Anda di halaman 1dari 60

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah sebuah negara yang mempunyai wilayah yang sangat

luas dan terdiri dari wilayah daratan dan wilayah lautan.Dengan wilayah yang

sangat luas tersebut jika tidak di atur dengan baik maka akan mengalami

kesulitan dalam menjalankan pemerintahan negara,oleh karena itu Wilayah

Negara Kesatuan Republik Indonesia di bagi menjadi wilayah provinsi,dan

wilayah provinsi dibagi lagi menjadi wilayah kabupaten/kota.Pembagian ini

sebagaimana tertuang dalam ketentuan Pasal 18 ayat (1) Undang-undang Dasar

Negara Negara Republik Indonesia Tahun 1945 : Negara Kesatuan Republik

Indonesia di bagi atas daerah provinsi dan daerah provinsi itu di bagi atas

kabupaten/kota,yang tiap-tiap provinsi,kabupaten/kota itu mempunyai

pemerintahan daerah,yang di atur dengan undang-undang.

Adapun tujuan pembagian wilayah sebagaimana ketentuan ayat (1)

tersebut di atas agar jalannya pemerintahan lebih efektif,oleh sebab itu

pemerintahan provinsi dan pemerintahankabupaten/kota di berikan kewenangan

untuk mengatur dan mengurus pemerintahannya masing-masing,sebagaimana

yang di tentukan dalam Pasal 18 ayat (2) : Pemerintahan daerah provinsi,daerah

kabupaten,dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

asas otonomi dan tugas pembantuan.

Menurut Soehino : Agar otonomi daerah dapat dilaksanakan sejalan


dengan tujuan yang hendak dicapai, pemerintah pusat wajib melakukan
2

pembinaan yang berupa pemberian pedoman seperti dalam penelitian,


pengembangan, perencanaan, dan pengawasan. Di samping itu, diberikan
pula standar, arahan, bimbingan, pelatihan, supervise, pengendalian,
koordinasi, pemantauan, dan evaluasi1.

Memperhatikan kedua pasal di atasjelas Negara Republik Indonesia adalah

negara kesatuan dengan sistim desentralisasi .Adapun yang dimaksud dengan

desentralisasi adalah penyerahan urusan pemerintahan dari pemerintahpusat

kepada daerah menjadi urusan rumah tangganya2.

Untuk merealisasikan ketentuan Undang – undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 Pasal 18 tersebut maka lahirlah undang-undang tentang

pemerintahan daerah.Undang-undang Tentang Pemerintahan Daerah yang berlaku

saat ini adalah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan

Daerah.Secara substansial undang-undang tersebut mengatur tentang bentuk

susunan penyelenggaraan pemerintahan daerah, dan secara normatif undang-

undang tersebut telah mampu mengikuti perkembangan perubahan

kepemerintahan daerah sesuai zamannya.3

Tujuan penyelengaraan pemerintahan daerah untuk melaksanakan amanat

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945 dan untuk

mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui

peningkatanpelayanan,pemberdayaan dan peran serta masyarakat,serta

peningkatan daya

saingdaerahdenganmemperhatikanprinsipdemokrasi,pemerataan,keadilan,keistime

1
Soehino, Hukum Tata Negara Perkembangan Pengaturan Mengenai Pelaksanaan
Desentralisasi dan Otonomi Daerah, Cet Kedua, BPFE-Yogyakarta, 2012, hal. 128
2
Andirizal dkk,Bahan ajar hukum tata Negara,Fakultas Hukum,Universitas Jambi, 2010,
hal. 64
3
Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, Cet keempat, Sinar
Grafika Offset, Jakarta, 2012, hal. 54
3

waan suatu daerah dalam sistim Negara Kesatuan Republik Indonesia.Suksesnya

pelaksanaan otonomi daerah tidak dapat dijalankan oleh komponen pemerintah

saja,justru memerlukan dukungan besar dari komponen lain yaitu masyarakat

yang berinteraksi dalam suatu pemerintahan yang baik (good governance).4

Masyarakat atau penduduk merupakan bagian yang penting bagi Negara,

di dalam penyelenggaraan suatu negara,tetap saja memperhitungkan aspek

kependudukan baik dalam hal perumusan kebijakan ataupun dalam manifestasi

program-program yang ada. Di Indonesia misalnya penduduk merupakan sumber

suara yang sangat menentukan siapa sajakan yang akan menjadi wakil mereka di

lembaga perwakilan rakyat maupun yang duduk di kursi kepresidanan.

Dalam kehidupan manusia akan terjadi suatu siklus hidup

dimana manusia akan mengalami berbagai peristiwa penting di dalam hidupnya.

Siklus hidup, pengalaman dan peristiwa penting itu antara lain adalah kelahiran,

perkawinan, perceraian, kematian, dan berbagai peristiwa penting lainnya.

Peristiwa-peristiwa penting tersebut perlu dilakukan pencatatan karena sangat

mempengaruhi pengalaman hidup setiap manusia dan apabila peristiwa itu terjadi

pasti akan selalu membawa akibat hukum bagi orang yang bersangkutan maupun

bagi masyarakat di sekitarnya.

Mengingat begitu pentingnya peristiwa-peristiwa tersebut, maka demi

terciptanya keadaan masyarakat yang tertib dan teratur serta demi terjaminnya

kepastian hukum, maka diperlukan suatu peraturan untuk mengaturnya.Peraturan

yang dimaksud adalah peraturan dibidang kependudukan yang disebut

4
Restiawati, Laporan Kuliah Kerja nyata Lapangan, Http://www.google.com/search?
q=restiawati+laporan+http:// ,di akses, Kamis 11 April 2013.
4

denganAdministrasi Kependudukan yang dilaksanakan oleh lembaga pencatatan

sipil yaitu Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.

Administrasi kependudukan memuat tentang peristiwa kependudukan

dan peristiwa penting, yang dimaksud dengan peristiwa kependudukan antara lain

perubahan alamat, pindah datang untuk menetap, tinggal terbatas, serta perubahan

status orang asing tinggal terbatas menjadi tinggal tetap. Sedangkan peristiwa

penting antara lain kelahiran, lahir mati, kematian, perkawinan, dan perceraian,

termasuk pengangkatan, pengakuan, dan pengesahan anak, serta perubahan

status kewarganegaraan, ganti nama dan peristiwa penting lainnya yang dialami

oleh seseorang merupakan kejadian yang harus dilaporkan dan perlu didaftarkan

ke Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, karena membawa

implikasi perubahan data identitas atau surat keterangan kependudukan. Dengan

demikian, setiap peristiwa kependudukan dan peristiwa penting memerlukan bukti

yang sah untuk dilakukan pengadministrasian dan pencatatan sesuai dengan

ketentuan undang-undang.

Oleh karena Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil adalah suatu

lembaga resmi Pemerintah yang menangani hal-hal seperti di atas yang sengaja

diadakan oleh pemerintah, dan bertugas untuk mencatat, mendaftarkan serta

membukukan selengkap mungkin setiap peristiwa penting bagi status keperdataan

seseorang. Seluruh peristiwa penting yang terjadi dalam keluarga (yang memiliki

aspek hukum), perlu didaftarkan dan dibukukan, sehingga baik yang bersangkutan

maupun orang lain yang berkepentingan mempunyai bukti yang outentik tentang
5

peristiwa-peristiwa tersebut, dengan demikian maka kedudukan hukum seseorang

menjadi tegas dan jelas.

Sesuai dengan perubahan dan perkembangan yang terjadi dalam

masyarakat, maka masyarakat harus dan perlu sadar bahwa seseorang perlu

memiliki bukti tertulis dalam menentukan status seseorang atas kejadian-kejadian

atau peristiwa-peristiwa yang menyangkut administrasi kependudukan. Sebagian

masyarakat sudah menyadari betapa pentingnya bukti tertulis, akan tetapi tidak

sedikit pula masyarakat yang belum menyadari pentingnya bukti tertulis. Dimana

bukti tertulis tersebut akan berakibat hukum terhadap masyarakat itu sendiri baik

mengenai peristiwa kependudukan maupun peristiwa penting yang menyangkut

tentang administrasi kependudukan.

Sedangkan untuk memiliki status tersebut, maka masyarakat harus

mendaftarkan peristiwa atau kejadian itu dengan melaporkannya kepada Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil, dengan demikian masyarakat akan

memperoleh bukti tertulis dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil sesuai

dengan peristiwa yang dialami oleh masyarakat. Hal tersebut telah ditegaskan

didalam Undang–Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi

Kependudukan.

Penerapan otonomi daerah telah membuka peluang bagi daerah

provinsi,daerah kabupaten/kota untuk mengembangkan kreatifitas dan inovasinya

membangun daerah guna mengimplemintasikan makna otonomi yang luas,nyata

dan bertanggung jawab.


6

Berdasarkan Pasal 13 ayat (1) huruf l dan Pasal 14 ayat (1)huruf l,Undang-

undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, dimana pelayanan

kependudukan dan pencatatan sipil merupakan urusan wajib yang menjadi

kewenangan pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota,

maka dalam pelaksanaannya di perlukan pembinaan oleh pemerintah, pembinaan

tersebut sesuai Pasal 217 huruf b Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, berupa

pemberian pedoman dan standar pelaksanaan urusan pemerintahan.Pemerintah

memberikan kewenangan yang luas,nyata dan bertanggung jawab kepada daerah

dan memberikan peluang kepada daerah agar leluasa mengatur dan melaksanakan

kewenangan atas prakarsa sendiri sesuai dengan kepentingan masyarakat setempat

dan potensi setiap daerah.

Pelayanan administrasi kependudukan di wilayah Kabupaten Tanjung Jabung

Barat dalam melaksanakan kewenangan desentralisasi dalam bidang

kependudukan dan pencatatan sipilKabupaten Tanjung Jabung Barat memberikan

tugas dan wewenang kepada Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil untuk

melaksanakan pelayanan kepada masyarakat mengenai administrasi

kependudukan, dasar yurudis pembentukan Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil tersebut berdasarkanPeraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Dinas

Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

Dinas Kependudukan dan Pencatatan sipil Kabupaten Tanjung Jabung

Barat merupakan unsur pelaksanaan otonomi daerah di bidang kependudukan dan


7

pencatatan sipil yang di pimpin oleh seorang kepala dinas,yang bertanggung

jawab kepada bupati melalui sekertaris daerah.

Dalam praktek kebijakan dan implementasi administrasi kependudukan di

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Tanjung Jabung Barat di

pengaruhi oleh aspek landasan hukum,aspek kelembagaan,dan sumber daya

manusia,aspek penerapan teknologi dan system pelayanan,aspek registrasi, aspek

demografis(kesadaran masyarakat),aspek pengolahan data penduduk.

Di dalam pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang

Adminstrasi Kependudukan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Tanjung Jabung Barat belum di tindak lanjuti dengan baik khususnya

dalam penyelenggaraan pemerintahan baik dalam perencanaan,implementasi

maupun evaluasi kebijakan daerah, berdasarkan penjajakan penelitian yang

dilakukan penulis beberapa penyebabnya adalah :

1. Masih banyaknya aparat pemerintah daerah yangbelum memahami kebijakan

administrasi kependudukan secara benar sehingga timbul anggapan bahwa

kebijakan admininstrasi kependudukan bukan kebijakan yang menjadi periorotas

pemerintah daerah melainkan pemerintah pusat.

2. Kebijakan administrasi kependudukan sebagai indikator kesejahteraan tidak

dijadikan sebagai unsur penilaian kinerja pemerintah daerah,sehinggaadministrasi

kependudukan tidak dijadikan salah satu indikator keberhasilan kepala daerah

3. Kondisi geografis wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat terletak pada posisi

koordinat 103º23’00”-104º21’00” Bujur Timur dan 0º53’00”-01º41’00” Lintang

Selatan. Dan dimana Kondisi daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat 50%
8

daerah pasang surut Hal tersebut menjadi kendala bagi warga yang harus

menyebrang untuk melaksanakan administrasi kependudukan karena warga harus

menunggu air pasang baru bisa menyebrang.

4. Masih rendahnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya dokument

kependudukan dalam menunjang aktifitasnya sehingga kesadaran untuk

mengurus atau memiliki dokument kependudukan atas inisiatif sendiri masih

rendah.

Dengan demikian meningkatnya jumlah penduduk dari tahun ke

tahun,maka keadaan yang demikian itu menuntut pengembangan sistim

administrasi kependudukan. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang

Pemerintah Daerah pada Pasal 22 di tegaskan bahwa dalam penyelenggaraan

otonomi daerah,daerah mempunyai kewajiban pengelolaan administrasi

kependudukan.Administrasi kependudukan di butuhkan sebagai data informasi

pertambahan dan perkembangan penduduk serta persebarannya guna perencanaan

pembangunan di daerah.

Data informasi yang akurat sebagai bahan pertimbangan yang objektif

dalam menetapkan suatu kebijakan dalam perencanaan dan strategi pembangunan

kedepan serta evaluasi dimasa lalu.Pelaksanaan pembangunan yang semakin

meningkat membawa dampak dari adanya pertambahan penduduk,untuk diketahui

keadaan penduduk dan persebarannya dengan berbagai kulitas yang dimiliki

diharapkan pemerintah daerah dapat mengambil kebijakan dan langkah-langkah

strategis yang jelas dan teratur dalam penyusunan perencanaan pembangunan dan

anggaran.
9

Penyusunan pelaksanaan kebijakan dan program-program pembangunan

yang baik memerlukan dukungan dan kerja sama yang baik pula antara kecamatan

yang ada di daerah kabupaten tanjung jabung barat sehingga ketersediaan data

yang lebih akurat,terkini,tepatwaktu,relevan,komprehensif,konsisten dan

berkesinambungan.Hal ini juga berlaku untuk data kependudukan sebagai dasar

penyusunan kebijakan kependudukan baik tingkat provinsi maupun

kabupaten/kota,sehingga di harapkan pendayagunaan data sistim informasi

administrasi kependudukan akan dapat dilakukan secara optimal,akurat dan

mutahir dalam rangka mendukung pembangunan nasional dan pembangunan

daerah,Pertumbuhan Penduduk sangat berkaitan dengan kesejahteraan

masyarakat.Pengetahuan tentang aspek-aspek dan komponen demografi seperti

fasilitas,moralitas,migrasi,ketenagakerjaan,perkawinan dan aspek keluarga dan

rumah tangga akan membantu pemerintah daerah khususnya pemerintah daerah

kabupaten tanjung jabung barat dalam mengembangkan program pembangunan

kependudukan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang tepat sasaran5.

Berdasarkan keterangan di atas administrasi kependudukan merupakan

rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dokumen dan data kependudukan

melalui pendaftaran penduduk,pencatatan sipil,pengelolaan informasi administrasi

kependudukan yang dilaksanakan oleh dinas kependudukan dan pencatatan sipil

kabupaten tanjung jabung barat, oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan

penelitian di Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kabupaten Tanjung

Jabung barat untuk di jadikan karya ilmiah dalam bentuk skripsi dengan judul :

5
Tim Penyusun . Buku Profil Dinas Kependudukan dan pencatatan sipil Kabupaten
Tanjung Jabung Barat,2012,hal 2
10

“Peranan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Tanjung

Jabung Barat Dalam Pelaksanaan AdministrasiKependudukan Menurut

Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Nomor 1 Tahun 2011

Tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan”.

B.Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka di rumuskan

pokok-pokok permasalahan sebagai berikut :

a. Bagaimana pelaksanaan administrasi kependudukan yang di laksanakan oleh

Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kabupaten Tanjung Jabung Barat

b. Apa kendala-kendala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten

Tanjung Jabung Barat dalam melaksanakan Administrasi Kependudukan

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun Tujuan dan Manfaat Penelitian yaitu :

a.Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pelaksanaan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Tan jung Jabung Barat dalam melaksanakan administrasi

kependudukan

2.Untuk mengetahui kendala-kendala yang di hadapi oleh Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Supil Kabupaten Tanjung Jabung Barat

dalam Melaksanakan Administrasi Kependudukan

b.Manfaat Penelitian

1. Untuk memberikan masukkan atau tambahan informasi kepada para pembaca


11

dan mahasiswa khususnya serta masyarakat dan pihak-pihak terkait tentang

pelaksanaan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kabupaten Tanjung Jabung Barat menurut Undang-undang

Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan

2. Di harapkan dapat menjadi bahan masukkan bagi pihak-pihak yang terkait

dalam pelaksanaan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kabupaten Tanjung Jabung Barat apakah sudah sesuai

dengan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi

Kependudukan.

D.Kerangka Teoritis

Masalah administrasi kependudukan merupakan hal yang sangat berperan

dalam pembangunan, dimana dari sistem administrasi kependudukan tersebut

dapat diketahui tentang data-data penduduk dan informasi yang sesuai dengan

keadaan penduduk dan tentang kondisi daerah tempat tinggal

penduduk.pengertian administrasi kependudukan itu sendiri sebagaimana

dijelaskan didalam Pasal 1 angka (1) Undang–Undang Nomor 23 Tahun 2006

tentang Administrasi Kependudukan.

Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan

dan penertibandalam penerbitan dokumen dan data Kependudukan melalui

Pendaftaran Penduduk, Pencatatan Sipil, pengelolaan informasi administrasi

kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan

pembangunan sektor lain ( Pasal 1 angka (1) Undang–Undang Nomor 23 Tahun

2006).
12

Maka administrasi kependudukan haruslah diselenggarakan dengan baik.

Didalam penjelasan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang

Administrasi Kependudukan, menjelaskan bahwa :

Administrasi Kependudukan sebagai suatu sistem diharapkan

dapatdiselenggarakan sebagai bagian dari penyelenggaraan administrasi

negera.Dari segi kepentingan penduduk, Administrasi Kependudukan

memberikan pemenuhan hak-hak administratif, seperti pelayanan publik serta

perlindungan yang berkenaan dengan Dokumen Kependudukan, tanpa adanya

perlakuan yang diskriminatif (Penjelasan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2006).

Berikut beberapa ahli yang memberikan defenisi tersendiri mengenai

pengertian Administrasi Negara yaitu :

Prajudi Atmosudirdjo mengemukakan administrasi negara mempunyai tiga

arti, yaitu; pertama, sebagai salah satu fungsi pemerintahan; kedua, sebagai

aparatur (machinery) dan aparat (apparatus) dari pada pemerintah; ketiga,

sebagai proses penyelenggaraaan tugas pekerjaan pemerintah yang memerlukan

kerjasama secara tertentu6. Bintoro Tjokroamidjojo memberikan pendapatnya

mengenai administrasi negara, beliau mengatakan administrasi negara adalah

“manajemen dan organisasi dari manusia-manusia dan peralatannya guna

mencapai tujuan-tujuan pemerintah.7”.Mengenai defenisi dan pengertian diatas,

berikut ini pendapat dari C. S. T. Kansil :

6
Artuzamahendra,Administrasi Kependudukan,
https://sites.google.com/site/artuzamahendra/administrasi-kependudukan ,kamis,18 april
2013,hal 4

7
Ibid
13

C.S.T. Kansil berpendapat

“negara yang merupakan organisasi masyarakat yang berkuasa mempunyai


kewajiban untuk mengatur agar keamanan terjamin dan ada perlindungan
atas kepentingan tiap orang, dan agar tercapai kebahagiaan yang merata
dalam masyarakat. Tidak hanya satu golongan saja yang dapat merasa
bahagia, tetapi seluruh pendudukNegara”8

Pendapat-pendapat tersebut menitik beratkan administrasi negara pada persoalan-

persoalan masyarakat yang bertujuan dalam memenuhi kepentingan-kepentingan

masyarakat.9

Miftah Thoha berpendapat semua masyarakat manusia, baik yang

sederhana maupun yang kompleks senantiasa membutuhkan usaha administrasi

ini.Dalam masyarakat yang sederhana tentunya bentuk dan volume administrasi

tidaklah serumit dari masyarakat yang sudah sedemikian kompleksnya10.

Dalam penyelenggaraan urusan administrasi kependudukan Dimana yang

berperanan penting dan yang berkewajiban menyelenggarakan urusan administrasi

kependudukan adalah pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah

kabupaten/kota.Peranan pemerintah adalah untuk memastikan bahwa interplay

kepentingan pribadi bagi setiap individu bisa dijalankan secara bebas dan terbuka.

Dalam penulisan ini Pemerintah Kabupaten/Kota yang dimaksud ialah

pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat.Didalam pelaksanaan urusan

administrasi kependudukan ditingkat Kabupaten/Kota, dilaksanakan oleh Instansi

Pelaksana. Pasal 27 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2007 tentang

Pelaksanaan Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi

Kependudukan menegaskan Dalam menyelenggarakan urusan Administrasi


8
ibid
9
Ibid, hal 6
10
ibid
14

Kependudukan di kabupaten/kota, dibentuk Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil sebagai Instansi Pelaksana yang diatur dalam Peraturan Daerah.

Pasal 1 angka (4)Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat No. 1 Tahun

2011 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan menjelaskan yang

dimaksud dengan Dinas adalah Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

Dinas berkewajiban dan bertanggung jawab melaksanakan urusan

administrasi kependudukan meliputi:

a. melaksanakan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil;

b. memberikan pelayanan yang sama dan profesional kepada setiap Penduduk,

Pendatang dan Tamu atas pelaporan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil;

c. melaksanakan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil;

d. memberikan pelayanan yang sama dan profesional kepada setiap penduduk,

pendatangdan tamu atas pelaporan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil;

e. menerbitkan dokumen kependudukan;

f. menerbitkan Surat Keterangan Pendatang dan Surat Keterangan Tamu;

g. menjamin kerahasiaan data dan keamanan data atas pendaftaran penduduk dan

pencatatan sipil;

h. melakukan verifikasi dan validasi data yang disampaikan oleh Penduduk,

Pendatang dan Tamu dalam pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan

Sipil;

i. melakukan pengkajian dan mengembangkan Sistem Informasi Administrasi

Kependudukan (SIAK) sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan;


15

j. melakukan pengkajian penyelenggaraan administrasi kependudukan;

i. mengolah dan menyajikan data statistik kependudukan dan statistik vital;

j. melakukan pengelolaan dokumen pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil;

k. melakukan koordinasi dengan instansi terkait dalam rangka penyusunan

kebijakan pembangunan kependudukan.

Kenyataannya administrasi kependudukan di Kabupaten Tanjung Jabung

Barat belum terlaksana dengan baik, secara teknis penanggung jawab

pelaksanaan administrasi kependudukan ini berada pada pemerintah daerah.Dalam

hal ini ialah Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil sebagai instansi

pelaksana.tetapi tidak terlepas juga partisipasi penduduk.

Administrasi kependudukan telah diatur secara tegas dan jelas didalam

undang-undang, Peraturan Pemerintah dan peraturan yang lainnya. Tetapi didalam

pelaksanaannya urusan administrasi kependudukan tidak akan berjalan baik jika

hanya instansi pelaksananya saja yang memegang peranan, hal tersebut ditegaskan

oleh Satjipto Rahardjo, beliau mengatakan :

Hukum itu akan tetap merupakan lambang-lambang yang mati belaka

apabila tidak dihubungkan dengan manusia yang menjadi pelaksananya.

Sebetulnya bukan hanya pelaksana dalam arti manusia sebagai pejabat hukum,

seperti hakim, jaksa, polisi dan sebagainya, melainkan juga dalam arti manusia

sebagai adresat dari hukum.11

Menurut M. Marwan dan Jimmy P, adressant ialah pemohon; pihak atau

orang yang mengajukan permohonan kepada suatu instansi atau suatu badan

11
Ibid, hal 10
16

pemerintah dengan menandatangani surat permohonan. Sehingga akan terciptanya

administrasi kependudukan yang baik lagi tertib12.

Jadi dalam pelaksanaan urusan administrasi kependudukan selain instansi

pelaksana, penduduk juga memegang peranan didalamnya. Sebagaimana

hal tersebut telah dijelaskan didalam penjelasan atas Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan.

Administrasi Kependudukan diarahkan untuk:

1. Memenuhi hak asasi setiap orang di bidang administrasi kependudukan

tanpa diskriminasi dengan pelayanan publik yang profesional;

2. Meningkatkan kesadaran penduduk akan kewajibannya untuk berperan

serta dalam pelaksanaan Administrasi Kependudukan;

3. Memenuhi data statistik secara nasional mengenai peristiwa kependudukan

dan peristiwa penting;

4. Mendukung perumusan kebijakan dan perencanaan pembangunan secara

nasional, regional, serta lokal; dan

5. Mendukung pembangunan sistem administrasi kependudukan. (Penjelasan

atas Undang-Undang No. 23 Tahun 2006).

E. Kerangka Konseptual

Untuk lebih mudah memahami maksud dari penulisan skripsi ini, maka

penulis akan menjelaskan pengertian-pengertian dari istilah-istilah yang terdapat

pada judul skripsi ini, antara lain sebagai berikut :

a. Peranan
12
ibid
17

Menurut kamus besar bahasa indonesia. “Peranan berasal dari kata peran

yang artinya seperangkat tingkat di harapkan yang di miliki oleh yang

berkedudukan di masyarakat peranan adalah bagian dari tugas utama yang

harus dilaksanakan13”.

b. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Tanjung Jabung

Barat

Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi

Kependudukan, pada Pasal 1 angka 7 Menjelaskan Instansi Pelaksana

adalah Perangkat pemerintah kabupaten/kota yang bertanggung jawab dan

berwenang melaksanakan pelayanan dalam urusan administrasi

kependudukan.

c. Pelaksanaan :

Menurut kamus besar bahasa Indonesia pelaksanaan adalah Suatu usaha

atau kegiatan tertentu yang dilakukan untuk rencana atau program dalam

kenyataan14

d. Administrasi Kependudukan :

Berdasarkan Undang-undang nomor 23 Tahun 2006 Pasal 1 angka 1

Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan

penertiban dalam penerbitan dokument dan data kependudukan melalui

pendaftaran penduduk,pencatatan sipil, pengelolaan informasi administrasi

kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan public dan

pembangunan sektor lain.


13
Eko, Pengertian peranan, http://www.ras-eko.com/2013/05/pengertian-peranan.html?
m=1, di akses pada hari kamis tanggal 30-10-2013
14
ibid
18

F.Metode Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian penulisan skripsi ini adalah di Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Tanjung Jabung Barat

dimana dalam pelaksanaan administrasi kependudukan menurut Undang-

undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan

belum berjalan sebagaimana mestinya.

2.Tipe Penelitian

Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan bersifat yuridis empiris,

secara yuridis melihat peraturan perundang-undangan yang mengatur

tentang Peranan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten

Tanjung Jabung Barat, secara empiris dengan melihat apakah ketentuan

tersebut di terapkan dalam pelaksanaan administrasi kependudukan di

Kabupaten Tanjung Jabung Barat

3.Spesifikasi Penelitian

Sesuai dengan masalah yang diteliti, maka spesifikasi penelitian yang

penulis gunakan adalah diskriptif analitis,yakni dengan menggambarkan

peranan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Tanjung

Jabung Barat Dalam Pelaksanaan Administrasi Kependudukan menurut

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi

Kependudukan..

4. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi dalam penelitian ini adalah Dinas Kependudukan dan


19

pencatatan sipil Kabupaten Tanjung Jabung Barat khususnya pejabat

Dinas Kependudukan Dan Pencatatan sipil dan beberapa masyarakat

Kabupaten Tanjung Jabung Barat

2.Sempel responden dalam penelitian ini adalah di ambil dari seluruh

populasi yang di tetapkan, dengan kriteria bahwa yang bersangkutan

terlibat langsung atau mengetahui pelaksanaan Administrasi

Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten

Tanjung Jabung Barat, yaitu sebagai berikut :

1) Kasi pengolahan data informasi dan evaluasi Dinas Kependudukan

Dan Pencatatan Sipil Kabupaten Tanjung Jabung Barat

2) Kasi Pendaftaran penduduk Dinas Kependudukan Dan Pencatatan

Sipil Kabupaten Tanjung Jabung Barat

3) Staf Pelaksana Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Tanjung Jabung Barat

4) 9Orang Masyarakat di Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

e. Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan ini adalah

dengan cara :

1. Wawancara

Pengumpulan data dengan melakukan wawancara ( Tanya jawab )

dengan sampel responden yang telah di tentukan dengan memakai

pedoman wawancara yang di tentukan terlebih dahulu

2. Studi Dokument
20

Studi Dokumen,yaitu mengumpulkan data-data dari buku-buku pustaka

yang berkaitan dengan permasalahan yang di teliti kemudian di olah dan

disusun secara sistimatis.

f.Analisis Data

Analisis data yang di pakai dalam penelitian ini adalah deskriptif

analitisartinya,data-data yang tersedia baik data primer maupun data

sekunderkemudian dikumpulkan dan di olah serta disusun secara

sistimatis,kemudian diuraikan dan dijelaskan atau di gambarkan

berdasarkan fakta-fakta yang adatentang Peranan Dinas Kependudukan

Dan Pencatatan Sipil Kabupaten Tanjung Jabung Barat Dalam

Pelaksanaan Administrasi Kependudukan.

G.Sistimatika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dari pembahasan skripsi ini,

maka perlu kiranya disusun secara sistematis. Adapun sistematika yang

dipergunakan dalam penulisan skripsi ini adalah terdiri dari 4 (empat) bab yang

secara garis besarnya diuraikan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini merupakan pendahulan,yang berisikan uraian tentang latar

belakang masalah yang merupakan titik tolak bagi penulis dalam penulisan skripsi

ini, selain itu bab ini juga menguraikan mengenai latar belakang masalah,

permusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka konseptual dan


21

kerangka teotritis, metodologi penelitian dan di akhiri dengan sistematika

penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang otonomi daerah di

Indonesia, Implikasi pelaksanaan otonomi daerah dalam pelayanan publik,

Penduduk, Tugas dan fungsi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Tanjung Jabung Barat

BAB III : PEMBAHASAN

Pada Bab ini penulis akan menguaraikan tentang bagaimana pelaksanaan

administrasi kependudukan yang dilaksanakan oleh Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Kendala-kendala yang

dihadapi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Tanjung Jabung

Barat dalam Pelaksanaan Administrasi kependudukan

BAB IV :PENUTUP

Bab ini merupakan ringkasan dari seluruh uraian sebelumnya yang dimuat dalam

beberapa kesimpulan dan di akhiri dengan saran-saran yang diharapkan

bermanfaat.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Otonomi Daerah di Indonesia


22

Penyelenggaraan otonomi daerah sebagaimana telah di amanatkan secara

jelas di dalam Undang-Undang Dasar 1945, di tujukan untuk menata sistim

pemerintahan daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik

Indonesia.Pelaksanaannya di lakukan dengan memberikan keleluasaan kepada

daerah untuk menyelenggarakan kewenangan pemerintahan di tingkat daerah.

“Istilah otonomi berasal dari bahasa yunani ( autos = sendiri ) dan ( nomos

= undang-undang ), yang berarti perundang-undangan sendiri

( zelfwetgeving )”.15Dikatakan oleh M.marwan Dalam kamus hukum, otonomi

adalah “suatu hak untuk mengatur kepentingan dan urusan intern daerah atau

organisasinya sendiri menurut hukum yang berlaku16”.

Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah

ditetapkan pada 7 Mei 1999 dan berlaku efektif sejak tahun 2000.Undang-undang

ini dibuat untuk memenuhi tuntutan reformasi, yaitu mewujudkan suatu Indonesia

baru, Indonesia yang lebih demokratis, lebih adil, dan lebih sejahtera.Semenjak

dilaksanakannya undang-undang ini secara efektif, telah banyak perubahan yang

timbul pada penyelenggaraan pemerintahan daerah. Perubahan ini tidak hanya

terjadi di daerah, tetapi juga terjadi pada hubungan antara pemerintah pusat dan

daerah

”Namun di sisi lain Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dalam

pelaksanaanya juga telah menimbulkan dampak negatif, antara lain tampilnya

kepala daerah sebagai raja-raja kecil di daerah karena luasnya wewenang yang

dimiliki, serta tidak jelasnya hubungan hirarkhis dengan pemerintahan diatasnya”.


15
M.Buzrizalti, Hukum Pemda otonomi daerah dan imlikasinya, cet I, Total Media,
Yogyakarta, 2013, hal., 4.
16
M.Marwan, Kamus Hukum, cet I, Reality Publisher, Surabaya, 2009, hal., 472
23

17
Disamping itu, dengan dimilikinya wewenang yang luas dalam pengelolaan

kekayaan dan keuangan daerah, terbuka peluang untuk tumbuhnya Korupsi,

Kolusi,dan Nepotisme (KKN) di daerah-daerah, serta lahirnya perda-perda

tentang retribusi dan pajak daerah.

Penyempurnaan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 bertujuan untuk

memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terdapat pada undang-undang tersebut,

antara lain sebagimana telah dikemukakan di atas, dan juga merupakan

konsekuensi perubahan dalam tatanan kenegaraan akibat amndemen UUD 1945,

serta guna mengantisipasi arus globalisasi, terutama berkaitan dengan peluang

penanaman modal asing di daerah. Penyempurnaan ini dilaksanakan melalui

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah yang

dengan tegas dalam Pasal 239 menyatakan bahwa dengan berlakunya undang-

undang ini, Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah

dinyatakan tidak berlaku lagi.

Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan

Daerah, Pasal 1 angka 5 menyatakan bahwa otonomi daerah adalah hak,

wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus

pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. Sedangkan yang dimaksud dengan daerah otonom di dalam

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 1 angka 6 adalah kesatuan

masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang

mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat

17
Rozali Abdullah, Pelaksanaan Otonomi Luas Dengan Pemilihan Kepala Daerah
Secara Langsung, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, hal 3
24

setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam system

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Albert Hasibuan menyatakan tujuan otonomi daerah adalah :

Terwujudnya otonomi daerah yang nyata, dinamis dan bertanggung jawab,


otonomi yang nyata berarti bahwa pemberian otonomi kepada daerah
adalah di dasarkan pada faktor-faktor,perhitungan-perhitungan dan
tindakan-tindakan atau kebijaksanaan-kebijaksanaan yang benar-benar
menjamin daerah yang bersangkutan untuk mengurus rumah tangga
daerahnya. Sedangkan otonomi yang dinamis berarti pemberian otonomi
kepada daerah yang didasarkan pada situasi,kondisi, dan perkembangan
pembangunan, selanjutnya perkembangan otonomi yang bertanggung
jawab berarti bahwa pemberian otonomi daerah benar-benar sejalan
dengan tujuannya, yaitu memperlancarpembangunan di seluruh pelosok
tanah air tanpa ada pertentangan antara kebijaksanaan yang diberikan oleh
pemerintah daerah serta pelaksanaan operasionalyang dilaksanakan oleh
daerah penerima otonomi, sehingga pembangunan daerah merupakan
rangkaian pembangunan nasional secara menyeluruh18

Menurut Haw. Widjaja Pemberian otonomi kepada daerah dilaksanakan

bersama dengan dekonsentrasi. Dalam hubungan ini prinsip-pronsip

pemberian otonomi pada daerah lebih di pertegaskan yaitu :

a. Harus menunjang aspirasi perjuangan rakyat, yakni memperkokoh


Negara kesatuan dan mempertinggi tingkat kesejahteraan rakyat
b. Harus merupakan otonomi nyata dan bertanggung jawab
c. Asas desentralisasi dilaksanakan bersamana-sama dengan
dekonsentrasi dengan member kemungkinan pula bagi pelaksanaan
asas pembaharuan
d. Pemberian otonomi pada daerah mengutamakan aspek keserasian
dengan tujuan di samping aspek pendemokrasian
e. Tujuan pemberian otonomi kepada daerah adalah untuk meningkatkan
dayaguna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintah daerah, terutama
dalam pelaksanaan pembangunan dan pelayanan terhadap masyarakat
serta untuk meningkatkan pembinaan kesatuan politik dan kesatuan
bangsa.19

18
Albert Hasibuan dan Sutarno, Otonomi Daerah Peluang dan Tantangan, Cet Kesatu,
sinar harapan, Jakarta, 1995, hal., 11 .
19
HAW. Widjaja, Titik Berat Otonomi Pada Daerah Tingkat II, Cet Kelima, Raja
Grafindo Perada, Jakarta,2003
25

Dalam penyelenggaran pemerintahan daerah ada tiga asas yang di gunakan


yaitu :

a. Asas Desentralisasi yaitu penyerahan wewenang pemerintahan oleh

pemerintah kepada daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Wewenang yang di berikan berhubungan dengan sifat khas

daerah seperti agama, kebudayaan, dll.

b. Asas Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari pemerintahan

kepada gubernur sebagai wakil pemerintah. Urusan pemerintah pusat

seperti politik luar negeri, pertahanan keamanan dll. Pelaksanaannya

dilakukan oleh instalasi pusat di daerah seperti kantor wilayah departemen.

c. Asas Pembantuan adalah penugasan dari pemerintah kepada daerah dan

dea serta dari daerah kedesa untuk melaksanakan tugas tertentu yang di

sertai pembiayaan sarana dan prasarana serta sumber daya manusia dengan

kewajiban melaporkan pelaksanaan dan pertanggung jawabannya kepada

yang menugaskan.

Dengan sistem desentralisasi ( otonom ), maka wilayah Negara Republik

Indonesia di bagi atas daerah-daerah otonom,Menurut C.S.T Kansil Daerah

Otonom adalah” kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah

tertentu, yang berhak, berwewenang dan berkewajiban mengatur dan mengurus

rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia”.


20
Oleh karena itu, daerah-daerah otonom mengatur dan mengurus kehidupan

sendiri sebagai bagian yang organis dari Negara kesatuan Republik Indonesia.

20
C.S.T Kansil, Hukum Tata Negara Republik Indonesia, Cet ketiga, Rineka Cipta,
Jakarta, 2000., hal 151.
26

Daerah-daerah otonom itu bersifat zelfstanding( mandiri ), tetapi tidak

onfhankelijk ( merdeka ).

Mengingat wilayah Republik Indonesia sangat luas dengan beribu-ribu

pulau, aneka ragam suku dan budaya sudah dapat di pastikan tidak mungkin

segala sesuatunya di atur secara terpusat oleh pemerintah pusat. Oleh karena itu,

para pendiri NegaraRepblik Indonesia bersepakat menetapkan bentuk negara

kesatuan dengan system otonomi daerah, sebagaimana di tuangkan dalam Pasal 18

UUD 1945 : Pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan

bentuk susunan pemerintahannya di tetapkan dengan undang-undang dengan

memandang dan mengingat dasar permusyawaratan dalam system pemertintahan

negara dan hak-hak asal usul dalam daerah yang bersifat istimewa Dan kewajiban

tersebut di wujudkan dalam bentuk rencana kerja pemerintahan daerah dan di

jabarkan dalam bentuk pendapatan, belanja, dan pembiayaan daerah yang di

kelola dalam system pengolahan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah

di maksud di lakukan secara efisien, efektif, transparan, akuntabel, tertib, adil,

patut, dan taat pada peraturan perundang-undangan.

Visi Otonomi daerah dapat dirumuskan dalam tiga ruang lingkup utama, yaitu :

politik, ekonomi, serta sosial dan budaya :

a. Di bidang politik pelaksanaan otonomi harus di pahami sebagai proses

untuk membuka ruang bagi lahirnya kepala pemerintahan daerah yang

di pilih secara demokratis, memungkinkan berlangsungnya

penyelenggaraan pemerintahan yang responsive terhadap kepentingan


27

masyarakat luas, dan memelihara suatu mekanisme pengambilan

keputusan yang taat pada asas pertanggung jawaban publik.

b. Di bidang ekonomi, otonomi daerah di satu pihak harus menjamin

lancarnya pelaksanaan kebijakan ekonomi nasional daerah, dan di

pihak lain terbukanya peluang bagi pemerintah daerah

mengembangkan kebijakan regional dan local untuk mengoptimalkan

pendayagunaan potensi ekonomi di daerahnya. Dalam konteks ini,

otonomi daerah akan memungkinkan lahirnya berbagai prakarsa

pemerintah daerah untuk menawarkan fasilitas investasi, memudahkan

proses perijinan usaha dan membangun berbagai insfratruktur yang

menunjang perputaran ekonomi di daerahnya.

c. Di bidang sosial budaya, otonomi daerah harus dikelola sebaik

mungkin demi menciptakan harmoni sosial, dan pada saat yang sama,

juga memelihara nilai-nilai lokal yang di pandang kondusif terhadap

kemampuan masyarakat dalam merespon dinamika kehidupan di

sekitarnya.

Menurut C.S.T Kansil syarat-syarat di bentuknya suatu daerah, antara lain,

adalah:

1. Mampu mebiayai kehidupannya ( kemampuan ekonomi )


2. Jumlah penduduk yang ditentukan
3. Luas daerah
4. Memperhatikan pertahanan dan keamanan nasional.21

Pembagian kewenangan pemerintah pusat dan daerah di lakukan

berdasarkan prinsip negara kesatuan, tetapi dengan semangat federalisme. Dimana

21
. Ibid
28

jenis kekuasaan yang di tangani oleh pemerintah pusat hampir sama dengan yang

di tangani oleh pemerintah negara federal. Oleh karena dalam Undang-undang

Nomor 32 Tahun 2004 Tentang pemerintahan Daerah dalam Pasal 10 ayat (3)

Urusan pemerintah yang menjadi urusan pemerintah sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) meliputi :

a. Politik luar negri


b. Pertahanan
c. Keamanan
d. Yustisi
e. Moneter dan fiscal nasional; dan
f. Agama

Pasal 13 ayat (1)


(1) Urusan wajib yangmenjadi kewenangan pemerintahan daerah provinsi
merupakan urusan dalam skala provinsi yang meliputi :

a. perencanaan dan pengendalian pembangunan


b. perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang
c. penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman umum
d. penyediaan sarana dan prasarana umum
e. penanganan bidang kesehatan
f. penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia
potensial
g. penanggulangan masalah sosial lintas kabupaten/kota
h. pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupaten/kota
i. fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah termasuk
lintas kabupaten/kota
j. pengendalian lingkungan hidup
k. pelayaran pertanahan termasuk lintas kabupaten/kota
l. pelayanan kependudukan, dan catatan sipil
m. pelayanan administrasi umum pemerintahan
n. pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas
kabupaten/kota
o. penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat
dilaksanakan oleh kabupaten/kota
p. urusan wajib lainnya yang di amanatkan oleh peraturan perundang-
undangan

Pasal 14 ayat (1) Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan


daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota
meliputi :
29

a. perencanaan dan pengendalian pembangunan


b. perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang
c. penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman umum
d. penyediaan sarana dan prasarana umum
e. penanganan bidang kesehatan
f. penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia
potensial
g. penanggulangan masalah sosial lintas kabupaten/kota
h. pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupaten/kota
i. fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah termasuk
lintas kabupaten/kota
j. pengendalian lingkungan hidup
k. pelayaran pertanahan termasuk lintas kabupaten/kota
l. pelayanan kependudukan, dan catatan sipil
m. pelayanan administrasi umum pemerintahan
n. pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas
kabupaten/kota
o. penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat
dilaksanakan oleh kabupaten/kota
p. urusan wajib lainnya yang di amanatkan oleh peraturan perundang-
undangan

B. Implikasi Pelaksanaan Otonomi Daerah Dalam Pelayanan Publik

Pelayanan publik menjadi konsep yang sering di gunakan olehbanyak

pihak, baik dari kalangan praktisi maupun ilmuan, dengan makna yang berbeda-

beda.Dalam sejarah perjalanannya, pelayanan publik semula di pahami secara

sederhana sebagai pelayanan yang di selenggarakan oleh pemerintah.Semua

barang dan jasa yang di selenggarakan oleh pemerintah kemudian di sebut dengan

pelayanan publik.

Tugas utama dari setiap instansi pemerintahan adalah memeberikan

pelayanan publik agar terwujudnya kesejahteraan bagi rakyat. Menurut

Tampubolon, ”pelayanan berarti orang yang melakukan sesuatu yang baik bagi

orang lain. Karena itu seorang pelayan yang baik ialah melayani,bukan
30

dilayani”22. Oleh karena itu pemerintah harus menjamin bahwa semua warga

negara dimanapun berada dan dengan kondisi sosial ekonomi seperti apapun dapat

mengakses layanan publik secara sama. Lebih dari itu mereka harus mendapatkan

kesempatan yang memadai untuk menentukan bagaimana layanan publik

diselenggarakan.

Nilai jiwa dan semangat pelaksanaan otonomi daerah, peningkatan kontrol

masyarakat atas penyelenggaraan layanan yang di berikan pemerintahan daerah

akan semakin kuat, sehingga mampu mengembangkan suatu tatanan tata

kepemerintahan yang baik (good governance) di tingkat lokal atau pemerintah

daerah.

Selain itu good governance juga bersubstansikan adanya tata hubungan

yang sinergis dengan masyarakat luas ( stoke holder ). Masyarakat turut berperan

serta secara aktif dalam proses pengambilan keputusan pemerintahan dan

pembangunan melalui instrument-instrumen kelembagaan yang formal ataupun

informal. Oleh karena itu good governance juga mengkeriteriakan adanya suatu

proses yang berkelanjutan (Sustanable Process) untuk mengakomodasi dan

memediasi konflik-konflik kepentingan yang ada dalam struktur kemayarakatan

sehingga dapat memperoleh suatu kesepakatan bersama

Tidak dapat dipungkiri, bahwa baik di negara maju maupun berkembang,

birokrasi pemerintah masih mendominasi hampir seluruh aspek kehidupan di

masyarakat.Hal ini dapat dilihat dari bebagai peran yang di mainkan oleh

birokrasi pemerintah.

22
M.Busrizalti, Hukum Pemda Otonomi dan Implikasinya, cet I, Total media,
Yogyakarta, 2013, hal 139
31

Keberadaaan pegawai negri di Indonesia dirasakan semakin penting untuk

menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan; kelancaran atau kemandegan

pemerintah dan pembangunan yang sedang dilaksanakan tidak terlepas dari

keikutsertaan pegawai negri23.Oleh sebab itu pemerintah telah berupaya

bersungguh-sungguh untuk merumuskan dalam suatu kerangka perundang-

undangan yang semakin lama bertambah sempurna.Sejak Indonesia merdeka telah

ada beberapa undang-undang yang mengatur hal ihwal pegawai negri dalam

segala aspeknya. Hal ini dapat dilihat didalam perundanga-undangan

Indonesia,yakni : Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Undang-Undang Nomor

18 Tahun 1961 Tentang Ketentuan-ketentuan pokok Kepegawaian (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1961 Nomor 263), Undang-undang Nomor 8

Tahun 1974 Tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1974 Nomor :55)

Pegawai Negri sebagai unsur aparatur negara, abdi negara dan abdi

masayarakat berkewajiban mengangkat sumpah/janji yang secara otentik di atur

dalam peraturan pemerintah dan hal tersebut di atur lebih lanjut didalam surat

keputusan pimpinan instansi pemerintah yang memiliki wewenang untuk

mengaturnya.

Atas dasar uraian tersebut, maka dapat dimengerti bahwa wujud

“goodgovernance adalah penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid dan

bertanggung jawab, serta efisien dan efektif, dengan menjaga kesinergisan

interaksi yang konstruktif diantara ketiga domain; Negara, sektor swasta,dan

23
Ahmad Ghufron dan Sudarsono.Hukum Kepegawaian di Indonesia,PT Rineka Cipta,
Jakarta,1991,Hal .1.
32

masyarakat24”. Oleh karena good governance meliputi system administrasi negara,

maka upaya mewujudkan good governance juga merupakan upaya melakukan

penyempurnaan pada system administrasi negara yang berlaku pada suatu negara

secara menyuluruh ( termasuk pada tataran pemerintahan daerah ). Sukesnya

pelaksanaan otonomi daerah tidak dapat di jalankan oleh komponen pemerintah

saja, justru memerlukan dukungan besar dari komponen lain yaitu masyarakat/

penduduk yang berinteraksi dalam suatu pemerintahan yang baik

( good governance )

C.Tinjauan Umum TentangPenduduk

Penduduk adalah orang-orang yang berada di dalam suatu wilayah terkait

oleh aturan-aturan yang berlaku dan saling berinteraksi satu sama lain secara terus

menerus25.Salah satu persyaratan diterimanya status sebuah negara adalah adanya

warga negara yang diatur menurut ketentuan hukum tertentu, sehingga warga

negara yang bersangkutan dapat dibedakan dari warga negara lain26

Penduduk merupakan salah satu unsur utama dari sebuah negara,selain

unsur pemerintahan, unsur kedaulatan dan unsur wilayah negara.Dalam konsep

negara kesejahteraan (welfare state) bahwa tujuan utamakeberadaan negara adalah

menciptakan kesejahteraan bagi penduduknya.Oleh sebab itu dalam konsep

negara kesejahteraan, seluruh kebijakan yangdikeluarkan oleh pemerintah

merupakan manifestasi dari kekuasaan negara berdasarkan kedaulatan yang

24
Husni Tahmrin, Hukum Pelayanan Publik di Indonesia, cet II, Aswaja Pressindo,
Yogyakarta, 2013, hal 50.
25
Adiatmojo,Pengertian Penduduk, http://adiatmojo1,blogspot.com,di akses pada hari
minggu tanggal 09-02-2014
26
Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi, Sinar Grafika,
Jakarta Timur, hal 234
33

dimilikinya, sudah sepantasnyamerepresentasikan tujuan peningkatan kualitas

kesejahteraan hidup dankehidupan bagi seluruh penduduknya. Untuk itulah maka

sudah sewajarnyaterjadi sinergitas antara kepentingan penduduk dengan

kepentinganpemerintah seperti yang dideskripsikan dalam paradigma good

governance,yaitu adanya hubungan yang sinergi antara tiga pilar pemerintahan

(negara)yaitu antara pilar pemerintah (government), pilar dunia usaha (private

sector)dan masyarakat/penduduk (civil society).

Salah satu bentuk sinergitas antara penduduk dan pemerintah

adalahsinergitas dalam kebijakan kependudukan yang dimanifestasikan

dalambentuk peraturan perundang-undangan.Dalam setiap peraturan perundang-

undangantentang kependudukan dapat dipastikan adanya interaksi tarikmenarik

kepentingan antara penduduk sebagai obyek regulasi denganpemerintah sebagai

regulator (subyek regulasi).Salah satu aspek yang diaturdalam peraturan

perundang-undangan kependudukan adalah

administrasikependudukan.Pengaturan terhadap administrasi kependudukan

merupakan masalah yang kompleks mengingat bahwa aspek ini melibatkan

banyakinstansi dan banyak kepentingan.Meskipun demikian dari beberapa

instansiyang terkait dapat dipastikan bahwa ada salah satu instansi yang

menjadileading sector untuk administrasi kependudukan.

Negara adalah suatu wilayah di permukaan bumi yang kekuasaannya baik

politik, militer, ekonomi, sosial maupun budayanya diatur oleh pemerintahan yang

berada di wilayah tersebut. Salah satu syarat yang harus dimiliki oleh sebuah

negara adalah memiliki penduduk yang tinggal di negara tersebut, atau pun
34

penduduk yang secara hukum berhak tinggal di suatu negara, karena memiliki

surat resmi untuk tinggal di negara tersebut. Misalnya orang yang memiliki bukti

kewarganegaraan Indonesia, tetapi memilih tinggal di negara lain. Dalam ilmu

sosiologi, penduduk adalah kumpulan manusia yang menempati wilayah geografi

dan ruang tertentu.

Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki jumlah

penduduk yang tinggi. Berdasarkan Sensus Penduduk Tahun 2010, jumlah

penduduk Indonesia sudah mencapai 237,6 juta jiwa atau bertambah 32,5 juta

jiwa sejak tahun 2000. Artinya, setiap tahun selama periode 1990-2000, jumlah

penduduk bertambah 3,25 juta jiwa. Jika dialokasikan ke setiap bulan maka setiap

bulannya penduduk Indonesia bertambah sebanyak 270.833 jiwa atausebesar 0,27

juta jiwa.

Dengan jumlah penduduk yang besar seperti ini, Indonesia tentunya

membutuhkan administrasi kependudukan yang terorganisir dari pusat hingga ke

daerah.Administrasi kependudukan dimaksud menyangkut seluruh masalah

kependudukan, yang meliputi pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, dan

pengelolaan data informasi kependudukan.

Administrasi Kependudukan menjadi semakin penting karena selalu

bersentuhan dengan setiap aktivitas kehidupan di Indonesia.Di antaranya adalah

saat pemilu legislatif, pemilu presiden, pemilu kepala daerah, mengurus surat-

surat kendaraan, mengurus surat-surat tanah, dan lain sebagainya. Apabila kita

akan berdomisili pada suatu wilayah maka kita harus memiliki tanda domisili

yang dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP).


35

Terkait dengan hal tersebut, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan

kependudukan melalui Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun

2006 Tentang Administrasi Kependudukan. Dalam kebijakan ini, yang dimaksud

dengan administrasi kependudukan adalah kegiatan penataan dan penertiban

dalam penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran

penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi administrasi kependudukan

serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor

lain.

Pada saat ini pemerintah menetapkan kebijakan mengenai

administrasikependudukan berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia

Nomor 23 Tahun2006 Tentang Administrasi Kependudukan yang berlaku sejak

29 Desember 2006.

Dalam prakteknya kebijakan dan implementasi administrasi

kependudukantersebut dipengaruhi oleh aspek landasan hukum, aspek

kelembagaan dan sumber

daya manusia, aspek penerapan teknologi dan sistem pelayanan, aspek registrasi,

aspek demografis (kesadaran masyarakat), aspek pengolahan data penduduk

Di Kabupaten Tanjung Jabung Barat tugas pelayanan administrasi publik

bidangadministrasi kependudukan menjadi tugas sekaligus merupakan

kewenangan daripemerintah daerah, yang diwakili oleh Dinas Kependudukan dan

Catatan SipilKabupaten Tanjung Jabung Barat. Sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 TentangPemerintahan daerah,

”Kewenangan daerah mencakup kewenangan dalam seluruhbidang pemerintahan,


36

kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri,pertahanan keamanan,

peradilan, moneter, dan fiskal, agama serta kewenangan bidang lain”

Terwujudnya administrasi kependudukan dan pencatatan sipil yang akurat

dan dinamis adalah merupakan visi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Tanjung Jabung Barat dalam mendukung pelaksanaan pembangunan

di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, khususnya dalam bidang kependudukan.

Dalam mewujudkan tertib administrasi kependudukan tersebut perlu didukung

oleh sistem pelayanan yang prima dimana masyarakat mendapatkan pelayanan

dengan mudah, murah dan cepat serta terdaftarnya seluruh masyarakat Kabupaten

Tanjung Jabung Barat dalam data base kependudukan yang dibangun oleh

program SIAK.

Kajian ini dilakukan untuk melihat bagaimana pelaksanaan pendaftaran

penduduk dan pencatatan sipil di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Tanjung Jabung Barat sehubungan dengan diterbitkannya Undang-

undang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan dan Peraturan

Pemerintah No. 37 Tahun 2007 tentang pelaksanaan Undang-undang No. 23

Tahun 2006. Dalam praktiknya di lapangan, penerapan Undang-undang No. 23

Tahun 2006 bervariasi implikasinya, mengingat kondisi geografis, sosial, politik

dan budaya yang berbeda-beda pada tiap-tiap daerah. Dengan metode analisis

deskriptif kuantitatif - kualitatif dilakukan analisis secara menyeluruh terhadap

pelaksanaan pelayanan administrasi kependudukan, khususnya pelayanan

KTP/pendaftaran pendudukdan Akta Catatan Sipil/ pencatatatn sipil serta


37

pengolahan informasi pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten

Tanjung Jabung Barat

Ketepatan dan ketersediaan data-data tentang penduduk yang lengkap

dalam pembangunan di negara kita merupakan aspek yang memegang peran yang

sangatlah penting. Ini menuntut kerja keras para penyelenggara negara mulai dari

tingkat pusat sampai ketingkat yang paling bawah didalam mengumpulkan dan

menjamin ketersediaan data penduduk yang di butuhkan dalam rangka dukungan

informasi mengenai kependudukan yang baikuntuk pihak yang berwenang dalam

merumuskan suatu kebijakan di Indonesia

Berkaitan dengan pembangunan kependudukan, pembanguan administrasi

kependudukan sebagai sebuah system merupakan bagian yang tak terpisahkan dari

administrasi pemerintahan dan administrasi negara dalam memberi jaminan

kepastian hukum dan perlindungan terhadap hak-hak individu penduduk.

Perlindungan tersebut berupa pelayanan publik melalui penerbitan dokument

kependudukan seperti Nomor Induk Kependudukan(NIK), Kartu Tanda

Penduduk(KTP), Kartu Keluarga (KK), dan akta-akta catatan sipil termasuk akta

kelahiran. Dengan jumlah penduduk yang cukup besar, serta maraknya berbagai

kejahatan kriminal dan terorisme baik dalam skala nasional maupun internasional,

dengan pemalsuan dokument identifikasi kependudukan (termasuk paspor, KK,

dan lain-lain), di perlukan adanya penataan agar administrasi kependudukan dapat

lebih tertib dari tahun ke tahun dan terpadu secara nasional. Meningkatkan

ketertiban dan keterpadauan administrasi kependudukan akan sangat berguna bagi


38

perumusan kebijakan, perencanaan, dan pelaksanaan berbagai program

pembangunan.

Dalam kehidupan manusia akan terjadi suatu siklus hidup dimana manusia

akan mengalami bebagai peristiwa penting di dalam hidupnya. Siklus hidup,

pengalaman dan peristiwa penting itu antara lain adalah kelahiran, perkawinan,

perceraian, kematian dan berbagai peristiwa penting lainnya. Peristiwa-peristiwa

penting tersebut perlu dilakukan pencatatan karena sangat mempengaruhi

pengalaman hidup setiap manusia dan apabila peristiwa itu terjadi akan selalu

membawa akibat hukum bagi orang yang bersangkutan maupun bagi masyarakat

di sekitarnya.

Mengingat begitu pentingnya peristiwa-peristiwa tersebut, maka demi

terciptanya keadaan masyaarakat yang tertib dan teratur serta demi terjaminnya

kepastian hukum, maka di perlukan suatu peraturan yang mengaturnya.Peraturan

yang di maksud adalah peraturan di bidang kependudukan yang di sebut dengan

administrasi kependudukan yang dilaksanakan oleh lembaga pencatatan sipil yaitu

Dinas Kepependudukan dan Pencatatan Sipil.

D. Tugas dan Fungsi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten

Tanjung Jabung Barat

Dinas kependudukan dan pencatatan sipil kabupaten tanjung jabung barat

merupakan dinas yang organisasinya tersusun secara bertingkat. Berdasarkan

Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Nomor 14 Tahun 2008


39

Tentang susunan organisasi dan tata kerja dinas daerah kabupaten tanjung jabung

barat. Bahwa untuk melaksanakan Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung

Barat Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas

Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat, maka di pandang perlu di bentuk

Peraturan Bupati Tanjung Jabung Barat Nomor 9 Tahun 2008 Tentang Uraian

Tugas Pokok dan Fungsi Jabatan Pada Dinas Daerah Kabupaten Tanung Jabung

Barat

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Tanjung Jabung

Barat berkedudukan di wilayah kecamatan tungkal ilir

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Nomor

14 Tahun 2008 Tentang Susunan Organisasi dan Tata kerja Dinas Daerah

Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Terdiri dari :

1. Kepala Dinas
2. Sekertariat terdiri dari :
a. Subbagian Umum dan Kepegawaian
b. Subbagian Keuangan
c. Subbagian Perencanaan Program, Monitoring, dan Pelaporan
3. Bidang Kependudukan terdiri dari :
a. Seksi pendaftaran penduduk
b. Seksi penerbitan identitas penduduk
c. Seksi pindah dating penduduk
4. Bidang Catatan Sipil Terdiri dari :
a. Seksi kelahiran, kematian, dan pencatatan kewarganegaraan
b. Seksi perkawinan dan perceraian
c. Seksi pengangkatan, pengakuan, pengesahan anak serta perubahan dan
pembatalan akta
5. Bidang informasi dan perkembangan penduduk terdiri dari :
a. Seksi pengolahan data, informasi dan evaluasi
b. Seksi pembinaan dan penyuluhan
c. Seksi pemutakhiran data kependudukan dan catatan sipil.
6. Kelompok jabatan fungsional.
40

Fungsi Dinas Kependudukan dan pencatatan sipil Kabupaten Tanjung

Jabung Barat menurut Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Administrasi

Kependudukan Adalah Sebagai Berikut :

a. Melaksanakan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil


b. Memberikan pelayanan yang sama dan professional kepada setiap
penduduk, pendatang dan tamu atas pelaporan pendaftaran penduduk
dan pencatatan sipil
c. Melaksanakan pemdaftaran penduduk dan pencatatan sipil
d. Memberikan pelayanan yang sama dan professional kepada setiap
penduduk, pendatang, dan tamu atas pelaporan pendaftaran penduduk
dan pencatatan sipil
e. Menerbitkan dokumen kependudukan
f. Menerbitkan surat keterangan pendatang dan surat keterangan tamu
g. Menjamin kerahasiaan data dan keamanan data atas pendaftaran
penduduk dan pencatatan sipil
h. Melakukan verifikasi dan validitasi data yang di sampaikan oleh
penduduk, pendatang dan tamu dalam pelayanan pendafataran
penduduk dan pencatatan sipil
i. Melakukan pengkajian dan mengembangkan system informasi
administrasi kependudukan( SIAK ) sesuai dengan peraturan
perundang-undangan
j. Melakukan pengkajian penyelenggaraan administrasi kependudukan
k. Mengolah dan menyajikan data statistic kependudukan dan statistic
vital.
l. Melakukan pengolahan dokumen pendafataran penduduk dan
pencatatan sipil; dan
m. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait dalam rangka
penyusunan kebijakan pembangunan kependudukan.

Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Nomor 1 Tahun

2011 Tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan dalam Pasal 7 Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Mempunyai Kewenangan Meliputi :

a. Memperoleh keterangan dan data yang benar tentang peristiwa


kependudukan dan peristiwa penting yang dilaporkan penduduk
b. Memperoleh data tentang perceraian, Pengangkatan anak, perubahan
nama, naturlisasi, peristiwa penting lainnya dan pembatalaan akta
41

pencatatan sipil yang dialami penduduk atas dasar putusan atau penetapan
pengadilan
c. Memperoleh data pencatatan nikah, talak dan rujuk bagi pemeluk agama
islam dari KUA Kec
d. Memperoleh data perubahan status kewarganegaraan dari kantor wilayah
Departemen Hukum dan Hak Azasi Manusia
e. Mengajukan klarifikasi atas putusan/penetapan pengadilan yang tidak
sesuai dengan tata cara dan persyaratan pencatatan peristiwa penting;dan
f. Menolak permintaan pengguna data pribadi penduduk yang pengajuannya
tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Jumlah dari pegawai Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten

Tanjung Jabung Barat ada 38 PNS.Pelaksanaan program kerja di Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Tanjung Jabung Barat Mulai dari

senin Sampai Jumat yang jam kerjanya 07.30 sampai pukul 16.00.

Visi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Tanjung Jabung

Barat adalah “Terwujudnya system administrasi kependudukan dan pencatatan

sipil akurat dan dinamis”

Sedangkan Misi Dinas Kependudukan dan pencatatan sipil kabupaten tanjung

jabung barat adalah

- Meningkatkan kualitas aperatur dan pelayanan aparatur terhadap tuntutan

masyarakat dalam pelayanan administrasi kependudukan

- Meningkatkan pemanfaatan tekhnologi informasi atau SIAK ( Sistem

Informasi Administrasi Kependudukan )

- Meningkatkan penyebaranluasan informasi, kepedulian dan peran serta

masyarakat dalam bidang administrasi kependudukan dan pencatatan sipil

- Meningkatkan kerja sama dengan pihak berwenang karena administrasi

kependudukan dan pencatatan sipil merupakan program yang harus

ditangani oleh berbagai pihak


42

- Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memiliki dokumen

kependudukan dan membangun data base kependudukan melalui system

administrasi kependudukan dalam rangka menciptakan pengenal tunggal

berupa NIK ( Nomor Induk Kependudukan ) dan serta pengenalan e- KTP

dengan saran program.

BAB III

PEMBAHASAN

A. Peranan Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kabupaten Tanjung


Jabung Barat Dalam Pelaksanaan Administrasi Kependudukan Menurut
Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Nomor 1 Tahun 2011
Tentang Penyelenggaraan Adiminstrasi Kependudukan
43

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Tanjung Jabung Barat

merupakan lembaga Pemerintahan yang memiliki tugas pokok melaksanakan

kewenangan di bidang administrasikependudukan di Kabupaten Tanjung Jabung

Barat. Secara umum dinas pemerintah merupakan organisasi yang berfungsi untuk

melayani masyarakat. Administrasi kependudukan adalah serangkaian kegiatan

penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan data kependudukan

melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi penduduk

serta pendayagunaan yang hasilnya untuk pelayanan publik di bidang

pemerintahan dan pembangunan.

Pendaftaran Penduduk merupakan pencatatan mengenai biodata penduduk,

pencatatan pelaporan peristiwa kependudukan dan pendataan penduduk rentan

administrasi kependudukan serta penerbitan dokumen penduduk yang berupa

identitas, kartu atau surat keterangan kependudukan .pencatatan Sipil Merupakan

pencatatan peristiwa penting yang dialami oleh seseorang dalam register pencatatan

sipil pada instansi pelaksana dan melakukan pengelolaan informasi administrasi

kependudukan, selanjutnya di singkat SIAK Adalah system informasi yang

memanfaatkan tekhnologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi pengelolaan

informasi administrasi kependudukan di tingkat penyelenggara dan instansi

pelaksana.Tidak dapat disangkal bahwa sistem administrasi kependudukan

merupakan sistem yang mengatur seluruh administrasi yang menyangkut masalah

kependudukan pada umumnya.Dalam hal ini terkait tiga jenis pengadministrasian,

yaitu pertama pendaftaran penduduk, kedua pencatatan sipil, dan ketiga

pengelolaan informasinya. Ketiga sub sistem tersebut masing-masing memiliki


44

pengertian dan definisi yang mampu memberikan gambaran tentang seluruh

kegiatannya.

I. Pendaftaran Penduduk

Pendaftaran pendudukmenjadi tugas bagian administrasi kependudukan

yang sangat penting bagi masyarakat. Pengertian pendafataran penduduk

adalah pencatatan biodata penduduk, pencatatan atas pelaporan peristiwa

kependudukan dan pendataan penduduk rentan administrasi kependudukan

serta penerbitan dokumenkependudukan berupa kartu identitas atau surat

keterangan kependudukan..Sedangkan penduduk adalah setiap Warga Negera

Indonesia yang selanjutnya disingkat WNI dan Warga Negara Asing yang

selanjutnya disingkat WNA pemegang ijin tinggal tetap di wilayah negara

Republik Indonesia.Jadi dari definisi tersebut, jelas yang dimaksudkan

penduduk adalah setiap WNI dan WNA pemegang ijin tinggal tetap.Untuk itu

guna administrasinya diselenggarakan pendaftaran penduduk.

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Tanjung Jabung

Barat dalam melakukan pendafataran penduduk di laksanakan oleh kepala

bidang kependudukan melalui kepala seksi pendaftaran penduduk. Menurut

Yanti,27:

Pelaksanaan pendaftaran penduduk belum berjalan dengan baik di


karenakan kurangnya kesadaran masyarakat untuk memperoleh
dokument kependudukan atas inisiatif sendiri dan dalam pelaporan
peristiwa kependudukan atau kejadian yang dialami penduduk yang
harus dilaporkan karena membawa akibatterhadap penerbitan atau
perubahan kartu keluarga, kartu tanda penduduk dan atau surat
keterangan kependudukan lainnya meliputi pindah datang, perubahan

27
Wawancara dengan Yanti, Kasi Pendaftaran Penduduk Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kabupaten Tanjung Jabung Barat, tanggal 2 September 2013
45

alamat, serta status tinggal terbatas, menjadi tinggal tetap belum terlapor
secara tepat waktu di karenakan rendah nya pemahaman masyarakat.

Begitu pentingnya peristiwa-peristiwa tersebut untuk dilakukan pelaporan

karena sangat mempengaruhi pengalaman hidup setiap manusia dan apabila

peristiwa itu terjadi pasti akan selalu membawa akibat hukum bagi orang yang

bersangkutan maupun bagi masyarakat di sekitarnya.

Alasan masyarakat belum melaporkan peristiwa kependudukan tepat waktu

ketika di wawancara, menurut tusar “kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh

pihak terkait batapa pentingnya pelaporan peristiwa kependudukan”.28

Pendaftaran penduduk dapat dilihat dari table laporan realisasi perekaman data

e-KTP dibawah ini :

Tabel 1
Laporan Relisasi Perekaman Data e-KTP

Target Perekaman Data Realisasi Perekaman


e- KTP Kabupaten Jumlah Jiwa %
Tanjung Jabung Barat
202.574 Jiwa 150.485 Jiwa 74,29
Sumber Data : Data Primer Yang Diolah

Dapat di simpulkan pelaksanaan pendaftaraan penduduk di Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Tanjung Jabung Barat belum

terlaksana dengan baik karena masih ada penduduk yang belum terdaftar

sehingga perlu peningkatan kesadaran masyarakat untuk malakukan

pendaftaran penduduk

28
Wawancara dengan tusar, warga tungkal ilir, tanggal 2 September 2013
46

Terkadang masalah yang di hadapi Bukan itu saja tetapi tentang sever

internet kadang macet atau tidak koneksi dan kurangnya tenaga operator yang

menjalankan alat perekaman e-KTP yang hanya satu orang yang mengerti

menjalankan alat perekaman di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Tanjung Jabung Barat, inilah yang membuat kendala dalam

pembuatan e-KTP.

Dapat di simpulkan terjadi kesenjangan antara peraturan yang telah ada

dengan fakta di lapangan yang seharusnya menurut Undang-undang Nomor 23

Tahun 2006 Pasal 69 ayat 3 Pejabat pencatatan sipil dan pejabat pada

perwikilan Republik Indonesia yang ditunjuk sebagai pembantu pencatat sipil

wajib mencatat pada regiesgter akta pencatatan sipil dan menerbitkan akta

pencatatan sipil paling lambat 30 ( tiga puluh ) hari sejak tanggal di penuhinya

semua persyaratan. Dan menurut Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung

Jabung Barat Nomor 1 Tahun 2011 Tentang penyelenggaran administrasi

kependudukan dalam pasal 31 (4) Pencatatan kelahiran yang di maksud pada

ayat (1) tanpa di pungut biaya selain itu banyak masyarakat yang belum

mengetahui bahwa pencatatan kelahiran yang lewat dari satu tahun tidak perlu

lagi penetapan dari pengadilan..Menurut Husni Selain itu masalah yang di

hadapi “warga enggan mengurus akta kelahiran yang sudah lewat dari satu

tahun karena harus ada penetapan dari pengadilan” 29.Dan menurut ana, Tetapi

ada sebagian masyarakat sudah mengetahui “bahwa hal tersebut sekarang

29
Wawancara dengan husni, Warga tungkal ilir, tanggal 3 september 2013
47

tidak perlu penetapan dari pengadilan30” hal ini terjadi karena kurangnya

sosialisasi yang dilakukan pihak terkait.

3. Pengolahan Informasi

Informasi merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam kehidupan bisnis

dan organisasi, sehingga informasi merupakan variabel yang penting dalamoperasi

organisasi, disamping sumber daya alam, modal dan manusia. Selain

ituketerbatasan kapasitas manusia untuk mampu mengolah data dan informasi

yangbegitu cepat berubah mendorong manusia untuk memanfaatkan secara

optimalteknologi dan sistem informasi.Pada jaman ini teknologi dan sistem

informasisudah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan

manusia dankegiatan sehari – hari.Informasi dibutuhkan untuk menyusun strategi

yang dipakai dalampencapaian tujuan organisasi, baik dalam perencanaan maupun

pengawasankegiatan organisasi.Sistem pengawasan yang efektif diperlukan dalam

kegiatanoperasional organisasi agar organisasi dapat berjalan dengan

baik.Dengandemikian informasi dapat membantu organisasi dalam mencapai

tujuan yangdiharapkan serta meningkatkan produktivitas anggotanya.

Banyak istilah yang berhubungan dengan informasi karena

banyaknyaperubahan dan tidak adanya kesepakatan istilah yang sering digunakan.

Beberapaistilah yang sering digunakan adalah sistem informasi manajemen,

system informasi manajemen berbasis komputer, teknologi informasi (TI),

teknologikomputer,manajemen informasi dan sistem informasi.

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang

jumlahpenduduknya sangat besar.Sebagai negara kepulauan, penduduk


30
Wawancara dengan ana, Warga tungkal ilir, tanggal 4 september 2013
48

Indonesiamemiliki persebaran yang tidak merata. Berbagai masalah yang

merupakan akibat

dari persebaran penduduk yang tidak merata kerap kali muncul dan

mendesakpemerintah untuk dapat sesegera mungkin bertindak untuk mengambil

sebuahkebijakan.Di Samping itu, faktor pertumbuhan penduduk yang besar

denganpersebaran tidak merata serta rendahnya kualitas penduduk juga menjadi

sumberpermasalahan yang berkaitan dengan kependudukan di Indonesia.

Pertumbuhanpenduduk yang pesat dan tidak merata serta tanpa diimbangi dengan

pencapaiankualitas SDM yang tinggi mengakibatkan muculnya berbagai

permasalahanpermasalahankependudukan yang antara lain adalah kemiskinan,

kesehatan,pengangguran.Menyikapi berbagai permasalahan itu pemerintah

berusaha memperolehdata tentang kependudukan di Indonesia yang akurat untuk

mampu membuatpemetaan yang tepat guna menanggulangi masalah

kependudukan baik di tingkatlokal dan nasional. Data tersebut diperlukan untuk

mampu membuat sebuahprogram dalam rangka pengendalian jumlah,

pertumbuhan,dan pemerataanpersebaran pendudukpengelolaan pendaftaran

penduduk merupakan tanggung jawabpemerintah kota/kabupaten, dimana dalam

pelaksanaannya diawali daridesa/kelurahan selaku ujung tombak pendaftaran

penduduk, hingga setiap wargaterdaftar secara administrasi sebagai warga negara

Indonesia dan sesuai denganUndang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang

Administrasi Kependudukan.Dalam pelayanan tersebut perlu dilakukan dengan

benar dan cepat agar pendudukmendapatkan pelayanan yang baik dan

memuaskan.
49

Untuk membantu berbagai pekerjaan mengenai pendaftaran kependudukan

yang sesuaidengan berbagai standar yang diperlukan maka pemerintah

merumuskan sebuahkebijakan baru yaitu Sistem Informasi Administrasi

Kependudukan (SIAK).

SIAKmerupakan suatu sistem informasi berbasis web yang disusun

berdasarkanprosedur-prosedur dan memakai standarisasi khusus yang bertujuan

menata system administrasi dibidang kependudukan sehingga tercapai tertib

administrasi danjuga membantu bagi petugas dijajaran Pemerintah Daerah

khususnya DinasKependudukan dan Pencatatan Sipil didalam menyelenggarakan

layanankependudukan dan Pencatatan Sipil.

SIAK bisa menjadi solusi dari masalah kependudukan yang ada. Dengan

adanya pengelolaan data secara online maka kelemahan-kelemahan

pengolahandata secara konvensional dapat ditekan. Beberapa manfaat dari

penerapan SIAKantara lain, hasil perhitungan dan pengelolaan data statistik

tersebut dapatdigunakan sebagai bahan perumusan dan penyempurnaan kebijakan,

strategi dan

program bagi penyelenggaraan dan pelaksanaan pembangunan di bidang kualitas,

kuantitas, dan mobilitas penduduk, serta kepentingan pembangunan lainnya

Pada dasarnya sistem informasi administrasi kependudukan merupakansub

sistem dari sistem administrasi negara, yang mempunyai peranan pentingdalam

pemerintahan dan pembangunan. Penyelenggaraan administrasikependudukan

diarahkan pada pemenuhan hak asasi setiap orang di bidangpelayanan


50

administrasi kependudukan, pemenuhan data statistik kependudukansecara

nasional, regional, dan lokal serta dukungan terhadap pembangunan sistem

administrasi kependudukan guna meningkatkan pemberian pelayanan publik tanpa

diskriminasi.

Terwujudnya administrasikependudukan yang tertib dan dinamis adalah

merupakan visi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Tanjung

Jabung Barat dalam mendukung pelaksanaan pem bangunan di Kabupaten Tanjung

Jabung Barat, khususnya dalam bidang kependudukan. Dalam mewujudkan tertib

administrasi kependudukan tersebut perlu didukung oleh sistem pelayanan yang

prima dimana masyarakat mendapatkan pelayanan dengan mudah, murah dan cepat

sertaterdaftarnya seluruh masyarakat Kabupaten Tanjung Jabung Barat dalam data

base kependudukan yang dibangun oleh program SIAK.

Kajian ini dilakukan untuk melihat bagaimana pelaksanaan pendaftaran penduduk

dan pencatatan sipil di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Tanjung

Jabung Barat sehubungan dengan diterbitkannya Undang-undang No. 23 Tahun 2006

Tentang Administrasi Kependudukan dan Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2007

tentang pelaksanaan Undang-undang No. 23 Tahun 2006. Dalam praktiknya di

lapangan, penerapan Undang-undang No. 23 Tahun 2006 bervariasi implikasinya,

mengingat kondisi geografis, sosial, politik dan budaya yang berbeda-beda pada tiap-

tiap daerah.

Penyelenggaraan SIAK adalah salah satu amanat UU No. 23 Tahun 2006

yang harus dilaksanakan di daerah.Dalam penyelenggaran SIAK tersebut

Menurut Kasi Pengolahan Data Dan Informasi Hatta Harahap 29

mengatakan bahwa “Pelaksanaan / penyelenggaraan Sistem informasi administrasi


51

kependudukan (SIAK) di akui belum maksimal karena adanya kendala tekhnis

yang terjadi seperti tidak terkoneksinya server”.31

Dapat dilihat dalam penyelenggaraan Administrasi Kependudukan melalui

pendaftaran penduduk, Pada Tabel di bawah ini akan di sajikan jumlah dan

proporsi penduduk menurut kepemilikikan KTP SIAK

TABEL II

Jumlah Wajib KTP di Kabupaten Tanjung Jagung Barat Tahun 2012 yang

telah memiliki KTP SIAK

No Kecamatan Jumlah wajib Jumlah yang Jumlah yang

KTP memiliki KTP belum memiliki

KTP

LK PR LK PR LK PR

1 Tungkal Ulu 5,012 4,718 1,326 1,124 3,686 3,594

2 Tungkal Ilir 28,558 27,777 10,481 9,230 18,077 18,547

3 Pengabuan 11,127 10,194 2,736 1,669 8,391 8,525

4 Betara 9,579 8,564 3,581 2,706 5,998 5,858

5 Merlung 6,562 6,059 2,117 1,871 4,445 4,188

6 Tebing Tinggi 13,899 12,753 3,931 3,180 9,968 9,573

7 Batang Asam 10,029 9,124 2,017 1,576 8,012 7,548

8 Renah 4,918 4,407 407 331 4,511 4,076

Mendaluh

9 Muara Papalik 4,121 3,755 950 853 3,171 2,902

31
Wawancara dengan M.Hatta Harahap, Kasi Pengolahan data dan evaluasi Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten TaNjung Jabung Barat, Tanggal 11 September
2013
52

10 Sebrang Kota 3,706 3,330 448 334 3,258 2,996

11 Bram Itam 6,884 6,257 2,813 2,169 4,071 4,088

12 Kuala Betara 5,167 4,696 1,327 963 3,840 3,733

13 Senyerang 10,805 9,568 2,397 1,356 8,408 8,212

Jumlah 120,367 111,202 34,531 27,362 85,836 83,840

Sumberdata : Buku Profil Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten

Tanjung Jabung Barat

Dapat dilihat dari table di atas bahwa masih ada penduduk di Kabupaten

Tanjung Jabung Barat yang belum memiliki e-ktp sehingga perlu peran yang lebih

aktif lagi dari pemerintah untuk meningkatkan kesadaran masayarakat untuk

melakukan pendaftaran penduduk sehingga tertib administrasi kependudukan

dapat tercapai.Selanjutnya Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan Melalui

pencatatan sipil. Pada tabel di bawah ini dalam proporsi kepemilikan akta

kelahiran

Tabel III

Jumlah penduduk di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2012 yang

telah memiliki akta kelahiran

No Kecamatan Jumlah Penduduk Yang Jumlah %AL

Memiliki Akta Kelahiran Penduduk

1 Tungkal Ulu 13,851 14,413 96,10

2 Tungkal Ilir 33,635 82.036 41,00

3 Pengabuan 14,666 30.051 48.80


53

4 Betara 18,178 27.146 66.96

5 Merlung 8,900 17.813 61.75

6 Tebing Tinggi 6,521 41.565 45.24

7 Batang Asam 4,198 29.267 14.34

8 Renah Mendaluh 2,492 14.048 17.74

9 Muara Papalik 1,630 11,713 13.92

10 Sebrang Kota 2,006 9.880 20.30

11 Bram Itam 3,744 19.193 19.51

12 Kuala Betara 2,182 13.941 15,65

13 Senyerang 6,749 28.603 23.60

Kab. Tanjab Barat 118,752 339.669 34.96

Sumber data : Buku Profil Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Dapat dilihat dari table diatas masih banyak penduduk yang belum

melakukan pencatatan sipil berupa akta kelahiran karena kurangnya pemahaman

untuk memiliki akta kelahiran.

Di dalam KEPRES RI No. 88 Tahun 2004 dikemukakan bahwa sistem

informasi administrasi kependudukan adalah sistem informasi nasional

yangmemanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi

pengelolaan informasiadministrasi kependudukan di setiap tingkatan wilayah

administrasi pemerintahan (pasal 1 angka 3).Adapun tujuan diselenggarkannya

administrasi kependudukan (SIAK )adalah sebagai berikut :

1. peningkatan kualitas pelayanan penduduk dan pencatatan sipil.


54

2. penyediaan data untuk perencanaan pembangunan dan pemerintahan; dan 3.

penyelenggaraan pertukaran data secara tersistem dalam rangka verifikasi data

individu dalam pelayanan publik.

Penyelenggaraan pengumpulan dan pengolahan data kependudukan

dilaksanakan mulai dari tingkatan propinsi, kabupaten/kota, kecamatan atau

kelurahan.Dalam rangka penyelenggaraan pengumpulan dan pengolahan data

kependudukan tersebut maka dibangun fasilitas pada kabupaten/kota, kecamatan atau

kelurahan untuk melakukan pengumpulan, pengolahan dan pemutakhiran data hasil

pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil untuk penerbitan dokumen penduduk,

serta penyajian informasi kependudukan. Adapun tujuan dari penyelenggaraan

pengolahan informasi dengan system informasi administrasi kependudukan( SIAK)

untuk peningkatan kualitas pelayanan penduduk dan pencatatan sipil belum maksimal

karena peristiwa pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil yang dilaksnakan oleh

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Tanjung Jabung Barat belum

berjalan dengan baik.

B. Kendala-kendala yang di hadapi oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan


Sipil Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Pemerintah daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat, khususnya Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil sudah mengadakan sosialisasi dan melakukan

promosi seperti pamplet, brosur, iklan, Koran untuk menerangkan betapa

pentingnya adiministrasi kependudukan, dalam penyelenggaraan administrasi

kependudukan dimana yang berperan penting dan yang berkewajiban

menyelenggarakan urusan administrasi kependudukan adalah Pemerintah,

Pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota. Peranan pemerintah adalah


55

untuk memastikan bahwa interplay kepentingan pribadi bagi setiap individu bisa

di jalankan secara bebas dan terbuka. Tetapi dalam melaksanakan semua itu,

Dinas Kependudukan dan pencatatan sipil Kabupaten Tanjung Jabung Barat

mengalami kendala terhadap pelaksanaan administrasi kependudukan, kedala

tersebut adalah :

1. Kurangnya kesadaran masyarakat

Administrasi kependudukan telah diatur secara tegas dan jelas di dalam

undang-undang, peraturan pemerintah dan peraturan yang lainnya.

Tetapi dalam pelaksanaan urusan administrasi kependudukan tidak

akan berjalan baik jika hanya instansi pelaksanannya saja yang

memegang peranan, hal itu di tegaskan oleh Satjipto Raharjo beliau

mengatakan :

Hukum itu akan tetap merupakan lambang-lambang yang mati

belaka apabila tidak di hubungkan dengan manusia yang

menjadi pelaksananya. Sebetulnya bukan hanya pelaksana dalam

arti manusia sebagai pejabat hukum, seperti hakim, jaksa, polisi

dan sebagainya, melainkan juga dalam arti manusia sebagai

adresat dari hukum32.

Menurut pendapat M. Marwan dan jimmy P, pemohon

adalah“pihak atau orang yang mengajukan permohonan kepada suatu

instansi atau suatu badan pemerintah dengan menandatangani surat

permohonan sehingga akan terciptanya administrasi kependudukan


32
Artuzamahendra,AdministrasiKependudukan,https://sites.google.com/site/
artuzamahendra/administrasi-kependudukan ,kamis,18 april 2013,hal 4
56

yang baik lagi tertib”33.Jadi dalam pelaksanaan adminitrasi

kependudukan penduduk /masyarakat juga memegang peranan

didalamnya.Sebagaimana hal tersebut telah dijelaskan dalam

penjelasan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang

Administrasi Kependudukan.

2. Kondisi Geografis

Secara geografis wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat terletak

pada posisi koordinat 103º23’00”-104º21’00” Bujur Timur dan

0º53’00”-01º41’00” Lintang Selatan. Dan dimana Kondisi daerah

Kabupaten Tanjung Jabung Barat 50% Pasang Surut. Menurut Yanto

sebagai warga sebrang kota mengatakan “bahwahal tersebut

menjadikendala bagi warga yang harus menyebrang untuk

melaksanakan administrasi kependudukan karena warga harus

menunggu air pasang baru bisa menyebrang”.34

Pusat pemerintahan Kabupaten tanjung jabung barat berada

di kota kuala tungkal yang berjarak ±125 KM dari kota jambi

( Ibukaota Provinsi Jambi ).

Secara administratif Kabupaten Tanjung Jabung Barat

berbatasan dengan :

- Sebelah Utara Berbatasan dengan provinsi Riau

- Sebelah Timur Berbatasan dengan selat berhala dan

kabupaten tanjung jabung timur

33
Ibid
34
Wawancara dengan Yanto, Warga Sebrang Kota, tanggal 5 September 2013
57

- Sebelah selatan berbatasan dengann kabupaten Batanghari

- Sebalah barat berbatasan dengan kabupaten Batanghari

dengan tebo

3. Masih Kurangnya alat perekaman e-KTP

Alat perekam E-KTP yang dimiliki Dinas Kapendudukan dan

pencatatan Sipil Kabupaten Tanjung Jabung barat berjumlah 27

Unit yang dimana tiap-tiap kecamatan hanya memiliki 2 unit

dan 1 unit di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Menurut Yeni Menjelaskan

“bahwa pelaksanaan perekaman e- KTP masih lambat belum

lagi macetnya alat perekaman dan seringnya mati lampu di

kabupaten tanjung jabung barat di mana kondisi tersebut

memperlambat warga yang hendak melakukan perekaman”35 .

4. Kepadatan penduduk yang tidak merata

Kepadatan penduduk pada hakekatnya merupakan komponen

penduduk berdasarkan geografis, dimana data kepadatan penduduk

dapat dilihat apakah komposisi tersebut merata atau tidak, oleh karena

itu kepadatan penduduk dapat dilihat menurut wilayah administrastive

yang lebih kecil, melalui kepadatan penduduk dapat dilihat dimana

saja terjadi pemusatan penduduk.

Dimana kepadatan penduduk perkecamatan dalam Kabupaten

Tanjung Jabung Barat adalah sebagai berikut :

35
Wawancara dengan Yeni, Warga Tungkal Ilir, tanggal 6 September 2013
58

Tabel IV

Data Kepadatan Penduduk tahun 2012

No Kecamatan Jumlah Luas Wilayah Kepadatan


Penduduk per km2
Penduduk (Km2)

1 2 3 4 5

1 Tungkal ulu 14.413 345,69 41,69

2 Tungkal Ilir 82.036 100,31 817,82

3 Pengabuan 30.051 440,13 68,28

4 Betara 27.146 570,21 47,61

5 Merlung 17.813 311,65 57,16

6 Tebing Tinggi 41.565 342,89 121,22

7 Batang Asam 29.267 1.042,37 28,08

8 Renah Mendaluh 14.048 473,72 29,65

9 Muara Papalik 11.713 336,38 34,82

10 Sebrang Kotaa 9.880 121,29 81,46

11 Bram Itam 19.193 312,66 61,39

12 Kuala Betara 13.941 185,89 75,00

13 Senyerang 28.603 426,66 67,04

Total 339.669 5.009,82 67,80

SumberData : Buku Profil Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Jadi dari table diatas terlihat belum meratanya kepadatan penduduk di

setiap kecamatan Kabupaten Tanjung Jabung Barat karena salah satu


59

penyebabnya adalah tidak meratanya fasilitas sarana dan prasarana dan kurangnya

ketersediaan fasulitas umum di setiap kecamatan.

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian-uraian pada Bab pembahasan sesuai dengan

permasalahan yang ada pada bab pendahuluan, dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut :

1. Bahwa kendala yang di hadapi oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil Kabupaten Tanjung Jabung Barat dalam pelaksanaan administrasi

kependudukan adalah dimana Kondisi geografis wilayah Kabupaten

Tanjung Jabung Barat yang mana hampir 50 % wilayah adalah pasang


60

surut hal tersebut menjadi kendala bagi warga yang harus menyebrang

untuk melaksanakan administrasi kependudukan.

B. Saran

1. Melakukan langkah-langkah upaya penguatan peranan Dinas

Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kabupaten Tanjung Jabung Barat

dengan mengedepankan transparansi, akuntabilitas struktural serta

meningkatkan keprofesionalan dan keproporsionalitasan pejabat

pelaksanan administrasi kependudukan dengan melakukan upaya

peningkatan pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh atasan

sehingga pelayanaan yang berkualitas dapat tercapai dan hendaknya

melakukan kegiatan sosialisasi betapa pentingnya pelaksanaan

administrasi kependudukan.

2. Menempatkan unit pelaksana teknis daerah (UPTD) di tempat daerah

terpencil sehingga memudahkan masyrakat di daerah tersebut untuk

melaksanakan administrasi kependudukan.

Anda mungkin juga menyukai