Anda di halaman 1dari 22

Hama dan Penyakit pada kacang tanah

A. Hama
a. Uret
Gejala: memakan akar, batang bagian bawah dan polong. Akhirnya tanaman layu dan mati.
Pengendalian: olah tanah dengan baik, penggunaan pupuk kandang yang sudah matang, menanam
serempak, penyiangan intensif, Penggunaan Pestona dengan cara disiramkan ke tanah, jika tanaman
terlanjur mati segera dicabut dan uret dimusnahkan.
b. Ulat Penggulung Daun
Gejala: daun terlipat menguning, akhirnya mengering. Pengendalian: penyemprotan menggunakan
Pestona.
c. Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Gejala: ulat memakan epidermis daun dan tulang secara berkelompok. Pengendalian: (1) bersihkan
gulma, menanam serentak, pergiliran tanaman; (2) penyemprotan menggunakan Natural Vitura.
d. Ulat Jengkal (Plusia sp)
Gejala: menyerang daun kacang tanah. Pengendalian: penyemprotan menggunakan Pestona.
e. Kumbang Daun
Gejala: daun tampak berlubang, daun tinggal tulang, juga makan pucuk bunga. Pengendalian: (1)
penanaman serentak; (2) penyemprotan menggunakan Pestona.

B. Penyakit
a. Penyakit layu atau Omo Wedang
Penyebab: bakteri Xanthomonas solanacearum (E.F.S.). Gejala: daun terkulai seperti disiram air
panas, akhirnya mati. Bila dipotong tampak noda coklat pada bagian pembuluh kayu dan bila dipijit
keluar lendir kekuningan. Akar tanaman membusuk. Pengendalian: Pergiliran tanaman, gunakan
varietas yang tahan. Penting melakukan pencegahan menggunakan Natural GLIO.
b. Penyakit sapu setan
Penyebab: Mycoplasma (sejenis virus). Diduga ditularkan serangga sejenis Aphis. Gejala: bunga
berwarna hijau tua seperti daun-daun kecil, ruas-ruas batang dan cabang menjadi pendek, daundaun kecil rimbun. Pengendalian: tanaman dicabut, dibuang dan dimusnahkan, semua tanaman
inang dibersihkan (sanitasi lingkungan), menanam tanaman yang tahan, menanggulangi vektornya
menggunakan Pestona atau Natural BVR.
c. Penyakit Bercak Daun
Penyebab : Jamur Cercospora personata dan Cercospora arachidicola. Gejala: timbul bercak-bercak
berukuran 1-5 mm, berwarna coklat dan hitam pada daun dan batang. Pengendalian: dengan
menggunakan Natural GLIO di awal tanam sebagai tindakan pencegahan.
d. Penyakit Gapong
Penyebab: diduga Nematoda. Gejala: Polong kosong, juga bisa busuk. Pengendalian: tanahnya
didangir dan dicari nematodanya.

e. Penyakit Sclerotium
Penyebab: cendawan Sclerotium rolfsii. Gejala: tanaman layu. Pengendalian: gunakan varietas yang
resisten, air jangan sampai menggenang, membakar tanaman yang terserang cendawan.
Pencegahan: gunakan Natural GLIO pada awal tanam

f. Penyakit Karat
Penyebab: cendawan Puccinia arachidis Speg. Gejala: pada daun terdapat bercak-bercak coklat
muda sampai coklat (warna karat). Daun gugur sebelum waktunya. Pengendalian: gunakan varietas
yang resisten, tanaman yang terserang dicabut dan dibakar. Pencegahan: gunakan Natural GLIO
pada awal tanam.
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi
dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata
dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2
tutup)/tangki.

Oleh : Musriati, SP
Penyuluh Pertanian di Dispertanbun Blora

laporan erodibilitas tanah


SABTU, 04 MEI 2013

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Sumberdaya alam utama yaitu tanah dan air pada dasarnya merupakan sumberdaya alam yang
dapat diperbaharui, namun mudah mengalami kerusakan atau degradasi. Kerusakan tanah dapat
terjadi oleh (1) kehilangan unsur tanah dan bahan organik di daerah perakaran, (2) terkumpulnya
garam di daerah perakaran, (3) penjenuhan tanah oleh air, dan (4) erosi. Kerusakan tanah tersebut
menyebabkan berkurangnya kemampuan tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman (Suripin,
2004).
Bahaya erosi yang telah menurunkan produktivitas tanah merupakan masalah utama dari tahun
ke tahun tetap harus dihadapi oleh pemerintah. Bahaya erosi yang menimpa lahan-lahan pertanian
serta penduduk sering terjadi pada lahan-lahan yang memiliki kelerengan sekitar 15% keatas. Bahaya
ini disebabkan selain oleh perbuatan manusia yang mementingkan pemuasan kebutuhan diri
sendiri, juga dikarenakan pengelolaan tanah dan pengairannya yang keliru (Asdak, 2002).
Untuk mengidentifikasi tingkat bahaya erosi, model yang dapat digunakan adalah dengan
menggunakan model USLE (Universal Soil Loss Equation). Model USLE mempertimbangkan beberapa
faktor dalam kajian erosi seperti faktor erosivitas hujan, faktor erodibilitas tanah, faktor panjang dan
kemiringan lereng, faktor penutupan dan manajemen tanaman, dan faktor tindakan konservasi
tanah (Arsyad, 2010).
Model yang banyak berkembang saat ini adalah model yang menggunakan fasilitas Sistem
Informasi Geografis (SIG) yang merupakan suatu sistem (berbasis komputer) yang digunakan untuk
menyimpan dan memproses informasi-informasi spasial. SIG dirancang untuk mengumpulkan,
menyimpan, dan menganalisis objek-objek dan fenomena-fenomena dimana lokasi geografis
merupakan karakteristik yang penting untuk dianalisis (Anonim, 2011a).
.
1.2. Tujuan penyusunan makalah
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah agar kita mengetahui apa itu Erodibilitas tanah,
bagaimana proses itu terjadi, cara menghitung, dan penanggulangannya agar menekan terjadinya
erodibilitas tanah tersebut.
1.3. Manfaat penyusunan makalah
Penyusunan makalah ini sangat membantu kita dalam perkebunan nantinya yaitu saat kita
membuka lahan agar tidak terjadi permasalahan dalam prosesnya. Disamping itu, menambah
wawasan adalah manfaat lain dari penyusunan makalah ini khususnya dalam ilmu konservasi tanah
dan air.
1.4. Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang penulis lakukan yaitu mencari bahan di internet dan
menyusunnya menjadi sebuah makalah.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Indeks kepekaan tanah terhadap erosi atau erodibilitas tanah merupakan jumlah
tanah yang hilang setiap tahunnya per satuan indeks daya erosi curah hujan pada
sebidang tanah tanpa tanaman, tanpa usaha pencegahan erosi pada lereng 9 % dan
panjang 22 m. Kepekaan tanah terhadap erosi dipengaruhi oleh tekstur tanah (terutama
kadar debu +pasir halus), bahan organik, struktur dan permeabilitas tanah
(Hardjowigeno, 2003).
Erodibilitas tanah (ketahanan tanah) dapat ditentukan dengan aturan rumus menurut,
perhitungan nilai K dapat dihitung dengan persamaan Weischmeier, et all, (1971)

K = 1,292{ 2,1 M 1,14 (10 -4) (12-a) + 3,25 (b-2) + 2,5 (c-3)} /100

Dimana :
M = ukuran partikel (% pasir sangat halus+ % debu x (100-% liat)
% pasir sangat halus = 30 % dari pasir (Sinukaban dalam Sinulingga,1990)
a = kandungan bahan organik (% C x 1,724)
b = harkat struktur tanah
c = harkat permeabilitas tanah

Erodibilitas tanah juga dapat dapat diduga dengan menggunakan nomograph. Sifatsfat tanah yang menentukan besarnya nilai K berdasarkan Nomograph tersebut adalah
(1) Persen kandungan debu dan pasir halus, (2) Persen Kandungan pasir, (3) Persen
bahan kandungan bahan organik (4) Struktur tanah, (5) Permeabilitas tanah. Untuk itu
diperlukan angka hasil penetapan sifat- sifat tanah seperti tekstur dengan 4 fraksi ( pasir
kasar, pasir halus, debu, dan liat ) dan bahan organik tanah sedangkan struktur dan
permeabilitas ditetapkan berdasarkan hasil pengamatan pada profil tanah yang dapat
digambar dalam Nomograph.

Gambar . Nomograph Erodibilitas Tanah (K)


Lee dalam Katasaepotra, dkk (1985) mengatakan bahwa dalam pengelolaan tanah
dan penggunaan tanah itu untuk pertanaman, permukaan tanah harus dipilih dengan
hati-hati, apakah terdapat erodibilitas yang tinggi atau rendah demikian juga panjangnya
larikan-larikan tanah yang miring harus dibatasi apabila erosi dan pencucian tanahtanah yang dilarutkan itu hendak dibatasi. Kepekaan tanah terhadap daya
menghancurkan dan penghanyutan oleh air curahan hujan disebut erodibilitas. Jika
erodibilitas tanah tersebut tinggi maka tanah itu peka atau mudah terkena erosi dan jika
erodibilitas tanah itu rendah berarti daya tahan tanah itu kuat atau resisten terhadap
erosi.
Untuk menentukan nilai erodibilitas tanah Boycous dalam Rahim (2000) telah
menemukan pada sekitar tahun 1935an tentang The Clay Ratio as a Criterium
Suspectibility of Soil to Erosion kita mendapatkan persamaan sebagai berikut

Dimana :
E

= erodibilitas

Sand = pasir
Silt

= debu

Clay = liat
Adapun penetapan nilai erodibilitas (K) tanah- tanah yang ada di Indonesia dapat
disajikan pada Tabel .
Klasifikasi Kelas Erodibilitas Tanah-Tanah.

Kelas

Nilai K

Tingkat Erodibilitas

1.

0,00 -0,10

Sangat rendah

2.

0, 11 -0,21

Rendah

3.

0,22- 0,32

Sedang

4.

0,33 -0,44

Agak tinggi

5.

0,45 -0,55

Tinggi

6.

0,56 -0,64

Sangat Tinggi

Sumber : Arsyad (2006).

Faktor erodibilitas menunjukkan kemudahan tanah mengalami erosi, semakin tinggi


nilainya semakin mudah tanah tererosi. Tingginya faktor erodibilitas antara satu tempat
dengan yang lainnya disebabkan kondisi tekstur tanahnya yaitu rendahnya tekstur liat,
tingginya persentase pasir sangat halus dan debu jika dibandingkan tanah lokasi yang
satu. Menurut Morgan (1986) tekstur berperan dalam erodibilitas tanah, partikel
berukuran besar tahan terhadap daya angkut karena ukurannya sedangkan partikel
halus tahan terhadap daya penghancur karena daya kohesifitasnya. Partikel yang
kurang tahan terhadap keduanya adalah debu dan pasir sangat halus.
Erodibilitas tanah sangat penting untuk diketahui agar tindakan konservasi dan
pengolahan tanah dapat dilaksanakan secara lebih tepat dan terarah. Namun demikan,
Veiche (2002) menyatakan bahwa konsep dari erodibilitas tanah dan bagaimana cara
menilainya merupakan suatu hal yang bersifat kompleks atau tidak sederhana karena
erodibilitas dipengaruhi oleh banyak sekali sifat-sifat tanah. Berbagai usaha telah
banyak dilakukan untuk mendapatkan suatu indeks erodibilitas yang relatif lebih
sederhana, baik didasarkan pada sifat-sifat tanah yang ditetapkan di laboratorium
maupun di lapangan atau berdasarkan keragaan (response) terhadap hujan (Arsyad,
2000).

BAB III
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Erodibilitas tanah


Kepekaan tanah terhadap erosi, disebut erodibilitas tanah didefinisikan oleh Hudson (1978)
sebagai mudah tidaknya suatu tanah tererosi. Secara lebih spesifik Young et al.dalam Veiche (2002)
mendefinisikan erodibilitas tanah sebagai mudah tidaknya suatu tanah untuk dihancurkan oleh
kekuatan jatuhnya butir-butir hujan, dan/atau oleh kekuatan aliran permukaan. Sementara
Wischmeier dan mennering (1969) menyatakan bahwa erodibilitas alami (inherent) tanah
merupakan sifat kompleks yang tergantung ada laju infiltrasi tanah dan kapasitas untuk bertahan
terhadap penghancuran agregat (detachment) serta pengangkutan oleh hujan dan aliran
permukaan.
Di negara-negara tropis seperti Indonesia, kekuatan jatuh air hujan dan kemampuan aliran
permukaan menggerus permukaan tanah adalah merupakan penghancuran utama agregat tanah.
Agregat tanah yang sudah hancur kemudian diangkut oleh aliran permukaan, mengikuti gaya
gravitasi sampai ke suatu tempat dimana pengendapan terjadi. Keseluruhan proses tersebut yaitu
penghancuran agregat, pengangkutan partikel-partikel tanah, dan pengendapan partikel tanah
disebut sebagai erosi tanah.

2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Erodibilitas Tanah


Erodibilitas tanah dipengaruhi oleh banyak sifat-sifat tanah, yakni sifat fisik, mekanik, hidrologi,
kimia, reologi / litologi, mineralogi dan biologi, termasuk karakteristik profil tanah seperti kedalaman
tanah dan sifat-sifat dari lapisan tanah (Veiche, 2002). Poesen (1983) menyatakan bahwa erodibilitas
bukan hanya ditentukan oleh sifat-sifat tanah, namun ditentukan pula oleh faktor-faktor erosi
lainnya yakni erosivitas, topografi, vegetasi, fauna dan aktivitas manusia. Suatu tanah yang memiliki
erodibilitas rendah mungkin akan mengalami erosi yang berat jika tanah tersebut terdapat pada
lereng yang curam dan panjang, serta curah hujan dengan intensitas yang tinggi. Sebaliknya tanah
yang memiliki erodibilitas tinggi, kemungkinan akan memperlihatkan gejala erosi ringan atau bahkan
tidak sama sekali bila terdapat pada pada lereng yang landai, dengan penutupan vegetasi baik, dan
curah hujan dengan intensitas rendah. Hudson (1978) juga menyatakan bahwa selain fisik tanah,
faktor pengelolaan / perlakuan terhadap tanah sangat berpengaruh terhadap tingkat erodibilitas
suatu tanah. Hal ini berhubungan dengan adanya pengaruh dari faktor pengolalaan tanah terhadap
sifat-sifat tanah. Seperti yang ditunjukkan oleh hasil penelitian Rachman et al. (2003), bahwa
pengelolaan tanah dan tanaman yang mengakumulasi sisa-sisa tanaman berpengaruh baik terhadap
kualitas tanah, yaitu terjadinya perbaikan stabilitas agregat tanah, ketahanan tanah (shear strength),
dan resistensi / daya tahan tanah terhadap daya hancur curah hujan (splash detachment).

Meskipun erodibilitas tanah tidak hanya ditentukan oleh sifat-sifat tanah, namun untuk membuat
konsep erodibilitas tanah menjadi tidak terlalu kompleks, maka beberapa peneliti menggambarkan
erodibilitas tanah sebagai pernyataan keseluruhan pengaruh sifat-sifat tanah dan bebas dari faktor
penyebab erosi lainnya (Arsyad, 2000).
Pada prinsipnya sifat-sifat tanah yang mempengaruhi erodibilitas tanah adalah :
Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi laju infiltrasi, permeabilitas dan kapasitas tanah menahan air.
Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi ketahanan struktur tanah terhadap dispersi dan pengikisan
oleh butir-butir air hujan dan aliran permukaan.

Sifat-sifat tanah tersebut mencakup tekstur, struktur, bahan organik, kedalaman tanah dan
tingkat kesuburan tanah (Morgan, 1979 ; Arsyad, 2000). Secara umum tanah dan kandungan debu
tinggi, liat rendah dan bahan organik rendah adalah yang paling mudah tererosi (Wischmeier dan
Mannering, 1969). Jenis mineral liat, kandungan besi dan aluminium oksida, serta ikatan elektrokimia di dalam tanah juga merupakan sifat tanah yang berpengaruh terhadap erodibilitas tanah
(Wischmeier dan Mannering, 1969 ; Liebenow et al., 1990).

a) Tekstur
Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah, ditentukan berdasarkan perbandingan butirbutir (fraksi) pasir (sand), debu (silt) dan liat (caly). Fraksi pasir berukuran 2 mm 50 lebih kasar
dibanding debu ( 50 2 ) dan liat ( lebih kecil dari 2 ). Karena ukurannya yang kasar, maka
tanah-tanah yang didominasi oleh fraksi pasir seperti tanah-tanah yang tergolong dalam sub-ordo
Psamment, akan melalukan air lebih cepat ( kapasitas infiltrasi dan permeabilitas tinggi)
dibandingkan dengan tanah-tanah yang didominasi oleh fraksi debu dan liat. Kapasitas infiltrasi dan
permeabilitas yang tinggi, serta ukuran butir yang relatif lebih besar menyebabkan tanah-tanah yang
didominasi oleh pasir umumnya mempunyai tingkat erodibilitas yang rendah. Tanah dengan
kandungan pasir yang halus (0,01 mm 50 ) tinggi juga mempunyai kapasitas infiltrasi cukup
tinggi, akan tetapi jika terjadi aliran permukaan, maka butir-butir halusnya akan mudah terangkut.
Debu merupakan fraksi tanah yang paling mudah tererosi, karena selai mempunyai ukuran yang
relatif halus, fraksi ini juga tidak mempunyai kemampuan untuk membentuk ikatan ( tanpa adanya
bantuan bahan perekat/pengikat), karena tidak mempunyai muatan, maka fraksi ini dapat
membentuk ikatan. Meyer dan Harmon (1984) menyatakan bahwa tanah-tanah bertekstur halus
(didominasi liat) umumnya bersifat kohesif dan sulit untuk dihancurkan. Walaupun demikian, bila
kekuatan curah hujan atau aliran permukaan mampu menghancurkan ikatan antar partikelnya, maka
akan timbul bahan sedimen tersuspensi yang mudah untuk terangkut atau terbawa aliran
permukaan.
Fraksi halus ( dalam bentuk sedimen tersuspensi) juga dapat menyumbat poro-pori tanah
dilapisan permukaan akan meningkat. Akan tetapi, jika tanah demikian mempunyai agregat yang

mantap, yakni tidak mudah terdispensi, maka penyerapan air ke dalam tanah masih cukup besar,
sehingga aliran permukaan dan erosi menjadi relatif tidak berbahaya (Arsyad, 2000).
Berikut ini nilai ukuran butir-butir tanah (M) untuk suatu kelas tekstur tanah.

Tabel nilai ukuran butir-butir tanah (M) untuk suatu kelas tekstur tanah
Kelas tekstur tanah

Nilai M

Kelas tekstur tanah

Nilai M

Lempung berat

210

Geluh lempung pasiran

2160

Lempung sedang

750

Debu

8245

Lempung ringan

1685

Geluh debuan

6330

Lempung debuan

2830

Geluh

4390

Lempung pasiran

3245

Geluh pasiran

3245

Geluh lempung debuan

3770

Pasir geluhan

4005

Geluh lempung

2830

Pasir

3035

b) Bahan organik
Bahan organik sangat berperan pada proses pembentukan dan pengikatan serta menstabilkan
agregat tanah. Pengikatan dan penstabilan agregat tanah oleh bahan organik dapat dilakukan
melalui pengikatan secara fisik butir-butir primer tanah oleh mycelia jamur,actionmycetes, dan/atau
akar-akar halus tanaman; dan pengikatan secara kimia, yaitu dengan menggunakan gugus-gugus
aktif dari bahan panjang, atau gugusan positif ( gugus amine, amide, atau amino) pada senyawa
organik berbentuk rantai (polymer).
Bahan organik yang masih dalam bentuk serasah, seperti daun, ranting, dan sebagainya yang
belum hancur yang menutupi permukaan tanah, merupakan pelindung tanah terhadap kekuatan
perusak butir-butir hujan yang jatuh. Bahan organik tersebut juga menghambat aliran permukaan,
sehingga kecepatan alirannya lebih lambat dan relatif tidak merusak. Bahan organik yang sudah
mengalami pelapukan mempunyai kemampuan menyerap dan menahan air yang tinggi, sampai duatiga kali berat keringnya. Akan tetapi, kemampuan menyerap air ini hanya merupakan faktor kecil
dalam mempengaruhi kecepatan aliran permukaan. Pengaruh utama bahan organik adalah
memperlambat aliran permukaan, meningkatkan infiltrasi, dan memantapkan agregat tanah
(Arsyad, 2000).
Bahan organik di dalam tanah jumlahnya tidak sama antara jenis tanah yang satu dengan yang
lainnya seperti Histosol yang mengandung bahan organik > 65 %. Perbedaan kandungan bahan

organik ini tergantung pada jenis tanah dan cara pengelolaan tanah. Menurut Puslitanak (2005)
Bogor ada beberapa kriteria dari bahan organik sebagaimana disajikan pada Tabel 5.

Tabel . Kriteria Bahan Organik.


No

Kriteria
Organik

Bahan Nilai

1.

Sangat tinggi

> 6.00

2.

Tinggi

4.30- 6.00

3.

Sedang

2.10- 4.20

4.

Rendah

1.00- 2.00

5.

Sangat rendah

< 1.00

Sumber : Puslitanak (2005)

c) Struktur/Agregasi tanah
Bentuk dan stabilitas agregat, serta persentase tanah yang teragregasi sangat berperan dalam
menentukan tingkat kepekaan tanah terhadap erosi. Hasil penelitian Meyer dan Harmon (pooly
aggregated). Tanah-tanah dengan tingkat agregasi tinggi, berstruktur kersai atau granular, serang,
tingkat penyerapan airnya lebih tinggi dari pada tanah yang tidak berstruktur atau susunan butirbutir primernya lebih rapat.
Selain dipengaruhi oleh tekstur dan kandungan bahan organik, pembentukan agregat tanah
dipengaruhi jga oleh jumlah dan jenis kation yang diadsorbsi liat. Pengaruh kandungan besi dan
aluminium oksida terhadap tingkat erodiilitas tanah, juga erat hubungannya dengan pembentukan
dan penstabilan agregat tanah (Liebenow et al., 1990). Besi dan aluminium oksida membentuk dan
meningkatkan kestabilan agregat tanah, melalui peningkatan gugus-gugus negatif dari liat oleh
gugus positif dari oksida-oksida tersebut.
Stabilitas agregat tanah sangat berpengaruh terhadap kematapan pori tanah. Tanah-tanah yang
mudah terdispensi atau agregatnya tidak stabil menyebabkan pori-porinya tanah juga mudah hancur
atau tertutup/tersumbat oleh liat atau debu (erosi internal), sehingga laju dan kapasitas infiltrasi
tanah mengalami penurunan.
Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan keruangan partikelpartikel tanah yang bergabung dengan satu dengan yang lain membentuk agregat. Dalam tinjauan
morfologi, struktur tanah diartikan sebagai susunan partikel-partikel primer menjadi satu kelompok
(cluster) yang disebut agregat yang dapat dipisah-pisahkan kembali serta mempunyai sifat yang
berbeda dari sekumpulan partikel primer yang tidak teragregasi. Dalam tinjauan edafologi, sejumlah

faktor yang berkaitan dengan struktur tanah jauh lebih penting dari sekedar bentuk agregat. Dalam
hubungan tanah-tanaman, agihan ukuran pori, stabilitas agregat, kemampuan teragregasi kembali
saat kering dan kekerasan (hardness) agregat jauh lebih penting dari ukuran dan bentuk agregat itu
sendiri (Suci dan Bambang, 2002).
Istilah struktur tanah merujuk cara butiran-butiran tanah saling mengelompok secara bersamasama diikat oleh koloida tanah. Tingkat perkembangan struktur tanah ditentukan berdasarkan atas
kemantapan dan ketahanan bentuk struktur tanah tersebut terhadap tekanan. Tanah dikatakan
tidak berstruktur bila butir-butir tanah tidak melekat satu sama lain atau saling melekat menjadi satu
satuan yang padu dan disebut massive atau pejal. Tanah dengan struktur yang baik mempunyai tata
udara yang baik, unsur-unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah (Hardjowigeno, 2003).
Struktur tanah sangat berpengaruh pada pertumbuhan akar dan bagian tanaman di atas tanah.
Apabila tanah padat maka ruang pori tanah berkurang sehingga pertumbuhan akar terbatas yang
akhirnya produksi menurun. Struktur tanah berpengaruh kuat terhadap kerapatan isi tanah
(Winarso, 2005).
Bentuk dan stabilitas agregat serta persentase tanah yang teragregasi sangat berperan dalam
menetukan tingkat kepekaan tanah terhadap erosi. Tanah yang peka terhadap erosi adalah tanah
yang paling rendah persentase agregasinya. Tanah-tanah dengan tingkat agregasi yang tinggi,
berstruktur kersai, atau granular tingkat penyerapan airnya lebih tinggi dari pada tanah yang tidak
berstruktur atau susunan butir-butir primernya lebih rapat (Meyer dan Harmon, 1984).
Dalam menentukan erodibilitas tanah perlu memperhatikan keadaan struktur tanah dalam ukuran
diameter yang dapat dilihat pada Tabel.

Tabel . Penilaian Kelas Struktur Tanah (Ukuran Diameter)

No

Struktur

Kelas

1.

Granuler sangat
halus

2.

Granuler halus

3.

Granuler sedang
sampai kasar

4.

Masif kubus,
lempeng

Sumber : Utomo (1989).

d) Jenis mineral
Jenis mineral sangat erat hubungannya dengan sifat-sifat tanah yang dihasilkan. Liat yang
mempunyai nisbah silika terhadap sesquioksida [SiO2/(Fe2O3+Al2 O3 )] lebih besar dari nilai kritikal
(>2), umumnya plastis dan mengembang jika basah, sedangkan yang mempunyai nisbah <2
umumnya kersai dan tidak mudah tererosi. Mineral liat smektit (montmorillonit) mempunyai nisbah
silika terhadap sesquioksida yang tinggi, dan diketahui bahwa tanah-tanah yang banyak mengandung
liat ini bersifat mengembang dan plastis jika basah, sehingga agregatnya tidak begitu stabil dalam
air, dan oleh karenanya mudah tererosi. Mineral liat kaolinit yang mempunyai nisbah silika
terhadap sesquioksida rendah, bersifat tidak mengembang dan hanya sedikit plastis jika basah, dan
membentuk agregat yang stabil. Kepekaan erosi tanah dengan mineral liat ilit berbeda di antara liat
smektit ( montmorillonit) dan kaolinit. Oxisol, yang mengandung sesquioksida tinggi dan silika yang
rendah, membentuk agregat yang stabil dan tahan terhadap erosi (Arsyad, 2000).

e) Kedalaman dan sifat lapisan tanah


Karakteristik profil tanah yang sangat menentukan tingkat erodibilitas tanah adalah kedalaman
tanah dan sifat lapisan tanah. Kedalaman tanah sampai lapisan kedepan atau bahan induk akan
menentukan jumlah air yang meresap ke dalam tanah. Sedangkan sifat lapisan tanah sangat
berpengaruh terhadap laju peresapan air kedalam tanah. Selanjtnya, jumlah dan laju peresapan air
ke dalam tanah sampai lapisan kedap sangat menentukan besarnya aliran permukaan, dan hal ini
sangat menentukan besarnya aliran permukaan. Tanah-tanah yang dangkal seperti Etinol, umumnya
mempunyai kemampuan untuk menampung air relatif rendah. Sedangkan pada tanah-tanah yang
tergolong Ultisol atau Alfisol, keberadaan horizon bawah permukaan yang tergolong Ultisol,
keberadaan horizon bawah proses peresapan air ke dalam tanah.
Selanjutnya menurut Veiche (2002), karakteristik penampang tanah, khususnya kedalaman tanah
dan sifat-sifat lapisan tanah, juga akan berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman.
Pertumbuhan vegetatif tanaman yang cepat akan memperbesar kebutuhan air untuk proses
evapotranspirasi, sehingga kandungan air di dalam tanah akan cepat menurun, termasuk air di
dalam pori akan menjadi cepat kosong yang memungkinkan terjadinya penyerapan air dari hujan
berikutnya.

f) Kesuburan tanah
Pengaruh kesuburan tanah terhadap eridibilitas tanah berpangkal pada kaitannya dengan
pertumbuhan tanaman. Pada tanah yang relatif lebih subur, pertumbuhan tanaman akan relatif
lebih baik. Hal ini akan berdampak pada tingkat kemampuan penyerapan air oleh tanah. Pada in
situ akan lebih terjamin. Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa peranan bahan organik dalam
menentukan kepekaan tanah terhadap erosi sangat penting.

g) Permeabilitas Tanah
Permeabilitas tanah adalah kecepatan air menembus tanah pada periode tertentu dan
dinyatakan dalam cm/jam (Foth, 1978). Sedangkan menurut Hakim dkk (1986) permeabilitas tanah
adalah menyatakan kemampuan tanah melalukan air yang bisa diukur dengan menggunakan air
dalam waktu tertentu.
Nilai permeabilitas penting dalam menentukan penggunaan dan pengelolaan praktis tanah.
Permeabilitas mempengaruhi penetrasi akar, laju penetrasi air, laju absorpsi air, drainase internal
dan pencucian unsur hara (Donahue, 1984).
Faktor-faktor yang mempengaruhi permeabilitas tanah menurut Hillel (1971) antara lain adalah
tekstur tanah, porositas dan distribusi ukuran pori, stabilitas agregat dan stabilitas struktur tanah
serta kadar bahan organik tanah. Ditegaskan lagi bahwa hubungan yang lebih utama terhadap
permeabilitas tanah adalah distribusi ukuran pori sedangkan faktor- faktor yang lain hanya ikut
menentukan porositas dan distribusi ukuran pori. Tekstur kasar menurut Anonimous (2008)
mempunyai permeabilitas yang tinggi dibandingkan dengan tekstur yang halus karena tekstur kasar
mempunyai pori makro dalam jumlah banyak sehingga umumnya tanah-tanah yang didominasi oleh
tekstur kasar seperti pasir umumnya mempunyai tingkat erodibilitas tanah yang rendah.
Permeabilitas tanah juga dapat diukur dengan menggunakan metode Hukum Darcy. Tanah di
lapangan pada umumnya berlapis, pada pasir nilai permeabilitas lapangan dan laboratorium jelas
berbeda akibat proses sedimentasi dalam pembentukan deposit tanah, struktur tanah di lapangan
dapat berubah atau hilang karena contoh tanah yang tidak terganggu tidak dapat diuji (Bowles,
1991)
Nilai permeabilitas dapat ditentukan dengan data lapangan dan data analisis laboratorium
berbeda Nilai permeabilitas tanah ditetapkan dalam keadaan jenuh.
Penentuan kelas permeabilitas tanah dapat dilihat pada Tabel yang merupakan permeabilitas
dalam menentukan erodibilitas tanah.

Tabel Penilaian Kelas Permeabilitas Tanah- Tanah.


No

Kelas Kecepatan Permeabilitas Tanah

Kelas

1.

Sangat lambat (< 0,5 cm/jam)

2.

Lambat (0,5-2 cm/jam )

3.

Lambat sampai sedang (2,0-6,3 cm/ 4


jam)

4.

Sedang (6.3-12,7 cm/jam)

5.

Sedang sampai cepat (12,7- 25,4 2

cm/jam)
6.

Cepat (> 25, 4 cm/jam)

Sumber : Penuntun Praktikum Fisika Tanah, Departemen Ilmu Tanah, FP- USU(2003).

2.3. Pengukuran erodibilitas tanah


Erodibilitas tanah sangat penting untuk diketahui agar tindakan konservasi dan pengelolaan
tanah dapat dilaksanakan secara lebih tepat dan terarah. Namun demikian, Veiche (2002)
mengatakan bahwa konsep dari erodibilitas tanah dan bagaimana cara menilainya merupakan suatu
hal yang bersifat kompleks atau tidak sederhana, karena erodibilitas dipengaruhi oleh banyak sekali
sifat-sifat tanah. Berbagai usaha telah banyak dilakukan untuk mendapatkan suatu indeks
erodibilitas tanah yang relatif lebih sederhana, baik didasarkan ada sifat-sifat tanah yang ditetapkan
di laboratorium maupun di lapangan, atau didasarkan keragaan (responden) terhadap hujan (Arsyad,
2000).
Wischmeier dan Smith (1978) telah mengembangkan konsep erodibilitas tanah yang cukup
populer, dalam hal ini faktor erodibilitas tanah (K) didefinisikan sebagai besarnya erosi persatuan
indeks erosi hujan untuk suatu tanah dalam keadaan standar, yakni tanah terus-menerus diberakan
(fallow) terletak pada lereng sepanjang 22 m, berlereng 9% dengan bentuk lereng seragam. Dari
hasil percobaan sistem petak kecil/standar tersebut, nilai erodibilitas tanah dapat dihitung dengan
persamaan :
K = A/R
Dimana :

K = faktor erodibilitas tanah


A = erosi tanah (t ha-1 tahun-1)
R = faktor erosifitas curah hujan

Tinggi rendahnya tingkat erodibilitas tanah ( dapat disebut sebagai kelas erodibilitas tanah),
berdasarkan rekomendasi USDA-SCS (1973, dalam Danger dan El-Swaify, 1976) dibagi kedalam enam
kelas erodibilitas tanah sebagai berikut :

Tabel kelas erodibilitas tanah menurut USDA-SCS (1973, dalam Danger dan El-Swaify, 1976)

Kelas USDA-SCS

Nilai K

Uraian kelas

0 -0,10

Sangat rendah

0,11 0,20

Rendah

0,21 0,32

Sedang

0,33 0,43

Agak tinggi

0,44 0,55

Tinggi

0,56 -0,64

Sangat tinggi

2.4. Prediksi erodibilitas tanah


Salah satu persamaan yang pertama kali dikembangkan untuk mempelajari erosi adalah yang
disebut persamaan Musgrave, yang selanjutnya berkembang menjadi persamaan yang banyak
dipakai sampai sekarang yaitu Universal Soil Loss Equation (USLE). USLE memungkinkan
memprediksi laju erosi rata-rata suatu lahan pada suatu kemiringan dengan pola hujan tertentu
untuk setiap macam jenis tanah dan penerapan pengelolaan lahan. Persamaan tersebut dapat juga
memprediksi erosi pada lahan-lahan non pertanian, tapi tidak dapat untuk memprediksi
pengendapan dan tidak memperhitungkan hasil sedimen dari erosi parit, tebing sungai dan dasar
sungai (Suripin, 2004).
Prediksi tingkat erosi tanah dihitung dengan menggunakan persamaan seperti dikemukakan
oleh Wischmeir dan Smith (1978) dalam Asdak (2002), dan dikenal sebagai persamaan USLE:
A = R.K.L.S.C.P
A= Besarnya kehilangan tanah atau erosi (ton/ha/tahun).
R= Faktor erosivitas (kJ/ha).
K= Faktor erodibilitas tanah (ton/kJ).
L= Faktor panjang dan kemiringan lereng.
C= Faktor penutup tanah dan cara bercocok tanam.
P = Faktor tindakan konservasi.
a. Faktor Erosivitas Hujan, R
Erosivitas merupakan kemampuan hujan dalam mengerosi tanah. Faktor iklim yang besar
pengaruhnya terhadap erosi tanah adalah hujan, temperatur dan suhu. Sejauh ini hujan merupakan
faktor yang paling penting. Hujan menyebabkan erosi tanah melalui dua jalan yaitu pelepasan

butiran tanah oleh pukulan air hujan pada permukaan tanah dan kontribusi hujan terhadap aliran.
Jumlah hujan yang yang besar tidak selalu menyebabkan erosi berat jika intensitasnya rendah, dan
sebaliknya hujan lebat dalam waktu singkat mungkin juga hanya menyebabkan sedikit erosi karena
jumlah hujannya hanya sedikit. Jika jumlah dan intensitas hujan keduanya tinggi, maka erosi tanah
yang terjadi cenderung tinggi (Suripin, 2004).
Metode perhitungan erosivitas curah hujan tergantung pada jenis data curah hujan yang tersedia.
Menggunakan rumus Bols jika diketahui jumlah curah hujan bulanan, jumlah hari hujan bulanan, dan
curah hujan harian rata-rata maksimal bulanan tertentu.
Rm = 6,119 x (Rain)m1,211 x (Days)m -0,474 x (Max P)m 0,526
R=
Di mana :
R

= Erosivitas curah hujan tahunan

Rm

= indeks erosivitas curah hujan bulanan rata-rata

(Rain)m = jumlah curah hujan bulanan rata-rata (cm)


(Days)m = jumlah hari hujan bulanan pada bulan tertentu (hari)
(Max P)m= curah hujan harian maksimal pada bulan tertentu (cm)
b. Faktor Erodibilitas Tanah
Erodibilitas tanah merupakan faktor kepekaan tanah terhadap erosi. Nilai erodibilitas tanah yang
tinggi pada suatu lahan menyebabkan erosi yang terjadi menjadi lebih besar dan sebaliknya. Faktor
erodibilitas tanah sangat berkaitan dengan tekstur tanah dan juga kandungan bahan organik tanah.
Penentuan nilai erodibilitas tanah dikembangkan oleh Wischmeier dan Smith (1978) dengan
menggunakan nomograf pada Lampiran 6j yang berdasarkan pada sifat-sifat tanah yang
mempengaruhinya meliputi tekstur, struktur, kadar bahan organik dan permeabilitas tanah (Suripin,
2004).
Tabel . Klasifikasi erodibilitas tanah
No

Kelas

Nilai K

Harkat

0.00-0.10

Sangat rendah

II

0.11-0.20

Rendah

III

0.21-0.32

Sedang

IV

0.33-0.40

Agak tinggi

0.41-0.55

Tinggi

VI

0.56-0.64

Sangat tinggi

Sumber : RTL-RLKT Departemen Kehutanan, 1995.


c. Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng (LS)
Faktor panjang lereng merupakan perbandingan tanah yang tererosi pada suatu panjang lereng
terhadap tanah tererosi pada panjang lereng 22,1 m, sedangkan faktor kemiringan lereng adalah
perbandingan tanah yang tererosi pada suatu kemiringan lahan terhadap tanah yang tererosi pada
kemiringan lahan 9% untuk kondisi permukaan lahan yang sama (Suripin, 2004).
Aplikasi sistem informasi geografis memerlukan data Digital Elevation Model(DEM) untuk
menghasilkan gambaran faktor LS yang lebih spesifik dalam setiap pixelnya. Formula untuk
menentukan nilai faktor LS berbasis DEM dalam SIG mempertimbangkan heterogenitas lereng serta
mengutamakan arah dan akumulasi aliran dalam perhitungannya. Asumsi yang dipergunakan adalah
nilai faktor LS akan berbeda antara lereng bagian atas dan bagian bawah. Nilai LS akan lebih besar
ditempat terjadinya akumulasi aliran dari pada dilereng bagian atas walaupun mempunyai panjang
lereng dan kemiringan lereng yang sama (Anonim, 2011a).
Perhitungan nilai indeks faktor kemiringan lereng (LS) menggunakan rumus sebagai berikut :
LS = L (0,0138 + 0,00965.S + 0,00138.S2)
Keterangan :
S = kemiringan lereng (%)
L = panjang lereng (m)
Moore dan Burch telah mengembangkan suatu persamaan untuk menghitung nilai LS dengan
memanfaatkan data DEM dalam sistem informasi geografis. Adapun persamaan yang digunakan
dalam penelitian ini mengacu pada Engel (2003) dengan rumus sebagai berikut :
LS= (X CZ/22.13)^0.4 (sin S/0.0896)^1.3
LS

= Faktor Lereng

X = Akumulasi Aliran
CZ = Ukuran pixel

= Kemiringan lereng (%)

Semakin panjang lereng dan kemiringan lereng maka kerusakan dan penghancuran atau
berlangsungnya erosi akan lebih besar. Dimana semakin panjang lereng pada tanah akan semakin
besar pula kecepatan aliran air di permukaannya sehingga pengikisan terhadap bagian-bagian tanah
akan semakin besar (Kartasapoetra, 1988).
Tabel ..Klasifikasi Kemiringan Lereng
Kelas

Lereng (%)

Keterangan

0-8

Datar

II

9-15

Landai

III

16-25

Agak curam

IV

26-40

Curam

>40

Sangat curam

Sumber : RTL-RLKT Departemen Kehutanan, 1995.


d. Faktor Pengelolaan Tanaman (C)
Faktor C menunjukkan keseluruhan pengaruh dari vegetasi, kondisi permukaan tanah, dan
pengelolaan lahan terhadap besarnya tanah yang hilang (erosi). Faktor pengelolaan tanaman
menggambarkan nisbah antara besarnya erosi lahan yang ditanami dengan tanaman tertentu
dengan pengelolaan tertentu terhadap besarnya erosi tanah yang tidak ditanami dan diolah bersih
dalam keadaan identik (Suripin, 2004).
Pengaruh vegetasi terhadap aliran permukaan dan erosi dapat dibagi dalam (1) intersepsi air
hujan, (2) mengurangi kecepatan aliran permukaan dan kekuatan perusak hujan dan aliran
permukaan, (3) pengaruh akar, bahan organik sisa-sisa tumbuhan yang jatuh dipermukaan tanah,
dan kegiatan-kegiatan biologi yang berhubungan dengan pertumbuhan vegetatif dan pengaruhnya
terhadap stabilitas struktur porositas tanah dan, (4) transpirasi yang mengakibatkan berkurangnya
kandungan air tanah (Arsyad, 2010).
Tabel .Nilai Faktor Pengelolaan Tanaman (C)
Penggunaan Lahan

Nilai C

Tanah terbuka, tanpa tanaman

1,0

Hutan

0,001

Sawah

0,01

Tanah kosong tak diolah

0,95

Tegalan

0,7

Ladang

0,4

Padang Rumput

0,3

Kebun Campuran, kerapatan tinggi

0,1

Kebun Campuran, kerapatan sedang

0,2

Kebun Campuran, kerapatan rendah

0,5

Semak Belukar

0,3

Padi gogo kedelai

0,55

Sorgum

0,95

Tanah kosong tak diolah

0,45

Talas

0,86

Ubi kayu + kacang tanah

0,26

Ubi kayu + jagung kacang tanah

0,45

Sorghum

0,242

Tambak

0.01

Sumber: RTL-RLKT Departemen Kehutanan, 1995.

e. Faktor Upaya Pengelolaan Konservasi (P)


Nilai faktor tindakan konservasi tanah (P) adalah nisbah antara besarnya erosi dari lahan dengan
suatu tindakan konservasi tertentu terhadap besarnya erosi pada lahan tanpa tindakan konservasi
dalam keadaan identik. Termasuk dalam tindakan konservasi tanah adalah pengolahan tanah
menurut kontur, guludan, dan teras. Di ladang pertanian, besarnya faktor P menunjukkan jenis
aktivitas pengolahan tanah seperti pencangkulan dan persiapan tanah lainnya. (Suripin, 2004).
Tabel .Nilai Faktor Upaya Pengelolaan Konservasi (P)
Teknik Konservasi Tanah

Nilai P

Teras bangku, baik

0,04

Teras bangku, sedang

0,15

Teras bangku, kurang baik

0,35

Teras tradisional

0,40

Teras gulud

0,01

Kontur cropping kemiringan 0-8%

0,50

Kontur cropping kemiringan 9-20%

0,75

Kontur cropping kemiringan 20%

0,9

Alang-alang

0,021

Padang rumput bagus

0,04

Padang rumput jelek

0,40

Jagung-padi gogo+ubi kayu-kedelai/kacang


0,421
tanah
Strip crotolaria

0,5

Mulsa jerami sebanyak 3 t/ha/th

0,25

Mulsa jerami sebanyak 1 t/ha/th

0,60

Mulsa kacang tanah

0,75

Teras bangku:kacang tanah

0,09

Tanpa tindakan konservasi

1,00

Sumber : RTL-RLKT Departemen Kehutanan, 1995.

BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Erodibilitas tanah adalah mudah tidaknya suatu tanah tererosi atau mudah tidaknya suatu tanah
untuk dihancurkan oleh kekuatan jatuhnya butir-butir hujan, dan/atau oleh kekuatan aliran
permukaan.
Universal Soil Loss Equation (USLE) memungkinkan memprediksi laju erosi rata-rata suatu lahan
pada suatu kemiringan dengan pola hujan tertentu untuk setiap macam jenis tanah dan penerapan
pengelolaan lahan dengan melihat beberapa faktor yaitu erosivitas hujan, erodibilitas tanah,
kemiringan lereng, panjang lereng, penutup tanah, dan tindakan konservasi.
Dari metode USLE ini terhadap Erodibilitas tanah, kita dapat melihat dan menunjukkan bahaya
erosi di suatu tempat pengamatan, tingkat bahaya erosi tertinggi, dan penurunan laju erosi dapat
diusahakan dengan melaksanakan arahan konservasi yang tepat seperti penanaman enutup tanah
rapat dan perbaikan konstruksi teras.

4.2. Saran
Jangan berpatukan pada satu metode saja, dalam pengamatan coba dengan metode lainnya dan
bandingkan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011a. Jurnal Prediksi Erosi berbasis pixel. http://mbojo.wordpress.com 201001jurnal-prediksi-erosisigberbasis-pixel.pdf. Tanggal akses 2 Maret 2011.

Anonim. 2011b. Tata Cara Penyusunan Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan Dan Lahan Daerah
Aliran Sungai. http://www.dephut.go.id/ INFORMASI/RLPS/14_167_04.pdf. Tanggal
akses 2 Maret 2011.
Arsyad, S., 2010. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press, Institut Pertanian Bogor: Bogor.

Anda mungkin juga menyukai