Anda di halaman 1dari 13

KEWARGANEGARAAN

01
Sejarah
Perkembangan
Otonomi Daerah
1. UU Nomor 1 Tahun 1945 Tentang Pembentukan Komite Nasional Daerah.

Dalam pasal 18 UUD 1945, dikatakan bahwa,


“Pembagian daerah Indonesia atas dasar daerah
besar dan daerah kecil, dengan bentuk susunan
pemerintahannya ditetapkan dengan Undang-
Undang, dengan memandang dan mengingat
dasar permusyawaratan dalam system
pemerintahan Negara, dan hak-hak asal usul
dalam daerah yang bersifat istimewa”.

Oleh karena itu Indonesia dibagi dalam daerah-


daerah yang lebih kecil yang bersifat otonom
yang pengaturanya dilakukan dengan Undang-
undang.
2. Undang-Undang Pokok tentang Pemerintahan Daerah Nomor 22 Tahun 1948.

Ketentuan yang mengatur hal ini terutama terdapat pada pasal 23 yang terdiri dari 2 ayat sebagi
berikut:
1.Dewan Perwakilan Rakyat Daerah mengatur dan mengurus rumah tangga daerahnya.
2.Hal-hal yang masuk urusan rumah tangga tersebut dalam ayat 1 ditetapkan dalam undang-
undang pembentukan bagi tiap-tiap daerah. (Sujamto;1990)

Daerah tidak memiliki kewenangan untuk mengatur atau mengurus urusan-urusan diluar yang
telah termasuk dalam daftar urusan yang tersebut dalam UU pembentukannya kecuali apabila
urusan tersebut telah diserahkan kemudian dengan UU.

Hanya saja sistem ini ternyata tidak dianut secara konsekuen karena dalam UU tersebut
ditemukan pula ketentuan dalam pasal 28 ayat 4 yang berbunyi: “Peraturan daerah tidak berlaku
lagi jika hal-hal yang diatur didalamnya kemudian diatur dalam Undang-Undang atau dalam
Peraturan pemerintah atau dalam peraturan Daerah yang lebih tinggi tingkatannya”.
3. Undang-Undang Nomor 1 tahun1957

Dengan peraturan pemerintah tiap-tiap waktu dengan memperhatikan kesanggupan dan kemampuan dari masing-
masing daerah, atas usul dari dewan perwakilan rakyat daerah yang bersangkutan dan sepanjang mengenai daerah
tingkat II dan III setelah minta pertimbangan dari dewan pemerintah daerah dari daderah setingkat diatasny, urusan-
urusan tersebut dalam ayat 2 ditambah denga urusan lain.

pemberlakukan PP dilatar belakangi oleh kembalinya RI kedalam sistem Negara kesatuan dengan diberlakukannya
kembali UUD 1945 melalui dDekrit Presiden 5 Juli 1959 menggantikan UUD Sementara tahun 1950. dalam peraturan
ini daerah tetap dibagi dalam tiga tingkatan, namun dengan perbedaan bahwa Kepala Daerah I dan II tidak
bertanggung jawab kepada DPRD I dan II sehingga dualisme kepemimpinan di daerah dihapuskan.

UU ini hampir seluruhnya melanjutkan ketentuan yang ada dalam UU Nomor 1 tahun 1957 dan Penetapan Presiden
Nomor 6 tahun 1959 serta Nomor 5 tahun 1960.
4. Undang Undang Nomor 18 tahun 1965

UU ini hampir seluruhnya melanjutkan ketentuan yang ada


dalam UU Nomor 1 tahun 1957 dan Penetapan Presiden Nomor
6 tahun 1959 serta Nomor 5 tahun 1960.

5. UU Nomor 5 tahun 1974


Berbeda dengan dua UU terdahulu ( UU Nomor 1 tahun 1957 dan UU Nomor 18 tahun 1965) yang menyatakan diri
menganut system otonomi riil UU nomor 5 tahun 1974 tidak berbicara apa-apa mengenai system otonomi yang
dianutnya.
6. UU Nomor 22 tahun 1999

Dalam UU sebutan daerah tingkat I dan II sebagaimana UU Nomor 5 tahun 1974 dihilangkan menjadi hanya daerah
propinsi dan daerah kabupaten/ kota.

7. UU Nomor 32 tahun 2004


Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas- luasnya dalam sistem dan prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
02
B.Peranan Otonomi Daerah
Terhadap Ekonomi Daerah
Perubahan paradigma ini antara lain diwujudkan melalui kebijakan otonomi daerah dan perimbangan keuangan
pusat dan daerah diatur dalam satu paket undang-undang yaitu UU No 32 tahun 2004 tentang pemerintahan
daerah dan UU No 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah.

Otonomi yang diberikan kepada daerah dan kota dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata,
dan bertanggung jawab kepada pemerintah daerah secara proporsiona.

UU ini memberikan otonomi secara penuh kepada daerah kabupaten dan kota untuk membentuk dan
melaksanakan kebijakan menurut prakarsa dan aspirasi masyarakatnya.
03
C. Bagaimana Otonomi Daerah
Mempengaruhi Pertumbuhan
Ekonomi Suatu Daerah
Pemberian otonomi daerah diharapkan dapat memberikan keleluasaan kepada daerah dalam pembangunan
daerah melalui usaha-usaha yang sejauh mungkin mampu meningkatkan partisipasi aktif masyarakat,
karena pada dasarnya terkandung tiga misi utama sehubungan dengan pelaksanaan otonomi daerah
tersebut, yaitu :

Menurut Mardiasmo( 2002) ” Perubahan struktual adalah perubahan dari ekonomi tradisional yang
subsistem menuju ekonomi yang modern yang berorientasi pada pasar”.

Untuk mendukung perubahan struktual dari ekonomi tradisional yang subsistem menuju ekonomi yang
modern ini di perlukan pengalokasian sumber daya, penguatan kelembagaan, penguatan teknologi
pembagunan sumber daya manusia.

Kebijakan ketenagakerjaan yang mendorong tumbuhnya tenaga kerja yang mandiri sebagai cikal bakal
wirausaha baru yang nantinya berkembang menjadi wirausaha kecil dan menengah yang kuat dan saling
menunjang.
Pemberian otonomi daerah diharapkan dapat memberikan keleluasaan kepada daerah dalam
pembangunan daerah melalui usaha-usaha yang sejauh mungkin mampu meningkatkan partisipasi
aktif masyarakat, karena pada dasarnya terkandung tiga misi utama sehubungan dengan pelaksanaan
otonomi daerah tersebut, yaitu :

Menurut Mardiasmo( 2002) ” Perubahan struktual adalah perubahan dari ekonomi tradisional yang
subsistem menuju ekonomi yang modern yang berorientasi pada pasar”.

Untuk mendukung perubahan struktual dari ekonomi tradisional yang subsistem menuju ekonomi
yang modern ini di perlukan pengalokasian sumber daya, penguatan kelembagaan, penguatan
teknologi pembagunan sumber daya manusia.

Kebijakan ketenagakerjaan yang mendorong tumbuhnya tenaga kerja yang mandiri sebagai cikal bakal
wirausaha baru yang nantinya berkembang menjadi wirausaha kecil dan menengah yang kuat dan
saling menunjang.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan diatas adalah :
1. Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban untuk mengatur dan mengurus
rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Pada masa orde baru peran pemerintah terlalu dominan dalam segala kebijakan sehingga
muncul gelombang baru pada era reformasi yang menghendaki adanya kewenangan
terhadap daerah memalui otonomi daerah.
3. Otonomi daerah memiliki peranan yang sangat besar terhadap perkembangan ekonomi
daerah karena otonomi memberikan kewenangan Lorem Ipsumdagi
has twodaerah untuk mengelola segala

50%
potensi yang ada dalam daerahnya masing-masing.main data statistical
Hal ini akan menstimulan masyarakat
this methodologies
itu sendiri untuk berbuat lebih maju agar daerahnya sendiri maju.
summarizes.

4. Salah satu kunci keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan dalam menghadapi era


global adalah dengan mengembangkan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Dengan
demikian, diharapkan mekanisme perumusan Lorem kebijakan yang akomodatif terhadap aspirasi
Ipsum has two

50%
masyarakat daerah dapat dibagun, sehingga keberadaan otonomi daerah akan lebih
main data statistical
this methodologies
bermakna dan pada akhirnya akan meningkatkan mutu
summarizes . pelayanan kepada masyarakat.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai