Anda di halaman 1dari 13

TUGAS M9 MATA KULIAH

TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN

“Cara Penggunaan Dan Pemilihan Tanaman Untuk KTA (metode vegetatif) Pada Lahan
Pertanian”

Disusun Oleh:

Kelompok 5

Julikha Ayuning Parasmita (205040200113003)


Ratna Wijayanti (205040200113023)
Ravina Haniffah Ardianti (205040201113011)
Mikhe Ivana Felisitas Barasa (205040207113003)
Putri Ayu Dwi Abrianti (205040207113023)

Kelas: KA Agroekoteknologi
Dosen Pengampu: Raushanfikr Bushron, SP., MS

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
KEDIRI
2022
BAB I
PENDAHLUAN
1.1 Latar Belakang
Erosi adalah peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagian - bagian tanah dari
suatu tempat ke tempat lain oleh media alami. Pada peristiwa erosi, tanah atau bagian-bagian
tanah pada suatu tempat terkikis dan terangkut yang kemudian diendapkan di tempat lain.
Pengikisan dan pengangkutan tanah tersebut terjadi oleh media alami yaitu air dan angin. Erosi
oleh angin disebabkan oleh kekuatan angin, sedangkan erosi oleh air ditimbulkan oleh
kekuatan air. Erosi sering terjadi di daerah beriklim basah, sedangkan erosi angin merupakan
peristiwa yang terjadi di daerah beriklim kering, sedangkan Indonesia adalah daerah tropis
yang umumnya beriklim basah atau agak basah (Arsyad 2010). Pengangkutan erosi yang
terjadi di daerah iklim basah pada umumnya adalah pengangkutan erosi oleh air. Menurut
Sandy (1987) dalam Hariyanto et al., (2019) mengemukakan bahwa pengaruh iklim terhadap
muka bumi serta segenap isinya, bukan saja besar, tetapi amat mendasar. Menurut pernyataan
tersebut dapat diketahui bahwa berbagai variable yang mempengaruhi prediksi erosi berperan
sangat penting dalam nilai erosi yang terjadi termasuk jenis tanah, vegetasi, dan panjang serta
kemiringan lereng. Lereng yang terjal berpengaruh terhadap bersarnya jumlah aliran
permukaan yang mengalir. Semakin curam lereng, semakin besar kecepatan aliran permukaan
yang dengan demikian memperbesar energi angkut aliran permukaan (Arsyad 2010).
Rodianor et al. (2022) menjelaskan bahwa besarnya tingkat erosi yang terjadi juga
disebabkan karena panjang lereng, semakin panjang suatu lereng dapat menjadikan volume
aliran permukaan semakin besar. Peningkatan volume limpasan dapat diakibatkan karena
volume air yang masuk dan terserap ke dalam tanah lebih sedikit sehingga mengakibatkan
bahaya erosi. Kemiringan lereng yang semakin curam dapat menyebabkan meningkatnya
jumlah dan kecepatan aliran permukaan yang selanjutnya dapat memperbesar energi kinetik
sehingga partikel-partikel tanah akan mudah untuk diangkut. Pada kondisi curah hujan yang
sama, tanah dengan tingkat erodibilitas yang tinggi akan lebih cepat tererosi daripada tanah
dengan erodibilitas rendah. Namun, jika tanah terletak pada lereng yang curam dan panjang
serta curah hujan yang tinggi secara konsisten, tanah dengan tingkat erodibilitas yang rendah
belum tentu menghasilkan erosi yang rendah, dan begitupula sebaliknya (Kartika et al., 2016).
Mengetahui besarnya erosi yang terjadi di suatu wilayah merupakan hal yang penting, karena
selain dapat mengetahui banyaknya tanah yang terangkut juga dapat digunakan sebagai salah
satu jalan untuk mencari sebuah solusi dari permasalahan tersebut.
Prediksi erosi dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung yaitu melalui model
prediksi erosi. Prediksi erosi yang dilakukan secara langsung menemui banyak kendala, salah
satunya adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan cukup lama, sehingga digunakan
sebuah model prediksi erosi, model prediksi erosi itu sendiri cukup beragam, seperti halnya
USLE (Universal Soil Loss Equation), ANSWER (Areal Nonpoint Source Watershed
Environment Respon Simulation), GUEST (Griffith University Erosion System Template) dan
masih banyak lagi model prediksi lainnya. Kegiatan penelitian pengendalian erosi meliputi: (1)
pengembangan metode prediksi erosi, dan (2) penelitian untuk mencari atau mengkaji teknik
pengendalian erosi. Metode prediksi yang paling banyak dikembangkan dan diaplikasikan di
Indonesia adalah USLE (Universal Soil Loss Equation) untuk mendapatkan nilai faktor-faktor
erosivitas hujan (R), erodibilitas tanah (K), panjang dan kemiringan lereng (LS), vegetasi dan
pengelolaan tanaman (C), dan konservasi tanah atau pengolahan lahan (P). Metode USLE
sering digunakan untuk memprediksi tingkat bahaya erosi dan perencanaan penggunaan
lahan, serta pemilihan alternatif teknik konservasi tanah (Hariyanto et al., 2019). Rumus
pendugaan erosi metode USLE dapat dinyatakan sebagai berikut A = R x K x L x S x C x P,
dimana A; banyaknya tanah tererosi (ton/ha/tahun), R; erosivitas hujan (cm), K; erodibilitas
tanah, L; panjang lereng (m), S; kemiringan lereng (%), C; vegetasi penutup tanah dan
pengelolaan tanaman, P; faktor tindakan khusus konservasi tanah digunakan (Arsyad, 2010).
Oleh karena itu, diperlukan perhitungan lebih lanjut mengenai pendugaan erosi menggunakan
metode USLE serta memberikan rekomendasi yang tepat terkait upaya konservasi tanah dan
air.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan dari latar belakang diatas, adapun rumusan masalah yang akan
dibahas yaitu:
1. Menguraikan permasalahan dan karakteristik kerusakan lahan pada masing-masing
penggunaan lahan (SPL)
2. Memberikan rekomendasi strategi konservasi tanah dan air untuk menanggulangi
dampak dari erosi
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Hasil Survey


No Kriteria Satuan Peta Lahan (SPL)
Lahan
yang A B C D E F
disurvey

1 Faktor R Tuggas Minggu ke 5 (ditetapkan atas kesepakatan kelompok


dipilih dari hasil hitungan salah satu anggota kelompok dengan
salah satu rumus yang digunakan)

2 Faktor K Tunggas Minggu ke 5 (Ditetapkan atas hasil penetapan


anggota kelompok, dimana SPL A hasil penetapan K oleh anggota
kelompok no 1, B oleh anggota kelompok no 2… dst)

3 Kemiringa 2 10 25 40 55 105
n
Lahan (%)

4 Panjang 500 300 250 150 100 100


lereng (m)

5 Kedalama 120 120 120 65 120 90


n
Tanah (c
m)

6 Jenis Udept Udept Udept Udept Udept Udept


tanah (0.8) (0.8) (0.8) (0.8) (0.8) (0.8)
(faktor ke
dalaman)

7 Bobot Isi 0.73 0.8 0.78 0.85 0.71 0.9


(ton m-3)

8 Pengguna Tegal Tegal Tegal Tegal Hutan Hutan


an Produksi t Produksi
lahan aktu ebang tebang
al habis/ pilih/
Agrofore Agrofore
stri stri

9 Tutupan Jagun Jagung Jagung Jagun Pinus Pinus +


tanaman g g dan Kopi
Sayuran

10 Pengelolaa Tidak Tidak be Tidak Tidak Tidak Tidak


n bertera rteras berteras berter berteras berteras
Lahan s as

11 Kelas II_t4 III_l2 IV_l3 VI_l4 VII_l5 VIII_l6


Kemampua
n
lahan
12 Arahan Tanam Tanama Sempad Agrof Hutan Hutan
Penggunaa an n an Sung ores Produksi Lindung
n semusi semusim ai tri
Lahan m

Tabel 2. Pendugaan Erosi Tanah Aktual di masing masing SPL

No Faktor USLE Nilai Faktor Erosi dan Erosi Tanah di Satuan Peta Lahan
(SPL)

1 2 3 4 5 6

Pendugaan Erosi Aktual

1 R 95,55 95,55 95,55 95,55 95,55 95,55

2 K 0,7 0,64 0,38 0,33 0,41 0,44

3 Panjang Lereng (M) 500 300 250 150 100 100

4 L 0,5 0,3 0,25 0,15 0,1 0,1

5 Kemiringan (%) 2 10 25 40 55 105

6 S 2 10 25 40 55 105

7 C 0,7 0,7 0,7 0,7 (0,005+0,7)/2 (0,005+0,6)/2


=0,3525 =0,3025

8 P 1 1 1 1 1 1

9 Erosi actual (ton/ha/th) 46,8 128,4 158,8 132,4 75,95 133,5

Pendugaan Erosi yang dapat diperbolehkan (Edp)

10 Kedalaman Tanah (mm) 1200 1200 1200 650 1200 900

11 Faktor Tanah 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8

12 Umur Lahan 300 300 300 300 300 300

13 Erosi yang 3,2 3,2 3,2 1,7 3,2 2,4


dapat diperbolehkan
/Edp (ton ha-1tahun -1)
Pembahasan penggunaan lahan actual pada setiap SPL mengalami degradasi
1. SPL A, berdasarkan dengan hasil yang diperoleh pada data diatas didapatkan hasil erosi
yang termasuk ringan karena didapatkan erosi actual sebanyak 46,8 ton/ha/tahun.
Penggunaan tutupan lahan SPL A adalah lahan jagung.

2. SPL B, berdasarkan dengan hasil yang diperoleh didapatkan erosi actual sebesar 128,4
ton/ha/tahun yang diaman dapat dikatakan lahan tersebut mengalami erosi yang sedang
maka akan mengalami degradasi lahan yang sedang juga.

3. SPL C, berdasarkan dengan hasil yang diperoleh pada data diatas didapatkan erosi actual
sebesar 158,5 ton/ha/tahun yang dimana dimasukkan dalam kategori erosi sedang dan
mengalami degradasi lahan yang sedang

4. SPL D, berdasarkan dengan hasil yang diperoleh pada data diatas didapatkan erosi actual
sebesar 132,4 ton/ha/tahun yang dimana dapat dideskripsikan bahwasannya erosi
sedang dan mengalamin degradasi lahan yang sedang

5. SPL E berdasarkan pada data diatas didapatkan hasil pada SPL E bahwasannya erosi
actual sebesar 75,95 yang diamana termasuk kedalam erosi sedang maka tanah akan
terdegradasi sedang

6. SPL F berdasarkan dengan hasil yang diperoleh pada data diatas didapatkan erosi actual
sebesar 133,5 ton/ha/tahun yang dimana dapat dideskripsikan bahwasannya erosi
sedang dan mengalamin degradasi lahan yang sedang

Pada lahan yang erosi tanahnya tererosi ringan sampai dengan sedang maka Vegetasi
dan penggunaan lahan dominan berupa hutan sekunder, belukar atau kebun campuran dan
sebagian berupa pertanian lahan kering. Lahan masih berfungsi sebagai penyeimbang hidro-
orologis di kawasannya dan cukup mampu berproduksi, namun apabila salah dalam
pengelolaannya atau lahan menjadi terbuka akan cepat terdegradasi dan menjadi lahan kritis.
Untuk meningkatakan produktivitas lahan dan mencegah terjadinya erosi yang berkelanjutan
maka dilakukan diberi teras yang kuat yang tahan pada iklim sekitar dan ditanami tanaman
menurut garis kontur pada lahan tersebut. Pada lahan yang terdegradasi sedang dapat
dilakukan usaha konservasi seperti reboisasi dengan menanam tanaman yang tahan pada
iklim yang ada pada lahan tersebut agar dapat menahan erosi dan menghindari terjadi tanah
longsor (Agus et al., 2013).
BAB III
REKOMENDASI KONSERVASI TANAH DAN AIR

Tabel 3. Kondisi Kemampuan Lahan dan Rekomendasi Tindakan Konservasi Tanah

SPL Sub Arahan Rekomendasi Rekomendasi Tindakan Konservasi


Kelas Penggunaan Pengembangan Tanah
KPL Lahan Kawasan
Vegetatif Manajemen Mekanis
Tanah/Kimia
A II_t4 Tanaman Pengembalaan Pergiliran Penggunaan Pembuatan
Semusim terbatas, tanaman bahan guludan,
sedang, dan dengan organik, teras
intensif, dengan leguminosa, sodium bangku dan
garapan yang tumpang sari polyacrylate jalur kontur
terbatas. Hutan dengan
produksi dan tanaman
cagar alam berdaun lebar

B III_l2 Tanaman Hutan Produksi Menanam Vinylacetate, Pembuatan


Semusim dan cagar alam, tanaman Polyvinil guludan,
Pengembalan kacang- Alcohol, teras
terbatas, sedang kacangan Sodium bangku dan
dan intensif, atau Polyacrylate jalur kontur
dengan garapan menggunakan
terbatas, sedang penutup
dan intensif mulsa dan
dapat juga
menggunakan
penutup
seresah
C IV_l3 Sempadan Pengembalaan Dilakukan Penggunaan Penggunaan
Sungai terbatas, sedang dengan Vinyllacetate teras
dan intensif, penggantian Maleic Acid, bangku
dengan garapan komoditas serta Sodium searah
yang terbatas, kacang Polyacrylate. kontur di
sedan dan kedelai sempadan
intensif. Hutan maupun sungai
produksi dan tanaman yang
cagar alam. memerlukan
banyak air,
dapat juga
diselingi
dengan
tanaman
bambu di
kawasan
sempadan
sungai. Selain
itu dapat
dilakukan
pemberian
mulsa
seresah.
D VI_l4 Agroforestri Pengembalan Menanam Urethanised, Pembuatan
terbatas, sedang tanaman Sodium teras
dan intensif, penutup Polyacrylate, bangku
dengan garapan seperti Vinylacetate
yang terbatas, tanaman Maleic Acid,
sedan dan kacang- dan Polyvinil
intensif. Hutan kacangan dan Alcoho
produksi dan pemberian
cagar alam.
E VII_l5 Hutan Cagar alam dan Penanaman Urethanised, Pembuatan
Produksi hutan produksi kopi dan Sodium teras
yang terbatas coklat dengan Polyacrylate, bangku atau
pemberian Vinylacetate gulud
cover crop Maleic Acid,
tanaman dan Polyvinil
legume. Alcohol
F VIII_l6 Hutan Hutan lindung Hutan alam Urethanised, Pembuatan
Lindung atau cagar alam yang dipenuhi Sodium teras
seresah Polyacrylate, tradisional
Vinylacetate
Maleic Acid,
dan Polyvinil
Alcohol

Tahapan penerapan konservasi tanah dan Air

1. SPL A, pada data diatas penerapan konservasi lahan yang digunakan adalah
menggunakan cara vegetative terlebih dahulu yaitu dengan pergiliran tanaman
leguminosa dengan penggunaan lahan tumpeng sari dan dengan dlakukan konservasi
dengan cara mekanis yaitu dengan pembuatan teras bangku sesuai degan kontur. Jika
pada dua cara tersebut belum dapat berhasil dengan baik maka dapat menggunakan
penggunaan bahan kimia seperti sodium polyacrylates guna untuk mengstabilkan tanah.

2. SPL B, Pada data diatas penerpan konservasi tanah dan air yang dapat dilakukan yaitu
dengan cara vegetative yang dimana dengan menanaman tanaman kacang kacangan
atau menggunakan tutupan tanah dengan menggunakan seresah, lalu dapat juga
bersamaan dengan pembuatan teras bangku sesuai dengan kontur sebagai Tindakan
mekanis, lalu pada manajemen tanah atau kimia dapat menggunakan sodium
polyacrylates guna untuk mengstabilkan tanah.

3. SPL C, Pada penerapan konservasi tanah dan air yang terdapat pada table di atas dapat
dilakukan dengan cara vegetative yang dimana dapat dilakukannya penggantian
komoditas dengan kacang kedelai atau tanaman yang banyak mengandung air, dapat
juga diselingi dengan tanaman bambu pada Kawasan sempadan sungai dan terdapat
juga cara mekanis yaitu dengan penggunaan teras bangku yang searah dengan kontur
pada sempadan sungai dan konservasi tanah dan air yang terakhir yaitu dapat
menggunakan Vinyllacetate Maleic Acid dan juga sodium Polycrylate.

4. SPL D, rekomendasi untuk konservasi tanah dan air yang dapat dilakukan pada SPL D
adalah dengan cara menanam tanaman penutup kacang-kacangan dan pemakaian
mulsa organik untuk cara vegetative dan pada cara kimia dapat menggunakan
Vinyllacetate Maleic Acid dan juga sodium Polycrylate. Lalu pada konservasi tanah dan
air dapat juga membuat teras bangku. Terdapat juga rekomendasi pengembangan
Kawasan yaitu dengan menciptakan hutan produksi dan cagar alam.
5. SPL E, pada rekomendasi konservasi tanah dan air pada SPLE dapat dilakukan cara
vegetative yaitu dengan cara menanam tanaman tahunan dengan pemberian tutupan
lahan tanaman legume dan juga dapat menggunakan rekomendasi dengan cara
manajemen tanah atau kimia yang dimana menggunakan Vinyllacetate Maleic Acid dan
juga sodium Polycrylate untuk konservasi tanah dan juga dapat dilakukan dengan cara
mekanis yaitu dengan pembuatan teras bangku atau guludan.
6. SPL F, Pada rekomendasi konservasi tanah dan air diatas adalah dengan cara
menciptakan hutan alami yang dimana dipenuhi dengan banyaknya seresah sebagai
cara vegetative lalu dapat juga dengan cara kimia yang dimana menggunakan
Vinyllacetate Maleic Acid dan juga sodium Polycrylate sebagai kestabilan tanah, dan juga
dapat juga dilakukan dengan cara mekanis yaitu dengan pembuatan teras tradisional.
Rekomendasi semua konservasi yang telah dijelaskan diatas untuk memperbaiki tanah
yang rusak, memelihara dan meningkatkan produktivitas tanah serta cara mencegah
terjadinya erosi. Menutup lahan dengan tanaman dan tumbuhan serta sisa sisa tanaman
yang dimana agar tanah terlindung dari daya rusak dari butir-butir hujan yang dimana hujan
terdapat energinya yang dapat menyebabkan erosi, lalu konservasi pada tanah ini dapat
megatur aliran permukaan tanah agar dapat mengalir dengan kecepatan yang tidak merusak
dan dapat memperbesar jumlah air yang terinfiltrasi kedalam tanah (Sitanala, Arsyad, 2010)

Tabel 4. Erosi Tanah di masing masing Rencana Pengunaan Lahan atas perencanaan
Konservasi Tanah dan Air
No Faktor Nilai Faktor Erosi dan Erosi Tanah untuk rekomendasi
USLE penggunaan lahan
A B C D E F
1 Rekome Vegetatif: Vegetatif: Vegetatif: Vegetatif: Vegetatif: Vegetatif:
ndasi Pergiliran menggunak Merubah mengguna dapat Hutan alam
Konserv tanaman an tutupan tanaman kan cover menanam yang
asi dengan lahan budidaya crop dan tanaman dipenuhi
Tanah leguminosa, berupa jagung mulsa coklat dan dengan
dan Air tumpang tanaman menjadi seresah. kopi seresah
sari dengan kacang- kopi
tanaman kacangan Kimia: Kimia: Kimia:
berdaun Kimia : Vinylacetat Mengguna menggunak
lebar Kimia: Pengguna e Maleic kan an
menggunak an Acid, dan Polyvinil Vinylacetate
Kimiawi: an bahan Vinyllaceta Polyvinil Alcohol Maleic Acid
Penggunaa kimia te Maleic Alcohol
n bahan berupa Acid, serta Mekanis: Mekanis: Mekanis:
organik, Vinylacetate Sodium Teras Dapat Pembuatan
sodium Maleic Acid, Polyacrylat bangku mengguna teras
polyacrylate dan Polyvinil e. searah kan atau tradisional
Alcohol kontur. membangu
Mekanik: Mekanis : n teras
Pembuatan Mekanis: Pengguna bangku
guludan, menggunak an dan gulud
teras n Teras covercrop searah
bangku dan bangku dengan kontur
jalur kontur searah pembuatan
dengan teras
kontur. bangku
sempurna
2 R 95,55 95,55 95,55 95,55 95,55 95,55
3 K 0,7 0,64 0,38 0,33 0,41 0,44
4 Panjang 500 300 250 150 100 100
Lereng
(M)
5 L 0,5 0,3 0,25 0,15 0,1 0,1
6 Kemiring 2 10 25 40 55 105
an (%)
7 S 2 10 25 40 55 105
8 C 0,195 0,181 0,2 0,195 0,054 0,049
9 P 0,15 0,04 0,04 0,006 0,14 0,013
10 ErosiTan 1,95 1,33 1,81 0,30 1,6 0,28
ah (ton
/ha-
1
tahun -1)
11 Edp 3,2 3,2 3,2 1,7 3,2 2,4
(ton/ha-1
/tahun -1)

Pembahasan
SPL A : Pada SPL A didapatkan pembuktian bahwasannya untuk tindakan konservasi tanah
dan air agar tidak terjadi degradasi lahan yaitu dengan cara menggunakan tutupan lahan ubi
kayu dan kacang tanah dan dengan factor pengelolaan secara mekanis yaitu dengan
membangun teras bangku sedang

SPL B : Pada SPL B agar tanah tidak terdegradasi dapat menggunakan tutupan lahan ubi
kayu dan kedele dan untuk factor pengelolaan nya yaitu dengan cara menggunakan teras
bangku sempurna.

SPL C :Pada SPL C pembuktian dalam Tindakan konservasi tanah dan air yaitu dengan
menggunakan tutupan lahan dengan adanya penanaman pohon kopi yang terdapat tutupan
lahannya dan juga dapat dengan factor pengelolaan menggunakan teras bangku sempurna

SPL D : Pada SPL D dapat menggunakan tutupan lahan berupa ubi kayu dan juga kacang
tanah dan dengan factor pengelolaan yaitu dengan menggunakan Teras Gulud +Jagung -
Kc. Tanah + Mulsa yang diman tutupan lahan dan factor pengelolaan ini digunakan untuk
Tindakan konservasi tanah dan juga air

SPL E : Pada SPL E Tindakan guna mencegah terjadinya degradasi tanah yaitu dengan
menggunakan tutupan lahan berupa tanaman pinus ditambah dengan kacang tanah
ditambah dengan mulsa organik lalu dengan factor pengelolaan yaitu menggunakan teras
bangkun sempurna dengan tamabahn mulsa sebanyak 10 ton per hektar.

SPL F : Pada SPL F pembuktian tindakan konservasi tanah dan air guna mencegah
terjadinya degradasi lahan yaitu dengan menggunakan tutupan lahan berupa kacang tanah
dengan mulsa jermi 4 ton/ha lalu dengan factor pengelolaan menggunakan Teras Gulud +
Padi – Jagung.
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan pada laporan teknologi konservasi sumberdaya lahan ini pada
lahan actual yang ringan dan sedang dapat di cegah erosi tanahnya dengan
menggunakan penanaman tanaman atau menggunakan penambahan vegetasi pada
lahan tersebut. Kerusakan tanah akibat erosi dapat mengakibatkan penurunan
produktivitas lahan, kehilangan unsur hara yang diperlukan tanaman, kualitas
tanaman menurun, laju infiltrasi dan kemampuan tanah menahan air berkurang,
struktur tanah menjadi rusak. Penurunan atau hilangnya beberapa unsur hara dalam
perakaran akibat erosi menyebabkan terjadinya penurunan kesuburan tanah
sehingga tanah tidak mampu menyediakan unsur hara yang cukup dan seimbang
untuk mendukung pertumbuhan tanaman yang normal sehingga produktivitas tanah
menjadi rendah. Terdapat rekomendasi teknik konservasi tanah dan air secara
vegetasi, kimia dan mekanik pada setiap SPL. Ketiga teknik konservasi tanah secara
vegetatif, mekanis dan kimia pada prinsipnya memiliki tujuan yang sama yaitu
mengendalikan laju erosi, namun efektifitas, persyaratan dan kelayakan untuk
diterapkan sangat berbeda. Pada lahan A dengan kelas kemampuan lahan II
rekomendasi penggunaan lahan secara vegetatif yaitu menanam kacang tanah dan
ubi kayu. Secara kimia pemberian pembenah tanah (soil conditioner) seperti polyvinil
alcohol (PVA), urethanised (PVAu) dan secara mekanis dengan melakukan
pengolahan tanah,pembuatan teras datar. Pada lahan B dengan kelas kemampuan
lahan III rekomendasi penggunaan lahan secara vegetasi yaitu menanman tanaman
kacang kacangan. Teknik kimia dengan pemberian pembenah tanah (soil
conditioner) seperti polyvinil alcohol (PVA), urethanised (PVAu), dan rekomendasi
penggunaan secara mekanis yaitu melakukan pengolahan tanah,pembuatan teras
kridit. Pada lahan C dengan kelas kemampuan IV rekomendasi penggunaan lahan
secara vegetasi yaitu penanaman tanaman semusim atau tahunan seperti jagung.
Teknik secara kimia yaitu pemberian pembenah tanah (soil conditioner) seperti
polyvinil alcohol (PVA), urethanised (PVAu), dan secara mekanis yaitu melakukan
pengolahan tanah,pembuatan teras bangku.
Rekomnedasi konservasi tanah dan air pada SPL D dapat dilakukan dengan
teknik vegetative yaitu dengan menanam jagung,kacang tanah,dan kacang hijau.
Tanaman ataupun sisa-sisa tanaman berfungsi untuk pelindung tanah terhadap daya
pukulan air hujan maupun terhadap daya angkut air aliran permukaan (runoff), dan
dapat meningkatkan peresapan air ke dalam tanah Teknik kimia dengan
penambahan pembenah tanah seperti polyvinil alcohol (PVA), urethanised (PVAu).
Teknik mekanis dengan melakukan pengelolaan tanah,pembuatan mulsa,pembuatan
teras pematang atau guludan. Rekomnedasi konservasi tanah dan air pada SPL E
dapat dilakukan dengan teknik vegetative yaitu dijadikan sebagai hutan produksi
tebang pilih seperti penanaman phon jati dan pohon pinus. Tanaman tahunan
memiliki intersepsi dan evaporasi yang tinggi dan banyak mengkonsumsi air. Teknik
kimia dengan menambahkan pembenah tanah seperti polyvinil alcohol (PVA),
urethanised (PVAu). Teknik mekanis dengan pembautan teras gulud/pematang.
Teras dibuat untuk mengurangi panjang lereng dan menahan air dan dapat
mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan adanya penyerapan air
oleh tanah yang mengurangi erosi. Rekomnedasi konservasi tanah dan air pada SPL
F dapat dilakukan dengan teknik vegetative yaitu dengan menjadikannya sebagai
cagar alam, hutan lindung dan wisata alam. Teknik kimia dengan menambahkan
pembenah tanah seperti polyvinil alcohol (PVA), urethanised (PVAu). Teknik mekanis
dengan pembuatan saluran drainase serta saluran pembuangan air.
5.2 Saran
Penggunaan lahan penelitian sebaiknya disesuaikan dengan kelas kemampuan
lahan agar kerusakan fisik tanah dapat diminimalisir serta diperlukan penerapan
konservasi tanah dan air yang sesuai dengaan rekomendasi, sehingga mampu
mengurangi laju erosi. Saran yang dapat disampaikan pada laporan ini adalah
semoga mahasiswa dapat lebih bisa memahami dan menerapkan metode
pendugaan erosi dan upaya konservasi lahan dengan lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Agus, F., I.E. Henson, B.H. Sahardjo, N. Harris, M.V. Noordwijk and T.J. Killen. 2013.
Review of Emission for Landuse Chnage to Oilpalm in South East Asia.
Roundtable on Sustainable Palmoil (RSPO).
Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Edisi Kedua. Institut Pertanian Bogor
Press. Bogor.
Arsyad. (2010 ). Konservasi Tanah dan Air. Bogor : Institut Pertanian Bogor Press.
Blanco, H. & Lal, R. 2008. Principles of soil conservation and management. Springer.
Hariyanto, R. D., Harsono, T. N. & Fadiarman. 2019. Prediksi Laju Erosi
Menggunakan Metode USLE (Universal Soil Loss Equation) Di Desa Karang
Tengah Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor. Jurnal Geografi,
Edukasi dan Lingkungan (JGEL). 3(2) : 92-99.
Sitanala, Arsyad. 2010. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press: Bogor.
Tamika, R., Rauf, A., Marpaung, P. 2015. Kajian Selektivitas Erosi Pada Lahan
Budidaya Padi Gogo Di Desa Lau Damak Kecamatan Bahorok Kabupaten
Langkat. Jurnal Online Agroekoteknologi. 3 (3) : 1041-1048. Medan
USA.

Anda mungkin juga menyukai