PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Modernisasi dalam ilmu sosial merujuk pada sebuah bentuk transformasi dari
keadaan yang kurang maju atau kurang berkembang kea rah yang lebih baik dengan
harapan akan tercapai kehdupan masyarakat yang lebih maju, berkembang, dan makmur.
Modernisasi merupakan hasil dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus
berkembang sekarang ini. Hal ini terbukti dengan banyaknya penemuan dalam bidang
teknologi guna memenuhi kebutuhan hdup manusia dalam melakukan berbagai aktivitas
sehari-hari. Modernisasi berarti proses menuju masa kini atau proses menuju masyarakat
yang modern. Modernisasi dapat pula berarti perubahan dari masyarakat tradisional
menuju masyarakat yang modern. Dalam pelaksanaan modernisasi juga mengalami
berbagai macam dampak, baik dampak positif maupun negative, kemudian seiring
dengan berkembangnya era modernisasi muncullah berbagai teori modernisasi yang
dikemukakan oleh banyak ilmuwan.
Dewasa ini, Indonesia berada di era globalisasi. Globalisasi merupakan
keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh dunia melalui
perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer dan bentuk-bentuk interaksi yang
lain, sehingga sepertinya batas antara negara tidak ada. Globalisasi ini juga didukung
dengan teknologi yang semakin canggih, bisa kita lihat bagaimana informasi di penjuru
dunia yang satu dengan lainnya sangat cepat diketahui. Inilah pengaruh dari adanya
teknologi. Di era globalisasi ini sepertinya sangat sulit bagi suatu negara untuk
melepaskan diri dengan negara lain. Hubungan antar negara sepertinya menjadi
keharusan. Sehingga apa yang dikatakan oleh Andre Gunder Frunk mengenai teori
ketergantungan depensi tidak akan bisa diaplikasikan dalam keadaan negara saat ini.
Andre Gunder Frunk mengatakan bahwa negara berkembang dan terbelakang harus
memutuskan hubungan dengan negara maju supaya bisa maju.
Pembagian kerja di dalam kehidupan dilakukan manusia untuk bertahan hidup.
Ketergantungan antara satu orang dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya mendorong manusia untuk saling membagi tugas. Pembagian kerja ini dinilai
lebih efektif dan terus berkembang di dalam masyarakat. Jika pada jaman dahulu manusia
membagi tugas seperti bercocok tanam, berburu, dan mengurus rumah, maka jaman
sekarang pembagian kerja tersebut berkembang dan dipakai di banyak aspek kehidupan.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. MODERNISASI
1 . Pengertian Modernisasi
Modernisasi merupakan suatu proses perubahan yang menuju pada tipe sistem-
sistem sosial, ekonomi, dan politik yang telah berkembang di Eropa Barat dan
Amerika Utara pada abad ke-17 sampai 19. Sistem sosial yang baru ini kemudian
menyebar ke negara-negara Eropa lainnya serta juga ke negara-negara Amerika
Selatan, Asia, dan Afrika.
Modernisasi diartikan sebagai perubahan-perubahan masyarakat yang bergerak
dari keadaanyang tradisional atau dari masyarakat pra modern menuju kepada
suatu masyarakat yang modern. Pengertian modernisasi berdasar pendapat para
ahli adalah sebagai berikut:
Widjojo Nitisastro, modernisasi adalah suatu transformasi total dari kehidupan
bersama yang tradisional atau pramodern dalam arti teknologi serta organisasi
sosial, ke arah pola-pola ekonomisdanpolitis.
Soerjono Soekanto, modernisasi adalah suatu bentuk dari perubahan sosial yang
terarah yang didasarkan pada suatu perencanaan yang biasanya dinamakan social
planning.
Dengan dasar pengertian di atas maka secara garis besar istilah modern mencakup
pengertian sebagai berikut:
1) Modern berarti berkemajuan yang rasional dalam segala bidang dan
meningkatnya tarat penghidupan masyarakat secara menyeluruh dan merata.
2) Modern berarti berkemanusiaan dan tinggi nilai peradabannya dalam
pergaulan hidup dalam masyarakat.
2. Sejarah Modernisasi
Teori modernisasi lahir sebagai tanggapan ilmuwan sosial barat terhadap Perang
Dunia II. Teori ini muncul sebagai upaya Amerika untuk menangkap perang
ideologi melawan sosialisme yang pada waktu itu sedang popular. Bersama
dengan itu, lahirnya negara-negara merdeka baru di Asia, Afrika, dan Amerika
Latin bekas jajahan Eropa melatar belakangi perkembangan teori ini. Negara
adidaya melihat hal ini sebagai peluang untuk membantu Kegara Dunia Ketiga
sebagai upaya stabilitas ekonomi dan politik.
Di awal perumusannya tahun 1950-an, aliran modernisasi mencari bentuk teori
dan mewarisi pemikiran-pemikiran dari teori evolusi dan fungsionalisme. Teori
evolusi dan fungsionalisme pada waktu itu dianggap mampu menjelaskan proses
peralihan masyarakat tradisional menuju masyarakat modern di Eropa Barat,
selain juga didukung oleh para pakar yang terdidik dalam alam pemikiran
struktural-fungsionalisme. Teori evolusi menggambarkan perkembangan
masyarakat sebagai gerakan searah seperti garis lurus. Kita dapat melihatnya
dalam karya-karya Spencer dan Comte. Teori fungsionalisme dari Talcott
Parsons beranggapan bahwa masyarakat tidak ubahnya seperti organ tubuh
manusia yang memiliki berbagai bagian yang saling bergantung.
Selain itu, teori modernisasi pun didukung oleh tokoh-tokoh seperti Neil Smelser
dengan teori diferensiasi strukturalnya. Smelser beranggapan dengan proses
modernisasi, ketidakteraturan struktur masyarakat yang menjalankan berbagai
fungsi sekaligus akan dibagi dalam substruktur untuk menjalankan satu fungsi
yang lebih khusus. Sedangkan Rostow yang menyatakan bahwa ada lima tahapan
pembangunan ekonomi. Ia merumuskannya ke dalam teori tahapan pertumbuhan
ekonomi, yaitu tahap masyarakat tradisional, prakondisi lepas landas, lepas
landas, bergerak ke kedewasaan, dan berakhir dengan tahap konsumsi massal
yang tinggi. Di samping itu, ada beberapa varian teori modernisasi lain seperti
Coleman dengan diferensiasi dan modernisasi politik-nya, Harrod-Domar yang
menekankan penyediaan modal untuk investasi pembangunan, McClelland
dengan teori need for Achievement (n-Ach)-nya, Weber dengan “Etika
Protestan”-nya, Hoselitz yang membahas faktor-faktor nonekonomi yang
ditinggalkan Rostow yang disebut faktor “kondisi lingkungan”, dan Inkeles yang
mengemukakan ciri-ciri manusia modern.
3. Teori Modernisasi
Berdasarkan pada teori pembagian kerja secara internasional, maka secara umum
di dunia ini terdapat dua kelompok negara, yaitu kelompok negara yang
memproduksi hasil pertanian dan kelompok negara yang memproduksi barang
industri. Pada kedua kelompok negara ini terjadi hubungan dagang dan keduanya
menurut teori diatas saling menguntungkan. Tetapi setelah beberapa puluh tahun
kemudian, muncul suatu permasalahan bahwa neraca perdagangan kedua
kelompok negara ini berbeda, yang dimana negara yang memproduksi barang
industri mendapatkan keuntungan yang besar dan semakin kaya sedangkan negara
yang memproduksi hasil pertanian mendapatkan hasil yang kurang
menguntungkan dan lebih tertinggal (miskin). Dari permasalahan diatas maka
muncul beberapa teori modernisasi yang dikemukakan oleh beberapa ahli, yang
menjelaskan tentang kemiskinan disebabkan oleh beberapa faktor yang terdapat di
dalam negara tersebut. Beberapa teori yang tergolong kedalam kelompok teori
modernisasi yaitu :
B. KETERGANTUNGAN
1. Teori Dependensi (Ketergantungan)
Secara historis, teori Dependensi lahir atas ketidakmampuan teori Modernisasi
membangkitkan ekonomi negara-negara terbelakang, terutama negara di bagian
Amerika Latin. Secara teoritik, teori Modernisasi melihat bahwa kemiskinan dan
keterbelakangan yang terjadi di negara Dunia Ketiga terjadi karena faktor internal
di negara tersebut. Karena faktor internal itulah kemudian negara Dunia Ketiga
tidak mampu mencapai kemajuan dan tetap berada dalam keterbelakangan.
Teori Dependensi kali pertama muncul di Amerika Latin. Pada awal kelahirannya,
teori ini lebih merupakan jawaban atas kegagalan program yang dijalankan oleh
ECLA (United Nation Economic Commission for Latin Amerika) pada masa awal
tahun 1960-an. Lembaga tersebut dibentuk dengan tujuan untuk mampu
menggerakkan perekonomian di negara-negara Amerika Latin dengan membawa
percontohan teori Modernisasi yang telah terbukti berhasil di Eropa.
Dalam belajar teori pembangunan pastinya dipelajari teori ketergantungan. Teori
ketergantungan dikemukakan oleh banyak ahli, diantaranya Andre Gunder Frunk,
Fernando H. Cardoso, Samir Amin, Paul Baran, Paul Prebisch dan Theotonio Dos
Santos. Ahli ini memiliki pandangan tersendiri mengenai teori ketergantungan.
Namun teori ketergantungan secara garis besar bisa dibagi menjadi dua macam,
yaitu:
1) Teori Depensi Klasik
Teori ini digagas oleh Andre Gunder Frunk, yang menyatakan bahwa kapitalisme
global akan membuat ketergantungan masa lalu dan sekarang oleh karena itu
negara yang tidak maju dan berkembang harus memutuskan hubungan dengan
negara maju supaya negara berkembang bisa maju.
2) Teori Depensi Modern
Teori ini digagas oleh Fernando Henrigue Cardoso, teori ini menyatakan bahwa
antara negara yang satu dengan lainnya perlu kerjasama dengan melihat
karakteristik histori dari daerah tersebut.
2) Perdebatan tentang Imperialisme dan Kolonialisme
Ada tiga kelompok yang memberikan jawaban terhadap dorongan utama bagi
bangsa Eropa melakukan ekspansi keluar dan menguasai bangsa-bangsa
lain (imperialisme dan Kolonialisme), baik secara polotis maupun ekonomis
adalah sebagai berikut:
a) Teori God
Teori ini pada dasarnya menyatakan bahwa motifasi utama dari orang-
orang Eropa untuk mengarungi samudra dan bertualang di negara-
negara lain adalah untuk menyebarkan agama dan menciptakan dunia
lebih baik.
b) Teori Glory
A Schumpeter, salah satu pencetus teori ini membantah bahwa
imperialisme dan kolonialisme digerakkan oleh dorongan ekonomi,
dengan memberikan bukti bahwa banyak negara Eropa sebenarnya
mengalami kerugian secara ekonomi melainkan kehausan akan
kekuasaan dan kebesaran.
c) Teori Gold
Teori ini menjelaskan imperialisme dan kolonialisme melalui motivasi
keuntungan ekonomi, teori ini juga yang menekankan pada
keserakahan manusia, yang selalu berusaha mencari tambahan
kekayaan, yang termasuk dalam teori ini adalah A.Habson dan V.I.
Lenin.
C. PEMBAGIAN KERJA
Tesis pembagian kerja adalah bahwa masyarakat modern tidak diikat oleh kesamaan
antara orang-orang yang melakukan pekerjaan yang sama, akan tetapi pembagian
kerjalah yang mengikat masyarakat dengan memaksa mereka agar tergantung satu sama
lain.
Durkheim berpendapat, “fungsi ekonomis yang dimainkan oleh pembagian kerja ini
menjadi tidak penting dibandingkan dengan efek moralitas yang dihasilkannya”. Maka,
fungsi sesungguhnya dari pembagian kerja adalah untuk menciptakan solidaritas antara
dua orang atau lebih.
Karena adanya pola pembagian kerja, maka terjadilah perubahan struktur masyarakat dan
Durkheim membaginya menjadi solidaritas mekanis dan solidaritas
organis. Masyarakat yang ditandai oleh solidaritas mekanis menjadi satu dan padu
karena suluruh orang adalah generalis. Ikatan dalam masyarakat seperti ini terjadi karena
mereka terlibat dalam aktivitas yang sama dan memiliki tanggung jawab yang sama.
Sebaliknya, masyarakat yang ditandai oleh solidaritas organis bertahan bersama justru
dengan perbedaan yang ada di dalamnya, dengan fakta bahwa semua orang memiliki
pekerjaan dan tanggung jawab yang berbeda-beda.
Perbedaan mekanis dan organis diantaranya solidaritas mekanis dicirikan dengan
masyarakat tradisional, tersegmentasi, hukum represif dan kesadaran kolektifnya tinggi.
Sedangkan solidaritas organis dicirikan dengan masyarakat modern, terdiferensiasi,
hukum restitutif, dan spesialisasi.
Dalam The Division of Labor, Durkheim menggunakan ide patologi untuk mengkritik
beberapa bentuk “abnormal” yang ada dalam pembagian kerja masyarakat modern, yaitu:
1) Pembagian kerja anomik
Pembagian kerja anomik adalah tidak adanya regulasi dalam masyarakat yang
menghargai individualitas yang terisolasi dan tidak mau memberitahu masyarakat
tentang apa yang harus mereka kerjakan.