bersama.
6. Manajemen lingkungan
Manajemen lingkungan merupakan suatu proses yang menekankan
upaya peningkatan efisiensi dengan meminimalisasi pengeluaran limbah melalui
proses produksi atau teknologi bersih lingkungan. Minimalisasi limbah terdiri dari

14
aktivitas 3R; reduce (kurang), recycle (daur ulang) dan reuse (penggunaan
kembali). Dengan aktivitas 3R, kita dapat menghemat penggunaan sumber daya
alam dan melindungi alam dari kerusakan-kerusakan. Bila sistem manajemen
lingkungan diterapkan, peningkatan kadar karbondioksida yang mengakibatkan
punahnya spesies hewan, kenaikan permukaan air laut dan merebaknya
penyakit langka dapat dihindari. Namun fakta menunjukkan bahwa gejala-gejala
akibat pemanasan global secara nyata tengah dihadapi manusia.

15
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan materi pemanasan global diatas, dapat disimpulkan
sebagai berikut.
• Pemanasan global merupakan permasalahan global yang harus segera
diatasi.
• Penyebab utama terjadinya pemanasan global adalah adanya efek rumah
kaca dan efek umpan balik positif.
• Pemanasan global memberikan banyak dampak negatif terhadap
kelangsungan hidup organisme di bumi.

6.2 Saran
Dari pembahasan materi pemanasan global diatas, penulis dapat memberi
saran sebagai berikut.
• Penulis menyarankan kepada segenap lapisan masyarakat, terutama
kepada pelajar yang akan memegang tongkat estafet dalam mengelola
bumi di masa yang akan datang, untuk lebih bijaksana dalam mengelola
dan memanfaatkan sumber daya alam. Pengelolaan dan pemanfaatan
sumber daya alam haruslah berwawasan lingkungan.
• Selain itu, kita harus menanamkan segala kebiasaan yang mampu
menekan pemanasan global seperti: menghemat listrik, menggunakan alat
elektronik yang hemat listrik dan ramah lingkungan, menghemat BBM, dan
melakukan penghijauan disekitas lingkungan kita.

16
DAFTAR PUSTAKA

Wuryandari, A., & Akmaliyah, M. (2016). Game interaktif mencegah terjadinya


pemanasan global untuk anak. Simetris: Jurnal Teknik Mesin, Elektro dan Ilmu
Komputer, 7(1), 311-320.
Pratama, R., & Parinduri, L. (2019). Penaggulangan Pemanasan Global. Buletin Utama
Teknik, 15(1), 91-95
Indrajati, F. (2016). DAMPAK PEMANASAN GLOBAL TERHADAP KELESTARIAN
LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA (Doctoral dissertation, PERPUSTAKAAN).
Aziz, M. N. (2016). Rancang bangun sistem monitoring kadar gas karbon monoksida dan
senyawa hidrokarbon pada kabin mobil menggunakan sensor gas TGS 2201
berbasis arduino (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim).

17

Anda mungkin juga menyukai