Anda di halaman 1dari 25

TINJAUAN YURIDIS ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN

2014 TENTANG SISTEM PEMERINTAHAN DAERAH


Dedi Sumardi1, Refa Yuniarta Sari 2, Najiatul Karimah3
1,2,3
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa
dedis8165@gmail.com1 , refayuniartasari27@gmail.com2 ,
karimahjia@gmail.com3

Abstrak
Jurnal ini menyajikan tinjauan yuridis atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Sistem Pemerintahan Daerah di Indonesia. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk menganalisis aspek hukum yang terkait dengan undang-
undang tersebut serta mengevaluasi implementasinya dalam konteks sistem
pemerintahan daerah. Studi ini menggunakan pendekatan yuridis dengan
mengkaji teks undang-undang, putusan pengadilan, dan literatur yang relevan.
Penelitian ini berfokus pada beberapa aspek penting, seperti pembagian
wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, kewenangan
pemerintah daerah, dan lain sebagainya. Hasil tinjauan yuridis menunjukkan
bahwa Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 telah memberikan landasan
hukum yang penting bagi sistem pemerintahan daerah di Indonesia. Undang-
undang ini telah memperkuat otonomi daerah dan memberikan ruang lebih
besar bagi pemerintah daerah dalam pengambilan keputusan lokal. Namun,
penelitian ini juga mengidentifikasi beberapa tantangan dan permasalahan
yang timbul dalam implementasi undang-undang ini, seperti ketidakjelasan
dalam pembagian wewenang dan konflik antara pemerintah daerah dengan
pemerintah pusat. Dalam konteks ini, penelitian ini merekomendasikan
perlunya revisi dan perbaikan terhadap beberapa ketentuan dalam undang-
undang, guna memperkuat kerjasama dan koordinasi antara pemerintah pusat
dan daerah. Kesimpulannya, jurnal ini memberikan tinjauan yuridis yang
komprehensif terhadap UU No 23 Tahun 2014 tentang Sistem Pemerintahan
Daerah.
Kata kunci : Tinjauan Yuridis, Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014,
Otonomi Daerah

1.1 LATAR BELAKANG sekarang adalah UU No. 23 tahun


Undang-undang 2014. Sebelum UU No.5 digunakan,
Pemerintahan Daerah merupakan terlebih dahulu ada UU No.18 tahun
salah satu kebijakan politik yang 1965.
dirancang untuk membangun format Mengenai Pemerintahan
pemerintahan yang bisa memberikan Daerah, diatur dalam Pasal 18 UUD
dukungan terhadap kekokohan 1945 yang selengkapnya berbunyi:
keberadaan Negara Kesatuan “Pembagian Daerah Indonesia atas
Republik Indonesia. Salah satu daerah besar dan kecil dengan bentuk
upaya menjaga keutuhan NKRI, susunan pamerintahannya ditetapkan
struktur pemerintahan harus dengan UU dengan memandang dan
dirancang sentralistis. Ide revisi itu mengingati dasar permusyawaratan
berangkat dari kesatuan, sedangkan dalam sistem Pemerintahan Negara,
kemajemukan masyarakat daerah dan hak-hak asal-usul dalam Daerah-
hanya sekadar diakomodasi. Daerah yang bersifat istimewa ”.
Undang-undang akan Dari ketentuan pasal
selalu berubah mengikuti zaman. Hal tersebut dapat ditarik kesimpulan
ini dikarenakan tidak semua pasal sebagai berikut:
dalam undang-undang pas atau 1. Wilayah Indonesia dibagi
sesuai untuk diterapkan disepanjang ke dalam daerah-daerah,
zaman. Demikian juga dengan baik yang bersifat
undang-undang tentang otonom maupun yang
Pemerintahan Daerah. Dulu undang- bersifat administratif
undang yang digunakan adalah UU 2. Daerah-daerah itu
No. 5 tahun 1974, kemudian seiring mempunyai
berjalannya waktu diganti menjadi pemerintahan
UU No. 22 tahun 1999, lalu diganti 3. Pembagian wilayah dan
lagi menjadi UU No. 32 tahun 2004 . bentuk susunan
dan yang terakhir digunakan pemerintahannya
ditetapkan dengan atau yang memungkinkan cepatnya
atas kuasa UU penyaluran aspirasi rakyat di daerah,
4. Dalam pembentukan namun itu juga tetap berada di bawah
daerah-daerah itu, pengawasan pemerintah pusat. Hal
terutama daerah-daerah tersebut sangat diperlukan karena
otonom dan dalam mulai terdapat munculnya ancaman-
menentukan susunan ancaman terhadap keutuhan NKRI,
pemerintahannya harus hal tersebut ditandai dengan
diingat permusyawaratan banyaknya daerah-daerah yang ingin
dalam sistem memisahkan diri dari Negara
pemerintahan negara dan Kesatuan Republik Indonesia.
hak-hak asal-usul dalam Sumber daya alam daerah di
daerah-daerah yang Indoinesia yang tidak merata juga
bersifat istimewa. merupakan salah satu penyebab
diperlukannya suatu sistem
Letak geografis Indonesia
pemerintahan yang memudahkan
yang berupa kepulauan sangat
pengelolaan sumber daya alam yang
berpengaruh terhadap mekanisme
merupakan sumber pendapatan
pemerintahan Negara Indonesia.
daerah sekaligus menjadi pendapatan
Dengan keadaan geografis yang
nasional.
berupa kepulauan ini menyebabkan
pemerintah sulit mengkoordinasi Pengaturan tentang
pemerintahan yang ada di daerah. pemerintahan daerah disebutkan
Untuk memudahkan pengaturan atau dalam pasal 18B ayat (1) UUD
penataan pemerintahan maka 1945 : “Negara Kesatuan Republik
diperlukan adanya berbagai suatu Indonesia dibagi atas daerahdaerah
sistem pemerintahan yang dapat propinsi dan daerah propinsi itu
berjalan secara efisien dan mandiri dibagi atas kabupaten dan kota, yang
tetapi tetap dibawah pengawasan tiap-tiap propinsi, kabupaten dan
dari pemerintah pusat. kota itu mempunyai pemerintahan
daerah yang diatur dengan undang-
Di era reformasi ini sangat
undang”. Selanjutnya pada ayat (2)
dibutuhkan sistem pemerintahan
pasal yang sama tercantum kalimat
sebagai berikut : Negara mengakui dalam Pasal 4 ayat (l) dan ayat (2)
dan menghormati kesatuan-kesatuan pasal yang sama menyebutkan
masyarakat hukum adat beserta hak- sebagai berikut : Undang-undang
hak tradisionalnya sepanjang masih pembentukan daerah sebagaimana
hidup dan sesuai dengan dimaksud pada ayat (l) antara lain
perkembangan masyarakat dan mencakup nama, cakupan wilayah,
prinsip Negara Kesatuan Republik batas, ibukota, kewenangan
Indonesia yang diatur dalam undang- menyelenggarakan urusan
undang. Kemudian dalam pasal 18 pemerintahan, penunjukkan pejabat
ayat (4) UUD 1945 : “Gubernur kepala daerah, pengisian
adalah Kepala Pemerintahan Daerah keanggotaan DPRD, pengalihan
Propinsi”. Menurut ketentuan ini kepegawaian, pendanaan, peralatan,
Gubernur dipilih secara demokratis. dokumen, serta perangkat daerah.
Ketentuan pemerintahan Legalisasai pemekaran wilayah
yang bersifat demokratis ini dicantumkan dalam pasal yang sama
dijabarkan lebih lanjut dalam pada ayat berkutnya (ayat 3) yang
Undang-undang Nomor 22 Tahun menyatakan bahwa : Pembentukan
1999 yang telah dirubah dengan Daerah dapat berupa penggabungan
Undang-undang Nomor 32 Tahun daerah menjadi dua daerah atau
2004 tentang Pemerintahan Daerah, lebih” dan ayat (4) menyebutkan ”
yang mengatur ketentuan mengenai Pemekaan dari satu daerah menjadi 2
pembentukan daerah yang (dua) daerah atau lebih sebagaimana
disebutkan dalam Bab II tentang dimaksud pada ayat (3) dapat
Pembentukan Daerah dan Kawasan dilakukan setelah mencapai batas
khusus. Dapat dianalogikan masalah minimal usia penyelenggaraan
pemekaran wilayah juga termasuk pemerintahan.
dalam ruang lingkup pembentukan Walaupun banyak usulan
daerah. Undang-undang Nomor 32 dari berbagai daerah untuk
Tahun 2004 menentukan bahwa membentuk pemekaran daerah
pembentukan suatu darah harus otonomi baru, namun
ditetapkan dengan undang-undang pembentukanya hanya dapat
tersendiri. Ketentuan ini tercantum dilakukan apabila telah memenuhi
syarat administratif teknis dan fisik Teakhir syarat fisik yang
kewilayahan. Bagi Propinsi syarat dimaksud harus meliputi paling
administrasi yang wajib dipenuhi sedikit lima kabupaten/kota untuk
meliputi adanya persetujuan DPRD pementukan provinsi dan paling
Kabupaten/Kota dan sedikit lima kecamatan untuk
Bupati/Walikota yang akan menjadi pembentukan kabupaten, dan empat
cakupan wilayah provinsi kecamatan untuk pembentukan kota,
bersangkutan persetujuan DPRD lokasi calon ibukota sarana, dan
provinsi induk dan gubernur, serta prasarana pemerintahan.
rekomendasi dari Menteri Dalam Bila dikaji kembali
Negeri. Sedangkan untuk perubahan-perubahan yang terjadi
kabupaten/kota syarat adminstrasi selama Republik ini berdiri upaya
yang juga harus dipenuhi meliputi meningkatkan peran daerah dalam
adanya persetujuan DPRD provinsi mengurus wilayahnya menjadi
dan gubernur serta rekomendari dari prioritas setiap rejim pemerintahan.
Menteri Dalam Negeri. Namun dalam kenyataannya terlihat
Selajutnya syarat teknis bahwa perubahan kebijakan
dari pembentukan daerah baru harus pengelolaan pemerinthan daerah
meliputi faktor yang menjadi dasar tidak berjalan secara konsisten.
pembentukan deerah yang mencakup Hingga kini berbagai konflik
antara lain : kepentingan dalam hubungan antara
a. kemampuan ekonomi; pusat dan daerah masih terlihat
b. potensi daerah; kurang harmonis. Sehingga menjadi
c. sosial budaya; pertanyaan besar, bagaimana
d. kependudukan; seharusnya menciptakan hubungan
e. luas daerah; yang tepat antara pusat dan daerah
f. pertahanan; dan antar daerah baik dari segi
g. keamanan; wewenang, tanggung jawab dan hak-
h. faktor lain yang haknya, atau diperlukan perangkat
memungkinkan terselenggaranya peraturan perundang-undangan yang
otonomi daerah dapat mengakomodir seluruh
kepentingan.
Pemberdayaan daerah di dari Provinsi induknya Sumatera
berbagai sektor pembangunan harus Selatan, Propinsi Gorontalo dari
secepatnya direalisasikan agar daerah Sulawesi Utara dan Kepulauan Riau
mampu melaksanakan otonominya. dari Riau melalui undang-undang
Optimalisasi pemanfaatan potensi yang dibentuk pada tahun yang sama,
dan sumber daya yang dimiliki kemudian pada tahun berikutnya
daerah hanya akan dapat dilakukan pemekeran propinsi terjadi di
apabila daerah mampu memiliki Maluku dan Papua, yang terus diikuti
rencana terpadu yang melibatkan oleh daerah lainnya.
seluruh sektor terkait dalam Selama ini pemekaran
pembangunan dengan didukung oleh telah dilakukan secara mudah dimana
tersedianya sumber daya manusia kriteria politik (meski tidak ada
yang handal, serta pengaturan yang dalam persyaratan) lebih dominan
tertata baik dan sesuai dengan daripada kriteria administratif, teknis
kondisi daerah itu sendiri. dan fikisk (sebagaimana telah diatur
Dalam kaitan pelaksanaan dalam peraturan perundang-
otonomi daerah sejak digulirkan undangan). Tuntutan masyarakat
reformasi telah demikian banyak untuk melakukan pemekaran melalui
membawa perubahan dalam pola pemerintahan daerah dipicu euforia
pikir masyarakat secara keseluruhan. politik dan tuntutan keinginan
Ide pemekaran wilayah merupakan masyarakat untuk mendirikan daerah
hal yang termasuk baru dalam sendiri akan mencuat ketika mereka
kehidupan berbangsa dan bernegara, tidak atau kurang diperhatikan.
dalam sejarah Republik ini setelah Padahal ini dapat disebabkan oleh
setengah abad lebih usia negara pada kesalahan atau ketidakmampuan
tahun 2000, melalui Undang-undang pelayanan pada birokrasi tingkat
Nomor 23 Tahun 2000 tentang daerah.
Pembentukan Provinsi Banten pada Lahirnya Undang-undang
tanggal 17 Oktober 2000, yang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
memisahkan diri dari Provinsi Jawa Pemerintahan Daerah melalui Pasal 4
Barat. Kemudian diikuti dengan ayat (3) Undang-undang Nomor 32
munculnya Propinsi Bangka Belitung Tahun 2004 Tentang Pemerintahan
Daerah. Dinyatakan bahwa tidak mempunyai hubungan hierarki
Pembentukan Daerah yang satu sama lain. Khusus mengenai
bersandingan atau pemekaran daerah proses pemekaran dan pembentukan
satu daerah menjadi dua daerah atau daerah, Pasal 5 menegaskan (1)
lebih. Kemudian dalam Pasal 4 ayat Daerah dibentuk berdasarkan
(4) disebutkan “Pemekaran dari satu pertimbangan kemampuan ekonomi,
daerah menjadi 2 (dua) daerah atau potensi Daerah, sosial-budaya,
lebih sebagaimana dimaksud pada sosial-politik, jumlah penduduk, luas
ayat (3) dapat dilakukan setelah Daerah, dan pertimbangan lain yang
mencapai batas minimal usia memungkinkan terselenggaranya
penyelenggaraan pemerintahan. Otonomi Daerah; (2) Pembentukan,
Undang-undang No.22 nama, batas, dan ibukota
Tahun 1999 tentang Pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Daerah. Mengenai susunan daerah, ditetapkan dengan Undang-Undang;
dalam Pasal 2 dikatakan bahwa (1) (3) Perubahan batas yang tidak
Wilayah Negara Kesatuan Republik mengakibatkan penghapusan suatu
Indonesia dibagi dalam Daerah Daerah, perubahan nama Daerah,
Propinsi, Daerah Kabupaten, dan serta perubahan nama dan
Daerah Kota yang bersifat otonom; pemindahan ibukota Daerah
(2) Daerah Propinsi berkedudukan ditetapkan dengan Peraturan
juga sebagai Wilayah Administrasi, Pemerintah; dan (4) Syarat-syarat
dan Pasal 4 mengatur bahwa (1) pembentukan Daerah, sebagaimana
Dalam rangka pelaksanaan asas dimaksud pada ayat (1), ditetapkan
Desentralisasi dibentuk dan disusun dengan Peraturan Pemerintah.
Daerah Propinsi, Daerah Kabupaten, Sementara untuk penggabungan dan
dan Daerah Kota yang berwenang penghapusan suatu daerah otonom
mengatur dan mengurus kepentingan diatur dalam Pasal 6, yakni (1)
masyarakat setempat menurut Daerah yang tidak mampu
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi menyelenggarakan Otonomi Daerah
masyarakat; (2) Daerah-daerah dapat dihapus dan atau digabung
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dengan Daerah lain; (2) Daerah dapat
masing-masing berdiri sendiri dan dimekarkan menjadi lebih dari satu
Daerah; (3) Kriteria tentang peningkatan hubungan serasi antara
penghapusan, penggabungan, dan Pusat dan Daerah. Dengan demikian,
pemekaran Daerah, sebagaimana setiap kebijakan pemekaran dan
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), pembentukan suatu daerah baru
ditetapkan dengan Peraturan harus memastikan tercapainya
Pemerintah; dan (4) Penghapusan, akselerasi di berbagai bidang
penggabungan dan pemekaran tersebut, yang pada giliran akhirnya
Daerah, sebagaimana dimaksud pada bermuara pada kesejahteraan rakyat.
ayat (1) dan ayat (2), ditetapkan Kedua, syarat-syarat
dengan Undang-undang. pembentukan daerah dan kriteria
Dengan berdasar kepada pemekaran adalah menyangkut
aturan-aturan pokok di atas, pada kemampuan ekonomi, potensi
masa ini lahir sebuah aturan organik daerah, sosial budaya, sosial politik,
yang menjadi acuan operasional jumlah penduduk, luas daerah, dan
dalam kebijakan pemekaran, pertimbangan-pertimbangan lain
pembentukan, penghapusan dan yang memungkinkan
penggabungan daerah otonom, yakni terselenggaranya otonomi seperti
Peraturan Pemerintah No. 129 Tahun kemanan dan ketertiban, ketersediaan
2000 (selanjutnya disebut PP sarana pemerintahan, rentang kendali
No.129/2000). Beberapa klausul jumlah minimal 3 Kabupaten/Kota
utama yang diatur dalam PP ini untuk propinsi yang akan dibentuk,
adalah sebagai berikut.: dan minimal 3 kecamatan untuk
Pertama, tujuan Kabupaten/Kota yang akan dibentuk.
pembentukan, pemekaran, Ketujuh syarat/kriteria tersebut
penghapusan dan penggabungan kemudian dijabarkan ke dalam 19
daerah adalah untuk meningkatkan indikator dan 43 sub-indikator, yang
kesejahteraan rakyat melalui kesemuanya merupakan variable-
peningkatan pelayanan, percepatan variabel terukur. Bagi daerah-daerah
demokrasi, percepatan perekonomian yang telah terbentuk namun tidak
daerah, percepatan pengelolaan mampu melaksanakan otonominya
potensi daerah, peningkatan (tidak memenuhi berbagai
keamanan dan ketertiban, serta syarat/kriteria yang memungkinkan
terselenggaranya otonomi) akan pembentukan daerah. Apabila
dihapus dan digabungkan dengan disetujui maka Mendagri
daerah lain. mengajukan usul pembentukan
Ketiga, prosedur daerah tersebut beserta RUU
pembentukan dan pemekaran daerah Pembentukan Daerah kepada
diawali oleh adanya kemauan politik Presiden, yang jika mendapat
Pemda dan masyarakat setempat, persetujuan lalu diteruskan kepada
didukung oleh penelitian awal yang DPR-RI untuk dibahas.
dilaksanakan oleh Pemda. Untuk Keempat, pembiayaan bagi
pembentukan Propinsi, usulan kelancarana penyelenggaraan
disampaikan kepada Menteri Dalam pemerintahan daerah baru untuk
Negeri yang disertai lampiran hasil tahun pertama ditanggung oleh
penelitian, persetujuan DPRD daerah induk berdasarkan hasi
Propinsi dan Kabupaten/Kota, pendapatan yang diperoleh dari
sementara usulan pembentukan gabungan Kabupaten/Kota di
Kabupaten/Kota disampaikan kepada Propinsi baru dan dapat dibantu
Menteri Dalam Negeri melalui melalui APBN atau hasil pendapatan
Gubernur yang disertai lampiran yang diperoleh dari Kabupaten/Kota
hasil penelitian, persetujuan DPRD yang baru dibentuk. Sementara
Propinsi dan Kabupaten/Kota. segala biaya yang berhubungan
Selanjutnya Menteri Dalam Negeri dengan penghapusan dan
memproses lebih lanjut dan penggabungan daerah dibebankan
menugaskan tim untuk observasi ke pada APBN. Kelima, evaluasi
daerah yang hasilnya menjadi kemampuan daerah dalam
rekomendasi bagi Dewan menyelenggarakan otonomi sampai
Pertimbangan Otonomi Daerah kepada penghapusannya didahului
(DPOD). Setelah melalui dengan penilaian kinerja. Apabila
pembahasan internal (termasuk kalau setelah lima tahun setelah pemberian
perlu menugaskan tim teknis untuk kesempatan memperbaiki kinerja dan
melakukan penelitian lebih lanjut), mengembangkan potensinya tidak
DPOD membuat keputusan mencapai hasil maksimal, maka
menyetujui atau menolak usul daerah yang bersangkutan dihapus
dan digabungkan dengan daerah lain. Bertambahnya pemekaran
Untuk kepentingan evaluasi ini, daerah menjadi bukti konkrit bahwa
setiap tahun daerah wajib ada masalah serius dengan penataan
menyampaikan data-data terkait daerah. Melihat menggelembungnya
kepada Pemerintah melalui Menteri daerah pemekaran di Indonesia
Dalam Negeri. tentunya akan, menimbulkan biaya
Dalam perkembangannya, tinggi dan pemborosan, karena
selagi berbagai aturan ini dijalankan, semakin besarnya biaya yang harus
perubahan di level aturan-aturan dikeluarkan untuk membiayai
pokok juga berlangsung. Hal itu perputaran roda birokrasi. Dari surat-
dimulai pada level Konstitusi (UUD surat resmi yang mengajukan
1945), yang untuk kasus susunan dan pemekaran daerah ke DPR dan DPD
pembentukan daerah mengalami alasan normatif yang diajukan adalah
perubahan mendasar. baik dalam pertama aspirasi masyarakat dalam
aspek struktur maupun substansi. penyelenggaraan pemerintahan
Menyangkut struktur, Pasal 18 dalam daerah lebih mudah tersalurkan.
UUD 1945 sama sekali diganti baru. Dengan adanya pemekaran wilayah
Kalau sebelumnya cuma satu pasal, maka cakupan pemerintahan baru
dalam hasil amandemen terdapat 3 menjadi lebih dekat dengan
pasal yakni Pasal 18, Pasal 18A dan masyarakatnya, sehingga pelayaan
Pasal 18B yang semuanya berada semakin dekat yang pada gilirannya
dibawah naungan Bab VI tentang aspirasi masyarakat dalam
Pemerintahan Daerah. Demikian penyelenggaraan pemerintahan
juga, terjadi perubahan pada Bagian daerah akan lebih mudah tersalurkan.
Penjelasan, dengan cara penghapusan Kedua pemerataan belanja
(berlaku secara keseluruhan), pemerintah daerah pemekaran akan
sehingga Bagian Penjelasan yang menjadikan sesuatu pemerintahan
selama ini ikut menjadi acuan dalam daerah menjadi terbagi dua, sehingga
menyusun peraturan perundang- beberapa daerah akan terbagi ke
undangan, termasuk yang terkait dalam dua pemerintahan. Alokasi
pengaturan soal pemerintahan anggaran pemerintahan pun tentunya
daerah, tidak berlaku lagi. akan terbagi ke dalam dua
pemerintahan tersebut. Maka Oleh sebab itu, Pemerintah
diharapkan pemerataan belanja daerah di Lahirkan di Indonesia.
pemerintah daerah dapat lebih baik, Agar Masyarakat Indonesia yang
sehingga masyarakat yang dinaungi berada jauh dari Ibu kota bisa juga
oleh pemerintah daerah induk dan merasakan Kesejahteraan hidup
pemerintah daerah hasil pemekaran dalam suatu pemerintahan.
menjadi lebih sejahtera, karena
alokasi anggaran telah merata. 1.2 RUMUSAN MASALAH
Ketiga peningkatan pengelolaan Dari latar belakang di atas,
pelayanan pemerintahan dan dapat ditarik rumusan masalah
pembangunan daerah. Salah satu sebagai berikut:
tujuan utama dari pemekaran wilayah a. Bagaimana Pengertian Dari
adalah mendekatkan pemerintahan Pemerintah Daerah?
kepada masyarakat, sehingga b. Apa saja fungsi dan
diharapkan pengelolaan tujuannya?
pemerintahan dapat berjalan lebih c. Apa saja Sistem Pemerintah
efektif dan efisien, pelayanan kepada Daerah Indonesia?
masyarakat lebih baik dan d. Bagaimana sejarah lahirnya
pembangunan daerah dapat berjalan Undang-Undang Nomor 23
lancar. Keempat, belanja rutin dan Tahun 2014 Tentang
pembangunan makin merata, Pemerintahan Daerah?
pemekaran wilayah akan berdampak
langsung pada pemisahan
pemerintahan daerah induk dan
pemerintahan daerah hasil
pemekaran. Dengan kondisi ini
diharapkan terjadi pemerataan antara
belanja rutin dan pembangunan yang
dilakukan oleh kedua pemerintahan
daerah sehingga pada gilirannya
distribusi anggaran leibh adil antara
satu daerah dengan daerah lain.
A. PENGERTIAN DARI Berbagai argument dan
PEMERINTAH DAERAH penjelasan mengenai fungsi
Pemerintah Daerah yaitu :
Definisi Pemerintahan
Daerah berdasarkan Undang-Undang
a. Untuk terciptanya
Nomor 32 Tahun 2004 sebagaimana
efisiensi-efektivas
telah diamandemen dengan Undang-
penyelenggaraan
Undang Nomor 12 Tahun 2008
pemerintahan.
Tentang Pemerintahan Daerah Pasal
Pemerintahan
1 ayat (2) adalah sebagai berikut:
berfungsi mengelola
“Pemerintahan Daerah adalah
berbagai dimensi
penyelenggaraan urusan
kehidupan seperti
pemerintahan oleh pemerintahan
bidang sosial,
daerah dan DPRD menurut asas
kesejahteraan
otonomi dan tugas pembantuan
masyarakat, ekonomi,
dengan prinsip otonomi yang seluas-
keuangan, politik,
luasnya dalam sistem dan prinsip
integrasi sosial,
Negara Kesatuan Republik Indonesia
pertahanan, keamanan
sebagaimana dimaksud dalam
dalam negeri, dll.
Undang-Undang Dasar Negara
Selain itu juga
Republik Indonesia Tahun 1945”.
mempunyai fungsi
Melihat definisi distributif akan hal
pemerintahan daerah seperti yang yang telah
telah dikemukakan di atas, maka diungkapkan, fungsi
yang dimaksud pemerintahan daerah regulatif baik yang
adalah penyelenggaraan urusan- menyangkut
urusan yang menjadi urusan daerah penyediaan barang
(provinsi atau kabupaten) oleh dan jasa, dan fungsi
pemerintah daerah dan DPRD. ekstraktif yaitu
memobilisasi sumber
B. FUNGSI DAN TUJUAN
daya keuangan dalam
rangka sarana
membiayai aktifitas kesempatan bagi
penyelenggaraan warga masyarakat
negara. untuk berpartisipasi
politik, baik dalam
b. Sebagai sarana rangka memilih atau
pendidikan politik. kemungkinan untuk
Banyak kalangan dipilih dalam suatu
ilmuan politik jabatan politik.
berargumentasi bahwa
pemerintahan daerah c. Pemerintahan daerah
merupakan kancah sebagai persiapan
pelatihan (training untuk karir politik
ground) dan lanjutan. Banyak
pengembangan kalangan ilmuan
demokrasi dalam politik sepakat bahwa
sebuah negara. Alexis pemerintah daerah
de’ Tocqueville merupakan langkah
mencatat bahwa persiapan untuk
“town meetings are to meniti karir lanjutan,
leberty what primary terutama karir di
schools are to science; bidang politik dan
the bring it within the pemerintahan
people reach, they ditingkat nasional.
teach men how to use
and how to enjoy it. d. Stabilitas politik,
John Stuart Mill Sharpe
dalam tulisannya berargumentasi bahwa
“Represcentative stabilitas politik
Goverment” nasional mestinya
menyatakan bahwa berawal dari stabilitas
pemerintahan daerah politik pada tingkat
akan menyediakan lokal. Hal ini dilihat
dari terjadinya f. Akuntabilitas publik.
pergolakan daerah Demokrasi
pada tahun 1957 – memberikan ruang
1958 dengan dan peluang kepada
puncaknya adalah masyarakt, termasuk
kehadiran dari PRRI didaerah, untuk
dan PERMESTA, berpartisipasi dalam
karena daerah melihat segala bentuk
kenyataan kekuasaan kegiatan
pemerintah Jakarta penyelenggaraan
yang sangat dominan. negara.

e. Kesetaraan politik
(political equality). C. SISTEM PEMERINTAHAN

Dengan dibentuknya DAERAH DI INDONESIA

pemerintahan daerah 1. Undang-undang Nomor 5

maka kesetaraan Tahun 1974

politik diantara Era demokratisasi

berbatgai komponen terpimpin telah berakhir dan diganti

masyarakat akan oleh era pemerintahan Orde Baru.

terwujud. Dalam pengaturan pemerintahan


daerah, UU 18 Tahun 1965 diganti
dengan UU No. 5 Tahun 1974. Ada
tiga prinsip dasar yang dianut oleh
UU No. 5 Tahun 1974, yaitu
desentralisasi, dekonsentrasi dan
tugas pembantuan. Prakteknya,
prinsip dekonsentrasi lebih dominan.
Struktur pemerintahan daerah terdiri
dari kepala Daerah Otonom dan
sebagai Kepala Wilayah (yaitu Wakil
Pemerintah di Daerah). DPRD
mempunyai kewenangan melakukan
pemilihan calon Kepala Daerah, UU pendahulunya diatur dengan
namun keputusan akhir ada di tangan ketat oleh Pusat didelegasikan secara
Pusat. Bangunan Pemerintah Daerah penuh kepada Daerah. Sebagian
yang demikian, kondusif untuk besar istilah yang dipakai di UU ini
menciptakan landasan yang kuat mengadopsi dari UU No. 5 Tahun
untuk pembangunan ekonomi. 1974, namun istilah “subsidi”,
Sistem tersebut pada satu sisi telah “ganjaran” dan “sumbangan”
menciptakan stabilitas, kondusif dihapus sama sekali, diganti dengan
untuk menjalankan program-program dana perimbangan. Menurut UU ini,
nasional yang dilaksanakan di Pemerintah Daerah terdiri dari
daerah. Namun pada sisi lain, kondisi Kepala Daerah dan perangkat
telah menciptakan ketergantungan Daerah; DPRD berada di luar
yang tinggi dalam melaksanakan Pemerintah Daerah berfungsi sebagai
otonominya, seperti ketergantungan Badan legislatif Daerah yang
dalam aspek keuangan, kewenangan, mengawasi jalannya pemerintahan.
kelembagaan, personil, perwakilan Otonomi daerah tetap dititik beratkan
termasuk pelayanan yang dihasilkan di Kabupaten/Kota, namun
oleh Pemerintah Daerah. Bupati/Walikota tidak lagi bertindak
2. Undang-undang Nomor 22 selaku Wakil Pemerintah di Daerah.
Tahun 1999 Fungsi ini dipegang hanya oleh
UU No. 22 Tahun 1999 Gubernur sebagai bagian dari
tentang Pemerintahan Daerah, Integrated Prefectoral System, Secara
dimaksudkan untuk mengoreksi UU eksplisit, UU ini juga menyebutkan
5 Tahun 1974 yang dirasa tidak ada hubungan hierarkhis antara
sentralistik menjadi desentralistik Provinsi dan Kabupaten/Kota.
dan mendekatkan pelayanan Dalam
masyarakat menjadi pelayanan local, penyelenggaraannya, ternyata
serta meningkatkan pendidikan otonomi daerah yang
politik masyarakat. Prinsif otonomi diselenggarakan berdasarkan UU No.
seluas-luasnya menjiwai hampir di 22 Tahun 1999 menghadapi berbagai
semua pasal. Bahkan manajemen potensi permasalahan, antara lain (1)
kepegawaian dan keuangan yang di terjadinya konflik kewenangan
seperti di Pelabuhan, Kehutanan, 3. Undang-undang Nomor 32
Investasi, Otorita Batam, dan banyak Tahun 2004 Tentang
lagi lainnya; (2) Lembaga Daerah Pemerintahan Daerah
membengkak, pengelompokan tugas
Dalam rangka
tidak tepat, biaya organisasi tinggi,
penyelenggaraan Pemerintahan
biaya operasi dan infrastruktur
Daerah sesuai amanat UUD 1945
terabaikan; (3) rekruitmen,
yang telah di amandemen, maka UU
pembinaan dan mutasi personil tidak
No. 22 Tahun 1999 telah diganti
berdasar kompetensi dan
dengan UU No. 32 Tahun 2004
profesionalisme, pendekatan
tentang Pemerintahan Daerah. Ini
kedaerahan didahulukan; (4) sarana
merupakan penyempurnaan dalam
dan prasarana organisasi terabaikan,
rangka menyesuaikan dengan
teknologi informasi belum terpakai
keadaan, ketatanegaraan dan tuntutan
optimal; (5) manajemen
penyelenggaraan otonomi daerah.
pembangunan dan pelayanan belum
mengalami reformasi (perubahan) Secara garis besar
mendasar; (6) dalam menggali penyempurnaan terhadap UU No. 22
sumber penerimaan daerah telah Tahun 1999 didasarkan untuk
terjadi pula berbagai ekses antara penyesuaian ketentuan di dalam UU
lain: peningkatan PAD yang No. 22 Tahun 1999 dengan UUD
menimbulkan biaya ekonomi tinggi, 1945, Ketetapan dan Keputusan
ketergantungan daerah dari DAU MPR serta penyerasian dan
yang mematikan kreatifitas daerah penyelarasan dengan undang¬-
dan penerimaan sah lainnya yang undang bidang politik dan undang-
belum dioptimalkan; (7) standar undang lainnya. Di samping itu juga
pelayanan minimum yang belum melakukan penyempurnaan terhadap
terumuskan dengan baik; dan (8) ketentuan di dalam UU No. 22
DPRD dalam system perwakilan Tahun 1999 yang menimbulkan
(baru) menjadi sangat powerfull, permasalahan, menyebabkan
Kepala Daerah (eksekutif) tersandera penafsiran ganda dan belum lengkap.
oleh Laporan Pertanggungjawaban.
Pelaksanaan desentralisasi
dan otonomi daerah di Indonesia
memasuki babak baru dengan pembentukan daerah
terbitnya UU No. 32 Tahun 2004 mempertimbangkan berbagai faktor
tentang Pemerintahan Daerah yang seperti kemampuan ekonomi, potensi
telah diundangkan pada tanggal 15 daerah, luas wilayah, kependudukan
Oktober 2004. Undang-undang dan pertimbangan dari aspek politik,
tersebut secara substansial mengubah sosial budaya, pertahanan dan
beberapa paradigma keamanan serta pertimbangan dan
penyelenggaraan Pemerintahan syarat lain yang memungkinkan
Daerah dalam UU No. 22 Tahun daerah itu menyelenggarakan dan
1999. Salah satunya adalah mewujudkan tujuan dibentuknya
desentralisasi dan dekonsentrasi otonomi daerah. Dalam pembentukan
dipandang sebagai sesuatu yang daerah, UU No. 32 Tahun 2004 juga
bersifat kontinum bukan bersifat mengatur persyaratan administrasi,
dikotomis. Secara filosofi, teknis dan fisik kewilayahan. Hal ini
keberadaan Pemerintahan Daerah dimaksudkan agar pembentukan
disebabkan karena adanya daerah dapat menjamin
masyarakat pada daerah otonomi. terselenggaranya pelayanan secara
Pemerintahan Daerah dibentuk untuk optimal
memberikan pelayanan kepada
Akar masalah yang
masyarakat, sehingga keberadaan
muncul adalah kesalahan dalam
Pemerintahan Daerah dalam rangka
mempersepsikan otonomi daerah.
pemberian pelayanan merupakan inti
Otonomi seringkali diukur dengan
dari penyelenggaraan otonomi
kemampuan keuangan daerah.
daerah. Orientasi pemberian
Akibatnya konsep “urusan” lebih
pelayanan kepada masyarakat ini
dikaitkan dengan “keuangan”, yaitu
dapat dilihat antara lain dalam hal
hak daerah untuk menggali sumber
pembentukan daerah yang
keuangan dan bukan untuk
dimaksudkan untuk meningkatkan
memberikan pelayanan. Akibatnya,
pelayanan publik, mempercepat
terjadi perebutan urusan antar
kesejahteraan masyarakat, serta
tingkatan pemerintahan dengan
sebagai sarana pendidikan politik di
justifikasinya masing-masing yang
tingkat lokal. Untuk itu maka
bermuara pada terlantarnya moneter dan fiskal nasional, yustisi,
pelayanan masyarakat. dan agama. Kedua, urusan yang
bersifat concurrent atau urusan yang
Orientasi pelayanan
dapat dikelola bersama antara Pusat,
masyarakat di dalam UU No. 32
provinsi, atau pun kabupaten/Kota.
Tahun 2004, dicerminkan dalam
Pembagian urusan ini diatur dalam
pembagian urusan antar tingkat
pasal 11 ayat (1) UU No. 32 Tahun
pemerintahan. Pembagian urusan
2004, dengan menggunakan kriteria
pemerintahan dalam konteks
eksternalitas, akuntabilitas, dan
desentralisasi merupakan penyerahan
efisiensi dalam rangka mewujudkan
urusan pemerintahan dari Pemerintah
proporsionalitas pembagian urusan
kepada daerah otonom. Urusan
pemerintahan, sehingga ada
pemerintahan yang diserahkan
kejelasan siapa melakukan apa.
kepada daerah hanyalah urusan yang
Dalam urusan bersama yang menjadi
menjadi kewenangan Pemerintah
kewenangan daerah terbagi dua,
saja (eksekutif), tidak termasuk
yakni urusan wajib dan urusan
urusan yang menjadi kewenangan
pilihan. Urusan wajib adalah urusan
legislatif (pembuatan UU) dan
pemerintahan yang berkaitan dengan
urusan yang menjadi kewenangan
pelayanan dasar seperti pendidikan
yudikatif (peradilan), Pembagian
dasar, kesehatan, pemenuhan
urusan pemerintahan berangkat dari
kebutuhan hidup minimal, prasarana
adanya diktum tidak mungkin urusan
lingkungan dasar dan sebagainya.
diselenggarakan semuanya oleh
Sedangkan yang bersifat pilihan
Pemerintah atau semuanya
adalah hal yang secara nyata ada dan
diserahkan kepada daerah.
berpotensi untuk meningkatkan
Berkenaan dengan kesejahteraan.
pembagian urusan pemerintahan
Adanya pengaturan yang
terdapat pembagian urusan yang
bersifat wajib, sangat terkait dengan
spesifik. Pertama, urusan yang
kebutuhan mendasar masyarakat,
sepenuhnya menjadi urusan
sehingga menjadi kewajiban bagi
Pemerintah Pusat, meliputi politik
Pemerintah Daerah untuk
luar negeri, pertahanan, keamanan,
menyediakan pelayanan yang prima.
Adanya pengaturan tersebut DPRD), serta ditetapkan organisasi
dimaksudkan untuk menghindarkan dan tata kerja Perangkat Daerah
daerah melakukan urusan yang melalui Peraturan Daerah.
kurang relevan dengan kebutuhan
Aspek penting lainnya
warganya dan tidak terperangkap
adalah aspek demokratisasi yang
untuk melakukan urusan atas
diukur dari unsur keterlibatan
pertimbangan pendapatan semata.
masyarakat dalam menentukan
Selanjutnya agar penyediaan
pejabat publik di daerah.
pelayanan kepada masyarakat
Berdasarkan konsep ini,
mampu memenuhi ukuran kelayakan
pemerintahan dapat dikatakan
minimal, pelaksanaan pelayanan
demokratis apabila para pejabat yang
kepada masyarakat oleh Pemerintah
memimpin Pemerintahan Daerah itu
Daerah harus berpedoman kepada
dipilih secara langsung dan bebas
Standar Pelayanan Minimal (SPM)
oleh masyarakat dengan cara yang
yang ditetapkan oleh Pemerintah.
terbuka dan jujur. Oleh sebab itu,
Selain melaksanakan urusan yang
maka berdasarkan UU No. 32 Tahun
bersifat wajib, dalam
2004 ditegaskan bahwa Kepala
menyelenggarakan otonomi, daerah
Daerah dan Wakil Kepala Daerah
juga mempunyai kewajiban
akan dipilih secara langsung oleh
sebagaimana diatur dalam Pasal 22
rakyat yang selambat-lambatnya
UU No. 32 Tahun 2004, sebagai
akan dilaksanakan pada bulan Juni
penegasan bahwa Pemerintahan
Tahun 2005. Melalui Pemilihan yang
Daerah merupakan sub-sistem dari
demokratis ini diharapkan akan
sistem pemerintahan Nasional dalam
memperkuat posisi Kepala Daerah
perspektif pemberian pelayanan
dan Wakil Kepala Daerah yang
umum. Sebagai implikasi dari
dipilih secara langsung oleh rakyat
penataan urusan perlu dilakukan
dalam mewujudkan Hubungan
penataan kelembagaan yang pada
Kemitraan antara Pemerintah Daerah
prinsipnya merupakan pewadahan
dan DPRD. Hubungan antara
dari urusan yang diserahkan kepada
Pemerintah Daerah dan DPRD
daerah yaitu lembaga Pemerintahan
merupakan hubungan kerja yang
Daerah (Pemerintah Daerah dan
kedudukannya setara dan bersifat
kemitraan. Kedudukan yang setara 4. Undang-undang Nomor 23
bermakna bahwa di antara lembaga Tahun 2014 Tentang
pemerintahan daerah itu memiliki Pemerintah Daerah
kedudukan yang sama dan sejajar, UU No. 23 tahun 2014
artinya tidak saling membawahi. Hal merupakan makanan pokok bagi
ini tercermin dalam membuat praja Institut Pemerintahan Dalam
kebijakan daerah berupa Peraturan Negeri yang nantinya akan dijadikan
Daerah. Hubungan kemitraan acuan dalam bertugas di pemerintah
bermakna bahwa antara Pemerintah daerah. Secara keseluruhan undang-
Daerah dan DPRD adalah sama-sama undang tersebut memiliki kesamaan
mitra sekerja dalam membuat dengan UU No. 32 tahun 2004
kebijakan daerah untuk namun ada beberapa pasal yang
melaksanakan Otonomi Daerah mengalami perubahan.
sesuai fungsi masing-masing, Kemudian ditambahkan,
sehingga antar kedua lembaga itu prinsip secara umum atau garis besar
membangun suatu hubungan kerja UU Nomor 23 tahun 2014 ini
yang sifatnya saling mendukung, merupakan kombinasi UU Nomor 5
bukan merupakan lawan ataupun tahun 1974 dan UU Nomor 32 tahun
pesaing dalam melaksanakan fungsi 2004. Sehingga fungsi Gubernur
masing-masing. Keberadaan DPRD bukan hanya sebagai kepala daerah
yang merupakan lembaga perwakilan melainkan juga sebagai kepala
rakyat daerah haruslah mampu wilayah .
menciptakan check and balances Di sisi lain, pada pasal 2
disamping melalui fungsi anggaran dinyatakan bahwa Negara Kesatuan
yaitu dalam menyusun APBD juga Republik Indonesia (NKRI) dibagi
melalui fungsi legislasi dan atas daerah provinsi, provinsi dibagi
pengawasan terhadap Pemerintah atas daerah kabupaten dan kota,
Daerah, untuk menciptakan kabupaten/kota dibagi atas
penyelenggaraan pemerintahan yang kecamatan dan kecamatan dibagi atas
bersih dari praktek KKN. kelurahan dan/atau desa. Jadi, pasal
ini menegaskan bahwa atasan kepala
desa/lurah adalah camat, atasan
camat adalah bupati/walikota, dan Berbagai dinamika dalam
seterusnya. perubahan kebijakan pemerintahan
Karna melaksanakan daerah tersebut mulai dari arah
urusan pemerintahan umum. Bupati sentralisitik sampai desentralistik.
dan walikota melibatkan urusan Sebagai negara kesatuan Indonesia
pemerintahan umum kepada camat, tentu menerapkan pembagian urusan
otomatis camat merupakan kepala pusat dan daerah dengan tetap
wilayah. mengacu pada pola desentralisasi,
dekonsentrasi dan medebewind.
D. SEJARAH LAHIRNYA Perubahan kebijakan
UNDANG-UNDANG NO. 23 hubungan pusat dan daerah di
TAHUN 2014 Indonesia pada dasarnya mengacu
Sejak reformasi sampai pada ultra vires doctrine (merinci
saat ini, sudah beberapa kali terjadi satu persatu urusan pemerintahan
perubahan UU Pemerintah Daerah. yang diberikan kepada daerah) dan
UU Pemerintahan Daerah yang risidual power atau open end
pertama kali pasca reformasi adalah arrengement (konsep kekuasaan asli
UU 22 Tahun 1999 sebagai atau kekuasaan sisa). Ultra vires
pengganti UU nomor 5 Tahun 1974, doctrine lebih terasa pada pola
kemudian diganti menjadi UU sentralisitik sementara residual
Nomor 32 tahun 2004, UU ini power lebih mengarah ke
dilakukan perubahan menyangkut desentralistik. Bahkan ada
pelaksanaan pemilihan kepala daerah menganggap bahwa residual power
tetapi substansi kebijakan sebenarnya merupakan pola
pengelolaan pemerintah daerah tidak hubungan pemerinta pusat dan
mengalami perubahan. Terakhir daerah yang biasa diterapkan dalam
adalah UU 23 tahun 2014 yang konsep negara federal. Sementara
kemudian dilakukan perubahan dalam negara kesatuan kekuasaan
dalam perpu No 2 Tahun 2014. sisa idealnya berada ditangan pusat.
Perpu tersebut hanya membatalkan 2
pasal yakni pasal yang mengatur Pola hubugan pusat dan
pemilihan kepala daerah oleh DPRD. daerah sejak pemberlakuan UU
Nomor 5 tahun 1974 sampai UU BAB III
Nomor 23 Tahun 2014 mengalami
PENUTUP
dinamika perubahan. UU Nomor 5
tahun 1974 lebih tepat dikatakan KESIMPULAN
sebagai pola ultra vires doctrine
A. Pemerintahan Daerah adalah
karena kewenangan yang diberikan
penyelenggaraan urusan
kepada daerah dirinci satu persatu.
pemerintahan oleh
Sementara UU Nomor 22 Tahun
pemerintahan daerah dan
1999, UU 32 tahun 2004 dan UU 23
DPRD menurut asas otonomi
tahun 2014 kewenangan yang
dan tugas pembantuan
diberikan bersifat residual power
dengan prinsip otonomi yang
atau open and arrengmet atau general
seluas-luasnya dalam sistem
competence karena semua
dan prinsip Negara Kesatuan
kewenangan diberikan kepada daerah
Republik Indonesia
kecuali urusan yang ditangani oleh
sebagaimana dimaksud dalam
pemerintah pusat, yakni moneter dan
Undang-Undang Dasar
fiskal nasional, pertahanam dan
Negara Republik Indonesia
keamanan, urusan luar negeri,
Tahun 1945.
peradilan, dan agama
B. Berbagai argument dan
Selain itu sistem
penjelasan mengenai fungsi
pembagian kekuasaan yang
Pemerintah Daerah
didesentralisasikan ke daerah di
yaitu :
Indonesia juga menerapkan
1) Untuk terciptanya
desentralisasi a simteris dan
efisiensi-efektivas
desentraisasi simetris. Desentralisasi
penyelenggaraan
a simetris terasa dalam UU No 22
pemerintahan.
Tahun 1999, dimana ada pemberian
2) Sebagai sarana
otonomi khusus bagi beberapa
pendidikan politik.
daerah (Aceh, Jogya dan Papua).
3) Pemerintahan
Sementara dalam UU No 5 tahun
daerah sebagai
1974 hanya desentralisasi simetris
persiapan untuk
(biasa).
karir politik 3) Penyusunan
lanjutan. program-program
4) Stabilitas politik, untuk perbaikan
Sharpe sosial ekonomi
berargumentasi pada tingkat local
bahwa stabilitas sehingga dapat
politik nasional lebih realistis.
mestinya berawal D. Alasan pentinya di bentuk
dari stabilitas Pemerintah Daerah Ialah:
politik pada 1) Kehidupan
tingkat lokal berbangsa dan
5) Kesetaraan politik bernegara selama
(political ini sangat terpusat
equality). di Jakarta.
6) Akuntabilitas Sementara itu
publik. pembangunan di
C. Tujuan dari Pemerintah beberapa wilayah
Daerah adalah: lain di lalaikan
1) mencegah 2) Pembagian
pemusatan kekayaan secara
keuangan tidak adil dan
2) sebagai usaha merata
pendemokrasian 3) Kesenjangan
Pemerintah sosial (dalam
Daerah untuk makna seluas-
mengikutsertakan luasnya) antara
rakyat satu daerah
bertanggung dengan daerah
jawab terhadap lain sangat terasa.
penyelenggaraan
pemerintahan.

4)
DAFTAR PUSTAKA 247-274.
Mudiyati, Decentralization and
Widarta.2001. Cara Mudah
Democratization in  the Post Suharto
Memahami Otonomi Daerah. Jakarta
Era: Lessons from Kota
: Larela Pustaka Utama
Cirebon, West Java,
Hanif,  Teori dan Parktek
Indonesia,
Pemerintahan, Grafindo, Jogyakarta,
http://asaa.asn.au/ASAA2010
2003
/reviewed_papers/Decentraliz
JPP-UGM (2010). Desentralisasi
ation_and_Democratization_i
Asimetris di Indonesia: Praktek dan
n_the_Post.pdf (11 Mei
Proyeksi.
2017).
Yogyakarta, Jurusan Politik dan
Geoffry Duedly dan Jeremy
Pemerintahan Fisipol UGM.
Stevaan Walgrave, Governance: an Ricadson, Simultaneously published

International Journal of Policy, in the US and Canada by


Administration, and Institutions, Vol Routledge 29 West 35th
21, No 3 july 2008 (pp.365-395) Street, New York, NY 10001
Geoffry Duedly dan Jeremy Rozali Abdullah. 2007. Pelaksanaan
Ricadson, Simultaneously published Otonomi Luas dengan Pemilihan
in the US and Canada by Kepala Daerah Secara
Routledge 29 West 35th Langsung. Jakarta : PT Raja
Street, New York, NY 10001 Grasindo.
Peter John, Is there life after policy
stremas, advocacy  caolitions, and Anonim. "Review UU No 23 Tahun
punctuations : using evolutionary 2014 Tentang Pemerintahan
theory to explain policy change,
Daerah."
The Policy Studies Jurnal, Published by
blackwell publishing. Blog Kado Untuk Dunia.
Inc..350 http://harryuban.blogspot.co.i
Wilson, Carter A. 2000. “Policy d/2014/12/review-uu-no-23-
Regimes and Policy Change.” tahun-2014-tentang.html (11
Journal of Public Policy 20(3): Mei 2017).
Asrifai. “Dinamika Perubahan UU
Pemerintahan Daerah”

asrifai.co.cc.
http://asrifai.blogspot.co.id/2
015/04/dinamika-perubahan-
uu-pemerintahan_4.html (11
Mei 2017).

SUDUT HUKUM™. “Latar


Belakang Lahirnya UU No. 23
Tahun 2004”

SUDUT HUKUM™.
http://www.suduthukum.com/
2015/07/latar-belakang-
lahirnya-uu-no-23-tahun.html
(11 Mei 2017).

Didi, Suryadi. “MAKALAH Sistem


Pemerintahan Daerah dalam
pembahasan UU No. 5 tahun

1974, UU No. 22 tahun 1999,


UU No. 32 tahun 2004 dan
UU No. 23 tahun 2014
tentang Pemerintahan
Daerah”
http://didisuryadi94.blogspot.
co.id/2015/04/makalah-
sistem-pemerintahan-
daerah.html (11 Mei 2017).

Anda mungkin juga menyukai