Hama Dan Penyakit Pada Kacang Tanah
Hama Dan Penyakit Pada Kacang Tanah
A. Hama
a. Uret
Gejala: memakan akar, batang bagian bawah dan polong. Akhirnya tanaman layu dan mati.
Pengendalian: olah tanah dengan baik, penggunaan pupuk kandang yang sudah matang, menanam
serempak, penyiangan intensif, Penggunaan Pestona dengan cara disiramkan ke tanah, jika tanaman
terlanjur mati segera dicabut dan uret dimusnahkan.
b. Ulat Penggulung Daun
Gejala: daun terlipat menguning, akhirnya mengering. Pengendalian: penyemprotan menggunakan
Pestona.
c. Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Gejala: ulat memakan epidermis daun dan tulang secara berkelompok. Pengendalian: (1) bersihkan
gulma, menanam serentak, pergiliran tanaman; (2) penyemprotan menggunakan Natural Vitura.
d. Ulat Jengkal (Plusia sp)
Gejala: menyerang daun kacang tanah. Pengendalian: penyemprotan menggunakan Pestona.
e. Kumbang Daun
Gejala: daun tampak berlubang, daun tinggal tulang, juga makan pucuk bunga. Pengendalian: (1)
penanaman serentak; (2) penyemprotan menggunakan Pestona.
B. Penyakit
a. Penyakit layu atau Omo Wedang
Penyebab: bakteri Xanthomonas solanacearum (E.F.S.). Gejala: daun terkulai seperti disiram air
panas, akhirnya mati. Bila dipotong tampak noda coklat pada bagian pembuluh kayu dan bila dipijit
keluar lendir kekuningan. Akar tanaman membusuk. Pengendalian: Pergiliran tanaman, gunakan
varietas yang tahan. Penting melakukan pencegahan menggunakan Natural GLIO.
b. Penyakit sapu setan
Penyebab: Mycoplasma (sejenis virus). Diduga ditularkan serangga sejenis Aphis. Gejala: bunga
berwarna hijau tua seperti daun-daun kecil, ruas-ruas batang dan cabang menjadi pendek, daundaun kecil rimbun. Pengendalian: tanaman dicabut, dibuang dan dimusnahkan, semua tanaman
inang dibersihkan (sanitasi lingkungan), menanam tanaman yang tahan, menanggulangi vektornya
menggunakan Pestona atau Natural BVR.
c. Penyakit Bercak Daun
Penyebab : Jamur Cercospora personata dan Cercospora arachidicola. Gejala: timbul bercak-bercak
berukuran 1-5 mm, berwarna coklat dan hitam pada daun dan batang. Pengendalian: dengan
menggunakan Natural GLIO di awal tanam sebagai tindakan pencegahan.
d. Penyakit Gapong
Penyebab: diduga Nematoda. Gejala: Polong kosong, juga bisa busuk. Pengendalian: tanahnya
didangir dan dicari nematodanya.
e. Penyakit Sclerotium
Penyebab: cendawan Sclerotium rolfsii. Gejala: tanaman layu. Pengendalian: gunakan varietas yang
resisten, air jangan sampai menggenang, membakar tanaman yang terserang cendawan.
Pencegahan: gunakan Natural GLIO pada awal tanam
f. Penyakit Karat
Penyebab: cendawan Puccinia arachidis Speg. Gejala: pada daun terdapat bercak-bercak coklat
muda sampai coklat (warna karat). Daun gugur sebelum waktunya. Pengendalian: gunakan varietas
yang resisten, tanaman yang terserang dicabut dan dibakar. Pencegahan: gunakan Natural GLIO
pada awal tanam.
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi
dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata
dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2
tutup)/tangki.
Oleh : Musriati, SP
Penyuluh Pertanian di Dispertanbun Blora
BAB I
PENDAHULUAN
Sumberdaya alam utama yaitu tanah dan air pada dasarnya merupakan sumberdaya alam yang
dapat diperbaharui, namun mudah mengalami kerusakan atau degradasi. Kerusakan tanah dapat
terjadi oleh (1) kehilangan unsur tanah dan bahan organik di daerah perakaran, (2) terkumpulnya
garam di daerah perakaran, (3) penjenuhan tanah oleh air, dan (4) erosi. Kerusakan tanah tersebut
menyebabkan berkurangnya kemampuan tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman (Suripin,
2004).
Bahaya erosi yang telah menurunkan produktivitas tanah merupakan masalah utama dari tahun
ke tahun tetap harus dihadapi oleh pemerintah. Bahaya erosi yang menimpa lahan-lahan pertanian
serta penduduk sering terjadi pada lahan-lahan yang memiliki kelerengan sekitar 15% keatas. Bahaya
ini disebabkan selain oleh perbuatan manusia yang mementingkan pemuasan kebutuhan diri
sendiri, juga dikarenakan pengelolaan tanah dan pengairannya yang keliru (Asdak, 2002).
Untuk mengidentifikasi tingkat bahaya erosi, model yang dapat digunakan adalah dengan
menggunakan model USLE (Universal Soil Loss Equation). Model USLE mempertimbangkan beberapa
faktor dalam kajian erosi seperti faktor erosivitas hujan, faktor erodibilitas tanah, faktor panjang dan
kemiringan lereng, faktor penutupan dan manajemen tanaman, dan faktor tindakan konservasi
tanah (Arsyad, 2010).
Model yang banyak berkembang saat ini adalah model yang menggunakan fasilitas Sistem
Informasi Geografis (SIG) yang merupakan suatu sistem (berbasis komputer) yang digunakan untuk
menyimpan dan memproses informasi-informasi spasial. SIG dirancang untuk mengumpulkan,
menyimpan, dan menganalisis objek-objek dan fenomena-fenomena dimana lokasi geografis
merupakan karakteristik yang penting untuk dianalisis (Anonim, 2011a).
.
1.2. Tujuan penyusunan makalah
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah agar kita mengetahui apa itu Erodibilitas tanah,
bagaimana proses itu terjadi, cara menghitung, dan penanggulangannya agar menekan terjadinya
erodibilitas tanah tersebut.
1.3. Manfaat penyusunan makalah
Penyusunan makalah ini sangat membantu kita dalam perkebunan nantinya yaitu saat kita
membuka lahan agar tidak terjadi permasalahan dalam prosesnya. Disamping itu, menambah
wawasan adalah manfaat lain dari penyusunan makalah ini khususnya dalam ilmu konservasi tanah
dan air.
1.4. Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang penulis lakukan yaitu mencari bahan di internet dan
menyusunnya menjadi sebuah makalah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Indeks kepekaan tanah terhadap erosi atau erodibilitas tanah merupakan jumlah
tanah yang hilang setiap tahunnya per satuan indeks daya erosi curah hujan pada
sebidang tanah tanpa tanaman, tanpa usaha pencegahan erosi pada lereng 9 % dan
panjang 22 m. Kepekaan tanah terhadap erosi dipengaruhi oleh tekstur tanah (terutama
kadar debu +pasir halus), bahan organik, struktur dan permeabilitas tanah
(Hardjowigeno, 2003).
Erodibilitas tanah (ketahanan tanah) dapat ditentukan dengan aturan rumus menurut,
perhitungan nilai K dapat dihitung dengan persamaan Weischmeier, et all, (1971)
K = 1,292{ 2,1 M 1,14 (10 -4) (12-a) + 3,25 (b-2) + 2,5 (c-3)} /100
Dimana :
M = ukuran partikel (% pasir sangat halus+ % debu x (100-% liat)
% pasir sangat halus = 30 % dari pasir (Sinukaban dalam Sinulingga,1990)
a = kandungan bahan organik (% C x 1,724)
b = harkat struktur tanah
c = harkat permeabilitas tanah
Erodibilitas tanah juga dapat dapat diduga dengan menggunakan nomograph. Sifatsfat tanah yang menentukan besarnya nilai K berdasarkan Nomograph tersebut adalah
(1) Persen kandungan debu dan pasir halus, (2) Persen Kandungan pasir, (3) Persen
bahan kandungan bahan organik (4) Struktur tanah, (5) Permeabilitas tanah. Untuk itu
diperlukan angka hasil penetapan sifat- sifat tanah seperti tekstur dengan 4 fraksi ( pasir
kasar, pasir halus, debu, dan liat ) dan bahan organik tanah sedangkan struktur dan
permeabilitas ditetapkan berdasarkan hasil pengamatan pada profil tanah yang dapat
digambar dalam Nomograph.
Dimana :
E
= erodibilitas
Sand = pasir
Silt
= debu
Clay = liat
Adapun penetapan nilai erodibilitas (K) tanah- tanah yang ada di Indonesia dapat
disajikan pada Tabel .
Klasifikasi Kelas Erodibilitas Tanah-Tanah.
Kelas
Nilai K
Tingkat Erodibilitas
1.
0,00 -0,10
Sangat rendah
2.
0, 11 -0,21
Rendah
3.
0,22- 0,32
Sedang
4.
0,33 -0,44
Agak tinggi
5.
0,45 -0,55
Tinggi
6.
0,56 -0,64
Sangat Tinggi
BAB III
PEMBAHASAN
Meskipun erodibilitas tanah tidak hanya ditentukan oleh sifat-sifat tanah, namun untuk membuat
konsep erodibilitas tanah menjadi tidak terlalu kompleks, maka beberapa peneliti menggambarkan
erodibilitas tanah sebagai pernyataan keseluruhan pengaruh sifat-sifat tanah dan bebas dari faktor
penyebab erosi lainnya (Arsyad, 2000).
Pada prinsipnya sifat-sifat tanah yang mempengaruhi erodibilitas tanah adalah :
Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi laju infiltrasi, permeabilitas dan kapasitas tanah menahan air.
Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi ketahanan struktur tanah terhadap dispersi dan pengikisan
oleh butir-butir air hujan dan aliran permukaan.
Sifat-sifat tanah tersebut mencakup tekstur, struktur, bahan organik, kedalaman tanah dan
tingkat kesuburan tanah (Morgan, 1979 ; Arsyad, 2000). Secara umum tanah dan kandungan debu
tinggi, liat rendah dan bahan organik rendah adalah yang paling mudah tererosi (Wischmeier dan
Mannering, 1969). Jenis mineral liat, kandungan besi dan aluminium oksida, serta ikatan elektrokimia di dalam tanah juga merupakan sifat tanah yang berpengaruh terhadap erodibilitas tanah
(Wischmeier dan Mannering, 1969 ; Liebenow et al., 1990).
a) Tekstur
Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah, ditentukan berdasarkan perbandingan butirbutir (fraksi) pasir (sand), debu (silt) dan liat (caly). Fraksi pasir berukuran 2 mm 50 lebih kasar
dibanding debu ( 50 2 ) dan liat ( lebih kecil dari 2 ). Karena ukurannya yang kasar, maka
tanah-tanah yang didominasi oleh fraksi pasir seperti tanah-tanah yang tergolong dalam sub-ordo
Psamment, akan melalukan air lebih cepat ( kapasitas infiltrasi dan permeabilitas tinggi)
dibandingkan dengan tanah-tanah yang didominasi oleh fraksi debu dan liat. Kapasitas infiltrasi dan
permeabilitas yang tinggi, serta ukuran butir yang relatif lebih besar menyebabkan tanah-tanah yang
didominasi oleh pasir umumnya mempunyai tingkat erodibilitas yang rendah. Tanah dengan
kandungan pasir yang halus (0,01 mm 50 ) tinggi juga mempunyai kapasitas infiltrasi cukup
tinggi, akan tetapi jika terjadi aliran permukaan, maka butir-butir halusnya akan mudah terangkut.
Debu merupakan fraksi tanah yang paling mudah tererosi, karena selai mempunyai ukuran yang
relatif halus, fraksi ini juga tidak mempunyai kemampuan untuk membentuk ikatan ( tanpa adanya
bantuan bahan perekat/pengikat), karena tidak mempunyai muatan, maka fraksi ini dapat
membentuk ikatan. Meyer dan Harmon (1984) menyatakan bahwa tanah-tanah bertekstur halus
(didominasi liat) umumnya bersifat kohesif dan sulit untuk dihancurkan. Walaupun demikian, bila
kekuatan curah hujan atau aliran permukaan mampu menghancurkan ikatan antar partikelnya, maka
akan timbul bahan sedimen tersuspensi yang mudah untuk terangkut atau terbawa aliran
permukaan.
Fraksi halus ( dalam bentuk sedimen tersuspensi) juga dapat menyumbat poro-pori tanah
dilapisan permukaan akan meningkat. Akan tetapi, jika tanah demikian mempunyai agregat yang
mantap, yakni tidak mudah terdispensi, maka penyerapan air ke dalam tanah masih cukup besar,
sehingga aliran permukaan dan erosi menjadi relatif tidak berbahaya (Arsyad, 2000).
Berikut ini nilai ukuran butir-butir tanah (M) untuk suatu kelas tekstur tanah.
Tabel nilai ukuran butir-butir tanah (M) untuk suatu kelas tekstur tanah
Kelas tekstur tanah
Nilai M
Nilai M
Lempung berat
210
2160
Lempung sedang
750
Debu
8245
Lempung ringan
1685
Geluh debuan
6330
Lempung debuan
2830
Geluh
4390
Lempung pasiran
3245
Geluh pasiran
3245
3770
Pasir geluhan
4005
Geluh lempung
2830
Pasir
3035
b) Bahan organik
Bahan organik sangat berperan pada proses pembentukan dan pengikatan serta menstabilkan
agregat tanah. Pengikatan dan penstabilan agregat tanah oleh bahan organik dapat dilakukan
melalui pengikatan secara fisik butir-butir primer tanah oleh mycelia jamur,actionmycetes, dan/atau
akar-akar halus tanaman; dan pengikatan secara kimia, yaitu dengan menggunakan gugus-gugus
aktif dari bahan panjang, atau gugusan positif ( gugus amine, amide, atau amino) pada senyawa
organik berbentuk rantai (polymer).
Bahan organik yang masih dalam bentuk serasah, seperti daun, ranting, dan sebagainya yang
belum hancur yang menutupi permukaan tanah, merupakan pelindung tanah terhadap kekuatan
perusak butir-butir hujan yang jatuh. Bahan organik tersebut juga menghambat aliran permukaan,
sehingga kecepatan alirannya lebih lambat dan relatif tidak merusak. Bahan organik yang sudah
mengalami pelapukan mempunyai kemampuan menyerap dan menahan air yang tinggi, sampai duatiga kali berat keringnya. Akan tetapi, kemampuan menyerap air ini hanya merupakan faktor kecil
dalam mempengaruhi kecepatan aliran permukaan. Pengaruh utama bahan organik adalah
memperlambat aliran permukaan, meningkatkan infiltrasi, dan memantapkan agregat tanah
(Arsyad, 2000).
Bahan organik di dalam tanah jumlahnya tidak sama antara jenis tanah yang satu dengan yang
lainnya seperti Histosol yang mengandung bahan organik > 65 %. Perbedaan kandungan bahan
organik ini tergantung pada jenis tanah dan cara pengelolaan tanah. Menurut Puslitanak (2005)
Bogor ada beberapa kriteria dari bahan organik sebagaimana disajikan pada Tabel 5.
Kriteria
Organik
Bahan Nilai
1.
Sangat tinggi
> 6.00
2.
Tinggi
4.30- 6.00
3.
Sedang
2.10- 4.20
4.
Rendah
1.00- 2.00
5.
Sangat rendah
< 1.00
c) Struktur/Agregasi tanah
Bentuk dan stabilitas agregat, serta persentase tanah yang teragregasi sangat berperan dalam
menentukan tingkat kepekaan tanah terhadap erosi. Hasil penelitian Meyer dan Harmon (pooly
aggregated). Tanah-tanah dengan tingkat agregasi tinggi, berstruktur kersai atau granular, serang,
tingkat penyerapan airnya lebih tinggi dari pada tanah yang tidak berstruktur atau susunan butirbutir primernya lebih rapat.
Selain dipengaruhi oleh tekstur dan kandungan bahan organik, pembentukan agregat tanah
dipengaruhi jga oleh jumlah dan jenis kation yang diadsorbsi liat. Pengaruh kandungan besi dan
aluminium oksida terhadap tingkat erodiilitas tanah, juga erat hubungannya dengan pembentukan
dan penstabilan agregat tanah (Liebenow et al., 1990). Besi dan aluminium oksida membentuk dan
meningkatkan kestabilan agregat tanah, melalui peningkatan gugus-gugus negatif dari liat oleh
gugus positif dari oksida-oksida tersebut.
Stabilitas agregat tanah sangat berpengaruh terhadap kematapan pori tanah. Tanah-tanah yang
mudah terdispensi atau agregatnya tidak stabil menyebabkan pori-porinya tanah juga mudah hancur
atau tertutup/tersumbat oleh liat atau debu (erosi internal), sehingga laju dan kapasitas infiltrasi
tanah mengalami penurunan.
Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan keruangan partikelpartikel tanah yang bergabung dengan satu dengan yang lain membentuk agregat. Dalam tinjauan
morfologi, struktur tanah diartikan sebagai susunan partikel-partikel primer menjadi satu kelompok
(cluster) yang disebut agregat yang dapat dipisah-pisahkan kembali serta mempunyai sifat yang
berbeda dari sekumpulan partikel primer yang tidak teragregasi. Dalam tinjauan edafologi, sejumlah
faktor yang berkaitan dengan struktur tanah jauh lebih penting dari sekedar bentuk agregat. Dalam
hubungan tanah-tanaman, agihan ukuran pori, stabilitas agregat, kemampuan teragregasi kembali
saat kering dan kekerasan (hardness) agregat jauh lebih penting dari ukuran dan bentuk agregat itu
sendiri (Suci dan Bambang, 2002).
Istilah struktur tanah merujuk cara butiran-butiran tanah saling mengelompok secara bersamasama diikat oleh koloida tanah. Tingkat perkembangan struktur tanah ditentukan berdasarkan atas
kemantapan dan ketahanan bentuk struktur tanah tersebut terhadap tekanan. Tanah dikatakan
tidak berstruktur bila butir-butir tanah tidak melekat satu sama lain atau saling melekat menjadi satu
satuan yang padu dan disebut massive atau pejal. Tanah dengan struktur yang baik mempunyai tata
udara yang baik, unsur-unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah (Hardjowigeno, 2003).
Struktur tanah sangat berpengaruh pada pertumbuhan akar dan bagian tanaman di atas tanah.
Apabila tanah padat maka ruang pori tanah berkurang sehingga pertumbuhan akar terbatas yang
akhirnya produksi menurun. Struktur tanah berpengaruh kuat terhadap kerapatan isi tanah
(Winarso, 2005).
Bentuk dan stabilitas agregat serta persentase tanah yang teragregasi sangat berperan dalam
menetukan tingkat kepekaan tanah terhadap erosi. Tanah yang peka terhadap erosi adalah tanah
yang paling rendah persentase agregasinya. Tanah-tanah dengan tingkat agregasi yang tinggi,
berstruktur kersai, atau granular tingkat penyerapan airnya lebih tinggi dari pada tanah yang tidak
berstruktur atau susunan butir-butir primernya lebih rapat (Meyer dan Harmon, 1984).
Dalam menentukan erodibilitas tanah perlu memperhatikan keadaan struktur tanah dalam ukuran
diameter yang dapat dilihat pada Tabel.
No
Struktur
Kelas
1.
Granuler sangat
halus
2.
Granuler halus
3.
Granuler sedang
sampai kasar
4.
Masif kubus,
lempeng
d) Jenis mineral
Jenis mineral sangat erat hubungannya dengan sifat-sifat tanah yang dihasilkan. Liat yang
mempunyai nisbah silika terhadap sesquioksida [SiO2/(Fe2O3+Al2 O3 )] lebih besar dari nilai kritikal
(>2), umumnya plastis dan mengembang jika basah, sedangkan yang mempunyai nisbah <2
umumnya kersai dan tidak mudah tererosi. Mineral liat smektit (montmorillonit) mempunyai nisbah
silika terhadap sesquioksida yang tinggi, dan diketahui bahwa tanah-tanah yang banyak mengandung
liat ini bersifat mengembang dan plastis jika basah, sehingga agregatnya tidak begitu stabil dalam
air, dan oleh karenanya mudah tererosi. Mineral liat kaolinit yang mempunyai nisbah silika
terhadap sesquioksida rendah, bersifat tidak mengembang dan hanya sedikit plastis jika basah, dan
membentuk agregat yang stabil. Kepekaan erosi tanah dengan mineral liat ilit berbeda di antara liat
smektit ( montmorillonit) dan kaolinit. Oxisol, yang mengandung sesquioksida tinggi dan silika yang
rendah, membentuk agregat yang stabil dan tahan terhadap erosi (Arsyad, 2000).
f) Kesuburan tanah
Pengaruh kesuburan tanah terhadap eridibilitas tanah berpangkal pada kaitannya dengan
pertumbuhan tanaman. Pada tanah yang relatif lebih subur, pertumbuhan tanaman akan relatif
lebih baik. Hal ini akan berdampak pada tingkat kemampuan penyerapan air oleh tanah. Pada in
situ akan lebih terjamin. Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa peranan bahan organik dalam
menentukan kepekaan tanah terhadap erosi sangat penting.
g) Permeabilitas Tanah
Permeabilitas tanah adalah kecepatan air menembus tanah pada periode tertentu dan
dinyatakan dalam cm/jam (Foth, 1978). Sedangkan menurut Hakim dkk (1986) permeabilitas tanah
adalah menyatakan kemampuan tanah melalukan air yang bisa diukur dengan menggunakan air
dalam waktu tertentu.
Nilai permeabilitas penting dalam menentukan penggunaan dan pengelolaan praktis tanah.
Permeabilitas mempengaruhi penetrasi akar, laju penetrasi air, laju absorpsi air, drainase internal
dan pencucian unsur hara (Donahue, 1984).
Faktor-faktor yang mempengaruhi permeabilitas tanah menurut Hillel (1971) antara lain adalah
tekstur tanah, porositas dan distribusi ukuran pori, stabilitas agregat dan stabilitas struktur tanah
serta kadar bahan organik tanah. Ditegaskan lagi bahwa hubungan yang lebih utama terhadap
permeabilitas tanah adalah distribusi ukuran pori sedangkan faktor- faktor yang lain hanya ikut
menentukan porositas dan distribusi ukuran pori. Tekstur kasar menurut Anonimous (2008)
mempunyai permeabilitas yang tinggi dibandingkan dengan tekstur yang halus karena tekstur kasar
mempunyai pori makro dalam jumlah banyak sehingga umumnya tanah-tanah yang didominasi oleh
tekstur kasar seperti pasir umumnya mempunyai tingkat erodibilitas tanah yang rendah.
Permeabilitas tanah juga dapat diukur dengan menggunakan metode Hukum Darcy. Tanah di
lapangan pada umumnya berlapis, pada pasir nilai permeabilitas lapangan dan laboratorium jelas
berbeda akibat proses sedimentasi dalam pembentukan deposit tanah, struktur tanah di lapangan
dapat berubah atau hilang karena contoh tanah yang tidak terganggu tidak dapat diuji (Bowles,
1991)
Nilai permeabilitas dapat ditentukan dengan data lapangan dan data analisis laboratorium
berbeda Nilai permeabilitas tanah ditetapkan dalam keadaan jenuh.
Penentuan kelas permeabilitas tanah dapat dilihat pada Tabel yang merupakan permeabilitas
dalam menentukan erodibilitas tanah.
Kelas
1.
2.
3.
4.
5.
cm/jam)
6.
Sumber : Penuntun Praktikum Fisika Tanah, Departemen Ilmu Tanah, FP- USU(2003).
Tinggi rendahnya tingkat erodibilitas tanah ( dapat disebut sebagai kelas erodibilitas tanah),
berdasarkan rekomendasi USDA-SCS (1973, dalam Danger dan El-Swaify, 1976) dibagi kedalam enam
kelas erodibilitas tanah sebagai berikut :
Tabel kelas erodibilitas tanah menurut USDA-SCS (1973, dalam Danger dan El-Swaify, 1976)
Kelas USDA-SCS
Nilai K
Uraian kelas
0 -0,10
Sangat rendah
0,11 0,20
Rendah
0,21 0,32
Sedang
0,33 0,43
Agak tinggi
0,44 0,55
Tinggi
0,56 -0,64
Sangat tinggi
butiran tanah oleh pukulan air hujan pada permukaan tanah dan kontribusi hujan terhadap aliran.
Jumlah hujan yang yang besar tidak selalu menyebabkan erosi berat jika intensitasnya rendah, dan
sebaliknya hujan lebat dalam waktu singkat mungkin juga hanya menyebabkan sedikit erosi karena
jumlah hujannya hanya sedikit. Jika jumlah dan intensitas hujan keduanya tinggi, maka erosi tanah
yang terjadi cenderung tinggi (Suripin, 2004).
Metode perhitungan erosivitas curah hujan tergantung pada jenis data curah hujan yang tersedia.
Menggunakan rumus Bols jika diketahui jumlah curah hujan bulanan, jumlah hari hujan bulanan, dan
curah hujan harian rata-rata maksimal bulanan tertentu.
Rm = 6,119 x (Rain)m1,211 x (Days)m -0,474 x (Max P)m 0,526
R=
Di mana :
R
Rm
Kelas
Nilai K
Harkat
0.00-0.10
Sangat rendah
II
0.11-0.20
Rendah
III
0.21-0.32
Sedang
IV
0.33-0.40
Agak tinggi
0.41-0.55
Tinggi
VI
0.56-0.64
Sangat tinggi
= Faktor Lereng
X = Akumulasi Aliran
CZ = Ukuran pixel
Semakin panjang lereng dan kemiringan lereng maka kerusakan dan penghancuran atau
berlangsungnya erosi akan lebih besar. Dimana semakin panjang lereng pada tanah akan semakin
besar pula kecepatan aliran air di permukaannya sehingga pengikisan terhadap bagian-bagian tanah
akan semakin besar (Kartasapoetra, 1988).
Tabel ..Klasifikasi Kemiringan Lereng
Kelas
Lereng (%)
Keterangan
0-8
Datar
II
9-15
Landai
III
16-25
Agak curam
IV
26-40
Curam
>40
Sangat curam
Nilai C
1,0
Hutan
0,001
Sawah
0,01
0,95
Tegalan
0,7
Ladang
0,4
Padang Rumput
0,3
0,1
0,2
0,5
Semak Belukar
0,3
0,55
Sorgum
0,95
0,45
Talas
0,86
0,26
0,45
Sorghum
0,242
Tambak
0.01
Nilai P
0,04
0,15
0,35
Teras tradisional
0,40
Teras gulud
0,01
0,50
0,75
0,9
Alang-alang
0,021
0,04
0,40
0,5
0,25
0,60
0,75
0,09
1,00
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Erodibilitas tanah adalah mudah tidaknya suatu tanah tererosi atau mudah tidaknya suatu tanah
untuk dihancurkan oleh kekuatan jatuhnya butir-butir hujan, dan/atau oleh kekuatan aliran
permukaan.
Universal Soil Loss Equation (USLE) memungkinkan memprediksi laju erosi rata-rata suatu lahan
pada suatu kemiringan dengan pola hujan tertentu untuk setiap macam jenis tanah dan penerapan
pengelolaan lahan dengan melihat beberapa faktor yaitu erosivitas hujan, erodibilitas tanah,
kemiringan lereng, panjang lereng, penutup tanah, dan tindakan konservasi.
Dari metode USLE ini terhadap Erodibilitas tanah, kita dapat melihat dan menunjukkan bahaya
erosi di suatu tempat pengamatan, tingkat bahaya erosi tertinggi, dan penurunan laju erosi dapat
diusahakan dengan melaksanakan arahan konservasi yang tepat seperti penanaman enutup tanah
rapat dan perbaikan konstruksi teras.
4.2. Saran
Jangan berpatukan pada satu metode saja, dalam pengamatan coba dengan metode lainnya dan
bandingkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011a. Jurnal Prediksi Erosi berbasis pixel. http://mbojo.wordpress.com 201001jurnal-prediksi-erosisigberbasis-pixel.pdf. Tanggal akses 2 Maret 2011.
Anonim. 2011b. Tata Cara Penyusunan Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan Dan Lahan Daerah
Aliran Sungai. http://www.dephut.go.id/ INFORMASI/RLPS/14_167_04.pdf. Tanggal
akses 2 Maret 2011.
Arsyad, S., 2010. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press, Institut Pertanian Bogor: Bogor.