Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Modernisasi dalam ilmu sosial merujuk pada sebuah bentuk transformasi dari
keadaan yang kurang maju atau kurang berkembang kea rah yang lebih baik dengan
harapan akan tercapai kehdupan masyarakat yang lebih maju, berkembang, dan makmur.
Modernisasi merupakan hasil dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus
berkembang sekarang ini. Hal ini terbukti dengan banyaknya penemuan dalam bidang
teknologi guna memenuhi kebutuhan hdup manusia dalam melakukan berbagai aktivitas
sehari-hari. Modernisasi berarti proses menuju masa kini atau proses menuju masyarakat
yang modern. Modernisasi dapat pula berarti perubahan dari masyarakat tradisional
menuju masyarakat yang modern. Dalam pelaksanaan modernisasi juga mengalami
berbagai macam dampak, baik dampak positif maupun negative, kemudian seiring
dengan berkembangnya era modernisasi muncullah berbagai teori modernisasi yang
dikemukakan oleh banyak ilmuwan.
Dewasa ini, Indonesia berada di era globalisasi. Globalisasi merupakan
keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh dunia melalui
perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer dan bentuk-bentuk interaksi yang
lain, sehingga sepertinya batas antara negara tidak ada. Globalisasi ini juga didukung
dengan teknologi yang semakin  canggih, bisa kita lihat bagaimana informasi di penjuru
dunia yang satu dengan lainnya sangat cepat diketahui. Inilah pengaruh dari adanya
teknologi. Di era globalisasi ini sepertinya sangat sulit bagi suatu negara untuk
melepaskan diri dengan negara lain. Hubungan antar negara sepertinya menjadi
keharusan. Sehingga apa yang dikatakan oleh Andre Gunder Frunk mengenai teori
ketergantungan depensi tidak akan bisa diaplikasikan dalam keadaan negara saat ini.
Andre Gunder Frunk mengatakan bahwa negara berkembang dan terbelakang harus
memutuskan hubungan dengan negara maju supaya bisa maju.
Pembagian kerja di dalam kehidupan dilakukan manusia untuk bertahan hidup.
Ketergantungan antara satu orang dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya mendorong manusia untuk saling membagi tugas. Pembagian kerja ini dinilai
lebih efektif dan terus berkembang di dalam masyarakat. Jika pada jaman dahulu manusia
membagi tugas seperti bercocok tanam, berburu, dan mengurus rumah, maka jaman
sekarang pembagian kerja tersebut berkembang dan dipakai di banyak aspek kehidupan.

B. RUMUSAN MASALAH

C. TUJUAN
BAB II

PEMBAHASAN

A. MODERNISASI
1 . Pengertian Modernisasi
Modernisasi merupakan suatu proses perubahan yang menuju pada tipe sistem-
sistem sosial, ekonomi, dan politik yang telah berkembang di Eropa Barat dan
Amerika Utara pada abad ke-17 sampai 19. Sistem sosial yang baru ini kemudian
menyebar ke negara-negara Eropa lainnya serta juga ke negara-negara Amerika
Selatan, Asia, dan Afrika.  
Modernisasi diartikan sebagai perubahan-perubahan masyarakat yang bergerak
dari keadaanyang tradisional atau dari masyarakat pra modern menuju kepada
suatu masyarakat yang modern. Pengertian modernisasi berdasar pendapat para
ahli adalah sebagai berikut:
Widjojo Nitisastro, modernisasi adalah suatu transformasi total dari kehidupan
bersama yang tradisional atau pramodern dalam arti teknologi serta organisasi
sosial, ke arah pola-pola ekonomisdanpolitis.
 Soerjono Soekanto, modernisasi adalah suatu bentuk dari perubahan sosial yang
terarah yang didasarkan pada suatu perencanaan yang biasanya dinamakan social
planning.
Dengan dasar pengertian di atas maka secara garis besar istilah modern mencakup
pengertian sebagai berikut:
1)    Modern berarti berkemajuan yang rasional dalam segala bidang dan
meningkatnya tarat penghidupan masyarakat secara menyeluruh dan merata.
2)    Modern berarti berkemanusiaan dan tinggi nilai peradabannya dalam
pergaulan hidup dalam masyarakat.
2. Sejarah Modernisasi
Teori modernisasi lahir sebagai tanggapan ilmuwan sosial barat terhadap Perang
Dunia II. Teori ini muncul sebagai upaya Amerika untuk menangkap perang
ideologi melawan sosialisme yang pada waktu itu sedang popular. Bersama
dengan itu, lahirnya negara-negara merdeka baru di Asia, Afrika, dan Amerika
Latin bekas jajahan Eropa melatar belakangi perkembangan teori ini. Negara
adidaya melihat hal ini sebagai peluang untuk membantu Kegara Dunia Ketiga
sebagai upaya stabilitas ekonomi dan politik.
Di awal perumusannya tahun 1950-an, aliran modernisasi mencari bentuk teori
dan mewarisi pemikiran-pemikiran dari teori evolusi dan fungsionalisme. Teori
evolusi dan fungsionalisme pada waktu itu dianggap mampu menjelaskan proses
peralihan masyarakat tradisional menuju masyarakat modern di Eropa Barat,
selain juga didukung oleh para pakar yang terdidik dalam alam pemikiran
struktural-fungsionalisme.  Teori evolusi menggambarkan perkembangan
masyarakat sebagai gerakan searah seperti garis lurus. Kita dapat melihatnya
dalam karya-karya Spencer dan Comte.  Teori fungsionalisme dari Talcott
Parsons beranggapan bahwa masyarakat tidak ubahnya seperti organ tubuh
manusia yang memiliki berbagai bagian yang saling bergantung.
Selain itu, teori modernisasi pun didukung oleh tokoh-tokoh seperti Neil Smelser
dengan teori diferensiasi strukturalnya. Smelser beranggapan dengan proses
modernisasi, ketidakteraturan struktur masyarakat yang menjalankan berbagai
fungsi sekaligus akan dibagi dalam substruktur untuk menjalankan satu fungsi
yang lebih khusus. Sedangkan Rostow yang menyatakan bahwa ada lima tahapan
pembangunan ekonomi. Ia merumuskannya ke dalam teori tahapan pertumbuhan
ekonomi, yaitu tahap masyarakat tradisional, prakondisi lepas landas, lepas
landas, bergerak ke kedewasaan, dan berakhir dengan tahap konsumsi massal
yang tinggi. Di samping itu, ada beberapa varian teori modernisasi lain seperti
Coleman dengan diferensiasi dan modernisasi politik-nya, Harrod-Domar yang
menekankan penyediaan modal untuk investasi pembangunan, McClelland
dengan teori need for Achievement (n-Ach)-nya, Weber dengan “Etika
Protestan”-nya, Hoselitz yang membahas faktor-faktor nonekonomi yang
ditinggalkan Rostow yang disebut faktor “kondisi lingkungan”, dan Inkeles yang
mengemukakan ciri-ciri manusia modern.

3. Teori Modernisasi
Berdasarkan pada teori pembagian kerja secara internasional, maka secara umum
di dunia ini terdapat dua kelompok negara, yaitu kelompok negara yang
memproduksi hasil pertanian dan kelompok negara yang memproduksi barang
industri. Pada kedua kelompok negara ini terjadi hubungan dagang dan keduanya
menurut teori diatas saling menguntungkan. Tetapi setelah beberapa puluh tahun
kemudian, muncul suatu permasalahan bahwa neraca perdagangan kedua
kelompok negara ini berbeda, yang dimana negara yang memproduksi barang
industri mendapatkan keuntungan yang besar dan semakin kaya sedangkan negara
yang memproduksi hasil pertanian mendapatkan hasil yang kurang
menguntungkan dan lebih tertinggal (miskin). Dari permasalahan diatas maka
muncul beberapa teori modernisasi yang dikemukakan oleh beberapa ahli, yang
menjelaskan tentang kemiskinan disebabkan oleh beberapa faktor yang terdapat di
dalam negara tersebut. Beberapa teori yang tergolong kedalam kelompok teori
modernisasi yaitu :

1) Teori Harrod-Domar : Modal dan Investasi


Roy Harrod dan Evsey Domar adalah ahli ekonomi yang berbicara tentang
teori ekonomi pembangunan yang menekankan pada penyediaan modal
dan investasi. Mereka berkesimpulan bahwa pembangunan akan berhasi
dan terlaksana dengan baik jika pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh
tingginya modal dan investasi.

2) Teori Max Weber : Etika Protestan


Max Weber adalah seorang sosiolog jerman yang dianggap bapak sosiolog
modern. Teori Max Weber menekankan tentang nilai-nilai budaya yang
menjelaskan tentang peran agama dalam pembentukan kapitalisme. Peran
agama yang dikemukakan disini mempunyai peran yang menentukan
dalam mempengaruhi tingkah laku individu. Kalau nilai-nilai yang hidup
dalam masyarakat dapat diarahkan kepada sikap yang positif terhadap
pertumbuhan ekonomi, maka proses pembangunan dalam masyarakat
dapat terlaksana.

3) Teori David McCleland : Dorongan Berprestasi atau n-Ach


David McCleland adalah seorang ahli psikologi sosial. Teori ini
menekankan pada aspek-aspek psikologi individu. Bagi McCleland,
dengan mendorongnya proses pembangunan berarti membentuk manusia
wiraswasta dengan n-Ach yang tinggi. Kalau manusia wiraswasta ini dapat
dibentuk dalam jumlah yang banyak, maka proses pembangunan dalam
masyarakat tersebut dapat terlaksana dengan baik.

4) Teori W.W. Rostow : Lima Tahap Pembangunan


W.W. Rostow adalah seorang ahli ekonomi, perhatiannya bukan hanya
pada masalah ekonomi dalam arti sempit tetapi juga meluas pada masalah
sosiologi dalam proses pembangunan, meskipun titik berat analisisnya
masih tetap pada masalah ekonomi. Bagi Rostow sendiri pembangunan
merupakan proses yang bergerak dalam sebuah garis lurus, yakni dari
masyarakat yang terbelakang ke masyarakat yang maju.

5) Teori Bert. F. Hoselitz : Faktor-Faktor Non Ekonomi


Teori Hoselitz membahas tentang faktor-faktor non ekonomi yang
ditinggalkan oleh Rostow. Teorinya menekankan pada perlunya lembaga-
lembaga yang diperlukan menjelang lepas landas. Menurut Hoselitz
masalah utama pembangunan bukan hanya sekedar masalah kekurangan
modal, tetapi ada masalah lain yang juga sangat penting yakni adanya
ketrampilan kerja tertentu, yang termasuk didalamnya tenaga wiraswata
yang tangguh. Hoselitz berfikir bahwa, dibutuhkan perubahan
kelembagaan pada masa sebelum lepas landas, yang akan mempengaruhi
pemasukan modal menjadi lebih produktif. Perubahan kelembagaan ini
akan menghasilkan tenaga wiraswasta dan administrasi, serta ketrampilan
teknis dan keilmuan yang dimiliki.

6) Teori Alex Inkeles dan David. H. Smith : Manusia Modern


Teori Alex Inkeles dan David Smith menekankan tentang lingkungan
material dalam hal ini lingkungan pekerjaan. Teori pada dasarnya
berbicara tentang pentingnya factor manusia sebagai komponen penting
penopang pembangunan dalam hal ini manusia modern. Kedua tokoh ini
mencoba memberikan ciri-ciri dari manusia modern, seperti : keterbukaan
terhadap pengalaman dan ide baru, berorientasi ke masa sekarang dan
masa depan, punya kesanggupan merencanakan, percaya bahwa manusia
bisa menguasai alam. Keduanya beranggapan, bahwa bagaimanapun juga
manusia bisa diubah secara mendasar setelah dia menjadi dewasa, dan
karena itu tidak ada manusia yang tetap menjadi tradisional dalam
pandangan dan kepribadiannya hanya karena dia dibesarkan dalam sebuah
masyarakat yang tradisional. Artinya, dengan memberikan lingkungan
yang tepat, setiap orang bisa diubah menjadi manusia modern setelah dia
mencapai dewasa.

Dari hasil penelitiannya, mereka berkesimpulan bahwa pendidikan adalah yang


paling efektif untuk mengubah manusia dan pengalaman kerja dan pengenalan
terhadap media massa. Penemuan ini juga mendukung pendapat Daniel Lerner
yang menekankan pentingnya media massa sebagai lembaga yang mendorong
modernisasi.
     Perbedaan yang ada pada macam-macam teori yang ada diatas hanya
merupakan perbedaan penekanan aspek yang dianggap penting, baik dalam
menciptakan manusia yang akan membangun maupun dalam mempersiapkan
sarana material untuk pembangunan itu sendiri. Tetapi pada dasarnya, inti dari
teori-teori ini adalah sama. 
       Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan dari persoalan mengenai mengapa
ada Negara-negara yang tertinggal (miskin). Bagi teori modernisasi cukup jelas,
bahwa negara-negara tersebut belum maju atau masih bersifat tradisional atau
belum berhasil lepas landas karena baik orang-orangnya maupun nilai-nilai yang
hidup di masyarakat tersebut belum modern sehingga tidak menopang
pembangunan. Maka dari itu, untuk menanggulangi permasalahan ini perlu
diperkenalkan nilai-nilai yang rasional dan sarana atau lembaga modern untuk
menopang proses pembangunan. Demi maksud ini maka perlu campur tangan dan
dukungan dari Negara-negara yang sudah maju atau modern.

4. Syarat-Syarat dan Dampak Suatu Modernisasi 


     Selain dorongan modernisasi, terdapat pula syarat-syarat modernisasi. Menurut
Soerjono Soekanto, syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut :
1.    Cara berpikir ilmiah (scientific thinking) yang sudah melembaga dan
tertanam kuat dalam kalangan pemerintah maupun masyarakat luas.
2.    Sistem administrasi Negara yang baik dan benar-benar mewujudkan
birokrasi.
3.    Sistem pengumpulan data yang baik, teratur, dan terpusat pada suatu lembaga
atau badan tertentu seperti BPS (Badan Pusat Statistik).
4.    Penciptaan iklim yang menyenangkan (favourable) terhadap modernisasi
terutama media massa.
5.    Tingkat organisasi yang tinggi, terutama disiplin diri.
6.    Sentralisasi wewenang dalam perencanaan social (social planning) yang tidak
mementingkan kepentingan pribadi atau golongan.

Dampak dari Modernisasi yaitu :


1) Dampak positif 
a. Perubahan Tata Nilai dan Sikap
Adanya modernisasi dalam zaman sekarang ini bisa dilihat dari cara
berpikir masyarakat yang irasional menjadi rasional.
b. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat
menjadi lebih mudah dalam beraktivitas. Serta mendorong untuk berpikir
lebih maju, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pula yang
membentuk masa modernisasi yang terus kian berkembang dan maju di
waktu sekarang ini.
c. Tingkat Kehidupan yang lebih Baik
Dibukanya industri atau industrialisasi berdasarkan teknologi yang sudah
maju menjadikan nilai dalam memproduksi alat-alat komunikasi dan
transportasi yang canggih, dan juga merupakan salah satu usaha
mengurangi pengangguran dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, hal
ini juga dipengaruhi tingkat ilmu pengetahuan dan teknologi yang
membantu perkembangan modernisasi.
2) Dampak negatif 
a. Pola Hidup Konsumtif
Perkembangan teknologi industri yang sudah modern dan semakin pesat
membuat penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah. Dengan
begitu masyarakat mudah tertarik untuk menkonsumsi barang dengan
banyak pilihan yang ada, sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
b. Sikap Individualistik
Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka
merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitas. Padahal
manusia diciptakan sebagai makhluk sosial.
c. Gaya Hidup Kebarat-baratan
Tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia.
Budaya negatif yang mulai menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi
hormat kepada orang tua, kehidupan bebas remaja, dan lain-lain.
d. Kesenjangan Sosial
Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu
yang dapat mengikuti arus modernisasi dan globalisasi maka akan
memperdalam jurang pemisah antara individu dengan individu lainnya. 
Dengan kata lain individu yang dapat terus mengikuti perkembangan
jaman memiliki kesenjangan tersendiri terhadap individu yang tidak dapat
mengikuti suatu proses modernisasi tersebut.  Hal ini dapat menimbulkan
kesenjangan sosial antara individu satu dengan lainnya, yang bisa
disangkutkan sebagai sikap individualistik.                    
e. Kriminalitas
Kriminalitas sering terjadi di kota-kota besar karena menipisnya rasa
kekeluargaan, sikap yang individualisme, adanya tingkat persaingan yang
tinggi dan pola hidup yang konsumtif.

B. KETERGANTUNGAN
1. Teori Dependensi (Ketergantungan)
Secara historis, teori Dependensi lahir atas ketidakmampuan teori Modernisasi
membangkitkan ekonomi negara-negara terbelakang, terutama negara di bagian
Amerika Latin. Secara teoritik, teori Modernisasi melihat bahwa kemiskinan dan
keterbelakangan yang terjadi di negara Dunia Ketiga terjadi karena faktor internal
di negara tersebut. Karena faktor internal itulah kemudian negara Dunia Ketiga
tidak mampu mencapai kemajuan dan tetap berada dalam keterbelakangan.
Teori Dependensi kali pertama muncul di Amerika Latin. Pada awal kelahirannya,
teori ini lebih merupakan jawaban atas kegagalan program yang dijalankan oleh
ECLA (United Nation Economic Commission for Latin Amerika) pada masa awal
tahun 1960-an. Lembaga tersebut dibentuk dengan tujuan untuk mampu
menggerakkan perekonomian di negara-negara Amerika Latin dengan membawa
percontohan teori Modernisasi yang telah terbukti berhasil di Eropa.
Dalam belajar teori pembangunan pastinya dipelajari teori ketergantungan. Teori
ketergantungan dikemukakan oleh banyak ahli, diantaranya Andre Gunder Frunk,
Fernando H. Cardoso, Samir Amin, Paul Baran, Paul Prebisch dan Theotonio Dos
Santos. Ahli ini memiliki pandangan tersendiri mengenai teori ketergantungan.
Namun teori ketergantungan secara garis besar bisa dibagi menjadi dua macam,
yaitu:
1) Teori Depensi Klasik
Teori ini digagas oleh Andre Gunder Frunk, yang menyatakan bahwa kapitalisme
global akan membuat ketergantungan masa lalu dan sekarang oleh karena itu
negara yang tidak maju dan berkembang harus memutuskan hubungan dengan
negara maju supaya negara berkembang bisa maju.  
2) Teori Depensi Modern
Teori ini digagas oleh Fernando Henrigue Cardoso, teori ini menyatakan bahwa
antara negara yang satu dengan lainnya perlu kerjasama dengan melihat
karakteristik histori dari daerah tersebut.

Teori Ketergantungan adalah merupakan salah satu kelompok dari Teori


Struktural yang menekankan lingkungan material manusia, yakni organisasi
kemasyarakatan beserta sistem imbalan-imbalan material yang diberikannya,
perubahan-perubahan pada lingkungan material manusia termasuk perubahan-
perubahan teknologi. Ada dua induk teori ketergantungan Pertama adalah seorang
Ekonom Liberal, yakni Raul prebish. Dan induk kedua adalah teori-teori Marxis
tentang imperialisme dan kolonialisme.
1) Raul Prebish : Industri Subsitusi Impor
Pada tahun 1950, Presbich menerbitkan karyanya yang berjudul  The
Economic Development of Latin America and its Principal Problems. Teori
Pembagian Kerja Secara Internasional, didasarkan pada Teori Keunggulan
Komparatif, membuat negara-negara di dunia melakukan spesialisasi
produksinya, sehingga negara didunia terpecah menjadi dua kelompok,
negara-negara pusat yang menghasilkan barang industri dan negara-negara
pinggiran yang menghasilkan produksi pertanian. Menurut teori di atas,
seharusnya keduanya saling beruntung dan sama-sama kaya, tetapi kenyataan
menunjukkan hal yang sebaliknya. 
Ini dikarenakan terjadinya penurunan nilai tukar dari komoditi pertanian
terhadap komoditi industri, yang akhirnya menimbulkan defisit neraca
perdagangan secara terus menerus. Atas dasar analisisnya ini, Prebish
berpendapat bila ingin keluar dari ketertinggalan ini, negara pinggiran harus
melakukan industrialisasi yang dimulai dari industri subsitusi impor,
pemerintah perlu melindungi industri yang baru tumbuh ini melalui kebijakan
proteksi. Bagi Prebisch, campur tangan pemerintah merupakan sesuatu yang
sangat penting untuk membebaskan negara-negara ini dari rantai
keterbelakangannya.

2) Perdebatan tentang Imperialisme dan Kolonialisme
Ada tiga kelompok yang memberikan jawaban terhadap dorongan utama bagi
bangsa Eropa melakukan ekspansi keluar dan menguasai bangsa-bangsa
lain (imperialisme dan Kolonialisme), baik secara polotis maupun ekonomis
adalah sebagai berikut:
a) Teori God
Teori ini pada dasarnya menyatakan bahwa motifasi utama dari orang-
orang Eropa untuk mengarungi samudra dan bertualang di negara-
negara lain adalah untuk menyebarkan agama dan menciptakan dunia
lebih baik.
b) Teori Glory
A Schumpeter, salah satu pencetus teori ini membantah bahwa
imperialisme dan kolonialisme digerakkan oleh dorongan ekonomi,
dengan memberikan bukti bahwa banyak negara Eropa sebenarnya
mengalami kerugian secara ekonomi melainkan kehausan akan
kekuasaan dan kebesaran.
c) Teori Gold
Teori ini menjelaskan imperialisme dan kolonialisme melalui motivasi
keuntungan ekonomi, teori ini juga yang menekankan pada
keserakahan manusia, yang selalu berusaha mencari tambahan
kekayaan, yang termasuk dalam teori ini adalah A.Habson dan V.I.
Lenin.

3) Paul Baran : Sentuhan yang Mematikan dan Kretinisme


Bila Marx mengatakan bahwa sentuhan negara-negara kapitalis maju kepada
negara-negara pra-kapitalis yang terkebelakang akan membangunkan negara
tersebut untuk berkembang seperti negara-negara kapitalis di Eropa, maka
Baran berpendapat lain, baginya sentuhan ini akan mengakibatkan negara-
negara pra-kapitalis tersebut terhambat kemajuan dan akan terus hidup dalam
keterbelakangan. Perkembangan kapitalisme di negara pinggiran berbeda
dengan perkembangan kapitalisme di negara-negara pusat. Di negara
pinggiran, sistem kapitalisme seperti terkena penyakit kretinisme. Orang yang
dihinggapi penyakit ini tetap kerdil dan tidak bisa besar.
Teori Ketergantungan menyatakan bahwa:
1) Negara-negara pinggiran yang pra kapitalis mempunyai dinamika sendiri
yang bila tidak disentuh oleh negara-negara kapitalis maju akan
berkembang secara mandiri, dan
2) Justru karena sentuhan negara-negara kapitalis maju ini, perkembangan
negara-negara pinggiran menjadi terhambat. 

Dengan demikian, menurut Teori Ketergantungan, keterbelakangan yang


terjadi di negara-negara pinggiran disebabkan oleh adanya sentuhan ini
(faktor eksternal).

2. Kelemahan dan Kekuatan Teori Ketergantungan


Menurut Robert A. Packenham, teori ketergantungan itu memiliki kelemahan dan
kekuatan. Packenham menyebutkan ada 6 kelemahan dari teori ketergantungan,
antara lain:
1) Menyalahkan hanya kapitalisme sebagai penyebab dari ketergantungan.
2) Konsep-konsep inti, termasuk konsep ketergantungan itu sendiri à kurang
didefinisikan secara jelas.
3) Hanya didefinisikan sebagai konsep dikotomi.
4) Sedikit sekali dibicarakan tentang proses yang memungkinkan sebuah negara
dapat lepas dari teori tersebut.
5) Selalu dianggap sebagai sesuatu yang negative.
6) Kurang membahas dengan teori lain (otonomi).

Packenham juga mengatakan disamping kelemahan terdapat juga kekuatan dari


teori ketergantungan, kekuatannya antara lain:

1) Menekankan aspek internasional


2) Mempersoalkan akibat dari politik luar negeri.
3) Membahas proses internal dari perubahan di negara-negara pinggiran.
4) Menekankan pada kegiatan sektor swasta dalam hubungannya dengan
kegiatan perusahaan-perusahaan multinasional.
5) Membahas hubungan antar klas yang ada di dalam negeri.
6) Mempersoalkan bagaimana kekayaan nasional ini dibagikan antar kelas-kelas
sosial, antar daerah, dan antar negara.

C. PEMBAGIAN KERJA
Tesis pembagian kerja adalah bahwa masyarakat modern tidak diikat oleh kesamaan
antara orang-orang yang melakukan pekerjaan yang sama, akan tetapi pembagian
kerjalah yang mengikat masyarakat dengan memaksa mereka agar tergantung satu sama
lain.
Durkheim berpendapat, “fungsi ekonomis yang dimainkan oleh pembagian kerja ini
menjadi tidak penting dibandingkan dengan efek moralitas yang dihasilkannya”. Maka,
fungsi sesungguhnya dari pembagian kerja adalah untuk menciptakan solidaritas antara
dua orang atau lebih.
Karena adanya pola pembagian kerja, maka terjadilah perubahan struktur masyarakat dan
Durkheim membaginya menjadi solidaritas mekanis dan solidaritas
organis. Masyarakat yang ditandai oleh solidaritas mekanis menjadi satu dan padu
karena suluruh orang adalah generalis. Ikatan dalam masyarakat seperti ini terjadi karena
mereka terlibat dalam aktivitas yang sama dan memiliki tanggung jawab yang sama.
Sebaliknya, masyarakat yang ditandai oleh solidaritas organis bertahan bersama justru
dengan perbedaan yang ada di dalamnya, dengan fakta bahwa semua orang memiliki
pekerjaan dan tanggung jawab yang berbeda-beda.
Perbedaan mekanis dan organis diantaranya solidaritas mekanis dicirikan dengan
masyarakat tradisional, tersegmentasi, hukum represif dan kesadaran kolektifnya tinggi.
Sedangkan  solidaritas organis dicirikan dengan masyarakat modern, terdiferensiasi,
hukum restitutif, dan spesialisasi.
Dalam The Division of Labor, Durkheim menggunakan ide patologi untuk mengkritik
beberapa bentuk “abnormal” yang ada dalam pembagian kerja masyarakat modern, yaitu:
1) Pembagian kerja anomik
Pembagian kerja anomik adalah tidak adanya regulasi dalam masyarakat yang
menghargai individualitas yang terisolasi dan tidak mau memberitahu masyarakat
tentang apa yang harus mereka kerjakan.

2) Pembagian kerja yang dipaksakan


Patologi kedua ini merujuk pada fatwa bahwa norma yang ketinggalan zaman dan
harapan bisa memaksa individu, kelompok dan kelas masuk ke dalam posisi yang
tidak sesuai bagi mereka. Tradisi, kekuatan ekonomi atau status bisa men-jadi lebih
menentukan pekerjaan yang akan dimiliki ketimbang bakat dan kualifikasi.

3) Pembagian kerja yang terkoordinasi buruk


Hal ini terjadi katika fungsi-fungsi khusus yang dilakukan oleh orang-orang yang
berbeda-beda dan tidak diatur dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai