Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

PERLINDUNGAN DAN PENEGAKAN HUKUM

DISUSUN

H
KELOMPOK 1 :

1.m.sefta ramadiansyah 4.Dheta Aprilia putri

2.gilang ferdinan 5.nur Amalia

3.zafira Assyifa 6.imam aziz Najmi tsaaqib

Guru Pembimbing: Yossi Prahmalia, M.Pd

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI SUMSEL

SMAN 2 MUARA ENIM


TAHUN PELAJARAN 2023/2024

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah yang telah melimpahkan taufik
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan judul
“Perlindungan dan Penegakan Hukum dalam Menjamin dan Keadilan”.
Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita yakni Nabi
Muhammad saw. yang telah membawa ajaran yang benar semoga kita diberi
syafa'at di yaumil akhir nanti.
Penyusun berusaha semaksimal mungkin agar penyajian makalah ini dapat
bermanfaat mengenai pengetahuan tentang perlindungan dan penegakan hukum
dalam menjamin dan keadilan baik bagi penyusun sendiri maupun bagi para
pembaca.
Di dalam makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, segala
kritik dan saran yang bersifat perbaikan dari guru pembimbing dan teman-teman
sekalian akan kami terima dengan senang hati.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam menjalankan hukum di
kehidupan bermasyarakat dan bernegara

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................................2
D. Manfaat........................................................................................................2
A.manfaat bagi diri sendiri............................................................................2
B.manfaat bagi sekolah..................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................1
PEMBAHASAN.....................................................................................................1
A. Makna Perlindungan dan Penegakan Hukum dalam Kehidupan
Bermasyarakat....................................................................................................1
B. Praktik Perlindungan dan Penegakan Hukum dalam Kehidupan
Masyarakat.......................................................................................................16
BAB III..................................................................................................................20
PENUTUP.............................................................................................................20
A. Kesimpulan................................................................................................20
B. Saran..........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................22
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Undang-Undang Dasar 1945 secara tegas menerangkan dalam pasal 1
ayat (3) UUD 1945 perubahan ketiga yang berbunyi “Negara Indonesia
adalah Negara hukum”. Artinya, Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah
negara yang berdasar atas hukum,tidak berdasar atas kekuasaan,dan
pemerintah berdasarkan sistem konsitusi,bukan kekuasaan yang tidak
terbatas.Dan perwujudan hukum tersebut terdapat dalam UUD 1945 serta
peraturan perundangan di bawahnya.Dalam negara hukum, segala
permasalahan diselesaikan sesuai hukum yang berlaku. Akan tetapi, praktik
perlindungan dan penegakan hukum terkadang berbeda dengan prosedur yang
ditetapkan. Oleh karena itu, perlindungan dan penegakan hukum di Indonesia
untuk menjamin keadilan dan kebenaran dalam kehidupan bermasyarakat
harus segera dibenahi agar tidak terjadi penyelewengan hukum yang
dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Seorang yang
melanggar hukum harus ditindak sesuai aturan hukum yang berlaku.
Perlindungan dan penegakan hukum harus memenuhi rasa keadilan
masyarakat.
Hukum Negara ialah aturan bagi Negara itu sendiri, bagaimana suatu
Negara menciptakan keadaan yang relevan, keadaan yang menentramkan
kehidupan sosial masyarakatnya, menghindarkan dari segala bentuk tindak
pidana maupun perdata.hukum adalah keseluruhan peraturan tentang tingkah
laku.hukum dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi.pasal
UUD NRI Tahun 1945 menyatakan bahwa "segala warga negara bersamaan
kedudukannya didalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung
hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya".rumusan tersebut
bermakna bahwa semua warga negara dimana pun berada memilik

1
2

kedudukan yang sama Dimata hukum dan hak hak yang sama dihadapan
pemerintah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa makna perlindungan dan penegakan hukum dalam kehidupan
bermasyarakat?
2. Bagaimana praktik perlindungan dan penegakan hukum dalam kehidupan
masyarakat?
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui sistem perlindungan dan penegakan hukum di


Indonesia.
2. Menganalisis praktik perlindungan dan penegakan hukum dalam
masyarakat untuk menjamin keadilan dan kedamaian.
3. Menyaji hasil analisis praktik perlindungan dan penegakan hukum untuk
menjamin keadilan dan kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dalam pembahasan ini adalah sebagai
berikut.
1.4.1 manfaat bagi diri sendiri
1. Dapat mengetahui sistem perlindungan dan penegakan hukum yang
berlaku di Indonesia.
2. Dapat mengetahui mengapa masyarakat tidak puas dengan penegakan
hukum di Indonesia.
3. Dapat mengetahui dan menilai bagaimana solusi dalam pemecahan
permasalahan hukum di Indonesia.
1.4.2 manfaat bagi sekolah
1. Sebagai alat pembelajaran mengenai sistem perlindungan dan
penegakan hukum yang berlaku di Indonesia
2. Sebagai bahan evaluasi untuk penelitian selanjutnya
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Makna Perlindungan dan Penegakan Hukum dalam Kehidupan


Bermasyarakat
Perlindungan hukum merupakan hak setiap warga negara Indonesia,
artinya seluruh warga negara Indonesia tanpa membedakan berdasarkan
golongan tertentu, berhak mendapatkan perlindungan hukum dari sesuatu
yang mengancam dirinya. Penegakan hukum merupakan suatu usaha untuk
mewujudkan ide-ide keadilan, kepastian hukum, dan kemanfaatan sosial
menjadi kenyataan.
1. Makna Perlindungan Hukum
Indonesia sebagai negara hukum, segala sesuatunya harus
berdasarkan pada hukum.Perlindungan hukum diberlakukan bagi setiap
orang sebagai bentuk perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia
terhadap ketentuan hukum yang mungkin saja melanggar hak-hak
individu. Pasal 28D NRI Tahun 1945 menyatakan"bahwa setiap orang
berhak atas pengakuan,jaminan, perlindungan,dan kepastian hukum yang
adil serta perlakuan yang sama di depan hukum.Semua masyarakat
Indonesia mendapat perlindungan hukum karena negara hukum
melindungi segenap warga negara tanpa membeda-bedakannya.
Hukum dapat diartikan sebagai himpunan peraturan-peraturan yang
dibuat oleh penguasa negara atau pemerintah untuk mengatur tingkah laku
manusia dalam bermasyarakat, bersifat memaksa, dan memiliki sanksi
yang harus dipatuhi oleh masyarakat. Sedangkan perlindunganadalah suatu
proses cara perbuatan untuk melindungi seseorang. Jadi perlindungan
hukum adalah jaminan perlindungan pemerintah dan atau masyarakat
kepada warga negara dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban, dan
peranannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

3
4

2. Makna Penegakan Hukum


Penegakan hukum adalah proses dilakukan upaya tegaknya atau
berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman pelaku
dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.
Menurut Satjipto Rahardjo"penegakan hukum merupakan proses
perwujudan ide-ide (ide keadilan, ide kepastian hukum, dan ide
kemanfaatan sosial) yang bersifat abstrak menjadi kenyataan". Unsur-
unsur yang perlu diperhatikan dalam penegakan hukum sebagai berikut.
a. Kepastian hukum
Hukum dibuat untuk memberikan jaminan terhadap hak-hak
warga negara dan pemerintah. Hak-hak tersebut tidak boleh dilanggar.
Apabila hak-hak yang dijamin hukum dilanggar pelanggarnya akan
mendapatkan sanksi. Keberadaan sanksi dalam hukum merupakan
salah satu ciri hukum. Mengapa para pelanggar tersebut bisa dihukum?
Hal tersebut karena hukum mempunyai sifat memaksa dan mengikat
semua pihak. Oleh karena itu, kedua sifat tersebut menjadi alasan
seseorang bisa terjerat hukum.
Bekerjanya hukum dalam proses perlindungan dan penegakan
hukum menunjukkan tegaknya supremasi hukum. Ini menjadi suatu
bukti bahwa hukum mempunyai kuasa dalam suatu negara. Kekuasaan
hukum berlaku bagi semua pihak, baik warga negara maupun
pemerintah. Pemerintah sebagai pelaksana pemerintahan negara harus
memperhatikan aturan-aturan hukum yang berlaku.Kepastian hukum
merupakan perlindungan yustisiabel terhadap tindakan sewenang-
wenang, yang berarti bahwa seseorang akan dapat memperoleh sesuatu
yang diharapkan dalam keadaan tertentu. Masyarakat mengharap
adanya kepastian hukum masyarakat akan lebih tertib.
b. Kemanfaatan
Hukum dapat menjadi alat kontrol sosial. Berbagai ketentuan
yang ada dalam peraturan perundang-undangan menjadi batas
5

sekaligus tindakan yang harus dilakukan masyarakat. Kehidupan


masyarakat akan lebih terjaga. Indikator perbuatan baik dan buruk
dalam masyarakat dapat diketahui dalam peraturan perundang-
undangan. Seperti contoh pasal 362 Kitab Undang- Undang Hukum
Pidana. Pasal tersebut memberikan larangan melakukan pencurian
kepada setiap orang. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa
pencurian merupakan tindakan yang tidak baik sebagaimana diatur
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Apabila semua orang
mematuhi aturan tersebut, kehidupan masyarakat akan tenteram dan
aman. Itulah yang dijelaskan bahwa
hukum bermanfaat bagi masyarakat.Hukum adalah untuk
manusia, maka hukum atau penegak hukum harus memberi manfaat
atau kegunaan bagi masyarakat, jangan sampai timbul keresahan di
salam masyarakat karena pelaksanaan atau penegak hukum.
c. Keadilan
Tujuan hukum adalah memberikan rasa keadilan kepada semua
pencari keadilan. Wujud dari keadilan adalah warga negara dan
pemerintah mendapatkan hak dan kewajibannya secara teratur.
Pelaksanaan hak dan kewajiban yang berjalan baik akan terwujud
apabila aturan-aturan ditegakkan. Tegaknya peraturan dipengaruhi dua
faktor, yaitu faktor penegak hukum dan masyarakat. Aparat
penegakhulam yang bekerja dengan baik dapat menciptakan keadilan
hukum. Keadilan hukum dapat terwujud apabila para pihak
(masyarakat dan penegak hukum) mendukung terhadap perlindungan
dan penegakan hukum.Hukum itu tidak identik dengan keadilan.
Hukum itu bersifat umum, mengikat setiap orang, bersifat
menyamaratakan. Sebaliknya keadilan bersifat subjektif,
individualistis, dan tidak menyamaratakan.
3. Aparat Penegak dan Lembaga Peradilan Hukum
Penegakan hukum di Indonesia tidak terlepas dari peran para aparat
penegak hukum. Aparatur penegak hukum mencakup pengertian
6

mengenai institusi penegak hukum dan aparat (orangnya) penegak


hukum. Menurut Pasal 1 Bab 1 Kitab Undang-undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP), yang dimaksud aparat penegak hukum oleh undang-
undang ini sebagai berikut.
a. Penyelidik ialah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau
pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberikan wewenang
khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyelidikan. (Pasal 6
KUHAP)Wewenang (Pasal 7 ayat [1] KUHAP) :
1. Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya
tindak pidana;
2. Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian;
3. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda
pengenal diri tersangka;
4. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan
penyitaan;
5. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
6. Mengambil sidik jari dan memotret seorang;
7. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka
atau saksi;
8. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya
dengan pemeriksaan perkara;
9. Mengadakan penghentian penyidikan;
10. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung
jawab.
b. Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh undang-undang
untuk bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan
pengadilan yang telah memperoleh hukum tetap. (UU No 8 tahun
1981 tentang KUHP)
Tugas Jaksa:
1. Sebagai penuntut umum
7

2. Pelaksana putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan


hukum tetap (eksekutor)
c. Penuntut umumadalah jaksa yang diberi wewenang oleh undang-
undang untuk bertindak seagai penuntut umum serta melaksanakan
putusan pengadilan yang telah memperoleh hukum tetap.
Berdasarkan Pasal 14 KUHAP Penuntut Umum mempunyai
wewenang :
a. Menerima dan memeriksa berkas perkara penyidikan dari
penyidik pembantu;
b. Mengadakan prapenuntutan apabila ada kekurangan pada
penyidikan dengan memperhatikan ketentuan Pasal 110 ayat (3)
dan (4), dengan memberikan petunjuk dalam rangka
penyempurnaan penyidikan dari penyidik;
c. Memberikan perpanjangan penahanan, melakukan penahanan
atau penahanan lanjutan dan atau mengubah status tahanan
setelah perkaranya dilimpahkan oleh penyidik;
d. Membuat surat dakwaan;
e. Melimpahkan perkara ke pengadilan;
f. Menyampaikan pemberitahuan kepada terdakwa tentang
ketentuan hari dan waktu perkara disidangkan yang disertai
surat panggilan, baik kepada terdakwa maupun kepada saksi
untuk datang pada sidang yang telah ditentukan;
g. Melakukan penuntutan;
h. Menutup perkara demi kepentingan hukum;
i. Mengadakan tindakan lain dalam lingkup tugas dan tanggung
jawab sebagai penuntut umum menurut ketentuan undang-
undang;
j. Melaksanakan penetapan hakim.

d. Hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi kewenangan oleh


undang-undang untuk mengadili.
8

Tugas dan wewenang hakim:


 Dalam Bidang Manajemen Peradilan
1. Membantu pimpinan pengadilan dalam membuat program
kerja jangka pendek dan jangka panjang, pelaksanaannya
serta pengorganisasiannya.
2. Melakukan pengawasan yang ditugaskan ketua untuk
mengamati apakah pelaksanaan tugas, umpamanya
mengenai penyelenggaraan administrasi perkara perdata dan
pidana serta pelaksanaan eksekusi, dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku dan melaporkannya kepada
Ketua Pengadilan.
3. Melakukan pengawasan dan pengamatan (KIMWASMAT)
terhadap pelaksanaan putusan pidana di Lembaga
pemasyarakatan dan melaporkannya kepada MA.
4. Melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap
penyelenggaraan peradilan di Pengadilan Negeri yang
ditugaskan kepadanya serta rneneruskannya kepada
kepustakaan hukum.
 Dalam Bidang Perdata
1. Menetapkan hari sidang.
2. Membuat catatan pinggir pada berita acara dan putusan
Pengadilan Negeri mengenai hukum yang dianggap penting.
3. Bertanggungjawab atas pembuatan dan kebenaran berita
acara persidangan dan menandatanganinya sebelum hari
sidang berikutnya.
4. Dalam hal Pengadilan Tinggi melakukan pemeriksaan
tambahan untuk mendengar sendiri para pihak dan saksi,
maka Hakim bertanggungjawab atas pembuatan dan
kebenaran berita acara persidangan serta
menandatanganinya.
5. Mengemukakan pendapat dalam musyawarah.
9

6. Menyiapkan dan memaraf naskah putusan lengkap untuk


dibacakan.
7. Menandatangani putusan yang sudah diucapkan dalam
persidangan.
8. Melaksanakan pembinaan dan mengawasi bidang hukum
perdata yang ditugaskan kepadanya.
9. Melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap
penyelenggaraan peradilan di Pengadilan Negeri yang
ditugaskan kepadanya.
 Dalam Bidang Pidana
1. Menetapkan hari sidang untuk perkara dengan acara biasa.
2. Menetapkan terdakwa ditahan, dikeluarkan dari tahanan atau
dirubah jenis penahanannya.
3. Bertanggungjawab atas pembuatan dan kebenaran berita
acara persidangan dan menandatanganinya sebelum sidang
berikutnya.
4. Mengemukakan pendapat dalam musyawarah.
5. Menyiapkan dan memaraf naskah putusan lengkap untuk
dibacakan.
6. Hakim wajib menandatangani putusan yang sudah diucapkan
dalam persidangan.
7. Menghubungi BAPAS agar menghadiri persidangan dalam
hal terdakwanya masih dibawah umur.
8. Memproses permohonan grasi.
9. Melakukan pengawasan dan pengamatan terhadap keadaan
dan perilaku narapidana yang berada di lembaga
pemasyarakatan serta melaporkannya kepada Mahkamah
Agung.
10. Melakukan pengawasan yang ditugaskan ketua untuk
mengamati apakah pelaksanaan tugas mengenai
penyelenggaraan administrasi perkara pidana/ bidang pidana
10

dan eksekusi serta melaporkannya kepada Pimpinan


Pengadilan.
11. Mempelajari dan mendiskusikan secara berkala kepustakaan
hukum yang diterima dari Pengadilan Tinggi dan Mahkamah
Agung.

e. Penasehat hukum adalah seseorang yang memenuhi syarat yang


ditentukan oleh undang-undang untuk memberikan bantuan hukum.
Wewenang penasehat hukum:
Mengajukan fakta dan pertimbangan yang ada sangkut pautnya
dengan klien yang sedang dibelanya dalam perkara tersebut,
sehingga akan terjadi keseimbangan dalam persidangan yang akan
berpengaruh pada keputusan Hakim yang adil.

Setiap aparat dan aparatur terkait mencakup pula pihak-pihak yang


bersangkutan dengan tugas atau perannya, yaitu terkait dengan kegiatan
pelaporan atau pengaduan, penyelidikan, penyidikan, penuntutan,
pembuktian, penjatuhan vonis dan pemberian sanksi, serta upaya
pemasyarakatan kembali (resosialisasi) terpidana.
Aparat penegak hukum akan memutuskan perkara hukum di
peradilan hukum. Lembaga-lembaga peradilan hukum sebagai berikut.
a. Peradilan Umum
Peradilan umum adalah lingkungan peradilan di bawah Mahkamah
Agung yang menjalankan kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari
keadilan pada umumnya. Adapun kekuasaan kehakiman di
lingkungan peradilan umum dilaksanakan oleh Pengadilan Tinggi
merupakan pengadilan tingkat banding yang berkedudukan di ibu
kota provinsi, dengan daerah hukum meliputi wilayah provinsi dan
Pengadilan Negeri adalah suatu pengadilan yang sehari-hari
memeriksa dan memutuskan perkara tingkat pertama dari segala
perkara perdata dan pidana untuk semua golongan yang
11

berkedudukan di ibu kota kabupaten/kota, dengan daerah hukum


meliputi wilayah kabupaten/kota.
b. Peradilan Agama
Peradilan Agama adalah lingkungan peradilan di bawah Mahkamah
Agung bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam mengenai
perkara perdata tertentu yang diatur dalam undang-undang. Dalam
lingkungan Peradilan Agama, kekuasaan kehakiman dilaksanakan
oleh Pengadilan Tinggi Agama merupakan sebuah lembaga
peradilan di lingkungan Peradilan Agama sebagai pengadilan tingkat
banding yang berkedudukan di ibu kota Provinsi dan Pengadilan
Negeri Agama atau yang biasa disebut Pengadilan Agama
merupakan sebuah lembaga peradilan di lingkungan Peradilan
Agama yang berkedudukan di ibu kota kabupaten atau kota.
c. Peradilan Militer
Peradilan Militer adalah lingkungan peradilan di bawah Mahkamah
Agung yang melaksanakan kekuasaan kehakiman mengenai
kejahatan-kejahatan yang berkaitan dengan tindak pidana militer.
Pengadilan dalam lingkungan militer terdiri atas Pengadilan Militer
Utama, Pengadilan Militer Tinggi, Pengadilan Militer, dan
Pengadilan Militer Pertempuran.
d. Peradilan Tata Usaha Negara
Peradilan Tata Usaha Negara adalah lingkungan peradilan di
bawah Mahkamah Agung yang melaksanakan kekuasaan
kehakiman bagi rakyat pencari keadilan terhadap sengketa Tata
Usaha Negara. Kekuasaan Kehakiman pada Peradilan Tata Usaha
Negara dilaksanakan oleh Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara
dan Pengadilan Tata Usaha Negara.

4. Lembaga Perlindungan dan Penegakan Hukum


Lembaga perlindungan dan penegakan hukum di Indonesia, antara
lain Mahkamah Konstitusi (MK), Mahkamah Agung (MA), Kepolisian
12

Republik Indonesia (Polri), Kejaksaan, Komisi Yudisial, dan Komisi


Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).
1. Mahkamah Konstitusi (MK)
Dalam pasal 24 ayat (1) dan (2) UUD 1945 dijelaskan bahwa
Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu pelaku Kekuasaan
Kehakiman. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945 menegaskan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Dan pula ditegaskan
bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum.
Dalam penjelasan umum Undang-Undang RI Nomor 24 tahun
2003 tentang Mahkamah Konstitusi dijelaskan bahwa sejalan dengan
prinsip ketatanegaraan di atas, maka salah satu substansi penting
perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945 adalah keberadaan Mahkamah Konstitusi sebagai lembaga
negara yang berfungsi menangani perkara tertentu di bidang
ketatanegaraan, dalam rangka menjaga konstitusi agar dilaksanakan
secara bertanggung jawab sesuai dengan kehendak rakyat dan cita-cita
demokrasi. Keberadaan Mahkamah Konstitusi sekaligus untuk
menjaga terselenggaranya pemerintahan negara yang stabil, dan juga
merupakan koreksi terhadap pengalaman kehidupan ketatanegaraan di
masa lalu yang ditimbulkan oleh tafsir ganda terhadap konstitusi.
Berdasarkan pasal 24 C ayat (1) dan (2) Undang-Undang Dasar
Negara R.I. tahun 1945, Mahkamah Konstitusi mempunyai
kewenangan untuk :
 Menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar
Negara R.I tahun 1945.
 Memutus sengketa kewenangan lembaga Negara yang
kewenanganya diberikan oleh Undang-Undang Dasar Negara R.I.
tahun 1945.
 Memutus pembubaran partai politik.
 Memutus perselisihan hasil pemilihan umum, dan
13

 Memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau


Wakil Presiden diduga telah melakukan pelanggaran hukum
berupa pengkhianatan terhadap Negara, korupsi, penyuapan,
tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela, dan/atau tidak
lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara R.I.
tahun 1945.
Indepedensi Mahkamah Konstitusi disebutkan dalam pasal 2
Undang-Undang R.I. Nomor 24 tahun 2003 sebagai berikut :
“Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu lembaga negara
yang melakukan kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan“.

2. Mahkamah Agung (MA)


Dalam Pasal 1 UU RI Nomor 5 tahun 2004 yang kemudian telah
diubah dan ditambah dengan UU RI Nomor 3 Tahun 2009 tentang
Perubahan atas UU Nomor 14 tahun 1985 tentang Mahkamah Agung
disebutkan bahwa Mahkamah Agung adalah salah satu pelaku
kekuasaan kehakiman sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
Selanjutnya dalam Pasal 24 A ayat (1) Undang-Undang Dasar
Negara R.I. disebutkan bahwa Mahkamah Agung berwenang untuk :
 Mengadili pada tingkat kasasi,
 Menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-
undang terhadap undang-undang,
 Kewenangan lainnya yang diberikan oleh undang-undang.
Selanjutnya dalam pasal 2 UU Nomor 14 tahun 1985
sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang
Negara R.I. Nomor 5 tahun 2004 dan terakhir telah diubah dan
ditambah dengan Undang-Undang Nomor 3 tahun 2009 tentang
Perubahan Kedua atas UU Nomor 14 tahun 1985 tentang Mahkamah
14

Agung telah diatur tentang independensi Mahkamah Agung yang


selengkapnya berbunyi sebagai berikut :
“Mahkamah Agung adalah Lembaga Tinggi Negara dari semua
Lingkungan Peradilan, yang dalam melaksanakan tugasnya terlepas
dari pengaruh pemerintah dan pengaruh-pengaruh lain.”
3. Kejaksaan
Kejaksaan Republik Indonesia atau Kejaksaan adalah lembaga
pemerintah yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang
penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan undang-undang
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 2 ayat (1) UU RI Nomor 16
tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia.
Selanjutnya dalam Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 16
tahun 2004 tersebut disebutkan bahwa “Kekuasaan Negara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan secara merdeka”.
Dalam penjelasan umum angka 1 UU RI Nomor 16 Tahun 2004
tersebut dijelaskan bahwa Kejaksaan sebagai lembaga pemerintahan
yang melaksanakan kekuasaan Negara di bidang penuntutan
ditegaskan kekuasaan Negara tersebut dilaksanakan secara merdeka.
Oleh karena itu, Kejaksaan dalam melaksanakan fungsi, tugas, dan
wewenangnya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan
kekuasaan lainnya. Selanjutnya ditentukan Jaksa Agung bertanggung
jawab atas penuntutan yang dilaksanakan secara independen demi
keadilan berdasarkan hukum dan hati nurani. Dengan demikian Jaksa
Agung selaku pimpinan Kejaksaan dapat sepenuhnya merumuskan
dan mengendalikan arah dan kebijakan penanganan perkara untuk
keberhasilan penuntutan.
4. Kepolisian
Dalam Pasal 1 angka (1) UU RI Nomor 2 tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia disebutkan bahwa Kepolisian
adalah segala hal-ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga
polisi sesuai dengan peraturan perundang – undangan. Sedangkan
15

dalam Pasal 8 ayat (1) UU RI Nomor 2 tahun 2002 tersebut


disebutkan bahwa kedudukan Kepolisian Negara Republik Indonesia
berada di bawah Presiden.
Pada awal era reformasi, salah satu tuntutan yang mencuat dan
segera direspon oleh Pemerintah adalah pemisahan Polri dan ABRI.
Melalui Inpres Nomor: 02/1999 telah diambil langkah-langkah
kebijakan pemisahan Polri dari ABRI dan penempatannya untuk
sementara pada Dephankam, yang ditandai oleh suatu upacara
bersejarah pada tanggal 1 April 1999 di Mabes ABRI Cilangkap.
Langkah tersebut telah ditindak lanjuti dengan berbagai kebijakan
Menhankam/Panglima TNI yang menyerahkan wewenang pembinaan
dan operasional Polri dari Pangab kepada Menhankam dan Kapolri.
Secara universal, tugas pokok lembaga kepolisian mencakup
dua hal, yaitu pemeliharaan keamanan dan ketertiban (peace and order
maintenance) dan penegakan hukum (law enforcement).10 Dalam
perkembangannya, tanggung jawab “pemeliharaan” dipandang pasif,
sehingga tidak mampu menanggulangi kejahatan. Polisi kemudian
dituntut untuk secara proaktif melakukan “pembinaan”, sehingga tidak
hanya “menjaga” agar kamtib terpelihara, tetapi juga menumbuhkan
kesadaran masyarakat, menggugah dan mengajak peran serta
masyarakat dalam upaya pemeliharaan keamanan dan ketertiban, dan
bahkan ikut memecahkan masalah-masalah sosial yang menjadi
sumber kejahatan. Tugas-tugas ini dipersembahkan oleh polisi untuk
membantu (to support) masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya
akan rasa aman, sehingga memungkinkan tercapainya kesejahteraan.
5. Komisi Yudisial
Dalam ketentuan Pasal 1 angka (1) UU R.I. Nomor 22 tahun
2004 yang kemudian telah diubah dan ditambah dengan UU RI
Nomor 18 Tahun 2011 tentang Komisi Yudisial disebutkan bahwa
Komisi Yudisial adalah lembaga Negara sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
16

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945


menegaskan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Ditegaskan pula bahwa
Negara Indonesia adalah negara hukum.
Sejalan dengan prinsip ketatanegaraan di atas, salah satu
substansi penting perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945 adalah adanya Komisi Yudisial. Komisi
Yudisial tersebut merupakan lembaga Negara yang bersifat mandiri
yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan
mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan
kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.
Pasal 24 B Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945 memberikan landasan hukum yang kuat bagi reformasi
bidang hukum, yakni dengan memberikan kewenangan kepada
Komisi Yudisial untuk mewujudkan checks and balances, walaupun
Komisi Yudisial bukan pelaku kekuasaan kehakiman namun
fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman.
6. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia ( Komnas HAM )
Dalam Pasal 1 angka (7) UU R.I. Nomor 39 tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia disebutkan bahwa Komisi Nasional Hak Asasi
Manusia yang selanjutnya disebut Komnas HAM adalah lembaga
mandiri yang berkedudukan setingkat dalam negara lainnya yang
berfungsi melaksanakan pengkajian, penelitian, penyaluran,
pemantauan, dan mediasi hak asasi manusia.
Dalam pasal 75 Undang-Undang R.I. Nomor 39 tahun 1999
disebutkan bahwa Komnas HAM bertujuan :
 Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak
asasi manusia sesuai dengan Pancasila, Undang-Undang Dasar
1945, dan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, serta Deklarasi
Universal Hak Asasi Manusia; dan
17

 Meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi manusia


guna berkembangnya pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan
kemampuannya dalam berbagai bidang kehidupan.

B. Praktik Perlindungan dan Penegakan Hukum dalam Kehidupan


Masyarakat

Hukum bertujuan menjamin adanya kepastian hukum dalam


kemasyarakatan hukum. Dalam masyarakat hukum itu harus pula bersendi
pada keadilan, yaitu asas-asas keadilan dalam masyarakat.
1. Perlindungan dan penegakan hukum untuk menjamin keadilan dan
kedamaian
Setiap warga negara berhak untuk mendapat perlindungan hukum.
Negara berkewajiban memberikan perlindungan hukum kepada warga
negaranya. Perlindungan hukum difungsikan untuk menghindari segala
bentuk perilaku sewenang wenang, penindasan, perampasan hak, dan lain-
lain yang dapat merugikan dan bahkan menyengsarakan seseorang atau
masyarakat. Perlindungan hukum juga didasari oleh faktor bahwa manusia
pada hakikatnya adalah sama, yaitu sebagai mahluk Tuhan yang Maha Esa.
Oleh karena itu, siapapun yang bersalah ataupun melakukan pelanggaran
hukum harus mendapatkan sanksi huku. Sebaliknya , bagi siapa yang tidak
bersalah harus terhindar dari sanksi hukum. Semua orang harus
diperlakukan sama di dalam hukum.
Keadilan adalah sesuatu yang dirasakan seimbang, pantas sehingga
semua orang atau sebagian besar orang yang mengalami merasa pantas,
nyaman, dan adil. Salah satu ciri keadilan yang penting adakah adanya
keseimbangan antara hak dan kewajiban. Memperoleh keadilan adalah hak
asasi bagi setiap manusia. Tegaknya keadilan dan kebenaran dalam
masyarakat akan dapat mewujudkan masyarakat yang damai, sejahtera,
18

aman, tentram, dan saling percaya. Baik antara sesama masyarakat, maupun
terhadap pemerintah.
Kedamaian dapat diartikan bahwa di satu pihak terdapat ketertiban
antar pribadi yang bersifat ekstern dan di lain pihak terdapat ketentraman
pribadi intern. Demi tercapainya suatu ketertiban dan kedamaian maka
hukum berfungsi untuk memberi jaminan bagi seseorang agar
kepentingannya diperhatikan oleh orang lain. Jika kepentingan itu
terganggu, maka hukum harus melindunginya, serta setiap ada pelanggaran
hukum. Oleh karenanya, hukum itu harus dilaksanakan dan ditegakkan
tanpa membeda-bedakan atau tidak memberlakukan hukum secara
diskriminatif.
2. Akibat Tidak Adanya Perlindungan dan Penegakan Hukum
Akibat-akibat yang ditimbulkan dari masalah penyelewengan hukum
sebagai berikut.
a. Ketidakpercayaan masyarakat pada hukum
Masyarakat berpendapat hukum banyak merugikan mereka,
terlebih lagi soal materi sehingga mereka berusaha untuk
menghindarinya. Karena mereka percaya bahwa uanglah yang
berbicara, dan dapat meringankan hukuman mereka, fakta-fakta yang
ada diputarbalikkan dengan materi yang siap diberikan untuk penegak
hukum. Kasus-kasus korupsi di Indonesia tidak terselesaikan secara
tuntas karena para petinggi negara yang terlibat di dalamnya
mempermainkan hukum dengan menyuap sana sini agar kasus ini tidak
terungkap, akibatnya kepercayaan masyarakat pun pudar.
b. Penyelesaian konflik dengan kekerasan
Penyelesaian konflik dengan kekerasan contohnya ialah pencuri
ayam yang dipukuli warga, pencuri sandal yang dihakimi warga.
Konflik yang terjadi di sekelompok masyarakat di Indonesia banyak
yang diselesaikan dengan kekerasan, seperti kasus tawuran antarpelajar,
tawuran antarsuku yang memperebutkan wilayah, atau ada salah satu
suku yang tersakiti sehingga dibalas dengan kekerasan. Mereka tidak
19

mengindahkan peraturan-peraturan kepemerintahan, dengan masalah


secara geografis. Ini membuktikan masyarakat Indonesia yang tidak
tertib hukum, seharusnya masalah seperti maling sandal atau ayam
dapat ditangani oleh pihak yang berwajib, bukan dihakimi secara
seenaknya, bahkan dapat menghilangkan nyawa seseorang.
c. Pemanfaatan inkonsistensi penegakan hukum untuk kepentingan
pribadi
Melihat beberapa kasus di Indonesia, banyak warga negara
Indonesia yang memanfaatkan inkonsistensi penegakan hukum untuk
kepentingan pribadi. Contohnya: pengacara yang menyuap polisi
ataupun hakim untuk meringankan terdakwa, sedangkan polisi dan
hakim yang seharusnya bisa menjadi penengah bagi kedua belah pihak
yang sedang terlibat kasus hukum bisa jadi lebih condong pada
banyaknya masteri yang diberikan oleh salah satu pihak yang sedang
terlibat dalam kasus hukum tersebut.
d. Penggunaan tekanan asing dalam proses peradilan
Dalam hal ini kita dapat mengambil contoh pengrusakan
lingkungan yang diakibatkan oleh suatu perusahaan asing yang
membuka usahanya di Indonesia, mereka akan minta bantuan dari
negaranya untuk melakukan upaya pendekatan kepada Indonesia, agar
mereka tidak mendapatkan hukuman yang berat, atau dicabut izin
memproduksinya di Indonesia.

3. Upaya-Upaya Penegakan Hukum untuk Menjamin Keadilan dan Kedamaian


Penegakan hukum merupakan pondasi utama dalam kehidupan
Bernegara, guna terciptanya ketertiban dan ketentraman sehingga tidak
heran jika banyak Negara di dunia menjadikan penegakan hukum sebagai
prioritas kebijakan dan pembaharuan, termasuk Indonesia yang ditandai
dengan mulai berbenah dan dilengkapinya segala bentuk infrastruktur
lembaga-lembaga baik itu dalam lingkup kekuasaan eksekutif, yudikatif,
20

maupun lembaga-lemabaga pengawas independen yang bertugas melakukan


pengawalan terhadap terealisasinya jaminan penegak hukum.
Berbagai macam cara untuk mengatasi masalah penegakan hukum di
Indonesia sebagai berikut.
a. Penegak hukum seharusnya berjalan tidak semata melihat fakta, tetapi
menimbang serta melihat latar belakang peristiwa, alasan terjadinya
kejadian, unsur kemanusaian dan juga menimbang rasa keadilan dalam
memberikan keputusan.
b. Hukum seharusnya tidak di tegakan dalam bentuk yang paling kaku,
arogan, dan hitam putih. Tapi, harus berdasarkan rasa keadilan yang
tinggi, tidak hanya mengikuti hukum dalam konteks perundang-
undangan hitam putih semata. Karena hukum yang ditegakan yang
hanya berdasarkan konteks hitam putih belaka hanya akan
menghasilkan keputusan-keputusan yang kontroversial dan tidak
memenuhi rasa keadilan yang sebenarnya.
c. Hakim sebagai pemberi keputusan seharusnya tidak menjadi corong
undang-undang yang hanya mengikuti peraturan perundang-undangan
semata tanpa mempedulikan rasa keadailan. Hakim seharusnya
mengikuti perundang-undangan dengan mementingkan rasa keadilan
seadil-adilnya sehingga keputusannya dapat memenuhi rasa keadilan
yang sebenarnya.
d. Memberikan Pendidikan dan penyuluhan hukum baik formal maupun
informal secara berkesinambungan kepada masyarakat tentang
pentingnya penegakan hukum di Indonesia sehingga masyarakat sadar
hukum dan menaati peraturan yang berlaku.
e. Menyediakan bantuan hukum bagi si miskin dan buta hukum.
Melaksanakan asas proses yang tepat, cepat dan biaya ringan semua
tingkat peradilan.
f. Pemberian saksi yang tegas kepada aparat penegak hukum yang tidak
menjalankan tugas dengan semestinya.
21
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sosialisasi politik adalah suatu proses untuk memasyarakatkan nilai-
nilai atau budaya politik ke dalam suatu masyakat, sehingga masyarakat
menjadi mengerti tentang politik tersebut. Ada beberapa metode sosialisasi
politik diantaranya yaitu; metode imitasi (peniruan), instruksi (perintah) dan
motivasi (dorongan). Adapun sarana-sarana untuk mensosialisasikan politik
kepada masyarakat yaitu melalui; keluarga, sekolah, kelompok pergaulan,
tempat kerja, media massa dan kontak-kontak politik secara langsung.

3.2 Saran

 KELEMAHAN
1) Beberapa sub dalam makalah ini hanya dijelaskan secara garis besar saja
2) Pada makalah tidak ada penjelasan tentang prinsip manajemen peserta didik
dari berbagai sumber untuk lebih memudahkan pemahaman wawasan.
 KELEBIHAN
1) Dalam Makalah ini Rumusan masalah dan tujuan dijelaskan secara rinci dan
runtut mengenai manajemen peserta didik. Sehingga pembahasannya lebih
lengkap dan mengena topic pembahasan.
2) Pembahasan pada Makalah ini dibuat secara singkat dan padat sehingga
pemahaman kepada jurnal ini akan lebih berbobot dan mudah.
3) Bahasa yang digunakan dalam makalah ini adalah bahasa Indonesia baku dan
dikemas dengan penjelasan yang sederhana sehingga mudah untuk dimengerti.

22
23
DAFTAR PUSTAKA

Tim redaksi. 2014. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.

http://www.slideshare.net/fadhlisyar/makalah-pkn?related=1#

http://www.bimbingan.org/contoh-rumusan-masalah.htm

http://www.slideshare.net/iBeDaSilva/perlindungan-hukum

http://www.slideshare.net/ek0hidayat/penegakan-hukum-di-indonesia-21692948

http://sururudin.wordpress.com/2011/03/11/tugas-dan-wewenang-jaksa-dalam-
proses-perkara-pidana/

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt51a4a954b6d2d/soal-penyidik,-
penyelidik,-penyidikan,-dan-penyelidikan

https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20140316110618AASEcZu

http://kakpanda.blogspot.com/2013/01/tugas-dan-wewenang-hakim.html

Suprihatini,amin,Sigit Dwi nuridha dan Aprilia nur Kurniawati.2022.pendidikan


Pancasila dan kewarganegaraan.klaten:PT penerbit intan pariwara.

24

Anda mungkin juga menyukai