Anda di halaman 1dari 22

PEMANASAN GLOBAL:

MASALAH LINGKUNGAN PALING SERIUS

DISUSUN OLEH:
PUTRI DIYAH ULHAQ KOEM
XI MULTIMEDIA 2

PROVINSI GORONTALO
SMK NEGERI 1 GORONTALO
JL. TERNATE, TAPA, KEC. SIPATANA, KOTA GORONTALO
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb,
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa
mencurahkan rahmat,taufik dan hidayah-Nya kepada kami sehingga penulis
dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “PEMANASAN GLOBAL
:MASALAH LINGKUNGAN PALING SERIUS”
Karya tulis ini disusun dalam rangka penyelesaian tugas keterampilan materi
karya tulis ilmiah untuk mata pelajaran bahasa Indonesia.
Dalam menyusun karya tulis ini penulis sudah berusaha menyajikan
semaksimal mungkin, namun penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan
pada makalah ini, maka penulis mengharapkan masukan dan saran yang berguna.
Akhirnya, semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Gorontalo, 28 November 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..iii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………….
A. LATAR BELAKANG MASALAH…………………………………………………1
B. Ruang Lingkup
C. Tujuan
D. Rumusan Masalah
BAB II LANDASAN TEORI
A. PEMANASAN GLOBAL
B.PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL
1.Efek Rumah kaca
2 Pelepasan Gas Metan / CH4
3 Variasi Matahari
4 Penebangan Hutan

5 Peternakan
C. DAMPAK-DAMPAK PEMANASAN GLOBAL
1. Iklim Mulai Tidak Stabil
2. Peningkatan Permukaan Air Laut
3. Suhu Global Cenderung Meningkat
4 Gangguan Lingkungan 5
Dampak Sosial Politik :
a. Perubahan Cuaca dan Lautan
b. Pergeseran Ekosistem
c. Perubahan Kualitas Lingkungan .
d. Gelombang Panas
e. Gempa Bumi dan Letusan Gunung Berapi
BAB III PEMBAHASAN
A. PEMBAHASAN
B. PENANGAN MASALAH :
1 Mencari energi alternatif
2. Melestarikan hutan.
3 Penanaman pohon.

4 Memperbaiki kualitas kendaraan dengan uji emisi

5 Membina kelompok pelajar, mahasiswa, dan masyarakat pencinta lingkungan.

6 Manajemen lingkungan

BAB IV PENUTUP

A. Simpulan
B. Saran-saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Segala aktivitas manusia yang sangat kompleks, sering kali menimbulkan


dua akibat yang bertolak belakang. Hal ini bias dilihat dengan semakin
meningkatnya perkembangan teknologi, tidak pelak, menyebabkan suatu
pekerjaan dapat di selesaikan dengan mudah dan tanpa memakan banyak waktu
, biaya , serta tenaga yang banyak. Sedang, dilain pihak mengakibatkan tingkat
kesadaran manusia terhadap lingkungan semakin menurun.

Keadaan lingkungan yang kita rasakan semakin hari semakin berubah


menunjukkan adanya akibat sampingan dari berbagai aktivitas yang dilakukan
manusia . Pemanasan global merupakan imbas terparah yang sekarang ini kita
rasakan. Perubahan cuaca yang tidak menentu, berbagai macam bencana alam,
kegagalan panen adalah gejala-gejala yang ditimbulkan oleh pemanasan global,
dimana telah terjadi perubahan yang signifikan di banding dengan beberapa tahun
yang lalu.

Dengan adanya suhu bumi yang meningkat, bukan tidak mungkin akan
menghilangkan spesies hewan bersel satu yang sangat rentan terhadap
perubahan suhu serta zat kimia tertentu. Karena itu, beberapa spesies hewan
bersel satu, bukannya tidak mungkin, kalau tiap tahun ,terjadi kenaikan suhu,
hewan atau spesies tersebut dapat punah, jika tidak tahan dengan suhu yang
tinggi, atau bermutasi menjadi spesies baru.

Masalah pemanasan global adalah masalah yang kompleks jika tidak


ditangani dengan baik. Karena itu, pemanasan global tidak pernah menjadi
masalah publik yang penyelesaiannya hingga kini tidak kunjung mencapai kata
mufakat. Tantangan terbesar dalam penyelesaian masalah ini adalah terletak
pada individu masing-masing.

Kini jelaslah bahwa tiap individu punya tanggung jawab yang besar terhadap
lingkungannya. Adanya pencemaran yang dihasilkan oleh segala aktivitas
makhluk hidup diyakini menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem. Terlebih

1
lagi, manusia yang mempunyai peranan terbesar. Individu atau masyarakat yang
tinggal didaerah perkotaan cenderung mempunyai sifat perusak yang paling
besar. Betapa tidak, wilayah perkotaan mempunyai perubahan tatanan perilaku
masyarakat yang paling cepat. Hal tersebut dipengaruhi oleh perkembangan arus
modernisasi. Sedangkan fakta di lapangan, lahan yang seharusnya digunakan
sebagai lahan terbuka hijau (green open space) semakin berkurang. lonjakan
penduduk yang tinggi dan kepadatan jumlah penduduk yang tinggi dan kepadatan
jumlah penduduk per luas tanah yang melebihi nilai standar, terkadang
menyebabkan orang cenderung membuka lahan baru untuk pemukiman
penduduk .

B. Ruang Lingkup

Makalah ini terbatas pada pengembangan dan penanam rasa


kepedulian lingkungan kepada masyarakat khususnya dan para pelajar dalam
rangka menangani serta menanggulangi efek gas rumah kaca yang dalam
perkembangan tiap tahun menyebabkan pemanasan global.

C. Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk:

1. Penanganan masalah pemanasan global

Penanaman kesadaran lingkungan pada masyarakat dalam rangka


menangani masalah lingkungan

2. Pengurangan tingkat pencemaran CO2 dengan memberi solusi


penggunaan bahan alternatif

3. Penanganan lahan kritis yang semakin hari kian bertambah

4. Penyelamatan lingkungan terhadap perusakan yang lebih parah

2
D. Rumusan Masalah
Dari uraian tersebut di atas kita dapat mengambil rumusan masalah yaitu
tentang upaya yang harus di lakukan dalam rangka penanganan pemanasan
global dimana dengan adanya kegiatan tersebut diharapkan dapat ikut serta
dalam kegiatan penyelamatan lingkungan yang selama ini kurang di lakukan
masyarakat serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya penyelamatan
lingkungan itu sendiri.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

A. PEMANASAN GLOBAL
Pemanasan global adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut,
dan daratan Bumi, yang berlangsung secara berkelanjutan. Dari data disebutkan bahwa
suhu rata-rata global pada permukaan bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32
°F) selama seratus tahun terakhir. Kebanyakan hal tersebut disebabkan oleh aktivitas
manusia, dimana dalam kegiatan tersebut menghasilkan gas co2.
Berdasar model iklim yang dijadikan acuan oleh proyek IPCC ( Intergovermental
Panel On Climate Change ) menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1
hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100. Pemanasan ini akan
berkelanjutan meskipun kondisi gas-gas rumah kaca telah stabil, ternyata kemampuan
perairan laut menyimpan kapasitas panas lebih lama daripada daratan. Akibatnya, suhu
atau pelepasan panas tersebut secara tidak langsung menyebabkan kecenderungan suhu
permukaan bumi tetap.
Adapun, jumlah pemanasan yang akan terjadi kemudian, serta perubahan
perubahannya masih menimbulkan keraguan para ilmuwan. Fenomena alam yang terjadi
akhir-akhir ini, bukan berarti kemungkinan tidak akan terjadi di masa yang akan datang.
Bahkan lebih parah . Hingga saat ini , masih terjadi perdebatan politik mengenai tindakan
apa yang harus dilakukan dalam rangka pengurangan atau pembalikan pemanasan lebih
lanjut, atau kemungkinan beradaptasi dengan mengambil risiko konsekuensi yang ada.
Beberapa negara bahkan telah menyetujui Protokol Kyoto yang intinya adalah sebuah
persetujuan sah di mana negara-negara perindustrian akan mengurangi emisi gas rumah
kaca mereka secara kolektif sebesar 5,2% dibandingkan dengan tahun 1990 (namun yang
perlu diperhatikan adalah, jika dibandingkan dengan perkiraan jumlah emisi pada tahun
2010 tanpa Protokol, target ini berarti pengurangan sebesar 29%). Tujuannya adalah untuk
mengurangi rata-rata emisi dari enam gas rumah kaca - karbon dioksida, metana yang
dihitung sebagai rata-rata selama masa lima tahun antara 2008-2012.

4
B. PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL
1. Efek Rumah kaca
Sumber energi utama dibumi adalah matahari. Dimana wujud energi matahari
tersebut dapat berupa gelombang pendek dan cahaya tempat. Waktu energi tersebut
mengenai bumi, terjadi perubahan energi dari energi cahaya menjadi energi panas yang
dimanfaatkan untuk menghangatkan bumi. Sebagian panas tersebut di pantulkan kembali
ke atmosfer.
Gas karbon dioksida ( CO2) memiliki peranan penting dalam proses tersebut . Panas
yang dihasilkan oleh proses perubahan energi tersebut, terperangkap di atmosfer bumi,
karena terdapat lapisan CO2. Sehingga menyebabkan proses penjagaan suhu bumi
menjadi tetap stabil.
Sebenarnya efek rumah kaca ini mempunyai peranan penting bagi kelangsungan makhluk
hidup . Dengan temperatur rata-rata Dengan temperatur rata-rata sebesar 15 °C (59 °F),
bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dengan efek rumah kaca (tanpanya suhu
bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi). Namun jika
kadar CO2 terus naik, akibatnya pemanasan global.

2. Pelepasan Gas Metan / CH4


Hasil penelitian yang dilakukan baru-baru ini di daerah Siberia, Arktik menunjukkan
berjuta juta ton gas rumah kaca metan dilepaskan. Daratan beku itu mulai mencair dan
karbon yang terkurung di dalamnya mulai bocor keluar dalam bentuk karbon dioksida dan
metana, gas rumah kaca yang mudah terbakar dan 72 kali lebih kuat daripada CO2.Adapun
konsentrasi gas metan di beberapa tempat mencapai hingga 100 kali di atas normal.
Pelepasan gas metan setelahnya mencapai 0.5 megaton per tahun. Kemungkinan
kenaikan gas metan di planet di pengaruhi oleh dua faktor yakni pelepasan gas metan dari
dasar laut dan terlepasnya gas metan dari tanah beku yang mencair.

3. Variasi Matahari
Variasi matahari adalah pengaruh penyinaran matahari pada suatu tempat berbeda
dengan tempat yang lain. Ada beberapa penelitian menunjukkan bahwa kontribusi
matahari dalam pemanasan global mungkin telah diabaikan. Dua ilmuwan dari Duke
University mengemukakan bahwa matahari telah berkontribusi sekitar 45-50% terhadap

5
rata rata suhu bumi dalam rentang periode tahun 1900 – 2000, dan 25 – 35% rentang
tahun 1980 – 2000.

4. Penebangan Hutan
Dengan adanya pembabatan hutan di dunia yang tiap tahun mencapai 30 juta
hektar , jelas turut memperparah keadaan. Hutan yang selama ini menjadi pelindung bagi
berbagai jenis satwa dari ancaman pemanasan global seharusnya dapat membantu
mengurangi pemanasan global. Tapi, dalam kenyataan di lapangan masalah tersebut
sangat akut. Yakni hutan amazon, yang hampir 70% wilayahnya habis dibabati oleh
manusia dalam rangka produksi hasil daging. Sedangkan di Indonesia itu sendiri, masalah
pembabatan hutan tersebut disebabkan karena pembukaan lahan baru yang bertujuan
membuka perkebunan, keinginan memperoleh penghasilan dari penjualan kayu atau hasil
hutan yang jika dilakukan secara legal memerlukan biaya yang sangat tinggi. Hal tersebut
dipengaruhi karena tingkat kesadaran masyarakat terhadap lingkungan yang masih
sangat rendah.

5 Peternakan
Dari hasil penelitian disebutkan bahwa total emisi gas rumah kaca negara Argentina
30%-nya berasal dari hewan. Para peneliti menemukan bahwa sumber gas metan terbesar
berasal dari sapi dan domba yang sengaja diternakkan untuk diambil wol, Pada suatu
perhitungan ditemukan bahwa metan memiliki kekuatan 72 kali lebih besar daripada CO2
selama lebih dari 20 tahun. Kenyataan ini sangat mengejutkan, karena pada dasarnya,
jumlah ini melebihi dari pembangkit listrik tenaga batu bara. Terlebih lagi sapi-sapi
tersebut melepaskan 800 hingga 1000 liter gas setiap hari.

C. DAMPAK-DAMPAK PEMANASAN GLOBAL

1. Iklim Mulai Tidak Stabil


Para ilmuwan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah utara dari
belahan bumi, akan memanas lebih cepat dari dari daerah-daerah lain di bumi. Akibatnya
, gunung – gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil, yakni disebabkan oleh
karena permukaan air laut. Dari es yang terapung di perairan utara tersebut akan semakin
sedikit, serta akan lebih cepat mencair.

6
Pada daerah yang lebih hangat, udara akan menjadi lebih lembab, karena
penguapan air laut lebih banyak. Tapi, para ilmuwan belum yakin, apakah penguapan
tersebut dapat meningkatkan atau menurunkan pemanasan lebih lanjut. Hal ini di
sebabkan karena uap air mempunyai efek mengisolasi panas pada atmosfer, yang akan
menambah panas bumi. Tetapi, uap air yang lebih banyak juga akan membentuk awan
yang lebih banyak sehingga akan memantulkan cahaya matahari kembali ke angkasa luar.

2. Peningkatan Permukaan Air Laut


Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat ,
sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan
juga kan mencairkan banyak es di kutub, terutama di sekitar Greenland, yang lebih
memperbanyak volume air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 –
25 cm ( 4 – 10 inci ) selama abad ke 20, dan para ilmuwan IPCC memprediksi peningkatan
lebih lanjut 9 – 88 cm ( 4 – 35 inci ) pada abad ke 21.

Perubahan tinggi muka laut akan mempengaruhi kehidupan di daerah pantai.


Kenaikan 100 cm ( 40 inci ) akan menenggelamkan 6% daerah Belanda, 17.5% daerah
dan banyak pulau – pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Ketika
tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan.
Negara-negara kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi
daerah pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat melakukan
evakuasi dari daerah pantai.

3. Suhu Global Cenderung Meningkat


Kenaikan suhu yang semakin meningkat menyebabkan kumpulan salju akan
mencair. Akibatnya, musim tanam tiap daerah cenderung lebih lama atau bahkan semakin
lebih semakin gersang. Di sisi lain, tanaman pangan dan hutan dapat mengalami serangan
serangga dan penyakit yang lebih hebat.

4. Gangguan Lingkungan
Pembangunan yang dilakukan manusia menyebabkan hewan hewan spesies
tertentu menjadi sulit untuk bermigrasi. Jika terjadi pemanasan global, habitat asal spesies
tertentu menjadi lebih hangat. Jika hal ini terjadi, maka spesies yang tidak tahan dengan

7
perubahan suhu ini bias mengalami kepunahan. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu
berpindah secara cepat menuju kutub mungkin juga akan musnah.

5. Dampak Sosial Politik


a. Perubahan Cuaca dan Lautan
Perubahan cuaca dan lautan dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan panas dan kematian yang di akibatkan oleh temperatur yang panas,
sehingga menyebabkan gagal panen yang berakibat munculnya kelaparan dan malnutrisi.
Perubahan cuaca yang ekstrem dan peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya
es kutub utara dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana
alam (banjir, badai, dan kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya bencana alam
biasanya di sertai dengan perpindahan penduduk ke tempat tempat pengungsian yang
sering kali menimbulkan masalah baru seperti penyakit diare, ispa, dan kekurangan gizi.

b. Pergeseran Ekosistem
Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui air
maupun penyebaran melalui vektor (makhluk perantara penyebar penyakit) seperti
meningkatnya kejadian demam berdarah karena munculnya ruang baru (ekosistem baru)
untuk nyamuk ini berkembang biak. Dengan adanya perubahan iklim ini maka ada
beberapa spesies vektor penyakit yang sama dengan Aedes Agipty, virus, bakteri,
plasmodium menjadi lebih kebal terhadap obat tertentu yang seharusnya dapat membasmi
organisme tersebut. Selain itu, bisa diprediksikan bahwa ada beberapa spesies yang
secara alamiah akan terseleksi ataupun punah dikarenakan perubahan ekosistem yang
ekstrem ini. Hal ini juga secara tidak langsung berdampak pada peningkatan kasus
tertentu, seperti ISPA ( Infeksi Saluran Pernapasan Akut ) demam berdarah dengan musim
hujan yang tidak menentu, kemarau panjang yang berakibat kebakaran hutan.

c. Perubahan Kualitas Lingkungan


Perubahan kualitas lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran limbah pada
sungai juga berkontribusi pada penyebaran penyakit melalui air dan penyebaran penyakit
melalui vektor. Hal tersebut di perparah dengan keadaan tingkat pencemaran udara akibat
hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak terkontrol selanjutnya akan berkontribusi pada
penyebaran penyakit menular.

8
d. Gelombang Panas

Gelombang panas yang ekstrem diperkirakan bias terjadi karena pemanasan global.
Dari suatu model komputer, dapat diprediksi akan adanya peningkatan gelombang panas
hebat di berbagai belahan dunia seiring dengan naiknya suhu permukaan bumi. Pada
model tersebut, lebih lanjut menunjukkan bahwa jumlah dan intensitas gelombang panas
akan lebih besar seperti yang pernah melanda negara Perancis pada tahun 2003 yang
merenggut korban jiwa 1500 orang.

e. Gempa Bumi dan Letusan Gunung Berapi


Dari hasil penelitian di tahun 2001, ditemukan fakta bahwa konsekuensi pemanasan
global jauh lebih serius daripada yang sebelumnya di bayangkan. Pemanasan global
menambah panas inti bumi yang berakibat gunung-gunung berapi menjadi lebih kuat
sehingga menyebabkan letusan gunung berapi menjadi lebih kuat. Aktivitas gempa bumi
di seluruh dunia sekarang lima kali lebih banyak daripada 20 tahun yang lalu. Penelitian
membuktikan sifat merusak gempa bumi meningkat dengan pesat dan tren ini terus
berlanjut, kecuali masalah pemanasan global diatasi secara menyeluruh.

Dari uraian diatas , dapat kita ketahui bahwa akibat akibat pemanasan global akan
lebih parah jika hal tersebut tidak segera di atasi dengan baik.

9
BAB III
PEMBAHASAN
A. PEMBAHASAN
Langkah-langkah yang dilakukan atau yang sedang diskusikan saat ini tidak ada yang dapat
mencegah pemanasan global di masa depan. Tantangan yang ada saat ini adalah mengatasi efek
yang timbul sambil melakukan langkah-langkah untuk mencegah semakin berubahnya iklim di
masa depan

Gbr1 : suhu rata rata global

Dari grafik diatas menunjukan bahwa dalam kurun waktu antara 1860 – 200 telah terjadi
peningkatan suhu mencapai 0.12 ° C. Hasil ini menunjukkan dalam periode tersebut perlahan
namun pasti bumi kita telah mengalami pemanasan global. Hal ini dapat kita analisa bahwa pada
tahun tersebut era industrialisasi yang sangat cepat berpengaruh atas emisi gas karbon yang
dihasilkan, sehingga kenaikan karbon dioksida sedikit demi sedikit terakumulasi dan akibatnya
dapat kita rasakan sekarang.

Gbr 2: karbon dioksida di atmosfir

10
Peningkatan karbondioksida d (CO2)di atmosfir yang diukur di daerah Mauna Loa , Hawaii.
Pengukuran yang di lakukan tiap bulan. Kadar CO2 cenderung meningkat di waktu musim dingin
dikarenakan pada musim tersebut, tanaman dalam keadaan dorman atau istirahat.. Sehingga, kadsar
karbon dioksida berada dalam keadaan tetap.
Kenyataan peningkatan tersebut dikarenakan dalam periode tersebut telah terjadi revolusi
industri yakni pergantian dari tenaga manusia menjadi mesin. Jika di tinjau kembali , penggunaan
mesin memang membantu kita. namun, disisi lain kita juga tahu bahwa penggunaan bahn bakar
fosil sebagai sumber energi mesin tersebut menyebabkan hasil sampingan lain yakni emisi atau
buangan gas CO2 akibat pembakaran yang tidak sempurna. Masalahnya, kiat cenderung terpaku
pada penggunaan bahan bakar tersebut.

Gbr 3 : Perkiraan kenaikan suhu global

Perkiraan yang kemudian muncul adalah, peningkatan suhu tiap daerah di bumi
cenderung berbeda. Hal ini dikarenakan pengaruh oleh pengaruh suhu yang dihasilkan
sinar matahari terhadap permukaan bumi berbeda satu dengan yang lain. Hal tersebut
dikarenakan perairan ataupun es cenderung menerima panas secara cepat dan
melepaskan panas tersebut secara lambat, sedangkan daratan sendiri menyerap panas
secara lambat dan memantulkannya secara cepat, yang mengakibatkan pencairan es di
kutub bumi. Mencairnya es yang terbentuk sejak jaman es pun terus berlangsung karena
temperatur bumi mengalami perubahan semenjak es terbentuk, hal tersebut
mengakibatkan permukaan laut pun terus mengalami kenaikan (yang dikenal dengan
istilah sea level rise). Jika fenomena ini terjadi secara cepat, dapat mengakibatkan
terancamnya peradaban manusia. Data terkini dari NOAA dari Pegunungan Rocky USA
menunjukkan bahwa kadar CO2 meningkat secara signifikan. Konsentrasi polutan di
Atmosfer bahkan mencapai rekor tertinggi sebesar 381 ppm, 100 ppm lebih tinggi selama

11
sejuta tahun. Keberadaan CO2 berlebihan mengakibatkan panas matahari sulit untuk
keluar dari atmosfer setelah mengalami pemantulan. Akibatnya bumi semakin panas.
Peningkatan kadar CO2 membuktikan bahwa bumi tengah mengalami pemanasan
global.
Bukti pemanasan global lainnya adalah peningkatan suhu. Berdasarkan laporan IPCC,
temperatur global pada permukaan bumi telah meningkat 0,74 0,18ºC selama seratus
terakhir. Tidak hanya itu, pencitraan satelit NASA dengan sensor AMSR-E Jepang
menunjukkan pemanasan yang paling signifikan terjadi di wilayah Arktik pada 19782003.
Sejak November 1978, atmosfer Arktik telah mengalami peningkatan panas 7 kali lebih
cepat daripada pemanasan di bumi bagian selatan. Peningkatan suhu ini disebabkan
oleh peningkatan kadar CO2.
Es-es dan salju abadi mencair. Ini akibat dari peningkatan suhu bumi. Seperti yang survey
WWF (2006) yang melaporkan bahwa Himalaya (cadangan air beku kedua di dunia) telah
mencair dengan laju 10-15m/tahun sehingga menimbulkan banjir di daerah aliran sungai
Gangga, Indus, Mekong dan sungai lainnya. Selain itu, beberapa bagian gunung es di
Antartika telah pecah selama dekade ini yaitu Betting Wilkins (1100 km²) dan Larsen B
(13500 km²).
Bukti lainnya adalah kenaikkan permukaan air laut akibat mencairnya es-es di kutub.
Berdasarkan laporan IPCC, tinggi muka laut dunia meningkat 10-25 cm selama abad 20.
Banyak pulau seperti P.Tegua dan P.Abenuea di Kiribati tenggelam pada tahun 1999.
Penduduk yang tinggal di kepulauan Cantaret di Papua New Guinea, Shismaref di
Alaska, dan Tuktoyaktuk di Kanada juga harus pindah karena pulau mereka terancam
tenggelam.
Beberapa jenis species mengalami kepunahan dan muncul penyakit yang angka
kematiannya terus meningkat. Katak Atelopus sp misalnya, punah akibat infeksi fungi
patogen Batrachocytrium dendrobatridis yang terus meningkat akibat peningkatan suhu
di sekitar pegunungan Amerika Selatan. Angka kematian akibat serangan panas ( heat
stroke) meningkat secara signifikan. Di Eropa, heat stroke telah menewaskan 25000
orang, 800 orang di antaranya berasal dari Inggris.

Gejala-gejala alam dan bukti ilmiah yang ada telah membuktikan bahwa pemanasan
global tengah terjadi. Pemanasan global sudah seharusnya menjadi perhatian bagi

12
semua pihak untuk diselesaikan secara tuntas karena masalah ini menyangkut
kehidupan manusia di masa mendatang.
IPA dan teknologi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. IPA
adalah ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup dan tidak hidup sedangkan
teknologi adalah hasil dari pengembangan ilmu yang dapat dengan mudah diaplikasikan.
Perkembangan IPA dan teknologi dapat dirasakan dengan banyaknya kemudahan
manusia dalam melakukan aktivitasnya. Dalam hal industri misalnya, mereka dapat
dengan cepat memproduksi. Namun, dampak dari industri adalah polusi udara (CO2, S,
CO dll.). Agar hal-hal tersebut dapat dihindari, IPA dan teknologi harus dipelajari dan
dimanfaatkan lebih jauh. Ini penting demi terciptanya teknologi yang ramah lingkungan
sehingga kerusakan alam dapat diminimalisasi. Peningkatan kadar CO2 akibat
banyaknya industri yang menggunakan bahan bakar fosil. Hal tersebut telah melanggar
etika lingkungan karena penggunaan bahan bakar fosil mengakibatkan kerusakan alam
berupa pemanasan global. Etika lingkungan merupakan petunjuk arah perilaku praktis
manusia dalam mewujudkan moral lingkungan. Dengan etika lingkungan, diharapkan
terwujud suatu pembangunan yang melarutkan unsur-unsur lingkungan dalam
prosesnya. Namun, hal tersebut masih sulit diterapkan mengingat masih sedikitnya
ketersediaan teknologi yang menguntungkan secara ekonomi maupun ekologi.
Bumi sebagai tempat kehidupan merupakan tempat bagi makhluk hidup untuk
melangsungkan kehidupan dengan memanfaatkan berbagai sumber daya alam di
dalamnya. Gejala-gejala alam yang menunjukkan adanya pemanasan global
menunjukkan bahwa bumi bukan lagi sebagai tempat yang aman untuk hidup. Hal ini
terbukti dari beberapa pulau kecil sebagai tempat tinggal manusia tenggelam akibat
naiknya permukaan air laut. Lapisan litosfer mulai tertutup oleh air dan lapisan hidrosfer
semakin meluas. Akibatnya, manusia akan mengalami kesulitan dalam memenuhi
kebutuhan pangan, tempat tinggal dan kebutuhan lainnya.
Terkait dengan sistem manajemen lingkungan, gejala-gejala alam yang tidak biasa
tersebut membuktikan bahwa selama ini manusia mengabaikan sistem tersebut. Sistem

B. PENANGAN MASALAH
Dari beberapa uraian tersebut diatas dapat di bayangkan dampak terparah yang
mungkin terjadi jika penanganan masalah pemanasan global tidak tertangani dengan

13
baik. Terlebih bagi kita, warga Indonesia khususnya adalah kemungkinan risiko
kehilangan pula- pulau kecil yang selama ini di punyai Indonesia. Bagi masyarakat
umumnya risiko akan adanya kekurangan pangan akibat kegagalan panen yang
disebabkan musim tanam yang berubah menjadi masalah yang sangat serius , dan
masalah-masalah lain yang timbul akibat pemanasan global menjadikan diri kita patut
waspada akan adanya perubahan cuaca yang cukup ekstrem.
Adapun beberapa langkah yang harus kita tempuh dalam penanganan masalah
pemanasan global ini antara lain:

1 Mencari energi alternatif.

Penggunaan energi alternatif yang dapat diperbarui perlu dilakukan di Indonesia.


Pembangkit listrik di Indonesia kebanyakan menggunakan bahan bakar fosil: minyak
bumi, batu bara, dan gas alam. Ketiganya mengeluarkan CO2. Jadi, semakin kita boros
menggunakan listrik, semakin banyak CO2 yang dikeluarkan. Daripada terus-terusan
boros listrik dan pemerintah harus membangun pembangkit listrik berbahan fosil baru
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, lebih baik melakukan hemat listrik. Dengan
penghematan ini, anggaran pemerintah untuk subsidi listrik yang besar bisa dipakai untuk
membangun pembangkit listrik dengan energi bersih, seperti sinar matahari, air, angin,
biomassa, dan panas bumi.

2. Melestarikan hutan.
Masyarakat dan pemerintah harus berupaya bersama-sama dalam menjaga hutan
dari kebakaran. Negara-negara lain memandang kebakaran hutan yang kerap terjadi di
Indonesia merupakan penyumbang CO2 terbesar di dunia. Bahkan, Indonesia dituding
menjadi Negara ketiga penyumbang pemanasan global karena penebangan hutan dan
pembakaran hutan yang cukup besar terjadi beberapa tahun belakangan ini.

3. Penanaman pohon.

Penanaman pohon secara masal juga perlu dilakukan, misalnya dengan membuat
taman kota, hutan kota, dan kewajiban menanam bagi instansi, perumahan, atau
lembaga lain. Terutama, pada kanan kiri jalan raya, sebaiknya di tanami pohon-pohon,

14
semak, bunga. Hal tersebut mempunyai manfaat selain memperindah tata kota juga
bermanfaat dalam penghambatan proses pemanasan global yang lebih parah.

4. Memperbaiki kualitas kendaraan dengan uji emisi.

Uji emisi adalah sarana untuk memperoleh kepastian mengenai kinerja mesin
kendaraan apakah dalam kondisi prima atau sebaliknya. Melakukan uji emisi dengan
benar terhadap kendaraan bermotor juga harus dilakukan karena mesin prima
mengeliminer pembuangan gas karbon sehingga dapat ikut menjaga lingkungan dan
hemat bahan bakar. Perlu sanksi yang tegas terhadap pelaku uji yang meloloskan
kendaraan yang mesinnya bermasalah. Uji emisi yang benar antara lain dapat berfungsi
untuk tiga hal berikut: a) Mengetahui efektivitas proses pembakaran bahan bakar pada
mesin dengan cara menganalisis kandungan karbon monoksida (CO) dan hidrokarbon
(HC) yang terkandung di dalam gas buang. Tingginya kandungan HC yang diakibatkan
oleh kerusakan kendaraan disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:

seperti kebocoran pada sistem vakum, sistem pengapian yang tidak bekerja
dengan baik, kerusakan pada engine control unit, kerusakan pada oksigen sensor, dan
gangguan pada sistem pasokan udara.

b) Mengetahui adanya kerusakan pada bagian-bagian mesin kendaraan.

c) Membantu saat melakukan setting campuran udara dan bahan bakar yang
tepat.

5. Membina kelompok pelajar, mahasiswa, dan masyarakat pencinta lingkungan.


Upaya sadar lingkungan mulai digerakkan sedini mungkin pada anak-anak dan
remaja. Salah satu upayanya adalah dengan membentuk dan membina organisasi dan
klub pecinta lingkungan.
Walaupun hasilnya tidak dapat dilihat secara langsung dan cepat, setidaknya strategi
serta upaya untuk mereduksi efek global warming haruslah didukung oleh segenap
masyarakat. Pada akhirnya, masyarakat juga yang akan merasakan manfaatnya. Efek
pemanasan global tidak dapat dicegah hanya melalui individu, melainkan butuh kerja
sama semua pihak. Oleh karena itu, sudah sewajarnya jika kita memulai upaya sadar

15
lingkungan mulai saat ini demi generasi yang akan datang. Mari bertindak nyata untuk
masa depan bersama.

6. Manajemen lingkungan.

Manajemen lingkungan merupakan suatu proses yang menekankan upaya


peningkatan efisiensi dengan meminimalisasi pengeluaran limbah melalui proses
produksi atau teknologi bersih lingkungan. Minimalisasi limbah terdiri dari aktivitas 3R;
reduce (kurang), recycle (daur ulang) dan reuse (penggunaan kembali). Dengan aktivitas
3R, kita dapat menghemat penggunaan sumber daya alam dan melindungi alam dari
kerusakan-kerusakan. Bila sistem manajemen lingkungan diterapkan, peningkatan kadar
karbon dioksida yang mengakibatkan punahnya spesies hewan, kenaikan permukaan air
laut dan merebaknya penyakit langka dapat dihindari. Namun fakta menunjukkan bahwa
gejala-gejala akibat pemanasan global secara nyata tengah dihadapi manusia

16
BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Dari pembahasan materi pemanasan global diatas, dapat disimpulkan sebagai


berikut.

• Pemanasan global merupakan permasalahan global yang harus segera


diatasi.

• Penyebab utama terjadinya pemanasan global adalah adanya efek rumah


kaca dan efek umpan balik positif.

• Pemanasan global memberikan banyak sekali dampak negatif terhadap


kelangsungan hidup organisme di bumi.

B. Saran-saran

Kami menyarankan kepada segenap lapisan masyarakat, terutama kepada pelajar


yang akan memegang tongkat estafet dalam mengelola bumi di masa yang akan datang,
untuk lebih bijaksana dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam.
Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam haruslah berwawasan lingkungan.

Selain itu, kita harus menanamkan segala kebiasaan yang mampu menekan
pemanasan global seperti: menghemat listrik, menggunakan alat elektronik yang hemat
listrik dan ramah lingkungan, menghemat BBM, dan melakukan penghijauan di sekitar
lingkungan kita.
DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia Indonesia, http://id.wikipedia.org/wiki/pemanasan_global. 20 November 2008.


Pemanasan Global.

------, http://id.wikipedia.org/wiki/efek_rumah_kaca. 20 November 2008. Efek Rumah Kaca.

------, http://id.wikipedia.org/wiki/protokol_kyoto. 20 November 2008. Protokol Kyoto.

------, http://id.wikipedia.org/wiki/gas_rumah_kaca. 20 November 2008. Gas Rumah Kaca.

http://ascco76.co.cc/?p=16 . 23 November 2008

Anda mungkin juga menyukai